5 minute read
Dua Wilayah KLB Kasus Campak
Dinkes DIY Minta Orang Tua Disiplin Imunisasi
YOGYA, TRIBUN - Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY mencatat adanya 48 kasus campak di wilayah ini. Dari jumlah tersebut, Kota Yogya dan Kabupaten Sleman menjadi dua daerah dengan status kejadian luar biasa (KLB) campak.
Advertisement
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, Setyarini Hestu Lestari, menyampaikan data tersebut dicatat selama tahun 2022.
“Ya kita termasuk yang memiliki KLB campak, karena (KLB campak) itu didefinisi operasionalnya apabila ada dua kasus positif dalam satu kesatuan epidemiologis,” jelas Rini saat dihubungi, Senin (23/1).
Rini mengatakan, langkah efektif dalam mencegah campak pada anak adalah dengan melakukan vaksinasi.
Penyuntikkan vaksin campak akan membuat tubuh memproduksi antibodi yang akan melawan virus tersebut jika sewaktu-waktu menyerang.
“Kalau yang ini kan termasuk penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Jadi memang kemudian kenapa anak-anak kita bayi dan balita wajib divaksinasi campak,” bebernya.
Rini menjelaskan, capaian imunisasi Measles Rubella (MR) untuk mencegah penularan campak dan rubella di DIY telah menyentuh 97,72 persen dan imunisasi booster 94,87 persen. Dosis vaksin campak diberikan sesuai dengan jadwal imunisasi menurut rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Vaksin ini diberikan pada usia 9 bulan, dilanjutkan dengan dosis booster saat berusia 18 bulan dan saat anak di sekolah dasar atau usia 6–7 tahun. “Ya tetap teman-teman melakukan vaksinasi dilakukan dengan baik. Kemudian edukasi pada masyarakat maupun pelayanan vaksinasi tetap kita gerakkan,” jelaskan.
Meski demikian, Rini menjelaskan bisa saja orang terkena campak meski sudah menjalani vaksinasi. Yakni, apabila seseorang tengah memiliki kondisi daya tahan tubuh yang kurang bagus atau mengunjungi daerah yang terdapat banyak kasus campak.
Perlu diketahui, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah menetapkan Campak sebagai KLB.
Hal itu menyusul temuan 3.341 kasus campak di tahun 2022. Terdapat 223 kabupaten dan kota dari 31 provinsi yang melaporkan kasus penyakit campak tersebut.
Sementara itu, sebanyak sembilan kasus penyakit campak ditemukan di Kota Yogya sepanjang 2022 lalu. Hal ini berdasar hasil temuan di sejumlah faskes, baik tingkat Puskesmas dan rumah sakit. Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit, Pengelolaan Data dan Sistem
Cegah Penularan
Sedini Mungkin
KEPALA Dinas Kesehatan
Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani, mengungkapkan, penyakit campak disebabkan oleh masuknya virus ke dalam tubuh. Gejala awal campak pun meliputi demam atau batuk pilek yang khasnya terdapat bercak putih di tenggorokan dan bintik kemerahan di badan.
“Tapi, ketika ada gejala, harus dipastikan dulu, ya, apakah benar merupakan penyakit campak, dengan melakukan pemeriksaan laboratorium. Setelah itu, baru bisa didiagnosa,” cetusnya.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes DIY Setyarini Hestu Lestari, mengatakan penyebab tingginya campak di DIY lantaran pada 2022 semua terfokus untuk Covid-19. Para orang tua takut terpapar Covid-19 saat hendak berkun- jung ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) untuk mengakses vaksin campak bagi anaknya. Sedangkan pemerintah pada waktu itu juga berupaya menekan angka penularan Covid-19.
“Memang datanya menunjukan peningkatan, jadi ada KLB. Tetapi kan kemudian KLB campak ini mungkin banyak yang harus kami telusur karena penyakit menular,” katanya, Jumat (20/1). Rini menjelaskan, beberapa cara penularan campak yang menurutnya lazim terjadi yakni masyarakat bepergian keluar daerah.Kemudian di daerah tujuan ada campak dan mereka akhirnya tertular campak. “Atau mungkin karena kita daerah wisata, ada kedatangan wisatawan yang membawa campak. Bisa saja begitu,” ujarnya. (aka/hda)
JAGA IMUNITAS
Dinas Kesehatan DIY mencatat adanya 48 kasus campak di wilayah ini.
Kota Yogya dan Kabupaten Sleman menjadi dua daerah dengan status KLB.
Langkah efektif dalam mencegah campak pada anak adalah dengan melakukan vaksinasi.
Capaian imunisasi Measles Rubella (MR) telah menyentuh 97,72 persen dan imunisasi booster 94,87 persen.
Informasi Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Lana Unwanah, mengatakan, selama 2022 lalu terdapat 60 suspek penyakit campak yang ditemukan di Puskesmas dan rumah sakit. Setelah dilakukan pemeriksaan dan serangkaian tes laboratorium, sembilan di antaranya dinyatakan positif.
“Setelah dilihat status imunisasinya, ini memang anak yang belum divaksinasi campak, tapi sejauh ini tidak ada komplikasi,” katanya, Senin (30/1).
Ia pun tidak menampik, sampai sekarang masih ada warga Kota Yogyakarta, khususnya anak-anak, yang ditemukan belum terimunisasi dan tervaksin. Bahkan, ada juga orang tua yang sengaja menolak, atau tak bersedia memberikan vaksin kepada anaknya.
“Itu yang dikhawatirkan, karena sebenarnya campak bisa dicegah jika anak terlindungi oleh vaksinasi. Kami khawatir bisa terjadi ledakan, meski secara persentase capaian kami sudah tinggi untuk imunisasi anak dan bayi, sudah di atas 90 persen,” kara Lana.
Menurutnya, imunisasi campak sangat dibutuhkan bagi anak, karena penyakit itu cukup berbahaya jika terjadi komplikasi seperti pneumonia, radang paru, autitis, radang telinga dan meningitis. Sebagai upaya pencegahan, imunisasi Measles Rubella (MR) pun menjadi keniscayaan yang harus ditempuh.
“Imunisasi campak ini sudah masuk di dalam program pemerintah, yaitu imunisasi MR campak dan rubella, pada bayi usia sembilan bulan,” jelasnya. (tro/aka)
Kasus Cucu Bunuh Kakek
Segera Masuk Persidangan
TERSANGKA beserta barang bukti kasus cucu yang tega membunuh kakeknya sendiri di Kota Yogyakarta telah diserahkan ke kejaksaan atau telah memenuhi unsur P22. Hal itu diungkapkan Kasat Reskrim Polresta Yogyakarta AKP Archey Nevada saat ditemui di Mapolresta Yogyakarta. Archey mengatakan pihaknya telah menyerahkan tersangka berikut dengan barang bukti tindakan pembunuhan itu ke Kejaksaan Negeri Yogyakarta. “Itu sudah P22, ya tinggal menunggu proses selanjutnya dari Jaksa. Dua tersangkanya sudah kami serahkan,” katanya, Senin (30/1). Dia menjelaskan, proses penyelidikan hingga penyidikan sudah dijalani sesuai pro- sedur. Bahkan untuk memperkuat hasil Berita Acara Pemeriksaan (BAP) pihak kepolisian juga sudah menggelar rekonstruksi pembunuhan MO yang dilakukan oleh tersangka RO (19) yang tak lain adalah cucu dari korban. RO melakukan aksinya bersama temannya berinisial GK (18). Pembunuhan dilakukan di sebuah halaman parkir restoran cepat saji di Jalan Sudirman, Kotabaru, Kota Yogyakarta. Namun pada saat rekonstruksi, tersangka menolak beberapa adegan dengan dalih dirinya tidak melakukan perbuatan tersebut. “Saat rekonstruksi beberapa adegan tidak diperagakan. Dia (pelaku) tidak mengakui berbagai perbuatan itu,” kata Archye. (hda)
Gagalkan Tawuran, Polisi Amankan
Dua Remaja Putus Sekolah Bersajam
YOGYA, TRIBUN - Satreskrim Polresta Yogyakarta berhasil menggagalkan dua remaja putus sekolah yang hendak tawuran di Jalan Magelang, Minggu (30/1) dini hari sekitar pukul 02.45 WIB. Kedua remaja itu yakni RDS (17) asal Mergangsan dan AIU (16) asal Danurejan, Kota Yogyakarta. Mereka berdua kini ditetapkan sebagai tersangka lantaran membawa senjata tajam berupa satu golok dan gir yang diikat ditali. Tindakannya itu melanggar UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951 yang mengatur kepemilikan senjata. Berdasarkan penyidikan, senjata tajam itu akan digunakan untuk tawuran dengan salah satu musuhnya.
Kasatreskrim Polresta Yogyakarta AKP Archey Nevada, mengatakatan kronologi pengungkapan itu bermula pada saat tim dari Polresta Yogyakarta melakukan patroli di kawasan Gondokusuman, Kota Yogyakarta bersama kelompok sadar keamanan dan ketertiban masyarakat (Pokdarkamtibmas) setempat. Saat itu masyarakat melihat para tersangka melintas menggunakan sepeda motor. “Masyarakat menjumpai anakanak pada saat itu mengendarai motor boncengan tiga diduga anak tersebut membawa sajam,” katanya saat jumpa pers di Mapolresta Yogyakarta, Senin (30/1).
Kemudian Polisi bersama warga mengikuti kendaraan tersangka dan pada saat dikawasan Gondokusuman, tersangka diminta berhenti oleh Polisi. Polisi selanjutnya menggeledah tersangka dan kendaraannya.
“Tapi pada saat itu anak-anak ini gak bawa sajam karena sebelum dihentikan sajam dibuang pelaku,” jelasnya.
Polisi lalu melalukan pemeriksaan terhadap tiga anak itu hingga akhirmya mereka mengaku jika senjata tajam itu telah dibuang tak jauh dari lokasi mereka berhenti.
“Kemudian hasil pemeriksaan hasil interogasi ditemukan sajam itu gak jauh dari lokasi penggeledahan. Setelah itu anak-anak beserta barang bukti dibawa ke Satreskim untuk pemeriksaan lanjut,” tuturnya.
Di hadapan penyidik dua orang yakni RDS dan AIU mengaku hendak melakukan aksi tawuran di Jalan Magelang. Sementara satu rekannya yang menjadi jongki kini masih berstatus saksi lantaran mengaku tidak mengetahui tujuan kedua anak tersebut.
Dari hasil pemeriksaan sementara ini, Archey menegaskan dua anak telah disangkakan pasal 2 ayat 1 UU Darurat Tahun 1951 dengan ancaman hukuman 12 tahun penjara. “Dua anak berhadapan hukum ini kami sangkakan pasal 2 ayat 1 Undang-undang Darurat, ancaman 12 tahun. Yang satu anak dia masih saksi karena sebagai jongki, gak tahu permasalahannya,” terang dia. (hda)
BERSANTAI - Sejumlah pengunjung saat bersantai di AlunAlun Klaten, Senin (30/1). Pemkab berencana memasang CCTV di kawasan itu untuk pemantauan.
Alun-Alun Klaten Bakal Dipasang Kamera CCTV
KLATEN, TRIBUN - Pemkab Klaten bakal memasang kamera pengawas atau CCTV di kawasan Alun-Alun Klaten. Hal itu dilakukan untuk mengawasi kawasan itu dari tangantangan jahil yang merusak fasilitas alun-alun selama 24 jam non stop.
“CCTV ini, disamping untuk sisi keamanan, juga untuk pengawasan alun-alun agar fasilitas di dalamnya tidak rusak,” ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Klaten, Jajang Prihono ditemui di kantor Pemkab Klaten, Senin (30/1).
Ia mengatakan, belum mengetahui secara rinci berapa banyak