Panduan & Pembelajaran Jambore Pengurangan Risiko Bencana
Panduan & Pembelajaran Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana Di Sumatera Barat
Diterbitkan atas dukungan
Cover Jambore.indd 1
20/06/2015 13:36:08
Panduan & Pembelajaran Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana Di Sumatera Barat
Judul : Panduan & pembelajaran Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat Penulis
: Uslaini & Meldiana
Kontributor
:
Harmis (BPBD Provinsi Sumatera Barat) Dedi Henidal (BPBD Kota Padang Dirmayanto (BPBD Kota Pariaman) Zulfikar (BPBD Kabupaten Pasaman) Benny (BPBD Kabupaten Tanah Datar) Syafridal (BPBD Kabupaten Solok) Niko Rinaldi (Jemari Sakato) Antoni Katika (PMI Daerah Sumatera Barat) Hidayatul Irwan (PMI Daerah Sumatera Barat) Nofitri Yardi (PMI Cabang Kota Padang) Roni Efendi (Tagana Kota Pariaman)
Editor & Lay Out : Iswanto
Sambutan
K
elompok Siaga Bencana (KSB) menjadi bagian penting dalam upaya pengurangan risiko bencana, mengingat keduduk an KSB yang memang berada di tengah-tengah masyarakat. BPBD Provinsi Sumatera Barat bersama dengan BPBD kabupaten dan kota semakin giat mengembangkan kemampuan dan kapasitas KSB. Hal ini di dasari pada kenyataan, bahwa bencana tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, tetapi menjadi tanggungjawab bersama.
Peran masyarakat, dalam hal ini KSB dan masyarakat lainnya, tentulah patut mendapatkan apresiasi dan penghargaan. Melalui jambore kelompok siaga bencana yang telah diselenggarakan oleh BPBD Propinsi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan yang pertama menjadi awal baik bagi keberlanjutan dan juga peningkatan kapasitas KSB. Jambore KSB telah menjadi agenda tahunan BPBD Provinsi, sehingga mendorong BPBD kota dan kabupaten untuk melakukan hal yang sama. Bukan hanya sharing kemampuan dan kapsitas antara KSB di 19 kabupaten dan kota, tetapi juga menjadi ajang uji kemampuan melalui aneka lomba yang dilakukan. Tropy bergilir dari Gubernur sebagai bukti keseriusan pemerintah dalam memberikan penghargaan dan apresiasi selain hadiah penghargaan lainnya. Proses jambore KSB yang pertama kali diadakan ini menjadi pembelajaran berharga, dan buku panduan jambore KSB menjadi pelengkap untuk proses pelaksanaan jambore ke depannya. Semakin banyak masyarakat yang paham terhadap bencana, maka akan mampu mengurangi dampak dan kerugian ketika terjadi bencana. Salam Tangguh, Plt. Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Sumatera Barat Ir. ZULFIATNO, M.Sc NIP : 19591015 198203 1 001
Sambutan
B
enc ana tak pernah memilih waktu dan siapa orangnya, posisi, jabatan kedudukan, agama maupun jenis kelamin. Dengan kondisi seperti itu hak bagi semua orang untuk memahami arti pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Pascatsunami Aceh 2004, tingkat kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap bencana semakin meningkat. Hal ini dipengaruhi karena tayangan media, dampak yang dirasakan ketika ada bencana, serta semakin banyaknya lembaga maupun perhatian pemerintah terhadap arti pentingnya kesiapsiagaan. Telah banyak terbentuk organisasi di masyarakat yang peduli bencana, baik relawan, Tim PB, KSB, Sibat, dan masih banyak lagi bagaimana potensi relawan dan kelompok siaga bencana ini bisa dimaksimalkan kemampuannya serta dilengkapi dengan alat dan perlengkapan standar. CDSP—AIFDR bekerjasama dengan BPBD Provinsi mendorong kota dan kabupaten untuk melakukan pembinaan dan pendampingan KSB, kemudian hasilnya akan di ujikan dalam jambore KSB. Buku panduan pelaksanaan jambore KSB bisa menjadi referensi bagi pelaksanaan jambore berikutnya bagaimana persiapan, pengorganisasian, aneka lomba dan penilaian sampai dengan peningkatan kapasitas dan materi-materi pendukung bagi KSB ke depannya. Tentulah ini semua masih akan terus berkembang sesuai dengan kondisi dan situasi kekinian yang ada, tetapi pada prinsipnya bagaimana KSB yang telah ada terorganoisir dan memiliki persamaan kemampuan maupun skill, terbentuk jejaring sekaligus sebagai agen kebencanaan di wilayahnya masing-masing. Dengan kesiapsiagaan bencana dapat dihindari, semangat berbagi. Salam Tangguh, Wawan Budianto Koordinator CDSP Sumatera Barat
Daftar isi SAMBUTAN KEPALA PELAKSANA BPBD SUMATERA BARAT SAMBUTAN KOORDINATOR CDSP—AIFDR SUMATERA BARAT DAFTAR ISI DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN Bagian I : PENGANTAR 1.1 Pengantar : Indonesia Rawan Bencana 1.2 Peran Serta Masyarakat Dalam Penanggulangan Bencana
1 2 3
Bagian II : TEKNIS PELAKSANAAN JAMBORE PENGURANGAN RISIKO BENCANA 2.1 Latar Belakang 2.2 Tujuan 2.3 Hasil yang diharapkan 2.4 Tema Kegiatan 2.5 Peserta 2.6 Fasilitas Untuk Peserta 2.7 Perlengkapan Yang Harus Dipersiapkan dan dibawa Peserta 2.7.1. Perlengkapan Tim 2.7.2. Perlengkapan Pribadi 2.8 Panitia Pelaksanaan Kegiatan 2.9 Juri dan Fasilitator Kegiatan 2.10 Waktu Pelaksanaan Kegiatan 2.11 Tempat Pelaksanaan Kegiatan 2.12 Anggaran Dana
7 8 9 9 11 11 14 14 14 17 17 19 19 21 22
Bagian III : BENTUK KEGIATAN JAMBORE PENGURANGAN RISIKO BENCANA 3.1 Persiapan Kegiatan 3.2 Pelaksanaan Kegiatan 3.2.1 Registrasi dan Pendirian Tenda Peserta 3.2.2 Upacara Pembukaan 3.2.3 Kegiatan Peningkatan Kapasitas 3.2.4 Kegiatan Kompetisi/Perlombaan 3.2.5 Upacara Penutupan dan Registrasi Akhir 3.3 Evaluasi dan Pelaporan
25 26 27 28 30 32 37 49 52
Bagian IV : PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI
55
LAMPIRAN
57
Daftar istilah
Ancaman bencana
: Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana
Bantuan darurat bencana : Upaya memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat. Bencana
: Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana alam
: Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor.
Bencana nonalam
: Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Bencana social
: Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Gender
: Sekumpulan ciri-ciri khas yang dikaitkan dengan jenis kelamin seseorang dan diarahkan pada peran sosial atau identitasnya dalam masyarakat.
Jambore
: Pertemuan besar
Kesiapsiagaan
: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Korban bencana
: Orang atau sekelompok orang yang meninggal dunia akibat bencana.
menderita atau
Komunitas
: Sebuah kelompok sosial dimana individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain yang serupa.
Mitigasi
: Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Nagari
: Pembagian wilayah administrasi dibawah Kecamatan di Sumatera Barat, menggantikan istilah desa atau kelurahan.
Pencegahan bencana : Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana. Peringatan dini
: Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
Pemulihan
: Serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.
Pengungsi
: Orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana.
Rawan bencana
: Kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
Rehabilitasi
: Perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
Rekonstruksi
: Pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
Relawan
: Seseorang yang secara suka rela menyumbangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk kepentingan masyarakat.
Risiko bencana
: Potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
Simulasi
: Metode latihan yang memperagakan atau meniru kondisi yang mirip dengan kondisi aslinya.
Status darurat bencana : Suatu keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana. Tanggap darurat bencana : Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Daftar singkatan AIFDR
: Australia Indonesia Facility For Disaster Reduction
APBD
: Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
BNPB
: Badan Nasional Penanggulangan Bencana
BPBD
: Badan Penanggulangan Bencana Daerah
DPPA
: Dokumen Pelaksana Perubahan Anggaran
DLL
: Dan Lain Lain
DU
: Dapur Umum
KABID
: Kepala Bidang
KALAKSA
: Kepala Pelaksana
KASI
: Kepala Seksi
KSB
: Kelompok Siaga Bencana
LSM
: Lembaga Swadaya Masyarakat
MCK
: Mandi Cuci Kakus
PMI
: Palang Merah Indonesia
PRB
: Pengurangan Risiko Bencana
PUSDALOPS
: Pusat Pengendali Operasi
SIBAD
: Siaga Bencana Darurat
SK
: Surat Keputusan
SKPD
: Satuan Kerja Pegawai Daerah
TAGANA
: Taruna Siaga Bencana
UU
: Undang - Undang
PANDUAN & PEMBELAJARAN
Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
1
BAB I
Pengantar
BAB I
PENGANTAR
Pengantar
2
sumber: google
Wilayah Negara Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis 1.1. Indonesia Rawan Bencana Indonesia merupakan wilayah yang sangat rawan bencana, tidak ada satupun wilayah di negara ini yang bebas dari ancaman bencana. Data kejadian bencana menunjukan beberapa ancaman bencana yang sering terjadi di Indonesia, yaitu gempa bumi, tsunami, tanah longsor atau gerakan tanah, banjir, kekeringan dan letusan gunung api. Beberapa daerah mempunyai potensi tinggi terhadap ancaman bencana. Potensi ancaman gempa bumi terdapat di 22 provinsi dengan 184 kabupaten/kota. Untuk potensi ancaman tsunami terdapat pada 16 provinsi dengan 60 kabupaten/ kota. Ancaman bencana letusan gunung api dapat terjadi di 17 provinsi dengan 79 kabupaten/kota. Ancaman bencana kekeringan dapat melanda 24 provinsi dengan 152 kabupaten/kota. Untuk ancaman bencana banjir berpotensi tinggi hampir disemua wilayah Indonesia melingkupi 30 provinsi dengan 174 kabupaten/kota,
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
sedangkan ancaman tanah longsor atau gerakan tanah dapat terjadi di 24 provinsi dengan 154 kabupaten/kota. Selain ancaman bencana berpotensi tinggi ini, Indonesia juga memiliki ancaman bencana kebakaran hutan dan lahan yang mengakibatkan terjadinya kabut asap hampir setiap tahun di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Ancaman angin puting beliung, badai, abrasi pantai, kebakaran rumah atau bangunan, kegagalan teknologi dan konflik sosial juga sering terjadi dibeberapa wilayah di Indonesia.
Untuk memastikan pelaksanaan penanggulangan bencana berjalan sesuai dengan perintah undang-undang, maka dibentuk lembaga khusus penanggulangan bencana. Ditinggkat Pemerintah Pusat dibentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ditingkat kabupaten/kota dan provinsi dibentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Lembaga khusus ini bertanggung jawab untuk penyelenggaraan setiap tahapan penanggulangan bencana meliputi prabencana, saat bencana (tanggap darurat) dan pascabencana. Ditingkat pusat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mempunyai fungsi dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan efisien. Di samping itu lembaga ini juga berfungsi untuk melakukan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh. Ditingkat daerah dibentuk unsur pelaksana penanggulangan bencana daerah yang memiliki fungsi koordinasi, komando dan pelaksana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di wilayahnya. 1.2. Peran Serta Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana Tingginya tingkat ancaman bencana dan banyaknya masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana, maka perlu adanya upaya peningkatan kapasitas dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana. Hal ini menjadi penting untuk disadari oleh masyarakat karena bencana alam bisa terjadi kapan saja dan tidak dapat diprediksi, seperti gempa dan tsunami. Kondisi demikian sering mengejutkan masyarakat saat
PENGANTAR
Upaya penanggulangan bencana di Indonesia merupakan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah sebagai penyelenggara penanggulangan bencana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Namun melihat tinggi dan luasnya potensi ancaman bencana yang mungkin terjadi di Indonesia, membuat urusan penanggulangan bencana dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat menjadi tanggung jawab semua pihak di negara ini.
3
bencana tiba-tiba terjadi, sehingga masyarakat sering kali tidak siap ketika bencana terjadi. Kondisi ketidaksiapan masyarakat ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan, pemahaman dan kapasitas masyarakat untuk siap dalam menghadapi bencana.
PENGANTAR
Untuk menurunkan tingkat risiko pada saat terjadinya bencana, melindungi masyarakat dari kerugian yang besar, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk pengurangan risiko bencana (PRB) berbasis komunitas, pembentukan system penanggulangan bencana di tingkat masyarakat, serta melakukan upaya pembangunan fasilitasfasilitas yang tahan terhadap bencana sesuai dengan kearifan lokal setempat. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam menanggulangi risiko bencana penting dilakukan, di antaranya dengan melakukan pelatihan penanggulangan bencana atau dengan simulasi-simulasi yang dapat meningkatkan pemahaman masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana.
4
Masyarakat yang berada dekat dengan ancaman bencana harus memiliki pengetahuan tentang ancaman bencana, tingkat risiko dan dampak bencana yang mungkin terjadi di wilayahnya. Masyarakat perlu menyiapkan diri secara pribadi, keluarga dan komunitas untuk bersiap menghadapi ancaman bencana. Masyarakat yang memiliki pengetahuan dan rencana dalam menghadapi ancaman bencana sangat membantu dalam mengurangi tingkat risiko dan kerugian yang timbul akibat bencana. Untuk membangun kekuatan komunitas dalam menghadapi ancaman bencana, penting adanya Kelompok Siaga Bencana (KSB) pada tiap desa atau wilayah terkecil yang memiliki ancaman bencana. Kelompok Siaga Bencana Memiliki peran besar dalam meningkatkan kapasitas masyarakat pada masa prabencana, memberi peringatan dini saat ancaman bencana datang, memberikan pertolongan awal pada korban sebelum bantuan datang dari pemerintah atau pihak luar dan membantu untuk memulihkan kondisi masyarakat dan lingkungan pascabencana. Di Indonesia Kelompok Siaga Bencana memiliki banyak sebutan. Hal ini terjadi karena banyak sekali lembaga baik pemerintah, LSM atau swasta yang memiliki kepedulian dalam membangun kapasitas masyarakat untuk lebih siaga terhadap bencana. Misalnya, Taruna Siaga Bencana (Tagana) bentukan Dinas Sosial, Kelompok Siaga Bencana Darurat (SIBAD) yang dibentuk oleh PMI, Kelompok atau Komite Siaga Bencana (KSB) yang difasilitasi oleh LSM, dan lain-lain. Namun apapun sebutannya ataupun lembaga yang membentuknya, tujuannya tetap sama yaitu membangun dan meningkatkan kapasitas masyarakat untuk mengurangi tingkat risiko bencana yang diakibatkan dari kejadian bencana di wilayahnya.
PENGANTAR
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
5
PANDUAN & PEMBELAJARAN
Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
7
BAB II
Teknis Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
Teknis Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
BAB ii
8
Teknis Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
Ajang silaturahmi, berlatih dan menumbuhkembangkan semangat kerelawanan anggota kelompok siaga bencana dalam upaya pengurangan risiko bencana di Sumatera Barat. 2.1. Latar Belakang Kelompok Siaga Bencana (KSB) merupakan ujung tombak upaya pengurangan risiko bencana ditingkat desa atau nagari. Kelompok yang beranggotakan orang-orang pilihan yang memiliki semangat kerelawanan tinggi serta memiliki kemampuan untuk memberikan pertolongan bagi anggota komunitasnya saat terjadi bencana. Keberadaan KSB sangat penting dalam membantu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam menjalankan tugasnya sebagai penyelenggara penanggulangan bencana yang dimandatkan oleh negara melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Di Indonesia saat ini telah terbentuk berbagai model Kelompok Siaga Bencana (KSB). Melihat tumbuh dan berkembangnya KSB, tentu sangat membantu dan mendukung program-program terkait pengurangan risiko bencana disetiap daerah. Kesadaran akan pentingnya kesiapsiagaan harus lahir ditingkat masyarakat dan didukung penuh oleh pemerintah. Dalam hal ini tentunya BPBD sebagai leading sektor dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah. Setelah terbentuk sangat diperlukan penguatan kapasitas bagi anggota KSB tersebut. Sebab memang disadari, pembentukan KSB yang diinisiasi oleh banyak pihak, baik LSM, PMI, BPBD dan SKPD lainnya. Melihat kondisi tersebut perlu adanya pendampingan dan penguatan ke depannya potensi KSB menjadi relawan penanggulangan bencana yang harus memiliki keahlian yang memadahi serta manajemen pengurangan risko bencana maupun praktek dan kemampuan lapangan dalam kegiatan penanggulangan bencana baik prabencana, saat bencana (tanggap darurat) dan pascabencana. Diyakini, peningkatan kapasitas tentang pengetahuan kebencanaan dan pengurangan resiko bencana serta membangun jaringan dan kerjasama antar KSB dan para pihak
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
Jambore pengurangan risiko bencana bagi Kelompok Siaga Bencana bukan hanya ajang untuk silaturahmi bagi anggota KSB, tapi juga wadah untuk berlatih bersama meningkatkan kapasitas dan berbagi pengalaman serta ajang uji kemampuan melalui beberapa perlombaan bagi peserta. 2.2. Tujuan 1. Peningkatan kapasitas kelembagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tingkat provinsi dan kabupaten/kota, serta pembinaan kemampuan relawan atau anggota Kelompok Siaga Bencana dalam upaya pengurangan risiko bencana. 2. Melakukan kegiatan peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan berbagi pengetahuan serta pengalaman sesama relawan atau anggota Kelompok Siaga Bencana dibimbing oleh fasilitator. 3. Salah satu wadah uji kemampuan Kelompok Siaga Bencana melalui berbagai perlombaan seperti Bongkar Pasang Tenda, Pertolongan Pertama, Dapur Umum serta uji pengetahuan umum terkait bencana baik prabencana, saat tanggap darurat dan pascabencana. 4. Memperkenalkan keberadaan Kelompok siaga bencana desa/kelurahan/nagari sebagai pusat informasi dan relawan terkait persoalan-persoalan kebencanaan dengan para pihak. 5. Membangun jaringan informasi dan kerja sama antar semua kelompok siaga ditingkat provinsi atau kabupaten/kota serta para pihak terkait penanggulangan bencana. 2.3. Hasil yang Diharapkan 1. BPBD kabupaten/kota dapat menumbuhkembangan relawan Kelompok Siaga Bencana dan mengagendakan kegiatan tahunan jambore dan pembinaan tahunan di wilayahnya. 2. KSB memiliki peningkatan kapasitas dalam pengetahuan pasang bongkar tenda, pertolongan pertama gawat darurat, dapur umum serta pengetahuan umum terkait bencana baik prabencana, saat tanggap darurat dan pascabencana.
Teknis Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
dalam menyiapkan masyarakat menghadapi bencana dapat diwujudkan dalam bentuk Jambore Pengurangan Risiko Bencana bagi Kelompok Siaga Bencana.
9
Teknis Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana 10
�Kegiatan ini dilakukan sebagai pemicu bagi BPBD Kota dan Kabupaten agar dapat membentuk KSB di Kota dan Kabupaten tersebut. Ada 20 keterampilan yang harus dimiliki oleh relawan Pengurangan Risiko Bencana dan anggota KSB yang terdapat dalam pedoman kesiapsiagaan dan beberapa diantaranya sudah kita lakukan peningkatan kapasitas di acara jambore ini. Dikarenakan kegiatan ini baru pertama kali dilakukan, semoga banyak pembelajaran yang dapat kita ambil untuk kegiatan selanjutnya�. Harmis (Panitia/Kasi Kesiapsiagaan BPBD Provinsi Sumatera Barat)
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
4. Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan teknis Kelompok Siaga Bencana dalam penanggulangan bencana. 5. Terbangunnya jaringan informasi dan kerjasama antar Kelompok Siaga Bencana dengan para pihak yang berkaitan kebencanaan di Sumatera Barat. 6. Adanya komitmen bersama untuk membangun kesadaran masyarakat terhadap bencana dan memperkuat peran dan kemampuan Kelompok Siaga Bencana yang berada di masing-masing nagari/desa/kelurahan. 2.4 Tema Kegiatan Dalam pelaksanaan jambore pengurangan risiko bencana penting untuk menentukan tema kegiatan. Tema kegiatan merupakan gambaran dari tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan. Berikut adalah contoh tema Jambore Pengurangan Risiko Bencana yang dilaksanakan oleh Provinsi Sumatera Barat saat pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana pertama tahun 2014 di Kota Pariaman. �Kurangi Risiko Bencana dengan Peningkatan Kesiapsiagaan Masyarakat�.
Teknis Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
3. Masing-masing Kelompok Siaga Bencana memperlihatkan kemampuannya dalam upaya penanggulangan bencana dalam pemadaman kebakaran, bongkar pasang tenda, pertolongan pertama gawat darurat dan dapur umum.
11
Tema kegiatan dapat dituliskan dan dipajang dalam semua spanduk kegiatan yang bertujuan meningkatkan semangat peserta dan informasi bagi masyarakat yang mengikuti kegiatan. Berikut beberapa spanduk yang dipasang saat kegiatan Jambore Pengurangan Risiko Bencana tahun 2014 di Kota Pariaman. 2.5. Peserta Jambore Pengurangan Risiko Bencana diikuti oleh relawan/anggota KSB perÂwakilan 19 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat dengan kriteria: 1. Peserta merupakan perwakilan relawan atau anggota dari KSB, Sibad, Tagana dan potensi relawan lainnya yang ada di kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat dan bukan pegawai BPBD atau anggota Pusdalops. 2. Jumlah anggota kontingen dari masing masing kabupaten/kota adalah 15 orang dengan rincian sebagai berikut; a. Jumlah peserta 13 orang dan merupakan relawan atau anggota KSB, Sibad dan Tagana dengan memperhatikan keterwakilan gender (minimal jumlah peserta wanita 3 orang per tim).
Teknis Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana 12
�Dalam pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Pertama yang diadakan oleh BPBD Provinsi Sumatera Barat bersama dengan BPBD Kota Pariaman ini, ada 17 Kabupaten Kota yang mengirimkan utusan dari 19 Kabupaten Kota yang ada di Sumatera Barat . Kabupaten yang tidak berkesempatan hadir pada kegiatan ini adalah Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Kepulauan Mentawai, mungkin terkendala persiapan karena rentang waktu undangan diterima oleh BPBD dengan jadwal kegiatan cukup pendek�. Dirmayanto (Panitia/BPBD Kota Pariaman)
Teknis Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
13
b. Jumlah pendamping peserta sebanyak 2 orang dari BPBD Kabupaten/Kota.
Teknis Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
2.6. Fasilitas untuk Peserta
14
Selama proses pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana, panitia dapat menyediakan atau memberikan fasilitas bagi peserta sebagai berikut : 1. Atribut atau tanda pengenal peserta 2. Makanan dan minuman selama kegiatan 3. Uang transportasi untuk peserta 4. Hadiah Fasilitas ini disediakan tergantung pada anggaran yang tersedia untuk pelaksanaan kegiatan Jambore Pengurangan Risiko Bencana. 2.7. Perlengkapan yang Harus Dipersiapkan dan Dibawa Peserta Untuk mengikuti kegiatan ini, maka wakil dari BPBD kabupaten/kota harus mempersiapkan beberapa perlengkapan, baik perlengkapan tim maupun perlengkapan pribadi, di antaranya : 2.7.1. Perlengkapan Tim Perlengkapan tim merupakan semua perlengkapan yang dibutuhkan untuk kenyaman dan penunjang aktifitas semua anggota tim selama mengikuti Jambore Pengurangan Risiko Bencana. Perlengkapan ini tidak disediakan oleh panitia kegiatan. Berikut perlengkapan tim yang wajib dibawa oleh peserta: 1. Tenda keluarga sebanyak 2 unit untuk peserta menginap selama kegiatan berlangsung yang cukup untuk 15 personil dengan mempertimbangkan anggota tim wanita dan laki-laki. 2. Perlengkapan memasak untuk Tim dan agenda lomba dapur umum, berupa kompor gas lengkap, perlengkapan memasak dan perlengkapan makan. 3. Perlengkapan P3K standar (minimal tandu, bidai (spalk), mitela, obat luka, perban) 4. Felt Belt atau matras tidur berjumlah 15 unit atau sesuai jumlah anggota tim
�Kami di BPBD Kabupaten Dharmasraya menerima undangan Jambore Pengurangan Risiko Bencana 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan. Sampai saat ini BPBD Dharmasraya belum memiliki KSB ataupun relawan penanggulangan bencana. Sebenarnya Kabupaten Dharmasraya sudah memiliki relawan TAGANA yang berada dibawah Dinas Sosial namun BPBD belum pernah berkooordinasi dengan mereka. Karena keterbatasan waktu dan anggaran maka seluruh peserta dari Dharmasraya yang ikut Jambore di Kota Pariaman merupakan staf dan Kabid BPBD Dharmasraya sendiri�. Wike Restika (Peserta/ Honorer BPBD Kabupaten Dharmasraya)
Teknis Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
15
Teknis Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana 16
�Pada Jambore Pengurangan Risiko Bencana yang lalu, beberapa kontingen tidak membawa peralatan dan perlengkapan yang harusnya dibawa oleh peserta. Peralatan yang paling penting seperti tenda dan perlengkapan dapur umum ada peserta yang tidak membawa. Ini perlu menjadi catatan kedepan agar peserta bisa nyaman dan panitia tidak direpotkan untuk mencarikan peralatan tambahan untuk peserta yang tidak membawa�. Hasrandi Firman (Peserta dari Kota Pariaman)
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
5. Ember minimal 40 liter beserta gayung
7. Parang 8. Tali Temali, dan lain-lain 2.7.2. Perlengkapan Pribadi Perlengkapan pribadi yang dibutuhkan oleh masing-masing peserta selama kegiatan wajib dipersiapkan dan dibawa sendiri agar bisa nyaman dilokasi kegiatan selama kegiatan berlangsung. Berikut beberapa peralatan yang wajib dibawa peserta : 1. Perlengkapan mandi 2. Baju dan pakaian 3. Pakaian lapangan dan olah raga 4. Perlengkapan Ibadah 5. Senter dan alat penerangan lainnya 6. Obat obatan 7. Sepatu olahraga dan baju olahraga Setiap kontingen yang akan menjadi peserta Jambore Pengurangan Risiko Bencana Provinsi Sumatera Barat harus mengirimkan lembaran konfimasi peserta yang berisikan daftar nama dan informasi calon pendamping dan peserta yang akan diutus. Contoh lembaran konfirmasi peserta dapat dilihat pada Lampiran III. 2.8. Panitia Pelaksana Kegiatan Panitia pelaksana kegiatan merupakan panitia gabungan dari BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kabupaten Kota yang menjadi tuan rumah serta pelibatan anggota LSM yang ikut dalam kegiatan pengurangan risiko bencana di Sumatera Barat. Contoh susunan formasi kepanitian yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Jambore dapat dilihat pada lampiran I.
Teknis Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
6. Pisau
17
Teknis Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana 18
�Kepanitiaan kegiatan Jambore Pengurangan Risiko Bencana pertama yang dilaksanakan oleh BPBD Provinsi Sumatera Barat sudah mewakili semua unsur yang terlibat dalam kegiatan Pengurangan Risiko Bencana di Sumatera Barat, namun sayangnya struktur kepanitiaan sangat gemuk dan tidak efektif. Penting untuk memastikan setiap orang yang terlibat dalam kepanitiaan memahami tugas dan fungsi pokoknya serta dalam menjalankannya dengan baik. Jangan sampai SC dan OC tidak berjalan atau semua berjalan tidak sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Untuk itu perlu ada Petunjuk Teknis (Juknis) Panitia�. Antoni Kartika (Juri Lomba PPGD/PMI Daerah Sumatera Barat)
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
Dalam pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana khususnya kegiatan perlombaan dan peningkatan kapasitas akan dibutuhkan juri dan fasilitator. Jumlah juri yang dibutuhkan tergantung pada seberapa banyak jenis lomba yang dilaksanakan. Masing-masing perlombaan terdapat tiga orang yang menjadi anggota tim juri. Juri yang dipilih harus independen dan memiliki pengetahuan serta pengalaman dalam bidang yang dilombakan. Pada Jambore Pengurangan Risiko Bencana yang pertama di Kota Pariaman, juri merupakan perwakilan dari LSM yang aktif dalam kegiatan pengurangan risiko bencana di Sumatera Barat dan perwakilan dari BPBD Provinsi Sumatera Barat. Pada kegiatan peningkatan kapasitas peserta yang dibuat dalam format diskusi dan seminar dibutuhkan fasilitator atau narasumber. Fasilitator atau narasumber ditentukan berdasarkan materi peningkatan kapasitas yang akan dilakukan.
Teknis Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
Belajar dari pengalaman Jambore Pengurangan Risiko Bencana yang telah dilaksanakan di Sumatera Barat, penting untuk memastikan komitmen panitia agar dapat berjalan sesuai dengan fungsi dan tanggungjawabnya. Di samping adanya penjelasan tentang deskripsi tugas dan pekerjaan masing-masing panitia, perlu ada rapat koordinasi panitia yang terjadwal secara berkala untuk melihat, mengevaluasi dan menyusun rencana kerja panitia sampai waktu pelaksanaan kegiatan.
2.10. Waktu Pelaksanaan Kegiatan
19
2.9. Juri dan Fasilitator
Jambore Pengurangan Risiko Bencana sebagai ajang tahunan bagi relawan/anggota Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat untuk bertemu membangun silaturahmi, meningkatkan kapasitas dan menguji kemampuan teknis yang dimiliki. Untuk agenda besarnya waktu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan ini efektif dalam mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan adalah 5 hari, dengan perhitungan satu hari untuk keberangkatan atau kedatangan peserta, 3 hari pelaksanaan kegiatan dan 1 hari untuk kegiatan bakti sosial dan kepulangan peserta ke daerah masing-masing. Belajar pada pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana pertama yang dilaksanakan oleh BPBD Sumatera Barat bersama BPBD Kota Pariaman pada tanggal 26 – 29 September 2014, di Lapangan Cubadak Air, Kota Pariaman. Pada kegiatan ini beberapa agenda tidak dapat dilaksanakan secara maksimal karena keterbatasan waktu dan kendala lain. Hal ini karena pelaksanaan kegiatan hanya empat hari, terhitung sejak kedatangan sampai kepulangan peserta ke daerahnya masing-masing. Berdasarkan pengalaman tersebut, peserta berharap pada pelaksanaan jambore berikutnya, waktu pelaksanaan dapat lebih panjang, sehingga tujuan kegiatan dapat dicapai secara maksimal.
Teknis Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana 20
�Saya berharap Jambore Pengurangan Risiko Bencana ini menjadi ajang khusus bagi anggota KSB atau masyarakat karena KSB merupakan ujung tombak dalam kegiatan penanggulangan bencana di daerah, karena itu pelaksanaan Jambore ini dapat dilaksanakan lebih lama agar tujuan pelaksanaan dapat dicapai lebih baik. Disamping itu kedepan diharapkan ada waktu yang cukup untuk persiapan team sebelum dikirim mengikuti kegiatan. Pada kegiatan lalu, kami hanya punya waktu 2 hari persiapan untuk pembekalan peserta dan pengumpulan peralatan. Beruntung selama ini Kabupaten Solok telah memiliki anggota KSB yang sudah terlatih dan sering turun bersama BPBD dalam merespon setiap kejadian bencana di Kabupaten Solok�. (Syafridal (Kasi Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Solok)
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
Dalam pelaksanan kegiatan Jambore Pengurangan Risiko Bencana, penentuan tempat pelaksanaan kegiatan harus mempertimbangkan beberapa hal berikut ini : 1. Tempat sebaiknya aman atau jauh dari ancaman bencana. 2. Dekat dengan sumber air bersih atau memiliki fasilitas pendukung untuk pengadaan air bersih. 3. Sangat tepat di lapangan terbuka yang dapat menampung semua peserta atau lokasi cukup untuk mendirikan fasilitas pendukung pelaksanaan kegiatan. 4. Memiliki fasilitas untuk mandi, cuci, kakus (MCK) yang cukup sesuai dengan kebutuhan peserta dan mempertimbangkan kenyamanan serta keamanan lakilaki dan perempuan dalam menggunakan fasilitas selama kegiatan. 5. Memiliki fasilitas pembuangan atau pengolahan sampah yang cukup selama kegiatan, sehingga tidak mengganggu kenyamanan peserta selama kegiatan. 6. Ada fasilitas pendukung untuk layanan medis dan tempat ibadah. 7. Jika memungkinkan ada fasilitas pendukung untuk lokasi evakuasi peserta jika kondisi darurat membuat tenda dan fasilitas kegiatan lainnya tidak berfungsi. Contoh Denah Lokasi Jambore PRB 2014
Tenda Lomba BPT Tenda Lomba Cerdas Cermat Tenda Lomba PPGD Tenda Peserta Putra Tenda Peserta Putri Tenda Pesta/ Tamu
Teknis Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
2.11. Tempat Pelaksanaan Kegiatan
21
Teknis Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana 22
Selain penentuan lokasi kegiatan, hal yang juga penting diperhatikan adalah terkait dengan tata letak dan pengaturan lokasi untuk kebutuhan peserta dan pendukung kegiatan. Pengaturan lokasi selain mempertimbangkan keamanan peserta, penting juga melihat dari sisi kenyamanan semua peserta selama kegiatan. Jangan meletakan fasilitas MCK dan tempat pembuangan sampah terlalu dekat dengan tenda peserta atau lokasi kegiatan. Sebab di samping merusak estetika lokasi kegiatan, juga dapat memicu wabah penyakit yang akan mengancam semua peserta dan panitia kegiatan. �Pengalaman mengikuti kegiatan Jambore Pengurangan Risiko Bencana saat di Kota Pariaman lalu banyak memberi pengalaman dan pengetahuan baru. Yang kurang nyamannya adalah fasilitas pendukung kegiatan yang kurang memadai. Tidak ada aturan jelas terkait dengan penggunaan toilet. Harusnya ada petugas atau piket khusus untuk menjaga kebersihan toilet selama kegiatan, pada jambore lalu toilet hanya bersih pada hari pertama, hari berikutnya toliet sangat kotor dan bau. Toilet terlalu dekat dengan tenda peserta dan pintunya rusak. Tidak ada pemisahan toilet untuk laki-laki dan perempuan sehingga saat saya mandi pintu toilet didobrak peserta lain yang ingin menggunakan toilet. Karena pintu toilet pada hari kedua rusak dan kuncinya tidak berfungsi, peserta perempuan merasa sangat was-was saat menggunakan toilet�. Halimah (Peserta/Anggota Tagana Kabupaten Pasaman)
2.12. Anggaran Dana Pelaksanaan kegiatan Jambore Pengurangan Risiko Bencana Provinsi Sumatera Barat ini menggunakan anggaran APBD Provinsi Sumatera Barat. Pada pelaksanaan jambore tahun 2014, anggaran kegiatan berada pada DPPA Propinsi Sumatera Barat Tahun Anggaran 2014. Untuk pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana selanjutnya, sebaiknya juga dianggarkan dalam APBD kabupaten/kota yang menjadi tuan rumah atau penyelenggara kegiatan. Namun jenis alokasi anggarannya harus berbeda dengan yang dianggarkan ditingkat provinsi agar tidak terjadi pengeluaran ganda uang negara.
Teknis Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
23
�Untuk mengikuti Kegiatan Jambore Pengurangan Risiko Bencana di Kota Pariaman lalu, semua biaya yang terserap mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai pulang sekitar 2,5 juta rupiah. Dana ini berasal dari sumbangan atau patungan dari beberapa pejabat BPBD Kabupaten Pasaman dan pejabat daerah lainnya. Saya tidak tahu untuk daerah kota/kabupaten lainnya berapa dana yang mereka habiskan dan darimana dana tersebut berasal. Mungkin agak sulit untuk adanya dana khusus/rutin untuk kegiatan ini dalam APBD Kabupaten Pasaman, karena untuk pengadaan barang yang jelas saja kami masih kesulitan�. Zulfikar (Pendamping Peserta/ Staf RR BPBD Kabupaten Pasaman)
PANDUAN & PEMBELAJARAN
Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
25
BAB III
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
BAB III
26
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
“Butuh persiapan yang baik, koordinasi dan pembagian peran yang jelas antar semua komponen untuk melaksanakan kegiatan ini. Tahapan yang juga penting adalah adanya evaluasi proses dalam setiap tahapan kegiatan agar pada tahapan selanjutnya kegiatan dapat berjalan dengan lebih baik� 3.1. Persiapan Kegiatan Persiapan kegiatan sebelum pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana merupakan bagian penting untuk memastikan pelaksanaan kegiatan pada tahap selanjutnya berjalan sukses. Dibutuhkan waktu minimal enam bulan untuk mempersiapkan acara besar ini terkait dengan kebutuhan administrasi, pembentukan kepanitiaan, survey dan persiapan lokasi kegiatan, penyediaan perlengkapan pendukung pelaksanaan kegiatan, dan lain-lain. Untuk memulai persiapan ini diawali dengan rapat koordinasi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Provinsi bersama Kabupaten dan Kota yang ada di Sumatera Barat-yang akan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam rapat ini ditentukan lokasi pelaksanaan kegiatan dilihat berdasarkan komitmen dan kesiapan dari calon tuan rumah. Tahapan selanjutnya adalah pemilihan dan pembentukan kepanitiaan kegiatan. Penting untuk mendapatkan komitmen dari calon panitia yang akan terlibat dalam kegiatan ini. Di samping itu juga memperhatikan keterwakilan semua unsur dalam struktur kepanitiaan yang nantinya berguna untuk mendukung pelaksanaan kegiatan dari awal hingga akhir. Kegiatan ini merupakan agenda Provinsi Sumatera Barat, karena itu surat keputusan (SK) kepanitiaan pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana ditetapkan dalam bentuk SK Gubernur Sumatera Barat. Contoh SK Kepanitiaan dapat dilihat pada lampiran I.
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
Pelaksanaan kegiatan Jambore Pengurangan Risiko Bencana Pertama di Sumatera Barat dapat tergambar secara sederhana dalam alur kegiatan berikut ini. Alur Kegiatan Jika dilihat secara keseluruhan, berikut adalah alur kegiatan untuk Jambore Pengurangan Risiko Bencana pertama Sumatera Barat di Kota Pariaman.
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
3.2. Pelaksanaan Kegiatan
27
Sebagai sebuah wadah untuk bertemunya para relawan dan anggota KSB se Sumatera Barat, maka Jambore ini harus dirancang untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan peserta, melakukan kegiatan bakti pada masyarakat dan lingkungan serta menciptakan suasana yang gembira dan bersahabat bagi semua peserta dan panitia kegiatan.
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
3.2.1. Registrasi dan Pendirian Tenda Peserta
28
Pada hari pertama pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana, panitia telah bersiap untuk menerima peserta ditenda posko mulai jam 09.00 Wib. Di posko panitia telah disiapkan denah lokasi kegiatan, formulir registrasi peserta, tanda peserta (kokarde) dan atribut peserta seperti baju dan topi seragam. Seluruh peserta jambore yang baru datang diwajibkan untuk registrasi ulang di lokasi acara untuk memastikan peserta yang telah memasuki lokasi kegiatan. Berikut rangkaian aktifitas saat registrasi peserta di posko utama: 1. Pendamping peserta dan ketua regu masing-masing kontingen melapor di tenda posko saat memasuki lokasi kegiatan. 2. Panitia posko akan melakukan pengecekan surat tugas yang dibawa peserta terkait dengan jumlah peserta dan pendamping yang datang, apakah sesuai dengan lembaran konfirmasi awal yang dikirimkan BPBD kabupaten/kota melalui email atau faximile ke panitia sebelumnya. 3. Melakukan pengecekan peralatan dan perlengkapan wajib tim yang harus dibawa oleh peserta. 4. Panitia akan menjelaskan tentang denah lokasi kegiatan seperti lokasi tenda peserta, tenda panitia, sumber air bersih, dapur umum, fasilitas kesehatan, dan lain-lain. 5. Panitia akan menjelaskan aturan dan prosedur tetap selama kegiatan pada pendamping dan ketua regu peserta. 6. Panitia akan memberikan nomor lotting (diundi) untuk lokasi tenda peserta. Peserta hanya boleh menggunakan lokasi sesuai dengan nomor lotting (diundi) yang didapatkan. 7. Salah satu panitia akan mendampingi ketua regu untuk menuju lokasi sesuai dengan nomor lotting (undian) dan memastikan peserta mendirikan tenda ditempat dan waktu yang telah disediakan. 8. Pendamping peserta akan menerima atribut untuk semua peserta seperti baju kaos, topi dan kokarde sesuai dengan jumlah peserta. Pendamping akan menandatangani formulir tanda terima atribut. 9. Pendamping juga akan menerima konsumsi berupa snack (makakan ringan) kedatangan peserta.
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
29
Registrasi peserta awal kegiatan.
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana 30
Pemasangan tenda peserta dilakukan oleh peserta langsung di bawah pengawasan panitia untuk memastikan peserta tidak mengalami kesulitan dalam pendirian tenda. Jika peserta kesulitan, panitia akan siap memberikan bantuan. Panitia juga harus memastikan, bahwa peserta mendirikan tenda sesuai dengan nomor lotting (undian) dan kapling yang telah diberikan untuk menghindari tidak menjadi gesekan dengan peserta lain dan juga untuk nilai estetika. Pemasangan tenda peserta dan fasilitas pendukung lainnya dilaksanakan semaksimal mungkin sebelum upacara pembukaan dimulai. Semua aktifitas pendirian tenda akan dihentikan sementara jika agenda untuk persiapan upacara pembukaan dimulai. 3.2.2. Upacara Pembukaan Agenda selanjutnya adalah Upacara Pembukaan acara Jambore Pengurangan Risiko Bencana. Upacara pembukaan ini bisa dilakukan siang hari pada hari pertama jika peserta kegiatan dari semua kabupaten/kota diperkirakan telah memasuki lokasi kegiatan sebelum jam 13.00 Wib. Jika lokasi kegiatan tidak memungkinkan 80 persen peserta memasuki lokasi pada siang hari pertama, maka kegiatan upacara pembukaan bisa dilakukan pada hari kedua. Pada Jambore Pengurangan Risiko Bencana Pertama di Kota Pariaman, upacara pembukaan dilaksanakan pada hari pertama setelah 80 persen peserta memasuki lokasi kegiatan. Upacara pembukaan ini dipimpin langsung oleh Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, dan dihadiri oleh Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Sumatera Barat, Wakil Walikota Pariaman beserta jajarannya dan undangan dari semua pihak yang ikut dalam kegiatan pengurangan risiko bencana di Sumatera Barat, panitia serta peserta kegiatan jambore pengurangan risiko bencana. Berikut rangkaian kegiatan Upacara Pembukaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana : 1. Komandan upacara menyiapkan pasukan upacara dan tamu undangan memasuki tempat upacara. 2. Pimpinan regu melapor kepada Komandan upacara, pasukan masing-masing regu siap mengikuti upacara 3. Pemimpin Upacara, Gubernur Sumatera Barat memasuki lapangan upacara. 4. Laporan Komandan Upacara kepada Pemimpin Upacara 5. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan Mars Tangguh
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menyerahkan Piala Bergilir kepada Tuan Rumah Jambore Wakil Walikota Pariaman. 6. Laporan penanggungjawab kegiatan Jambore Pengurangan Risiko Bencana (Kalaksa BPBD Provinsi Sumbar) 7. Pemeriksaan pasukan oleh pemimpin upacara di dampingi oleh Kalaksa BPBD Provinsi Sumbar dan Wakil Walikota Pariaman. 8. Amanat dan arahan dari pemimpin upacara 9. Pemasangan atribut tanda peserta kepada perwakilan peserta dan diikuti oleh semua peserta 10. Penyerahan piala bergilir dari Gubernur Sumatera Barat kepada Wakil Walikota Pariaman. 11. Pembacaan Doa 12. Laporan dari komandan upacara kepada pemimpin upacara 13. Pemimpin upacara meninggalkan lapangan upacara 14. Pasukan dibubarkan
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
31
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
Rapat Teknis Jambore Pengurangan Risiko Bencana Setelah semua peserta memasuki lokasi kegiatan dan telah mendirikan tenda untuk kebutuhan selama kegiatan, tahapan selanjutnya adalah rapat teknis (technical meeting) pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana. Rapat teknis ini dipimpin oleh penanggungjawab acara dan perlombaan serta dihadiri oleh penanggung jawab masing-masing kegiatan, perwakilan dewan juri dan pendamping dari setiap kontingen.
32
Panitia bersama peserta rapat teknis perlombaan. Rapat teknis ini membahas rangkaian kegiatan dan agenda acara secara detail dan terperinci. Penjelasan aturan main dan peraturan tetap yang berlaku pada semua peserta kegiatan. Pada sesi ini dijelaskan kegiatan yang wajib diikuti oleh peserta dan personil yang harus diutus untuk semua kegiatan, baik kegiatan peningkatan kapasitas maupun perlombaan. Di akhir pertemuan masing-masing perwakilan juri untuk kegiatan perlombaan diminta untuk menyampaikan aturan dan kriteria penilaian dalam perlombaan yang akan diadakan. 3.2.3. Kegiatan Peningkatan Kapasitas Melihat tujuan utama dari pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana untuk peningkatan kapasitas relawan atau anggota Kelompok Siaga Bencana, melalui pemberian pelatihan teknis penanggulangan bencana, diskusi aturan perundangundangan terkait penanggulangan bencana, seminar tentang ilmu atau informasi baru yang berkembang terkait manajemen penanggulangan bencana, pemutaran film tentang kebencanaan dan berbagi pengalaman antar relawan KSB dalam penanganan bencana di wilayahnya serta pameran dari setiap kontingen terkait penanggulangan bencana.
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
33
Gubernur Sumbar Membuka secara resmi Jambore Pengurangan Risiko Bencana.
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana 34
Seorang Instruktur memberikan Pelatihan Teknik Pasang Bongkar Tenda. Pada Jambore Pengurangan Risiko Bencana di Kota Pariaman diberikan tiga kegiatan peningkatan kapasitas. Pemilihan tiga jenis pelatihan ini selain bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peserta secara umum, namun juga untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti kegiatan kompetisi atau perlombaan yang akan dilaksanakan pada hari berikutnya. Tiga pelatihan yang diberikan pada peserta jambore adalah : Pelatihan Pasang Bongkar Tenda Pemberian materi dasar dan teknis tentang pasang bongkar tenda diberikan oleh pelatih sekaligus juri untuk lomba pasang bongkar tenda dari PMI Cabang Padang. Jenis tenda yang dilatihkan adalah tenda pleton ukuran 6 x 13,5 m yang merupakan tenda standar yang diberikan dan dipasang saat terjadi bencana di Sumatera Barat. Pelatihan Manajemen Penanggulangan Bencana Pada pelatihan manajemen penanggulangan bencana yang diberikan oleh fasilitator yang juga juri lomba cerdas cermat dari Walhi Sumatera Barat dan PKBI Sumatera Barat, dibahas tentang regulasi atau kebijakan terkait penanggulangan bencana, sistem penangulangan bencana, tugas dan fungsi Kelompok Siaga Bencana (KSB) dalam penanggulangan bencana pada prabencana, saat tanggap darurat dan
pascabencana. Pada sesi diskusi juga dibahas khusus tentang penangganan korban bencana sensitif gender, di mana penanggulangan bencana harus memperhatikan kebutuhan khusus korban bencana dilihat dari jenis kelamin dan juga kelompok umur. Hal ini karena beda umur korban bencana, beda dampak yang dirasakan juga beda kebutuhan yang harus dipenuhi.
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
35
Peserta mengikuti pelatihan manajemen dasar penanggulangan bencana. Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan teknis peserta dalam memberikan pertolongan pertama bagi korban bencana, maka pada kegiatan ini diberikan agenda khusus pelatihan pertolongan pertama gawat darurat bagi korban bencana. Materi pelatihan ini diberikan oleh PMI Daerah Sumatera Barat dan anggota HET Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang juga juri pada lomba PPGD. Pada sessi latihan ini peserta diajarkan tentang penilaian kondisi korban, sikap penolong dan teknis tatalaksana penanganan korban berdasarkan cedera atau kondisi korban.
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana 36
�Kami KSB Galanggang Tangah Salayo Kecamatan Kubung Kabupaten Solok merasakan kegiatan jambore ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan serta keterampilan sebagai anggota KSB. Kami dari KSB biasanya mengumpulkan uang dari anggota KSB untuk mendatangkan narasumber sesuai dengan kebutuhan KSB. Kami berharap dapat dilibatkan pada kegiatan berikutnya untuk lebih memantapkan pengetahuan serta keterampilan kami, tetapi jika nanti kami tidak dilibatkan sebagai peserta, kami siap membantu proses kegiatan Jambore dengan dana sendiri untuk menambah wawasan dan membangun silaturahmi serta keakraban dengan KSB yang berasal dari kabupaten/kota se Sumatera Barat�. Asni Astar (Peserta/ KSB Galanggang Tangah Salayo)
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
PMI Daerah Sumatera Barat dan anggota HET Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai sebagai Instruktur untuk meningkatkan kapasitas peserta pada Lomba PPGD. 3.2.4. Kegiatan Kompetisi/Perlombaan Kegiatan kompetisi atau perlombaan antar kabupaten/kota merupakan bagian dari kegiatan jambore yang ditunggu oleh peserta. Jenis kompetisi atau perlombaan yang diadakan tergantung dengan tema acara dan ketersediaan waktu pelaksanaan kegiatan. Ada banyak sekali cabang lomba yang bisa dilakukan menyangkut ketrampilan dan keahlian relawan dalam penanggulangan bencana. Pada Jambore Pengurangan Risiko Bencana pertama di Kota Pariaman dilombakan beberapa pengetahuan dan ketrampilan yang wajib diketahui dan dikuasai oleh relawan atau anggota KSB, antara lain, lomba pasang bongkar tenda, lomba pertolongan pertama gawat darurat, lomba dapur umum, lomba cerdas cermat, dan lain-lain. Untuk mengetahui panduan teknis dan kriteria penilaian dari beberapa lomba yang diadakan dalam Jambore Pengurangan Risiko Bencana di Sumatera Barat dapat dilihat pada lampiran.
37
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
Lomba Pasang Bongkar Tenda
38
Lomba pasang bongkar tenda (PBT) bertujuan agar relawan dan anggota KSB memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis dalam mendirikan tenda pleton serta dapat mengatur manajemen pembagian ruangan di dalam tenda ketika terjadi bencana di wilayahnya.
Peserta memburu waktu dalam alam lomba Pasang Bongkar Tenda. Untuk Lomba PBT ini setiap kontingen mengutus 10 orang peserta sebagai tim. Dalam satu putaran perlombaan akan ada tiga kontingen yang beraksi. Tim juri akan memberi pengarahan dan kesempatan untuk peserta memeriksa tenda yang akan digunakan dalam perlombaan. Untuk menentukan pemenang lomba, juri akan melakukan penilaian dengan kriteria sebagai berikut: a) Kekompakan dan kerjasama tim, b) Kerapian, ketepatan dan kekuatan tenda c) Keselamatan tenda dan personil d) Kecepatan. Terkait dengan kecepatan tim dalam menyelesaikan pekerjaan, ada satu orang petugas khusus yang mengawasi waktu pelaksanaan lomba dengan menggunakan tiga stopwatch yang berbeda. Pemenang lomba akan ditentukan berdasarkan nilai tertinggi. Jika ada tim yang memiliki nilai yang sama maka pemenang ditentukan berdasarkan kecepatan.
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
39
Lomba bongkar pasang tenda.
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
Lomba Pertolongan Pertama Gawat Darurat Lomba pertolongan pertama gawat darurat ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dasar bagi relawan dan anggota KSB dalam memberikan pertolongan pertama kepada korban bencana. Pengetahuan dan keterampilan ini tidak hanya dapat digunakan ketika bencana saja, tetapi kemampuan ini juga dapat dilakukan dikehidupan sehari-hari. Sebab di sini semua diajarkan bagaimana cara menilai keadaan korban agar dapat memberikan penanganan yang sesuai dengan keadaan korban. Lomba PPGD diikuti oleh lima orang peserta dari setiap kontingen dengan pembagian satu orang sebagai korban dan empat orang penolong. Dalam lomba ini setiap tim akan diberikan satu set perlengkapan pertolongan pertama dengan perlengkapan minimal. Peserta yang akan berlomba akan dimasukan ke dalam ruangan karantina dan akan dipanggil berdasarkan nomor lotting yang telah diambil saat rapat teknis. Tim akan diberikan kasus untuk ditangani dan setiap tim akan mendapat waktu 20 menit untuk penyelesaian kasus yang diberikan. Untuk lomba PPGD tim juri sudah melakukan penilaian sejak peserta memasuki ruangan lomba dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
40
Seorang petugas khusus mengawasi waktu pelaksanaan lomba dengan menggunakan 3 stopwatch yang berbeda.
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
b) Penatalaksanaan kasus c) Waktu pelaksanaan d) Teknik pemindahan korban
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
a) Kekompakan, kerjasama tim dan etika
41
Juri sedang menilai hasil perlombaan PPGD.
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana 42
Pemenang lomba PPGD ditentukan berdasarkan total nilai tertinggi, namun jika ada kesamaan total nilai maka pemenang ditentukan dari nilai penatalaksanaan kasus dan kecepatan dalam penanganan kasus. Lomba Dapur Umum Lomba dapur Umum (DU) ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan relawan dan anggota KSB dalam hal manajemen dan penatalaksanaan dapur umum di lokasi bencana agar dapat memanfaatkan bahan yang ada untuk memenuhi kebutuhan makan korban dengan gizi yang mencukupi. Pada lomba dapur umum, masing-masing kontingen mengutus tiga orang peserta sebagai tim dapur umum. Peserta akan mendapatkan bahan masakan dari panitia yang jenis dan jumlahnya sama untuk setiap tim. Tim bertanggungÂjawab memasak makanan untuk 20 orang. Perlombaan dapur umum dimulai dengan peserta memasuki lokasi lomba 15 menit sebelum lomba dimulai. Peserta akan menempati kapling berdasarkan nomor lotting yang telah didapatkan saat rapat teknis. Peserta memiliki waktu 3 jam untuk memasak sesuai dengan menu yang disepakati ditingkat tim. Makanan yang telah dimasak akan didistribusikan pada peserta berdasarkan lotting, peserta yang nama daerahnya tertera pada lotting yang nantinya akan menerima hasil masakan tim sebagai makan siang dihari perlombaan.
Usai lomba dapur umum, peserta mencuci piring.
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
43
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana 44
�Dalam lomba dapur umum, semua peserta dipersilahkan untuk berkreatifitas dalam memasak bahan-bahan yang diberikan namun harus memperhatikan nilai gizi dan kebersihan dari makanan yang dimasak. Peserta tidak boleh menghabiskan semua bahan yang diberikan oleh panitia karena dalam kondisi bencana kita harus berhemat dalam menggunakan bahan makanan, yang penting masakan cukup dan memiliki nilai gizi bagi penerima makanan. Penting juga diperhatikan untuk tidak menggunakan bahan kimia tambahan untuk makanan seperti penyedap rasa, vetsin, pengawet dan lain-lain�. Roni Efendi (Juri Lomba Dapur Umum/Tagana Kota Pariaman)
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
a) Proses Memasak (Prosessing) Kerjasama tim, kebersihan, waktu pelaksanaan dan manajemen bahan. b) Administrasi Kartu distribusi makanan c) Finishing Cara penyajian dan proses distribusi, kelengkapan dan keseimbangan gizi serta cita rasa makanan. Lomba Cerdas Cermat Lomba cerdas cermat bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan relawan dan anggota KSB terkait dengan pengetahuan dasar tentang penanggulangan bencana meliputi: a) Pengetahuan umum kebencanaan. b) Sistem penanggulangan bencana.
45
c) Konsep pengurangan risiko bencana. Dalam lomba cerdas cermat ini setiap kontingen mengirimkan satu tim yang terdiri dari 3 orang personil. Dalam tim harus ada keterwakilan gender antara laki-laki dan perempuan, satu laki-laki dan dua perempuan atau sebaliknya.
Amplop berisi soal lomba cerdas cermat
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
Untuk lomba dapur umum penilaian juri meliputi tiga aspek, yaitu proses memasak, administrasi dan finishing dengan uraian sebagai berikut:
Lomba ini terdiri dari 3 putaran dimulai dari babak penyisihan, semi final dan final. Masingmasing babak setiap regu akan mendapatkan soal penawaran yang terdiri dari 10 soal dan babak rebutan akan mendapat sepuluh soal.
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
Semua soal akan dimasukan dalam amplop tertutup dan diberi kode soal. Setiap regu akan mengutus satu orang anggota tim ke meja dewan juri untuk memilih kode soal pada babak penawaran. Setiap regu akan diberi kesempatan untuk menjawab soal dalam lima detik, jika tidak dapat menjawab maka regu lain berhak menjawab. Jika benar akan mendapat nilai 100 dan jika salah atau tidak menjawab akan mendapat nilai 0 (nol). Pada sesi pertanyaan rebutan, amplop soal akan dipilih oleh juri. Setiap peserta berhak menjawab setelah membunyikan lonceng dan dipersilahkan oleh juri. Setiap pertanyaan rebutan jika benar akan mendapat nilai 100 dan jika salah atau tidak menjawab setelah membunyikan lonceng akan mendapat pengurangan nilai 25 poin. Pemenang lomba cerdas cermat akan ditentukan berdasarkan perolehan nilai tertinggi. Jika ada dua regu yang memperoleh nilai sama, maka pemenang akan ditentukan setelah diberikan satu soal tambahan.
46
Peserta mengikuti lomba cerdas cerma pengurangan risiko bencana.
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
47
�Tantangan utama bagi juri dalam Lomba Cerdas Cermat adalah dalam hal menyiapkan soal yang akan digunakan untuk Lomba ini. Setiap amplop soal terdiri dari 10 pertanyaan dengan bobot yang sama untuk setiap kategori. Misalnya soal untuk bapak penyisihan, kategori soal meliputi Kebijakan dan Perencanaan Penanggulangan Bencana, kelembagaan, Pendidikan dan Pengetahuan, Mitigasi dan Adapatasi dalam menghadapi ancaman bencana serta tindakan dalam penanggulangan bencana. Harus tersedia waktu yang cukup untuk juri untuk menyiapkan soal yang baik dan berkualitas�. Niko Rinaldi (Juri Lomba CC/ LSM Jemari Sakato)
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana 48
Juri sedang melakukan penilaian kebersihan tenda peserta.
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
Di samping kegiatan peningkatan kapasitas dan perlombaan, dalam jambore juga dilakukan penilaian terhadap tenda peserta. Penilaian yang dilakukan berdasarkan pemanfaatan ruangan dalam tenda, kebersihan, kerapian dan penyediaan fasilitas pendukung aktivitas lainnya. Untuk kegiatan pengabdian masyarakat bersama peserta jambore dapat ditentukan berdasarkan kondisi masyarakat dan lingkungan di sekitar lokasi kegiatan. Pada Jambore Pengurangan Risiko Bencana di Kota Pariaman, kegiatan pengabdian masyarakat adalah kegiatan penanaman pohon penghijauan di pantai Kota Pariaman yang diharapakan dapat menjadi sabuk hijau (green belt) untuk ancaman abrasi pantai dan gelombang tsunami. 3.2.5. Upacara Penutupan dan Registrasi Akhir Diakhir pelaksanaan jambore Pengurangan Risiko Bencana dilakukan upacara penutupan yang disertai dengan penyerahan sertifikat penghargaan, tropi dan hadiah bagi semua pemenang lomba.
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
3.6. Penilaian Tenda Peserta dan Kegiatan Pengabdian Masyarakat
49
Registrasi akhir peserta setelah kegiatan untuk pengambilan dana transportasi peserta selama kegiatan.
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
Kabupaten Tanah Datar saat menerima Tropi Bergilir Gubernur Sumatera Barat sebagai hadiah bagi Juara Umum Jambore Pengurangan Risiko Bencana Pertama Sumatera Barat.
50
Pembongkaran tenda dan aksi bersih lapangan setelah selesai kegiatan Jambore Pengurangan Risiko Bencana.
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
51
Peserta meninggalkan lokasi kegiatan dan kembali ke Kabupaten/ Kota masing-masing.
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
�Berdasarkan hasil rapat Koordinasi Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten/ Kota se Sumatera Barat di Kota Pariaman pada hari kedua pelaksanaan Jambore ditetapkan Kabupaten Kabupaten Tanahdatar sebagai Tuan Rumah untuk Jambore Pengurangan Risiko Bencana. Kami di BPBD Tanah Datar telah siap sebagai tuan rumah�. Benny (Kasi Kesiapsiagaan BPBD Tanah Datar)
52
3.3. Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan Setelah menyelesaikan rangkaian kegiatan Jambore Pengurangan Risiko Bencana yang telah meningkatkan kapasitas relawan dan anggota KSB dari kabupaten/kota yang ada di Sumatera Barat. Hal yang penting harus dilakukan oleh panitia adalah melakukan evaluasi untuk setiap agenda kegiatan. Apakah sesuai dengan rencana atau kendala apa yang menghambat pelaksanaan, sehingga hasil kegiatan tidak sesuai dengan harapan. Kegiatan evaluasi ini penting untuk mengambil pembelajaran dari proses yang telah berjalan dan menyusun rekomendasi untuk pelaksanaan jambore berikutnya. Selain itu perlu disusun laporan lengkap pelaksanaan kegiatan jambore ini sebagai laporan pada pimpinan dan bentuk pertanggungjawaban terhadap penggunaan anggaran daerah Sumatera Barat.
Tahapan Pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
53
PANDUAN & PEMBELAJARAN
Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
55
BAB IV
Pembelajaran dan Rekomendasi
BAB IV
Pembelajaran dan rekomendasi
Pembelajaran dan Rekomendasi
56
Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana Pertama di Sumatera Barat ini, banyak kekurangan yang harus kita akui dan perbaiki dimasa mendatang agar tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat Sumatera Barat dalam upaya pengurangan risiko bencana dapat dicapai. Beberapa rekomendasi untuk pelaksanaan Jambore Pengurangan Risiko Bencana selanjutnya: 1. Waktu persiapan kegiatan harus lebih panjang, minimal 6 bulan sebelum kegiatan agar semua proses administrasi, kepanitiaan, keuangan dan lapangan dapat disiapkan dengan lebih baik. 2. Undangan peserta diterima minimal 1 bulan sebelum kegiatan oleh BPBD kabupaten/kota yang akan menjadi peserta jambore, agar persiapan personil dan administrasi untuk keberangkatan kontingen lebih baik. 3. Lokasi kegiatan hendaklah memenuhi kriteria lokasi kegiatan yang telah dirumuskan, tersedia fasilitas pendukung yang cukup dan mudah diakses oleh semua pihak yang akan mengikuti kegiatan. 4. Melibatkan semua pihak yang terkait dalam kegiatan pengurangan risiko bencana agar terbangun hubungan kerja dan silaturahmi yang baik. 5. Penting untuk melibatkan jurnalis dalam mendokumentasikan dan menyebarkan informasi kegiatan kepada masyarakat.
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
4.1. Lampiran 1 Susunan Panitia JAMBORE PRB PROVINSI SUMATERA BARAT 2014 Pengarah : Gubernur Sumatera Barat Walikota Pariaman
Panitia Pelaksana Ketua : Rumainur Wakil Ketua : Rilvano Pagar Negara Azhari Bendahara : Yass Andria Kesekretariatan : Dodi Yuleova Kardinal Dirmayanto Desrizal Deki Maha Putra
(Kabid PK BPBD Prov. Sumbar) (Kabid KL BPBD Prov. Sumbar) (Kabid PK Kota Pariaman) (BPBD Prop. Sumbar) (BPBD Prop. Sumbar) (Sekretaris BPBD Kota Pariaman) (BPBD Kota Pariaman) (BPBD Prop. Sumbar) (BPBD Prop. Sumbar)
Pembelajaran dan rekomendasi
Penanggungjawab : Kalaksa BPBD Prop. Sumbar SEKDA Kota Pariaman Sekretaris BPBD Prop. Sumbar Kalaksa BPBD Kota Pariaman
57
Seksi Logistik dan Perlengkapan Koordinator : Almaizon Anggota : Riswandi Salman Peren Surya Yusra Andriko Basri Hidayatul Irwan Seksi Keamanan Koordinator : Kapolresta Pariaman Anggota : TNI Satpol PP Masyarakat Seksi Kesehatan Koordinator
(BPBD Prov. Sumbar) (BPBD Prov. Sumbar) (Kepala Bidang KL Kota Pariaman) (BPBD Prov. Sumbar) (BPBD Prov. Sumbar) (BPBD Prov. Sumbar) (Pusdalop Prov. Sumbar) (Kepala Markas PMI Prov. Sumbar, Kasi Logistik BPBD Kota Pariaman)
(POLRI)
: Dinas Kesehatan Kota Pariaman
Pembelajaran dan rekomendasi
Anggota
58
: PMI Kota Pariaman
Seksi Publikasi dan Dokumentasi Koordinator : Angga Perdana Anggota : Yeffi Alfian Wira Budiman
(Kominfo Kota Pariaman) (BPBD Prop. Sumbar) (BPBD Kota Pariaman)
Seksi Acara Protokoler dan Serimonial Koordinator : Richard Erlangga Anggota : Fajri Ja’far Rosdi Rita
(BPBD Prop. Sumbar) (Kabag Umum Kota Pariaman) (Kabag Umum Kota Pariaman) (Kasi Identifikasi Pelaporan Kota Pariaman)
Kegiatan Perlombaan Koordinator : Harmis Wawan Budianto
(BPBD Prov. Sumbar) (CDSP AIFDR - BPBD Prov. Sumbar)
Susunan Dewan Juri Perlombaan 1. Lomba Bongkar Pasang Tenda : Surya Nofitri Yardi Arianto
(BPBD Prov. Sumbar) (PMI Kota Padang) (Mercy Corps Indonesia)
2. Lomba Cerdas Cermat : Uslaini (WALHI Sumbar) Tommy Susanto (KOGAMI) Niko Rinaldi (Jemari Sakato) 3. Lomba Dapur Umum : Meta Puspitasari (PMI Kota Pariaman) Roni Efendi (TAGANA Kota Pariaman) Yet Kahar (LIMBUBU) 4. Lomba PPGD : Antoni Kartika (PMI Prov. Sumbar) Meldiana (PKBI Sumbar) Indra Budi Permana (HET F.K. Unand) Kegiatan Non Perlombaan 1. Pameran : Nofri Yani 2. Peningkatan kapasitas PRB : Ikhsan 3. Kesenian : Nike
(MRB Bung Hatta) (Mercy Corps Indonesia) (Dinas Pariwisata Kota Pariaman)
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
4.2. Lampiran 2 Agenda Tentative Kegiatan Jambore Kelompok Pengurangan Risiko Bencana Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 HARI PERTAMA NO
PUKUL
1
08:00-12:00
Registrasi peserta Peserta mendirikan tenda dan menyiapkan makan malam untuk tim masing2
Panitia
2
12:00-13:30
ISHOMA
Panitia
3
13:30-15:00
Pembukaan oleh Gubernur Upacara pembukaan : 1. Pembacaan ayat suci al-Qur’an 2. Laporan Panitia Pelaksana 3. Sambutan Walikota Pariaman 4. Pengarahan dan pembukaan acara secara resmi 5. Menyanyikan lagu Mars Tangguh 6. Menyanyikan lagu “Padamu Negeri” 7. Laporan Komandan Upacara dan penghormatan pasukan 8. Inspeksi pasukan dan penyerahan piala bergilir
Panitia (MC protokoler dll).
Panitia
4
15:00-17:00
Pembekalan
5
17:00-20:00
Istirahat
6
20:00-22:00
Rapat persiapan kegiatan dan pengambilan nomor lot untuk semua perlombaan, check list perlengkapan (penjelasan tekhnis lomba)
PENANGGUNGJAWAB
Kalaksa BPBD Prov. Sumbar BPBD Kota Pariaman Walikota Pariaman Gubernur Sumatera Barat BPBD Kota Pariaman Peserta dan Panitia
Pembelajaran dan rekomendasi
URAIAN KEGIATAN
59
Perwakilan kelompok dan pendamping
HARI KEDUA
Pembelajaran dan rekomendasi
NO JAM/WIB
60
URAIAN KEGIATAN
PENANGGUNGJAWAB
1
08:00-10:00
Pembekalan
Instruktur
2
10:00-12.00
Lomba PPGD dan Cerdas Cermat
Juri
3
12.00-13.30
Isoma
Panitia
4
13.30-18.00
Lomba PPGD, dan Cerdas Cermat Pengetahuan Bencana
Acara, Juri Lomba
5
18.00-20.00
Istirahat
Panitia
6
20.00-22.00
Lomba PPGD dan Cerdas Cerdas Pengetahuan Bencana
Acara, Juri Lomba
HARI KETIGA NO
JAM/WIB
URAIAN KEGIATAN
PENANGGUNGJAWAB
1
08.00-12.00
Lomba ketangkasan Mendirikan Tenda dan Dapur Umum
Acara, Juri Lomba, Logpal
2
12.00-13.30
Isoma
Panitia
3
13.30-18.00
Lanjutan Lomba ketangkasan mendirikan tenda Dapur Umum
Acara, Juri lomba, Logpal
4
18.00-20.00
Istirahat
Panitia
5
20.00-22.00
Final lomba Cerdas Cermat Pengetahuan Bencana
Acara dan Juri (soal untuk final, papan score)
HARI KEEMPAT URAIAN KEGIATAN
KETERANGAN
NO
JAM/WIB
1
08:00-10:00
Final lomba bongkar pasang tenda Acara logpal dan juri
2
10:00-12:00
Demo ketangkasan Fun Game terkait kebencanaan
Acara (hadiah hiburan)
3
12:00-13:00
ISOMA
Panitia
4
13:00-14:00
Penutupan, pengumuman juara dan pemberian hadiah
Acara (hadiah)
5
14:00-selesai Operasi semut pembersihan area dan pulang
Operasional sampah
kantong
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
4.3. Lampiran 3 Form Konfirmasi Peserta 1. NAMA PENDAMPING DARI BPBD KAB/KOTA : ................................................................. a. (...............................................) b. (...............................................)
No
NAMA
L/P
No. Telp
:.................................................................. umur
alamat
Pembelajaran dan rekomendasi
2. NAMA PESERTA DARI KSB KAB/KOTA
61
........................, ........................... 2014 Kepala Pelaksana BPBD Kab/Kota ............. _______________________________________
4.4. Lampiran 4 PERATURAN LOMBA PASANG BONGKAR TENDA (PBT) Pasal 1 KETENTUAN PESERTA
Pembelajaran dan rekomendasi
1. Tim PBT adalah peserta yang telah terdaftar secara sah oleh BPBD Kota/Kabupaten kepada panitia jambore. 2. Tim lomba PBT terdiri dari 10 orang dan 1 orang komandan. Pasal 2 TENDA DAN PERLENGKAPAN 1. Tenda yang digunakan dalam lomba adalah tenda pleton dengan berpedoman pada pedoman pasang bongkar tenda BNPB. 2. Peralatan tenda disediakan oleh panitia, adapun spesifikasi peralatan sebagai berikut:
62
Tabel Kelengkapan NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
PERALATAN Ukuran Tenda Tiang Utama Tiang samping Belandar Tali Utama Tali Samping Pasak Utama Pasak Samping Palu Besi Tenaga yang diperlukan
PELETON 6Ă—13,5m;9Ă—16 m 3-4 buah 34-40 buah 2-3 buah 8-10 buah 34-40 buah 8-10 buah 34-40 buah 2-5 buah @ 5 kg 10 orang
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
Pasal 3 PETUNJUK PELAKSANAAN I. Sebelum Lomba 1. Pendamping tim kab/kota mengikuti technical meeting serta mengambil nomor undian.
3. Tim yang belum mendapat giliran akan dikarantina dan dipandu oleh panitia. 4. Selama karantina peserta dilarang berkomunikasi dengan pihak lain. II. Ketika Lomba 1. Tim yang mendapat giliran memasuki lapangan dengan berbaris menghadap juri. 2. Komandan tim lapor kepada juri, bahwa tim telah siap untuk menerima tugas. Juri memberi kesempatan kepada tim untuk melakukan cek peralatan selama tiga menit. 3. Setelah cek peralatan, komandan lapor kepada juri tentang kesiapan peralatan. Apabila telah siap, langsung mendirikan dengan aba-aba dari juri. Setelah tenda selesai didirikan, komandan tim melaporkan kepada juri bahwa tenda telah siap didirikan. 4. Batas waktu pendirian tenda maksimal 10 menit. Apabila sampai 10 menit proses pendirian belum selesai, maka akan langsung dihentikan dan kemudian diserahkan kepada dewan juri untuk dilakukan penilaian. 5. Perlombaan dimulai ketika ada aba-aba dari juri dan dihentikan ketika komandan lapor. 6. Posisi palu berada di dalam tenda. 7. Pembongkaran tenda dilakukan ketika ada aba-aba dari juri, dengan batas waktu pembongkaran 10 menit. 8. Ketika pembongkaran peralatan tidak boleh dilempar dan ditendang 9. Peserta dilarang merusak peralatan dan perlengkapan lomba pasang bongkar tenda (PBT) yang telah disediakan panitia. 10. Apabila point ke 8 terjadi, maka nilai total PBT dikurangi 1 point dan memperbaiki kerusakan pada peralatan PBT.
Pembelajaran dan rekomendasi
2. 10 menit sebelum pelaksanaan seluruh tim sudah berkumpul di lapangan untuk mendapatkan sedikit pengarahan dari panitia/juri, dan panitia akan melakukan tiga kali panggilan dengan selang waktu tiga menit, apabila setelah tiga kali panggilan peserta tiap tim belum datang, maka dianggap tidak mengikuti lomba PBT.
63
11. Peralatan yang sudah dirapikan diletakkan di tempat yang telah disediakan. 12. Setelah dilakukan penilaian, peserta dipersilahkan meninggalkan lapangan dan kembali ke tenda masing-masing. Pasal 4 PENILAIAN
Pembelajaran dan rekomendasi
Aspek penilaian sudah dimulai sejak pertama kali tim memasuki lapangan, adapun kriteria penilaian sebagai berikut:
64
a. Kekompakan dan kerjasama tim. b. Kerapian, ketepatan, dan kekuatan tenda. c. Keselamatan tenda dan personil. d. Kecepatan. Penilaian Lomba PBT NO 1 2 3 4 5 5.1 5.2 5.3 5.4 6 6.1 6.2 6.4
Uraian Brefing dan pembagian tugas Personil Pemerikasaan Tenda yang di pasang * Cek Cover Tenda * Cek Blender tenda * Cek Tiang Utama * Cek Tiang Samping * Cek Tali Utama * Cek Tali Samping Tenda * Cek Palu Bersiap untuk lomba Waktu Lomba Penilaian Pemasangan * Kekompakan dan kerjasama tim Pakaian peseta lomba Pembagian Job Kerja peserta lomba * Ketepatan Pemasangan Cover tenda Pemasangan Tiang Utama dan Tiang Samping Pemasangan Tali Utama dan Tali Samping Pemasangan Pancang Kerapian Pemasangan Keselamatan Tim Penilaian Pembongkaran Teknik Pembongkaran Kelengkapan Peralatan Kerapian dan Keselamatan
Waktu
Jumlah
5 menit 45 menit
10 orang 1 unit 3 buah 4 buah 24 buah 8 buah 24 buah 2 buah
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
Pasal 5 PEMENANG LOMBA 1. Pemenang lomba pasang bongkar tenda adalah tim yang mendapat nilai paling tinggi. 2. Apaabila terdapat kesamaan nilai, maka pemenang akan diambil dari nilai kecepatan.
1. Peserta PBT dapat menyampaikan complain kepada panitia melalui pendamping tim. Pendamping tim menyampaikannya kepada koordinator acara. 2. Koordinator acara akan melakukan pembahasan dengan juri dan atau dewan juri. 3. Hasil pembahasan akan disampaikan kepada pendamping tim, dan keputusan tidak dapat diganggu gugat. Pasal 7 ATURAN TAMBAHAN 1. Dalam keadaan memaksa, panitia berhak meninjau kembali ketentuan ini. 2. Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini akan ditentukan kemudian secara khusus.
Pembelajaran dan rekomendasi
Pasal 6 MEKANISME KOMPLAIN
65
4.5. Lampiran 5 Ketentuan Teknis Lomba Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) Peserta 1. Peserta terdiri dari 5 orang dengan pembagian 4 orang pelaku dan 1 orang korban.
Pembelajaran dan rekomendasi
2. Tergabung dalam tim dan terdaftar sebagai peserta kegiatan ditandai dengan kokarde peserta. Perlengkapan Satu set perlengkapan pertolongan pertama, dengan perlengkapan minimal: Tas PP (perban balut 2 kotak, betadine 1, kassa steril 2 kotak, latex 10 pasang, masker 10, plester luka 2, gunting 1, buku 1, pena). Mitella 15 pcs. Bidai 1 set. 66
Tandu 1 unit. Waktu Pelaksanaan 1. Technical Meeting Hari/Tanggal : 26 September 2014 Waktu : 16.15-selesai Tempat : Lapangan Cubadak Air Kota Pariaman 2. Pelaksanaan Hari/Tanggal : 27 September 2014 Waktu : Jadwal Tentatif Tempat : Lapangan Cubadak Air Kota Pariaman Aturan Kegiatan 1. Penentuan urutan peserta yang akan tampil, ditentukan melalui pencabutan lot saat technical meeting. 2. Saat pelaksanaan, seluruh peserta berkumpul dalam ruangan karantina.
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
3. Pengecekan masing masing kelengkapan peserta untuk kegiatan. 4. Peserta memasuki ruangan perlombaan setelah dipanggil oleh panitia sesuai dengan nomor urut. Tampil hanya satu tim yang memasuki ruangan perlombaan untuk setiap sesi. 5. Dalam waktu 10 menit apa bila peserta tidak masuk ke ruangan pelaksanaan PP di anggap mengundurkan diri.
7. Penjelasan dari juri mengenai penugasan yang akan dikerjakan. 8. Dua menit tim mendiskusikan kasus yang diberikan oleh juri. 9. 20 menit maksimal waktu pelaksanaan kasus, dan dihentikan apabila ada laporan pimpinan tim telah selesai melaksanakan tugas. 10. Tim juri akan memberikan penjelasan dan evaluasi untuk setiap sesi peserta. Penilaian Aspek penilaian sudah dimulai sejak pertama kali tim masuk ke dalam ruangan ruangan pelaksanaan lomba. Adapun kriteria penilaian sebagai berikut: a. Kekompakan, kerjasama tim dan etika. b. Penatalaksanaan kasus. c. Waktu pelaksanaan. d. Pemindahan Korban Pemenang Lomba 1. Pemenang lomba Pertolongan Pertama adalah tim yang mendapat nilai paling tinggi 2. Apabila terdapat kesamaan nilai maka pemenang akan diambil dari nilai penatalaksanaan kasus waktu kecepatan melakukan penanganan yang tertinggi
Pembelajaran dan rekomendasi
6. Peserta melapor kepada juri atas kesiapannya mengikuti perlombaan.
67
Mekanisme Komplain 1. Peserta PP dapat menyampaikan complain kepada panitia melalui pendamping tim, dan pendamping tim menyampaikannya kepada koordinator acara. 2. Koordinator acara akan melakukan pembahasan dengan juri dan atau dewan juri. 3. Hasil pembahasan akan disampaikan kepada pendamping tim, dan keputusan tidak dapat diganggu gugat.
Pembelajaran dan rekomendasi
Tambahan
68
1. Dalam keadaan memaksa, panitia berhak meninjau kembali ketentuan ini. 2. Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini akan ditentukan kemudian secara khusus. 4.6. Lampiran 6 Panduan Teknis Lomba Dapur Umum ď Ž Terdiri dari 3 peserta. ď Ž Bahan memasak disediakan oleh panitia. 1. Bahan makanan untuk 20 orang peserta (jumlah dan jenis sama untuk setiap tim). 2. Air mineral Gelas 40 bh/kontingen. 3. Karet secukupnya. 4. Kertas nasi 20 bh/kontingen. 5. Meja 20 bh. 6. Kantong plastik. 7. Kertas jawaban (kertas HVS). ď Ž Waktu perlombaan tiga jam (ada sistem pengurangan nilai jika, melebihi waktu yang telah di tentukan).
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
Sistim distribusi dengan cara cabut lot. (kontingen yang mendapatkan nama daerah dalam lot, itulah sasaran distribusi. Jika peserta mendapat daerah sendiri, diberlakukan proses cabut lot ulang). Peserta disediakan jatah dua galon air bersih. Peserta membawa kartu distribusi.
Peserta membawa alat tulis. Peraturan lomba. * Peserta harus hadir di lokasi lomba 15 menit sebelum di mulai dengan perlengkapan lomba. * Setiap kontingen memasak untuk 20 porsi. * Peserta dilarang memegang atau menggunakan alat atau bahan sebelum perlombaan dimulai. * Peserta harus menjawab kuis yang disediakan panitia dengan ketentuan: 1) Panitia menyediakan kuis yang harus diisi setiap kelompok/kontingen 2) Kontingen yang terlebih dahulu menyelesaikan kuis wajib mengembalikan lembar jawaban kepada panitia, kemudian akan menerima bahan masakan dan diperbolehkan untuk mulai memasak. Peserta dilarang menggunakan bahan atau zat yang menggandung bahan kimia (penyedap, vetsin/micin). Peserta tidak boleh membawa atau menggunakan makanan siap saji. Peserta dilarang saling pinjam-meminjam alat atau bahan kepada kepada pererta lain.
Pembelajaran dan rekomendasi
Menu ditentukan oleh peserta.
69
Peserta dilarang meninggalkan lokasi lomba, kecuali dengan izin panitia. Peserta dilarang meminta bantuan kepada pihak luar selain anggota kelompok. Peserta dilarang berkomunikasi dengan pihak luar kecuali atas seizin panitia.
Pembelajaran dan rekomendasi
Peserta dilarang meninggalkan arena perlombaan sebelum waktu perlombaan berakhir. Peserta dilarang mengotori arena perlombaan dan arena perlombaan harus tetap bersih setelah perlombaan selesai. Peserta dilarang menggunakan alat elektronik atau HP pada saat perlombaan. Apabila ada pergantian peserta, maka peserta tersebut wajib melaporkan kepada panitia sebelum lomba berlangsung (pada waktu daftar ulang). Peserta dilarang keluar capling. Panitia berhak mendiskualifikasi peserta yang tidak mematuhi peraturan. 70
* Perlengkapan disediakan oleh peserta. * Pengumuman pemenang langsung diumumkan setelah perlombaan selesai * Waktu complain diberikan 15 menit setelah pengumumam pemenang, tetapi keputusan juri tidak bisa diganggu gugat. * Aspek penilaian. Prosessing : Kerjasama Kebersihan Waktu Pelaksanaan Manajemen Bahan
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
Administrasi Kartu distribusi Finishing : Cara Penyajian dan proses distribusi
Cita Rasa 4.7. Lampiran 7 Ketentuan Pelaksanaan Lomba Cerdas Cermat Jambore PRB Provinsi Sumatera Barat 2014 I. Materi Lomba 1. Pengetahuan umum kebencanaan. 2. PB (Penanggulangan Bencana). 3. PRB (Pengurangan Risiko Bencana). II. Tata Tertib 1. Peserta adalah perwakilan dari kelompok siaga bencana/kelompok penanggulangan bencana dari masing-masing kota/kabupaten di Provinsi Sumatera Barat. 2. Sebelum perlombaan dimulai, setiap peserta diwajibkan untuk melaksanakan daftar ulang terlebih dahulu. Satu tim terdiri dari 3 orang (2 putra + 1 putri atau sebaliknya). 3. Setiap peserta diharapkan hadir di tempat perlombaan selambat-lambatnya 15 menit sebelum perlombaan dimulai. 4. Apabila saat perlombaan akan dimulai, namun peserta belum hadir, maka peserta tersebut diberi selang waktu selama 5 menit. Dan apabila dalam waktu tersebut peserta masih belum hadir, maka tim yang bersangkutan dinyatakan gugur.
Pembelajaran dan rekomendasi
Kelengkapan dan Keseimbangan Gizi
71
5. Peserta duduk sesuai tempat yang ditentukan oleh panitia. 6. Peserta, pendamping, dan supporter diharuskan menjaga kebersihan dan ketertiban saat perlombaan sedang berlangsung, baik di dalam ruangan maupun di lingkungan lokasi lomba.
Pembelajaran dan rekomendasi
7. Supporter dan pengamat dilarang memberitahukan jawaban kepada peserta dengan cara apapun selama perlombaan berlangsung. Apabila hal ini terjadi, maka soal akan dibatalkan dan tim yang bersangkutan akan mendapat pengurangan poin/ nilai sesuai ketentuan setiap soal.
72
8. Hal hal yang belum jelas atau belum tercantum dalam tata tertib perlombaan dapat ditanyakan pada acara technical meeting sesuai dengan kebutuhan. 9. Tiap tim wajib mengirimkan satu perwakilannya untuk menghadiri Technical Meeting 10. Tim yang tidak hadir saat technical meeting dianggap menyetujui seluruh ketentuan perlombaan. III. WAKTU PELAKSANAAN 1. Technical Meeting Hari/Tanggal : 26 September 2014 Waktu : 16.15-selesai Tempat : Lapangan Cubadak Air Kota Pariaman 2. Pelaksanaan Hari/Tanggal : 27-28 September 2014 Waktu : Sesuai jadwal Tempat : Lapangan Cubadak Air Kota Pariaman IV. Ketentuan Perlombaan Babak Penyisihan Dalam babak penyisihan hanya akan diujikan satu tipe soal, yaitu soal penawaran. Aturan yang berlaku pada soal tersebut adalah sebagai berikut: a. Tiap regu diwakili oleh salah satu anggotanya untuk memilih satu amplop soal di hadapan juri. b. Soal dari amplop yang sudah dipilih akan dibacakan oleh dewan juri dengan waktu menjawab soal selama tiga menit.
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
c. Jumlah soal yang dijawab dalam setiap amplop ada 10 soal. d. Jawaban benar diberi nilai 100 dan jawaban salah/tidak menjawab diberi nilai 0. e. Regu memberikan jawaban harus melalui juru bicaranya. Apabila yang menjawab bukan juru bicara, maka regu tersebut tidak mendapat nilai dan pertanyaan tidak dilempar.
ď Ž Harus menekan bel (tanda akan disesuaikan) terlebih dahulu dan menjawab setelah dipersilakan panitia. ď Ž Apabila tidak dijawab selama lima detik, maka kesempatan untuk menjawab habis dan soal tidak dilempar lagi. ď Ž Tiap jawaban yang benar diberinilai 100, dan apabila jawaban salah atau tidak dijawab nilai akan dikurangi 25. ď Ž Apabila tidak ada regu yang merebut, barulah panitia akan menawarkan pertanyaan kepada regu yang memiliki giliran setelahnya (misal pertanyaan milik tim A, hanya tim B yang memiliki kesempatan menjawab). Jawaban yang benar diberi nilai 100, dan tidak ada pengurangan nilai apabila tidak dijawab atau dijawab salah. Babak Semi Final Regu yang berhak masuk ke babak semifinal adalah enam regu yang telah lolos dari babak penyisihan. Babak semifinal akan dibagi menjadi dua sub babak. 1) Babak isian tertulis; a. Tiap regu akan diberikan masing-masing lima soal berupa isian singkat. b. Peserta diberikan waktu sebanyak maksimal 3 menit untuk setiap soal. c. Tiap regu akan menuliskan jawaban pada kertas yang telah disediakan oleh panitia d. Jawaban akan dikumpulkan pada panitia pada waktu yang telah ditentukan. e. Bagi jawaban yang benar akan mendapatkan nilai 100, dan salah 0.
Pembelajaran dan rekomendasi
f. Apabila regu pemilik amplop soal tidak menjawab atau memberi jawaban salah, maka regu lain boleh merebut soal dengan ketentuan:
73
f.
Peserta yang tidak mengumpulkan jawaban akan dianggap salah dan mendapat nilai 0.
2) Babak Rebutan a. Soal dibacakan oleh panitia maksimal dua kali, waktu untuk menjawab soal selama tiga menit.
Pembelajaran dan rekomendasi
b. Jumlah soal untuk babak rebutan adalah 20 soal.
74
c. Regu yang berhak menjawab soal adalah regu yang pertama kali menekan bel dan dipersilakan oleh panitia. d. Apabila ada regu yang menekan bel sebelum soal selesai dibacakan, maka pembacaan soal tidak dilanjutkan dan regu yang bersangkutan wajib menjawab soal. e. Apabila tim pertama salah dalam menyebutkan jawabannya, tim yang lain berhak menjawab dengan menekan bel terlebih dahulu dan dipersilahkan oleh panitia. f. Tiap soal yang dijawab benar diberi nilai 100 dan jawaban yang salah akan dikurangi 50. Babak Final Regu yang akan masuk ke babak final merupakan tiga regu yang berhasil lolos dari babak semifinal. Babak final akan dibagi menjadi dua sub-bab: Babak Penawaran Peraturan pada babak penawaran sama dengan peraturan saat peserta melewati babak penawaran pada saat semifinal. Babak Rebutan a. Jumlah soal untuk babak rebutan adalah 20 soal. b. Regu yang berhak menjawab soal adalah regu yang pertama kali menekan bel dan dipersilakan oleh panitia. c. Apabila ada regu yang menekan bel sebelum soal selesai dibacakan, maka pembacaan soal tidak dilanjutkan dan regu yang bersangkutan wajib menjawab soal.
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
d. Apabila tim pertama salah dalam menyebutkan jawabannya, tim yang lain berhak menjawab dengan menekan bel terlebih dahulu dan dipersilahkan oleh panitia e. Tiap soal yang dijawab benar diberi nilai 100 dan jawaban yang salah akan dikurangi. V. Kriteria Penilaian Kecepatan dan ketepatan dalam menjawab soal.
a. Pemenang lomba cerdas cermat ditentukan berdasarkan perolehan nilai tertinggi. b. Jika terdapat nilai tertinggi yang sama, maka untuk menentukan pemenangnya diberikan soal tambahan. V. Mekanisme Komplain 1. Peserta lomba cerdas cermat dapat menyampaikan complain kepada panitia melalui pendamping tim, dan pendamping tim menyampaikannya kepada koordinator acara. 2. Koordinator acara akan melakukan pembahasan dengan juri dan atau dewan juri. 3. Hasil pembahasan akan disampaikan kepada pendamping tim, dan keputusan tidak dapat diganggu gugat. V. Lain-lain Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan pelaksanaan ini akan ditentukan kemudian.
Pembelajaran dan rekomendasi
VI. Pemenang
75
4.8. Lampiran 8 Kode Soal BP.01
Pembelajaran dan rekomendasi
Lembaran Soal Lomba Cerdas Cermat Jambore Kesiapsiagaan Bencana Sumbar 2014 NOMOR SOAL
1
KATEGORI SOAL
KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN PENANGGULANGAN BENCANA
KATEGORI BABAK
PENYISIHAN
PERTANYAAN
Dalam penyelenggaraan penangulangan bencana, kebijakan menjadi salah satu alat ukur ketahanan daerah terhadap bencana, yang akan mengatur peran semua pihak dalam melakukan pengurangan risiko bencana. Di Indonesia, aturan yang mengatur tentang penanggulangan bencana ini adalah : a. UU No. 24 Tahun 2007 b. UU No.23 Tahun 2007 c. PP No. 21 Tahun 2008 d. UU No. 22 Tahun 2007
KUNCI JAWABAN
A
PENJELASAN TAMBAHAN
a. UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. b. UU No.23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian c. PP No. 21 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencanad. d. UU No. 22 Tahun 2007 tentang Pemilu.
76
NOMOR SOAL
2
KATEGORI SOAL
KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN PENANGGULANGAN BENCANA
KATEGORI BABAK
PENYISIHAN
PERTANYAAN
Salah satu tujuan penanggulangan bencana yang tercantum dalam aturan penanggulangan bencana di Indonesia adalah : a. Memberikan Perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana b. Pemulihan kondisi dari dampak bencana. c. Perumusan kebijakan mencegah penguasaan dan pengurasan sumber daya alam. d. Pengendalian pengumpulan dan penyaluran alokasi anggaran.
KUNCI JAWABAN
A
PENJELASAN TAMBAHAN
Salah satu tujuan penanggulangan bencana yang ter足 cantum dalam pasal 4 adalah memberikan perlin足dungan kepada masyarakat dari ancaman bencana (point a), sedangkan jawaban b, c, dan d adalah bagian dari tang足gung jawab pemerintah dalam penanggulangan bencana (UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana).
Pembelajaran dan rekomendasi
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
77
3
KATEGORI SOAL
KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN PENANGGULANGAN BENCANA
KATEGORI BABAK
PENYISIHAN
PERTANYAAN
Untuk mendukung penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana dapat dilakukan melalui penyusunan rencana penanggulangan bencana. Perencanaan penanggulangan ben cana ini meliputi: a. Pengenalan dan pengkajian ancaman, pemahaman kerentanan, analisis kemungkinan dampak bencana, pilihan tindakan, mekanisme, dan alokasi tugas. b. Skenario kejadian bencana dan perkiraan risiko bencana. c. Dampak dari risiko dan pengembangan sisitem peringatan dini. d. Semua benar.
KUNCI JAWABAN
A
PENJELASAN TAMBAHAN
Perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PP 21 Tahun 2008 meliputi: Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana. Pemahaman tentang kerentanan masyarakat. Analisis kemungkinan dampak bencana. Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana. Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana. Alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
Pembelajaran dan rekomendasi
NOMOR SOAL
78
NOMOR SOAL
4
KATEGORI SOAL
KELEMBAGAAN
KATEGORI BABAK
PENYISIHAN
PERTANYAAN
Lembaga yang menyelenggarakan penanggualangan bencana di daerah adalah: a. BNPB b. BPBD c. BPD d. Dinas Sosial
KUNCI JAWABAN
B
PENJELASAN TAMBAHAN
BNPB lembaga pemerintah non-departemen sesuai dengan ketentuan peraturan PerundangUndangan yang menjadi penyelenggara PB di tingkat nasional, BPD adalah Badan Permusyawaratan Desa.
Pembelajaran dan rekomendasi
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
79
5
KATEGORI SOAL
PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN
KATEGORI BABAK
PENYISIHAN
PERTANYAAN
Salah satu upaya penanggulangan bencana adalah melakukan kajian ancaman, kerentanan dan kapasitas. Ancaman, tidak akan selalu menimbulkan bencana. Adapun yang dimaksud dengan ancaman tersebut adalah ....?
Pembelajaran dan rekomendasi
NOMOR SOAL
a. Potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana di suatu wilayah. b. Kondisi atau karakteristik suatu wilayah yang dalam jangka wajtu tertentu mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya. c. Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.
80
d. Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana. KUNCI JAWABAN
C
PENJELASAN TAMBAHAN
Potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana di suatu wilayah (adalah pengertian dari risiko bencana). Kondisi atau karakteristik suatu wilayah yang dalam jangka wajtu tertentu mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya (adalah pengertian dari rawan bencana). Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana (adalah pengertian dari mitigasi).
NOMOR SOAL
6
KATEGORI SOAL
PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN
KATEGORI BABAK
PENYISIHAN
PERTANYAAN
Kejadian gempa 30 September 2009 di Sumatera Barat telah memberikan pembelajaran bagi kita semua tentang pentingnya pengurangan risiko bencana. Peristiwa ini adalah bagian dari pengalaman sejarah kebencanaan yang menjadi tolak ukur dalam perbaikan pendidikan dan pengetahuan kebencanaan. Salah satu kegiatan yang tepat dilakukan dalam penanggulangan bencana adalah .....(KECUALI)? a. Pengenalan dan pemantauan risiko bencana. b. Pengembangan budaya sadar bencana. c. Relokasi masyarakat dari wilayah pantai ke lokasi yang lebih tinggi. d. Peningkatkan komitmen penanggulangan bencana.
KUNCI JAWABAN
C
PENJELASAN TAMBAHAN
Dalam pasal 7 PP No. 21 Tahun 2008 Tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana dapat dilakukan melalui: Pengenalan dan pemantauan risiko bencana. Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana. Pengembangan budaya sadar bencana. Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana. Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana.
Pembelajaran dan rekomendasi
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
81
NOMOR SOAL KATEGORI SOAL KATEGORI BABAK
Pembelajaran dan rekomendasi
PERTANYAAN
82
KUNCI JAWABAN PENJELASAN TAMBAHAN NOMOR SOAL KATEGORI SOAL KATEGORI BABAK PERTANYAAN
KUNCI JAWABAN PENJELASAN TAMBAHAN
7 PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN PENYISIHAN Dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap penanggulangan bencana, maka BNPB telah menerbitkan Buku saku yang berjargon 3T yaitu : a. Tepat, Tangkas, Tekad b.Tanggap, Tangkas, Tangguh c. Tanggap, Tangkap, Tangkas d. Tanggap, Tangkas, Tepat B Buku Saku �Tanggap, Tangkas, Tangguh Menghadapi Bencana� BNPB edisi 2012 8 MITIGASI dan ADAPTASI PENYISIHAN Salah satu upaya yang dilakukan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah Mitigasi. Berikut yang merupakan pengertian dari Mitigasi adalah...... a. Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. b. Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, c. Perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana d. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyaraka. A Jawaban B adalah pengertian dari tanggap darurat, jawaban C adalah Rehabilitasi, Jawaban D adalah rekonstruksi
NOMOR SOAL
9
KATEGORI SOAL
TINDAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
KATEGORI BABAK
PENYISIHAN
PERTANYAAN
Tindakan Pencegahan merupakan cara mengurangi ancaman bencana dan mengurangi kerentanan pihak yang terancam bencana. Berikut ini adalah tindakan pencegahan yang bisa dilakukan.... (KECUALI)? a. Identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana. b. Pemantauan terhadap: penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam; dan penggunaan teknologi tinggi. c. Pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup. d. Pembangunan rumah bertingkat.
KUNCI JAWABAN
D
PENJELASAN TAMBAHAN
Terdapat Dalam Pasal 8 PP No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penannggulangan Bencana.
Pembelajaran dan rekomendasi
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
83
10
KATEGORI SOAL
TINDAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
KATEGORI BABAK
PENYISIHAN
PERTANYAAN
Hidup di daerah yang rawan terhadap gempa bumi, menjadikan kita untuk selalu siap sebelum terjadi gempa bumi. Berikut ini adalah tindakan siap sebelum terjadi gempa bumi... KECUALI? a. Mengetahui sosialisasi terjadinya gempa bumi. b. Melaksanakan dan mengikuti simulasi. c. Membuat rumah dengan harga yang lebih mahal. d. Mengetahui di mana informasi gempa yang bisa didapatkan.
KUNCI JAWABAN
C
PENJELASAN TAMBAHAN
Buku Saku ”Tanggap, Tangkas, Tangguh Menghadapi Bencana” BNPB edisi 2012. Siap sebelum terjadi gempa bumi: Mengetahui sosialisasi tentang gempa bumi, mempelajari penyebab gempa. Membuat konstruksi rumah tahan gempa.· Memperhatikan sistem peringatan dini dan membuat sistem peringatan dini mandiri, seperti mengikat benda-benda yang tergantung dengan kuat. Melaksanakan dan mengikuti simulasi. Mengetahui di mana informasi gempa bisa didapatkan yaitu: BMKG, TV, Radio, ORARI, dan lain-lain. Menyiapkan ”tas siaga bencana”
Pembelajaran dan rekomendasi
NOMOR SOAL
84
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
4.9. Lampiran 9 Laporan Hasil Lomba Jambore Pengurangan Risiko Bencana Sumatera Barat Kota Pariaman, 2014 Ada empat jenis lomba utama dari kegiatan yang dilakukan dalam jambore pengurangan risiko bencana yaitu : 1. Lomba PPGD.
3. Lomba dapur umum. 4. Lomba pemasangan dan bongkar tenda. Diambil masing-masing sebanyak tiga kategori juara yaitu juara I, II dan III, dengan kriteria masing-masing yang berbeda berdasarkan berbagai indikator penilaian oleh juri dan dewan juri. Untuk lomba PPGD maka kriteria penilaian meliputi : Nilai kekompakan dan kerjasama tim, etika. Waktu proses pelaksanaan. Analisa kasus. Pertolongan. Evakuasi. Berdasarkan hasil akhir penilaian, maka juara lomba PPGD untuk jambore PRB bagi KSB tahun 2014 jatuh pada; JUARA I, nilai tertinggi yaitu 72,33, diperoleh dari perwakilan Kota Bukittinggi. JUARA II, perolehan nilai 62,67, diperoleh perwakilan dari Tanahdatar. Juara III, perolehan nilai 60,67, diperoleh Kota Pariaman.
Pembelajaran dan rekomendasi
2. Lomba cerdas cermat.
85
Untuk lomba cerdas cermat setelah diikuti oleh semua peserta dari 17 kota/ kabupaten yang hadir dengan penuh semangat dan antusias melalui dua babak, yaitu babak penyisihan dan babak final, maka lomba ini dimenangkan oleh; Juara I, nilai total 1.275, dimenangkan kontingen Tanahdatar. Juara II, nilai total 950, dimenangkan oleh Padangpariaman.
Pembelajaran dan rekomendasi
Juara III, nilai total 800, dimenangkan oleh Kota Padang.
86
Berikutnya untuk lomba pasang dan bongkar tenda yang diikuti paling banyak peserta ada 170 peserta yang terlibat. Dari hasil akhir penilaian dewan juri dengan kriteria proses penilaian pemasangan dan bongkar tenda, serta waktu pemasangan dan bongkar tenda maka sebagai pemenangnya adalah; JUARA I PBT, total nilai pemasangan dan bongkar 211.00, kemudian total nilai untuk kecepatan pasang dan bongkar 19:57:08, Tanahdatar. JUARA II PBT, total nilai untuk pemasangan dan bongkar 211.00, kemudian total nilai untuk kecepatan pasang dan bongkar 32:30:32, Pasaman. JUARA III PBT, total nilai pemasangan dan bongkar 207.67, kemudian total nilai untuk kecepatan pasang dan bongkar 28:42:63, Padangpariaman Dalam proses ini juga rekor untuk kecepatan pemasangan dan bongkar dimenangkan oleh Kabupaten Sijunjung dengan total nilai pasang 12:13:85 dan bongkar 3:47:37. Untuk itu juri dan panitia memberikan hadiah hiburan kepada tim PBT Sijunjung. Dan Juga kepada koordinator PBT karena dipimpin wanita. Sementara itu untuk lomba dapur umum yang juga diikuti oleh seluruh tim yang hadir dari 17 kota dan kabupaten, dengan kriteria penilaian meliputi; Pertanyaan dan kuisioner terkait dapur umum. Proses pada waktu memasaknya meliputi (kerjasama, kebersiahan, waktu, dan manajemen bahan). Administrasi (manajemen pendistribusian bantuan). Finishing (cara penyajian, gizi, dan cita rasa).
PANDUAN & PEMBELAJARAN Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana di Sumatera Barat
Maka berdasarkan hasil penilaian juri dengan mempertimbangkan hasil rekapitulasi nilai didapatkan tim juara; ď Ž Juara I, total nilai 3200, dimenagkan oleh Kabupaten 50 Kota ď Ž Juara II, total nilai 3150, dimenangkan oleh Kabupaten Pasaman.
Sebagai juara umum dalam jambore pengurangan risiko bencana untuk KSB se Sumatera Barat tahun 2014, berdasarkan hasil lomba dan juga penilaian di luar lomba, maka berdasarkan musyawarah juri dan dewan juri, dinyakan sebagai juara umum untuk Jambore PRB KSB adalah Kabupaten Tanahdatar. Semoga semua tim dapat mempertahankan prestasi yang telah diraih, dan kepada team lain yang belum mendapat juara bisa berlatih lebih keras. Pariaman, 30 September 2014 Tertanda, Koordinator Perlombaan
Pembelajaran dan rekomendasi
ď Ž Juara III, total nilai 2985, dimenangkan oleh Kota Solok.
87
Harmis Kasi. Kesiapsiagaan BPBD Sumatera Barat
Profil Uslaini
Pembelajaran dan rekomendasi
Lahir di Padang pada 11 February 1982 dan akrab dipanggil Chaus. Selama menjalankan studi di Fakultas Pertanian Universitas Andalas, dia aktif sebagai anggota Kelompok Mahasiswa Mencintai Alam Fakultas Pertanian Universitas Andalas (KOMMA FP-UA). Dari organisasi inilah Chaus belajar tentang lingkungan dan kerelawanan. Pada tahun 2005 mulai bergabung sebagai relawan di Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Barat dan mulai belajar tentang Manajemen Penanggulangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat (Community Based Disaster Risk Management) serta ikut dalam respon tanggap darurat bencana yang terjadi di Sumatera Barat. Selama hampir 10 tahun terakhir bekerja bersama dengan NGO baik nasional ataupun Internasional seperti KOGAMI, GTZ, Mercy Corps Indonesia, Yayasan Field Indonesia dan saat ini dipercaya sebagai Direktur Eksekutif WALHI Sumatera Barat.
88
Meldiana Dian lahir di Padang pada 27 September 1984, Saat ini merupakan Relawan aktif di PKBI Sumatera Barat. Menamatkan studi sebagai Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Dian yang memiliki hobby Caving ini juga aktif sebagai anggota KOMMA FP-UA, sebuah organisasi yang mewadahi mahasiswa Faperta Unand untuk belajar dan beraktifitas di alam serta melakukan kegiatan pengabdian masyarakat. Memiliki pengalaman bekerja dalam membangun kesiapsiagaan masyarakat Sumatera Barat dalam menghadapi ancaman bencana. Dian juga tercatat sebagai salah satu Trainer untuk Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD), posisi ini membuatnya berkeliling Sumatera Barat untuk memberikan pelatihan bagi tenaga medis dan anggota KSB serta relawan kebencanaan tentang Teknik Dasar PPGD. Dan sekarang Dian juga merupakan salah satu Pengurus Forum Pengurangan Risiko Bencana (F-PRB) Sumatera Barat.
Panduan & Pembelajaran Jambore Pengurangan Risiko Bencana
Panduan & Pembelajaran Jambore Pengurangan Risiko Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana Di Sumatera Barat
Diterbitkan atas dukungan
Cover Jambore.indd 1
20/06/2015 13:36:08