BERITA SINGKAT
PROFESI PERTAMA DAN PENERIMAAN NOVIS BARU DI INDONESIA Kelima frater novis mengikrarkan profesi pertama pada tanggal 24 April 2021 di Pematangsiantar. Perayaan Ekaristi Suci dipimpin oleh Pastor Leopold Purba, OFMCap. Tidak banyak yang hadir dalam acara ini berkaitan dengan protokol kesehatan Covid-19; namun yang lain bisa mengikutinya via livestream. Tema perayaan dikutip dari Mazmur 118: 14, 21: “Tuhan itu kekuatanku; Aku bersyukur kepada-Mu sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku.”
Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC, bersama Pastor Maxi Ignatius Manewus Pr. Mereka yang diterima masuk novisiat adalah Agustinus Lafau, Agustinus Naisoko, Abel Alexander Gary dan Yunorius Saunoah. Demikian dengan kelima novis dari Timor Leste yang akan bergabung dengan mereka pada tahun ini adalah: Marcelino Martins, Natalino Martins Babo, Cipriano Soares, Avelino Maia Soares dan Felis Benevides Tilman. Untuk sementara mereka mengikuti program di novisiat secara online dari Timor Leste.
Frater-frater yang mengikrarkan kaul pertama adalah Januario Sani Quehi, Benyamin Pati, Emanuel Barreto Amaral, Gabriel Fatima Soares and Wilhelmus Mendröfa. Frater Alfons Seran, Anggota Dewan Provinsi menerima kaul mereka; Frater Paskalis Wangga dan Frater Bosco Wuarmanuk sebagai saksi. Pastor Leopold menegaskan kepada mereka agar sungguh-sungguh mengalami dan merasakan panggilan Allah sebagaimana dikatakan oleh Yesus (Yoh. 6: 60-69). Demikian juga di novisiat Tomohon, diadakan upacara penerimaan novis tahun pertama pada tanggal 8 Mei 2021 yang dihadiri langsung oleh Provinsial, Frater Martinus Max Mangundap. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Uskup Manado Mgr.
Para frater yang baru mengikrarkan profesi pertama bersama magister mereka, Frater Paskalis Wangga.
CAHAYA DI UJUNG TEROWONGAN Pandemi Covid-19 yang melanda manusia di berbagai tempat, juga dialami oleh komunitas Joannes Zwijsen, Belanda di mana tinggal para frater tua dan yang sakit. Gelombang pertama virus membawa dampak yang sangat besar bagi komunitas ini. Dalam sebulan meninggal Frater André de Veer, Joop van Dooremaal dan Harrie van Geene; kemudian Louis Mommers. Beberapa bulan kemudian menyusul Frater Wim Verschuren dari komunitas Eleousa, Vught. Hanya satu frater yang diizinkan untuk menemani menjelang ajal mereka, oleh karena ketatnya peraturan. Hanya tiga puluh orang yang diizinkan untuk menghadiri pemakaman, sehingga sebagian frater mengikutinya via 18
livestream. Gonjangan ini tetap terukir dalam ingatan para frater, setelah muncul pandemi gelombang kedua dan ketiga. Para frater tidak diizinkan keluar kamar untuk sekian lama. Akhirnya segalanya semakin mudah. Mereka bisa berdoa bersama lagi di kapel, bisa saling berkomunikasi di ruang tamu dan di ruang makan. Dan ini bisa dilihat sebagai sebuah keajaiban, karena tak ada lagi frater di komunitas Joannes Zwijsen yang terinfeksi. Terlepas dari beberapa larangan, kehidupan komunitas perlahan-lahan berjalan. Akhirnya ada cahaya di ujung terowongan untuk para frater di komunitas Joannes Zwijsen.