Oki Rahadianto Sutopo Eka Zuni Lusi Astuti Anindityo Dwiprakoso Rina Satriani R.A Magdalena Putri K Arya Malik Nurrizky Fatima Gita Elhasni
Menenun Asa Sejatidesa
Oki Rahadianto Sutopo Eka Zuni Lusi Astuti Anindityo Dwiprakoso Rina Satriani R.A Magdalena Putri Kuslarassakti Arya Malik Nurrizky Fatima Gita Elhasni
Menenun Asa Sejatidesa Penulis : Oki Rahadianto Sutopo Eka Zuni Lusi Astuti Anindityo Dwiprakoso Rina Satriani R.A Magdalena Putri Kuslarassakti Arya Malik Nurrizky Fatima Gita Elhasni Pengambil Gambar Foto R.A Magdalena Putri Kuslarassakti Sampul dan Tata Letak : R.A Magdalena Putri Kuslarassakti Arya Malik Nurrizky Fatima Gita Elhasni Cetakan Pertama, Oktober 2020 Copyright © 2020 Youth Studies Centre (YouSure)
Diterbitkan Oleh : Youth Studies Centre (YouSure) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Jalan Sosio Yustisia Bulaksumur, Yogyakarta, 55281 Gedung BC Lantai 2, Ruang 204 (0274) 563362 ext 152 Email : yousure.fisipol@ugm.ac.id Website : yousure.fisipol.ugm.ac.id ISBN: 978-602-71285-1-4
Bu Parti - Penenun Sejatidesa sedang menyambungkan benang dari Boom ke Gun
PROLOG : 1 Awal Mula dan Perkembangan Tenun Sejatidesa
Bagian 1 : 9 Detak ATBM 11 Proses Menenun Ala Sejati Desa
Bagian 2 : 21 Re-Branding for Winning 22 Badan Usaha Koperasi Pelangi Sejati
Bagian 3 : Tenun Lokal Visi Global
23
Yang Muda Yang Pakai Tenun
25
EPILOG
29
PENGANTAR Pada mulanya adalah passion, sebuah curahan dimensi subjektif manusia kreatif Yogyakarta, berproses seiring dengan berjalannya waktu menembus batas-batas ruang spasial dan spiritual, menubuh dan mewujud menjadi kain tenun. Sebuah produk budaya yang terus-menerus hidup dan dihidupi oleh masyarakatnya dari satu generasi ke generasi. Menghidupi tanpa mengkerangkeng tenun pada kata ‘tradisi’ sama pentingnya dengan menjaga bara kehidupan manusia itu sendiri; bahwa untuk hidup, ilmu “ngeli...tanpa keli” penting untuk selalu diingat dan dipraktikkan. Tidak hanya pada satu generasi namun yang terpenting adalah antar generasi; melanjutkan tongkat estafet, menuju garis akhir. Tanpa ada yang tahu seperti apa makna dan bayangan akan “akhir’ tersebut. Tak...tak..tak...hidup harus jalan terus, begitupun tenun.
Youth Studies Centre (YouSure) Universitas Gadjah Mada
Oki Rahadianto Sutopo
Bu Tuginem - Penenun Sejatidesa sedang menenun di dalam rumahnya
1
Awal Mula dan Perkembangan Tenun Sejatidesa
T
enun adalah teknik pembuatan kain dengan cara menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Di Indonesia, tenun merupakan tradisi warisan budaya
Nusantara. Menurut para ahli sejarah, teknologi tenun ada di Nusantara sejak 200 tahun sebelum Masehi (Indonesia.go.id, 2019). Berbagai bukti sejarah menunjukkan eksistensi tradisi tenun sudah berkembang sejak lampau di Nusantara. Salah satunya adalah relief di Candi Borobudur yang diperkirakan dibuat pada tahun 9 Masehi. Relief tersebut mengilustrasikan sejarah perkembangan alat tenun di Asia Tenggara. Selain itu, jejak perkembangan tenun terekam dalam catatan-catatan sejarawan masa lampau, seperti Ma Huan (abad 15) dan Tome Pires (abad 19). Mereka menceritakan bahwa pada saat itu kain tenun menjadi busana keseharian penduduk Nusantara. Tradisi menenun juga dikisahkan dalam legenda Sangkuriang, dimana menenun adalah kegiatan sehari-hari Dayang Sumbi. Legenda ini memperkuat konstruksi bahwa menenun dilakukan oleh kaum perempuan. Tak ayal saat ini Indonesia memiliki berbagai motif tenun dan pusat-pusat tenun yang tersebar di penjuru negeri. Dusun
Sejatidesa
di
Desa
Sumberarum,
Kecamatan
Moyudan,
Kabupaten Sleman merupakan salah satu pewaris tradisi tenun di Yogyakarta. Sampai saat ini, menenun menjadi kegiatan sebagian perempuan Sejatidesa dengan produksi tenun stagen. Belum ada catatan sejarah yang mendokumentasikan sejarah tenun di Sejatidesa. Menenun menjadi matapencaharian warisan leluhur yang dipertahankan dengan jeri payah oleh para penenun tanpa mengubah alat produksinya. Menurut para penenun, tradisi menenun di Sejatidesa kemungkinan sudah berlangsung selama empat generasi. Penenun Sejatidesa masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Sebagian besar rumah di Sejatidesa memiliki ATBM yang diwariskan antar generasi oleh nenek atau ibu kepada anak perempuannya. Salah seorang penenun menuturkan bahwa pada tahun 1980an terdapat beberapa pengusaha tenun ATBM di Desa Sumberarum. Mereka mempekerjakan perempuan-perempuan
dari
dusun-dusun
di
wilayah
administratif
Desa
Sumberarum dan sekitarnya sebagai buruh tenun. Para penenun biasanya bekerja di rumah para pengusaha tenun. Lambat laun, para penenun membeli ATBM kepada pengusaha supaya dapat menenun di rumah sembari mengurus pekerjaan rumah tangga. Setelah memiliki ATBM sendiri, mereka membawa bahan tenun untuk dikerjakan di rumah, kemudian menyetorkan kain tenun stagen ke pengusaha tenun majikannya.
2
Para penenun di Sejatidesa menggunakan ATBM untuk menenun stagen. Sampai saat ini, para penenun masih menggunakan ATBM warisan nenek atau ibunya, atau membeli ATBM baru. Alat tenun dan alat pemintal
benang
terbuat
tersebut
digerakkan
dari
secara
bahan
manual
dasar
kayu
menggunakan
balok tenaga
yang
dirakit
penenun
itu
secara sendiri.
tradisional.
Alat-alat
Tak
menenun
ayal,
menggunakan ATBM selain membutuhkan keterampilan dan ketelatenan, juga membutuhkan tenaga yang cukup besar.
B
erdasarkan cerita, pada awalnya produksi kain tenun
Menenun dilakukan pada waktu luang ketika tidak sedang
berupa kain berukuran lebar yang digunakan oleh
membantu suaminya mengerjakan sawah atau di
perempuan
menggendong
sela-sela waktu mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Oleh
dagangan ke pasar. Kian lama, permintaan kain
karena itu, ATBM diletakkan di dapur sehingga para
tenun untuk menggendong berubah menjadi stagen.
penenun
Stagen merupakan produk tenun berbentuk memanjang
pekerjaan rumah tangga. Para penenun mengerjakan
berukuran mencapai puluhan meter dengan lebar
pekerjaan rumah tangga pada jam 08.00 – 17.00 WIB. Pada
sekitar 14-16 cm. Stagen dijual dalam bentuk gulungan.
sela-sela waktu itulah mereka menenun, sekaligus
Setelah para pengusaha tenun gulung tikar, para penenun
mewariskan
menjual kain tenun stagen kepada para pedagang.
perempuannya. Meskipun sebagian besar pekerjaan
Seminggu sekali para pedagang datang ke Sejatidesa
menenun
untuk membeli kain tenun dari penenun langganannya.
laki-laki turut membantu, seperti membuat gulungan
para
Dalam
pedagang
perkembangannya,
untuk
menenun
merupakan
pekerjaan sampingan para perempuan Sejatidesa. Sebagian
besar
dari
mereka
hidup
dalam
keluarga petani. Pada musim tanam dan musim panen, mereka
3
bekerja
di
sawah
membantu
suaminya.
dapat
menenun
keterampilan dilakukan
oleh
sembari
menenun para
mengerjakan
kepada
perempuan,
anak para
benang dan mewarnai benang dengan pewarna alami. Ada pula beberapa laki-laki yang membantu menenun menggunakan ATBM.
Gambar : Kain Stagen Tenun Sejatidesa
Perkembangan Tenun di Sejatidesa Perkembangan produk tenun stagen di Sejatidesa mengalami proses metamorfosis yang cukup panjang, meliputi beberapa tahapan. Perkembangan tenun stagen satu warna menjadi tenun stagen pelangi, tidak lepas dari peran aktor eksternal yang melakukan community development. Perkembangan tenun Sejatidesa dapat dibagi dalam 5 tahapan. Pertama, masuknya community development pada tahun 2012. Kedua, inovasi tenun stagen menjadi tenun pelangi pada tahun 2013. Ketiga, berdirinya Usaha Bersama (UB) Pelangi Sejati pada tahun 2015. Keempat, dikukuhkannya Sejatidesa sebagai Sentra Industri Tenun oleh Bupati Sleman pada tahun 2018. Kelima, didirikannya Kandang Tenun pada tahun 2019.
2012
Masuknya Community Development
Produk Tenun Stagen Pelangi
2013
2015
Inisiasi Usaha Bersama (UB) Pelangi Sejati
Pengukuhan Sejatidesa sebagai Sentra Tenun ATBM
2019
2018
Berdirinya Kandang Tenun
4
Kandang Tenun Sejatidesa
Kisah haru-biru para penenun di Sejatidesa merupakan bagian dari usaha melestarikan budaya dan tradisi menenun, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tidak mudah memelihara dan membesarkan warisan nenek moyang. Meskipun demikian, walaupun banyak aral melintang akan ada jalan terang selama ada komitmen dan kerja keras untuk menggapainya.
Community development tenun di Sejatidesa dimulai pada tahun 2012, dengan capaian inovasi tenun stagen dan produk turunannya. Inovasi dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi penenun, seperti rendahnya harga produk tenun dan keterbatasan kreativitas penenun. Sebelum masuknya community development, usaha tenun di Sejatidesa berjalan stagnan dengan hanya memproduksi stagen berwarna hitam atau putih. Berdasarkan pemetaan sosial, permasalahan utama yang dihadapi usaha tenun Sejatidesa adalah perbedaan kualitas kain tenun sehingga harga tenun juga berbeda tergantung pada kualitas tenun dan dimana menjualnya. Dari sini dihasilkan gagasan untuk menginovasi tenun stagen yang semula berwarna hitam atau putih saja, menjadi tenun stagen berwarna-warni ibarat pelangi. Langkah pertama dalam inovasi tenun adalah melatih para penenun untuk membuat tenun stagen warna-warni (tenun pelangi). Pasar stagen pelangi, berbeda dengan stagen versi lama. Stagen pelangi tidak lagi digunakan sebagai stagen yang dipasarkan di pasar tradisional, namun diolah menjadi produk kerajinan tangan. Untuk meningkatkan harga jual, maka penenun dilatih untuk membuat kerajinan tangan tersebut. Akhirnya didatangkanlah pelatih untuk mengajarkan menjahit dan membuat aneka kerajinan tangan produk turunan tenun pelangi. Ketiga penenun tidak tertarik untuk belajar menjahit, sehingga mengajak warga lain yang mau belajar menjahit supaya dapat memproduksi produk turunan tenun pelangi. Tahap selanjutnya dalam community development di Sejatidesa adalah penguatan kelembagaan. Koperasi dirasa sebagai lembaga paling sesuai untuk mengembangkan tenun di Sejatidesa. Mendirikan koperasi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Para penenun tidak dengan mudah menerima sosialisasi pendirian koperasi yang disampaikan oleh Dinas Koperasi UKM Kabupaten Sleman. Pada akhirnya 15 Orang yang terdiri dari penenun dan perempuan Sejatidesa, memutuskan mendirikan Usaha Bersama (UB) pada tahun 2015.
Intervensi terakhir dari community development yang dilakukan adalah menggelar Pasar Tenun Rakyat dan pameran. Pasar Tenun Rakyat bertujuan untuk memperkenalkan kepada khalayak luas bahwa Sejatidesa memiliki berbagai budaya yang sangat menarik, utamanya tradisi menenun. Pasar Tenun Rakyat meliputi beberapa kegiatan seperti photo competition dan Stagen: Star Again. Salah satu capaian usaha tenun Sejatidesa adalah ditetapkannya Dusun Sejatidesa sebagai Sentra Tenun ATBM oleh Sri Purnomo, Bupati Sleman. Penetapan tersebut dilaksanakan bersama dengan penetapan desa atau dusun lain di Kecamatan Moyudan sebagai sentra berbagai produk kreatif Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada tanggal 31 Oktober 2018. Pengukuhan sentra berbagai usaha UMKM ini merupakan komitmen Pemerintah Kabupaten Sleman dalam pemberdayaan ekonomi lokal dan penguatan daya saing produk lokal untuk meningkatkan kompetensi daerah dalam persaingan ekonomi global. Pada tahun 2019, UB Pelangi Sejati mendirikan Kandang Tenun. Kandang Tenun berfungsi sebagai showroom, tempat menerima tamu dan tempat pelatihan menenun bagi orang luar yang ingin belajar menenun di Sejatidesa. Bangunan Kandang Tenun awalnya merupakan kandang sapi milik Bu Retno, Ketua Koperasi Pelangi Sejati. Kandang sapi dibersihkan dan diperbaiki sedemikian rupa sehingga menjadi showroom yang di dalamnya terdapat berbagai perlengkapan tenun seperti ATBM, alat penggulung benang, dan meja kursi.
7
Kunjungan Bupati Sleman ke Koperasi Pelangi Sejati Paska Pengukuhan Sejatidesa sebagai Sentra Tenun ATBM
Pengambil Gambar Anindityo
8
Detak ATBM Sejatidesa Proses pembuatan tenun di Indonesia sangat beragam. Meskipun secara sederhana definisi tenun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sendiri adalah hasil kerajinan berupa bahan (kain) yang dibuat dari benang (kapas, sutra, dan sebagainya) dengan cara memasuk-masukkan pakan secara melintang benang lungsin, namun proses menenun sendiri tidak terjadi hanya 1-2 hari. Misalnya di Flores, para penenun menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menghasilkan sehelai kain tenun berkualitas.
9
Mengapa proses menenun itu sangat lama? Menenun membutuhkan alat dan bahan yang cukup banyak serta prosesnya cukup rumit dan panjang. Mulai dari pemilihan benang, pewarnaan, hingga hasil akhir menjadi kain tenun. Tak hanya panjang, banyak filosofi yang terjadi dalam setiap proses itu. Penamaan sesuai ciri khas daerah masing- masing dalam proses menenun juga menjadi keunikan tersendiri dalam memahami keseluruhan proses menenun ini.
Proses ngeklos guna memintal benang sebelum memasuki proses menyekir
Dusun Sejatidesa seperti daerah lainnya di Indonesia memiliki kearifan lokal tersendiri dalam budaya menenun. Bagian ini meneropong lebih dekat proses pembuatan tenun dengan ATBM di dusun ini. Leonardo Da Vinci mempunyai satu pernyataan yang selalu diingat oleh berbagai seniman di dunia, salah satunya kesederhanaan dalam seni merupakan kompleksitas yang tercanggih. Seakan mengamini pernyataan tersebut, tenun yang termasuk dalam seni kriya membuat takjub dan tenggelam dalam segala kecanggihan alat dan bahan yang dipakai para penenun di Sejatidesa.
10
Proses Menenun Ala Sejati Desa Ibu-ibu anggota Usaha Bersama Pelangi Sejati yang menggawangi keberlangsungan tenun Sejati Desa menunjukkan proses pembuatan kain tenun, tahap demi tahap.
PEWARNAAN
1 Panci
Ember
Benang
Benang katun direndam pada larutan deterjen di ember besar, tujuannya membuka pori-pori benang dan membuat warna lebih mudah terserap masuk ke benang. Ibu-ibu di Sejatidesa bisa merebus pewarna alami tersebut dengan takaran yang sudah mereka jadikan standar.
Pewarna
Deterjen
Ongkek
2 Tunjung
11
Air Kapur
Air Cuka
Benang diperas sedikit demi sedikit secara merata untuk menghilangkan air deterjen. Proses ini untuk menjaga kualitas benang.
Benang hasil rendaman kemudian digepuk (dibanting berkali-kali).
3
Proses terakhir dalam pewarnaan adalah penguncian warna. Benang yang telah dijemur akan memasuki tahapan ini. Benang direndam ke dalam air cuka atau air kapur yang sudah dicampur dengan satu bahan khusus bernama Tunjung.
4
5
Benangbenang yang warnanya sudah sesuai keinginan diijemur dengan ongkek dan genter sampai kering.
Untuk mendapatkan warna yang diinginkan proses pada tahap 1, 2, 3, dan 4 diulang sesuai kebutuhan.
Cara Mewarnai Benang dengan Pewarna Alami dan Pewarna Sintetis Pewarna Alami Satu kilogram pewarna alami misal Daun Mahoni direbus dengan tujuh gayung air. Perebusan memakan waktu kurang lebih 1 - 2 jam.
Pewarna Sintetis 5 gram pewarna sintetis direbus dengan 3 liter air. Masukan benang yang sudah digepuk ketika air sudah mendidih. Benang dibalik berkali-kali supaya warna tercampur merata dan meresap ke semua bagian benang.
12
PEMINTALAN / NGEKLOSS Tahapan ini adalah awal dari kecanggihan istilah-istilah dari kearifan lokal ibu-ibu Sejatidesa untuk proses menenun mereka. Penenun memperkenalkan berbagai istilah seperti jontro, ingan, dan kloss. Tiga sekawan yang akan selalu bersama dalam proses memintal benang yang telah diwarnai.
Benang
Kloss
Kleting Jontro
Alat Pemintal Benang atau sering disebut Alat Kloss
Ingan
13
1
2
3
Benang-benang yang telah diwarnai dimasukkan dalam Ingan (tempat untaian benang)
Benang dari Ingan diatur ke dalam Kloss (gulungan) atau Kleting
Penenun memutar Jontro sehingga ingan ikut berputar hingga kloss benang penuh terisi.
14
PENYEKIRAN
Gun
Boom
Suri / Sisir Tempat Benang Kloss
Alat Sekir untuk membuat pola tenun, sebelum proses menenun
15
Inden
Dalam proses menyekir, salah satu dari penenun memegang sebuah kertas dan mulai dengan seksama memperhatikan wadah sekiran untuk meletakkan gulungan-gulungan benang yang telah dikloss. Seringkali penenun berdikusi agar tidak terjadi kesalahan dalam peletakan gulungan kloss yang ternyata disesuaikan dari kertas yang berisi rumus warna motif. Rumus warna motif menjadi semacam ‘resep rahasia’ dan merupakan proses terumit pada tahapan ini. Penenun juga menyatakan tidak semua penenun bisa memahami tahapan penyekiran karena tidak semua penenun menguasai rumus warna motif. Dari sini tersusunlah dengan apik gulungan-gulungan benang kloss yang disambung ke boom. Boom ini berbentuk seperti tabung agak panjang sehingga bisa diputar. Sudah selesaikah proses menyekir ini? Belum, masih ada proses memutar boom sesuai dengan jumlah hitungan-hitungan dari rumus warna motif. Salah satu hitungan saja bubar sudah rumus warna motif yang ditetapkan sejak awal. Biasanya jika terdapat motif berwarna jumlah hitungan putaran akan terkait lebar masing-masing warna di motif tersebut. Pada proses ini, penenun membutuhkan konsentrasi yang tinggi untuk menghitung rumus motif. Setelah selesai dengan semua putaran hitungan rumus warna motif mulai tampak motif-motif warna benang lusi di boom. Terakhir, penenun akan memotong benang-benang antara boom dan wadah sekiran kemudian akan memindahkan boom ke ATBM.
16
MENENUN
ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) Dusun Sejatidesa
17
Pemindahan boom dari tahapan penyekiran ke penenunan butuh tenaga dan ketelitian ekstra. Boom yang sedikit berat harus dilepas dari tempat menyekir. Penenun harus mengatur letak boom, suri, gun, dan Teropong benang pakan di alat tenun bukan mesin (ATBM) yang lumayan besar. Tak lama setelah mengatur letak ketiga benda, penenun menyambung benang lusi dari boom ke ATBM yang dikenal dengan istilah Tetepung. ATBM yang berada di Sejatidesa berbentuk rakitan dengan panjang kurang lebih 1-1,5 meter dan lebar 1-1,2 meter. Tinggi ATBM sekitar 1,5-1,8 meter. Bahan dibuat dari kombinasi kayu jati dan bambu. ATBM ini biasanya dibuat oleh tukang kayu dengan harga sekitar Rp 2juta-2,5juta. Ada sebuah balok panjang melintang untuk ditarik dan didorong penenun. Uniknya, di bagian bawah ada injakan semacam dua pedal untuk menaik-turunkan Gun yang berfungsi membagi benang atas dan bawah.
Bagaimana posisi ketika menenun dengan ATBM? Pada awalnnya penenun duduk menghadap ATBM dan memegang sebuah balok yang di dalamnya berisi teropong benang pakan untuk mengunci benang lusi. Dua kaki penenun berada di injaan kanan dan kiri. Salah satu ibu-ibu yang juga lihai menenun langsung mencoba ATBM itu. Duduk mempersiapkan posisi dan “tak..tak..tak.” Alunan merdu yang dihasilkan ATBM terdengar ketika balok yang melintang didorong dengan sedikit sentakan dan ditarik kembali berulang. Kedua kaki di Injaan bergantian naik-turun seperti kegiatan mengayuh sepeda. Harmoni gerakan tangan dan kaki serta tempo suara dari ATBM membuat kami takjub. Kami mencoba ATBM itu dan tentu saja jauh dari harmoni yang dihasilkan ibu-ibu. Kami belum bisa mengikuti kecanggihan sederhana ATBM ini.
Proses Menenun di Sejatidesa
18
ATBM Sejatidesa ini mampu menghasilkan kain tenun dengan lebar antara 7-24cm dan panjang yang disesuaikan pesanan. Berapa meter estimasi yang bisa dihasilkan penenun dari ATBM ini? Jawaban dari ibu-ibu bervariasi karena setiap penenun mempunyai tempo tersendiri dalam menyelesaikan kain tenun. Ada yang satu hari sekitar 6 jam kerja bisa menghasilkan 10 meter, serta ada yang hanya 6 meter.
Motif Gerimis Tenun Sejatidesa
Syal Tenun Sejatidesa
Kain tenun produksi Sejatidesa terdiri dari motif polos dan motif warna-warni. Biasanya kain tenun ini digunakan untuk stagen atau untuk syal. Seiring berjalannya waktu akan banyak produk turunan dari kain tenun ini. Mengutip Maisi Junardy dalam novel budaya berjudul Man’s Defender “mengenalkan dan mempertahankan budaya itu penting, supaya manusia mengenal dirinya sendiri dan lebih saling menghargai.” Ia berpesan generasi muda bahwa agar lebih mengenal dan menghargai kekayaan budaya lokal di sekitarnya.
20
Re-Branding for Winning Seiring dengan berkembangnya minat masyarakat terhadap karya seni asli Indonesia, kain tenun makin mendapatkan atensi di bidang produk fashion. Banyak daerah penghasil kain tenun di Indonesia gencar melakukan strategi pemasaran produk kain tenun sebagai sumber ekonomi baru, termasuk di Dusun Sejatidesa.
PERTAMA
Penyegaran motif kain tenun yang diproduksi
KETIGA Penciptaan logo
Sebelumnya, kain tenun yang dihasilkan berupa kain
Pemberian logo atau nama dapat memberikan nuansa
stagen dengan warna-warna monokrom seperti hitam,
kebaruan dalam produk kain tenun Dusun Sejatidesa,
merah, atau biru tua. Produk sandang dengan warna
sehingga masyarakat akan lebih mudah mengingat asal
seperti ini kurang menarik perhatian pasar lebih luas.
kain tenun pelangi dihasilkan. Re-branding suatu produk
Apalagi stagen saja sudah sangat jarang digunakan oleh
harus memiliki ikon yang dapat berasosiasi terhadap
generasi muda bahkan mungkin banyak yang sudah tidak
unsur primer ataupun sekunder dari produk yang
tahu bentuk dan kegunaan stagen itu seperti apa. Kata
ditawarkan.
yang muncul pertama kali ketika mendengar kain tenun dan stagen adalah kuno.
KEDUA Inovasi
KEEMPAT
Bekerjasama dengan organisasi
Menambahkan warna-warna cerah di kain tenun agar
atau badan yang bermisi sama Salah satu mitra yang bekerjasama dengan UB Pelangi
lebih menarik dipandang mata. Upaya kreatif ini tidak
Sejati adalah House of Lawe yang memiliki perhatian
hanya terbuka pada kemajuan teknologi dan tren pasar,
khusus terhadap produk fashion dari kain tenun ataupun
tetapi kreativitas yang diciptakan dengan memadukan
kain lurik. Dengan adanya kerjasama ini, selain mengasah
nilai pada masa lalu sebagai inspirasi munculnya
keterampilan ibu-ibu untuk memunculkan motif-motif
produk-produk kain tenun baru dengan nilai- nilai modern
baru pada produk kain tenun, kerjasama juga dapat
yang menarik. Inovasi ini menghasilkan produk kain tenun
menjadi bagian dari membangun jaringan pemasaran
pelangi dan menjadi trademark produksi kain tenun dari
produk. Dengan semakin majunya teknologi informasi,
Dusun Sejatidesa.
jaringan kerjasama merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan produksi kain tenun pelangi.
21
Usaha Bersama Pelangi Sejati Usaha Bersama (UB) Pelangi Sejati didirikan pada 19 Desember 2015. Pada saat dibentuk, UB Pelangi Sejati memiliki 27 anggota yang kesemuanya adalah penenun perempuan. Meskipun belum memiliki badan hukum, UB Pelangi Sejati berkembang dengan perlahan tapi pasti.
Pengurus Usaha Bersama (UB) Pelangi Sejati terdiri atas 12 orang, sebagai berikut:
Retno Kartini Asteria Harsiyah
Sarni Utari Heruwantari
Sumirah
Ketua I Ketua II
Sie Usaha
Jimah Masiyem
Bendahara
Sie Keanggotaan
Retno Ningsih Anastasia Parti
Sekretaris
Sie Humas
Bardiah
Sri Suryati
Pada tahun 2020 ini, anggota Usaha Bersama (UB) Pelangi Sejati berjumlah 45 orang perempuan warga Dusun Sejatidesa. Sebagian besar anggotanya adalah penenun, anggota lainnya berprofesi sebagai pedagang dan pelaku usaha kecil. Tugas utama UB Pelangi Sejati adalah memasarkan produk tenun melalui kemitraan, mengikuti berbagai ajang pameran dan pemasaran secara online.
Usaha Bersama UB Pelangi Sejati
22
Tenun Lokal Visi Global Berkembangnya zaman yang semakin menglobal dengan derasnya arus informasi membuat tren-tren baru pun bermunculan, termasuk dalam dunia fashion. Tak hanya model-model terbaru, nilai-nilai tradisional menjadi inspirasi “segar” yang merambah tren fashion masa kini. Kain tenun bercorak etnik dan tradisional menjadi fashion tersendiri bagi anak jaman ‘now’. Perkembangan informasi yang deras menjadi media untuk mengangkat nilai-nilai tradisional seperti fashion tenun ke ranah yang lebih besar. Kain-kain tenun tradisional kini banyak digunakan oleh generasi kekinian dan membentuk tren tersendiri di masyarakat. Hal ini terlihat dari inisiatif Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) pada tahun 2018 yang menjadikan kain tenun sebagai tema utama dalam trend fashion di Indonesia.
Kain tenun pada awalnya digunakan sebagai busana tradisional seperti halnya stagen dan baju adat daerah. Perkembangan zaman mendorong dan menciptakan motivasi untuk mengkreasikan tenun ke ranah yang lebih populer di kalangan kaum urban. Kain tenun saat ini bisa menjadi produk sehari-hari seperti pakaian biasa, pakaian formal, aksesoris, dan penghias rumah. Kain tenun bukan lagi dianggap kuno namun justru menjadi inovasi baru dalam trend global yang menggabungkan nilai modern dan tradisional. Dalam dunia fashion sendiri, terdapat dua jenis gaya yang menggambarkan elaborasi antara nilai modern dan tradisional yaitu Neo Medieval dan Svarga.
Foto dari : Indonesia Trend Forecasting 2019/2020
23
Neo Medieval Gaya Neo Medieval mewakili kelompok orang yang takut terhadap perkembangan teknologi. Tercermin dari gaya busana yang membawakan unsur klasik dan tradisional. Unsur alam seperti warna tanah dan pepohonan yaitu cokelat dan hitam, mendominasi fashion yang mengadopsi gaya Neo Medieval. Di samping gaya klasik, Neo Medieval juga mencakup perpaduan gaya tradisional dengan gaya masa kini.
Svarga Svarga adalah titik temu antara budaya dan teknologi. Svarga mengusung warna-warna ceria dengan unsur budaya di dalamnya. Gaya ini tercipta dari keyakinan bahwa budaya dan teknologi mampu mempersatukan manusia.
Tenun mulai menjadi kiblat nilai tradisional yang mampu ikut bersaing di trend global. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana masyarakat pembuat dan pecinta tenun mampu terus berinovasi dan saling membangun antar generasi guna mempertahankan serta mengembangkan kain tenun pada kancah global. Keikutsertaan kaum muda dalam membangun popularitas tenun menjadi salah satu cara efektif. Dukungan media untuk promosi akan menjadikan popularitas tenun semakin baik.
24
Yang muda yang pakai tenun
“Harga produk turunan ini lebih mahal dan lebih diminati, makanya sangat membantu untuk menambah penghasilan keluarga,” Jinah - Penenun Sejatidesa
Mbak Sumirah - Penenun & Penjahit Sejatidesa Sedang menjahit produk turunan tenun
Setiap produk budaya akan bisa bertahan dan
Pengolahan kain tenun stagen menjadi kain warna dan
berkembang jika didukung oleh masyarakartnya. Spirit
produk turunan mampu meningkatkan daya jual.
inilah yang juga dipegang oleh penenun Sejatidesa.
Kelompok koperasi yang mengelola produk dapat
Mereka berkreasi serta berinovasi untuk mengembangkan
menjual dari harga Rp10.000 sampai ratusan ribu rupiah
kain berwarna menjadi berbagai macam aksesoris. Ada
setiap produknya tergantung jenis produk dan
berbagai macam produk turunan dari kelompok tenun
penggunakan bahan tenunnya. Peningkatan daya jual
ATBM di Dusun Sejatidesa seperti tas, gelang,
yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan
gantungan kunci, syal dan dompet. Produk itu dibuat
menjual kain stagen seharga Rp15.000 per meternya.
langsung oleh para penjahit di Dusun Sejatidesa. Sebagai bentuk semangat gotong royong, para anggota kelompok tenun ikut andil menolong penjahit mengerjakan produk
27
turunan tenun.
Kreasi dan inovasi penenun Sejatidesa masih harus dikembangkan lagi guna mengikuti perkembangan zaman yang semakin cepat dan bercorak global sekarang ini. Bekerja sama dengan pemuda dusun menjadi salah satu pilihan yang perlu dilakukan oleh kelompok tenun. Saat kelompok tenun mampu berkolaborasi dengan kaum muda, inovasi yang lebih kekinian dan segar menjadi pintu terang bagi roda perekonomian mereka.
Bu Aster (kiri) & Bu Sarni (kanan) Penggiat Tenun Sejatidesa Sedang membuat produk turunan tenun
“Kalau mengikuti tren fashion kami belum mampu karena tidak ada yang mendesain dan menjahit,” Aster pengelola UB Pelangi Sejati.
28
EPILOG Tenun Sejatidesa sebagai produk budaya telah terbukti mampu bertahan dari generasi ke generasi. Dalam setiap era tentu mempunyai hambatan maupun kesempatan yang berbeda-beda. Suka duka dalam ‘menghidupi’ dan ‘menghidupkan’ tenun telah banyak diceritakan dan bermuara pada satu kunci: kekayaaan lokal harus diwariskan kepada generasi penerus. Tentu saja, dalam kata diwariskan juga terselip kata ‘inovasi’. Produk budaya hanya akan bisa bertahan jika mampu membaca tanda-tanda dan mengikuti perkembangan zaman tanpa harus kehilangan ‘identitas’ dirinya. Justru identitas diperlakukan sebagai modal penting untuk diolah ulang guna memunculkan distingsi sebuah kekhasan nilai simbolik dari hasil penyemaian, perawatan dan penubuhan produk budaya antar generasi. Ke depan, tenun Sejatidesa harus menghadapi ‘gegar budaya’ yang mewujud dalam pandemik Covid-19 yang bersifat global. Gegar budaya merombak berbagai macam aspek tatanan baik sosial, budaya, politik dan ekonomi termasuk pemaknaan akan ruang/waktu yang baru. Disinilah, tenun Sejatidesa dan generasi muda penerusnya perlu menyiapkan ‘jurus-jurus’ yang tepat dalam berselancar di jagad digital.
29
Model (kiri ke kanan) : Carolus Krismaya Ivan Rama Frida Mayasari
30