6 minute read

Korporasi Ala Abucep (bagian Ke-2, Habis

KORPORASI ALA ABUCEP (Bagian 2, Habis)

Oleh:Adil Basuki, S.E.*

Advertisement

Ringkasan Tulisan Bagian 1 yang lalu:

Pada akhir tahun ke-2, KORPORASI ALAABUCEP yang simple itu menghasiikan 23 ekorkambing besar-kecll. Gagasan yang tampaknya briliant iernyata menuai masalah yang pelik di saat akhir periode. Justru pada 23 ekor kambing yang besar-keciinya tidak sama itulah sumber permasaiahannya. Pada pertemuan yang lalu disepakati, bahwa Asep memperoleh Yi jumlah kambing, Cecep mendapatkan 1/3 jumlah kambing, dan Butet kebagian 1/8-nya. Pembagian hasil dibagikan dalam wujud kambing hidup, artinya tidak ada seorang pun yang menerima kambing ditambah daging kambing atau sebaliknya. Di sisi lain, Asep dan Cecep menyerahkan masalah ini kepada Butet sebagai pelontar gagasan. Menerima mandat ini, agaknya Butet sangat kebingungan, baik dari sisi matematis, ekonomis, maupun perikehewanan, terutama menjaga agar persahabatan tetap langgeng, tidak rusak oleh kekeliruan yang dilakukan pada saat pembagian hasil korpcrasi ini. Oleh karena itu, Butet minta kepada sahabat-sahabatnya, agar perembugan diskors sejenak untuk shalat

danmencariilham.

Pada hari yang disepakati berkumpullah para comanditer ABUCEP Corporation dl rumah Cecep di desa terpencil. Setelah saling bersaiaman dan bernostalgia, sampailah pada pokok tujuan mereka datang ke desa kelahirannya, yaitu membicarakan hasil petemakan yang mereka create dua tahun yang lalu. Semua pihak menempatkan dirl sesuai kapasitas dan kepentingannya masing-masing. Asep, yang berdarah Wsnisman, menghitunghitung berapa keuntungan yang akan diperoleh selama 2 tahun ini. Butet, yang pegawai rendahan, lebih bangga dengan gagasannya yang reliable, dapat diimplementasikan. Cecep, sebagai Comanditer Aktif, merasa puas karena petemakan berkembang sesuai rencana. "Kang Asep dan Kang Butet," Cecep mengawali laporannya tanpa teks. "Alhamdulillah, kambing kita sehat semua. Mangane dokoh ndemenakake. Kambing kang Butet memang pejantan yang hebat dan agresip. Demikian puia, bibit betina dari kang Asep, selain sexy dan montok, juga redan, ndrindhil cempene, Ian pinter momong". Mendengar kambingnya disebut-sebut, pikiran Asep melayang-layang menghitung laba, sedangkan Butet semakin bangga karena gagasannya betjalan lancar. "Beberapa minggu setelah kambingkamblng itu saling berkenalan, buntinglah kambing betina," Cecep melanjutkan laporannya. "Perawatan dan perhatian lebih ditingkatkan. Makan dan minumnya harus bergizi dan berkalori," kata Cecep menlrukan Petugas PPL

Petemakan. Belum genap satu tahun di sini lahlrlah cempe-cempe yang sehat dan lincah. Masingmasing beranak 2 ekor betina. Layaknya kambing yang sedang menyusui, diperlukan tambahan makanan ekstra. Oleh karena itu, makanannya dicarikan rumput pilihan yang kenyang sinar matahari, agar cempe-nya sehat dan cepat besar. "Setelah cempe mencapal umur tertentu, Induknya saya berikan daun sirih, agar timbul birahi, dan anaknya segera disapih. Penambah energi bagi si Jantan, saya perhatikan juga. Setelah d\-sapih, cempe-cempe dipisahkan dari induknya. Makan dan minumnya disesuaikan dengan kebutuhan kambing pada masa pertumbuhan agar cepat besar dan sexy seperti induknya. Pendekkata, menu dan mutu minuman dan makanannya aku kerjakan dengan tekun dan

seksama." "Tidak berapa lama dari me-nyap/7?, indukinduk itu bunting lagi," lanjut Cecep. "Pada usia kandungan yang cukup, lahirlah cempe adiknya. Masing-masing induk melahirkan 4 ekor. Persis seperti pengalaman sebelumnya yang pernah kuceritakan pada dua tahun yang lalu, bahwa pada kelahiran pertama beranak 2 ekor dan pada bunting kedua melahirkan 4 ekor. Tak berselang lama dengan kelahiran adik-adiknya, lahirlah cempe generasi kedua. Seperti induknya, pada kelahiran pertama ini, masing-masing melahirkan 2 ekor. Pendek kata, pada empat bulan terakhir ini, saya harus membidani 6 ekor kambing dengan 16 ekor cempe yang dilahirkan. Sangat capek, tapi marem, karena saya dapat mempersembahkan kepada akang-akang, 23 ekor kambing besar-kecil, termasuk yang masih menyusu induknya.

"Selanjutnya, kami serahkan kepada kalian, cara membagi secara adil, sesuai perjanjian yang telah kita sepakati. Kang Asep memperoleh 1/2 jumlah kambing, saya, Cecep, mendapatkan 1/3nya, dan kang Butet kebagian 1/8-nya. Semua dibagi dalam wujud kambing hidup. Tentang siapa mendapatkan kambing yang mana, dilakukan

dengan undian. Maslh ingatkah itu?" tambah Cecep mengingatkan kesepakatan yang dulu. "Ya.., saya maslh ingat," sahut Asep spontan. Butet mengangguk-angguk mengiyakan. Hening sejenak. Semua melamun menurut pikiran dan 'hasratnya' masing-masing. Asep yang pedagang, mengkhayal, paling tidak leblh darl sepuluh ekor akan diperoiehnya. Tapl, yang mengganjal, bagalmana caranya agar mendapatkan yang besar dan gemuk, sehlngga labanya makslmal. "Kaiau toh, mendapatkan juga yang kecil, maslh untung pula," piklrnya menenteramkan hasrat hatlnya sendlrl. Cecep, yang selama Inl memeliharanya dengan kasih sayang membayangkan, agar paling tIdak tujuh kambing yang paling dia sayangi tIdak berpisah dengannya. Untuk itu, dIa berplkir keras agar dapat memeliharanya kembali kamblngkamblng tersayang Itu. Berbeda dengan Butet. Butetlah yang punya Ide sebelumnya, maka dIa merasa bertanggung jawab terhadap penyelesalan akhir korporasi Itu. TIdak terbayangkan sedlkit pun, jlka jumlah kambing yang harus dibagi sebanyak itu dan besar-kecHnya pun berbeda-beda. Butet bingung, tIdak tahu bagalmana caranya membagi hasll korporasi inl secara adil dan tIdak ada satu pun yang diruglkan, balk sahabatnya maupun kamblng-kambing itu sendlrl. "Jangan sampal persahabatan bubrah oleh ketldakadllan yang disebabkan oleh kekellruan yang terjadi pada harl Inl," lamunan Butet semakin menerawang jauh ke depan. DIa membayangkan yang tidak-tldak sampal hal yang paling buruk. "Tidak disangka, bahwa 'gagasan yang tIdak melalul analisis' pada 2 tahun yang lalu menual masalah yang harus diselesaikan secara arif dan bijaksana pada harl Inl," pikir Butet menglngat kejadlan waktu itu. "Gagasan yang terlanjur dilkrarkan tidak perlu disesall ataupun ditlnggal larl, tetapl harus diatasi," tekad Butet yang pantang larl darl kenyataan. Menurut Butet, penyelesalan yang arIf adalah penyelesalan yang cerdas dan tetap konslsten terhadap kesepakatan sebelumnya. Bijaksana, mempertimbangkan kondlsi dan situasi yang ada, balk sahabat maupun blnatangblnatangnya. Misalnya, sebaglan cempe-cempe Itu maslh harus menyusu Induknya, kaslhan jlka anak dan emak diplsahkan oleh keputusan pembaglan Inl. "Benar-benar masalah yang kompleks dan pellk, balk matematis, ekonomis, perlkehewanan, maupun nafsu kemanuslaan," gumam Butet. "Astaghfirullah kata Butet memecah kesunylan. Mendengar istighfar yang diucapkan Butet, Asep dan Cecep terkeslma. "Lho, mengapa istighfar, bukan basmallah?" celetuk Asep dan Cecep berbarengan. Mendengar teguran Cecep, Butet mengaku bahwa dirlnya baru saja melamunkan suatu hal yang berat dan sangat menakutkan. Mendengar

pengakuan Butet, Asep dan Cecep semakin malu dengan lamunannya sendlrl. Hening lagi, ...

suasana mencekam. Tlba-tlba ... "Apakah perembugan Inl dapat kita teruskan? Haruskah ada yang memlmpin? Dan, slapa yang harus memlmpin?" tanya Butet memberondong bakpeluru tumpah. Asep dan Cecep terdlam. Mereka tIdak berani mengambii posisi dl depan karena menyadarl bahwa dirlnya tIdak dapat berlaku adil. Tlba-tlba Asep ambll bicara, "Karena yang melontarkan gagasan dulu adalah kang Butet, maka kami lilalegawa jlka pertemuan Inl diplmpin oleh kang Butet." "Setujul" Cecep pun mengiyakan. Mendengar permlntaan sahabatnya, kepala Butet semakin berputar-putar. Selama hidupnya belum pernah menerlma masalah seruwet Inl. Dalam seminar maupun lokakarya yang dllayanlnya, belum pernah ada contoh yang dapat dipakal rujukan. "Jlka Akang-akang meminta saya untuk memlmpin, maka saya minta agar kIta berlstlrahat dan shalat dulu. Bukankah sekarang sudah waktu Dhuhur? KIta berdoa agar Tuhan menurunkan kaslh-Nya dan memberlkan jalan keluar terbaik bag! kita maslng-masing, agar kIta mampu berlapang-dada, nrima ing pandum terhadap hasll perembugan nantl. Setuju?" kata Butet. "Setuju banget," sahut Cecep dan Asep mengiyakan. Dalam shalatnya menghadap Sang Pencipta Butet menyadarl bahwa dirlnya sangat kerdll dan bodoh. Pada wirid-nya dl hadapan Sang Pengampun, la berslmpuh agar kebanggaan terhadap keberhasllan yang terslslpl kesombongan dirl mohon diampuni. Dalam doanya yang penuh pinta dia memohon supaya diberikan jalan keluar yang terbaik untuk kelanggeng-an persahabatan Inl agar sebelum Maghrib sahabatnya dapat pulang dengan hati riang dan kamblng-kambing pun tidur nyenyak sampal pagi sebelum mereka saling berpisah dengan damal. Pertanyaan untuk kIta adalah: 1) Dapatkah mereka menyelesalkan masalah Inl dengan adil dan bijaksana? 2) Ataukah harus minta bantuan kepada orang lain? 3) Atau, Pembaca bersedia membantu menyelesalkan masalah Inl?

*)AdHBasuki, S.E., Subag. Perencanaan UNY.

This article is from: