Edisi I/Tahun I/2009
1
2
Edisi EEd dis isi I/ II/Tahun /TTaah ah hu un I/ II/2009 /2 20 00 09 9
KH. Maktum Jauhari, M.A. Wakil Pimpinan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan
TAUSIYAH
dok.al-amien
Ukhuwah Islamiyah
B
ulan ini, ada dua peristiwa penting yang memantik perhatian banyak pihak. Pertama, bencana jebolnya tanggul Situ Gintung yang menelan korban tewas 100 orang, 102 orang lainnya hilang, dan ratusan rumah rusak. Kerugian ditaksir ratusan miliar, ditambah derita psikologis ribuan warga di daerah itu. Kedua, Pemilu legislatif yang kali ini diikuti 38 partai berhaluan nasionalis, Islam, maupun kombinasi nasionalis-religius. Sekitar 11.215 warga Indonesia hari-hari ini sibuk berebut 560 kursi DPR RI. Dan 1.109 orang akan sekuat tenaga berebut 132 kursi Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Dua peristiwa tersebut, mesti disikapi umat Islam sebagai momentum terbaik untuk meningkatkan kualitas ukhuwah islamiyah antarsesama muslim. Pada peristiwa Situ Gintung misalnya, umat Islam perlu menumbuhkan sikap empati, turut langsung merasakan penderitaan korban. Dengan memberi bantuan, materi maupun imateri, atau paling tidak, ikut mendoakan agar mereka diberi kesabaran, ketabahan, dan jalan keluar yang lebih baik. Dalam konteks Pemilu 2009, umat Islam perlu merapatkan barisan dan memperkokoh ukhuwah. Sejak dini perlu disadari, bahwa kepentingan Pemilu adalah kepentingan sesaat, sementara ukhuwah sifatnya abadi,
tulus, dan tanpa pamrih. Karena itu, ukhuwah islamiyah harus ditempatkan di atas kepentingan partai. Dan umat Islam wajib memenangkan partai-partai berideologi Islam atau yang memiliki kepedulian terhadap kejayaan umat Islam Indonesia. Termasuk dalam hal ini, memilih calon anggota legislatif (Caleg) yang berakhlak islami dan peduli terhadap nasib politik dan sosial umat Islam. Mengapa harus ukhuwah islamiyah? Karena ukhuwah tak pernah bertendensi pada materi. Ia melebihi bentuk persaudaraan lainnya, semisal ukhuwah nasabiyyah (keturunan), wathaniyyah (kebangsaan), maupun hizbiah (partai), dan lainnya. Ukhuwah islamiyah bersifat lintas zaman dan generasi. Pemaknaan ukhuwah islamiyah seperti di atas, banyak tersirat dalam doa-doa yang Rasulullah SAW ajarkan. Seperti, ”Allâhummaghfirlanâ wali`ikhwâninal-ladzîna sabaqûna bil-îmân, walâ taj’al fî qulûbinâ ghillal lil-ladzîna `âmanû.” Atau doa, ”Allâhummaghfir lilmuslimîna wal-muslimât walmu`minîna wal-mu’minât al-ahyâ`i minhum wal-`amwât.” Kedua doa tersebut menyiratkan betapa mengakarnya ukhuwah islamiyah dalam kalbu umat Islam. Sepanjang waktu mereka melafadzkannya dengan ikhlas. Ukhuwah islamiyah termasuk salah satu program unggulan Rasulullah ketika hijrah ke Madinah, selain mendirikan masjid. Saat itu, beliau berhasil menyatukan faksi-faksi di dalam kaum Anshar maupun Muhajirin, atau
sesama Anshar dan Muhajirin, dalam ikatan ukhuwah islamiyah yang harmonis dan dinamis. Beda kekayaan kaum Anshar dan Muhajirin tak menghalangi mereka untuk mengikatkan diri dalam ukhuwah yang intim dan kokoh. Allah memuji keluhuran kaum Anshar yang menerima kedatangan kaum Muhajirin dengan hati ikhlash, dan menganggap mereka layaknya saudaranya sendiri. Allah memuji mereka dengan tiga sifat. Pertama, mereka adalah golongan yang memiliki kecintaan luar biasa. Kedua, mereka kaum yang sangat ikhlas. Ketika Rasulullah membagi-bagikan harta Bani Nadhir kepada kaum Muhajirin, tak ada sedikit pun rasa ingin menggugat dari kaum Anshar kepada Rasulullah, apalagi iri. Ketiga, mereka mendahulukan kaum Muhajirin untuk mendapatkan harta, walau sebenarnya mereka juga membutuhkan. Andai kita bandingkan dengan kehidupan umat Islam masa kini, terlihat jurang perbedaan yang sangat curam. Kini, ukhuwah sudah tercabik-cabik. Umat Islam sudah terkotak-kotak oleh banyak kepentingan duniawi yang temporal. Barisan umat Islam di segala dimensi kehidupan pun menjadi rapuh. Karenanya, tak ada pilihan lain, jika umat Islam ingin meraih kembali masa-masa kejayaannya, mereka harus bersatu dalam payung ukhuwah islamiyah, menyatukan segenap potensi. Kalau tidak, umat Islam akan terus terjebak pada derita perpecahan yang tidak berkesudahan. Wallâhu a’lam bish-shawâb.
Edisi EdisiI/Tahun I/TahunI/2009 I/2009
11
DAFTAR ISI
6
18
|Kalah-Menang Perebutan Kekuasaan
|Agama Penentu Pengendalian Diri
Tausiyah 1
Ukhuwah Islamiyah
Agama 10
Mukjizat Psikologis Al-Qur’an
12
8 Prinsip Tazkiyah an-Nafs
13
Hindari Bakat Instan
14
Hakikat Khusyu’
16
SEFT Korban Situ Gintung
Sosial 15
Virus Ganas Politik Uang
22
Rumah Baru Caleg Gagal Fikih Antikorupsi|
25
Mesin Perusak Narkoba Mata|
Pendidikan 28
Terapi Ibadah
30
Studi ‘Conditioning’
33
Hak Demokrasi Buta Huruf
31
Keluarga 34
Beda Partai Keluarga Runtuh?
30
Bom Waktu Televisi
33
Sakinah Berkat Memuji Pasangan
41
2
Edisi I/Tahun I/2009
Heboh Nikah Dini
4
Anak 44
Rumah Anak Jalanan
47
Mendidik Anak Bandel
48
Psiko-Edukatif Anak
Remaja 54
“Ego Centered” bukan Percaya Diri
59
Jamur Fans Klub
Tawakal Obat Pecandu Narkoba|
56 Untung Rugi Facebook|
Bisnis
52
62
Pamrih Kegigihan
65
Langkah Awal Memulai Bisnis
1
49
67
Maju Bersama Komunitas
70
Merebut Kembali Bisnis di Batam
|Hentikan ‘Trafficking’
52 Edisi I/Tahun I/2009
3
QALAM IFTITAH
Assalâmu’alaikum wr, wb. Alhamdulillâh, setelah melewati tahap pendahuluan penerbitan Edisi Perdana bulan lalu, kini Majalah Qalam dapat hadir kembali ke hadapan para pembaca pada Edisi Kesatu yang sesungguhnya. Pada edisi ini, hanya beberapa pengembangan yang kami lakukan, berdasarkan masukan dan evaluasi para pembaca, baik yang disampaikan langsung, melalui pesan singkat (SMS), maupun lewat email kepada kami. Secara umum, edisi kesatu ini tak banyak berbeda dari Edisi Perdana. Hanya isi yang pada edisi ini tampil agak beda, dengan suplemen berbahasa Arab di bagian akhir Majalah. Sebagai pemberitahuan kepada para pembaca yang budiman, bahwa suplemen santri Majalah Qalam memang akan terbit bergirlir dalam tiga bahasa (Indonesia, Arab dan Inggris) secara beraturan setiap edisinya. Dan hanya bagian inti (dari halaman 1-74) yang terus akan tetap menggunakan bahasa Indonesia. Mekanisme ini memang masih dalam tahap penjajakan yang sangat terbuka untuk dievaluasi dan dikembangkan. Kami memohon maaf jika masih pembaca dapat menemukan banyak kekurangan, baik dalam penulisan maupun tata letak. Mohon kiranya dilayangkan kritik membangun demi perbaikan tampilan maupun arah isi yang lebih baik. Sukses Edisi Perdana lalu, sangat memicu kami untuk menjalankan amanah suci Pondok Pesantren Al-Amien, agar dikelola sebaik-baiknya. Banyak sekali dukungan, bantuan, kontribusi dan simpati dari para alumni, wali santri maupun simpatisan Pondok Pesantren Al-Amien, yang menambah gairah kami untuk terus memperbaiki kinerja dan hasil kerja ini. Semoga cita-cita berdirinya Majalah Qalam sebagai perekat ukhuwah dan silaturrahim seluruh elemen keluarga besar Pondok Pesantren Al-Amien, dapat tercapai. Demikian. Wassalâmu’alaikum wr, wb.
4
Edisi I/Tahun I/2009
Majalah Tazkiyah an-Nafs
Edisi I/ Tahun I/ 2009 Pengarah: KH. Muhammad Idris Jauhari, KH. Maktum Djauhari MA, Prof. Dr. Roem Rowi, Prof. Dr. Achmad Mubarok MA, D. Zawawi Imron Pemimpin Umum/Penanggungjawab: Ahmad Taufiq Abdurrahman Manajemen: Shofiyah Tidjani Tim Editor: Abdurrahman As’ad Ahmadie Thaha Amir Faishol Fath Anwar Wahdi Arif Firmansyah Dharifi Zumar Fathurroji Hasan Basri Alcaff Idris Thaha Jamal D. Rahman M. Ghozi Mubarok Moh. Hamzah Arsa Kontributor: Abdurrahman Tsani Agus Romli Ahmad Zamhari Hasan Ainurrahman Ghufron Hasan
Nazlah Hidayati Novie Chamelia Saibansyah Dardani Samson Rahman Sofyan Badrie Suadi Sa’ad Tata Septayuda Yessi HM. Basyaruddin Yayah Hidayah Zubaidi Roqib Zubairi Hasan
Hasan Sanjuri Islahuddin Iwan Kuswandi Moh. Munif Muhtadi
Tim Produksi: Ali Ibnu Anwar, Ilyas Thaha (Desain) Ahmad Gabriel, Hudan (Foto) Ipunk Saiful Bahri (Percetakan) Tim Usaha: A. Hidayat M.S Ahmad Subeki Ahmadi
Andrianto Slamet Fiddien Zainul Ishaq
Kontak: Alamat: Jl. Pancoran Barat IX no. 3 Pancoran, Jaksel 12780 Indonesia Telepon: 021-27480800 Faksimili: 021-7480899 E-mail: qalam@al-amien.ac.id, sekredqalam@yahoo.com Website: www.majalahqalam.com Rekening: BNI Senayan Norek: 0139277238 a/n: SHOFIYAH Penerbit: AL-AMIEN MEDIATAMA
Edisi I/Tahun I/2009
5
AGAMA|feature|artikel | berita|
T
entu semua orang menginginkan sukses. Tapi Ni Putu Lilik Heliawati (45) tak mampu mengendalikan diri. Bukan hanya kemudian ia gagal meraih sukses, ia bahkan gagal hidup. Calon anggota legislatif nomor tiga Partai Hanura ini meninggal dunia secara tragis di rumahnya di Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng, Bali. Ia diduga meninggal akibat serangan jantung setelah menerima telepon bahwa perolehan suaranya pada Pemilu 2009 tak memenuhi harapannya untuk duduk di kursi DPRD Buleleng. Kisah tragis juga dialami seorang caleg daerah pemilihan Tangerang, Banten. Saat mengetahui kalah dalam perolehan suara Pemilu 2009, pria berusia 40 tahun yang namanya tertera di daftar pemilih ini kehilangan kendali diri. Ia tiba-tiba saja merangkak di pinggir jalan perumahan elit Alam Sutera Kunciran, Serpong, dengan membawa cangkir sambil meminta-minta uang kepada orang yang berlalu lalang. “Kembalikan uang saya, kembalikan,� kata si caleg yang kemudian diselamatkan keluarganya dari kerumunan orang. Begitulah, tak sedikit orang yang gagal mengendalikan diri. Padahal,
Dr. Michael McCollough
6
Edisi I/Tahun I/2009
Agama Penentu Pengendalian Diri Ahmadie Thaha
Banyak kalangan pernah meragukan kemampuan agama menjadi pranata perbaikan sosial. Kini ditemukan bukti agama dapat melatih penganutnya mengendalikan diri, dan kaum beragama cenderung bersikap lebih baik dari yang tak beragama.
untuk meraih sukses, pengendalian diri merupakan faktor penentu yang lebih signifikan dibanding materi dan kemakmuran yang sering dianggap sebagai modal utama. Menurut Dr. Michael McCollough, gurubesar psikologi di Universitas Miami, Amerika Serikat, pengendalian diri (self control) amat penting agar seseorang mendapatkan kesuksesan hidup. Lantas, siapakah orang yang paling mampu memiliki pengendalian diri? Melalui penelitiannya yang intensif, McCollough sampai pada kesimpulan bahwa orang yang beragamalah yang lebih mampu mengendalikan diri daripada mereka yang tidak beragama. Dari penelitiannya ia menemukan, orang yang beragama akan lebih baik dalam mencapai tujuan hidup jangka panjang. Dengan ini, pada gilirannya, orang beragama cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih baik, berkelakuan terhormat, berperilaku hidup sehat, jarang mengalami depresi, sedikit penyimpangan nilai, dan cenderung panjang umur. Dalam penelitiannya, McCollough melakukan evaluasi terhadap
feature agama hasil-hasil penelitian keagamaan selama delapan dasawarsa sebelumnya, yang kesemuanya meneliti tentang tingkah laku manusia yang berbeda-beda dari seluruh penjuru dunia. Dari semua itu, ia menemukan kejelasan fakta bahwa keyakinan terhadap agama dan pengamalannya mampu mendorong seseorang untuk mengendalikan diri, mengatur emosi dan tingkah laku secara efektif, sehingga penganut agama sanggup menggapai tujuan hidup yang bermakna. Dalam hasil penelitian yang telah dipublikasikan di Psychological Bulletin edisi Januari 2009, McCollough menegaskan pentingnya pengendalian dan manajemen diri yang menentukan sikap manusia. Hubungan ini sudah umum dikenal dalam kajian ilmu sosial. Tapi, kemungkinan hubungan antara religiusitas dengan pengendalian diri yang dapat menjelaskan hubungan agama terhadap kesehatan tak terlalu banyak mendapat perhatian ilmuwan. “Kami berharap penelitian kami akan memperbaiki kekurangan pandangan ilmiah itu,” tandas McCollough. Beberapa kesimpulan menarik dihasilkan tim peneliti McCollough, di antaranya: Ritual keagamaan, seperti shalat dan meditasi, jelas mempengaruhi bagian otak manusia yang paling penting untuk mengendalikan diri dan mengatur emosi. Ketika seseorang menganggap tujuan mereka sebagai “ibadah”, maka mereka akan memusatkan lebih banyak tenaga dan usaha untuk meraih tujuan tersebut. Karenanya, pelaku akan fokus terhadap tujuannya tersebut. Selain itu, kehidupan beragama mampu berkontribusi untuk mengendalikan diri seseorang. Alasannya, karena kehidupan beragama memberi standar yang jelas dalam berperilaku, yang menyebabkan seseorang mampu melihat kekurang-
an tingkah lakunya. Juga memberi kesadaran bahwa Tuhan senantiasa mengawasi tingkah lakunya itu. Fakta utama dari kehidupan orang beragama adalah kecenderungan untuk mengendalikan diri dari perilaku negatif. Seperti tidak suka mabuk-mabukan, minum-minuman keras, melakukan tindak kriminal dan perbuatan yang melanggar undang-undang. “Dengan menganggap agama sebagai kekuatan sosial, itu akan menambah keyakinan mereka untuk senantiasa mengendalikan desakan hati dalam meraih cita-cita yang lebih tinggi. Sehingga agama bisa menjadi penyebab seseorang untuk berbuat apa saja,” tandas McCollough. Para peneliti sejak tahun 1920-an telah berulang kali menemukan
korelasi antara religiusitas dan pengendalian diri yang lebih tinggi di kalangan siswa dan orang dewasa. Mereka menemukan fakta bahwa siswa yang menghabiskan banyak waktu di sekolah agama memperoleh hasil tes pengukuran disiplin diri lebih baik. Studi lainnya menunjukkan bahwa anak-anak yang taat beragama jarang mendapat teguran dari orang tua dan guru, dan bahwa religiusitas berulang kali terbukti berkorelasi dengan tingginya tingkat pengendalian diri di kalangan orang dewasa. Mereka juga menemukan fakta bahwa orang-orang taat lebih setia menjalankan peraturan wajib pakai sabuk pengaman, pergi ke dokter gigi dan menggunakan vitamin, dibanding yang lainnya. Walaupun timbul beberapa
Edisi I/Tahun I/2009
7
feature agama pertanyaan apakah ketaatan religius yang menyebabkan pengendalian diri ataukah sebaliknya, McCullough mengatakan telah memperhatikan bias-bias pilihan diri dalam penelitiannya dan ia tetap menemukan alasan untuk percaya agama memiliki pengaruh kuat. “Bila Anda menggabungkan kesemuanya, ternyata terdapat temuan yang sungguh konsisten bahwa religiusitas berkorelasi dengan tingginya pengendalian diri,” kata gurubesar itu. “Studi-studi yang dilakukan dengan men-scan otak menunjukkan bahwa ketika orang berdoa atau bersemedi, terdapat banyak
aktivitas di kedua bagian otak yang penting bagi pengaturan diri dan pengendalian perhatian serta emosi,” jelasnya. “Upacara-upacara yang dijalankan oleh agama-agama selama beribu-ribu tahun sepertinya semacam latihan anaerobik bagi pengendalian diri.” Dalam studi yang diterbitkan oleh Universitas Maryland pada 2003, para siswa yang disodori katakata religius (seperti Tuhan, doa atau kitab suci) lebih lambat mengenali kata-kata yang berhubungan dengan maksiat (seperti minuman keras atau seks sebelum nikah). Sebaliknya, ketika mereka pertama-
Lima Strategi Pengendalian Diri Setiap hari pasti kita mengalami konflik batin. Terkadang kita tak mampu mengendalikan diri dalam merespon konflik-konflik itu. Berikut ini lima strategi pengendalian diri. Jurus ini bisa Anda terapkan untuk apa saja, yang berurusan dengan pengendalian diri. Pertama, mengendalikan diri dengan menggunakan prinsip kemoralan. Setiap agama pasti mengajarkan kemoralan. Misalnya tidak mencuri, tidak membunuh, tidak menipu, tidak berbohong, tidak mabuk-mabukan, tidak melakukan tindakan asusila. Saat ada dorongan hati untuk melakukan sesuatu yang negatif, coba larikan ke rambu-rambu kemoralan. Apakah yang kita lakukan ini sejalan atau bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama? Misalnya kita mendapat kesempatan untuk mendapat untung dengan cara tak wajar. Bahasa kasarnya, kesempatan untuk korupsi. Saat terjadi konflik diri antara ya atau tidak, mau melakukan atau tidak, kita dapat mengacu pada prinsip moral di atas. Agama mengajarkan kita untuk tidak mencuri atau mengambil barang yang bukan milik kita, tanpa seizin pemiliknya. Kalau kita teguh dengan prinsip moral ini maka kita tidak akan mau korupsi. Korupsi itu dosa. Korupsi itu karma buruk. Bisa masuk neraka.
8
Edisi I/Tahun I/2009
tama disodori kata-kata maksiat, mereka lebih cepat mengenali katakata yang religius. “Tampak seolah-olah orang tadi menghubungkan agama dengan godaan-godaan maksiat ini,” kata McCullough. “Setiap kali ada godaan maksiat melintas di pikiran mereka dalam kehidupan sehari-hari, mereka dengan cepat menggunakan agama untuk mengusirnya dari pikiran mereka.” Di salah satu studi kepribadian, orang yang betul-betul religius coba dibandingkan dengan orangorang yang mengikuti pernyataanpernyataan spiritual yang lebih
umum, seperti gagasan bahwa hidup mereka “dikendalikan oleh kekuatan spiritual lebih besar daripada makhluk manusia manapun” atau bahwa mereka merasakan “hubungan spiritual dengan orang lain.” Orang-orang beragama memperoleh skor pengendalian diri dan kesadaran relatif tinggi, sedangkan orang spiritual cenderung mendapatkan skor relatif rendah. “Memikirkan tentang kesatuan manusia dan kesatuan alam sepertinya tak berhubungan dengan pengendalian diri,” jelas McCullough. “Efek pengendalian diri tampaknya datang dari keterlibatan dengan peri-
laku dan institusi-institusi keagamaan.” “Apakah ini berarti bahwa orang kafir seperti saya harus mulai datang ke gereja?” tanya John Tierney, wartawan New York Times kepada McCullough. “Bukanlah sekali pun Anda tak percaya akan dewa supernatural, Anda bisa mencoba meningkatkan pengendalian diri Anda setidaknya dengan mengikuti upacara-upacara yang diadakan organisasi agama.” Tampaknya hal itu tak akan berguna, kata McCullough, sebab studi tentang kepribadian sudah menemukan perbedaan antara orang beriman yang sesungguhnya
Kedua, pengendalian diri dengan menggunakan kesadaran. Kita sadar saat suatu bentuk pikiran atau perasaan yang negatif muncul. Pada umumnya orang tidak mampu menangkap pikiran atau perasaan yang muncul. Dengan demikian mereka langsung lumpuh dan dikuasai oleh pikiran dan perasaan mereka. Misalnya, seseorang menghina atau menyinggung kita. Kita marah. Nah, kalau kita tidak sadar atau waspada maka saat emosi marah ini muncul, dengan begitu cepat, tiba-tiba kita sudah dikuasai kemarahan. Jika kesadaran diri kita bagus maka kita akan tahu saat emosi marah ini muncul. Kita akan tahu saat emosi ini mulai mencengkeram dan menguasai diri kita. Kita tahu saat kita akan melakukan tindakan ”bodoh” yang seharusnya tidak kita lakukan. Saat kita berhasil mengamati emosi maka kita dapat langsung menghentikan pengaruhnya. Kalau masih belum bisa atau dirasa berat sekali untuk engendalikan diri, larikan pikiran kita pada prinsip moral. Biasanya kita akan lebih mampu mengendalikan diri. Ketiga, dengan perenungan. Saat kita sudah benar-benar tidak tahan, mau m “ eledak” karena dikuasai emosi, saat kita mau marah besar, coba lakukan perenungan. Tanyakan pada diri sendiri pertanyaan, misalnya: Apa untungnya saya marah? Mengapa saya marah ya? Apakah alasan saya marah ini sudah benar? Dengan melakukan perenungan kerap kali maka kita akan mampu mengendalikan diri. Prinsip kerjanya sederhana. Saat emosi aktif maka logika kita tak akan jalan. Demikian pula sebaliknya. Jadi,
dengan orang yang yang hadir ke acara-acara keagamaan dengan alasan-alasan ekstrinsik, seperti sekedar membuat dirinya dikenal atau demi membangun hubungan sosial. Orang yang secara intrinsik religius mempunyai pengendalian diri lebih tinggi, sementara orang yang hanya religius secara ekstrinsik tidak. Orang-orang beragama, katanya, terkendali dirinya bukan hanya karena mereka takut pada Tuhan, tetapi karena mereka menyerapkan cita-cita ideal agama ke dalam sistem nilai mereka, dengan demikian memberi aura suci pada tujuantujuan hidup mereka.
saat kita melakukan perenungan atau berpikir secara mendalam maka kadar kekuatan emosi atau keinginan kita akan menurun. Keempat, pengendalian diri dengan menggunakan kesabaran. Emosi naik, turun, timbul, tenggelam, datang, dan pergi seperti halnya pikiran. Saat emosi bergejolak, sadari bahwa ini hanya sementara. Usahakan tidak larut dalam emosi. Gunakan kesabaran, tunggu sampai emosi surut, baru berpikir untuk menentukan respon yang bijaksana dan bertanggung jawab. Kelima, menyibukkan diri dengan pikiran atau aktivitas yang positif. Pikiran hanya bisa memikirkan satu hal dalam suatu saat. Ibarat layar bioskop, film yang ditampilkan hanya bisa satu film dalam suatu saat. Nah, film yang muncul di layar pikiran inilah yang mempengaruhi emosi dan persepsi kita. Saat kita berhasil memaksa diri memikirkan hanya hal-hal positif maka film di layar pikiran kita juga berubah. Dengan demikian pengaruh dari keinginan atau suatu emosi akan mereda.
Edisi I/Tahun I/2009
9
AGAMA|feature|artikel | berita|
Mukjizat Psikologis Al-Qur`an dok. pribadi
Nazlah Hidayati M.Psi Dosen UIN Malang
S
ecara umum, mukjizat dikenal sebagai kejadian ajaib yang sulit dijangkau kemampuan akal manusia. Dalam Islam, mukjizat berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Dan al-Qur`an merupakan mukjizat besar Islam yang terbentang sepanjang masa. Tak akan ada seorangpun mampu membuat tandingannya hingga akhir zaman nanti. Al-Qur`an memiliki banyak aspek keistimewaan dan kemukjizatan. Salah satunya adalah mukjizat psikologis. Al-Qur`an diyakini sebagai satu-satunya kitab suci yang memiliki energi daya gubah dan gugah yang luar biasa, serta semacam pengaruh yang dapat melemahkan dan menguatkan jiwa seseorang. Peristiwa keislaman Umar ibn Khaththab RA setelah membaca lembaran ayat -ayat al-Qur`an, menjadi bukti kemukjizatan al-Qur`an secara psikologis ini. Allah berfirman, ”Sesungguhnya orang-orang mukmin (yang sempurna) adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, bergetar hati mereka. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, bertambah iman mereka.” (Qs. al-Anfâl [8]: 2) Bukti lain misalnya, penelitian yang dilakukan DR. Ahmad al-
10
Edisi Edisi I/Tahun I/Tahun I/2009 I/2009
Qadhi mengenai pengaruh ayatayat al-Qur`an terhadap kondisi psikologis dan fisiologis manusia. Ia buktikan, al-Qur`an mampu menciptakan ketenangan batin (psikologis) dan mereduksi ketegangan-ketegangan saraf (fisiologis). Penelitian ini dilakukan terhadap lima sukarelawan nonmuslim, berusia antara 17-40 tahun, menggunakan alat ukur stres jenis MEDAQ 2002 (Medical Data Quetient), yang dilengkapi software dan sistem detektor elektronik hasil pengembangan Pusat Kedokteran Universitas Boston, Amerika Serikat. Sebelum penelitian dimulai, setiap responden dipasangi empat jarum elektrik di tubuh masing-masing, yang dikoneksikan ke mesin pengukur berbasis komputer. Ini dilakukan untuk mendeteksi gelombang elektromagnetik, dan mengukur reaksi urat saraf reflektif pada masingmasing organ tubuh responden. Pada ujicoba pertama, kelima responden diperdengarkan 85 kali ayat-ayat al-Qur`an secara mujawwad (tanpa lagu). Pada percobaan kedua, 85 kali diperdengarkan kalimat-kalimat biasa berbahasa Arab secara mujawwad. Dan pada percobaan ketiga, 40 kali responden dibiarkan duduk membisu sambil menu-
tup mata, tanpa dibacakan apaapa. Hasilnya, 65% responden yang mendengarkan ayat-ayat al-Qur`an mendapat ketenangan batin dan ketegangan sarafnya turun hingga 97%. Begitulah kemukjizatan alQur`an yang bukan sekedar kitab bacaan, namun mampu memotret jiwa dan raga manusia. Tapi, untuk menyingkap tabir dan rahasia al-Qur`an, tidak akan mampu dilakukan menggunakan cara-cara sombong (Qs. al-A’râf [7]: 146). Seperti diungkap Prof. DR. Jeffrey Lang, guru besar Matematika Amerika dari Universitas Kansas yang kini telah masuk Islam, ”Anda tidak dapat membaca al-Qur`an begitu saja, kecuali jika Anda bersungguhsungguh memberi perhatian dengan penghayatan mendalam. Anda tinggal memilih, menyerahkan sepenuhnya, seluruh jiwa dan raga, kepada al-Qur`an, atau Anda akan memeranginya dengan akal dan nalar Anda. Maka al-Qur`an akan menyerang Anda lebih kuat dari yang Anda bayangkan, mendebat, mengkritik dan membuat malu para penantangnya.” Selain sebagai potret jiwa dan raga, al-Qur`an juga berfungsi sebagai obat/terapi psikologis. Efek penyembuhan dengan mem-
ARTIKEL AGAMA perdengarkan ayat-ayat al-Qur`an atau meminta pasien untuk membacanya, terbukti sangat luar biasa. Sebuah riwayat yang disampaikan Ibnu Sunni dari Abdurrahman ibn Abu Laila disebutkan, pernah seorang lelaki datang menghadap Rasulullah SAW dan berkata, ”Saudaraku sedang sakit, wahai Rasulullah.” Nabi bertanya, ”Sakit apa saudaramu?” ”Sejenis penyakit hilang ingatan (gila),” jawab lelaki itu. Lalu Nabi memeritahkan, ”Bawalah ia padaku.” Setelah si pasien dihadapkan kepada Rasulullah, lalu beliau menerapinya dengan membacakan ayat-ayat dari surah al-Fâtihah, al-Baqarah ayat 2-5, 163-164, 225, 284-286, Âli ’Imrân ayat 2, 18, al-A’râf ayat 54, al-Mu`minûn ayat 116, al-Jin ayat 3, al-Hasyr ayat 22-24, al-Ikhlâs ayat 1-4, al-Falaq ayat 1-5, dan an-Nâs ayat 1-6. Setelah beberapa kali diterapi si pasien sembuh dan normal kembali. Subhânallâh. Membentuk Kepribadian Seperti dikemukakan di atas, al-Qur`an hanya akan berpengaruh secara psikologis jika seseorang benar-banar mampu bersahabat akrab dengannya. Baik dengan membaca, menghayati dan mengamalkannya penuh keyakinan, disiplin dan berulang-ulang. Membaca al-Qur`an dengan memahami maknanya melalui tafsir dan takwil (al-hikmah), flickr.com akan menghasilkan potensi pencegahan, perlindungan dan penyembuhan banyak penyakit psikologis. Segala penyebab gangguan psikologis dan terganggunya eksistensi kejiwaan akan lenyap dengan menjadikan al-Qur`an sebagai pedoman hidup. Ketika seseorang mampu menjadikan al-Qur`an sebagai pedoman hidup, berarti ia telah memiliki kepribadian Qur’ani. Kepribadian semacam ini diperoleh ketika seseorang telah berhasil mentransformasikan isi kandungan al-Qur`an ke dalam dirinya, untuk kemudian diinternalisasikan dalam kehidupan nyata. Proses transformasi dan internalisasi tersebut harus tercermin dalam semua dimensi nilai-nilai al-Qur`an. Yaitu dimensi i’tiqâdiyah (keimanan), khuluqiyyah (etika), dan ’amaliyyah (perilaku). Simbologi al-Qur`an Sebuah wacana mukjizat al-Qur`an yang kini
mulai diteliti oleh beberapa ahli sebagai ilmu baru adalah simbologi al-Qur`an yang mampu memetakan dan membaca karakter manusia. Menurut ilmu ini, karakter setiap orang terwakili oleh salah satu dari 30 juz di dalam al-Qur`an. Artinya, baik masa lalu, kelebihan dan kekurangan, bakat dan minat, problem solving, sifat, dan prediksi kehidupan masa depan seseorang, dapat diketahui dengan menganalisis dan mempelajari juz yang menjadi karakternya. Penentuan juz, didasarkan pada pemaknaan simbol-simbol dalam al-Qur`an yang meliputi huruf, ayat, surah, halaman, angka dan tema. Kriteria huruf Hijaiyah yang dipergunakan dalam penentuan juz adalah deret 32 huruf, dengan menambahkan empat huruf tâ`, alîf lâm, hamzah, dan lâm alîf dari 29 deret huruf yang lazim dikenal. Setiap huruf memiliki makna simbolik tersendiri. Misalnya huruf-huruf dari âlîf sampai syîn, diasumsikan sebagai simbol tubuh atau fisik. Huruf shâd sampai kâf, diasumsikan memetakan tentang masa depan dalam realitas sehari-hari. Sedangkan huruf lâm sampai alîf lâm menggambarkan masa lalu. Berbagai metode yang digunakan, antara lain metode identifikasi karakter berdasarkan surah, struktur huruf, huruf cetak tebal di setiap awal juz, tanda ruku’ (’ain juz), dan makna halaman. Misalnya, ketika analisis menggunakan metode identifikasi karakter berdasarkan surah, maka seseorang yang memiliki karakter juz dua (surah al-Baqarah) dengan total 111 ayat, jika dikorelasikan dengan surah ke-111 (al-Lahab/gejolak api), maka orang yang memiliki karakter juz tersebut cenderung menanggapi sesuatu dengan emosi dan sulit mengendalikan emosi. Makna lainnya, surah al-Baqarah artinya sapi betina. Sapi adalah binatang yang kuat menghadapi perubahan cuaca. Maka orang dengan karakter juz dua, cenderung memiliki ketahanan fisik terhadap cuaca. Ia seorang pekerja keras dan pantang menyerah, namun kadangkala ia bisa kehilangan inisiatif jika emosi sedang menguasai. Begitulah. Selain efek menenangkan dan menggetarkan jiwa, al-Qur`an juga memiliki efek preventif, kuratif dan terapeutik terhadap berbagai penyakit kejiwaan, spiritual hingga fisik. Wallâhu a’lam.
Edisi I/Tahun I/2009
11
AGAMA|feature|artikel | berita|
Delapan Prinsip Tazkiyah an-Nafs Prof. DR. Achmad Mubarok MA Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA
J
iwa manusia, oleh Allah SWT telah didesain sempurna, dianugerahi kapasitas tertentu, berfitrah suci, dan bisa ditingkatkan kesuciannya. Tapi bisa juga menjadi kotor jika dikotori. Al-Qur`an sejak awal telah mengingatkan tentang kesucian jiwa tersebut, yang terangkum dalam beberapa prinsip berikut ini: Pertama, nafs yang suci secara fitri, atau suci sejak mula kejadiannya. Yaitu nafs anak-anak yang belum mukallaf dan belum pernah melakukan perbuatan dosa, seperti disebut dalam firman Allah, ”Musa pun berkata, “Mengapa kamu bunuh jiwa yang suci, bukan karena ia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan yang mungkar.” (Qs. al-Kahfi 18]: 74) ”Ia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku ini haruslah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” dan (Qs. Maryam [19]: 19) Kedua, nafs yang suci jika tidak dipelihara kesuciannya, bisa berubah menjadi kotor. Allah berfirman, ”Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotori (jiwa) nya.” (Qs. asy-Syams [91]: 10) Ketiga, manusia bisa melakukan usaha penyucian jiwa. Seperti disebut dalam surah an-Nâzi’ât [79] ayat 18, ”Dan katakanlah (kepada Fira’un) adalah keinginan bagimu
12
Edisi Edisi I/Tahun I/Tahun I/2009 I/2009
untuk membersihkan diri (dari kesesatan).” al-Fâthir [35] ayat 18, ”Dan barangsiapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri.” Dan al-A’lâ [14] ayat 1: ”Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman).” Keempat, proses penyucian jiwa, bisa melalui usaha. Seperti dengan mengeluarkan zakat, atau menjalankan pergaulan hidup secara terhormat. Allah berfirman, ”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan (hati dari kekikiran dan cinta harta) dan menyucikan mereka (dengan tumbuhnya sifat-sifat terpuji dalam jiwa mereka).” (Qs. At-Taubah [9]: 103) ”Jika kamu tidak menemui seorangpun di dalam rumah (yang bukan rumahmu) itu, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, “Kembali (saja)lah,” maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu.” (Qs. an-Nûr [24]: 28) ”Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka.” (Qs. an-Nûr [24]: 30) Kelima, penyucian nafs juga bisa dilakukan dengan proses pendidikan, seperti yang dilakukan oleh para Nabi kepada umatnya. Hal ini ditegaskan al-Qur`an dalam
banyak surah. Seperti al-Baqarah [2] ayat 129 dan 151, Âli-‘Imrân [3] ayat 164, dan al-Jum’ah [62] ayat 2. Keenam, di samping melalui usaha dan pendidikan, penyucian jiwa bisa juga terjadi karena karunia dan rahmat Allah yang diberikan kepada orang yang Dia kehendaki. ”Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatanperbuatan keji dan munkar itu) selama-lamanya,. Tapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.” (Qs. an-Nûr [24]: 21) Dan surah an-Nisâ` ayat 49, ”Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih? Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak aniaya sedikitpun.” Ketujuh, perbuatan menyucikan jiwa (tazkiyyât an-nafs), merupakan perbuatan terpuji dan dihargai Allah. Seperti disebut dalam surah Tâhâ [20] ayat 75-76, asy-Syams [91] : 9, al-A’lâ [87]: 14, dan al-Lail [92]: 18. Kedelapan, perbuatan mengaku jiwanya telah suci, merupakan hal yang tercela. Hal ini telah Allah tegaskan dalam surah an-Nisâ` [4] ayat 49, dan an-Najm [53] ayat 32, ”Maka, janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” 4
ARTIKEL AGAMA
Hindari Bakat Instan Yayah Hidayah MPsi Dosen Psikologi Agama Mercu Buana & USAHID
A
khir-akhir ini, kita tengah dicekoki banyaknya ajang pencarian bakat ala “idol-idol�an maupun lomba-lomba. Dari lomba menyanyi, pemilihan bintang, dan sebagainya. Proses instan pencarian bakat-bakat segar industri musik dan hiburan di tanah air ini, sering mengesampingkan dampak dari pola yang serba instan itu. Dengan acara seperti ini, remaja dan anak-anak akan semakin banyak yang bercita-cita menjadi penyanyi dan bintang sinetron. Mereka berpikir, dengan ikut audisi, bergaya, bernyanyi, dan bantuan sms dari pemirsa TV, ditambah sedikit keberuntungan, mereka akan langsung tenar dan menjadi juara. Padahal seharusnya, remaja dan anak diberi stimulus proses berpikir dengan porsi lebih besar. Seperti melalui lomba matematika, fisika, karya ilmiah atau lombalomba penelitian lainnya. Dalam pencarian bakat, semestinya dilakukan dengan proses alami. Karena, dengan proses yang terlalu singkat atau pendek, akan sulit untuk menilai keberhasilan yang sebenarnya. Anak yang berhasil dengan proses ini, biasanya akan cepat putus asa, cengeng dan bermental kurang kuat dalam perjalanan karis dan hidup selanjutnya. Menurut para ahli (sep-
erti Freeman/1963 maupun Bingham/1968), bakat merupakan suatu potensi atau kemampuan khusus dan lebih dominan yang dimiliki seseorang, yang dapat berkembang melalui proses pelatihan dan pendidikan intensif. Dengan proses ini, bakan akan menjadi sebuah kemampuan dan kecakapan nyata. Seseorang akan lebih baik prestasi dan keahliannya, jika ia mampu melakukan suatu pekerjaan sesuai bakat dan minatnya, ketimbang bidang yang tidak sesuai dengan bakatnya. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat seseorang. Kemampuan atau potensi individu yang dibawa sejak lahir, atau faktor bawaan, sangat menentukan pembentukan dan perkembangan bakat seseorang. Tapi faktor ini saja tidak cukup untuk memaksimalkan bakat, karena faktor lingkungan juga berperan mengembangannya. Dalam Islam disebutkan, “Setiap bayi lahir ke dunia dalam keadaan suci bersih,� tanpa dosa dan tanpa kecakapan yang khusus. Kemudian peran lingkungan keluarga sangat menentukan pengembangannya. Lingkungan dapat berfungsi sebagai stimulus bagi berkembangnya bakat, dan bisa juga sebaliknya, menjadi penghambat perkembangan bakat. Bakat juga tak akan berkem-
bang optimal, apabila tidak dibarengi dengan minat yang cukup tinggi terhadap bidang yang sesuai dengan bakat tersebut. Contohnya, seseorang yang memiliki bakat cukup tinggi sebagai ahli menggambar, tapi ia tak berminat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan menggambar, maka bakatnya itu tak akan berkembang maksimal. Motivasi diri untuk mengekspresikan bakat, juga mempengaruhi usaha pengembangan bakat. Motivasi seseorang sangat erat kaitannya dengan usaha dan kerja keras untuk mencapai tujuan hidupnya. Selain itu, bakat seseorang juga akan berkembang pesat apabila ia memiliki nilai hidup yang berarti atau positif terhadap pengembangan bakatnya itu. Faktor kepribadian sangat penting bagi perkembangan bakat seseorang. Seperti konsep diri, rasa percaya diri, keuletan, keteguhan dan kesabaran dalam berusaha, kesediaan untuk menerima kritik maupun saran untuk meraih citacita yang lebih tinggi. Bakat akan berkembang dengan baik apabila sudah mendekati atau menginjak masa peka atau kematangannya. Tapi, tak ada kepastian kapan hitungan masa kematangan akan datang, masing-masing individu memiliki masa kematangan yang berbedabeda. 4
Edisi I/Tahun I/2009
13
AGAMA|feature|artikel | berita|
www.dakwatuna.com
Hakikat Khusyu’
K
ata khusyu’ dalam al-Qur`an hampir selalu digandengkan dengan shalat. Dalam surah al-Baqarah ayat 45, Allah SWT berfirman, ”Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orangorang yang khusyu`.” Demikian pula dalam surah al-Mu`minûn ayat 2, Allah berfirman, ”(Yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya.” Imam Ibnu Abbas menjelaskan, makna khusyu’ adalah tenang. Dalam bahasa ulama fikih disebut thuma’nînah (tidak tergesa-gesa). Berdasarkan argumen ini, shalat khusyu’ berarti shalat yang ditegakkan dengan tenang dan tidak terburu-buru. Karena, orang yang tergesa-gesa mengerjakan shalat, ia tak akan pernah bisa menikmatinya. Ibarat orang yang tergesa-gesa ketika makan, ia tak akan pernah menikmati lezatnya makanan tersebut. Selain itu, kata khusyu’ juga digunakan untuk menerangkan kondisi psikologis orang-orang kafir dan pendosa di hari kiamat kelak. Bahwa mereka dalam kondisi jiwa yang penuh kesedih-
14
Edisi Edisi I/Tahun I/Tahun I/2009 I/2009
Dr. Amir Faishal Fath Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Dirosat Islamiyah Jakarta
an dan ketakutan. Dalam surah al-Qalam ayat 43 Allah berfirman, ”Pandangan mereka tunduk ke bawah, dan mereka diliputi kehinaan. Sesungguhnya mereka dulu (di dunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera (tetapi mereka tidak melakukannya).” Dipertegas lagi dalam surah al-Ma’ârij ayat 44, ”Mereka menekurkan pandangannya (serta) diliputi kehinaan. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka.” Dan dalam surah an-Nâzi’ât ayat 9 lagi-lagi ditegaskan makna yang sama, abshâruhâ khâsyi’ah (pandangannya tunduk). Begitu pula dalam surah al-Ghâsyiyah ayat 2, wujûhuy-yama`idzin khâsyi’ah (banyak muka pada hari itu tunduk terhina). Dalam surah Fushshilat ayat 39, kita menemukan ayat yang menggambarkan ketandusan bumi dengan kata khusyu’. Allah berfirman, ”Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus (khâsyi’atan). Maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang Menghidupkannya tentu da-
pat Menghidupkan yang mati. sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Ini menunjukkan, bahwa kata khusyu’ juga digunakan dalam al-Qur`an untuk menuturkan kondisi yang nampak mati, tidak ada kehidupan, lalu ia menjadi bangkit dan hidup dengan disirami air hujan.
Khusyu’ Shalat Ada beberapa makna khusyu’ yang telah diterangkan ayat-ayat al-Qur’an di atas: Pertama, ada gambaran sebuah makna yang saling melengkapi tentang hakikat khusyu’ dalam shalat. Yaitu: suatu kondisi di mana seseorang yang sedang shalat benar-benar menyadari kelemahan dirinya yang terbatas dan serba tergantung kepada selainnya, terutama kepada Allah. Dengan kesadaran itu, ia akan menegakkan shalatnya dengan sungguh-sungguh. Bukan asal-asalan. Inilah maksud firman Allah dalam surah al-Mu`minûn ayat 2, alladzîna hum fî shalâtihim khâsyi’ûn. Karenanya Ibnu Abbas mengartikan kata khâsyi’ûn sebagai sâkinûn (tenang). Bila kondisi seperti ini yang dicapai seseorang dalam shalatnya,
ARTIKEL AGAMA maka ia akan merasa nikmat, dan tak akan pernah sedikitpun merasa terbebani. Inilah makna ayat dalam surah al-Baqarah ayat 45, wa innahâ lakabîratun illa ‘alal-khâsyi’în (Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orangorang yang khusyu`). Dari kesadaran shalat seperti inilah akan tercapai kesadaran mendalam bahwa shalat bukan hanya ritual, melainkan harus tercermin dalam kehidupan nyata sehari-hari. Bila seseorang benarbenar menjiwai hakikat shalat seperti ini, maka ia tak hanya baik secara ritu al, melainkan di saat yang sama ia pasti baik secara sosial (akhlak mulia). Ini yang di maksud dengan firman Allah, ”Sesungguhnya shalat pasti akan mencegah dari perbuatan keji dan munkar.” (Qs. al-’Ankabût [29]: 45) Perhatikan ayat ini. Di dalamnya terdapat suatu jaminan dari Allah, bahwa seorang yang mengerjakan shalat pasti akan tercegah dari perbuatan keji dan munkar. Artinya, tak mungkin seorang yang shalatnya baik, perilakunya tidak baik. Ingat, bahwa ini jaminan dari Allah. Dan kita tahu Allah tak pernah bohong. Maka jika ada seorang yang shalat, tetapi perilakunya jahat, sungguh yang harus dipertanyakan adalah kualitas shalatnya. Kedua, shalat adalah ibadah yang sangat agung. Tak ada ibadah flickr.com dalam Islam yang langsung Allah berikan kepada Rasulullah SAW tanpa perantara Jibril AS, kecuali shalat. Ini menunjukkan betapa agungnya ibadah shalat. Di hari kiamat nanti, ibadah ini akan menjadi barometer bagi ibadah kita lainnya. Karenanya, seperti disebutkan dalam sebuah hadist, yang pertama kali dihisab dari diri seseorang kelak di akhirat adalah shalat. Bila shalatnya baik, maka ibadah yang lainnya pasti akan menjadi baik. Sebaliknya, bila shalatnya buruk, ibadah lainnya juga akan dianggap buruk. Jadi, peran khusyu’ dalam shalat sangatlah penting. Karenanya, Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmu’ Fatâwâ menjelaskan bahwa khusyu’ adalah syarat diterimanya shalat. Ia mendasarkan penda-
patnya pada surah al-Mu`minûn ayat 1-2, ”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya.” Dari sini Ibnu Taimiyah lalu mengambil kesimpulan bahwa tidak mungkin bisa mencapai kebahagiaan, bila seseorang tidak mempunyai kualitas khusyu’ dalam shalatnya. Seperti disebutkan di atas, para ulama fikih membahasakan khusyu’ dengan kata thuma’nînah. Kedua kata ini (khusyu’ dan thuma’nînah) menunjukkan makna yang sama, yaitu shalat yang ditegakkan dengan tenang, tidak terburu-buru, penuh dengan kesadaran kehambaan kepada Allah. Ketiga, hakikat khusyu’ berdasarkan keterangan di atas bila dinisbahkan kepada shalat, maka maksudnya adalah shalat yang tidak hanya tegak secara fisik, melainkan juga jiwa. Nampak di sini betapa peran penting terlibatnya jiwa ketika seorang mengerjakan shalat. Karenanya tak heran jika banyak hal dalam al-Qur`an, masalah jiwa (an-nafs) menjadi penekanan. Kata tazkiyyah (pembersihan), selalu dimaksudkan untuk pembersihan jiwa (tazkiyyatun-nafs). Allah berfirman, ”Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Qs. asy-Syams [91]: 7-10) Lebih dari itu, di alam akhirat nanti, ketika tiba saatnya ahli surga masuk surga dan ahli neraka masuk neraka, Allah akan lebih dahulu memanggil orang-orang yang jiwanya tenang mentaati-Nya, menegakkan ibadah kepada-Nya, tidak terpengaruh godaan apapun. ”Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surgaKu.” (Qs. al-Fajr [89]: 27-30). Wallâhu a’lam bish-shawâb.
Edisi Edisi I/Tahun I/Tahun I/2009 I/2009
15 15
AGAMA|feature|artikel | berita|
SEFT untuk Korban Situ Gintung
“Prinsipnya kita menekankan kepada pasien untuk menerima secara ikhlas cobaan yang diberikan, kemudian melancarkan kembali aliran energi yang tersumbat melalui titik akupuntur,” papar Eko sambil menerangkan titik-titik akupuntur yang biasa dipakai. Menurutnya, keistimewaan dari teknik ini adalah karena proses yang cepat dan mudah serta bisa dilakukan oleh semua kalangan. Selain itu, metode ini juga bukan sekedar untuk mengobati trauma psikis saja, tapi juga masalah fisik.
Selasa (31/03) pagi, empat hari pascabencana jebolnya Situ Gintung yang menelan korban 100 jiwa dan tujuh puluhan masih dinyatakan hilang, Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa Republika bekerjasama dengan LoGOS Institute dan relawan IRG menggelar “Mental Recovery: Trauma Healing”, bagi korban bencana dan para relawan. Dalam acara yang digelar hanya beberapa meter dari tanggul Situ Gintung yang jebol itu, korban dan relawan diberikan terapi dengan metode Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT), untuk menghilangkan trauma dan keluhan fisik lainnya. Menurut Ketua Tim LoGOS Institute, Eko Nugroho, SEFT merupakan penggabungan antara spiritualitas (melalui doa, keikhlasan, dan kepasrahan) dan energy psychology. Teknik ini telah terbukti secara ilmiah dan bebas dari unsur supranatural atau klenik. SEFT merupakan teknik pengembangan diri ekletis yang menggabungkan 14 macam teknik terapi (termasuk kekuatan spiritual) untuk mengatasi berbagai macam masalah fisik, emosi, pikiran, sikap, motivasi, perilaku, dan peak performance secara cepat, mudah dan universal. 14 macam teknik itu meliputi Cognitive Therapy (NLP), Behavioral Therapy, Logotherapy, Psychoanalisa, EMDR, Self Hypnosis (Ericsonian), Sugesty & Affirmation, Visualization, Gestalt Therapy, Meditation, Sedona Methode Provocative Therapy, Energy Therapy (EFT), dan Powerful Prayer.
16
Edisi I/Tahun I/2009
foto.detik.com
BENCANA jelas menyisakan luka dan trauma, fisik maupun psikis. Bukan hanya mental korban, tapi juga para penolong (relawan) yang menyaksikan banyak kepedihan akibat bencana.
SEFT dikembangkan dari Emotional Freedom Technique (EFT™), oleh Gary Craig (USA), yang saat ini sangat populer di Amerika, Eropa dan Australia, sebagai solusi tercepat dan termudah untuk mengatasi berbagai masalah fisik, emosi, dan untuk meningkatkan performa kerja. Saat ini EFT telah digunakan oleh lebih dari 100.000 orang di seluruh dunia. Alasan pemilihan teknik ini karena efektif, mampu menyelesaikan berbagai masalah fisik dan emosi, bahkan untuk beberapa masalah yang divonis tak lagi memiliki harapan oleh dokter. Selain itu, teknik ini juga mudah dan cepat, sehingga semua orang, bahkan anak-anak dan orang lanjut usia, bisa melakukannya. “Biasanya waktu yang dibutuhkan hanya 5 sampai 15 menit. Tergantung tingkat kedalaman trauma,” tambah Eko. Para korban dan relawan menyambut antusias acara ini. Seperti diakui Slamet Santoso (43), korban bencana di RT 01/08, yang dulunya tinggal dekat lokasi tanggul jebol. ”Sebelumnya badan saya sering ngilu di bagian pundak. Mungkin karena kecapaian,” jelas Slamet. Tapi setelah diterapi selama lima menit, ia mengaku sakitnya hilang. Slamet sekarang tak lagi khawatir sakitnya akan kembali datang, karena ia sudah bisa menerapi sendiri dengan metode SEFT yang diajarkan. (ahmad taufiq)
|feature|artikel | berita|SOSIAL
Virus Ganas
Politik Uang
foto.detik.com
Moh. Hamzah Arsa
Politik uang sejatinya adalah salah satu bentuk virus politik yang cukup ganas. Ia akan membunuh pohon demokrasi hingga ke akar-akarnya dan menjadi ancaman bagi tanaman di sekitarnya.
R
aut wajah Bunawi (45) cerah seketika. Ia tak perlu lagi mengayuh becak hingga larut malam. Bak durian runtuh, ia menerima uang sebesar 50 ribu dari seorang calon anggota legislatif (Caleg) partai politik yang mengunjungi rumahnya pagi itu. Bagi tukang becak yang biasa mangkal di salah satu sudut kota Sumenep ini, uang 50 ribu sangat besar artinya, sama dengan upah lelahnya mengayuh becak selama tiga hari. Menjelang Pemilu tahun ini, Bunawi pun mengurangi frekuensi
mengayuh becak. Ia justru rajin mengikuti kampanye berbagai partai politik yang diadakan di kotanya. “Siapa tahu dapat rezeki,” katanya kepada Qalam (20/3). Ketika ditanya, siapa calon legislatif yang akan dipilih saat Pemilu nanti, ayah dua anak ini dengan singkat menjawab, ”Mele se aberri’ pesse otaba berras (memilih yang memberi uang atau beras).” Bunawi beralasan, selama ini partai politik sering membodohi rakyat. Para caleg menurutnya hanya pandai mengobral janji.
Kalau sudah terpilih, mereka akan meninggalkan rakyat. ”Ya, lebih baik dapat uang sekarang. Karena, setelah Pemilu, belum tentu para Caleg itu bagi-bagi uang. Apalagi kehidupan saat ini susah, Mas,” katanya. Bunawi adalah potret kecil betapa masyarakat Indonesia, terutama masyarakat pedesaan, begitu pragmatis menghadapi Pemilu. Kalkulasi untung-rugi menjadi senjata utama bagaimana mereka bersimpati kepada para Caleg. Caleg yang “royal” menabur uang atau sembako, pastilah ia akan meraih simpati. Sikap “royal” ini terlihat pada pasangan calon peserta Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur beberapa waktu lalu. Misalnya, dengan mengadakan penjualan kebutuhan pokok berharga murah atau menggelar gerak jalan berhadiah sepeda motor. Sebagian calon juga tak segan-segan mentraktir makan dan minum warga yang ditemui di tempat umum. Hal serupa juga dapat ditemui dalam Pilkada Jawa Barat, 13 April lalu. Pada 9 April 2008, 147 warga Kampung Bantarpanjang, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, mendapat amplop berisi uang Rp 10.000 dengan pesan agar memilih salah satu peserta Pilkada. Sama-sama Frustasi Menurut Edy Suandi Hamid,
Edisi I/Tahun I/2009
17
flickr.com
feature sosial
Rektor Universitas Islam Indonesia, maraknya praktik politik uang menjelang Pemilu 2009 dan dalam pelaksanaan Pilkada di beberapa daerah, di antaranya terjadi akibat rasa frustasi pemilih dan para Caleg terhadap kondisi politik saat ini. Kedua pihak pun memilih cara-cara instan untuk meraih tujuan dan keuntungan masingmasing. Dalam praktik money politics (politik uang), imbuh Edy, ada hubungan yang bersifat transaksional pada kedua pihak yang frustasi. Pemilih frustasi karena menganggap siapapun yang terpilih tidak akan berarti banyak bagi nasib mereka, sehingga budaya instan muncul, memilih yang mau membeli suaranya. Caleg pun frustasi karena tidak dipercaya oleh masyarakat. Akhirnya mereka memilih jalan pintas lewat pola ”beli-putus”. Yaitu, membayar suara pemilih dan merasa kewajiban lepas saat sudah terpilih. Praktik politik uang, terjadi karena adanya hubungan mutualisme antara pelaku, yaitu partai
18
Edisi I/Tahun I/2009
politik (Parpol), politisi, dan rakyat secara umum. Bagi politisi, politik uang merupakan media instan untuk mendapat suara konstituen. Sebaliknya, bagi rakyat, politik uang ibarat bonus rutin di masa Pemilu. Uang atau materi dari politik uang itu dianggap lebih ril bisa dirasakan, dibandingkan misalnya realisasi program-program partai atau politisi yang tidak menyentuh langsung masyarakat. Menurut Edy, jalan pintas ini adalah bukti belum siapnya politisi dan Parpol melakukan proses penguatan partainya melalui pengkaderan dan penggalangan basis massa. Dan ini merupakan indikasi gagalnya komunikasi politik antara Parpol dengan konstituen. Akar Virus Politik Uang Politik uang sejatinya adalah salah satu bentuk virus politik yang cukup ganas. Ia akan membunuh pohon demokrasi hingga ke akar-akarnya. Cepat atau lambat. Kalau pada akhirnya pohon demokrasi itu tumbuh besar, ia akan menjadi ancaman bagi tanaman di sekitarnya. Atau, bahkan
membunuhnya juga. Ketika politik uang menjadi senjata para Caleg untuk “menipu” masyarakat agar bersimpati dan memilihnya, maka saat itu pula, pesta demokrasi —Pemilu, Pilkada, Pilkades— dengan sendirinya telah cacat. Politik dan uang selalu bergandengan tangan. Dan virus politik uang, sebenarnya sudah berkembang sejak masa Negara Kota (Polis/Politea) di Yunani Kuno. Sejak dipergunakan secara luas sebagai alat tukar dalam peradaban modern, uang telah menjadi tiket politik yang efektif. Jika digunakan dengan cerdas, ia bisa menjadi ongkos bagi seseorang untuk memperoleh kekuasaan atau jabatan tertentu. Praktik politik uang setidaknya bermasalah dalam dua aspek: idealisme demokrasi dan aturan main perundangan. Dalam konteks demokratisasi, fenomena politik uang, memiliki sisi berlawanan dengan idealisme demokrasi. Dinamika demokratisasi menghendaki adanya kemandirian dan rasionalitas rakyat sebagai aktor utama demokrasi. Pilihan rakyat dalam berdemokrasi harus merdeka dari tekanan dan intimidasi termasuk tekanan uang. Selain itu, pilihan rakyat juga mesti berdasarkan pertimbangan rasionalitas, bukan alasan yang bersifat pragmatis. Perebutan kekuasan politik seperti apapun bentuknya, mesti tetap dalam idealisme demokrasi. Pada titik ini, yang menguat adalah praktik proseduralisme demokrasi yang berbiaya tinggi, dan semakin terpinggirkannya substansi nilai-nilai demokrasi yang mengusung kearifan dan kemanusiaan. Ujung dari politik uang, tentunya demokratisasi tak bertuan. Mengapa? Karena agregasi kekuasaan yang berlangsung tidak melibatkan kekuatan kemerdekaan rakyat sesungguh-
feature sosial
flickr.com/edited alib
nya. Sebab, yang menggerakkan pilihan mereka adalah landasan material/uang. Di sisi lain, pemerintah yang berkuasa pun tidak memiliki ruang akuntabilitas untuk proses pertanggungjawaban. Karena segalanya telah selesai saat transaksi uang dalam proses pemilihan terjadi. Sehingga tak mengherankan, ketika terjadi tirani kekuasaan oleh negara, maka rakyat tidak memiliki daya resistensi yang cukup kuat. Di sinilah muncul ironi demokrasi. Dari rakyat, tapi bukan oleh rakyat, dan bukan untuk rakyat. Aspek kedua, politik uang juga bermasalah dalam perspektif yuridis. Dalam UU No. 10 tahun 2008 tentang Pemilu misalnya, disebutkan bahwa pelaksana, peserta, dan petugas kampanye dilarang menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta kampanye. (Pasal 84 ayat 1 huruf J). Begitu pula dalam UU 32 tahun 2004 pasal 117 ayat 2 tentang Pilkada juga telah diatur larangan politik uang, dengan ancaman
cenderung bermental materi. Baginya, kekuasaan hanya bisa dibeli dengan uang. Sementara bagi pemilih yang menerima uang sebagai kompensasi hak politik yang dimilikinya biasanya bermental pragmatis. Hidup baginya hanya untuk memenuhi kebutuhan perut. Mental seperti inilah yang mesti diprioritaskan utuk dibenahi. Karenanya, ketetapan Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah yang menvonis politik uang sebagai keharaman merupakan salah satu jalan menghentikan laju politik uang. Setidaknya, para Caleg dan pemilih akan sadar dan memahami, bahwa perbuatannya itu Benahi Mental termasuk dosa karena menganPolitik uang, apapun bendung unsur risywah (suap-menyutuknya, adalah virus. Kalau virus ap), yang dalam konteks Islam, ini tidak dibasmi, ia akan mengpelakunya akan mendapat siksa di gerogoti mental para Caleg, termasuk juga pemilih. Cara yang akhirat kelak. Selain membenahi mental, paling efektif untuk bisa kebal dari ancaman virus ini adalah memben- penting kiranya membekali para Caleg dengan strategi berpolitik tengi mental seluruh pihak yang yang jitu. Menurut Alfan Alfian, terlibat dalam pentas demokrasi dosen FISIP Unas, Jakarta, para politik. Caleg seharusnya tidak bermoPara Caleg yang biasanya dal ”tangan kosong” saat terjun menggunakan politik uang ke dunia politik. Mereka wajib memahami strategi politik, seperti bagaimana membuat basis politik, menciptakan kader politik yang militan, menyusun program partai yang aplikatif, dan lainnya. Alfan menilai, kemenangan politik tidak selalu ditentukan oleh uang. Karena uang bukan satu-satunya jaminan seorang Caleg dipilih masyarakat. Dibutuhkan strategi jitu untuk bisa bertarung dalam arena politik. Kalau tidak, imbuh Alfan, para Caleg hanya akan menjadi ”sapi perah” untuk dieksploitasi habisan-habisan oleh masyarakat pemilih. Atau sebaliknya, masyarakat hanya jadi ”kuda tunggangan” para Caleg untuk meraih kursi kekuasaan. pidana penjara dua hingga 12 bulan bagi pelakunya. Setiap orang yang dengan sengaja memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya kepada seseorang supaya tidak menggunakan hak pilihnya, atau memilih pasangan calon tertentu, atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya menjadi tidak sah, diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Edisi I/Tahun I/2009
19
SOSIAL|feature|artikel | berita|
Kalah-Menang Perebutan Kekuasaan
flickr.com
Ishaq Zubaedi Raqib Wartawan Senior
S
atu dekade terakhir, bangsa I ndonesia sejatinya tengah berada dalam sebuah dunia “entah kenapa� karena terjadinya serangkaian persoalan yang datang tiba-tiba. Persoalan yang seharusnya sudah dapat diantisipasi sebagai dampak bawaan, malah sering membuat kita seperti bangsa yang baru belajar. Ini terjadi hampir di semua sendi kehidupan. Kita kerapkali dibuat tergagapgagap oleh ketidakmampuan kita mengantisipasi berbagai kemungkinan yang seharusnya bisa siap diminimalisasi dampak negatifnya. Begitu era reformasi datang setelah sekian tahun hanya berani tumbuh dalam angan-angan, kita justru menyikapinya dengan main-main, tanpa konsep, perencanaan dan perhitungan matang untuk mengukur segala dampaknya. Kita terjangkit penyakit euphoria berlebihan, sehingga lupa ke mana harus melangkah. Bahkan, gerakan reformasi yang sejatinya diharap menjadi ger-
2020
Edisi EdisiI/Tahun I/TahunI/2009 I/2009
bang masa depan, malah akhirnya menjelma gelontoran bola salju yang setiap saat siap menerkam kita. Kita tak tahu harus berbuat apa, dan kita tak menyadari ini semua akan berakibat sangat buruk bagi kelangsungan kehidupan. Demikian pula yang terjadi di ranah politik. Ketika lima tahun silam memilih kepala daerah secara langsung hanya angan-angan, kita kapan saja kita bisa menentukan pilihan untuk mengangkat seorang pemimpin. Hatta, untuk memenuhi hasrat berkuasa, kini sebuah daerah harus dimekarkan hanya demi jabatan prestisius, bupati kepala daerah. Sebuah propinsi bahkan bernasib sama. Hanya untuk mengantarkan seseorang menjadi gubernur, peduli amat memenuhi syarat atau tidak, kawasan tersebut harus terpecah-belah. Kabupaten Tarutung di Sumatera Utara, harus rela membelah dirinya hanya untuk kelahiran Kabupaten Dairi. Ibarat “hukum karma�, Tarutung tak hanya harus bersiap
menjadi ayah kandung bagi anaknya, Dairi, tapi juga harus berbesar hati ketika harus dilakukan operasi caesar atas kelahiran cucunya, Phakphak Barat sebagai kabupaten baru pecahan kabupaten Dairi. Yang paling mutakhir, dan ini menyebabkan semua stakeholder sadar untuk melakukan moratorium, adalah keinginan kelompok tertentu di Sumatera Utara untuk memecah propinsi tetangga Nanggroe Aceh Darussalam. Ketua DPR setempat, Abdul Aziz Angkat, menjadi martir, tewas saat menghadapi gelombang massa yang histeris, menebar tindakan horor untuk terpenuhinya hasrat pemekaran. Maka, hasrat untuk berkuasa, akan terus menggelora dan tidak akan pernah berhenti. Ia akan terus bertunas dan berdaun, bercabang serta bertumbuhan, sehingga akan teramat sulit bagi siapapun untuk menghentikan keinginan paling purba yang ada pada diri anak manusia ini. Kalau demikian, adakah di
ARTIKEL SOSIAL antara kita yang tidak memiliki hasrat berkuasa? Pada setiap anak manusia, hingga dalam diri manusia paling “suci” sekalipun, bahkan juga bagi kalangan moralis dan rohaniawan, hasrat ini telah ada. Bukankah telah nyata mata, ada para petinggi sebuah organisasi penggiat keagamaan harus berlomba, berkompetisi dan bersaing untuk jabatan tertentu? Untuk ini semua, dibutuhkan modal yang tentu saja tidak sedikit, tidak kecil. Dan sungguh tak terkirakan akibat negatifnya jika keinginan untuk berkuasa dan segera terpenuhi. Hasrat Berkuasa Keinginan untuk berkuasa, sejatinya adalah persoalan masa lalu yang terus berkembang hingga ke masa depan. Maka, segala modal dipertaruhkan untuk membuat kursi kekuasaan bertekuk lutut di hadapan kita, dan menjadi layaknya sebuah mainan dalam genggaman tangan kita. Adakah semua ini sepi dari pendekatan politik. Hampir semua kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sesuatu membutuhkan politik tertentu, dengan pendekatan yang berbeda. Ibarat sebuah game, kita harus memiliki kiat-kiat tertentu, taktik yang jitu, dan strategi mumpuni agar sebuah target bisa dicaflickr.com pai. Demikian pula dengan yang dilakukan “caloncalon” pemimpin kita yang bertarung teramat ketat, bahkan dengan rekan separtai, untuk tujuan menjadi anggota parlemen. Saling membunuh pun dilakukan, asal tujuan dapat tercapai. Konsekuensinya jelas. Ada yang sukses menjadi pemenang, dan karenanya harus ada yang menjadi pecundang. Sekarang mari berhitung! Dari sisi materi, sudah barang pasti tidak akan sedikit dana yang harus dipersiapkan untuk memenuhi hasrat menjadi anggota dewan yang terhormat. Kalau Komisi Pemilihan Umum (KPU) benar dengan datanya, maka
tercatat tak kurang dari 11.868 politisi dan calon politisi yang bersaing untuk menjadi manusiamanusia terhormat pada pemilu legislatif 2009 ini. Jika jumlah ini dikalikan dengan, minimal, Rp 1 miliar sebagai dana perjuangan, maka dalam beberapa saat, dana sebesar itu habis dibuang hanya untuk sebuah persiapan. Dana yang untuk menuliskannya harus menggunakan medium deret angka ini, sungguh akan teramat panjang, dan jika harus diverbalisasi akan berkisar triliyunan itu, dengan gampangnya digelontorkan hanya untuk sebuah prosesi start menuju pertarungan, yang sejatinya akan lebih mengerikan lagi. Pantaslah kalau begitu kursi diduduki, maka sejak hari pertama yang terbayang adalah bagaimana mengisi kantong yang terlanjur terkuras, menambah angka pada deposito yang sudah berkurang, dan tentu saja berjuang keras untuk memperoleh “untung” yang lebih besar lagi. Apakah dengan demikian, akan usai sudah keiginan untuk berkuasa? Lima tahun ke depan, adakah yang berbesar hati melepas kursi yang telah menjelma menjadi mesin pemenuh hasrat berkuasa, ATM bagi semua keinginan, alat paling sophisticated untuk mencapai segala yang muncul dalam gelora syahwat dunia itu? Bagi kita yang selama ini hidup di bawah atau tengah garis kemiskinan, mari bayangkan gaji para anggota dewan yang terdiri atas gaji rutin perbulan, rutin non perbulan dan tentatif. Pendapatan rutin perbulan meliputi gaji pokok Rp 15.510.000, tunjangan listrik Rp 5.496.000, tunjangan aspirasi Rp 7.200.000, tunjangan kehormatan Rp 3.150.000, tunjangan komunikasi Rp 12.000.000, tunjangan pengawasan Rp 2.100.000. Total perbulan Rp 46.100.000 dan pertahun menjadi Rp 554.000.000. Tanpa kecuali, semua anggota DPR mendapatkan gaji yang sama. Sedang penerimaan non bulanan atau non rutin dimulai dari penerimaan gaji ke-13 setiap bulan
Edisi EdisiI/Tahun I/TahunI/2009 I/2009
2121
Juni Rp 16.400.000 dan dana penyerapan/reses Rp 31.500.000. Dalam satu tahun sidang ada empat kali reses, dan jika ditotal selama pertahun akan diterima sekitar Rp 118.000.000. Sementara penghasilan yang bersifat sewaktuwaktu, antara lain dana intensif pembahasan rencangan undang-undang dan honor penyelenggaraan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) sebesar Rp 5.000.000 perkegiatan. Dana kebijakan intensif legislatif sebesar Rp 1.000.000 per-RUU. Jika dihitung jumlah keseluruhan yang diterima anggota DPR dalam setahun mencapai hampir 1 milyar rupiah. Data tahun 2006, jumlah pertahun dana yang diterima anggota DPR mencapai Rp 761.000.000, dan tahun 2007 mencapai Rp 787.100.000. Masih adakah pos pendapatan lainnya? Tentu masih. Semisal tunjangan untuk jabatan di semua alat kelengkapan DPR. Pimpinan DPR, Ketua Komisi, Ketua Fraksi, Ketua Panitia Kerja (Panja), Ketua Panitia Khusus (Pansus), Panitia Anggaran (Panggar), Pimpinan Badan Musyawarah (Bamus), Pimpinan Badan Legislasi (Baleg), serta pos-pos pendapatan lainnya. Duh! Tentu saja, ini semua untuk mereka yang sukses melenggang menuju kursi-kursi yang tak lama lagi bakal ditinggalkan oleh penghuninya itu. Lalu bagaimana halnya dengan mereka yang sudah berjuang sekian tahun, konsolidasi sekian bulan, sosialisasi menjelang pemilu, tapi terpental dari perebutan kekuasaan ini? Adakah di antara mereka yang telah bersiap-siap untuk sebuah kekalahan? Menerima Kekalahan Tradisi dan sejarah kehidupan perpolitik yang dimiliki anak bangsa ini, sejujurnya tak pernah mengenal dengan benar istilah menerima kekalahan. Jangankan untuk sebuah kekalahan dalam merebut kekuasaan, “mengalah� untuk sesuatu yang lebih bermakna bagi kelangsungan sebuah kehidupan pun, seringkali kita tidak siap. Kalau perlu, sebuah kehidupan tak apalah harus berhenti, asal jangan ada istilah kalah dalam kamus perjalanan hidup kita. Karena itu, kalah dalam dunia politik mengandung makna dan tafsir sungguh beragam dengan implikasi tak bisa kita prediksikan. Karena itu, seringkali kita membuat tafsir yang rancu untuk memaknai akibat sebuah pertarungan politik. Sejatinya, kekalahan dalam konteks perebutan kekuasaan memiliki implikasi yang sungguh tak terjangkau kata-kata. Seseorang yang mengalami kekalahan dalam perebutan kekuasaan, maka ia sejatinya telah terpental dari tempatnya berpijak.
2222
Edisi EdisiI/Tahun I/TahunI/2009 I/2009
s com es. me tum cosstu buyyco
ARTIKEL SOSIAL
Ia telah kehilangan segala-galanya, karena ia telah juga mempertaruhkan segala-galanya. Kalau seseorang bersaing memperebutkan kekusaan dengan modal dana, tenaga, atau dukungan suara yang besar, strategi yang benar, taktik yang tepat dan kiat yang terukur, lalu karena satu dan lain hal ia kalah, maka sejatinya ia telah kehilangan semua modalnya. Yang paling mengerikan adalah kalau ia kehilangan modal pengaruh dan kepercayaan dari para pendukungnya. Kiamat kecillah yang bakal dia terima. Untuk sebuah pertarungan politik, deretan modal tadi sesungguhnya kuranglah memadai. Perjuangan politik tentu haruslah dilakukan dengan pendekatan politik pula. Nakal-nakallah sedikit! Kalau tidak, maka sebaiknya Anda berjuang
ARTIKEL SOSIAL kita tunjukkan bahwa kehilangan kesadaran jauh lebih mengerikan. Sehingga untuk itu, tak perlulah menyesali nasib karena menjadi seorang pecundang. Pecundang kalau masih memiliki mental fairness, maka ia masih memiliki modal tersisa untuk tetap menjadi seorang manusia.
untuk menunggu kotak amal saja! Karena tabiatnya yang “nakalnakal sedikit” itulah, maka pertarungan di dunia politik kadang sarat perjudian, penuh premanisme, dan kadangkala melahirkan political assasination. Berharap fairness, janganlah bermimpi. Fairness, kata sebagian orang, hanya bisa ditemukan di dunia olahraga. Hanya di beberapa cabang, karena beberapa cabang olahraga tertentu justru membutuhkan politik tertentu pula untuk meraih poin. Begitu petinju kawakan Oscar De La Hoya dikandaskan oleh Manny Pacquiao dari Filipina, maka pemilik julukan The Golden Boy itu disebut “loosing”; kehilangan. Ia kehilangan gelarnya dan ia kehilangan momentumnya. Seharusnya demikian pula halnya dengan mereka yang bertarung memperebutkan kekuasaan tetapi kandas, maka sejatinya ia telah kehilangan. Kehilangan sangat banyak, yang sepatutnya sudah diperhitungkan jauh-jauh hari. Ia kehilangan harta, dukungan, kepercayaan, kesempatan, tenaga, momentum dan banyak bentuk kehilangan lainnya. Untuk mereka yang tidak siap, tentu perlu
Candu Politik Sayangnya, dunia politik tak selalu mengenal adagium tersebut. Politik adalah soal kekuasaan. Dan kekuasaan adalah soal candu. Barangsiapa yang sudah merasa politik adalah jalan hidupnya, maka jatuh bangun pun akan ia lakukan, asal masih bisa kembali ke habitatnya; dunia politi yang kejam. Buktinya amatlah banyak. Bahkan pernah terjadi dalam satu dekade terakhir dalam kehidupan politik kita. Begitu terjungkal, Abdurrahman Wahid berjuang dan menggandeng Marwah Daud Ibrahim, meski akhirnya harus menerima kenyataan pahit. Sebagai incumbent, seharusnya pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi bisa dengan mudah mempertahankan kekuasaan, tetapi kenyataan berkata lain. Dua orang mantan anak buahnya di kabinet yang ia pimpinan, pasangan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla, memaksa Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu, terpental. Bahkan, bekas atasan SBY di lingkungan TNI, mantan Menhankam/Pangab Jenderal TNI Wiranto pun harus berbesar hati menerima kenyataan dan sanksi politik, kalah hanya pada putaran pertama. Sungguh menyesakkah. Kapokkah mereka semua? Tidak ada yang kapok. Tidak ada yang merasa jengah karena kalah dan kehilangan pada mementum sebelumnya. Tahun ini, pada pemilu 2009, mereka kembali sakau, karena candu politik. Tetapi di sinilah anomali muncul. Mereka yang seharusnya sudah keok, kalah telak dan kehilangan banyak, kini justru merasa terlahir kembali karena dorongan ingin berkuasa yang begitu kuat. Dana yang mereka kucurkan seperti tak mengenal kata henti. Uang yang mereka kantongi seperti tak mengenai nomor seri. Begitu besar uang digelontorkan untuk sebuah hasrat kekuasaan. Kalau pada pertarungan pemilu untuk mengisi kursi parlemen saja menghabiskan uang triliunan rupiah, bagaimana pula dengan uang yang harus dibuang untuk memperebutkan kursi RI-1 dan RI-2? Alamak! Sebuah tafsir yang absurd untuk memahami kalah-menang dalam konteks perebutan kekuasaan. Wallâhu a’lam bish-shawâb.
Edisi EdisiI/Tahun I/TahunI/2009 I/2009
2323
SOSIAL|feature|artikel | berita|
Rumah Baru Caleg Gagal
Kontan saja, pemandangan ini menjadi tontonan warga sekitar dan membuat mereka terheran-heran. Maklum, sebelumnya masyarakat mengenal Zuhri sebagai mantan calon bupati yang bertarung untuk memperebutkan orang nomor satu di kabupaten Ponorogo Jawa Timur untuk masa jabatan 2005-2010. Ia merupakan calon yang diusung oleh Partai Demokrat dan Partai Persatuan Pembangunan. Langkah nekat Zuhri akhirnya terhenti, setelah merasa kecapekan dan akhirnya dibekuk polisi. Sebelumnya Zuhri telah kabur dari Rumah Sakit Jiwa (RSJ) dr Radjiman Widiodiningrat, Lawang Malang. Warga Blok C 22-23 Jl. Singajaya XIV, Perumnas Singosaren, Jenangan, Ponorogo, ini dikirim ke RSJ, lantaran stres yang kemungkinan besar disebabkan beban hutang kampanye miliaran rupiah, dan gugatan cerai istrinya juga telah dikabulkan Pengadilan Agama (PA) Ponorogo. Sang mantan istri Ny Adjidah (37) mengatakan, berdasarkan surat permohonan yang ia ajukan ke RSJ Lawang, Zuhri diterima di RS tersebut dengan nomor 07-46-98, Kelas I, di ruang Bekisar. Namun tak lama, pasien itu sempat lari dan melakukan tingkah aneh di muka umum. Zuhri terpaksa dikirim ke RSJ dengan alasan keselamatan
24
Edisi I/Tahun I/2009
mediaindonesia.com
ZUHRI Yuli Nursanto (39) berteriak-teriak sambil berlari, ia hanya mengenakan pakaian minim.
keluarga dan masyarakat sekitar. Sebab, selain sudah melakukan percobaan bunuh diri tiga kali, Zuhri juga pernah mengamuk dan merusak mobil Suzuki Baleno dan Honda Jazz yang biasa digunakan anggota keluarganya. Sebelumnya Zuhri merupakan bos perusahaan angkutan. Dan pada pemilihan bupati (Pilbup) lalu, ia telah mengeluarkan dana cukup banyak agar terpilih, namun gagal. Akibatnya, ia meninggalkan utang yang mencapai sembilan miliar rupiah. Tiga pengusaha juga sudah mengadukannya ke Polda Jawa Timur, karena bilyet giro Zuhri yang kosong. Sejumlah unit usahanya pun telah beralih tangan sebagai kompensasi. Tertekan, Zuhri akhirnya nekat menenggak 15 butir obat tidur. Berdasarkan pemeriksaan medis, Zuhri diketahui menderita depresi berat. Jiwanya mulai goyah sejak kalah Pilbup. Zuhri kelihatan semakin tertekan lantaran tindihan masalah rumahtangga. Zuhri baru mengetahui jika gugatan
cerai istrinya telah dikabulkan Pengadilan Agama (PA) Ponorogo ketika ia ditahan di Lembaga Pemasyarakan (LP) Ponorogo sebagai terdakwa kasus bilyet giro dan cek kosong senilai Rp 2,9 miliar. Nampaknya, kisah seperti Zuhri akan berlanjut pada pemilihan umum (Pemilu) kali ini. Dipastikan, besok akan membludak banyak calon anggota legislatif (Caleg) yang gagal. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), tercatat 11.301 orang caleg untuk DPR RI saja, atau meningkat hampir 46 persen dibanding tahun 2004 lalu yang berjumlah hanya 7.756 caleg. Sedangkan kursi yang diperebutkan tahun ini hanya 560. Berarti, ada 10.741 orang yang berpotensi mengalami stres. Belum lagi persaingan memperebutkan kursi empuk ini di 77 daerah pemilihan (Dapil) juga sangat ketat. Seorang Caleg harus bersaing dan mengalahkan 19 caleg lainnya dalam satu Dapil. Peluang menangnya juga tak lebih hanya lima persen. Kemungkinan
kalah lebih besar dari menang, dan beban tanggungan biaya kampanye yang besar juga menanti selepas kekalahan.
mediaindonesia.com
Fasilitas Nyaman Direktur RSJ Menur dr Hendro Riyanto, SpKJ memprediksi, para Caleg yang mengalami stres akibat gagal Pemilu tahun ini akan meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. “Dana besar untuk “mempromosikan” diri sangat berpotensi membuat mereka stres atau depresi saat gagal menenuhi ambisi,” ujar Hendro. Apalagi, banyak di antara Caleg yang harus menggadaikan rumahnya, menjual sawah dan kendaraan. Pada Pemilu tahun 2004, Caleg stres yang masuk RSJ Menur tercatat hanya tiga orang. Sebagai antisipasi, tahun ini RSJ yang dipimpinnya menyediakan “jatah tambahan” untuk menangani pasien sejenis. Menurut Hendro, selama ini RSJ masih dijadikan alternatif terakhir untuk berobat. Masyarakat masih banyak yang menjadikan pengobatan alternatif dan paranormal untuk penyembuhan. Jika usaha itu gagal, barulah mereka mendatangi RSJ.
Gejala meningkatnya para Caleg stres, sepertinya sudah mulai terasa. 30 Maret lalu, Siti Hanain, Caleg DPRD Nusa Tenggara Barat dari Partai Pelopor, mendatangi RSJ Mataram berkonsultasi dengan psikiater. Ia mengeluh mengalami perubahan pola tidur, suka gelisah, dan selalu ketakutan. Sejak terjun ke dunia politik, hari-harinya terus dihantui rasa khawatir. Pikirannya selalu diganggu dengan tuntutan masyarakat yang dinilainya cukup tinggi. “Bukan uang puluhan juta yang sudah keluar yang saya pikirkan. Tapi tanggungjawab yang akan saya emban yang membuat saya susah,” katanya. Memang, di samping besarnya uang yang harus mereka keluarkan, kesibukan para Caleg menjelang dan saat Pemilu juga melejit. Itu sebabnya sejumlah ahli jiwa meramalkan, selepas Pemilu 9 April, akan bakal banyak Caleg menjadi gila. Sejumlah rumah sakit dan RSJ suah mulai berkemas menyambut para Caleg gagal yang bakal hilang ingatan itu. RSJ Mataram misalnya, telah menyiapkan 60 ruang khusus untuk mereka. Sedari dini, pihak rumah sakit telah meminta
para Caleg memeriksa kesehatan jiwanya, sebelum benar-benar terganggu. RSJ Daerah Surakarta juga telah menyiapkan tim terpadu, yang terdiri dari dokter, psikiater, perawat, psikolog, pekerja sosial, dan pendamping agama untuk menangani Caleg gagal terganggu jiwanya. Persoalan Caleg stres di Surakarta tidak dianggap cerita main-main, persoalan ini bahkan sampai dibahas dalam pertemuan Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat sewilayah bekas Karesidenan Surakarta yang berlangsung di RSJD Surakarta, Kamis (19/3). Langkah serupa juga dilakukan RSJ Sumatera Utara. RSJ ini telah menyiapkan 30 dokter dan 200 perawat. Mereka siaga 24 jam menyambut Caleg stres. 15 ruangan dengan daya tampung ratusan orang juga sudah dipersiapkan. Persiapan yang sama juga dilakukan Rumah Sakit Yogyakarta dan RSJ Mahdi Bogor. Bahkan di daerah Sumbawa tengah dipersiapkan berdirinya rumah sakit jiwa, mengingat ada sekitar 742 Caleg yang berebut 40 kursi dewan. Untuk wilayah itu, perkiraan ada sekitar 256 orang Caleg nomor urut satu dan dua yang akan mengalami stres jika gagal nanti. Belajar dari pengalaman Pemilu 2004 lalu, RSJ Pekanbaru kini telah menyiapkan ruang khusus untuk menangani Caleg stres. Pemilu lalu, RSJ ini kebanjiran pasien Caleg yang kalah. Ruangan khusus itu diberi nama Ruang Flamboyan. Kamarnya berukuran 8x10 meter, dengan kapasitas 20 tempat tidur, dilengkapi toilet yang senantiasa bersih. “Karena calon penghuninya merupakan orangorang yang berpendidikan,” ujar Kepala Bagian (Kabag) Perencanaan RSJ Pekanbaru, Muslim Khas. (islahuddin)
Edisi I/Tahun I/2009
25
26
Edisi I/Tahun I/2009
|feature|artikel | berita|PENDIDIKAN
Fikih Antikorupsi Tata Septayuda Fflickr.com edited
lagi beberapa makanan ringan yang disajikan �kantin tak bertuan� itu. Tak beberapa lama, pintu kamar mandi terbuka, Suwardi bergegas masuk untuk mandi. Sebelum masuk, lekas ia rogoh koceknya, lalu ia letakkan beberapa lembar uang ribuan dan koin ratusan rupiah di kardus kecil yang tersedia di atas etalase kaca kantin kecil itu. Kantin di pojok asrama Pondok Pesantren pimpinan Kiai Ahmad Yani, alumni Pondok Tahfidz Al-Amien Prenduan itu, memang jarang ada pedagang yang menjaganya. Pemiliknya hanya sesekali menengok tempat Pendidikan antikorupsi yang kini baru usahanya tersebut. Itupun sekedar menambah stok barang-barang yang mulai habis, atau dipopulerkan di sejumlah sekolah umum, membersihkan plastik-plastik makanan ringan sebenarnya bukan hal baru. Sejak beryang tercecer karena ditiup angin keluar dari bak sampah di pojok lorong. abad-abad, pendidikan antikorupsi telah Di tembok dan etalase tempat makanan ada di madrasah-madrasah termasuk ringan, hanya tertulis daftar harga makanan pondok pesantren. ringan dan minuman segar yang dijual. Di sisi kanan disediakan kardus kecil tempat menaruh uang hasil belanja pembeli, sekaligus tempat pembeli menukar kembalian jika ada enja kemerahan menjelang malam beberapa tahun lalu. kelebihan uang. Tak ada yang istimewa dari pelayanan kantin itu. Tapi kejujuran pembeli Suara adzan menggema dari speaker kecil mushalla, sangat diuji untuk belanja di kantin sangat yang berada persis di tengah areal asrama. Berduyunsederhana itu. duyun puluhan santri yang terlihat rata-rata sudah Di luar lingkungan pondok, ternyata dewasa itu sigap menuju masjid, mengunggu kiai muda tren kantin seperti ini baru booming didirikan imam mereka datang memimpin shalat. pasca Hendarman Supandji terpilih menLepas shalat berjamaah dan berdzikir beberapa menit, jadi Ketua Jaksa Agung. Hendarman yang para santri mahasiswa Pondok Pesantren ar-Rayyan di Kota terkenal jujur dan bersih itu, banyak dipuji Solo itu kembali mengerjakan aktivitas di kamar masingkarena berani dan tegas memberantas korupsi masing. di banyak instansi. Tak kenal bulu ia tebas seDi pojok lorong asrama bertingkat dua, tersedia sekitar mua penjahat negara yang melakukan tindak empat buah kamar mandi, yang seperti biasa selalu antri pidana itu. untuk diisi. Sebutlah Suwardi namanya, mahasiswa tingkat Hingga kini sudah hampir dua ribuan akhir di sebuah universitas yang berada dekat dengan pon�kantin kejujuran� (Kanjur) bertebar di ribuan dok pesantrennya itu, asyik mengunyah sebungkus kacang goreng dan sebotol minum segar. Karena agak lapar, ia ambil sekolah di Indonesia. Dari sekolah negeri
S
Edisi I/Tahun I/2009
27
flickr.com edited
feature pendidikan
hingga hingga hing ga ssw swasta, was asta ta, a, titingkat ingka nggkkaat d da dasar saar hi h hingga ing nggga ggaa menengah me m enneeng ngaah h aatas. tas. ta as.s. L Lalu aallu ba baga bagaimana g im ga man a a hasilnya? h ha asi siln iln lnya ya? Berdasarkan Berd das asarka asar aarrka kan ri rriset rise iseet me m media ed diia ia yya yang ang ng dilakukan d di ilaakuuka kann Qa Qalam, ala lam m, se sete setelah t laah be te bberjalan erjjal alan an beberapa tahun, hampir ratarata Kanjur yang ada di berbagai sekolah tidak berkembang. Dalam arti tidak mampu mencapai target 100 persen kejujuran siswa pembeli hingga usaha kantin bisa dibilang menguntungkan. Keberhasilannya diprediksi baru sekitar 60 persen, berdasarkan hitungan untung rugi usaha. Misalnya dalam kasus Kanjur di SMAN 01 Boyolangu Tulungagung, Jawa Timur, dari modal awal sebesar 1,6 juta rupiah, saat ini kas keuangan usaha hanya berkembang menjadi Rp 2 juta. Sementara Kanjur di SMAN 3 Jakarta, sejauh ini dinilai relatif berhasil memenuhi misinya, melatih kejujuran. Selain defisitnya kecil, sekitar Rp 27.000, omzetnya naik dari Rp 200.000 menjadi Rp 1 juta perbulan. Bahkan sekarang Kanjur mereka menambah menjadi dua lemari dari yang sebelumnya hanya satu. Nasib berbeda dialami Kanjur SMAN 6 Jakarta. Sejak awal pembukaan, Kanjur di sekolah negeri favorit artis dan elit itu terus mengalami defisit. Dalam satu minggu, kerugiannya bisa mencapai Rp 108.000. Total defisit dari awal Kanjur itu dibuka telah mencapai Rp 604.000.
28
Edisi I/Tahun I/2009
Meski M skki Me beberapa belum bbeebe bera r paa data data ata d at dii aatas ttaas as be belu lum lu m dapat patokan indikasi dap da paat dijadikan dijjaadiika di kann pa p atoka ttookkaan an in ndi dika kasi si kegagalan Kanjur, keegaaga gallaan gala an ke kkeberadaan ebe beraadaaann K Kan aannjur, jur,r, ju secara model seca se c ra prinsip pri riins n ip ns ip kkantin antiin mo an m odel deel in d iini ni ni akan para siswa akkan an memberi meem mbe berii p ara ssi ar issw wa be bbekal eka kal pendidikan masa p nd pe did idikkaann aantikorupsi ntik nt ikor orrup upsi psii bbagi agi ma ag asa s depan d pa de pan mereka. mereekaa. me
Formall Anti-Korupsi F A ti K i
Masih ada yang menggelitik ketika Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi (Dikmenti) DKI Jakarta mendirikan sekolah antikorupsi. Karena ada pertanyaan, sudah terkikiskah aspek moralitas dalam dunia pendidikan selama ini, sehingga untuk menciptakan generasi bermoral, yang antara lain anti-korupsi, diperlukan sekolah anti-korupsi? Seperti dikabarkan, beberapa bulan lalu Dikmenti DKI Jakarta mendirikan Sekolah Anti-Korupsi Pangeran Diponegoro yang berlokasi di SMA Negeri 3 Setiabudi, Jakarta Selatan. Tak tanggungtanggung, sekolah itu diresmikan Jaksa Agung Hendarman Supandji. Sebelumnya, telah diterbitkan pula serial modul Pendidikan Anti-Korupsi (PAK). Buku pembelajaran yang didanai Danish Intl. Dev Agency itu, diserahkan sendiri oleh Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar kepada Mendiknas Bambang Sudibyo di kantor KPK. Disadari, untuk mencegah terjadinya korupsi, perlu dilakukan pendidikan anti-korupsi sejak dini. Untuk itu bekerjasama dengan Depdiknas, KPK membuat modul
pembe blajaran anti-korupsi. “Dengan menjalankan modul pendidikan ini, kita harapkan anak-anak kelak tidak melakukan korupsi,� ujar Antasari. Modul tersebut berupa bukubuku yang berisi materi tentang anti-korupsi. Di dalamnya terdapat pelajaran agama, nilai sosial, dan budaya yang berhubungan dengan pencegahan korupsi. Dan buku ini akan dimasukkan sebagai tambahan dalam pelajaran di sekolah. Menurut Mendiknas Bambang Soedibyo, penyebaran buku akan diprioritaskan pada sekolahsekolah bertaraf internasional. Alasannya, ia ingin menghasilkan cerita sukses dari program antikorupsi ini. Sepintas, pendirian sekolah anti-korupsi dan penerbitan modul PAK itu mungkin dipandang sebagai terobosan baru dalam upaya pemberantasan korupsi. Apalagi korupsi di negeri ini, seperti kerap disindir para pakar hukum, telah menjadi semacam tradisi yang diwariskan. Sehingga untuk memberantasnya tak cukup hanya dengan mengadili dan memenjarakan para koruptor, tapi juga sejak dini anakanak perlu diimunisasi dengan
serum anti-korupsi, supaya mereka menjadi kebal terhadap serangan penyakit korupsi. Caranya, seperti dilakukan Dikmenti DKI Jakarta, dengan mendirikan sekolah antikorupsi. Tapi di balik itu, dengan adanya sekolah anti-korupsi, timbul keraguan, apa hasil dunia pendidikan kita selama ini? ”Pendidikan tak sebatas menyangkut sejauh mana murid-murid dapat menimba ilmu pengetahuan, tapi juga sejauh mana mereka dapat mengadopsi perilaku berbudi pekerti luhur,” ungkap Asep R. Rasyid, pengamat masalah sosial dan pendidikan. Sekretaris Yayasan al-Kalam, Cianjur, Jawa Barat itu mempertanyakan, bukankah selama ini murid-murid sekolah sudah memperlajari pendidikan moral atau akhlak? Lalu apa kegunaannya? Memang belakangan ini marak, pendidikan atau pelajaran anti-korupsi dipopulerkan di sejumlah sekolah umum, seiring dipopulerkanya pembukaan kantin kejujuran. Intinya, pendidikan antikorupsi bertujuan untuk mencetak generasi muda mengerti apa itu korupsi dan bagaimana harus mencegahnya.
Bukan Hal Baru
Namun Asmadji AS Muchtar, Direktur The Religions to Peace Institute menegaskan, banyak pihak lupa bahwa pendidikan atau pelajaran anti-korupsi yang dipopulerkan di sejumlah sekolah umum itu bukanlah hal baru. Sejak berabad-abad lalu, pendidikan atau pelajaran antikorupsi telah ada di madrasah-madrasah, termasuk pondok-pondok pesantren. Misalnya, kata Asmadji, semua madrasah dan pondok pesantren sejak jenjang Ibtidaiyah (tingkat dasar) hingga Aliyah (menengah atas), selalu memberi mata pelajaran Fikih dan Adab. Dalam Fikih, semua hukum yang berdasarkan syariat Islam diajarkan kepada siswa secara bertahap dan sistematis. Berbagai hukum agama, khususnya mana yang haram dan mana yang halal dijelaskan. Semua perbuatan haram dibeberkan, ter-
foto.detik.com
feature pendidikan
masuk mencuri dengan berbagai modus. Dan, korupsi tergolong perbuatan mencuri yang diharamkan. Demikian detailnya, kata Asmadji, sehingga pelajaran Fikih sangat penting bagi semua murid untuk menjadi bekal dan pedoman hidupnya. Dan, biasanya agar murid bisa mengerti dan mengingat pelajaran Fikih, bab demi bab harus dihapalkan. Bahkan, sejumlah kitab fikih sengaja disusun dengan tipografi syair, sehingga bisa dilantunkan menjadi tembang, agar mudah dihapal oleh anak-anak. Sedangkan pelajaran Adab, diajarkan juga secara tertib. Asmadji mengibaratkan, mulai tata krama kepada orangtua, tetangga, dan pemimpin, hingga seluruh makhluk. Intinya, pelajaran Adab berisi berbagai tata krama yang harus dilakukan terhadap semua pihak (subjek dan objek) yang ada di muka bumi ini, juga terhadap Tuhan lewat ibadah. Dalam kondisi bangsa dan negara yang semakin dicemari kasus-kasus berbagai modus korupsi, pelajaran Fikih dan Adab layak dipopulerkan. Dalam hal ini, pihak-pihak yang selalu mengklaim dirinya sebagai pelopor pendidikan anti-korupsi di sejumlah sekolah umum, di mata alumni madrasah tentunya mereka bagai pahlawan kesiangan. ”Pasalnya, pendidikan anti-
korupsi di sekolah-sekolah umum belakangan ini bukan hal baru lagi. Bahkan bisa dikatakan termasuk sudah kuno, karena sudah diajarkan sejak beradab-abad lalu di madrasah-madrasah dan pondok-pondok pesantren,” tegas Asmadji. Meski demikian, pendidikan anti-korupsi tetap relevan, sebagaimana Fikih dan Adab. Dan, relevansinya akan semakin signifikan, jika calon anggota legislatif (Caleg), semua calon pegawai negeri sipil (PNS), dan para pejabat juga mau mempelajarinya. Oleh karena itu, imbuh Asmadji, ada baiknya pemerintah pusat maupun daerah, segera mewajibkan semua pihak yang ikut mengelola bangsa dan negara dalam semua level, baik yang memegang jabatan maupun tidak, untuk belajar Fikih dan Adab. Tujuannya, untuk mencegah mereka melakukan korupsi dalam berbagai bentuk. Asmadji menegaskan, khusus untuk konteks masa kini, pelajaran fikih dan adab sangat relevan, karena belakangan muncul kasus-kasus buruk, seperti korupsi, judi, miras, narkoba, dan kriminal lain, yang melibatkan oknum-oknum pejabat dan anggota wakil rakyat. ”Berbagai kasus buruk bisa saja terjadi, karena pelakunya belum memahami tata krama sebagai pribadi dan public figure dalam berbangsa dan bernegara,” katanya. 4 Edisi I/Tahun I/2009
29
PENDIDIKAN|feature|artikel | berita|
Terapi Ibadah
P
sikoterapi (psychotherapy) adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya. Dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosi, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikis. Dalam ajaran Islam, selain psikoterapi duniawi, juga terdapat psikoterapi ukhrawi. Psikoterapi ini merupakan petunjuk (hidayah) dan anugerah (‘athâ`) dari Allah SWT, yang berisikan kerangka ideologis dan teologis dari segala psikoterapi. Sementara psikoterapi duniawi merupakan hasil ijtihâd (upaya) manusia, berupa teknik-teknik pengobatan kejiwaan yang didasarkan kaidahkaidah insaniah. Kedua model psikoterapi ini sama pentingnya, ibarat dua sisi mata uang yang saling terkait. Pendekatan pencarian psikoterapi Islam, didasarkan atas kerangka psiko-teo-antropo-sentris. Yaitu psikologi yang didasarkan pada kemahakuasaan Tuhan dan upaya
3030
Edisi EdisiI/Tahun I/TahunI/2009 I/2009
manusia. Kemahakuasaan Tuhan tergambar dalam firman Allah surah asy-Syu’arâ` ayat 78-80, ”(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjukiku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” Juga telah Rasulullah SAW tandaskan dalam sabdanya, ”Allah tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali penyakit itu telah ada obatnya.” (HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah)
Terapi al-Qur`an Al-Qur`an merupakan sarana terapi utama. Sebab di dalamnya memuat resep-resep mujarab yang dapat menyembuhkan penyakit jiwa manusia. Tingkat kemujarabannya sangat tergantung seberapa jauh tingkat sugesti keimanan pasien. Sugesti itu dapat diraih dengan mendengar dan membaca, memahami dan merenungkan, serta melaksanakan isi kandungannya. Masing-masing tahapan perlakuan terhadap al-Qur`an dapat mengantarkan pasien ke alam yang dapat menenangkan dan menyejukkan jiwanya. Allah berfirman, Dan kami turunkan dari
dok.al-amien
Dr. Ahmad Fauzi Tidjani Anggota Majelis Kyai Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan
al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orangorang yang beriman.” (Qs. al-Isrâ` [17]: 82) Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan, ada dua pendapat dalam memahami term syifâ` dalam ayat tersebut. Pertama, terapi bagi jiwa yang dapat menghilangkan kebodohan dan keraguan, membuka jiwa yang tertutup, dan menyembuhkan jiwa yang sakit. Kedua, terapi yang dapat menyembuhkan penyakit fisik. Sementara Thabathaba’i mengemukakan, bahwa syifâ` memiliki makna terapi ruhaniah yang dapat menyembuhkan penyakit batin. Dengan al-Qur`an, seseorang dapat mempertahankan keteguhan jiwa dari penyakit batin, seperti keraguan dan kegoncangan jiwa, mengikuti hawa nafsu, dan perbuatan jiwa yang rendah. Al-Qur`an juga dapat menyembuhkan penyakit jasmani, baik melalui bacaan atau tulisan. Al-Faidh al-Kasyani dalam tafsirnya menilai, lafadz-lafadz al-Qur`an dapat menyembuhkan penyakit badan, sedangkan makna-maknanya dapat menyembuhkan penyakit jiwa. Dan menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, bacaan al-Qur`an mampu mengo-
ARTIKEL PENDIDIKAN bati penyakit jiwa dan badan manusia. Menurutnya, sumber penyakit jiwa adalah ilmu dan tujuan yang rusak. Kerusakan ilmu mengakibatkan penyakit kesesatan, dan kerusakan tujuan mengakibatkan penyakit kemarahan. Obat yang mujarab yang dapat mengobati kedua penyakit ini adalah hidayah al-Qur`an.
Tahajud dan Dzikir Terapi kedua adalah shalat di waktu malam, bukan shalat wajib dengan mengakhirkan shalat Isya. Yang dimaksudkan adalah shalat sunah, seperti Tahajud, Hajat, Muthlak, Tasbih, Tarawih (khusus bulan Rhamadan), dan witir. Keampuhan terapi shalat-shalat ini sangat terkait dengan pengamalan shalat wajib. Sebab kedudukan terapinya hanya merupakan suplemen bagi terapi shalat wajib (Qs. al-Isrâ` [17]: 79 dan as-Sajdah [32]: 16) Tahajud berarti meninggalkan tidur. Sedangkan shalat Tahajud adalah shalat yang dikerjakan malam hari, utamanya setelah bangun tidur. Shalat ini merupakan bagian dari shalat al-lail atau qiyâm al-lail. Shalat Tahajud merupakan shalat yang paling utama dari sekian shalat gairu rawâthib. Bagi yang melakukannya, ia akan mendapatkan kedudukan terpuji (maqâm mahmûdah). Shalat Tahajud memiliki banyak hikmah. Di antaranya: mendapat kedudukan terpuji di hadapan Allah (QS. al-Isrâ [17]: 79, dan HR. al-Bukhari dan Muslim dari Salim ibn Abdillah). Pelakunya juga akan memiliki kepribadian layaknya orang-orang shalih yang selalu dekat (taqarrub) kepada Allah, dosanya juga akan terhapus, dan ia akan terhindar dari perbuatan munkar (HR. Muslim). Jiwa orang yang mengerjakannya akan selalu hidup, sehingga mudah mendapatkan ilmu dan ketentraman. Bahkan Allah menjanjikan kenikmatan surga baginya (HR. al-Hakim, Ibnu Majah, dan Tirmidzi). Selain itu, doa pelaku Tahajud akan diterima, dan ia akan diberi rezeki yang halal lagi lapang, tanpa susah payah mencarinya. Ibadah lainnya yang dapat menjadi sarana terapi adalah berdoa, berdzikir dan wirid. Dzikir dapat mengembalikan kesadaran seseorang yang hilang. Dengan berdzikir, seseorang akan terdorong untuk mengingat, dan menyebut kembali hal-hal yang
tersembunyi dalam hatinya. Ia pun akan menyadari, bahwa yang membuat dan menyembuhkan penyakit hanyalah Allah. Sehingga ibadah yang dilakukan dapat menjadi sugesti penyembuhan. Dzikir dapat menormalisasi kembali fungsi sistem jaringan saraf, sel-sel, dan seluruh organ tubuh. Bagi aliran psiko-sufistik yang memiliki cara-cara khas dalam berdzikir, setiap gerakan yang mereka lakukan memiliki rahasia-rahasia (asrâr). Apabila dilakukan dengan benar, kesembuhan dari penyakit akan dirasakan. Dalam Tarekat Naqsyabandiyah, misalnya, ada gerakan ujung lidah yang ditempelkan pada langitlangit mulut sambil membaca lafadz, “Allah, Allah,” sebanyak 1000 kali secara sirri (dibaca dalam hati). Atau, dalam Tarekat Tijaniyah terdapat gerakan untuk mengucapkan kalimat tauhid lâ ilâha (tiada tuhan) dengan pandangan mata pendzikir dipusatkan kepada kalbu, kemudian menengadahkan kepala ke atas atau memalingkannya ke samping saat mengucapkan illallâh (kecuali Allah). Gerakan-gerakan semacam ini, jika dilakukan dengan penuh semangat dan berulang-ulang, diyakini mampu mengaktifkan optimalisasi fungsi organ tubuh. Dalam psiko-sufistik, juga terdapat konsep latha`if, yang dikembangkan sebagai metode dzikir dalam hati. Latha`if adalah esensi yang lembut dan halus yang terdapat dalam kalbu manusia. Agar ia tetap dapat terus berada dalam fitrah asal (suci dan bersih), diperlukan pemeliharaan melalui dzikir dan perjuangan spiritual (mujâhadah). Pengembangan konsep latha`if dalam psikosufistik ini, sama halnya dengan Psikologi Fisiologis (physiological psychology), yaitu cabang psikologi yang meminati interelasi dari sistem syaraf, reseptor, kelenjar endokrin, proses tingkah laku, dan proses mental. Begitulah manfaat terapi-terapi islami berdasarkan doa dan munajat. Dengan berdoa, harapan dan permohonan kepada Allah agar segala gangguan dan penyakit jiwa yang diderita dapat hilang. Dan terapi ini dapat dilakukan kapan saja, setiap kali kita mengerakan ibadah. Baik dalam shalat, puasa, haji, maupun dalam aktivitas sehari-hari. Wallâhu a’lam. 4
Edisi EdisiI/Tahun I/TahunI/2009 I/2009
3131
PENDIDIKAN ARTIKEL
Studi ‘Conditioning’ dok. pribadi
Hasan Basrie Alcaff
B
erbicara tentang teori belajar, tak akan lepas dari sudut pandang psikologi belajar. Terlebih, dengan pesatnya perkembangan psikologi dewasa ini yang melahirkan aneka teori tentang belajar. Hasilnya, pesat sekali bermunculan beberapa aliran psikologi pendidikan, semisal psikologi behavioristik, kognitif, hingga humanistik. Seorang ahli psikologi refleksologi terkenal dari Rusia, bernama Ivan Pavlov, dapat kita jadikan contoh kajian. Dalam percobaannya ia gunakan seekor anjing, yang moncongnya dibedah hingga kelenjar ludahnya berada di luar pipi. Anjing itu lalu ia masukkan ke dalam sebuah kamar gelap, dengan memberi sebuah lubang tempat menyodorkan makanan atau menyemprotkan cahaya di depan moncongnya. Pada moncong yang dibedah, ia pasangkan selang yang dihubungkan dengan tabung di luar kamar, untuk mengetahui keluar atau tidaknya air liur saat percobaan berlangsung. Hasilnya, dari moncong anjing itu keluarlah air liur, yang merupakan reaksi terhadap warna sinar atau bunyi tertentu. Dari sana ia menyimpulkan, bahwa gerakan refleks dapat dipelajari dan dapat berubah karena mendapat latihan. Dan dari percobaannya itu, Ivan dapat membedakan dua macam refleks; refleks bersyarat dan refleks yang dipelajari.
3232
Edisi EdisiI/Tahun I/TahunI/2009 I/2009
Dosen STMIK Raharja dan STIBA Lepisi Tangerang, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhamadiyah Jakarta
John B. Watson, menjadi orang Amerika Serikat pertama yang mengembangkan teori belajar berdasarkan hasil penelitian Ivan Pavlov. Watson berpendapat bahwa belajar merupakan proses terjadi refleks atau respons bersyarat melalui stimulus pengganti. Karena, manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi emosional, berupa takut, cinta, dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan stimulus respons baru melalui conditioning. Saat Watson menggunakan seekor tikus dan kelinci dalam percobaannya, ia dapati bahwa perasaan takut pada anak dapat diubah atau dilatih. Anak-anak yang mulanya tidak takut kepada kelinci, dapat dibuat menjadi takut kepada kelinci. Anak itu juga dapat dilatih hingga menjadi tak takut lagi kepada kelinci. Menurut teori conditioning, belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (condition) yang kemudian menimbulkan reaksi. Syarat-syarat tersebut di antaranya latihan yang berkelanjutan (kontinu). Dalam teori ini ditekankan pula, bahwa segala tingkah laku manusia pun merupakan hasil conditioning. Atau hasil latihan maupun kebiasaan bereaksi terhadap syarat atau perangsang tertentu yang dialami dalam kehidupan. Sayangnya, teori ini masih
menyimpan kelemahan. Yaitu tesis bahwa yang dimaksud belajar hanya belajar yang terjadi secara otomatis dalam aktivitas tertentu saja. Seperti belajar sebuah keterampilan, atau pembiasaan anak-anak terhadap sebuah keterampilan. Untuk menutupi kelemahan ini, tak salah kiranya kita lengkapi dengan pemahaman teori Conditioning Guthrie sebagai pendamping teori-teori lainnya. Teori Guthrie pada dasarnya memperluas penemuan Watson yang selanjutnya menemukan cara atau metode untuk mengubah kebiasaan yang kurang baik dalam belajar. Menurut Guthrie, untuk menggunakan kebiasaan yang tidak baik, harus dilihat dalam rentetan unit-unit tingkah laku pelajar. Kebiasaan buruk itu kemudian harus diupayakan untuk dihilangkan, dan menggantinya dengan yang lain, atau yang seharusnya. Selain metode di atas, dalam usaha mengubah tingkah laku atau kebiasaan pada manusia maupun hewan, masih banyak beberapa metode lain yang perlu kita pahami lebih lanjut. Di antaranya Metode Reaksi Berlawanan (Incompatible Response Method), Metode Membosankan (Exhaustive Method), dan Metode Mengubah Lingkungan (Change of Environment Method). Selamat mengkaji! 4
|feature|artikel | berita|PENDIDIKAN
flickr.com
Narkoba Mata Perusak Bangsa
JARANG sekali Sri Suharningsih bangun pagi. Maklumlah wanita karir manajer sebuah perusahaan multinasional ini biasa bangun sekitar pukul delapan pagi. Setiap malam hingga larut, ia harus berlelah bekerja di kantor. Biasanya, saat Subuh, ia hanya bangun untuk mengerjakan shalat Subuh, lantas kembali beristirahat. Segala kebutuhan rumah tangga, dari persiapan hidangan sarapan keluarga, pakaian untuk Anto, anaknya yang baru kelas dua SMP, sudah dikerjakan Mbok Inem, sang pembantu. Pagi itu, tak biasanya, Sri bangun agak cepat untuk mengejar jadwal
las 4-6 Sekolah Dasar se-Jabodetabek sepanjang 2008. Terungkap, 66 persen dari mereka pernah melihat pornografi lewat berbagai media. Rincinya, 24 persen anak melihatnya lewat komik, 18 persen video game, 16 persen situs porno, 14 persen film, 10 persen DVD dan VCD, 8 persen telepon genggam, serta 4-6 persen majalah dan koran. Alasan mereka melihat pornografi, sebanyak 27 persen, sekadar iseng. Kemudian 14 persennya terbawa teman dan takut dibilang kurang pergaulan (kuper). Ironisnya, banyak dari mereka yang mengakses tontonan dewasa itu di rumah sendiri, yaitu 36 persen. Lalu warung Internet mencapai 18 persen dan di rumah teman sekitar 12 persen. Artinya, jika dirasiokan, meeting dengan beberapa klien satu dari dua anak belia itu melihat pentingnya di luar kota. Betapa adegan vulgar di kamarnya sendiri. kaget ia dapati Anto, anaknya yang Sementara menurut hasil survei sedang berkembang itu, tengah asik mengakses sesuatu yang “syur� lewat Komisi Nasional (Komnas) Perinternet, yang memang online 24 jam lindungan Anak terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar di Indonesia di rumahnya. Marah sekali Sri melipada 2007. Terungkap, sebanyak 97 hatnya, ingin ia tampar muka anak persen remaja pernah mengakses satu-satunya itu. Tapi ia lekas sadar, adegan “syur�. Lalu 93,7 persen ulah Anto adalah kesalahan dirinya yang kurang mengontrol perkemban- pernah melakukan ciuman, petting, dan oral seks. Yang mengagetkan, gan anak semata wayangnya. 62,7 persen remaja usia sekolah Kasus yang dialami Sri, saat ini menengah pertama didapati sudah rasanya sudah bukan hal jarang. tidak perawan, dan 21,2 persen Berdasarkan observasi Yayasan siswi sekolah menengah umum Kita dan Buah Hati, seperti dilansir pernah aborsi. Tempo Interaktif (11/3), kasus di atas mudah ditemukan di lingkuAdiksi Pornografi ngan anak-anak. Dalam esai Data di atas menunjukkan fakta berjudul Tidak Perlu Bom untuk yang sangat mencemaskan. Terlebih, Menghancurkan Indonesia, Ketua jika perilaku tak senonoh itu dilakuPelaksana Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman M.Psi. memaparkan kan terus, efek buruknya terhadap anak akan membuatnya adiktif. data mencengangkan hasil studi Penyakit adiksi adalah penyakit Konselor Remaja Yayasan Kita dan Buah Hati terhadap 1.625 siswa ke- ketergantungan. Baik ketergantun-
Edisi I/Tahun I/2009
33
flickr.com
terkontaminasi. Adiksi pornografi anak, merupakan perilaku yang tidak normal. Hal itu dapat membuat bagian tengah depan otak menyusut dan mempengaruhi perilaku anak. Ahli bedah saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton Jr. menegaskan, adiksi pada gan terhadap sesuatu hal, atau manusia, termasuk anak, bermuara penyakit hasrat atau obsesi secara kepada perubahan sirkuit otak. mental dan emosional yang ber“Sel otak yang memproduksi gabung dengan hasrat obsesi secara dopamin menjadi mengecil, sehingfisik. Penyakit ini bersifat progresif, ga sel itu mengerut dan tak bisa dan dapat berkembang menjadi berfungsi secara normal,” tulis Hilton lebih parah secara fisik, mental dalam makalahnya. Gangguan emosional maupun spiritual. inilah, menurut dia, yang membuat Menurut para pakar, penyakit adiksi adalah penyakit seumur hidup neurotransmitter atau pengirim pesan kimiawi pada otak, menjadi yang tidak dapat disembuhkan, terganggu. tapi hanya dapat dipulihkan. Dan Sementara Kepala Departepenyakit ini membutuhkan pemulihmen Neurologi Fakultas Kedokteran an seumur hidup. Seperti layaknya Universitas Indonesia dr Diatri Nari penyakit diabetes, penyakit adiksi Lestari, SpS menilai, saat anak dapat berkembang menjadi parah memperoleh ekstase dari pornografi, jika pelakunya terbiarkan melakufungsi eksekutif di otak anak bakal kannya dalam waktu lama. terpengaruh. Anak akan sulit konLazimnya, perilaku anak yang sentrasi dalam belajar, karena resepdemikian bukanlah sebuah aksi tor dopaminnya telah diisi hal-hal tunggal. Di era digital kini, informasi (negatif) yang datang mengalir deras berbau porno. Dan pornografi dapat mengacaukan proses retensi (kedan berulang dapat membentuk mampuan otak menahan informasi) persepsi dan perilaku anak. Otak, jangka panjang pada memori anak. sebagai organ pengolah informasi, Bila kecanduan sudah berlangmenerima apa yang dilihat serta sung lama, lalu tiba-tiba dihentikan, didengar. Kemudian memprosessi anak bisa bereaksi menyimpang. nya sesuai dengan kapasitas dan Celakanya, mulanya anak memang kemampuan inteligensia. cuma menonton, lalu esok hari Menurut dr H. Jofizal Jannis, ia ingin mencoba lebih dan lebih, SpS(K), Kepala Pusat Inteligensia hingga akhirnya ia terjerumus untuk Departemen Kesehatan, otak melakukan hal-hal asusila. cenderung bersifat adaptif dan flekKerusakan otak akibat film biru, sibel. Dan otak anak kecil berbeda dapat dibuktikan secara fisik dan dengan orang dewasa yang sudah radiologis, maupun dalam bentuk dijejali banyak informasi. Otak anak relatif lebih kosong, sehingga rentan gangguan perilaku si anak. Dan
34
Edisi I/Tahun I/2009
menurut banyak ahli, kerusakan otak karena “narkoba lewat mata” (visual crack cocaine) jauh lebih dahsyat ketimbang seluruh jenis narkoba. Bila kondisi itu terus berlarut, dipastikan dapat mendegradasi kemampuan inteligensia anak. Yang ditakutkan, perilaku menyimpang itu bakal menerabas tatanan nilai masyarakat.
Menangkal Situs Porno Dari pemantauan tahun 2000, terdapat 28.000 situs porno yang dapat diakses anak-anak secara bebas. Tak heran, jika pada 29 Maret 2008 lalu, Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) segera meluncurkan software gratis, yang dapat digunakan masyarakat untuk menangkal pornografi dari situs-situs internet. Software tersebut telah didistribusikan sejak April 2008, juga dapat didownload di situs www.depkominfo.go.id. Agar tidak “kecolongan” dengan kemampuan anak memanipulasi waktu dan kesempatan untuk mengunduh pornografi di internet, maka sudah waktunya para orangtua harus “melek” teknologi. Yang paling dasar adalah upaya mengembangkan wawasan seputar teknik menangkal situs porno. Baik dengan memasang filter di PC (personal computer) rumahan atau laptop pengguna, atau memblokir sutussitus rawan pornografi. Semua informasi tentang filter maupun browser, dan daftar situssitus berbahaya yang harus dicegah penggunaannya oleh anak sudah sangat banyak tersedia, dan dapat dilihat diunduh gratis di internet. Rasanya, perang melawan pornografi bukan hanya tugas negara/ pemerintah. Tapi dengan kian murah dan terjangkaunya teknologi hingga ke sudut kamar anak, menjadikan tugas orangtua sebagai “penjaga utama” mentalitas anak dari bahaya Narkoba mata ini kian berat. 4 (ahmad taufiq)
ibnuanwar/qalam
prosentase sebanyak ini bukanlah angka yang sedikit. Minimnya kemampuan tingkat membaca dan menulis masyarakat, terutama warga pedalaman, tentu akan besar pengaruhnya terhadap kesuksesan Pemilu dan Pilpres 2009. Terlebih, ditambah keruwetan akibat perubahan cara memilih dari mencoblos kepada mencontreng, yang sangat membingungkan para pemilih, khususnya kalangan buta huruf. Kendala psikologis yang umum dirasakan kalangan buta huruf adalah ketakutan mereka untuk berhadapan dengan petugas. Walau saat pemilihan di tempat pemungutan suara (TPS) telah disediakan petugas yang bertugas melayani mereka. Rasa minder atas kemiskinan dan ketidaktahuan informasi menjadi pemicu ketakutan mereka. Tak heran jika kegagalan pemilihan Caleg seperti yang ibu-ibu saja, bimbingan juga diikuti EBUT saja Satina, seorang dikehendaki masyarakat, sungguh kaum bapak warga setempat. ibu rumah tangga yang Melalui arahan Dosen Universi- sangat memungkinkan. Maka, sehari-hari bekerja sebagai menjadi tugas para pelayan TPS itu buruh tani, bersama teman- tas Muhammadiyah Jember, Fitriauntuk menciptakan iklim yang sejuk tul Mufidah, beberapa mahasiswa temannya ia kini aktif mengikuti ditugaskan meneliti perkembangan dan bersahabat dengan kalangan bimbingan Keaksaraan Fungsional buta huruf ini, agar mereka tidak bimbingan tersebut. Muarrofah, di rumah Fifin, warga Desa Cakru, kehilangan kesempatan memberi Kecamatan Kencong, Jember, Jawa salah seorang mahasiswa alumni suara yang menjadi hak dasarnya Timur. Kegiatan yang telah berjalan Pondok Pesantren Al-Amien Prensebagai warga negara. duan, dan ketua kelompok peneliselama empat tahun itu sudah Dari sukses dan gagalnya Pemilu menamatkan tujuh angkatan Warga tian itu menjelaskan, ada sepuluh tahun ini, pekerjaan besar yang Sukses Baca, yang terdiri dari warga kelompok di Desa Cakru yang diemban pemerintah mendatang menggelar kegiatan semacam ini. berusia 25 hingga 45 tahun. adalah fokus dan upaya keras meUntuk sementara waktu, para Bermula dari bimbingan belajar peneliti menggunakan media papan ngentaskan buta huruf. Agar dalam mengaji, yang hanya terdiri dari 10 pesta demokrasi selanjutnya, tak ada huruf dan angka untuk membantu orang warga, Fifin melihat banyak lagi kekhawatiran salah pilih atau aktivitas bimbingan. “Itupun, para dari kelompok belajarnya yang manipulasi lainnya akibat ekses buta peserta bimbingan belum mampu belum bisa baca tulis. “Menyadari huruf masyarakat. pentingnya membaca dan menulis, menyerap pengajaran secara makProgram semisal bimbingan akhirnya saya bersama rekan-rekan simal,� tukas Muarrofah. Keaksaraan Fungsional seperti Menurut data terakhir, Indoberinisiatif mengadakan bimbingan yang masif dilakukan warga Desa keaksaraan fungsional bagi warga,� nesia memiliki sekitar 32.379 Cakru, Jember, sangat patut mendesa, dengan keseluruhan jumlah jelasnya kepada Majalah Qalam. jadi panutan bagi ribuan desa-desa penduduk diperkirakan mencapai Sukses menamatkan sepuluh warga selama enam bulan, akhirnya 266 juta jiwa. Sayangnya 15 persen lainnya di Indonesia, untuk kreatif dari jumlah itu terancam buta huruf. memberantas buta huruf secara Fifin membuka kesempatan bagi mandiri. 4 (ali ibnu anwar) warga lain. Tak hanya dari kalangan Terkait hak pilih dalam demokrasi,
Hak Demokrasi Kaum Buta Huruf
S
Edisi I/Tahun I/2009
35
KELUARGA|feature|artikel | berita|
suarajogja.net
Demokrasi membuka pintu bagi satu keluarga untuk beda kendaraan politik. Benarkah beda partai menyebabkan runtuhnya bangunan keluarga?
Beda Partai Keluarga Runtuh?
Sofyan Badrie
M
atahari tengah bersinar terik, ketika puluhan fungsionaris Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya), beberapa waktu lalu, n” yekar” ke makam proklamator Mohammad Hatta di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Dari sana, mereka juga melanjutkan ziarah ke makam begawan ekonom Sumitro Djojohadikusumo di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat. Tampak turut dalam rombongan, Ketua Umum Gerindra Suhardi beserta dua Wakil Ketua Umum Gerindra, yaitu Fadli Zon dan Halida Hatta, putri bungsu Bung Hatta. Halida bergabung dengan Partai Gerindra sejak awal tahun 2008. Berbeda dengan sang kakak, Meutia Hatta Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, yang menjadi Ketua Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Halida memutuskan untuk memilih partai lain. ”Kami tentunya ingin bareng. Tapi, kalau kita lihat orang main bola, wajar kalau si A yang bagus
36
Edisi I/Tahun I/2009
dipasang di sebelah sini, lalu si B yang juga bagus ditaruh di sebelah sana. Yang jelas, semua sama-sama menggiring bola ke gawang. Apalagi, kami tidak berbeda ideologi, sama-sama penganut ajaran Bung Hatta,” kata Halida. Meski lebih memilih Gerindra, Halida sangat paham dengan sejarah pembentukan PKPI. Lalu bagaimana respon keluarga melihat dirinya tidak ikut mendukung PKPI? ”Kalau buat saya, semakin banyak ajaran Bung Hatta disebarkan, saya semakin bahagia. Saya yakin begitu juga Meutia,” ujarnya sembari tersenyum. Meski berbeda afiliasi partai, Halida merasa hubungannya dengan Meutia tetap baik-baik saja. ”Soal partai masing-masing punya kebijaksanaan sendiri. Kami tidak dalam posisi saling mempengaruhi, karena kami sudah tahu jalannya sama, cuma penekanannya berbeda. Akhirnya, semua juga untuk kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.
feature keluarga kelahiran Balikpapan, 15 Oktober 1962 itu, antara dirinya dan Ikang telah membangun komitmen untuk saling mendukung. ”Saya siap membantu meraih dukungan di daerah pemilihan Ikang, begitu sebaliknya,” ungkap ibu dua anak itu. Marissa menjadi Caleg PPP untuk daerah pemilihan (Dapil) Jabar I, yang meliputi Kota Bandung dan Kota Cimahi. Untuk meraih suara, ia mengakui sedikit kesulitan memasuki jaringan kelompok modern. Karena itu, ia meminta bantuan Ikang. ”Sebagai aktivis PAN yang berbasis masyarakat kota, Ikang punya hal itu,” bebernya. Bantuan yang diminta, misalnya, bagaimana cara agar Marissa dapat masuk dan menyosialisasikan diri dalam komunitas Muslim yang banyak beraktivitas di Masjid Salman, ITB. ”Sedangkan saya akan mencoba membantu membuka pintu di kalangan tradisionalis Banten,” ujar mantan Cawagub Banten pada 2006 itu. Ikang maju melalui Dapil Banten I, yang meliputi Kabupaten Lebak dan Pandeglang. Menurut pemilik nama lengkap Ahmad Zulfikar Fawzi itu, dalam urusan politik, keduanya memang kerap berbeda pendapat. Meski begitu, komitmen untuk menjaga keharmonisan keluarga tetap menjadi prioritas utama. ”Biar bagaimanapun, saya kan imamnya. Saya juga sering belajar dari istri. Jadi, kami saling mengingatkan walau sering berdebat,” katanya lantas tertawa. Menurut Ikang, dalam hidup, agama paling utama. Selanjutnya, keluarga, menyusul kemudian pekerjaan. ”Menjadi politisi partai termasuk kategori
pekerjaan. Sedangkan keluarga di atas itu,” tegasnya.
Perceraian Meningkat
Menurut Dirjen Bimas Islam Prof Nasarudin Umar, angka perceraian karena perbedaan politik atau partai dalam penyelenggaraan Pemilu dan pemilihan presiden (Pilpres) cenderung naik dari tahun ke tahun. Walau prosentasenya masih terbilang kecil, tapi ini harus diwaspadai. ”Karena dapat mengganggu keutuhan dan kelanjutan masa depan bangsa,” katanya dalam pertemuan dengan wartawan di Jakarta, beberapa
ibnuanwar/qalam
Sementara Meutia Hatta mengakui, saat adiknya memutuskan masuk Gerindra dan menjadi Caleg di sana, memang tidak melalui persetujuan dirinya. Namun, itu bukan masalah mendasar baginya. ”Masak orang sudah 52 tahun masih perlu diatur-atur,” ujar perempuan kelahiran Yogyakarta, 21 Maret 1947 itu. Bagi sulung tiga bersaudara itu, keberadaan Halida dalam politik, justru sesuai dengan kampanye yang terus ia sampaikan kepada publik selama ini. Bahwa, perempuan juga harus berpolitik dan masuk ke dalam partai. Minimal kuotanya terpenuhi 30 persen perempuan. ”Jadi, bisa partai manapun, tak harus di partai saya,” ujarnya. Pemberian kebebasan itu, kata Meutia, sesuai ajaran sang ayah agar selalu bersikap toleran. Dalam mendidik anak-anaknya, Hatta tak pernah berusaha mengindoktrinasi sesuatu, termasuk ketertarikan pada politik. Sang proklamator tak pernah memaksa anak-anaknya untuk harus suka pada politik. Tapi, kalau ada yang tertarik ke politik, Bung Hatta pasti akan membimbing sepenuh hati. ”Seingat saya, memang saya dan Halida yang lebih memiliki ketertarikan,” ujar suami dari ekonom Sri Edi Swasono itu. Perbedaan pilihan politik juga dialami pasangan artis Ikang Fauzi-Marissa Haque. Pada Pemilu 2009 ini, mereka maju sebagai calon anggota DPR RI dari partai berbeda, Partai Amanat Nasiona (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Ikang melalui PAN, sedangkan Marissa dari PPP. Meski beda partai, hubungan keduanya tampak tak terganggu. Marissa mengatakan, dirinya dan suami percaya, bahwa keputusan maju sebagai Caleg dari dua partai berbeda memiliki akhir yang sama. ”Kami hanya beda jalan, tapi titik akhirnya tetap satu, yaitu menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk masyarakat,” ujarnya. Bahkan, lanjut perempuan
Edisi I/Tahun I/2009
37
feature keluarga waktu lalu. Yang terbaik, imbuh Nasarudin, adalah mengamankan jaring-jaring keluarga. Perceraian akibat Pemilu karena latar belakang pandangan harus dihindari. Karena itu, ia mengimbau kepada umat Islam menghindari adanya perbedaan yang dapat menjurus pada perceraian. �Urusan politik adalah urusan sesaat. Sementara urusan keluarga adalah urusan seumur hidup, bahkan sampai akhirat,� kata tandasnya. Dalam pertemuan itu lain, dalam acara Pemilihan Keluarga Sakinah dan Pemilihan Kepala KUA Teladan Tingkat Nasional, Nasaruddin mengungkap fenomena cendeurung meningkatnya perceraian di Indonesia. Gejolak yang mengancam kehidupan struktur keluarga ini semakin bertambah jumlahnya sejak tiga tahun terakhir. Setiap tahun, ada dua juta perkawinan, tapi perceraian juga meningkat dua kali lipat. Setiap 100 orang yang menikah, 10 pasangan bercerai, umumnya mereka yang baru berumahtangga. Ia menegaskan, apabila angka perceraian di masyarakat terus meningkat, itu menjadi bukti kegagalan kerja Badan Penasehat Pembinaan Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4). Dalam kasus perceraian suami-istri, terjadi fenomena mencengangkan. Di enam kota besar di Indonesia, terbesar di Surabaya, ternyata jumlah istri yang menggugat cerai suaminya makin meningkat. Di Jakarta tercatat 5.193 kasus perceraian, 3.105 (60 persen) di antaranya adalah istri menggugat cerai suami. Dan hanya 1.462 kasus suami menggugat cerai istrinya. Di Surabaya, dari 48.374 kasus, sebanyak 27.805 (80 persen) adalah kasus istri menggugat cerai suami, sementara suami menggugat cerai istrinya mencapai 17.728 kasus. Di Bandung, dari 30.900 kasus perceraian sebanyak 15.139 (60 persen) adalah kasus istri gugat cerai suami dan suami gugat cerai istri sebanyak 13.415 kasus. Selanjutnya, di Medan dari 3.244 kasus, sebanyak 1.967 (70
38
Edisi I/Tahun I/2009
persen) kasus terjadi istri menggugat cerai suami, dan hanya 811 kasus suami menggugat cerai istri. Di Makassar, 75 persen dari 4.723 kasus perceraian, sebanyak 3.081 kasus istri menggugat cerai suami, dan 1.093 kasus sebaliknya suami menggugat cerai istri. Di Semarang, dari 39.082 kasus 70 persen di antaranya (23.653 kasus) merupakan gugatan istri untuk bercerai dari suaminya, dan hanya 12.694 kasus suami menggugat cerai isteri. Menurut Dirjen Bimas Islam Prof Dr Nasaruddin Umar, penyebab perceraian tersebut antara lain karena ketidakharmonisan rumahtangga (46.723 kasus), faktor ekonomi (24.252 kasus), krisis keluarga (4.916), cemburu (4.708 kasus), poligami (879), kawin paksa
(1.692), kawin bawah umur (284), dan penganiayaan dan kekerasan dalam rumah tangga (916). “Suami atau istri dihukum lalu kawin lagi terjadi dalam 153 kasus, cacat biologis atau tidak bisa memenuhi kebutuhan biologis 581 kasus, perbedaan politik 157 kasus, gangguan pihak keluarga 9.071 kasus, dan tidak ada lagi kecocokan karena selingkuh sebanyak 54.138 kasus,� katanya. Tingginya permintaan gugat cerai istri terhadap suami tersebut diduga karena kaum perempuan merasa mempunyai hak yang sama dengan lelaki. Ini akibat globalisasi sudah kian kebablasannya kaum perempuan memahami tuntutan pesamaan hak.
4
|feature|artikel | berita|KELUARGA
Bom Waktu Televisi dok. pribadi
Arif Firmansyah
S
eorang ayah terkejut bukan main saat mendapati anaknya yang berusia lima tahun sudah mampu melontarkan kata-kata milik anak remaja. Dalam beberapa kesempatan, si anak kerap menyanyikan lagu-lagu cinta yang kini tengah menjamur. Kondisi ini tentu tak pernah terbayang di benak orangtua. Tapi, menilik kenyataan yang terjadi, semua yang tak terbayang itu sudah terbentang di depan mata. Tak sedikit anak-anak belia yang kini menjadi akil balig lebih cepat. Kenyataan yang merisaukan para orangtua ini tentu ada “asbabun-nuzĂťlâ€?nya. Yang pasti, tayangan televisi yang mengepung rumah-rumah kita sepanjang hari menjadi pemicu yang tak boleh dianggap remeh. Anak-anak belia yang menjadi “ABGâ€? sebelum waktunya merupakan korban tayangan televisi. Selain menimbulkan dampak psikologis, televisi juga menimbulkan dampak lain terhadap mental anak-anak dan kesehatan mereka. Hasil penelitian Hancox RJ. Association bertema Television Viewing During Childhood with Poor Educational Achievement menyebutkan, bahwa anak berusia tiga tahun yang rajin nonton, akan mengalami penurunan minat baca, berkurangnya kemampuan membaca secara komprehensif, dan menurunnya kemampuan
Redaktur Koran
memori. Sedangkan dampak jangka panjang berupa kegagalan akademis pada usia 26 tahun. Menurut Dr. Hardiono D. Pusponegoro, mengutip hasil penelitian tadi, dari aktivitas menonton televisi saja, otak akan kehilangan kesempatan mendapat stimulasi dalam hubungan sosial dengan orang lain. Selain itu, otak juga akan kehilangan kesempatan bermain kreatif dan memecahkan masalah. Televisi yang bersifat satu arah, membuat anak-anak kehilangan kesempatan mengekplorasi dunia tiga dimensi, dan peluang tahapan perkembangan yang baik. Dampak tayangan televisi semakin jelas terlihat jika kita kaji setiap jenis tayangan. Tapi, dari sekian ragam jenis tayangan, yang paling mendapat perhatian adalah tayangan kekerasan dan infotainment. Dua jenis tayangan ini bukan saja mengilhami penonton dewasa untuk meniru setiap adegan tayangan, tapi juga berdampak pada perilaku keseharian mereka. Apalagi dalam berbagai penelitian, dua jenis tayangan ini menarik banyak penonton dan meraih rating tinggi. Tayangan berita seputar gosip para pesohor (artis), misalnya yang sangat menjamur sejak Cek & Ricek mengudara pertama kali pada awal 1990-an, sampai sekarang produk ini tetap bertahan dan terus berkembang. Belakangan, bahkan semakin banyak muncul
acara sejenis. Jam tayangnya pun sudah mulai sejak pagi buta hingga menjelang tengah malam, di hampir semua saluran televisi. Berita-berita yang disajikan dalam tayangan infotainment, biasanya mengandung rumus yang sederhana. Pertama, kemunculan seorang artis baru dan segala pernik-pernik kehidupan pribadi serta prestasi yang diraih kalau ada. Kedua, setelah dikenal siapa pacar atau orang yang sedang mendekatinya, artis itu akan dicecar reaksi seputar kedekatan hubungannya. Ketiga, setelah menjalin hubungan asmara, infotainment akan menggiring isu pada urusan kapan si artis akan menikah. Setelah si artis menikah, pertanyaan yang selalu dimunculkan adalah kapan punya anak dan berapa anak yang diinginkan. Jika pertanyaan ini tak kunjung mendapat jawaban pasti, materi yang ditayangkan biasanya beralih kepada isu lain, seperti keretakan rumah tangga hingga perceraian. Kisah kawin cerai artis tak jarang jadi tayangan bersambung selama berminggu-minggu, seperti terjadi dalam kasus perceraian Tamara Bleszinsky-Teuku Rafli dan Ahmad Dhani-Maia Estianti. Tayangan yang terlalu jauh memasuki ruang privat seseorang inilah yang banyak dipersoalkan. Selain tidak mendidik, jam tayang infotainment seakan tak mengenal
Edisi EdisiI/Tahun I/TahunI/2009 I/2009
3939
ARTIKEL KELUARGA waktu. Sehingga jam-jam tayang untuk tontonan anak-anak pun terampas. Jika dihitung-hitung, jam tayang infotainment bisa mencapai 18 jam sehari, atau lebih dari 220 episode dalam seminggu. Dengan jam tayang yang begitu masif, tak heran jika acara ini sudah muncul sejak sebelum matahari terbit hingga menjelang tengah malam, di berbagai saluran televisi. Bayangkan, setelah mengikuti pengajian ba’da Subuh di televisi, rumah-rumah kita sudah dibombardir dengan tayangan infotainment. Dengan masa tayang yang begitu banyak, tanpa disadari tayangan ini seringkali membuat orang ketagihan. Dengan jam tayang yang tinggi, mau tak mau anakanak di rumah akan punya kesempatan luas menjadi penontonnya. Apalagi jika para ibu dan kaum perempuan, yang menjadi pangsa pasar terbesar penonton tayangan ini, ikutikutan menjadi penonton setia. Akibatnya, anak ikut terbawa arus menjadi penonton juga. Pada masa perkembangan ini, tentunya anak-anak dengan mudah menyerap kosakata, kalimat, atau kata-kata yang disampaikan presenter. M enurut psikolog Dadang Hawari, tayangan televisi menjadi modeling bagi perkembangan anak-anak, jika mereka terus-menerus menjadi penonton. Apalagi jika orangtua secara bersama-sama menjadi penonton acara sejenis. Anak-anak akan menemukan pembenaran bahwa acara yang ditonton itu adalah acara yang baik, sehingga muncul naluri meniru segala yang ditayangkan. Sebagai orangtua kita, sudah waktunya kita tekan dampak tayangan yang mengandung ghibah (bergunjing) itu seminimal mungkin. Sikap ini menjadi penting, sebelum perilaku anak-anak kita disetir oleh televisi. Selagi ada peluang dan kesempatan memperbaiki diri, alangkah baiknya jika kita mulai dari sekarang untuk melihat kembali hobi kita menonton gosip, isu, dan acara menggunjing orang lain.
Bijak Memilih Tontotan Antara benci dan rindu, merupakan ungkapan
4040
Edisi EdisiI/Tahun I/TahunI/2009 I/2009
yang pas untuk menggambarkan hubungan kita dengan televisi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mulai sulit melepaskan diri dari televisi, karena tak sedikit acara yang bernilai positif. Pengajian Subuh, merupakan salah satu tayangan yang layak disimak. Begitu pula acara ilmu pengetahuan seperti Discovery Channel. Dalam kesempatan lain kita juga perlu mengetahui perkembangan dunia luar agar wawasan kita terus bertambah. Dengan manfaat yang tidak sedikit ini, disertai mudharat yang dihadirkan, yang diperlukan sekarang adalah sikap kita terhadap tontotan. Kita perlu bijak, kapan semua anggota keluarga bisa menonton bersama, dan kapan televisi harus dimatikan. Orangtua perlu menekan ego untuk tidak menonton televisi pada jamjam anak belajar. Karena, bagaimana mungkin meminta anak belajar, jika di dalam rumah yang sama orangtua asyik menonton sinetron? Selain itu, orangtua harus selektif memilihkan tayangan yang boleh ditonton anak-anaknya. Apalagi, saat ini banyak tayangan dengan label “tontotan anak”, tapi isinya justru jauh dari nilai-nilai dan kehidupan dunia anak. Acara “Idola Cilik” misalnya, seakan ditujukan untuk anak-anak. Tapi jika kita simak lebih jauh, terutama lagu yang dinyanyikan, rasanya kita perlu berpikir kembali kelayakan acara tersebut ditonton anak. Bagaimana mungkin anakanak berusia 10-12 tahun menyanyikan lagu “Kekasih Gelap” milik Sheila On 7, misalnya. Kunci penting menghindarkan anak-anak dari dampak buruk televisi adalah kepedulian orangtua dan kemauan orangtua untuk mengalah. Jika orangtua tetap gemar menonton televisi tanpa tahu waktu, jangan berharap anak-anak patuh dan menuruti kemauan orangtua. Jangan sampai kita baru sadar ketika anak-anak lebih mudah menirukan adegan di televisi daripada menjadikan orangtua sebagai panutan. Wallâhua’alam. 4
|feature|artikel | berita|KELUARGA
Memuji Pasangan FAJAR indah kemerahan masih di ufuk Timur, Diah Amalia begitu ceria di pagi itu. Selepas shalat Subuh ia sigap bergegas membersihkan rumah, lalu menyiapkan masakan untuk Andi, sang suami tercinta yang akan tiba dari tugas rutin jaga malam sebentar lagi. Lelah setelah bergadang semalaman, Andi terlihat gontai memasuki pekarangan rumah. “Assalamu’alaikum,” sapa Andi sambil membuka pintu rumah. “Wa’alaikum salam,” sambut Diah dengan senyum manisnya. “Wah, bersih sekali rumah kita, Mah. Engga rugi Papa mendapatkan istri yang apik, rajin bersih-bersih rumah, dan enak lagi masakannya,” ujar Andi sambil mencium kening Diah. Diah tertegun keheranan, tapi hatinya sangat senang, teduh bercampur bahagia mendengar ucapan Andi. Lelah dan letihnya membersihkan rumah dan menyiapkan masakan sejak pagi buta, sekejap hilang. Terlebih, Andi, yang sudah menikahinya sejak lima tahun lalu, bukan pria yang suka “ngegombal” dengan puja-puji. Suaminya itu cenderung pendiam dan tak suka banyak komentar dengan situasi lingkungannya. Maka ucapan Andi di pagi itu sungguh meneduhkan hati Diah. Sempat dalam hati Diah bertanya, kok suaminya yang dulunya tidak pernah memuji, tapi pagi itu tiba-tiba memuji dengan indahnya. Tanpa sepengetahuan Diah, ternyata malam itu sambil menghilangkan kantuk Andi ngobrol dengan teman
flickr.com
Sakinah Berkat
sekerjanya Mas Naskhin, kakek 2 orang cucu, yang memiliki keluarga begitu harmonis. “Apa sih resep Mas Naskhin sampai tahan berumahtangga hampir 30 tahun?” tanya Andi. “Jangan malu untuk memuji istrimu!” jawab Nasikhin ringkas. “Kamu memuji istri, dia seneng, nanti kamu akan diservis apa saja yang kamu mau,” imbuh Nasikhin. Selama perjalanan pulang dari pos jaga ke rumah, Andi berpikir keras, apa yang harus ia puji dari kebiasaan istrinya. Tak lama ia ingat, ternyata istrinya apik, rajin bersih-bersih rumah, dan jago masak. Bulat tekad Andi ingin puji istrinya sesampainya di rumah. Menurut psikolog perkawinan dr. Yati Utoyo Lubis, pasangan suami-istri harus bisa mengungkapkan hal-hal positif yang dimiliki pasangannya. Karena, cara ini efektif untuk memberi rasa percaya diri pada pasangan. “Ia akan merasa dicintai dan dihargai, sehingga tak ada keraguan dalam menjalani perkawinan,” tegas Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu. Bila suami-istri mampu mengungkapkan perasaan mereka dan menunjukkannya dalam bahasa verbal, suami akan menjadi tahu apa yang menjadi kelebihan dirinya, dan ia juga terdorong mencari kelebihan istrinya. Begitupun sebaliknya. Bahkan, pada tahap selanjutnya, suami atau istri akan men-
Edisi I/Tahun I/2009
41
tidak proporsional dan berlebihan. yang ada dalam dirinya.” Orang yang terlalu dipuji, biasanya Pujian terhadap penampilan akan cenderung sombong. pasangan, juga akan berdampak Dalam sebuah riwayat dissangat positif bagi keharmonisan ebutkan: Beberapa waktu setelah hubungan rumahtangga. Dengan pujian itu, pasangan akan merasa Rasulullah SAW wafat, Abdurrahman ibn Auf mengunjungi Aisyah, diperhatikan. Sebab, rasa “butuh diperhatikan” adalah fitrah manu- dan berkata, “Wahai Ummul Mukminin. Aku dengar Rasulullah sia. Dan bukan monopoli anakanak kecil saja rasa senang untuk pernah berkata kepadamu bahwa diperhatikan orang, orang dewasa aku termasuk salah seorang juga memerlukannya. Sepertinya, Sahabat yang mendapat pujian surga, namun jalanku tertatihtak ada seorang pun yang tak ingin dipuji atau tak butuh pujian. tatih menuju surga.” Aisyah menjawab, “Benar.” Lantas AbdurrahMari belajar dari teladan man berkata, “Jika demikian, aku Rasulullah SAW. Walau beliau berjanji akan berbuat lebih baik pemimpin besar rakyatnya, tapi lagi, agar jalanku menuju surga tak pernah lupa untuk memberi dapat lebih cepat.” pujian. Ali ibn Abu Thalib RA perDr Hasan Syamsi Basya dalam nah beliau puji dengan menyebutnya “kunci perbendaharaan ilmu”. buku As’id Nafsak wa As’id alSunnah Memuji Âkharîn (Bahagiakan Dirimu dan Memuji tidak butuh biaya atau Abdurrahman ibn Auf, seorang Orang Lain) menyarankan agar sahabat yang kaya, juga beliau ongkos mahal. Yang dibutuhkan kita dapat memuji istri ketika ia puji karena kedermawanannya. adalah ketulusan dan rasa cinta Kepada Aisyah RA, Rasulullah juga melakukan sesuatu yang memang pada pasangan. Memberi pujian pantas untuk dipuji. Pujian adalah kerap memuji istrinya itu hingga dapat diungkapkan dengan bagian dari ungkapan rasa syukur sering membuat tersipu. Beliau kalimat-kalimat ringan, seperti: dan terima kasih kita. Seperti suka memanggilnya khumaira “Masakan Mama hari ini luar syukur kita atas nikmat dari Allah biasa, loh!” Atau, “Wah, Papa tam- (pipi yang kemerahan). dengan mengucapkan, “AlhamTapi, pujian tak boleh diberibah keren deh pakai dasi itu.” dulillâh” (Segala puji bagi Allah). kan berlebihan. “Pujian seperti Pujian sangat signifikan berpengaruh terhadap perasaan pas- minyak wangi. Ia menebar harum, Sebab, Rasulullah telah menandaskan: “Barangsiapa yang tidak tapi berbahaya bila diminum,” angan, khususnya bagi istri yang berterima kasih kepada manusia, kata sebuah pepetah. Benar, akan merasa dihargai, dipercayai berarti ia tidak berterima kasih dan dihormati oleh suaminya. Tan- pujian berpotensi bahaya menjekepada Allah.” pa pujian atau perhatian, mungkin rumuskan seseorang ke jurang petaka, jika diberikan secara yang ada hanya kecenderungan 4 (ahmad taufiq) untuk saling mencela dan merendahkan pasangan. Fathimah az-Zahra dalam buku Mafâtih Qalb al-Mar`ah - Pujian diucapkan tulus, dan tidak mengada-ada. (Kunci Hati Wanita) menuturkan, - Diucapkan tidak terlalu sering, tapi juga tidak terlalu jarang. “Dengan pujian, Anda bisa mulai - Memuji di saat-saat penting. Misalnya, saat akan memulai aktivimembenahi suatu kesalahan tas di pagi hari. dalam kepribadian pasangan Memuji di saat pasangan benar-benar membutuhkannya. MisalAnda. Diawali dengan menghornya, saat suami atau istri tengah merasa tidak percaya diri. mati pasangan Anda melalui pu- Memilih kata-kata pujian yang tepat dan cocok dengan kondisi. jian selayaknya, hingga kemudian - Memuji pasangan di depan orang lain, selain anak. Tapi, intenia akan memperlakukan Anda sitasnya jangan terlalu sering, sebab akan membuat orang lain dengan penuh cinta. Ketika itu risih mendengarnya. telah tercapai, maka Anda dapat - Pilihlah pujian yang tak berlebihan. mulai membenahi hal-hal negatif coba terus memperbaiki dirinya. Walau memang, untuk sebagian orang kebiasaan memuji tidaklah mudah. “Bila suami atau istri memang tak pernah dididik dengan pujian sejak kecil, ia akan kesulitan untuk memuji orang lain atau pasangannya,” ungkap Yati. Pada orang yang berkepribadian introvert (pendiam), kebiasaan memuji biasanya sulit dilakukan. Tapi bukan berarti mereka tak bisa melakukannya. Orang semacam ini harus dirangsang untuk membiasakan diri untuk memuji. “Mungkin awalnya agak sulit, tapi lama-lama mereka akan terbiasa dan mau mengungkapkan isi hatinya,” jelas Yati.
Aturan Memuji
42
Edisi I/Tahun I/2009
KASUS Lutviana Ulfa-Syech Puji menghebohkan masyarakat. Opini pro-kontra timbul. Apa dampak psikologis pernikahan dini? Pernikahan dini. Ini bukan judul sinetron, yang beberapa tahun lalu, sempat ngetren, jadi idola ibuibu. Pernikahan dini di dunia realitas, juga turut jadi pergunjingan hangat, bahkan mengharu-birukan jagad Nusantara. Bintang idolanya bukan Agnes Monica, tapi Lutfiana Ulfa (12) dan Pujiono Cahyo
flickr.com
Heboh Nikah Dini Widianto alias Syekh Puji. Mengapa kasus Lutviana Ulfa-Syech Puji menghebohkan? Menurut Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Dr. Seto Mulyadi, yang akrab dipanggil Kak Seto, Lutfiana Ulfa secara fisik dan psikis yang masih berpredikat siswa sekolah itu belum siap untuk berumahtangga. Pernikahan usia dini yang dijalani Ulfa, diakui Kak Seto tak lepas dari faktor kemiskinan. Dan ini bukan hanya terjadi pada Ulfa, masih banyak gadis di bawah umur akhirnya dikawinkan dini umumnya karena alasan ekonomi keluarga. Kebetulan kasus Ulfa banyak dipapar media massa karena Syekh Pujiono, pemilik PT Silenter yang memproduksi kaligrafi perunggu, dikenal kaya dan dari kalangan pesantren pula. Ia pendiri pesantren Miftahul Jannah yang mengkhususkan siswa untuk belajar menghafal al-Qur`an. Apalagi terbetik berita ia berniat ingin lagi menikahi gadis yang lebih muda dari Ulfa. Sosok kontroversial Syekh Puji, sebetulnya bukan pimpinan pesantren. Yang pimpinan pesantren adalah istrinya. Ia juga bukan kiai ataupun ustadz, ia cuma dikenal sebagai pengusaha. Menurut Kak Seto, pernikahan dini yang dilakukan Syekh Puji melanggar hukum positif Indonesia. Undangundang tentang perkawinan tidak membolehkan perempuan di bawah 16 tahun untuk dinikahi. Juga, melanggar Undang-undang tentang perlindungan anak. Aturan lain yang ditabrak Syekh Puji adalah Kitab Undang-undang Hukum (KUHAP) pasal ten-
Edisi I/Tahun I/2009
43
tang pencabulan. Selain masalah kemiskinan, kata Kak Seto, kasus ini juga disebabkan rendahnya tingkat pendidikan. Peran aparat di beberapa daerah juga kerap kian merunyamkan masalah. “Seharusnya aparat desa, kelurahan, atau yang berwenang memberi izin, bisa menolak izin keluarga yang hendak menikahkan anak yang masih di bawah umur,” tandas Kak Seto. Berdasarkan laporan masyarakat, akhirnya Syekh Puji resmi menjadi tahanan Kepolisian Kota Besar Semarang, Jawa Tengah, Rabu 18 Maret 2009. Tak sendirian, mertuanya Suroso, orangtua Ulfa, juga ditetapkan sebagai tersangka. Sekjen Komnas PA, Aris Merdeka Sirait, menyambut baik penahanan Syekh Puji. Menurutnya, penahanan ini akan menimbulkan efek jera. “Fenomena perkawinan anak di bawah umur seperti gunung es. Ini pelajaran bagi pelaku yang lain dan orang yang menfasilitasi perkawinan dini,” kata Aris kepada wartawan di Jakarta (20/3). Aris menganggap pemidanaan terhadap Puji maupun Suroso, akan efektif mencegah pernikahan dini. “Tak ada alasan menikahkan gadis di bawah umur. Kalau alasannya membantu orang tak harus mengawini anak kecil,” tegasnya.
Manfaat Menikah Dini Sebetulnya, kekhawatiran dan kecemasan timbulnya persoalan-persoalan psikis dan sosial akibat pernikahan dini telah dijawab secara logis dan ilmiah oleh Muhammad Fauzil Adhim dalam bukunya Indahnya Pernikahan Dini. Selain itu, Clarke Stewart dan Koch lewat buku Child Development: A Topical Approach mengutarakan, pernikahan di usia remaja dan masih di bangku sekolah, bukan sebuah penghalang untuk meraih prestasi yang lebih baik. Dan usia bukan ukuran utama untuk menentukan kesiapan mental dan kedewasaan seseorang. Bahkan, menikah bisa menjadi solusi alternatif untuk mengatasi kenakalan kaum remaja yang kian tak terkendali. Dan memang, di kedua buku itu, juga di sekitar kita, ada banyak bukti empiris menunjukkan bahwa menikah di usia dini tidak menghambat studi. Bahkan pada beberapa kasus justru bisa menjadi motivasi untuk meraih puncak prestasi yang lebih cemerlang. Selain itu, Muhammad Fauzil Adhim menuturkan sudah ada bukti-bukti psikologis, pernikahan dini juga sangat baik untuk pertumbuhan emosi dan mental. Orang yang melakukannya akan lebih mungkin mencapai kematangan yang puncak. Menurut Abraham M. Maslow, pendiri psikologi hu-
44
Edisi I/Tahun I/2009
manistik yang menikah di usia 20 tahun, orang yang menikah di usia dini lebih mungkin mencapai taraf aktualisasi diri lebih cepat dan sempurna dibanding dengan mereka yang selalu menunda pernikahan. Kehidupan yang sesungguhnya, menurut Maslow, dimulai dari saat menikah. Pernikahan akan mematangkan seseorang, sekaligus memenuhi separuh dari kebutuhan-kebutuhan psikologis manusia. Yang pada gilirannya akan menjadikan manusia mampu mencapai puncak pertumbuhan kepribadian yang mengesankan. 4 (sofyan badrie)
Polemik di Arab Saudi Perbedaan pendapat seputar pernikahan anak di bawah umur di Kerajaan Arab Saudi, kembali marak pekan ini. Mufti Kerajaan, Sheikh Abdul Aziz Al-Sheikh mengatakan, tidak masalah anak sepuluh tahun menikah. ”Salah untuk tidak mengizinkan anak 15 tahun dan di bawahnya untuk menikah. Anak perempuan sepuluh tahun dan pria 12 tahun boleh menikah. Orang yang berpikir bahwa kedua anak itu terlalu muda untuk menikah, itu salah dan tidak adil untuk keduanya,” tandas Aziz kepada harian al-Hayat dan dikutip CNN, Sabtu (17/1). Wacana tentang pernikanan anak di bawah umur menjadi pembicaraan hangat di kalangan konservatif Arab Saudi dalam beberapa bulan terakhir. Desember lalu, Hakim Sheikh Habib Abdallah al-Habib, menolak untuk membatalkan pernikahan seorang gadis delapan tahun dengan pria berusia 47 tahun. Ia menolak petisi ibu si anak perempuan, bahwa pernikahan itu merupakan keinginan suaminya sebagai ganti bayar hutang seorang teman dekatnya. Hakim kemudian meminta pria tua suami dari anak itu untuk menandatangani pernyataan bahwa ia tak akan menggauli istrinya yang masih beliau itu hingga telah mencapai masa pubernya atau baligh. Bulan lalu, juru bicara Komisi Hak Asasi Manusia Kerajaan Arab Saudi Zuhair al-Harithi mengatakan, pernikahan anak di bawah umur bertentangan dengan kesepakatan internasional. Dan Kerajaan Arab Saudi telah menandatangani kesepakatan itu. “Saya akan mengintervensi dan menghentikan kasus pernikahan di bawah umur ini. Kecuali anak itu menikah di tempat lain,” tuntut al-Harithi. 4 (sofyan badrie)
Edisi I/Tahun I/2009
45
Rumah Anak Jalanan M Umi Borneo
Menjadi anak jalanan, tentu bukan pilihan anak. Di samping hidup tanpa masa depan, keberadaan mereka juga tak jarang menjadi masalah bagi banyak pihak.
46
Edisi I/Tahun I/2009
atahari di siang itu sangat terik. Tapi Entong, bocah kelas lima SD tak lelah menyusuri bantalan demi bantalan rel kereta api di stasiun Pasar Minggu. Ia kais serpih demi serpih sisa-sisa bungkus air mineral dan kertas sisa makanan. Ia kumpulkan lalu menjualnya ke penampung. Walau hanya berpenghasilan tujuh hingga lima belas ribu rupiah seharian kerja tiap pulang sekolah, ia senang bisa membantu sang ibu mencukupi belanja beras keutuhan keluarga. Menjadi pemulung, tentu bukan kehendak Entong. Tapi ia harus tegar menjalani garis hidupnya. “Aku malu Kak, temanteman sekolah sering mengejekku. Tukang pulung! Tukang pulung!� katanya dengan mata berkaca-kaca saat ditemui majalah Qalam. Ia juga sering dimarahi Pak Guru karena tak bisa bayar uang sekolah. Nasib nyaris serupa dialami Ani. Bocah perempuan berusia dua belas tahun asal Jawa Tengah itu, terpaksa harus rela berpanas-panas di bawah terik matahari, dan berbasah-basah tubuh digujur hujan. Berbekal tumpukan tutup botol bekas yang disusun pada sebuah paku besar yang tertancap di sebilah kayu, ia senandungkan lagu-lagu sendu mengibakan pengendara motor dan mobil yang tengah terjebak macet di perempatan lampu merah Tugu Pancoran, Jakarta Selatan. Tak pasti jumlah penghasilannya. Ngamen dari siang hingga malam hari, terkadang hanya mendapat sepuluh hingga dua belas ribu rupiah, tapi terkadang pula harus pulang hanya membawa lima ribu rupiah. Tapi, baginya lumayan untuk membantu dapur orangtuanya yang sangat miskin, dan ting-
ibnuanwar/qalam
ANAK|feature|artikel | berita|
feature anak intah, khususnya pemerintah daerah, saat ini seperti m “ elupakan” pentingnya mengelimanasi bahaya kian maraknya keberadaan mereka. Padahal, mereka adalah potret masa depan bangsa yang seharusnya tidak menjadi lost generation (generasi yang hilang). Sebagian besar, usia anak jalanan itu berkisar antara 7-12 tahun, yang notabene adalah usia wajib belajar. Usia seperti itu merupakan tahapan operasional konkret, di mana anak mulai dapat berpikir logis mengenai objek dan kejadian. “Yang berbahaya, kalau pengaruh negatif yang dikondisikan, maka hal negatif itu pula yang akan tertanam dalam diri mereka,” tandas Kak Seto. Mereka kerap menjadi objek penderitaan yang berkepanjangan. Dalam sejumlah kasus, tak sedikit anak jalanan, terutama perempuan, mengalami nasib mengenaskan, menjadi korban kepuasan seksual rekan-rekan anak-anak jalanan pria lainnya. Kasus kehamilan muda di kalangan mereka juga sangat tinggi.
Watak Keras
Menurut studi tentang anak
jalanan yang dilakukan di Filipina dan Amerika Latin, kondisi anak-anak kurang beruntung ini terpilah menjadi dua kategori. Anak-anak yang masih melakukan kontak secara rutin dengan orangtua di rumah, disebut children on the street; dan anak-anak yang telah benar-benar putus hubungan dengan orang tua, atau children of the street. Untuk kasus Indonesia, anak jalanan dianggap sebagian anak yang besar hidupnya dihabiskan di jalanan atau tempat-tempat umum. Kebanyakan dari mereka memiliki ciri: berkeliaran di jalanan, berpakaian lusuh, dan tidak terurus. Kategori mereka, bisa anak jalanan yang hanya bekerja di jalan, atau anak jalanan yang memang hidup di jalan. Anak yang bekerja di jalanan, misalnya penjual rokok, pengamen, penjual koran, penjual air minum dan lainnya, jauh lebih beruntung ketimbang anak jalanan yang memang hidupnya total di jalanan. Anak pekerja di jalanan, biasanya memiliki tempat tinggal, dan menjadikan jalanan hanya sebagai tempat usaha. Sedangkan anak jalanan, hidup
flickr.com
gal di sebuah gubuk tumpukan kardus di atas lahan kosong milik perusahaan negara yang belum terpakai di bilangan Cawang. Sementara di perempatan Cempaka Mas, Jakarta Pusat, Tasman, bocah laki-laki hampir beranjak remaja yang selalu berpakaian lusuh, terlihat lebih agresif. Tak lelah, ia hilir mudik menjulurkan tangan kanannya, meminta belas kasihan pengendara yang tengah berhenti menunggu hijaunya lampu lalulintas. Tak banyak pengendara yang mau memberinya receh sisa-sisa belanja. Terlebih, sejak muncul isu Pemerintah DKI Jakarta akan menindak orang yang memberi “sedekah” kepada anak-anak jalanan itu. Nasib Entong dan Ani, mungkin tak seberuntung Tasman yang betul-betul homeless, gelandangan tak memiliki tempat tinggal. Tapi di usia sedemikian muda, mereka harus menjalani kerasnya kehidupan dan upaya bertahan hidup. Pendidikan yang seharusnya mereka rasakan seperti kebanyakan anak-anak lainnya, terkorbankan oleh tuntutan menyambung nyala api periuk keluarganya. Kalau tak kerja, berarti kelaparanlah keluarga mereka. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik Republik Indonesia tahun 1998 tercatat, anak jalanan secara nasional berjumlah 2,8 juta anak. Dua tahun kemudian (2000), angka tersebut naik 5,4 persen sehingga menjadi 3,1 juta anak. Pada tahun yang sama, anak yang tergolong rawan menjadi anak jalanan tercatat 10,3 juta, atau 17,6 persen dari populasi anak di Indonesia, yaitu 58,7 juta anak. Menurut Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi, untuk kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) saja, jumlah anak jalanan sudah mencapai sekitar 80.000 anak. Dari jumlah itu sekitar 30.000 berada di Jakarta. Negara, yang diwakili pemer-
Edisi I/Tahun I/2009
47
feature anak matinya memang tertumpu di jalanan. Untuk mempertahankan hidup, tak jarang mereka harus melakukan tindakan ilegal. Menjadi anak jalanan, tentu bukan pilihan anak. Di samping hidup tanpa masa depan, keberadaan mereka juga tak jarang menjadi masalah bagi banyak pihak. Kondisi kehidupan mereka jelas membentuk watak dan kejiwaan mereka. Dari pengamatan Qalam, pola kejiwaan yang biasa terlihat dari anak jalanan adalah sikap tidak peduli (cuek). Rasa malu sepertinya harus mereka singkirkan agar dapat menghasilkan uang untuk bertahan hidup. Selain itu, mereka juga cenderung egois atau ingin menang sendiri, tak mau diatur dan berwatak keras. Dan akibat liarnya kehidupan jalanan, proteksi mereka terhadap diri sendiri juga rapuh. Tak jarang, pelarian kepada hal-hal negatif menjadi pilihan mereka. Tapi, dengan kehidupan yang
sangat keras, anak jalanan biasanya memiliki jiwa solidaritas tinggi terhadap sesama. Karena mereka memang saling membutuhkan untuk bersama mempertahankan hidup. Selain itu, mereka juga memiliki ketegaran hati dan tidak mudah putus asa berjuang demi sesuap nasi dan bertahan hidup.
Rumah Singgah
Sebut saja namanya Bang Pacun. Dibanding teman-temannya yang lain, lelaki mantan anak jalanan ini terbilang beruntung. Dengan kerja keras, beberapa tahun lalu, ia mendapat kesempatan emas untuk berkuliah di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan berhasil meraih gelar sarjana bidang Komunikasi. Kepedulian hidup dan solidaritas yang dulu biasa ia dapatkan di jalanan, membuat Bang Pacun kini
48
Edisi I/Tahun I/2009
Sikap serba melawan arus peradaban dan menentang kultur dominan masyarakat ini, cenderung memojokkan mereka untuk disebut sebagai “sampah masyarakat�. Padahal, keras watak mereka, hanya bagian dari upaya mereka mempertahankan diri dan mendapatkan pengakuan.
menjadi sosok yang solid dan sangat peduli sosial, khususnya kepada adik-adik sepenanggungan, anak jalanan. Ia kini sangat aktif membantu dan mengelola Rumah Singgah khusus anak jalanan di beberapa tempat di Jakarta. Aktivitas untuk mengatasi persoalan anak jalanan dengan membangun Rumah Singgah, sebenarnya telah menjadi jargon utama pemerintahan Sutiyoso, mantan Gubernur DKI Jakarta sejak 2003. Dana pengelolaannya, diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sedikitnya 21 Rumah Singgah telah dibangun. Namun sejalan pergantian kekuasaan, program ini menjadi mandek. Karena memang, solusi ini ternyata tidak begitu efektif. Menurut Drs. Suliswiyadi, Mag, pemerhati masalah sosial dan pendidikan, pejabat Pembantu Rektor Satu Universitas Muhammadiyah Magelang, fenomena anak jalanan layaknya sebuah lingkaran yang tak berujung (the vicious circle), yang sulit dilihat ujung pangkalnya. Maka, butuh optimalisasi pendayagunaan berbagai bidang kehidupan bernegara, dari hukum, sosial hingga agama. Dalam praktik keberagamaan, Suliswiyadi menilai, masalah anak jalanan merupakan wujud ketidakoptimalan pengelolaan zakat. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar, seharusnya aliran zakat yang besar dapat dikelola sebaik mungkin untuk disalurkan dan dimanfaatkan kepada mustahiq, salah satunya para anak jalanan.
|feature|artikel | berita|ANAK
Mendidik Anak Bandel Dia Hidayati Usman MA Dosen STAI Shalahuddin al-Ayyubi Jakarta
B
anyak buku ditulis tentang cara mendidik anak. Tapi tulisan mengenai kesalahan mendidiknya jarang kita temukan. Kalaupun ada, jumlahnya hanya sedikit. Sehingga tak heran jika banyak orangtua sangat mudah langsung menyalahkan/ mengkambinghitamkan anak ketika melihat si anak sedikit bandel. Saat Umar ibn Khaththab RA mejadi khalifah, pernah datang seorang ayah melaporkan perbuatan anaknya yang dianggap tidak baik. Umar tak lantas membenarkan laporan tersebut. Ia minta didatangkan anak yang diadukan itu. Dan dari laporan anak, Umar tahu, ada kesalahan si ayah dalam mendidik. Di antaranya, terlalu kasar dan kurang peduli (cuek). Karena itu, ada baiknya kita perhatikan beberapa kesalahan berikut ini yang umumnya terjadi dalam mendidik anak: Pertama, berlebihan memenuhi keinginan anak. Tidak sedikit orangtua yang mengira bahwa mewujudkan semua keinginan anak adalah hal terbaik. Padahal sebaliknya. Pada usia tahun pertama, si kecil mungkin masih belum mengerti. Tapi menginjak tahun kedua, ia akan mulai paham dan banyak meminta. Di masa itulah orangtua dapat membiasakan anak untuk memahami batasan hidup, tentang pemborosan, hak orang lain, hingga soal keharusan bersedekah. Kedua, perfeksionis. Kesala-
han terbesar bagi orangtua adalah menuntut anak agar selalu tampil sempurna. Di sekolah ia harus ranking pertama. Tak boleh gagal sama sekali. Anak dipaksa bekerja keras mewujudkannya. Memang, siapapun pasti ingin anaknya sempurna dan terbaik. Tapi ketika anak tak mampu menggapai harapan, maka ia akan merasa lemah, jiwanya pun akan ditunggangi rasa kekurangan. Sebaiknya, orangtua cukup memberi motivasi dan menumbuhkan jiwa optimis anak agar ia sukses dan sempurna menyikapi segala hal yang dihadapinya. Ketiga, over doktrin. Maksudnya, berlebihan dalam memberi perhatian kepada anak, sampai pada tingkat mengekang kebebasan bergeraknya. Contoh, ketika si kecil sedang asik bermain dengan mainan yang kesenangannya, tiba-tiba ibu memanggil dan memaksanya untuk mandi, atau melakukan hal lain. Anak biasanya akan meronta dan menangis. Ia akan merasa telah terampas dan kehilangan saat yang paling menyenangkan. Jika ketidakbebasan itu sering ia rasakan, niscaya jiwa kemandiriannya akan rapuh. Ia akan terus bergantung pada orangtua dalam setiap tantangan dan kesempatan yang dihadapi. Ia tak akan pernah bisa membuat keputusan sendiri. Keempat, over punishment. Orangtua cenderung mudah memberi hukuman yang tidak sesuai
dengan tingkat kesalahan anak. Ketika sebuah kesalahan lahir karena ketidakmatangan anak secara akal, maka sangat tak pantas orangtua menghukumnya. Anak seperti itu, cukup diperingati dan diarahkan. Berbeda dengan anak yang sudah matang akal dan fisik, tapi sering mengulang kesalahan. Ia patut diberi hukuman ringan dan bertahap, sampai pribadinya membaik dan menyadari kesalahannya. Kelima, lalai. Banyak orangtua tidak menyempatkan diri untuk bermain bersama anak. Padahal, anak sangat butuh kehangatan bermain bersama orangtuanya. Dengan aktivitas ini, jiwa anak akan tenang dan bahagia, karena banyak hal yang bisa ditanyakan dan dibagi saat bermain bersama. Dengan bermain bersama, orangtua juga akan tahu perkembangan jiwa dan fisik anak secara langsung. Hingga kemudian orangtua akan mudah membelikan mainan yang cocok dan disenangi anaknya. Keenam, membeda-bedakan perlakuan antaranak. Kecenderungan ini memang agak sulit untuk dihindari, karena kadang terjadi akibat perbedaan usia dan tuntutan anak. Namun bagaimanapun juga, orangtua harus bijak menyikapinya, agar tak timbul rasa iri dan permusuhan di antara anak. Patut diingat, wilayah ini sangat sensitif, dan menuntut kehati-hatian orangtua melakoninya.
Edisi EdisiI/Tahun I/TahunI/2009 I/2009
4949
ANAK|feature|artikel | berita|
Psiko-Edukatif Anak Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, Psi Dosen Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Penulis Buku
D
alam perkembangan jiwa atau kepribadian seseorang dari bayi hingga remaja (18 tahun), tidak hanya terjadi perkembangan secara fisik, tetapi juga kejiwaannya (psikologis). Perkembangan jiwa/ kepribadian anak di usia ini tergantung bagaimana kedua orangtua mendidiknya (faktor psiko-edukatif). Kedua orangtua merupakan tokoh imitasi dan identifikasi anak. Pendidikan anak hendaknya dilakukan sedemikian rupa, sehingga dapat dihindari terbentuknya sifat atau ciri kepribadian yang rawan atau rentan mengalami gangguan jiwa. Terjadinya kelainan dalam perkembangan jiwa/kepribadian anak lebih tergantung pada faktor cara orangtua mendidik dan memberi suri teladan. Atau dengan kata lain, faktor parental example lebih penting daripada parental genes. Tumbuh kembang anak memerlukan dua jenis makanan. Yaitu makanan bergizi untuk pertumbuhan otak dan fisik, serta makanan dalam bentuk “gizi mental�. Bentuk makanan yang kedua ini berupa kasih sayang, perhatian, pendidikan, dan pembinaan yang bersifat kejiwaan/psikologik (non fisik), yang dapat diberikan oleh kedua orangtua dalam kehidupan sehari-harinya.
5050
Edisi EdisiI/Tahun I/TahunI/2009 I/2009
Oleh karenanya, kedua orangtua harus mempunyai waktu untuk membina komunikasi yang baik dengan anak. Sebab, warisan paling berharga yang dapat diberikan oleh orangtua kepada anak-anaknya, adalah waktu beberapa menit setiap harinya. Pengalaman-pengalaman dalam kehidupan sehari-hari bersama orangtuanya, merupakan unsur penting bagi anak untuk membina dan menciptakan realitas. Anak dapat belajar bagaimana sesuatu itu dilihat, diraba, didengar, dicium dan dirasa. Pengalamanpengalaman ini merupakan pilarpilar terpenting bagi pembinaan mental-emosional dan mentalintelektual anak. Ada beberapa sikap yang merupakan daya kemampuan dan kompetensi anak, yang perlu mendapat perhatian kedua orangtua: Pertama, kemampuan untuk percaya pada kebaikan orang lain, atau disebut kepercayaan dasar (basic trust). Anak yang mengalami banyak waktu tanpa kata-kata, tanpa diajak bicara, tanpa senyum dan tanpa interaksi dengan sekelilingnya, lama kelamaan akan mengundurkan diri dari pergaulan. Anak akan menyendiri dan puas dengan dirinya sendiri, tidak lagi memerlukan dan memperdulikan dunia luar dan akibatnya amat disayangkan
kelak bila telah menginjak dewasa. Kedua, sikap terbuka. Kalau sikap ini digabungkan dengan sikap kepercayaan dasar diatas, anak akan menjadi terbuka dan terus terang terhadap orang-orang disekitarnya. Sikap ini akan berhasil menciptakan dorongan dan rangsangan terhadap sikap ingin tahu dan sikap mau belajar. Ketiga, kemampuan anak untuk menerima kata tidak, atau kemampuan pengendalian diri terhadap orang lain maupun hal-hal yang mengecewakan. Jika sikap ini tidak ada, anak tidak bisa bergaul dan belajar di sekolah. Anak selalu dimanjakan dan selalu dituruti semua keinginannya, dan anak tidak pernah mendengarkan kata tidak atau penolakan, akan menimbulkan banyak masalah dalam kehidupan sosialnya kelak. Keterpaduan ketiga sikap di atas, akan menghasilkan anggota masyarakat baru dan sehat, mempunyai potensi untuk bisa bersekolah dan bergaul dengan baik di dalam maupun di luar keluarganya tanpa pengawasan ketat. Ia akan mampu berdiri sendiri, serta dan mampu menanggulangi dan memperoleh penyelesaian yang sehat dari berbagai konflik internal maupun eksternal pada dirinya.
|feature|artikel | berita|ANAK
Hentikan Trafficking KEMISKINAN, pengangguran dan pendidikan rendah, menjadi peluang meluasnya perdagangan anak. Pelakunya harus dihukum berat. Malam hari di sebuah lapangan terbuka, sekumpulan anak-anak perempuan berusia 13-17 tahun yang masih perawan berdiri didampingi germo masing-masing. Bak di pasar hewan, para konsumen (laki-laki hidung belang) berseliweran dan melihatlihat “barang dagangan” yang dipamerkan itu. Mereka berpindah dari satu anak ke yang lain, memeriksa, bertanya harga, tawar-menawar, dan kalau cocok langsung mengikat transaksi. Keperawanan –yang oleh para laki-laki hidung belang sering dianggap “jamu”— pun direnggut pembelinya malam itu juga. Mirip pelelangan manusia di zaman perbudakan tentunya. Tapi kejadian itu benar-benar pernah terjadi di Surabaya. Kasusnya ditemukan sejumlah aktivis anti-trafficking Surabaya pada 2003. Dari mana anak-anak malang itu datang? Mereka berasal dari daerah-daerah miskin seperti Bojonegoro, Malang Selatan, atau kawasan Gunung Kawi. Mereka direkrut para calo dengan iming-iming pekerjaan mapan di Surabaya. Para calo itu umumnya “senior” mereka, perempuan mantan pekerja seks dari desa yang sama. Calo-calo inilah mata rantai pertama penjualan manusia, khususnya anak-anak (trafficking) untuk
dieksploitasi secara seksual, kini populer disebut eksploitasi seksual komersial anak (ESKA) yang menipu keluarga-keluarga sangat miskin dan berpendidikan rendah. Setelah anak-anak itu dibawa ke Surabaya, mereka difoto, lalu foto-foto itu diedarkan di kalangan germo di lokalisasi Bangunsari dan Tambak Asri. Anak-anak itupun mulai dilelang. Selain dengan media foto, pelelangan kadang dihelat di rumah calo atau tempat yang disepakati calo maupun germo. Dalam beberapa kasus, yang bertindak sebagai calo justru ibu anak-anak itu sendiri, yang berasal dari kampung-kampung kumuh di sekitar lokalisasi. Sang ibu akan mengantar anaknya kepada para germo di kedua lokalisasi tersebut. Setelah sepakat harga, para calo menyerahkan anak-anak ini kepada germo dan ditempatkan di wisma-wisma kecil milik muncikari. Rata-rata, anak-anak ini dihargai Rp 500 ribu sampai satu juta rupiah. Anak-anak inilah yang lalu dibawa pemilik barunya untuk dilelang terbuka. Sementara di Kudus, seperti dikabarkan Surya Online, untuk mengelabui dan menghindari hukum, modus trafficking berkembang dengan bentuk tawaran kerja ke luar pulau dengan gaji tinggi. Menurut Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak pada Jaringan Perlindungan Perempuan dan Anak (JPPA) Kudus, Endang Erowati, pelaku biasanya mendatangi rumah calon korbannya dan saat pemberangkatan juga tanpa dilengkapi surat keterangan dari pemerintah desa setempat. Awal tahun ini, jaringan penjualan manusia lintas pulau ini terbongkar, dan lima korban yang akan
Edisi I/Tahun I/2009
51
dipekerjakan sebagai pekerja seks komersil (PSK) di lokalisasi Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, berhasil diselamatkan. Berdasarkan penelusuran tim JPPA, ternyata orang tua korban memang termakan bujukan pelaku untuk tidak mempedulikan aturan atau kelengkapan surat-surat kerja. Berbagai kasus trafficking yang menimpa perempuan dan anakanak terus terjadi. Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) setiap bulan terjadi ratusan bahkan ribuan kasus trafficking. Kementerian Pemberdayaan Perempuan mencatat, sebanyak lima Provinsi di Indonesia merupakan daerah yang rawan terjadinya trafficking, khususnya penjualan perempuan baik ke luar dan dalam negeri. Yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Di Jawa Barat, daerah yang rawannya adalah Karawang, Indramayu, dan Sukabumi. “Ketiga daerah ini diduga sebagai pemasok perempuan yang dipekerjakan sebagai penghibur,” kata Deputi Perlindungan Perempuan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Subagyo. Di dalam negeri, lanjut Subagyo, setidaknya ada dua kota yang menjadi tujuan trafficking, yaitu Kepulauan Riau dan Kota Batam. Sedangkan di luar negeri, Malaysia, Singapura dan Taiwan menjadi destinasinya. Menurut penelitian, penyebab terjadinya kejahatan ini adalah karena dominasi tekanan ekonomi, plus lapangan kerja yang semakin sempit, dan tingkat pendidikan yang rendah. Hasil seminar perdagangan anak dan perempuan beberapa waktu lalu mencatat, 40 persen penyebabnya adalah akibat tekanan ekonomi dan kemiskinan, 30 persen karena tidak tersedianya lapangan kerja, 20 persen
52
Edisi I/Tahun I/2009
Hadd bagi Penjual Anak Anak adalah bagian manusia yang memilki hak dasar yang sama seperti orang dewasa. Al-Qur`an sangat menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak asasi anak. Ayat 151 surah al-An’âm [6] menegaskan, ”Janganlah kalian bunuh anak-anakmu karena kemiskinan yang menimpamu. Kami yang akan memberi rejeki kepadamu juga anak-anakmu.” Jelas, alasan ekonomi keluarga tak dapat dijadikan pembenar untuk
karena faktor pendidikan yang rendah, dan 10 persen karena tidak adanya pemahaman terhadap trafficking itu sendiri. Selain faktor kemiskinan, budaya patriarki yang meletakkan perempuan sebagai manusia kelas dua atau sebagai obyek seks, juga mendorong kuatnya trafficking terjadi. Pola hidup konsumtif yang telah menjangkiti masyarakat hingga level pedesaan, sistem ekonomi neo-liberal yang meletakkan masyarakat sebagai pemirsa produk-produknya, lemahnya sistem hukum, serta peran negara yang lemah, menambah faktor domino penyebab terjadi kejahatan ini. Pada sebuah kesempatan rapat koordinasi tentang trafficking, Menkokesra Aburizal Bakrie menyatakan kelegaannya atas pujian Pemerintah Amerika Serikat dalam laporan tahunan tentang trafficking atas kemajuan dan konsistensi Indonesia dalam upaya menghapus kejahatan ini selama enam tahun terakhir. Namun, upaya ini, imbuh Ical, panggilan akrab Menkokesra, pu-
merebut masa depan anak. Membunuh, bukan hanya berarti menghabisi nyawa secara fisik, tapi juga menjadikan masa depan mereka suram. Karena, secara prinsip, anak memiliki hak hidup bagian dari hifdz an-nafs, dan hak memperoleh pendidikan yang layak bagian dari hifdz al-aql. Menterlantarkan anak tanpa dibekali ekonomi dan pendidikan yang memadai, adalah bagian dari pembunuhan terencana
jian ini jangan melenakan. Karena pekerjaan penghapusan kejahatan ini masih panjang. Sadar dengan akar masalah kejahatan ini adalah kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan, maka usaha menghapusnya harus sejalan dengan upaya penanggulangan kemiskinan, serta peningkatan pendidikan dan keterampilan. “Harus ada perluasan kesempatan kerja dan lapangan kerja,” ucap Ical. Untuk menghapus kejahatan yang tidak berperadaban ini, rasanya harus menggaet seluruh aspek bangsa, dari pemerintah hingga masyarakat. Sebab, akan sulit berharap budaya jahiliah ini terhapuskan hanya dengan menyerahkan pada individu atau kelompok-kelompok secara terpisah, tanpa kerjasama dan koordinasi sinergis semua elemen bangsa. Peran agama sangat signifikan dalam usaha ini. Ia dapat berperan menjadi pendukung moral, sekaligus pemberi tawaran-tawaran solutif bagi pihak-pihak yang intens terlibat dalam penanganan kasus-kasus trafficking. Khususnya tokoh agama dan masyarakat. 4 (novi chamelia)
terhadap masa depan anak. Ayat kesembilan surah an-Nisâ` [4] menegaskan, “Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka (keturunan) anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka.” Sayyid Abdurrahman ibn Muhammad ibn Husain ibn Umar, dalam kitab Bughyah Musytarsyidîn menuturkan, menjual anak-anak atas dasar alasan apapun adalah haram. Tugas utama negara adalah menjamin kesejahteraan ekonomi warganya. Jika negara tak mampu melaksanakannya, maka masyarakat berkewajiban melaksanakan tugas tersebut. Jika negara dan masyarakat tak mampu menja-
min kesejahteraan ekonomi rakyat, sehingga mereka terjerumus ke dalam kejahatan trafficking, maka berdosalah mereka semua. Menurut Imam al-Mawardi dalam kitab al-Ahkâm as-Sulthâniyyah mengutip pendapat Imam Syafi’i dan Maliki, bila seseorang mencuri budak anak-anak maupun anakanak yang merdeka, hukuman yang menanti adalah potong tangan. Sementara madzhab Hanafi menilai, hukuman bagi pelaku trafficking adalah ta’zîr, yang jenis dan kadarnya diserahkan pada kebijakan pemerintah. Tapi jika kejahatan itu telah sampai pada taraf yang membahayakan kemanusiaan, hukuman penjara hingga hukuman mati patut diganjarkan. Sebab, sudah termasuk
dalam kategori mufsidunâ fil-ardh, yang hukumannya sangat berat dalam ajaran al-Qur’an. Dampak dari perdagangan anak berupa terpisahnya anak dari orangtuanya, termasuk jenis salah satu kabâ`ir yang diharamkan Islam. Ibu dan ayah, telah kehilangan masa depan hidup dan buah hatinya akibat kejahatan ini. Dalam kategori hukum, pembunuhan terencana terhadap masa depan anak juga telah terjadi. Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa memisahkan antara seorang ibu dengan anaknya, maka Allah akan memisahkan antara dia (pelaku) dan orang-orang yang dikasihinya di hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi) 4 (novi chamelia)
Metamorfosis Pelacuran Anak
* Anak yang dilacurkan berusia 12 – 17 tahun. * Sember data: Tim Litbang Surabaya Post
Edisi I/Tahun I/2009
53
REMAJA |feature|artikel | berita|
Tata Septayuda
f R
Untung Rugi Facebook Dengan facebook kita bisa menjalin silaturahmi dengan teman baru maupun lama. Namun, harus dikontrol agar tidak terjerembab narsisme.
aut muka Andi (26 tahun), karyawan di sebuah kantor media cetak tampak kelelahan. Sudah hampir lima jam ia tak beranjak dari kursi di pokok ruangan marketing tempatnya bekerja. Pekerjaan utamanya menghubungi klienklien perusahaan agar mau memasang iklan di perusahaan medianya. Tapi sudah beberapa hari ini Andi terlihat enggan menyentuh gagang telepon, dan lebih asik berselancar ria di dunia maya, bermain facebook (FB). FB baginya kini seperti teman setia. Tiada hari tanpa FB. Bangun tidur, di kantor, perjalanan pulang, kembali ke rumah, hingga sebelum tidur, jari tangannya tak pernah diam bermain FB. Di rumah ia meminjam laptop orangtuanya, di perjalanan ia gunakan handphone (Hp)nya yang memiliki fasilitas blackberry. Di kantor, tentunya ia pakai fasilitas komputer dan internet kantor yang online 24 jam. Lain lagi Irwan (28), karyawan swasta yang mengaku sudah ketagihan FB sejak sebulan terakhir. Sehari tak membuka FB, jari tangannya seakan pegal-pegal. Kalau sudah keasyikan, bisa tiga sampai lima jam ia duduk di depan komputer. Pekerjaan di kantor sudah pasti ia sisihkan. FB, situs web jaringan sosial yang diluncurkan sejak 2004 oleh Mark Zuckerberg, lulusan Universitas Harvard, Amerika Serikat, memang kini
54
Edisi I/Tahun I/2009
tengah mewabah. Banyak kemanjaan dari fitur yang diberikan situs ini. Bersama FB, pengguna (user) bisa berkenalan dengan orang banyak, mengupload foto, mengomentari pernyataan orang lain, atau sekadar melihat foto-foto yang dipajang. Jaringan dengan beragam orang dari berbagai daerah juga bisa cepat diakses. Berdasarkan pengalaman Andi, melalui FB ia bisa bertemu teman-teman TK, SD hingga kuliahnya dulu. Melihat wabah ini, psikolog Niken Ardiyanti mengomentari, tipikal orang Indonesia memang terkadang suka “kagetan”. Dulu booming SMS, e-mail, friendster, kini facebook. “Yang terakhir ini menjamur dari kelas anak-anak sampai manusia usia lanjut,” katanya. Euforia FB semakin membahana berkat kemajuan teknologi komunikasi Hp yang memanjakan pengguna dengan fasilitas blackberry. Sehingga kapan pun, di mana pun pengguna bisa mengakses FB. Di satu sisi, keberadaan FB bernilai positif. “FB menjadi media penghubung dengan sanak famili di berbagai kota, bahkan yang ada di berbagai negara,” ujar dosen Kajian Islam dan Psikologi Universitas Indonesia (UI) itu. Jaringan kerja pun semakin luas dan cepat diakses. Tapi, lanjut lulusan Fakultas Psikologi UI ini, perlu diperhatikan dampak negatif dari FB. Karena sudah banyak pengguna yang ketagihan, sehingga pekerjaan utama di kantor terlantar. “Kalau ketahuan bos, tentu kondite Anda akan menjadi buruk,” ujar Niken. Lain halnya bila FB difungsikan untuk
feature remaja menjalin komunikasi dengan klien, urusan pekerjaan. Niken melihat, demam FB maksimal hanya berlangsung pada dua minggu pertama. “Selama dua minggu aktivitas Anda mencari teman-teman, mengupload foto, selanjutnya tinggal memaintenance orang-orang yang mengundang kita,” imbuhnya.
tidak perlu, tak usah ditanggapi,” saran psikolog industri itu. Karena, lanjut Niken, terkadang ada orang iseng bertanya hal-hal yang tidak perlu. Sekali Anda larut mengomentari pertanyaan yang tidak penting, Anda bisa terus larut berlanjut. Oleh karena itu, selama content yang ditawarkan tidak diperlukan, lebih baik abaikan. Wabah Yang paling utama, harus Apakah Anda terserang disiplin waktu. Displinkan diri demam FB? Lantas bagaimana untuk membuka FB cukup satu menghetikannya? Yang dapat jam sehari. Itu pun bukan saat jam menghentikan kebiasaan ini hanya kantor. Sebagai antisipasi, saat ini diri sendiri. Saran Niken, tanyakan banyak perusahaan yang menkepada diri sendiri tujuan membu- gunci IT mereka pada jam kantor, ka FB. Bila ingin mencari teman, agar karyawan tak bisa bebas memperluas jaringan, dan menmengakses internet yang akan jalin silaturahim dengan saudara, mengganggu pekerjaan. itu positif. “Content lain di FB yang Saran Niken selanjutnya,
Remaja Narsis Efek paling negatif dari kecanduan facebook adalah naiknya kadar narsis pada remaja, yang sedang mengalami masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Istilah narsis berasal dari mitologi Yunani. Dikisahkan, seorang pemuda bernama Narcissus jatuh cinta pada bayangannya sendiri. Karena sebelumnya ia telah dikutuk Dewi yang cintanya ditolak. Gangguan kepribadian pengidap yang mencintai diri sendiri secara berlebihan, kemudian diistilahkan sebagai narcisstic personality disorder. Menurut Jeffrey Nevdi dalam Psikologi Abnormal, penderita narsis memiliki rasa bangga atau keyakinan yang berlebihan terhadap diri mereka sendiri, dan kebutuhan yang ekstrim akan pemujaan. Mereka membesarbesarkan prestasi dan berharap orang lain menghujani pujian. Pengidap narsistik bersifat self-absorbed dan kurang memiliki empati pada orang lain. Mitchell JJ dalam Natural Limitation Youth mengatakan, ada lima penyebab narsisme pada remaja. Pertama, kecenderungan
remaja untuk mengharapkan perlakuan khusus. Hal ini terjadi karena sejak kecil penderita narsistik terlalu sering dipuji oleh keluarga dan lingkungan sekitar. Penyebab lainnya, kurang empati dan sulit memberi kasih sayang. Faktor narsisme yang paling gawat adalah remaja, karena mereka belum memiliki kontrol moral yang kuat dan rasionalitas. Padahal narsisme adalah satu langkah menuju megalomania, penyakit psikologis yang diidap sang tokoh bengis Hitler. Pengidap megalomania sangat tak suka ditentang, dan merasa dirinya paling benar. Orangtua sebaiknya mengontrol aktivitas online anaknya. Remaja boleh membuat jejaring di FB, asal bertujuan untuk menjalin silaturahmi dengan teman baru maupun lama. Mereka tak boleh menyebarkan data pribadi di jejaring itu. Sebaiknya, mereka diarahkan untuk aktif di berbagai bidang, misalnya mengaji, menggambar, atau olahraga. Sehingga mereka tak lagi kecanduan Facebook dan menjadi manusia narsis yang egois.
4
jangan sembarang memilih teman. Klik add teman-teman yang dikenal, atau mereka yang berprospek terkait dengan pekerjaan. Kalau setiap orang diadd, FB bisa sesak. “Secara kuantitas terpenuhi. Tapi untuk apa kalau orang-orangnya tidak jelas?” komentarnya. Di sisi lain FB yang harus disadari, kata Niken, adalah sebagai ajang narsisme. Mereka memajang foto-foto diri, keluarga, bahkan melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan menit permenit. “Perlukah melakukan itu? Kembali kepada individu masing-masing,” ujar dia.
Bahaya Kesehatan
Laporan terbaru dari The Daily Mail menyebutkan, kecanduan situs jejaring sosial seperti FB bisa membahayakan kesehatan, karena memicu orang untuk mengisolasi diri. Meningkatnya pengisolasian diri dapat mengubah cara kerja gen, membingungkan respons kekebalan, level hormon, fungsi urat nadi, dan merusak performa mental. Hal ini tentu bertolak belakang dengan tujuan dibentuknya situssitus jejaring sosial. Di mana pengguna diiming-imingi akan menemukan teman lama atau berkomentar mengenai apa yang sedang terjadi pada rekan kita saat ini. Suatu hubungan mulai menjadi kering, ketika para individunya tak lagi menghadiri pertemuan sosial (social gathering) dengan temanteman, keluarga, atau masyarakat, akibat lebih memilih berlama-lama menatap komputer (atau ponsel). Ketika akhirnya berinteraksi dengan rekan-rekan, ia menjadi gelisah karena “berpisah” dari komputernya. Dan akhirnya ia tertarik ke dalam dunia artifisial. Seseorang yang teman-teman utamanya adalah orang asing yang baru ditemui di Facebook, akan menemui kesulitan dalam berkomunikasi secara face to face. Perilaku ini dapat meningkatkan resiko kesehatan yang serius. Seperti kanker, stroke, penyakit jantung, dan dementia (kepikunan). Demikian menurut Dr Aric Sigman dalam The Biologist, jurnal yang dirilis oleh The Institute of Biology.
4
Edisi I/Tahun I/2009
55
REMAJA |feature|artikel | berita|
Ego Centered Bukan Percaya Diri Ghufron Hasan Guru STLP Islam Dian Didaktika Cinere Jakarta
P
ercaya diri atau Pede adalah kualitas personal yang dibutuhkan oleh seseorang untuk terlibat secara aktif dengan lingkungannya. Percaya diri amat penting bagi setiap orang, lebih-lebih bagi seorang remaja yang baru memulai dunia sosialisasinya dengan orang lain. Dengan merasa Pede, seorang remaja sesungguhnya tengah memulai perjalanan hidupnya dengan cara menunjukkan keunggulan dan kualitas diri, arah dan tujuan hidup yang jelas, fokus pada tujuan, dan keputusan hidup yang diambil secara mandiri. Tak cuma itu, Pede juga membuat seorang remaja kian yakin dengan kapasitas diri dalam menghadapi tantangan apapun di hadapannya, lalu secara mandiri ia akan mencoba untuk menyelesaikannya. Hanya saja dalam praktiknya, percaya diri (self confident) yang tunjukkan seorang remaja, cenderung menyimpang dan berlebihan, sehingga kerap mengarah pada sikap ego centered (egoisme), menang sendiri, atau merasa benar sendiri. Hal ini disebabkan karena remaja merasa dirinya sebagai pusat perhatian, menjadi objek sekaligus subjek dari perubahan kultur budaya lokal maupun global. Ditambah lagi kecenderungan untuk
5656
Edisi EdisiI/Tahun I/TahunI/2009 I/2009
selalu tampil, diperhatikan, diakui eksistensinya sebagai pribadi dewasa. Munculnya penyimpangan pada rasa percaya diri remaja ini, kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya ’merasa kurang’ (feeling of lack) secara berlebihan. Ketika seorang remaja membuat asumsi tentang dirinya sebagai pribadi yang tidak memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, tidak memiliki kualitas pribadi, merasa lemah, terjangkit sindrom ”the I cannot attitude”, maka dapat dipastikan ia tak akan menghargai dirinya sendiri. Akibatnya, ia akan mencari alternatif lain sebagai jalan keluar dari lorong sempit dirinya, yaitu sikap ego centered. Sikap ini baginya dianggap cara yang paling efektif untuk menutupi lubang ‘kekurangan’ dirinya yang menganga, dan menjadi cara lain untuk berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan orang lain. Jika komunitas pergaulannya dari kalangan orang-orang kaya, maka ia akan berperilaku layaknya mereka; berpakaian necis meski hasil pinjaman, naik mobil bagus dari rental, dan seterusnya. Menjadi orang biasa-biasa saja di tengah lingkungan pergaulan seperti itu baginya sebagai sebuah kekurangan yang mesti ditutupi dan di-
sembunyikan. Akibatnya akan sangat parah, ia tak hanya kehilangan jati diri sebagai individu, tapi juga arah dan tujuan hidup. Faktor lainnya, perasaan takut yang berlebihan (feeling of fear). Yaitu perasaan yang muncul akibat ketakutan yang berlebihan terhadap resiko-resiko yang kemungkinan datang akibat keputusan, pilihan hidup, dan sikapnya terhadap sebuah persoalan yang dihadapi. Remaja yang mengidap sindrom ini, biasanya cenderung agresif atau submisif, pemarah, dan labil emosinya, yang ditunjukkan ketika dirinya merasa terancam atau kepentingannya diganggu orang lain. Sikap-sikap ini muncul akibat perasaan rendah diri (inferioritas) yang ia tutup-tutupi. Perasaan takut, ragu-ragu, atau khawatir menghadapi persoalan hidup, merupakan hal normal yang bisa saja menyergap orang paling kuat secara psikologis sekalipun. Hanya saja yang membedakan adalah kemampuan masingmasing dalam menguasai diri (self mastery) agar tetap seimbang dan terkendali. Orang yang memiliki rasa percaya diri tinggi, akan mengasumsikan dirinya sebagai pribadi yang mampu mengatasi persoalan-persoalan dan meraih apa pun yang ia
REMAJA ARTIKEL inginkan. Rasa percaya diri jenis ini lahir dari kualitas personal melalui proses usaha, pendidikan, pengalaman, dan pembiasaan diri secara terus-menerus. Sementara percaya diri yang cenderung ego centered muncul akibat kualitas personal yang rendah, tertutup, kurang pengalaman, dan sebagainya.
Rujukan Agama Setiap orang yang merujuk agamanya dengan baik dan benar, akan memiliki imunitas (kekebalan) psikologis di atas rata-rata. Selain memiliki keseimbangan yang baik, ia juga mampu melakukan penyembuhan-penyembuhan psikologis secara mandiri. Dalam konteks keseimbangan ini dan kualitas personal dalam tatanan sosial, al-Qur`an telah menjelaskan secara lugas dalam surah al-Hujurât ayat 13, ”Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling takwa di antara kamu.” Tuhan menciptakan manusia dalam garis strata yang equivalen (seimbang), tanpa perbedaan atau pengecualiaan. Artinya, setiap orang memiliki entitas personal dan fitrah bawaan yang sama. Karena itu, tak ada alasan bagi seseorang untuk merasa lebih baik atau lebih rendah dari yang lain. Yang membedakan adalah beda kualitas pengolahan proses dari setiap entitas itu. Allah SWT menyebut orang yang memiliki kualitas personal yang baik sebagai orang yang bertakwa. Yaitu, orang yang percaya akan adanya Allah, para utusan, dan hari akhir, lalu keimanannya itu menstimulus lahirnya keseimbangan dalam dirinya, berikutnya lahir energi gerak untuk melakukan sesuatu bagi kemaslahatan orang lain (amal shalih). Internalisasi nilai-nilai keimanan ke dalam diri seseorang, akan membuatnya percaya terhadap kapasitas diri yang Allah anugerahi, mengetahui dengan
baik ke mana hidupnya akan mengarah, memahami makna hidup yang penuh arti, dan seterusnya. Inilah himpunan makna percaya diri yang sesungguhnya. Untuk memupuk rasa percaya diri, agama menyarankan dua hal: Pertama, komitmen. Komitmen yang kuat berkaitan dengan keyakinan terhadap nilai-nilai hidup dan tindakan nyata. Dalam pengejawantahannya, akan mendorong seseorang untuk percaya pada dirinya sendiri. Setiap orang beriman pastilah percaya diri, sebab ia mengetahui dengan jelas tujuan penciptaan dirinya dan ke mana hidupnya akan berakhir. Komitmen seorang mukmin amat jelas, yaitu dari Allah, karena Allah, dan kembali kepada-Nya. Jika demikian, apa yang mesti ditakutkan oleh seorang muslim? Karena, setiap saat, seorang muslim mendapat ’the moment of truth’ untuk mencapai impian yang paling agung. Sementara orang yang ego centered, memiliki kualitas kebalikannya. Kedua, identifikasi kekuatan. Rasa percaya diri identik dengan kekuatan pribadi (personal power) yang diyakini dan diberdayakan dengan baik. Orang yang meyakini kemampuannya, akan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinannya. Jika Anda yakin mampu melakukan sesuatu, maka Anda akan mengeluarkan kemampuan terbaik yang Anda miliki untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik pula. Sebaliknya, orang yang tidak yakin kemampuan dirinya, ia akan menjadi orang yang lemah, rendah percaya diri (inferior), dan cenderung pemalas. Islam lebih menyukai orang yang kuat. Sebab orang yang kuat mampu merealisasikan apapun yang ia inginkan dengan kemampuan dan usaha maksimal. Orang yang ego centered sesungguhnya memiliki kepribadian paling lemah. Sebab, ia tak mampu mengidentifikasi siapa dirinya, apa kemampuannya, mengapa ia diciptakan di muka bumi, dan seterusnya. Ia hidup dalam bayang-bayang keangkuhan yang membungkus kekurangan dirinya. 4
Edisi EdisiI/Tahun I/TahunI/2009 I/2009
5757
REMAJA |feature|artikel | berita|
Tawakal Obat Pecandu Narkoba Muhammad Fierza Mucharam, M.Si., Psi Psikolog dan Terapis pada Unit Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN)
D
ewasa ini penyalahgunaan Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya) semakin meluas, dan telah sampai pada tahap membahayakan. Bahan ini telah dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat, dari tingkat atas sampai hingga bawah, dan semua kelompok masyarakat baik anak-anak, orang dewasa, kalangan eksekutif, mahasiswa, pelajar maupun preman. Menurut catatan World Drug Report (Colombo Plan, 2005) diperkirakan 200 juta manusia selama tahun 2004 telah diketahui menggunakan Narkoba di hampir seluruh negara. Terlebih, lagi jaringan penggunaan Narkoba telah berkembang begitu dasyat, dan permasalahannya tak hanya muncul pada penyalahgunaan tapi juga pada kian meningkatnya produksi dan penjualannya. Korbannya dari tahun ke tahun juga terus meningkat. Khusus di Indonesia, sejak 1970 saat permulaan Narkoba melanda remaja khususnya di Jakarta hingga 2000, data kunjungan korban penyalahgunaan Narkoba di RSKO Jakarta dan Polri, baik rawat inap maupun rawat jalan, menunjukkan peningkatan signifikan. Dalam kurun waktu tiga
5858
Edisi EdisiI/Tahun I/TahunI/2009 I/2009
tahun terakhir terjadi lonjakan kasus lebih dari 400 persen. Tercatat 28387 kasus yang ditangani Polri, dan kasus Narkotika menjadi yang terbanyak, yaitu 13803 kasus. Berdasarkan PPDGJ III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa) maupun DSM IV, penyalahgunaan Narkoba dapat didiagnosa sebagai suatu bentuk gangguan kejiwaan. Dan menurut jumh没l ulama, hukum barang berbahaya ini haram, selain untuk pengobatan. Penggunaan, memperdagangkan, maupun memproduksinya merupakan amalan berdosa. Banyak faktor yang mendorong seseorang menjadi penyalahguna Narkoba. Umumnya, kegagalan dalam pemenuhan fungsi-fungsi yang ideal dalam setiap tahapan perkembangan manusia, dapat memperbesar kemungkinan munculnya ketergantungan seseorang kepada Narkoba. Menurut Edward Kaufman (Family Therapy of Drugs and Alcohol Abuse, 1991), banyak sekali variabel yang harus diperhatikan dalam mekanisme munculnya penyalahgunaan. Yaitu biologis, psikologis, sosial, dan budaya. Ia mencatat, terdapat beberapa hal yang patut digaris bawahi, yaitu
adanya suatu pola kepribadian spesifik, di antaranya ketidakmampuan seseorang dalam mengatasi frustrasi, kecemasan dan tekanan, serta perilaku yang tidak asertif. Berdasarkan penelitiannya terhadap Polydrug abusers (pengguna aneka macam jenis Narkoba), terlihat tingginya tingkat depresi, kebingungan diri, penolakan, merasa dirinya besar, mengabaikan otoritas, dan kemampuan berkelit para pengguna. Barang berbahaya ini sangat riskan menyebabkan rasa kecanduan hingga ketergantungan penggunanya. Menurut Sarafino (Health Psychology; Biopsychososial Interaction, 1990), kecanduan merupakan kondisi yang dihasilkan oleh penggunaan zat alami atau sintensis secara terusmenerus, yang membuat penggunanya tergantung secara fisik dan psikologis kepada zat tersebut. Rice (1996) membedakan antara kecanduan fisik dengan kecanduan psikologis. Kecanduan fisik ditandai dengan terjadinya gejala putus obat ketika penggunaan dihentikan. Sedangkan kecanduan psikologis ditandai dengan berkembangnya kebutuhan terhadap narkoba.
REMAJA ARTIKEL Sementara Frankl menyebutkan, alasan individu mencandu narkoba adalah kegagalan seseorang dalam menemukan makna hidup.
Pendekatan Spiritual Penelitian mutakhir telah mengindikasikan bahwa agama merupakan faktor pelindung manusia untuk mendapatkan kesehatan fisik dan psikologis. Menurut Wills, Yeager dan Shandy (Psychology of Addictive Behaviors, 2003) banyak penelitian yang membuktikan bahwa terjadi tingkatan yang rendah penyalahgunaan Narkoba di kalangan orang yang terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam jiwa manusia, menurut pandangan psikologi Islam, disebabkan ketidak-tundukkan individu kepada aturan-aturan yang diberikan Sang Khalik. Penyimpangan secara vertikal kepada Sang Maha Pencipta, secara langsung akan memberi dampak horizontal antarsesama manusia. Artinya, akhlak atau tindak tanduk keseharian seseorang sangat ditentukan oleh kebersihan sifat jiwanya dalam kedekatan kepada Sang Khalik, juga bagaimana ia bersikap terhadap kemunkaran atau kondisi negatif yang ada di hadapannya. Suasana perasaan cemas dan gelisah merupakan salah satu pertanda dari kondisi dan keadaan jiwa yang tidak seimbang. Ketika seseorang tidak mampu menyelesaikan konflik-konflik yang dialaminya, maka gangguan emosional dalam diri akan muncul tanpa dapat dihindari. Ketidakmampuan seseorang untuk menanggapi rangsangan emosional dari luar dengan layak, dan keterbatasan untuk mengolah emosi maupun mengekspresikan perasaan-perasaannya, dapat muncul menjadi bentuk gangguan perasaaan (mood) dan perilaku (Qs. al-Baqarah [2]: 277). Dalam konteks psikologi Islam, suasana perasaan yang negatif, seperti rasa khawatir, kecemasan dan sedih hati, muncul dari ketidakmampuan seseorang untuk menyerahkan segala persoalan kehidupannya kepada sumber kekuatan Allah SWT, atau tawakal (Qs. al-Anfâl [8]: 2-4).
Permasalahan-permasalahan dalam kehidupan seseorang akan muncul, jika ia tidak mampu menghadapi dan menyelesaikan persoalan dengan baik. Konflik yang sering merupakan penyebab utama suatu masalah, akan dapat diselesaikan apabila seseorang mempunyai kemampuan penataan konflik (management conflict) yang baik. Kegagalan seseorang untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah kehidupan, pada gilirannya nanti akan menyebabkan meningkatnya kecemasan dan perasaan ketidaknyamanan diri. Penelitian Williams, Larson, Buckler, Hackman dan Pile pada tahun 1991 membuktikan adanya kaitan yang cukup erat antara tekanan dalam kehidupan dengan keagamaan yang dimiliki seseorang. Stres dan kecemasan dalam kehidupan, akan semakin menurun seiring dengan frekuensi keterlibatannya dengan kegiatan-kegiatan keagamaan. Menurut George de Leon (2002), Tuhan merupakan sumber spiritual “Kekuatan Tertinggi”, yang secara pribadi harus dapat dihubungkan oleh pribadi para pecandu yang tengah menjalani proses recovery (penyembuhan). “Kekuatan Tertinggi” itu dapat menjadi sumber kekuatan spriritual untuk perubahan pribadi pencadu, jika ia mampu sadar dengan kekcilan dirinya dibanding Tuhan. Dalam “Model 12 Langkah” pemulihan pecandu Narkoba, pada langkah kedua juga disebutkan “Kekuatan yang Lebih Tinggi” yang dapat mengembalikan pecandu pada kewarasan. Langkah ini dilaksanakan setelah pecandu melakukan pengakuan ketidak berdayaannya atas kekuatan Narkoba dan adiksi, serta pernyataan kehidupannya yang tidak terkendali akibat barang berbahaya itu. Pada langkah ketiga ditekankan penyerahan diri secara total kepada Tuhan (tawakal). Yaitu upaya mengalihkan hidup dari menuhankan Narkoba dan adiksi, kepada kehidupan yang diatur oleh Tuhan. Dari dua belas langkah yang ada, terdapat lima langkah (3, 5, 6, 7, dan 11) yang menghubungkan antara pecandu dengan Tuhan.
Obat Tawakal Kondisi dan keadaan jiwa seseorang, dapat
Edisi EdisiI/Tahun I/TahunI/2009 I/2009
5959
REMAJA ARTIKEL menggambarkan akhlak yang akan muncul darinya. Dan tingkat kecemasan seseorang, sangat berdampak pada munculnya akhlak yang buruk. Imam Syahrarwardi (dalam Ghazali Menuju Mukmin Sejati, 1994) mengatakan, bahwa hamba Allah hanya mungkin mencapai derajat kerendahan hati yang sejati, jika cahaya renungan Ilahi mulai bersinar di dalam hatinya. Ketika tipuan kecongkakan jiwa pudar, ia pun menjadi lembut, patuh kepada Allah dan menghormati manusia. Dalam sebuah hadits disebutkan, seorang lelaki berkata kepada Rasulullah SAW, “Berilah aku nasihat.” Maka beliau bersabda, “Takutlah kepada Allah, di manapun kamu berada.” Lelaki itu berkata, “Tambahkan lagi.” Nabi bersabda, “Iringilah perbuatan dosa dengan kebaikan, niscaya akan terhapuslah dosa itu.” Lelaki itu kembali berkata, “Tambahkanlah lagi.” Nabi menjawab, “Pergaulilah manusia, dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hanbal) Untuk mendapatkan gambaran mengenai keadaan diri, seseorang hanya dapat mengidentifikasi baik buruk kondisi jiwanya, jika ia mengetahui keadaan berlawanan yang ada dalam jiwanya. Menurut al-Ghazali, sifatsifat berlawanan yang akan digunakan untuk menyembuhkan akhlak buruk, harus ditentukan dosisnya. Jiwa yang kurang sempurna dan jernih, harus diupayakan menemukan kekurangan-sempurnaan jiwanya. Dalam hal pecandu Narkoba, akhlak buruk akibat kecanduan dalam dirinya akan diketahui setelah ia menyadari suasana hatinya yang cemas, yang menggambarkan kerapuhan kondisi jiwa yang sesungguhnya. Dan itu akibat lemahnya penyerahan diri (tawakal) si pecandu kepada sumber kekuatan yang Maha Agung, Allah SWT. Hingga berpengaruh pada buruknya hubungan dirinya dengan orang lain, yang tergambar dalam perilaku asertif. Kecemasan dapat ditanggulangi dengan
6060
Edisi EdisiI/Tahun I/TahunI/2009 I/2009
mendekatkan diri kepada Allah, yang di antaranya melalui ibadah. Dengan ibadah, seseorang akan terseimbangkan akal dan semua emosi dirinya. Dengan konsistensi mengingat Allah di setiap waktu, dan menghadapkan diri kepada-Nya sepenuh hati dan jiwa, seorang pecandu akan mendapatkan perlakuan secara ruhani dan kejiwaan. Saat berinteraksi dengan Allah, melalui ibadah, ia akan dapat terlepaskan dari kesendirian dan kekosongan ruh. Musfir ibn Said az-Zahrani (Konseling Terapi, 2005) mengungkapkan, dengan mengingat Allah dalam ibadah maupun di luar ibadah, akan tumbuh rasa kedekatan hati dengan Allah. Orang yang melakukannya pun akan selalu bertawakal kepada-Nya. Dengan ibadah, orang tidak akan merasa kesendirian di dunia, atau terkucilkan dari masyarakatnya. Jika pecandu yang sedang menjalani proses pemulihan mencapai tahapan itu, maka dalam dirinya akan tumbuh perasaan aman dan ketenangan jiwa. Yang selanjutnya dapat melepaskan mereka dari semua penyebab keraguan, ketakutan, kesedihan, dan utamanya kecemasan diri. Orang-orang yang bertawakal, modal pokok mereka adalah mengabdikan diri kepada Allah. Mereka akan berlapang dada dan jauh dari pikiran-pikiran kusut yang merepotkan diri, hingga mereka bisa hidup tentram, tanpa dirongrong kepentingan makhluk. Mereka tidak akan merasakan kesendirian di dunia, dan tidak akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi kepada orang lain dengan jujur dan terbuka. Mereka merupakan kaum yang kuat dan bebas. Seolah mereka raja sejagad, beribadah tanpa ada godaan dan halangan. Karena semua tempat dan waktu bagi mereka sama saja, tidak memberikan pengaruh apa-apa. Sebab modal pokok mereka adalah tawakal kepada Allah. 4
|feature|artikel | berita|REMAJA
Jamur Fans Klub BANYAK remaja kian mengidolakan artis. Pendidikan tak jarang terbengkalai. Perlu diberdayakan fans klub yang mendidik. Melihat sekilas, sosok Firman (23), tak ubahnya seperti artis sungguhan. Segala gaya dan asoseris Slank, grup musik idolanya, ia miliki. Mulai dari jaket, tas, sepatu, bahkan gantungan kunci dengan gambar ‘plur’ atau ‘kupu-kupu’ yang terbentuk dari kata ‘Slank’. Menjadi anggota Slanker Fans Club (SFC) menghadirkan kesan tersendiri bagi mahasiswa Universitas Indraprasta itu. Menurut pengakuannya, selama menjadi anggota SFC, ia merasa senang dapat mengenal banyak teman dari satu klub. Yang lebih membuatnya senang, ia bisa bertemu langsung dengan tokoh idolanya, anggota Slank, setiap kali konser. “Bisa ikut konser gratis cuma dengan membawa kartu anggota,” lanjutnya. Lain lagi pengakuan Rizki, siswa kelas tiga SMU ini penggemar berat grup musik Gigi. Suatu pagi saat liburan sekolah, bersama teman-teman sesama penggemar Gigi yang tergabung dalam GIGIKITA, dari Jakarta ia pergi ke Cilacap untuk menyaksikan grup kesukaannya itu manggung. Awalnya ia hanya menyukai Thomas, pembetot bass gitar personel Gigi. Tapi lama-kelamaan ia menyukai semua personel grup itu. Sejak 2006 ia selalu mengikuti kegiatan Gigi manggung ke manapun hingga ke Bali. Kadang ia harus patungan menyewa mobil atau bensin mobil temannya. Sering pula ia naik kereta untuk menyaksikan penampilan Gigi di daerah-daerah. “Kalau untuk kegiatan yang berhubungan sama Gigi, aku punya anggaran tersendiri,” ujar bangga. Meski tidak sejauh Rizki, Yanuariska Pramita juga rela naik sepeda motor bersama teman-temannya dari Bekasi ke Tangerang atau wilayah sekitar Jakarta, demi melihat penampilan grup cadas J-Rocks. Konvoi lebih dari lima motor, sering ia lakukan untuk sekadar menonton aksi panggung sang idola. Sudah sekitar lima tahun ia tergabung dalam J-Rockstar, perkumpulan penggemar J-Rocks, grup musik anak muda yang suka bergaya ala Jepang.
Saat menonton band kesayanganya, Yanuariska juga suka berdandan ala Harajuku, dandanan khas Jepang mengikuti personel J-Rocks. Belum lagi marchandise J-Rocks yang lengkap ia koleksi. “Kadang minta sama orangtua, kadang juga nabung dulu,” ujar siswi kelas dua SMU 4 Bekasi itu. Menurut Yanuariska, mengidolakan sebuah band membuatnya semakin banyak memiliki teman dari berbagai daerah. Selain itu, ia juga menjadi kian semangat belajar jika tahu band kesayangannya bakal manggung di sekitar Jabodetabek. “Kalau tahu mau ada konser, semua PR segera aku selesaikan biar bisa cepat datang,” kata dia. Di Bandung, sudah sejak kelas lima SD, Lea Amalia menyukai band Cokelat. Sejak 2001, ia sudah bergabung dalam Bintang Cokelat, fans klub miliki Cokelat. Ia mengagumi band itu karena penampilannya yang sederhana dan perilaku mereka yang tidak urakan. Sang vokalis, Kikan, selalu menjadi inspirasinya untuk sukses belajar. Karena sudah kenal baik, tak jarang Lea curhat kepada Kikan seputar masalahmasalah pribadi. Bagi Lea, bergabung dalam fans klub memberinya banyak keuntungan. Di samping luas pergaulan, ia juga bisa tahu cara bekerja manajemen band. Saat
Edisi I/Tahun I/2009
61
awal gandrung dengan grup ini, suatu kali Lea bahkan pernah rela membolos sekolah untuk bertemu artis idolanya.
Perlu Diperhatikan Terus munculnya band-band dan artis-artis baru, tentunya wabah klub-klub baru juga subur bermunculan. Bagi sebagian remaja, fans klub dapat menumbuhkan rasa perkawanan dan solidaritas mereka. Mereka rela melakukan apa saja, demi keinginannya dikenal sebagai “grupis klub� yang digemarinya. Beberapa kemungkinan buruk bisa terjadi ketika seorang remaja bergabung dengan fans klub kesayangannya. Akibat pengidolaan yang berlebihan, ia tak segan membolos sekolah untuk bertemu, menghadiri konser atau kumpul-kumpul dengan sesama anggota klubnya. Belum lagi kemungkinan lain penyalahgunaan obat terlarang dan narkotika. Di sinilah butuh penanganan khusus dan pengorganisasian klubklub tersebut dengan baik. Karena sangat potensial keberadaannya menjadikan wadah positif bagi pengembangan skill remaja, baik dalam bermusik, sosial dan pendidikan. Padepokan Rehabilitasi Slankers yang didirikan Iffet Veceha Sidharta, atau yang kerap disapa Bunda Iffet, dapat menjadi contoh. Manajer grup musik Slank yang juga berpengalaman mengasuh anak pengguna Narkoba itu mendirikan lembaga khusus menangani para fans Slank (Slankers) yang ingin menyembuhkan ketergantungan narkoba. Kerja tulusnya ini mendorong Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memberinya PKS Award 2008 sebagai salah satu dari delapan wanita paling inspiratif di Indonesia.
62
Edisi I/Tahun I/2009
Demi idola, kaum remaja yang tengah dalam masa pencarian jati diri itu tak jarang rela mengikuti segala gaya berpakaian, penampilan, dan tingkah laku idola mereka. Segala perkembangan idola mereka ikuti. Bagi mereka, sosok yang diidolakan adalah sesempurna. Fenomena terkini, banyak remaja, khususnya remaja putri, yang “tergila-gila� hingga rela menguras tabungan, jajan atau bahkan uang sekolah, untuk mengkoleksi seluruh benda maupun assessoris yang berhubungan idolanya. Tak jarang, demi seorang tokoh idola, remaja rela mengorbankan waktu belajar,
remaja mengidolakan seseorang di luar lingkungan keluarganya, seperti pemusik atau artis film, karena tokoh idola di dalam rumahnya cenderung tak layak diidolakan. Banyak keluarga kini tengah mengalami krisis tokoh idola. Baik karena orangtua yang jarang di rumah dan kurang mendidik anaknya, atau suasana lingkungan rumah yang kurang kondusif memberi mereka kenyamanan hidup. Situasi ini diperburuk dengan banyaknya tayangan televisi yang lebih menonjolkan unsur-unsur komersialisme dan hedonisme, dibandingkan tayangan bermutu yang penuh ajaran moral dan mendidik.
bahkan sampai sampai berani mempertaruhkan nyawa demi sebuah tanda tangan. Beberapa tahun lalu, dalam sebuah acara meet and greet dengan salah satu grup musik mancanegara di sebuah mall di Jakarta, ribuan remaja ABG yang hanya ingin melihat dari dekat wajah-wajah para idola mereka saling berdesakan dan terlibat aksi dorong-mendorong. Empat remaja putri tewas setelah pingsan karena kesulitan menghirup oksigen saat berimpit-impitan (Gatra, 03/01). Pertanyaannya kemudian, mengapa remaja cenderung mengidolakan para selebritis itu hingga sedemikian? Beberapa ahli berpendapat, gandrungnya kaum
Demikian pula maraknya penggunaan komputer dan internet yang semakin memberi ruang bagi berkembangnya situs-situs yang tidak mendidik, sehingga orangtua makin kesulitan mengendalikan perilaku anak-anaknya. Peran media sangat berpengaruh bagi remaja dalam memberi informasi tentang gaya hidup. Sayangnya, saat ini banyak media cenderung memberi penghargaan berlebihan kepada gaya hidup hurahura dan glamor. Gambaran yang ditampilkan dalam sinetron ataupun acara televisi, misalnya, lebih banyak bersifat meninabobokan masyarakat, khususnya remaja, pada gaya hidup yang penuh kesiasiaan. 4 (ali ibnu anwar)
Wabah Gila Idola
Edisi EEd Edi dis isi I/ II/Tahun /Ta Tahu ah hu un I/ II/2009 /2 20 009 09
63 63
BISNIS |feature|artikel | berita|
Pamrih Kegigihan Ahmad Taufiq
K
Warren Buffet
Ada asumsi, OKB (Orang Kaya Baru) cenderung lupa diri. Padahal, banyak tokoh dunia yang dulunya hidup susah dan miskin, ketika sukses dan kaya tak lupa kulitnya, mereka malah kian dermawan. Ibarat padi, kian matang, dadapun kian tunduk. Sukses mereka adalah pamrih kegigihan.
64
Edisi I/Tahun I/2009
etika berumur 11 tahun, Warren Buffet hanyalah seorang loper koran. Waktu luanganya selepas sekolah dan bekerja loper ia memanfaatkan untuk keliling lapangan golf, mencari bola golf yang hilang. Bola yang ia temukan lalu dijual dengan harga murah ke pemain golf yang ingin bermain di sekitar lapangan itu. Pada usia 14 tahun, saat duduk di bangku SMU, ia memulai bekerja mandiri, sehingga memiliki uang 1,200 dollar untuk membeli 40 hektar tanah pertanian, yang kemudian ia sewakan kepada para petani lokal untuk diolah. Di usia sedini itu ia sudah mampu menciptakan passive income dari sewa lahan. Sejak usia belasan tahun, Warren yang dikenal sangat cerdas di bidang matematika itu, sudah mulai mencoba mandiri dengan bermain saham. Kala itu, ia membeli saham Cities Services seharga 38.25 dolar persaham. Lalu, ia segera menjualnya saat saham itu naik menjadi 40 dolar. Sebuah keuntungan yang lumayan besar baginya saat itu. Tapi, ia kemudian menyesal. Karena, dalam setahun, saham itu sebenarnya mampu mencapai nilai 200 dolar. Sejak itulah, ia mendapat pelajaran, bahwa bermain saham harus panjang jangka waktunya. Dan ini bekalnya saat menjadi raja saham dan membeli Berkshire Hathaway, sebuah unit usaha yang kini telah berhasil dikembangkannya hingga memiliki anak usaha lebih dari 60 jenis. Tahun 2008 lalu, Warren berhasil menggeser Bill Gates sebagai orang terkaya di dunia setelah bercokol selama nyaris 13 tahun berturut-turut. Walau menurut versi Majalah Forbes bulan lalu, Warren kembali berhasil digeser Gates. Dengan perkiraan pendapatan bersih 44 miliar dollar AS pada 2005, ia menduduki urutan kedua orang terkaya di dunia menurut Forbes. Meski diklaim sebagai peringkat atas orang terkaya dunia, Warren selalu menekankan pola hidup sederhana. Bahkan, sangat sederhana. Betapa tidak. Ia hidup bersahaja dengan hanya tinggal di rumah bernilai 31 ribu dolar di kota kecil Omaha. Rumah yang tak memiliki pagar dan hanya memiliki tiga kamar tidur itu ia beli setelah menikah 50 tahun lalu. Padahal, jika mau,
dengan kekayaannya ia bisa membeli beberapa istana sekaligus. Tak hanya itu. Sampai kini ia mungkin satu-satunya jutawan yang masih sering menyetir sendiri mobilnya. Ketika harus bepergian, ia juga tak mau menggunakan pesawat jet pribadi layaknya para konglomerat lain. Padahal ia memiliki perusahaan rental pesawat jet pribadi. Selain menerapkan pola hidup sederhana, ia juga menerapkan manajemen yang sangat bersahaja untuk semua bisnisnya. Ia beri kepercayaan penuh pada semua manajer perusahaannya. Dalam setahun, ia hanya menulis sebuah surat kepada CEO dari perusahaan-perusahaannya. Isinya tentang tujuan yang harus dicapai oleh perusahaan yang ia tuangkan dalam dua perintah: Pertama, jangan sampai merugikan uang pemilik saham. Kedua: jangan lupa peraturan nomor satu. Di samping tak pernah membawa hanphone maupun laptop, Warren juga tak pernah mau bersosialisasi di klub-klub orang kaya. Waktu luangnya setelah tiba di rumah, ia gunakan untuk membuat popcorn, dan menonton TV. Bill Gates, saingannya sebagai orang terkaya di dunia, awalnya tidak berminat untuk menemui Warren, karena tidak melihat adanya kesamaan visi. Tapi lima tahun lalu, Bill mencoba mengagendakan pertemuan dengan Warren hanya selama 30 menit. Setelah bincang-bincang, obrolan bersama Warren ternyata berlangsung selama 10 jam. Selain sederhana, Warren juga dikenal sangat dermawan dan filantrofis yang suka memberi sebagian penghasilannya untuk kepentingan sosial. Tak tanggungtanggung, ia dermakan uang senilai 30 miliar dolar Amerika, kepada Yayasan Bill and Melinda Gates, yayasan milik Bill Gates. Sungguh sumbangan terbesar dalam sejarah. Sumbangan itu setara dengan sekitar 80 persen kekayaan yang dimilikinya. Dengan sumbangan sebesar itu, bisa dikatakan ia hanya mewariskan sedikit bagian
Zinedine Zidane kekayaan kepada ketiga anaknya. Tapi Warren berkilah bijak, “Saya memberikan bagian yang cukup kepada anak-anak saya, sehingga mereka merasa bisa melakukan apa saja. Namun saya tidak memberi lebih, sehingga mereka merasa tak harus melakukan sesuatu (untuk mendapatkan keinginan mereka).�
Peduli Kemiskinan
Siapa yang tak kenal Zinedine Zidane? Kepiawaiannya mengolah si kulit bundar membuat namanya sangat dikenal seantero jagad. Terlepas dari kontroversi yang ditimbulkan akibat ulah menanduk Materazzi pemain Italia, Zizou begitu panggilan akrab Zidane, adalah pesepakbola yang sangat berbakat. Ia menjadi figur paling penting saat mengantarkan Prancis menjadi juara dunia pada 1998. Perannya juga sangat signifikan mengangkat moral tim ketika Prancis yang kurang bersinar di awal Piala Dunia 2006 lau, akhirnya berhasil mencapai partai final. Pria keturunan Aljazair yang lahir di Prancis 23 Juni 1972 ini, merupakan seorang anak imigran yang mencoba mengubah nasib di negeri Menara Eiffel itu. Layaknya imigran minoritas, Zidane pun tumbuh dalam lingkungan yang
keras dan jauh dari kecukupan. Anak dari lima bersaudara ini sadar, ia mungkin tak akan bisa menempuh pendidikan yang tinggi layaknya orang lain yang berkecukupan. Karena itu, ia memilih menekuni hobinya, sepakbola Warren Buf untuk memperbaiki garis hidup. Dalam sebuah wawancara dengan media lokal Perancis, Zidane mengatakan, bakat bukanlah apaapa tanpa latihan terus menerus. Teknik saya tinggi bermain sepakbola yang dimilikya adalah berkat latihan keras. Motivasi Zidane untuk giat berlatih adalah ucapan ayahnya, �Sebagai imigran, kita harus bekerja lebih giat dari orang lain, dan kita tak boleh mudah menyerah.� Niatnya mengubah nasib melalui sepakbola menemui jalan terang saat bakatnya ditemukan oleh Jean Varraud yang mengajaknya berlabuh di klub Cannes, saat ia baru berusia 16 tahun. Berkat latihan keras, setahun kemudian ia sudah dipercaya masuk ke tim senior dan bermain di divisi pertama liga Perancis. Dari sana, kemampuannya makin meningkat. Dan langsung menarik klub liga utama Perancis, Bordeaux untuk mengontraknya. Karirnya di lapangan hijau makin bersinar, dan membawanya melanglang buana ke berbagai tim elit dan kaya di Eropa. Puluhan prestasi profesional ia dapatkan, termasuk rekor pemain termahal dunia dan pemain terbaik dunia tiga kali, tahun 1998, 2000, dan 2003. Sukses Zidane menjadi bukti perjuangan sejak kecil untuk merubah nasib melalui sepakbola nyatalah sudah. Meski sudah sukses, Zidane tak melupakan masa sulit ketika kecil. Ia sangat peduli pada negaranegara dunia ketiga, atau negara Edisi I/Tahun I/2009
65
tertinggal di dunia. Sejak pensiun dari lapangan hijau, Zidane dipercaya menjadi Duta UNDP (United Nations Development Program), badan PBB urusan program pembangunan dunia. Tak lelah ia berkampanye untuk membantu negara-negara miskin mencapai kesejahteraan, seperti yang dicanangkan dalam The Millennium Development Goals. Selain berkeliling ke berbagai negara untuk mengkampanyekan antikemiskinan, ia juga beberapa kali mengadakan pertandingan sepakbola amal untuk mengumpulkan dana bagi masyarakat negara miskin. Terakhir, bersama Danone, perusahaan produk-produk olahan susu, ia giat mensosialisakan peningkatan gizi di negara-negara miskin dan berkembang. Ketulusan Zidane, bukti menjadi sukses tak boleh lupa dengan kesusahan orang lain.
Lee Myung-Bak
sekolah SMU. Akhir 1959, keluarganya pindah ke ibukota, Seoul, untuk mencari penghidupan lebih baik. Namun, nasib mereka tetap terpuruk, orangtuanya hanya bisa menjadi penjual sayur di jalanan. Saat Memulai dari Nol Jika sarapan, Lee Myung-Bak itu, Lee mulai lepas dari orangtua, dan bekerja mandiri menjadi buhanya makan ampas gandum. ruh bangunan. “Mimpi saya ingin Karena tak punya uang, saat makan siang ia hanya mengganjal menjadi pegawai,” kisahnya. Lepas SMA, karena prestasiperutnya dengan meminum air. nya bagus, Lee berhasil diterima Untuk makan malam, ia kembali di perguruan tinggi terkenal, harus memakan ampas gandum. Korea University. Untuk memDan, untuk ampas itu pun, kebiayai hidupnya, ia bekerja sebagai luarganya tak mampu membeli. Mereka harus mengais dulu ampas tukang sapu jalanan. Saat kuliah inilah, awal mula titik balik hasil penyulingan sake, minuman kehidupannya terjadi sejak berkhas masyarakat Jepang. Masa kenalan dengan dunia politik. Lee kecil Lee sungguh harus dilewati terpilih menjadi anggota dewan dengan memakan sampah! mahasiswa, dan terlibat dalam Terlahir di Osaka, Jepang, aksi demo antipemerintah. Karena pada 1941, dari keluarga buruh ulahnya ini ia sempat dipenjara tani. Ia kemudian besar di sebuah percobaan pada 1964. kota kecil, Pohang, Korea. Saat Hukuman ini nyaris membuatremaja, Lee menjadi pengasong nya tak bisa diterima sebagai pegamakanan murahan dan es krim wai Hyundai Group. Sebab, pihak untuk membantu keluarga. “Tak perusahaan khawatir, pemerintah terpikir bisa membawa makan akan marah jika Lee diterima di siang untuk di sekolah,” aku Lee perusahaan itu. Namun, karena dalam otobiografinya There is tekadnya kuat, Lee memutar otak. No Myth yang diterbitkan kali Ia kemudian membuat surat ke pertama pada 1995. kantor kepresidenan, dengan isi Meski sangat miskin, Lee punya tekad kuat untuk menempuh bernada sangat memelas, yang intinya berharap pemerintah pendidikan tinggi. Karena itu, ia jangan menghancurkan masa debelajar keras untuk memperoleh pannya. Surat itu menyentuh hati beasiswa agar bisa meneruskan
66
Edisi I/Tahun I/2009
sekretaris presiden, yang kemudian memerintahkan Hyundai untuk menerima Lee sebagai pegawai. Di perusahaan ini, Lee menunjukkan bakatnya. Ia mendapat julukan “buldozer”, karena dianggap selalu bisa membereskan semua masalah, sesulit apapun. Salah satu karya fenomonalnya adalah mempreteli habis sebuah buldozer, untuk dipelajari cara kerja mesinnya. Di kemudian hari, Hyundai memang berhasil memproduksi buldozer. Kemampuan Lee mengundang kagum pendiri Hyundai, Chung Ju-yung. Berkat rekomendasi pimpinannya itu, prestasi Lee terus melesat. Ia langsung bisa menduduki posisi tertinggi di divisi konstruksi, meski baru bekerja selama 10 tahun. Divisi ini pada periode 1970-1980 menjadi mesin uang Hyundai. Setelah 30 tahun di Hyundai, Lee mulai masuk ke ranah politik dengan menjadi anggota dewan pada 1992. Tahun 2002, ia terpilih menjadi Wali Kota Seoul. Lima tahun kemudian (2007), lelaki yang masa kecilnya sangat miskin dan sengsara itu, menjadi orang nomor satu di Korea Selatan. Sebuah pembuktian, bahwa dengan perjuangan dan keyakinan, setiap orang memang berhak untuk sukses. “Success is My Right,” tandas Andrie Wongso. 4
|feature|artikel | berita|BISNIS
Langkah Awal Memulai Bisnis AR Junaedi Pengelola bisnis ritel busana dan transportasi internasional
S
uatu ketika, Ria, seorang mahasiswi tingkat akhir dan sebentar lagi lulus di salah satu universitas ibukota, berkonsultasi melalui blog pribadi saya. “Bapak, saya sangat termotivasi dan ingin membuka usaha. Karena menurut saya, bidang ini adalah yang terbaik daripada saya susah-susah mencari kerja. Dari dulu, saya punya mimpi suatu saat saya ingin menciptakan lapangan kerja untuk orang-orang di sekitar saya. Dan jawabannya saya temukan, yaitu dengan merintis usaha. Tapi, saya saat ini masih belum percaya diri dan punya cukup keberanian untuk memulainya. Mengingat saya juga masih akan memulai terjun di dunia kerja.� Senang sekali mendengar mengakuan tulus seorang mahasiswa yang ingin memulai usaha sendiri, di kala banyak teman-temannya justru berebut ingin menjadi karyawan. Walau memang, tak ada yang salah dengan karyawan, tapi saat ini Indonesia justru sedang butuh lahirnya banyak entrepreneur untuk menguatkan kemandirian bangsa ini. Untuk menjawab pertanyaan Ria di atas, hal apa yang harus dipersiapkan untuk merintis usaha? Jawaban simpel: Mulai saja! Ya, mulai saja. Biasanya, kalau kita memikirkan persiapan, akan se-
makin lama kita dapat memulai sesuatu. Bukankah kita memang paling ahli untuk menunda dengan beribu alasan yang menurut kita masuk akal? Karenanya, tak perlu menunggu mental kuat untuk melangkah. Karena mental justru akan terasah ketika kita sudah memulai dan langsung bergelut dengan usaha. Tidak perlu juga menunggu sampai punya percaya diri (Pede). Karena Pede pun terbentuk dengan terjun langsung di bisnis tadi. Ada seorang sahabat sangat ingin membuka bisnis apotik. Sudah dengan perhitungan modal untung rugi yang matang, tanya kana-kiri pada ahli, dan sudah melihat-lihat lokasi, tapi ia tidak juga memulai. Itu ia lakukan setahun lalu. Sekarang, apa yang terjadi? Masih tidak ada perubahan. Karena ia tidak juga memulai usahanya dengan berbagai alasan. Excuse. Akibatnya, tempattempat yang ia incar dulu untuk lokasi apotik, sekarang sudah diisi oleh apotik orang lain. Orang yang berani bertindak. Seperti orang yang ingin pergi ke Bandung, sahabat saya itu tak pernah sampai Bandung karena tidak ada langkah pertama. Ia sibuk berecana, mencari peta, belajar mendalami Kota Bandung. Selama ia tidak mulai melangkah,
tentunya tak akan mungkin ia sampai ke kota tujuan. Namun, bagi yang berani memulai perjalanan, meski tidak tahu jalan sama sekali, ia akan tetap sampai. Dalam perjalanannya, memang bisa saja ada berbagai kendala dan hambatan. Tapi dengan tetap konsisten berjalan dan jelasnya tujuan, ia pasti akan sampai. Bahkan ia bisa menemukan jalan pintas. Jadi, mulailah segalanya dari yang kecil, fokus dan tetap pada impian kita.
Motivasi Diri Agar perjalanan kita bisa sampai ke tujuan yang kita impikan, ada beberapa tahapan yang sering digunakan sebagai dasar pemikiran dan kegiatan Komunitas Tangan di Atas (TDA): Pertama, pray (berdoa). Sebelum memulai aktivitas apapun, menghadaplah pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kaya, Sang Maha Menentukan. Tundukan hati dan mintalah petunjuk-Nya, agar pilihan-pilihan yang kita ambil makin mendekatkan pada mimpi kita dengan jalan yang baik. Karena jalan Tuhan adalah jalan kebaikan. Sering kali kita lupa. Kita menghadap Allah, hanya di saat susah atau “mentok� saja. Tidak salah memang, karena Allah pasti menerima kita dalam kondisi
Edisi EdisiI/Tahun I/TahunI/2009 I/2009
6767
ARTIKEL BISNIS apapun. Namun, alangkah indahnya bila saat kita memulai perjalanan ditemani oleh Sang Maha Kasih, yang akan akan Menjaga dan Memberikan hasil terbaik untuk kita. Allah pasti tak akan membiarkan hamba-Nya yang sungguh-sungguh berikhtiar tanpa balasan berlimpah. Berdoalah, pasti akan Allah kabulkan. Kedua, reason (alasan yang kuat). Miliki alasan yang kuat, mengapa kita harus berhasil dalam bisnis. Alasan yang bersifat personal. Bisa dengan menciptakan “surga” dan “neraka”. Maksudnya, surga: mencari alasan terkuat yang bisa membuat bahagia diri kita, ibu, bapak, saudara atau orang yang kita cintai. Misalnya, kita ingin memberangkatkan orangtua kita beribadah haji. Bayangkan dan rasakan kebahagiaan wajah ibunda dan ayahanda yang bisa berangkat ke tanah suci berkat hasil kerja keras kita. Bayangkan rasa bangga mereka melihat keberhasilan bisnis kita, yang bisa mengantarkan mereka menunaikan kewajiban sebagai muslim itu. Atau banyak alasan lainnya untuk menciptakan “surga”. Seperti keinginan menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang, seperti yang diinginkan Ria di atas. Bayangkan itu sudah terjadi, dan rasakan kebahagiaan karyawan kita ketika bekerja dan menerima penghasilan dari lapangan kerja ciptaan kita. Semua itu tentu akan menjadi alasan kuat yang akan mendorong kita untuk bekerja dengan segenap tenaga dan konsisten mencapai yang kita inginkan. ”Neraka”, yaitu dengan membuat alasan terkuat -yang juga bersifat personal-, yang bila kita tidak berhasil, maka diri kita sendiri atau orang yang kita cintai akan menderita. Beberapa waktu lalu, ketika saya berkunjung ke rumah sakit, ada sebuah keluarga yang sedang berkumpul, merundingkan apakah ayah mereka yang sedang sakit berat akan tetap masuk ruang ICU dengan biaya mahal, atau dibawa pulang saja dengan resiko fatal, karena ketiadaan biaya. Tentu kita tak ingin hal itu terjadi pada keluarga kita. Kita pasti ingin memberi perawatan terbaik untuk orang yang kita cintai. Keadaan sulit
6868
Edisi EdisiI/Tahun I/TahunI/2009 I/2009
bagaikan neraka seperti itu, bisa menjadi alasan sangat kuat mengapa kita harus berhasil. Jadi, cobalah mencari tahu: What is your self emosional burning desire to make you consistance in action? Apa landasan emosional diri Anda yang akan membangun keinginan untuk membuat Anda konsisten melakukan sesuatu. Dengan alasan yang bersifat personal dengan melibatkan emosi diri, kita akan lebih bersungguh-sungguh, ketimbang alasan yang bukan dari dalam diri. Ketiga, belief (sikap mental). Keyakinan yang tertanam dalam diri kita, akan menentukan pola pikir dan membentuk karakter diri dalam merespons setiap hal yang terjadi. Belief sudah tertanam dalam diri kita sedari kecil. Keyakinan yang keliru, yang bisa saja sudah melekat dalam diri kita, akan menghambat kemampuan kita yang sebenarnya luar biasa. Contoh, ada orangtua lebih bangga anaknya setelah lulus kuliah, mendapat pekerjaan di perusahaan besar. Atau menjadi pegawai negeri ketimbang menjadi wiraswastawan. Belief seperti ini, akan membuat pola pikir kita mengarahkan kita untuk mengesankan, bahwa wiraswasta bukan hal yang bisa menjadi jalan kesuksesan kita. Menjadi pengusaha, digambarkan bagai sesuatu yang sulit. Banyak resiko. Bidang itu hanya spesial untuk orang yang punya darah pengusaha. Dan berbagai keyakinan lain yang sebenarnya masih perlu dibuktikan kebenarannya. Belief seperti ini bisa gantikan dengan keyakinan yang baru. Caranya, dengan membuka wawasan kita dengan bergaul bersama orang sukses. Atau lakukan ATM (Amati, Tiru, lalu Modifikasi) jejak rekam kesuksesan para pengusaha. Nantinya, belief yang menghambat di atas, akan tergantikan dengan belief yang membangun. Disamping itu, kita perlu mereset ulang keyakinan, dan kembali meyakini bahwa kita bisa sukses. Memang, ada kemungkinan kita untuk gagal. Tapi mengapa kita tidak berfokus pada kemungkinan kita akan berhasil? Thought become thing. Apa yang Anda pikirkan akan menjadi kenyataan. Apa yang Anda yakini: Anda bisa atau Anda tidak bisa, adalah benar. 4
|feature|artikel | berita|BISNIS
Maju Bersama Komunitas BERAT sama dipikul, ringan sama dijinjing. Bisnis bersama komunitas, selain bisa menguntungkan materi, juga dapat silaturrahim.
Hadi Kuntoro, dipanggil Hadi, menyebut dirinya ‘Raja Selimut’. Karena memang, selimutlah yang menjadi lead bisnisnya. Menyebar selimut Jepang berkualitas internasional yang dibuat di pabrik Indonesia ke seantero tanah air dan manca negara adalah profesinya. Sebelumnya, selama 13 tahun bapak tiga anak ini menjadi karyawan atau TDB (Tangan di Bawah) di pabrik mobil terbesar asal Jepang. Gajinya saat itu telah lebih dari mencukupi. Namun ada sesuatu yang membuatnya tetap gelisah. “Ada angan yang belum dapat saya dapat, dan selalu mengusik saya. Mengapa sampai saat ini saya hanya bisa hidup untuk diri dan lingkungan keluarga saja? Apa kontribusi saya untuk orang lain? Belum ada!” bisik gelisah hati Hadi beberapa tahun lalu. Bulat tekad ia bangkit, tak mau menjadi penonton dan tukang sorak keprihatinan nasib bangsa Indonesia yang memang tengah amburadul secara ekonomi. “Saya harus melangkah menjemput angan untuk bisa lebih bermanfaat bagi 100 atau 1000, atau sejuta orang,” tekadnya. Tepat hari pertama bulan Maret 2008, Hadi mengundurkan diri dari tempat kerjanya. Ia ingin merintis bisnis sendiri. Meski masih kecil dan sebagian besar modal didapat dari hutang, tapi Hadi optimis ia akan berhasil.
Awal 2009, omset penjualan selimut Hadi sudah mencapai 1000-2000 selimut perbulan, dengan agen-agen yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Selain usaha selimut, bersama adiknya, Hadi telah membuka toko-toko kerudung dan busana Muslim di daerah Jawa. Saat ini Hadi juga sedang menawarkan kerjasama usaha One Stop Shopping perlengkapan tidur untuk mitranya yang berlokasi di berbagai kota. Mau tahu kunci sukses Hadi? Ia bergabung dengan jaringan TDA (Tangan di Atas), komunitas intrepreneur muda, yang gigih mengembangkan kemandirian usaha, mendobrak ketergantung tren kebanyakan masyarakat Indonesia yang lebih sukan menjadi karyawan. Sejak berdiri di awal 2006, komunitas yang didirikan Badroni Yuzirman ini terus berkembang
pesat. Sekarang, anggotanya telah hampir lima ribuan orang, tersebar di seantero Nusantara. Menurut Badroni sang founder (pendiri) yang juga pemilik dan pemimpin Manet Busana Muslim Plus, komunitas TDA bermula ketika ia dan istri memutuskan memulai bisnis menggunakan internet dan direct marketing dari rumah pada Maret 2004. Ia mulai dengan membuat blog yang kemudian mencuri banyak perhatian pengunjung, dan terus menjadi perbincangan hangat, karena dianggap ‘memprovokasi’ orang untuk mendobrak kemapanan keasyikan menjadi karyawan. Pada Januari 2006, bersama beberapa rekan sevisi, ia dirikan TDA, dengan misi menumbuhkan semangat berwirausaha masyarakat. Karena memang berawal dari ide komunitas maya, maka blog dan mailing list menjadi sarana
Edisi I/Tahun I/2009
69
utama koordinasi antaranggota mengenai usaha masing-masing dan diskusi masalah-masalah terkait bisnis. Untuk mengeratkan hububungan, kerap juga diadakan pertemuan rutin sebagai ajang silaturrahim mereka.
Melahirkan Intrepreneur Seperti dimuat situs resmi TDA (http://www.tangandiatas. com), komunitas TDA berorientasi ingin menjadi sebuah komunitas bisnis yang bervisi menjadi Tangan di Atas, atau melahirkan pengusaha kaya yang gemar memberi kepada sesamanya. Abundance atau enlightened millionaire. Dengan filosofi bahwa menjadi Tangan di Atas lebih mulia daripada Tangan di Bawah (TDB), TDA berupaya ingin menghasilkan para pengusaha. Berbeda dengan TDB yang hanya bisa memproduksi karyawan. Motivasi para anggota TDA dilakukan dengan cara saling berbagi, mendukung dan bekerja sama dalam komunitas non profit itu. Berbekal keyakinan dasar, bersama-sama segalanya akan lebih ringan, mereka buktikan berhasil banyak menggelar kegiatan maupun terobosan bisnis. Karena memang, aktivitas mereka bukan sekedar diskusi, debat maupun curhat urusan bisnis, tapi orientasi kerja (action oriented). Berbeda dari komunitas lain, yang cenderung lebih suka banyak berwacana atau berteori. Untuk mempermudah klasifikasi anggota, karena terkait semangat dan upaya wirausaha mereka, member (anggota) TDA dibagi menjadi tiga kategori: TDA, yaitu member yang sudah berbisnis penuh dan tengah berupaya meningkatkan bisnisnya ke jenjang lebih tinggi. TDB,
70
Edisi I/Tahun I/2009
yaitu member yang masih bekerja sebagai karyawan, dan sedang berupaya berpindah kuadran menjadi TDA. Dan Ampibi, yaitu member yang masih dalam tahap peralihan dari TDB (karyawan) ke TDA, dengan melakukan bisnis secara sambilan. Berkembangnya jaringan anggota, membuat komunitas ini kian memarakkan aktivitas. Terbangunlah banyak sayap jaringan TDA, dari jaringan kios pakaian, seluler, IT, hingga jaringan-jaringan jasa konsultasi, pendidikan dan pelatihan bisnis mandiri, maupun kegiatan sosial.
Nilai Tindakan Sebagai sebuah komunitas yang pesat berkembang, tentunya membuat TDA semakin mudah melakukan kerjasama dengan banyak pihak. Imbas keuntungan bagi anggota jelas terasa. Di samping mendapatkan mind-set tentang kewirausahaan yang benar, ilmu kewirausahaan dari seminar, workshop, mastermind maupun mailing list, bersama TDA, networking dan silaturrahim mereka juga kian luas. Berkembang pesatnya komunitas ini, tak lain berkat pancangan “Lima Nilai TDA”, yang menjadi semacam asas pengikat komunitas ini. Yaitu: Silaturrahim (saling mendukung, sinergi, komunikasi, kerja sama, berbaik sangka, teamwork, dan sukses bersama); Integritas (kejujuran, transparansi, amanah, win-win, komitmen, tanggungjawab, dan adil); Berpikiran Terbuka (continuous learning, continuous improvement, kreatif, dan inovatif); Berorientasi tindakan (semangat solutif, konsisten, persisten, berpikir dan bertindak positif, give and take, serta mindset keberlimpahan); dan Fun (menjaga
keseimbangan dalam hidup). Yulia Astuti, pemilik salon muslimah Moz5 yang kini telah memiliki banyak cabang di beberapa kota, mengakui besarnya keuntungan yang ia rasakan sejak menjadi bagian komunitas TDA. Awalnya ia terkategori sebagai Ampibi, karena awalnya ia hanya menyambi bisnis sambil berstatus karyawan di sebuah perusahaan Jepang. Namun sejak bergabung dengan TDA, ia kian termotivasi untuk berwirausaha mandiri. Dengan dukungan motivasi dari rekan-rekan komunitas, dan bermodal ketekunan tinggi, akhirnya Yulia sukses memfranschisekan usaha yang awalnya sambilan itu. Jadilah kini Moz5 beranak cabang di banyak kota. “TDA is My Family,” tegas Yulia. Walau terbilang pasif di dunia maya, Yulia cukup aktif mengikuti kegiatan-kegiatan offline TDA. Di komunitas ini ia rasakan indahnya silaturrahim. Di sana ia bisa berbagi, belajar, bersinergi, dan belajar banyak dari perjalanan sukses para rekannya. “Tidak semata-mata kepentingan bisnis. Kita juga dapat saudara dan sahabat, yang tentunya tak dapat dihitung nilainya dengan uang,” ujar Yulia. Secara teori, kecenderungan kian marak munculnya komunitas-komunitas bisnis, merupakan bagian dari berkembanganya kognisi sosial (social cognition). Pakar psikologi sosial Russell Spears menyebutkan, manusia berhadapan dengan realitas sosial yang kompleks, sehingga untuk mempermudah hambatan, mereka cenderung suka membagi sesuatu dalam kategorisasi atau kelompok. Sungguh TDA salah satu contoh suksesnya teori ini. 4 (Shofia Tidjani)
mereka menjelma tak lebih dari sekadar mesin. Ya, bagian dari mesin-mesin, yang kering jiwanya. Kondisi itulah yang ditangkap oleh berbagai kalangan sebagai peluang. Baik partai politik, misionaris, aliran keyakinan sesat, maupun jaringan radikal kiri dan kanan, bahkan oleh sel teroris sekalipun. Sebab, dengan jiwa yang kering, mereka begitu mudah disusupi lalu direkrut dan disesatkan. Terbukti, ada puluhan aliran sesat yang telah dibubarkan aparat di Batam. Terbukti lagi, hampir semua anggota jaringan teroris yang telah tertangkap, pernah beroperasi di Batam, bahkan meledakkan sebuah gereja di Sei Panas Batam. Bagi partai politik berlabel agama (Islam maupun Kristen) mereka adalah “pangsa pasar” empuk. Buktinya, dua partai politik berlebel agama, PKS
Merebut Kembali Bisnis di Batam BERKAH peluang bisnis di kawasan emas Batam seharusnya ditangkap para entrepreneur muslim sebagai tantangan. Jangan sampai dikuasi kelompok jaringan pengusaha Yahudi ataupun Nasrani. Hampir dua dasawarsa lalu, dalam satu perbincangan dengan budayawan Emha Ainun Najib (Cak Nun) di Pekanbaru Riau, saya menanyakan kepadanya, apa yang kurang dari pembangunan kawasan industri Batam? Cak Nun menjawab, BJ. Habibie sebagai “desainer” yang merancang pembangunan Pulau Batam sebagai kawasan industri telah melupakan satu hal, budaya! Manusia yang hidup di Batam dibiarkan larut dalam ingar bingar suara mesin-mesin industri sepanjang hari, siang-malam. Sampai akhirnya,
(Partai Keadilan Sejahtera) dan PSD (Partai Damai Sejahtera) tumbuh subur di Batam. Bahkan, pada Pilkada 2004 lalu, PKS berhasil meraih suara terbanyak dan berhasil pula mengantarkan kadernya menjadi Wakil Walikota Batam, Ria Saptarika. Kondisi tersebut, sungguh merupakan suatu ironi yang tengah terjadi dan terus berlangsung sampai kini. Industri yang semakin mengeringkan jiwa. Baru dalam sekitar lima tahun terakhir, ada perhatian pemerintah daerah terhadap masalah kerohanian masyarakat Batam. Berbagai kegiatan agama dan pembangunan pesantren dan sekolah-sekolah agama. Bagaimanapun, secara psikologis, manusia tetaplah merupakan sosok yang tak hanya cukup dengan pemenuhan kebutuhan materinya semata. Maka, kebutuhan psikologis pun dicari dengan berbagai cara. Ada yang masuk dalam track yang benar, namun tidak sedikit yang tersesat dalam lorong gelap lagi sesat. Masyarakat Batam sangat haus dengan aneka sentuhan rohani. Terlihat, saat setiap kunjungan mubaligh atau para da’i dari berbagai kota, seperti Aa Gym atau KH. Zainuddin MZ, forum pengajian selalu
Edisi I/Tahun I/2009
71
dipenuhi masyarakat. Kunjungan pastor dari luar kota Batam dan luar negeri juga mendapat antisiasme tinggi. Selain itu, kegiatan-kegiatan keagamaan juga tumbuh subur, seperti pengajian wirid, ibu-ibu, salafiyah, hingga komunitas jama’ah tabligh. Semua itu membuktikan, sesungguhnya masyarakat Batam yang tengah kehausan siraman rohani. Namun begitu, Batam tetap menjadi harapan dan primadona bagi Indonesia. Bukan karena sumber daya alam yang dimiliki, tapi Batam juga dikarunia rahmat geografis yang berbatasan langsung dengan tiga negara: Singapura, Malaysia dan Thailand. Belum lagi anugerah Allah berupa selat terpadat di dunia, Malaka, yang merupakan jalur transportasi perdagangan laut yang paling ramai dan ekonomis. Dengan berbagai potensi itulah, tak salah jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Januari 2009 lalu meneken sebuah Keputusan Presiden No. 02 tahun 2009 tentang zona kawasan perdagangan (free trade zone) Batam, Bintan dan Karimun (BBK). Bahkan, SBY sendiri yang mengumumkan Kepres itu di Pantai Costarina Batam Center. Lalu, apa untungnya kawasan industri Batam bagi rakyat Indonesia di luar Batam? Tentu saja, selain kontribusi sektor pajak kepada negara yang tidak kecil, Batam juga merupakan pintu masuk wisatawan asing terbesar kedua di Indonesia setelah Bali. Apalagi, jika dua tempat judi terbesar di Singapura (Sentosa dan Marina) dioperasikan pada November 2009 mendatang. Tentu ada peluang bisnis yang dapat “diendus” oleh para entrepreneur di luar Batam.
72
Edisi I/Tahun I/2009
Entrepreneur Muslim Sejak dibangun tahun 1971 oleh Badan Otorita Batam (BOB), saat ini Batam telah memiliki tidak kurang dari 1.000 perusahaan asing yang sebelum krisis keuangan melanda Amerika Serikat (AS), menyerap tak kurang dari 350 ribu orang karyawan. Jumlah itu belum termasuk karyawan yang bekerja di sektor jasa dan perdagangan, pegawai negeri sipil, polisi dan TNI. Maka, oleh entrepreneur asal Surabaya, Ibu Rutanti, populasi pekerja yang besar itu ditangkap sebagai peluang bisnis restoran yang sangat potensial. Di bawah bendera restoran “Ayam Penyet Ria”, wanita paruh baya itu memulai bisnis kulinernya, justru saat krisis ekonomi melanda republik ini, tahun 1998. Sejak itulah, layar bisnis masakah khas Jawa Timur dikembangkan di kawasan Nagoya Batam. Hanya perlu waktu sepuluh tahun, ia sudah memiliki jaringan bisnis restoran yang mulai menggurita di Singapura, Malaysia, Pekanbaru, Jakarta, Malang dan berbagai kota lain. Bisnis tak mesti harus dimulai dari “titik sentral”. Dan untuk menangkap peluang bisnis di Batam, tak harus ke Batam. Bisa dimulai dengan membangun jejaring terlebih dahulu di Batam, sambil mengendalikan bisnis dari jauh. Itulah yang dilakukan brand-brand besar dari seluruh Indonesia dan mancanegara yang tengah menyerbu Batam. Sebut saja misalnya untuk bisnis forwarding asing, ada DHL dan ELTEHA, atau Primagama untuk brand bisnis pendidikan, dan masih banyak lagi brand-brand dari luar Batam yang telah berhasil menancapkan kukunya di Batam. Yang paling aktual, ada seorang polisi yang memiliki jiwa entrepreneur berhasil menjadi “raja tebu”, seperti nama usahanya menjual es tebu di pinggir-pinggir
jalan, “Raja Tebu”. Sebuah brand yang diklaim sebagai cabang dari Jakarta. Sang entrepreneur langsung menggebrak Batam dengan puluhan armada sepeda motor China, yang dilengkapi bak kecil dan alat penggiling tebu di bagian belakangnya. Pasukan es “Raja Tebu” mobile ke berbagai tempat strategis di pinggir jalan di Batam. Hanya dalam hitungan kurang dari lima bulan, armada “Raja Tebu” sudah berhasil menguasai setiap sudut utama Kota Batam. Peluang utama yang dijanjikan oleh Batam adalah bisnis di sektor industri padat modal. Sebagai kawasan perdagangan bebas, Batam menikmati berbagai kemudahan. Seperti fasilitas bebas pajak impor, barang mewah dan sebagainya. Sayangnya, peluang yang semestinya ditangkap para entrepreneur lokal sebagai tantangan, malah mulai dikuasi oleh kelompok jaringan pengusaha Yahudi ataupun Nasrani. Lalu, di mana entrepreneur Muslim? Ada beberapa peluang bisnis yang sudah semestinya diambil oleh para entrepreneur muslim di Batam. Di antaranya membangun sekolah Islam modern dan maju untuk kalangan menengah atas. Sebab, untuk melanjutkan pendidikan anak para pejabat maupun pengusaha muslim kelas menengah atas di Batam, mereka tak memiliki pilihan selain keluar Batam, Malaysia, Singapura, Jakarta atau daerah lain. Atau, mengapa entrepreneur muslim tidak memanfaatkan Batam sebagai step stone untuk menjadikan Singapura sebagai etalase dari produk-produk kita? Sebab, meski ribuan barang diproduksi di Batam, tapi tidak semuanya ditulis dengan jujur, ‘made in Indonesia’. Mengapa berkah peluang bisnis ini kita biarkan diambil oleh mereka? 4 (saibansah dardani)
Edisi I/Tahun I/2009
73
74
Edisi I/Tahun I/2009
Edisi I/Tahun I/2009
75
76
Edisi I/Tahun I/2009