6 minute read

Bidik Pasar Jazirah Arab

 Disperindag DIY Ingin Ekspor Produk Fesyen dan Furnitur

YOGYA, TRIBUN - Dinas

Advertisement

Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY membidik jazirah Arab sebagai negara tujuan ekspor produk fesyen dan furnitur.

Selama ini, produk asal DI Yogyakarta lebih banyak dipasarkan ke Amerika dan Eropa.

Kepala Disperindag DIY, Syam Arjayanti mengakui bahwa negara tujuan ekspor DIY selama ini adalah Amerika dan Eropa. Kondisi ekonomi global yang masih dibayangi resesi membuatnya harus mencari pasar lain untuk ekspor. “Dengan kondisi 2023 di Amerika dan Eropa sedikit ada goncangan karena beberapa hal, termasuk inflasi yang masih tinggi. Kami sedang cari pasar lain, salah satunya Arab.

Selama ini ekspor ke Arab sudah, tapi masih sedikit,” katanya, Selasa (24/1).

Menurut dia, industri fesyen di DIY memiliki potensi ekspor ke Arab. Apalagi, industri fesyen terus berkembang, berbeda dengan industri lain. Syam mengatakan, dari hasil diskusi pihaknya dengan mitra di Arab, sudah ada perubahan dalam sektor mode di sana. Hal ini membuatnya percaya diri bahwa produk fesyen DIY bisa diterima dengan baik di sana.

“Kalau Arab itu, kan, bayangan kita gamis, ya, ternyata ada yang kekinian juga.

Dunia fesyen ini memang cepat berkembang, sehingga kita harus mengikuti perkembangan zaman,” lanjutnya.

Untuk merambah pasar Arab, saat ini pihaknya tengah menggenjot kualitas fesyen di DIY. Tak hanya dari sisi kuantitas yang meningkat, tetapi juga harus dibarengi dengan kualitas yang baik. Ia pun berharap kualitas ekspor produk fesyen dapat meningkatkan daya saing DIY.

“Ekspor kita di fesyen memang kami harapkan lebih banyak, tetapi dari kualitas juga tidak kalah. Misalnya, satu kontainer itu harganya

UPAYA PENGEMBANGAN

 Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY membidik jazirah Arab sebagai negara tujuan ekspor produk fesyen dan furnitur.

 Selama ini, produk asal DI Yogyakarta lebih banyak dipasarkan ke Amerika dan Eropa.

 Sementara itu, Kemendag menyebut pengusaha Indonesia akan mengekspor sejumlah komoditas ke Arab Saudi, mulai dari mi telur, minyak goreng, hingga arang.

Rp100 juta, nah, kita kejar kualitas, agar 1 per 10 kontainer saja, tetapi harganya sama (dengan harga satu kontainer),” terangnya.

Pihaknya juga tengah mengupayakan furnitur untuk masuk ke pasar Arab. Apalagi, furnitur merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan DIY, selain fesyen dan sarung tangan kulit. “Pangsa Arab menjadi salah satu peluang ekspor. Tidak hanya fesyen, tapi furnitur juga mulai kami promosikan. Termasuk di ASEAN juga kami promosikan, karena selama ini promosinya belum maksimal. Harapannya, ekspor DIY semakin meningkat,” pungkasnya.

Negeri Arab juga menjadi sasaran pemasaran produk nasional oleh Pemerintah RI.

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) menyaksikan secara langsung penandatanganan 8 kerja sama antara pelaku usaha Indonesia dengan 5 pelaku usaha Arab Saudi dengan nilai kontrak lebih dari 155,7 juta dolar AS atau sekitar Rp2,3 triliun. Penandatanganan terdiri atas kontrak dagang, perjanjian kerja sama, dan nota kesepahaman (MoU).

“Diharapkan kerja sama ini akan terus berlanjut dengan transaksi dagang yang semakin besar dan dengan komoditas yang semakin banyak jenisnya,” ujar Zulhas, lewat siaran resminya.

Komoditas

Zulhas mengungkapkan, pada penandatanganan kerja sama tersebut, pelaku usaha Indonesia akan mengekspor sejumlah komoditas ke Arab Saudi berupa bahan pangan, RBD palm olein, mi telur, minyak goreng, produk ikan dan olahannya, daging, sayuran, dan olahannya, buah-buahan, kakao, beras, rempah-rempah, dan arang. Dia juga menyampaikan, terdapat dua MoU yang dikhususkan untuk pemenuhan kebutuhan jamaah haji dan umrah.

“MoU khusus untuk pemenuhan kebutuhan jamaah haji ditujukan untuk komoditas ikan dan olahannya dalam berbagai kemasan, serta daging dan sayuran dalam berbagai jenis kemasan,” jelas Mendag.

Zulhas juga menegaskan, perwakilan perdagangan

Indonesia di luar negeri, salah satunya di Arab Saudi akan selalu siap membantu para pelaku usaha dalam meningkatkan ekspornya.

“Perwakilan perdagangan

Indonesia di luar negeri selalu siap membantu para pelaku usaha Indonesia untuk mempromosikan produkproduknya, serta memperluas pasar dan meningkatkan ekspornya,” ungkapnya.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Didi Sumedi menuturkan, Kemendag akan terus berupaya meningkatkan ekspor dan total nilai perdagangan khususnya ke negara mitra dagang strategis dan nontradisional.

“Peluang ekspor Indonesia ke Arab Saudi masih sangat terbuka lebar. Untuk itu, kami mengajak para pelaku usaha untuk memanfaatkan peluang tersebut dengan optimal sehingga ekspor Indonesia ke Arab Saudi semakin meningkat,” jelas Didi. (maw/kpc)

BEI dan Alumni FEB UPNVY Bantu Sambung Listrik Gratis untuk Warga

YOGYA, TRIBUN - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui Kantor Perwakilan Yogyakarta memberikan bantuan corporate social responsibility (CSR) berupa penyambungan aliran listrik gratis kepada keluarga miskin di Kapanewon Karangmojo, Gunungkidul.

Kepala Kantor Perwakilan BEI DIY, Irfan

Noor Riza, mengatakan, penerangan di Indonesia masih belum merata. Realitanya ada beberapa daerah termasuk DIY yang belum terjangkau aliran listrik.

“Kami terpanggil untuk mendukung program pemerintah dalam rangka pemerataan aliran listrik bagi masyarakat. Pasar modal Indonesia berkomitmen memberikan manfaat secara langsung untuk masyarakat, khususnya terkait bidang lingkungan, kesehatan, pendidikan, sosial, serta ekonomi,” katanya, Selasa (24/1).

Irfan melanjutkan, selain untuk upaya pemerataan infrastruktur, diharapkan bantuan penyambungan aliran listrik dapat meningkatkan produktivitas masyarakat tanpa hambatan sumber daya listrik.

Kegiatan CSR juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam menyukseskan Tujuan Pembangungan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang menjadi prioritas pembangunan nasional.

“Bursa Efek Indonesia berkolaborasi dengan berbagai pihak akan kembali memberikan manfaat bagi masyarakat melalui pelaksanaan berbagai kegiatan CSR. Harapannya, bantuan ini dapat memberi manfaat bagi masyarakat sekitar,” lanjutnya. Pada kegiatan tersebut, BEI turut menggandeng Alumni FEB 80 A UPN Veteran Yogyakarta. Menurut Ketua Alumni FEB 80 A UPN Veteran Yogyakarta, Ilham Nur, listrik memang menjadi salah satu kebutuhan dasar.

“Bantuan ini nanti akan bermanfaat sepanjang tahun, tidak hanya sekali saat menerima bantuan tersebut. Misalkan saja, di Gentunyan Kalurahan Karangmojo ini, kami beri bantuan untuk rumah yang ditinggali 6 orang, dengan kondisi rumah memprihatinkan. Kalau kami beri bantuan sembako, tentunya langsung habis,” ujarnya. (maw)

KONTAN/BAIHAKI

BANGUN JALAN - Progres pembangunan jalan tol Serpong-Cinere di kawasan Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Selasa (24/1). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memproyeksikan sebanyak 578 kilometer jalan tol baru akan rampung tahun ini.

Sleman Targetkan Angka Kemiskinan di Bawah 7 Persen Tahun Ini

SLEMAN, TRIBUN - Pemerintah Kabupaten Sleman terus berupaya untuk mengentaskan kemiskinan di wilayahnya. Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, menargetkan ada penurunan kemiskinan minimal satu persen setiap tahun.

Danang menyebut, tahun 2022, angka kemiskinan Sleman turun hampir satu persen, dari 8,64 persen menjadi 7,8 persen. Untuk itu, tahun 2023 ini pihaknya menargetkan angka kemiskinan Sleman turun hingga di bawah 7 persen.

“Kemiskinan di Sleman alhamdulillah menurun. InsyAllah kalau kita kenceng (menurunkan kemiskinan) di bawah 7 persen (target 2023). Karena miskin enggak mungkin zero (nol), di manapun ada, tapi target setiap tahun minimal satu persen harus kita turun,” katanya, Selasa (24/1).

Ia menyebut meningkatnya pertumbuhan ekonomi pascapandemi di semua sektor membuat kesejahteraan masyarakat ikut membaik. Adanya industri yang tumbuh di Sleman juga diharapkan dapat berkontribusi pada penurunan kemiskinan.

“Pertumbuhan ekonomi pascapandemi ini semua sektor sudah berjalan. Tentunya pendapatan masyarakat juga sudah ada. Harapannya juga dengan adanya industri di Sleman bisa menurunkan persentase kemiskinan, dengan menyerap tenaga kerja,” ujarnya. Untuk penanganan kemiskinan di

Sleman, pihaknya melakukan pemetaan dari masing-masing wilayah. Sebab, faktor penyebab kemiskinan di masing-masing wilayah berbeda. Dengan pemetaan yang tepat, maka program yang bakal diberikan lebih tepat sasaran dan efektif. “ Mapping terkait kemiskinan di wilayah masing-masing, karena penyebab kemiskinannya beda-beda, sehingga program bisa efektif dan tepat sasaran. Misal, di Prambanan ini kan dulu wilayah yang tidak bisa dikelola, tapi sekarang banyak obyek wisata. Artinya, ekonomi meningkat. Ada pabrik, tenaga kerja bisa terserap. Kemudian, sektor pertanian di sektor timur, nah ini kami masih berpikir. Kita mapping di setiap wilayah,” terangnya. (maw)

Incar USD 12 Juta dari Pasar Luar Negeri, MAK Genjot Peningkatan Produksi

SLEMAN, TRIBUN - Produsen alat kesehatan, PT Mega Andalan Kalasan (MAK), menggenjot produksi tempat tidur tahun ini untuk meningkatkan nilai ekspor. CEO sekaligus Founder PT MAK, Boentoro mengatakan ekspor PT MAK tahun 2022 mencapai USD 7 juta. Dengan peningkatan produksi, ia berharap nilai ekspor bisa meningkat menjadi USD 12 juta. Adapun angka total produksi tahun 2022 setara dengan 50.000 tempat tidur, dan tahun ini akan ditingkatkan jadi 70.000 tempat tidur.

“Harapannya, serapan ekspor maupun domestik meningkat, ekspor jadi USD 12 juta, domestik meningkat 30 persen,” katanya seusai meresmikan gedung Griya Cipta dan Rekayasa di Mega Andalan Teknopark, Prambanan, Sleman, Selasa (24/1).

Ada tiga negara yang selama ini menjadi tujuan ekspor PT MAK, yaitu Jepang, Australia, dan New Zealand. Setiap minggunya, ia mengirim 4-6 kontainer ke Jepang, sementara Australia dan New Zealand minimal dua kontainer per minggu. Menurut dia, Jepang menjadi salah satu negara potensial ekspor tempat tidur, karena ada sekitar 30 juta lansia di negeri sakura yang membutuhkan tempat tidur.

“Kalau 10 persennya saja dari 30 juta lansia itu 3 juta, selama ini setahun kami kirim sekitar 20.000 tempat tidur. Pasarnya sudah ada, sehingga keberlanjutan ini yang harus kami pikirkan,” lanjutnya.

Berbeda dengan Australia dan New Zealand yang selama ini memesan tempat tidur mewah. Tak heran, nilai ekspor kedua negara tersebut mencapai USD 4 juta, lebih tinggi dibanding Jepang yaitu USD 3 juta. Meski menyasar pasar luar negeri, ia memastikan suplai dalam negeri aman dan tercukupi. Porsi pasar domestik sekitar 60 persen, sedangkan 40 persennya ekspor.

Adanya Griya Cipta dan Rekayasa sebagai bagian dari ekosistem industri di tempatnya itu akan berperan menjaga kualitas produk dan pe- ngembangan industri. Pasalnya, untuk membuat satu tempat tidur rumah sakit, butuh banyak komponen.

“Kalau tidak didukung ekosistem industri, ya industri sulit berkembang,” katanya. Gedung seluas 1,5 hektare tersebut mencakup show room atau ruang pamer produk, ruang Direktorat Research and Development untuk rancang produk baru, Bengkel Engineering untuk pembuatan prototype produk. Juga, Laboratorium Pengujian terakreditasi KAN agar produk sestuai standar internasional. “Kualitas menjadi salah satu yang kita jaga terus sehingga bisa ekspor ke Jepang, Australia, dan New Ze-

TRIBUN JOGJA/CHRISTI MAHATMA WARDHANI aland. Itu negara yang cukup strict (ketat) untuk kualitas. Ini membuktikan kalau kualitas produk kami diterima baik, harga juga kompetitif,” lanjutnya. (maw)

This article is from: