3 minute read

Gusti Putri Dukung Kolintang Diakui

YOGYA, TRIBUN - Kolintang merupakan alat musik tradisional berbahan dasar kayu yang berasal dari Sulawesi Utara. Alat musik yang sudah terkenal di kancah Internasional itu pun, digadang-gadang untuk bisa mendapatkan pengakuan dari United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya dunia.

Pembina Dewan Pimpinan Persatuan (DPD) Insan Kolintang Nasional (Pinkan Indonesia) DIY, Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu (GKBRAy) Adipati Paku Alam X, yang mengetahui hal itu pun memberikan dukungan positif agar alat musik tersebut bisa mendapat pengakuan dari UNESCO. Saat alat musik itu dimainkan di agenda Pelantikan DPD Pinkan Indonesia DIY periode 2023-2027,

Advertisement

Kantor Imigrasi Baru di YIA Permudah Pengawasan Orang Asing

YOGYA, TRIBUN - Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kanwil Kemenkumham) DIY berencana untuk menambah kantor imigrasi baru di wilayah DI Yogyakarta. Nantinya, kantor baru tersebut berlokasi di Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, tepatnya di Bandara Internasional Yogyakarta atau YIA.

Pembangunan ini untuk meningkatkan pelayanan keimigrasian kepada masyarakat terlebih kantor imigrasi di DIY saat ini hanya berada di Kapanewon Depok, Sleman atau berada di Bandara Internasional Adisucipto saja.

“Kami menyampaikan (kepada Gubernur DIY) program Kemenkumham wacana untuk memberikan layanan keimigrasian Kulon Progo dan Wates,” kata Kepala Kanwil KemenkumHAM DIY, Agung Rektono Seto usai menemui Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Bu-

Unesco

Gusti Putri mengatakan, bahwa alat musik itu perlu dilestarikan dan dikembangkan dengan dukungan dari berbagai pihak.

“Saya mendukung sekali. Karena memang salah satu kesenian kebudayaan yang biarpun asalnya dari Minahasa, tetapi itu adalah (produk) asli Indonesia,” ujar istri Wakil Gubernur DIY di sela-sela tugasnya di Kota Yogyakarta, Kamis (23/2).

Walau belum begitu mengetahui seberapa banyak peminat Kolintang di wilayah DIY, namun ia pun mengajak masyarakat untuk dapat nguriuri kabudayan. Baik itu berupa kesenian tradisional yang berasal dari luar Pulau Jawa.

Ia pun menilai, alat musik Kolintang gampang untuk memainkan.

“Menurut saya, DIY itu adalah pusat wono X di kantornya, Kamis (23/2). Dia mengatakan, Sri Sultan disebut mendukung rencana Kemenkumham untuk menambah kantor imigrasi baru. Langkah itu diyakini akan memberi kemudahan investasi dan akan meningkatkan sisi keamanan terlebih YIA juga melayani penerbangan rute internasional. “Beliau sangat mendukung tentang rencana kami untuk membuka layanan di Wates dalam rangka kemudahan investasi dan nantinya menjadi bagian pengamanan orang asing yang masuk,” paparnya. Dia menjelaskan, YIA selama ini masih dalam wilayah kerja kantor imigrasi yang ada di Bandara Adisucipto. Hal itu membuat petugas dari kantor imigrasi di Bandara Adisucipto dikirimkan setiap hari ke YIA untuk memberikan layanan keimigrasian. Selain itu, kantor imigrasi baru di YIA ini diharapkan dapat mendekatkan masyarakat untuk mengakses layanan keimigrasian khususnya masyarakat yang tinggal di Kabupaten Kulon Progo dan Bantul. “Lebih mudah kita memiliki

...rencana kami untuk membuka layanan di Wates dalam rangka kemudahan investasi dan nantinya menjadi bagian pengamanan orang asing yang masuk.

Agung Rektono Seto Kepala Kanwil Kemenkum HAM DIY kantor imigrasi di Kulon Progo. Ini memudahkan warga sekitar membuat paspor,” jelasnya. Terkait target pembangunan kantor imigrasi baru, Agung belum bisa memastikan. Sebab Kanwil Kemenkum HAM DIY perlu meminta izin terlebih dahulu dengan sejumlah kementerian lainnya. “Kami izin kementerian dulu, membutuhkan proses. Karena melibatkan KemenPAN dan Kementerian Keuangan,” paparnya. (tro) kebudayaan. Apalagi kalau (peminat alat musik Kolintang) ini terbuka sedikit saja (di DIY) pasti akan mudah sekali (beredar dan dimainkan oleh masyarakat DIY),” ujar GKBRAy. GKBRAy pun berharap, kehadiran Kolintang di Yogyakarta bisa berkembang pesat dan dapat dimainkan tanpa mengenal generasi. Artinya, berbagai golongan usia, baik orang tua, remaja maupun anak-anak diharapkan dapat aktif memainkan alat musik tersebut.

“Semakin banyak kesenian yang ada di Yogyakarta justru semakin bagus.

Mau Angklung atau bahkan Kolintang, itu budaya Indonesia yang harus kita dukung bersama-sama, yang harus kita lestarikan dan kembangkan bahwa kita punya budaya baik,” jelasnya. (nei)

Polisi Sita Ratusan Pil

Yarindo dari Pemuda

YOGYA, TRIBUN - Polisi gencar melakukan razia obat-obatan terlarang yang beredar di masyarakat, terutama dari kalangan pemuda. Kali ini, seorang pemuda berusia 24 tahun inisial RF asal Bogor, Jawa Barat dibekuk pihak berwajib lantaran mengedarkan ratusan pil yarindo. Polisi menangkap RF setelah terbukti bertransaksi obat terlarang dengan teman perempuannya berinisial JPS pada Selasa (31/2) sekitar pukul 18.30 WIB di Trirenggo, Kabupaten Bantul. Polisi kemudian melakukan penyeledikan hingga berhasil mengamankan JPS di Jalan Brigjen Katamso, Kabupaten Bantul pada Jumat (3/2) malam sekitar pukul 21.15 WIB. “JPS ini mengaku mendapat obat terlarang dari RF,” kata

Kasihumas Polresta Yogyakarta

AKP Timbul Sasana Raharjo dalam keterangan resminya, Kamis (23/2).

Dari penangkapan JPS, polisi menyita satu plastik klip kecil yang didalamnya berisikan lima butir pil warna putih yang bersimbolkan Y atau Yarindo. “JPS mengaku telah membeli pil Yarindo sebanyak 100 butir dari pelaku RF dengan harga Rp250 ribu. Saat penangkapan hanya tersisa lima butir,” jelasnya. Setelah melakukan pemeriksaan terhadap JPS, di hari yang sama yakni Jumat (3/2) pukul 22.00 WIB, polisi mengamankan RF di Kota Yogyakarta. Dari penangkapa RF polisi menyita 110 butir pil Yarindo yang dimasukan ke dalam bungkus rokok.

“Saat diinterogasi pelaku mendapatkan pil tersebut dari orang berinisial B. Selanjutnya pelaku dan barang bukti dibawa ke Kantor Satresnarkoba Polresta Yogyakarta untuk penyidikan lebih lanjut,” terang Timbul. Adapun, para pelaku Disangkakan Pasal 196 atau pasal 197 UU RI NO.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. (hda)

This article is from: