5 minute read
BBPOM Temukan Puli Berkandungan
Boraks di Pasar Ramadan Wonosari
tus persen tuntas. Masih banyak bidang lahan yang hingga kini belum divalidasi, karena berbagai sebab.
Advertisement
“Misalnya, berkas persyaratan belum lengkap. Ada juga karena sengketa waris. Kemudian, ada juga daftar lama atas pewaris yang sudah meninggal dunia, sehingga harus diberkas ulang. Sebagian besar yang belum dibayar karena itu sih,” ujar dia.
Sementara itu, pengadaan lahan tambahan tol YogyaBawen di seksi 1 (junction Sleman hingga simpang susun Banyurejo) telah rampung tahap identifikasi dan inventarisasi, berlanjut ke tahap pengumuman. “Sekarang sudah mulai kami umumkan hari ini di Tirtoadi,” kata Margaretha. Menurut dia, pengumuman dalam bentuk daftar nominatif dan peta bidang. Di Tirtoadi sendiri ada 47 bidang lahan tambahan terdampak dengan luas 7.000 meter persegi. Jumlah tersebut sudah termasuk fasilitas sosial (fasos) maupun fasilitas umum (fasum) terdampak. Hasil identifikasi dan inventarisasi ini secara bertahap bakal diumumkan di kalurahan terdampak.
“Besok pagi di Kalurahan Sumberrejo. Kami (umumkan) yang sudah fiks dulu, istilahnya yang sudah tidak ada koreksi,” terang dia. (rif)
Seorang warga terdampak dari Bantarejo, Banguncipto, Tukijan, menyebut rumah dan seluruh pekarangannya bakal habis terdampak proyek tol itu.
Namun, ia hingga kini belum mendapatkan kepastian relokasi. Tukijan juga belum tahu besaran harga pengganti asetnya itu. Nantinya, jika uang ganti kerugian (UGR) sudah dibayarkan, rencananya akan digunakan untuk membeli tanah pengganti di wilayah yang sama.
“Saya setuju, kalau enggak setuju, gimana, ya tetap terpaksa harus setuju karena program strategis pemerintah. Meski yang kena (jalan tol) banyak, ada rumah sekaligus pekarangan sekitar 1.300 meter persegi. Rencananya mau beli tanah di Sentolo lagi.
Karena saya akan pindah belum punya tempat baru.
Pengganti tempat (relokasi) juga belum ada informasi,” ucapnya.
Warga lainnya, Untung Subekti datang ke konsultasi publik untuk mewakili orang tuanya yang kini tinggal di Bogor, Jawa Barat. Kebetulan orang tuanya memiliki pekarangan di Desa Bantarejo. “Ada pekarangan yang terlibas jalan tol Yogya-YIA sekitar 500 meter persegi dari total 1.900 meter persegi,” ucap warga Padukuhan Paingan, Pengasih ini. (scp)
GUNUNGKIDUL, TRIBUN - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Yogyakarta menemukan jajanan pasar berkandungan bahan berbahaya saat melakukan survei di Pasar Ramadan di Wonosari, Gunungkidul, Rabu (5/4). Pengawas Farmasi dan Makanan dari BBPOM Yogyakarta, Yustina Etik mengatakan ada dua sampel makanan yang terbukti mengandung bahan berbahaya.
“Keduanya adalah puli yang terbukti mengandung boraks setelah diuji,” kata Yustina.
Menurutnya, puli merupakan salah satu makanan yang rentan mengandung bahan berbahaya seperti boraks, yang kerap digunakan seba- gai pengenyal. Yustina mengatakan puli yang mengandung boraks biasanya lebih kenyal dan susah dipotong. Namun, secara warna tidak terpengaruh, sehingga perlu uji kimia untuk memastikannya. “Pelaku usaha kami sarankan pakai kanji untuk pengenyal, tapi tetap masih ada yang memakai boraks,” ujarnya. Yustina pun mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap makanan mengandung bahan berbahaya seperti boraks, yang bisa mengganggu fungsi saraf, ginjal, dan hati. Temuan ini nantinya akan menjadi dasar pembinaan bagi pelaku usaha yang menjualnya. Prosesnya juga bekerja sama dengan
Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul.
“Nanti data hasil pemeriksaan makanan ini akan kami serahkan ke Dinkes,” jelas Yustina.
BBPOM Yogyakarta melakukan survei jajanan pasar di empat lokasi di Gunungkidul. Total ada 15 sampel makanan yang diuji kandungannya.
Staf Fungsional Ahli Farmasi, Dinkes Gunungkidul, Agung Harinto mengatakan pembinaan tak hanya ke pedagang yang menjual puli, tetapi juga pemasok bahannya. “Sebab, pedagang tersebut juga mengambil dari produsen, kami ada datanya untuk menindaklanjuti temuan ini,” kata Agung. (alx)
Buruh Rongsok Diduga Cabuli Gadis Berkebutuhan Khusus
WARGA Kanoman, Kapanewon Banguntapan, Bantul, meringkus seorang buruh rongsok karena diduga mencabuli seorang anak berkebutuhan khusus, Rabu (5/4). Kini, pelaku berinisial CA (50) warga Cirebon itu sudah diamankan polisi untuk proses hukum lebih lanjut.
Kasi Humas Polres Bantul, Iptu I Nengah Jeffry Prana
Widnyana, menjelaskan, dugaan tindak pidana kekerasan seksual itu terjadi sekitar pukul 10.30 WIB. Korban berinisial RW (20) seorang perempuan berkebutuhan khusus yang merupakan warga asli Riau.
“Terungkapnya kasus itu bermula ketika ibu korban pulang dari bepergian dan mendapati di depan pintu kamar kos ada sepasang sandal yang tidak dikenal,” ujarnya. Merasa curiga, ibu korban langsung masuk. Ia kemudian terkejut karena di dalam kamar ada seorang pria tak dikenal sedang membetulkan celana panjang warna hitam. “RW (20) sedang di atas kasur, menangis sambil menutupi badannya dengan selimut,” ucapnya.
Sontak ibu korban berteriak meminta pertolongan. Warga yang mendengarnya kemudian mengamankan pelaku dan menghubungi pihak Polsek Banguntapan. Ibu korban secara resmi telah melaporkan kejadian yang menimpa anaknya. Pelaku sudah diamankan di Polsek Banguntapan dan kini masih dalam pemeriksaan polisi. (nto)
1.158 Calon Haji Sleman Berangkat Tahun Ini
KEMENTERIAN Agama (Kemenag) Kabupaten Sleman mencatat kuota calon jemaah haji asal wilayahnya yang berangkat pada 2023 sebanyak
1.158 orang. Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Sleman, Sidik Pramono, mengatakan jumlah itu lebih besar daripada jumlah kuota haji tahun lalu. Pasalnya, saat itu masih berlangsung pandemi Covid-19, sehingga hanya ada kuota sebesar 45 persen atau setara sekitar 557 jemaah haji dari kuota biasanya yang ada di DIY.
“Untuk tahun ini, apabila diurutkan berdasarkan porsinya, maka terdapat
1.100 orang calon jemaah haji dan 58 calon jemaah haji prioritas lansia. Karena, lansia itu dikasih kuota sebanyak 5 persen. Kemudian, kuota cadangan ada sebanyak 95 orang,” urainya, Rabu (5/4).
Seluruh calon jemaah haji Sleman masih menjalani proses pemeriksaan
Pengerjaan Fisik Program Padat Karya di Bantul Berjalan Lancar
BANTUL, TRIBUN - Program padat karya di Kabupaten Bantul telah bergulir sejak 20 maret 2023 kemarin. Dari hasil evaluasi oleh
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Bantul, tak ada kendala berarti dalam program tersebut tahun ini.
Kepala Disnakertrans Bantul, Istirul Widilastuti mengatakan pihaknya sudah mengundang ketua kelompok di tiap titik pengerjaan untuk evaluasi proses pembangunan fisik. Hasilnya, ia menyebut bahwa tak ada kendala yang berarti selama proses pengerjaan padat karya. “Alhamdulilah tidak ada kendala yang berarti, hanya ada kendala kecil yang bisa diselesaikan di tingkat kelompok. Kendala cuaca saja, kan, kalau pas hujan mereka tidak bisa bekerja, bisa tertunda,” ujarnya, Rabu (5/4/).
Namun demikian, menurutnya, dengan semangat warga dan budaya adiluhung gotong royong, kendala itu dapat diatasi dengan baik. “Dengan gotong royong mereka pastinya tidak akan kesulitan dalam menyelesaikan target sesuai yang kita berikan,” ucapnya. Istirul berharap, pekerjaan pembangunan fisik dapat berjalan dengan lancar sampai berakhir pada 12-13 April 2023 besok. Setelah itu, upah untuk para pekerja dapat segera dicairkan. “Pembayaran akan dilakukan setelah hari kerja berakhir. Harapan kami, sebelum lebaran uang perangsang kerja (UPK) sudah cair,” ungkapnya. Dalam kesempatan itu, Istirul juga berharap padat karya ini dapat menjadi solusi untuk pengentasan kemiskinan yang ada di Kabupaten Bantul. Para pekerja yang diberdayakan dalam program tahunan ini pun telah dicocokan dengan data kemiskinan terbaru dari Kementerian Sosial. Dengan demikian, diharapkan program ini dapat tepat sasaran.
“Pekerja yang kita libatkan sudah kita sounding-kan dengan data miskin di Kabupaten bantul, terutama miskin ekstrem,” ungkapnya.
Pengerjaan fisik padat karya ini dilaksanakan serentak pada 20 Maret di 238 lokasi. Jumlah tersebut terdiri dari 153 lokasi yang bersumber dari APBD Kabupaten Bantul dan 84 lokasi dari APBD DIY melalui Bantuan Keuangan Khusus (BKK). Anggaran di 238 lokasi itu senilai Rp100 juta per lokasi. Sedangkan padat karya dengan anggaran Rp200 juta per lokasi yang bersumber BKK APBD DIY dengan jumlah 117 lokasi akan digelar setelah
“Untuk
Istirul Widilastuti Kepala Disnakertrans Bantul kesehatan di puskesmas dan melaksanakan kepengurusan visa bio. Sejauh ini, ada sekitar 400 calhaj yang telah mengurus visa bio.
“Mudah-mudahan nanti akan selesai pada waktunya. Kami juga masih menunggu terkait (kebijakan) pelunasan ibadah haji dari Presiden.Apabila sudah dibuka, akan ada pelunasaan dari para calon jemaah haji, baik itu dari tahapan pertama mau tahapan lanjutan,” jelas dia. (nei)