
2 minute read
Harga Ayam Anjlok Lagi
Banderol Komoditas Bahan Pangan Fluktuatif Jelang Imlek
SLEMAN, TRIBUN - Harga beberapa komoditas bahan pakan terpantau naik lagi menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2023. Komoditas tersebut antara lain beras, minyak curah, cabai rawit merah, hingga garam halus. Kenaikan itu setidaknya terjadi Sleman. Berdasarkan harga rata-rata komoditas di Kabupaten Sleman yang tercatat di laman hargapangan.slemankab.go.id, Rabu (18/1), terpantau terjadi kenaikan pada komoditas beras IR I, IR II, minyak goreng tanpa merek/curah, cabai rawit merah, hingga garam halus.
Advertisement
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sleman, Mae Rusmi Suryaningsih, menuturkan, beberapa harga komoditas memang kerap mengalami kenaikan menjelang Imlek maupun perayaan hari-hari besar lainnya. “Memang, beberapa harga komoditas itu mengalami kenaikan, terutama harga beras. Karena, memang cuaca ekstrem, jadi produksi beras kita menurun dan harga sedikit naik,” ucapnya kepada wartawan, Rabu (18/1).
Kenaikan harga komoditas beras itu terpantau dimulai pada Selasa (10/1). Harga rata-rata beras IR I menyentuh Rp12.125 per kilogram (kg) dari sehari sebelumnya di harga Rp12.112 per kg. Begitu pula dengan harga ratarata beras IR II menyentuh Rp11.062 per kg dari sehari sebelumnya Rp10.988 per kg.
Jika diamati lebih jauh, harga beras itu pun terus mengalami peningkatan.
Hingga Rabu (18/1), tercatat harga rata-rata beras IR I se-
MASIH BERGERAK besar Rp12.375 per kg dan IR II Rp11.375 per kg. Untuk itu, pihaknya pun akan melakukan berbagai upaya untuk menurunkan beberapa harga komoditas.
Harga beberapa komoditas bahan pakan terpantau naik lagi menjelang perayaan Tahun Baru Imlek, seperti beras, minyak curah, cabai rawit merah, hingga garam halus.
Di tengah kenaikan itu, harga ayam hidup justru anjlok lagi.
Turunnya harga ayam hidup sudah berlangsung sejak Agustus 2022.
“Pada 2023, insyaAllah kami juga akan melaksanakan upaya-upaya untuk stabilisasi harga. Baik itu dengan menggandeng Bulog maupun distributor lain,” paparnya. Sementara itu, pada akhir 2022 lalu, Pemkab Sleman telah melakukan operasi pasar sebanyak empat kali. Harga beberapa komoditas bahkan sempat menurun. “Mudahmudahan pada awal 2023 ini, harga komoditas yang sempat mengalami kenaikan bisa kembali menurun,” pinta Mae.
Di tengah kenaikan banderol bahan pangan pokok itu, Perhimpunan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) DIY-Jateng justru mengeluhkan harga ayam hidup hingga berada di bawah harga pokok produksi (HPP). Ketua Pinsar DIY-Jawa Tengah, Parjuni mengatakan harga ayam hi- dup sudah anjlok sejak Agustus 2022 lalu. Harga ayam hidup sempat naik menjelang Natal, namun merosot lagi hingga sekarang. “Harga anjlok sudah lima bulan ini, sejak Agustus. Memang sempat naik saat libur Natal, tetapi turun lagi sampai sekarang. Sekarang harganya Rp15.500-16.000 per kg hidup. Padahal, HPP-nya 19.500-20.000,” katanya. Dengan harga di bawah HPP, peternak ayam merugi Rp4.000-5.000 per kg. Padahal, harga daging ayam di pasaran stabil. “Pedagang ayam (daging) ya tidak rugi, malah diuntungkan karena harganya lebih murah. Tetapi, kalau peternak ya rugi Rp4.0005.000 per kg,” sambungnya. Suplai berlebih
Ia menyebut anjloknya harga ayam hidup disebabkan oleh suplai ayam yang melebihi kebutuhan. Secara nasional, normalnya hanya 50 juta ayam per minggu, sedangkan saat ini jumlahnya sekitar 65 juta ayam hidup per minggu. Over supply terjadi secara nasional, namun terbanyak di Pulau Jawa. Menurut dia, untuk menstabilkan harga, pemerintah perlu mengendalikan populasi, khususnya dari pabrik budidaya ayam.
“Kami sudah berkomunikasi dengan pemerintah pusat, kemarin sudah ada imbauan pabrik budi daya ayam mengurangi produksi dan menyimpan karkas. Tetapi, dari pabrik juga tidak bisa lamalama menyimpan karkas. Saya memperkirakan harga ayam hidup masih anjlok sampai beberapa bulan ke depan,” imbuhnya. (nei/maw)
SUBSIDI ENERGI - Kendaraan mengisi bahan bakar minyak pada sebuah SPBU di Jakarta, Rabu (18/1). Kementerian Keuangan menyebutkan negara telah mengucurkan dana senilai Rp422 triliun dari APBN untuk subsidi energi dan menahan lonjakan dan gejolak harga BBM dan LPG pada 2022. Hal ini diklaim membuat kenaikan harga BBM di Indonesia dapat ditahan hanya 30%.