4 minute read
BPBD Kirim Ribuan Masker
Tiga Desa di Boyolali Terdampak Hujan Abu Gunung Merapi
Advertisement
BOYOLALI, TRIBUN -
Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan DIY erupsi pada Rabu (8/2).
Erupsi ini mengakibatkan terjadinya hujan abu ringan hingga sedang di tiga desa yang ada di dua kecamatan di wilayah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Seorang warga Desa
Sangup, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali, Ngatiyem (45) menyebut bahwa hujan abu datang secara tiba-tiba sekira pukul 07.30 WIB. Abu mengguyur lahan pertanian yang sebagian besar ditanami jenis sayuran.
“Warga kemudian banyak yang membersihkan tanaman sayuran seperti cabai, kembang kol, dan lainnya. Namun, warga tetap beraktivitas seperti biasa ke ladang untuk membersihkan tanaman sayuran agar kualitasnya tidak menurun akibat dampak hujan abu,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar)
Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Boyolali, Widodo Munir mengatakan, erupsi Gunung Merapi tercatat terjadi sekitar pukul 07.10 WIB. Erupsi yang terjadi berupa semburan abu ke atas.
Namun saat kejadian, arah angin menuju ke arah timur (Sungai Boyong, Magelang) yang berdekatan dengan wilayah Boyolali. Akibatnya, tiga desa di Boyolali mengalami hujan abu yakni di Desa Sruni Kecamatan Musuk; Desa Sangup dan Mriyan di Kecamatan Tamansari.
Widodo menjelaskan, meski ada hujan abu dari Gunung Merapi, masyarakat tetap aman berakti- vitas seperti biasa. Hal itu karena erupsi hanya sekali, tidak berulang-ulang. “Kondisi sekarang sudah aman terkendali,” ungkapnya. Sebagai respon atas adanya hujan abu tersebut, lanjut Widodo, BPBD Boyolali mengirim ribuan masker ke tiga desa terdampak. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi bila terjadi hujan abu susulan yang kemungkinan mengarah ke Kecamatan Musuk dan Tamansari. “Kami mengimbau masyarakat tetap tenang, tidak panik, tetapi tetap waspada karena wilayah Boyolali, khususnya, erupsi diperkirakan mengarah ke barat daya, terutama di Sungai Boyong Magelang,” ucapnya. Untuk diketahui, selama 12 jam pengamatan, Gunung Merapi mengeluarkan satu kali awan panas guguran, Rabu (8/2). Hal tersebut terlihat oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mulai 00.00-12.00 WIB.
“Satu kali awan panas guguran itu terjadi pukul 07.10 WIB pagi tadi. Durasinya 130 detik, jarak luncur 1,5 kilometer ke barat daya, ke arah Kali Boyong,” ujar Kepala BPPTKG, Agus Budi S melalui keterangan tertulis.
Awan panas guguran itu mengakibatkan hujan abu di sekitar Desa Sangup, Kecamatan Musuk dan Desa
Mriyan, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali. Sebelumnya di hari Selasa (7/2), teramati empat kali guguran lava dengan jarak luncur maksimal 1,8 kilometer ke barat daya.
Potensi bahaya saat ini, kata dia, berupa guguran
AKTIVITAS SEPERTI BIASA lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya. Sektor itu meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.
Erupsi Gunung Merapi, Rabu (8/2) mengakibatkan hujan abu di tiga desa di Kabupaten Boyolali.
Namun demikian, warga terdampak hujan abu tetap beraktivitas seperti biasa.
Mereka membersihkan tanaman sayuran agar kualitas tidak menurun akibat dampak hujan abu.
Sementara pihak BPBD Kabupaten Boyolali mengirim ribuan masker ke tiga desa terdampak.
Pada sektor tenggara, sektor meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol lima kilometer. Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.
Masyarakat diminta tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya dan antisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar gunung.
“Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali,” tukasnya. (ard/tro/tribunsolo. com)
TRIBUNSOLO.COM/TRI WIDODO
BERSIHKAN TANAMAN - Seorang warga Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali membersihkan tanaman bunga mawar miliknya usai diguyur hujan abu Gunung Merapi, Rabu (8/2).
Warga Desa Kebondalem Lor
Terima UGR Tol
PULUHAN warga Desa Kebondalem Lor, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten menerima pembayaran uang ganti rugi (UGR) tanah terdampak tol Yogyakarta-Solo. Pembayaran UGR tol dilaksanakan di aula balai desa setempat, Selasa (7/2).
Kasi Pengadaan Tanah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Klaten, Sulistiyono mengatakan, ada 36 bidang tanah milik warga Desa Kebondalem Lor yang dicairkan. Selain itu, ada satu bidang tanah milik warga Desa Kokosan dan satu bidang tanah milik warga Desa Gumul.
“Total bidang tanah yang kami cairkan sebanyak 38 bidang dengan nilai ganti kerugian Rp35,7 miliar, itu luasnya 22.017 meter
Eksekusi Lahan di Pasar Babadan
Tanpa Perlawanan
KLATEN, TRIBUN - Lahan Pasar Babadan yang berada di Desa Teloyo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah akhirnya dieksekusi oleh Pengadilan Negeri (PN)
Klaten. Usai dieksekusi, tanah tersebut kini menjadi milik pemerintah desa setempat.
Proses eksekusi dilakukan pada Rabu (8/2) dengan melibatkan pengamanan sebanyak 491 personel gabungan dari polisi dan TNI. Saat eksekusi berlangsung, bangunan kios sudah dalam kondisi kosong tanpa ada barang dagangan. Ketua Pengadilan Negeri (PN)
Klaten, Tuty Budhi Utami mengatakan, eksekusi terhadap pasar tersebut sudah melalui tahapan sebagaimana diatur dalam proses hukum.
“Ini sudah melalui tahapan dan sudah kita tunggu sampai akhir,” ucapnya di sela-sela eksekusi.
“Paling akhir yang kami terima adalah putusan peninjauan kembali (PK), dimana putusan itu menguatkan putusan pengadilan negeri, bahwa yang berhak menguasai objek eksekusi adalah Pemerintah Desa Teloyo,” ucapnya.
Ia mengatakan bahwa putusan PK terhadap eksekusi pasar itu keluar bulan November 2022. Putusan tersebut, juga sudah diberitahukan ke masing-masing pihak, baik Pemdes Teloyo maupun pihak ahli waris Slamet Siswosuharjo. “Sudah inkrah (berkekuatan hukum tetap), bahkan untuk perlawanan juga sudah ada putusannya. Meskipun mengajukan perlawanan lagi, karena sudah ada PK kepastian hukum maka kami laksanakan (eksekusi),” ucapnya. Kuasa Hukum ahli waris lahan milik Slamet Siswosuharjo yang dieksekusi, Badrus Zaman mengatakan jika lahan di Pasar Babadan itu masih dalam tahap perlawanan di pengadilan. “Masih dalam proses perlawanan. Saat ini masih sidang di PN klaten,” katanya. Sebelumnya, pihaknya telah mengajukan penundaan eksekusi untuk menghormati peradilan yang sedang berjalan. “Kami akan tetap lakukan upaya-upaya hukum, sebab sertifikat masih atas nama Pak Slamet,” ucapnya.
Kapolres Klaten, AKBP Eko Prasetyo mengatakan pihaknya melakukan pengamanan eksekusi dengan menerjunkan 491 personel gabungan dari unsur Polri dan TNI. Menurutnya, proses eksekusi berjalan lancar karena dukungan dari masyarakat Teloyo.
“Kami menerima permohonan bantuan pengamanan Polri dan TNI untuk pengamanan eksekusi yang ada di wilayah Pasar Babadan, Wonosari. Kami menyiapkan personel gabungan dari Polri dan TNI sebanyak 491 personel,” ucapnya.
“Ini yang menghendaki adanya perubahan jadi pelaksanaan eksekusi berjalan lancar dan aman. Selama eksekusi, tidak ada pengalihan jalan, kami hanya mengurangi biar tidak crowded (padat orang) di sini,” imbuh dia. (mur)