![](https://static.isu.pub/fe/default-story-images/news.jpg?width=720&quality=85%2C50)
1 minute read
BelajarHidupDalamKesederhanaan
Sejak keberangkatan kami pada tanggal 2 Juni 2023 dari SMA Santa Ursula di Jakarta, begitu banyak perasaan yang bercampur aduk dalam diri semua murid. Bagaimana tidak? kami dalam perjalanan untuk menjalani suatu kebiasaan baru, lingkungan baru, bahkantentunyaakan mempelajari bahasa baru bagi beberapa orang. Waktu sekitar 12 jam perjalanan termasuk 2 kali istirahat di rest area, diisi oleh para siswa dengan banyak kegiatan, ada yang karaoke, nonton bareng,ngobrol,tidur,danlain-lain.
Sesampainya disana kami disambut dengan sangat semangat oleh kakak-kakak panitia pendamping live in. setelah mengumpulkan handphone dan makan, kami menuju titik kumpul masing-masing lingkungan menggunakan truk terbuka, dimana ini merupakan first experience bagi banyak anak. Walaupun kami harus agak berhimpitan di atas truk, namun kami disuguhi denganpemandanganpegununganmenoreh,udarayangbersih,dananginyangsejuk.
Advertisement
Keluarga menerima kita dengan hangat dan dibuat nyaman untuk tinggal disana selama beberapa hari. Di rumahku sendiri, setelah kami merapikan barang-barang, karena tidak ada pekerjaan maka kami kembali untuk mengobrol dengan bapak ibu rumah kami.Dalamsatuhari kami bisaminumtehmanissebanyak3hingga4gelas,akubahkanhampirtidakminumairputih sama sekali selama live in. lalu pada hari senin ibu memasakan balado terong, akusendiritidak menyukai terong,namunketikamakanterongmasakanibuakujadisukabangetsamaterongdan makanterongsampaihariterakhir
Beberapa hari setelah sampai kami menemukan warung yang cukup dekat rumah, maka kami sering mampir ke sana, di belakang warung itu ada tempat kecil danadaayunanjadikami semakinseringberkumpuldisana.Selainwarung,sejakharipertamakamijugaseringberkumpul dan bermain di kali dekat rumah, kalinya sangat bersih, airnya sedang surut sehingga tidak terlalu dalam dan kami sering main disana bersama bocil-bocil. Ada satu kesempatan dimana satu lingkungan semua berkumpul di kali secara tidak sengaja, bahkan Bu Grace dan Bu Win ikutberkumpuldisana.
Dari sekian rangkaian Live In banyak banget pelajaran yang akudapatkan,salahsatunya yang sudah jelas adalah hidup dalam kesederhanaan. Aku menemukan bahwa ternyata hidup di desa tanpa handphone dan alat komunikasi lainnya tidak seburuk “itu”, banyak kegiatan yang bisa dilakukan dan itu lebih menyenangkan dibandingkan hanya melihat handphone seharian. Lalu ada nilai daya juang, karena topografi disana nanjak-turunyanglumayanterjaldanakuliat bahkanibu-bapakyangsudahlansiaitusanggupberjalan-jalansambilmembawabebanmelewati topografi terjal seperti itu. Kemudian ada cinta sesama, karena aku melihat semua orang itu saling mengenal, tetangga di lingkungan yang berbeda mereka pun saling mengenal, bahkan anak-anak disana bisa menjadi tour guide kami karena mereka mengenal tempatitusangatluas, hal ini sangat berbeda dengan di kota. Banyak hal-hal lain yang bisa menjadi pelajaran hidup, jika durasi live in lebih lama. Beberapa anak berpendapat bahwa 4 hari itu kurang untuk menikmatihidupdipedesaan.