2 minute read

Jendela

Next Article
resensi BUkU

resensi BUkU

IDUL FITRI 1430 H

BULaN Ramadhan berlalu meninggalkan kita. Syawal kemudian datang menyapa. Di akhir Ramadhan dan di awal Syawal itulah umat Islam di seluruh dunia melaksanakan shalat Idul Fitri. Yang, untuk tahun 2009 M ini umumnya dilaksanakan pada 20 September.

Advertisement

Hari (Raya) Idul Fitri adalah hari kesyukuran, hari kegembiraan, bagi kaum muslim khususnya, mengingat di bulan suci Ramadhan yang penuh rahmat dan barokah. Umat Islam telah mampu melaksanakan tugasnya dengan mudah dan lapang dada, untuk berbakti dan mengabdi kepada allah swt dengan menjalankan ibadah puasa di siang hari dan berbagai amalan di malam hari, kemudian, prosesi itu diteruskan dengan menunaikan zakat.

Yang terkandung di dalam rahasia Idul Fitri adalah kesucian. Itu sesungguhnya yang disambut gembira, saling memaafkan, saling meridhakan segala salah dan khilaf yang terjadi pada setahun yang lalu. Dengan itu, seolah-olah mereka kembali kepada asal kejadiannya yang suci bersih, kembali kepada fitrahnya. “Sesungguhnya allah menjadikan Hari Raya Idul Fitri ini agar umat manusia ingat kepada fitrah, yakni saat allah menciptakan mereka” (H.R. Imam Tabrani dan Ibnu abbas r.a.).

Untuk itulah, Idul Fitri mesti dijadikan penggugah jiwa untuk segera insyaf dan taubat, untuk menghubungkan tali persaudaraan demi mencapai kemenangan dalam melaksanakan perintah-perintah allah swt. ada fenomena menarik tatkala Idul Fitri tiba. Makna halal-menghalalkan, ridha-meridhakan, maaf-memaafkan, antara satu dan yang lain diungkapkan dalam berbagai gaya yang begitu kreatif. Mulai dari gaya yang normatif sampai gaya yang puitis-estetis, dari yang biasa-biasa saja hingga ungkapan yang penuh nuansa agamis, dari ekspresi “orang biasa” sampai pada ungkapan para “penyair”.

Beberapa contoh berikut menarik untuk disimak. “Selamat Idul Fitri, Minal ‘Aidiin wal Faiziin wal Maqbuuliin, kullu ‘aamin wa antumbikhaiir, mohon maaf lahir dan batin”. “Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 H, Taqabalallahu minna wa minkum, Minal ‘Aidin wal Faizin, mohon maaf lahir batin”. “Selamat Idul Fitri 1430 H. ada pula yang bergaya begini. “Meniti hari menabur khilaf, menyongsong fitri menuai maaf, semoga tiada tersisa khilaf dosa. Selamat Idul Fitri 1430 H, mohon maaf lahir dan batin”. “Beralas ikhlas beratap doa, hidup ini bersimbah khilaf dan salah, mengharap diri dibasuh maaf... Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin”. ada lagi yang diungkapkan sebagai berikut. “Waktu akan terus berjalan. Sebelum jiwa meninggalkan raga dan kita tak sempat bertatap, saya ucapkan “Taqobbalallahu Minna wa Minkum, Taqobbal ya Karim’. Selamat Idul Fitri 1430 H, mohon maaf lahir dan batin”. “Jika hati sejernih air jangan biarkan ia keruh, jika hati seputih awan jangan biarkan ia mendung, jika hati seindah bulan, hiasi ia dengan iman. Mohon maaf lahir dan batin.

Beberapa di antaranya diungkap dengan bahasa daerah seperti berikut. “Muhung mring Gusti, mugya kinabulan kang sinedya, yeku reripih rahmating Idul Fitri. Minal Aidin wal Faizin, apuraingapura, ilanging dosa kala rubeda, satemah bagya mulya. Amin”. “Jroning nala, tansah nglenggana tan ana jalma kang sampurna. Tumunten amastuti mring Hyang Widhi, mugi linebur dosa kula lan jengandika ing dinten riyadi”.

Dari sekian banyak model jawaban untuk itu, ada jawaban yang juga cukup menarik. “alhamdulillah, sama-sama, semoga allah swt selalu sayang kepada kita. Meski minta maaf tidak harus menunggu Idul Fitri tiba, pada ruang dan waktu yang teramat monumental ini kami mohon maaf segala kesalahan lahir dan batin”. Wow.....menarik kan?

drs. sumaryadI, m.pd. pemimpin redaksi

This article is from: