1 minute read

Aktivitas Alat Berat Getarkan Rumah Hingga Dinding Retak

SLEMAN, TRIBUN - Sejumlah rumah warga di Kalurahan Tirtoadi, Mlati, Sleman, mengalami retak pada lantai dan dinding. Hal itu diduga akibat getaran dari alat berat yang digunakan dalam proyek pembangunan jalan tol Yogya-Bawen seksi 1 (Sleman-Banyurejo) di dekatnya.

Informasi dihimpun Tribun Jogja , setidaknya ada tiga bangunan rumah tiga padukuhan yang mengalami kerusakan tersebut, termasuk bangunan cagar budaya Ndalem Mijosastran di Padukuhan Pundong II. Bangunan bersejarah ini mengalami rusak pada bagian dinding dan atap. Bahkan, pihak keluarga pewaris rumah tersebut harus menyangga atap dengan bambu agar tak ambruk. Ndalem Mijosastran diketahui turut terdampak proyek tol itu dan akan direlokasi.

Advertisement

“Rumah cagar budaya ini kan masih ditempati. Yang saya khawatirkan, (kerusakan) itu dapat membahayakan keselamatan jiwa (penghuninya). Makanya harus segera ada penyelesaian,” kata Keluarga Ahli Waris Ndalem Mijosastran, Widagdo ditemui pada Selasa (17/1).

Ndalem Mijosastran saat ini ditempati oleh keluarga adik Widagdo, bernama Winarno.

Kondisi cagar budaya yang di beberapa bagian rusak dikhawatirkan dapat membahayakan keluarga, apalagi dindingnya juga mulai retak. Menurut Widagdo, kerusakan tersebut akibat pengoperasian alat berat seperti backhoe dan storm di sekitar proyek trase jalan tol menimbulkan efek getaran yang cukup kuat serupa gempa. Selain itu, pengurukan trase jalan tol membuat air sumur berubah warga jadi coklat dan tak layak konsumsi setiap kali hujan deras. Untuk keperluan mandi dan lainnya, penghuni terpaksa meminta air ke tetangga.

“Adik saya kemarin kejatuhan genteng.

Kepalanya bocor, dan dibawa ke rumah sakit. Harapan saya cepat rampung. Jadi, segera direlokasi, supaya pengerjaan jalan tol juga bisa lancar dan segera selesai,” kata Widagdo. Dukuh Pundong III, Pekik Basuki mengatakan, dirinya menerima laporan ada dua rumah warganya yang rusak sekitar dua bulan lalu, ketika sedang berlangsung pengerjaan perataan tanah uruk atau penimbunan yang pertama. Dukuh Jembangan, Baridi Mulyo juga mengatakan rumah warga di belakang pos kamling RT 4 retak pada lantai dan dinding. “Lantainya ini masih ubin. Bengkah (retak, red),” kata Baridi. Menurut dia, efek alat berat dari proyek pembangunan jalan tol ini cukup kencang. Bahkan, kaca di rumahnya yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi proyek turut bergetar. Ia berharap pihak pengelola proyek jalan tol memikirkan hal tersebut dan memberi kompensasi, terutama bagi warga yang paling berdekatan dengan sisi tepi proyek jalan tol.

Humas PT Jasamarga Jogja- Bawen (JJB), Danindra Ghuasmoro tak banyak berkomentar saat dikonfirmasi terkait hal itu. Ia mengaku pihaknya akan segera menindaklanjuti persoalan tersebut. “InsyAllah besok ditindaklanjuti,” kata Danindra. (rif)

This article is from: