Pewara Dinamika Desember 2011

Page 1

Volume 12 • nomor 48 desember 2011

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

MENGENAL LEBIH DEKAT PEmImpIN FAKULTAS Mari mengenal sosok dan misi pimpinan fakultas di lingkungan UNY.


Kita Masih Setia-Kawan, Bukan? Hancurnya nilai-nilai kesetiakawan sosial bangsa ini sebagaimana dipertontonkan di pelbagai media membuat hati kita menjadi miris. Bagaimana tidak, di tengah usaha mengembalikan nilai-nilai kesetiakawan sosial, sebagai salah satu kekayaan bangsa ini, kita terus menelan pil pahit akibat semakin kuatnya sifat vandalisme pada sebagian anak bangsa. Sifat saling mencaci-maki yang berujung pada saling membunuh, kini seolah-olah menjadi hal yang biasa, padahal: TIDAK! Melalui Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional pada 20 Desember 2011 ini, kita wajib mengembalikan salah satu kekayaan bangsa ini: sifat saling setia-kawan yang berujung pada saling cinta. Ini penting! Karena, dengan kembali kepada nilainilai setia-kawan tersebut, maka apa yang ingin dicapai bangsa ini akan lebih mudah untuk dicapai. Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh. Bukan begitu? teks : Sismono La Ode • Foto: 1.bp.blogspot.com


pena redaksi

P e wa r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Prof. Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Wakil Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Wakil Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Wakil Rektor III) PENASEHAT Hj. Sujariyah, M.Pd. (Kepala Biro UPK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AKI) PEMIMPIN UMUM Lena Satlita, M.Si. PEMIMPIN PERUSAHAAN Prawoto, SE. PEMIMPIN REDAKSI Dr. Nurhadi, M.Hum. SEKRETARIS REDAKSI Dian Dwi Anisa REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Lina Nur Hidayati, M.M. Rizka, SH. Drs. Wedho Chrisn arto Tusti Handayani, A.Md. Witono Nugroho, S.I.P. Dhian Hapsari.SS. Ariska Prasetyanawati Rhea Yustitie Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Heri Purwanto, SIP. REPORTER Ratna Ekawati, M.A. (FIK) Nur Lailly Tri W., A.Md. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Virga Renitasari, S.S. (FBS) Noor Fitrihana, M.Eng. (FT) Norma Chussnah, S., S.Pd. (FIP) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Pramushinta Putri Dewanti, S.S. (PPs) SIRKULASI Kusno, S.Pd. Suwanto Sumedi Sudarman Sri Widodo Maryono ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

Tahun 2011 sudah usai. Pelbagai kisah­ suka, duka, haru, dan bahagia msih te­ rus mewarnai perjalanan kami, kru re­ daksi selama setahun. Kami akui, untuk tahun 2011 kami belum mampu mencapai target: terbit sesuai masa deadline, akan tetapi target terbit selama 12 edisi, Alhamdulillah tercapai. Untuk mencapai prestasi ini kami harus bekerja semaksimal, bahkan kerja di kala malam merupakan rutinitas yang selalu lekat dalam kru redaksi. Meski demikian, kami tetap bersyukur karena situasi tersebut mampu mendekatkan kebersamaan kru redaksi yang selama ini memang sudah dekat. Sebagaimana kami katakan pada edisi-edisi sebelumnya bahwa mengelola­ majalah bukan hal perkara yang mu­dah,­ meski juga bukan sesuatu yang sa­ngat sulit. Ya, lebih tepat dikatakan:­gam­ pang-gampang susah! Terkadang­apa yang kita bayangkan saat rapat­redaksi­ tidak selalu berbanding lurus­dengan apa yang terjadi di lapangan.­Kom­­pleks­ nya permasalahan di lapangan­ini memang membuat kami harus pandaipan­dai mengatur strategi: bagaimana menyiasati dan menemukan titik temu antara dunia ide dan dunia realis. Alhamudulillah berkat komitmen yang tinggi, akhirnya kami mampu melewati masalah tersebut, bahkan kami me­ ne­mukan titik temunya, meskipun ha­ silnya tidak selalu sempurna. Kami patut bersyukur karena penerbitan majalah yang kita cintai, Pewara Dinamika terus mendapat apresiasi dan dukungan dari seluruh sivitas akademi­ ka UNY. Jika kami telat menerbitkan Pe­ wara, mereka langsung mencarikan so-

lusinya, begitu pula jika kami sanggup menerbitkan majalah sebagai­ mana yang ditargetkan, mereka selalu­te­tap mem­­be­­ri­­kan dorongan bahkan me­re­ka tak tanggung-tanggung untuk­memuji keberhasilan kami. Oleh karena itu, me­la­­lui media ini pula, kami­meng­ ucap­kan, “Terima kasih atas ke­per­ca­ ya­annya!”­ Pada edisi akhir 2011 ini, laporan utama Pewara Dinamika mengangkat­ tentang profil dekan-dekan di lingkungan­ UNY. Pada 30 September 2011 yang lalu, mereka dilantik secara serentak oleh Rektor UNY sebagai Dekan periode­20112015. Dari 7 fakultas yang ada di UNY, ter­dapat enam dekan baru dan satu­de­ kan­yang kembali terpilih, yakni­Dekan FBS. Oleh karena itu, melalui edisi ini, pro­fil mereka kami tuliskan. Semua itu di­da­sar­kan agar sivitas akademika lebih­ mengenal sosok dan visi-misi ketujuh de­kan tersebut. Demikian halnya untuk ru­brik-rubrik yang lainnya. Kami­tetap memuat tulisan-tulisan yang menarik, inspiratif, dan faktual. Akhirnya segenap kru Pewara mengu­ capkan terima kasih atas semangat­dan motivasi yang diberikan pembaca sela­ ma ini. Kami juga haturkan maaf atas segala kesalahan yang kami lakukan, di­ se­ngaja ataupun tidak disengaja. Semoga apa yang kami sajikan selama ini mem­beri manfaat bagi pembaca dan kam­pus tercinta kita ini. Semarak kembang api memulai sebuah kisah. Sujud syukur mari kita kumandangkan. Semoga tahun 2012 menjadi lebih baik lagi, tak terkecuali bagi ka­mi tim Pewara Dinamika. Selamat ber­ karya di tahun 2012! 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Media (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul media (khu­sus Re­sen­si Media). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

1


daftar isi Volume 12 • Nomor 48 desember 2011

l a po ra n U ta m a

Mengenal Lebih Dekat Pemimpin Fakultas TIM pewara dinamika

Mari mengenal sosok dan misi pimpinan fakultas di lingkungan UNY. halaman 6

28

36 opini

berita

Techno Festival Mahasiswa FT UNY 2011 kan Techno Festival di halaman Fa­ kultas Teknik pada Sabtu dan Ming­­ gu, 26 dan 27 November 2011. Tu­ju­an dari acara ini adalah untuk mem­per­ kenalkan kreativitas.....

dokumen humas uny

Seluruh organisasi mahasiswa (or­ ma­wa) Fakultas Teknik Universi­tas Negeri Yogyakarta menyelengga­ra­

Berita Lainnya • 60 Judul Penelitian Diseminarkan di Fakultas Teknik • Proses Pembudayaan Pendidikan • Pekan Ham 2011 Mahasiswa PKnH • Real Madrid Foundation Audiensi Rektor UNY

Pendidikan Cepat Saji Ala Indonesia Pernahkah kita bertanya, untuk apa sebenarnya kita menjalani pendidik­ an di sekolah? Saya kira sebagian besar orang akan menjawab... 41 bina rohani 5 bunga rampai 42 cerpen 4 dari pembaca 1 dari redaksi 3 Jendela 26 Kabar dari luar 44 pojok gelitik 44 puisi•geguritan•tembang 40 resensi media perancang sampul: kalam jauhari

2

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1


jendela REKENING PNS GENDUT Awal Desember ini, pemberitaan media diramaikan dengan sejumlah dugaan rekening PNS gendut. Ini bukan tentang rekening bank para PNS yang berbadan gendut. Melainkan tentang sejumlah PNS yang disinyalir memiliki rekening berjumlah besar, berjumlah milyaran rupiah. PPA­TK menemukan sejumlah aliran dana yang men­cu­ri­gakan pada sejumlah PNS bergolongan rendah dan masih muda. Beberapa bulan sebelumnya, pemberitaan se­rupa juga gencar diberitakan oleh media. Ha­ nya pelakunya diduga dilakukan oleh sejumlah petinggi Polri. Hingga kini tidak ada pengusutan dan penyelidikan lebih lanjut. Kasusnya seolah menguap. Dugaan rekening PNS gendut pun sepertinya bakal menguap, tergerus oleh se­jumlah berita heboh lainnya. PNS dengan skala gaji yang telah terukur, sebetulnya kekayaannya juga terukur. Bagaimana mungkin PNS muda yang bergaji (plus berbagai penghasilan tambahan lainnya) yang berkisar 5 juta rupaih memiliki rekening milyaran, memiliki properti mewah, dan membagi-bagikan uang ke sejumlah rekening keluarganya? Dengan­sangat mudah, orang bisa menengarai kalau orang seperti Gayus Tambunan memiliki hal-hal tersebut karena korupsi. Permasalahannya, tak mudah untuk membuktikannya. Bukan karena orang-orang seperti Gayus Tambunan, PNS muda itu, lihai dalam menyembunyikan hasil korupsinya tetapi se­ ringkali kasusnya saling “menyandera”. Saya tidak yakin orang korupsi dilakukan seorang diri. Itu bukan korupsi tetapi mencuri. Korupsi tampaknya dilakukan secara sistematis dan dilakukan secara ramai-ramai sehingga kalau ada yang tertangkap, cukup satu orang yang dikorbankan dan melindungi lainnya. Lemahnya penegakan hukum dan ringannya­ hukuman tindak pidana korupsi, kerapkali dijadikan dasar asumsi mengapa korupsi masih terus berlangsung. Ada seloroh yang mengatakan orang mau-mau saja korupsi­karena jika tertangkap dan telah menjalani hukuman sekitar satu tahun, setelah itu masih bi­sa menikmati hasil korupsinya. Bandingkan dengan PNS yang baik-baik itu harus menutup­hutangnya dengan gajinya yang tak seberapa itu. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan de­ngan­ hidup sebagai mantan koruptor. Kekaya­an­nya

yang tidak tersita itu masih bisa meng­hi­dupinya.­ Orang-orang masih respek dan tak ada aspek penghinaan atas “karir”-nya seba­gai­koruptor. Bandingkan dengan nasib para­man­tan atau orang-orang yang tersangkut G.30.S/1965/PKI. Mereka tak bisa be­kerja di sektor pemerintahan. Hak-hak politiknya dicabut. Bahkan anak-anaknya pun susah mencari pekerjaan. Label eks-tapol cukup menyengsarakan orang-orang yang terlibat G.30.S/1965/PKI, juga keturunannya. Dari kasus sejarah ini, saya bayangkan hal semacam itu diberlakukan pada para koruptor.­ Mereka itu pada intinya tidak bakal takut melewati sepenggal hidupnya di penjara. Yang mereka takutkan adalah kemiskinan. Orangorang korup sebagian besar ingin memperkaya diri. Oleh karena itu, jika semua hartanya disita, dibuat miskin, tampaknya­akan lebih membuatnya jera. Juga anak-anak dan suami/ istrinya dibuat miskin dengan menerapkan seperti apa yang dialami anak-anak eks-tapol itu. Maaf, itu hanya angan-angan saya. Memang dosa seseorang tidak bisa dilanjutkan pada anak-anaknya. Bagaimana mungkin seseorang melakukan tindak korupsi, kelu­arganya juga dikenai hukuman? Tetapi, siapa tahu malah efektif untuk pencegahan tindak korupsi. Di Jerman pada Perang Dunia II, Hitlerlah yang memerintahkan pembunuhan terhadap orang-orang Yahudi yang dikenal dengan istilah holocaust. Begitulah sejarah menuliskannya.­ Meski pelakunya Hitler dan pasukan Nazi, hing­ ga kini warga Jerman harus menanggung­kom­ pensasi terhadap negara Israel dan menanggung dosa-dosa Hitler. Mereka tetap diang­gap sebagai “pelaku” kejahatan genosida itu. Labelisasi terhadap sikap anti-semit seolah-­olah­ menjadi stereotip negatif bagi mereka. Begitu­ lah inti buku Holocaust Industry karya Norman G. Finkelstein (2000). Apakah kita juga perlu membenci pelaku tindak korupsi dan juga keturunannya? Apakah kita juga tidak bakal bisa berkelit dari sebuah sistem yang cenderung korup? Atau malah punya hasrat terpendam untuk melakukan korupsi­ demi anak cucu?

Dr. Nurhadi, M.Hum. Pemimpin Redaksi

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

3


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Apa Kabar “Perjaka”? Jangan berpikir yang aneh dulu karena se­be­ tulnya “Perjaka” yang saya maksud adalah camilan sehat bergizi hasil karya mahasiswa Pascasarjana UNY, Nuky Hang­gara dan Erfin Dwi Priana. Camilan tersebut merupakan permen inovasi baru berbahan dasar ikan yang ber­label “Perjaka”, Permen Jelly Rasa Kakap. Tampilannya menarik dan saya yakin ra­sanya pasti sangat nikmat. Itulah kesimpulan yang saya dapat dari sebuah tayangan televisi di salah satu sta­siun televisi swasta yang siang itu khusus membahas tentang khasiat ikan. Perkiraan saya, “Perjaka” mendapat porsi sekitar se­puluh menit. Dalam du­ rasi tersebut, “Perjaka” berkesempatan mendemonstrasikan cara pembuatan, penyajian, pengemasan produk, serta uraian kandung gizi terutama dari ikan kakap yang berprotein tinggi. Dilihat dari segi gizinya, karya dua mahasiswa ini memiliki kandungan­protein, serat dan vitamin yang kaya. Protein dan serat tinggi ini juga kaya akan vitamin karena menyertakan sa­yuran dan buah-buahan asli sebagai pilih­an rasa seperti sawi hijau, strawberi, buah bit, wortel, nanas, coklat dan ko­pi.­Selai itu, “Perjaka” juga megguna­kan komposisi perasa alami, dan gula serta­air hingga komposisinya menca­pai 100%. Ikan kakap yang menjadi komposisi utama merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung berbagai macam zat nutrisi. Sebagai salah satu sumber protein hewani, ikan mengan­ dung asam lemak tak jenuh (omega-3, Eicosapentaenoic acid /EPA, Docosahexa­ noic acid /DHA), yodium, selenium, flou­ 4

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1

rida, zat besi, magnesium, zink, taurin, coenzyme Q10. Disamping itu, ikan juga mengan­dung kalori yang rendah. Secara keseluruhan protein, vitamin, mine­ral­ dan asam lemak omega-3 yang dikan­ dung dalam ikan mempunyai peran da­ lam kesehatan tubuh manusia baik di ba­gian otak, mata, jantung, paru-paru, otot, pencernaan, kulit maupun persendian. Namun, masalah pemasaran tidak terlalu detail dibahas. Padahal, menurut saya, bisa masuk ke liputan televisi swasta adalah apresiasi dan kesempatan luar biasa untuk­mengenalkan, menyebarkan, bahkan me­matenkan produk ini. Dengan harga yang relatif murah dan kemasan yang eye catchy, saya ya­ kin produk bisa menjadi idola baru ter-

utama di kalangan kaum ibu yang ingin­ anak-anaknya tumbuh sehat tanpa­ha­ rus menguras isi kantong keluarga. Buktinya, selepas tayangan tersebut diputar, kakak sepupu saya yang berdomisili di Tangerang langsung menghubungi saya supaya saya bisa mendapatkan produk “Perjaka” dan mengirimkan ke alamat rumahnya untuk menyuplai nutrisi dua orang balitanya yang sedang doyan ngemil. Sayangnya, sampai saat ini saya belum berhasil mendapatkan “Perjaka”. Le­bih dari itu, sebagai rekan satu alma­ mater di UNY, harapan saya sangat­besar supaya “Perjaka” bisa eksis­di ma­ sya­rakat luas, sehingga bisa turut andil mencerdaskan anak bangsa. Firdhani N


tips tips Sepuluh Tips Liburan Murah Ol e h lusita Tahun baru di depan mata! Banyak cara untuk mneghabiskan suasana pergantian tahun kali ini. Salah satunya adalah liburan. Tentu kita tak mau liburan terganggu dengan halhal yang berhubungan dengan budget. Berikut, dipaparkan kiat-kiat liburan hemat. Jika liburan anda adalah libur panjang ke luar kota atau bahkan ke luar negeri maka siapkan liburan anda jauh-jauh hari. Lebih panjang waktu persiapannya tentu lebih baik. Karena anda dapat mulai meyisihkan penghasilan anda lebih lama sesuai dengan dana yang dibutuhkan. Usahakan menggunakan jasa­ tour travel. Dan ambillah paket liburan karene biasanya ditawarkan lebih murah. Namun, jika­anda akan bepergian sendiri, ketahui dulu seluk beluk tempat liburan yang dituju. Mulai da­ri biaya transportasi, akomodasi, penginapan, tempat rekreasi, tempat makan, juga tempat belanja. Untuk biaya transportasi dan akomodasi, usahakanlah­mendapatkan paket promosi­karena biaya jauh lebih murah ketimbang­ tarif biasa. Jika perlu, anda bisa­ memmanfaatkan jasa kerabat, ka­ wan, atau bahkan rumah pendu­ duk. Cermatlah dalam memilih­ tempat rekreasi. Carilah objek wisata yang memang benar­ -benar unik dan bagus serta me­ ru­ pakan ciri khas temapt ter­sebut. Hindari me­ ngun­jungi­ objek wi­sa­ta yang tidak per­lu dan berbiaya mahal. Sama seperti tem­ pat­­ rekreasi, men­ca­ri

1

2

3 4

5

tempat makan­/restoran harus sesuai de­­ngan budget yang disiap­kan. Le­bih baik jika Anda memilih tempat yang tidak jauh dari tempat menginap atau tem­ pat terakhir­ An­da sedang­ ber­kun­ jung.­ Selain he­mat waktu, hemat ongkos pula.

6

Tempat belanja yang tidak populer biasanya lebih murah dibandingkan tempat belanja yang ramai dikunjungi­ turis. Berburu oleh-oleh dan barang ke­ rajinan ke pasar-pasar tradisional bahkan langsung ke tempat pembuatan/ pabriknya bisa menghemat uang Anda. Jangan lupa, selalu membawa bekal seperti roti dan minuman air putih dalam tas. Selain lebih sehat, Andapun terhindar dari jajan yang tidak perlu. Bawalah uang saku sesuai dengan­ budget. Dan tetap catat semua pe­ ngeluaran Anda selama perjalanan dari awal hingga akhir. Jika Anda dan keluarga mempunyai fleksibilitas waktu, pertimbangkanlah untuk berpergian pada masa “low season”. Anda bisa mendapatkan tawaran yang menarik dan murah yang tidak bisa didapatkan pada masa “high season”. Jika budget Anda saat ini tidak memungkinkan­ untuk berpergian jauh, libur­ an didalam kota bisa menjadi pilihan yang tidak kalah menarik. Banyak alternatif tempat liburan yang bersifat edukatif bagi anakanak terutama di Jakarta dan sekitarnya. Bahkan rumahpun bisa menja­ di tempat liburan yang menyenangkan­ bagi­ keluarga. Buatlah­ a c a r a / ke g i a t a n yang selama­ini ti­ dak pernah­dilakukan ke­ luarga di rumah. Yang penting, berpikir kre­a­tif dan merasa bahagia men­ ja­di kunci untuk dapat menikmati­masa liburan.

7 8 9

10

lusita mahasiswa UNY

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

5


laporan utama

MENGENAL LEBIH DEKAT PEmImpIN FAKULTAS Mari mengenal sosok dan misi pimpinan fakultas di lingkungan UNY. Oleh sismono la od e

I

nilah sosok pemimpin baru seluruh fakultas di lingkungan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Mereka akan mengabdi di UNY mulai 2011 hingga 2015. Dari tujuh fakultas yang dimiliki UNY, terdapat 6 wajah baru.­Mereka adalah Dr. Mochamad Bruri­Triyono, M.Pd., Dekan FT; Dr. Har­ tono, M.Si., Dekan FMIPA; Dr. Haryan­to, M.Pd., Dekan FIP; Prof. Dr. Ajat Sudrajat­,

M.Ag., Dekan FIS; Drs. Rumpis Agus Sudarko, MS., Dekan FIK; dan Dr. Sugiharsono, M.Si, dan Dekan FE. Sementara itu, Prof. Dr. Zamzani, M.Pd. kembali­ memimpin FBS untuk periode yang ke­ dua kalinya. Bisa dikatakan sebagian besar sivitas akademika UNY telah mengenal mereka. Meski saya tidak menampik bahwa beberapa sivitas akademika UNY yang

tidak mengenal mereka. Untuk itulah, kami berkepentingan untuk menghadir­ kan sosok mereka dalam laporan utama Pewara Dinamika edisi kali ini. Tujuannya, agar sivitas akademika mengetahui siapa pemimpin fakultas yang baru saja dilantik Rektor UNY dan apa yang ingin dicapai para pemimpin fakultas ini selama periode 4 tahun berikutnya, sekaligus menjadi artefak bahwa mere-


ka sungguh-sungguh pernah berjanji untuk berbuat yang terbaik bagi fakultas dan universitas. Dalam upacara pelantikan Dekan, Kamis 30 September 2011, di hadapan Rektor, Wakil Rektor, Senat, dan sebagian sivitas akademika UNY, mereka berjanji akan membawa fakultas masingmasing sesuai visi misi fakultas, bahkan merekapun siap membawa UNY untuk lebih cepat menuju World Class Univer­ sity (WCU) sebagaimana yang dicita-citakan UNY. Bagaimana caranya? Tentu setiap pemimpin mempunyai gaya dan karakter dalam memimpin. Itu tak menjadi soal. Yang penting cita-cita menjadikan Kampus Karangmalang menja-

di kampus yang berkelas dunia dalam bingkai taqwa, mandiri, dan cendekia bi­ sa diwujudkan dengan sesegera mung­kin. Ini bukan perkara mudah, sebagai­ mana ditegaskan Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. “Menuju UNY yang World Class University, terlebih menuju kampus yang bertaqwa, man­ diri, dan cendekia tidak mudah. Ker­ja keras, keikhlasan, dan kebersamaan,­ serta keinginan besar untuk mewujudkan apa yang telah diikrarkan: menuju WCU merupakan sesuatu yang harus dilakukan.” Bagaimanapun membangun UNY butuh keberanian dan kecepatan pemimpin. Dalam bahasa yang berbe-

da, Prof. Osama Sadiq Tayyib, Presiden King Abdulaziz Unversity menegaskan, “Mari kita membangun masa depan kita dengan membangun masa depan itu sendiri.” Kini, mereka tidak hanya sendiri. Se­ jak 1 Desember 2011, mereka telah di­ ban­tu oleh para wakil dekan , ketua dan sekretaris jurusan yang baru pula. Selama kurang lebih 3 bulan ini mereka pun telah bekerja. Tentu ada beberapa karya yang telah mereka hasilkan. Itu belum bisa menjadi ukuran. Namun, kita tetap berharap agar karya tersebut mampu mendorong terwujudnya WCU. Lantas, apa lagi yang patut kita ketahui dari mereka? Baca laporan ini! 


laporan utama

Mengenal Sosok Pimpinan Fakultas Pemilihan dekan baru Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sudah ditunaikan. Bertambahnya satu fakultas baru di UNY membuat pemilihan dekan lebih berwarna. Sekarang ketujuh dekan baru sudah siap menjalankan amanah dari kampus yang mengusung cita-cita: bertaqwa, mandiri, dan cendekia. Oleh Ariska P rase tyanawati

U

perkembangan ilmu dan teknologi di era global. Dr. Bruri menuangkannya dalam misi pembe­ lajaran yang disampaikan saat Pemilihan Dekan FT UNY, antara lain: optimalisasi pemanfaatan IT, e-learning, micro learning, dan mobil learning; Pembaharuan bahan ajar yang menga­ rah pada sain terapan; Strategi yang sesuai SCL, khususnya di lab/workshop; Pemantapan pem­ belajaran teaching industry; kerjasama industri untuk produk dessection dan PI; serta mengundang dosen tamu nasional dan internasional yang diakui kualitasnya. Misi pembelajaran yang akan menjawab tantangan FT UNY ke de­ pan inilah yang menambah nilai unggul dari Dr. Bruri. Menurutnya, jabatan adalah imbas positif dari soft skill yang terarah dan terasah. Dengan soft skill yang berkualitas, maka jabatan yang diemban akan memberi pengaruh kuat bagi keberhasilan suatu kebijakan, sehingga memberi masukan positif bagi orang banyak.

NY sudah siap berkarya lebih baik lagi. Ketujuh Dekan baru yang terpi­ lih sudah menyumpahkan kesiapan dalam pelantikan Dekan tanggal 30 sep­tember 2011 yang lalu. Mereka sudah siap mengemban tugas dan amanah memimpin masing-masing fakultas menuju UNY berkelas internasional. Tim Pewara Dinamika kali ini memiliki kesempatan mengenal lebih dekat ketujuh sosok teladan dekan yang baru.

Para Dekan Terpilih bersantai ria dalam sebuah acara yang juga dihadiri Wakil Rektor III UNY (paling kanan).

Dr. Mochamad Bruri Triyono, M.Pd. Dr. Bruri mulai menyandang gelar orang nomor satu di Fakultas Teknik Universitas Negeri­ Yogyakarta (FT UNY). Tantangan untuk terus me­ngembangkan FT UNY pun menghadang. Tantangan yang dimaksud merupakan visi FT UNY yang berupaya menjadi barometer fakultas teknik di Indonesia dalam menghasilkan tenaga kependidikan teknologi kejuruan dan nonkependidikan yang cendekia, profesional, mandiri dan bernurani, sesuai dengan tuntutan

foto-foto:TIM pwara dinamika

8

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1

Dr. Hartono, M.Si Dr. Hartono, M.Si terpilih menjadi Dekan­ Fakultas Matematika dan IPA Universitas Nege­ ri­Yogyakarta (FMIPA UNY) periode 2011-2015.­ Namanya melambung sejak menjabat di posisi jurusan sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY karena saat itu Dr. Hartono menggawangi perjalanan Jurusan Pendi­ dikan Matematika yang bervisi menjadi program pendidikan profesi yang memiliki sistem dan etos kerja berstandar nasional, sehingga mampu menghasilkan guru matematika profe­ sional yang bernurani, cendekia, dan mandiri; serta unggul dalam penguasaan matematika dan metode pembelajarannya sesuai dengan tuntutan perkembangan IPTEK dan kebutuhan masyarakat global pada tahun 2015 nanti. Visi yang diusung Jurusan Pendidikan Mate­


laporan utama FIP UNY untuk menengok kembali paradigma cetakan hasil dari pendidikan ala FIP UNY, yaitu pegawai dan lulusan yang memiliki kesadaran jatidiri, kebanggaan berbangsa, kepekaan dan ko­mitmen terhadap persoalan lembaga dan per­soalan kebangsaan. Dengan begitu, lulusan­ FIP UNY bisa menjadi idola di tengah kebutuh­ an global. Pun begitu juga dengan UNY secara keseluruhan.

matika tersebutlah yang menjadi tolok ukur banyaknya dukungan yang datang kepada Dr. Hartono untuk maju mencalonkan diri menjadi Dekan FMIPA yang baru. Hartono kini sema­kin tinggi untuk mengawal semua jurusan di FMIPA UNY meraih target capaian yang tercermin dalam masing-masing visi-misi jurusan. Dr. Haryanto, M.Pd. Kedisiplinan, sportivitas tinggi, kejujuran, dan kreativitas adalah nilai-nilai luhur yang dipe­gang teguh oleh Dr. Haryanto, M.Pd. Na­ mun,­nilai-nilai tersebut tak hanya untuk diri­ nya sendiri saja. Sebagai tokoh pemimpin di Fa­kul­tas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri­ Yog­yakarta (FIP UNY), Dr. Haryanto pun selalu­ mengingatkan dan memotivasi kepada jajaran dosen, karyawan, maupun para mahasiswa FIP UNY bahwa nilai-nilai tersebut merupakan peng­hantar yang tepat dalam meraih kesukses­ an di berbagai lini. Hal ini berbanding lurus dengan apa yang dicita-citakan FIP UNY yang memiliki visi untuk­ diakui dunia sebagai pusat pencerahan dan pem­baharuan pendidikan berbasis ketaqwaan, kemandirian, kecendekiaan, dan berwawasan kebangsaan. Dr. Haryanto yang baru saja mera­ ih sukses dengan menjabat sebagai­Dekan FIP UNY untuk periode 2011-2015 berkomitmen­ membawa FIP UNY ke pengakuan­dunia tersebut. Dr. Haryanto mengajak seluruh masyarakat

Dr. Sugiharsono, M.Si. Suka cita terbentuknya fakultas baru masih terasa sampai sekarang. Semangat kerja tim FE yang digawangi seorang dekan yang sudah tidak asing bagi FE membuat semakin optimis­ fakultas ini mampu meraih kesuksesan. Dr. Sugi­harsono, M. Si memang bukan sosok baru,­ sebelumnya beliau dipercaya sebagai Pembantu­ Dekan II FISE (sebelum menjadi Wakil Dekanred). Kebijakannya membuat stiker kendaraan untuk warga FISE menjadikannya sosok yang dikenal inovatif. Kemampuannya memimpin pun tidak pernah diragukan oleh banyak orang. Sampai-sampai rektor UNY dan beberapa petinggi Departemen Pendidikan Tinggi (DIKTI) pusat menilai portofolio Sugiharsono lebih dari cukup dipercaya untuk menjadi pimpinan. Untuk pertama kali kursi kepemimpinan Dekan FE memang tidak ada pemilihan. Rektor dan jajaran senat­ universitas dibantu DIKTI lah yang menunjuk Sugiharsono langsung untuk memimpin FE. Banyak pesan untuk FE UNY agar mulai me-

Dekan FT (TengahDepan), Dekan FIK (Kiri-Depan), dan Dekan FIP (KananDepan) bersama sivitas akademika UNY mengikuti suatu rapat.

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

9


laporan utama mikirkan rakyat menengah ke bawah sehingga­ FE UNY diharapkan menjadi Fakultas yang lebih mengedepankan pada Ekonomi Kerakyatan. Lulusan FE pun diharapkan mau memikirkan ekonomi rakyat Indonesia. “Perkembangan ko­ pe­rasi dan peningkatan mutu Usaha Kecil Menengah (UKM) lebih dipentingkan daripada lulusan FE bekerja sebagai outsourching di perusahaan-perusahaan swasta,” tambah Sugiharsono.

Para Dekan Terpilih mengucapkan sumpah jabatan dalam upacara pelantikan Dekan di lingkungan UNY.

10

Drs. Rumpis Agus Sudarko, MS. Drs. Rumpis Agus Sudarko, MS. Mengawali­ posisinya sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta (FIK UNY), kini Rumpis Agus Sudarko sudah mematrikan langkahnya memegang jabatan sebagai Dekan FIK UNY untuk periode 20112015. Menyandang gelar orang nomor wahid di jagad­FIK UNY, merupakan tantangan besar bagi Rumpis Agus Sudarko. Prinsipnya jabatan bukanlah sekadar jabatan karena di dalamnya terkandung tanggung­ja­ wab besar. Sebagai fakultas yang bervisi menghasilkan Insan Olahraga yang kreatif,­sportif, dan adaptif, Rumpis sangat paham dengan tar­get pencapaian tersebut. “Tugas FIK pada

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1

umum­nya sebagai lembaga tinggi pendidikan ada­lah memperjuangkan, memelihara, dan me­ ngem­bangkan olahraga sebagai disiplin akademik. Visi FIK yang menghasilkan insan olahraga kreatif, sportif, dan adaptif menjadi tolok ukur pengembangan kualitas FIK. Sportif dimaknai sebagai fairplay. Kreatif merupakan pembaharuan atau perubahan secara baru yang mencerminkan inovatif. Adaptif merupakan tindakan untuk penyesuaian atau membuat nyaman. Selain ketiga aspek tersebut,­ profesional yang dimaknai mampu beradaptasi baik secara biologis maupun sosiologis tentu juga menjadi penunjang keberhasilan dari masyarakat FIK,” tutur dekan kelahiran 24 Agustus 1960 ini. Prof. Dr. Zamzani, M. Pd Prof. Dr. Zamzani akhirnya terpilih lagi me­ mimpin FBS 2011-2015. Dalam penyampaian visi misi prof. Zamzani mengkaitkan kesinambungan untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, bahwa pendidikan dan untuk pengajaran, penelitian dan pengembangan serta jangan pernah melupakan pengabdian pada masyarakat. Beliau mengaku sangat siap dan mantab melanjutkan


laporan utama

kepemimpinan sebagai dekan FBS. Wewenang ini merukan amanah serta tanggung jawab yang besar. Siap tidak siap harus siap mengabdi untuk FBS. Wakil dekan yang dipilih pun tidak sembarangan, semua dipilih menurut kriteria yang jelas dan sesuai kemampuan masing-masing. Dr. Widyastuti Purbani, M. A terpilih sebagai wakil dekan I, Drs. Sudarmaji sebagai wakil dekan II dan Dr. Kun Setyaning Astuti, M. Pd wakil dekan III. Keberhasilan kepemimpinan periode yang lalu memang menjadi pondasi yang kuat untuk mewujudkan FBS yang lebih baik lagi. Dukungan dari semua pihak pun ikut membantu keinginannya tersebut.

Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. Menjadi dekan memang hal yang baru dialami oleh Ajat Sudrajat. Sebelum menjadi dekan, Prof. Ajat lebih aktif berada mengampu mata­kuliah umum sejak 2008. Sekretaris­ bidang­sam­­pai ketua pernah dilakoninya. Hingga akhir­­­nya pada pemilihan Dekan Fakultas Ilmu So­sial (FIS), suami dari Ikim Wartimah ini didapuk menjadi dekan. Peran wakil dekan bagi Ajat sangatlah pen­ ting.­Tidak dipungkiri bahwa kali ini FIS akan dipunggawai tim yang benar-benar baru di jabatannya masing-masing. Cholisin, M. Pd sebagai­Wakil Dekan I kemudian Wakil Dekan II adalah Saliman, M. Pd dan yang terakhir adalah­ Terry Irenewati, M. Hum yang menjabat sebagai Wakil Dekan III FIS. Ketiga orang ini diharapkan akan kompak bersama Ajat membuat perubah­ an ataupun peningkatan FIS yang lebih­baik. Visi-misi yang diusung pun tidak muluk-muluk, intinya mahasiswa yang menjadi asuhan FIS ke depan mampu menggunakan masa studinya­ dengan baik. Harapan utama 4 tahun studi ada­lah waktu terpanjang mahasiswa menempuh studi. Tentunya bukan melahirkan lulusan premature tetapi juga mencetak lulusan yang berkualitas. 

Rektor UNY menyalami para Dekan Terpilih dan Dekan Sebelumnya dalam upacara pelantikan Dekan baru di lingkungan UNY.

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

11


laporan utama Dr. Hartono, M.Si.

Pemimpin adalah Pengawal Kebijakan Pernah mengenyam pendidikan doktoral di luar negeri membuat dosen yang ramah dengan senyumnya ini memiliki pola pikir yang selalu memotivasi banyak pihak. Di penghujung akhir tahun 2011, jabatannya pun berubah menjadi dekan. Namun, kerendahan hatinya tetap menjadi ciri khasnya. Lantas, bagaimana dengan kinerjanya di awal kepemimpinan ini? Oleh Ariska P rase tyanawati

12

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1

foto-foto:dokumen humas uny

P

embawaannya tenang, gaya bicaranya­ santai namun berisi. Itulah kesan yang muncul dari sosok Dr. Hartono,­M.Si, Dekan Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Yogyakarta (FMIPA UNY). Namanya melambung sejak menjabat di posi­ si­jurusan sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY karena saat itu Dr. Hartono menggawangi perjalanan Jurusan Pendi­ dik­an Matematika yang bervisi menjadi program pendidikan profesi yang memiliki sistem dan etos kerja berstandar nasional, sehingga mampu menghasilkan guru matematika profe­ sional yang bernurani, cendekia, dan mandiri; serta unggul dalam penguasaan matematika

dan metode pembelajarannya sesuai dengan tuntutan perkembangan IPTEK dan kebutuhan masyarakat global pada tahun 2015 nanti. Visi yang diusung Jurusan Pendidikan Mate­ matika tersebutlah yang menjadi tolok ukur


laporan utama banyaknya dukungan yang datang kepada Dr. Hartono untuk maju mencalonkan diri menjadi Dekan FMIPA yang baru untuk masa bakti 20112015. Posisi dekan yang berarti menjadi orang nomor satu di FMIPA UNY pun berhasil diraih doktor lulusan S3 Matematika, Delft University of Technology, The Netherlands ini. Walaupun, tidak lagi menjabat sebagai ketua jurusan, semangat Dr. Hartono kini semakin tinggi untuk mengawal semua jurusan di FMIPA UNY mera­ih target capaian yang tercermin dalam ma­singmasing visi-misi jurusan. Pedoman yang dipegang teguh oleh Dr. Har­ to­­no adalah visi dari FMIPA UNY sendiri,­yaitu mewujudkan fakultas yang memiliki sistem­ bu­daya sinergis yang menghargai belajar, ni­lainilai keadilan, kedamaian, dan kesantunan­serta bertanggungjawab dan kreatif dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, sehingga mampu menghasilkan tenaga kependidikan dan non kependidikan MIPA yang berkualitas unggul di dunia global. Inilah cara yang dianggap ampuh untuk meningkatkan kemampuan FMIPA UNY agar mencapai penyelenggaraan pendidikan MIPA yang efektif dan efisien.

University,” ungkap dosen yang memiliki keahlian Matematika Terapan ini. Saat ini, FMIPA UNY sedang gencar mengembangkan sayap menuju perbaikan ISO. UNY me­ ru­pakan salah satu lembaga pendidikan tinggi yang berperan besar dalam menyiapkan sumber daya di bidang pendidikan. Oleh karena itu, perlu adanya strategi pembangunan pendidik­ an nasional harus mengalami peningkatan baik itu kurikulum, sarana prasarana, maupun sistem yang dapat menyempurnakan sistem pendidikan secara berkesinambungan. Dan untuk meningkatkan akuntabilitas serta pencitraan Pemimpin Harus Lihai Mengawal publik internasional, Departemen Pendidikan Kepemimpinan menjadi unsur terpenting Nasional telah menetapkan bahwa setiap unit dalam mewujudkan visi dan misi lembaga. utama organisasi baik itu di pusat maupun daePemimpin harus mampu mengawal, mengelola­ rah agar meraih sertifikat ISO 9001:2008 sebadan mengoptimalkan kinerja lembaga yang dip- gai bukti pengakutan dunia internasional terimpinnya demi tujuan kolektif. Hal ini juga yang hadap kebijakan tersebut. menjadi keyakinan dari dekan kelahiran 29 MaMengacu pada ketetapan Departemen Penret 1962 ini. “Saya berharap tongkat estafet dari didikan Nasional itu FMIPA UNY berupaya ke­ pejabat lama ke pejabat baru dapat terus ber- ras untuk menyesuaikan dari sertifikat ISO jalan lancar dan dapat membawa bahtera UNY 9001:2000 menjadi sertifikat ISO 9001:2008 kearah yang dicita-citakan bersama. Untuk itu, agar dalam menyelenggarakan proses pendidik­ saya mohon bimbingan, masukan, dan dukun- an dapat menperoleh pencitraan dan akuntagan dari semua pihak agar pejabat baru dapat bilitas yang baik dari masyarakat. FMIPA telah menjalankan tugasnya dengan baik. Harapan mengadopsi, merancang, menerapkan, memelisaya ini semoga juga berlaku di fakultas-fakul- hara dan menyempurnakan sistem manajemen tas yang lain demi memajukan UNY yang saat mutu (SMM) standar ISO 9001:2008 dengan hie­ ini sedang diproyeksikan sebagai World Class rarki pedoman mutu, prosedur, instruksi kerja dan rekaman mutu dalam upaya untuk menyelenggarakan layanan FMIPA UNY yang berkuali­ tas sesuai harapan pelanggan serta memenuhi aturan yang berlaku dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang akan diaplikasikan pada kegiatan pendidikan dan pengajaran. Dalam hal ini, seorang dekan berfungsi sebagai pengelola ISO pada tingkat fakultas karena ISO yang sudah dimiliki harus terus dikawal implementasinya. 

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

13


laporan utama Dr. Haryanto, M.Pd.

Pemimpin yang Memotivasi Menurutnya, seorang pemimpin bukanlah orang yang ada di singgasana kekuasaan. Seorang pemimpin justru dituntut lihai menuntun dan memotivasi timnya untuk melaksanakan tanggung jawab sebaik-baiknya. Oleh Ariska P rase tyanawati

K

edisiplinan, sportivitas tinggi, kejujuran, dan kreativitas adalah nilai-ni­ lai luhur yang dipegang teguh oleh Dr. Haryanto, M.Pd. Namun, nilai-ni­ lai tersebut tak hanya untuk dirinya sendiri­saja. Sebagai tokoh pemimpin di Fakultas Ilmu­ Pen­didikan Universitas Negeri Yogyakarta (FIP UNY), Dr. Haryanto pun selalu mengingatkan­ dan memotivasi kepada jajaran dosen, karya­ wan, maupun para mahasiswa FIP UNY bahwa nilai-nilai tersebut merupakan penghantar yang tepat dalam meraih kesuksesan di berba­ gai lini. Hal ini berbanding lurus dengan apa yang dicita-citakan FIP UNY yang memiliki visi untuk diakui dunia sebagai pusat pencerahan dan pembaharuan pendidikan berbasis ketaqwaan, kemandirian, kecendekiaan, dan berwawasan

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1

foto-foto:dokumen humas uny

foto-foto:dokumen pribadi

14

kebangsaan. Dr. Haryanto yang baru saja meraih sukses dengan menjabat sebagai Dekan FIP UNY untuk periode 2011-2015 berkomitmen membawa FIP UNY ke pengakuan dunia­ tersebut. Dr. Haryanto mengajak seluruh masyarakat FIP UNY untuk menengok kembali paradigma cetakan hasil dari pendidikan ala FIP UNY, yaitu pegawai dan lulusan yang memiliki kesadaran jatidiri, kebanggaan berbangsa, kepekaan dan komitmen terhadap persoalan lembaga dan persoalan kebangsaan. Dengan begitu, lulusan FIP UNY bisa menjadi idola di tengah kebutuh­ an global. Menurutnya, lulusan FIP UNY harus memiliki kualitas ketaqwaan, kemandirian, kecendekiaan, dan berwawasan kebangsaan serta­ harus bisa menjalankan tugas dan fungsinya sesuai tuntutan karakteristik masyarakat masa­


laporan utama

depan. Di samping itu juga mampu mandiri dalam pembelajaran, konservatif, dan inovatif, serta mampu mengembangkan diri dan berwawasan profesional tinggi sesuai perkembangan keilmuan. Dr Haryanto menyatakan bahwa sosok pendidik idola tak bisa lepas dari kompetensi pendidik tersebut. Kaum pendidik yang diidola­ kan adalah mereka yang memiliki kompetensi­ sosial, kompetensi profesional, kompetensi pe­ dagogik, dan kompetensi kepribadian. Oleh karena itu, membina program kemahasiswaan yang kondusif untuk pelaksanaan pendidikan akademik dan professional menjadi sorotan bagi Dr. Haryanto. Memotivasi Lulusan Berkompeten Hal ini pernah diutarakannya saat memberi­ sambutan di depan 193 wisudawan/wisudawati dalam agenda pelepasan wisudawan/wisuda-

wati FIP UNY periode Desember pada 3 Desember 2011. Prosesi ini adalah momen pertama kali Dr. Haryanto berbicara selaku Dekan FIP UNY di hadapan wisudawan/wisudawati FIP UNY. Beliau berpesan supaya lulusan yang ber­ gelar sarjana belajar untuk menjadi kupu-kupu. Hal ini dikarenakan kupu-kupu mempunyai satu filosofi, yaitu metamorfosa (perubahan). Belajar dari kupu-kupu kita bisa mempelaja­ri empat perubahan yang perlu diteladani wisuda­ wan/wisudawati. Antara lain: Perubahan­bentuk, seyogyanya setelah bergelar S-1 harus ada perubahan dalam penampilan; Perubahan struk­tur, ibarat kupu-kupu memiliki sayap, se­ hing­­ga tampak lebih indah, sedangkan lulusan­ S-1 hendaklah lebih dewasa dan matang dalam menghadapi masalah; Perubahan pergerakan, sebagai lulusan S-1 harus memiliki mobilitas ting­gi dan jaringan yang luas; dan perubahan fo­kus, sebagai lulusan S-1 harus memiliki fokus ke depan yang lebih baik. Selain pesan yang disampaikan kepada lulusan FIP UNY, Dr. Haryanto pun mengharapkan­ kinerja para pegawai dan dosen FIP UNY di ba­ wah kepemimpinannya untuk selalu guyub dan rukun. “Semua pihak harus bisa memupuk­rasa kebersamaan, kekompakan dan kerjasama­ sehingga bias meningkatkan kinerja para karyawan dan dosen, sehingga­memantapkan langkah para pimpinan dan warga FIP UNY da­ lam mewujudkan FIP UNY yang lebih baik,” ujar Dr. Haryanto sembari mengakhiri pembicara­an dengan Pewara. 

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

15


laporan utama Dr. Mochamad Bruri Triyono, M.Pd.

Kualitas Diri Penghantar Sukses Dengan mengantongi 25 suara melalui Rapat Senat Tertutup, Dr. Mochamad Bruri Triyono, M.Pd. berhasil menggeser posisi dua orang pesaingnya dalam ajang Pemilihan Dekan FT UNY pada 21 September 2011 lalu. Kemenangan ini mengukuhkan Dr. Bruri, begitu sapaannya, sebagai Dekan FT UNY, masa bakti 2011-2015. Oleh Ariska P ras e tyanawati

O

ktober 2011 menjadi pembuka gerbang bagi Dr. Bruri untuk mulai me­ nyandang gelar orang nomor satu di Fakultas Teknik Universitas Negeri­ Yogyakarta (FT UNY). Tantangan untuk terus mengembangkan FT UNY pun menghadang. Tantangan yang dimaksud merupakan visi FT UNY yang berupaya menjadi barometer fakultas teknik di Indonesia dalam menghasilkan tenaga kependidikan teknologi kejuruan dan nonkependidikan yang cendekia, profesional, mandiri dan bernurani, sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi di era global. Memahami visi yang menjadi target penca­ paian tersebut, Dr. Bruri menuangkannya da­ lam misi pembelajaran yang disampaikan saat Pemilihan Dekan FT UNY, antara lain: optimalisasi pemanfaatan IT, e-learning, micro learning,­ dan mobil learning; Pembaharuan bahan ajar yang mengarah pada sain terapan; Strategi yang sesuai SCL, khususnya di lab/workshop;

foto-foto:heri p/pwara dinamika

16

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1

Pe­mantapan pembelajaran teaching industry; ker­ jasama industri untuk produk dessection dan PI; serta mengundang dosen tamu nasional­ dan internasional yang diakui kualitasnya. Misi pembelajaran yang akan menjawab tantangan FT UNY ke depan inilah yang menambah nilai unggul dari Dr. Bruri. Soft Skill yang Terarah dan Terasah Menjadi Dekan FT UNY bukan merupakan­ pun­cak target yang ingin diraih Dr. Bruri. Do­ sen Pendidikan Teknik Mesin yang lahir di Ma­ kasar, 55 tahun silam ini lebih mengutamakan pengembangan soft skill dalam diri seseorang, ketimbang jabatan tinggi. Menurutnya, jabatan adalah imbas positif dari soft skill yang terarah dan terasah. Dengan soft skill yang berkualitas, maka jabatan yang diemban akan memberi­ pengaruh kuat bagi keberhasilan suatu kebijak­ an, sehingga memberi masukan positif bagi orang banyak. Konsep inilah yang diterapkan Dr. Bruri da­ lam kepemimpinannya. Menurutnya, dosen, pegawai, dan mahasiswa FT UNY harus mengarahkan dan mengasah kemampuan dirinya agar dapat meraih sukses. Terutama bagi kalangan mahasiswa, soft skill yang berkualitas dapat melancarkan perkuliahan dan nantinya lulusan FT UNY mampu bersaing di dunia kerja serta menjadi calon pemimpin masa depan sesuai dengan bidang keahliannya. “Dengan memiliki soft skill atau keterampilan mengatur diri sendiri dan berhubungan dengan orang lain diharap­kan menjadi nilai tambah mahasiswa dapat bersaing dan meraih sukses dalam kuliah dan terjun ke lapangan kerja,” ujar Dr. Bruri yang juga sebagai pakar pendidikan. Pola pengembangan dan pembinaan maha-


laporan utama

siswa pada umumnya dalam membentuk mahasiswa Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Untuk itulah dilakukan upaya pencapaian de­ ngan selalu mengembangkan kapabilitas intelektual mahasiswa, menumbuhkembangkan kreatifitas dan semangat kewirausahaan untuk meningkatkan daya saing bangsa. Namun demikian yang selalu menjadi landasan pembinaan adalah meningkatkan kualitas keimanan, ketaqwaan, dan moral mahasiswa, agar dalam kiprahnya dapat tertanamkan rasa nasionalis­ me sebagai warga negara Indonesia. Menurut lulusan S3 teknologi Pendidikan­da­ ri­Universitas Negeri Jakarta ini, soft skill dapat­ membuat mahasiswa tidak hanya kompeten­di bidangnya, melainkan juga memiliki daya saing­ yang tinggi, sehingga mudah beradaptasi­dengan lingkungan kerja dan masyarakat. Berdasar­ kan uraian yang disampaikan, Dr. Bruri menjelaskan keterampilan yang dimasukkan dalam ka­tegori soft skills adalah integritas, kedisi­plin­ an, jujur, inisiatif, motivasi, etika, kerja­sama da­lam tim, kepemimpinan, kemauan belajar,

komitmen, mendengarkan, tangguh, fleksibel,­ komunikasi lisan, dan berargumentasi­logis. Kategori ini yang menjadi pedoman bapak­berwibawa ini dalam menjalankan amanahnya sebagai Dekan FT UNY. Untuk pengembangan soft skill di kalangan mahasiswa FT UNY, Dr. Bruri telah merancang program kerja, yaitu peningkatan kompetisi keilmuan tingkat regional, nasional, dan internasional; diskusi lintas jurusan, fakultas, dan universitas; keterlibatan mahasiswa pada semi­ nar nasional; pemantapan karakter vokasional­ bagi mahasiswa; dan penyaluran hobi yang men­dukung kegiatan vokasi. Sedangkan untuk rencana pengembangan sumber daya manusia (SDM) di lingkup FT UNY, Dr. Bruri pun sudah menyiapkan pengembang­ an SDM melalui program kerja berupa peningkatan kualifikasi melalui pelatihan, seminar, studi S3 yang diutamakan ke perguruan tinggi luar negeri; mengikuti program PAR untuk do­ sen yang sudah mencapai jenjang S3; mengadakan pertukaran dosen nasional dan internasio­ nal; menyiapkan program S2 Pendidikan­ Vokasi, D4 Vokasi (sain terapan); dan melakukan regenerasi dosen. Kini, di bawah kepemimpinan seorang Dr. Bruri, FT UNY semakin ke­ ras berupaya menu­ju titik barometer fakultas­ teknik di Indonesia­dalam menghasilkan tenaga kependidikan teknologi kejuruan dan nonke­ pendidikan yang cendekia, profesional, mandiri dan bernurani, sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi di era global. 

bersama mahasiswa berprestasi lainnya, Annisa (paling kiri berkerudung) berfoto bersama Menteri Pendidikan dan Kebudyaan, M. Nuh.

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

17


laporan utama Dr. Sugiharsono, M.Si.

Mencoba Mengembalikan Indonesia pada Ekonomi Kerakyatan Wacana ekonomi liberal yang terus bergulir di perekonomian Indonesia menggugah Sugiharsono dkk. untuk mewujudkan FE UNY sebagai fakultas yang peduli pada ekonomi kerakyatan. Oleh R h e a Y ustiti e

F

Bukan orang baru Suka cita terbentuknya fakultas baru masih terasa sampai sekarang. Semangat kerja tim FE yang digawangi seorang dekan yang sudah tidak asing bagi FE membuat semakin optimis fakultas ini mampu meraih kesuksesan. Dr. Sugi­harsono, M. Si memang bukan sosok baru, sebelumnya beliau dipercaya sebagai Pembantu Dekan II FISE (sebelum menjadi Wakil Dekan-red.). Kebijakannya membuat stiker kendaraan untuk warga FISE menjadikannya sosok yang dikenal inovatif. Kemampuannya memimpin pun tidak pernah diragukan oleh banyak orang. Sampai-sampai Rektor UNY dan beberapa petinggi Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) pusat menilai

18

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1

foto-foto:dokumen pwara dinamika

akultas Ekonomi Universitas Negeri­ Yog­yakarta (FE UNY) merupakan fakul­ tas­termuda di UNY sehingga FE UNY saat ini masih mencari sosok FE Harap­ an. Selain itu, FE UNY berusaha tampil beda dengan Fakultas Ekonomi lain yang sudah ada sebelumnya. Akhirnya Dr. Sugiharsono, M. Si ter­pilih menjadi dekan FE, semua harapan kini ada di tangannya. Bahkan, Rektor UNY, Rochmat­ Wahab mengharapkan FE UNY nantinya­dapat mengembangkan ekonomi kerakyatan dan ke depan dikembangkan pula ekonomi syariah. portofolio Sugiharsono lebih dari cukup dipercaya untuk menjadi pimpinan. Untuk pertama kali kursi kepemimpinan Dekan FE memang tidak ada pemilihan. Rektor dan jajaran senat­ universitas dibantu DIKTI lah yang menunjuk Sugiharsono langsung untuk memimpin FE. Membangun Jaringan Dr. Sugiharsono dengan bantuan semua Wakil Dekan FE bersuka cita untuk membangun­ jaringan sedikit demi sedikit. Untuk memper­ kuat keberadaan FE sebagai fakultas baru maka sepanjang Juni-Desember 2011 tim peneliti Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakar­ ta (FE UNY) berkolaborasi dengan tim peneliti­ UPSI (Universitas Pendidikan Sultan Idris) Ma­ lay­sia melakukan penelitian pendidikan ke­wi­ ra­usahaan di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan. Ketua Tim Peneliti UNY, Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd. dengan anggota M. Lies Endarwati,­ M.Si. dan Dyna Herlina Suwarto SE ketiganya merupakan Dosen Jurusan Manajemen FE UNY, menyatakan, “penelitian ini merupakan kajian perbandingan model pembelajaran kewirausahan di sekolah vokasional di Indonesia dan Malaysia. Perbandingan yang dilakukan meliputi


laporan utama

kurikulum, sistem pendidikan, sistem evaluasi­ dan budaya diantara unit pendidikan di dua negara. Di masa mendatang diharapkan pendidikan kewirausahaan yang menjadi fokus sasaran FE ini mampu diterapkan di sekolah vokasional Indonesia dan lebih banyak praktek. Praktik tidak saja dalam bentuk penjualan tetapi juga merancang rencana bisnis, menjalankan dan mengevaluasi hasilnya sesuai dengan situasi di lapangan. Melalui metode ini diharapkan lulusan sekolah kejuruan memiliki keterampilan lapangan yang lebih baik. Dr. Sugiharsono percaya bahwa kekuatan tim FE yang terdiri dari Dr. Moerdiyanto, M.M. (Wakil Dekan I), Jayari M. Pd., M.M. (Wakil Dekan II) dan Siswanto M.Pd. (Wakil Dekan III) sama kuatnya dengan tim fakultas lain yang berdiri lebih dulu. Dekan yang sangat mengidolakan sosok Bung Hatta ini awalnya minder memim­ pin FE. Namun karena melihat wakil-wakil dekan yang mumpuni, maka Sugiharsono sangat optimis FE bisa mengembalikan Indonesia seperti apa yang dicita-citakan Hatta bahwa ekonomi Indo­ nesia berasaskan kerakyatan bukan­ libe­ral melalui lulusan-lulusan FE nantinya. Dukungan dari Anies Baswedan Dalam rangka tersebut, FE UNY sempat mengadakan ”sharing ideas” dengan menghadirkan narasumber Anies Baswedan, Ph.D. (Rektor Universitas Paramadina, Jakarta). Anies mengatakan, apabila FE tetap mengembangkan ekonomi kerakyatan harus dilandasi dengan standar yang tinggi dan dibekali dengan menciptakan sebuah alat model ekonomi kerakyatan yang bisa diperdebatkan oleh Ekonom Dunia. Jangan sampai terkesan karena tidak mampu menuju ekonomi global lalu ekonomi kerakyat­an sebagai pelariannya. Tidak hanya teori, tetapi­ yang terpenting aplikasi dan praktiknya di ma­

syarakat. Dalam hal ini perlu investasi di antaranya; mengusahakan dosen untuk studi lanjut dari S2 ke S3, mengontrak dosen dari luar nege­ ri, mengirimkan dosen mengikuti konferensikonferensi internasional, mengadakan pertukaran dosen dan mahasiswa ke luar nege­ri, dan mengubah cara berpikir dosen ataupun mahasiswa guna kemajuan FE UNY. Lebih lanjut Anies menyatakan, selain itu perlu adanya kemampuan penguasaan bahasa­ asing terutama bahasa Inggris. Sehebat-hebat­ nya orang, kalau tidak menguasai bahasa asing,­ orang tersebut tidak akan dikenal dunia­pada­ hal orang tersebut mempunyai potensi,­pemi­ kiran, dan pengetahuan yang sangat hebat.­ De­ngan demikian, nantinya diharapkan ha­ sil­ri­set/penelitian dan kajian-kajian dosen di­ terjemah­ kan dalam bahasa Inggris dengan standar internasional sehingga bisa termuat di jurnal internasional. Anies juga berpesan, bila FE UNY ingin maju maka hilangkan politik dari fakultas. Harapan Mudah-mudahan sebagai pimpinan FE bisa mengemban amanah dan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Pesan petinggi kita di FE UNY diharapkan untuk memikirkan­ rak­yat menengah ke bawah sehingga FE UNY diharapkan menjadi Fakultas yang lebih­me­ ngedepan­kan pada Ekonomi Kerakyatan. Lulusan FE pun diharapkan mau memikirkan eko­nomi­ rakyat Indonesia. “Perkembangan ko­­­ perasi dan pe­ning­­katan mutu Usaha­ Ke­cil­ Me­ nengah (UKM) lebih di­pen­tingkan da­ ri ­pa­da lulusan FE be­kerja­ sebagai­ outsourching di per­usahaan-per­ u­saha­an swasta,”­ tam­bah Sugi­ harsono. Suami dari Naimah Akyas ini juga berharap agar para alumni FE UNY untuk tetap selalu­menjalin tali silaturrahmi dengan pihak fakultas. Sehingga­se­te­ lah­lulus ini diharapkan untuk­ segera memberi kabar be­kerja­di instansi atau perusahaan mana ataupun yang belum mendapat­ kan kerja juga tetap memberikan kabar ke fakultas siapa tau kita bisa membantu­ memberikan infor­masi lo­wongan pekerjaan dan solusi yang terbaik bagi alumni. 

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

19


laporan utama Drs. Rumpis Agus Sudarko, MS.

Kemandirian untuk Budaya Akademik Senyum yang memancarkan keoptimisan menjadi ciri khasnya. Program kerja yang dicanangkan sudah matang direncanakan. Kini, periode awal kepemimpinannya akan menjadi ajang pembuktian dari visi-misinya memajukan FIK UNY. Oleh Ariska P ras e tyanawati

I

tulah gambaran dari sosok Drs. Rumpis Agus Sudarko, MS. Mengawali posisinya sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ilmu­Keolah­ ragaan Universitas Negeri Yogyakarta­(FIK UNY), kini Rumpis Agus Sudarko­sudah mema­ trikan langkahnya memegang jabatan sebagai­ Dekan FIK UNY untuk periode 2011-2015. Hari Senin tertanggal 3 Oktober 2011 menjadi­“gong” bagi Rumpis Agus Sudarko­ untuk me­nyan­­­dang amanah tersebut. Pada hari itu telah­dilaksanakan serah terima Naskah Memoran­dum Kahir Jabatan dari dekan lama kepada­de­kan baru. Acara yang dikemas sederhana­di­ha­­diri seluruh anggota senat dan Rapat Koordi­na­si Fakultas (RKF), perwakilan organisasi­mahasiswa, serta tim penyusun naskah Memorandum Akhir Jabatan bertempat di ruang rapat pimpinan Gedung Pusat Layanan Akademik FIK UNY. Menyandang gelar orang nomor wahid di ja­ gad FIK UNY, merupakan tantangan besar bagi­ Rumpis Agus Sudarko. Prinsipnya jabatan bukanlah sekadar jabatan karena di dalamnya­terkandung tanggung jawab besar. Sebagai fakultas yang bervisi menghasilkan Insan Olahraga

20

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1

yang kreatif, sportif, dan adaptif, Rumpis sangat­ paham dengan target pencapaian tersebut.­“Tugas FIK pada umumnya sebagai lembaga tinggi pendidikan adalah memperjuangkan, memelihara, dan mengembangkan olahraga sebagai disiplin akademik. Visi FIK yang menghasilkan­ insan olahraga kreatif, sportif, dan adaptif men­jadi tolok ukur pengembangan kualitas FIK. Sportif dimaknai sebagai fairplay. Kreatif me­ru­­pa­kan pembaharuan atau perubahan­ secara baru yang mencerminkan inovatif. Adaptif merupakan tindakan untuk penyesuaian atau membuat nyaman. Selain ketiga aspek tersebut,­ profesional yang dimaknai mampu beradaptasi baik secara biologis maupun sosiologis tentu juga menjadi penunjang keberhasilan dari masyarakat FIK,” tutur dekan kelahiran 24 Agus­tus 1960 ini. Melalui visi tersebut, Rumpis Agus Sudarko berkomitmen akan terus membersamai FIK menghantarkan para civitas akademika ke da­ lam suatu gerbang proses belajar ke arah kecerdasan dan kedewasan yang semakin terbuka. Kematangan berpikir, bersikap, bertindak, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan segenap sivitas akademika akan membantu iklim belajar mengajar guna mencapai cita-cita para mahasiswa. Menjadi insan bernurani, cendekia, mandiri, sekaligus sebagai insan olahraga yang kreatif, sportif, dan adaptif.


laporan utama siap menggawangi kesempatan ini karena de­ ngan berdirinya SSO Real Madrid Foundation di UNY, maka nama UNY akan semakin melam­ bung ke ranah lebih bergengsi, ranah internasional.

foto-foto: dokumen humas uny

Mengantar FIK Menunjang UNY Menuju WCU Inilah target pencapaian yang sudah rintis berjalan sejak Dosen Ahli Fisiologi Olahraga Kepelatihan Softball/Baseball ini berkecimpung di posisi Wakil Dekan I FIK UNY. Rumpis menjelaskan bahwa sebagai satu-satunya Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di DIY, FIK UNY memiliki keunggulan tersendiri. Keolahragaan menjadi unggul karena di FIK UNY, seseorang dibina supaya berakhlak mulia, berprestasi olah raga, dan sehat. Selain itu, FIK UNY telah bersertifikat ISO 9001: 2008, hampir seluruh prodi terakreditasi A, yang diperoleh karena Indek Prestasi Kumulatif mahasis­ wa tinggi, masa tunggu rendah, dan bekerja se­suai dengan kompetisi. Prestasi mahasiswa FIK dalam bidang keolahragaan juga sangat membanggakan baik di tingkat nasional maupun internasional. Semua tersebut juga didukung olah sarana prasarana yang bertaraf internasional, seperti Gedung Olah Raga, stadion altetik, kolam renang, dan berbagai lapangan olahraga. Dari sisi kerjasama dalam upaya menuju World Class University­ (WCU) berbagai upaya telah dilakukan, seperti­ menerima 20 mahasiswa dari University of Malaya dalam program student exchange dan sebaliknya memberangkatkan mahasiswa FIK ke University of Malaya guna menimba ilmu. Ada juga perintisan prodi bertaraf internasional, yaitu Prodi PJKR yang memiliki kurikulum, metode belajar mengajar, penilaian hasil belajar, penelitian dan pengabdian yang seluruhnya­ berstandar internasional. Saat inipun FIK UNY sedang menghadapi tan­tangan besar. UNY telah dijajaki Yayasan Re­ al Madrid Foundation Ignacio De Almagro yang berbasis di Spanyol dalam persiapan pendiri­ an Sekolah Sosial Olahraga (SSO) Real Madrid Foun­dation di Yogyakarta. Ini prestasi yang sa­ ngat membanggakan karena UNY, khususnya FIK UNY, memiliki dukungan sarana olahraga yang bertaraf internasional. Sekali lagi, Rumpis­

Pemimpin adalah Teladan Dekan yang memiliki konsentrasi pengajar­ an Fisiologi Manusia, Fisiologi Latihan, Sejarah dan Filsafat Olahraga ini optimis mengantarkan FIK untuk menunjang UNY menuju WCU. Hal ini diabadikannya dalam rumusan tujuan FIK yang dirangkumnya saat penyampaian visi dan program kerja calon Dekan FIK UNY. Antara lain: terselenggaranya kegiatan kemahasis­ waan yang mendorong mahasiswa untuk berprestasi dengan kerangka berpikir kreatif, ana­litis, dan berani mengambil keputusan untuk memecahkan masalah; dan terselenggaranya otonomi kelembagaan dan pengelolaan sarana prasarana dan lingkungan untuk mewujudkan kemandirian lembaga mendukung terciptanya budaya akademik. Rumpis Agus Sudarko siap memimpin FIK UNY dengan kedisiplinan dan rasa kekeluarga­an yang kental antarwarga FIK UNY. Menurutnya, menjadi seorang pemimpin yang baik, berarti­ harus sabar dan syukur. Sabar artinya mampu­ menghadapi segala kritik maupun hujatan. Syu­ kur artinya, mampu menyelesaikan permasalahan yang ada dengan perasaan legowo. Masih menurutnya, yang paling penting adalah seo­ rang pemimpin harus bisa menjadi contoh ba­ gaimana seseorang harus menghargai waktu karena dengan waktu yang tertata semua tanggung jawab bisa ditunaikan dengan hasil optimal. 

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

21


laporan utama Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag.

Dekan Pertama dengan Predikat Profesor Agama Hampir sama dengan fakultas yang lainnya yang mempunyai dekan seorang professor. Namun yang berbeda kali ini Ajat Sudrajat mendapatkan gelar professor dari bidang agama Islam, dekan professor agama yang pertama kali di UNY. Oleh R h e a Y ustiti e

M

enjadi dekan memang hal yang baru dialami oleh Ajat Sudrajat. Sebelum menjadi dekan, Prof. Ajat lebih aktif berada mengampu­ MKU sejak 2008. Sekretaris bidang sampai ke­ tua pernah dilakoninya. Sampai akhirnya pada pemilihan Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS), suami dari Ikim Wartimah ini didapuk menjadi dekan. Rasa tidak percaya diri sempat hadir dalam diri Ajat. Baginya rasa kurang percaya diri ini­ lah yang mendorong agar ia dapat memim­pin FIS kedepan lebih baik lagi. Manusia tidak hanya cukup mengada, sebagai manusia juga dituntut untuk menunjukkan siapa dia sebenar­ nya,” ungkap Ajat kepada tim Pewara Dinamika dalam wawancaranya. Siap, tidak siap jika sudah dipercaya menjadi pemimpin maka Ajat

akan berusaha semaksimal mungkin untuk FIS yang lebih baik. Peran wakil dekan bagi Ajat sangatlah pen­ ting. Tidak dipungkiri bahwa kali ini FIS akan dipunggawai tim yang benar-benar baru di ja­ bat­annya masing-masing. Cholisin, M. Pd seba­ gai Wakil Dekan I kemudian Wakil Dekan II adalah Saliman, M. Pd dan yang terakhir adalah

foto-foto:dokumen pwara dinamika

22

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1


laporan utama yang relatif masih muda, belum 50 tahun,­me­ ngatakan semua ini hasil kerja keras, buah kesabaran, ketekunan dan doa. Kini tinggal di Jl. Candi Sambisari, RT. 04/RW 01, Dusun Kadirojo­ I, Purwamartani-Kalasan Sleman bersama Ikim Wartimah (istri), dan ketiga anaknya, Muh. Hiel­ my Zainul Alam, Muh. Irfan Zaky Mubarrak serta Fitri Tsalisa Fadlilarahma. Terry Irenewati, M. Hum. yang menjabat sebagai Wakil Dekan III FIS. Ketiga orang ini diharapkan akan kompak bersama Ajat membuat perubah­an ataupun peningkatan FIS yang le­bih baik. Visi-misi yang diusung pun tidak mulukmuluk, intinya mahasiswa yang menjadi asuh­ an FIS ke depan mampu menggunakan masa studi­nya dengan baik. Harapan utama 4 tahun studi adalah waktu terpanjang mahasiswa menempuh studi. Tentunya bukan me­lahirkan lulusan premature tetapi juga men­cetak lulus­ an yang berkualitas. Profesor pertama Profesor kelahiran Ciamis, 21 Maret 1962 ini mulai mengabdikan diri di UNY tahun 1990 sebagai dosen pada Unit Mata Kuliah Umum (MKU) dan dosen Jurusan Pendidikan Sejarah, Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial. Selama­ menjadi dosen ia mengampu beberapa mata kuliah yaitu Agama Islam (UNY), Filsafat Sejarah (Pendidikan dan Ilmu Sejarah), Sejarah Asia Barat (Ilmu Sejarah), SKI Islam (Ilmu Sejarah), Sosiologi Agama (Pendidikan Sosiologi), Seminar Proposal Tesis (Pasca UNY), Perilaku Moral­ (Pasca UNY). Ia juga pernah menjadi konsultan pada Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdik­nas dalam penyusunan Buku Panduan­KBK un­­tuk Rumpun Pendidikan Agama. Selain meng­a­jar, Prof. Ajat banyak melakukan peneliti­an,­pengabdian pada masyarakat dan menulis karya ilmiah dan buku. Tidak kurang dari 18 pene­ li­­ti­­an, 33 karya ilmiah, 14 buku yang te­lah di­­tu­­lis­­nya. Tidak terhitung lagi berbagai­ ke­gi­ at­­an seminar, lokakarya, penataran­dan work­ shop yang telah dijalaninya. Ajat Sudrajat adalah seorang Guru Besar Pertama dalam bidang ilmu Pendidikan Agama­Islam. Pidato yang disampaikan beliau dalam pe­ngu­kuhan profesor berjudul “Pendidik­an­ Aga­­ma Islam yang Ilmiah dan Amaliah”.­Beli­ au­berhasil memperoleh gelar profesor di usia

Harapan Dalam kepemimpinannya Ajat banyak mendapat inspirasi dari gurunya, Syafii Ma’arif. Bah­kan banyak yang kemudian mengatakan bahwa Ajat adalah sosok the next Syafii Ma’arif di UNY. Agama islam memang bidang yang digeluti Ajat sejak 1981 ketika ia menempuh studi strata 1 (S1) di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Professor agama satu ini pun memiliki ba­ nyak harapan kepada mahasiswanya. “Rasa kebanggaan menjadi bagian dari keluarga besar alumni FIS UNY selalu melekat dalam sosok lulusan FIS UNY menjadi sesuatu hal yang harus dipelihara para alumni FIS UNY,” itulah harap­ an Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. Ia pun berha­ rap dengan adanya rasa bangga pada lulusan FIS dan UNY pada umumnya diharapkan secara otomatis para lulusan akan mempromosikan FIS dan UNY dimanapun mereka berada. Untuk itu kepada seluruh alumni dihimbau untuk selalu menjaga tali silaturahmi­baik dengan universitas, fakultas, jurusan maupun prodi (programs studi) ma­ sing-masing. Ajat menambahkan,”Apabila alma­ mater se­la­lu dijaga dimanapun khususnya di tempat­kerja, nantinya akan menambah semangat da­lam bekerja. Hal ini otomatis akan sekaligus­meng­ harumkan nama almamater.” Semoga kom­pe­ti­si ini diharapkan lebih kompetitif dan menghasilkan tekad yang bulat me­nuju arah dan tuju­ an yang dicapai untuk memba­ngun kampus yang lebih baik dan maju”. Sesuai sta­tu­ ta,­cendekia, insan dan bernurani serta­ be­nar-­benar menjunjung tinggi Tri Dhar­ma Perguruan Tinggi. 

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

23


laporan utama Prof. Dr. Zamzani, M.Pd.

Menuju Episode Ke-2 yang Lebih Baik Setelah sukses memimpin Fakultas Ungu, FBS UNY, untuk periode sebelumnya, kini Prof. Zamzani kembali diberi amanah untuk memimpin FBS. Ia hanya berharap agar periode yang kedua ini, ia bisa membuat FBS jauh lebih baik. Oleh R h e a Y ustiti e

24

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1

foto-foto:dokumen pwara dinamika

T

anggal 20 September 2010 lalu me­ rupa­kan hari istimewa untuk FBS, pa­ sal­nya penyampaian visi misi dan arah pengembangan FBS 2011-2015 oleh ba­kal calon dekan dilakukan hari itu. Bertempat­ di ruang Seminar gedung PLA FBS dengan­set­ ting tempat berletter U memudahkan para hadi­ rin untuk menatap langsung ketiga bakal calon dekan FBS, Prof. Dr. Endang Nurhayati, Prof. Dr. Tri Hartiti Retnowati, dan Prof. Dr. Zamzani. Anggota senat mengapit bakal calon dekan yang persis menghadap tamu undangan, dosen, dan perwakilan mahasiswa. Visi-misi mereka meliputi 4 poin penting, bidang Tri Dharma Pendidikan: Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian Ma­sya­ rakat, bidang PPM, bidang Manajemen, dan bidang Sarana dan Prasarana. Tentu saja arah visi misi mereka tidak keluar dari statuta UNY, Bertagwa, mandiri, dan cendekia. Tidak hanya itu saja visi misi bersinambungan untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, bahwa pendidikan dan un-

tuk pengajaran, penelitian dan pengembangan serta jangan pernah melupakan pengabdian pada masyarakat. Dalam acara pemilihan ini pun dibuka sesi tanya jawab untuk memantabkan langkah dekan dalam membawa FBS 4 tahun ke depan. Proses Pemilihan Pemilihan dihadiri oleh anggota senat, undangan dan rektor yang kesemuanya berjumlah 52 orang. Proses pemilihannya sebagai berikut, para peserta dipanggil satu persatu untuk mengambil kartu suara dan dilanjutkan pemilihan dengan cara menandai X atau melingkari nama calon dekan yang dipilih setelah itu kartu suara dimasukkan kedalam kotak suara. Pemilihan ini seperti telah dijelaskan oleh Ketua Panitia Pemilihan Dekan FBS bahwasanya 35% hak suara adalah milik Rektor sesuai statuta dan 65% merupakan hak suara senat. Setelah selesai, dilakukan penghitungan suara yang dipimpin oleh Pimpinan Rapat dan diawasi oleh Tim Pemantau serta saksi-saksi dan hasilnya dari 52 suara tersebut jumlah suara terbesar 37 diraih oleh Prof. Dr. Zamzani disu­sul Prof. Dr. Tri Hartiti Retnowati sebanyak 12 Suara dan Prof. Dr. Endang Nurhayati mendapatkan 3 suara. Dengan ini dipastikan pula bahwa Dekan FBS UNY periode 2011-2015 adalah yang mendapat suara terbanyak.


laporan utama

Mantap memimpin Prof. Dr. Zamzani akhirnya kembali memim­ pin FBS selama periode 2011-2015. Beliau meng­ aku sangat siap dan mantap melanjutkan­ke­ pe­mimpinan sebagai dekan FBS. Wewenang ini merukan amanah serta tanggung jawab yang besar. Siap tidak siap harus siap mengabdi untuk FBS. Wakil dekan yang dipilih pun tidak sem­barangan, semua dipilih menurut kriteria yang jelas dan sesuai kemampuan masing-ma­ sing. Dr. Widyastuti Purbani, M. A terpilih sebagai wakil dekan I, Drs. Sudarmaji sebagai wakil­ dekan II dan Dr. Kun Setyaning Astuti, M. Pd wakil dekan III. Untuk itu, menurut Widyastuti Purbani­mem­ butuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusia FBS dengan cara memperpendek masa studi mahasiswa (4,5 tahun), meningkatkan­ kualitas pembimbingan, meningkatkan profesionalitas, dan menambah jumlah buku di perpustakaan. Sementara itu, baik Sudarmaji dan Kun Setyaning A. sepakat untuk meningkatkan sarana dan prasarana pendukung akademik dan kegiatan kemahasiswaan. Selain itu, menurut mereka, dibutuhkan kerjasama untuk membawa FBS menuju tingkat yang lebih bermutu dengan pemikiran think globally act lo­ cally—berpikir global dan bertindak lokal. “Ya, bagaimana membawa FBS UNY untuk go inter­ nasional tetapi tetap menjaga kearifan lokal, menjadikan FBS sebagai kantong budaya serta mewujudkan seni yang mencerminkan budaya nusantara.”

di kelas. Kesibukan menjadi dekan, membuat Bapak 3 orang anak ini tidak lantas melupakan tugasnya sebagai kepala keluarga. Prof. Zamzani mengeluhkan padatnya jadwal dan pulang ke rumah hampir selalu menjelang maghrib. Manajemen waktu sangat dibutuhkan pada saat-saat seperti ini. Pembagian kerja dan merapatkan koordinasi dengan wakil dekan pun sa­ ngat penting. Keberhasilan kepemimpinan periode yang lalu memang menjadi pondasi yang kuat untuk mewujudkan FBS yang lebih baik lagi. Du­ kungan dari semua pihak pun ikut membantu keinginannya tersebut. Apalagi dukungan dari istri, Nuryati dan ketiga anaknya; I Zanial Purnawan, B Zanial Amirin dan N Zanial Azizah. Prof. Zamzani tidak menutup keinginan mahasiswa untuk bermain ke rumahnya di perumahan candi gebang permai A 10. Namun de­ ngan catatan sebelum berkunjung hendaknya membuat janji dengan beliau,” takutnya tamu kecewa kalau-kalau saya sedang tugas ke luar kota,” ujarnya. Harapan dan pesan Dekan kampus ungu un­tuk mahasiswanya ini pun sederhana. Mahasiswa FBS diharapkan benar-benar memanfaatkan jenjang 4 tahun untuk kuliah sebaikbaiknya. Sehingga nantinya FBS yang selalu di cap sebagai fakultas yang selalu terakhir lulus­nya akan hilang dengan sendirinya. Serta jangan lupa mempergunakan fasilitas kampus dengan benar dan mau ikut serta aktif dalam organisasi mahasiswa. Terakhir Prof. Zamzani juga berpesan kepada alumnus agar selalu menjaga­nama baik almamaternya ini. 

Keluarga Tetap Nomor Wahid Prof. Zamzani memulai karirnya sebagai dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia­(PBSI) mata kuliah linguistik. Tesis S3 yang diambil di Universitas Negeri Jakarta pun mene­liti permasalahan linguistik,” Perilaku Verbal da­lam Interaksi Belajar Mengajar Mahasiswa PBSI.” Sampai sekarang dekan yang terkenal ra­­mah dan murah senyum ini masuh aktif meng­ajar

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

25


kabar dari luar Budidaya Buah Melon Kultivar Lokal

Unggul Dari Sisi Penyakit dan Produktivitas

dokumen pribadi

Hasil penelitian yang dilakukan untuk­ mengembangkan buah melon, kultivar lokal ternyata memiliki potensi keunggulan yang lebih baik dibandingkan melon impor. Sayangnya hasil dari penelitian tersebut masih belum tersosi­ alisasikan dengan baik di kalangan ma­ syarakat petani buah melon hingga saat ini. Masih banyak petani yang hingga kini memilih untuk mengembangkan budidaya melon impor. Kondisi tersebut tentu saja menambah beban biaya­produksi yang cukup tinggi karena bi­bit harga bibir impor yang relatif lebih­mahal. “Pemuliaan tanaman melon dapat menghasilkan kultivar melon lokal yang unggul dan dapat bersaing de­ngan­ kultivar-kultivar melon lainnya yang ber­asal dari luar negeri,” tutur Pa­kar Pertanian Dr.Budi Setiadi Daryono,­M.Agr.Sc, dalam work­ shop Budidaya Me­ lon dalam Rangka Penguatan Industri­Benih Nasional beberapa waktu lalu. Dari penelitian dan pengembangan yang dilakukan, dua kultivar melon local yang disebutkannya memiliki poten­ 26

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1

si unggulan lebih baik adalah Melon Ga­ ma1 dan Gama Melon Basket. Kedua­ kultivar tersebut disebutnya memiliki keunggulan dari sisi ketahanan terhadap serangan penyakit seperti jamur te­pung atau powder mildew. Penyakit­ yang disebabkan oleh podosphaera xan­ thii dan virus kyuri green mottle mo­­saic virus tersebut menjadi momok pa­ling ditakutkan oleh petani melon di Indonesia. “Kedua varian tersebut mam­pu bertahan dari serangan penyakit­serbuk­ yang hingga kini paling menghantui pe­tani melon,” tandasnya. Selain daya tahan terhadap penya­ kit, kedua jenis melon local tersebut di­ klaimnya juga memiliki daya produksi yang lebih singkat sehingga mempercepat petani memperoleh kuntungan. Dari evaluasi yang dilakukan untuk je­ nis Melon Gama1 dapat dipanen dalam kurun waktu 55 hingga 57 hari setelah tanam dengan berat rata-rata buah mencapai 1,7 hingga dua kilo. Kepala Dinas Pertanian Provinsi DIY Ir Nanang Suwandi mengatakan, melon mulai di kembangkan di DIY pada 1985.

Saat itu melon dikenalkan­oleh tim misi teknik Taiwan yang dikenal dengan nama ROCATM sebagi sayuran­baru. Dalam perkembangannya karena­memiliki nilai ekonomis tinggi­karena­disenangi masyarakat, saat ini perkem­ bang­an budidaya melon di DIY diakui cukup pesat. Bahkan dalam perkembangannya, saat ini melon menjadi salah satu menu wajib yang dihidangkan dalam setiap acara seperti pesta pernikahan ataupun pertemuan-pertemuan rapat. “Kita juga tahu melon ini seakan menjadi buah yang “wajib” disajikan di setiap hotel bersama pepaya dan nanas. Poten­ si eko­nomisnya tinggi,” tandasnya. Dengan potensi dari sisi ekonomi ter­sebut menurut Dia, pengembangan kultivar local diakui sangat dibutuhkan. Hal tersebut untuk mengurangi beban biaya petani dalam memproduksi me­ lon. Selain itu, dengan pengembangan potensi local, maka dapat meningkatkan daya saing pertanian Indonesia di luar negeri. Sugianto


kabar dari luar seminar

Profesi PRT Berisiko Tinggi

dokumen pribadi

Selama profesi Pembantu Rumah Tangga (PRT) masih masuk dalam ra­ nah kerja domestik, maka profesi tersebut tetap rentan dengan berbagai risiko seperti kekerasan, diskriminasi, dan eks­plo­itasi.­Kondisi tersebut akan semakin berisi­ko tinggi ketika tidak ada perlindung­an dari sisi hukum karena kekosongan peraturan perundangan yang melindu­ngi PRT baik dari sisi lokal maupun nasional. Peneliti Sosial Milda Longgeita menilai, kerja layak bagi PRT akan dapat di­munculkan ketika ranah kerja PRT di bawa ke area publik. “Apabila PRT masih di wilayah kerja domestik, memiliki ka­ rakter privasi yang tinggi, tidak bisa diintervensi oleh pihak eksternal, tertutup, dan bersifat eksklusif. Akibatnya, PRT rentan akan kekerasan, eksploitasi, bahkan kematian,” tandasnya dalam seminar dan lokakarya “Sosialisasi Kerja Layak bagi Pekerja Rumah Tangga”. Hasil analisa yang dilakukannya menyebutkan, kasus yang seringkali harus dihadapi oleh PRT adalah kekerasan psi­ kis dan verbal, pelecehan seksual. Penyik­saan yang terjadi cenderung muncul karena adanya penilaian tidak ber­ha­sil dalam kerja dan hal tersebut di­ a­ki­bat­kan oleh kurangnya pendidikan ser­ta kemampuan diri.

Dari data yang diperolehnya menyebutkan, saat ini ada 100 juta pekerja PRT di dunia. Dari jumlah tersebut yang berasal dari Indonesia mencapai 16 juta­ ­orang dengan enam juta diantaranya da­lam posisi sebagai pekerja migrant atau menjadi PRT di luar negeri. Dan yang bekerja di luar negeri ini memiliki po­tensi risiko lebih tinggi dari pekerjaan yang dilakoni. Peluang lain yang dapat dipergunakan untuk memberikan­ perlindungan kepada PRT adalah pembentukan jaringan organisasi PRT se­ hingga dapat memperkuat posisi daya tawar PRT sebagai sebuah ke­ gi­ at­ an bekerja. “Ini yang masih be­lum­banyak dipahami oleh mereka­yang bekerja sebagai PRT. Pembentukan­jaringan organisasi harus lebih disosialisasikan secara intensif,” tutur Koordinator Jaringan Perlindungan PRT Sri Murtini. Selain dari kemampuan PRT, salah satu penghalang dari upaya pembentukan jaringan organisasi PRT adalah­ pema­haman masyarakat. Pengguna­ja­ sa masih sering menganggap sebelah­ mata kepentingan terbentuk­nya orga­ ni­­sasi PRT.­Bahkan penilaian yang cen­ de­ rung mengarah ke curiga masih se­ ring­ kali muncul ketika PRT akan mem­­bentuk organisasi sebagai salah satu basis perlindungan mereka.

Sekretaris Ditjen Pembinaan Hubu­ ngan Industrial dan Jamsos Kemenakertans, Iskandar Maula menilai, diperlu­ kan pengkajian secara mendalam pe­­ne­­rap­an prinsip fundamental dan hak PRT di tempat kerjanya. Sejumlah hak yang masih harus diperkuat adalah­ ke­bebasan berserikat, pengakuan atas hak berunding, penghapusan segala­ bentuk kerja paksa, penghapusan pe­ ker­ja anak dan penghapusan diskriminasi dalam pekerjaan dan profesi. Kajian dibutuhkan untuk mendapat­ kan potensi gap yang jelas anatara pe­ kerja di sector industry dan pekerja rumah tangga. “Hasilnya akan mampu­ men­jadi perhatian bersama bahwa, setiap tahun pada forum Konferensi Ketenagakerjaan Internasional (ILC) dieva­ luasi berbagai kasus pelanggaran para anggota terhadap konvensi,” tuturnya. Sementara untuk meningkatkan kom­­­petensi dan pengetahuan PRT, juga per­lu dilakukan penyediaan pendidikan dan pelatihan bagi PRT berusia 15-18 tahun. Pelatihan tersebut dapat mendorong munculnya penghargaan profesi PRT dari sisi norma profesi. “Perlu pencermatan lebih lanjut untuk menga­ tur sistim pelatihan dan sertifikasinya,” pungkasnya. Sugianto

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

27


berita festival

Techno Festival FT UNY 2011

dokumen humas FT

Seluruh organisasi mahasiswa (orma­ wa) Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta menyelenggarakan Techno Festival di halaman Fakultas Teknik pada Sabtu dan Minggu, 26 dan 27 Novem­ber 2011. Tu­ju­an dari acara ini ada­lah untuk mengenalkan­ kre­­­a­­­ti­vi­tas­ dan po­­­­ten­si­­ yang di­­­­­mi­­­­li­ki ci­­vi­ tas­­ aka­­de­mika­ FT UNY ke­pa­da­ selu­ruh kha­­­la­­yak­ luas. “Se­lain ini, de­­ngan­ ada­nya event ini di­ha­rap­­kan akan se­ ma­­kin mem­per­e­rat hubungan kekeluar­ ga­an se­­lu­­ruh ang­ go­­ta Ormawa­ di FT­ UNY”, tam­bahnya. Wakil Dekan I FT UNY, Dr. Sudji Munadi­ 28

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1

yang membuka acara ini menyampaikan rasa terima kasihnya kepada se­luruh Orma­wa yang telah membantu memper­kenalkan keberadaan FT kepada­ma­syarakat. “Ini merupakan salah sa­­tu langkah awal untuk­ ke­­bang­itan ki­ta,­ dan ha­­ rapannya event ini da­pat le­bih dima­ tang­­­­kan, sehingga­ aca­­­ra bisa lebih me­­­­ ri­­­­ah. Dosen jurusan mesin­ini menjelaskan bahwa FT memiliki 6 jurus­an­ ­­dan 17 Program Studi­ dan di setiap jurusan ter­ se­but­ memiliki karakteristik­ yang berbeda-beda,dan me­ nurutnya itulah kekayaan fakultas ini.”Kita sebagai ke­­luarga besar FT memiliki tang­gung jawab yang sama untuk menjaga dan mening-

katkan kekayaan tersebut”, imbuhnya. Hastin, sie Humas, menjelaskan bah­ wa pada Techno Festival ini, antara lain diadakan Stanisasi yaitu pendirian stan yang memamerkan karya-karya Proyek Akhir mahasiswa – mahasiswa FT se­ per­ti Mesin perontok bulu ayam, alat pencuci galon, Alat Pencetak Pelet dan lain-lain. Stanisasi ini juga memamerkan prestasi – prestasi yang diraih mahasiswa FT UNY diajang Nasional antara lain, Mobil Listrik Bugi Power Car, Siomini, permen jelly, dan masih ba­ nyak lagi. Selain itu ditunjukkan juga ro­bot-robot inovatif karya mahasiswa. Disamping stanisasi diadakan juga lomba – lomba yang menarik seperti­ kom­petisi futsal untuk seluruh­ maha­sis­­ wa, lomba bottle juggling­untuk­umum, lomba mewarnai untuk seluruh­Taman Kanak-Kanak di Yogyakarta,­lomba­mo­ dification contest yakni lomba modifikasi motor untuk kelas pemula­hingga kelas professional. Kemudian­yang me-


berita narik adalah diadakannya kom­petisi Dimas Diajeng FT UNY yang ma­na untuk memilih satu pasang maha­siswa FT sebagai Duta untuk mempromosikan FT UNY kedepannya. Dalam ajang ini di­ ikuti oleh mahasiswa angkatan 2009 dan 2010 dari seluruh jurusan yang ada di FT. Di ajang ini dime­nangkan oleh Adhi Wicaksosno dari jurusan Pendidik­ an­Teknik Informatika sebagai Dimas di­dampingi Diajeng Indri Purwitasary dari jurusan Pendidikan Teknik Meka­ tronika. Selain itu juga diadakan Fashion show sebagai ajang unjuk gigi karya – karya busana inovatif yang diciptakan

mahasiswa-mahasiswa jurusan­ Pen­di­ dik­an Teknik Busana. Serta ada demo­ ma­sak bersama jurusan Pendidikan­Tek­ nik Boga dan juga demo robot dari Jurusan Teknik Elektro dan Elektronika. Disamping itu juga diadakan aksi penanaman pohon dilingkungan FT UNY sebagai untuk penghijauan. Seluruh rangkaian acara yang meng­ ambil tema Technicolour Energizing The Earth ini ditutup dengan Tablig Ak­ bar­dengan tausiyah dari Ustad Kustri­ yanto, salah satu pengasuh PPA Da­rul Quran dengan tema “Pasanagn Kehi­ dupan Seindah Impian”. haryo

seminar

EARLY CHILDHOOD EDUCATION DARI UNIVERSITY OF SOUTH AUSTRALIA

Menindaklanjuti kunjungan Fakultas Ilmu Pendidikan ke University of South Australia, Adelaide beberapa waktu lalu, perwakilan dari University of South Australia, Dr. Sharon Russo datang ke Fakultas Ilmu Pendidikan untuk berbagi pengetahuan tentang early childhood education di Australia. Dr. Sharon memberikan gambaran umum tentang profil University of South Australia menca­kup diantaranya aspek pendidikan, biaya hi­ dup, lembaga kerjasama, beasiswa dan profil lulusan. Beliau menjelaskan de­ngan seksama agar penjelasan yang di­be­ri­kan mudah dimengerti dan dijalankan oleh para­ dosen FIP yang hadir saat itu. Work­ shop ini ditujukan kepada para dosen­ Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan

fot-foto: dokumen humas FIP

Pendi­dikan Guru Pendidian Anak Usia Dini karena materi yang disampaikan me­ngupas tentang early childhood edu­ cation. Nantinya diharapkan akan ada pertu­ karan informasi yang semakin memperkaya pengetahuan tentang early child­ hood education bagi para dosen setelah mengetahui gambaran proses pendi­

dikan anak usia dini di Australia.­Meski berbeda kultur sosial, hal-hal yang ba­ik dari early childhood educatin di Australia­ dapat kita adaptasikan pada pembelajaran anak usia dini di Indonesia.­Work­ shop kemudian dilanjutkan de­ ngan kun­­jungan ke program studi PAUD Fa­ kul­tas Ilmu Pendidikan UNY. Tim humas fip

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

29


berita seminar

60 Penelitian Teknik Diseminarkan

dokumen HUMAS FT

Seminar hasil penelitian Fakultas Tek­ nik UNY tahun 2011 diselenggarakan pada Jumat, 18 November 2011 bertem­ pat dilingkungan Fakultas Teknik. Tujuan dari seminar ini adalah untuk menyempurnakan hasil penelitian yang telah dikerjakan dosen – dosen di Fakultas Teknik. Seminar kali ini antara lain mencakup penelitian umum, peneliti­ an Hibah bersaing Fakultas, Penelitian kolaborasi dosen dan mahasiswa, dan penelitian pendidikan. Dalam seminar ini dibagi menjadi 4 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 15 judul penelitian. Tiap judul peneli­ tian dipresentasikan dihadapan­masing­

30

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1

– masing kelompok yang diteruskan­ dengan diskusi kelompok untuk memberikan keritik dan saran terhadap ju­ dul penelitian yang diseminarkan. Kelompok yang pertama terdiri dari jurusan Pendidikan Teknik Elektro dan Pendidikan Teknik Elektronika dengan Penanggung Jawab Dr.Samsul Hadi dan Herman Dwi Surjono, Ph.D, beberapa judul dari kelompok ini antara lain, “Pe­ ningkatan Kualitas Perkuliahan Media Perkuliahan Melalui Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif” karya Dr.Sunaryo Soenarto, “Pengembangan Model Jaringan Syaraf Tiruan Tipe Supervised Learning Sebagai Media Pembelajaran Sistem Kendali Berbasis Web” karya Dr.Haryanto, M.PD, M.T., dan lain-lain. Kelompok kedua dan Ketiga terdiri dari Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika, Mesin, Otomotif, dan Boga dan Busana, beberapa judulnya antara lain, “Pengembangan Medioa Stimulator Uji Tarik Untuk Meningkatkan Pemaham­an Mahasiswa Dalam Praktikum Uji Tarik” karya Tiwan, M.T., “Pengembangan

Modul Mata Kuliah Jurnalistik­Fashion Pada Program Studi Pendidikan Teknik Busana” karya Triyanto S.Sn, M.A dan seterusnya. Sedangkan kelompok terakhir terdiri dari jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan dan P[endidikan Boga dan Busana dengan menyajikan presentasi dari bebe­rapa judul antara lain “Kajian Kinerja Beton Pasca Bencana Gempa dengan Ni­lai Keausan Agregat” karya Joko Sumiyanto M.T., ”Analisis Kapasitas­Saluran Drainase Kampus Universitas Negeri Yog­­ya­karta Karangmalang” dan lain-la­in. haryo


berita seminar

Proses Pembudayaan Pendidikan

dokumen HUMAS FBS

Fakultas Bahasa dan Seni menggelar seminar bertemakan Revitalisasi Nilainilai Budaya Lokal dalam Konteks Pendi­ dikan. Pembiacara yang ada antara lain Prof. Dr. Suminto A. Sayuti (Guru Besar FBS UNY), Ben Senang Galus (Dinas Pendidikan dan Olahraga DIY), Darmaningtyas (Pengamat Pendidikan dan Penulis di berbagai media cetak nasional). Semi­ nar ini diselenggarakan pada Jumat, 25

November 2011. Ada dua konsep acara yang ditawarkan panitia dalam seminar yang diselenggarakan di Auditorium UNY. Peserta dapat memilih hanya mengikuti Stadium General atau menikuti keseluruhan acara seminar. Ketua Panitia, Suranti Tri Astuti me­ ngatakan ”Hal itu dilakukan untuk anti­ sipasi jika peserta kurang dari target,­

na­mun nyatanya peserta seminar ma­ lah membludak.” Ditanya tentang latar belakang acara ini Suranti menjawab bahwasanya acara ini berangkat dari keresahan mahasiswa tentang budaya lokal yang kini kian tergeser dari proses­ pendidikan. Prof. Dr. Suminto A. Sayuti dalam aca­ra inti pun mengatakan bahwa nilainilai kearifan lokal tersebut meniscaya­ kan fungsi yang strategis bagi pembentukan karakter dan identitas, yang pada gilirannya akan memunculkan sikap budaya yang mandiri, penuh inisiatif, dan kreatif. Pengembangan kearifan-kearifan lokal memiliki arti penting bagi berkembangnya suatu masyarakat. Sejatinya, pendidikan secara keselu­ ruhan itu hendaknya dimaknai sebagai proses pembudayaan dan bukannya pro­ses “Pembuayaan” dan penjinakan sosial budaya. Pendekatan multikultu­ ral merupakan salah jalan yang bisa di­ tempuh. Acara ini terkesan unik karena seluruh panitia mengenakan busana adat Jawa. Fitri

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

31


berita seminar

Pekan Ham 2011 Mahasiswa PKnH

dokumen HUMAS FIS

Senin (10/12), Taman Ki Hajar Dewan­ tara Fakultas Ilmu Sosial UNY terlihat tidak seperti biasa. Terdapat acara de­ ngan tenda terpasang rapi yang sekeli­ lingnya dihiasi oleh lukisan-lukisan ser­ta poster yang bertemakan kemanu­ siaan. Acara tersebut diselenggarakan oleh Mahasiswa PKnH 2011 yang bertemakan “Hak Asasi Manusia Untuk Persatuan” dengan bimbingan dan pengarahan dari dosen pengampu pendidikan HAM, Halili, S.Pd. Acara tersebut diadakan dalam mem­ peringati hari Hak Asasi Manusia yang diperingati setiap tanggal 10 Desember. Namun para panitia dari Pekan Ham, menyelenggarakan rangkaian­acara sejak 5 Desember sampai 10 Desem­ber

32

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1

2011. Dalam 6 hari itu, acara yang diselenggarakan berbeda-beda setiap hari­ nya. Hari senin, 5 Desember terselenggara pameran foto & lukisan tentang­ ke­­manusiaan yang bertempat di halam­ an Ki Hajar Dewantara, Selasa, 6 Desember diadakan bedah film yang bertempat di Ruang Ki Hajar FIS. Rabu, 7 De­sem­ber di Aula Fakultas Ekonomi ter­­ se­leng­gara Seminar yang bertemakan “Hak Asasi Manusia Untuk Menegakkan Harkat dan Persatuan Bangsa”. Kamis, 8 Desember para panitia mengun­jungi Panti Asuhan Sinar Melati dan menga­ dakan bakti sosial. Jum’at, 9 Desember para panitia mengundang para temanteman civitas untuk ikut berpartisiasi dalam acara Pensi yang bertempat di

Taman Pancasila FIS. Dan di hari terakhir acara sekaligus puncak acara dari Pekan Ham tersebut rencananya para panitia akan turun ke jalan dalam aksi­ solidaritas. “Jurusan sangat mendukung dan diharapkan semuanya bisa berpartisipasi dengan baik dan tetap semangat!”, me­ rupakan sebagian dari kata sambut­an dari ketua jurusan PKnH, Anang Priyanto, M.Hum dalam pembukaan acara (5 Desember 2011). Acara dibuka de­ngan­ melepaskan burung merpati oleh Ke­ tua Jurusan PKnH dan disertai sambutan dari Anang Priyanto, M.Hum selaku Ketua Jurusan dan Halili,­S.Pd se­la­ku dosen pembimbing dari acara­ter­sebut. fitriyani/zainal


berita kunjungan

REAL MADRID FOUNDATION AUDIENSI REKTOR UNY

dokumen HUMAS FIK

Tim dari Yayasan Real Madrid Foundati­ on, Area de Proyectos Internacionales, Ignacio De Almagro bertemu dengan Rek­tor Universitas Negeri Yogyakarta,­ Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA. Pertemuan ini berlangsung di ruang kerja rektor dalam rangka persiapan pendirian Sekolah Sosial Olahraga Real Madrid Foundation (SSO RMF) di Yog­ yakarta. Sebelumnya, Real Madrid Fo­ un­­dation di dampingi pengurus Liga Pendidikan Indonesia (LPI) melakukan dialog bersama Dekan FIK UNY, Rumpis­

Agus Sudarko, M.S., Pengurus KONI DIY, Dinas Pendidikan DIY, serta media masa bertempat di kampus Fakultas Ilmu Keolahragaan. Rektor memberikan apresiasi positif dengan akan dibukanya SSO RMF di Yog­ yakarta. Terlebih sekolah ini ke depan direncanakan untuk memberikan ke­ sem­patan kepada anak-anak yang me­ mi­­lki masalah sosial namun memiliki po­tensi tinggi dalam bidang olahraga khu­susnya sepak bola. “Ke depan sekolah ini bukan untuk

menangani masalah sosial mereka, tapi adalah kepada bagaimana mengembangkan bakat sepak bola mereka,” jelas Rohmat kepada Almagro. “ Dengan kesadaran tinggi bagaimana kita bisa memaknainya menjadi how to know, to dow and to owner. Selain keterampilan sepakbola mereka juga harus diberikan bekal imu pengetahuan agar bermanfaat untuk masa depan”, imbuhnya. Dipilihnya Yogyakarta yang selanjut­ nya bermitra dengan FIK UNY, diawali saat Real Madrid Foundation memberikan penawaran kerjasama pendirian sekolah sosial olahraga yang dikhususnya untuk anak anak usia 6-17 tahun. Bebe­ rapa proposal yang diseleksi dan lolos selanjutnya dikunjungi oleh Tim Real­ Madrid Foundation. Setelah melihat ber­­bagai sarana olahraga di FIK, pihak ma­na­je­men menganggap Yogyakarta­ mampu mengembangkan SSO RMF. Se­ la­­in Yogyakarta, 6 kota besar lainnya yang akan didirikan SSO RMF adalah­ Banda Aceh, Samarinda, Surabaya, Ma­ ka­sar, Jayapura, dan Banjarmasin. RATNAE

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

33


berita Olimpiade Sains Nasional

JUARA II OSN-PERTAMINA TINGKAT NASIONAL

dokumen humas fmipa

Nabih Ibrahim Bawazir, mahasiswa Ju­rusan Pendidikan Matematika Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, berhasil meraih juara kedua tingkat nasional bidang matematika dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) Pertamina­ yang diselenggarakan di Perta­

34

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1

mina He­ad Office Jakarta 1 – 4 November 2011 lalu. Mahasiswa yang lahir di Cilacap 21 Februari 1991 ini dikirim mewakili DIY dalam OSN-Pertamina setelah sebelumnya menjuarai OSN-Pertamina bidang matematika tingkat provinsi DIY bulan Oktober 2011. Para finalis yang berlaga di Jakarta ini sebelumnya telah melalui seleksi dari tingkat daerah hingga provinsi dari 16 ribu peserta, kemudian terpilih 132 finalis dari berbagai provinsi di Indonesia. Olimpiade Sains Nasional Pertamina (OSNPertamina) adalah program yang memiliki potensi dan kontribusi dalam peningkatan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Program ini untuk mendorong mahasiswa yang mendalami bidang Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi agar lebih serius dan kompeten dibidangnya. OSN-Pertamina yang diprakarsai oleh Pertamina ini merupakan salah satu wujud­ kepedulian perusahaan pada­

pendi­dikan di Indonesia­melalui pro­ gram corporate social responsibility (CSR). Alumni SMAN 1 Cilacap ini berhasil mendapatkan juara kedua kategori best presenter setelah menyisihkan 132 peserta lain dari 33 provinsi dalam bidang matematika, fisika, kimia dan biologi dari seluruh perguruan tinggi negeri maupun swasta se-Indonesia. Pada seleksi final di Jakarta para finalis mengikuti kegiatan karantina untuk mengikuti bidang yang diperlombakan. Untuk kategori best theory dinilai berdasarkan­ kualitas teori dalam mengerjakan soal sedangkan kategori best presenter dinilai


berita

Dedy Herdito

K ilas UNY Penuhi Undangan USIM Malaysia

dokumen himas FT

berdasarkan kualitas presentasi.­Grand final OSN-Pertamina 2011 menyediakan­ total hadiah senilai 2.8 miliar rupiah­ yang terdiri dari uang tunai, beasis­wa, dan dana pembinaan universitas.­Ketika ditanya kegiatan­apa saja selama­ mengikuti OSN ini, “Dalam seleksi­tingkat nasional saya membuat 4 makalah, 1 makalah untuk semifinal dan 3 ma­ka­ lah untuk grand final” kata Nabih, “Pada hari pertama mengumpulkan makalah dan tes teori serta diambil 6 terbaik dari kategori teori dan pemakalah, berikutnya pada hari kedua 6 orang terbaik ini mempresentasikan makalahnya dimana 1 peserta sebagai pemakalah dan peserta lain berperan sebagai reviewer dan opponents.” Sebagai finalis kategori presenter, anak sulung pasangan Ibrahim Bawazir­ dan Zubaidah ini menyampaikan ma­ kalah tentang efisiensi menggunakan solar bottle bulb untuk penerangan alternatif. Menurut Nabih, dalam pemba­ ngunan depo solar bottle bulb variabelvariabel yang mempengaruhi adalah total biaya, lokasi, pembangunan daerah sekitar dan estimasi usia tangki dimana diperoleh hasil bahwa total biaya, koefisien lokasi, koefisien pembangunan daerah sebanding dengan skor lokasi, sedangkan estimasi usia tangki berbanding terbalik dengan skor lokasi. “Dengan menggunakan model matematika akan dapat diketahui lokasi mana yang paling efisien untuk menempatkan solar bottle bulb ini” kata Nabih, “Adapun variabel yang digunakan adalah Koordinat Lokasi, Skor Lokasi, Total Biaya, Koefisien Lokasi, Koefisien Pembangunan Daerah, dan Usia Alat. Lokasi terbaik adalah yang skornya terendah” lanjutnya. Pemenang kategori best presenter bidang matematika (1), Salwa Nursyahida (UPI Bandung), (2) Nabih Ibrahim Bawazir (UNY Yogyakarta), (3) Ariestha W. Bustan (Universitas Khaerun Ternate) sedangkan pemenang best theory bidang matematika, (1) Bernard Immanuel (UI Jakarta), (2) Yohanes (Universitas Pelita Harapan Jakarta), dan (3) Okky Sugianto H (ITS Surabaya).

Universitas Negeri Yogyakarta memenuhi undangan panitia Ihtifal Institusi Pengajian Tinggi (IPT) Asean tahun 2011 untuk cabang Tilawah Al Qur’an yang di selenggarakan oleh Universitas Sains Islam Malaysia (USIM). Acara ini terselenggara atas kerjasama dengan Jabatan Kemajuan Islam Malaysia. Ihtifal IPT diselenggarakan pada10-14 No­pem­ber 2011 bertempat di kampus USIM, Nilai, Negeri Sembilan Malaysia. UNY sendiri mengirimkan beberapa mahasis­wanya. Antara lain Heri Subarkah dari Fakultas Teknik yang mengikuti cabang tilawah putra dan Umi Maslakhatun dar Fakultas Ilmu Pendidikan untuk cabang tilawah putri. Dosen pembimbing mereka, Syukri Fathudin AW, M.Pd, berkomentar mengenai keikutsertaan UNY pada ajang Internasional ini. “Keikutseraan ini dilakukan mengingat implementasi UNY menuju perguruan tinggi kelas dunia dan melatih mental serta pengalaman bertanding para Qori’/Qoriah dalam ajang internasional. HARyo

Pelatihan Pengembangan Karakter Sebanyak 400 mahasiswa dari berbagai program studi dan aktivis UKM di tingkat Fakultas mengikuti pelatihan pengembangan karakter. Pelatihan ini berlangsung mulai tanggal 18- 20 November 2011 di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). Menurut Ketua Panitia Dyah Respati Surya Sumunar, M.Si. , kegiatan pelatih­ an ini diselenggarakan untuk memenuhi program pengembangan karakter melalui tulisan (literacy). Dalam pelatihan ini juga mengutamakan berbagai materi antara lain: Membangun Kreativitas meliputi gagas ide dalam menulis,­penulisan karya ilmiah tahap 1,2,3 dan 4 (pre, post, writing stage dan final edi­ting stage) motivasi berprestasi, program penalaran mahasiswa. Diakhir pelatih­ an yang menyedot perhatian peserta, dibahas tentang teknik presentasi karya ilmiah dan diskusi/review. Lebih lanjut Diyah menyampaikan bahwa pemberi materi pelatihan ini adalah pembina kegiatan mahasiswa dan para ahli dalam bidang kreativitas dan penulisan karya ilmiah. Harapannya, setelah mengikuti kegiatan pelatihan ini para peserta mampu membuat/mengajukan karya tulisnya untuk Program Krea­ tivitas Mahasiswa Artikel Ilmiah (PKMAI) dan Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tulis (PKMGT) imbuh Diyah. Hadir dalam kegiatan ini Wakil Rektor III, Wakil Dekan III, Staf Ahli Bidang Kemahasiswaan juga Kepala Biro AKI. Apw

Reni, Mojang Mimitran Jawa Barat 2011 Mahasiswi Fakultas Bahasa dan Seni UNY kembali toreh prestasi setelah sebelumnya berhasil meraih gelar “Mojang Banjar” (Duta Kabupaten Banjar) 2011. Kini Reni Juwitasari, mahasiswi Pendidikan Bahasa Jerman, berhasil meraih gelar “Mojang Mimitran” (Duta Persahabatan) dalam acara puncak perhelatan Pasanggiri Mojang Jajaka (Moka) Jawa Barat 2011, Duta Seni Budaya Pariwisata Jawa Barat. Ajang tahunan yang digelar Bidang Kepariwisataan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat ini dipusatkan di Gedung Graha Batununggal Indah, dan berlangsung meriah, Sabtu (26/11). Fitri

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

35


opini PENDIDIKAN CEPAT SAJI ALA INDONESIA O l e h P ratina I khtiyarini

P

ernahkah kita bertanya, untuk apa sebenarnya kita menjalani pendidikan di sekolah? Saya kira sebagian besar orang akan menjawab pernah. Berbagai macam jawaban tentu mempunyai rasionalisasi yang dapat diterima, seperti mendapat ijazah, memperoleh pengetahuan, agar mendapat status yang lebih baik di masyarakat, dan masih banyak lagi alasan masuk akal lainnya. Namun demikian, di antara alasan-alasan­luar biasa tersebut, pasti ada alasan yang terdengar­ bodoh dan tak memiliki spesifikasi masuk­akal. Seperti pengalaman saya bertanya kepada­seo­ rang teman SMA, tetangga rumah, ketika dita­ nya mengapa ia terlihat tak minat pada seko­ lahnya, jawabannya cukup membuat saya he­ran. Hanya karena menuruti tuntutan orang tua. Tak ada yang lain. Pemaparan di atas mengenai rangkaian pertanyaan beserta beberapa jawaban yang menjelaskan alasan seseorang harus “berpendidikan” adalah sebuah paket pembuka yang saya tujukkan untuk saya sendiri dan mungkin bagi Anda yang kebetulan mahasiswa jurusan kependidikan atau bahkan Anda yang telah menggeluti profesi guru. Setidaknya, paket ini dapat dijadikan sebagai suatu kejutan, agar kita sadar,­ bahwa kebanyakan masyarakat Indonesia begi­ tu dangkal memaknai arti pendidikan bagi kehidupan. Ini menjadi masalah, manakala hasil dari proses pendidikan di sekolah hanya diten­ tukan oleh produk bernama ijazah, hingga seseorang dapat membeli produk tersebut hanya sekedar mendapat gelar “orang berpendidik­ an.” Mudah bukan? Menyoal tentang pendidikan, bisa kita telu­

Inilah yang membuat kita buta, hingga tak mampu melihat proses kegiatan pendidikan sebagai suatu hal yang jauh lebih penting. 36

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1

suri melalui sistem-sistem yang ada. Hampir semua orang tahu, bahwa sistem pendidikan di Indonesia akan selalu berakhir pada pemberian­ ijazah sebagai suatu warisan penting. Hal tersebut tak akan menjadi persoalan, manakala manusia yang tercetak melalui dunia pendidikan juga memilki kemampuan sesuai dengan cetak­ an angka di ijazah. Namun, kenyataannya menjadi ironis, ketika ijazah menjadi tujuan akhir seseorang menempuh pendidikan di sekolah hingga melakukan hal-hal yang tak pantas ha­ nya untuk mendapat nilai yang laku di pasaran. Sekilas, memang tak ada yang salah dengan­ ironi tersebut. Sah-sah saja seseorang hanya­ meng­harap ijazah dari dunia pendidikan. Akan tetapi, imbas yang dihasilkan sungguh­mengerikan, seperti adanya kasus-kasus kebocoran­soal ujian nasional di Bengkulu Selatan tahun 2009 dengan tersangka utamanya, tak main-main, melibatkan 16 orang, yakni sepuluh kepala sekolah SMA Negeri, empat kepala sekolah swasta, satu kepala sekolah Madrasah Aliyah Negeri dan seorang kabid Dikmenum Diknas setempat. Motifnya pun sebenarnya sangat mengha­ rukan, ingin meluluskan semua muridnya tanpa kecuali agar bisa mengangkat harkat dan martabat sekolah, serta provinsi tercinta. Bila kita telisik lebih dalam, kira-kira siapa yang patut disalahkan? Apakah siswa dan pihak sekolah yang tak bertanggung jawab? Atau oknum dari Diknas yang tak tahu diri itu? Saya kira, bukan mereka. Baik siswa, sekolah, maupun pihak dari dinas pendidikan, hanyalah korban dari adanya sistem pendidikan yang sudah salah sedari dulu. Semenjak duduk di bangku SD , kita telah disugesti bahwa anak yang pintar adalah anak yang menduduki peringkat satu dengan nilai-nilai menakjubkan. Inilah yang membuat kita buta, hingga tak mampu melihat proses kegiatan pendidikan sebagai suatu hal yang jauh lebih penting. Istilah George Ritzer, tentang McDonalisasi dalam bukunya “McDonaldization of Society:­ An Investigation into the Changing Character of Contemporary Social Life” pada tahun 1995, yang bercerita tentang kesuksesan perusahaan McDonald ternyata juga membawa pengaruh


opini

terhadap kehidupan sosial. Seperti yang kita tahu, bahwa McDonald adalah pelopor pendiri restoran berbasis cepat saji di dunia, yang membawa kita pada konsep membeli makanan hanya sekedar untuk memenuhi hasrat lapar, hingga kita sendiri yang menghampiri makan­ an yang kita pesan. Padahal, konsep tersebut banyak mendapat kritikan, seperti dehumanisa­ si karena makanan cepat saji ternyata mengan­ dung gizi buruk dan tak baik untuk manusia. Bila kita amati, sistem pendidikan di Indonesia seperti dibuat dengan resep praktis dan seefisien mungkin, semacam McDonaldisasi­ter­ sebut. Praktis, karena pemerintah hanya­mengeluarkan surat keputusan berlabel “LULUS”­pada ijazah dengan standar nilai yang te­lah ditentukan, serta efisien karena waktu yang dibutuhkan relatif singkat, yakni­seminggu,­untuk menentukan riwayat akhir dari proses pendidik­an yang telah berlangsung bertahun-tahun. Seperti halnya pendidikan yang sedang ber­ lang­sung di Indonesia, tak disadari semakin­mi­ rip dengan McDonald, yang hanya mengandal­ kan pada kepraktisan dan efisiensi tanpa me­mi­kir­kan efek negatif yang perlu untuk di­be­ ri­kan solusi. Jangan heran, jika sistem pendidik­ an di Indonesia yang hanya mengutamakan

ce­pat saji, tanpa memerhatikan kualitas telah menyebabkan angka pengangguran terdidik­ menjadi persoalan ketenagakerjaan saat ini. Data di BPS tahun 2011, juga menyatakan bahwa pengangguran terdidik menduduki peringkat teratas dari sekian jenis penganggur­an. Walau pengangguran terdidik­tidak selalu menandakan kemiskinan, hal tersebut tetap menambah angka pengangguran yang ada. Inilah yang perlu kita kritisi, apakah memang­ sistem pendidikan dibuat hanya untuk menghasilkan lulusan “terdidik” miskin pengetahu­ an? Ijazah yang sepatutnya dibanggakan,­ter­ ka­dang tak bernilai jika kita dihadapkan pada era global saat ini, di mana kualitas perfoma, pengetahuan, dan otak menjadi hal yang utama­ dibandingkan pampangan angka di ijazah. Bagaimana membuat pendidikan lebih meng­ha­sil­kan manusia bermutu adalah tugas ki­ta semua. Akan tetapi, pihak guru adalah kom­po­nen utama dalam menyadarkan semua peserta didik untuk paham bahwa bekal hidup tak cukup dengan mengantongi ijazah saja.

Pratina Ikhtiyarini Mahasiswa UNY

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

37


opini BUKU DAN MODERNISASI BANGSA O l e h S udaryanto, S . Pd .

M

odernisasi Jepang, India, dan Cina, boleh jadi diinspirasikan melalui buku. Bagi masyarakat ketiga negara tersebut, buku tak hanya dimaknai sebagai tumpukan kertas, tetapi lebih dari itu, ia membawa percikan-percikan ide kemajuan. Buktinya, di era modern saat ini, ketiganya benar-benar menjadi macan Asia yang menggeliat di kancah internasional.­Intinya,­ mereka mampu berbicara di tengah kuasa Ame­ rika dan sekutu-sekutunya. Bagaimana dengan kita? Saat ini, di Indonesia baru terdapat sekitar 700 toko buku aktif ukuran besar dan kecil. Jumlah ini belum memadai untuk melayani 1.000 juta pembeli buku. Alhasil, minat membaca bangsa kita belum tumbuh. Lain halnya dengan­ Vietnam, saudara muda kita, sesama anggota negara ASEAN itu. Mereka tampil sebagai­negara yang modernis: menjamin ketersediaan akses bahan bacaan bagi penduduknya. Coba bandingkan dengan kita? Bagaimana hasilnya? Indonesia dengan jumlah penduduk 225 juta setiap tahun memproduksi 8.000 judul buku. Sedangkan Vietnam dengan 80 juta penduduk memproduksi 15.000 judul. Ini artinya, tiap-tiap penduduk Indonesia hanya membaca buku sebanyak 35 buku, sedangkan tiap-tiap penduduk Vietnam membaca buku sebanyak 187 buku. Perbandingan ini membuat kita jengah, sebab Vietnam baru merdeka tahun 1968 (41 tahun). Belum lagi jika kita ingat pada tahun-tahun 1970-an Vietnam belajar mengembangkan pendidikan dasar dari Indonesia, sekarang Vietnam mengungguli kita. Pada tahun-tahun 1970-an Viet­ nam belajar bercocok tanam, sekarang

Mungkin, akar masalahnya adalah, bangsa ini belum memiliki sikap menghargai budaya baca dan tulis, seperti halnya orang Jepang, India, dan Vietnam. 38

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1

men­jadi pengekspor beras untuk Indonesia. Pa­da­hal, apa sih yang tidak kita miliki, mulai dari sumber daya alam dan manusia, semuanya­ serba ada dan melimpah? Tapi, nyatanya, kita masih dianggap pengekor dari bangsa-bangsa­ maju. Singkatnya, sekali lagi pemerintah Vietnam­ betul-betul memiliki komitmen terhadap penumbuhan minat baca dan tulis. Begitu pula di India, sebuah negara Asia yang kini banyak diperhitungkan di level internasional. Bahkan,­ bersama China diprediksi ia akan mampu seja­ jar dengan Jepang. Kini, pertanyaannya, bagai­ mana dengan pemerintah kita, terutama dalam hal penumbuhan minat baca dan tulis? Mungkin, akar masalahnya adalah, bangsa ini belum memiliki sikap menghargai budaya baca dan tulis, seperti halnya orang Jepang, India, dan Vietnam. Jujur diakui, bangsa kita lebih mudah membeli rokok ketimbang buku, lebih mencintai mie instan daripada buku. Di sisi lain, budaya nonton TV dan budaya omong di tempat umum, seperti di warung kopi, rumah­ sakit, dan tempat lainnya, mengubur atau mem­perlambat besarnya minat baca dan tulis. Atas kondisi itu, saran kita konkret saja, yakni, pertama, pemerintah pusat dan daerah dapat segera mengalokasikan subsidi kertas bagi penerbitan buku-buku, baik pelajaran, diktat kuliah, hingga umum. Sebaiknya jenis kertas koran yang digunakan untuk penerbitan tersebut, agar biayanya lebih murah namun tetap layak baca dan jual. Dengan begitu, masyarakat kita, khususnya para pelajar dan mahasiswa dapat membelinya dengan harga terjangkau dan hemat. Kedua, pemerintah daerah (kota/kabupaten) menyediakan dana serta sarana dan prasarana­ minat baca berupa rak-rak buku di tempat umum, seperti di bank dan stasiun. Jika tempat tersebut menyediakan televisi, rasa jenuh menunggu antrean barangkali sedikit terusir. Jika tidak, waktu 15 menit hingga satu jam kadang habis hanya untuk menunggu nomor antrean tiba, atau sekadar ngobrol ngalor-ngidul. Padahal, waktu sesempit itu bisa digunakan untuk membaca. Pendek kata, semuanya itu menjadikan aktivitas membaca sebagai kebiasaan (reading­ ha­


opini

bits). Di negara maju, seperti Jepang, orang sudah terbiasa membaca sambil duduk menung­gu atau berdiri di bus. Sampai-sampai, buku ukuran saku banyak diterbitkan untuk dibaca di perjalanan. Di Indonesia pun, buku ukuran saku sudah cukup banyak. Itu melingkupi­buku antologi cerita pendek, kolom, esai, hingga puisi. Kini, persoalannya tinggal komitmen pemerintah dalam memberikan subsidi harga kertas. Selama ini, jujur saja, penerbitan di Tanah Air tampak lesu, karena harga kertas kelewat mahal. Alhasil, orang pun enggan membaca buku. Ironisnya, pemerintah lebih tergiur untuk menyubsidi mobil mewah daripada kertas buku. Fakta ini penulis dapatkan dari seorang kolega­ yang merupakan editor di sebuah penerbit ter­

kemuka di Yogyakarta. Bagaimana kita menyikapinya? Hemat penulis, meski kedua upaya sporadis di atas dirasa sulit diwujudkan, namun yakinlah bahwa kita mampu mengatasinya. Di simpul ini, kita juga berharap pada perusahaan swasta guna berpartisipasi menyediakan ruang baca bagi masyarakat umum. Ingatlah, kalau hanya pasif berharap minat baca buku tumbuh dengan sendirinya, toh budaya membaca di Indonesia tidak akan pernah mewujud sampai kapan pun. Siapa peduli minat baca bangsa ini?

Sudaryanto, S.Pd. penulis buku Menguangkan Ide

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

39


resensi media Madre, Formula Cinta Ala Dee O l e h T usti H andayani Antologi cerpen ini adalah sebuah kaset atau CD musik kompilasi. Begitu buku yang berjudul Madre ini bisa­diibaratkan. Para pembaca disuguhi beberapa cerita pendek yang tidak berhu­ bungan satu sama lain. Campur aduk. Madre me­mang sebuah buku yang berisikan kum­pulan cerita pendek Dewi Lestari, penulis yang lebih akrab dipanggil Dee. Dewi seperti sedang menunjukkan bahwa dia telah memiliki patron dalam menulis, yakni memilih satu tema yang spesifik, kemudian dia akan mengaburkan tema tersebut dengan memberikan alur yang (justru) sederhana. ”Madre” menjadi pembuka sekaligus­ cerita yang paling dominan. ”Madre” juga menjadi media bagi Dee untuk membuktikan eksistensinya. ”Madre” bercerita­tentang adonan roti yang di­ cip­takan oleh seorang beretnis Tionghoa, kemu­di­an dijadikan sebagai warisan dan di­ be­ rikan kepada seorang pemuda bo­hemian bernama Tansen. Kedua­nya tidak saling mengenal namun berhu­ bungan garis darah. Seorang beretnis Tionghoa itu tak lain adalah kakek Tan­sen. Madre sendiri

yang klasik terjadi kemudian. Tidak jadi membeli, Mei justru menjadi partner bisnis Tansen. Kejayaan toko mendiang sang kakek kemudian terulang berkat koalisi bisnis Tansen dan Mei. Akhir cerita sudah bisa ditebak. Lewat roti bernama Madre, Dewi mengajak pembaca untuk meng­ hidupkan harapan demi kehidupan­dan cinta yang sempurna. Berawal dari kisah persahabatan dua manusia berlainan jenis yang sama-sama Ari. Seiring waktu, Ari laki-laki ke-

Madre Penulis: Dewi “Dee” Lestari • Penerbit: Bentang Pustaka, 2011 • Tebal: 160 halaman

adalah nama adonan roti tersebut. Madre, dalam bahasa Spanyol berarti ibu, sangat dikasihi oleh si kakek. Begitu sayangnya si kakek kepada Madre, sehingga seakan-akan adonan roti itu layaknya makhluk yang memiliki nyawa. Saat sang kakek meninggal dunia, Tansek meninggalkan kehidupannya di Bali untuk Jakarta demi toko roti milik kakeknya. Di tengah usahanya membangun kembali kejayaan toko kakek­ nya, Tansen berkenalan dengan Mei, seorang gadis Cina. Mei berniat membeli Madre dengan harga yang sangat tinggi senilai 100 juta rupiah. Formula cinta 40

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1

mudian menjadi­ se­ orang spiritualis, seorang Guruji. Sang perempuan kemudian merasakan ke­hilangan yang amat sangat. Cerpen ”Menunggu Layang-layang” menyajikan kisah cinta yang renyah dan enak dinikmati, tentu dengan ironi namun tanpa harus berderai air mata. Cathcy, bahasa musiknya. Justru dari ”Menunggu Layang-Layang”,­penulis merasakan klimaks dari seorang­Dewi. Cerita ini seakan-akan sengaja­disu­guh­ kan untuk dibaca oleh manusia­yang te­lah menemukan pasangan hidup­nya. Hubungan antara Starla dan Christian.

Christi­an, laki-laki maskulin pada umumnya yang mempunyai sapaan ak­rab, Che. Starla, seorang perempuan metropolis. Berwajah rupawan, update, kaya dan berintelektual tinggi. Sebagai seorang perempuan yang hampir selalu kesepian, Starla selalu menceritakan apapun kehidupan sehari-harinya kepada Che. Pun begitu yang dilakukan oleh Che. Suatu ketika, baik Che maupun Starla menyadari bahwa mereka adalah dua orang yang ditakdirkan bersama. Cerita menjadi menarik karena keduanya terjebak dalam sikap hipokrit masing-masing. Buku ini berisikan tiga belas ce­ rita dan prosa pendek, namun ha­nya tiga cerita di atas yang penulis anggap memiliki cerita utuh dan mampu menyelamatkan nama besar Dewi Lestari sebagai seorang penulis best seller. Patron penulisan Dewi seperti ini sebenarnya sudah ia terap­kan di bukunya terdahulu­yang ber­judul Filosofi Kopi. Tema besar yang diangkat dalam kedua buku ini sama-sama bercerita soal masakan. Beralur sederhana dengan formula cinta yang klasik yakni, penutup yang happy ending. Membahas soal teknis penceritaan, beberapa cerita tidak memiliki konsep yang kuat. Seakan-akan cerita ini diangkat dari sajak dan puisi hasil curahan hati seorang Dewi Lestari. Dewi mungkin sudah terjebak dengan trend kepenulisan yang itu-itu saja. Apa yang kurang dari buku ini? Dewi terlalu fun dan terlalu ceria. Kar­yanya yang berjudul ”Madre” ter­ma­suk nge­ pop dan larut dalam trend yang ”market­ able”. Meski secara mutu tidak kurang, Dewi harus kembali ke roots awalnya supaya tidak dianggap stagnan.

Tusti Handayani staf Humas UNY


bina rohani Taubat Nasuha Ol e h Nirmala Suatu tindakan yang merugikan diri­ sendiri atau orang lain adalah kesalahan­ yang dapat membuat manusia­jatuh pada suatu nilai yang rendah.­Padahal setiap manusia menginginkan nilai yang tinggi di depan orang lain. Akan tetapi,­ Allah mengetahui­bahwa manu­sia tidak akan luput­dari kesalahan.­Sua­tu kesa­ lah­an jika seorang manusia­ meng­­­hu­ kum orang yang salah karena­lu­ pa atau khilaf. Allah memberi­ ke­­­­sem­­­pat­ an­ kepada­ setiap­ umat-Nya un­­­tuk ber­ be­nah diri agar tidak meng­­a­­la­mi­ kesalahan serupa.­Itulah maha-murah Allah dan itulah yang disebut­ ta­u­bat. Tuhan menerima­taubat manu­sia dari kesalah­ an masa lampau dan ber­u­sa­ha untuk tidak mengulangi­nya.­Taubat yang demikian dinamakan tau­bat na­suha. Walau semua orang dapat melakukan­ taubat, ada dosa yang tidak terampuni dan akan dilaknat Allah yaitu syirik. Jika seseorang menyembah sesuatu selain Allah (syirik), dia harus cepat-cepat membaca syahadat, ”Asyhadu an-laa ila­ aha illallaah, wa asyhadu anna muham­ madan rasuulullaah”. Terkadang kita umat manusia masih menganggap taubat adalah perbuatan­ yang mudah dimulai dengan janji ucap­ an belaka. Seharusnya jika memang meng­inginkan taubat nasuha dan berhasil, harus diawali dengan niat tulus dari dalam hati, mengucapkan lewat lisan, dan membuktikannya lewat perbuatan sehari-hari dengan mengerjakan­ kewajiban dan meninggalkan­laranganlarangan yang dipaparkan dalam Alqur’an dan Al-haditz. Tidak boleh ragu akan taubat kita (diterima atau tidaknya) kepada Allah. Taubat adalah solusi yang memang diberikan kepada umat-Nya untuk berbenah. Jika Allah tidak menerima taubat, pasti semua umat manusia di muka bumi ini akan dimasukkan neraka. Untuk itu marilah kita sambut perkenan Allah itu dengan selalu mohon ampun dan bertaubat terhadap kesalahan yang telah

kami, sempurnakanlah bagi kami­cahaya kami dan ampunilah kami; se­ sung­guhnya Engkau Maha Kuasa atas se­gala sesuatu”. Seperti kisah seorang pemuda yang selalu resah karena banyak menanggung dosa akan kesalahan di masa lalu,­ mabuk-mabukan, pecandu narkoba, dan selalu melakukan gangguan yang me­re­sah­kan orang lain. Setelah itu, seti­ ap harinya dia tidak pernah tenang karena selalu ingat akan dosa. Atas hukuman Allah pada dirinya, hidupnya selalu gelisah, jauh dari rasa nyaman. Suatu ketika dia membaca buku da­ istimewa ri seorang ulama, beliau mengatakan dilakukan serta berjanji untuk tidak bah­wa ”Bila dosa itu sudah menjadi ilmu yang bisa memperbaiki dirinya, mamelakukan lagi. Telah dijelaskan di dalam Al Qur’an, ka dia bukan bernama dosa lagi”. Akan At-Tahrim (66):7, ”Hai orang-orang yang tetapi, pemuda itu tidak mengerti makberiman, bertobatlah kepada Allah­den- sudnya dan menanyakan kepada kyai di gan taubat yang semurni-mur­­ni­­nya, desanya atas ucapan ulama tadi. Kyai mudah-mudahan Tuhan kamu­akan menjawab, ”Bila seorang sudah bertaumeng­­hapus kesalahan-kesalah­anmu bat maka dia tidak akan dituntut oleh dan memasukkan kamu ke dalam surga­ dosanya di masa silam”. Sejak itulah pe­ yang mengalir di bawahnya sungai-­ muda tersebut menjadi bersemangat­ sungai,­pada hari ketika Allah tidak dan menata hidupnya kembali. Dosa meng­ hinakan Nabi dan orang-orang te­lah mengubah dirinya. yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar­di haNirmala dapan dan di sebelah kanan mereka, staf UNY sambil mereka mengatakan, ”Ya Tuhan­

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

41


cerpen

Bulan Kebabian Ol e h Eko T riono SESAAT LAGI, suaminya akan jadi babi. Bulan di langit, seper­ ti menjerit tertusuk nyiur yang nampak tenang menja­hit keheningan. Dan di seberang sungai, ada kandang babi yang sesungguhnya. Pemiliknya konon seorang yang pelit. “Ini ikan kathing paling nikmat dunia-akhirat!” Ia berteriak girang dalam tubuh berbau asap sangit, mulut belepot sisa arang yang melekat di kulit ikan kecil yang meriut mengering, dan lidahnya yang tak henti mencecap-cecap. Ia paling tua di antara tiga temannya. Usianya baru sebelas tahun ketika itu. Dituruninya tepian sungai yang sedikit berlumpur. Ia yang tadi menciduki ikan-ikan kecil yang terkejut dalam pestanya. Teman yang seorang, yang agak kurus, mencari daun pisang yang masih kering, sementara yang gemuk dan rumahnya dekat, pulang mengambil korek api, mencuri garam di dapur ibu, dan memetik daun waru yang tumbuh condong di tepi sungai. Seandainya hujan jatuh menebal tentu mereka akan gagal membuat perapian, untungnya, ia paham lembah ini. Di setiap sudut kebun, pasti ada semacam dangau. Lebih tepatnya gubuk ronda yang digunakan setiap musim panen tiba dan para pencuri dari desa seberang sungai mulai beraksi menjelajahi harta karun kebun. Di dangau itu, ada tapas kulit kelapa yang kering, yang memang disediakan untuk membuat perapian di kala dingin atau perut lapar, dan singkong bakar adalah pilihan paling tepat bagi­ para penjaga, yang biasanya si pemilik kebun itu sendiri. Keputusannya untuk membawa sisa ikan ke rumah, agar nanti dititipkan pada ibu saat menggoreng tempe, membawa hal yang tak terduga. Ayahnya sangat suka. “Ini enak sekali, besok kamu cari lagi ya?” “Dia perempuan, tak baik main di sungai,” tegas ibu. “Apa salahnya kalau dia perempuan?” Ayahnya membela sambil terus mengunyah ikan yang aneh­nya lupa ditanyakan bagaimana cara mendapatkan seba­ nyak ini. Mungkinkah dengan memancing? “Lagi pula,” kata ayah selanjutnya, “sepuluh tahun kelak dia akan tinggal jauh dari kita, dia akan kerja di luar negeri dan membantu hidup kita, mengirim uang buat membeli kebun, dan membangun rumah, seperti tetangga-tetangga yang lain.” Kalimat ayah menarik senyum ibunya yang seharian letih menyiangi tanaman cabai. “Ya, dia memang harus latihan rajin sejak remaja. Calon pem­bantu itu harus rajin. Dengar, mulai sekarang jangan lagi suka menolak perintah ibu. Ya, kalau majikanmu nanti benar-benar baik, kalau galak? Bisa disetrika kamu!” Sesaat kemudian, “Tapi ibu tetap tidak setuju kamu main di sungai.” “Ini pertanda baik, Bu. Dia dapat ikan yang enak. Pasti ma­ jikannya nanti orang yang baik.” 42

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1

“Amin.” Ibu menadah ke langit. Ia diam mendengarkan dan ikut pula mengucap amin setelah ibu. “Kamu besok cari lagi. Kalau tiga kali seenak dan sebanyak­ ini,” ayahnya menatap matanya dengan kesungguhan yang menyala, “Majikanmu pasti orang baik. Rejekimu pasti ba­ nyak. Ini pertanda, Nak. Pertanda dari Yang Kuasa.” Ia polos dan bahagia, “Iya, Ayah, semoga besok ada bangkai babi yang terapung lagi. Amin.” Kedua orang tuanya terkejut seketika muntah-muntah. Sesaat setelah itu, malapetaka datang dari tangan dan mulut­ mereka secara bersamaan! Ia menangis. Bulan melihatnya di loteng, ketika ia menangis, darah mengalir ke lantai, perutnya menyusut. “Bunuh saja aku!” Ia menangis. Kebencian dan dendam adalah cinta yang tersakiti, dan, cintanya adalah cinta yang sakit juga tertipu. “Aku tak bisa. Aku mencintaimu.” Seorang tua itu menggombal lagi. “Kau cuma ingin daging tubuhku. Itu bisa kupotong buatmu, ini, kau bahkan bisa memotongnya sekarang.” Setelahnya adalah kepulangan yang menyedihkan. Ia, yang menjadi sedemikian dewasa pada usia muda, pulang membawa kehancuran rahim, luka bakar di sana-sini, dan payudara separuh, sebab istri majikannya segera mengerat­ sambil mencekik dan menjambaknya. Ia pasrah. Ia ceritakan segalanya. Tak ada cara lain untuk pergi dari situ. Dengan ini, pastilah ia akan dipulangkan, dan bisa sujud mencium kaki ibu. Ayahnya diam. Lelaki tua itu tunduk melihat bayangan sendiri dalam lantai keramik yang dibeli dengan kesedihan dan penderitaan anaknya. Sepanjang hari, tak ada suara. Selain pagi harinya ketika ia terbangun dan mendapati rumah­nya terbakar. Lebih tepatnya dibakar. Ayahnya membakar rumah, barang, dan semua yang dibeli dengan kiriman darinya.­ Tetangga-tetangga kaget! Ibunya mendekap erat. Adiknya berlari ketakutan membawa tas kesayangan yang kemudian direbut ayahnya dan dilemparkan ke mulut api. Ia mencegah. Ayah memeluknya. “Harusnya ayah dibakar,” dekapan semakin erat. Ia terisak. “Aku bukan pencuri ayah. Aku bukan maling. Bukan koruptor. Darah kalian bersih, ayah, bersih.” Ibunya lemas. Orang diam. Api marah. Di depan api, segalanya terbakar basah oleh air mata yang janggal. Para tetangga bungkam. Mereka mengingat anak


cerpen masing-masing di jarak yang jauh dan tersembunyi dari ke­ nyataan kesedihan. Setelah reda sekian hari, dibangun kembali rumah dari papan kayu mirah dan ayaman bambu tali. Kehidupan di bawah bulan sabit pun, berjalan saling melu­ pakan. Pada malam, ia kembali mendengar suara angin yang menyobek daun-daun pisang, gemintang yang menyebar serupa serpih dari gelas cahaya yang dipecah kegelapan. Terlebih saat musim panen cabai mulai tiba, ia kembali ikut menjaga di dangau, dengan sesekali berjalan di tepi sungai yang jernih sebab kemarau mengirim dingin dan warna hijau. Suatu masa, yang membuatnya bertemu dengan suaminya kini. Ketika itu, bahkan untuk bunga turi yang masih kuncup pun, akan segera mekar. Dan dingin tak bakal sampai menembus ke jari-jari kaki. Sebab, bagi perempuan sepertinya, tak ada lagi cinta yang lebih hangat selain seseorang yang lebih membicarakan hati,­ perasaan, dan kenyataan. Di busung dadanya, memang tinggal sebongkah, tetapi di rongga sebaliknya, masih ada kebe­ ranian buat hidup dan mencintai, memimpikan seorang anak yang akan menangis minta layang-layang saat musim me­ ngirim kemarau dan angin kencang di siang hari. Ia dapat segala kasih dan kepercayaan dari lelaki sungai itu. Tetapi, sesaat lagi, suaminya akan jadi babi. Dan di langit­ bulan, kini bercambang buih dingin, berjejal awan tipis. Dua orang telah datang kemarin sore. Mereka membawa sembako. Setelah obrolan yang terkesan basa-basi, seseorang di antara mereka berkata, “Kami berjanji akan membangun, maaf, gubukmu ini, dan penduduk desa yang lain.” Ia hisap keretek. Disebuhnya asap. Ia melanjutkan, “Asalkan, ya, itu tadi.” “Ayahku mati dalam penjara. Mungkin sebelumnya telah kedatangan orang seperti kalian.” “Kami akan melindungimu.” Suaminya diam saja. “Partai kami berkuasa. Kami yang punya hukum.”

istimewa

“Atau,” seorang mencondongkan badan, “apa keinginanmu? Kami akan kabulkan. Kita coba enak sama­enak.” Yang seorang menimpali lagi, “Dan yang jelas, kami tidak suka kekerasaan!” Dan purnama ini, sesaat lagi, suaminya akan jadi babi. Ia tak pelak menolaknya. Suaminya yang dengan lembut telung­ kup di atasnya berkata; ibuku menjadi gila sebab mereka meng­ancam setiap hari dengan guna-guna dan ini itu, sampai akhirnya ayahku menuruti agar kami, anak-anak­nya, lepas dari tekanan. Tekanan orang-orang rakus yang hendak cari modal buat menang coblosan lurah dan bupati, dan me­minta kami mencuri, membobol dengan ilmu yang aku sendiri tak ingin ini. Aku juga tidak mau ilmu ini menurun pada anak kita. Tapi semua orang sudah tahu dan mengerti. Aku akan berusaha keras untuk itu. Pada rajab depan aku akan mene­ pi di puncak gunung selama empat puluh hari, akan kumusnahkan ini. Tandanya? Ia bertanya. Kulitku tak lagi kebal da­ ri mata pisau. Ia terisak lirih. Ia dekap suaminya erat. Air matanya mengkristalkan kesedihan. Selang perkataan itu, kereta di utara terdengar mulai melintasi rel dan terowongan dengan membawa desis-desis di bawah bulan yang diliputi awan tipis kehitaman, sehari sebelum purnama. Dan jadilah, purnama ini ia duduk di tepi sungai menunggu suaminya muncul dari perahu yang bergeming, dilatari pias dari cahaya bulan yang terlalu lembut untuk menantang muka malam. Sesaat lagi, ia akan menjagai lilin. Suaminya akan pergi ke tempat-tempat terdekat yang telah diperhitungkan sebagai babi ajaib pengambil kekayaan. Ia tengah rasai sepi berlari ke dasar pasir. Sungai mendidih. Ia melihat bayangan dirinya tercebur direbus keadaan. Pikirannya kian berkecamuk. Ia ingin membuang bayangan. Bayangan bahwa mungkin ia akan melihat, untuk kedua kalinya, bangkai babi hitam yang kini sangat ia sayangi telah dipenuhi lebam; terapung-apung penuh darah dikerumuni ribuan ikan kathing kecil yang bertaring, bersungut panjang, berebut, berlompatan saling menyayat. Tidak, tidak. Tidak demikian. Sesaat lagi, suaminya memang akan jadi babi. Tidak lebih dari itu. Dan bulan di langit, seperti menjerit tertusuk nyiur yang nampak­tenang menjahit keheningan, mengantar firasat buruk. Bukan, ini bukan firasat buruk, ini kekhawatiran seorang istri: ia menenangkan perasaan. Dan, di seberang sungai, samar ia lihat kandang babi yang sesungguhnya. Dan sesaat lagi, sesaat lagi, dan sesaat lagi suaminya akan jadi babi. buat Sungai Serayu yang menggemaskan, Agustus 2011

Eko Triono mahasiswa UNY

P e wa r a D i n a m i ka d e s e m b e r 2011

43


puisi•geguritan•tembang Sajak Haris Muhamad Menulis Rindu Di atas kasur, Aku berselimut. Menggigil. Di dalam tanah, Kau berkafan. Diam. Di kamar, Aku menyesap secangkir kopi hitam. Di dalam tanah, Kau membiarkan air hujan membasahi segala tubuhmu. Di meja kerja, Aku memandangi gambarmu di balik pigura. Di dalam tanah, Kau membujur kesepian.

istimewa

Pada sebuah nisan kayu. Aku sekarat di penghujung damai. Aku rindu ... Kau.

Haris Muhamad pegiat sastra

pojok ge litik

Pilkada Umarmoyo: Kudengar di negerimu ada pilkada besarbesaran ya? Umarmadi: Ya. 44

P ewa ra Din a mik a de s e m b e r 2 0 1 1

Umarmoyo: Sudah selesaikah? Umarmadi: Sudah. Umarmoyo: Syukurlah! Artinya, sudah didapatkan pemimpin-pemimpin yang dikehendaki. Umarmadi: Tentu. Masalahnya, itu dikehendaki oleh siapa? Umarmoyo: Maksudmu? Umarmadi: Lho ... pihak yang berkepentingan kan ada tiga, yaitu calon yang bersangkutan, kawula, dan punggawa. Umarmoyo: Terus? Umarmadi: Kehendak dari calon yang bersangkutan belum tentu terakomodasi. Umarmoyo: Itulah demokrasi! Yang penting selanjutnya,

untuk dua pihak yang lain, tinggal bagaimana antara kawula dengan punggawa itu berkolaborasi. Umarmadi: Ya emang! Lihat itu ... si A, si B, si C. Sosok-sosok mereka memang ideal, sehingga pantas jika berhasil terpilih. Umarmoyo: Itu namanya barokah! Umarmadi: Tapi, lihat yang itu ... si D. Sosoknya nyuwun sewu seperti itu, kok bisa memenangkan pertandingan? Umarmoyo: Nah, kalau itu namanya musibah! Umarmadi: ........................................? ema r '11


le

nsa

Warna-warni di International Day Kamis (8/12) UNY kembali menggelar International Day untuk keempat kalinya. Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara yang identik dengan perhelatan multikultural antarbangsa ini kembali menghadirkan kebersamaan para mahasiswa darmasiswa UNY. Mereka menari, memasak, membatik, dan bercanda ria untuk menunjukkan bahwa UNY adalah kampus warna-warni yang menghormati perbedaan budaya. teks : Sismono La Ode • Fotografer: HERI PURWANTO


MENUJU UNY

Tahun 2011 akan berlalu. Ada banyak kisah yang diukir oleh UNY. Gagasan-gagasan seperti World Class University, Leading in Character Education; Bertaqwa, Mandiri, dan Cendekia masih menjadi bagian dari apa yang ingin dicapai UNY di tahun 2012. Semoga usaha menuju UNY 2012 menjadi lebih baik. Amien!

universitas negeri Yogyakarta Leading in Character Education Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.