5 minute read
Pilihan Berlibur Berkonsep Ekowisata
Untuk memudahkan masyarakat berkunjung ke berbagai daerah, pesawat Batik Air membuka beberapa rute penerbangan di belahan bumi Nusantara.
TEKS & FOTO DODY WIRASETO
Advertisement
Masa pandemi, saat kembali memilih liburan berkonsep ekowisata. Tidak hanya bertanggung jawab terhadap diri sendiri, Anda juga diajak untuk turut serta dalam kelestarian alam, budaya, dan lingkungan di destinasi tersebut. Dari aktivitas tersebut akhirnya memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat.
Lingkungan sosial, budaya, dan kelestarian alam di Indonesia sendiri sangat beragam. Keberagaman inilah yang akhirnya menjadi daya tarik tersendiri untuk berlibur. Namun, patut diperhatikan pula, saat ini semua aktivitas berlibur harus kembali perhatikan protokol kesehatan. Patuh dalam menerapkan standar protokol kesehatan meliputi 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak akan membuat liburan Anda tidak hanya nyaman tetapi juga aman dari penyebaran virus.
Berikut ini pilihan destinasi berbasis ekowisata yang bisa Anda kunjungi di tahun ini.
SEJUKNYA KEBUN TEH BERLATAR GUNUNG TERTINGGI DI SUMATERA
Kembali ke alam dan menikmati kesegaran alami yang dihadirkan untuk menyegarkan pikiran dari penatnya aktivitas sehari-hari bisa dilakukan di Taman Nasional Gunung Kerinci. Di kaki Gunung Kerinci yang merupakan gunung tertinggi di Sumatera ini, membentang perkebunan teh. Perkebunan ini lebih dikenal dengan Kebun Teh Kayu Aro, yang berada di kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi yang berada di ketinggian 1.400-1.600 meter di atas permukaan laut ini menyimpan cerita tentang kejayaan teh Indonesia.
Desa Kayu Aro merupakan salah satu kebun teh legendaris di Indonesia. Keberadaannya sudah dikenal hingga penjuru dunia dengan komoditi andalannya, Teh Hitam. Kebun teh ini merupakan perkebunan teh tertinggi kedua di dunia setelah perkebunan teh Darjeling di kaki Gunung Himalaya (4.000 mdpl).
Kebun teh ini dirintis antara tahun 1925 hingga 1928 oleh perusahaan Belanda,
Namblodse Venotschaaf Handle Vereniging Amsterdam (NV HVA). Perkebunan teh ini juga tercatat sebagai perkebunan teh tertua di Sumatera. Tidak hanya itu, perkebunan Teh Kayu Aro dengan luas 3.020 hektar adalah perkebunan teh dalam satu hamparan terluas di dunia.
BERMAIN BERSAMA GAJAH DI TANGKAHAN, SUMATERA UTARA
Berlibur di alam terbuka, jangan lewatkan untuk mengunjungi Tangkahan di Kabupaten Langkat Sumatera Utara ini. Berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, di sini wisatawan bisa menikmati suasana sejuknya hutan tropis yang masih alami, sungai yang masih jernih dan yang paling utama adalah kawanan gajah liar yang bebas berkeliaran.
Daya tarik utama di kawasan ini memang gajah liarnya. Selain melihat sekawanan gajah liar di habitat aslinya, wisatawan pun bisa ikut memandikan gajah di wilayah konservasi Tangkahan ini. Di tempat ini gajah-gajah dirawat, diberi makan setiap hari dan dimandikan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore. Buat kamu yang ingin ikut memandikan gajah, kamu bisa datang pada pukul 07.00 WIB dan pukul 17.00 WIB setiap harinya.
Selain gajah, aktivitas lainnya yang tidak kalah seru di Tangkahan adalah trekking, river tubing, hingga berkemah. Tangkahan menjadi surga tersembunyi hutan tropis Sumatera Utara yang jangan sampai dilewatkan untuk Anda kunjungi tahun ini.
MELIHAT ORANG UTAN DI TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING
Sejak para peneliti orang utan datang pada 1971, Taman Nasional Tanjung Puting, di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah menjadi salah satu lokasi penelitian yang dikenal dunia. Di taman nasional ini punya populasi orang utan terbanyak, ditambah akses yang kini mulai mudah dijangkau. Orang utan di habitat aslinya memang jadi daya tarik berlibur di sini.
Selain mengamati di alam liar, orang utan juga bisa dilihat di beberapa tempat. Taman Nasional Tanjung Puting terdapat lima
camp. Namun, hanya tiga camp yang dijadikan tempat pemberian makan orang utan. Camp itu antara lain Camp Leakey dengan aktivitas feeding jam 14:0016:00, sedangkan Camp Tanjung Harapan pemberian makan di jam 15:00 dan Camp Pondok Tanggui, pemberian makan orang utan setiap jam 9 pagi.
Selain melihat orang utan, suasana petualangan pun bisa Anda dapatkan kala menuju camp-camp pengamatan ini. Melintasi Sungai Sekonyer dan belantara hutan Kalimantan Tengah akan berikan pengalaman seru tersendiri selama menghabiskan waktu liburan di Taman Nasional Tanjung Puting.
MENYUSURI PERADABAN SUKU BADUY
Suku Baduy di kawasan Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten adalah satu dari ribuan budaya yang masih lestari hingga kini. Budaya Indonesia yang tidak lekang termakan zaman. Mereka percaya alam memberi segala yang mereka butuhkan dan karena itu pula, alam menjadi prioritas utama untuk dijaga.
Desa Ciboleger ini merupakan satu dari 53 desa yang didiami oleh Suku Baduy Luar. Tiga desa yakni Cibeo, Cikertawana, Cikeusik merupakan tempat tinggal Suku Baduy Dalam. Suku Baduy terbagi menjadi dua, yakni Suku Baduy Dalam yang masih memegang teguh adat istiadat dan memilih mengisolasi dari dunia luar, termasuk teknologi.
Sedangkan Suku Baduy Luar sudah mulai terbuka dengan modernisasi untuk menopang aktivitas sehari-harinya. Layaknya suku-suku lain, Suku Baduy juga memiliki tradisi khas, yakni menenun. Budaya menenun
ini telah diturunkan sejak nenek moyang mereka. Ciri khas kain Tenun Baduy itu adalah warna putih dan warna biru tua.
Menyusuri peradaban Suku Baduy, membawa wisatawan ke suasana yang penuh kesahajaan masyarakat suku ini. Serta turut serta dalam menjaga budaya ini agar tetap lestari dengan cara menghormati adat istiadat mereka dan memegang teguh batasan-batasan untuk wisatawan kala berada di sini.
AREA PERSAWAHAN SIMBOL BUDAYA BALI DI JATILUWIH
Kabupaten Tabanan merupakan wilayah di Bali yang lahannya cukup besar terisi oleh persawahan. Daerah di sisi barat pulau itu dikenal juga sebagai lumbung beras bagi Bali. Satu dari sekian desa yang terisi oleh persawahan di Tabanan adalah Desa Jatiluwih.
Keistimewaan persawahan Jatiluwih terletak pada topografinya yang berlekuklekuk, sawah bertingkat, kemudian disempurnakan oleh latar belakang barisan pegunungan. Dari Jatiluwih dengan jelas mata bisa menangkap bayangan Gunung Agung dan Gunung Batukaru.
Tempat itu menyajikan panorama yang istimewa lantaran arealnya lumayan luas, tidak seperti persawahan berundak di sekitar Tegalalang, dekat Ubud, yang tak seberapa ukurannya. Selain itu aktivitas para petani lebih mudah dijumpai. Di Jatiluwih orangorang dapat melakukan trekking menyusuri pematang sawah dengan bebas. Selain itu, sejumlah tur dengan mobil antik, semisal Volkswagen Tour beratap terbuka, juga telah menjadikan rute Jatiluwih sebagai destinasi wajib.
Sebagai daerah yang pada mulanya menyandarkan hasil agraris untuk penopang hidup, Bali telah lama mengembangkan sistem persawahan. Malah, masyarakatnya menetapkan pola penerapan irigasi unik bernama Subak yang telah berlangsung ratusan tahun. Dari Subak, kebijakan pengaturan irigasi untuk keuntungan bersama dikembangkan dan menjadi budaya yang harus dijaga agar tetap lestari.