2/21
m a jal ah
Frater CMM
| KEPEDULIAN DI LEMBATA | ARKEOLOG | ARSITEK-FRATER BONIFASIUS SITUMORANG | ST. YOSEPH DARI NAZARETH | SEKOLAH ST. VINSENSIUS DE PAUL DI MOSOCHO | KEBAIKAN TAK MENGENAL BATAS | PROFESI PERTAMA DI MASA CORONA | PANGGILAN FRATER CYPRIAN MBASHU |
Lihat situs website www.cmmbrothers.org
DAFTAR ISI
KOLOM PEMIMPIN UMUM
4
KEPEDULIAN DI LEMBATA
5
RUMUSAN MISI
TERBITAN
Belas kasih berlaku di segala zaman dan di setiap tempat.
Frater CMM adalah majalah kuartal Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih. Langganan gratis. Kontribusi sukarela sangat dihargai, dapat ditransfer melalui: BCA KCU Yogyakarta no. rek. 0375600990 a.n. Martinus Max Mangundap/Emarius Gulo. ISSN 1877-9719
Belas kasih merupakan inti setiap agama di dunia: agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Islam. Gerakan belas kasih meninggalkan jejaknya dalam sejarah. Pelbagai bentuk penampilan belas kasih merupakan ungkapan masyarakat tempat lahirnya belas kasih dan spiritualitas yang mendukungnya. Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih, berakar dalam semangat belas kasih Kristiani.
Staf redaksi: Nathalie Bastiaansen (pemimpin dan editor pelaksana), Frater Edward Gresnigt, Frater Ad de Kok, Frater Benyamin T. Robiwala. Kontributor: Frater Lawrence Obiko, Nathalie Bastiaansen, Frater Yonas Paso, Anton van der Lee, Frater Bonifasius Situmorang, Frater Leo van de Weijer & Frater Justus Nyabera, Frater Elijah Agilo, Frater Edward Gresnigt, Frater Richard Sure, Frater Cyprian Mbashu, Frater Ad de Kok. Penerjemah: Frater Benyamin T. Robiwala Desain: Heldergroen, Belanda Layout: DekoVerdivas, Belanda Percetakan: PT Kanisius Yogyakarta, Indonesia Kontak Indonesia: Frater CMM, Jalan Ampel 6/10, Papringan, Yogyakarta 55281. E-mail: fratercmmprovindo@yahoo.co.id E-mail: magazine@cmmbrothers.nl website: www.cmmbrothers.org Foto sampul depan: Sekolah menengah berasrama St. Vinsensius de Paul, Mosocho.
Perumpamaan tentang anak yang hilang, Rembrandt. 2
Foto sampul belakang: Provinsi Friesland, Belanda, Frater Ad de Kok.
CERITA MASA LAMPAU: ARKEOLOG
6
DALAM SOROTAN: FRATER BONIFASIUS SITUMORANG
8
DARI STAF REDAKSI Dalam edisi majalah Frater CMM kali ini, Anda akan melihat lukisan indah dari Frater Lawrence Obiko pada halaman 4. Ke depan sebuah koleksi pada kolom ‘Pemimpin Umum’ akan muncul termasuk koleksi lukisanlukisan karya Frater Lawrence Obiko. Karya ini berjudul ‘Inspirasi’, tentu bisa kami sampaikan bahwa lukisan-lukisannya memberi inspirasi. Pada halaman 5 Anda bisa membaca bagaimana para frater di Lembata tanggap terhadap situasi darurat di sana. Bagian ‘Sejarah masa lampau’ merupakan kontribusi dari Anton van der Lee, yang kini berusia 85 tahun dan masih aktif dalam bidang sejarah lokal dan arkeologi. Ia juga mau menyampaikan kisah-kisah menarik tentang ini. Kali ini bagian tentang ‘Dalam sorotan’ menghadirkan beberapa desain menarik dari arsitek frater Bonifasius Situmorang. Pada halaman 11 sejenak kita merefleksikan tentang St. Yoseph dari Nazareth, dan selanjutnya kita melihat keceriaan aktivitas dari siswa Sekolah Menengah St. Vinsensius di Mosocho, Kenya. Informasi tentang hadiah lintas negara berakhir dalam bentuk sebuah tempat biogas di Kenya dan merupakan sasaran yang cocok daripada yang dipikirkan bisa dibaca pada halaman 15 dan 16. Di Kenya dan di Indonesia para frater merayakan pengikraran kaul pertama dari beberapa frater muda. Upacara berlangsung secara sederhana oleh karena Covid-19 dan mematuhi beberapa petunjuk pencegahan; meskipun demikian ini merupakan sebuah acara meriah. Edisi kali ini diakhiri dengan riwayat panggilan hidup religius dari Frater Cyprian Mbashu.
REFLEKSI: SANTO YOSEPH DARI NAZARETH
11
SEKOLAH MENENGAH ST. VINSENSIUS
12
KEBAIKAN TAK MENGENAL BATAS
15
PROFESI PERTAMA DI MASA CORONA
17
BERITA SINGKAT
18
LIHATLAH SESAMAKU
19 3
KOLOM PEMIMPIN UMUM Setiap tahun pada hari Minggu Paskah keempat, Gereja Katolik Roma merayakan hari Minggu Panggilan Sedunia - untuk tahun 2021 jatuh pada tanggal 25 April. Frater Lawrence Obiko membuat sebuah lukisan dengan tema ‘memelihara panggilan kita’, dan ia menjelaskannya melalui wawancara berikut. Dalam menjalani perziarahan hidup ini, kita tak selalu memahami arah yang dituju, namun dalam iman kita tahu apa yang merupakan akhir dari perjalanan ini. Seseorang yang kita lihat dalam lukisan ini segera memasuki hutan dan ia tak tahu apa yang akan dijumpainya di sana, namun ia melihat matahari di balik pohon secara jelas. Betapa perjalanannya juga bergantung pada apa yang tersedia dalam ranselnya. Apakah ia membawa kebutuhan utama seperti air segar dan makanan bernutrisi? Atau ia membawa barang-barang tak penting yang seharusnya ditinggalkan? Panggilan bukanlah sebuah peristiwa sesaat, ini adalah bagian dari perjalanan hidup kita. Pentinglah untuk memberi nutrisi terhadap panggilan kita. Paus Fransiskus dalam pesannya pada Hari Panggilan Sedunia tanggal 25 April 2021, mengatakan: “Panggilan – sebagaimana hidup itu sendiri – sempurna hanya lewat kesetiaan hidup sehari-hari.” Kesuburan panggilan kita juga bergantung pada dukungan yang kita terima. Bagi saya, orangtualah yang selalu mendorong untuk mengikuti panggilan ini. Tampak bahwa semua saudara saya yang telah menikah adalah keluarga yang bahagia. Bahkan saya tak pernah merasa ditantang oleh mereka dengan pertanyaan tentang tak menikah dan memiliki keturunan. Saya memiliki tempat tersendiri dalam keluarga kami dan ini menyentuh perasaan, siapa sesungguhnya saya. Salah satu aspek dalam hidup religius adalah kaul kemurnian. Ini barangkali dilihat sebagai sesuatu yang sulit, sebab ini natural bagi manusia untuk mencari pasangan dan memiliki anak. Dalam pesannya pada hari Panggilan Sedunia, Paus Fransiskus merujuk St. Yoseph sebagai bentuk panggilan: 4
“Allah menaruh perhatian, dan melalui Santo Yoseph Ia memperkenalkan hati seorang bapak, bersedia memberi dan membangkitkan kehidupan di tengah rutinitas sehari-hari. Panggilan ini memiliki tujuan yang sama: untuk melahirkan dan membaruinya setiap hari.” Paus Fransiskus melihat St. Yoseph sebagai “tangan Bapa yang selalu bergerak, yang selalu mengulurkan tangan untuk anak-anak-Nya.” Bagi saya, kemurnian menjadi semakin jelas setelah kebangkitan. Kita tidak ditanyakan tentang istri atau anak atau cucu di akhirat; ini hanya tentang bersatu dengan Allah. Hidup religius bisa merupakan sebuah ekspresi indah dan gambaran kesatuan dengan Allah. Setelah kematian kita barangkali mengalami misteri Allah melalui kehidupan kekal, yang melampaui prokreasi manusia. Frater Lawrence Obiko dalam wawancara dengan Nathalie Bastiaansen
INDONESIA
KEPEDULIAN DI LEMBATA, INDONESIA Badai Seroja yang menerjang hampir seluruh wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tanggal 3 sampai 4 April 2021, telah mengakibatkan banjir bandang dan tanah longsor. Peristiwa itu terjadi pada saat Umat Kristiani sedang mempersiapkan diri untuk merayakan Pesta Kebangkitan Tuhan. Para frater CMM tergerak hati untuk berbuat sesuatu: “Mengulurkan tangan yang menolong”.
Beberapa wilayah di Provinsi NTT menjadi porak poranda. Rumah-rumah penduduk, tempat-tempat ibadah, bangunan sekolah, kantor pemerintahan dan lokasi pertanian masyarakat setempat terseret banjir dan tanah longsor tanpa ada yang tersisa. Sebagian besar warga dapat menyelamatkan diri. Namun ada beberapa warga yang tidak bisa tertolong dan menjadi korban meninggal dunia akibat keganasan banjir dan tanah longsor. Gerakan belas kasih para Frater CMM mula-mula dilakukan oleh Frater Paulus Paji Keban, CMM. Selama Tri Hari Suci, Frater Paul melayani umat Stasi Lewotolok, salah satu wilayah yang terkena musibah banjir dan tanah longsor. Hari Minggu Paskah, ketika sedang menuju ke stasi tersebut, beberapa umat menginformasikan kondisi banjir yang sedang terjadi. Dalam semangat belas kasih dan persaudaraan, ia dengan cepat mengevakuasi beberapa warga ke lokasi yang lebih aman menggunakan mobil. Melihat situasi yang sangat memilukan, para frater CMM komunitas Stella Maris Lembata bersama guru/ pegawai SMAS Frater Don Bosco Lewoleba, mereka bergerak untuk memberikan bantuan. Ini diawali dengan mengumpulkan pakaian layak pakai dan disalurkan ke Rumah Sakit Umum Daerah Lembata untuk kepentingan jenasah korban banjir dan beberapa warga yang telah dievakuasi. Langkah selanjutnya, para frater membuka Posko Peduli Banjir Lembata untuk menggerakan hati banyak orang agar bisa membantu para korban banjir dan tanah longsor di wilayah Kabupaten Lembata. Bantuan material ini berupa pakaian layak pakai, kebutuhan rumah tangga, kebutuhan konsumsi (sembako) dan juga dalam bentuk uang yang disalurkan melalui nomor rekening SMAS Frater Don Bosco Lewoleba.
Perlahan-lahan bantuan terus berdatangan, baik dari para donatur maupun dari Persekolahan Frater Don Bosco di Manado, Tomohon, Banjarmasin dan Tarakan. Para Frater bersama guru/pegawai SMAS Frater Don Bosco Lewoleba bergerak cepat untuk menyalurkan bantuan tersebut ke posko-posko pengungsi baik yang ada di Kota Lewoleba, di rumah-rumah keluarga yang menampung para pengungsi, dan juga langsung menuju ke beberapa desa yang mengalami banjir namun tidak ditampung di tempat pengungsian. Banjir dan tanah longsor membawa duka yang mendalam bagi keluarga besar Persekolahan Frater Don Bosco. Dua siswi terbaik SMAS Frater Don Bosco Lewoleba atas nama Yuliana Uba dan Fitriani Asan Sili serta salah satu alumnus menjadi korban meninggal dunia. Para frater, beberapa guru/pegawai dan siswa/i menyaksikan secara langsung penggalian jenasah 2 siswi dari reruntuhan tanah dan batu serta ikut mengiringi kepergian mereka ke tempat peristirahatan terakhir. Satu siswa atas nama Philipus Neri Boli mengalami luka parah. Kepada keluarganya diberikan santunan berupa uang tunai dan kebutuhan sembako serta bantuan-bantuan lainnya. Gerakan belas kasih harus tetap digaungkan, khususnya di mana para Frater CMM berada. Banyak orang di sekitar kita yang membutuhkan uluran tangan. Mereka ingin disapa dengan ramah, disentuh dengan lembut, dibantu dengan ketulusan hati. Jadilah duta belas kasih seluas dunia, mulai dari kehidupan berkomunitas, di tempat karya dan di mana saja kita diutus. “Mengabdi dan membawa terang, mengucapkan kata yang menyelamatkan dan mengulurkan tangan yang menolong." (Konstitusi I. art. 10) Frater Yonas Paso, CMM (Indonesia) 5
CERITA MASA LAMPAU
Frater Waldemar Melis, Frater Gervasius Dominicus, Anton ven der Lee dan Frater Martini Rijkers di tempat penggalian Tilburg Utara.
ARKEOLOG
Sebagai seorang anak, Anton van der Lee mengikuti sekolah pendidikan menengah St. Emilius di Loon-op-Zand, Belanda. Sekolah ini diberi nama setelah eksentrik pastor Emilius Muré mengembalikan pengelolaannya dari sekolah umum ke sekolah paroki pada tahun 1923. Awalnya sekolah ini dikelola oleh Frater dari Tilburg. Salah seorang frater menanamkan benih semangat khusus melalui Anton. Suatu ketika saat masih duduk di kelas lima, teman sekelas saya, Cor Abrahams memperlihatkan kepada saya sebuah kapak batu pelitur yang berusia 5000 tahun. Ia menemukan kapak ini pada sebuah situs di mana kini berada Efteling Boat Ride. Kapak berwarna abu-abu terang, sangat tua dan rusak parah. Pengrajin yang telah membuat kapak barangkali ingin mengungkapkan beberapa carut-marut zaman prasejarah saat kapaknya patah dan sedapat mungkin memperbaikinya guna mendapatkan manfaat lebih dari alat ini. Saya mengetahui sedikit tentang zaman prasejarah, namun saya membayar tiga buah apel kepada teman saya untuk mendapatkan kapak kuno ini. Guru kelas lima saya Frater Realinus Donders terkenal sebagai seorang guru yang sangat simpatik. Ini merupakan tahun terakhir baginya sebelum pensiun, namun hidupnya tertekan oleh sekelompok anak yang sering membuat onar dan dipertahankan hingga berusia 14 tahun; dengan demikian mereka memenuhi syarat untuk meninggalkan sekolah di kelas lima. Terlalu berat baginya dan guru saya berhenti pada 6
Paskah tahun pelajaran berjalan dengan gangguan saraf. Selanjutnya kami mendapat pengganti seorang muda, Frater Waldemar Melis. Seorang yang jangkung dan hitam; memiliki suara berwibawa dan inspiratif. Kami tidak tahu bahwa ia belum memiliki sertifikat mengajar, namun kompetensinya terlihat. Frater Waldemar dengan cepat mendapatkan kontak dengan dua arkeolog amatir yang memulai penyelidikan zaman prasejarah dari Loon-op-Zand: petani harian lokal Pieter van Beers dan Pastor Rijkers dari seminari Kaatsheuvel yang membantu di paroki kami. Mereka melakukan penggalian di dekat kolam “Plakke” dan menemukan peralatan batu sejak tahun 8000 dan 7000 SM. Frater Lucidius Pijnenburg, seorang yang ceria dan penuh semangat adalah guru kelas dua kami yang selalu membuat lelucon menyenangkan serta menarik karena dibubuhi dengan sindiran dalam beberapa pertunjukkan tahunannya. Tiga anak turut membantu dalam penggalian di pusat paroki yang dihadiri masyarakat desa. Betapa terkejutnya “penggali amatir” ketika kepala si pemarah dan pembuat alat
Jerman kuno muncul, lengkap dengan helm bertanduk; dengan tegas dipersoalkan karena mengganggu tempat peristirahatan terakhirnya. Pada saat itu saya pergi mengikuti Misa pagi jam 7:30, sesuatu yang sangat dianjurkan oleh para frater; karena harus mendapatkan makanan rohani melalui komuni. Saya membawa sarapan ke gereja, setelah itu ke sekolah karena tidak cukup waktu untuk kembali ke rumah. Dibutuhkan waktu setengah jam berjalan dan kembali sebelum pelajaran dimulai pada jam sembilan. Dengan alasan ini, sekolah menyiapkan satu ruangan di mana teman-teman sekelas dan saya bisa makan sandwich (roti lapis) dan sedikit bermain. Seorang frater yang sering mengawasi kami pada jam ini adalah Frater Waldemar. Ia sering sibuk dengan penemuan arkeologinya di atas meja dan saya tertarik melihat dan bertanya kepadanya. Suatu ketika ia bercerita bahwa temuan-temuan itu berasal dari “Plakke”, sebuah area yang saya tidak tahu kala itu. Namun demikian, seorang paman saya memiliki beberapa lahan pertanian yang juga disebut “Plakke”. Berdasarkan nalar seorang anak kecil, saya berkesimpulan bahwa harus memulai penelitian. Segera saya mendapatkan beberapa temuan yang bertebaran di mana-mana. Ternyata sesudah itu saya menemukan sebuah situs baru; situs sangat kaya yang pernah saya lihat. Sayangnya bahwa setelah itu, pusat rekreasi olahraga air Efteling “Pulau Impian” hendak dibangun. Setelah masa sekolahku, saya mengunjungi Frater Waldemar beberapa kali di komunitas frater, Tilburg. Bahkan ia memberi saya sebuah kenangan indah di Loon-op-Zand: sebuah kapak tangan berharga berusia sekitar 3500 SM, yang ditemukannya di sekitar kolam “Plakke”.
Frater Gervasius Dominicus dan Anton van der Lee berada di lokasi.
Frater Waldemar Melis, Frater Gervasius Dominicus dan Frater Martini Rijkers sedang mempelajari temuan mereka. Tahun 1963 ia meminta saya untuk bergabung dalam sebuah penggalian di daerah bernama “Kraaiven”, yang direncanakan untuk pengembangan industri bagian Utara Tilburg. Penggalian yang sangat kaya dari Zaman Batu Pertengahan di Belanda. Pabrikpabrik bagian kiri dan kanan telah dibangun, namun daerah yang ditelusuri, dekat Ruts Montage belum terjual karena tak cocok. Beberapa kali saya bekerja di tempat ini bersama Frater Waldemar dan Frater Gervasius Dominicus pada hari Sabtu dan foto-fotonya masih tersimpan. Meski demikian, bahkan pada saat penggalian ada banyak hambatan yang menyebalkan dari seorang pejabat kota bernama Janssen. Ia terusmenerus mengintervensi pekerjaan karena kami harus memberi penjelasan kepadanya. Penggalian dihentikan berkaitan dengan Undang-undang Monumen tahun 1961, yang tidak mengizinkan lagi penggalian kecuali membahayakan. Bagian dari properti ini tak dijual selama sekian tahun sementara Janssen mengumpulkan ratusan batu dari sekian ribu yang ada. Berbagai temuan menarik yang dilakukan Ronald Peeters dan saya pada bagian permukaan. Bahkan Ronald mempublikan sesuatu tentang ini. Akhirnya koleksi Janssen berakhir di Provinsi Brabant Utara dan setelah Waldemar meninggalkan Kongregasi ia menawarkan koleksinya ke kota Tilburg dengan harga tinggi yaitu seperempat juta gulden. Akan tetapi, pemerintah kota tak siap untuk membayar pajak dengan cara demikian. Ronald Peeters, pensiunan direktur museum mengatakan kepada saya bahwa koleksi akhirnya berada di museum dan semuanya berakhir dengan baik. Disayangkan bahwa bapak Melis, seorang yang meluncurkan kegemaran saya selama 72 tahun untuk arkeologi meninggal dalam usia yang relatif muda. Anton van der Lee (Belanda) 7
DALAM SOROTAN
ARSITEK DI INDONESIA Di masa lalu dan kini terdapat sejumlah frater yang memiliki kreativitas ketrampilan. Mereka membuat lukisan, gambar, patung atau kerajinan tangan yang indah. Terdapat begitu banyak dan seringkali tak diketahui siapa pembuatnya. Hasil kreativitas ini diseleksi lewat ‘dalam sorotan’. Bagian ke-11 pada rubrik ini memperlihatkan desain bangunan dari Frater Bonifasius Situmorang di Indonesia.
Dari tugas menjadi kegemaran Arsitektur adalah sebuah proses permenungan, proses kreasi ruang yang mengakomodir manusia dan pergerakannya. Ruang yang tercipta itu harus mencapai nilai Firmitas (kekuatan), Utilitas (fungsional) dan Venustas (keindahan). Awalnya, saya merasa ini sebagai tugas kongregasional, namun kini saya merasa itu sebagai kegemaran. Hal ini berawal pada tahun 2009, ketika saya mendapat tugas studi Teknik Arsitektur. Provinsial saat itu mengatakan bahwa pembangunan di Kongregasi sedang marak dan akan terus marak di masa depan. Kongregasi membayar mahal untuk setiap desain bangunan, maka dibutuhkan frater untuk melakukannya. Saya menerima tugas itu dan berharap menjadi solusi bagi kongregasi.
Proses desain Dalam proses desain bangunan, saya selalu mengawalinya dengan mempelajari civitas dan aktivitas secara jelas, kelayakan lokasi dan tren arsitektur serta material bangunan. Hal-hal ini diperlukan agar saya bisa mendapatkan visi desain; kemudian saya merefleksikannya. Ini adalah proses yang membutuhkan waktu cukup lama dan berulangulang. Pada saatnya gagasan dan ide dituangkan ke dalam sketsa. Saya biasanya membuat sketsa di atas kertas, lalu memindahkannya pada sketsa 3 dimensi di komputer. Dapat terjadi bahwa muncul beberapa opsi desain. Sketsa itu kemudian dipresentasikan,
Desain asrama putra Lembata. 8
Desain gereja Pekanbaru. didiskusikan, dan direvisi sejauh perlu. Demikian dan seterusnya sampai saya dan klien mendapat opsi terbaik. Untuk proses konstruksi, saya mengkonversi sketsa 3 dimensi menjadi gambar 2 dimensi yang terskala dan dapat dipertanggungjawabkan secara teknis. Ini adalah proses yang melelahkan namun memuaskan. Gambar semu dalam pikiran saya telah menjadi sesuatu yang nyata, sungguh merupakan sesuatu yang luar biasa.
Impian Kongregasi mempercayakan saya untuk mendesain beberapa konstruksi dan telah dibangun. Saya merasa dihargai. Setiap kali tugas seperti itu muncul saya mengerahkan kemampuan terbaik saya untuk melakukannya. Menjadi arsitek adalah panggilan saya dan menjadi sumbangsih saya untuk kongregasi. Pekerjaan seperti ini tentu tidak selalu ada setiap saat. Namun, saya masih bermimpi untuk pengembangan karier saya pada lingkup tugas yang lebih luas. Dalam hal ini, saya tidak bertindak sebagai desainer saja tetapi juga sebagai konstruktor; dan ini membutuhkan pelatihan. Saya sedang menunggu kesempatan dan penugasan yang diberikan oleh pimpinan kongregasi saya. Frater Bonifasius Situmorang CMM (Indonesia)
Desain interior gereja Pekanbaru.
Desain Postulat Hera, Timor Leste.
Hasil: sebuah bangunan baru untuk postulan di Hera, Timor Leste.
Denah perencanaan pembangunan postulat Hera.
Bagian dalam postulat.
Pemberkatan postulat baru tanggal 27 September 2019.
Desain gedung baru SMA Frater Don Bosco Manado. 9
DALAM Br SOROTAN
Proses pembangunan di Manado.
Desain bangunan Susteran Dominikan Dili, Timor Leste.
Desain toko rohani Frater CMM Balige.
Toko rohani baru di Balige selesai dibangun pada tahun 2021.
Bagian dalam toko rohani. 10
REFLEKSI
ST. YOSEPH DARI NAZARETH Paus Fransiskus telah menetapkan tahun 2020-2021 di bawah bimbingan dan perlindungan spiritual St. Yoseph. Pada peristiwa ini ia menulis Surat Apostolik dengan judul ‘Patris Corde’ (Berhati Bapa). Dalam suratnya, Paus Fransiskus menyebutkan 7 karakteristik dari St. Yoseph:
1. Bapak yang mencintai Sebuah tradisi yang telah berlangsung lebih dari empat puluh tahun bahwa setiap hari Rabu, Paus Fransiskus membacakan doa sebagai berikut: “Bapak Yoseph yang mulia, tak ada yang mustahil bagimu, bantulah aku di kala menghadapi penderitaan dan kesulitan. Di bawah perlindunganmu aku menyerahkan segala kesusahan dan persoalan serius. Jangan abaikan permintaanku, karena engkau bisa melakukan segalanya dengan Yesus dan Maria. Tunjukkan kepadaku bahwa kebaikan dan kekuatanmu tiada taranya. Amin.”
dunia dari Bapa surgawi, yang menerbitkan matahari bagi yang baik dan yang jahat, dan menurunkan hujan kepada yang adil dan yang tidak adil. Dan menjadi naungan bagi yang mengikuti Putranya.”
2. Bapak yang lembut dan penyayang “St. Yoseph mengajarkan kepada kita bahwa di tengah badai kehidupan, kita harus tetap berani membiarkan Tuhan untuk mengarahkan jalan kita. Terkadang kita mau berjalan sendiri, namun Allah selalu melihatnya dengan pandangan yang luas.”
St. Yoseph sedang membuat sebuah perahu. Detailnya adalah sebuah hiasan di gereja Roh Kudus Salamanca, Spanyol.
3. Bapak yang taat
Yoseph yang tenang
“Dalam setiap situasi, Yoseph sendiri mengatakan “Ya”, seperti ketika Maria menerima Kabar Sukacita dan ketika Yesus berada di taman Getsemani.”
Keheningan menyelimuti segalanya tentang Yoseph. Ini adalah sebuah aura dari kedalaman kontemplasi. St. Yoseph selalu bersatu dengan Allah dan mengandalkan peran-Nya, baik dalam pekerjaan harian maupun pada saat istirahat. Ia mengingatkan kita akan keutamaaan batin dan hidup kontemplatif.
4. Bapak yang menerima “Ia tidak mencari jalan pintas, namun menghadapi kenyataan dengan mata terbuka dan secara pribadi bertanggung jawab atasnya.”
5. Bapak yang berani “Saya memandang St. Yoseph sebagai patron istimewa bagi orang-orang yang terpaksa meninggalkan tanah kelahirannya akibat perang, kebencian, penganiayaan dan kemiskinan.”
6. Bapak yang bekerja "Mari kita memohon kepada St. Yoseph Pekerja untuk menyampaikan kesungguhan niat kita bahwa baik orang muda, keluarga, siapa pun tak kehilangan pekerjaan!”
7. Bapak yang menaungi “Pada satu sisi kita seperti Yoseph: sebagai naungan
Gambaran St. Yoseph bagi kita adalah seorang pekerja yang tenang, juga yang menderita dalam ketenangannya. Ia tak mengeluh dan tak memarahi Tuhan dengan berkata: “Mengapa Engkau melakukan ini, mengapa kami harus melarikan diri ke Mesir? ” Sebaiknya kita bertanya pada diri kita sendiri: “Apakah saya cukup memiliki keheningan dalam hidup? Apakah saya cukup meluangkan waktu untuk berdoa? Apakah saya berbicara dusta, menggosip atau memfitnah? Atau, apakah saya sungguh mengikuti St. Yoseph, yang memiliki integritas dan ketenangan? ” Intisari dari bahan rekoleksi Frater CMM Kenya tanggal 16 Mei 2021, dipersiapkan oleh Frater Leo van de Weijer dan Frater Justus Nyabera CMM. 11
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
Bangunan sekolah dan kelas.
SEKOLAH MENENGAH ST. VINSENSIUS Kongregasi secara keseluruhan dihadapkan dengan pelbagai kebutuhan, baik dalam bentuk material maupun spiritual. Para frater dalam kerja sama dengan pihak lain berusaha untuk mengatasi situasi ini. Bagian kedelapan belas dari terbitan ini kami mengarah ke Sekolah Menengah Putra St. Vinsensius de Paul, sekolah berasrama di Mosocho, Kenya. Sekolah Menengah Putra St. Vinsensius Mosocho yang dilengkapi dengan asrama berada di wilayah Kisii, Kenya. Sekolah ini didirikan oleh Frater CMM pada tahun 2011, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang berkualitas di Afrika Timur. Saat ini sekolah berjalan dari kelas 4 sampai 8, dengan menampung siswa sebanyak 530.
Sistem Pendidikan di Kenya Sistem pendidikan di Kenya terkenal dengan 8-4-4, yaitu delapan tahun di tingkat dasar; empat tahun di tingkat menengah dan masing-masing tingkat tersier. Tampak bahwa sistem ini sebagian besar berorientasi pada ujian; kualitasnya cenderung dinilai dari segi jumlah siswa yang lulus ujian nasional. Pemeriksaan ujian nasional untuk pendidikan dasar dilakukan oleh bagian Sertifikasi Pendidikan Dasar Kenya (KCPE). Ini merupakan ujian akhir yang diatur untuk siswa kelas 8 guna membantu menentukan penempatan mereka di sekolah menengah.
Hasil KCPE 2020 Hasil Sertifikasi Pendidikan Dasar sekolah kita mencapai rekor rata-rata 380 dari maksimal 500. Ini merupakan deviasi positif dibandingkan dengan tahun 2019 di mana rekor sekolah rata-rata 366. Pencapaian ini merupakan kerja sama yang baik antara
bagian administrasi sekolah, para guru, orangtua dan siswa. Semua berdedikasi; ada pertemuan staf dan pembentukan tim secara berkala, dan memiliki keterikatan yang kuat. Dengan cara demikian, para guru dapat meningkatkan proses belajar mengajar. Sikap rendah hati, disiplin dan kerja keras merupakan peran penting dalam pencapaian ini sehingga menempatkan sekolah kami pada posisi keempat untuk seluruh wilayah Kisii dari lebih seratus jumlah sekolah menengah yang ada.
Akibat Pandemi Covid-19 Sama halnya terjadi dengan sekolah-sekolah di belahan dunia lain bahwa proses pembelajaran di sekolah kami terganggu dengan pandemi virus corona. Ini merupakan tantangan, khususnya bagi siswa yang menunggu ujian akhir. Untunglah bahwa guru-guru kami bisa mengontak sejumlah siswa dan membimbing mereka lewat sarana online menggunakan Zoom atau WhatsApp. Disampaikan bahwa sekolah mengorganisir program dukungan psikososial dan para guru telah melakukan beberapa pelatihan sebelumnya sebagai persiapan untuk membuka kembali sekolah. Para pakar juga dilibatkan untuk membantu. Akhirnya siswa kami bisa dengan tenang bersekolah dan target kurikulum tercapai dengan hasil yang cukup luar biasa. Frater Elijah Agilo CMM (Kenya)
12
Nilai-nilai inti sekolah tertulis di dinding.
Tempat tinggal staf.
Kebun sayur milik sekolah.
Beberapa ekor sapi perah.
Gerbang asrama.
Ruangan kelas.
13
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
Dapur.
Siswa ikut mengambil susu.
Di dalam kelas.
Jemuran pakaian cucian.
Saat istirahat.
14
Foto grup dengan pakaian olahraga.
CALIFORNIA BELANDA - KENYA
KEBAIKAN TAK MENGENAL BATAS Frater Edward Gresnigt, salah satu frater yang berbahagia bisa merayakan 60 tahun hidup membiara pada tanggal 29 Agustus 2020. Selain mendapat ucapan hangat melalui surat, kartu dan email, tak terduga ia menerima hadiah sebuah chek dari USA sebesar 3.210 Dollar Amerika. Hadiah ini dikumpulkan oleh alumni dan kenalan dari SMA Santa Clara, Oxnard.
Kami kembali pada waktunya. Dewan Pimpinan Umum mengutus Frater Edward ke Oxnard, California pada tahun 1965. Setelah beberapa tahun menjalani studi, ia mendapat tugas mengajar agama dan sejarah di SMA Santa Clara Oxnard. Usianya 25 tahun kala itu dan mengabdi selama 35 tahun di sekolah ini. Ia kembali ke Belanda pada tahun 2002 dan menantikan rencana selanjutnya bahwa akan diutus ke Sigona, Kenya untuk membantu di novisiat; namun, semuanya berubah. Kapitel Umum 2002 memilih Frater Edward sebagai anggota Dewan Umum. Saat ini ia tinggal di Belanda dan masih bekerja di Generalat, meski bukan sebagai dewan umum, namun membantu dan mendukung dalam banyak hal.
Madah pujian, sepatu jalan, dan… Alumni tak melupakan frater ‘mereka’ Frater Edward sesudah tahun-tahun ini dan hadiah untuk yubiliumnya merupakan bukti nyata. Ia membelanjakan sebagian dari hadiah ini untuk komunitas internasional berupa 12 buku madah Glory and Praise yang dipakai di kapel Generalat. “Selama di Oxnard saya belajar banyak lagu baru yang dipakai dalam liturgi. Lagu seperti ‘Here I am Lord’ dan ‘Morning has broken’ masih merupakan kenangan indah, kata Frater Edward. Ia juga memakai sebagian dari hadiah ini untuk kebutuhan pribadinya: sepasang sepatu jalan, keras bergerigi dengan cengkeram yang bagus. Ini bukan sebuah kemewahan yang berlebihan; ia teringat saat tergelincir di atas es dan jatuh di depan Generalat pada bulan Februari lalu. Frater Edward juga melihat peluang jangka panjang dan memberi kontribusi nyata untuk novisiat di
Sebelum: Dapur luar dengan kayu bakar. Kenya. Ia memutuskan, tentu dengan persetujuan pemimpin umum supaya sebagian besar dana dipakai untuk perbaikan fisik di komunitas Sigona. Ia menghubungi para frater di sana untuk melihat hal-hal yang diperlukan dan ternyata situasi mereka membutuhkan beberapa perbaikan.
15
CALIFORNIA Br- KENYA BELANDA
Tenaga surya dan biogas Pertama-tama para frater harus membayar tagihan utilitas tinggi. Pakar energi telah menganjurkan untuk menginstalasi tenaga surya dan menyediakan catu daya tetap untuk penerangan maupun untuk kursus online para novis yang sedang berjalan. Tak ada listrik berarti tak ada Wi-Fi. Daftar kebutuhan juga termasuk penambahan sebuah laptop untuk pelajaran online. Anggaran komunitas frater di Kenya belum mencakup pembelian listrik tenaga surya dan sebuah laptop ekstra. Permintaan kebutuhan ketiga adalah pabrik biogas. Sampai saat ini para frater memasak dengan kayu bakar. Mereka memakai gas namun tabung gasnya cukup mahal sehingga jarang dipakai. Namun memasak dengan kayu ada kelemahannya: membayakan kesehatan, menyita waktu dan membawa polusi terhadap lingkungan. Memiliki sumber biogas sendiri akan mengatasi persoalan ini. Demikian dengan kotoran dari tiga sapi milik komunitas bisa dijadikan sebagai bahan bakar.
Membuat pabrik biogas.
Dengan demikian, hadiah atas kebaikan dari alumni SMA Santa Clara Oxnard, California via Generalat, Tilburg Belanda, dipakai untuk novisiat CMM Sigona, Kenya. Biji hadiah ini telah ditanam Frater Edward pada tahun 1967 dan pada bulan Maret 2021 ia menerima berita dari Sigona: instalasi tenaga surya telah terpasang dan rekening listrik berkurang dari sebelumnya. Kini para novis tak lagi mengumpulkan kayu bakar dan bisa memusatkan perhatian pada kursus online dengan dukungan sebuah laptop baru; mereka tak lagi disibukkan dengan masalah listrik. Pabrik gas telah dibuat dan berfungsi dengan baik: kini para frater dan novis memasak dengan ‘energi hijau’. Generasi baru frater sedang memasuki era ini. Natalie Bastiaansen dan Frater Edward Gresnigt, CMM
Sesudah: Biogas bisa dipakai untuk memasak yang enak.
16
KENYA
PROFESI PERTAMA DI MASA CORONA Frater novis tahun kedua di Kenya mengikrarkan profesi pertama pada tanggal 1 Mei 2021, masih di tengah wabah pandemi Covid-19.
Keempat novis tahun kedua sungguh dipersiapkan dan mereka bertekad untuk mengikrarkan profesi pertama dalam hidup religius. Ada sedikit ketegangan tentang bagaimana merayakannya, sementara di Kenya terjadi peningkatan jumlah yang terinfeksi setelah dilakukan tes. Semua anggota komunitas harus menjalani tes Covid-19, dan salah satunya positif sehingga harus diisolasi. Ini terjadi saat ia membantu rekan frater yang hendak kembali dari RS; demikian dengan frater -frater lain yang juga diisolasi semuanya dinyatakan sehat. Semua acara berjalan sesuai dengan rencana.
Frater-frater profesi pertama dengan magister : Prosper Chungu, Michael Kabwe, Joseph Masereka, Victor Oyieko. dan magister novis Frater Richard Sure. Gereja Katolik mempersembahkan tanggal 1 Mei secara khusus kepada St. Yosep Pekerja, sebagai santo pelindung para pekerja. Dunia sekuler telah meninggalkan ini ketika mereka merayakan hari kaum buruh. Frater CMM di Kenya merayakan hari ini sebagai hari di mana para calon (postulan) memasuki novisiat dan pengikraran profesi pertama untuk novis tahun kedua. Mereka berjanji sesuai dengan Konstitusi untuk hidup menurut ketiga kaul, untuk membagi hidup dalam komunitas dan mempersembahkan diri mereka untuk melayani sesama. Tanggal 1 Mei 2021 merupakan sebuah hari yang unik dan spesial, akibat dari wabah Covid-19. Di komunitas Sigona, kami dengan berani mau meneruskan misi Kongregasi di tengah Gereja melalui adaptasi terhadap ‘situasi baru’, dengan mengikuti protokol dan pembatasan berdasarkan petunjuk dari Menteri Kesehatan.
Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Pastor Paul Wachira Muiga. Ia bertanya kepada frater-frater muda yang tampak rapih mengenakan jubah putih, apa yang sedang kalian cari dalam Gereja. ‘Untuk fokus pada Yesus Kristus, Saudara kita yang Berbelas Kasih,’ jawab mereka. Setelah homili, Frater Patrick Munyua anggota Dewan Provinsi, sebagai yang mewakili Pemimpin Umum mengundang keempat frater untuk mengikrarkan profesi pertama dalam Kongregasi. Frater Richard Sure dan Frater Linus Schoutsen sebagai saksi bersama Pastor Paul. Pada hari yang sama, dua novis tahun pertama memulai masa novisiat tahun kedua: Frater Joackim Muhindu dan Frater Bonface Monyancha Ogari. Kelihatan bahwa mereka yakin dan penuh semangat dalam hidup persaudaraan dan belas kasih. Untuk itu kita bersyukur kepada Tuhan, bahkan dalam situasi Covid-19, mereka dipanggil menjadi frater berbelas kasih, penuh sukacita dan keberanian untuk meneruskan misi CMM di zaman ini. Frater Richard Sure CMM (Kenya)
17
BERITA SINGKAT
PROFESI PERTAMA DAN PENERIMAAN NOVIS BARU DI INDONESIA Kelima frater novis mengikrarkan profesi pertama pada tanggal 24 April 2021 di Pematangsiantar. Perayaan Ekaristi Suci dipimpin oleh Pastor Leopold Purba, OFMCap. Tidak banyak yang hadir dalam acara ini berkaitan dengan protokol kesehatan Covid-19; namun yang lain bisa mengikutinya via livestream. Tema perayaan dikutip dari Mazmur 118: 14, 21: “Tuhan itu kekuatanku; Aku bersyukur kepada-Mu sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku.”
Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC, bersama Pastor Maxi Ignatius Manewus Pr. Mereka yang diterima masuk novisiat adalah Agustinus Lafau, Agustinus Naisoko, Abel Alexander Gary dan Yunorius Saunoah. Demikian dengan kelima novis dari Timor Leste yang akan bergabung dengan mereka pada tahun ini adalah: Marcelino Martins, Natalino Martins Babo, Cipriano Soares, Avelino Maia Soares dan Felis Benevides Tilman. Untuk sementara mereka mengikuti program di novisiat secara online dari Timor Leste.
Frater-frater yang mengikrarkan kaul pertama adalah Januario Sani Quehi, Benyamin Pati, Emanuel Barreto Amaral, Gabriel Fatima Soares and Wilhelmus Mendröfa. Frater Alfons Seran, Anggota Dewan Provinsi menerima kaul mereka; Frater Paskalis Wangga dan Frater Bosco Wuarmanuk sebagai saksi. Pastor Leopold menegaskan kepada mereka agar sungguh-sungguh mengalami dan merasakan panggilan Allah sebagaimana dikatakan oleh Yesus (Yoh. 6: 60-69). Demikian juga di novisiat Tomohon, diadakan upacara penerimaan novis tahun pertama pada tanggal 8 Mei 2021 yang dihadiri langsung oleh Provinsial, Frater Martinus Max Mangundap. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Uskup Manado Mgr.
Para frater yang baru mengikrarkan profesi pertama bersama magister mereka, Frater Paskalis Wangga.
CAHAYA DI UJUNG TEROWONGAN Pandemi Covid-19 yang melanda manusia di berbagai tempat, juga dialami oleh komunitas Joannes Zwijsen, Belanda di mana tinggal para frater tua dan yang sakit. Gelombang pertama virus membawa dampak yang sangat besar bagi komunitas ini. Dalam sebulan meninggal Frater André de Veer, Joop van Dooremaal dan Harrie van Geene; kemudian Louis Mommers. Beberapa bulan kemudian menyusul Frater Wim Verschuren dari komunitas Eleousa, Vught. Hanya satu frater yang diizinkan untuk menemani menjelang ajal mereka, oleh karena ketatnya peraturan. Hanya tiga puluh orang yang diizinkan untuk menghadiri pemakaman, sehingga sebagian frater mengikutinya via 18
livestream. Gonjangan ini tetap terukir dalam ingatan para frater, setelah muncul pandemi gelombang kedua dan ketiga. Para frater tidak diizinkan keluar kamar untuk sekian lama. Akhirnya segalanya semakin mudah. Mereka bisa berdoa bersama lagi di kapel, bisa saling berkomunikasi di ruang tamu dan di ruang makan. Dan ini bisa dilihat sebagai sebuah keajaiban, karena tak ada lagi frater di komunitas Joannes Zwijsen yang terinfeksi. Terlepas dari beberapa larangan, kehidupan komunitas perlahan-lahan berjalan. Akhirnya ada cahaya di ujung terowongan untuk para frater di komunitas Joannes Zwijsen.
‘LIHATLAH SESAMAKU’
PANGGILAN FRATER CYPRIAN Belas kasih dan persaudaraan adalah dua konsep kunci karisma Frater CMM. Kata-kata yang indah, namun bagaimana praksisnya dalam kehidupan sehari-hari para frater. Inilah yang disorot pada bagian ini ‘Lihatlah sesamaku’. Frater Cyprian Mbashu saat memasuki novisiat di Oyugis tahun 1994. Saya lahir dan bertumbuh dalam keluarga Katolik. Bapak saya berkeinginan menjadi imam, namun kakek dan nenek saya tak mengizinkan karena ia adalah harapan masa depan untuk meneruskan keturunan. Ketika saya masih di SD guru kami pernah bertanya, ‘Apa cita-citamu setelah besar? ’ Jawaban saya menggemparkan teman-teman sekelas. Saya katakan bahwa saya mau menjadi seorang frater religius. Tampaknya, saya sendiri saja yang memberi jawaban aneh. Ketika saya mengunjungi kakek dan nenek dan mereka mendengar pembicaraan tentang masa depan saya, mereka berharap bahwa saya bisa berubah pikiran. Namun, saya tetap berpegang pada keputusan dan akhirnya mereka merestui. Masih bertanya-tanya: saya mau bergabung ke kongregasi yang mana? Pertanyaan saya terjawab ketika belajar di lembaga kateketik yang dikelola oleh Misionaris Consolata dan di sini saya berjumpa dengan seorang Frater CMM. Ia bercerita tentang keberadaan misi Frater CMM, mempromosikan karisma persaudaraan dan belas kasih sebagaimana ia sendiri telah mempraktekkannya. Keinginan saya untuk bergabung dengan Kongregasi ini bertumbuh hari demi hari mulai saat itu. Saya masuk novisiat tahun 1994. Di sini saya tertarik dengan sebuah teks Kitab Suci yang berada di samping tabernakel: “Kamu telah melakukannya untuk Aku” Matius 25: 40.
Menunjuk pada penghakiman terakhir, dengan enam bagian tugas yang diberikan kepada kita: memberi makan kepada yang lapar, memberi minum kepada yang haus, memberi pakaian, memberi tumpangan, mengunjungi yang sakit dan yang dalam penjara. Saya semakin menyadari teks ini akan karya belas kasih yang menjadi inti dari misi Frater CMM. Saya merasa ini luar biasa, bahkan perlu dicatat bahwa pelayanan ini bisa dengan mudah dilakukan tanpa membutuhkan dana besar; yang dibutuhkan adalah komitmen, dedikasi dan belas kasihan. Di novisiat kami diberikan tanggung jawab dengan tugas menyiapkan air bersih untuk tetangga. Saya sungguh menyadari akan tantangan-tantangan dalam hidup. Kita semua mengalami kemunduran, berkaitan dengan politik atau ketegangan etnik, tantangan spiritual, kesulitan relasi dengan teman dan kenalan, penderitaan atau kemiskinan. Pandemi Covid-19 membawa konsekuensi kehilangan nyawa dan hancurnya impian, lebih dari yang kita sebut misi belas kasih. Saya ingat bahwa St. Vinsensius de Paul, patron kita berbicara tentang perang, wabah dan kelaparan pada masanya. Sesuatu yang bukan kebetulan. Sebagai masyarakat yang bertanggung jawab dengan komitmen mengikuti Kristus, kita Frater CMM bisa berbuat sesuatu demi kebaikan dan kebutuhan dunia dewasa ini. Ingatlah karya belas kasih. Frater Cyprian Mbashu CMM (Kenya)
19
KITA MEMBUTUHKAN SAAT-SAAT ISTIRAHAT, REKREASI DAN SAAT MELEPASKAN LELAH, AGAR MEMULIHKAN TENAGA DAN MENGAMBIL JARAK DARI PEKERJAAN. (dari Konstitusi Frater CMM)
Majalah Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih