Pewara Dinamika Februari 2011

Page 50

opini BAHASA POLITIK, POLITIK BAHASA O l e h S U DA RYA N T O

T

anggal 21 Februari 2011 silam kita­ pe­r­ingati sebagai Hari Bahasa Ibu In­ ter­­nasional (International Mother Lan­ guage Day). Momentum tersebut seja­ ti­nya ti­dak boleh dilewatkan. Terlebih bagi­ bang­sa In­do­ne­sia; suatu bangsa yang memili­ki bahasa­ibu (bahasa lokal) yang berjumlah ra­tus­ an dan tersebar di seluruh Nusantara. Pertanya­ annya, apakah bangsa ini memiliki komitmen pada perkembangan bahasa ibu? Bagaimana peran politik bahasa kita? Di tengah tarik-ulur pembahasan RUUK DIY saat ini, sejatinya persoalan bahasa ibu/lokal telah meng-ada di dalamnya. Namun, pemba­ hasan RUUK DIY selama ini lebih banyak di­­ teropong dari kajian politik. Padahal, mengutip Chilton (via Subagyo, 2009), bahasa terlibat da­ lam aktivitas politik apapun. Dalam pesta de­ mo­­krasi seperti Pilpres dan Pilkada, misal, se­­ ca­­ ra tidak langsung melibatkan bahasa di da­­­lam­nya, termasuk bahasa ibu/lokal. Bahkan, jika kita telisik sejarah kemuncul­ an Hari Bahasa Ibu Internasional (HBII) pada 21 Februari, ternyata tidak jauh dari spektrum “po­litik”. Momentum HBII muncul dari tragedi wafatnya empat orang mahasiswa Universitas Dhaka dalam mempertahankan bahasa ibunya, bahasa Bengali (kini Bangladesh). Sejak itu, peringatan kemerdekaan bahasa Bengali terus diadakan. Oleh UNESCO lalu ditetapkan sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional hingga kini. Menyimak hal aktual (RUUK DIY) dan histo­ rikal (HBII) di atas, seharusnya kita makin me­ ngerti akan satu hal. Bahwa, bahasa ibu/lokal tetap perlu menjadi perhatian kita saat ini. Te­ gasnya, kita memerlukan adanya political will dan political action terhadap bahasa ibu/lokal.

Dalam pesta demokrasi seperti Pilpres dan Pilkada, misal, secara tidak langsung melibatkan bahasa di dalamnya, termasuk bahasa ibu/lokal. 48

PEWA R A DIN A MIK A F E B R UA R I 2 0 1 1

Dengan begitu, sebagai bangsa kita telah mampu memartabatkan bahasa ibu/lokal, dan menyejajarkan bahasa ibu/lokal dengan bahasa nasional dan bahasa internasional. Namun, situasi kekinian mengabarkan hal lain. Di ruang publik di sudut mana pun, selalu­ bertabur kosakata asing. Misalnya, istilah “No Smoking in the Room” yang menegaskan bahwa di ruang ini bebas asap rokok. Istilah lainnya, incumbent, download, charge, dsb, juga terbia­ sa di lidah kita akhir-akhir ini. Padahal, jika kita­ mau membaca kamus, istilah-istilah asing itu telah memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Di sini, kita akan diuji tentang nasionalisme bahasa: mengapa kita terbiasa bertutur dalam bahasa asing? Benarkah karena kita lebih me­ rasa bergengsi ketika berucap bahasa Inggris ketimbang bahasa Indonesia? Jika jawaban­nya benar, inilah salah satu tanda bahwa nasio­ nalisme bahasa kita kian meranggas. Kita semakin kehilangan identitas ke-indonesia-an, yang salah satunya berwujud bahasa tuturan/ ucapan. Bagaimana bahasa ibu/lokal kita? Sama saja! Sebagai penutur bahasa Jawa, kita makin jarang menyimak orang-orang berkomunikasi dalam bahasa Jawa. Seolah bahasa Jawa sirna ditelan waktu. Buktinya, generasi muda saat ini jauh dari budi pekerti, sopan santun, dan penghormatan kepada generasi tua (orangtua, guru, kakek-nenek). Mereka, generasi muda itu, cen­ de­rung bersikap cuek, tak peduli, bertutur la­ yaknya orang tak mengenal etika, dsb. Kiranya, hal yang perlu kita pahami ialah mengapa kesemrawutan etika dan budaya itu terjadi. Mengapa nilai-nilai lokal yang tersimpan di dalam mutiara bahasa seolah sirna? Ke manakah pendidikan dan pendidik bahasa ibu/ lokal itu berjalan? Menyikapi hal itu, kurang bijak jika kita menyalahkan orang lain yang mungkin memiliki kesalahan pula. Untuk itu, kini saatnya kita becermin-diri dan berbuat halhal yang bervisi perbaikan dan pengembangan bahasa ibu/lokal. Pertama, bagi pihak keluarga. Ibarat kata, ke­ luarga ialah fondasi sebuah bangunan. Maka,­ penguasaan dan pembiasaan berbahasa ibu/ lokal ditumbuhkan oleh orangtua kepada anak-


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.