9 minute read

Strategi Pemerintah dan Peran Masyarakat dalam Menjaga Ketahanan Pangan di Masa Pandemi Covid 19

STRATEGI PEMERINTAH DAN PERAN MASYARAKAT DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN DI MASA PANDEMI COVID 19

Miftahul Magfirah

Advertisement

Politeknik Pembangunan Pertanian Malang Surel: miftahulmagfirah8@gmail.com.

ABSTRAK: Artikel ini bertujuan mendeskripsikan mengenai keadaan sektor pertanian di masa pandemi Covid19. Selain itu, juga dijelaskan mengenai kebijakan pemerintah dan peran masyarakat dalam menjaga ketahanan pangan di masa pandemi. Strategi yang dijalankan pemerintah seperti peningkatan kapasitas melalui food estate, diversifikasi produksi dan konsumsi pangan , fasilitasi cadangan pangan di berbagai daerah , serta pemasaran komoditas pertanian. Masyarakat juga memiliki peran dalam menciptakan inovasi dan mengembangkan kreativitas demi memajukan sektor pertanian dan pangan. Jadi diharapkan tema atau topik yang dipilih dapat membantu masyarakat dalam menangani masalah yang ada.

Kata-kata kunci: covid-19, ketahanan pangan, pemerintah, peran masyarakat, strategi

Covid-19 mengganggu sistem pangan Indonesia. Ketenagakerjaan di bidang pertanian diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar 4,87 persen, sedangkan produksi pertanian domestik akan menyusut sebesar 6,2 persen. Impor akan turun sebesar 17,11 persen dan harganya diperkirakan akan naik sebesar 1,20 persen dalam jangka pendek dan sebesar 2,42 persen pada 2022. Dengan berkurangnya pasokan dalam negeri dan dari impor, kekurangan pangan dan inflasi harga makanan berpotensi besar terjadi.

192

Data terkini menunjukkan sektor pertanian telah mengalami kontraksi. Pada Februari 2020, penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian menurun sebesar 60 ribu orang atau sekitar 0,42 persen dibandingkan dengan tahun lalu (BPS, 2020). Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2020 menunjukkan bahwa sektor pertanian hanya mampu tumbuh 0,02 persen secara tahunan. Meskipun demikian, sektor petanian masih cukup potensial untuk menjadi tumpuan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Secara kuartalan, pertanian masih sanggup tumbuh 9,46 persen (BPS, 2020). Di wilayah Indonesia yang miskin dan terpencil, kerawanan pangan telah terjadi bahkan sebelum virus corona melanda. Kini, dengan hilangnya sumber uang dari remitansi dan mata pencarian di luar pertanian, kerawanan akan terjadi dalam skala lebih besar, kecuali pendapatan yang hilang dari pertanian dapat tergantikan. Transfer tunai rumah tangga tidak akan cukup untuk menutup investasi besar di muka yang diperlukan untuk mendapatkan input pertanian. Sampai saat ini, kebijakan ketahanan pangan pemerintah adalah berfokus menjaga pasokan bahan makanan pokok. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tidak hanya mengenai berbagai langkah untuk meningkatkan produksi dalam negeri, tetapi juga tindakan yang bersifat sementara untuk menghapus tarif dan mengurangi persyaratan lisensi impor nonotomatis (surat persetujuan impor) untuk bahan makanan penting seperti daging sapi dan gula. Misalnya, jika tarif dihapuskan, harga impor barang pertanian masih mungkin akan naik tetapi hanya sebesar 0,65 persen. Upaya lain termasuk bantuan untuk peternak ayam, peningkatan kredit pertanian, dan insentif harga untuk sereal.

193

Ketersediaan bahan pangan pokok pada kondisi pandemic memegang peranan penting mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar penduduk. Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat pandemi Covid-19 berpengaruh pada krisis pangan jika tidak dikelola dengan baik. Di satu sisi, pandemik Covid-19 mendorong penerapan pembatasan sosial. Di sisi lain, kebutuhan pangan diperkirakan dikonsumsi dalam kuantitas yang sama meskipun aktivitas masyarakat lebih terbatas. Berikut Data Konsumsi Makanan Pokok per Pekan di masa Pandemi Covid 19 (Sumber: Kementerian Keuangan, Bahan Rapat Kabinet Terbatas, Jakarta, 9 April 2020).

Pangan Pokok Jumlah Unit

Beras 408,6 Ribu Ton Daging Sapi 2,4 Ribu Ton Daging Ayam 31,8 Ribu Ton Telur 579 Juta Butir Cabai 20,2 Ribu Ton Bawang Merah 139,8 Juta Ons Kedelai 245 Ton Jagung 12,8 Ribu Ton

KONDISI PERTANIAN PANGAN DI TENGAH PANDEMI

COVID-19

Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan, melainkan juga berdampak pada pada berbagai aspek kehidupan sosial ekonomi, termasuk pada pemenuhan kebutuhan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan, produksi dalam negeri memegang peranan kunci meskipun terdapat opsi untuk melakukan impor. Namun dalam kondisi pandemi, impor pun bisa terkendala karena

194

sejumlah negara menahan ekspor pangan demi memenuhi kebutuhan domestiknya. Masalah utama yang perlu menjadi perhatian pengambil kebijakan sektor pertanian adalah relatif rendahnya tingkat produktivitas di beberapa daerah. Wilayah-wilayah yang mengalami defisit pasokan beras merupakan daerah dengan tingkat produksi padi lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional. Diperlukan intervensi secara serius di daerah-daerah ini untuk meningkatkan produksi padi guna memenuhi kebutuhan pangan di wilayah tersebut. Masalah lain di sektor tanaman pangan adalah petani skala mikro lebih mendominasi kelompok RTUP. Hasil SUT 2018 menunjukkan bahwa sebanyak 58,7 persen petani merupakan petani dengan penguasaan lahandi bawah 0,5 hektare. Intervensi dalam jangka pendek yang perlu dilakukan pada kelompok ini adalah upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan yang dikelola sesuai dengan komoditas yang relevan dengan kelompok tersebut. Untuk menjaga ketahanan pangan domestik pada masa pandemi Covid-19, pemerintah perlu memberikan stimulus bagi sektor pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan produksi tanaman pangan utama. Dari hasil SOUT 2017, terdapat komponen produksi sektor pertanian pangan yang dapat dijadikan sebagai acuan dan instrumen intervensi melalui stimulus fiskal sektor pertanian. Pemerintah dapat memberikan stimulus dalam pengadaan benih, pupuk, dan pestisida untuk meningkatkan produksi dalam jangka pendek.

195

Sebagai gambaran, komponen pupuk memiliki kontribusi sekitar 4-9 persen pada total biaya produksi, sedangkan benih sekitar 3-8 persen dari total biaya produksi (BPS,2018). Adapun pestisida menyumbang sekitar 3-4 persen dari biaya produksi. Langkah intervensi ini memungkinkan Hasil SOUT2017SPD menunjukkan bahwa rumah tangga padi ladang masih kesulitan dalam mengakses pinjaman ke bank (BPS, 2018). Hasil survei memperlihatkan hanya sebesar 16,37 persen rumah tangga padi ladang yang sebagian besar atau seluruh sumber pinjaman dengan bunganya berasal dari bank. Sebagian besar rumah tangga (59,05 persen) memperoleh pinjaman dengan bunga dari perorangan untuk membiayai kegiatan usaha taninya. Alasan utama sebagian besar rumah tangga itu untuk dilakukan dalam jangka pendek guna meningkatkan ketersediaan pangan domestik daripada melakukan pengadaan lahan pertanian sebagaimana pernah dikemukakan sebelumnya. Berdasarkan dengan kondisi pertanian pangan di tengah pandemi yang telah dipaparkan, maka peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi covid-19.

STRATEGI PEMERINTAH DALAM MENJAGA KETAHAN PANGAN DI TENGAH MENGAHADAPI PANDEMI

Untuk menjaga kebutuhan masyarakat dan terhindar dari krisis ketahanan pangan, Kementerian Pertanian sebagai lembaga teknis yang bertanggung jawab dalam bidang pertanian (pangan) juga telah menyiapkan berbagai strategi untuk menghadapi tantangan ketahanan pangan di masa pandemi. "Berbagai program telah dipersiapkan,"

196

kata Tahlim Sudaryanto selaku Profesor Riset Bidang Ekonomi Pertanian di Kementerian Pertanian dalam kesempatan yang sama. Beberapa program yang telah dipersiapkan tersebut diantaranya sebagai berikut: 1. Peningkatan kapasitas melalui food estate 2. Diversifikasi produksi dan konsumsi pangan 3. Fasilitasi cadangan pangan di berbagai daerah 4. Fasilitasi pemasaran komoditas pertanian melalui Toko Tani

Indonesia

5. Beberapa paket jejaring pengaman sosial Para ahli mengingatkan, bahwa menjaga ketahanan pangan di tengah krisis akibat pandemi Covid-19 ini tidak bisa hanya dilakukan oleh para pencetus kebijakan, melainkan masyarakat juga harus terlibat, supaya setidaknya bisa menjaga kesejahteraan pangan individu dan keluarganya sendiri. Oleh karena itu, kata Handoko, jika Anda bisa membuat inovasi dan ide baru yang dapat diadopsi untuk kebutuhan pangan pribadi dan orang di sekitar, itu sudah sangat baik dilakukan sebagai sistem pertahanan pangan berkelanjutan. Menteri Pertanian juga mengatakan bahwa selain medical solution, dalam menghadapi kondisi saat ini food security juga menjadi penting. Karenanya, Kementerian Pertanian mengupayakan tiga strategi dalam menghadapi COVID-19 serta persiapan program peningkatan ketersediaan pangan di era new normal. Tiga agenda utama Kementerian Pertanian pada masa pandemi COVID-19 adalah pertama agenda darurat/jangka pendek. Terdiri dari stabilitas harga pangan termasuk pengendalian harga, fasilitas pembiayaan petani dan padat karya pertanian. Kedua adalah agenda

197

temporary/menengah diversifikasi pangan lokal, supporting daerahdaerah defisit dan antisipasi kekeringan. Dan yang ketiga, agenda permanen/jangka panjang yakni ekstensifikasi tanaman pangan, peningkatan produksi per tahun, pengembangan korporasi petani dan pengembangan para petani milenial. CB1 adalah peningkatan kapasitas produksi melalui percepatan tanam dan perluasan areal tanam, pengembangan lahan rawa di Kalimantan tengah, kurang lebih 164,598 hektar dan peningkatan produksi gula, daging sapi dan bawang putih untuk mengatasi impor. Sementara CB2 adalah pengembangan diversifikasi pangan lokal dengan basis kearifan lokal yang fokus pada satu komoditas utama pada satu wilayah atau provinsi. Lalu dengan pemanfaatan lahan pekarangan dan marjinal melalui program Pekarangan Pangan Lestari. CB3 adalah penguatan cadangan dan sistem logistik pangan untuk stabilisasi pasokan dan harga pangan. Kemudian untuk CB4 itu pengembangan pertanian modern. Di sini peran perguruan tinggi sangat penting. Karena di sini dilakukan pengembangan smart farming, pengembangan dan pemanfaatan screen house, pengembangan food estate dan pengembangan korporasi petani,” ujar Menteri Pertanian.

Hal yang sama disampaikan Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria. Ia menyampaikan bahwa kebijakan logistik agro-maritim dan rantai pasok pangan bisa menjadi solusi jangka pendek dalam masa pandemi dan pasca pandemi. Dalam jangka pendek ini, perlu memperluas akses petani, peternak dan nelayan pada jaring pemasaran daring, stimulus ekonomi khusus untuk pertanian dan pedesaan serta skema perlindungan dan jaring pengaman sosial. Hal

198

tersebut sangat penting untuk menjamin efektivitas mendongkrak produktivitas di lapangan. Selain strategi pemerintah dalam menjaga ketahan pangan di tengah pandemi covid-19, peran masyrakat juga sangat penting untuk bersama–sama dengan pemerintah untuk mewujudkan ketahan pangan di tengah pendemi covid-19.

PERAN MASYARAKAT DALAM MENJAGA KETAHAN

PANGAN DI TENGAH PANDEMI COVID 19

Dalam masa pandemi seperti ini, masyarakat cenderung menjadi lebih kreatif dan bisa berkreasi untuk mengakali situasi yang ada. Termasuk halnya dalam menjaga akses terhadap pangan. Masyarakat diharapkan memiliki kesadaran untuk melakukan penanaman mandiri minimal untuk memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Ada banyak sekali cara untuk melakukan penanaman mandiri seperti misalnya urban farming dan juga melakukan penanaman dengan metode hidroponik dengan memanfaatkan lahan-lahan yang ada di rumah.

Masyarakat juga dapat membantu menjaga keseimbangan permintaan dan suplai bahan pangan dengan tidak melakukan panic buying. Terutama untuk bahan-bahan pangan dengan umur simpan yang pendek (perishable). Mengingat umur simpan yang pendek, menimbun bahan-bahan pangan tersebut terlalu lama justru akan membawa dampak lain bagi lingkungan, yaitu meningkatnya limbah dari makanan yang tidak dapat dikonsumsi karena sudah lewat umur simpannya.

199

Mengikuti anjuran dari FAO dalam rangka menciptakan kestabilan harga pangan dan perwujudan pangan berkelanjutan, masyarakat juga bisa memprioritaskan membeli bahan pangan pada petani atau produsen kecil secara langsung. Dibandingkan langsung pada distributor yang sering meraup banyak keuntungan yang menyebabkan petani kecil merugi.

Menurut World Food Summit (1996), ketahanan pangan terjadi saat semua orang, kapan saja, memiliki akses fisik dan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi makanan yang aman dan bergizi dengan cukup untuk kehidupan yang sehat dan aktif. Hal ini dapat diidentifikasi dari empat indikator, yaitu ketersediaan pangan secara fisik (physical availability), akses secara ekonomi dan fisik untuk mendapatkan bahan pangan (economic and physical availability), pemanfaatan bahan pangan (food utilisation), dan stabilitas dari ketiga indikator tersebut.

PENUTUP Simpulan

Pada masa pandemi Covid-19, mengganggu berbagai sektor kehidupan, termasuk sektor pertanian dan pangan. Oleh sebab itu, perlu strategi yang tepat dari pemerintah selaku pengatur perekonomian negara dalam menjaga ketahanan pangan serta membangun kembali sektor pertanian yang sempat terbengkalai. Tidak hanya pemerintah, masyarakat sebagai penggerak dan salah satu faktor pendorong sektor pertanian, juga seharusnya mampu mengambil peran sehingga terciptanya kerja sama demi membangun perekonomian negara.

200

Saran

Diharapkan tulisan ini mampu membantu masyarakat dalam mengetahui bagaimana kondisi sektor pertanian dan mengevalusi strategi yang dapat dilakukan untuk menjaga ketahanan pangan. Sehingga, ke depannya dapat mengatasi masalah-masalah yang mungkin saja timbul dari penyebab yang sama.

DAFTAR RUJUKAN

BPS. 2018. Hasil Survei Struktur ongkos Usaha Tanaman Padi 2017.

Jakarta: Badan Pusat Statistik.

BPS. 2020. Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2020, No. 40/05/Th. XXIII, 05 Mei 2020. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Kementrian Pertanian. 2020. Gerakan Ketahanan Pangan pada Masa Pandemi Covid-19.

(http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/covid19/program-kegiatan/367-gerakan-ketahanan-pangan-padamasa-pandemi-covid-19, diakses pada 18 Januari 2021).

Kompas. 2020. Pandemi Ancam Krisis Ketahanan Pangan, Apa yang Harus Dilakukan?.

(https://www.kompas.com/sains/read/2020/11/02/190300423/pa ndemi-ancam-krisis-ketahanan-pangan-apa-yang-harusdilakukan-?page=all, diakses pada 18 Januari 2021).

LIPI. 2020. Strategi Ketahanan Pangan di Era New Normal Pandemi COVID-19. Bogor: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

201

(https://ppid.ipb.ac.id/strategi-ketahanan-pangan-di-era-newnormal-pandemi-covid-19/, diakses pada 20 Januari 2021).

UMY. 2020. Ketahanan Pangan Indonesia di Masa Pandemi.

Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. (https://www.umy.ac.id/ketahanan-pangan-indonesia-di-masapandemi.html, diakses pada 22 Januari 2021).

202

This article is from: