
6 minute read
opini
DISIPLIN KePeMIMPINaN
oleh YUDaNToRo BP
Advertisement
Faktor disiplin dalam kepemimpinan merupakan sesuatu yang sangat penting. Persoalan utama yang muncul adalah persepsi yang keliru tentang disiplin itu sendiri, baik dari segi pemimpin maupun yang dipimpin (bawahan). Pemimpin bisa terjebak untuk menggunakan disiplin guna mempertahankan “status quo” dalam kepemimpinannya atau untuk mengekspresikan sikapnya terhadap bawahan. Disiplin seolah-olah diartikan sebagai hukuman semata-mata. Dari pihak bawahan, disiplin terlihat sebagai hukuman yang mengancam nasibnya, atau usaha atasan untuk menghalang-halangi kemajuan dirinya.
Dalam kepemimpinan, disiplin harus diartikan sebagai “mendidik untuk perbaikan dan menjadi lebih baik”. Disiplin jangan diartikan sebagai hukuman untuk orang yang bersalah, tetapi merupakan didikan atau tuntunan untuk bermotivasi, bersikap, dan berkinerja baik secara konsisten. Disiplin tidak hanya diterapkan pada saat seseorang terbukti bersalah. Disiplin dimulai dalam kondisi kerja normal untuk meningkatkan komitmen dan kinerja. Seseorang yang terbukti bersalah, disiplin hanyalah salah satu aspek saja. adapun fungsi disiplin dapat dijabarkan sebagai berikut. Pertama, meningkatkan kualitas karakter. Kualitas karakter akan terlihat pada komitmennya kepada Tuhan, organisasi, diri, orang lain, dan kerja. Puncak komitmen akan terlihat pada integritas diri yang tinggi dan tangguh.
Kedua, mendukung proses pengejawantahan kualitas karakter, sikap, dan kerja. Kualitas sikap (komitmen dan integritas) ditunjang, didukung, dikembangkan, dan diwujudkan dalam kenyataan. Komitmen dan integritas akan terlihat dalam kinerja yang konsisten.
Ketiga, memproduksi kualitas karakter dalam hidup yang ditandai oleh adanya karakter kuat dari setiap orang, termasuk pemimpin dan bawahan. Pemimpin yang terbukti berdisiplin tinggi dalam sikap hidup dan kerja akan mempengaruhi para bawahan untuk berdisiplin tinggi dan dijadikan model oleh bawahannya.
Demikian halnya dalam menjalankan disiplin, proses disiplin dapat dilukiskan dari lima sisi penting berikut ini. Pertama, disiplin bagaikan mercusuar yang membuat nahkoda tetap siaga akan kondisi yang dihadapi dan tetap waspada menghadapi kenyataan hidup dan kerja. Kedua, disiplin bagaikan air sungai yang terus mengalir dari gunung ke lembah dan terus membawa kesegaran dan membersihkan bagian sungai yang keruh. Ketiga, disiplin bagaikan dinamo yang menyimpan kekuatan/daya untuk menghidupkan mesin. apabila kunci kontak dibuka, daya pun mengalir dan menghidupkan mesin yang menimbulkan daya dorong yang lebih besar lagi dan berjalan secara konsisten. Keempat, disiplin bagaikan gas, rem, dan kemudi pada mobil yang mendorong, menghentikan, dan memberikan arah yang pasti. Dan kelima, disiplin bagaikan wasit dan hakim yang mengarahkan pertandingan dan menetapkan skor benar-salah, untung-kalah.
Betapapun, disiplin harus ditegakkan dan dijalankan dalam kepemimpinan apabila organisasi hendak tetap tegak dan lebih maju. Pemimpin yang disiplin akan mempengaruhi bawahannya dalam berdisiplin. Disiplin merupakan tanda dan penggerak hidup suatu organisasi.
Dalam upaya menjalankan disiplin, cara-cara di bawah ini dapat ditempuh. Pertama, disiplin dalam kondisi normal. Disiplin harus ditegakkan secara terus-menerus, dijelaskan, dan dikomunikasikan tentang policy/ketentuan hidup/kerja organisasi secara kreatif. Hal itu dapat dilakukan dengan memberikan nasihat
opini
repro. kalam/pewara
umum, brifing, petunjuk khusus, serta nasihat/ dorongan langsung di tempat kerja.
Kedua, disiplin dalam kondisi khusus. Dalam kondisi khusus terdapat kesalahan/kekeliruan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak. Maka, hal-hal berikut perlu diperhatikan oleh pemimpin: (a) Bobot dari kesalahan yang diperbuat oleh bawahan; (b) Unsur-unsur administrasi, hukum, sosial, ekonomi, politik, rohani/ moral/etis yang terdapat dalam kekeliruan/kesalahan; (c) Kualitas keputusan yang dilakukan dan efeknya terhadap organisasi, pemimpin, dan bawahan.
Disiplin dapat diwujudkan dengan cara-cara: (1) Teguran (reprimend); dapat dilakukan secara bertahap, mulai dari teguran lisan dan tertulis yang dicatat secara teratur. Teguran dapat diberikan bagi kekeliruan yang dinilai ringan. (2) Peringatan atau ancaman keras; diberikan bagi pelanggaran yang dinilai berat/besar oleh pemimpin dan harus diberikan dalam bentuk tertulis. (3) Pemutusan hubungan kerja; dapat diberikan atas penilaian pemimpin terhadap pelanggaran berat bawahan yang sangat merugikan dan tidak dapat diperbaiki lagi. Pemutusan hubungan kerja diberikan demi kebaikan organisasi, pemimpin, maupun bawahan.
Disiplin yang baik dan benar dalam kepemimpinan akan selalu membangun serta membawa kemajuan. Pemimpin yang berhikmat akan selalu menerapkan disiplin dalam hidup dan kerja, sehingga membawa dampak positif bagi kemajuan hidup dan kerja dalam organisasi. akhirnya, perlu disadari bahwa disiplin dalam berorganisasi, bekerja, berkelompok, dan individu merupakan gambaran tekat, kemauan, serta komitmen yang sedang diejawantahkan. Hal itu menentukan kohesi tinggi dalam mekanisme sosial yang memastikan hubungan dan kerjasama yang erat, yang secara pasti mengarah pada keberhasilan atau kesuksesan hidup dan kerja kelompok maupun individu.
yudantoro bp s.I.p., biro kerjasama dan komunikasi upn yogyakarta
IstImewa
opini
BeLaJaRLaH DI SeKoLaH BeRKePRIBaDIaN INDoNeSIa
oleh SUKaRNI
Kehadiran sekolah internasional adalah imbas globalisasi. Pada era perdagangan bebas persaingan sangat ketat. Lalu, hadirlah sekolah internasional yang menjanjikan lulusan yang mampu bersaing dalam pasar bebas. Maka, kurikulum yang diselenggarakan pun berorientasi pada dunia kerja: mata pelajaran bahasa asing, pengenalan mesin, dan lain-lain. Karena bernama sekolah internasional, biaya pendidikannya pun cukup mahal.
Di sekolah mereka dicekoki dengan cerita-cerita kesuksesan para alumnusnya yang dengan mudah melanjutkan ke perguruan-perguruan tinggi ternama. Profil sekolah mampu menjadikan siswanya menjadi mahasiswa di perguruan tinggi kenamaan, hingga kelak mampu mendapatkan karir yang mapan. Inilah model peradaban modern yang mencengkeram dunia pendidikan. Pendidikan menjadi batu loncatan menuju kesuksesan, sehingga beban mesti dipikul oleh pendidikan.
Dari uraian di atas, satu hal yang mestinya dicermati, adakah kurikulum untuk memenangkan persaingan di pasar bebas itu sudah selaras dengan kepribadian Indonesia?
Kita perlu belajar dari sejarah, para pemimpin kita yang konon lulusan pendidikan luar negeri (internasional) telah menyumbangkan masalah besar bagi bangsa. Di atas kertas mereka memang cakap, tetapi kecakapannya itu telah disalahgunakan. Tanpa kepribadian Indonesia, dengan seenaknya mereka gadaikan negeri ini kepada pihak asing. alhasil, kita bisa merasakannya hingga saat ini: hutang melilit sampai leher, anak cucu kita yang tidak tahu-menahu pun mesti ikut bertanggung jawab. oleh karena itu, berbicara tentang sekolah internasional atau nasional atau sekolah tanpa standar sekalipun adalah jaminan berkepribadian Indonesia.
Secara tidak langsung, sekolah internasional membawa pola dikte pemodal terhadap lembaga pendidikan. Modal bisa mengalahkan nilai kebenaran dan pemanusiaan manusia secara utuh hanya karena alasan kepentingan industri/ bisnis. Ini berarti, kita akan terjajah lagi, bukan oleh Belanda atau Jepang, tetapi oleh pemikiran pemilik modal sekolah internasional.
Kita sudah merasakan penjajahan asing dikte pemikiran sangat tidak menyenangkan. Kepatuhan Indonesia dalam mengikuti saran-saran IMF dalam menyelesaikan krisis ekonomi membuktikan hasil yang nol. Berbeda dengan kemandirian Malaysia misalnya, yang tidak mau mengikuti saran IMF, bisa lebih cepat mengatasi krisis. Sekarang, masihkah kita mau mengulangi kesalahan lagi pada bidang pendidikan?
Lebih baik anak-anak kita disekolahkan di sekolah yang dijamin sebagai sekolah berkepribaian Indonesia. Sekolah yang dikelola oleh pemerintah atau masyarakat tentu akan menyiapkan lulusan yang berkepribadian Indonesia.
Selain itu, jika mau berhitung tentang biaya pendidikannya, sekolah internasional pasti jauh lebih mahal. Jika bersekolah di sekolah yang bukan internasional, kemampuan membayar tinggi itu bisa digunakan untuk membantu siswa yang miskin. Model subsidi silang akan mening-
opini

kalam/pewara
katkan mutu sekolah kita. agar semakin mantap, memilih sekolah berkepribadian Indonesia adalah masalah kematangan nurani. Semenjak dini, anak-anak dipersiapkan dengan sistem kematangan kepribadian untuk menjadi bangsa mandiri, bukan menjadi bangsa kuli dari bangsa lain. Inilah fungsi penting pendiddikan yang mampu mengubah sikap manusia menjadi lebih baik.
Untuk menerima konsep ini, tentu kesadaran menjadi modalnya, dimulai dari kaum intelek dan orang tua kaya. Rasakan suara jiwa “nasionalisme” dan cinta tanah air. Dahulu negara kita sering disebut surga dunia, sekarang—dengan banyaknya bencana yang terjadi—bagaimana menyiapkan generasi yang tahan uji yang berkepribadian Indonesia? adalah tugas bersama mempersiapkan generasi yang cerdas, berakhlak mulia, dan berjiwa mandiri, dan bukan generasi instan yang mungkin sedang dipersiapkan oleh sekolah internasional dengan jaminan keberhasilan di dalam pasar bebas. akhirnya, belajarlah di sekolah yang mengajarkan pendidikan berkepribadian Indonesia. Di sini ditransformasikan nilai-nilai hakiki dalam detak nafasnya dan diimplementasikan pada setiap detik yang akan berlalu.
sukarnI mahasiswa pbsI Fbs uny