2 minute read
Polisi Temukan 30.000 Pohon Ganja
Pengembangan Penyelidikan Kasus Peredaran Narkoba di Bantul
BANTUL, TRIBUN - Satuan
Advertisement
Reserse Narkoba (Satresnarkoba) Kepolisian Resor (Polres)
Bantul mengungkap jaringan pengedar ganja belum lama ini. Dari situ, polisi mengembangkan penyelidikan dan menemukan ladang ganja seluas tiga hektare di Aceh.
Kapolres Bantul AKBP Ihsan menjelaskan, awal mula terungkapnya jaringan ini dimulai saat petugas mengamankan dua orang tersangka yakni DS (24) warga Samigaluh, Kulon Progo, dan INR (23) warga Jetis, Kota Yogyakarta, di Kapanewon Kasihan pada 30 Januari kemarin. Polisi menyita barang bukti 969 gram ganja dari DS dan 1.008 butir obat berbahaya yang biasa disebut pil sapi dari INR.
“Kami lakukan interogasi untuk menelusuri dari mana mereka mendapatkan barang-barang tersebut. Di sinilah didapatkan informasi bahwa pelaku DS mendapatkan ganja dari kenalannya di daerah Aceh,” ujar Kapolres saat konferensi pers, Kamis (23/2).
Petugas tidak serta merta percaya atas pengakuan tersangka dan melakukan penyelidikan lebih lanjut. Kemudian, terungkap bahwa DS mendapatkan ganja tersebut dari seseorang berinisial RS (27) warga Gayo Lues, Aceh.
“Tersangka DS ini mendapatkan barang dari Aceh dengan sistem pemesanan via online dan dikirim melalui ekspedisi,” terangnya.
Berbekal informasi tersebut, jajaran Satresnarkoba dipimpin
Wakapolres Bantul terbang ke Aceh untuk memburu RS. Dari sana, terungkap RS ini adalah bandar spesialis ganja dan punya lahan yang ditanami ganja di wilayah pegunungan di Gayo Lues.
“Tersangka RS ini melarikan diri dan sudah kami tetapkan sebagai DPO (daftar pencarian orang), dan kami melakukan penelusuran ke lahan milik RS.
Anggota harus berjalan kaki 5-6 kilometer dalam waktu 6 jam untuk sampai ke lahan ganja milik tersangka,” terangnya. Di pegunungan yang masuk wilayah Desa Agusen, Gayo
Lues, para anggota Polres Bantul dibantu dengan Polres setempat menemukan dua ladang ganja, masing-masing seluas satu hektare dan dua hektare.
“Total ada 3 hektare yang ditanami ganja. Bersama Polres Gayo Lues, lahan itu kami musnahkan dengan cara dicabut tanamannya, kemudian dibakar. Kemudian, disisakan 16 batang pohon ganja untuk kelengkapan penyidikan di Polres Bantul,” ucapnya.
Ihsan mengatakan, dari 3 hektare ladang ganja tersebut, pihaknya mendapatkan 30.000 pohon ganja setinggi 1,2 meter dan tinggal sebulan lagi bisa dipanen. Dari 30.000 pohon tersebut bisa menghasilkan 3 ton ganja. “Dengan membakar lahan itu, kamimemusnahkan 3 ton ganja dan bisa menyelamatkan 600.000 orang,” imbuhnya.
UNGKAP JARINGAN z Polres Bantul mengembangkan penyelidikan kasus pengedaran ganja di wilayahnya, dengan mengusut jaringan hingga ke Aceh. z Di Aceh, polisi menemukan ladang seluas tiga hektare yang terdapat 30.000 pohon ganja. z Ladang tersebut bisa menghasilkan hingga 3 ton ganja yang kemudian diedarkan secara online.
Untung Rp20 juta Polisi kini menjerat DS dengan pasal 111 UU RI Nomor 35 Tahun 2009 dengan ancaman penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 12 tahun dengan denda paling banyak Rp 6 miliar. Tersangka INR dikenakan pasal 196 UU RI Nomor 36 Tahun 2009 dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dengan denda paling banyak Rp1 miliar. Sementara itu, tersangka DS mengaku sudah menjual ganja sejak akhir 2022 kemarin. Dari hasil penjualan ganja yang dibeli dari RS, ia sudah mendapatkan keuntungan sekitar Rp20 jutaan. “Ini baru pertama kali. Saya tahu (tersangka RS) dari online dan (ganja) dikirim lewat ekspedisi, setelah itu saya jual lagi di wilayah Bantul dan Yogyakarta,” ucapnya. (nto)
Ruang Kelas SDN Candibaru I Karangmojo
Rusak, Siswa Terpaksa Belajar di UKS
GUNUNGKIDUL, TRIBUN - Sejumlah ruang kelas di Sekolah Dasar (SD) Negeri Candibaru I, Padukuhan Kerdon, Kalurahan Jatiayu, Karangmojo, Gunungkidul mengalami kerusakan dan membuat aktivitas belajar siswa terganggu.
Kepala SD Negeri Candibaru I, Winarno mengatakan kerusakan terjadi di tiga ruang kelas, untuk pelajar kelas I, II, dan III. “Kerusakannya sudah sekitar tiga tahun terakhir ini,” katanya kepada wartawan, Kamis (23/2).
Menurut Winarno, kerusakan yang terjadi beragam, mulai dari kondisi pintu ruang kelas yang nyaris lepas hingga atap miring sehingga harus disangga batang kayu agar tidak roboh. Upaya perbaikan pun sudah diajukan, namun hingga kini belum diketahui kapan pelaksanaannya.
Kerusakannya pun sudah ditinjau di awal tahun ini. “Kemungkinan karena belum ada anggaran,” ujar Winarno.