2 minute read

DAMPAK BURUK QUIET QUITTING

Next Article
Quiet Quitting

Quiet Quitting

Fenomena quiet quitting pertama kali muncul pada pertengahan 2022. Tidak dipungkiri bahwa fenomena ini saat ini marak terjadi. Quiet quitting merupakan perilaku yang ditampilkan oleh karyawan dimana mereka cenderung memberikan energi yang minim pada saat bekerja. Dalam hal ini karyawan kurang menunjukkan antusiasme dalam bekerja dan cenderung hanya mengerjakan tugastugas dengan kualitas atau kuantitas yang dipersyaratkan saja.

Disadari atau tidak disadari karyawan, perilaku quiet quitting umumnya membawa dampak yang kurang baik bagi mereka. Hal ini terjadi karena pada umumnya karyawan yang menunjukkan sikap atau perilaku quiet quitting cenderung mementingkan diri sendiri, dan enggan untuk bekerja sama Hal ini tentu saja akan menyebabkan ketidakharmonisan dengan rekan kerja, kelompok, maupun perusahaan Apa saja dampak negatif dari quiet quitting?

Advertisement

Penurunan Kinerja

Tanpa kita sadari, bekerja umumnya akan membawa banyak perubahan dalam keahlian kita menangani sesuatu hal Kendala serta perubahan yang terjadi di tempat kerja umumnya akan membantu kita dalam meningkatkan kemampuan kita apabila kita mau berbuat lebih dan tidak hanya sekedar mengerjakan tugas-tugas kita pada umumnya

Penurunan Kepuasan Diri

Setiap orang umumnya berharap dapat memperoleh kepuasan dalam hidup, demikian juga dalam bekerja.

Individu yang bekerja seadanya dan enggan berbuat lebih, umumnya kurang dapat merasakan kepuasan diri karena tidak ada target harus dicapainya Perilaku quiet quitting akan cenderung menghambat dorongan dalam diri individu untuk meraih hasil yang lebih maksimal. Dengan tidak adanya kepuasan diri, maka pekerjaan akan cenderung manjadi hambar, tidak lagi menyenangkan dan berdampak juga pada penurunan semangat kerja

Ketidakpuasan Atasan Atas Kinerja

Perilaku quiet quitting tentu saja sangat tidak disukai oleh atasan.

Bagaimanapun atasan pada umumnya menginginkan karyawan memiliki semangat dan aktif ikut serta dalam pekerjaannya, baik pada saat jam kantor maupun di luar jam kantor.

Pekerjaan yang dilakukan dengan tidak maksimal tentu saja akan mengakibatkan penurunan produktivitas dan menurunkan kepuasan atasan serta dapat memicu pemutusan kerja terhadap kayawan Sulit mencapai career goal yang diinginkan.

Karyawan yang memiliki keinginan dan harapan untuk dapat mencapai puncak karir dalam pekerjaannya, tentu saja akan mengalami kesulitan jika melakukan perilaku quiet quitting

Penilaian atasan terhadap karyawan yang tidak produktif tentu akan berdampak terhadap penilaian kinerja yang menyebabkan karyawan dinilai rendah kinerjanya dan menghambat proses promosi (Karina)

Sebenarnya saya seneng kerja di sini. Pekerjaannya manantang, kliennya menyenangkan, gaji dan fasilitasnya memuaskan, koleganya ramah, dsb, tapi….. saya tetap merasa kurang puas di tempat kerja karena Pernahkah anda merasakan atau berpikir demikian?

Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang kehilangan semangat kerja Survei Gallup di tahun 2020 menunjukkan bahwa komitmen pekerja di seluruh dunia hanya berkisar 20%

Sekilas angka ini terbilang kecil. Namun, jika dibandingkan dengan prosentase komitmen pekerja di tahun 2009, ketika survei ini pertama kali diluncurkan oleh Gallup, yakni berkisar 11%, maka angka 20% tentu saja dapat disebut sebagai peningkatan

Tentu saja menjadi tanda tanya mengapa sebanyak 80% pekerja di seluruh dunia tidak memiliki komitmen dalam pekerjaan. Lebih lanjut, Gallup memperkirakan bahwa resiko ekonomi dari kurangnya komitmen pekerja di seluruh dunia berkisar 8,1 trilyun dollar AS

Quite quitting dapat diartikan sebagai pekerja yang „hanya“ menjalankan tugas dan kewajiban sebagaimana

This article is from: