![](https://assets.isu.pub/document-structure/230501133403-4148b53cfd093b6cef408e8cb84ae8f3/v1/4d4e821e368e3104f87cf6037a5c8ba2.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
4 minute read
Berkah Ramadan 1444 H Kondang hingga ke Negeri Arab
Pengrajin Sarung Goyor di Kota Magelang Banjir Pesanan Saat Ramadan
MAGELANG, TRIBUN - Ramadan menjadi bulan penuh berkah. Hal itu dibuktikan oleh pengrajin sarung goyor merek Botol Terbang di Potrobangsan, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, Jawa Tengah. Sarung goyor tetap memiliki peminatnya sendiri, bertahan hingga saat ini di tengah persaingan industri tekstil yang ketat dan bermunculannya aneka jenis sarung. Sarung goyor memiliki karakteristik tersendiri yang membuatnya berbeda dari jenis sarung modern saat ini. Sesuai namanya, sarung goyor berkarakter lembek atau goyor dalam bahasa jawa, namun adem dan nyaman ketika dipakai.
Advertisement
Keistimewaan lainnya adalah semua proses produksinya masih dilakukan secara manual dan tradisional menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Pembuatan satu buah sarung goyor harus melewati proses yang cukup panjang, butuh kesabaran, ketelitian, dan ketelatenan dalam upaya produksinya.
“Semuanya (produksi) dilakukan secara manual dan tradisional. Untuk satu buah sarung goyor, dari bahan baku sampai jadi, bisa membutuhkan waktu sekitar tiga minggu,” ucap pemilik usaha produksi sarung goyor Botol Terbang, Sumadiyo (67) saat ditemui di rumah produksinya, Selasa (4/4).
TRIBUN JOGJA/NANDA SAGITA GINTING
PROSES PANJANG - Rangkaian proses pembuatan sarung goyor merek Botol Terbang di Potrobangsan, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, Jawa Tengah, Selasa (4/4).
Motif dari sarung goyor yang dibuatnya bermacam-macam, mulai dari motif prapatan, tejo, kolong satu, kolong dua, sidomukti, putihan, kotak, hingga kawung. Rata-rata motif yang dibuat merupakan motif tradisional. “Ada puluhan motif yang kami produksi dan yang paling banyak diminati itu motif kawung. Biasanya
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230501133403-4148b53cfd093b6cef408e8cb84ae8f3/v1/f5233ff659ff956471cf1b87fddd5bef.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
Mengatasi Kulit Kering Saat Puasa
KURANGNYA cairan tubuh selama puasa dan paparan dari pendingin udara bisa membuat kulit menjadi sangat kering. Kondisi ini kemudian akan mempercepat munculnya garisgaris halus pada kulit dan memicu rasa gatal serta kulit yang terasa seperti tertarik.
Dikutip dari Antara News, Senin (27/3), pakar anti-aging dan estetika dr Cynthia Jayanto, M.Biomed (AAM), menjelaskan, kadar air di dalam tubuh berkurang selama puasa sehingga membuat kulit lebih kering. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa kebiasaan, seperti mandi air panas, terlalu lama berada di ruangan dengan pendingin udara, terlalu banyak mengonsumsi makanan manis dan asin, serta tidak mencukupi kebutuhan air minum harian.
Dikutip dari laman Universitas Gadjah Mada, dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin dr Fajar Waskito, SpKK(k), MKes menyebutkan bahwa ada beberapa cara mengatasi kulit kering saat puasa.
Banyak minum Minum setidaknya 2 liter air putih, yang dibagi menjadi satu gelas setiap bangun sahur, saat makan sahur, saat berbuka puasa, setelah salat maghrib, setelah makan malam, sebelum salat tarawih, setelah salat tarawih, dan sebelum tidur
Makan gizi berimbang Mengonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang, seperti menambah asupan sayur dan buah serta menghindari makanan tinggi gula dan lemak ketika sahur atau berbuka puasa.
Pilih pasta gigi
Berhati-hati ketika menggunakan pasta gigi dengan kandungan detergen atau mint karena bisa menyebabkan bibir kering
Pakai pelembap dan sunscreen Mengaplikasikan pelembap pada bibir yang kering dan menghindari kebiasaan mengulum atau menjilat bibir. Oleskan losion atau pelembap setelah berwudu, agar kulit tidak menjadi terlalu kering dan iritasi.
Pakai sunscreen atau pelindung dari sinar matahari ketika beraktivitas di luar ruangan
Cukup tidur dan olahraga Tidur dan istirahat yang cukup untuk menghindari kulit tampak kusam. Melakukan aktivitas fisik atau berolahraga untuk mendukung metabolisme tubuh selama puasa. (kpc)
SalamSapaSalamSapaSalamSapaSalamSapa
Chika Jessica Menemani Sang Ibu
CHIKA Jessica mengaku bersyukur karena masih bisa menikmati Ramadan ini bersama ibunya. Sang ibu kini harus rutin menjalani cuci darah akibat penyakit ginjal kronis.
“Mama sekarang cuci darah semingu sekali. Aku bersyukur banget di bulan puasa ini mamah masih ada, walaupun kondisinya harus cuci darah seminggu sekali,” kata Chika Jessica saat ditemui di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, Jumat (31/3).
Mantan ke- kasih Dwi Andhika itu merasa beruntung jika ibunya bisa terus ber- juang sembuh dari sakitnya. Sehingga, berkat dukungan dan doa dari banyak pihak membuat ibundanya mampu bertahan hingga saat ini. “Cuma, kita kan pernah alami yang drop banget, eh, alhamdulillah dengan doa dan usaha mama masih (ada),” ujar Chika. Kini Chika berusaha menjaga ibunya itu dan menemani untuk melakukan cuci darah seminggu sekali. Begitupun soal pola makan dan istirahat yang harus ia jaga betul. “Awalnya kan cuma buat dilihat, tapi ternyata harus cuci darah seminggu sekali. Ya sudah, harus dijaga aja sih makannya. Jangan terlalu banyak,” tutur Chika.
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230501133403-4148b53cfd093b6cef408e8cb84ae8f3/v1/956cd6604f67ed828762f527043dcc86.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
Selama menjalani cuci darah, Chika tidak menutupi bahwa ada efek samping yang timbul di tubuh ibunya.
Namun gejala tersebut menurutnya normal bagi para pasien yang harus melakukan cuci darah. “Biasanya pas pulang abis cuci darah itu agak eneg. Tapi, semua sih merasakan itu, katanya normal,” pungkas Chika. (Tribunnews.com) pembeli menggunakan sarung goyor untuk ibadah salat,” terangnya. Selembar sarung goyor dijual kisaran harga mulai Rp700.000. Sumadiyo mengatakan, harga disesuaikan dengan lamanya waktu pembuatan, tingkat kesulitan motif, hingga warna. Rumah produksi sarung goyor merek Botol Terbang yang sudah berdiri sejak 1950-an ini sudah kebanjiran pesanan selama bulan suci Ramadan tahun ini. Sumadiyo mengatakan, setidaknya sudah ada pesanan 80 lembar sarung pada awal Ramadan kali ini. “Diperkirakan akan bertambah lagi pada saat menjelang Lebaran nanti. Karena, biasanya pada menjelang Lebaran pesanan akan lebih banyak lagi,” ujarnya.
Semuanya (produksi) dilakukan secara manual dan tradisional. Untuk satu buah sarung goyor, dari bahan baku sampai jadi, bisa membutuhkan waktu sekitar tiga minggu.
Penjualan
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230501133403-4148b53cfd093b6cef408e8cb84ae8f3/v1/d6eee8d08c5d8fdc7dbe50e597507d90.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
Ia mengatakan, pesanan tidak hanya berasal dari dalam negeri, namun juga luar negeri, terutama negara-negara Timur Te- ngah. Kualitas dan karakter sarung goyor memang sudah kondang hingga mancanegara. Belum lama ini, pihaknya mengirimkan langsung 500 sarung ke negara Arab. Penjualan ke luar negeri biasanya memang dilayani langsung oleh produsen, tanpa melalui agen. Adapun penjualan dalam negeri biasanya dilayani melalui toko mitra. Setidaknya ada tiga toko di Kota Magelang dan satu di Muntilan yang jadi mitra penjualan sarung goyor Botol Terbang. “Untuk luar negeri biasanya dikirim langsung, kebanyakan pesanan dari negara Arab, kemarin terakhir mengirim sekitar 500 buah sarung,” tuturnya. Meskipun pesanan meningkat saat Ramadan, dirinya mengaku hanya menjual sarung sesuai dengan kemampuan para pekerjanya yang saat ini berjumlah 24 orang. Pihaknya juga tak pernah memasang target produksi maupun penjualan. (ndg)