MUDAIN AJA! Nikah Muda? | Edisi #7
ESAI Muda Tapi Menikah? INFO Menilik Nasib Pernikahan Anak SURVEI Apa Kata Pemuda? REVIEW FILM An Education (2009) REKOMENDASI 5 lagu yang perlu kamu dengarkan sebelum datang ke nikahan teman
Sumber: Washington Post
daftar isi 3......,,.........................................................................................................................Prakata 5 .................................................................Esai: Muda Tapi Menikah (Rani Dwi Putri) 7..................................Info: Menilik Nasib Pernikahan Anak (Manggiasih Tilotama) 9............................................Apa Kata Pemuda (Tazkiyatun A.N. dan Okta Kusuma) 11............................................................................Movie Review: An Education (2009) 14..........7 Lagu yang Perlu Kamu Dengarkan Sebelum Datang Ke Nikahan Teman 16.............................................................................................................................Penutup 17.................................................................................................................About Yousure 18..................................................................................................Struktur Kepengurusan
penyusun Penulis........................................................................................................Rani Dwi Putri Penulis.......................................................................................,......Manggiasih Tilotama Penulis...........................................................................................................Okta Kusuma Penulis.......................................................................................................Tazkiyatun A.N. Penulis.................................................................................................Amelinda Pandu K. Penulis................................................................................................... Andeta Karamina Penulis........................................................................................................Gendis Syari W. Editor...............................................................................................................Dana Fahadi Penulis dan Tata Letak......................................................................................Anas A.H. Kontributor..................................................................................................Rizaldi Bachri Ilustrasi Sampul.............................................................................................Kirsten Ulve
Salam Muda!
Prakata
MUDAIN AJA! Edisi 8 yang bertemakan “Nikah Muda?� ini ingin menyoroti fenomena maraknya ajakan dan gerakan untuk menormalisasi pernikahan di usia muda. Tidak hanya pernikahan di bawah umur, namun pernikahan di usia muda juga menimbulkan berbagai dilema di masyarakat. Masyarakat yang setuju kebanyakan menggunakan tafsiran-tafsiran ajaran agama yang dimaknai dari satu sisi dan tanpa membaca konteks. Sementara itu, mereka yang menentang menggunakan perspektif HAM dan seringkali malah dianggap mendorong budaya zina. Sebagai pusat studi yang mengkaji isu-isu kepemudaan, YouSure tentunya mendukung pemuda dan pemudi untuk mengembangkan potensi mereka semaksimal mungkin. Seringkali, pernikahan di usia muda menghambat seorang muda, terutama perempuan, untuk berekspresi dan bereksplorasi dalam proses mereka berkarya, dikarenakan terbatasnya lapangan pekerjaan bagi mereka yang sudah menikah, terbaginya fokus dan berkurangnya waktu untuk memperkaya potensi dan keterampilan diri, serta masih banyak alasan-alasan lainnya. Dalam MUDAin AJA! edisi kali ini, YouSure akan membahas fenomena nikah muda dari berbagai perspektif, termasuk pula pros dan cons-nya. Selamat membaca! Direktur Youth Studies Centre (YouSure) Muhammad Najib Azca, Ph.D
3
MUDAIN AJA #7
follow us: yousurefisipol yousurefisipol yousurefisipol yousure.fisipol.ugm.ac.id
Esai
Muda Tapi Menikah? Oleh: Rani Dwi Putri
“Pas saya menikah usia 22 tahun, pas saya sudah menikah saya jadi berpikir tahu gini saya menikah usia 12 tahun. Nggak tahu kalau menikah kayak gini ya, seru-seruan berdua, ketawa-ketawa. Jangan dibahas pernikahan itu listrik, air, kontrakan, jangan. Itu kan cuma sebulan sekali, bahaslah yang daily.� - Ustadz Hanan Attaki Sumber: Pina (2011) karya Wim Wenders
Kira-kira begitulah Ustadz Hanan Attaki di sebuah pengajian menggambarkan tentang indahnya pernikahan. Ustadz Hanan Attaki merupakan satu dari sekian tokoh agama yang cukup vocal dalam mengampanyekan “menikah muda�. Beberapa ceramahnya tentang menikah muda telah ditonton oleh ribuan pengguna sosial media baik di berbagai channel Youtube maupun Instragram. Kampanye dan fenomena menikah muda memang salah satu gejala yang sedang hits di sebagian kalangan anak muda. Fenomena ini bukan hal yang baru karena dari tahun ke tahun isu menikah muda selalu ikut dalam jajaran permasalahan sosial di Indonesia. Namun, jika dulu faktor ekonomi dan budaya menjadi variabel yang dominan, sekarang muncul gejala baru dimana faktor agama lebih populer sebagai variabel dalam menentukan atau memutuskan untuk menikah muda. Meskipun untuk saat ini Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang mengatur batas usia pernikahan adalah 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan masih diberlakukan, namun beberapa pihak mengatakan bahwa pernikahan di usia muda cenderung akan menimbulkan masalah. Oleh karena itu, di awal tahun 2018 ini muncul kembali gerakan untuk menaikkan usia pernikahan dengan merevisi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Faktor Agama Sebagai Tren
Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran yang diinisiasi oleh La Ode Munafar adalah salah satu bukti bagaimana agama menjadi tumpuan utama dalam memutuskan untuk menikah muda. Sejak tahun 2015 dibentuk, gerakan ini sudah menjaring 10.000 anggota untuk grup WhatsaApp, 400,000 pengikut di Facebook, sementara di Instagram sudah diikuti lebih dari 595,000 akun (Elma, 2018) . Menghindari maksiat dan zina yang dapat menimbulkan dosa adalah dua variabel yang sering diucapkan dalam berbagai kampanyenya. Sedangkan menikah adalah solusi yang ditawarkan dalam gerakan ini. Kampanye menikah muda juga tidak terlepas dari sosok Muhammad Alvin Faiz, anak dari seorang pendakwah terkenal Arifin Ilham yang menikah di usia 17. Alvin yang sering membagikan foto kebagaianyaa dengan pasangan lengkap dengan hashtag nikah muda seolah mejadi kiblat bagi gen erasi muda untuk menyudahi kesendirianya. Gerakan maupun kampanye ini memang sah-sah saja jika bertujuan untuk menjauhkan generasi muda dari pergaulan bebas atau semacamnya. Namun, sayangnya kampanye maupun gerakan yang ada justru lebih dominan menunjukkan sisi emosional saja. Logika yang sering digunakan adalah “jika kamu ingin menghindari zina dan dosa maka harus menikah, setelah menikah hidup akan bahagia�. Sehingga audiens yang terpapar kampanye ini tidak diberi ruang untuk berpikir secara logis dan rasional dalam memutuskan untuk menikah.
Jika faktor ekonomi dan budaya lebih dominan terjadi di perdesaan, lain halnya dengan tren yang terjadi belakangan ini dimana menikah di usai muda telah menjadi bagian dari budaya perkotaan. Hal ini terlihat dari banyaknya kampanye untuk menikah muda di banyak platform baik di pengajian atau ceramah maupun media sosial seperti WhatsApp, Facebook, Youtube, dan Instragram.
MUDAIN AJA #7
6
Info
Menilik Nasib Pernikahan Anak Oleh: Manggiasih Tilotama
Batas usia pernikahan yang ideal masih menjadi perdebatan. BKKBN menetapkan pernikahan ideal adalah pada usia 21-25 tahun. Namun, mengacu pada pasal 7 ayat (1) UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan yang sekarang sedang dalam proses revisi, batas usia minimal pernikahan adalah 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. UU tersebut direvisi karena dianggap memberikan dampak diskriminasi terhadap perempuan, bagaimana pun usia di bawah 18 tahun masuk ke dalam kategori usia anak, sehingga dengan batas minimum usia 16 tahun bagi perempuan untuk menikah, telah membuka peluang praktik pernikahan anak. UNICEF melaporkan pada tahun 2017 bahwa Indonesia termasuk ke dalam 10 negara dengan jumlah absolut pernikahan anak tertinggi di dunia, yaitu 1,4 juta perempuan yang berusia 20 hingga 24 tahun menikah sebelum usia 18 tahun. Sementara negara di Asia Tenggara lainnya yang masuk ke dalam 20 besar dengan angka pernikahan anak tertinggi adalah Filipina yang berada di peringkat ke-12 dan Thailand yang berada di peringkat ke-19. Hal ini berarti Indonesia memiliki jumlah absolut tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Angka tersebut tidak bisa terlepas dari pertumbuhan ekonomi suatu negara dan kesadaran akan Hak Asasi Manusia di Negara tersebut. Untuk kawasan Asia mari kita ambil contoh negara Jepang, yang memiliki angka perempuan menikah di bawah 18 tahun sejumlah 1.357 orang pada tahun 2015. Angka tersebut terbilang
7
MUDAIN AJA #7
sangat kecil dibandingkan negara di Asia lainnya seperti Bangladesh, India dan Indonesia, negara-negara di Asia yang masuk ke dalam sepuluh besar negara dengan angka absolut pernikahan anak tertinggi di dunia. Berdasarkan laporan dari Girls Not Brides, tingginya angka pernikahan dini di Indonesia didorong oleh kondisi ekonomi perempuan dan keluarganya. Hal tersebut meliputi kemiskinan, ketergantungan ekonomi, dan juga minimnya akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan. Selain itu, Plan, organisasi internasional yang fokus pada perjuangan hak anak dan kesetaraan bagi perempuan melaporkan bahwa tingginya angka pernikahan anak di Indonesia adalah dampak dari norma sosial yang menganggap bahwa pernikahan merupakan jalan keluar dari hubungan seksual pra-nikah, salah satunya adalah untuk kasus pemerkosaan. Beberapa organisasi internasional mendorong negara-negara untuk turut bermitmen dalam meningkatkan usia minimum untuk menikah, sehingga angka pernikahan anak bisa menurun. Isu ini menjadi krusial mengingat pernikahan anak termasuk pelanggaran hak anak. Pernikahan anak menyebabkan anak tidak dapat mengakses pendidikan yang layak, selain itu sangat merugikan bagi perempuan. Perempuan yang menikah di usia dini organ reproduksinya belum berkembang secara sempurna, sehingga belum siap untuk mengandung dan melahirkan. Dari hal tersebut, pernikahan anak dapat meningkatkan angka kematian ibu.
MUDAIN AJA #7
8
sumber: pinterest.com
APA KATA PEMUDA oleh: Tazkiyatun N.A. dan Okta Kusuma
Usia muda merupakan usia yang sangat produktif untuk melakukan banyak kegiatan yang bisa menunjang pribadi seseorang untuk mempersiapkan masa depan. Di sisi lain keputusan untuk menikah bukanlah keputusan yang main-main. banyak hal yang harus dipertimbangkan seiring dengan meningkatnya tanggung jawab setelah menikah. Lalu bagaimana dengan keputusan menikah di usia muda? Menjadi sebuah dilema tersendiri bagi pemuda mengenai hal ini, terutama di era globalisasi seperti sekarang apakah bisa keduanya berjalan beriringan? Pada faktanya, banyak pemuda yang memutuskan untuk menikah di saat menempuh jalur pendidikan. Lalu, bagaimana perspektif mereka terhadap pernikahan?
what easy jadi selama itu baik menurut orang tersebut ya dilakukan saja. Justru setelah menikah (berdua) bisa bekerja sama untuk lebih bermanfaat dan tahu bagaimana cara menebar manfaat itu. Waktu yang ideal untuk menikah berlandaskan dari bagaimana orang mengukur kesiapannya masing-masing. Kalau Wisa patokan idealnya adalah kalau sudah siap agama, finansial dan mental. Planning financial itu sesuatu yang wajar, tetapi menunda terlalu lama juga tidak terlalu bagus karena menikah mengajarkan kita dewasa sedini mungkin
EDELWEIS Mahasiswi Hubungan Internasional tahun 2014, menikah di awal semester 8 setelah itu bisa menyelesaikan skripsi sehingga lulus tepat waktu.
Kalau menurut Bella masalah rezeki ke depannya itu sudah ada yang mengatur, jadi yakin aja. Kalau soal pendidikan, suami tidak membatasi untuk studi justru mendorong untuk mengambil s2, bahkan sekarang suami mengingatkan tugas-tugas kuliah karena Bella suka menunda tugas kuliah dan mendahulukan pekerjaan rumah tangga (menikmati sebagai ibu). Kalau di kampus tidak bisa ikut banyak kegiatan karena ada tanggung jawab di rumah, tapi tidak apa-apa karena memang sudah kewajibannya dan tidak ada rasa menyesal sudah menikah di usia muda dan tidak iri dengan teman-teman yang bisa aktif di kampus. Intinya Bella menyadari dirinya punya tugas yang berbeda dari teman-temannya, yang penting kuliah (akademik) tetap jalan. Menurut Bella tidak ada patokan usia pasti untuk menikah, tetapi ketika sudah siap mental dan finansial. Kalau sudah siap (menikah) lebih baik disegerakan, jodoh itu mengalir saja setiap orang berbeda tapi
Menikah muda itu biasa saja, seperti kehidupan normal bedanya kamu selalu punya support system yang pasti ada di samping kamu dan sayang kamu. Keuntungannya menikah muda itu mengurangi tekanan dari banyaknya cerita pemuda pemudi tentang cinta yang dibangun di lahan yang rawan karena tidak segera diwujudkan. Mengenai dilema antara cita cita dan tanggung jawab setelah menikah itu tergantung cita-cita apa yang ingin diraih, bagi Wisa cita cita tidak perlu muluk-muluk, contohnya bermanfaat bagi orang lain yang dilakukan secara continue itu sudah sangat mulia. Tapi disisi lain Wisa juga tidak menyalahkan yang memiliki cita-cita tinggi karena manusia itu do what is right not
9
BELLA Mahasiswi S1 Politik Pemerintahan 2016, menikah satu minggu setelah PPSMB, dan sekarang sudah memiliki satu orang putra.
MUDAIN AJA #7
jangan terlalu santai juga karena, terutama perempuan memiliki batasan (reproduksi). Bagi sebagian pemuda, menikah di usia muda merupakan pilihan yang tepat atau bahkan dinantikan. Namun untuk sebagian lainnya, pendidikan dan karir dijadikan pilihan yang dianggap lebih rasional untuk mengisi usia muda sedangkan menikah menjadi prioritas ke sekian. Sama halnya dengan keputusan untuk menikah di usia muda, keputusan untuk tidak menikah di usia muda pun memiliki pertimbangan tersendiri. Membaca cerita dari dua orang yang memilih untuk tidak menikah di usia muda barangkali bisa membuat kita mengerti tentang pilihan-pilihan tersebut. NAMIRA ASMAR. Perempuan berusia 26 tahun, bekerja di bidang konsultan, dan sedang menempuh pendidikan S2. Menurut Namira, kesiapan untuk menikah bisa dilihat ketika seseorang sudah siap secara mental, psikologi, materi, dan dapat berkomitmen. Ia melihat bahwa pernikahan menempati posisi yang setara dengan karir serta pendidikan, bahkan sebisa mungkin dijalankan bersamaan. Kesepakatan tentang hal tersebut menurutnya penting untuk dibicarakan jika memiliki pasangan. Ia terutama menekankan pada pentingnya untuk memiliki pekerjaan bagi kedua belah pihak dalam sebuah hubungan. Memiliki karir baginya sangat penting agar dapat mandiri dan tidak bergantung secara finansial. Ia sendiri memiliki rencana untuk melangsungkan pernikahan setelah merampungkan studi magisternya. Ia pun memiliki pendapat tersendiri mengenai fenomena menikah muda. Ia berpendapat bahwa pernikahan membutuhkan kesiapan finansial, mental, juga komitmen. Ia melihat bahwa menikah di usia muda menjadi sangat riskan jika bertolak dari ketiga faktor tersebut. Apalagi jika pernikahan tersebut diputuskan karena pertimbangan emosi semata.
IKA SUSANTI Perempuan berusia 28 tahun yang menetap di Yogyakarta. Baginya, pernikahan tak lebih dari sekedar tanggungan kepada agama, anggota keluarga, dan masyarakat. Ia berpendapat bahwa banyak pasangan yang menikah bukan murni keputusan kedua belah pihak tapi juga dipengaruhi oleh ketiga tanggungan tersebut. Ketiganya memiliki nilai-nilai tentang pernikahan, yang menurut Ika, jika tidak dipenuhi pun akan mendapat hukuman, misalnya sindiran-sindiran. Ia mengungkapkan bahwa kesiapan untuk menikah tidak dapat dilihat dari satu sisi tapi harus dilihat sebagai kesiapan sebuah pasangan untuk melangsungkan sebuah pernikahan. Yang paling penting menurutnya adalah kesiapan secara finansial. Untuknya, pernikahan menempati posisi ketiga setelah pendidikan dan karir. Menanggapi fenomena menikah muda, ia berpendapat, “pemuda sebaiknya memahami bahwa keputusan untuk menikah seyogyanya berada di tangan mereka, selama mereka yakin mereka siap�.
MUDAIN AJA #7
10
An Education (2009) movie review
oleh: Rizaldi Bachri (Kontributor)
Tentunya masa muda lekat dengan yang namanya penyesalan. Begitulah adanya kaidah perjalanan manusia remaja menuju manusia dewasa. Dihadapkan pada pilihan hidup yang rumit, kurang lengkap rasanya jika proses tersebut tidak disertai dengan kesalahan-kesalahan dan penyesalan. An Education adalah sebuah film coming-of-age drama garapan sutradara Lone Scherfig, dengan skenario dari Nick Hornby yang mengadaptasi memoar karya Lynn Barber dengan judul serupa. Kisah ini sejatinya adalah pengalaman pribadi Barber. Berlatar belakang kehidupan kelas menengah suburban Inggris awal 1960-an —tepatnya di Twickenham, London tahun 1961— film ini menceritakan perempuan yang terjebak pada terbatasnya pilihan: menikah atau melanjutkan pendidikan. Diperankan oleh Carey Mulligan, Jenny —karakter Barber dalam film sekaligus tokoh utama—adalah gadis cerdas nan cantik; haus pengetahuan dan pengalaman baru serta menggilai segala yang berbau Prancis. Film ini mengangkat kisah perjalanannya saat mempersiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Oxford. Dilandasi keinginan orangtua, Jenny
didorong untuk selalu mengutamakan pendidikan. Ini berdasarkan harapan Jack (Alfred Molina) dan Marjorie (Cara Seymour)—orang tuanya—agar kelak Jenny mendapat kehidupan yang lebih baik. Suatu petang sepulang sekolah, hujan deras muncul kala Jenny tengah menunggu di sebuah halte bus. Seorang pria dengan mobil mentereng datang menyapa; menawarkan tumpangan. Lantaran kuyup dan melihat persona yang menarik, lantas Jenny meneriwa penawaran tersebut. Pria itu adalah David (Peter Sarsgaard), seorang flamboyan dan enigmatik dengan gaya santun bak gentlemen sejati; pribadi yang nampak ramah dan menyenangkan juga tajam pikiran. Pertemuan keduanya tak berhenti di sana. Kisah mereka berlanjut hingga hubungan keduanya menjadi semakin intim. Jenny menikmati kehidupan barunya dengan David yang ternyata menjalani gaya hidup yang jauh berbeda dengannya. Perjalanan dari satu restoran ke restoran lainnya, klub malam, konser musik klasik, hingga wisata ke Paris. Hal tersebut seakan mengobati dahaganya akan pengalaman baru. Hadirnya David sukses pula membius Jack dan Marjorie, sosoknya mencerminkan pria
MUDAIN AJA #7
12
mapan dan rupawan yang mana merupakan idaman bagi para orangtua. Terlena dengan hal itu, perlahan Jenny mulai meninggalkan dunia pendidikan yang selama ini dikejarnya. Dan lagi, kehadiran David yang mapan dirasa cukup untuk menghidupi sang anak seolah menjadi dalih bagi Jack dan Majorie untuk melepas tanggung jawab serta menutup mata pada apa yang tengah terjadi. Nyatanya, hal ini seolah menunjukkan ironi yang ada di dalam masyarakat hingga saat ini, yaitu perbedaan kelas yang secara tak langsung memperlihatkan dominasi kasta yang lebih tinggi. Tunduknya Jack dan
“… and I’m going to talk to people who now lots about lots.” –Jenny 13
Marjorie pada status sosial ekonomi David disandarkan pada harapan bahwa kelak putrinya dapat memiliki kehidupan yang lebih baik secara instan. Setelah menjalin hubungan yang kian serius dan hampir menikah, Jenny dan orangtuanya harus menelan pil pahit. David sesungguhnya adalah seorang sosiopat yang gemar bergonta-ganti pasangan dan telah memiliki keluarga. Kenyataan ini mengantar karakter Jenny pada dilema baru. Dirinya mulai mempertanyakan apa esensi pendidikan yang selama ini ia kejar hingga orang tua yang seolah hanya menjadi spektator dalam hubungannya bersama David.
Kutipan di samping akhirnya mewakili apa yang terjadi dalam film. Keingintahuan dan kenaifan seorang gadis remaja dalam melihat dunia. Mungkin pesan yang ingin disampaikan oleh film ini bertujuan sebagai pengingat bahwa tak ada yang instan dalam hidup. Tak layak pula rasanya jika harus menggantungkan impian dan harapan pada orang lain. Apalagi dengan menanggalkan usaha yang selama ini telah kita perjuangkan. Akhirnya, pilihan yang baik kadangkala tidak terwujud dalam bentuk yang menyenangakan, melainkan harus digapai dengan usaha yang luar biasa.
MUDAIN AJA #7
Rekomendasi
7 lagu yang perlu kamu dengarkan sebelum datang ke nikahan teman Oleh: Anas A.H. Di umur-umur sekarang, makin banyak orang-orang di sekitar kita yang menikah. Teman kuliah, teman kantor, teman SMA, teman TK, teman tapi mesra, dan teman-teman lainnya. Hampir tiap bulan ada aja yang ngirim undangan. Padahal, kemaren-kemaren rasanya mereka masih nongkrong-nongkrong bareng. eh, nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba saja menikah. Nah, buat kamu-kamu yang belum terbiasa dengan kondisi kaya gini, dengerin lagu-lagu di bawah ini deh biar bisa have fun dengan pernikahan teman!
Michael Giacchino – Married Life Lagu latar dari animasi Up (2006) ini bikin kamu inget lagi naik turun kisah cintanya Carl dan Elie di film itu. Sambil berdandan rapi dan siap-siap berangkat, bisa dong ikut berharap supaya harapan-harapan temanmu bisa tercapai dengan pasangannya. Ulululu~
Rick Astley – Never Gonna Give You Up Lagu fenomenal di akhir era 1980-an ini bercerita tentang janji setia seorang laki-laki pada perempuan yang dia sukai. Irama lagu yang asyik dan goyangan Rick di video klip yang lincah cocok banget buat dinyanyiin bareng-bareng dengan pasangan atau teman-teman lain saat mau berangkat ke nikahan. Sekalian berdoa semoga janji-janjinya si pasangan ini bisa terpenuhi dan hubungan mereka longlast. Muach!
I Gotta Feeling – Black Eyed Peas Sebenarnya lagu ini lebih cocok diputar pas mau pesta bujang sih. Tapi, lagu ini juga bisa kok diputar pas mau datang ke nikahannya, yaa sekalian jadi bercandaan buat menghadapi malam pertama. Hehe.
MUDAIN AJA #7
14
Malam Pertama - Rossa Ngomong-ngomong soal malam pertama, salah satu lagu underrated dari Rossa ini menceritakan kebimbangan seorang perempuan soal momen tersebut. Tapi, tenang saja. Lagu ini nggak bakal bikin kamu galau, malah bawaannya pengen berdansa ria. Plus, pesan dari lagu ini cocok banget buat mendoakan temanmu supaya bahagia tidak hanya di malam pertama, tapi juga malam kedua dan malam-malam selanjutnya.
The Beach Boys - Wouldn’t It Be Nice Lagu yang sudah terkenal sejak kita-kita belum lahir ini mengandaikan sebuah kehidupan bahagia yang dijalani sepasang kekasih. Ya, tidak heran karena tentu saja semua jadi lebih indah jika dibalut kebersamaan, miluv~
The Rembrants – I’ll Be There For You I’ll Be There For You adalah lagu tema dari serial F.R.I.E.N.D.S yang populer tahun 1990-an. Lagu ini bisa banget mewakili perasaanmu kalau-kalau kehidupan pasca-nikah temanmu yang nikah ini nggak berjalan lancar. Pokoknya, mau berhasil mau gagal, masih ada teman-teman yang akan tetap setia menghibur!
Iwan Fals - Ancur Ini dia lagu yang pas banget kalo kamu datang ke nikahan teman yang dulunya pacar. M e n a n g i s :(
Nah, kunci utama dari datang ke pernikahan teman itu adalah jangan minder dan jangan merasa tertekan. Apalagi kalau dapat pertanyaan “kamu kapan nyusul?”. Udahlah, dibawa tenang saja~ Ingat, setiap orang punya prioritas dan waktunya masing-masing. Lagian, mumpung masih single, manfaatkanlah waktu buat banyak beraktivitas dan punya quality time dengan diri sendiri. Cheers!
15
MUDAIN AJA #7
Sumber: Pina (2011) karya Wim Wenders
P e n u t u p
17
Bagi banyak orang menikah adalah domain penting yang harus dilalui untuk bertransisi menuju kedewasaan (adulthood). Seiring dengan perkembangan jaman pola-pola pernikahan pun mengalami pergeseran. Salah satu pergeseran yang paling nyata terlihat adalah banyaknya pemuda hari ini yang memutuskan untuk menunda usia pernikahan dibandingkan dengan generasi terdahulu. Kesempatan untuk menamatkan pendidikan yang lebih tinggi dan bekerja menjadi faktor pendorong mundurnya usia pernikahan pemuda. Selain itu, kesadaran bahwa pernikahan adalah sesuatu yang perlu dipersiapkan dengan matang dan membutuhkan kesiapan finansial, mental, juga komitmen oleh kedua belah pihak turut menjadi alas an pemuda menunda pernikahan. Meskipun kebanyakan pemuda memilih untuk menunda pernikahan, namun tak dapat dipungkiri bahwa menikah muda masih menjadi fenomena yang jamak ditemukan di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pernikahan dibagi ke dalam 4 kategori berdasarkan rentang usia, yakni usia 15 tahun ke bawah, usia 16-18 tahun, usia 19-24 tahun, dan usia 25-30 tahun. Sesuai UU Kepemudaan, pemuda adalah kelompok masyarakat berusia 16-30 tahun. Oleh karena itu, usia yang termasuk dalam kategori pernikahan muda adalah kategori pernikahan usia 16-18 tahun dan usia 19-24 tahun. Fenomena menikah muda menjadi sesuatu yang sarat dengan kontestasi wacana, ada yang mendukung, ada pula yang menentang. Bagi kelompok yang mendukung, pernikahan muda dianggap sebagai suatu hal yang positif bagi pemuda. Menikah muda dirasa menjadi pilihan yang tepat karena jalinan pernikahan dapat memberikan sebuah support system sehingga pemuda dapat menyeimbangkan pendidikan dan tanggungjawab berkeluarga. Selain itu, tak sedikit pula yang memandang pernikahan muda sebagai sarana terbaik untuk menjauhkan pemuda dari hal-hal yang dilarang agama. Narasi-narasi keagamaan inilah yang kerap kali digunakan dalam kampanye mendukung nikah muda di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir. Kampanye mendukung nikah muda menarik perhatian masyarakat lantaran masifnya pemberitaan di televisi maupun di media sosial online melalui berbagai tagar yang membuatnya viral. Sayangnya kerap kali kampanye yang menggunakan justifikasi nilai-nilai agama secara efektif
MUDAIN AJA #7
sumber: matterport.com
mengaburkan realitas-realitas tak terlalu indah dalam fenomena nikah muda yang kerap disuarakan oleh kelompok penolak nikah muda. Pemahaman agama yang absolut menjadikan agama sebagai alasan definitif bagi sebagian pemuda untuk menikah muda tanpa memikirkan potensi risiko yang dapat terjadi seperti: peningkatan kasus perceraian, kesejahteraan anak yang tidak diperhatikan, dan konsepsi gender yang kian maskulin. Selain itu gencarnya kampanye mendukung nikah muda juga turut mengaburkan realitas bahwa tak jarang pernikahan muda, khususnya pada kelompok pemuda usia 16-18 tahun dilatarbelakangi oleh budaya menikahkan anak korban kekerasan seksual dengan pelaku, budaya menikahkan anak untuk membayar utang keluarga, dan situasi lain yang menempatkan pemudi dalam posisi yang rentan. Selain itu secara medis organ reproduksi perempuan belum berkembang secara sempurna pada usia tersebut, sehingga dapat berdampak pada meningkatnya risiko kematian ibu dan janin. Menikah, sebagaimana telah diuraikan di awal, merupakan salah satu domain penting dalam transisi menuju kedewasaan. Praktek nikah muda yang tak mengabaikan berbagai potensi resiko seperti telah dipaparkan di atas dapat berdampak buruk dalam jangka panjang. Tanpa kesiapan fisik, psikis, sosial, dan ekonomi, pelaku nikah muda dapat mengalami proses transisi menuju kedewasaan yang prematur dan menjadi ancaman bagi terwujudnya generasi muda Indonesia yang aktif, kritis, produktif, dan terjamin haknya. Merespon situasi demikian, YouSure menyikapi dengan mengajukan beberapa rekomensasi yang bersifat langsung maupun struktural. Adapun rekomendasi yang bersifat langsung meliputi penetapan angka minimal menikah untuk perempuan yang sesuai dengan angka minimal orang dewasa, 18 tahun. Rekomendasi ini bertujuan untuk mempersulit terlaksananya pernikahan di kelompok usia 16-18 tahun. Penting pula untuk mengoptimalkan kinerja aktor-aktor terkait dalam memberikan edukasi terkait pernikahan kepada pemuda. Di sisi lain, rekomendasi yang bersifat struktural seperti pembangunan ekonomi yang merata dan akses pendidikan bagi semua kalangan masyarakat juga diperlukan. Produksi wacana tandingan terhadap praktik pernikahan dini melalui edukasi komprehensif menjadi salah satu hal vital untuk mengurangi angka praktik-praktik tersebut. Sampai Jumpa di edisi berikutnya!
MUDAIN AJA #7
18
19
Direktur Direktur Eksekutif Riset dan Publikasi Media Internal Affair
: M. Najib Azca Ph.D : Oki Rahadianto Sutopo Ph.D : Dr. Novi Kurnia Hakimul Ihwan Ph.D : Derajad Widhyharto M.Si Gilang Desti Parahita, M.A : Dewi Cahyani Puspitasari, M.A Eka Zuni Lusi Astuti, M.A
Divisi Riset: Dr. Novi Kurnia Dr. Suharko, M.Si Suci Lestari Yuana, M.A Fuji Riang Prastowo, M.A Divisi Publikasi, Event, dan Database: Budi Irawanto, Ph.D Eka Zuni Lusi Astuti, M.A Syaifa Tania, M,A Peneliti: Dr. Subando Agus Margono Dr. Arie Sujito, M.Si Dr. Hakimul Ikhwan Budi Irawanto, Ph.D Oki Rahadianto Sutopo, Ph.D Wenty Marina Minza, Ph.D Muhammad Nyarwi, M.Si Nurul Aini, M.A
STRUK TURKE PENGU RUSAN
Divisi Advokasi dan Jaringan Kepemudaan: Dr. Hempri Suyatna, M.Si Lisa Lindawati, M.A Dewi Cahyani Puspitasari, M.A
Dr. Dian Arymami Desintha Dwi Asriani, M.A Erlin Herlina, M.A Wisnu Martha, M.Si Wahyu K, M.A Nanang Indra K., M.A Dr. Ariefa Efianingrum Ayu Diasti, M.A
Peneliti Ahli: Ben White, M.A., Ph.D (Professor Emeritus, Institute of Social Studies, Den Haag) Merlyna Lim, M.A., Ph.D (Assistant professor, Arizona State University) Noorhaidi Hasan, M.A., Ph.D (Associate professor. UIN Sunan Kalijaga) Pamela Nilan, M.A., Ph.D (Associate professor The University of Newcastle) Pujo Semedi, M.A., Ph.D (Associate professor, Universitas Gadjah Mada) Project Officer dan Assiten Penelitian Staf Administrasi
: Muhammad Rosyid Budiman, S.Sos Karina Larasati Kusumawardhani, S.IP : Haniska Aminsari Putri, A.Md
20
MUDAIN AJA #7