Pendidikan di Era Pengetahuan : Mendidik melalui Bertanya

Page 1

PENDIDIKAN DI ERA PENGETAHUAN; MENDIDIK MELALUI BERTANYA.

Masyarakat era digital menjadi suatu keniscayaan yang perlu dihadapi pada zaman modern. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merambah semua aspek, termasuk aspek pendidikan. Bersamaan dengan kondisi tersebut muncul berbagai peluang dan tantangan khususnya bagi dunia pendidikan. Oleh karena itu untuk dapat menangkap peluang sekaligus menjawab tantangan masyarakat era digital, pendidikan harus betulbetul disesuaikan dengan kondisi masyarakat pada umumnya. Hal ini tentu harus memerhatikan pula pola belajar dan konsep pembelajaran masa kini, dan nanti Era informasi dan pengetahuan sudah menyatu dengan kondisi masyarakat saat ini. Kondisi demikian menyebabkan masyarakat semakin mudah dan memiliki peluang yang lebih besar dalam mengakses berbagai informasi, terlebih lagi salah satu manfaat dari teknologi informasi yang mampu memampatkan keterbatasan ruang dan waktu. Masyarakat semakin dimanjakan dengan adanya perkembangan teknologi yang begitu pesat karena semakin mudah dan cepat dalam mengakses teknologi terbaru, maka penyebaran informasi juga semakin cepat. Sebab itu, penting kiranya kita mempelajari dan mengantisipasi keadaan masyarakat masa depan ini beserta implikasinya terhadap pendidikan. Karena hanya dengan upaya pendidikan yang tepat diharapkan para peserta didik melek informasi pengetahuan. Selanjutnya, berbagai kecenderungan dan tantangan berkaitan dengan sains dan teknologi pada masyarakat era digital mengimplikasikan agar pendidikan mampu memberdayakan peserta didik sehingga mampu menyerap, mengembangkan dan mengaplikasikan sains dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan secara bijaksana.


Kondisi masyarakat terus berubah dengan cepat, keadaan masyarakat era digital memiliki karakteristik yang berbeda daripada keadaan masyarakat di era sebelumnya. Hal tersebut memberikan implikasi secara langsung terhadap proses belajar mengajar. Maka dari itu, pendidikan hendaknya mampu beradaptasi sesuai dengan peluang dan tantangan yang ada agar terciptanya keseragaman antara tujuan pendidikan dengan tuntutan zaman. Sekolah-kampus sebagai lembaga pendidikan formal sering kurang mampu mengikuti dan menanggapi arus perubahan cepat yang terjadi di masyarakat. Era informasi dan penegtahuan yang ditandai dengan fleksibilitas tinggi serta persaingan secara fair, diperlukan adanya individu-individu yang kritis, kreatif, produktif, bertanggung jawab, serta mampu berkolaborasi dengan individu-individu atau kelompok-kelompok lain. Lembaga pendidikan sekarang dan yang akan datang mestinya tanggap terhadap kondisi tersebut, dan dapat mempersiapkan pribadi-pribadi yang mampu menghadapi era pengetahuan. Peserta didik perlu dibekali dengan pengetahuan, ketrampilan dan sikap, serta sistem nilai dengan baik. Diharapkan generasi mendatang mampu memperoleh, menguasai, mengolah dan mengembangkan informasi secara cepat, sehingga terbentuk kebiasaan berpikir kritis, kreatif dan produktif. Dunia pendidikan tidak dapat membiarkan begitu saja perubahan kondisi masyarakat yang semakin cepat. Derasnya arus informasi dan pengetahuan, serta kesadaran ekologis menjadi isu-isu penting di era pengetahuan sekarang ini. Tuntutan demikian perlu diperhatikan dan direspon oleh dunia pendidikan untuk kemudian dikembangkan berbagai program pendidikan dan pembelajaran baik yang dilaksanakan di sekolah-kampus maupun di luar sekolah-kampus. Bentuk-bentuk kegiatan belajar dan pembelajaran perlu diupayakan dengan baik dan efektif agar peserta didik memiliki kemampuan untuk mengekspresikan diri serta menjalin keterbukaan, dialog, dan kritis terhadap permasalahn yang ada. Masyarakat global juga ditandai dengan terbentuknya struktur masyarakat modern industrial yang disebabkan oleh dinamika perubahan masyarakat yang semakin cepat karena kemajuan sains dan teknologi. Kondisi yang selalu berubah dan berkembang menuntut individu untuk terus-menerus belajar jika tidak ingin ketinggalan. Pengetahuan Jika menyimak realitas pendidikan sekarang ini, ada hal yang sudah menjadi kebiasaan pada peserta didik kita, apa yang dikatakan dan yang diajarkan oleh guru atau dosenya dianggap sudah yang paling baik dan sempurna. Tak dipikirkan apa ada kemungkinan lain yang yang lebih cerdas. Cara peserta didik belajar berdasar pada hasil dari metode pengajaran yang didapatkannya di sekolah ataupun di kampus. Namun, ada cara lain mendidik, bukan dengan perintah, pemaksaan ataupun doktin yang bersifat kaku, tetapi menggunakan cara bertanya. Melalui pertanyaan, pendidik menggiring dan merancang kerangka pembelajaran. Kemudian, melalui pertanyaan, pendidik memicu diskursus dan merawat budaya bernalar menuju pemahaman yang mendalam. Kecakapan mendidik melalui bertanya ini yang merupakan bekal utama pendidik di era informasi dan pengetahuan. Bukankah justru lebih cerdas jika peserta didik kita menemukan sendiri cara menyelesaikan tugas pelajaran yang diberikan. Bukankah peserta didik kita akan jauh lebih memahami sekaligus ingat pelajaran yang diberikan jika menemukan atau membangunnya sendiri? Pengetahuan ilmiah bukanlah benda mati. Pengetahuan perlu dikembangkan terus. Yang ada belum tentu yang terbaik. Tidak semua pertanyaan dapat digunakan untuk mengajar. Pertanyaan untuk menguji kemampuan sangat berbeda dengan pertanyaan untuk mendidik. Pertanyaan yang baik dalam mendidik mempunyai beberapa ciri. Mendidik Melalui Bertanya Page 2


Pertanyaan baik akan menyadarkan bahwa masih ada miskonsepsi atau kekeliruan konsep yang kita percayai. Keadaan saat manusia menyadari miskonsepsi sekaligus meragukan pengetahuan sebelumnya tersebut sebagai disequilibrium atau ketaksetimbangan. Dari ketaksetimbangan ini sesungguhnya belajar baru dapat efektif dan bermakna. Pada situasi tak setimbang ini, benak dan diri manusia akan haus sekaligus siap untuk membangun pemahaman baru. Dan, selanjutnya akan dapat dicapai taraf kesetimbangan pemahaman yang jauh lebih kokoh. Ciri seorang benarbenar paham sebuah konsep jika orang tersebut sudah menjelajah dan menyadari berbagai miskonsepsi yang mungkin terjadi? Mungkin manusia cenderung lebih meyakini pengetahuan yang pertama diserap, ketimbang menerima pengetahuan baru, apalagi yang acap berbeda atau bahkan bertolak-belakang dengan pengetahuan yang diyakini sebelumnya. Dan, agar unlearning ini berhasil perlu dibuat keadaan tak setimbang yang dipicu pertanyaan. Oleh karenanya, pendidik perlu memberlatihkan kecakapan bertanya. Senjata dahsyat pendidik di masa kini hanyalah bertanya dan mendengar. Keahlian berceramah dan memerintah menjadi tak begitu utama lagi. Ceramah sudah tak menarik lagi bagi generasi digital. Peran pertanyaan bukan saja untuk menggiring pembangunan pemahaman, tetapi juga untuk mengoreksi peserta didik yang mungkin keliru memahami sesuatu. Pendidik yang baik harus cakap merancang dan mengajukan rangkaian pertanyaan, agar peserta didiknya menyadari bahwa dirinya keliru. Bukan dari mulut pengajar yang menyatakan peserta didiknya keliru. Misalnya, jika peserta didik kita (baca:pelajar, mahasiswa) berpendapat bahwa rupiah anjlok karena maraknya korupsi? Tentunya intuisi kita berpendapat hal ini tak benar. Justru di sini seni mengajar tersebut. Memanfaatkan pertanyaan untuk menuntun peserta didik menemukan pemahaman. Sudah tidak jaman lagi seorang pendidik Mengatakan, “Kamu salah!” pada peserta didiknya. Walaupun pendidik (baca:guru, dosen) harus mengoreksi, tetapi sdh tdk seharusnya menggunakan cara tersebut. Salah satu alternatif pendekatan untuk mengoreksi peserta didik yang salah tadi, misalnya menggiring dengan pertanyaan: “rupiah anjlok karena maraknya korupsi?” Lalu, dapat dilanjutkan dengan pertanyaan susulan, “jika korupsi jumlahnya sekian, seberapa pengaruhnya terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar?” Dari situ, peserta didik akan menyadari kekeliruannya sendiri dan peserta didik menjadi memahami konsep yang lebih mendalam lagi. Kecakapan peserta didik kita di kehidupan nyata nanti untuk menyadari dan mengakui kekeliruan demi menuju pemahaman yang lebih baik merupakan bekal pokok mereka dalam menjawab setiap permasalahan yang mereka hadapi. Agar tercapai kesadaran itu, jika peserta didik menjawab benar, penidik perlu bertanya lagi, “Dari mana kamu dapat itu?” atau “Mengapa kamu yakin benar?” Sedang peserta didik sendiri sebelum mengungkapkan jawabnya ke orang lain perlu bertanya ke diri sendiri terlebih dahulu, “Apakah jawaban ini masuk akal?” atau “Adakah cara lain untuk menemukan jawabnya?” Kebiasaan bertanya ke diri sendiri dan orang lain harus menjadi norma setiap warga di kelas. Jika peserta didik menjawab benar, juga tak perlu memuji, apalagi dengan cara berlebihan, seperti: “Hebat!” atau “Luar biasa!” Menurut Teori Otak, idealnya memuji itu karena kepuasan, dan memuji paling mendasar dan berkesan justru yang dihasilkan diri sendiri. Peserta didik sendiri yang harus merasa puas dengan jawabannya. Mendidik Melalui Bertanya Page 3


Jika Peserta didik sendiri yang meyakini bahwa jawabnya benar, karena berdasar nalarnya, ini akan memberi kepuasan tak ternilai bagi Peserta didik. Perasaan berguna, bernilai, dan berdaya dapat tumbuh pada Peserta didik di situasi seperti ini. Kepuasan menemukan jawab benar itu sudah merupakan kenikmatan tak ternilai, tak perlu dicemari oleh pujian eksternal atau artifisial dari kita, apalagi yang berlebihan dan tak sesuai kenyataan. Ucapan kata “Terima kasih sudah mencoba menjawab,� sudahlah lebih dari cukup. Fungsi pertanyaan dalam pembelajaran untuk melibatkan Peserta didik terlibat lebih jauh dalam proses belajar tersebut. Bukan menjauhkan mereka dengan kata ucapan yang menghakimi. Pertanyaan bukan untuk menentukan Peserta didik kita pandai atau bodoh. Maka, jika seorang Peserta didik sudah menjawab pertanyaan kita, itu sudah berhasil karena Peserta didik tersebut sudah terlibat. Khususnya, jika reluctant learner atau Peserta didik yang biasanya enggan aktif belajar tetapi telah mencoba menjawab, maka itu sudah keberhasilan pendidik. Berterima kasihlah pada Peserta didik tersebut. Bukan menghakimi jawabnya. Memperbaiki pemahamannya ada kesempatan lain. Dengan memanfaatkan rangkaian pertanyaan, pendidik (baca:guru,dosen) dapat menggiring proses pembelajaran dan Peserta didik menjadi subjek dalam keutuhan proses sosial belajar-mengajar tersebut. Sekarang sudah tak begitu populer pendidik mendominasi dengan berceramah. Cukup bertanya, mendengar, dengan tetap menunjukkan kepedulian, itulah mendidik generasi digital di era pengetahuan. Pendidikan keren dengan kecakapan dan sikap bersahaja seperti itu yang sesuai untuk merawat generasi digital penghuni dunia tanpa batas di masa depan.

Mendidik Melalui Bertanya Page 4


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.