PIJAR Edisi 1 Tahun 2015 "Bergerak Bersama"

Page 1

PI AR

Edsi I Tahun 2015

Tulang Bawang Barat

BERGERAK BERSAMA


BERANDA

TIM REDAKSI PEMIMPIN REDAKSI: Wido Cepaka Warih

03

TABIK PUN

04

LEBIH DEKAT

06

LIPUTAN UTAMA

08

KABAR

12

TOKOH KITA

13

BLOG PM

16

MENYAPA INDONESIA

18

GAGASAN

19

KOTAK CAKRAWALA

20

DI BALIK KELAS

20

TAU GAK SIH?

21

POTRET

REDAKTUR: Diyon Iskandar Setiawan Taufik Akbar Maya Ruslina Yanita Dewi Retno Dewi Yulianti Septiani Caturasih Suyono

DESAIN DAN TATA LETAK: Ditha Cahya Kristiena

KONTRIBUTOR: Eko Andik Saputro (Pengajar Muda IX Kab. Banggai, Sulawesi Tengah)

KONTRIBUTOR FOTO: Septiani Caturasih Suyono Ditha Cahya Kristiena Maya Ruslina Yanita Dewi Diyon Iskandar Setiawan

KONTAK REDAKSI: pengajarmuda9tbb@gmail.com +62 852 2847 4281

(sampul depan) Siswa-siswi SDS Terang Agung, Kec. Gunung Terang, Kab. Tulang Bawang Barat pada saat kegiatan “Mencari Jejak” dalam rangka Persami (Perkemahan Sabtu Minggu)

Salam Sapa dari Kami Pengajar Muda IX, Sang Pelari Terakhir Gerakan Indonesia Mengajar di Tahun Terakhir Festival Gerakan Indonesia Mengajar 2015: Terus Bergerak di Sepanjang Tahun Reporter Cilik Olimpiade Sains Kuark 2015 Bazar Siaga Gunung Agung Kegiatan Belajar Bermain Tour Syukur dari Sosok Khafidun Semesta Mendukung: Si Kecil Yang Bijak Bersuara Tanpa Suara Sang Inovator Kisah Pak Siregar : Pengabdian Tak Berujung

Flash Mob Pendidikan Pohon Matematika

Pejuang Cerita tentang Gaya Gravitasi Bumi Dari Dalam Sumil


TABIK PUN

~Bergerak Bersama~

Tahun 2015 ini merupakan lintasan terakhir lari estafet Pengajar Muda di beberapa daerah penempatan Indonesia Mengajar, salah satunya di Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung. Tongkat estafet telah dilalui Pengajar Muda selama 5 tahun siap dikembalikan ke daerah. Di lintasan terakhir ini juga, akan digelar sebuah festival yang akan melibatkan semua pihak untuk bergerak bersama. Festival ini adalah Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM) 2015. FGIM ada karena inisiasi dari akumulasi kebutuhan atas segala bentuk upaya untuk memajukan pendidikan. Melalui FGIM pula, akan terjadi ruang interaksi dan kolaborasi semua kalangan masyarakat dan aktor pendidikan, sehingga muncul ikatan yang kuat di antara mereka untuk terus bekerja bersama. Lintasan terakhir ini memang baru saja kami mulai dan memasuki bulan keempat. Tiga bulan merupakan masa yang belum lama. Masa yang masih bernuansa perkenalan. Di masa ini pula, di tahun terakhir Pengajar Muda di Tulang Bawang Barat, dengan penuh suka cita kami perkenalkan gagasan kami, Buletin Pijar. Melalui Buletin Pijar ini kami, Pengajar Muda IX Tulang Bawang Barat, ingin memperkenalkan diri dan bertegur sapa dalam kehangatan kebersamaan.

Buletin ini lahir sebagai bentuk pertanggungjawaban kami semasa penugasan terkait dengan segala bentuk kegiatan bersama demi memajukan pendidikan di daerah. Buletin ini ada sebagai wadah bagi para pengajar muda dan penggerak pendidikan untuk terus menyebarkan cerita-cerita positif dan inspiratif kepada seluruh elemen masyarakat demi menumbuhkan semangat untuk bergerak bersama. Buletin PIJAR adalah milik bersama, milik para penggerak dan masyarakat yang peduli terhadap perkembangan pendidikan. Oleh karena itu, kami ajak Anda untuk bergabung bersama. Meneruskan tongkat estafet yang sudah berlanjut dari pelari pertama, untuk mewujudkan mimpi para pendiri republik, mencerdaskan kehidupan bangsa. Selamat membaca buletin Pijar edisi perdana di tahun 2015 ini! Mari bergerak bersama demi pijarnya pendidikan di Tulang Bawang Barat! Salam pijar,

Wido Cepaka Warih

PIJAR Tulang Bawang Barat adalah buletin reguler triwulan yang diterbitkan oleh pengajar Muda IX Gerakan Indonesia Mengajar, penugasan Kab.Tulang Bawang Barat. Redaksi PIJAR Tulang Bawang Barat menerima kiriman tulisan, tanggapan, dan masukan dari pembaca. Alamatkan kiriman Anda ke alamat email pengajarmuda9tbb@gmail.com dengan mencantumkan [PIJAR Tubaba] pada subjek.


LEBIH DEKAT

Estafet Terakhir Indonesia Mengajar Bila kita mengingat kembali masa pada tanggal 10 November 2010, dimana para Pengajar Muda Indonesia Mengajar, pertama kali, dikirim ke 5 titik penempatan, salah satunya Kabupaten Tulang Bawang Barat. Hari itu bertepatan dengan salah satu hari terpenting dalam sejarah Indonesia, tepat di tanggal itu 65 tahun sebelumnya para pahlawan dengan gagah berani merobek bendera Belanda hingga menjadi merah-putih di atas Hotel Yamato, Surabaya. Mereka tergerak hati dan jiwa raganya demi merah putih tetap berkibar di langit Indonesia. Hari itu adalah hari dimana para Pengajar Muda hadir memulai langkah pertama petualangan mereka dalam estafet selama 5 tahun. Tak terasa, waktu telah terlewati, tantangan demi tantangan datang silih berganti, namun Pengajar Muda tetap hadir memberi dorongan semangat dan inspirasi. Pemerintah daerah dan masyarakat perlahan namun pasti memberikan dukungan dan ikut bersama para Pengajar Muda mengejar mimpi pendiri bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada tahun kelima Indonesia Mengajar berkiprah, Pengajar Muda angkatan IX hadir sebagai pelari terakhir dalam estafet ini. Di ujung lintasan, tongkat estafet akan diserahkan kepada masyarakat dan pemerintah daerah untuk meneruskan lari estafet yang telah dimulai Pengajar Muda hingga menggapai impian. Di lintasan terakhir estafet ini Pengajar Muda Tulang Bawang Barat bangga dan yakin

pemerintah daerah menyambut baik tongkat estafet dengan memberikan komitmen penuh dalam mendirikan gerakan Tulang Bawang Barat Cerdas (TBBC) guna membangun masyarakat Tulang Bawang Barat yang unggul dalam pendidikan. Pemerintah Tulang Bawang Barat sadar bahwa seperti yang dikatakan oleh Nelson Mandela, “Senjata paling ampuh untuk mengubah dunia adalah pendidikan�. TBBC hadir memberikan semangat yang sama dan dorongan kepada masyarakat bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Dengan mengadopsi format Indonesia Mengajar yang dielaborasi sesuai kebutuhan daerah. TBBC ini adalah bentuk sebuah kepercayaan diri daerah bahwa mereka mampu melanjutkan dan menebar semangat yang jauh lebih besar untuk memajukan pendidikan daerahnya. Hal inilah menurut Gerakan Indonesia Mengajar sebagai sebuah keberlanjutan dan menjadi salah satu tujuan estafet lima tahun. Dalam TBBC ini para penggerak akan berkolaborasi bersama menjadi inisiator daerah yang mandiri dan inovatif. Mereka adalah agen perubahan yang membawa mentari semangat di pagi hari dan cahaya bulan di malam hari yang akan terus menerangi tanpa henti. Segala tantangan menjadi awan pekat yang menghalangi jalan mereka, namun itu hanya sementara waktu. Seperti yang dikatakan oleh Umar bin Khatab, “Bila kita merasa letih karena berbuat kebaikan, maka sesungguhnya keletihan itu akan hilang dan kebaikan akan kekal�. Diyon Iskandar Setiawan diyon@pm9.indonesiamengajar.org


LEBIH DEKAT

Berikut profil tujuh Pengajar Muda IX

Kami Pengajar Muda IX Sang Pelari Terakhir

Kabupaten Tulang Bawang Barat (2015-2016): Maya Ruslina Yanita Dewi, S.T.

Wido Cepaka Warih, S.Si.

SDN 04 Indraloka II

Maya adalah wanita yang lahir dari keluarga petani sederhana di Madiun, 22 tahun silam. Kekuatan harapanlah yang mengantarkan dia untuk kuliah pada tahun 2009 lalu di jurusan Teknologi Bioproses (Teknik Kimia), Fakultas Teknik, Universitas Indonesia dengan predikat "cum laude". Diyon Iskandar Setiawan, S.S. SDN 01 & 02 Bangun Jaya

Lahir dan besar di Kota Jakarta, akrab disapa Diyon, merupakan lulusan dari Jurusan Sastra Prancis, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada angkatan 2009. Ketertarikan Diyon dalam bidang pembangunan sosial, budaya, dan masyarakat terpengaruhi oleh berbagai aktivitas selama perantauan di Kota Yogyakarta.

Ditha Cahya Kristiena, S.Psi.

SDS Terang Agung

SDN 02 Margomulyo

Pemuda yang biasa dipanggil Wido ini adalah keturunan Jawa yang lahir dan dibesarkan di Purworejo, Jawa Tengah. Sulung dari dua bersaudara ini berhasil menyelesaikan studinya di Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia (UI) angkatan 2009. Retno Dewi Yulianti, S.I.Kom SDN 02 Sumber Jaya

Retno, begitu ia biasa dipanggil. Alumnus Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini, menggemari bidang sosial semenjak SD. Perempuan kelahiran Sidoarjo, 30 Juli 1991 ini, terinspirasi dari Albert Schweitzer dan Anne Sullivan (guru Helen Keller) saat pertama kali membaca komik Seri Tokoh Dunia.

Ditha, begitu ia disapa, lahir dan besar di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Sulung dari empat bersaudara ini mendapat kesempatan untuk menimba ilmu Psikologi di Universitas Padjadjaran melalui beasiswa penuh program Talent Scouting I-MHERE dari World Bank pada tahun 2007.

Septiani Caturasih Suyono, S.Si SDN 01 Marga Jaya

Merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Ani, demikian dia disapa, lahir pada tanggal 25 September 1991 dari pasangan Jawa – Sabu di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Lulusan Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana, Kupang, tumbuh besar di lingkungan yang kental dengan keragaman budaya daerah dan agama.

Taufik Akbar, S.I.P SDN 05 Indraloka II

Akrab dipanggil Taufik adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Pria Aceh kelahiran 23 Juli 1991 ini adalah Lulusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional (UPN) "Veteran" Yogykarta tahun 2014. Tahun 2013-2014 ia dipercaya menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan Taman Pelajar Aceh Yogyakarta


LIPUTAN UTAMA

Festival Gerakan Indonesia Mengajar 2015: Pendidikan berasal dari kata dasar “didik” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan yang berkualitas, ramah dan mudah dijangkau menjadi impian setiap orang di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, pendidikan yang berkualitas merupakan salah satu upaya pemenuhan cita-cita bangsa seperti yang tertera dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan tidak akan menjadi baik, bagus dan berkualitas dengan sendirinya. Diperlukan kesugguhan, komitmen, dan kerja keras untuk memajukan kualitas pendidikan. Kerja untuk memajukan pendidikan tidak cukup hanya dilakukan oleh satu pihak. Diperlukan dukungan, partisipasi dan bantuan dari seluruh pihak, baik siswa, guru, kepala sekolah, dinas terkait, pemerintah daerah serta para pemerhati pendidikan daerah dan nasional untuk terlibat,

turun tangan, dan bergerak bersama.

“Orang – orang baik tumbang bukan hanya karena banyaknya orang jahat, tetapi karena banyaknya orang- orang baik yang diam dan mendiamkan” –Anies Baswedan-

Kami percaya bahwa aksi nyata akan lebih bermakna dari pada hanya duduk dan saling menunjuk. Atas dasar kepedulian bersama untuk kualitas pendidikan nasional yang lebih baik secara umumnya dibentuklah Festival Gerakan Indonesia Mengajar, termasuk di Kabupaten Tulang Bawang Barat, sebagai salah satu daerah penempatan Gerakan Indonesia Mengajar.

Indonesia Mengajar mengirimkan Pengajar Muda ke Kabupaten Tulang Bawang Barat. Festival Gerakan Indonesia Mengajar yang akan diseleggarakan pun akan berbeda. Bukan hanya event pada satu atau dua hari di Jakarta namun sepanjang tahun di seluruh kabupaten penempatan pengajar muda termasuk di Tulang Bawang Barat.

Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM) mengusung kata “gerakan” yang mana berarti kebersaman untuk maju (bergerak). FGIM pertama diadakan di Ecovention Hall Ancol, pada 5–6 Oktober 2013. Ribuan relawan dari berbagai profesi datang dan kerja bakti untuk membuat berbagai alat peraga guna dikirimkan melalui Pengajar Muda di 17 Kabupaten seluruh Indonesia, termasuk di Tulang Bawang Barat.

FGIM juga merupakan salah satu sarana kerja bakti utuk memastikan keberlanjutan perjuangan peningkatan pendidikan nanti ketika bendera pendidikan itu telah diserahkan kembali oleh Indonesia Mengajar ke Pemerintah Daerah Tulang Bawang Barat.

Pada tahun 2015 ini, merupakan tahun kelima sekaligus tahun terakhir 6

FGIM tahun ini memang lebih berat, lebih menantang dan membutuhkan kesungguhan, komitmen dan kerjasama dari berbagai pihak baik di daerah itu sendiri, relawan Jakarta, maupun bagi tim Indonesia Mengajar.


L L II P PU UT TA AN N U UT TA AM MA A

Suasana sosialisasi FGIM 2015 dalam Acara Training for Trainer di Aula Pemda Tubaba

Proses pemilihan wahana (kegiatan) FGIM ini juga turut melibatkan Dinas Pendidikan serta para penggerak (kami memanggil orang yang mau dan telah ikut serta dalam usaha memajukan pendidikan sebagai penggerak) Kabupaten Tulang Bawang Barat hingga didapatkanlah lima wahana yang akan dilaksanakan dalam FGIM Tulang Bawang Barat 2015. Kelima wahana tersebut antara lain: Lokakarya, Program Pertukaran, Indonesia Mengajar Broadcasting Networking (IM Bro), Ruang Belajar dan Gerakan Mengajar. Lokakarya menfasilitasi para guru yang ingin meningkatkan kemampuan mengajarnya serta kepala sekolah dalam manajerial sekolahnya. Wahana ini dikemas dalam bentuk pelatihan dan pendampingan serta kegiatan pasca pelatihan untuk memastikan keberlanjutannya. Para relawan sebagai narasumber akan didatangkan dari kalangan profesional. Mari kita bayangkan, ketika guru maupun kepala sekolah

duduk bersama membicarakan rencana peningkatan kualitas sekolah bersama dengan guru dan kepala sekolah di kota-kota besar. Program pertukaran akan menjadi wahana untuk membuka cakrawala sekolah dan pendidikan yang lebih luas untuk diterapkan di SD di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Apa yang akan terjadi ketika suatu sekolah selalu mendapatkan kabar terbaru tentang kebijakan pendidikan nasional, informasi perlombaan maupun beasiswa? IM Bro merupakan wahana untuk penyebaran informasi yang lebih cepat dan merata mengenai kabar pendidikan Indonesia. Ruang belajar merupakan wahana berbasis internet yang memfasilitasi guru seluruh Indonesia untuk saling bertukar info tentang metode pengajaran kreatif yang telah dilakukan di kelasnya. Melalui Ruang Belajar jugalah guruguru seluruh Indonesia dapat menambah referensi teknik pengajaran yang akan mereka gunakan agar suasana di dalam kelas lebih hidup, aktif dan menyenangkan. Mari kita ciptakan belajar sebagai hal yang nyaman dan diidamkan bukan sebagai momok yang harus dihindarkan. 7

Guru merupakan salah satu komponen paling penting dalam kunci keberhasilan pengajaran di kelas. Guru merupakan pimpinan serta panutan siswa dalam kelas. Dalam Gerakan Mengajar ini, kita semua akan belajar tentang proses rekrutmen, seleksi serta monitoring dan evaluasi untuk mendapatkan tenaga pengajar yang lebih berkualitas. Saat ini FGIM Tulang Bawang Barat memasuki tahap awal yaitu sosialisasi. Pada tanggal 26 Maret 2015 bersamaan dengan sosialisasi Training for Trainer di Aula Pemda Tubaba, dihadapan seluruh Kepala Sekolah SD se-kabupaten Tulang Bawang Barat, Pengajar Muda Indonesia Mengajar telah mensosialisasikan Festival Gerakan Indonesia Mengajar untuk pertama kalinya. Selama itu pula, hingga saat ini gaung FGIM terus ditabuh agar kerja sama di seluruh lapisan masyarakat untuk ikut maju bersama menciptakan pendidikan Tulang Bawang Barat yang lebih berkualitas. Karena kata maju hanyalah sebuah ilusi ketika kita tidak berdiri dan ikut melangkah. Untuk itu kami mengajak Anda untuk ikut berdiri, melangkah dan berlari bersama demi kemajuan pendidikan. Maya Ruslina Yanita Dewi maya@pm9.indonesiamengajar.org


KABAR

Berani dan Percaya Diri Lewat Reporter Cilik Reporter Cilik Lampung: “Berani Bertanya untuk Memberitahu Dunia”

Sebanyak 25 anak dari Kecamatan Gunung Agung mengikuti Audisi Reporter Cilik (Repcil) Tulang Bawang Barat, Selasa (17/3) lalu. Audisi yang digelar oleh Lampung Post ini bertujuan untuk menyalurkan bakat dan minat anak-anak yang berprestasi. Audisi ini dilakukan di SMAN 1 Tulang Bawang Tengah dan diikuti oleh 40 peserta dari berbagai SD di Tulang Bawang Barat. Termasuk SDN 01 Marga Jaya dan SDN 02 Sumber Jaya dari kecamatan Gunung Agung yang mendominasi kepesertaan. Acara dibuka oleh Bapak Khairul Amri (Kepala Dinas Pendidikan Tulang Bawang Barat). Dalam sambutannya, beliau mengatakan Tulang Bawang Barat memiliki banyak potensi yang bisa digali reporter cilik. Seorang reporter harus memiliki semangat dan tingkat kepekaan yang tinggi. Di akhir sambutannya, beliau menyempatkan untuk memberi beberapa soal pada peserta dan mengajak foto bersama di luar ruangan.

Suasana riuh dan kompak terdegar ketika seluruh peserta mengucapkan jargon dari Reporter Cilik Lampung Pos yaitu “Berani bertanya untuk memberitahu dunia,”. Sebelum memulai audisi, panitia mengajak seluruh peserta untuk bermain permainan tali yang mengasah otak mereka. Setelah puas bermain, audisi dilakukan dengan menampilkan minat bakat mereka di depan juri. Menurut Gita, salah satu peserta dari SDN 02 Sumber Jaya, ia harus bangun pagi-pagi sekali untuk melakukan persiapan. Hal ini mengingat bahwa perjalanan ke lokasi audisi membutuhkan waktu yang panjang. “Saya senang bisa mengikuti audisi ini, karena kita dilatih percaya diri,” tuturnya. Audisi ini berakhir tepat pukul 14.00, dan di akhiri dengan makan siang bersama antar sekolah. Nantinya, peserta yang lolos seleksi akan diumumkan melalui koran Lampung Pos dan akan mengikuti pelatihan di Karang. Selanjutnya peserta akan diberi kesempatan untuk mewawancarai tokoh nasional di Jakarta.

8

Peserta Audisi Repcil tengah diuji wawasan kedaerahan Tulang Bawang

Peserta Repcil diberikan pengarahan terlebih dahulu oleh panitia

Salah satu peserta Repcil tengah unjuk gigi di hadapan dewan juri

Retno Dewi Yulianti retno@pm9.indonesiamengajar.org


KABAR

Lahirnya Saintis Masa Depan Melalui OSK Olimpiade Sains Kuark: “Bangun Indonesia melalui Sains�

Olimpiade Sains Kuark adalah salah satu kompetisi kecerdasan anak dalam bidang sains. Kompetisi nasional yang digelar oleh PT Kuark Internasional bertujuan untuk mendekatkan sains pada anak dan membangun pendidikan Indonesia, khususnya melalui sains. Hingga kini, OSK memasuki tahun ke-9 penyelenggaraannya di seluruh Indonesia. Di Kabupaten Tulang Bawang Barat sendiri, OSK telah dilakukan selama 3 tahun berturut-turut dengan melibatkan ratusan siswa di berbagai kecamatan. Acara ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi siswa yang memiliki minat bakat di bidang IPA serta menggali potensi siswa semenjak dini. Tahun ini, Kabupaten Tulang Bawang Barat kembali mengirimkan peserta Olimpiade Sains Kuark (OSK) untuk mengikuti babak semifinal. Sejumlah 66 peserta atau 50 persen dinyatakan lolos dari babak penyisihan

yang dilakukan Sabtu (28/2) lalu. Angka ini meliputi 21 peserta level 1, 25 peserta level 2, dan 20 peserta level 3. Sebelumnya sebanyak 132 peserta mengikuti babak penyisihan yang dibagi di 3 kecamatan, di SDN 01 Tunas Jaya, Kecamatan Gunung Agung, SDN 01 Gunung Agung, Kecamatan Gunung Terang, dan SDN 01 Indraloka II, Kecamatan Way Kenanga.

Salah satu peserta Olimpiade Sains Kuark di Kecamatan Gunung Terang

Jumlah tersebut meliputi 18 sekolah se-Kabupaten Tulang Bawang Barat. Ini membuktikan bahwa Kabupaten Tulang Bawang Barat memiliki banyak siswa berpotensi di bidang sains. Babak Semifinal akan diadakan serentak pada 25 April 2015 mendatang. Peserta yang lolos akan dapat melanjutkan ke babak final yang diadakan di Jakarta.

Peserta Olimpiade Sains Kuark babak penyisihan di Kecamatan Gunung Terang

Suasana babak penyisihan OSK di Kecamatan Gunung Terang

Retno Dewi Yulianti retno@pm9.indonesiamengajar.org

9

Peserta Olimpiade Sains Kuark babak penyisihan di Kecamatan Gunung Agung


KABAR

Bazar Siaga Kwartir Ranting Gunung Agung

S

Memakai Tali Sepatu, dan Menyusun Potongan Gambar. Lomba-lomba ini abtu, 28 Februari 2015, Aula dibagi menjadi kategori Putra dan Gedung PGRI Kecamatan Gunung Putri. Setiap sekolah menyiapkan Agung terlihat ramai dengan seragam timnya masing-masing untuk setiap coklat-coklat berkalung merah putih lomba. Suasana riuh rendah saat yang berkumpul dan berlalu lalang, lomba-lomba berlangsung. Ada yang anak-anak hingga orang dewasa. Hari menyemangati teman-temannya, ada itu, berlangsung Bazaar Siaga sePeserta Bazar Siaga yang panik dalam lomba, juga ada didampingi oleh oranng tua Kecamatan Gunung Agung. Siswayang berlarian menuju setiap pos masing-masing siswi sekolah dasar atau dalam di lomba. Maklum, beberapa lomba pramuka disebut siaga sesuai dimulai secara serentak di setiap pos tingkatannya terlihat berkumpul lomba. berkelompok dengan guru-guru pendampingnya. Matahari yang mulai Sekolah-sekolah penempatan menyengat dari pagi tidak membuat Pengajar Muda juga ikut serta dalam bazaar siaga ini. Didampingi oleh semangat peserta bazaar siaga dari guru-gurunya, para peserta ini 21 sekolah dasar ini turun. mengikuti beberapa cabang lomba Pukul 8 pagi, upacara pembukaan dan yang ada. Kegiatan berlangsung acara secara resmi dibuka dengan hingga pukul 2 siang, diakhiri dengan Salah satu perlombaan di drumband perkusi dari salah satu pembagian hadiah kepada para juara. kegiatan Bazar Siaga sekolah peserta, semua yang hadir Peserta dari sekolah penempatan terlihat bersemangat. Kegiatan ini Pengajar Muda yang ikut meraih juara, terlaksana dengan kakak-kakak sebagai berikut ; SDN 01 Bangun Jaya pembina dan dewan kerja ranting meraih Juara 2 Drumband Barang Kecamatan Gunung Agung sebagai Bekas dan Juara 2 Memasukkan paku penyelenggaranya. Tujuan dalam Botol Kategori Putri. penyelenggaraan Bazaar ini adalah SDN 02 Sumber Jaya meraih Juara 1 untuk meningkatkan semnagat Lari Estafet Kategori Putri, Juara 2 berkegiatan dalam kepramukaan di Memasukkan Paku dalam Botol antara peserta didik di Kecamatan Kategori Putra dan Juara 1 Memanah Gunung Agung. Kategori Putra. SDN 01 Marga Jaya Peserta yang berasal dari SD penempatan Pengajar Muda meraih Juara di pos lomba Membuat Berbagai lomba dalam bazar ini, Indonesia Mengajar dan Menerbangkan Pesawat, Juara 1 seperti lomba Drumband Barang Kateogri Putra dan Juara 2 Kategori Bekas/Perkusi, Lari Estafet, Putri, serta meraih Juara 2 Bowling Septiani Caturasih Suyono Mewarnai, Bowling, Fashion Show, Putra. Dari semua sekolah peserta septiani@pm9.indonesiamengajar.org Memanah, Membuat dan Bazaar Siaga, yang meraih Juara Menerbangkan Pesawat, Memasukkan Umum adalah SDN 01 Jaya Murni. Paku ke dalamBotol, merajut dan


KABAR

Kegiatan Belajar dan Bermain (KBB) Tour

Dalam rangka menutup tahun

Dengan tema gerak dan bunyi, siswa diajak untuk bermain terakhirnya dengan kegiatan bersama dalam alunan lagu bersama, Pengajar Muda (PM) IX kebangsaan dan drum band dari menggelar Kegiatan Belajar dan alat musik bekas. Ada juga Bermain (KBB) di tiap SD permainan estafet musik yaitu penempatan. Kegiatan ini bertujuan dengan cara bisik kata berantai Suasana kegiatan Belajar dan Bermain di SDN 01 Margajaya untuk mengembangkan adanya berupa lagu yang sudah ditentukan ruang interaksi positif antara para dengan cara berlari secara estafet aktor (para pemangku dan anak paling terakhir nanti kepentingan) yaitu siswa, guru, menyampaikan lagu tersebut. kepala sekolah, dan masyarakat. Menariknya, siswa-siswi kelas VI Selain itu PM IX juga diajak untuk menjadi penanggung berkesempatan untuk jawab adik kelas mereka. Dari memperkenalkan diri secara penertiban, kelengkapan, dan mendalam pada pihak sekolah. partisipasi aktif adik kelasnya. Pada kegiatan ini siswa akan Kesemuanya terlihat kompak belajar dan bermain sesuai dengan dengan pembagian kelompok yang kebutuhan pengembangan pada SD merata. penempatan. Sedangkan guru dan Salah satu Pos Cinta Tanah Suasana berbeda akan ditemukan Air di KBB SDN 01 Margajaya Kepala Sekolah dapat ketika memasuki ruang guru yang bersillaturrahmi dan bertukar penuh riang canda guru dan PM. pikiran mengenai masalah Guru dan PM saling bertukar cerita pendidikan, manejemen sekolah, dan berbagi mengenai dunia manejemen siswa, dan sebagainya. pendidikan, sembari mencicipi SDN 01 Marga Jaya, Gunung Agung, makanan yang telah disuguhkan. mendapat kesempatan pertama Keakraban dan kekeluargaan Retno Dewi Yulianti dalam pelaksanaan KBB. Pagi itu, begitu terasa, hingga selesainya retno@pm9.indonesiamengajar.org seluruh siswa menggunakan acara. Acara ditutup dengan foto pakaian olahraga lengkap dengan bersama dan doa penutup kegiatan. bekal makanan yang disimpan dalam tas masing-masing. Semua begitu antusias dengan pos-pos yang telah tersedia.


TOKOH KITA

Nama bapak guru ini

orang, hanya dua diantaranya yang beragama Katolik. Selebihnya beragama Islam. di sekolah. Pak Khafidun merupakan guru mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) dan BTQ (Baca Tulis Quran).

Sekali waktu, saat jam istirahat, suara tawa riang anak-anak di halaman sekolah kedengaran sampai ke dalam kantor. Ku pikir, anak-anak seperti biasa sedang bercanda-gurau bermain dengan sesama temannya.

Syukur dari Sosok Khafidun

Kemudian masuklah Pak Khafidun, setengah berlari sambil tertawa. Di belakangnya anak-anak kelas 2 dan 3 mengikutinya sambil merajuk meminta ditemani bermain lagi. Beliau hanya tertawa dan mengatakan ini sudah waktunya masuk kelas untuk kembali memulai jam pelajaran berikutnya.

terlintas di kepalaku saat aku mengayuh sepeda perlahan menuju sekolah. Bau karet dan genangan lumpur di jalan-jalan karetan desa (jalan karetan adalah jalan setapak kecil yang melewati hutan “Keyakinan setiap orang boleh berbeda, namun lewat amal karet) menemani pagi hari, dan kebaikanlah kita mengiringi putaran roda menunjukkan rasa syukur itu” sepedaku menuju sekolah. Sesekali tersenyum dan menyapa warga yang tengah menyapu halaman atau sedang mengantarkan anaknya. Setelah melewati beberapa jalan besar, ada sebuah kompleks masjid dan pondok pengajian anak-anak sebelum sampai ke sekolah. Melewati kompleks ini, aku teringat pada salah seorang guru di sekolah tempat aku bertugas, Bapak Khafidun namanya.

Pak Khafidun Aku pengajar Kristen Protestan pertama yang ditempatkan di desa ini, Desa Marga Jaya yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Dari 146 siswa, hanya 1 orang siswa yang beragama Kristen. Total guru di SDN 1 Marga Jaya tempatku bertugas ada 10

“Bu Ani, hidup itu jangan dipikir susah. Mensyukuri dan menikmati berkah serta karunia yang diberikan Yang Maha Kuasa dalam hidup itu yang penting. Keyakinan setiap orang boleh berbeda, namun lewat amal dan kebaikanlah kita menunjukkan rasa syukur itu”. Kata-kata ini adalah salah satu percakapanku dengan beliau sewaktu jam istirahat sekolah di ruang guru. Meskipun berbeda keyakinan, berbincang-bincang dengan beliau tentang nilai-nilai kehidupan selalu menarik bagiku. Keramahan dan keceriaannya yang membuatku nyaman berbincang dengan beliau.

12

Wajah mereka seketika penuh kerutan di dahi dan sedikit memajukan bibirnya, melengkung ke bawah. Kecewa, namun langsung berbalik ke kelas masing-masing. “Besok lagi main ya pak!” masih sempatnya mereka berseru saat berlari masuk ke kelas. “Begitulah dunia anak-anak, Bu. Menyenangkan berada di tengah mereka” papar beliau sambil tersenyum padaku yang hendak bersiap-siap menuju kelasku mengajar.

Septiani Caturasih Suyono septiani@pm9.indonesiamengajar.org


BLOG PM

Ita adalah nama gadis mungil kelas lima SD. Semua anak kelas lima kompak memanggilnya “Mbak Ita”. Dia dipanggil “Mbak” bukan tanpa alasan. Dia adalah satusatunya ketua kelas wanita di sekolah. Dalam buku mimpi miliknya, ia pernah menulis : “Dahulu ketika kelas dua aku belum bisa menulis dan membaca. Aku tak ingin mengecewakan kedua orang tuaku. Hingga sekarang kelas lima aku sudah bisa. Aku harus tetap berusaha dan pantang menyerah untuk menggapai cita-citaku.” Pun ketika mata pelajaran IPA, aku memberikan tugas mencari benda-benda di sekitar sekolah yang memakai prinsip pesawat sederhana. “Ya, sekarang kalian coba secara berkelompok mencari benda-benda apa saja yang ada di sekitar sekolah kita yang memakai prinsip pesawat sederhana” Seluruh kelas kompak menjawab, “Iya.. Buuu..”. Tak sedikit yang berdiri, berlompatan kecil sambil mengangkat tangannya keatas. “Tapi.. Ibu mau dalam satu. kelompok harus ada anggota

laki-laki dan perempuannya.”

Semesta Mendukung: Si Kecil Yang Bijak

Mereka langsung terduduk lemas.

“Yaaah.. gak mau Bu.. perempuan sama perempuan, laki-laki sama laki-laki aja Bu.” kata Leni sambil duduk.

Situasi kelas berubah menjadi ajang lempar alasan ketidakinginan kelompoknya dicampur. “Ya sudah Bu, yuk dek Rizki kita sekelompok”, Dengan tegas Ita mengajak salah satu anak laki-laki untuk sekelompok dengannya.

“Ketika membaca tulisannya aku termenung. Bagaimana suatau hal kecil seperti memakai polpen dia pikirkan hingga sejauh itu?” “Gak apa apa lho Cah”, katanya. Akhirnya kelompok – kelompok kelas dibagi lagi dan antara siswa laki-laki dan perempuan dapat bersatu. Ita anak yang tenang saat di dalam kelas. Sesekali saat bercanda dia sering membuat pose memeden (red: hantu). Pernah suatu kali dia mengikuti lomba Olimpiade Bahasa Indonesia tingkat kecamatan dan saat itu dia belum berhasil merih juara. Ketika itu dia menulis di buku

mimpi miliknya: “Hari ini aku mengikuti lomba Bahasa Indonesia di kecamatan. Aku dan temantemanku dibelikan polpen. Polpennya bagus sekali. Namun aku sudah punya polpen, jadi aku pakai saja polpenku yang lama. Kan kita tidak boleh melakukan pemborosan. Jika aku memakai polpen baru itu namanya pemborosan. Pada lomba itu sepertinya aku belum bisa menang. Tapi aku tidak boleh putus asa, aku tidak boleh menyerah. Aku harus tetap berjuang. Aku tidak ingin mengecewakan orang tuaku lagi” Ketika membaca tulisannya aku termenung. Bagaimana suatau hal kecil seperti memakai polpen dia pikirkan hingga sejauh itu? Dan di usianya yang masih kecil, kejadian masa lalu yang kurang baik bisa dia ubah menjadi motivasi positif. Maya Ruslina Yanita Dewi maya@pm9.indonesiamengajar.org

Ita, murid SDN 04 Indraloka II


BLOG PM

Ina, Pengajar Muda (PM) VII yang akan purna tugas mengajak saya ke sekolah. Saat itu anak-anak masih libur semester, namun anakanak dimintanya untuk masuk sehari itu. Sebelumnya ia telah mengatakan kepada anak-anak bahwa ia akan pulang dan akan ada guru baru yang akan menggantikannya.

Bersuara Tanpa Suara

Pertemuan ini Ina rancang sebagai ajang perpisahan untuknya dan perkenalan untukku. Kusapa mereka, kukenalkan diri pada mereka. Kubebaskan mereka bertanya apapun padaku. “Bu, katanya Ibu tidak bisa mengendarai motor ya, Bu?”

Hari itu, matahari di Bumi Ragem Sai Mangi Wawai terlihat malu-malu. Udara Desa Margodadi pun hangat. Di lapangan hijau dengan rumput yang tumbuh liar, sudah banyak anak-anak berlarian. Bermain-main tanpa beban. Segera mereka mengerubungi kami dan menyalami.

“Bu, Ibu tidak bisa bicara bahasa Jawa ya, Bu?”

Ina kemudian membuka pintu kelas dan meminta anak-anak seluruhnya masuk. Jumlah siswa di SD itu hanya 66 siswa. Dan saat itu hanya sekitar 20an anak yang hadir. Bangku dan kursi tertumpuk tidak karuan. Banyak sampah berserakan di atas lantai semen yang mulai rusak. Ruangan itu pengap, banyak sekali debu. Namun tidak begitu dengan anak-anak. Banyak sekali terlihat senyum semangat dari wajah-wajah lugu mereka, walaupun masih malu-malu.

“Bu, nanti sama Ibu kita pramukaan ya, Bu?”

“Bu, nanti ngulang kelas berapa, Bu?”

“Ia tersenyum dan mengangguk. Bibirnya bergerak, namun aku tak bisa mendengar jelas apa yang dikatakannya.”

Dan banyak lagi pertanyaan mereka dan kuladeni setiap pertanyaannya. Kukenalkan mereka pada lagu dan tepuk-tepuk yang kudapatkan saat pelatihan. Setelah bingung mau apa lagi, kuminta mereka untuk memperkenalkan diri satu per satu. Mumpung hanya 20an orang, pikirku. 14

Tulisan tangan Nova, siswa SDN 02 Margomulyo “Kalian kan sudah tahu Ibu, nah sekarang giliran kalian yang kenalin diri ke Ibu.. Siapa yang mau maju ke depan dan perkenalan sama Ibu?” Senyap. Beberapa anak hanya tertunduk dan beberapa lagi saling berpandangan. Kuarahkan pandanganku ke setiap mata mereka. Kukenalkan mereka pada lagu dan tepuk-tepuk yang kudapatkan saat pelatihan. Setelah bingung mau apa lagi, kuminta mereka untuk memperkenalkan diri satu per satu. Mumpung hanya 20an orang, pikirku. “Kalian kan sudah tahu Ibu, nah sekarang giliran kalian yang kenalin diri ke Ibu.. Siapa yang mau maju ke depan dan perkenalan sama Ibu?” Senyap. Beberapa anak hanya tertunduk dan beberapa lagi saling berpandangan. Kuarahkan pandanganku ke setiap mata mereka.


BLOG PM Sampai akhirnya mataku terhenti pada seorang gadis yang mengangkat tangannya malu-malu. Segera kuhampiri ia. Kurangkul dan kuajak ia ke tengah. Dengan membungkukkan badan, kukatakan kepadanya, “Sebutkan nama, kelas berapa, dan nanti cita-citanya mau jadi apa..”

semua berbicara. Menyuarakan semangatnya. Menyuarakan kemauannya. Ia bersuara walaupun tanpa suara.

Ia tersenyum dan mengangguk. Bibirnya bergerak, namun aku tak bisa mendengar jelas apa yang dikatakannya. Kembali kutanya, “Namanya siapa?”. Sama. Gerakan bibirnya tak mengucapkan suara dengan jelas. Hanya “aaak..”. Kutatap wajahnya, ia hanya tersenyum. Kutarik napas, kutolehkan muka ke arah teman-temannya. Secara bersahutan anak-anak memberitahuku bahwa gadis di depanku adalah seorang tuna rungu.

Belajar adalah sesuatu yang

Segera kuambil spidol di tas. Kuberikan kepadanya. “Tuliskan namamu di papan tulis yaa..” Ia mengangguk. Ada deretan huruf tertulis di papan tulis. N O V A. Nova namanya. Kembali kutatap lekat matanya. Ia kembali tersenyum padaku. Matanya, senyumnya, dan apa yang dia tunjukkan kepadaku hari itu,

Ditha Cahya Kristiena ditha@pm9.indonesiamengajar.org

SANG INOVATOR menyenangkan, apalagi belajar sambil praktik ilmu yang telah dipelajari. Misalnya yang dilakukan oleh anak didik saya berkelas VI. Mereka sedang mempelajari tentang energi beserta perubahannya. Kemudian, saya meminta mereka membuat alat yang menggunakan energi listrik menjadi energi apapun. Hingga 2 minggu kemudian, saya dibuat terkejut ketika datang di kelas. Terdapat lampu berkelap kelip dengan warna yang berbeda. Saya sudah menduga bahwa itu alat yang dibuat anak-anak. Ketika pembelajaran dimulai, saya pun meminta kelompok yang membuat alat tersebut menaruhnya di meja yang berbeda. Oleh sebab itu, alat ini saya gunakan sebagai pameran kepada anak-anak lain sebagai hasil karyanya.

Saya pun dibuat terkejut dengan inovasi yang anak-anak lakukan. “Nak, lampu-lampu itu bagaimana kamu membuatnya?” “Ini saya utak-atik menggunakan baterai dan lampu yang tidak dipakai, Pak” “Saya juga tambahkan dinamo agar bisa dibuat kipas angin” Kami pun hari itu memperhatikan sembari mendengar cara pembuatan anak-anak menjelaskan. Saya merasa bangga dan semakin memahami bahwa anak-anak memiliki banyak potensi. Potensi mereka adalah kegemaran yang disukai. Anakanak gemar mengutak-atik alat menjadi sebuah inovasi. Guru saya pun pernah bercerita tentang anak-anak yang main layangan dengan lampu kelapkelip saat malam hari.

“Setiap anak istimewa, kita hanya perlu mempercayai dan mendukung mereka.” Diyon Iskandar Setiawan diyon@pm9.indonesiamengajar.org

Siswa-siswa SDN 01 Bangun Jaya


MENYAPA INDONESIA

Kali ini saya akan mengisahkan seseorang yang mempunyai pengabdian tak berujung di pelosok negeri ini. Djamil Tua Siregar, atau yang akrab disapa Pak Siregar merupakan orang yang akan saya kisahkan. Pensiunan kepala sekolah ini telah mengabdikan dirinya selama 38 tahun di dunia pendidikan, khususnya pendidikan Sekolah Dasar. Bapak keturunan Batak Toba ini hanyalah lulusan SMP yang pernah mencoba peruntungan di Jakarta dan Papua dengan pekerjaan serabutan. Kemudian, tahun 1975, beliau hijrah ke Banggai. Satu tahun di Banggai, beliau belum menemukan pekerjaan yang pasti. Hingga akhirnya lowongan menjadi tenaga pengajar dalam rangka mengisi kekosongan guru dibuka oleh pemerintah. Dengan rasa optimis, beliau mencoba mendaftar program tersebut. Singkat cerita, beliau lolos sebagai guru PNS saat itu. SD Inpres Masing merupakan tempat pengabdian pertama beliau hingga akhirnya menjabat kepala SD Batui Kayoa SPA dan kemudian beliau pensiun.

Saat ini umur beliau sudah menginjak angka 66 tahun. Umur yang tidak muda lagi bukan menjadi penghalang untuk tetap mengabdi.

Ketiga bangunan yang sedang dalam proses renovasi tersebut merupakan hasil advokasi beliau ke pemerintah. Guru MI Al Ikhlas berjumlah 7 orang, bisa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al dikatakan sangat cukup untuk Ikhlas merupakan bukti nyata ukuran sekolah di Batui pengabdian beliau hingga Selatan, kecamatan saat ini meskipun sudah penempatan saya. Lulusan menyandang status mereka rata-rata Sekolah pensiunan kepala sekolah. Menengah Atas.

Kisah Pak Siregar : Pengabdian Tak Berujung Latar belakang pendirian sekolah ini didasari keprihatinan beliau terhadap kurangnya pendidikan agama. Tahun 2010, MI Al Ikhlas berdiri di tanah milik istri beliau yang telah diwakafkan. Dengan bangunan seadanya, beliau memulai membuka sekolah tersebut. MI Al Ikhlas terletak di Desa Ombolu, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, sekitar 1 jam dari desa penempatan saya. Sekolah yang baru mempunyai siswa sampai kelas V ini memiliki 6 bangunan kelas dengan kondisi 3 kelas masih dalam proses renovasi dan 3 bangunan lainnya masih seadanya. 16

“Hebatnya, Pak Siregar berhasil mendorong para guru ini untuk mengambil gelar sarjana. Beliau juga berhasil mengajak salah satu orang yang sangat kompeten di bidang agama untuk ikut mengabdi menjadi guru, menularkan ilmunya ke anak-anak Ombolu.� Kalimat semangat

itu

menular, sepertinya benar adanya. Semangat Pak Siregar sangat menular ke semua guru. Pak Siregar dan guru-guru hampir setiap hari datang ke sekolah untuk mengajar kecuali sakit atau ada keperluan yang memang tidak dapat ditinggalkan.


MENYAPA INDONESIA Mereka juga semangat dalam peningkatan kompetensi sebagai guru dengan mengajak Pengajar Muda angkatan pertama hingga sekarang untuk berdikusi terkait metode mengajar, manajemen kelas, dan lainlain. Saat saya datang ke MI Al Ikhlas untuk berdiskusi dengan Pak Siregar dan para guru, saya mendapatkan sambutan yang hangat dari mereka. Setiap harinya, Pak Siregar selalu menggunakan baju koko, sarung dan peci hitam. Saat itu, saya langsung menyaksikan semangat pengabdian beliau. Pak Siregar mengantar pulang anak-anak yang jauh dari sekolah dengan mobil pick up pribadi beliau. Ketika saya bertanya terkait hal tersebut kepada guruguru, mereka menjawab bahwa Pak Siregar selalu menjemput dan mengantar anak-anak setiap hari kecuali beliau sakit atau ada urusan ke kabupaten.

Pak Siregar juga tak hentihentinya berusaha melakukan advokasi ke pemerintah untuk kembali mendapatkan bantuan renovasi tiga bangunan kelas lain yang saat ini hanya berdinding kayu dan beralas tanah. Anak-anak kalau diatas jam 10.00 sudah tidak fokus belajar. Soalnya atap bangunan ini terbuat dari seng, jadi panas.� tutur beliau. Demi anak-anak nyaman dalam proses pembelajaran, itulah yang akan selalu beliau perjuangkan. Bertemu dengan Pak Siregar menjadi suntikan semangat bagi saya dalam menjalankan amanah sebagai Pengajar Muda.

“Saya akan selalu bergerak untuk memajukan pendidikan sampai Allah-lah yang menyuruh saya berhenti." Semoga di luar sana, banyak Pak Siregar lainnya. Seseorang yang tak pernah berhenti mengabdi untuk negeri. Saya mewakili anak negeri mengucapkan, “Terima kasih atas pengabdian tak berujung Anda, Pak Siregar.� Eko Andik Saputro eko@pm9.indonesiamengajar.org Pengajar Muda IX Kab. Banggai, Sulawesi Tengah

Saya kembali dihadapkan oleh bukti bahwa ternyata masih banyak orang baik yang peduli dengan pendidikan di negeri ini.

Luar biasa, bukan?

Pak Siregar (memakai peci dan baju koko putih) 17


GAGASAN

M endidik adalah tanggung jawab orangorang terdidik. Demikian kutipan yang pernah diucapkan oleh salah satu pendiri Gerakan Indonesia Mengajar (GIM), Anies Baswedan. Namun untuk bergerak dan terus bergerak dalam pendidikan, kami percaya, setiap orang memiliki peran sendiri. Iya, setiap orang memiliki jatah yang sesuai dengan porsinya untuk bersama-sama bergerak dalam pendidikan. Mungkin kita sering mendapati pertanyaan, “Memang apa yang bisa saya lakukan? Saya ini bukan orang sekolahan�,namun percayalah, ratusan Pengajar Muda di seluruh penjuru telah menjadi saksi bergeraknya orang-orang dari berbagai kalangan. Bahwasanya Bapak Sapi’i bergerak dengan motor barangnya mengantarkan anak-anak kelas 6 untuk pergi ujian nasional sejauh 15 KM tanpa bayaran. Adalah Pak Saeni, seorang tokoh masyarakat di sebuah desa di Kab. Majene rela membabat kebun coklat di belakang rumahnya demi berdirinya sebuah PAUD. Dan mereka, telah bergerak.

FLASH MOB PENDIDIKAN Yang menjadikan mereka luar biasa adalah gerakan-gerakan biasa yang mereka lakukan secara serentak dan bersama. Bukankah gerakan flash mob juga gerakan biasa namun menjadi sangat indah karena dilakukan bersama-sama? Gerakan bersama lainnya juga terjadi di tempat yang dekat dengan kami. Kami menjadi saksi langsung betapa ketika setiap elemen saling merangkul untuk bergerak bersama. Ketika para guru, kepala sekolah, korwas, orang tua, bahkan sampai sekretaris desa (carik), lurah, dan camat di Kecamatan Gunung Agung bergerak bersama saat pelaksanaan Audisi Reporter Cilik yang diadakan Lampung Post. Mereka bergerak untuk bersama-sama mencari solusi bagaimana mobilisasi anak-anak ke tempat audisi. Terakhir, flash mob memang keren, tapi mari sejenak kita pejamkan mata dan bayangkan, ketika sebuah flash mob dikombinasikan dengan gerakan ombak. Tentu akan menjadi sebuah kolaborasi gerakan yang luar biasa. Gerakan itu menjadi luar biasa karena merambat dan menular. Apa kabar jika yang terjadi adalah gerakan positif guna kemajuan pendidikan, ya? Sangat luar biasa tentunya.

Ecovention Hall Ancol pun telah menjadi saksi sekitar 7000 manusia bergerak, berkumpul, dan bekerja bakti membuat ribuan alat peraga untuk anak-anak di pelosok negeri di tahun 2013 dalam Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM). Semua yang bergerak berasal dari berbagai kalangan, tuamuda, eksekutif-karyawan, bahkan warga negara asing pun ikut tergerak untuk bergerak bersama demi pendidikan *Flash mob adalah rangkaian koreografi dan Indonesia. Dan yang lebih keren dari ribuan atraksi seni yang seolah-olah dilakukan secara orang yang hadir adalah orang-orang yang spontan oleh sekelompok orang berada di balik terselenggaranya FGIM itu. Mereka bukanlah orang-orang yang memiliki Ditha Cahya Kristiena, kekuatan luar biasa, mereka hanyalah orang- 18 ditha@pm9.indonesiamengajar.org orang biasa.


KOTAK CAKRAWALA

Kotak Cakrawala merupakan salah satu rubrik khusus yang memuat tulisan mengenai metode pembelajaran kreatif baik dari pengajar muda maupun guru-guru di sekolah dasar. Pada edisi perdana ini, Wido Cepaka Warih (Pengajar Muda yang bertugas di SDS Terang Agung, Kec. Gunung Terang) akan membagikan metode belajar menggunakan Pohon Matematika. Latar Belakang Matematika sering menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian peserta didik. Menjadi sebuah tantangan besar bagi para pendidik agar pelajaran Matematika menjadi hal yang disukai oleh peserta didik. Perlu beberapa terobosan baru agar Matematika menjadi hal yang asyik dan menyenangkan. Sebagai upaya untuk mengurangi momok tersebut, penulis menerapkan metode dengan membuat Pohon Matematika. Tentu semakin penasaran, bukan ?

POHON MATEMATIKA

Apa saja yang perlu dipersiapkan ?  Sticky notes (bisa diganti dengan kertas berwarna/kertas hvs)  Lem  Spidol  Kertas Plano/papan tulis  Bahan berupa soal yang akan dipergunakan sesuai dengan materi

Bagaimana langkah kerjanya ?

Anak-anak antusias saat memetik soal Matematika

1. Menyiapkan sticky notes atau potongan kertas kecil-kecil 2. Menuliskan soal matematika di kertas kecil tersebut. 3. Menggambar pohon di kertas papan tulis atau di kertas plano (disesuaikan). 4. Menempelkan kertas kecil tersebut, kertas yang ada soalnya ditempel menghadap papan tulis/kertas plano. 5. Meminta peserta didik satu persatu untuk memetik soal yang ada di pohon tersebut. 6. Setelah peserta didik mendapatkan soal yang dipilih, guru memberikan instruksi ke peserta didik untuk mengerjakan soal tersebut.

Pelajaran apa saja yang bisa diambil ? Melalui metode ini, diharapkan belajar Matematika menjadi lebih asyik dan menyenangkan karena akan membuat rasa penasaran dan membuat peserta didik menjadi tertantang untuk menyelesaikannya. Metode ini mudah dan murah untuk diterapkan di sekolah. Selain untuk soal Matematika juga bisa diterapkan dalam mengulang materimateri pelajaran lain yang sudah pernah diberikan (review).

Pohon Matematika “Petik Sendiri”

Wido Cepaka Warih wido@pm9.indonesiamengajar.org


T DA I BHAUL G I KA K K ESLI H A S? Pejuang

Cerita Tentang Gaya Gravitasi Bumi

Pejuang adalah mata bagi kita Janganlah kalian semua memalukan para pejuang Karena pejuang rela mempertaruhkan nyawa mereka Demi Indonesia merdeka

“Pulpen atau pensil jika dijatuhkan akan jatuh ke bumi. Kalau dilempar ke atas akan jatuh ke bumi lagi” Riska Pradewi Kelas IV SDN 01 Marga Jaya

Maka kita harus menghargai para pejuang Karena pejuang sangat ingin Indonesia merdeka Janganlah kalian memalukan pejuang satu kalipun Karena itulah membuat para pejuang sakit hati

“Pada suatu hari, aku pun di sekolahan dan membuat pesawat terbang. Dan pada waktu itu pesawat itu aku terbangkan di dalam kelas. Pesawat itu jatuh di bumi. Itu adalah gaya tarik bumi atau gaya gravitasi” Vebi Kelas IV SDN 01 Marga Jaya

Dewi Fitriani Kelas V SDN 01 Marga Jaya

TAHU GAK SIH? Dari Dalam

Sumil

Warga masyarakat di Unit 2 Kabupaten Tulang Bawang (salah satu pusat keramaian yang dekat dengan perbatasan Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten Tulang Bawang Barat) selalu menyebut 5 kecamatan di Tulang Bawang Barat (Lambu Kibang, Gunung Terang, Pagar Dewa, Gunung Agung, Way Kenanga) sebagai daerah dalam.

Di desa Margodadi, Kecamatan Gunung Terang, Anda akan menemukan salah satu nama yang cukup unik, yaitu Sumil. Siapakah itu Sumil? Berapa usianya? Tinggal di mana dia? Ternyata Sumil itu bukanlah sesosok manusia, melainkan nama sungai kecil yang mengalir di melewati desa Margodadi. Tempat favorit anak-anak Margodadi untuk mandi, berenang dan bermain. Anda perlu tahu, ternyata selain menjadi favorit untuk anak-anak juga menjadi tempat untuk mencuci motor, sapi dan truk warga sekitar.

“Bu, dari mana ya ini?” “Dari Gunung Agung, Pak” “Ooh, dari dalam ya..”

20 12


POTRET

Seorang peserta Olimpiade Sains Kuark level 1 tengah mengerjakan soal olimpiade

Seorang siswa SDN 01 Marga Jaya tengah melakukan senam lantai

Kerja sama melintasi jembatan tambang dalam Hiking Pramuka SDN 04 Indraloka II

Percobaan mengenai perubahan energi listrik SDN 01 Bangun Jaya

Siswa SDN 02 Margomulyo berenang di Kali Sumil 21 12


2015

Festival Gerakan Indonesia Mengajar

Untuk informasi lebih lanjut : @Ind_Mengajar http://festival.indonesiamengajar.org http://indonesiamengajar.org (021) 722-1570

“Terus Bekerja�


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.