2 minute read
Virus Lebih Mematikan dari Ebola Tewaskan 9 Orang
WHO Gelar Pertemuan Darurat Terkait Wabah Marburg
MALABO, TRIBUN - Organisasi
Advertisement
Kesehatan Dunia (WHO) menggelar pertemuan urgen pada Selasa (14/2). Hal ini sebagai respons atas wabah virus Marburg yang mematikan di Afrika. Dilansir dari New York Post, sedikitnya sembilan orang meninggal karena wabah virus Marburg baru-baru ini di Afrika. Pada Senin (13/2), Ekuatorial Guinea mengumumkan adanya wabah virus Marburg pertama kalinya di negara tersebut.
Virus Marburg adalah salah satu penyakit paling mematikan. Virus ini menyebabkan demam berdarah dengan rasio kematian hingga 88 persen, jauh lebih mematikan daripada Ebola, menurut WHO.
WHO menuturkan, virus Marburg dapat menular melalui kontak langsung seperti cairan tubuh orang yang terinfeksi atau bisa melalui medium lain seperti seprai atau pakaian. “Marburg sangat menular. Berkat tindakan cepat dan tegas oleh otoritas Ekuatorial Guinea dalam mengonfirmasi penyakit tersebut, tanggap darurat dapat dilakukan dengan cepat sehingga kami menyelamatkan nyawa dan menghentikan virus sesegera mungkin,”kata Direktur Regional WHO untuk Afrika Matshidiso Moeti.
Sampel kasus virus Marburg dari Ekuatorial Guinea dikirim ke laboratorium di Senegal untuk dicari asal-usul wabah. Sejauh ini, sembilan orang dari 16 suspek kasus virus Marburg meninggal dunia.
WHO menuturkan, gejala utama dari infeksi virus Marburg adalah demam berdarah parah selama tujuh hari. Setelah terinfeksi selama beberapa hari, pasien menunjukkan beberapa ciri-ciri seperti mata cekung, wajah tanpa ekspresi, dan kelesuan ekstrem.
Kematian akibat virus Marburg biasanya juga terkait dengan gejala lain seperti adanya darah di muntahan dan tinja pasien. Selain itu, muncul pendarahan dari hidung, gusi, dan vagina.
WHO mengatakan, pihaknya sedang mengirim ahli medis serta per- alatan pelindung untuk membantu upaya pengekangan wabah virus Marburg di Ekuatorial Guinea. Di negara tetangga Ekuatorial Guinea, Kamerun, kasus suspek virus Marburg terdeteksi pada Senin di Olamze, sebuah komune di perbatasan dengan Ekuatorial Guinea.
Saat ini, belum ada vaksin atau obat antivirus untuk virus Marburg. Marburg membunuh 90 persen dari 252 orang yang terinfeksi pada 2004 dalam wabah di Angola. Tahun 2022, ada dua laporan kematian karena virus Marburg di Ghana. Virus Marburg pertama kali diidentifikasi pada 1967 di Marburg, Jerman dan Beograd, Serbia. Negara kecil di Afrika tengah itu mengarantina lebih dari 200 orang dan membatasi pergerakan penduduk setempat minggu lalu. Negara tetangga Kamerun itu juga membatasi pergerakan di sepanjang perbatasannya karena kekhawatiran tentang penularan. Secara total, sudah ada sembilan kematian dan 16 kasus sus-
PENYAKIT MENULAR pek virus Marburg. Para penderita menunjukkan gejala termasuk demam, kelelahan, dan muntah berlumuran darah serta diare. Namun, hingga kini belum ada vaksin atau perawatan antivirus yang disetujui untuk mengobatinya. Sebelumnya, Menteri Kesehatan Guinea Khatulistiwa Mitoha Ondo’o Ayekaba mengatakan, kematian tersebut dikaitkan dengan upacara pemakaman di distrik Nsok Nsomo, Provinsi Kie-Ntem. (kpc)
Sembilan orang warga Ekuatorial Guinea dilaporkan meninggal dunia.
Korban tewas diduga kuat terjangkait virus marburg.
Virus ini sangat menular dan mematikan.
Virus ini menyebabkan demam berdarah dengan rasio kematian hingga 88 persen.
Langka, Ibu Lahirkan Lima Anak Kembar
KRAKOW - Pasangan suami istri asal Polandia-Inggris kini memiliki 12 anak, setelah sang ibu baru saja melahirkan bayi kembar lima. Sebelumnya, mereka sudah memiliki tujuh buah hati. Kelahiran bayi kembar lima ini terjadi jelang Hari Valentine
14 Februari 2023. Sang ibu mengatakan, dia merasa lebih baik dari yang dikira setelah mengalami kehamilan yang jarang terjadi. Dominika Clarke, nama ibu itu, sebelumnya memiliki tujuh anak mulai usia 10 bulan hingga
12 tahun. Ia melahirkan bayi kembar lima di rumah sakit Kota Krakow, Polandia selatan, Ming- gu (12/2).
“Kami berencana memiliki anak kedelapan tetapi ternyata ada lebih banyak lagi,” katanya kepada wartawan, dikutip dari kantor berita AFP. Clarke diwawancarai di rumah sakit ketika bersama suaminya, Vince, asal Inggris. Bayi-bayi itu dilahirkan melalui operasi caesar pada waktu kehamilan 29 minggu dan masih membutuhkan bantuan pernapasan. “Kami berharap akan tiba saat yang menyenangkan ketika mengeluarkan mereka dari rumah sakit,” kata Ryszard Lauterbach, kepala departe- men neonatologi.
Bayi-bayi kembar lima tersebut terdiri dari tiga perempuan dan dua laki-laki, diberi nama Arianna Daisy, Charles Patrick, Elizabeth May, Evangeline Rose, dan Henry James.
Clarke merasa kehamilannya sebagai keajaiban, karena rumah sakit mengatakan bahwa kemungkinan hamil kembar lima adalah 1:52 juta. “Sebagai ahli matematika, saya menyukai statistik semacam ini. Peluang kami menang lotre lebih besar daripada memiliki anak sebanyak ini,” jelasnya. (kpc)