Pewara Diamika

Page 1

Volume 10 • nomor 18 april 2009

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika m a j a l a h u n i v e r s i ta s n e g e r i y o g ya k a r ta

DI BAWAH SANG PENGEMUdI AB 50

Sejak 23 Maret 2009, Rochmat diamanahkan mengemudi AB 50. Dia hanya bertekad untuk mewujudkan UNY menjadi WCU.


KURSI BUKAN UNTUK KEKUASAAN

Pertarungan kekuasaan pasca pemilihan legislatif tak terhindarkan. Ada “jotos” dan siku-menyiku menjadi drama politik bangsa ini. Hari ini mereka mendukung dan besoknya mereka menolak, lantas bisa jadi mereka mendukung kembali. Itu semua demi pendidikan politik, kilah mereka. Benarkah demikian? Cuman mereka dan Tuhan yang tahu! Tapi, jika kita jeli dan kritis melihat drama tersebut, tidak salah jika kita, sebagai penonton, menduga bahwa mereka sedang mengejar kursi. Pahadal, kursi bukan untuk dikejar tetapi dia adalah amanah yang berat. Dan jika adu drama murahan ini terus langgeng, tanpa etika dan cenderung emosional, maka jangan ragu mengatakan bahwa KURSI ITU LAHIR BUKAN UNTUK KEKUASAAN!!!

Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • (repro) Gambar: Kalam jauhari


P e wa r a

Dinamika

pena redaksi

majalah universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Rochmat Wahab, M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Dr. H. Rochmat Wahab, M.A. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sudjariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) H. Sugirin, Ph.D. (Kepala KKHP) PEMIMPIN UMUM Prawoto, S.E. PEMIMPIN PERUSAHAAN Drs. Wedho Chrisnarno PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Endang Artiati Suhesti, S.Pd. Dhian Hapsari Witono Nugroho, S.I.P. Kusmarwanti, M.Pd. Hermanto, M.Pd. Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Ahmad Natsir Eka Putra, S.H. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIP) Isti Kistianingsih, S.Pd. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Haryono (FBS) Hadimin, S.Pd. (FIK) Rani Eryani, S.I.P. (FT) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Agus Purwatma W., S.Pd. (BAAKPSI/BAUK) Syamsu Rahmadi, S.E. (Kemahasiswaan) Yansri Widayati, S.Pd. (Kerjasama) Hadna A. Al-Falasany, A.Md. (Kampus Wates) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Ngadina Sudarman Fashilaturrochmah Widodo ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

Banyak Peristiwa penting terjadi di buUntuk menyosialisasikan siapa dan lan April. Mulai dari upacara peringatan apa program Rektor terbaru tersebut, tokoh sekelas Kartini juga dibayang-ba­ Pewara Dinamika edisi ini kali mengangyangi kontroversi Daftar Pemilu Tetap kat opik tersebut. Tidak untuk meng(DPT) Pemillu 2009, demikian juga peris­ kultuskan Rochmat, tetapi lebih pada tiwa-peristiwa lain yang setiap orang membuka kran komunikasi kepada se­lu­ mempunyai memori sendiri. Untuk pe­ ruh sivitas akademika, terutama menge­ ristiwa kekisruhan DPT tersebut, men- nai rekam jejaknya. Selain itu, di rubrik dapat tempat tersendiri di pelbagai me- lainnya, edisi ini kali tetap menampildia massa, berita ini ditransformasikan kan beragam be­rita ra ewa begitu cepat dan berulang-ulang ke Kalam/p dan opini yang tenmasyarakat, hingga sebagitunya me­nam­bah an dari pe­non­ton/ daya pikat sendiri. pem­baca menUntuk memperta­ ganggap peris­ hankan daya pi­ ti­­wa itu se­ba­ kat dan rugai te­ror baru. tinitas Dimana, ke­ me­dia ini, ti­ka re­mo­ kami kru Pe­ te TV (ju­ga wara Di­na­mi­ ko­ran/maja­ ka, berusaha lah) yang kiker­­ja keras, de­ ta pe­gang hen­dak ng­an sekuat tenadi­pin­dah­kan di chanel ga dan pe­nga­laman (mem­ba­ca koran media) yang ki­ta alami selama yang lain, berita ini tetap ini. Ada banyak tantang­ mun­cul dengan ra­gam yang ber­ an di lapangan dan sukar be­da, tetapi substansinya sama. untuk dibayangkan. Te­ta­pi Tetapi tidak untuk kampus dekat tekad untuk tetap men­ Karangma­lang ini. Kampus yang transformasikan pelbagai intelah dipercaya menjadi salah satu formasi kepada khalayak UNY, kampus berkelas du­nia versi dikti maka tantang­an tersebut mudepdiknas,telah memulai kepemimpidah dilalui, walaupun kami akui nan barunya. Dia Dr. Rochmat Wahab, sepanjang itu pula kritik dan saran terMA., pengganti alm. Prof. Sugeng Mardi- us mewarnai redaksi. yono, Ph.D., sebagai pengenda mobil AB Kami tak mengelak dengan itu, jus50. Mantan Pembantu Rek­tor I UNY ini tru kami amat bersyukur. Ternyata pemberkehendak berusaha melacu lebih ce- baca Pewara Dinamika masih mencintai pat menjadi kampus ini memang siap kita dan rasa cinta itu mereka dituangmenuju Word Class Univer­sity. Tentun- kan melaui kritik konstruktif. Dan, kami ya ini bukan perkara mudah, jika tid- percaya itu lebih baik bahkan itulah titik ak didukung seluruh komponen si­vitas awal penyelamatan majalah. Bu­kan beakademika UNY. gitu? Tabik kami, Pewara Dina­mika! 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul bu­ku (khu­sus Re­sen­si Bu­ku). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­ tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

1


daftar isi Volume 10 • Nomor 18 april 2009

l a po ra n U ta m a

Di Bawah Sang Pengemudi AB 50 Sejak 23 Maret 2009, Rochmat diamanahkan mengemudi AB 50. Dia hanya bertekad untuk mewujudkan UNY menjadi WCU. halaman 6

26

36 opini

berita

PERLUNYA PENDIDIKAN MULTIKULTURALISME Dalam pengukuhannya, di depan Rapat Terbuka Senat UNY, Prof. Dr. Fari­ da Hanum (professor UNY yang ke97) ini akan mengemukakan pidato pengukuhan berjudul....

dalam bidang Sosiologi Pendidikan, Senin (20/4) pukul 10.00 wib, di ruang sidang utama Rektorat UNY.

Berita Lainnya • Nilai Ranah Spiritual Siswa Bisa Menipu • Kerjasama Dengan Pt. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. • Perusahaan Harus Berparadigma Sosial

Universitas Dalam Paradigma Baru Setiap ayunan langkah kita pasti ada nilai filosofinya. Demikian pula ayunan langkah universitas. Sejatinya, nilai filosofi terkandung dalam bangunan sinergi antara keunggulan ilmu pengetahuan... 41 5 42 4 1 3 44 44 40

bina rohani bunga rampai cerpen dari pembaca dari redaksi Jendela pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi buku perancang sampul: kalam jauhari

2

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9


jendela

Estafet Kepemimpinan

D

i tengah perjalanannya, ada satu la­ gi tonggak sejarah terpancang di te­ngah-tengah kampus yang terle­ tak di Karangmalang Yogyakarta– Universitas Negeri Yogyakarta–tepatnya pada 23 April 2009. Pada tanggal, hari, dan jam so­ re itu, seorang putra terbaik dari UNY dilantik oleh Menteri Pendidikan Nasional di Jakarta sebagai Rektor UNY yang ke-10 untuk masa bakti 2009-2013. Sebagai Rektor yang ke-10, Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. meneruskan apa yang sudah dicetuskan, dirintis, digalang, dan diperjuangkan oleh para pendahulunya–sejak kampus ini masih bernama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta (1964)–ma­ sing-masing Ir. Widodo (1964-1965), Ir. Samsi Tjokrodigdo (1965-1966), Drs. Sutrisno Hadi, M.A. (1966-1973), Prof. Imam Barnadib, M.A., Ph.D. (1973-1979), Drs. ST. Vembriarto (19791987), Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. (1987-1991), Prof. Dr. H. Djohar, M.S. (1991-1999), Prof. H. Suyanto, M.Ed., Ph.D. (1999-2006), dan Prof. H. Sugeng Mardiyono, Ph.D. (2006-2008). Memang, pergantian kepemimpinan di sebuah lembaga pendidikan tinggi seperti halnya UNY adalah sesuatu yang lumrah, bahkan– menurut aturan main yang ada–harus terjadi! Sehingga, hal itu tidak perlu dipandang secara berlebihan, namun juga tidak boleh dianggap sepi. Yang pasti, kita tidak perlu ‘mencari-cari sesuatu’ dengan membanding-bandingkan sa­ tu dengan yang lain, karena–bagaimanapun dalam diri setiap orang terjadi interaksi–setiap orang tampil dengan segala plus dan minusnya. Yang pasti lagi, siapa pun yang sedang tampil, mesti selalu ingat kata-kata bijak ‘hari ini harus lebih baik daripada kemarin, esok hari harus lebih baik daripada hari ini’.

Bahwa siapa pun – baik yang ada di luar sistem UNY maupun lebih-lebih sivitas akademika UNY – berharap sesuatu, menginginkan sesu­ atu, mendambakan sesuatu, adalah juga wajar dan sah-sah saja. Misalnya, saya/Anda/kita/kami/mereka berharap agar pemimpin kita adalah pemimpin yang mau memberikan tuntunan dan bimbingan, tidak hanya ‘ngomong doang’ yang indah-indah dan muluk-muluk, tetapi ikut mengerjakan dan berbuat. Kita ingin memiliki pemimpin yang mau dan mampu menunaikan amanatnya dengan sebaik-baiknya. Bahwa keluarga besar UNY berharap memiliki pemimpin yang mampu tegak berdiri di atas keadilan dan kebenaran, pantang surut ke belakang, meski banyak godaan menghalang. Kita hidup di dalam lingkungan kampus, masyarakat kampus, di situ kita memerlukan adanya saling hubungan secara baik, secara pribadi maupun antarmasyarakat sivitas akademika secara keseluruhan, dalam tugas, pekerjaan, pendidikan, pembelajaran, dan kegiatan-kegiatan sosial-akademik yang lain. Tentu, dibutuhkan iklim yang kondusif bagi berkembangnya setiap kegiatan berpikir, bersikap, dan bertindak yang proporsional dan profesional. Bagaimanapun, tidak ada pilihan lain, kecuali semuanya secara pasti segera ikut cancut tali wanda, rawe-rawe rantas, malang-malang tuntas. Di depan sana ada tri dharma perguruan tinggi yang semakin kompleks, di depan sana ada persoalan-persoalan pendidikan yang muncul silih berganti, di depan sana ada world class univer­ sity yang berdiri tegap menantang. Tantangan untuk pemimpin kita dan untuk kita semua!

Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

3


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Surat Terbuka Untuk PR I Diangkat dan dikukuhkannya Nurfina A, sebagai Pembantu Rektor I UNY, masa kerja 2009-2013 adalah hal yang perlu disyukuri, sekaligus menjadi tantangan bagi dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ini. Disyukuri karena pengganti Rochmat Wahab, yang saat ini menjabat sebagai Rektor UNY, merupakan seorang peneliti handal yang kredibilitasnya telah diakui. Penelitiaanya mengenai jamur telah menghantarnya menjadi dosen dengan segudang prestasi di luar. Sebagai tantangan, karena prestasi yang melekat dalam dirinya, membuatnya harus benar-benar menunjukkan dirinya sebagai pemimpin yang benar-benar menjadikan penelitian sebagai basis menuju Word Class University (WCU). Sebagai mahasiswa yang senang me­ lakukan penelitian, saya berharap kebijakan-kebijakan bidang akademik yang menjadi program kerja Ibu, sudah harus disosialisasikani, bukannya apaapa, tetapi sebagai pemimpin menurut sa­ya, sudah sewajarnya program kerja diketahui oleh rakyat, dalam hal ini ma­hasiswa. Sehingga, jika ada program ker­ja tersebut, yang membuka partisipasi mahasiswa, maka kemungkinan besar, saya juga teman-teman mahasis­ wa yang senang meneliti, dapat ikut ber­ partisipasi secara aktif. Dengan demikian, dunia penelitian sebagai kebiasaan hidup mahasiswa dapat mewarnai dunia civitas akdemika 4

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9

UNY. Bahkan lebih dari itu, kebiasaan ini diharapakan menjadi identitas mahasiswa, selain kebiasaan mengikuti aktivitas organisasi kemahasiswaan, baik di unit kegiatan mahasiswa maupun badang eksekutif mahasiswa. Nah inilah dunia baru UNY yang saya impikan, dan semoga lewat Ibu yang pu­nya latar belakang peneliti, yang kalau tidak keliru sudah diakui, dapat me­ wu­jud­kan dunia baru itu. Menang sa­ ya sadari ini tidak mudah, tetapi jika sudah dilakukan sejak saat ini, maka lambat laun kebiasaan ini dapat terwujud. Sebagai informasi, saat ini aktivitas penelitian sudah sering dilakukan mahasiswa, hanya saja diakui massifikasi

dan publikasi atas penelitian tersebut belum terdengar. Oleh karena itu, saya sekali lagi berharap agar cita-cita WCU yang telah di­ ca­nangkan tahun-tahun sebelum­nya dapat dilakukan melalui aktivitas pe­ne­ litas yang memadai. Dan ini hanya dapat terwujud dengan baik, jika memang Ibu, selaku Pembantu Rektor bidang Akademik UNY menjadikan kebijak­an penelitian sebagai prioritas utama me­ nu­ju WCU, walaupun itu saya harus akui bukan segala-galanya. Namun itu sa­ngat penting! Semoga… Kamil Mahasiswa Fakultas Teknik UNY


bunga rampai

Mengatasi Banjir Ol e h S arjono

B

anjir dan kekeringan meru­pa­ kan saudara kembar, bagai­ kan sekeping mata uang, di mana ada kekeringan di mu­ sim kemarau, maka berlimpah banjir di musim hujan. Kedua kejadian itu selalu terjadi secara alamiah setiap musim secara bergantian. Kekering­ an dan banjir disebabkan oleh (salah satu) sebab yang sama, yakni penggun­ dulan hutan dan pembangunan yang kurang memperhatikan lingkungan, pembangunan yang kurang ramah ling­kungan. Permukaan tanah yang te­lah ditutup oleh bangunan rumah, hala­man yang telah dikeraskan deng­ an aspal atau konblok, membuat air hu­jan langsung tidak dapat meresap ke tanah, dan akumulasinya akan me­ ng­akibatkan banjir. Air memang sahabat manusia, ke­ tika air dapat dikendalikan, diatur. Te­ ta­pi, apabila tidak, air menjadi musuh manusia, bisa menghanyutkan apa saja yang ada di permukaan bu­ mi ini. Apabila air menghilang, ma­nu­ sia akan kelabakan mencarinya. Air merupakan kebutuhan pokok ma­nu­ sia, sehingga apabila manusia ke­ku­ rang air cukup dibuat susah. Namun, apabila kelebihan atau berlimpah ruah sampai menggenangi rumah, juga membuat susah. Pada dewasa ini banjir dan keke­ ring­an tampak lebih parah diban­ding waktu-waktu yang lalu. Banjir dan ke­ keringan sekarang ini, menurut para pakar disebabkan aksi penggundulan hutan. Hutan gundul menyebabkan air tanah berkurang, karena akar tumbuh-tumbuhan di hutan tidak mampu lagi menahan air hujan. Di sisi lain, permukaan tanah sudah diperkeras seperti diaspal, di cor

2

Kalam/pewara

beton, didirikan rumah dan bentuk perkerasan lainnya, menyebabkan air tidak dapat meresap ke dalam tanah, sehingga menyebabkan banjir di waktu penghujan. Karena penyimpanan air dalam tanah berkurang, maka di musim kemarau kita susah mendapat­ kan air tanah. Untuk mengatasi marahnya sauda­ ra kembar, yakni banjir dan kekering­ an, dapat kita lakukan sebagai beri­ kut. Mengatasi banjir yang sifatnya sementara. Bentuknya berupa antisiapasi agar banjir tidak terjadi atau terjadi tidak begitu parah. Caranya, kita membersihkan selokan pembu­ang­­ an air hujan, membuang sampah pa­­ da tem­patnya, dan tidak membu­ang sam­pah plastik pada saluran pembu­ angan air hujan. Sampah plastik, sam­ pah kantong-kantong plastik sangat ra­wan menimbulkan banjir karena sam­pah ini dapat berisi air dan tidak mu­dah busuk, sehingga secara ku­mu­­ la­tif dapat menyumbat selokan, bah­ kan dapat menyumbat sungai besar.

1

Penghijauan hutan yang gundul. Penggundulan hutan berdam­ pak akar-akar tumbuhan tidak mam­ pu menahan air hujan, sehingga air hujan langsung mengalir ke tempat yang lebih rendah dan akhirnya meng­ akibatkan banjir. Semua air hujan bermuara ke laut mengakibatkan ti­dak ada simpanan air dalam tanah. Ka­re­ na simpanan air dalam tanah ber­ku­ rang, maka saat kemarau datang, air tanah menghilang. Hal ini dapat di­a­ tasi dengan penghijauan kembali hu­ tan yang gundul dan setiap lahan ko­ song. Pembuatan peresapan air hujan. Ini dilakukan di sekitar tempat yang telah dibangun rumah, halam­ an yang diperkeras dengan aspal/cor be­ton, serta pengerasan lainnya. Tujuannya, supaya air hujan sebagian (besar) dapat meresap ke dalam tanah, tidak langsung mengalir ke tempat yang lebih rendah, yang akhirnya ke sungai meluap menjadi banjir. Air sungai mengalir ke laut, sehingga sangat kecil yang tersimpan di dalam tanah. Simpanan air tanah yang meresap melalui peresapan buatan ini bertujuan untuk menyimpan air tanah. Di saat kemarau air tanah dapat membuat sumur-sumur air tidak kering atau kehabisan air. Semoga semua itu dapat kita lakukan dengan penuh perhatian, sehingga banjir di musim hujan dapat dia­ tasi bersama oleh segenap lapisan ma­sya­rakat. Ini sekedar alternatif ca­ ra mengatasi banjir. Kita pelihara kea­ da­an lingkungan di sekitar kita, sehingga Tuhan berkenan memberikan

3

Sarjono Kabag. TU FMIPA UNY, pemeduli lingkungan

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

5


laporan utama

DI BAWAH SANG PENGEMUDI AB 50 Sejak 23 Maret 2009, Rochmat diamanahkan mengemudi AB 50. Dia hanya bertekad untuk mewujudkan UNY menjadi WCU. Oleh sismono la ode

I

a Menunggangi mobil AB 50 tak “semulus” rektor sebelumnya. Tantang­ an justru datang dari mahasiwa, yang kecewa atas mekanisme pemi­ lihan Rektor. Demostrasi ratusan ma­ha­siswa pun tak terelakkan. Rochmat Wahab, demikian disapa, hanya diam; sembari menyelesaikan kerja-kerja se­­bagai penjabat Rektor, sekaligus Pembantu Rektor bidang akademik. Dan, mu­

lai saat itu pula, civitas akademika, ter­­ masuk Rochmat, menunggu ka­bar dari Jakarta. Tepat pada 23 Maret 2009 lalu, kabar itu datang. Ia pun dilantik menjadi Rektor UNY, pengganti almarhum Prof. Sugeng Mardiyono, Ph.D. Di bawah bayang-bayang gagasan Word Class University (WCU), ia mulai me­ rapatkan barisan. UNY, baginya, harus mampu mencapai gagasan tersebut, se-

bagaimana telah diletakkan oleh para pengendara AB 50 sebelumnya. Beda­ nya, untuk mencapai itu, dosen Fakultas Ilmu Pendidikan ini, meletakkan dasardasar nurani sebagai basis mewujudkan insan cendekia dan mandiri. Jargon UNY pun berubah menjadi mewujudkan insan bernurani, cendikia, dan mandiri, bukan lagi mewujudkan insan cendikia, mandiri, dan bernurani.


foto-foto: ahmad natsir/pewara dinamika

Kemudi mobil itu pun dijalankan! Seperti halnya di jalan raya, tidak ada jalan yang rata-rata mulus; pasti ada gelombang; Rochmat pun tancap gas dengan hati-hati. Jika tidak, resiko kecelakaan akan hadir di depan mata. Bagaimana pun, ia menyadari, bahwa menuju WCU, dengan kurikulum akade­ mik yang diakui, sistem administrasi yang rapi, harus dilakukan dengan ce-

pat; inovasi; dan akurat melalui kepe­ mim­pinan kolektif. Kini, di tengah tantangan berat tersebut Rochmat bersama pemimpin UNY lainnya mulai bersama-sama “menum­ pang” AB 50. Segala kemampuan pun dikerahkan; alhasil UNY masuk seba­ gai salah satu perguruan tinggi berkelas dunia, sesuai versi Direktorat Jen­ de­ral Perguruan Tinggi Depdiknas RI.

Memang prestasi ini tidak datang begitu saja, tetapi diperoleh melalui rangkaian panjang sejarah kepemimpinan UNY sebelumnya. Rochmat Wahab, ha­ nya melanjutkan sekaligus merubah dan menawarkan ide baru, sehingga cita-cita tersebut dapat dicapai. Dan itulah hasilnya! Lantas, siapakah Sang Pengemudi AB 50 itu? Baca laporan utama ini. 


laporan utama

(The Dream Come True) Kampus Pendidikan Internasional Sudah satu tahun lebih perjalanan UNY memperjuangkan World Class University (WCU), sebagai bentuk awal keberhasilan, standar manajemen mutu ISO 9000-2001 berhasil dikantongi. Gerbang WCU semakinpun semakin terlihat. Oleh Endan g Artiati S uhesti

K

etika Prof Sugeng Mardiyono, Ph.D mangkat, WCU belum terwujud, baru pondasi-pondasinya yang sedang di­ per­siapkan diantaranya adalah mana­ je­men mutu berstandar internasional yang di­ gu­nakan sebagai salah satu syarat mencapai WCU. Dan tongkat estafet kepemimpinan me­ lan­jutkan impian UNY jatuh di tangan Dr Rochmat Wahab, MA, pria dari Jombang lulus­ an Elementary Education University of Lowa USA yang sebelumnya menanggung tugas sebagai Pembantu Rektor I sekaligus sebagai Penjabat Rektor. Setelah memalui pemilihan calon rektor, akhirnya Keputusan Presiden Republik Indone­ sia turun, Dr Rochmat Wahab, MA., diberi ke­ percayaan untuk memangku jabatan Rektor Uni­versitas Negeri Yogyakarta yang ke-10, pe­ri­o­de 2009-2013. Pelantikannya dilakukan di Kantor Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, pada 23 Maret 2009 lalu. Dalam sam­ butan untuk Mangayubagyo Rektor UNY pe­ri­ode 2009-2013, Rochmat mengatakan, “Me­mang­ku Jabatan Rektor UNY sungguh me­ 8

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9

ru­pakan amanah Allah SWT yang sangat be­ rat dalam perjalanan sejarah kehidupan sa­ya, setelah memangku jabatan Pembantu Rek­ tor bidang Akademik UNY. Saya nyatakan be­ rat sekali, karena pertanggungjawaban ini ti­ dak hanya secara horizontal terhadap civitas akademika, masyarakat, dan pemerintah sa­ ja, melainkan juga secara vertikal harus mem­ pertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT.” Namun demikian, terpancar di wajah Rochmat yang lahir 10 Januari 1957 silam ini, keoptimisan untuk mengkawal UNY sepenuhnya berkibar di dunia internasional Semakin Maju, Semakin Baik Tak hanya Wardan Suyanto, Ed.D., Dekan Fa­kultas Teknik yang menginginkan UNY le­ bih maju, tetapi tentunya seluruh civitas aka­ demik UNY juga menginginkan kampus ini menjadi lebih maju. “ Insya Allah UNY bisa ja­ uh lebih baik dari aspek kualitatif maupun as­ pek kuantitatif terutama menuju World Class Uni­versity. Prestasinya harus prestasi dunia, baik itu dosen, pegawai administrasi maupun


Sumaryadi/pewara dinamika

laporan utama

mahasiswa,”terang Sumaryanto., M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan. Mewujudkan WCU menjadi tantangan rektor periode 10 yang dilantik ditengah-tengah te­ lah berjalannya rencana strategis (renstra) UNY, demikian yang diungkap oleh Prof.Dr. Her­­mi­­nar­­to Sofyan yang menjabat sebagai Pem­ban­tu Rektor III.”Rektor yang baru harus bisa membawa uiversitas ini menuju ke WCU sehingga program yang ada harus diintensifkan menuju ke sana. Kegiatan-kegiatan yang ber­nu­ an­sa internasional digalakkan,seperti seminar internasional, pertukaran mahasaiswa, men­da­ tangkan mahasiswa dan dosen asing,” terang Hermin dengan ramah. Pembantu Rektor II, Sutrisno Wibawa, M.Pd., juga berharap Rektor UNY yang ke-10

da­pat melanjutkan titik dasar yang telah dile­ tak­kan rektor sebelumnya, almarhum Bapak Sugeng, terutama program WCU yang tahun ini implementasinya sudah dalam bentuk Inter­national Standard Organization (ISO). “Jadi bagaimana kita (UNY, red.) memperlihatkan layanan menjadi lebih baik. Bagaimana pela­yan­ an terhadap mahasiswa, terhadap masyarakat, bagaimana customer menjadi puas,” imbuh Wardan Suyanto. Ketika Prof. Dr. Zamzani, Dekan Fakultas Ba­ hasa dan Seni ditemui di ruang kerjanya, ia pun mengutarakan harapan yang tak berbeda jauh, yaitu agar UNY lebih baik daripada kemarin. Komitmen UNY untuk menuju WCU harus didukung oleh semua anggota keluarga besar kampus pendidikan ini. Harus ada kesadaran

Upacara pelantikan Dr Rochmat Wahab, MA.

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

9


laporan utama pada mereka (baca: anggota keluarga besar UNY) untuk maju ke depan. “Jadi, visi misi UNY harus bisa dipahami secara bersamasama,” lanjutnya. “Trust !” tegas Prof Zamzani menjadi kata kunci UNY untuk maju. Ketika ada trust, seseorang yang bekerja tidak perlu harus terus menerus ditungguin dan dikontrol sehingga mereka bisa jalan dengan sendirinya, saya, lanjut Zamzani selalu pamit atau kirim sms (short message sent) kepada sekretaris saya, sehingga jika saya sedang tidak ada di ruang kerja, sekretaris saya dapat memberikan informasi yang akurat. Pola Pikir Tak hanya trust, pola pikir dan budaya kerja di lingkungan UNY ini perlu lebih ditingkatkan. “Budaya kerja kita (baca: UNY) belum optimal sehinggga perlu direkonstruksi yang lebih baik,” ujar Sutrisna Wibawa ketika di temui di sela-sela kesibukannya. Pun, setidaknya, Su­mar­ foto-foto: ahmad Natsir EP/pewara dinamika

10

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9

yanto menambahi, perlu merubah pola pikir dari motif berprestasi yang kurang ke motif berprestasi yang tinggi. “Jangan sampai kalau sudah WCU (baca: dosen) wes ora munggah pangkat, wes ora sekolah” tegas Sumaryanto. Terminologinya di olahraga, lanjut dekan FIK ini orentasinya sudah bukan lagi juara wilayah tetapi juara nasional, regional, asia tenggara bahkan sampai ke internasional. Caranya salah satunya melihat yang baik dipertahankan, yang kurang diperbaiki.”Mindset dosen perlu diubah. Dosen harus ahli dalam bidangnya, bertanggung jawab dalam perkataan dan perbuataannya serta harus saling menjaga harkat dan martabat UNY,” harapnya kemudian. Untuk itu, manajemen leadership partisipasi seorang rektor harus bisa masuk ke segala lini. “Pak Rektor (baca: Dr Rochmat Wahab, MA.) karena sudah menjiwai aktivitas olahra­ ga, saya rasa sudah bisa menstransfer bagai­ mana sportifitas, fighting spirit dan lain seba­


laporan utama Dr Rochmat Wahab, MA. dalam acara sosialisasi Rencana Kegiatan dan Penganggaran Terpadu (RKPT), tanggal 27 Januari 2009.

gainya dibawa ke leadership dan saya yakin beliau bisa menstranfer itu dan akan lebih mensuport lembaga yang kita cintai ini,” terang Sumaryanto. Tidak lupa, lanjut Zamzani yang perlu di­ per­hatikan bahwa manajemen kesejahteraan

tidak hanya material. “Kebijakan seorang rektor itu dapat membuat semua komponen merasa nyaman. Kebijakan yang menentramkan dan menyejukkan bagi dosen dan karyawan, bagai­ mana sentuhan-sentuhan terhadap mahasiswa, seorang rektor juga perlu turun ke bawah se­ hingga terbentuk kepemimpinan keteladanan. Misalnya bagaimana seorang karyawan dapat merasa sejuk bertemu dengan rektornya,” terang Dr Ariswan, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNY. “Pada prinsipnya, UNY harus siap secara sek­tor Sumber Daya Manusianya, UNY harus bisa menjadi sumber yang berkualitas. Tidak layak dikatakan WCU jika bangunannya hanya intelektual saja. Yang menjadi harapan out putnya juga berkarakter karena kampus sebagai pos terakhir harus bisa membentuk karakter mahasiswa sebelum terjun masyarakat. Jadi, UNY punya PR untuk membentuk mahasiswa yang berkarakter baik dan bermental baik. Ka­ lau menjadi WCU dan tetap saja lulusannya ber­ka­rakter tidak baik, sangat disayangkan,” pa­par Pidi Winata, Presiden Badan Eksekutif Ma­ ha­siswa REMA UNY saat ditemui di sekretariat BEM yang berada di Student Center.  Darmasiswa

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

11


laporan utama

Harapan di Pundak Mereka Prof. Arma Abdullah, M.Sc., Mantan Rek­ tor IKIP Yogyakarta (baca: UNY) pe­ri­o­ de 1987-1991 “Yang baik dari para pendahulu dipertahan­kan” Prof Dr. Djohar. MS, Mantan Rektor IKIP Yogyakarta pe­riode 1991-1995 dan 19951999 “Selamatkan UNY !” Prof. Dr. Nurfina Aznam, Pembantu Rektor I UNY periode 2009-2013 “Ke depan, UNY harus semakin maju, lebih berkualitas, tak seke­ dar World Class University tetapi jangan sampai me­ning­galkan budaya kita dan kekayaan yang kita miliki. Bersama-sama be­kerja sama, semua civitas akademik harus kompak.”

12

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9

Sutrisna Wibawa, M.Pd., Pembantu Rektor II periode 2004-2008 dan 2008-2011 “Lanjutkan titik dasar yang telah dile­ takkan rektor sebelumnya” Prof. Dr. Herminarto Sofyan, Pembantu Rektor III periode 2004-2008 dan 20082011 “UNY menuju World Class Universi­ ty, menjadi lembaga yang akuntable, kredible, bersih dan dapat dipercaya” Wardan Suyanto, Ed.D., Dekan FT periode 2007-2011 “UNY lebih maju dan dapat mencetak pendidik yang profesional” Prof. Dr. Zamzani, Dekan FBS periode 20072011 “UNY lebih baik dari hari kemarin”


laporan utama

Sumaryanto, M.Pd, dekan FIK periode 2004-2008 dan 2008-2011 “Insya Allah UNY lebih baik secara kualitatif maupun kuantitatif terutama menuju World Class University ” Prof. Dr. Dardiri, dekan FIP periode 2007-2011 “Ke depan UNY lebih berkualitas dan lebih lancar. Fundamen-funda­ men yang telah dibangun dapat di­ pertahankan sehingga estafet kepemimpinannya bisa saling bersinergi” Sardiman, AM, M.Pd., dekan FISE peri­ ode 2003-2007 dan 2007-2011 “UNY tetap konsisten dalam mem­ perjuangkan kualitas guru, lebih ma­ju menuju menuju World Class University ”

Pidi Winata, Presiden BEM REMA UNY pe­ riode 2009 “Identitas UNY harus jelas, tunjukkan pada dunia bahwa UNY mempunyai identitas yang layak sebagai pencetak guru berkualitas.” Erna Mahasiswa seni tari, angk. 2004 ‘UNY kok terlihat lebih islami, ini kan sebuah universitas negeri. Di du­­­nia seni tari, mohon meman­ dang kostum tari yang maaf misalnya agak terbuka dengan estetika. Di bawah to­wer sebaiknya di beri tanaman agar tidak ter­­lihat gersang. Kemi, Penjaga Parkir “Saya berharap masih terus dipakai (baca: tenaga saya) sampai saya me­ ninggal di sini”

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

13


laporan utama

Mengatasi Keterbatasan, Menghadapi Tantangan Sejak kecil, ia hidup dengan keterbatasan. Namun ia tetap tegar, bahkan menjadikan tantangan tersebut sebagai pelajaran paling berharga dalam hidupnya. Ole h D hian H apsari

laode/pewara dinamika

Mobil dinas Rochmat Wahab.

B

anyak orang mengira perjalanan ka­ rier Rochmat Wahab lempang. Lurus tanpa hambatan. Bukan itu saja, keper­ cayaan yang diberikannya bahkan me­ nim­bulkan kontroversi dan kecurigaan yang sim­pang siur. Menanggapi hal ini, ia menjawab, “Orang hanya belum kenal saya lebih dekat saja,” katanya dengan terbuka. Orang terlanjur menilai dari cover, melihat permukaan dengan hanya sekilas, tetapi mereka tidak memahami dan mencoba mengenal se­ per­ti apakah orang dihadapannya, katanya. Se­perti yang sudah sering diungkapkan, “Tak Kenal Maka Tak Sayang,” tambahnya dengan ber­can­da. Banyak cara mengenal seseorang. Sa­

14

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9

lah satunya dengan mengintip seperti apa latar belakang pendidikannya. Siswa Kepercayaan Para Guru Karier kepemimpinan Rochmat Wahab di­ mu­lai sejak ia memimpin kawan-kawannya di bangku sekolah dasar. Pada saat itupun ia menjadi ketua kelas yang rendah hati, meski kawan-kawan sekelasnya sering mengejeknya karena tidak membayar madrasah secara rutin. Ia sempat agak goyah juga menyikapi gesekan itu, tetapi fase itu ia lewati dengan baik. Ia menganggap batu kerikil apapun yang menyandungnya tidak lain suatu ujian. “Tergan­ tung kita, kalau kita dapat mengatasi ujian itu berarti kita akan naik derajat, tetapi kalau tidak ya harus mengulang. Bagaimana orang dapat dipercaya mengemban sesuatu kalau ia belum lulus uji?” Kendati ia mendapat banyak hujatan dari kawan-kawannya, prestasi di sekolahnya sama sekali tidak susut. Ia justru menjadi juara kelas di setiap jenjang masa sekolah dasar. Dengan kekuatan untuk recovery yang luar biasa itulah, para guru salut padanya sehingga ia dipercaya menjadi ketua kelas di sekolah dasar. Rupanya aura kepemimpinan sudah melekat padanya mulai ia menjadi ketua kelas di SD. Se­ jak saat itu ia menjadi ketua kelas di hampir se­ mua jenjang selama masa studinya (baca Aku, Ba­pak dan Sekolahku). Bukan itu saja, bahkan di jen­jang perkuliahan pun Rochmat juga di­ lim­­pa­hi mandat kepemimpinan, antara lain


foto-foto: Ahmad Natsir EP./pewara dinamika

laporan utama

men­­ja­di Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa Fa­kul­tas Ilmu pendidikan IKIP Bandung (19821983), menjadi Ketua Asrama Mahasiswa Put­ra II, Wis­ma Mahasiswa Bumi Siliwangi, IKIP Ban­ dung (1982-1983), dan menjadi Ketua Bi­dang Pengembangan Kader Pergerakan maha­siswa Islam Indonesia, Cabang Bandung, 1983). Selalu Antara Dua Pilihan Bisa dikatakan, setiap akan mendapatkan kesuksesan tertentu Rochmat Wahab akan diuji oleh dilema-dilema yang berat. Bagaimana tidak, setiap akan melangkah untuk menapaki jenjang tertentu dalam bidang kepemimpinan maupun studi ia selalu dihadapkan oleh dua hal yang sama-sama berat untuk dipilih. Sebut saja saat ia lulus dari S1 IKIP Bandung. Awalnya ia ingin menjadi dosen di IKIP Ma­lang. Keinginan itulah yang membawanya mendaftarkan diri studi S2 di IKIP Malang. Hanya saja ketika ia hendak memboyong buku-buku dari Bandung, Dekan FIP IKIP Bandung menahannya supaya pindah saja ke S2 IKIP Bandung dengan alasan tenaganya dibutuhkan untuk pengem-

bangan PLB FIP IKIP Bandung. Dekannya itu berkata,”Rochmat, kalau kamu mau mendaftar dosen, kamu harus keluar dari S2, tetapi kalau kamu mau kuliah S2, tidak boleh daftar. Ingat bahwa masih banyak dosen senior FIP yang belum studi S2.” “Saat itu saya sebenarnya bisa konsultasi dengan Rektor IKIP Bandung, yang memiliki hubungan dekat, tetapi saya tidak mau menghadapkan antara Rektor dan Dekan,” ujar­nya. Lantas persoalan itu ia selesaikan sendiri de­ ngan memilih melanjutkan studi S2 di IKIP Bandung. Di luar dugaan ternyata ada pembukaan pendaftaran dosen di IKIP Yogyakarta gelombang dua yang berlangsung bulan Januari 1984. Dengan seijin dosen senior pada jurus­ an PLB FIP IKIP Bandung, dan berniat hijrah dengan selalu mengharapkan ridho Allah swt, ia mendaftarkan diri ke IKIP Yogyakarta. Sementara itu studi S2 tetap berlanjut sampai mendapatkan beasiswa BPPS khusus untuk Calon Tenaga Akademik Baru (CTAB). “Alhamdulillah saya bisa berhasil memperolehnya.”

Dr. Rochmat Wahab, MA. bersama wartawan

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

15


foto-foto: Amad Natsir EP.i/pewara dinamika

laporan utama

Setelah memasuki tahun kedua, tepat­nya tanggal 7 November 1984 Rochmat menda­ patkan SK sebagai CPNS dosen pada IKIP Yog­ yakarta. Sayangnya, ia tidak dapat mengi­kuti prajabatan selama satu tahun penuh karena harus menyelesaikan teori sampai dengan semi­nar proposal untuk pembuatan tesis. Selanjut­nya, 1 September 1985, Rochmat resmi memulai tugasnya sebagai dosen di IKIP Yogyakarta sambil menyelesaikan instrumen, kegiatan penelitian, sampai dengan pembuatan laporan dengan fasilitas 3 pembimbing. Rochmat tidak berhenti begitu saja hanya dengan studi S2. ia ingin melanjutkan studi S3nya. “Saya menyadari untuk melanjutkan studi S3 di Indonesia tidaklah mudah, karena itulah sepulang dari Bandung saya memanfaatkan waktu memperbaiki kemampuan bahasa Ing­ gris saya di UGM selama 2 tahun.” Setelah cukup bekal untuk studi di luar negeri, akhirnya pada 1991 ia mendapatkan kesempatan untuk bidang Library and Information Studies di London selama 7 bulan yang diawali belajar bahasa Inggris di IKIP Malang selama 7 bulan. “Al16

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9

hamdulillah saya ditempatkan di the University of Iowa, USA program studi Elementary Educa­ tion. Dengan alasan memiliki background tentang special Education, saya mengambil program minor Gifted Education.” Sambil Menyelam Minum Air Selama studi di Iowa, ia tidak hanya menghabiskan waktu untuk belajar. Pada saat seng­ gang ia manfaatkan untuk menambah dollar dengan bekerja partime. “Saya bekerja dengan harapan dapat menambah cadangan uang yang sangat saya perlukan untuk studi secara optimal di Amerika.” Uang yang ia dapatkan tidak hanya memenuhi kepentingan studi, tetapi juga memperoleh pengalaman lainnya yang berharga. Misalnya: mengikuti seminar di suatu College, wilayah North Dakota State, sebelah barat Minnesota State; presentasi makalah de­ ng­an judul “THE ROLE OF EDUCATION IN DEVEL­ OPING HUMAN RESOURCES” di Pittsburgh Uni­ versity pada even Kongres Mahasiswa Islam se-Asia Tenggara tahun 1995. Setelah Kongres di Pittsburgh, ia melanjutkan


laporan utama perjalanan mengunjungi WHITE HOUSE, selanjutnya menuju ke Boston Sate. “Di sana saya mengunjungi Boston University, Harvard Uni­ versity, Massachusetts Institute of Technology (MIT), dan University of Massachusetts (UMASS). Perjalanan ini saya lanjutkan menuju ke Syra­ cuse University tempat belajar teman saya dari UGM yang sempat ketemu di Kongress Mahasiswa. Selanjutnya perjalana ia ke Stanford University dan Ohio State University tempat teman-teman yang belajar untuk program PGSD.” Pengalaman inilah yang sedikit memberikan ins­ pirasi kepada saya bahwa kehidupan kampus merupakan suatu prototype kehidupan tersendi­ ri yang merupakan tempat pusat keunggulan di tengah-tengah masyarakat. Studi S2 dapat diselesaikan pada akhir tahun 1995 dengan membawa 24 pack yang berisi rata-rata 30 buku (baik yang new maupun used book) dan laptop beserta printernya. “Inilah saya sebagai senjata saya sebagaimana petani memiliki cangkul untuk menggarap sawahnya. Saya hanya miliki uang tersisa di dompet sebanyak US $ 1000s.” Ia yakin dengan buku tersebut ia dapat mencari uang di Indonesia, di samping juga dapat sharing ilmu sebanyak

mungkin. Seperti misi semula, ia ingin melanjutkan ke jenjang S3 meskipun kali inipun Rochmat dihadapkan dengan kekecewaan. “Saya semula ingin ambil S3 di Luar Negeri, tetapi untuk memperoleh beasiswanya tidak mudah, sementara itu usia terus bertambah. Saya akhirnya berkeputusan untuk ambil S3 di UPI melanjutkan S2 saya dulu pada Prodi Bimbingan dan Konseling, walau saya masih dibayang-ba­ yangi dengan mantan pembimbing saya waktu S2.” Selama studi ia masih bisa mencari kesi­ bukan untuk memperkaya pengalaman. Dua di antaranya yang paling penting adalah ikut mengawal pembuatan Peraturan Menteri tentang Pengawasan Pendidikan dan Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dari semua pengalamannya bergelut deng­ an situasi yang tidak memungkinkan dengan segala keterbatasannya, ia meyakini satu hal, “Pengalaman inilah yang memberikan inspirasi kepada saya bahwa kehidupan kampus merupakan suatu prototype kehidupan tersendiri yang merupakan tempat pusat keunggulan di te­ ngah-tengah masyarakat.” 

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

17


laporan utama

Bertahan untuk Sebuah Harga Diri Perjalanan penuh kerikil tajam agaknya menjadi nasib yang digariskan-Nya untuk Rochmat Wahab. Sepanjang hidupnya ia dihadapkan kontroversi, dilema dan masalah yang berhubungan dengan relationship. Ole h D hian H apsari

B

dian hapsari/pewara dinamika

atu masalah berat yang sempat menimpanya, menurutnya, adalah ketika ia harus berhadapan dengan dosen pembimbing tesisnya di IKIP Bandung. Kisahnya berawal saat ia resmi menjadi dosen di IKIP Yogyakarta pada 1 September 1985. Ia menjadi dosen di kampus ini sementara menyelesaikan instrumen, kegiatan penelitian, dan membuat laporan untuk merampungkan tesisnya di IKIP Bandung. Walhasil, ia harus bolakbalik Yogya-Bandung agar dua kewajiban itu dapat diselesaikannya. Menariknya, hambatan yang dihadapinya bukan persoalan jarak ataupun waktu yang menghabiskan tenaga. Lebih dari itu, ia dibenturkan

18

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9

persoalan dengan para pembimbing tesisnya yang luar biasa. Ia tidak habis pikir menga­pa ia dibedakan dengan mahasiswa lainnya. Pada umumnya, mahasiswa yang mengerjakan te­sis hanya dibimbing oleh 2 orang pembimbing, tetapi ia harus dibimbing 3 pembimbing yang berada di Yogyakarta, Bandung dan Jakarta sekaligus. Padahal proses pengerjaan tesis itu sudah berjalan sekitar 6 bulan. “Mau tidak mau saya menerima saran dari Direktur FPs untuk menerima pembimbing lain menggantikan pem­bimbing saya yang menunaikan tugas di Ame­rika Serikat selama 6 bulan.” Setelah mendapatkan 2 pembimbing tambah­ an itu tesis Rochmat bukannya menjadi sema­ kin cepat selesai, tetapi ia justru mendapat permasalahan yang lebih besar: pembimbing itu menilai semua yang telah dikerjakannya salah besar dan fatal. “Mengapa demikian, saya mera­ sa antara pembimbing baru dengan saya terjadi misunderstanding terhadap suatu persoal­ an,” keluhnya. Kesalahpahaman itu berawal dari aksi maha­ siswa yang dinilai mengganggu dan menga­it­ kan permasalahan keuangan universitas de­ ng­an dosen pembimbing yang bersangkutan. “Padahal waktu itu saya cuma sekadar lewat dan tidak ikut-ikutan,” katanya. Hanya saja, dosen pembimbing itu, yang kebetulan menja­ di penanggungjawab keuangan universitas, terlanjur menganggap Rochmat termasuk salah


laporan utama

Foto-foto: Ahmad Natsir EP. /pewara dinamika

Dr Rochmat Wahab, MA. bersama mitra kerja UNY

mahasiswa kritis dan pasti ikut dalam aksi mahasiswa tersebut. Selama proses bimbingan dengan ketiga dosen itu, Rochmat menghadapinya dengan ikhlas, meski sempat juga ia tidak kuat menghadapinya. “Pernah suatu hari saya naik bus sa­ja pergi ke Pantai Parangkusumo untuk mele­ paskan beban ini. Setelah puas, saya kembali dan belajar lagi dengan tenang, tanpa beban,” katanya. Persoalan tentang hubungan ini memang perlu diselesaikan, tetapi dengan sengaja Roch­ mat menahan pembicaraan mengenai permasalahan ini sampai ia menyelesaikan ujian tesis. “Perlu dipahami bahwa sengaja saya tidak mau menyelesaikan persoalan misunderstanding itu sebelum ujian, karena takut ada dugaan dari pembimbing saya bahwa ungkapan itu hanya untuk memudahkan saya dalam proses pembim­ bingan.” Meski demikian, sebelum ujian tesis berlangsung seorang dosen senior sempat juga menawarinya menjadi mediasi untuk mengatasi masalah ini, demikian katanya, “Rochmat kalau tidak sanggup mengatasi persoalan dengan pembimbingmu yang baru, saya bersedia untuk memediasi, tetapi jika kamu siap menghadapi­ nya saya akan hargai keputusanmu.” Cepat saja, sorenya seusai ujian tesis ia mene­ mui salah seorang dosen yang menyakitkan batinnya itu. “Bapak, saya dulu sewaktu mahasiswa S1

menjadi mahasiswa yang paling Bapak percaya di antara mahasiswa lainnya, namun setelah saya duduk di S2 justru terjadi perubahan drastis. Sebaliknya, saya adalah mahasiswa yang tidak dapat dipercaya. Saya datang ke Ban­dung dalam keadaan baik, dan saya ingin pulang ke Yogya dalam baik pula. Pada saat ini saya me­ nyatakan yang sejujurnya, karena sudah lama saya nanti nampaknya orang yang men­fitnah saya belum mengklarifikasi kepada Bapak. Apa yang Bapak duga kepada saya, semuanya salah dan pernyataan ini sengaja tidak saya sampaikan sebelum ujian, karena saya takut jika Ba­pak menilai bahwa pengakuan saya hanya un­tuk memudahkan proses pembimbingan dan uji­an.”Lantas, apa yang terjadi. Ia sama sekali ti­dak menduga dosen pembimbing yang berdi­ ri di de­pannya itu langsung memeluknya erat­­erat dan meminta maaf dengan sangat. Permohonan maaf memang telah terucap. Nama Rochmat pun telah kembali bersih seper­ti semula, tetapi tetap saja luka yang sudah terbu­ ka itu akan sulit disembuhkan. Terbukti, saat me­nye­lesaikan S3 di UPI Bandung, hubungan Rochmat dengan mantan dosen pembimbing­ nya itu tetap tidak akan kembali seperti dahu­ lu kala. “Sekarang dosen pembimbing yang mem­­fit­nah saya itu sudah meninggal. Saya ti­­ dak i­ngin mengenang namanya, tetapi semo­ ga Beli­au mendapat tempat yang baik di sisiNya.” 

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

19


laporan utama Dr. Rachmat Wahab, MA.

Saya Harus Optimis! Di tengah-tengah kesibukan Dr. Rochmat Wahab MA, Rektor UNY yang baru dilantik 23 Maret 2009 lalu, ia masih bisa meluangkan waktu untuk mem­ persilahkan Endang Artiati Suhesti dan Sismono La Ode, reporter Pewara Dinamika, melakukan wawancara. Namun waktu untuk bertatap muka yang cenderung singkat menyebabkan tim report­ er mencoba melanjutkan wawancara via email.

Pada 2006, Anda terpilih menjadi Pem­ bantu Rektor I dengan masa jabatan yang relatif sebentar, bagaimana pendapat An­ da mengenai kemajuan UNY berkaitan dengan bidang Akademik? Ya, walaupun masa menjadi Pembantu Rektor Bidang Akademik relatif sebentar, yaitu 3 tahun 1 bulan, yang sebenarnya merupakan suatu waktu yang mendekati satu periode. Walaupun demikian, programpro­gram aka­demik cu­kup ter­laksana de­­ngan baik, sesu­ ai tar­get yang kami harapakan.

Bisa disebutkan? Ya, ada beberapa pekerjaan yang dapat dinilai layak ditunjukkan untuk publik, di antaranya: (a) sistem penerimaan mahasiswa yang lebih mapan dan terpadu, (b) meluasnya perbaikan proses pembelajar­ an melalui lesson studi di semua fakultas, (c) meningkatnya kuantitas dan kualitas pembelajaran elektronik, (d) meningkatnya pemanfaatan ICT delam manajemen administrasi akademik dan pengelolaan pembelajaran, misal: e-library, e-journal, elear­ning, (e) memperoleh dan meningkatnya akreditasi program studi dan institusi, (f) meningkatnya angka studi lanjut dosen, baik non-degree maupun degree secara berarti, terutama ke luar negeri, (g) mening­katnya angka riset dan publikasi ilmiah para dosen, (h) diperolehnya berbagai PHK, baik program studi maupun institusi, (i) meningkatnya perbaikan pengelolaan penilaian akademik mahasiswa, dan (j) mantapnya TIM pengembangan UNY menuju WCU. Sekarang Anda dipercaya men­­ jadi Rektor. Ba­ gaimana pe­­ra­ sa­an Anda? Di satu sisi saya harus men­syu­ ku­ri atas tak­

20

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9


laporan utama

Visi Anda tercermin melalui pembalik­ kan jargon cendikia, mandiri, bernurani menjadi insan bernurani, mandiri, dan cendikia. Mengapa? Benar. Sekarang jargon UNY menjadi institusi yang menghasilkan insan bernurani, mandiri dan cendekia. Bagi saya, nurani merupakan basis untuk menjadi insan yang seutuhnya. Tanpa nurani yang le­bih di­u­tamakan, maka cita-cita mandiri dan cen­dikia dapat diwujudkan dengan baik. Jika demikian, bagaimana Anda men­ jelaskan jargon ini? Pertama, sebagai sebuah institusi, UNY harus secara konsis­ten menghasilkan insan yang takwa karena saya yakin insan yang takwa, dalam hal ini yang bernurani, tidak hanya mempero­leh kebahagiaan di dunia, tetapi juga kebahagiaan di masyarakat. Kedua, menghasilkan lulusan yang mandiri. Seorang yang cendekia selalu digambarkan mempunyai kepribadian yang utuh dan mandiri. Ketiga, menjadi lulusan cendekia yang mempu­nyai kemampuan akademik dan profesio­nal dan juga mempunyai ytanggung jawab sosial. *** Terpilihnya, Dr. Rochmat Wahab, MA., sebagai Rektor, melalui Rapat Senat Tertutup UNY, tidak semulus rektor-rektor sebelumnya. Ada pro dan kontra. Bahkan, mereka meluangkan ekspresi le­ wat demontrasi besar-besaran di depan gedung rektorat UNY.

Bagaimana Anda menanggapi realitas tersebut? Pro kontra dalam kehidupan itu suatu yang biasa, jangankan terhadap saya yang sangat dhoif dan tidak luput dari salah sebagai insan. Rasulullah saw saja, hamba pilihan Allah swt, tidak sedikit orang yang bersikap kontra terhadap kehadirannya di awal bahkan sampai akhir hayatnya. Yang penting proses pemilihan rektor sudah berjalan sangat konstitusional, sesu­ ai dengan aturan yang ada. Siapa yang memotivasi Anda dalam meng­ hadapi segala persoalan? Allah swt. saya hanya pasrah dan mengharap­ kan ridlo Allah swt dalam menjalankan tanggung jawab kekhalifaan (baca: menjadi pemim­ pin) di atas bumi. Saya benar-benar yakin akan ridho allah swt. Bahwa yang haq adalah datangnya dari Allah dan akan mengenyahkan setiap hal yang bathil, karena sesunggung­nya yang batihil cepat atau lambat akan terlenyapkan. Semoga Allah swt selalu membimbing saya dalam emban amanah yang berat dan penuh makna ini.

Foto-foto: Ahmad Natsir EP/Pewara dinamika

dir Allah yang memberikan amanah ke­pa­ da saya, sehingga saya harus dengan rasa tanggung jawab penuh mengawal per­ja­ lanan UNY. Dengan demikian, saya hanya berusaha memberikan manfaat bagi ma­sya­­ rakat, bangsa, dan aga­ma. Di sisi lain, saya harus waspada terhadap berbagai persoalan, dengan mengharapkan ridlo Allah, dan mengoptimalkan kekuatan dan kemampuan civitas akademika UNY, masyarakat, pemerintah dan para mitra baik nasional maupun internasional untuk membawa UNY on the move to World Class University.

Pendidikan: S2 University of Iowa USA; S3 IKIP Bandung • Pekerjaan: Pembantu Rektor I UNY (periode 20062010); Penjabat Rektor UNY (4 September 2008-23 Maret 2009); Rektor UNY (periode 20092013)

Lima tahun ke depan, tantangan yang diha­ dapi UNY makin kompleks. Strategi apa yang Anda lakukan? Ya, kepemimpinan kolektif, baik secara hori­ zontal pada levelnya masing-masing, maupun secara vertikal, kepada Allah swt. Gaya ini dapat menjamin pengelolaan organisasi menjadi efektif dan efisi­en. Untuk itu dibutuhkan prioritas pendekatan networking disbanding pendekatan hirarkhis. Untuk itu semua unsur, baik staf akademik, staf administratif, mahasiswa baik secara personal, maupun kolektif, serta semua unit kerja baik pada tataran universitas, fakultas/lembaga/PPs, jurusan, program studi maupun UPT perlu terus melibatkan diri dan berkontribusi secara kolektif dalam mengantarkan UNY memasu­ki universitas bertaraf internasional Jika ini dapat terwujud dengan baik, apa yang Anda harapkan? UNY on the Move to World Class University dapat tercapai. Kita memang belum sehebat universitas handal di Indonesia, melainkan untuk bidang pendidikan, UNY sudah sepatutnya memiliki self-confident sebagai universitas yang leading di Indonesia. 

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

21


laporan utama

Bapak, Aku, dan Sekolah Sebuah perjalanan masa kecil hingga remaja seorang Rochmat Wahab Ole h D hian H apsari

S

eorang bocah lelaki lahir di dunia dari rahim perempuan bernama Maimunah. Anak itu adalah anak ketiga dari suaminya, Abdul Wahab, seorang laki-laki yang berwatak tegas. Setahun kemudian ibu sang bocah meninggal dunia, menghadap ke hadirat Allah untuk selama-lamanya karena sakit. Laki-laki bungsu lantas harus tinggal bersama Tokatun, bibinya, di rumah simbah putri, Ngati, yang telah lama menjanda. Bibi yang masih lajang itu mengasuhnya dengan penuh kasih sayang. Ia dianggap sebagai anak sendiri oleh bibinya. Kesehariannya ia diasuh oleh simbah, bibi dan dua adik saudara laki-laki bibinya: Abdul Karim dan Abdul Kadir. Meski demikian, tentu saja dua orang paman, bibi dan simbahnya itu sama sekali berbeda dengan bapak kandungnya. Ia ingin sekali merasakan serumah dengan bapak, ibu dan dua saudara laki-lakinya yang lain. Keinginan itu yang membawanya mene­ngok rumah sesekali waktu. Ia tetap tidak bisa tinggal di rumah itu karena di rumahnya kini sudah ada dua orang anak dari ibu tirinya. Untuk itu, setiap mengunjungi ke rumah, ia selalu saja ingin kembali ke rumah simbah. Sekolah Madrasah dan SD Ialah Rochmat Wahab bocah kecil yang sa­ bar. Hidup bersama simbahnya bukan berarti dimanja dengan serba kecukupan. Ia pun harus belajar berdagang untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Apalagi sejak bapaknya menikah lagi ia tidak mendapat perhatian yang layak di22

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9

dapatkan seorang anak. Ia harus bekerja keras apabila ingin mendapatkan apapun yang ia ingin­kan. Lemahnya ekonomi itu pula yang menyebabkan nenek Rochmat memasukkannya ke Madra­ sah Ibtidaiyah Al-Islamiyyah. Pihak madrasah sendiri memahami bagaimana kondisi keluar­ ga nenek Rochmat dan besarnya keinginan Rochmat untuk bersekolah. Dengan demikian, madrasah memberikan dispensasi kepada Rochmat untuk tidak selalu membayar iuran bulanan tepat waktu. Menginjak kelas 3 di madrasah Rochmat sadar ia tidak akan lebih maju kalau tetap bela­ jar di sana, sebab di madrasah tidak seperti se­kolah dasar yang bisa sampai kelas enam. Setelah kelas 3, ia kemudian pindah ke sekolah dasar yang menerimanya sebagai murid yang harus mengulang dari kelas satu, karena selama di madrasah dia hanya belajar ilmu agama saja. Dalam waktu yang sama, belajarnya di madra­ sah hanya sampai kelas lima. Ia membagi waktu antara sekolah di SD dan belajar di madrasah pada sore harinya sepulang dari SD. Di sekolah dasar, Rochmat termasuk anak yang pandai. Ia selalu menduduki ranking empat besar, bahkan waktu akhir SD menduduki ranking dua. Bukan itu saja, Rochmat muda yang cerdas itu juga dipercaya sebagai ketua kelas di SD pada kelas dua, tiga, lima dan enam. Meskipun ia pandai dan dipercaya oleh gurugurunya tidak membuat hati bapaknya luluh. Ia tetap harus membiayai kebutuhannya de­ngan membantu nenek berdagang kerupuk dan ber-


laporan utama mencari rumput. Kemana pun sepasang kerbau itu pergi, ia turut di belakangnya. Namun, pada dua hari berikutnya ia berpikir untuk mengikat saja kerbau-kerbau itu di sebuah pohon dan membiarkannya makan hingga sore. Selama ia mengembala kerbau, ia gunakan waktu yang luang itu untuk menghafal surat-surat dalam al-quran. “Lumayan, saya jadi hafal beberapa surat seperti surat Yasin, Ar Rahman, Al-Waqiah, dan Al-Mulk, di samping yang utama saya dapat mempelajari bahan-bahan ujian Ilmu Hitung, Bahasa Indonesia, dan Himpunan Penge­ tahuan Umum dan Alam untuk esok harinya dan ujian akhir,” ungkap Rochmat. Selepas ujian SD, Rochmat datang lagi kepada bapaknya untuk mengabarkan berita gembi­ra. Ia bukan hanya lulus dari sekolah da­ sar, lebih dari itu ia lulus dengan nilai yang me­ngagumkan. Pikirnya, bapaknya pasti akan sangat bangga dan membantunya meneruskan ke jenjang sekolah berikutnya. Namun, apa yang dipikirkan Rochmat jauh berbeda. Bapak­ nya yang keras itu justru menyarankan Rochmat untuk mengikuti pamanya menjadi buruh bengkel yang berada di Mojokerto. Hatinya hancur setelah mendengar perkataan bapak­nya itu. Melanjutkan ke PGA Dekat Rumah Rochmat yang baru saja lulus SD ingin sekali melanjutkan sekolah, tetapi biaya lagi-lagi menjadi ganjalan. Kalau saja ada sekolah yang dapat menampungnya sebagaimana sekolah madrasahnya dulu. Ah, betapa menyenangkannya. Doa Rochmat rupanya benar-benar dide­ngar

Ahmad Natsir EP/Pewara dinamika

tani. Ia hanya akan mendapatkan uang yang cukup ketika masa panen tiba, karena dia bisa menjual hasil panenan dari sawah nenek­ nya. Selain itu, Rochmat harus pandai-pandai membagi uangnya untuk kebutuhan sekolah dan lain lainnya. Belajar di dua tempat sambil bekerja memang tidak mudah, tetapi itu dijalani Rochmat dengan bersemangat. Ia tetap menghormati guru-gurunya dan kawan-kawannya di madrasah, meskipun ia juga bersekolah di SD. Akan tetapi rupanya, ada saja kawan yang tidak suka melihat keberuntungan Rochmat. Mereka tidak senang dengan perhatian yang diberikan guru-guru Rochmat kepadanya. Apalagi Rochmat diijinkan untuk tidak membayar uang pendidikan madrasah. Keringanan yang diberikan madrasah ini justru menjadi bahan bulan-bulanan kawan-kawannya. Ia dihina dan dihujat, “Rochmat tidak bayar madrasah...Rochmat ti­ dak bayar madrasah!” Betapa sakit hatinya. Ia tidak bisa berbuat apapun selain diam menahan sakit dan terus berdagang berharap dapat membayar madrasah suatu ketika. Tiba saatnya Rochmat menginjak kelas 6 SD. Itu berarti ia harus menempuh ujian kenaikan yang dilaksanakan di kabupaten. Memang pada waktu itu ujian negara tidak dilaksanakan di sekolah sendiri, tetapi dijadikan satu di kabu­ paten tepatnya di Jombang yang letaknya sekitar 25 km dari rumah nenek. Ujian ini pun memerlukan biaya yang tidak sedikit, tapi tidak bisa berharap banyak dari hasil berdagangnya ataupun mengandalkan uang pemberian nenek dari masa panen tahun kemarin. Lantas, apa yang harus ia lakukan? Jauh hari sebelum ujian datang, ia pergi me­nemui bapaknya yang tidak memberinya uang secara rutin dan memadai. “Pak, saya ini mau ujian. Apakah ada pekerjaan yang bisa saya lakukan untuk dapat menghasilkan uang?” katanya. Bapaknya terdiam sebentar. Sejatinya, bapak­ nya bisa saja memberinya uang tanpa harus be­ kerja, tetapi Rochmat merasa tidak enak hati. “Baiklah kalau begitu, kamu boleh mengembala kerbau selama empat bulan,” bapaknya memberi jalan. Selama tempat bulan itu, kata­ nya bapaknya kemudian, akan mendapatkan im­balan Rp 450. Bukan main senangnya hati Rochmat. Pada waktu pertama kali mengembala dua ekor kerbau bapaknya, ia agak bingung juga

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

23


dokumen pribadi

laporan utama

Yang Maha Pendengar. Tepat di dekat rumah neneknya, sekitar 4 km akan dibangun sebuah sekolah PGA (Pendidikan Guru Agama) 4 tahun, yang bernama PGA 4 Tahun Pancasila, Kesamben, Jombang. Menyadari akan adanya kesempatan untuk belajar di PGA, Rochmat memberanikan diri mendekati Kakek H. Adenan (mantan Lurah) yang merupakan adik kandung neneknya, Ngati. Kakeknya, menjawab: “Ya le, asal kuwe gelem ngrewangi resik-resik kebon saka jam 7 sampe jam 11 sak bendinane”. Permintaan Roch­ mat dapat dikabulkan asal dia mau bekerja. Masuklah ia ke PGA itu dengan uang yang ia kumpulkan dengan bekerja serabutan. Mi­ sal­nya saja Gogol setiap hari jumat. Gogol ini adalah kata lain dari kerja gotong royong yang dibayar desa. Biasanya apabila ada pembangunan jalan, desa mengirimkan orang untuk membantu pekerjaan tersebut. Nantinya orang yang dikirimkan desa tersebut mendapat­kan upah Rp 400. “Saya malu sekali, tapi apa mau dikata. Saya harus mengumpulkan uang untuk sekolah.” Pernah suatu ketika, ia sedang mengangkat batu dan pasir saat kawan-kawan sekolahnya pulang sekolah. Rochmat yang pemalu itu lalu menutupi mukanya dengan baju ataupun keranjang. “Saya tidak mau diejekejek lagi seperti dulu,” katanya. Selain mengumpulkan uang dengan menjadi orang kiriman desa, ia juga meminta tolong adik mbak putri untuk membantunya membiayai sekolah. Kebetulan adik simbah putri­ nya itu memiliki jabatan yang terpandang di desanya. Ia menjadi lurah dan biasa disebut 24

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9

mbah lurah. Sawahnya banyak dan hartanya melimpah, sedangkan ia sendiri tidak memili­ ki istri apalagi anak. Praktis semua yang dimilikinya itu lebih dari cukup untuk membiayai cucunya, Rochmat. Hanya saja, mbah lurah itu tidak mau membantu Rochmat dengan cuma-cuma. Ia tidak habis pikir, orang lain saja bisa disekolahkan adik simbah putrinya itu hingga ke jenjang le­ bih tinggi darinya, tetapi ia sendiri tidak diperlakukan demikian. Syarat yang diajukan mbah lurah cukup berat, Rochmat harus beker­ja memelihara sawah dan kebun tebu milik mbah lurah. Untuk itu, setiap habis subuh Rochmat berangkat ke sawah untuk bekerja. Setelah dari sawah ia melanjutkan pekerjaannya di kebun tebu. Padahal jarak antara rumah Rochmat dan kebun tebu mbah lurah lumayan jauh. “Kalau saya berangkat habis subuhan sampai di kebun tebu sekitar jam 10.” Kemampuan Rochmat dalam menangkap pelajaran tidak berkurang kendati ia harus bekerja sedemikian berat. Buktinya di PGA ini pun ia selalu juara kelas. Setiap mendapat nilai baik, ia ingin sekali bapaknya berubah pikiran dan turut mengerti kerja kerasnya selama ini. Lalu, ia berpikir untuk mencari cara agar bapak­ nya sadar bahwa Rochmat, anaknya, butuh juga kasih sayang dan dukungan material. Lalu bertemulah ia dengan wali kelas dan menceri­ takan perihal keinginannya itu. Berencanalah mereka berdua untuk memberi kejutan pada bapak. “Pak, saya kan juara kelas untuk tahun ini. Saya ingin nanti bapak memberikan hadiah pada saya, tetapi hadiah itu bukanlah barang mahal. Kita akan membungkus buku leger dengan kertas payung. Dengan demikian, bapak saya akan tahu bahwa saya mendapat hadiah atas kerja keras saya selama ini. Nanti kita lihat bagaimana reaksi bapak,” demikian permintaan Rochmat pada wali kelasnya. Pak wali kelas tentu saja setuju, maka terjadilah apa yang Rochmat inginkan itu di panggung penerimaan rapot. Harapan Rochmat sama persis dengan beberapa tahun lalu ketika ia lulus SD dan hasilnya pun tidak jauh dari apa yang ia dapatkan pada waktu itu. Bapaknya sama sekali tidak bergeming. Memang ia kecewa untuk kedua kalinya, tetapi ia tidak ingin patah arang. Seseorang menawarinya untuk mengajar di madrasah tempatnya belajar dulu, maka jadilah ia guru muda yang nyambi sekolah di PGA kelas 3.


Setiap hari ia lalui dengan belajar dan menga­ jar: belajar di PGA pada pagi hari, lalu mengajar di madrasah sore harinya. Merantau di Mojokerto dan Surabaya Selepas dari PGA 4 tahun, Rochmat melanjutkan ke sekolah PGA 6 tahun di Mojokerto. Sekolah ini letaknya jauh dari rumah, sehingga mengharuskan ia tinggal di sebuah pondok. Sebut saja pondok Al Islam, di Sooko Mojokerto. Prestasi Rochmat semakin terasah di sekolah PGA 6 tahun ini. Ia kembali dipercaya kawankawannya untuk menjadi Ketua OSIS di sekolah­ nya. Bukan itu saja prestasinya di sekolah. Se­la­in membanggakan di bidang akademik, Roch­mat juga unggul di bidang ekstrakulikuler. Nyata­ nya ia juga menjadi pemain utama badminton mengakrabi olah raga dan termasuk dalam tim vokal group di sekolahnya. Saat menginjak PGA kelas 5, ia sudah sema­ kin pesat saja. Diantara kawan-kawannya ia yang paling menonjol di bidang kepramuka­ an, sehingga pada kelas 6 ia sudah menjadi asisten pembina pramuka. Kendati menonjol, Rochmat tetap rendah hati dan menjaga kepercayaan yang diberikan guru-guru padanya. Sa­ king percayanya pada Rochmat, guru wali kelasnya memberi tugas untuk menulis rapot kawan-kawan sekelas. Setelah lulus sekolah, ia percaya dapat me­ne­ ruskan sekolah. Selanjutnya ia masuk SGPLB (Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa) Nege­ri Sura-

baya. Praktis semenjak ia diterima di SGPLB, ia harus menetap di Surabaya sementara waktu dan meninggalkan nenek tercinta­nya yang pada saat itu telah sangat renta. Di Surabaya ia dibekali bapaknya Rp 60.000 untuk hidup. Bekal itu tidak cukup untuk meme­nuhi kehidupan sehari-harinya apalagi ia harus membeli buku dan segala peralatan pendu­kung belajar. Mulai titik inilah Rochmat belajar untuk me­ nulis artikel dan dikirimkannya ke surat ka­barsurat kabar di samping mencari tambah­an lainnya seperti memberi les pelajaran. Uang hasil memberi les pelajaran itu yang ia gunakan untuk les bahasa Inggris di sebuah lembaga pelatihan bahasa Inggris yang pada waktu itu terbilang cukup bonafid. Dari semua yang ia alami dan perjuangkan hingga titik ini, menurutnya, adalah anugrah yang menarik dalam hidupnya. Ia tidak pernah merasa dendam dengan bapak dan keluar­ga di sekitarnya yang terbilang tidak memperhatikan. Ia justru berterima kasih karena dengan kerasnya hidup yang ia jalani hingga saat ini menjadikannya kuat dan belajar. Dari titik permulaannya di sekolah dasar sampai ke PGA 6 tahun ini, baginya, adalah perjuangan yang melahirkan sebuah filosofi hidup. “Bagi saya ma­kan itu bukan sekadar untuk hidup ataupun ber­tahan hidup. Lebih dari itu, makan adalah untuk dua hal: belajar dan bekerja. Begitulah se­te­rusnya.” “Dan kini, perjuangan masa lalu telah membawa saya menjadi seorang yang diamanahkan menjadi pemimpin UNY. Ini amat berharga, tanpa perjuangan tersebut, mungkin saya tak punya cita-cita dan masa depan.” 

Ahmad Natsir EP/Pewara dinamika

dokumen pribadi

laporan utama

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

25


berita PENGUKUHAN

PERLUNYA PENDIDIKAN MULTIKULTURALISME

Ahmad natsir EP/pewara dinamika

dalam bidang Sosiologi Pendidikan, Senin (20/4) pukul 10.00 wib, di ruang sidang utama Rektorat UNY. Dalam pengu­ kuhannya, di depan Rapat Terbuka Se­nat UNY, Prof. Dr. Farida Hanum (professor UNY yang ke-97) ini akan mengemukakan pidato pengukuhan berjudul “RINTISAN IM­PLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKUL­ TU­RAL DI SEKOLAH DALAM MEMBA­ NGUN PERILAKU BANGSA”. Farida Hanum dilahirkan di Medan, 1 Desember 1957, anak dari Hj. Khalizah Mar­paung dan (Alm.) H. Syamsul Bakri Pane. Kini istri dari Joko Prakoso ini ini telah dikaruniai tiga orang anak; Reza, Pita, dan Yasa. Setelah lulus SMA Pembauran Methodist Medan Sumut, ia melanjutkan Studi di Fisipol UGM Yogyakarta Lulus tahun 1984. Pada 1995, pakar sosiologi pen-

26

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9

didikan ini melanjutkan studi masternya di kampus yang sama dan pada 2003, penulis buku “Menuju Hari Tua Bahagia”, melanjutkan kembali studi doktoralnya di universitas yang sama pada program studi Sosiologi Dalam Pidatonya, Farida mengatakan, bentuk pengembangan pendidikan multikultural di setiap negara berbeda-beda sesuai dengan permasalahan yang dihada­ pi masing-masing negara. Empat pende­ kat­an yang mengintegrasikan mate­ri pendidikan multikultural ke dalam kurikulum ataupun pembelajaran di sekolah yang bila dicermati relevan untuk diimplementasikan di sekolah di Indonesia, bahkan pen­­dekatan pertama biasa dilakukan, ya­ i­tu: pendekatan kontribusi (the con­­tri­bu­ tions approach), pendekatan aditif (Adi­­tive

Approach), pendekatan transformasi (the transformation approach), pendekatan aksi sosial (the social action approach). Empat pendekatan ini sebenarnya da­ pat dilakukan untuk integrasi materi mul­ tikultural ke dalam kurikulum dan dapat dipadukan dalam situasi pengajaran aktual, terutama dalam pembelajaran ilmu-ilmu sosial. Suatu pendekatan seperti pendekatan kontribusi, dapat dipakai sebagai wahana untuk bergerak ke yang lain, yang lebih menantang secara intelektual seperti pendekatan transformasi dan aksi sosial. Hal ini dapat disesuaikan pula dengan jenjang pendidikan dan umur siswa. Pada siswa sekolah lanjutan tingkat atas dan perguruan tinggi pendekatan transformasi dan aksi sosial dapat dilakukan, sedang pada jenjang sekolah


berita dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama dapat digunakan pendekatan kontribusi dan pendekatan aditif. Pendekat­ an dari tahap awal ke tahap lebih tinggi dalam mengintegrasikan materi multikultural dapat terjadi secara bertahap dan ku­mulatif. “Untuk tahap awal atau rintisan pe­ ngem­bangan pendidikan multikultural di sekolah dapat dilakukan penambahan ma­teri multikultural. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi buku, modul, konsep sebagai suplemen (tambahan) pada bidang studi yang ada di sekolah. Namun, disadari bahwa materi pelajaran yang

lebih memungkinkan segera dilakukan adalah pada pelajaran ilmu pengetahuan sosial dan pendidikan kewarganegaraan dibanding dengan matematika. Untuk mahasiswa di UNY, materi multikultural sudah ditambahkan pada mata kuliah Sosio-antropologi Pendidikan yang merupakan rumpun mata kuliah dasar kependi­ dikan (MKDK), yang diberikan untuk se­lu­ruh prodi kependidikan yang ada di UNY. Selain itu, diberikan pula untuk mata kuliah Sosiologi Pendidikan pada Pendidikan Sosiologi FISE UNY,” ujarnya. Bu Ida, demikian ia disapa, juga ba­ nyak melakukan kegiatan Ilmiah, antara

lain, telah menulis 37 Karya Ilmiah dan 21 Karya Ilmiah tersebut yang telah diterbit­ kan, mengikut Training and Short visit Budaya ke Beijing Cina, Studi masyarakat Urban di Hongkong, Wisata Budaya ke Thailand tahun 2008, Studi Banding Budaya Melayu di Malaysia dan Singapura tahun 2007. Sepanjang tahun 2000-2009 Farida Hanum dipercaya sebagai Tenaga Sukarela (Konselor) Yayasan Sayap Ibu DIY, 20022009 Wakil ketua Litbang PP Aisyah Yog­ yakarta, Ketua III Lembaga Perlindungan Anak Prop. DIY tahun 2003. Natsir dan witono

BANTUAN

Bertempat di ruang Rapat Kerja Univer­ sitas Rektorat UNY, Selasa (7/4) acara penandatanganan dan serah terima ban­tuan operasional mobil sedan Toyo­ ta Camry dan Sejumlah Uang sponsor Wa­yangan DIES ke 45 UNY. Hadir dalam acara tersebut Rektor, Pembantu Rektor II, Pembantu Rektor III, para Dekan Fakultas, Direktur Pascasarjana, Kepala Lemlit, dan Kepala Biro AUK di lingkungan UNY dan sejumlah para Pejabat Bank Tabung­an Negara (BTN) Pusat dan Cabang Yog­yakarta. Kepala BTN Yogyakarta, Totok dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada UNY atas kerjasamanya yang baik selama ini. Selain itu, ia me­ negaskan bahwa pemberian mobil sedan Camry kepada pihak universitas di­mak­sudkan untuk membantu kelancaran operasional Rektor UNY, sehingga kerja-kerja Rektor yang menyangkut pelayanan publik dapat terlaksana deng­an baik dan lancar. Masih menurut­ nya, pemberian mobil sedan, yang te­ lah direncanakan sejak tahun 2008 ini, sebenarnya dapat dilihat sebagai wujud tanggung jawab Bank BTN terha-

ahmad natsir/pewara dinamika

REKTOR UNY MENDAPAT BATUAN OPERASIONAL MOBIL CAMRY

dap dunia pendidikan. Menanggapi hal di atas, Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA., mengucapkan terima kasih atas kesungguhan BTN dalam membantu dunia pendidikan, ter­ utama melalui jalinan kerjasama yang baik dengan UNY. Bagi Rochmat Wahab, pemberian sedan ini, selain dapat

membantu operasional Rektor, juga dapat digunakan untuk menjamu transportasi tamu, terutama para menteri atau pejabat setingkatnya. Yang pasti ke depan, menurut Rochmat, jalinan ker­jasama BTN dan UNY semakin baik dan produktif. Ahmad Natsir EP

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

27


berita KUNJUNGAN

KERJASAMA DENGAN PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA ahmad natsir/pewara dinamika

Bersama-sama dengan perguruan ting­ gi se-DIY dan Jawa Tengah, UNY telah menandatangani Naskah Kesepahaman Kerjasama/MoU dengan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Kegiatan tersebut 28

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9

berlangsung di Hotel Mustika Sheraton Yogyakarta, Selasa, (24/3), yang dihadiri General Manager UMER IV Jateng-DIY PT. Telkom Indonesia, Tbk Sri Sadono, SE., MM. dan beberapa manajer pent-

ing lainnya, beserta Pim­pinan Perguruan Tinggi yang diundang, antara lain: UNY, UGM, UII, UPN, UMY, UAD, UIN, UAJ, USD, Univ. Duta Wacana Yk, UNDIP, UNNES, UNISULA, Univ. Muhammadiyah


berita Magelang, Univ. Satya Wacana Salatiga. Dari UNY ha­dir dalam acara tersebut Rektor , Dr. Roch­mat Wahab, MA., Pembantu Rektor II Sutrisna Wibawa, M.Pd., Pembantu Rektor III Prof. Dr. Herminarto Sofyan, Kepala Kerjasama, Humas, dan Protokol Sugirin, Ph.D., dan Ketua Divisi Kerjasama Dalam Negeri Sudarmaji, M.Pd. Pada kesempatan itu, General Mana­ ger UMER IV Jateng-DIY PT. Telkom Indonesia, Tbk Sri Sadono, SE., MM. yang mewakili Direktur Human Capital & Ge­

Tujuan Mahasiswa AKP melakukan aksi damai dalam rangka memperingati 50 Tahun wafatnya Ki Hadjar ini adalah untuk melakukan refleksi terhadap semangat pendidikan nasional yang dirasa mulai luntur digerus derasnya arus globalisasi. Mengingat hal ini banyak nilai-nilai yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara yang dapat dijadikan solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut. Seperti dalam permasalahan Ujian Nasional (UN) dimana sekolah hanya akan lebih memfokuskan siswanya untuk mencapai standar kelulusan sehingga tak ada waktu lagi untuk meraka dapat mengembangkan potensi diri serta menanamkan nilai budi pekerti, rasa nasionalisme dan kearifan budaya. Padahal tutwuruhandayani bermakna memberi “Kebebasan” pada setiap individu untuk menegembangkan diri. Pesan mahasiswa AKP dalam kegiatan ini untuk Ki Hadjar dan Pendidikan Indonesia “Ragamu boleh menjadi tanah tapi Pemikiran dan Semangatmu akan selalu mengalir & membara dalam Pendidikan Indonesia”.

sesuai kompetensi yang dimiliki melalui kerjasama program CO-OP (Co-operative Academic Education). Perjanjian Kerjasama ini berlaku untuk jangka waktu satu tahun dan apabila dipandang perlu dapat diperpanjang kembali dengan persetujuan kedua belah pihak, dan Program CO-OP dilak­sanakan selama tiga bulan sampai enam bulan di tempat dan lingkungan ker­ja Telkom. Dalam kesempatan itu, Rektor UNY secara spontan mewakili semua lemba­ ga perguruan tinggi yang diundang guna memberikan masukkan, Rochmat Wa­hab menyampaikan ucapan terima kasih atas undangan dan penandatang­ anan kerjasama yang dituangkan dalam naskah kesepahaman dan program kerjasama antara PT. Telkom Indonesia, Tbk. dengan lembaga pendidikan tinggi se-DIY dan Jateng tentang Praktek Ker­ja melalui Program CO-OP. ”selama ini perkembangan iptek di perguruan tinggi khususnya di Indonesia masih tertinggal jauh dengan apa yang ada di dunia industri, oleh karena itu kerjasama yang dilakukan ini sudah semestinya harus direspon dengan sebaik-baiknya, diimplementasikan di lapangan dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi, demi peningkatan kualitas lulusan mahasiswa lembaga kita masing-masing,” ujurnya. Lebih lanjut Rochmat mengatakan, dengan lulusan mahasiswa yang ber­ kualitas, maka perusahaan sebagai peng­­guna lulusan tersebut tentunya juga akan diuntungkan. Perusahaan bu­­kan­­lah sebagai menara gading akan te­ta­pi sebagai menara air, yang membe­ ri­­kan manfaat bagi masyarakat luas, ter­ ma­­suk bagi peningkatan kualitas lulus­ an lembaga pendidikan. Dalam acara tersebut, dilakukan pe­ nyerahan kenang-kenang cindera mata oleh pihak UNY dengan PT. Telkom Indonesia, Tbk. maupun semua Perguru­an Tinggi yang diundang, dan setelah aca­ ra tersebut diputarkan Film Dokumen­ ter PT. Telkom Ind. Tbk. dalam pelaksanaan program CO-OP di perusahaan yang dtunjuk untuk kerjasama..

Ant

Witono Nugroho

neral Affair, Faisal Syam, menga­takan bahwa penandatangan kerjasama de­ ngan perguruan tinggi ini merupakan wujud kepedulian PT. Telkom Indonesia, Tbk. terhadap dunia pendidikan, sebagai upaya turut serta mencerdaskan anak bangsa, disamping itu, perjanjian kerjasama tersebut merupakan sumbangsih perusahaan terhadap peningkatan kompetensi mahasiswa, melalui kedekatan dunia Telekomunikasi dan IT dengan dunia kampus, dan memper­siapkan mahasiswa yang siap kerja dan berkualitas

MORAL

AKSI DAMAI 50 TAHUN KI HADJAR DEWANTARA Himpunan Mahasiswa Analisis Kebijakan Pendidikan (HIMA AKP) Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Pendidikan mengadakan aksi damai (26/4), memperingati 50 tahun wafatnya Ki Hadjar Dewantara (26 April 1959-26 April 2009). Aksi damai ini bertemakan “Dari AKP untuk Ki Hadjar” dan diikuti oleh mahasiswa AKP angkatan 2006, Angkatan 2007 dan angkatan 2008. Bertindak sebagai sebagai koordinator aksi Agil Kukuh (AKP’08) dan Zaenal Irawan (Ketua HIMA AKP 2009). Acara ini dimulai pukul 08.00 WIB dimulai dari halaman rektorat UNY yang selanjutnya melakukan long march menuju Balai Kota dengan muara akhir di Taman Wiyata Brata (makam Ki Hadjar). Pada perjalanan menuju Balai Kota dihiasi dengan pembagian pamflet dan menyayikan lagu-lagu khas mahasiswa. Sesampainya di Balai kota, sekawanan mahasiswa AKP melakukan treatikal pendidikan yang berjudul “antara Tutwurihandayani dan UN”. Acara dilanjutkan dengan ziarah makam Ki Hadjar kemudian dilanjutkan dengan ziarah berupa do’a bersama dan tabur bunga.

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

29


berita KEWIRAUSAHAAN

Jajaran Kemahasiswaan UNY menyelenggarakan Latihan Keterampialn Ma­ najemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD) Tahun 2009 di Balai Besar PPKS DEPSOS Purwomartani Sleman, selama tiga hari, (17 s.d. 19/4). Kegiatan ini dii­ kuti seluruh pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa, BEM REMA, dan DPM UNY. Hadir dalam acara tersebut, Pembantu Rektor II, Pembantu Rektor III, Para Pembantu Dekan III, Kepala Biro AAKPSI, Staf Ahli PR III, dan Pembimbing Mahasiswa di lingkungan universitas. Rencananya,Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA., akan bertindak seba­gai pembicara mengenai Pengembangan Wawasan Optimalisasi Peran Organisasi Kemahasiswaan UNY dalam mencapai Word Class University (WCU). Selain itu, acara ini menghadirkan dua fasili­ tator dan pembicara lain, yakni Pembantu Rektor III, Prof. Dr. Herminarto Sofyan dan Staf Ahli PR III, Prof. Dr. Jumadi, masing-masing mengulas tentang Analisis Kondisi Lingkungan dan Usulan Kegiatan Kemahasiswaan. Dalam Sambutannya Prof. Dr. Herminarto Sofyan menekankan agar penyelenggaraan. LKMM tingkat Dasar yang diselenggarakan secara rutin baik di ting­­ kat fakultas maupun universitas di­ikuti dengan baik, karena kegiatan ini bertujuan untuk membekali para ak­ti­vis mahasiswa, para fungsionaris ma­ha­sis­ wa, para pengurus organisasi kemahasiswaan agar menjadi pengurus organisasi kemahasiswaan yang profesional baik dibidang managemen, kepemimpinan dan pengelolaan keuangan. Akan tetapi, kami tetap berharap agar peserta tidak hanya berhenti sampai di sini,

ahmad natsir/pewara dinamika

SUTRISNA WIBAWA: LKMM-TD BAGUS UNTUK SHARING KEPEMIMPINAN

selanjutnya kalian akan mengikuti LKMM tingkat Menengah dan Tingkat Lanjut, di sana kalian bisa menjadi pengurus mahasiswa yang benar-benar terus berpartisispasi aktif dalam setiap aktivitas universitas demi menjadi organisasi yang profesional. Sementara itu dalam pembukaan LKMM-TD, Sutrisna Wibawa, M.Pd., Pembantu Rektor II UNY, yang mengganti­ kan Rektor UNY menegaskan bahwa ke­pimpinan itu tidak bisa diperoleh da­ lam jangka waktu yang cepat; dibutuh­ kan proses yang lama untuk membentuk karakter kepemimpinan. Baginya, tidak mungkin dalam waktu tiga hari, kita langsung menjadi kepimpinan yang handal. Itu namanya instan. “Kebetulan saya sedang meneliti tentang kepemimpinan. Ada satu teori yang masih saya ingat antara lain, pemimpin itu tidak bisa dipelajari dengan teori, jadi pemimpin yang baik itu ya langsung

terjun ke lapangan. Kalau hanya mempelajari teori itu, maka yang berada di benak kita adalah teori kepemimpinan, bukan bagaimana memimpin. Berbeda halnya, jika kita langsung praktek memimpin. Di sinilah kecerdasan psikomotor dan afektifnya terbentuk sekaligus, sehingga tanpa disadari kepimimpinan akan terbentuk dengan baik dan teruji,” tambahnya. Lebih lanjut, mahasiswa doktoral Filsafat UGM ini mengatakan, sesunggu­ nya lewat kegiatan kemahasiswaan se­ la­ma ini, teman-teman mahasiswa te­lah melakukan training kepemimpinan, dan di forum ini, pengalaman-penga­ lam­an tersebut tinggal bagaimana di sha­ring satu sama lainnya. Jadi, ada per­ bedaan yang mencolok kalau yang datang bukan seorang pemimpin, dia pasti di sini hanya datang untuk belajar ten­­tang kepemimpinan. Ahmad Natsir EP

Ahmad natsir/pewara dinamika

30

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9


berita KESEPAHAMAN

Ahmad natsir/pewara dinamika

PERUSAHAAN HARUS BERPARADIGMA SOSIAL

Bersama enam perguruan tinggi dan P4PTK se Indonesia, UNY telah menan­da­ tangani perpanjangan Naskah Kesepahaman Kerjasama/MoU oleh Penjabat Rektor dan Perjanjian Kerja Sama/PKS oleh Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro dengan PT Schneider Electric Indonesia. Kegiatan tersebut berlangsung di Jakarta, Senin (17/2), dihadiri Manager Director PT Schneider Electric Indonesia, Ir. Eddy Cahya dan bebe­ra­pa manajer penting lainnya, beserta Pimpinan Perguruan Tinggi yang di­un­dang, meliputi: Universitas Nege­ri Yogyakarta, Uni­ versitas Hasanudin Makasar, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, P4PTK Medan, Universitas Nasional Jakarta, Politeknik Negeri Bali, dan Politeknik Negeri Semarang. Duta UNY di­wakili oleh Penjabat Rektor, Dr. Roch­

mat Wahab, MA dan Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY, Mutaqin, MPd., MT, dan pimpinan Fakultas Teknik UNY yang diwakilkan oleh Pembantu Dekan II, Sumardjo, MT. Manager Director PT Schneider Indonesia, Ir. Eddy Cahya mengatakan bahwa penandatangan kerjasama de­ ngan perguruan tinggi merupakan wujud kepedulian PT. Schneider Indonesia terhadap dunia pendidikan, sebagai upaya turut serta mencerdaskan anak bangsa. Di samping itu, perjanjian kerjasama tersebut merupakan sumbangsih perusahaan terhadap peningkatan kompetensi dosen dan mahasiswa, men­ dekatkan perkembangan ipteks yang ada di industri dengan dunia kampus. Pada salah satu butir MoU dan PKS tersebut, disebutkan bahwa tujuan

dengan diadakannya kerjasama adalah untuk mendukung program pemerintah dalam bidang pengembangan dan implementasi Ilmu Pengetahuan dan Tek­nologi (IPTEK) di bidang elektro, dan penyelenggaraan pendidikan, pe­ne­li­ti­ an dan pengabdian kepada masyarakat. Kerjsama ini dapat diwujudkan mela­lui pendirian pusat pelatihan (Training Cen­ tre) teknik, penyediaan prasarana penunjang pendidikan mahasiswa, pe­ne­ litian , pengembangan rekayasa serta pe­masyarakatan dalam bidang tek­nik elek­tro/elektronika. Dalam kesempatan itu, Rochmat Wahab dari UNY yang secara spontan dise­ pakati untuk mewakili ke tujuh lembaga perguruan tinggi yang diundang guna memberikan sambutan. Dalam sambutannya, Rochmat menyampaikan ucapan terima kasih atas undangan dan penandatanganan kerjasama sekaligus mengingatkan pentingnya respon sosi­ al perusahaan. “Perusahaan tidak hanya bussines oriented semata, akan te­ ta­pi ada tanggung jawab sosial yang di­wujudkan dalam bentuk kepedulian terhadap peningkatan kualitas dunia pendidikan, yang itu semua telah dimi­ liki dan dilakukan oleh PT. Telkom Indonesia, Tbk.,” tegasnya. Dalam acara tersebut, dilakukan pe­ nyerahan cindera mata oleh PT. Schneider Electric Indonesia ke semua lemba­ ga yang diundang. Setelah makan siang diadakan acara kunjungan ke industri guna melihat dari dekat kegiatan pro­ duksi yang dilakukan oleh PT Schneider Electric Indonesia. Perusahaan ini bergerak dibidang manufacture electri­ cal panel, control-otomation, dan mana­ ging energy. Ahmad Natsir EP

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

31


berita voting

ahmad natsir/pewara dinamika

VOTING DI RAPAT JURUSAN BISA TIMBULKAN DENDAM

Masalah dalam penilaian angka kre­ dit dosen yaitu begitu dosen sudah me­ nyiapkan berkas angka kreditnya. Ketua jurusan mengundang rapat dosen jurusan kemudian dari rapat itu ketua jurusan minta persetujuan rapat. Kemudian kalau ada rapat pasti ada voting, kalau voting ada yang setuju atau tidak setuju. Kalau ada voting ada efek negatifnya, misal­nya dimanfaatkan untuk balas dendam. Pernah ada suatu kasus ketika membicarakan kenaikan jabatan A, B di undang tidak datang, begitu B dibica­ra­kan me­ngundang A, A itu tidak datang. Demikian diungkapkan Prof. Dr. Wu­ radji, salah satu anggota tim penilai angka kredit dosen UNY dalam diskusi tentang angka penilaian angka kredit dosen yang dihadiri oleh para Ketua Jurusan/Kaprodi, Sekretaris Jurusan, 32

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9

do­sen senior, dan dosen yunior UNY di ru­ang sidang UNY kemarin. Sementara itu, Pembantu Rektor II UNY, Sutrisna Wibawa, M.Pd., menga­ takan, meskipun pangkat dan jabat­ an berbeda tetapi menurut saya itu sa­ngat terkait karena pangkat akan me­ ngikuti jabatan atau angka kredit­nya. Temuan inspektorat beberapa waktu lalu kenaikan jabatan atau pangkat di UNY kemarin belum sesuai dengan ha­ rap­an, terutama pada tingkat-tingkat tertentu belum bisa berjalan sesu­ai ha­ rapkan. Misalnya pada tenaga pengajar ke asisten ini juga cukup lama di beberapa fakultas, sehingga ini perlu perhatian khusus demikian juga kenaikan ja­batan pangkat diatasnya itu juga de­ mikian. Lanjut Sutrisna, ketua jurusan juga

bisa memberi masukan yang optimal, kemudian dalam implimentasi kegiatan di jurusan sebagaimana proses kita sepakati bersama, tentu kami harapkan para dosen – dosen ini tidak menemui ham­batan dalam proses kenaikan jabatan pangkat karena dosen adalah asset utama di UNY ini dalam pengembangan Universitas. Tanpa kita punya dosen yang memiliki kapasitas sebagaimana persyaratan akademik, yaitu pendi­dik­ an, penelitian dan pengabdian masyarakat, maka kualitas pendidikan di Universitas tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, sehingga memang benar menempatkan dosen sebagai aset utama pengembangan Universitas yang mengemban Tridarma pendidikan tinggi adalah hal yang utama. witono


berita BUKU PANDUAN

ahmad natsir/pewara dinamika

UNY INSTITUSI AKADEMIK YANG DINAMIS

Kita menyadari bahwa UNY merupakan suatu institusi akademik yang dina­ mis, sehingga gerak laju UNY berimplikasi kepada perubahan pada berbagai subsistem. Salah satunya, dengan dibukanya dua program studi baru yaitu Pendidikan IPS dan Prodi Administrasi Negara di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE), maka perlu di angkat ketua prodinya untuk menga­wal proses pendidikan dan pembelajarannya. Demikian pula, dengan habisnya masa tugas kasubag Hukum dan Tata Laksana, maka perlu diangkat kasu­bag baru, sehingga kontinuitas layanan hukum dan tata laksana dapat berjalan lancar. Demikian disampaikan Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA., usai melantik tiga pejabat baru UNY, Rabu, (1/4) di ruang sidang UNY. Ketiga pejabat tersebut Sugi Rahayu, M.Pd., M.Si., sebagai Kaprodi Administrasi Negara, Saliman, M.Pd., sebagai Kaprodi Pendidikan IPS, dan Rizka, SH., sebagai Kasubag Hukum dan Tata Laksana UNY menggantikan C. Sri Sudjarwanti,S.IP., yang memasuki masa pensiun per 1 April 2009.

Lanjut Rochmat, setiap karir dibutuhkan sistem reward dan incentif yang memiliki peran strategis dalam meningkatkan produktivitas kerja, baik secara personal, kolektif, berkenaan dengan menjamin tegaknya institusi dan kredi­ bilitasnya. Dengan begitu kenaikan pangkat dan jabatan, bukan hanya berdampak pada jenjang karir, melainkan juga berdampak terhadap kemapanan tegaknya lembaga dan produktivitas kinerjanya. Rochmat mengharapkan, kaprodi mem­pri­o­ritaskan untuk meng-estab­ lish-kan kelembagaan prodi dengan me­ nyu­sun profilnya, mengkoordinasikan staf pengajarnya, dan mengendalikan kegiatan akademiknya, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung de­ ngan baik. Harapan terhadap Kasubag Hu­kum dan Tata Laksana, diharapkan me­ning­kat­kan layanan, terutama da­ lam kecepatan dan ketepatan proses pe­ner­bitan produk hukum yang sa­ngat berarti bagi kelangsungan aktivitas di ling­kungan Universitas. Sedangkan, ba­ gi penerima SK kenaikan pangkat dan jabatan, diharapkan menjadikan kena­ik­

an itu sebagai motivasi untuk mencapai kenaikan pangkat atau jabatan yang lebih tinggi lagi di kemudian hari, di sisi lain meningkatkan produktivitas kiner­ janya sehingga memberikan manfaat bagi lembaga dan pihak lain, bukan ha­ nya untuk mengejar pangkat saja. “Namun yang tidak kalah penting­ nya, kami sangat berharap bahwa ken­ aikan ibu dan Bapak dapat memberikan dampak positif bagi pihak lain dengan melakukan ajakan-ajakan lainnya untuk segera dapat menyusul kenaikan pangkat dan atau jabatan,” lanjutnya. Ditambahkan Rektor, dengan pencapaian ISO 9001-2000 dapat mendorong terciptanya kultur mutu, kultur disiplin, kultur respek, dan kultur peduli yang dilandasi dengan mengharapkan ridlo Allah SWT dalam menjalankan amanah dalam kehidupan sehari-hari, terutama di lingkungan kerja. Mudah-mudahan kita terus memiliki komitmen untuk memberikan layanan yang terbaik bagi semua, tambah Rochmat. Ahmad natsir

pelatihan

Pelatihan Pembelajaran PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (FIP UNY) bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi DIY menyelenggarakan Pelatihan Pembelajaran Pendidikan Usia Dini Berbasis Keluarga pada 9-10 Februari 2009. Pelatihan ini dibuka oleh Penjabat Rektor UNY, Dr Rachmat Wahab, MA dan Pembantu Dekan I FIP UNY Prof Anik Ghufron. Dalam pembukaan kegiatan juga dihadiri Dekan FIP UNY Dr Achmad Dardiri, Ketua Jurusan PLS FIP UNY Drs. Sugito, MA, serta Kepala Seksi PAUD Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Sumirah. Kirom

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

33


berita pembekalan

ahmad natsir/pewara dinamika

NILAI RANAH SPIRITUAL SISWA BISA MENIPU

Penilaian terhadap tampilan atau per­ formance siswa dalam hal ranah spiritual sangat sulit. Bila pendidik tidak cermat, penilaian ranah ini bisa menipu karena tampilan lahiriah yang dianggap sebagai performance spiritual atau alim sesungguhnya bisa jadi hanya sikap pura-pura. Hal tersebut disampaikan Prof. Dr. Jumadi, M.Pd., pada acara Rapat Terbuka Senat Pengukuhan Guru Besar UNY, 30/3, di ruang sidang UNY. Prof. Jumadi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Teknologi Pembelajaran Fisika pada FMIPA UNY. Dalam pidato ilmiahnya berjudul “Penyusunan Taksonomi Tujuan Pendidikan Ranah Spiri­ tual dan Implikasinya dalam Teknologi 34

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9

Pembelajaran Fisika, ia menyatakan kelemahan penilian ranah spiritual sementara ini bisa dianggap wajar mengingat sampai saat ini belum ada keten­tuan formal menyangkut taksonomi tu­juan pen­didikan ranah spiritual. Dan, kini sa­ngat perlu usaha penyusunan takso­ nomi ini. Dalam penyelenggaraan pendidikan, penilian aspek spritual dari penampilan siswa tentu tidak semudah dalam konsepnya. Apalagi taksonomi tujuan pendidikan belum pernah merumuskan aspek ini. “Bisa saja yang tampak dari luar adalah per­ formance spiritual namun sesungguh­nya adalah pamrih yang dibungkus dalam ting­ kah laku spiritual,” ujar dia. Dikatakan Jumadi, penilaian aspek

ini memerlukan evaluasi secara khusus yang aspeknya dibedakan dengan peni­ laian aspek kognitif/kecerdasaran inte­ lektual. Kiranya sumber data evaluasi (pen­didikan ranah spiritual, red.) yang le­bih tepat dari aspek kebiasaan (habit) yang tidak diawasi dalam kerja ilmiah. Dia menegaskan, ukuran kebiasaan ini sangat rumit, tidak bisa diujudkan dalam angka. Meskipun belum ada stan­ darnya, penerapan kurikulum tingkat satuan pendidian berbasis kompeten­si sangat membantu penilian ranah spiri­ tual. Sebab hasil evaluasi pembelajaran menjadi lebih operasional dengan dicantumkannya nilai ranah kognitif, afektif (perasaan) dan psikomotor (keterampil­ an fisik).


berita

Witono Nugroho

K i l as Kunjungan Belajar SMA Kediri

dokumen mipa

“Penilaian ini dipertajam dengan pe­ mahaman dan penerapan konsep dan kinerja ilmiah dari siswa. Sayangnya, belakangan terdapat kasus yang dilakukan sejumlah sekolah dengan mencantumkan nilai dalam rapor untuk mengukur aspek ranah spiritual. Kasus ini antara lain terjadi di sejumlah sekolah di DI Yog­ yakarta,” lanjutnya. Ditambahkan staf Ahli PR III UNY ini, di luar aspek pendidikan berbasis kompetensi, menurut dia penilaian ra­ nah spiritual tetap harus diutamakan dari segi kebiasaan atau habit agar ha­ sil evalua­si betul-betul menunjukkan penampil­an yang otentik atau sesungguhnya da­ri siswa. “Karena cara ini sulit, maka per­lu studi lebih lanjut untuk mengembang­kannya. Dan, jika tidak di­ mu­lai tidak akan terwujud,” ujar guru besar ke-96 UNY ini.

Dalam rangka realisasi program tentang Studi Kenal Alam dan Lingkungan, SMA Negeri Plosok­ laten Kediri Jawa Timur mengun­ jungi FMIPA UNY pada Senin, (4/5), dengan didampingi 5 guru yaitu Sutanto, BA sebagai ke­ tua rombongan, M. Taruqi S, Eri Hartini, S.Pd, Zunaidi Asa’ad, S.Pd dan Yeni Triwibowo serta 75 siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah bekal tambahan wawasan, pengetahuan dan ketrampilan yang lebih luas di luar sekolah khususnya tentang perguruan tinggi. Rombongan diterima di Ruang Sidang FMIPA UNY dan disambut oleh Dekan FMIPA Dr. Ariswan didampingi oleh Pembantu Dekan III Suyoso, M.Si, Kajurdik Matematika Dr. Hartono, Kajurdik Kimia Dr Suyanta dan Kaprodi Pendidikan Biologi Suratsih, M.Si. Rani

Rekrutmen Alumni Fakultas Teknik Uny

pelatihan

YEES adakan pelatihan di MGMP Purwokerto Dalam rangka peringatan hari ulang tahun YEES yang ke-2 YEES mengadakan pelatihan pembelajaran inovatif dan kre­atif yang diadakan pada hari kamis, (2/4). Acara berlangsung di SMAN Purwokerto dan merupakan alumni project yang didanai oleh Council For Economic Education Education (CEE) United Sates Departement of State,. Acara bertajuk In­tro­ductory Workshop on Economic for Eco­nomic Teachers dihadiri 160 guru eko­ nomi SMA. Peserta tidak hanya berasal dari Kabupaten Banyumas, namun juga Banjarnegara, dan Cilacap. Instruktur pa­da pelatihan ini adalah Losina Purnastuti M.Ec.Dev, Daru Wahyuni M.Si, Aula Ahmad Hafidz M.Si dan Kiromim Baroroh M.Pd. Materi yang disampaikan pada workshop kali ini antara lain GDP, Inflasi, exchange rate. Kirom

Para alumni Fakultas Telknik (FT) UNY mengikuti proses Rekrutmen PT Bukaka Teknik Utama yang diselenggarakan di Gedung KPLT FT UNY pada Selasa (14/4), dimulai pukul 09.00 s.d pukul 14.oo WIB. Test meliputi Psikotest dan wawancara. PT Bukaka Teknik Utama menilai bahwa para Alumni FT memiliki kompetensi dalam bidang teknik, memiliki kemampuan siap terjun ke Industri yang dibutuhkan oleh Perusahaan itu. Peserta yang memgikuti psikotest dan wawancara penuh harap menunggu giliran bersemangat, serta optimis akan kemampuan mereka. Rani

Rombongan KKL UNJ ke UNY Bertempat di Cine Club FBS UNY, Selasa (28/4), sebanyak 30 mahasiswa jurus­ an Pendidikan Perancis, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) melakukan kunjung ke jurusan Pendidikan Bahasa Perancis, Fakultas Bahasa dan Seni, UNY. Dalam kegiatan tersebut, seorang mahasiswa UNJ, Eka Sujatmika, mengutara­ kan bahwa kegiatan ini dirancang laiknya program Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Makanya, selain mereka berkunjung ke UNY, mereka juga mengunju­ngi pusat-pusat kebudayaan Yogyakarta, seperti Malioboro, Parangtritis, dan Sendratari Ramayana. Tata Irawan

Ayo Meneliti Dunia Penelitian sungguh menarik dan memiliki daya pikat bagi mahasiswa karena dengan penelitian kita bisa mengetahui berbagai keganjilan dengan disajikan secara ilmiah. Jadi tidak hanya sekedar lisan tetapi kita bisa mem­ butktikan dengan ilmiah. Hal itu dipaparkan oleh Das Salirawati, M.Si pada Seminar dan Workshop PKM, Sabtu (25/04) bertempat di ruang aula Lt II FMIPA UNY. Acara ini diselenggarakan KSI MIST FMIPA mengambil tema ”Satu Perjalanan Konkret Menembus PKM 2009”. Selain Das Selirawati, seminar tersebut menghadirkan Hermanto. Ahmad Natsir

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

35


opini

UNIVERSITAS DALAM PARADIGMA BARU O l e h S udaryanto, S ,Pd .

S

kalam/pewara

etiap ayunan langkah kita pasti ada nilai filosofinya. Demikian pula ayunan lang­­kah universitas. Sejatinya, nilai fi­ lo­sofi terkandung dalam bangunan sinergi antara keunggulan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kemanusiaan. Di ambang jendela globalisasi, sesungguhnya gerak universitas terayun secara mantap dan konsisten. Namun, pelbagai tantangan dan hambatan di era milenium ketiga coba menghadang di tengah jalan. Kita sadari, riak gelombang zaman seolah tak putus. Jika tiang-tiang universitas tak bisa me­nahannya, akan terbawa arus liberalisa-

36

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9

si. Hal ini perlu disadari semua pihak, khususnya para mandarin kebijakan di gedung utama uni­ver­sitas. Bahwa tugas universitas tak hanya men­trans­fer ilmu pengetahuan dan teknologi. Lebih daripada itu, universitas diharapkan juga memiliki misi pokok, menghimpun sekaligus mentransfer nilai kepada generasi baru. Mengutip pandangan novelis dan negara­ wan Inggris, Benjamin Disraeli, universitas harus menjadi tempat penerangan (light), pembebasan (liberty), dan pembelajaran (learning). Seperti dituturkan anggota parlemen Inggris, Lord Sainsbury, universitas berperan sebagai agen pertumbuhan ekonomi di samping tetap memainkan perannya, mendidik kaum muda dan mentransfer ilmu-ilmunya. Pendek kata, uni­versitas senantiasa memiliki peran ganda. Adanya peran tersebut diharapkan mampu menjawab tantangan pada era milenium ketiga ini. Dalam tataran ini bisa kita tegaskan, univer­ sitas harus mampu mencetak sarjana yang berilmu dan bernilai tinggi. Nilai-nilai yang perlu disemaikan pada orang-orang muda: kerja keras, hormat kepada orang lain, cinta ilmu pe­ ngetahuan. Persemaian nilai tersebut diharapkan mampu mendukung pembangunan karak­ ter bangsa (nation character building). Dengan itu, performa bangsa lebih mengemuka dengan tampilnya SDM yang cakap dalam keilmuan dan berkarakter. Lihatlah India, China, dan Korea yang perlahan namun pasti men­ jadi macan Asia, bahkan menjadi kompeti­tor Jepang dan Amerika. Ini merupakan tanda pres­ tasi yang berkilau bagi sesama negara Du­nia Ketiga yang mulai bisa menapaki tangga suk­ ses negara Dunia Pertama. Kesuksesan India, China, dan Korea dipicu oleh besarnya perhatian pemerintah di sana terhadap bidang pendidikan. Untuk itulah, kita perlu juga meniti langkah-langkah mereka. Da­lam tataran pendidikan tinggi, perwujudannya bisa diarahkan kepada lingkup universitas dengan satu tema: konvergensi antara nilai-ni-


opini lai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan nilai-nilai budaya. Dari sinilah, kita lantas bisa mencerahkan bangsa Indonesia. Rumusan ideal terakhir itu sungguh mena­ rik, jika kita kaitkan dengan impian besar bangsa ini, yakni menjadi sejajar dengan bangsa lainnya di gelanggang regional dan global. Sei­ ring dengan terbukanya gerbang globalisasi, mau tidak mau pengasahan otak SDM di semua jenjang pendidikan perlu diimbangi de­ ngan penyemaian jiwa yang humanis. Jika ti­ dak, justru yang merebak adalah semacam ano­mali yang jamak terjadi. Catatan buruk Indonesia dalam gelanggang negara pengguna information communication technology (ICT), itulah buktinya. Tony Chen, perwakilan Microsoft untuk Indonesia (Kom­ pas, 21/11/2006) bertutur, kita juara tiga dalam pembajakan ICT (87 persen), di bawah Zimbab­ we (91 persen), dan sebuah negara lainnya. Ini dipicu oleh pelbagai penyebab. Pertama, kita belum mampu berproduksi akibat ter­ba­tas­ nya SDM yang cakap di bidang itu. Penyebab lain, minimnya penguasaan bahasa Inggris dan melek komputer sebagai pendukung pranata transformasi ICT di Tanah Air. Ini sangat berbeda dengan dua negara jiran, Malaysia dan Filipina, yang sudah membudaya­kan penggunaan bahasa Inggris sejak bangku sekolah. Juga, buku-buku teks berbahasa Inggris sudah jadi kebutuhan. Wajar, jika kedua­nya kini sudah berlari dalam gelanggang inter­nasional. Bagaimana dengan kita? Kita masih berkutat pada wacana itu-itu saja. Padahal, seyogia­ nya kita saat ini perlu merancang universitas dalam paradigma baru, yakni komunitas berdaya cipta (creative community). Meski sulit digenggam, usaha ke arah sana harus tetap dilakukan. Misalnya, dengan penciptaan kultur ilmiah-akademik yang sarat dengan penelitian, diskusi, dan seminar. Hal itu perlu ditanamkan sejak awal guna mewujudkan sarjana yang krea­ tif dan kritis. Universitas akan berkembang dalam paradigma baru manakala kepemimpinan teladan sudah ditampakkan. Terlebih lagi jika kepemim­ pinan itu sudah mulai bertindak nyata. Dengan pemenuhan sarana-prasarana, terutama di bidang ilmu pasti dan teknologi, kelak universitas bisa berkembang pesat sebagaimana prediksi. Dosen, mahasiswa, serta perangkat di dalamnya harus menjadi motor penggerak. Pendirian Center for Academic Excellence

Universitas akan berkembang dalam paradigma baru manakala kepemimpinan teladan sudah ditampakkan. serta Center for Student Development (CSD) misalnya, yang diharapkan bisa merang­kul dosen dan mahasiswa. Keduanya jika bertemu dalam ruang yang sama, kelak bisa mengatasi kelemahan kurikulum yang ada, dan — ini yang terpenting — bisa mengasah kecer­dasan emosional (EQ) serta keahlian interpersonal mahasiswa. Dari sinilah putaran roda universitas bisa, perlahan namun pasti, berputar ke depan. Jejaring tantangan di era globalisasi makin marak. Untuk itulah, universitas diharapkan mam­pu tegar dan tidak mudah tunduk pada eko­nomi pasar. Seyogianya, universitas menjadi “oposisi” sejati dengan performa terbaiknya, bah­wa pendidikan tetap berorientasi proses, bu­ kan semata-mata hasil. Dari situlah kemudian muncul dua kunci: mandiri dan berani! Tentu, untuk menampilkan keunggulannya di pentas nasional dan internasional. Mengutip imbauan Paus Yohanes Paulus II, universitas diharapkan memiliki pijakan humanistis agar tidak tergoda mengabdi pada ilmu pengetahuan yang pragmatis, sehingga justru kehilangan maknanya bagi kehidupan. Guna mewujudkannya, idealisme perlu terus dipacak lewat eksperimen akademis yang menawarkan kajian budaya dengan multidisiplin ilmu. Jika itu terwujud, kelak pengembangan jiwa humanis akan disambut positif oleh publik. Di simpul itu, eksistensi universitas tidak bisa lepas dari masyarakat. Sadar atau tidak, PT ha­rus mau belajar dari masyarakat untuk bisa menggembleng sisi-sisi humanismenya. Ilmu yang digapai oleh universitas pada akhirnya memiliki daya guna di masyarakat. Bukan rahasia umum lagi, banyak universitas di Ta­nah Air masih memosisikan dirinya seperti “menara gading”, bukan “menara air”. Nah, posisi mana yang kita inginkan?

Sudaryanto, S.Pd. Aktifis di Pusat Studi Penalaran dan Kepenulisan (Puspek)

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

37


opini UNY ANTI PAKELIRAN GAYA YOGYAKARTA? O l e h P ro b o H a r j a n t i

T

ahun ini adalah kali ketiga penulis sebagai mahaiswa PKS di UNY menangi acara Dies Natalis UNY yang selalu diakhiri dengan acara wayangan sema­ lam suntuk. Wayang kulit (purwa) untuk kesekian kalinya dijadikan puncak acara Dies Natalis, setelah sebelumnya diselenggarakan berbagai acara pendukung. Untuk ketiga kalinya pula penulis mendengar dalang pengisi acara puncak tersebut adalah dalang kondang dari Surakarta, Ki Anom Suroto. Entah sudah kali keberapa Ki Anom mayang di acara Dies UNY. Kenyata­ an ini menyisakan tanda tanya besar di benak penulis, kenapa selalu Ki Anom? Tidak adakah dalang lain yang layak tampil di acara diesnya UNY? Atau, sudah ada kontrak eksklusifkah UNY dengan beliau? Atau panitia Dies UNY silau melihat kebesaran nama Ki Anom, sehingga selalu Ki Anom yang harus tampil? Mungkinkah panitia Dies takut pada saat wa­ yangan penontonnya sedikit? Padahal yang namanya wayang kulit sudah punya penonton fanatik, di mana pun akan diburu penonton, apalagi gratis. Kalau sekedar takut penontonnya sedikit, alangkah naifnya! Kalau hanya mau ditonton banyak orang, bisa saja mahasis­wa diberi tugas membuat karya tulis berdasarkan apa yang dilihat dan didengar saat melihat wa­ yang itu. Tugas bisa dilekatkan pada mata ku­ liah tertentu yang relevan. Menonton tidak ha-

Andai saja jawabnya karena tidak kenal dengan dalang gaya Yogyakarta, lebih aneh lagi, karena banyak pihak yang bisa memberikan referensi untuk itu. 38

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9

rus semalam suntuk, mungkin satu atau dua jam saja, yang penting mahasiswa dapat mengapresiasi wayang, salah satu warisan budaya bangsa. Pertanyaan berikutnya, kenapa UNY cen­de­ rung selalu mementaskan wayang kulit gaya Surakarta saja dan tidak memberi ruang untuk pementasan wayang kulit gaya yang lain, Yogyakarta misalnya. Apakah UNY anti pakeli­ ran gaya Yogyakarta? Kalau jawabnya ‘iya’ lan­ tas kenapa? Apakah dalang wayang gaya Yog­ ya­karta tidak ada yang layak ditampilkan di UNY tercinta ini? Sebagai orang Yogya dan se­ ba­­gai guru saya sedih dengan kenyataan ini. UNY yang tumbuh dan besar di Yogya tidak mau ikut mengembangkan budaya lokal (khu­ sus­­nya wayang). Bukankah kata-kata bijak ‘Di ma­na bumi dipijak, di situ langit dijunjung’ selalu relevan diterapkan kapan pun dan di mana pun. Ataukah mungkin ini merupakan pesan­an pihak-pihak tertentu? Jika ya, sayang sekali! Andai saja jawabnya karena tidak kenal de­ ngan dalang gaya Yogyakarta, lebih aneh lagi, karena banyak pihak yang bisa memberikan refe­rensi untuk itu. Lagi, kalau memang belum mengenal pedalangan gaya Yogyakarta, melalui wa­yangan dies kita semua bisa menge­ nal le­bih dekat. Tentu saja dengan semangat bera­presiasi, tidak berbekal rasa curiga atau ti­ dak suka. Buka lebar-lebar pintu estetika kita ma­sing-masing agar bisa lebih mengenali keberagaman budaya (wayang). Tentu kita tidak boleh menganggap wayang Surakarta lebih bagus daripada wayang Yogyakarta, atau sebalik­ nya. Keduanya memiliki ciri dan keunikan ma­ sing-masing. Dengan sering melihat, nantinya kita akan dapat merasakan perbedaan janturan antara Yogya dan Solo. Mari kita nikmati perbe­ daan sabetan antara Yogya dan Solo, suluknya, antawecananya, cara memainkan cempala dan kencrengnya, dan setrusnya. Kalau mau, UNY sebagai institusi besar mesti­ nya mampu ikut cawe-cawe menyapa budaya


opini lo­­kal maupun regional, sekaligus mengajak se­ ge­nap sivitas akademika untuk lebih menge­ nalnya. Mahasiswa UNY datang dari berbagai penjuru Nusantara, mereka perlu mengenal budaya daerah tempatnya berpayung saat mereka menun­tut ilmu. Tinggal di suatu tempat berarti sekaligus belajar budaya daerah itu. Nantinya, ketika mereka kembali ke daerahnya masingmasing dapat bercerita, seperti apa wayang Yog­ yakarta, tariannya, dan bahasanya. Dalang-dalang muda di Yogyakarta tidak se­ di­kit. Yang klasik ada, yang inovatif ada, yang cam­puran juga ada. Dalang senior juga banyak, bahkan yang doktor pun ada. Jadi, tunggu apa lagi? Saatnya UNY menyapa keberadaan mereka, syukur bisa turut membesarkannya. Dewasa ini banyak pemerhati pendidikan yang mera­ sa prihatin terhadap generasi yang tidak lagi mengenal nilai-nilai lokal dan cenderung berperilaku tidak menghargai orang lain (yang le­ bih tua). Penanaman budi pekerti dan nilai-nilai sikap sekedar ditempelkan pada mata pelajaran yang dianggap relevan (dan mau ditempeli). Melalui pewayangan yang di dalamnya terdapat semua cabang seni, nilai-nilai budi pekerti tersebut disampaikan dengan lebih mudah. Bukankah kalau kita ingin menggapai langit, kaki kita harus menghunjam bumi dalam-dalam. Diharapkan, generasi muda kita tidak menjadi orang yang kleyang kabur kanginan, menjadi generasi yang tercerabut dari akar budayanya, alumni UNY menjadi generasi yang membumi, namun mampu menggapai langit. Di negeri tercinta ini banyak sekali aliran wa­ yang. Di Jawa saja ada Yogyakarta, Surakarta, Banyumasan, Jawa Timuran, Sunda, dan lainlain. Alangkah baiknya kalau sesekali UNY menampilkan dalang lain, dan gaya pakeliran yang lain. Mungkin bisa saja bergiliran, baik orangnya maupun gaya pakelirannya. Dengan begi­tu, mahasiswa, dosen, dan karyawan UNY sema­kin luas wawasan seninya, karena sering disuguhi tontonan yang sekaligus menjadi tuntunan dari berbagai daerah. Nantinya, insan-insan cendekia di UNY menjadi kian arif karena mampu me­nyaring tuntunan dari yang ditontonnya. Apa­lagi kalau sang dalang termasuk dalang awi­carita yang menguasai dua belas macam keahlian. Akhirnya, penulis sangat berharap, untuk wak­tu-waktu mendatang UNY tidak hanya ‘apa­ lan’ dalam menampilkan dalang (itu-itu saja), seo­lah tidak mau menyapa dalang lain dan gaya

kalam/pewara

pakeliran lain. Kalau memang begitu dalam cinta UNY kepada Ki Anom, bisa saja pergelaran di­buat selang-seling. Baguskan untuk apresiasi kalau sesekali menonton wayang dan dalang yang berbeda? Sebagaimana orang makan tentu butuh selingan, butuh variasi, karena seenak apa pun makanan itu, akan membuat bosan juga kalau yang dimakan tiap hari itu-itu juga. Kadang-kadang menikmati pakeliran gaya Yoyakarta, gaya pesisiran, dan seterusnya tidak berdosa kan? Justru sebuah keharusan! Biar kita lebih kenal Bima-nya Yogya, Kresnanya, Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong Yogya, dan seterusnya. Kita tunggu tahun depan. Selamat Ulang Tahun untuk UNY!

Probo Harjanti, S.Pd. guru SMPN 3 Gamping Sleman

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

39


resensi buku

Menengok Budaya Melayu-Tionghoa yang Eksotik Oleh Inun g Setyami

A

ntologi cerpen Malam Buta Yin merupakan buku kumpulan cerpen yang di dalam­nya memuat multikultural bu­da­ ya (Melayu-Jawa-Cina). Buku ini ditulis oleh Thomas Sunlie Alexander sebagai buku kumpulan cerpen perdananya. Sebagian dari cerpen-cerpen yang ada dalam Malam Buta Yin tidak lepas dari latar budaya Tionghoa. Melalui Malam Buta Yin yang ditulis lelaki kelahiran 7 Juni 1977 ini, pembaca dapat mengetahui lebih banyak menge­ nai budaya dan kehidupan orang-orang Melayu-Tionghoa yang begitu kompleks dan beragam akan tetapi jarang diketahui oleh masyarakat luas akibat politik diskriminasi orde baru. Pada masa itu, estetika, budaya, sikap sosial, dan politik yang berbau Tionghoa benarbenar dibungkam. Cerpen-cer­pen di da­­lam buku ini merupakan ke­ku­at­an me­ne­­ro­­bos pembangkangan ter­ha­dap hal-hal yang berbau Cina di ma­sa lalu. Hal ini bisa saja merupakan si­kap pro­ tes atau ungkapan ketidak setujuan pe­ ngarang yang berlatar belakang peranakan Tionghoa di Bangka Belitung. Karya ini selain dapat memperkaya khasanah sastra Indonesia juga akan menambah wawasan pembaca tentang kisah-kisah Melayu-Tionghoa di Indonesia. Lelaki lajang keturunan Tionghoa Bangka ini benar-benar membumbui cerpen-cerpennya dengan kehidupan Ti­­ong­hoa yang memiliki kekhasan ter­ sen­diri. Sehingga bukan tidak mungkin apabila kisah-kisah atau bahkan si­­kap hidupnya ikut “kecemplung” di da­­lam karya-karya yang berhasil diselesai­kan­ nya. Seperti salah satu teori yang di­se­­ butkan dalam teori Abrams menyata­ 40

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9

Malam Buta Yin Sunlie Thomas Alexander • ISBN 928979-1104-22-7, Januari 2009 • x +178 halaman

kan bahwa karya yang dihasilkan seo­rang pengarang dapat merupakan cer­min jiwa pengarangnnya sehingga sa­ngat memungkinkan adanya hubung­ an antara karya dan pengarangnya. Sunlie begitu cerdas menanak kata-kata dengan perumpamaan-perum­ pa­maan yang begitu indah dan menggugah. Di dalamnya terdapat romansa yang sungguh hidup, cerita mengalir tanpa paksaan. Melejitkan cerita-cerita,

budaya, mitologi Cina, kepercayaan-kepercayaan tradisional, legenda dewa dewi dan keagamaan yang diulas begitu estetik. Ingin tahu lebih banyak tentang Malam Buta Yin? Jalan terbaik adalah: Bacalah sege­ra!

Inung Setyami Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia UNY


bina rohani

AKAR KETENANGAN JIWA O l e h S vendriyati A sthari

O

rang berpendapat relatif ter­ ha­dap ketenangan jiwa. Se­ bab, ketenangan jiwa belum dapat diukur. Namun, orang yang objektif dalam menilai sesuatu akan mengetahui jalan yang paling ba­ ik, dekat, dan aman untuk mendapat­ kan ketenangan jiwa: mendekatkan diri pada Ilahi, dengan selalu memper­ ta­hankan agamanya. “Maka berpegang­ teguhlah kamu kepada agama yang te­lah diwahyukan kepadamu. Sesungguh­nya kamu berada di atas jalan yang lurus” [Qs Az-Zukhruf (43): 43]. Ketenangan jiwa adalah kebahagiaan manusia yang tidak terbeli. Ketenangan jiwa tentu tidak dapat dinilai secara no­ mi­nal, melainkan sangat bergantung pada fluktuasi perubahan perasa­an yang berbeda pada setiap orang. Manusia de­ng­an akalnya akan selalu menca­ri cara untuk mampu mendapatkan kete­ nangan jiwa. Manusia mendapatkan pengertian ketenangan jiwa sebagai sebuah reaksi perasaan. Tidak semua mengerti tingkat dan parameternya. Tetap saja ketenangan jiwa menjadi dambaan setiap manusia. Entah menyukai perang atau perdamaian, seseorang tetap akan merindukan ketenangan jiwanya. Kisah-kisah romantis juga telah menjadi penyampai kuatnya keinginan mendapatkan ketenangan jiwa. Ketenangan jiwa sangat dirindukan Qais Ibnu Maluh saat jiwanya terjerat cinta kepada Layla Amirah. Ketenangan jiwa diupayakan Yusuf a.s. dengan pilihan dipenjara daripada berbuat mesum dengan Zulaikha. Kisah-kisah percintaan yang selama ini mejadi kontroversi telah membawa ke sebuah kenyataan. Ketenangan jiwa tidak dapat diraih dengan mudah,

kalam/pewara

kalam/pewara

melainkan harus melewati berbagai cobaan yang mungkin berat. Namun, tidak ada yang tidak mungkin. Sebuah kejadian sering terkait dengan kejadian yang lain. Setiap peristiwa selalu mendatangkan runtutan periswa berikutnya. Ada sebab, pasti ada akibat. Semua tercipta berpasang-pasangan. Semua peristiwa saling berkesinambungan. Sebab-akibat disebut sebagai proses cobaan yang harus dialami manusia. Namun, adakah takaran cobaan kepada

setiap manusia? Bagaimana mengatasi cobaan yang berbeda kerumitannya? Bukankah manusia diciptakan berbeda akal dan naluri? Sebuah hadist menyatakan: [“Siapakah manusia yang paling besar cobaannya?” Rasulullah saw menjawab, ”Para nabi, kemudian yang lebih rendah, dan yang lebih rendah. Seseorang akan diuji sesuai kadar agamanya. Bila lemah agamanya, ia diuji sesuai kondisinya. Maka, ujian-ujian terhadap seseorang akan terus menimpa, sehingga berjalan di atas bumi tanpa disertai kesalahan (dosa) sedikit pun”] (HR Bukhari; Sebuah jawaban Muhammad saw dari pertanyaan Sa’ad bin Abi Waqqas). Sesungguhnya, ketenangan jiwa lebih mudah mendapat­ kan kebahagiaan daripada ke­lim­pahan harta. Bersikap de­ngan mengedepankan ke­ ikh­las­an dan kejujuran seba­ gai penguat intuisi. Sungguh yakinlah, ketenangan jiwa memang sangat didambakan manusia. [“Barangsiapa di antara kalian yang di waktu pagi berhati tenang, berbadan sehat, dan punya makanan untuk hari itu, maka seakan-akan ia telah memiliki dunia dan seisinya”] (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah). Manusia adalah makhluk yang hidup dengan tugas penting, yaitu sebagai pemimpin (khalifah). Tetapi, tidaklah posisi pemimpin yang sejati dapat diraih dengan mudah. Cobaan akan setia menemani langkah kepemimpinannya. Ketenangan jiwa selalu ingin diraih manakala rasa lelah mengatasi cobaan yang begitu menyesak dada.

Svendriyati Asthari pegiat CES Yogyakarta

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

41


cerpen

Perempuan Berbaju Lusuh

kalam/pewara

O l e h T inta Z aitun

42

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9

Aku melihatnya lagi. Perempuan berbaju lusuh mengenakan kain kecil segitiga sekedar menutup kepala, membawa buntel­ an dalam gendongannya – mungkin baju, minuman, atau sisa makanan untuk nanti. Usianya sekitar 50-an. Tangannya yang kurus memegang gelas aqua. Kulihat ada beberapa uang recehan di sana dan selembar uang ribuan. Sandal jepit butut yang sudah pudar dan hampir putus. Ia duduk di bawah pohon jambu di taman kampusku sambil menatap lalu lalang mahasiswa yang mungkin tak sadar dengan keberadaannya. Aku tercenung. Perempuan setua itu, tak memiliki keluarga? Suami? Punya anak? Seusiaku? Anaknya juga kuliah? Apa yang sedang ia pikirkan tentang kami? Aku seakan mende­ ngar suara hatinya. Dari tatapan lemah matanya seakan terbaca. Andai aku bisa menguliahkan anakku juga, pasti aku akan bangga sekali. Andai di antara mereka adalah anakku, berjalan menenteng buku, mengenakan baju layaknya mahasiswa, bersepatu, dan tentunya tidak seperti aku, berbaju lusuh dan berdebu. Hatiku teriris. Pedih. Mana pemerintah yang seharusnya bertanggung jawab atas kenyataan ini? Mana jaminan kehidupan untuk orang–orang terpinggirkan seperti mereka? ”Bu Lusi datang. Ayo masuk, Jeng,” kata teman sekelasku, Lisa. ”Lis..” kalimatku menggantung. ”Kenapa?” tanyanya sambil menyeretku masuk. ”Ibu pengemis itu...” Bu Lusi masuk. Kuliah dimulai. --Tergesa aku menuju sekretariat Himaku. Ada rapat. Kupercepat kakiku sambil mencari HP di tasku yang berde­ring, misscalled. Ups.. hampir nabrak orang. Oh Tuhan, perempuan berbaju lusuh yang lain. Refleks ia mengulurkan baskomnya padaku. Ada recehan uang di sana. Lemah, matanya sayu, wajahnya tidak menyiratkan semangat sedikit pun. Ingatanku melayang kepada ibuku. Ibuku buruh tani. Berangkat ke sawah orang dengan baju yang lusuh, penutup kepala dari kain agar tidak kepanasan, capingnya hampir tidak melindunginya dari panas, tanpa alas kaki. Tapi ia selalu berangkat dengan senyum. Pikiranku mengalir liar. Andai ini ibuku? Andai ibuku yang keadaannya seperti ini? Mataku memanas, aku tidak rela. Kuambil receh dari tasku.


cerpen ”Maaf, Bu, cuma segini.” Tersenyum lemah dia mengangguk dan berterima kasih. Suatu hari, salah satu perempuan berbaju lusuh itu membawa gadisnya. Mungkin 6 tahunan. Pakaiannya juga lusuh, sandal jebit, muka gosong kepanasan, rambut berantakan, tentu dengan mangkok tempat uang receh. Ia hampiri seorang mahasiswa yang sedang membaca buku di taman, menodong lebih tepatnya, mengharap ada uang masuk ke sana. Ingatanku kembali ke masa kecilku. Di usia 6 tahun, tak jauh beda dengannya. Ingat sekali ketika ibuku menggamit lenganku, menggandeng, menggenggam erat, menuntunku berjalan melewati pematang. Ia bawakan aku serantang nasi, sayur kangkung, dan tempe goreng. Mengantarku pergi ke sekolah pas hari pertama masuk. Ibu tersenyum melam­ bai saat aku harus masuk kelas, pertama kali aku diajari arti berpisah dengannya. Aku tiba–tiba rindu ibu. Hatiku berair, sesak. --Hari–hari selanjutnya adalah kesibukanku yang luar biasa. Himaku sedang menyiapkan agenda besar: Workshop Penulisan Kaya Ilmiah Tingkat Jogja. Sebagai koordinator sie acara tentu aku harus mondar-mandir tiap hari. Mengundang pembicara, memastikannya, schedule time, koordinasi memastikan sinergitas langkah, mengecek peserta, dan seabrek lainnya. Ini tugas tim, tapi tetap saja aku yang merasa paling bertanggung jawab. Kepalaku berat. Dua hari lagi hari-H. Aku pulang agak malam hari ini, habis Isya’. Tadi setelah rapat masih harus ketemu tim Technical Meeting untuk besok pagi. Sendiri kukayuh sepedaku, melewati pinggiran kampus yang mulai sunyi. Masih ada beberapa mahasiswa, mungkin mereka juga sibuk menyiapkan agenda Ormawanya. Dalam temaram, di emperan gedung musik bagian belakang, tatapanku terpaku. Perempuan berbaju lusuh itu di sana. Berba­ ring di atas koran, berbantal buntelan bajunya. Apakah ia sudah makan? Bersamanya ada seorang laki–laki, penampilan serupa, agak lebih tua. Siapa dia? Suaminya? Bapaknya? Saudara­nya? Atau sekedar bertemu karena nasib yang sama sebagai gelandangan? Ya Tuhan, bagaimana kalau ternyata mereka ti­dak memiliki hubungan keluarga, lantas mereka hidup bersama? Bagaimana kalau mereka tidak menikah lantas sekedar memutuskan untuk hidup bersama? Salah siapa? Kukayuh sepedaku lebih kencang, semakin malam. --Kepanikan luar biasa. Salah satu pembicara tak bisa ha­dir. Ketua panitia terang langsung mendampratku. ”Katanya kemarin semua sudah fiks. Bagaimana ini? Harusnya kalau tidak bisa hadir konfirmasi minimal sehari sebelumnya. Kamu juga sudah bilang pada beliau kan, Jeng? Bagaimana kalau acara ini gagal? Siapa yang kena akibatnya?”

Kuterima dengan pasrah. Siapa yang menduga kalau ter­ nyata pembicara yang rencananya mengisi untuk sesi kedua malah ada acara lain yang katanya lebih penting. ”Ajeng, tahu kan ini tanggung jawab siapa untuk mencari penggantinya? Semoga sukses!” Dia berlalu. Huh.. sadis. Aku gemetar. Bagaimana kalau tak ada yang bisa mengganti? Apa acara ini harus dikensel, ditunda, de­ ngan alasan memalukan? Pasti berefek buruk pada Himaku ke depan kalau ini sampai gagal. Dan ini salahku? Harus­nya, setidaknya kemarin aku mencoba menghubunginya lagi. Aku sungguh tertekan. Teman–teman tentu tak bisa menyalahkanku. Dengan gemetar kutelpon pembina Himaku. Minta maaf sekaligus saran untuk rekomendasi pembicara. Alhamdulillah, beliau memaklumi dan langsung menyuruhku menghubungi Pak Jafar, dosen Bahasa Indonesia yang paling senior. Cukup sulit juga menghubungi Pak Jafar. Namun, akhirnya bernafas lega ketika beliau menyanggupi untuk hadir, meski kurang persiapan. Aku lega. ’Tidak masalah, Pak. Asal acara ini tetap berlangsung. Peserta puas atau tidak, aku hanya mengusaha­ kan semampuku, reputasi kami sangat berharga,’ batinku pasrah. Acara selesai jam 3 sore. Alhamdulillah tidak terlalu buruk. Evaluasi singkat setengah jam selesai. Panitia membereskan sisa–sisa workshop. Sampah sisa kertas dan makanan beranta­ kan di ruang seminar. Huh..budaya Indonesia, tidak malu buang sampah sembarangan. Aku keluar membawa sekardus sisa makanan menuju tempat pembuangan sampah di belakang sekret Himaku. Berat. Brak..brus. Kuhamburkan begitu saja dan kutinggal pergi. Gontai, capek. Dalam hati aku protes, di mana sie kebersihan itu. Harusnya cowok–cowok yang angkat–angkat. Aku menggerutu. Baru sepuluh langkah kutinggalkan tempat itu, terdengar keributan di tempat aku tadi buang sampah. Dari balik tembok tempat kuberdiri aku mencoba mendengarkan. Aku berbalik ke tempat tadi. Nafasku tiba–tiba makin berat. Perempuan–perempuan berbaju lusuh itu. Mereka berebut makanan, sisa makanan. Lihat semangat mereka membolak–balik kardus sisa makanan. Tiga orang perempuan berbaju lusuh, begitu semangat mengaduk–aduk sampah yang tadi kubuang. Mencari makanan yang masih bisa dimakan. Aku tertegun. Ada senyuman, lihatlah. Mereka tersenyum. Ada binar di sana, lihatlah. Matanya memancarkan semburat sema­ngat. Sekejap. Lalu kembali semua senyap. Aku terkesiap. Ibu, ma­ afkan aku. Hanya bisa goreskan pena atas kisahmu. Januari 2009

Tinta Zaitun Mahasiswa UNY

P e wa ra Din a m i ka a p ri l 2009

43


puisi•geguritan•tembang Sajak Jauharotul Farida Hanya hitam yang menyapa Kala jiwa ingin manja Sayup-sayup terdengar rintihan Aku butuh Dia…

Doa menyeruak dari balik kerongkongan Moga mukjizat itu segera bertandang Bersua dengan raga yang terbaring tenang Menanti sebuah kepastian

Di pojok ruang yang serba putih Duka menari-nari gembira Lara berpesta pora Mereka tertawa penuh makna

Akankah Dia… Memberikan kehidupan atau kematian Aku butuh Dia…

Suka lari entah kemana Bahagia pun murung tak berdaya Senang tak berani angkat muka Semua pasrah dengan kehendak-Nya

‘Tuk jawab semua kebimbangan Sungguh, aku butuh Dia… Tuhan Seru Sekalian alam Kudus, 28 Maret 2007 22 :23

pojok gel itik

kalam/pewara

PEMIMPIN

Umarmadi : Kamu jadi dilantik sebagai pimpinan di kantormu? Umarmoyo : Iya. Kenapa? Umarmadi : Ya...nggak kenapa-napa? Umarmoyo : Terus? Umarmadi : Pimpinan itu mesti cerdas! Umarmoyo : Insya Allah. Umarmadi : Pimpinan itu mesti 44

P ewa r a Di n a mik a a p r i l 2 0 0 9

amanah! Umarmoyo : Insya Allah. Umarmadi : Pimpinan itu musti rendah hati! Umarmoyo : Insya Allah. Umarmadi : Kamu ini pimpinan apa? Umarmoyo : Iya. Aku ini memang pimpinan insya Allah. Umarmadi : Sebelumnya juga coblosan, contrengan, atau …? Umarmoyo : Ya pokoknya ada pemilihan lah. Umarmadi : Kalau begitu ada yang kalah ya? Umarmoyo : Ya iya lah! Emang kenapa? Umarmadi : Yang kalah tak perlu sedih! Umarmoyo : Kenapa? Umarmadi : Kekalahan itu awal kesuksesan!

Setelah diikuti dengan introspeksi, kontemplasi, dan pembenahan sanasini-situ, artinya pintu sukses terbuka lebar. Umarmoyo : Terus, yang menang seperti aku piye? Umarmadi : Yang menang tak perlu ketawa lebar! Umarmoyo : Kenapa? Umarmadi : Kemenangan itu awal keburukan! Jika tidak diikuti dengan sikap rendah hati, amanah, kreatif, inovatif, akomodatif, dst., kamu bisa menderita, karena rapormu akan banyak merahnya. Dan, kamu tak akan dipercaya lagi. Umarmoyo : …………..? ema r '09

kalam/pewara

Aku Butuh Dia


l ensa

Yang Lepas dengan Jejak Kamis, (26/3) Rombongan Kantor Kerjasama Humas dan Protokoler (KKHP) UNY melaju ke Pantai Depok Yogyakarta. Dengan suasana suka, kami menikmati ramahnya pantai. Sembari menikmati makanan dan ikan bakar siap saji, kami pun terhanyut dengan ungkapan Bu Wanti, “Saat saya menjadi pegawai IKIP, wah kampus masih ngeso, tak seperti saat ini, maju sekali. Tapi, saya sangat senang, karena saya turut terlibat di UNY.” “Mulai 1 April besok, saya tidak lagi di UNY, saya berterima kasih atas kerjasamanya selama ini. Semoga UNY, KKHP khususnya, terus maju,” tegas Sudjarwanti, SIP., penuh haru. teks: Sismono La ODe• Foto: Ahmad natsir ep


Kami Menanti Perubahan Itu Selamat atas dilantiknya Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU, Apt., sebagai Pembantu Rektor I UNY.

universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.