Surat Kabar Media Aesculapius (SKMA) edisi Maret-April 2021

Page 1

Media

Surat Kabar

Aesculapius

Kedokteran dan Kesehatan Nasional Terbit Sejak 1970

Menyorot Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19: Mampukah Habisi Pandemi?

Kiat-Kiat Melakukan Vaksinasi Covid-19 pada Lansia

Fenomena Antivaksin: Bagaimana Menyikapinya?

Kenali Vaksin Covid-19 Berbasis mRNA

02/LI

Mar-Apr 2021 | ISSN 0216-4996


Daftar Isi

Headline

Menyorot Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19: Mampukan Habisi Pandemi?

Asuhan Kesehatan Kiat-kiat Melakukan Vaksinasi Covid-19 pada Lansia

MA Info

Seremonia

8

DCU 2020: Keselarasan dalam Profesi Dokter

Seremonia

Konsultasi

Diare akibat Alergi Susu Sapi, Normalkah?

Stroke: Lekas Cegah Sebelum Terlambat

Tips & Trik

Kenali Pembesaran Tiroid dengan Cermat

IPTEK

Kenali Vaksin Covid-19 Berbasis mRNA

Kolom Umum Lembaran Baru

Suara Mahasiswa

Fenomena Antivaksin: Bagaimana Menyikapinya?

6

Daftar Isi

7

Jeli Mendiagnosis Gagal Jantung

Kesmas

3

9 11 12 13 14 15

KATAMATAKU 2020, Bentuk Kepedulian Bagi Penyintas Kusta

Suka Duka

Virna Glaucma Implant, Mimpi yang Jadi Kenyataan

Kabar Almuni

Mengabdi untuk Masyarakat Kala Pandemi Melalui Internsip

16 17 19

Seputar Kita

Mengenal Segudang Tantangan dalam Mendiagnosis Tuberkulosis Anak

Senggang

Pentingnya Memperkaya Wawasan Melalui Hobi

Segar

Kenali Parasit-Parasit yang Menyerang Manusia

20 21 22

Ilustrasi Cover: Tiara/MA

1

MEDIA

AESCULAPIUS


Dari Kami Salam sejahtera untuk kita semua, Jumpa kembali dengan Surat Kabar Media Aesculapius yang kini hadir dalam bentuk majalah digital. Keadaan new normal yang telah dijalani selama setahun ini tidak menyurutkan semangat kami untuk terus menyebarkan informasi kesehatan bagi seluruh mahasiswa & tenaga kesehatan di seluruh pelosok tanah air. Semoga pembaca yang budiman juga selalu tetap bersemangat menjalani rutinitas dan pekerjaan sehari-hari. Tahun 2021 diawali dengan hadirnya vaksin Covid-19 ke tanah air yang memberikan angin segar terhadap situasi pandemi Covid-19 yang telah berjalan setahun. Meski demikian, apakah dengan serta ujung pandemi sudah di depan mata? Apakah pelaksanaan vaksinasi sejauh ini sudah benar-benar memenuhi ekspektasi semua orang untuk menjadi pintu keluar pandemi? Simak ulasannya dalam topik utama. Pembahasan program vaksinasi kurang lengkap tanpa membahas vaksin gotong royong; simak pula ulasan singkatnya dalam topik pendamping. Bayi di bawah usia 1 tahun, terutama yang masih menerima ASI eksklusif, memiliki pola BAB yang tidak teratur. Bagaimana cara mengidentifikasi pola BAB yang diakibatkan oleh alergi susu sapi dengan pola BAB yang normal pada bayi? Selanjutnya, bagaimana cara menangani alergi susu sapi pada fasilitas kesehatan tingkat pertama? Rubrik Konsultasi hadir untuk menjawab pertanyaan terkait kondisi yang lazim ditemui dalam praktik sehari-hari ini. Edisi ini kami suguhi dengan profil dua dokter yang memiliki kisah yang menarik, Dr. dr. Virna Dwi Oktariana, Sp.M(K) dan dr. Frida Soesanti, Sp.A(K). Bicara tentang karya anak bangsa, ikuti lika-liku perjuangan sang dokter mata dalam mengembangkan Virna Glaucoma Implant, implan yang telah menyelamatkan ratusan penderita glaukoma di Indonesia dalam rubrik Suka-Duka. Jangan juga Anda lewatkan kegemaran sang konsultan endokrinologi anak dalam mengisi kehidupannya pada rubrik Senggang. Jangan lupa isi TTS pada halaman akhir sembari mengingat kembali parasit dalam tubuh manusia. Akhir kata, selamat membaca dan semoga tulisan-tulisan berikut bermanfaat bagi pembaca sekalian. Selalu patuhi protokol kesehatan dan jaga kesehatan bersama orang-orang di sekitar kita. Salam sehat!

Billy Pramatirta, S.Ked Pemimpin Redaksi

MEDIA AESCULAPIUS

Pelindung: Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, PhD (Rektor UI), Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP (Dekan FKUI) Penasihat: Dr. Tito Latif Indra, MSi (Direktur Kemahasiswaan UI), Dr. dr. Anggi Gayatri, SpFK (Koordinator Kemahasiswaan FKUI) Staf Ahli: Seluruh Kepala Bagian FKUI/RSUPNCM, Prof. Dr. Ma’rifin Husein (CHS), dr. Muki Reksoprodjo, dr. Boen Setiawan, dr. Sudarso, dr. E. Oswari, DPH, Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro, PhD, dr. Hapsara, DPH (Kemenkes RI), dr. Fahmi Alatas, Prof. dr. Marwali Harahap, SpKK, Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH Pembantu Khusus: Seluruh Alumni Aesculapius dan Media Aesculapius

Pemimpin Umum: Regine Viennetta Budiman. POSDM: Gabrielle Adani, Jessica Audrey, Arfian Muzaki, Engelbert Julyan Gravianto. Pemimpin Produksi: Tania Meirianty. Wakil Pemimpin Produksi: Hasbiya Tiara Kamila. Tata Letak dan Cetak: Ayu Saraswati, Auvan Lutfi. Ilustrasi dan Fotografi: Ayu Saraswati, Ayleen Huang. Infografis: Siti Noor Aqilla M, Nabilla Luthfia S. Staf Produksi: Sandra Princessa, Fahriyah Raihan M, Aisha Putri C, Chastine Harlim, Stella Clarissa, Indira Saraswati S, Arfian Muzaki, Aurelia Maria PS, Gita Fajri G, Hannah Soetjoadi, Marthin Anggia S, Mega Yunita, Sakinah Rahma S, Vina Margaretha M, Anthonius Yongko, Devi Elora G, Kania Indriani RP. Pemimpin Redaksi: Billy Pramatirta. Wakil Pemimpin Redaksi: Ariestiana Ayu Ananda Latifa. Chief Editor: Jonathan Hartanto, Aughi Nurul Aqiila. Redaktur Senior: Nur Afiahuddin T, Yuli Maulidiya S, Farah Qurrota A, Nathalia Isabella M, Dina Fitriana S, Afiyatul Mardiyah, Elvan Wiyarta, Mariska Andrea S, Lidia Puspita Hasri, Prajnadiyan Catrawardhana. Redaktur Headline: Amanda Safira Aji. Redaktur Klinik: Kareen Tayuwijaya. Redaktur Ilmiah Populer: Izzati Diyanah. Redaktur Opini & Humaniora: Ariestiana Ayu AL. Redaktur Liputan: Gabrielle Adani. Redaktur Web: Alexander Rafael S, Albertus Raditya D. Reporter Senior: Rayhan Farandy, M Ilham Dhiya R, Wira Tirta DP, Jessica Audrey, Leonaldo Lukito N, Sheila F Safety. Reporter Junior: Alessandrina Janisha P, Rejoel Mangasa S, Benedictus Ansell S, Laurentia, Nada Irza S, Hendra Gusmawan, Kelvin Kohar, Rheina Tamara T, Raisa Amany, Ryan Andika. Pemimpin Direksi: Laureen Celcilia. Wakil Pemimpin Direksi: Engelbert Julyan Gravianto. Staf Direksi: Rafaella Shiene W, Aulia Nisrina Y, Caroline Griselda W, Medhavini Tanuardi, Stella Kristi T, Stephanie Amabella P, Hubert Andrew, Gerald Aldian W, Gilbert Lazarus, Kevin Tjoa, Mochammad Izzatullah, Nur Zakiah Syahsah, Sean Alexander, Vincent Kharisma W, Andi Gunawan K, Bunga Cecilia S, Iskandar Purba G, Jeremy Refael, Lowilius Wiyono, Syafira Nurlaila D. Alamat: Media Aesculapius BEM IKM FKUI. Gedung C lantai 4, Rumpun Ilmu Kesehatan, Kampus UI Depok. E-mail: medaesculapius@gmail.com, Rek. 157-00-04895661 Bank Mandiri Cabang UI Depok, website: beranisehat.com

MEDIA

AESCULAPIUS

2


Headline

Menyorot Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19: Mampukah Habisi Pandemi? Waktu mengejar, masalah menghadang. Apakah vaksinasi sungguh dapat menyelesaikan pandemi?

Sandra/MA

P

enanganan wabah Covid-19 di Indonesia telah memasuki babak baru. Setelah setahun tanpa kejelasan berakhirnya pandemi, datangnya vaksin menjadi angin segar yang dinantikan berbagai pihak. Resmi dimulai per 13 Januari 2021, program vaksinasi Covid-19 diharapkan menjadi titik terang penanganan pandemi di Indonesia. Pemerintah pun menyasar 181 juta atau 70% penduduk akan telah divaksin pada Maret 2022. Namun, munculnya target tersebut tak terlepas dari kontroversi. Apakah pemerintah sudah realistis atau sekadar mengumbar janji manis? Vaksinasi Sebagai Senjata untuk Melawan Pandemi Sejak awal pandemi, vaksinasi sudah digadanggadang menjadi senjata pamungkas untuk mengakhiri pandemi Covid-19. “Vaksin memicu produksi limfosit yang peka, antibodi, serta sel memori yang akan memberikan kekebalan,” terang Dr. dr. Sukamto,

3

MEDIA

Sp.PD-KAI, ahli alergi dan imunologi FKUI-RSCM. Sukamto juga menjelaskan bahwa kekebalan yang diberikan vaksinasi diharapkan dapat memberi perlindungan jangka panjang, termasuk vaksin Covid-19. Dua jenis vaksin telah tersedia di Indonesia saat ini, yaitu CoronaVac (Sinovac) dan AstraZeneca. Sementara itu, jika dilihat dari kacamata epidemiologi, tujuan utama vaksinasi adalah untuk mengendalikan pandemi. Telah diketahui bersama, kematian dan kebutuhan untuk perawatan di rumah sakit merupakan inti permasalahan pandemi. “Infeksi virus tidak menimbulkan masalah apabila semua orang tidak bergejala. Masalahnya, sebagian yang terinfeksi masuk rumah sakit, sebagian membutuhkan ICU, sebagian membutuhkan ventilator, dan sebagian meninggal,” tandas dr. Pandu Riono, MPH, PhD¸ ahli epidemiologi FKM UI. Oleh karena itu, sejatinya vaksinasi Covid-19 dilakukan sebagai upaya untuk

AESCULAPIUS


Headline

datang bulan ini tertunda. Akibatnya, laju vaksinasi yang sudah cukup baik ini terpaksa diturunkan pada bulan April agar tidak terjadi kekosongan hari vaksinasi. Selain masalah kecepatan, tujuan awal vaksinasi untuk menciptakan herd immunity pun dinilai salah kaprah. “Itu tidak mungkin. Paling jauh, kita hanya bisa mengendalikan wabah dan itu sudah bagus,” tutur Pandu. Juru wabah ini pun merujuk pada kasus polio yang masih ada kendati vaksinasi telah dilaksanakan sejak tahun 1954. Ekspektasi mengenai terbentuknya kekebalan komunitas juga tak akurat lantaran karakteristik SARS-CoV-2 yang mudah bermutasi. “Ini virusnya seperti HIV yang merupakan virus RNA. Kita perlu bersiap-siap pandemi ini akan berlangsung dalam jangka panjang,” tandas Pandu. Prediksinya, paling cepat pandemi baru akan terkendali pada tahun 2022.

Kita perlu bersiap-siap pandemi ini akan berlangsung dalam jangka panjang dr. Pandu Riono, MPH, PhD

menekan angka hospitalisasi dan kematian akibat Covid-19. Dalam eksekusinya, program vaksinasi Covid-19 dibagi menjadi dua gelombang. Hal tersebut dilakukan mengingat persediaan vaksin yang masih terbatas. “Karena itulah, kelompok masyarakat yang paling berisiko diprioritaskan,” ujar Sukamto. Kini, vaksinasi masih dalam proses penyelesaian gelombang pertama yang menargetkan tenaga kesehatan, lansia, dan petugas publik. Gelombang pertama diharapkan dapat selesai tepat waktu, yaitu pada April 2021. Vaksinasi gelombang kedua yang menargetkan masyarakat umum akan dilaksanakan setelah gelombang pertama selesai, yakni pada April 2021 hingga Maret 2022. Meninjau Pelaksanaan Program Vaksinasi: Target vs Fakta di Lapangan Gelombang pertama yang sedang dilaksanakan sejauh ini telah berhasil menyasar 95 persen tenaga kesehatan. Namun, prosesnya cukup terhambat pada petugas publik dan lansia. Keterbatasan akses, terutama akses informasi mengenai prosedur vaksin, menjadi kendala dalam penyelesaian vaksinasi gelombang pertama. Selain itu, pelaksanaan vaksinasi yang masih terbatas di fasilitas kesehatan dan hanya dilakukan pada jam kerja juga turut andil dalam lambatnya proses vaksinasi. “Mungkin sebaiknya (vaksinasi) juga dilaksanakan usai jam kerja dan akhir pekan karena kebanyakan lansia diantar oleh anak-cucunya,” ujar Dr. dr. Erlina Burhan MSc. Sp.P(K), anggota Satgas Covid-19 PB IDI. Erlina juga memberikan alternatif pelaksanaan vaksinasi secara massal di ruang publik, misalnya di pusat perbelanjaan atau gelanggang olahraga (GOR). Untuk mencapai target vaksinasi bagi 180 juta orang dalam waktu 15 bulan, diperlukan laju vaksinasi yang cepat. “Idealnya, vaksinasi dilakukan pada 400 ribu orang per hari agar sasaran pemerintah tercapai,” ungkap Erlina. Saat ini, memang laju vaksinasi di seluruh Indonesia sudah mencapai sekitar 500 ribu orang per hari. Sayangnya, dikabarkan bahwa stok vaksin sudah menipis dan suplai vaksin AstraZeneca yang seharusnya

MEDIA

Ruang Tumbuh bagi Program Vaksinasi Kendati dibombardir berbagai permasalahan, program vaksinasi tetap menjadi tumpuan dalam usaha mengatasi pandemi. Dengan memprioritaskan kelompok rentan, terutama lansia, manfaat vaksin dalam menekan pandemi akan semakin terlihat nyata. “Kita berkaca pada Israel yang telah memberikan vaksin pada lebih dari 50% lansia. Angka kematian yang awalnya 30% kini menurun menjadi 7%. Itu merupakan penurunan yang sangat drastis. Demikian pula yang terjadi di Inggris,” ungkap Pandu. Di samping kelompok rentan, Pandu juga berharap agar ke depannya vaksinasi mempertimbangkan laju reproduktif dan infektif yang berbeda pada masingmasing daerah. “Kalau menggunakan angka yang sama untuk setiap daerah, berarti kita tidak mengerti situasi dan tujuan,” tegas lulusan Ph.D University of California, Amerika Serikat tersebut. Pandu menerangkan, distribusi vaksin seharusnya dipusatkan terlebih dahulu pada daerah episenter Covid-19, terutama kota-kota besar, agar efek vaksinasi menjadi maksimal. Walau menghadapi banyak sandungan, Erlina optimis masih ada harapan bagi Indonesia untuk mencapai target vaksinasi dan herd immunity. Kekompakan seluruh lapisan masyarakat menjadi kunci keberhasilan program vaksinasi dalam menghadapi pandemi. Di samping usaha pemerintah untuk memenuhi kebutuhan logistik dan infrastruktur, masyarakat dapat mengambil peran dengan menyebarkan informasi serta edukasi yang tepat terkait vaksinasi. ”Kita harus terus berusaha, berinovasi, dan jangan saling menyalahkan. Itu yang terpenting supaya hal ini bisa kita capai,” tandasnya. Program vaksinasi tak terlepas dari berbagai permasalahan. Akan tetapi, hal tersebut tak seharusnya menyurutkan optimisme seluruh pihak. Pemerintah dan masyarakat harus saling bergandengan untuk memastikan keberhasilan program vaksinasi dan penyelesaian pandemi, sesuai dengan nilai gotong royong yang menjadi dasar negara kita tercinta ini. taris, ansell

AESCULAPIUS

4


Headline

Program Vaksinasi Gotong Royong: Tepat Laksanakah? Apakah vaksinasi oleh pihak swasta akan membantu jalannya program vaksinasi, atau justru menimbulkan polemik baru?

P

rogram vaksinasi Kemenkes RI menghadapi banyak tantangan. Dengan kecepatan vaksinasi seperti sekarang, berbagai pihak pun meragukan target pemerintah, yaitu 180 juta penduduk pada akhir tahun 2021, dapat dicapai. Beberapa pihak yang optimis dengan target tersebut pun tidak memungkiri dibutuhkannya intervensi tambahan untuk mempercepat laju vaksinasi. Salah satu cara yang dilakukan untuk membantu distribusi vaksin adalah vaksin gotong royong atau yang lebih dikenal dengan vaksinasi mandiri. Vaksin gotong royong sendiri merupakan vaksin yang diberikan oleh perusahaan swasta untuk para karyawan beserta keluarganya. Dalam hal ini, biaya vaksin gotong royong dibebankan pada perusahaan, bukan negara ataupun karyawan yang menerima vaksin. Hingga 25 Maret 2021, tercatat lebih dari 17 ribu perusahaan dengan 8,6 juta orang telah terdaftar dalam program vaksinasi gotong royong. Pelaksanaan vaksinasi mandiri tak terlepas dari kontroversi. Fakta bahwa perusahaan berkesempatan untuk melakukan vaksinasi terlebih dahulu dengan menggelontorkan dana pribadi dinilai menciptakan kesan vaksin bersifat eksklusif. “Hal ini sama saja dengan memotong antrean. Kita kan sama-sama tinggal di Indonesia, jadi seharusnya tidak hanya memikirkan karyawan sendiri,” tandas Pandu. Ahli epidemiologi UI itu berpendapat, swasta seharusnya membantu

pembelian vaksin, kekurangan logistik, dan kurangnya tenaga kerja. Dengan begitu, program vaksinasi dapat berjalan lebih cepat dan sesuai tujuan, yaitu untuk melindungi kelompok rentan terlebih dahulu. Di sisi lain, vaksinasi gotong royong dianggap dapat berkontribusi dalam program vaksinasi yang sedang dijalani. “Swasta boleh ikut berperan, asalkan diawasi pemerintah dan diberikan rambu-rambu yang jelas”, ujar Erlina. Apabila pemerintah lengah dalam melakukan pengawasan, dikhawatirkan vaksinasi mandiri malah menjadi ladang bisnis, bukan membantu distribusi. Sejauh ini, peraturan yang diberikan pemerintah mengenai vaksinasi gotong royong dinilai sudah cukup jelas. Akan tetapi, perlu dipastikan kembali perusahaanperusahaan tersebut telah mengerti informasi mengenai prosedur vaksinasi mandiri dan berkomitmen menjalankannya sesuai aturan yang berlaku. Belum diketahui secara pasti apakah adanya vaksinasi mandiri memperlancar atau justru menciptakan polemik tersendiri dalam program vaksinasi Covid-19. Namun, jika program vaksinasi gotong royong tetap dijalankan, dibutuhkan ketegasan pemerintah dalam meregulasi sehingga tidak dijadikan ajang komersialisasi. Kesukseskan program vaksinasi gotong royong tentu akan sangat membantu program vaksinasi asalkan dilaksanakan dengan tertib dan tidak menjadi ladang bisnis baru. ansell, taris

SKMA untuk Anda!

!

Mari bersama membuat SKMA menjadi lebih baik.

1. Apakah konten SKMA bermanfaat/relevan dengan kondisi kesehatan saat ini? 2. Apakah Anda masih membutuhkan SKMA edisi selanjutnya? Jawab dengan format: Nama-Umur_Kota/Kabupaten_Unit Kerja_Jawaban 1_Jawaban 2 Contoh: Rudiyanto_43_Jakarta Pusat_RSCM_Ya_Ya

Kirim melalui WhatsApp/SMS ke 0858-7055-5783 atau mengisi formulir pada http://bit.ly/EvaluasiSKMA21 Lima orang pengisi survei yang beruntung akan mendapatkan cenderamata dari Media Aesculapius

5

MEDIA

AESCULAPIUS


Asuhan Kesehatan

Kiat-Kiat Melakukan Vaksinasi Covid-19 pada Lansia

Jangan salah menjalankan prosedur vaksinasi pada populasi yang paling rentan terhadap Covid-19 ini!

G

enap setahun pandemi Covid-19 telah merebak Pertama-tama, gunakan spuit untuk mengambil di Indonesia. Kelompok tertentu, seperti lansia cairan vaksin sebanyak 0,5 mL dari vial atau ampul. dan orang dengan komorbid tertentu, memiliki Vaksinasi Covid-19 diberikan secara intramuskular, risiko perburukan akibat Covid-19 yang lebih tinggi tepatnya pada otot deltoid. Oleh karena itu, mintalah hingga dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, pasien untuk mengangkat lengan baju terlebih dahulu lansia menjadi salah satu prioritas utama yang diberikan agar tidak menutupi daerah vaksinasi. Selanjutnya, vaksinasi Covid-19 saat ini. Saat ini, telah tersedia bersihkan area yang akan disuntik menggunakan swab dua jenis vaksin Covid-19 di Indonesia: Sinovac dan alkohol. AstraZeneca. Injeksi sebaiknya dilakukan pada sentral dari otot Sebelum melakukan vaksinasi, lakukan penapisan/ deltoid karena merupakan daerah yang paling tebal, skrining terlebih dahulu yang bertujuan untuk kira-kira di atas ketiak atau dua sampai tiga jari di bawah menyingkirkan kontraindikasi, tonjolan akromion. Tusuk jarum dengan sudut 90o dan meminimalisasi risiko kejadian lakukan aspirasi untuk memastikan ikutan pascaimunisasi bahwa jarum tidak masuk ke (KIPI), dan mengoptimalkan pembuluh darah. Lalu, suntikkan efektivitas vaksin. vaksin dan tarik jarum Formulir skrining setelah selesai. Setelah yang tersedia itu, tekan area injeksi dapat menjadi dengan swab alkohol pedoman untuk dan jarum suntik anamnesis dan langsung dibuang pemeriksaan ke limbah medis. d i s e r t a i B e r i k u t n ya , dengan tindak minta pasien lanjut yang menunggu selama diperlukan. 30 menit untuk Anamnesis utama dilakukan observasi untuk skrining yang perlu (KIPI), seperti alergi. KIPI dilakukan pada lansia yang yang dapat muncul adalah akan menerima vaksinasi reaksi lokal dan sistemik. bertujuan mencari komorbid, Reaksi lokal yang telah seperti masalah jantung, ditemukan yaitu nyeri, diabetes, hipertensi, dan pembengkakan, eritema, kondisi penyerta lainnya. gatal, kemerahan, Selain itu, vaksin juga atau indurasi di lokasi dikontraindikasikan pada penyuntikan. Reaksi pasien memiliki riwayat reaksi sistemik yang telah hipersensitivitas atau alergi dilaporkan adalah nyeri terhadap kandungannya sehingga wajib otot, demam, rasa lelah, mual, nabilla/MA ditanyakan riwayat alergi obat atau vaksinasi muntah, ngantuk, dan sakit kepala. sebelumnya. Setelah melewati tahapan observasi, pasien Setelah anamnesis, lakukan pemeriksaan suhu dan diperbolehkan untuk pulang. Tak lupa, pasien diberikan tekanan darah pasien. Jika suhu pasien melebihi 37,5oC kartu vaksinasi Covid-19 dan diingatkan untuk atau tekanan darah melebihi 180/110 mmHg, vaksinasi memperoleh dosis kedua dengan rentang waktu 4 tidak dapat diberikan hingga suhu/tekanan darah minggu untuk vaksin Sinovac dan 12 minggu untuk terkontrol. Pasien dengan tekanan darah tinggi boleh vaksin AstraZeneca. Selain itu, pasien perlu diedukasi menunggu selama beberapa saat, lalu dicek kembali bahwa vaksinasi tdak mencegah mereka terinfeksi tekanan darahnya. Jika lansia telah melewati seluruh Covid-19 sehingga harus tetap mematuhi protokol tahap skrining, ia dapat segera menerima vaksinasi. kesehatan. kelvin

MEDIA

AESCULAPIUS

6


MA Info

Jeli Mendiagnosis Gagal Jantung Jika terlewatkan, pasien gagal jantung rentan mengalami perburukan dan angka kematiannya cukup tinggi. Mari simak langkah-langkah diagnosis gagal jantung berikut!

G

agal jantung adalah kondisi ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat ke seluruh tubuh. Angka kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia masih memprihatinkan. Berdasarkan survei WHO tahun 2018, hingga 35% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, salah satunya gagal jantung. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan, prevalensi gagal jantung di Indonesia berdasarakan anamnesis dokter sebesar 0,3% (sekitar 3 dari 1.000 penduduk). Berdasarkan kapasitas fungsional pasien, gagal jantung diklasifikasikan menjadi kelas I, II, III, dan IV. Pasien gagal jantung kelas I tidak memiliki batasan dalam beraktivitas fisik. Sementara itu, pasien gagal jantung kelas II memiliki batasan ringan dan pasien kelas III memiliki batasan yang cukup bermakna. Pasien gagal jantung kelas IV tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa keluhan. Mengacu pada pedoman tata laksana gagal jantung yang dikeluarkan PERKI pada tahun 2020, ada beberapa langkah dalam menegakkan diagnosis gagal jantung. Setiap langkah, mulai dari tahap anamnesis, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang, perlu dilakukan dengan cermat.

In di

ra /

M

A

Anamnesis Langkah awal dalam mendiagnosis gagal jantung adalah menanyakan keluhan pasien. Keluhan tipikal pasien gagal jantung yaitu sesak napas mendadak yang lebih sering dirasakan dalam posisi telentang (ortopnea), batukbatuk ketika sedang berbaring, edema pada pergelangan kaki, tidur harus menggunakan beberapa bantal, dan cepat lelah. Keluhan lain yang lebih jarang

7

MEDIA

ditemui antara lain mencakup berat badan bertambah hingga lebih dari 2 kg per minggu, cepat kenyang, dan perasaan kembung—semuanya menandakan terjadinya kongesti. Selain mengidentifikasi gejala, hal lain yang harus dilakukan adalah bertanya kepada pasien terkait riwayat penyakit (terutama penyakit jantung, hipertensi, dan DM) dan pola hidup karena pasien gagal jantung umumnya memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik awal, terdapat tanda-tanda spesifik yang dapat ditemukan pada gagal jantung. Tanda spesifik tersebut antara lain peningkatan tekanan vena jugularis yang menandakan kongesti dan suara jantung tambahan gallop S3 yang menandakan dilatasi ventrikel. Perubahan tanda vital nonspesifik yang sering ditemukan yaitu takikardia dan takipnea. Pada auskultasi paru, dapat ditemukan adanya ronki basah halus jika terjadi edema paru. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang diperlukan meliputi pemeriksaan elektrokardiogram (EKG), rontgen toraks, pemeriksaan laboratorium, dan ekokardiografi. Pada pasien gagal jantung, seringkali didapatkan abnormalitas pada EKG, seperti fibrilasi atrial. Sementara itu, kelainan yang dapat dilihat pada hasil foto toraks pasien gagal jantung mencakup kardiomegali, hipertrofi ventrikel, kongesti paru, edema interstisial, serta efusi pleura. Sebagai tambahan, pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan mencakup pemeriksaan darah lengkap, kreatinin, elektrolit, glukosa darah, urinalisis, dan tes fungsi hati. Pemeriksaan lab lebih ditujukan untuk mencari penyakit komorbid yang sering terdapat pada pasien gagal jantung, seperti penyakit ginjal

AESCULAPIUS


Seremonia dan DM. Pemeriksaan tambahan seperti troponin dapat dilakukan jika dicurigai gejala sindrom koroner akut. Untuk mengkonfirmasi diagnosis, ekokardiografi transtorakal (TTE) wajib dilakukan. Pengukuran fungsi ventrikel diperlukan untuk mengidentifikasi penurunan fraksi ejeksi. Jika fraksi ejeksi < 50%, jenis gagal jantungnya adalah gagal jantung dengan penurunan fraksi ejeksi; jika fraksi ejeksi > 50%, jenis gagal jantungnya adalah gagal jantung dengan fraksi ejeksi normal. Perbedaan jenis gagal jantung ini berpengaruh terhadap terapi. Jika pasien memiliki obesitas, kelainan

katup, dan penyakit jantung bawaan, dapat dilakukan ekokardiografi transesofageal (TEE). Kemampuan melakukan anamnesis dan pemeriksaan dengan menyeluruh diperlukan dalam mendiagnosis gagal jantung beserta komorbid yang seringkali menyertai. Hal ini dapat membantu menekan angka kematian akibat penyakit kardiovaskular seperti gagal jantung. sandrina

Keselarasan dalam Profesi Dokter

DCU 2020:

Seremonia

Foto: dokumen penyelenggara

D

octor’s Career Updates (DCU) 2020 kembali hadir dengan susunan pembicara yang berasal dari banyak bidang, salah satunya adalah Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG(K), MPH dari pendidikan kedokteran. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan Profesi BEM IKM FKUI ini diadakan setiap 2 tahun sekali. Tahun ini, DCU dilaksanakan secara daring melalui aplikasi Zoom pada tanggal 6, 7, 20, dan 21 Maret 2021. Dengan mengangkat “Synergism in the Axis of Visions” sebagai tema, DCU kali ini menekankan pentingnya kerja sama dan keselarasan dalam dunia kedokteran, khususnya bagi masa depan bangsa Indonesia. Acara ini tersusun atas berbagai rangkaian exhibition, talk show, serta seminar yang dihadiri oleh lebih dari 200 orang. sandrina

Media Aesculapius menyediakan jasa pembuatan Symposium

JASA PEMBUATAN SYMPOSIUM HIGHLIGHT

Highlight. Symposium highlight adalah peliputan sebuah seminar atau simposium, yang kemudian hasilnya akan dicetak dalam sebuah buletin, untuk dibagikan pada peserta seminar. Simposium yang telah kami kerjakan antara lain PIT POGI 2010, ASMIHA 2011, ASMIHA 2016, ASMIHA 2017, JiFESS 2016, JiFESS 2017, ASMIHA 2018, AFCC-ASMIHA 2019, dan lain-lain. Hubungi Hotline MA:

0858-7055-5783 (SMS/Whatsapp)

MEDIA

AESCULAPIUS

8


Konsultasi

Diare akibat Alergi Susu Sapi, Normalkah? Pertanyaan

Di lain sisi, jenis ASS yang tidak dimediasi oleh IgE memiliki awitan yang lebih lama dan gejala yang lebih berat. Gejala anak yang mengalami alergi susu sapi terjadi lebih dari 1 jam setelah anak terpapar protein susu sapi. Beberapa gejala klinis yang tampak pada bayi dengan alergi susu sapi jenis ini adalah gastroenteropati alergi eosinofilik, nyeri kolik, enterokolitis, proktokolitis, anemia, dan gagal tumbuh. Secara umum, perubahan pola defekasi yang paling sering ialah perubahan frekuensi defekasi dan konsistensi tinja. Frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari dan konsistensi yang cair disebut diare. Diare sering dikaitkan dengan kejadian ASS setelah anak terpapar protein yang berasal dari susu sapi. Pada bayi yang mendapat ASI dan memiliki frekuensi BAB mencapai 5-8 kali sehari, kondisi ini tergolong fisiologis dan normal sehingga tidak diperlukan penanganan khusus.

Bagaimana kita mengidentifikasi alergi susu sapi pada anak bayi di bawah 1 tahun? Biasanya, bayi (terutama bayi yang menerima ASI eksklusif) memiliki pola buang air besar (BAB) tidak teratur. BAB pada bayi dapat dianggap normal mulai dari lima kali sehari sampai empas belas hari sekali. Oleh karena itu, agak sulit bagi saya dan teman-teman dalam mengidentifikasi kasus alergi susu sapi ini sebagai gejala alergi pada pencernaan dan membedakannya dengan BAB normal bayi. Kemudian, bagaimanakah tata laksana yang dapat kami terapkan sebagai dokter umum pada fasilitas kesehatan tingkat pertama? – dr. T

Jawaban

A

lergi susu sapi (ASS) adalah suatu reaksi yang tidak diinginkan dan diperantarai secara imunologis terhadap protein susu sapi. Kejadian alergi susu sapi terdapat sekitar 5 – 7,5% pada bayi di bawah usia 1 tahun yang mendapat susu sapi. Kejadian ASS akan berkurang seiring bertambahnya usia pada anak dan balita. Di Indonesia, prevalensi terjadinya alergi susu sapi (ASS) adalah sekitar 0.5% pada bayi yang mendapat ASI. Alergi susu sapi terbagi menjadi dua, yaitu IgE mediated atau yang dimediasi oleh IgE dan non-IgE mediated atau yang tidak dimediasi oleh IgE. Pada ASS yang dimediasi IgE, gejala pada bayi dapat timbul dalam 30 menit hingga 1 jam setelah terpapar protein susu sapi. Gejala klinis yang sering timbul adalah keluhan di kulit (urtikaria), saluran napas (hipersekresi), dan saluran cerna (diare atau konstipasi).

9

MEDIA

AESCULAPIUS

A

/M ne

sti

a Ch


Konsultasi Kirimkan pertanyaan Anda seputar medis ke redaksima@yahoo.co.id Pertanyaan Anda akan dijawab oleh narasumber spesialis terpercaya. Berbeda halnya jika bayi mengalami gejala yang berat, seperti anemia dan syok. Kebanyakan bayi dengan ASS yang tidak dimediasi oleh IgE memiliki gejala yang berat sehingga perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut. Dalam hal ini, dokter umum dapat melakukan rujukan kepada dokter spesialis anak untuk ditelaah lebih lanjut dan pemberian terapi yang tepat. Kondisi ASS yang dapat ditangani pada fasilitas pelayanan primer terbatas pada edukasi kepada kedua orang tua bayi. Pada dasarnya, tips dan cara terbaik untuk menangani bayi yang mengalami alergi susu sapi adalah dengan menghindari alergen berupa protein susu sapi. Dokter umum dapat membantu menjelaskan mengenai nutrisi yang harus dikonsumsi oleh ibu dan bayi. Bayi yang memiliki alergi susu sapi sebaiknya tidak diberikan makanan dan minuman apapun yang mengandung protein susu sapi. Pada bayi dengan ASI eksklusif yang mengalami ASS, dokter dapat mengedukasi ibu untuk menghindari makanan yang mengandung protein susu sapi dan produk turunannya. Jika bayi mengonsumsi susu formula, kandungan susu dapat diganti dengan kandungan hipoalergenik. Kandungan hipoalergenik dapat ditemukan pada susu terhidrolisat ekstensif dan susu formula asam amino. Apabila susu formula terhidrolisat ekstensif tidak tersedia atau terdapat kendala biaya, maka ganti susu dengan susu formula kedelai. Penting bagi dokter untuk mengingatkan kepada kedua orang tua bayi bahwa tetap ada kemungkinan untuk terjadinya reaksi silang alergi terhadap protein

Narasumber dr. Sandi Nugraha, Sp.A E-mail: sssandinugraha@gmail.com Alamat: RSIA Dian Pertiwi, Jl. Raya Solo-Tawangmangu, Pandes, Papahan, Kec. Karanganyar, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 57722 kedelai pada bayi. Selain itu, pemberian makanan pada periode MPASI pada bayi juga perlu diperhatikan untuk menghindari adanya protein susu sapi dalam makanan.

JASA TERJEMAHAN DAN PEMBUATAN BUKU Kabar Gembira! Media Aesculapius menyediakan jasa terjemahan Indonesia-Inggris dan Inggris-Indonesia dengan waktu pengerjaan singkat (3 x 24 jam) serta hasil terjamin. Kami juga menyediakan jasa penyusunan buku yang sangat fleksibel baik dalam hal desain cover dan isi, ukuran dan tebal buku, maupun gaya penulisan termasuk menyunting tulisan Anda. Tak terbatas hingga penyusunan saja, kami siap melayani distribusi buku Anda. Adapun buku yang pernah kami buat: buku biografi tokoh, buku pemeriksaan fisik berbagai departemen, buku jurnal, dan Kapita Selekta Kedokteran.

MEDIA

AESCULAPIUS

10


Kesmas

Stroke: Lekas Cegah Sebelum Terlambat Kenali cara efektif untuk mengurangi angka kematian akibat stroke

Menurut BPJS Kesehatan, biaya pelayanan kesehatan untuk pengidap stroke telah menghabiskan 1,43 triliun rupiah pada tahun 2016 dan meningkat hingga 2,56 triliun rupiah pada tahun 2018. Dengan besarnya biaya yang digelontorkan, Kemenkes RI pun kian troke merupakan penyakit tidak menular menggencarkan upaya promotif dan preventif untuk (PTM) yang disebabkan oleh kurangnya asupan mengatasi stroke. oksigen ke otak akibat tersumbat atau pecahnya Pengontrolan faktor risiko stroke, yaitu hipertensi, pembuluh darah di otak. Penyakit ini umumnya terjadi hiperlipidemia, dan gaya hidup yang tidak sehat, secara mendadak dan ditandai dengan gejala berupa terbukti efektif dalam mengurangi angka kematian. kelumpuhan pada seluruh atau sebagian anggota tubuh, Oleh karena itu, upaya pertama yang dilakukan bicara tidak lancar atau tidak jelas (pelo), gangguan Kemenkes RI adalah upaya promotif berupa penglihatan, dan lain-lain. Gejala-gejala tersebut dapat kampanye mengenai perilaku gaya muncul karena stroke menimbulkan gangguan fungsi hidup sehat yang dirangkum dalam saraf. akronim CERDIK, yakni (1) Cek Secara global, stroke masih menjadi salah satu kesehatan secara berkala, tantangan besar di bidang kesehatan. Menurut laporan (2) Enyahkan asap rokok. WHO, penyakit ini menempati posisi tiga (3) Rajin beraktivitas fisik, besar dalam daftar penyebab kematian (4) Diet sehat dengan kalori terbanyak di dunia. Dengan prevalensi seimbang, (5) Istirahat cukup, mortalitas yang cukup tinggi, dan (5) Kelola stres. yakni sebelas persen, stroke juga Di samping itu, Kemenkes RI bertanggung jawab atas kematian juga melakukan upaya preventif lebih dari enam juta orang di dengan meningkatkan edukasi dunia pada tahun 2019 dan masyarakat terkait stroke dan menempati urutan ketiga mendorong masyarakat agar penyebab kecacatan tertinggi selalu waspada dengan gejaladi dunia. Sayangnya, tren gejala stroke. Kemenkes juga kejadiannya tak pernah menganjurkan pemeriksaan menurun. Prevalensi stroke tekanan darah dan kolesterol rutin di negara dengan pendapatan minimal satu kali dalam setahun di per kapita menengah ke bawah fasilitas pelayanan kesehatan terdekat bahkan telah meningkat lebih atau sebulan sekali jika memiliki dari dua kali lipat selama empat faktor risiko PTM seperti adanya dekade terakhir. penyakit keturunan di keluarga. Hal selaras juga turut Upaya lainnya adalah aspek kuratif disaksikan di Indonesia. Riset Kesehatan dengan cara memperkuat fasilitas dan Dasar (Riskesdas) RI melaporkan adanya pelayanan kesehatan di Indonesia dan peningkatan prevalensi penyakit stroke dari Hani/MA aspek rehabilitatif untuk mencegah 3,9 persen per mil pada tahun 2013 menjadi 10,9 terjadinya serangan ulang. persen pada tahun 2018. Prevalensi tertinggi diamati di Penting diingat bahwa stroke adalah penyakit Provinsi Kalimantan Timur, yakni sebesar 14,7 persen progresif yang dapat terjadi secara tiba-tiba kepada per mil. Data tersebut juga memperlihatkan bahwa lebih siapa saja dengan dampak jangka panjang yang sangat dari lima puluh persen pengidap stroke masih berada merugikan. Mengingat begitu besarnya waktu dan biaya dalam rentang usia produktif, yakni 15—64 tahun. Hal yang diperlukan untuk penanganan stroke, pencegahan tersebut berimbas pada penurunan populasi produktif adalah pilihan paling utama yang sebaiknya terus negara. Belum lagi, menilik manifestasi klinis yang digencarkan oleh pemerintah, petugas kesehatan, seringkali dialami, besar kemungkinan pengidap stroke maupun khalayak umum. raisa akan sulit kembali bekerja seperti biasa. Selain menurunkan produktivitas, biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk terapi stroke juga tidak sedikit.

S

11

MEDIA

AESCULAPIUS


Tips & Trik

Kenali Pembesaran Tiroid dengan Cermat Pembesaran kelenjar tiroid dapat bersifat jinak dan ganas. Bagaimana cara membedakannya?

P

embesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan kedua lobus tiroid. Pasien dapat diminta melakukan oleh beberapa kondisi, seperti gangguan fleksi pada leher agar otot sternokleidomastoideus aktivitas kelenjar tiroid (hipertiroidisme dan relaksasi sehingga lobus tiroid lebih mudah dipalpasi. hipotiroidisme) yang ditandai dengan gondok, kista Pemeriksaan dilanjutkan dengan meminta pasien untuk tiroid, tumor jinak, ataupun tumor ganas. Pemeriksaan menelan agar dapat merasakan elevasi lobus tiroid. fisik tiroid berperan penting dalam menentukan Hasil pemeriksaan fisik kelenjar tiroid harus langkah diagnosis dan tata laksana selanjutnya yang dilaporkan dengan lengkap dan jelas. Laporan minimal tepat bagi pasien. Pemeriksaan tiroid meliputi inspeksi mencakup letak, batas, konsistensi, permukaan, ukuran, dan palpasi kelenjar tiroid. suhu, sensasi, mobilitas, dan kelenjar getah bening Pemeriksaan tiroid diawali dengan inspeksi sekitar. Temuan nodul padat keras atau nodul daerah leher dari sisi anterior dan cepat membesar dapat mengarahkan sisi lateral dengan posisi kepala ke keganasan tiroid; pembesaran pasien netral atau sedikit tiroid difus menandakan adanya terangkat. Pada kondisi gondok; nodul soliter kistik normal, kelenjar mengarahkan ke kista jinak tiroid tidak terlihat. tiroid. Inspeksi dapat Deteksi dini dibantu dengan kelenjar tiroid juga meminta pasien dapat disarankan menelan ludah pada pasien untuk untuk melihat dilakukan secara pergerakan mandiri melalui kelenjar tiroid. cermin. Fokuskan Pe n c a h a ya a n cermin pada s i l a n g daerah leher di atas juga dapat tulang selangka. membantu Sambil menelan, visualisasi perhatikan apakah keberadaan massa ada tonjolan di daerah di leher. leher. Bila ditemukan Pe m e r i k s a a n tonjolan, disarankan tiroid kemudian untuk mengunjungi dilanjutkan dengan fasilitas layanan kesehatan palpasi. Palpasi kelenjar agar dapat dilakukan tiroid umumnya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. dari sisi posterior. Palpasi dimulai Diagnosis klinis perlu dengan meletakkan jari kedua hingga dielaborasikan kembali dengan tanda dan Stella/MA keempat pada kedua tangan di tengah leher gejala lain yang ditemukan. Melalui inspeksi pasien. Carilah kartilago tiroid dengan jari, dan palpasi yang cermat dan sistematis, diagnosis lalu gerakkan jari ke arah inferior hingga mencapai klinis kelainan tiroid sudah dapat ditentukan. Dokter kartilago krikoid. Di bawah kartilago krikoid, dapat umum wajib mampu melaporkan kelainan tiroid yang ditemukan dua kartilago trakea yang berbentuk cincin. ditemukan dengan jelas agar dapat mendiagnosis dan Isthmus tiroid berada di antara kedua kartilago tersebut. memilih pemeriksaan penunjang selanjutnya yang Selanjutnya, pemeriksa melakukan palpasi pada tepat. ryan isthmus tiroid. Palpasi dilakukan dari arah medial ke arah lateral sejauh dua sentimeter untuk merasakan

MEDIA

AESCULAPIUS

12


IPTEK

Kenali Vaksin Covid-19 Berbasis mRNA Apa yang istimewa dari vaksin mRNA pertama yang digunakan secara massal?

V

aksin menjadi harapan besar di tengah hasil uji klinis tahap tiga, efikasi vaksin Pfizer mencapai situasi pandemi Covid-19. Berdasarkan 95% sementara Moderna mencapai 94,5%. Efikasi ini Keputusan Menteri Kesehatan No. HK 01.07/ lebih tinggi bila dibandingkan dengan vaksin Covid-19 Menkes/12758/2020, terdapat tujuh vaksin yang lainnya yang tidak berbasis mRNA. telah ditetapkan untuk program vaksinasi Covid-19 Tingginya efikasi tersebut sejalan dengan hasil di Indonesia. Ketujuh vaksin tersebut adalah vaksin berbagai penelitian terkait respon imun terhadap yang diproduksi oleh PT Bio Farma, AstraZeneca, kedua vaksin tersebut. Dari segi respons imun humoral, Sinopharm, Moderna, Novavax, Pfizer bersama dengan studi menunjukkan bahwa vaksin Moderna berhasil BioNTech, serta Sinovac. Hal yang menarik perhatian memicu produksi antibodi IgG spesifik dengan titer publik ialah keberadaan vaksin Pfizer dan Moderna yang setara titer rentang atas penyintas Covid-19. Pada sebagai vaksin berbasis mRNA pertama yang digunakan kedua vaksin tersebut, diperlukan dosis kedua untuk secara massal. bisa memicu produksi neutralizing antibody (nAb). Vaksin Covid-19 berbasis mRNA memiliki prinsip Studi lain menunjukkan bahwa subjek dengan dosis kerja yang sederhana, namun membutuhkan berbagai 100μg vaksin Moderna mengalami penurunan kadar pertimbangan dalam proses pembuatannya. nAb yang tidak signifikan dalam 119 hari. Vaksin ini sendiri berupa mRNA yang Hasil ini menunjjukkan potensi vaksin mengodekan protein spike (S) Moderna untuk menginduksi SARS-CoV-2 pada permukaan respons antibodi yang mampu virus. Protein S bekerja dalam bertahan lama. memediasi masuknya virus Sementara itu, dari dengan berikatan pada segi respons imun seluler, reseptor angiotensinuji klinis fase satu coverting enzyme 2 (ACEmenunjukkan bahwa 2) pada sel pejamu. Setelah kedua vaksin mampu memasuki sel, mRNA akan memicu respons sel T CD4 ditranslasikan menjadi dengan kecenderungan protein yang mampu yang lebih mengarah pada memicu respon imun sel Th1 daripada sel Th2. adaptif pada tubuh penerima. Respons yang mengarah Meskipun tampak pada pembentukan sel sederhana, proses ini hanya Th1 ini sangat sesuai dengan dapat berhasil apabila mRNA kebutuhan pengembangan vaksin, telah melalui beberapa modifikasi. yaitu mengontrol patogen intraseluler Modifikasi pertama ialah substitusi (virus). Hasil ini juga meminimalkan Aisha/MA uridin dengan N1-metil-pseudouridin (m1Ψ). kemungkinan terjadinya vaccine-associated Selain mengurangi risiko inflamasi yang berlebihan, enhanced respiratory disease (VAERD) sebagai dampak modifikasi ini meningkatkan translasi menjadi sepuluh berbahaya vaksin virus pernapasan yang mengarah kali lipat dibandingkan mRNA yang tidak dimodifikasi. pada respons sel Th2. Terlebih lagi, vaksin Pfizer dapat Modifikasi kedua ialah mutasi untuk menstabilkan memicu respons sel T CD8. Imunitas berbasis sel T konformasi protein S. Modifikasi terakhir yang tak kalah sitotoksik ini semakin memperkuat lini pertahanan penting ialah penggunaan lipid nanoparticle (LNP) seluler terhadap SARS-CoV-2. sebagai delivery system untuk memastikan mRNA Terlepas dari berbagai keunggulannya, vaksin terlindung dari enzim nuklease dan bisa masuk ke dalam berbasis mRNA turut memiliki kelemahan. Vaksin ini sel pejamu. Seluruh modifikasi ini telah diterapkan pada membutuhkan penyimpanan dengan suhu khusus yang vaksin Pfizer dan Moderna. menjadi tantangan dalam pendistribusiannya ke areaSebagai bentuk pencegahan terhadap Covid-19, area terpencil dan negara berkembang. Kendati efikasi vaksin turut menjadi hal yang hangat demikian, vaksin yang minimalis namun efektif ini diperbincangkan. Dalam hal efikasi, vaksin buatan Pfizer sangat menjanjikan dalam upaya pengendalian Covid-19 dan Moderna tak perlu diragukan lagi. Berdasarkan di dunia. hendra

13

MEDIA

AESCULAPIUS


Kolom Umum

Lembaran Baru Memulai kembali menjadi manusia

S

eorang wanita tua menyerahkan dokumen dengan pada wanita di hadapannya. Dengan takut, ia meminta “Bu Tiara, boleh Ibu tanda tangan di sini?” Namanya Tiara, seorang wanita berusia 30 tahun yang berprofesi sebagai CEO merangkap programmer. Hidupnya hanya diisi oleh usahanya meniti karir sampai orang-orang menobatkan ambisius sebagai nama tengahnya. “Raihlah mimpimu!” Ucap orangtuanya setiap saat. Mimpi yang terlintas di pikiran Tiara yang kala itu masih berusia empat tahun hanya memiliki mainan berlimpah, menangkap penjahat, atau menjadi superhero. Namun apa yang keluar dari mulut kedua orangtuanya setelah itu seolah merampas habis masa kanak-kanaknya. Kata mereka, “Kamu harus belajar dengan tekun! Dapatkan piagam, sertifikat, kumpulkan lembaran itu! Tidak ada kata istirahat apalagi bermain. Mimpi dapat terwujud jika kamu belajar, bekerja, dan berusaha.” Perkataan tersebut terpatri dalam jiwanya hingga tanpa disadari, ia tumbuh menjadi seorang yang penuh ambisi. Sejak duduk di bangku sekolah, tak pernah sekalipun ia mangkir dalam ketekunannya demi meraih juara. Hidupnya tampak berjalan mulus hingga kampus manapun berlomba-lomba untuk memintanya menjadi bagian dari mereka. “Mari kita panggil juara pertama kita, Tiara!” Lapangan sekolah dipenuhi tepuk tangan meriah, meriah, dan semakin meriah ketika mendengar nama Tiara disebutkan. Alih-alih tersenyum lebar seperti temannya, Tiara melangkah gontai ke arah panggung lapangan. “Selamat ya, Tiara,” ujar kepala sekolah sambil menjabat tangan kanan Tiara. “Ini piala dan lembar sertifikatmu.” Hari itu, Tiara tiba di rumah dengan membawa piala dan sertifikat terakhirnya sebagai siswi. Ia melangkah tanpa mengindahkan kedua orang tuanya, lalu kembali ke ruang pribadinya. Sertifikatnya ditumpuk pada bagian teratas boks yang tertuliskan “lembaran kertas”. Tiara berhasil memasuki salah satu universitas ternama melalui jalur undangan. Seluruh tumpukan lembaran dalam boks itu ia berikan. Berbekal lembaran itulah Tiara mendapatkan beasiswa penuh. Tidak hanya itu, perempuan berakal cemerlang ini berhasil menjuarai berbagai perlombaan dan mendapatkan IPK sempurna. Lagi-lagi ia dipanggil menuju podium. Tanpa tersenyum, mahasiswa kebanggaan kampus itu melangkah malas bagai kebal akan euforia dalam berprestasi.

MEDIA

Laurentia Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tingkat III Saat ini, Tiara bekerja sebagai pemegang jabatan perusahaan besar. Beribu pencapaian dan tanggung jawab kerap menyita waktunya. Ditengah hiruk pikuk karirnya, wanita ini terbenam dalam pikirannya sendiri lantaran sebuah pertanyaan sederhana : apakah hidupnya hanya seharga tumpukan lembaran kertas? Siang dan malam, Tiara sibuk merenungi jawaban atas pertanyaannya. Ia tidak pernah merasa bangga, apalagi bahagia. Seluruh pencapaian ini hanyalah suatu hal yang menurutnya biasa dan wajib ia lakukan demi meraih “mimpi”. Setelah ia memiliki semuanya, apalagi yang perlu dikejar? Lembaran-lembaran kertas itu menghipnotisnya seakan merekalah segalanya, membuatnya kebas akan perasaan, dan menjadikannya bukan manusia. Ah, ternyata itu yang belum diwujudkannya. Sore itu, ia duduk di hadapan komputer, berusaha melepas penat atas seluruh pekerjaannya. Untuk pertama kalinya, ia menghembuskan nafas lega dan menikmati istirahat. Senyum terukir di bibirnya, kini ia tahu jawabannya. Kepada wanita tua yang menatapnya takut, Tiara tersenyum ramah, “Tentu boleh, Bu Ari. Apa Ibu tertarik dengan sedikit kue atau kopi? Kita bisa berbincang untuk bonus bulan ini.” Wanita tua itu mengernyit, terheran akan sikap atasannya. “Mungkin kita juga bisa adakan pesta ulang tahun untuk perusahaan ini,” lanjut Tiara. Sesaat setelahnya, tatapan wanita tua itu menghangat. Ia tahu, atasannya kini telah membuka lembaran baru dalam hidupnya.

AESCULAPIUS

14


Suara Mahasiswa

Fenomena Antivaksin:

Bagaimana Menyikapinya? Menilik sikap pemerintah terhadap fenomena antivaksin

Foto: dokumen pribadi

Hendra Gusmawan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tingkat II

V

aksin merupakan sebuah harapan baru di tengah situasi pandemi Covid-19. Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama di Indonesia yang menerima vaksin Covid-19 buatan Sinovac. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. HK 01.07/Menkes/12758/2020, tujuh vaksin telah ditetapkan untuk program vaksinasi Covid-19 di Indonesia, yaitu vaksin yang diproduksi oleh PT Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Novavax Inc, Pfizer Inc and BioNTech, dan Sinovac. Vaksinvaksin tersebut telah melalui uji klinis tahap ketiga.

15

MEDIA

Vaksinasi dapat menjadi salah satu kunci terwujudnya herd immunity, tetapi banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai tahapan tersebut. Tidak bisa dimungkiri bahwa vaksinasi menuai penolakan dari berbagai pihak. Fenomena antivaksin ini bukanlah hal baru dalam sejarah vaksinasi, namun dapat menghambat kesuksesan penanganan pandemi. Lembaga Populi Center mengungkapkan bahwa 40% warga menyatakan penolakan terhadap vaksinasi dari pemerintah pada pertengahan Desember lalu. Menurut survei yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization, Aceh dan Sumatra Barat merupakan dua provinsi dengan tingkat penolakan vaksin tertinggi, yakni dengan angka penerimaan vaksin Covid-19 sebesar 46% dan 47%. Penolakan terhadap vaksin Covid-19 mencerminkan masih kurang efektifnya edukasi pemerintah kepada masyarakat. Tampaknya, salah satu upaya pemerintah untuk menyampaikan informasi mengenai pandemi, yakni covid.go.id, masih belum memberikan dampak signifikan dalam menangani permasalahan ini. Salah satu hal penting yang harus lebih ditekankan oleh pemerintah dalam edukasi ini adalah aspek keamanan vaksin. Penyebaran informasi mengenai data aktual uji klinis vaksin dapat mengatasi kekhawatiran masyarakat akan efek samping vaksin. Menurut hasil uji klinis tahap ketiga, vaksin Sinovac menunjukkan bahwa efek samping derajat berat seperti sakit kepala, gangguan kulit, dan diare hanya terjadi sekitar 0,1-1% dan dapat pulih kembali. Demikian pula dengan vaksin Pfizer dan Moderna yakni dengan persentase timbulnya efek samping berat sebesar 1,5% dan 4,1%. Poin lain yang dapat ditekankan oleh pemerintah adalah komposisi vaksin. Keterbukaan ini diharapkan dapat menepis hoaks terkait komposisi vaksin yang beredar di masyarakat, seperti hoaks microchip. Masyarakat awam akan lebih merasa tenang apabila dapat mengetahui komposisi vaksin dan tidak menemukan senyawa berbahaya di dalamnya. Sebagian masyarakat lain menolak vaksin Covid-19 karena ragu akan efikasinya. Berdasarkan hasil uji klinis tahap ketiga, vaksin Sinovac memiliki efikasi

AESCULAPIUS


Seremonia 65,3%. Meskipun tidak terlalu tinggi, vaksin mampu memberi manfaat yang besar. Hal ini ditunjukkan dari penggunaan vaksin flu di Amerika Serikat. Menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), efikasi vaksin flu di Amerika Serikat berkisar antara 19-60% selama 11 tahun terakhir, dengan ratarata 43%. Meskipun demikian, vaksin flu tersebut berhasil mencegah 4,4 juta kasus flu, 58 ribu kasus flu berat yang harus dirawat, dan 3500 kematian pada musim flu 2018-2019. Selain itu, studi oleh Batch dan rekannya menyatakan bahwa pemberian vaksin dengan efikasi senilai 40% kepada separuh rakyat Amerika Serikat mampu memncegah 61 juta kasus Covid-19, sembilan juta kasus yang harus dirawat, dan 742 ribu kematian. Selain edukasi, pemerintah mulai mengambil langkah hukum untuk mengatasi penolakan vaksin. Menurut Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2021 pasal 13A ayat 4, sanksi berupa penundaan atau penghentian pemberian jaminan sosial atau

bantuan sosial, penundaan atau penghentian layanan administrasi pemerintahan, dan/atau denda dapat diterapkan kepada sasaran penerima vaksin Covid-19 yang menolak. Walaupun demikian, kebijakan ini juga menghadirkan beragam spekulasi dari kelompok antivaksin, yaitu kecurigaan akan adanya kepentingan perusahaan farmasi di balik kewajiban vaksinasi tersebut. Vaksin bukanlah satu-satunya kunci untuk mengakhiri pandemi, namun dapat memberikan harapan besar bagi kita semua. Maka dari itu, penolakan vaksin merupakan salah satu tantangan sosial yang dapat menghambat upaya tercapainya herd immunity. Pemerintah perlu memperkuat strategi edukasi untuk meminimalisasi penolakan masyarakat terhadap vaksin Covid-19. Penyajian fakta-fakta terkait keamanan dan peran efikasi vaksin sangat dibutuhkan dalam strategi ini. Masyarakat yang teredukasi dengan baik akan menghadirkan atmosfer yang kondusif untuk mengakhiri pandemi. hendra

Bagi Penyintas Kusta

KATAMATAKU 2020, Bentuk Kepedulian

Seremonia

D

Foto: dokumen penyelenggara

epartemen Dermatologi dan Venereologi FKUI-RSCM bersama dengan Departemen Rehabilitasi Medik FKUI-RSCM, Fakultas Farmasi, dan Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia mengadakan pengabdian masyarakat KATAMATAKU 2020 secara door-to-door di wilayah RT 01/RW 13 Kampung Sitanala, Tangerang pada Sabtu, 12 Desember 2020. Kegiatan yang bertajuk “Perawatan Kulit dan Pemeliharaan Fungsi Ekstremitas pada Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) di Kampung Sitanala” ini diketuai oleh Dr. dr. Sri Linuwih S.W. Menaldi, Sp.KK(K). Tim dermatologi yang terdiri atas tiga orang dokter dan lima orang mahasiswa kedokteran tahap klinik dilibatkan untuk pemeriksaan dan edukasi perawatan kulit kering yang bertujuan mencegah terjadinya cacat kusta. Selain itu, warga setempat juga dibekali satu kit perawatan kulit yang terdiri atas hand gel, sikat kaki, buku perawatan kulit mandiri, serta sabun dan krim pelembab. Melalui kegiatan ini, penyelenggara berharap kesehatan OYPMK dapat terjaga melalui perawatan kulit mandiri. rejoel

MEDIA

AESCULAPIUS

16


Suka Duka

Virna Glaucoma Implant, Mimpi yang Jadi Kenyataan

D

Kisah perjalanan sang dokter spesialis mata dalam mengembangkan implan glaukoma.

r. dr. Virna Dwi Oktariana, SpM (K) adalah seorang dokter spesialis mata subspesialis glaukoma yang menjabat sebagai Kepala Bagian Glaukoma Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Perempuan yang akrab dipanggil Virna ini memulai pendidikan kedokterannya pada tahun 1993. Setelah lulus menjadi dokter umum, ia melanjutkan residensi di Departemen Mata FKUI hingga tahun 2005. Tak berhenti di situ, Virna terus melanjutkan pendidikannya dan mendapatkan gelar doktor pada tahun 2017. Untuk menyelesaikan pendidikan doktoralnya, ia menciptakan sebuah inovasi implan glaukoma yang sekarang telah dipatenkan dengan nama Virna Glaucoma Implant. Sejak menjalani pendidikan dokter, perempuan berhijab ini bercita-cita untuk menciptakan sesuatu yang dapat bermanfaat bagi banyak orang. Seiring berjalannya waktu, usaha kerasnya membuahkan hasil. Cita-citanya untuk menjadi penemu terwujud melalui Virna Glaucoma Implant.

tahun 2011, Virna terbang ke Royal Perth Hospital untuk menjalani pendidikan fellowship-nya. Saat berada di Perth, Virna berdiskusi tentang rencananya untuk menjalani S3 dengan Morgan. Dari diskusi tersebut, lahir ide mengenai Virna Glaucoma Implant. Walaupun sudah acapkali terpikirkan untuk membuat implan glaukoma, Virna merasa tidak yakin bahwa ia mampu menciptakan hal tersebut. Namun, Morgan terus memberikan dukungan dan mengatakan bahwa alangkah baiknya untuk dicoba terlebih dahulu. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Virna menghubungi kopromotornya di Indonesia, Prof. Dr. dr. Widya Artini, SpM (K) atau yang biasa dipanggil dengan Ikke, untuk memberitahukan idenya. Ikke mengagumi ide tersebut dan mendukungnya u n t u k mengembangkan implan glaukoma.

Latar Belakang Pengembangan Virna Ayleen/MA Glaucoma Implant Awalnya, Virna datang ke Royal Perth Hospital, Australia pada tahun 2007 dalam rangka mempelajari skrining glaukoma. Di sana, ia sempat bertemu dengan Prof. William H. Morgan. Meskipun pertemuan dengan Morgan cukup singkat, dokter spesialis mata dari Royal Perth Hospital ini memiliki peran penting dalam studi S3 Virna. Beberapa tahun setelah itu, Virna kembali menghubungi Morgan untuk dapat menjalani fellowship di sana. Dengan tangan terbuka, Morgan menyambut perempuan asal Jakarta ini dan membantunya untuk mendapatkan beasiswa. Pada

Pengembangan Virna Glaucoma Implant Dengan bantuan dari kopromotornya, Virna bertemu dengan PT Rohto Laboratories Indonesia. Setelah ia menjelaskan rencananya untuk mengembangkan implan glaukoma, perusahaan tersebut mendukung penuh penelitian dokter subspesialis glaukoma ini. Perjuangan Virna dalam mengembangkan implan glaukoma pun dimulai. Perjalanan panjang pengembangan implan glaukoma ini dimulai dengan pembuatan purwarupa. Penentuan bahan, ukuran, serta hal-hal lain yang diperlukan ternyata tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat. Virna membutuhkan waktu kurang lebih tiga sampai empat tahun (2011–2014) untuk dapat

17

MEDIA

AESCULAPIUS


Suka Duka penelitiannya yang mengagumkan dan membantu banyak orang, Virna telah menjadi salah satu dari sembilan orang penerima anugerah Aparatur Sipil Negara (ASN) pada tahun 2019. Ke depannya, ia berharap Virna Glaucoma Implant dapat tersebar lebih luas lagi, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di kancah internasional sehingga dapat membantu lebih banyak orang lagi. raisa

Saya ingat kata-kata Rasulullah, “sebaik-baiknya manusia adalah seseorang yg bermanfaat untuk orang lain.” Itu adalah salah satu yang menjadi kunci saya untuk selalu berkarya di mana pun. Dr. dr. Virna Dwi Oktariana, SpM(K)

menyelesaikan purwarupa implan glaukoma sebelum dapat diterapkan pada mata kelinci di tahun 2015. Setelah berhasil menyelesaikan purwarupa tersebut, Virna masih harus melanjutkan penelitian ke tahap berikutnya. Dengan lokasi laboratorium yang berada di Bogor, perempuan yang pantang menyerah ini harus bolak-balik Jakarta–Bogor selama melakukan penelitian implan glaukoma tersebut. Selain itu, Virna juga memotong jam praktik dan waktu tidurnya demi menyelesaikan Virna Glaucoma Implant. Suka-Duka selama Mengembangkan Virna Glaucoma Implant Perempuan rendah hati ini menyatakan bahwa tidak ada duka dalam proses mengembangkan Virna Glaucoma Implant. Walaupun dengan berkurangnya waktu istirahat dan padatnya tanggung jawab yang ia miliki, Virna berkata bahwa itulah bagian dari perjuangannya. Itulah hal yang diperlukan untuk mencapai cita-citanya. Tak pernah sekalipun Virna menganggap bahwa hal tersebut ialah bagian dari duka. Virna sangat bersyukur kepada Allah SWT karena baginya segala hal yang ia jalani selalu diberi kemudahan oleh Yang Maha Kuasa. Mulai dari langkah pertamanya menjadi seorang subspesialis glaukoma hingga langkahlangkah berikutnya. Dokter lulusan FKUI ini merasa bahwa ia selalu dipertemukan dengan orang-orang baik, yaitu para guru dan juga pasien-pasien yang bersedia untuk dipasangkan implan glaukoma buatannya. Hal-hal tersebut adalah sumber kebahagiaan baginya selama proses pengembangan implan glaukoma. Virna tersenyum saat menceritakan kebahagiaannya saat ia bertemu salah satu pasiennya yang tidak membutuhkan obat lagi setelah dipasangkan implan glaukoma ciptaannya. Saat ini, Virna Glaucoma Implant telah tersebar di hampir seluruh Indonesia. Di RSCM sendiri, sudah lebih dari lima ratus pasien telah menggunakan implan glaukoma hasil kembangan Virna ini. Dengan hasil

MEDIA

Foto: dokumen pribadi

Dr. dr. Virna Dwi Oktariana, SpM(K) Penemu Virna Glaucoma Implant Tempat, Tanggal Lahir: Jakarta, 7 Oktober 1975 Riwayat Pendidikan: - Dokter Umum - Universitas Indonesia - Dokter Spesialis Mata - Universitas Indonesia - Dokter Konsultan S3 - Universitas Indonesia Riwayat Pekerjaan: - Penemu Virna Glaucoma Implant - Staf Spesialis Mata RSCM Kirana E-mail: mata.rscmkirana@gmail.com

AESCULAPIUS

18


Kabar Alumni

Foto: dokumen pribadi

Mengabdi untuk Masyarakat Kala Pandemi Melalui Internsip Meski pandemi Covid-19 hadir sebagai tantangan tak terduga, niat untuk mengabdi dan mengemban ilmu tidak pernah sirna

K

dr. Nadira Prajnasari Sanjaya

arawang, sebuah kota kecil di Jawa Barat, menjadi tempat dr. Nadira Sanjaya berlabuh dan mengemban ilmu setelah resmi mendapatkan gelar dokternya. Di tempat ini, Nadira sempat merasakan pahitnya kesehatan masyarakat pada rotasi internsip pertamanya di Puskesmas Pedes. Pasalnya, sempat terbentuk klaster Covid-19 yang menyerang seluruh warga desa di tempatnya bekerja. Setelah Nadira menyelesaikan tugasnya di wahana tersebut, ia menjalankan rotasi di Rumah Sakit Bayukarta. Namun, hal tersebut tidak seindah yang diperkirakan sebab ia harus menghadapi banyaknya pasien Covid-19 yang berdatangan. Terlebih lagi, Nadira juga harus menerima kenyataan pahit bahwa Kota Karawang tergolong dalam zona merah—menandakan tingginya transmisi virus corona di daerah tersebut. Pandemi Covid-19 memang membuat semua keadaan menjadi semakin rumit. Namun, peristiwa tersebut tidak menurunkan semangat Nadira untuk melayani pasien sekaligus mempelajari dan mengaplikasikan pengetahuannya selama ini. Selama bertugas di Puskesmas Pedes, menemukan banyak kasus yang unik dan menarik perhatian, salah satunya adalah aneurisma aorta. Pada awalnya, Nadira mencurigai seorang pasien mengalami penyakit tersebut karena datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri dada, tetapi gejalanya tidak khas angina tipikal. Menurut patofisiologi penyakit yang menyerang pembuluh darah besar tersebut, salah satu tanda yang dapat ditemukan adalah adanya perbedaan nilai tekanan darah sistol yang cukup jauh antara ekstremitas kanan dan kiri. Ketika berhasil mendapatkan temuan yang sesuai dugaannya, Nadira mengaku merasa sangat puas. Meski banyak menemukan kasus unik, pengalaman Nadira di Karawang tidak sarat akan tantangan.

19

MEDIA

Dokter Umum di RS Bayukarta, Karawang E-mail: nadirasanjaya@gmail.com Menurutnya, memberikan edukasi pada pasien di desa jauh lebih sulit dibandingkan dengan pasien di kota karena perlunya edukasi ekstra. Nadira mencontohkan pasien aneurisma aorta yang tidak mempedulikan imbauannya mesti sudah dijelaskan bahwa kondisi tersebut dapat membahayakan nyawa. Nadira juga merasa bahwa pengalaman klinis jauh berbeda dengan teori yang telah dipelajari. Sebagai contoh, terdapat banyak faktor-faktor dari pasien sendiri yang akan menentukan kesembuhan penyakit dalam keadaan klinis sesungguhnya, seperti status pendidikan dan ekonomi. Meskipun awalnya cukup sedih karena beberapa hal tidak sesuai ekspektasinya, Nadira semakin menyadari bahwa itu merupakan bagian dari profesi dokter yang mulia. Akhir kata, Nadira memberikan pesan kepada rekan-rekan sejawat untuk memikirkan lokasi internsip dengan matang. Setiap lokasi pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ia juga mengakui bahwa seorang dokter tentu akan mendapatkan lebih banyak pengalaman klinis jika memilih lokasi di daerah tertinggal. Walaupun demikian, pilihan wahana internsip juga harus disesuaikan dengan kesibukan dan target masing-masing dokter. Nadira turut menyarankan agar dokter dapat memanfaatkan jeda yang cukup lama antara koas dan internsip untuk mengingat kembali materi yang sudah pernah dipelajari sehingga dapat diaplikasikan saat di lapangan. Terakhir, Nadira berpesan bagi sejawat yang sedang berjuang menghadapi internsip seperti dirinya agar tetap menjaga kesehatan dan menerapkan semua protokol kesehatan dasar. kelvin

AESCULAPIUS


Seputar Kita

Mengenal Segudang Tantangan dalam Mendiagnosis Tuberkulosis Anak

Foto: dokumen penyelenggara

Berbeda dengan pada dewasa, apa alasan TB anak lebih sulit didiagnosis?

P

enyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi anak-anak di Indonesia. Selain tingkat insidensi yang tinggi, penyakit ini dinilai mengkhawatirkan karena sering menyebabkan kematian pada anak. Pada tahun 2018, jumlah kejadian TB anak dilaporkan mencapai 60.676 kasus dengan proporsi terobati hanya sekitar 9,4—11%. Alat diagnostik yang kurang adekuat serta pelaporan dan penanganan yang belum memadai dinilai sebagai alasan mengapa TB anak masih merajalela di Indonesia. Menyoroti hal tersebut, FK Digital mengadakan kuliah daring yang bertajuk “Tuberkulosis Anak” pada hari Selasa, 16 Februari 2021 dengan narasumber dr. Fahreza Aditya Neldy, Sp.A dari Divisi Respirologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Anak termasuk dalam kategori pasien dengan tingkat kerentanan cukup tinggi terhadap infeksi TB. Sayangnya, penanganan penyakit ini kerap menemui banyak tantangan, seperti dalam proses mendiagnosis.

MEDIA

Diagnosis TB anak dianggap lebih sulit dibanding TB dewasa sehingga sering terjadi misdiagnosis. Hal ini atas dasar beberapa pasien hanya menunjukan gejala klinis yang samar seperti demam, malaise, penurunan berat badan, atau limfadenopati. Apabila anak menunjukkan gejala samar tersebut, dokter perlu melakukan pemeriksaan penunjang lainnya. Namun, jika tanda spesifik seperti spondilitis TB, skrofuloderma, ataupun foto toraks bentuk milier dengan infiltrat sudah ditemukan, diagnosis TB pada anak dapat langsung ditegakkan. Dalam presentasinya, Fahreza menyampaikan bahwa setidaknya ada empat hal yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis TB anak, yaitu menemukan gejala klinis khas TB, konfirmasi bakteriologis, pembuktian bahwa anak mengalami infeksi TB, serta pengambilan gambar foto toraks. Selanjutnya, Fahreza juga menyebutkan bahwa gejala nonspesifik seperti demam, batuk, dan malaise dapat dicurigai sebagai gejala spesifik apabila berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari dua minggu. Sementara itu, berat badan anak yang sulit naik setelah diberikan intervensi gizi yang cukup selama lebih dari dua bulan juga bisa menjadi pertanda adanya infeksi TB. Tak hanya gejala yang samar, identifikasi kuman TB ternyata turut menjadi momok saat mendiagnosis. Proses konfirmasi bakteriologis terbilang sulit dilakukan pada anak karena bakteri umumnya bersifat sedikit atau pausibasiler. Selain itu, anak sering mengeluhkan proses induksi sputum yang tidak nyaman sehingga metode pengambilan sampel kerap diganti dengan pemeriksaan bilas lambung. Sebagai alternatif, Fahreza menambahkan bahwa jenis sampel juga bisa diambil dari cairan pleura, cairan serebrospinal, ataupun biopsi organ terkait. Akan tetapi, pemeriksaan sampel jenis tersebut kadang terkendala oleh fasilitas yang kurang memadai di beberapa fasilitas kesehatan. Diagnosis merupakan salah satu langkah terpenting yang harus dilakukan dokter dalam penanganan TB anak. Meski memiliki banyak hambatan dalam pelaksanaannya, diagnosis perlu dilakukan dengan tepat agar anak mendapatkan pengobatan dan terapi yang sesuai. Penegakkan diagnosis yang tepat ini diharapkan dapat membantu menurunkan angka kejadian TB pada anak. nada

AESCULAPIUS

20


Senggang

Ketika hobi dapat memperluas pengetahuan, membuka pikiran, dan menebar kebaikan

P

engetahuan di bidang kedokteran merupakan pengetahuan yang wajib dimiliki oleh seorang dokter. Namun, pengetahuan di luar bidang tersebut juga tidak kalah penting. Hal tersebut diutarakan oleh dr. Frida Soesanti, Sp.A(K). Bagi Frida, memperluas wawasan di luar bidang kedokteran dapat diperoleh melalui kedua hobinya, yaitu membaca buku dan travelling. Akan tetapi, pandemi Covid-19 yang menimpa dunia selama satu tahun terakhir membuat Frida terpaksa tidak bisa menikmati travelling ke berbagai tempat. Hobi membaca buku mulai digeluti oleh Frida sejak ia memasuki Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Bertemu teman-teman yang sangat beragam mendorongnya untuk memperluas pengetahuan, salah satunya dengan membaca buku. Buku yang dibaca oleh Frida sangat beragam, ia akan membaca buku dengan genre apapun asalkan isinya menarik. Pada awalnya, Frida hanya membaca novel-novel karya Sidney Sheldon dan novel fiksi seperti Harry Potter. Namun, seiring meluasnya pengetahuan dan bertambahnya usia, pilihan buku yang dibaca olehnya berubah. Frida menjadi lebih menyukai buku-buku yang mengulas psikologi, geografi, dan filosofi. “Semakin banyak baca, semakin banyak pengetahuan soal hidup dan kehidupan,” kata Frida. Mengenai hobi travelling, Frida mengaku bahwa ia belum lama menjalaninya. Hobi ini mulai ia ditelusuri oleh ketika sudah menjadi seorang dokter spesialis anak. Saat menjalankan fellowship di Jepang selama satu tahun, Frida tertarik dengan kultur yang berbeda di Indonesia dan Jepang. Menurutnya, beragam budaya dari berbagai negara dapat memberikan filosofi mengenai kehidupan sehari-hari yang dapat diterapkan oleh dirinya. Selain itu, pelesir menjadi salah satu cara Frida untuk mengisi kembali energi yang habis digunakan untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari. Kedua kegemaran ini—membaca buku dan travelling—membawa banyak kesenangan bagi Frida. Menurutnya, kedua hobi tersebut dapat memuaskan rasa ingin tahu terhadap berbagai hal dan menjadi cara

21

MEDIA

untuk relaksasi. Di sisi lain, hobi Frida membutuhkan biaya yang tentunya tidak murah, terutama untuk bepergian ke negara lain. Namun, hal ini tidak menghentikan Frida untuk tetap menggeluti hobinya. “Saya lebih rela mengeluarkan duit buat hobi daripada buat yang lain,” ungkapnya. Salah satu pengalaman terkait hobi yang berkesan bagi Frida adalah ketika ia harus pergi ke Jepang. Sebelum ia berangkat, buku-buku yang sudah selesai dibaca disumbangkan agar dapat bermanfaat bagi orang lain. Hobi yang menyenangkan pun menjadi kesempatan untuk memberikan kebaikan kepada orang lain. Menurut Frida, hobi yang ia miliki membuat dirinya semakin berpikiran terbuka dan luas. Buku apapun yang dibaca dan tempat manapun yang dikunjungi dapat memberikan sebuah pelajaran baru bagi dirinya. Selain itu, hobi Frida juga memperluas relasi yang dimiliki dengan orang-orang di negara lain sehingga membuka kesempatan baginya untuk menambah pengetahuan di bidang kedokteran. “Karier saya menunjang hobi saya, hobi saya menunjang karier saya,” ujarnya. Kesempatan mengikuti fellowship, bersekolah di luar negeri, dan menerima travel grant menjadi kesempatan bagi Frida untuk melaksanakan hobi travelling sambil memperdalam wawasan seputar dunia kedokteran. ryan

Foto: dokumen pribadi

Pentingnya Memperkaya Wawasan Melalui Hobi

dr. Frida Soesanti, Sp.A(K) Head of Pediatric Endocrinology Division, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta E-mail: fsoesanti@gmail.com

AESCULAPIUS


Segar

Kenali Parasit-Parasit yang Menyerang Manusia

Mendatar

Menurun

2. Penyakit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei. 4. Salah satu manifestasi hematologis malaria. 5. Obat yang diberikan pada ibu hamil apabila toksoplasmosis pada bayi telah dikonfirmasi. 6. Nama danau tempat ditemukannya hospes perantara I pada siklus hidup Schistosoma japonicum. 8. Spesies plasmodium yang paling sering menyebabkan blackwater fever. 10. Nama stadium Schistosoma japonicum yang dapat menembus kulit manusia. 11. Nama latin hospes perantara II pada siklus hidup Fasciolopsis buski.

1. Tumbuhan tempat ditemukannya salah satu stadium metaserkaria Fasciolopsis buski. 3. Nama latin protozoa yang secara morfologis memiliki kemiripan dengan Entamoeba. 7. Bagian tubuh Taenia saginata yang berguna melekatkan dirinya pada usus. 9. Obat yang digunakan sebagai alternatif terapi filariasis.

MEDIA

AESCULAPIUS

22


Media Aesculapius

@MedAesculapius | beranisehat.com | 0858-7055-5783 Temukan informasi selengkapnya pada akun Instagram dan website kami Anti-hoaks | Ensiklopedia penyakit | Guideline diagnosis dan penanganan penyakit | Berita dan artikel kesehatan terkini


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.