cerpen
Satu Hari yang Mendebarkan O l e h Nu r d i n i Dyah I Kulihat sampul-sampul buku yang kumal dan penuh debu di deretan rak perpustakaan universitas. Rasanya ingin segera mencari buku yang kumaksud agar tidak lagi berkenaan dengan debu-debu yang menyebalkan itu. Debu yang saat kuhirup terasa menyesakkan dada. Namun aku rela berdiri di deretan buku-buku itu hanya demi menyelesaikan sesuatu yang penting dalam perjalanan kuliahku, apalagi kalau bukan karena skripsi. Aku bahkan rela menbuka lembar demi lembar yang me nyisakan aroma buku tua karena ditelan oleh waktu. Untung saja tak ada rayap-rayap yang hidup di sana. Sekilas kulirik jam di tanganku. Masih menunjukkan jam kunjungan. Aku harus berburu dengan waktu karena sebentar lagi waktu kunjungan akan segera berakhir. Mataku semakin lincah menekuni tulisan yang terkandung di dalam lembar buku tua itu. Suasana perpus yang hampir sepi karena jam kunjung hampir habis semakin membuatku panik karena takut terusir oleh waktu yang membatasi. Mungkin salahku juga berkunjung di waktu yang kurang tepat. Mau bagaimana lagi, setiap menit terasa berharga ba giku kini. Apalagi demi mengejar masa kuliah yang selalu menghantuiku tiap waktu. Hari-hariku kini termakan oleh kunjungan ke perpus pusat, studi banding ke perpus fakutas ilmu pendidikan jika ada buku yang sulit kucari di perpus pusat. Rasanya benarbenar menjemukan. Ter lebih karena aku harus mengubur dalam-dalam hasratku untuk mem baca novel tentit seper ti biasanya. Karena be nar saja kebiasaanku ini menjadi sangat meng ganggu saat aku ingin serius mengerjakan ha laman demi halam an dalam lembar skrisiku.
Seperti hari ini aku hanya bisa menelan ludah saat mele wati tempat penyewaan buku ketika dalam perjalanan pulang ke kosku. Biasanya aku selalu mampir dan menyewa sebuah novel yang tentu saja hanya dalam tiga jam selesai kubaca. Sayangnya kebiasaan membaca cepatku ini tak pernah dapat kurealisaasikan dalam membaca bahan untuk menyusun skripsi. Hujan masih menitik deras di luar sana. Sepertinya aku masih enggan untuk beraktivitas pagi ini. Dingin yang menggigit membuatku merapatkan selimut hingga pangkal leher. Tak banyak yang bisa kulakukan jika udara sedang tidak bersahabat seperti ini, bahkan keluar untuk mengisi perut pun terkadang enggan kulakukan. Pandangan mataku me nyapu keadaan seisi kamar. Nampak berantakan! Dengan enggan akhirnya kuputuskan untuk bangkit dan merapikan selimut yang tidak terbungkus tubuhku. Satu per satu buku yang terbuka akhirnya tersusun rapi di rak sam ping kasurku. Mataku sempat melirik agendaku hari ini yang tertempel di papan tulis kecil yang setiap malam selalu kutulis dengan agenda kegiatan baru yang akan kukerjakan keesokan ha rinya. Pengajuan judul skripsi jam 11.20! Seakan tersadar dengan janjiku pada diri hari sendiri bahwa pada ini adalah agenda besar untuk menemui Pak Adi dalam rangka pengajuan judul skripsi. Hasil lemburku dua minggu akhirnya telah jadi sebuah proposal dengan perincian dari bab satu sampai dengan bab tiga. Setelah mandi singkat yang kulakukan sepuluh menit yang lalu akhirnya kuputuskan untuk membuka laptop dan membaca sekilas detail proposal yang akan kuajukan. Kali ini cua ca bukan lagi halangan bagiku. Entah hujan, badai, panas yang membakar atau apapun, masih lebih penting a
l
ka
kalam/pewara
46
P ewa r a Di n a mik a j a n ua r i 2 0 1 1
ar w
pe
/ am