SERI KISAH, “Kiai Cilik dan Santri Cungkring “ www.wartamadani.com
Sumpah Kekuasaan Sang Dewabrata
S
UATU ketika di Sanggar Sciena Madani Kiai Cilik bercerita tentang kisah Mahabarata kepada Santri Cungkring. Dewabarata atau yang memiliki sebutan nama Bhisma adalah putra dari Raja Sentanu dan Dewi Gangga. Suatu ketika Raja Sentanu jatuh hati kepada putri nelayan Setyawati, namun Setyawati menginginkan hasrat kekuasaan. “Jika hamba melahirkan anak laki-laki, paduka harus menobatkannya menjadi putra mahkota,” pinta Setyawati Hal ini menjadikan Raja Sentanu gelisah dan hidupnya seperti menjemput ajal. Raja Sentanu menyadari jika ia menerima permintaan Setyawati, berarti harus menyingkirkan Dewabrata yang seelok dewa dari posisi putra mahkota. Dewabrata mencari tahu penyakit yang dialami ayahnya. Kemudian iapun menemui ayahnya, “Ayahanda memiliki semua yang mungkin diinginkan orang. Aku tahu rahasia hati yang diinginkan Ayahanda, maka aku akan wujudkan keinginan Ayahanda.” Lalu Dewabarat menemui Setyawati, atas dasar memenuhi janji kepada ayahandanya dan memboyong Setyawati ke
Kerajaan Hastinapura. Kemudia ia bersumpah dihadapan Setywati, “Aku berjanji tidak akan kawin dan akan menjalani kesucian sepanjang hidupku.” Ketika Dewabrata mengucapkan sumpah sucinya, para dewa menaburkan bunga-bunga dan terdengar pentir yang menyambar dasyat diiringi suara Bhimsa..Bhisma.. Sejak saat ini Dewabrata dikenal dengan sebutan nama Bhisma dalam bahasa Sangsekerta berarti Dia yang sumpahnya Dahsyat. “Hebat sekali sumpah Bhisma, Kiai. Ia rela meninggalkan kursi kekuasaan. Lain lagi dengan di Negaraku kiai,” tutur Santri Cungkring “Ada apa dengan Negara ini,” sahut Kiai Cilik “Atas nama kitab suci, sumpah dihianati dan uang rakyat dikorupsi. Hutan digunduli, gunung digali dan tanah dan laut diberi tai” jawab Santri Cungkring “Dahsyat sekali dan sangat baik sekali Negara ini.” “Dan rakyat hanya diam diri. Hanya dengan sembako dan lembaran rupiah, Negara kembali dijajah,” kata Santri Cungkring.
.... International School
K
IAI Cilik bercerita pengalamannya sewaktu kuliah dulu, saat itu ditanya Dosen Filsafat Pendiidkan Islam, “Apa itu sekolah?”. Lalu Kiai Cilik menjawab, “Sekolah berasal dari kata Se-Kolah. Kolah dikampungku adalah tempat air, jadi sekolah itu seperti orang mandi. Tidak cukup hanya dengan diguyur dengan air, setidaknya membutuhkan sabun, shampo dan gosok gigi.” “Apakah ini sumber ilmu pengetahuan,” tanya Santri Cungkring
“Ilmu pengetahuan ada dimanapun kamu berada, sekolah hanya persingahan waktu.” “Ada sekolah namanya Jancuk Internasional School, Kiai. Sekolah ini investornya dari Asing yang menanamkan modalnya. Bahkan sekolahnya lama berdiri dan tidak memiliki izin. Dan paling lucunya sering terjadi perlakuan tindakan seksual terhadap peserta didik dan ditutup-tutupi.” “Kalau penyair Taufik Ismail akan bilang, 'Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia',” tutur Kiai Cilik
Edisi: 9/II/2014
Menebar Cinta Menerangi Semesta
MENJAGA LISAN DAN HATI (Bagian 1) Kehidupan ini bukanlah untuk membohongi orang lain, tapi untuk melampaui diri kita tentang kejujuran dan memecahkan segala persoalan pada diri bukan orang lain.
Present By: SCIENA MADANI
Badan Wakaf Nusantara LAYANAN JEMPUT ZAKAT Bagi para MUZAKI yang ingin (Zakat, Sedekah, Infak, dan Wakaf) Segera Hubungi: Agus Munif (0852 9331 2474) Zainul Muttaqin (0856 4263 7662)
Tupperware Sophie Paris Genuk - Semarang Hubungi: 086 640 329 970
Edisi: Luqman Al-Hakim Profil Seorang Pendidik
L
UQMAN AL-HAKIM sebagai tokoh yang patut menjadi inspirasi dalam mendidik anak. Salah satu inspirasi di dunia pendidikan adalah kosentrasinya dalam membina akhlak yang baik. Inspirasi akhlak yang baik tersebut salah satunya tercermin dalam memberikan pelajaran kepada kita akan begitu besar tentang fungsi lidah dan hati dalam menentukan baik buruknya seseorang. Sebab pada dasarnya apa yang diucapkan seseorang adalah apa yang ada di dalam hatinya, sehingga ketika hatinya baik maka apa yang keluar dari lisannya pun akan baik pula, dan begitupun sebaliknya. Luqman al-Hakim mengatakan bahwa barang siapa mengobral kata yang tidak ada gunanya maka sesungguhnya dia telah sia-sia. Pada hakikatnya menyianyiakan lisan, padahal lisan merupakan nikmat Allah Swt yang perlu kita syukuri atas nikmat-nikmat yang lain. Perilaku yang merusak lisan yakni bicara sia-sia. Dalam bahasa al-Qur'an menyebutnya dengan istilah “Laghwun”. Sehingga Allah Swt melalui firman-Nya menganjurkan kita agar senantiasa menjauhi sifat ini. Sebab berkata sia-sia akan banyak membuang waktu. Alangkah indahnya jika memanfaatkan waktu untuk berfikir membuka pintu hikmah. Alangkah beruntungnya barangsiapa yang kuasa menahan lisannya dan mengantikannya dengan perkataan yang baik ataupun berdzikir kepada-Nya. Sebab berkata sia-sia akan mengundang bala (malapetaka), lain lagi jika
SCIENA MADANI - Mengabdi dan Mengkaji Tim Redaksi: Lukni, Munif, Zainul, dan Ambar
Banjardowo Rt 2 Rw 6 Genuk Semarang Email: scienamadani@gmail.com Web: www.scienamadani.org Sms Center: 085 6419 57127
FB: www.facebook.com/NinikMart
berdzikir kepada Allah maka akan mengundang rahmat. "Sesungguhnya beruntunglah orangorang yang beriman. Yaitu orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya. Dan orangorang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang sia-sia." (QS. Mukminun: 1-3) Sebagai orang yang dianugerahi Allah Swt kebaikan dan hikmah yang banyak Luqman al-Hakim senantiasa menyampaikan nasihat tersebut kepada putranya. Dan sesungguhnya nasihat yang ditinggalkannya itu juga untuk kita semua. Ada perkataan bijak mengatakan, “Seseorang terkadang menemui ajalnya lantaran terpeleset lisannya, tetapi hampir tidak ada orang mati hanya terpeleset kakinya.” Ali bin Abi Thalib As dalam khutbahnya mengatakan, “ Yaa Ayyuhannaasu! Ittaqullaaha! Fama Khuliqa Imru'un 'Abatsan Fayalhuwa, Wa Laa Turika Sudan Fayalghuwa…” "Hai orang-orang! Bertakwalah kepada Allah! Tidak seorangpun diciptakan sia-sia, sehingga bermain-main dan tidak juga ia dibiarkan sehingga menyibukkan diri dengan hal-hal yang sia-sia." (Nahjul Balaghah, kata-kata hikmah 370) Jika kita renungkan sejenak apa yang disampaikan Luqman al-Hakim tentang menjaga kesia-sian merupakan bekal untuk m e n d a p a t k a n ra h m a t - N y a . M a k a
Iklan Hubungi: Sms Center: 085 641 957 127
sepantasnya jika kita selalu menjaga hati dan lisan dari kesia-siaan. Marilah kita memetik pelajaran dari hewan kecil yang di ciptakan Allah Swt sebagai hikmah pelajaran bagi kita sebagaimana Luqman Al-Hakim memberikan contoh yakni Semut. Semut barangkali terlihat hina, menganggu ketenangan kita saat merambat dirumah atapun saat kita digigit olehnya. Namun demikian semut ternyata memiliki budaya, karakter dan kelebihan yang tak kalah mulia dengan kita. Meski kita sering memproklamirkan diri sebagai makhluk paling mulia. Semut merupakan makhluk kecil seperti yang kita lihat, namun ternyata memiliki pandangan jauh ke depan, punya kebiasaan menabung dan m e ny i m p a n p e r b e ka l a n u nt u k menghadapi masa sulit, memiliki budaya gotong-royong yang sangat tinggi serta memiliki daya tangkap yang tajam untuk memperoleh rizkinya. M a ka s e h a r u s nya m a n u s i a menyadari dirinya sendiri, sering kita memiliki budaya serakah, aji mumpung dan kurang kreatif serta saling tikam sama saudara. Makhluk kecil yang memiliki sebutan Semut itu, layak menjadi teladan pada era sekarang ini yang cenderung lebih mengedepankan ego, emosional untuk kepentingan dirinya.
Ilustrasi Semut tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa kriteria manusia untuk dapat dikatakan orang baik dan jelek sangat bergantung kepada kedua hal yakni, “hati dan lisannya.” Karena dari hati itulah perbuatan akan lahir, ketika orang memiliki hati yang baik, niat dan i?tikad baik maka tentu dari dalam dirinya akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik pula sesuai dengan suara hatinya. Demikian pula jika lisan seseorang itu baik maka apa yang keluar dari lisannya
yang merupakan pancaran dari hatinya adalah hal-hal yang baik pula, begitupun sebaliknya. Oleh sebab itu menurut Luqman al-Hakim, jika seseorang memiliki hati dan lisan yang terjaga dengan baik, maka kebahagiaan dunia akhirat akan dapat ia peroleh sebagai balasan dari tingkah lakunya yang baik yang merupakan pengejawantahan dari hati dan lisan yang baik tersebut. (Sciena)
Al-Hikmah Satu Aja Cukup
S
uatu hari hari di negeri Republik Binatang. Para binatang lagi asyik berpesta merayakan pernikahan Dewa Matahari. Di antara mereka tidak ketinggalan pula para Katak yang ikut berpesta pora. Melihat kegembiraan gila-gilaan yang
terjadi pada para Katak, satu dari mereka berkata, ”Kalian semua bodoh. Satu matahari saja sudah cukup mengeringkan semua kolam. Jika kemudian dia menikah, apa jadinya kita?”. - Kisah dari Aesop Yunani -
Terkadang kita memang tidak bisa berfikir panjang bahkan untuk hal-hal yang menyangkut diri kita sendiri. Apalagi menyangkut persoalan orang banyak.
Islam tumbuh melalui kesyahidan putra-putri tercintanya Sejak diwahyukan hingga kini Islam selalu diwarnai syahdah dan revolusi
-Imam Khomaini -
FB Sciena Madani: www.facebook.com/sciena