Pewara Dinamika November-Desember 2008

Page 1

Volume 9 • nomor 14 november-desember 2008

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika majalah universitas negeri yogyakarta

PARA GENERASI NET Kini mereka mudah ditemui di titik-titik hotspot UNY


BAngkitkan Industri Ekonomi Kreatif !!! Menteri Perdagangan (Mendag), Marie Elka Pangestu, mengungkapkan, peran in dustri ekonomi kreatif tak bisa dianggap remeh. Sepanjang 2002-2006, industri kreatif tanah air menyumbang Rp 104,6 triliun atau 6,3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB); dan berkontribusi 10,6 persen dari total ekspor atau senilai Rp 81,4 triliun, sementara tingkat partisipasi tenaga kerja di sektor ini mencapai 5,8 persen. Pada 2001, total nilai ekonomi industri kreatif Rp 2 triliun. Tentu ini adalah capaian fantastis, mengingat kontribusi industri kreatif Singapura hanya mencapai 2,8 persen terhadap PDB dan Inggris baru mencapai 7,9 persen. Lantas apakah industri kreatif itu? Yang jelas ruang lingkup industri kreatif meliputi, musik dan alat musik, periklanan, arsitektur, pasar seni dan barang antik, kerajinan, disain, fashion, film, video dan fotografi, permainan interaktif, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan peranti lunak, serta radio dan televisi. Jika industri yang rata-rata digeluti anak muda ini dapat ditingkatkan, maka persoalan lapangan kerja dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, pencanangan tahun 2009 sebagai tahun ekonomi kreatif haruslah didukung, tanpa harus menghilangkan kekritisan kita sebagai anak bangsa. Karena ada hal yang harus dikritisi? Misalnya, sejauhmana industri kreatif itu mempengaruhi identitas kelokalan user? Untuk menjawab persoalan ini ada baiknya kita belajar dari negara-negara yang telah sukses, seperti Korea Selatan.

Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • Sumber gambar: istimewa


pena redaksi

P ewa r a

Dinamika majalah universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Rochmat Wahab, M.A. (Penjabat Rektor UNY) PENGARAH Dr. H. Rochmat Wahab, M.A. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sudjariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) H. Sugirin, Ph.D. (Kepala KKHP) PEMIMPIN UMUM Prawoto, S.E. PEMIMPIN PERUSAHAAN Hj. Sri Sujarwanti, S.I.P. PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Endang Artiati Suhesti, S.Pd. Dhian Hapsari Witono Nugroho, S.I.P. Kusmarwanti, M.Pd. Hermanto, M.Pd. Desain dan Tata Letak Muhammad Safrinal Lubis FOTOGRAFI Ahmad Natsir Eka Putra, S.H. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIP) Isti Kistianingsih, S.Pd. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Haryono (FBS) Hadimin, S.Pd. (FIK) Rani Eryani, S.I.P. (FT) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Agus Purwatma W., S.Pd. (BAAKPSI/BAUK) Syamsu Rahmadi, S.E. (Kemahasiswaan) Yansri Widayati, S.Pd. (Kerjasama) Hadna A. Al-Falasany, A.Md. (Kampus Wates) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Ngadina Sudarman Fashilaturrochmah Widodo ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

Desember telah tiba. 2008 pun akan ber­la­lu. Ada banyak kisah terukir di seti­ ap sa­nu­ba­ri kru Pewara Dinamika UNY. Ji­­ ka di­ung­kap lem­bar demi lembar, mung­ kin tak me­menuhi space majalah un­tuk 12 edi­si sekalipun. Di sana ada se­nyum, ta­wa, cinta, prestasi, intrik, bi­ngung, kri­tik, sa­kit, duka, dan masih ba­nyak la­gi. Se­juta pesona kisah ini ma­ sih mem­be­kas dalam hati, walau awal 2009 akan di­ tu­tup dengan cara kami ma­sing-ma­sing. Dan, bi­ ar­lah orang la­in tak me­ ma­­ha­­mi­­nya karena itu sebaik-ba­ik­nya; se­hor­mathormatnya. Iya­kan? Walau lembaran ter­se­but te­ tap me­nye­­li­mu­ti, kami tetap se­pa­kat un­tuk me­la­ku­ kan ru­­ti­ni­tas pe­ner­bit­ an ma­­ja­lah ter­cin­ta. kalam/uny Agak te­lat sih, tapi al­ ham­­du­lil­lah, ma­sih di­nan­tinantikan pem­ba­ca, ter­u­ta­ma da­tang da­ri civitas aka­de­mi­ka UNY, se­ba­gai ba­ sis pembaca yang so­lid dan kritis. Kita sadar kalau telah “me­ru­gi­kan” pem­ba­ ca—sebagai pemilik sah in­for­­­ma­si, un­ tuk itu edisi akhir tahun ini kita coba “meng­un­tung­kan” pembaca de­ngan in­ for­ma­si yang tampaknya remeh te­meh. Akan tetapi, dibalik informasi se­pu­­tar ki­ sah mahasiswa UNY yang melek dunia cyber, lengkap dengan fitur-fi­tur yang dilakoni, adalah merupakan fe­no­me­na yang “menghapus” wajah uni­ver­si­tas. Tahun 2000-an, kita amat jarang me­li­ hat mahasiswa UNY yang memakai HP, apalagi laptop. Nyaris tidak ada! Tetapi

de­lapan tahun kemudian, tepatnya ta­ hun ini, wajah UNY itu disulap. Di tiap su­dut fakultas, pohon-pohon rindang, pe­man­dangan orang-orang memakai lap­top untuk mengakses informasi men­ja­di pe­ri­laku hidup yang menonjol. Bu­da­ya ini begitu kental. Mahasiswama­ha­sis­wa serasa ketinggalan zaman jika ti­dak mengakases internet. “Jika sehari sa­ya ti­dak ases internet, sepertinya ada yang kurang dalam hidup ini,” ungkap Gito, ma­hasiswa UNY yang ke­rap meng­­gu­nakan hot­spot di ling­kungan Hall Rek­to­rat UNY. Budaya inilah yang meng­ ins­pirasi ka­mi, kru re­dak­si, untuk me­nu­lis­kan­nya da­lam se­bu­ah liputan khusus. Me­mang ba­­nyak mo­ tif peng­gu­naan in­ter­ net di ling­­kung­­an UNY. Akan te­ta­pi, mo­tif per­­te­­man­­ an dan pencarian ba­han-ba­han pe­­nun­­ jang kuliah adalah dua mo­tif yang pa­­ ling menonjol. Nggak per­ca­ya? Ba­­ca li­put­an utama. Akhirnya di akhir tahun ini, redaksi ber­sa­lam­an kepada pembaca. Kami akui ba­nyak kekurangan dalam tiap edi­si ka­ mi. Bahkan, sebagian pembaca ter­ka­ dang me­ra­sa “terganggu” dengan mem­ ba­ca Pe­­wa­ra Dinamika. Mungkin tentang pilihan kata yang kurang cocok atau apa­lah…. Tentunya kalian yang lebih pa­ham. Walau demikian, dengan kepala te­tap me­nun­duk, kami tetap berterima ka­sih. Ka­re­na dengan itulah majalah men­ja­di “ada”. Tabik kami…. 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul bu­ku (khu­sus Re­sen­si Bu­ku). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­ tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa r a Di n a m i k a n o v e m b e r- d e s e m b e r 2008


daftar isi Volume 9 • Nomor 14 november-desember 2008

l a p o r a n U ta m a

Para Generasi Net ahmad natsir/pewara dinamika

Kini pemandangan mahasiswa yang asyik ber-hotspot-an mudah di temui di setiap sudut rektorat dan fakultas. halaman 6

24

32 opini

berita

UNY MENUJU WORLD CLASS UNIVERSITY University (WCU) antara lain perintisan prodi internasional yaitu satu prodi di setiap fakultas, dan 2009 akan dibuka dua prodi yaitu Pendidikan Matematika dan Pendidikan Akuntansi.

Universitas Negeri Yogyakarta saat ini sedang dan akan melaksanakan ke­gi­atan menuju World Class

Berita Lainnya • Perlunya Penguatan Kompetensi • UNY Jalin Kerjasama Dengan TNI AU • Seniman Masih Dianggap Gila • Kabar UNY Dari Sydney

Kaum Ibu Indonesia Masa Kini Wanita, ibu rumah tangga, di dalam keluarga merupakan tokoh yang paling bertanggung jawab atas pendidikan anaknya. Sepanjang hari anak lebih banyak berurusan dengan ibu. 37 5 38 4 1 3 40 40 36

bina rohani bunga rampai cerpen dari pembaca dari redaksi Jendela pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi buku perancang sampul & layouter: kalam jauhari

Pewara Dinam i ka n o v e m b e r- d e s e m b e r 2 0 0 8


jendela

UNY:

'Met Jalan 2008 'Met Datang 2009!

T

anpa terasa tanpa ter-nyana, kita sudah sampai di penghujung sebuah satuan waktu yang bernama ‘tahun’. Dan, diinginkan atau tidak, dikehendaki atau tidak, dinanti-nanti atau tidak, disukai atau tidak, pergantian waktu yang bernama ‘tahun’ ini musti terjadi. Tidak bisa tidak! Nah, tampak jelas betapa tangan-tangan 2008 sudah bersiap-siap menyerahkan tongkat estafetnya kepada tangan-tangan 2009. Subhanallah! Fenomena itu so pasti juga terjadi dan berlangsung di sebuah institusi besar di Yogyakarta yang bernama Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Segenap sivitas akademika UNY dari ujung ke ujung bersiap-siap untuk menyerahkan dan menerima tongkat estafet. Yang terpenting adalah, pada kesempatan seperti ini, apa yang mesti dilakukan oleh semua komponen di dalam sistem UNY ini? Diam saja sambil menunggu sesuatu dengan harap-harap cemas, acuh-tak-acuh dan tak peduli dengan prinsip ‘yang mau terjadi maka terjadilah’? Ternyata jawabnya sederhana saja tetapi teramat mendasar: introspeksilah dan retrospeksilah! Memang benar, bukan dalam rangka ‘jual kecap’, lembaga pendidikan yang berlabel UNY menyandang berbagai keunggulan. Sebut saja beberapa di antaranya: (a) Menjadikan nilai moral keagamaan dan kebangsaan terinternalisasi dalam setiap kegiatan akademik dan nonakademik. (b) Salah satu universitas eks IKIP yang termasuk dalam 20 perguruan tinggi se-Indonesia yang layak menjadi perguruan tinggi bertaraf internasional. (c) Memiliki mahasiswa asing yang mengikuti pendidikan degree dan nondegree. (d) Memiliki program studi rintisan bertaraf internasional. (e) Sebagian besar program studi memiliki akreditasi A. (f) Fakultas Teknik telah memperoleh Sertifikat ISO

9001-2000. (g) Sebagian besar dosen memiliki kualifikasi akademik S-2/S-3. (h) Universitas induk penyelenggara sertifikasi guru (Rayon 11). (i) Salah satu universitas yang ditunjuk Depdiknas sebagai penyelenggara pendidikan profesi guru. (j) Banyak kerjasama pendidikan dan penelitian dengan instansi lain, nasional maupun internasional. (k) Setiap tahun seputar 2500 mahasiswa menerima beasiswa dari berbagai sumber. (l) Mahasiswa UNY berhasil meraih kejuaraan nasional maupun internasional dalam berbagai kegiatan lomba IPTEKS dan olahraga. (m) �������������������� Dst., dst., dst. Yang namanya unggulan itu pasti juga tantangan. Kita harus merasa tertantang, minimal mengawal ketat agar unggulan-unggulan tersebut tidak ’mletho’ di tengah jalan yang berakibat menjadi bukan unggulan lagi. Malahan, seharusnya secara kualitatif semua unggulan itu dari waktu ke waktu semakin meningkat kualitasnya. Di samping, unsur-unsur lain, aspekaspek lain, yang sekarang belum berpredikat unggulan, dalam waktu relatif singkat mampu menyusul berpredikat unggulan. Namun, semua itu perlu kesadaran tingkat tinggi, perlu perjuangan ekstra keras, perlu pengorbanan tak tanggung-tanggung, dan perlu semangat pengabdian pantang menyerah. ������������������������������������ Pendek kata, dibutuhkan kesamaan bahasa untuk senantiasa bersinergi-kolaborasi antarkomponen sistem UNY ini. ����������� Jika sudah demikian, insya Allah, visi UNY ’pada tahun 2010 UNY mampu menghasilkan insan: cendekia, mandiri, dan bernurani’ tidak hanya isapan jempol belaka!

Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi

P e wa r a Di n a m i k a n o v e m b e r- d e s e m b e r 2008


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Menuju Word Class University Perencanaan UNY sebagai bagian dari Word Class University (WCU) perlu untuk dia­ pre­siasi. Ini adalah cita-cita mulia yang perlu di­dukung oleh semua civitas akademika uni­ versitas. Hanya saja, melihat perkembangan selama ini, saya me­ nya­rankan untuk terus melakukan perbaikan di beberapa bi­dang. Di bidang akademik, kultur/budaya mengajar para dosen ha­rus segera dievaluasi secara rutin dan selektif. Selama ini, ada se­ba­gi­­ an dosen, yang mengajar dengan cara-cara “lama” kurang mem­ be­­rikan ruang dialogis kepada mahasiswa. Sehingga, terkesan dosen seperti de­wa ilmu pengetahuan, yang sukar un­tuk di­bantah. Selain itu, buku-buku yang ditulis oleh dosen UNY perlu di­ ting­katkan. Sebagai mahasiswa, saya ing­in se­ka­li untuk memengang karyakar­ya do­sen UNY, hanya saja karya-kar­ ya ter­se­but masih sangat terbatas jum­ lah­nya. Di UNY Press sendiri, pro­duk­si bu­ku kar­ya do­sen UNY masih be­las­an jum­lah­nya. Dan yang tak kalah pen­ ting­nya la­gi adalah pembuatan “ku­ri­ku­ lum” aka­de­mik yang kondusif, se­hing­ ga ma­ha­sis­wa dan dosen dapat men­ja­di subjek yang di­na­mis, kritis, dan kons­ truk­tif da­lam me­ngem­bang­an­kan mata ku­­li­ah yang diperoleh. Di bidang sarana dan prasarana, saya berharap gedung “mewah” yang te­lah dibangun di UNY dapat dimak­si­mal­kan penggunaannya. Saya sendiri meng­a­pre­ siasi perubahan wajah universitas. Kini UNY telah tampak “indah” untuk di­pan­ dang. Hal ini lebih baik lagi, jika peng­gu­ na­an bangunan tersebut, seperti GOR,

gedung Traning Center, Museum Pen­ di­dik­an, dan lain sebagainya, da­pat di­ per­mu­dah, terlebih untuk kepenting­an kemahasiswaan. Selain itu, ada be­be­ra­ pa gedung-gedung UNY yang be­lum di­ fung­sikan dengan baik bahkan ke­li­hat­an “kumuh”, sebagai contoh ada pe­num­ puk­an beberapa kursi dan me­ja di ba­ wah tangga di sebuah bangunan fa­kul­ tas. Mungkin hal-hal kecil ini perlu juga untuk diperhatikan. Saya juga berharap agar pepohonan yang telah rindang di kam­pus untuk dipertahankan, bahkan ji­ ka perlu penanaman pohon di beberapa ti­tik harus diadakan sehingga uiversitas ter­cinta ini makin indah. Dan yang tak kalah pentingnya juga soal hotspot di UNY. Penggunaan hotspot di beberapa ti­tik telah baik, tetapi daya signalnya ma­sih kurang. Kalau bisa di tahun ini, pak rektor dapat menambahkan daya hot­spot, sehingga kami lebih asyik dan nya­man dalam menggunakan ICT. Di bidang kemahasiswaan, saya sih ber­harap penggunaan Student and Mul­

Pewara Dinam i ka n o v e m b e r- d e s e m b e r 2 0 0 8

ti­cultural Center (baca: SC) benar-benar di­se­suaikan dengan fungsinya sebagai pusat aktivitas kemahasiswaan. Ruang diskusi dan perbedaan pandangan se­ba­ ik­nya menjadi pemandangan harian di sana. Saya sendiri merasa bangga mem­ pu­nyai gedung yang representatif ter­se­ but, tetapi kebanggaan ini akan lebih jika aktivitas diskusi, penelitian, dan pe­ren­ca­na­an program kegiatan terus kon­sis­ten dilakukan di sana. Terlebih, an­tar­or­ga­ni­sa­si kemahasiswaan tidak sa­ling egois dan tetap rukun dan be­ ker­ja­sama. Mungkin agak lucu jika SC ha­nya digunakan sebagai kantor or­ga­ ni­sa­si kemahasiswaan di tingkat Univer­ si­tas saja, tanpa menghasilkan karya yang nyata. Mungkin itu saja, saran “klasik” sa­ya. Tetapi, di tahun 2009 kelak, saya ber­ha­ rap UNY bisa mencapai WCU dengan se­ baik-baiknya, tanpa halangan. Selamat pa­ra pemimpin UNY! Kamil Mahasiswa FT UNY


bunga rampai

10 yang wah!

S

ny

m/u

la

ka

ebuah survai melibatkan lebih dari 100 wanita un­tuk mengetahui bagian tubuh mana dari ka­ um adam yang paling mereka kagumi. Ter­nya­ ta, hasilnya memang menarik, banyak kejutan yang sebelumnya tidak diperhatikan oleh kaum pria, ter­nyata menarik bagi wanita. Menurut survai itu, ada 10 bagian tubuh pria yang pa­ling membuat wanita klepek-klepek: oleh R . A . Juwahir

1

Bokong. Bokong menduduki pe­ring­ kat pertama dari bagian tubuh pria yang disukai kaum hawa. Ini menun­juk­ kan bahwa wanita tidak jauh berbeda da­ri­pada pria. Beberapa wanita menya­ ta­kan bahwa mereka menyukai bokong ber­ben­tuk “setengah bulan”, sementara yang lain lebih suka bokong yang “sedi­ kit berbelok”. Mr. P. Bagian tubuh andalan pria ini berada di urutan kedua. Survai meng­­ung­­kapkan bahwa wanita tidak meng­khu­sus­kan pada masalah ukuran Mr. P. Se­per­tinya pepatah “size doesn’t mat­­ter” masih tetap berlaku. Yang lebih pen­ting, ba­nyak wanita menyebutkan da­e­rah se­ki­tar Mr. P sangat penting, di an­ ta­­ra­nya war­na kulit yang proporsional, ti­dak ter­la­lu berurat, tidak terlalu pen­ dek, ti­dak terlalu besar. Yang juga men­ jadi per­hatian kaum hawa adalah aro­ ma­­nya. Un­tuk itu pria sangat dihimbau agar se­nan­ti­a­sa menjaga kesehatan, se­ hing­ga tidak menghasilkan aroma yang me­nye­ngat bagi penciuman wa­nita. Perut. Tidak mengherankan se­ba­gi­ an besar wanita menyenangi perut pria yang rata. Beberapa wanita tidak me­ng­i­nginkan perut yang berotot, teta­ pi perut yang rata. Pinggul. Wanita yang memiliki ping­ gul lebih kecil tampak lebih baik di

2

3 4

ma­ta pria pada umumnya. Wa­ ni­ta ter­nya­­­t­a juga se­nang pria yang ber­ ping­­gul sem­pit. Ini sa­ngat disukai wani­ ta teruta­ma untuk mela­ku­kan jepitan sa­­at mere­ka me­lakukan ker­ja besar. Tangan Dalam survei lain wanita me­ nye­butkan bahwa tangan pria me­ nga­takan banyak hal tentang dirinya. Ini me­­ngacu pada hal lain seperti apa yang da­­pat dilakukannya untuk sebuah ke­­hi­­dup­an dan apa yang dipancarkan ten­tang di­rinya pada dunia, semua bera­ sal da­ri ta­ngan. Intinya, wanita senang pa­da ja­ri-jari pria. Karena itu, tetap me­ mi­­li­ki ta­ngan yang selalu bersih dan se­ hat sa­ngat penting bagi kaum pria. Lidah Salah satu bakat pria yang di­­ka­­gumi wanita adalah kemam­ pu­an pria menggunakan lidahnya. Ba­ nyak wa­nita menyatakan bahwa lidah ada­­lah otot terkuat dalam tubuh, mes­ ki­­pun hal ini masih diperdebatkan. Li­ dah dapat digunakan untuk berbagai ke­per­lu­an, misalnya berciuman, dan la­ in-lain. Namun, satu hal yang perlu se­ la­lu diingat, bahwa “Memang lidah tak ber­tu­lang”. Bibir. Wanita menyenangi bentuk bi­ bir yang penuh, tidak hanya untuk da­ya tarik estetis, tetapi untuk sesuatu yang le­bih dapat dilakukan bersama.

5

6

7

Wa­­ni­ta me­miliki kesenangan berbeda-be­da ter­ ha­dap bibir pria. Beberapa di an­­ta­ra­nya suka bibir yang tebal bagian bawah. Otot Lengan. Otot lengan yang sedikit berisi tidak hanya meng­gam­ bar­kan kekuatan, tetapi juga men­cer­ min­kan perawatan yang baik. Seperti juga dada, wanita senang melihat otot bi­ceps saat pria mengenakan sweater atau T-shirts. Dada. Semua pria umumnya me­nyu­ kai payudara yang seksi. Begitu hal­ nya wanita pun memiliki selera yang sa­ma saat melihat dada pria. Sebagian be­sar wanita mengatakan bahwa me­re­ ka pe­na­saran seperti apa dada di balik pa­kai­an pria. Sweater atau T-shirt yang melekat pada tubuh pria meng­ung­kap­ kan kepenasaran itu. Bahu. Dalam survai itu para res­­ pon­den menyatakan bahwa ba­ hu ada­lah urutan ke 10 dari bagian tu­ buh pria yang disenangi wanita. Wanita me­nyu­kai pria berbahu lebar sebagai per­­tanda kekuatan dan kemaskulinan.

8 9

10

Drs. R.A. Juwahir alumni FPBS IKIP Yogyakarta, wartawan Suara Jateng

P e wa r a Di n a m i k a n o v e m b e r- d e s e m b e r 2008


laporan utama

Para Generasi Net Kini pemandangan mahasiswa yang asyik ber-hotspot-an mudah di temui di setiap sudut rektorat dan fakultas.

be­sar. Saban hari, mereka seo­lah-olah hidup di alam virtual. Itulah ke­hi­dup­­an sosial mereka, yang “jauh” dari ke­hi­dup­ an real senyatanya. Berun­tung­lah ma­ha­ sis­wa pecinta hotspot di UNY bu­kan­lah ter­masuk generasi muda (baca: ge­ne­ra­ si net) yang terjebak da­lam “zo­na-zo­na mabuk teknologi” (Tech­no­lo­gi­cal­ly In­­tox­ i­ca­ted Zones), laik­nya yang di­gam­bar­ kan John Nais­bitt dalam bukunya High Tech High Touch: Technology and Our Sear­ching of Meaning. Dalam diri ge­ ne­ra­si ini, mereka cenderung mengkon­ sum­si media terutama televisi dan in­ ter­net, dengan kandungan utamanya seks dan kekerasan. Mereka ini mulai tercerabut dari nilai-nilai masa lalu dan menjadi generasi yang panik. Mereka menjadikan simbol-simbol dan nilai-ni­ lai dari kebudayaan pop, sebagai ru­juk­ an, sambil mencampakkan nilai-nilai tra­di­si­o­nal dan agama yang dijunjung ting­gi orang tua dan generasi-generasi se­be­lum­nya.

Kini, kehadiran teknologi ini di kam­ pus yang siap menuju Word Class Uni­ver­ sity ini adalah hal yang perlu diapresiasi. Bukan karena mereka menjadi manusia modern, tetapi penggunaan teknologi ini justru mempermudah mereka men­ ca­ri data-data yang dibutuhkan dalam pro­ses belajar mengajar. Lebih dari itu, tek­no­lo­gi ini membuka akses buat ma­ ha­sis­wa UNY untuk siap menyapa sia­ pa pun, tanpa harus memedulikan ru­ ang dan wak­tu, bahkan jika melihat kecen­de­rung­an mahasiswa yang krea­ tif ini, maka sudah tentu UNY siap meng­ ha­sil­kan generasi kreatif yang si­ap si­a­ ga menyongsong tahun 2009, se­ba­gai tahun industri ekonomi kreatif. Sing­kat­nya, cita-cita UNY untuk men­ ja­di­kan mahasiswa sebagai insan cen­de­ kia, mandiri, dan bernurani dapat di­wu­ jud­kan, setidak-tidaknya juga melalui pe­ran serta teknologi informasi dan ko­mu­ni­kasi, yang telah dicanangkan universits. Bukan begitu? 

ahmad natsir/pewara dinamika

G

Generasi Net di UNY hadir hampir bersa­ maan dengan muculnya fasilitas hotspot. Di beberapa sudut rektorat, fakultas, dan unit tertentu, para generasi Net ini tam­pak asyik dengan laptopnya. Me­re­ ka mengotak-atik produk abad 21 itu un­tuk men­je­la­ja­hi dunia, setelah ber­ha­ sil “me­ma­su­ki” ruang hotspot wifi UNY. Has­rat pen­je­la­jah­an tersebut di­fa­si­li­tas oleh Mr. Google—sebuah me­sin pen­ca­ri berbentuk datar—yang mam­pu me­nun­ juk­kan apa yang didamba­kan. Ha­nya dengan mengetik apa damba­an ter­se­ but, dalam sekejap ia hadir menyapa kita dengan rupa teks, grafis, maupun gambar. Generasi Net adalah sebutan dari ge­ ne­rasi yang hidupnya kerap meng­kon­ sumsi internet. Istilah ini lahir dari net generation (generasi jaringan atau ge­ne­ rasi internet. Hanya saja, kecenderungan is­tilah ini dimaknai negatif. Di mana, pa­ ra genarasi ini biasanya hidup de­ngan efek ketergantungan internet be­gi­tu

O l e h sismono la ode



laporan utama

Biar (Agak) Lambat Asal Terbuka Hampir dua tahun sudah, lingkungan kampus Universitas Negeri Yogyakarta disediakan fasilitas hotspot. Mahasiswa kian diberi kemudahan untuk mencari informasi lewat dunia internet. Oleh Endang Artiati S uhesti

S

iang menjelang sore itu (10/12) hujan deras mengguyur rata di sebagian wila­yah Yogyakarta, tak terkecuali di kam­pus pendidikan Universitas Ne­ge­ ri Yog­ya­kar­ta. Namun seperti tak pe­ du­li, beberapa mahasiswa asyik memperhatikan lap­top di depan mereka. Ternyata mereka se­ dang ber­selancar di dunia maya dengan fasilitas hot­spot yang ada di lingkungan UNY. Di salah satu sudut gedung dekanat Fa­kul­ tas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MI­PA), di penuhi mahasiswa yang duduk san­tai di lantai. Dua orang berjilbab sedang asyik sear­ ching dengan sebuah laptop di depan mere­ka. Di sampingnya, di sebuah bangku panjang, ti­ga orang mahasiswa terlihat serius menatap apa yang sedang ditampilkan di sebuah la­yar lap­ top. Di sebelah barat mereka tampak pula dua ke­lompok mahasiswa yang duduk bergerombol di lantai dengan laptop di tengah-tengah me­re­­ ka. Mereka memang sedang mencari bahan-ba­ han tugas lewat internet di sela-sela kuliah. “Saya pakai hotspot untuk mencari tugas, mbak,” ujar mahasiswa berbaju kotak biru yang tak mau disebut namanya. Ia menambahkan ka­ lau meng­gunakan fasilitas internet UNY yang gratis ini untuk sekedar mencari tugas, kalau un­tuk hal-hal yang bersifat hiburan, seperti mem­bu­ka situs friendster atau yang lainnya le­

Pewara Dinam i ka n o v e m b e r- d e s e m b e r 2 0 0 8

bih nya­man ke warung internet (warnet). “Ka­ lau un­tuk membuka situs yang berat, seperti friend­ster lebih nyaman di LIMUNY,” tambah aktivis BEM Fakultas MIPA ini. Di sudut-sudut lain pun sama halnya seperti di hall rektorat, di pendopo Tejo Kusuma, di pelataran Cine Club Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), atau bahkan di sekitar pintu masuk LIMUNY. Ka­pan pun dan di mana pun keberadaan me­re­ ka se­ka­rang dapat mengakses internet dengan lebih mudah. Paling tidak mereka tahu informasi yang mereka butuhkan secepatnya. Seperti di­ ung­kap­kan oleh Ardyan, “Saya memakai hotspot lu­ma­yan sering. Biasanya saya pakai itu untuk ke­bu­tuh­an yang cepat, yang saya ngerasanya keburu banget dan kalau harus ke warnet itu memakan waktu. Misalnya waktu mengerjakan tugas dan waktunya kepepet, dan saat itu juga saya buka in­ter­net lewat hotspot untuk mencari bahan se­ba­gai tambahan mengerjakan tugas. Kalau ke war­net 'kan kesuwen, apalagi harus keluar du­­it,” pa­par mahasiswa Sastra Inggris 2006 ini kepada kru Pewara Dinamika. Eko pun mengakui adanya hotspot membantu dirinya untuk mempermudah mencari bahan tu­ gas perkuliahan. Apalagi sekelas Eko yang aktif se­ba­gai Ketua BEM FMIPA 2008, menyediakan wak­tu tersendiri untuk mencari bahan ke war­ net sepertinya jarang, atau tidak sempat sa­ma se­ka­li. “ Hotspot membantu saya kalau ada tu­ gas-tugas yang istilahnya kepepet. Mi­sal­nya pu­ kul 11.00 siang dikumpukan, saya ba­ru me­nger­ ja­kan tugas sekitar pukul 09.00. Ngetik sekalian cari bahan lewat hotspot UNY. Kalau mau ke war­net waktunya sudah tidak ada,” tuturnya yang punya nama panjang Eko Susanto ini sam­ bil tersenyum. Sama halnya yang dingkap oleh Reza, maha­ sis­wi asal Kulon Progo ini mengaku, fasilitas hot­ spot UNY membantu mempermudah tugas ku­li­ ah yang diberikan dosen. “Sekarang, cari bahan tugas jadi lebih mudah karena bisa akses in­ter­ net di mana saja, waktu istirahat sambil tung­ gu ku­liah berikutnya, atau di kelas pun bi­sa me­ ng­ak­­ses internet,” aku mahasiswi Pendidik­an Ba­hasa Inggris 2005 ini, ketika diwawancarai via telepon. Walaupun membantu tugas perkuliahan me­ re­ka, toh bukan berarti mereka tidak ke war­net. Ba­gi Anik, mahasiswi Pendidikan Ba­ha­sa Ing­ gris 2005 ini selalu akan tetap ke war­net (ba­ca: LI­MU­NY), walaupun ia juga meng­gu­na­­kan hot­ spot UNY. “ Biasanya saya kalau la­gi pa­kai hot­


Dhian Hapsari/pewara dinamika

laporan utama

spot itu nyari bahan tugas, tapi sa­ya bi­a­sa­nya kalau mencari data yang lebih da­lam ke LI­MU­ NY. Istilahnya lewat hotspot saya ha­nya men­ cari pokok-pokoknya saja atau pemetaannya du­ lu baru kemudian saya cari lebih detailnya di LIMUNY. Sering juga sebelum masuk ke LI­MU­ NY saya pakai hotspot dulu di sekitar pintu ma­ suk LIMUNY, ya untuk mencari pokok-po­kok­ nya dulu apa yang mau di cari, soalnya ka­lau lewat hotspot mau buka ke halaman be­ri­kut­nya seringnya lama atau malah tidak bisa di­bu­ka,” paparnya yang aktif di organisasi baik in­ter­nal maupun ekternal kampus. Sebagian diri mereka menggunakan hotspot untuk mencari tugas, tetapi tidak menafikan me­re­ka juga browsing internet lewat hotspot un­ tuk mendapatkan informasi secepatnya. Se­per­ti yang ungkapkan oleh Ardyan, “Saya pa­kai hot­ spot itu juga misalnya ketika saya me­li­hat be­ri­ ta-berita yang menarik dan belum ta­hu ke­lan­ jut­an­nya. Contoh saja ketika ada per­tan­ding­an

sepak bola dan tidak bisa melihat per­tan­ding­an­ nya, lalu saya akses internet pakai hot­spot un­ tuk mencari hasil pertandingannya,”se­runya. Diungkapkan juga oleh Prahita S. Putra, ma­ ha­sis­wa Manajemen FISE, ia tidak ber­la­ma-la­ma menggunakan hotspot, biasanya hanya mem­bu­ ka email. Jarang ia mencari bahan tugas karena me­mang teori yang ia ambil di perkuliahan su­ dah hampir habis. “Saya jarang menggunakan hot­spot, paling hanya buka email, terakhir baru dua ha­ri lalu saya menggunakan hotspot itu pun ha­nya sekitar setengah jam saja. Lebih suka ke war­net atau ke LIMUNY, bayar tapi bisa puas pa­kai internetnya,” ujarnya yang lebih akrab di­pang­gil dengan nama Ito.

Para mahasiswa Fakultas MIPA sedang menggunakan fasilitas hotspot untuk mengakses beberapa data yang dibutuhkan.

Peran dan Konstribusi Dosen Peningkatan pemberian fasilitas perlu di­la­ ku­kan terus-menerus. Apalagi UNY yang telah me­la­kukan sistem ISO dalam memberikan la­ yan­an terhadap mahasiswa berusaha untuk me­

P e wa r a Di n a m i k a n o v e m b e r- d e s e m b e r 2008


laporan utama

mu­as­kan customer (baca: mahasiswa). Banyak di ­an­ta­ra mahasiswa yang mengharapkan juga pe­ning­kat­an dalam layanan fasilitas hotspot di UNY. Kecepatan koneksi hotspot adalah hal yang sering dikeluhan oleh mahasiswa pengguna hot­ spot. Hal ini menyebabkan mereka tidak bisa men­ca­ri bahan-bahan tugas sampai ke detailde­ta­il­nya, apalagi untuk men-dowload, mereka le­bih memilih lari ke warnet. Seperti yang te­ lah di­ung­kapkan oleh Anik, memakai hotspot hanya mencari pokok-pokoknya saja, baru nanti dicari lebih dalam di warnet. Ia mengeluhkan ji­ ka memakai hotspot, koneksinya cepat di awal­ nya saja. Ketika membuka halaman-halaman fi­le selanjutnya sangat lambat. “Saya seh pe­ngen­ nya bisa cepat, sehingga aksesnya jadi le­bih mu­ dah,” ungkapnya penuh harap.

Guru Itu Bisa Didik Anaknya Sendiri O l e h Endang A rtiati Suhesti

S "

aya menginginkan anak saya mampu menata masa depan­ nya." Itulah harapan seorang Mo­hammad Qiyata pada anaknya sem­ bari menemani putri keduanya meng­ isi formulir pendaftaran mahasiswa baru UNY. Qiyata, pria berkumis yang berusia 51 tahun ini berharap sekali anaknya dapat mengenyam ilmu di kampus yang tepat pada 21 Mei la­ lu merayakan Dies Natalis yang ke44 ini.

10

Ia paham keinginan anaknya, Ar­ ya­ti Dewi Anggreni yang bercita-ci­ta menjadi seorang guru. “Ibunya ju­ga dari dulu sini (masih IKIP, red.). Mung­ kin dia terinspirasi juga dari ibunya yang jadi guru,” terang Qi­ya­ta yang ken­tal dengan dialek Purba­lingga. Citra seorang guru memang masih melekat erat di kampus UNY. Masih ter­tanam hingga sekarang bahwa UNY sebagai kampus pencetak guru. “Se­orang gu­ru itu bisa mendidik tak

Pewara Dinam i ka n o v e m b e r- d e s e m b e r 2 0 0 8

hanya di se­ko­lah tetapi juga bisa men­ didik anak­nya sendiri,” tutur­nya. Bagi Qiyata, pria yang berwiraswas­ ta ini hanya bisa berdoa dan mendu­ kung, ia dampingi putrinya untuk me­ra­ih citanya. Walaupun biaya pen­ di­dik­an yang melambung, tapi ia ber­ usaha untuk memberikan pendi­dik­an yang terbaik bagi kedua anak­nya. “Saya yang penting berusaha, me­ nye­rahkan semuanya pada Yang Ma­ ha Kuasa. Saya ingin memberikan yang terbaik untuk anak saya, bahkan ke­inginan saya seandainya biaya men­ cukupi sampai ke Mesir pun akan saya dukung. Saya ingin anak saya lebih ting­gi pendidikannya daripada saya,” te­gasnya yang hanya lulusan Sekolah Menengah Atas dengan tersenyum ra­ mah. 

la ode/pewara dinamika

Saya pikir mahasiswa UNY sebenarnya antusiasnya tinggi untuk menggunakan hotspot tetapi saya lihat hanya sebagian saja yang berhotspot di UNY.

Ito yang masih aktif di Koperasi Mahasiswa (Kop­ma) UNY juga menyayangkan dengan kece­ pat­an hotspot di UNY yang agak lambat. “Saya pikir ma­ha­sis­wa UNY sebenarnya antusiasnya tinggi un­tuk menggunakan hotspot tetapi saya lihat hanya sebagian saja yang berhospot di UNY. Me­re­ka beralih mencari tempat yang koneksi in­ ter­­net­­nya lebih cepat. Lebih baik bayar tapi da­ pat ko­­nek­sinya cepat, dan sekarang sudah ba­ nyak tem­pat-tempat dengan fasilitas hotspot. Mi­sal­nya saja ang­kringan yang ada fasilitas hot­ spot, bayar seribu untuk minum istilahnya ta­pi bi­sa nge­net. Saya merasa hotspot di UNY be­lum mak­si­mal, masih sebatas peleng­kap sa­ja (ba­ca: for­ma­li­tas),” ungkapnya dengan meng­ge­bu-ge­ bu. Bagi Ito yang juga pernah ak­tif di ra­dio ko­ mu­ni­tas Magenta UNY ini me­nya­yang­kan ju­ga ketidakstabilan jaringan in­ter­net yang ti­­ba-ti­ ba tidak connect. “Kalau bisa seh meng­ak­ses in­ ter­net di UNY dapat lebih mudah. Di sini (baca: UNY) masih menggunakan NIM jadi sepertinya untuk kalangan sendiri,” tambahnya yang ber­ ha­rap hotspot di UNY bisa dimanfaatkan juga ba­gi masyarakat umum. “Jangkauan area hotspot sebaiknya perlu di­ per­lu­as di tempat-tempat aktivitas mahasiswa ju­ga, se­per­ti di area ormawa FMIPA. Saya lihat di ling­kung­an FMIPA area hotspot-nya masih se­ ba­tas di gedung dekanatnya, itu pun di lan­tai sa­tu. Kalau sudah pukul 17.00 pintu ger­bang


Dhian Hapsari/pewara dinamika

laporan utama

FMI­PA sudah ditutup, jadi mahasiswa ke­su­lit­ an juga mengakses internetnya,” papar Eko Susanto, mahasiswa tingkat akhir jurusan Mate­ matika ini dengan tegas. Koneksi internet lewat wifi (Wireless Fidelity), yang masih lambat, membuat para user tak ingin berlama-lama, ”Tujuan saya pakai hotspot ti­dak ingin berlama-lama, di kasih lama ya Al­ham­du­l­ lilah. Ya berharap moga-moga dapat si­nyal­nya la­ma. Saya lihat di beberapa tempat sinyal­nya ti­dak stabil, dulu saya masih ingat kalau di se­ ki­tar Puskom sinyalnya stabil tetapi masa’ kita hot­spotan di satu tempat aja, esensinya hot­spot ja­di hi­lang kalau seperti itu. Saya rasa per­lu ada ko­mu­ni­ka­si yang jelas untuk para pe­ma­kai da­ ri pusat hotspot itu sendiri jika jang­kau­an­nya ha­nya segini atau sinyal sedang me­le­mah. Ja­di kalaupun para user mengeluh tahu pe­nye­bab­ nya dan itu lebih fair. Walaupun pemberi­ta­hu­an satu arah tidak masalah yang jelas me­nu­rut­ku

harus ada pemberitahuan di titik ini jang­kau­an­ nya melemah. Jadi bahasanya customer merasa tidak dirugikan,” paparnya dengan bijaksana. Ketidakstabilan koneksi internet melalui wifi me­nurut Herman Dwi Surjono, Ph.D., Kepala Puskom UNY disebabkan karena seringnya gang­ gu­an listrik di fakultas-fakultas dimana ak­ses point wifi dipasang. Gangguan listrik ini bi­sa da­ ri PLN yang sering mati atau teknisi/petugas di fa­kul­tas sering “tidak sengaja” mematikan hu­ bung­an. Seringnya gangguan listrik ini di­sam­ ping menyebabkan gangguan koneksi in­ter­net juga menyebabkan perangkat cepat rusak. Me­ nang­ga­pi keluhan mahasiswa tentang ke­ter­lam­ bat­an koneksi, Herman memaparkan melalui su­rat elek­tro­nik bahwa bandwidth internet di UNY ma­sih belum cukup. Bandwidth internet di UNY se­be­sar 10 Mbps. Tahun 2009 rencananya akan di­na­ik­kan menjadi 20 Mbps sehingga di ha­ rap­kan ko­nek­si internet menjadi lebih cepat. 

Seorang mahasiswa sedang asyik hotspot di lingkung­ an rektorat UNY dan dua orang mahasiswa sedang mengakses internet di suatu sudut fakultas.

P e wa r a Di n a m i k a n o v e m b e r- d e s e m b e r 2008

11


foto-foto: la ode/pewara dinamika

laporan utama

Mereka Tetap Komunal Sambil mengotak-atik laptop di depannya, mereka tetap menghargai kebersamaan yang ada di area itu. Oleh Endang Artiati S uhesti

D

uduk diam menekuri laptop men­ ja­di pemandangan sehari-hari di lingkungan kampus, entah me­re­ ka mengetik tugas atau meng­ak­ ses internet. Tapi bukan berarti me­re­ka hanyut dalam dunia mereka sendirisendiri, justru mereka bareng-bareng berselancar dalam dunia maya ketika hotspotan. Anik Dwi­ yan­ti, mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) ber­ujar, “Sebenarnya tergantung mahasiswa, 12

Pewara Dinam i ka n o v e m b e r- d e s e m b e r 2 0 0 8

lebih nyaman sendiri hotspotan atau barengbareng,” dengan tersenyum manis. Anik merasakan ketika sedang memakai hot­ spot lebih senang ramai-ramai. Kalau sedang di ruang kuliah, teman-temannya nitip dicarikan bahan juga. Mereka malah justru asyik mem­ba­ has bahan yang akan dicari sambil menunggu loading. “Kita sukanya ngobrolin bahan-bahan yang akan dicari sambil nunggu loadingnya se­ le­sai. Saya malah lebih baik ke warnet saja ka­ lau di kampus sepi tidak ada orang yang hot­ spot­an,” ungkap mahasiswi asal Wonogiri ini de­ng­an ramah. Sedikit berbeda dengan Ardyan,”Walaupun era sudah berganti menjadi digital kita tetap ko­munal. Orientasi kawan-kawan di FBS, di FISE maupun di FIP yang pernah saya lihat ti­ dak memanfaatkan layanan hotspot secara indi­ vi­dual, melainkan mereka menggunakannya ma­sih komunal, bareng-bareng. Misalnya, ketika saya sedang hotspotan di rektorat lalu ada te­ man-teman ikut. Eh aku nitip dong bukain ini bu­kain itu. Nah seperti itu yang terjadi dan hal yang sama saya lihat juga di fakultas. Misalnya ada tugas kelompok, lalu ada satu orang yang ba­wa laptop dan mereka akan browsing ba­rengba­reng. Efeknya dari ini adalah tidak meng­hi­


laporan utama lang­kan relasi antarindividu,” paparnya yang meng­ampu milis alumni teman-teman SMAnya dahulu. Lebih seringnya terlihat ramai-ramai, ka­ dang membuat mereka kenal satu sama lain. Re­za dan Anik mengaku bisa kenal dengan ma­ ha­siswa lain yang kebetulan berada satu area hotspot. Awal pem­bicaraan dari sapaan, “Eh koneksinya masih nyambung tidak.” Dari situ­ lah kadang kala pembicaraan berlanjut. Namun keberlanjutan pembicaraan tidak sampai pa­da keinginan mereka untuk membentuk se­bu­ah wadah atau komunitas. Seperti yang di­tu­tur­ kan Anik, Reza, Eko, dan Ardyan yang meng­a­ku tidak ada komunitas terbentuk dari se­ring­nya ber-hotspot ramai-ramai. “Gak ada ka­yak­nya ko­ mu­nitas yang muncul dari sukanya ber-­hot­spot,” ujarnya sambil menggelengkan kepala.

“Sepertinya saya tidak menjumpai komunitas di UNY yang terbentuk berawal dari suka ber­hot­spot. Kalau saya merasa paling kita hanya hafal wajah orang yang suka ber-hotspot bareng kita. Di Garden café yang sudah di bongkar itu, saya dulu sering menjumpai orang-orang yang sama dalam beberapa kali. Mereka pakai hotspot di sa­na. Dalam hati cuman berujar ‘oh ini orang yang kemarin,” papar Ardyan. Ada hobi lain yang lebih menarik untuk menjadi sebuah ko­ mu­nitas, misalnya pecinta musik atau hobi lainnya, tuturnya lagi. “Sebenarnya dari pihak Puskom yang mempunyai data base para user malah bi­sa mengkoordinasi untuk membentuk sebuah ko­munitas mahasiswa pengguna hotspot UNY. Ini justru malah membuat antara para user de­ng­an Puskom menjadi semakin terjalin ko­ mu­ni­kasinya,” tambahnya memberi ide. 

Beberapa mahasiswa tampak asyik ber-hotspotan di hall rektoral dan beberapa mahasiswa sibuk mengakses data di depan LIMUNY Puskom UNY.

P e wa r a Di n a m i k a n o v e m b e r- d e s e m b e r 2008

13


laporan utama

Nggak Sekadar Nongkrong (Lagi) Halaman rektorat memang rindang. Pohon-pohon sedang lebat daunnya, rumput-rumput menghijau tebal karena hujan menyirami Jogja hampir setiap hari. Beruntung hari itu tidak hujan. Banyak mahasiswa nongkrong menikmati angin siang sambil ngobrol ataupun memanfaatkan waktu searching dengan internet. Oleh D hian Hapsari

S

etidaknya sepuluh laptop sedang me­ nya­la tersebar di halaman rektorat dan hall rektorat. Pemandangan itu ki­ni ke­rap ditemui. Bukan hanya di ha­lam­an rek­to­rat UNY, tetapi juga di ha­lam­an fa­kul­tas dan beberapa tempat la­ in­nya yang me­mung­kin­kan dapat menangkap sig­nal. Seperti siang itu, Furqon, dengan baju ke­me­ ja lengan pendek hitam rela duduk tanpa alas di taman hall rektorat. Wajahnya serius, ma­ta­ nya memelototi laptop di depannya. “Hari ini ba­nyak tu­gas,” katanya. Beruntung ia dapat me­ min­jam laptop kawannya untuk mengunduh ar­ ti­kel-artikel penting tanpa mengeluarkan biaya pe­ma­kai­an internet. Bukan hanya Furqon yang sedang berasyik masyuk di depan laptop. Di teras gedung rektorat tampak beberapa mahasiswa mengerumi satu lap­top. Salah satu mahasiswa yang siang itu nge­lo­sor santai adalah Entisari R., mahasiswa Pen­di­dikan Matematika 2003. “Kalau kami bu­ kan sedang mengerjakan tugas, tapi sekadar santai-santai saja sambil buka-buka internet,” akunya.

Nebeng pakai hotspot Dibandingkan di warnet, menggunakan hot­ spot memang membantu proses pem­be­la­jaran, pun lebih bernilai ekonomis. Tidak jarang fa­si­ litas hotspot ini pun dimanfaatkan oleh ma­sya­ ra­kat sekitar yang nebeng berselancar di du­­nia maya. Furqon dan Ayuni Fitrina, misal­nya. Furqon yang sejatinya kuliah di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini mengunakan hotspot 14

Pewara Dinam i ka n o v e m b e r- d e s e m b e r 2 0 0 8

setelah mendaftarkan diri dengan KTM ka­wan­ nya yang berkuliah di Pascasarjana UNY. “Ka­ dang ia juga memakai laptop ini, tapi hari ini se­dang saya pinjam.” Lelaki yang sedang me­ nem­puh studi pascasarjana Bahasa Inggris ini me­ra­sa terbantu dengan adanya hotspot di UNY. “Kebetulan tempat kos saya dekat dengan UNY, jadi daripada ke kampus yang jauh lebih ba­ik di sini,” katanya. Begitu pula Ayuni Fitria yang sedang duduk berdua dengan kawannya, Entisari R. “Saya juga bi­sa memanfaatkan hotspot di UNY dengan pas­sword dan name kawan saya.” Meski tidak se­ti­ap hari menilik dunia maya dengan hotspot UNY, ia merasa cukup terbantu dengan adanya hot­spot. “Hotspot memang lumayan membantu, asal ti­dak sedang trouble,” seloroh dara yang se­ dang me­nye­le­sai­kan kuliah di jurusan Sains In­ for­masi Geografi dan Pengembangan Wilayah, angkatan 2004 itu. Mengetahui banyak tamu yang me­man­fa­at­ kan hotspot UNY ini, beberapa mahasiswa ti­dak merasa terganggu. Sebut saja Eka Deni Han­da­ya­ ni, mahasiswi jurusan Fisika 2007. “Ti­dak apaapa saja kira, asal tidak menjadi hac­ker. Mes­ ki­pun mahasiswa UNY sendiri, kalau menjadi hacker ya sama saja,” jelasnya. Selain Eka, Bayu pun memiliki pendapat serupa. “Kalau yang men­daf­tar­kan diri dengan KTM UNY, berarti apa­bi­la terjadi sesuatu hal yang bertanggung ja­wab adalah si pemegang kartu karena telah me­mer­ca­ya­kan­nya pada orang lain.” Lantas, mengapakah UNY lewat Puskom mem­be­r­la­ku­kan kewajiban pendaftaran laptop ba­gi me­re­ka yang memanfaatkan hotspot UNY?


laporan utama

Mr. Google jadi andalan Seperti merayakan kemudahan ber­ko­mu­ni­ka­ si, jendela dunia terbuka persis di hadapan kita. Apapun yang ingin kita ketahui tinggal browsing di internet. Banyak hal yang bisa didapatkan di dunia maya. “Saya bisa berkomunikasi dengan ka­wan-kawan SMA dari friendster dan mudah me­nger­jakan tugas,” ungkap Eka. Senada de­ng­ an Eka, Ayuni pun memanfaatkan internet le­ bih ba­nyak untuk mengerjakan tugas dan men­ da­pat­kan informasi sesuai hobinya. Memang banyak situs yang menyajikan ar­ti­ kel tentang pendidikan ataupun pengetahuan umum. Akan tetapi, beberapa orang tidak ha­fal atau bahkan tidak mengetahui situs apa sa­ja yang menyediakan artikel sesuai kebu­tuh­an­nya. Untuk yang satu ini tidak perlu men­ja­di ma­sa­ lah be­sar. Google! Demikian ja­wab­an be­be­ra­pa orang. Selain search engine ini terkenal ce­pat, Google juga menyediakan banyak fasilitas. Hal ini diakui Bayu, “Google memang masih men­ ja­di andalan untuk urusan pencarian data. Ini cukup membantu dalam mengerjakan tugas.” Meskipun banyak search engine yang di­cip­ ta­kan, di kalangan umum Google memang ma­ sih men­jadi pilihan utama. Selain Google, si­ tus yang bi­a­sa sering dibuka adalah frienster. “Frien­ster me­mudahkan kita mengetahui ka­ bar ka­wan-ka­wan dari jauh ataupun kawan yang ja­rang ke­te­mu,” demikian alasan Eka. Se­ le­bih­nya, frienster juga menyediakan fasilitas blog, animasi, download video dan MP3, dll. Fa­ si­litas ini yang menarik anak-anak muda untuk membukanya setiap saat. Berlama-lama Hampir setiap hari hall rektorat diramaikan ke­gi­at­an mahasiswa, baik diskusi, kegiatan

La ode/pewara dinamika

Her­man Dwi Surjono, Ph. D., Kepala Puskom men­je­las­kan pendaftaran ID dengan KTM itu di­mak­sud­kan untuk pengamanan. “Bila orang di­be­bas­kan mengakses melalui wifi, maka sa­ ngat be­r­e­si­ko terjadinya penyusupan oleh hac­ ker ke sis­tem kita”. Selain itu, pembatasan itu di­ la­ku­kan untuk melindungi resourses UNY. “Ki­ta mem­ba­yar mahal untuk bandwidth in­ter­net, ma­ ka akan terjadi pemborosan bila orang umum boleh menggunakan internet de­ng­an be­bas.” Lebih dari itu, Puskom telah me­la­ku­kan pe­ng­a­ manan-pengamanan khusus yang ber­kaitan de­ ng­an penyusupan ataupun hacker-hacker yang usil.

UKM, duduk-duduk menunggu kawan, maupun me­man­fa­atkan hotspot. Dari beberapa wilayah yang dapat menangkap signal, hall rektoratlah wi­layah yang paling nyaman. Dengan begitu ba­ nyak pula mahasiswa yang berlama-lama nong­ krong di hall rektorat. Seperti Bayu, contohnya. Ia bersama sang pa­ car yang sedang suntuk menghadapi laptopnya, meng­aku menghabiskan waktu sekitar lima sam­pai enam jam untuk browsing internet ke­ti­ ka me­nger­ja­kan tugas kuliah maupun brow­sing la­in­nya. Lain halnya dengan Eka Deni Han­da­ya­ ni yang membeli laptop sekitar empat bu­lan yang lalu ini mengaku membuka-buka in­ter­net hanya sekitar dua sampai tiga jam saja. “Bi­a­sa­ nya sambil menunggu waktu kuliah se­lan­jut­ nya.” Sedikit atau lamanya browsing ini ter­gan­ tung hotspot-nya, kalau sedang lambat le­bih ba­ik cari di tempat lain, tambahnya. 

Depan Hall Rektorat, tampak beberapa mahasiswa yang sedang belajar kelompok. Mereka menggunakan Mr. google untuk mencari data-data kuliah.

P e wa r a Di n a m i k a n o v e m b e r- d e s e m b e r 2008

15


laporan utama Pangesti Wiedarti, Ph.D.

Dunia Ada di Telunjuk Jari Kita! Oleh dhian hapsari

foto-foto: Dokumen Pribadi

Dunia ada di telunjuk ja­ri-jari kita!” de­ mi­kian katanya dengan bersemangat mengungkapkan kebahagiannya men­ je­la­jah internet. Perempuan yang juga ge­mar travelling ini menganggap men­ cin­tai laptopnya lebih dari apapun. “Sebab lap­ top adalah tempat menuangkan pikiran,” ung­ kap­nya. Bukan hanya sebagai me­dia yang me­­­­­nyimpan “harta digital” (baca: file ber­har­ ga), tapi juga media yang dapat mem­ba­wa­ nya melihat apapun di belahan dunia ma­na­ pun. Tidak heran, ia melengkapi laptopnya de­­ng­an perangkat software dan hardware yang memungkinkannya mendapatkan banyak hal untuk pengajaran. Dengan internet kebutuhan data hampir se­ mu­anya dapat terpenuhi, maka tidak heran ia pun ingin menularkan virus internet mania pa­ da mahasiswanya. Ketika kebutuhan data ter­ pe­­nu­hi mahasiswa akan dengan mudah men­da­­ pat­kan pengetahuan, terutama be­r­­hu­­bung­an

16

Pewara Dinam i ka n o v e m b e r- d e s e m b e r 2 0 0 8

dengan perkuliahan. “Linguistics dan la­­ngu­age skills banyak mengambil teori dari Eng­lish spe­ a­king co­un­tries, jadi akses internet be­nar-be­nar mem­ban­tu sumber dan media belajar dan me­ ng­a­jar.” Lebih dari itu, keinginannya ini semata un­ tuk meluaskan orientasi mahasiswanya pa­da du­nia internasional, “Mahasiswa saya upa­ya­ kan mampu berorientasi nasional dan in­ter­na­ si­o­nal.” Motivasi keliling dunia itu ia berikan se­te­lah ia sempat mendapatkan pengalaman ber­ka­rier di luar negeri. “Saya sudah bepergian ke ne­ga­ra lain sejak usia 23 tahun, tepatnya pa­ da 27 tahun yang lalu dalam international ex­ change pro­gram.” Pengalaman menarik ini­lah yang di­ha­rap­kan dapat membuat mahasiswa­ nya bersemangat untuk belajar maupun ber­ wa­wasan global. Gaya Mengajar yang Futuristik Perempuan berambut pendek yang meng­a­ wali kariernya di tahun 1982 ini memiliki ciri khas mengajar yang mudah dikenali. Banyak re­ fe­rensi berbahasa Inggris dari internet, harus mengikuti groups yahoo, dan memberikan ku­iskuis adalah kekhasannya. Meskipun ia meng­a­jar di jurusan Bahasa Indonesia, ia te­tap me­nya­ran­ kan mahasiswanya untuk mengunduh artikelartikel berbahasa Inggris khusus linguistik. Mau tidak mau mahasiswanya memenuhi ke­i­ngin­ annya itu dengan rajin mengutak-atik dunia ma­ ya untuk mengerjakan tugas. “Sementara itu, mu­rid SMP dan SMA sudah melek IT jika ca­lon guru gaptek (gagap teknologi), wah ... lulusan tidak mampu ber­sa­ing nanti. Saya tidak ingin itu terjadi,” alas­an­nya. Kuliah yang diampu Pangesti menjadi tidak membosankan dengan adanya internet. Ia meng­ gu­na­kan prinsip learning by doing dengan mem­ bo­yong kelas ke laboraturium multimedia fa­kul­


tas bagi kelas kecil paralel maksimum 20 orang. “Saya berkeinginan akan ada mata kuliah ter­ sen­diri yang menunjang computer skills ba­gi analisis bahasa karena ada software­-nya. Soft­ ware ini praktis bagi keperluan pembelajaran ma­ha­sis­wa,” jelasnya. “Mind Manager (Mindjet) mi­sal­nya,” katanya menyebutkan software yang di­mak­sud. “Mindjet ini selalu saya pakai dan di ke­las saya mahasiswa wajib belajar Mind­jet ini agar terbiasa berpikir rinci dan kom­pre­hen­sif secara terstruktur.” Untuk itu me­mang di­per­ lu­kan sarana dan prasarana yang menunjang, baik koneksi jaringan internet maupun tam­bah­ an laboraturium bahasa. “Harapan saya Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) akan segera mempunyai lab sendiri dari dana IMHERE.” Kuliah Online Sebagai dosen mobilitas Pangesti terbilang tinggi. Penelitian, mengurusi jejaring ligu­is­ tik, mengajar, dan segudang aktivitas lain­nya. Akan tetapi tentu saja kewajiban per­ta­ma­nya ada­lah mengajar. Untuk itu, ia tidak ingin la­ lai dari tugasnya. Meski kakinya ber­ja­lan­an ke ma­na ­pun, tidak ada alasan bagi­nya un­tuk me­ ngo­songkan jam kuliah. Hal ini di­buk­ti­kan­nya saat ia bertugas di Biro Perencanaan dan Ker­ja­ sa­ma Luar Negeri Depdiknas Jakarta. “Saya bi­ sa memberi kuliah online. Mahasiswa harus pu­ nya email account pada semua kelas saya. Juga saat saya pergi ke India, saya bisa kontak ma­ha­ sis­wa saya.” Selain menggunakan email ku­li­ah online juga bisa memanfaatkan teknologi video conference. “Saya ingin ada teleconference Pro­ gram Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Ba­ha­sa Asing baik pada forum nasional maupun internasional.” Dalam pembelajaran yang melibatkan peng­ gu­na­an internet, UNY membuat e-learning de­ng­ an menggunakan moodle. Akan tetapi Pa­nges­ti tetap setia pada caranya. “Saya tidak ber­ga­bung dengan program ini sebab malas mi­gra­si. Ka­ lau pakai milis atau weblog kan mandiri, pe­ser­ ta kuliah tak pernah keluar da­ri mi­list ke­cu­a­li email mereka bouncing dan ti­dak di­ak­tif­kan.” Bagaimanapun, ICT itu hanya sarana. “Pem­be­ la­jaran yang sempurna ya tetap di kelas karena di kelaslah dosen dapat menunjukkan role mo­ delnya bagi mahasiswa.” Jejaring Linguistik Referensi dari internet memang sudah bukan

hal yang luar biasa lagi. Lebih dari itu, Pangesti mewajibkan mahasiswanya masuk sebagai ang­ go­ta milis linguistik buatannya. Kewajiban un­ tuk menjadi anggota milis ini dimaksudkan agar referensi linguistik yang didapatkan ma­ ha­sis­wa lebih banyak dan hubungan dengan se­sa­ma penggemar linguistik lebih erat. Hanya saja milis ini tidak bersifat kaku. Setiap saat ma­ ha­sis­wa dapat menjadi anggota group atau­pun keluar dari milis kapanpun. Bukankah ma­ha­sis­ wa juga manusia? Mereka mempunya pi­lih­an sendiri untuk bidang ilmu yang ingin di­te­ku­ ni­nya. Milis yang dimoderatorinya cukup beragam, mulai dari milis linguistik, forum diskusi, milis Asosiasi Sistemik Fungsional Indonesia hingga milis beasiswa. Menurutnya, dengan mengikuti banyak milis, mahasiswa akan mendapat in­for­ ma­si lebih banyak dan lebih awal tentang trend linguistis mutakhir dan beasiswa studi lan­jut­ nya. “Ada juga info postdoc di bidang li­ngu­is­­tik dan tawaran sebagai research fellow atau vi­si­ting lecturer/professor, bahkan tawaran me­ng­­a­­jar de­ ng­an kontrak sekian tahun,” tambah­nya. Sebagai moderator beberapa milis linguistik dan beasiswa, Pangesti berupaya memperlebar jaringan dengan mengusulkan komunikasi an­ tar milis-milis baik di dalam negeri maupun di luar negeri. “Bagi jejaring di Indonesia, ada mai­ling list milik Masyarakat Linguistik In­do­ ne­sia (MLI), namun bukan saya yang kelola, melainkan MLI Pusat Jakarta. Saya yang usulkan agar ko­mu­nikasi para anggota bisa terjalin. Bagi Pangesti, dengan milis ia dapat berbuat banyak untuk keilmuan maupun profesi. “Untuk jaringan linguistik, saya kembangkan mailing list untuk profesi, baik di FBS, maupun profesi lain, misalnya untuk lingkup Jateng dan DIY un­tuk Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, ling­ kup nasional terkait dengan menulis akademik dan Asosiasi Sistemik Fungsional Linguistik In­ do­nesia, Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), dan lingkup internasional bagi para ata­ se pendidikan dan kebudayaan yang terkait de­ ng­an BIPA di berbagai negara. Mailing list Forum UNY juga saya buat,” tuturnya. Milis Forum UNY yang beranggotakan dosen UNY ini ber­ man­­faat bagi dosen yang studi di luar negeri. “Mereka bisa kontak dengan dosen lainnya. Ketika jauh dari kawan-kawan kan bisa home sick, dengan mailing list mereka tahu ka­bar UNY. Masalah aktual bisa disampaikan di sini dan didiskusikan untuk mencari solusi.” 

foto-foto: Dokumen Pribadi

laporan utama

Pendidikan: S3 Sydney University • Pekerjaan: Dosen FBS UNY (1987-Sekarang); Konsultan bahasa pada Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM; Trainer pada USP Sampoerna Foundation bidang pendidikan bahasa Indonesia; Trainer bidang Literasi Provisi EducationPLAN International Canada untuk daerah Banda Aceh

P e wa r a Di n a m i k a n o v e m b e r- d e s e m b e r 2008

17


laporan utama Herman D. Surjono, Ph. D

Mengamankan UNY dengan Password Kemajuan Teknologi Informasi tidak dapat di­ le­pas­kan dari peran banyak pihak, terutama Puskom (Pusat Komputer) UNY. Adanya ke­ma­ ju­an tek­nologi di kampus memudahkan ma­ha­­ sis­wa dan kalangan civitas akademika lainnya un­tuk men­da­pat­kan informasi maupun men­ da­pat­kan ja­ring­an komunikasi lebih luas. Lan­ tas, per­nah­kan user TI di UNY mengetahui pe­ ran PUS­­KOM? Be­rikut ini wawancara Dhian Hap­sari, jurnalis Pewara Dinamika, bersama Herman Dwi Surjono, Ph. D., Ke­pa­­la Puskom UNY. Apa sajakah yang dipersiapkan Puskom un­ tuk memenuhi kebutuhan Teknologi In­for­ma­

si (TI) di UNY? Ada tiga hal utama yang kami kerjakan, an­ta­ ra lain pengembangan sistem informasi, pe­ngem­ bang­an aplikasi pembelajaran dan pe­nge­lo­laan jaringan komputer. Untuk mendukung pe­nge­lo­ la­an dan peningkatan mutu program akademik, pengelolaan dan peningkatan kualitas layanan ad­mi­nis­tra­si, serta komunikasi dengan dan di an­ta­ra stakeholder UNY dibutuhkan sistem in­ for­ma­si yang andal dan akurat. Sistem infor­ ma­si (SI) yang telah dikembangkan antara la­in si­a­kad, sikeu, pmb online, siola, sipen, pendaftaran KKN online, e-letter. Sedangkan SI yang akan dikembangkan antara lain: sinaga dan sialum.

foto-foto: Dokumen pribadi

Teknologi apa sajakah yang dikembangkan di UNY untuk mendukung pembelajaran? Dalam rangka pemanfaatan Teknologi Infor­ masi dan Komunikasi (TIK) untuk me­ning­kat­ kan efektivitas pembelajaran, telah di­kem­ bang­­kan beberapa aplikasi yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Beberapa aplikasi ini antara lain: sistem elearning UNY (BES­ MART), V-lib, Blog UNY, Academic re­so­ur­ces. Di samping itu untuk memenuhi ke­bu­tuh­an in­for­ ma­si dan komunikasi global telah dikembang­ kan juga sistem email dan website baik tingkat pusat, fakultas, maupun jurusan. Infrastruktur TIK UNY mulai dari jaringan LAN, perangkat ser­ ver, komputer, wifi, Inherent, Jardiknas dan vi­ con hingga bandwidth untuk akses Internet per­ lu dikelola dengan sebaik-baiknya agar dapat ber­fungsi dan bermanfaat secara optimal. Di samping itu yang tidak kalah pentingnya adalah pencegahan, pemeliharaan dan pe­ra­wat­ an, serta back-up, sehingga menjamin ke­amanan sistem. Kedepan, kita akan memadukan ber­ba­ gai SI dan aplikasi tersebut melalui konsep “single-sign-on”. Dengan demikian, dosen, kar­­ya­ wan, dan mahasiswa akan mempunyai se­bu­ah 18

Pewara Dinam i ka n o v e m b e r- d e s e m b e r 2 0 0 8


laporan utama ac­count untuk masuk ke portal masing-ma­sing. Dari situ mereka dapat mengakses sis­tem in­for­ ma­si, aplikasi elearning, email, dan berbagai re­ sour­ces sesuai dengan alokasinya. Pemanfaatan TI untuk pembelajaran ten­tu­­ nya ha­rus didukung dengan SDM. Apa yang dilaku­kan Puskom untuk mendukung/men­do­ rong pe­man­tap­an SDM di UNY (dosen, ma­ha­ siswa, dan kar­yawan)? Untuk menjamin agar SDM di UNY bisa me­ man­fa­at­kan­nya, maka tanggung jawab ka­ mi ada­lah mensosialisasikan dan memberi pela­­tihan ke­pa­da mereka mengenai tiga hal tersebut. Pe­la­tih­an itu, antara lain melalui pe­ la­­tih­an siakad dan sikeu ba­gi admin jurusan dan fakultas, pelatihan e-lear­ning bagi dosen dan mahasiswa, serta pelatihan pengelolaan jaringan bagi teknisi fakultas. Selain memberikan fasilitas berupa TI untuk per­kuliahan, UNY juga memasang hotspot di be­ be­ra­pa titik. Dari beberapa titik tersebut su­dah­ kah efisien? Mengapa? Mengenai pemanfaatan hotspot wifi UNY me­ mang masih belum maksimal, karena belum se­ mua ruang kuliah di UNY memiliki hotspot wifi. Un­tuk itu, pihak jurusan atau program studi perlu se­ca­ra swadana mengadakan titik-titik hostspot di ling­­­kungannya, sehingga ruangruang kuliah dan praktikum mereka bisa mencapai 100 %. (Se­­ba­­gai catatan tambahan, bahwa untuk saat ini bila ingin mengadakan satu titik hotspot di­per­lukan biaya sekitar Rp. 2.4 jt [tanpa antene omni]) Dapatkah pihak luar atau masyarakat seputar UNY dapat mengakses internet menggunakan hotspot UNY? Mengapa? Tidak dapat. Untuk mengakses Internet me­ la­lui wifi UNY, seseorang harus mempunyai ac­ count (username dan password), sehingga ma­ sya­ra­kat umum tidak bisa mengakses internet me­la­lui wifi UNY. Ini demi keamanan sistem. Bila orang dibebaskan mengakses melalui wifi, maka sangat berisiko terjadinya penyusupan oleh hac­ker ke sistem kita. Kita membayar ma­ hal un­tuk bandwidth internet, maka akan ter­ja­ di pem­bo­ros­an bila orang umum boleh meng­ gu­na­kan internet dengan bebas. Hotspot adalah fasilitas yang diberikan UNY untuk mereka yang memiliki laptop, ada­kah ren­

cana untuk memasang komputer bebas pakai di seputar UNY (mungkin seperti komputer yang bi­asa digunakan untuk melihat nilai akademik yang dipasang di beberapa titik di kampus)? Atau mungkin menyewakan laptop untuk ma­ha­ sis­wa yang dapat digunakan di tempat-tempat ter­tentu? Saat ini terdapat 35 terminal akses mandiri atau Self Access Terminal (SAT) di lingkungan UNY yang dapat digunakan untuk mengakses in­ ter­net bukan cuma sekadar untuk melihat nilai aka­de­mik di siakad. Tampaknya UNY tidak ada rencana menambah lagi, karena tahun ini su­ dah banyak menambah jumlah komputer di lab dan LIMUNY. Di LIMUNY kini ada 370 kom­pu­ter yang ditempatkan di Puskom dan 65 kom­pu­ter yang ditempatkan di perpustakaan. Ju­ga sa­ya kira tidak ada rencana penyewaan laptop. Adakah pengamanan khusus yang dilakukan Puskom untuk mengatasi/menghindari hacker di lingkungan UNY? Langkah-langkah pengamanan yang dila­ku­ kan antara lain: menutup kemungkinan jalan ma­suk ke sistem. Misalnya memberi password ke ber­bagai aplikasi yang berhubungan de­ng­ an ba­sis­ data, memasang security pada ser­ver, se­hing­ga aplikasi yang ter-install harus me­me­ nuhi standar keamanan, secara rutin meng­-up­ date berbagai aplikasi yang berbasis open ­source, meng­hin­dari membuat aplikasi yang mem­bo­ leh­kan se­tiap orang dengan bebas meng-upload file-file ke server.

Pendidikan: S3 Southern Cross University Australia • Pekerjaan: Kepala Puskom UNY (2006–sekarang); Ketua Divisi SIM Panitia Sertifikasi Guru Rayon 11 (2007–sekarang); Badan Pertimbangan Penelitian Fakultas (FT) UNY (2007– sekarang)

Adakah pengamanan khusus untuk komputer di UNY dari tangan jahil yang bermaksud mem­ bo­bol nilai atau kecurangan lainnya? Kami mensosialisasikan kepada para admin/ kar­yawan/dosen/mahasiswa bersikap atau ber­ pe­rilaku yang benar dalam bergelut dengan sis­tem berbasis IT. Di antaranya yang penting ada­lah menjaga kerahasiaan password pribadi, se­­la­­lu logout dari sistem bila telah selesai, dan se­­ring me­la­kukan pengubahan password. Jika se­o­rang admin yang lalai menjaga password-nya atau meninggalkan sistem dalam keadaan login, dan bila kebetulan ada orang atau mahasiswa usil, maka dengan mudah bisa mengubah nilai. Aplikasi yang diprotek dengan password saja, kalau pelakunya lalai bisa mengacaukan data. Padahal aplikasi tersebut bisa diakses langsung oleh orang umum dan data krusial bisa diedit secara langsung.  P e wa r a Di n a m i k a n o v e m b e r- d e s e m b e r 2008

19


laporan utama

GENERASI 21 O l e h S ismono L a O de

T

he next generation telah datang! De­ mi­ki­an Don Tapscott mengawali bu­ ku­nya, Growing Up Digital: The Rise of the Net Generation. Rupanya re­ vo­­lusi komunikasi dan informasi te­ lah membentuk generasi baru lengkap de­ngan dunianya. Suatu fenomena yang sukar di­ba­yang­ kan dan disaksikan sebelumnya. Anak-anak za­ man kini telah berubah. Mereka telah men­ja­di bagian dari informasi karena mereka tum­buh dan berkembang dalam lingkungan me­dia, ter­u­ tama digital. Kemajuan teknologi informasi ini­ lah yang ditengarai Tapscott melahirkan medialiterate kids—anak-anak yang melek media. Media digital (baca: internet) memang meru­ pa­kan ruang digital (digital space) baru yang men­cip­ta­kan ruang kultural (culture space) ba­ ru ba­gi generasi abad ke-21, selanjutnya pe­­nu­­ lis singkat dengan istilah generasi 21. Di In­do­ne­ sia, generasi 21 ini telah muncul di mana-mana seiring kuatnya arus informasi. Mereka hadir de­ngan sebagai generasi telenovela, generasi si­ne­tron, generasi musik (MTV), generasi pe­so­ lek, ge­ne­ra­si gamer, generasi HP, dan seba­ gai­nya. Me­re­ka pun berupaya menunjukkan iden­ti­tas­nya sebagai arena perta­rungan ideo­ logi tanpa batas dan henti. Itu mungkin tidak disadari, tetapi de­ngan gaya hidup yang mele­ kat pada tubuh dan pikirannya, kita dapat meli­ hat mereka pada ka­te­gori apa. Sebagai ilustrasi, produk handphone (HP) yang pada awalnya adalah terobosan dalam mo­ bi­li­tas alat telekomunikasi, kini tidak lagi di­fung­

Mereka ini mulai tercerabut dari nilai-nilai masa lalu dan menjadi generasi yang panik. 20

Pewara Dinam i ka n o v e m b e r- d e s e m b e r 2 0 0 8

si­kan sebagaimana fungsi awalnya. Masyarakat ki­ta, apalagi generasi 21, merasa memiliki HP, jika HP tersebut memiliki desain dengan tam­pil­ an “terbaru” sesuai dengan karakter psikologi me­re­ka, yang rata-rata dipengaruhi hasrat ik­ lan. Ia harus memiliki berbagai fitur, seperti game, note­pad, akses internet, kamera, video, au­dio, dia­ry, dan seterusnya, yang semua itu da­ pat me­mu­as­kan imaji konsumen. Selain itu, ci­ tra me­rek yang tetap terus dibangun oleh pro­ du­sen dan pemasarnya agar dapat memberikan simbol kebanggaan semu bagi generasi 21. Lantas bagimana dengan penggunaan in­ter­ net dalam pelbagai medium? Tentunya, da­lam be­be­ra­pa hal memunyai kesamaan de­ng­an mo­ tif penggunaan HP, terutama pada efektivitas peng­gunaannya. Generasi 21 jarang meng­gu­ na­kan internet untuk pencarian data yang le­ bih edukatif. Kita pasti tidak me­­lu­­pa­kan pel­ bagai pemberitaan media massa me­nge­nai maraknya tingkat kebolosan anak se­ko­lah di beberapa kota besar. Setelah di­se­le­diki, ter­nya­ ta umumnya mereka berada di wa­rung-wa­rung internet dan kebanyakan dari me­re­ka meng­ak­ ses fitur-fitur seks, kekerasan, dan ga­me. Dalam wawancaranya dengan war­ta­wan BBC siaran Indonesia, Nuraki Aziz, mantan Men­kom­in­fo RI, Sofyan Djalil mengatakan bah­wa sa­at ini pornografi sangat banyak di in­ter­net dan kerap kali anak-anak menjadi sa­sa­ran­nya. John Naisbitt dalam bukunya High Tech High Touch: Technology and Our Searching of Mea­ ning, generasi muda ini tengah terjebak dalam “zona-zona mabuk teknologi” (Technologically In­toxicated Zones). Mereka ini menjadi yang meng­konsumsi media terutama televisi dan in­ ter­net yang kandungan utamanya seks dan ke­ ke­rasan. Mereka ini mulai tercerabut dari nilainilai masa lalu dan menjadi generasi yang panik. Mereka menjadikan simbol-simbol dan nilai-ni­ lai dari kebudayaan pop, sebagai rujukan, sam­ bil mencampakkan nilai-nilai tradisional dan aga­ma yang dijunjung tinggi orang tua dan ge­ ne­rasi-genarasi sebelumnya.


laporan utama Berdasarkan data internetworldstats, pada yang kurang menyenangkan dalam pengguna­ 2008, penggunaan internet di Indonesia telah an­nya. Sebagian besar dari generasi 21 terbuai men­capai 25 juta pengguna, dengan tingkat per­ dan mabuk dalam zona-zona in­ter­net. Mere­ka tum­buh­an selama delapan tahun mencapai 1. sukar mengingat waktu jika telah bersentuhan 150 persen. Pada tahun 2000, pengguna in­ter­ de­ngan fasilitas-fasilitas yang di­se­diakan in­ter­ net hanya mencapai 2 juta. Kondisi ini jauh ber­ net. Pe­ri­la­ku lu­pa makan, ber­i­ba­dah, me­nya­tu be­da dengan Cina. Se­­ba­­gai negara paling ting­gi de­ngan ke­lu­ar­ga, ke­ra­bat, te­tang­ga, dan te­manting­kat peng­gu­na internet di Asia, te­­man menjadi ga­ya hi­dup da­ri mereka. pa­da tahun 2000 tingkat peng­gu­ Me­re­ka asyik de­ng­an citra diri na su­dah men­­ca­­pai 22,5 ju­ta dan sen­di­ri; ge­ne­rasi 21. Aki­bat­ tahun 2008 me­n­ing­kat ta­jam nya, ci­tra (baca: gaya hidup) menjadi 253 juta peng­guna, menjadi se­­su­­a­­tu yang uta­ma dengan ting­kat per­tum­buh­ ketimbang nilai. Me­re­ka pun an selama delapan tahun ha­ cen­­de­­­rung terpengaruh nya mencapai 1.024 juta, ma­ kebu­da­yaa­n pop yang ki­an sih di bawah Indonesia. he­ge­mo­nik, massif, dan Selama delapan tahun itu, spo­­ra­­dis, yang mam­pu ma­sya­rakat In­do­nesia, terutama meng­gi­las tataran nilai, mo­ ge­­ne­ra­si 21 sedikit banyaknya ra­li­tas, dan etika. ber­­u­bah. Me­re­ka tidak lagi dige­ Fenomena ini jauh ber­ rak­kan oleh ni­lai-nilai mapan tra­ beda dengan negara-ne­ga­ di­si­o­nal (atau­pun agama), te­ta­pi ra Asia lainnya seperti Cina, justru di­ge­rak­kan oleh dunia yang India, Je­pang, dan Korea Selatan. Keem­ datar, te­le­visi dan internet. Wacana pat negara ini me­ru­pa­kan negara kalam/uny yang dibangun pun dalam meng­ko­mu­­ yang besar dengan tingkat peng­gu­na­an ni­­ka­­si­­kan sesuatu, berkutut me­ngenai hal di internet terbilang tinggi. Akan te­ta­pi, un­tuk atas. Akibatnya, sebagian dari me­re­ka ter­ka­ meminimalisir efek negatif dari peng­gu­na­an dang aso­si­al dan bahkan sulit ber­ko­mu­ni­ka­si internet, pemerintah membuat re­gu­la­si yang de­ng­an keluarganya sekalipun, ha­nya ka­re­na jelas. Di Cina lewat 14 peraturan pe­me­rin­tah berbedaan gaya hidup. Orang tua me­re­ka hi­ daerah secara tegas melarang per­ju­di­an le­wat dup di masa yang jauh dari dunia yang da­tar, internet, sementara di Korea Se­lat­an, peng­gu­ sementara mereka hidup di alam cyber. na­an game yang dimainkan lewat salah satu fi­ Penulis tidak menyangkal kalau internet pu­ tur internet, telah diatur sedemikian rupa. Di nya banyak manfaat, baik dari sisi pengguna sa­na, menjamurnya penggunaan fasilitas game ma­u­pun industri kreatif. Untuk pengguna, in­ dan internet, diikuti dengan menjamurnya fa­si­ ter­net sangat membantu dalam pencarian in­for­ li­tas bimbingan dan konseling bagi anak-anak masi apapun tanpa mengenal ruang dan wak­tu. yang habis bermain game (internet). Se­hing­ Pengguna hanya menekan “sesuatu yang di­i­ ga, setiap arena game dipastikan ada tem­pat nginkan” pada “MR. Google”—istilah penulis— bimbingan dan konseling yang mampu meng­ko­ in­for­masi tersebut muncul seketika. Selain itu, mu­nikasikan efek-efek sosial bagi si anak. du­nia in­ter­net mampu menciptakan inovasi ba­ Jika demikian yang terjadi, kita mungkin da­ ru dalam industri pemasaran, melalui inovasi pat me­nye­but generasi 21 di bumi pertiwi ini ada­ per­ik­lan­an, distribusi, dan pemasaran lainnya. lah generasi yang belum semuanya (sebagian Bah­kan, tingginya penggunaan internet secara da­ri mereka) sadar akan posisi mereka. Mereka ti­dak langsung mampu menyerap tenaga kerja ha­nya berbuai dan bangga dengan godaan zonaba­ru. Di bidang industri kreatif, berbasis cyber zona yang memabukkan, tanpa harus berpikir selama pe­ri­o­de 2002-2006, telah menyerap seki­ dam­pak negatif yang ditimbulkan. Yang jelas, tar 5,4 ju­ta pe­ker­ja dan menyumbang Rp 81,5 se­ba­gian dari mereka bangga mengatakan Saya triliun atau 9,13 persen terhadap total ekspor Ber­internet, maka Saya Ada!  nasional (Kompas, 5/12/2008). Hanya saja, ketidaksiapan pemerintah, ma­ Sismono La Ode sya­ra­kat, dan orang tua dalam menyikapi per­ Penulis adalah Jurnalis Pewara Dinamika UNY kem­­bang­­an dunia internet menimbulkan efek

P e wa r a Di n a m i k a n o v e m b e r- d e s e m b e r 2008

21


foto-foto: ahmad natsir • Teks: sismono la ode

unY pilihan


n ku !

Mereka datang dari penjuru Nusantara. Sejenak, mereka merasa nyaman dan berharap kelak akan menjadi bagian dari UNY.


berita SEMINAR KEBIJAKAN

ahmad natsir/pewara dinamika

Menuju World CLASS UNIVERSITY

Universitas Negeri Yogyakarta saat ini sedang dan akan melaksanakan ke­gi­at­ an menuju World Class University (WCU) antara lain perintisan program studi (prodi) inter­na­si­o­nal yaitu sa­tu prodi di setiap fakultas, dan 2009 akan dibuka dua prodi yaitu Pen­di­dik­an Matematika dan Pendidikan Akun­tan­si. Hal tersebut disampaikan Sutrisna Wibawa, M.Pd., pada seminar ke­bi­jak­­ an dengan tema Universitas Nege­ri Yog­ ya­karta menuju World Class Univer­sity, yang diselenggarakan oleh Pusat Pe­ne­ li­tian Kebijakan Pendidikan Lembaga Penelitian UNY, Senin, (15/12), di ruang sidang Lembaga Penelitian UNY. Sebagai pembicara dalam seminar tersebut yaitu Sutrisna Wibawa M.Pd., (PR II), Prof. Dr. Sugiyono, dan Prof. Dr. Zamroni. Lebih lanjut dikatakan, kegiatan lain yang dilakukan UNY antara lain kegiatan PPL, juga dilaksanakan pada Sekolah Ber­ ta­raf Internasional, pengiriman studi lan­jut keluar negeri, penyelenggaraan se­mi­nar internasional, publikasi inter­na­ sional, sertifikasi ISO 9001:2000, men­ja­ 24

lin kerjasama dengan perguruan tinggi lu­ar negeri, program darmasiswa, me­ ng­u­sa­hakan jurnal elektronik inter­na­ si­­o­nal, me­ngembangkan fasilitas TI, me­­rin­tis fasilitas akademik berstandar in­ter­na­si­o­nal, menyususn rambu-ram­ bu program WCU, dan lain-lain. Sedangkan, untuk rencana kegiatan ke depan yaitu akreditasi prodi berstandar internasional, penyediaan prasarana dan sarana berstandar internasional, me­­nge­m­bangkan web berstandar inter­ na­si­onal, memperbanyak mahasiswa asing, mengembangkan program pasca­ sar­jana (PPs), dan kegiatan lain yang sedang dalam pengembangan. Sementara itu, Guru Besar Fakultas Tek­nik UNY, Prof. Dr. Sugiyono dalam pa­pa­ran­nya mengatakan, ada beberapa indi­kator WCU antara lain aspek dosen standarnya adalah 40% bergelar Dr/ PhD. Saat ini, kondisi di UNY baru 10% yang bergelar Dr/Ph.D. Aspek Publikasi stan­darnya 2 paper/staf/tahun, di UNY rata-rata baru 0,87%. Untuk Student Bo­­dy standarnya 40% mahasiswa PPs,

Pewara Dinam i ka n o v e m b e r- d e s e m b e r 2 0 0 8

di UNY ma­ha­siswa PPs baru 2,3%, ma­ ha­sis­wa asing stan­dar­nya 20% ta­pi di UNY ma­sih mi­nim, ICT stan­­­dar­nya 10 MBPS/mhs di UNY 0,4 MBPS, be­­gi­­tu ju­ ga de­ngan ang­gar­an ri­­set stan­dar­nya 1300$US/ta­­hun di UNY masih sedikit. Di­­ka­­ta­­kan Su­gi­yo­­no, dari jumlah dan ku­a­li­fi­ka­si 40% do­sen ber­­ge­­lar Dr/PhD kom­pe­ten­si­nya pe­ng­u­­asa­an ma­te­ri ku­li­ ah ber­­ta­­raf in­ter­­na­­si­o­nal, pem­be­la­jar­an ber­­ba­­sis IT, menggunakan Bahasa Ing­ gris. Selain itu juga penelitian bertaraf internasional, membuat artikel ke jurnal in­ternasional, dan menghasilkan karya ino­vatif sehingga memperoleh hak cip­ ta, hak paten, bahkan hadiah nobel. Prof. Dr. Zamroni dalam paparannya mengatakan, kualitas universitas dapat dilihat dari kualitas standar akademik, pro­gram-program studi teroganisir de­ ngan baik, memiliki kerjasama de­ngan universitas di luar negeri untuk me­ lan­jutkan studi, perkuliahan dengan biligual atau memiliki kelas inter­na­si­ onal. wit��� ono


berita

dokumen humas fip

Prof. Suyata, Ph.D., (baju putih) sedang memaparkan pendapatnya.

SARASEHAN

PERLUNYA PENGUATAN KOMPETENSI Dukungan maksimal orang tua secara aka­demik dan finansial hanya mampu meng­­hasilkan sekitar 50% siswa suk­ses, tan­pa dukungan mereka hanya meng­ha­ sil­kan 5% siswa sukses. Dan, kini ha­nya se­ki­tar 10 – 30 % siswa berhasil me­­ra­ ih be­la­jar bermutu di sekolah. Di si­si la­ in, suk­ses akademik di sekolah tak ber­ ko­le­ra­si dengan hadirnya manusia ba­ik di masyarakat. Itulah mengapa kom­pe­ ten­­si semakin penting. Demikian disampaikan guru besar da­ri program studi Analis Kebijakan Pen­­di­dik­an Fakultas Ilmu Pendidikan Uni­­ver­­si­­tas Negeri Yogyakarta (AKP

FIP UNY), Prof. Suyata, Ph.D., pada ke­ gi­­at­­an sarasehan temu stakeholder un­­ tuk pe­­ng­em­­bang­­an Prodi AKP FIP UNY ba­­ru-ba­ru ini, di ruang sidang Ser­ ba­gu­na FIP UNY. Kegiatan ini diikuti do­­sen dan ma­ha­sis­wa Prodi AKP. Me­­­­nyo­rot kompetensi untuk ma­ha­sis­ wa AKP, Suyata dalam power po­int-nya me­ma­par­kan agar mahasiwa se­nan­ti­a­ sa me­­ng­em­­bang­kan ja­ti diri­nya de­ngan pe­ran­an ma­je­muk di du­nia pro­fe­si me­ la­lui ke­sa­dar­an diri dan mem­ba­ngun hu­bung­an dengan orang lain. Se­la­in itu, mereka harus memahami sen­tral­ nya fak­tor ma­nu­sia di dalam du­nia ker­

ja ter­u­ta­ma pen­di­dik­an, me­nam­pil­kan si­kap dan pe­ri­laku in­ter­disiplin. “Hen­ dak­nya ma­ha­sis­wa AKP mampu mem­ ba­ngun tata hubungan dengan orang la­in, me­mi­liki kesadaran dan ke­pe­du­li­­ an so­si­al, mampu menjalin hu­bung­an sosial vertikal dan horizontal, mam­pu ber­ko­mu­ni­kasi aktif terutama men­de­ ngar­kan orang lain,” urainya. “AKP perlu mengembangkan ma­sya­­ ra­­kat yang dapat dan mau mem­pe­nga­ru­ hi proses kebijakan. Aneka je­nis dan me­ to­de penelitian perlu di­gu­na­kan un­tuk meng­himpun informasi de­mi pe­ngem­ bangan me­kanisme mem­ba­ngun ja­ring­ an ker­ja­­sa­ma pendidikan se­ca­ra luas. Se­lain itu, sistem indikator pendidikan di­kem­­bangkan dan hasilnya digunakan se­ca­ra tepat,” tegas Suyata. Pembicara lain pada kegiatan ter­se­ but adalah Ketua Jurusan AKP, Joko Sri Sukardi, M.Si., yang memaparkan pro­fil AKP dan Drs. K. Aji Baskoro,MM., pe­ga­ wai Badan Kepegawaian Daerah (BKD), yang berbicara mengenai formasi ke­pe­ gawaian. Dijelaskan Joko bahwa prodi AKP telah berjalan selama tiga tahun, dan selama ini telah dilakukan upaya so­si­a­li­sasi yang intensif, termasuk ber­ te­mu dan akan menjalin kerjasama de­ ngan Dinas Pendidikan dan BKD. “Me­ ng­i­ngat mahasiwa AKP pada se­mes­ter tu­juh akan melaksanakan Prak­tik Peng­ a­laman Lapangan (PPL), ma­ka ke­­gi­atan ini bisa jadi merupakan penjajagan awal meski pada akhirnya akan diikuti de­ng­ an prosedur baku,” jelas Joko. “Oleh ka­ re­na itu, ke depan, alumni AKP da­pat men­dampingi sekolah khususnya da­ lam pe­ngem­bangan IT, “tambah Bas­ko­ ro Aji. Mengakhiri paparan materi, Suyata menjelaskan bahwa dalam mengem­ bang­kan sistem indikator perbaikan pen­ di­dik­an perlu memilih dimensi-dimensi utama perbaikan, di mana diskusi dan ri­­set harus terus digerakkan, sehingga kom­­po­nen-komponen ini dapat diatur dan di­jabar­kan dalam refleksi dan aksi. ratnae

P e wa r a Di n a m i k a n o v e m b e r- d e s e m b e r 2008

25


berita Kemitraan

fise UNY

ahmad natsir/pewara dinamika

UNY JALIN KERJASAMA DENGAN TNI AU

Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menjalin kerjasama dengan TNI Ang­ kat­an Udara (TNI AU). Lingkup kerja­ sa­ma meliputi bidang pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pe­ngem­bang­ an, serta Iptek di bidang ke­dir­gan­ta­ra­ an. Naskah Kesepakatan Bersama di tan­da­tangani oleh KSAU, Marsekal TNI Su­ban­drio dan Penjabat Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA., di ruang sidang uta­ma rektorat UNY, Kamis, 4/12. Dalam sambutannya, Subandrio me­ ng­a­ta­kan, Naskah Kesepakatan Ber­ sa­ma atau MoU ini nantinya men­ja­di pa­yung hu­kum dalam rangka pe­ngem­ bang­­an dan bantuan tenaga dibidang pen­­di­dik­an, me­nin­g­katkan kemampuan dan pe­ng­a­lam­an kedua belah pihak, pe­­ ngem­bang­an dan kerjasama serta pe­ren­­ 26

ca­na­an dan pelaksanaan program pen­ di­dikan di Akademi Angkatan Udara ma­u­pun pengembangan program pen­ di­dik­an, litbang serta penerapan iptek di ­bi­dang kedirgantaraan. Kesepakatan ini secara konsepsional merupakan salah satu bentuk realisasi tanggung jawab TNI AU dan UNY da­ lam upaya untuk membangun insan yang senantiasa mengikuti dinamika per­kem­bangan pengetahuan melalui wa­ha­na pendidikan. Hal ini tentunya me­mi­li­ki nilai strategis yang demikian ting­gi mengingat medan tugas personel TNI AU saat ini dan di masa depan ber­sen­­tuhan dengan kemajuan iptek khu­sus­nya dibidang kedirgantaraan. ”Ka­­­­­mi menyadari bahwa upaya me­ning­ kat­kan ku­a­litas personel tidak ha­nya ter­

Pewara Dinam i ka n o v e m b e r- d e s e m b e r 2 0 0 8

ba­tas di­la­k­sa­nakan di lingkup or­ga­ni­sasi TNI AU sendiri, melainkan juga per­lu ber­si­ner­gi dengan komunitas aka­de­ mis yang selalu bergerak dibidang pen­ di­dik­an. Universitas Negeri Yogyakarta, ada­lah salah satu perguruan tinggi ter­ ke­mu­ka di Yogyakarta yang telah ter­ buk­ti dalam mencetak manusia-ma­nu­ sia yang mumpuni baik secara teknis ma­u­pun manajerial. Oleh sebab itu, TNI AU mengadakan kerja sama dengan UNY. Dalam pe­nyiapan generasi penerus TNI AU yang pro­fesional dan dedikatif,” tutur Subandrio. Subandrio mengharapkan, MoU ini di­ ma­sa depan akan menjadi em­brio ba­gi TNI AU dan UNY untuk men­ja­lin ker­ja­sa­ ma dibidang lain, se­hing­ga sumber daya ma­nusia TNI AU dalam melaksanakan


berita

wit��� ono

Sarasehan budaya

SENIMAN MASIH DIANGGAP GILA

ahmad natsir/pewara dinamika

tu­gas yang diembannya, mampu meng­ ikuti perkembangan pengetahuan. Ki­ta ke­tahui bersama bahwa dalam pe­ lak­sa­na­an tu­gas ini, Angkatan Udara se­ nan­tiasa di­leng­kapi dengan alutsista ma­u­pun sis­tem peralatan yang padat ma­te­riil dan berbobot teknologi. Oleh ka­re­na itu, untuk mempersiapkan ma­ nu­sia yang mengawakinya, maka diper­ lu­kan penguasaan disiplin ilmu yang sig­nifikan. ”Kerjasama yang telah direalisasikan ini menjadi wujud nyata bagi TNI Ang­ katan Udara dalam menjawab tantangan kedepan yang lebih kompleks, melalui peningkatan pendidikan yang diikuti se­tiap personel TNI Angkatan Udara,” tam­bahnya. Sementara itu, Rochmat Wahab me­ nga­takan, kami menyadari sepe­nuh­ nya bahwa UNY sebagai institusi pen­ di­dik­an tinggi, tidak bisa dipisahkan dari Tri­dhar­ma pendidikan tinggi, ter­ le­bih-lebih memiliki core business bi­ dang pen­di­dik­an. Di samping itu, UNY me­mi­liki keunggulan bidang Pe­ ne­li­ti­an dan Evaluasi Pendidikan, Pen­ di­dik­an Teknik Kejuruan, dan Ilmu ke­ olah­ra­ga­an, di samping yang lainnya, mi­sal­nya bi­dang Bahasa dan Seni. An­ta­ra TNI AU dan UNY sama-sama me­ mi­li­ki kebutuhan untuk saling kerja sa­ ma se­ca­ra sinergis, sehingga terjadi pro­ ses ca­pa­ci­ty building yang efektif dan efi­si­en, yang pada akhirnya kita dapat te­gak­kan institusi kita lebih mantap dan mam­pu menunjukkan kinerja yang le­bih akun­tabel. Hubungan kerjasama kita tentu akan ja­uh lebih produktif, jika selain terjadi komunikasi secara strukturai, juga dapat dilengkapi dengan komunikasi secara kultural. Misalnya, iklim akademik yang terjadi di antara dua institusi, terutama institusi akademik yang di bawah Mar­ kas Besar TNI AU, yaitu Akademi Ang­kat­ an Udara dan Universitas Negeri Yog­ya­ karta dapat terjadi interaksi fungsional, se­hingga dimungkinkan terjadi proses pencerahan di antara kedua komunitas aka­demik tersebut.

Di dunia ini hanya ada dua hal yang harus diakui oleh manusia, yaitu 96% yang ada pengaruhnya terhadap per­ ten­tangan minus (–) dan postif (+) dan 4%, yang mengutarakan adanya ge­rak­an grativikasi, yakni kehidupan yang saling keterkaitan atau hal yang mutlak. Sifat ini biasanya mencirikan ma­nu­sia sebagai mahkluk yang hanya bi­sa mempertentangan tanpa adanya so­lu­si. “Orang berbondong-bondong me­no­lak RUU Pornografi, tetapi mereka ti­dak ta­hu isi dari UU tersebut.” Demikian diungkapkan Emha Ainun Najib pada sarasehan budaya, berte­ma­ kan “Seni vs Liberalisme”, baru-baru ini, bertempat di Lab Karawitan, FBS UNY. Acara yang digelar dalam rangka Dies Natalis FBS ke-45 turut menghadirkan Prof. Dr. Suminto A. Sayuti (Guru Besar FBS dan budayawan Yogyakarta). Di depan ratusan mahasiswa FBS, Cak Nun, panggilan akrab suami Novia

Kolopaking, mengingatkan bah­wa per­so­ al­an liberalisme hanyalah ma­sa­lah ke­cil dari sekelumit masalah be­sar di du­nia ini, demikian halnya seni, bukanlah ma­ salah besar, akan tetapi seni ada­lah ba­ gian terkecil dari kehidupan manusia. Sementara itu, Suminto A.Sayuti me­­­ ng­ung­kap­kan keheranannya ter­ha­dap ca­­ra pandang seniman. “Se­ba­ik-baiknya seorang seni­man te­tap di ang­gap jelek, bahkan se­ni­man itu sam­pah. Dengan kata la­in, se­ni­man itu ada­lah kum­pul­ an orang gi­la,” ung­kap pe­nya­ir Jog­ja ini. Yang aneh la­gi, ma­nu­sia se­­ring meng­ko­ tak-ko­tak atau mem­per­ten­tang­kan se­ su­a­tu tan­pa ada esen­si­nya. Se­ha­rus­nya, ma­nu­sia mem­per­gu­na­kan pandangan– pan­dang­an yang lain sesuai de­ngan tem­ patnya. Bila dia sedang membacakan pu­ isi, ma­ka dia sebut penyair setelah itu “jas” kepenyairan bukan untuk dipakai se­la­manya,” tambahnya. Tata Irawan

P e wa r a Di n a m i k a n o v e m b e r- d e s e m b e r 2008

27


berita Program Pelatihan

Event Organizer Diperlukan Kreativitas

Setelah melewati satu minggu per­ku­ liahan di The University of Sydney, pe­ ser­ta shortcourse dari UNY mulai fa­mi­ li­ar dengan lingkungan Sydney, ko­ta yang terkenal dengan gedung Opera House-nya. Program pelatihan selama 12 minggu ini disponsori penuh oleh Dik­­ti melalui Program BERMUTU, ber­tu­ juan untuk meningkatkan kualitas Pen­ di­dikan Dasar, Pendidikan Luar Biasa, dan Pendidikan Menengah. Untuk ta­ hun 2008 ini, Dikti mengirimkan 20 pe­ ser­ta yang berasal dari 5 LPTK ya­i­tu Uni­ ver­sitas Negeri Jakarta/UNJ (2 do­sen), Universitas Negeri Jambi/UN­JA (5 do­ sen), Universitas Negeri Sema­rang/UN­ NES (1 dosen), Universitas Ne­ge­ri Su­ra­ ba­ya/UNESA (4 dosen), dan Universitas Negeri Yogyakarta/UNY (8 dosen). Peserta dari UNY antara lain Caly Se­ ti­awan, M.Sc������������������������������� . (FIK), dr. Novita Intan Arovah, MPH (FIK), Dyah Purwaningsih, M.Si (FMIPA), Sukisman Purtadi, M.Pd (FMIPA), Nur Azizah, M.Ed (FIP), Aini Mahabbati, S.Pd (FIP), Rahayu Condro Murti, M.Si (FIP), dan Safitri Yosita Ratri, S.Si (FIP). Aca­ra welcome ceremony dilaksanakan Se­nin pagi (10/11). Peserta diajak tur mengelilingi kampus untuk mengenal se­luk be­luk universitas, mulai dari sejarah ber­di­ri­nya, museum, laboratorium, sam­pai perpustakaan. Pada hari itu ju­­ga, peserta langsung mendapatkan Student Card untuk mengakses inter­net dan bahan pustaka secara online. Perkuliahan minggu pertama diisi oleh dua dosen dari Faculty Of Education ya­itu Dr. Ann Cheryl Amstrong dan Dr. Les­ley Harbon. Modul pertama tentang Por­to­folio dan kurikulum. Perkuli­ah­an Se­nin hingga Jumat yang dimulai pu­kul 09.00 – 15.00. Walaupun dari pa­gi sam­ pai sore, peserta tidak bosan ka­re­na per­ku­li­ah­an lebih banyak di­i­si de­ngan 28

dokumen pribadi

KABAR UNY DARI SYDNEY

kerja kelompok dan diskusi membahas kasus dan tayangan video pembelajaran pen­didikan Australia. Perkuliahan ju­ga di­se­lingi dengan sharing tentang pe­ng­a­ lam­an mengajar masing-masing pe­ser­ ta. Dengan model perkuliahan seperti ini, secara tidak langsung peserta men­ jad­i terlatih untuk berkomunikasi de­ ngan ba­ha­sa Inggris. Setiap modul ku­ li­ah akan diakhiri dengan tugas yang be­ban­nya tidak berbeda dengan pe­la­jar lainnya. Untuk itu, peserta ha­rus ra­jin mem­buka internet dan pergi ke per­­pus­ ta­kaan untuk mendapatkan sum­ber pus­ taka berupa buku teks dan jurnal. Yosita, salah satu peserta menga­ta­ kan walau baru satu minggu ting­gal di negeri orang, banyak hal dan pe­nga­lam­ an baru yang ditemui. Misalnya, se­ti­ap saat harus berjalan berkilo-kilo ja­uh­nya antara stasiun kereta dengan uni­ver­si­ tas ataupun ke tempat-tempat la­in. Pe­ ser­ta yang tidak terbiasa ber­ja­lan ka­ki, pastinya akan men­ja­di se­hat. Peserta juga mulai terbiasa dengan ha­wa dingin Sydney di musim semi, yang kadangkala suhu 14 derajad Celcius namun da­lam satu waktu berubah hingga 27 derajad Cel­ci­us. Bila akhir pekan datang, dan cu­a­ca sangat cerah, peserta dari UNY me­ng­gu­na­kan moment tersebut untuk ber­pe­si­ar ke Sydney Opera House dan Darling Har­bour dengan kapal ferry.

Pewara Dinam i ka n o v e m b e r- d e s e m b e r 2 0 0 8

Yosita

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Il­mu Sosial dan Ekonomi Universitas Ne­ge­ri Yogyakarta (BEM FISE UNY), Sab­tu (8/11) mengadakan seminar dan tra­i­ning Event Organizer “How to be a Cre­a­tive Designer and Creating it in Spec­ta­cu­lar Events” di Ruang Ki Ha­jar De­wan­ta­ra FISE UNY. Program kerja De­ par­te­men Pengembangan Potensi Ma­ ha­siswa BEM FISE 2008 ini bertujuan un­tuk me­ning­katkan kemampuan ma­ ha­sis­wa UNY maupun umum dalam me­ nge­lo­la sebuah event agar menjadi spek­ ta­ku­ler. Hadir sebagai pembicara Aditya Wa­hana dan Taufik Dian Sasongko dari In­Sed Production dan CEO Syafa’at Ad­ ver­tising Andhika Dwijatmiko, S.Sn. Pembantu Dekan III, Suharno. M, Si dalam sambutannya me­nga­ta­kan keahlian dalam membuat suatu event ti­­ dak hanya dibutuhkan ma­ha­sis­wa tetapi ju­ga oleh orang yang telah memiliki pe­ker­ja­an sekalipun, karena seringkali suatu ins­tan­si harus membuat suatu event pa­da moment tertentu. Aditya dan Dian Sasongko men­je­las­ kan langkah pertama untuk membuka bis­nis Event organizer adalah kreativitas un­tuk membuat acara yang menarik dan menjual. Persiapan juga merupakan hal yang sangat penting terkait team work, ang­garan, permintaan, tempat/ lo­ka­si, for­mat acara, pengisi acara, per­ i­jin­an, dll. Sedangkan pada hari-H, run aca­ra, keamanan, jadwal pengisian aca­ ra, konsumsi, transportasi, menjadi fo­ kus per­hatian. Tahap selanjutnya pas­ca Event pun harus dibuat laporan ke­gi­at­ an dan laporan keuangan. Sementara, Andhika Dwijatmiko,S. Sn. Andhika meyoroti tentang pen­ting­ nya jiwa entrepreneurship untuk bisa ber­kem­bang mengikuti pergeseran za­ man ini. Selanjutnya, peserta di-training ten­tang acara spesifik pada konsep Event Or­ga­nizer. Sari


berita Kemitraan

SESPIM POLRI MENGGANDENG UNY

ahmad natsir/pewara dinamika

Pengembangan Sumber Daya Ma­nu­ sia di zaman reformasi merupakan hal yang penting, tidak terkecuali de­ngan Ke­po­li­sian Republik Indonesia (Pol­ri). Saat ini, institusi Polri berusaha me­wu­ judkan tuntutan reformasi tersebut de­ ng­an upaya menjadikan dirinya men­ ja­di Polisi Sipil yang memiliki disiplin ting­gi, professional, bermoral dan mo­ der­n, Selain itu, Polri berupaya meng­ op­ti­malkan kemampuan, pengalaman, dan keterampilan Tenaga Pengajar dan Tenaga Ahli supaya dapat me­nye­la­ras­ kan perkembangan iptek maupun glo­ ba­li­sasi, serta memenuhi tuntutan kua­ li­fi­ka­si keahlian. Berdasarkan kebutuhan tersebut, Se­ ko­lah Staf dan Pimpinan Polisi Republik In­do­nesia (Sespim Polri) Bandung meng­ gandeng Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk menjalin kerjasama di bi­ dang pendidikan, pengkajian, pene­li­

ti­an dan pengabdian masyarakat. Pe­ nan­da­ta­nganan Naskah Kesepahaman (MoU) di­lakukan Penjabat Rektor UNY Dr. Roch­mat Wahab, MA dan Kepala Se­ ko­lah Se­ko­lah Staf dan Pimpinan POLRI Ins­pektur Jenderal Polisi Drs. Dwi Pur­ wan­to yang disaksikan lang­sung oleh Wakapolri Komisaris Jen­de­ral Polisi Makbul Padmanagara, di Gedung UTAR­ YO SESPIM POLRI Lem­bang Bandung ba­ ru-baru ini. Nas­kah Ke­se­pa­kat­an ini ber­ laku sejak ditandangani untuk jang­ka waktu lima tahun dan dapat di­per­pan­ jang, diubah atau diakhiri menurut per­ se­tujuan kedua belah pihak. Kesepakatan Bersama atau MoU ini nantinya menjadi payung hukum pe­ ngem­bang­an dan bantuan tenaga Pen­ di­dik­an, Pengkajian, Penelitian, dan Pe­ ngab­dian Kepada Masyarakat. Sehingga, peningkatan keprofesionalan anggota Polri dalam melaksanakan tugas dapat

dicapai. SESPIM POLRI dan UNY sa­ma-sama me­mi­li­ki ke­bu­tuh­an un­tuk sa­ling ker­ja sa­ma se­ca­ra si­ner­ gis, se­hing­ga ter­ja­di pro­ ses ca­pa­ci­ty bu­il­ding yang efek­tif dan efi­si­en, yang pa­da akhir­nya ke­lem­ba­ga­ an dapat tegakkan lebih man­­tap dan mampu me­­ nunjukkan kinerja yang le­ bih akuntabel. Se­ka­li­gus, se­ba­gai upa­ya pe­nyi­ap­an dan peningkatan sum­­ber daya ma­nu­sia POL­RI un­ tuk men­ja­di tenaga yang profesional dalam pe­lak­ sanaan tugas sebagai Pe­­me­li­ha­ra Kam­­tib­mas, Pe­­ne­gak hu­kum ser­ta Pe­­ lin­­dung, Pe­ngayom dan Pe­la­yan Ma­­sya­­ra­­kat. Hu­ bung­an ker­ja­sa­ma ini tentu akan jauh le­bih pro­duk­tif, jika selain terjadi ko­ mu­ni­ka­si secara struktural, juga dapat di­leng­ka­pi de­ngan komunikasi secara kul­tural. Dengan Iklim akademik yang terjadi di antara dua lembaga, terutama lembaga akademik yang di bawah Mar­ kas Besar Polisi Republik Indonesia, yai­ tu Sekolah Staf dan Pimpinan POLRI dan Universitas Negeri Yogyakarta da­pat ter­ ja­di interaksi fungsional, se­hing­ga di­ mung­kin­kan terjadi proses pencerahan di an­tara kedua komunitas tenaga peng­ a­jar dan tenaga ahli. Hadir dalam acara tersebut Direktur Pascasarjana UNY Prof. Soenarto, Ph.D., Kapolda Jawa Barat Irjen. Pol. Drs. Timur Pradopo, Kombes. Pol. I Ketut Untung Yoga Kapolwiltabes Bandung, dan segenap tenaga pengajar Sespim Polri maupun UNY. Natsir

P e wa r a Di n a m i k a n o v e m b e r- d e s e m b e r 2008

29


berita bimbingan teknis

Dalam rangka meningkatkan kemam­pu­ an pelaksanaan pembelajaran bagi guru SMP Sekolah Berstandar Internasional (SMP SBI), Lembaga Pengabdian kepada Ma­sya­rakat (LPM) UNY bekerjasama de­ ngan Direktorat Pembinaan SMP Dep­ dik­nas menyelenggarakan bimbingan tek­nis pembelajaran Rintisan Sekolah Ber­stan­dar Internasional (RSBI) di Ho­ tel Sahid Jaya Solo, 29 Oktober s.d. 9 No­ vember 2008. Bimbingan teknis diikuti oleh 165 orang peserta dari 33 SMP SBI se-Indonesia, masing-masing sekolah me­ngi­rimkan 5 orang guru bidang stu­di Matematika, IPA-Biologi, Fisika, Ba­ha­sa Inggris, dan TIK. Bimtek SMP SBI akan dilaksanakan dua angkatan. Un­tuk ang­ kat­an kedua dilaksanakan 13 s.d. 24 No­ vem­ber 2008 di Hotel Sahid Yogyakarta diikuti oleh 34 sekolah. Ketua LPM UNY, Prof. Dr. Burhan Nur­ gi­yan­toro selaku penanggung jawab ke­ gi­­at­an pada acara pembukaan Rabu ma­ lam (29/10) mengatakan, secara umum tujuan kegiatan ini untuk me­ning­kat­kan kemampuan peserta dalam me­lak­­sa­na­

kan pembelajaran standar kompetensi lu­lusan (SKL), standar isi (SI), proses pem­ be­lajaran, dan proses penilaian yang telah diperkaya dengan berbasis ICT. Se­ ca­ra khusus, peserta guru MIPA da­pat me­ma­hami pengembangan SBI, meng­ i­dentifikasi unsur-unsur X (tambahan) pada SBI terutama mata pelajaran MIPA, mahir berbahasa Inggris untuk guru MI­ PA, menyusun silabus dan RPP kelas VII, kemampuan memanfaatkan ICT. Un­tuk guru bahasa Inggris memahami pe­ngem­ bang­an SBI, meningkatkan kom­pe­ten­si berbahasa Inggris untuk MIPA, me­ning­ katkan kemampuan ICT, membantu guru MIPA mengembangkan perangkat pem­ belajaran yang dilengkapi media pres­en­ tasi (power point), membantu guru MIPA menyajikan pembelajaran yang ber­pusat pada siswa, efektif, efisien, kon­teks­tual dan menyenangkan. Untuk pe­ser­ta guru TIK mengidentifikasi unsur-unsur X (tambahan) pada SBI, menyusun silabus dan RPP TIK meningkatkan ke­mam­puan pemanfaatan TIK dalam pem­be­la­jar­an, menerapkan penilaian ber­ba­sis kelas,

Keamanan

PELATIHAN SATUAN PENGAMANAN UNY ahmad natsir/pewara dinamika

30

Pewara Dinam i ka n o v e m b e r- d e s e m b e r 2 0 0 8

lpm UNY

LPM UNY MENGADAKAN BIMTEK BAGI GURU SMP

mengembangkan team tea­ching, dan merancang action plan pe­ngem­bang­ an TIK. Burhan melanjutkan, sekembalinya ke sekolah masing-masing nantinya pa­ ra guru dapat melaksanakan kegiatan pem­be­la­jaran lebih baik. Pembelajaran pa­da kelas SBI menuntut segala sesuatu se­ba lebih, baik yang menyangkut isi, pro­ses, pemanfaatan media, maupun pe­ ni­lai­an pembelajaran serta bahasa pe­ ngan­tar yang digunakan yang berupa ba­hasa Inggris. prayoga

Satuan Pengaman Universitas Negeri Yog­ya­karta, Kamis (4/12) mengadakan Pe­la­tihan Satpam di Auditorium UNY, di­ i­ku­ti oleh 65 orang Satuan Pe­ng­a­man di ling­kungan UNY. Sebagai nara sum­ ber da­ri Kepolisian Republik Indonesia Kabupaten Sleman dan Kantor Pemadam Kebakaran (Kodamkar) Daerah Istime­ wa Yogyakarta. Materi Pelatihan Pe­ning­ katan Kinerja Satuan Pengaman, Pe­nang­ gulangan Bahaya Kebakaran, Pelayanan Prima, dan Evaluasi Pelatihan. Hadir da­ lam acara tersebut Kepala Biro AUK UNY, Ka­pol­sek Depok Bulaksumur, Ke­pa­la Kan­ tor Kodamkar DIY, Kepala Ba­gi­an. Ke­pe­ ga­wai­an, Kepala Bagian UHTP, Kasubag. Ru­mah Tangga, dan Koordinator Satpam di lingkungan UNY.


berita Mari Belajar di Museum Pendidikan UNY Anak-anak pada masa kini, seharusnya ja­ uh lebih pandai dibandingkan anak-anak pa­ da generasi 1950-an. Apalagi, sarana dan pra­ sa­rana pendidikan jauh lebih leng­kap dan mudah diperoleh. Untuk itu kita harus belajar keras agar bangsa kita cepat maju” demikian dite­gas­kan Sekretaris Museum Pendidikan In­ do­ne­sia Supardi, M.Pd. di depan 50 siswa SD Nurul Islam Nogotirto saat melakukan kunjungan di Museum Pendidikan Indonesia UNY, Selasa (18/11). Selain Su­par­di, MPd, Kepala Museum Pendidikan HY Agus Murdyastomo M.Hum, ikut lang­sung menerima rombongan. Kunjungan yang berlangsung selama 2,5 jam diisi dengan acara pemutaran film suasana pendidikan tahun 1950-an, melihat benda-benda koleksi, praktik menulis di sabak, dan permainan di ruang pintar. Walaupun masih duduk di SD, ternyata anak-anak sangat antusias dan kritis mengamati satu demi satu setiap koleksi Museum Pendidikan. Mereka tampak senang dan aktif menanyakan ber­ ba­gai jenis benda dan kegunaaannya dalam pendidikan tempo dulu. “Wah ka­ lau menulisnya di sabak seperti ini, kita capek deh,” celetuk Anie, salah satu sis­­wa yang melakukan praktik menulis sabak dengan grip. Mr. SPD

Penjabat Rektor Melepas Calon Haji UNY Penjabat Rektor UNY, Dr. H. Rochmat Wahab, MA me­lepas 38 Jemaah Calon Haji (Calhaj) di lingkungan Universitas. Adapun, 38 calhaj tersebut, terdiri da­ri 21 Tenaga Pengajar (15 orang berangkat suami iste­ri, 6 orang berangkat sen­di­ ri), dan 3 Tenaga Administrasi (2 orang berangkat su­a­mi is­te­ri, 1 orang be­rang­ kat sendiri). Dalam sambutannya, Rochmat Wahab meng­ing­at­kan agar Je­ma­ ah Haji UNY berangkat dengan niat yang ikhlas dan pas­rah ke­pa­da Allah swt., berkonsentrasi penuh menjalankan ibadah demi men­da­pat­kan ridho dari Nya, dan tidak lupa menjaga kesehatannya masing-ma­sing ka­re­na Ibadah haji ha­ rus mengandalkan fisik kuat. Sementara itu, Ustadz Musta­fa, Lc. (UIN Sunan Ka­li­jaga Yogyakarta) mengatakan seorang haji terlihat mab­rur atau tidaknya justru setelah atau pasca haji, maka kemabruran harus di ikh­ti­ar­kan yaitu harus menjalankan syarat-syarat haji dengan niat karena Allah dan baik. Natsir EP

Iwan Nopi Yono Putro Meraih Juara Pertama Tepat di Hari pahlawan, 10 November, Iwan Nopi Yono Putro meraih juara per­ ta­ma dalam Lomba Pembuatan Sistem Informasi bagi Perguruan Tinggi se-DIY, yang diselenggarkan oleh Dinas Pendidikan Yogyakarta, Sabtu (08/11) bertempat di Fakultas Ekonomi UTY. Iwan, demikian disapa merupakan mahasiswa Fa­kul­ tas Teknik, jurusan Pendidikan Elektronik. ”Ini menjadi anugerah yang ter­be­ sar dari yang Maha Kuasa di hari ulang tahunku," ungkapnya penuh haru, Ia men­­­je­­­las­­­kan, pada saat persiapan, dia me­ng­­a­­­la­mi kesulitan pada referensi bu­ ku karena mahalnya harga buku. Se­la­in itu, sa­ya pun belajar komputer secara otodidak banyak bertanya-tanya pada te­­man, ke­nang mantan aktivis BEM ReMa UNY . tata irawan

P e wa r a Di n a m i k a n o v e m b e r- d e s e m b e r 2008

ahmad natsir/pewara dinamika

Natsir

Kilas

dokumen Fise

Dalam sambutannya sekaligus mem­ buka Pelatihan Satpam, Kepala Biro Ad­ mi­nis­tra­si, Umum, dan Keuangan (BA­UK) UNY, Hj. Sujariyah, M.Pd., me­nga­ta­kan de­ngan adanya pelatihan ini di­ha­rap­kan para anggota Satpam da­lam me­lak­sa­na­ kan tugas tetap berperan pada normanor­ma yang berlaku di lingkungan ker­ ja ju­ga melaksanakan tugas dengan ba­ik, bi­sa menyelaraskan dengan adat is­tia­dat yang berlaku di lingkungan ker­­­janya. Selain itu, mempunyai tekad yang kuat un­tuk selalu memberikan pela­­­yanan yang terbaik meskipun dalam kondisi se­su­lit apapun. Polmas Bapinkam Tibnas dari Kepo­ li­sian Depok Sleman menjelaskan Pem­­ ber­­da­ya­an Sumber Daya Manusia (SDM) Sat­pam per­lu di­la­­ku­­­kan dalam rang­ka pe­ning­kat­an kiner­ja untuk me­nun­jang ke­a­­man­an dan ke­nya­man­an kam­pus. Da­­lam dunia modern ke­hidupan ma­nu­ sia di­pe­nga­ru­hi oleh il­mu pe­nge­ta­hu­ an dan tek­n­lo­gi, terma­suk sa­tu­an peng­ a­man­an harus punya ide­a­lis­me dalam ber­­­tu­gas ke­sat­paman agar dapat me­ lak­­sa­na­­kan tu­gas sesuai harapan. Sikap, tampang, perilaku, cara mene­ ri­ma tamu dan menghadap pimpinan, dan cara menerima telepon maupun me­ ngi­rim berita harus punya tata ca­ra ter­­ sen­di­ri, karena Satpam adalah wa­­dah un­tuk men­ca­pai tu­juan, untuk me­lak­sa­ na­kan penga­man­­an fisik di lingkungan ker­ja­nya. Un­tuk me­­num­­buhkan rasa se­ na­sib dan se­­pe­­nang­­gungan hendaknya saling me­ng­­hormati satu sama lainnya. Peng­­hor­mat­an adalah perwujudan peng­ har­­ga­an da­­ri se­seorang kepada orang la­ in atas da­sar ta­ta susila sesuai ke­pri­ba­ di­an bang­sa In­do­nesia. Bagian Kantor Pemadam Kebakaran (Ko­dam­kar) DIY menjelaskan bagimana meng­an­ti­si­pasi dan menanggulangi ke­ ba­­kar­an di ling­kung­an masing-ma­sing. Da­­lam Pe­la­tihan ini Kodamkar ba­nyak mem­berikan teknik tata cara meng­gu­na­ kan alat pe­ma­dam kebakaran ma­u­pun antisipasi per­ta­ma dalam keba­kar­an. Pa­ da kesem­pat­an itu, para pe­ser­ta pe­la­tih­ an lang­sung praktik di lapangan untuk meng­­gu­nakan alat-alat tersebut.

31


opini

KAUM IBU INDONESIA MASA KINI O l e h T uti N urhayati

W

1/ anita, ibu rumah tangga, di da­ lam keluarga merupakan to­koh yang paling bertanggung ja­wab atas pendidikan anaknya. Sepan­ jang hari anak lebih banyak berurusan dengan ibu. Ibu dalam rumah tangga mempunyai peran mem­berikan pendidikan awal kepada anaknya sebelum menerima pendidikan formal dari gu­ ru. Ibu yang harus memberikan warna dalam ting­kah laku dan akhlak mulia, mengantarkan anak menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas masa depannya. Pendidikan budi pekerti harus dimulai dari ba­ li­ta, sehingga anak mempunyai fondasi kuat ten­ tang tingkah laku dan tabiat yang baik, sopan san­tun, tata krama, dll. Tentu, selain dari ibu (dan ayah), juga dari orang-orang terdekatnya di ru­mah. Pada hakekatnya pendidikan awal dan po­la asuh yang diterapkan dalam lingkungan ter­de­kat dari anak merupakan modal dasar yang di­mi­liki anak sebelum terjun ke pergaulan yang le­bih luas, yakni masyarakat dan dunia pen­di­dik­an formal. 2/ Seiring kemajuan peradaban manusia, per­­sa­­ ma­an hak dan kedudukan wanita pada umum­ Kalam/UNY

nya tu­rut mempengaruhi, mengubah, dan meng­­ge­ser pola pikir wanita Indonesia. Dulu wa­ni­ta In­do­nesia tak begitu antusias untuk me­ nge­n­yam pen­didikan tinggi. Dewasa ini wanita In­do­nesia mem­pu­nyai kesempatan yang sama da­lam meng­ga­pai pendidikan melalui jenjang yang beragam, dan meniti lapangan pekerjaan se­su­ai la­tar be­la­kang pendidikan formalnya. Dalam kancah politik, wanita Indonesia mem­ pu­nyai peluang yang sama untuk menjadi pim­ pin­an partai politik, anggota DPR, memimpin da­e­rah, bahkan presiden. Pada level penelitian dan pe­ngem­bangan ilmu pengetahuan sosial, ilmu murni, rekayasa genetika, pengembangan an­ta­riksa, dan penyerapan informasi global, wa­ ni­ta Indonesia telah memposisikan diri setara de­ngan pria, sehingga dapat mengesampingkan pe­mi­kiran tentang perbedaan seks. ��������� Dinamika pe­r­ubahan peran dan kesempatan wanita untuk mengembangkan potensi diri melesat secepat per­kembangan informasi dan peradaban ma­nu­ sia modern. Pada saat ini wanita sudah tidak lagi sebagai objek penderita, namun sudah merupakan subjek yang ikut menata, mengatur, merencanakan, dan menentukan ritme kehidupan. Peran wa­ni­ ta dalam skala kecil adalah ibu rumah tangga, se­­dang­kan dalam skala luas adalah anggota ma­ sya­ra­kat yang turut bicara dan mengatur etika per­ga­ul­an dalam masyarakat. 3/ Kesempatan mengembangkan diri wanita In­ do­ne­sia saat ini terbuka lebar. Di samping men­ ja­di ibu rumah tangga, banyak yang berperan gan­­da sebagai pencari nafkah membantu tu­gas su­a­mi. Banyak lapangan kerja yang dapat di­ram­ bah tenaga kerja wanita: pendidik, teknokrat, pa­ra­medis, dan tenaga kerja di lingkungan pe­ me­rin­tah lainnya. Banyak pula wanita me­mu­ tus­­kan untuk menjadi tenaga kerja perusahaan, ker­ja paruh waktu, berdagang di pasar atau

32

Pewara Dinam i ka n o v e m b e r- d e s e m b e r 2 0 0 8


opini membuka usaha sendiri di rumah sambil men­ ja­ga anak-anak, bahkan sebagai pembantu ru­ mah tangga. Untuk kewirausahaan, banyak yang semula ha­nya untuk mengembangkan bakat dalam se­ ni dan kerajinan, ternyata berdampak positif ka­re­na dapat berkembang menjadi usaha ho­ me in­dus­tri, bahkan berkembang pesat menja­ di usa­ha yang menghasilkan. Pada sentra usa­ ha home industri ini banyak pengusaha yang mem­per­bolehkan wanita membawa ba­han pe­ ker­jaan untuk dikerjakan di rumah: ber­hu­bung­ an dengan karya seni, seperti hiasan din­ding, bu­nga kering, patung; dalam bidang art and han­di­craft, pada bidang fashion kelas me­ne­ngah dan ko­nfeksi pakaian bertaraf sedang; dst. 4/ Bagaimana pun sibuk dan majunya wanita In­do­ne­sia saat ini, hendaknya kodrat wanita ha­ rus se­nantiasa diingat. Fungsi utama istri ada­ lah pendamping suami. Kewajiban utama ibu men­cintai putra-putrinya, setia pada suami, dan ber­bakti kepada keluarga. Kodrat wanita di­tak­dir­kan sebagai ibu yang melahirkan ge­ne­ ra­si pe­ne­rus sejarah keluarga. Meski ibu dan ba­ pak mem­punyai kesibukan yang sama seti­ap ha­­­ ri­­nya, kedua pihak tetap mempunyai komit­men rumah tangga harus dilandasi sikap saling pe­ nger­­tian, saling percaya, dan selalu berusaha men­ja­ga perasaan.

sasi rumah tangga wajib men­cip­takan keluarga sakinah (bersama suami), men­ciptakan “home sweet home”. Ada panduan untuk menjadi wa­ ni­ta Indonesia yang berperan ganda, ibu ru­mah tangga dan wanita karier yang sukses: (1) Mem­ be­ri­kan dasar budi pekerti dan akh­lak mu­lia ke­­pa­da ang­gota keluarga, (2) Men­didik anak de­­ngan ja­lur formal dengan mem­be­kali il­­mu pe­nge­tahuan melalui se­ko­lah me­nu­rut ke­mam­ pu­an masing-masing anak, (3) Men­di­dik ke­te­ ram­pilan praktis untuk me­nam­bah be­kal anak se­belum terjun menjadi ang­go­­ta ma­sya­ra­kat,

Pada level penelitian dan pe­ngem­ bangan ilmu pengetahuan sosial, ilmu murni, rekayasa genetika, pengembangan an­ta­riksa, dan penyerapan informasi global, wa­ni­ ta Indonesia telah memposisikan diri setara de­ngan pria, sehingga dapat mengesampingkan pe­mi­kiran tentang perbedaan seks

5/ Dinamika perkembangan global menjadi ma­ sa­lah tersendiri bagi keluarga. Wanita harus ber­ ju­ang dari dalam dan luar, mencermati, mem­ pe­la­ja­ri, turut memantau lingkungan demi me­mi­ni­ma­li­sa­si atau sterilisasi pengaruh buruk ba­gi tum­buh-kembang anak. Pengaruh tersebut, mi­sal­nya dari teknologi audio-visual: televisi, ra­dio, ho­me teathre, CD, dll.; dari luar rumah: ling­­kung­an pergaulan, lingkungan sekolah, dan te­man bermain. Perlu ada pemantauan ca­ra ber­ ma­in, bertingkah laku, menekuni hobi, peman­ fa­at­an waktu luang, dan pola belajarnya. Itulah, pen­di­dikan awal dari rumah dan pola asuh anak se­­menjak masih balita merupakan saat yang pa­ling tepat guna membentengi watak anak de­ngan akhlak dan budi pekerti.

(4) Mem­berikan semangat wi­ra­swas­ta un­tuk me­­ning­­katkan pendapatan, (5) Me­na­nam­kan men­­tal kerja keras kepada se­lu­ruh ang­go­ta ke­lu­ ar­­ga, disiplin, dan dapat me­man­fa­at­­kan wak­tu lu­ang, (6) Menanamkan ke­di­si­p­lin­an da­lam me­­ nga­­tur pengeluaran dan ber­u­sa­ha me­­nam­­bah peng­­ha­sil­an, (7) Anggota ke­lu­ar­ga (ayah, ibu, anak) harus berinteraksi de­ngan ling­­kung­­an da­ lam kegiatan sosial ma­sya­ra­kat, (8) Tu­rut ber­­pe­­ ran dalam menjaga dan meng­u­sa­­ha­­kan ke­se­hat­ an keluarga dan lingkungan, (9) Me­ren­ca­­na­kan aktivitas kehidupan sesuai ke­­­mam­­­pu­­an per­e­ko­ no­mi­an keluarga, (10) Men­ja­­ga ke­les­ta­ri­an ru­ mah tangga dengan me­lak­sa­na­kan hak dan ke­ wa­jiban sesuai kapasitas ma­sing-masing.

6/ Ibu sebagai pribadi yang bertanggung jawab atas keluarga dalam usaha mencapai har­mo­ni­

Pustakawan Universitas Negeri Yogyakarta

Tuti Nurhayati

P e wa r a Di n a m i k a n o v e m b e r- d e s e m b e r 2008

33


opini

UNY : KEMBALI KE KHITTOH! O l e h K hoerodin

S

1/ ejak tahun 1999, IKIP (Negeri) Yog­ya­ kar­ta diubah statusnya menjadi Uni­ ver­sitas Negeri Yogyakarta (UNY). Salah sa­tu dasar pemikiran pengubahan ter­ se­but adalah harapan bahwa ilmu murni yang dikembangkan pada program studi non-ke­pen­ didikan mampu mem-back up ilmu kependidikan pada program studi kependidikan. Inilah ci­tacita dasar yang telah digariskan oleh para foun­ ding fathers yang harus dilakukan untuk mem­ per­tajam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Ting­gi (pendidikan-pengajaran, penelitian, dan pe­ngabdian kepada masyarakat) agar lebih me­ ngena pada sasarannya. Sekarang, marilah kita tengok apa yang kita lakukan pada proses perkuliahan yang selama ini kita selenggarakan. Perkuliahan yang di­se­ leng­garakan oleh UNY pada program studi ke­ pendidikan menekankan pada terciptanya tenaga pengajar untuk tingkat sekolah menengah. Ma­ te­ri kuliah mahasiswa kependidikan diarahkan agar calon tenaga pengajar mampu men­cip­ta­ kan strategi pembelajaran yang jitu ba­gi pro­ ses pembelajaran di sekolah menegah. Se­ba­gai

Keti­ka calon pengajar hanya menggeluti teori-te­o­ri pendidikan dari bangku kuliah tanpa me­nge­tahui problem riil tentang pendidikan, saat itu ia te­lah menjadi bagian dari problem itu sen­diri. 34

Pewara Dinam i ka n o v e m b e r- d e s e m b e r 2 0 0 8

tugas akhir perkuliahan, mahasiswa ke­pen­di­ dikan harus melakukan penelitian yang ber­ka­ itan dengan permasalahan pendidikan. Ha­sil dari berbagai penelitian tersebut adalah dite­mu­ kannya berbagai permasalahan yang berkaitan dengan materi-materi pelajaran maupun per­ma­ salahan yang berkaitan dengan metode pem­ be­lajaran. Berbeda dengan mahasiswa non-kepen­di­dik­ an, jika menganut cita-cita dasar di atas, se­ha­ rus­nya studi ilmu murni yang dilakukan pa­da pro­ses perkuliahan lebih difokuskan pada upa­ ya me­mecahkan masalah-masalah yang ber­ka­ it­an dengan materi-materi dasar untuk se­ko­lah tingkat menengah. Sebagai objek ka­jian, ber­ bagai permasalahan yang berkaitan de­ngan ma­ teri pelajaran yang telah ditemukan da­lam pe­ne­ li­tian-penelitian mahasiswa kependidikan dari berbagai sekolah bisa digali serta ditindaklanjuti. Se­cara sederhana, proses yang perlu dilakukan se­lanjutnya adalah merumuskan masalah ter­se­ but secara jelas, kemudian membuat sis­te­ma­ ti­ka pemecahan masalah. Dengan de­mi­ki­­an, mahasiswa non-kependidikan ber­ke­sem­pat­an untuk memberikan sumbangan pe­mi­kir­an be­ ru­pa solusi-solusi alternatif yang bisa di­gu­na­ kan sebagai bekal mahasiswa kependidikan ke­­ti­ka men­jadi tenaga pengajar di sekolah me­ ne­ngah. Penelitian-penelitian yang dilakukan yang ditugaskan dalam rangka skripsi yang menjadi tugas akhir mahasiswa non-kependidikan dia­rah­ kan pada upaya mengurai materi-materi dasar ter­sebut. Dengan demikian, akan diperoleh ha­ sil yang lebih konkret dan realistis dan lebih ber­ ni­lai guna pengembangan pendidikan. Program studi kependidikan di UNY di­se­leng­ garakan dengan tujuan untuk ‘menciptakan’ te­na­ga pengajar yang andal yang mampu me­ ning­kat­kan mutu (quality) pendidikan pada seti­ ap ja­lur, jenjang, dan jenis pendidikan. Oleh ka­re­na itu, calon tenaga pengajar mempunyai


’PR’ ganda, yaitu harus mengerti problematika da­lam dunia pembelajaran dan harus mampu me­nga­tasinya dengan strategi pembelajaran yang tepat. Hal tersebut harus ditanggapi dengan seri­us, mengingat berbagai kritikan terhadap ren­dah­ nya mutu pendidikan nasional salah satunya di­se­bab­kan oleh rendahnya kualitas tenaga pe­ nga­jar (guru). Sehingga, secara otomatis pantas ju­ga dipertanyakan kualitas dari lembaga pen­di­ dik­an ‘pabrik’ calon tenaga pengajar, termasuk UNY di dalamnya. Rendahnya kualitas calon te­ na­ga pengajar itu disebabkan beberapa hal, di antaranya: sistem penilaian yang terlalu mu­ dah, rendahnya motivasi calon tenaga pe­nga­ jar untuk menambah pengetahuan di luar ma­ te­ri kuliah, dan sedikitnya kesempatan bagi ca­lon tenaga pengajar untuk melatih diri me­ la­lui Praktek Pengalaman Lapangan (PPL). Keti­ ka calon pengajar hanya menggeluti teori-te­o­ri pendidikan dari bangku kuliah tanpa me­nge­ta­ hui problem riil tentang pendidikan, saat itu ia te­lah menjadi bagian dari problem itu sen­ diri. Dengan konsep perkuliahan pada program studi non-kependidikan yang diarahkan untuk men­cari solusi-solusi yang berkaitan dengan materi-materi dasar untuk sekolah tingkat me­ nengah, diharapkan calon tenaga pengajar men­ jadi lebih siap. Dengan demikian, calon tenaga pengajar lulusan UNY tidak lagi menjadi bagian dari problem pendidikan, namun mampu tampil memberikan solusi pendidikan. 2/ Selain proses perkuliahan, secara rutin kita menyelengarakan berbagai seminar, penelitian, workshop, dan talkshow yang mengangkat te­matema tertentu dengan menghadirkan nara­sum­ ber dan pakar yang kompeten. Namun, hingga saat ini belum ada koreksi, apakah kegiatankegiatan tersebut memberikan kontribusi yang konkret dalam pengembangan ilmu kepen­di­dik­ an atau tidak. Atau, jangan-jangan kegiatan ter­ se­but hanya sebatas rutinitas formal sebagai su­a­tu keharusan bagi insan kampus. Jika kita amati, banyak tema yang diangkat dalam suatu kegiatan kurang relevan dengan da­ sar pemikiran di atas. Kita sering membuat gap, bahwa ilmu murni adalah ilmu murni dan ilmu kependidikan adalah ilmu kependidikan. Sikap ������ demikian bukan saja salah, tetapi justru keluar dari cita-cita dasar. Bagaimana pun, UNY adalah

Kalam/uny

opini

kampus pendidikan, maka segala sesuatu harus ber­tumpu pada pengembangan pendidikan. Dalam kondisi yang demikian, berbagai pe­ nye­lengaraan seminar, workshop, dan talk­show diharapkan mampu memberikan kon­tri­bu­si yang positif bagi pengembangan il­mu ke­pen­di­ dikan. Sejauh mana tingkat efektivitasnya, ber­ gantung pada apa yang dibahas dalam kegi­at­an tersebut. Oleh karena basis UNY adalah pen­di­ dikan, sudah seharusnya kegiatan-kegiatan ter­ se­but diselenggarakan untuk mengurai ‘benang kusut’ pendidikan. Kita sering mempunyai idealisme yang ting­ gi namun sangat sulit untuk diwujudkan pa­ da saat ini. Permasalahannya terletak pa­da mi­ nim­nya sarana dan prasarana. Pengembangan ilmu murni sering terbentur masalah-masalah tersebut. Sehingga, kita sering terjebak pa­da ide­alisme belaka. Kita memang harus me­nge­ jar berbagai ketertinggalan dari kampus la­in. Namun, tidak berarti bahwa kita harus me­la­ku­ kan apa yang dilakukan oleh kampus lain. ������ Ki­ta harus mempunyai trade mark tersendiri. Dan, trade mark tersebut telah digariskan oleh pa­ ra founding fathers UNY, yakni pendidikan. Ini­ lah khittoh UNY. Sekali pendidikan, tetap pen­ di­dikan!

Khaerodin mahasiswa Matematika UNY, perintis Koran Kemisan Slilit Sekrup FMIPA UNY

P e wa r a Di n a m i k a n o v e m b e r- d e s e m b e r 2008

35


resensi buku

Kapan Kita Sadar untuk Bersyukur? O l e h Sumaryadi

K

ita akui atau tidak, banyak se­­ka­­li kenikmatan Allah swt yang telah dan selalu dilim­ pah­­kan ke­pa­da kita, baik la­hir ma­­u­pun batin, baik yang kasat ma­ta ma­u­pun yang tan kasat mata. Dan, ya­ kin­lah ki­­ta akan kesulitan untuk meng­ hi­tung­nya. Kita ingat firman Allah swt dalam Al-Quran S. An-Nahl ayat 18: ”Dan ji­ka kamu menghitung-hi­tung nik­ mat Allah, niscaya kau tidak da­pat me­ nen­­tu­kan jumlahnya”. Kewajiban kita selaku hamba Allah adalah mensyukuri segala kenikmatan yang telah kita peroleh, yang kita ra­sa­ kan, yang kita terima itu. Tentu saja, syu­ kur dalam arti yang sebenarnya, yang me­ nem­patkan semua pemberian itu se­cara proporsional. Hanya saja, syukur yang seperti itu hanya bisa dilakukan oleh se­se­orang yang sudah baik dan benar iman dan taqwanya kepada Allah swt. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain ke­cuali kita senantiasa meningkatkan taq­wa dalam arti yang sebenarnya: me­ lak­sa­na­kan semua perintah-Nya dan me­ ning­galkan semua larangan-Nya. Taqwa da­pat menumbuhkan rasa syukur kita atas karunia-Nya yang kita terima dari wak­tu ke waktu. Penulis buku ini mengajak kita, me­ ng­ingat­kan kita, mungkin lebih te­pat me­nghu­jat kita, untuk jangan lu­pa se­la­

36

Mensyukuri Karunia Allah Oleh Prof. Dr. H. Soejadi, S.H.• Pustaka Pergaulan Jakarta, 2008 • vi+133 halaman

lu mensyukuri karunia Allah. Beberapa ’resep’ strategis dan menarik yang di­ta­ war­kan oleh penulis melalui buku ini me­li­pu­ti: Mengingat Karunia Allah (ju­ga dengan sentilannya: Jangan lupa, me­lu­ pa­kan, atau mengingkari nikmat Allah; dan Apabila Allah mencabut karuniaNya), Shalat sebagai Nikmat Allah, Riz­ ki (juga membahas: Seruan Allah agar ki­ta ma­kan yang halal dan thayyib atau ba­ik; Bakhil atau kikir berinfak di ja­lan Allah; dan Niat ikhlas dalam ber­ in­fak), Rasulullah Muhammmad saw (juga dengan bahasan: Informasi ke­pa­­ da Ahli Kitab; dan Mukjizat), Hati Orang yang Beriman, Hal Keterbatasan Ha­ti, Ha­ti yang Lembut dan Terbuka, ser­ta Ke­sa­lehan Sosial dan Kesalehan Ling­ kung­an. Buku ini, seperti diakui sendiri oleh penulisnya, menyajikan serangkaian ca­ tat­an dari tadarus Al-Quranul Karim. Pe­ nu­lis sebagai seorang hamba Allah yang dhaif, yang diberi bekal oleh Allah, ber­ u­pa­ya mengajak kita untuk semakin in­tens ber­sentuhan dan bergumul de­ ngan Hablun minallah dan Hablun mi­ nan­naas.

Pewara Dinam i ka n o v e m b e r- d e s e m b e r 2 0 0 8

Tidak berlebihan jika dikatakan bah­ wa buku ini teramat ’menjanjikan’ un­tuk dibaca oleh siapa pun yang ingin mem­ ba­canya: siswa, mahasiswa, dosen, dan da’i, demikian pula khalayak luas pada umumnya. ���������������������� Di samping memberikan tam­­bah­­an wawasan, buku ini rasanya mam­pu memberikan pencerahan ke­pa­ da ki­ta, kepada sidang pembaca. Se­la­ mat me­nik­ma­ti!

Drs. Sumardi m.Pd. Dosen di Fakultas Bahasa dan Seni/Pemred Majalah Kampus "Pewara Dinamika UNY


bina rohani

Berlatih Sabar Oleh Anand Firmansyah

D

an bersabarlah kamu ber­ sa­ma-sama dengan orangorang yang menye­ru Tu­ han­­­nya di pagi dan senja ha­ri dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan per­hi­ as­an kehidupan dunia ini; dan janganlah ka­mu mengikuti orang yang hatinya te­ lah Ka­mi lalaikan dari mengingati Kami, serta me­nu­ruti hawa nafsunya dan ada­ lah ke­a­da­annya itu melewati batas.” (AlKahfi: 28). Firman Allah swt di atas cukup jelas ba­gi kita, yakni kita untuk senantiasa ber­ sa­bar. Bila kita implementasikan dalam ke­hi­dupan sehari-hari, banyak hal yang me­ngharuskan kita untuk bersifat sabar. Mi­sal saja, ketika kita ingin membeli ti­ ket ke­reta api yang waktu itu antrean pem­­be­li­nya sangat panjang, kita pun ha­rus sabar menunggu sampai giliran ti­­ba. Ke­mu­dian, waktu kita berpuasa, pu­a­­sa su­nah atau puasa ramadhan, kita pun ha­rus sabar menahan hawa nafsu. Ju­­ga, ke­ti­ka kita menghadapi anak-anak ke­­cil yang nakal dan bandel, kita pun ha­­rus sa­bar. Contoh-contoh di atas setidaknya bisa mewakili untuk menunjukkan sikap ke­ sabaran yang seharusnya dimiliki oleh se­­tiap orang. Akan tetapi, Allah swt men­­­cip­­ta­kan manusia dalam keadaan ber­su­ku-su­ku dan berbangsa-bangsa, se­ hing­ga ti­dak menutup kemungkinan ci­ ri dan si­fat yang melekat pada mereka akan ber­be­da satu dengan yang lain. Perilaku sabar pun tidak selamanya ki­ta temui dalam kehidupan sehari-ha­ ri. Na­mun, tidak ada salahnya bagi kita yang belum bisa menerapkan si­kap sa­ bar dalam kehidupan sehari-ha­ri men­ co­ba berusaha untuk melatih ke­sa­bar­an di­­ri kita. Kemudian, bagi yang acap­ka­li me­­la­­ku­kan sikap sabar dalam ke­hi­dup­ an se­hari-hari agar senantiasa men­ja­ga rit­­me kesabaran itu dan kalau bisa me­

ning­katkan kesabarannya itu de­ngan se­ la­lu mengingat Allah swt dan meng­ha­ rap ridha-Nya. ‘Sabar’ berasal dari kata ‘shabara’ yang membentuk infinitif (masdar) men­ja­di ‘shabran’ (dari bahasa Arab dan su­dah menjadi bahasa Indonesia). Ki­ta da­­pat meng­artikan sabar sebagai usa­ha me­­­na­han dan mencegah. Sabar

istimewa

itu me­­mi­liki bentuk-bentuk yang oleh pa­ra ula­­ma dibagi menjadi tiga. Per­­ta­­ ma, sabar dalam ketaatan ke­pa­da Allah swt. Kedua, sabar dalam me­ning­­gal­­kan kemaksiatan. Ketiga, sabar da­­lam meng­ ha­dapi cobaan da­ri Allah swt. Dengan demikian, bila kita me­ne­rap­ kan sikap sabar dalam kehidupan sehariha­ri, maka kita tinggal menggolongkan si­kap sabar kita. Alangkah baiknya bi­la ke­ti­ga bentuk sabar di atas dapat ki­ta prak­tek­kan dalam kehidupan kita seha­ ri-hari. Berikut ini adalah beberapa pedoman sa­bar yang terdapat dalam Al Quran dan Hadis. 1. Dari Al Quran: a. “Hai orang-orang yang beriman, min­ta­lah pertolongan kepada Allah de­ngan sa­bar dan shalat, se­sung­guh­ nya Allah beserta orang-orang yang sa­bar.” (Al-Baqarah: 153). b. “Maka bersabarlah kamu seperti o­rang-o­rang yang mempunyai ke­te­ guh­­­an ha­­ti dari rasul-rasul dan ja­ ngan­lah ka­mu me­min­ta disegerakan

(a­zab) ba­­gi me­re­ka…” (Al-Ahqaf: 35). 2. Dari Hadis: a. Rasulullah mengungkapkan: “… dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…” (HR. Muslim). b. Rasulullah pernah menggambarkan: “…barang siapa yang mensabar-sa­ bar­kan diri (berusaha untuk sabar), ma­ka Allah akan menjadikannya seo­ rang yang sabar…” (HR. Bukhari). Berangkat dari semua itu, kita un­tuk melakukan sikap sabar dalam kehi­dup­ an sehari-hari ternyata sudah ada tun­ tu­nannya atau petunjuknya di dalam Al Qur­an dan Hadis. Simpul kata, kalau su­­dah ada pedomannya, mengapa kita ha­rus ra­gu-ragu untuk bersikap sabar? Hal yang demikian memang sulit kita la­ ku­kan bila tidak kita coba. Jika kita ang­ gap diri kita ini belum memiliki si­kap sa­bar, pun sulit melakukannya, me­nga­ pa ki­ta tidak berusaha? Pada kesempatan ini penulis berusaha me­nyampaikan masukan tentang ca­raca­ra melatih kesabaran. Pertama, ni­at­ kan usaha melatih kesabaran ini ha­nya ke­pa­da Allah swt untuk meraih ri­dhaNya. Ke­du­a, tingkatkan iman dan taq­wa kepada Allah swt. Ketiga, sebisa mung­ kin mengontrol emosi dan hawa naf­su kapan pun dan di mana pun kita ber­a­da. Meskipun sulit, kalau kita tidak men­co­ banya, maka selamanya kita akan me­­ra­ sa sulit. Keempat, mulailah puasa sunah. Pa­salnya, puasa dapat menjadi mediator ba­gi kita untuk melatih kesabaran. Akhirnya, sebagai penutup, penulis me­nga­jak para pembaca untuk senan­ ti­asa bersikap sabar dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sebab, sabar itu setengah iman. Semoga Allah swt senantiasa membimbing kita agar niat kita untuk berlatih sabar mendapatkan ridha-Nya. Demikian pula, semoga kita juga senantiasa mampu menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Amin.

Istiyani Nuryati, S.Pd. Staf administrasi pada FBS UNY

P e wa r a Di n a m i k a n o v e m b e r- d e s e m b e r 2008

37


cerpen

Terlewatkan O l e h N ovita P urnaningsih

05.15 WIB. Jalan Kaliurang masih sepi. Baru satu-dua ken­da­ra­ an yang melintas. Bis kota, “sang raja jalanan”, yang bengal dan seringkali seenaknya menghembuskan asap pekat dari knalpot uzurnya pun belum mulai menunjukkan aksinya. Dito merapatkan jaket Converse cokelat yang ia pakai. Dingin. Masuk musim hujan seperti ini udara pagi di Jogja serasa menusuk tulang. Sesaat, matanya tertumbuk pada gedung tua berlantai empat, tempat ia menghentikan motor di depannya. Sejurus kemudian ia membuka ransel hitam yang sudah beberapa menit menempel di punggungnya, mengeluarkan Canon EOS 20D��������������������������������� —�������������������������������� yang mungkin sudah ia anggap ke­ kasih keduanya��������������������������������������� —�������������������������������������� memasang lensa 17-35 mm, lalu membidikkannya berkali-kali ke gedung tua itu. Fiuuuh…! Dito menghela nafas sambil melihat hasil bidi­ kan­nya. Gedung tua di tepi jalan itu punya banyak kenang­ an buatnya. Kembali lagi ke kota ini. Mau tak mau ingatannya mela­ yang ke satu sosok itu. Mia. Yup, Mia. Adik tingkatnya di kampus. Seperti sudah digariskan Tuhan—meski sesaat—mereka bertemu dan bahkan sempat memilih profesi yang sama usai lepas dari bangku kuliah kampus itu. Dulu, saat masih kuliah, ia dan gadis itu sering membunuh waktu di lantai tiga gedung itu. Ruang bacanya yang luas dan angin yang bisa leluasa keluar-masuk lewat beberapa jendela besar di sana membuat mereka betah berlama-lama duduk di dalamnya. Belajar sambil menunggu ujian, atau sekedar berbicara tanpa arah. Tentang dosen yang menyebalkan, tentang ayam bakar enak di kawasan Selokan Mataram, tentang album baru Coldplay, hingga tentang tendangan pemain Internazionale yang membobol gawang Roma. Lamunan Dito buyar ketika tiba-tiba ponselnya menjeritje­ritkan “Apologize” milik One Republic. Nomor rumah, kode area Jogja, tidak dikenal. “Hallo ...,” sapa Dito. “Boy! Kata ��������������������������������������������������� anak-anak Ente lagi di Jogja? Gila! ���������������� Gak kabarkabar! Lagi di mana sekarang? Nginep di mana?” suara dari seberang merepet-repet seperti tawon yang sarangnya dirusak anak kecil iseng. 38

Pewara Dinam i ka n o v e m b e r- d e s e m b e r 2 0 0 8

kalam/uny

Dito langsung mengenali suara cempreng itu. Si Gagal To­tal alias Gatot. Teman di lapangan saat ia masih menjadi kuli kamera. “Lagi di Jakal. ������ Iseng hunting, inget-inget masa lalu,” jawab Dito sekenanya. “Hahaha…mahasiswa S-2 Ekonomi kayak Ente masih rajin hunting foto? Bagus…bagus! Eh iya bro, si Wisnu jadi pameran tunggal di Sky Art Gallery, pembukaannya ntar jam 7 malem. Udah tau kan?” repet Gatot lagi dengan logat Jawa­ nya yang kental. “Iya–iya, udah tau! Ntar aku ke sana,” jawab Dito. “Eh-eh, udah ketemu Mia?” tanya Gatot lagi sambil ngi­ kik. Dito menghela nafas dan Gatot langsung sadar kalau ia ba­ru saja membuat satu pertanyaan yang salah. “Yo wis lah dab! Ketemu ntar malem yo!” ujar Gatot.


cerpen Tut. Tut. Tut. *** Dito menyalakan kembali motor bebek 125 cc milik eyang­ nya. Ia harus segera kembali ke rumah eyangnya karena motor itu pasti akan dipakai eyang tercinta mengantarkan kepo­ nakan kecilnya ke sekolah. Melewati jalanan yang masih basah karena hujan semalam, ingatan Dito kembali ke Jogja beberapa tahun lalu. Dulu, gadis itu pernah menjadi bagian penting dalam ha­ ri-harinya. Kadang, saat matahari masih malu-malu me­nam­ pakkan diri, mereka berdua sudah ngobrol asyik dengan para nelayan yang baru menurunkan muatan ikan di Pantai Depok. Kadang sepagi itu mereka sudah sibuk mengamati aktivitas para pedagang buah dan sayur di Pasar Induk Giwangan sam­

bil sesekali menanyakan pergerakan harga tomat, cabai ke­ ri­ting, atau kol. Tapi, dua tahun lalu, Dito memilih untuk melepas “nama” yang sudah beberapa tahun ia bangun. “Aku udah keterima di MM UI. Dua �������������������������� minggu lagi aku balik ke Jakarta. Keluar dari kerjaan kita,” ungkap Dito suatu malam di hadapan gadis itu. Dan malam itu, tak ada sepotong kata pun melintasi kebekuan di antara mereka berdua sepanjang perjalanan pulang dari kedai kopi itu. Kebekuan itu pun belum runtuh, hingga saat ini. *** Sky Art Gallery, 19.30 WIB. Gerimis masih pelan bertahan menyelimuti malam. Sejak setengah jam yang lalu, mata Dito sudah berkeliaran mencari-cari. Ada ketakberdayaan di hatinya, tapi Dito merasa ia harus mengalahkan rasa itu.

Ia sadar, dua tahun kemarin tak ada yang bisa ia perbuat. Dua tahun lalu, gadis itu pun menegaskan, hubungan jarak ja­uh adalah hubungan paling tak logis untuk dijalani. Setahun berlalu. Satu setengah tahun berlalu. Dua tahun ber­lalu. Dito hampir lulus bergelar master. Ia pun tak bisa lagi menolak keinginan orang tuanya untuk segera menikahi ga­dis pilihan mereka. Ia kini merasa, ia harus belajar mencin­ tai calon istrinya itu. ���������������������� Entah dengan cara apa. Anindito Pratama bukan lagi laki-laki muda penuh gejolak pem­berontakan seperti beberapa tahun lalu. Ia sudah menjelma menjadi laki-laki matang, nyaris bergelar master, dan bermasa depan cerah sebagai pewaris tunggal keluarganya. Bu­kan lagi petualang lapangan yang selalu ingin merajut mim­pi melambung jauh di atas awan.

Kini ia baru sadar, ada sesuatu yang terlewatkan begitu sa­ja. Ada sesuatu yang hilang tanpa sempat ia perjuangkan. Ada sesuatu yang tak terucapkan, dan kini ada sesuatu yang mung­kin tak termaafkan. Dito tepekur dengan undangan berwarna krem bertinta emas di tangannya saat ia melihat sosok yang ia cari tengah menghentikan motor di pelataran parkir galeri itu. Serasa tak mungkin ia melangkahkan kakinya ke arah sana…. Sagan, November 2008

Novita Purnaningsih, S.S. pekerja pers, penikmat sastra, mantan pegiat studi Linguistik di Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya UGM.

P e wa r a Di n a m i k a n o v e m b e r- d e s e m b e r 2008

39


puisi•geguritan•tembang Sajak Atun Sri Atun Beri aku kekuatan Malam hadir dengan kesunyiannya Hening tanpa suara apa pun Kuterjaga masih dengan kantuk yang teramat hebat Ragu dan malas sejenak mendera Tapi aku kuatkan hati ini untuk bangkit Setengah terpejam kuusap wajahku dengan air wudhu Sejuk.....menyegarkan Sejenak berdiri kuucapkan ayat demi ayat Dalam sujud panjang kuhaturkan doa dalam kepasrahanku Air mata jatuh tanpa kuasa kuelakkan Tuhan......beri aku kekuatan untuk tetap tegar arungi jalan-Mu

kalam/uny

Tuhan.....berilah aku kekuatan hadapi semua rintangan dalam hidupku Naungi jiwaku dengan cinta-Mu Walau raga ini lelah, Tapi jangan biarkan hati ini menyerah. Yogyakarta, 2008

p ojok gel i t ik

Tahun Baru

kalam/uny

40

Umarmoyo : Di, tahun sudah mau ganti. Umarmadi : Ya. Emang kenapa kalau tahunnya ganti? Umarmoyo : Aku sedih. Umarmadi : Sedih? Gara-gara 2008 ganti 2009? Umarmoyo : Bukan. Umarmadi : Banyak kerjaanmu yang belum rampung? Umarmoyo : Juga bukan. Umarmadi : Terus, yang bikin kamu sedih? Umarmoyo : Kreditku belum lunas! Umarmadi : Waaah ….. cilaka tenan kowe! Umarmoyo : Di. Umarmadi : Apa? Umarmoyo : Tahun 2009 nanti tahun

Pewara Dinam i ka n o v e m b e r- d e s e m b e r 2 0 0 8

baru ya? Umarmadi : Iya. Emang kenapa? Umarmoyo : Namanya tahun baru ya mesti serba baru. Umarmadi : Oke. Semangat kita mesti baru. Umarmoyo : Belum cukup. Umarmadi : Oke. Jiwa kita mesti baru. Umarmoyo : Itu belum cukup. Umarmadi : Oke. Idealisme kita, citacita kita, harapan kita ... Umarmoyo : Semua itu belum cukup! Umarmadi : Lantas apa lagi? Umarmoyo : Di tahun baru ..... istri harus baru! Umarmadi : Huuuuus ….. mbahmu ….. railok! ema r


le

a s n

2008 Aneka kejadian hadir silih berganti. Peristiwa-peristiwa itu dicatat dalam sanubari dan catatan teks setiap civitas akademika UNY. Hadir dengan memori yang duka dan suka. "Saya sukar melupakannya," kata Wanti, seorang mahasiswi UNY. "Tetapi, saya yakin setiap kejadian ini tentu berguna bagi UNY. Karena, kita bisa belajar dari kejadian tersebut," tambahnya. "Saya hanya berharap UNY makin jaya!" teks: Sismono La ode • Foto: natsir dan dokumen humas.


... 2009

universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.