Volume 11 • nomor 29 April 2010
issn 1693-1467
P e w a r a
Dinamika universitas negeri yogyakarta
KABAR KOMUNITAS RELIGIUS Mengabarkan kampus UNY tidak melulu mengabarkan kegiatan akademis dan prestasinya. Kabar Komunitas religius yang begitu menjamur menjadi bagian penting kehidupan kampus dan layak untuk dikabarkan.
JANGAN HANYA BERTENGKAR DONG!!! Beberapa bulan ini anak bangsa Indonesia dipertontonkan drama politik yang luar biasa genitnya. Saling sikut, serang, tanpa etika kerap mewarnai layar kaca kita. Adu debat yang terkadang kasar dan penuh intrik politik tersebut justru tanpa disadari mencerminkan watak para anggota dewan terhormat, DPR. Atas nama kepentingan rakyat, perdebatan melelahkan dan menjenuhkan tersebut terus berlangsung; “tanpa ujung”. Namun di saat yang sama nasib rakyat yang menderita tidak dibela apalagi diperdebatkan seperti kasus hukum lainnya. Nasib buruh kontrak; nasib guru bantu; nasib petani; nasib nelayan; nasib anak-anak yang belum mendapat pendidikan yang berkualitas; dan seterusnya terasa belum mendapat perhatian. Padahal, kalau mau jujur, anggota DPR lebih baik bertengkarkan hebat soal ini. Bukan soal sana-sini, yang ujung-ujungnya hanya tawar-menawar kekuasaan. Capek deh!!!
Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • teks: Sismono la ode • SUMBER gambar: stat.k.kidsklik.com (gbr atas) dan permodalanbmt.com (GBR BAWAH)
pena redaksi
P e wa r a
Dinamika universitas negeri yogyakarta
PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sudjariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) PEMIMPIN UMUM Prawoto, S.E. PEMIMPIN PERUSAHAAN Drs. Wedho Chrisnarto PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Lina Nur Hidayati, M.M. Witono Nugroho, S.I.P. Dhian Hapsari.SS. Ariska Prasetyanawati Eka Wahyu Pramita. S. Pd. Mindiptono Akbar. SS. Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Heri Purwanto, SIP. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIK) Nur Lailly Tri W., A.Md. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Tien Kartika Komara Dewi, A.Md. (FBS) Noor Fitrihana, M.Eng. (FT) Didik Kurniawan, S.Pd. (FIP) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Sugeng Sutarto, S.Pd. (Sistem Informasi) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Sudarman Sri Widodo Maryono ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id
Setelah melewati masa-masa sulit, akhirnya Pewara Dinamika edisi April terbit tepat waktu. Bisa dikatakan bah wa masa terbit edisi April dan Maret ti dak terpaut jauh. Ya kira-kira hanya berselang waktu 10 hari. Sebuah prestasi yang sukar diperoleh. Jika Pewara Dina mika edisi Maret terbit pada minggu ke tiga April, maka alhamdulillah, Pewara Dinamika edisi april ini terbit minggu pertama Mei. Prestasi ini tentu diperoleh tidak se perti kita membalikkan telapak tangan. Akan tetapi, itu semua terjadi karena komitmen kita, baik tim redaksi maupun pembaca Pewara Dinamika yg tak henti-hentinya mendorong eksistensi majalah ini. Selain itu, kami akui kece patan dan ketepatan penerbitan edisi April ini didorong kuat oleh deadline Pewara Dinamika edisi Mei, yang harus terbit pada 21 mei 2010, bertepatan de ngan perayaan dies natalis UNY yang ke-46.
Pembaca Pewara Dinamika yg inspiratif. Kami wartakan kembali bahwa edi si ini kali tetap menyajikan informasi (berita) yang tak kalah menariknya de ngan edisi-edisi sebelumnya. Bisa dikatakan tidak jauh berbeda, jika ada per bedaannya itu hanya soal pilihan tema dan informasi yang lebih up to date. Pada rubrik laporan utama, kami sajikan liputan hiruk-pikuk komunitas religius yang hidup dan besar di kampus Ka rangmalang. Sementara di rubrik lainnya, kami tetap mewartakan berita yang secara karakteristik sama dengan berita-berita pada edisi sebelumnya. Soal rubrik laporan utama, kami war tawakan bahwa rubrik ini lahir atas gagasan berantai dengan edisi sebelum nya. Pada edisi Maret, Pewara Dinamika menyajikan liputan komunitas (ber)ke senian di kampus Ungu, FBS. Pada liput an tersebut tergambar jelas bagaimana denyut jantung komunitas tersebut dalam merebut prestasi ataupun meluangkan gagasan (ber)keseniannya. Nah, untuk untuk edisi April ini, kami juga berharap liputan tentang komunitas religius di UNY dapat tergambarkan, seba gaimana liputan komunitas berkesenian di edisi sebelumnya, bahkan lebih menarik. Karena, ruang lingkup kehi dupan komunitas pada edisi ini dibahas lebih luas; berskala universitas, sehingga pilihan angle pun lebih dinamis dan luas. Untuk itu melalui tulisan di rubrik pe na redaksi ini, kami tetap tetap menawarkan kritik dan saran,demi kesempur naan majalah yang sama-sama kita cintai ini. Terutama, untuk untuk liputan utama di setiap edisinya. Jika pu nya waktu yang sama, rubrik lain pun tetap kami inginkan ada masukkan se cara seimbang. Karena, kami percaya bahwa kritikkan pembaca amat berharga. Bahkan, menjadi inspirasi kami. Tabikku….
Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 kata), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi dengan identitas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul buku (khusus Resensi Buku). Kirimkan tulisan Anda melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY. Bagi yang dimuat, honor dapat diambil di kantor Humas UNY.
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
1
daftar isi Volume 11 • Nomor 29 april 2010
l a po ra n U ta m a
Kabar Komunitas Religius
Riska/pewara dinamika
Mengabarkan kampus UNY tidak melulu mengabarkan kegiatan akademis dan prestasinya. Kabar Komunitas religius yang begitu menjamur menjadi bagian penting kehidupan kampus dan layak untuk dikabarkan. halaman 6
24
40 opini
berita
Jangan Putar Balikkan Lembaran Sejarah
Apa Kabar Jurusan Tari? FBS itu konon milik Akademi Seni Tari (ASTI). Sekitar tahun 1983 (berdasarkan Pusat Data dan Analisa TEMPO), para pemimpin STSRI ASRI, AMI, dan ASTI berkumpul dan berkeputusan menggabungkan diri menjadi ISI.
dokumen HUMAS FMIPA
Sebelum menjadi milik Fakultas Pen didikan Bahasa dan Seni, IKIP, lahan yang kini menjadi wilayah kampus
Berita Lainnya • Lomba dan Seminar Matematika • Kompor Cantik Berbahan Bakar Bensin • Musykernas Ikahimatika • Rektor UNY Menyiidak FIK
Pro-kontra perlu tidaknya kata PKI dicantumkan dalam buku teks pelajaran SMP dan SMA dalam kurikulum tahun 2004... 45 5 46 4 1 3 26 48 48 44
bina rohani bunga rampai cerpen dari pembaca dari redaksi Jendela kabar dari luar pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi media perancang sampul: kalam jauhari
2
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
jendela KENAPA SELALU ANARKIS? Dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan, kita, segenap bangsa Indonesia, kita, segenap warga negara Indonesia, musti nya semakin dewasa. Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya–bukan hanya dalam arti merdeka dari cengkeraman kuku-kuku dan taringtaring tajam penjajah, yang kemudian berujung dengan dikumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945– tetapi sudah lebih luas dan lebih komprehensif daripada itu, sebut saja kemerdekaan secara kuantitatif dan secara kualitatif. Kemerdekaan secara kuantitatif dimaksudkan kemerdekaan yang menyangkut perikehi dupan seseorang sebagai orang seorang, maupun orang sebagai komponen suatu sistem kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan ber negara. Kemerdekaan secara kualitatif adalah kemerdekaan segenap insan dan segenap bangsa Indonesia dalam memberikan kontribusi secara positif-signifikan terhadap upaya-upaya pengembangan, pemajuan, penyejahteraan, pemakmuran, dan pemuliaan bangsa, sebut saja kemaslahatan umat Indonesia. Kedua sisi mata uang kemerdekaan tersebut mustinya kita sadari, kita hayati, dan kita amalkan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, dengan penuh kasih-sayang dan cinta, dengan titik tolak spirit ‘apa yang telah, sedang, dan akan saya berikan kepada Indonesia tercinta ini!’ Dan bukan sebaliknya! Dalam bahasa yang lebih sederhana barangkali spirit itu berbunyi ‘jangan mencari hidup di negeri ini, tetapi berbuatlah untuk menghidupi ne geri ini!’ Andai saja penyadaran seluruh elemen bangsa ini bisa seperti itu, atau berhasil sampai di sana, maka kehidupan di muka bumi Nusantara ini akan tata-titi-tentrem, gemah-ripahloh jinawi, tuwuh kang sarwa tinandur, murah kang sarwa tinumbas. Sayang disayang, perkembangan dalam kehi dupan berwarga, berbangsa, dan bernegara yang terjadi akhir-akhir ini justru mengarah pada gejala yang teramat kontra-produktif. Yang semakin marak di panggung-panggung kehidupan ini justru perilaku-perilaku yang negatif, tindakan-tindakan yang tidak/kurang terpuji, perilaku-perilaku yang lebih mengedepankan sikap mau menangnya sendiri, menjauh dari nilai-nilai kebersamaan, merusak sendi-sendi
budaya tertib dan gotong-royong, mencederai sikap-sikap saling menghormati dan saling menghargai, dan membutakan diri dari asas musyawarah untuk mufakat. Kemerdekaan le bih diterjemahkan dengan kebebasan yang sebas-bebasnya, dengan boleh berbuat dengan semau-maunya, dengan boleh melakukan apa saja menurut wudel-nya sendiri, dan orang lain harus selalu mau mengerti dan mau mengikuti kemauannya (dan tanpa sebaliknya!). Perhatikan saja pemandangan-pemandang an memalukan dan memilukan yang terjadi di berbagai belahan zamrud khatulistiwa ini. Di sana, di sini, di situ, teramat sering terjadi amuk massa dan tawur massa. Dan, yang dapat dipastikan adalah selalu disertai dengan aksi perusakan atas berbagai fasilitas yang ada. Padahal, notabena sebagian besar dari itu adalah milik pemerintah, yang berarti itu milik rakyat sendiri juga. Pun, itu tampaknya dilakukan oleh massa dari lapisan bawah, sebut saja ‘awam’, sampai mereka yang berstatus kaum terdidik, sebut saja pelajar, mahasiswa, dan karyawan/ pegawai sebuah institusi, instansi, atau badan usaha tertentu. Pun, itu mungkin hanya dipicu oleh persoalan-persoalan kecil yang entah kenapa segera membesar, melebar, dan meluas. Pun, konon semua itu tidak lepas dari ‘kepiawaian’ para sutradara yang sengaja bersembunyi di balik pertunjukan itu. Pertanyaannya, kenapa kita di berbagai belahan bumi pertiwi ini, yang semula bisa hidup secara guyub-rukun dan ayem tentrem (ing nde sane – kata Koes Plus) semakin hari semakin kehilangan hati nurani, semakin kehabisan akal sehat, dan semakin tidak mampu berpikir panjang? Kenapa logika hati sudah lebih dikuasai oleh nafsu angkara murka? Walhasil, segala persoalan yang muncul musti ditindaklanjuti dengan pemaksaan kehendak dan selalu saja berakhir dengan aksi-aksi anarkis? Hitung saja berapa sudah korban berjatuhan, mulai dari yang luka ringan, luka parah, sampai dengan mereka yang harus meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Ke depan, masih mampukah kita membuat Ibu Pertiwi tersenyum bahagia?
Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
3
dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.
Tanggapan Surat Pembaca
Yuk..Sekali Lagi, Manfaatkan Trotoar Membaca surat pembaca majalah Pewara Dinamika edisi Maret 2010, saya langsung berharap agar semua pihak yang dituju surat pembaca tersebut, seperti rektorat, pejalan kaki (mahasiswa), dan pedagang kaki lima, segera merespon hal itu. Karena, memang saya akui perilaku sosiologis, sebagaimana digambarkan dalam surat pembaca tersebut, cukup memprihatinkan. Di mana, para pemakai jalan tersebut belum cukup disiplin dan tertib, akibatnya akan merugikan pemakai jalan tersebut, terutama pejalan kaki, jika terjadi kecelakaaan (maaf saya tidak untuk mendoakan terjadinya kejadian tersebut). Nah, dengan telah dipercantiknya tro toar sepanjang jalan raya tersebut, melaliui pembangunan pagar-pagar pem batas dan digesernya para pedagang tersebut, saya berharap agar pejalan ka ki, benar-benar memanfaatkan trotoar tersebut. Sekaligus, saya berharap juga agar para pedagang memahami dan menghargai hak pejalan kaki tersebut. Beberapa hari yang lalu, saya menga mati trotoar di depan gedung LemlitLPM. Saya kaget ketika beberapa dari mahasiswa masih saja berjalan di atas jalan raya. Batinku berkata, “emaneman, yo.” Kok udah dibuat bagus-ba gus dengan biaya yang bisa dibilang ti dak murah, tapi pejalan kaki masih saja berjalan di jalan raya. “Bagaimana kalau terjadi kecelakaan ya?” Pasti yang repot tidak hanya orangtua mereka, ta pi juga universitas. 4
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
Mungkin kegelisahan-kegelisahan ini juga dirasakan orang lain karena sifatnya amat manusiawi. Makanya, melalui surat pembaca ini, sekali lagi
saya berharap, sebagaimana yang telah diharapkan penulis surat pembaca Pewa ra Dinamika, edisi maret yang lalu, agar trotoar tersebut benar-benar dimanfa atkan sebagaimana mestinya. Sekaligus, saya berharap kepada pihak rektor at untuk terus mempercantik trotoar tersebut dengan menanam bunga-bunga yang menceriakan pandangan. Jika ini terwujud dengan baik. Saya dan mungkin juga yang lain sangat bahagia. Bagaimana tidak, sarana dan prasarana yang dibangun untuk kepentingan umum telah dimanfaatkan dengan baik. Dan yang lebih penting lagi, hal ini bisa mengurangi kecelakaan lalu lintas yang berakibat buruk pada kita semua, terutama pejalan kaki dan (juga) pengendara sepeda motor. Kamil mahasiswa FT UNY
bunga rampai Tabungan Pendidikan, Solusi Pembiayaan Pendidikan
P
ermasalahan pendidikan sepertinya terlalu kompleks, termasuk pembiayaan pendidikan di negeri ini. Pembiayaan ����������������� pendidikan di Indonesia merupakan masalah klasik yang tak berujung pangkal. Hampir setiap saat selalu ditemui protes keras atas kebijakan pendidikan dengan biaya mahal. Khusus ���������������������� di dunia perguruan tinggi (PT), banyak elemen kampus menentang kebijakan universitas menaikkan biaya pendidikan dari masyarakat. Apalagi, berubahnya PT menjadi ’badan hukum’, aksi penolakan pun tak berhenti dikumandangkan. UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas mengisyaratkan PT sah-sah saja menarik dana dari masyarakat dengan syarat mengedepankan pertanggungjawaban publik (Pasal 24 Ayat 3). Persoalannya, masyarakat ternyata tidak memiliki aset kekayaan yang cukup memadai untuk ikut serta membiayai pendidikan. Hal itu salah satunya disebabkan oleh faktor kemiskinan dan kesejahteraan hidup yang tetap saja menjadi persoalan pelik di Republik ini. Pasal 31 Ayat 1 UUD 1945 berbunyi, ”Setiap warga negara berhak mendapat kan pendidikan”, beberapa pihak nonpemerintah menganggap telah terjadi pelanggaran konstitusi. Pemerintah di nilai melanggar konstitusi jika berlepas tangan terhadap pembiayaan pendidik an warga negaranya. Dinilai bertambah inkonstitusional lagi, ketika Pemerintah sampai dewasa ini tidak/belum mematuhi Pasal 31 Ayat 4 UUD 1945. Perlu interpretasi win-win solution terkait ketentuan-ketentuan dalam Pa sal 31 UUD 1945. Kewajiban Pemerintah membiayai pendidikan cenderung tidak sampai di perguruan tinggi dan hanya membiayai pendidikan dasar warga negaranya (Pasal 31 Ayat 2). Malahan, anggaran pendidikan sebesar (minimal) 20% pun sebenarnya tak mungkin untuk mencukupi biaya pendidikan setiap
O l e h H e ndra S u g i a n t oro
ISTIMEWA
warga negaranya hingga merampungkan jenjang pendidikan tinggi. Hak warga negara memperoleh pendidikan tidak selamanya menuntut kewajiban negara membiayai pendidikan pascapendidikan dasar (SD-SMP). Memang tidak akan mungkin biaya pendi dikan dibebankan kepada Pemerintah secara keseluruhan mengingat anggaran negara juga diperlukan untuk memasok kebutuhan-kebutuhan nonpendidikan. Anggaran negara sebesar 100% pun relatif sulit menggratiskan pendidikan setiap warga negara hingga tamat perguruan tinggi. Perlu dirumuskan model untuk pem biayaan pendidikan. Dalam konteks In donesia, jenjang pendidikan dasar (SD-SMP) dibiayai penuh oleh negara. Namun, untuk jenjang pendidikan tinggi diperlukan kreasi dan inovasi dari PT mencari sumber pendanaan. Model tersebut terasa tepat dengan mengacu konstitusi dan anggaran negara relatif tidak mungkin membiayai pendidikan warga negaranya hingga merampungkan jenjang pendidikan tinggi. Selain itu, peran masyarakat untuk menyokong biaya pendidikan sangat penting. Konsep tabungan pendidikan sekiranya layak disosialisasikan kepada masyarakat. Masyarakat, lebih khusus lagi pihak keluarga, setidaknya membiasakan menabung untuk pendidikan
anak-anaknya. Tabungan pendidikan ini bisa dimulai sejak anak masih dalam kandungan, sebagai persiapan kelak ketika anak masuk pendidikan tinggi. Dengan asumsi 1 anggota keluarga menabung Rp 1.000,00 setiap hari, dalam sebulan akan mencapai Rp 30. 000,00. Jika dihitung setahun, jumlah nominal akan berkisar Rp 360.000,00. Dengan disiplin menabung setiap hari, ketika anak lulus dari jenjang pendidikan menengah telah terkumpul uang Rp 6.480.000,00. Jumlah akumulasi tabungan pendidikan tersebut meskipun belum mengcover seluruh biaya yang dibutuhkan, paling tidak, itu bermanfaat untuk mem biayai pendidikan anak ketika kuliah di PT. Besaran ������������������������������� uang bisa bertambah lebih banyak lagi dengan jumlah anggota keluarga yang bersedia menabung -- minimal ayah-ibu -- dan tabungan seti ap hari lebih dari Rp 1.000,00. Hal penting lainnya, kesadaran rasional jumlah anak dalam keluarga harus ada. Keluarga dituntut memahami kondisi objektif kemampuannya dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Pertanyaannya, apakah tabungan pendidikan akan berjalan efektif. Tabungan pendidikan hanya salah satu alternatif. Alternatif lain, justru diharap kan semakin meringankan pembiayaan pendidikan di PT. Lebih daripada itu, bukan berarti negara boleh berdiam diri dan lepas tangan begitu saja. Negara mutlak bertanggung jawab menyejahterakan setiap penduduknya, sehingga setiap keluarga dapat menabung untuk pendidikan anak-anaknya secara berkesinambungan. Kesejahteraan adalah hal utama agar masyarakat dapat terentas dari kemiskinan dan dapat memperoleh pendidikan secara layak. Pendidikan itu penting! Hendra Sugiantoro mahasiswa FIP UNY
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
5
laporan utama
Sismono La ode/pewara dinamika
KABAR KOMUNITAS RELIGIUS Mengabarkan kampus UNY tidak melulu mengabarkan kegiatan akademis dan prestasinya. Kabar Komunitas religius yang begitu menjamur menjadi bagian penting kehidupan kampus dan layak untuk dikabarkan. O l e h sismono l a od e
S
aban hari kampus UNY tidak luput dari aktivitas religius. Tengok saja, di hall rektorat ataupun di bawah pepohonan rindang di beberapa titik kampus, para aktivis perempuan
muslim (baca: muslimah) sedang asyik berdiskusi. Kali itu, diskusi yang berbentuk lingkaran bukan menyoal peran perempuan yang harus setara dengan laki-laki, sebagaimana dipahami para ak
tivis perempuan liberal, tapi justru me reka asyik mendiskusikan hal-hal yang mungkin dianggap sensitif atau remeh soal keperempuanan; jauh berbeda dengan suasana diskusi kelompok aktivis
perempuan lainnya. Walaupun tampak santai, tapi sepengamatan Pewara Dina mika perkara peran politik muslimah tampak mewarnai diskusi tersebut. Demikian halnya, di saat komunitas muslim sedang mengerjakan kewajiban shalat Jumat, di lantai III Student Center (SC) kegiatan serupa terlihat. Kali ini, adalah teman-teman komunitas Kristen (PMK) dan Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma, yang sedang berkumpul dan mendiskusikan ajaran teologi mereka masing-masing. Kegiatan religius ini, nyatanya dilaksanakan tidak hanya untuk sesuatu yang sifatnya vertikal: hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga sesuatu yang sifatnya horizontal: hubung
an kekerabatan antarmereka. Itulah sekilas kejadian yang kami potret dalam laporan utama edisi ini ka li. Pemilihan tema Kabar Komunitas Reli gius bukan tanpa sebab. Selain menjadi tradisi saban hari bagi sivitas akademika UNY. Religiusitas juga telah menjadi kebutuhan manusia. Jika mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, religius adalah sesuatu yang sifatnya religi; bersifat keagamaan. Religi sendiri, secara semantik diartikan kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di atas ma nusia; kepercayaan; agama. Dengan demikian, komunitas religius yang bersemai di kampus ini adalah dalam rangka untuk meneguhkan mak na semantik di atas, sekaligus mene
guhkan visi UNY membentuk insan Bernurani, Mandiri, Cendikia secara terpadu. Memang gambaran di atas, tidak un tuk merepresentasikan semua komuni tas religius di UNY. Apa yang kami liput adalah sebagian saja. Namun setidak nya itulah telah sedikit banyak me motret kehidupan sivitas akademika UNY. Ada banyak sudut pandang yang belum kami tulis, itu ada di benak dan pikiran pembaca. Suatu saat, kami ber harap pembaca sendiri yang melengka pi laporan ini. Yang pasti untuk lebih mengetahui apa saja dan di mana saja tempat-tempat peribadatan sivitas aka demika UNY, bacalah laporan utama majalah ini. Tabikku.
laporan utama
Mengenal Komunitas Keagamaan di UNY Melalui komunitas keagamaan, warga UNY, baik mahasiswa, dosen, pegawai, mengasah kemampuan intelektual, emosional, sosial, dan religinya. Oleh Arisk a P ra s e t ya n awat i
T
engok saja yang dilakukan beberapa Unit Kegitan Mahasiswa (UKM) bidang kerohanian, seperti Unit Kegiatan Kero hanian Islam (UKKI), Persatuan Mahasiswa Kristen (PMK), dan Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD). Melalui program-program kerja, ketiga UKM tersebut turut meramaikan kegiatan spiritual di lingkup kampus. Contohnya, kegiatan UKKI berupa berupa pengkajian Islam. Dalam pengkajian ini, aktivis UKKI mendiskusikan tentang isu-isu keislaman, ideology islam. Figih islam, dsb. Demikian halnya, kegiatan PMK yang diberi label nama Pemuri dan. Pemuridan dibentuk untuk mewadahi mahasiswa kristen berdiskusi tentang agama dan memecahkan permasalahan kehidupan. Kemudian, Purnama Tilem yang menjadi agenda rutin KDHD, yaitu salah satu persembahyangan umat Hindu untuk menghormati bulan setiap lima belas hari sekali. Agenda-agenda tersebut bertujuan untuk mengolah dan mengasah kemampuan intelektual, emosional, sosial, dan religi para pengikutnya.
foto-foto: laode, riska dan dokumen pmk dan ukm hindu
8
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
Ditilik dari lini sosialnya, Fian Lucas Guntur ingin menyalurkan jiwa sosialnya lewat kegiat an PMK yang bertujuan berbagi kasih, baik itu sesama kawan seagama maupun berbeda agama. Fian pun berkata, “Dengan kegiatan yang beragam, kami berharap kawan-kawan dapat mengerti artinya saling mengasihi sesama, dapat berbagi pada sesama, dan saling menghormati.” Keberagaman yang dimaksud nyatanya tidak hanya memfokuskan pada keterlibatan kawan seiman saja, melainkan dapat meretas batas perbedaan dan rasa sungkan berkawan dengan mahasiswa yang tidak seiman juga. Seperti juga yang dilakukan UKKI yang tidak selalu meng adakan kegiatan untuk lingkup mahasiswa Islam saja, tetapi juga turut aktif dalam kegiatan bersama, semacam diskusi lintas agama atau pertandingan futsal. Bukan hanya di kalangan mahasiswa saja kegiatan kerohanian marak, di kalangan dosen dan pegawai juga aktif terlibat dalam kajian keagamaan. Melalui Pengajian Hari Jumat, para pejabat, pegawai, dan perwakilan fakultas berkumpul di ruang sidang sekitar 30 sampai de ngan 45 menit sebelum masuk waktu sholat Jumat. Semua berkumpul untuk mendapatkan siraman rohani dari penceramah yang dihadir kan. Penceramah yang dihadirkan dari orang UNY ataupun terkadang mengundang pihak luar, akan memberi wejangan spiritual yang diharapkan dapat membentuk kereligiusan sese orang dan berdampak pada perubahan kualitas dalam dirinya. Perubahan itu adalah kesadaran akan keikhlasan dalam bekerja karena bekerja adalah bagian dari ibadah. Selain itu, tema kesehatan juga berulang kali diangkat untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kesehatan seseorang akan mempengaruhi produktivitas kinerjanya. Sekali lagi, menjaga dan merawat
laporan utama
kesehatan juga merupakan bentuk ibadah karena menghargai dan mensyukuri pemberian Tuhan.
Jumat sebagai Hari yang Tepat Hampir setiap harinya komunitas keagama an berkumpul menjalankan agendanya. Namun, mayoritas kegiatan keagamaan di lingkup kampus UNY dilaksanakan pada hari Jumat. Hari Jumat dianggap sebagai hari baik untuk men-
dalami ilmu agama dan juga hari yang efektif terutama ketika berlangsungnya shalat Jumat. Untuk mengisi waktu kosong dan mengimbangi aktivitas shalat Jumat, banyak pihak yang tidak mengikuti shalat Jumat, seperti kaum muslimah maupun beda agama, mengkaji agama dengan cara masing-masing. Rerata berdiskusi tentang agama dengan ko munitasnya, namun ada juga yang ikut game, diskusi isu kampus dan isu global, bedah buku dan bedah film, hingga belajar membuat bunga dan menjahit. Semua hal dilakukan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman, serta mempererat silaturahmi. Misalnya, UKKI untuk meningkat silaturrahmi pengurusnya meng adakan shalat magrib berjamaah, dsb, pun halnya PMK melakukan hal sejenis, misalnya melalui diskusi jumatan. Bagi mereka, karena hari Jumat dari pukul sebelas sampai jam satu siang kegiatan perkuliahan kosong, maka PMK berkumpul untuk berdoa atau persekutuan. Kegiatan keagamaan itu bertujuan untuk mem-
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
9
laporan utama pertebal dan menjaga iman. Tidak jauh berbeda dengan PMK, KMHD pun mempunyai acara yang menyangkut keagamaan. Hal serupa juga dilakukan oleh kelompok kajian kemuslimahan. Rupanya banyak musli mah yang tak ingin “kalah” dari kaum laki-la ki. Ajaran agama Islam yang mewajibkan lakilaki melaksanakan shalat Jumat ditanggapi kaum muslimah dengan menggulirkan kegiat an keagamaan untuk mengisi kekosongan waktu. “Kalau laki-laki dapat pahala shalat Jumat, kita sebagai perempuan mau juga dong dapat pahala. Caranya dengan mengkaji agama,” begi tulah sekelumit ungkapan Eksi Ahmad, seorang alumnus UNY yang masih aktif menjadi peserta sebuah kajian kemuslimahan. Hal inilah yang juga dilakukan kelompok kajian Arisan dan Majelis Tafkir. Dengan susunan program yang diramu supaya lebih bermanfaat bagi para muslimah, Arisan dan Majelis Tafkir memiliki puluhan muslimah yang aktif mengikuti kajian. Arisan dan Majelis Tafkir mengajak kaum muslimah untuk mau menggali potensi dirinya, sehingga agenda yang diusung tidak melulu mengkaji agama secara saklek, melainkan kebe ragaman bentuk kegiatan supaya peserta kajian tidak mengalami kebosanan karena monoton. Keberagamannya berupa pelatihan membuat bunga, menjahit, sampai diskusi masalah inter
10
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
nal kampus atau isu global. Namun, semua kegiatan itu tetap ditarik ke sudut pandangan agama dan posisi seorang muslimah. Arisan mengaku bahwa kelompok kajiannya mempersiapkan seorang muslimah untuk menjadi seorang muslimah yang imbang sebagai seorang ibu maupun perempuan yang berkarier.
Pemenuhan Batiniah dan Kecerdasan Spiritualitas Mengapa banyak orang yang memasukkan aktivitas keagamaan ke dalam daftar rutinitas? Jawabnya adalah, karena ia ingin memenuhi kebutuhan batiniahnya di samping kebutuhan lahiriahnya. Batiniah berarti hal yang menyangkut kejiwaan. Lantas, apa saja kebutuhan ini? Tentu semua yang berkaitan dengan sisi dalam kepribadian manusia, yakni sisi psikologis-kejiwaan, rohani-keyakinan, rasa-perasaan (empati), dan intelektualitasnya; kebutuhan akan rasa adil, rasa aman, tenteram, damai, senang, dan bahagia. Selanjutnya, kebutuhan akan rasa dicintai, dihargai, dihormati, diakui dan diterima serta diperhatikan atau diberi tempat dan kesempatan untuk berada. Tak lupa pula kebutuhan akan kebebasan untuk bersuara dan mengeluarkan pendapat serta kebutuhan untuk memeluk agama atau keyakinan. Kebutuh an batiniah yang senantiasa terpenuhi akan melahirkan kesejahteraan batin, yakni terpe-
laporan utama
nuhinya dengan cukup semua kebutuhan ba thiniahnya. Manusia sering kali melupakan kebutuhan batiniah, padahal kebutuhan ini sangat penting untuk membuat batin menjadi tenang dan damai. Manusia sering kali terjebak pada kenikmatan duniawi dan menganggapnya sebagai suatu kebahagiaan yang tinggi. Materi adalah kebutuhan dan penunjang kehidupan ini. Materi adalah alat untuk menuju kepada kebaha giaan, baik itu kebahagiaan duniawi maupun kebahagiaan batiniah. Ketika materi masih bisa dinikmati, maka akan muncul kebahagiaan duniawi. Ketika materi digunakan untuk berbuat baik, maka akan muncul kebahagiaan ba tiniah. Pengertian seperti itu harus dimunculkan agar kebutuhan batiniah tidak terus dilupakan. Jika dilupakan, maka manusia akan sering ter gelincir dalam kehidupan ini. Kesalahan akan mudah dilakukan. Dorongan yang kuat dalam kehidupannya adalah nafsu keserakahan, keben cian, dan kebodohan batin. Ketiga api itu akan terus membakar manusia dan akan membawa nya pada kemerosotan mental. Bagaimanapun, kualitas manusia ditentukan oleh perilaku nya. Pemenuhan kebutuhan batiniah secara terus menerus akan menciptakan kesejahteraan bati niah. Kemudian akan berlanjut pada tahap ke cerdasan spiritual. Ahli jiwa termashur, Abraham Maslow, dalam bukunya Hierarchy of Needs menyatakan spiritual sebagai kebutuhan dan pencapaian tertinggi seorang manusia. Kata spiritual memiliki akar kata spirit yang berarti roh. Kata ini berasal dari bahasa Latin, spiritus, yang berarti napas. Selain itu, kata spiritus dapat mengandung arti sebuah bentuk alkohol yang dimurnikan, sehingga spiritual dapat diartikan sebagai sesuatu yang murni. Diri kita yang sebenarnya adalah roh kita itu. Roh bisa diartikan sebagai energi kehidupan,
yang membuat kita dapat hidup, bernapas dan bergerak. Spiritual berarti pula segala sesuatu di luar tubuh fisik kita, termasuk pikiran, pera saan, dan karakter kita. Kecerdasan spiritual berarti kemampuan kita untuk dapat mengenal dan memahami diri kita sepenuhnya sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta. Dengan memiliki kecerdasan spiritual berarti kita memahami sepenuhnya makna dan hakikat kehidupan yang kita jalani dan ke manakah kita akan pergi. Wajar saja jika DR. Purwadi, M. Hum. menilai aktivitas keagamaan berguna untuk mengimbangi kehidupan jasmaniah yang cenderung materialistik. Hal ini dikarenakan inti dari akti vitas tersebut adalah kedamaian. Alasan ini cukup membuktikan bahwa bergabung dalam komunitas keagamaan sudah menjadi kebutuh an batiniah seseorang.
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
11
laporan utama
Menengok Kegiatan Rohani Mahasiswa Kegiatan kerohanian mahasiswa UNY bisa dilihat di setiap titik fakultas bahkan rektorat. Oleh D hi an H aps a ri
B
erpijak pada slogan Bernurani, Cendekia, dan Mandiri, diharapkan mahasiswa tetap berpegang pada nilai-nilai agamanya, selain juga harus dapat berdiri sendiri dan cendekia. Upaya mendorong mahasiswa agar tetap bernurani ini ditempuh dengan berbagai macam cara. Salah satunya dengan komunitas kerohanian. Kegiatan kerohanian mahasiswa UNY ternya ta tidak melulu berhubungan dengan keaga maan. Mereka memiliki kegiatan khusus yang bertujuan mengakrabkan tali persaudaraan ber agama. Persatuan Mahasiswa Kristen (PMK), contohnya. Mahasiswa yang tergabung dalam kegiatan mahasiswa PMK ini memiliki beberapa kegiatan yang begitu terbuka untuk umum se perti donor darah, kunjungan ke panti asuhan, ngamen, dan futsal. Fian Lucas Guntur, Ketua PMK mengatakan semua kegiatan PMK bertujuan berbagi kasih, baik itu sesama kawan seagama maupun berbe da agama. “Dengan kegiatan yang beragam itu kami berharap kawan-kawan dapat mengerti artinya saling mengasihi sesama, dapat berba
gi pada sesama, dan saling menghormati.” Ke giatan yang tidak hanya memfokuskan pada kawan seiman itu diharapkan dapat meretas batas perbedaan dan rasa sungkan berkawan dengan mahasiswa yang tidak seiman, tambahnya.
Lintasagama Kegiatan lain lintasagama juga dilakukan Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI). Menurut, Raymundus Rangga Jaga, Ketua Ikatan Keluarga Mahasiswa Katolik mengatakan, “Tidak ada pengkotak-kotakan antara mahasiswa satu agama dengan agama lain di UNY ini, bahkan kami sering mengadakan kegiatan bersama seperti pertandingan futsal atau diskusi.” Hal ini juga dibenarkan I Wayan Rentanu, Ketua Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma. “Belum lama ini kami juga mendapat undangan dari UKKI untuk menghadiri diskusi. Biasanya memang begitu, kalau ada kawan yang punya acara, selain acara yang berhubungan dengan peribadahan, kami yang berbeda agama diki rimi undangan,” katanya sambil menunjukkan
foto-foto:dokumen pribadi dan laode
12
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
laporan utama
undangan dari UKKI dan PMK yang tergeletak di sampingnya. Kegiatan lintas agama juga masuk dalam rencana kegiatan KMHD. “Rencananya KMHD mengadakan Lomba Multimedia Media Pembelajaran Agama Hindhu. Agenda ini mewadahi mahasiswa yang tertarik pada teknologi informasi membuat media pembelajaran agama Hindhu. Misalnya membuat flash kitab suci atau cerita tentang keagamaan. Hasil kompetisi ini akan disalurkan sebagai media pembelajaran agama Hindhu di sekolah-sekolah,” paparnya. Kegiatan ini baru rencana, belum tahu bagaimana ke depannya karena saat ini KMHD baru berupaya untuk membenahi internal dengan memfokuskan diri meramaikan perayaan aga ma seperti Nyepi dan Saraswati, tambahnya. Upaya yang dilakukan KMHD ini memang ber alasan. Pasalnya, beberapa tahun sebelumnya KMHD sempat vakum.
Lebih dari itu, pemuridan juga berfungsi menyatukan mahasiswa kristen agar lebih de kat antar sesama maupun dengan Tuhan, sehingga mereka tidak kehilangan arah ketika menghadapi kehidupan. “Sekarang ini ‘kan mahasiswa rentan terjebak dalam narkoba, sex bebas, atau hal-hal yang tidak kita inginkan. Pemuridan ini berupaya untuk menjaga kawankawan dari hal negatif itu.” Kegiatan rutin lainnya juga dilakukan mahasiswa Hindu dalam KMHD. Kendati sekretariat KMHD tampak sepi di hari-hari biasa, selain hari jumat, rupanya KMHD juga memiliki kegiat
Kegiatan Khusus Keagamaan Selain memiliki program yang melibatkan mahasiswa secara umum, kegiatan mahasiswa tentu memiliki kegiatan khusus keagamaan. Pemuridan, contohnya. Acara rutin yang dila kukan PMK ini dibentuk untuk mewadahi mahasiswa kristen berdiskusi tentang agama dan memecahkan permasalahan kehidupan. “Pemuridan ini didampingi oleh mahasiswa yang sudah lebih dulu di PMK. Mereka membentuk ling kar diskusi dengan mahasiswa baru,”kata Fian.
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
13
laporan utama an rutin bulanan yang mereka sebut Purnama Tilem. “Purnama Tilem itu salah satu persembahyangan umat Hindu untuk menghormati bulan setiap limabelas hari sekali.” Kegiatan ini diadakan di Pura Jagad Nata Banguntapan. Memang tidak seperti mahasiswa lain yang dapat melaksanakan peribdahannya di kampus, mahasiswa penganut agama Hindu memusatkan kegiatannya di pura yang tidak ada di kampus UNY. “Meskipun kegiatan tertentu harus dilaksanakan di pura, kami juga memiliki taksu di Studen Center. Siapapun dapat melakukan persembahyangan di sini. Kami juga perca ya wyapi wyapaka yang artinya Tuhan ada di mana-mana,” jelasnya. Namun karena keterba tasan fasilitas dan jarak yang jauh yang mungkin menyebabkan kawan-kawan jarang ke sekretariat, jawabnya menjelaskan alasan sepinya sekretariat KMHD.
Tak Ada Dana, Ngamenpun Jadi Sebagaimana program kerja mahasiswa lain UKM kerohanian pun kerap kekurangan dana untuk acara-acara tertentu, tapi mereka tidak perlu terlalu khawatir. “Kami memang tidak ingin selalu tergantung pada dana rektorat, meski juga belum bisa independen. Setidaknya kami berusaha bagaimana caranya agar kegiatan tetap berjalan. Salah satu usaha kami yaitu me
14
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
ngamen,” kata Fian dengan santai. Demi menambal kekuarangan dana ini tim khusus Litbang (Literatur dan Bank) PMK membawa alat musik seadanya, lalu menyusuri pedagang-pedagang kaki lima yang membuka tenda di sepanjang jalan Sagan. “Hasilnya lumayan, kadang sehari kalau sedang untung ya dapat 150 ribu.” Kegiatan ngamen ini juga dilakukan mahasiswa IKMK untuk menambah dana kegiatan. “Kami juga ngamen kalau kekurangan dana ke giatan, tapi selain ngamen kami juga mendapat kan sokongan dana dari kakak-kakak senior yang mengajak bekerja seperti seminar atau kegiatan lain yang menghasilkan dana. Sebagian dana yang didapatkan dari pekerjaan itu kami sisihkan untuk IKMK. Kadang juga ada kakak alumni yang menyumbang dana. Puji Tuhan,” tegasnya. Fian, Wayan, dan Rangga hanyalah sekelumit dari sekian banyak mahasiswa UNY yang aktif dalam kegiatan keagamaan di kampus. Mereka berupaya menjaga hati mahasiswa UNY agar tetap bernurani meski memiliki perbedaan dalam peribadahan, namun kereligiusan yang tertanam dalam diri diharapkan dapat mendorong mahasiswa lebih berprestasi. Begitupun mencapai tujuan UNY yang membentuk insan yang bernurani, mandiri, dan cendekia.
laporan utama Kajian Kemuslimahan: Mengungkap Lebih Sisi Muslimah Tak hanya membicarakan tentang keagamaan saja, kajian kemuslimahan juga berusaha mempersiapkan seorang muslimah untuk menjadi individu yang berkarakter. Oleh Arisk a P ra s e t ya n awat i
P
ara perempuan terlihat duduk berke lompok membentuk lingkaran. Biasa nya, mereka terdiri dari tiga hingga puluhan orang. Merekalah kelompok kajian kemuslimahan. Lazimnya, mereka berkumpul saat kaum adam sedang menunaikan kewajiban sholat Jumat. Seperti yang diutara kan Eksi Ahmad di sela kajian kemuslimahan
yang diikutinya. “Jumat siang dipilih sesuai dengan kesepakatan peserta karena dianggap waktu yang sangat efektif untuk para muslimah berkumpul. Selain itu, kalau laki-laki dapat pahala sholat jumat, kita sebagai perempuan mau juga dong dapat pahala. Caranya dengan mengkaji agama seperti ini,” ucap Eksi, alumnus UNY. Namun, beberapa kelompok
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
15
laporan utama kajian pun dapat dengan mudah kita jumpai di sore-sore hari selepas ashar, menempati ruangruang publik seantero kampus.
Kemuslimahan: Tak Sekadar Mengkaji Agama Sejak periode dua kepengurusan yang lalu, UKMF Al-Huda FBS memiliki kelompok kemuslimahan bernama Arisan, kepanjangan dari Agenda Rutin Kemuslimahan. Arisan rutin menggelar kajian kemuslimahan setiap Jumat, mulai pukul 11.00 sampai pukul 12.30 karena waktu tersebut sangat efektif dengan tidak adanya kegiatan perkuliahan di semua jurusan dalam rentang waktu cukup panjang. Dengan sasaran peserta mahasiswa FBS, tempat penyelenggaraan Arisan selalu berpin dah-pindah setiap minggunya. Mira Anjaswati Sholihah, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Daerah 2007, selaku koordinator Arisan mengatakan, “Kami menyelenggarakan Arisan di tempat yang berbeda, seperti di ruang IKM, Pendopo Tedjokusuma, maupun di mushola seni musik. Jadi, selalu ada pergantian suasana.”
Terkait dengan isi kajian, Arisan memiliki agenda pembahasan yang berganti-ganti pula setiap minggunya. Minggu pertama Arisan me mbahas tentang keagamaan yang dikhusus kan pada ranah kemuslimahan. Kemudian pada minggu kedua pembahasannya terkait keterampilan, seperti belajar membuat bunga atau menjahit. Minggu ketiga isu-isu kampus menjadi sasaran pembahasannya, dan pada minggu keempat disajikan hiburan beresensi, seperti bedah buku atau bedah film. “Yang mengisi kajian-kajian tersebut mahasiswa FBS dan terkadang kami mengundang alumni. Yang penting pengisi kajian berkompeten,” tambah Mira lagi. Di waktu bersamaan namun di tempat yang berbeda dengan Arisan, Majelis Tafkir pun menyelenggarakan kajian kemuslimahan. Sejak terbentuk awal tahun 2000, Majelis Tafkir konsisten menempati kawasan rektorat, baik di hall maupun di taman-taman rektorat tergantung situasi yang mendukung. Nama Majelis Tafkir memiliki filosofi sesuai dengan capaian
foto-foto: laode dan riska/pewara dinamika
16
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
laporan utama
yang ditargetkan dalam kajiannya. Eksi, alumnus UNY yang terlibat dalam berdirinya Majelis Tafkir, menjelaskan bahwa orang-orang yang duduk menjadi peserta Majelis Tafkir diharapkan tidak hanya sekadar mendengarkan dan mendapat ilmu pengetahuan, melainkan diajak pula untuk memikirkan apa yang sedang di sampaikan karena majelis ini sifatnya terbuka. Maksudnya, selalu dimunculkan respon balik, misalnya tidak setuju, setuju, atau punya pandangan berbeda dengan wawasan yang mendukung dan diinginkan oleh forum, sehingga dalam mencari kebenaran, Majelis Tafkir bukan bersifat doktrin. “Tafkir artinya berpikir. Jadi, peserta di sini diajak berpikir bersama-sama untuk mengulas suatu permasalahan yang sedang diangkat,” tuturnya. Mengulas Peranan Muslimah dan Ajang Silaturahmi Kajian Majelis Tafkir beresensi pada permasalahan perempuan ataupun permasalahan umum yang terkait dengan kondisi masyara kat, kemudian diarahkan bagaimana peranan perempuan muslimah menghadapinya. “De ngan esensi ini, diharapankan muslimah akan semakin cerdas, sehingga mampu meningkat kan karakternya,” terang Eksi. Koordinator Kemuslimahan Al-Huda, Aulia Mutiara Sari, menjelaskan bahwa konsep kemuslimahan mengulas ranah perempuan yang sudah pasti berbeda dengan laki-laki. “Tujuan dari kemuslimahan adalah mempersiapkan seorang perempuan untuk memilih menjadi seorang ibu ataupun berkarier, yang penting semua pilihan yang diambil bisa berjalan dengan seimbang. Bagaimanapun, sekarang ini banyak peran-peran perempuan yang potensinya masih
perlu digali. Kemuslimahan berusaha membe kali itu semua,” jelas mahasiswi yang akrab disapa Lia ini. Lia juga menambahkan bahwa kemuslimahan mempererat ukhuwah silahturahmi, dapat menambah pengalaman, dan menampung wawasan-wawasan seseorang untuk ditularkan kepada yang lain. Eksi juga mengamini imbas dari mengikuti kajian kemuslimahan. “Sebagai alumnus, saya masih bisa menjalin silahturahmi, baik dengan sesama alumnus maupun adik-adik angkatan. Saya juga berdiskusi tentang permasalahan yang ada di kampus maupun di luar kampus, serta bisa mengetahui perkembangan kampus dari jaman saya ketika masih kuliah sampai sekarang,” ucap Eksi. Mira juga memiliki penilaian sendiri dengan aktif terlibat pada kajian kemuslimahan. “Pengetahuan saya tentang peranan perempuan muslimah makin bertambah. Sebagai muslimah, kita jadi mempunyai identitas diri. Kebutuhan perempuan yang berbeda dengan laki-laki, ternyata menunjukkan bahwa muslimah memiliki banyak keistimewaan. Keistimewaan inilah yang harus terus digali secara lebih menda lam,” ujarnya. Membaca situasi ini, Arisan pun memasang jargon “mempercantik peradaban” sebagai pemanisnya. “‘Mempercantik peradab an’ berarti proses memperbaiki peradaban dalam mempersiapkan muslimah menjadi indi vidu dengan berbagai potensi yang dimiliki nya,” jelas Mira menutup percakapannya de ngan Pewara.
Eksi Ahmad
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
17
laporan utama
Jumat, Waktunya Berkumpul! Jumat, di saat kaum laki-laki muslim menunaikan ibadah shalat Jumat, kampus rupanya tidak sepi. Tumbuh komunitas-komunitas diskusi yang juga berupaya mendekatkan diri pada Tuhan. Entah itu komunitas mahasiswa, pegawai, ataupun dosen UNY. Oleh D hi an H aps a ri
L
ingkar diskusi tumbuh subur di hari Jum at, pun kegiatan keagamaan lainnya. Hampir rata, mulai dari hall rektorat hingga Student Center (SC), mulai dari mushola fakultas hingga taman-taman kampus. Paling tidak ada lebih dari lima diskusi yang digelar setiap Jumat. Termasuk, diskusi yang dilakukan komunitas muslimah yang tersebar di sudut-sudut kampus.
Dari Diskusi Sampai Game Komunitas Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK), misalnya. Hari jumat menjadi hari berkumpul untuk doa dan kegiatan agama lainnya. Menurut Fian Lucas Guntur, Ketua PMK, saat jumat kawan-kawan dikumpulkan dalam kegiatan agama dan menjaga iman. “Setiap jumat jam sebelas hingga satu siang kami menga dakan persekutuan di SC lantai 3.” Persekutuan ini biasanya diisi diskusi yang arahnya meningkatkan iman kawan-kawan ma-
hasiswa dan bagaimana agar lebih berprestasi. “Diskusi Persekutuan tidak jarang melibatkan kakak-kakak senior ataupun alumni yang telah memiliki pengalaman lebih banyak daripada kami, sehingga apabila ada permasalahan menyangkut keimanan atau akademik dapat terselesaikan di diskusi ini.” Tidak jauh berbeda dengan PMK, Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) pun melakukan hal serupa. I Wayan Rentanu, Ketua KMHD, mengatakan ,“Kalau kawan-kawan muslim laki-laki mengadakan shalat Jumat, kami punya acara di SC yang juga menyangkut keagamaan.” Acara yang diadakan saban jumat bertepatan dengan shalat Jumat ini dapat dikatakan cukup efektif menyatukan mahasiswa penganut agama Hindu di UNY yang terbilang sedikit. Diskusi yang dipandu Pembimbing UKM, Putu Sudira, MP., ini lebih sering membicarakan tentang Agama Hindu berkaitan dengan kehi dupan. “Hanya saja kalau pembimbing sedang
foto-foto: Dokumen pribadi
18
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
laporan utama sibuk, kami isi dengan game saja, asalkan ada kawan-kawan yang berkumpul dan saling bertegur sapa.” Mahasiswa beragama Hindu memang termasuk kelompok minoritas, namun KMHD tidak berkecil hati. “Asalkan kawan-kawan sering bertemu dan akrab, saya berharap KMHD dapat bangkit meramaikan sekretariat dan kegiatan-kegiatan KMHD,” tambah Wa yan. Satu komunitas lagi yang juga memanfaat kan hari jumat sebagai hari berkumpul: IKMK. Ikatan Keluarga Mahasiswa Katolik ini menga dakan acara rutin pada jumat-jumat tertentu. Raymundus Rangga Jaga, Ketua IKMK, meng ungkapkan “Jumat pertama malam hari sekitar jam tujuh kami mengadakan rosario bareng, lalu jumat minggu ketiga jam sebelas siang ada misa kampus.” Kendati hanya dilakukan pada jumat tertentu, sekretariat IKMK tampak ramai dan hidup. Setiap harinya sekretariat IKMK terbuka untuk siapapun dan didatangi anggota-anggotanya, baik itu alumni maupun anggota aktif IKMK. “Kami memang lebih memfokuskan diri pada kebersamaan, sebab inti berkumpul adalah kebersamaan dan keharmonisan, sedangkan religiusitas kawan-kawan mahasiswa itu lebih tergantung pada pribadinya. Kami hanya berupaya menjaga iman dan bersama dalam kasih,” papar Rangga.
Mengapa Jumat? Selain kajian keputrian yang tersebar di UNY setiap hari jumat, umat agama lain tidak mau ketinggalan. Lantas mengapa beberapa mahasis wa memilih jumat untuk kegiatan berkumpul, bukankah hari lain pun kawan-kawan berada di sekitar kampus? Nengah, salah satu pengurus KMHD UNY, menyatakan hari jumat sekretariat ramai kawan-kawan. “Hari jumat ini kami manfaatkan untuk berkumpul.” Mereka memilih jumat de ngan alasan memanfaatkan waktu luang di te ngah hari. “Kalau laki-laki yang muslim sedang beribadah sholat Jumat, sehingga ada waktu luang yang lumayan banyak. Kami memanfa atkan waktu luang itu untuk mengkaji agama juga di sekretariat.” Lagipula, daripada waktu terbuang sia-sia, lebih baik digunakan, tambahnya. Senada dengan Margareta Putrining Tyas, Pengurus IKMK Biro Studi. Menurutnya, bebe rapa kegiatan IKMK diadakan kamis malam ju-
mat. “Kami mengadakan tiap hari jumat terten tu karena memang sudah dari pengurusan yang dulu diadakan pada jumat untuk Misa, tapi kalau rosario bersama itu baru program tahun ini.” Jumat siang memang waktu yang efektif untuk kegiatan karena waktu senggang yang lama. “Dulu sebelum ada peraturan libur hari sabtu, kami sudah mengadakan Misa di hari jumat, sehingga itu terus berjalan hingga sekarang.” Selebihnya, gadis berambut panjang ini, mengatakan, “Jumat tertentu itu memang se ngaja dipilih untuk pelaksanaan kegiatan karena biar ada jeda saja, antara hari jumat pertama dan ketiga.” Pemilik nama panggilan Puput ini juga menje laskan, memang hampir semua umat beragama selain Islam mengadakan acara keagamaan pada jumat siang. “Bukan hanya karena waktu nya yang senggang, tapi juga karena kesepakatan kawan-kawan. Kalau ada waktu senggang, tapi tidak ada kesepakatan itu sama saja. Jadi bukan karena harinya saja, tapi juga adanya waktu senggang dan kesepakatan.” Kendati jumat termasuk hari yang efektif untuk berkumpul melakukan kegiatan diskusi keagamaan, kawan-kawan IKMK juga menga dakan kegiatan untuk IKMK di hari-hari lainnya. “Biasanya insidental saja, tergantung kawankawan.” Namun, tambahnya, jumat tetap menjadi hari yang tepat untuk ibadah agama bersama kawan-kawan di kampus, karena kegiatan lain seperti ibadah minggu dan sabtu dipusatkan di gereja.
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
19
laporan utama
Ada Pengajian di Rektorat Di saat kaum muslimin siap-siap menunaikan shalat jumat, Biro AUK UNY menyelenggarakan pengajian pegawai rektorat untuk para muslimah. Oleh Arisk a P ra s e t ya n awat i
Hj. Sujariyah, M. Pd., Kepala Biro Administrasi Umum dan Keuangan (BAUK) UNY.
K
ajian tentang spiritualitas saat ini te lah menjadi tren di berbagai kalangan. Begitu juga di kalangan profesi. Melalui karya ilmiahnya berjudul Pengaruh Religiositas Terhadap Komitmen Organisasi, Keter libatan Kerja, Kepuasan Kerja dan Produktivitas, Imam Ghozali, seorang pakar ekonomi, menya takan bahwa tingkat religiositas setiap individu pegawai dalam sebuah perusahaan–sesuai de
foto-foto:ahmad natsir dan laode
20
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
ngan agamanya masing-masing–akan berpenga ruh terhadap perilaku atau sikap kerja dan nilai kerja karyawan. Sikap kerja tersebut meliputi motivasi, kepuasan kerja, etika kerja, komitmen terhadap pekerjaan dan organisasi. Akhirnya, sikap kerja tersebut akan berdampak langsung dalam peningkatan produktivitas kerja. Bercermin pada pembahasan di atas, nyata nya Universitas Negeri Yogyakarta pun sudah menerapkan kajian spiritualitas sejak beberapa tahun lalu. UNY mengusung agenda pengajian di sela-sela kesibukannya. Hal ini dibuktikan oleh pernyataan Hj. Sujariyah, M. Pd., Kepala Biro Administrasi Umum dan Keuangan (BAUK). “Sebelum saya menjabat kepala BAUK, pengaji an itu sudah ada.” Pengajian yang dilaksanakan pada hari Jumat dikhususkan bagi para pejabat dan pegawai rektorat. Saat ini Sujariyah diamanahkan untuk menjadi penanggung jawab pengajian tersebut. Menurut penuturannya, pengajian da lam rangka membina rohani tersebut dulunya masih dilaksanakan setelah selesai sholat Jum at, sehingga hanya dihadiri 25 sampai dengan 30 orang saja dari total kurang lebih 250 orang pegawai rektorat. Melihat situasi ini, Sujariyah mengevaluasi jalannya pengajian. Dua titik permasalahan pun diperoleh dari evaluasinya. “Waktu pelaksanaan setelah sholat Jumat dan penceramah dihadirkan dari pihak luar UNY yang menjadi evaluasi saya. Kemudian saya konsultasikan dengan Pak PR II dan saya matur ke pak rektor, akhirnya pengajian ini diadakan sebelum sholat Jumat dengan pembicara dari orang UNY karena UNY juga memiliki banyak da’i,” terangnya. Setelah mendapat dukungan dari Rektor UNY, kegiatan yang berjuluk Pengajian Hari Jumat ini mulai dilaksanakan 30 hingga 45 me nit sebelum masuknya waktu sholat Jumat de ngan mengambil tempat di ruang siding utama
laporan utama rektorat. Dengan penceramah Pak Rektor, pe ngajian berformat baru ini pun penuh dijejali seratusan peserta. Selain waktu pelaksanaan yang tepat, kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh pengisi ceramah orang dari dalam UNY yang lebih memiliki kedekatan secara tema dan rekanan kerja daripada penceramah dari luar.
Bekerja dengan Ikhlas karena Ibadah Walaupun Pengajian Hari Jumat hanya digelar sebulan sekali saja dikarenakan kesibukan kerja yang padat, acara kerohanian ini berkuali tas dari segi keintisarian ceramah. Tema besar yang bergiliran diangkat melingkupi tema keimanan, kinerja, dan kesehatan dengan tujuan untuk mempertebal keimanan pesertanya supaya lebih memaknai kehidupan. Sujariyah ber ujar. “Yang paling ditekankan adalah keikhlasan dalam bekerja karena bekerja dan ikhlas adalah bentuk ibadah, apalagi UNY merupakan kampus pendidikan yang harus melayani mahasis wanya dengan baik. Mahasiswa adalah calon SDM yang unggul, sehingga di tingkat apapun, layanan dalam menciptakan SDM yang unggul adalah nomor satu. Jadi, pegawai rektorat tidak bekerja semata-mata untuk dapat gaji, melainkan memahami sisi ibadahnya.” Untuk mencapai tujuannya, maka kuantitas peserta yang datang mengikuti pengajian terus
diusahakan memenuhi target lebih dari seratus orang. “Perekrutan pesertanya melalui undang an yang disampaikan lewat kepala bagian. Namun, cara ini kurang mendapat respon, sehingga pegawai rektorat diundang masing-masing. Akhirnya, jumlah peserta pengajian selalu memenuhi target. Biasanya mencapai 100 sampai 150 orang,” tutur Jariyah lagi. Pembinaan rohani ini memang hanya ditujukan untuk pejabat dan pegawai di rektorat yang beragama Islam saja karena agenda ini sifatnya informal. Jadi, tidak menutup kemungkinan untuk agama lain ataupun tingkatan fakultas memiliki kajian spiritual serupa. Namun, untuk masing-masing fakultas, pihak rektorat selalu dimohonkan perwakilan lima orang mengikuti Pengajian Hari Jumat. Pastinya, yang menjadi nilai tambah dari pengajian ini adalah sisi sila turahminya cukup mengena karena kegiatan ini menjadi ajang berkumpulnya para pejabat dan pegawai rektorat. Sujariyah pun merasakan efek dari berjalannya Pengajian Hari Jumat. Selain lebih mudah memahami wajah pegawai yang masih baru–karena sebelumnya hanya me ngenal pegawai baru sebatas nama saja–para pejabat dan pegawai rektorat menjadi lebih akrab, kekeluargaan semakin kental, sehingga perasaan dan tindakan saling menghargai semakin meningkat.
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
21
laporan utama Dr. Purwadi
foto-foto:Sismono
la ode
Religiusitas Itu Sikap Pasrah Sumarah, Gemi Nastiti Ngati-ati Pra taruna angudia Saniskara sangune sagung dumadi Marsudi ing kawruh Kang akeh gunane Bisane sembada tlatenana “Thalabul Ilmi jaridatul ‘ala mukmin wal muslimat” //Para pemuda hendaknya belajar /segala hal untuk bekal masa depan/Dengan mendalami pengetahuan/ yang memiliki banyak manfaat/agar dapat berguna dan digunakan dalam kehidupan/Maka jangan menyerah dan giatlah// Kurang lebih demikian arti pesan ladrang wahyu yang ditembangkan Dr. Purwadi, saat ditemui reporter Pewara Dinamika, Dhian Hapsari dan Sismono La Ode, di tempat berbeda, Pen dopo Tejokusumo, Fakultas Bahasa dan Seni UNY dan rektorat UNY. Pitutur ini hanya sekelumit petikan wawancara tentang religiusitas di kampus. Selanjutnya dosen yang telah menulis pelbagai buku kejawen dan memiliki lingkar diskusi spiritual Jawa ini juga menjabarkan bagaimana praktik religiusitas yang seharusnya dilakukan. Religi usitas ini dipandang dari kacamata Purwadi yang bukan melulu berhubungan dengan tran sendental, tetapi juga bagaimana praktik religiusitas, yang meliputi ilmu laku, jangka-jang kah, kodrat wiradat. Apa yang Anda pahami tentang religiusitas? Religiusitas adalah praktik kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai agama. Secara semantik, a= tidak, gama =kacau. Jadi, segala tata nilai yang bernafaskan pada agama barang tentu terhindar dari segala kekacauan. Seberapa pentingkah religiusitas dalam membentuk sivitas akademika UNY yang bernurani, mandiri, dan cendikia. Kita berpangkal tolak pada sisi kosmologis. Kampus UNY berada di dusun Karangmalang, yang mengandung makna boyo pakewuh, tidak takut menghadapi rintangan untuk menuju 22
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
laporan utama pada kemuliaan sebagaimana disimbolkan oleh dusun Kuningan. Warna kuning itu mengacu pada logam mulia, yakni emas, yang bisa juga diartikan sebagai masa keemasan. Dalam bahasa Jawa Kuning lir emas sinangkling. Untuk menuju kemuliaan itu tidak boleh takut menghadapi ujian. Tumuju marang kamulyan ora alus dalane, akeh sandungane. Ning sopo temen bakal tinemu. Sesungguhnya ini patut direnungkan bahwa alam ini media pembelajaran kita. Apa yang ada di dalam kehidupan ini adalah pembelajaran, agar kita dapat mematangkan diri menjadi insan yang cendekia, mandiri, dan bernurani. Seberapa pentingkah religius dalam kehi dupan? untuk mengimbangi kehidupan jasmaniah yang materialistis perlu adanya kehidupan ba tiniah yang spiritualis. Maka dalam terminologi tata negara benar adanya monodualis yaitu Jiwa raga, cipta rasa, karsa karya, lahir batin, awal akhir. Semua itu akan menggenapi dunia. Religiusitas berorientasi pada kehidupan yang genep dan genah, terang wijang. Begitu pula an tara agama dan budaya itu komplementer sifatnya. Saling melengkapi. Dengan demikian sungguh paham keliru manakala ada yang mengkontraskan antara agama dan budaya. Pengkontrasan ini biasanya berangkat dari pe mahaman yang deviasi, sebuah penyimpangan terminologi yang mengkontraskan antara agama dan budaya dalam beranalisa. Apakah religiusitas itu dapat mendorong prestasi? Sesungguhnya kalau orang hidup bereninya Cuma mudah dan takut karena susah, maka segala cita-cita akan kandas. Mudah dan susah pada hakikatnya tidak ada. Itu cuma mengadaada barang yang tidak ada. Prestasi itu dapat diraih dengan ketekunan. Sopo temen bakal tinemu, Siapa yang mencari il-
mu dengan tekun dan sungguh-sungguh, maka prestasi akan mengikuti dengan sendirinya. Bagaimana dengan sivitas akademika yang berprestasi, tetapi tidak diimbangi dengan religiusitas? Sekuleritas dan religiusitas itu berbeda. Ja ngan-jangan mereka yang suka berwacana religius justru areligius. Atau, yang sekuler itu justru asekuler. Kan malah repot. Untuk itu janganlah saling mengolok-olok antara satu kaum dengan kaum yang lain. Alhamdulillah di kampus ini terbentuk religiusitas yang mengagumkan, meski kadangkala religiusitas itu hanya sebatas yang dibicarakan, bukan yang dipraktik kan. Oleh karenanya, perlu eling lan waspodo (intropeksi diri, red.)
TTL: Nganjuk, 16 September 1971 • pendidikan: S1 Sastra Jawa UGM (1990-1995), S2 Filsafat UGM (1996-1998), S3 Filsafat UGM (1999-2001)
Lantas bagaimana praktik religius dalam kehidupan kampus ini? Ya, saya rasa antara sivitas akademika UNY, yang berbeda keyakinan religiusnya telah sa ling menghormati dan menganggap paling benar sendiri. Bukankah orang yang beragama itu juga melaksanakan apa yang diajarkan dalam agamanya? Mencintai sesama, merawat alam, memayu hayuning bawono. Masak di kampus naik motor kok ngebut! Itu tidak religius. Masak membuang polusi di mana-mana. Masak katanya religius, kok buang ludah sembarangan. Itu semua ‘kan tidak religius. Hal-hal sederhana saja yang dilakukan itu sudah mencerminkan religiusitas seseorang. Bertegur sapa yang baik, menjaga alam dengan kebersihan, menghormati apapun yang ditemu inya sehari-hari. Kalau secara pribadi, apa makna religius da lam kehidupan Anda? Kita meski membudayakan sifat amemangun karyenak tyasing sesomo, dengan suka suguh, aruh, gupuh marang konco. Artinya kita dapat menyuguh entah itu memberi makanan atau minuman pada kawan, kemudian menjualkan kemampuan kawan atau mempromosikan kawan, dan bagaimana dapat membantu jaring an. Jaringan antar kawan itu penting. Kalau sudah dapat suguh, aruh, lan gupuh kehidupan ini akan begitu damai. Jadi, religiusitas itu kan bertujuan untuk mencapai kedamaian, sebagaimana pepatas Jawa: mangasah mingising budi, memasuh malaning bumi, demi keselarasan ma krokosmos dan mikrokosmos.
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
23
berita kegiatan mahasiswa
Apa Kabar Jurusan Tari?
foto: laode dan dhian
Jurusan ini diam-diam memiliki prestasi, namun sayangnya tidak banyak yang mengetahui bagaimana sepak terjang dan perkembangannya. Sebelum menjadi milik Fakultas Pen didikan Bahasa dan Seni, IKIP, lahan yang kini menjadi wilayah kampus FBS itu konon milik Akademi Seni Tari (ASTI). Sekitar tahun 1983 (berdasarkan Pusat Data dan Analisa TEMPO), para pemimpin STSRI ASRI, AMI, dan ASTI berkumpul dan berkeputusan mengga bungkan diri menjadi ISI. Isntitut ini ter diri dari tiga fakultas: Fakultas Kesenian (gabungan antara unsur-unsur dari ASTI dan AMI), Fakultas Seni Rupa dan Desain (jelmaan STSRI ASRI), dan Fakultas Non-Gelar Kesenian. Secara otomatis ASTI pindah ke Jalan Parangtritis, menjadi satu dengan aka demi yang lain yang meleburkan diri 24
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
menjadi ISI. Wilayah tinggalan ASTI ini lantas dimanfaatkan jurusan seni tari IKIP. “Tentu dengan perundingan sebe lumnya, tapi saya tidak tahu pasti detailnya,” ungkap Titik Agustin, dosen senior di Jurusan Seni Tari yang juga angkatan pertama dosen jurusan tari IKIP. Dosen yang ada di jurusan seni tari, kata Titik, belum sebanyak sekarang
ini. “Sekitar sepuluh orang saja. Tidak jarang satu dosen memegang beberapa kelas dan mata pelajaran.” Dosen-dosen tari banyak mengambil dari lulusan ISI. “Ada juga dosen yang dulunya pegawai di IKIP, tapi karena basic-nya seni tari kemudian diperbantukan ke jurusan.” Dosen IKIP kebanyakan diambil dari luar, bahkan dapat dikatakan belum ada lulusan dari IKIP. Selain dosen yang terbilang sedikit, ruang perkuliahan pun terbatas. “Kelas D1, D2, dan D3 menempati ruang kuliah secara bergantian di tempat yang sekarang menjadi lapangan badminton indoor, pendopo Kamasetra, dan FBS lama (FBS Timur).” Pada waktu itu IKIP belum membuka S1. Kendati masih muda, jurusan ini dapat menyerap mahasiswa yang lumayan banyak. “Sekitar 30 sampai 40 orang
berita jadi guru tari tidak mudah, tapi sekarang hampir sekolah dasar hingga sekolah menengah membuka kesempatan untuk lulusan tari,”jelasnya. Sebagai wadah pengembangan kreatifitas ataupun karya tari yang lebih bebas, jurusan menyarankan mahasis wa berperan aktif di berbagai sanggar tari. “Dengan mengikuti sanggar, selain mereka memiliki wadah kreatifitas yang lebih luas, tidak jarang mereka diikut kan dalam event-event nasional maupun internasional karena jaringan sanggar yang luas.” Paling tidak bila benar terjadi, keikutertaan itu dapat memberi bekal pengalaman di dunia tari yang lebih luas, terang Nyoman. mahasiswa belajar di tiap kelas. Namun jumlah itu juga tidak pasti,” tambahnya. Jurusan yang menampung mahasiswa-mahasiswa pembelajar seni ini lantas berkembang beriringan dengan perkembangan IKIP. Lama kelamaan IKIP membangun fasi litas kelas yang memadai. Pun, membe rikan Support semangat pada mahasis wa dan tenaga pengajarnya dengan menyediakan ruang pertunjukan lengkap berikut keperluan pementasan. Garapan Tari Anak Seperti jurusan yang lain, jurusan seni tari memiliki kekhasan tertentu yang membedakan antara peguruan tinggi seni yang fokus pada pendidikan dengan perguruan tinggi khusus seni.”Kita me miliki kekhasan tari gaya Yogyakarta dan garapan tari pendidikan. Sedapat mungkin kita arahkan untuk tari pendi dikan anak-anak.” Spesifikasi ini dikembangkan tidak lain mempersiapkan lulusan yang dapat memberi materi pendidikan tari anak-anak. Menanggapi tujuan utama pendi dikan seni tari ini, Widya Apsari, ma hasiswa seni tari angkatan 2006 me ngatakan, “Ketika mahasiswa membuat garapan tari menjadi kurang leluasa ka rena adanya batasan harus ada unsur pend idikan bagi anak-anak.” Tari yang Ni Nyoman Seriati, M.Hum.
digarap biasanya mengambil dari unsurunsur tari klasik, sedangkan mahasiswa kadang menginginkan tari yang lebih kontemporer. “Mungkin ya memang begitu seharusnya, karena kita berada di wilayah pendidikan tari yang nantinya diharapkan dapat menjadi pendidik tari.” Kendati demikian, gadis manis yang hampir menyelesaikan studinya ini belum tahu apa yang akan dilakukan setelah lulus kuliah. “Saya belum tahu apa jadi guru tari atau seniman. Memang untuk men-
Berkomitmen Bagaimanapun perkembangan yang dicapai, kita memiliki tugas untuk mempertahankan prestasi dan mening katkan kemajuan jurusan,” papar Ni Nyoman Seriati, M.Hum. Upaya yang dilakukan dalam rangka memajukan jurusan itu tidak hanya bertumpu pada dosen terkait, tetapi juga mahasiswa. “Prestasi yang diraih mahasiswa itu dapat mengangkat nama jurusan dan memberi point penting untuk masa depan mahasiswa itu sendiri,” katanya. Lebih jauh Titik menambahkan, “Agar jurusan dapat berkembang lebih baik, kita perlu meningkatkan kinerja pengajar. Mereka harus berkomitmen menjadi pengajar dan memenuhi tanggung jawabnya tidak setengah-sete ngah.” Dosen-dosen yang berkualitas perlu ditambah, sehingga mahasiswa belajar dengan penuh semangat. Beberapa tahun belakangan ini maha siswa yang masuk jurusan tari memang tidak sebanyak jurusan lain. Diakui Titik, “Saat ini memang kalau tidak jemput bola, manapun itu, bukan hanya jurusan tari, animo masyarakat semakin lama berkurang. Semoga saja, apresiasi masyarakat terhadap jurusan tari dapat lebih baik dengan adanya prestasi mahasiswa tari dan peningkatan kinerja dosen,” lanjut Titik Agustin menutup wawancara. Dhian Hapsari
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
25
berita Seminar
SEMINAR ILMIAH NUKLIR Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997, tentang Ketenaganukliran maka Pemerintah membentuk Ba dan Pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden, yang bertugas melaksanakan pemanfaatan tenaga nuklir meliputi pe nelitian dan pengembangan, penyelidik an umum, eksplorasi dan eksploitasi ba han galian nuklir, produksi bahan baku untuk pembuatan dan produksi bahan bakar nuklir, produksi radioisotop untuk keperluan penelitian dan pengem bangan, dan pengelolaan limbah radioaktif. Oleh karena itu Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sebagai Lem baga Pemerintah Non Kementerian, bertugas Pengelolaan Tenaga Nuklir di mana salah satu divisinya yaitu Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir bertugas melakukan penelitian tentang teknologi reaktor, keselamatan reaktor dan sistim keselamatan reaktor. Topik yang terkait dengan kegiatan litbang tersebut antara lain kajian dan desain teras reaktor, kajian dan desain sistem pendingin, analisis kecelakaan, kajian dan evaluasi sistem keselamatan. Demikian dikatakan Dr. Setiyanto, M.Sc Direktur Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) BATAN Jakarta dalam seminar ilmiah “Peranan Lit bang Teknologi dan Keselamatan PLTN di Perguruan Tinggi dalam percepatan program PLTN di Indonesia” yang diselenggarakan di Ruang Seminar Perpus-
26
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
foto-foto: Dokumen humas fmipa
takaan jurusan Fisika FMIPA UNY pada Selasa, 20 April 2010. Dalam seminar yang dihadiri oleh sejumlah dosen dan mahasiswa jurusan pendidikan fisika FMIPA UNY tersebut Setiyanto meng ungkapkan, dengan adanya krisis ener gi di Indonesia maka pembangunan Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) akan dipercepat, dan sosialisasi tentang PLTN yang dijadwalkan hingga tahun 2014 harus sudah selesai pada akhir tahun 2010. PTRKN akan melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi dan keselamatan reaktor untuk mendukung evaluasi desain teknis dan keselamatan reaktor nuklir serta mengoptimalkan fasilitas dan infrastruktur litbang. Dalam sambutannya Dekan FMIPA UNY Dr Ariswan mengatakan bahwa teknologi nuklir mau tidak mau akan dikembangkan di negeri ini tinggal ba gaimana kita menangkap peluang kemajuan teknologi yang akan datang. Oleh karenanya mahasiswa MIPA jurusan pendidikan fisika dapat mengambil skripsi tentang nuklir. Guru Besar dan ahli nuklir dari BATAN Yogyakarta Prof.
Sardjono menyampaikan bahwa program PLTN menurut Perpres th 2006 di targetkan pada tahun 2025 pemerintah minimum harus ada 17% energi dari energi yang terbarukan dimana 2% adalah energi nuklir, 2% batubara cair, 3% Pusat Listrik Tenaga Surya, 5% biomassa, mikrohidro dan lain-lain. Sardjo no merasa gembira karena mahasiswa telah mendapatkan perkuliahan tentang fisika atom dan fisika inti. Pelajaran fisika reaktor direncanakan akan dimasukkan dalam kurikulum mahasis wa semester 4 keatas sehingga dapat lebih mudah mempelajari penelitian yang berhubungan dengan keselamat an karena keamanan PLTN harus bisa dibuktikan secara ilmiah. Perangkat lunak yang digunakan seperti FLUENT 6.2, RELAP/SCDAP-MOD3.2, SAPHIRE v5.0 dan sebagainya yang dimiliki BATAN Jakarta. Peluang kerjasama pene litian juga terbuka, selain itu perguruan tinggi juga diharapkan dapat menyosialisasikan tentang PLTN pada masyara kat luas. Dedy Herdito
berita lomba dan seminar
LOMBA DAN SEMINAR MATEMATIKA
foto-foto: Dokumen humas fmipa
Matematika bukan sekedar menghafal rumus melainkan pemahaman bahasa yang memungkinkan orang untuk meng komunikasikan ide-ide dalam angka. Anda mungkin dapat melakukan perhi tungan tetapi jika tidak mengerti bahasanya Anda akan mengalami kesulitan. Sebagian besar aplikasi matematika mengharuskan tidak hanya melakukan secara matematis, melainkan mengko munikasikan matematika. Saya menemukan bahwa guru mampu mengerjakan persoalan matematika tetapi ketika mereka harus menjelaskan mengapa matematika dilakukan dan bagaimana mengaplikasikannya di lain tempat, banyak guru menyadari bahwa me reka datang dari latar belakang yang tidak menduga untuk bisa mengkomu nikasikan matematika dan harus memeriksa kembali keyakinan dan asum-
si mereka tentang matematika untuk memutuskan siklus ini. Demikian diungkapkan Christie McKee dari California State Polytechnic University, Pomona, California, Amerika Serikat dalam Seminar Nasional bertema “Peran Pembelajaran Matematika dalam Mengintegrasikan Budi Pekerti dan Kemampuan Berpikir Logis” yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Matematika (Himatika) FMIPA UNY pada Sabtu 17 April 2010 di Ruang seminar FMIPA UNY dalam rangkaian kegiatan Lomba dan Seminar Matematika (LSM) ke-18. Dibuka oleh Pembantu Dekan III FMIPA UNY Drs. Sutiman, seminar ini juga menampilkan pembicara Prof. Dr. Utari Sumarmo dari FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung yang membahas tentang pengertian berfikir logis, kritis,
kreatif dan budi pekerti serta mengapa dan bagaimana mengembangkannya pada siswa. LSM yang merupakan agenda rutin tahunan Himatika bertujuan melatih daya nalar dan sportivitas siswa serta diharapkan materi yang diberikan da lam lomba dapat pula digunakan seba gai alternatif bahan pengayaan dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini dida sari oleh pemikiran bahwa siswa juga memiliki andil dalam memajukan pelajaran dengan meningkatkan semangat kompetensi bagi banyak siswa SMP. Lomba Matematika tingkat SMP diikuti oleh 582 peserta dari SMP negeri maupun swasta dari seluruh Indonesia. Untuk menyeleksi Lomba Matematika kali ini Himatika bekerjasama dengan institusi lain untuk melaksanakan seleksi awal bagi peserta pada 6 regional yaitu Bandung, Lampung, Semarang, Jakarta, Surabaya serta Yogyakarta sebagai tuan rumah yang telah dilaksanakan pada tanggal 10 April 2010 lalu. Pada lomba matematika itu terpilih 50 orang finalis yang akan memperebut kan tropi dari Menteri Pendidikan Nasional. Pemenang Lomba Matematika ke - 18 ini adalah juara I Kevin Christian dari SMP IPK Tomang Jakarta, juara II Christopher Melky dari SMP IPK Pluit Jakarta, juara III Richard Akira Heru dari SMP PL Dominico Savio Semarang, juara IV Kristianto wirawan dari SMP Frater Xaverius I Palembang, dan juara V Lutfi Nasirudin dari SMPN 1 Jetis Ponorogo. Dedy Herdito
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
27
berita hasil penelitian mahasiswa
ABON DARI JANTUNG PISANG
foto: dokumen pribadi
Wilayah Indonesia cocok untuk budi daya tanaman pisang yang tersebar mulai dari dataran rendah sampai datar an tinggi baik dibudidayakan di lahan khusus maupun ditanam di kebun atau di halaman. Hampir setiap pekarangan rumah di Indonesia terdapat tanaman pisang karena tanaman ini cepat menghasilkan, berlangsung lama, mudah ditanam dan dipelihara. Produksi pisang di Indonesia cukup besar, bahkan Indo nesia menjadi salah satu penghasil pi sang terbesar di dunia dimana pengha sil pisang terbesar berada di Pulau Jawa. Namun disayangkan dari seluruh bagian tanaman pisang hanya buah pisang dan daun pisanglah yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Sedangkan bagian lain dari tanaman ini masih terbatas pemanfaatannya, misal nya saja jantung pisang. Pada fase pembungaan dan pembuahan, setelah pembentukan sisir pisang yang terakhir, 28
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
kemudian dilakukan pemotongan jantung pisang. Biasanya jantung pisang ini langsung dibuang karena dianggap limbah, padahal memiliki nilai gizi yang cukup baik karena mengandung kalori, protein, karbohidrat, vitamin A, kalsium, fosfor dan air. Oleh karenanya Rara Dwi Prasatia dan Dewi Istiyaningsih mahasiswa jurusan pendidikan IPA serta Fendy Arifianto dari jurusan biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta berupaya mengembangkan alternatif
lain dari pengolahan jantung pisang yakni dibuat abon sehingga masyara kat juga mengenal jantung pisang tidak hanya sebagai lalapan atau sayur pelengkap saja namun juga dapat sebagai lauk makan dalam bentuk abon yang lazimnya terbuat dari daging sapi. Abon adalah contoh makanan awetan terbuat dari daging yang digiling halus, dibumbui, dikeringkan atau dipanggang. Hasil nya adalah daging yang asin dan semimanis serta tidak perlu disimpan di lemari es. Lebih lanjut Rara mengatakan, bahan yang diperlukan untuk membuat abon ini adalah jantung pisang, air kelapa, kemiri, serai, bawang merah, bawang putih, gula merah secukupnya, lengku as, garam dapur dan minyak goreng. Sedangkan cara membuatnya, jantung pisang dipilih yang masih segar dan mulus lalu dikupas dan diambil jantung putihnya serta dipotong-potong. Jan-
berita
tung pisang yang telah dicuci bersih tersebut direbus hingga matang lalu digiling hingga halus. Sementara itu bumbu dihaluskan dan dimasak dalam penggorengan lalu jantung pisang yang telah ditumbuk halus dimasukkan ke dalam penggorengan yang telah berisi bumbu. Diaduk-aduk hingga merata kemudian tambahkan gula merah seba
gai penambah cita rasa. Setelah masak dan bumbu tercampur merata masuk kan air kelapa dan rendam selama beberapa menit. Setelah itu rendaman diti riskan dan dikeringkan di atas wajan yang sudah dipanaskan tanpa minyak. Setelah agak kering diangkat lalu diletakkan pada loyang yang sudah dialasi dengan kertas roti. Bentangkan adonan jantung pisang tadi dan kemudian panggang hingga kering. Abon jantung pisang telah siap dan dapat dikemas dalam kantong plastik atau wadah lain. Jantung pisang merupakan bunga pi sang berwarna merah tua keunguan. Di bagian dalamnya terdapat bakal pisang. Jantung pisang juga mudah didapatkan karena tanaman ini banyak ditemukan terutama di daerah yang banyak mendapat sinar matahari. Dewi Istiyaning sih menambahkan, abon jantung pi sang ini tak kalah nilai gizinya daripada abon yang terbuat dari daging sapi dan
dengan kreatifitas ini masyarakat akan dapat menikmati abon yang unik seka ligus dengan harga yang murah. Abon daging sapi yang biasanya dijual de ngan harga mahal kini dapat dibeli de ngan harga yang terjangkau dan rasa nyapun hampir sama dengan abon yang dibuat dari daging. Dedy Herdito
Yudisium
YUDISIUM FIK Selamat, karena anda telah diyudiisum pada pagi hari ini. Ketahuilah, bahwa Delapan puluh persen keberhasilan di tentukan oleh kecerdasan intelektual, namun emosional, spiritual juga ikut mendukungnya. Yang utama jadilah insan yang comit, jujur, dan loyal. Demikian Dekan Fakultas Ilmu Keolah ragaan Universitas Negeri Yogyakarta (FIK UNY), Sumaryanto, M.Kes dalam sambutannya saat meyudisium 103 mahasiswa FIK UNY bertempat di ru ang lantai III Kampus Kuningan FIK UNY(2/2). Mereka terdiri dari: 60 orang foto: dokumen humas fik
berasal dari program studi (prodi) Pen didikan Jasmani dan Rekreasi (PJKR), 11 orang dari prodi Ilmu Kesehatan Olah raga (IKORA), 13 orang prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO), serta 19 orang berasal dari prodi D2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani (PGSD Penjas). Yudisium dihadiri ang-
gota senat dan pejabat fakultas. Tiga perwakilan peserta dengan nilai terbaik menerima Surat Keputusan Yudisum secara simbolis. Mereka adalah: 1)Kemala Miftikaningrum (IKORA, IPK 3,47), Arif Purwandito (PJKR,IPK 3,44), Indah Fitoriyati (PKO, 3,46). ratnae
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
29
berita PROFIL
ROSID, NGENGER DEMI KULIAH
foto: dokumen ema r
Ngenger dilakoni dengan ikhlas, menjadi anak masjid menjadi solusi baginya yang tidak mampu membayar uang kost. Kuliah. Sebuah kata yang tidak pernah terbersit dalam angan seorang remaja desa Mingking, Sokorini, Muntilan, Magelang. Dibesarkan dari jerih payah orangtuanya yang tidak mampu seperti tenggelamkan angan untuk meraih sekolah yang lebih tinggi. Ada keinginan untuk melanjutkan sekolah namun dia merasa juga harus membantu keada an ekonomi keluarga. Bapaknya, Saero ji, seorang buruh tani dan ibunya kadang kala membuat gula kelapa untuk dijual ke pasar. Berbagai pikiran berkecamuk dalam kepalanya antara bekerja 30
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
diluar atau membantu orang tua dian tara lepotan lumpur sawah. Terlebih di lingkungannya tak banyak remaja yang melanjutkan sekolah sampai perguruan tinggi, “Jarang remaja di desa saya ma suk SMA apalagi kuliah, mungkin karena alasan ekonomi atau lainnya”, ung kapnya Paham akan keadaannya, gurunya di SMAN 1 Ngluwar Magelang mengu sulkan data diri tentang dirinya untuk diikutkan dalam program Beasiswa Ma suk Universitas (BMU). Adalah Muham mad Abdul Rosid, anak seorang buruh tani tetapi Tuhan memberikan kelebihan dengan otaknya yang encer. Pres tasinya sebagai juara 1 di SMAN 1 Nglu-
war menjadi perhatian guru-gurunya bahwa Rosid harus diperjuangkan, tak boleh putus sekolah. Apa yang diperjuangkan gurunya membuahkan hasil, Rosid, demikan ia akrab disapa berhasil lolos seleksi masuk ke Universitas Negeri Yogyakarta mengalahkan pesaingpesaing dari pelbagai daerah. Tahun 2007 dia resmi tercatat sebagai mahasis wa program studi favorit: Pendidikan Matematika di fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Kegembiraaan sekaligus kebingung an berkecamuk dalam hati Rosid yang mempunyai hobi pramuka. Uang dalam nominal jutaan rupiah yang harus dibayar sebelum masuk kuliah menjadi pi kiran dalam benaknya. Cukup besar bagi keluarga Rosid yang pendapatan per bulannya tak tentu. Hanya berkisar 400 ribu rupiah saja. Rosid yang telah terla tih untuk bekerja keras tidak menye rah begitu saja, Otak encernya berpikir keras mencari solusi bagaimana mencari uang untuk biaya masuk kuliah. Tak berhenti disitu saja karena bila sudah menempuh bangku kuliah ia juga harus memikirkan biaya hidup dan biaya tempat tinggal serta SPP tiap semesternya. Dengan bantuan temannya ia akhir nya bisa mengangsur SPP, satu masalah terselesaikan. Namun tidak berhenti sampai disitu, karena tidaklah mungkin menempuh jarak yang sedemikian jauh dari Muntilan setiap hari untuk kuliah. Alternatif termudah adalah kost padahal hal itu juga tidak memungkinkan karena keterbatasan ekonomi keluarga. Lalu dipikirkannya bagaimana dapat tinggal di Jogja karena jelas tidak mungkin baginya untuk melaju. Akhirnya dengan empat kawannya dia mendapatkan tempat ngenger di sebuah masjid di daerah jalan Kaliurang secara cuma-cuma dengan konsekuensi mereka harus merawat masjid itu termasuk mengumandangkan adzan, iqomah serta kadang juga sekaligus menjadi im-
berita am shalat. Untuk makan mereka memasak sendiri tiap hari dengan beras yang dibawa dari rumah dan pada saat terten tu mendapatkan uang saku sebagai takmir masjid. Kamar yang tersedia 3 buah untuk 5 orang anak masjid. Kehidupan Rosid sebagai anak masjid begitu seder hana dengan peralatan lemari plastik, kasur dan meja yang merupakan “lungsuran” dari anak masjid terdahulu. Kehebatan Rosid terbukti di bangku kuliah. Dengan segala keterbatasan yang ada, peraih nilai sempurna Ujian Akhir Nasional, 10, pada mata pelajaran matematika di SMAN 1 Ngluwar Magelang ini berhasil mencatatkan indeks prestasi nyaris sempurna selama kuliah di MIPA. Bahkan pada semester pertama
memperoleh IP 3,98 dan berhasil meloloskan karya ilmiah ke tingkat universi tas berjudul “pelepah pisang sebagai media pembelajaran matematika” dan “budidaya jamur tiram sebagai peluang bisnis yang prospektif”. Dari sebuah kamar sempit dengan sebuah kasur dan perabot seadanya setiap hari jarak sejauh itu ditempuhnya dengan menga yuh sepeda. Ketika ditanya bagaimana cara remaja kelahiran 26 Februari 1988 ini mempertahankan IP nyaris sempurna tersebut, Rosid menjelaskan bahwa karena keterbatasan dana untuk membeli buku maka dia hanya bisa memin jam dari teman atau perpustakaan. Konsekuensinya, tiap buku yang dipinjam harus bisa tidak sekedar dibaca namun
wajib dipahami, sebisa mungkin dalam satu kali baca. Selain itu dia biasa bela jar dari buku-buku terbitan lama dan bertanya pada dosen. Sebelum paham akan suatu hal dia tidak bakal berhenti bertanya. Dalam mata kuliah jurusan matematika, misalnya pada mata kuliah “rancangan percobaan” bila dia tinggal menerima jadi sebuah rumus matematika dari dosen, Rosid tidak menerima begitu saja namun akan dilacak darimana rumus itu berasal. Ternyata, sebuah keterbatasan tidak membuat padam cita-cita sebagai generasi penerus bangsa yang ingin menggapai mimpi menjadi seorang guru matematika, pelajaran yang disukainya. Dedy Herdito
PKM-M
Pelatihan Kreativitas Rinding Gumbeng FBS-Gunung Kidul. Sebuah awal kemaju an bangsa dimulai dengan pelestarian kesenian tradisi yang nantinya akan memperkuat sebuah negara, demikian dituturkan kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Gunung Kidul, Drs. Sudodo, saat pembukaan Pelatihan Kreatifitas Rinding Gumbeng pada beberapa waktu lalu di Desa Beji, Dusun Duren, Ngawen, Gunung Kidul. Pembukaan sekaligus diskusi berjudul Eksistensi Musik Tradisional dalam Globalisasi dihadiri kurang lebih 80 orang warga yang datang dari sekitar Kecamatan Ngawen. Pelatihan diselenggarakan dalam rangka praktik salah satu Program Krea tifitas Mahasiswa Pengabdian Masyara kat (PKM-M) mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni. Tim PKM-M ini mengangkat pelatihan Rinding Gumbeng berangkat dari keprihatinan semakin lunturnya budaya lokal dan berkurangnya warga desa yang dapat memainkan alat musik Rinding. “Padahal alat musk rinding biasa dimainkan dalam upacara-upacara adat. Adanya pelatihan ini diharapkan dapat membantu peserta lebih mudah memainkan alat musik rinding, sebab memang tidak banyak yang dapat
foto: dokumen pribadi
memainkan alat musik tradisional tinggalan nenek moyang ini. Perlu latihan rutin dan kemauan keras,” jelas Scholatica Wahyu Pribadi, Ketua PKM-M. Pelatihan diadakan dua kali seminggu bekerja sama dengan kantung budaya di Gunung Kidul seperti Gamblank Musikal Teater, Sanggar Seni Kolaborasi Kecrek, dan didukung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Gunung Kidul. Program ini sejatinya tidak hanya melatih memainkan musik Rinding, tapi juga melatih tari dan managemen organisasi komunitas. Tim PKM-m sendiri meng adakan pelatihan alat musik Rinding Gumbeng dan alat musik lainnya dan
Sanggar Seni Kolaborasi Kecrek melatih tari yang nantinya akan berkolaborasi dengan peserta pelatihan alat musik rinding, sedangkan Gambank Musikal Teater akan mematangkan peserta di bi dang menejemen organisasi. “Pelatihan musik dan tari ini kami harapkan dapat melatih warga Desa Beji dengan serius. Untuk selanjutnya, kami dari Dinas Pariwisata dan Kebudaya an Gunung Kidul bersedia bekerja sama untuk program lanjutan demi memajukan kesenian tradisi, khususnya kesenian lokal Gunung Kidul,” tambah Drs. Sudodo. Tika
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
31
berita profil
Veronica, Delegasi FBS untuk Gristuf Di Jerman FBS-KARANGMALANG—Veronica Christamia Juniarmi patut menjadi kebanggaan FBS. Mahasiswi semester lima jurusan Pendidikan Bahasa Inggris ini terpilih sebagai satu-satunya delegasi UNY yang akan menghadiri Internasio nal Student Conference di Jerman bersa ma 35 delegasi lain dari seluruh Indonesia tahun ini. Veronica, panggilan akrabnya, akan bertemu dengan 220 pe serta terpilih lainnya dari seluruh dunia di kota Greifswald University. Konferensi ini diadakan oleh Grefswald University serangkaian dengan acara Grefswald International Student Fes tival (Gristuf). Konferensi yang diadakan setiap dua tahun sekali ini bertujuan menyatukan anak-anak muda di selu ruh dunia berbagi dan berdiskusi da lammenyelesaikan permasalahan yang menjadi isu internasional, seperti social, policy impact, global change, dan science and etnic. Hingga saat ini Gristuf telah diadakan sebanyak lima kali di oleh Gref swald University yang melibatkan uni veritas-universitas ternama di dunia. Veronica terpilih sebagai salah satu mahasiswa yang berangkat ke festival itu karena esainya berjudul “One World One Culture” yang ia kirimkan pada pe nyelenggara di akhir bulan Desember 2009 lalu. Dalam esainya yang berkaitan dengan tema Global Change, Veronica membicarakan tentang pemanasan glo bal di Indonesia dengan membawa kultur simbol dan kepercayaan Bali seba gai solusi. ia juga menganggat adanya kekuatan mitos alam masyarakat Bali yang merefleksikan keindahan hubung an harmonis antara manusia dengan alam. Bila manusia bersahabat dengan alam, menurutnya, alam akan bersahabat dengan manusia. Anak bungsu dari dua bersaudara ini mendapat kesempatan berbicara di depan forum dunia tentang ide pikiran32
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
foto: Dokumen Pribadi
nya berkaitan dengan esainya sekaligus mempromosikan budaya Indonesia. Se lain memiliki kesempatan itu, ia juga akan unjuk kebolehan membawakan salah satu kesenian daerah di festival bergengsi itu dan turut membawa nama UNY di dunia luar. Upayanya menge nalkan UNY ini tidak lain untuk membuka kesempatan universitas memiliki hubungan yang lebih luas dengan dunia internasional. Setidaknya ada harapan kerja sama antara UNY dan Grefswarld University. Tentu saja usaha ini mendukung misi UNY yang sedang beren-
cana untuk menjadi World Class University. Veronica juga berharap, dengan keterlibatannya di ajang ini, dia dapat mengembangkan kemampuan menulis dan penguasaan ilmunya di bidang yang ia minati: budaya. Berbicara tentang persiapan, sejauh ini Veronica sedang sibuk mencari sponsor untuk memuluskan jalannya menuju ke Jerman. Dukungan dari pihak jurusan, dekanat, dan universitas sangat dia butuhkan demi kesuksesan tugas mulia ini. Febi
berita olimpiade
OLIMPIADE NASIONAL MIPA
foto-foto: Dokumen humas fmipa
Direktorat Akademik, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi bekerjasama dengan FMIPA Universitas Negeri Yog yakarta menyelenggarakan Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengeta huan Alam Tingkat Perguruan Tinggi (ON MIPA-PT) Tingkat Regional Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengkompetisikan bidang matematika, fisika dan kimia. Kegiatan yang diikuti oleh 212 peserta dari perguruan tinggi nege ri dan swasta dalam lingkungan Koper tis Wilayah V DIY ini berlangsung selama dua hari pada Selasa dan Rabu 6-7 April 2010 di Ruang Seminar FMIPA UNY. Dengan diselenggarakannya ON MIPA-PT diharapkan kemampuan akademik dan wawasan mahasiswa akan meningkat serta dapat mening-
katkan kecintaan para mahasiswa terhadap matematika, fisika dan kimia; serta pada akhirnya ajang ini diharapkan menjadi salah satu sarana promosi dalam rangka meningkatkan daya tarik matematika, fisika, dan kimia di tengahtengah masyarakat. Dibuka oleh Pembantu Rektor III UNY Prof. Dr. Herminarto Sofyan, ON MIPAPT ini juga dilaksanakan bersamaan pa da 12 wilayah. Dalam seleksi tingkat wilayah akan ditentukan mahasiswa terbaik yang berhak mengikuti seleksi tingkat nasional yang akan dilaksanakan pada tanggal 29 April hingga 1 Mei 2010. Seleksi nasional akan diikuti oleh 40 mahasiswa yang ditentukan berdasarkan pertimbangan nilai tertinggi hasil seleksi wilayah termasuk
pemenang pertama hasil seleksi tiap wilayah, juara ON MIPA-PT tahun sebe lumnya yang masih memenuhi syarat dan pemenang Olimpiade Sains Nasio nal (OSN). Dalam seleksi tingkat nasio nal ini akan ditentukan 20 mahasiswa terbaik yang selanjutnya akan dilakukan pembinaan selama satu bulan untuk menentukan empat hingga enam mahasiswa yang berhak mewakili Indonesia dalam ajang Olimpiade Interna sional ke-16 yang pada tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal 25 – 30 Juli 2010 di Eropa Timur. Pada tahun 2009 pe menang dari ON MIPA-PT ini telah dikirim ke ajang olimpiade matematika tingkat internasional, yaitu International Mathematics Competition for University Students (IMC) ke 16 di Hungaria dengan memperoleh medali perak atas nama Harun Imanuel (UNAIR) dan perunggu atas nama Albert Gunawan (UGM). Sedang untuk memenuhi undangan pemerintah Iran juga telah dikirim ke ajang International Scientific Olympiad on Mathematics (ISOM) dengan memperoleh 3 perunggu atas nama Ricky Aditya (UGM), Ahmad Agung Ahkam (IT Telkom), Muhammad Arzaki (ITB), dan International Scientific Olympiad on Chemistry (ISOC) juga memperoleh 3 perunggu atas nama Raden Aditya, Tegar Nurwahyu Wijaya, dan Muhammad Zulkanaen yang seluruhnya berasal dari ITB. Tes ON MIPA-PT yang dilaksanakan dalam dua hari ini mengujikan materi Analisis Real, Kombinatorika, Analisis Kompleks & Struktur Aljabar, dan Alja bar Linier untuk bidang Matematika. Sedangkan untuk bidang Fisika diuji kan materi Mekanika Klasik, Elektrodinamika, Termodinamika, Fisika Modern dan Mekanika Kuantum. Bidang Kimia mengujikan materi Kimia Fisika, Kimia Anorganik, Kimia Organik dan Kimia Analitik. Dedy Herdito
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
33
berita musyawarah kerja nasional
MUSYKERNAS IKAHIMATIKA
foto-foto: dokumen humas fmipa
Ikatan Himpunan Mahasiswa Matema tika (Ikahimatika) seluruh Indonesia menyelenggarakan musyawarah kerja nasional di Puskopdit Pakem Sleman Yogyakarta pada Kamis–Sabtu (1517/4) diikuti 110 peserta dari 41 perguruan tinggi di 16 provinsi. Ikahimatika merupakan satu-satunya organisasi mahasiswa matematika se-Indonesia yang dibentuk oleh himpunan-himpunan mahasiswa matematika PTN dan PTS yang ada di Indonesia. Musyawarah kerja nasional yang pada tahun ini diselenggar-
34
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
akan oleh Himatika FMIPA UNY sebagai tuan rumah dibuka oleh Pembantu Rektor III UNY Prof. Dr. Herminarto Sofyan. Bertema ”Satukan tujuan sibakkan penghalang menuju Ikahimatika Indonesia yang berdaya dan berguna” ketua panitia Zulfikar Idi Adhani mengungkapkan musyawarah kerja nasional ini diselenggarakan untuk menentukan program kerja terutama selama dua tahun kedepan, karena musyawarah nasional dan konggres Ikahimatika belum sempat diadakan pada saat pertemuan
di Universitas Cenderawasih Jayapura Papua tanggal 27 Januari hingga 3 Februari 2010 sehubungan dengan undangan dari Bupati Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang untuk melihat proses pendidikan di sana. Isu sentral yang dibahas pada musya warah kerja nasional kali ini adalah Community Development yang menurut Sekjen Ikahimatika periode 20072009 Eidi Rasmawardi terdiri dari tiga elemen yaitu meningkatkan peran mahasiswa dalam dunia pendidikan,
berita kewirausahaan dan peningkatan sumber daya manusia terutama softskill. Dalam dunia pendidikan perlu dilihat kebutuhan pendidikan pada saat ini berdasar riset dari dunia mengajar, dimana pada saat anggota Ikahimatika mengunjungi Oksibil Papua beberapa waktu lalu dapat melihat sendiri sistim pendidikan disana yang berbeda dengan pulau Jawa, misalnya. Kend-
alanya ternyata ada pada pembinaan, demikian ungkap Eidi. Sedangkan dari sisi kewirausahaan, community devel opment (CD) mengemukakan gagasan untuk berkomunikasi dengan masyarakat melalui pelatihan yang berguna bagi banyak orang, seperti pelatihan perbengkelan misalnya. Hal ini dapat menggali potensi masyarakat yang jauh dari dari dunia pendidikan, walaupun
minim softskill namun belum tentu tak mampu melakukan sebuah usaha bengkel. Wacana CD ini dapat mengoptimalisasikan anggota baik dari sisi sains maupun jurusan pendidikan untuk dapat membuat bagaimana agar memunculkan kebersamaan karena nyaris di setiap propinsi ada jurusan matematika dari PTN atau PTS. Dedy Herdito
DONGKRAK PERINGKAT WEBOMATRICS
FISE GELAR PELATIHAN JURNALISTIK ONLINE
foto-foto: dokumen humas fise
“Pelatihan Jurnalistik Online sangat bagus sekali untuk meningkatkan webometrics website UNY. Website UNY pernah menduduki peringkat teratas sesama LPTK Eks. IKIP, namun sekarang mengalami sedikit penurunan. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkannya lagi,” demikian disampaikan oleh Pembantu Dekan I FISE UNY, Suhadi Purwantara, M.Si., dalam sambutannya di depan 29 peserta pelatihan yang diadakan oleh tim KKHP dan Website FISE UNY di Laboratorium internet Jurusan Pendidikan Administrasi, Rabu(14/4) lalu. Kegiat an ini menghadirkan pembicara Prasetya Maulana, ST., webmaster UNY dan Benny Kusumawan, Redaktur SKH Ke daulatan Rakyat. Suhadi juga menambahkan, ”Mudahmudahan dengan pelatihan ini perwakilan dari Jurusan/Prodi mampu memberikan andil yang besar dengan mengisi atau meng-update karya-karya ilmiah baik dari dosen ataupunmahasiswa di Website FISE karena kategori penilaian tertinggi adalah karya-karya
ilmiah yang bisa didownload,” terang Suhadi. Suhadi juga berharap kedepannya website FISE UNY bisa diakses oleh semua sivitas akademika. Dalam materinya Prasetyo menjelas kan tentang keterangan field form dan bagaimana cara meng-upload maupun mengedit berita, event, pengumuman, gambar, cara melampirkan file/dokumen di website FISE yang tergabung dalam website UNY. Sedangkan Benny menerangkan, untuk membuat sebuah berita tidaksemua fakta bisa menjadi berita. Kalangan pers mengakui bahwa fakta atau kejadian yang bisa diangkat menjadi berita harus bersifat penting atau menarik. Untuk itu diharapkan kepada para peserta bisa membedakan mana yang bisa diangkat menjadi berita yang menarik, harapannya tentu saja bisa sekaligus meningkatkan brand image FISE UNY. Sebelum pelatihan para peserta telah diminta mengumpulkan contoh berita yang dibuat dan dimuat di website UNY. Selanjutnya oleh Benny berita tersebut dikoreksi dan disampaikan kembali ke
para peserta, dan disampaikan tentang kekurangan dan kelemahan dari beri ta yang dibuat, setelah itu dari berita yang sama diedit oleh Benny dan ditunjukkan kepada seluruh peserta. Hal ini dimaksudkan para peserta bisa mengetahui kesalahan tentang teknik penu lisannya. Setelah pelatihan ini, diharapkan me reka mampu membuat berita yang informatif dan lebih baik lagi. Pada sesi ini para peserta juga di latih oleh pema teri bagaimana cara membuat berita singkat dengan bahan berita yang sudah ditentukan. Harapannya, setelah pelatihan yang diikuti oleh anggota tim KKHP, Kabag dan Kasubag, perwakilan subag dan perwakilan dari BEM FISE UNY ini jika ada berita, informasi/pengumuman, karya-karya ilmiah baik dari dosen ma upun mahasiswa bisa segera di up-loa d di website, dan tentunya akan sema kin banyak yang mengakses website FISE khususnya dan website UNY pada umumnya. sari
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
35
berita KUNJUNGAN SMAN 4 Madiun
masyarakat kurang mampu berpeluang bersar kuliah di uny Pada 14 April 2010 sekitar pukul 10.00 WIB, rombongan dari SMA N 4 Madiun tiba di Kampus Hijau FIP UNY. Rombong an yang diikuti kurang lebih 40 siswa tersebut langsung disambut di Ruang Sidang I FIP UNY oleh Pembantu Dekan III FIP, Bambang Saptono, M.Si. Dalam sambutan tersebut, selain berterimaka sih atas kunjungan yang dilakukan ke FIP, Bambang Saptono, juga tidak lupa menyampaikan sekilas profil Fakultas dan jurusan, serta prospek dari masingmasing jurusan. Setelah menyampaikan penjelasan Bambang langsung membuka sesi ta nya jawab dengan para siswa SMA N 4 Madiun mengenai seputar dunia per kuliahan di FIP dan UNY secara umum. Beberapa siswa pun terlihat antusias untuk bertanya mengenai alur pendaf taran, biaya pendidikan, serta prospek jurusan di UNY. Tanpa ragu kemudian Bambang mencoba menjawab pertanya an-pertanyaan tersebut. Dimulai dari alur pendaftaran di UNY sampai de ngan prospek lulusan dari UNY ke depannya. Selain itu, Bambang juga memberikan motivasi kepada para siswa bahwa di UNY ada pelbagai macam beasiswa pendidikan. “Jadi walaupun berasal dari keluarga yang kurang mampu, siswasiswa bisa kuliah di UNY.” Ia juga berharap agar para siswa tidak menyerah sebelum mereka mencoba, karena pelu ang untuk dapat memperoleh beasiswa sangat besar. Jika mereka dapat mem-
36
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
foto: dokumen humas fip
pertahankan IPK mulai dari semester awal. Niscaya bukan tidak mungkin mereka akan memperoleh beasiswa. Bahkan di UNY ini ada satu program Beasiswa khusus yang akan diberikan bagi lulusan UNY dengan predikat cumlaude dengan IPK minimal 3,71 dan masa studi kurang dari 4 tahun. Beasiswa tersebut, lanjut Bambang, adalah beasiswa belajar S2 & S3 ke luar negeri yang dibiayai oleh UNY sepenuhnya. Dan setelah selesai menempuh pendi dikan S2 & S3, maka selanjutnya akan langsung dijadikan tenaga pengajar/
dosen di UNY. Karena mengingat waktu yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan sesi tanya jawab tersebut, rombongan diajak untuk berkeliling di sekitar kampus FIP. Dimulai dengan mengunjungi ruang perpustakaan FIP UNY. Dan dilanjutkan dengan mengunjungi Muse um Pendidikan Indonesia di depan ge dung FIP UNY. Setelah itu, rombongan mohon pamit karena ingin melanjut kan dengan acara tamasya ke pantai Parangtritis. Dedi Kurniawan
berita Pertemuan (PAKAR) FIP
Menjalin Silaturrahmi Antarkaryawan Tepat pada minggu (18/4); pukul 09.30 Wib, dilangsungkan Pertemuan Pagu yuban Karyawan (PAKAR) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNY di jalan Bantul, kampus UPP2 FIP UNY. Dalam sambut annya, Ketua Panitia, Supaya, S.Pd., menjelaskan bahwa pertemuan PAKAR dimaksudkan agar seluruh karyawan FIP dapat lebih saling mengenal satu sama lain sehingga akan lebih mempere rat tali silaturahmi serta suasana kekeluargaan antarsesama karyawan. Menanggapi pertemuan tersebut, Pembantu Dekan I FIP, Prof. Dr. Anik Ghufron, M.Pd., dalam sambutannya mengatakan ucapan terimakasih kepada seluruh panitia pelaksanan atas usaha dan upaya mempersiapkan dan menyelenggarakan acara PAKAR gelombang I. “Saya berharap dengan adanya acara ini, para karyawan dapat meman-
faatkan waktu yang ada untuk saling bersilaturahmi, bertukar wawasan atau pendapat dan refreshing.” Selain mengundang seluruh karyawan dan pimpinan Fakultas, pertemuan PAKAR FIP ini juga mengundang para pegawai yang dimutasi dari FIP, parea purna tugas pegawai FIP, serta tamu kefoto: dokumen humas fip
hormatan , Muh. Farozin, M.Pd., sekaligus sebagai penggagas dan dewan Pembina kehormatan PAKAR. Sebagai Pembina Kehormatan, mantan Dekan FIP ini berpesan kepada para karyawan agar dalam bekerja di kampus FIP bisa lebih giat, lebih kompak dan lebih baik lagi. Setelah sambutan-sambutan, acara dilanjutkan dengan sesi arisan PAKAR. Arisan PAKAR digunakan sebagai upaya dalam memotivasi para karyawan agar bisa berkumpul dan meluangkan waktu untuk sejenak bersilaturahmi dengan karyawan yang lainnya. Setelah peng undian arisan, acara sesi tanya jawab para karyawan dimulai, tidak lupa dilakukan pembagian doorprize bagi putra-putri karyawan yang sengaja ikut hadir bersama orang tuanya. Dedi Kurniawan
KUNJUNGAN PAUD FKIP UNIVERSITAS BENGKULU
PENTINGNYA JALINAN KERJASAMA Selasa (13/4), FIP UNY mendapat tamu mahasiswa dan dosen PAUD FKIP Universitas Bengkulu. Mereka ini disambut di ruang Abdullah Sigit FIP oleh Pembantu Dekan III FIP, Bambang Saptono, M.Si dan dosen serta perwakilan mahaasiswa PG PAUD FIP UNY. Dalam sambutannya, Bambang mengucapkan terima kasih atas waktu yang diluangkan rombongan untuk mengunjungi kampus FIP dan semoga kunjungan ini bermanfaat dan menambah wawasan dan kerjasama antarkedua belah pihak. Da lam kesempatan tersebut, disampaikan sekilas profil program studi PAUD oleh perwakilan dosen PG PAUD FIP. Acara yang berlangsung santai ini juga mempersilahkan rombongan Program Studi PG PAUD FKIP Universitas Bengkulu untuk menyampaikan bebe rapa hal yang oleh mereka dianggap penting, terutama mengenai proses
foto: dokumen ema r
akademik di kampus FKIP Bengkulu dan situasi sosial dan budaya yang turut mempengaruhi proses pendidikan di Bengkulu. Dan pada akhir sesi kunjung
an, rombongan meluangkan waktu seje nak untuk sekedar berkeliling seputar kampus FIP dan sekitarnya. Dedi Kurniawan
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
37
berita rapat koordinasi Kemitraan 6 PT
PENDIDIKAN KARAKTER DIBANGUN DENGAN KERJASAMA “Mulai tahun ini, mahasiswa yang lolos seleksi PBU (Penelusuran Bibit Unggul) saat daftar ulang harus didampingi oleh orang tua/wali masing-masing. Nanti, bersama dengan para ketua RT (Rukun Tetangga) di Karangmalang dan Mrican (daerah yang mengapit UNY, red.) akan dikumpulkan untuk mencip takan kondisi lingkungan yang edukatif, “ ungkap Dekan Fakultas Ilmu Sosi al dan Ekonomi UNY, Sardiman, AM., M.Pd., di hadapan 53 mahasiswa peser ta upacara yudisium periode Maret 2010 di ruang Ki Hajar Dewantara FISE UNY Rabu (31/3). Sardiman menguraikan, sehubungan dengan telah dideklarasikannya tahun 2010 sebagai Tahun Pendidikan Karak ter, maka FISE UNY akan melakukan gebrakan baru, yang diharapkan mampu melahirkan hasil nyata dalam pembentukan karakter warga FISE UNY. Salah satunya, FISE akan bekerjasama dengan berbagai unsur pamong desa (ketua RT) di lingkungan Karangmalang dan Mrican, yang notabene para mahasiswa FISE banyak yang kos di daerah tersebut. “Pendidikan karakter tidak akan berhasil jika hanya diajarkan ataupun di berlakukan di kampus atau di sekolah saja. Tetapi lingkungan adalah faktor terbesar dalam pembentukan karakter seseorang. Untuk itu dengan kerjasama yang solid dari berbagai lini diharapkan pendidikan karakter bangsa bisa terwujud sesuai dengan yang diharapkan,” tambah Sardiman. Dihubungi terpisah, Umi Lestari, S.Pd., peserta yudisium dari Prodi Pendi dikan Sosiologi yang juga merupakan lulusan cumlaude dengan IPK 3,68 sa ngat mendukung upaya fakultas ter sebut. Secara kebetulan apa yang di sampaikan oleh dekan tersebut juga berkaitan dengan penelitian skripsinya yang berjudul ”Peran Guru dalam Memo tivasi Siswa pada Mata pelajaran Sosiologi terhadap Pembentukan Moralitas 38
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
dokumen humas uny
Siswa”. Dengan pendekatan behavioris me Learning Concept (BLC) di SMA Piri 1 Yogyakarta, Umi menyimpulkan bahwa kesuksesan pendidikan karakter siswa tidak hanya bisa disampaikan di sekolah saja, tetapi faktor utamanya adalah keluarga dan lingkungan sekitarnya Untuk program pendidikan karakter ini, beberapa waktu lalu telah ditandas kan ulang dalam rapat pimpinan Fakultas, diantaranya meliputi etika berperi laku dan etika berpakaian. Dekan FISE menjelaskan, etika berpakaian yang dimaksudkan di sini adalah misalnya, berpakaian selayaknya pendidik karena UNY merupakan lembaga pendidik an (yang prioritas utamanya) mencetak tenaga pendidik. Sebagai contoh, tidak menggunakan celana jeans yang ketat dan mini, etika merokok, dan se bagainya.”Bagi yang merokok, mari lah kita menempatkan diri untuk tidak merokok di lingkungan kampus sebelum kita (FISE, red.) membangun smo king area di wilayah FISE. Tidak boleh
merokok di lingkungan kampus,” tegas Sardiman. Selain itu untuk mendukung penilaian prestasi mahasiswa tidak hanya kecerdasan intelektual saja yang dinilai tapi juga harus dimulai dengan aspek afektif dan moralitas, harapannya mahasiswa yang lulus dengan IPK di atas 3,71 mempunyai kecerdasan intelektual emosi dan spiritual juga. Seperti visi UNY, cendekia, mandiri dan bernurani. Mudah-mudahan simbol IPK 3,5.., 3,6.., 3,5.. tidak hanya menggambarkan kemampuan intelektualitas saja tetapi juga kecerdasan emosional dan spiritual,” harap Sardiman. Dalam kesempatan tersebut Sardiman juga menginformasikan bagi mahasiswa yang lulus dengan IPK di atas 3,71 berhak untuk mengikuti seleksi beasiswa jenjang S2 maupun S3 di Malaysia. Untuk periode tahun ini, UNY akan mengirim 1-3 mahasiswa lulusan terbaik. Sari
berita K ilas
liga mahasiswa
PERTANDINGAN LIGA FUTSAL DIII FISE UNY lpmdianns.com
Jurusan Bahasa Jawa Studi Banding ke Bali
dokumen humas fise
Cucuran keringat para pemain dan sorak sorai penonton yang sesekali di tingkahi celetukan lucu mewarnai per tandingan futsal antara kelas A D3 Akuntansi ‘09 melawan kelas D3 akun tansi ‘07 di GOR UNY Kampus Wates, Senin (12/4). Pertandingan ini dimenang kan kelas A D3 Akuntansi ‘09 setelah melewati 2 x 15 menit waktu pertan dingan. Kegiatan Liga Futsal D3 FISE ini diikuti para mahasiswa dari Program Studi D3 Akuntansi, D3 Pemasaran, dan D3 Sekretari Kampus Wates UNY. Pertandingan futsal yang berlangsung sejak 22 Maret s.d. 14 April 2010 ini memperebutkan trophy dan piagam penghargaan dari HIMA D3 FISE. Dalam pelaksanaanya, pertandingan ini dibagi menjadi dua group, yaitu group putra yang terdiri dari 8 tim dan group putri yang terdiri dari 7 tim, Setiap hari dilak sanakan 4 pertandingan yang diikuti oleh 8 tim. Menurut Ketua HIMA D3 FISE Sunar ko, kegiatan tersebut merupakan salah satu agenda kegiatan HIMA D3 FISE yang diselenggarakan untuk mewadahi kegiatan mahasiswa dalam berolahraga, khususya cabang olahraga futsal yang saat ini sedang menjadi trend di kalangan masyarakat, sekaligus untuk menjalin silaturahmi serta meningkat kan keakraban antarsesama mahasiswa D3 FISE. Rosyid
Jurusan Bahasa Jawa khususnya semester VI mengikuti Studi Banding ke Bali. Program jurusan ini memang diadakan rutin tiap tahunnya. Seperti diungkapkan Cinda Pandu Permana, mahasiswa semester VI, “Kegiatan seperti ini rutin tiap tahun diada kan dan diwajibkan bagi mahasiswa yang sudah menduduki semester VI.” Tidak tanggung-tanggung mahasiswa angkatan 2007 terdiri atas 6 kelas ini memilih Bali sebagai tujuan studinya. Awalnya ada beberapa pilihan seper ti Lombok, Jakarta, Madura, Surabaya, dan Bali, namun, tambah Cinda, Bali menjadi pilihan paling tepat karena menurutnya Bali masih kental dengan tradisi adat budayanya. Ketua Panitia, Agus Suratmanta, mengungkapkan tujuan studi banding ini antara lain sebagai Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang nantinya akan belajar mengenai Bahasa Bali, dialek, tradisi bali dan yang paling penting studi pusta ka berupa naskah manuskrip yang asli tentang Piwulang, Serat Babad, Suluk dan Wirid. Program ini berlangsung pada 12 -17 April 2010. Setelah studi banding rombongan akan singgah di Kuta, Bedugul, Desa Adat, Tanah Lot, dan Garuda Wisnu Kencana. Arum
Pentingnya Menguasai Salah Satu Bahasa Internasional Masa globalisasi seperti ini, kita harus menguasai paling tidak satu bahasa internasional sebagai second communication. Bahasa yang mendukung dapat memperluas jaringan bisnis, komunikasi antar negara, dan jejaring lainnya. Demikian ungkap Kathryn Anne Rivai, Director of Seri Insan School Kinanbalu, Malaysia dalam Seminar “Why do I Need to Learn English”, di Ruang Cine Club, Fakultas Bahasa dan Seni, UNY, Kamis (8/4). Selain menguasai Bahasa Inggris, akan lebih baik apabila mahasiswa memili ki keterampilan Berbahasa Indonesia yang baik. “Bahasa Indonesia pun penting untuk didalami, sebab beberapa sekolah di luar negeri seperti di New Zeland memiliki mata pelajaran Bahasa Indonesia yang juga mempelajari budaya di Indonesia,” ungkapnya. Perkembangan Bahasa Inggris di Indonesia semakin baik belakangan ini. “Namun terkadang mereka malu menunjukkan diri dapat berbahasa Inggris dengan mengatakan ‘bahasa Inggris saya buruk’, padahal tidak juga. Mereka perlu keberanian diri dan membuang jauh rasa malu mencoba interaktif dengan bahasa Inggris.” Seminar yang dimoderatori Pangesti Wiedarti, Ph.D ini diadakan oleh Himpunan Mahasiswa (Hima) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) dalam rangka Titik Awal open house jurusan PBSI. Peserta seminar didominasi mahasiswa PBSI dan Sastra Indonesia. “Kawan-kawan semester dua yang mengambil mata kuliah Bahasa Inggris yang diampu Pangesti Wiedarti dan Darmiyati Zuchdi memang wajib mengikuti seminar ini,” papar Muhammad Ibrahim, selaku Ketua Hima PBSI. Selain seminar, open house PBSI juga akan menyelenggarakan bedah film Merah Putih, diskusi Akademik, bazar buku, pemutaran film, dan pentas teater. Kesemua kegiatan ini mendapat sambutan dari mahasiswa PBSI maupun mahasiswa FBS lainnya. DHIAN P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
39
opini Jangan Putar Balikkan Lembaran Sejarah O l e h V.F. J e g au t Pro-kontra perlu tidaknya kata PKI dicantumkan dalam buku teks pelajaran SMP dan SMA dalam kurikulum tahun 2004, merupakan perso alan yang sangat sensitif dan krusial sekali. Oleh karena itu, semua pihak harus bisa melihat sejarah masa lalu negeri ini secara proporsional, jernih, dan objektif, tanpa mempolitisasi persoalan sejarah demi kepentingan politis oknum-oknum tertentu. Kita harus melihat sebuah fakta sejarah masa lalu bangsa ini dengan memosisikan peristi wa sejarah sesuai dengan keadaan riil saat itu, berdasarkan fakta yang sebenarnya. Tanpa me ngabaikan bukti kejahatan yang implikasinya dirasakan oleh semua lapisan masyarakat pada waktu itu dari Sabang sampai Merauke. Kita tidak dapat memungkiri bahwa pembe rontakan 1948 di Madiun oleh Muso yang jelasjelas ketua PKI di Madiun. Juga D.N. Aidit dalam G-30-S di Jakarta jelas mengklaim sebagai kepala biro khususnya gerakan tersebut yang nota bena sebagai ketua PKI di Indonesia. Yang dikha watirkan saat ini adalah pemahaman sejarah generasi muda akan mengalami kebingungan yang mengakibatkan mereka tidak akan mendapatkan pelajaran sejarah yang benar-benar sempurna, valid, dan baik. Untuk memosisikan sejarah masa lalu sesuai waktu itu, pemerintah sebagai penguasa di negeri ini perlu untuk menunjukkan ketegasannya terhadap pro-
Sebaiknya, Kejaksaan Agung proaktif melarang semua buku berbau penye baran paham Marxisme, Leninisme, dan Komunisme yang merongrong ideologi Pancasila dan merusak moral hidup generasi muda kita. 40
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
kontranya kata PKI, yang menjadi perdebatan hangat oleh berbagai kalangan masyarakat, baik para sejarawan sendiri maupun guru sejarah di Republik ini. Sikap yang tegas dan proposional dari pemerintah hendaknya menjadi wasit yang benar serta adil dalam menjernihkan kembali semua kegalauan sejarah bangsa ini yang telah terjadi serta menjadi noda hitam dalam perjalanan sejarah bangsa. Penulis secara pribadi mendukung sepenuh nya kebijakan yang telah diambil oleh Jaksa Agung RI untuk melarang pengadaan dan pere daran buku teks untuk SMP dan SMA dan yang sederajat. Alasannya, tidak dimuat keterlibatan PKI di Madiun (1948) dan tidak menyebutkan keterlibatan PKI (1965) dalam G-30-S di Jakarta (Kompas, 10/3/07). Sebaiknya, Kejaksaan Agung proaktif melarang semua buku berbau penyebaran paham Marxisme, Leninisme, dan Komu nisme yang merongrong ideologi Pancasila dan merusak moral hidup generasi muda kita. Berkaitan dengan itu Kejaksaan Agung dan Kepolisian RI sebaiknya tidak ragu-ragu menin dak tegas penulis, penerbit, dan percetakan yang dengan sengaja menyebarluaskan komu nisme gaya baru. Pemerintah mesti menunjuk kan sebagai pemimpin di negeri ini mempunyai kekuasaan penuh untuk mengatur semuanya sesuai dengan fungsi pemegang utama kebijak an publik. Semua masyarakat Indonesia jelas-jelas tahu bahwa pemberontakan tahun 1948 di Madiun dan G-30-S tahun 1965 di Jakarta adalah noda hitam dalam sejarah yang semuanya dipelopori ketua PKI saat itu. Apakah peristiwa kelabu di atas mau dihapuskan hanya karena adanya tendensi politik serta agenda tertentu dalam melihat masalah ini, tanpa kita memikirkan sedikit pun akibat peristiwa kelabu tersebut. Kita ja ngan mencoba memutarbalikkan fakta sejarah yang sungguh-sungguh terjadi. Hal itu berbahaya bagi kelangsungan hidup generasi muda saat ini. Kita harus sportif dan jentelmen untuk mengakui dan menerima apa yang telah terjadi dalam sejarah revolusi masa lalu bangsa ini,
opini
istimewa
yang terjadi pada 1948 dan 1965. Dengan memutarbalikkan fakta sejarah yang sebenarnya sudah terjadi pada waktu itu sungguh merupakan sikap yang tidak kesatria serta berjiwa besar dalam memahami segala peristiwa yang terjadi pada perjalanan sejarah nege ri ini. Semua stake holders di tanah air segera menghentikan perdebatan perlu-tidaknya kata PKI dicantumkan dalam buku teks Sejarah Nasional pada kurikulum 2004. Kita serahkan saja persoalan ini kepada Pe merintah yang memiliki kapasitas untuk melu ruskan persoalan sejarah sesuai fungsi dan peran kehadiran mereka di tengah masyarakat. Tanpa mengabaikan realitas yang telah terjadi pada waktu itu hendaknya Pemerintah bisa tampil sebagai pembela kebenaran sejarah demi kejernihan sejarah itu sendiri. Kita percayai Departemen Pendidikan Nasio nal sebagai lembaga yang berkompeten di bidang pendidikan untuk melaksanakan tugasnya secara baik dan benar, terutama dalam menentukan pokok-pokok materi dalam pelajaran Sejarah Bangsa Indonesia. Sejak pemerintah menganjurkan kepada setiap sekolah di tanah air untuk kembali menggunakan buku-buku teks sejarah SMP dan SMA (kurikulum 1994) semu anya ditanggapi secara positif oleh kalangan guru sejarah di Yogyakarta (Kedaulatan Rak-
yat, 16/03/07). Bagaimanapun buku teks sejarah yang di buat berdasarkan Kurikulum 1994 lebih baik dan lengkap serta valid materi pelajarannya dibanding dengan buku teks pelajaran sejarah berdasarkan kurikulum 2004, yang di situ kata PKI tidak dipakai dalam buku teks sejarah tersebut. Apakah hal ini tidak dianggap sebagai hal positif oleh berbagai pihak yang selarna ini berkeberatan mencanturnkan kata PKI dalam penyusunan buku teks sejarah berdasarkan kurikulum 2004. Kiranya sikap positif beberapa guru sejarah dalam menanggapi imbauan Pemerintah tadi, untuk dijadikan bahan renungan yang mendalam bagi kita sernua untuk mengembalikan sejarah pada tempat dan realitas yang sebenar nya. Dengan demikian, anak didik di sekolah bisa mendapatkan pelajaran sejarah yang benar-benar asli, jernih, dan objektif dan tidak dipalsukan. Bagaimanapun, pelajaran sejarah yang objektif dan sempurna merupakan suatu hal yang mutlak harus mereka peroleh dari guru sejarah sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah di dunia pendidikan.
V.F. Jegaut sejarawan/pengamat masalah pemerintahan dan demokrasi
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
41
opini Selamatkan Bumi Kita! O l e h I k a F e ni S e t iya nin g rum Nyiur hijau di tepi pantai Siar-siur daunnya melambai Padi mengembang, kuning merayu Burung-burung bernyanyi gembira Tanah airku tumpah darahku Tanah yang subur kaya makmur Tanah airku tumpah darahku Tanah yang indah permai nyata Itulah salah satu syair lagu nasional yang kerap kali kita dengarkan. Syair tersebut menggambarkan bagaimana keelokan negeri kita tercinta dengan berbagai pemandangan kesu buran dan kemakmuran. Oleh karena itu, bukan hal yang asing lagi bahwa negeri kita dijuluki zamrud khatulistiwa, yang berarti negara yang kaya akan keanekaragaman spesies tumbuhan dan hutan, yang subur, dikelilingi birunya laut wilayah Indonesia. Suatu hal yang amat memprihatinkan yang terjadi di era sekarang ini bahwa kita dikejut kan adanya pemandangan yang sungguh tragis. Banyak pohon hutan ditebang tanpa izin dari Dinas Kehutanan atau pihak yang terkait de ngan masalah kehutanan (illegal logging). Hal semacam itulah yang mendukung terjadinya kerusakan hutan di berbagai wilayah di Indone sia. Data Walhi (dikutip dari World Resource Institute) menuliskan bahwa kerusakan hutan di Indonesia pada 1997 sebesar 72%. Sedangkan
Ketika hal itu menjadi fakta karena keadaan yang semakin parah dan dibiarkan terus berlanjut, maka satu pertanyaan yang terlintas di dalam benak kita, masih adakah udara untuk anak cucu kita nanti. 42
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
laju kerusakan hutan pada periode 1985-1997 sebesar 1,6 juta hektar per tahun dan pada periode 1997-2000 sebesar 3,8 juta hektar per tahun. Mengutip dari data laju kerusakan hutan pada periode 1997-2000 sebesar 3,8 juta hektar per tahun, berarti kerusakan hutan yang terjadi per menit di Indonesia sebesar 7,2 hektar. Sungguh hal yang amat memprihatinkan yang seharusnya dapat membukakan mata ke sadaran kita akan dampak yang terjadi akibat kerusakan hutan. Kejadian ini tentunya me ngecewakan sebagian besar bangsa Indonesia yang tidak terlibat dalam pelanggaran tersebut. Bahkan, tidak hanya bangsa Indonesia yang merintih dan menangis sedih, bumi pertiwi pun menangis menyaksikan perlahan-lahan rusaknya alam ini. Perhatikan syair lagu berikut ini. Kulihat ibu pertiwi Sedang bersusah hati Air matanya berlinang Mas intanmu terkenang Hutan gunung sawah lautan Simpanan kekayaan Kini ibu sedang susah Merintih dan berdoa Adanya peristiwa yang memprihatinkan ter sebut ternyata tidak diimbangi dengan upaya nyata untuk memperbaikinya. Yang ternyata memperparah keadaan adalah kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk ikut aktif menjaga dan melestarikan keberadaan hutan di kawasan Indonesia. Bahkan, kejadian yang juga mengejutkan adalah lahirnya UU No. 19/2004 yang di dalamnya terjadi kesimpangsiuran dan ketidakpastian hukum mengenai peraturan perlindungan hutan yang terkait dengan masalah pertambangan. Kerusakan hutan di Indonesia tentu mempunyai dampak yang hebat. Bahkan, dampak itu tidak hanya dirasakan oleh bangsa Indonesia saja. Lebih dari itu, bangsa-bangsa di belahan dunia lain pun turut merasakannya. Kerusakan hutan tersebut mengakibatkan semakin meningkatnya gas CO2 dan berkurangnya udara bersih yang dihirup oleh makhluk hidup. Hal ini didukung dengan banyaknya penggunaan
kalam/pewara
opini
istimewa
bahan bakar fosil yang justru menambah efek dari berkurangnya gas CO2 tersebut. Kejadian yang berturut-turut terjadi setelah adanya peningkatan emisi gas karbon adalah terjadinya perubahan iklim. Keseluruhan peristiwa inilah yang kita sebut dengan global warming. Adanya global warming mengakibatkan temperatur global naik 0,6º C dan permukaan air laut naik setinggi 20 cm. Apabila peristiwa itu dibiarkan terus berlanjut, maka pada 2010 temperatur diperkirakan akan naik antara 1,4º C hingga 5,8º C dan permukaan laut dapat bertambah hingga 80 cm. Ketika hal itu menjadi fakta karena keadaan yang semakin parah dan dibiarkan terus berlanjut, maka satu pertanyaan yang terlintas di dalam benak kita, masih adakah udara untuk anak cucu kita nanti. Padahal, pada masa sekarang suhu telah mengalami kenaikan sebesar 0,6º C. Lalu, bagaimana kondisi udara di masa mendatang? Sungguh suatu pertanyaan yang menjadi
pekerjaan rumah (PR) dalam hidup kita yang memerlukan jawaban yang menjadi solusi langkah pasti. Tanpa ada tindak lanjut dari semua nya itu, maka hal buruk yang kita pikirkan tentu akan terjadi di masa mendatang. Untuk mengatasi semua itu, tindakan preven tif tentulah salah satu solusi terbaik yang dapat diambil. Salah satu tindakan preventif yang dapat kita lakukan adalah menumbuhkan kemba li kesadaran masyarakat untuk merealisasikan hal-hal yang dapat dilakukan dalam rangka menanggulangi dampak dari adanya global war ming tersebut. Dan, hal yang terlebih penting sebelum melakukan langkah itu adalah kita me ngawalinya, dimulai dari diri kita sendiri, di mulai sejak sekarang, dan dimulai dari hal-hal yang kecil. Marilah kita selamatkan bumi dari kerusakan demi masa depan anak cucu kita!
Ika Feni Setiyaningrum mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
43
resensi media
Mari Meng-uang-kan Artikel O l e h jau h a ro t u l fa rida TAHUKAH Anda berapa jumlah royalti yang diterima Mohammad Fauzil Adhim, penulis buku best sel ler Kupinang Engkau dengan Hamda lah, per tiga bulan? Jawabnya, sejumlah Rp 15 juta! Harap diingat, royalti itu baru dari satu bukunya, Kupinang Engkau dengan Ham dalah, yang sudah naik cetak lebih dari lima kali. Belum lagi kisah sukses Habiburrahman El-Shirazy, Andrea Hirata, dan J.K. Rowling. Mereka, para penulis sukses itu, sejatinya sama seperti kita: manusia biasa. Hanya saja, mereka telah mendayagunakan otak kreatifnya melalui menulis (buku). Terbukti, tulisan-tulisan mereka hingga kini laris bak kacang goreng. Alhasil, mereka pun kini tengah menangguk laba dan penghargaan. Itulah buah manis yang mereka peroleh dari aktivitas yang bernama kepenulisan. Termasuk di dalamnya, kepenulisan artikel di media massa. Buku Menguangkan Ide ini, sepertinya, saya kira, menawarkan gagasan ke arah sana. Ia memberikan semacam inspirasi bagi kita, agar kita mau melirik potensi di balik menulis, khususnya artikel di media massa. Buku ini terdiri atas lima bab, di antaranya, Pengantar (hlm. 3), Berkenalan dengan Artikel (hlm. 24), Cara dan Syarat Mengirimkan Artikel (hlm. 44), Cara Pintar Menulis Artikel (hlm. 52), serta Peluang dan Hambatan Menulis Artikel (hlm. 93). Ada dua hal yang bisa dianggap seba gai unsur kelebihan buku ini ketimbang buku-buku sejenisnya. Pertama, buku ini dikemas dengan gaya populer, des kriptif, dan sarat contoh nyata. Hal itu wajar, mengingat penulisnya telah berkecimpung lama di dunia kepenu lisan, seperti menjadi anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Yogyakarta, serta malang-melintang di media massa lokal 44
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
Menguangkan Ide, Kaya dari Menulis Artikel Sudaryanto • Pertama, Maret 2010 • Leutika, Yogyakarta • xiii + 154 halaman
maupun nasional, dan lomba-lomba kepenulisan. Kedua, buku ini sarat dengan ungka pan/kata-kata bijak yang inspiratif, terutama dari penulis sukses, seperti Mohammad Fauzil Adhim. Ada kemungkinan, penulis buku ini sangat mengagumi penulis buku Kupinang Engkau dengan Hamdalah itu. Bagi kita, ungkapan/kata-kata bijak itu dapat menjadi alat penyemangat untuk tetap eksis menulis. Sekalipun, misalnya, artikel yang kita kirimkan ke media massa dito lak terus-menerus. Ketiga, buku ini ditulis mirip buku pan duan menulis (how to writing), sehingga kesan bahwa menulis itu sulit, dirun tuhkannya. Dalam beberapa bagian, pe-
nulis buku ini menyajikan kiat-kiat dalam menulis artikel yang pas, mu dah diikuti, serta praktis. Akhir dari setiap bagian buku ini, selalu men dorong para pembaca untuk sese gera mungkin berpraktik menulis. Di sini, penulis ingin membuktikan bahwa menulis (artikel) itu mudah, gampang. Namun, buku Menguangkan Ide ini, rasanya tak jauh dari kesempur naan sebuah karya (buku). Di bebe rapa helai halamannya, dinilai sepi dari ilustrasi/gambar yang mendu kung isi dari bagian/bab tertentu. Mestinya, penulis buku ini dapat mengikuti penulis sukses Herno wo dalam mengemas buku-buku nya, terutama genre-serial kepenu lisan, seperti Quantum Writing dan Mengikat Makna yang best seller. Terlepas dari itu, selebihnya, kita patut memberikan dua acungan jempol bagi penulis buku ini. Paling tidak, seorang dosennya, yang juga guru besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Prof. Dr. Haryadi, telah membe rikan hal itu. “Pengalaman Sudaryanto sebagai penulis artikel dan petunjuk prak tis yang disajikan akan memotivasi kha layak pembaca untuk berlatih menjadi (calon) penulis,” begitu tulisnya. Pungkasnya, buku ini dengan sisi le bih dan kurangnya, dapat mengantarkan kita pada kesadaran bahwa menulis pun bisa dijadikan sebagai topangan hidup. Baik topangan prestasi maupun ekonomi Anda. Jadi, bila Anda saat ini masih ragu-ragu atau bimbang tentang: apakah betul jadi penulis di Indonesia bisa hidup sejahtera, maka, saya katakan, buku Sudaryanto ini, ialah jawaban konkritnya! Selamat membaca!
Jauharotul Farida, S.Pd.Si. Guru SDIT Alam Nurul Islam
bina rohani Keistimewaan Muhammad O l e h budi widayat i Di lingkungan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat peringatan Maulid Nabi di peringati dengan mengadakan peraya an pasar malam, yang terkenal dengan perayaan “sekaten”. Sekaten berasal da ri kata shahadatain, atau dua kalimat shahadat. Orang yang mengunjungi perayaan sekaten selain membaca dua kalimat shahadat juga mendengarkan ceramah agama yang diselenggarakan oleh panitia. Selain itu, juga dipentas kan gamelan sekaten, serta kesenian la innya. Sampai saat ini perayaan sekaten dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad masih dilestarikan dengan peningkatan kualitasnya. Pertanyaannya, mengapa nabi-nabi lain tidak diperingati secara besar-besar an seperti Muhammad. Ternyata oleh Allah Muhammad dijadikan nabi penu tup yang memiliki banyak kelebihan dibanding nabi-nabi sebelumnya. Rasulullah mempunyai keistimewa an-keistimewaan yang tidak dimiliki pa ra Nabi lain. “Aku dilebihkan dari nabi-nabi de ngan enam hal: aku dikaruniai kemam puan menggunakan Jamawi-‘ul kalim (kalimat ringkas tuntas), ditolong de ngan digetarkannya hati musuh, dihalalkan ghanimah (harta rampasan pe rang) bagiku, dijadikan tanah bagiku sebagai tanah sesuci dan tempat sujud, ditugaskan sebagai Rasul bagi semua makhluk, dan dijadikan sebagai penutup para nabi” (H.R. Muslim). Hadis itu menjelaskan dengan sebe narnya bahwa Rasulllah saw dilebihkan atas segenap para nabi dengan enam hal. (1) Rasulullah dianugerahi jawaami‘ul kalim, yakni kalimat singkat tuntas yang mencakup sekian banyak pengertian. Karena itu, beliau dapat menghim pun unsur-unsur agama ke dalam per nyataan kalimat pendek seperti ‘agama itu nasehat’. Pengikut Muhammad ber kewajiban melakukan hal-hal yang ba
istimewa
ik, yang berguna, bagi dirinya dan bagi masyarakat. (2) Senjata Rasulullah yang paling ampuh dalam meraih kemenangan di medan laga ialah digentarkannya hati musuh oleh Allah walau mereka sejarak perjalanan sebulan, sebagaimana terjadi dalam perang tabuk penaklukan Makkah dan lain-lain. Jika manusia sudah digentarkan hatinya untuk mengurungkan niatnya dalam berbuat kejahatan, itu sangat efisien-efektif untuk menyelesaikan masalah. (3) Harta Ghanimah dihalalkan bagi Rasulullah dan umatnya sebagai keringanan dari Allah untuk mereka, sebab Islam itu mudah. Sementara, kepada para Nabi terdahulu diharuskan membakar harta itu dan tidak boleh memanfaatkan sedikit pun. Allah berfirman: “Oleh sebab itu, makanlah sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu sebagai makanan yang halal lagi baik. Dan, bertaqwalah kepada Allah, sungguh Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Al Anfal: 69). Sekalipun hanya penghalalan harta rampasan perang, namun bagi Muham mad merupakan sesuatu yang sangat berharga karena dapat untuk memban-
tu biaya perang pada saat itu. (4) Diperbolehkannya ber-tayamum dengan debu di kala tidak ada air atau terhalang menggunakannya. Demikian pula diizinkan melakukan shalat bila telah tiba waktunya di mana saja, masjid atau bukan. Muhammad diperbolehkan shalat di mana saja, selain di masjid. Dengan alas dedaunan atau apa saja. Muhammad dan pengikutnya dihalalkan menjalankan shalat dengan peralatan apa adanya. (5) Risalah (tugas kerasulan) Muhammad adalah risalah yang bersifat umum lagi abadi. Beliau diutus kepada bangsa Arab dan bangsa-bangsa lainnya di dunia ini di segala waktu dan tempat sampai hari kiamat. Allah berfirman: “Dan, Kami tidak mengutusmu mela inkan kepada segenap umat manusia, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Tetapi, kebanyak an manusia tidak mengetahui”. (Saba’: 28). Firman Allah yang lain: “Dan, kami tidak mengutusmu mela inkan untuk menjadi rahmat bagi semes ta alam”. (Al Anbiya: 107). (6) Nabi Muhammad itu sebagai penutup para Nabi dan itu merupakan keistimewaan yang diberikan Allah kepada beliau. Sesuatu itu tidak diakhiri kalau tidak dengan yang lebih baik, le bih sempurna, dan lebih menarik. Seba ik-baik Rasul di antara para Rasul, yang menjadi pemimpin mereka adalah Nabi Muhammad. Muhammad ditetapkan Allah sebagai penutup para Nabi. Allah berfirman: ”Muhammad itu bukan bapak dari seorang lelaki di antaramu, tetapi dia adalah Rasulullah saw dan penutup pa ra Nabi. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (Al Ahzab: 40).
Budi Widayati Staf Umper FBS UNY
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
45
cerpen
Selesai O l e h novi ta purn a nin g si h SOFIE membanting ponsel miliknya ke atas meja, lalu ia mene lungkupkan wajahnya di balik bantal. Sayup-sayup ia teri sak pelan. Amsterdam? Abi akan pergi ke salah satu bagian dari Nege ri Kincir Angin itu? Dua tahun? Jakarta pun serasa sudah teramat jauh untuk sebuah hubungan datar seperti yang mereka jalani. Lalu, sekarang dengan entengnya Abi bilang dia akan melanjutkan studi S-2 di negeri orang? Sofie kembali terisak. Semakin kencang. *** Mata Sofie menatap tajam ke arah layar datar di hadapan nya. Sejak setengah jam yang lalu, hanya satu baris kalimat ada di sana. Padahal, bab terakhir skripsinya sudah harus sampai di tangan dosen pembimbingnya awal minggu depan ini. Ia mengalihkan pandangannya ke ponsel mungil di me ja kecil samping tempat tidurnya. Benda itu diam saja, tak mengeluarkan bunyi apa pun sejak menjelang sore tadi. Gadis berambut ikal itu menghela nafas, lalu menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidurnya. Suara lembut musik instrumental soundtrack salah satu film Korea kegemarannya masih mengalun pelan dari sepasang subwoofer yang ia sambungkan ke netbook miliknya. “Mbak, mau beli makan gaaaak? Apa mau nitiiip?” teriak Ochi, salah satu teman kos dia, tiba-tiba membuyarkan lamun an Sofie. “Gak deh Chi, ntar pengen keluar sendiri aja,” kata Sofie sambil melongok ke luar kamar. Sudah hampir pukul 19.00, batin Sofie. Pantas, anak-anak kos sudah mulai ribut makan malam. Ia kembali termenung sambil tetap berbaring. Seharian tadi ia samasekali tak beranjak keluar dari kos. Ia tidak ke kampus pula. Masa-masa kuliah sudah terlewati, tinggal menyelesaikan bab terakhir skripsinya, lalu menunggu kapan dosen pembimbingnya memberi izin bagi Sofie untuk berjuang di meja hijau persidangan bagi skripsi yang ia susun. Ia malas masuk kampus juga karena ada portal yang mewajibkan pengendara kendaraan bermotor untuk mengantre karcis layaknya gerbang tol. Bikin malas. Sofie kembali mera ih ponselnya. Memencet-mencet keypad, membuka-buka kotak pesan yang sedari tadi tidak bertambah dengan pesan ba ru. Kembali ia membantingnya ke bawah bantal. *** Abi. Sofie memanggilnya Abi. Muhammad Farabi. Pria itu sedemikian rumitnya bagi Sofie. Serumit awal pertemuan mereka. Serumit alur yang terjalin di antara keduanya. Sofie bertemu dengan pria penyuka klub sepakbola Borus46
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
sia Dortmund itu tanpa sengaja di loket perpustakaan pusat di kampus mereka. Abi yang memegang buku-buku Sigmund Freud berdesakan dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya. Tanpa sengaja ia menjatuhkan buku-buku Ekonomi Makro, Ekonomi Mikro, dan Ekonometri yang dibawa Sofie. Ya, dan la yaknya adegan klasik di sinetron-sinetron picisan, Abi meminta maaf sambil memunguti satu per satu buku-buku Sofie yang ia jatuhkan. Abi lulus terlebih dahulu daripada Sofie. Alasan pertama, karena memang dia tiga tahun di atas Sofie. Alasan kedua, tak sampai empat tahun ia meraih gelar sarjana, memakai selempang bertulis “cumlaude” pula ketika ia diwisuda. Bukan hal mudah untuk bisa memiliki waktu bersama lakilaki itu. Kalau boleh meminta pada Tuhan, mungkin Abi akan meminta Tuhan memperpanjang waktu menjadi lebih dari 24 jam sehari semalam. Sepertinya waktu 24 jam tak cukup bagi dia untuk menyelesaikan berjuta kesibukan yang ia mili ki. Tak hanya kuliah, ia selalu sibuk mengurus tetek-bengek urusan di luar kegiatan akademiknya. Jangankan menonton film terbaru di bioskop, sekedar makan malam atau bahkan makan siang pun Sofie sudah sangat bersyukur. Paling tidak, laki-laki itu masih ingat padanya. Lalu, Jakar ta merampasnya. Membawanya pergi jauh dari Sofie. Lalu sekarang, Amsterdam?? *** 30 November 2008. Sudut salah satu kedai kopi di Kemang. Pukul 10.30 WIB. “Aku pergi hanya dua tahun, Fie,” suara Abi memecah kebekuan. Laki-laki 27 tahun itu sudah berulangkali mengatakan hal itu. Lebih dari tiga kali bahkan. Sofie masih terdiam, memandang lurus ke depan. Melewati mata laki-laki itu. Tak mampu rasanya ia memandang mata orang yang kini sedang berada di depannya. Sekali saja ia memandang mata itu, ia tak akan mampu merelakan dia pergi. Tangan kirinya menumpu di meja dan tangan kanannya sibuk mengaduk-aduk hot chocochinno yang tinggal seper tiga cangkir. “Terima kasih sudah membuat ulang tahunku kali ini sempurna,” kata Sofie ketika mobil milik kantor Abi sampai di depan gerbang rumah sepupu Sofie. Semua sudah selesai. Sagan, November 2009
Novita Purnaningsih, S.S. mantan pegiat studi linguistik di Jurusan Sastra Indonesia FIB UGM.
cerpen
istimewa
Novita Purnaningsih, S.S. mantan pegiat studi linguistik di Jurusan Sastra Indonesia FIB UGM.
P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010
47
puisi•geguritan•tembang Sajak Elis Tuty Nugroho
Melodi Rindu rembulan .... jangan redupkan cahayamu sebelum gelap malam terlewati bangkitkan asa yang hampir sirna bersama alunan melodi rindu yang mendesah terbuai sang bayu di pucuk-pucuk cemara di kampus biru ...
kalam/pewara
elis tuty nugroho pegiat sastra
pojok ge litik
21 April
a
ar ew
/p
l
ka
48
am
P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0
Umarmadi: Yo, ini bulan apa? Umarmoyo: April dong. Tuh lihat kalender. Umarmadi: Tanggal 21 April itu hari apa? Umarmoyo: Pertanyaan payah! Jelas hari Rabu. Umarmadi: Wow? Umarmoyo: Eh, kurang lengkap ya? Oke, persisnya hari Rabu Wage. Umarmadi: Walah! Umarmoyo: Maksudmu apa? Umarmadi: Apa yang terjadi pada tanggal 21 April? Umarmoyo: Ya macam-macam ta ya. Ada ... Umarmadi: Bukan itu maksudku.
Umarmoyo: Lalu? Umarmadi: Menurut sejarah, 21 April itu diperingati sebagai hari apa? Umarmoyo: Hari ... apa ya? Umarmadi: Tobat! Hari Kartini! Umarmoyo: Wah ... ya maaf kalau aku sudah lupa. Umarmadi: Kenapa cepat lupa sih? Umarmoyo: Habis dulu pelajaran sejarahnya tidak menarik. Umarmadi: Maksudmu? Umarmoyo: Mosok, pelajaran sejarah kok isinya ngapalke melulu. Umarmadi: ...............................? ema r '10
le
nsa
Melatih Diri Melalui TOT Walaupun telah berlalu, Jumat-Minggu, (6-8/11/2009), kegiatan Training of Trainer (TOT) masih pantas kita acungkan jempol. Melalui kegiatan yang diselenggarakan pihak kemahasiswaan UNY ini aktivis organisasi kemahasiswaan (ormawa) UNY mendapat bekal yang begitu berharga. Tidak hanya bisa menjadi seorang trainer handal, tetapi mereka juga bisa menjadi pemimpin cerdas, yang mempunyai jiwa entrepreneurship. teks: Sismono La Ode • Fotografer: Ahmad natsir ep.
Perjuangan akan Kami Teruskan!
Selamat Hari Kartini
universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id