Pewara Dinamika Februari 2010

Page 1

Volume 11 • nomor 27 februari 2010

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

KABAR DARI REKTORAT

Tahun 2009 telah berlalu. Jejak rekamnya masih tersimpan di setiap benak sivitas akademika bahkan telah tertulis dalam sejarah universitas.


BIAR “TERSOBEK-SOBEK”, TAPI SEMANGATNYA HARUS TETAP BERKIBAR.

Situasi politik, budaya, ekonomi, dan sosial yang melanda bangsa memang di satu sisi amat memprihatinkan. Itulah sekilas kesimpulan prilaku masyarakat kita yang terpotret media. Ulah kekanak-kanakan para politisi, kasus Century, Teroris, Korupsi, Caci-maki anak bangsa, vandalisme para sporter sepak bola, demonstrasi tanpa etika, dan sederet tindakan amoral lainnya begitu telanjang kita lihat bahkan terkadang kita rasakan. Dan ini cukup memalukan bahkan sangat memalukan! “Budaya” itu telah merobek-robek wajah bangsa ini. Lantas kita harus berbuat apa? Diam atau bergerak? Jelas kita harus bergerak! Kita harus mengibarkan bendera bangsa ini sembari berteriak INDONESIA TANAH AIRKU….INDONESIA NEGARA BUDAYA…. Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • teks: Sismono la ode • SUMBER gambar: ariefrahmanhakim.files.wordpress.com


pena redaksi

P e wa r a

Dinamika majalah universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Rochmat Wahab, M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sudjariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) PEMIMPIN UMUM Prawoto, S.E. PEMIMPIN PERUSAHAAN Drs. Wedho Chrisnarto PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Witono Nugroho, S.I.P. Dhian Hapsari.SS. Ariska Prasetyanawati Eka Wahyu Pramita. S. Pd. Mindiptono Akbar. SS. Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Heri Purwanto, SIP. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIK) Isti Kistianingsih, S.Pd. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Kartika Dewi (FBS) Badraningsih, M.Kes. (FT) Aryanto Sudarmono, S.Pd. (FIP) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Agus Purwatma W., S.Pd. (BAAKPSI/BAUK) Syamsu Rahmadi, S.E. (Kemahasiswaan) Yansri Widayati, S.Pd. (Kerjasama) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Sudarman Widodo Sumedi ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

Siap-siap menghadapi suasana baru. Jika di bulan Januari 2010 kemarin, kami dihadapkan pada situasi serba persiapan koordinasi untuk tahun 2010, maka di Februari ini kami justru dihadapkan tantangan baru, yakni menjalankan amar keputusan bulan januari kemarin. Ternyata bukan hal yang mudah untuk menjalankan sesuatu yang telah direncanakan. Situasi lapangan memang fluktuatif. Andai linear, insya Allah Pewara Dinamika akan terus terbit di waktu yang telah di-deadline-kan. Pembaca Pewara Dinamika yang kami banggakan, untuk edisi ini kali, Fe­ b­ruari 2010, kami menguak perkara pro­gess report setahun kepemimpinan Rektor UNY dan apa yang akan mereka rencanakan di tahun 2010. Memang liputan yang kami angkat ini tidak begitu detail, bahkan dianggap hanya melihat dari cara pandang rektorat. Ya, ka­mi akui itu, makanya kami hanya mem­beri tema laporan perkembangan. Su­a­tu masa, kami juga menginginkan membedaah perjalanan setahun Rekto­r UNY berdasarkan kacamata mahasiswa. Semoga. Sementara itu, untuk rubrik-rubrik lainnya, kami tetap menampilkan tematema yang “humanis, religi, cendiki­a”. Tidak percaya, simak dan baca rubrikrubrik tersebut. Jika tidak sesuai, pembaca bisa menuliskannya dalam surat pembaca dan jika sesuai, pembaca juga pantas menulis komentarnya di surat pembaca. Kami berharap, agar edisi ini kali men­­dapat sambutan hangat, tidak ha­ ny­a dari pihak rektorat, tetapi juga dari pihak sivitas akademika UNY lainnya maupun pembaca di luar kampus Karangmalang. Karena, sambutan hangat

tersebut adalah air bagi dahaga kami bahkan darah bagi tubuh kami. Ya, kam­i harus jujur soal itu. Sebagaimana kami telah tuliskan di atas, mengelola majalah bukanlah hal yang mudah. Bisa dikata, gampang-gam­ pang susah. Kadang kami bahagia, ka-

dang pula kami terharu, dan kadang pu­ la kami terhanyut oleh campur-aduk ba­ha­gia-terharu. Meskipun demikian, mengerjakan Pewara Dinamika adalah sebuah tanggung jawab sosial yang harus dihadapi dengan penuh tanggung jawab pula. Itulah dokttrin kami. Akhirnya menyurakan hasrat denga­n tulis adalah hal yang utama, karena dia bersifat abadi dan tidak sirna bersama angin. Selamat pembaca edisi ini kali. Tabikku… 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul bu­ku (khu­sus Re­sen­si Bu­ku). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

1


daftar isi Volume 11 • Nomor 27 februari 2010

l a po ra n U ta m a

Kabar dari Rektorat Natsir/pewara dinamika

Tahun 2009 telah berlalu. Jejak rekamnya masih tersimpan di setiap benak sivitas akademika bahkan telah tertulis dalam sejarah universitas. halaman 6

30

44 opini

berita

Mengurangi Flu Babi Dengan Adas Manis pu­lasi babi. Babi dapat menampung virus flu yang berasal dari manusia maupun burung, memungkinka­n virus tersebut bertukar gen dan menciptakan galur pandemik.

dokumen HUMAS FMIPA

Flu babi adalah kasus-kasus influen­ sa yang disebabkan oleh virus ortho­ myxoviridae yang endemik pada po­

Berita Lainnya • Seorang Profesor Wajib Berkarya • UNY Jajagi Kerjasama dengan PT di Finlandia dan Estonia • Pentas Kolaborasi FBS dan FT • Guru IPS Perlu Banyak Berlatih Team Teaching

Pengembangan Karir Dosen Kekuatan suatu universitas salah satu di antaranya adalah berapa jumlah guru besar dan berapa jumlah doktor... 49 5 50 4 1 3 26 52 52 48

bina rohani bunga rampai cerpen dari pembaca dari redaksi Jendela kabar dari luar pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi media perancang sampul: kalam jauhari

2

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0


jendela

OKOL VS AKAL ‘Dunia ini panggung sandiwara ...’ demikia­n sepenggal syair lagu yang pernah dipopulerkan oleh Ahmad Albar (?). Ternyata benar adanya! Dulu, atau lazimnya, orang melihat, menikmati, dan menghayati sebuah sandiwara ya di pang­ gung sandiwara, sebuah bangunan berukur­an sekian kali sekian, didukung oleh tata caha­ya/ lampu, tata suara, tata panggung, dan sete­ rusnya. Orang-orang yang menonton sandiwara akan meninggalkan panggung sandiwara itu de­ngan rasa puas, enjoy, happy, dan seterusnya, karena sandiwara yang baru saja dinikmati­nya benar-benar sebuah ‘tontonan’, dengan ‘tatanan’, yang di dalamnya terkandung ‘tuntunan’. Penonton puas karena telah mendapatkan hi­ buran dari tontonan, yang ditata dengan tatanan sedemikian rupa, dan tanpa terasa kemasuk­ an nilai-nilai tuntunan dari dalamnya. Penonton merasakan telah mendapatkan sebuah pengalaman jiwa yang baru dari pergelaran yang dilihatnya karena hakekat, isi, substansi, atau dasar dari sandiwara adalah konflik kehidupan (human conflict) dengan pemecahan, jalan keluar, atau solusi yang ditawarkannya secara cerdas. Namun, pada dewasa ini kita jadi terhenyak terbelalak ketika sebuah panggung sandiwara yang berukuran sekian kali sekian ditarik melu­ as menjadi ‘sebuah dunia’. Ternyata, memang dunia ini panggung sandiwara. Hanya saja, cerita-cerita yang dibawakan bukan menyenangkan, memuaskan, membahagiakan, melainkan memilukan. Betapa tidak! Pemandangan yang kita saksikan di bumi In­ donesia tercinta ini bukan permainan yang apik dan cantik dengan penghayatan total dari para pemainnya atas tokoh-tokoh yang harus diperankannya, melainkan aktor-aktor intelektual yang tanpa harus merasa malu telah melukai hati dan perasaan rakyat dengan perilaku-perilaku yang tidak terpuji, penyalahgunaan wewenang, melakukan korupsi secara berjamaah, selalu mengedepankan kepentingan dan keuntungan diri sendiri ketimbang demi orang lain dalam konteks bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kita kecewa demi menyaksikan acting para

aktor yang konon adalah wakil-wakil rakyat­, yang di dalam pertunjukannya–jangan­­ka­­n meng­ha­yati amanah yang tersampir di pun­dak­ nya–justru adegan-adegan yang tampak menunjukkan betapa banyak di antara mereka yang belum dewasa, belum mampu mengamal­kan norma-norma kesantunan, budi pekerti dan teng­gang rasa, hormat-menghormati, serta asas-asas kebersamaan dan keteladanan. Kita menangis pilu demi menyaksikan aktoraktor intelektual dari atau di kampus-kampus yang semakin hari bukannya makin mengedepankan aroma intelektualnya, sikap-sikap dewasa selaku manusia-manusia terdidik dan ter­pe­la­ jar. Konflik-konflik dan upaya penyelesaiannya bukan lagi dilakukan dengan melewati koridor ‘akal’, melainkan lebih mengedepankan kekuatan ‘okol’. Mahasiswa yang kita gadang-gadang kelak mampu menjadi pemimpin yang arif, bijak, dewasa, dedikatif, dan berbudaya, kenyataannya mereka lebih suka berperan dalam adegan-adegan kekerasan, tawuran, amuk massa, anarkis, dan sebangsanya itu. Pertanyaannya adalah bagaimana jika para pemimpin, para pejabat yang mestinya bisa jadi panutan justru memberikan pemandangan yang sangat tidak nyaman untuk dipandang, yang salah satu ‘prestasinya’ adalah mampu menjadikan Indonesia ini sebagai negeri terkorup di Asia (?). Demikian pula, bagaimana jik­a para wakil rakyat yang mestinya mampu menja­ di wakil-wakil yang representatif, ternyata justru menjadi wakil-wakil yang memalukan dan memilukan lantaran ulahnya yang belum juga dewasa. Demikian halnya, bagaimana jika para mahasiswa calon pemimpin bangsa ke depan yang seharusnya mampu menunjukkan jatidiri­ nya sebagai anggota masyarakat akademik dan warga masyarakat ilmiah, ternyata lebih memilih menyelesaikan masalah dengan ‘okol’ ketimbang ‘akal’, dengan adu kekuatan fisik dan kekerasan ketimbang penggunaan kecerdasan, akal budi, dan hati nurani. Bagaimana solusinya? Mari kita pikirkan bersama-sama!

Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

3


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Perlu Pemilu (Mahasiswa) Ulang di FBS Sampai saat ini, persoalan ormawa di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) belum tuntas. Saling klaim-mengklaim, siapa yang layak menjadi Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FBS masih terus berlangsung. Setahu saya, penyelesaian persoalan ini telah dijembatangi pihak fakultas, bahkan universitas. Akan tetapi, persoalan yang bermuara pada Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih belum juga menemukan titik temunya. Sudah bukan rahasia lagi, kalau persoalan ini diturut-campuri organisasi ekstra kampus. Tak perlu disebut namanya, sebagian aktivis dan sivitas akademika telah tahu baju itu. Akibatnya, persoalan yang seharusnya mudah diselesaikan secara internal menjadi tidak mudah. Inilah gejala bagaimana kekuasaan begitu dipentingkan dan mengalahkan nurani dan nilai-nilai demokrasi yang sepantasnya kita hargai. Kekuasaan itu bahkan telah menghalalkan segala macam cara hanya demi, seorang yang harus berkuasa. Akibatnya, mahasiswa terus dirugikan. Jika persoalan ini terus berlanjut dan susah menemukan titik temunya, saya berharap pejabat dekanat, dalam hal ini Pembantu Dekan III harus tegas­. Dan ketegasan itu bisa diwujudkan mela­lui pembentukan perangkat pemilu lainnya, seperti pembentukan KPU terbaru yang independen dan menjaring Ketua BEM FBS terbaru. Jika dianggap kedua ketua BEM yang saling mengklaim ini layak diadu kembali, maka KPU yang terbaru tinggal membuat kesepakatan. 4

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

Yakni, hanya mengadu dua sosok ini yang saling mengklaim. Mungkin cara ini dianggap tidak mudah. Memang betul, tetapi jika kita tegas dan berani, cara inilah yang paling mudah. Kalaupun ada protes, paling sebatas kok pejabat ikut-ikutan alias intervensi­. Protes tersebut memang dibenarkan, te­ tapi ini cara tegas dalam menyelesaikan masalah yang mereka sendiri susah (bah­­kan tidak bisa) menyelesaikan karena telah dipengaruhi organisasi ekstra

kampus. Saya tidak akan (perlu) menyebut apa nama organisasi ekstra kampus tersebut karena sebagian besar mahasiswa UNY telah tahu. Semoga setelah membaca surat pembaca ini, saya berharap pejabat fakultas bahkan universitas segera meng­ ambil sikap. Jika tidak, mungkin ja­ngan salahkan, mahasiswa lainnya “memberontak”.Terima kasih. Kamil Pemerhati Ormawa UNY


bunga rampai PEMBELAJARAN SASTRA 2007: BERMUTU ATAU SEMU?

A

da banyak catatan menarik dari perjalanan bangsa pada 2006, khususnya di bidang pembela­ jaran sastra. Meskipun para pe­ nga­rang melahirkan karya-karya sastra­, hal tersebut tidak bisa diapresiasi secara po­ sitif dalam pembelajaran sastra di sekolah. Diakui, bara-baru ini kurikulum baru (baca KTSP) telah diluncurkan, narnun hal tersebut justru tidak makin membuat siswa dan guru cinta terhadap karya sastra. Kondisi demikian, kelak membuat— pin­jam istilah Prof. Budi Darma—pembe­ lajaran sastra semu, dalam arti selalu me­nge­jar realita, namun justru selalu tertinggal. Sebab, dalam realitanya terdapat begitu banyak kategori sastra, tetapi pembelajaran hanya sanggup mengakomodasi beberapa kategori saja. Oleh karena itu, agaknya kita perlu selektif terhadap sastra, baik sastra masa lampau maupun masa kini. Idealnya, kita berharap dengan adany­a kurikulum baru siswa akan kian kreatif. Di samping, siswa mampu mengapresia­si kekayaan lokal (local genius) sebagai sum­ ber inspirasi yang tidak habis-habisnya­, serta—yang terpenting—mengajak mereka menjadi pembaca sastra yang cerdas. Guna mewujudkan pemikiran ideal tersebut, agaknya kita bisa memulainya secara bertahap, mulai pemilihan materi ajar, hing­ga hakikat pembelajaran sastra. Langkah awal ialah perlunya mengeta­ hui banyak kategori sastra, khususnya da­ lam kesusastraan Indonesia lama dan mutakhir. Sejauh ini, pembelajaran sastra di sekolah baru sanggup mengakomodasi tiga kategori, yakni ”sastra kanon”, ”sastra mainstream”, dan ”sastra pop”. Sedangkan kategori sastra lainnya, seperti ”sastra sejarah”, ”sastra psikologi”, ”sastra so­sial”, ”sastra agarna”, dan sebagainya masih terabaikan. Menurut pandangan Taufiq Ismail, sastrawan yang meraih gelar Doctor Honoris Causa di bidang pendidikan sastra (oleh UNY), pengunggulan berlebihan pada ju-

O le h S uda rya nto

kalam/pewara

rusan eksakta sudah harus ditinggalkan. Namun, usaha untuk meyakinkan hal itu tidak mudah, diperlukan lobi-lobi yang gi­ gih dan stamina yang kuat terhadap semua pihak yang bersangkut-paut, misalny­a Departemen Pendidikan Nasional. Dalam hal ini, usaha Taufiq dan sastra­ wan lainnya yang disebut ”Enam Gerakan Sastra” patut diacungi jempol. Di antaranya, sisipan Kakilangit; Pelatihan Membaca, Menulis, dan Apresiasi Sastra (MMAS); Sastrawan Bicara, Siswa Bertanya (SBSB); Sastrawan Bicara, Mahasiswa Membaca (SBMM); Lomba Mengulas Karya Sastra (LMKS), Lomba Menulis Cerita Pendek (LMCP); dan pendirian sanggar sastra siswa Indonesia. Kesemua kegiatan tersebut pada haki­ katnya memiliki satu tema penting, yaitu pendidikan. Apa pun jenjangnya, tetap memerlukan orientasi budaya (jika tidak, situasi pendidikan akan justru kering dari nilai-nilai luhur). Akibatnya, muncul tatanan pendidikan yang sifatnya ”mem-buayakan­” dan bukannya ”membudayakan”. Seyog­ianya, pendidikan diarahkan untuk menampung nilai-nilai budaya. Dalam Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Berwawasan Multikultural (2003), Burhan Nurgiyantoro mencontohkan, co­

rak multikultural dalam pembelajaran sastra di sekolah, dimulai sejak pemiliha­n bahan pembelajaran (puisi, novel, cerpe­n, naskah drama) yang mencakup berbagai karya yang mencerminkan dan/atau meng­ angkat kehidupan masyarakat dari berba­ gai kelornpok etnis yang ada di Tanah Air. Kendala utama yang hingga kini belum terpecahkan, masih minimnya publikasi karya-karya daerah/lokal yang kemudian bisa mengenalkan warna keindonesiaan. Sejauh pengamatan, pengarang Indonesia masih lahir dari Pulau Jawa (Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Malang­, Semarang), Sumatra (Aceh, Medan, Padang, Lampung), dan Bali. Daerah lainnya belum ada, kalaupun ada jumlahnya masih sedikit. Usaha keras guna melengkapi karyakarya yang menawarkan rasa keindonesiaan, terutama dengan tetap mempertahankan warna lokal perlu kita dukung. Rintisan usaha ke sana sudah tampak, terbukti dari positifnya penyambutan ”Enam Gerakan Sastra”-nya Taufiq, dan banyaknya pengarang daerah yang mulai mempublikasikan karya-karyanya ke media massa dan/atau lomba-lomba penulisan di penta­s nasional. Akhimya, semua pihak yang terlibat da­ lam sektor kerja kebudayaan (khususnya sastra), seperti sastrawan, kritikus/akademi­ si sastra, dan guru-siswa dapat saling bersi­ nergi guna membangun komunikasi efektif serta komitmen. Kita bisa saja minta bantuan kepada pelbagai pihak, termasuk HISKI (Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia) dan Forum Lingkar Pena (FLP). Kedua organisasi itu dirasa sama-sama memiliki komitmen tinggi da­ lam menanamkan budaya literal, khusus­nya di kalangan guru-siswa. Untuk itu, mulai 2007 kita bisa memanfaatkannya sebagai mo­men­tum perbaikan pembelajaran sastra yang selama ini semu menjadi bermutu. Sudaryanto, S.Pd. alumnus PBSI FBS UNY

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

5


laporan utama

Tahun 2009 telah berlalu. Jejak rekamnya masih tersimpan di setiap benak sivitas akademika bahkan telah tertulis dalam sejarah universitas. O l e h s i smono l a ode

S

elama 2009, stakeholder Universi­ tas Negeri Yogyakarta, telah mela­ kukan banyak hal. Sebagian besar telah dirasakan oleh sivitas aka­demika UNY. Kalaupun, sebagian ke­cil belum merasa­kan tetapi mereka juga bersepaham UNY telah berubah, se­ti­daknya dilihat dari sisi bangunan

fisik. Ini semua tidak mungkin dicapai secara instan. Ada proses sejarah dan orang-orang lain yang terlibat. Melalui kebijakan yang mendahulukan sisi nurani, dari pada mandiri dan cendikia, Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA., menerapkan bagaimana seti­ ap kebijakan harus pertama-tama ber-

dampak pada pembentukan karakter si­vi­tas akademika. Memang produk kebi­ jkan ini sukar untuk dilihat, akan tetapi jika kita mau sabar, maka ujud dari kebijakan tersebut dapat dirasakan. Pada bidang akademik, misalnya, Rektor UNY, melalui Pembantu Rektor I, berusaha menjadikan pendidikan karakter seba­


gai kurikulum yang wajib diajarkan pa­ da setiap mahasiswa UNY, demikian halnya di bidang keuangan dan tata ru­ang, faktor akuntabilitas keuangan menjadi prioritas yang tak bisa ditawa­r-tawar. Sedang di bidang kemahasiswaaan, Rektor UNY, melalui pembantu Rektor III, berusaha membentuk mahasiswa yang berprestasi, tanpa melupakan pentingnya keimanan. Untuk lebih memahami, apa saja pen­ capaian Pimpinan UNY di tahun 2009, Pewara Dinamika edisi Februari­ ber­u­ saha menggambarkannya. Kami tahu

gambaran ini hanya dari Rektorat, tidak sampai pada tingkatan Fakultas dan unit kerja lainnya, tetapi kami punya alasan untuk itu. Rektorat UNY adalah simbol utama UNY. Di “unit” inilah UNY diletakkan dan sudah pasti setiap kebijakan di tingkat fakultas maupun unit lainnya akan mengikuti, setidaknya dikoordinasikan dengan ke­bi­jakan Rektor UNY, sebagai sosok yang dipercayai menjadi “kapten” bagi­ “kapal” UNY. Berdasarkan data yang kami peroleh, tahun 2009 adalah tahun dimana “Kapal UNY” sedang giat-giatnya mengejar

“internasionalisasi”. Ya, bisa dikatakan tahun mengejar World Class University (WCU). Untuk meletakkan dasar ini, di segala bidang, baik itu akademik, ke­ u­ang­an dan fasilitas, dan kemahasis­ waan, berusaha membenahi diri. Studi banding di pelbagai kampus di Asia-Fasi­ fik, Eropa dan perbaikan fasilitas kampus menjadi program kerja yang sudah dilaksanakan. Semua itu, tidak lain, untuk bisa seperti mereka: Menjadi kampus yang siap (menuju) WCU. Jika tidak, maka cita-cita WCU hanyalah menjadi retorika. Bukan begitu? 


laporan utama

Bergerak Terus Untuk Maju Sarana dan prasarana UNY semakin lengkap, namun bukan berarti semuanya sudah menjamin kualitas pembelajarannya. Oleh Endang Art i at i S uhest i

P

ara alumnus universitas eks IKIP yan telah lulus satu dasawarsa terakhir maupun sebelum tentu akan melihat banyak perbedaan jika bertandang di almamaternya. Mereka akan disuguhi gedunggedung baru yang berdiri di kawasan komplek Karangmalang ini. Gedung Pasca sarjana yang berlantai 3 bersanding dengan gedung rektorat UNY, lalu jika berjalan di belakang rektorat, akan terlihat pemandangan baru karena di sana bangunan Museum Pendidikan Indonesia berdiri dengan konsep ikut memusiumkan bangun­ an gedung itu sendiri, Dan di depan museum, bangunan Foodcurt dengan konsep pendopo dan taman-taman yang sejuk untuk menikmati makanan terbentang di hadapan mata. Menyusuri fakultas-fakultas, akan tampak ge­ dung-gedung bertingkat yang digunakan untuk ruang kuliah, layanan akademik ataupun untuk gedung dekanat. Tengok saja di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) yang telah memiliki wajah baru dengan gedung layanan parkir, landscape komplek dekanat, tepat ibadah dan taman dalamnya. Gedung ruang kuliah di lingkungan

foto-foto: Ahmad natsir EP.

8

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Fakultas Mate­ matika dan IPA (FMIPA), Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), dan di lingkungan Fakultas Teknik (FT) yang semuanya masih terlihat warna cat­ nya masih baru. Gedung eks rektorat yang pernah menjadi base camp beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) telah direnovasi dan berganti rupa menjadi gedung Lembaga Penelitian (Lemlit) dan Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM). Sementara itu, di sebelah barat telah berdiri kokoh gedung Student Center (SC) yang telah terpetak-petak di dalamnya untuk “kantor” UKM-UKM yang ada di kampus pendidikan ini. Dan tak jauh dari SC, kita akan melihat bahwa UNY memiliki hotel yang diberinama UNY Ho­tel, berada di lingkungan kampus dengan konsep suasana minimalis namun memberi kesejukan dan dekat dengan tempat ibadah masjid Mujahidin yang telah diinovasi dan Garden Café yang tepat berada di antara SC dan Kopma UNY. Jika kita terus berjalan sampai di jalan Colombo, di sana akan tampak Gedung Olahraga (GOR) dan lapangan sepak bola dan lintasan atletik milik UNY yang bertaraf in­ ternasional, belum lagi adanya trotoar yang meng­intari kampus di sepanjang kampus yang berada di depan gedung dekanat FMIPA, Kop­ ma, FBS Timur, Lemlit dan LPM. Tak hanya penataan lingkungan kampus, sa­ra­na dan prasarana lainnya juga terus di­ ting­katkan dan dilengkapi. Seperti yang di­ ung­kap oleh salah satu dosen FBS, Widya Pur­ ba­ni MA,”Sarana dan prasarana UNY sudah cukup bagus, dan tiap kelas sudah ada LCD, ru­ang­an kuliahpun sudah cukup baik untuk pembelajaran. Kemajuan lainnya, sekarang ti­ap dosen (baca:dosen pendidikan dan sastra baha­ sa Inggris) sudah punya meja sendiri untuk me­ nempatkan barang-barangnya,” ungkapnya sa­at ditemui di ruang dosen Pendidikan dan Sas­tra Inggris FBS. Triyanto, mahasiswa yang


laporan utama aktif menjadi pengurus BEM Rema UNY juga merasakan bahwa UNY sekarang banyak memi­ liki gedung baru. Tak hanya penataan lingkungan kampus, sejak UNY menjadi Badan Layanan Umun, penataan pengelolaan keuangan untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparasi penggunaan dana terus dilakukan melalui pembinaan administrasi pengelolaan keuangan, monitoring pelaksanaan anggaran secara periodik, pengadaan workshop pengelolaan keuangan dan pembentukan Kan­ tor Audit Internal (KAI). Monitoring berbasis pro­gram juga dilaksanakan sehingga dengan adanya monitoring ini dapat diketahui sejauh mana tingkat kesesuaian antara perencanaan program dan realisasinya. Dengan menjadi BLU, dana yang diperoleh dari PNBP tidak harus disetor ke Kas Negara, tetapi di rekening Rektor UNY sehingga Pera­ turan Pemerintah memberi amanat supaya pe­ ngelolaan keuangan lebih transparan dan cepat. Dalam laporan tahunan rektor tahun 2009 dise­ butkan bahwa anggaran pendapatan UNY ta­ hun 2009 yang tertuang dalam DIPA tahun 20­09 (setelah direvisi ke-10) adalah sebesar

Rp 353.714.091.000,00 terdiri dari Rupiah Mur­ ni (RM) sebesar Rp 139.768.512.000,00; Pene­ri­ maan Negara Bukan Pajak (PNPB) sebesar Rp 210.950.866,00; dan Pinjaman/Hibah Luar Nege­ ri (PHLN) sebesar Rp2.994.713.000,00.

Fasilitas Berbasis Internet Seiring dengan perkembangan zaman di bi­ dang IT, UNY mengembangkan layanan pen­di­ dik­an dan pengajaran lewat internet. La­yan­an Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) me­mung­ kinkan mahasiswa dapat melihat nilai secara online. Mahasiswa juga telah dimudahkan de­­ ngan adanya layanan perpustakaan yang meng­ gu­na­kan alamat website http: //library.uny. ac.id. Sistem informasi perpustakaan on­line ini menyediakan sarana pencarian dari kolek­ si perpustakaan UNY. Sistem pengelolaan vi­deo pembelajaran berbasis web juga telah dikem­ bangkan. Dengan beralamatkan di http://vlib. uny.ac.id , pengguna dapat melihat berbagai koleksi video pembelajaran berupa rekaman micro teaching mahasiswa, kegiatan akademik serta event khusus lainnya di UNY. Dalam laporan tahunan rektor tahun 2009

Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA. bersama Pembantu Rektor, Para Dekan, Ketua Lembaga, dan Sekretaris Senat UNY.

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

9


laporan utama

Foto atas: Widyastuti Purbani (perempuan) Foto bawah: Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA.

10

disebutkan bahwa pengembangan sistem pene­­ri­maan mahasiswa baru secara online (http://pmb.uny.ac.id) melalui jalur seleksi Man­di­ri (SM UNY), Seleksi Khusus Diploma dan Pendaftaran PKS telah berhasil dijalankan de­ngan baik. Pada tahun 2010 sistem ini akan dekembangkan lagi untuk jalur penerimaan PBU dan jika memungkinkan termasuk seleksi masuk Program Pasca Sarjana. Selain itu pengembangan berbasis IT ju­ga digunakan untuk e-learning yang telah diso­ sia­lisasikan dari Januari 2006 sampai dengan Desember 2009. E-learning yang beralamatkan http://besmart.uny.ac.id digunakan beberapa dosen untuk melakukan pembelajaran dengan para mahasiswanya. Data yang diberikan oleh Puskom UNY, jumlah pengguna dosen maupun mahasiswa yang terdaftar di e-learning telah mencapai lebih dari12 ribu pengguna. Dan mata kuliah yang telah dibuat dalam besmart sudah mencapai lebih dari 700 mata kuliah. Metode pengajaran berbasis IT ini berhasil mendapatkan award tahun 2009 yang diselenggarakan oleh Pustekkom Depdiknas RI. Penghargaan e-lear­ ning award tahun 2009 diberikan kepada UNY

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

untuk kategori interaktivitas. Menurut salah satu mahasiswa yang aktif di organisasi BEM megatakan bahwa tidak semua dosen menggunakan besmart sebagai metode pengajaran. Triyanto mengungkapkan, “Beberapa dosen memang mem-publish-kan penggunaan e-learning dengan besmart, tetapi bagi dosen-dosen yang sudah lanjut usia te­ tap menggunakan pengajaran dengan tatap mu­ka. Saya anggap ini wajar karena mungkin me­re­ka yang sudah sepuh tidak mengikuti per­ kembangan teknologi. Tetapi saya rasa metode pengajarannya juga perlu ditingkatkan karena saya masih menemui dosen-dosen yang hanya


laporan utama mengajar di belakang meja. Padahal dosen ter­ se­but mengajarkan kalau bahwa kalau sedang PPL cara mengajarnya tidak boleh hanya men­ dikte dan duduk di belakang meja, harus inter­ aktif dan sesekali keliling di antara siswa-sis­ wa. Namun di antara dosen-dosen itu masih meng­gunakan konsep mengajar dengan duduk di belakang meja.” Berbeda halnya dengan Widya Purbani. MA. Bukan karena ia antipati pada perkembangan teknologi, namun Purbani memberikan alasan bahwa tidak semua mata kuliah bisa lewat elearning. “Memang adanya fasilitas itu perlu, dan saya tidak bilang antipati dengan sarana dan prasarana, tapi yang saya katakan adanya prasarana tidak menjamin peningkatan kualitas pembelajaran. Saya sendiri untuk mata kuliah yang saya ajarkan, saya tidak memaksa diri untuk menggunakan e-learning yang ada, kalau untuk referensi, saya memang mendukung ma­ ha­sis­wa saya. Mata kuliah yang saya ajar­kan adalah sastra, di mana diskusi dengan maha­ siswa itu menjadi perlu sehingga bagi saya pem­ belajaran dengan tatap muka menjadi penting. Kalau saya menggunakan internet, saya harus menunggu respon dari mahasiwa yang tidak langung bisa didapat. Bagi saya interaksi dan tatap muka di kuliah masih saya anggap pen­ ting karena saya juga menganggap setiap hu­ man itu unik, artinya saya menghargai setiap pendapat yang dikemukakan oleh mahasiswa dalam diskusi dan saya mendengarkannya,” jelasnya kemudian. Walaupun saran dan prasarana pembelajaran meningkat, Purbani memberi catatan bahwa adanya prasarana dan sarana itu belum tentu menjamin peningkatan kualitas pembelajaran. “Tetapi dengan adanya fasilitas prasarana dan LCD misalnya tidak menjamin pada peningkatan kualitas pembelajarannya, karena peningkatan kualitas pembelajaran akan tergantung pada dosennya. Bagaimana dosen bisa melakukan pembelajaran yang interaktif kepada maha­ siswanya, dan penggunaan fasilitas internet misalnya secara efektif. Yang penting justru bagaimana sarana dan prasarana yang ada ter­sebut dapat mengkondisikan dosen-dosen untuk melakukan pembelajaran yang efektif kepada mahasiswanya. Jangan sampai dosen bersembunyi dibalik kelemahannya dengan adanya fasilitas dan pembelajaran yang ada ka­rena sebenarnya dosen tersebut misalnya me­mang tidak mampu untuk melakukan pem­

belajaran yang efektif. Saya contohkan saja di India, di sana universitas terlihat kumuh, dan fasilitas seadanya karena universitasnya memang tidak cukup untuk membeli sarana dan prasaran namun bukan berarti pembelajaran jadi terhambat, karena di sana profesor-pro­ fesor-nyalah yang bekerja keras membaca ba­ nyak buku untuk menciptakan pembelajaran yang efektif pada mahasiswanya,” terangnya panjang lebar. Ia menambahkan bahwa dengan adanya pem­ belajaran secara e-learning, perlu diciptakan mo­ nitoring dan sistem yang dibudayakan pada aksi plagiatisme. “Karena ketika menggunakan in­ ter­net, mahasiswa akan lebih mudah untuk cut, copy, and paste. Kita sebagai dosen kalau meng­gunakan intenet juga harus memaksa diri untuk memeriksa setiap tugas dari mahasiswa, itu konsekuensinya. Yang saya bangun di kelas saya adalah bahwa plagiatisme itu adalah dosa besar dalam pendidikan. Setiap silabus yang saya berikan pada mahasiswa, saya berikan tulisan bahwa plagiatisme itu kriminal. Dan di UNY itu belum menjadi budaya padahal di Amerika itu sudah membudaya, tertempel di kampus poster-poster anti plagiatisme. Dan mahasiswa di sana juga didik, apa itu plagiat­ isme, bagaimana menghindarinya dan tipsnya untuk tidak menjadi plagiatisme. Jadi jauh hari sebelum skripsi, mahasiswa dididik untuk membudayakan antis plagiatisme,” paparnya kemudian. 

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

11


laporan utama Kabar Jajaran Satu:

Masih Terus Menggodok WCU Jajaran satu, seperti juga dua jajaran lainnya, memiliki tanggung jawab memajukan UNY dan menyelesaikan rintangan yang menghambat perkembangannya. Setahun ini, apa yang telah dilakukan dan akan dilakukan jajaran satu berkaitan dengan amanat yang diembannya? Oleh D h i an H aps a r i

S

etelah dilantik oleh Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, MA, pada 1 Mei 2009, Guru Besar FMIPA Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU, Apt., resmi menjadi Pembantu Rektor I. Ia yang sebelumnya berkantor di Fakultas MIPA, sedang tekunnya menangani penelitian, dan memberi materi kuliah, harus berpindah tempat duduk di rektorat lantai 2 sayap timur. Pelantikannya sebagai PR I ini diawali sejumlah agenda mulai dari pencalonan hingga rapat senat tertutup yang akhirnya memutuskan namanya muncul menggantikan Dr. Rochmat Wa-

hab, M.Pd, MA., yang naik menjadi Rektor. Anggota Senat mengeluarkan sebanyak 31 suara untuk Nurfina yang lantas menjadi suara terbanyak mengungguli Dr. Muh. Alip, Dr. Haryanto, dan Prof. Dr. Muhyadi. Kinerja Pembantu Rektor I memang hampir menginjak satu tahun pada Mei 2010 nanti. Banyak agenda kerja yang diamanatkan, seperti BLU, WCU, dan peningkatan lainnya. Secara garis koordinasi, jajaran satu menangani empat bidang: Bidang Pendidikan dan Peng­ ajaran, Bidang Penelitian, Bidang Pengabdian Pada Masyarakat dan Penjaminan Mutu. Ma­ sing-masing bidang masih dibagi berdasarkan program kerja yang kemudian dibantu oleh beberapa staf ahli jajaran I.

foto-foto:ahmad natsir dan heri p.

12

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

Program 2009 Berdasarkan laporan Pelaksanaan Program Kerja Tahunan (Januari 2009-Desember 2009), jajaran I menyumbangkan perkembangan yang signifikan di bidang teknologi informasi dengan e-learning, sistem jaringan online yang mengakomodasi kebutuhan civitas akademika seperti pendaftaran KKN online, dan kurikulum yang menyertakan pengembangan kewirausahaan. Menurut Nurfina, program yang capaiannya memuaskan di tahun 2009 antara lain adany­a kerjasama dengan perguruan tinggi luar ne­geri, kesempatan menyelenggarakan PPG, dan keberhasilan sebagai koordinator pengawasan UN SMA/MA tahun 2009. “Keberhasilan UNY


laporan utama se­bagai koordinator pengawasan UN/MA ini sesuai dengan hasil analisis Pusat penelitian Pendidikan Balitbang Depdiknas. Tidak lupa keterkaitan pihak lain seperti sekretariat UN SMA/MA, UGM, UIN Sunan Kalijaga, dan Disdikpora Provinsi DIY, Kanwil Depag Provinsi DIY yang turut bekerja keras.” Selain itu, sebanyak 27 Program studi kependi­ dikan UNY berhasil mendapatkan kesempatan menyelenggarakan Program Profesi Guru. Sepuluh program studi diantaranya disertakan pada penyusunan panduan penyelenggraan PPG tingkat Nasional. Masih berkaitan dengan program kependidikan, sebanyak 28 prodi kependidikan berhak menyelenggarakan program S1 Kependidikan bagi Guru dalam jabatn mela­lui Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB).

Menapaki 2010 Memasuki tahun baru 2010, tentunya program tahunan juga telah disiapkan. Menurut Nurfina Aznam, selaku PR I, jajarannya telah menyusun sejumlah agenda yang diarahkan untuk perkembangan UNY menuju World Class University. “Program yang akan diperkuat antara lain pengembangan kewirausahaan, program khusus guru besar, dan peningkatan kerja sama dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri.” Program khusus guru besar ini menjadi program unggulan jajaran satu khususnya untuk pengembangan keilmuan guru besar dan percepatan guru besar. “Secara jabatan memang

guru besar ini menempati urutan tertinggi, namun tanggung jawabnya pun dituntut lebih. Dengan begitu pengembangan keilmuan guru besar pun diharapkan lebih luas, baik untuk ci­vitas akademika, maupun masyarakat luas. Dalam hal ini UNY memberi kesempatan dan membantu pengembangannya dengan dana bantuan ataupun fasilitas lainnya.” Dana pengembangan dialokasikan untuk penelitian, pembuatan media pembelajaran, penulisan buku, publikasi luar negeri melalui jurnal, pengembangan keilmuan untuk meningkatkan kemampuan yuniornya, dan mahasiswa. “Program pengembangan keilmuan guru besar ini secara otomatis juga meningkatkan peran civitas akademika UNY terhadap masyarakat,” jelasnya.

Foto atas: PR I UNY, Prof. Dr. Nurfina Aznam, sedang menyampaikan pengarahan pada satu kegiatan akademik.

foto-foto: ahmad natsir dan hesti

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

13


laporan utama

Ungkapan ini senada dengan laporan akhir tahun 2009. Tersurat dalam laporan itu, jajaran I berkaitan dengan pengabdian masyarakat tidak lain peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan PPM (Pengembangan Pada Masyarakat). Strategi yang akan dilakukan fokus pada penyiapan sumber daya manusia, kemampuan mengimplikasi ilmu dan teknologi, terarahnya kegiatan untuk perolehan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI), dan efektivitas pelaksanaan PPM. Program lain yang akan digodok dan diting­ katkan jajaran I: mengantar UNY ke World Class University. “Kegiatan-kegiatan yang menunjang program WCU akan lebih diintensifkan seperti MoU, kerja sama luar negeri, publikasi ilmiah dengan jurnal dan website, dan promosi UNY

14

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

yang tiada henti melalui berbagai media,” paparnya. Kerja-kerja yang akan digiatkan untuk mewu­ judkannya antara lain program penerapan ISO 9001-2000, monitoring dan evaluasi program, seminar awal dan akhir program PPM, pembentukan tim penjaminan mutu Bidang PPM, pengembangan dan peningkatan program PPM unggulan dan inovatif, serta peningkatan raihan dana PPM yang berasal dari instansi luar, peningkatan kerjasama dengan instansi terkait lainnya. Lebih dari itu, jajaran satu juga berencana meningkatkan kinerja tim penjaminan mutu untuk menghadapi akreditasi Badan Akrediatasi Nasional (BAN) dengan standar baru, sertifikasi ISO, dan persiapan standar WCU UNY. “Diharap­


laporan utama kan sistem penjaminan mutu serta perangkat organiasinya sudah direaliasikan sampai tingkat jurusan ataupun prodi,” katanya.

Belajar dari Masa Lalu Keberhasilan ataupun kegagalan program tidak lepas dari bagaimana tim dapat belajar dari masa lalunya. Pengalaman masa lalu ini yang menjadi pijakan melangkah di masa depan. Berdasarkan pengalaman, hambatan yang paling dirasakan gugus tugas tim satu ini berki­ sar di masalah komitmen dan semangat be­ kerja sama. “Kerja keras dan kebersamaan itu penting dalam tim, apalagi kerja-kerja ini bukan kerja pribadi, melainkan kerja kolegial yang mutlak memerlukan kerja sama. Bukan sama bekerja, tapi bekerja sama,” tegasnya.

Strategi lain agar lebih memantabkan tim diusahakan dengan menjaga silaturrahmi, komunikasi yang lancar, dan keterbukaan. “Melalui strategi itu diharapkan koordinasi dapat berjalan lebih baik, sehingga kerja tim benar-benar dilaksanakan dengan ikhlas dan meraih keberhasilan maksimal.” Selain itu, tim yang bertugas melakukan monitoring dan evaluasi pun dituntut jeli dan peka melihat permasalahan yang mengganjal. “Permasalahan yang dapat ditemukan denga­n detail akan menunjang pemecahan masalah yang relatif lebih cepat.” Maju bersama itu memerlukan kesiapan, kerja keras, dan keterbukaan. Dengan begitu, tim akan berjalan seirama dan bekerja bukan dijadikan beban, tapi diliputi semangat dan keikhlasan, tambahnya. 

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

15


laporan utama Kabar Jajaran dua:

Kerja Keras Berbuah Kemajuan Dengan prinsip bekerja keras kemajuan universitas akan mudah diraih. Oleh Ar isk a Pra setya n awat i

M

sur inovasi, berarti tidak ada kemajuan,” papar H. Sutrisna Wibawa, M. Pd., Pembantu Rektor II Universitas Negeri Yogyakarta. Sebagai Pembantu Rektor II UNY, Sutrisna Wibawa menggawangi Bidang Administrasi Umum dan Keuang­ an. Menginjak tahun 2010 ini, melalui Laporan Tahunan Rektor Tahun 2009, telah disampaikan secara detail program-program kerja Bidang Administrasi Umum dan Keuangan yang tela­h terlaksana. Bidang Administrasi Umum dan Keuangan memiliki tiga kategori program kerja. Pertama, Bidang Umum, Hukum dan Tatalaksana, dan Per­ lengkapan; kedua Bidang Keuangan, dan ketiga Bidang Kepegawaian.

elihat kemajuan pembangunan UNY banyak kalangan mulai menganggap UNY bukan sebagai IKIP lagi. Memang pernyataan ini ada benarnya, di mana di masa menjadi IKIP ba­ ngunan fisik dan tata ruang universitas tampak “jadul” (baca: berantakan). Dan setelah hampir satu dekade ini, image tersebut mulai ditelan zaman. Secara fisik, UNY memang menjadi kampus yang tata ruangnya mulai diperhitungkan. Semua kemajuan ini tidak lain karena kerja keras tim UNY, terlebih tim khusus yang dipim­ pin pembantu rektor II. “Menurut saya, kemajuan adalah realisasi dari suatu inovasi. Jika tidak mengandung un-

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

foto-foto:natsir dan heri

1040formhelp.com

16


laporan utama Di tahun 2009, penataan lingkungan kampus menjadi prioritas.. Hal ini disebabkan oleh berbagai persoalan kenyamanan dan keamanan yang muncul di tahun sebelumnya, yang membuat warga kampus terganggu. Penataan lingkungan kampus yang merupakan bagian dari kerumahtanggaan ini, diprioritaskan untuk menuju kampus bersih, indah, nyaman, aman, dan hijau serta kampus tertib. Ada banyak hal yang telah kami dilakukan, tambah Sutrisna Wibawa. Menjelang akhir tahun 2009, UNY membangun dan menyelesaikan sebagian trotoar di tepi jalan aspal dengan tujuan supaya para pejalan kaki mendapat wadah yang lebih nyaman dan aman. “Jalan aspal pun sudah diperlebar, diratakan, dan diperhalus dengan lapisan aspal supaya lalu lalang kendaraan bermotor lancar dan nyaman,” tegas Sutrisna.”Dan awal tahun 2010 ini, membangun­ an trotor sepanjang jalan di kawasan FBS Timur dan Kopma akan diselesaikan,” tambah Pembantu Rektor II UNY ini. Selain kenyamanan di jalan kampus, penghijauan juga menjadi aspek penting dalam penataan lingkungan. Untuk merealisasikan hal

ini, sudah dibuat sumur-sumur lokal di fakultas­, lembaga, dan unit. Sumur-sumur tersebut menjadi solusi permasalahan penyediaan air bersi­h yang lebih memadai karena sebelumnya revitalisasi pompa dengan penggantian mesin baru belum dapat menyeimbangkan antara kebutuh­ an pemakai yang jumlahnya terus bertambah dengan debit air bersih yang dihasilkan pompa. Selain itu, kerjasama UNY dengan Kepolisian Sektor Bulaksumur terus dijalankan. Hal

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

17


laporan utama ini untuk meningkatkan keamanan lingkungan kampus yang mulai terlihat. “Saya masih ingat, sebelum kita menjalin kerjasama, keaman­ an dan ketertiban kampus masih mengalami gang­guan dan pelanggaran-pelanggaran terjadi di pelba­gai tempat, terutama dilakukan oleh warga kampus sendiri, akibatnya lalu lintas di kawasan kampus menjadi semrawut. Untuk mengatasi ini, kami akhirnya penambahan kelengkapan-kelengkapan rambu lalu lintas, seper­ ti pemasangan petunjuk arah, larangan berjualan di kampus, dan kecepatan maksimum dalam berkendara. Setelah rambu-rambu dipa­ sang dan dilengkapi, keamanan dan ketertiban pun beriringan mengalami peningkatan kualitas,” sambung Sutrisna.

Pembantu Rektor II UNY, Sutrisna Wibawa, M.Pd.

18

Keuangan dan Kepegawaian Dalam mengatur manajemen keuangan, Su­tris­na berpegang pada aturan pokok yang ditetapkan dalam Undang-Undang maupun Peraturan yang berlaku, berupa profesionalisme, transparansi, dan akuntabilitas. “Profesionalis­ me berarti tingkah laku, keahlian, dan kualita­s seseorang yang profesional. Transparansi meru­ pakan keterbukaan dan kejelasan dengan penuh pertanggungjawaban, sedangkan akuntabilitas adalah pemberian informasi dan pengungkapan atas aktivitas dan kinerja finansial kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Jadi, sekecil apa pun pengeluaran atau pemasukan di UNY, harus benar-benar jelas tertera,” imbuhnya. Berdasarkan ketiga aturan pokok tersebut, terbukti anggaran pendapatan UNY tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 62,56% diban­­ding­ kan dengan anggaran tahun 2008. Sete­lah revi­

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

si ke-10, anggaran pendapatan UNY tahun 2009 yang tertuang dalam Daftar Isian Pe­lak­sanaan Anggaran (DIPA) tahun 2009 ada­lah sebesar Rp139.768.512.000,00 (seratus tiga puluh sembilan milyar tujuh ratus enam puluh delapan juta lima ratus dua belas ribu rupiah). Kenaikan terjadi pada Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) karena peningkatan pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) dan UNY ditunjuk seba­ gai Bendahara Umum Seleksi Nasional Ma­suk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) seluru­h Indonesia. “Saya berusaha menempatkan keuangan UNY di posisi surplus, tidak ngepas antara pengeluaran dengan pemasukan, apalagi ku­ rang. Misalnya, UNY mengeluarkan satu rupiah­, di waktu yang bersamaan, UNY juga harus bisa mendapatkan pemasukan satu rupiah, bahkan lebih,” ujar Sutrisna. Posisi keuangan UNY sampai dengan akhir November tahun anggaran 2009 tergambar dalam neraca UNY yang berisi aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan dan dibandingkan dengan tanggal pelaporan sebe­ lumnya. Jumlah aset UNY adalah sebesar Rp 191.706.620.547,00 (seratus sembilan puluh satu milyar tujuh ratus enam juta enam ratus dua puluh ribu lima ratus empat puluh tujuh rupiah)­, se­dangkan jumlah kewajibannya sebesar Rp 4.327.675.579,00 (empat milyar tiga ratus dua puluh tujuh juta enam ratus tujuh puluh lima ribu lima ratus tujuh puluh sembilan)yang seluruhnya merupakan kewajiban jangka pendek. Sementara itu jumlah ekuitas dana adalah sebesar Rp 187.641.286.947,00 (seratus delapan puluh tujuh milyar enam ratus empat pulu­h satu juta dua ratus delapan puluh enam ribu sembilan ratus empat puluh tujuh rupiah). Pengelolaan keuangan tahun 2009 sudah menggunakan pola BLU dengan PP No. 23/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU). Hal ini dianggap menjadi satu


laporan utama keunggulan bagi UNY karena pengelolaan dana lebih fleksibel. Dana yang diperoleh dari PNBP tidak harus disetor ke kas Negara, melainkan ke rekening Rektor UNY sehingga dana bisa langsung digunakan kapan saja saat dibutuhkan. Perputaran dana pun menjadi lebih lentur. PP tersebut juga mengamanatkan bahwa pengelolaan keuangan harus leih transparan dan akuntabel. Keunggulan ini harus dibarengi dengan kemampuan UNY dalam meningkatkan kinerja pelayanan dan bersedia diaudit oleh auditor independen, seperti BPK dan akuntan publik.

Persiapan di Tahun 2010 Sebagai Pembantu Rektor II UNY di periode yang kedua ini, Sutrisna Wibawa mengakui selalu menghadapi banyak kendala. Namun, kendala-kendala yang muncul mampu diredam karena Sutrisna mengaku bekerja dengan tim

yang kompak. “Saya selalu mengingatkan kepada staf-staf bahwa kita harus terus bekerja keras dan menjaga kekompakan. Itulah modal utama dalam menjalani program-program kerja baik di tahun-tahun yang sudah lewat maupun di tahun 2010,” paparnya. Setelah memprioritaskan penataan lingkung­ an di tahun 2009, yang menjadi skala prioritas di tahun 2010 ini adalah menjadikan UNY berbasis Teknologi Informasi (TI). “Sudah sejak lama UNY bersiap menjadi World Class University (WCU) dan syarat mutlak menjadi WCU adalah TI. Tahun 2009, dosen dan karyawan UNY sudah menggunakan presensi kehadiran dengan sidik jari. Di awal 2010 ini, presensi kehadiran diganti dengan mengambil gambar wajah. IT model ini lebih akurat kevalidan datanya dibanding pengambilan sidik jari,” tuturnya lagi. 

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

19


laporan utama Kabar Jajaran tiga:

Mengawal (Prestasi) Mahasiswa Kami terus mengawal prestasi mahasiswa, tidak hanya prestasi kognitifnya, tetapi juga prestasi afektif dan psikomotorisnya. Oleh Endang Art i at i S uhest i

J

Pembantu Rektor III UNY, Prof. Dr. Herminarto Sofyan.

20

ika ditelusuri secara mendalam, kegiatan ekstra kurikuler mahasiswa yang terwadahi dalam Unit Kegiatan Mahasiswa begitu beragam. Setiap mahasiswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan keteram­ pilan yang dimiliki sesuai dengan minatnya. Mereka bisa berlatih seni, olah vokal, olahraga­, penelitian, jurnalistik, ataupun bidang organi­ sasi lainnya. Tahun 2009, jelas Herminarto Sofyan, mahasiswa UNY banyak mengukir prestasi. Dalam bidang penelitian, mereka telah berhasil membawa UNY menduduki peringkat 4 dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) XXI yang diselenggarakan di Unibraw, Malang. UNY menduduki peringkat di atas IPB, UGM dan UNJ. Hal ini merupakan kemajuan dalam bidang kemahasiswaan, karena pada Pimnas sebelumnya tahun 2008, UNY telah mengirimkan 12 tim, namun dari kesemuanya belum ada yang meraih juara. Di tahun 2009 pula, dalam partisipasi­nya UNY di ajang kontes Robot Indonesi­a (KRI), Kon­tes Robot Cerdas Indonesa (KRCI), dan Konte­s Robot Seni Indonesia (KRSI), tim UNY berhasil lolos selek­ si tahap II KRI, KRCI tingkat regiona­l dan KRSI tingkat Nasional­. Prestasi lainnya di tahun 2009 ini ya­i­tu, Juara umum kedua Lomba Ino­va­s­i Teknologi Mahasiswa (LITM) seDiY.“UNY menem­ pakan posisi ke­­du­a, se­li­sih­ sa­­­tu denga­n UGM. Jad­i UNYmem­ per­­o­l eh

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

2 ju­a­­ra I, 3 ju­a­­ra II, dan 4 juara III. Kalau UGM mem­per­o­le­h 3 ju­a­ra I, 3 juara II, 4 juara III,” je­ la­s Pembant­u Rektor III ini. UNY membo­yong ju­a­ra II bidan­g pendidikan, juara I, II, III bidang kerajinan, juara III bidang Makanan Tradisional dan juara I dan III bidang Pariwisata. Herminarto Sofya­n mengakui bahwa bidang penalaran mahasis­wa tahun 2009 ini berhasil yang memperoleh prestasi. “memang banyak event yang diselenggarakan pada 2009 ini,” ungkapnya. Oleh karena itu,banyak kesempatan bagi UNY un­tuk ikut berpartisipasi. Selain bidang penalaran yang menyabet beberapa prestasi, bidang olehraga juga tak kalah dalam mengukir prestasi di tahun 2009 la­lu. “Tim UNY berhasil membawa DIY mendu­duki posisi 4 besar di Indonesia dengan 17 emas,” ujar Hermin kemudian. Seperti yang ditulis dalam majalah Pewara edisi bulan Novem­ber 2009, dalam POMNAS, tim DIY telah mengirimkan 66 atlet dan 42 orang diantaranya adalah mahasiswa UNY. Dari 17 emas, atlet UNY me­ nyumbangkan 14 medali emas. Untuk cabang panahan, atlet UNY berhasil menyumbangkan emas terbanyak dengan jumlah 10 emas. “Dalam cabang panahan itu memperebutkan


laporan utama

11 medali emas. 10 medali emas berhasil direbut UNY, hanya meleset satu buah,” jelasnya ini saat ditemui di sela-sela kesibukannya Herminarto Sofyan menjelaskan bahwa kegi­ atan olahraga tahun 2009 memang cukup padat dan hampir setiap event olahraga yang diikuti UNY, membawa pulang medali . ”Kita punya banyak UKM olahraga, sehingga bisa ikut ti­a­p event yang diselenggarakan,” ungkapnya de­­ngan tersenyum ramah. Sedikit berbeda dengan bidang penalaran dan olahraga, di bidang seni, tidak begitu ba­ nyak mengukir prestasi. “Tidak banyak tapi bukannya tidak ada prestasi sama sekali,” ujar Hermin kemudian. Ia kembali menjelaskan bahwa event-event seni memang tidak sebanyak bidang penalaran dan bidang olahraga, “Biasanya ada event seni tiap 2 tahun, dan kebetulan baru tahun 2010 event-nya akan baru dimulai, kalau untuk tahun 2009 kemarin, memang secara periodik UKM Kamasetra melaksanakan Sendrata­ ri Ramayana. Ada pentas kolaborasi, lalu juga menyelenggarakan pentas sendiri,” jelas Hermin. Salah satu yang mewarnai prestasi send­i tahun 2009 yaitu Panji Kusuma Prasetyo. Ia men­ jadi juara I pada ajang Lomba Keroncong HAMKRI WONDERIA Tingkat Jateng.

diberi pengarahan. Untuk mempertahankan prestasi mahasis­ wa, Hermin mengaku pembinaan mahasiswa di tingkat jurusan maupun fakultas perlu lebi­h konsentrasi mengawal mereka. “Proposal jug­a demikian, ke depan saya target, setiap pendam­ ping jurusan itu minimal ada 20 proposal yang masuk. Sehingga kalau kita punya 60 program studi (prodi) saja, kita sudah dapat 1.200 proposal. Saya kira ini mampu untuk tiap prodi,” ungkapnya optimis. Triyanto, ikut menambahkan, bahwa tahu­n ini sedang naik-naiknya mahasiswa untuk me­ neliti lewat PKM yang banyak variasinya. Oleh karena itu, perlu pengawalan dari pihak rektorat dan lembaga-lembagapenelitian yang ter­ kait, seperti UKM penelitian di tingkat univer­ sitas maupun di tingkat fakultas. “Mereka (lem­baga penelitian, red.) perlu memberi dukungan,” jelas Menteri Koordinator Pusat Kajian dan Gerakan BEM Rema UNY ini saat di temui di gedung Student Center. Prestasi yang diperoleh mahasiswa dalam kegiatan ekstra kurikuler mengalami naik turun, karena Hermin berpendapat hal ini tergan­ tung pada regenerasinya.” Jadi bagaimana input mahasiswanya, lalu yang aktif di ekstra ku­rikuler seperti apa. Seperti tahun ini ada bebe­ rapa UKM yang kurang greget di banding tahun lalu. Saya itu agak susah melihat hal ini. Ya, maunya sebenarnya mahasiswa itu aktif dan mau memanfaatkan sarana dan prasana yang telah disediakan. Kalau itu tidak digunakan kan sayang,” papar Hermin yang mempunyai harap­ an mahasiswa UNY tak hanya mengembangkan kemampuan kognitif, melainkan psikomo­ torik dan keterampilan afektif lewat ekstra ku­ri­kuler. 

foto-foto:ahmad natsir ep.

Tahun 2010 bisa bertahan Tahun 2010 sudah tiba, ini berarti UNY mempunyai tantangan untuk terus meningkatkan prestasi-prestasi kegiatan mahasiswa. Seperti yang dikatakan oleh Pembantu Rektor III, “ Kita mempunyai tantangan berat karena PIMNAS tahun 2009, UNY mendapat rangking ke-4. Sehingga dengan 92 proposal PKM yang dibiayai ini, kita kawal supaya laporan mereka bisa baik dan bisa menghasilkan karya yang (lebih) baik. Sehingga pada waktu PIMNAS bisa lolos dan menghasilkan juara.” Oleh karena itu, Hermin sudah melakukan koordinasi dengan memangil semua mahasiswa termasuk pembinanya untuk

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

21


laporan utama

Berupaya Kerja Cepat dan Akurat Pelayanan administrasi akademik, kemahasiswaan, perencanaan dan sistem informasi menjadi tugas pokok sekaligus nama biro satu ini, BAAKPSI. Kerja-kerja administrasi mewarnai keseharian kepala biro dan karyawan yang dipimpinnya. Oleh D h i an h aps a r i

H

ampir setiap hari ada saja surat yang masuk dan keluar. Sejak diluncurkan­ nya program ISO 9000:2001, biro ini pun memacu diri menjadi bagian yang tidak kalah handalnya dengan biro lain di UNY. Mereka berupaya agar kerja-kerja admi­ nistrasi lebih efektif dan tidak menghabiskan waktu untuk proses.

Berkerja sesuai visi dan misi awal Peningkatan pelayanan ini sesuai dengan visi dan misi BAAKPSI. “Dari visi dan misi tersebut dapat dilihat bahwa program BAAKPSI adalah peningkatan kualitas dan profesionalitas pelaksanaan administrasi di bidang akademik, kema-

22

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

hasiswaan, perencanaan, dan sistem informasi,” ungkap Dra. Budi Hestari Hutami. Banyak yang telah dilakukan di 2009 berkaitan dengan program yang diamanatkan. Kerj­akerja biro satu ini memang tidak jauh dari pela­ yanan mahasiswa, dosen, karyawan, dan pihak luar yang berhubungan dengan sertifikasi. “Da­ lam hal Sertifikasi Guru dalam Jabatan, kami men­dapat tugas mencetak Sertifikasi Pendidik­ an, penyerahan, pengarsipan sampai legalisasinya. Tentunya tugas ini menambah kerja ekstra dan kami lakukan secara hati-hati karena yang kami layani adalah guru dari Jawa Tengah dan DIY yang notabene ingin mendapatkan pelayan­ an yang cepat dan baik.” Selain itu, BAAKPSI ju-


laporan utama

foto-foto:ahmad natsir dan heri p.

ga mendapat tugas tambahan mencetak Sertifikat Dosen, tambahnya. Peningkatan lain yang pantas dicatat adalah jiwa besar pemimpin biro ini menghadapi kritik dan masukan dari civitas akademika. “Menanggapi kekurangan yang kami miliki sesuai dengan kritikan terhadap petugas administrasi yang kurang ramah, pada akhir tahun telah diadakan pelatihan Pelayanan Prima pada seluruh Kabag, Kasubag, dan staf di BAAKPSI.” Peningkatan ini diharapkan dapat menyumbangkan langkah terbaik UNY dalam pengembangannya menuju World Class University. Pelayanan prima dari petugas administrasi ini diimbangi dengan pelayanan sistem informasi yang lebih baik. Budi Hestari Hutami sadar perlunya ketepatan waktu pengiriman data dan akurasi data laporan elektronik setiap semester karena data yang tertuang dalam data elektronik tidak lain cerminan aktivitas program studi di UNY. “Data ini dapat pula diakses melalui link website Ditjen Dikti,” tegasnya. Usa­ ha peningkatan dalam kerja ini pun tidak mudah, sebab terkait dengan pengarsipan yang akurat dan tepat. “Mengatasi kesulitan ini kam­i

melakukan workshop data EPSBED setiap menjelang akhir semester yang diikuti oleh semua admin fakultas dan PPs.”

Rencana ke depan Inti kerja BAAKPSI, lanjutnya, pelayanan administrasi, sehingga agenda kerja tahun 2010 tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya­. Hanya saja, ditambahkan beberapa agenda baru seperti studi banding SIAKAD ke UNNES, studi banding pelaksanaan wisuda ke UPI, mengirim staf mengikuti pelatihan EPSBED yang diselenggarakan DIKTI, dan pelatihan-pelatihan lainnya yang berguna untuk pengembangan UNY. Hasil kerja yang membanggakan BAAKPSI­, pada 2008-2009 mendapatkan sertifikat Siste­m Managemen Mutu ISO 9001:2000, yang ber­ ke­lanjutan menjadi bagian da­ri rencana program 2010. “Kami me­ning­katkan pres­ tasi ini dengan ber­u­paya melaksanakan migrasi ke Sis­tem Managemen Mutu ISO 9001: 2008. Upaya ini didahului dengan se­rang­kaian kerja. Salah satu­nya mengirim staf mengikuti pelatihan migrasi ISO 9001:2008,” ujarnya. 

Kepala Biro AAKPSI UNY, Dra. Budi Hestri Hutami.

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

23


laporan utama

Membuat Karyawan UNY Bersahabat Dengan IT Perubahan di UNY pun berlangsung secara cepat, saya hanya berharap pegawai mampu bersahabat dengan perkembangan IT tersebut. Oleh Endang Art i at i S uhest i

B

iro Administrasi Umum dan Keuangan (BAUK) turut menyumbang kemajuankemajuan bagi UNY. Dengan berbekal prinsip manajemen terbuka, Sujariyah, M.Pd. selaku Kepala BAUK menjalankan roda manajemen BAUK menuju pencapaianpencapaian yang sesuai target UNY. Ditemui Pewara Dinamika di ruang kerjanya, Sujariyah menjabarkan kemajuan-kemajuan yang sudah dihasilkan BAUK di tahun 2009 yang secara otomatis menjadi kemajuan bagi UNY itu sendiri. Dalam rangka menghantarkan universitas menuju ke World Class University (WCU), seba­ gaimana dicita-citakan para pimpinan UNY, da­

foto-foto:ahmad natsir dan heri P.

24

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

lam hal ini Rektor, Pembantu Rektor, Dekan, maka sejak 2009 mulai dirintis UNY berbasis IT, yang dikomandai langsung pembantu rektor II, sesuai kebijakan rektor UNY. Saya sendir­i secara teknis langsung mengkomandai kebijakan pimpinan UNY. Dalam hal kepegawai­an, sedang dirancang pendataan biodata dosen dan karya­ wan yang dimulai dengan sistem database, se­ hing­ga dengan mengklik nama dan No­mor Induk Pegawai langsung bisa diketahui biodata pegawai yang bersangkutan, seper­ti tanggal masuk UNY, golongannya, jabatannya, kompetensinya, tanggal pensiun, dan lain-lain. “Yang pasti saat ini, dalam rangka meningkatkan ki­ nerja pegawai, telah diberlakukan sistem pre­ sensi wajah/foto, teknologi ini selangkah lebih maju dengan sistem presensi sidik jari, yang telah diberlakukan sebelumnya,” uangkapnya. Aspek keuangan juga tidak luput diikutkan dalam IT. Pendaftaran mahasiswa baru dan pem­bayaran biaya pendidikan mahasiswa ti­ ap semester sudah melalui online yang lebih terkonsep rapi dan dinilai lebih praktis. “De­ ngan sistem online. Pendaftaran mahasiswa baru dan juga pembayaran biaya pendidikan menjadi tidak ribet. Selain itu, sistem online merupakan cara cepat untuk mengetahui jumlah penerimaan biaya pendidikan, jumlah mahasiswa yang mendaftar, maupun jumlah mahasiswa tiap-tiap fakultas. Semua menjadi lebih rapi dengan cepat,” tutur Sujariyah. Yang dimaksud berbasis IT, dalam hal kebijak­ an pimpinan UNY, berarti sentralisasi pelayanan untuk unit-unit kerja. BAUK sudah melakukan konsep ini. “Sudah dilakukan pemusatan pela­ yanan untuk unit-unit kerja. Misalnya, di Rumah Tangga dan Perlengkapan, pengadaan barang


laporan utama

dan jasa yang akan dilelang sudah tersentral di satu titik, yaitu di divisi layanan pengadaan barang dan jasa. Mereka bertugas untuk mencatat aset unversitas secara komputerisasi di semua unit utama dan dikoordinasikan setiap triwulan dengan sistem workshop untuk rekon­ siliasi Begitu pula di bagian Tata Usaha. Tata Usaha sudah memosisikan sebagai pusat arsip. Arsip-arsip yang dipergunakan selama hidup UNY ada bisa terekam secara data fisik dan elek­ tronik,” papar kepala BAUK, yang mengunggulkan kebersamaan dan komitmen kerja dalam kepemimpinannya. Sujariyah juga menjelaskan sejak tahun 2009, sebagai wujud realisasi Badan Layanan Umum (BLU), UNY mengembangkan sistem akuntansi untuk laporan-laporan, menggantikan sistem manual. Sujariyah mengatakan, “Saat itu, sistem akuntansi baru dilakukan oleh rektorat saja sebagai pihak tertinggi. Seluruh unit utama masih menyerahkan secara manual, kemudian diolah rektorat menjadi akuntansi. Februari 2010, administrasi UNY sudah cukup sempurna, sehingga tidak perlu diaudit oleh BPK. Akhirnya, mulai 2010 sistem akuntansi secara bertahap ditularkan ke unit-unit utama di UNY.”

di tahun 2009, seperti melengkapi data­base dosen dan karyawan, pemantapan pengarsipan, serta meningkatkan kebersamaan para karyawan UNY. Selain itu, UNY yang sudah ber­sertifikat ISO 9001:2000 sejak Maret 2009, tahun 2010 standar ISO UNY akan meningkat men­jadi ISO 2001:2008. Sebelum bersertifikat ISO, UNY tentu sudah memiliki prosedur, namun belum memiliki target waktu dan standar pelayanan minimal serta hasil kinerja. ISO 9001:2000 memberi tekanan pada prosedur kerja yang memiliki target waktu. Misalnya, surat yang masuk ke tata usaha sampai ke rektor UNY menghabiskan waktu berapa menit. Kemudian dari rektor UNY sampai ke pengarsipan menghabiskan waktu berapa menit. Jika sampainya surat melampaui target waktu, berarti ada kendala. Kendala ini pun se­ ge­­ra dianalisis, sehingga tahun 2010 ini UNY bersiap menerima sertifikat ISO 2001:2008 yang lebih menekankan pada capaian hasil. “Saya hanya berharap di bawah kepemimpin­ anku, Biro AUK bisa berjalan dengan lebih baik lagi, jika ada kendala saya tentunya akan mengkoordinasikan dengan pimpinan UNY. “Dan so­ al pegawai, baik dosen maupun karyawan bisa saling menghormati profesi masing-masin­g karena sekecil apapun profesi pewagai, itu meru­ pakan aset berharga bagi universitas,” ungkap Mantan Kabag Keuangan UNY ini. Selain itu, mereka bisa menjadi pegwai yang lebih professional, menjaga kebersamaan, dan menjunjung tinggi etika kepegawaian dan ikhlas dalam melaksanakan kerja,” ungkapnya di tempat terpisah. 

Foto kiri: Kepala Biro AUK UNY, Sudjariyah, M.Pd.

Menapaki Tahun 2010 Tahun 2010, konsentrasi BAUK tetap pada IT, sebagaimana yang telah ditetapkan oleh ke­bi­ jakan rektor, tentunya sebagai bentuk pe­nyem­ purnaan program-program yang sudah muncul

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

25


kabar dari luar Sanggar anak akar kali malang, jakarta timur

Menjadi Diri Sendiri ala Sanggar Anak Akar Suasana pagi hari di Sanggar Anak Akar (SAA) yang terletak di kawasan inspeksi saluran jatiluhur belum lagi ramai. Mereka baru saja menyelesaikan kegiatan memasak bersama untuk sarapan. Ada pula yang tengah sibuk memotong kayu untuk dijadikan kayu bakar. Tampaknya mereka dibiasakan untuk hidup mandiri bahkan sampai hal-hal kecil seperti memasak. Areal SAA yang berada di pinggiran Kali Malang, Jakarta Timur itu, menuru­t pendamping anak-anak Susilo Adinego­ ro memang merupakan tempat paling strategis dan ideal untuk pemukiman para anak jalanan. Selain areal yang luas, masyarakatnya lebih terbuka tinimbang pemukiman mereka sebelumnya,

banyak suka duka mereka dapatkan sebelum akhirnya tinggal di tempat ini. Tanah di tempat itu juga cukup subur untuk ditanami. Di tempat itu, mereka juga memelihara ikan, burung dan bebe­ rapa ekor monyet. Menurut Susilo dirinya sering melihat anak-anak di pemukiman kumuh,

pemulung, pedagang asongan yang selama ini tidak mendapatkan akses pendidikan layak. Saat itu terbersit pikiran untuk mempertemukan mereka dalam bentuk belajar bersama. Tidak hanya memfasilitasi kebutuhan mereka, ba­pak yang telah berusia 50 tahun ini juga intens melakukan advokasi penggu­suran

foto-foto: dokumen SAA

26

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0


kabar dari luar yang marak terjadi di Jakarta. Mulai dari Sumber Daya Manusia (SDM), advokasi kebijaksan sampai menyentuh persoalan anak, selama ini masih kurang terakomodir. Belum lagi perihal pendidikan integrasi atau menyeluruh yang tidak di konsep kelas atau dikotak-kotak-an. ”Setiap anak memiliki hak yang sama un­tuk belajar,” ujar Susilo antusias. Susilo mengakui jika banyak dari anak-anak yang tinggal di SAA punya per­so­alan masing-masing dan masalah mereka juga berbeda-beda. Sulit bagi me­re­ka untuk menyelesaikan masala­h se­cara cepat, yang dapat dilakukan ha­ nyalah mulai memberi pemahaman bah­ wa semua orang sama. Mulai dari anak jalanan, pemulung, broken home seca­ r­a riil memang terpinggirkan dari sisi ekonomi dan pendidikan. Bahkan sampai ada beberapa di antara mereka yang mengeluh mengapa mereka mereka ti­ dak sama dengan anak-anak yang lain, seperti misalnya tidak sekolah dan tidak diperhatikan lagi oleh orangtua. Jumlah anak-anak yang belajar dan menetap di sanggar sebanyak 40 orang, adapula yang sekadar singgah. Pihaknya membatasi usia anak yang mendapatkan pembinaan yaitu hanya yang berusia 18 tahun ke bawah dengan alasan agar lebih fokus.”Selebihnya mereka bisa mengikuti program khusus selama satu tahun dengan materi enterpreneurship sekaligus magang,” tambah Susilo. Beberapa anak juga ada yang masih sekolah formal. Kemudian pada tahun 2001 tepatnya bulan Agustus, SAA meresmikan kelas akademik yang terbagi dalam beberapa kelas; sejarah, seni rupa, patung, musik, bahasa Inggris, sastra, dengan mendatangkan tenaga pengajar sukarelawan yang ahli di bidangnya seperti dosen, mahasiswa, praktisi pendidikan dan masyarakat yang ingin berbagi pengetahuan di SAA. Model pendidikan pun jauh berbeda dengan pendidikan formal yang sebatas diberikan instruksiinstruksi. Tak ada proses dialog antara guru dan murid, yang terjadi monolog. Keluhan seperti itu terjawab di SAA, ke­ las sejarah misalnya, mengajarkan pene­

litian sederhana, penelusuran sejarah ’65, dan lain-lain. Namun istimewanya, setiap pelajar­ an yang diberikan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, jangkauannya lebih luas daripada sekadar menguasai materi, karena kehidupan di jalanan jelas tak bisa ditaklukkan de­ ngan teori. Pemberian materi pembelajaran, lanjut Susilo, tidak bersifat defenitif, misalnya pembelajaran mengenai

manajemen, tidak langsung diberi tahu yang dimaksud manajemen ialah, tetapi dengan keseharian yang langsung bisa mereka rasakan. Adapun cara yang menurut Susilo cukup efektif dalam memberikan sema­ ngat kepada anak-anak ialah denga­n ber­karya dan memilih pendidikan yang sesuai dengan bakat mereka. ”Intinya menjadi diri mereka sendiri, kami ha­ nya mendampingi mereka agar menjadi

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

27


kabar dari luar dirinya sendiri dan dapat bertanggungjawab atas apa yang telah dipilihnya,” tandas Susilo. Perihal aktivitas keseha­ rian yang selama ini diyakini betul oleh Susilo ialah dirinya dan juga relawan atau pengajar di SAA tidak menuntut agar anak-anak bisa berubah. ”Tidak adil rasanya kalau kita menuntut berlebihan seperti itu,” tambahnya. Dia me­ ne­kankan untuk usaha bersama anakanak melakukan perubahan.

Kegiatan Kreatif yang Mandiri Perlu diketahui jika anak-anak jalan­ an yang sudah menetap di SAA, selain mereka belajar secara formal mereka juga memiliki kegiatan yang sesuai den-

gan minat dan hobi mereka. Mulai tahun 2002-2003 pihaknya konsen pada keterampilan yang dimiliki oleh anakanak Dan untuk menunjukkan bahwa anak-anak jalanan juga bisa berkary­a ma­ka kami rutin menggelar roadshow berupa pameran dan pentas karya anak-anak Menurut Susilo anak-anak pernah mengadakan pameran, seperti pameran pendidikan, pertunjukan talkshow lewat radio dan pentas teater. Selain itu mereka juga diberikan kesempatan untuk berdialog dengan masyarakat luas. Dengan kegiatan-kegiatan yang positif, berupa agenda internal dan eksternal, anak-anak ini memang terlihat cerdas

dan responsif saat menerima pengunjung yang datang ke areal mereka. Kegiatan mereka yang lain adalah event-event kesenian yang sudah sejak lama mereka lakukan. Selain pementasan Nyanyian Kaleng Rombeng yang dilakukan di Taman Ismail Marzuki tahun lalu, penggarapan album kaset juga per­ nah mereka lakukan. Secara terbuka, SAA juga kerap mengadakan acara ke­ senian secara spontan dan bebas pada minggu ketiga. Anak-anak juga diajarkan untuk me­ nge­lola koperasi. Selain memelihara he­wan dan tanaman, anak-anak juga diajarkan untuk membuat kue, berorga­ nisasi atau bahkan mengelola sebuah kegiatan yang sedang mereka lakukan. Untuk sebuah kegiatan yang dilakukan, setiap anak bisa saja menjadi humas atau sekretaris, semua diatur menurut kesepakatan antara anak-anak dan para pembimbing. Setelah sepuluh tahun SAA berjalan, sesungguhnya mulai terjadi regenerasi di kalangan internal. Bila pada tahun-tahun yang lalu, sanggar tersebut memerlukan sukarelawan dari luar, saat ini anak-anak anggota yang telah dewasa dipercaya sebagai kakak pembimbing bagi adik-adiknya. Tak hanya berupa keterampilan, me­ re­ka bahkan telah menjadi penuli­s wa­ lau masih di kalangan sanggar denga­n menerbitkan Tabloid Niat dan membuat blog. Mereka juga bikin majalah dinding, menyablon atau me-lay-out maja­ lah. Adapula anak-anak yang berminat menjadi fotografer dan beberapa karya mereka dipajang di sekitar sanggar. SAA telah membuktikan bahwa pengetahuan, keterampilan dan pendidikan, bukan melulu monopoli orang-orang ka­langan atas, semua manusia seharus­ nya berhak menikmati.

Sanggar Sebagai Rumah Belajar SAA berawal dari kepedulian sekelom­ pok anak-anak muda yang peduli pada anak-anak yang hidup di jalan. Merek­a pun tak lain juga pengais rezeki di jalan­ an. Para penggagas SAA adalah kelompok pedagang asongan yang beroperasi di wilayah Jatinegara. Mereka memben28

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0


kabar dari luar tuk suatu komunitas yang kemudian dinaungi Institut Sosial Jakarta (ISJ). Kini, SAA telah berusia empat bela­s tahun, menjadi rumah untuk anak-anak jalanan, tempat mereka bermain dan belajar. Tak hanya tersedia tempat tinggal, tapi jabat erat dari relawan jug­a senantiasa siap membantu. Mereka pun mendapat pendidikan formal tak jauh beda dengan yang diperoleh anak-anak lainnya di sekolah reguler. Sebagai bekal untuk dapat bertahan di jalanan, mereka pun mendapat pengetahuan tentang hak mereka sebagai seorang anak. Kendati setiap hari dipenuhi anak jalanan, hubungan dengan masyarakat sekitar juga diupayakan senantiasa kondusif. Suasananya diupayakan senantia­ sa akrab, layaknya antartetangga. Jik­a ada kesusahan, semuanya saling membantu. Para penghuni sanggar selalu ber­­u­­paya menampilkan hal yang terba­ i­k kepada masyarakat, agar bisa diteri­

ma sebagai bagian dari komunitas lo­kal, bukan kelompok yang mesti disi­ sihkan. Bahkan, warga SAA juga selalu melibatkan masyarakat sekitar dalam berbagai aktivitas.

Tak ada biaya yang mesti dikeluarkan untuk bergabung dalam komunitas ini. Modalnya cukup keinginan untuk berubah, selain tentunya komitmen. Tak ada ikatan untuk tinggal di lingkungan sanggar, anak-anak bebas memilih, tinggal di sanggar atau bersama orang tuanya. Sanggar ini berdiri karena anak jalanan juga punya hak atas pendidikan dan kehidupan yang layak, seperti yang dimiliki anak-anak Indonesia lainnya SAA sudah mengalami lima kali pindah tempat, dikarenakan lingkunga­n yang kurang bersahabat. Ada warga yang tidak suka dengan keberadaan sang­gar tersebut, karena kegiatan dianggap mereka menganggu sekitar. Har­ga sosial di masyarakat sangatlah mahal, makanya agar diterima dengan baik, SAA sering menjadi pihak pene­ nga­h saat menangani kasus di lingkung­ an sekitar. Eka W. Pramita

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

29


berita hasil penelitian berupa oBat-obatan

MENGURANGI FLU BABI DENGAN ADAS MANIS

foto-foto: dokumen HUMAS FMIPA

Flu babi adalah kasus-kasus influensa yang disebabkan oleh virus orthomyxoviridae yang endemik pada populas­i babi. Babi dapat menampung virus flu yang berasal dari manusia maupun bu­ rung, memungkinkan virus tersebut ber­­tukar gen dan menciptakan galur pan­­demik. Obat penangkal influenz­a (AH­1N1) yang ada saat ini terdiri dari dua golongan, yaitu penghambat neura­mi­ nidase (oseltamivir, zanamivir) dan adamantan (amantadin, rimantadin) namun hanya obat penghambat neuraminidase yang efektif. Di pasaran umum oseltamivir dijual dengan nama dagang Tamiflu­, zanamivir dengan nama Relenza berupa inhaler. Fungsi utama oseltamivir mau30

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

pun zanamivir adalah menghambat ber­ kembangbiaknya virus influenza, terma­ suk virus A-H1N1 yang merupakan va­ri­an baru. Dengan demiki­an, akan me­ ri­ngan­kan gejala penyakit, memperce­ pat penyembuhan, dan yang paling pen­ ting mengurangi angka kematian.

Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan biodiversiti tumbuhan yang diantaranya mempunyai aktifitas biologis yang dapat digunakan untuk menjaga kesehatan manusia. Salah satunya yaitu adas manis (Pimpinella anisum) yang dikenal sebagai adas pulowa­ ras pada masyarakat Jawa. Berdasarkan penelitian adas manis dapa­t menghasilkan ekstrak skhimic acid yang merupakan bahan baku obat flu A-H1N1 yaitu oseltamivir yang berpoten­si sebagai obat flu A-H1N1. Kandunga­n se­nyawa kimia yang juga terdapat dalam adas manis yaitu minyak atsiri 13,97 g/100 ml, Anethol 82,8% dan Estragol 0,96 %. Tiga belas gram adas manis akan meng-


berita hasilkan 1,3 gram skhimi­c acid dan terakhir menjadi 1,0 gram Oselta­mivir phosphate, yang selanjutny­a diproses menjadi sepuluh kapsul Tamiflu. Dari manfaat yang terkandung da­lam adas manis tersebut, mahasiswa ju­rus­ an pendidikan IPA Fakultas MIPA UNY, Dannies Permata Putri, Eko Yuliyanto dan Ismiati Sholika membuat produk minuman instan adas manis sebagai alternatif minuman kesehatan untuk mengu­ rangi wabah flu babi. Selama ini adas manis hanya dijadikan sebagai bahan campuran dalam jamu tradisio­nal. Namun, dalam produk ini adas ma­nis dijadikan sebagai bahan dasar da­lam pembuatan minuman instan berupa bubuk yang dapat dijadikan se­ba­gai alternatif minuman kesehata­n untuk mengurangi wabah flu babi. Rasanya yang khas dan beraroma segar menjadikan minuman instan ini banyak diminati. Adas manis bukan merupakan tanaman yang sulit ditanam terutama di negara yang beriklim tropis seperti Indonesia. Banyak­nya tanaman adas manis menyebabkan bahan baku dari minuman instan ini mudah diperoleh. Berdasarkan penelitian, adas manis (Pimpinella anisum) dapat menghasilkan ekstrak skhimic acid yang merupakan bahan baku obat flu (A-H1N1) yaitu oseltamivir.

Bahan yang diperlukan adalah 1 kg gula pasir, 50 gram secang, 125 gram adas manis dan 800 ml air matang. Cara membuatnya adalah memblender adas manis hingga halus lalu direbus dan diambil sarinya. Sari adas manis ini dicam­ pur dengan secang untuk memberikan warna merah dan kembali sarinya diam­ bil. Rebus kembali dengan penambahan gula pasir hingga air dalam panci habis. Pada saat perebusan ini sari adas mani­s diaduk sambil mendinginkan hingg­a meng­kristal, dan proses terakhir adalah mengayak sehingga dihasilkan minuman instan adas manis. Perlu diperhatikan adalah pada proses pengkristalan karena bila pada proses ini pengadukan tidak dilakukan dengan hati-hati maka akan terjadi penggumpalan. Selama ini persediaan obat Tamiflu masih jauh dari kebutuhan minimal.

Andai saja terjadi pandemi, Indonesia setidaknya harus menyediakan minimal 220 juta tablet untuk memenuhi kebutuhan 22 juta orang atau 10% jumlah penduduk. Selain itu, pemerintah tetap tidak mengizinkan apotik dan sarana penjualan obat publik lain menjual obat flu burung atau oseltamivir. Hal itu dilakukan untuk mencegah penggunaan obat secara tidak rasional yang yang akhirnya dapat membuat obat menjadi resisten. Hal ini menyebabkan oseltamivir dengan nama dagang Tamiflu hanya disediakan di sarana kesehatan milik pemerintah seperti rumah sakit dan Puskesmas. Penggunaannya juga dikontrol secara ketat. Sehingga harganya menjadi cukup mahal untuk kalangan menengah yaitu sebesar Rp 16 ribu per kapsul oseltamivir 75 mg. Dedy Herdito

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

31


berita hasil penelitian berupa makanan

DENDENG DAUN SINGKONG ALA MAHASISWA FMIPA UNY Siapa tidak mengenal dendeng, ma­kan­­ an awetan terbuat dari daging yang di­ gi­ling halus, dibumbui dengan saus asam, asin atau manis kemudia­n dike­ ring­kan atau diasinkan dan dije­mur­. Dendeng yang banyak macamny­a se­ per­­ti dendeng giling, dendeng ragi dan dendeng sayat tersebut biasanya di­bu­­ at dari daging sapi. Namun harg­a da­­ ging sapi yang terus meningka­t men­ ja­­­di suatu problem tersendiri bagi peng­­usaha dendeng maupun para kon­ su­­men. Sehingga masalah pemalsuan produk dendeng sapi yang bercampur dengan daging babipun sempat ma­rak beredar di pasar tradisional. Berdasarkan hal itu Rara Dwi Prasatia, Dewi Istiyaningsih mahasiswa jurusan pendidikan IPA dan Fendy Arifiyanto mahasiswa jurusan biologi FMIPA UNY membuatkan suatu upaya atau alter­natif lain yaitu dengan mengganti daging sapi dengan daun singkong. Dendeng daun singkong ini tak kalah nilai gizinya daripada dendeng daging. Daun singkong mengandung vitamin A, B1 dan C, kalsium, kalori, fosfor, prote­ in, lemak, hidrat arang, dan zat besi. Da­ un singkong juga mudah dijumpai karena tumbuhan yang berasal dari Brazil ini dapat tumbuh di mana-mana dan banyak ditanam di pekarangan, tanggul ataupun sawah. Semua bagian dari seluruh bagian tanaman singkong sebe­ narnya dapat dimanfaatkan namun selama ini baru sekedar sebagai sayuran. Sehingga dengan adanya variasi dalam

32

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

foto-foto: dokumen humas fmipa uny

pembuatan daun singkong menjadi den­ deng merupakan sebuah peluang besar dalam membuka usaha. Untuk membuat dendeng daun singkong ini, alat yang dibutuhkan adalah kompor, pisau, kukusan, tampah, penumbuk atau mesin penggiling, soblok, dan panci. Sedangkan bumbunya ketum­ bar, ikan teri, bawang merah, bawang putih, gula merah secukupnya, lengku­ as parut (diambil airnya saja), garam da­ pur dan minyak goreng. Daun singkon­g dipilih yang masih muda dan segar, teru­ tama daun singkong bagian atas dan dicu­ci bersih.lalu direbus hingga matang. Rebusan daun singkong tersebut

digiling hingga halus. Bumbu-bumb­u dihaluskan dan dimasak dalam wajan kemudian daun singkong giling dima­ suk­kan dalam wajan yang berisi bumbu sambil diaduk-aduk hingga merata dan kemudian ditambahkan gula merah sebagai penambah cita rasa. Setelah masak dan bumbu tercampur merata adonan dendeng diangkat dan dicetak di atas tampah dengan ukuran dan bentuk sesuai selera. Usahakan dendeng jangan terlalu tebal agar cepat kering. Dendeng dijemur selama 2 – 3 hari hingga benarbenar kering dan dendeng daun singkong siap digoreng. dedy/ls


berita Workshop

Seorang Profesor Wajib Berkarya

foto-foto: heri/PEwara Dinamika

Seorang profesor mempunyai kewajib­ an khusus yakni menulis buku, menghasilkan karya ilmiah, dan menyebarluaskan gagasan. Tugas melaksanakan kewajiban khusus bagi professor tida­k menambah beban tugas professor, te­ tapi merupakan bagian dari tugas yang wajib dipilih oleh profesor. Kewajiban khusus yang wajib dipilih ini paling sedikit sepadan dengan 3 sks setiap ta­ hun. Seorang profesor dalam tiga tahu­n wajib melaksanakan ketiga kewajiban khususnya. Demikian disampaikan Guru Besar UNY, Prof. Dr. Wuradji, pada Workshop Penghitungan Beban Dosen dan Evaluasi Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Jumat, (19/2), di ruang sidang UNY. Hadir pada kesempatan tersebut, jajaran pimpinan universitas/fakultas/ lembaga berserta para Ketua Jurusan/ Ketua Program Studi. Pembicara lain ada­lah Prof. Dr. Suminto A Sayuti dan Prof. Dr. Nurfina Aznam. Lebih lanjut dikatakan, buku yang ditulis oleh professor harus sesuai de­ngan bidang ilmu atau rumpun keahlian­nya dan diterbitkan oleh penerbit berskala

nasional atau internasional yang berISBN. Sedangkan untuk membuat karya ilmiah, profesor terlibat dalam satu judul penelitian/karya seni/teknologi, termasuk penelitian untuk disertasi/tesis, atau memperoleh hak paten, atau membuat karya teknologi/seni. Sedangkan untuk menyebarluaskan pelbagai gagasan yang dimilikinya, lanjut Wuradji, bisa menulis dalam jurnal ilmiah, menyampaikan orasi ilmiah, pem­­bicara dalam seminar, memberi pe­ la­­tihan/penyuluhan/penataran kepada masyarakat, dan mendifusikan temuan karya teknologi dan atau seni kepada masyarakat. Sementara itu, Nurfina Aznam me­ nga­­takan, tugas utama dosen adalah melaksanakan Tridharma Pergurua­n Ting­gi dengan beban kerja paling sedikit sepa­dan dengan 12 sks dan palin­g ba­ nyak 16 sks pada tiap semeste­r sesuai de­­ ngan kualifikasi akademik. Pelaksa­naan tugas utama dosen ini perlu dievaluasi dan dilaporkan secara periodik sebagi bentuk akuntabilitas kinerja dosen kepada pemangku kepentingan. ”Kompetensi dosen menentukan kua­

litas pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi sebagaimana yang ditunjukkan dalam kegiatan profesional dosen. Untuk menjamin pelaksanaan tugas dosen berjalan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan maka perlu dievaluas­i setiap periode waktu yang ditentukan,” terangnya. Suminto A Sayuti, dalam paparanny­a mengatakan, yang menilai dan memverifikasi laporan kinerja dosen adalah asesor. Syarat menjadi asesor yaitu dosen tersebut masih aktif, mempunya­i nomor identifikasi registrasi asesor yang diterbitkan dirjen dikti, telah meng­ikuti sosialisasi penilaian kinerja dosen, dan ditugaskan oleh pemimpin perguruan tinggi. ”Dalam proses penilaian harus dihin­ dari terjadinya konflik kepentingan, sa­ tu atau semuanya dapat berasal dari per­gu­ruan tinggi sendiri ataupun dari perguruan tinggi lain. Selain itu mempu­ nyai rumpun atau sub rumpun ilmu yang sesuai dengan dosen yang dinilai­,” tambah Budayawan ini. witono nugroho

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

33


berita kerjasama

UNY JAJAGI KERJASAMA DENGAN PT DI FINLANDIA DAN ESTONIA

foto:heri p/pewara dinamika

Pendidikan Tinggi di Finlandia terbu­k­a untuk melakukan kerjasama pendi­dikan dan riset dengan pihak lua­r ne­­ge­ri. Sampai saat ini Finlandia memberi­kan pendidikan gratis. Mereka yang kuliah diberi santunan selama 55 bulan, keri­ ng­anan pajak. Indonesia dan Estonia telah memiliki Agreement between the government of the republic of Indonesia and the government of the republic of Estonia on Cultural Cooperation (Perjanji­an antara pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Estonia tentang Kerjasama Kebudayaan), Estonia pada kesempatan forum konsultasi bilateral tahun 2007 menawarkan beasiswa Archimedes bagi pelajar Indonesia 34

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

yang hendak melanjutkan pendidikan jenjang Doktoral (S3) di bidang ilmu biotechnology, ICT, dan genetic. Demikian dipaparkan oleh Duta Besar Indonesia untuk Finlandia merang­ kap Estonia, Harry Purwanto, pada So­si­­alisasi Pendidikan dan peluang ker­­ ja­­sa­ma di Finlandia dan Estonia di ru­ ang sidang UNY, jumat (12/2). Sosiali­sa­si yang dipandu oleh PR I, Prof. Dr. Nur­ fina Aznam, dihadiri oleh para pim­pin­ an universitas, fakultas, lembaga, dan senat UNY. Lanjut Harry, ada beberapa kendala yang dihadapi, antara lain biaya hidup yang tinggi, Iklim yang ekstrim, Indonesia tidak ada di daftar negara peneri-

ma dan beasiswa Uni Eropa. Selain itu kurang agresifnya perguruan tinggi atau institusi pendidikan di Indonesia dalam mengembangkan kerjasama pendidikan di negara akreditasi, serta kerjasama yang telah terjalin ada yang berlangsung baik, namun ada yang baru sebatas pembentukan perjanjian kerja­ sama antar universitas “Sampai kini yang telah memanfa­ atkan keunggulan pendidikan di Finlandia baru dari Cina, Korea, Jepang, dan Viet­nam. Sedangkan Indone­sia ada 48 orang yang belajar di sana, itupun seba­ gian besar bukan beasiswa dari universitas atau program exchange tapi mereka dengan biaya sendiri,” ujarnya.


berita Tentang perguruan tinggi di Finlan­ dia, Harry mengatakan, seluruh universitas di Finlandia memperoleh status sebagai subyek hukum yang berdikari­, dimana hal tersebut di satu sisi berdam­ pak pada mekanisme pendanaan pendidikan yang selama ini universitas me­ru­pakan Government funded public ins­titutions. Pemerintah Finlandia tidak lagi memberikan alokasi dana khusu­s dalam APBN-nya untuk bantuan dana universitas. Universitas memiliki kebe­basan pengelolaan keuangan termasuk dalam upaya mencari sumber pendanaan dari pihak non pemerintah (swasta) dan bertanggung jawab penuh atas pengelolaan keuangan. Seluruh staf universitas tidak lagi ber­ status PNS. Mereka memiliki hubung­­an kerja langsung antara universitas yang diatur dalam kontrak kerja antara universitas dengan staf yang bersangkut­ an. Perserikatan tenaga pengajar univer­ sitas akan mewakili kepentingan staf universitas untuk melakukan negosiasi langsung dengan pihak universitas terkait dengan masalah penggajian dan

mata pendapatan lainnya (tunjangan, benefit, dll). “Sedangkan untuk perguruan tinggi (PT) di Estonia, Harry menjelaskan, PT di Estonia memiliki kesamaan sistem dan karakteristik dengan PT di Finlandia­. Ter-

dapat 26 PT di Estonia yang menawar­ ka­n beraneka ragam bidang ilmu. PT di Estonia memiliki kekuatan riset dan ino­vasi dibidang sains dan informations technology,” tambahnya. witono nugroho

Workshop Penyusunan Silabi dan RPP

PEMBELAJARAN HARUS BERBASIS KOMPETENSI Pada dasarnya kegiatan pembelajaran merupakan wujud nyata dari implemen­ tasi kurikulum. Oleh karena itu, jika implementasi kurikulum 2009 UNY bercirikan kurikulum berbasis kompeten­si maka kegiatan pembelajaran yang di­ kem­bangkan dosen harus berbasi­s kompetensi. Ciri-ciri berbasis kompetensi antara lain: menekankan pada unjuk kerja lulusan berbasis pada kompetensi yang dibutuhkan masyarakat, bersifat fleksibel, sistem penilaian mengacu pada standar tertentu dan memperhatikan kemampuan awal peserta didik. Demikian, Dr. Djoko Pekik Irianto, tim kurikulum jurusan dari Fakultas Ilmu Keolahragaa (FIK) UNY saat menyam­ paikannya dalam workshop Penyusunan Silabi dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) Selasa, (23/2) bertempat di ruang sidang utama FIK UNY. Workshop diikuti seluruh dosen yang berjumlah 29 orang. Pembantu Dekan I FIK UNY, Rumpis Agus Sudarko MS., pada saat membuk­a kegiatan mengatakan workshop bertu­ juan menyusun pedoman perkuliaha­n, yang idealnya telah ada sebelum per­ kuliahan berlangsung. “Mengingat ini merupakan kurikulum baru, yaitu kuri­ ku­lum 2009, maka sengaja diadakan saat sekarang. Nantinya selain masingmasing prodi, fakultas juga akan menyelenggarakan,” tegasnya. “Idealnya Silabi dan RPP ini harus disusun sebelum perkuliahan berjalan. Pelaksanaannya rutin setiap memulai perkuliahan se-

mester baru. Namun karen­a ini kurikulum baru (2009), hampir semua belum ada silabinya, maka diawali dengan workshop penyempurnaan sila­bi dan RPP sebagai bentuk tangggung jawab masing-masing dosen pengampu mata kuliah. Sebab perkembangan ilmu semester sekarang dan lalu belum tentu sama. Senada, Kaprodi PKO, Endang Rini Sukamti, MS mengatakan kegiatan tersebut untuk mendukung proses-proses pem­belajaran. Silabi dan RPP masingma­sing dosen dengan mata kuliah pe­ gang­an pokok harus tersedia sert­a mem­­berikan arah untuk dosen dan ma­ ha­siswa dalam menjalankan dan meng­ ikuti proses perkuliahan ratnae

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

35


berita Pelantikan Pejabat

Wajib Menciptakan Iklim akademis yang kondusif

foto-foto: heri p/PEwara Dinamika

Kaprodi dan sekretaris Prodi pada jenjang S2 dan S3, secara administratif dapat memberikan layanan administrasi akademik, sehingga dapat mendukung kelancaran sistem informasi manaje­ men akademik. Kaprodi dan sekretaris prodi dimohon dapat mengembangkan keilmuan yang menjadi binaannya. Di samping itu, perlu juga mencip­ takan iklim akademik yang kondusif. Yang juga perlu mendapatkan perhati­ an adalah menjadikan prodinya unggul, tertebih-lebih untuk sementara ini bebe­ rapa prodi yang potensial menjadi unggulan adalah prodi Penelitian dan Evalu­ asi Pendidikan (PEP) dan Pendidikan Tek­no­logi dan Kejuruan (PTK). Kedua pro­di memang selama ini sudah mendapatkan pengakuan secara nasiona­l bahkan dalam batas tertentu secara in­ ternasional. Demikian disampaikan Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA., pada pelantik­ an Kepala Bagian Tata Usaha FBS, Drs. Yudi Sutama, M.Pd., Kasubag FMIPA Dra. Yuyun Farida, M.Biotech, serta para Kaprodi di Program Pascasarjana UNY, Se­ nin, (1/2) di ruang sidang UNY.

36

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

Lanjut Rochmat, karenanya perlu te­ rus dijaga dan dikembangkan, sehingg­a kedua prodi itu tidak hanya menjadi unggulan nasional, melainkan juga internasional. Demikian juga, prodi Ilmu Pen­didikan yang menjadi homebase pe­ngem­bangan pendidikan nilai atau pendidikan karakter pertu terus dikembangkan, karena pendidikan nilai atau pen­didikan karakter merupakan ikon UNY. ”Kelulusan S2 dan S3 akhir-akhir ini mengalami kemajuan yang berarti. Ka­ re­na itu diharapkan sekali kebijakan pim­pinan PPs untuk meningkatkan pro­duk­tivitasnya, baik secara kuantita­ tif maupun kualitatif pertu didukung oleh semua ketua dan sekretaris prodi.

Status akreditasinya perlu terus dikawat dengan sebaik mungkin, sehingga status kelembagaannya memiliki kredibilitas yang patut dibanggakan,” tuturnya. Ditambahkan, untuk menjamin la­ yanan pendidikan yang berstandar, maka kita berkepentingan untuk mengacu kepada standar. Oleh karenanya, upaya untuk meraih ISO bagi PPs merupakan menjadi kebutuhan kita semua, sehingga layanan pendidikan PPs dapat menunjukkan akuntabilitas kepada publi­k secara memuaskan. Selain daripada itu PPs perlu juga untuk merintis prodi ba­ ru dan jenjang baru bagi prodi yang sudah ada. Pada bagian lain, Rektor mengata­ kan, pelantikan pejabat dilandasi oleh beberapa aturan legal terkait dengan disiplin pegawai, tugas belajar bag­i do­ sen, dan sebagainya, di samping untuk meningkatkan profesionatisme pengetolaan institusi akademik dan optimali­ sasi pemanfaatan SDM di lingkungan UNY. Penentuan Kepala Bagian dan Kepala Sub Bagian benar-benar dilakukan ber­


berita dasarkan prestasi kinerja, kecakapa­n, akademik, kedisiplinan, kepemimpinan­, dan kecakapan berkomunikasi. Penen­ tuan Kaprodi S1 didasarkan pad­a ke­ mam­puan akademik, prestasi ki­ner­ja, komitmen akan tugas, kepribadia­n, ke­

pemimpinan, dan kecakapan berkomunikasi. ”Penentuan kaprodi dan sekretaris kaprodi S2 dan S3 didasarkan atas ku­a­ lifikasi akademik, keahlian, jabata­n aka­ demik, integritas kepribadian, prestasi

kinerja, kepemimpinan, dan kecakap­an berkomunikasi. Dengan demikian diha­ rapkan sekali pengelotaan UNY secara sistemik semakin efektif dan efisien,” tegasnya. witono nugroho

mengajar

GURU IPS PERLU BANYAK BERLATIH TEAM TEACHING Sesama Guru IPS hendaknya mamp­u melakukan kolaborasi efektif agar meng­ hasilkan pembelajaran efektif melalui team teaching. Dengan demikian akan terjadi inovasi pembelajaran berarti bagi peserta didik. Demikian ditegaskan Ketua Tim Pengembang IPS FISE UNY Sardiman, AM. M.Pd. dalam refleksi real teaching di SMP Negeri 20 Purworejo Jawa Tengah. “Selama ini masih jarang guru yang menerapkan team teaching secara sungguh-sungguh dalam pembelajaran IPS. Faktor kultur dan struktur merupakan penyebabnya,” tambahnya. Secara kultur dijelaskan Sardiman, para guru IPS masih ‘kikuk’, ewuh pakewuh melaksanakan team teaching terutama antara guru senior dengan yunior. Sedangkan secara struktur, menurut Sardiman, selama ini banyak yang menolak penghargaan yang sama terhadap team teaching oleh sekolah dan Dinas Pendidikan. Di hadapan 75 guru-guru IPS SMP se-Purworejo, Sardiman berharap para guru tidak sekedar memandang dari penghargaan jam mengajar dalam team teaching. Terpenting adalah bagaimana menyajikan pembelajaran IPS menarik dan menantang untuk peserta didik. Menurutnya, pembelajaran yang bermakna apabila menyenangkan, tidak membebani, dan bisa digunakan untuk hidup. Sementara Dr Muhsinatun menegas­ kan agar para guru jangan lupa mengintegrasikan nilai-nilai sosial kemasya­ ra­katan dalam pembelajaran IPS. Ke­­mam­­puan guru membelajarkan IPS se­­ca­r­a terpadu akan tercapai apabila di­ la­ku­kan uji coba terus-menerus. “Apa­bi­

l­a para guru tidak berusaha mencoba, pem­be­la­jar­an terpadu dalam IPS hany­a akan menjadi angan-angan selamanya­,” tegas Muhsin. Menurut pengamatan Muh­sin selama mendampingi para guru, mereka masih sulit melakukan integrasi penuh dalam pembelajaran IPS. Tetapi, setidaknya guru telah mencoba menghubungkan materi utama pembe-

lajaran dengan materi yang lain. Sedangkan Dr. Mukminan mene­­­ga­s­ kan kurikulum standar Social Studies atau IPS akan powerfull atau bermakna kalau disajikan secara terpadu, siswa aktif, fenomena harus diambil dari kehidupan nyata siswa dan lingkungannya. IPS ter­padu menjadi komitmen nasional dalam produk hukum Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 tahun 2006, dimana mata pelajaran SMP IPS dibe­ lajarkan secara terpadu. Desainnya sebe­ narnya dengan single teaching, tetapi dalam masa transisi, team teaching me­ ru­pakan langkah paling tepat. Selain menekankan pentingnya pembelajaran berbasis pada lingkungan, Mukminan menekankan penggunaan media secara optimal. Supardi

foto-foto:dokumen humas fise uny

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

37


berita pisah sambut

UNGKAPAN DAN EKSPRESI KASIH UNTUK IBU, AYAH, DAN KAKAK Dan kau lilin-lilin kecil sanggupkah kau mengganti / Sanggupkah kau memberi seberkas cahaya… Itulah sepenggal lagu yang dinyanyi­ kan oleh para keputren pegawai admi­ nistrasi FBS UNY yang bisa menitikkan air mata Ibu, Ayah dan Kakak yang tela­h purna tugas dan pindah tugas disertai dengan menyalakan lilin dan memberi­ kan seuntai bunga pada mereka sema­ kin menambah rasa haru seisi ruanga­n PLA. Acara Pisah sambut yang dikema­s oleh Keputren FBS UNY ini sengaja di­be­ ri judul Ungkapan dan Ekspresi Kasih untuk Ibu, Ayah dan Kakak, karena hubung­ an kekeluargaan yang begitu akrabnya, sehingga sudah seperti Ibu, Ayah, serta kakak serta keluarga FBS yang begitu Humanisnya. Adapun Keluarga yang di­lepas: 1) Ibu Kabag. Dra. Dwi Astuti yang Purna Tugas per 1 Februari 2010; 2) Ayah Suhardi yang purna tugas per 1 Desember 2009 dan Ayah Pak Sandi yang purna tugas per 1 Oktober 2009; dan 3). Kakak Indradi Heru Atmanto dan Dulgani, yang masing-masing pindah tugas ke F.MIPA, Kakak Wisnu Brot­o yang dipindah tugaskan ke USIM, dan Kakak Susi Nastiti yang dipindah tugaskan ke FIK. Acara ini diprakarsai Pembant­u De­ kan II FBS UNY, Dra. Sri Harti Widyas­ tuti,M,Hum. Acara diawali dengan Eks­ presi Dekan FBS UNY, Prof. Dr. Zamzani, dilanjutkan Ekspresi Ibu yang disam-

38

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

foto-foto: dokumen humas fbs

paikan oleh Ibu Dra. Dwi Astuti.Setelah itu dilanjutkan dengan Lagu Bunda yang dipersembahkan untuk Ibu Ka­bag Dra. Dwi Astuti. Acara Selintas Kisah kakak disampaikan oleh Ibu Tutik­, panggilan akrab Pembantu Dekan II FBS. Acara be­ gitu santai dengan penata­an kursi di­ buat melingkar dan membuat suasana sangat akrab. Selain itu, ada acara Vocal Group dari Keputren FBS yang mempersembahkan lagunya khusus un­tuk mereka yang dipisah dan yang datang. Lagu yang mereka bawakan berjudul Andaikan Kau datang dan Lilin-Lilin kecil Yang membuat suasana berubah men­jadi haru saat membawakan lagu

itu Para Keputren mengajak Ibu,ayah dan kakak maju ke depan dan menerima setangkai bunga dan menyalakan li­lin. Tetesan air mata jatuh tak terta­ hankan,sebagai ungkapan emosi yang ada. Tepat pukul 14.00 acara istirahat disediakan 7 tumpeng sesuai dengan jum­lah pegawai yang meninggalkan FBS dan dimakan bersama-sama. Tampaklah kekompakan karyawan-karyawati yang begitu akrab. Sudah puas ma­ kan bersama acara dilanjutkan dengan ungkapan ekspresi dari teman-teman. Acara ditutup dengan doa dan menyayikan lagu perpisahan dan bersalamsalaman. Kartika Dewi


berita pembekalan

PEMBEKALAN PRAKTIK INDUSTRI MAHASISWA FT UNY Fakultas Teknik (FT) UNY menyelenggarakan penbekalan Praktik Industri yang diikuti 1.067 mahasiswa dari berbagai program studi, setiap hari Sabtu mulai 26 /2 sampai dengan 13/3. Kegiatan yang diselenggarakan secara berta­ hap dan paralel, bertempat di Aula FT dan Ruang Serbaguna KPLT FT UNY. Menurut Humas FT, Noor Fitrihana­, materi pembekalan Praktik Industri, me­ li­puti: Materi Umum, yang berisi: Latar

belakang, Tujuan, Visi-misi dan Prosedur Praktik Industri, peran dan fungsi Praktik Industri, persyaratan peserta­, diagram alir kegiatan dan beberapa ka­ sus yang menonjol dalam kegiatan Prak­ tik industri, Materi Khusus, yang me­ liputi: Informasi industri mitra, ku­o­ta dan penempatan peserta, prosedur pengurusan administrasi, teknis bimbingan dan supervisi, evaluasi dan penerbitan nilai, Materi Industri meliputi: Pengena-

foto-foto:dokumen humas ft uny

lan Budaya kerja dan budaya industri, manajemen dan kegiatan produksi di industria, kewirausahaan serta peluang dan prospek kerja dan Pembuatan Proposal Praktik Industri. Sedangkan pemberi materi pembekalan berasal dari kampus maupun luar kampus. Narasumber kampus adalah para Koordinator praktik industri jurusan dan fakultas. Nara sumber yang berasal dari industri antara lain: Yulianto, A.Md dari PT Karya Perkakas, Musthofa, S.Pd. dari Maestro Autobody and Painting, Wartadi, SH dari Ikatan Ahli Perhotelan Indonesia, dari TVRI Yogyakarta, Jadin C Jamaludin dari industri busana dll. Lebih lanjut, Noor, pelaksanaan praktik industri selama 2 bulan atau setara 256 jam, bertujuan agar mahasiswa dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui kegiatan pengalaman langsung di industri. Tujuan yang lain agar mahasiswa dapat mempelajari aspek kewirausahaan terkait dengan prospek kerja setelah lulus kuliah. Rani

tugas akhir

PENTAS KOLABORASI FBS DAN FT FBS-Karangmalang - Pentas tugas akhir mahasiswa tari Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) melibatkan mahasiswa teknik ju­ rus­an tata busana dan tata boga. Mereka yang bergiat dalam kolaborasi dua fakultas ini terdiri dari mahasiswa seni tari, tata busana, tata rias, dan tata bo­ ga. “Suatu hal yang susah jika dikerjakan dalam panitia kecil karena melibat­ kan 3 jurusan yakni tatarias, busana dan tari, bahkan kami dengar akan ada gabungan dari jurusan tata boga untuk mendirikan stand pameran. Kem-

pat jurusan itu hampir melibatkan lebih 200 mahasiswa penggarap yang harus menyusun Tugas Akhir dan 12 garapan sedangkan tarian berdurasi antara 1020 menit, semoga garapan besar ini se­ gera ada kepastian” terang Tri Wahyuni, dosen seni tari. Senada dengan Tri Wahyuni, Afif GB, dosen Jurusan Tata Busana Fakulta­s Teknik (FT) menyatakan “Karya ini memang sepertinya tidak semudah yang di­pikirkan, bukan hanya pementasan yang ditujukan sebagai hiburan tetapi

sebuah garapan untuk tugas akhir ku­ liah, dimana mahasiswa harus seca­ra total memberikan karya terbaik mere­ ka.”Agar acara terlaksana dengan baik dan terfokus, menurutnya, kegiatan ini memerlukan tim event organizer seba­ gai manajemen produksi yang terdiri dari mahasiswa FBS dan FT. Acara besa­r yang akan digelar bulan Juni 2010 ini di­harapkan dapat mengukir sejarah ko­ la­borasi antar fakultas di UNY, tambah Tri Wahyuni. Tika

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

39


berita Upacara Wisuda

Plagiarisme Wajib Dihilangkan Dari Dunia Kampus

foto-foto: heri p/PEwara Dinamika

Untuk terus menjaga komitmen UNY, wisu­dawan harus tahu pentingnya ke­ju­ juran. Perlu disadari sepenuhnya bahwa persoalan plagiarisme yang akhir-akhir ini mengguncang dunia pendidikan kita, terlebih-lebih dunia perguruan tinggi. Plagiarisme memang wajib dihilangkan dari dunia kampus pada khususnya, da­ri dunia akademik pada umumnya. Un­tuk menjaga martabat almameter, ka­mi sungguh berpesan kepada semu­ anya untuk tidak tergoda dengan prak­ tik plagiat, karena perbuatan ini meru­ pakan perbuatan tercela. Dewasa ini tidak sedikit jumlah pe­ ngang­guran terdidik. Pengetahuan, ke­ ca­kap­an dan keterampilan yang te­lah di­kuasai harus dijadikan modal uta­ma­ untuk memasuki dunia kerja dan ma­sya­ ra­kat. Kembangkan diri secara kre­atif dan bertindak secara produktif, yang

disertai dengan kesabaran dan kete­ kun­an, maka apapun persoalan hidup dapat ditangani dengan baik. Dalam ��������� situasi seperti ini, interpreneurship spirits dan skills harus menjadi bagian dari kehidupan. Demikian dikemukakan Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, Ma., dalam sambut­ annya pada acara Wisuda lulusan UNY, Rabu, (24/2), di auditorium UNY. Pad­a periode ini UNY meluluskan 1.083 orang dengan rincian 9 orang (S3), 46 orang (S2), 158 orang S1 Non-Kependidikan, 597 orang S1-Kependidikan, 119 orang Diploma Non-Kependidikan, dan 154 orang Diploma Kependidikan. Sebaran pa­ra wisudawan periode Februari 2010, diantaranya: PPs sebanyak 55 orang, FIP sebanyak 261 orang, FMIPA sebanyak 175 orang, FBS sebanyak 146 orang, FISE sebanyak 170 orang, FT sebanyak

170 orang, dan FIK sebanyak 106 orang. Wisudawan yang meraih predikat cumlaude sebanyak 82 orang. Lebih lanjut dikatakan, baru kali ini S3 dapat diwisuda sebanyak 9 orang. Ini mengindikasikan bahwa telah terjadi per­baikan manajemen dan layanan aka­ de­mik, sehingga mempengaruhi pa­da perbaikan hasil pendidikannya. Di­ha­ rapkan sekali pada masa-masa men­ da­tang dapat dilakukan perbaikan ma­ na­­jemen pada semua jenjang, serta pro­gram percepatan studi dengan tetap mem­pertahankan kualitas. Dengan de­ mi­kian layanan pendidikan UNY ke depan lebih dapat meningkatkan ke­pu­ asan bagi masyarakat dan civitas aka­ de­mika UNY sendiri. UNY dalam rangka menuju WCU terus melaksanakan kegiatan internasional, baik dalam bentuk seminar, workshop, konferensi, student exchange, lecturer ex­ change, and staff exchange. Yang mena­ rik bahwa setelah melakukan MoU an­ ta­ra UNY dan Universiti Malaya (UM), Malaysia, dalam waktu dekat UM akan mengirimkan sejumlah 15-20 mahasis­ wa ke UNY, demikian juga UNY akan me­ngirimkan 15-20 mahasiswa ke UM, Malaysia, untuk sejumlah waktu ter­ tentu, serta mengirimkan lulusan cum laude untuk 2-3 orang dalam meraih stu­di lanjutan sampai dengan Ph.D. dengan beasiswa penuh. ”Para wisudawan sebaiknya menja­ dikan dirinya sebagai agent of change. Artinya bahwa sebagai alumni seyog­ yanya dapat memainkan peran pen­ ting dalam melakukan perubahan dan pencerahan dimana pun berada. Me­ mang hal itu tidak mudah karena dibu­ tuhkan totalitas kepribadian, di samping kecakapan dan pengalaman. Namun dengan semangat dan komitmen yang tinggi untuk dapat menjadi agen perubahan, saya yakin secara berangsurangsur persoalan yang besar itu dapat diatasi dengan baik,” tambahnya. Witono nugroho

40

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0


berita Rapat Koordinasi

Toleransi 1 tahun untuk dosen tugas belajar

foto-foto: heri p/PEwara Dinamika

Dosen yang belum menyelesaikan ku­ liah S2 dan S3 diberi toleransi 1 tahun untuk menyelesaikannya. UNY akan men­jembatani secara umum bahkan se­mua akan kita ’putihkan’. UNY akan memberi perpanjangan satu tahu­n teta­ pi dengan catatan para dosen mengajukan permohonan dan melaporkan sampai dimana kemajuan studinya. Nanti ada tim kelayakan yang akan menilai proposal. Perpanjangan 1 tahun dasarnya adalah permen Nomor 48 tahun 2009 tentang Pedoman Pemberian Tuga­s Belajar Bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Depdiknas, yaitu perpanjangan maksimal 1 tahun. Demikian dikatakan Pembantu Rektor II UNY, Sutrisna Wibawa, M.Pd., pada rapat koordinasi dengan 28 dosen yang sedang tugas belajar S2 dan S3 yang sudah habis atau hampir habis masa studinya, baru-baru ini di ruang sidang UNY.

Lebih lanjut dikatakan, jangan ditafsirkan setelah tugas belajar lalu bisa/ boleh izin. Jadi kalau sejak awal adalah tugas belajar, maka sampai selesai juga tugas belajar. Meskipun sudah habis dananya atau dengan biaya sendiri tapi statusnya masih tugas belajar. ”Kita menggunakan aturan PNS, bukan masa studi di PPs, karena di pasca­ sarjana tidak hanya PNS tapi bisa siapapun. Tapi kita adalah PNS yang sedang tugas belajar,” ujarnya. Sementara itu Rektor, Dr. Rochmat

Wahab, MA, mengatakan, pimpinan sangat menyadari bahwa S3 tidak sedikit faktor yang menyebabkan kita tidak selalu mulus dalam penyelesaiannya sehingga pada waktu tugas belajar yang diberikan oleh departemen kita tidak bisa menyelesaikan pada waktunya. Kita tidak bisa menyelesaikan persoalan ini terus berlangsung, karena kita juga dihadapkan pada peraturan yang harus segera direkomendasikan. ”Kasus studi itu hanya ada 2, yaitu tugas belajar dan izin belajar dan itu berlaku sejak awal dan tidak bisa digan­ ti di tengah, Yang semula tugas belajar tidak bisa diganti ditengah jalan menjadi izin belajar. Jika itu diubah maka tugas belajarnya dinyatakan gagal. Kalau gagal maka harus mendapatkan surat keterangan bahwa yang bersangkutan tidak mempunyai kecakapan,” lanjutnya. Witono Nugroho

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

41


berita Workshop

PPG UNTUK HASILKAN CALON GURU YANG PUNYA KOMPETENSI

foto-foto: dokumen kemahasiswaan UNY

Program Pendidikan Profesi Guru PraJabatan yang selanjutnya disebut Pro­ gram PPG adalah program pendidik­an yang diselenggarakan untuk mem­per­­­ siapkan lulusan S-1 Kependidik­an dan S-1/D-IV Non Kependidikan dapa­t me­ nguasai kompetensi guru secara utuh berdasarkan standar nasio­nal pendi­ dikan sesuai dengan Permendik­nas

42

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

No. 8 Tahun 2009 tentang PPG. Se­dang­ kan, tu­juan dari PPG adalah untuk meng­ha­sil­­kan calon guru yang memi­ li­ki kom­petensi dalam merenca­na­kan, me­lak­sanakan, menilai pem­be­la­jar­an­, menindaklanjuti hasil penilai­an, me­la­ ku­kan pembimbingan dan pela­tih­an peserta didik, serta melakuka­n pe­ne­litian, dan mampu mengembangkan profesio­ nalitas secara berkelanjutan. Demikian disampaikan Kepala P3AI UNY, Dr. Sunaryo Sunarto, pada Workshop Peningkatan Kompetensi Guru Pamong PPL PPG, di ruang sidang, Senin 15/2. Worhshop dihadiri oleh para guru SD/SLB, SMP, dan SMTA di DIY. Pembicara lain adalah PR III, Prof. Dr. Herminarto Sofyan, Staf ahli PR I, Moch

Slamet, MS, serta dosen PLB FIP, Dr. Ishartiwi. Lebih lanjut dikatakan, lulusan S-1 Kependidikan dan S-1/D-IV Non Kependi­ dikan yang tidak sesuai dengan program PPG yang akan diikuti, harus mengikuti program matrikulasi, dimana mereka wajib mengikuti kuliah sejumlah mata kuliah dan bagi mereka yang telah


berita

Syamsu Rahmadi

K il a s BEM Ormawa Bisa Jadi Agen Perubahan

dokumen humas fik

dinyatakan lulus seleksi secara otomatis mereka telah memenuhi kompetensi akademik bidang studi dan/atau kompetensi akademik kependidikan. ”Sistem pembelajaran PPG, perkuliah­ an dalam bentuk workshop subject specific pedagogy (SSP) untuk menyiapkan perangkat pembelajaran di sekolah, dan Praktik Pegalaman Lapangan (PPL) de­ngan pemantauan langsung secara inten­sif oleh dosen yang ditugaskan khusus untuk kegiatan tersebut, dinila­i secara objektif dan transparan. Perkuliahan dalam bentuk workshop, dan praktik pengalaman lapangan program PPG dilaksanakan berorientasi pada pencapaian kompetensi merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, me­ nilai hasil pembelajaran, menindaklan­ juti hasil penilaian, serta melakukan pem­bimbingan dan pelatihan,” terangnya. Sunaryo menambahkan, syarat kuali­ fikasi akademik calon peserta didik PPG yaitu S-1 Kependidikan yang sesua­i de­ ngan program pendidikan profesi yang akan ditempuh, S-1 Kependidikan yang serumpun dengan program pendidik­an profesi yang akan ditempuh denga­n menempuh matrikulasi, S-1/D-IV Non Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang akan di­ tem­puh dengan menempuh matrikula­ si, S-1 / D-IV Non Kependidikan yang serumpun dengan program pendidik­ an profesi yang akan ditempuh de­ ngan menempuh matrikulasi, serta S1 Psikologi untuk program PPG pad­a PAUD atau SD dengan menempuh matri­ kulasi. Sementara itu, Herminarto Sofyan mengatakan, sistem rekruitmen dan seleksi mahasiswa menggunakan prinsi­p supply and demand, mengutamakan kua­ litas calon. Selain itu juga bekerjasa­ma dengan dinas pendidikan Kabupate­n/ Kota, serta dengan sistem terbuka yaitu seleksi administrasi, seleksi penguasaan bidang studi, Tes Potensi Akademik, Bahasa Inggris, Penelusuran bakat dan minat melalui wawancara, dan tes kepribadian.

Badan Eksekutif Mahasiswa Ormawa ini bisa menjadi agen pembaharuan baik untu­k mahasiswa itu sendiri maupun masyara­kat. Harapannya, dapat menjadi contoh yang baik untuk semua. Sehingga kecerdasan bisa terwujud, dan kita bisa punya soft skill yang baik. Latihan Keterampilan Manaje­ men Mahasiswa-Tingkat Dasar sebagai wujud meningkatkan kemandirian mahasiswa dalam penyelenggaraan organisasi. Selamat ber LKMM –TD. Demikian Pembantu Dekan I FIK UNY, Rumpis Agus Sudarko, MS., saat membuka LKMM –TD yang digelar BEM FIK UNY, Senin, (22/2) bertempat di SKB Ban­ tul. Kegiatan dihadiri 42 mahasiswa ormawa. Sementara itu, ketua BEM FIK, Dwi Apriyanto dalam sambutannya berharap dengan keikutsertaan rekan-rekan dalam kegiatan LKMM-TD dapat belajar mengelola sebuah organisasi, sehingga setelah pelatihan para pengurus ormawa tidak bingung dengan apa yang harus dilakukan. Kegiatan bertema menciptakan manusia yang bernurani, sportif, cendekia menuju ormawa yang profesional dan kontributif. Hadir dalam kesempatan tersebut para pejabat FIK, dosen pendamping PA, dan beberapa tenaga administrasi. Selama tiga hari, peserta mendapatkan empat belas materi. Selain materi di dalam ruangan peserta juga mengikut­i outbond. ratnae

FIP Kedatangan Tamu dari Singapore Pada Rabu, (10/2) bertempat di ruang sidang I Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), segenap jajaran pimpinan Fakultas dan Jurusan PLB FIP UNY menyambut de­ ngan baik kedatangan para tamu dari Singapore. Acara yang dimulai pada pukul 09.00 sampai dengan selesai tersebut dibuka oleh Dekan FIP, Prof. Dr. Achmad Dardiri, M,Hum. Selain memberikan sambutan selamat datang, Dardiri juga memberikan gambaran atau profil singkat tentang FIP UNY. Selanjutnya Dardiri mempersilahkan para tamu untuk berdialog langsung dengan Kajur dan para Dosen Jurusan PLB mengenai proses pembelajaran terhadap anakanak berkebutuhan khusus di Indonesia. DK

Kunjungan SMAN 3 Mojokerto di FIP Selama dua hari, FIK UNY menerima tamu dari tim ISO, Rabu-Kamis, (3-4/2). Tujuan tim adalah untuk melakukan migrasi ISO dari versi 2000 ke 2008. Konse­p ISO sendiri adalah impovement, namun karena bersamaan dengan proses migrasi maka akan di-review dengan metode sampling. Dari tiga prodi yang ada akan diambil sampling sebanyak dua prodi. Nantinya untuk melihat apakah telah sesuai dengan standar yang ada. Namun demikian, prodi yang tidak disampling juga wajib melaksanakan perbaikan menyesuaikan dengan prodi lainnya. Tim diterima oleh jajaran Dekanat dan pimpinan FIK termasuk para dosen. Mereka adalah Togu Sihombing dan Bandul, dengan agenda kegiatan pada hari pertama meninjau manajemen adminitrasi dan kefakultasan sedangkan pada hari kedua meninjau lebih lanjut tentang dua prodi yang akan disampling. ratnae P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

43


opini PENGEMBANGAN KARIR DOSEN O l e h B a mb a ng S ub a l i

K

Pendahuluan ekuatan suatu universitas salah satu di antaranya adalah berapa jumlah guru besar dan berapa jumlah dokto­r (yang notabena syarat utama menja­ di guru besar). Namun, rasanya masih banya­k ganjalan untuk menunjang jumlah guru be­sa­ ­r dan doktor oleh hal-hal yang--boleh jad­i--ku­ rang disadari bersama. Tulisan ini akan menge­te­­ gahkan ganjalan yang berkait dengan tun­­tut­an jumlah doktor pada suatu jurusan. Ganjalan yang dimaksud tersebut bisa terja­ di karena kebijaksanaan/kebijakan pimpinan (?) dan dapat pula datang dari dosen yang bersang­ kutan. Tulisan ini sekedar “uneg-uneg” yang se­ moga dapat menjadi bahan renungan bagi pi­ hak-pihak yang terkait. Linieritas Satu pertanyaan yang tidak penah terbayang­ kan adalah ketika saya--dengan latar belakang waktu itu masih sedang menempuh Program S3 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP) dan masih dengan modal ijazah S-2 Ilmu Kehutanan dan S-1 Pendidikan Biologi--ditanya oleh ang­ gota tim asesor akreditasi program studi. Perta­ nyaannya, mengapa saya--yang tidak memiliki ijazah S-1 atau pun S-2 Program Statistika--ditugasi oleh Jurusan untuk mengampu mata kuliah Statistika. Ada dua penjelasan pada waktu itu yang sa­ya sampaikan kepada asesor. Pertama, mata kuliah tersebut dulu bernama Biometri. Setela­h ada Program IMSTEP-JICA dan diharapkan ada ke­

Pertanyaannya, mengapa saya—yang tidak memiliki ijazah S-1 ataupun ijazah S-2 Program Statistika—ditugasi oleh Jurusan untuk mengampu mata kuliah Statistika. 44

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

sa­maan buku ajar untuk mata kuliah di antara program studi di FMIPA UNY, FMIPA UM, dan FPMIPA UPI, namanya pun diganti menjadi Statistika. Biometri merupakan mata kuliah apli­ kasi Statistika dalam Biologi, sehingga lebih banyak menekankan pada bagaimana Statistika dijadikan alat untuk mengolah data yang berkait dengan pemecahan persoalan di dalam Biologi. Jadi, bukan bagaimana rumus-rumus Statistika itu diperoleh dan dikembangkan. Sehingga, apakah pengampunya harus dosen Jurusan Matematika? Kedua, saya mengambil Program S-2 Ilmu Kehutanan bukan semata-mata karena salah saya. Waktu itu (dekade 1981-1990) kebijaksanaan Dikti bahwa dosen pengampu mata kuliah yang termasuk Kelompok Kependidikan Biologi diharapkan ada yang mengambil S-2 Kependidikan Biologi dan ada pula yang diharapkan mengambil Program S-2 ilmu murni untuk memperkuat penguasaan konsep Biologinya. Karena Program S-3 Ilmu Kehutanan dengan Konsentrasi Ilmu Budaya Hutan/Silvikultur banyak menyajikan mata kuliah yang berkait dengan Ekologi Tumbuhan, maka pada 1985 saya diizinkan oleh Jurusan bersama seorang teman untuk menempuhnya dan lulus pada 1988. Saya jelaskan pula, mata kuliah yang harus saya tempuh pada Program tersebut ada Rancangan Percobaan dan Analisis Regresi, yang menjadikan saya dipandang layak oleh Jurusan untuk mengampu mata kuliah Biometri. Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa linieritas dan kompetensi dituntut pada diri seorang dosen. Dosen yang tidak memiliki latar belakang yang relevan dengan mata kuliah tertentu diharapkan “tidak memgampu mata kuliah tertentu” meskipun ia seorang gur­u besar sekalipun. Namun, terkadang ada dosen yang mengeluh mengapa dengan latar bela­ kang S-1 dan S-2 ilmu murni yang linier, tiba-tiba ketika minta izin untuk studi S-3 disuruh mengambil Program S-3 Kependidikan oleh pimpinannya. Jelas bahwa kebijaksanaan itu mematikan karir dosen dan bertentangan de­ngan prinsip linieritas. Misalnya, untuk memper­oleh program penelitian hibah kompetensi, peluang dosen itu akan menjadi leb-


opini ih kecil dibandingkan dosen yang linier mula­i dari ijazah S-1 sampai dengan S-3. Boleh jad­i, saya--kalau hanya dilihat dari ijazah semata, yakni dengan latar belakang S-1 Pendidikan Biologi, S-2 Ilmu Kehutanan, dan S-3 PEP--oleh reviwer Program Hibah Kompetensi dianggap tidak kompeten untuk memperolehnya. Kebijakan linieritas juga memukul perasaan dan mematikan peluang anak-anak bangsa yang sudah selesai menempuh Program S-2 yang tidak linier--termasuk anak saya sendiri yang memiliki ijazah S-1 Ilmu Manajemen dan S-2 Ilmu Ekonomi Pembangunan--tidak boleh mendaftar sebagai PNS calon dosen. Padahal, pada awal menempuh Program S-2 tidak ada isu linier. Jadi, sungguh aneh, jika ada dosen dipaksa oleh pimpinannya mengambil program yang tidak linier padahal yang bersangkutan tidak menghendakinya. Bukankah penugasan dosen dalam mengampu mata kuliah tetap harus relevan dengan ijazah­nya! Apakah karena seseorang yang selama ini mengampu mata kuliah kependidikan, yang bersangkutan harus mengambil Program S-3 Kependidikan? Semoga sekarang sudah tidak ada lagi!

Keterbatasan Program Studi S-3 Kependidikan Berbeda dengan ilmu murni yang sudah de­ mikian banyak menyelenggarakan program stu­ di S-3, program S-3 Pendidikan masih sangat ter­batas. Misalnya, sekarang yang ada hanya Program Studi S-3 Pendidikan Biologi (di UM) dan program Studi S-3 PEP (di UNY), namun belum ada Program Evaluasi Pendidikan Biologi. Akibatnya, dosen pengampu mata kuliah Evalu­ asi Hasil Belajar Biologi hanya punya kesem­ patan untuk memilih mau mengambil Program Studi S-3 Pendidikan Biologi--yang tidak akan memberikan bekal terlalu banyak pada aspek evaluasi--atau memilih Program S-3 PEP yang bo­leh jadi akan ada yang mempertanyakan spe­ sifikasi/keterkaitannya dengan Pendidikan Biologi. Pilihan dosen/rancangan Jurusan dalam me­­ ng­­arahkan dosen akan sangat penting. Seseo­ rang yang semula mengampu mata kuliah Evaluasi dan Remediasi Pembelajaran Biologi lulus Program S-3 Pendidikan Biologi, akan le­bih te­ pat mengampu mata kuliah Pendidikan Biologi atau Teknologi Pendidikan Biologi agar se­ su­ai dengan ijazah S-3 yang dimilikinya. Jika ingin/dipetakan Jurusan tetap mengampu ma­t­a kuliah Evaluasi dan Remediasi Pembelajaran Bio­

logi, mestinya ia mengambil Program S-3 PEP. Ketika kemudian dosen yang bersangkutan lulus Program S-3 lebih layak/kompeten mengampu mata kuliah Pendidikan Biologi atau Teknologi Pendidikan Biologi, itu akan beresiko menggeser dosen lain yang tidak memiliki S-3 Pendidikan Biologi, yang selama ini sudah mengampu mata kuliah tersebut. Keadaan itu tentunya sejak semula disadari oleh pihak-pihak terkait, baik dosen yang akan studi lanjut, do­ sen pengampu mata kuliah yang akan tergeser bila dosen yang studi lanjut sudah kembali, dan yang tidak kalah penting pihak Jurusan.

Kenyataan dulu menunjukkan, banyak dosen yang studi lanjut hanya memandang kesempatan yang tersedia hanya itu. Ketika linieritas tidak menjadi tuntutan, termasuk ketika saya mengambil Progam S-2, memang bukan masa­ lah. Namun, sekarang, ketika seorang dosen yang akan menjadi guru besar harus diusulkan sesuai/relevan dengan bidang yang diperoleh saat memperoleh gelar doktornya, itu berubah menjadi masalah.

kalam/pewara

Penutup Jurusan dan tentunya fakultas adalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam memetakan pengembangan karir dosen. Pemetaan yang dilakukan seawal mungkin dan selalu dii­ ngatkan kepada setiap dosen yang akan menempuh studi lanjut akan sangat membantu do­sen maupun Jurusan yang bersangkutan. Dengan berubahnya statuta IKIP Yogyakarta menjad­i UNY, perlu kiranya UNY semakin banyak me­ mi­­liki doktor ilmu murni. Oleh karena itu, pe­ ngembangan karir dosen mesti memperha­tikan linieritas keahlian. Wallahua’lam.

Dr. Bambang Subali, M.Si. dosen Jurdik Biologi FMIPA UNY

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

45


opini Polemik Gong Xi Fa Chai dalam Semarak Perayaan Imlek O l e h Ari ska Pra setya n awat i

S

etelah terkungkung selama lebih dari tiga puluh tahun, pada tahun 2000, pe­ nganut Tionghoa di Indonesia berhak merayakan Imlek lebih terbuka di tengah-tengah aktivitas masyarakat majemuk. Menilik kembali ke tahun 2000, Gus Dur (alm.) yang saat itu menjabat Presiden RI dengan tegas mencabut Inpres Nomor 14 Tahun 1967 ten­ tang larangan segala bentuk kegiatan ritua­l bu­daya Cina. Inpres tersebut kemudian ditin­ daklanjuti oleh Presiden Megawati dengan me­ngeluarkan Keppres Nomor 19 tahun 2002, yang menetapkan tahun baru Imlek menjadi Hari Besar Nasional. Mengacu pada pedoman tersebut, perayaan memperingati tahun baru Imlek pun semakin semarak di Indonesia. Hernawan W, seorang pemerhati kebudayaan, menilai bahwa Imle­k bukanlah perayaan keagamaan, sebab perayaan Imlek dipengaruhi oleh kepercayaan masyara­ kat Cina yang dikenal dengan Tri Dharma atau gabungan tiga agama besar di Cina (Kong Hu Cu, Taoisme, Budha). Imlek menjadi momentum yang tepat bagi umat Tri Dharma untuk me­ngembangkan dan lebih meningkatkan kepe­ kaan sosial, merajut semangat kebersamaan, menyucikan batin, dan membangun toleransi dengan sesama, sehingga kemajemukan kehi­ dupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menjadi indah dan penuh makna. Biasanya, umat Tri Dharma merayakan Imlek secara ri­ tual bersamaan dengan sembahyang di kelenteng yang diwarnai dengan berbagai pernik– pernik.

Imlek menjadi momentum yang tepat bagi umat Tri Dharma untuk mengembangkan dan lebih meningkatkan kepekaan sosial... 46

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

Pernak-pernik yang dipersiapkan dalam Imlek kegunaannya beragam. Ada yang untuk ke­ perluan sembahyang, makan keluarga, silaturah­ mi, maupun keperluan lainnya. Yang jelas, per­nak-pernik tersebut menggambarkan makna atas pengharapan umat yang merayakan. Seperti halnya makna Imlek, yaitu kehidupan baru, sebagai manusia yang memiliki pikiran dan perasaan, pengharapan yang dimunculkan tentunya yang beraroma kesejahteraan, kemakmuran, kekayaan, kesuksesan, perpanjangan usia, kerukunan, dan sebagainya. Mari kita ulas beberapa contoh pernak-per­ nik yang lumrah ada di setiap perayaan Imlek di Indonesia. Buah-buahan yang wajib tersedia adalah pisang raja atau pisang mas yang melambangkan mas atau kemakmuran. Jeruk kuning dan diusahakan yang berdaun melambangkan kemakmuran yang akan selalu tumbuh terus. Tebu melambangkan kehidupan manis yang panjang. Di sisi lain, dalam Imlek ada buah-buahan yang harus dihindari, yakni buah berduri, seperti salak atau durian, kecuali nanas, karena namanya Wang Li yang ucapannya mirip dengan kata Wang (berjaya). Di sam­ping, nanas juga melambangkan mahkota raja. Kue Keranjang (Nian Gao) adalah kue wajib Imlek. Kue ini mendapat nama dari cetakannya yang terbuat dari keranjang. Nian berati tahun, Gao berarti kue, dan juga terdengar seperti kata tinggi. Oleh sebab itu, kue keranjang sering disusun tinggi atau bertingkat. Makin ke atas, bentuk kue keranjang makin mengecil. Susunan tersebut memberikan makna peningkata­n dalam hal rezeki atau kemakmuran. Kue-kue yang disajikan pada tahun baru Imlek pada umumnya jauh lebih manis daripada biasanya sebab rasa manis itu merupakan pengharapan kehidupan yang lebih manis di tahun mendatang. Selain makanan yang wajib disajikan, ada juga makanan yang dihindari atau dipantangi, misalnya bubur karena bubur melambangkan kemiskinan atau kesusahan. Ada juga yang menghubungkan ikan sebagai perlambang rezeki. Hal itu dikarenakan dalam logat Mandarin, kata ”ikan” sama bunyinya de­


opini

Polemik Gong Xi Fa Chai Semaraknya perayaan Imlek menggaunggaungkan ucapan Gong Xi Fa Chai sebagai penyerta ucapan selamat merayakan Imlek. Ucapan Gong Xi Fa Chai menjadi identik sebagai ucapan selamat tahun baru seiring dengan perayaan Imlek sebagai tahun baru etnik Tionghoa. Menu­ rut harafiahnya, ucapan Gong Xi Fa Cai ternya­ ta tidak berkaitan dengan tahun baru secara lang­sung. Gong Xi berarti salam atau selamat, Fa ber­arti semakin, dan Cai berarti kaya atau makmur. Bila diterjemahkan secara literal, Gong Xi Fa Cai bisa diartikan “semoga semakin kaya”.   Ucapan Gong Xi Fa Cai dianggap berkiblat da­ ri kebiasaan etnik Tionghoa yang selalu roya­l dalam menyediakan berbagai pernak-pernik ke­ bendaan karena dianggap memiliki makna. Gong Xi Fa Cai menjadi penyemangat seseorang untuk terus mencari kekayaan, kemakmuran, kejayaan, dan persamaan makna lainnya. Se­ hingga, inti atau makna dari Imlek yang sesung­ guhnya dikhawatirkan akan semakin sirna sei­ ring dengan berjalannya waktu.  Sudah banyak perbedaan pendapat tentan­g rentang waktu munculnya ucapan Gong Xi Fa Cai dalam perayaan Imlek. Versi pertama, ucap­ an Gong Xi Fa Cai saling dipertukarkan saat Imlek sejak ribuan tahun yang lalu–ingat penang­ galan Cina sekarang sudah berusia abad ke-26, atau memiliki perbandingan lebih tua enam abad dari penanggalan Masehi. Versi kedua, ucap­an Gong Xi Fa Cai baru populer tidak lebi­h dari 100 tahun lalu. Bantahan ini muncul setelah beredarnya novel yang ditulis oleh Lu Xun berjudul “Guo Nian” yang di dalamnya ada ungkapan Gong Xi Fa Cai yang kemudian dipopulerkan sekitar 1950-an di Hongkong, selanjutnya menjalar ke mana-mana, termasuk Indonesia lewat kartu-kartu ucapan produksi Hongkong. Perbantahan-perbantahan itu rupanya belum sampai pada titik kelegaan karena masingmasing versi tetap pada pendiriannya. Namun, kesamaan dari dua versi itu adalah menganggap ucapan Gong Xi Fa Cai sebagai ucapan yang vulgar dan tidak berbudi luhur karena memu-

kalam/pewara

ngan kata yu yang berarti rezeki, sehingga banyak restoran Tionghoa meletakkan akuarium berisi ikan mas sebagai perlambang rejeki yang dilumuri dengan banyak emas. Masih banyak lagi pernak-pernik perayaan Imlek dengan beragam maknanya.

nculkan statement bahwa etnik Tionghoa sea­ kan-akan hanya mencari dan mementing­kan kesejahteraan dari segi materi saja. Ucapan Gong Xi Fa Cai layak diganti dengan ucapan lain­nya yang lebih puitis dan berbudi luhur, seperti Xin Nian Kuai Le yang secara harafiah bermakna selamat tahun baru. Ucapan Gong Xi Fa Cai dinilai telah menggeser kekuatan spiritual makna dari Imlek. Spiritual makna dari Imlek di antaranya kasih seba­gai faktor pemersatu kehidupan, perayaan penga­l­ aman kasih yang membahagiakan dan terbagi­ kan kepada sesama, serta pengalaman kasih yang dimulai dari keluarga. Namun, berkembangnya zaman menggeser posisi spiritual mak­ na. Imlek dimaknai sebagai momentum yang menggembirakan karena masyarakat Tiong­ hoa yang merantau ke penjuru dunia akan me­­ninggalkan sejenak ritme kehidupan kese­ harian untuk kembali berkumpul denga­n keluarga di kampung halaman. Ritual kultu­ral inilah yang kemudian memuat dimens­i eko­nomi dan berkembang menjadi bagian da­ri kehidupan etnik Tionghoa di Indonesia.

Ariska Prasetyanawati mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UNY

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

47


resensi media Komandan Negara Masa Depan Oleh N d ik a M ahrendra SEMUA pasukan merasa lelah menggal­i parit-parit sebagai siasat kemenangan dalam Perang Khandaq. Siang malam tanah-tanah itu digali, ditujah nyaris tan­pa henti, karena memang tinggal 21 hari lagi peperangan besar itu haru­s ter­ jadi. Terlebih batin mereka tengah disasak oleh rasa was-was dan ketegangan, juga rasa khawatir yang te­rus menjalarjalar. Betapa tidak, jumlah mereka yang hanya 3000, sementara musuh yang harus mereka kalahkan 10.000 jumlah­nya. Rasa kecut dan putus asa itu, secara ma­ nu­sia­wi makin mengembang saban ha­ ri, apalagi ketika terdapat beberapa ba­ tu besar yang tak mempan dipecah­kan dengan kampak, bahkan oleh seorang yang terkuat di antara mereka. Lalu datanglah pemimpin mereka­, meng­ambil kampak dan mengayunkan­ nya dengan keras ke arah batu. Ia lakukan berkali-kali, sambil tak henti-hentinya berbicara lantang kepada dirinya sendiri, juga kepada pasukannya yang mulai berkurang nyali; “Allah Maha­be­ sar, sungguh aku telah diberikan kun­ c­i-­kunci gerbang negeri Syam. Demi Allah, aku melihat istana merahnya seka­rang!” Batu-batu pecah. Dan lagi, kampak itu diayunkan menghantam batu yang lain. Berkata lagi ia; “Allah Mahabesar, sungguh aku telah diberikan Parsi. Demi Allah, sungguh aku melihat istana putih Al-Madain.” Batu-batu pecah lagi. Kampak diayunkan lagi, sambil tak henti ia memanggil nama Allah, terus berseru; “Allah Mahabesar, sungguh aku telah diberikan kunci-kunci Yaman. Demi Allah, sungguh aku melihat gerbang Shan’a dari tempatku ini!” Dan habislah batu-batu itu, remuk dan timpas men48

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

Dari Gerakan Ke Negara Anis Matta • Fitrah Rabbani • I, 2006 • 160 hlm

jadi puing-puing (Negara Untuk Sebuah Peradaban, hlm 8). Demikianlah Anis Matta, dengan sa­ ngat baik mendeskripsikan bagaiman­a sosok pemimpin terbesar dunia, Rasulullah Muhammad saw, hadir dan membersamai pasukannya di saat-saat krisis percaya diri yang akut. Perang Khan­daq, yang dipersiapkan pasukan ga­bung­an musyrikin Mekah dengan sa­ngat rapi, dengan jumlah pasukan yang berlipatlipat kali, baru terdeteks­i ketika tarikh peperangan tinggal 21 hari. Waktu yang sempit, jumlah pasukan yang kecil, mem­buat lelaki gagah yang padanya kita berkirim shalawat dan salam ketik­a shalat saban hari, harus menyusun siasat. Lalu strategi yang diusulkan Salman Al-Farisi itulah yang akhirnya dipilih, membuat parit-parit (khandaq) se­­ba­­gai penghalang musuh yang tak mung­kin dihadapi secara frontal. Dan benar, strategi Salman yang belum pernah dikenal bangsa Arab—meskipun familiar di Persia—menemui kegemilangan. Sepuluh ribu pasukan gabung­an Musyrikin Mekah itu lampus dan menye­ rah. Tapi tampaknya, bukan siasat asing dan kemenangan itu yang hendak diso­

al oleh Anis Matta dalam artikel pendek­ nya yang bertenaga. Substansi epik itu, tampaknya lebih pada bagaiman­a sikap Rasulullah saw di tengah-tenga­h pa­su­ kannya yang mulai kehilangan tenaga­. Bagaimana Rasulullah hadir sebagai motivator, sebagai pengisi ulang sema­ ngat dan tenaga, serta sebagai sosok yang menghadirkan kembali obses­i dan imajinasi Negara Masa Depan yang akan diperjuangkan. Rasulullah, de­ngan ka­rak­ter kepemimpinannya, mam­pu meng­i­­ngat­kan Negeri Syam, Par­si, Yaman­, tempat-tempat yang ingin mereka takhlukkan. Dan meyakinkan pa­su­kan­nya, bahwa apa yang mereka lakukan sekarang adalah satu tahap dari sebuah ajang menuju penguasaan dunia, dan di sana kelak mereka akan me­ne­gak­kan sebuah peradaban baru: Islam (hlm 9). Teladan kepemimpinan yang diajarkan Rasulullah itulah yang tampaknya selalu kita butuhkan. Pemimpin yang mampu merangkum impian dan imajinasi terbaik dari setiap entitas masyarakat menjadi sebuah obsesi dan hasrat Negara Masa Depan yang ingin di­per­ju­ angkan. Dan ia, dengan gagah wibawa sebagai komandan untuk memberi ener­ gi dan dirigen impian.

Ndika Mahrendra pengasuh group facebook “Tentara Hati”


bina rohani Zakat, Kemiskinan, dan Pemberdayaan Umat Ol e h Wa ht i n i Benarkah akat mampu mengentaskan kemiskinan? Sebuah pertanyaan yang meng­gelitik. Kita menyaksikan realita bahwa penduduk Indonesia yang mayo­ ritas muslim, persentase kemiskinan te­ tap saja tinggi. Apa yang terjadi di balik kemiskinan rakyat Indonesia, padahal mayoritas penduduknya mengenal zakat? Di mana peran zakat selama ini? Pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz, hanya selama kurang lebih dua tahun pemerintahan, sudah tidak ditemui lagi orang-orang yang bersedia menerima zakat. Sungguh sebuah prestasi luar biasa yang sangat membanggakan. Pengentasan kemiskinan hanya dalam waktu dua tahun. Sementara, di Indonesia kian hari justru kian bertambah jumlah orang yang antri menerima zakat. Menurut Badan Amil Zakat Nasiona­l (Baznas) potensi zakat umat Islam Indonesia mencapai 19,3 triliun rupiah. Sebuah angka yang cukup signifikan di tengah keterpurukan ekonomi Indo­ nesia. Berbagai sektor perekonomia­n yang mampu menghasilkan zakat cu­ kup besar, yakni pertanian, perkebun­ an, perniagaan, investasi, maupun sim­ pan­an (emas, perak, atau deposito)­. Ti­dak sedikit konglomerat Indonesi­a ada­lah orang Islam. Bahkan, merek­a me­ megang posisi strategis dalam meng­a­ tur laju perekonomian. Pertanyaannya­, sudahkah mereka ber-zakat? Atau, me­ reka sama sekali tidak/belum tahu tentang kewajiban zakat? Perintah zakat dalam Al-Quran sela­ lu didahului dengan perintah shalat. Itu menunjukkan bahwa posisi zaka­t dalam Islam sangat diutamakan. Penyebab la­ in­nya adalah kurang profesionalnya pengelolaan zakat di Indonesia. Tida­k ja­rang kita temui amil zakat hanya di­ ben­tuk menjelang Idul Fitri, itu pun sering hanya untuk menangani zakat fitrah. Sementara, pengelolaan zakat maal masih sangat kurang dipahami masya­ rakat.

bang dengan memutar harta tersebut hingga menghasilkan dan berkembang menjadi lebih produktif. Inilah esens­i pem­berdayaan masyarakat melalui za­­ kat, mengelola harta umat untuk umat.

kalam/pewara

Pemberdayaan Tak Sekadar Pemberian Zakat berarti bersih, suci, tumbuh, berkembang, dan berkah. Dari pengerti­ an tumbuh dan berkembang inilah fungsi zakat sebagai media pemberdayaan umat mutlak diperlukan. Selama ini, umumnya zakat disalurkan dalam bentuk materi yang bisa langsung dinikmati oleh mustahik (orang yang berhak menerima zakat). Mereka mendapatkan uang atau bahan makanan yang bisa dikonsumsi untuk memenuhi kebutuh­ an hidup mereka. Penyaluran zakat bukan dengan cara memberikan ikan yang bisa langsung dimasak, namun bagaimana mendayagu­ nakan kail, sehingga bisa mendapatkan ikan yang lebih banyak. Peran inilah yang seharusnya menjadi ‘ruh’ dalam me­nyalurkan zakat, yakni memberdayakan masyarakat. Peran pemberdayaan masyarakat ini bisa berbentuk program pendampingan kelompok kerja, pemberian moda­l usaha dengan adanya pemantauan, penyu­ luhan, dan pelatihan, serta kegiatan la­ in yang intinya ‘memberi modal’ untu­k dilanjutkan secara berkesinambungan. Dengan demikian, zakat benar-benar se­ su­ai esensinya -- tumbuh dan berkem-

Tantangan Masa Depan Umat Islam percaya bahwa Islam ada­ lah agama yang sempurna. Islam pasti­ lah mampu menata seluruh sistem kehidupan dari masa kenabian hingga akhir zaman kelak. Kepercayaan itu pas­ ti bukan sekedar keyakinan tanpa pem­ buk­tian. Allah swt telah menyediaka­n sistem tersebut, manusialah yang dituntut menerapkannya hingga terlihat hasilnya dan terbukti bahwa sistem itu benar-benar menjadi rahmatan lil ‘alamin. Tantangan zakat ke depan sebagai berikut. Pertama, sudahkah sistem pe­ nge­lolaan harta ini menjadi ruh umat Is­lam untuk kemudian diterapkan bukan sekedar menjalankan kewajiban, na­ mun kesadaran untuk menjadi rahma­t seluruh alam. Kedua, penyalura­n zakat dituntut membangun mental mandiri hingga mustahik bisa menjadi muzak­ ki. Ketiga, amil zaka­t yang profesional tentu kebutuhan pen­ting untuk menjamin kedua poin di atas terlaksana, yakni penyadaran dan pem­ber­dayaan. Amil zakat tidak hanya memu­ngut zakat, namun mampu menyadarkan dan memberdayakan masyarakat. Bila zakat sebagai salah satu sistem kehidupan Islam mampu menjawab tantangan ini, pengentasan kemiskinan di Indonesia tidak akan membutuhkan waktu yang lama. Jauh dari itu semua, konsep Islam akan semakin terbuka untuk diterima sebagai sistem hidup seluruh manusia. Wallahu a‘lam.

Wahtini Ketua DPM Rema UNY 2009

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

49


cerpen

Bocah Kecil, Kau dan Lautan Api di Alun-Alun Kota Ol e h S uyatm a n Pagi yang gatal. Jalanan telah dipenuhi oleh ribuan orang yang bergerak menuju alun-alun kota. Ribuan orang rambutnya berapi. Ribuan orang berteriak-teriak sambil menin­juninju udara. Jika dilihat dari angkasa, barisan orang-orang itu akan terlihat seperti seekor ular naga di tengah kota. Seekor ular naga yang sisiknya berwarna kuning kemeraha­n atau merah kekuning-kuningan, seperti warna api yang berkorba­rkobar. Saat itu, seorang bocah bermata lugu, di sebuah bangku taman kanak-kanak, ditemani seorang ibu guru yang sabar, sedang sibuk menggoreskan pastel di atas buku gambar­nya. Bocah itu sedang melukis sebuah kota dan langit berwarna biru dan burung-burung merpati yang bertengger di atapatap rumah. Ibu guru itu tersenyum, lalu bertanya pada bo­ cah itu. “Kau sedang melukis apa, Abi?” Bocah itu mendongak, menatap wajah ibu gurunya yang teduh itu, kemudian dengan lugunya ia menjawab. “Sebuah kota di surga, Bu Guru.” Ibu guru tersenyum, mengusap rambut bocah itu, lalu menghadiahinya dengan sebuah ciuman di pipi. * Pagi semakin terik dan gatal ketika ular naga itu mendekati alun-alun kota. Orang-orang berseragam coklat, menenteng bedil di tangannya, mengawal naga raksasa itu memasuki alun-alun kota. Ular naga itu menggeliat, membuat udara dipenuhi percikan-percikan api. Alun-alun kota yang biasanya sepi, kini dipadati oleh ribuan orang yang datang dari berba­ gai penjuru kota. Orang-orang berambut api. Orang-orang meneriakkan yel-yel sambil meninju-ninju udara. “Kami butuh keadilan! Keadilan sosial bagi seluruh rakyat! Kami tak ingin negeri ini dipimpin oleh para pencuri!” “Bakar!” “Kami muak dengan janji-janji!” “Gantung!” “Kami butuh kepastian!” “Hancurkan!” Teriakan-teriakan semakin tajam. Bunga-bunga api berle­ tupan di udara. Alun-alun kota itu telah menjadi lautan kemarahan. Seseorang berbaju batik berdiri di atas podium di tengah alun-alun kota, berusaha menenangkan massa yang semakin gaduh dan tak terkendali. Orang-orang berseragam 50

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

coklat sambil menenteng bedil di tangan membikin blokade di sekelilingnya. ”Tenang, Saudara-saudara. Negara kita adalah negara hukum. Kita adalah sebuah bangsa yang beradab. Segala sesuatunya telah diatur lewat undang-undang. Mari kita salurkan aspirasi lewat prosedur yang berlaku. Jangan main hakim sendiri. Kita serahkan semuanya pada aparat penegak keadil­ an!” Kalimat-kalimat itu disambut oleh teriakan-teriakan bersahutan. ”Suara rakyat adalah suara Tuhan!” ”Kami tidak percaya pada aparat penegak hukum!” ”Keadilan di tangan rakyat!” ”Kita gantung tikus-tikus politik!” ”Kita gantung mafia-mafia peradilan!” Saat itu, di dalam ruangan kantormu yang sejuk, di meja kerjamu yang berharga puluhan juta dan dibeli dengan uang rakyat itu, kau baru saja selesai menandatangani selembar kertas yang lembab dan berkabut. Selembar kertas yang berisi sejumlah rencana. Aku tak pernah tahu rencana apa yang tersimpan di sana, tapi yang jelas aku mencium bau bacin menguar dari kertas itu. Kaupun bersiul-siul kecil. Menyanyikan lagu tentang ta­ nah-tanah yang sebentar lagi tergusur, orang-orang kehilang­ an pekerjaan, dan barisan orang-orang kelaparan. Kau terlihat begitu menikmati lagu itu sampai kamu lupa asal-usulmu, janji-janji yang pernah kau berikan saat kampanye dan sum­ pah yang pernah kau ucapkan di depan kitab suci. Kaupun menari-nari, berputar-putar mengelilingi ruang­ an kerjamu, mengencingi gambar pahlawan, bendera dan undang-undang. Ya, harta dan jabatan telah membutakan mata dan hatimu. Alun-alun kota telah sempurna jadi lautan api saat kau tiba-tiba terjatuh di lantai kantormu, karena kelelahan dan serangan jantung. Kau mencoba berteriak minta tolong, tapi bibirmu tak sanggup lagi berkata-kata. Saat itu tak ada siapa-siapa di sana. Hanya ada selembar kertas yang baru saja selesai kautandatangani yang tiba-tiba melayang dan jatuh menimpa wajahmu yang pucat dan mulai membiru. * Saat itu, seorang bocah bermata lucu telah sampai di rumahnya. Tangan mungilnya membawa buku gambar. Mata


cerpen

istimewa

bocah itu berbinar-binar oleh angka sepuluh pemberian ibu guru di atas gambar ’Sebuah Kota di Surga’. Dari halaman bocah itu dengan riang berteriak memanggil ibunya. ”Ibu, aku dapat nilai sepuluh!” Bocah itu tak pernah tahu kalau aku, ibunya, telah berga­ bung dalam lautan api di tengah alun-alun kota dan terus me­neriakkan yel-yel untuk mengantar kematianmu.

”Kau boleh melupakan janji-janji dan sumpahmu, tapi ja­ ngan sekali-kali kau lupakan kami, naga yang akan selalu jad­i mimpi buruk para pembohong sepertimu!!!”

Suyatman mahasiswa Jurdik Matematika FMIPA UNY

P e wa r a D i n a m i ka f e brua r i 2010

51


puisi•geguritan•tembang Sajak Ahmad Musabbih Balada Cinta Buta Sepanjang anjungan tak ada wajah yang berlabuh hanya kata yang tiba-tiba meraba dan aku pun jatuh cinta entah kata yang menjelma apa aku tak pernah melihatnya Sepanjang anjungan sejauh aku mengeluh tak ada yang kutunggu selain kata-katamu Dan aku tak mengenal warna pagi penyejuk hati warna siang penggugur dedaunan juga senja pemisah harapan Hanya malam yang katanya berteman dengan mata yang hanya mengenal cinta

istimewa

Yogya, 2009 Ahmad Musabbih mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY

pojok ge litik

Ada yang Lucu!

kalam/pewara

52

P ewa ra Din a mik a f e brua r i 2 0 1 0

Umarmoyo: Di. Ada yang lucu lho. Umarmadi: Apa? Umarmoyo: Sebuah pantai di laut selatan sana. Umarmadi: Kenapa? Umarmoyo: Sampai sekarang terkenal dengan nama LAUT DANGEROUS. Umarmadi: Apa pasal? Umarmoyo: Karena dulu di pantai itu ada papan besar bertuliskan “DILARANG MANDI DI LAUT DANGEROUS”. Umarmadi: Ooo...... Ada juga yang

lucu lho, Yo. Umarmoyo: Apa? Umarmadi: Sebuah masjid di jalan menuju Wates Kulon Progo sana. Umarmoyo: Kenapa? Umarmadi: Sampai sekarang terkenal dengan nama MASJID INSYA ALLOH. Umarmoyo: Apa pasal? Umarmadi : Karena sebelum masjid itu berdiri, dulu di kawasan itu ada papan besar bertuliskan “DI SINI AKAN DI BANGUN MASJID INSYA ALLOH”. Umarmoyo: ..........................................? ema r '10


l

s en

a

KEHANGATAN DI UNY Mengunjungi UNY tidak hanya melihat deretan gedung yang megah, kokoh, dan indah. Tapi lebih dari itu, suasana kekeluargaan nan hangat itulah yang paling berkesan. Tepat pada Jumat, (29/1) UNY kedatangan dua tamu istimewa, mereka adalah Kepala Bapennas dan Dirjen Mandikdasmen Kementrian Pendidikan Nasional. Saat mengelilingi dan mengecek gedung Pascasarjana UNY, mereka tampak bahagia karena disambut dengan senyum nan hangat. teks: Sismono La Ode • Fotografer: HERI PURWANTO


MAu TAhu KRITERIA MAhAsIsWA UNY? 1. Senang Membaca 2. Senang Menulis 3. Senang Menjadi Aktivis yang Akademis 4. Senang Berkesenian 5. Senang Berolahraga 6. Senang Berpakaian Sopan 7. Senang Beribadah 8. Dan Senang….

universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.