5 minute read
Menggali Makna Berencana
Kata “Berencana” telah akrab di masyarakat. Hal itu diduga, salah satunya terkait dengan upaya yang dilakukan BKKBN, menyosialisasikan program keluarga berencana. Namun ketika ditelisik lebih lanjut, terdapat sesuatu yang menarik dengan kata berencana ini. Karena masyarakat biasa, lebih mengenalnya sebagai makna yang terkait akrab dengan “alat kontrasepsi”. Apakah maknannya memang sesempit itu? Perlukah kita menggali kembali kandungan maknannya?
Ketika maknanya kembali digali, “Berencana” ternyata merupakan rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi. Prosesnya adalah perencanaan, di mana ia menempati posisi strategis dalam keseluruhan proses kegiatan yang dilakukan dan memberikan kejelasan arah dalam segenap penyelenggaraan kegiatan tersebut. Melalui perencanaan, suatu kegiatan akan dapat diimplementasikan dengan lebih efektif dan efisien. Dengan perencanaan pula, sebuah kegiatan diharapkan akan dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan kualitasnya. Karena itu, mengurus perencanaan bukanlah masalah kira-kira atau teoritis tanpa fakta atau data yang kongkrit. Melainkan, persiapan perencanaan merupakan suatu proses yang matang dapat diukur, dapat dinilai, karena kejelasan langkah, model, komponen, proses dan jenisnya.
Advertisement
Tidak heran jika Islam mengajarkan untuk merencanakan. ”Hai orangorang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs.Al-Hasyr:18).
Ayat tersebut mengisyaratkan perlunya menyiapkan perencanaan untuk masa depan. Allah juga menamakan diri-Nya sebagai Al-Bari (Maha Merencanakan). Sifat itu sekaligus memberi inspirasi bagi umat Islam tentang pentingnya perencanaan.
Perencanaan dianggap penting karena akan menjadi penentu dan sekaligus memberi arah terhadap tujuan yang ingin dicapai. Lebih dari itu, perencanaan akan menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan. Kegiatan yang tidak melalui perencanaan yang baik, akan cenderung gagal. Sebagaimana istilah “gagal dalam merencanakan berarti merencanakan untuk gagal”.
Ada beberapa alasan mengapa perencanaan penting dilakukan. Antara lain karena ia berfungsi sebagai: (1) Arah bagi suatu kegiatan; (2) Alat untuk memperkirakan (forecasting) terhadap berbagai hal yang akan
terjadi pada tahap pelaksanaan kegiatan. Termasuk berbagai risiko dan hambatan yang mungkin dihadapi. Perencanaan mengusahakan supaya ketidakpastian dapat dibatasi sedini mungkin; (3) Sebagai pemberi kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik (the best alternatif) atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik (the best combination); (4) Alat penyusun skala prioritas. Memilih urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya. (5) Alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan dan evaluasi.
Dengan demikian perencanaan berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan dan pengendalian, sebagai alat bagi pengembangan quality assurance, menghindari pemborosan sumber daya, dan sebagai upaya untuk memenuhi accountability kelembagaan. Sehingga yang terpenting di dalam menyusun suatu rencana, adalah
Fathya Zulva Fadlilah Salma Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
berhubungan dengan masa depan, seperangkat kegiatan, proses yang sistematis, dan hasil serta tujuan tertentu.
Secara umum, ada beberapa langkah penting dalam perencanaan, yaitu, bahwa: (1) Perencanaan yang efektif dimulai dengan tujuan secara lengkap dan jelas; (2) Adanya rumusan kebijaksanaan, yaitu memperhatikan dan menyesuaikan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dengan faktor-faktor lingkungan apabila tujuan itu tercapai; (3) Analisis dan penetapan cara dan sarana untuk mencapai tujuan dalam kerangka kebijaksanaan yang telah dirumuskan; (4) Penentuan pihak yang akan menerima tanggung jawab pelaksanaan; (5) Penentuan sistem pengendalian yang memungkinkan pengukuran dan pembandingan apa yang harus dicapai, dengan apa yang telah tercapai, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Dengan demikian, berdasarkan langkah dalam perencanaan, maka nampak bahwa proses perencanaan merupakan suatu proses yang diakui dan perlu dijalani secara sistematik dan berurutan karena keteraturan itu merupakan proses rasional sebagai salah satu property perencanaan.
Adapun tahapan perencanaan sendiri diawali: Pertama, Prologue. Tahap ini merupakan pendahuluan atau langkah persiapan untuk memulai kegiatan perencanaan; Kedua, Identifying anning problems. mencakup: (1) delineating the scope of problem, atau menentukan ruang lingkup permasalahan perencanaan. (2) studying what has been, atau mengkaji apa yang telah direncanakan. (3) determining what has been versus what should be, yang artinya membandingkan apa yang telah dicapai dengan apa yang seharusnya dicapai. (4) resources and contrains atau sumber daya yang tersedia dan ketersediaannnya. (5) establishing planning parts and priorities
artinya mengembangkan bagianbagian perencanaan dan prioritas perencanaan.
Ketiga, Analizing planning problem area. Tahap ini mengkaji permasalahan perencanaan yang mencakup: (1), study areas and system of subareas yaitu mengkaji permasalahan dan sub permasalahan. (2), gathering date, yang berarti pengumpulan data, tabulating date yaitu tabulasi data. (3), forecasting, atau proyeksi.
Keempat, Conceptualizing and designing plans, yaitu mengembangkan rencana, yang mencakup: (1) identifying prevailing trends, atau identifikasi kecenderungan-kecenderungan yang ada. (2) establishing goals and objective, atau merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus. (3) designing plans, yaitu menyusun rencana.
Kelima, Evaluating plan. Tahap menilai rencana yang telah disusun tersebut yang mencakup: planning through simulation, yaitu simulasi rencana; evaluating plan, atau evaluasi rencana; dan selecting a plan, memilih rencana. Itulah gambaran mengenai makna perencanaan. Kajian yang cenderung konseptual ini, sewajarnya menjadi bagian yang tersosialisasikan lewat program, bernama keluarga berencana. Di mana pada hakikatnya berencana merupakan suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi. Tak pelak lagi jika, perencanaan berkeluarga ini menempati posisi strategis dalam keseluruhan proses berkeluarga dan memberikan kejelasan arah dalam segenap proses penyelenggaraan berkeluarga. Dengan berencana ini, diharapkan pengelolaan berkeluarga akan dapat terjalani dengan baik dan berkualitas.
Keenam, Specifying the plan, yaitu tahap menguraikan rencana yang mencakup: (1) problem formulation, yaitu merumuskan masalah. (2) reporting result atau menyusun hasil rumusan dalam bentuk final plan draft atau rencana terakhir.
Ketujuh Implementing the plan, yaitu melaksanakan rencana yang meliputi: (1) program preparation, yaitu persiapan rencana operasional. (2) Plan approval, legal justification, yaitu persetujuan dan pengesahan rencana. (3) organizing operational units, yaitu mengatur aparat organisasi.
Kedelapan, Plan feedback, yaitu lanjutan dari pelaksanaan rencana yang meliputi: (1) monitoring the plan, yaitu memantau pelaksanaan rencana; (2) evaluation the plan, yaitu evaluasi pelaksanaan rencana; dan (3) adjusting, altering or planning for what, how, and by whom, yaitu mengadakan penyesuaian, mengadakan perubahan rencana atau merancang apa yang perlu dirancang lagi bagaimana rancangannya, serta siapa perancangnya. Perencanaan dalam berkeluarga diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan lahir batin, perubahan sikap, tumbuhnya sinergi dari berbagai aspek. Perencanaan keluarga juga diharapkan berorientasi terhadap program yang terstruktur dengan kondisi yang relevan dengan lingkungan sekitarnya.
Nyatalah kini bahwa perencanaan dan berencana sangatlah hebat. Kehebatannya, karena perencanaan sangat menentukan keberhasilan dari suatu program, termasuk berkeluarga. Tidak heran jika para ahli manajemen yang telah maju perencanaannya, akan sangat jeli dalam mengkaji perencanaan sebelum tahap pelaksanaan. Hal demikian tentu saja untuk menghasilkan kesiapan yang matang dan akurat, demi keberhasilan pada tahap implementasinya. Hal itu tidak terkecuali dengan program berkeluarga, perencanaan berkeluarga menjadi sangat strategis, sehingga di negeri ini sejak lama dikenal memiliki program Keluarga Berencana. (*)