Mimbar Jumat
WASPADA Jumat 7 Februari 2020
B5
Al-Fatihah: Membuka Hubungan Pada Tuhan Oleh Abdul Hakim Siregar Guru MAN Insan Cendekia Tapsel
T
uhan selalu membuka hubungan kepada manusia dengan rahmat dan kasihnya yang sangat luas, tanpa batas. Tetapi manusia itulah yang sering justru ingin menjauh, bahkan memutus hubungan kepada Tuhan. Surah Al-Fatihah pada pembukaan Alquran dan dibaca secara berulang sewaktu shalat dapat menjadi pembuka hubungan seorang kepadaTuhan. Al-Fatihah merupakan Ummul Alquran (ibu Alquran) atau Ummul Kitab (induk kitab) atau tujuh ayat yang sering diulang/dibaca (Sabaal Mastani) dalam Shalat. Surah Al-Fatihah dinamai pembuka, karena juga tadi awal Surah pembukaan Alquran dan dengannya rakaat dalam shalat dimulai dan dihitung. Ibarat sebuah pengantar dalam pidato atau karya tulis, Al-Fatihah menjadi pembuka atau muqadimah yang secara umum menggambarkan pembahasan selanjutnya. Maka pesan Al-Fatihah menjadi titik awal seluruh isi kandungan Alquran. Sebab luasnya cakupan kata, arti, dan makna yang terdapat dalam Al-Fatihah, Surah ini juga tiada tandingnya dalamTaurat, Injil, dan Zabur. Oleh sebab itu, sebagai Muslim dan Muslimat, rasanya kita perlu mempelajari, mengkaji, mengaji, mendalami, menyelami, memahami, memaknai, menyerapi, dan hingga mengamali Al-Fatihah dalam kehidupan ini. Bukankah juga Surah AlFatihah menjadi bacaan wajib dalam
shalat yang kita kerjakan, bagaimana jadinya kalau kita hanya membaca harfiahnya belum berupaya memahami arti dan tafsir yang ada di dalamnya? Tulisan ini berusaha menguak sedikit arti, tafsir, dan hikmah yang terkandung dalam Surah Al-Fatihah. Sesungguhnya, banyak ulama Islam telah mengkaji tafsir Al-Fatihah secara mendalam, hanya kadang kitalah yang belum tertarik atau karena berbagai kesibukan duniawi, tafsir Surah Al-Fatihah agak “terabaikan.” Pembaca yang selalu mendalami Surah Al-Fatihah patut bersyurkur dan selalulah tawaduk mengkaji dan mengamalkannya. Tuhan Ketika kata “Tuhan” disebut, apakah kira-kira yang tergambar dalam pikiran, perasaan gambaran seseorang? Jawabannya, bisa beragam atau sesuai keyakinan agama masingmasing? Saya terbiasa mengajukan semacam survei kepada peserta didik tingkat MA/SMA, dengan menghubungkan kata sifat setelah kata Tuhan; (Tuhan + …(kata sifat). Banyak pelajar berpikir lama sekadar menambahkan kata sifat pada ujung nama Tuhan. Setelah saya jelaskan kembali, kata sifat Anda tahu, beberapa di antara mereka baru menyadari, misalnya menyebut atau menulis; Tuhan + Baik; Tuhan + Adil; Tuhan + Esa, dan seterusnya. Menarik bagi saya, mereka ma-
lahan agak melupakan misalnya, Tuhan + Pengasih dan Penyayang. Padahal itulah yang terbiasa dibaca dalam Basmalah atau Bismillahi ArRahman Ar-Rahim. Saya jadi berpikir, bagaimana bisa kita umat Islam yang lazim membaca Basmalah, betapa kasih, rahmat Tuhan seakan agak terabaikan bagi kita? Ada Asmaul Husna, 99 Nama Terindah yang disebut ulama Islam, kenapa pilihan pada Basmalah adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim, yang biasa dibahasa Indonesiakan Pengasih dan Penyayang, Kasih-Sayang atau kasih? Tentu hal itu memberikan penekanan. Salah satunya, kita dapat menyadari betapa luasnya, tanpa batas rahmat Tuhan bagi semua makhluk dan alam semesta ini. Hanya manusialah sesuai persepsinya membatasi kasih itu dalam, mungkin berguna dalam kehidupan atau sebatas pembenaran perbuatan baik/ buruk. Saya yakin, Basmalah yang terdapat dalam Surah Al-Fatihah menjadi dasar awal membuka hubungan dengan Tuhan. Dengan menyadari betapa besarnya rahmat atau kasih Tuhan, seorang dapat membuka hubungan ubudiyahnya kepada Allah SWT. Sebaliknya, orang yang mempersepsikan Tuhan sebagai “Tiada Kasih, atau Benci, Marah” gambaran Tuhan dalam dirinya menjadi salah sehingga ia akan sulit berhubungan dengan Tuhan, karena ia memenuhi
dirinya dengan kebencian atau kemarahan atau kedendaman? Sebagaimana juga halnya, kehidupan awal manusia dalam rahim (kandungan kasih) seorang ibu, umumnya sembilan bulan. Manusia dalam rahim ibu memulai napas kehidupannya, setelah lahir kedunia ini manusia yang tadinya dalam kasih rahim ibu itu dapat bertumbuh dan berkembang secara psikologis dan sosiologis; menjadi pelaku dan penyebar kasih sayang, karena ia berasal juga dari tempat kasih sayang (rahim). Masalahnya, beberapa orang setelah lahir dan tumbuh dewasa, mereka bukannya menebarkan kasih sayang, melainkan pecandu kebencian, kemarahan berlebihan, kejahatan, dan kriminalitas. Kenapa? Karena mereka melupakan Kasih Tuhan, Ar-Rahman, Ar-Rahim, dan termasuk asal kandungan (rahim) ibu yang melahirkan mereka. Akibatnya, orang yang demikian tak akan mampu menjalin hubungan dengan Tuhan dan dengan manusia. Selanjutnya, kalau kita membaca Al-Hamdulillahi Rabbil ‘Alamin, menandakan puji dan rasa syukur hanya kepada Allah SWT. Manusia tidak sepatutnya saling memuji berlebihan, karena sumber pujian hanya kepada Allah SWT. Tetapi, banyak orang memuji, memuja, bahkan menuhankan manusia? Meskipun kita kasih kepada sesama manusia, itu tidak
berarti semua perbuatan manusia dikasihi. Bukan? Pada ayat selanjutnya, MalikiYaumid Din, yang Merajai Hari Kemudian, menekankan, sepertinya di dunia ini diberi kesempatan kepada sebagian orang yang mengklaim punya “kuasa, raja, presiden, milik, dan pemimpin lainnya?” Sampai ingin mengendalikan orang secara berlebihan. Tetapi, pada hari Kiamat, Malik, AlMulk, Raja, Milik, semuanya berada dalam mulk dan milik Allah SWT. Di dunia ini banyak orang mengabdi dan memintai pertolongan. Bagaimana seorang budak mengabdi kepada majikan, karyawan kepada atasan, pegawai kepada pimpinan, dan seterusnya? Tetapi, yang paling patut disadari pengabdian itu hanyalah kepada Allah SWT. Sebagaimana halnya memuji, mengabdi, dan memintai pertolongan, hanyalah kepada Tuhan. Tidak selayaknya, manusia secara berlebihan berharap dapat pujian. Orang yang berharap pujian berlebihan akan menuhankan dirinya sebagaimana halnya Firaun atau bahkan di antara kita betapa banyak yang kita harapkan atau diharapkan agar kita disanjung? Bisa karena pengabdian atau pertolongan sementara atau kecil yang kita perbuat. Karena itu, kita berdoa diberi hidayah jalan lurus, jalan yang diberi nikmat, bukan jalan yang dimurkai dan bukan pula jalan yang sesat. Ada banyak jalan dalam hidup ini. Dalam Su-
Basmalah yang terdapat dalam Surah Al-Fatihah menjadi dasar awal membuka hubungan dengan Tuhan rahAl-Fatihah, IhdinaAsh-ShiratalMustaqim; tunjukilahkamijalanyanglurus. Jalan yang lurus, jalan yang diberi nikmat. Berarti dengan mengucapkan AlHamdulillah, segala puji bagi Allah disertai rasa syukur atau bersyukur atas nikmat Allah, kita rasanya berada dalam jalan lurus yang diberi nikmat. Sebaliknya, ketika menyandarkan pujian, abdian, tolongan, atau cari jalan kepada manusia secara berlebihan, kita cenderung dimurkai, dimarahi, dihina, dan hingga disesati? Karena kita menjadi ingkar, kufur, dan tidak berlaku syukur dalam kehidupan ini. Semoga saja kita tidak berada dalam jalan orang yang dimurkai. Dimarahi, karena dasar kita yang suka pemarah atau marah-marah atau juga kita dimurkai lantaran perbuatan zalim dan jahat kita? Memang ada saja orang di dunia ini yang berada dalam keadaan: marah (pemarah atau dimarahi). Kita berdoa dalam setiap shalat, semoga terhindar dari jalan yang “maghdubi/dimurkaiTuhan.” Ketika kita kembali mengingat betapa besar dan luasnya rahmat (kasih) Tuhan, pujian, perajaan, pemilikan, pengabdian, pertolongan, dan bimbingan perjalanan hanya ada pada
Allah SWT–saat itulah kita membuka hubungan dan berada dalam jalan yang lurus, tidak “maghdub/dimurkai” dan tidak pula“dhallin/sesat.” Jadi, inilah sedikit khazanah yang saya coba pahami dan berupaya mengamalkan ayat dalam Surah Al-Fatihah, untuk selalu berikhtiyar tawakal dan tawaduk membuka hubungan kepada Allah SWT. Allah selalu terbuka untuk manusia, sekalipun Allah tidak butuh manusia, tetapi sering manusia itu sendirilah yang menutup diri bahkan beralih kepada yang lain lalu memutus hubungan kepada Tuhan. Padahal, dengan memutus hubungan kepada Tuhan, manusia akan terputus dari rahmat, kasih Tuhan, sehingga manusia yang demikian, biasanya hanya menjadi penebar kebencian, tidak kasih, riya (pamer dengan memperlihatkan amal baik agar memperoleh pujian dari orang lain), sumah (memperdengarkan amal baik berlebihan agar mendapati sanjungan), ujub (merasa takjub/kagum berlebihan memandang dirinya), takabur (sombong), kufur (ingkar; lupa diri), maghdub (marah), dan dhalal (sesat).
Tepung Tawar: Mubah, Bid’ah Atau Syirik ? Oleh dr Arifin S. Siregar Dokter Spesialis Penyakit Kulit
P
ada Harian Waspada halaman B1, memberitakan hasil muzakarah ilmiah MUI Sumut 2601-2020, bahwa melaksanakan tepung tawar itu boleh dan hukumnya mubah. Kemudian muzakarahh mengatakan, memang tepung tawar tidak pernah dikerjakan Nabi SAW, menjadilah hukumnya bid’ah (kolom 2 baris18). Dimana seperti kita ketahui Nabi SAW menyatakan setiap bid‘ah adalah sesat. Tapi bila menurut kriteria Imam Syafi’i, bid’ah itu ada dua macam, ada yang sesat dan ada yang baik (hasanah). Merujuk pada kriteria Imam Syafi’i, maka muzakarahh memutuskan tepung tawar itu adalah bid‘ah yang baik. Padahal bila kita memakai kriteria Nabi SAW adalah tepung tawar itu bid‘ah (sesat). Maka dipertanyakan: Keputusan di antara muzakarahh ulama MUI Sumut, memutuskan hukum tepung tawar itu baik, boleh dan mubah, apakah itu sebagai pewaris mazhab merujuk pada Imam Syafi’i pewaris mazhab, atau merujuk pada Nabi SAW sebagai pewaris Nabi SAW? Atau tepung tawar itu adalah cara (sarana berdoa) agama Hindu/Buddha dan tidak pula pernah diamalkan Nabi SAW (menjadi bid’ah), apakah keputusan diantara ulama peserta muzakarah sebagai pewaris agama Hindu/ Buddha? Adalah Umar bin Hattab ra segera menebang sebuah pohon di Hudaibiyah membuktikan dirinya sebagai pewaris Nabi SAW, berbuat menghindari umat terjebak syirik
karena dimana satu ketika orang Arab banyak shalat sunat dibawah pohon itu, minta berkat. Padahal Nabi SAW tidak pernah menyatakan tempat itu berkat untuk berdoa. Cuma hanya Nabi SAW pernah membai‘at di bawah pohon itu. Sehingga timbul suatu filosofi: “Adatkan Islam, tapi jangan Islamkan adat”. Amalkanlah ajaran Islam disegala kegiatan. Tapi jangan segala kegiatan adat, dianggap itu ajaran Islam.Mau melestarikan tepung tawar, pijak telur, lakukanlah pada acara seremonial (hura-hura), jangan pada acara doa Islam. Kemudian muzakarah menyatakan bahwa tepung tawar itu merupakan bentuk rasa syukur, merupakan adat istiadat yang baik yang telah cukup berakar, sekalipun bukan merupakan ajaran Islam (wahyu) tapi hal itu dapat dijadikan dalil untuk menetapkan hukum Islam (kolom 1 baris 9 dan kolom 2 baris 1, 25). Atau suatu adat istiadat (urf) maka hukumnya menjadi boleh (mubah), sepanjang tidak bertentanggan dengan syariat Islam. Untuk itu saya tanggapi: Bila hal itu menjadi rujukan kebenaran hanya karena sudah menjadi suatu kebiasaan atau adat misalnya tepung tawar, maka seorang yang sudah menjadi Islam agamanya, dimana dulunya ia beragama Nasrani atau Buddha/ Hindu, maka ketika ia berdoa, maka apakah ia boleh menyertakan pohon terang atau hio (api batang) ketika hari
Raya Idul Fitri? Atau bakar kemenyan ketika berdoa atau nelayan berdoa dengan cara menaburkan bunga dan membuang ayam kelaut agar hasil tanggkapannya banyak dan jauh dari bahaya. Atau membuat sesajen sebagai sarana berdoa atau menanam kepala kerbau di bawah jembatan atu bangunan gedung sebagai peserta doa atau acara toast minum bersama mengangkat gelas bertanda syukur? Apakah ini hukumnya menjadi mubah, bid’ah hasanah atau syirik dan bid’ahsesat?QuoVadismuzakarah MUI Sumut 26 Januari 2020? Memang orang tidak beradat tidak baik, jadi biadab. Tapi menelan semua adat, juga tidak baik, terjebak syirik. Karena ada adat yang mensyarikatkan Allah SWT, hal itu merusak tauhid, terjebak syirik. Misalnya tepung tawar, kenduri laut dengan menabur bunga dan membuang ayam ke laut, menanam kepala Kerbau di bawah bangunan atau jembatan dan sebagainya. Adat ini secara rasional tidak memberi manfaat kecuali diharapkan manfaat yang didatangkan secara kekuatan gaib, tidak mendatangkan hasil secara rasional. Tapi nasi tumpeng, upahupah, balai boleh diadatkan, karena bisa menghasilkan manfaat secara rasional, dimakan kenyang. Adat ini boleh dilestarikan, karena tidak merusak tauhid. “Budayakanlah Islam, jangan Islamkan budaya”. AtauBarang siapa meniru suatu kaum (dalam acara doa atau ritual), maka ia masuk kaum
itu (HR. Ahmad dan Abu Daud). Sehingga bila seseorang membudayakan tepung tawar sebagai peserta doa (agama Hindu/Buddha) maka ia beragama Buddha/Hindu/Islam. Hasil yang rasional: ditanam padi maka tunbuh padi. Hasil yang irasional: ditanam lalang maka tumbuh padi. Pembahasan Tepung Tawar Tepung tawar, upah-upah, nasi tumpeng, balai, pijak telur, kenduri laut, atau menanam kepala kerbau di bawah bangunan atau jembatan, maka ditanya apa tujuan dan maknanya? Semua itu dulunya berasal dari agama Hindu/Buddha (sarana berdoa) pada dewa-dewa memohon keselamatan, keberkatan. Upah-upah, nasi tumpeng, balai apabila niatnya yang tersirat, untuk melengkapi doa pada Allah SWT, maka akan terjebak syirik. Tapi bila tersirat hanya untuk dimakan beramai-ramai untuk kenyang, maka terhindar dari syirik. Tapi tepung tawar, pijak telur menanam kepala kerbau di bawah bangunan/jembatan, toast, hio (api) (adalah sarana berdoa orang Buddha/Hindu), atau pohon terang. Maka bila bagi seorang Muslim bisa terjebak syirik bila mengamalkannya karena perbuatan itu tidak memberi atau menghasilkan sesuatu secara rasional, kecuali diharapkan diperoleh hasil gaib (keselamatan, rezeki, berkat) secara irasional (tidak sesuai akal sehat). Adalah yang bisa memberi hasil secara gaib hanya Allah SWT (QS. Al An’am 59). Atau bila dianggap sebagai wasilah atau
tawassul (benda mati sebagai perantara) (ketika berdoa), maka itu terjebak pada menyekutukan Allah juga. Kemudian tepung tawar perbuatan tersirat menyangkut tauhid. Kenapa? Berdoa memohon kepada Allah SWT, caranya sudah jelas sesuai petunjuk Nabi SAW adalah langsung tanpa tepung tawar digunakan sebagai perantara (wasilah atau tawassul). Berarti tersirat keyakinan di dalam tepung tawar mempunyai kekuatan gaib dapat menghasilkan apa yang diiginkan ketika bermohon kepada Allah SWT memberi keberkatan, keselamatan selain Allah, maka terjebak merusak tauhid, menjadi syirik. Adalah menyangkut masalah meng-Esakan Allah SWT hukumnya hanya tauhid (tiada Tuhan yang disembah, dipatuhi selain Allah SWT). Atau sebaliknya la-wannya adalah syirik, tidak mubah, tidak bid’ah hasanah (baik). Ada yang menyatakan aku tepung tawar tidak berniat apa-apa. Itu bohong besar. Manusia bisa dibohongi, tetapi Allah SWT tidak bisa dibohongi. Ia tahu apa yang terguris di hati Anda. Adalah bila tanpa niat melakukan sesuatu perbutan, ini hanya dilakukan orang mabuk, orang gila, gerak refleks, atau robot. Kemudian muzakarah menyatakan tepung tawar itu hukumnya mubah. Membuat hukumnya mubah, menunjukkan muzakarah ada keraguan antara apakah syirik atau tidak syirik. Pada masalah tauhid jelas, tegas, hukumnyaadalahsyirikatautidaksyirik.
Sungguh kamu akan mengikuti jejak orang-orang sebelum kamu (ajarannya, petunjuknya), sejengkal-sejengkal sehastahasta, sehinga sekiranya mereka masuk ke dalam sarang biawak, kamu akan masuk juga (HR. Bukhari) Tidak ada mubah,sunat,makruh.Yang ada syirik kasar dan syirik halus. Bercerminlah pada penjelasan Nabi SAW melalui rujukan: Nabi SAW menyatakan: “Syirik itu lebih samar dari langkah kaki semut di atas batu hitam di malam gelap gulita”. Rujukan yang lain, suatu peristiwa di mana sahabat Umar Bin Khattab ra membolakbalik kitab Taurat, kelihatan oleh Nabi SAW lalu Nabi SAW menegur Umar RA menyatakan :“Hai Umar,jangan kau baca-baca kitab Taurat itu, seandainya Musa hidup sekarang maka akan aku wajibkan ia mengimani Alquran”. Berarti mengamalkan Taurat terjebak syirik, apalagi mengamalkan tepung tawar yang du-lunya adalah ritual (cara berdoa) agama Hindu/ Buddha bukan berasal dari agama wahyu Allah SWT. Kemudian ada suatu peristiwa dimana Abdullah bin Salam cs (rombongan orang Yahudi yang telah masuk Islam) datang menjumpai Nabi SAW, memohon agar mereka tetap di perbolehkan mengamalkan Taurat hari Sabtu, karena Taurat itu dari Allah. Dengan tegas Allah menolak permohonan mereka (bunyi QS. Al-Baqarah 208). Bukti justru Taurat sebagai wahyu
Allah, setelah Alquran turun maka, Taurat ditolak Allah SWT, apalagi tepung tawar yang hanya wahyu dewadewa, tapi disertakan pada doa (ritual) orang Islam maka jelas tepung tawar akan ditolak Allah SWT. Berarti tidak diamalkan itu Tauhid. Mengamalkannya berarti terjebak syirik. Kesimpulan Pertama, renungkanlah petunjuk Nabi SAW melalui HR. Bukhari: “Sungg-uh kamu akan mengikuti jejak orang-orang sebelum kamu (ajarannya, petunjuknya), sejengkal-sejengkal sehasta-hasta, sehinga sekiranya mereka masuk ke dalam sarang biawak, kamu a kan masuk juga”. Kedua, dipertayakan apakah di antara ulama yang tidak mengamalkan petunjuk Nabi SAW, apakah masih seorang ulama pewaris Nabi SAW? Atau cinta untuk mengamalkan tepung tawar (ritual agama Hindu/ Buddha) karena ia merasa dirinya pewaris agama Hindu/Buddha? Ketiga, tanpa tepung tawar, amalan tetap sah. Dengan tepung tawar, bisa terjebak syirik. Ingat hadis Nabi SAW menyatakan: “Barang siapa melihat/mendekati judi, perdukunan maka akan ditutup pintu taubatnya selama 40 hari”.
Mulianya Seorang Guru Oleh Asep Safa’at Siregar Guru Dan Kepala Divisi Humas, Pemasaran dan Bank Data Pesantren Modern Unggulan Terpadu Darul Mursyid (PDM), Tapanuli Selatan.
I
slam agama yang sangat memperhatikan dan memberikan penghargaan yang tinggi terhadap guru. Sehingga kedudukan guru ditempatkan setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul. Mengapa guru diposisikan sebagai profesi yang begitu mulia dalam agama Islam? Karena Karena guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan. Sedangkan Islam amat menghargai ilmu. Seorang Guru dikaruniai ilmu dan kemampuan mengajar oleh Allah SWT yang dengan ilmunya itu dia menjadi perantara manusia yang lain untuk mendapatkan, memperoleh serta menuju kebaikan dan keselamatan baik di Dunia ataupun di Akhirat. Guru yang baik tidak hanya sebatas bertugas menyampaikan ilmu, tetapi juga mendidik peserta didiknya untuk menjadi manusia beradab dan bermanfaat. Tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, dan pengetahuan itu didapat dari belajar dan
mengajar. Berprofesi sebagai seorang guru tentunya memiliki balasan yang luar biasa, Rasulullah SAW bersabda: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkarayaitu:sedekahjariyah,ilmuyang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim). Ada kriteria yang bisa menjadikan kita termasuk orangorang yang mendapatkan pahala tiada putus-putusnya itu, yaitu ikhlas. Islam amat menghargai guru dimana ilmu itu semuanya bersumber pada Tuhan. Ilmu datang dari Tuhan dan Guru pertama adalah Tuhan. Pandangan yang menembus langit ini tidak boleh tidak telah melahirkan sikap pada orang Islam bahwa ilmu itu tidak terpisah dari Allah, ilmu tidak terpisah dari guru. Maka kedudukan guru amat tinggi dalam Islam. Allah SWT berfirman:”Mahasuci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkauajarkankepadakami…”(QS.AlBaqarah: 32). Dalam KitabIhya’ Ulumuddin, AlGhazali mengatakan siapa yang me-
milih pekerjaan mengajar maka ia sesungguhnya telah memilih pekerjaan besar dan penting. Ia menjelaskan kedudukan sangat tinggi yang diduduki oleh orang berpengetahuan dengan ucapannya bahwa ”Seseorang yang berilmu dan kemudian mengamalkan ilmunya itu dialahyangdisebutdenganorangbesardi semua kerajaan langit, dia bagaikan matahari yang menerangi alam sedangkan ia mempunyai cahaya dalam dirinya seperti minyak kasturi yang mengaharumi orang lain karena ia harum, seorang yang menyiukkan dirinya dalam mengajar berarti dia telah memilih pekerjaan terhormat”. Guru selalu memberikan kebutuhan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk. Bahkan di satu sisi pendidik disamakan ulama yang sangat dihargai kedudukannya. Sungguh tidak terbayangkan apa jadinya dunia tanpa adanya orang belajar dan mengajar dan tak terbayangkan pula adanya belajar dan mengajar tanpa
PEMATANG SIANTAR Ad-Darud Da’wah PT. Murida Perk. Maligas Kec. B.M. Agung-Al-Munawarah Kel. Perdagangan II Kec. Bandar Al-Falah Nagori Karang Bangun Kec. Siantar Al-Hadi Afd. 6 Marihat Nagori Silampuyang Kec.Siantar Al-Hidayah Kel. Perdagangan III Kec. Bandar Al-Hidayah Kel. Sinaksak Kec.Tapian Dolok Al-Hidayah Nagori Karang Anyar Kec.Gunung Maligas Al-Hidayah Sei Langgei Kec. Bandar Masilam Al-Hikmah Nagori Siantar Estate Kec. Siantar Al-Ibrahim Kel. Sinaksak Kec.Tapian Dolok Al-Ihsan Nagori Bangun Kec. Gunung Malela Al-Ihsan Nagori DolokTenera Kec. Batu Nanggar Al-Ikhlas Jl. Mesjid Kel. Serbelawan Kec.Dolok Batu Nanggar Al-Ikhlas Kel. Kerasaan I Kec. Pem. Bandar Al-Ikhlas Kel. Perdagangan III Kec. Bandar Al-Ikhlas Kel. Sarimatondang Kec. Sidamanik Al-Ikhlas Kel. Serbelawan Kec. Dolok Batu Nanggar Al-Ikhlas Nagori Land-Bouw Kec. Bandar Al-Ikhlas Perumnas Batu VI Kec. Siantar Al-Ikhtibar Nagori Aman Sari Kec. Dolok Batu Nanggar Al-Ikrar Kel. Perdagangan I Kec. Bandar Al-Iman Nagori Karang Sari Kec. Gunung Maligas
Esman Manurung, S.Ag Rudi H. Lubis, S.Pd.I Alaudin Nasution, S.Pd.I Drs. A. Syamsul, W. Shahir Sumadi, S.Pd.I Irwan, S.Pd.I H. Ikhwanuddin Nasution, Lc, MM Ahmad Hanafi Lubis, S.Ag Harno Jumono, S.Ag H. Edi Sagiwon Muhammmad Amin M. Badran Harahap, S.Md. Paino Ilham Sujarto Zulham Effendi, S.Sos.I Dalil H. Abdul Halim Lubis, S.HI, MM Subari, S.Ag Giman Damanik, SH Makmun Murod, S.Pd.I
adanya guru. Dalam sebuah hadis disebutkan ”Jadilah engkau sebagai guru, atau pelajar,atau pendengar,atau pencinta, danjanganlahkamumenjadiorangyang kelima,sehingga kamu menjadi rusak”. Dalam hadis Nabi SAW yang lain: ”Tinta paraulamalebihtingginilainyadaripada darah para shuhada” (HR. Abu Daud dan Turmizi). Rasulullah SAW juga bersabda: ”Sebaik-baik kamu adalah orang yang mepelajari al-Quran dan mengamalkanya” (HR. Bukhari). Firman Allah dan sabda Rasul tersebut mengisyaratkan betapa tingginya kedudukan orang yang mempunyai Ilmu Pengetahuan (pendidik). Dengan pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk selalu berpikir dan menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam, sehingga mampu membawa manusia semakin dekat dan memahami kekuasaan Allah SWT. Dengan kemampuan yang ada pada manusia terlahirlah teori-teori untuk kemaslahatan manusia. Karena itu pulalah
Al-ImanYonif 122/TS. Marihat Kec. Siantar Al-Jihad Kel. Perdagangan I Kec. Bandar Al-Kahfi Kel. Perdagangan III Kec. Bandar Al-Kautsar Perumnas Manahul Kel. Kec. Bandar Al-Kautsar PPKS Unit Marihat Kec. Siantar Al-Mahmudiyah Kel. Sinaksak Kec.Tapian Dolok Al-Makmur Kel. Perdagangan II Kec. Bandar Al-Mansyuriah Nagori Pem. Simalungun Kec. Siantar Al-Mujahidin Kel.Tiga Balata Kec. Jorlang Hataran Al-Mukhlisin, Nagori Bandar Sawah Kec. Bandar Al-Muttaqin Perumnas BahLias Kec. Bandar Amaliyah Nagori Karang Anyar Kec. Gunung Maligas An-Nuur Kel. Perdagangan II. Kec. Bandar Ar-Rahmah Kelurahan Sinaksak Kec.Tapian Dolok Ar-Rahmah Sibunga-bunga Kec. Jorlang Hataran Ar-Ridho Gg.Air Bersih Kel. Perdagangan II Kec.Bandar Asy-Syuhada Korem 022/PantaiTimur, Kec. Siantar Asy-Syuhada Nagori Balimbingan Kec.Tanah Jawa Asy-Syuhada Nagori Dolok Maraja Kec.Tapian Dolok Asy-Syuhada Nagori Purba Sari Kec.Tapian Dolok Atikah Kel. Sinaksak Kec.Tapian Dolok Baitul Ghofur Naga Jaya I Kec. Bandar Huluan Baitul Karim Nagori Dolok Tenera Kec. Dolok Batu Nanggar Baiturrahman, Kel. Perdagangan I, Kec. Bandar
manusia menjadi khalifah fil ard (pemimpin) di antara makhluk lainnnya yang ada di muka bumi. Di dalam Islam, guru memiliki banyak keutamaan seperti menurut sebuah hadis yang menyebutkan, “SesungguhnyaAllah,paramalaikatdan semua makhluk yang ada di Langit dan di Bumi, sampai semut yang ada di liangnya dan juga ikan besar,semuanya bershalawat kepada muallim (orang yangberilmudanmengajarkannya)yang mengajarkan kebaikan kepada manusia” (HR.Tirmidzi). Bahkan ketika sedang kondisi peperangan, sebagian kaum Muslimin dianjurkan untuk tidak ikut berjihad dan tetap fokus dalam pendidikan. Allah SWT berfirman: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medanperang).Mengapatidakpergidari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
Ramlan Siregar, S.Pd.I Surya Darma Damanik Suryanto, S.Pd.I Adi Suhadi H. Sofyan Han Drs. Darwinsyah H.A. Wahab Nasution, S.Ag, MM Makmur Nasution, SE Ali Musa Harahap, MA Amnas Nasution Kadri Bancin, S.Ag, M.SI Arianto, S.Ag Muhammad Nasib, S.Pd.I Irwansyah, S.Pd. Abdul Hamid Simbolon H. DarmaYamin Rangkuti Drs. H. Abdul Haris Nasution Poniren, S.Pd.I Nasib Riadi, S.Pd. Sarwono Ahmad Husein Nasution, S.Pd. Drs. Susilo Apro Abdul Pandapotan Has, S.Pd. H. Burhanuddin
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujadalah 11) menjaga dirinya (QS. At-Taubah 122). Untuk itulah bagi pelajar Muslim seyogianya menyadari betapa pentingnya posisi guru, sehingga mereka menghormati. Dengan penghormatan itu mendapatkan keberkahan ilmu yang diajarkannya kepada kita. Jika kita mau merenung dan berpikir siapakah orang yang paling berjasa dalam hidup kita setelah kedua orang tua kita? Jawabannya pastilah Guru. Sungguh guru ibarat pelita yang menjadi penerang dalam gulita. Jasa mereka tentu sulit untuk diukur dan dinilai dengan materi. Guru adalah sang pahlawan tanpa tanda jasa. Seorang guru atau pendidik yang mengemban tugas mulia tentu harus bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya, bukan sekedar mengajar tanpa perencanaan, apalagi
Haqqul Mukminin, Kel. Perdagangan II. Kec. Bandar Istikmal Nagori Naga Jaya I Kec. Bandar Huluan Jami’ Al-Fajri Kampus UISU Siantar Estate Kec. Siantar Jami’ Kel. Pasar Baru Kec. Bosar Maligas Jami’ Kel. Perdagangan I, Kec. Bandar Jami’ Kel. Serbelawan Kec. Dolok Batu Nanggar Jami’ Nagori Karang Rejo Kec. Gunung Maligas Jami’ Nagori Badar Tinggi Kec. Bandar Masilam Jami’ Nagori Partimbalan Kec. Bandar Masilam Nurhidayah Polres Simalungun Pematang Raya Kec. Raya Nur Hikmah Jl. Perjuangan Kel. Perdagangan III Kec. Bandar Nurul Hidayah Kel. Serbelawan Kec. Dolok Batu Nanggar Nurul Hikmah Nagori Aman Sari Kec. Dolok Batu Nanggar Nurul Islam, Nagori Pem. Simalungun Kec.Siantar Raya Al-Mukhlisin Nagori Woborejo Kec. Pem. Bandar Raya Istiqomah Nagori Rambung Merah Kec. Siantar Raya Nurul Islam Kel. Sarimatondang Kec. Sidamanik Shufi Perumnas Manahul Kel. Perdagangan II, Kec. Bandar Taqwa Bah Jambi Kec. Jawa Bah Jambi Taqwa Beringin Kec.Tapian Dolok Taqwa Kerasaan Pekan, Kec. Pem. Bandar Taqwa Nagori Dolok Maraja Kec.Tapian Dolok Taqwa Nagori Marubun Jaya Kec.Tanah Jawa Taqwa Nagori Pagar Jawa Kec.Tanah Jawa Taqwa Nagori Pematang Simalungun Kec. Siantar
menjadi guru hanya untuk tujuan peningkatan karier semata. Profesi guru bukanlah profesi alternatif pe larian belaka. Seorang guru mestinya bertanggung jawab untuk mendidik muridnya dengan baik. Maka guru harus profesional dan ikhlas men jalankan tugas dan tanggungjawab nya dalam mendidik. Islam juga menyuruh umatnya menuntut ilmu sejak dalam buaian sampai pada liang lahat. Karena itu pula berarti Islam menempatkan guru pada posisi sangat mulia. Peran guru sangatlah penting utnuk membina umat dalam menuntut ilmu.Idealnya guru juga harus menjadikan Rasulullah SAW sebagai barometer dalam rangka memberikan pengajaran dan pendidikan, yaitu dengan keteladanan. H. Beni Marsal Lubis, S.Ag, MM Edi Syah Putra Sinaga, S.HI Abdussalam, S.Ag H. Samingan Naibaho, MM Asbi Winarso, S.Pd.I H. Rahmatullah, A.Md. Wajir Chaniago Nikmatullah Nasution Asmawi, A.Ma Iwan Setiawan, Lc Hamdani Lubis Subari, S.Ag Feri Gunawan, S.Pd.I Gunawan, S.Sos.I Drs. Hasbullah Pulungan H. Ahmad Muallif Batubara S.Pd.I Sarwono, BA Ismail H. Ikhwanuddin Nasution, Lc, MM H.M. Syarif Ritonga, Lc, M.HI Mubariq Khadiansyah, S.Pd.I Syahrum Dwinata, S.Pd.I Khairul Erwin Hutasuhut, MA Rusdi Piliang, S.Pd. Drs. Marisan