3 minute read

Pedagang Bernapas Lega

„ 13 Ton MinyaKita Mulai Didistribusikan Menuju 4 Pasar Tradisional

YOGYA, TRIBUN - Kota Yogya akhirnya menerima distribusi komoditas minyak goreng jenis MinyaKita, setelah tempo hari sempat tersendat akibat praktik penimbunan hingga 500 ton. Sebanyak 13 ton MinyaKita pun mulai dialokasikan menuju 4 pasar tradisional di Kota Yogya, Kamis (16/2). Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Yogya, Veronica Ambar Ismuwardani, mengatakan, 13 ton MinyaKita tersebut merupakan hasil sidak jajaran Kementerian Perdagangan yang didistribusikan ke daerah. Adapun empat pasar tradisional yang mendapat gelontoran MinyaKita meliputi, Pasar Beringharjo, Demangan, Kranggan, dan Prawirotaman.

Advertisement

“Satu pasar sementara baru 10 pedagang yang mendapat pasokan MinyaKita. Masing-masing per minggu dijatah 7 karton. Kemudian, tiap konsuman hanya boleh membeli 2 botol, atau 2 liter saja tiap harinya,” ucap Ambar, Kamis (16/2). Namun, sesuai rencana, minggu depan Kemeterian Perdagangan bakal menambah pasokan minyakita untuk wilayah DIY dengan kisaran 60 ton. Sehingga, jika terealisasi, Pemkot bakal langsung melakukan distribusi menuju beberapa pasar tradisional, yang saat ini belum tersentuh pasokan MinyaKita.

“Rencananya akan kami distribusikan ke Pasar Lempuyangan dan Sentul, akan kami intervensi. Pedagang kemungkinan juga ditambah, sehinga nanti tidak sebatas 10 pedawgang di tiap pasar,” kata Kadisdag.

Dengan begitu, lanjutnya, akses warga masyarakat untuk memperoleh komodi- tas minyakita pun semakin mudah dan dengan harga sesuai HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp14 ribu per liter. Bukan tanpa alasan, semenjak diluncurkan pada pertengahan tahun lalu, MinyaKita seakan jadi primadona publik.

“Jadi, jangkauannya kita perluas. Apalagi, kita juga punya kios Segara Amarta di beberapa pasar, yang bisa jadi acuan bagi pedagang dan pembeli untuk hargaharga kebutuhan pokok,” urainya.

“Sekarang pedagangnya baru kita data, siapa saja yang akan dapat, karena harus melampirkan KTP, NPWP dan membuat pakta integritas untuk menjual MinyaKita sesuai HET,” tambah Ambar.

Lebih lanjut, Kadisdag pun mengungkapkan, secara keseluruhan, stok minyak goreng di Kota Yogya saat ini sejatinya masih sangat aman. Hanya saja, fenomena kelangkaan minyakita yang terjadi sejak awal tahun silam, memang menimbulkan gejolak di kalangan menengah ke bawah dan pelaku UMKM. Para pedagang bahan pokok di Pasar Beringharjo, Kota Yogya, akhirnya bisa bernapas lega setelah kembali memperoleh pasokan minyakita, Kamis (16/2). Sebelumnya, omzet para pedagang dari komoditas minyak goreng sempat menukik, akibat langkanya produk Kementerian Perdagangan itu.

Salah seorang pedagang di Pasar Beringharjo, Yanti (57), menyampaikan, selaras prinsip ekonomi, pembeli tentu mengincar minyak goreng dengan harga paling miring, namun berkualitas apik. Sehingga, tandasnya,

CEGAH PENIMBUNAN z Kota Yogya menerima distribusi komoditas minyak goreng jenis MinyaKita sebanyak 13 ton. z Minyak dari pemerintah ini sudah didistribusikan ke empat pasar tradisional. z Pedagang mulai bernapas lega karena bisa menjual produk tersebut kembali. z Pemkot berusaha untuk mengawasi praktik penimbunan agar tidak langka. komoditas minyakita pun otomatis menjadi buruan taratas sebagian besar konsumen di warungnya.

“Pembeli, kan, inginnya yang murah. Ya, MinyaKita itu. Karena selisihnya dengan minyak goreng kemasan, yang kualitasnya premium, cukup jauh, bisa sampai Rp2-3 ribu per liter,” urainya.

Tetapi, akibat seretnya pasokan minyakita di pasaran, membuat banderol komoditas itu pun membubung tinggi melebihi HET yang dipatok di angka Rp14 ribu. Sehingga, para pembeli, khususnya dari kalangan pelaku usaha mikro kecil dan menengah, berpikir dua kali untuk menebusnya.

“Waktu langka itu kita jualnya macam-macam, ada yang Rp15 ribu, ada yang Rp16 ribu. Kalau pembelinya untuk kebutuhan rumah, biasanya masih mau. Tapi, kalau untuk jualan, misalnya gorengan dan lainlain, tentu keberatan kalau harganya segitu,” ujarnya. (aka)

Dua Rumah dan Pabrik Tahu Ambles Terkena Longsor

YOGYA, TRIBUN - Dua rumah dan satu pabrik tahu yang berada di bantaran Sungai Winongo, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, longsor, Rabu (15/2) malam sekitar pukul 21.15. Warga memperkirakan longsor dipicu pondasi talud tergerus air sungai akibat hujan deras.

Ketua RT setempat, Poniran mengatakan sebelumnya sebagian area talud yang longsor itu beberapa bagian memang sudah retak.

Hujan yang berlangsung sejak sore itu diduga menjadi penyebab talud itu longsor. “Kebetulan saya tahu persis sekitar jam 21.30 malam, pas hujan-hujan itu, semalam. Saya di sini masih retak satu. Lalu, retaknya semakin melebar hingga longsor,” kata Poniran, Kamis (16/2).

Dia melihat talud yang berada di bawah bangunan rumahnya itu sudah bengkak dan nyaris ambrol. “Jadi memang sudah ada pecah-pecah (retak) sama kemarin saya lihat taludnya dari sebelah timur itu udah bengkak. Istilahnya udah melembung ke kali. Terus ini kebetulan pas hujan kemarin ini tinggal ambrolnya kan itu,” terangnya.

Talud itu memiliki panjang sekitar

30 meter dan tinggi 5 meter. Namun, ia mengakui kondisi talud itu sudah cukup mengkhawatirkan dan masih ada sekitar

30 meter lagi yang berpotensi longsor.

“Bangunan terdampak ini ada dua (ru- mah) dan satu bangunan produksi tahu,” terangnya. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Baik dari dua rumah warga yang terdampak maupun dari pabrik tahu tersebut. Poniran mengatakan, sejumlah pihak terkait sudah meninjau lokasi longsor tersebut. Mulai dari BPBD, Polres, KTB, hingga Tagana. Ia menyebut sementara ini produksi tahu di pabrik tersebut harus berhenti. Belum dapat dipastikan kapan produksi tahu pabrik tersebut akan beroperasi kembali “Produksi berhenti dulu. Entah mau dipindah kemana ini, saya juga belum tahu. Selama itu tidak bekerja dulu,” jelasnya. Ia berharap perbaikan talud dapat segera dilakukan. Termasuk perbaikan bangunan dan pabrik tahu tersebut.

Salah satu warga terdampak longsor bernama Suharno menambahkan, ia sempat mendengar suara mirip bangunan retak tepatnya dari belakang rumah. Ia lantas bergegas memastikan sumber suara tersebut.

Ketika melihat ke belakang rumah, separuh bangunan sudah ambles ke sungai.

“November lalu bagian belakang rumah saya itu sudah mulai retak. Nah kemarin malam ini baru ambles. Saya dengar kok ada suara, tahu-tahu sudah ambles,” ulasnya. (hda)

This article is from: