Majalah Teknokra Edisi 221

Page 1

Berita ISSN 0215 8116 DESEMBER 2022
Majalah

Ide: Silvia Agustina Neza Puspita Tarigan Desain: Neza Puspita Tarigan Syendi Arjuna

Penangkapan Rektor, Wakil Rektor dan Ketua Senat Unila atas kasus penyuapan mahasiswa baru jalur mandiri menunjukkan dinasti tikustikus kampus yang tersusun rapi.

KOMUNITAS

Dengan tujuan mengurangi angka kelaparan, Ruang Pangan hadir untuk memfasilitasi mereka yang memiliki makanan berlebih layak konsumsi untuk disalurkan kepada masyarakat prasejahtera. Ruang Pangan juga menjadi solusi untuk mengurangi surplus makanan atau foodwaste.

23

SALAM KAMI KOMITMEN KAMHIK LINGKUNGAN KOMIK KARIKATUR OPINI SEJARAH ESSAY FOTO KYAY JAMO ADIEN WANSUS SENI GAYA HIDUP

SUARA MAHASISWA

RESENSI

EKSPRESI KULINER CERPEN

3 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221 DAFTAR ISI 5 4
13
6 10 12
19 20 24 26 28 30 34 38 44 46 50 48 40
LIPUTAN
Majalah Berita ISSN 0215 8116 DESEMBER 2022
UTAMA
52 POJOK PKM

Pulih dan Bangkit

Dalam hitungan hari, tahun yang penuh dengan kenangan akan berganti. Resolusi tahun baru menjadi motivasi perubahan untuk menjadi lebih baik. Disibukkan dengan berbagai persiapan ujian akhir semester, nikmatnya tumpukan deadline tugas serta kesibukan di masa akhir kepengurusan organisasi, itulah yang dirasakan mahasiswa. Semua hal tersebut mewarnai kenikmatan proses tahun ini.

Perkuliahan berjalan seperti biasanya, tak luput diwarnai isu-isu kampus, mulai dari fasilitas, sistem perkuliahan, hingga kasus korupsi. Seperti bom besar untuk Unila, isu Operasi Tangkap Tagan (OTT) Rektor tak hanya menggemparkan kampus, pun mengejutkan bagi sektor pendidikan Indonesia khususnya institusi pendidikan tinggi.

Citra kampus sebagai kawah candradimuka tempat tercetaknya insan cendekia kini dipertanyakan integritasnya. Pemimpin yang seharusnya menjadi tokoh panutan dalam suatu

institusi malah mencontohkan tindakan zalim. Nama baik Unila yang telah dijaga sepanjang hampir 57 tahun, harus tercoreng.

Mengembalikan nama baik kampus bukanlah hal yang mudah dan dapat ditempuh dalam waktu singkat. Ingatan-ingatan buruk menjadi lebih lama melekat ketimbang ingatan baik. Lantas siapa yang harus mengembalikan nama baik Unila? Plt. Rektor ataupun Rektor Definitif? Bukan hanya tanggung jawab keduanya, setiap civitas academica punya tanggung jawab memulihkan nama baik kampus.

Sebagai mahasiswa, menunaikan peran sebagai agen perubahan, kontrol sosial, penguat moral, penjaga nilai dan generasi penerus adalah beberapa hal yang perlu dilakukan untuk turut menjaga nilai-nilai luhur pendidikan. Membanggakan dengan prestasi dan karya adalah salah satu jalan yang dapat kita tempuh. UKPM Teknokra Universitas Lampung berkomitmen untuk terus

berkarya melalui tulisan maupun karya audio visual sebagai wujud keseriusan kami untuk menunaikan peran sebagai kontrol sosial, juga membanggakan kampus ini dengan prestasi.

Lewat Majalah Teknokra Edisi 221 ini, kami mengajak pembaca untuk menyoroti kasus suap terkait penerimaan mahasiswa baru yang melibatkan beberapa petinggi birokrasi kampus. Selain itu, kami juga menyajikan informasi seputar berita kampus yang kredibel, sesuai fakta dan dapat dipertanggung jawabkan. Melalui karya ini, besar harapan kami untuk bisa membuka wawasan dan memantik kekritisan pembaca untuk peka terhadap permasalahan kampus Unila yang kita cinta. Kami mengajak seluruh civitas academica mendukung Unila agar pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat. Dari pojok PKM, meski dalam masa sulit, tak henti kami mengajak para pembaca untuk Tetap Berpikir Merdeka! =

4 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
SALAM KAMI

Calo Elite Kampus

Hari itu, masih dalam suasana sorak sorai peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-77. Umbul-umbul sebagai syarat kemeriahan hari merdeka masih tegap berkibar, tulisan-tulisan semangat perjuangan belum sempat diangkut, dan suasana perlombaan 17-an masih terdengar riuh gemuruh di lingkungan kampus hijau kala itu. Suasana kemeriahan itu nampaknya tak bertahan lama, civitas academica Universitas Lampung (Unila) dibuat terperanjat dengan kabar berita yang sukar dipercaya. Bagaimana tidak, berita yang beredar ini adalah tentang orang nomor satu di Unila yang terkena Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh KPK dengan kasus suap penerimaan mahasiswa baru. Berita ini bukan hanya dibawa oleh media lokal, media nasional pun turut serta berbondong-bondong mewartakan hal yang sama.

Kabar tertangkapnya rektor Unila ini benar-benar mencuri perhatian publik. pasalnya empat bulan sebelum penangkapan ini, sosok Prof. Karomani yang merupakan Ketua dari Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) kala itu tercatat pernah menandatangani nota kesepahaman dengan Ketua KPK, Firli Bahuri di Gelanggang Mahasiswa Universitas Teknokrat Indonesia kala itu.

“Maka harus ada gerakan nasional untuk mencegah dan memberantasnya,

termasuk dari kalangan kampus melalui pendidikan anti korupsi, kampanye anti korupsi, seminar, dan bentuk lainnya,” begitulah seruannya dihadapan perkumpulan Rektor kala itu.

Tak hanya citra pribadi Rektor, kejadian itu turut mengguncang citra baik Kampus Unila. Lantaran nama Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Ketua Senat ikut terseret. Dalam perkembangannya, ada empat nama yang dijadikan tersangka.

Diangkatnya Prof. Karomani sebagai Ketua Pengarah Tim Pengelola Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Lampung Tahun 2022 nampaknya dijadikan sebuah jalan untuk menyalahgunakan wewenang. Melalui jalur SMMPTN, Prof. Karomani beserta kroni menyalahgunakan posisinya dengan menerima suap dan gratifikasi. Ia meloloskan peserta Simanila (Sebutan untuk jalur masuk Mandiri Unila) yang telah menyetor sejumlah uang di luar jumlah legal yang ditetapkan oleh kampus.

Tertangkapnya Rektor Unila otomatis akan membuat kekosongan jabatan pada posisi strategis. Oleh karena itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim menunjuk Sofwan Effendi sebagai Pelaksana Tugas Rektor Unila (Plt. Rektor) sampai dengan ditetapkannya putusan yang berkekuatan hukum

terhadap Prof. Karomani. Terhitung 22 Agustus 2022, Direktur Sumber Daya, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi itu resmi bertugas menjadi Plt. Rektor Unila.

Tindakan Prof. Karomani dan kroninya sangatlah culas. Lantas akan timbul pertanyaan apakah korupsi di Unila hanya terjadi dalam hal penerimaan mahasiswa baru saja? Adalah pertanyaan yang wajar. Lantaran elite kampus tak mencerminkan perilaku cendekia.

Melalui keterangan sidang pembuktian terdakwa Andi Desfiandi, terungkap nama-nama pejabat aktif Unila selain tersangka yang turut terlibat. Tandanya Unila belum benar-benar aman. Banyak kemungkinan-kemungkinan tindakan kotor akan terulang. Ada sistem yang harus dibenahi, harusnya ada sistem kontrol independen yang lahir dari kejadian ini.

Jika ingin menggembalikan marwah Unila dan menjaga nilai luhur pendidikan, seluruh civitas academica harus mengaktifkan nalar kritisnya. Dosen, tenaga pendidik, maupun mahasiswa harus berani mengkritisi tiap kebijakan yang ada di kampus. Menciptakan iklim demokrasi yang baik, sehingga tak akan ada pemusatan kekuasaan yang akan menciptakan celah-celah kolusi, korupsi, maupun nepotisme

M. Si., MA., Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si., Dr. H. Sulton Djasmi., M.Si.,Tony Wijaya, S.Sos., MA.

PEMIMPIN USAHA Sandra Puspita MANAGER USAHA Dwindy Monica MANAGER KEUANGAN Nadila Wulandari STAF IKLAN DAN PEMASARAN Revina Azzahra STAF KEUANGAN Revina Azzahra KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Ihwana Haulan STAF PUSLITBANG- KEPALA KESEKRETARIATAN Pratiwi Dwi Lestari STAF KESEKRETARIATAN- MAGANG Anolia Ramadhanthy T., Teresia Rosa,Muhammad Rafli, Dede Maesin,Ruhan Amrina, Sintia Enola Tambunan, Cindy Putri J.S, Ananda Nur Hidayat, Dina Pramugita, Nur Hidayat, Aldiansyah Pratama, Ratu Ayu Junjung Biru, Nuzila Ramadhani, Hamzah Annabawi, Melsa Amrina

MAJALAH TEKNOKRA diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasisawa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung. Alamat Gerha Kemahasiswaan Lt. 1 Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandarlampung 35411 Email: teknokratv@gmail.com Website: www.teknokra.co I www.teknokra.id

5 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
= PELINDUNG Dr. Mohammad Sofwan Effendi, M.Ed. PENASEHAT Prof. Dr.Yulianto M.S, Hero Satrian Arif, S.E., M.H. DEWAN PEMBINA Dr. Eddy Rifa’i, S.H., M.H. ANGGOTA DEWAN PEMBINA Dr. M. Thoha B. Sampurna Jaya, M.S., Prof. Dr. Yuswanto, S.H.,M.Hum., Dr. Maulana Mukhlis, S.Sos., M.IP., Asrian Hendi Caya, SE.,ME, Dr. Yoke Moelgini, M. Si., Irsan Dalimurte, SE.,
EDITOR
REDAKTUR
Arjuna STAF
CETAK
STAF
DARING
PEMIMPIN UMUM Ihwana Haulan PEMIMPIN REDAKSI CETAK Silvia Agustina REDAKTUR BERITA Antuk Nugrahaning Pangeran REPORTER CETAK Rara Maharani Bintang Lampung PEMIMPIN REDAKSI DARING Azhar Azkiya REDAKTUR DALAM JARINGAN
Arif Sanjaya
M. Rifqi Mundayin
ARTISTIK Syendi
ARTISTIK
Neza Puspita Tarigan, Aldi Afreza (Non-Aktif)
ARTISTIK
Fauzan Muhammad Al-Hazmi (Non-Aktif) REDAKTUR FOTO-FOTOGRAFERREPORTER DARING Sepbrina Larasati KAMERAWAN Afeby Ade Habibansyah PODCASTER NadilaWulandari
KOMITMEN

Minim Kuota KIP-K

Unila-Tek: Tercatat sebanyak 1.559 mahasiswa baru angkatan 2022 yang masuk lewat jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) Universitas Lampung (Unila) ditolak Kartu Indonesia Pintar-Kuliah (KIP-K). Dari total 2.048 mahasiswa baru jalur ini yang telah mendaftarkan diri dan diundang wawancara, hanya 489 mahasiswa yang dinyatakan lolos beasiswa itu. Begitupun dengan mahasiswa jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2022, sebanyak 676 mahasiswa tak bisa terfasilitasi KIP-K. Menurut pengumuman yang dirilis Biro Akademik dan Kemahasiswaan (BAK) Unila, hanya 417 mahasiswa jalur SNMPTN yang lolos dari total 1093 pendaftar.

Menanggapi hal ini, Prof. Yulianto (Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni) mengatakan besaran kuota penerima KIP-K merupakan hasil ketetapan pemerintah. Unila selaku perguruan tinggi hanya sebagai pengusul.

“Ya bahwa pemerintah nggak bisa memenuhi, ya harusnya mereka (mahasiswa) pada protes kepada pemerintah kenapa sedikit amat jatahnya, harusnya kan apa yang diusulkan universitas,” katanya.

Ia juga menyinggung soal banyaknya mahasiswa pendaftar KIP-K yang tak dapat menjadi penerima manfaat program beasiswa ini.

“Kita pendaftar (sekitar) 4 ribu berapa gitu ya, yang keterima cuman 908 karena dibatasi dana dari Jakarta, terus masa sisanya Unila suruh tanggung, ya nggak bisa lah, dari mana duit Unila,” ujarnya.

Saat ditanyai solusi perihal minim nya kuota beasiswa KIP-K, Prof. Yulianto menuturkan saat ini Unila mengusahakan penurunan Uang Kuliah Tunggal (UKT) untuk masing-masing Program Studi (Prodi).

“Paling kita solusinya mengusahakan UKT nya serendah mungkin, udah kita turunkan, itulah yang udah dibantu Unila, mengurangi UKT-UKT 1 juta sampai 2,4 juta nilai UKT masing-masing prodi,” jelasnya.

Muhammad Suhada (18), peserta yang lolos SBMPTN Unila harus mengurungkan niatnya untuk mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan. Ia dinyatakan lulus dan menjadi mahasiswa baru Jurusan Kehutanan. Namun, harapannya pupus lantaran namanya tak tercantum di daftar penerima KIP-Kuliah. Ia berasal dari latarbelakang keluarga yang berkesulitan ekonomi. Ibunya seorang single parent yang tak memiliki pekerjaaan tetap.

Suhada menuturkan dirinya telah mengikuti seluruh prosedur KIP Kuliah dan sudah memenuhi poin yang dibutuhkan, namun tak disangkanya saat pengumuman ia tertolak beasiswa itu.

“Saya sudah ngikutin semua prosedurnya KIP dari mulai pengumpulan data sampai dengan wawancara, pada saat wawancara juga poin-poin saya sudah mencangkup layak untuk KIP Kuliah, tapi pas pengumuman hasilnya saya tidak keterima KIP,” tuturnya.

Saat ini ia memutuskan untuk bekerja dan tidak jadi berkuliah karena tak mendapat beasiswa pemerintah itu. Namun, semangat belajarnya masih tetap membara. Ia berharap dirinya bisa men-

Olahraga. Anggota Mahasiswa Pecinta Alam (Mahepel) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Lampung (Unila)sedang mendayung perahu karet di Embung B Unila, pada Minggu (27/11).

Foto:Sepbrina Larasati

jadi salah satu penerima KIP-Kuliah dan kembali menjadi bagian dari Unila.

Tanggapan juga datang dari Chanda Rizkia Rahma (Biologi’22), ia mengaku tertolak KIP-Kuliah dan tak mendapat penjelasan dari pihak Unila mengenai alasan penolakan tersebut. Ia juga menyayangkan beasiswa ini kurang tepat sasaran.

“ Harapan saya yang bener-bener butuh itu harus dapet sih, saya udah ikhlas kalau itu bener-bener memang bukan rezeki saya. Cuman yang sakit hatinya itu, yang bener-bener butuh itu nggak dapet, yang bisa (mampu) malah dapet, itu yang bikin sakit hatinya,” tuturnya.

Hal serupa juga dirasakan Lulu Wahyu Utami (Teknik Kimia’21), ia mempertanyakan alasan dirinya ditolak. Dirinya merasa pengelola KIP-K kurang selektif.

“Disuruh share loc terus nanti bakal disurvey, tapi kenyataan itu nggak disurvey, dan itu ke depannya banyak yang memalsukan data gitu, itu yang membuat bikin kacaunya gitu,” ucapnya.

Ia pun menuturkan harapan supaya sistem penerimaan KIP dapat lebih selektif sehingga tepat sasaran.

“KIP ini kan bantuan ya, Kartu Indonesia Pintar untuk pelajar, untuk mahasiswa dari pemerintah dari kementerian. KIP ini yang daftar banyak, yang butuh uang banyak, jadi minta tolong untuk bener-bener diseleksi ketat gitu loh, kita kan pokoknya kita harus gimana caranya sistem seleksi KIP nya ini bener-bener harus tahu yang mana yang butuh banget sama KIP gitu,” pungkasnya=

6 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
KAMHIK

Pelanggaran Lalu Lintas. Sebuah mobil parkir di jalur berambu dilarang berhenti di dekat Gedung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) pada Jum’at (25/11).

Foto:Sepbrina Larasati

Fasilitas Laboratorium Belum Optimal

Oleh:Sepbrina Larasati

Unila-Tek: Beberapa laboratorium di Universitas Lampung (Unila) masih belum memiliki fasilitas yang optimal. Diantaranya adalah Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik milik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Meskipun sudah memperoleh akreditasi internasional, peralatan yang ada saat ini masih kurang mendukung bagi kegiatan praktikum mahasiswa. Minimnya penambahan dan pembaruan alat membuat beberapa penelitian mahasiswa menjadi terhambat. Hal ini disampaikan Sari, mahasiswa pascasarjana Kimia’21.

“Belum ada penambahan alat, jadi masih yang lampau. Penginnya yang canggih dan terbarukan, dan itu menghambat, apalagi kalau penelitian yang harus dilakukan sebulan atau dua bulan. Karena hal itu (belum ada penambahan dan pembaruan alat), bisa mungkin sampai setahun,” ungkap Sari.

Dirinya juga menilai peralatan yang ada sekarang masih tertinggal bila dibandingkan dengan universitas lain. Meskipun ia menyadari pembiayaan merupakan kendala terbesar bagi pengadaan alat, pembaruan tetap perlu dilakukan.

“Kalau mau setara dengan universitas yang di Jawa, menurut saya di Unila ini masih jauh (gap fasilitasnya), apalagi sudah standar internasional. Jurusan Kimia kan baru terakreditasi internasional tahun ini, jadi kalau sudah internasional, pengadaan alat-alatnya juga harus internasional dong,” tegasnya.

Keluhan tersebut dibenarkan oleh Kepala Laboratorium Kimia Fisik dan

Kimia Anorganik FMIPA Unila, Kamisah D. Pandiangan. Menurutnya, banyak peralatan yang dibutuhkan, tetapi hingga kini belum bisa diwujudkan. Lantaran jurusannya sudah terakreditasi internasional, laboratorium membutuhkan peralatan yang mendukung mahasiswa supaya memiliki kompetensi yang sesuai.

“Sebenarnya sih banyak yang kita inginkan, tapi memang belum. Mudah-mudahan sih ya karena jurusan kimia sekarang sudah akreditasi internasional, harapannya peralatan mendukung agar mahasiswa punya kompetensi sesuai yang internasional itu. Sekarang lagi diusulkan, kita berharap bisa ada yang terealisasi di tahun ini,” ujarnya penuh harap.

Terkadang sampel penelitian harus dikirImkan ke laboratorium luar Unila yang memiliki alat memadai. Upaya ini dilakukan supaya penelitian mahasiswa bisa tetap berjalan dengan keterbatasan fasilitas yang ada.

“Tergantung pada tahap akhir itu mahasiswanya penelitian ke arah ke mana gitu. Tapi kalaupun (alat) itu tidak ada. Karena memang masih bisa kita keluar kirim sampel. Artinya tidak terlalu jadi penghambat untuk mahasiswa mengerjakan tugas akhir. Hanya bedanya terkadang itu jadi lambat, lebih lama prosesnya karena kita harus mengirim keluar,” jelas Kamisah.

Suara lain datang dari Fakultas Teknik, Haidar Prida (Teknik Geofisika’19) mengatakan alat-alat laboratorium di jurusannya tersusun dengan rapih. Namun, jumlah dan jenis peralatan

yang ada saat ini masih kurang serta ruangannya terbatas. Ada beberapa praktikum yang membutuhkan alat tertentu, tetapi alat itu tak disediakan oleh Unila.

“Beberapa alat perlu diadakan, ada beberapa praktikum yang membutuhkan alat akan tetapi tidak ada peralatan yang bersangkutan, barangkali masalah harga dan yang lain lain, tapi melihat jurusan yang sama di universitas lain bisa punya alat ini,” jelasnya.

Bahkan ia menuturkan ada beberapa kondisi peralatan laboratorium teknik geofisika yang belum kunjung diperbaiki. Ia berharap kedepannya perlu pengadaan alat yang lebih banyak, serta laboratorium yang lebih luas dan komplit guna membantu proses studi mahasiswa.

Tak hanya di jurusan rumpun Sains dan Teknologi (Saintek), jurusan rumpun Sosial Humaniora (Soshum) juga mengelukan laboratoriumnya. Fakultas Hukum (FH) Unila hanya memiliki satu Laboratorium Peradilan Semu. Wakil Dekan II Bidang Umum dan Keuangan FH, Yulia Neta mengatakan peralatan serta prasarana masih kurang.

“Kalau peralatan sarana ya tentu kita masih kurang karena kan Peradilan semu itu kan yang khususnya itu kan memang harus menggunakan ruangan yang cukup dengan peralatan yang lengkap, sehingga menggambarkan benar-benar itu adalah ruang peradilan yang sesungguhnya demikian. Tapi kan kita ya masih kurang lah gitu ya belum cukup, ” katanya=

7 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221

Sidang. Jaksa Penuntut Umum (JPU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedang menanyai saksi di sidang pembuktian terdakwa Andi Desfiandi, di Ruang Sidang Bagir Manan, Pengadilan Negeri Tanjung Karang, Bandar Lampung pada Rabu(9/11). Sidang tersebut merupakan sidang perdana dalam kasus suap Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Unila Tahun 2022.

Tarif Tes TOEFL Naik

Oleh:Neza Puspita Tarigan

Unila-Tek: Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Bahasa Universitas Lampung (Unila) menaikkan tarif Test of English as a Foreign Laguange (TOEFL) terhitung mulai 9 Agustus 2022. Tarif lama sebesar Rp25.000 menjadi Rp75.000 untuk mahasiswa S1, dan Rp125.000 menjadi Rp150.000 untuk mahasiswa S2. Kenaikan tarif ini sebagai bentuk penyesuaian terhadap harga pasar dan ditujukan untuk pemeliharaan fasilitas tes.

“Alasan yang pertama, kita hanya

menyesuaikan harga. Kedua, tarif TOEFL itu kita gunakan untuk maintenance alat yang ada, karena semua aplikasi sudah berbasis digital,” jelas Muhammad Sukirlan, Ketua UPT Bahasa Unila.

Ia menambahkan, setiap tahunnya terdapat sekitar 17.000 hingga 18.000 frekuensi tes yang difasilitasi UPT Bahasa Unila. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeliharaan pada alat-alat penunjang untuk menghindari kerusakan.

“Bisa dibayangkan setiap tahunnya

Proses Hukum Hanya Untuk Pelaku

Oleh:Rara Maharani Bintang Lampung

Unila-Tek: Proses hukum terkait kasus suap dan gratifikasi penerimaan mahasiswa baru Universitas Lampung (Unila) tahun 2022 hanya dapat diberlakukan bagi pelaku yang terlibat langsung dengan tindak pidana. Secara hukum, tindak pidana tidak bisa disalahkan kepada orang yang tak memiliki kaitan secara langsung dengan suatu kasus.

“Secara hukum pun, tindak pidana hanya dapat dikenakan kepada pelaku langsung tindak pidana, khususnya suap menyuap. Tidak bisa kemudian (disalahkan) kepada orang lain. Tindak pidana itu tidak bisa disalahkan kepada orang yang tidak ada kaitannya,” jelas Rinaldy Amrullah, Ketua Pusat Kajian Masyarakat Anti Korupsi dan HAM (Puskamsikham) Fakultas Hukum Unila.

Menurutnya, perlu adanya pertimbangan secara hukum dan moral terkait kejelasan status mahasiswa baru yang

diduga lulus jalur seleksi mandiri dengan suap dan gratifikasi. Ia menilai persoalan suap ini melibatkan peran orang tua dan pihak lain yang berkepentingan. Ada kemungkinan mahasiswa tersebut tak tahu-menahu tentang tindak pidana yang dilakukan oleh orang tuanya ataupun pihak lain yang terlibat langsung dalam kasus ini.

Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa dalam hukum dikenal istilah mens rea (Red. Sikap batin pelaku ketika melakukan tindak pidana). Apabila mahasiswa ini tak ada kaitannya dengan perbuatan dan terbukti hanya sebagai alat, maka tidak bisa dipidana.

“Dalam pasal 55 (KUHP, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) saja, jika dia terbukti adalah alat. Maka dia tidak bisa dipidana,” lanjutnya.

Tanggapan hadir dari sejawat mahasiswa, Wahyu Gusti Harianto (Teknik Pertanian’21). Ia menilai Unila perlu

terdapat 17.000 hingga 18.000 frekuensi tes, sehingga jikalau komputer tidak ada penggantian barang, maka akan terjadi kerusakan yang luar biasa,” tambahnya.

Meskipun begitu, kebijakan kenaikan tarif TOEFL ini menerima kritikan dari mahasiswa. Nimaras Dwina (Hukum’18) adalah mahasiswa yang sudah pernah melaksanakan tes TOEFL. Ia turut kesal lantaran tarif yang baru dinilai mahal.“Tanggapan saya kesal sih, mau tes doang kok mahal, 75 ribu,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan Fahrunisa Bela Amas (Hukum’18). Meskipun ia belum sempat menjalani TOEFL, dirinya sangat menyayangkan adanya kenaikan tarif tes.

”Sangat disayangkan gitu, soalnya kenaikannya terlalu jauh. Cukup menyusahkan orang-orang yang punya keterbatasan uang. Belum lagi, kalau TOEFL nya tidak mencukupi standar, kita wajib mengulang TOEFL. Bahkan ada yang sampai mengambil bimbingan belajar khusus TOEFL sehingga menghabiskan uang lebih banyak lagi,” ungkapnya.

Fahrunisa mengutarakan harapannya agar pihak UPT Bahasa Unila memberikan modul atau kesempatan untuk mengulang secara percuma.

“Harapan saya setidaknya kami diberikan semacam modul atau kami diberikan satu kesempatan tambahan untuk mengulang,” harapnya=

memberikan sanksi yang tepat bagi mahasiswa terduga.

“Seharusnya universitas bisa memberikan sanksi yang selayaknya untuk kasus suap ini. Karena kalau universitas tidak memberi tindakan atau menindaklanjuti kasus ini, secara tidak langsung universitas juga menghancurkan masa depan bangsa ini,’’ tanggapnya.

Pendapat senada datang dari Ananda Daffa Pratama (Hukum’21), menurutnya tindakan suap tidak dapat dibenarkan.

Menanggapi hal itu, Wakil Rektor I Bidang Akademik Prof. Murhadi mengatakan belum ada tindakan lebih lanjut dari Universitas lantaran belum ada keputusan final secara hukum dan sidang masih terus bergulir.

“Setahu saya nggak bisa diputuskan kalau keputusan pengadilannya belum tetap, saya pikir itu,” ungkapnya=

8 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
Foto:Sepbrina Larasati

Pro Kontra Penghapusan MKU BBQ

Unila-Tek: Mata Kuliah Umum (MKU) Bimbingan Baca Qur’an (BBQ) dihapus dari daftar MKU Universitas Lampung (Unila). Terhitung sejak mahasiswa baru angkatan 2021 menjejakkan kaki di Unila, mata kuliah itu tak pernah dilaksanakan lagi. Hal ini menuai pro dan kontra di kalangan civitas academica.

Tanggapan hadir dari Rika Septiani (Teknik Elektro’21), ia ingin MKU BBQ diadakan kembali agar merata di seluruh angkatan.

“Menurut saya tidak adil ya. Karena 2020 ke atas dapat mata kuliah ini, tetapi mahasiswa 2021 ke bawah tidak ada mata kuliah ini,” ungkapnya.

Adela Salsabila (PGSD’21) menilai BBQ sebagai sarana yang mewadahi mahasiswa untuk belajar soal keagamaan. Hal senada juga disampaikan Anisa Paramita (Pend. Fisika’19), ia mengaku lebih semangat dalam beribadah lantaran ada target yang harus dicapai di MKU BBQ.

“Lebih semangat dalam beribadah, karena ada target yang harus dicapai dengan adanya Bimbingan Baca Qur’an ini, bagus banget dampaknya ke mahasiswa,” ucap Anisa.

Di sisi lain, Anida Saganta (Ilmu Komputer’20) merasa tak keberatan

dengan dihapuskannya MKU BBQ.

“Kalau dihapusin setuju aja, karena mahasiswa sudah ada pelajaran agama masing-masing. Jadi kalau ditambah BBQ ini tidak ada waktu istirahat, juga akan susah untuk bagi waktu dengan Mata Kuliah BBQ sendiri,” tuturnya. Salah satu mahasiswa yang pernah menjadi tutor MKU BBQ menuturkan perlu adanya alternatif lain apabila MKU BBQ dihapuskan.

“Jika dihapus, perlu ada alternatif lain untuk menggantikan Mata Kuliah BBQ ini,” ucap Hurriyah Ainaa (Ilmu Hukum‘19).

Koordinator Mata Kuliah Umum Unila, Ade Imelda Frimayanti menuturkan adanya penyimpangan silabus

dalam pelaksanaan MKU BBQ. Selain itu, ada permasalahan dalam proses perekrutan tutor. Ia menilai banyak tutor yang tidak memenuhi kriteria.

“Dalam perekrutan BBQ, banyak yang tidak memenuhi kriteria, juga dalam pengajaran ke mahasiswa, menyimpang dari silabus yang diatur yang seharusnya materi tersebut disampaikan oleh dosen,” jelasnya. Dirinya juga menambahkan, BBQ akan dimulai jika perekrutan tutor sudah dilaksanakan.

“Sementara ini BBQ dialihkan ke dosen dulu. Mata Kuliah ini akan dilaksanakan jika Ketua BP-MKU (Mulyanto Widodo) menyetujui untuk perekrutan kembali tutor BBQ,” pungkasnya =

Unila-Tek: Terhitung empat bulan sejak peletakan batu pertama pembangunan ulang Masjid Al-Wasii sebagai Laboratorium Pendidikan Karakter pada Senin (18/7), Wakil Rektor II bidang Umum dan Keuangan, Prof. Asep Sukohar sebut proyek ini sudah capai tahap 85 persen (25/11).

“Itu kalau pembangunan kemarin dihitung sudah 85 persenan,” katanya.

Meski aktivitas pembangunan sempat terhenti beberapa hari pasca tertangkapnya Prof. Karomani terkait kasus suap, Prof. Asep mengatakan tak ada kendala terkait pembangunan. Kini pembangunan akan segera memasuki tahap arsitektur tahun kedua di 2023.

“Pembangunan sudah berjalan terus-terusan, tinggal nanti arsitektur yang di tahun kedua tahun 2023,” jelasnya.

Mengenai dana proyek pembangunan Laboratorium Pendidikan Karakter yang telah digunakan hingga saat ini, Teknokra sudah berupaya menemui narasumber Arif Sugiono, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Universitas Lampung (Unila) untuk memperoleh informasi terkait, tetapi ia menolak memberikan komentar.

Imbas adanya pembangunan, kegiatan jemaah masjid Al-Wasii saat ini dialihkan ke Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (RSPTN) Unila. Iskandar (Pend. Sejarah’20), Badan Pengurus Harian (BPH) Masjid Al-Wasii menuturkan, di awal aktivitas ibadah dipindahkan ke RSPTN, jamaah mengeluh karena harus menaiki tangga hingga lantai empat.

“Karena kan ruang ibadahnya ada di lantai empat, jadi lift nya itu hanya

beroperasi setiap ada acara dan hari Jum’at, tidak bisa setiap hari,” tutur Iskandar.

Iskandar menuturkan lokasi sementara masjid Al-Wasii saat ini cukup bagus. Namun, untuk keperluan perbaikan fasilitas penunjang seperti lampu penerangan, BPH menggunakan dana operasional yang dikumpulkan dari infaq jamaah.

“Untuk saat ini sudah bagus, karena dari masjidnya sendiri sudah memperbaiki yang rusak seperti penerangan lampu. Kalau kami mengajukan ke bagian rumah tangga langsung kan lama prosesnya dari dulu juga masjid langsung memperbaiki sendiri dengan dana operasional yang ada,” pungkasnya =

9 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
Oleh:Rara Maharani Bintang Lampung Oleh:Revina
Azzahra Proyek Al-Wasii Masuki Tahap 85%
Nongkrong. Beberapa orang sedang duduk di atas tower air sambil bercengkrama, Minggu (27/11). Tindakan ini melanggar larangan duduk di atas tower Rusunawa Unila. Foto:Sepbrina Larasati

Sulap Konflik Gajah Jadi Ekowisata

Lingkungan

Baju Suhadak nampak basah oleh keringat, ada noda khas ladang di sana. Rupanya pria itu baru saja pulang dari mencari rumput saat ditemui di kediamannya. Ia adalah penggerak Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Braja Harjosari di Lampung Timur, sekaligus ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Bina warga di tempat Ia tinggal.

Desanya merupakan desa ekowisata yang bersebelahan langsung dengan Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Di rumahnya, terdapat banyak tana-

berlalu. Kini masyarakat telah berdamai dengan gajah-gajah liar yang ada di TNWK, Mereka tak mau lagi menyakiti satwa itu. Jalan keluarnya adalah dengan membangun parit pemisah sedalam tiga meter untuk memisahkan desa dan TNWK. Sejumlah pos penjagaan juga dibangun, bahkan teknologi GPS juga digunakan untuk melacak pergerakan gajah liar di sekitar pos jaga.

Suhadak kini bahkan tak mau lagi menyebut masalah antara manusia dengan gajah sebagai “konflik”, ia lebih suka menyebutnya sebagai “interaksi negat-

“Bahasa ‘konflik’ itu sebenarnya bahasa provokatif waktu itu, sekarang ini lagi diperhalus lagi (menjadi) ‘interaksi negatif’ dari masyarakat desa dan gajah liar yang ada di taman nasional,” kata Suhadak.

Pokdarwis kemudian memutarbalikkan keadaan dengan mengembangkan pariwisata alam liar di desa tersebut. Sebuah padang savana yang berseberangan langsung dengan TNWK dikembangkan menjadi destinasi pariwisata.

“Itu dibuat untuk pengunjung yang bisa refreshing, dan konsepnya tentang alam. Di situ ada panggung seni yang dikembangkan untuk anak sekolah yang akan mengeksplor bakatnya, jadi nanti rencananya ada audisi,” ujarnya.

Bukannya tanpa kesulitan, saat awal mengembangkan konsep pariwisata di lingkungannya, warga sempat menolak usulan pariwisata. Sejumlah warga sempat menganggap kehadiran turis terutama yang berasal dari mancanegara dapat memberikan dampak negatif bagi budaya setempat.

“Mereka menghakimi (bahwa) banyak nilai negatifnya daripada nilai positifnya, kalau tamu-tamu dari mancanegara membawa efek negatif yang lebih banyak lagi. Tetapi bagaimana kita meyakinkan masyarakat kita dengan mencoba bicarakan, bahwa kita mayoritas beragama dan ada kaidah-kadiah yang harus di jaga. Dan itu membuktikan bahwa wisata yang kita kelola dapat diterima masyarakat, dan mengedukasi masyarakat yang berkunjung ke tempat pendidikan di sini,” tuturnya.

Kini, dirinya mengklaim keberhasilan Pokdarwis mengembangkan pariwisata setempat juga berkontribusi dalam menurunkan angka konflik gajah-manusia di desanya. Menurutnya, selama lima tahun terakhir sama sekali tak ada kasus ‘interaksi negatif’ yang merugikan gajah ataupun warga.

“Kalau yang kita lakukan dan buktikan bahwa kita 5 tahun ini 0% (angka

konflik), tapi bukan berarti selamanya kita 0%, mempertahankan itu lebih susah daripada menciptakan dan harus banyak belajar,” kata Suhadak.

Tak Cuma Pokdarwis, ada juga kelompok lain yakni Kelompok Tani Hutan (KTH). KTH desa Braja Harjosari didirikan oleh Suhadak sejak tahun 2017. Lembaga swadaya masyarakat tersebut terbentuk setelah Suhadak melihat minimnya kesadaran warga terhadap pengelolaan hasil hutan.

Salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan oleh KTH di desa tersebut merupakan madu alami. Suhadak bercerita bahwa berternak lebah lebih mudah dan lebih menguntungkan dibandingkan berternak hewan lainnya.

“Kita mengembangkan lebah madu trigona hitam, kita ada torasika,” tuturnya.

Namun, produk tersebut belum bisa dipasarkan secara luas akibat belum adanya sertifikat halal. Suhadak sempat merasa keheranan. Menurutnya, hasil madu alami semestinya sudah pasti halal untuk dikonsumsi jika dilihat dari ajaran Islam.

“Ini kita (sedang) mengurus sertifikat halal walaupun lebah madu itu di mana saja halal. Karena prosedur untuk pembuatannya dan (agar) di kelompok kami jangan diragukan (supaya tidak disangka) untuk menipu. Tapi kami didasari dengan kejujuran,” tegasnya.

Sebagai upaya melibatkan generasi muda di desa tersebut, Kelompok Tani Hutan juga mengader pemuda-pemudi agar berkontribusi dalam mengelola budidaya madu yang menjadi andalan kelompok tersebut.

“Sementara ini saya menyiapkan kader-kader untuk kegiatan budidaya lebah madu ini,” ujarnya.

Keberhasilan Pokdarwis dan KTH desa Braja Harjosari merupakan model penting bagi pengembangan dan konservasi desa-desa penyangga di sekitar Taman Nasional Way Kambas. Menurut Suhadak, terdapat sejumlah desa tetangga yang hingga kini masih mengalami “interaksi negatif” dengan gajah liar. Ia berharap apa yang dikembangkan warga di desanya dapat diikuti oleh desa lain.

“Tidak semua desa penyangga bisa jadi wisata, jadi kalau di situ ada nilai ekonomi, Insya Allah nilai ekonomi itu akan menghapus image negatif dari keberadaaan desa lainnya. Jadi bagaimana kita hidup berdampingan dengan satwa dan masyarakat desa,” pungkasnya.

11 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
12
Ilustrasi:Antuk Nugrahaning Pangeran

Tindakan

Calo Elite Kampus

Oleh:Silvia Agustina & Afeby Habib Habibansyah

13 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
korup Rektor Universitas Lampung, Prof. Karomani mencoreng muruah perguruan tinggi. Praktik bagi peran dilancarkan oleh kaum elit kampus untuk mengais miliaran rupiah dari orang tua peserta Simanila jalur mandiri dengan timbal balik jaminan lulus.
LAPORAN UTAMA

“Maka harus ada gerakan nasional untuk mencegah dan memberantasnya, termasuk dari kalangan kampus melalui pendidikan anti korupsi, kampanye anti korupsi, seminar, dan bentuk lainnya,” seru Prof. Karomani, Rektor Universitas Lampung (Unila) sekaligus Ketua Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) kala itu. Ia juga menandatangani nota kesepahaman dengan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri dalam suatu forum yang diselenggarakan di Gelanggang Mahasiswa Universitas Teknokrat Indonesia (UTI), Senin (25/4).

Empat bulan berselang sejak penandatanganan nota kesepahaman itu, beredar isu Rektor Unila terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK. Citra Prof. Karomani sebagai pegiat anti korupsi diambang kehancuran. Tak hanya citra pribadinya, kejadian itu turut mengguncang citra baik Kampus Unila. Lantaran nama Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Ketua Senat pun ikut terseret.

Prof. Karomani bersama kroninya terlibat kasus suap dan gratifikasi terkait penerimaan calon mahasiswa baru Unila tahun 2022. Isu tersebut kemudian dibenarkan KPK melalui siaran pers di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta (21/8).

“Pada kegiatan tangkap tangan yang telah KPK lakukan hari Jum’at tanggal 19 Agustus 2022 sekitar Pukul 21.00 WIB, Tim KPK telah mengamankan delapan orang di wilayah Lampung, Bandung, dan Bali. Yang pertama, saudara KRM, Rektor Universitas Lampung Periode 2019-2023,” jelas Nurul Ghufron, Wakil Ketua KPK.

Kronologis Tangkap Tangan

Prof. Karomani bersama para Wakil Rektor, Tim Indikator Kinerja Utama (IKU), dan Tim Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) bertandang ke Bandung untuk melaksanakan agenda Character Building yang dijadwalkan mulai 17-20 Agustus 2022. Belum rampung rangkaian kegiatan itu, dirinya harus beranjak lebih dulu karena terjaring OTT KPK di hari Jum’at (19/8) atas dugaan tindak pidana korupsi.

M Basri (Ketua Senat), Budi Sutomo (Kepala Biro Perencanaan dan Hubungan Masyarakat) serta Adi Triwibowo (Ajudan Rektor) juga turut dijaring. Penangkapan ini diikuti pengamanan barang bukti berupa kartu ATM dan tabungan yang berisi Rp1,8 miliar.

“Pihak yang ditangkap di Bandung adalah KRM, BS, MB dan AT beserta ba-

rang bukti kartu ATM dan buku tabungan sebesar Rp1,8 miliar,” tutur Asep Guntur Rahayu, Direktur Penyidikan KPK.

Lain halnya di Bandung, komisi antirasuah menangkap Prof. Heryandi (Wakil Rektor I Bidang Akademik), Helmy Fitriawan (Dekan Fakultas Teknik) dan Mualimin (Dosen Unila) beserta barang bukti di Lampung. Barang bukti yang diamankan berupa uang tunai sejumlah Rp414,5 juta, slip setoran deposito Rp800 juta dan kunci deposit box yang diduga berisi emas senilai Rp1,4 miliar. KPK juga menangkap terduga pemberi suap, Andi Desfiandi (Swasta) secara terpisah di Bali.

Pihak-pihak yang ditangkap beserta barang bukti digelandang ke Gedung Merah Putih KPK untuk diperiksa lebih lanjut. Prof. Asep Sukohar (Wakil Rektor II Bidang Umum dan Keuangan) beserta Tri Widioko (Staf Wakil Rektor I Bidang Akademik) juga turut dihadirkan guna menjalani pemeriksaan.

Prof. Karomani dan Kroni Ditetapkan Jadi Tersangka

Pasca dilakukannya pemeriksaan oleh KPK, empat dari delapan orang yang ditangkap ditingkatkan statusnya menjadi tersangka.

“Ditemukan adanya bukti permulaan yang cukup, maka KPK meningkatkan status perkara ini ke tahap penyidikan dengan mengumumkan empat tersangka,” ungkap Asep Guntur.

Keempat tersangka tersebut adalah Prof. Karomani, Prof. Heryandi, M Basri, dan Andi Desfiandi. Selanjutnya, penyidik KPK akan melakukan penahanan terhadap tersangka selama proses penyidikan.

Salah gunakan Wewenang

Prof. Karomani diangkat sebagai Ketua Pengarah Tim Pengelola Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Lampung Tahun 2022 dengan terbitnya surat Keputusan Rektor Universitas Lampung Nomor 1038/UN26/PP.00/20222 tentang Pengangkatan Personalia Tim Pengelola Penerimaan Mahasiswa Baru (Incoming Student) Universitas Lampung pada Rabu, 5 Januari 2022.

Unila menerima mahasiswa baru tiap tahunnya melalui program Seleksi Masuk Universitas Lampung atau yang akrab dikenal dengan akronim Simanila. Salah satu jalur masuknya adalah Seleksi Mandiri Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMMPTN).

Melalui jalur SMMPTN, Prof. Karomani menyalahgunakan posisinya dengan menerima suap dan gratifikasi. Ia meloloskan peserta Simanila yang telah menyetor sejumlah uang di luar jumlah legal yang ditetapkan oleh kampus.

Praktik Bagi Peran

Saat proses seleksi peserta Simanila berjalan, Prof. Karomani diduga aktif terlibat langsung dalam penentuan kelulusan peserta. Ia memberikan perintah kepada Prof. Heryandi dan Budi Sutomo, serta melibatkan M Basri untuk ikut serta melakukan penyeleksian secara personal. Penyeleksian ini dimaksudkan untuk menilai kesanggupan orang tua calon mahasiswa yang ingin anaknya dibantu supaya diluluskan. Jika ingin dibantu, orang tua tersebut harus menyerahkan sejumlah uang di luar ketetapan legal yang harus dibayarkan ke kampus.

“KRM memerintahkan HY selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik, dan Budi Sutomo selaku Kepala Biro Perencanaan dan Hubungan Masyarakat, serta melibatkan MB selaku Ketua Senat untuk turut serta menyeleksi secara personal terkait kesanggupan orang tua mahasiswa, yang apabila ingin dinyatakan lulus maka dapat dibantu dengan menyerahkan sejumlah uang selain uang resmi yang dibayarkan sesuai mekanisme yang ditentukan pihak universitas,” jelas Nurul Ghufron.

Selain itu, Prof. Karomani juga diduga memberikan tugas khusus kepada Prof. Heryandi, M. Basri dan Budi Sutomo untuk mengumpulkan sejumlah uang yang besarannya sudah disepakati sebelumnya. Uang itu berasal dari orang tua peserta seleksi yang telah dinyatakan lulus berdasarkan penilaian yang sudah diatur oleh pihak Prof. Karomani.

Mualimin mendapat peran untuk mengambil titipan uang sebanyak Rp150 juta dari Andi Desfiandi atas perintah Prof. Karomani. Andi menyetorkan uang sebagai imbalan karena anggota keluarganya telah dinyatakan lulus Simanila.

“Mualimin selanjutnya atas perintah KRM mengambil titipan uang tunai sejumlah Rp150 juta dari AD di salah satu tempat di Lampung,” tutur Nurul Ghufron.

Tak hanya dari Andi, Mualimin juga diperintahkan mengumpulkan uang dari orang tua peserta lain yang lulus karena bantuan Prof. Karomani.

Pasang Tarif Jalur Khusus

14 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221

Orang tua peserta Simanila yang ingin mendapat bantuan dari pihak Prof. Karomani supaya dinyatakan lulus, diminta menyetor sejumlah uang. Adapun besaran uang yang harus disetorkan, jumlahnya diduga berada di kisaran nominal ratusan juta rupiah.

“Besaran nominal uang yang disepakati antara pihak KRM (Prof. Karomani) diduga jumlahnya bervariasi, dengan kisaran minimal Rp100 juta sampai Rp350 juta untuk setiap orang tua peserta seleksi yang ingin diluluskan,” tutur Nurul Ghufron.

Pakai Uang Suap Untuk Kepentingan Pribadi

Total sebanyak Rp603 juta berhasil dikumpulkan Mualimin dari orang tua calon mahasiswa yang diluluskan atas bantuan Prof. Karomani. Namun, Sebagian besar dari uang tersebut telah digunakan untuk keperluan pribadi Prof. Karomani, yakni sekitar Rp575 juta.

“Seluruh uang yang dikumpulkan KRM melalui Mualimin yang berasal dari orang tua calon mahasiswa yang diluluskan KRM berjumlah Rp603 juta dan telah digunakan untuk keperluan pribadi KRM sekitar Rp575 juta,” jelas Nurul Ghufron.

Pasal yang Dilanggar

Prof. Karomani, Prof. Heryandi, dan Muhammad Basri disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau huruf b atau Pasal 11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. Sangkaan ini lantaran ketiganya sebagai penerima suap dan gratifikasi atas penerimaan mahasiswa baru.

Sedangkan Andi Desfiandi selaku pemberi disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau huruf b atau Pasal 11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

Aliansi Mahasiswa Gelar Aksi Protes

Pasca penangkapan Rektor Unila beserta beberapa jajarannya yang tersangkut kasus korupsi, mahasiswa Unila membentuk aliansi yang bernamakan ‘Aliansi Mahasiswa Unila’. Pembentukan wadah mahasiswa ini merupakan buah keresahan atas pelunturan nilai-nilai integritas di kampus.

“Dibentuk aliansi ini sebagai salah satu keresahan mahasiswa Universitas Lampung terhadap hal-hal yang terjadi. Terutama tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pihak birokrasi, seperti pejabat di Universitas Lampung, ” ujar Muhammad Ikhsan Habibi (Matematika’19) selaku juru bicara Aliansi Mahasiswa Unila.

Mahasiswa yang tergabung di aliansi ini melakukan aksi orasi secara kolektif di pelataran Gedung Rektorat Unila, pada Senin (22/8). Orasi yang disampaikan berisi tujuh tuntutan, yakni pembuatan satgas khusus tindak korupsi yang melibatkan mahasiswa; meminta Kemendikbudristek menunjuk pelaksana tugas rektor di luar dari birokrat Universitas Lampung; mengusut penggunaan dana dari lingkup terkecil termasuk pungli; memberikan transparansi seluruh anggaran dana penggunaan seluruh dana aktivitas di Universitas Lampung secara terbuka; merevisi peraturan rektor no. 18 Tahun 2021 dengan melibatkan mahasiswa dan mencabut pembekuan organisasi kemahasiswaan tingkat Universitas dan Fakultas; meminta Kemendikbudristek segera memecat secara tidak hormat semua pejabat Universitas Lampung yang dinyatakan tersangka dalam kasus tindak pidana korupsi; semua pejabat yang berpotensi terlibat kasus korupsi ini dan yang terindikasi anti terhadap gerakan mahasiswa ditolak untuk menjadi kandidat pengisi jabatan strategis di Universitas Lampung.

Pro Kontra Tindak Lanjut Terhadap Mahasiswa Terduga Pemberi Suap

Keberlanjutan status mahasiswa terduga jalur suap dan gratifikasi yang melibatkan Prof. Karomani masih dipertanyakan. Hal ini pun menuai pro dan kontra di kalangan civitas academica Unila. Beberapa pihak berharap para mahasiswa tersebut memperoleh sanksi yang layak. Meskipun begitu, Pusat Kajian Masyarakat Anti Korupsi dan HAM (Puskamsikham) Fakultas Hukum Unila menegaskan mahasiswa tersebut tak bisa dikenakan tindak pidana jika ditin-

jau dari sisi hukum.

“Secara hukum pun, tindak pidana hanya dapat dikenakan kepada pelaku langsung tindak pidana, khususnya suap menyuap. Tidak bisa kemudian (disalahkan) kepada orang lain. Tindak pidana itu tidak bisa disalahkan kepada orang yang tidak ada kaitannya,” tegas Rinaldy Amrullah, Ketua Puskamsikham Fakultas Hukum Unila.

Rektor Universitas Lampung periode 1998-2006, Prof. Muhajir Utomo mengaku kecewa dan sangat menyayangkan tindakan Prof. Karomani dan kroni. Kampus merupakan benteng terakhir nilainilai integritas yang harus selalu dijaga.

“Nilai-nilai integritas itu harus selalu ada. Kampus itu sebagai benteng terakhir nilai-nilai integritas, nilai-nilai demokrasi dan value-value yang lain. Kalau benteng terakhir dari nilai-nilai integritas itu jebol, ya bagaimana? Calon pemimpin bangsa ke depan (termasuk mahasiswa),” tuturnya.

Lebih lanjut, ia menekankan pimpinan harus memberikan contoh yang baik. Terhitung 57 tahun Unila membangun nilai-nilai integritas di dalam kampus, dirinya menuturkan harapan kepada Pelaksana Tugas Rektor Unila Sofwan Effendi agar membenahi puing-puing yang berserakan dan membangun kembali nilai integritas di Kampus Unila.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), Puan Maharani menyoroti kasus ini sebagai hal yang mencederai muruah pendidikan.

“Jangan terulang lagi. Rektor itu harus menjadi panutan tenaga pendidik yang ada di Indonesia, bukan hanya di Lampung,” ungkapnya.

Ia mengimbau agar seleksi penerimaan mahasiswa baru dilaksanakan secara baik dan benar. Sehingga kualitas dari suatu universitas tetap terjaga.

Menteri Nadiem Utus Plt. Rektor Unila

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim menunjuk Sofwan Effendi sebagai Pelaksana Tugas Rektor Unila (Plt. Rektor) sampai dengan ditetapkannya putusan yang berkekuatan hukum terhadap Prof. Karomani. Terhitung 22 Agustus 2022, Direktur Sumber Daya, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi itu resmi bertugas menjadi Plt. Rektor Unila.

15 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
Agustina
Ilustrasi:Silvi

Dugaan Dana mengalir ke LNC dan Muktamar

Prof. Asep Sukohar, Wakil Rektor II Bidang Umum dan Keuangan Unila menjadi saksi di sidang pembuktian atas perkara suap yang dilakukan Andi Desfiandi di Pengadilan Negeri Tanjung Karang(16/11). Ia membeberkan dugaan aliran uang suap penerimaan mahasiswa baru Unila tahun 2022 digunakan untuk pembangunan Lampung Nahdliyin Center (LNC) dan Muktamar Nahdlatul Ulama (NU).

Dalam kesaksiannya, Prof. Asep mengatakan ada tiga pihak yang menghubungi dan meminta bantuannya agar dapat meloloskan tiga calon mahasiswa. Ketiga pihak itu kemudian memberikan uang secara terpisah dengan masing-masing nominal sejumlah 100 juta, 250 juta, dan 300 juta.

Uang senilai 650 juta rupiah itu diserahkan Prof. Asep kepada Prof. Karomani melalui Kepala Biro Perencanaan dan Hubungan Masyarakat (BPHM) Unila, Budi Sutomo.

“Uang itu saya serahkan ke Budi Sutomo, uang itu digunakan untuk apa saya tidak tahu. Tapi setahu saya, LNC dibangun dari uang penerimaan mahasiswa baru,” ungkapnya.

Bukan hanya LNC, ia juga menuturkan uang sebesar 100 juta rupiah dari aliran dana suap digunakan untuk mengganti dana penyelenggaraan Muktamar NU tahun lalu yang diselenggarakan di Unila.

“Rp100 juta untuk keperluan Muktamar Nu,” tuturnya.

Selain itu, Utut Adianto anggota DPR RI fraksi PDIP dan Tamanuri dari fraksi Nasdem disebut turut menjadi menitipkan nama.

“Pak Utut mengutus staffnya menemui saya,” tuturnya.

Prof. Karomani sempat mengklaim semua mahasiswa titipan memiliki skor di atas 500 yakni telah melampaui passing grade. Namun, Jaksa membeberkan data salah satu mahasiswa yang memiliki skor di bawah 500 untuk mencecar Prof. Karomani. Ia pun akhirnya mengakui tak pernah memeriksa hasil tes sejumlah mahasiswa tersebut.

“Nggak mungkin mau cek satu-satu, waktunya terbatas,” terangnya.

Pelaksana Tugas (Plt) Rektor Unila, Sofwan Effendy berkomitmen memulihkan nama baik kampus dengan memberikan ruang lebih besar bagi civitas academica untuk mengutarakan aspirasi.

“Memulihkan citra kampus dengan membangun integritas para pejabat kampus, dosen, dan juga dari mahasiswa. Kita berusaha menyerap aspirasi mereka, yang kemudian nanti akan dituangkan pada aturan yang menjadi dasar-dasar pengelolaan. Contohnya statuta, statuta Unila itu saat ini sedang kita revisi,” terangnya.

Dirinya juga mengatakan tengah memprioritaskan pemilihan rektor baru Unila. Upaya ini dilakukan untuk menyegerakan kalimat ‘Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat’.

“Dengan rektor baru pilihan para senat dan juga kementerian, sehingga kita bisa lebih bagus dan lebih cepat larinya,” kata Sofwan.

robi. Nantinya senat akan menetapkan tiga dari delapan orang itu yang pantas dipilih menjadi calon rektor Unila.

Mekanisme pemilihan rektor yang akan digunakan berlandas pada Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Pemimpin Perguruan Tinggi Negeri. Pasal 9 ayat 3 Permenristekdikti tersebut menyebutkan Menteri memiliki 35 persen suara dari total pemilih yang hadir, sedangkan Senat memiliki hak suara 65 persen.

Rektor Universitas Lampung Periode 1998-2006, Prof. Muhajir Utomo tak sepakat dengan persentase suara menteri dalam Pilrek. Hal ini dinilai dapat mengencerkan nilai demokrasi di kampus.

“Kalau faktor 35 persen ada seperti ini, maka rektor yang terpilih itu belum tentu yang terbaik di kampus itu. Begitupun dalam pemilihan dekan, 35 persen itu (mungkin) dikasihkan sama yang paling dicinta,” ungkapnya.

Dosen Ilmu Pemerintahan Unila, Syarief Makhya turut mengkritisi porsi suara menteri dalam Pilrek. Kebijakan tersebut dinilai mempengaruhi iklim demokrasi kampus. Kekuasaan rektor akan menjadi sangat kuat karena berlindung di balik kekuasaan menteri.

Prof. Karomani menghadiri sidang lanjutan kasus suap dan gratifikasi penerimaan mahasiswa baru Unila tahun 2022 di Pengadilan Negeri Tanjung Karang (30/11). Ia hadir sebagai saksi terhadap terdakwa Andi Desfiandi.

Dalam sidang itu, Jaksa Penuntut Umum (JPU) menyebutkan 23 nama-nama mahasiswa berikut penitipnya. Daftar itu diperoleh dari bukti catatan tulisan tangan Prof. Karomani. Sejumlah nama penting seperti Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan dan anggota DPR RI ikut terseret.

Prof. Karomani menyebut tak semua nama dalam daftar itu ikut memberi dana sumbangan untuk LNC. Meskipun begitu, ia mengaku praktik kotor ini sudah dilakukan sejak tahun 2020.

“Pak Zulkifli Hasan tak pernah bertemu saya, (tapi) ada semacam screenshoot (permintaan menitip mahasiswa dari Zulkifli Hasan) dari saudara Ary,” ungkapnya.

Pemilihan Rektor Periode 2024-2027

Senat Universitas Lampung (Unila) tengah sibuk mempersiapkan Pemilihan Rektor (Pilrek) periode 2023-2027. Puncak agenda pemilihan calon rektor rencananya akan dilakukan melalui rapat senat tertutup bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) di akhir Desember tahun ini. Berbeda dari Pilrek yang telah Unila gelar sebelumnya, pemilihan pejabat yang akan menggantikan Prof. Karomani ini memiliki maksud khusus, yakni untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap integritas Unila.

Sebanyak delapan orang telah mendaftarkan diri sebagai bakal calon rektor yang akan maju dalam pemilihan. Delapan orang itu adalah Prof. Asep Sukohar, Prof. Suharso, Prof. Hamzah, Dr. Ayi Ahadiat, Prof. Lusmeilia Afriani, Dr. Marselina, Prof. Murhadi, dan Dr. Nai-

“Dengan kekuatan 35 persen suara itu akhirnya rektor lebih banyak di bawah kekuatan menteri. Konsekuensinya di aspek kebijakan, keuangan, itu dimonopoli kekuatan rektor, dan akibatnya potensi penyalahgunaan wewenang itu menjadi terbuka,” ujarnya.

Menanggapi hal ini, Ketua Senat Unila Prof. La Zakaria menuturkan pemilihan rektor sesuai dengan mekanisme di dalam peraturan yang ada dan masih berlaku sampai saat ini.

“Walaupun itu dikatai mencederai demokrasi kampus, karena itu masih berlaku dan merupakan sebuah aturan, maka kita harus patuh pada aturan,” tuturnya.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemdikbudristek (Dirjen Dikti), Prof. Nizam mengatakan perguruan tinggi negeri berada di bawah naungan pemerintah, sehingga kementerian berkewajiban memastikan rektor yang terpilih harus berkapabilitas.

“Suara 35 persen lebih untuk menjaga agar rektor yang terpilih betul-betul menjalankan program dari pemerintah,” pungkasnya=

18 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
Pejabat Turut Terseret Kasus Korupsi PMB Unila
19
Ilustrasi:Syendi Arjuna

ADA APA DENGAN JABATAN REKTOR UNILA?

Pemilihan rektor (Pilrek) Unila sudah memperoleh kepastian dan akan segera digelar Januari tahun depan. Ada delapan orang dosen yang akan mencalonkan diri yaitu Prof. Hamzah, Dr. Marselina, Prof. Murhadi, Dr. Nairobi, Prof. Suharso, Prof. Lusi, Prof. Asep Sukohar dan Dr. Ayi Achdiat. Suasana jelang pilrek, di kalangan civitas academica Unila tiap hari memperbicangkan sosok rektor yang bakal terpilih; tukar pikiran, diskusi kecil, pertemuan –pertemuan informal di kalangan dosen, penyampaian kriteria jabatan rektor melalui group WA, sampai polling calon rektor sudah dilakukan.

Pilrek Unila sekarang adalah pilrek dipercepat karena rektor Unila periode 2019-2023 kena Operasi Tangkap Tangan (OTT) korupsi penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri, dan secara aturan diberhentikan sementara. Atas peristiwa yang memalukan itu, ada dorongan dan semangat baik dari kementerian dan civitas academica Unila untuk mencari sosok rektor baru yang memiliki integritas tinggi dan memiliki kapasitas manajerial, kapasitas intelektual yang bisa mengembalikan citra Unila dan memposisiskan Unila bebas dari praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Persoalannya adalah dari kedelapan calon rektor Unila itu, bagaimana proses pilrek bisa betul-betul murni dipilih oleh senat akademik Unila secara otonom, tidak

transaksional, dan tidak diintervensi oleh kekuatan pengaruh kekuasaan? Untuk memilih atas dasar tersebut saat ini memang tidak mudah, karena sudah tergiring dalam sistem pemilihan berbasis dominasi. Saat ini, persaingan merebut jabatan rektor tidak terhindarkan. Para calon rektor dan pendukungnya masing-masing sibuk membentuk kelompok untuk membangun dominasi, segala daya dan upaya dilakukan untuk merebut jabatan rektor. Mereka yang berada di level kekuasaan tertinggi sebisa mungkin meredam segala hal yang berpotensi mengancam posisi pendukungnya. Dengan kondisi seperti ini, bukan tidak mungkin anggota senat akan menjadi subjek yang hipokrit dan saling menghantam satu sama lain demi memberikan dukungan terhadap calon rektor yang akan memberi keuntungan bagi si anggota senat atau relasi kuasanya.

Singkat kata, citra perguruan tinggi sebagai ruang publik tempat berkumpulnya akademisi untuk bernalar dan menguji serta mengembangkan ilmu pengetahuan juga berubah menjadi ruang untuk saling bersaing memperebutkan jabatan struktural tertinggi di perguruan tinggi.

Tingginya bursa bakal calon rektor Unila menjadi bukti kuat bahwa jabatan rektor masih tetap memancarkan daya pesona. Ada apa sebenarnya dengan jabatan rektor?

Dibalik Jabatan?

Jabatan rektor sekarang tak ubahnya sama dengan jabatan struktural yang lain, khususnya yang setara dengan jabatan eselon 1. Fasilitas yang melekat dalam jabatan rektor untuk kebutuhan pribadi, penghormatan, kedudukan jabatan dan status sosial lebih dari cukup bahkan bisa dikatakan berlebih.

Rumah jabatan, fasilitas kendaraan, gaji dan tunjangan jabatan, pengamanan, protokoler, disediakan secara berlebihan (lebih dari cukup). Jadi, sebenarnya dengan standar fasilitas dan tunjangan yang diterima, tidak perlu korupsi atau menyalahgunakan kewenangannya untuk menambah penghasilan lain.

Namun, karena ada kepentingan lain, di balik fasilitas yang diterima, maka ada celah dan terjebak untuk menyalahgunakan kewenangan. Ternyata, di balik fasilitas dan tunjangan rektor, ada potensi lain yang bisa menghasilkan uang dan relasi yang menguntungkan bagi jabatan rektor, antara lain melalui penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri, fee proyek dari pembangunan infrastruktur yang nilainya puluhan bisa mencapai ratusan juta, dan dari pemasukan-pemasukan dana lain, yang tidak bisa dikontrol.

Jadi, konteks pilrek yang pemenangnya tergantung pada relasi kekuasaan dan tidak terkontrol mengakibatkan terjadinya hipokritasi anggota senat dalam menilai sosok

20 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
OPINI
Oleh: Syarief Makhya Akademisi FISIP Universitas Lampung

condong melihat potensi dan peluang terpilihnya calon rektor dengan menggantungkan siapa calon yang memiliki akses untuk merebut suara menteri 35% atau riilnya 53 %. bukan pada masalah integritas atau kapasitas

yang jernih, objektif, dan jujur dalam memilih figur rektornya akan tersisih dan dikalahkan oleh anggota senat yang pro-kekuasaan. Imbasnya ketika kemenangan diraih karena faktor relasi kekuasaan, secara sistematik akan terjadi distribusi kekuasaan di

lingkaran jabatan lain, mulai dari wakil rektor, dekan, wakil dekan sampai pada jabatan lain yang strategis seperti Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) dan Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M). Singkat kata mereka yang tidak mendukung akan tersisih secara sistematik, kendati dia memiliki integritas dan kapasitas.

Godaan kuasa dapat membutakan anggota senat dalam pilrek yang semata karena motif yang pragmatis; di dalam kekuasaan terdapat kekuatan yang begitu menggoda, tetapi sekaligus berbahaya; OTT Rektor Unila menjadi bukti menduduki jabatan rektor berarti menjejakkan satu kaki ke penjara dan mencoreng segudang prestasi yang selama ini diraih dengan susah payah oleh rektor-rektor sebelumnya. Tidak ada pilihan lain untuk mengatasi persoalan sistem yang korup, maka harus terbangun kultur untuk mengoreksi kesalahan pimpinan jangan larut menikmati dan melegitimasi pimpinan yang korup. Artinya, kendati rektor Unila yang terpilih itu didukung oleh sejumlah anggota senat, tanggung jawab untuk menjaga moral rektor terpilih harus tetap menjadi tanggung jawab senat.

Anggota senat harus berani mengucapkan ketidaksetujuan, menarik dukungan, melakukan protes keras bahkan sampai mengundurkan diri dari anggota senat kalau rektor terpilih itu terindikasi KKN. Cara ini lah yang cukup efektif untuk menaklukan sistem yang korup di perguruan tinggi.

Kita berharap agar pilrek Unila yang prosesnya sudah mulai dilaksanakan, para anggota senat bisa mandiri dalam menggunakan haknya, cermat dan cerdas dalam memilih rektor, berani menaklukan sistem yang korup, bekerja dengan ikhlas untuk kepentingan lembaga, memiliki visi untuk menjadikan Unila sebagai perguruan tinggi yang berkelas dan terhormat.

21 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
Ilustrasi:Ihwana Haulan

Relasi Kuasa Instansi Pendidikan

Instansi Pendidikan Indonesia digegerkan dengan adanya kasus korupsi yang melibatkan Rektor Universitas Lampung (Unila) dan beberapa jajarannya pada pertengahan Agustus 2022 lalu. Dalam kasus tersebut, Prof. Karomani (Rektor Unila) dan kroni ditenggarai telah menerima suap dari hasil penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri Fakultas Kedokteran. Tak tanggung-tanggung, KPK menyita miliaran rupiah sebagai barang bukti atas kasus tersebut. Dalam perkembangannya, proses penyidikan dari kasus ini masih terus bergulir. Adapun nama-nama yang ikut terseret diantaranya Wakil Rektor I Universitas Lampung-Heryandi, Ketua Senat-Muhammad Basri, Mantan Rektor sekaligus pemilik IBI Darmajaya-Andi Desfiandi yang diduga kuat menjadi salah satu penyuap dalam kasus ini.

Praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dalam lingkup institusi pendidikan semacam ini tidak sepatutnya terjadi. Adanya praktik korupsi di lingkungan kampus sama saja dengan mencederai harkat dan martabat insitusi perguruan tinggi yang selama ini digadang-gadang sebagai kawah canderadimuka bagi kaum-kaum berintegritas dan berkarakter. Tapi nyatanya tidak bisa juga terlepas dari praktik-praktik kotor. Sedemikian kuatnya pengaruh dari relasi kuasa sampai-sampai orang yang mempunyai gelar kehormatan Profesor pun dibuat terlena Jika tidak ingin kasus yang sama merambat dan terus terulang maka akar permasalahan dan asal muasalnya perlu dicari tahu dan dibenahi. Beberapa akademisi senior Unila sempat menyoroti kasus korupsi yang menimpa Rektor Unila ini. Mereka mengharapkan Kemenristek Dikti agar dapat mengevaluasi dan meninjau terkait Peraturan Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 tentang pengangkatan dan pemberhentian pimpinan perguruan tinggi negeri pasal

9 ayat 3 (a) terkait dengan proporsi menteri yang memiliki 35 persen hak suara dari total pemilih, sementara 65 persen sisanya adalah hak suara senat universitas. Aturan ini memang masih menjadi polemik yang banyak diperbincangkan karena dianggap rawan untuk menjadi celah terjadinya praktik nepotisme. 35 persen hak suara yang dimiliki oleh kementerian dalam pemilihan rektor laksana membeli kucing dalam karung. Karena sudah barang tentu yang mengetahui kualitas, track record, dan integritas calon rektor adalah warga kampus, kementrian belum tentu bisa mengetahui sejauh itu mengenai orang-orang yang akan mengisi pimpinan kampus. Peluang ini tentu bisa saja dimanfaatkan oleh para calon untuk melakukan safari politik, mencari relasi, dan menjalin kedekatan untuk memuluskan niat. Jika misinya berhasil sudah barang tentu orang yang mendukung dan telibat akan mendulang emasnya, bisa berupa jabatan strategis, uang, kekayaan dan lain sebagainya. Praktik ini mungkin saja akan terus terulang sampai tiba waktunya ambang kehancuran akibat keserakahan.

Ada banyak faktor penyebab mengapa kejahatan semacam ini menjadi begitu mengakar dan sangat sulit dibendung, bahkan disemua lini kehidupan masyarakat praktik ini sangat lumrah ditemukan. Kejahatan bisa terjadi karena ada kesempatan, selain karena faktor internal yang berasal dari individu dan lingkungan yang tidak baik, bisa jadi ada faktor pendukung lain yang membuat hasrat untuk melakukan KKN menjadi lebih terbuka lebar.

Dalam hal kasus korupsi yang melibatkan rektor perguruan tinggi, pengaruh relasi kuasa jelas sangat berperan dalam kasus ini. Hal ini bisa terlihat dari bentuk skema penerimaan mahasiswa yang mereka jalankan. Prof. Karomani, Prof. Heryandi, dan Muhammad Basri

dapat dengan mudah memutuskan mahasiswa yang diterima di Unila.

Dikutip dari portal berita Merdeka. com, Prof. Karomani diduga terlibat aktif dalam menentukan kelulusan calon mahasiswa. Dirinya memerintahkan Wakil Rektor 1, Kepala biro perencanaan dan Humas, Ketua Senat menyeleksi secara personal calon mahasiswa yang ingin masuk, dengan membayar sejumlah uang. Sudah jelas bahwa ini adalah bentuk penyalahgunaan kekuasaan, karena pada dasarnya yang berhak menentukan diterima atau tidaknya calon mahasiswa adalah panitia pelaksana yang diputuskan berdasarkan serangkaian alur penerimaan yang sah dan legal.

Segala sesuatu yang didapatkan dengan cara yang buruk, sudah barang tentu hasilnya tidak akan baik. Jika tidak diubah, bukan tidak mungkin ini akan menjadi sebuah budaya buruk dan hina. Cukup politik, ekonomi, dan pemerintahan saja praktik kotor ini terjadi, masalah pendidikan jangan sampai ikut-ikutan karena ini menyangkut soal generasi penerus bangsa yang menjadi tempat bertumpu harapan besar bagi keberlangsungan negara.

Bentuk penyalahgunaan relasi kuasa dalam praktiknya selalu melahirkan apa yang disebut dengan politik balas budi yang berujung pada tindak pidana korupsi. Catatan KPK pada tahun 2021 menunjukkan sekitar 86 persen pelaku tindak pidana korupsi adalah lulusan perguruan tinggi. Ironis sekali, meskipun ini aib yang memalukan, perguruan tinggi tidak perlu membantah. Sebaliknya, catatan itu patut dijadikan bahan evaluasi untuk sama-sama berbenah diri mengenai apa-apa saja yang perlu diperbaiki. Merefleksikan diri agar ke depan dapat mengembangkan pendidikan yang baik supaya setiap alumnus yang diluluskannya adalah orang-orang yang berintegritas tinggi.

22 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221

Rayza Al Fattah Marpaung

(Teknik Pertanian’21)

Unila kekurangan lahan parkir untuk mahasiswa baru, sehingga para Maba harus parkir jauh dari tempatnya. Para maba harus me-manage waktu mereka untuk berjalan dari parkiran ke kelas dengan jarak yang lumayan jauh.

Bunga Salsabila (Hukum’21)

Fasilitasnya masih cukup oke. Lahan parkir nya cukup, tetapi jaraknya terhitung jauh bagi beberapa jurusan.

Danira Maesa Ayu (Pendidikan Bahasa Inggris’22)

Fasilitasnya uda cukup bagus lah ya. Tetapi kalau di FKIP gedungnya masih kurang, kadang online kadang offline.

Bagus Mahesha Putra

(Biologi’22)

Kalau untuk praktikum itu terkadang alat-alatnya kurang memadai. Kemudian untuk kelas terkadang rebutan dengan kelas lain, jadi sedikit mengganggu dalam pembelajaran sehingga kita waktunya terpotong untuk mencari kelas yang lain. Mungkin bisa dibenahi dari permasalahan yang saya alami tadi, terus untuk alat-alat laboratorium bisa ditambah lagi jadi untuk praktikum itu kita lebih nyaman

Titis

Kusumaninghayu

(Teknologi Hasil Pertanian’22)

Fasilitas sebenarnya sudah cukup, mungkin lebih dibagusin lagi seperti fasilitas proyektor di Teknologi Hasil Pertanian itu ada beberapa proyektornya kurang jelas, mungkin bisa diperbaiki. Untuk fasilitas kursi, selama ini ada beberapa kursi yang kurang layak dipakai, jadi saat duduk ada yang terjatuh, ada yang tiba-tiba rusak.

23 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
SUARA MAHASIWA NGEKHIBAS Memberi uang demi memuluskan niat jahat disebut Infak, kalau memakai uang haram untuk membangun gedung disebut apa ya? Akhir semester telah tiba, ruang kelas masih kurang aja. Tetap nyalon rektor meski terseret kasus, emang cuma di Unila.
Infografis
Infografis sejarah

Dua Tahun Hiruk-Pikuk Hilang, Kini Kembali Datang

Dua tahun hiruk pikuk keseruan Lampung Fair hilang. Semarak acara itu hadir kembali di PKOR Way Halim, Bandar Lampung(31/10). Diisi beraneka ragam wahana permainan, musik, kuliner, sampai karakter tokoh hantu, pagelaran ini berhasil menarik antusiasme masyarakat.

Lampung Fair menjadi alternatif hiburan bagi masyarakat Bandarlampung untuk melepas penat. Keceriaan terpampang dalam foto-foto yang Teknokra suguhkan.

Oleh: Sepbrina Larasati

27 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
Ilustrasi:M. Rifqi
Mundayin KYAY JAMO ADIEN

SISA DANA OPERASIONAL SEBELUMNYA

PENDAPATAN BERASAL DARI UNIVERSITAS LAMPUNG

Rp 48.033.945,-

Penerimaan Dana Penerbitan

Rp 16.000.000,Penerimaan dana bantuan operasional (penerbitan) Rp 3.700.000,Penerimaan dana kemahasiswaan Rp 8.735.000,-

Penerimaan Dana Lomba/pendelegasian Rp 6.000.000,-

PENDAPATAN BERASAL DARI UKPM TEKNOKRA

Pemasukan Iklan

Rp 685.000,Diversifikasi Usaha Tek-Store Rp 1.472.000,Pemasukan Kegiatan Rp 2.750.000,Dana Hibah dan Hadiah Rp 1.150.000,Kerjasama dengan Organisasi Eksternal Rp 5.820.000,Adsense Teknokra.id Rp 487.355

JUMLAH PENERIMAAN DAN PENDAPATAN

BIAYA-BIAYA QTY JUMLAH

Bidang redaksi dan bidang usaha

Biaya cetak Tabloid

Tabloid Edisi 164 “Grasah grusuh Naik Kelas”

12 hal 1000 eksemplar

Rp46.799.355,-

Rp10.350.000,(termasuk PPN 11%, PPh 2%)

12 hal 580 eksemplar Rp5.220.000.(termasuk PPN 11%, PPh 2%) Biaya Teknokra Daring Rp1.099.000,Biaya Kebutuhan Redaksi Rp 855.000,Honor Kru Teknokra 2 Majalah 1 tabloid Rp 517 .000,Perpanjang domain teknokra.id Rp236.500

Tabloid Edisi 165 “Simalakama Perkuliahan Era Baru”

JUMLAH BIAYA OPERASIONAL REDAKSI DAN USAHA

Divisi Puslitbang

Rp18.277.500,-

Rp2.771.900,Biaya Family Gathering Rp200.000,-

Biaya Pelantikan Magang

Biaya Majalah Tempo

- 3 bulan (Desfeb) - Langganan baru 12 bulan (maretfeb)

Rp2.571.000,-

Biaya IHT Rp189.500,Biaya open Recruitment 72 Rp 830.000,Sosialisasi UKM Rp 150.000,Divisi Kesekretariatan

Peralatan Redaksi dan Perawatan Peralatan Redaksi

Rp5.342.899,Kebutuhan Rumah Tangga (Sekretariat) Rp3.627.389,-

ID Card Rp250.000,Keorganisasian

Delegasi Kegiatan Kru Teknokra

Rp44.015.488,-

Rp5.483.000,Biaya Kegiatan Internal UKPM Teknokra Rp15.111.800,Lokakarya Rp7.488.000,JUMLAH BIAYA DIVISI PUSLITBANG, KESEKRETARIATAN DAN ORGANISASI

TOTAL BIAYA-BIAYA

Rp62.292.988,-

PENURUNAN ASET BERSIH Rp 15.493.633,-

UKPM TEKNOKRA UNIVERSITAS LAMPUNG PERIODE 2022

Korupsi Rusak Kredibilitas Penyelenggara Pendidikan

Terjaringnya petinggi kampus Universitas Lampung (Unila) dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menambah catatan kasus korupsi di lingkup Pendidikan. Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat sedikitnya 37 kasus korupsi terjadi di sektor pendidikan dalam satu dekade terakhir. ICW merupakan lembaga yang digawangi beberapa aktivis Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YL-

Bagaimana catatan ICW tentang korupsi di sektor pendidikan?

Setiap tahun atau setidaknya beberapa kuartal sekali, ataupun beberapa tahun sekali gitu, kami mengeluarkan tren penindakan kasus korupsi. Terakhir kemarin kami mengeluarkan di tahun 2021 tren penindakan kasus korupsi di sektor pendidikan. Karena saat itu belum ada isu ini (Penerimaan Mahasiswa Baru Unila), tentang kampus. Jadi kami fokus di korupsi yang saat itu sedang marak-maraknya di lingkup pendidikan, yaitu dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Tapi memang tidak dikesampingkan juga, korupsi-korupsi yang terjadi di perguruan tinggi. Untuk kasus tindak pidana di perguruan tinggi memang belum di update secara keseluruhan. Kami memantau sepanjang sepuluh tahun terakhir, sampai 2016, sedikitnya itu ada 37 kasus. Memang bisa dibilang kecil, karena bisa aja tindak pidananya kemudian diselesaikan secara internal oleh pengawas internal misalnya. Nah, kasus yang kami pantau ini adalah kasus yang ditangani aparat penegak hukum kemudian dipublikasikan di media. 37 kasus ini melibatkan 65 orang, ini dari berbagai bagian di kampus. Jadi ada sekitar 32 orang dari pegawai dan pejabat struktural di tingkatan fakultas maupun universitas, terus 13 orang rektor atau wakil rektor, kemudian dosen

BHI). Lahir di era reformasi 98, ICW hingga kini aktif menyorot isu korupsi. Semangat memberantas korupsi ini tetap kokoh, lantaran ICW meyakini korupsi telah memiskinkan dan menggerogoti keadilan. Berkoalisi dengan para pendidik, seniman, pemuka agama, aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), lingkungan dan perempuan. ICW terus mengkampanyekan dan mendorong tata kelola pemerintahan yang demokratis, bebas

ada 5 orang, pejabat pemerintah daerah 2 orang dan 10 orang lainnya adalah swasta.

Jadi memang mungkin terlihat sedikit ya, dalam sepuluh tahun hanya 37 kasus dan kerugian negara yang ditimbulkan mencapai 218 Miliar. Tapi kita nggak bisa bilang sedikit atau banyak, karena terjadinya di institusi pendidikan. Jadi itu yang buat miris si. Mau dikit, mau banyak, terjadinya di tempat pendidikan, adalah tempat mengenyam pendidikan, awal masyarakat Indonesia mendapatkan pendidikan, yang seharusnya menjadi tempat membangun integritas dan menjadi contoh ke depan gitu ya.

Adakah kasus di sektor pendidikan dengan motif yang mirip dengan kasus korupsi di Unila?

Jadi untuk modus suap sendiri, sejauh ini kami baru menemukan di Unila ya. Kalau di universitas-universitas lain kebanyakan itu ada beberapa modus, ada 12 pola sebenernya yang kami klasifikasikan, tentang pola korupsi atau modus korupsi.

Tetapi, khusus yang menjerat rektor atau wakil rektor, waktu itu ada dan sudah ditetapkan sebagai tersangka tapi sampai saat ini tidak ada tindak lanjutnya. Itu Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Jadi dia sudah di tersangkakan sejak 2016 untuk 2 ka-

korupsi, berkeadilan ekonomi, sosial, dan gender.

Salah satu reporter Teknokra berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan Dewi Anggraeni, Badan Pekerja ICW dari Divisi Pelayanan Publik dan Reformasi Birokrasi. Lebih dari setengah jam, Dewi mengutarakan pandangannya soal korupsi di sektor pendidikan.

sus pengadaan barang dan jasa di kampus, tapi memang sampai sekarang belum lanjut.

Harusnya ketrigger juga ya dari kasus OTT Unila, ketika ternyata rektor punya peran yang besar. Tidak hanya panitia penerimaan mahasiswa baru, kemudian dekan, tetapi rektor juga punya peran di sini. Sejauh ini untuk khusus kasus suap gitu, baru di Unila. Kalau di kampus-kampus lain memang kebanyakan pengadaan barang dan jasa, kemudian anggaran-anggaran atau beasiswa, terus SPP mahasiswa yang lebih sering di salah gunakan. Mungkin karena lebih mudah mungkin ya, jadi termasuk jual beli nilai di antara dosen misalnya atau akreditasi kampus.

Tapi memang lumayan surprise sampai penerimaan mahasiswa baru rektornya sendiri yang langsung turun tangan. Mungkin kalau di kampus lain atau universitas lain bisa aja ada yang terlibat rektor atau wakil rektornya, tapi bisa dibilang tidak kasar gitu, seperti di Unila. Mungkin pakai perantara lain yang rektor atau wakil rektornya juga menerima. Jadi nggak menutup kemungkinan ada kasus lain seperti Unila, tapi belum sampai ke penegak hukum, atau mungkin diselesaikan secara internal.

Bagaimana timbulnya peluang untuk melakukan korupsi di perguruan tinggi?

30 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
WANSUS

Korupsi ini sebenarnya, jenjang pendidikan atau tingkat pendidikan dari PAUD bahkan ya SD, SMP, SMA gitu ya. Pemda baik Pemkot maupun Pemprov itu punya andil itu ya, baik terkait anggaran dan pengawasan. Memang berbeda dengan perguruan tinggi gitu, jadi kalau kita lihat dari aturan sebelumnya aturan PP No. 66 tahun 2010 itu tentang perubahan PP No.17 tahun 2010, tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan.

Bisa disebut memang perguruan tinggi itu, PTN khususnya ya, punya otonomi yang luas, otonomi yang besar. Sebenarnya, kalau dilihat dari sisi akademik itu bagus. Tapi tetap ada ibarat perumpamaannya gitu ya, buah simalakama kalau konteks akademi-

knya relatif lebih baik dengan adanya otonomi, tapi tidak dengan non akademiknya. Non akademik ini khususnya seperti pengeolaan keuangan, karena pengelolaan uangnya di kampus itu nggak dibarengi dengan transparansi dan akuntabilitas.

Jadi kami pernah melakukan permintaan informasi ke Universitas Indonesia (UI), tapi permintaan kami terkait informasi anggaran tidak diterima. Kemudian kami sengketa ke komisi informasi pusat dan kami dimenangkan, masyarakat sipil itu dimenangkan. Dengan alasan anggaran yang dikelola oleh kampus seperti APBN atau APBD gitu ya, ada anggaran anggaran publik. Jadi pengelolaan keuangan seharusnya menjadi informasi publik.

Tetapi tidak serta merta kampus melaksanakan, jadi sampai sekarang datanya nggak dikasih sama UI. Nah, hal-hal seperti itu yang bisa dibilang jadi peluang tumbuhnya Tipikor di perguruan tinggi, karena ketertutupan, kemudian akses terbatas dari luar, jadi semua benar-benar dikeola di dalem aja.

Instansi apa saja yang harus ikut bertanggung jawab dalam konteks korupsi di lingkup perguruan tinggi?

Jadi salah satunya yang punya andil itu Kemendikbudristek untuk melakukan pengawasan dan mereview aturan. Jadi ketika korupsi terjadi di suatu tempat, level paling atas juga harus dicolek, mereka harus punya andil buat menyelesaikan masalah ini . Tidak hanya jika itu terjadi di kampus lingkupnya, kemudian hanya dikaitkan dengan pengawasan di Pemda atau di Dikti gitu ya sekarang, ya Kemendikbud punya per-

an besar di situ.

Sejauh ini kan kita lihat Kemendikbud di era Mas Menteri ini emang kebanyakan mengeluarkan kurikulum, kampus merdeka dan lain sebagainya. Jadi yang disebut inovasi-inovasi baru tetapi kemudian tidak melihat yang sudah ada sekarang di kampus. Seperti hal-hal yang bisa menjadi celah terjadinya korupsi itu di bagian mana sih, gitu. Jadi kasus di Unila ini seharusnya jadi trigger juga ya. Sistem pengawasan mereka gimana? Sistem evaluasi mereka gimana? Terkait sinkronisasi aturan dan implementasi di lapangan juga seperti apa sih, dan yang penting adalah mendengarkan suara masyarakat.

Jadi jangan hanya merasa level paling atas kemudian berada di Jakarta, di pusat pemerintahan dan merasa di bawah itu ada perpanjangan tangan, kemudian diserahkan ke mereka aja. Nggak bisa seperti itu, jadi kita harus menuntut tanggung jawab juga dari kementerian.

Kerugian imateriel seperti apa yang ditimbulkan oleh kasus korupsi di sektor pendidikan?

Kalau non materiel nya lebih ke kerusakan terhadap ke kredibilitas penyelenggara pendidikan ya. Contohnya Unila, terjadi korupsi di penerimaan mahasiswa barunya, kemudian melibatkan pucuk pimpinan gitu, pasti kan dampaknya akan panjang bertahun tahun. Kedepan ketika lulusan SMA mau kuliah, apakah Unila akan menjadi salah satu dari list atau daftar kampus tujuan siswa ini. Jadi kredibilitas ini benar-benar rusak setelah terjadinya korupsi.

Tidak hanya penerimaan mahasiswa baru, pasti akan merembet dilihat juga soal bagaimana sih beasiswa di sana? Jangan-jangan korupsi juga, kemudian aset-aset perguruan tinggi apakah dikorupsi? dan jual beli nilai. Hal-hal itu yang kini dipertanyakan calon mahasiswa. Kalau di tahun 2014 itu ada 300 mahasiswa yang melakukan jual beli nilai dengan dosennya di Universitas Gunadharma. Jadi pasti hal-hal itu akan merembet ke mana-mana. Dari kredibilitas kemudian informasi-informasi lain terkait anggaran, terkait transparansi akuntabilitas di kampus.

31 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
Ilustrasi:Syendi Arjuna

Integritas Sebagai Muruah Pendidikan

Berselang satu hari pasca ditetapkannya Rektor Universitas Lampung sebagai tersangka kasus Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) terkait Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) tahun 2022 (22/8), Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) menugaskan Mohammad Sofwan Effendi sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Rektor Unila. Dosen yang mengajar di Universitas Negeri Jakarta ini telah memulai karirnya dengan bekerja di Kemdikbudristek sejak 2006. Saat ini, dirinya menjabat sebagai Direktur Sumber Daya, Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi.

Sofwan membagikan cerita dan pengalamannya sebagai Plt Rektor, juga upaya yang akan dilakukan untuk memulihkan nama Unila. Menurutnya, menjaga integritas akademik adalah hal yang perlu untuk dilakukan karena merupakan muruah sebuah institusi pendidikan.

Salah satu reporter Teknokra berkesempatan untuk mewawancarai Sofwan di Ruang Kerja Rektor Lantai 2 Gedung Rektorat Universitas Lampung (6/10). Berikut petikan wawancaranya.

Sebagai salah satu insan yang berkecimpung di dunia Pendidikan, bagaimana anda memandang kasus Tipikor yang terjadi di kampus?

Pertama, institusi pendidikan itu adalah pendidikan yang menjunjung tinggi marwah integritas akademik. Artinya seluruh yang terlibat di pengelolaan institusi pendidikan baik itu pejabatnya, dosennya, mahasiswanya ya harus menjaga marwah itu. Marwahnya perguruan tinggi itu adalah menjaga integritas. Salah satu cirinya adalah kejujuran, dan korupsi itu adalah kebalikannya dari kejujuran, pasti harus di hindari oleh siapapun yang terlibat di dalam integritas akademik institusi pendidikan bahkan seluruh masyarakat Indonesia apalagi di bidang pendidikan tinggi itu tidak boleh terjadi lagi

Apa yang pertama kali terpikirkan oleh Anda saat ditunjuk sebagai Plt Rektor Unila?

Unila itu adalah institusi pendidikan yang sedang menuju World Class atau perbaikan disemua bidang, berarti yang terlintas dalam penugasan saya ada di surat perintah saya, di surat perintah mas menteri kepada saya sebagai Plt Rektor adalah bagaimana menyelamatkan dan memastikan agar pelaksanaan Tridharma di Unila ini lancar, sesuai target-target yang sudah ditentukan.

Unila menurut Anda?

Unila menurut saya, ini masih bisa lebih baik dari sekarang terbukti dari kekompakan para civitas academica yang ada di Unila baik itu pejabat maupun pegawai, lebih lebih dosen maupun mahasiswa.

Pekerjaan kampus apa yang paling ingin Anda tuntaskan selama anda berstatus menjadi Plt Rektor?

Pemilihan rektor yang definitif. Itu yang sangat menentukan menurut saya. Karena kehadiran saya sebagai pelaksana tugas itu terbatas kewenangannya. Seperti saya tidak boleh mengangkat atau memberhentikan, memindahkan pegawai yang berorientasi pada pengeluaran anggaran. Kalo nanti rektornya definitif, maka akan utuh lagi Unila. Dengan rektor baru pilihan para senat dan juga kementerian, sehingga kita bisa lebih bagus dan lebih cepat larinya. Itu yang sedang saya kerjakan, dan itu sudah turun arahan dari pak Dirjen untuk mempercepat hal itu.

Bagaimana upaya Anda untuk memulihkan citra kampus?

Memulihkan citra kampus itu kalau dari dalam pertama kita bisa menyajikan apa yang baik di Unila itu kita kedepan kan supaya masyarakat tau. Misalnya seperti kemarin saat dies natalis saya sebutkan, ini lho mahasiswa kita

yang berprestasi tidak hanya tingkat Unila tapi tingkat nasional. Mereka berhasil di beberapa kategori, baik di bidang akademik maupun non-akademik.

Yang kedua, di samping kita membangun kebersamaan, kita juga membangun integritas para pejabat kampus, dosen, dan juga dari mahasiswa kita berusaha menyerap aspirasi mereka, yang kemudian nanti akan dituangkan pada aturan yang menjadi dasar-dasar pengelolaan. Contohnya statuta, statuta Unila itu saat ini sedang kita revisi. Kemudian beberapa peraturan rektor terkait mahasiswa itu juga sedang kita revisi, supaya mahasiswa merasa punya refleksi untuk mengemukakan pendapat dan berkegiatan sejalan dengan kampus merdeka.

Bagaimana upaya Anda untuk memulihkan nilai integritas di kampus Unila?

Yang terpikir di saya adalah mungkin kita akan membangun kembali early warning system atau memberikan pendidikan antikorupsi misalnya bagi seluruh mahasiswa, terutama mahasiswa tingkat awal. Early warning itu penting, itu kita bangun Standar Operasional Prosedur (SOP), proses bisnis yang ada di Unila itu mengacu kepada kebenaran dan keadaan kepada peraturan. Jadi kalau ada yang salah di tengah itu, cepat ketahuan itu. Misalnya bagaimana kita mengatasi gratifikasi kecil-kecilan. Dan saya minta dibentuk

32 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
Oleh:Antuk Nugrahaning Pangeran

Pusat Pengendali Gratifikasi di Unila. Di samping edukasi terhadap apa itu gratifikasi, sifat koruptif dan tidak objektif. Semua itu dalam rangka membangun Marwah integritas pendidikan.

Apakah program kerja kampus yang sedang berjalan saat ini terganggu karena adanya insiden ini?

Pembangunan seperti rumah sakit tetap berjalan. Bahkan terdapat program Higher Education For Technology and Innovation (HETI), Unila menjadi tempat laboratorium-laboratorium. Sambil menunggu rumah sakitnya berjalan, dosen-dosen kita sekolahkan. Supaya saat rumah sakitnya sudah jadi, Sumber Daya Manusia (SDM) nya sudah siap. Pembangunan karakter kalau memang sudah dianggarkan, harus berjalan.

Bagaimana dengan target PTN-BH Unila?

Cara pandang saya, itu belum menjadi program utama saat ini. Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) itu disamping banyak positifnya, juga banyak nilai-nilai yang harus kita siapkan. Misalnya komposisi sumber anggaran. Sumber anggaran untuk PTN-BH itu nanti begitu kita menjadi PTN-BH, pemerintah stop memberi anggaran. Artinya, kalau kita nilai kerja samanya masih dibawah 20%, kalau menurut saya bukan dibatalkan dulu (menjadi PTNBH) tapi kita perkuat dulu nilai kerja samanya.

Jadi ketika PTN-BH itu nanti, tidak seolah-olah langsung mengambil dana dari mahasiswa. Mahasiswa kalau bisa jangan naik Uang Kuliah Tunggal (UKT) nya, tetapi sumber pendanaan lainnya berasal dari kerja sama atau dari hasil usaha. Kalau ditargetkan Desember, itu bukan target utama saya saat ini. Bisa juga mungkin mulai tahun depan, tapi kita juga lihat progres kerja samanya. Jadi kondusif dulu Unila, baru kemudian memikirkan berubah bentuk menjadi PTN-BH.

Selama di kampus ini, apakah Anda melihat celah-celah lain selain penerimaan mahasiswa baru yang berpotensi untuk menjadi peluang terjadinya kolusi, korupsi, dan nepotisme? Apa saja?

Saya secara fisik tidak atau belum, tetapi saya lebih mementingkan

mencegah. Ada peluang atau tidak ada peluang, pencegahan dapat dilakukan dengan early warning system tadi. Justru pencegahan itu sebelum ada peluang. Saya tidak mau melihat celah di sini, celah di sana, tapi melihat semua aktivitas yang menggunakan keuangan negara atau keuangan masyarakat itu semua ada celahnya. Oleh karena itu, kita bangun dari awal, supaya celah itu tidak terjadi. Yang kita bangun adalah peringatan awal, salah satunya adalah dengan menciptakan program bisnis yang akuntabel kemudian ditaati.

Menurut Anda, apa yang menjadi penyebab Tipikor terjadi di kampus khususnya Unila?

Kalau untuk itu saya tidak tahu, tidak paham saya. Tapi secara umum, saya tidak hanya melihat di kampus ini. Secara umum, pertama kurang pemahaman terhadap tindakan gratifikasi dan tindakan-tindakan koruptif lain. Halhal yang dianggap wajar, padahal itu salah. Karena kurang paham kemudian dilanggar atau tahu dan paham tetapi tetap dilanggar, berarti masalah integritas. Dan itu kembali kepada individu masing-masing.

Bagaimana nasib mahasiswa yang masuk melalui jalur tersebut?

Saya belum bisa bilang sekarang, karena itu nanti saya harus menunggu keputusan dari pengadilan. Tapi nanti kalau sudah ada keputusan, kita ikuti saja keputusan apakah dari KPK atau dari pengadilan, apakah tersangka diputuskan bersalah atau tidak itu di pengadilan, dan bagaimana nasib mahasiswa itu tadi termasuk itu juga menjadi butir keputusan itu. Selama belum ada keputusan, kita jalan saja, dan mereka tetap kuliah saja. Dan saya sendiri belum tahu siapa-siapa orangnya karena berkasnya kan disana. Jadi saya tidak tahu, si A si B tersebut, bentuknya seperti apapun saya tidak tahu

Permasalahan apa yang Anda lihat di Unila?

Di Unila itu sebenarnya potensinya cukup besar ya kalau menurut saya, makanya ditargetkan untuk menjadi PTN-BH. Permasalahan di dalam pasti ada. Tapi saya tidak melihat yang paling urgent. Kalau boleh saya sebut satu saja, saya ingin penerapan kebijakan kampus merdeka di kampus ini sejalan dengan kebijakan kampus. Misalnya

bagaimana mahasiswa diberikan kebebasan berekspresi yang terkendali. Kemudian di dalam, komunikasi antar civitas academica itu berjalan baik. Bukan berarti sekarang tidak baik, tetapi ada yang harus dibenahi. Dan kerja sama tadi, dengan luar kampus itu harus dibangun. Itu menurut saya saat ini sedikit kurang.

Apa yang harus Unila benahi? mengedepankan marwah perguruan tinggi itu adalah menerapkan integritas.

Pemilihan rektor definitif itu seperti apa skemanya?

Saya sudah dapat surat dari Dirjen Dikti, pilrek itu harus dipercepat dan saya sudah bertemu dengan ketua senat. Kalau tidak ada halangan, tahapan pilrek itu dimulai bulan ini. Sampai kira-kira tiga bulan. Jadi harapan saya jika tidak ada halangan, di bukan Januari atau Februari itu sudah ada rektor baru.

Self Correction untuk Unila

Belajar dari pengalaman, anggap saja pengalaman kemarin adalah pengalaman kurang baik, sehingga harus ada kewaspadaan, kehati-hatian dalam memahami sebuah regulasi dan menjalankan program yang berkaitan dengan anggaran. Early warning system itu perlu, dan pemahaman kita terhadap aturan-aturan itu harus bagus sehingga kita tidak melanggar. Pertama mungkin yang dilanggar SOP.

Apa pesan Bapak untuk civitas academica Unila?

Mari sama-sama kita benahi Unila, dengan peran masing-masing sebagai pejabat pengambil kebijakan di level universitas ataupun level fakultas, termasuk dosen. Karena yang memberikan kontribusi keilmuan itu adalah dosen, sehingga semua pekerjaan itu berjalan dengan lancar, nyaman. Dosen mengajar dengan enak, mahasiswa juga nyaman belajar di sini. Jadi harus sama-sama menciptakan itu. Kalau kita satu bahasa, satu tujuan, kemudian kita sesuai dengan peran kita masing-masing, serta menjalankan semua itu dengan peraturan yang berlaku, insyaAllah kedepannya tidak ada masalah. Apapun bisa kita capai kalau kita mau dan berusaha.

33 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221

Manifestasi

Keberagaman di

Atas SENI

Manifestasi Keberagaman Atas kanvas

Kumpulan serangga bersayap cantik pemakan nektar mengeriap di taman bunga. Aneka spesies kupu-kupu menunjukan keindahan mereka lewat pigmentasi warna pada corak sayap yang bermekaran. Dua belas kawanan kupu-kupu berjenis Papilio peranthus, Papilio paris, Papilio memnon, Troides helena, dan Goliath merupakan manifestasi keberagaman dan kebebasan yang ada di alam semesta.

Papilio peranthus dengan sayap yang berwarna hitam dan bercorak biru metalik merupakan jenis kupu-kupu yang menyebar di daerah Sumatra, Jawa, Sulawesi dan Kalimantan. Papilio paris yang bercorak hitam bergerigi dengan corak hijau tua yang ditemukan di kawasan Asia Tenggara pun terlihat cantik. Kupu-kupu yang memiliki warna dasar hitam dengan bercak putih kekuningan pada bagian basal sayap depan, dan sayap belakang yang memiliki warna dasar hitam dengan dihiasi warna biru keabu-abuan serta oranye merupakan jenis Papilio memnon. Troides helena, si cantik hitam bercorak kuning adalah kupu-kupu yang malang, saat ini habibatnya terancam punah. Goliath asal papua juga terlihat indah dengan sayapnya yang cantik bercorak kuning.

Kupu-kupu dengan berbagai spesies

pada lukisan bertajuk “Variety” karya Ansori Djausal mengepakkan sayap, menuturkan mereka sedang mengitari taman bunga sebagai latar belakang pada lukisan ini. Pemilihan judul yang digunakan yaitu “Variety”, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti “Variasi”. Merupakan filosofi lukisan di atas canvas berukuran 80 x 60 cm itu.

Selain keindahan dari keragaman corak sayap pada setiap spesies kupu-kupunya, kerukunan dan keharmonisan nampak terjalin. Bunga-bunga bermacam jenis dan warna pun begitu memukau. Bunga-bunga itu nampak bermekaran dengan aksentuasi warna-warna cerah, seperti biru, kuning, merah yang melambangkan kehangatan. Bak keharmonisan yang tumbuh subur di hamparan luas, seakan memberi kehidupan untuk serangga-serangga cantik itu.

Siapapun yang melihat lukisan ini, akan terfokus pada objek kupu-kupu yang berwana-warni. Latar yang terkesan abstrak mengajak penikmat pemula harus lebih mendalami saat menikmati karya ini. Hingga akhirnya, muncul imajinasi sebuah taman nan indah.

Kupu-kupu merupakan hewan yang erat makna akan kebebasan. AnsorI menyajikan lukisan dengan objek

kupu-kupu yang seakan membiarkan mereka terbang bebas dan menyapa satu sama lain, hingga akhirnya berhenti menyambangi taman bunga untuk mengisap nektar.

Imaji ‘Variety’ karya Ansori Djausal ini disajikan pada pameran lukisan bertajuk ‘Gelora 70’ yang dipajang bersama puluhan karya miliknya, juga pelukis lain. Ansori yang selama ini mendaulat diri sebagai pecinta kupu-kupu, telah banyak menciptakan karya lukis dengan objek serangga itu. Pemilihan objek serangga cantik pengisap nektar tersebut merupakan bentuk penghayatan seorang Ansori yang takjub pada keindahan kupu-kupu.

“Satu hal yang berkait, kebetulan kami sekeluarga mempunyai taman kupu-kupu, dan kami sangat mengenal kupu-kupu mulai dari pelestariannya, (hingga) pengembangannya. Juga kupu-kupu menjadi objek seni bagi saya, sehingga ia ada dalam berbagai lukisan,” tutur Ansori.

Di usianya yang kini menginjak 70 tahun, AnsorI Djausal masih semangat berkarya untuk mengekpresikan diri lewat lukisan. Bang Ans, sapaan akrabnya pun menggandeng seniman-seniman muda dalam pagelaran ini untuk sama-sama berpartisipasi.

35 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
Oleh:Revina Azzahra

Remang lampu berwarna merah perlahan menyoroti enam pelakon yang sedang duduk dengan formasi sejajar. Mereka menutupi sebagian wajahnya dengan caping berwarna coklat, sambil merunduk seolah-olah sedang meratapi nasib.

Sekelompok orang itu dipimpin oleh seorang pria berbaju hitam dengan rambut gondrong. Ia mulai melantunkan selawat syifa “Alloohumma sholli ‘alaa Muhammadin,”.

Lima orang lainnya terdengar menyahut selawat itu. Alunan musik rebana menggiring suasana menjadi khidmat. “ Thibbil quluubi wa dawaaihaa wa ‘aafiyatil abdaani wa syifaa-ihaa wa nuuril abshoori wa dhiyaa-ihaa wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wa baarik wa sallim,” layaknya memanjatkan doa, mereka begitu khusyuk. Lantunan itu adalah wujud permohonan kepada Tuhan semesta alam, supaya dilimpahkan curahan rahmat sebagai obat hati dan penyembuhan diri.

Tetiba, suasana berubah menjadi hening, dari sisi kiri terdengar derap kaki seorang pria misterius. Ia mengenakan topeng berwarna merah. Bajunya berwarna hitam tak dikancing, sehingga tampak dada dan perutnya. Pria dengan perawakan besar gagah itu berjalan sambil mengerak-gerakan tubuhnya secara dinamis. Tangan kanannya membawa semacam marakas yang kerap ia bunyikan, sedangkan tangan kirinya menggenggam gayung berwarna kuning cerah. Pria bertopeng itu kemudian menghentikan langkahnya di belakang sekumpulan orang bercaping yang masih duduk dan merunduk.

“Apa gerangan yang dikerjakan air?, membasuh penyakit, penyakit berat penyakit ringan dan akhirnya yang sakit menjadi sehat, sehat walafiat seketika,” soraknya.

Ia melanjutkan langkah, kali ini mengarah ke depan sekumpulan orang itu. Dengan gerakan kaki dan tangan yang terlihat abstrak, tak lupa ia membunyikan marakas dan mengayunkan gayung miliknya. Pria misterius itu lantas membuka topeng dan memperlihatkan wajahnya yang nampak tegas bak seorang yang bijaksana. Kemudian ia melantunkan puisi diiringi alunan musik gemuruh.

“Air mengalir kata orang, tanah tak ada kata orang, sumber air gunung tak ada kata orang, batu-batu tak ada kata orang, ikan tak ada kata orang, rusa tak ada kata orang, beruang tak ada kata orang, macan tak ada kata orang, serigala tak ada kata orang, orang hanyut

kebanjiran kata orang, rubah tak ada kata orang, gagak tak ada kata orang!, bangau tak ada kata orang, berang-berang tak ada kata orang, kelinci dan tupai kelabu tak ada kata orang, pepohonan tak ada KETIKA BUNYI GUNTUR! tak ada kata orang, tak nampak sinar kata orang, awan tak ada kata orang, kabut tak ada kata orang, kabut tak muncul kata orang, bintang-bintang tak ada kata orang, begitu gelap kata orang,” lantunnya.

Sorot lampu dengan sirkulasi cahaya yang estetis semakin menerangi panggung, hingga bayangan dari tubuh para pelakon itu terlihat. Tak lama berselang, riuh suara sirine memekik di kuping. Sekumpulan orang tadi meletakkan caping mereka ke lantai secara perlahan. Mer-

eka mulai menampilkan gerakan yang meliuk apik. Beberapa transisi gerakannya terlihat mirip seperti seni silat.

Di tengah gerakan yang mereka mainkan, keenamnya menampilkan mimik bingung dan ketakutan. Rupanya ada sosok “makhluk” yang sering menyambangi desa tempat mereka tinggal. Dalam pergelutan, keenam orang itu saling menghakimi keadaan karena tak juga menemukan cara untuk mengusir sosok “makhluk” yang kerap mengahantui desa mereka. Segala upaya seperti diskusi, mengaji, hingga berdoa telah dilakukan, namun tidak juga membuahkan hasil.

Dengan tatapan tajam seakan memandangi sebuah objek dari kejauhan, satu per satu dari mereka akhirnya mu-

36 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221

lai menyadari titik permasalahan yang selama ini mereka hadapi.

“Sudah waktunya sekarang kita menyapa diri kita sendiri. Menyapa sungai, menyapa kabut, menyapa pohon dan batu-batu. Menyapa kelam masa lalu. Sudah waktunya sekarang kita menyapa ayah dan ibu. Menyapa kampung halaman. Menyapa ruang dan waktu. Menyapa peri dan mambang. Menyapa jantung dan harapan. Sudah lama kita sesungguhnya tidak saling menyapa,” ucap pria berbaju hitam.

“Tapi aku sering berkunjung ke rumah mu, aku bicara kepada mu dan kau bicara kepadaku,” sahut wanita yang berada di sisi kanan.

“Tidak, kita hanya membicarakan diri kita masing-masing. Kau tak pernah

sungguh-sungguh menatap mataku,” sahut wanita yang berada di sisi kiri.

“Bahkan, sudah terlalu lama kita tak menyapa diri kita sendiri,” lontaran kalimat bergemetar dari pria berbaju hitam.

Setelah saling berdialog, keenamnya melakukan gerakan menghentak-hentak kaki dilanjutkan dengan hentakan tangan dan badan. Gerakan yang kali ini, tidak berpaku pada warna gerakan yang baku, tetapi dengan luwes para lakon yang membawakannya. Dengan warna mereka masing-masing, yang tidak mendeskripsikan cerita apapun pada tiap gerakannya. Fahrunnisa Bela Amas, Chandra Aria Wicaksono, Novian Pratama, Robby Aslam Amrouzi, Reza Junaini dan Tria Nur Handayani, keenam pelakon muda ini berhasil memainkan

perannya dengan apik.

Sosok pria bertopeng merah pun kembali menyatu ke panggung. Kali ini dengan keadaan membisu, ia melepaskan topengnya dan menjatuhkan diri bertumpu dengan lutut sambil meletakan topeng itu ke dasar lantai. Dengan diiringi alunan musik, pria bertopeng yang dilakoni oleh Ar-Rizky Ryan Fadela kembali melantukan puisi yang menyapa segalanya dengan “Assalamualaikum”.

“Untuk menyapa diriku kembali, perkenankan aku untuk menyapa namaku sendiri,” penggalan puisi ini menyadarkan para penikmat teater bertajuk “Anamnesis: Silaturahmi Sungai dan Awan”, tentang bagaimana menemukan kembali makna akan rahmat Tuhan dalam diri sendiri. Lagu ‘Lelaku’ milik Orkes Bada Isya (UKMBS Unila) pun terdengar mengisi pementasan yang membuat suasana lebih syahdu.

Keenam orang itu menampilkan diri kembali ke panggung. Mereka tetap menyempilkan gerakan dinamis di tiap langkahnya. Namun, pria berbaju hitam tampak berpisah dari rombongan, ia terlihat merangkak dengan tertatih.

Berangkat dari tema Ritual Of Healing yang digagas oleh panitia ‘Festival Teater Sumatera II’, Ari Pahala dan tim yang tergabung dalam Komunikas Berkat Yakin merefleksikan hal tersebut ke dalam karya dan mengemasnya dengan bentuk ritual pengobatan yang mengajak para penikmat teater untuk lebih dulu mengenal diri sendiri.

“Upaya untuk mengenal diri kita kembali, untuk menyapa hakekat yang paling terdalam, sejati dari diri kita baru kemudian kita menyapa sesuatu dari luar diri kita, lingkungan, alam semesta dan lain sebagainya,” tutur Ari.

Teater yang digelar selama dua hari pada 24 - 25 September sukses disajikan dengan dramaturgi yang dibangun lewat kolase dan fragmen yang saling berkelindan, membuat para penonton berhasil masuk dan terkurung dalam ruang dramatik yang diciptakan sang sutradara. Lagu-lagu yang dibawakan oleh Orkes Ba’da Isya pun menjadi unsur yang turut memperdalam atmosfer pertunjukan.

‘Anamnesis’ juga diboyong dan ditampilkan di Festival Teater Sumatera II yang digelar pada 30 September 2022 di Taman Budaya Sriwijaya Jakabaring Palembang, Sumatra Selatan yang diikuti oleh sembilan Provinsi dari Pulau Sumatra.

37 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
Foto: Shaffa Riyadhul Jannah

Bahasa Cinta

Hidup sebagai makhluk sosial membuat manusia secara alamiah memiliki rasa cinta. Belakangan ini, seringkali cinta dan hubungan dikaitkan dengan istilah-istilah seperti healthy relationship , toxic relationship, ghosthing, dating, love bombing dan masih banyak lagi. Salah satu yang menarik dan sering dibicarakan kalangan muda yaitu love language atau bahasa cinta.

Istilah love language pertama kali dikenalkan di dalam buku “Five Love Language”, karangan penulis asal Amerika, Dr. Gary. Dalam bukunya, Gary menyebut hubungan romantis, hubungan kelu- arga,

tu bersama, Receiving Gifts dengan memberi atau me nerima hadiah, Acts of Service melalui tindakan nyata, Physical Touch sentuhan fisik Cinta kerap dikonotasikan erat dengan masa muda. Semua orang khususnya anak muda mampu memahami dirinya dalam mengungkapkan hal yang dirasakan. Menurut Lidya Suci Haryati Cahyani (Biologi’22) perasaan cinta dalam bentuk perhatian itu dapat disampaikan melalui kata-kata. Baginya, kata-kata yang dilontarkan bisa menjadi sebuah apresiasi dan semangat untuk dirinya.

“Saya tuh tipe orang yang seneng banget kalau saya habis melakukan sesuatu terus diapresiasi. Kalau misalnya ada temen saya yang lagi sedih atau lagi ada masalah, saya tuh ngasih saran, saya ngasih kata-kata semangat. Karena ketika orang bercerita itu saya dapat merasakan apa yang dia rasakan,” katanya.

orang yang dia sayangi. Menurutnya dengan begitu, dirinya dan orang tersebut dapat berbagi banyak hal.

“Bisa diisi dengan berbagi hal seperti bercerita, jalan-jalan, bercanda tawa, dan berdiskusi banyak hal. selain itu kita bisa saling bantu tugas, bantu menyelesaikan problem baik internal maupun eksternal,” ujarnya.

Rohana Fitri (Matematika’21) merasa dirinya lebih senang mengutarakan rasa cintanya melalui sentuhan (physical touch) dan menghabiskan waktu bersama (quality time). Menurutnya, tanpa adanya love language dalam sebuah hubungan maka hubungan itu akan terasa hambar.

dapat disampaikan dan diekspresikan melalui bahasa cinta. Kelima bahasa cinta itu adalah Words of Affirmation atau menyampaikan cinta dengan kata-kata secara lisan maupun tulisan, Quality Time yakni menghabiskan wak-

Menurutnya, bahasa cinta word of affirmation dapat lebih mempererat hubungan karena lebih komunikatif lewat verbal. “Ketika kita dapat menyampaikan rasa cinta dengan baik tentu hal tersebut dapat mempercepat hubungan, karena kita kan tau ya dia itu tipenya suka yang gimana, kita saling sharing, saling speak up,” katanya.

Lain halnya dengan Intan Dewiyanti (Pendidikan Teknologi Informasi’21), dirinya lebih suka menghabiskan waktu

“Ini itu suatu yang dibutuhin gitu, misalkan kita sepasang kekasih gitu,

38 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
Gaya Hidup
Oleh:Antuk Nugrahaning Pangeran

butuh physical touch dan quality time, kalau misalkan nggak ada yang kita ambil dari love language, hubungan akan terasa hambar, dan tidak akan terjalin chemistry-nya gitu,” katanya.

Bagi Rohana, cara seseorang memkeluarga.

“Aku sama ibu aku itu kayak nggak hanya ibu anak ya, tapi kayak temen gitu. Misalkan mau tidur dielus-elus sama ibu, kalau dulu masih kecil. Kalau sekarang misalkan jalan-jalan sama ibu gandengan tangan,” ceritanya.

Hal serupa juga disampaikan Agsa Wijaya (Ilmu Pemerintah ‘22), dirinya membahasakan rasa cintanya melalui physical touch dan quality time. Menurutnya love language dapat membuat seseorang lebih dihargai dan diakui, karena adanya rasa saling membutuhkan.

“Aku merasa aku butuh itu, aku butuh sentu han-sentuhan dan butuh waktu untuk menyam paikan rasa cinta dan kasih sayang kepada seseorang. Aku merasa aku butuh dan orang lain juga butuh itu. Jadi aku tidak hanya merasa membutuhkan tetapi juga memberikan kepada orang lain,” ujarnya.

Agsa juga menambahkan rasa say ang dan rasa cinta itu tidak semata-ma ta hanya kepada pasangan kekasih, tetapi juga bisa kepada teman, sauda ra, atau orang tua. Oleh karena itu, menurutnya kita berhak memilih cara mengungkapkan perasaan tersebut.

“Ada banyak cara mengungkapkan rasa cinta dan kamu berhak memilih cara terbaik untuk menyampaikan nya

namun jangan lupa libatkan hati karena pada dasarnya cinta terbaik adalah cinta yang tulus dan berasal dari lubuk hati,” tambahnya.

Cinta itu adalah dorongan awal dari diri manusia. Artinya manusia itu sejak dulu jika ingin melakukan sesuatu yang menuju sebuah tujuan, akan berlandaskan cinta. Hal tersebut disampaikan oleh Ratna Widiastuti seorang Psikolog Klinis sekaligus Dosen Bimbingan dan Konseling Universitas Lampung (Unila). Ia menjelaskan bentuk love yang dilakukan oleh remaja sebenarnya karena mereka sedang berada di puncak hormon reproduksi seksual sekunder.

“Sebenarnya bahasa cinta itu ada lah bahasa cinta secara umum. Dimulai dari memang dorongan manusia secara naruliah itu adalah mengekspresikan dan menerima cinta, sehingga dia ba hagia,” jelasnya.

Ratna mengatakan, kepribadian seseorang mempengaruhi cara dirinya mengekspresikan rasa cinta. Tak ha nya itu, gaya hidup dan pola asuh di lingkungannya pun turut memberikan pengaruh.

“Secara umum, karena memang naluri manusia adalah mencintai dan dicintai, maka dia selalu punya gaya ba

hatkan bahwa oh ternyata ada loh yang mengakui aku,” ungkapnya.

Kemudian, Ratna berpesan kepada para anak muda untuk dapat menggunakan love language dimulai dari diri sendiri. Dirinya kemudian mencontohkan hal-hal yang dapat dilakukan misalnya luluran dan memijat diri sendiri sebagai bentuk physical touch, olahraga sebagai bentuk quality time dengan diri sendiri, memberikan hadiah kepada diri sendiri ketika berhasil melakukan sesuatu, dan masih banyak

media sosial nya. Dia mau memperli

“Cintai diri sendiri dulu, baru kemudian mencintai orang lain. Gunakan bahasa cinta itu untuk diri sendiri dulu. Agar kita merasa cukup. Ketika kita cukup, maka kita bisa menerima cinta orang lain yang

39 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
Ilustrasi:M. RIfqi Mundayyin
TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
RESENSI

Film ‘Mencuri Raden Saleh’ mengisahkan kerja sama sekelompok anak muda yang melakukan pencurian lukisan ‘Penangkapan Pangeran Diponegoro’ karya Raden Saleh. Sekelompok anak muda itu terdiri dari 6enam orang, yaitu Piko (Iqbaal Ramadhan), Ucup (Angga Yunanda), Sarah (Aghniny Haque), Gofar (Umay Shahab), Tuktuk (Ari Irham), dan Fella (Rachel Amanda).

Di awal tayangan dipertontonkan dua sahabat yang kerap melakukan segala sesuatu bersama-sama yaitu Piko dan Ucup. Piko adalah seorang mahasiswa seni rupa yang lihai mereplika lukisan hingga sedetail mungkin. Sedangkan Ucup, seorang yang gemar mencuri

Melawan Pengkhianatan Kelompok Elite

data lukisan ataupun data situs penting lainnya. Sebagai seorang Hacker, Ucup sangat membantu Piko untuk memenuhi kebutuhan data dalam mereplika sebuah lukisan seperti bahan kanvas, ukuran, tipe cat, dan yang lainnya.

Ayah Piko adalah seorang narapidana bernama Budiman. Ayahnya masuk penjara setelah dijebak oleh temannya sendiri. Piko juga punya seorang kekasih, namanya Sarah.

Suatu hari Piko, Ucup dan Sarah terlibat dalam sebuah kondisi yang mengharuskan mereka untuk mencuri sebuah lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh. Tak hanya bertiga, mereka merekrut tiga orang lainnya untuk membentuk sebuah tim. Ketiga orang itu ialah Gofar, Tuktuk, dan Fella. Setiap orang dalam tim ini punya motivasi masing-masing. Namun, rata-rata karena faktor ekonomi.

Permadi, mantan Presiden yang lengser karena kasus yang menjerat anaknya. Ia adalah dalang sekaligus penyusun rencana pencurian lukisan Raden Saleh. Dirinya menawarkan uang dalam jumlah yang besar kepada keenam anak muda itu. Permadi juga menjadi aktor yang menjebak Budiman, sehingga ia menjadikan itu sebagai jalan alternatif untuk memaksa Piko dan kelima temannya agar mau melakukan keinginannya. Tak ada jalan lain, mau tak mau keenam anak muda itu pun beraksi menjadi pencuri amatiran.

Melakukan keinginan Permadi ternyata membawa keenam anak muda itu dalam sebuah masalah yang mengharuskan untuk berurusan dengan polisi. Mencoba memahami maksud Permadi, akhirnya keenam anak muda itu sadar bahwa mereka hanya dimanfaatkan untuk mencuri lukisan Raden Saleh. Di situasi itu, kekesalan dan keinginan melawan muncul dalam benak mereka. Mulailah mereka merencanakan siasat baru, yaitu mencuri kembali lukisan Raden Saleh dari rumah Permadi.

Mendapat informasi akan diadakan acara di rumah Permadi, para anak muda itu memanfaatkan situasi tersebut untuk menjalankan aksi. Mereka pun mulai menjalankan aksi sesuai dengan tugas masing-masing, tetapi ketegangan akan gagalnya misi tersebut tidak hanya sekali dua kali.

Kejutan akhir dalam Film Mencuri Raden Saleh adalah pertikaian antara Piko dan Budiman, ayahnya. Memiliki kepentingan masing-masing membuat mereka memperebutkan lukisan Raden Saleh. Namun, kecerdikan dari anak muda itu muncul, yakni dengan membuat contingency plan. Ia mencuri dua lukisan sewaktu di rumah Permadi dan menempatkan lukisan Raden Saleh di mobil yang lain. Rencana itu pun sukses mengelabui ayahnya. Pasalnya Budiman mengira lukisan Raden Saleh berada di mobil yang dikendarai Piko dan Ucup.

Film yang berdurasi 2 jam 34 menit ini memberikan wawasan baru kepada penonton. Film ini menyelipkan edukasi sejarah dalam tiap scene-nya, yaitu tentang Penangkapan Pangeran Diponegoro. Sewaktu Pangeran Diponegoro diundang De Kock ke rumahnya untuk bernegosiasi mengakhiri permusuhan, tak disangka ia berakhir ditangkap oleh Belanda dan diasingkan. Film ini juga memberikan kesan semangat perlawanan generasi muda dalam melawan penguasa negeri yang merugikan rakyat. Tidak hanya mengedukasi dalam sisi sejarah, film ini juga mengedukasi penonton dalam sisi seni rupa. Karya audiovisual ini menampilkan lukisan-lukisan beserta pelukisnya, juga proses melukis. Begitu banyak makna yang dapat dipetik, yaitu sebagai generasi muda penting untuk kita memperhatikan negeri ini dan bijak dalam memilih pemimpin. Membekali diri dengan ilmu pendidikan dan karakter lewat agama juga harus dilakukan agar sewaktu menjadi pemimpin kita tidak melakukan hal buruk yang sama.

41 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
Sutradara: Angga Dwimas Sasongko Penulis skenario: Angga Dwimas Sasongko dan Husein M. Atmodjo Pemain: Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan, Angga Yunanda, Rachel Amanda, Umay Shahab, Aghniny Haque, Ari Irham, Tio Pakusadewo, Dwi Sasono Oleh:Neza Puspita Tarigan

Antara Adat dan Modernitas

Memiliki latar cerita yang kental dengan Sumatra Utara, film besutan sutradara sekaligus penulis yang akrab dengan sapaan Bene ini menyajikan kisah keluarga dengan selipan unsur komedi. ‘Ngeri-Ngeri Sedap’ berhasil menarik lebih dari 2,8 juta penonton sejak awal penayangannya. Film ini juga terpilih sebagai film Indonesia yang didaftarkan dalam kategori Film Panjang Internasional Terbaik di Academy Awards ke-95. Berdurasi 144 menit, karya audiovisual ini menggiring penonton ke dalam suasana tawa, emosi, hingga tangis haru.

Tak banyak film Indonesia yang berlatar cerita di tanah Toba. Mungkin bila budaya Jawa ataupun Sunda, sudah sering wara-wiri di layar kaca. Inilah daya tarik ‘Ngeri-Ngeri Sedap’, menghembuskan udara segar dengan memperkenalkan latar yang jarang diangkat di dunia sinema. Hadirnya film ini menjadi jendela bagi penonton untuk memperkaya wawasannya soal budaya. Bahwa ternyata masih banyak budaya Indonesia yang punya nilai keunikannya masing-masing.

Awal cerita mengisahkan tentang orang tua (Mak Domu dan Pak Domu) yang memiliki empat anak. Namun, mereka hanya tinggal bersama satu anak perempuannya, Sarma. Kerinduan orang tua tercermin saat menelepon tiga anak laki-lakinya yaitu Domu, Gabe, dan Sahat. Domu bekerja

42 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
: Ngeri – Ngeri
Sutradara : Bene
Produser : Dipa
Penulis : Bene Dion
Judul
Sedap
Dion Rajagukguk
Andika
Rajagukguk
Tanggal Rilis : 02 Juni 2022 Negara : Indonesia Bahasa : Indonesia Platform : Netflix, Bioskop
Oleh:Pratiwi Dwi Lestari

(BUMN) di Bandung yang punya pacar bersuku Sunda. Gabe menjadi seorang komedian terkenal di Jakarta. Sahat, si anak bungsu yang merawat seorang pria tua di Yogyakarta yang ditemuinya saat sedang melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata).

Ketiga anaknya selalu menolak pulang lantaran memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan Pak Domu. Penulis menggambarkan Pak Domu sebagai orang yang memiliki sifat keras kepala, kolot, dan tak bisa menerima pendapat orang lain. Keinginan Pak Domu yang masih berpegang teguh pada adat Batak yang diturunkan secara turun temurun memantik kesenjangan antara anak dan bapak. Karena pemikiran anak-anaknya bertentangan dengan prinsip yang dianutnya. Seperti tidak diperbolehkan memiliki istri beda suku. Anak batak kuliah di hukum harus menjadi hakim atau jaksa, bukan pelawak. Anak terakhir harus di rumah urus orangtua karena orang Batak selalu mewariskan rumahnya kepada anak laki-laki yang terakhir. Lewat rangkaian adegan di film ini, penulis menyiratkan faktor eksternal termasuk modernitas mempengaruhi pemikiran seseorang, termasuk anak-anak Pak Domu.

Kondisi ini berlanjut menjadi ruwet bagi Bapak dan Mamak Domu saat opung (ibu dari Pak Domu) akan mengadakan suatu pesta. Pesta yang digelar adalah “Sulang-sulang Pahompu”, Pahompu yang berarti cucu. Sesuai dengan nama pestanya, opung mengharapkan cucunya pulang kampung dan datang ke pesta ini. Keduanya harus memutar otak

Terbitlah akal-akalan untuk pura-pura bertengkar hingga niat bercerai. Sarma yang tinggal dengan Mamak dan Bapak Domu akhirnya membujuk saudara-saudaranya agar mau pulang. Dengan bujuk rayu Sarma karena sudah tak betah dengan pertengkaran mamak dan bapaknya, akhirnya mereka pun pulang dengan tujuan ingin menyelesaikan masalah agar perceraiaan tidak terjadi.

Sesampainya di kampung, berbagai cara sudah dilakukan Domu, Gabe, dan Sahat agar pertengkaran kedua orangtuanya disudahi. Tetapi tak juga membuahkan hasil. Hingga pada suatu titik yang akhirnya membuat Bapak dan Mamak Domu mengambil suatu kesepakatan. Keduanya menjeda pertengkaran yang tengah terjadi hingga pesta Opung selesai.

Saat mereka ingin membahas masalah keluarganya setelah acara ‘Sulangsulang Nahompu’ selesai, pembahasan kembali terhalang karena Mak Domu sedang sakit. Tiba-tiba topik pembahasan justru berganti, bukan lagi menyoal pertengkaran antara suami istri. Pak Domu malah membahas masalah anak-anaknya. Ia tetap bersikukuh pada pendiriannya untuk tidak mengizinkan anak-anaknya menjalani keinginan yang bertentangan dengan stereotip di lingkungannya. Keras kepala Pak Domu sangat terlihat di adegan ini, ia memaksa anak-anaknya harus selalu menuruti perkataan sang Bapak.

Pertengkaran benar-benar terjadi, Mak Domu meluapkan kekesalan kepada suaminya, berlanjut dengan Sarma

ta-cita dan kesenangannya. Akhirnya Mak Domu memilih untuk pulang ke rumah ibunya bersama Sarma, dan ketiga anaknya pulang ke tempat kerjanya masing-masing. Pada situasi ini, Pak Domu mulai merasakan kesepian, hingga ia pergi ke rumah ibunya untuk meminta saran soal bagaimana cara jadi ayah yang baik.

Gengsi dan sifat maskulin Pak Domu benar-benar diputarbalikkan oleh sang penulis. Ia hanyalah manusia biasa yang ditampakkan sebagai ayah yang sedang rapuh dalam adegannya itu. Tampaklah sifat kerasnya selama ini karena keterbatasannya dalam memahami peran ayah yang baik. Hal inilah yang seolah menjadi akar konflik di film ini. Konflik antara anak dan bapak yang disandingkan dengan konflik antara adat dan modernitas. Berbeda dengan film serupa lainnya, ‘Ngeri-ngeri Sedap’ menjadi sedap ditonton karena keunggulannya yang menyuguhkan detail-detail baru juga segar di filmnya.

43 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
44 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
Oleh:Revina Azzahra EKSPRESI
DEWI PENYEBAR KEBERMANFAATAN

“Siapapun

yang dari Indonesia selagi bisa berhubungan dengan saya, mereka harus dibekali bahasa (Jepang) yang baik, jangan mengalami masa-masa seperti saya,” bunyi janji yang diucapkan Bainah Sari Dewi setelah mendapatkan gelar doktornya dari Tokyo University Of Agriculture and Technology, Jepang, 13 tahun silam.

versitas Lampung (Unila) ini membuka kelas bahasa Jepang secara gratis untuk mahasiswanya. Saat itu ia dan para mahasiswa masih menggunakan fasilitas kampus untuk belajar bahasa Jepang setelah mata kuliah berakhir.

“Awalnya saya mengajar hanya untuk mahasiswa kehutanan saja, setelah itu berkembang untuk mahasiswa Pertanian” ujarnya.

Namun, kecintaannya dengan ilmu kehutanan itu tumbuh saat mengikuti pertukaran pelajar bertajuk International Forestry Student Symposium (IFSS) di Swiss pada tahun 1994. Kegiatan ini digelar selama hampir dua bulan dan dihadiri oleh perwakilan dari 45 negara.

Keterbatasan dalam menggunakan bahasa Jepang diakuinya sebagai hal yang berat dan menantang selama menempuh pendidikan S3 di negeri matahari terbit itu. Dengan perasaan haru sambil mengenang masa lalunya, wanita kelahiran 12 Oktober 1973 ini membagi kisahnya kepada jurnalis Teknokra.

“Saya merasa kesulitan dengan bahasa Jepang saya, padahal dulu sebelum berangkat ke Jepang saya sempat mengikuti les di Unpad (Universitas Padjajaran) jurusan sastra jepang selama enam bulan. Tetapi ternyata banyak kata-kata khusus spesial kehutanan yang tidak dipelajari,” ujar wanita berhijab ini.

Tak disangka, ilmu yang telah dipelajari sewaktu persiapan berangkat ke Jepang masih sangat kurang untuk perempuan dengan sapaan akrab ‘Dewi’ ini. Terutama ketika sensei atau dosennya mengoreksi tesisnya menggunakan kanji Jepang. Saat itu, ia hanya bisa menangis. Ditambah lagi karena lamanya proses penerjemahan kanji, sehingga masa beasiswanya habis.

Tak ingin mimpinya berhenti sampai di situ saja dan pulang ke Indonesia tanpa mendapatkan gelar. Wanita yang memiliki semangat belajar tinggi ini memutuskan untuk bertahan melanjutkan pendidikannya dengan biaya pribadi. Bersama suami yang juga menempuh pendidikan S2 di Jepang dan putri pertama mereka, ketiganya menetap di apartemen sederhana selama enam bulan lamanya. Pucuk dicinta, setelah empat tahun berjuang untuk mendapatkan gelar doktor dengan segala keterbatasan, pada April 2009 Dewi berhasil lulus dari almamater kampusnya.

Dengan niat dan janjinya untuk menebarkan ilmu yang telah ia peroleh sewaktu di Jepang. Dewi yang juga merupakan dosen di Fakultas Pertanian Uni-

Setelah dirasa banyak peminat yang ingin belajar bahasa Jepang, kelas yang dinamai Minna No Nihon Go ini pindah ke rumah pribadi Dewi. Mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, mahasiswa hingga ibu-ibu ikut belajar bahasa Jepang di halaman ru - mahnya. Terhitung sejak empat tahun lalu, Minna No Nihon Go sudah memberikan kesempa - tan kepada 400 orang untuk be- lajar bahasa jepang secara gratis.

Dewi berhasil menularkan semangat belajar kepada para mahasiswanya. Sebanyak 15 siswa jebolan kelasnya ter bang ke Jepang dan menempuh pendidikan di negeri sakura. Hing ga saat ini, kelas bahasa Jepang Minna No Nihon Go masih konsisten dibuka untuk umum secara daring dan luring. Siapapun yang memiliki mimpi untuk terbang ke Jepang akan diberi kesempatan belajar bahasa Je pang gratis bersama Dewi dan tim.

Ada pesan khusus yang Dewi sam paikan untuk siswa senior Minna No Nihon Go. Setelah pulang dari Jepang, mereka diperbolehkan membuka kelas bahasa Jepang sendiri, dengan syarat gratis.

“Kalian boleh membuka kelas bahasa Jepang juga, tetapi harus gratis sehingga ilmunya tidak berhenti dan terus mengalir untuk siapa saja”, pesannya.

Sebelum melanjutkan pendidikan S3 di Tokyo, Jepang. Wanita kelahiran Lampung Selatan ini menempuh Pendidikan S1 dan S2 di Universitas Gadjah Mada. Dewi mengaku, selama 4 semester saat S1, ia belum menemukan titik ketertarikannya akan ilmu kehutanan. Ia kerap aktif di berbagai organisasi kampus. Bahkan Dewi pernah menyibukkan dirinya di bidang jurnalistik. Ia bergabung dengan program Tanah Merdeka TVRI sebagai reporter dan penyiar.

“ Saya menemukan titik cinta dengan ilmu kehutanan pada saat di Swiss, saya ingin seperti mereka, pintar di bidang kehutanan dan harus belajar yang sungguh-sungguh,” ucapnya.

Mahasiswa berprestasi tingkat fakultas pada masa kuliahnya ini akhirnya menjadikan ilmu kehutanan sebagai batu loncatannya untuk menebarkan kebermanfaatan kepada makhluk hidup.

Selama menjadi dosen di Fakultas Pertanian Unila, Dewi sudah banyak meneliti berbagai tanaman dan hewan yang tersebar di Provinsi Lampung hingga di beberapa titik lain di Indonesia. Hasil penelitian itu kerap ia jadikan buku bahan ajar untuk para mahasiswanya.

Kepala konservasi rusa Unila ini telah menu lis sebanyak 54 buku yang terdiri dari bidang akademik dan non akademik.

Buku-buku tersebut ia bagikan secara gratis terutama kepada para mahasiswanya. Ia mengaku tidak pernah mengambil keuntungan selama proses menulis hingga terciptanya buku.

“Buku-buku yang telah saya ciptakan bisa dimiliki siapa saja, gratis selama itu untuk hal kebaikan,” terangnya.

Hingga kini, Dewi masih menyibukkan diri untuk mengajar, meneliti dan juga mengabdi di kelas bahasa Jepang gratisnya. Keinginan menebar kebermanfaatan Dewi tak terbatas itu saja. Saat ini, di halaman rumahnya terdapat makanan dan minuman yang ia beri nama “Kresek Indonesia”. Makanan dan minuman itu dibagikannya secara gratis untuk masyarakat sekitar rumah hingga pedagang kaki lima yang melintasi kediaman Dewi dan keluarga.

45 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221

Ruang Pangan

Makanan sisa tak lagi menjadi sampah di tangan ‘Ruang Pangan’. Hadir sebagai fasilitator, komunitas ini menghubungkan mereka yang memiliki makanan surplus layak konsumsi untuk didistribusikan ke masyarakat prasejahtera. Aktivitas ruang pangan ditujukan untuk mengurangi surplus makanan yang telah berada di tangan konsumen atau foodwaste. Setiap makanan yang akan didistribusikan harus lolos tahap quality control sebelum sampai ke tangan penerima manfaat. Ini dilakukan untuk memastikan makanan tersebut masih layak konsumsi.

“Tujuan Ruang Pangan adalah untuk mengurangi kelaparan yang berfokus pada food waste,” ujar Elci.

Digawangi Elci Oktaria (Pendidikan Kimia’18) bersama kedua rekannya yakni Ahyarudin (Agribisnis’18), dan Reza Latansya (Agroteknologi ’17), komunitas gagasan mahasiswa Universitas Lampung (Unila) ini miliki beberapa program kerja. Lima kegiatan yang sudah disusun Ruang Pangan antara lain gleaning atau pengumpulan sayur serta buah-buahan yang terbuang karena

kurang memenuhi standar pertanian namun masih layak konsumsi. Food Rescue atau pengumpulan makanan surplus tapi masih layak konsumsi yang biasanya dihasilkan oleh cafe, restaurant, hotel, supermarket, dan sebagainya. Food Drive atau penggalangan donasi baik itu berbentuk uang maupun makanan. Food Creative Campaign atau edukasi melalui pendekatan kepada masyarakat dalam mengurangi food waste, dan yang saat ini masih dalam proses pelaksanaan yaitu Food Back To Nature atau kegiatan pengumpulan sisa makanan untuk dijadikan kompos.

Elci menuturkan dalam waktu dekat ini, Ruang Pangan akan mengadakan program kunjungan ke sekolah-sekolah.

“Insyaallah kami akan mengadakan Go To School untuk mengedukasi siswa-siswa di sekolah. Niatnya seluruh sekolah mau dimasuki semua, tapi satu persatu dulu. Insya Allah se-Bandarlampung,” jelasnya.

Ahmad Yusril Yusro (Matematika’19) menerangkan, komunitas yang berdiri dan berdomisili di Bandarlampung ini fokusnya masih di sekitar ibu

kota provinsi. Namun, ada beberapa kegiatan yang bisa dijangkau masyarakat Lampung secara lebih luas, yaitu edukasi mengenai food waste. Edukasi tersebut berbentuk ajakan kepada masyarakat untuk mengambil langkah kecil dalam mencegah food waste, dimulai dari tingkat rumah tangga atau konsumsi pribadi.

“Ruang pangan ini menginisiasi dan mengajak temen-temen, masyarakat, khususnya di Bandarlampung dan Provinsi Lampung untuk mencegah food waste dari tingkat rumah tangga dan dari konsumsi pribadi,” jelas Ahmad Yusril Yusro, Chief Excecutive Officer (CEO) Ruang Pangan.

Ruang Pangan saat ini memiliki 35 anggota. Tidak hanya khusus mahasiswa Unila, anggotanya juga berasal dari beberapa perguruan tinggi lain di Lampung, seperti Universitas Islam Negeri (UIN) Radin Intan, Politeknik Negeri Lampung (Polinela), dan Universitas Malahayati.

Yusril juga menuturkan komunitasnya memberikan kesempatan yang luas bagi pemuda Lampung yang ingin bergabung.

46 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
Komunitas

“Anggota Ruang Pangan dipenuhi dari temen-temen mahasiswa dari Unila, UIN, Polinela dan Malahayati. Di luar mahasiswa ada dulu tapi sudah tidak aktif lagi. Kami tidak menutup pintu untuk temen-temen pemuda di luar sana yang ingin bergabung dan berkontribusi di Ruang Pangan,” tuturnya.

Kini Ruang Pangan sudah menjalin kemitraan dengan Food Cycle dan Holland Bakery. Setiap tiga kali dalam seminggua mereka rutin membagikan makanan surplus.

“Untuk saat ini, Ruang Pangan sedang menjalin kerja sama dengan Food Cycle Indonesia dan Holland Bakery. Dari kerja sama tersebut, secara rutin yaitu 3x seminggu kami selalu membagikan makanan surplus kepada panti-panti yang berada di sekitar Bandar Lampung,” ungkapnya.

Yusril juga memaparkan ada empat jenis kemitraan yang dijalankan Ruang Pangan yaitu mitra program yang membantu dalam supply makanan dan menjalankan program, mitra kolaborasi yang turut serta dalam menjalankan dan melaksanakan kegiatan, mitra media yang membantu dalam publikasi, dan mitra pelaksana atau pihak yang turun tangan langsung saat proses

membagikan makanan.

Ruang Pangan yang pada awalnya hanya semacam gerakan dan aksi, seiring berjalannya waktu pun mulai mengevaluasi diri dan bertransformasi menjadi suatu perkumpulan atau komunitas dengan struktur yang lebih baik juga sistematis seperti organisasi lainnya.

47 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221

Seruit, Makanan Khas Lampung Nan Unik

48 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
KULINER
Oleh: Shaffa Riyadhul Jannah

angat tergugah untuk mengetahui lebih jauh tentang kuliner khas Lampung satu ini, dari pembicaraan hangat bersama Farida Ariyani, salah satu Dosen Pendidikan Bahasa Lampung Universitas Lampung (Unila). Menariknya, ia adalah perempuan suku Jawa asli yang tumbuh dan besar di Jawa Timur.

Namun, setelah menikah dengan orang asli Lampung pada tahun 1986 silam, Farida terus memperkaya pengetahuannya tentang suku suaminya itu. Kini dirinya pandai menguasai budaya Lampung. Salah satu makanan khas Lampung yang akrab disapa dengan nama ‘seruit’ cukup sering wara-wiri di telinga. Walaupun seruit populer sebagai salah satu kuliner Lampung, tetapi tak banyak orang mengetahui arti dari kata

kan bunyi “seruwt, seruwt, seruwt,” maka disebutlah makanan itu dengan sebutan ‘seruit’.

Hal unik lainnya adalah jika dilihat dari sisi pengolahan, seruit dibuat dengan digalur memakai tangan kemudian bentuknya akan menyerupai putaran, sehingga dianalogikan seperti sirkuit. Komposisi seruit terdiri dari ikan, tahu, tempe, terong, timun, sambal, dan sebagainya yang kemudian dijadikan satu.

Begitu hebatnya orang Lampung dapat menciptakan makanan unik sekaligus memiliki hakikat dan filosofi sebagai simbol kebersamaan.

“Makan seruit pasti selalu bersama-sama, sehingga akhirnya ketika ingin makan seruit akan selalu ada ajakan seperti, yuk nyeruit, yuk nyeruit,” tutur Farida.

Sehingga dapat dikatakan secara hakikatnya makan seruit atau ‘nyeruit’ itu sebagai kata yang mempresentasikan untuk kumpul bersama.

Lebih terdengar nyata lagi, ketika Farida memberikan salah satu contoh peristiwa yang kerap terjadi dalam keluarga. Ketika dalam satu keluarga memiliki lima anak, dan pada saat itu memasuki jam makan, tetapi hanya

Namun, Farida kembali menegaskan, meski ada perbedaan penyebutan, tetapi hakikatnya tetap sama, baik itu ajakan yang seperti, “payu nyeruit,” maupun ajakan lainnya seperti, “payu gham bejeghuk” maka maknanya sama-sama mengajak untuk berkumpul makan-makan, begitulah makna di dalamnya. Di kegiatan atau acara orang Lampung biasanya tidak luput dengan makan seruit atau ‘nyeruit’, misalnya pada acara begawi. Bagi orang Lampung, tidak sah apabila makan dengan cara prasmanan, melainkan harus ‘nyeruit’ saat begawi.

Pendapat lain datang dari Ermalia yang merupakan warga Bandarlampung bersuku asli Pesisir Barat. Walaupun daerahnya tidak mengenal ‘nyeruit’, ia menilai makanan seruit ini memang terkenal di kalangan masyarakat Lampung, ia juga menganggap ciri khas dalam pengolahan dan cara makan seruit sangat berbeda dari makanan-makanan daerah lain.

“Karena kegiatan ‘nyeruit’ ini dapat membuat haru (mengharukan) ketika berkumpul dengan keluarga dan teman-teman makan di satu tempat bersama-sama,” katanya.

Dalam perkembangan zaman,

muasal nama makanan ini diciptakan.

Farida menuturkan pentingnya memahami asal usul seruit. Secara bahasa, seruit dapat diartikan sebagai makanan yang komposisinya dari sayur-sayuran dan lauk pauk. Namun, dapat pula diartikan secara onomatope, yakni kata atau kelompok kata yang bunyinya mirip menyerupai bunyi aslinya. Disebut seruit karena salah satu komponen seruit adalah timun. Ketika timun itu dibelah atau diserut, akan menghasil-

ada sisa satu ikan, dan beberapa tempe, tahu, beserta sisa sayuran, agar semua anaknya dapat makan dan merasakan semua lauk dengan sama rata, maka dibuatlah seruit.

Selain kata ‘seruit’ ternyata ada sebutan lainnya, seperti di Way Kanan, sebutan seruit adalah ‘bejeghuk’, karena di salah satu unsur makanannya memakai jeghuk lesom (jeruk lemon).

makanan khas budaya Lampung kini tentu bersifat relatif, kalau di kota mungkin sudah banyak yang tidak ‘nyeruit’ karena adaptasi perilaku yang berbeda, tergantikan seperti adanya penggunaan sendok dan garpu. Namun, di kalangan masyarakat Lampung, yang sudah terbiasa atau hobi, secara turun temurun budaya ini masih melekat kuat.

49 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221

Di mana Letak Bahagia?

Oleh:Dwindy Monica

“Hom pim pa alaium gambreng! Nek Ijah pake baju rombeng!,” suara anakanak bermain bersama di halaman. Aku tersenyum sambil duduk di sebuah kursi panjang dekat anak-anak itu. Memandangi mereka yang asyik tertawa dan meledek temannya yang kalah dalam hompimpa . Begitulah, ritual khusus sebelum bermain. “Dari Tuhan kembali ke Tuhan, mari kita bermain,” arti dari nyanyian hompimpa. Ya, walaupun diimbuhi dengan kalimat tambahan sendiri di belakangnya.

Asal kalian tahu, aku yang dulu sangatlah membenci hal ini. Sederhana saja alasannya, aku takut kalah. Aku selalu menghindari permainan yang mengharuskan ber-hompimpa, kertas batu gunting, ataupun kacang panjang-kacang pendek. Aku lebih pilih bermain ayunan, menyusun puzzle atau permainan lainnya asalkan bukan itu. Walaupun tujuanku pergi main adalah untuk mencari teman, tapi justru aku memilih bermain sendirian. Aneh bukan?

Biar kuputar sedikit ceritaku di masa lalu. Kenalkan, namaku Salwa. Kala itu berusia sembilan tahun. Aku tinggal di rumah yang cukup sederhana bersama nenek. Rumah kami terletak di perbatasan antara desa dengan jalur menuju kota, sehingga aku bisa melihat banyak kesenjangan yang ada di sekitarku.

Ibu dan bapak sudah bercerai. Bukan lagi hal aneh, jika di wilayahku tinggal sering timbul pertanyaan “Nanti ingin ikut bapak atau ibu?,”. Aku pilih ikut dengan ibu. Setelah kejadian itu, ibuku yang hanya lulusan SD memutuskan

pergi ke Jakarta untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga dari sebuah keluarga kaya.

Karena nenek juga sering bekerja serabutan, serta keberadaan ibu yang jauh dariku dan hanya pulang selama dua minggu setiap hari raya Idul Fitri. Aku pun lebih banyak merasakan kesepian dalam keseharianku. Aku kerap jalanjalan menelusuri jalan raya yang mengarah ke ibu kota kabupaten setelah pulang sekolah. Bukannya tanpa tujuan, aku sering berhenti tepat di depan sebuah panti asuhan. Senang rasanya mengamati anak-anak seusiaku yang asyik bermain dengan rekan sebayanya.

Entah sial atau syukur, aku tepergok oleh pengurus panti karena terlalu sering mengintip dari balik gerbang. Aku pun akhirnya diberi izin untuk masuk dan ikut bermain bersama mereka.

“Namaku Salwa. Nggak kurang, nggak lebih. Ibu Awa selalu bilang kalau nama Awa artinya pembawa kebahagiaan. Jadi ibu Awa pengin Awa jadi anak yang selalu bahagia dan bisa membawa kebahagiaan untuk orang-orang di sekitar Awa,” jelasku saat diminta memperkenalkan diri di kelas Panti Mulia ini.

Jujur saja, aku merasa lebih senang bermain di panti daripada dengan temanteman di sekolah ataupun di sekitar tempat tinggalku. Setiap kali bermain di sekolah, aku sering menjadi incaran beberapa anak yang hobinya mengganggu dan mengejek. Aku dijuluki ‘anak yang sial’ karena kondisi keluargaku bertolak belakang dengan arti nama yang diharapkan orang tuaku. Sementara di panti,

aku merasa memiliki banyak kesamaan dengan mereka. Mereka bisa menerima diriku sebagai teman dan bermain bersamaku. Namun, setiap mereka mengajakku bermain kejar-kejaran, petak umpet ataupun permainan yang selalu diawali dengan menentukan siapa yang jaga, aku selalu menolak.

“Hidup ini aneh. Bahkan untuk sekadar bermain pun harus diundi. Kenapa dalam hidup selalu mementingkan siapa yang menang lebih dulu, dan siapa yang kalah. Aku membenci hal ini, karena bermain seperti itu hanya mengandalkan keberuntungan. Mereka yang beruntung akan menang lebih dulu. Aku sendiri pun sudah merasa hidupku kurang beruntung. Penting kah menentukan urutan siapa yang bermain lebih dulu dan siapa pemain selanjutnya? Terkadang aku bertanya-tanya apakah orangtuaku sudah kalah ber-hompimpa dengan keluarga lainnya? Kenapa kami selalu tertinggal di belakang? Kapankah giliran kami untuk bermain dan menang? Kapankah aku bahagia?” aku mengungkapkan pikiranku yang berkecamuk.

Ya, kurang lebih itulah isi pikiran bocah 9 tahun, Awa. Sejak itulah tujuanku dalam hidup adalah untuk mencari kebahagiaan.

‘Sukses’, ‘berhasil menggapai cita-cita’, itulah kata orang-orang saat mengartikan kebahagiaan. Maka sebisa mungkin aku belajar sekuat tenaga untuk menggapai cita-citaku yang ingin jadi psikolog.

Waktu cepat berlalu. Saat aku SMA,

CERPEN

parameter bahagiaku berubah. Bukan hanya sukses, tapi juga bisa mendapatkan apapun yang aku inginkan, termasuk sahabat yang baik, percintaan yang sesuai ekspektasi, dan prestasi. Namun, tak semudah yang aku perkirakan. Sahabatku ternyata tak ada bedanya, rupanya sering menjelekkanku dan keluargaku di belakang. Percintaan? Aku pun berulang kali patah hati. Soal prestasi, aku biasa-biasa saja, tak begitu menonjol. Semua ambisiku rasanya percuma.

“Nenek aku pulang,” panggilku pada nenek sepulang sekolah. Aku tak mendengar sahutan. Lalu aku mengintip dari jendela kamar. Sambil mengedarkan pandangan, tampak nenekku yang sudah bertambah tua itu sedang berjalan sambil memanggul ubi kayu. Meskipun keriput di wajahnya bertambah, ia masihlah nenek yang memiliki kekuatan fisik yang lebih dibanding aku.

Aku duduk di samping nenek, kami mengistirahatkan diri sebentar dari rutinitas. Mengobrol bersama, itulah kebiasaan kecil yang selalu kami lakukan.

“Ibumu sudah lama ya kerja di luar kota? masih betah ya? nenek pengin ibumu pulang. Kerja di sini saja walau gaji nggak seberapa tapi bisa dekat sama keluarga. Pasti ibumu di sana capek, pulang ke sini cuma sebentar,” ucap nenek yang hanya bisa kutanggapi dengan senyuman.

Aku paham betul kondisi ibuku yang pastinya sangat lelah. Meskipun ibu berkata tidak apa-apa, kadang aku merasa bersalah. Mungkin karena aku sempat mengutarakan ingin lanjut ke bangku perguruan tinggi, jadi ibuku pun terus bekerja di sana. Aku sering merasa tak pantas menjalani kehidupanku seperti ini. Hina sekali aku mengharapkan kebahagiaan, apalagi kisah cinta. Harusnya aku fokus saja pada cita-cita dan orangtuaku. Harusnya aku fokus mencari cara bagaimana agar Salwa bisa menjadi seperti yang diharapkan ibu, bapak, dan nenek. Parameter bahagiaku pun berubah lagi. Asal keluargaku bahagia, Awa pun akan bahagia.

Begitulah caraku bertahan berhasil duduk di bangku perkuliahan hing-

ga lulus. Harapan orangtuaku bukanlah beban, melainkan kekuatan terbesar untukku. Meskipun sulit dan butuh biaya yang besar, kami saling meyakinkan bahwa semua akan berlalu. Aku mengambil beasiswa dan melanjutkan studi di jurusan Psikologi. Aku juga menyempatkan bekerja paruh waktu untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.

“Mba Awa, sudah ya melamunnya. Katanya mba ada jadwal ngisi materi seminar hari ini, kok belum berangkat?” tanya Bu Ana, pengurus panti tempat ku duduk saat ini. “Masih nostalgia ya? Sudah pulang ke rumah?,” tanyanya lagi. “Sudah, bu. Alhamdulillah sehat semua, Awa senang, Ibu Awa sudah nggak perlu balik kerja lagi. Bapak Awa juga di rumahnya sehat-sehat saja walaupun tambah kurus dan rumahnya agak berantakan. Tapi nenek sekarang sering tiduran, suka sakit badannya. Maklum sudah tua,” jelasku panjang lebar yang dibalas anggukan. Aku pun segera pamit pada Bu Ana dan anak-anak panti lainnya.

Saat ini aku sudah tidak benci lagi dengan permainan itu. Ibu bilang pada Salwa, setiap orang pasti punya giliran. Kami pun akhirnya mendapatkan giliran. Semua orang juga berhak menang. Menang juga bukan hanya dari keberuntungan, melainkan dari niat dan juga usaha dalam mencapai kemenangan itu.

“Salwa, kebahagiaan itu bukan tujuan yang bisa kamu capai, Nak. Tapi kebahagiaan itu ada dalam proses mencapai tujuan yang sebenarnya. Parameter bahagia setiap orang itu berbeda. Yang pasti, Salwa harus tahu kalau kebahagiaan selalu ada di sekitar kita. Saat Salwa tertidur dan diberi kesempatan terbangun keesokan harinya, di sana pun Salwa akan bersyukur. Dan dalam syukur itu ada letak bahagia, Nak,” itulah ucapan Ibu yang berhasil meluruskan pemikiranku selama ini.

PENTINGNYA INTEGRITAS

Pastinya kita sering mendengar kata integritas. Banyak yang mengartikan bahwa integritas sebagai tindakan, perilaku, atau sikap yang perlu dimilliki seseorang dalam dunia kerja atau prinsip kehidupan. Sederhananya, integritas adalah kejujuran yang menjadi prinsip dan selalu berpegang teguh. Sama halnya dengan kalimat di atas yang merupakan salah satu nasihat pemimpin Islam, Umar bin Khattab. Kalimat sederhana tetapi kita sebagai mahasiswa masih sulit mempraktikkannya.

Integritas menjadi suatu hal yang wajib bagi semua orang terutama di kalangan mahasiswa. Karena di dalamnya sangat sederhana seperti kejujuran mahasiswa, kebenaran yang dilakukannya, kesesuaian mahasiswa dalam berpikir, cara berbicara dan berbuatnya.

Maka dari itu integritas dalam diri harus sudah ditanam sejak dini, tepatnya saat masih menjadi mahasiswa. Hal ini sangat penting jika mahasiswa ingin sukses. Maka yang harus dilakukan adalah membangun karakter dan integritas.

Pasti menjadi pertanyaan juga bagi beberapa mahasiswa, lantas bagaimana dirinya memiliki integritas? Hal tersebut dapat dijawab dengan cara memiliki sifat teguh pendirian yang berprinsip, serta melakukan hal yang sesuai dengan ucapan.

Contoh kecilnya adalah ketika mahasiswa diuji mengenai keuangan. Ketika kita diamanahkan oleh orang tua kita

untuk membayar UKT atau diberikan uang untuk keperluan kuliah, maka kita harus benar melakukan perintahnya. Ini hal kecil yang harus kita jaga supaya kita selalu mendapatkan kepercayaan dari orang tua kita. Hal ini juga berlaku ketika kita berada di sebuah organisasi atau kepanitian. Jika kita diamanahkan dana untuk sebuah tugas di organisasi tersebut, kita harus menjaga kepercayaan orang lain yang diberikan ke kita.

Selain itu, kita juga harus berpegang teguh pada prinsip. Prinsip di sini adalah apabila ada hal-hal yang kita anggap buruk, kita harus tegas menolaknya. Karakter ini sangat diperlukan dan harus belajar dibangun sejak dini. Kita tidak tahu ke depan kita akan diuji seperti apa. Perjalanan hidup tak selalu mulus. Kita akan menghadapi orang yang berbeda-beda karakternya. Hanya saja mau dengan siapapun kita berteman tetapi jangan sampai mengubah prinsip kita.

Kemudian apabila kita melihat kebenaran, kita harus mampu mengatakannya. Sering kali kita meremehkan masalah kebenaran. Kita harus berpegang teguh pada kebenaran. Lagi-lagi kita sudah berusaha menerapkannya dari sekarang. Kalau masih menjadi mahasiswa kita tidak mau melatihnya, mau kapan lagi? Memang benar dalam praktiknya sulit sekali berpegang teguh pada kebenaran. Bahkan Sahabat Nabi, Umar bin Khattab tegas pada kebenaran.

“Berpegang teguhlah pada kebenaran, bahkan meski kebenaran itu akan

membunuhmu.”

Kalaupun kita belum mampu menyuarakan kebenaran, setidaknya kita menyadarkan diri ketika mengetahui tindakan yang tidak sepantasnya. Cara ini melatih diri kita agar tidak mudah goyah dalam menentukan benar atau tidaknya suatu hal.

Orang yang memiliki integritas berarti memiliki kepribadian yang jujur dan kuat. Sikap tegas tidak ingin korupsi, berpegang teguh pada prinsip, dan menjadi dasar untuk berhubungan dengan diri sendiri sebagai nilai moral.

Sama halnya dengan kejujuran. Kejujuran dalam hal ini bukan hanya omongan, pemanis retorika, tapi juga tindakan. Jika dimulai dengan kejujuran , kredibilitas, dan banyak akhlak mulia lainnya, maka karakter inilah yang sangat dibutuhkan pemimpin saat ini dan selanjutnya.

Sejumlah prinsip tersebut jika diterapkan akan menjadi pendorong untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan hidup kita. Prinsip-prinsip ini bisa membuat orang lain tak lagi merendahkan atau menguasai kita. Bukan sesuatu mustahil kedepannya kita bisa menjadi orang besar. Di mana pada masa yang akan datang kita semua akan menghadapi tekanan dan tipu daya orang lain. Namun, kita mampu melawannya karena integritas dalam diri kita sudah kuat dan sudah siap tangguh.

52 TEKNOKRA-Desember 2022 Edisi 221
“Jadilah orang yang bermartabat, jujur, dan selalu menyampaikan kebenaran.” -Umar bin Khatabb-
POJOK PKM
Oleh:Azhar Azkiya Pemimpin Redaksi Daring UKPM Teknokra

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.