1 minute read
WINKY WIRYAWAN
DJ sekaligus aktor ini berbagi kisah tentang aktualisasi
diri dalam industri musik dan seni peran, serta jam tangan Tissot favoritnya
DJ lainnya lewat Instagram Live. Ternyata saya merasa lebih nyaman memainkan lagu sesuka hati dan tanpa diatur.
Kini saya sudah tidak berambisi untuk go international untuk karena sudah mencapai semua yang diimpikan. Saya hanya ingin mempertahankan semua peninggalan yang diwariskan oleh semua senior saya ke anak-anak muda yang bercita-cita menjadi DJ.
Pandemi adalah pemutihan jiwa, saat itu Tuhan memang meminta kita untuk beristirahat sejenak. Saya mendapatkan banyak waktu untuk refleksi diri secara spiritual. Namun dua tahun sepertinya cukup, karena manusia sejatinya adalah makhluk sosial yang tak bisa terbelenggu terlalu lama.
Berakting bagai wisata karakter di mana saya dapat menjadi diri sendiri, hanya saja di fase yang mungkin belum terealisasi. Saya dapat melarikan diri dari realita dan menjadi pribadi yang berbeda 180 derajat. Selama ini saya selalu memerankan bad boy atau karakter ‘negatif’ lainnya, sedangkan saya ingin menunjukkan sisi humoris. Akhirnya hal ini terwujud lewat peran jenaka di film Open BO (2023) garapan Monty Tiwa. ini merupakan aktualisasi diri sesungguhnya—di dunia peran—bagi saya.
Ketertarikan pada dunia Disc Jockey (DJ) bermula saat mengikuti kompetisi skate di Lipstick Disco Skate dan terkagum pada lantunan musik yang dimainkan. Ketika sudah berpenghasilan, saya membeli piringan hitam dan belajar memainkannya hingga keterusan menjadi profesi tetap.
Saya selalu memainkan musik dalam alliran sama dan tidak berencana untuk berpindah genre. Karir saya dimulai dengan genre drum & bass dan breaks, lalu beralih ke house. Sempat juga bereksplorasi dengan musik metal dalam band yang terbentuk saat pandemi, namun berhenti karena masingmasing anggota memiliki kesibukan sendiri.
Saya dan Kenes (istri) mencetuskan program DJ Virtual Basement Of Heaven (BOH) yang dilatari oleh keterdesakan akan hiburan semasa pandemi. Sebelumnya, saya pernah terlibat dalam program serupa dengan sejumlah
Jika sebagian orang menganggap jam tangan sebagai status sosial, saya memandangnya sebagai penentu mood sang pemakai. Saya dapat menebak bila seseorang sedang baik-baik saja atau kacau balau berdasarkan jam yang dikenakannya. Begitupun dengan saya. Meski mengenakan jam setiap hari, jika hendak bersantai saya akan menanggalkannya karena tidak ingin terus menerus melihat waktu.
Saya dan Tissot berbagi prinsip yang sama: dinamis dan penuh presisi, terutama dalam hal waktu. Kolega dan teman-teman justru sering kewalahan akan ketepatan waktu saya karena saya adalah pribadi yang sangat disiplin. Saya hampir tidak pernah terlambat, jika iya pun disebabkan oleh urusan yang benar-benar harus diselesaikan.
Tissot Gentleman Powermatic 80 Silicium menjadi favorit saya berkat desain serbaguna yang begitu elegan. Jam ini berhasil menunjang gaya preppy sepanjang pelesir ke Eropa di akhir tahun 2022, sehingga saya terus mengenakannya selama dua minggu penuh.