EEdisi Ed disi 3/ 3 3/Tah 3/Tahun / hun II/2009 /20 2009
1
2
Edisi 3/Tahun I/2009
KH. Zainullah Rois Lc Direktur MTA Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Madura
P
ower syndrome. Gila kekuasaan kini menjangkiti para calon presiden, anggota legislatif, gubernur maupun bupati/walikota. Mereka larut dalam ambisi jabatan. Tenggelam dalam megalomania politik, dan terjerat nafsu kekuasaan. Bagi mereka kekuasaan adalah kesenangan, keindahan, kelezatan dan kenikmatan. Kekuasaan mereka yakini sebagai jalan untuk mendapatkan kekayaan, berbagai fasilitas, dan kenikmatan hidup impian mereka. Mereka seakan lupa, bahwa kekuasaan yang berangkat dari ambisi pribadi dan kelompok, akan berakibat fatal. Karena ia akan melahirkan penyakit hati dan pikiran busuk. Seperti rasa penuh curiga, tidak percaya, menebar berita buruk, membuat tipu daya, dan merasa diri lebih baik dan mampu dari orang lain. Bahaya ambisi kekuasaan ini telah Rasulullah SAW pesankan dalam sabdanya yang diriwayatkan Abdurrahman ibn Samurah, “Wahai Abdurrahman ibn Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika (kekuasaan) diberi karena ambisimu, maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tapi jika (kekuasaan) ditugaskan tanpa ambisimu, maka kamu akan ditolong mengatasinya.” (HR al-Bukhari dan Muslim) Dalam hadits lain disebutkan, “Kami tidak mengangkat orang yang berambisi kedudukan.” Ini menjadi bukti bahwa seseorang yang memiliki ambisi kekuasaan, tak akan pernah memiliki kemuliaan hidup. Akibat penyakit hubbur-riyâsah (cinta kekuasaan) ini, maka berbagai cara mereka lakukan. Semua berjanji akan berbuat baik dan akan menjadi yang terbaik di hadapan rakyat. Bahkan ada yang rela membagibagikan uang tunai. Padahal jelas peringatan Rasulullah, “La’anallâhu ar-râsyi wal-murta-
[tausiyah]
dok.al-amien
Wasiat untuk Pemimpin syî war-râ`isya bainahuma.” Allah melaknat penyuap, penerima suap, dan yang memberi peluang bagi mereka. (HR Ahmad) Tidak hanya itu, para calon penguasa seringkali memberi janji semanis mungkin, meski akhirnya pahit realisasi. Manuver politik semacam ini mereka bungkus dengan berbagai kebohongan. Walau dikemas dan disajikan dengan baik, tetap saja akhirnya akan tercium. Karena kebohongan politik baunya akan lebih busuk dari busuknya bangkai. Rasulullah bersabda, “Akan datang sesudahku penguasapenguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana. Tapi setelah turun mimbar, mereka melakukan tipu daya dan pencurian hati. Mereka lebih busuk dari bangkai.” (HR Thabrani) Bagi seorang muslim, kekuasaan adalah amanah yang mesti dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Sementara orang yang mereka pimpin atau rakyat, sesungguhnya adalah raja. Jadi dalam kacamata Islam, pemimpin adalah pelayan bagi rakyatnya. “Sayyidul-qaumi khâdimuhum.” Bukan malah menjadi pemimpin-pemimpin yang hanya bisa menggunakan berbagai fasilitas mewah dan pelayanan yang serba wah dari uang rakyat. Mobil mewah, gaji tinggi, tunjangan beraneka warna, pelesir ke luar negeri dan sejenisnya. Hanya pemimpin ambisius sajalah yang akan menyalahgunakan amanah suci ini. Subhanallâh. 4
Edisi 2/Tahun 3/Tahun I/2009
1
[daftarisi]
Majalah Tazkiyah an-Nafs Edisi 3/ Tahun I/ 2009
QALAM
Utama
Mencari Pemimpin Bukan Penguasa 25>> FEATURE
16>> Sikap Hormat kepada 43>> Latah, Bawaan Kaum Islam
Hawa?
Hormat dan menghormati adalah keinginan naluriah yang melekat pada diri manusia. AHMADIE THAHA
Pernahkah terpikir, latah adalah gejala penyakit yang harus diwaspadai? UMI KALSUM
Bisa Merasa, Bukan Merasa Bisa
Gosip dikemas dalam bentuk infotainmen atau info entertainment (informasi hiburan), dan sudah menjadi industri yang sangat menjanjikan. ISLAHUDDIN
22>> Pemimpin Berkualitas 46>> Lingkaran Setan Gosip Indonesia makin demokratis. Tapi kian berkualitaskah hasil demokrasinya? SOFYAN BADRIE
33>> Semua Orang
59>> Penyakit Bisnis
Makanan Haram
Berpotensi Cerdas Asal Mau “Kecerdasan itu tidak statis dan tidak ditentukan sejak lahir...” (Laurel Schmidt) ZULFAN SYAHANSYAH
38>> Menjawab Pertanyaan Kritis Anak
Anak yang banyak bertanya menandakan kritis, cerdas, dan kreatif. TATA SEPTAYUDHA
2
Edisi 3/Tahun I/2009
Demi uang, banyak orang tak lagi peduli untuk memperdagangkan makanan haram. SHOFIA TIDJANI
59>>
RUBRIK TETAP
1>> Tausiyah 4>> Iftitah 5>> Surat Pembaca 7>> Serambi 8>> Head Lines Wasiat Untuk Pemimpin KH. ZAINULLAH ROIS LC
49>> Konsultasi Keluarga
PROF. DR. ACHMAD MUBAROK MA
iew 50>> Interview A HASAN M.KES ALIAH B. PURWAKANIA
Rasional Memilih h Presiden
55>> Motivasi 65>> Riset 8>> 69>> Tazkiyah
Bangkit dari Kegagalan
Tingkat Kunjungan Konsumen ke Mal
Artikel >> Psikoterapi dalam Islam -- 19 >> >> >> >> >>
Sembilan Wasiat Rasulullah KH. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI
MUHAMMAD YUNUS Mencari Pemimpin bukan Penguasa-- 25 ARIF FIRMANSYAH The Living Leader -- 28 HARRY PURNAMA Kepribadian dalam Psikologi Islam -- 36 PROF. DR. ABDUL MUJIB, M.AG Ketika Ibu Berperilaku Menyimpang -- 41 YAYAH HIDAYAH M.SI Pemimpin Perusaan yang Tangguh -- 62 MUHAMMAD SUBAIR
19>> Edisi 3/Tahun I/2009
3
IFTITAH Assalâmu’alaikum wr, wb. Qalam terus bergerak. Alhamdulillâh banyak perubahan dan perbaikan terus kami lakukan untuk mengemas majalah tercinta ini menjadi lebih baik. Sejak edisi kedua yang lalu, tampilan Qalam terus dibenahi, dan telah kian memperlihatkan karakter khas seperti yang diidamkan. Pada edisi kali ini, kami masih melakukan penjajakan perubahan, baik dalam tampilan maupun rubrikasi. Utamanya, dalam rubrikasi kami tambahi dengan rubrik Riset dan Motivasi. Rubrik riset berisi paparan hasil kajian lembaga-lembaga riset yang kompeten di bidangnya. Rencana ke depan, Qalam akan rutin melakukan riset independen terhadap isu-isu krusial dalam masyarakat. Suplemen khusus santri Pondok Pesantren AlAmien juga mengalami perubahan cukup signifikan. Dalam tiga edisi lalu, suplemen tersebut dicoba terbit bergilir dalam tiga bahasa: Suplemen Khazanah pada edisi perdana untuk Bahasa Indonesia, Suplemen AlWafa pada edisi kesatu untuk Bahasa Arab, dan Suplemen Zeal pada edisi kedua untuk Bahasa Inggris. Setelah dievaluasi, akhirnya kami berinisiatif memadukannya dalam satu wadah suplemen bernama “Khazanah”, dengan konten tiga bahasa yang sinergis. Pengembangan-pengembangan ini kami harap kian memberi kenyaman para pembaca untuk mengkaji informasi dan wawasan yang Qalam sajikan. Pembaca yang Budiman. Dengan keterbatasan yang ada, komitmen pengabdian umat dan masyarakat yang kami emban tak akan ditinggalkan. Bulan ini, tepatnya tanggal 28 Juni 2009, bekerjasama dengan LPP (Lembaga Peduli Pendidikan), kami turut mendukung kegiatan Diklat Pendidikan Nasional yang akan diadakan di Bogor. Ke depan, jika tak ada aral melintang, kami bertekad mengembangkan kegiatan-kegiatan produktif dan bermanfaat sejenis di berbagai tempat. Tentunya dengan peran dan kerjasama erat para pembaca dan simpatisan Qalam. Insyâ`allah, bi ‘aunihi wa taufîqihi. Demikian. Wassalâmu’alaikum wr, wb.
4
Edisi 3/Tahun I/2009
QALAM
Majalah Tazkiyah an-Nafs
Edisi 3/ Tahun I/ 2009 Pengarah: KH. Muhammad Idris Jauhari, KH. Maktum Djauhari MA, Prof. Dr. Roem Rowi, Prof. Dr. Achmad Mubarok MA, D. Zawawi Imron Pemimpin Umum/Penanggungjawab: Ahmad Taufiq Abdurrahman Manajemen: Shofiyah Tidjani Tim Editor: Abdurrahman As’ad Ahmadie Thaha Amir Faishol Fath Anwar Wahdi Arif Firmansyah Dharifi Zumar Hasan Basri Alcaff Idris Thaha Jamal D. Rahman M. Ghozi Mubarok
Moh. Hamzah Arsa Nazlah Hidayati Saibansyah Dardani Samson Rahman Sofyan Badrie Suadi Sa’ad Tata Septayuda Yayah Hidayah Zubaidi Roqib Zubairi Hasan
Kontributor: Abdurrahman Tsani Agus Romli Ahmad Zamhari Hasan Ainurrahman Fathurroji Ghufron Hasan Hasan Sanjuri
Islahuddin Iwan Kuswandi Moh. Munif Muhtadi Novie Chamelia Umu Kalsum Yessi HM. Basyaruddin
Sekretaris Redaksi: Nurlaila Hanim Tim Produksi: Ali Ibnu Anwar, Ariel, Ilyas Thaha (Desain) Ahmad Gabriel, Hudan (Foto) Abas (Percetakan) Tim Usaha: A. Hidayat M.S Ahmad Budianto Ahmad Subeki
Andrianto Slamet Fiddien Zainul Ishaq
Kontak: Alamat: Jl. Pancoran Barat XI no. 2 Pancoran, Jaksel 12780 Indonesia Telepon: 021-27480899 Faksimili: 021-7480899 E-mail: qalam@al-amien.ac.id, sekredqalam@yahoo.com Website: www.majalahqalam.com Rekening: BNI Senayan Norek: 0139277238 a/n: SHOFIYAH Penerbit: AL-AMIEN MEDIATAMA
Assalâmu’alaikum wr, wb. Bagus sekali Majalah Qalam bisa terbit secara nasional. Penulisnya juga bukan orang sembarangan. Tapi kalau boleh saran, rubriknya tolong ditambah dengan tanyajawab seputar agama Islam. Ach Faik Faruqi al_faruqi35@yahoo.com
Pendidikan Mahal Assalâmu’alaikum wr, wb. DISADARI atau tidak biaya pendidikan mahal adalah buah pahit sistem Kapitalisme yang dipaksakan terhadap negeri-negeri kaum muslim. Termasuk negeri ini. Memang, saat ini pemerintah menjanjikan pendidikan gratis selama 9 tahun. Tetapi, hal ini hanya berlaku bagi sekolah-sekolah negeri. Padahal kenyataannya banyak siswa yang tidak dapat tertampung di sekolah negeri. Akibatnya mereka akan putus sekolah karena tidak cukup memiliki biaya. Pemerintah sebenarnya tidak punya cukup dana untuk menyelenggarakan sistem pendidikan 9 tahun gratis. Sebagian besar badan usaha milik negara (BUMN) dan aset negara sebagai sumber penerimaan negara yang potensial ternyata telah habis dijual kepada korporat asing. Bahkan banyak aset yang diobral murah. Menurut logika pragmatis pemerintah pasti akan menaikkan pajak untuk menutupi defisit anggarannya. Buruknya sistem ekonomi, pemerintahan, dan pendidikan ini diperparah dengan kecurangan di saat ujian nasional atau ujian kelulusan yang melibatkan oknum para siswa, guru, dan pejabat pemerintah di berbagai wilayah. Pada tayangan berita sebuah stasiun TV terjadi banyak kebocoran jawaban ujian yang tertangkap oleh kamera.
Bingung dengan Istilah Psikologi Islam Assalâmu’alaikum wr, wb. KAMI masih bingung dengan istilah “Psikologi Islam” (PI). Apa itu PI? Apa saja pembahasannya? Kami harap ada tulisan bersambung tentang PI di Majalah Qalam. Abi Fatif (081928612119) Sumatera Selatan
[suratpembaca]
Rubrik Tanya Jawab
Pendidikan di negeri ini selain mahal juga berkualitas rendah. Umat Islam sebagai mayoritas rakyat menjadi korban yang paling parah terkena dampak kebusukan sistem ala Kapitalis itu. Handi Jl Syariddin 39C Pasar Minggu Jakarta handi2009@gmail.com 085691771XXX
Bagi para pembaca yang ingin memberikan masukan berupa opini, kritik, saran dan informasi penting lainnya, dapat dikirimkan melalui surat, email dan faksimile ke alamat redaksi di bawah ini.
OFFICE: Jl. Pancoran Barat XI no.2 Pancoran, Jaksel 12780 Indonesia Telp: 021-27480899 Faks: 021-7480899 e-mail: qalam@al-amien.ac.id, sekredqalam@yahoo.com website: www.majalahqalam.com Edisi 3/Tahun I/2009
5
OFFICE: Jl. Pancoran Barat XI no.2 Pancoran, Jaksel 12780 Indonesia Telp: 021-27480800 Faks: 021-7480899 e-mail: qalam@al-amien.ac.id, sekredqalam@yahoo.com Komplek Batan Depok website: www.majalahqalam.com
Telp. 021-44768618 Contac Person: 081514089524 Email: nahdhah_publisher@yahoo.com
6
Edisi 3/Tahun I/2009
[serambi]
Kerja Berat Pemimpin Bangsa Pemilihan Presiden tinggal beberapa hari lagi. Euforia pemilihan presiden secara langsung, menggelora hingga pelosok tanah air. Di pojok-pojok tempat, ruangan dan alam terbuka, masyarakat sangat aktif berdiskusi, menilai dan memilah calon pilihan yang mereka anggap layak memimpin tanah air tercinta mereka. Asa mereka hanya satu: ingin perbaikan. Perbaikan dalam semua sektor. Dari yang prinsip, hingga yang mengawang dan ideal. Tiga calon yang ada, seperti diungkap calon wakil presiden (Cawapres) Wiranto, memang merupakan sosok-sosok terpilih dari ratusan juta anak bangsa ini. Mereka memang pilihan dari yang terbaik atau yang terburuk. Karena sistem yang telah dibuat, seperti ketiadaan calon independen, memaksa hanya merekalah calon yang “jadi” pilihan. Benarkah mereka sosok-sosok terpilih yang mewakili aspirasi nyata rakyat Indonesia? Ataukah mereka hanya “simbol” pilihan yang terbatas itu? Sementara ini, harus kita terima kenyataan, bahwa hanya merekalah yang dapat kita pilih. Secara umum, skema perpolitikan Indonesia tengah kembali ke masa lalu, dengan terbelahnya opini politik dalam unsur nasionalis dan religius. Ketika Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) memilih Boediono sebagai calon wakilnya, banyak kalangan kecewa, karena ragu dengan kereligiusan mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu. Bola panas isu jilbab non-jilbab istri pasangan ini sempat mengemuka. Bagi kalangan agamis, itulah salah satu pertanda kekurang religiusan. Tapi ironisnya, partai-partai yang berkonstituen muslim, malah berkoalisi dengan pasangan itu. Apakah ini bertanda gambar, simbol dan yel-yel “Allahu
Akbar” saat mereka kampanye harus luluh dengan jerat iming-iming kursi di pemerintahan? Apa yang tengah terjadi? Wallahua’lam. Sisanya, masyarakat muslim kembali harus menentukan pilihannya secara rasional menurut taraf intelektualitas dan keyakinan masing-masing. Sulit rasanya untuk kembali percaya dan mengekor pada partai, ormas, atau apapun afiliasi sosial-politik yang ada. Sebab, pemimpin negara mendatang, harus menjadi milik semua golongan. Secara mental, bola-bola liar perubahan aliansi politik dalam koalisi maupun kampanye Pilpres yang mungkin telah “mengecewakan”, akan membuat masyarakat muslim kian cerdas. Cerdas secara mandiri menentukan pilihan tertepat bagi diri mereka, lepas dari jaring aliansi politik, apalagi primordialisme seperti masa lalu. Tinggal calon pemimpinnya yang diuji, sejauh mana kiprah mereka telah terbukti “diminati” masyarakat. Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang tengah miris, umumnya akan mendorong mereka mencari pemimpin yang mampu berperan sebagai “pelindung”. Pelindung dalam kelaraan hidup yang terus menjepit. Sosok pengemong juga akan menjadi pilihan mereka. Karena kebanyakan rakyat Indonesia memang masih butuh “emongan” yang dapat menentramkan hati mereka. Bukan dengan janji, tapi bukti dan aksi. Jangan lagi kita terus dibodohi oleh janji-janji yang tak terbukti. PR pemimpin mendatang sangat berat. Bukan hanya sektor ekonomi yang harus dipulihkan. Tapi moralitas dan mental masyarakat juga harus disehatkan segera, agar menjadi bangsa yang maju dengan kebaikan, kebesaran dan keshalihan jiwa dan raga. 4
Edisi 3/Tahun I/2009
7
[headline] ANAK-anak di bawah umur 10 tahun belum dapat menggunakan logika berpikir secara maksimal. Apa yang mereka lihat, akan langsung dipraktikan tanpa analisis benar atau salah. Setelah mereka melakukan tindakan itu dan merasa mendapat kenikmatan, mereka akan mengulanginya, lagi dan lagi. Tak heran jika anak-anak menjadi target utama para pembuat dan pemasar tayangan pornografi. Menurut Elly Risman, Ketua Yayasan Kita dan Buah Hati, sebelum membuat tayangan
8
Edisi 3/Tahun I/2009
pornografi, para pelakunya merancang “strategi” untuk membuat tayangannya menarik. “Pasar yang dibidik adalah anak laki-laki yang belum baligh,” ujarnya setelah pembahasan Uji Materi UU Anti Pornografi, di Kantor KPAI Jakarta, Selasa (5/5). Anak laki-laki yang belum mengalami masa puber, atau sekitar umur sembilan tahun, cenderung mempunyai rasa penasaran yang tinggi terhadap tayangan pornografi. Tak jarang, anak akan mengalami orgasme saat menontonya. Karena merasa ada sesuatu yang menyenangkan, mereka akan mengulanginya lagi. “Setelah 33-36 kali pengalaman orgasme, seumur hidup anak akan kecanduan pada tayangan pornografi,” imbuh Elly. Menurutnya, jika pada umur 9 tahun saja anak sudah kecanduan dengan tayangan pornografi, pada usia 14 tahun anak berpotensi melakukan hal-hal yang lebih berbahaya karena adiksi atau pengembangan tingkah lakunya. “Orangtua harus lebih peduli,” tegasnya. Hilangkan budaya tidak peduli antara anak. Sesibuk apapun, orangtua harus tetap memberi perhatian kepada anak. Pemerintah juga harus menegakkan peraturan dengan tegas untuk melindungi anak-anak dari bahaya pornografi. -- ariel
[headlines]
Mahasiswa Rentan Terganggu Mental
SEBUAH penelitian Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menemukan, bahwa mahasiswa rentan mengalami gangguan psikologis. “Bahkan, angka kejadiannya cenderung meningkat,” ungkap Guru Besar Ilmu Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Unair Surabaya, Prof. Dr. Mareyke Maritje Amelia Wagey Tairas MBA. MA. Procoun saat acara pengukuhan dirinya sebagai guru besar di universitas tersebut (24/4). Menurutnya, tekanan psikologis membuat mahasiswa mengalami persoalan akademik.
Sebabnya banyak, dari tekanan akibat perbedaan lingkungan sekolah dan kampus, peralihan hidup mandiri dari yang dulunya tergantung kepada orangtua, tantangan hubungan sosial yang baru, tantangan perencanaan karier, mempertahankan nilai akademik, hingga urusan mengatur keuangan. Dalam pengukuhan yang dipimpin Ketua Senat Akademik Unair Prof. dr. H. Sam Soeharto SpMK itu, Tairas menyebut solusi masalah ini adalah mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling yang telah ada di kampus. Hambatannya, banyak mahasiswa enggan mengikuti program bimbingan dan konseling yang sudah disiapkan perguruan tinggi tempatnya belajar. Karena masih ada stigma yang menganggap, layanan bimbingan dan konseling hanya bagi mahasiswa yang mengalami gangguan kejiwaan atau bermasalah dengan lingkungan. -- novie
Orang Kota Mudah Emosi MASALAH non-fisik menjadi problem utama masyarakat kota. Menurut Dekan Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya), Drs Sutyas Prihanto MSi, mereka cenderung sulit beradaptasi mengikuti cepatnya perubahan kota. Penyebabnya, karena kehidupan kaum urban umumnya cenderung terfokus pada masalah ekonomi. “Mereka menjadi sulit mengontrol diri untuk menjadi warga kota yang seharusnya berciri tertib, tidak emosional, dan mampu bersinergi dengan orang lain yang berbeda asal-
usul,” katanya. Masalah kesehatan kerja juga mempengaruhi mental orang perkotaan untuk mudah emosi. Keseimbangan pekerjaan dengan kondisi keluarga pun mempengaruhi kesehatan kerja mereka. “Kalau pekerjaan lebih berat, maka seorang karyawan cenderung otoriter ketika berada di rumah. Sebaliknya, kalau di rumah ada masalah, maka pekerjaan di kantor akan terganggu,” kata Anne Bardoel dari Monash University, Australia. -- hidayat
Edisi 3/Tahun I/2009
9
[headlines]
Orang Perancis Ahli Makan dan Tidur ORANG Perancis terkenal dengan reputasi sebagai ahli pencicip makanan yang sangat menyukai waktu luang. Tak heran jika dalam survei yang dilakukan di 18 anggota Organisasi bagi Pembangunan dan Kerja Sama Ekonomi (OECD), ditemukan bahwa orang Perancis cenderung menghabiskan lebih banyak waktu untuk tidur dan makan. Dari survei yang dilaporkan di Society at a Glance OECD, rata-rata mereka tidur hampir sembilan jam setiap malam. Atau satu jam lebih lama dibanding rata-rata orang Jepang dan Korea Selatan. Kendati memiliki kebiasaan tidur singkat setelah makan siang, tapi orang Spanyol hanya menempati posisi ketiga dalam jajak pendapat itu, setelah orang Amerika yang tidur lebih dari 8,5 jam. Meski belakangan ini makin banyak orang Perancis yang suka menikmati rangkaian makanan cepat saji atau melahap roti lapis di tempat kerja, mereka masih menghabiskan dua jam lagi dalam sehari hanya untuk makan. Pola makan mereka ini, dua kali lebih lama dibanding rata-rata orang Meksiko, yang hanya meluangkan waktu satu jam. Sementara orang Jepang yang terkenal hemat dalam urusan tidur dan suka sibuk hilirmudik bekerja, masih harus menghabiskan
10
Edisi 3/Tahun I/2009
waktu dua jam perhari untuk makan dan minum. Mereka berada di bawah rata-rata kebiasan masyarakat Selandia Baru. Orang Jepang, lebih suka menghabiskan sisa waktu mereka yang langka, untuk nonton televisi atau mendengarkan radio. Mereka menyita sampai 47 persen waktu luas di Negeri Sakura itu. Sebaliknya orang Turki, cenderung suka menghabiskan lebih dari sepertiga waktu luang mereka untuk bercengkerama dengan teman. Survei tersebut memperlihatkan, bahwa pemisahan antara kerja dan waktu luang di beberapa negara tertentu sangat mencolok. “Pria Italia memiliki waktu luang hampir 80 menit sehari dibanding kaum perempuannya. Kebanyakan pekerjaan tambahan bagi perempuan Italia tampaknya dihabiskan untuk membersihkan rumah,” begitu dinyatakan OECD. OECD memiliki 30 anggota. Jajak pendapat itu hanya mencakup beberapa negara yang memiliki data yang memadai. -- ariel
Manfaat Makan Bersama Keluarga DALAM studi jangka panjang pertama yang meneliti manfaat makan bersama anggota keluarga, peneliti di School of Public Health University of Minnesota mendapati bahwa makan bersama (makan bareng) memiliki dampak besar pada remaja. Tradisi itu dapat mendorong kebiasaan makan sehat dan pilihan gizi yang baik. “Makan bersama secara rutin selama masa peralihan, dari awal sampai pertengahan masa remaja, secara positif berdampak pada perkembangan perilaku sehat bagi pemuda,” ujar Teri L Burgess-Champoux, sang peneliti. Dengan makan bersama, akan terbangun kebersamaan. Dan kesempatan itu dapat digunakan menjadi ajang anggota keluarga untuk berbagi pengalaman. “Jika dilakukan konsisten selama masa perkembangan, akan menjadi penyedia perawatan kesehatan dan pendidikan bagi remaja,” papar temuan yang dipublikasikan di Journal of Nutrition Education and Behavior itu. Para peneliti mengkaji data dari Project EAT, sebuah studi yang meneliti faktor sosial-ekono-
[headlines]
8 Alasan Pasangan Berselingkuh BERDASARKAN data, 26-30 persen kasus perselingkuhan disebabkan kehidupan seksual yang tidak memuaskan. Demikian ungkap ginekolog Boyke Dian Nugraha pada seminar di Jakarta, Kamis (19/3). Tapi menurutnya, sekurangnya ada delapan alasan kenapa pasangan cenderung melakukan perselingkuhan: 1. Pelarian emosional dari pasangannya. 2. Rasa ingin tahu melakukan seks dengan orang lain yang bukan pasangannya. 3. Kemarahan atau permusuhan yang terpendam dengan pasangannya. 4. Keinginan untuk merasakan lebih banyak seks atau jenis seks yang berbeda dari yang didapat dari pasangannya. 5. Dorongan ego. 6. Ketidakmampuan membentuk komitmen yang
dalam. 7. Menghindar dari masalah perkawinan atau pribadi. 8. Untuk menghilangkan rasa sakit akibat kehilangan, seperti kematian orang yang dicintai. Ketika persoalan di atas tersadari, pasangan yang mengalaminya harus segera membuka diri dan menjalin komunikasi yang sehat untuk mengemukakan persoalan secara terbuka. Jika tidak, gerbang perselingkuhan di luar pernikahan akan terbuka lebar. -- umi
Perempuan Tak Mudah Korupsi
mi, pribadi, dan perilaku yang memengaruhi kebiasaan makan dari sekitar 400 anak. Semua anak yang menjadi responden, diminta menjawab semua pertanyaan ketika mereka berusia 12 sampai 13 tahun, dan selama lima tahun kemudian. Ditemukan, selama masa 10 tahun pertama, 60 persen anak secara rutin makan bersama keluarga mereka, sedangkan 30 persen melakukannya selama masa remaja saja. Selain itu, anak yang makan lima kali atau lebih setiap pekan bersama keluarganya, baik saat awal maupun pertengahan masa remajanya, cenderung menyantap makanan yang lebih sehat bersayur mayur dan kaya kalsium, serat, dan mineral lima tahun kemudian. -- ali
PEREMPUAN dikatakan memiliki hasrat lebih rendah untuk menerima suap atau melakukan tindak pidana korupsi. Hasil penelitian Bank Dunia 1999 Corruption And Woman In Goverment menyatakan, jumlah anggota parlemen perempuan yang lebih banyak di suatu negara, berpotensi kuat menurunkan tingkat korupsi. “Peran perempuan seharusnya dimaksimalkan, karena mampu menjadi pengontrol dan pengarah bagi lelaki yang sering gelap mata dan salah langkah,� ujar Aviliani dari INDEF dalam diskusi Legislatif Perempuan Melawan Korupsi di gedung KPK, beberapa waktu lalu. Sayangnya, jumlah legislator perempuan masih sangat kecil. Peranannya juga belum signifikan. “Padahal, sejauh ini belum ada anggota DPR perempuan yang terlibat korupsi,� tambahnya. Rasa malu menjadi kekuatan yang efektif bagi legislator perempuan untuk tidak melakukan perilaku korupsi. Ini membuktikan, perempuan bisa menjadi lokomotif antikorupsi. -- ali
Edisi 3/Tahun I/2009
11
[headlines]
Psikosomatis Ancam Caleg Stres BERDASARKAN data Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), ada 15-30 persen orang meninggal karena terkena gejala psikosomatis. “Data ini perlu dicermati karena para caleg yang stres bisa mengarah kepada gangguan psikosomatik,” ungkap Ahli Penyakit Dalam FKUI Devisi Psikosomatik Rudi Putranto dalam Forum Temu Media FKUI dengan tema “Antisipasi Dampak Stres Caleg yang Berkelanjutan Pasca Pemilu 2009”, Jakarta, Senin (20/4). Menurutnya, stres akan memicu peningkatan hormon kortisol yang akan berefek terhadap metabolisme tubuh. Di samping itu, stres akan mempengaruhi keseimbangan saraf otonom, dan menekan sistem kekebalan tubuh. Beberapa perubahan tersebut akibat stres akan menimbulkan psikosomatik. Gangguan psikosomatik dapat memengaruhi metabolisme tubuh dan bisa berujung pada kematian. Ancaman lainnya seperti meningkatnya tekanan darah, kolesterol, trigliserida yang menyebabkan penyakit jantung koroner. Atau resistensi insulin dan peningkatan gula darah, penyebab diabetes militus.
Atau penurunan sintesa neurotransmitter otak, dan daya ingat, serta percepatan penyerapan tulang yang dapat menyebabkan penyakit sendi dan osteoporosis. Masih ada lima gangguan lainnya yang siap mengancam. “Untuk itu, bagi caleg atau orang dekatnya, perlu mengantisipasi stres dan mengelolanya dengan beberapa cara,” ungkap Rudi. Seperti mengenali perubahan sikap dan tubuh, meningkatkan keterampilan untuk mengelola dan mengadaptasi stres yang timbul, berusaha menyesuaikan pola pikir yang realistis dan konstruktif, berolah raga, relaksasi, makan dengan benar, tidur yang cukup, minum obat yang teratur. Jika terkena gejala psikosomatis, segeralah berkonsultasi kesehatan. -- ariel
Optimis Membuat Orang Panjang Umur ORANG yang optimistis cenderung akan hidup lebih lama, bahkan lebih sehat dibanding orang yang pesimistis. Demikian ungkap hasil studi beberapa peneliti Amerika Serikat, Kamis (5/3). Para peneliti di University of Pittsburgh mengkaji angka rata-rata kematian dan kondisi kesehatan kronis di kalangan pasien dalam studi Women’s Health Initiative. Studi ini meriset perkembangan lebih dari 100.000 perempuan berusia 50 tahun ke atas sejak 1994. Setidaknya, 14 persen perempuan yang memiliki sifat optimistis lebih rendah tingkat kematiannya yang tiba-tiba dibanding yang pesimis. Sementara kurang dari 30 persen meninggal akibat sakit jantung. Orang yang optimis juga akan lepas dari tekanan darah tinggi, diabetes, atau kecenderungan menghisap rokok. Tim yang dipimpin oleh Dr Hilary Tindle itu juga meneliti perempuan yang sangat tak percaya kepada orang lain (suka bermusuhan dan sangat sinis). Hasilnya, perempuan yang suka bermusuhan dan sinis, 16 persen lebih mungkin untuk cepat meninggal dibandingkan yang tak memiliki sifat tersebut. Kalangan mereka juga 23 persen lebih mungkin menemui ajal akibat kanker. -- novie
12
Edisi 3/Tahun I/2009
[headlines]
Caleg Stres Bermental Pencari Kerja CALON anggota legislatif (Caleg) yang stres karena gagal duduk di kursi DPR atau DPRD dalam Pemilu lalu, merupakan orang yang bermental pencari kerja, bukan pribadi seorang pemimpin. Demikian ungkap Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Noor Rahman Hadjam. Caleg yang bermental pencari kerja ini, telah berupaya dengan segala cara agar menang, termasuk dana besar. Angan mereka besar untuk menjadi anggota dewan, tapi tak siap mental ketika gagal. Karena kecewa terlalu dalam, sering mereka berperilaku aneh. “Kalau si Caleg tak mampu mengendalikan diri, bisa jadi ia akan bunuh diri,” katanya. Karena untuk menjadi wakil rakyat merupakan pekerjaan yang besar, maka imbuh Noor, perlu dilakukan pendidikan politik yang baik sebelum Caleg mencalonkan diri maupun setelah ia menjadi wakil rakyat. Melalui pendidikan politik yang memadai, para Caleg akan mampu mengukur diri untuk terus maju sebagai wakil rakyat atau tidak. Noor mengatakan, untuk meminimalkan stres, bisa dilakukan dengan pendekatan spiritual maupun mental, termasuk pendekatan psikologi religius. -- umi
Robot Beremosi Manusia FELIX Growing Project, sebuah proyek milik ICT, perusahaan layanan sosial dari Eropa, bersama 25 ahli robotic, psikologi perkembangan dan neuroscientist dari enam negara, telah mengembangkan “jaringan neural” dari kamera dan sensor yang membantu robot untuk mendeteksi ekpresi wajah manusia, suara, jarak kedekatan, dan parameter lain untuk menentukan status emosional manusia. Penelitian yang berlangsung tiga tahun terakhir berhasil menemukan pengalaman menarik berupa robot yang bagian wajahnya memiliki sensor yang dapat mensimulasi ekpresi emosional seperti manusia. “Ini merupakan behavior dan kontak feedback dari robot,” kata Lola Canamero, koordinator proyek. robot ini mereka rancang dapat melakukan feedback tactile dan emosi manusia, seperti jenis kata, behavior yang menyenangkan, atau menolong robot lain bila mengalami masalah. Di masa depan, ICT berharap dapat membuat robot yang bisa belajar merespon beda emosi manusia saat menangis dalam kesakitan, sedang marah, atau bahagia. Menurut Canamero, idealnya, jika robot dapat mengadaptasi behavior manusia, mereka kelak juga dapat berperan besar dalam komunitas sosial masyarakat sebagai penolong internal, atau penolong di saat manusia sakit, orang autis dan yang mengalami broken home. Penelitian robotik ini mengkombinasi sistem adaptif, developmental dan psikologi comparative, neuroscience, dan ethology, yang merupakan studi manusia dan behavior binatang. -- ariel
Edisi 3/Tahun I/2009
13
14
Edisi 3/Tahun I/2009
Edisi 3/Tahun I/2009
15
[agama]
[feature]
Sikap Hormat
Ahmadie Thaha
Hormat dan menghormati adalah keinginan naluriah yang melekat pada diri manusia.
R
aut muka Kamran Pasha berkacakaca. Air matanya tak terasa mengalir perlahan. Mendengarkan pidato Presiden Barack Obama yang disiarkan langsung di layar televisi dari ruang parlemen Turki awal April lalu, penulis serial Bionic Woman ini tak kuasa menahan perasaannya yang teraduk-aduk sebagai seorang Amerika maupun sebagai seorang Muslim. “Air mata saya meleleh karena teringat kenangan yang membanjiri kesadaran saya,” kata Kamran, pembuat film-film Hollywood. Ia teringat saat pergi ke sekolah dasar di Brooklyn, New York, ketika memuncaknya krisis penyanderaan di Iran pada 1980. Terbayang di mata saat ia diolok teman-teman sekelasnya sebagai “gembel”. Pengalaman itu diikuti pengalamanpengalaman lain yang tak terhitung banyaknya. Teringat, di hari bencana 11 September 2001, ia terduduk shock di sebuah jalan di Los Angeles, lalu menelepon banyak rekan dan keluarganya di New York untuk memastikan mereka aman di dunia yang penuh kegilaan ini. Ia membayangkan tak lama lagi akan terjadi pengusiran warga Muslim, dan hari-hari
16
Edisi 3/Tahun I/2009
Islam di Amerika tinggal menghitung waktu. Tapi untunglah pengusiran itu tak terjadi. Malahan, rakyat Amerika dalam Pemilu akhir tahun lalu memilih Obama, lelaki berkulit hitam dengan nama tengah Muslim, yang menyatakan di Turki bahwa ia sendiri, sebagai Presiden Amerika Serikat, memiliki keluarga Muslim dan pernah tinggal semasa kanakkanak di negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Walau tanpa menyebut bahwa negara itu bernama Indonesia. Hari itu di depan parlemen Turki, Presiden Obama menegaskan dengan suara jelas dan sederhana, “Amerika Serikat tidak -dan tidak akan pernah- berperang dengan Islam.” Ia mengklaim, satu-satunya cara untuk memajukan kemanusiaan adalah melalui kemitraan perdamaian antara Barat dan dunia Islam. Dengan fasih ia berbicara tentang sejarah hubungan panjang Turki dengan Amerika, bagaimana Sultan Utsmaniyah Abdul Majid mendukung pembangunan Washington Memorial yang berdiri tegak di ibukota AS hingga kini. Obama juga berbicara tentang harapan dan nilai-nilai bersama, tentang umat Islam dan non-muslim yang dapat bekerja sama
[feature] membangun masa depan yang lebih baik. Sepertinya kata-kata itu terdengar klise. Banyak presiden lainnya di dunia telah mengucapkan kata-kata serupa. Tapi pengalaman hidup Obama yang unik, telah membuatnya mengerti betul perasaan yang dialami umat Islam saat ini, sebagaimana terefleksi dalam pidatonya yang berbobot itu. Dari sekian ribu kata dalam pidato Obama, Kamran Pasha mengingat satu kata yang diulangi berkali-kali, “Respect,” penghormatan, rasa hormat. Inilah kata-kata yang jarang didengar kaum Muslim dari mulut para pemimpin Amerika selama ini. Hormat Menghormati Jajak pendapat Gallup tentang dunia Islam menunjukkan, bahwa kekecewaan terbesar dunia muslim terhadap Amerika adalah kurangnya rasa hormat Barat terhadap Islam. Bahkan, ketika orang Amerika ditanya apa yang mereka hormati terhadap Islam, sebagian besar tidak tahu, atau sekedar berkata “tidak ada.” (Who Speaks for Islam, karya John L. Esposito dan Dalia Mogahed) Hormat dan menghormati adalah keinginan naluriah yang melekat pada diri manusia. Ia merupakan kebutuhan asasi setiap manusia. Tak ada manusia yang akan merasa senang ketika orang lain merendahkan, menghina, atau menyepelekannya. Sebaliknya, seseorang pasti akan berusaha sekuat tenaga agar orang lain menghormati dan menghargainya. Malah tak sedikit orang yang rela mati demi membela harga diri dan kehormatan dirinya. Dari situ, kita bisa mengerti, mengapa tak sedikit orang Islam begitu membenci Barat, terutama Amerika. Di sini lain, kita bisa mengerti mengapa Barat tidak menaruh respect terhadap Islam.
Karena agama ini dipandang Barat sebagai pihak “lain” yang berbahaya sedari awal, sejak keimanan baru itu berkembang pesat dari gurun Arab Saudi kemudian menaklukkan Kekaisaran Romawi, menguasai Yerusalem dan jantung pusat dunia Kristen. Kamran Pasha mencoba menggambarkan momen bersejarah yang menggemparkan dunia itu dalam novelnya terbaru Mother of the Believers (Ibunda Kaum Beriman), yang terbit April 2009 (Atria Book). Dalam novel sejarah itu ia berkisah tentang kelahiran Islam, dilihat dari sudut pandang Siti ‘Aisyah, istri tersayang Nabi Muhammad SAW. Ia juga ungkap bagaimana konflik dalam politik abad ketujuh mewarnai peradaban kita hari ini. Bangsa Amerika telah mewarisi ketakutan Barat terhadap Islam yang merujuk pada Peperangan Salib. Memang, Turki di mana Obama berbicara pernah menjadi pusat Kekaisaran Utsmaniyah yang berupaya menaklukkan Wina pada 1683, hingga bangsa Eropa mendirikan koloni-koloni yang pada suatu hari kelak menjadi Amerika. Peristiwa serangan 11 September 2001 ke menara kembar World Trade Center (WTC) dan Pentagon, memperburuk persepsi Barat terhadap Islam. Usai serangan itu, berbagai tudingan dilontarkan kepada Islam dan umatnya. Banyak serangan yang terjadi terhadap kaum muslim Amerika setelah kejadian itu, walau terbatas pada kelompok minoritas kecil.
Edisi 3/Tahun I/2009
17
[feature] Balasan Amerika atas serangan itu sungguh merefleksikan ketakutan Barat terhadap Islam. Dengan bendera war on terorism, perang demi memberangus terorisme, dengan kekuatan penuh negara adidaya itu melancarkan aksi brutal di Irak, Afghanistan, membantu Israel atas perangnya melawan Palestina, serta kejadian-kejadian serupa di banyak negara. Namun, sikap agresi Amerika malah membuka mata banyak warganya yang bersih hati. Sebelum 9/11, mereka acuh tak acuh terhadap agama. Sebelum peristiwa itu, Islam juga tak terlalu menjadi sorotan. Mayoritas masyarakat tak tahu apa atau belum pernah mendengar kata Islam. Media-media massa tak terlalu banyak menyebut Islam, kecuali jika ada hal-hal sensitif terjadi di belahan dunia lain. Setelah 9/11, semua berubah. Keinginan untuk tahu tentang Islam menjadi sangat menonjol. Bahkan, buku-buku rujukan Islam menjadi jualan paling laris di seantero Amerika Utara. Berbagai kalangan pun berminat untuk mendengarkan se-
cara langsung apa itu Islam dari gereja-gereja, sinagog, atau perkantoran-perkantoran swasta, bahkan pemerintahan. Di sini terlihat, ketika peradaban saling berbenturan selama berabad-abad, sudah pasti orang-orang yang berada di kedua sisi akan saling melihat melalui lensa piuh. Banyak orang Kristen melihat Islam tak lebih dari satu agama agresi dan fanatisme. Di sisi lain tak sedikit orang Islam melihat Barat modern sebagai pewaris kebrutalan Perang Salib dan Inkuisisi yang picik. Tapi Obama mengingatkan kedua peradaban untuk tak harus berpaku pada masa lalu. Kita dapat melihat ke dalam hati masing-masing hari ini, melihat kemanusiaan yang berbagi, dan kita bisa maju. Inilah cara Barat. Inilah cara Kristen. Dan inilah cara Muslim. Apabila kita bisa menerima semua kebenaran bersama (common truth), sebuah dunia baru yang lebih beradab mungkin saja dapat kita realisasikan.
4
Mayoritas tak Mengerti Islam Walau dalam beberapa tahun terakhir kesadaran orang Amerika terhadap Islam meningkat, tapi pandangan mereka terhadap Islam belum berkembang. Sekitar 48 persen mengatakan mereka memiliki pandangan tak memadai tentang Islam, angka tertinggi dalam jajak pendapat sejak akhir 2001. Jajak pendapat yang dilakukan Washington Post-ABC News baru-baru ini juga menunjukkan, 55 persen dari responden mengatakan tak memiliki pemahaman dasar tentang ajaran dan kepercayaan Islam. Dan sebagian besar mengatakan mereka tak tahu seseorang yang Muslim. Jajak pendapat Post-ABC tersebut dilakukan melalui telepon pada 26-29 Maret dengan sampel seribu orang dewasa yang dipilih secara acak di tingkat nasional. Hasil survei diperkirakan memiliki margin error kurang-lebih tiga persen poin. Secara keseluruhan, hampir dua pertiga responden mengatakan Obama akan menangani misi diplomatiknya dengan “cukup bagus.” Namun hampir seperempat mengatakan Obama mungkin akan “bertindak terlalu jauh.” Sembilan persen menyatakan lebih mungkin Obama tak akan terlalu jauh. Sebagian besar orang Amerika berpikir bahwa janji Presiden Obama untuk “mencari cara baru ke depan” dengan dunia Islam merupakan goal
18
Edisi 3/Tahun I/2009
penting. Bahkan sama jumlahnya dengan yang mengatakan penganut agama arus utama mendorong kekerasan terhadap non-muslim. Hampir tiga dari 10, atau 29 persen, mengatakan mereka melihat arus utama Islam mendorong kekerasan terhadap non-muslim. Namun lebih banyak, 58 persen, mengatakan Islam adalah agama damai. Kalangan Republik menjadi yang lebih keras dari pihak lain karena memiliki sikap negatif terhadap Islam, dengan enam dari 10 yang memiliki pandangan tak baik. Sisanya, sekitar empat dari 10 bagi kalangan Demokrat dan independen. Persepsi Islam sebagai agama damai, menjadi pandangan tertinggi di kalangan warga Amerika yang tidak-religius, sekitar dua pertiga berpandangan demikian. Di kalangan Katolik, 60 persen melihat Islam sebagai arus utama agama damai. 55 persen penganut Protestan juga berpandangan demikian, namun hanya diakui oleh 48 persen kalangan Evangelis putih Protestan. Terjadi perbedaan besar dalam persepsi tentang Islam di kalangan muda dan tua Amerika. Lebih dari enam dari sepuluh 10 pemuda (65 orang), mengatakan Islam sebagai agama damai. Namun pendapat demikian jumlahnya turun 39 persen di kalangan senior. 4
[artikel]
Psikoterapi dalam Islam Muhammad Yusuf (Penggagas, Penyusun dan Koordinator Program Islam Therapy, Staf Yayasan Maha Kasih Kuningan, Jawa Barat)
Psikoterapi (psychotherapy) adalah pengobatan alam pikiran. Atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya. Dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosi, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan diri mengatasi masalah psikisnya. James P.Chaplin lebih jauh membagi pengertian psikoterapi dalam dua sudut pandang. Secara khusus, psikoterapi diartikan sebagai penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental atau kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari. Secara luas, psikoterapi mencakup penyembuhan lewat keyakinan agama, melalui pembicaraan informal atau diskusi personal dengan guru atau teman. Pada pengertian ini, psikoterapi selain digunakan untuk penyembuhan penyakit mental, juga dapat digunakan untuk membantu, mempertahankan dan mengembangkan integritas jiwa, agar ia tetap tumbuh secara sehat dan memiliki kemampuan penyesuaian diri lebih efektif terhadap lingkungannya. Tugas utama psikiater adalah memberi pemahaman dan wawasan yang utuh mengenai diri pasien, serta memodifikasi atau bahkan mengubah tingkah laku yang dianggap menyimpang. Oleh karena itu, boleh jadi psikiater yang dimaksudkan di sini adalah para guru, orangtua, saudara, maupun teman dekat, yang biasa digunakan sebagai tempat curahan hati dan memberi nasehat-nasehat kehidupan yang baik. Menurut Carl Gustav Jung, psikoterapi telah melampaui asal-usul medisnya, dan tak lagi merupakan suatu metode perawatan orang sakit. Psikoterapi kini digunakan untuk orang yang sehat, atau pada mereka yang mempunyai hak atas kesehatan psikis yang penderitaannya menyiksa kita semua. Berdasarkan pendapat Jung ini, bangunan psikoterapi selain digunakan untuk fungsi ku-
Tugas utama psikiater adalah memberi pemahaman dan wawasan yang utuh mengenai diri pasien. ratif (penyembuhan), juga berfungsi preventif (pencegahan) dan konstruktif (pemeliharaan dan pengembangan jiwa yang sehat). Ketiga fungsi tersebut mengisyaratkan bahwa usaha-usaha untuk berkonsultasi pada psikiater, tak hanya ketika psikis seseorang dalam kondisi sakit. Alangkah lebih baik jika dilakukan sebelum datangnya gejala atau penyakit mental, karena hal itu dapat membangun kepribadian yang sempurna. Banyak keguanaan dalam pengetahuan tentang psikoterapi. Pertama, membantu penderita dalam memahami dirinya, mengetahui sumbersumber psikopatologi dan kesulitan penyesuaian diri, serta memberikan perspektif masa depan yang lebih cerah dalam kehidupan jiwanya. Kedua, membantu penderita dalam mendiagnosis bentuk-bentuk psikopatologi. Ketiga, membantu
Edisi 2/Tahun 3/Tahun I/2009
19
[artikel] penderita menentukan langkah-langkah praktis dan pelaksanaan terapinya. Diakui atau tidak, banyak orang yang sebenarnya telah mengidap penyakit jiwa, namun tak sadar akan sakitnya. Bahkan ia tidak mengerti dan memahami bagaimana seharusnya ia berbuat untuk menghilangkan penyakitnya. Karena itulah dibutuhkan pengetahuan tentang psikoterapi. Bentuk dan Teknik Psikoterapi Setelah mempelajari teks-teks al-Qur’an, Muhammad Abdul al-Aziz Al-Khalidi, membagi obat (syifâ`) dengan dua bagian: Pertama, obat hissi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik. Seperti berobat dengan air, madu, atau buah-buahan yang telah disebutkan dalam al-Qur’an. Kedua, obat maknawi. Yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti doa-doa dan isi kandungan dalam al-Qur’an. Pembagian kategori ini didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dua substansi yang bergabung menjadi satu. Yaitu jasmani dan ruhani. Masing-masing substansi memiliki Sunnah (hukum) tersendiri, yang berbeda satu dengan lainnya. Kelainan (penyakit) yang terjadi pada aspek jasmani, harus ditempuh melalui Sunnah pengobatan hissi, bukan dengan Sunnah pengobatan maknawi seperti berdoa. Tanpa menempuh Sunnah ini, maka kelainan yang ada tak akan sembuh.
Permasalahannya menjadi lain, jika yang mendapat kelainan itu berupa kepribadian (tingkah laku) manusia (personality disorder), seperti paranoid, schizoid, eksploisif, histerik, maupun anti sosial. Dan kepribadian merupakan produk fitrah nafsani (jasmani-ruhani). Dengan aspek ruhani sebagai esensinya, dan aspek jasmani menjadi alat aktualisasi. Karena kedudukan seperti ini, maka kelainan kepribadian manusia tak akan dapat disembuhkan dengan Sunnah pengobatan hissi, tapi harus dengan maknawi. Demikian juga, kelainan jasmani sering disebabkan oleh kelainan ruhani, dan cara pengobatannya pun harus dengan Sunnah pengobatan maknawi pula. Dokter sekaligus filosof muslim yang pertama kali memfungsikan pengetahuan jiwa untuk pengobatan medis adalah Abu Bakar Muhammad Zakaria ar-Razi (864-925). Menurut ar-Razi, tugas seorang dokter di samping mengetahui kesehatan jasmani (ath-thibb al-jasmâni), ia dituntut pula mengetahui kesehatan jiwa (ath-thibb ar-rûhâni). Hal ini untuk menjaga keseimbangan jiwa dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya, supaya tidak terjadi keadaan minus atau berlebihan. Berkat konsep ini, ar-Razi menyusun dua buku terkenal, yaitu ath-Thibb al-Manshûriyyah (Kesehatan al-Manshur), yang menjelaskan pengobatan jasmani, dan ath-Thibb ar-Rûhâni (kesehatan mental) yang menerangkan pengobatan jiwa. Kesehatan Mental Pemaparan di atas memperlihatkan penting pengetahuan tentang psikis. Karena pengetahuan ini tak sekadar berfungsi untuk memahami kepribadian manusia, tapi juga untuk pengobatan penyakit jasmani dan ruhani. Banyak di antara penyakit jasmani, seperti kelainan fungsi pernapasan, usus perut, dan sebagainya, justru diakibatkan oleh kelainan jiwa manusia. Penyakit jiwa seperti stres, was-was, dengki, iri hati, kemunafikan, dan sebagainya, sering menjadi penyebab utama penyakit jasmani. Ketika penyakit-penyakit jiwa itu kambuh, maka kondisi emosi seseorang akan labil dan tak terkendali. Kelabilan jiwa inilah yang akan mempengaruhi syaraf dan fungsi organ, sehingga terjadi penyempitan di saluran pernapasan, atau usus perut yang mengakibatkan penyakit jasmani. Diskursus kesehatan mental (mental health) kontemporer, telah menemukan suatu jenis penyakit yang disebut dengan psikosomatik (psychosomatic disorders). Penyakit ini ditandai dengan
20
Edisi 3/Tahun I/2009
[artikel]
keluhan-keluhan dan kelainan-kelainan pada alat tubuh, misalnya jantung, alat pernapasan, saluran perut, kelamin dan sebagainya. Kelainan ini disebabkan oleh faktor emosional melalui syaraf-syaraf otonom. Kelainan emosional ini akan menimbulkan perubahan-perubahan struktur anatomik yang tidak dapat pulih kembali. Tanda-tanda dari penyakit ini adalah jantung dirasakan berdebar-debar (palpitasi), denyut jantung tidak teratur (arrhythmia), pendek napas (shortnes of breath), kelesuhan yang amat hebat (fatique), pingsan (faiting), sukar tidur (insomnia), tidak bernafsu makan (anoxia nervosa), impotensi dan frigiditas pada alat kelamin. Diduga keras, penyebab utama penyakit-penyakit ini adalah perasaan resah dan kecemasan (anxiety). Ibnu Qayyim al-Jauzi dalam Ighâtsah al-Lahfân, lebih spesifik membagi psikoterapi dalam dua kategori. Yaitu tâbi’iyyah dan syar’iyyah. Psikoterapi tâbi’iyyah adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya dapat diamati dan dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu. Seperti perasaan kecemasan, kegelisahan, kesedihan, dan amarah. Penyembuhannya dengan cara menghilangkan sebab-sebabnya. Sementara psikoterapi syar’iyyah adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya tak dapat diamati dan dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu. Tapi ia benar-benar penyakit berbahaya, yang dapat merusak kalbu seseorang. Seperti penyakit yang ditimbulkan dari kebodohan, syubhat, keragu-raguan, dan syahwat.
Pengobatannya adalah dengan penanaman syariah yang datangnya dari Allah SWT. Hal itu dipahami dari firman-Nya, “Barangsiap yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia lapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak dan sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (Qs. al-An’âm [6]: 125) Muhammad Mahmud Mahmud, seorang psikolog muslim ternama, membagi psikoterapi Islam dalam dua kategori. Pertama, bersifat duniawi. Berupa pendekatan dan teknik-teknik pengobatan yang dilakukan setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata. Kedua, bersifat ukhrawi. Berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral, spiritual, dan agama. Model psikoterapi yang pertama, lebih banyak digunakan untuk penyembuhan dan pengobatan psikopatologi yang biasa menimpa pada sistem kehidupan duniawi manusia. Seperti neurasthenia, hysteria, psychasthenia, schizophrenia, manic depressive psychosis, kelainan seks, paranoia, psychosomatik, dan sebagainya. 4 BAHAN BACAAN: - Abdul Mujib, M.Ag & Jusuf Mudzakir, M. Si, NuansaNuansa Psikologi Islam, Divisi Buku Perguruan Tinggi PT Raja Grafindo Persada. - Ilmu Pengetahuan Populer, Jilid 8, Grolier International, Inc. - Ibnu Qayyim al-Jauzi, Ighâtsah al-Lahfân.
Edisi 3/Tahun I/2009
21
[sosialpolitik]
[feature]
Pemimpin Berkualitas Bisa Merasa, Bukan
Merasa Bisa Sofyan Badrie
Indonesia makin demokratis. Tapi kian berkualitaskah hasil demokrasinya? Para pemimpin Indonesia masih harus belajar banyak dari Nelson Mandela.
S
aat ini Indonesia sedang menghadapi tantangan besar, apakah demokrasi dapat membawa bangsa ini pada kemajuan dan kejayaan, ataukah sebaliknya justru menjerumuskan pada pertikaian dan keterpurukan. Menurut Prof. Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah, demokrasi sebenarnya hanya sebuah cara yang saat ini dianggap paling fair untuk melahirkan kepemimpinan.
22
Edisi 3/Tahun I/2009
�Tapi kita sering dihadapkan pada realitas proses demokrasi ternyata tak selalu melahirkan kepemimpinan yang baik dan memuaskan rakyat,� kata Bang Din, sapaan akrab mantan ketua Jurusan Perbandingan Agama Institut Islam Agama Islam (IAIN), kini Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu, kepada Qalam. Din mengakui, demokrasi di Indonesia memang masih hanya sekedar sebuah pro-
[feature] sedur. Sementara dari segi kualitas masih belum terlalu menjanjikan. Kepemimpinan yang dilahirkan proses demokrasinya masih tidak berkualitas, dan tidak menjamin lahirnya kepemimpinan ideal. Tapi, imbuh Din, kita tak boleh putus asa untuk mencobanya dengan penuh kesabaran. ”Sebab, kualitas demokrasi akan sangat ditentukan oleh seberapa besar kedewasaan masyarakat yang terlibat,” tegasnya. Oleh karena itu, pengasuh Pengajian Orbit ini menegaskan, umat Islam Indonesia wajib mengawal demokrasi agar semakin dewasa dan berkualitas. Sebab, dalam Islam kepemimpinan merupakan tindakan fardlu khifâyah yang harus diupayakan. Bahkan, jika ada dua orang Muslim bepergian, diwajibkan untuk menentukan dari salah satu di antara keduanya sebagai pemimpin. Dan menjadi salah, jika umat Islam tak peduli atau lari dari tanggungjawab kepemimpinan. Tapi, jangan pula mereka terjebak dalam motivasi kepemimpinan yang salah. Menurut Din, ada dua referensi yang dapat selalu kita jadikan rujukan dalam melihat motivasi kepemimpinan. Pertama, model Abu Dzar al-Ghifari yang oleh Rasulullah SAW ditolak ketika meminta jabatan. Karena Rasulullah tahu bahwa Abu Dzar tak akan mampu mengemban amanah
itu. Kedua, model Nabi Yusuf AS yang menawarkan diri untuk menjadi bendaharawan negeri Mesir, karena menyadari kemampuan dirinya untuk menyelamatkan Mesir dari paceklik panjang dan kebangkrutan (krisis multidimensi). Dari sini jelaslah, motivasi kepemimpinan harus selalu dikembangkan atas dasar ”sikap bisa merasa”, bukan ”sekedar merasa bisa”. Oleh karena itu, siapa saja anak bangsa yang ingin tampil dalam kepemimpinan nasional, di manapun dan apapun levelnya, harus menyadari bahwa memimpin adalah untuk berkhidmat demi umat dan rakyat. Sebab, kepemimpinan adalah amanah yang harus dijalankan dengan baik. Dan Allah SWT akan meminta pertanggungjawabannya. Jangan Modal Ambisi Sementara menurut Faturochman, peneliti Puslit Kependudukan UGM Yogyakarta, menjadi pemimpin tidaklah mudah. Dan lebih sulit lagi untuk menjadi pemimpin yang baik. ”Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka tidak layak menjadi seorang pemimpin. Ambisi besar malah sering menjadi modal satu-satunya,” ujar dosen Fakultas Psikologi UGM ini. Pemimpin yang demikian tentu akan meng-
8 Pelajaran dari Nelson Mandela Mendengar kata ”politikus”, banyak orang sontak mendadak mual. Yang terbayang adalah monster-monster yang merampok uang negara. Tak heran jika Nelson Mandela, mantan Presiden Afrika Selatan (Afesl), terlihat bagai seorang suci (santo) di dunia politik yang kotor. Ia mampu membawa Afsel yang apartheid menuju ranah demokrasi. Banyak orang di dunia mengagungkan tokoh ini. Lantas, apa rahasia kepemimpinannya? Wawancara terbaru Mandela dengan Majalah TIME mengungkap delapan prinsip kepemimpinannya yang patut ditiru semua pemimpin di dunia ini. 1. Courage is not the absence of fear, it’s inspiring others to move beyond it. Mandela kerap kali merasa gentar, tapi menurutnya itu wajar dialami seorang pemimpin. Tapi, ia tidak ingin menunjukkan rasa takut itu di hadapan orang lain. Keberanian yang ia tampilkan, meski kadang hanya pura-pura, mampu menenangkan kekhawatiran dan menyemangati orang di saat-
saat sulit. 2. Lead from the front, but don’t leave your base behind. Ketika Mandela memutuskan untuk memulai dialog dengan Pemerintah apartheid, teman-temannya mengira ia sudah “menjual diri”. Padahal Mandela dengan sabar membujuk mereka pelan-pelan. 3. Lead from the back, and let others believe they are in front. Tugas seorang pemimpin, bukan untuk menyuruh-nyuruh orang lain, tapi untuk menciptakan sebuah kesepakatan. Dalam rapat-rapat, Mandela biasanya mendengarkan pendapat teman-temannya terlebih dahulu. Ketika tiba giliran, ia akan merangkum semua pendapat itu, baru mengutarakan pendapatnya sendiri, dan pelan-pelan mengarahkan hasil diskusi tanpa nada memaksa atau memerintah. 4. Know your enemy, and learn about his favorite sport. Di awal perjuangannya, Mandela bersikeras belajar bahasa Afrikaan, bahasa orang kulit putih Afrika Selatan, dalam sejarah koloni-
Edisi 3/Tahun I/2009
23
[feature] gunakan cara-cara kurang terpuji guna mencapai puncak tujuan. Ia akan sulit menjadi teladan yang baik. Karena, melalui jalur legal dan benar saja belum menjadi jaminan untuk bisa menjadi teladan. Terlebih sebagai pemimpin, setiap saat ia akan disorot dan diuji untuk menjadi teladan. Cacat saja akan mengakibatkan banyak reaksi negatif mengalir kepadanya. �Keteladanan seorang pemimpin bisa dipahami dengan konsep belajar sosial yang banyak dibahas dalam psikologi,� papar Faturochman. Menurut konsep belajar sosial, untuk menjadi teladan, pemimpin harus benar-benar bisa menjadi pusat perhatian yang positif dan menarik. Perhatian masyarakat terhadap pemimpinnya, akan banyak menimbulkan proses psikologis masyarakat. Ucapan dan perilakunya akan banyak dijadikan referensi. Bila kebijaksanaan-kebijaksanaan para pemimpin itu menguntungkan anggota masyarakat, itu menjadi reward untuk menguatkan anggapan dan perilaku yang terbentuk. Dengan demikian, keteladanan yang terbentuk akan menjadi sangat kuat terhadap masyarakat. Dan pemimpin yang mempunyai hubungan psikologis erat dengan anggota masyarakat, cenderung akan banyak mendapat toleransi bila sekalipun ia melakukan
alisasi mereka. Ia bahkan berusaha mendalami rugby, olahraga favorit mereka. Wal hasil, ia dihormati lawan, mulai dari sipir penjara, hingga P.W. Botha (Presiden kulit putih Afsel di masa apartheid). Dialog dengan mereka juga menjadi lancar. 5. Keep your friends close, and your rivals even closer. Orang-orang dekat Mandela tak selalu orang yang ia sukai. Tak jarang mereka justru rival, atau orang-orang yang digosipkan berusaha menggulingkannya. Tapi Mandela percaya, dekat dengan rival adalah satu cara untuk mengendalikan mereka. 6. Appearances matter, and remember to smile. Mandela percaya, apa yang tampak di luar sama pentingnya dengan apa yang ada di dalam diri. Karenanya ia benar-benar menggunakan penampilan fisik untuk membantu perjuangannya. 7. Nothing is black or white. Meski Mandela jelasjelas menentang apartheid, ia juga sadar bahwa apartheid memiliki penyebab historis, sosiologis, dan psikologis yang kompleks. Karena itu, ia tak pernah terpaku pada satu jalan untuk memecahkan masalah. Ia adalah politikus yang
24
Edisi 3/Tahun I/2009
kekeliruan. Lebih jauh Faturochman mengungkapkan, masyarakat yang meneladani pemimpin, berarti mereka mengidentifikasi diri seperti para pemimpinnya. Menurut Herbert Kelman (1961), identifikasi diri merupakan puncak dari kompromi dan kepatuhan terhadap pemimpin. Bila anggota masyarakat telah mengidentifikasi (baca: meneladani) pemimpinnya, maka apapun yang dilakukan dan diinginkannya akan dituruti. Namun untuk mencapai pada tingkat keteladanan yang tinggi, bukan hal yang mudah. Karena, untuk sekedar kompromi dan patuh kepada pemimpin, tak perlu sampai perlu meneladaninya. Seringkali, pemimpin hanya ingin anggota yang dipimpinnya mengikuti berbagai aturan yang ia buat. Dengan kata lain, ia hanya ingin anggota masyarakat patuh kepadanya. Keadaan ini merupakan pola terentan dalam hubungan pemimpin dan yang dipimpin. Kepatuhan yang lemah ini, biasanya hanya digunakan untuk mendapatkan keuntungan dan menghindari sanksi. Bila tak ada sanksi, mereka akan berbuat seenaknya. Seperti pola hubungan ABS alias asal bapak senang. Di depan mereka patuh, namun di belakang mereka mencibir.
4
pragmatis. Ia tak akan segan-segan mengubah ideologi atau taktik, seperti menghentikan perjuangan bersenjata, jika memang itu cara paling praktis untuk mencapai tujuan akhir. 8. Quitting is leading too. Berhenti menjabat bukan berarti berhenti memimpin. Jasa-jasa Mandela cukup signifikan untuk membuatnya menjadi presiden seumur hidup. Tapi dengan sukarela ia tak ingin dipilih lagi. Baginya, yang diikuti dari seorang pemimpin bukan hanya apa yang ia lakukan, tapi juga apa yang tidak ia lakukan.
[artikel]
Mencari PEMIMPIN
bukan PENGUASA
Arif Firmansyah (Redaktur Koran Tempo, Alumni TMI Al-Amien 1991)
eorang pemimpin ibarat pilot dalam penerbangan yang membawa penumpang menuju suatu tempat yang diinginkan. Sebagai pilot, tentulah ia harus memahami dan menguasai semua instrumen di dalam cockpit, agar penerbangan berjalan lancar, sehingga semua penumpang selamat sampai tujuan. Kecakapan pilot mengendalikan pesawat dalam berbagai situasi, merupakan faktor terpenting bagi keamanan dan keselamatan selama penerbangan. Untuk menjadi seorang pilot, tentu bukan
Seorang pemimpin harus dipilih berdasarkan keahlian, profesionalisme dan keaktifan. perkara mudah. Selain harus mengikuti pendidikan formal selama beberapa tahun, ia juga harus melatih kecakapan mengendalikan pesawat secara rutin, agar kemampuanya semakin terasah. Setelah pendidikan dan pelatihan dilalui, masih ada satu tahap yang harus dijalani lagi, yaitu ujian untuk mendapatkan lisensi layak terbang. Lisensi ini mesti diperbarui dalam rentang waktu tertentu, sesuai jenis lisensi yang dimiliki. Tahap-tahap yang harus dilalui calon pilot itu, merupakan seleksi untuk menentukan apakah ia
Edisi 2/Tahun 3/Tahun I/2009
25
[artikel] tak perlu terjadi konflik untuk merebut kekuasaan. Apalagi sampai menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya.
telah cakap dan layak menjadi pilot atau tidak. Dan tahapan seperti ini juga berlaku bagi seseorang sebelum mendapat amanah menjadi pemimpin. Namun, fase yang harus dilalui seorang pemimpin jauh lebih komprehensif dibanding tahapan menjadi pilot. Selain itu, bekal yang harus dimiliki pemimpin melebihi bekal yang dibutuhkan seorang pilot. Meski memiliki kriteria dan standar yang berbeda, pilot dan pemimpin sama-sama memiliki tugas mengantarkan orang yang telah memberinya kepercayaan sampai ke tujuan dengan selamat. Agar harapan ini terwujud, kita mesti selektif memilih siapa yang layak dan pantas menjadi pemimpin. Sebab, salah pilih bukan saja akan membuat perjalanan menjadi tak nyaman, tapi juga mengancam keselamatan jiwa penumpang. Dalam skala yang lebih besar, seperti pemilihan presiden yang berlangsung sekarang, memilih pemimpin merupakan bentuk tanggungjawab kita sebagai insan beragama dan warga negara yang baik. Karena itu, sebelum memberikan amanat kepada seseorang menjadi pemimpin, sebaiknya kita memiliki gambaran lebih awal tentang karakter seorang pemimpin. Gambaran ini sebagai panduan agar kita tidak tersesat menentukan pilihan. Pandangan pertama yang perlu kita sepakati adalah pemimpin merupakan abdi masyarakat. Sebab, kepemimpinan merupakan amanah (titipan) dari Allah maupun masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan. Dengan menyadari kepemimpinan merupakan amanah, semestinya
26
Edisi 3/Tahun I/2009
Pemimpin dan Penguasa Dalam buku terkenalnya as-Siyâsah asySyar’iyyah, Ibnu Taimiyah mengatakan, karena kepemimpinan merupakan amanah, maka untuk meraihnya harus dengan cara yang benar, jujur dan baik. Tugas yang diamanatkan harus dilaksanakan dengan baik dan bijaksana. Karena itu, ketika memilih pemimpin seharusnya masyarakat tidak melakukannya berdasarkan golongan dan kekerabatan semata. Seorang pemimpin harus dipilih berdasarkan keahlian, profesionalisme dan keaktifan. Menurut Ibnu Taimiyah, substansi kepemimpinan merupakan amanat yang harus diberikan kepada orang yang benar-benar ahli, berkualitas, dan memiliki tanggung jawab yang benar dan adil, jujur serta bermoral baik. Jika kriteria ini bisa dipenuhi oleh seorang pemimpin, insyaallâh akan membawa pada kehidupan yang lebih baik, harmonis, dan dinamis. Amanah merupakan salah satu prinsip dasar kepemimpinan Rasulullah, selain tiga prinsip lainnya. Yaitu shiddîq (jujur), fathânah (cerdas dan berpengetahuan), amânah (dapat dipercaya), dan tablîgh (berkomunikasi dan komunikatif dengan semua orang). Empat sifat dasar ini juga bisa menjadi faktor yang membedakan antara penguasa dan pemimpin. Seorang penguasa, biasanya mendapat kekuasaan dengan cara merebut dari pihak lain, lewat peperangan atau penjajahan. Sebagian besar orang yang berada dalam kekuasaannya, juga tak pernah merasakan kedamaian. Bahkan, tak menutup kemungkinan mereka akan berada dalam kondisi tertekan, karena harus menuruti setiap kemauan penguasa. Penguasa pun memiliki kewenangan tunggal dan bersifat mutlak, serta tak bisa diganggu gugat. Sedangkan pemimpin, mendapat kepercayaan dari orang lain karena diakui kemampuan intelektual dan kematangan emosionalnya. Pemimpin yang baik, akan selalu mendorong orang yang dipimpinnya untuk mengembangkan potensi. Karena itu salah satu ukuran kesuksesan pemimpin justru dilihat dari kesuksesan orang yang dipimpinnya. Semakin banyak bawahan yang sukses, berarti ia berhasil menjadi pemimpin. Begitu pula sebaliknya.
[artikel]
Sunnah Kepemimpinan Rasulullah merupakan tipikal pemimpin yang sukses melahirkan generasi penerus yang layak menjadi pemimpin umat. Salah satu kunci sukses beliau adalah kesediaan untuk berbagi dan menumbuhkan sikap tanggung jawab terhadap pekerjaan yang menjadi tugas masing-masing. Faktor inilah yang menjadi salah satu intisari dari pesan beliau, “Kullukum râ’in wa kullukum mas`ûlun ‘an rai’yatihi.” Semua dari kalian adalah pemimpin, dan kalian semua bertanggungjawab atas yang dipimpinnya. Pemimpin yang bersedia berbagi dengan orang lain, akan menunjukkan kematangan emosional, karena tak akan menganggap dirinya paling benar. Sikap rendah hati ini memungkinkannya bisa menerima masukan dari orang lain untuk mencari kebenaran. Sikap ini pernah ditunjukkan Abu Bakar AssShiddiq ketika diangkat menjadi pemimpin umat setelah Rasulullah wafat. Dalam sebuah penggalan pidatonya, Abu Bakar berkata, “Saudarasaudara, aku telah diangkat menjadi pemimpin, bukan karena aku yang terbaik di antara kalian. Untuk itu jika aku berbuat baik, bantulah aku. Dan jika aku berbuat salah, luruskanlah aku. Orang lemah di antara kalian, aku pandang kuat posisinya di sisiku, dan aku akan melindungi hak-haknya. Orang kuat di antara kalian, aku
pandang lemah posisinya di sisiku, dan akan kuambil hak-hak yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat, untuk aku kembalikan kepada yang berhak menerimanya.” Dari penggalan pidato ini, ada beberapa pesan yang bisa diambil. Pertama, rendah hati. Posisi pemimpin sebenarnya tidak berbeda dengan rakyat biasa. Karena itu, pemimpin tak harus diistimewakan. Ia hanya orang yang perlu didahulukan, karena ia mendapat kepercayaan dan mengemban amanat. Sikap rendah hati ini, biasanya mencerminkan persahabatan dan kekeluargaan. Kedua, terbuka untuk dikritik. Kritik dari rakyat dipandang sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap kelangsungan hidup bersama. Hal ini merupakan partisipasi sejati. Karena, sehebat apapun pemimpin, pasti memerlukan partisipasi orang banyak dan mitranya. Prinsip dukungan dan kontrol masyarakat ini, harus diterima dengan lapang dada. Ketiga, berlaku adil. Keadailan adalah faktor yang harus dimiliki seorang pemimpin untuk kemakmuran rakyat. Pemimpin harus mampu menimbang dan memperlakukan sesuatu secara adil dan menjauhkan dari dari sikap berat sebelah. Orang yang “lemah” harus dibela haknya dan dilindungi. Orang kuat yang bertindak zhalim harus ditindak. Wallâhua’alam bish-shahawâb.
4
Edisi 3/Tahun I/2009
27
[artikel]
The
Living Leader
Leadership should be fun as mathematics is fun. Einstein berteori dan benar. Di tengah kerumitan selalu muncul kesederhanaan. anyak orang berteori tinggi, bahwa jika akan menjadi pemimpin, seorang kandidat harus lulus S1 (sarjana), kompeten (capable), cerdas, berpengalaman, atau berpengetahuan luas. Apalagi harus berperawakan meyakinkan (tidak cacat), dan seterusnya, dan seterusnya. Teori yang sifatnya personality (dari sisi luar ke dalam) itu, ‘seharusnya’ sudah runtuh, dan digantikan oleh prinsip-prinsip baru. Prinsip dari dalam keluar (inside out). Belajar dari sejarah, semua keharusan itu nyatanya tidak atau kurang relevan lagi. Jika dibandingkan dengan keharusan yang lebih fundamental, yaitu hati yang bersih (jujur), jiwa yang besar (murah hati), dan budi pekerti yang mulia (martabat). Mengapa? Sebab, kepemimpinan sekali lagi adalah logika tentang memberi manfaat kepada manusia (konstituen, rakyat, tim). Tak banyak gunanya jika banyak pemimpin punya ilmu top, berbibit-bebetbobot, namun rakyat tetap melarat. Tak banyak manfaatnya jika pemimpin cerdas, pandai, kaya, proaktif, atau kreatif, tapi tak mampu memberi manfaat bagi rakyatnya. Karena, tak kurang apa kebanyakan para pemimpin kita terdahulu, mereka pemimpin top, berpendidikan tinggi-tinggi, taat beragama, dan pintar-pintar. Sementara rakyat tetap saja miskin dan terbelakang, tetapi mereka sendiri kaya dan makmur (lupa keadilan). Karena dari situ kemudian akan muncul “pemimpin monster”, yang kehilangan daya hidup dari dalam value, karakter, sikap. Kondisi ini disebut sebagai leadership dryness (kekeri-
28
Edisi 3/Tahun I/2009
Harry Purnama (Pembicara Motivation Leadership dari Mature Leadership Center)
ngan kepemimpinan). Dan dalam sosok pemimpin seperti itu tak ada kehidupan di sisi dalamnya. Ia tak bisa bersikap adil, ia cenderung akan suka egois, menang sendiri, maunya benar sendiri, enak sendiri, dan seterusnya. Definisi Baru Kini persoalannya bukan pemimpin yang kurang pandai, tapi justru pemimpin yang kurang punya moral. Pemimpin masa kini dan masa depan yang dibutuhkan Indonesia, adalah pemimpin yang hatinya untuk rakyat (inside out). Pemimpin yang “hidup” di dalam. Karena ia “hidup” (tidak mati) di dalam. Maka yang keluar darinya adalah segala yang hidup. Kebaikan dan kemuliaan (man for others, selfless). Jika ia ingin kaya, rakyatnya dulu yang akan dibuat kaya. Jika ia ingin sejahtera, rakyatnya dulu yang dibuat sejahtera. Jika ia ingin meraih sukses, rakyatnya dulu yang dibuat sukses. Jika ia ingin meraih target, rakyatnya dulu yang dibantu meraih target. Dan seterusnya. Rakyat yang dimuliakan. Bukan pemimpin. Paradigma dan definisi kepemimpinan “baru” ini, bisa kita sebut dengan “the living leadership”. Ia sudah meninggalkan pakem klasik yang dibuat di masa lampau, yang berbau sangat manajemen. Karena manajemen hanya diperlukan sebagai alat (tools), dan bukan segala-galanya. Pemimpin yang hanya mengandalkan keahlian manajemen, ia akan gagal. Ia hanya akan ahli putar sana-putar sini fungsi manajemen, memoles proses bisnis, membongkar struktur organisasi, membuat prosedur (standard operational procedure, SOP), working instruction, dan lain-lain. Ia hanya akan berakhir sebagai ahli manajemen. Kita sudah lama sepakat, pekerjaan macam itu cukup dikerjakan manajer. Bu-
[artikel] kan oleh leader. Sebaliknya, kepemimpinan yang mengandalkan hati, akan berhasil di mata rakyat, akan dicintai rakyat, karena mementingkan rakyat, membawa perubahan demi rakyat, dan memberi hasil bagi rakyat. Itulah leader yang sedang dicari bangsa ini. “Saya memang berwajah pelayan, karena tugas saya adalah melayani rakyat Iran,” begitu kalimat pembuka penuh karisma dan jiwa penuh melayani dalam wawancara Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dengan TV FOX beberapa
Bukan dengan uang. Bukan dengan materi. Ia menang Pilpres justru dengan kekuatan cintanya (the inside, the value, the heart). The living leadership yang dimiliki Ahmadinejad sangat kental. Ketika masih menjadi walikota Teheran, ia membiasakan diri menyapu jalan Teheran di pagi hari bersama tukang sapu jalanan. Ia sungguh melayani rakyatnya dengan tulus ikhlas. Kualitas inilah yang membuatnya menang pemilu. Dikabarkan ia tak mempunyai cukup uang untuk memasarkan dirinya sendiri le-
bulan lalu. Pemimpin besar yang mencintai rakyat dan dicintai rakyat seperti Ahmadinejad ini, ternyata terlahir dalam krisis kepemimpinan di negeri para Mullah itu. Menariknya, ia bukan Mullah. Bukan pula politisi, dan bukan bangsawan. Ia hanya rakyat jelata. Seorang dosen biasa yang tidak dikenal. Namun, jiwa dan kebesaran cintanya pada rakyat dengan the serving heart (hati pelayan rakyat) itulah yang mampu membuktikan premisis kepemimpinan modern (inside out) yang dibutuhkan rakyat. Hatinya yang melebihi intelegensianya sendiri, telah membawa Ahmadinejad ke permukaan elit politik pemilihan presiden Iran tahun 2005, dan jadilah ia presiden “baru” pilihan rakyat, menggeser kepemimpinan Rafshanjani dan Khattami.
wat poster atau spanduk. Ia berjuang dan menang lewat kekuatan cinta (the living inside). Pemimpin Baru Rakyat sedang merindukan pemimpin dengan kualitas besar yang mampu dengan tulus ikhlas menghidupkan dan membela rakyatnya. Seperti Ahmadinejad di Iran, Gandhi di India, atau Obama di Amerika. Mengatasi krisis ekonomi penting. Namun yang terpenting adalah mencari the living leader yang tepat. KH Ma’ruf Amin dalam Rakernas Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Padang Panjang Sumatera Barat, 24-26 Januari 2009 lalu mengatakan, pemimpin Islami sulit dicari. Banyak orang, partai, dan keinginan, mencari pemimpin besar itu. Lalu di manakah mereka?
Edisi 3/Tahun I/2009
29
[artikel] Yang pasti mereka tak akan kita temukan di atas pohon atau tiang listrik yang tiba-tiba nama, foto, dan janji-janjinya memenuhi kota kita. Dari mana mereka? Kita tidak mengenalnya dan tidak sekalipun merasa dekat dengannya? Kontribusi mereka juga tidak kita ketahui. Saat Pemilu legislatif yang lalu, ada sebuah baliho besar di depan pohon dari partai X di Bogor yang berjanji, “Siap dihukum mati, jika korupsi.” Tapi itu baru janji. Ada lagi di atas sebuah pohon tertera, “Saya pemimpin amanah dan bersih, siap membawa perubahan, pilihlah aku!” Yang ini bukan hanya janji, tapi malah menganggap dirinya sendiri paling hebat dan nomor satu. Kepada jenis pemimpin seperti itukah kita akan menyerahkan hidup rakyat banyak? Tidak! Humble Heart The living leader memiliki tiga kriteria H: humble heart, high hope, dan huge result. Kebanyakan pemimpin yang tepat bagi rakyatnya, terlahir sebagai rakyat kecil, dengan hidup yang ia mulai dari paling bawah. Ia didukung rakyatnya, akan mati membawa cinta rakyatnya, dan akan dikenang sepanjang masa. Dari Porbandar di India Barat, terlahir Mahatma Gandhi dari ayah Kaba Gandhi dan Ibu Putlibai, orangtua yang jujur, tak mudah disuap. Gandhi besar sebagai rakyat biasa dari kasta Vaisya (di bawah Brahmana dan Ksatria, tapi di atas Sudra). Jiwa pemimpinnya yang humble, muncul karena ia didera diskriminasi dan ketidakadilan oleh lingkungannya. Hati dan jiwanya tertantang. Dari titik itulah Gandhi mulai melayani rakyatnya. Mempersembahkan hidupnya bagi orang lain. Meyakininya dengan teguh. Memperjuangkannya dengan gigih, ulet, dan tekun. Ide Ahimsa yang ia gulirkan, adalah wujud dari cinta dan pengorbanannya yang besar bagi rakyat. Anehnya, ia tak merasa mengalahkan siapapun, dan tak pernah mau ditawari kursi PM India, hingga ia meninggal pada 30 Januari 1948. Ken Blanchard mengatakan, “True leader starts on the inside with servant heart, then moves outward to serve others.” Ciri pemimpin yang menghidupkan rakyat, yang pertama-tama adalah dekat dengan rakyatnya. Rakyat menjadi amanahnya. Pemimpin seperti itu, semakin hari semakin mendapat cinta dari pengikut dan pendukungnya. Mereka tak suka perang dan kekerasan. Ber-
30
Edisi 3/Tahun I/2009
citarasa damai dengan siapa saja. Mereka senantiasa memupuk dan menajamkan rasa cintanya setiap hari. Pemimpin yang mengenal rakyatnya, dan rakyat yang mengenali pemimpinnya. Para pemimpin seperti itu dibesarkan melalui proses. Dan mereka bukan pilihan dalam “supermarket” seperti para pemimpin saat ini. Jika ada sosok bagai seorang gembala yang mencintai pengikutnya, maka merekalah sosok pemimpin yang tepat. Pemimpin yang sebaiknya kita pilih adalah yang kita ketahui, dan telah melalui proses pematangan sebelumnya di masyarakat. Ia dekat dengan kita. Bukan yang tiba-tiba ingin mendekati rakyat hanya ketika menjelang Pemilu atau Pilpres. Karena pemimpin tipe itu adalah pemimpin “laron” (bukan living). High Hope Pemimpin besar lainnya, Barry Obama, yang lahir di Hawai 1961 dan pernah besar di Jakarta, juga berasal dari keluarga biasa. Ayahnya Barack Husein Obama orang Kenya, dan Ann Dunham, ibunya orang Kansas Amerika. Mereka membesarkan Obama dengan cara-cara biasa, dengan tekanan minoritas khas Amerika. Namun, hati dan jiwanya berhasil membuka tekanan ketidakadilan dan diskriminasi secara
[artikel] perlahan, dengan perjuangan semenjak kuliah di Harvard Law School. Ia terus perjuangkan undang-undang, melakukan advokasi hukum dan politik bagi rakyat Amerika. “Kekuatan cintanya yang membara bagai api di horison,” puji presiden Venezuela Hugo Chavez. Ia tidak mendadak terjun dari langit. Ia dekat dengan rakyatnya. Menyatu bersama warganya di Illinois sebagai Senator yunior, dan menawarkan harapan besar bagi rakyatnya. Yaitu perubahan kehidupan. The New America. Gandhi dan Obama sama-sama dekat dengan rakyatnya. Membawa misi perubahan dan menunjukkan kinerja mereka dalam takaran yang berbeda. Ketika mereka berjuang, agenda rakyat yang mereka perjuangkan. Dan ketika berbicara, rakyat yang akan pertama kali disebutkan dalam kata-kata mereka. Ketika bernegosiasi, rakyat yang diuntungkan dan dimenangkan. Bukan diri mereka sendiri. Hati dan jiwanya sungguh tumbuh bersama hati dan jiwa rakyatnya. Mereka menjadi satu. Sangat dekat dan saling mendukung (synergy in unity). The living leader, akan membawa perubahan bagi kesejahteraan rakyat. Minimal, perubahan
dalam hal human development index (HDI). Mereka tak pernah memakai cara kontrak-kontrak politik yang rumit, yang jika masa kontraknya habis ia akan pindah ke tempat lain. Sudah saatnya kita menjadi lebih mudah mengenali pemimpin yang layak dipilih. Pertama, yang tidak sekedar menyuarakan perubahan dan pemihakan kepada rakyat kecil (wong cilik). Tetapi, harus disertai program kerja yang realistis. Seperti yang dicontohkan Obama. Kedua, bukan yang paling kencang teriakannya tentang perubahan, dengan iklan paling banyak di media massa. Tetapi, yang impiannya lebih masuk akal, wajar, dan dapat diterima oleh akal sehat rakyat biasa. Ketika rakyat mendengarkannya, rakyat akan tersentuh dan hatinya tergerak untuk mendukung mati-matian. Huge Result Jim Collins dalam bukunya Good to Great, membantu kita membuat pilihan pemimpin menjadi lebih mudah. Menurutnya, pilihlah pemimpin yang hanya kita ketahui sudah mampu menunjukkan kinerja yang bagus, di level yang paling kecil dan terendah. Karena, dari level rendah inilah kita lebih mudah mengujinya. Catatan kinerjanya dapat kita lihatm dan analisis. Dari situlah kita dapat membuat keputusan: pemimpin yang telah terbukti bekerja baik di level akar rumput di bidangnya. Logikanya, merekalah pilihan terdekat kita yang sudah kita ketahui kinerjanya (tidak “gelap kinerja”). Jika mereka sukses dan dapat dipercaya untuk tanggungjawab yang kecil, maka mereka akan lebih mungkin sukses dan lebih mampu menangani tanggungjawab yang besar. David Bohm, ahli fisika kenamaan mengatakan, ada koneksitas (connectedness) antara hal yang kecil dan besar. “Everything is connected,” katanya. Sosok yang besar, bukan muncul dari besarnya janji. Tapi, dari nilai-nilai (value), yang dicerminkan oleh perbuatannya, dan kinerja yang nyata (action, execution). Hati yang besar akan menggerakkan pengorbanan. Dan begitu ada pengorbanan, maka hasilnya akan besar. Satu-satunya cara termudah menilai kinerjanya adalah melihat dampak kerjany terhadap kesejahteraan rakyat. Semakin banyak rakyat yang sehat, tidak lapar, berpendidikan, dan seterusnya itulah bukti pengorbanannya. Jika indikator yang kasat mata itu tidak nampak, maka lupakan saja ia. Entah itu siapa. 4
Edisi 3/Tahun I/2009
31
32
Edisi 3/Tahun I/2009
Semua Orang
Berpotensi Cerdas, Asal Mau Zulfan Syahansyah
“Kecerdasan itu tidak statis dan tidak ditentukan sejak lahir. Seperti otot, kecerdasan dapat berkembang sepanjang hayat, asalkan terus dibina dan ditingkatkan.� (Laurel Schmidt)
K
ita yang saat ini telah berusia 30 tahun-an, bisa merasakan gerakan tubuh yang sudah tak selincah saat berumur 20-an dulu. Ketika menginjak usia 50-an, orang-orang mendapati fisik mereka tak sesegar saat berumur 40-an. Yang sudah berusia 70-an, tak sesehat waktu masih 60-an. Demikian Sunnatullâh jasmani manusia. Semakin bertambah usia, akan semakin berkurang kekuatan tubuh manusia. Lantas, apakah hukum penuaan jasmani ini juga berlaku untuk intelegensi manusia? Sering kita dapati orang tua yang pikun, atau pengetahuannya mengusang, atau out
[pendidikan]
[feature]
of date (ketinggalan zaman). Atas dasar ini, mungkin kita berkesimpulan bahwa penuaan akan berpengaruh pada otak manusia, sebagai sumber kecerdasan manusia. Kita juga mungkin mengira, seorang pemuda yang gagal menempuh studi, akan terus menjadi bodoh sampai akhir hayatnya. Benarkah anggapan ini? Belum tentu! Karena Albert Einstein dan Thomas A. Edison, sebagai contoh, adalah dua sosok yang sangat tidak berprestasi ketika duduk di bangku sekolah. Einstein baru bisa membaca setelah berumur tujuh tahun. Edison, dikeluarkan dari sekolah oleh gurunya, karena dianggap terlalu bodoh. Semua ilmu
Edisi 3/Tahun I/2009
33
[feature] yang ia pelajari di kelas tak satupun ia mengerti. Kenyataannya kemudian, kedua orang itu mampu memberi sumbangsih sangat cemerlang kepada dunia ilmu pengetahuan. Dan diakui sampai detik ini. Pertanda, kecerdasan tidaklah statis! Ada contoh lain, yaitu Conrad Ferdinand Meyer. Saat kanak-kanak dan remaja, Meyer sering murung diri dan gelisah. Ketika dewasa, ia gonta-ganti pekerjaan tanpa arah yang jelas. Saat berusia 27 tahun, ia dirawat di Rumah Sakit Jiwa karena menderita hipokondria dan delusi merasa semua orang menganggapnya menjijikkan. Setelah berusia 40 tahun, puisi-puisi pertamanya muncul. Sampai akhir hayatnya, selama 27 tahun berikutnya, ia terus menulis. Kini, Meyer masih dikenang sebagai penyair Swiss yang tergolong paling mengagumkan. Terlihat, meski seseorang pernah gagal dalam menempuh studi di sekolah, meski ia sudah tua renta, ia pasti masih mampu memaksimalkan daya intelejensinya. Jika terus belajar, ia akan cerdas, dan semakin cerdas. Bagaimana ini terjadi?
9 Potensi Kecerdasan Setiap Orang Word Smart, atau Cerdas Bahasa. Yang menunjukkan kepandaian seseorang dalam menulis dan membaca. Orang yang unggul dalam word smart, sangat menikmati kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan kata. Seperti teka-teki silang, bercerita, scrabble, dan menulis. Picture Smart, atau Cerdas Gambar. Yang ditunjukkan dengan kesenangan menggambar, atau berselera bagus dalam fesyen. Pemilik kecerdasan ini, akan lebih baik jika belajar dengan cara membuat gambar atau lewat materi visual. Biasanya, ia juga sangat pintar bermain puzzle, membaca peta, atau menggambarkan rute jalan. Body Smart, atau Cerdas Tubuh. Yaitu kepandaian dalam bidang olah raga fisik. Body smart juga ditunjukkan
Terus Belajar Menurut penelitian, setiap orang sama-sama memiliki sekitar 100 milyar sel otak. Hanya saja, bukan kuantitas sel otak yang menentukan kecerdasan manusia, tapi seberapa banyak koneksi antarsel-sel otaklah yang menentukan intelejensi seseorang. Setiap sel otak mempunyai banyak “kabel” (cabang) tipis, yang sejatinya belum saling bersambung dengan ”kabel-kabel” sel lainnya. Setiap kali otak bekerja, terciptalah koneksi antarkabel yang melibatkan banyak sel otak. Semakin banyak otak digunakan, semakin banyak koneksi tercipta di antara sel-sel otak. Semakin banyak koneksi, akan semakin cerdas.
34
Edisi 3/Tahun I/2009
Dengan jumlah sel otak 100 milyar itu, umur manusia terlalu sedikit untuk bisa memaksimalkan potensi kecerdasan. Kalaupun otak manusia selalu bekerja keras sepanjang hayat, potensi kecerdasan yang digunakan, tak akan lebih dari satu persen dari keseluruhan potensi yang ada. Jadi, kemampuan otak pada dasarnya tak terbatas. Selama kita mau belajar, selama itu pula koneksi antarsel otak terbentuk. Hasilnya, kita bisa lebih cerdas dan semakin cerdas. Pantas, jauh sebelum para ilmuan Barat menyimpulkan tentang kecerdasan manusia, Rasulullah SAW telah memerintahkan umatnya agar terus belajar sepanjang hayat, ”Uthlubul-’ilma minal mahdi ilallahdi.” Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga ajal menjelang. Selanjutnya, maukah kita mengembangkan potensi otak kita? Apakah kita sudah merasa cukup dengan pengetahuan yang sudah kita miliki? Siapapun kita, guru sekalipun, tetap dituntut untuk terus meningkatkan potensi kecerdasan. Sebab, pengetahuan yang kita miliki saat ini,
[feature]
dalam kemampuan membuat kerajinan tangan (crafting), akting, dan menari. Music Smart, atau Cerdas Musik. Merupakan kecerdasan dalam bidang musik, baik untuk memainkan alat musik, bernyanyi atau mengarang lagu. Logic Smart, atau Cerdas Logika. Kemampuan berhitung dan logika seorang logic smart, sangat bisa diandalkan. Ia tak akan pernah kehabisan ide menghadapi berbagai persoalan. Self Smart, atau Cerdas Diri. Orang yang Self Smart menunjukkan kemampuan dalam memahami diri, pribadi, impian, dan cita-citanya. Mereka biasanya sering dimintai nasihat atau menjadi tempat curhat teman-temannya. People Smart, atau Cerdas Gaul. Orang yang memiliki kecerdasan ini ciri-cirinya memiliki banyak teman, sering tersenyum dan menyapa orang, tak pernah merasa kesulitan untuk bergaul dengan orang atau kelompok baru, aktif di organisasi atau eskul. Ia bisa menjadi orang populer di sekolah, dan dicintai banyak orang. Kecerdasan ini merupakan harta yang tak ternilai.
Nature Smart, atau Cerdas Alam. Pemiliknya biasanya sangat senang belajar tentang alam, juga sangat teliti dalam mengenali tanaman, binatang, atau batu-batuan. Orang yang nature smart sangat mencintai binatang dan rajin merawat lingkungan. Kecerdasan eksistensial. Orang yang memiliki kecerdasan ini sangat berminat pada masalah-masalah pokok kehidupan. 4
bisa saja menjadi usang di kemudian hari. Maka, setiap orang mesti memperbaharui pengetahuannya dengan belajar. Dan hanya dengan terus belajar, kita akan menjadi semakin pintar. Howard Gardner, pakar pendidikan dari Harvard University, dalam buku Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences, menyadarkan kita tentang konsep baru kecerdasan. Konsep ini bernama Multiple Intelligences (MI) atau Kecerdasan Majemuk. Dalam Kecerdasan Majemuk, angka IQ bukanlah ukuran yang tepat untuk mengukur kecerdasan otak seseorang. Karena kecerdasan ibarat sekumpulan program kemampuan yang ada di beragam bagian otak, yang semua programnya saling berhubungan. Kecerdasan tidaklah statis, atau bukan bawaan lahir. Dan ia seperti otot, dapat berkembang sepanjang hidup, asal terus dilatih. Artinya, dalam lingkungan yang kondusif, orang bisa menjadi semakin cerdas.
4
Edisi 3/Tahun I/2009
35
[artikel]
Kepribadian dalam Psikologi Islam Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag (Guru Besar Psikologi Islam UIN Jakarta, Dosen Pascasarjana UI, Dewan Pakar Asosiasi Psikologi Islami (API), dan Dewan Ahli Ikatan Mahasiswa Muslim Psikologi Indonesia (Imamupsi))
onsep atau teori kepribadian Islam harus segera tampil untuk menjadi acuan normatif bagi umat Islam. Perilaku umat Islam tidak sepatutnya dinilai dengan kacamata teori kepribadian Barat yang sekuler, karena keduanya memiliki frame yang berbeda dalam melihat realita. Perilaku yang sesuai dengan perintah agama seharusnya dinilai baik, dan apa yang dilarang oleh agama seharusnya dinilai buruk. Agama memang menghormati tradisi (perilaku yang ma’ruf), tetapi lebih mengutamakan tuntunan agama yang baik (khayr). Dalam melakukan interpretasi tes-tes psikologi terhadap klien, para psikolog terkadang memerankan diri sebagai Tuhan (play God), melalui alat yang disebut dengan instrumen atau alat tes tertentu. Padahal ia hanya tahu kulit luarnya saja. Ironisnya, hal itu menjadi acuan untuk diterima tidaknya seseorang menjadi pegawai atau jabatan tertentu. Bagi calon pegawai yang mengerti tentang kiat-kiat sukses dalam tes kepribadian, ia akan belajar terlebih dahulu bagaimana cara agar mendapat nilai baik, karena alat tesnya diulang-ulang (itu-itu saja). Padahal, tes kepribadian dalam konteks ini tak akan mampu menunjukkan kepribadian yang sesungguhnya. Untuk diakui sebagai disiplin ilmu, membangun teori kepribadian berbasis Psikologi Islam akan menghadapi problem metodologis yang rumit. Hal itu terjadi karena psikologi kepribadian Islam berada di dua persimpangan jalan yang harus dilalui. Persimpangan pertama harus melalui prinsipprinsip ilmiah psikologi modern, sementara persimpangan kedua harus melalui nilai-nilai doktriner dalam Islam. Pada aspek tertentu, kedua persimpangan itu mudah dilalui secara simultan.
36
Edisi 3/Tahun I/2009
Menghadirkan disiplin kepribadian Islam tidaklah mudah, sebab hal itu mengundang banyak pertanyaan.
[artikel] Namun pada aspek yang lain justru bertabrakan, yang salah satunya tidak mau dikalahkan. Betapapun sulit dan bahkan akan mengalami proses pendangkalan dan klaim tergesagesa, upaya membangun psikologi kepribadian Islam tak dapat ditundah-tunda lagi. Fenomena perilaku yang menimpa umat Islam akhir-akhir ini tak mungkin dapat dianalisis dengan teoriteori psikologi kepribadian Barat. Perilaku radikalisme beragama, bom bunuh diri yang populer dengan sebutan bom syahid, maraknya jamaah zikir dan muhasabah, atau senyuman Amrozi saat hendak divonis mati adalah sederetan perilaku yang unik dan membutuhkan analisis khusus dari teoriteori psikologi kepribadian Islam. Boleh jadi dalam teori psikologi kepribadian Barat perilaku tersebut merupakan patologis, sementara dalam psikologi kepribadian Islam diyakini sebagai perilaku yang mencerminkan aktualisasi atau realisasi diri. Menghadirkan disiplin kepribadian Islam tidaklah mudah, sebab hal itu mengundang banyak pertanyaan. Klaim ketidak-ilmiahan dan kerancuan metodologis, menjadi senjata penyerangan bagi mereka yang antipati terhadap kehadiran disiplin yang berbasis agama. Padahal, bukankah psikologi kepribadian yang ada selama ini hanyalah hasil adopsi dari teori-teori Barat? Apakah hal itu tidak menjadikan bias budaya? Mungkinkah teori yang dihasilkan dari penelitian atau eksperimen budaya Barat, bahkan ’budaya’ binatang (karena eksperimennya menggunakan binatang), dijadikan pisau analisis dalam melihat perilaku umat Islam? Psikologi Pribumi Uichol Kim, seorang psikolog asal Korea, mengkritisi psikologi Barat yang menyamaratakan pandangan psikologinya sebagai human universal. Kim menawarkan konsep psikologi pribumi (the indigenous psychology). Menurut Kim, yang dikutip Achmad Mubarok, manusia tak cukup dipahami dengan teori psikologi Barat. Karena psikologi Barat hanya tepat untuk mengkaji manusia Barat, sesuai kultur sekuler yang melatarbelakangi lahirnya ilmu tersebut. Untuk memahami manusia di belahan
bumi lain, harus digunakan pula basis kultur di mana manusia itu hidup. Psikologi kepribadian Islam yang dimaksudkan di sini tak saja bernilai the indigenous psychology, tapi juga dianggap sebagai psikologi kepribadian lintas budaya, etnik dan bahasa. Atau lebih tepatnya psikologi kepribadian rahmatan lil-’âlamîn, yang mencakup alam syahâdah (empirik) dan alam gaib (metaempirik), bahkan alam dunia dan alam akhirat. Ketika psikologi Islam menghadirkan konsep kepribadian, masalah pertama yang perlu dipahami terlebih dahulu adalah terminologi apakah menggunakan istilah kepribadian Islam (asy-syakhshiyyah al-Islâmiyyah) atau kepribadian muslim (syakhshiyyât al-muslim). Pertama, kepribadian Islam memiliki arti serangkaian perilaku manusia, baik sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial, yang normanya diturunkan dari ajaran Islam, bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah. Dari kedua sumber tersebut, para pakar berusaha melakukan ijtihad untuk mengungkap bentuk-bentuk kepribadian menurut ajaran Islam, agar bentuk-bentuk itu dapat diterapkan oleh pemeluknya. Rumusan kepribadian Islam di sini bersifat deduktif-normatif, yang menjadi acuan bagi umat Islam untuk berperilaku. Oleh karena sifatnya yang deduktif-normatif, maka kepribadian Islam diyakini sebagai konsep atau teori kepribadian yang ideal, yang ’seharusnya’ dilakukan oleh pemeluk agama Islam. Kedua, kepribadian muslim memiliki arti serangkaian perilaku orang/umat Islam yang rumusannya digali dari penelitian perilaku kesehariannya. Rumusan kepribadian muslim ini bersifat induktif-praktis, karena sumbernya dari hasil penelitian terhadap perilaku keseharian orang/umat Islam. Boleh jadi dalam penelitian itu ditemukan pola kepribadian yang ideal, karena kepribadian itu sebagai implementasi dari ajaran agama. Atau ditemukan pola yang menyimpang (anomali), karena perilaku yang ditampilkan bertentangan dengan ajaran agamanya, sekalipun dirinya berpredikat muslim. Dalam konteks ini, keburukan atau kejahatan perilaku orang/umat Islam tak dapat digeneralisir bahwa ajaran Islam itu buruk dan jahat. Artinya, kepribadian muslim belum tentu mencerminkan kepribadian Islam.
4
Edisi 3/Tahun I/2009
37
[anak]
[feature]
Menjawab
Pertanyaan Kritis Anak Tata Septayuda
Anak yang banyak bertanya menandakan kritis, cerdas, dan kreatif. Tapi banyak orang yang tak sabar menghadapinya. Bagaimana menyikapinya?
S
ore itu, Merdya, bocah perempuan berusia 2,5 tahun sangat sigap menyambut kedatangan ayahnya dari kantor. “Yah. Ayah dari mana?” tanya bocah itu. “Dari kantor, sayang,” jawab ayah sambil menahan lelah badannya setelah kerja seharian. “Ayah abis dari kantor kerja, yah?” kembali Merdya bertanya. “Iya, kerja dong,” jawab sang ayah. “Yah. Ayah, kalo kerja ayah pegang apa?” tanya Merdya. “Pegang pulpen, kan ayah kerjanya nulis-nulis,” jawab sang ayah. “Trus, kalau nulis-nulis, Ayah nulis apa aja?” cecar bocah lugu itu kepada ayahnya.
38
Edisi 3/Tahun I/2009
Pertanyaan demi pertanyaan terus dilontarkan Merdya. Ia tak mengerti kelelahan ayahnya sehari kerja di depan komputer. Andai terus dilayani, nyaris bisa puluhan pertanyaan panjang dan membabi-buta akan ia tanya kepada ayahnya setiap sore menyambut kedatangan dari kantor. Untungnya sang ayah sabar dan telaten melayani semua pertanyaan itu. Senang bercampur lelah, ia ladeni kegairahan anaknya yang memang tengah gemar bicara dan banyak bertanya. “Ayah mandi dulu, yah. Nanti kita main lagi,” sergah sang ayah jika sudah benar-benar lelah melayani
[feature]
Teknik Berkomunikasi dengan Anak Berikut ini beberapa tips saran Renate Zorn, penulis Good Conversation is for Everyone: Ten Steps to Better Conversations, teknik efektif dalam berkomunikasi dengan anak: 1. Tersenyum tulus. Smile! And mean it! Karena, lebih dari 50% komunikasi kita dilakukan dengan bahasa tubuh, termasuk ekspresi wajah. Dan anak-anak lebih dapat memahami bahasa tubuh. 2. Jangan merendahkan mereka. 3. Gunakan alat peraga, atau sesuatu yang dapat dilihat, didengar dan disentuh anak secukupnya. 4. Menyederhanakan pembicaraan. Karena, anakanak akan cepat lelah dengan deskripsi yang terlalu detil, atau teori dan konsep. Lebih efektif mengjari anak dengan menggunakan cerita. 5. Bertanya pada mereka. Karena dengan pertanyaan, akan membuat anak-anak berpikir dan terlibat. 6. Antusias di hadapan mereka. Ini untuk membuat mereka tetap terjaga dan tertarik pada topik. 7. Memakai cara pandang anak dalam menilai mereka. 8. Jujur kepada anak. 9. Melibatkan anak dalam pembicaraan.
pertanyaan tiada henti anaknya dan ingin menutup pembicaraan. Berbicara kepada anak-anak memang sangat menyenangkan, walau terkadang bisa juga mengesalkan. Terlebih jika kita dihujani banyak pertanyaan yang tak kenal waktu. Jika pertanyaannya dianggap sepele atau tak logis, banyak orangtua kerap menanggapinya dengan sembarang jawaban. Menurut Dr Frieda Mangunsong, MEd Psi, dosen dan ketua Pusat Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), orangtua harus bisa memberikan jawaban yang sesuai dengan tingkat usia anak. Jangan memberi jawaban yang bermakna ganda atau ambigu yang malah membingungkan anak. “Anak sekarang lebih kritis lho. Jadi orangtua juga harus pintar,� tandas Frieda. Jika anak bertanya masalah seks, lanjut Frieda, orangtua hanya perlu menjelaskan sesuai usia mereka. Tak perlu menerangkan teori yang muluk-muluk, karena akan percuma. “Toh, anak usia sembilan tahun juga susah mengerti,� imbuhnya. Ada beberapa alasan mengapa anak usia prasekolah sangat gemar bertanya. Di antaranya: Pertama, menunjukkan minat mereka terhadap peristiwa atau pemandangan di sekitarnya. Ke-
6 Langkah Menyikapi Anak Kritis Sikap kritis anak biasanya akan dominan saat ia berusia 3 tahun lebih. Agar daya kritis anak makin terasah, orangtua harus menyikapinya dengan beberapa tidakan berikut ini : 1. Kesabaran. Ketidaksabaran akan menghasilkan kebosanan, yang identik dengan memadamkan hasrat anak untuk bertanya dan tahu lebih banyak. 2. Kesiapan. Yaitu siap menghadapi reaksi anak, mengenai yang sedang ia lihat, baca atau dengar. 3. Menyepakati aturan main. Bila pergi ke pesta perkawinan atau tempat bertamu, misalanya, sepakati aturan main untuk tidak banyak bertanya. Dengan menjanjikan akan membahasnya lagi di rumah. 4. Jangan menunjukkan respon negative. Tanggapi sikap kritis anak dengan positif, tersenyum dan dengarkan pertanyaannya. 5. Dengarkan baik-baik. 6. Arahkan pada penemuan jawaban.
Edisi 3/Tahun I/2009
39
[feature] dua, belum paham. Keingintahuan yang belum terpenuhi akan membuat anak terus bertanya sampai ia mendapatkan jawaban. Ketiga, mencari perhatian, khususnya jika si kecil selalu mengajukan pertanyaan yang sama. Trik menjawab Si kecil sebenarnya tak begitu butuh jawaban panjang lebar, apalagi dengan bahasa yang kurang familiar atau terlalu abstrak di telinga mereka. Agar si kecil bisa langsung paham jawaban Anda, berikut ini kiatnya: Pertama, hindari penjelasan yang berbelit-belit. Jawab dan jelaskan secara sederhana, dengan bahasa yang sesuai kemampuan berpikir anak. Kedua, jika masih ragu dengan jawaban yang akan diberikan, jangan bersikap sok tahu. Alihalih mendapat jawaban yang tepat, anak justru malah menelan informasi yang salah. Ketiga, ajak anak untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya yang sulit. Misalnya, dengan mengajak mereka membuka ensiklopedia atau mencari orang yang kira-kira bisa menjawab pertanyaannya. Keempat, ajak anak belajar menganalisis hubungan sebab-akibat. Misalnya, ketika anak bertanya: “Ma, kenapa orang naik kuda? Kenapa enggak jalan kaki saja, kan punya kaki?” Cobalah pancing daya analisis si kecil dengan balik bertanya, “Menurut kamu, lebih cepat mana, orang sampai ke tujuannya apakah naik kuda atau jalan kaki?” Kelima, untuk menjawab pertanyaan “mengapa”, sebaiknya orangtua jangan langsung menjawab. Biarkan si kecil berpikir mencari jawabannya. Maklumi jika jawabannya masih sangat sederhana, karena memang kemampuan berpikirnya masih terbatas. Dalam hal ini, orangtua berperan menambah atau menjelaskan sesuatu agar lebih jelas. 4
Merangsang Agar Anak Kritis 1. Berikan kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk mengemukakan buah pikiran maupun urun pendapat. 2. Latih anak untuk memecahkan masalah-masalah keseharian sesuai dengan tahapan usianya. Lontarkan pertanyaan-pertanyaan yang merangsangnya untuk menemukan solusi. 3. Berikan kesempatan seluasnya pada anak untuk menemukan hal-hal baru. Bisa tempat yang belum pernah dikunjungi, buku atau sarana lainnya. Lalu biarkan anak menggali pertanyaan tentang hal-hal baru tersebut.
Bila Sikap Kritis Ditanggapi Positif Bila orang tua selalu mengakomodasi keingintahuan anak, ada beberapa dampak positif yang akan didapat: 1. Rasa ingin tahu anak dapat terus berkembang, dan akan menguatkan motivasinya untuk terus mempelajari hal-hal baru. Termasuk pelajaran di sekolah. 2. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang penuh percaya diri. Karena ia merasa dapat diterima oleh orangtua dan lingkungan terdekatnya. 3. Ketajaman berpikir anak semakin terasah. 4. Anak akan memperoleh kesempatan untuk menambah kosakata baru yang ia dapat dari pertanyaan yang diajukan, sekaligus memperluas wawasannya.
Bila Sikap Kritis Ditanggapi Negatif 1. Mematikan kreativitas dan rasa ingin tahu anak. 2. Anak menjadi kurang percaya. 3. Anak akan tumbuh jadi orang yang cenderung memilih diam. 4. Anak menjadi frustrasi karena kebutuhannya tidak terpenuhi. 5.Anak terdorong untuk mencari sumber lain yang belum tentu benar untuk memenuhi kebutuhannya yang tak terpenuhi dari orang tua. 6. Merenggangkan hubungan anak dengan orang tua.
40
Edisi 3/Tahun I/2009
[artikel]
Ketika Ibu Berperilaku Menyimpang Yayah Hidayah, M.Si. (Dosen Psikologi Agama Universitas Mercu Buana & USAHID)
Anak balita yang dipisahkan dari orangtuanya, akan mengalami gangguan kepribadian atau kesulitan menyesuaikan diri di masa mendatang. bu, sosok yang akan terus memberi rasa kasih, sayang, kelembutan, cinta, dan perlindungan kepada anaknya, tanpa kenal batas waktu. Ibu yang baik akan menjadi pahlawan bagi anaknya. Ia akan berjuang matimatian demi keselamatan anaknya. Maka, jika ada perilaku seorang ibu yang menyia-nyiakan anaknya, berarti ia patut dicurigai memiliki perilaku yang menyimpang. Sebab, pola asuh yang baik dan memadai semasa balita, sangat urgen demi perkembangan fisik dan psikis anak. Menurut Wenar (1991), ketiadaan pengasuhan yang memadai setelah terbentuknya ikatan cinta kasih di antara anak dengan pengasuh, akan menyebabkan perilaku anak yang menyimpang. Karena dampak dari rasa kehilangan akan sangat dirasakan sebagai suatu penolakan atau pengabaian. Anak balita yang dipisahkan dari orangtuanya, baik karena terpaksa atau disengaja, akan tumbuh dalam jiwanya perasaan tak aman dan tak nyaman. Ia akan mengalami gangguan kepribadian atau kesulitan menyesuaikan diri di masa mendatang. Dengan pemahaman yang masih terbatas dan sempit tentang suatu kejadian yang menimpanya, anak akan memahami bahwa peristiwa yang ia alami sebagai bentuk penolakan atas keberadaan dirinya. Ia akan merasa tidak cukup dipandang dan tidak berharga di mata keluarganya, hingga tak pantas untuk dicintai. Jika
hal ini berlanjut hingga anak menyadari -selepas masa balita-, maka akan timbul trauma dalam pembentukan identitas dan penyesuaian dirinya dalam kehidupan. Karena itu, perilaku ibu dan kepribadiannya harus diperhatikan, agar perkembangan kepribadian anak yang diasuhnya tidak terganggu. Berikut ini beberapa aspek psikologis negatif ibu yang sangat berbahaya terkait pengasuhan anak. Gangguan Jiwa Peneliti Rose Cooper Thomas yang melakukan penelitian terhadap hubungan ibu dan anak, menemukan bahwa ibu yang mengalami gangguan jiwa schizophrenia (kecenderungan perilaku
Edisi 3/Tahun I/2009
41
yang acuh tak acuh), dominan atau cenderung akan menghasilkan karakter anak yang perilakunya suka memberontak, jahat, menyimpang, bahkan anti-sosial. Namun ada pula anak akan menjadi suka menarik diri, pasif, terlalu tergantung dan kelewat penurut. Peneliti lain mengemukakan bahwa gangguan jiwa ibu akan berakibat terganggunya perkembangan identitas anak. Dan gangguan obsesif kompulsif yang dialami orangtua juga sangat erat berdampak pada sikap mereka untuk mengabaikan anaknya. Sebab, gangguan ini menjadikan penderitanya lebih banyak memikirkan dan melakukan ritual-ritual sendiri daripada tanggung jawab mengasuh anaknya. Ada lagi gangguan kejiwaan ibu yang berbahaya bagi anak. Yaitu Munchausen Syndrome by Proxy (MSbP), berupa gangguan mental yang biasa dialami wanita atau seorang ibu terhadap anaknya. Biasanya terjadi pada bayi atau anak balita. Dalam penyakit yang digambarkan pertama kali oleh Meadow pada tahun 1977 ini, dideteksi adanya unsur kebohongan yang bersifat patologis dalam kehidupan sehari-hari ibu yang terus menerus. Pada kasus yang parah, ibu yang melakukannya justru kelihatan lemah lembut dan baik. Gangguan jiwa yang berbahaya ini bisa berakibat pada kematian anak. Karena pada banyak kasus, ditemukan ada ibu yang sampai hati menyekap, atau mencekik, bahkan meracuni anaknya. Pada kasus-kasus ini sering ditemukan adanya sejarah gangguan perilaku antisosial pada ibu, mungkin disebabkan pengalaman yang dialami oleh ibu itu pada pola asuh yang salah dari orang tuanya. Pada kasus lain ditemukan bukti bahwa ternyata ibu tersebut mengalami gangguan somatis seperti contohnya (menurut istilah medis) gangguan neurotik, hypochondria, atau gangguan yang bersifat semu lainnya). Ditemukan pula, bahwa ibu-ibu yang tega melakukan hal ini terhadap anaknya ternyata mengalami gangguan kepribadian yang cukup parah. Depresi Peneliti Chaffin, Kelleher dan Hollenberg (1996) terhadap anak-anak yang orangtuanya mengalami depresi atau psikopatologi menemukan fakta banyaknya anak yang mengalami penyiksaan fisik. Akibatnya, korban anak-anak dilaporkan mengalami banyak masalah kejiwaan,
42
Edisi 3/Tahun I/2009
seperti depresi, interpersonal, perilaku yang aneh dan bermasalah dalam belajar. Pecandu Minuman Keluarga alkoholis cenderung tidak stabil. Segala aturan dapat berubah setiap waktu, dan seringnya mudah mengingkari janji. Kecenderungan ini terbawa pula dalam urusan pola asuh mereka terhadap anak. Pola asuh yang diterapkan orangtua alkoholis akan sering berubahubah secara acak. Ini menyebabkan tidak ada celah bagi anggota keluarga untuk mengungkapkan perasaan secara normal, karena banyaknya batasan, aturan dan larangan dalam keluarga. Karena hal ini merupakan aib keluarga, biasanya anggota keluarga akan menutupnya agar tidak diketahui orang lain. Situasi ini akan melahirkan perasaan tertekan, frustrasi, marah, tidak nyaman dan gelisah di hati anak. Ia akan sering berpikir bahwa ia telah melakukan suatu kekeliruan yang menyebabkan orangtuanya memiliki kebiasaan buruk. Akibatnya, akan timbul rasa tak percaya, kesulitan mengekspresikan emosi secara tepat, dan kesulitan menjalin hubungan sosial yang erat. Dan masalah ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Menurut para ahli, anak-anak dari keluarga seperti ini lebih beresiko mengembangkan kebiasaan alkoholis di masa dewasa. Menurut Chaffin, Kelleher dan Hollenberg (1996), para pecandu obat terlarang, menjadi faktor paling umum penyebab terjadinya penyiksaan dan pengabaian terhadap anak, dan pengasuhan anak dengan cara yang keliru. Masalah Perkawinan Keluarga yang bermasalah, akan berpengaruh pada ketidak-keharmonisan keluarga, dan dampaknya akan buruk pada kehidupan emosional anak. Karena para anggota keluarga akan kian merasakan beban mental atau tekanan emosional yang terus meningkat. Beban ini akan semakin berat apabila suasana keluarga terasa mencekam, tak ada yang berani mengemukakan emosi, pikiran, dan tiada lagi keleluasaan untuk bertindak. Pada umumnya, anak akan menjadi korban pelampiasan ketegangan, kecemasan, kekesalan, kemarahan dan segala emosi negatif yang tidak bisa dikeluarkan itu. Sebab, anak berada pada posisi lemah, sehingga mudah menjadi sasaran agresivitas orangtua tanpa perlawanan. 4
Latah, Bawaan
Kaum Hawa?
Umi Kalsum
[remaja]
[feature]
Pernahkah terpikir, latah adalah gejala penyakit yang harus diwaspadai?
B
ila mendengar kata “latah”, yang terbersit dipikiran kita adalah perkataan yang dibarengi dengan tingkah laku yang aneh. Orang yang menyaksikan biasanya akan tertawa terpingkal-pingkal. Perkataan yang keluar dari orang yang latah terkadang tak sopan, alias jorok. Karena dibarengi dengan tingkah lucu, menjadikan kata-kata tadi menjadi hiburan. Di televisi, ada beberapa bintang tamu atau presenter yang berperan dengan gaya latah. Sosok merekalah yang menjadikan tayangan tersebut hidup dan disenangi penonton. Tapi akan menjadi ironi dan timbul rasa kasihan, jika kita melihat orang yang latah lantas dikerjai layaknya permainan. Menurut Dr. Rinrin R. Kaltarina Psi., M.Si., latah adalah ucapan atau perbuatan yang terungkap secara tak terkendali setelah terjadinya reaksi kaget. Latah bisa berbentuk ucapan atau perbuatan yang tidak terkendali pascareaksi kaget (starled reaction). Saat latah muncul, yang berkuasa adalah alam bawah sadar (subconscious). Menurut Rinrin, ada empat macam latah yang biasa menimpa orang. Yaitu ekolalia, atau mengulangi perkataan orang lain; Ekopraksia, atau meniru gerakan orang lain; Koprolalia, atau mengucapkan kata-kata yang dianggap tabu/kotor; dan automatic obedience, atau melaksanakan perintah secara spontan pada saat terkejut, misalnya ketika penderita dikejutkan dengan seruan perintah ”sujud” atau ”peluk”, ia akan segera melakukan perintah tersebut. Secara konsep, ada beberapa teori yang menyebabkan timbulnya gangguan latah. Per-
Edisi 3/Tahun I/2009
43
[feature]
tama, Teori Pemberontakan. Dalam kondisi latah, seseorang bisa mengucapkan hal-hal yang dilarang tanpa merasa bersalah. Gejala ini, semacam gangguan tingkah laku, tapi lebih ke arah obsesif, karena ada dorongan yang tidak terkendali untuk mengatakan atau melakukan sesuatu. Kedua, Teori Kecemasan. Gejala latah muncul karena yang bersangkutan memiliki kecemasan terhadap sesuatu tanpa ia sadari. Rata-rata, dalam kehidupan pengidap latah selalu ada tokoh otoriter yang mengganggunya, entah ayah atau ibu. Bisa jadi, latah merupakan jalan pemberontakan si penderita terhadap dominasi orangtua yang sangat menekan. Walau demikian, tokoh otoriter tak harus berasal dari lingkungan keluarga. Ketiga, Teori Pengondisian. Atau latah garagara ketularan. Seseorang mengidap latah ini cenderung terjadi karena dikondisikan oleh lingkungannya. Seperti, gara-gara latah, seseorang merasa diperhatikan oleh lingkungannya. Dengan begitu, latah juga merupakan upaya mencari perhatian. Latah semacam ini biasa disebut �latah gaul�. Bahaya Latah Jika dibiarkan, latah berpotensi mengekang kreatifitas. Karena penderita latah sudah terbiasa untuk meniru atau berbuat seperti orang lain, maka ia akan kehilangan daya untuk mencipta hal-hal baru, atau lebih segar. Ia pun akan mapan dengan kejumudan. Latah juga dapat mengikis keberagaman. Latah yang akut, akan sulit menghasilkan hal-hal
44
Edisi 3/Tahun I/2009
baru atau corak berbeda. Karena sifatnya meniru, latah hanya akan menghasilkan hal-hal yang seragam. Tiada yang unik dan berbeda dari lainnnya. Menurut Evi Elviati Psi., psikolog dari Essa Consulting Group, baik buruknya seseorang bersikap latah, tergantung pada apa yang ia tiru. Jika sifat-
Menangani Penderita Latah Latah akan muncul jika ada keterkejutan. Untuk mengurangi dan menyembuhkan latah, ada beberapa hal yang dapat dilakukan: 1. Penderitanya harus bisa menemukan ketenangan hidup. Misalnya, keluar dari rumah jika orangtuanya kerap melakukan tekanan. Atau berganti pekerjaan jika pekerjaan itu membuatnya stres. 2. Lingkungan harus berempati kepadanya. Sebab tak sedikit penderita latah dapat sembuh sendiri setelah berkeluarga dan hidup tenang. 3. Penderita dianjurkan melakukan latihan relaksasi, meditasi, dan konsentrasi secara rutin. Kegiatan ini akan membantu penderita menuju kesembuhan. 4. Sering-sering melakukan aktivitas menyenangkan yang tidak membuat stres 5. Melakukan terapi puasa. Kiat ini cukup populer dilakukan di Eropa maupun Amerika Serikat. Hasil riset terakhir membuktikan, puasa yang dijalankan secara tepat dan benar, efektif menerapi kesembuhan penderita latah. Sebab puasa dapat membuat seseorang lebih mampu menguasai dan mengendalikan diri.
[feature] nya negatif, maka kita harus memperbaiki atau segera menghentikan kebiasaan itu dengan memberi penjelasan kepada si penderita. Tapi jika yang dicontoh atau dilatahi adalah hal-hal positif, kita patut mendukung agar ia terus melakukannya. Tapi, latah adalah sifat yang tidak kreatif, karena sifatnya hanya meniru. Seorang muslim yang unggul adalah yang mampu selalu menyertai perkataan dan perbuatannya dengan ilmu. Bukan dengan meniru begitu saja. “Janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui. Sesungguhnya perkataan, perbuatan dan hati kamu akan dimintai pertanggungjawaban.â€? (Qs. al-Isrâ [17] :36) Khusus Perempuan Belum ada penelitian tentang membandingkan jumlah penderita latah perempuan maupun laki-laki. Tapi berdasarkan pengamatan umum hasil analisis Qalam, penyakit latah cenderung lebih banyak ditemui menjangkiti kaum hawa. Penyebabnya, mungkin karena secara emosi kaum perempuan lebih rentan mengalami stres dan trauma dibanding laki-laki. Jenis dan pola umum latah, biasanya tidak berbeda antara yang dialami perempuan maupun lakilaki. Beda kecilnya hanya dari ucapan yang dikeluarkan. Perempuan pelatah, cenderung mengucapkan sesuatu yang berbau porno atau lucu, sedangkan pelatah laki-laki cenderung mengucapkan katakata yang bersifat agak kasar. Uniknya, kaum laki-laki penderita latah, kebanyakan datang dari kalangan waria (setangah laki-laki). Tapi bukan berarti semua waria otomatis pelatah. Penyakit ini biasanya mereka alami karena sejak kecil mereka suka mengalami tekanan batin dan diperlakukan menyakitkan yang menimbulkan trauma. Ketika latah muncul disertai gaya kelucuan ala waria, banyak orang menjadi suka. Akibatnya, latahan ala waria menjadi tren, yang kemudian memunculkan latahan-latahan palsu sekadar gaya atau gaul. Sayangnya, tren kata-kata yang dijadikan bahan latah adalah kata-kata jorok.
Biasanya, penyakit latah sering menyerang perempuan berumur di atas 40 tahun. Secara psikologis, keiasaan latah banyak berkorelasi dengan kepribadian histeris. Tak jarang, latahan menjadi semacam excuse atau alasan seseorang untuk bebas berbicara dan bertingkah porno, yang pada hakikatnya berimplikasi pada invitasi seksual. Kebiasaan latah lebih banyak menyerbu perempuan, juga bisa disebabkan karena otak perempuan lebih tajam, awet, dan selektif. Menurut Dr. Thomas Crook, ingatan pria kurang tajam dibanding perempuan. Perempuan lebih banyak mampu mengingat hal-hal detail, asosiasi dan pengalaman pribadinya.
Dalam jurnal kedokteran Archieves of Neurology terbitan tahun 1998, diungkap temuan bahwa otak pria mengerut lebih cepat daripada otak perempuan. Menurut Ruben Gur, yang meneliti sendiri cara kerja otak pria dan wanita dari berbagai usia, jaringan otak pria menyusut tiga kali lebih cepat dari otak perempuan. Ketika sama-sama muda, otak pria lebih besar. Tapi ketika mencapai usia 40 tahun, otak pria mengerut dan bagian-bagian lain juga menyusut. Penyusutan ini membawa akibat perubahan nyata. Antara lain, makin tua seorang pria daya ingat, konsentrasi, dan kesabaran akan ikut menyusut. Sedangkan otak bagian depan wanita tidak mengalaminya.
4
Edisi 3/Tahun I/2009
45
[keluarga]
[feature]
Lingkaran Setan
Gosip
Islahuddin
Gosip dikemas dalam bentuk infotainmen atau info entertainment (informasi hiburan), dan sudah menjadi industri yang sangat menjanjikan.
M
bak Siska, begitu biasa dipanggil, dikenal sebagai wanita aktif dan lincah, dengan pergaulan luas. Namun sejak setahun lalu, ia berhenti bekerja dan menghilang dari pergaulan. “Ia depresi sejak anak sulungnya bercerai,” ujar seorang teman baiknya. Siska pernah diingatkan agar tak usah terlalu memikirkan urusan pribadi anaknya. Sejak tak pernah kelihatan bergaul, beberapa rekan mengira Siska malu dan merasa gagal sebagai orangtua. Pasalnya, Siska dikenal biasa menjadi tempat meminta nasehat pribadi banyak orang. Teman baiknya merasa, Siska mengalami depresi akibat mendengar banyak gosip bahwa perceraian anaknya terjadi karena ia terlalu banyak campurtangan dalam kehidupan rumahtangga anaknya. “Ia tak tahan mendengar gosip itu,” katanya. Jika benar begitu, Siska jelas sudah menjadi korban kejamnya gosip. Karena, bukan hanya resah, gelisah dan stres, tapi gosip yang menimpanya telah merenggut karier dan pergaulannya. Siska bukan orang pertama dan terakhir
46
Edisi 3/Tahun I/2009
yang menanggung malang karena gosip. Sangat banyak orang mengalami hal serupa, bukan hanya warga umum, para keluarga tokoh publik, seperti artis dan yang lainnya, kerap mengalaminya. Dalam pergaulan sehari-hari, fenomena gosip memang kadang sulit kita hindari. Baik peran kita sebagai penggosip, pendengar gosip, atau objek yang digosipkan. Gosip telah menjadi menu harian masyarakat. Bahkan, kini kebiasaan buruk itu malah sudah mengharu-biru industri dunia hiburan. Gosip dikemas dalam bentuk infotainmen atau info entertainment (informasi hiburan), dan sudah menjadi industri yang sangat menjanjikan. Dalam sehari, satu stasiun tv bisa menyiarkan beberapa jenis infotainmen. Berita yang sering ditampilkan lebih banyak terkait publik figur, dan isinya sering hanya gosip, bukan berita nyata. Istilah populernya, gosip itu “digosok makin sip”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keluaran Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), kata “gosip” mengandung arti obrolan tentang orang
[feature] lain. Kata ini juga berarti cerita negatif tentang seseorang, atau pergunjingan, seperti keretakan keretakan rumah tangga seseorang dan lainnya. Bergosip atau menggosipkan berarti bergunjing atau menggunjingkan orang lain, membicarakan desas-desus, dan lainnya. Walau patut diakui, tak semua berita infotainmen bernilai negatif. Sebut saja kasus Manohara Odelia Pinot, seorang mantan model Indonesia yang akhirnya berhasil lari dari kekangan suaminya Tengku Tumenggung M Fakhry dan kerajaan Kinantan Malaysia. Kasus Manohara awalnya diungkap oleh infotaimen, lalu berhasil mendapat simpati masyarakat. Tapi, kebanyakan kisah yang diangkat infotaimen cenderung tanpa fakta. Misalnya, seorang artis perempuan sedang bersama temannya, kontan “dihukumiâ€? infotainmen bahwa ia sudah berpacaran atau berselingkuh. Dari situ, beritaberita infotainmen lebih dapat dikategorikan sebagai ghibah (gosip), namĂŽmah (adu domba), dan fitnah. Belum lagi cerita-cerita kecil tentang artis. Seperti restoran favorit mereka, alasan mereka memilih seorang pasangan, mengapa putus pacaran atau cerai, dan lain-lain, menjadi santapan hangat infotainmen. Tak heran jika infotainmen
Agar Tidak Termakan Gosip Cara termudah agar kita tidak termakan gosip, adalah meraba apa yang menjadi tujuan para bigos (penggosip) itu. Lalu tanyakan pada diri sendiri, apakah Anda mau mendukung tujuan mereka menggosip ataukah tidak? Jika Anda mendukung, bahkan menambahi bumbu gosipnya, bersiaplah menerima resiko untuk menanggung malu dan terseret cemar jika suatu saat nanti orang yang digosipkan itu membeberkan fakta sesungguhnya. Kalau Anda yang kebetulan digosipkan dan Anda mendukung keberhasilan para penggosip, bersiaplah menjadi resah, malu, cemas, bahkan depresi menghadapinya. Jika itu terjadi, tercapailah tujuan para penggosip untuk mengacaukan diri Anda. Tapi jika Anda tidak ingin mendukung mereka. Satu-satunya cara adalah menganggapnya angin lalu. Beristiqamahlah dengan segala kebaikan yang telah Anda tunjukkan. Tapi jangan lupa mencatat setiap fakta. Ssebab suatu saat, mungkin Anda memerlukannya untuk membalikkan gosip negatif yang tersebar. sering dianggap bukan kategori kerja jurnalistik. Seperti yang pernah dilontarkan Aliansi Jurnalistik Indonesia (AJI). Sebab, dalam proses penuangan berita, banyak wartawan infotainmen menyalahi kode etik jurnalistik. Dengan menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, maupun sadis. Dalam Kode Etik Jurnalistik pasal 6 disebutkan, bahwa wartawan Indonesia menghormati dan menjunjung tinggi kehidupan pribadi dengan tidak menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar) yang merugikan nama baik seseorang, kecuali menyangkut kepentingan umum. Para ulama telah memberi perhatian khusus pada masalah ini. Apalagi dalam infotainmen nyaris tidak memperhatikan masalah pendidikan. Musyawarah Alim Ulama Nahdhatul Ulama (NU) yang digelar di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur akhir 2006 lalu, memfatwakan haramnya tayangan infotainmen. Memang tak semua tayangan infotainmen dilarang. Menurut Kiai Mashuri Naim, yang diharamkan adalah tayangan yang mengandung unsur gibah, atau membeberkan aib seseorang tanpa alasan jelas. Ketua Umum PBNU, Hasyim Muzadi mengatakan, infotainmen telah mengaduk-aduk privasi keluarga, dan merusak kehormatan keluarga.
Edisi 3/Tahun I/2009
47
[feature] Menurutnya, informasi yang diberitakan infotainmen sering berujung kepada ranah konflik. Hasyim mencontohkan gencarnya infotainmen menyiarkan poligami yang dilakukan da’i terkenal Abdullah Gymnastiar (Aa’ Gym), yang akhirnya mengarah pada upaya mempersoalkan ajaran Islam. “Saya minta polemik tentang poligami dihentikan, karena ada kecenderungan mengarah untuk mempersoalkan Islam sebagai ajaran, bukan lagi kasuistis. Kalau polemik ini diteruskan, bisa menjadi konflik,� ujar Hasyim saat masalah tersebut booming. Dalam Lingkaran Gosip Dalam pergaulan sehari-hari kita kadang sulit menghindari gosip, entah sebagai penggosip, pendengar gosip maupun yang digosipkan. Gosip bagi individu memang bisa berfungsi sebagai hiburan, pengisi waktu, hingga kompensasi atas ketidakpuasan pribadi. Karena itulah banyak orang menyukainya. Tapi, tak jarang gosip
Etika Gosip Dalam buku Secrets karya Sissela Bok, dipaparkan tiga macam gosip yang dianggap tidak etis: 1. Tidak etis jika kita menyebarkan informasi yang telah kita janjikan untuk dirahasiakan. Jika tidak mungkin merahasiakan, misalnya karena alasan akan membahayakan nyawa, kita harus memilih orang yang paling tepat untuk mengetahuinya. 2. Tidak etis bila kita mengetahui bahwa gosip itu tidak benar, tapi kita malah ikut menyebarkan. 3. Tidak etis bila gosip bersifat invasif, atau melanggar wilayah pribadi yang menjadi hak setiap orang, dan dapat menyakiti orang yang terlibat.
48
Edisi 3/Tahun I/2009
terkadang disebarkan untuk tujuan jahat. Seperti untuk menimbulkan keresahan, mempermalukan, menjelek-jelekkan, dan membunuh karakter seseorang. Latarbelakangnya bermacam-macam. Tapi umumnya berkisar pada soal kompetisi atau persaingan dan balas dendam. Penyebaran gosip akan disebut sukses jika orang yang digosipkan menjadi resah, malu, nama baiknya cemar, bahkan karakter bagusnya bisa dirusak. Jahatnya lagi, sambil menyebarkan gosip, biasanya penggosip sembari menepuk dada, menonjolkan apa yang dianggap kelebihannya. Kadang pula mempromosikan orang lain yang sedang didukungnya. Para penggosip, biasanya sangat pandai menggabungkan dua tujuan itu. Sayangnya, tanpa sadar terkadang kita tergiring ikut menjahati orang lain yang belum tentu seburuk yang digosipkan. 4
Biasa Bicara Kotor
Kirim pertanyaan Anda ke redaksi via email: sekredqalam@yahoo.com, atau SMS ke 08158223413 Prof. DR. Achmad Mubarok MA Pengasuh Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam), Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA
Anak Asyik Berinternet Assalâmu’alaikum wr, wb. Anak ketiga saya sedang menginjak usia ABG (13 tahun). Sudah hampir sebulan ini, selepas sekolah di sebuah SMP, ia tak langsung pulang ke rumah. Selalu saja ia mampir di warnet (warung internet) hingga hari menjelang sore, dan asyik bermain internet. Untungnya ia tidak pernah minta uang tambahan untuk kegiatan yang menurutnya hiburan itu. Ia masih rajin menyisihkan uang sakunya sendiri untuk membayar sewa warnet. Saya khawatir kebiasaan itu akan mempengaruhi pergaulannya. Bagaimana saya memperbaiki kelakukannya itu? Terimakasih.
Assalâmu’alaikum wr, wb. Saya ibu rumah tangga berusia 38 tahun. Anak saya, Syaemaa (6 tahun), kelas satu SD sedang nakal-nakalnya. Hampir setiap hari saya pasti marah dengan ulah-ulah dia. Yang paling sering saya marah saat ini adalah kebiasaannya berbicara kata-kata kotor dan kurang sopan. Bagaimana saya harus meluruskan sikap anak saya itu. Hukuman seperti apa yang layak saya berikan. Terimakasih.
[konsultasi]
>> keluarga
Nurhasanah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan Wa’alaikumsalâm wr, wb. Bu Nurhasanah. Anak nakal belum tentu negatif. Kenakalan anak terkadang merupakan bagian dari kecerdasannya. Banyak orang besar waktu kecilnya justru sangat nakal. Tapi nakal dengan jahat itu berbeda. Sepanjang anak cuma nakal, sabar saja. Tapi jika nakalnya sudah merusak, nah baru harus serius dihadapi. Biasanya, anak nakal itu ada masanya, dan nanti akan hilang pada umur tertentu. Ibu bersabar saja, dan jangan lupa beri makan bergizi dan selalu mengingatkan anak ibu untuk mengerjakan shalat lima waktu. Salam. AM
Ahmad Fauzi Kedaung Tangerang Wa’alaikumsalâm wr, wb. Sdr. Achmad Fauzi. Internet memang bisa berguna, tapi bisa juga merusak jika digunakan tanpa kontrol. Mencegah penggunaan internet sama sekali, Anda tak akan bisa. Yang dapat Anda lakukan adalah mengontrol dan memberi kegiatan lain supaya anak Anda tidak ketagihan internet. Salam. AM
Edisi 3/Tahun I/2009
49
[interview]
Rasional Memilih
Presiden
S
etiap zaman pasti sti akan melahirkan pahlawanlawannya masing-masing. sing. Seperti juga Indonesia esia yang sedang menanti suksesi kkepeepemimpinan nasional. Sebagian agian kalangan berharap, akan muncul pemimpin bertipe e kepemimpinan kenabian.. Namun, �Saat ini, perwujudannya masih jauh,� kata psikolog Aliah Purwaknia Hasan yang juga dosen Pascasarjana Kajian Islam dan Psikologi UI. Berikut petikannya: 50
Edisi 3/Tahun I/2009
[interview] Menurut Anda, apa saja kriteria yang harus dipenuhi calon pemimpin masa kini? Seorang pemimpin harus dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan tuntutan keadaan dan orang yang dipimpinnya. Artinya, saat masyarakat membutuhkan profil yang kuat untuk menaikkan keterpurukan negara, maka seorang pemimpin harus dapat memberi jawaban dari hal yang diminta rakyatnya. Untuk itu, seorang pemimpin harus memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, keterampilan, dan kharisma yang dapat dirasakan masyarakat. Perbedaan sipil-militer masih terus hangat dibicarakan. Siapa yang paling siap itu pemimpin dari kalangan sipil atau militer? Menjadi calon presiden yang terpenting adalah kematangan pribadi. Baik sipil maupun militer, dapat menjadi presiden. Tentu saja, pengalaman membentuk kematangan seseorang, dan beda jalur pengalaman, dapat membuat karakter kepemimpinan berbeda pula. Jalur militer membuat seseorang cenderung g dipandang sebagai yang lebih kuat untuk mem-pimpin negara. Tetapi latarbelakang profesi lain,, juga tetap memiliki kelebihan tersendiri. Masya-rakat tertentu mungkin lebih memilih figurr demokratis, dibandingkan figur otoriter. Menurut Anda, berapa usia yang pantas untuk k jabatan Presiden? Asalkan ia memenuhi persyaratan usia un-tuk memilih dan dipilih. Tak ada patokan khususs untuk menjadi presiden. Secara umum, kita ber-harap ia tidak terlalu muda, sehingga memiliki ki kematangan dalam memimpin. Tetapi juga tidakk terlalu tua, sehingga tidak terganggu kesehatan-nya ketika memimpin negara.
diuntungkan dari pinjaman dana tersebut. Apalagi jika dananya kemudian menghilangkan kemandirian negara. Tetapi, memang tdak mudah mengambil keputusan dalam situasi berkonflik kepentingan. Bagaimana kecenderungan masyarakat memilih pemimpin saat ini? Bisa dikaitkan dengan sosok SBY yang berwibawa, JK yg pengusaha dan atau Megawati yg keibuan? Saya melihat masyarakat kita masih cenderung memilih berdasarkan kharisma masing-masing calon presiden. Atau lebih bersifat irasional. Dengan cepatnya pergantian kepemimpinan, masyarakat saat ini menjadi bisa merasakan, siapapun yang menjadi pemimpin negara kelak, tak terlalu banyak akan mampu mengubah kehidupan mereka secara fundamental. Kita bisa melihat dari banyaknya golongan putih (Golput) ketika Pemilu legislatif yang lalu.
O
SBY-BOEDION MEGA-PRABO
WO JK-WIRANTO
Ada yang bilang, pemimpin yang baik adalah h yang loyal kepada negara dan bangsanya. Apa a indikasi loyalitas itu? Kita jelas mengharapkan pemimpin yang g dapat mengutamakan kepentingan negara dan n bangsa, daripada kepentingan pribadi atau go-longan. Hal ini dapat dilihat dari keberpihakan n keputusan yang diambilnya, lebih menguntung-kan siapa, rakyat atau hanya golongan elitis ter-tentu. Apalagi jika golongan elit ini justru pihakk asing. Misalnya, jika Presiden memutuskan untukk mencari dana atau bantuan asing, siapa yang g
Edisi 3/Tahun I/2009
51
[interview] Belajar dari Pemilu lalu, masih ada masyarakat yang mudah terbujuk uang untuk memilih seorang calon. Mengapa? Bagi masyarakat kecil, uang dirasakan kongkrit untuk mengatasi kehidupan mereka. Walau hanya sekejap. Bagi mereka, manfaat uang dari politik uang, lebih jelas daripada janji politik yang tak pernah pasti. Daripada dibohongi dengan perhatian dan basa basi politik yang tak akan pernah mengubah nasib mereka, pemberian uang dapat sedikit menghibur mereka yang sedang susah. Ini memperlihatkan masih redahnya tingkat kemakmuran masyarakat kita. Bagaimana dengan masyarakat memilih karena figur? Apa yg diharapkan? Kita masih bisa mengharap lahirnya para pemilih rasional, jika tingkat pendidikan dan ekonomi membaik. Karena pendidikan dan kondisi ekonomi akan membentuk kemandirian dalam memilih. Figur pemimpin dapat menjadi salah satu kriteria untuk menentukan pemilihan, terutama bila sesuai dengan harapan masyarakat. Khususnya figur yang dapat menyelesaikan masalah negara, dan meningkatkan kemakmuran rakyat. Bagaimana peran faktor latarbelakang pribadi masyarakat untuk memilih calon pemimpin dari latar belakang yang sama, misalnya pengusaha atau militer? Biasanya kita memang cenderung menyukai orang yang memiliki kesamaan dengan diri kita. Tapi itu bukan variabel penentu tunggal. Artinya, sikap terhadap calon presiden juga dipengaruhi pengetahuan dan pengalaman masa lampau, terhadap si calon tersebut. Orang Indonesia cenderung mudah bersimpati. Seperti unggulnya SBY dulu karena ia menjadi pihak �terzhalimi� pemerintah saat itu. Seberapa besar rasa itu mempengaruhi masyarakat? Simpati karena melihat seseorang dikorbankan, bukan satu-satunya kriteria untuk memilih. Masyarakat butuh pahlawan yang dapat menjadi simbol perlawanan, yang dapat membawa mereka keluar dari kesulitan. Tapi kinerja nyata para calon pemimpin, tentunya lebih menentukan. Artinya, simpati itu akan hilang, jika prestasi yang mereka tunjukkan tak seperti yang diharapkan.
52
Edisi 3/Tahun I/2009
Sejauh mana pengaruh primordialisme terhadap pemilih? Kencenderungan primordialisme masih terjadi. Secara umum, manusia memang lebih menyukai orang yang memiliki kesamaan dengan diri mereka. Selain itu, mereka mengharapkan agar orang yang memiliki kesamaan dengannya dapat lebih memperhatikan dan membawa aspirasi mereka. Kepemimpinan prophetik (kenabian) sangat dibutuhkan dalam menata kehidupan bangsa ini. Bisakah itu diwujudkan? Harus diperjelas dulu yang dimaksud kepemimpinan prophetik. Apakah dilihat dari akhlaknya yang semata-mata mencerminkan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Atau dari semangatnya bahwa ia semata-mata ikhlas menjalankan perintah dan rencana Allah bagi kehidupan manusia? Untuk memenuhinya, tentu saja masih tergantung pada kapasitas pemimpin dan orangorang yang dipimpinnya. Untuk saat ini, perwujudannya masih terasa jauh. Apa saja indikator kepemimpinan prophetik? Apakah dari ketiga pasangan Capres 2009 ini ada yg memenuhi kriteria itu? Masing-masing calon memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun saya tak melihat ada yang menunjukkan karakter atau gaya kepemimpinan prophetik dari ketiga pasang calon yang ada. (Tata Septayuda)
Edisi 3/Tahun I/2009
53
54
Edisi 3/Tahun I/2009
[motivasi]
Bangkit dari KEGAGALAN Sesuatu yang kecil, dengan ketekunan, lama-lama akan menjadi besar juga. Demikian bunyi pepatah umum. Banyak pengusaha memulai bisnis dari hal kecil, namun kemudian bisa menjadi pengusaha besar. Yang dibutuhkan hanya kesabaran, keuletan (tahan uji) dan ketekunan untuk melampaui masa-masa sulit dan bangkit dari kegagalan.
A
mir, seorang pengusaha di sebuah kota kecil Jawa Tengah. Dulu, saat lulus kuliah, layaknya pemuda desa pada umumnya, Amir ingin menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan jalur profesi guru yang dipilihnya. Dengan status guru tidak tetap di SMA dan merangkap sebagai tenaga pengajar di sekolah swasta, Amir mendapat honor yang sangat kecil. Orang tuanya bahkan masih membantu mencukupi kebutuhannya, dengan harapan suatu saat, secepat mungkin, Amir bisa diangkat menjadi PNS. Di usia 30 tahun, Amir sudah mengabdi sebagai guru selama enam tahun, namun berbagai lowongan PNS tidak pernah berhasil ia dapatkan. Sebenarnya Amir masih bersabar, hingga suatu saat, ia bertemu Rahmat, seorang sahabat SMA yang kebetulan menggeluti bisnis rempah-rempah. Sekilas bisnisnya terdengar sepele dan kecil, namun ternyata omset bulanannya mencapai Rp 150 juta, dengan keuntungan bersih rata-rata Rp 7,5 juta/bulan. Amir takjub dan terkesan, karena Rahmat tidak kuliah dan hanya lulus SMA. Sementara, pendapatan Amir—yang sarjana pendidikan jurusan matematika, dari mengajar di tiga sekolah hanya kurang lebih Rp 1 juta perbulan. Bila dikalkulasi, pendapatan Rahmat 7,5 kali lipat pendaptan Amir. Artinya, hasil usaha Rahmat 1 tahun sebanding dengan kerja Amir
7,5 tahun. Perbandingan yang cukup besar. Ia masih ingat Rahmat mulai berjualan rempahrempah begitu lulus SMA, karena tidak ada biaya kuliah. Setelah beberapa kali pertemuan, Amir termotivasi menjadi pengusaha. Ia tahu bahwa keterbatasan modal bukan hambatan tuk menjadi pengusaha, karena akan selalu ada jalan. Ia lalu memutuskan beternak ikan lele, yang dari analisanya tidak membutuhkan modal besar dan relatif mudah. Juga kebetulan orang tuanya memiliki sawah + 5000 m2. Ia memanfaatkan sedikitnya 100 m2 untuk beternak lele, sebagai uji coba. Beternak ikan lele relatif mudah karena 3 bulan sudah bisa panen, dan sudah banyak pedagang pengepul yang siap membeli. Tahun Ke-1 Amir memulai usaha dengan modal Rp 8 juta, dengan memanfaatkan tabungan dan pinjaman dari orang tua. Kolam sementara dibuat dari terpal, bukan kolam permanen. Perencanaan kebutuhan modalnya: Biayapembuatan kolam : Rp 5.000.000,Biaya : Rp15.000,Bibit lele : Rp 975.000,Biaya pakan 3 bulan : Rp 2.000.000,Amir tetap menjadi guru, karena beternak lele tidak memerlukan perawatan ketat. Tiga
Edisi 3/Tahun I/2009
55
[motivasi]
bulan kemudian Amir, sudah panen, dan menghasilkan 1 ton ikan lele. Hanya sedikit lele yang mati. Dengan harga jual untuk pembeli besar Rp 6000/kg, Amir mendapatkan uang + Rp 6 juta. Amir mulai asyik berbisnis, sekalipun keuntungan kotornya hanya Rp 3 juta dalam tiga bulan. Kadang sebagian hasil panen ia bagikan ke beberapa tetangga agar orang lain bisa ikut menikmati. Amir panen empat kali dalam setahun bisnis. Ia melunasi utang kepada orangtua. Keuntungan belum banyak, namun Amir cukup puas. Toh, ia masih bisa hidup dengan gaji mengajar. Tahun Ke-2 Amir merasa yakin bisa mengembangkan bisnis dan mendapat keuntungan lebih besar. Ia merancang pembuatan kolam ikan permanen seluas 300 m2, agar perawatan lebih mudah dan ikan lebih aman, misalnya dari serangan ular. Obsesi untuk sukses begitu menggebu dan menggelora. Amir meyakinkan keluarganya dan mendapatkan bantuan Rp 30 juta dari orang tua dan Rp 20 juta dari pamannya, dengan janji angsuran pelunasan kepada pamannya selama 1 tahun. Rencana pembiayaannya: Kolam permanen 300 m2 : Rp 35.000.000,(35 juta) Bibit 45.000 ekor : Rp 3.150.000,(3,6 juta)
56
Edisi 3/Tahun I/2009
Biaya pakan 3 bulan : Rp 7.000.000,(7 juta) Sisa modal digunakan untuk biaya operasional, termasuk Rp 400.000/bulan gaji satu orang tenaga kerja paruh waktu. Amir lalu memutuskan berhenti mengajar dan fokus pada bisnis, meski ditentang keluarga. Tiga bulan kemudian, sesuai rencana, Amir panen. Ia melakukan pengembangan bertahap, diatur agar tiap bulannya bisa panen 15.000 ekor dan mendapatkan ikan lele sekitar satu ton senilai Rp 6 juta. Rp 1,5 juta untuk mencicil utang pada paman, Rp 2 juta untuk putaran perbulan, dan Rp 400.000 untuk gaji pekerja. Sisanya (Rp 2,1 juta/bulan) digunakan untuk kebutuhan pribadi dirasa sudah cukup. Bulan-bulan berikutnya, panen bertambah dan meningkat di atas satu ton, didukung naiknya harga ikan lele di pasar. Amir semakin menikmati bisnisnya. Bulan ke delapan, tiba-tiba harga pakan naik dan harga ikan lele malah turun. Amir mencoba tetap tenang, dan berharap bulan berikutnya situasinya membaik. Namun tak seperti harapan, di bulan ke sepuluh, situasi tetap buruk, dan tibatiba hampir separuh lelenya mati. Akibatnya, pendapatan menurun drastis, untuk mencicil utang, menggaji pekerja serta memutar modal pun sudah sangat pas-pasan.
[motivasi] Keadaan ini berlanjut hingga akhir tahun kedua. Amir menjadi kacau dan tidak bisa tenang lagi. Bisnisnya semakin jelas akan bangkrut karena banyak merugi. Ia sangat malu karena cicilan kepada pamannya tidak lancar, dan ia terlanjur memberi harapan yang menggiurkan kepada keluarganya. Beberapa rekan guru, menyalahkan karena telah meninggalkan profesi guru. Tahun Ke-3 Amir belum siap menghadapi kekacauan bisnis. Selama tiga bulan hidup Amir berantakan, tidak bisa tidur dan sering gelisah sendiri. Dari sisa uang yang ada, Amir hanya sanggup beternak bibit sebanyak 30.000 ekor, semakin lama jumlahnya semakin kecil. Meski dengan susah payah, Amir tetap mempertahankan bisnis ini, mengurangi gaji pegawai dengan kompensasi pengurangan tugas. Di saat gairah bisnis melemah, Amir mulai bimbang dan berpikir untuk berhenti. Tapi ia akan berhadapan dengan masalah besar, karena sawah yang terlanjur menjadi bangunan, sangat sulit mengembalikannya menjadi sawah lagi. Ia betul-betul tertekan. Hingga akhirnya, Amir bertemu Rahmat lagi yang justru menyarankan agar tetap sabar, dan terus berusaha. Katanya, kegagalan seperti itu wajar dalam permulaan bisnis, pengusaha harus selalu berprasangka baik kepada Allah SWT. Berpikir positif, akan memudahkan mendekatkan diri kepada Allah, dan kalau sudah dekat, diri akan tenang. Tetap dalam ketenangan akan memudahkan mencari menyelesaikan masalah. Amir melanjutkan usaha dan mencoba bangkit lagi. Dengan perasaan penuh malu, Amir menemui pamannya dan memohon kelonggaran waktu menunda cicilan hutang. Paman yang semula menolak, akhirnya menerima karena melihat kesungguhan Amir. Kepada orang tuanya, Amir meminta maaf dan memohon restu melanjutkan bisnis. Amir meminjam uang dari sebuah BPR dengan jaminan sepeda motor miliknya dan milik bapaknya. Tidak perlu banyak, karena yang dibutuhkan hanya biaya produksi. Lalu apa yang terjadi? Beberapa bulan, pendapatan masih belum bisa menutupi biaya pakan, karena harga jual ikan lele masih flukuatif cenderung turun. Mungkin karena pasokan yang terlalu tinggi di pasar. Selama ini, Amir masih memasarkan dengan cara pembeli yang datang ke rumah, Amir tidak pernah mencari pasar sen-
diri. Usahanya bahkan bangkrut lagi karena lelenya tiba-tiba banyak yang mati di akhir tahun ketiga. Amir kembali menemui kekacauan baru. Kendati ia telah belajar menghadapi kegagalan, tapi situasi sekarang menjadi tambah berat, karena ia terjerat hutang BPR senilai Rp 10 juta, hasil penggadaian dua sepeda motor. Setidaknya ia harus mengangsur hampir Rp 500.000/bulan. Belum lagi hutang pada paman. Tahun Ke-4 Kebangkrutan yang kedua berlanjut sampai tahun keempat. Modalnya habis lagi, karena sisa penjualan sudah digunakan untuk mengangsur hutang. Amir benar-benar hidup dalam tekanan dan keprihatinan, di tambah situasi di lingkungannya yang selalu menyudutkan. Hanya Rahmat satu-satunya orang yang mengerti dan selalu memotivasi untuk tidak putus asa. Sampai suatu saat, sebuah instansi pemerintah mengadakan training kewirausahaan gratis. Kebetulan trainernya memiliki background bisnis yang sama seperti Amir, ia seorang pengusaha yang berjuang dari nol, dan telah mengalami beberapa masalah, namun mampu bangkit dari keterpurukan. Hasil training itu benar-benar mampu memotifasi, membangkitkan semangat dan memberikan keyakinan baru bahwa akan selalu ada jalan keluar bagi setiap masalah kalau mau berusaha. Dengan semangat baru, Amir berpikir keras. Dari pada terus menerus memikirkan kegagalan dan beban hutang, lebih baik fokus pada usaha agar bisa menguntungkan. Sekali lagi, ia menemui pihak-pihak pengutang meminta toleransi pembayaran. Kemudian menego penjual bibit lele agar pembayaran bisa dilakukan setelah panen. Amir melangkah lebih jauh lagi dengan mengembangkan pakan lele. Melihat harga pakan ikan lele yang tetap mahal, ia berinisiatif mencari alternatif pakan lain. Amir memanfaatkan limbah makanan yang cukup banyak dari warung-warung makan. Di antara limbah itu ada nasi, tulang, duri ikan, kepala ikan dan lain-lain yang ternyata mengandung protein yang dibutuhkan ikan lele. Amir membeli limbah itu dengan harga sangat murah, beberapa warung bahkan memberikannya secara gratis. Jauh akan lebih menghemat pakan lele yang harganya sudah melambung sampai Rp 4.500/kg. Hasilnya luar biasa, ia tidak membutuhkan banyak modal untuk bibit, pakan alternatifnya
Edisi 3/Tahun I/2009
57
[motivasi]
Inti Keberhasilan
Pelajaran berharga dari keberhasilan Amir: 1. Mengajar dengan cita-cita menjadi PNS tidak akan membawa berkah. 2. Selalu berpikir positif terhadap Allah SWT, sehingga bisa terus tekun dan ulet berusaha, dan tidak mudah berputus asa. 3. Tenang dalam menghadapi kesulitan akan memunculkan kreatifitas. Ketenangan menciptakan pikiran yang fokus dan terarah. 4. Keputusan untuk keluar dari pekerjaan, dan fokus ke bisnis memang beresiko besar. Namun resiko besar seringkali sepadan dengan hasilnya. 5. Keberhasilan selalu membutuhkan waktu dan proses, tidak ada yang tiba-tiba dan instan. Kalaupun ada, itu tidak untuk diikuti. 4 ternyata sangat cocok. Ikan lele tumbuh lebih besar dan menjadi lebih kebal terhadap serangan hama. Di bulan-bulan berikutnya, Amir telah mengurangi pembelian pakan lele dari toko hingga 75% dan menggantinya dengan pakan alternatif. Akhir tahun keempat ini, bisnisnya sudah berjalan lagi dan menguntungkan. Secara bertahap Amir sudah bisa mulai mengangsur pembayaran hutang dan menambah investasi. Belajar dari pengalaman masa lalu, Amir tidak mudah lupa diri. Ia sadar, pentingnya mengembangkan usaha, tetap memilih hidup secukupnya tanpa berfoyafoya, dan menggunakan setiap sisa keuntungan untuk menambah investasi. Tahun Ke-6 Kolamnya sudah berkembang menjadi 600 m2, memanfaatkan pinjaman lunak dari sebuah bank dengan bunga sangat ringan. Seluruh hu-
58
Edisi 3/Tahun I/2009
tang sudah lunas. Dengan cara pembesaran ikan lele yang baru, kini Amir sudah bisa memanen + 2,5 ton/bulan dengan keuntungan bersih Rp 6 juta/bulan. Amir merencanakan pembangunan kolam yang bisa disewakan kepada masyarakat sekitar yang mulai tertarik, dengan menggaunakan sistem bagi hasil. Terlebih setalah bertemu seorang pengusaha ekspor ikan yang ingin mencoba ekspor ikan lele. Amir juga menjadi lebih taat beribadah dan lebih bijak menghadapi persoalan. Kalau bertemu orang yang mengalami kesulitan, ia segera menyarankan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT, dan mengingatkan firman-Nya, “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orangorang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya.� (Qs. al-Baqarah [2]: 45–46)
4
[bisnis]
[feature]
Penyakit Bisnis Makanan Haram
Shofia Tidjani
Demi uang, banyak orang tak lagi peduli untuk memperdagangkan makanan haram. Dari makanan berlemak babi, hingga kasus abon beroplos babi, rebak menghantui kenyamanan konsumen muslim. Masyarakat resah, kecurigaan antarmasyarakat timbul, paranio sosial pun mengancam. Dedi Kurniawan (32 tahun), merasa kebingungan sore itu. Karena sangat lapar, tadi siang ia lahap menyantap habis sepirik mie pangsit yang dibelinya di pedagang yang biasa mangkal di daerah cilangkap, dekat kediaman kakaknya. Selepas makan, ia menemui kakaknya yang bermukim tak jauh dari lokasi ia membeli mie pansit. “Dari mana De?” tanya sang kakak. “Habis makan mie pangsit, Kak, di perempatan jalan sana,” jawab Dede. “Kok, kamu makan di sana? Kata banyak warga, tukang mie itu suka menggunakan lemak babi biar
masakannya enak,” jelas si kakak. Sontak, Dede merasa mual. Dan ingin segera memuntahkan mie yang telah lahap ia kunyah sebelumnya. Tapi, tak sanggup ia keluarkan makanan itu dari dalam perutnya, hatinya menjadi gelisah. “Waduh, aku sudah makan barang haram!” sesalnya. Berhari-hari, rasa sesal tak lekas hilang dari benak Dede. Ia pun tak tahu cara segera menghilangkannya. Hanya waktu yang kemudian membuatnya lupa dengan “kesalahan” tidak sengaja mengonsumsi barang yang telah diharamkan Allah SWT untuk dimakan.
Edisi 3/Tahun I/2009
59
[feature]
Lain cerita tapi nyaris serupa, bulan lalu masyarakat konsumen muslim dibuat resah oleh fakta menggemparkan ditemukannya abon sapi oplosan daging babi. Lima merek dendeng dan abon sapi yang beredar di pasar, positif mengandung asam deoksiribo nukleat (DNA) babi. Berdasarkan informasi dari Badan Penyehatan Obat dan Makanan (BPOM), telah dipastikan lima merk abon yang terbukti mengoplos abon sapi dengan daging babi. Yaitu dendeng/abon sapi gurih cap Kepala Sapi 250 gram, dengan produsen yang tidak diketahui; abon/dendeng sapi cap Limas 100 gram, produksi PT Langgeng, Salatiga yang fiktif; abon/dendeng sapi asli cap A.C.C., dengan produsen yang tidak diketahui; dendeng sapi istimewa merk Beef Jerkey Lezaaat, produksi MDC Food Surabaya; dan dendeng sapi Istimewa No 1 cap 999, produksi rumahan S. Hendropurnomo, Malang. Ini merupakan hasil penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Departemen Kesehatan (Depkes) dari uji sampel di enam kota yakni, Jambi, Jakarta, Semarang, Surabaya, Bogor, dan Bandung. Lima produk itu diketahui mengandung DNA babi setelah dilakukan uji sampel terhadap 35 merek yang terdiri dari 15 dendeng dan 20 abon sapi. “Sebenarnya tekstur serat babi lebih
60
Edisi 3/Tahun I/2009
tidak tampak karena banyak mengandung lemak. Karena itu, kita menguji di laboratorium dengan alat bernama the real-time PCR (Polymerase Chain Reaction),� ujar Kepala BPOM Husniah Rubiana Thamrin, di Jakarta beberapa waktu lalu. Anehnya, kelima produk itu lanjut Husniah, mencantumkan nomor registrasi produk milik perusahaan lain. Sementara produk yang mencantumkan nama produsen, alamatnya tak jelas. Bahkan, salah satu produk memiliki stempel halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). “Produsen meminta label halal dan sertifikat dari Dinas Kesehatan setempat. Saat dicek MUI dan Dinas Kesehatan, awalnya menggunakan daging sapi. Produsen juga menjamin tempat pemotongan hewannya halal. Tapi ketika dites DNA, ternyata menggunakan daging babi,� jelasnya. Ketua MUI Amidhan menduga, sertifikat halal MUI itu dipalsukan. Pasalnya, nama ada beberapa perusahaan yang tidak jelas nama dan nomor sertifikat halalnya, juga belum jelas mereka terdaftar atau tidak. Kepala BPOM Depkes Husniah Rubiana Thamrin menyatakan, produsen yang terbukti mengedarkan dendeng dan abon sapi yang mengandung babi, diancam dengan pasal berlapis. Demikian pula produsen yang terbukti memasang sertifikat halal tapi produknya tidak halal. Mereka bisa dijerat dengan UU Kesehatan No 23/1992, UU Pangan No 7/1996 dan UU Perlindungan Konsumen, dengan ancaman lima tahun penjara dan denda Rp 2 miliar. Besarnya sampel produk yang mengandung DNA babi yang ditemukan, menunjukkan kurangnya pengawasan aparat terhadap produk makanan olahan. Karenanya, pengawasan perlu dilakukan terhadap semua industri, baik kecil maupun besar. Sebab, tak lain dan tak bukan, yang merugi jelas-jelas konsumen, khususnya konsumen muslim. Sudah harus mengeluarkan biaya mahal untuk membeli makanan enak dan terjamin, malah mendapat makanan haram! Dirjen Bimas Islam Prof. Dr. Nasaruddin MA. menyatakan siapapun produsen yang sengaja membuat penipuan mencantumkan label halal pada produk dendeng dan abon yang mengan-
[feature] dung babi, harus ditindak tegas. Menurut Nasaruddin, langkah yang harus dilakukan adalah mengambil langkah hukum dan menarik produk dari peredaran. Selanjutnya, bagaimana menciptakan ketentraman konsumen, terutama umat Islam supaya makanan yang beredar itu aman dan dampak pada para produsen yang baik-baik, mereka tidak terganggu. Kecurigaan Sosial Di samping kerugian besar yang dialami konsumen akibat penipuan, menurut data media tercatat dampak akibat beredarnya isu tersebut, sejumlah pengusaha abon dan dendeng sapi di berbagai daerah di Indonesia mengaku omzetnya mengalami penurunan hingga yang terparah mencapai 80 persen. Karena sejak merebaknya berita abon oplosan dagng haram ini, masyarakat cenderung berhatihati membelinya, bahkan tak jarang pedagang banyak menjadi sasaran kecurigaan. Keresahan pun timbul akibat tingginya tingkat kecurigaan antarmasyarakat. Kecurigaan ( suspicion) adalah emosi dari ketidakpercayaan, di mana seseorang atau kelompok meragukan kejujuran orang lain tanpa bukti. Jika
Dampak Makanan Haram Menurut jumhur ulama, mengonsumsi makanan yang diharamkan Allah tanpa sadar atau sengaja hukumnya ma’fu, atau tidak mengapa. Namun jika mengonsumsinya secara sengaja tentu yang dilarang. Karena asal hukum makanan adalah halal, maka tidak dapat kita temukan rincian jenis makanan halal baik dalam al-Qur’an maupun Sunnah. Sementara tentang makanan haram, telah jelas dirinci secara detail dalam al-Qur’an maupun hadits (Qs. al-An’âm [6]: 119, dan al-Mâ`idah [5]: 3). Penegasan rinci tersebut, karena memang makanan mempunyai pengaruh dominan bagi diri orang yang mengonsumsinya. Artinya, makanan yang halal, bersih dan baik, akan membentuk jiwa yang suci dan jasmani yang sehat. Sebaliknya, makanan yang haram, akan membentuk jiwa yang keji dan hewani. Menurut Syaikh Dr Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, ulama asal Arab Saudi dan pengarang puluhan buku ternama, makanan yang halal maupun yang
kecurigaan ini menjadi berlebihan, sangat rentan melahirkan paranoia. Yaitu proses pikiran yang terganggu, yang cirinya berupa kecemasan atau ketakutan yang berlebihan, hingga sering tidak rasional dan menimbulkan delusi (keyakinan yang salah, palsu, atau waham). Pemikiran paranoid, biasanya disertai anggapan akan dianiaya oleh sesuatu yang mengancamnya. Kecurigaan yang terus tumbuh tanpa pengentasan, membuka peluang timbulnya praduga negatif. Dan praduga itu bisa berkembang menjadi isu politik, yang dari segi pemerintah bisa menurunkan polularitas dan kepercayaan publik. Bagi masyarakat luas, praduga bisa berkembang menjadi kecurigaan sosial yang ujungnya bisa memicu konflik sosial. Kecurigaan sosial jelas akan mengganggu relasi sosial masyarakat. Akibatnya, masyarakat tak lagi dapat berinteraksi secara normal. Menurut E. Kristi Purwandari, pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), faktor penyelenggaraan kehidupan bernegara yang carut-marut menjadi penyebab depresi terbesar bagi masyarakat Indonesia. Keadaan seperti ini menyebabkan orang frustasi dan putus harapan.
4
haram, tak hanya berpengaruh pada hati dan perangai individu saja, baik dalam potensi memperbaiki atau menyimpangkannya. Tapi efeknya juga dapat merambah mempengaruhi masyarakat. Masyarakat yang didominasi kejujuran dalam bermua’malah, mengkonsumsi makanan yang diperbolehkan, ia akan tumbuh menjadi sebuah komunitas yang bersih, teladan, saling menolong, dan kokoh. Sementara masyarakat yang terkungkung oleh praktek risywah (suap), tipu menipu dan tersebarnya makanan yang haram, akan menjadi komunitas yang ternoda, tercerai berai, individualis, tak mengenal kerjasama untuk saling menolong, hina di mata masyarakat lain, juga menjadi ladang subur berkembangannya sifat-sifat buruk. Pasalnya, makanan-makanan yang buruk tersebut bisa merusak tabiat manusia. Menurut Syeikh Ibnu Taimiyyah (Majmû` Fatâwâ [10/21), Allah mengharamkan makanan-makanan yang buruk lantaran mengandung unsur yang dapat menimbulkan kerusakan, baik pada akal, akhlak maupun aspek lainnya. Keganjilan prilaku akan nampak pada orang-orang yang menghalalkan makanan dan minuman yang haram, sesuai dengan kadar kerusakan yang dikandung makanan tersebut.
Edisi 3/Tahun I/2009
61
[artikel]
Pemimpin Perusahaan yang Tangguh Setiap pribadi yang mendapat amanah sebagai pemimpin, harus mampu terus memegang prinsip-prinsip Islam. Semua pekerjaan, besar maupun kecil, harus dilakukan oleh orang yang tepat. Istilah populernya, right man in the right place. Rasulullah SAW beberapa abad yang lampau telah mengingatkan, “Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya (tidak memiliki kapasitas untuk mengembannya), maka tunggulah saat kehancurannya.� (HR al-Bukhari) Pemimpin memegang kendali terhadap apa yang dipimpinnya. Dan di tangan pemimpin, masa depan perusahaan dan seluruh stake holdernya ditentutan. Seorang pemimpin perusahaan yang ideal, harus mempunyai kapabilitas dan profesionalitas. Dan sudah begitu banyak buku manajemen maupun psikologi karya para ahli, mencoba merumuskan karakteristik pemimpin perusahaan yang tangguh dan efektif. Dalam buku The 7 Habits of Highly Effective Person (1989), Stephen R Covey menguraikan beberapa kriteria pemimpin organisasi yang efektif. Yaitu: Pertama, mau terus belajar. Pemimpin harus menganggap seluruh hidupnya sebagai rangkaian dari proses belajar yang tiada henti untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasannya. Kedua, berorientasi pada pelayanan. Pemimpin yang baik, akan melihat kehidupannya sebagai misi, bukan karir. Ukuran keberhasilannya adalah bagaimana ia bisa menolong dan melayani orang lain. Karena dasar kepemimpinannya adalah kesediaan untuk memikul beban orang lain. Ketiga, memberikan energi positif. Energi yang dipancarkan ini akan mempengaruhi orangorang di sekitarnya. Sehingga pemimpin berkarakter ini dapat tampil sebagai juru damai dan
62
Edisi 3/Tahun I/2009
Muhammad Subair (Pengusaha Muslim, Pemilik Guyub Teknologi Nusantara)
penengah, untuk menghadapi dan membalikkan energi destruktif menjadi positif. Keempat, mempercayai orang lain. Dengan mempercayai orang lain, maka pemimpin dapat menggali dan menemukan kemampuan tersembunyi dari pekerjanya. Kelima, memiliki keseimbangan hidup. Pemimpin efektif merupakan pribadi seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai diri, bijak, tidak gila kerja dan menjadi budak rencana-rencana sendiri. Keenam, jujur pada diri sendiri. Sikap ini ditunjukkan dengan sikap mau mengakui kesalahan dan melihat keberhasilan, sebagai hal yang berjalan berdampingan dengan kegagalan. Ketujuh, mau melihat hidup sebagai sesuatu yang baru. Pemimpin seperti ini akan memiliki kehendak, inisiatif, kreatif, dinamis dan cerdik bersikap. Kedelapan, memegang teguh prinsip. Ia tak akan mudah dipengaruhi, namun untuk hal-hal tertentu ia dapat bersifat luwes penuh harus kompromi. Kesembilan, sinergistik. Pemimpin harus menjadi katalis perubahan. Sehingga setiap situasi yang dimasukinya, selalu diupayakan menjadi lebih baik. Karena ia selalu produktif dalam cara-cara baru dan kreatif. Kesepuluh, selalu memperbaharui diri. Pemimpin harus bersedia secara teratur melatih empat dimensi kepribadian manusia. Yaitu fisik, mental, emosi, dan spiritual, untuk memperbarui diri secara bertahap. Sedangkan Warren Bennis (Managing People is like Herding Cats, 1997) mensyaratkan beberapa karakteristik sebagai pemimpin perusahaan yang tangguh: Pertama, pengenalan diri. Pemimpin yang tangguh pasti mampu mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Ia akan sering menggunakan jasa pihak lain untuk memberi masukan
[artikel] dan pemahaman atas kepribadiannya. Dengan bekal pemahaman atas dirinya, ia dapat bergerak maju memperbaiki kekurangan, dan melesat jauh bersama kelebihannya. Kedua, terbuka terhadap umpan balik. Pemimpin yang efektif akan mengembangkan sumber-sumber umpan balik yang bervariasi dan berharga mengenai perilaku dan kinerja dirinya. Ia cenderung memiliki gaya yang terbuka. Dalam proses pembelajaran itu, ia akan menjadi sangat reflektif terhadap apa yang dikerjakannya, kendati itu dapat membuat dirinya rawan terhadap kritik. Ketiga, pengambil resiko yang selalu ingin tahu. Kebanyakan pemimpin adalah petualang, pengambil risiko, dan selalu ingin tahu, bahkan sangat ingin tahu. Mereka tampak mampu mengambil resiko sangat besar dan membiasakan dirinya selalu terlibat dalam situasi berbahaya. Hampir selalu terjadi, para pemimpin besar mengalami kemunduran, krisis, atau kegagalan dalam kehidupan mereka. Keempat, konsentrasi pada pekerjaan.
Pemimpin yang tangguh adalah orang yang walau berkemampuan kecil dalam hubungan antarpribadi, tapi memiliki tingkat konsentrasi yang luar biasa. Matanya tajam fokus pada pekerjaan, perusahaan, sasaran-sasaran, dan misi-misinya. Kelima, menyeimbangkan tradisi dengan perubahan. Alfred North Whitehead pernah mengatakan, pemimpin efektif harus memiliki keterikatan, baik dengan budaya maupun kebutuhan perbaikan dan perubahan. Keenam, bertindak sebagai model dan mentor. Pemimpin yang tangguh akan bangga menjadi mentor, dan merasa menang ketika berhasil melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Ia akan menghargai kemenangan itu dengan menjadikan seluruh periode kehidupan sebagai proses belajar, dan memanfaatkan semua pengalaman secara didaktik. Selain dua rumusan karakteristik di atas, dan karakteristik masih banyak lagi rumusan ciri d dan efektif. pemimpin perusahaan yang tangguh tang mensyaratkan untuk Enterprising Nation (1995) mens perusahaan yang menjadi pemimpin pe tangguh harus memili memiliki delapan kompetensi. Yaitu: people skills, strategic flexible and adaptthinker, visionary, flex self-management, able to change, se team player, ability to solve complex problem and make decisions, dan personal standards. ethical/high persona American ManageSedangkan Ame (Eighteen Manager ment Association (Eig Competencies, 1998) menuliskan 18 harus dimiliki manakompetensi yang haru efficiency orientajer tangguh. Yaitu: effi concern with impact, tion, proactivity, conce use of unidiagnostic use of concepts, conc lateral power, developing developi others, spontaneity, accurate sself-assessment, self-control, stamina and a adaptability, objectivity, positive reperceptual objectivi process, gard, managing group g power, selfuse of sosialized sosializ confidence, conceptualizalogical thought, dan tion, logica oral presentation. use of ora
Kriteria Islam Target konsepTar konsep modern di konse atas, terlihat hanya
Edisi 3/Tahun I/2009
63
[artikel]
untuk mendapatkan keuntungan dunia. Sementara Islam telah memberi solusi lebih dari itu, agar yang kita kerjakan juga dapat menghasilkan keuntungan akhirat, di samping dunia. Sebagai agama yang komprehensif dan lengkap mengatur segala aspek kehidupan manusia, Islam memiliki prinsip-prinsip mendasar yang secara khusus mengatur penjabaran visi, misi, kewajiban, fungsi, tugas, wewenang, tanggung jawab manusia di muka bumi. Tak terkecuali dalam memimpin perusahaan. Setiap pribadi yang mendapat amanah sebagai pemimpin, harus mampu terus memegang prinsip-prinsip Islam (Qs. al-Baqarah [2]: 208). Dan Islam telah memberikan konsep dan prinsip yang lengkap dan sempurna untuk membentuk pemimpin yang ideal. Yaitu: Pertama, prinsip ibadah. Seorang pemimpin pada hakikatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Maka sudah seharusnya seluruh amal perbuatannya didasarkan pada tujuan utama ikhlas mencari ridha-Nya (Qs. adz-Dzâriyat [51]: 56, dan an-Nisâ` [4]: 36). Kedua, prinsip amanah. Pemimpin yang mengaku beriman dan Islam, harus menjalankan dua jenis amanah yang dibebankan kepadanya. Yaitu amanah dari Allah dan Rasul-Nya, berupa kewajiban untuk menjalankan segala perintah Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala larangan Allah dan Rasul-Nya. Serta amanah dari manusia, yang meliputi berbagai hal yang menyangkut hajat hidup manusia sehari-hari. Baik dalam urusan pribadi, maupun urusan bersama.
64
Edisi 3/Tahun I/2009
Setiap individu yang mendapat amanah dari manusia untuk memimpin, mendapat beban amanah untuk mengurus, mengatur, memelihara dan melaksanakan kewajiban itu secara baik dan benar (Qs. al-Anfâl [8]: 27-28, dan ayat-ayat lainnya yang bermakna sama). Ketiga, prinspip ilmu dan profesionalitas. Prinsip ilmu maksudnya semua pekerjaan harus dilakukan berdasarkan ilmu pengetahuan (Qs. al-Isrâ` [17]: 36). Imam Syafi’i mengatakan, “Barangsiapa yang menginginkan dunia, maka hendaklah dengan ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu. Dan barangsiapa menginginkan kedua-duanya, maka hendaklah dengan ilmu.” (Al-Majmû’ Imam an-Nawawi). Keempat, prinsip keadilan. Allah Maha Adil dan sangat mencintai keadilan. Dia telah banyak emberi perintah manusia untuk berbuat adil (seperti Qs. an-Nisâ` [4]: 135, dan al-A’râf [7]: 29). Kelima, prinsip etos kerja/kedisiplinan. Islam adalah agama yang mengajarkan kerja keras dan usaha, di samping berdoa. Karena Allah tak akan merubah suatu kaum, selain mereka merubahnya sendiri (Qs. al-Anfâl [7]: 53). Manusia juga diperintahkan untuk mencari karunia Allah (Qs. al-Jumu’ah [62]: 10). Lalu diperintahkan untuk tidak pasrah (Qs. al-Qashash [28]: 77). Keenam, prinsip akhlaqul-karîmah, seperti diteladankan Rasulullah (Qs. al-Qalam [68]: 4). Allah telah menyampaikan, jika manusia ingin memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat agar mencontoh dan meneladani akhlak beliau (Qs. al-Ahzâb [33]: 21). BAHAN BACAAN: - Stephen R Covey, The 7 Habits of Highly Effective Person, 1989 - Warren Bennis, Managing People is like Herding Cats, 1997 - American Management Association, Eighteen Manager Competencies, 1998
Dhorifi Zumar
M
enjamurnya pusat perbelanjaan bertaraf modern saat ini, seperti mal atau plaza di berbagai kota di Tanah Air, yang di dalamnya terdapat toko serba ada (toserba), restoran, arena permainan, supermarket, bahkan hypermarket, tak ayal telah mengubah pola belanja sebagian konsumen kita. Mereka yang dulunya kerap menyambangi pasar-pasar tradisional, kini beralih ke pusat perbelanjaan tersebut. Tak bisa dipungkiri, bagi sebagian konsumen, pergi ke mal atau plaza, kini telah menjadi bagian gaya hidup (life style) yang tak bisa ditinggalkan. Mal atau plaza telah menjadi pilihan, karena menghadirkan berjuta kenikmatan. Mulai dari tersedianya berbagai kebutuhan yang diinginkan (one stop shop-
[riset]
Tingkat Kunjungan Konsumen ke Mal
ping), hingga tempat yang pas untuk bersantai bersama keluarga maupun kolega. Tentang kunjungan ke mal ini, menurut hasil riset MARS Indonesia (Indonesian Consumer Profile 2008), sebanyak 82,2% konsumen kita, khususnya di kota Jakarta dan Surabaya gemar berkunjung ke mal. Dalam sebulan, mereka minimal sekali atau dua kali mengunjungi tempat belanja itu. Ini artinya, demam mal memang sudah semakin menggejala di masyarakat kita. Saat kapan mereka berkunjung ke mal? Berdasarkan riset terbaru tentang Perilaku Belanja Konsumen Indonesia 2009 di delapan kota (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, Balikpapan, dan Palembang), diketahui bahwa 74,3% mereka berkunjung ke mal pada hari libur, sedangkan pada hari
Edisi 3/Tahun I/2009
65
[riset] kerja hanya 25,7%. Pada hari libur, kota Palembang menduduki peringkat tertinggi dibanding ketujuh kota lainnya dengan porsi 86,1%. Sedangkan pada hari kerja, Bandung meraih porsi tertinggi (40,3%). Ini artinya, masyarakat kota kembang itu memang paling gemar jalanjalan ke mal, sekalipun pada hari kerja. Mereka yang suka pergi ke mal pada hari libur berasal dari kelompok usia 35-55 tahun, dengan kelas sosialekonomi (SES) tipe A, di mana rata-rata pengeluaran bulanannya di atas Rp 2,5 juta. Sedangkan yang pergi ke mal pada hari kerja adalah kelompok usia 26-34 tahun, dengan SES tipe C yang belanja bulanannya berkisar antara Rp 900 ribu hingga Rp 1,75 juta.
Perbandingan Frekuensi Kunjungan di Hari Kerja dan Hari Libur Menurut Kota (%)
Sumber: MARS Indonesia www.marsindonesia.com Adapun waktu yang paling sering atau favorit digunakan oleh mereka untuk berkunjung ke mal adalah antara pukul 18.00-19.00 WIB. Sementara waktu lainnya ialah antara pukul 16.00-17.00 WIB, dan 19.00-20.00 WIB. Dari sini dapat dipahami, bahwa waktu yang mereka pilih adalah selepas pulang kerja dan bukan waktu saat kerja atau 08.00-17.00 WIB. Lantas, kunjungan mereka ke mal itu, apakah di awal, tengah atau akhir bulan? Ternyata, mayoritas mereka memilih di awal bulan (44,8%), ini mungkin berkaitan dengan saat mereka meneri-
66
ma gaji. Sedangkan di pertengahan bulan dan akhir bulan, hanya sedikit sekali, yaitu dengan porsi masing-masing 5,8% dan 5,6%. Yang juga mengambil porsi cukup besar, justru pengunjung yang waktunya tak pasti, bisa jadi awal, tengah atau akhir bulan, dengan prosentase 43,7%. Yang memilih waktu di awal bulan, adalah mayoritas masyarakat di Balikpapan Kalimantan Timur (65,9%). Sedangkan pertengahan bulan adalah masyarakat Semarang (14,9%), dan akhir bulan adalah masyarakat Jakarta (7,5%). Sementara yang memilih waktu tidak pasti adalah masyarakat Pelembang (64,8%). Kunjungan di Awal – Tengah - Akhir Bulan Sumber: MARS Indonesia
Edisi 3/Tahun I/2009
[riset] yang Paling Sering Digunakan untuk Berkunjung ke Pusat Belanja (%)
maupun bertemu klien. Tabel-2. Alasan Berkunjung ke Pusat Belanja/ Mal (%)
Apa alasan yang mendorong mereka berkunjung ke pusat perbelanjaan atau mal? Hampir mayoritas dari mereka menyatakan karena membutuhkan sesuatu dan sekadar ingin berakhir pekan (weekend). Dua alasan itulah yang paling banyak dipilih responden, dengan porsi masing-masing 58,9% dan 53,8%, mengalahkan alasan setelah menerima gaji, pulang kerja, bertemu teman/saudara, maupun bertemu klien. Apa alasan yang mendorong mereka berkunjung ke pusat perbelanjaan atau mal? Hampir mayoritas dari mereka menyatakan karena membutuhkan sesuatu dan sekadar ingin berakhir pekan (weekend). Dua alasan itulah yang paling banyak dipilih responden dengan porsi masing-masing 58,9% dan 53,8%, mengalahkan alasan setelah menerima gaji, pulang kerja, bertemu teman/saudara,
Sumber: Perilaku Belanja Konsumen Indonesia 2009, MARS Indonesia Sementara itu, kegiatan yang dilakukan selama di pusat perbelanjaan/mal, sebagian besar responden menyatakan sekadar melihat-lihat, alias window shopping dengan porsi 81,6%. Disusul belanja di supermarket (57,9%), belanja pakaian (51,5%), makan di foodcourt/restoran (48,8%), bermain di arena permainan (18,5%), belanja footwear (18,0%), nonton di bioskop (15,3%), makan di café (10,7%), belanja buku (10,6%), dan belanja elektronik (8,7%). Yang menarik untuk diketahui, bahwa mereka yang akhirnya tergerak untuk belanja di mal, ratarata disebabkan adanya diskon dan promosi dari pusat perbelanjaan atau counter tersebut, meski pada awalnya mereka tak terlalu membutuhkan barang yang dibelinya. Ini menunjukkan bahwa diskon dan promosi sangat manjur untuk menarik minat belanja pengunjung/calon konsumen. 4
Edisi 3/Tahun I/2009
67
QALAM
Majalah Tazkiyah an-Nafs
FORMULIR BERLANGGANAN Ya! Saya ingin berlangganan Majalah QALAM (Beri Tanda )
Langganan 6 BULAN
Langganan 12 BULAN
Rp. 90.000,- (Jabodetabek & Madura) Rp. 108.000,- (Luar Jabodetabek & Madura)
Rp. 165.000,- (Jabodetabek & Madura) Rp. 198.000,- (Luar Jabodetabek & Madura)
Nama:
Alumni
Non-Alumni
ﹺ Alamat Pengiriman:
Rumah
Kantor
Kota: Telp:
HP:
Nama Perusahaan: Lama berlangganan:
Kode Pos:
Fax:
Email:
Bidang Usaha/Pekerjaan:
Jabatan:
1 tahun
Langganan mulai bulan: Status Pelanggan:
Provinsi:
Baru
6 bulan Hingga bulan:
Jumlah Pesanan:
Eks
Renewal/lanjutan
KETENTUAN PEMBAYARAN: - Pembayaran dilakukan di muka, setelah formulir ini diterima pengurus Majalah QALAM - Pembayaran dilakukan secara cash di kantor Majalah QALAM JAKARTA: Jl. Pancoran Barat XI no. 2 Jakarta Selatan Telp. 021-27480800 / Sdr. Hidayat M.S (02128338894) MADURA: Sekretariat Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Sumenep, Madura / Sdr. Abdul Mujib (182703550335) - Pembayaran juga dapat dilakukan melalui transfer perbankan: BNI Cabang Senayan No. Rek: 0139277238 a/n Shofiyah Note: 1. Harga cover Rp. 13.000,2. Ongkos Kirim: Jabodetabok & Madura: Rp. 2.000,- / Luar Jabodetabek & Madura: Rp. 5.000,-
68
Edisi 3/Tahun I/2009
KH. Muhammad Idris Jauhari Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan
[tazkiyah]
Sembilan Wasiat Rasulullah
“Tuhanku telah berwasiat kepadaku dengan sembilan perkara, dan aku wasiatkan kepada kalian (untuk melaksanakannya): Tuhanku berwasiat (1) agar aku berlaku ikhlas, baik secara tersembunyi atau terang-terangan; (2) agar bersikap adil, baik di saat ridho maupun marah; (3) agar bersikap sederhana, baik dalam keadaan kaya atau miskin; (4) agar aku memaafkan orang yang zhalim kepadaku; (5) agar aku memberi kepada orang yang mencekalku; (6) agar aku menyambung silaturrahim dengan orang yang memutuskannya; (7) agar aku menjadikan diamku untuk berpikir; (8) agar menjadikan bicaraku sebagai dzikir; (9) dan agar menjadikan pandanganku untuk mengambil i’tibar.” (Misykˆat al-Mashâbîh karya at-Tibrizi, Al-‘Aqd al-Farîd karya al-Andalusi, Al-Bayân wa at-Tabyîn karya al-Jahidh, dan Bahjah al-Majâlis karya Ibnu Abdilbar)
K
alau pada edisi yang lalu, telah diuraikan trilogi pertama dari sembilan wasiat Nabi SAW, yaitu agar kita bersikap ikhlas, baik secara sembunyi–sembunyi maupun terang-terangan, adil ketika marah maupun rela, sederhana saat dalam keadaan kaya atau miskin, maka dalam edisi kali ini akan dipaparkan uraian trilogi kedua berupa: memaafkan orang yang menzholimi kita, memberi kepada orang yang mencekal kita, dan menyambung kembali tali silaturrahim dengan orang yang memutuskannya. Pertama, memaafkan orang yang menzhalimi kita. Dalam pergaulan sehari-hari, mungkin kita sering dizhalimi, diperlakukan tidak adil atau tidak proporsional, oleh orang lain di sekitar kita. Langsung maupun tidak langsung, secara fisik atau non-fisik, material atau imaterial. Perlakuan ini kerap pula kita alami dari orang yang lebih tinggi kedudukannya dari kita. Seperti para pejabat, penguasa, bos atau orang kaya. Atau oleh orang yang sederajat dengan kita. seperti teman sekantor, seprofesi atau seorganisasi dan lain-lain.
Edisi Edisi 3/Tahun 3/Tahun I/2009 I/2009
69 69
[tazkiyah] Bahkan mungkin pula dilakukan oleh orang yang lebih rendah kedudukannya dari kita. Seperti anak kandung, anak buah, anak didik, dan lain-lainnya. Terhadap ulah dan sikap zhalim mereka, Allah SWT lewat Rasul-Nya SAW memerintahkan kita untuk memaafkan orangorang tersebut. Kedua, memberi kepada orang yang mencekal kita. Sesuai dengan Sunnatullâh yang berlaku untuk seluruh makhluk Allah, selain kewajiban yang harus dijalankan, kita juga mempunyai hak-hak yang harus dipenuhi. Tapi kenyataannya, seringkali hak-hak tersebut tidak dipenuhi, dicekal, dirampas atau dikebiri oleh orang lain di sekitar kita. Hak-hak itu bermacammacam. Kadang berupa harta, pangkat atau jabatan, bisa juga berupa pelayanan atau pemberian kesempatan. Perampasan atau pengebirian hak, biasanya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari kita. Baik lebih tinggi secara material, atau status sosial, atau hirarki organisatoris. Dalam konteks ini, kita juga diperintahkan Allah lewat Rasul-Nya untuk tetap memberi atau memenuhi hak-hak mereka. Siapapun mereka, dan apapun motif mereka mencekal kita. Ketiga, menyambung kembali tali silaturrahim dengan orang yang memutuskannya. Memutuskan tali silaturrahim biasanya dilakukan seseorang karena ada alasan-alasan tertentu, dan bahkan tanpa alasan apapun. Alasannya bermacam-macam: ada yang jelas dan disengaja, ada pula yang sama sekali tidak diketahui dan tidak disengaja. Ada yang menyangkut urusan ekonomi, jabatan, pengaruh, atau politik. Ini sering terjadi dalam pergaulan hidup sehari-hari, dan tidak saja terjadi antarteman sejawat, tapi juga antarorang yang memiliki hubungan kekeluargaan atau kekerabatan. Dalam konteks ini, kita diperintahkan Allah dan Rasul-Nya agar terus berusaha untuk menyambung kembali tali silaturrahim yang diputus oleh orang lain itu. Ketiga sikap di atas (memaafkan orang yang menzhalimi, memberi orang yang mencekal, dan menyambung tali silaturrahim dengan orang yang memutuskannya), rasa-rasaya sangat pas dan cocok untuk direnungkan oleh para pemimpin atau calon-calon pemimpin kita –formal, nonformal atau informal. Terutama saat terjadi persaingan kepentingan yang sangat ketat
70 70
Edisi 3/Tahun I/2009
Edisi 3/Tahun I/2009
[tazkiyah] dan keras seperti sekarang ini. Memang sangat sulit melakukannya. Apalagi terhadap orang-orang yang memang jelas-jelas, atau kita anggap, “bersalah” kepada kita, atau orang yang kita anggap sebagai “musuh” dan saingan terang-terangan atau dalam selimut. Tapi, kita harus sadar, bahwa semua itu bukan hal yang mustahil atau tidak mungkin, sebab Allah dan Rasul-Nya tidak akan memerintahkan kita melakukan sesuatu yang tak mungkin mampu kita lakukan. “Lâ yukalliful-lâhu nafsan illa wus’ahâ,” demikian firman Allah. Allah tidak akan memberatkan seseorang dengan sesuatu, kecuali dengan hal yang mamu ia lakukan. Lalu, bagaimana caranya agar kita mampu melaksanakan ketiga wasiat Nabi di atas? Setidaknya, ada lima langkah yang harus kita coba laksanakan dengan sungguh-sungguh dan istiqâmah. Pertama, dzikrullâh. Kita harus memulai upaya ini dengan mengingat dan menyebut asmâ` Allah, agar Dia selalu mengingat kita. Kalau sudah begitu, pastilah kita akan selalu mendapat pertolongan, perlindungan dan pembelaan-Nya. Firman Allah, “Fadzkuruni adzkurkum.” Berdzikir (ingatlah) Aku, kata Allah, maka Aku akan mengingat kalian. Kedua, haqqul-yaqîn. Kita harus yakin seyakin-yakinnya, bahwa ketiga perintah di atas adalah wasiat Allah dan Rasul-Nya untuk kebaikan kita sendiri. Kita juga harus yakin, bahwa kita pasti bisa melakukannya dengan taufîq dan ma’ûnah Allah. Kalau tidak, kita tak akan pernah bisa melaksanakannya. “Man lâ ya’taqid lâ yantafi’,” barangsiapa tidak yakin, ia tidak akan mengambil manfaat apapun. Ketiga, husnudzdzan. Yaitu selalu berbaik sangka terhadap siapapun, bahkan terhadap orang yang pernah berbuat jahat kepada kita. Umpamanya, ketika dizhalimi, dicekal, atau diputus tali silaturrahim, kita anggap saja mereka memang berbuat begitu karena ketidaktahuan mereka terhadap diri dan kondisi kita yang sebenarnya. Keempat, muhâsabah (introspeksi). Kita harus selalu bertanya kepada diri sendiri dan menjawabnya dengan jujur, bahwa mereka melakukan hal–hal tersebut, mungkin karena memang bersumber dari kesalahan atau kelemahan kita, bukan semata-mata karena kejahatan dan keburukan mereka. Kelima, dzikrullâh kembali sebagai penutup usaha. Kita harus akhiri, sebagimana kita memulai semua usaha-usaha ini dengan mengingat Allah, bertasbîh, tahmîd, tamjîd, istighfâr, dan lain-lainnya. “Subâhanakal-lâhumma wa bihamdika. Asyhadu allâ`ilâha illa anta, astaghfiruka wa athûbu ilaik. Subâhanaka faqinâ ‘adzâban-nâr.” Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampun dan bertobat kepada-Mu. Maha Suci Engkau, dan lindungilah kami dari siksa api neraka. Akhirnya, perlu disadari bahwa semua sikap terhadap berbagai kezhaliman dan ketidakadilan seperti yang disebutkan di atas belum seberapa jika menyangkut hak-hak dan kepentingan pribadi atau kelompok. Tapi apabila kezhaliman dan ketidakadilan itu sudah menyangkut prinsip-prinsip agama atau kehormatan bangsa, tentu saja sikap kita harus berbeda. “Janganlah kita marah atau tersinggung, hanya karena urusan pribadi atau kelompok. Tapi marahlah dan tersinggunglah karena Allah, demi Allah dan untuk Allah semata.” Wallâhu a’lam wa ahkam. T
Edisi 3/Tahun I/2009
71
Edisi 3/Tahun I/2009
71
Pastikan Anda Mendaftar
Tiket Undangan Rp. 115.000,-
DIKLAT PENDIDIKAN NASIONAL PENDIDIKAN SUKSES : MEMBANGUN KUALITAS MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN MUTU GURU DI INDONESIA Keynote Speaker: Drs. H. Muhamad Lukman MM.Msi (Kepala Dinas Pendidikan Kab. Bogor) Nara Sumber:
1. Bpk. Dr. Baedhowi ( Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan DEPDIKNAS RI ) “Manajemen peningkatan profesionalisme guru sertifikasi pada lembaga pendidikan” 2. Bpk. Prof. Dr. Fasli Jalal ( Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS RI ) “Inovasi Pendidikan dalam penilaian porto folio” 3. Bpk. Prof. Dr. Suyanto ( Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah DEPDIKNAS RI) “Broad Based Education (BBE) dan life skill” 4. Bpk. Dr.Sungkowo M,Msc. ( Direktur Pendidikan Menengah Umum DEPDIKNAS RI) “Strategi Peningkatan manajemen berbasis sekolah”
Waktu : Minggu, 21 Juni 2009 Pukul, 08:00 – 16.00 WIB Tempat: Sekolah Kepolisian Nasional (SPN) Lido Jl. Raya Sukabumi Km. 20 Cigombong Bogor Fasilitas: z Sertifikat z Hand out (makalah pembicara) z Snack & Lunch, serta z DOORPRIZE menarik. Waktu & Tempat Pendaftaran: Pendaftaran dibuka mulai tlg 25 Mei 2009 s/d 21 Juni 2009 Jl. KH. Abdul Hamid Km 7 Kompleks Pahlawan I Ds. Pasarean. Pamijahan-Bogor
Pendaftaran Dapat Melalui SMS ke No : 085694765001/021 99045983, 081382006882 KORWIL SUKABUMI : Burhanuddin (085723734827) | KORWIL BOGOR : Subhan (085624206182) KORWIIL BEKASI : Abdillah 087877980784 | KORWIL DEPOIK : Irfan K (08567331160) Caranya : Ketik Nama dan tgl lahir alamat Nama Sekolah/Tempat Mengajar – tgl Transfer Contoh : Budi, s.pd BOGOR, 14-04-1984 Pasarean, Pamijahan, Bogor SLTP AL Amin 04042009 Pembayaran dilakukan melalui transfer ke: - BRI : 038201004077506 an. Nu’man, - BNI 0123558750 an Ramadin
Diselenggarakan oleh:
Bekerjasama dengan:
QALAM
Majalah Tazkiyah an-Nafs
72
Edisi 3/Tahun I/2009
Media Kreativitas Santri
EEdisi Ed Edis dissi 3/ 3 3/Tahun /Ta Tahu hun I/ II/2009 /20 2009 09
7733
daftarisi
75-- Redaksi 76-- Fokus Utama Sepak Bola Vs Shalat Tahajud Hidayatullah 79-- Artikel Ketika Moral Remaja Merosot Bukhori Muslim Opini: 81-- Suramadu Gerbang Westernisasi? Siti Namirah 82-- JK –WIN Vs SBY-BUDIONO Vs MEGA-PRO Ghufron Rofiq 83--
ﺍﻟﺮﺋﺎﺳﺔ ﺑﲔ ﺍﻷﻣﺎﻧﺔ ﻭﺍﳋﻴﺎﻧﺔ
84--Puisi Cerpen: 87-- Perempuan Tembakau Moh. Noer Fauzi 90-- Memories with Luqmah Humam Maulana 93--Kampusiana 94-- Sahabat Nur Hasanah Ahdy Arti Penting Sikap Ikhlas dan Positif Thinking
Kover: Ibnu Anwar
74
Edisi 3/Tahun I/2009
96--Refleksi: Novel
Pengantar Redaksi
Redaksi
Susunan Redaksi Pembina:
Moh. Marzuqi Ma’ruf, Moh. Fikri Husain, Abdurrahman As’ad, Ja’far Shodiq. Alhamdulillah, suplemen Khazanah bisa menyapa kembali sahabat pembaca dengan tampilan lebih oke, baik dari sisi desain maupun subtansi tulisan. Ada beberapa perubahan mendasar yang dilakukan pada suplemen Qalam. Mulai edisi ini dan selanjutnya, Khazanah ditetapkan menjadi satu-satunya suplemen Majalah Qalam. Tidak ada lagi Al-Wafa maupun Zeal. Kedua suplemen itu dilebur menjadi satu ke dalam Khazanah. Ke depan, Khazanah memuat tulisan tiga bahasa sekaligus; Bahasa Indonesia, Arab dan Inggris. Kebijakan di atas diambil berdasar masukan dari banyak pihak dan upaya menyajikan suplemen Khazanah secara lebih utuh, sehingga pembaca tidak bingung yang penyebabnya keterbatasan mereka dalam penguasaan bahasa Inggris dan bahasa Arab. Khazanah versi baru berupaya menyajikan artikel-artikel pilihan dalam tiga bahasa. Sahabat Khazanah bisa memilih artikel yang disukai dari tiga bahasa berbeda tersebut. Edisi ini, Khazanah mengangkat masalah shalat tahajud versus sepak bola. Dua masalah yang kontras. Shalat tahajud bukanlah sesuatu yang familiar di mayoritas remaja kita, dibandingkan sepak bola, yang sudah menjadi “gaya hidup” mereka. Kenapa remaja kita lebih senang nonton bola daripada shalat tahajud? Silahkan baca ”Fokus Utama”. Selain itu, banyak artikel lainnya yang menarik dibaca oleh sahabat Khazanah. Untuk perbaikan dan kesempurnaan Khazanah di masa mendatang, kami mohon saran, kritikan, dan usulan dari sahabat Khazanah. Terima kasih. Selamat membaca!
Penanggung Jawab: Ach. Nurcholis Majid, Moh. Ilyas, Moh. Khoiron, Amin Hasan, Lutfiandi, Etika Thartila, Vita Agustina, Uswatun Hasanah, Rumzil Azizah, Lutfiyah, Muthiah, Kholishoh Sultoni Pemimpin Redaksi: Kholisuddin, Siti Namirah Redaktur Pelaksana: Zainuddin, Ahmad Zaki, Nadia Silmi, Lilis Suryani Redaktur Bahasa Indonesia: Zaini Abdillah, Halili, Iqbal hidayat, Nimas Anggraini, Nur Asiyah, Shofia Asri Redaktur Bahasa Inggris: Rudi Syukron, Krisman Ariandi, Lydia Agustina, Hasna Farhatul Ulya, Matsna Elhani, Evi Nurjannah, Wildan Hanifah Syafa’ah, Wardatur Rochmah Redaktur Bahasa Arab: Fadli Masykur, Moh. Miski, Abdul Wahid, Evi Maskulin, Hadiyatullah Reporter: Bukhori Muslim, Moh. Noer F, Moh. Yusuf, Aulia El Haq, Aisyiah, Siti Maimuna, Nashihatul Muhtadina. Distributor: Hambali, Abdurrahim, Moh. Arif Rahman, Ayatullah Muntadar, Yaumil Agustine, Masturiyah, Khoiroatin Nisa’
Redaksi menerima tulisan sesuai rubrik yang ada. Redaksi berhak mengedit tulisan yang masuk, tanpa mengubah substansinya. Panjang tulisan disesuaikan dengan rubrik. Tulisan dikirim ke email: khazanah_ qalam@al-amien.ac.id
Alamat Redaksi: Gedung Al-Wathan I, TMI Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Sumenep Madura Indonesia Telp. (0328) 821777 Faks. (0328) 821270. Email: khazanah_qalam@al-amien.ac.id
Edisi 3/Tahun I/2009
75
Fokus Fokus
Utama
Sepak Bola VS Shalat Tahajud Hidayatullah (Santri kelas X SMA MTA Al-Amien.)
iapa remaja yang tak kenal sepak bola? Olahraga ini memang dipastikan paling banyak peminat dan penikmatnya. Tidak saja remaja, bahkan orang dewasa pun menggandrunginya. Tengok misalnya, hiruk-pikuk final Liga Champions 28 Mei dini hari lalu. Di mana-mana diadakan nonton bareng. Masyarakat pun rela memicingkan matanya untuk bergadang semalam suntuk. Yel yel pendukung klub Bercelona maupun Manchester United riuh terdengar sepanjang pertandingan. Teriakan, ”Hidup Messi!” atau ”Hidup Ronaldo!” terdengar lantang. Barca keluar sebagai juara setelah menggebuk MU 2-0. Sepak bola sungguh telah menjadi sihir ampuh. Sepak bola telah menjadi suatu hal yang sering diperbincangkan oleh kita. Sehingga secara tak sadar menimbulkan pertanyaan besar di benak kita tentang daya tarik bola, sampai-sampai ada julukan gila bola (gibol) atau bolamania, dll. Kenyataan ini kontras ketika kita menengok suasana masjid di jam yang sama. Hampir semua masjid, dari pelosok hingga kota, terlihat sepi. Jamaah yang melakukan qiyâmul-lail bisa dihitung jari. Atau bahkan masjid pada jam itu hanya dihuni oleh kaum tua. Berbeda 180 derajat ketika nonton bareng final Liga Champions. Ribuan orang berbondong-bondong datang ke tanah lapang atau gedung-gedung megah. Mereka sangat antusias. Dalam interaksi sosial, bola sering
76 76
Ediissi 3/ Ed Edisi 3 3/Tahun /Ta Tahu hun I/ hun I/2009 /20 2009 2009 09
Fokus
Fokus
Utama
dikaitkan dengan kehidupan. Ia menjadi suatu perumpamaan bahwa hidup adalah ibarat permainan sepak bola. Sebaik sebuah tim bermain, maka sebaik itu pula permainan yang dihasilkan. Bayangkan, andai antusiasme masyarakat melakukan qiyâmul-lail secara lebih khusus shalat Tahajud, seperti saat mereka nonton bola, betapa damainya dunia. Over Fanatisme Asumsi yang berlebihan dalam memandang keberadaan ‘bola” akan menimbulkan pandangan sempit dan memandang sesuatu dari sisi “have fun” saja, mereka tidak lagi melihat keburukan dan efek negatif yang ditimbulkan oleh “bola” tersebut, yang pada akhirnya mengakibatkan dampak buruk pada psikis mereka. Hal ini terjadi karena semua kejelekan dan keburukan “bola” menjadi tidak tampak. Sebagaimana pepatah Arab, “Jika cinta memberdayakan jiwa, tak akan ada sesuatu yang nista.” Umumnya, orang yang terlanjur cinta sepak bola, acapkali mempunyai emosional tinggi, rasa egoisme yang tak tekendali, serta tidak bisa menerima suatu kekalahan, sehingga menimbulkan upaya menggapai kemenangan dengan menghalalkan segala cara. Realita ini telah diindikasikan dari ekspresi dan tindakan para supporter bola yang begitu arogan membakar stadion sepak bola, membantai suporter lain, atau dengan menciderai pemain lain yang dilakukan oleh para pemain sepak bola. Over fanatisme telah melemahkan kesadaran dan kekuatan individu dalam melakukan interaksi sosial, hal ini terlihat oleh hilangnya kejernihan berfikir dan memfilter suatu hal yang kelak memberi dampak negatif pada mereka. Sebagai contoh, ketika tayangan bola ditayangkan waktu dini hari, mereka bisa terbangun tanpa sadar dari tidur nyenyaknya dan dengan mudah menghilangkan rasa kantuk dalam dirinya. Tetapi ironis, apabila mereka dibangunkan waktu dini hari untuk bermunajat kepada Allah untuk Tahajud, mereka tidak bisa menguasai rasa kantuknya, sehingga shalat yang dilakukan jauh dari kekhusu’an.
Godaan di Balik Tahajud Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Peribahasa di atas, seharusnya dijadikan pegangan hidup bagi masyarakat, terutama bagi seorang santri yang memang dididik untuk bersakit-sakit dahulu dan bersenang-senang kemudian. Peribahasa tersebut seolah mengatakan bahwa ada suatu nasihat bagi kita untuk mendapatkan sebuah kesuksesan. Apa pedoman itu? Pedoman itu adalah usaha! Ketika kita sudah berasumsi bahwa usaha adalah hal penting, niscaya kita tidak akan pernah memperhatikan sebuah hasil, tapi kita jauh lebih mementingkan proses dalam mencapai tujuan tersebut. Sebuah proses akan berlangsung dengan baik jika kita bisa memakai rasionalitas berfikir dalam mencapai tujuan tersebut. Hal lain yang dibutuhkan adalah kesabaran dan kepekaan batin, sebab tantangan, cobaan dan ujian akan kita hadapi sebelum tercapainya sesuatu yang kita inginkan. Apa hubungannya dengan Tahajud? Tahajud bisa kita dimaknai sebagai sebuah proses dari usaha menggapai ridho Allah. Lebih dari itu, Tahajud menawarkan sesuatu, yaitu posisi terhormat di mata Allah, di mata masyarakat, dan di mata alam. Tidak mudah memang untuk meraih posisi tersebut. Menjalankan
Edisi 3/Tahun I/2009
77
Fokus Fokus
Utama
shalat Tahajud tidak seperti menonton sepak bola. Kalau menonton sepak bola orientasinya hanya meraih kenikmatan sesaat, maka melakukan shalat Tahajud akan mendatangkan kenikmatan abadi yang tiada tara. Wajar, kalau dalam melaksanakan shalat Tahajud banyak godaan. Sepertinya setan memasang perangkapnya di mana-mana untuk mengganggu orang yang sedang berTahajud. Untuk itu, sebelum melakukan shalat Tahajud hendaknya kita meluruskan niat, menyucikan badan dengan wudhu’, dan memahami hakikat Tahajud itu sendiri. Lakukanlah shalat Tahajud dengan penuh antusias seperti halnya kita nonton bola. Loyalitas Keimanan Kehidupan yang serba modern dan canggih seperti sekarang ini, banyak melahirkan perasaan yang bertolak belakang dengan keyakinan kita, seperti perasaan narsis dan perasaan gengsi. Sifat-sifat ini sebenarnya akan merusak tatanan jiwa dan kepribadian seseorang, sehingga interaksi dengan masyarakat menjadi lemah. Ironis, banyak remaja saat ini yang terjebak pada perasaan narsis dan gengsi di atas. Tidak sah rasanya hidup di dunia modern kalau tidak menyukai sepak bola. Ibarat sayur tanpa garam, maka hidup akan menjadi hambar tanpa sepak bola. Na’udzubbillâh. Sehingga kapan pun pertandingan sepak bola ditayangkan mereka berusaha untuk tidak ketinggalan. Di sinilah loyalitas keimanan seseorang diuji. Sejauh mana ia konsisten menjalankan perintah agama tanpa harus kehilangan jiwa sosialnya, termasuk dalam hal ini kesenangannya terhadap sepak bola. Memang, tidak ada aturan agama yang mengharamkan nonton sepak bola. Namun, sebagai seorang muslim, kita mesti menyadari sepenuhnya bahwa nonton bola hanya untuk kepentingan sesaat. Tidak lebih. Berbeda dengan Tahajud, ia adalah perintah langsung dari Allah. Karena itu, melakukannya secara konsisten menjadi satu kewajiban manakala kita berharap memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Mari kita bertahajud seperti halnya antusiasme nonton sepak bola. Penuh semangat. N
78
Edisi 3/Tahun I/2009
anyak remaja saat ini terjatuh ke dalam lembah kenestapaan atas nama cinta. Perasaan mereka telah ternodai pikiran-pikiran sesat yang hanya memperhatikan fisik dan kenikmatan lahir semata. Benak mereka telah dipenuhi oleh khayalan-khayalan berbahaya yang dapat mendorong kepada kemaksiatan, serta menjauhkan mereka dari jalan yang lurus, dan terjerumus ke dalam lembah dosa. Mereka benar-benar lalai akan nilai-nilai moral, akhlak dan kebaikan.
Akibat Pergaulan Bebas Pemahaman terbalik tentang makna cinta dan pengorbanan itu telah mendorong terciptanya iklim budaya yang kotor, budaya yang menjunjung tinggi hasrat seksual, serta budaya yang sangat bertentangan dengan agama Islam, yaitu budaya pergaulan bebas dan pacaran. Akibat pergaulan bebas dan pacaran di atas adalah hilangnya kepedulian mereka terhadap nilai-nilai moral. Mereka hanya peduli terhadap perasaan yang menyalanyala serta kerinduan yang berlebihan
Artikel
Artikel
Ketika Moral Remaja Merosot Bukhori Muslim (Mahasiswa Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien (IDIA)) kandungan. Sehingga tidak jarang remaja yang melakukan aborsi berujung pada kematian. Pacaran Gerbang Pergaulan Bebas Kaum remaja yang berpacaran akan menghabiskan banyak waktu dengan pacarnya, terlebih momenmomen liburan. Jarak pun tidak menjadi masalah, sebab HP sebagai alat kumunikasi bisa dijadikan sarana untuk ajang telepon-teleponan. Kenyataan dalam gaya pacaran remaja menjadikan kasus seksualitas semakin meningkat. Adanya libido seksualitas yang tidak mampu dikelola remaja secara benar dan pada saat yang seharusnya dilakukan, hal ini sering menyebabkan kekeliruan yang fatal.
terhadap lawan jenisnya. Pergaulan bebas juga berakibat timbulnya penyakit AIDS dan HIV yang sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Sebenarnya ini peringatan sangat keras dari Allah SWT kepada manusia, namun kebanyakan manusia tidak menghiraukan. Bahkan tidak mau mengerti, sombong, tidak mau mengakui kebenaran Tuhannya. Dan lebih tragis lagi, banyak remaja putri yang menjadi korban seperti terlanjur hamil sementara kekasihnya tidak mau bertanggung jawab, maka jalan yang ia tempuh adalah aborsi atau menggugurkan
Gaya pacaran ke arah yang negatif seperti kissing, petting dan intercourse menjadi beberapa gaya pacaran remaja awal, pertengahan dan remaja dewasa sekarang ini. Sebagian remaja tidak tahu efek ditimbulkan karena minimnya informasi tentang pendidikan seks sesuai dengan kultur budaya dan agama. Tapi, ada juga remaja yang tahu efek dari gaya pacaran yang negatif tetapi kurang peduli bahkan bersikap acuh tak acuh dengan akibat yang akan terjadi. Pacaran inilah sesungguhnya pintu utama menuju pergaulan bebas. Tipe pergaulan yang tidak lagi mengenal etika dan norma-norma agama dan budaya. Pacaran ini pula yang telah menjerumuskan jutaan remaja ke lubang
Edisi 3/Tahun I/2009
79
Artikel
Artikel
kesengsaraan tiada tara sepanjang masa. Pacaran—apa pun bentuknya—sudah bisa dipastikan berdampak negatif. Tidak ada pacaran yang positif. Karena itu, tidak ada toleransi untuk pacaran. Bercermin ke Masa Lalu Kalau kita melihat remaja masa dahulu sedikit sekali bahkan tidak ada yang menuangkan rasa cintanya kepada lawan jenis melalui hubungan khusus yang dikemas pacaran. Karena memang hal ini dianggap tabu dan tidak wajar di masyarakat serta membawa aib bagi keluarga. Sehingga tidak heran kalau di jalan-jalan atau tempat-tempat yang strategis jarang terlihat pemuda dan pemudi yang berduaan sambil berpegangan tangan, berboncengan ke sana kemari. Urusan jodoh menjadi tanggung jawab orangtua. Karena itu, kebanyakan orangtua dulu langsung menjodohkan anak-anaknya dengan pilihannya tanpa harus ada perkenalan yang nantinya akan berlanjut kepada proses pacaran. Memang ini terjadi sedikit pemaksaan terhadap anak karena mereka sebagian belum siap untuk berumah tangga malah disodori seorang pendamping hidup. Tapi, hal ini dilakukan untuk untuk menghindari aib yang akan melanda ketika anak bebas untuk menentukan jodohnya sendiri.
anak dari pergaulan bebas yang merugikan orangtua dan anak itu sendiri. Selain itu juga pendidikan keagamaan harus ditanamkan kepada sanga anak sejak dini. Kini, bagaimana kita akan mengatasi masalah tersebut atau paling tidak mencegah tersebarnya virus maksiat yang berupa budaya pacaran ini? Tentunya jika kita hendak mencari jawaban atas segala permasalahan dalam hidup ini, kita (sebagai muslim) harus mencarinya dari petunjuk yang telah diberikan oleh Allah SWT, yaitu al-Qur’an. Perasaan mencintai dan ingin dicintai adalah fitrah yang diberikan Allah SWT, kepada manusia sejak awal keberadaan manusia, sebab karena rasa cintalah, manusia ada sampai saat ini. Kemudian bagaimana jika kita ingin mencari pasangan hidup? Kita ingat hadits Nabi, “Wanita dinikahi karena empat hal: hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah wanita karena agamanya, niscaya kamu akan selamat.�
Sehingga pondasi pernikahan yang terbentuk dari agama akan membawa berkah bagi keluarga dan masyarakat luas, dan kita diperintahkan untuk menomorsatukan agama tidak berarti kita mengabaikan tiga hal sebelumnya. Kita juga disuruh kalau memungkinkan mencari wanita yang cantik wajah maupun hatinya, agar kita tidak kecewa dengannya dan dapat membuat kita merasa tenteram Tapi, sayang tradisi perjodohan sekarang bersamanya. ini mulai hilang karena banyak asumsi sang Dan ketika kita hendak meminang pun anak telah mampu untuk memilih pasangan kita diperintahkan untuk melihat calon kita yang akan dinikahi. Kebanyakan orangtua tersebut. Jika kita merasa tidak cocok kita sudah tidak mau repot untuk mencarikan bisa membatalkan pinangan tersebut. Ini jodoh anaknya. Orangtua hanya diam saja dimaksudkan agar diperoleh kecocokan di ketika sang anak pulang ke rumah dengan antara keduanya. Selain itu juga harta yang membawa pacarnya dan keluar malam dimiliki atau berpengaruh perekonomian mingguan malah didukung. keluarga sehingga kepala keluarga tidak Kesalahan orangtua yang membiarkan menghalalkan segala ara untuk menghidupi anaknya bergaul bebas membuat sang istri dan anaknya. Betapa Allah SWT, anak lebih bebas dan hal ini dimanfaatkan telah memberi jalan yang terbaik, teraman oleh sang anak untuk berpacaran dengan dan terindah bagi manusia, jika manusia alasan sebagai calon istri/suami. Oleh menyadari. karena itu, pihak orangtua harus benarN benar membatasi pergaulan anaknya. Tidak semua orang harus menjadi teman sang anak, dan ini bertujuan menhindarkan
80
Edisi 3/Tahun I/2009
Opini
Opini
Suramadu Gerbang Westernisasi? | Siti Namirah* embatan Suramadu merupakan proyek yang dibangun pemerintah, untuk pengembangan daerah Madura. Suramadu dibangun sebagai sarana untuk memudahkan arus lalu lintas. Dengan adanya Suramadu, maka tidak perlu lagi penyeberangan dari Surabaya ke Madura atau dari Madura ke Surabaya menggunakan kapal feri. Sebab, kendaraan roda empat dan roda dua bisa melintas di jembatan sepanjang 5,438 km itu. Tapi apakah dampak positif dan negatif yang akan ditimbulkan setelah jembatan Suramadu dioperasikan, yang akan diresmikan penggunaannya oleh Presiden RI pada 10 Juni 2009 lalu? Yang pasti, gaya hidup masyarakat Madura sedikit banyak akan mengalami perubahan. Karena otomatis budayabudaya baru akan masuk dengan mudah dan cepat seiring dengan banyaknya orangorang asing yang akan datang berkunjung ke tanah Madura ini. Pada sisi lain, Jembatan Suramadu akan memberikan income positif, yaitu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Madura. Sebab, para investor akan dengan mudah menanamkan modalnya ke Madura mendirikan usaha-usaha yang berskala besar. Dan tidak menutup kemungkinan di setiap sudut kota Madura akan dipenuhi mall-mall yang akan mematikan pasar tradisional dan hotel-hotel yang berbintang. Semua itu, akan berdampak pula pada perilaku masyarakat Madura, yang kelak menjadi masyarakat konsumtif. Bagaimana dengan para pemuda Madura? Akankah mereka mengikuti gaya hidup Barat yang mengusung kebebasan antar-lawan jenis yang bertentangan dengan syariah dan adat Madura? Pertanyaan yang penuh dengan rasa kekawatiran ini bukan tanpa alasan. Apalagi kalau kita melihat kenyataan ril di lapangan. Sebagian
pemuda Madura sudah terjebak pada pola kehidupan ala Barat, walau masih pada tahap permulaan. Ditambah dengan sudah familiarnya mereka dengan teknologi modern, seperti HP, internet, dan lain-lain. Seperti di belahan dunia lainnya, pemuda Madura sudah mulai menikmati manisnya dunia modern. Tidak ada lagi jarak yang memisahkan diri mereka dengan gemerlap dunia global. Dengan sangat leluasa, pemuda Madura menikmati suguhan alat Barat yang dengan mudah bisa dinikmati lewat televisi, parabola, internet, dan fasilitas teknologi lainnya. Bisa jadi, dalam waktu yang tidak terlalu lama, pemuda Madura akan menjelma sosok yang menganggap dirinya memiliki “kebebasan”. Sosok yang boleh menikmati apa saja semau dirinya. Inilah kekhawatiran terbesar manakala pemuda Madura sudah kehilangan “ruh” kemaduraannya. Lantas, di mana harga diri mereka sebagai pemuda Madura diletakkan? Karena itu, jembatan Madura, haruslah menjadi semacam “jembatan alternatif” yang tidak saja mengantarkan pemuda Madura secara fisik, melainkan juga non fisik. Di sinilah pentingnya ditanamkan sejak dini pendidikan keagamaan. Nilainilai agama harus menjadi landasan utama pembangunan Madura, termasuk pembangunan mental pemuda-pemudinya. Oleh karena itu, ulama dan tokoh masyarakat Madura harus merapatkan barisan untuk menyelamatkan para generasi muda sebagai penerus bangsa. Adanya Suramadu, harus mampu mengubah tatanan kehidupan masyarakat Madura, termasuk para pemudanya, ke arah yang lebih maju, bukan menjadi tempat transmigrasi baru budaya Barat yang cenderung hedonis dan liberal. . * Mahasiswi IDIA Prenduan, Sumenep Madura.
Edisi 3/Tahun I/2009
81
Opinion
Opinion
JK –WIN Vs SBY-BUDIONO Vs MEGA-PRO | Ghufron Rofiq* he Indonesian government never give up to look for the ideal leader to lead this country. Last time until now Indonesia cannot apart from any problems either economic or social problems etc. The government always strives to find the ideal leader who can renewal the condition of this country. Therefore the government always hold the general election of president (PEMILU ) every five years after general legislative election. But to look for an ideal leader apparently very difficult, especially in this period. Because the candidates at the same olds. They always force their selves to be next president of this country, but in the fact they have not enough power and spirit to renewal the condition of this country. Where they are many young generations who has more ready than them to be leader in this country such as in physic, spirit, and new idea. We have known from the story of this country before that the president who has elected never came from young generation. Where as if we look at the figure of Barrac Obama as the president of AS this period he is smart person, he has brilliant ideas, and very fantastic. The question is now how about Indonesia? Does it never cross in our mind? Indonesia is one of many countries which proud by a result that as the new president of AS because Barac Obama ever stayed in one of countryside in this country (menteng village). But those all just conversations. Indonesian would never get a leader like him. Which he was forty seven years old. He can be a success leader and very fantastic. It is very different with other candidate of Indonesia country. The first candidates are Jk-Win (Jusuf Kalla –Wiranto). Jusuf kalla has been sixty five year old (he was born 15 mea 1947) the second candidates are SBY–Boediono. Susilo
82
Edisi 3/Tahun I/2009
Bambang Yudoyono has been sixty years old {he was born 9 September 1949 and Boediono have been sixty six year old {he was born on 25 February 1943) and the last candidates are Mega-Pro (Megawati Soekarno Putri– Prabowo Subianto Megawati has been sixty two years old {he was born on 23 of January 1947}. And Prabowo Subianto has been fifty eight years old {he was born 17 October 1951}. Those all show us that they were old and also they all were old face and they wellknown as their action or their track record before. Actually they have to give the chance and opportunity to the young generation to lead this country. Their obligations now is make the young generation believe them selves. But in the reality they has stopped the young generations to be a president this period. On 28 October 2007 there were many young generations made a special meeting which meeting to get decision now is young leader opportunity to be leader in this country. That statement was support by Tifatul Sembiring in his speech at national discussion forum of PKS (Partai Keadilan Sejahtera) in Makassar 0n 21st July 2008 as the leader of PKS, he gave the warning that 2009 is a time for young leader generation to be a leader in this country. His reason because the old leader generation was failure. They do not fix to be leader again in this period (2009). Now is the time for old politics to be retired. The leader in this period is young leader who has new spirit to shake this country. And also has braveness to get consequent. Like Tifatul said in his speech. But unfortunately after time to the time Tifatul and his members got new decision by making connection with SBY Boediono. It is not fix to. Happen in the next time. . * Students class V TMI from Bangkalan.
Fikrah
Fikrah
Edisi 3/Tahun I/2009
83
Puisi
Puisi
Ahmad Subki
Malam Airmata apa yang merasukimu, ummi? selain petang yang menaburkan pucukpucuk rinduku mengemas tangis dalam gelora hidupmu atau firman terkubur sebelum menggapai airmata yang terpancung di setiap doa-doa kekalmu ucapkanlah deru cinta yang bergemuruh, ummi sebagai tabir pembatas dari kesunyian paling karat sebab suaraku masih meleburkan warnawarna bianglala yang merunduk khusuk pada kelam sujudmu tak mungkin aku bergegas menghampiri kabar mimpi-mimpi lantara langit yang memetakan kusam usiamu telah rapuh dihempas dengus waktu tapi aku adalah gemintang yang merangkak di buram rindu menamapaki pematang puisi di ladangladang yang menumbuhkan senyummu maka kudekap sukmamu, ummi mengharapkan matahari memekarkan kelopak mimpi Ahmad Subki, siswa kelas X SMA Negeri 72 Jakarta.
Wiladatul Lathifah
Mak, Cium Keningku! Mak, Kaulah bingkai hidupku, yang berserak di tiap aliran darah Engkau dupa abadi yang mengepul, membubung dengan agung Kasih di horizon‌ Di dalam rahimmu yang membungkusku Hantarku berlayar di pulau bernama hidup ini Mak, Jika kau berlayar menyeberangi empat samudera, Atau mungkin semesta sekalipun Hanya kau yang akan kunisbatkan, di sampingku! Karena aku takut kau terbelit di orbit jagad ini Mak, Engkau aliran nafas yang hidupiku Yang buat jantungku tetap berdetak hingga kini Karena harapku untuk terjun di jemarimu Mak, Kau sisir rambutku dengan dua keriputmu Sedang aku meronta dalam kanakku Kau elus kepalaku lembut, Aku merengek-rengek, bergelanyut manja di leher tuamu Kau cium keningku perlahan Dan aku sekarat, Saat tahu itu ciuman pertama dan terakhirmu Wiladatul Lathifah, santriwati kelas I TMI Putri Al-Amien Prenduan asal Bluto.
84
Edisi 3/Tahun I/2009
Puisi Ervan Setiawan
Puisi
Faisal Hamdani
Musim Dingin
Lebah
senja di matamu kini menjelma gelombang mengantarkan sajak-sajakku ke tepian matamu yang sayup menelusup detang jantungku perlahan suaramu menjelma bunyi seruling mengajakku kembali bermusim
Akulah yang selalu hidup dalam kelompak bunga Mengisap saripati kenanga
hujan masih saja berusaha mengekalkan pertemuan kita serupa zikir angin menyisir rambut waktu menjadi musim dingin dan kini, tubuhmu telah menjadi tulang-belulang lahirlah sunyi nan abadi
Akulah yang selalu hidup dalam gua kedamaian Di dalam toa kehidupan bernyanyi Di setiap arah hinggap Di gua keabadian aku hidup. 2009 Faisal Hamdani, siswa SMK Islamic Centre, Pondok Pesantren S.M Nasimuddin (NAZA), Cirebon Jawa Barat.
Ervan Setiawan, santri kelas V TMI Putra Al-Amien Prenduan, Sumenep Madura, asal Lenteng. Muhshonah Mujahidah
Pada Sebuah Perjalanan yang Tak Pernah Abadi Keabadian itu tiba-tiba menjadi samar Pada tirai tipuan waktu Mengapa antara kidung kesunyian Begitu memekakkan Mesti cukup sebatas biduan Wajah yang melentera senja itu menangis Bertahta sunyi perdu sang lembayung Hanya merona Bisikkan siluetnya yang menganga Keabadian yang tak pernah abadi Pada lumbung hari Mencerna kecipak air dari hulu Menendang sunyi Ternyata dari kejauhan kicau itu bernada api Muhshonah Mujahidah, santriwati kelas I MA MTA Putri Al-Amien Prenduan asal Yogyakarta
Edisi 3/Tahun I/2009
85
Puisi
Puisi
Rudy Syukron
Rifqi Rahman
Sin and Repent
A Poem for Mother
Allah… If the night be a lone time for you Just….listen to the word I have given to you And the praying of my sin at the time that I do
You taught me everything And everything you’ve given to educate me You there to care for me To comfort me You will always be the girl in my story life For all time Mother… You’re the queen of my heart You’re always show me the right from a wrong You gave me strength to go on And all you’ve done for me I’ll never forget you I’ll never go without your pray
Allah… I always pray to you, you know what I do What can I do to find the truth? Understand the thing…… And I just can say don’t go way from my heart Cause I always catch up blessing that’s will had Allah… When apologize fades away whom should I ask for more Only hope and pray that I try And I hope your answer
Mother… Without you How can I live to be You were passed away and left me more alone I’m sure we will meet at paradise later Cause I do miss you
Allah… All by my self I need your blessing I hope your charity And I need your mercy forever
Rifqi Rahman, member Of PEC and student Of TMI Al-Amien Prenduan
Rudy Syukron, class six of TMI Al-Amien from Tanjung Bumi, Bangkalan
86
Edisi 3/Tahun I/2009
Cerpen Cerpen
| Moh. Noer Fauzi*
Perempuan Tembakau
Malam itu, di tengah tembakau yang mengelilinginya, ia mengingat kekasihnya kembali. Lamunannya terus melayang. Sampai ia tertidur di tengah tembakau.
“BUNUH DIA!� Gadis itupun lari terbirit-birit. Ia dikejar orang-orang kampung yang menganggapnya gila. Sudah berkali-kali ia dikejar warga yang tidak dikenalnya. Sebab dandanannya tidak seperti orang biasa. Ia pun sering tertawa sendiri dan terkadang menangis sendiri. Bukan karena ia gila, tapi ia teringat pada kekasih hatinya yang berada di Sumenep. Teringat ketika masa-masa ia memandang matahari. Teringat ketika senyum yang selalu ia biaskan setiap hari bersama kekasihnya. Sangat indah. Andai saja ia tidak dipaksa menikah dengan pilihan orang tuanya. Andai saja ia diizinkan memilih. Dan andai saja usianya sudah pantas menikah, mungkin nasib tidak akan seburuk itu menimpanya. Tapi dasar orang tua Madura, selalu memaksa anaknya menikah di bawah umur. Tidakkah mereka mengerti bagaimana perasaan anaknya saat itu? *** Namun kini, ia harus memakai baju itu-itu saja setiap hari. Keluarganya pun tidak ada yang tahu ke mana ia pergi. Sudah berpuluh orang dikerahkan untuk mencarinya. Hasilnya tetap nihil. Ia seperti ditelan lubang semut, tidak ada yang bisa menemuinya kecuali semut itu sendiri. Ia pun hidup seperti petani tembakau. Tapi warga yang bertemu dengannya tidak ada yang ramah. Ia selalu dijuluki manusia setengah setan, manusia setengah waras. Maka tiada hari baginya, kecuali lari dan lari. Benar, hari adalah waktu yang lelah baginya. Ia
Edisi 3/Tahun I/2009
87
Cerpen
Cerpen
ingin mengadu, tapi tempat mengadunya telah hilang bersama arus waktu yang ia lalui. Ia seperti orang-orang kampungnya, selalu mencari dan mencari. Meski ia sadar pencariannya sangat mustahil untuk terwujud, tapi ia tetap keras kepala. Ia yakin kekasihnya bersembunyi di tengah-tengah tembakau. Sebab itulah hidupnya tidak lebih dari petani tembakau di Sumenep. Pada hari berikutnya, ia masih menjadi buruan warga yang menganggapnya manusia setengah setan. Bagaimana tidak, setiap tembakau yang ia lalui selalu beranak pinak tanpa batas. Dan ketika malam menyentuh suasana siang, ia menangis sembilu. Tangisnya selalu terdengar warga, tapi ketika warga mencarinya, ia telah hilang dari tempatnya yang semula. Ia menghilang bersama angin yang menyentuhnya. Sehingga mampu membuat setiap warga yang mendengar tangisnya menggidik ketakutan. Apalagi ketika siang menjelang, tembakau yang ia lalui bertambah tanpa batas. Itulah kenapa warga yakin kalau ia adalah manusia setengah setan. Sesekali ia mencari kekasihnya di tengah kota Sumenep, bertanya pada setiap warga yang ia jumpai. Berulangkali ia datangi tempat nongkrong kekasihnya, tepatnya di depan Taman Bunga. Ia hanya menjumpai laki-laki yang menganggapnya orang gila. Ke mana kekasih hatinya? Mungkinkah ia mengingat hari-hari yang dilalui bersamanya. Atau sebaliknya. Ia sekarang bersama perempuan lain di sekolah SMP barunya, bermesraan melupakan hari-hari indah ketika SD bersamanya. Mungkinkah Tuhan yang selama ini ia sembah melupakannya. Mengapa sampai saat ini ia masih belum dipertemukan dengan kekasih hatinya? Lalu pada malam itu, di tengah tembakau yang mengelilinginya, ia mengingat kekasihnya kembali. Lamunannya terus melayang. Sampai ia tertidur di tengah tembakau. Pada saat tidurnya pulas, ia didatangi manusia yang belum pernah ia jumpai sebelumnya. Tapi ia mirip kekasihnya. Sangat mirip. Hanya saja yang membedakannya dari jenis pakaian yang serba hitam. Ia bercakap dengan orang misterius itu. “Kamu siapa?” Ia memberanikan bertanya
88
Edisi 3/Tahun I/2009
meski rasa gentar menyelimuti dadanya. “Berdirilah, aku sudah lama menunggumu. Apakah kamu tidak mengenal kekasih hatimu yang selama ini engkau cari?” “Benarkah kau Marjumin?” “Menurutmu, aku terlihat seperti Marjumin palsu. Aku tetap Marjuminmu yang dulu.” “Lalu kenapa kamu meninggalkan aku?” “Aku tidak meninggalkanmu, aku hanya menunggumu di sini. Dan sekarang kamu telah berada di sisiku. Tidakkah kamu ingin memelukku?” Wanita yang bernama Bukena itu langsung memeluk kekasihnya. Tidak terbayang berapa air mata yang telah ia keluarkan. Rasa bahagia tiba-tiba menjadi sahabatnya pada malam itu. Beberapa kali ia menatap orang yang memakai baju serba hitam itu. Ia berusaha meyakinkan keraguannya. Tidak ada sama sekali perubahan. Laki-laki itu masih seperti Marjumin kekasihnya. “Marjumin, peluklah aku, aku tidak ingin berpisah dengan kamu lagi!” laki-laki
Cerpen
Cerpen yang masih berumur 14 tahun itu semakin mempererat pelukannya. “Aku pun juga tidak ingin meninggalkan kamu.� Meski banyak sekali pertanyaan yang bergemuruh di dalam dada perempuan itu, tapi ia berusaha untuk tetap menahannya. Ia tidak ingin membuat kekasihnya merasa terganggu. Biarlah hati mereka yang bicara. Untuk apalagi ia menanyakan hal-hal yang menurutnya sangat penting, toh sekarang kekasihnya telah berada di dekatnya. Angin masih menemani perjumpaan mereka. Sesekali rembulan nampak di balik awan yang hitam. Munculnya semakin menambah romantis perjumpaan dua kekasih itu. Lalu pada detik selanjutnya tiba-tiba angin menjadi tidak bersahabat. Tiupannya menghasilkan beberapa ranting patah berhamburan. Daun-daun yang semula bergelantung di dahannya, kini terbang entah ke mana. Dalam sekejap tembakau itu berubah menjadi lahan yang tandus. Sebab tidak ada lagi tembakau hijau yang menempati lahan tersebut. Lalu perempuan itu, benar-benar di luar dugaan, ia berlari sangat jauh. Sementara Marjumin yang tadi ia jumpai lenyap bersama amukan angin yang sampai sekarang masih mengejarnya. Dalam hitungan detik, ia tidak sadarkan diri. Ia sudah tidak tahu lagi keadaan tubuhnya. Sebab alam telah berubah gelap. Senyap. Sunyi. Dalam ketidaksadarannya ia mencoba untuk berdiri. Namun usahanya selalu gagal. Ia masih tidak putus asa. Akhirnya ia kembali sadar. Dilihatnya orang-orang yang mengitari tubuhnya yang terbaring lemas. Seketika itu pula ia menangis. Padahal baru tadi malam ia bertemu dengan kekasihnya. Lalu mengapa waktu begitu cepat mengambil kekasih kembali? Tidak adakah rasa kasihan pada dua kekasih yang telah lama memendam rindu? Ia sudah putus asa. Ia akan menuruti semua kata orang tuanya. Biarlah ia menikah dengan orang yang tidak ia cintai. Atau bahkan harus menikah di bawah umur. Sebab ia sudah tidak tahu lagi kemana pergi kekasihnya. Ia ingin memulai hidup baru. Ia tidak ingin terlalu banyak menyusahkan kedua orang tuanya lagi. Ia pulang dengan
langkah gontai. Tubuhnya yang lemas ia paksa untuk terus berjalan. Meski ia merasa penat yang teramat sangat. Beberapa kali ia sandarkan tubuhnya di bawah pohon yang kebetulah berada di pinggir jalan. Tanpa terasa ia sudah hampir sampai ke rumahnya. Ia melewati pekuburan yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Di situ ada dua gundukan tanah yang baru digali. Namun ia tidak terlalu memperhatikan hal tersebut. Ia sudah rindu kepada ibunya. Di rumahnya banyak sekali orang yang bertamu. Ia memaklumi hal itu, mungkin para tamu itu datang untuk membantu mencarinya. Tapi suatu keanehan yang teramat sangat, ketika ia melewati orangorang itu tidak ada satu orangpun yang mau menegurnya. Begitupun ketika ia sampai di depan kakaknya, tidak ada hal yang istimewa atau acara peluk-pelukan. Semua tampak biasa. Dan air mata yang dialirkan dari mata kakaknya itu, menjadi tanda tanya besar di benak perempuan itu. Ia mulai menduga tentang dua gundukan tanah yang berada tepat di samping rumahnya. Benarkah itu ibu dan bapaknya. Ia lalu memeluk kakaknya. Beberapa kali ia bertanya tentang ibu dan bapaknya. Namun pertanyaan yang ia lemparkan pada kakaknya hanya sunyi angin, menjadi jawaban kebisuan. Sebab kakaknya hanya menjadi patung. Tidak sedikitpun ia menghiraukan pertanyaan perempuan tembakau itu. Di sudut rumah ia tidak menjumpai ibunya, di dalam kamar juga tidak ada. Ia keluar rumah, teringat pada gundukan tanah yang ia lalui tadi. Lalu tanpa sengaja ia membaca papan pengumuman yang ada di depan rumahnya. “TELAH MENINGGAL DUNIA SEPASANG SUAMI ISTRI: MARJUMIN DAN BUKENA� Perempuan itu ambruk. Dunia gelap menyapanya kembali. Lalu beruntun pertanyaan menghujam benaknya, kapan ia menikah dengan kekasihnya? Benarkah orang tuanya merestui hubungannya? Sumenep, 29 Mei 2009 *Santri kelas Prenduan
VI
TMI
Putra
Al-Amien
Edisi 3/Tahun I/2009
89
Story Short
Story
Memories with Luqmah | Humam Maulana*
L
I have a story that I never forget. It’s about emotions, caring feelings, and regret, which always come after everything is too late.
uqmah is an ordinary person. She fond of helping others, an active person, and doesn’t like too much talk. One time when I hear she being sick, I call her directly. But she always pretends in health and say, “I got only a flu and ordinary cough.” But I heard before, she has a lung disease. I advised Luqmah to meet Om Jozi, the only good Indonesian acupuncture doctor among Indonesians people in Cairo who we know. After a few days, I called Luqmah, and she told that she went to Om Jozi and informed that she got only a flu and unserious cough. Om Rozi advice her to do less activity, and drink more honey water. “Why didn’t you tell him your real illness, lung disease and asthma?” I asked Luqmah. Again, she answered that she got better, only a little coughing worsened than before she drank the honey water. I suggested her to go see another doctor. One day, I heard Luqmah got sick. I hurried up go to her apartment, and found her was pale and seemed very weak. She admitted had a diarrhea and stomachache for a month. Oh Allah Almighty … Diarrhea for a month?
90
Edisi 3/Tahun I/2009
Short Her room-mates told that the doctor was did a bullshit. He gave medicine only according to the patient’s complaint and it not worth. Hence, we decide to drop Luqmah to an acupuncture meditation with a Chinese meditation’s specialist lives in Yossef Abbas. I dropped her there accompanied by Afi and Ria. After one week, I took them again in same place. We got a little problem in communication with the doctor. We couldn’t communicate in usual language, so we used sign language, smile to each other, and nodding our head. Only two words which we understood Luqmah repeated said when the needles were injected to both her hands, “Cah” (“It hurts”). Other injection dropped to her stomach, and she said repeatly, “Cah.” I felt a spent a day was full of “cah” and another word, “holah … holah” (“enough”). Once we laughed louder when Luqmah said, “Cah koh!” (“It’s really hurts!”). Forgive us Luqmah, we couldn’t resist laughing that day. But actually we really felt on your pain. We glad to found that doctor was so patient treating Luqmah.
Story Story
ordered us to bring Luqmah to Qashr Al-‘Ayn Hospital, best hospital in Cairo with good and complete facilities. We took Luqmah to the thawâri’ (Emergency Unit). When the doctor came, he asked Luqmah’s condition. We explained that all her body feel hurts, and she had diarrhea for a month. The doctor takes Luqmah’s blood to be examined. With a little bit problems, he got some blood. “We won’t stay the night here, will we?” ask Luqmah. “I want to go home, I forgot to bring money,” she asked when we took her upstairs. “Don’t think too much Luqmah, your health most important for now. We will find money later,” I said. Her stomach was checked. I couldn’t understand what was shown by the computer. “Fîh hâgah dangerous ya duktur?” (Is there something dangerous doc?), I asked. “No, it’s just the liver, it’s bigger than usual,” he answered. “How old is she?” ask doctor. “21” I answered.
But after ten days approximately, Ria informed a serious thing happened. Luqmah couldn’t walk, and she wanted back to Indonesia. We’re hardly shocked. Didn’t the doctors said that she was alright?
“Musy ma’ul” (impossible)! This young already has such illness?”
When I arrived to her apartment, I was so shocked to saw her so weak. Her face looked rather yellow and a bit bruised. More worsted than several weeks ago. “I couln’t stand it mbak (my sister),” said Luqmah an unusual word. I was sad word to be hear from a tough person I know before.
Than, she brought to the x-ray’s chamber. I accompanied her with one of the nurses who was fortunately kind. Her name Iman. All Luqmah’s top clothes must be taken off, me and Iman took off her heavy clothes one by one. The weather was so cold by that time. Her back skin peeled off, and her back bone was clearly seen. Oh Allah ….
She moans every time her legs and hands were lifted to change her clothes. Oh Allah Almighty, this has gone too bad. Then we decided to bring her to Indonesian Embassy’s doctor. Akbar, Evi, Erma, and I tried to carried her. Bawwab (gate/apartment keeper) also help us to bring her down to downstairs. “I carried her to stop a taxi, yesterday. She tried to go to the first day of exam,” said bawwab. The true unbelievable spirit of Luqmah. When we arrive at the Embassy, the doctor checked Luqmah’s blood pressure and interviewed her history illness. Doctor
“Don’t you eat Luqmah?” ask doctor. She didn’t answer. She was in too much pain while the USG device pushed on her stomach.
After all, we put her in patient’s room on the 8th floor. I and the others, except Erma and Rahman who had the turn to stay there, left the hospital on Wednesday, 10th of January 2007. Thursday 11th of January 2007, after Maghrib I called Evi. Luqmah was fasting for the next check up, she said, and there were a lot of Madureese students at the hospital whether of Fosgama or IKBAL. “How nice if they recite Yaasin to pray for Luqmah,” I told Evi. For some reasons, as they were in
Edisi 3/Tahun I/2009
91
Story Short
Story
hospital, the recitation of Yaasin canceled. Friday Morning 12th of January 2007, I called Evi. “Insyâ`llah, I’ll be at the hospital in the afternoon,” I said. Approximately 10 o’clock, I got a short massage from my husband, inform that Luqmah being taken to ICU (Intensive Care Unit). Oh Allah Almighty, I begin to worry. Can Luqmah be saved? I felt wanted to fly and see Luqmah, but it was in vain, and no one can get into the ICU. After half an hour, Azhar called and confirm that the visit time run only for an hour long, between 4 to 5 o’clock. At 10 past 4, I and my family arrived at the hospital. I saw sad faces on our friends Talaat, Syukur, Ayat and Jamil’s faces. Directly I entered the ICU chamber. Unbelief seeing I got. Luqmah looked so weak. I shaked her hands, and called her name, “Luqmah, it’s me Mbak Nur. Can you hear me?” The only thing she said, “Mbak….” She was too weak to speak. “Where are her parents? They must see her,” the doctor said. I told him that Luqmah’s parent are in homeland, Indonesia. A male nurse beside him asked, “Is Indonesia far from here?” “It’s 12 hours far from here, actually more,” I answered. “Oh, it’s far. Is that by plane?” he asked again. I keep quite didn’t interested to answer this unimportant question. Then the doctor asked, “Who is responsible of her?” I said, I am. “Dangerous duktur?” then I asked. He answered, “Lil asaf dangerous…” (Unfortunately, it’s dangerous). “The problem is only in the liver?” I asked. “Everything. Her liver, body, respiration system, and her blood. How old is she?” doctor asked me again.
“Because ahyanan (sometimes) she’s sick, and ahyanan she’s fine,” I said. The nurse beside him asked, “Where does she live? How come you don’t know? How long did she stay here?” “We don’t live together. She’s been in Egypt only for two years,” I answered. I dragged my husband’s arms close to Luqmah. He shakes her head. “We were too late to bring her,” my husband said in despair. There was a deep regret in his word. The visiting hour ended, I put my face close to Luqmah. “I’ll go home now. I’ll be here tomorrow. Just pray a lot and everything will be okay,” I said by holding her forehead. But Luqmah didn’t move, and gave no any response. Then I went home. Saturday morning, there was a phone call from Qashr Al-‘Ain Hospital. I didn’t understand clearly what they’re saying. I jump to wake up my husband. My heart was beating very fast. My mind imagined the worst thing happened. My husband start to picked up the phone, “Alo … Tawaffat? Innalillâhi wa inna ilaihi râji’ûn …” (Hello … She died?) My body dropped with no energy. My tears flowing not stopped. I didn’t know what to do. I called Ria’s house, informing Luqmah’s death. Cries suddenly heard. Farewell Luqmah … We took you to your eternal place at Dua’iah. We prayed for you at Sayidah Zainab Mosque. You died in the middle of your hard jihad in seeking knowledge. Your way was too long. But this is the best for you. May Allah consider you as a Syahid. Âmîn. . Ibnu Rumi Street, Hay Sabi’, Cairo, Egypt, 18th of January 2007. Dedicated for all Fosgama (Forum Studi Keluarga Madura) students and IKBAL (Ikatan Keluarga Besar Al-Amien Prenduan) in Cairo. Translated from my Mother’s short story.
“21,” I said. “How come you don’t know that she’s been seriously sick for two months?”
92
Edisi 3/Tahun I/2009
*Student class V TMI
Kampus Kampusiana
Dari Prestasi ke Prestasi SATU bulan terakhir ini, santri Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan menuai banyak prestasi di berbagai even lomba yang diikuti. Dalam Lomba Cerdas Cermat Al-Qur’an (CCQ) se Jawa Timur di UIN Malang (24/5), Abdullah Zahir, Moh. Fawaid, dan Anfaul Ulum mewakili Ma’had Tahfidzil Qur’an Al-Amien (MTA) berhasil meraih Juara I. Sedangkan Jeva Martin, Ayatullah Muntadar, dan Akmal meraih Juara II Lomba Musabaqah Syarhil Qur’an (MSQ) di tempat yang sama. Prestasi lainnya diraih oleh Moh. Zuhri. Santri kelas IV SMA MTA asal Pamekasan ini ditetapkan sebagai Juara II Lomba Pidato Bahasa Inggris tingkat SMA se Jawa Timur di IAIN Surabaya (20/5). Prestasi membanggakan juga diperoleh oleh santri TMI Al-Amien. Dalam Kompetisi Tiga Bahasa di Pondok Pesantren Mathlabul Ulum, Jambu Lenteng, Sumenep (9-10/5). Kontingen TMI ditetapkan sebagai Juara Umum setelah meraih 5 emas 2 perak dan dan 3 perunggu. Kompetisi ini terdiri dari lomba pidato 3 bahasa tingkat MTs maupun MA. Sementara itu, dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah dan Cerpen se Madura di STAIN, Pamekasan, Mei 2009. Santri-santri AlAmien juga mencatat prestasi gemilang. Dalam even tersebut, Moh. Noer santri kelas VI TMI Putraditetapkan sebagai Juara I Lomba Cipta Cerpen, Masna El-Hani mahasiswi semester IV IDIA Prenduan, Juara II LKTI, Krisman Ariyandi mahasiswa semester VIII IDIA Prenduan, Juara III LKTI, dan Moh. Iqbal kelas VI TMI Putra Juara Harapan II LKTI. “Selamat atas prestasi yang kalian capai. Terima kasih atas perjuangan keras kalian. Yang terpenting, bagaimana mempertahankan dan mengembangkan,” harap Kiai Idris, selaku Pimpinan Pondok, dalam satu kesempatan ketika menerima kontingen lomba. [MHA/IK/MM]
Ketika Santri KKN SANTRI Al-Amien harus mampu mengabdi kepada masyarakatnya. Atas dasar ini dan
harapan agar santri AlAmien bisa mengamalkan ilmunya, sebanyak 387 santri; 181 santri TMI Putra, 137 santriwati TMI Putri, dan 69 santriwati Pondok Putri I. dilepas untuk melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Santri TMI melaksanakan KKN pada tanggal 9—15 Mei 2009, sedangkan santriwati Putri I pada 27 Mei—4 Juni 2009. Santri TMI melaksanakan KKN di empat kabupaten di Madura sedangkan Pondok Putri I hanya di sekitar Sumenep dan Pamekasan. Ketua panitia pelaksana kegiatan ini adalah Ust. Aminullah Turiman (TMI Putra), Usth. Helmiyatul Munawwaroh (TMI Putri) dan Usth. Rofiqoh Anwar (Putri I), sedangkan PO-nya yaitu Ust. Musleh Wahid, S.Pd.I. [MHA/IK]
Kongres IX BEM IDIA BADAN Eksekutif Mahasiswa (BEM) IDIA Prenduan kembali mengadakan Kongres IX pada 23—25 April 2009. Kongres ini bertujuan sebagai ruang berdemokrasi mahasiswa sekaligus memilih presiden BEM untuk periode 2009/2010. Setelah melalui tahapan kongres yang cukup melelahkan dan hangat, Hafifi mahasiswa semester VI asal Indramayu dan Elly Ermayanti mahasiswi semester VI asal Banjarmasin ditetapkan sebagai Presiden Mahasiswa IDIA Prenduan periode 20092010. “Saya berharap, lewat BEM IDIA ini lahir organisatoris-organisatoris handal dari mahasiswa IDIA,” harap Pengasuh Pondok, Kiai Idris, saat menutup Kongres IX BEM IDIA (20/4). [NM/MM]
Edisi 3/Tahun I/2009
93
Sahabat Sahabat
Arti Penting
Sikap Ikhlas dan Positive Thinking Nur Hasanah Ahdy ersemangat dan sederhana, dua kata ini dapat menggambarkan sosok sahabat kelahiran Bangkalan, 24 Januari 1990 ini. Bagaimana tidak, di tengah-tengah kesibukannya menghafal al-Qur’an di MTA Putri Al-Amien Prenduan, Nur Hasanah Ahdy masih juga melakukan aktivitas pengembangan diri di bidang yang lain seperti drama, puisi dan tidak lupa pula pengembangan bahasa Inggris. Terbukti pada tahun 2007 lalu, ia meraih juara harapan satu dalam lomba tafsir berbahasa Inggris pada MTQ yang diselenggarakan di Jawa Timur. Berniat Masuk Militer Di tengah persaingan hidup yang semakin ketat, setiap orang mempersiapkan diri untuk melangkah lebih maju, begitu juga dengan Kak Has sapaan akrabnya. Setelah lulus dari SMP ia berencana masuk dunia militer dan bercita-cita menjadi Polwan, salah seorang kakaknya langsung mendaftarkan namannya di sekolah tersebut seusai pengumunan kelulusan dari sekolah menengah pertama. Berbagai persiapan ia lakukan, mulai dari mencari info tentang dunia militer sampai tahap pengembangan fisik secara kecil-kecilan. Juga, persiapan mental. Namun, menjelang dua hari sebelum tes masuk, seorang kakaknya yang masih mengabdi di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan menawarkannya untuk masuk ke Ma’had Tahfidzil Qur’an. Saat itu juga fikirannya bergejolak, namun dia teringat dengan harapan orang tuanya yang menginginkan agar salah seorang generasinya ada yang menghafal
94
Edisi 3/Tahun I/2009
al-Qur’an. Perasaan bimbang hilang begitu saja. Seperti orang yang baru menerima hidayah dari Allah, perasaan haru pun menghinggapi relung jiwanya. Bagaikan musim kemarau yang lenyap terganti oleh musim hujan. Kuncup-kuncup daun pun bermekaran dalam angan-angannya. Cita-citanya menjadi Polwan telah terganti agar menjadi seorang yang ahli di bidang tafsir dan hadits. Suara teriakan komandan di lapangan tempur yang semula telah mengisi mimpi-mimpinya telah tergantikan oleh alunan ayat-ayat cinta dari Ilahi. “Alhamdulillah, syukur saya bisa masuk pesantren. Banyak hal yang saya dapatkan di sini,” tukasnya singkat. Bersahabat dengan Tantangan Sesampainya di pesantren ia berhadapan dengan berbagai macam tantangan, terutama budaya hidup mandiri. Ia juga dituntut agar pandai bergaul dengan teman-temannya yang berasal dari berbagai penjuru tanah air, dengan beragam budaya yang sangat beragam. Di sinilah dia menemukan tantangan itu, terutama bagaimana beradaptasi dengan lingkungan baru. “Dari mereka saya belajar bagaimana menghargai perbedaan dan menciptakan keakraban,” tegasnya. Karena memang dasar jiwanya yang suka mendapatkan tantangan baru, maka kehidupan di pesantren ia lalui dengan penuh kegembiraan dan keseriusan. Ditanya tentang resepnya, ia menjawab, “Tidak pilih kasih dalam berteman dan pandai mengatur waktu,” ungkap peraih Juara I lomba membaca kitab kuning ini dengan semangat berapi-api
Sahabat Sahabat
Ikhlas dan Positive Thinking Remaja. Adalah kata yang indah, sebuah kata yang mengingakan kita pada masa yang penuh pergolakan dan problematika hidup. Dikatakan remaja, karena ia telah melewati usia anak-anak dan akan memasuki usia dewasa. Oleh karena itu, usia remaja disebut sebagai masa-masa transisi yang penuh dengan ketidaktentuan dan ketidakpastian. Pada masa-masa ini, seorang remaja dihadapkan kepada godaan atau tarikan-tarikan perbuatan yang serba tidak menentu dan jelas. Sebagai anak terakhir dari enam bersaudara, putri dari pasangan bapak H. Moh. Ahdy dan Siti Sutiyah ini mengakui bahwa masa-masa remaja merupakan masa yang sangat membutuhkan media dalam mencurahkan segenap kreativitas agar tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif. Juga harus memiliki figur yang cocok untuk dijadikan teladan. “Pokoknya, kita harus selalu kreatif. Dan harus ada figur yang bisa diteladani. Dengan demikian, kita bisa terus berkarya dan optimis menjalani hidup,” ungkap pengagum ahli jiwa Prof. Dr. Zakiyah Drajat ini. Kunci lainnya yang wajib dimiliki oleh setiap remaja adalah keikhlasan dan positive thinking. “Keikhlasan berarti upaya sekuat tenaga memberikan yang terbaik. Dan positive thinking berarti upaya menyikapi secara positif setiap fenomena yang terjadi,” urai siswi kelas akhir MTA Putri Al-Amien Prenduan ini. Menurut Kak Nur, tanpa keikhlasan dan positive thinking sulit rasanya mencapai prestasi gemilang dalam berbagai bidang yang menjadi minatnya. Ini pula yang mengantar Kak Nur selalu nankring dalam daftar nominasi the best al-Qu’ran tiap semester. Selain itu, menurut Kak Nur, kunci kesuksesan adalah bagaimana menghormati para guru yang telah mendidik siang-malam, seperti yang dialaminya di pesantren. “Para kiai dan nyai inilah yang mampu menggantikan peran sementara kedua orang tua. Saya yakin mereka sangat ikhlas. Karena itu, kita juga harus ikhlas kepada setiap guru,” pesannya.
sang anak dapat menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa, walaupun akhirnya orang tua tidak menyaksikan secara langsung dan tidak ikut merasakan perjuangan sang anak selanjutnya. Begitu pula semua prestasi yang diraih Kak Nur. Ini merupakan barakah dari doa orang tuanya. Dan yang paling ia syukuri dari orang tuanya adalah semangat mereka yang tidak bosan-bosan menyekolahkan semua putra putrinya di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Berkat motivasi ingin membahagiakan orang tua inilah yang mendorongnnya agar selalu menjadi yang terbaik di segala bidang. “Bukankah bercita-cita itu gratis?” ungkapnya sambil tersenyum simpul. Selain menghafal al-Qur’an, ia juga menghafal amtsilah tashrifiyah, dan sempat meraih juara dua saat diadakan lomba tashrifan. Wah, gak kebayang kan, bagitu aktifnya sahabat kita ini? Ditanya soal cobaan dalam proses belajarnya, peraih juara harapan I lomba KIR (Karya Ilmiah Remaja) ini mengatakan bahwa rasa malas merupakan kendala yang paling besar. Untuk mengatasinya tidak lupa ia berbagi dengan rekan-rekan seangkatannya, guru-guru, dan para nyai yang siap melayaninya full time. “Saya sangat bersyukur, punya guru-guru yang mampu menggantikan kehadiran orang tua di rumah. Kepada mereka, saya ucapkan terima kasih,” ucapnya. . (El-Wafie, Mi-Dee,& V-fa)
Berbakti kepada Orang Tua Orang tua terkenal dengan kasihnya yang tanpa mengharap balas jasa, kasih yang tak berujung, sayang yang tak bertepi sepanjang hayatnya. Hal itu, dapat dirasakan ketika seorang anak mengerti makna pelajaran berharga dari orang tua. Tergantung sang anak, apakah akan meneruskan atau tidak perjuangan orang tua yang sudah berjerih payah memperjuangkan anaknya tanpa pamrih. Orang tua akan mengharap di masa mendatang
Edisi 3/Tahun I/2009
95
Refleksi
Refleksi
NOVEL Abd. Qadir Jailani
S
ehabis makan siang aku duduk di pojok selatan masjid. Sambil menunggu azan Ashar, aku baca sebuah novel Atas Nama Cinta. Sebuah novel yang menceritakan kisah seorang pemuda yang diasuh oleh seorang pelacur dengan ayah angkatnya mantan pilot maskapai penerbangan. Novel ini begitu meyakinkan saya kalau cinta itu hanya milik Allah semata. Tak lama kemudian salah seorang teman mengagetkanku dari belakang sambil berkata, “Uy, lagi baca apa nih serius amat. Sampai gak dengar panggilanku. Emang baca apa kamu?” “Biasalah Bay, namanya juga pemuda, aku lagi baca novel Atas Nama Cinta lumayan untuk ngerefresh otak, soalnya sejak tadi pagi otakku lagi dipusingkan dengan pelajaran matematika yang sulitnya minta ampun. Makanya aku baca novel ini, kata teman-teman sih bagus.” “Waduh Bintang hari gini masih baca novel Atas Nama Cinta. Coba baca novel ini: Tangisan di Tengah Gurun (The Daughters Of Juarez). Bagus lho. Novel terjemahan karya Teresa Rodriguez bersama Diana Montane dan Lisa Pulitizer novel terbitan Atria Books, New York, 2007 ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Rigakittindiya dan Hilmi Akmal. Novel ini lebih mengerikan daripada novel Stephen King. Novel ini memiliki banyak liku dan persimpangan daripada plot Agatha Christie, dan memiliki lebih banyak jumlah korban dibandingkan seri James Bond mana pun dan semua ini nyata.
Bantuin Dooong! Pada acara Imtihanan, santri kelas II MA sibuk menjadi panitia, Si Adnan dan Qomar sibuk menata kursi di Aula untuk acara Yudisium. Mereka berdua tampak sedang berdebat tentang jumlah kursi yang harus ditata. Mereka bingung dengan ketentuan Steering Commettee (SC) yang aturannya sebagai berikut: Kursi-kursi di dalam gedung Aula diatur sedemikian hingga, barisan kursi yang di belakang dua lebih banyak dari barisan di depannya. Pada baris ke-5 sebanyak 23 kursi. Bantuin Doong…. : Berapa jumlah kursi pada baris pertama? Dan berapa jumlah kursi sampai baris ke-20?.
96
Edisi 3/Tahun I/2009
“Novel ini dari tulis dari kisah nyata. Menceritakan tentang jerit dan tangis pilu para ibu yang kehilangan putrinya, rasa takut yang mencekam setiap perempuan di Juarez. Sebuah tempat yang terletak di selatan perbatasan Meksiko dengan Amerika Serikat. Selama lebih dari dua belas tahun kota Juarez menjadi pusat epidemi kejahatan mengerikan terhadap perempuan. Penculikan, pemerkosaan, mutilasi dan pembunuhan. Tak kurang dari 400 tubuh perempuan tak bernyawa telah ditemukan dan ratusan lainnya masih dinyatakan hilang. “Haqqon (Beneran) novel ini bikin aku menemukan wahana baru tentang Meksiko, jangan cuma urusan cinta doang. Baca novel ini selain berisi tentang cerita sedih juga sejarah kelam yang dialami kota Juarez di Meksiko sana.” Tanpa basa basi aku ambil novel dengan judul Tangisan di Tengah Gurun itu. Kesokan harinya di jam yang sama aku telah menamatkan novel yang tebalnya mencapai 396 halaman itu. Aku baru menyadari bahwa hidup ini harus menyisakan sesuatu yang berharga dan hal itupun takkan pernah aku capai tanpa aku membaca buku karena buku sebaik-baiknya sahabat sepanjang zaman. Buku juga merupakan warisan paling berharga dibandingkan warisan lainnya karena buku menyimpan banyak fenomena yang tak ternilai harganya. Abd. Qadir Jailani, santri kelas V TMI Putra Al-Amien Prenduan asal Lenteng.
Ketentuan menjawab: 1. Jawablah pertanyaan kuis di atas berdasar ilmu matematika yang telah kamu pelajari. 2. Jawaban dikirim ke alamat redaksi Khazanah. Sertakan kupon di sebelah kiri atas jawaban. Jawaban yang dikirim tanpa dilampiri kupon kuis dianggap tidak sah. 3. Jawaban ditunggu paling lambat tanggal 1 Juli 2009. Redaksi menyediakan bingkisan menarik untuk tiga 3 pemenang yang beruntung dan jawabannya benar. Info Redaksi: Untuk kuis edisi I tidak ada pemenangnya, karena sampai batas waktu yang ditentukan, tidak ada jawaban yang masuk ke meja redaksi. Terima kasih.
Edisi 3/Tahun I/2009
97
98
Edisi 3/Tahun I/2009