Pewara Dinamika April 2010

Page 1

Volume 11 • nomor 29 April 2010

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

KABAR KOMUNITAS RELIGIUS Mengabarkan kampus UNY tidak melulu mengabarkan kegiatan akademis dan prestasinya. Kabar Komunitas religius yang begitu menjamur menjadi bagian penting kehidupan kampus dan layak untuk dikabarkan.


JANGAN HANYA BERTENGKAR DONG!!! Beberapa bulan ini anak bangsa Indonesia dipertontonkan drama politik yang luar biasa genitnya. Saling sikut, serang, tanpa etika kerap mewarnai layar kaca kita. Adu debat yang terkadang kasar dan penuh intrik politik tersebut justru tanpa disadari mencerminkan watak para anggota dewan terhormat, DPR. Atas nama kepentingan rakyat, perdebatan melelahkan dan menjenuhkan tersebut terus berlangsung; “tanpa ujung”. Namun di saat yang sama nasib rakyat yang menderita tidak dibela apalagi diperdebatkan seperti kasus hukum lainnya. Nasib buruh kontrak; nasib guru bantu; nasib petani; nasib nelayan; nasib anak-anak yang belum mendapat pendidikan yang berkualitas; dan seterusnya terasa belum mendapat perhatian. Padahal, kalau mau jujur, anggota DPR lebih baik bertengkarkan hebat soal ini. Bukan soal sana-sini, yang ujung-ujungnya hanya tawar-menawar kekuasaan. Capek deh!!!

Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • teks: Sismono la ode • SUMBER gambar: stat.k.kidsklik.com (gbr atas) dan permodalanbmt.com (GBR BAWAH)


pena redaksi

P e wa r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sudjariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) PEMIMPIN UMUM Prawoto, S.E. PEMIMPIN PERUSAHAAN Drs. Wedho Chrisnarto PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Lina Nur Hidayati, M.M. Witono Nugroho, S.I.P. Dhian Hapsari.SS. Ariska Prasetyanawati Eka Wahyu Pramita. S. Pd. Mindiptono Akbar. SS. Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Heri Purwanto, SIP. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIK) Nur Lailly Tri W., A.Md. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Tien Kartika Komara Dewi, A.Md. (FBS) Noor Fitrihana, M.Eng. (FT) Didik Kurniawan, S.Pd. (FIP) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Sugeng Sutarto, S.Pd. (Sistem Informasi) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Sudarman Sri Widodo Maryono ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

Setelah melewati masa-masa sulit, akhir­nya Pewara Dinamika edisi April ter­bit tepat waktu. Bisa dikatakan bah­ wa masa terbit edisi April dan Maret ti­ dak terpaut jauh. Ya kira-kira hanya berselang waktu 10 hari. Sebuah prestasi yang sukar diperoleh. Jika Pewara Dina­ mika edisi Maret terbit pada mingg­u ke­ tiga April, maka alhamdulillah, Pewara Dinamika edisi april ini terbit minggu pertama Mei. Prestasi ini tentu diperoleh tidak se­ perti kita membalikkan telapak tangan. Akan tetapi, itu semua terjadi karena komitmen kita, baik tim redaksi maupun pembaca Pewara Dinamika yg tak henti-hentinya mendorong eksistens­i majalah ini. Selain itu, kami akui kece­ pat­an dan ketepatan penerbitan edisi April ini didorong kuat oleh deadline Pewara Dinamika edisi Mei, yang haru­s terbit pada 21 mei 2010, bertepata­n de­ ngan perayaan dies natalis UNY yang ke-46.

Pembaca Pewara Dinamika yg inspiratif. Kami wartakan kembali bahwa edi­ si ini kali tetap menyajikan informas­i (berita) yang tak kalah menariknya de­ nga­n edisi-edisi sebelumnya. Bis­a dikatakan tidak jauh berbeda, jika ada per­ bedaannya itu hanya soal pilihan tema dan informasi yang lebih up to date. Pada rubrik laporan utama, kam­i sa­jikan liputan hiruk-pikuk komunitas religius yang hidup dan besar di kampu­s Ka­ rangmalang. Sementara di rubrik lainnya, kami tetap mewartakan berita yang secara karakteristik sama dengan be­rita-berita pada edisi sebelumnya. Soal rubrik laporan utama, kam­i war­­ tawakan bahwa rubrik ini lahi­r atas gagasan berantai dengan edis­i se­be­lum­ nya. Pada edisi Maret, Pewara Dina­mi­ka me­nyajikan liputan komunita­s (ber)­ke­ senian di kampus Ungu­, FBS. Pa­da liput­ an tersebut tergambar jelas bagaimana denyut jantung komunita­s tersebut dalam merebut prestasi ataupun meluangkan gagasan (ber)keseniannya. Nah, untuk untuk edisi April ini, kami juga berharap liputan tentang komunitas religius di UNY dapat tergambarkan, seba­ gaimana liputan komunitas berkesenian di edisi sebelumnya, bahkan lebih me­na­rik. Karena, ruang lingkup kehi­ dupan komunitas pada edisi ini dibaha­s lebih luas; berskala universitas, sehingga pilihan angle pun lebih dinamis dan luas. Untuk itu melalui tulisan di rubri­k pe­ na redaksi ini, kami tetap tetap menawarkan kritik dan saran,demi kesempur­ naan majalah yang sama-sama kita cintai ini. Terutama, untuk untuk liputan uta­ma di setiap edisinya. Jika pu­ ny­a wak­tu yang sama, rubrik lain pun te­tap kami inginkan ada masukkan se­ ca­­ra seim­bang. Karena, kami percaya bahwa kritikkan pembaca amat berharga. Bahkan, menjadi inspirasi kami. Tabikku…. 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul bu­ku (khu­sus Re­sen­si Bu­ku). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

1


daftar isi Volume 11 • Nomor 29 april 2010

l a po ra n U ta m a

Kabar Komunitas Religius

Riska/pewara dinamika

Mengabarkan kampus UNY tidak melulu mengabarkan kegiatan akademis dan prestasinya. Kabar Komunitas religius yang begitu menjamur menjadi bagian penting kehidupan kampus dan layak untuk dikabarkan. halaman 6

24

40 opini

berita

Jangan Putar Balikkan Lembaran Sejarah

Apa Kabar Jurusan Tari? FBS itu konon milik Akademi Seni Tari (ASTI). Sekitar tahun 1983 (berdasarkan Pusat Data dan Analis­a TEMPO), para pemimpin STSRI ASRI, AMI, dan ASTI berkumpul dan berkeputusan menggabungkan diri menjadi ISI.

dokumen HUMAS FMIPA

Sebelum menjadi milik Fakultas Pen­ didikan Bahasa dan Seni, IKIP, la­han yang kini menjadi wilayah kampus

Berita Lainnya • Lomba dan Seminar Matematika • Kompor Cantik Berbahan Bakar Bensin • Musykernas Ikahimatika • Rektor UNY Menyiidak FIK

Pro-kontra perlu tidaknya kata PKI dicantumkan dalam buku teks pelajaran SMP dan SMA dalam kurikulum tahun 2004... 45 5 46 4 1 3 26 48 48 44

bina rohani bunga rampai cerpen dari pembaca dari redaksi Jendela kabar dari luar pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi media perancang sampul: kalam jauhari

2

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0


jendela KENAPA SELALU ANARKIS? Dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan, kita, sege­nap bangsa Indonesia, kita, segenap warga ne­gara Indonesia, musti­ nya semakin dewasa. Kemer­de­kaan dalam arti yang sebenarnya–bukan ha­­nya dalam arti merdeka dari cengkeraman ku­ku-kuku dan taringtaring tajam penjajah, yang kemudian berujung dengan dikumandang­kannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesi­a pa­d­a 17 Agustus 1945– tetapi sudah lebih lua­s dan lebih komprehensif daripada itu, sebu­­t saja kemerdekaan secara kuantitatif dan secar­a kuali­tatif. Kemerdekaan secara kuantitatif dimaksudkan kemerdekaan yang menyangkut perikehi­ dup­an seseorang sebagai orang seorang, maupun orang sebagai komponen suatu siste­m ke­hi­dupan bermasyarakat, berbangsa, dan ber­ negara. Kemerdekaan secara kualitati­f adalah kemerdekaan segenap insan dan segenap bangsa Indonesia dalam memberikan kontribusi secara positif-signifikan terhadap upaya-upaya pengembang­an, pemajuan, penyejahteraan, pemakmuran, dan pemuliaan bangsa, sebut saja kemaslahat­an umat Indonesia. Kedua sisi mata uang kemerdekaan tersebut mustinya kita sadari, kita hayati, dan kita amal­kan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, dengan penuh kasih-sayang dan cinta, dengan titik tolak spirit ‘apa yang telah, sedang, dan akan saya berikan kepada Indonesia tercinta ini!’ Dan bukan sebaliknya! Dalam bahasa yang lebih sederhana barangkali spirit itu berbunyi ‘jangan mencari hidup di negeri ini, tetapi berbuatlah untuk menghidupi ne­ geri ini!’ Andai saja penyadaran seluruh ele­men bangsa ini bisa seperti itu, atau berhasil sampai di sana, maka kehidupan di muka bumi Nusantara ini akan tata-titi-tentrem, gemah-ripahloh jinawi, tuwuh kang sarwa tinandur, murah kang sarwa tinumbas. Sayang disayang, perkembangan dalam kehi­ dupan berwarga, berbangsa, dan bernegara yang terjadi akhir-akhir ini justru mengarah pada gejala yang teramat kontra-produktif. Yang semakin marak di panggung-panggung kehidupan ini justru perila­ku-perilaku yang negatif, tindakan-tindakan yang tidak/kurang terpuji, perilaku-perilaku yang lebih mengedepankan sikap mau menang­nya sendiri, menjauh dari nilai-nilai kebersama­an, merusak sendi-sendi

budaya tertib dan go­tong-royong, mencederai sikap-sikap saling menghormati dan saling menghargai, dan mem­­butakan diri dari asas musyawarah untu­k mu­fakat. Kemerdekaan le­ bih diterjemahkan de­ngan kebebasan yang sebas-bebasnya, de­ngan boleh berbuat dengan semau-maunya, denga­n boleh melakukan apa saja menurut wudel-nya sendiri, dan orang lain harus selalu mau me­nger­ti dan mau mengikuti kemauannya (dan tanpa sebaliknya!). Perhatikan saja pemandangan-pemandang­ an memalukan dan memilukan yang terjadi di berbagai belahan zamrud khatulistiwa ini. Di sana, di sini, di situ, teramat sering terjadi amuk massa dan tawur massa. Dan, yang dapat dipastikan adalah selalu disertai dengan aksi perusakan atas berbagai fasili­tas yang ada. Padahal, notabena sebagian besar dari itu adalah milik pemerintah, yang berarti itu milik rak­yat sendiri juga. Pun, itu tampaknya dilakukan oleh massa dari lapisan bawah, sebut saja ‘awam’, sampa­i mereka yang berstatus kaum terdidik, sebut saja pelajar, mahasiswa, dan karyawan/ pegawai sebuah institusi, instansi, atau badan usa­ha tertentu. Pun, itu mungkin hanya dipicu oleh persoalan-persoalan kecil yang entah kenapa segera membesar, melebar, dan meluas. Pun, konon semua itu tidak lepas dari ‘kepiawaian’ para sutradara yang sengaja bersembunyi di balik pertunjukan itu. Pertanyaannya, kenapa kita di berbagai belahan bumi pertiwi ini, yang semula bisa hidup secara guyub-rukun dan ayem tentrem (ing nde­ sane – kata Koes Plus) semakin hari semakin kehilangan hati nurani, semakin kehabisan akal sehat, dan semakin tidak mampu berpikir panjang? Kenapa logika hati sudah lebih dikuasai oleh nafsu angkara murka? Walhasil, segala persoalan yang muncul musti ditin­daklanjuti dengan pemaksaan kehendak dan selalu saja berakhir dengan aksi-aksi anarkis? Hitung saja berapa sudah korban berjatuhan, mulai dari yang luka ringan, luka parah, sampai dengan mereka yang harus meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Ke depan, masih mampukah kita membuat Ibu Pertiwi tersenyu­m bahagia?

Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

3


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Tanggapan Surat Pembaca

Yuk..Sekali Lagi, Manfaatkan Trotoar Membaca surat pembaca majalah Pewara Dinamika edisi Maret 2010, saya langsung berharap agar semua pihak yang dituju surat pembaca tersebut, seperti rektorat, pe­jalan kaki (mahasiswa), dan pedagang kaki lima, segera me­respon hal itu. Karena, memang saya akui perilaku sosiologis, sebagaimana digambarkan dalam surat pembaca tersebut, cukup memprihatinkan. Di mana, para pemakai jalan tersebut belum cukup disiplin dan tertib, akibatnya akan merugikan pemakai jalan tersebut, terutama pejalan kaki, jika terjadi kecelakaaan (maaf saya tidak untuk mendoakan terjadinya kejadian tersebut). Nah, dengan telah dipercantikny­a tro­ to­ar sepanjang jalan raya tersebut­, melaliui pembangunan pagar-paga­r pem­­ ba­tas dan digesernya para pedagan­g ter­se­but, saya berharap agar pejalan ka­ ki, benar-benar memanfaatkan troto­ar tersebut. Sekaligus, saya berha­rap jug­a agar para pedagang memahami dan menghargai hak pejalan kaki tersebut. Beberapa hari yang lalu, saya menga­ mati trotoar di depan gedung LemlitLPM. Saya kaget ketika beberapa dari mahasiswa masih saja berjalan di atas jalan raya. Batinku berkata, “emaneman, yo.” Kok udah dibuat bagus-ba­ gu­s dengan biaya yang bisa dibilang ti­ dak murah, tapi pejalan kaki masih saja berjalan di jalan raya. “Bagaiman­a kalau terjadi kecelakaan ya?” Pasti yang repot tidak hanya orangtua mereka­, ta­ pi juga universitas. 4

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0

Mungkin kegelisahan-kegelisahan ini juga dirasakan orang lain karena sifat­nya amat manusiawi. Makanya, me­la­lui surat pembaca ini, sekali lagi

saya berharap, sebagaimana yang tela­h diharap­kan penulis surat pembac­a Pewa­ r­a Dinamika, edisi maret yang lalu, agar tro­­toar tersebut benar-benar dimanfa­ atkan sebagaimana mestinya. Sekaligus, saya berharap kepada pihak rektor­ at untuk terus mempercantik trotoar tersebut dengan menanam bunga-bunga yang menceriakan pandangan. Jika ini terwujud dengan baik. Saya dan mungkin juga yang lain sangat bahagia. Bagaimana tidak, sarana dan prasarana yang dibangun untuk kepentingan umum telah dimanfaatkan dengan baik. Dan yang lebih penting lagi, hal ini bisa mengurangi kecelakaan lalu lintas yang berakibat buruk pada kita semua, terutama pejalan kaki dan (juga) pengendara sepeda motor. Kamil mahasiswa FT UNY


bunga rampai Tabungan Pendidikan, Solusi Pembiayaan Pendidikan

P

ermasalahan pendidikan sepertinya terlalu kompleks, termasuk pembiayaan pendidikan di negeri ini. Pembiayaan ����������������� pendidikan di Indonesia merupakan masalah klasik yang tak berujung pangkal. Hampir setiap saat selalu ditemui protes keras atas kebijakan pendidikan dengan biaya mahal. Khusus ���������������������� di dunia perguruan tinggi (PT), banyak elemen kampus menentang kebijakan universitas menaikkan biaya pendidikan dari masyarakat. Apalagi, berubahnya PT menjadi ’badan hukum’, aksi penolakan pun tak berhenti dikumandangkan. UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas mengisyaratkan PT sah-sah saja menarik dana dari masyarakat dengan syarat mengedepankan pertanggungjawaban publik (Pasal 24 Ayat 3). Persoalannya, masyarakat ternyata tidak memiliki aset kekayaan yang cukup memadai untuk ikut serta membiayai pendidikan. Hal itu salah satunya disebabkan oleh faktor kemiskinan dan kesejahteraan hidup yang tetap saja menjadi persoalan pelik di Republik ini. Pasal 31 Ayat 1 UUD 1945 berbunyi, ”Setiap warga negara berhak mendapat­ kan pendidikan”, beberapa pihak nonpemerintah menganggap telah terjad­i pelanggaran konstitusi. Pemerintah di­ ni­lai melanggar konstitusi jika berlepas tangan terhadap pembiayaan pendidik­ an warga negaranya. Dinilai bertambah inkonstitusional lagi, ketika Pemerintah sampai dewasa ini tidak/belum mematuhi Pasal 31 Ayat 4 UUD 1945. Perlu interpretasi win-win solutio­n terkait ketentuan-ketentuan dalam Pa­ sal 31 UUD 1945. Kewajiban Peme­rintah membiayai pendidikan cenderung tidak sampai di perguruan tinggi dan hanya membiayai pendidikan dasar warga ne­­ga­ranya (Pasal 31 Ayat 2). Malahan, ang­garan pendidikan sebesar (minimal) 20% pun sebenarnya tak mungkin untuk mencukupi biaya pendidikan setiap

O l e h H e ndra S u g i a n t oro

ISTIMEWA

warga negaranya hingga merampungkan jenjang pendidikan tinggi. Hak warga negara memperoleh pendidikan tidak selamanya menuntut kewajiban negara membiayai pendidikan pascapendidikan dasar (SD-SMP). Memang tidak akan mungkin biaya pendi­ dikan dibebankan kepada Pemerintah secara keseluruhan mengingat anggaran negara juga diperlukan untuk memasok kebutuhan-kebutuhan nonpendidikan. Anggaran negara sebesar 100% pun relatif sulit menggratiskan pendidikan setiap warga negara hingga tamat perguruan tinggi. Perlu dirumuskan model untuk pem­ biayaan pendidikan. Dalam kontek­s In­ donesia, jenjang pendidikan dasar (SD-SMP) dibiayai penuh oleh negara­. Na­mun, untuk jenjang pendidikan tinggi diperlukan kreasi dan inovasi dari PT mencari sumber pendanaan. Model tersebut terasa tepat dengan mengacu konstitu­si dan anggaran negara relatif tidak mung­kin membiayai pendidikan warg­a negaranya hingga merampungkan jenjang pendidikan tinggi. Selain itu, peran masyarakat untuk menyokong biaya pendidikan sangat pen­ting. Konsep tabungan pendidikan sekiranya layak disosialisasikan kepada masyarakat. Masyarakat, lebih khusus lagi pihak keluarga, setidaknya membiasakan menabung untuk pendidikan

anak-anaknya. Tabungan pendidikan ini bisa dimulai sejak anak masih dalam kandungan, sebagai persiapan kelak ketika anak masuk pendidikan tinggi. Dengan asumsi 1 anggota keluarg­a menabung Rp 1.000,00 setiap hari­, da­lam sebulan akan mencapai Rp 30. 000,00. Jika dihitung setahun, jumlah nominal akan berkisar Rp 360.000,00. Dengan disiplin menabung setiap hari­, ketika anak lulus dari jenjang pendidikan menengah telah terkumpul uang Rp 6.480.000,00. Jumlah akumulasi tabungan pendidikan tersebut meskipun belum mengcover seluruh biaya yang dibutuhkan, paling tidak, itu bermanfaat untuk mem­ biayai pendidikan anak ketika kuliah di PT. Besaran ������������������������������� uang bisa bertambah lebih banyak lagi dengan jumlah anggota keluarga yang bersedia menabung -- minimal ayah-ibu -- dan tabungan seti­ ap hari lebih dari Rp 1.000,00. Hal penting lainnya, kesadaran rasional jumlah anak dalam keluarga harus ada. Keluarga dituntut memahami kondisi objektif kemampuannya dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Pertanyaannya, apakah tabungan pendidikan akan berjalan efektif. Tabungan pendidikan hanya salah satu alternatif. Alternatif lain, justru diharap­ kan semakin meringankan pembiayaan pendidikan di PT. Lebih daripada itu, bukan berarti negara boleh berdiam diri dan lepas tangan begitu saja. Negara mutlak bertanggung jawab menyejahterakan setiap penduduknya, sehingga setiap keluarga dapat menabung untuk pendidikan anak-anaknya secara berkesinambungan. Kesejahteraan adalah hal utama agar masyarakat dapat terentas dari kemiskinan dan dapat memperoleh pendidikan secara layak. Pendidikan itu penting! Hendra Sugiantoro mahasiswa FIP UNY

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

5


laporan utama

Sismono La ode/pewara dinamika

KABAR KOMUNITAS RELIGIUS Mengabarkan kampus UNY tidak melulu mengabarkan kegiatan akademis dan prestasinya. Kabar Komunitas religius yang begitu menjamur menjadi bagian penting kehidupan kampus dan layak untuk dikabarkan. O l e h sismono l a od e

S

aban hari kampus UNY tidak luput dari aktivitas religius. Tengo­k saja, di hall rektorat ataupun di ba­wah pepohonan rindang di bebe­rapa titik kampus, para aktivis perempuan

muslim (baca: muslimah) sedang asyik berdiskusi. Kali itu, diskusi yang berbentuk lingkaran bukan menyoal pe­ran perempuan yang harus setara denga­n laki-laki, sebagaimana dipaham­i para ak­

ti­vis perempuan liberal, tapi justru me­ re­ka asyik mendiskusikan hal-hal yang mungkin dianggap sensitif atau re­meh soal keperempuanan; jauh berbe­da­ dengan suasana diskusi kelompo­k aktivis


perempuan lainnya. Walaupu­n tampa­k santai, tapi sepengamatan Pewara Dina­ mika perkara peran politik muslimah tampak mewarnai diskusi tersebut. Demikian halnya, di saat komunita­s muslim sedang mengerjakan kewajib­an shalat Jumat, di lantai III Student Cen­­­ter (SC) kegiatan serupa terlihat. Ka­li ini, adalah teman-teman komuni­ta­­­s Kristen (PMK) dan Keluarga Maha­sis­w­a­ Hindu Dharma, yang sedang berkum­pu­l dan mendiskusikan ajaran teologi merek­a ma­sing-masing. Kegiata­n religi­us ini, nya­­tanya dilaksanakan tida­k ha­nya un­tu­k sesua­tu yang sifatny­a vertikal: hu­bung­a­n manusia dengan Tuhannya­­, te­­ta­pi jug­a sesuatu yang sifatny­a ho­ri­­­­­­­zon­tal: hubung­

an kekerabata­n an­tar­me­reka. Itulah sekilas kejadian yang kami potret dalam laporan utama edisi ini ka­ li­. Pemilihan tema Kabar Komunita­s Reli­ gius bukan tanpa sebab. Selain men­ja­di tradisi saban hari bagi sivita­s akademika UNY. Religiusitas juga telah menjadi kebutuhan manusia. Jika mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, religius adalah sesuatu yang sifatnya religi; bersifat keagamaan. Religi sendiri, secara semantik diartikan kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di atas ma­ nu­sia; kepercayaan; agama. Dengan de­mi­kian, komunitas religius yang bersemai di kampus ini adalah dalam rangka untuk meneguhkan mak­ na semantik di atas, sekaligus mene­

guhkan visi UNY membentuk insan Bernurani, Mandiri, Cendikia secara terpadu. Memang gambaran di atas, tidak un­ tuk merepresentasikan semua komu­ni­­ tas religius di UNY. Apa yang kam­i li­­put adalah sebagian saja. Namu­n setidak­ nya itulah telah sedikit banyak me­ mo­­­tre­t kehidupan sivitas akademik­a UNY. Ada banyak sudut pandang yang belu­m kami tulis, itu ada di benak dan pikiran pembaca. Suatu saat, kam­i ber­ ha­­rap pem­baca sendiri yang meleng­ka­ pi lapora­n ini. Yang pasti untuk lebi­h mengetahui apa saja dan di mana saja tempat-tempat peribadatan sivitas aka­ de­mika UNY, bacalah laporan utama majalah ini. Tabikku. 


laporan utama

Mengenal Komunitas Keagamaan di UNY Melalui komunitas keagamaan, warga UNY, baik mahasiswa, dosen, pega­wai, mengasah kemampuan intelektual, emosional, sosial, dan religinya. Oleh Arisk a P ra s e t ya n awat i

T

engok saja yang dilakukan beberapa Unit Kegitan Mahasiswa (UKM) bidang kerohanian, se­perti Unit Kegiatan Kero­ hanian Islam (UKKI)­, Persatuan Mahasiswa Kristen (PMK), dan Keluar­ga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD). Melalui program-program kerja, ketiga UKM tersebut turut meramaikan kegiatan spiritual di lingkup kampus. Contohnya, kegiatan UKKI berupa be­rupa pengkajian Islam. Dalam pengkajian ini, aktivis UKKI mendiskusikan tentang isu-isu keislaman, ideology islam. Figih islam, dsb. De­mikian halnya, kegiatan PMK yang diberi label nama Pemuri­ dan. Pemuridan dibentuk untu­k mewadah­i mahasiswa kristen berdiskusi tentang agama dan memecahkan permasalahan kehidupan. Kemudian, Purnama Tilem yang menjadi agenda rutin KDHD, yaitu salah satu persembahyangan umat Hindu untuk menghormati bulan setiap lima belas hari sekali. Agenda-agenda tersebut bertujuan untuk mengolah dan mengasah kemampuan intelektual, emosional, sosial, dan religi para pengikutnya.

foto-foto: laode, riska dan dokumen pmk dan ukm hindu

8

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0

Ditilik dari lini sosialnya, Fian Lucas Guntu­r ingin menyalurkan jiwa sosialnya lewat kegi­at­ an PMK yang bertujuan berbagi kasih, baik itu sesama kawan seagama maupun berbeda agama. Fian pun berkata, “Dengan kegiatan yang beragam, kami berharap kawan-kawan dapat mengerti artinya saling mengasihi sesama, dapat berbagi pada sesama, dan saling menghormati.” Keberagaman yang dimaksud nyatanya tidak hanya memfokuskan pada keterlibatan kawan seiman saja, melainkan dapat meretas batas perbedaan dan rasa sungkan berkawan dengan mahasiswa yang tidak seiman juga. Seperti juga yang dilakukan UKKI yang tidak selalu meng­ adakan kegiatan untuk lingkup mahasiswa Islam saja, tetapi juga turut aktif dalam kegiatan bersama, semacam diskusi lintas agama atau pertandingan futsal. Bukan hanya di kalangan mahasiswa saja kegiatan kerohanian marak, di kalangan dosen dan pegawai juga aktif terlibat dalam kajian keagamaan. Melalui Pengajian Hari Jumat, para pejabat, pegawai, dan perwakilan fakultas berkumpul di ruang sidang sekitar 30 sampai de­ ngan 45 menit sebelum masuk waktu sholat Jumat. Semua berkumpul untuk mendapatkan siraman rohani dari penceramah yang dihadir­ kan. Penceramah yang dihadirkan dari orang UNY ataupun terkadang mengundang pihak lu­ar, akan memberi wejangan spiritual yang diharapkan dapat membentuk kereligiusan sese­ orang dan berdampak pada perubahan kualita­s dalam dirinya. Perubahan itu adalah kesadaran akan keikhlasan dalam bekerja karena bekerja adalah bagian dari ibadah. Selain itu, tema ke­se­hatan juga berulang kali diangkat untuk me­numbuhkan kesadaran bahwa kesehatan se­se­orang akan mempengaruhi produktivita­s kinerjanya. Sekali lagi, menjaga dan merawat


laporan utama

kesehatan juga merupakan bentuk ibadah karena menghargai dan mensyukuri pemberian Tuhan.

Jumat sebagai Hari yang Tepat Hampir setiap harinya komunitas keagama­ an berkumpul menjalankan agendanya. Namun­, mayoritas kegiatan keagamaan di lingkup kampus UNY dilaksanakan pada hari Jumat. Hari Jumat dianggap sebagai hari baik untuk men-

dalami ilmu agama dan juga hari yang efektif terutama ketika berlangsungnya shalat Jumat. Untuk mengisi waktu kosong dan mengimbang­i aktivitas shalat Jumat, banyak pihak yang ti­dak mengikuti shalat Jumat, seperti kaum muslima­h maupun beda agama, mengkaji agama dengan cara masing-masing. Rerata berdiskusi tentang agama dengan ko­ munitasnya, namun ada juga yang ikut game, diskusi isu kampus dan isu global, bedah buku dan bedah film, hingga belajar membuat bung­a dan menjahit. Semua hal dilakukan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman, serta mempererat silaturahmi. Misalnya, UKKI untuk meningkat silaturrahmi pengurusnya meng­ adakan shalat magrib berjamaah, dsb, pun hal­nya PMK melakukan hal sejenis, misalny­a melalui diskusi jumatan. Bagi mereka, karen­a hari Jumat dari pukul sebelas sampai jam satu siang kegiatan perkuliahan kosong, maka PMK berkumpul untuk berdoa atau persekutuan­. Kegiatan keagamaan itu bertujuan untuk mem-

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

9


laporan utama pertebal dan menjaga iman. Tidak jauh berbeda dengan PMK, KMHD pun mempunyai acara yang menyangkut keagamaan. Hal serupa juga dilakukan oleh kelompok kajian kemuslimahan. Rupanya banyak musli­ mah yang tak ingin “kalah” dari kaum laki-la­ ki. Ajaran agama Islam yang mewajibkan lakilaki melaksanakan shalat Jumat ditanggap­i kaum muslimah dengan menggulirkan kegiat­ an keagamaan untuk mengisi kekosongan waktu. “Kalau laki-laki dapat pahala shalat Jumat, kita sebagai perempuan mau juga dong dapat pahala. Caranya dengan mengkaji agama,” begi­ tulah sekelumit ungkapan Eksi Ahmad, seorang alumnus UNY yang masih aktif menjadi peserta sebuah kajian kemuslimahan. Hal inilah yang juga dilakukan kelompok kajian Arisan dan Majelis Tafkir. Dengan susunan program yang diramu supaya lebih bermanfa­at bagi para muslimah, Arisan dan Majelis Tafkir memiliki puluhan muslimah yang aktif mengikuti kajian. Arisan dan Majelis Tafkir mengajak kaum muslimah untuk mau menggali potensi dirinya­, sehingga agenda yang diusung tidak melulu mengkaji agama secara saklek, melainkan kebe­ ragaman bentuk kegiatan supaya peserta kajian tidak mengalami kebosanan karena monoton. Keberagamannya berupa pelatihan membuat bunga, menjahit, sampai diskusi masalah inter­

10

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0

nal kampus atau isu global. Namun, semua kegiatan itu tetap ditarik ke sudut pandangan agama dan posisi seorang muslimah. Arisan mengaku bahwa kelompok kajiannya mempersiapkan seorang muslimah untuk menjadi seorang muslimah yang imbang sebagai seorang ibu maupun perempuan yang berkarier.

Pemenuhan Batiniah dan Kecerdasan Spiritualitas Mengapa banyak orang yang memasukkan aktivitas keagamaan ke dalam daftar rutinitas? Jawabnya adalah, karena ia ingin memenuhi kebutuhan batiniahnya di samping kebutuhan lahiriahnya. Batiniah berarti hal yang menyangkut kejiwaan. Lantas, apa saja kebutuhan ini? Tentu semua yang berkaitan dengan sisi dalam kepribadian manusia, yakni sisi psikologis-kejiwaan, rohani-keyakinan, rasa-perasaan (empati), dan intelektualitasnya; kebutuhan akan rasa adil, rasa aman, tenteram, damai, senang, dan bahagia. Selanjutnya, kebutuhan akan ras­a dicintai, dihargai, dihormati, diakui dan diterima serta diperhatikan atau diberi tempat dan kesempatan untuk berada. Tak lupa pula kebutuhan akan kebebasan untuk bersuara dan mengeluarkan pendapat serta kebutuhan untuk memeluk agama atau keyakinan. Kebutuh­ an batiniah yang senantiasa terpenuhi akan me­lahirkan kesejahteraan batin, yakni terpe-


laporan utama

nuhinya dengan cukup semua kebutuhan ba­ thi­niahnya. Manusia sering kali melupakan kebutuha­n batiniah, padahal kebutuhan ini sangat pentin­g untuk membuat batin menjadi tenang dan damai. Manusia sering kali terjebak pada kenikmatan duniawi dan menganggapnya sebagai suatu kebahagiaan yang tinggi. Materi adalah kebutuhan dan penunjang kehidupan ini. Materi adalah alat untuk menuju kepada kebaha­ giaan, baik itu kebahagiaan duniawi maupun kebahagiaan batiniah. Ketika materi masih bisa dinikmati, maka akan muncul kebahagiaan duniawi. Ketika materi digunakan untuk berbuat baik, maka akan muncul kebahagiaan ba­ tiniah. Pengertian seperti itu harus dimunculkan agar kebutuhan batiniah tidak terus dilupaka­n. Jika dilupakan, maka manusia akan sering ter­ ge­lincir dalam kehidupan ini. Kesalahan akan mudah dilakukan. Dorongan yang kuat dalam kehidupannya adalah nafsu keserakahan, keben­ cian, dan kebodohan batin. Ketiga api itu akan terus membakar manusia dan akan membawa­ nya pada kemerosotan mental. Bagaimanapun­, kualitas manusia ditentukan oleh perilaku­ nya. Pemenuhan kebutuhan batiniah secara teru­s menerus akan menciptakan kesejahteraan bati­ niah. Kemudian akan berlanjut pada tahap ke­ cerdasan spiritual. Ahli jiwa termashur, Abraham Maslow, dalam bukunya Hierarchy of Needs menyatakan spiritual sebagai kebutuhan dan pencapaian tertinggi seorang manusia. Kata spiritual memiliki akar kata spirit yang berarti roh. Kata ini berasal dari bahasa Latin, spiritus, yang berarti napas. Selain itu, kata spiritus dapat mengandung arti sebuah bentuk alkohol yang dimurnikan, sehingga spiritual dapat diartikan sebagai sesuatu yang murni. Diri kita yang sebenarnya adalah roh kita itu. Roh bisa diartikan sebagai energi kehidupan,

yang membuat kita dapat hidup, bernapas dan bergerak. Spiritual berarti pula segala sesuatu di luar tubuh fisik kita, termasuk pikiran, pera­ saan, dan karakter kita. Kecerdasan spiritual berarti kemampuan kita untuk dapat mengenal dan memahami diri kita sepenuhnya sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta. Dengan memiliki kecerdasan spiritual berarti kita memahami sepenuhnya makna dan hakikat kehidupan yang kita jalani dan ke manakah kita akan pergi. Wajar saja jika DR. Purwadi, M. Hum. menilai aktivitas keagamaan berguna untuk mengimbangi kehidupan jasmaniah yang cenderung materialistik. Hal ini dikarenakan inti dari akti­ vitas tersebut adalah kedamaian. Alasan ini cukup membuktikan bahwa bergabung dalam komunitas keagamaan sudah menjadi kebutuh­ an batiniah seseorang. 

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

11


laporan utama

Menengok Kegiatan Rohani Mahasiswa Kegiatan kerohanian mahasiswa UNY bisa dilihat di setiap titik fakultas bahkan rektorat. Oleh D hi an H aps a ri

B

erpijak pada slogan Bernurani, Cendekia, dan Mandiri, diharapkan mahasiswa tetap berpegang pada nilai-nilai agamanya, selain juga harus dapat berdiri sendiri dan cendekia. Upaya mendorong mahasiswa agar tetap bernurani ini ditempuh dengan berbagai macam cara. Salah satunya dengan komunitas kerohanian. Kegiatan kerohanian mahasiswa UNY ternya­ ta tidak melulu berhubungan dengan keaga­ ma­an. Mereka memiliki kegiatan khusus yang ber­tujuan mengakrabkan tali persaudaraan ber­­ agama. Persatuan Mahasiswa Kristen (PMK), con­toh­nya. Mahasiswa yang tergabung dalam ke­gi­atan mahasiswa PMK ini memiliki beberap­a kegiatan yang begitu terbuka untuk umum se­ perti donor darah, kunjungan ke panti asuhan, ngamen, dan futsal. Fian Lucas Guntur, Ketua PMK mengatakan semua kegiatan PMK bertujuan berbagi kasih, baik itu sesama kawan seagama maupun berbe­ da agama. “Dengan kegiatan yang beragam itu kami berharap kawan-kawan dapat mengerti artinya saling mengasihi sesama, dapat berba­

gi pada sesama, dan saling menghormati.” Ke­ gi­atan yang tidak hanya memfokuskan pada kawan seiman itu diharapkan dapat meretas batas perbedaan dan rasa sungkan berkawan dengan mahasiswa yang tidak seiman, tambahnya.

Lintasagama Kegiatan lain lintasagama juga dilakukan Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI). Menurut, Raymundus Rangga Jaga, Ketua Ikatan Keluarga Mahasiswa Katolik mengatakan, “Tidak ada pengkotak-kotakan antara mahasiswa satu agama dengan agama lain di UNY ini, bahkan kami sering mengadakan kegiatan bersama seperti pertandingan futsal atau diskusi.” Hal ini juga dibenarkan I Wayan Rentanu, Ketua Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma. “Belum lama ini kami juga mendapat undangan dari UKKI untuk menghadiri diskusi. Biasanya memang begitu, kalau ada kawan yang punya acara, selain acara yang berhubungan dengan peribadahan, kami yang berbeda agama diki­ rimi undangan,” katanya sambil menunjukkan

foto-foto:dokumen pribadi dan laode

12

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0


laporan utama

undangan dari UKKI dan PMK yang tergeletak di sampingnya. Kegiatan lintas agama juga masuk dalam ren­cana kegiatan KMHD. “Rencananya KMHD mengadakan Lomba Multimedia Media Pembelajaran Agama Hindhu. Agenda ini mewadahi mahasiswa yang tertarik pada teknologi informasi membuat media pembelajaran agama Hindhu. Misalnya membuat flash kitab suci atau cerita tentang keagamaan. Hasil kompetisi ini akan disalurkan sebagai media pembela­jaran agama Hindhu di sekolah-sekolah,” papar­nya­. Kegiatan ini baru rencana, belum tahu bagaimana ke depannya karena saat ini KMHD baru berupaya untuk membenahi internal denga­n memfokuskan diri meramaikan perayaan aga­ ma seperti Nyepi dan Saraswati, tambahnya. Upaya yang dilakukan KMHD ini memang ber­ alasan. Pasalnya, beberapa tahun sebelumnya KMHD sempat vakum.

Lebih dari itu, pemuridan juga berfungs­i menyatukan mahasiswa kristen agar lebih de­ kat antar sesama maupun dengan Tuhan, sehingga mereka tidak kehilangan arah ketika menghadapi kehidupan. “Sekarang ini ‘kan ma­ha­siswa rentan terjebak dalam narkoba, sex be­­bas, atau hal-hal yang tidak kita inginkan. Pemuridan ini berupaya untuk menjaga kawankawan dari hal negatif itu.” Kegiatan rutin lainnya juga dilakukan mahasiswa Hindu dalam KMHD. Kendati sekretaria­t KMHD tampak sepi di hari-hari biasa, selain hari jumat, rupanya KMHD juga memiliki kegiat­

Kegiatan Khusus Keagamaan Selain memiliki program yang melibatkan mahasiswa secara umum, kegiatan mahasis­wa tentu memiliki kegiatan khusus keagamaan. Pemuridan, contohnya. Acara rutin yang dila­ kukan PMK ini dibentuk untuk mewadahi mahasiswa kristen berdiskusi tentang agama dan memecahkan permasalahan kehidupan. “Pemuridan ini didampingi oleh mahasiswa yang sudah lebih dulu di PMK. Mereka membentuk ling­ kar diskusi dengan mahasiswa baru,”kata Fian.

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

13


laporan utama an rutin bulanan yang mereka sebut Purnama Tilem. “Purnama Tilem itu salah satu persembahyangan umat Hindu untuk menghormati bulan setiap limabelas hari sekali.” Kegiatan ini diadakan di Pura Jagad Nata Banguntapan. Memang tidak seperti mahasiswa lain yang dapat melaksanakan peribdahannya di kampus, mahasiswa penganut agama Hindu memusatkan kegiatannya di pura yang tidak ada di kampus UNY. “Meskipun kegiatan tertentu harus dilaksanakan di pura, kami juga memiliki taksu di Studen Center. Siapapun dapat melakukan persembahyangan di sini. Kami juga perca­ ya wyapi wyapaka yang artinya Tuhan ada di mana-mana,” jelasnya. Namun karena keterba­ tasan fasilitas dan jarak yang jauh yang mungkin menyebabkan kawan-kawan jarang ke sekretariat, jawabnya menjelaskan alasan sepinya sekretariat KMHD.

Tak Ada Dana, Ngamenpun Jadi Sebagaimana program kerja mahasiswa lain UKM kerohanian pun kerap kekurangan dana untuk acara-acara tertentu, tapi mereka tidak perlu terlalu khawatir. “Kami memang tidak ingin selalu tergantung pada dana rektorat, meski juga belum bisa independen. Setidaknya kami berusaha bagaimana caranya agar kegiatan tetap berjalan. Salah satu usaha kami yaitu me­

14

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0

ngamen,” kata Fian dengan santai. Demi menambal kekuarangan dana ini tim khusus Litbang (Literatur dan Bank) PMK membawa alat musik seadanya, lalu menyusuri pedagang-pedagang kaki lima yang membuk­a tenda di sepanjang jalan Sagan. “Hasilnya lumayan, kadang sehari kalau sedang untung ya dapat 150 ribu.” Kegiatan ngamen ini juga dilakukan mahasiswa IKMK untuk menambah dana kegiatan. “Kami juga ngamen kalau kekurangan dana ke­ giatan, tapi selain ngamen kami juga mendapat­ kan sokongan dana dari kakak-kakak senior yang mengajak bekerja seperti seminar atau kegiatan lain yang menghasilkan dana. Sebagian dana yang didapatkan dari pekerjaan itu kami sisihkan untuk IKMK. Kadang juga ada kakak alumni yang menyumbang dana. Puji Tuhan,” tegasnya. Fian, Wayan, dan Rangga hanyalah sekelumit dari sekian banyak mahasiswa UNY yang ak­tif dalam kegiatan keagamaan di kampus. Mereka berupaya menjaga hati mahasiswa UNY agar tetap bernurani meski memiliki perbeda­an dalam peribadahan, namun kereligiusan yang tertanam dalam diri diharapkan dapat mendorong mahasiswa lebih berprestasi. Begitupun mencapai tujuan UNY yang membentuk insan yang bernurani, mandiri, dan cendekia. 


laporan utama Kajian Kemuslimahan: Mengungkap Lebih Sisi Muslimah Tak hanya membicarakan tentang keagamaan saja, kajian kemuslimahan juga berusaha mempersiapkan seorang muslimah untuk menjadi individu yang berkarakter. Oleh Arisk a P ra s e t ya n awat i

P

ara perempuan terlihat duduk berke­ lompok membentuk lingkaran. Biasa­ nya, mereka terdiri dari tiga hingga pu­luhan orang. Merekalah kelompok kajian kemuslimahan. Lazimnya, mereka berkumpul saat kaum adam sedang menunaikan kewajiban sholat Jumat. Seperti yang diutara­ kan Eksi Ahmad di sela kajian kemuslimahan

yang diikutinya. “Jumat siang dipilih sesuai dengan kesepakatan peserta karena dianggap waktu yang sangat efektif untuk para muslimah berkumpul. Selain itu, kalau laki-laki dapat pahala sholat jumat, kita sebagai perempuan mau juga dong dapat pahala. Caranya dengan mengkaji agama seperti ini,” ucap Eksi, alumnus UNY. Namun, beberapa kelompok

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

15


laporan utama kajian pun dapat dengan mudah kita jumpai di sore-sore hari selepas ashar, menempati ruangruang publik seantero kampus.

Kemuslimahan: Tak Sekadar Mengkaji Agama Sejak periode dua kepengurusan yang lalu, UKMF Al-Huda FBS memiliki kelompok kemuslimahan bernama Arisan, kepanjangan dari Agenda Rutin Kemuslimahan. Arisan rutin menggelar kajian kemuslimahan setiap Jumat, mulai pukul 11.00 sampai pukul 12.30 karena waktu tersebut sangat efektif dengan tidak adanya kegiatan perkuliahan di semua jurusan dalam rentang waktu cukup panjang. Dengan sasaran peserta mahasiswa FBS, tempat penyelenggaraan Arisan selalu berpin­ dah-pindah setiap minggunya. Mira Anjaswati Sholihah, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Daerah 2007, selaku koordinator Arisan mengatakan, “Kami menyelenggarakan Arisan di tempat yang berbeda, seperti di ruang IKM, Pendopo Tedjokusuma, maupun di mushola seni musik. Jadi, selalu ada pergantian suasana.”

Terkait dengan isi kajian, Arisan memiliki agenda pembahasan yang berganti-ganti pul­a se­tiap minggunya. Minggu pertama Arisan me­ mbahas tentang keagamaan yang dikhusus­ ka­n pada ranah kemuslimahan. Kemudian pa­da ming­gu kedua pembahasannya terkait keteram­pilan, seperti belajar membuat bung­a atau menjahit. Minggu ketiga isu-isu kampus menjadi sasaran pembahasannya, dan pada minggu keempat disajikan hiburan beresens­i, seperti bedah buku atau bedah film. “Yang mengisi kaji­an-kajian tersebut mahasiswa FBS dan terkadang kami mengundang alumni. Yang penting pengisi kajian berkompeten,” tambah Mira lagi. Di waktu bersamaan namun di tempat yang berbeda dengan Arisan, Majelis Tafkir pun menyelenggarakan kajian kemuslimahan. Sejak terbentuk awal tahun 2000, Majelis Tafkir konsisten menempati kawasan rektorat, baik di hall maupun di taman-taman rektorat tergantung situasi yang mendukung. Nama Majelis Tafkir memiliki filosofi sesuai dengan capaian

foto-foto: laode dan riska/pewara dinamika

16

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0


laporan utama

yang ditargetkan dalam kajiannya. Eksi, alumnus UNY yang terlibat dalam berdirinya Majelis Tafkir, menjelaskan bahwa orang-orang yang duduk menjadi peserta Majelis Tafkir diharapkan tidak hanya sekadar mendengarkan dan mendapat ilmu pengetahuan, melainkan diajak pula untuk memikirkan apa yang sedang di­ sampaikan karena majelis ini sifatnya terbuka. Maksudnya, selalu dimunculkan respon balik, misalnya tidak setuju, setuju, atau punya pandangan berbeda dengan wawasan yang mendukung dan diinginkan oleh forum, sehingga dalam mencari kebenaran, Majelis Tafkir bukan bersifat doktrin. “Tafkir artinya berpikir. Jadi, peserta di sini diajak berpikir bersama-sama untuk mengulas suatu permasalahan yang sedang diangkat,” tuturnya. Mengulas Peranan Muslimah dan Ajang Silaturahmi Kajian Majelis Tafkir beresensi pada permasalahan perempuan ataupun permasalahan umum yang terkait dengan kondisi masyara­ kat, kemudian diarahkan bagaimana peranan perempuan muslimah menghadapinya. “De­ ngan esensi ini, diharapankan muslimah akan semakin cerdas, sehingga mampu meningkat­ kan karakternya,” terang Eksi. Koordinator Kemuslimahan Al-Huda, Aulia Mutiara Sari, menjelaskan bahwa konsep kemuslimahan mengulas ranah perempuan yang sudah pasti berbeda dengan laki-laki. “Tujuan dari kemuslimahan adalah mempersiapkan seorang perempuan untuk memilih menjadi seorang ibu ataupun berkarier, yang penting semua pilihan yang diambil bisa berjalan dengan seimbang. Bagaimanapun, sekarang ini banya­k peran-peran perempuan yang potensinya masih

perlu digali. Kemuslimahan berusaha membe­ kali itu semua,” jelas mahasiswi yang akrab disapa Lia ini. Lia juga menambahkan bahwa kemuslimahan mempererat ukhuwah silahturahmi, dapat menambah pengalaman, dan menampung wawasan-wawasan seseorang untuk ditularkan kepada yang lain. Eksi juga mengamini imbas dari mengikuti kajian kemuslimahan. “Sebagai alumnus, saya masih bisa menjalin silahturahmi, baik de­ngan sesama alumnus maupun adik-adik angkatan. Saya juga berdiskusi tentang permasalahan yang ada di kampus maupun di luar kampus, serta bisa mengetahui perkembangan kampus dari jaman saya ketika masih kuliah sampai sekarang,” ucap Eksi. Mira juga memiliki penilaian sendiri denga­n aktif terlibat pada kajian kemuslimahan. “Pengetahuan saya tentang peranan perempu­an muslimah makin bertambah. Sebagai musli­mah, kita jadi mempunyai identitas diri. Kebu­tuhan perempuan yang berbeda dengan laki-laki, ternyata menunjukkan bahwa muslimah memiliki banyak keistimewaan. Keistimewaan inilah yang harus terus digali secara lebih menda­ lam,” ujarnya. Membaca situasi ini, Arisan pun memasang jargon “mempercantik peradaban” sebagai pemanisnya. “‘Mempercantik peradab­ an’ berarti proses memperbaiki peradaban dalam mempersiapkan muslimah menjadi indi­ vidu dengan berbagai potensi yang dimiliki­ nya,” jelas Mira menutup percakapannya de­ ngan Pewara. 

Eksi Ahmad

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

17


laporan utama

Jumat, Waktunya Berkumpul! Jumat, di saat kaum laki-laki muslim menunaikan ibadah shalat Jumat, kampus rupanya tidak sepi. Tumbuh komunitas-komunitas diskusi yang juga berupaya mendekatkan diri pada Tuhan. Entah itu komunitas mahasiswa, pegawai, ataupun dosen UNY. Oleh D hi an H aps a ri

L

ingkar diskusi tumbuh subur di hari Jum­ at, pun kegiatan keagamaan lainnya­. Hampir rata, mulai dari hall rektorat hingga Student Center (SC), mulai dari mushola fakultas hingga taman-taman kampus. Paling tidak ada lebih dari lima diskusi yang digelar setiap Jumat. Termasuk, diskusi yang dilakukan komunitas muslimah yang tersebar di sudut-sudut kampus.

Dari Diskusi Sampai Game Komunitas Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK), misalnya. Hari jumat menjadi hari berkumpul untuk doa dan kegiatan agama lainnya. Menurut Fian Lucas Guntur, Ketua PMK, saat jumat kawan-kawan dikumpulkan dalam kegiatan agama dan menjaga iman. “Setiap jumat jam sebelas hingga satu siang kami menga­ dakan persekutuan di SC lantai 3.” Persekutuan ini biasanya diisi diskusi yang arahnya meningkatkan iman kawan-kawan ma-

hasiswa dan bagaimana agar lebih berprestasi. “Diskusi Persekutuan tidak jarang melibatkan kakak-kakak senior ataupun alumni yang tela­h memiliki pengalaman lebih banyak daripada kami, sehingga apabila ada permasalahan menyangkut keimanan atau akademik dapat terselesaikan di diskusi ini.” Tidak jauh berbeda dengan PMK, Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) pun melakukan hal serupa. I Wayan Rentanu, Ketua KMHD, mengatakan ,“Kalau kawan-kawan muslim laki-laki mengadakan shalat Jumat, kami punya acara di SC yang juga menyangkut keagamaan.” Acara yang diadakan saban jumat bertepatan dengan shalat Jumat ini dapat dikatakan cukup efektif menyatukan mahasiswa penganut agama Hindu di UNY yang terbilang sedikit. Diskusi yang dipandu Pembimbing UKM, Putu Sudira, MP., ini lebih sering membicarakan tentang Agama Hindu berkaitan dengan kehi­ dupan. “Hanya saja kalau pembimbing sedang

foto-foto: Dokumen pribadi

18

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0


laporan utama sibuk, kami isi dengan game saja, asalkan ada kawan-kawan yang berkumpul dan saling bertegur sapa.” Mahasiswa beragama Hindu memang termasuk kelompok minoritas, namun KMHD tidak berkecil hati. “Asalkan kawan-kawan sering bertemu dan akrab, saya berharap KMHD dapat bangkit meramaikan sekretariat dan kegiatan-kegiatan KMHD,” tambah Wa­ yan. Satu komunitas lagi yang juga memanfaat­ kan hari jumat sebagai hari berkumpul: IKMK. Ikatan Keluarga Mahasiswa Katolik ini menga­ dakan acara rutin pada jumat-jumat tertentu. Raymundus Rangga Jaga, Ketua IKMK, meng­ ungkapkan “Jumat pertama malam hari sekitar jam tujuh kami mengadakan rosario bareng, lalu jumat minggu ketiga jam sebelas siang ada misa kampus.” Kendati hanya dilakukan pada jumat tertentu, sekretariat IKMK tampak ramai dan hidup. Setiap harinya sekretariat IKMK terbuka untuk siapapun dan didatangi anggota-anggotanya, baik itu alumni maupun anggota aktif IKMK. “Kami memang lebih memfokuskan diri pada kebersamaan, sebab inti berkumpul adalah kebersamaan dan keharmonisan, sedangkan religiusitas kawan-kawan mahasiswa itu lebih tergantung pada pribadinya. Kami hanya berupaya menjaga iman dan bersama dalam kasih,” papar Rangga.

Mengapa Jumat? Selain kajian keputrian yang tersebar di UNY setiap hari jumat, umat agama lain tida­k mau ketinggalan. Lantas mengapa beberapa mahasis­ wa memilih jumat untuk kegiatan berkumpul, bukankah hari lain pun kawan-kawan berada di sekitar kampus? Nengah, salah satu pengurus KMHD UNY, menyatakan hari jumat sekretariat ramai kawan-kawan. “Hari jumat ini kami manfaatkan untuk berkumpul.” Mereka memilih jumat de­ ngan alasan memanfaatkan waktu luang di te­ ngah hari. “Kalau laki-laki yang muslim sedang beribadah sholat Jumat, sehingga ada waktu luang yang lumayan banyak. Kami memanfa­ atkan waktu luang itu untuk mengkaji agama juga di sekretariat.” Lagipula, daripada wakt­u terbuang sia-sia, lebih baik digunakan, tambahnya. Senada dengan Margareta Putrining Tyas, Pengurus IKMK Biro Studi. Menurutnya, bebe­ rapa kegiatan IKMK diadakan kamis malam ju-

mat. “Kami mengadakan tiap hari jumat terten­ tu karena memang sudah dari pengurusan yang dulu diadakan pada jumat untuk Misa, tapi kalau rosario bersama itu baru program tahun ini.” Jumat siang memang waktu yang efektif untuk kegiatan karena waktu senggang yang lama. “Dulu sebelum ada peraturan libur hari sabtu, kami sudah mengadakan Misa di hari jumat, sehingga itu terus berjalan hingga sekarang.” Selebihnya, gadis berambut panjang ini, mengatakan, “Jumat tertentu itu memang se­ ngaja dipilih untuk pelaksanaan kegiatan karena biar ada jeda saja, antara hari jumat pertama dan ketiga.” Pemilik nama panggilan Puput ini juga menje­ laskan, memang hampir semua umat beragama selain Islam mengadakan acara keagamaan pada jumat siang. “Bukan hanya karena waktu­ nya yang senggang, tapi juga karena kesepakatan kawan-kawan. Kalau ada waktu senggang, tapi tidak ada kesepakatan itu sama saja. Jadi bukan karena harinya saja, tapi juga adanya waktu senggang dan kesepakatan.” Kendati jumat termasuk hari yang efektif untuk berkumpul melakukan kegiatan diskus­i keagamaan, kawan-kawan IKMK juga menga­ dakan kegiatan untuk IKMK di hari-hari lainnya. “Biasanya insidental saja, tergantung kawankawan.” Namun, tambahnya, jumat tetap menjadi hari yang tepat untuk ibadah agama bersama kawan-kawan di kampus, karena kegiatan lain seperti ibadah minggu dan sabtu dipusatkan di gereja. 

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

19


laporan utama

Ada Pengajian di Rektorat Di saat kaum muslimin siap-siap menunaikan shalat jumat, Biro AUK UNY menyelenggarakan pengajian pegawai rektorat untuk para muslimah. Oleh Arisk a P ra s e t ya n awat i

Hj. Sujariyah, M. Pd., Kepala Biro Administrasi Umum dan Keuangan (BAUK) UNY.

K

ajian tentang spiritualitas saat ini te­ lah menjadi tren di berbagai kalangan­. Begitu juga di kalangan profesi. Melalui karya ilmiahnya berjudu­l Pengaruh Religiositas Terhadap Komitmen Organisasi, Keter­ libatan Kerja, Kepuasan Kerja dan Produktivi­tas, Imam Ghozali, seorang pakar ekonomi, me­nya­ takan bahwa tingkat religiositas setiap in­dividu pegawai dalam sebuah perusahaan–sesuai de­

foto-foto:ahmad natsir dan laode

20

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0

ngan agamanya masing-masing–akan berpenga­ ruh terhadap perilaku atau sikap kerja dan nilai kerja karyawan. Sikap kerja tersebut meliputi motivasi, kepuasan kerja, etika kerja, komitmen terhadap pekerjaan dan organisasi. Akhirnya, sikap kerja tersebut akan berdampa­k langsung dalam peningkatan produktivitas kerja­. Bercermin pada pembahasan di atas, nyata­ nya Universitas Negeri Yogyakarta pun sudah menerapkan kajian spiritualitas sejak beberapa tahun lalu. UNY mengusung agenda pengajian di sela-sela kesibukannya. Hal ini dibuktikan oleh pernyataan Hj. Sujariyah, M. Pd., Kepala Biro Administrasi Umum dan Keuangan (BAUK). “Sebelum saya menjabat kepala BAUK, pengaji­ an itu sudah ada.” Pengajian yang dilaksanakan pada hari Jumat dikhususkan bagi para pejabat dan pegawai rektorat. Saat ini Sujariyah diamanahkan untuk menjadi penanggung jawab pengajia­n tersebut. Menurut penuturannya, pengajia­n da­ lam rangka membina rohani tersebut duluny­a masih dilaksanakan setelah selesai sholat Jum­ at, sehingga hanya dihadiri 25 sampai denga­n 30 orang saja dari total kurang lebih 250 orang pegawai rektorat. Melihat situasi ini, Sujari­yah mengevaluasi jalannya pengajian. Dua titik permasalahan pun diperoleh dari evaluasinya. “Waktu pelaksanaan setelah sholat Jumat dan penceramah dihadirkan dari pihak luar UNY yang menjadi evaluasi saya. Kemudian saya konsultasikan dengan Pak PR II dan saya matu­r ke pak rektor, akhirnya pengajian ini diadakan sebelum sholat Jumat dengan pembicara dari orang UNY karena UNY juga memiliki banyak da’i,” terangnya. Setelah mendapat dukungan dari Rektor UNY, kegiatan yang berjuluk Pengajian Hari Jum­at ini mulai dilaksanakan 30 hingga 45 me­ ni­­t sebelum masuknya waktu sholat Juma­t de­ nga­n mengambil tempat di ruang siding utam­a


laporan utama rektorat. Dengan penceramah Pak Rektor, pe­ ngaji­an berformat baru ini pun penuh dijejali seratusan peserta. Selain waktu pelaksanaan yang tepat, kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh pengisi ceramah orang dari dalam UNY yang lebih memiliki kedekatan secara tema dan rekanan kerja daripada penceramah dari luar.

Bekerja dengan Ikhlas karena Ibadah Walaupun Pengajian Hari Jumat hanya digelar sebulan sekali saja dikarenakan kesibukan kerja yang padat, acara kerohanian ini berkuali­ tas dari segi keintisarian ceramah. Tema besa­r yang bergiliran diangkat melingkupi tema keimanan, kinerja, dan kesehatan denga­n tujuan untuk mempertebal keimanan pesertanya supaya lebih memaknai kehidupan. Sujariyah ber­ ujar. “Yang paling ditekankan adalah keikhlas­an dalam bekerja karena bekerja dan ikhlas adalah bentuk ibadah, apalagi UNY merupakan kampus pendidikan yang harus melayani mahasis­ wanya dengan baik. Mahasiswa adalah calon SDM yang unggul, sehingga di tingkat apapun, layanan dalam menciptakan SDM yang unggul adalah nomor satu. Jadi, pegawai rektorat tidak bekerja semata-mata untuk dapat gaji, melainkan memahami sisi ibadahnya.” Untuk mencapai tujuannya, maka kuantitas peserta yang datang mengikuti pengajian teru­s

diusahakan memenuhi target lebih dari seratus orang. “Perekrutan pesertanya melalui undang­ an yang disampaikan lewat kepala bagian. Namun, cara ini kurang mendapat respon, sehingga pegawai rektorat diundang masing-masing. Akhirnya, jumlah peserta pengajian selalu memenuhi target. Biasanya mencapai 100 sampai 150 orang,” tutur Jariyah lagi. Pembinaan rohani ini memang hanya ditujukan untuk pejabat dan pegawai di rektorat yang beragama Islam saja karena agenda ini sifatny­a informal. Jadi, tidak menutup kemungkinan untuk agama lain ataupun tingkatan fakultas memiliki kajian spiritual serupa. Namun, untuk masing-masing fakultas, pihak rektorat selalu dimohonkan perwakilan lima orang mengikut­i Pengajian Hari Jumat. Pastinya, yang menjadi nilai tambah dari pengajian ini adalah sisi sila­ turahminya cukup mengena karena kegiata­n ini menjadi ajang berkumpulnya para pejabat dan pegawai rektorat. Sujariyah pun merasaka­n efek dari berjalannya Pengajian Hari Jumat­. Selain lebih mudah memahami wajah pegawai yang masih baru–karena sebelumnya hanya me­ ngenal pegawai baru sebatas nama saja–para pejabat dan pegawai rektorat menja­di le­bih akrab, kekeluargaan semakin kental, sehingga perasaan dan tindakan saling menghargai semakin meningkat. 

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

21


laporan utama Dr. Purwadi

foto-foto:Sismono

la ode

Religiusitas Itu Sikap Pasrah Sumarah, Gemi Nastiti Ngati-ati Pra taruna angudia Saniskara sangune sagung dumadi Marsudi ing kawruh Kang akeh gunane Bisane sembada tlatenana “Thalabul Ilmi jaridatul ‘ala mukmin wal muslimat” //Para pemuda hendaknya belajar /segala hal untuk bekal masa depan/Dengan mendalami pengetahuan/ yang memiliki banyak manfaat/agar dapat berguna dan digunakan dalam kehidupan/Maka jangan menyerah dan giatlah// Kurang lebih demikian arti pesan ladrang wahyu yang ditembangkan Dr. Purwadi, saat ditemui reporter Pewara Dinamika, Dhian Hapsari dan Sismono La Ode, di tempat berbeda, Pen­ dopo Tejokusumo, Fakultas Bahasa dan Sen­i UNY dan rektorat UNY. Pitutur ini hanya sekelumit petikan wawancara tentang religiusitas di kampus. Selanjutnya dosen yang telah menulis pelbagai buku kejawen dan memiliki lingkar diskusi spiritu­al Jawa ini juga menjabarkan bagaimana praktik religiusitas yang seharusnya dilakukan. Religi­ usitas ini dipandang dari kacamata Purwad­i yang bukan melulu berhubungan dengan tran­ sendental, tetapi juga bagaimana praktik religiusitas, yang meliputi ilmu laku, jangka-jang­ kah, kodrat wiradat. Apa yang Anda pahami tentang religiusitas? Religiusitas adalah praktik kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai agama. Secara semantik, a= tidak, gama =kacau. Jadi, segala tata nilai yang bernafaskan pada agama barang tent­u terhindar dari segala kekacauan. Seberapa pentingkah religiusitas dalam mem­bentuk sivitas akademika UNY yang bernurani, mandiri, dan cendikia. Kita berpangkal tolak pada sisi kosmologis. Kampus UNY berada di dusun Karangmalang, yang mengandung makna boyo pakewuh, tidak takut menghadapi rintangan untuk menuju 22

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0


laporan utama pada kemuliaan sebagaimana disimbolkan oleh dusun Kuningan. Warna kuning itu me­ngacu pada logam mulia, yakni emas, yang bisa juga diartikan sebagai masa keemasan. Dalam bahasa Jawa Kuning lir emas sinangkling. Untuk menuju kemuliaan itu tidak boleh takut menghadapi ujian. Tumuju marang kamulyan ora alus dalane, akeh sandungane. Ning sopo temen bakal tinemu. Sesungguhnya ini patut direnungkan bahwa alam ini media pembelajaran kita. Apa yang ada di dalam kehidupan ini adalah pembelajaran, agar kita dapat mematangkan diri menjadi insan yang cendekia, mandiri, dan bernurani. Seberapa pentingkah religius dalam kehi­ dupan? untuk mengimbangi kehidupan jasmaniah yang materialistis perlu adanya kehidupan ba­ tiniah yang spiritualis. Maka dalam terminologi tata negara benar adanya monodualis yaitu Jiwa raga, cipta rasa, karsa karya, lahir batin, awal akhir. Semua itu akan menggenapi dunia. Religiusitas berorientasi pada kehidupan yang genep dan genah, terang wijang. Begitu pula an­ tara agama dan budaya itu komplemen­ter sifatnya. Saling melengkapi. Dengan demikia­n sungguh paham keliru manakala ada yang meng­­kontraskan antara agama dan budaya. Pengkontrasan ini biasanya berangkat dari pe­ ma­­haman yang deviasi, sebuah penyimpangan terminologi yang mengkontraskan antara agama dan budaya dalam beranalisa. Apakah religiusitas itu dapat mendorong prestasi? Sesungguhnya kalau orang hidup bereniny­a Cuma mudah dan takut karena susah, maka segala cita-cita akan kandas. Mudah dan susah pada hakikatnya tidak ada. Itu cuma mengadaada barang yang tidak ada. Prestasi itu dapat diraih dengan ketekunan. Sopo temen bakal tinemu, Siapa yang mencari il-

mu dengan tekun dan sungguh-sungguh, maka prestasi akan mengikuti dengan sendirinya. Bagaimana dengan sivitas akademika yang berprestasi, tetapi tidak diimbangi dengan religiusitas? Sekuleritas dan religiusitas itu berbeda. Ja­ ngan-jangan mereka yang suka berwacana religius justru areligius. Atau, yang sekuler itu justru asekuler. Kan malah repot. Untuk itu janganlah saling mengolok-olok antara satu kaum dengan kaum yang lain. Alhamdulillah di kampus ini terbentuk religiusitas yang mengagumkan, meski kadangkala religiusitas itu hanya sebatas yang dibicarakan, bukan yang dipraktik­ kan. Oleh karenanya, perlu eling lan waspodo (intropeksi diri, red.)

TTL: Nganjuk, 16 September 1971 • pendidikan: S1 Sastra Jawa UGM (1990-1995), S2 Filsafat UGM (1996-1998), S3 Filsafat UGM (1999-2001)

Lantas bagaimana praktik religius dalam kehidupan kampus ini? Ya, saya rasa antara sivitas akademika UNY, yang berbeda keyakinan religiusnya telah sa­ ling menghormati dan menganggap paling benar sendiri. Bukankah orang yang beragama itu juga melaksanakan apa yang diajarkan dalam agamanya? Mencintai sesama, merawat alam, memayu hayuning bawono. Masak di kampus naik motor kok ngebut! Itu tidak religius. Masak membuang polusi di mana-mana. Masak katanya religius, kok buang ludah sembarangan. Itu semua ‘kan tidak reli­gius. Hal-hal sederhana saja yang dilakukan itu sudah mencerminkan religiusitas seseorang. Bertegur sapa yang baik, menjaga alam dengan kebersihan, menghormati apapun yang dite­mu­ inya sehari-hari. Kalau secara pribadi, apa makna religius da­ lam kehidupan Anda? Kita meski membudayakan sifat amemangun karyenak tyasing sesomo, dengan suka sugu­h, aruh, gupuh marang konco. Artinya kita dapat menyuguh entah itu memberi makanan atau minuman pada kawan, kemudian menjualkan kemampuan kawan atau mempromosikan kawan, dan bagaimana dapat membantu jaring­ an. Jaringan antar kawan itu penting. Kalau sudah dapat suguh, aruh, lan gupuh kehidupan ini akan begitu damai. Jadi, religiusitas itu kan bertujuan untuk mencapai kedamaian, sebagaimana pepatas Jawa: mangasah mingising budi, memasuh malaning bumi, demi keselarasan ma­ krokosmos dan mikrokosmos. 

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

23


berita kegiatan mahasiswa

Apa Kabar Jurusan Tari?

foto: laode dan dhian

Jurusan ini diam-diam memiliki prestasi, namun sayangnya tidak banyak yang mengetahui bagaimana sepak terjang dan perkembangannya. Sebelum menjadi milik Fakultas Pen­ di­dikan Bahasa dan Seni, IKIP, lahan yang kini menjadi wilayah kampus FBS itu konon milik Akademi Seni Tari (ASTI). Sekitar tahun 1983 (berdasarkan Pu­sat Data dan Analisa TEMPO), para pe­mim­pin STSRI ASRI, AMI, dan ASTI ber­kumpul dan berkeputusan mengga­ bung­kan diri menjadi ISI. Isntitut ini ter­ diri dari tiga fakultas: Fakultas Kesenian (gabungan antara unsur-unsur dari ASTI dan AMI), Fakultas Seni Rupa dan Desain (jelmaan STSRI ASRI), dan Fakultas Non-Gelar Kesenian. Secara otomatis ASTI pindah ke Ja­la­n Parangtritis, menjadi satu denga­n aka­ demi yang lain yang meleburkan diri 24

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0

menjadi ISI. Wilayah tinggalan ASTI ini lantas dimanfaatkan jurusan seni tari IKIP. “Tentu dengan perundinga­n sebe­ lumnya, tapi saya tidak tahu pasti detailnya,” ungkap Titik Agustin, dosen senior di Jurusan Seni Tari yang juga ang­katan pertama dosen jurusan tari IKIP. Dosen yang ada di jurusan seni tari, kata Titik, belum sebanyak sekarang

ini. “Sekitar sepuluh orang saja. Tidak ja­rang satu dosen memegang beberapa ke­las dan mata pelajaran.” Dosen-dosen ta­ri banyak mengambil dari lulusan ISI. “Ada juga dosen yang dulunya pegawai di IKIP, tapi karena basic-nya seni tari ke­mu­dian diperbantukan ke jurusan.” Dosen IKIP kebanyakan diambil dari luar, bahkan dapat dikatakan belum ada lulusan dari IKIP. Selain dosen yang terbilang sedikit, ruang perkuliahan pun terbatas. “Kelas D1, D2, dan D3 menempati ruang kuliah secara bergantian di tempat yang sekarang menjadi lapangan badminton indoor, pendopo Kamasetra, dan FBS lam­a (FBS Timur).” Pada waktu itu IKIP belum membuka S1. Kendati masih muda, jurusan ini dapat menyerap mahasiswa yang lumayan banyak. “Sekitar 30 sampai 40 orang


berita jadi guru tari tidak mudah, tapi sekarang hampir sekolah dasar hingga sekolah menengah membuka kesempatan untuk lulusan tari,”jelasnya. Sebagai wadah pengembangan kreatifitas ataupun karya tari yang lebih bebas, jurusan menyarankan mahasis­ wa berperan aktif di berbagai sangga­r tari. “Dengan mengikuti sanggar, selain mereka memiliki wadah kreatifitas yang lebih luas, tidak jarang mereka diikut­ kan dalam event-event nasional maupun internasional karena jaringan sanggar yang luas.” Paling tidak bila benar terjadi, keikutertaan itu dapat memberi bekal pengalaman di dunia tari yang lebih luas, terang Nyoman. mahasiswa belajar di tiap kelas. Namun jumlah itu juga tidak pasti,” tambahnya. Jurusan yang menampung mahasiswa-mahasiswa pembelajar seni ini lantas berkembang beriringan dengan perkembangan IKIP. Lama kelamaan IKIP membangun fasi­ litas kelas yang memadai. Pun, membe­ rikan Support semangat pada mahasis­ wa dan tenaga pengajarnya dengan me­nyediakan ruang pertunjukan lengkap berikut keperluan pementasan. Garapan Tari Anak Seperti jurusan yang lain, jurusa­n seni tari memiliki kekhasan tertentu yang membedakan antara peguruan tinggi seni yang fokus pada pendidikan denga­n perguruan tinggi khusus seni.”Kita me­ mi­liki kekhasan tari gaya Yogyakart­a dan garapan tari pendidikan. Sedapat mungkin kita arahkan untuk tari pen­di­ dik­an anak-anak.” Spesifikasi ini dikembangkan tidak lain mempersiapka­n lulusan yang dapat memberi materi pendidikan tari anak-anak. Menanggapi tujuan utama pendi­ dik­an seni tari ini, Widya Apsari, ma­ ha­­siswa seni tari angkatan 2006 me­ ngata­kan, “Ketika mahasiswa membuat ga­­rap­an tari menjadi kurang leluasa ka­ re­­n­a adanya batasan harus ada unsu­r pe­nd ­ i­dik­an bagi anak-anak.” Tari yang Ni Nyoman Seriati, M.Hum.

digarap biasanya mengambil dari unsu­runsur tari klasik, sedangka­n ma­ha­sis­wa kadang menginginkan tari yang lebih kontemporer. “Mungkin ya memang begitu seharusnya, karena kita berada di wilayah pendidikan tari yang nantinya diharapkan dapat menjadi pendidik tari.” Kendati demikian, gadis manis yang hampir menyelesaikan studinya ini belum tahu apa yang akan dilakukan setelah lulus kuliah. “Saya belum tahu apa jad­i guru tari atau seniman. Memang untuk men-

Berkomitmen Bagaimanapun perkembangan yang dicapai, kita memiliki tugas untu­k mempertahankan prestasi dan mening­ kat­­kan kemajuan jurusan,” papar Ni Nyo­man Seriati, M.Hum. Upaya yang dilakukan dalam rangka memajukan jurusan itu tidak hanya bertumpu pada dosen terkait, tetapi juga mahasiswa. “Prestasi yang diraih mahasiswa itu dapat mengangkat nama jurusan dan memberi point penting untuk masa depan mahasiswa itu sendiri,” katanya. Lebih jauh Titik menambahkan, “Agar jurusan dapat berkembang lebih baik, kita perlu meningkatkan kinerja pengajar. Mereka harus berkomitmen menjadi pengajar dan memenuhi tanggung jawabnya tidak setengah-sete­ ngah.” Dosen-dosen yang berkualitas perlu ditambah, sehingga mahasiswa belajar dengan penuh semangat. Beberapa tahun belakangan ini maha­ siswa yang masuk jurusan tari memang tidak sebanyak jurusan lain. Diakui Titik, “Saat ini memang kalau tidak jemput bola, manapun itu, bukan hanya jurusan tari, animo masyarakat semakin lama berkurang. Semoga saja, apresiasi masyarakat terhadap jurusan tari dapat lebih baik dengan adanya prestasi mahasiswa tari dan peningkatan kinerja dosen,” lanjut Titik Agustin menutu­p wawancara. Dhian Hapsari

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

25


berita Seminar

SEMINAR ILMIAH NUKLIR Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997, tentang Ketenaganukliran maka Pemerintah membentuk Ba­ dan Pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden, yang bertugas melaksanaka­n pemanfaatan tenaga nuklir meliputi pe­ ne­litian dan pengembangan, penyelidik­ an umum, eksplorasi dan eksploitasi ba­ han galian nuklir, produksi bahan ba­ku untuk pembuatan dan produks­i ba­han bakar nuklir, produksi radioiso­to­p untuk keperluan penelitian dan pe­ngem­ bangan, dan pengelolaan limbah radioaktif. Oleh karena itu Badan Tenaga Nu­klir Nasional (BATAN) sebagai Lem­ ba­­ga Pemerintah Non Kementerian, ber­tugas Pengelolaan Tenaga Nuklir di­ ma­na salah satu divisinya yaitu Pusa­t Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nu­klir bertugas melakukan penelitian tentang teknologi reaktor, keselamatan reaktor dan sistim keselamatan reaktor. Topik yang terkait dengan kegiatan litbang tersebut antara lain kajian dan desain teras reaktor, kajian dan desain sistem pendingin, analisis kecelakaan, kajian dan evaluasi sistem keselamatan. Demikian dikatakan Dr. Setiyanto, M.Sc Direktur Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) BATAN Jakarta dalam seminar ilmiah “Peranan Lit­ bang Teknologi dan Keselamatan PLTN di Perguruan Tinggi dalam percepatan program PLTN di Indonesia” yang diselenggarakan di Ruang Seminar Perpus-

26

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0

foto-foto: Dokumen humas fmipa

takaan jurusan Fisika FMIPA UNY pada Selasa, 20 April 2010. Dalam seminar yang dihadiri oleh sejumlah dosen dan mahasiswa jurusan pendidikan fisika FMIPA UNY tersebut Setiyanto meng­ ung­kapkan, dengan adanya krisis ener­ gi di Indonesia maka pemba­ngunan Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) akan dipercepat, dan sosialisasi tentang PLTN yang dijadwalkan hingga tahun 2014 harus sudah selesai pada akhir tahun 2010. PTRKN akan melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi dan keselamatan reaktor untuk mendukung evaluasi desain teknis dan keselamatan reaktor nuklir serta mengoptimalkan fasilitas dan infrastruktur litbang. Dalam sambutannya Dekan FMIPA UNY Dr Ariswan mengatakan bahwa teknologi nuklir mau tidak mau akan dikembangkan di negeri ini tinggal ba­ gai­mana kita menangkap peluang kemajuan teknologi yang akan datang. Oleh karenanya mahasiswa MIPA jurusan pendidikan fisika dapat mengambi­l skripsi tentang nuklir. Guru Besar dan ahli nuklir dari BATAN Yogyakarta Prof.

Sardjono menyampaikan bahwa program PLTN menurut Perpres th 2006 di­ tar­getkan pada tahun 2025 pemerin­ta­h minimum harus ada 17% energi dari ener­gi yang terbarukan dimana 2% ada­lah energi nuklir, 2% batubara cair, 3% Pusat Listrik Tenaga Surya, 5% biomassa, mikrohidro dan lain-lain. Sardjo­ no merasa gembira karena mahasis­wa telah mendapatkan perkuliahan tentang fisika atom dan fisika inti. Pelajaran fisika reaktor direncanakan akan dima­sukkan dalam kurikulum mahasis­ wa semester 4 keatas sehingga dapat lebih mudah mempelajari penelitian yang berhubungan dengan keselamat­ an karena keamanan PLTN harus bisa dibuktikan secara ilmiah. Perangka­t lunak yang digunakan seperti FLUENT 6.2, RELAP/SCDAP-MOD3.2, SAPHIRE v5.0 dan sebagainya yang dimiliki BATA­N Jakarta. Peluang kerjasama pene­ li­tian juga terbuka, selain itu perguruan tinggi juga diharapkan dapat menyosialisasikan tentang PLTN pada masyara­ kat luas. Dedy Herdito


berita lomba dan seminar

LOMBA DAN SEMINAR MATEMATIKA

foto-foto: Dokumen humas fmipa

Matematika bukan sekedar menghafa­l rumus melainkan pemahaman bahas­a yang memungkinkan orang untuk meng­ ko­mu­ni­kasikan ide-ide dalam ang­k­a. Anda mungkin dapat melakukan per­­hi­­ tung­­an tetapi jika tidak mengert­i bahasanya Anda akan mengalam­i kesu­­lit­­an. Seba­gian besar aplikasi matema­ti­ka meng­haruskan tida­k hanya mela­ku­­kan secara matematis­, melainka­n meng­ko­ munikasikan matematika. Saya menemukan bahwa guru mampu mengerjakan persoalan matematika tetapi ketika mereka harus menjelaskan mengapa matematika dilakukan dan bagaimana mengaplikasikannya di lain tempat, banyak guru menyadari bahwa me­ re­ka datang dari latar belakang yang tidak menduga untuk bisa mengkomu­ nikasikan matematika dan harus memeriksa kembali keyakinan dan asum-

si mereka tentang matematika untuk memutuskan siklus ini. Demikian diungkapkan Christie McKee dari California State Polytechnic University, Pomona, California, Amerika Serikat dalam Se­minar Nasional bertema “Peran Pembe­lajaran Matematika dalam Mengintegrasikan Budi Pekerti dan Kemampuan Berpikir Logis” yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Matematika (Himatika) FMIPA UNY pada Sabtu 17 April 2010 di Ruang seminar FMIPA UNY dalam rangkaian kegiatan Lomba dan Seminar Matematika (LSM) ke-18. Dibuka oleh Pembantu Dekan III FMIPA UNY Drs. Sutiman, seminar ini juga menampilkan pembicara Prof. Dr. Utari Sumarmo dari FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung yang membahas tentang pengertian berfikir logis, kritis,

kreatif dan budi pekerti serta mengapa dan bagaimana mengembangkannya pada siswa. LSM yang merupakan agenda rutin tahunan Himatika bertujuan melatih daya nalar dan sportivitas siswa sert­a diharapkan materi yang diberikan da­ lam lomba dapat pula digunakan seba­ gai alternatif bahan pengayaan dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini dida­ sari oleh pemikiran bahwa siswa juga memiliki andil dalam memajukan pelajaran dengan meningkatkan semangat kompetensi bagi ba­nyak siswa SMP. Lomba Matematika tingkat SMP diikuti oleh 582 peserta dari SMP negeri maupun swasta dari seluruh Indonesia. Untuk menyeleksi Lomba Matematika kali ini Himatika bekerjasama dengan ins­titusi lain untuk melaksanakan selek­si awal bagi peserta pada 6 regional yai­tu Bandung, Lampung, Semarang, Jakarta, Surabaya serta Yogyakarta sebagai tuan rumah yang telah dilaksanakan pada tanggal 10 April 2010 lalu. Pad­a lomba matematika itu terpilih 50 orang finalis yang akan memperebut­ kan tropi dari Menteri Pendidikan Nasional. Pemenang Lomba Matematika ke - 18 ini adalah juara I Kevin Christian dari SMP IPK Tomang Jakarta, juara II Christopher Melky dari SMP IPK Plui­t Jakarta, juara III Richard Akira Heru dari SMP PL Dominico Savio Semarang, juara IV Kristianto wirawan dari SMP Frater Xaverius I Palembang, dan juara V Lutfi Nasirudin dari SMPN 1 Jetis Ponorogo. Dedy Herdito

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

27


berita hasil penelitian mahasiswa

ABON DARI JANTUNG PISANG

foto: dokumen pribadi

Wilayah Indonesia cocok untuk budi­ daya tanaman pisang yang tersebar mulai dari dataran rendah sampai datar­ an tinggi baik dibudidayakan di lahan khusus maupun ditanam di kebun atau di halaman. Hampir setiap pekarangan rumah di Indonesia terdapat tanaman pisang karena tanaman ini cepat menghasilkan, berlangsung lama, mudah ditanam dan dipelihara. Produksi pisang di Indonesia cukup besar, bahkan Indo­ nesia menjadi salah satu penghasil pi­ sang terbesar di dunia dimana pengha­ sil pisang terbesar berada di Pulau Ja­wa. Namun disayangkan dari seluruh bagian tanaman pisang hanya buah pi­sang dan daun pisanglah yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Sedangkan bagian lain dari tanaman ini masih terbatas pemanfaatannya, misal­ nya saja jantung pisang. Pada fase pembungaan dan pembuahan, setelah pembentukan sisir pisang yang terakhir, 28

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0

kemudian dilakukan pemotongan jantung pisang. Biasanya jantung pisang ini langsung dibuang karena dianggap limbah, padahal memiliki nilai gizi yang cukup baik karena mengandung kalori, protein, karbohidrat, vitamin A, kalsium, fosfor dan air. Oleh karenanya Rara Dwi Prasatia dan Dewi Istiyaningsih mahasiswa jurusan pendidikan IPA serta Fendy Arifianto dari jurusan biolog­i FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta berupaya mengembangkan alternati­f

lain dari pengolahan jantun­g pisang yak­ni dibuat abon sehingga masyara­ ka­t juga mengenal jantung pisang tida­k hanya sebagai lalapan atau sayu­r pelengkap saja namun juga dapat seba­gai lauk makan dalam bentuk abon yang lazimnya terbuat dari daging sapi. Abon adalah contoh makanan awetan ter­bu­at dari daging yang digiling halus, dibumbui, dikeringkan atau dipanggang­. Hasil­ nya adalah daging yang asin dan semima­nis serta tidak perlu disimpan di le­mari es. Lebih lanjut Rara mengatakan, baha­n yang diperlukan untuk membua­t abon ini adalah jantung pisang, air kelapa­, kemiri, serai, bawang merah, bawang putih, gula merah secukupnya, lengku­ as, garam dapur dan minyak goreng. Sedangkan cara membuatnya, jantung pisang dipilih yang masih segar dan mulus lalu dikupas dan diambil jantun­g putihnya serta dipotong-potong. Jan-


berita

tung pisang yang telah dicuci bersih tersebut direbus hingga matang lalu di­gi­ling hingga halus. Sementara itu bum­bu di­haluskan dan dimasak dalam penggorengan lalu jantung pisang yang telah ditumbuk halus dimasukkan ke dalam penggorengan yang telah berisi bumbu. Diaduk-aduk hingga merata kemudian tambahkan gula merah seba­

gai penambah cita rasa. Setelah masak dan bumbu tercampur merata masuk­ kan air kelapa dan rendam selama beberapa menit. Setelah itu rendaman diti­ riskan dan dikeringkan di atas wajan yang sudah dipanaskan tanpa minyak. Setelah agak kering diangkat lalu diletakkan pada loyang yang sudah dialasi dengan kertas roti. Bentangkan adonan jantung pisang tadi dan kemudian panggang hingga kering. Abon jantung pisang telah siap dan dapat dikemas dalam kantong plastik atau wadah lain. Jantung pisang merupakan bung­a pi­ sang berwarna merah tua keunguan. Di bagian dalamnya terdapat bakal pisang. Jantung pisang juga mudah didapat­kan karena tanaman ini banya­k ditemukan terutama di daerah yang banyak mendapat sinar matahari. Dewi Istiyaning­ sih menambahkan, abon jantung pi­ san­g ini tak kalah nilai gizinya daripada abon yang terbuat dari daging sapi dan

dengan kreatifitas ini masyarakat akan dapat menikmati abon yang unik seka­­ ligus dengan harga yang murah­. Abon dagin­g sapi yang biasanya dijual de­ nga­n harga mahal kini dapat dibel­i de­­ ngan harga yang terjangka­u dan rasa­ nya­­pun hampir sama dengan abon yang dibuat dari daging. Dedy Herdito

Yudisium

YUDISIUM FIK Selamat, karena anda telah diyudiisum pada pagi hari ini. Ketahuilah, bahwa Delapan puluh persen keberhasilan di­ tentukan oleh kecerdasan intelektual­, namun emosional, spiritual juga ikut men­dukungnya. Yang utama jadilah insan yang comit, jujur, dan loyal. Demikian Dekan Fakultas Ilmu Keolah­ ragaan Universitas Neger­i Yogyakar­ta (FIK UNY), Sumaryanto­, M.Kes dalam sam­butannya saat meyudisiu­m 103 ma­­ha­­­siswa FIK UNY bertempat di ru­­ an­­g lantai III Kampus Kuningan FIK UNY(2/2). Mereka terdiri dari: 60 orang foto: dokumen humas fik

bera­sal dari program studi (prodi­) Pen­ didik­an Jasmani dan Rekreasi (PJKR), 11 orang dari prodi Ilmu Kesehatan Olah­ raga (IKORA), 13 orang prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO), serta 19 orang berasal dari prodi D2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasman­i (PGSD Penjas). Yudisium dihadiri ang-

gota senat dan pejabat fakultas. Tiga perwakilan peserta dengan nilai terbai­k menerim­a Surat Keputusan Yudisum secara simbolis. Mereka adalah: 1)Kemala Miftika­ningrum (IKORA, IPK 3,47), Arif Purwan­dito (PJKR,IPK 3,44), Indah Fitoriyati (PKO, 3,46). ratnae

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

29


berita PROFIL

ROSID, NGENGER DEMI KULIAH

foto: dokumen ema r

Ngenger dilakoni dengan ikhlas, menjad­i anak masjid menjadi solusi baginya yang tidak mampu membayar uang kost. Kuliah. Sebuah kata yang tidak pernah terbersit dalam angan seorang remaja desa Mingking, Sokorini, Muntila­n, Magelang. Dibesarkan dari jerih payah orangtuanya yang tidak mampu seperti tenggelamkan angan untuk meraih se­kolah yang lebih tinggi. Ada keinginan untuk melanjutkan sekolah namun dia merasa juga harus membantu keada­ an ekonomi keluarga. Bapaknya, Saero­ ji, seorang buruh tani dan ibunya kadang kala membuat gula kelapa untuk dijual ke pasar. Berbagai pikiran berkecamuk dalam kepalanya antara bekerja 30

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0

diluar atau membantu orang tua dian­ tara lepotan lumpur sawah. Terlebih di lingkungannya tak banyak remaja yang melanjutkan sekolah sampai perguruan tinggi, “Jarang remaja di desa saya ma­­ suk SMA apalagi kuliah, mungkin karena alasan ekonomi atau lainnya”, ung­ kapnya Paham akan keadaannya, gurunya di SMAN 1 Ngluwar Magelang mengu­ sulkan data diri tentang dirinya untuk diikutkan dalam program Beasiswa Ma­ suk Universitas (BMU). Adalah Muham­ mad Abdul Rosid, anak seorang buru­h tani tetapi Tuhan memberikan kelebihan dengan otaknya yang encer. Pres­ tasi­nya sebagai juara 1 di SMAN 1 Nglu-

war menjadi perhatian guru-gurunya bahwa Rosid harus diperjuangkan, tak boleh putus sekolah. Apa yang diperjuangkan gurunya membuahkan ha­sil, Rosid, demikan ia akrab disapa berhasil lolos seleksi masuk ke Universitas Negeri Yogyakarta mengalahkan pesaingpesaing dari pelbagai daerah. Tahun 2007 dia resmi tercatat sebagai mahasis­ wa program studi favorit: Pendidikan Matematika di fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Kegembiraaan sekaligus kebingung­ an berkecamuk dalam hati Rosid yang mempunyai hobi pramuka. Uang dalam nominal jutaan rupiah yang harus dibayar sebelum masuk kuliah menjadi pi­ kiran dalam benaknya. Cukup besar bagi keluarga Rosid yang pendapatan per bulannya tak tentu. Hanya berkisa­r 400 ribu rupiah saja. Rosid yang tela­h terla­ tih untuk bekerja keras tidak menye­ rah begitu saja, Otak encernya berpikir keras mencari solusi bagaimana mencari uang untuk biaya masuk kuliah. Tak berhenti disitu saja karena bila sudah menempuh bangku kuliah ia juga harus memikirkan biaya hidup dan biaya tempat tinggal serta SPP tiap semesternya. Dengan bantuan temannya ia akhir­ nya bisa mengangsur SPP, satu masalah terselesaikan. Namun tidak berhenti sampai disitu, karena tidaklah mungkin menempuh jarak yang sedemikian jauh dari Muntilan setiap hari untuk kuliah. Alternatif termudah adalah kost padahal hal itu juga tidak memungkinkan karena keterbatasan ekonomi keluarga. Lalu dipikirkannya bagaimana dapat tinggal di Jogja karena jelas tidak mungkin baginya untuk melaju. Akhirnya dengan empat kawannya dia mendapatkan tempat ngenger di sebuah masjid di daerah jalan Kaliurang secara cuma-cuma dengan konsekuensi mereka harus merawat masjid itu termasuk mengumandangkan adzan, iqomah serta kadang juga sekaligus menjadi im-


berita am shalat. Untuk makan mereka memasak sendiri tiap hari dengan beras yang dibawa dari rumah dan pada saat terten­ tu mendapatkan uang saku sebagai takmir masjid. Kamar yang tersedia 3 buah untuk 5 orang anak masjid. Kehidupan Rosid sebagai anak masjid begitu seder­ hana dengan peralatan lemari plastik, kasur dan meja yang merupakan “lungsuran” dari anak masjid terdahulu. Kehebatan Rosid terbukti di bangk­u kuliah. Dengan segala keterbatasan yang ada, peraih nilai sempurna Ujian Akhir Nasional, 10, pada mata pelajaran matematika di SMAN 1 Ngluwar Magelang ini berhasil mencatatkan indeks prestasi nyaris sempurna selama kuliah di MIPA. Bahkan pada semester pertama

memperoleh IP 3,98 dan berhasil meloloskan karya ilmiah ke tingkat universi­ tas berjudul “pelepah pisang sebagai media pembelajaran matematika” dan “budidaya jamur tiram sebagai peluang bisnis yang prospektif”. Dari sebuah kamar sempit dengan sebuah kasur dan perabot seadanya setiap hari jarak seja­uh itu ditempuhnya dengan menga­ yuh sepeda. Ketika ditanya bagaimana cara remaja kelahiran 26 Februari 1988 ini mempertahankan IP nyaris sempurna tersebut, Rosid menjelaskan bahwa karena keterbatasan dana untuk membeli buku maka dia hanya bisa memin­ jam dari teman atau perpustakaan. Konsekuensinya, tiap buku yang dipinjam harus bisa tidak sekedar dibaca namun

wajib dipahami, sebisa mungkin dalam satu kali baca. Selain itu dia biasa bela­ jar dari buku-buku terbitan lama dan bertanya pada dosen. Sebelum paham akan suatu hal dia tidak bakal berhenti bertanya. Dalam mata kuliah jurusa­n matematika, misalnya pada mata kuliah “rancangan percobaan” bila dia tinggal menerima jadi sebuah rumus matematika dari dosen, Rosid tidak menerima begitu saja namun akan dilacak darimana rumus itu berasal. Ternyata, sebuah keterbatasan tidak membuat padam cita-cita sebagai generasi penerus bangsa yang ingin menggapai mimpi menjadi seorang guru matematika, pelajaran yang disukainya. Dedy Herdito

PKM-M

Pelatihan Kreativitas Rinding Gumbeng FBS-Gunung Kidul. Sebuah awal kemaju­ an bangsa dimulai dengan pelestarian ke­senian tradisi yang nantinya akan memperkuat sebuah negara, demikian dituturkan kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Gunung Kidul, Drs. Sudodo, saat pembukaan Pelatihan Kreatifitas Rinding Gumbeng pada beberapa waktu lalu di Desa Beji, Dusun Duren, Ngawen, Gunung Kidul. Pembukaan sekaligus diskusi berjudul Eksistens­i Musik Tradisional dalam Globalisasi dihadiri kurang lebih 80 orang warga yang datang dari sekitar Kecamatan Ngawen. Pelatihan diselenggarakan dalam rang­­ka praktik salah satu Program Krea­ ti­­fi­tas Mahasiswa Pengabdian Masyara­ kat (PKM-M) mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni. Tim PKM-M ini mengangkat pelatihan Rinding Gumbeng berangkat dari keprihatinan semakin lunturnya budaya lokal dan berkurangnya warga desa yang dapat memainkan alat musik Rinding. “Padahal alat musk rinding biasa dimainkan dalam upacara-upacara adat. Adanya pelatihan ini diharapkan dapat membantu peserta lebih mudah memainkan alat musik rinding, sebab memang tidak banyak yang dapat

foto: dokumen pribadi

memainkan alat musik tradisional tinggalan nenek moyang ini. Perlu latihan rutin dan kemauan keras,” jelas Scholatica Wahyu Pribadi, Ketua PKM-M. Pelatihan diadakan dua kali seminggu bekerja sama dengan kantung budaya di Gunung Kidul seperti Gamblank Musikal Teater, Sanggar Seni Kolaborasi Kecrek, dan didukung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Gunung Kidul. Program ini sejatinya tidak hanya melatih memainkan musik Rinding, tapi juga melatih tari dan managemen organisasi komunitas. Tim PKM-m sendiri meng­ adakan pelatihan alat musik Rinding Gumbeng dan alat musik lainnya dan

Sanggar Seni Kolaborasi Kecrek melatih tari yang nantinya akan berkolaboras­i dengan peserta pelatihan alat musik rin­ding, sedangkan Gambank Musikal Teater akan mematangkan peserta di bi­ dang menejemen organisasi. “Pelatihan musik dan tari ini kami harapkan dapat melatih warga Desa Beji dengan serius. Untuk selanjutnya, kami dari Dinas Pariwisata dan Kebuda­ya­ an Gunung Kidul bersedia bekerja sama untuk program lanjutan demi memajukan kesenian tradisi, khususnya kesenian lokal Gunung Kidul,” tambah Drs. Sudodo. Tika

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

31


berita profil

Veronica, Delegasi FBS untuk Gristuf Di Jerman FBS-KARANGMALANG—Veronica Christamia Juniarmi patut menjadi kebanggaan FBS. Mahasiswi semester lima jurusan Pendidikan Bahasa Inggris ini ter­pilih sebagai satu-satunya delegasi UNY yang akan menghadiri Internasio­ nal Student Conference di Jerman bersa­ ma 35 delegasi lain dari seluruh Indonesia tahun ini. Veronica, panggilan akrab­nya, akan bertemu dengan 220 pe­ serta terpilih lainnya dari seluruh du­nia di kota Greifswald University. Konferensi ini diadakan oleh Grefswald University serangkaian denga­n acara Grefswald International Student Fes­ tival (Gristuf). Konferensi yang diada­kan setiap dua tahun sekali ini bertuju­an me­nyatukan anak-anak muda di se­lu­ ruh dunia berbagi dan berdiskusi da­­ lam­menyelesaikan permasalahan yang menjadi isu internasional, sepert­i so­cial, policy impact, global change, dan science and etnic. Hingga saat ini Gristuf tela­h diadakan sebanyak lima kali di oleh Gref­ swald University yang melibatkan uni­ veritas-universitas ternama di dunia. Veronica terpilih sebagai salah satu mahasiswa yang berangkat ke festival itu karena esainya berjudul “One World One Culture” yang ia kirimkan pada pe­ nye­lenggara di akhir bulan Desember 2009 lalu. Dalam esainya yang berkaitan dengan tema Global Change, Veronic­a membicarakan tentang pemanasan glo­ bal di Indonesia dengan membawa kultur simbol dan kepercayaan Bali seba­ gai solusi. ia juga menganggat adanya kekuatan mitos alam masyarakat Bali yang merefleksikan keindahan hubung­ an harmonis antara manusia dengan alam. Bila manusia bersahabat dengan alam, menurutnya, alam akan bersahabat dengan manusia. Anak bungsu dari dua bersaudara ini mendapat kesempatan berbicara di depa­n forum dunia tentang ide pikiran32

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0

foto: Dokumen Pribadi

nya berkaitan dengan esainya sekaligus mempromosikan budaya Indonesia. Se­ la­in memiliki kesempatan itu, ia juga akan unjuk kebolehan membawakan salah satu kesenian daerah di festival bergengsi itu dan turut membawa nama UNY di dunia luar. Upayanya menge­ nalkan UNY ini tidak lain untuk membuka kesempatan universitas memiliki hubungan yang lebih luas dengan dunia internasional. Setidaknya ada harapan kerja sama antara UNY dan Grefswarld University. Tentu saja usaha ini mendukung misi UNY yang sedang beren-

cana untuk menjadi World Class University. Veronica juga berharap, dengan keterlibatannya di ajang ini, dia dapat mengembangkan kemampuan menuli­s dan penguasaan ilmunya di bidang yang ia minati: budaya. Berbicara tentang persiapan, sejauh ini Veronica sedang sibuk mencari sponsor untuk memuluskan jalannya menuju ke Jerman. Dukungan dari pihak jurusan, dekanat, dan universitas sangat dia butuhkan demi kesuksesan tugas mulia ini. Febi


berita olimpiade

OLIMPIADE NASIONAL MIPA

foto-foto: Dokumen humas fmipa

Direktorat Akademik, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi bekerjasama dengan FMIPA Universitas Negeri Yog­ yakarta menyelenggarakan Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengeta­ huan Alam Tingkat Perguruan Tinggi (ON MIPA-PT) Tingkat Regional Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengkompetisikan bidang matematika, fisika dan kimia. Kegiatan yang diikuti oleh 212 peserta dari perguruan tinggi nege­ ri dan swasta dalam lingkungan Koper­ tis Wilayah V DIY ini berlangsung selama dua hari pada Selasa dan Rabu 6-7 April 2010 di Ruang Seminar FMIPA UNY. Dengan diselenggarakannya ON MIPA-PT diharapkan kemampuan akademik dan wawasan mahasiswa akan meningkat serta dapat mening-

katkan kecintaan para mahasiswa terhadap matematika, fisika dan kimia; serta pada akhirnya ajang ini diharapkan menjadi salah satu sarana promosi dalam rangka meningkatkan daya tarik matematika, fisika, dan kimia di tengahtengah masyarakat. Dibuka oleh Pembantu Rektor III UNY Prof. Dr. Herminarto Sofyan, ON MIPAPT ini juga dilaksanakan bersamaa­n pa­ da 12 wilayah. Dalam seleksi tingka­t wilayah akan ditentukan mahasiswa terbaik yang berhak mengikuti seleks­i tingkat nasional yang akan dilaksanakan pada tanggal 29 April hingga 1 Mei 2010. Seleksi nasional akan diikuti oleh 40 mahasiswa yang ditentukan berdasarkan pertimbangan nilai tertinggi hasil seleksi wilayah termasu­k

pemenang pertama hasil seleksi tiap wilayah, juara ON MIPA-PT tahun sebe­ lum­nya yang masih memenuhi syarat dan pemenang Olimpiade Sains Nasio­ nal (OSN). Dalam seleksi tingkat nasio­ nal ini akan ditentukan 20 mahasiswa terbaik yang selanjutnya akan dilakukan pembinaan selama satu bulan untuk menentukan empat hingga enam mahasiswa yang berhak mewakil­i Indonesia dalam ajang Olimpiade Interna­ sional ke-16 yang pada tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal 25 – 30 Juli 2010 di Eropa Timur. Pada tahun 2009 pe­ menang dari ON MIPA-PT ini telah dikirim ke ajang olimpiade matemati­ka tingkat internasional, yaitu Interna­tional Mathematics Competition for Uni­ver­sity Students (IMC) ke 16 di Hunga­ria dengan memperoleh medali perak atas nama Harun Imanuel (UNAIR) dan perunggu atas nama Albert Gunawa­n (UGM). Sedang untuk memenuhi un­dang­an pemerintah Iran juga telah di­ki­­rim ke ajang International Scientifi­c Olym­piad on Mathematics (ISOM) denga­n memperoleh 3 perunggu atas nama Ricky Aditya (UGM), Ahmad Agung Ahkam (IT Telkom), Muhammad Arzaki (ITB), dan International Scientific Olym­piad on Che­mis­try (ISOC) juga memperoleh 3 perun­ggu atas nama Raden Aditya, Tegar Nurwahyu Wijaya, dan Muhammad Zulkanaen yang seluruhnya berasa­l dari ITB. Tes ON MIPA-PT yang dilaksanakan dalam dua hari ini mengujikan materi Analisis Real, Kombinatorika, Analisis Kompleks & Struktur Aljabar, dan Alja­ bar Linier untuk bidang Matematika. Sedangkan untuk bidang Fisika diuji­ kan materi Mekanika Klasik, Elektrodinamika, Termodinamika, Fisika Modern dan Mekanika Kuantum. Bidang Kimia mengujikan materi Kimia Fisika, Kimi­a Anorganik, Kimia Organik dan Kimia Analitik. Dedy Herdito

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

33


berita musyawarah kerja nasional

MUSYKERNAS IKAHIMATIKA

foto-foto: dokumen humas fmipa

Ikatan Himpunan Mahasiswa Matema­ tika (Ikahimatika) seluruh Indonesi­a me­nyelenggarakan musyawarah kerj­a nasional di Puskopdit Pakem Sleman Yog­yakarta pada Kamis–Sabtu (1517/4) diikuti 110 peserta dari 41 perguruan tinggi di 16 provinsi. Ikahimatika merupakan satu-satunya or­ga­­nisasi mahasiswa matematika se-Indonesia yang dibentuk oleh himpun­an-himpun­a­n mahasiswa matematika PTN dan PTS yang ada di Indonesia. Musyawarah kerja nasional yang pada tahun ini diselenggar-

34

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0

akan oleh Himatika FMIPA UNY sebagai tuan rumah dibuka oleh Pembantu Rektor III UNY Prof. Dr. Herminarto Sofyan. Bertema ”Satukan tujuan sibakkan penghalang menuju Ikahimatika Indonesia yang berdaya dan berguna” ketua panitia Zulfikar Idi Adhani mengungkapkan musyawarah kerja nasional ini diselenggarakan untuk menentukan program kerja terutama selama dua tahun kedepan, karena musyawarah nasional dan konggres Ikahimatika belum sempat diadakan pada saat pertemuan

di Universitas Cendera­wasih Jayapura Papua tanggal 27 Januari hingga 3 Februari 2010 sehubungan dengan undangan dari Bupati Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang untuk melihat proses pendidikan di sana. Isu sentral yang dibahas pada musya­ warah kerja nasional kali ini adalah Community Development yang menurut Sekjen Ikahimatika periode 20072009 Eidi Rasmawardi terdiri dari tiga elemen yaitu meningkatkan peran mahasiswa dalam dunia pendidikan,


berita kewirausahaan dan peningkatan sumber daya manusia terutama softskill. Dalam du­nia pendidikan perlu dilihat kebutuhan pendidikan pada saat ini berdasar riset dari dunia mengajar, dimana pada saat anggota Ikahimatika mengunjungi Oksibil Papua beberapa waktu lalu dapat melihat sendiri sistim pendidikan disa­na yang berbeda dengan pulau Jawa, misalnya. Kend-

alanya ternyata ada pada pembinaan, demikian ungkap Eidi­. Sedangkan dari sisi kewirausahaan, com­munity devel­ opment (CD) mengemuka­kan gagasan untuk berkomunikasi dengan masyarakat melalui pelatihan yang berguna bagi banyak orang, seperti pelatihan perbengkelan misalnya. Hal ini dapat menggali potensi masyarakat yang jauh dari dari dunia pendidikan, walaupun

minim softskill namun belum tentu tak mampu melakukan sebuah usaha bengkel. Wacana CD ini dapat mengoptimalisasikan anggota baik dari sisi sains maupun jurusan pendidikan untuk dapat membuat bagaimana agar memunculkan ke­bersamaan karena nyaris di setiap pro­pinsi ada jurusan matematika dari PTN atau PTS. Dedy Herdito

DONGKRAK PERINGKAT WEBOMATRICS

FISE GELAR PELATIHAN JURNALISTIK ONLINE

foto-foto: dokumen humas fise

“Pelatihan Jurnalistik Online sangat bagus sekali untuk meningkatkan webometrics website UNY. Website UNY pernah menduduki peringkat teratas sesama LPTK Eks. IKIP, namun sekaran­g mengalami sedikit penurunan. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkannya lagi,” demikia­n disampaikan oleh Pembantu Dekan I FISE UNY, Suhadi Purwantara, M.Si., dalam sambutannya di depan 29 peserta pelatihan yang diadakan oleh tim KKHP dan Website FISE UNY di Laboratorium internet Jurusan Pendidikan Administrasi, Rabu(14/4) lalu. Kegiat­ an ini menghadirkan pembicara Prasetya Maulana, ST., webmaster UNY dan Be­nny Kusumawan, Redaktur SKH Ke­ daulatan Rakyat. Suhadi juga menambahkan, ”Muda­hmudahan dengan pelatihan ini perwakilan dari Jurusan/Prodi mampu memberikan andil yang besar dengan meng­isi atau meng-update karya-kary­a ilmiah baik dari dosen ataupunmahasiswa di Website FISE karena kategori penilaian tertinggi adalah karya-karya

ilmiah yang bisa didownload,” terang Suhadi. Suhadi juga berharap kedepannya website FISE UNY bisa diakses oleh semua sivitas akademika. Dalam materinya Prasetyo menje­las­ kan tentang keterangan field form dan bagaiman­a cara meng-upload maupun mengedi­t beri­t­a, event, pengumuman, gambar, cara melampirkan file/dokumen di websit­e FISE yang tergabung dalam website UNY. Sedangkan Benny menerangkan, untuk membuat sebuah berita tidaksemua fakta bisa menjadi berita. Kalangan pers mengakui bahwa fakta atau kejadian yang bisa diangkat menjadi berita harus bersifat penting atau menarik. Untuk itu diharapkan kepada para peserta bisa membedakan mana yang bisa diangkat menjadi berita yang menarik, harapannya tentu saja bisa sekaligus meningkatkan brand image FISE UNY. Sebelum pelatihan para peserta tela­h diminta mengumpulkan contoh beri­ta yang dibuat dan dimuat di website UNY. Selanjutnya oleh Benny berita tersebut dikoreksi dan disampaikan kembali ke

para peserta, dan disampaikan tentan­g kekurangan dan kelemahan dari beri­ ta yang dibuat, setelah itu dari berita yang sama diedit oleh Benny dan ditunjukkan kepada seluruh peserta. Hal ini dimaksudkan para peserta bisa mengetahui kesalahan tentang teknik penu­ lisannya. Setelah pelatihan ini, diharapkan me­ reka mampu membuat berita yang informatif dan lebih baik lagi. Pada sesi ini para peserta juga di latih oleh pema­ teri bagaimana cara membuat berita singkat dengan bahan berita yang sudah ditentukan. Harapannya, setelah pelatihan yang diikuti oleh anggota tim KKHP, Kabag dan Kasubag, perwakilan subag dan perwakilan dari BEM FISE UNY ini jik­a ada berita, informasi/pengumuman, kar­ya-karya ilmiah baik dari dosen ma­ u­­pun mahasiswa bisa segera di up-lo­a­ ­d di website, dan tentunya akan sema­ kin banyak yang mengakses website FISE khususnya dan website UNY pad­a umum­nya. sari

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

35


berita KUNJUNGAN SMAN 4 Madiun

masyarakat kurang mampu berpeluang bersar kuliah di uny Pada 14 April 2010 sekitar pukul 10.00 WIB, rombongan dari SMA N 4 Madiun tiba di Kampus Hijau FIP UNY. Rombong­ an yang diikuti kurang lebih 40 siswa ter­sebut langsung disambut di Ruang Sidang I FIP UNY oleh Pembantu Dekan III FIP, Bambang Saptono, M.Si. Dalam sambutan tersebut, selain berterimaka­ sih atas kunjungan yang dilakukan ke FIP, Bambang Saptono, juga tidak lupa menyampaikan sekilas profil Fakultas dan jurusan, serta prospek dari masin­gmasing jurusan. Setelah menyampaikan penjelasa­n Bambang langsung membuka sesi ta­ nya jawab dengan para siswa SMA N 4 Madiun mengenai seputar duni­a per­ kuliahan di FIP dan UNY secara umum. Beberapa siswa pun terlihat antusi­as untuk bertanya mengenai alur pendaf­ taran, biaya pendidikan, serta prospek jurusan di UNY. Tanpa ragu kemudia­n Bambang mencoba menjawab pertanya­ an-pertanyaan tersebut. Dimulai dari alur pendaftaran di UNY sampai de­ nga­n prospek lulusan dari UNY ke depannya. Selain itu, Bambang juga memberikan motivasi kepada para siswa bahwa di UNY ada pelbagai macam beasiswa pendidikan. “Jadi walaupun berasal dari keluarga yang kurang mampu, siswasiswa bisa kuliah di UNY.” Ia juga berharap agar para siswa tidak menyerah sebelum mereka mencoba, karena pelu­ ang untuk dapat memperoleh beasiswa sangat besar. Jika mereka dapat mem-

36

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0

foto: dokumen humas fip

pertahankan IPK mulai dari semester awal. Niscaya bukan tidak mungkin me­reka akan memperoleh beasiswa. Bahkan di UNY ini ada satu program Beasiswa khusus yang akan diberika­n bagi lulusan UNY dengan predikat cumlaude dengan IPK minimal 3,71 dan masa studi kurang dari 4 tahun. Beasis­wa tersebut, lanjut Bambang, adalah beasiswa belajar S2 & S3 ke luar neger­i yang dibiayai oleh UNY sepenuhnya. Dan setelah selesai menempuh pendi­ dikan S2 & S3, maka selanjutnya akan langsung dijadikan tenaga pengajar/

dosen di UNY. Karena mengingat waktu yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan sesi tanya jawab tersebut, rombongan diajak untuk berkeliling di sekitar kampus FIP. Dimulai dengan mengunjungi ruang perpustakaan FIP UNY. Dan dilanjutkan dengan mengunjungi Muse­ um Pendidikan Indonesia di depan ge­ dung FIP UNY. Setelah itu, rombong­an mohon pamit karena ingin melanjut­ ka­n dengan acara tamasya ke pantai Pa­rangtritis. Dedi Kurniawan


berita Pertemuan (PAKAR) FIP

Menjalin Silaturrahmi Antarkaryawan Tepat pada minggu (18/4); pukul 09.30 Wib, dilangsungkan Pertemuan Pagu­ yuban Karyawan (PAKAR) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNY di jalan Bantul, kampus UPP2 FIP UNY. Dalam sambut­ annya, Ketua Panitia, Supaya, S.Pd., men­jelaskan bahwa pertemuan PAKAR dimaksudkan agar seluruh karyawan FIP dapat lebih saling mengenal satu sama lain sehingga akan lebih mempere­ rat tali silaturahmi serta suasana kekeluargaan antarsesama karyawan. Menanggapi pertemuan tersebut, Pembantu Dekan I FIP, Prof. Dr. Anik Ghufron, M.Pd., dalam sambutannya mengatakan ucapan terimakasih kepada seluruh panitia pelaksanan atas usaha dan upaya mempersiapkan dan menyelenggarakan acara PAKAR gelombang I. “Saya berharap dengan adanya acara ini, para karyawan dapat meman-

faatkan waktu yang ada untuk saling bersilaturahmi, bertukar wawasan atau pendapat dan refreshing.” Selain mengundang seluruh karyawan dan pimpinan Fakultas, pertemuan PAKAR FIP ini juga mengundang para pegawai yang dimutasi dari FIP, parea purna tugas pegawai FIP, serta tamu kefoto: dokumen humas fip

hormatan , Muh. Farozin, M.Pd., sekaligus sebagai penggagas dan dewan Pem­bina kehormatan PAKAR. Sebagai Pembina Kehormatan, mantan Dekan FIP ini berpesan kepada para karyawan agar dalam bekerja di kampus FIP bisa lebih giat, lebih kompak dan lebih baik lagi. Setelah sambutan-sambutan, acara dilanjutkan dengan sesi arisan PAKAR. Arisan PAKAR digunakan sebagai upaya dalam memotivasi para karyawan agar bisa berkumpul dan meluangkan waktu untuk sejenak bersilaturahmi denga­n karyawan yang lainnya. Setelah pe­ng­ undian arisan, acara sesi tanya jawab para karyawan dimulai, tidak lupa dilakukan pembagian doorprize bagi putra-putri karyawan yang sengaja ikut hadir bersama orang tuanya. Dedi Kurniawan

KUNJUNGAN PAUD FKIP UNIVERSITAS BENGKULU

PENTINGNYA JALINAN KERJASAMA Selasa (13/4), FIP UNY mendapat tamu mahasiswa dan dosen PAUD FKIP Universitas Bengkulu. Mereka ini disam­but di ruang Abdullah Sigit FIP oleh Pembantu Dekan III FIP, Bambang Saptono, M.Si dan dosen serta perwakilan mahaasiswa PG PAUD FIP UNY. Dalam sambutannya, Bambang mengucapkan terima kasih atas wakt­u yang diluangkan rombongan untuk me­ngunjungi kampus FIP dan semog­a kunjungan ini bermanfaat dan menambah wawasan dan kerjasam­a antarkedua belah pihak. Da­ lam kesempatan tersebut, disampaikan sekilas profil program studi PAUD oleh perwakilan dosen PG PAUD FIP. Acara yang berlangsung santai ini juga mempersilahkan rombongan Program Studi PG PAUD FKIP Universitas Bengkulu untuk menyampaikan bebe­ rapa hal yang oleh mereka dianggap pen­ting, terutama mengenai proses

foto: dokumen ema r

aka­demik di kampus FKIP Bengkulu dan situasi sosial dan budaya yang turu­t mem­pengaruhi proses pendidikan di Beng­kulu. Dan pada akhir sesi kunjung­

an, rombongan meluangkan waktu seje­ nak untuk sekedar berkeliling seputar kampus FIP dan sekitarnya. Dedi Kurniawan

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

37


berita rapat koordinasi Kemitraan 6 PT

PENDIDIKAN KARAKTER DIBANGUN DENGAN KERJASAMA “Mulai tahun ini, mahasiswa yang lolos seleksi PBU (Penelusuran Bibit Unggul) saat daftar ulang harus didampingi oleh orang tua/wali masing-masing. Nanti, bersama dengan para ketua RT (Rukun Tetangga) di Karangmalang dan Mrican (daerah yang mengapit UNY, red.) akan dikumpulkan untuk mencip­ takan kondisi lingkungan yang edukatif, “ ungkap Dekan Fakultas Ilmu Sosi­ al dan Ekonomi UNY, Sardiman, AM., M.Pd., di hadapan 53 mahasiswa peser­ ta upacara yudisium periode Maret 2010 di ruang Ki Hajar Dewantara FISE UNY Rabu (31/3). Sardiman menguraikan, sehubunga­n dengan telah dideklarasikannya tahun 2010 sebagai Tahun Pendidikan Karak­ ter, maka FISE UNY akan melakukan gebrakan baru, yang diharapkan mampu melahirkan hasil nyata dalam pembentukan karakter warga FISE UNY. Salah satunya, FISE akan bekerjasama de­ngan berbagai unsur pamong desa (ketua RT) di lingkungan Karangmalang dan Mrican, yang notabene para mahasiswa FISE banyak yang kos di daerah tersebut. “Pendidikan karakter tidak akan berhasil jika hanya diajarkan ataupun di­ ber­lakukan di kampus atau di sekolah saja. Tetapi lingkungan adalah faktor terbesar dalam pembentukan karakter seseorang. Untuk itu dengan kerjasam­a yang solid dari berbagai lini diharapkan pendidikan karakter bangsa bisa terwujud sesuai dengan yang diharapkan,” tam­bah Sardiman. Dihubungi terpisah, Umi Lestari, S.Pd., peserta yudisium dari Prodi Pendi­ dikan Sosiologi yang juga merupakan lulusan cumlaude dengan IPK 3,68 sa­ ngat mendukung upaya fakultas ter­ se­­but. Secara kebetulan apa yang di­ sam­­­paikan oleh dekan tersebut juga berkaitan de­ngan penelitian skripsiny­a yang berjudul ”Peran Guru dalam Memo­ tivasi Siswa pada Mata pelajaran Sosiologi terhadap Pembentukan Moralita­s 38

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0

dokumen humas uny

Siswa”. Dengan pendekatan behavioris­ me Learning Concept (BLC) di SMA Piri 1 Yogyakarta, Umi menyimpulkan bahwa kesuksesan pendidikan karakter siswa tidak hanya bisa disampaikan di sekolah saja, tetapi faktor utamanya adalah keluarga dan lingkungan sekitarnya Untuk program pendidikan karak­ter ini, beberapa waktu lalu telah ditandas­ kan ulang dalam rapat pimpina­n Fakultas, diantaranya meliputi etika berperi­ laku dan etika berpakaian. Dekan FISE menjelaskan, etika berpakaian yang di­­mak­sudkan di sini adalah misalnya­, berpakaian selayaknya pendidik karena UNY merupakan lembaga pendidik­ an (yang prioritas utamanya) mencetak tenaga pendidik. Sebagai contoh, tida­k menggunakan celana jeans yang ketat dan mini, etika merokok, dan se­ bagainya.”Bagi yang merokok, mari­ la­h kita menempatkan diri untuk tidak merokok di lingkungan kampus sebelum kita (FISE, red.) membangun smo­ king area di wilayah FISE. Tidak boleh

merokok di lingkungan kampus,” tegas Sardiman. Selain itu untuk mendukung penilaian prestasi maha­siswa tidak hanya kecerdasan intelek­tual saja yang dinilai tapi juga harus dimulai dengan aspek afektif dan mora­litas, harapannya mahasiswa yang lulus dengan IPK di atas 3,71 mempu­nyai kecer­dasan intelektual emosi dan spiri­tual juga. Seperti visi UNY, cendekia, mandiri dan bernurani. Mudah-mudahan simbol IPK 3,5.., 3,6.., 3,5.. tidak hanya menggambarkan kemampuan intelektualitas saja tetapi juga kecerdas­an emosional dan spiritual,” harap Sardiman. Dalam kesempatan tersebut Sardiman juga menginformasikan bagi mahasiswa yang lulus dengan IPK di atas 3,71 berhak untuk mengikuti seleksi beasiswa jenjang S2 maupun S3 di Malaysia. Untuk periode tahun ini, UNY akan mengirim 1-3 mahasiswa lulusan terbaik. Sari


berita K ilas

liga mahasiswa

PERTANDINGAN LIGA FUTSAL DIII FISE UNY lpmdianns.com

Jurusan Bahasa Jawa Studi Banding ke Bali

dokumen humas fise

Cucuran keringat para pemain dan so­rak sorai penonton yang sesekal­i di­ ting­kahi celetukan lucu mewarna­i per­ tan­­ding­an futsal antara kela­s A D3 Akuntansi ‘09 melawan kelas D3 akun­ tan­si ‘07 di GOR UNY Kampus Wates, Senin (12/4). Pertandingan ini dimenang­ kan kelas A D3 Akuntansi ‘09 setelah melewati 2 x 15 menit waktu pertan­ dingan. Kegiatan Liga Futsal D3 FISE ini diikuti para mahasiswa dari Program Studi D3 Akuntansi, D3 Pemasaran, dan D3 Sekretari Kampus Wates UNY. Pertandingan futsal yang berlangsung sejak 22 Maret s.d. 14 April 2010 ini memperebutkan trophy dan piagam penghargaan dari HIMA D3 FISE. Dalam pelaksanaanya, pertandingan ini dibag­i menjadi dua group, yaitu group putra yang terdiri dari 8 tim dan group putr­i yang terdiri dari 7 tim, Setiap hari dilak­ sanakan 4 pertandingan yang diikuti oleh 8 tim. Menurut Ketua HIMA D3 FISE Sunar­ ko, kegiatan tersebut merupakan salah satu agenda kegiatan HIMA D3 FISE yang diselenggarakan untuk mewadah­i kegiatan mahasiswa dalam berolahraga, khususya cabang olahraga futsal yang saat ini sedang menjadi trend di ka­langan masyarakat, sekaligus untuk menjalin silaturahmi serta meningkat­ kan keakraban antarsesama mahasiswa D3 FISE. Rosyid

Jurusan Bahasa Jawa khususnya semeste­r VI mengikuti Studi Banding ke Bali. Program jurusan ini memang diadakan rutin tiap tahunnya. Seperti diungkapkan Cinda Pandu Permana, mahasiswa semester VI, “Kegiatan seperti ini rutin tiap tahun diada­ kan dan diwajibkan bagi mahasiswa yang sudah menduduki semester VI.” Tidak tanggung-tanggung mahasiswa angkatan 2007 terdiri atas 6 kelas ini memilih Bali sebagai tujuan studinya. Awalnya ada beberapa pilihan seper­ ti Lombok, Jakarta, Madura, Surabaya, dan Bali, namun, tambah Cinda, Bal­i menjadi pilihan paling tepat karena menurutnya Bali masih kental dengan tradisi adat budayanya. Ketua Panitia, Agus Suratmanta, mengungkapkan tujuan studi banding ini antara lain sebagai Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang nantinya akan belajar mengenai Bahasa Bali, dialek, tradisi bali dan yang paling penting studi pusta­ ka berupa naskah manuskrip yang asli tentang Piwulang, Serat Babad, Suluk dan Wirid. Program ini berlangsung pada 12 -17 April 2010. Setelah studi banding rombongan akan singgah di Kuta, Bedugul, Desa Adat, Tanah Lot, dan Garuda Wisnu Kencana. Arum

Pentingnya Menguasai Salah Satu Bahasa Internasional Masa globalisasi seperti ini, kita harus menguasai paling tidak satu bahasa internasional sebagai second communication. Bahasa yang mendukung dapat memperluas jaringan bisnis, komunikasi antar negara, dan jejaring lainnya. Demikian ungkap Kathryn Anne Rivai, Director of Seri Insan School Kinanbalu­, Malaysia dalam Seminar “Why do I Need to Learn English”, di Ruang Cine Club, Fakultas Bahasa dan Seni, UNY, Kamis (8/4). Selain menguasai Bahasa Inggris, akan lebih baik apabila mahasiswa memili­ ki keterampilan Berbahasa Indonesia yang baik. “Bahasa Indonesia pun pentin­g untuk didalami, sebab beberapa sekolah di luar negeri seperti di New Zeland memiliki mata pelajaran Bahasa Indonesia yang juga mempelajari budaya di Indonesia,” ungkapnya. Perkembangan Bahasa Inggris di Indonesia semakin ba­ik belakangan ini. “Namun terkadang mereka malu menunjukkan diri dapa­t berbahasa Inggris dengan mengatakan ‘bahasa Inggris saya buruk’, padahal tidak juga. Mereka perlu keberanian diri dan membuang jauh rasa malu mencoba interaktif dengan bahasa Inggris.” Seminar yang dimoderatori Pangesti Wiedarti, Ph.D ini diadakan oleh Himpunan Mahasiswa (Hima) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) dalam rangka Titik Awal open house jurusan PBSI. Peserta seminar didominasi mahasiswa PBSI dan Sastra Indonesia. “Kawan-kawan semester dua yang mengambil mata kuliah Bahasa Inggris yang diampu Pangesti Wiedarti dan Darmiyati Zuchdi memang wajib mengikuti seminar ini,” papar Muhammad Ibrahim, selaku Ketua Hima PBSI. Selain seminar, open house PBSI juga akan menyelenggarakan bedah film Merah Putih, diskusi Akademik, bazar buku, pemutaran film, dan pentas teate­r. Kesemua kegiatan ini mendapat sambutan dari mahasiswa PBSI maupun mahasiswa FBS lainnya. DHIAN P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

39


opini Jangan Putar Balikkan Lembaran Sejarah O l e h V.F. J e g au t Pro-kontra perlu tidaknya kata PKI dicantumkan dalam buku teks pelajaran SMP dan SMA dalam kurikulum tahun 2004, merupakan perso­ alan yang sangat sensitif dan krusial sekali. Oleh karena itu, semua pihak harus bisa melihat sejarah masa lalu negeri ini secara proporsional, jernih, dan objektif, tanpa mempolitisasi persoalan sejarah demi kepentingan politis oknum-oknum tertentu. Kita harus melihat sebuah fakta sejarah masa lalu bangsa ini dengan memosisikan peristi­ wa sejarah sesuai dengan keadaan riil saat itu, berdasarkan fakta yang sebenarnya. Tanp­a me­ ngabaikan bukti kejahatan yang implikasinya dirasakan oleh semua lapisan masyarakat pada waktu itu dari Sabang sampai Merauke. Kita tidak dapat memungkiri bahwa pembe­ rontakan 1948 di Madiun oleh Muso yang jelasjelas ketua PKI di Madiun. Juga D.N. Aidit dalam G-30-S di Jakarta jelas mengklaim sebagai kepala biro khususnya gerakan tersebut yang not­a bena sebagai ketua PKI di Indonesia. Yang dikha­ watirkan saat ini adalah pemahaman sejarah generasi muda akan mengalami kebingungan yang mengakibatkan mereka tidak akan mendapatkan pelajaran sejarah yang benar-benar sempurna, valid, dan baik. Untuk memosisikan sejarah masa lalu sesuai waktu itu, pemerintah sebagai penguasa di negeri ini perlu untuk menunjukkan ketegasannya terhadap pro-

Sebaiknya, Kejaksaan Agung proaktif melarang semua buku berbau penye­ baran paham Marxisme, Leninisme, dan Komunisme yang merongrong ideologi Pancasila dan merusak moral hidup generasi muda kita. 40

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0

kontranya kata PKI, yang menjadi perdebatan hangat oleh berbagai kalangan masyarakat, baik para sejarawan sendiri maupun guru sejarah di Republik ini. Sikap yang tegas dan proposional dari pemerintah hendaknya menjadi wasit yang benar serta adil dalam menjernihkan kembali semua kegalauan sejarah bangsa ini yang telah terjadi serta menjadi noda hitam da­lam perjalanan sejarah bangsa. Penulis secara pribadi mendukung sepenuh­ nya kebijakan yang telah diambil oleh Jaksa Agung RI untuk melarang pengadaan dan pere­ dar­an buku teks untuk SMP dan SMA dan yang sederajat. Alasannya, tidak dimuat keterlibata­n PKI di Madiun (1948) dan tidak menyebutkan keterlibatan PKI (1965) dalam G-30-S di Jakart­a (Kompas, 10/3/07). Sebaiknya, Kejaksaan Agung proaktif melarang semua buku berbau penyebaran paham Marxisme, Leninisme, dan Komu­ nisme yang merongrong ideologi Pancasila dan merusak moral hidup generasi muda kita. Berkaitan dengan itu Kejaksaan Agung dan Kepolisian RI sebaiknya tidak ragu-ragu me­nin­ dak tegas penulis, penerbit, dan percetak­an yang dengan sengaja menyebarluaskan komu­ nis­me gaya baru. Pemerintah mesti menunjuk­ kan sebagai pemimpin di negeri ini mempunyai kekuasaan penuh untuk mengatur semuanya sesuai dengan fungsi pemegang utama kebijak­ an publik. Semua masyarakat Indonesia jelas-jelas tahu bahwa pemberontakan tahun 1948 di Madiun dan G-30-S tahun 1965 di Jakarta adalah noda hitam dalam sejarah yang semuanya dipelopori ketua PKI saat itu. Apakah peristiwa kelabu di atas mau dihapuskan hanya karena adanya tendensi politik serta agenda tertentu dalam melihat masalah ini, tanpa kita memikirkan sedikit pun akibat peristiwa kelabu tersebut. Kita ja­ ngan mencoba memutarbalikkan fakta sejarah yang sungguh-sungguh terjadi. Hal itu berbahaya bagi kelangsungan hidup generasi muda saat ini. Kita harus sportif dan jentelmen untuk mengakui dan menerima apa yang telah terjadi dalam sejarah revolusi masa lalu bangsa ini,


opini

istimewa

yang terjadi pada 1948 dan 1965. Dengan memutarbalikkan fakta sejarah yang sebenarnya sudah terjadi pada waktu itu sungguh merupakan sikap yang tidak kesatria serta berjiwa besar dalam memahami segala peristiwa yang terjadi pada perjalanan sejarah nege­ ri ini. Semua stake holders di tanah air segera menghentikan perdebatan perlu-tidaknya kata PKI dicantumkan dalam buku teks Sejarah Nasional pada kurikulum 2004. Kita serahkan saja persoalan ini kepada Pe­ me­rintah yang memiliki kapasitas untuk melu­ ruskan persoalan sejarah sesuai fungsi dan peran kehadiran mereka di tengah masyarakat. Tan­pa mengabaikan realitas yang telah terjadi pada waktu itu hendaknya Pemerintah bisa tampil sebagai pembela kebenaran sejarah demi kejernihan sejarah itu sendiri. Kita percayai Departemen Pendidikan Nasio­ nal sebagai lembaga yang berkompeten di bidang pendidikan untuk melaksanakan tugasny­a secara baik dan benar, terutama dalam menentukan pokok-pokok materi dalam pelajaran Sejarah Bangsa Indonesia. Sejak pemerintah menganjurkan kepada setiap sekolah di tanah air un­tuk kembali menggunakan buku-buku teks sejarah SMP dan SMA (kurikulum 1994) semu­ anya ditanggapi secara positif oleh kalangan gu­ru sejarah di Yogyakarta (Kedaulatan Rak-

yat, 16/03/07). Bagaimanapun buku teks sejarah yang di­ buat berdasarkan Kurikulum 1994 lebih baik dan lengkap serta valid materi pelajarannya di­ban­ding dengan buku teks pelajaran sejara­h berdasarkan kurikulum 2004, yang di situ kat­a PKI tidak dipakai dalam buku teks sejarah tersebut. Apakah hal ini tidak dianggap sebagai hal positif oleh berbagai pihak yang selarna ini berkeberatan mencanturnkan kata PKI dalam penyusunan buku teks sejarah berdasarkan kurikulum 2004. Kiranya sikap positif beberapa guru sejarah dalam menanggapi imbauan Pemerintah tadi, untuk dijadikan bahan renungan yang mendalam bagi kita sernua untuk mengembalikan sejarah pada tempat dan realitas yang sebenar­ nya. Dengan demikian, anak didik di sekolah bisa mendapatkan pelajaran sejarah yang benar-benar asli, jernih, dan objektif dan tidak dipalsukan. Bagaimanapun, pelajaran sejarah yang objektif dan sempurna merupakan suatu hal yang mutlak harus mereka peroleh dari guru sejarah sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah di dunia pendidikan.

V.F. Jegaut sejarawan/pengamat masalah pemerintahan dan demokrasi

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

41


opini Selamatkan Bumi Kita! O l e h I k a F e ni S e t iya nin g rum Nyiur hijau di tepi pantai Siar-siur daunnya melambai Padi mengembang, kuning merayu Burung-burung bernyanyi gembira Tanah airku tumpah darahku Tanah yang subur kaya makmur Tanah airku tumpah darahku Tanah yang indah permai nyata Itulah salah satu syair lagu nasional yang kerap kali kita dengarkan. Syair tersebut menggambarkan bagaimana keelokan negeri kita tercinta dengan berbagai pemandangan kesu­ buran dan kemakmuran. Oleh karena itu, buka­n hal yang asing lagi bahwa negeri kita dijuluki zamrud khatulistiwa, yang berarti negara yang kaya akan keanekaragaman spesies tumbuhan dan hutan, yang subur, dikelilingi birunya laut wilayah Indonesia. Suatu hal yang amat memprihatinkan yang terjadi di era sekarang ini bahwa kita dikejut­ kan adanya pemandangan yang sungguh tragis­. Banyak pohon hutan ditebang tanpa izin dari Dinas Kehutanan atau pihak yang terkait de­ ngan masalah kehutanan (illegal logging). Hal semacam itulah yang mendukung terjadinya kerusakan hutan di berbagai wilayah di Indone­ sia. Data Walhi (dikutip dari World Resource Institute) menuliskan bahwa kerusakan hutan di Indonesia pada 1997 sebesar 72%. Sedangkan

Ketika hal itu menjadi fakta karena keadaan yang semakin parah dan dibiarkan terus berlanjut, maka satu pertanyaan yang terlintas di dalam benak kita, masih adakah udara untuk anak cucu kita nanti. 42

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0

laju kerusakan hutan pada periode 1985-1997 sebesar 1,6 juta hektar per tahun dan pada periode 1997-2000 sebesar 3,8 juta hektar per tahun. Mengutip dari data laju kerusakan hutan pada periode 1997-2000 sebesar 3,8 juta hektar per tahun, berarti kerusakan hutan yang terjadi per menit di Indonesia sebesar 7,2 hektar. Sungguh hal yang amat memprihatinkan yang seharusnya dapat membukakan mata ke­ sa­daran kita akan dampak yang terjadi aki­ba­t kerusakan hutan. Kejadian ini tentunya me­ nge­cewakan sebagian besar bangsa Indone­sia yang tidak terlibat dalam pelanggaran tersebut­. Bahkan, tidak hanya bangsa Indonesia yang merintih dan menangis sedih, bumi pertiwi pun menangis menyaksikan perlahan-lahan rusaknya alam ini. Perhatikan syair lagu berikut ini. Kulihat ibu pertiwi Sedang bersusah hati Air matanya berlinang Mas intanmu terkenang Hutan gunung sawah lautan Simpanan kekayaan Kini ibu sedang susah Merintih dan berdoa Adanya peristiwa yang memprihatinkan ter­ sebut ternyata tidak diimbangi dengan upaya nyata untuk memperbaikinya. Yang ternyata memperparah keadaan adalah kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk ikut aktif menjaga dan melestarikan keberadaan hutan di kawasan Indonesia. Bahkan, kejadian yang juga mengejutkan adalah lahirnya UU No. 19/2004 yang di dalamnya terjadi kesimpangsiuran dan ketidakpastian hukum mengenai peraturan perlindungan hutan yang terkait dengan masalah pertambangan. Kerusakan hutan di Indonesia tentu mempunyai dampak yang hebat. Bahkan, dampak itu tidak hanya dirasakan oleh bangsa Indonesia saja. Lebih dari itu, bangsa-bangsa di belahan dunia lain pun turut merasakannya. Kerusakan hutan tersebut mengakibatkan semakin meningkatnya gas CO2 dan berkurangnya udara bersih yang dihirup oleh makhluk hidup. Hal ini didukung dengan banyaknya penggunaan


kalam/pewara

opini

istimewa

bahan bakar fosil yang justru menambah efek dari berkurangnya gas CO2 tersebut. Kejadian yang berturut-turut terjadi setelah adanya peningkatan emisi gas karbon adalah terjadinya perubahan iklim. Keseluruhan peristiwa inilah yang kita sebut dengan global warming. Adanya global warming mengakibatkan temperatur global naik 0,6º C dan permukaan air laut naik setinggi 20 cm. Apabila peristiwa itu dibiarkan terus berlanjut, maka pada 2010 temperatur diperkirakan akan naik antara 1,4º C hingga 5,8º C dan permukaan laut dapat bertambah hingga 80 cm. Ketika hal itu menjadi fakta karena keadaan yang semakin parah dan dibiarkan terus berlanjut, maka satu pertanyaan yang terlintas di dalam benak kita, masih adakah udara untuk anak cucu kita nanti. Padahal, pada masa sekarang suhu telah mengalami kenaikan sebesar 0,6º C. Lalu, bagaimana kondisi udara di masa mendatang? Sungguh suatu pertanyaan yang menjadi

pekerjaan rumah (PR) dalam hidup kita yang memerlukan jawaban yang menjadi solusi langkah pasti. Tanpa ada tindak lanjut dari semua­ nya itu, maka hal buruk yang kita pikirkan tentu akan terjadi di masa mendatang. Untuk mengatasi semua itu, tindakan preven­ tif tentulah salah satu solusi terbaik yang dapa­t diambil. Salah satu tindakan preventif yang dapat kita lakukan adalah menumbuhkan kemba­ li kesadaran masyarakat untuk merealisasikan hal-hal yang dapat dilakukan dalam rangka menanggulangi dampak dari adanya global war­ ming tersebut. Dan, hal yang terlebih penting sebelum melakukan langkah itu adalah kita me­ nga­walinya, dimulai dari diri kita sendiri, di­ mu­lai sejak sekarang, dan dimulai dari hal-hal yang kecil. Marilah kita selamatkan bumi dari kerusakan demi masa depan anak cucu kita!

Ika Feni Setiyaningrum mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

43


resensi media

Mari Meng-uang-kan Artikel O l e h jau h a ro t u l fa rida TAHUKAH Anda berapa jumlah royalti­ yang diterima Mohammad Fauzil Ad­him, penulis buku best sel­ ler Kupinang Engkau dengan Hamda­ lah, per tiga bulan? Jawabnya, sejumlah Rp 15 juta! Ha­rap diingat, royalti itu baru dari satu bukunya, Kupinang Engkau dengan Ham­ dalah, yang sudah naik cetak lebih dari lima kali. Belum lagi kisah sukses Habi­burrahman El-Shirazy, Andrea Hirata, dan J.K. Rowling. Mereka, para penulis sukses itu, sejatinya sama seperti kita: manusia biasa. Hanya saja, mereka telah mendayagunakan otak kreatifnya melalui menulis (buku). Terbukti, tulisan-tulisan mereka hingga kin­i laris bak kacang goreng. Alhasil, mereka pun kini tengah menangguk laba dan penghargaan. Itulah buah manis yang mereka peroleh dari aktivitas yang bernama kepenulisan. Terma­suk di dalamnya, kepenulisan artikel di media massa. Buku Menguangkan Ide ini, sepertiny­a, saya kira, menawarkan gagasan ke arah sana. Ia memberikan semacam inspirasi bagi kita, agar kita mau melirik potensi di balik menulis, khususnya artikel di media massa. Buku ini terdiri atas lima bab, di antaranya, Pengantar (hlm. 3), Berkenalan dengan Artikel (hlm. 24), Cara dan Syarat Mengirimkan Artikel (hlm. 44), Cara Pintar Menulis Artikel (hlm. 52), serta Peluang dan Hambatan Menulis Artikel (hlm. 93). Ada dua hal yang bisa dianggap seba­ gai unsur kelebihan buku ini ketimbang buku-buku sejenisnya. Pertama­, bu­ku ­ ini dikemas dengan gaya popule­r, des­­ krip­­tif, dan sarat contoh nyata. Hal itu wajar, mengingat penulisny­a telah berkecimpung lama di dunia kepenu­ lisan, seperti menjadi anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Yogyakarta, sert­a malang-melintang di media massa lokal 44

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0

Menguangkan Ide, Kaya dari Menulis Artikel Sudaryanto • Pertama, Maret 2010 • Leutika, Yogyakarta • xiii + 154 halaman

maupun nasional, dan lomba-lomba kepenulisan. Kedua, buku ini sarat dengan ungka­ pan/kata-kata bijak yang inspiratif, ter­utama dari penulis sukses, seperti Mohammad Fauzil Adhim. Ada kemungkinan, penulis buku ini sangat mengagumi penulis buku Kupinang Engkau dengan Hamdalah itu. Bagi kita, ungkapan/kata-kata bijak itu dapat menjadi alat penyemangat untuk tetap eksis menulis. Sekalipun, misalnya, artikel yang kita kirimkan ke media massa dito­ lak terus-menerus. Ketiga, buku ini ditulis mirip buku pan­ duan menulis (how to writing), se­hing­ga kesan bahwa menulis itu sulit­, di­run­ tuhkannya. Dalam beberapa bagian­, pe-

nulis buku ini menyajikan kiat-kiat dalam menulis artikel yang pas, mu­ dah diikuti, serta praktis. Akhir da­ri setiap bagian buku ini, selalu men­ do­rong para pembaca untuk sese­ gera mungkin berprakti­k menulis­. Di sini, penulis ingin membuktikan bah­wa menulis (artikel) itu mudah, gampang. Namun, buku Menguangkan Ide ini, rasanya tak jauh dari kesempur­ naan sebuah karya (buku). Di bebe­ ra­pa helai halamannya, dinila­i se­pi dari ilustrasi/gambar yang men­du­­ kun­g isi dari bagian/bab ter­ten­tu­­. Mes­tinya, penuli­s bu­ku ini da­pat me­­ngikuti penulis suk­se­s Herno­ wo­ dalam mengemas bu­ku-buku­ nya­, terutama genre-se­ri­a­l ke­pe­nu­ lis­an, seperti Quantum Wri­tin­­g dan Mengikat Makna yang best selle­r. Terlepas dari itu, selebihnya, kita patut memberikan dua acungan jempol bagi penulis buku ini. Paling tidak, seorang dosennya, yang juga guru besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Prof. Dr. Haryadi, telah membe­ rikan hal itu. “Pengalaman Sudaryanto sebagai penulis artikel dan petunjuk prak­ tis yang disajikan akan memotivasi kha­ layak pembaca untuk berlatih menjadi (calon) penulis,” begitu tulisnya. Pungkasnya, buku ini dengan sis­i le­ bih dan kurangnya, dapat mengantarkan kita pada kesadaran bahwa menulis pun bisa dijadikan sebagai topangan hidup. Baik topangan prestasi maupun ekonomi Anda. Jadi, bila Anda saat ini masih ragu-ragu atau bimbang tentang: apakah betul jadi penulis di Indonesia bisa hidup sejahtera, maka, saya katakan, buku Sudaryanto ini, ialah jawaban konkritnya! Selamat membaca!

Jauharotul Farida, S.Pd.Si. Guru SDIT Alam Nurul Islam


bina rohani Keistimewaan Muhammad O l e h budi widayat i Di lingkungan Keraton Ngayogyakart­a Hadiningrat peringatan Maulid Nab­i di­ pe­ringati dengan mengadakan pera­ya­ an pasar malam, yang terkenal de­ngan perayaan “sekaten”. Sekaten bera­sal da­ ri kata shahadatain, atau dua kalimat sha­hadat. Orang yang mengunjungi perayaan sekaten selain membaca dua kalimat shahadat juga mendengarkan ceramah agama yang diselenggarakan oleh panitia. Selain itu, juga dipentas­ ka­n gamelan sekaten, serta kesenia­n la­ innya. Sampai saat ini perayaan sekaten dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad masih dilestarikan dengan peningkatan kualitasnya. Pertanyaannya, mengapa nabi-nab­i lain tidak diperingati secara besar-besar­ an seperti Muhammad. Ternyata oleh Allah Muhammad dijadikan nabi penu­ tup yang memiliki banyak kelebihan dibanding nabi-nabi sebelumnya. Rasulullah mempunyai keistimewa­ an-keistimewaan yang tidak dimiliki pa­ ra Nabi lain. “Aku dilebihkan dari nabi-nab­i de­ nga­n enam hal: aku dikaruniai kemam­ pu­an menggunakan Jamawi-‘ul kalim (kalimat ringkas tuntas), ditolong de­ ngan digetarkannya hati musuh, dihalalkan ghanimah (harta rampasan pe­ rang) bagiku, dijadikan tanah bagiku se­ba­gai tanah sesuci dan tempat sujud, ditugaskan sebagai Rasul bagi semua makhluk, dan dijadikan sebagai penutup para nabi” (H.R. Muslim). Hadis itu menjelaskan dengan sebe­ narnya bahwa Rasulllah saw dilebih­kan atas segenap para nabi dengan enam hal. (1) Rasulullah dianugerahi jawaami‘ul kalim, yakni kalimat singkat tuntas yang mencakup sekian banyak pengertian. Karena itu, beliau dapat menghim­ pun unsur-unsur agama ke dalam per­ nyataan kalimat pendek seperti ‘agama itu nasehat’. Pengikut Muhammad ber­ kewajiban melakukan hal-hal yang ba­

istimewa

ik, yang berguna, bagi dirinya dan bagi masyarakat. (2) Senjata Rasulullah yang paling ampuh dalam meraih kemenangan di me­dan laga ialah digentarkannya hat­i musuh oleh Allah walau mereka sejarak perjalanan sebulan, sebagaimana terjadi dalam perang tabuk penaklukan Makkah dan lain-lain. Jika manusia sudah digentarkan hatinya untuk mengurungkan niatnya dalam berbuat kejahatan, itu sangat efisien-efektif untuk menyelesaikan masalah. (3) Harta Ghanimah dihalalkan bagi Rasulullah dan umatnya sebagai keringanan dari Allah untuk mereka, sebab Islam itu mudah. Sementara, kepada pa­ra Nabi terdahulu diharuskan membakar harta itu dan tidak boleh memanfaatkan sedikit pun. Allah berfirman: “Oleh sebab itu, makanlah sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu sebagai makanan yang halal lag­i baik. Dan, bertaqwalah kepada Allah, sungguh Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Al Anfal: 69). Sekalipun hanya penghalalan hart­a rampasan perang, namun bagi Muham­ mad merupakan se­suatu yang sangat berharga karena dapat untuk memban-

tu biaya perang pada saat itu. (4) Diperbolehkannya ber-tayamum dengan debu di kala tidak ada air atau terhalang menggunakannya. Demikia­n pula diizinkan melakukan shalat bila telah tiba waktunya di mana saja, masjid atau bukan. Muhammad diperbolehkan shalat di mana saja, selain di masjid. Dengan alas dedaunan atau apa saja. Muhammad dan pengikutnya dihalalkan menjalankan shalat dengan peralatan apa adanya. (5) Risalah (tugas kerasulan) Muhammad adalah risalah yang bersifat umum lagi abadi. Beliau diutus kepada bangsa Arab dan bangsa-bangsa lainnya di dunia ini di segala waktu dan tempat sampai hari kiamat. Allah berfirman: “Dan, Kami tidak mengutusmu mela­ in­kan kepada segenap umat manusia, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Tetapi, kebanyak­ an manusia tidak mengetahui”. (Saba’: 28). Firman Allah yang lain: “Dan, kami tidak mengutusmu mela­ in­kan untuk menjadi rahmat bagi semes­ ta alam”. (Al Anbiya: 107). (6) Nabi Muhammad itu sebagai penutup para Nabi dan itu merupakan keistimewaan yang diberikan Allah kepada beliau. Sesuatu itu tidak diakhiri kalau tidak dengan yang lebih baik, le­ bi­h sempurna, dan lebih menarik. Seba­ ik-baik Rasul di antara para Rasul, yang menjadi pemimpin mereka adalah Nabi Muhammad. Muhammad ditetapkan Allah sebagai penutup para Nabi. Allah berfirman: ”Muhammad itu bukan bapak dari seorang lelaki di antaramu, tetapi dia adalah Rasulullah saw dan penutup pa­ ra Nabi. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (Al Ahzab: 40).

Budi Widayati Staf Umper FBS UNY

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

45


cerpen

Selesai O l e h novi ta purn a nin g si h SOFIE membanting ponsel miliknya ke atas meja, lalu ia mene­ lungkupkan wajahnya di balik bantal. Sayup-sayup ia teri­ sak pelan. Amsterdam? Abi akan pergi ke salah satu bagian dari Nege­ ri Kincir Angin itu? Dua tahun? Jakarta pun serasa sudah teramat jauh untuk sebuah hubungan datar seperti yang mereka jalani. Lalu, sekarang dengan entengnya Abi bilang dia akan melanjutkan studi S-2 di negeri orang? Sofie kembali terisak. Semakin kencang. *** Mata Sofie menatap tajam ke arah layar datar di hadapan­ nya. Sejak setengah jam yang lalu, hanya satu baris kalima­t ada di sana. Padahal, bab terakhir skripsinya sudah harus sam­pai di tangan dosen pembimbingnya awal minggu depa­n ini. Ia mengalihkan pandangannya ke ponsel mungil di me­ j­­a kecil samping tempat tidurnya. Benda itu diam saja, tak mengeluarkan bunyi apa pun sejak menjelang sore tadi­. Gadis berambut ikal itu menghela nafas, lalu menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidurnya. Suara lembut musik instrumental soundtrack salah satu film Korea kegemarannya masih mengalun pelan dari sepasang subwoofer yang ia sambungkan ke netbook miliknya. “Mbak, mau beli makan gaaaak? Apa mau nitiiip?” teria­k Ochi, salah satu teman kos dia, tiba-tiba membuyarkan lamun­ an Sofie. “Gak deh Chi, ntar pengen keluar sendiri aja,” kata Sofie sambil melongok ke luar kamar. Sudah hampir pukul 19.00, batin Sofie. Pantas, anak-anak kos sudah mulai ribut makan malam. Ia kembali termenung sambil tetap berbaring. Seharian tadi ia samasekali tak beranjak keluar dari kos. Ia tidak ke kampus pula. Masa-masa kuliah sudah terlewati, tinggal menyelesaikan bab terakhir skripsinya, lalu menunggu kapan dosen pembimbingnya memberi izin bagi Sofie untuk berjuang di meja hijau persidangan bagi skripsi yang ia susun. Ia malas masuk kampus juga karena ada portal yang mewajibkan pengendara kendaraan bermotor untuk mengantre karcis layaknya gerbang tol. Bikin malas. Sofie kembali mera­ ih ponselnya. Memencet-mencet keypad, membuka-buka kotak pesan yang sedari tadi tidak bertambah dengan pesan ba­ ru. Kembali ia membantingnya ke bawah bantal. *** Abi. Sofie memanggilnya Abi. Muhammad Farabi. Pria itu sedemikian rumitnya bagi Sofie. Serumit awal pertemuan mereka. Serumit alur yang terjalin di antara keduanya. Sofie bertemu dengan pria penyuka klub sepakbola Borus46

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0

sia Dortmund itu tanpa sengaja di loket perpustakaan pusa­t di kampus mereka. Abi yang memegang buku-buku Sigmund Freud berdesakan dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya. Tanpa sengaja ia menjatuhkan buku-buku Ekonomi Makro, Ekonomi Mikro, dan Ekonometri yang dibawa Sofie. Ya, dan la­ yaknya adegan klasik di sinetron-sinetron picisan, Abi meminta maaf sambil memunguti satu per satu buku-buku Sofie yang ia jatuhkan. Abi lulus terlebih dahulu daripada Sofie. Alasan pertama, karena memang dia tiga tahun di atas Sofie. Alasan kedua, tak sampai empat tahun ia meraih gelar sarjana, memakai selempang bertulis “cumlaude” pula ketika ia diwisuda. Bukan hal mudah untuk bisa memiliki waktu bersama lakilaki itu. Kalau boleh meminta pada Tuhan, mungkin Abi akan meminta Tuhan memperpanjang waktu menjadi lebih dari 24 jam sehari semalam. Sepertinya waktu 24 jam tak cukup bagi dia untuk menyelesaikan berjuta kesibukan yang ia mili­ ki. Tak hanya kuliah, ia selalu sibuk mengurus tetek-bengek urusan di luar kegiatan akademiknya. Jangankan menonton film terbaru di bioskop, sekedar makan malam atau bahkan makan siang pun Sofie sudah sangat bersyukur. Paling tidak, laki-laki itu masih ingat padanya. Lalu, Jakar­ ta merampasnya. Membawanya pergi jauh dari Sofie. Lalu sekarang, Amsterdam?? *** 30 November 2008. Sudut salah satu kedai kopi di Kemang­. Pukul 10.30 WIB. “Aku pergi hanya dua tahun, Fie,” suara Abi memecah kebekuan. Laki-laki 27 tahun itu sudah berulangkali mengatakan hal itu. Lebih dari tiga kali bahkan. Sofie masih terdiam, memandang lurus ke depan. Melewati mata laki-laki itu. Tak mampu rasanya ia memandang mata orang yang kini sedang berada di depannya. Sekali saja ia memandang mata itu, ia tak akan mampu merelakan dia pergi. Tangan kirinya menumpu di meja dan tangan kanan­nya sibuk mengaduk-aduk hot chocochinno yang tinggal seper­ tiga cangkir. “Terima kasih sudah membuat ulang tahunku kali ini sempurna,” kata Sofie ketika mobil milik kantor Abi sampai di depan gerbang rumah sepupu Sofie. Semua sudah selesai. Sagan, November 2009

Novita Purnaningsih, S.S. mantan pegiat studi linguistik di Jurusan Sastra Indonesia FIB UGM.


cerpen

istimewa

Novita Purnaningsih, S.S. mantan pegiat studi linguistik di Jurusan Sastra Indonesia FIB UGM.

P e wa r a D i n a m i ka a p ri l 2010

47


puisi•geguritan•tembang Sajak Elis Tuty Nugroho

Melodi Rindu rembulan .... jangan redupkan cahayamu sebelum gelap malam terlewati bangkitkan asa yang hampir sirna bersama alunan melodi rindu yang mendesah terbuai sang bayu di pucuk-pucuk cemara di kampus biru ...

kalam/pewara

elis tuty nugroho pegiat sastra

pojok ge litik

21 April

a

ar ew

/p

l

ka

48

am

P ewa ra Din a mik a a p r i l 2 0 1 0

Umarmadi: Yo, ini bulan apa? Umarmoyo: April dong. Tuh lihat kalender. Umarmadi: Tanggal 21 April itu hari apa? Umarmoyo: Pertanyaan payah! Jelas hari Rabu. Umarmadi: Wow? Umarmoyo: Eh, kurang lengkap ya? Oke, persisnya hari Rabu Wage. Umarmadi: Walah! Umarmoyo: Maksudmu apa? Umarmadi: Apa yang terjadi pada tanggal 21 April? Umarmoyo: Ya macam-macam ta ya. Ada ... Umarmadi: Bukan itu maksudku.

Umarmoyo: Lalu? Umarmadi: Menurut sejarah, 21 April itu diperingati sebagai hari apa? Umarmoyo: Hari ... apa ya? Umarmadi: Tobat! Hari Kartini! Umarmoyo: Wah ... ya maaf kalau aku sudah lupa. Umarmadi: Kenapa cepat lupa sih? Umarmoyo: Habis dulu pelajaran sejarahnya tidak menarik. Umarmadi: Maksudmu? Umarmoyo: Mosok, pelajaran sejarah kok isinya ngapalke melulu. Umarmadi: ...............................? ema r '10


le

nsa

Melatih Diri Melalui TOT Walaupun telah berlalu, Jumat-Minggu, (6-8/11/2009), kegiatan Training of Trainer (TOT) masih pantas kita acungkan jempol. Melalui kegiatan yang diselenggarakan pihak kemahasiswaan UNY ini aktivis organisasi kemahasiswaan (ormawa) UNY mendapat bekal yang begitu berharga. Tidak hanya bisa menjadi seorang trainer handal, tetapi mereka juga bisa menjadi pemimpin cerdas, yang mempunyai jiwa entrepreneurship. teks: Sismono La Ode • Fotografer: Ahmad natsir ep.


Perjuangan akan Kami Teruskan!

Selamat Hari Kartini

universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.