Pewara Dinamika Februari 2011

Page 55

bina rohani Meneladani Kemandirian Nabi O l e h V I V I T NUR A R I S TA PUT RA SETIAP memeringati hari maulud nabi, kadang kala kita hanya pandai mengagumi tanpa bisa meneladani. Muhammad Syafii Antonio dalam bukunya Mu­ hammad The Leader and The Manager me­ngatakan, satu fragmen kehidupan Nabi yang jarang sekali disorot orienta­ l­is dan dicontoh kaum muslimin pada umumnya ialah profesi Muhammad sebagai seorang entrepreneur (wirausaha). Padahal jika dikalkulasikan, Muham­ mad berwirausaha atau berdagang lebih lama waktunya ketimbang menjadi menjadi Nabi dan Rasul. Anak Abdullah tersebut berinisitif magang dagang (in­ ternship) pada usia 12 tahun. Pada umur 17 tahun Muhammad sudah dapat mandiri dengan berdagang hingga usia 37 ta­­hun. Sedangkan Muhammad diangkat­ menjadi Rasul pada­usia 40 tahun­dan meng­akhiri hidup usia 63 tahun.­Ini ar­ ti­­nya rentang waktu menjadi pe­da­gang­ yaitu 25 tahun, atau selisih dua tahun le­bih banyak ketimbang menjadi Rasul yang selama 23 tahun. Keputusan ini diambilnya karena tekanan kondisi­psiko������ logis dan sosial sejak ditinggal ayah­nya ketika berada dalam alam pre­na­tal (kandungan), Muhammad hanya­hidup bersama Ibunya selama 6 tahun.­Selanjutnya diasuh Abdul Muthalib hing­ga usia 8 tahun. Setelah ditinggal per­gi kakek­ nya, kemudian dibawa oleh Abu Thalib. Jika pembaca membuka Sirah Naba­ wiyah, lanskap sosial paman Rasulu­llah ini tergolong sederhana dan apa adanya. Rangsangan kondisi­lingkungan­ yang pe­nuh keprihatinan­inilah yang memak­sa Muhammad memilih ber­da­ gang sebagai jalan hidup dan men­cu­ku­ pi­­ kebutuhan sendiri di usia 12 tahun. Pa­da usia muda ini Muhammad sudah me­lakukan traksaksi dagang ke Syam (Yaman). Peristiwa ini dapat dimaknai dengan ekspor impor barang. Kesemua ini terjadi bukan secara alamiah belaka. Ada intervensi atau campur tangan dari­ Allah untuk mensetting manusia pari­ pur­na ini dengan memupuk kemandiri­

USAMATEHA78.DEVIANTART.COM

an sejak dini. Jika orang memutuskan untuk mandiri dalam mengambil tanggungjawab hidupnya dan berserah diri kepada Allah sembari berikhtiar mencapainya, ihwal ini otomatis akan menambah keberimanan seseorang serta berdampak pada kesalihan pribadi dan sosialnya. Itu­lah mengapa Ustad Hasan Al Banna menempatkan khadirul alal khasby (berkuasa atas keuangannya sendiri) pada fase keempat dalam muwashafat atau standar kompetensi yang harus dicapai­ seorang muslim. Setelah aqidah­ nya, iba­dahnya benar, dan akhlaknya baik. Kemandirian seseorang akan me­ ning­­­­­katkan kualitas hidup dan meme­ ng­a­­­­ruhi cara pandang orang lain terha­ dap­diri kita. Kata orang Jawa,­pribadi­ man­diri akan lebih (diwongke) dimanu­ sia­kan, dan dihargai. Bahkan Imam Ah­ mad mengatakan salah satukriteria se­o­rang mufti (pemberi fatwa) ialah man­­diri. Penulis pun lebih dapat memahami kenapa perantau itu jauh lebih­ sukses daripada warga pribumi. Karena warga pendatang sudah berikrar untuk mandiri di tanah orang. Berlepas diri dari segala ketergantungan orang lain. Niat awal ini akan memaksa diri­un­ tuk­berfikir, potensi apa yang dapat diberdayakan dan dikerjakan agar dapat menghasilkan uang. Kesemuanya ti­dak berangkat dari zona nyaman. Ka­re­na begitulah orang-orang besar di­ la­ hir­ kan. Tokoh besar yang lahir dari­rahim

sejarah pada umumnya berada dalam lingkungan tertekan dan jauh dari kenyamanan. Muhammad terlibatnya urusan dagang sejak kecil. Maka tak heran jika banyak suara hadis sahih keluar dari beliau terkait aspek dagang. Sabda itu mun­cul dari orang yang paham realitas­ dagang secara teori dan praktik. Bahkan­ Nabi berpidato di Haji Wada’ untuk meng­ingatkan kepada umatnya agar ber­­da­gang secara fair atau jujur dan mem­­berikan pesan moral agar umat­Is­ lam tidak merugi di akhirat nanti­kare­ na pola bisnis yang riba, haram, dan tidak bermoral. Akhirnya, firman Allah yang menegaskan “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah (Q.S. Al Ahzab: 21) sangat cocok dalam konteks ini. Tidak hanya ditafsirkan meneladani dari sisi aqidah, ibadah, dan akhlak saja, tetapi juga dari segi kemandirian dan setiap jejak aktivitas hidupnya tanpa mengurangi dan melebihkan baginda Nabi. Jika Anda mengaku umat Muhammad, se­jauh mana Anda mengenal ��������� dan meneladaninya?

VIVIT NUR ARISTA PUTRA santri Ponpes Takwinul Muballighin

P E WA RA D I N A M I KA F E B RUA RI 2011

53


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.