Collector's Guide - WATCHES, Indonesia - EDISI 06/2016

Page 1

CGW INDONESIA

Collector’s Guide ®

WATCHES Edisi 06/2016

INDONESIA

LIPUTAN EKSKLUSIF Hong Kong Watch & Clock Fair 2016 BRAND TALK Anouar Guerraoui Eric Cantona Maximilian Büsser Pierre Jacques POINT OF VIEW Ananda Sukarlan Ilham Habibie Sandiaga Uno

Your Ultimate Guide To The World of Watches 06 - 2016

IDR 80,000 ISSN 2442-4188

9 772442 418026

MB&F

A Creative Adult Is A Child Who Survived












The one unmissable trendsetting show for the entire watch and jewellery industry, where all key players unite to unveil their latest creations and innovations. Be a part of this premier event and experience passion, precision and perfection in action.

MARCH 23 – 30, 2017


BASELWORLD.COM


Publisher’s Letter

Tech Savvy, Shall We?

T

eknologi pada sebuah penunjuk waktu adalah salah satu hal yang paling utama dalam industri pembuatan jam, namun apakah teknologi tersebut harus selalu identik dengan gadget canggih dan smartwatch yang kini tengah menguasai industri jam tangan di seluruh dunia? Dan apakah kita harus selalu latah mengikuti tren, sehingga melupakan jam tangan tradisional yang selama ini kita banggakan? Bagaimana menyikapi perkembangan teknologi yang pesat sehingga kemajuan ini membawa manfaat dan keuntungan bagi penggunanya. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang saya lontarkan kepada beberapa narasumber yang saya temui saat mengunjungi pameran jam tangan internasional tahunan yang diselenggarakan oleh HKTDC, yaitu ‘Hong Kong Watch & Clock Fair 2016’ di HKCEC barubaru ini. Ternyata jawaban mereka hampir seragam, teknologi pada industri pembuatan jam tangan saat ini tidak bisa dipisahkan dari tren smartwatch alias jam pintar yang kini tengah melanda pasar jam tangan di seluruh dunia, simak liputan lengkapnya di halaman 118. Saya pun sempat meminta pendapat teknokrat dan pakar penerbangan di Indonesia, Dr. Eng Ilham Akbar Habibie, saat mewawancarainya untuk edisi ini (halaman 60). Sebagai seorang yang meminati dunia teknologi, ia mengaku jika sekarang ini bisnis apapun akan tergantung dengan teknologi informasi dan teknologi pada umumnya. Itu sebabnya ia memilih mengenakan dua jam tangan, yaitu sebagai penunjuk waktu seperti Rolex kebanggaannya, dan Apple smartwatch sebagai monitor pengukur kegiatannya saat berolahraga. Hal itu juga senada dengan yang dilontarkan oleh Sandiaga Uno yang memilih mengenakan jam tangan canggih namun sporty, karena fitur-fitur tersebut sangat membantunya dalam beraktivitas sehari-hari (halaman 56). Dan tentunya tidak lengkap berbicara soal teknologi dan era digital tanpa melibatkan seseorang yang memang terjun langsung di dunia digital seperti Andrew Senduk, yang kami rangkum dalam tulisan Tech Talk di halaman 64. Teknologi dalam industri jam tangan memang sangat menarik dan tidak akan ada habisnya, karena akan selalu ada berbagai penemuan terbaru dan menarik untuk dicermati. Simak saja apa yang dilakukan oleh MB&F yang dipimpin oleh Maximilian Busser dan teman-temannya, berawal dari kreatifitas dan ide-ide gila mereka, terciptalah berbagai mahakarya yang canggih, unik dan mengagumkan yang kami tampilkan dalam Cover Story di edisi ini (halaman 32). Dan jika berbicara soal kreativitas dalam berkarya, tahun ini juga ditandai dengan beragam kolaborasi apik dan kreatif dari para pemain di industri horologi tingkat tinggi dengan para desainer terkenal di dunia fashion, seperti pembuat sepatu mewah seperti Christian Louboutin dan Berluti yang kami rangkum dalam kolom Fashion Forward (halaman 112 – 115). Teknologi pula yang menjadi salah satu alasan para wanita modern untuk memilih mengenakan jam tangan pria yang memang mengusung mesin-mesin rumit dan fitur-fitur canggih meski berukuran cukup besar. Simak obrolan singkat kami dengan para wanita penggemar arloji pria seperti Shannon Hartono dan Petty Elliott (halaman 84). Dan jika topik mengenai teknologi ini terlalu berat bagi Anda, bagaimana jika Anda rileks sejenak sembari menikmati pengalaman kuliner yang unik dan mengesankan? Simak perjalanan singkat kami di The Warung, Alila Villas Uluwatu, Bali dalam tulisan Epicurean Adventure (halaman 124). Semoga dapat menjadi inspirasi, selamat membaca dan silakan catat dalam agenda perjalanan Anda selanjutnya! Publisher & Chief Editor Lulu Fuad Pasha

12

CGW Magazine

DARI ATAS Bersama Chopard Co-President & Artistic Director, Caroline Scheufele; Bersama Sandiaga Uno dan Anwar Pasha; Menerima kejutan manis di hari Ultah dari ibu Karin Lohardjo & team Montblanc Indonesia; Bersama Justino Djogo, Setiyo. S dan Ilham A. Habibie; Kartu ucapan dari CEO Moser & Cie, Edouard Meylan



Collector’s Guide ®

WATCHES INDONESIA

PUBLISHER & CHIEF EDITOR: Lulu F. Pasha EDITOR: David Tang SENIOR GRAPHIC DESIGNERS: Adit Aribawa, Fatorahman Handayani SOCIALITE PHOTOGRAPHER: Setiyo Supratcoyo

PT. ZAMRUD KHATULISTIWA MEDIA CHAIRMAN: Ir. Nabiel Fuad. A. MSc (nabiel@zamrud-media.com) MANAGING DIRECTOR: Lulu F. Pasha (lulu@zamrud-media.com) DIRECTOR OF FINANCE: M. Ramzy (ramzy@zamrud-media.com) TECHNICAL ADVISOR: Anwar Pasha (anwar@zamrud-media.com) EXECUTIVE ASSISTANT: Ahmad Kholid (secretary@zamrud-media.com) OFFICE STAFF : Ahmad Firdaus (firdaus@zamrud-media.com)

CONTRIBUTORS

JAKARTA: Victor Revino, Yohanna Yuni / DUBAI: Faizal. A SINGAPORE: Dr. Bernard Cheong / SWITZERLAND: Maria Ronnie Bessire

PT. ZAMRUD KHATULISTIWA MEDIA Wisma Bunga Mas, 2nd Floor Jl. Blora No. 34-35, Menteng Jakarta 10310, INDONESIA Phone: +62 21 3190 6183 Website: www.cgw-indonesia.com

Sales Representative Office:

PT. Arintraco The City Tower Level 12-1N, Jl. MH. Thamrin No.81, Jakarta 10310, INDONESIA E-mail: sales@zamrud-media.com

Switzerland Sales Representative: Maria Ronnie Bessire (Ms.) E-mail: ronnie@zamrud-media.com

SUBSCRIPTIONS/GENERAL INQUIRIES: info@zamrud-media.com

BANK ACCOUNT

PT. Zamrud Khatulistiwa Media BCA - KCU TCT (The City Tower) A/C 31930 74797

CGW Magazine

WATCHES Edisi 06/2016

06 - 2016

14

Collector’s Guide ®

INDONESIA

LIPUTAN EKSKLUSIF Hong Kong Watch & Clock Fair 2016 BRAND TALK Anouar Guerraoui Eric Cantona Maximilian Büsser Pierre Jacques POINT OF VIEW Ananda Sukarlan Ilham Habibie Sandiaga Uno

Your Ultimate Guide To The World of Watches

MB&F, A Creative Adult Is A Child Who Survived

CGW INDONESIA

COLLECTOR’S GUIDE – WATCHES, INDONESIA is published quarterly by PT. Zamrud Khatulistiwa Media. All rights reserved. No part of this publication may be reproduced without the written permission of PT. Zamrud Khatulistiwa Media. Opinions expressed in CGW Indonesia are solely those of the writers and not necessarily endorsed by the Publisher and its editors. PT. Zamrud Khatulistiwa Media accepts no responsibility for unsolicited manuscripts, transparencies or other material. For further inquiries, contact: info@zamrud-media.com PRINTING: PT. Harapan Prima COVER PAGE

IDR 80,000 ISSN 2442-4188

9 772442 418026

MB&F

A Creative Adult Is A Child Who Survived



Content In Every Issue 12 Publisher’s Letter 14 Team 20 In Brief 132 Glitz & Glam 146 Around The Clock 150 Promo Time 152 Archives

Collector’s Corner 26 Time To Beat Arloji-arloji teranyar, terindah, terunik dan tercanggih 32 Cover Story

MB&F dan kreasi menakjubkan dari Maximilian Busser

63 Vintage View

Kamera klasik mahakarya Jaeger-LeCoultre

74 Character Of A Man

Koleksi Chopard bagi pria modern dan berkarakter

78 Symphony Of Excellence

Keistimewaan arloji Patek Philippe yang abadi

84 Big Face With Style

Arloji pria yang menggoda para wanita modern

88 Dive Deep

Menyelam bersama Bulgari Diagono Scuba

92 Unique In Every Way

Berbagai penemuan baru pada bahan pembuatan jam

104 Above And Beyond

Omega dan dunia horologi tingkat tinggi

Interviews 40 The Time Of Our Life

Ulang tahun ke-110 Montblanc dimata Anouar Guerraoui

44 Braving The New Wave

Haute horlogerie dimata Pierre Jacques

46 A Whole New Game

Gebrakan terbaru Stephen Linder bagi Gucci

50 Knows No Bound

Kolaborasi kedua Eric Cantona dan Hautlence

56 From Zero To Hero

16

CGW Magazine

Perjuangan Sandiaga Uno meraih kesuksesan



Content 60 The Sky Is The Limit

Dunia penerbangan dan seni-budaya bersama Ilham Habibie

64 TECH TALK

Jawaban Andrew Senduk terhadap serbuan era digital

66 Connoisseur’s Corner

Tips mengoleksi jam tangan ala Dr. Bernard Cheong

70 On Her Own Time

Kolaborasi Omega dan Nicole Kidman selama 12 tahun

128 Love Tribute

Persembahan cinta dari anak bangsa yang patut diberi apresiasi

130 Pride Of Indonesia

Perayaan 10 tahun Indonesia Opera Society

Time for Fashion 49 Work It Girl!

Gaya unik jam tangan Gucci yang fashionable

59 Follow Your Inner Drive

Karakter maskulin Drive de Cartier yang kuat

96 Grace And Finesse

Mahakarya Chopard dari masa ke masa

102 Time For Art

Jam tangan perhiasan unik karya Anita So

108 True Blue

Nuansa warna biru pada koleksi Moser & Cie

110 Dare To Be Different

Ekspresikan diri Anda dengan tas maskulin bermotif tato

112 Men’s World

Tampilkan gaya pribadi dengan Hublot Berluti yang maskulin

114 The Power Of Two

Kolaborasi Jaeger-LeCoultre dan Christian Loubutin

116 Color Your Life!

Warna-warni ceria perhiasan dan jam tangan Charriol

118 Special Report: HKTDC

Kemegahan pameran jam tangan internasional di Hong Kong

Time to Travel 124 Epicurean Adventure

18

CGW Magazine

Pengalaman kuliner di Alila Villas Uluwatu, Bali


Fairgrounds LOT 14, SCBD +62 21 5155009


In Brief

Time For Fashion Dunia fashion adalah dunia yang dinamis dan penuh warna. Dan bagi seorang ikon fashion Iris Apfel yang berusia 94 tahun ini, gaya pribadi adalah tentang mengetahui diri sendiri, tetap penasaran, dan menjaga rasa humor. Karena pesonanya yang tak lekang oleh waktu, TAG-Heuer menjadikannya ‘sahabat’ dari merek ini, dan meluncurkan koleksi jam tangan wanita Link Ladies terbaru pada ajang New York Fashion Week pada September lalu, berkolaborasi dengan MONSE. www.tagheuer.com

Sensually Timeless

Feminin dan klasik, itulah yang ditampilkan oleh koleksi Ladymatic terbaru dari Omega yang dipersembahkan bagi para wanita modern yang ingin tampil elegan. Hadir dalam empat pola menggoda, perhiasan dari koleksi ini terlihat indah, bergengsi dan anggun. Menafsirkan ulang bentuk case jamnya yang ikonik, jalinan yang kuat diciptakan, hadirlah bentuk unik dari cincin hingga anting yang terbuat dari pilihan emas putih, kuning atau merah 18K, bertatahkan berlian maupun polos. www.omegawatches.com

The Cobra Perfect Tune

Penyanyi terkenal asal Kanada dan pemenang Grammy, Michael Bublé yang terpilih menjadi duta Rolex menjadi salah satu orang pertama yang mendapatkan kesempatan langka untuk melihat model Air-King terbaru sebelum diluncurkan di ajang BaselWorld 2016 lalu. Ia mengaku, “Saya sangat bangga dengan kemitraan dengan keluarga Rolex. Ini adalah kebanggaan tersendiri untuk membantu memperkenalkan model Air-King baru mereka.” Desain arloji yang klasik itu selaras dengan gaya musik Bublé, yaitu klasik namun modern dan bernuansa. www.rolex.com

20

CGW Magazine

Baume & Mercier menciptakan Capeland Shelby Cobra 1963 ‘Drivers Legendary’ edisi terbatas yang didedikasikan bagi para juara balap otomotif, Ken Miles dan Dave MacDonald yang tewas dalam kecelakaan balap tahun 1960, serta rekan mereka Dan Gurney dan Allen Grant. Setiap arloji dihiasi dengan nomor balap setiap pengemudi di arah pukul sembilan, ‘15’ untuk Gurney, ‘50’ untuk Miles, ‘96’ untuk Grant, dan ‘97’ untuk MacDonald, case dari stainless steel berdiameter 44mm, dengan pilihan finishing alami atau lapisan karbon hitam, dengan mesin otomatis Valjoux 7753. Masing-masing model hanya dibuat dalam jumlah 15 arloji. www.baume-et-mercier.com



In Brief

We Love Indonesia Distributor resmi Leica Camera AG di Indonesia, Leica Store Indonesia meluncurkan Leica Q Indonesia Edition 2016 edisi terbatas yang hanya diproduksi sejumlah 45 buah dan didesain khusus bagi para kolektor kamera mewah dan pecinta Leica di Tanah Air. Tampilan keseluruhan sangat unik dan stylish dengan ukiran peta Indonesia pada body kamera, dipercantik dengan sentuhan klasik dari tampilan bahan kulit berwarna hijau safari dan tali kulit warna coklat muda. Leica Q sendiri dikenal sebagai kamera Leica terdepan dengan beragam fitur unggulan yang dapat menghasilkan foto tajam dan berkualitas tinggi. Dapat diperoleh hanya di Leica Store Indonesia. Pre-order bisa dilakukan mulai Oktober 2016, via e-mail: leica.store.ps@gmail.com

Sporty Style Certina menghadirkan koleksi DS Podium Chronograph terbarunya yang sporty dan kini dilengkapi dengan mesin quartz PrecidriveTM yang memiliki akurasi tinggi. Hadir dalam case berdiameter 41mm yang terbuat dari stainless steel 316L berlapis PVD hitam, tampilan arloji ini sangat maskulin, dengan dasar muka jam warna hitam pekat dan jarum dan indikasi penunjuk waktu dari rose gold PVD, berpadu kontras dengan tali warna coklat dari kulit dijahit tangan. DS Podium Chronograph dirakit menggunakan konsep Double Security yang terkenal, terbukti dengan hadirnya inisial “DS� di ujung tombol jam. www.certina.com

22

CGW Magazine

Big Bandit Breitling menciptakan model Avenger Bandit yang sangat maskulin dan cocok dikenakan pada kondisi yang ekstrim, dengan case dari titanium premium grade yang ringan namun kokoh. Arloji yang berdiameter 45mm dalam warna abu-abu ‘siluman’ ini dilengkapi tali berbahan karet dengan gaya militer. Kedap air hingga 300 meter dan dilengkapi mesin Caliber 13, modifikasi dari mesin chronograph Valjoux 7750 otomatis, arloji yang sarat dengan fitur penerbangan ini cocok bagi mereka yang berani tampil beda dan penyuka olahraga ekstrim. www.breitling.com



In Brief

BIG IS BEAUTIFUL

P

endiri dan desainer jam tangan U-BOAT, Italo Fontana terus bergairah menciptakan model terbaru dari lini Classico yang merupakan desain pertamanya yang ikonik. Tahun ini ia menambahkan cincin bezel dari bahan Tungsten, tepatnya tungsten carbide, logam alami terkuat pada case arloji Classico 8079 dari stainless steel 316L AISI berdiameter 45mm. Bahan tungsten yang pada umumnya digunakan dalam aplikasi listrik dan militer, sejumlah kecilnya saja dapat meningkatkan kekuatan logam alloy secara signifikan, membuat jam tangan selalu mulus dan “anti gores�. Pada model terbarunya ini, Italo memusatkan kreativitasnya pada perubahan detil dasar muka jam warna hitam. Arloji yang kedap air hingga di kedalaman 100 meter ini memamerkan jarum jam beige dan penanda waktu yang memantulkan cahaya, jendela vertikal panjang yang menampilkan tanggal hari ini, kemarin serta besok, serta counter tambahan menunjukkan sebelum dan sesudah meridian. Bagian belakang arloji tak kalah menariknya, dengan lapisan kristal safir transparan yang memamerkan gerakan mesin jam, dan tali jam warna coklat gelap dari kulit sapi muda jahitan tangan.

24

CGW Magazine


NAMA ARTIKEL

TIME FOR LUXURY All About Luxury Watches Collector’s Corner Interviews

CARTIER


Collector’s Corner

Time

to Beat

Collector’s Guide-WATCHES, Indonesia mengajak Anda, para kolektor setia jam tangan untuk bertualang mengarungi kecanggihan dunia horologi yang ditampilkan oleh merek jam tangan ternama maupun merek independen dari seluruh dunia

HYT

Demi merayakan ulang tahun ke-3 berdirinya merek yang dikenal dengan konsep jam tangan ‘hydro-mechanical’ ini, HYT menciptakan koleksi H1 Colorblock dalam tiga warna ceria. Arloji edisi terbatas senilai USD 39.000 (IDR 503.852.700) ini akan diluncurkan Oktober mendatang dan hanya diproduksi sejumlah 10 buah, mengusung diameter 48,8mm dan tebal 17,9mm, dan menggunakan cairan berwarna hitam sebagai penunjuk waktu. Kapiler pada H1 Colorblock sebagian dilapisi Superluminova (SLN), yang bersinar hijau di saat gelap untuk menerangi dari bawah, sehingga waktu dapat dibaca “dengan deduksi”, sementara cairan hitam gelap menghalangi cahaya, cairan bening memungkinkan cahaya melaluinya. Tali jam terbuat dari kain ultra-resistant yang khusus dirancang untuk model ini.

26

CGW Magazine


JAEGER-LECOULTRE

Model terbaru Duomètre Quantième Lunaire dari Jaeger-LeCoultre ini memamerkan warisan keahlian pembuatan jam tradisional yang terlihat jelas pada pandangan pertama. Arloji yang terbuat dari emas putih 18K ini mengungkapkan sebagian dari gerakan mesin jam yang halus pada dasar muka jam semi-terbuka, yang memungkinkan para kolektor dan pecinta jam tangan mewah menikmati gerakan mesin jam Jaeger-LeCoultre Calibre 381 berpemutar manual di dalamnya, yang terdiri dari 374 bagian dan dua barrel terpisah, masing-masing memiliki cadangan daya 50 jam. Sistem Dual-WingŽ pada mesin jam ini menjamin akurasi pencatatan waktu secara maksimal. Arloji senilai USD 40.000 (sekitar IDR 516.772.000) ini memiliki diameter 40.5mm, tebal 13.5mm, memiliki fungsi fase bulan dan kedap air hingga di kedalaman 50 meter. CGW Magazine

27


MCT

Berkolaborasi dengan peritel asal Rusia, Rich Time of Moscow, MCT (Manufacture Contemporaine du Temps) menciptakan Sequential Two - S200 Eagle, edisi terbatas 10 buah (tujuh model dari emas putih dan tiga dari emas hitam DLC) yang menampilkan elang berkepala dua dan bendera Rusia. Arloji berdiameter 44.60mm ini menampilkan indikator jam berbasis prisma dan penunjuk menit 360-derajat. Waktu ditunjukkan melalui ‘jendela’ terbuka di cakram pusat berbentuk C, sekaligus menyembunyikan modul jam non-relevan. Elang berkepala dua pada arloji senilai USD 100.000 (IDR 1.297.400.000) ini bergerak perlahan, dan mesinnya berputar menyertai setiap perubahan jam. Elang terbuat dari aluminium sehingga ringan demi menjamin keseimbangan untuk menjaga presisi yang sangat tinggi dari layar sekuensial arloji ini. Bendera Rusia muncul satu jam penuh, dua kali sehari, pada siang dan tengah malam. 28

CGW Magazine


DELACOUR

Khusus dipersembahkan bagi wanita modern, City Medium Romano dan City Cadet 1 Romano dari deLaCour ini dihiasi dengan berlian tidak hanya pada bagian bezel dan lug jam, namun juga pada bagian tengah dial. Siluet dan kurva berbentuk elips tetap dipertahankan, menegaskan kesan anggun, dan dilengkapi mesin jam caliber DC 261 dan DC 251 berpemutar otomatis. Kaca safir berwarna diposisikan di belakang jam tangan, menampakkan sekilas gerakan mesin jam, dan tali jam yang elegan terbuat dari kulit buaya dijahit tangan tersedia dalam berbagai pilihan warna. Terdapat dua versi, dari baja dan emas dengan dial jam dari kulit kerang putih atau hitam, pilihan sempurna bagi wanita modern yang menampilkan perpaduan antara tradisi dengan modernitas, kekuatan dengan kelembutan, geometri halus dengan kurva sempurna.

CGW Magazine

29


LOUIS VUITTON

Bayangkan kemudahan mengetahui waktu secara langsung, di belahan dunia manapun, tanpa harus mengubah setting pada arloji Anda. Itulah fitur canggih yang terdapat pada model Escale Worldtime Blue, hasil kolaborasi Louis Vuitton dan Paul Pettavino dua tahun lalu yang memamerkan inovasi canggih para pembuta jam di Louis Vuitton La Fabrique du Temps, Jenewa. Fungsi inovatif pada arloji senilai USD 67.500 (IDR 872.052.750) ini menunjukkan indikator Waktu Dunia (Worldtime) dengan 24 zona waktu, tanpa dilengkapi jarum jam, cukup dengan menyelaraskan inisial kota yang diinginkan di atas panah kuning, Anda langsung bisa melihat waktu di mana saja di dunia. Terbuat dari titanium berdiameter 41mm, dial terdiri dari tiga cakram seluler terpisah dan menampilkan 38 warna berbeda, yang menggunakan teknik seni lukis miniatur.

30

CGW Magazine


BELL & ROSS

Model BRS Diamond Eagle Diamond ini semakin mempertegas hubungan Bell & Ross dengan dunia penerbangan, dengan ciri khas case arloji berbentuk persegi yang mengingatkan kita pada instrumen-instrumen pada kokpit pesawat terbang. Sementara itu konstelasi bintang bertatahkan berlian-berlian putih yang menghiasi dasar muka jam warna biru gelap motif sunburst, membentuk konstelasi Eagle (Aquila), dimana ketujuh berlian tersebut memiliki ukuran berbeda, sesuai dengan luminositas bintang-bintang, termasuk yang paling terang, yaitu Altair. Penanda jam dari logam berbentuk kancing kecil yang harmonis dengan berlian. Arloji yang kedap air di kedalaman 100 meter ini mengusung case berukuran 39 x 39 mm dengan bezel bertatahkan 66 berlian, dan tali jam warna biru langit gelap dari kulit buaya dengan gesper pin baja.

CGW Magazine

31


Cover Story

Mechanical Art

@Regis Golay – Federal-Studio.com

MB&F MENCIPTAKAN MESIN PENUNJUK WAKTU YANG CANGGIH DAN BERANI MENANTANG PRINSIP-PRINSIP DASAR HOROLOGI TINGKAT TINGGI

32

CGW Magazine


H

anya membutuhkan waktu beberapa tahun saja, nama MB&F telah berhasil meraih posisi penting di dunia horologi tingkat tinggi berkat beberapa mahakarya mereka yang luar biasa, seperti Legacy Machine, Horological Machine, Starfleet Machine Black Badger, hingga jam meja Balthazar, Melchior, Sherman dan Arachnophobia. Balthazar misalnya, sebuah robot jam yang canggih dengan presisi tinggi dan dilengkapi fitur jumping hour, detik retrograde dan cadangan daya 35 hari. Beratnya sekitar 8 kilogram dan tinggi hampir 40 sentimeter, Balthazar terdiri dari 618 komponen rekayasa mikro yang indah. Terdapat sisi gelap Balthazar, dengan memutar torsonya 180 derajat dan kita akan menemukan Balthazar yang menakutkan, bersama dengan fase indikator belahan bulan ganda yang akan membantu Anda mengantisipasi evolusi dari suasana hati Anda. Jika mengutip ucapan Darth Vader di Star Wars, “Jika Anda hanya tahu kekuatan sisi gelap.” Canggih, luar biasa unik, tiada tandingan dan berani menantang prinsip-prinsip dasar horologi tingkat tinggi mungkin hanya sebagian kecil dari kata-kata yang dapat menggambarkan berbagai mahakarya yang diciptakan oleh Maximillian Busser dan rekanannya yang tergabung dalam bendera MB&F (Maximillian Busser & Friends) ini. Merek asal Swiss yang didirikan oleh Maximilian Busser pada bulan Juli tahun 2005 ini merupakan gabungan ide-ide kreatif Max dan rekan-rekannya dengan etos yang mengakui para individu yang memberikan kontribusi untuk setiap proyek mereka, itulah alasan ia menambahkan kata ‘Friends’ dalam nama MB&F. Collector’s Guide-WATCHES, Indonesia bangga menampilkan wawancara eksklusif dengan sang genius dibalik nama besar MB&F, Maximilian Busser yang baru berkunjung ke Jakarta ini.

hung @ h5 production

MB&F adalah tentang mengikuti ide-ide kreatif saya yang sangat khusus, tanpa khawatir dengan apa yang dipikirkan pasar atau klien HALAMAN INI DARI KIRI Maximilian Busser saat hadir di Jakarta baru-baru ini; Sang jenius pencipta MB&F HALAMAN SAMPING Dua tampilan robot Balthazar yang unik dan canggih

CGW Magazine

33


HALAMAN INI DARI KIRI ATAS SEARAH JARUM JAM Jam meja Sherman dari emas kuning bertatahkan berlian; Model lain dari jam meja Sherman berbahan Palladium; Pilihan model dari emas tanpa berlian©RÉGIS GOLAY FEDERALSTUDIO.COM HALAMAN SAMPING L’Epée 1839 Starfleet Machine adalah jam meja yang sangat unik, terinspirasi oleh karya fiksi ilmiah yang populer, Star Trek: Deep Space Nine. Terdapat dua versi, stainless steel dan versi lebih gelap yang diberi lapisan ruthenium

34

CGW Magazine


Max mengaku bahwa kreativitas itu hampir sama dengan kecanduan, yang akan semakin parah dengan berjalannya waktu Bisa ceritakan sedikit tentang diri Anda? Siapa gerangan sosok Maximillian Busser yang antusias dibalik nama besar MB&F? Wah, mungkin saya orang yang paling tidak cocok untuk menggambarkan diri saya sendiri… Semasa kecil, saya tipe anak yang kurang bisa berbaur dan canggung (dan sangat menderita karenanya). Bertahun-tahun kemudian barulah saya menyadari, tak bisa membaur itu tidak apa-apa. Bahkan, orang bisa mencari uang dari “keunikan” itu. Saya juga beruntung memiliki orang tua yang menjunjung tinggi nilai-nilai masyarakat umumnya. Nilai yang berusaha saya ikuti dalam kehidupan pribadi maupun perusahaan saya. Karena itulah ada kata “Friends” dalam MB&F, dan juga bahwa kami berusaha membantu semua seniman yang karyanya kami kuratori di M.A.D. Gallery kami. Saya juga beruntung telah menemukan apa yang saya sukai dalam hidup ini, dan berjuang meraihnya. Bukan kekuasaan, bukan ketenaran, bukan uang, melainkan hanya kebebasan kreatif, bentukbentuk mekanis, dan berada di antara orang-orang hebat. Mengapa Anda mendirikan MB&F dan apa inspirasi utama Anda? Sejujurnya, dunia pembuatan jam tangan menyelamatkan hidup saya 24 tahun silam. Di akhir masa kuliah Master, saya mendalami microtechnology engineering, saya hampir saja masuk entah Procter & Gamble atau Nestlé. Untungnya, CEO Jaeger-LeCoultre kala itu membujuk saya untuk bergabung dengan perusahaannya, yang sedang terseok-seok. Kata-katanya sederhana saja: “Apa Anda ingin menjadi salah satu dari 200.000 orang di perusahaan besar, ataukah ingin jadi satu di antara empat atau lima dari kami yang akan menyelamatkan JLC?” Keesokan harinya, saya resmi bergabung dengan JLC. Itu merupakan keputusan profesional terbaik dan terpenting dalam hidup saya. Saya menemukan kecintaan, arti, dan keluarga pengganti. Itulah awal kisah cinta abadi saya yang luar biasa dengan dunia pembuatan arloji.

CGW Magazine

35


HALAMAN INI Tampilan arloji Horological Machine No. 6 SV (Sapphire Vision) senilai USD400,000 ini terinspirasi oleh Art Deco; Mesinnya terbuat dari 475 komponen, termasuk flying tourbillon dan pemutar otomatis HALAMAN SAMPING DARI ATAS Arloji Legacy Machine Perpetual berdiameter 44mm yang dangat kompleks,kolaborasi MB&F dengan pembuat jam tangan independen Stephen McDonnell; Jam meja Arachnophobia berbentuk laba-laba dan megusung mesin L’EpÊe 1839 dengan cadangan daya 8 hari

Karena MB&F sangat didasarkan pada proses kreatif personal, brand ini selalu berevolusi

36

CGW Magazine


Pernah merasa khawatir dengan kemungkinan merek lain meniru MB&F karena kesuksesannya? Saya kasihan pada orang-orang yang sangat minim kreativitas, sehingga mereka perlu meniru ide orang lain. Tapi di sisi lain, pasti menyenangkan jika lini produk kreatif dan filosofis kita dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama: menjadi wirausahawan, memperlakukan orang sebagaimana mereka ingin diperlakukan, dan berani menciptakan apa yang mereka yakini. Sekarang Anda membuka M.A.D. Gallery di Jenewa, Taipei dan Dubai. Bagaimana Anda menilai mana pasar yang siap untuk menerima kreasi-kreasi cantik itu? Kami tidak tahu. Kami mulai dengan Jenewa, karena itu memang rumah kami. Galeri di Taipei dan Dubai dibuka karena mitra-mitra lokal kami, yang memiliki antusiasme dan kecintaan sama terhadap apa yang kami lakukan. Tidak ada rencana bisnis, hanya kesenangan bekerjasama dengan para entrepreneur yang berwawasan sama. Bagaimana industri jam tangan di Asia menurut Anda? Apakah Anda telah mempertimbangkan kota di Asia Tenggara untuk Gallery berikutnya? Apakah Jakarta akan menjadi kota pilihan selanjutnya? Sepertiga nilai penjualan kami adalah dari Asia, dan kontribusi Asia Tenggara khususnya sangat besar. Saya akan senang sekali jika M.A.D. Gallery keempat kami bisa dibuka di kawasan ini. Dan satu dari sekian banyak hal yang saya pelajari selama perjalanan ini adalah, segala sesuatu terjadi ketika memang sudah seharusnya terjadi. Anda tidak bisa mengubah timing-nya. Sekitar 14 tahun kemudian, MB&F menjadi keputusan hidup yang jauh lebih penting ketimbang sekadar keputusan bisnis. Ketika ayah saya meninggal beberapa tahun sebelumnya, saya mengubah hidup saya, dan hanya berfokus pada apa yang akan membuat saya bangga di masa depan. MB&F adalah tentang mengikuti ide-ide kreatif saya yang sangat spesial, tanpa khawatir dengan apa yang dipikirkan pasar atau klien. Ini juga tentang bekerja hanya dengan orang-orang yang tak cuma berbakat, tetapi juga memegang nilai-nilai yang sama seperti yang berusaha keras diwariskan ayah kepada saya. Bagaimana Anda berhasil untuk tidak hanya bertahan, tetapi sukses dalam menciptakan merek ini? Saya sendiri sering bertanya-tanya tentang itu‌Mungkin yang pertama dan terutama adalah mengelilingi diri dengan tim yang hebat. Lalu, dengan memiliki ide-ide, baik ide kreatif maupun bisnis, yang sangat berbeda dari yang lazim ditemukan dalam industri ini. Juga terus belajar dari kegagalan (dan itu banyak) dan keberhasilan tak terduga kami. Setelah 11 tahun, apakah visi Anda masih sama? Apakah Anda masih senang dengan perkembangan dari ide orisinal MB&F? Karena MB&F sangat didasarkan pada proses kreatif personal, brand ini selalu berevolusi. Jika tahun 2005 lalu ada yang mengatakan saya akan mengeluarkan arloji bundar, galeri seni, dan misalnya kotak musik, saya mungkin akan menyuruh orang itu periksa ke dokter jiwa. Itulah salah satu dari sekian banyak keindahan konsep MB&F: semua bisa jadi kejutan. Seperti perjalanan seru naik roller coaster menyusuri perjalanan menemukan jati diri.

CGW Magazine

37


@ Zebastian Johansson

Karena itulah ada kata “Friends� dalam MB&F, dan kami berusaha membantu semua seniman yang karyanya kami kuratori di M.A.D. Gallery kami

38

CGW Magazine


@Pierre-Andre¦ü Clergue

HALAMAN INI DARI KIRI ATAS SEARAH JARUM JAM MAD Gallery di Jenewa, Swiss; MAD Gallery di Dubai -Foto ®Pierre-Andre¦ü Clergue; Gaby Wormann dan karyanya, Lycosa Tarentula; Xia Hang dan karya uniknya Going Home; Daryl Villanueva, ketua Bandit9 dan karyanya EVE MK II, sepeda motor yang luar biasa unik

HALAMAN SAMPING DARI KIRI ATAS SEARAH JARUM JAM Max Busser dan Arnaud Nicolas; Chief Communications Officer MB&F, Charris Yadigaroglou; Alain Silberstein dan karyanya dengan MB&F, LM 1 Silberstein; Tiga pilihan arloji HMX Black Badger karya James Thompson; James Thompson saat berada di ruang kerjanya

M.A.D. Gallery Pertama kali dibuka pada tahun 2011 di Rue Verdaine, Jenewa, Swiss, M.A.D.Gallery adalah alam seni kinetik yang menawan dimana Horological Machine dan Mechanical Art Devices (perangkat seni mekanis) berkuasa. Tahun 2014 dibuka galeri kedua mereka di Taipei, dan galeri ketiga di Dubai pada Januari 2016 lalu. Di dalam galeri ini, tidak hanya dinemukan rangkaian lengkap mahakarya MB&F, tetapi kita juga akan menemukan perangkatperangkat seni mekanis yang mengagumkan lainnya yang berasal dari seluruh dunia, yang akan membuat jantung berdetak sedikit lebih cepat. Max mengaku bahwa kreativitas sama dengan kecanduan, yang akan semakin parah dengan berjalannya waktu, “Semakin banyak yang Anda ciptakan, semakin banyak yang ingin Anda ciptakan. Dan M.A.D. Gallery memungkinkan saya untuk bertemu begitu banyak pencipta yang luar biasa dalam bidang mereka sendiri, sehingga kami lebih banyak lagi menciptakan berbagai model ‘performance art’ yang unik.”

CGW Magazine

39


Brand Talk

Anouar Guerraoui Montblanc SEA Managing Director

FOR THE PIONEER IN YOU

Pelopor di bidang desain dan inovasi, Montblanc telah memimpin selama lebih dari 110 tahun dalam hal fungsionalitas dan keunggulan produk 40

CGW Magazine


S

ebagai sebuah perusahaan yang telah sukses mengukir namanya sejak tahun 1906 dalam menciptakan alat tulis mewah, Montblanc juga telah membuktikan kehandalannya dalam pembuatan jam tangan Swiss, berkat mesin jam buatan Manufaktur sendiri, hingga menempati posisi dimana para pemain besar di industri haute horlogerie berada. Pada perayaan ulang tahun ke-110 Montblanc yang baru lalu, Managing Director Montblanc di kawasan Asia Tenggara, Anouar Guerraoui menyempatkan untuk hadir di Jakarta. Berikut rangkuman wawancara Collector’s Guide-WATCHES Indonesia dengan pria karismatik asal Maroko yang telah menetap di Singapura selama hampir satu tahun ini. Bisa Anda ceritakan tentang koleksi Rouge et Noir dan mengapa menggunakan motif ular (serpent)? Dengan semangat kepeloporan sejak 1906, Montblanc telah sukses merevolusi budaya menulis dengan berbagai terobosan inovasi. Dan untuk merayakan ulang tahun yang ke-110, kami meluncurkan kembali koleksi Rouge et Noir, koleksi pena safety pertama yang diproduksi pada tahun 1909. Koleksi Heritage merupakan warisan merek selama bertahun-tahun, dengan ciri khas desain dalam tema ular, salah satunya adalah Montblanc Heritage Collection Rouge et Noir Fountain Pen Special Edition dalam pilihan warna coral atau hitam, atau Edisi Terbatas High Artistry 1906. Juga terdapat beragam pilihan aksesoris pria seperti manset dan penjepit dasi dengan sentuhan maskulin dan kontemporer. Dan kenapa motif ular? Ular adalah motif artistik yang lazim selama periode Art Deco dan Art Nouveau, ular tidak hanya

Ular adalah motif artistik yang lazim selama periode Art Deco dan Art Nouveau

HALAMAN INI DARI KIRI ATAS Jam tangan Edisi Terbatas Villeret Tourbillon Cylindrique 110 years; Pena Rouge & Noir High Artistry; Pena Special Edition Rouge et Noir dalam warna coral; Pena The Serpent dari lini Rouge & Noir High Artistry; Manset Heritage Rouge & Noir Limited Edition HALAMAN SAMPING Aksesoris Rouge et Noir bermotif ular dari emas merah 18K yang sangat unik

CGW Magazine

41


mewakili kemewahan, keinginan, kekuatan dan misteri, ia adalah simbol kuat dari kelahiran kembali dan pembaharuan. Tidak hanya terbatas pada aksesoris pria dan wanita, kami pun menciptakan beragam produk kulit seperti tas pria dan wanita dengan motif ular yang eksklusif dan eksotis ini.

HALAMAN INI DARI KIRI ATAS Arloji Chronometrie Exo Minute Chrono Vasco da Gama; Model terbaru Heritage Chronometrie Quantieme Annuel Vasco da Gama; Heritage Chronometrie Dual Time HALAMAN SAMPING DARI KIRI Iklan Rouge et Noir di Italia; Motif ular juga menghiasi koleksi 110 Years Anniversary Steamer Bag; Proses pembuatan pena Rouge et Noir di masa lalu

42

CGW Magazine

Apakah koleksi pena ini hanya diciptakan dalam Edisi Terbatas seperti jam tangan Edisi Terbatas Villeret Tourbillon Cylindrique 110 Years? Kami menciptakan jam tangan dengan motif ular pada koleksi Edisi Terbatas Villeret Tourbillon Cylindrique 110 Years dalam edisi sangat terbatas karena diperuntukkan bagi para kolektor yang menginginkan sesuatu yang sangat eksklusif. Sementara untuk instrumen alat tulis, kami menciptakan tiga seri khusus High Artistry yang sangat terbatas untuk para kolektor penggemar koleksi mewah ini, lalu ada seri Edisi Terbatas yang sangat eksklusif, dan Edisi Spesial sejumlah 110 buah pena dalam bahan yang berbeda. Selain itu juga kami memproduksi pena Rouge et Noir lainnya yang tidak terbatas untuk penggemar Montblanc di seluruh dunia. Bagaimana pendapat Anda dengan kreasi Montblanc untuk wanita? Apakah arloji-arloji bermesin canggih dan berdiameter besar tidak cocok untuk wanita Asia? Saya memiliki kesempatan bekerja di banyak benua dan banyak negara di dunia sebelumnya. Dan saya tidak pernah merasa ukuran menjadi masalah dalam memilih sebuah jam tangan, ada wanita Asia yang menggemari arloji besar seperti wanita di Brazil, misalnya. Ada wanita


Keunggulan Montblanc dalam memadukan nilai-nilai tradisional dan orisinil dengan sesuatu yang lebih kontemporer

yang menggemari jam berukuran 27mm, sementara banyak juga mereka yang memilih arloji berukuran besar. Mereka yang menggemari model jam tangan sporty, mungkin akan memilih Montblanc dalam diameter yang lebih besar, dan mereka yang menghargai kinerja mesin jam rumit, akan memilih model dengan fitur-fitur yang lebih kompleks, terlepas apakah itu jam tangan untuk pria atau wanita. Dari berbagai koleksi Montblanc tahun ini, saya tertarik dengan model Montblanc Heritage ChronomĂŠtrie. Bisa dijelaskan karakteristik unik dari koleksi ini? Koleksi ini sangat indah dan memiliki karakteristik yang pasti sangat disukai pasar Asia, dengan modelnya yang klasik, tahun ini kami meluncurkan dua model terbarunya, yaitu Twincounter Date dengan fitur tanggal buatan manufaktur, dan model kedua adalah Heritage ChronomĂŠtrie Chronograph Quantieme Annuel yang memiliki fitur kalender tahunan dan sebuah chronograph. Kedua model tersebut sangat cocok dengan selera para kolektor jam tangan di Asia, karena tampilannya yang elegan, klasik dan memiliki fitur-fitur yang mengagumkan. Bagaimana Anda melihat trend di Asia pada umumnya, dan apakah Indonesia benar-benar pasar yang besar untuk Montblanc? Kesimpulan utama saya adalah bahwa pasar Asia kian berkembang, ada demand yang tinggi akan barang mewah, dan terdapat kategori baru dari klien, dengan adanya peningkatan pendapatan dari kelas menengah dan lebih banyak orang menjadi kaya di sini. Tren ini bukan hanya di Indonesia, melainkan di seluruh Asia Tenggara. Asia sangat

penting bagi Montblanc, kami sudah berada di pasar Asia selama bertahun-tahun dan sudah membuka butik di kawasan ini selama lebih dari 21 tahun yang lalu. Hal lain yang semakin sering saya lihat, khususnya di Indonesia, adalah bahwa lebih banyak orang Indonesia membeli produk-produk mewah di Indonesia, yang sebelumnya jarang terjadi, biasanya mereka akan pergi ke luar negeri untuk belanja, sehingga kini pasar dalam negeri menjadi sangat dinamis. Dan Anda tahu orang-orang ingin menghadiahi diri dengan hal-hal yang indah, mereka ingin memiliki produk ikonik dan memiliki kategori yang berbeda. Saya yakin hingga bertahun-tahun ke depan, bisnis produk mewah di Asia Tenggara sangat menjanjikan bagi kami, terlebih dengan keunggulan Montblanc dalam memadukan nilainilai tradisional dan orisinil dengan sesuatu yang lebih kontemporer.

CGW Magazine

43


Brand Talk

BRAVING

THE NEW WAVE Berani memadukan keindahan haute-horlogerie dengan tren pembuatan jam modern

M

erek jam asal Swiss yang sangat eksklusif, MCT (Manufacture Contemporaine du Temps) kini telah hadir di Indonesia, tepatnya di butik The Time Place Jakarta. MCT adalah salah satu merek jam tangan independen yang hanya memproduksi sedikit model setiap tahunnya, demi menjaga eksklusivitas dan kesempurnaan produk mereka. Kami sempat berbincang-bincang dengan CEO MCT, Pierre Jacques yang hadir di Jakarta baru-baru ini untuk memperkenalkan koleksi terbaru mereka kepada para kolektor dan penggemar jam tangan mewah di Tanah Air. Pengalaman Pierre yang luas di dunia jam tangan independen karena pernah memimpin merek jam De Bethune selama lebih dari 5 tahun tak pelak lagi menjadi kekuatannya dalam memahami seluk-beluk di pasar jam tangan mewah buatan merekmerek independen. Berikut rangkuman wawancara kami dengan pria karismatik yang ditemani oleh David Keel (Head of MCT Asia) di Four Seasons Hotel Jakarta sore itu.

Pierre Jacques CEO MCT

44

CGW Magazine

Dengan banyaknya tantangan di industri jam tangan saat ini, termasuk tren smartwatch, bagaimana Anda menyikapinya? Bagi saya tren tersebut tidak akan banyak pengaruhnya pada industri haute horlogerie. Dan pada dasarnya saya suka tantangan, dan saya membuat tantangan tersebut semacam spesialiasi di sepanjang karir saya. MCT adalah salah satu merek jam yang menurut saya sangat menarik, karena mereka menggabungkan banyak hal untuk memastikan bahwa MCT memiliki masa depan yang berkelanjutan di kancah pembuatan jam modern. Mereka memiliki tim yang ambisius dan kompak seperti David Keel yang telah membantu kami masuk ke pasar Asia, juga unit penelitian dan produksi di garis depan teknologi, dan tentunya model-model jam tangannya yang luar biasa yang dapat langsung diidentifikasi.


MCT menawarkan sesuatu yang sangat langka, interpretasi waktu yang berani dan ultra-kreatif Kami mendengar tentang debut baru MCT dalam menggunakan bahan paling gelap di dunia, Vantablack* dalam edisi terbatas. Bisa ceritakan tentang koleksi yang unik ini? Mungkin Anda sudah mengetahui bahwa Vantablack adalah materi berwarna hitam dan yang paling hitam di dunia. Itu karena bahan tersebut menyerap lebih dari 99,965 persen cahaya, dan yang secara fisik tidak dapat Anda lihat. Karena kami selalu mencoba dan mengeksplorasi bahan-bahan baru, proses baru, kami sudah mempertimbangkan bahan Vantablack ini sejak sekitar setahun yang lalu. Warnanya yang begitu gelap dan mengagumkan, dan memiliki elemen yang terlihat seolah-olah melayang di tengah ketiadaan. Kami membuat hanya 10 jam tangan MCT Vantablack edisi terbatas. Arloji ini berukuran 45mm x 45 mm dan ketebalan 15,5mm yang terbuat dari titanium dengan lapisan DLC hitam, dan bahan Vantablack terdapat pada dasar muka jam dan beberapa bagian dari mesin jam, yang seluruhnya dikerjakan oleh tangan, karena bahan Vantablack itu sangat sensitif dan kami harus sangat berhati-hati dalam mengerjakannya. *Vanta (Vertically Alligned Nano Tube Alloys) adalah zat yang terbuat dari karbon nanotube dan merupakan zat paling hitam dikenal, menyerap hingga 99,965% dari radiasi dalam spektrum yang dapat dilihat secara kasat mata (Wikipedia). Apa yang membuat MCT berbeda dari merek independen lain, dan hal apa yang khusus yang bisa ditawarkan kepada para kolektor jam? Sesuai dengan makna nama MCT yang sebenarnya, yaitu kami adalah manufaktur (Manufacture) dalam hal keunggulan, yang

HALAMAN INI DARI KIRI Vantablack Edisi Terbatas; Sequential Two; Sequential One S110 SKULL Yellow; Sequential Two S210 didedikasikan untuk pendekatan kontemporer (Contemporaine) yang mendalam terhadap waktu (Time). MCT menawarkan sesuatu yang sangat langka, interpretasi waktu yang berani dan ultra-kreatif, yang dikembangkan dengan penghormatan penuh terhadap aturan paling murni dari pembuatan jam terbaik. Jam tangan kami menarik baik bagi penggemar kesempurnaan mekanik dan desain jam canggih. Jika Anda lihat setiap desain jam tangan kami selalu mengusung elemen-elemen tersebut, seperti yang terlihat pada Vantablack hingga Sequential, dengan angka penunjuk waktu sebesar itu, MCT telah menciptakan angka penunjuk waktu terbesar di pasar dengan tampilan yang tak tertandingi, modern dan intuitif. Merek jam tangan independen kini berada di bawah tekanan dalam iklim ekonomi saat ini. Bagaimana Anda mengatasi hal itu? Saya selalu berfikir positif, dan saat inilah pembuatan jam independen, dan perwakilan dari tren baru dalam pembuatan jam lebih penting daripada sebelumnya untuk industri jam tangan saat ini, karena mereka hadir dengan inovasi dan kreativitas tinggi. Karena justru di saat iklim ekonomi tengah sulit seperti sekarang, diperlukan mereka yang dapat menawarkan produk yang memiliki keunggulan tinggi, kenikmatan yang lebih besar dan lebih kuat secara emosi. Dan MCT memiliki segala yang dibutuhkan untuk itu, yaitu kebebasan kreatif untuk menciptakan bentuk-bentuk baru dari representasi dan mengukur waktu, karena memiliki semua keterampilan dan sumber daya yang diperlukan secara internal, terutama berkaitan dengan menciptakan dan merakit mesin jam sendiri.

CGW Magazine

45


Brand Talk

Stephane Linder President & CEO GUCCI

A WHOLE

NEW GAME Berbagai gebrakan terbaru Linder kian mengukuhkan keberadaan merek fashion mewah terkemuka di dunia ini

46

CGW Magazine


GG2570 adalah penghormatan bagi nomor keberuntungan Creative Director Gucci, Alessandro Michele, ‘25’, dan dekade yang menjadi hallmark Gucci, era 1970-an

HALAMAN INI Beberapa model arloji Gucci dari lini GG2570 yang namanya merupakan penghormatan bagi nomor keberuntungan Creative Director Gucci, Alessandro Michele, ‘25’ dan dekade yang menjadi hallmark Gucci, era 1970-an

S

ebelum Stéphane Linder ditunjuk menjadi Presiden dan CEO Gucci Timepieces & Jewelry pada 11 Maret tahun lalu, ia telah lebih dari 20 tahun bekerja di merek jam sporty, TAG Heuer, di mana ia memegang sejumlah peran dan tanggung jawab yang berbeda, termasuk VP Pemasaran dan Design dari 2007-2010, hingga VP Penjualan untuk Amerika Utara 2010-2013, ketika dia menjabat sebagai Presiden dan CEO TAG Heuer. Dengan peran barunya di Gucci yang merupakan salah satu merek terkemuka fashion mewah di dunia saat ini, Linder mengaku mendapatkan banyak kesempatan baru, “Dengan merek seperti Gucci, Anda memiliki kesempatan untuk menjadi lebih kreatif dan memiliki akses ke sumber-sumber inspirasi yang lebih luas.” Berikut kutipan wawancara Collector’s Guide-WATCHES, Indonesia dengan pria kelahiran Swiss tahun 1968 yang karismatik dan ramah ini. Bisa Anda ceritakan sedikit koleksi mana yang menjadi sorotan di BASELWORLD 2016? Kami mempersembahkan koleksi baru; GG2570. Namanya sendiri merupakan penghormatan bagi nomor keberuntungan Creative Director Gucci, Alessandro Michele, ‘25’, dan dekade yang menjadi hallmark Gucci, era 1970-an. Koleksi ini memperkenalkan tampilan baru case dengan daya tarik geometris yang kuat, kanvas sempurna untuk rangkaian varian di seputar gaya GG2570. Misalnya, Anda

akan lihat beberapa modelnya diberi tambahan tekstur, melalui bezel brushed dan polished, yang memberikan tampilan sportif pada arloji tersebut; berbagai varian lainnya memakai bezel stainless steel polished, untuk tampilan yang lebih klasik. Semua muka arloji sunbrushed dihiasi bayangan monogram ‘G’ dalam interpretasi tiga dimensi, yang menjadi identitas ‘Gucci’ ikonik; kreativitas ini ditunjukkan melalui indeks dalam berbagai gaya. Kami juga memperkenalkan serangkaian varian otomatis dari koleksi G-Timeless; ini salah satu lini paling populer kami, karena gayanya yang abadi. Lini ini diperkaya dengan desain yang baru, segar, dan kreatif, yang orisinalitasnya hanya mampu disamai oleh pembuatan arloji Swiss. Arloji yang sudah ditampilkan dalam beberapa peragaan Gucci ini, yang unik, kontemporer, dan benar-benar berorientasi pada para pecinta fashion, juga dipamerkan dalam Baselworld 2016. Pendekatan yang dipakai Gucci sangat luas, mulai dari concept watch hingga fine watchmaking dan karya-karya komersial. Apa tantangannya dalam mengelola begitu banyak ragam model arloji? Jam tangan Gucci memadukan secara sempurna kreativitas karakteristik Italia dari salah satu brand fashion dan barang mewah di dunia, dengan kesempurnaan pembuatan arloji Swiss. Creative Director kami, Alessandro Michele, mampu menciptakan antusiasme dan ketertarikan terhadap produk-produk baru yang dikembangkan seputar beberapa ikon Gucci yang paling terkenal, tapi selalu dengan

CGW Magazine

47


Brand Talk pendekatan fashion yang unik dan perubahan inovatif. Ia memunculkan kembali ikon-ikon ini dengan cara yang lebih kontemporer sembari mengembangkan lambang-lambang baru yang menarik, misalnya lebah. Visi kreatif yang baru ini juga telah membawa perubahan baru terhadap banyak lini arloji dan perhiasan unggulan kami, termasuk G-Timeless dan Gucci Flora. Apakah Anda melihat kemunculan smartwatch sebagai ancaman potensial, atau peluang untuk pertumbuhan dan diversifikasi? Saya tidak merasa ada tanda-tanda saling tikam antara pasar arloji digital dengan pasar arloji mekanik: jika Anda mengamati peluncuran Apple watch April 2015 lalu, misalnya, peluncuran itu tidak mengganggu penjualan kami di Amerika Serikat. Sebaliknya, penjualan kami meningkat, jadi saya rasa belum ada dampak negatif.

HALAMAN INI DARI ATAS Detil unik pada dasar muka jam G-Timeless Quartz; Dua pilihan arloji wanita dari lini Diamantissima; Model G-Timeless Automatic terbaru

Apakah cakupan mekanis untuk arloji wanita kini bertambah? Atau apakah ada rencana untuk itu? Varian arloji otomatis G-Timeless yang baru memiliki gaya yang halus, tetapi kontemporer. Muka arlojinya tampak cocok dengan desain guilloché ‘rosette’ fine-grain, yang dilapisi dengan indeks yang eklektik, termasuk lebah dan bintang yang manis. Ini dipadu dengan indeks-indeks polos dan sebentuk hati pada posisi pukul 7. Sentuhan akhirnya yang memunculkan kesan feminin adalah tali dari kulit buaya yang manis. Salah satu varian berdiameter 38 mm unisex ini adalah arloji pilihan untuk brand ambassador baru kami, Florence Welch.

Desain guilloché ‘rosette’ fine-grain pada G-Timeless dilapisi dengan indeks yang eklektik, termasuk lebah, bintangbintang dan sebentuk hati

48

CGW Magazine

Apa saja prioritas Anda untuk tahun mendatang? Gucci Timepieces, seperti semua perusahaan pembuat jam tangan lainnya, beroperasi dalam pasar yang tidak stabil, tapi kami menyempurnakan strategi dan fokus kami dengan semestinya. Dalam hal jaringan, kami memusatkan pada distributor yang ada, dengan fokus pada China/ AS/Inggris. Selain itu juga meningkatkan upaya komersial dengan memperkuat hubungan pelanggan. Kami menjajaki berbagai kemungkinan di AS, Eropa, dan di sektor Travel Retail, dengan tujuan meningkatkan produktivitas kami per pintu, dan memperbanyak jumlah Shop-In-Shop kami. Kami tetap berhubungan dengan pelanggan melalui strategi komunikasi baru yang hebat, bersama brand ambassador baru kami, Florence Welch, seorang penyanyi asal Inggris. Kami juga memperkuat saluran-saluran komunikasi digital baru, khususnya melalui jaringan sosial mitra perhiasan dan jam tangan kami serta ekspansi e-commerce yang dinamis. Kami juga akan memanfaatkan bisnis perhiasan kami, kategori yang saat ini tidak terlalu terpengaruh dibanding industri jam tangan. Kami menerbitkan majalah Collector’s Guide–WATCHES, eksklusif untuk pasar Indonesia. Ada saran untuk kami? Saya rasa penting sekali ada media khusus yang dapat mengulas tentang arloji dan perhiasan, menginformasikan berita dan acara yang utama dalam industri perhiasan dan jam tangan ke wilayah ini. Jadi menurut saya ini media yang luar biasa bagi pecinta jam tangan di Indonesia!


Fashion Forward

Work It Girl! Tampilkan gaya unik Anda dengan pilihan jam tangan fashionable dari Gucci

K

oleksi terbaru jam tangan Gucci untuk wanita kini semakin beragam dengan pilihan model yang sangat fashionable dan unik. Tampil pada peragaan busana Gucci Women’s Collection Spring/Summer 2017 yang baru lalu, para model mengenakan beragam aksesoris dan jam tangan Gucci Le MarchÊ des Merveilles yang berdiameter 32mm, atau pilihan model case Plexiglas dalam warna pelangi berbentuk persegi dengan ukuran 40mm X 24mm. Ada model yang berukuran sangat kecil, 17mm terbuat dari perak motif ukiran antik dan bertatahkan berlian, batu merah delima dan hiasan kulit kerang pada dasar muka dan tombol pemutar jam.

CGW Magazine

49


Collector’s Corner

KNOWS NO BOUND

Kolaborasi penuh kejutan dari dua karakter unik Hadirnya CEO baru, Sandro Reginelli di Hautlence pada akhir tahun 2015 lalu telah membawa berbagai perubahan baru dari segi kreativitas. Sandro Reginelli bukanlah nama baru di Hautlence, pria yang diangkat sebagai CEO ini juga merupakan salah satu pendiri perusahaan yang terlahir di tahun 2004 ini, dan mempunyai keinginan membuat koleksi jam tangan yang sangat berbeda dari para pemain di industri haute horlogerie lainnya. Ketika kami mendapat kesempatan untuk mewawancarai pria ramah penuh senyum ini tentang peran barunya tersebut, Sandro berujar, “Saya sungguh bahagia dan termotivasi untuk menjadikan Hautlence sebagai si pemberontak di dunia jam tangan.” Ia menambahkan, “Kami membangun Hautlence sebagai pendobrak batasanbatasan yang ada dan segala sesuatu yang kami lakukan harus fresh, unik dan berbeda.” Sebagai merek jam tangan avant-garde yang selalu mencoba mendobrak tradisi, tak heran jika Hautlence berkolaborasi dengan pribadi yang unik dan juga pemberontak, seperti Eric Cantona. Sejak 2014, mantan pemain sepakbola yang sangat kreatif ini memberikan kontribusi unsur arah desain kreatif untuk versi edisi terbatas dari Invictus, yaitu sebuah jam tangan chronograph berbentuk seperti layar TV, yang dinamakan Invictus Morphos Signature.

50

CGW Magazine


HALAMAN INI Concept d’Exception Vortex Primary adalah arloji terbaru hasil kolaborasi kedua antara Hautlence dan Eric Cantona

“Ini merupakan tindak lanjut dari misi kami untuk melawan batasan-batasan dalam pembuatan jam tangan” ~ Sandro Reginelli CGW Magazine

51


Eksklusivitas Penuh Warna Setelah sukses dengan lini pertamanya, tahun ini Eric kembali terjun langsung bersama tim kreatif Hautlence untuk menciptakan mahakarya keduanya yang unik dan mewah, yang diperuntukkan bagi para kolektor jam tangan. Inilah salah satu koleksi teranyar yang diciptakan oleh Hautlence dalam edisi terbatas, yaitu Concept d’Exception Vortex Primary yang kembali mengusung konsep artistik dan melawan batasan-batasan dalam pembuatan jam tangan pada umumnya. Tak heran, karena hasil karya ini merupakan hasil kolaborasi kedua antara Hautlence dan sang legenda hidup yang dikenal dengan sifat pemberontaknya. Eric Cantona hadir dengan ide gila dan kreatifnya dengan menelurkan Vortex Primary Edisi Terbatas, sebuah jam tangan yang sungguh abstrak, unik namun tetap indah untuk dinikmati. Jika pada koleksi Invictus, Hautlence dan Eric Cantona meluncurkan lebih dari 250 buah jam tangan, pada kesempatan kali ini, Hautlence hanya menelurkan 18 buah Vortex Primary, menjadikan arloji ini sangat eksklusif dan menjadi buruan para kolektor jam tangan. Sandro Reginelli berujar, “Saya dan Eric mengambil keputusan untuk menjadikan Vortex sebagai koleksi terbatas dikarenakan unsur kerumitan yang ada di dalam jam ini. Kami menghabiskan waktu satu tahun untuk mengembangkan jam tangan ini, dan 6 tahun untuk pengembangan mesin jamnya, tapi kami percaya dari 18 buah yang kami produksi, 2 atau 3 buah pasti akan jatuh di tangan kolektor jam tangan di Indonesia.”

“We are the prisoners of time. Saya ingin membuat sebuah karya seni, lebih dari sekedar penunjuk waktu, karya seni yang akan memberikan kebebasan pada orang yang menjadi tahanan waktu” ~ Eric Cantona

52

CGW Magazine


Terinsirasi Oleh Penjara Waktu Cantona mengungkapkan ide dibalik penciptaan arloji ini, “Ketika saya masih berusia 20 atau 22 tahun, pada sebuah program TV Show di Prancis saya bertemu dengan seorang artis dan pematung asal Prancis yang kontroversial, César Baldaccini. Dan saya melihat bahwa dia mengenakan sebuah jam tangan, mungkin buatannya sendiri, yang sangat unik dan mewah, terbuat dari emas namun dasar muka jamnya tersembunyi dibalik sebentuk sangkar atau kotak dan sangat artistik. Saya ingat jam tangan ini selamanya, dan ketika saya mengerjakan Vortex Primer, saya mulai dari ide ini, yaitu sangkar. Ini membuat saya berpikir tentang waktu yang terpenjara dan bagaimana kita sebagai manusia selalu terbelenggu oleh waktu, dan menjadi tahanan waktu, we are the prisoners of time. Lalu bagaimana kita bisa terbebaskan dari penjara ini? Saya ingin membuat sebuah karya seni, lebih dari sekedar penunjuk waktu, karya seni yang akan memberikan kebebasan pada orang yang

HALAMAN INI DARI ATAS Ukiran kata-kata “VortexPrimary by Eric Cantona” menambah eksklusivitas arloji ini; Eric terlibat langsung dalam proses pembuatan arloji ini, mulai dari ide, sketsa, pilihan warna dan desain HALAMAN SAMPING DARI KIRI Eric Cantona dan Sandro Reginelli hadir di Jakarta untuk memberikan presentasi tentang koleksi terbaru mereka; Tampilan arloji Vortex Primary

CGW Magazine

53


Konstruksi pada case berukuran 52mm X 50mm X 17.8mm seberat 48 gram ini mengungkapkan jantung arloji dalam keindahan yang misterius Magazine 5454 CGWCGW Magazine


HALAMAN INI Saat wawancara di Jakarta baru-baru ini, Eric mengaku bahwa karyanya memang diperuntukkan bagi para kolektor jam tangan yang menghargai karya seni HALAMAN SAMPING DARI KIRI CEO dan Co-founder Hautlence, Sandro Reginelli; Warna-warna primer (biru, merah dan kuning) dipilih Eric untuk menghiasi 19 kepingan kristal safir pada arloji

menjadi tahanan waktu. Seniman kedua yang menginspirasi saya dalam menciptakan koleksi ini adalah pelukis terkenal asal Belanda, Pierre Mondrian. Untuk itulah saya memilih warna-warna primer (biru, merah dan kuning) pada kaca yang menjadi ‘sangkar’ dari jam tangan ini, karena dengan tiga warna utama ini Anda dapat membuat warna apa saja yang Anda inginkan dan terbebaskan dari kungkungan sangkar. Saya merancang bentuk dan susunan panel pada case, seperti karya yang pernah diciptakan oleh Pierre Mondrian.” Hadir dengan bentuk case tiga dimensi yang terdiri dari struktur segi yang menampilkan 19 kristal warna primer, arloji indah ini mengusung mekanisme mesin kaliber HL2.0 buatan in-house, yang terus bergerak, dan tema berjalannya waktu diwujudkan oleh pergerakan rantai jam yang berubah dalam 3 sampai 4 detik setiap pergantian waktu 60 menit, sehingga setiap pergantian jam, arloji ini pun mengalami metamorfosis. Dan setiap ada pantulan cahaya pada kristal kaca akan merubah penampilan Vortex Primary. Tema ini sangat diidamkan oleh Eric Cantona, yang mengaku, “Untuk bertahan hidup, Anda harus beradaptasi. Untuk melawan batas-batas yang dikenakan pada kita oleh masyarakat atau diri kita sendiri, kita perlu tahu bagaimana untuk melampaui diri kita sendiri, untuk mendorong lebih jauh, untuk berpikir dan menjadi berbeda, untuk bermetamorfosis. Dan waktu adalah satu-satunya kendala tak terhindarkan, dan itulah mengapa titik awal kita menggunakan ide atau gagasan sangkar pada case arloji, untuk mengingatkan kita bahwa kita semua secara fisik dipenjara oleh waktu, tapi semangat kita tetap bebas.”

Terlihat seperti bentuk jendela kaca patri, konstruksi pada case berukuran 52mm X 50mm X 17.8mm seberat 48 gram ini mengungkapkan jantung arloji dalam keindahan yang misterius. Terlihat sangat rumit dan kompleks tidak hanya dari segi tampilan, Vortex Primary juga complicated dari segi spesifikasi. Untuk penunjuk menit, Hautlence memberontak dengan meniadakan dial dan memilih case kristal dengan tidak lupa menambahkan logo Hautlence di bagian tengah penunjuk menit. Keseluruhan bagian case dibuat berlubang untuk penempatan kristal-kristal safir berwarna merah, biru dan kuning dan ini dilakukan di setiap sisi arloji, lima kristal safir yang transparan, dua kristal safir semi-transparan, empat kristal rubi berwarna merah, lima kristal spinel berwarna biru dan tiga kristal corundum berwarna kuning, total keseluruhan kaca kristal berjumlah 19 buah. Penggunaan case titanium Grade 5 dengan lapisan PVD warna hitam dipercantik dengan pilihan tali jam warna hitam dari kulit buaya Louisiana atau tali karet dalam 5 pilihan warna hitam, merah, biru, kuning dan putih. Eric mengaku bahwa karyanya ini memang diperuntukkan bagi para kolektor jam tangan yang menghargai karya seni. Ia pun mengaku kagum dengan para kolektor di negara-negara Asia, “Saya merasa bahwa para kolektor jam tangan di kawasan Asia ini adalah kolektor yang sesungguhnya, tidak seperti saya. Karena mereka selalu menginginkan sesuatu yang unik dan spesial, dan bahkan dari arloji yang sudah unik itu pun mereka terkadang menginginkan detil khusus atau personalisasi yang hanya diperuntukkan bagi mereka. Sehingga menjadikan koleksi yang mereka kenakan hanya satu-satunya mungkin di dunia.”

CGW Magazine

55


Point of View

From Zero toHERO

Pengusaha muda yang berangkat dari kegagalan menuju kesuskesan

56

CGW Magazine


Membangun Jakarta dan Indonesia ini tidak cukup mengandalkan dana dari dalam negeri saja sekarang saya bisa berdampak pada 50.000 karyawan perusahaan. Tapi kalau di politik, bisa lebih membangun bangsa agar menjadi lebih bagus lagi, melalui kebijakan-kebijakan yang lebih berpihak kepada rakyat, yang lebih berpihak kepada kelas menengah ke bawah. Jutaan, mungkin puluhan juta, warga masyarakat akan terbantu. Kebetulan saya juga passionate soal pembinaan UKM (usaha kecil dan menengah). Dengan kebijakan yang dapat lebih memberdayakan mereka, UKM bisa jadi penggerak perekonomian Indonesia.

S

andiaga Salahuddin Uno, atau yang akrab disapa Sandi Uno, sudah bukan nama baru di Indonesia. Pria kelahiran 28 Juni 1969 ini bukan hanya pengusaha sukses, namun juga dikenal karena kepeduliannya mengembangkan usaha kecil dan menengah. Putra pasangan Razif Halik Uno (Henk Uno) dan Rachmini Rachman (Mien Uno) ini belakangan makin sering menghiasi media di Indonesia. Tak lain karena keputusannya mendampingi Anies Baswedan, mantan menteri pendidikan RI, dalam pencalonan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Beberapa waktu lalu CG-WATCHES Indonesia berkesempatan menemui pria kharismatik yang selalu berpenampilan sederhana ini, dan mengobrol santai tentang keputusannya terjun dalam dunia politik, pertumbuhan investasi, bahkan filosofi hidupnya. Simak perbincangan kami berikut ini. Anda pebisnis sukses, hidupnya nyaman. Tapi memutuskan melepas semua itu dan terjun ke dunia politik. Apa yang membuat Anda beralih haluan? Sebenarnya ini bukan tawaran pertama. Saya pernah ditawari Pak SBY (mantan presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono), Pak Jokowi (Presiden RI Joko Widodo), tapi saya baru tergerak waktu Pak Prabowo (Prabowo Subianto) mengajak. Saya merasa Tuhan sudah memberikan begitu banyak rezeki kepada saya di dunia usaha. Sudah saatnya saya berkontribusi untuk bangsa dan negara. Argumentasi beliau juga sangat simple. Pak Prabowo bilang

Anda optimistis bisa mempertahankan moralitas, idealisme, integritas di tengah kotornya dunia politik sekarang? Alhamdulillah sejauh ini saya tidak akan pernah kompromi dengan prinsip yang saya pegang teguh. Pendek kata, saya ingat pesan anak saya, “Papa boleh masuk politik tapi enggak boleh korupsi. Papa boleh ada di kekuasaan, tapi enggak boleh menindas rakyat kecil.� Itu prinsip yang saya pegang, amanah. Saya memang belum menjabat, tapi saya merasa sudah begitu banyak harapan yang dititipkan kepada saya untuk membangun Jakarta lebih sejahtera lagi. Jadi jangan khianati amanah tersebut. Duet dengan Pak Anies (Anies Baswedan), sebagai pakar pendidikan, membantu membuat langkah besar untuk berpandangan positif, optimistis tentang masa depan. Pak Anies ahli membuat gerakan, dan membangun Jakarta itu harus dipenuhi gerakan partisipatif. Bukan hanya top-down dari pemerintah, tapi juga dari masyarakat bawah, menengah, ke atas.

Arloji Casio Gravity Master GPW-1000 yang tangguh dan sporty

CGW Magazine

57


Bagaimana pendapat Anda tentang regulasi pemerintah dalam mendukung pertumbuhan investasi asing di Indonesia? Sudah cukup mendukung? Masih banyak PR, karena peringkat kemudahan berbisnis kita masih nomor 109 dari 160 negara. Artinya, regulasi kita belum memberikan iklim usaha yang lebih kondusif, iklim investasi yang lebih menjanjikan, dan masih banyak ketidakpastian hukum. Menurut saya DKI Jakarta masih harus dibangun dan berpihak kepada kebijakan-kebijakan yang lebih merangkul dunia usaha. Bagaimana dengan investor asing? Perlukah kita? Perlu. Membangun Jakarta dan Indonesia ini tidak cukup mengandalkan dana dari dalam negeri saja. Tapi memang harus ditempatkan pada posisi yang selayaknya. Maksudnya, kita harus jadi tuan rumah di negeri sendiri. Memang kita butuh dana mereka, teknologi mereka, keahlian mereka, SDM mereka. Tapi mereka juga harus ikut aturan kita, dan harus memberikan manfaat bagi tanah air Indonesia dan masyarakat. Mengenai kebijakan bea masuk, bagaimana menurut Anda? Saya merasa kita harus pastikan bagaimana caranya agar tidak ada pihak yang dirugikan. Harus ada landasan peraturan yang jelas. Dunia usaha itu bijak dalam menyikapi program pemerintah, jangan diubahubah. Untuk ukuran seorang pebisnis sukses, penampilan Anda termasuk sederhana. Tapi sepertinya selalu mengenakan batik, termasuk hari ini. Apakah ini salah satu favorit Anda? Kebetulan saya memang lahir di Indramayu. Kata orang, saya ini orang Ciayu-Maja-Kuning (Cirebon-Indramayu-Majalengka dan Kuningan). Motif ini untuk menghargai ibu saya tercinta (Mien Uno) yang memang kelahiran Indramayu, dan batik memang ciri khas Indonesia. Mungkin ini salah satu cara saya mengapresiasi kekayaan nasional kita, dan rasa nasionalisme dalam diri saya.

58

CGW Magazine

Bagi saya, jam itu lebih berkaitan dengan fungsinya sebagai penunjuk waktu Anda bahkan tidak mengenakan arloji mewah. Sebenarnya, apa yang Anda cari dari sebuah jam tangan? Saya tipe orang yang sangat simple, jadi saya juga senang pakai jam tangan yang simple. Saya lebih suka sports watch daripada arloji jarum, karena saya sering olahraga, sering lari. Contohnya Casio G-Shock. Buat saya, pertama, jam itu lebih berkaitan dengan fungsinya sebagai penunjuk waktu, bukan keindahannya atau faktor lain. Kedua, harus nyaman dipakai. Saya tidak suka jam tangan yang berat, yang mudah tergores. Saya lebih suka yang enteng dan simple. Jam saya biasanya bertahan sekitar dua tahun, karena tali kulitnya kemudian robek atau rusak, lalu tidak bisa diganti. Karena itu, saya fokus pada kegunaannya. Saya pernah punya jam tangan mahal, akhirnya dijual istri untuk membayar tagihan kartu kredit. Pernah mendapat hadiah jam tangan, tapi karena tidak pernah dipakai, akhirnya dilelang oleh istri. Pertimbangan saya memakai sports watch juga karena saya lebih suka yang berbahan karet dan tak perlu dilepas karena saya sering mengambil air wudhu. Kalau kulit dan saat berwudhu ia basah agak lama untuk kering, sehingga kurang nyaman dikenakan. Apa filosofi hidup Anda? Kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja iklas.


Fashion Forward

Follow Your Inner Drive Karakter maskulin yang kuat, dengan sentuhan gaya klasik

D

rive De Cartier (Cartier Drive) adalah koleksi terbaru dari Cartier yang sangat elegan dan maskulin, dengan case berbentuk cushion yang unik, terinspirasi oleh dunia otomotif vintage. Dan meskipun kelihatannya besar dengan ukuran dial 40mm, arloji ini tetap nyaman dikenakan dan cocok untuk pergelangan tangan terkecil hingga terbesar. Dasar muka jam guilloche terinspirasi oleh grill radiator tua, dan tombol jam berbentuk baut yang digunakan pada mobil. Hasilnya benar-benar indah. Terdapat pilihan dari emas pink 18K atau stainless steel, dengan fitur flying tourbillon, tanggal besar, zona waktu kedua retrograde hingga indikator siang/malam.

CGW Magazine

59


Point of View

Jam tangan Rolex Yacht-Master II yang sporty

The Sky Is

THE LIMIT Dari dunia penerbangan hingga seni-budaya, Ilham Habibie membuktikan bahwa dengan keteguhan tekad dan kerja keras, tiada hal yang tidak mungkin

60

CGW Magazine


S

iapa tak kenal Dr. Ing Ilham Akbar Habibie, pakar penerbangan di Indonesia? Sejak muda usia, putra sulung mantan Presiden RI ke-3 B.J. Habibie dan Hasri Ainun Habibie ini memang tampak meminati dunia teknologi. Terlihat dari gelar Doktor Ingenieur yang diraihnya dari Technical University of Munich, Jerman dengan predikat Summa Cum Laude dan perjalanan karier profesionalnya hingga saat ini. Kendati kiprahnya mengerucut di dunia kedirgantaraan, pria 53 tahun yang mengaku gemar membaca, berolahraga, traveling, penyuka seni-budaya dan pemerhati musik klasik Indonesia ini rupanya sempat “bersentuhan” dengan industri jam tangan. Simak bincang-bincang santai CGW dengan salah satu putra kebanggaan bangsa berikut ini. Beberapa waktu lalu Yayasan Habibie & Ainun menggelar konser “An Ode to the Nation” bersama Ananda Sukarlan Chamber Orchestra. Ada cerita apa di balik konser ini? Konser ini memang konser tahunan untuk memperingati ulang tahun almarhumah ibu Ainun Habibie, tanggal 11 Agustus. Hingga saat ini sudah diselenggarakan tiga kali, pada tanggal dan di tempat yang sama, di perpustakaan Habibie & Ainun. Tempat ini pun secara tidak sengaja kami usulkan dan ternyata cocok untuk musik kamar dan akhirnya banyak pertunjukan musik yang kami adakan di perpustakaan itu. Kami sekeluarga memang sudah lama mendukung para komposer musik klasik Indonesia. Sekitar tahun 2000 silam, saya memimpin Yayasan Orkestra Philharmonic Indonesia bersama istri, dibantu mendiang komposer Yazeed Djamin. Almarhum sangat berbakat dalam menciptakan karya klasik untuk orkestra, tak banyak yang seperti itu di Indonesia. Kami sempat kesulitan mencari penggantinya, hingga kemudian berjumpa Ananda Sukarlan. Meski karena faktor usia gayanya agak berbeda dengan Pak Yazeed, tapi talentanya serupa. Sekarang kami sudah 3,5 tahun lebih bekerjasama dengan Pak Ananda untuk membuat musik klasik bernuansa Indonesia. Seperti Mozart ataupun Tchaikovsky yang mengintegrasikan musik tradisional negara masing-masing dalam karyanya, Ananda Sukarlan juga mengemas kekayaan musik tradisional Indonesia dalam komposisinya. Untuk konser tahunan ini, karyanya tentu harus berhubungan dengan Ibu,

Saya pernah bertemu mendiang Nicolas Hayek, pendiri Swatch di kantornya di Swiss. Beliau bercerita, teknologi hanyalah sebagian dari tantangannya karena memang berangkat dari kecintaan Bapak (B.J. Habibie) terhadap Ibu (Ainun) dan juga Ibu Pertiwi. Dari situlah lahir “An Ode to the Nation”. Sedikit menyinggung tentang bisnis, Anda juga investor di perusahaan pesawat terbang PT Regio Aviasi Industri (RAI). Bisa diceritakan kiprahnya? Semua ini berangkat dari Bapak sebagai inspirator, sekaligus Komisaris Utama RAI. Kalau kita lihat, negara kita kepulauan, bukan kontinental seperti Amerika Serikat, Tiongkok, atau Rusia. Karena itu kita butuh moda transportasi kapal atau pesawat terbang untuk menghubungkan titiktitiknya. Ini yang membuat kami yakin dengan industri dirgantara di Indonesia. Kita tak boleh berhenti sebagai konsumen saja, harus bisa mengembangkan desain dan membuatnya. Kami berusaha meraih momentum saat ini, menyiapkan SDM yang berkualitas dan menghasilkan produk yang berkualitas pula. RAI sendiri telah lama mengembangkan desain R80 yang berkonsep turboprop (menggunakan baling-baling). Seluruhnya merupakan hasil pemikiran Indonesia, tanpa kontribusi luar. Pembuatan pesawat nantinya juga di Indonesia. Purwarupa (prototipe) di PT Dirgantara Indonesia, produksi serialnya di pabrik baru di Bandar Udara Kertajati yang saat ini masih dalam proses pembangunan. Di sekitar bandara tersebut nantinya dibangun industrial park yang akan difokuskan pada industri dirgantara.

CGW Magazine

61


RAI sendiri telah lama mengembangkan desain R80 yang berkonsep turboprop. Seluruhnya merupakan hasil pemikiran Indonesia, tanpa kontribusi luar Kapan R80 ini akan siap rampung? Desainnya sendiri sudah selesai. Prototipe akan mulai dibuat tahun depan. Kami perkirakan penerbangan perdananya akhir 2019, dan penyerahan perdana kepada customer pertama kira-kira tahun 2021. Kami sudah memegang tiga Letter of Intent dengan total penjualan 145 unit; 100 unit untuk Sriwijaya, 25 ke Kalstar Aviation, 20 ke TransAsia Airways. Bagaimana pengembangan pasarnya ke depan? Tentunya saat ini Indonesia adalah pasar terbesar, sesuai dengan spesifikasi R80 yang berkonsep turboprop, bukan jet engine. Namun secara umum, fokus kami adalah pada segala hal yang berbau teknologi. Sekarang ini banyak bisnis yang dulu seolah tidak terkait dengan teknologi, kini tidak akan bisa berkembang tanpa teknologi (information technology / IT). Bicara soal teknologi, apakah pernah terbersit keinginan untuk terjun dalam pengembangan teknologi jam tangan? Pernah, tapi jauh di awal karier saya, saat masih menetap di Jerman. Bapak pernah menyuruh saya menjajaki kemungkinan merintis industri jam tangan Indonesia. Saya pernah bertemu mendiang Nicolas Hayek, pendiri Swatch di kantornya di Swiss. Beliau bercerita, teknologi hanyalah sebagian dari tantangannya. Tantangan yang besar adalah kelayakan finansial dari segi industrinya. Sebelum Swatch hadir, industri jam tangan di Swiss bermasalah karena dibanjiri jam elektronik murah dari Jepang. Keandalan teknologi tentu vital, tetapi branding dan desain harus trendi. Pemain harus cepat mengikuti keinginan konsumen dan punya aspirasi ke depan. Itu yang beliau lakukan dengan Swatch. Diskusinya sangat menarik, tapi terus terang saya masih sangat muda saat itu, belum ke arah itu. Anda mengenakan dua jam tangan. Mengapa? Saya selalu mengenakan dua; satu sebagai penunjuk waktu, satu sebagai monitor pengukur yang sekaligus bisa telling the time. Saya bukan tipe orang yang menyukai banyak aksesoris, jadi jam tangan ini juga berfungsi sebagai “perhiasan”. Bagi saya, jam itu harus tradisional dan sportif. Sportif maksudnya harus bisa saya pakai dalam semua kegiatan saya. Termasuk saat berolahraga, berenang? Ya, jadi harus waterproof juga. Kebetulan Apple Watch Series 1 ini memang belum waterproof, tapi yang kedua nanti sudah. Saya berencana membeli Series 2 bila sudah dirilis, sekaligus untuk mengukur saat saya berenang – saya setiap hari berenang. 62

CGW Magazine

Apa merek jam tangan favorit Anda? Rolex. It’s an eternal brand. Teknologinya bagus, sehingga memang stabil. Reliable, and has timeless elegance. Jika diasosiasikan dengan mobil, mungkin seperti Mercy. Kalaupun dijual lagi, nilainya hanya akan turun sedikit. Rolex seperti itu. Satu lagi, bagi saya Rolex itu genderless. Karena meskipun Rolex punya lini jam tangan wanita, banyak saya lihat wanita mengenakan jam Rolex untuk pria. It doesn’t matter, I guess. Menurut Anda, apa definisi kemewahan? Kemewahan tidak sama dengan mahal. Luxury tidak identik dengan merek. Kemewahan adalah sesuatu yang memiliki nilai, tetapi bukan hanya nilai moneter. Waktu, perhatian, hal-hal seperti itu juga bisa berarti kemewahan. Bagaimana dengan filosofi hidup? Salah satu yang sering saya kutip adalah dari filsuf Romawi, Seneca. There is no fortune/luck in life. There’s only preparation and opportunity. If the two meet, that is fortune. Tidak ada yang jatuh begitu saja dari langit, kita harus bekerja dan berusaha, sambil memaksimalkan kesempatan yang mungkin muncul.


Collector’s Corner

Vintage View Kamera klasik dari Jaeger-LeCoultre, buruan para kolektor

H

ampir satu abad yang lalu, tepatnya tahun 1937, JaegerLeCoultre menciptakan sebuah kamera unik, canggih dan avant-garde yang dinamakan Compass, yang telah membuat tanda abadi pada sejarah fotografi berkat kualitasnya yang mengagumkan. Diproduksi dalam edisi terbatas hanya 4.000 buah, kamera ini telah menjadi buruan kolektor sejak tahun 1937. Noel Pemberton Billing, seorang pengusaha dan pilot yang mendirikan perusahaan penerbangan di tanah kelahirannya, perusahaan angkutan di Afrika Selatan dan kasino di Meksiko. Penyair, penulis dan insinyur ini juga ditemukan ratusan benda lain termasuk pesawat terbang. Suatu malam, di akhir 1920-an, penemu brilian ini membuat taruhan bahwa ia bisa membuat kamera berkualitas yang belum pernah dibuat sebelumnya, dengan fungsi lengkap dan kecil sehingga muat di dalam kotak rokok! Untuk membuat miniatur sekecil itu ia membutuhkan ahlinya, sehingga ia berkolaborasi dengan Manufaktur LeCoultre & Cie, kini Jaeger-LeCoultre, yang memiliki ratusan calibre, termasuk mesin jam terkecil dan tertipis di dunia, serta jam Atmos yang ikonik. Pada tahun 1934, Noel Pemberton Billing berangkat ke VallĂŠe de Joux, di mana proyeknya dikerjakan. Dibutuhkan waktu tiga tahun untuk menyempurnakan 290 komponen dari Compass. Diluncurkan tahun 1937, kamera ini menimbulkan sensasi karena desain avantgarde dan fungsinya yang beragam, mulai dari meter eksposur, berbagai finder, warna lensa teleskopik, filter inbuilt, indikator EV, sudut bidik, perangkat untuk panoramic dan stereoscopic, hingga sebuah tripod ultra-ringan yang dirancang khusus.

CGW Magazine

63


Point of View

TECH TALK Saat era digital merambah Indonesia, Andrew Senduk membantu perusahaan-perusahaan besar yang ingin pindah ke ruang digital

@Fotografer - Jacky Suharto

S

eluruhnya berawal dari sebuah ide kecil. Begitupun jenjang karir Andrew Senduk, Group Chief Revenue Officer dan Co-founder situs Orami. Orami yang dulunya dikenal sebagai Moxy merupakan gagasan kecil Andrew saat ia masih meniti karir di dunia konsultan dan perbankan di perusahaan papan atas, lalu menemukan gairah sejatinya di bidang e-commerce (perdagangan yang menggunakan sistem elektronik). Dan layaknya pebisnis sejati, Andrew Senduk (www.andrewsenduk.com) mengolah ide itu menjadi realitas dengan bantuan internet, dan beberapa tahun kemudian lahirlah Orami.com. Sebagai pengusaha, pembicara dan penasehat digital yang sukses, pria lulusan International Finance dari Vrije Universiteit di Amsterdam (NL) itu kini banyak diminta menjadi pembicara oleh perusahaan-perusahaan besar yang ingin pindah ke ruang digital. Pengalamannya yang luas di dunia perbankan dan dunia konsultasi telah membantu Andrew untuk membaca apa yang dibutuhkan pasar dan bagaimana menjadikan produk yang dijual menjadi lukratif. Ayah dua anak yang sudah malang-melintang di dunia e-commerce selama lebih dari 8 tahun ini sangat mempercayakan masa depan dunia e-commerce, terutama di Indonesia. Meski telah menjadi CEO di perusahaan-perusahaan ternama di dunia e-commerce, namun sebagai seorang manusia, ia juga beberapa kali mengalami kegagalan. Andrew berujar, “It’s all about trying, it’s okay to fail.” Segi positif dan pencapaian fenomenal dari pria berkebangsaan Amsterdam inilah yang menarik dan berikut petikan hasil wawancara kami dengannya.

Arloji favoritnya, Portugieser Sidérale Scafusia adalah jam tangan paling eksklusif dan rumit yang pernah dibuat oleh IWC Schaffhausen

64

CGW Magazine


“It’s all about trying, it’s okay to fail”

HALAMAN INI Andrew Senduk menjelaskan betapa pentingnya bagi sebuah merek atau perusahaan untuk berpikir secara digital

Beberapa waktu lalu Anda hadir di acara Montblanc sebagai tamu kehormatan. Bagaimana pendapat Anda tentang brand ini? Bagi saya, Montblanc merupakan brand yang sempurna dan berkelas. Saya seorang penggemar sejati pena Meisterstuck. Terutama di era dunia digital seperti sekarang, sebuah pena yang bisa diandalkan adalah sebuah pengalaman yang menyenangkan. Di dalam presentasi saya, saya menjelaskan betapa pentingnya bagi sebuah merek atau perusahaan untuk berpikir secara digital. Hanya dengan penetrasi e-commerce sebesar 1% saja, pergerakan pasar ritel di Indonesia bisa berubah menjadi pasar digital yang besar dalam waktu lima hingga tujuh tahun ke depan. Sangat penting bagi para produsen dan konsumen untuk mengarungi gelombang e-commerce ini. Learn to ride the e-commerce wave and start surfing! Tantangan apa saja yang dihadapi pelaku bisnis di era digital seperti sekarang? Mengelola dan mengendalikan pertumbuhan bisnis Anda dengan suatu tim yang solid merupakan salah satu tantangan terbesar. Perubahan di dunia digital sangat cepat dan kita harus cepat dan cekatan untuk bereaksi terhadap perubahan tersebut. Saya memulai perusahaan ini dari 0 staf menjadi 350 orang dalam waktu dua tahun. Tantangan utama yang saya hadapi adalah menemukan orang-orang yang baik dan tepat dan membangun kultur perusahaan yang tepat.

Apakah Anda mempunyai hobi mengoleksi jam tangan? Model apa saja yang Anda sukai? Saya sangat menyukai kesederhanaan, simplicity. Kita hidup di dunia yang penuh kekacauan dan gangguan, jadi jam tangan saya harus berjiwa klasik, sederhana dan stylish. Saya pecinta arloji, tapi saya belum menjadi kolektor jam yang sebenarnya. Sampai saat ini, saya mempunyai tiga jam tangan, Oris Williams F1 Day Date, Tissot Luxury Automatic dan Omega Seamaster Co-Axial Chrono 43.5MM, dan ada sebuah jam tangan yang saya idamkan, yaitu IWC Portugieser. Jika diberikan kesempatan untuk mendesain sebuah jam tangan, fitur-fitur apa yang ingin Anda masukkan ke dalam desain jam tangan tersebut? Sebuah jam sudah seharusnya mempunyai unsur klasik, sederhana dan stylish. Tali jam dari bahan kulit dan chronograph adalah hal-hal yang terpenting bagi saya. Bagaimana menurut Anda tren “Smartwatch” yang sedang menjalar di dunia jam tangan saat ini? Segala sesuatu di dunia ini sedang mengalami digitalisasi, jadi tren seperti ini sudah sepatutnya terjadi. Secara personal, saya belum pernah menggunakan smartwatch. Untuk olahraga, akan lebih menarik jika saya mempunyai smartwatch untuk memonitor performa latihan saya.

CGW Magazine

65


Connoisseur’s Corner

the ONLY Chance to Get

Rare

WATCHES

Kolumnis kita, Dr. Bernard Cheong adalah duta Fondation de la Haute Horlogerie dengan lebih dari 3,000 koleksi arloji mewah dan pengetahuan tentang horologi yang tiada duanya. Di edisi ini ia berbagi tips menarik untuk mengoleksi jam tangan langka Apakah CEO, bintang, dan penyanyi terkenal atau berduit membeli jam langka dan sudah dipakai? Tentu saja. Well, setidaknya setelah tahun 2006. Rumah lelang dan dealer khusus untuk jam tangan yang sangat langka dan sudah tidak diproduksi sibuk membeli, mencari, dan menjual arloji-arloji buatan pasca 1998. Arloji yang paling diminati terutama adalah buatan antara tahun 2000 hingga 2006. Harga ritelnya belum meroket sampai enam digit, harga lazim untuk kreasi bernilai tinggi saat ini. Pada tahun-tahun tersebut, alat-alat komputasi dan CAD sudah berhasil memperhitungkan beberapa perubahan, yang sebelumnya makan waktu penghitungan bertahun-tahun, pada alat yang dapat memotong atau membuat roda sekecil itu. Tugas ini masih sangat baru, sehingga baik industri maupun ritel pun harus pasang harga untuk kelebihan ini. Dan seni akhirnya menemukan ‘kanvas’ barunya, setelah lebih dari dua dekade hanya bisa bermain di dua pemain besar, Sotheby’s dan Christie’s. Saat ini, penjualan arloji hampir menyamai karya seni. Mobilitas orang sudah terlalu tinggi, jauh lebih berpengalaman dalam berbagi dan bertukar koleksi dan benda-benda yang layak dikoleksi. Dulu, kita akan dianggap tidak sopan bila memamerkan arloji bagus kita kepada saudara dekat, semata-mata karena arloji itu mahal. Kalau murah, tak apa. Nonsens. Kita toh tidak pernah ragu-ragu untuk pamer rumah atau mobil baru, kan? Sekarang, mentalitas kekanakkanakan ini sudah 100% lenyap. Para teknisi saya, yang sebenarnya bahkan tidak tertarik dengan jam tangan, membeli dua sampai tiga arloji sekelas AP dan Panerai, karena harganya turun sekali. Mereka lah yang membuat saya tersadar bahwa beberapa jam tangan, milik orang kaya, akan segera dilelang. Sebagai pembaca majalah ini, kalau Anda membeli arloji

66

CGW Magazine


Saat ini, penjualan arloji hampir menyamai karya seni. Mobilitas orang sudah terlalu tinggi, jauh lebih berpengalaman dalam berbagi dan bertukar koleksi bekas, itu sama sekali bukan karena harganya murah atau demi penghematan. Justru sebaliknya, ini soal melihat atau mendengar sesuatu yang tak diketahui. Jika Anda belum pernah melakukan hal ini, dan ini pertama kalinya bagi Anda, mari saya bantu mengarahkan cara berpikir Anda. Bayangkan karya seni yang penting, hotel megah yang dibangun tahun 1920-an, kursi buatan tahun 1950 hingga 1980, arloji buatan tahun 2000 hingga sekarang, tas Birkin dan Kelly dari edisi terbatas tahun 1970-an sampai sekarang, koper LV buatan tahun1950, mobil sport klasik, pesawat terbang klasik lawas dengan baling-baling kuno, kapal pesiar tua nan mewah, dan jangan lupa, koleksi perhiasan indah... Yah, Anda tentu paham maksud saya. Saat ini saya sedang bahagia karena bisa mendapatkan Greubel Forsey incline tourbillon dengan muka jam abu-abu platinum seharga US$190.000. Dan ini buatan tahun 2006! Saya dapat dari pemilik pertamanya. Memang banyak goresan dan carut-carut kecil di bezel-nya yang mengilap, tapi kemudian saya kirim ke GF untuk diberi treatment terbaik, biayanya US$800. Bahkan kotaknya pun tampak keren. Sekarang nyaris mustahil menemukan Greubel Forsey, belum lagi dengan HARGA seperti itu. Ini arloji GF keempat saya. Harap diingat, nyaris mustahil bisa menemukannya, kecuali ada dealer yang menemukannya. Tapi,

arloji ini saya temukan sendiri, tanpa perantara yang membuat saya harus merogoh kocek tambahan US$25.000. Di pasar, tidak ada yang seperti GF. Rasanya seperti membeli jet pribadi, lengkap dengan kru dan jasa pemeliharaan gratis seumur hidup. Anggaplah yang lainnya masih selevel super car atau yacht. Sambil memegang platinum yang solid dan seberat 225 gram itu di tangan, saya mengecek di situsnya. Ternyata saya menghemat hampir US$78.000 dari pesaing terdekatnya, arloji GF lainnya, yang berbahan emas putih, jauh sekali dibanding platinum. Contohnya arloji yang saya beli sesudahnya, sekitar dua hari kemudian, dari penjual yang sama. Dia punya hampir 300 arloji mewah, dan ingin menjual 25 di antaranya kepada orangorang yang dia kenal dan bisa menyimpan rahasia, karena tidak ada yang ingin ketahuan melepas koleksi jam tangannya. Kolektor yang sangat memahami jam tangan biasanya takkan pernah membeli jewelry watch. Tapi dalam hal ini, keindahan semata sudah cukup. Saya amat, sangat terhormat bisa mendapatkan salah satu jam Franck Muller. Ini sangat spesial. Buatan tahun 2010. Setiap bagiannya terbuat dari emas putih polos: case, gelang, muka arloji uniknya yang datar, tidak dihiasi guilloche sama sekali, dan pada lapisan catnya yang tebal dan mewah ada 12 marker. Dilihat dari segala sisi, ini merupakan arloji emas yang berat dan menarik. Juga, hasil kreasi yang jenius. Dan yang terpenting, ini juga

CGW Magazine

67


Salah satu model arloji Greubel Forsey GMT Black - Titane ADLC noir 02

Dulu, kita akan dianggap tidak sopan bila memamerkan arloji bagus kita kepada saudara dekat, semata-mata karena arloji itu mahal

bentuk art deco dengan finishing manual yang sempurna. Saya tahu karena ini juga dilakukan untuk alat kedokteran. Tidak ada cara lain. Itulah model 1200 SC berukuran 32mm X 54.60mm dan hampir seberat seperempat kilogram yang melingkar di pergelangan tangan. Dari jauh, tampilannya sudah tampak sangat mahal, sanggup menantang brand mana pun! Rupanya itu memang arloji yang sangat mahal, dan hanya dibuat satu-satunya, untuk dia. Saya merasa bersalah mengatakan ini, tapi ini soal STATUS. Berbeda dengan bentuknya yang paling dikenal, oval telur, ini adalah Long Island Muller, bentuk yang dulu saya benci, sampai saya melihat arloji unik yang tiada duanya ini. Nilai gelangnya saja bisa lebih dari US$30.000, dieksekusi dengan permukaan brushed yang solid, yang belum pernah dilakukan pada jam tangan, atau bahkan perhiasan. Saya belum pernah melihat permukaan seperti ini kecuali pada alat kesehatan untuk menghasilkan friksi yang terkalkulasi. Posisi Franck Mullers di jajaran “arloji akademis� atau “arloji layak masuk museum� sangat rendah, berbeda dengan Patek dan Greubel Forsey. Tapi saya hanya butuh waktu tak sampai lima menit untuk memutuskan membelinya. Tak berbeda dengan karya seni, ada saatnya ketika Anda akan membeli karya seorang seniman yang beberapa tahun sebelumnya tidak Anda sukai. Sampai Anda menemukan salah satu karya yang menurut Anda sangat indah. Sederhana saja. Dan untuk seorang kolektor

68

CGW Magazine

Greubel, rumah lelang perlu menonjolkan faktor keindahan yang sangat besar dari arloji itu untuk meyakinkan saya membeli. Saya suka sekali. Andai sekarang saya punya US$250.000 lagi atau bahkan US$25.000, saya akan membelanjakan SELURUHNYA untuk membeli berbagai macam arloji bekas dan baru. Itulah yang dibutuhkan, tapi tidak disukai para peritel: menjual murah jam customer mereka sendiri. Mereka butuh ini. Karena ketika tahun 2018 tiba, Anda akan menyesal apabila tidak memanfaatkan kesempatan untuk membeli murah. Jika Anda menjual sekarang, Anda juga menang, karena jika saya menjual arloji yang saya beli tahun 1998 sampai 2003, misalnya platinum Lange 1, harganya US$12.000. Untuk arloji bekas dan sudah berusia 18 tahun bahkan masih bisa dijual US$22.000. Beli dengan harga rendah, jual dengan harga tinggi. Jika pasar turun, belilah arloji (yang lebih) baru, dan jual arloji lama. Saya amati arloji Greubel Forsey platinum bisa naik hingga US$800.000, bahkan sampai US$1,8 juta. Sejak 1975 saya selalu benar membaca pasar. Jika Anda ingin membeli dengan harga yang sangat rendah, saya tidak akan bilang sekarang, karena saya sendiri juga ingin membeli.



Point of View

On Her

OWN TIME Kolaborasi Omega dan Nicole Kidman menghasilkan mahakarya terindah bagi kaum wanita

DARI KIRI Nicole Kidman saat berada di Beijing; Salah satu model Omega Ladymatic yang mewah HALAMAN SAMPING DARI KIRI Arloji Omega Seamaster Planet Ocean; Nicole saat mengunjungi manufaktur Omega; Sang aktris ini telah menjadi Duta Omega sejak 12 tahun lalu

70

CGW Magazine


S

aat aktris pemenang Oscar Nicole Kidman bergabung dengan Omega sekitar 12 tahun lalu, ia menjadi saksi peluncuran model terbaru dari koleksi Omega Ladymatic yang ikonik pada tahun 2010. Tahun ini ia kembali ke kota Beijing untuk merayakan warisan pembuatan jam tangan wanita dari Omega dan peluncuran Master Chronometer pertama Omega untuk kaum wanita. Duta Omega ini pun dengan senang hati berbagi cerita tentang pengalaman menariknya bersama merek jam tangan asal Swiss ini. Berikut kutipan wawancara dari kunjungannya baru-baru ini ke Beijing, China. Omega memiliki sejarah panjang dalam pembuatan jam wanita. Sebagai Duta merek ini, bagian mana dari sejarah tersebut yang paling menginspirasi Anda? Saya beruntung sekali dapat melihat berbagai pameran mereka. Kini mereka memiliki sebuah pameran khusus yang berkaitan dengan semua jam tangan dari waktu ke waktu. Begitu mengagumkan betapa dalamnya sejarah Omega dan pekerjaan yang mereka lakukan. Bagian favorit saya, karena alasan estetika, adalah model Art Deco. Tapi jam tangan dari era 30-an dan 40-an, saat Anda melihat keahlian pembuatannya, Anda tidak akan percaya seluk-beluk dan ketepatan yang dihasilannya. Tapi saya bisa mengenakan beberapa dari jam tangan itu dan seluruhnya adalah karya seni. Sama seperti pada jam tangan modern, yang saya pikir mungkin dalam waktu 40 tahun, orang akan melihat ke belakang dan mengatakan “lihat ini!�. Seluruhnya adalah benda-benda terindah dari pembuatan jam dan juga perhiasan. Sebagai seorang wanita, saya fikir kebanyakan waktu Anda memakai jam tangan adalah karena alasan praktis, tetapi Anda juga menginginkannya menjadi perhiasan. Anda ingin arloji itu sesuatu yang orang lain akan melihat dan berkata “itu sangat indah dan berkualitas tinggi.� Dan itulah hal yang sangat dikuasai oleh Omega. Yaitu membuat sesuatu yang sangat indah dan dapat dianggap perhiasan.

Itulah kelebihan Omega. Yaitu pada detail yang tepat, dan membuat sesuatu yang cantik sekaligus membuatnya bekerja dengan baik CGW Magazine

71


Jam tangan itu kecil. Jadi bayangkan presisi apa yang masuk ke detail dalam pembuatan jam hingga mesinnya Apakah Anda pernah mengunjungi manufaktur Omega? Apa yang paling mengesankan Anda dalam proses pembuatan jam? Ya, sudah pernah. Saya pikir apa yang paling mengesankan adalah bahwa ketika Anda melihat jam tangan, bentuknya kecil. Jadi bayangkan presisi apa yang masuk ke detail dalam pembuatan jam hingga mesinnya, itulah sebabnya Anda sering menemukan orang yang tergila-gila pada jam tangan. Karena itu sangat, sangat istimewa. Itulah kelebihan Omega. Yaitu pada detail yang tepat, dan untuk membuat sesuatu yang cantik sekaligus membuatnya bekerja dengan baik dan memberikan kualitas seperti itu, itulah yang paling membuat saya terkesan. Dan saya masih terkesan hingga kini. Apakah Anda punya jam tangan Omega favorit? Saya sudah mengenakan begitu banyak jam tangan mereka. Saya bahkan mengenakan jam tangan pria karena saya kadang-kadang berpikir itu keren. Tapi saya suka Ladymatic, karena itu adalah jam tangan yang saya luncurkan dan itulah yang saya kenakan setiap hari. Itu adalah jam tangan, yang ketika orang melihatnya di pergelangan tangan saya, mereka terkesiap. Itulah yang paling melekat pada diri saya, yang sesuai.

72

CGW Magazine

Seberapa penting sebuah arloji dalam penampilan Anda secara keseluruhan? Saya suka mengenakan jam tangan yang indah seperti Ladymatic saat mengenakan T-shirt. Tapi saya juga suka mengenakannya saat pergi keluar untuk makan malam. Jam tangan, seperti yang saya katakan, adalah perhiasan, yang menambah keindahan sama halnya dengan sepasang sepatu mahal, atau kalung cantik. Arloji adalah bagian dari hidup saya. Saya selalu bertemu orang yang terengah-engah dan mengatakan “Saya suka jam tangan itu�. Itu telah menjadi bagian dari diri saya. Kualitas apa yang sama-sama dimiliki para aktor dan pembuat jam? Saya kira dalam hal detail. Maksudnya pertunjukan akan bagus jika dibuat secara rinci, seperti juga halnya pada jam tangan. Detail adalah hal yang penting, dan ketika Anda memberikan pertunjukan yang hebat, itu karena detail dan layering, dan saya pikir jam tangan juga memiliki itu. Sebuah jam tangan menjadi bagus karena telah ada begitu banyak pekerjaan yang dimasukkan ke dalamnya. Itulah korelasi keduanya.


HALAMAN INI Bebagai model jam tangan perhiasan Omega yang diciptakan dari tahun 1900-an yang sangat indah dan klasik HALAMAN SAMPING Nicole Kidman saat berada di Beijing untuk menghadiri perayaan 100 tahun penghargaan Omega terhadap pembuatan jam tangan wanita; Salah satu model Ladymatic yang mewah dan menawan

Bagaimana Anda menghabiskan waktu jeda saat di lokasi pembuatan film? Setiap ada waktu kosong saya habiskan bersama anak-anak dan suami saya. Saya bolak-balik dari Cincinnati ke Nashville. Saya akan terbang ke sana di pagi hari dan terbang kembali di malam hari. Orang-orang bertanya “Kenapa kau melakukan itu? Kenapa tidak menginap saja dan bersantai.” Dan saya akan mengatakan, “Tidak, saya sebenarnya mendapatkan kebahagiaan dan makanan dari keluarga saya.” Ide buruk adalah berada di sebuah kamar hotel sendirian tanpa mereka, padahal saya tahu bahwa saya bisa bersama mereka, bahkan jika itu berarti harus melakukan perjalanan, saya akan lebih memilih untuk melakukan itu. Ketika saya terikat, saya terikat seperti itu.. (tertawa) Apa karunia terbesar yang diberikan waktu pada Anda? Saya baru berbicara tentang hal itu baru-baru ini. Waktu sangat berharga dan saya pikir itu lebih tentang bagaimana kita menyadari karunia hidup dan waktu. Terlebih sekarang, pada tahap ini dalam hidup saya, tidak begitu banyak karunia waktu memberi saya sesuatu, tapi saya hanya mengatakan, “Saya sangat beruntung masih memiliki waktu di sini.” Saya menghargai itu dan saya tidak pernah menganggapnya sepele.

CGW Magazine

73


Collector’s Corner

CHARACTER OF

A MAN

Koleksi otentik bagi pria modern dan berkarakter HALAMAN INI Arloji L.U.C Perpetual Chrono terbaru yang menggunakan emas 18 karat dari “Fairmined” HALAMAN SAMPING DARI KIRI ATAS Bagian belakang case arloji memamerkan keindahan mesin jam; Oliver Cheshire mengenakan arloji CHOPARD L.U.C; Pilihan model lain dari L.U.C Perpetual Chrono; Mesin Calibre 03.10-L

74

CGW Magazine


Presisi menjadi keunggulan dari jam tangan ini, dimana moon phase hanya memiliki deviasi satu hari dan akan terjadi setelah masa 122 tahun

S

eorang pria masa kini yang berkarakter dituntut untuk selalu berpenampilan patut, berwawasan luas, dan mengandalkan logika dibanding emosi. Dan salah satu pelengkap utama yang wajib dimiliki oleh pria masa kini tentunya adalah jam tangan yang dapat diandalkan, seperti Chopard L.U.C. Perpetual Chrono. Keluaran terbaru dari Chopard ini memang sarat dengan karakter modern, yang jelas tergambar dari tampilan jamnya yang eksklusif dan mewah. Melihat tampilan L.U.C. Perpetual Chrono saja, sudah terlihat unsur presisi dan elegan, mulai dari bentuk case hingga dial jam yang memamerkan konstruksi yang unik. Dari sekelumit tampilan yang diberikan Chopard untuk koleksi terbarunya ini, bisa dibayangkan betapa rumitnya kinerja mesin jam di dalamnya. Chopard L.U.C. Perpetual Chrono menggunakan Calibre 03.10L yang sudah tidak diragukan kemampuannya, dan caliber ini didukung oleh fitur perpetual calendar yang dibuat secara seksama oleh tangantangan terampil para pembuat jam tangan Chopard. Penggunaan emas 18 karat dari “Fairmined� (berasal dari tambang emas yang legal) sebagai bahan utama dalam pembuatan jam tangan yang hanya diproduksi sebanyak 20 buah di dunia ini membuat arloji yang diciptakan dalam

CGW Magazine

75


L.U.C. XPS 1860 adalah arloji klasik dengan ketebalan hanya 7.2 milimeter dan diameter 40 milimeter

76

CGW Magazine


HALAMAN INI DARI KIRI ATAS Tampilan arloji L.U.C. XPS 1860 yang elegan dan tipis; mesin L.U.C. Calibre 96.01-L ; Proses pembuatan mesin jam yang rumit HALAMAN SAMPING DARI KIRI L.U.C. XPS 1860 diciptakan sebagai penghormatan khusus bagi jam tangan pertama dari lini L.U.C; John Boyega mengenakan arloji Chopard L.U.C; Bagian belakang case L.U.C XPS 1860 yang unik

koleksi terbatas (limited edition) ini cocok bagi para kolektor dan pencinta jam tangan berkualitas dan langka, disamping tentunya kerumitan mesin jam yang mumpuni. Keindahan mesin jam dibingkai oleh roda berbentuk kolom mengitari mesin Calibre 03.10-L yang mengontrol seluruh performa chronograph, termasuk fungsi flyback. Sedangkan pada bagian kiri dan kanan dial terdapat dua penunjuk waktu yang disertai dengan indikatorindikator hari, bulan dan tahun, bahkan tercantum juga penanda tahun kabisat. Presisi benar-benar menjadi keunggulan dari jam tangan ini, dimana moon phase atau fase bulan hanya memiliki deviasi satu hari dan akan terjadi setelah masa 122 tahun. Salah satu pencapaian penting dari koleksi Chopard terbaru ini adalah mesin Calibre 03.10-L dan bahan emas putih “Fairmined� yang membalut case, dan hampir keseluruhan caliber telah mencapai standar Poincon de Geneve. Bagi para pencinta Haute Horlogerie, standar ini merupakan salah satu standarisasi tertinggi di bidangnya. Dan koleksi terbaru Chopard lainnya dari lini L.U.C adalah L.U.C. XPS 1860 yang elegan dan unik, yang diciptakan sebagai penghormatan khusus bagi jam tangan pertama dari lini L.U.C. Dan koleksi L.U.C sendiri

merupakan penghargaan kepada penemu dan pendiri brand ini, LouisUlysse Chopard yang mendirikan perusahaannya pada tahun 1860. Model L.U.C. XPS 1860 ini mengusung tema klasik dan sederhana pada tampilan jam, yang mengambil inspirasi dari pendahulunya, L.U.C. 1860, dengan tetap mempertahankan warna gelap pada taji jam. Pada XPS 1860, Chopard menggabungkan warna cokelat gelap pada bagian luar dan warna cokelat yang lebih terang pada bagian dalam taji jam, yang berpadu harmonis dengan case arloji yang terbuat dari rose gold. Chopard mengusung mesin L.U.C. Calibre 96.01-L pada arloji yang termasuk salah satu arloji tertipis di dunia ini, dengan ketebalan hanya 7.2 milimeter dan diameter 40 milimeter, menjadikan L.U.C. XPS 1860 sebuah penunjuk waktu yang elegan dan klasik. Tipisnya badan arloji L.U.C. XPS 1860 ini tidak mengurangi presisi dari penghitungan waktu yang merupakan kebanggaan utama dari arloji-arloji L.U.C.

CGW Magazine

77


Collector’s Corner

SYMPHONY

OF EXCELLENCE Kesempurnaan dan keistimewaan arloji Patek Philippe yang tak lekang oleh waktu

Sejak kemunculannya di tahun 1839, Patek Philippe adalah nama yang selalu diasosiasikan dengan presisi dan kemewahan. Tidak pernah lupa akan tradisi dan setia dengan inovasi teknologi untuk masa depan inilah yang menetapkan Patek Philippe sebagai yang terbaik dari yang terbaik. Antara Dua Pilihan Arloji Men’s Grand Complication Ref. 5073P-010 memamerkan kesan elegan, dengan kilau berlian yang menghiasi case platinum putih yang dipadupadankan dengan tali jam warna hitam dari kulit yang membuat arloji ini elok untuk dilihat. Sementara versi 5073R-001 dikemas dengan balutan rose gold dan memberi kesan elegan dan lembut walaupun jam tangan ini khusus diperuntukan untuk pria maskulin. Di dalam rendisi lawas ini terdapat beberapa fitur baru, seperti case platinum dan rose gold, 103 berlian baguette 4.33 karat pada case, dan Patek tidak lupa memamerkan emas 18 karat pada model dial warna biru dari lini 5073P-010 dan dial hitam pada model 5073R-001, serta penunjuk jam bertatahkan 10 berlian baguette dan 3 berlian princess-cut 0.25 karat. Selain itu, terdapat tak kurang dari 42 butir berlian baguette pada fold-over clasp arloji. Spesifikasi kedua versi ini tidak jauh berbeda, menggunakan mesin Calibre R27 Q, terdapat bunyi gong katedral yang menambah kesan surgawi, serta penggunaan kristal safir pada bagian dalam case arloji. Perbedaan menyolok antara model 5073P-010 dan 5073R-001 terdapat pada dial, case dan clasp, dimana 5073P-010 merupakan arloji satu-satunya yang memakai fold-over clasp dengan 42 butir berlian baguette.

78

CGW Magazine


HALAMN INI Arloji dari koleksi Men’s Grand Complication Ref. 5073P-010 yang canggih dan bertatahkan berlian HALAMAN SAMPING Logo ikonik menghiasi tombol arloji Men’s Grand Complication Ref. 5073P-010

Ref. 5073P-010 memamerkan 103 berlian baguette 4.33 karat pada case, dan puluhan berlian pada dial dan clasp arloji

CGW Magazine

79


Tiga fitur utama dari Ref. 5207 adalah minute repeater, tourbillon dan perpetual calendar pada dial berwarna cokelat 80

CGW Magazine

Sederhana Namun Berkarakter Arloji Men’s Grand Complication Ref. 5207/700P-001 adalah generasi ketiga dari rendisi 5207, dimana kedua generasi sebelumnya diluncurkan pada tahun 2008 dan 2012. Tiga fitur utama dari Ref. 5207 yang terbuat dari platinum ini yaitu minute repeater, tourbillon dan perpetual calendar, memamerkan dasar muka jam berwarna cokelat dengan bagian tengah bermotif hand-guilloched. Warna cokelat pada jam tangan ini membawa kesan tenang dan seakan menyatu dengan alam, ini dikarenakan oleh gemstone berwarna mahogani pada Minute Repeater yang membuat tampilan keseluruhan jam terasa harmonis. Untuk penunjuk jam, Patek menggunakan bahan emas yang menegaskan unsur mewah, dan pada case, tentu belum lengkap jika Patek Philippe tidak menggunakan materi platinum dan dial emas berkualitas 18 karat. Untuk menyempurnakan penampilan model ini, Patek Philippe menyematkan tali jam dari kulit buaya berwarna cokelat mengilap. Arloji berdiameter 41 milimeter ini memberikan tampilan bersih dan sederhana yang jarang ditemukan pada model jam tangan generasi baru, hampir semua jam tangan yang ada di pasaran terkesan terlalu rumit. Ref. 5207/700P-001 seakan memberi angin segar di dunia Haute Horlogerie. Mesin Calibre R TO 27 PS QI yang bisa diandalkan disematkan di jantung arloji ini, dan bagian belakang case juga berlapis kristal safir seperti halnya jam tangan Patek lainnya. Terdapat bunyi gong yang bisa terdengar dua kali dengan menggeser bagian dari sisi case jam, sama seperti yang terdapat pada koleksi Men’s Grand Complications Ref. 5073P-010 dan 5073R-001.


HALAMAN SAMPING Arloji Men’s Grand Complication Ref. 5207/700P-001 memamerkan fitur-fitur minute repeater, tourbillon dan perpetual calendar dan dipercantik batu mulia berwarna mahogani HALAMAN INI Arloji dari koleksi Patek Philippe Grand Complication 5304R-001 Perpetual Calendar Day Month memamerkan dial transparan berlapis kristal safir, sehingga mekanisme jam di dalamnya terlihat jelas

CGW Magazine

81


HALAMAN INI DARI KIRI Arloji Patek Philippe Grand Complication Ref. 5217P mempercantik model Ref. 5216; Pilihan lain dari model Ref.5074R HALAMAN SAMPING DARI KIRI Tiga model terbaru yang sangat mewah bertatahkan berlian, yaitu Spring Symphony, Four Seasons Symphony dan Winter Symphony

Maskulin Dan Minimalis Sepertinya Patek Philippe ingin menegaskan bahwa kesederhanaan dalam penampilan justru menghasilkan kesan elegan dan mewah. Hal ini dibuktikan pada arloji terbarunya, perpaduan antara hitam dan putih, antara case platinum berbaur dengan berlian dan tali jam dari kulit buaya berwarna hitam memberikan kesan straight forward dan maskulin. Pada dial dan jarum jam, Patek menggunakan emas 18 karat, sedangkan butirbutir berlian dipasang sebagai indeks penunjuk jam. Indikator Tourbillon juga terdapat di arloji ini, ditambah dengan berlian pada case dan indeks jam, terdapat 56 berlian baguette seberat 3.54 karat. Satu hal menarik lainnya adalah tali jam dengan fold-over clasp bertatahkan 22 butir berlian baguette. Arloji Patek Philippe Grand Complication Ref. 5217P mempercantik model Ref. 5216 dari rose gold dan platinum yang diluncurkan tahun 2011 dan 2013. Model Ref. 5217P-001 ini menggunakan mesin Calibre R TO 27 PS QR. Jam tangan ini berkesan meriah dengan fitur hari dan bulan di bagian Magazine 8282 CGWCGW Magazine

atas tampilan jam, dan tiga sub-dial yang memberitahukan pengguna jam tentang pergerakan detik, fase pergantian bulan dan penanggalan. Warna hitam pekat pada dial dipilih untuk menyatu dengan tali jam warna hitam yang dijahit secara eksklusif dengan menggunakan tangan-tangan profesional. Sederhana, elegan dan tanpa melupakan kesan mewah, Patek menjalankannya secara berirama dan sempurna. Unik Dan Artistik Pada koleksi Patek Philippe Grand Complication 5304R-001 Perpetual Calendar Day Month, warna rose gold mendominasi keseluruhan case arloji yang memberikan kesan hangat dan romantis, sehingga meskipun jam ini diperuntukkan bagi kaum pria, para wanita juga bisa mengenakannya. Ref. 5304R-001 memamerkan dial transparan berlapis kristal safir, sehingga mekanisme jam di dalamnya terlihat jelas. Pada penggunaan plat, Patek menggunakan sapphire yang dihitamkan dan juga rangka aperture emas melengkapi penanda pergantian tahun, tujuh hari dalam seminggu dan


Gemstone berwarna mahogani membuat tampilan keseluruhan jam terasa harmonis indikator bulan. Case Ref. 5304R-001 dibalut dengan rose gold 18 karat yang begitu mempesona, dan jarum jam terlihat begitu mewah dengan desain berbentuk daun. Dan untuk tali jam, Patek kembali menyematkan foldover clasp, namun untuk membedakan koleksi ini dengan model lainnya, Patek tidak menggunakan taburan berlian pada bahan rose gold. Dari segi performa dan kinerja, Ref. 5304R-001 tidak jauh berbeda dari keluaran terbaru Patek lainnya. Patek Philippe memilih Calibre R 27 PS QR LU yang dilengkapi dengan Gyromax dengan vibrasi 21600 per jam. Musim Penuh Warna Untuk melengkapi koleksi jam tangan Patek Philippe yang terkenal beragam, perusahaan ternama ini menambahkan lima versi arloji khusus wanita. Jam tangan dengan kode 7002 ini merupakan jam tangan Haute Joaillerie minute repeater pertama untuk wanita, dan kelima arloji ini merupakan limited edition dalam pilihan lima warna berbeda, yang mewakili empat musim yang berbeda, yaitu biru, hijau, kuning, pink dan hitam. Model Winter Symphony adalah pilihan berwarna biru Ref. 7002/450G001. Arloji ini memadukan berlian brilliant-cut dengan safir baguette-cut berwarna biru pada case jam. Perpaduan dua unsur ini juga bisa ditemukan

pada bagian samping dial yang dapat digeser, serta sapphire biru langit dan biru gelap brilliant-cut untuk mengindikasikan jam. Model Spring Symphony atau Ref. 7002/450G-010 merupakan arloji dalam sentuhan warna hijau, dengan seluruh bagian jam bertatahkan batu berlian dan zamrud. Model Summer Symphony berwarna kuning dan memiliki penunjuk jam dalam warna safir kuning terang dan gelap. Model Autumn Symphony yang berwarna pink juga memadupadankan berlian dengan batu rubi yang membuat tampilan arloji ini begitu feminin. Versi terakhir, yaitu Four Seasons Symphony merupakan keseluruhan warna yang ada dengan menggunakan spesifikasi yang sama juga untuk batu permata, namun menggunakan batu safir multi-warna berbentuk marquise-cut dan brilliantcut pada Minute Repeater di bagian samping jam yang dapat digeser, dan berbentuk daun yang sangat unik. Seluruh koleksi ini mengusung mesin Calibre R 27 dan batu permata sejumlah total 1194 (sekitar 6.9 karat). Patek Philippe selalu berkaca pada tradisi dan sejarah perusahaan saat menciptakan mahakarya horologi mereka. Dari insipirasi inilah tercipta koleksi demi koleksi arloji yang mencerminkan kesempurnaan, yaitu simfoni kesempurnaan. CGW Magazine

83


Point of View

Big Face With Style Jam tangan pria memang menggoda bagi sebagian wanita modern. Apakah Anda salah satunya?

84

CGW Magazine


Dalam keseharian, wanita menginginkan model yang lebih sporty, lebih tangguh

T HALAMAN INI Adriana Lima mengenakan IWC Ingenieur Constant Force Tourbillo HALAMAN SAMPING Eva Longoria terlihat menawan dengan arloji Eva Longoria for TechnoMarine ukuran besar

ren mode androgyny telah menginspirasi banyak perancang busana di dunia di era tahun 2011-2012, untuk memadukan karakter kuat maskulin dan nuansa feminin dalam rancangan mereka, namun apakah gaya berbusana ini juga yang membuat para wanita modern mulai memilih model jam tangan pria? Kini semakin banyak wanita yang secara perlahan semakin menjauhi desain arloji masa lalu yang mungil, glamor dan terlalu feminin, dan lebih berani mengenakan desain arloji berukuran besar dan terlihat maskulin. Entah itu warisan dari orang tua, milik pasangan atau memang pilihan mereka sendiri saat membelinya, model jam tangan pria kini semakin banyak memikat kaum hawa, dan mereka memiliki alasan tersendiri mengapa memilih model-model arloji maskulin. Tengok saja gaya beberapa selebriti wanita yang terlihat melingkari lengannya dengan Rolex Daytona atau Submariner, Audemars Piguet Royal Oak ukuran besar, IWC Schaffhausen Portofino Chronograph, Omega Speedmaster, bahkan Panerai Radiomir. Praktis, sporty, tangguh, dan simple. Itulah sebagian alasan yang acap dilontarkan kaum hawa ketika ditanya mengapa mereka memilih mengenakan arloji pria. Bahkan tak sedikit pula yang merasa jam tangan berukuran lebih besar itu secara tak langsung akan memancarkan rasa percaya diri bagi mereka yang berani mengenakannya. Dan semua itu kerap tak terwakili oleh jam tangan wanita lazimnya, mengingat arloji wanita sering kali dibuat dengan konsep pertama sebagai perhiasan. Karena itu, hasil akhirnya pun berupa perhiasan yang indah, dilengkapi sistem mekanis sederhana atau sekadar memakai mesin jam quartz – pendek kata, tinggal tambahkan berlian atau gelang manis, selesai sudah. Berbeda dengan arloji pria yang memamerkan berbagai fungsi dan kerumitan, misalnya chronograph. Tak banyak pula merek yang menyajikan pilihan arloji dengan berbagai kerumitan yang ukurannya sesuai untuk pergelangan mungil wanita.

CGW Magazine

85


SHANNON HARTONO PETTY ELLIOT Penulis makanan, chef dan food consultant, wanita yang memiliki hobi travelling dan pilates ini tidak memiliki restoran sendiri tetapi menjadi chef tamu dan konsultan di hotel, restoran dan resor di Indonesia dan diluar negeri. Apakah Anda penggemar jam tangan pria? Ya, saya penggemar jam tangan pria. Alasannya, saya memiliki pergelangan tangan dan tangan yang agak besar dibandingkan kebanyakan ‘ladies’. Jam tangan wanita terlalu kecil dan terlalu elegan untuk saya dan untuk kegiatan saya sehari-hari. Disamping itu, jam tangan pria buat saya lebih cocok dengan kepribadian saya yang aktif, sporty dan gaya berbusana yang simpel. Mengenakan arloji pria sudah bagian dari keseharian saya. Tetapi untuk menghadiri acara formal dengan berbusana evening gown, saya lebih suka memakai aksesori gelang untuk menggantikan jam. Apakah Anda juga memiliki kegemaran mengoleksi jam tangan? Model mana saja yang Anda sukai? Saya tidak gemar mengoleksi jam tangan. Saya hanya punya 3 jam tangan yang semua modelnya simpel. Breitling Chronometre, Hamilton dan liburan terakhir saya beli arloji buatan Inggris, Paulin di Fortnum & Mason yang brand-nya tidak terlalu dikenal tetapi sangat elegan dan simple, harganya pun sangat bersahabat. Fitur yang ingin saya tampilkan apabila saya diberikan kesempatan untuk mendesain jam tangan adalah: Kedap air, 39mm steel dengan case rose gold dan tali kulit buaya warna hitam atau coklat tua, dengan desain yang minimalis dan abadi.

VP Time International ini adalah ibu muda dari dua anak yang gemar menonton film di bioskop dan pecandu TV, suka menulis dan pengagum fotografi, dan masih menghargai majalah yang dicetak, bukan digital! Apakah Anda penggemar jam tangan pria? Tentunya! Bahkan, hampir semua jam tangan yang saya miliki adalah jam tangan pria dan bukan wanita. Entah kenapa, ukuran arloji berdiameter kecil itu tidak pas di tangan saya. Diameter paling kecil yang saya miliki adalah 38mm, dan itu pun jarang dipakai. Yang selalu saya kenakan berukuran 40mm keatas. Apakah anda juga memiliki kegemaran mengoleksi jam tangan? Model mana saja yang Anda sukai? Beberapa favorit saya adalah Zenth El-Primero Open, Breitling Navitimer Chronograph, IWC Portuguese dan Panerai Luminor Marina 40mm. Jika diberi kesempatan untuk mendesain sebuah jam tangan, fitur apa saja yang ingin Anda tampilkan dalam desain jam tangan tersebut? Pertanyaan ini sulit sekali! Saya bukan seorang desainer, jadi untuk bentuk dan fitur-fitur pada jam, saya serahkan pada ahlinya saja. Yang pasti, saya ingin jam tersebut bisa disertai dengan paling tidak 3-5 pilihan strap tambahan karena hanya dengan mengganti strap, tampilan jam tersebut bisa berubah total. Strap tersebut harus bisa mewakili segala kebutuhan saya, seperti satu untuk acara malam hari / pesta cocktail (mungkin satin hitam), weekend (mungkin rubber berwarna hitam atau putih), dan beberapa warna cerah untuk dikenakan seharihari, sehingga bisa memberi sentuhan “pop of color� bagi busana saya yang kebanyakan hanya hitam atau putih.


HALAMAN INI DARI KIRI Supermodel Karolina Kurkova mengenakan arloji IWC; Aktris asal China, Zhou Xun mengenakan IWC Portofino Midsize

Belum lagi jam tangan wanita cenderung terlalu “ramai”. Meski wanita masih menginginkan jam tangan cantik yang tentu lebih cocok bila dipadu dengan busana indah, namun untuk pemakaian sehari-hari kadang terlalu mencolok. Dalam keseharian, wanita menginginkan model yang lebih sporty, lebih tangguh. Sayangnya, arloji wanita tampaknya kerap kali memakai “extra bling”, seperti mutiara atau berlian. Kalaupun tidak, ukurannya terlalu kecil. Menyadari perubahan persepsi ini, merek-merek jam tangan pun secara perlahan mulai mengikuti tren tersebut, dengan menciptakan model-model “genderless” yang dapat dikenakan oleh pria maupun wanita. Sebetulnya apa saja ciri khas “jam tangan pria” atau “boyfriend watch” itu? Dari beberapa wawancara kami dengan para pakar pembuat jam tangan, inilah beberapa ciri khas dari jam tangan pria, seperti dari segi ukuran, biasanya dimulai dari diameter 36mm hingga di atas 50mm, bahan terbuat dari logam mulia, meski tidak semuanya, kecuali memang arloji yang sangat high-end, dan seluruhnya terbuat dari logam, termasuk gelangnya, dan lebih disukai bila buatan Eropa, bukan Jepang. Pemilihan jam tangan pria yang tepat akan membuat tampilan seorang wanita lebih mengesankan dan serasi dengan sosoknya. Beberapa poin di bawah ini mungkin bisa dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memadu padankan unsur maskulin dan feminin dalam keseluruhan penampilan sehari-hari.

Pemilihan jam tangan pria yang tepat akan membuat tampilan seorang wanita lebih serasi dengan sosoknya TIPS & TRICK 1. Hindari tali karet. Tampilan gelang atau kulit akan memberikan kesan lebih lembut dan elegan, tanpa mengurangi nuansa maskulin jam tangan. 2. Pilih desain minimalis, tanpa terlalu banyak “pemanis” seperti berlian. 3. Sesuaikan dengan ragam fungsi yang Anda butuhkan dari sebuah jam tangan selain penunjuk waktu semata. 4. Perhatikan perbandingan ukuran diameter arloji dengan pergelangan tangan Anda. Pastikan tidak terlalu besar agar tidak terkesan memaksa.

CGW Magazine

87


Collector’s Corner

DIVE DEEP Bulgari hadir dengan penunjuk waktu yang sporty, canggih dan elegan

88

CGW Magazine


Arloji ini mengusung mesin jam calibre BVL 191 Solotempo kaliber berpemutar otomatis buatan Manufaktur yang berdetak di 28.800 VPH

M

erek jam tangan dan perhiasan mewah asal Italia, Bulgari menciptakan Bulgari Diagono Scuba terbarunya yang dipersembahkan bagi para penggemar jam tangan sporty dan mereka yang menggemari olahraga menyelam. Bulgari Diagono Scuba ini adalah arloji Bulgari yang didesain dan dibuat untuk pemakaian sehari-hari yang begitu digemari sejak pertama kali diperkenalkan ke publik dan telah menghiasi pergelangan tangan penggemarnya di seluruh dunia. Inilah arloji bagi aktivitas menyelam yang sporty, canggih, mewah, berkelas dan melambangkan ciri khas Italia yang sempurna. Arloji penyelam ini dilengkapi dengan segala elemen yang diperlukan dalam sebuah penunjuk waktu sporty yang dapat dikenakan sehari-hari, namun tidak kehilangan sentuhan kemewahan yang elegan, ciri khas produk Bulgari. Meski banyak yang mungkin berpendapat bahwa dibutuhkan mata seorang ahli untuk menunjukkan perbedaan khusus antara Bulgari Diagono Scuba terbaru ini jika dibandingkan dengan model dari generasi sebelumnya, namun yang pasti, versi baru ini memiliki dasar muka jam lebih sederhana dan case yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan beberapa model generasi sebelumnya.

CGW Magazine

89


Esensi dari setiap arloji penyelam adalah yang memiliki fokus utama pada keterbacaan waktu dan tetap bekerja di kedalaman air HALAMAN INI Dua pilihan Bulgari Diagono Scuba, yaitu dari baja atau pilihan yang lebih mewah, perpaduan emas pink 18K dan baja HALAMAN SAMPING Tampilan sporty dan maskulin dari arloji Diagono Scuba cocok untuk segala aktivitas; Sketsa Bulgari Diagono Scuba

90

CGW Magazine


Meski tetap mempertahankan elemen desain utama dari model pertamanya yang diperkenalkan pada tahun 1990-an, Diagono Scuba terbaru ini menampilkan fitur dasar muka jam yang lebih bersih dan mudah terbaca, dengan desain proporsional, motif tali jam karet yang disederhanakan dan mengusung mesin jam calibre BVL 191 Solotempo kaliber berpemutar otomatis buatan Manufaktur yang berdetak di 28.800 VPH (getaran per jam) dengan cadangan daya hingga 42 jam. Segi kegunaan atau utilitas menjadi faktor utama pada arloji tangguh yang terbuat dari baja berdiameter 41mm ini. Selain keindahan tampilan dengan case jam yang memiliki ketebalan hanya 11mm, bezel arloji dapat diputar searah yang berfungsi sebagai alat untuk mengukur lamanya waktu menyelam dan dekompresi, ditambah dengan tombol pemutar jam dilengkapi sekrup pengunci, arloji ini juga kedap air hingga di kedalaman 300 meter. Dasar muka jam warna biru yang elegan dilengkapi oleh penanda jam dan jarum jam berlapis dengan Superluminova untuk menjamin keterbacaan waktu yang sempurna. Arloji ini dilengkapi oleh pilihan tali jam dari karet warna biru dengan gesper pin baja atau gelang baja dengan gesper lipat dari baja. Terdapat pilihan yang lebih mewah yaitu perpaduan dua bahan antara emas pink 18K dan baja, atau versi yang seluruhnya terbuat dari emas pink 18K. Bulgari hanya merilis versi Bulgari Diagono Scuba dengan tiga jarum jam, sedangkan model generasi sebelumnya memiliki model chronograph dan GMT, namun Bulgari juga mengerjakan model-model terbarunya dengan kedua fitur tersebut. Dengan ini terbukti esensi dari setiap arloji untuk penyelam yang sempurna adalah yang memiliki fokus utama pada keterbacaan waktu dan tetap bekerja di kedalaman air hingga 300 meter. Inilah perpaduan gaya Bulgari dalam hal keanggunan desain Italia dengan pendekatan murni pada jam tangan mumpuni. Cocok dikenakan dalam kegiatan sehari-hari maupun acara yang lebih formal di malam hari, dan yang terpenting, aman untuk dikenakan dalam kegiatan olahraga menyelam dan olahraga air lainnya.

CGW Magazine

91


Collector’s Corner

UNIQUE IN

EVERY WAY

Berbagai penemuan baru melalui keunikan bahan pembuatan jam

I

novasi demi inovasi di dunia Haute Horlogerie merupakan suatu hal yang tak dapat dielakkan jika sebuah brand ingin bertahan di pasar. Tak pelak lagi, hampir seluruh produsen jam tangan selalu berlomba untuk menampilkan teknologi terbaru di setiap produk yang mereka luncurkan, mulai dari dial, case, bezel hingga caliber yang selalu diperbaharui dari waktu ke waktu. Namun jika diperhatikan, bahan pembuatan jam yang digunakan oleh beberapa produsen arloji terkesan monoton dan berulang-ulang. Bahan utama yang sudah biasa digunakan pada arloji adalah emas, platinum dan stainless steel. Pada bagian dasar muka jam (dial) dan bezel biasanya dipercantik dengan berlian atau batu mulia dan semi mulia, sementara bahan pada tali jam menggunakan bahan karet, kulit sapi, kulit buaya atau kulit ikan pari. Namun seiring berkembangnya teknologi, bahan lain seperti keramik dalam pembuatan arloji yang dahulu tidak pernah terfikirkan, kini sudah banyak ditemui pada merek jam ternama. Dan ternyata masih begitu banyak bahan lain yang dapat dieksplorasi dan menjadi hiasan utama pada arloji-arloji eksklusif buruan para kolektor. Beberapa nama besar di dunia Haute Horlogerie menjawab harapan dari para pecinta jam tangan dengan menciptakan berbagai koleksi dari bahan yang unik dan tidak biasa. Harry Winston misalnya, menggunakan bulu-bulu burung merak untuk menghiasi tampilan dasar muka jam dari koleksi Harry Winston Premier Feather yang eksklusif. Sang pembuat jam, Nelly Saunier menghabiskan waktu selama hampir tujuh jam untuk menggunting, memasang dan menyempurnakan susunan bulu-bulu burung tersebut. Warna hijau dan biru dari sayap burung merak tersebut terlihat elegan dan tentu saja sangat unik. Begitupun merek jam Artya yang bermain-main dengan sayap kupukupu dan bahkan reptil mati yang ditanamkan pada bagian dasar muka jam dalam beberapa koleksi jamnya yang unik dan cenderung nyeleneh. Daun tembakau yang biasa digunakan pada cerutu pun tak luput dari perhatian para pembuat jam yang menjadikannya bagian yang menghiasi jam tangan. Mungkin hal ini dilakukan untuk menyatukan para pecinta cerutu dengan pecinta jam tangan, sebagaimana 92

CGW Magazine


Nelly Saunier menghabiskan hampir tujuh jam untuk menggunting, memasang dan menyempurnakan susunan bulu burung merak

HALAMAN SAMPING Arloji HYT H1 Cigar menggunakan serpihan daun tembakau dari cerutu Rodolfo Vitola HALAMAN INI Dua model arloji mewah dari Harry Winston The Premier Collection™ Premier Feathers yang menggunakan bulu burung merak pada dasar muka jamnya

CGW Magazine

93


yang dilakukan oleh merek jam HYT dengan H1 Cigar mereka. HYT menggunakan serpihan daun tembakau dari cerutu Rodolfo Vitola yang merupakan salah satu cerutu terbaik di dunia. Tipe arloji HYT H1 Cigar ini dikategorikan sebagai Hydromechanical Horologist dan bahan ini merupakan properti eksklusif bagi HYT. Begitupun merek deLaCour, yang berani membuat dasar muka jam berhiaskan lembaran daun tembakau pada koleksi delacour Bi-Chrono Fidelidad, serta Artya pada koleksi Artya Tobacco dan Tobacco Gold. Kata unik bisa didefinisikan sebagai sesuatu yang berbeda dari yang lain. Untuk kategori arloji, kata unik bisa diartikan sebagai arloji yang menggunakan bahan yang tidak lazim dan berbeda dari jam tangan lain pada umumnya. Namun bagi Louis Moinet, mereka membuang jauh-jauh kata ‘unik’ tersebut, dan menggunakan kata ‘langka’. Louis Moinet menciptakan Jurassic Tourbillon yang menggunakan fosil tulang dinosaurus asli, lebih tepatnya fosil dinosaurus Diplodocus dan beberapa jenis dinosaurus lainnya yang sudah berusia 150 juta tahun, jika kesan langka dan istimewa terasa kurang kentara. Bahan lain yang asing di telinga, Paracord misalnya, adalah bahan yang terbuat dari tali nylon kernmantle, tali yang sudah menjadi hal 94

CGW Magazine


HALAMAN SAMPING DARI KIRI ATAS Arloji Jurassic Tourbillon dari Louis Moinet; Arloji deLaCour Bi-Chrono Fidelidad yang eksklusif dan arloji Tobacco dari Artya yang keduanya menggunakan daun tembakau asli pada dasar muka jamnya; Arloji Graham Chronofighter Oversize Superlight Carbon; Arloji Victorinox I.N.O.X. Paracord menggunakan tali berbahan nylon kernmantle

HALAMAN INI DARI KIRI ATAS Master Calendar dengan dasar muka jam Meteorite dari Jaeger-LeCoultre; Arloji Omega Speedmaster Grey Side of the Moon Meteorite; Arloji Romain Jeroma Moon Dust - DNA

Struktur kristal dari meteorit pada dial jam menegaskan kesan klasik dan maskulin yang mutlak di dunia militer dan bahkan juga bagi para astronot yang membawa bahan ini ke Hubble Space Telescope. Victorinox menggunakan bahan Paracord ini untuk tali jam koleksi Victorinox I.N.O.X. Paracord. Bahan lain yang juga mulai digemari adalah carbon fiber, yang semakin banyak digunakan oleh produsen-produsen arloji dikarenakan sifatnya yang tahan lama dan tidak mudah rusak. Graham menciptakan koleksi Chronofighter Superlight Carbon yang menggunakan carbon fiber di hampir seluruh bagian jam, mulai dari dial, bezel hingga trigger yang menjadikan arloji ini lebih ringan 100 gram dibandingkan dengan arloji lain dengan ukuran yang sama. Jam tangan ini akan terlihat serasi jika disandingkan dengan sebuah supercar berbahan utama carbon fiber. Meteorit yang merupakan partikel kecil dari Asteroid juga sering digunakan, salah satunya adalah yang terdapat pada koleksi JaegerleCoultre dengan Master Calendar Meteorite Dial. Ini merupakan tribute bagi petualangan luar angkasa untuk mengeksplorasi sesuatu yang belum pernah diketahui sebelumnya. Meteorit yang digunakan

untuk jam tangan ini sangat bertekstur, dan menurut Jaeger-LeCoultre, itu karena diberi lapisan ruthenium. Struktur kristal dari meteorit pada dial jam menegaskan kesan klasik dan maskulin. Merek jam mewah lainnya yang berani menggunakan meteor adalah Omega dengan Speedmaster Grey Side of the Moon Meteorite yang sangat eksklusif, dan Cartier dengan Rotondo de Cartier Earh and Moon yang juga mengandalkan dasar muka jam berbahan meteorit. Jika asteroid tidak cukup untuk menghubungkan diri kita dengan luar angkasa, Romain Jerome bahkan membuat koleksi Moon DustDNA yang sesuai dengan namanya, menggunakan pasir yang berasal dari bulan. Koleksi ini tidak hanya berhenti di pasir bulan, namun juga menghadirkan potongan roket Apollo 11 dan sekelumit bagian dari baju luar angkasa dari misi ISS! Masa depan dunia Haute Horlogerie menjadi lebih menarik dan suatu saat nanti kita mungkin akan melihat partikel Tachyon pada jam tangan, karena nano-particle saja sudah bisa digunakan pada sebuah arloji, seperti yang dilakukan oleh Concord dalam koleksi C1 Quantum Gravity yang unik itu.

CGW Magazine

95


Jewellery Time

GRACE AND

FINESSE

Keanggunan dan kemewahan perhiasan dan jam tangan Happy Diamond

HALAMAN INI DARI ATAS Tiga arloji pertama dari koleksi Happy Diamonds dengan bezel model persegi yang klasik; Perhiasan Happy Clown Family yang unik dan mewah, terbuat dari emas bertatahkan berlian

96

CGW Magazine

HALAMAN SAMPING DARI KIRI ATAS Liontin-liontin Happy Diamonds Teddy; Cincincincin dari koleksi Happy Curves; Arloji Happy Fish dengan tali jam karet warna biru; Dua model klasik dari arloji Happy Diamonds yang terbuat dari emas bertatahkan berlian


Ronald Kurowski melihat pantulan sinar matahari di atas air terjun. Dari butiran air terjun inilah hadir inspirasi untuk koleksi Happy Diamond

E

legan, glamor dan mewah adalah kata-kata yang selalu mengiringi nama besar Chopard. Nama besar di dunia Haute Horlogerie ini sudah terhubung dengan segala yang mewah sejak tahun pertama berdirinya di tahun 1860, dan kemewahan ini tergambar ketika Chopard menciptakan koleksi Happy Diamond pada tahun 1976. Tahun ini koleksi Chopard Happy Diamond merayakan ulang tahunnya yang ke-40, sebuah selebrasi dari koleksi terindah yang telah membawa Chopard ke puncak dari yang terbaik. Meski terus berinovasi namun Chopard tidak melupakan sejarah dan selalu terhubung dengan para penggemar setianya. Pada tahun 1976, Ronald Kurowski, seorang desainer di manufaktur Chopard dan pencipta Happy Diamond Collection sedang berjalan di Black Forest ketika dia melihat pantulan sinar matahari di atas air terjun. Dari butiran-butiran air inilah muncul inspirasi untuk koleksi perhiasan dan jam tangan Happy Diamond. Dengan membiarkan butiran berlian bergerak dengan bebas di dalam case arloji, keindahan tarian berlian ini seakan terlihat seperti butiran air terjun yang memantulkan sinar matahari, sama seperti yang dilihat Ronald Kurowski bertahun-tahun lalu. Dan ketika Karin Scheufele melihat hasil akhir dari jam tangan ini ia berujar, “These diamonds are happiest when they are free�, dan

CGW Magazine

97


nama Chopard Happy Diamond Collection pun terlahir untuk jam tangan ini. Kesuksesan dari inovasi pada jam tangan ini membuahkan penghargaan bergengsi Golden Rose of Baden-Baden pada tahun 1976. Hingga kini Happy Diamond telah melahirkan banyak mahakarya cantik lainnya seperti Happy Sport, Happy Fish, Happy Spirit dan Happy Heart. Namun, untuk memeriahkan selebrasi 40 tahun lahirnya Happy Diamond, Chopard menghadirkan rendisi terbaru dari koleksi ini dengan menampilkan batu-batu berlian yang lebih besar untuk semakin menegaskan unsur glamor. Chopard juga menelurkan koleksi perhiasan baru sebagai penghormatan atas Happy Diamond yaitu Happy Dreams. Tindakan ini merupakan pengukuhan lini Happy Diamond Collection yang akan tetap berada di ruang perhiasan Chopard hingga bertahun-tahun ke depan. Dengan kembali ke masa lalu, Chopard membawa sesuatu yang baru untuk perjalanan mereka ke depannya, mengubah kreasi tanpa meninggalkan sejarah kaya milik kerajaan mewah ini. Kemeriahan Karpet Merah Tidak lengkap jika berbicara tentang Chopard tanpa membicarakan koleksi perhiasan yang juga diusung oleh

“These diamonds are happiest when they are free� ~ Karin Scheufele

98

CGW Magazine


HALAMAN INI Berbagai model perhiasan emas bertatahkan berlian dan batu permata dari koleksi Red Carpet yang mewah HALAMAN SAMPING DARI KIRI ATAS Liontin Happy Diamonds Elephant yang sangat unik; Model mengenakan anting dan cincin dari koleksi Red Carpet; Anting mewah dari koleksi Red Carpet

brand ternama ini dan berasal dari imajinasi Co-President dan Direktur Kreatif Chopard, Caroline Scheufele. Sesuai dengan namanya, The Red Carpet Collection, koleksi ini merupakan andalan Chopard yang ingin selalu menjadikan karpet merah di Cannes Film Festival milik mereka dengan koleksi perhiasan dan jam tangan yang memiliki karakter ultra feminin. Chopard dan Cannes Film Festival sudah menjalin kolaborasi yang mesra sejak tahun 1998, dan perhiasan-perhiasan milik Chopard selalu menghiasi para artis kelas dunia saat mereka menapaki tangga ikonik milik Palais des Festivals. Dan menginjak 60 tahun perayaan Cannes Film Festival, Chopard mengeluarkan The Red Carpet Collection untuk menambah kemeriahan festival film yang terkenal dengan film-film artistik ini pada tahun 2007. Sejak debut The Red Collection di tahun 2007, perhiasan-perhiasan ini menjadi hits di semua kalangan, para wanita yang mengenakan perhiasan ini terlihat begitu memesona dengan perpaduan harmonis antara perhiasan dan gaun mewah mereka.

CGW Magazine

99


HALAMAN INI Berbagai model perhiasan yang sangat mewah dari koleksi Red Carpet; Salah satu proses pemasangan berlian pada perhiasan Chopard HALAMAN SAMPING DARI KIRI ATAS Dua pilihan gelang bangle yang mewah; Kalung dari koleksi Red Carpet; Sepasang anting dari koleksi Red Carpet; Fan Bingbing di ajang San Sebastian Film Festival mengenakan anting Chopard

100 CGW Magazine


Batu-batu zamrud itu didatangkan jauh dari Zambia dan telah tervalidasi oleh Eco-Age

Dan untuk perayaan Cannes Film Festival yang ke69, Chopard menciptakan 69 model perhiasan berbeda yang terinspirasi oleh para wanita berkarakter dan aura cantik mereka. Koleksi kali ini memfokuskan diri pada kalung yang dipadupadankan oleh anting-anting cantik, bertatahkan berlian-berlian warna kuning daffodil dan berlian brilliant-cut dan pear-cut warna putih. Selain berbagai batu permata yang sudah sering digunakan untuk memperindah tampilan perhiasan seperti rubi, safir, berlian dan zamrud, Chopard melakukan gebrakan baru dengan menggunakan batu-batu mewah yang masih jarang ditemukan, seperti black opal, fire opal dan sculpted jade. Beberapa koleksi menggunakan bahan logam titanium yang menghasilkan sentuhan berkelas yang terlihat begitu apik jika dikombinasikan dengan batu permata seperti topas dan safir. Satu hal yang menarik tentang batu zamrud yang dipakai oleh Chopard adalah bahwa batu-batu zamrud itu didatangkan jauh dari Zambia dan telah tervalidasi oleh Eco-Age, sebuah organisasi yang berjuang untuk menjamin kehidupan dari batu-batu berharga ini untuk generasigenerasi selanjutnya.

CGW Magazine 101


Jewellery Time

TIME FOR ART Anita So mengunggulkan seni ukir batu mulia pada lini jam tangan perhiasannya yang unik dan cantik

A

pa yang terbesit di pikiran Anda saat melihat desain jam tangan perhiasan yang ditampilkan oleh Osatina Jewellery ini? Eksklusif, glamor, indah, unik dan fungsional mungkin menjadi kata-kata yang tepat untuk menggambarkan karya-karya edisi terbatas dari desainer asal Hong Kong, Anita So. Sebagai seorang sarjana Gemologist dari Gemological Institute of America (GIA) dan desainer yang telah memenangkan berbagai penghargaan di bidang desain perhiasan, Anita So adalah desainer generasi baru dari Osatina Jewellery, Hong Kong yang mengkhususkan diri dalam desain berbahan mutiara, jadeite dan berlian. Gayanya imajinatif, fleksibel dan selalu memancarkan kepribadian hangat dan orisinalitas, sementara desainnya sangat mewakili gaya hidup yang ceria dan penuh warna. 102 CGW Magazine


Konsep desainnya memadukan keanggunan dari sebuah kacamata bertangkai panjang (Lorgnette) dan jam tangan rahasia Sebagai seorang desainer yang telah terlatih secara profesional, baik dalam desain perhiasan dan kerajinan lilin, Anita berani bermain dengan desain yang rumit dan menantang prinsip-prinsip dasar desain perhiasan dan jam tangan, sehingga terciptalah berbagai mahakarya yang unik, mewah dan eksklusif. Anita So Fine Jewellery bangga merubah dan menghidupkan kembali keindahan klasik Eropa, yaitu Lorgnette dengan meluncurkan koleksi modern kacamata bertangkai panjang dalam lini ‘The Vision Art’ yang dipamerkannya di Hong Kong Jewellery & Gem Fair pada Maret lalu. Diantara desain terbarunya dari lini The Vision Art adalah The Bird’s Secret Garden, yang terbuat dari jadeite Burma, emas 18K, berlian 7.13ct dan mengunggulkan mesin jam buatan Swiss. Konsep desainnya memadukan keanggunan yang hadir dari sebuah kacamata bertangkai panjang (Lorgnette) dan jam tangan rahasia. Seekor burung yang indah melihat ke taman rahasia, menunggu pasangannya untuk datang kembali, pada waktu yang tepat, dan orang yang tepat tentunya. Model kedua yang sangat mewah dan unik adalah The Phoenix yang terbuat dari jadeite Burma, emas 18K, berlian 2.56ct, safir multiwarna 7.73ct, tsavorite 0.04ct, dan dilengkapi mesin jam buatan Swiss.

HALAMAN INI DARI KIRI ATAS SEARAH JARUM JAM The Jadeite Art - the Round Heaven; The Jadeite Art - the Square Earth; Anita So; Proses pembuatan case asrloji The Round Heaven; The Vision Art- Butterfly HALAMAN SAMPING DARI ATAS The Phoenix yang terbuat dari jadeite Burma, emas 18K, berlian 2.56ct, safir multi-warna 7.73ct, tsavorite 0.04ct; Dua tampilan The Vision Art - The Bird’s Secret Garden yang mewah

Konsepnya tetap mengunggulkan bentuk Lorgnette, yaitu sepasang kacamata dipasang pada pegangan, yang dianggap sebagai bagian dari permainan elegan masyarakat elite di Eropa dan merupakan bagian tak terpisahkan dari perhiasan untuk wanita abad ke-19. Sejarawan fashion C. Willett Cunnington menyatakan bahwa, “Hampir setiap wanita yang berpakaian rapi memakai sebuah kacamata bertangkai panjang.” Model lainnya yang tak kalah uniknya adalah dua model jam perhiasan terbaru dari lini The Jadeite Art yang terbuat dari jadeite Burma, emas 18K bertatahkan berlian dan mesin jam buatan Swiss. Koleksi ini menggabungkan keindahan arloji perhiasan berlian dan jadeite hasil kerajinan tangan dan mesin jam Swiss. Ada dua bentuk dasar dari jam tangan, bulat dan persegi. Idenya adalah kembali kepada kesederhanaan, dan menemukan kebenaran dalam konsep oriental kuno, Surga Bundar dan Bumi Persegi. Kesederhanaan ini menyediakan platform sederhana namun kuat untuk jadeite Burma untuk memamerkan warna memesona dan karismanya, dan juga memungkinkan jadeite dibuat dalam bentuk dan ukuran untuk memenuhi selera mewah dari klien. W: www.osatina-jewellery.com / E: anitasofinejewellery@gmail.com

CGW Magazine 103


Collector’s Corner

ABOVE AND

BEYOND

Omega kembali menegaskan keberadaannya di dunia horologi tingkat tinggi dengan tiga koleksi terbarunya

104 CGW Magazine


Inisiatif Omega untuk memberikan boneka beruang untuk para pasien cilik sebelum dan sesudah operasi mata

HALAMAN SAMPING Kampanye arloji Omega De Ville Prestige menggunakan figur boneka Teddy Bear yang digemari anak-anak

HALAMAN INI Arloji Omega De Ville Prestige untuk wanita, bertatahkan berlian dan gelang Prestige yang elegan

A

pa hubungan Omega dengan panca indera? Secara tidak langsung, pecinta arloji membutuhkan mata yang sehat untuk dapat mengapresiasi keindahan arloji-arloji Omega. Namun itu tentu bukanlah alasan dari kolaborasi antara Orbis International dan Omega, karena kolaborasi ini diciptakan demi untuk memberikan pengobatan mata di hampir 90 negara terpencil dan masyarakat yang kurang mampu. Salah satu wujud nyata yang diberikan Orbis International dan Omega adalah pengadaan Flying Eye Hospital, sebuah pesawat MD-10 yang disulap menjadi rumah sakit mata terbang dengan teknologi di atas rata-rata, pesawat ini juga dilengkapi dengan ruang operasi yang tentunya sangat steril serta didukung dengan ruang pemulihan dan ruang Biomedical diantara fungsi-fungsi lainnya. Buah Cinta Omega dan Orbis Bentuk lain dari kerjasama ini adalah arloji Omega De Ville Prestige yang didesain secara spesifik dan semua hasil penjualan dari koleksi ini digunakan untuk mendanai gerakan ini. Terdapat tiga arloji di dalam koleksi Omega De Ville Prestige yang seluruhnya mempunyai unsur warna biru dan gambar boneka beruang atau Teddy Bear di fisik mereka. Mengapa boneka beruang? Ini dikarenakan inisiatif Omega untuk memberikan boneka beruang bagi para pasien cilik sebelum dan sesudah operasi mata, sebagai sahabat ketika mereka merasa takut CGW Magazine 105


Sejak tahun 1932, Omega dikenal sebagai produsen jam tangan pertama untuk para penyelam akan operasi tersebut. Kebijakan ini menjadi sangat populer sehingga Orbis dan Omega menjadikan Teddy Bear ini sebagai simbol dari gerakan penuh kasih sayang ini. Tiga jam tangan dari koleksi Omega De Ville Prestige adalah edisi untuk kaum pria yang berdiameter 39.5mm. Arloji maskulin ini memamerkan case dari stainless steel berdiameter 39.5 milimeter, digerakkan mesin Omega Co-Axial Calibre 2500 dan dial yang memamerkan warna biru dan pola boneka beruang yang menjadi identitas arloji ini. Angka Romawi mempertegas unsur maskulin pada arloji, dengan plat rhodium untuk jarum jam dan menit dan strap biru berbahan kulit. Dua koleksi berikutnya dikhususkan untuk wanita, masing-masing berdiameter 32.7mm dan 27.4mm. Kedua arloji wanita ini berbeda satu sama lain, model berdiameter 32.7mm memiliki dasar muka jam berbahan kulit kerang berwarna putih dan juga pola boneka beruang seperti pada versi untuk pria, diikuti dengan case dari stainless steel dibalut dengan gelang Prestige yang sangat elegan. Penggunaan Co-Axial Calibre 2500 kembali terlihat di versi 32.7mm ini, begitu juga dengan penggunaan angka Romawi untuk jam 12, 3, 6 dan 9, dan indeks jam menggunakan batu berlian dan jarum jam dan menit menggunakan plat rhodium dan penanda detik dibalut warna biru Orbis. Pada model 27.4mm, warna berbeda ditunjukkan dengan penggunaan warna biru gelap pada dial dibalut dengan pattern boneka beruang, dan mengusung mesin Omega Quartz Calibre 1376. Selebrasi Sejarah Maritim Omega dan laut juga tidak dapat dipisahkan, dan terdapat sejarah yang panjang yang mempersatukan Omega dengan kedalaman laut. Sejak tahun 1932, Omega dikenal sebagai produsen jam tangan pertama untuk para penyelam dengan Omega Marine sebagai tombak dari koleksi Seamaster Planet Ocean. Sebagai selebrasi atas sejarah ini, Omega mengeluarkan generasi terbaru dari Seamaster Planet Ocean, yaitu The Seamaster Planet Ocean 600M Master Chronometer. Rendisi terbaru Seamaster ini banyak menggunakan unsur-unsur modern seperti penggunaan bahan keramik untuk dial dan bezel di hampir seluruh koleksi terbarunya, dimana terdapat empat arloji dengan nama Planet Ocean sebagai judul. Liquidmetal juga ditambahkan untuk menambah kekuatan, selain bahan emas Sedna 18K yang digunakan untuk pertama kalinya di koleksi ini yang menghasilkan warna kemerahan. Tambahan terbaru lainnya adalah Omega Ceragold yang membantu membaurkan dial keramik dengan angka-angka emas 18 karat pada arloji ini. Desain ulang tali dan gelang jam juga dilakukan; pada gelang terjadi perubahan penempatan sehingga terlihat lebih elegan sedangkan pada strap, Omega menggunakan bahan karet yang didesain sehingga terlihat seperti bahan kulit yang sangat efektif untuk penyelaman. Jam tangan pertama dari koleksi ini adalah Planet Ocean 45.5mm Chronograph dengan Master Chronometer Calibre 9900/9901 dan 106 CGW Magazine


HALAMAN INI DARI KIRI ATAS Detil pada tali jam Omega Seamaster Planet Ocean Deep Black; Terdapat empat pilihan warna; Emas Sedna 18 karat memberi kesan mewah pada arloji sporty ini HALAMAN SAMPING Dua pilihan dari model Seamaster Planet Ocean 600M Master Chronometer

dibalut dengan warna biru dan hitam pada dasar muka jam keramiknya. Penggunaan strap karet berwarna hitam dan biru terlihat berpadu harmonis dengan keseluruhan tampilan jam. Terdapat versi lain dengan titanium grade 5 dan cincin karet nitrat silicon berwarna abu-abu. Arloji kedua adalah Planet Ocean 43.5mm GMT dengan Master Chronometer Calibre 8906 dibalut dengan dial keramik hitam dan bezel putih. Selanjutnya, koleksi arloji pria Planet Ocean 43.5mm yang hadir dengan dial berwarna biru atau hitam. Terakhir, koleksi Planet Ocean 39.5mm hadir dengan pilihan diameter dari 37.5mm hingga 42mm dan juga pilihan warna hitam, biru dan putih, kesemuanya menggunakan Master Chronometer Calibre 8800/8801. Petualangan Luar Angkasa Dan kini saatnya terbang tinggi ke angkasa luar untuk menemui koleksi terbaru lainnya dari Omega, yaitu Seamaster Planet Ocean Deep Black. Sebuah evolusi dari Speedmaster Dark Side Of The Moon, Omega memberikan definisi baru pada penggunaan bahan keramik untuk rendisi terbaru ini. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Omega dalam pembuatan koleksi ini adalah bagaimana membuat arloji keramik namun tetap bisa berfungsi di kedalaman laut hingga 600 meter, Omega menjawab tantangan tersebut dengan menghadirkan empat arloji berdiameter 45.5mm yang kedap air. Menggunakan Omega Master Chronometer Calibre 8906, koleksi terbaru Omega mampu menahan

daya magnet hingga 15.000 gauss dan sudah lulus delapan tes dari METAS. Untuk bagian tali jam, Omega menggunakan bahan karet yang disulap sehingga terlihat seperti bahan kain di tiga versi koleksi ini, namun pada versi Sedna Gold, Omega menggunakan bahan kulit pada bagian luar dan lapisan karet di bagian dalam tali jam. Seluruh bagian dari tali jam dilapisi oleh anti-bacterial coating sehingga kebersihan jam tangan ini selalu terjaga. Jarum jam, jarum menit dan indeks terbuat dari emas Sedna 18 karat dan juga emas putih 18 karat dan dilapisi dengan Super-LumiNova yang menghantarkan warna yang menyala di kegelapan, dalam hal ini berwarna biru dan hijau. Seamaster Planet Ocean Deep Black memiliki empat koleksi yang dibedakan menurut warnanya masing-masing, pada versi full black, Omega menyematkan emas Sedna 18 karat, dan pada case dan dial keramiknya diberikan kesan glossy sehingga secara keseluruhan, versi serba hitam ini terlihat begitu bersinar. Pada versi hitam biru, keseluruhan badan jam ini dibalut dengan kesan matte. Pada versi warna merah juga terdapat kesan matte yang sama dengan versi warna biru dan pada versi Sedna Gold, dan menggunakan tali kulit. Omega selalu berhasil menghadirkan invovasi demi inovasi dan brand ini juga tidak pernah lupa dengan unsur-unsur alam dengan menggabungkan laut dan luar angkasa ke dalam arloji-arloji mereka. Namun pengabdian Omega untuk pengobatan mata di seluruh dunia ini telah membawa merek ini ke pencapaian paling tinggi, sebuah pencapaian Omega. CGW Magazine 107


Fashion Forward DARI KIRI ATAS SEARAH JARUM JAM Model terbaru Swiss Alp Watch S dalam warna biru gelap; Edouard Meylan; Dua tampilan model Heritage Pocket Watch yang mewah; Endeavour Perpetual Calendar Funky Blue dari Titanium; Endeavour Small Seconds RREC Midnight Blue Fume dari emas putih; Model Venturer Small Seconds

True BLUE Sentuhan warna biru yang elegan dalam koleksi terbaru Moser & Cie

B

iru mencerminkan intelektualitas, ketenangan dan kesempurnaan. Itulah yang dihadirkan oleh H. Moser & Cie dalam beberapa model terbarunya yang sangat elegan ini, dalam balutan warna biru gelap yang mewah dan biru laut yang misterius. Warna fumé biru gradien pada dasar muka jam adalah interpretasi modern dari jam saku klasik. Seperti ditegaskan oleh CEO H. Moser & Cie, Edouard Meylan, “Kami bertujuan untuk membuktikan bahwa dengan jam tangan ini Anda bisa tampil bijaksana, elegan dan tradisional, tapi juga seksi!” Dan dari ide itulah ia menciptakan koleksi Swiss Alp Watch ‘S’ terbarunya, huruf ‘S’ adalah kependekan dari kata ‘Sexy’.

108 CGW Magazine


TIME FOR FASHION Fashion Forward Watches Jewellery Haven Stars & Timepieces HUBLOT

CGW Magazine 109


Fashion Forward

Dare To Be Different Ekspresikan diri Anda dengan tas maskulin bermotif tato

110 CGW Magazine


B “Penggunaan tinta Montblanc membuat kualitas pekerjaan ini lebih spektakuler� ~ Mo Coppoletta

eranikah Anda tampil beda dengan tas kantor Anda? Montblanc berkolaborasi dengan salah satu seniman tato asal Italia yang berbasis di London, Mo Coppoletta dan menciptakan tiga karya seni yang sangat unik dan mengagumkan pada koleksi tas kantor berbahan kulit dari lini Montblanc Secret Adornment, Tattoo Edition. Menggunakan tinta Montblanc asli yang halus dan berkualitas prima, Mo Coppoletta menggoreskan karya seninya pada bagian dalam tas dari kulit Sfumato dalam tiga pilihan pola yang berbeda, yaitu motif ular yang terinspirasi oleh desain ular pada pena Rouge et Noir, balon udara dan peta dunia. “Penggunaan tinta Montblanc membuat kualitas pekerjaan lebih spektakuler, karena cairan berharga tersebut jarang digunakan untuk melakukan seni tato,� aku sang seniman, Mo. Tas ini dibuat sangat terbatas, hanya 30 buah, yang akan dilengkapi inisial nama pemesannya. Dibutuhkan waktu sekitar 3 bulan untuk pembuatan hingga pengiriman tas eksklusif ini ke tempat Anda. Untuk pemesanan, silakan kunjungi situs www.montblanc.com. Kini Anda tidak perlu khawatir jika bos Anda mengerutkan dahi pada rasa berani Anda bergaya di ruang rapat, karena tato ini menggunakan tinta Montblanc, dan tersembunyi di bagian dalam tas untuk kesenangan Anda sendiri. Selamat berekspresi!

CGW Magazine 111


Fashion Forward

Men’s WORLD Tampilkan gaya pribadi Anda dengan pilihan aksesoris yang maskulin dan mewah

112 CGW Magazine


Ukiran pada tali kulit terinspirasi oleh kaligrafi di abad ke-18 yang dibuat oleh seniman Olga Berluti

U

ngkapan ‘Give a man fine shoes and a beautiful watch and he can conquer the world...’ menjadi inspirasi dari kolaborasi apik dua merek terkenal ini. Merek jam tangan mewah Hublot merangkul pembuat sepatu mewah Berluti untuk menciptakan koleksi jam tangan edisi terbatas Classic Fusion Berluti, dengan dasar muka dan tali jam yang terbuat dari kulit Patina, yang sudah menjadi ciri khas merek sepatu asal Prancis itu. Hublot telah mengeksplorasi berbagai bahan yang unik dalam pembuatan jam tangannya, dan setelah bahan celana jeans dan renda, mereka pun mencari cara menghiasi dasar muka dan tali jamnya dengan tekstil legendaris. Kulit adalah bahan standar dalam pembuatan jam untuk tali, tapi mereka ingin melampaui pendekatan tradisional dan bekerja dengan perajin kulit paling terkenal yang pernah ada. CEO Hublot Ricardo Guadalupe mengaku, “Bekerja dengan Berluti adalah

pilihan yang alami. Salah satu kesulitan utama adalah dasar muka jam. Menggunakan bahan hidup dalam case arloji yang tertutup sangatlah rumit. Menemukan keseimbangan sempurna antara nuansa dial dan tali jam adalah juga sebuah tantangan.� Dan pada perayaan ulang tahun ke-120 pembuat sepatu Paris itu tahun lalu, mereka menciptakan berbagai tali dan dial jam untuk The Classic Fusion. Perpaduan seni pada jam tangan dan sepatu mencerminkan keanggunan, dan mendefinisikan hasrat dan gaya pria klasik. Terdapat dua koleksi, yang pertama adalah Classic Fusion All Black dalam warna hitam monokrom yang dibuat terbatas sejumlah 500 buah dengan case dari bahan keramik hitam berdiameter 45mm dan tali dan dial jam dari kulit nero grigio Venezia jahitan tangan. Koleksi kedua adalah Classic Fusion Berluti Scritto yang hanya dibuat sejumlah 25 arloji dengan tali terbuat dari kulit sapi muda Venezia Scritto dan ukiran pada tali kulit terinspirasi oleh kaligrafi di abad ke-18 yang dibuat oleh seniman Olga Berluti. Proses pembuatan kedua koleksi eksklusif ini melalui prosedur dan ritual yang sama seperti yang dilakukan Berluti pada sepatu kulit: mulai dari membuat pola, membentuk, memotong dan merakit potonganpotongan kulit, hingga pemasangan tali dan lacquering. Dan koleksi terbatas ini dipersembahkan dalam kotak kulit Venice abu-abu hitam dan bis warna tembakau. Sikat sepatu dan wax Berluti menambah eksklusivitas dari koleksi yang memamerkan kemewahan sejati ini. CGW Magazine 113


Fashion Forward

The Power Of Two Kolaborasi dua nama besar yang menghasilkan mahakarya indah

A

pa yang terjadi jika seorang seniman dan pengrajin sepatu mewah yang memiliki gairah sejati pada sepatu dan desainnya mudah dikenali berkolaborasi dengan nama besar di industri jam tangan mewah? Mahakarya yang mengagumkan pastinya. Dan untuk merayakan lini Reverso dari Jaeger-LeCoultre yang ke-85 tahun, Christian Louboutin berkolaborasi dengan Jaeger-LeCoultre dalam menciptakan koleksi Reverso Edisi Terbatas yang high-fashion dan unik. Apa yang membuatnya tertarik untuk terjun ke dunia haute horlogerie? Berikut cuplikan wawancara dengan sang perancang sepatu mewah pujaan kaum wanita ini. Mengapa Anda tertarik untuk bekerjasama dengan JLC? Saya tertarik untuk berkolaborasi dengan Jaeger-LeCoultre karena merupakan perusahaan yang fantastis, terutama saya mengagumi cara pendekatan mereka dalam pembuatan produk dan teknik yang digunakan. Kualitas jam tangan dan kualitas pekerjaan mereka begitu jelas, perhatian terhadap setiap detil kecil benar-benar membuat mereka berbeda sebagai pembuat jam tangan. Apakah ada kesamaan dalam cara Anda membuat desain? Ada kesamaan besar dalam pekerjaan saya dengan pembuat jam, karena banyak orang yang bertanya kepada saya, “Bagaimana Anda bisa melakukan begitu banyak perubahan pada permukaan kecil seperti sepatu, bagaimana bisa masing-masing dibuat sangat berbeda?�. Jawaban saya selalu sama; “Anda dapat mengalihkan perhatian Anda dan bekerja pada banyak detail kecil yang membuat perbedaan besar. Pada sepatu sebenarnya ada permukaan yang besar dan kesempatan untuk dapat mengekspresikan sesuatu yang unik, persis sama seperti pada jam tangan. Ada sejumlah besar perbedaan antara satu jam dan yang lain, yaitu pada detailnya. Apa yang menarik tentang desain Reverso, yang Anda perhitungkan ketika merancang edisi khusus? Saya melihat bahwa gaya Art Deco pada Reverso yang ikonik dan formatnya yang sangat spesifik dapat disesuaikan dan diubah. Bagian yang menarik bukanlah untuk memperbaiki Reverso, tetapi untuk 114 CGW Magazine


menawarkan persepsi yang berbeda, melalui permukaan kreatif dan desain tali jam. Saya selalu menyukai bentuk jam tangannya, dan tidak akan membuat proyek apapun jika di awal saya tidak menyukai desain aslinya. Bagaimana Anda menghadapi kendala teknis baru dalam pekerjaan ini? Ada banyak elemen yang mirip dengan merancang sepatu, Anda masih harus bekerja dalam luas permukaan spesifik dan akhirnya perlu muat pada bagian tubuh, ini adalah kendala Anda harus selalu hadapi. Bagi saya pribadi, saya selalu mencintai lukisan miniatur dan saya pikir desain ini semacam miniatur, hanya animasi. Hal ini sebenarnya menyegarkan untuk bekerja dalam keterbatasan baru, itu adalah tantangan nyata, untuk melihat ribuan detil rinci yang diterjemahkan pada permukaan kecil. Adakah sesuatu yang khusus yang ingin Anda ekspresikan pada desainnya? Bagi saya ini adalah tentang mengekspresikan dunia yang menginspirasi koleksi saya, tapi dalam konteks yang baru. Jadi, saya berpikir tentang

Saya melihat bahwa gaya Art Deco pada Reverso yang ikonik dan formatnya yang sangat spesifik dapat disesuaikan penggunaan warna, penerapan tekstur dan bahan. Anda dapat bermain dengan bagian tersebut, tukar-pasang hingga semuanya bisa cocok dan kontras. Banyak hal menyenangkan dan berbagai kemungkinan ketika mengerjakan sesuatu di mana Anda memiliki permukaan yang sangat dekoratif tetapi bagian paling penting, teknologinya, tersembunyi di dalam. Bisa Anda ceritakan tentang dunia yang telah Anda buat di koleksi kolaborasi ini? Pada barang sekecil ini, saya ingin memasukkan dan bermain dengan ide-ide dari dunia luas penuh warna, bentuk, refleksi dan transparansi.

CGW Magazine 115


Fashion Forward

Color Your Life! Ketika gaya modern berpadu dengan dongeng nan indah, momen magis pun tercipta

116 CGW Magazine


HALAMAN SAMPING DARI KIRI ATAS SEARAH JARUM JAM Coralie Charriol ; Arloji Forever Blue Lotus; Arloji Forever Burgundy; Motif lace di sekeliling case arloji Prune Lotus; Bangle Forever Young dalam warna-warni ceria

S

Motif ini terinspirasi dari desain lattice ‘Mashrabiya’ yang misterius dan memukau dalam arsitektur khas Arab

aat pergantian musim menjelang akhir tahun tiba dan cuaca semakin terasa dingin dan berkabut, sentuhan warna-warni ceria dari perhiasan dan jam tangan Charriol ini akan membangkitkan suasana hati dan membuat hidup kembali ceria. Tahun ini Charriol memang memanjakan kaum wanita dengan serangkaian produk terbarunya dari lini Forever yang modern dalam nuansa warna pelangi. Koleksi yang didesain oleh Direktur Kreatif Charriol, Coralie Charriol-Paul hadir dengan pilihan model jam tangan dan perhiasan yang variatif dalam warna-warni mencolok, serta desain yang modis dan fashionable. Tersedia dalam enam pilihan warna: lady pink, sweet lavender, purple haze, snow white, turquoise, dan black, perhiasan dari lini Forever Thin terdiri dari gelang model bangle dengan bentuk yang ramping, cincin, anting, dan kalung yang cocok dikenakan dalam suasana apapun dan memiliki daya tarik yang abadi. Motif kabel bajanya yang khas dipilin rapi di antara rim, memberikan ciri khas dan kesan yang mewah. Kalung dari koleksi ini menampilkan liontin dengan fitur serupa yang cantik dan menjadi pemanis dari

HALAMAN INI DARI KIRI ATAS SEARAH JARUM JAM Pilihan bangle Forever Thin; Model mengenakan Charriol Bangle Celtic; Charriol Bangle Celtic; Charriol Banglemania; Satu set perhiasan dari lini Forever Thin

untaian rantai kalung dengan panjang yang ideal untuk menonjolkan bagian leher dan bahu. Untuk model jam tangan wanitanya, esensi dari koleksi perhiasan lini Forever tetap dipertahankan, dengan motif kabel khas berwarna dan motif lattice bergaya ketimuran. Terdapat pilihan dari bahan baja, emas kuning maupun pink gold, arloji berdiameter 32mm ini dipercantik dengan gelang jam yang menampilkan desain twisted cable khas Charriol dan dekorasi clip insignia. Seperti koleksi perhiasan dan tas dari lini Forever yang penuh warna, tali jam tangan ini juga hadir dalam pilihan warna pantone steel, blue, prune, atau burgundy. Pilihan desain dasar muka jam ‘Mixed Numerals’, ‘Flower’, atau ‘Diamonds Dots’ yang inovatif menambahkan sentuhan yang manis pada bagian dial jam tangan bergaya feminin ini. Motif lattice dengan pola diamond di sekeliling case arloji sama seperti yang ditampilkan pada koleksi bangle dan bracelet cuff Forever ini dan terinspirasi dari desain lattice ‘Mashrabiya’ yang misterius dan memukau dalam arsitektur khas Arab, yang memberikan sentuhan elegan dan kontemporer.

CGW Magazine 117


Special Report

HONG KONG WATCH & CLOCK FAIR Apakah Anda termasuk kolektor jam tangan yang setia pada modelmodel jam tangan tradisional buatan Swiss yang mewah dan tak lekang oleh waktu, atau justru mulai beralih menggandrungi ‘smartwatch’? Atau Anda tengah mencari alat penunjuk waktu yang modern, canggih namun dengan harga terjangkau, seperti jam cincin Ringlock dengan model futuristik yang dapat menunjukkan waktu dengan cara yang unik, atau bahkan tali jam tangan yang dapat berfungsi sebagai pengisi cadangan daya, yang kami temukan di pameran Hong Kong Watch & Clock Fair ke-35 yang baru lalu.

118 CGW Magazine

Antara tren, tantangan dan teknologi terbaru di dunia horologi


Setiap tahunnya, September merupakan bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh para penggemar perhiasan dan jam tangan yang berada di Hong Kong dan kawasan Asia. Karena di bulan inilah para pelaku di industri perhiasan dan jam tangan dari berbagai belahan dunia berkumpul di Hong Kong Convention and Exhibition Centre (HKCEC) dan memamerkan berbagai koleksi terbaru mereka. Tahun ini, tak kurang dari 20.000 pembeli hadir menyemarakkan ajang pameran Hong Kong Watch & Clock Fair ke-35 yang di selenggarakan oleh HKTDC (Hong Kong Trade Development Council) mulai tanggal 6 hingga 10 September lalu. Perhelatan tahunan terbesar di kawasan Asia yang berhasil menarik minat puluhan ribu penggemar jam tangan dan pemain di industri horologi ini telah memasuki tahun ke35 dan merupakan kolaborasi apik antara HKTDC, Hong Kong Watch Manufacturers Association Ltd dan The Federation of Hong Kong Watch Trades and Industries Ltd. Dan tahun ini Hong Kong Watch & Clock Fair telah menjadi saksi dari pertumbuhan tinggi dalam jumlah pembeli dari pasar Asia seperti India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina dan Thailand, selain pertumbuhan dari kawasan di luar Asia, termasuk Australia, Swedia, Rusia, Kanada, Amerika Serikat dan Iran.

Tahun ini, tren yang paling menyita perhatian para penggemar jam tangan di belahan Asia adalah demam ‘smartwatch’

HALAMAN SAMPING DARI ATAS Salon de TE - Halls 3C-E: Arloji Quantum seri Q-Master yang unik HALAMAN INI DARI KIRI ATAS Wong You-nam mengenakan arloji Memorigin; Karena Ng mengenakan arloji Enicar; HKTDC Watch & Clock Fair 2016 resmi dibuka pada 6 September lalu dengan pengguntingan pita

CGW Magazine 119


HALAMAN INI DARI KIRI ATAS SEARAH JARUM JAM Ketiga model di atas mengenakan arloji dari berbagai merek jam asal Hong Kong dan China; Team HKTDC, Bertha Chan, Mannie Wong, Michelle Wong dan Lesley Cheung; Model mengenakan arloji Enicar

Akan lebih banyak varietas yang akan diperkenalkan ke pasar dan menawarkan lebih banyak pilihan kepada pembeli 120 CGW Magazine

HALAMAN SAMPING DARI KIRI ATAS SEARAH JARUM JAM Philippe Barro, CEO Juvet; Masahiro Suzuki dari Rhythm, Jepang; Dua bersaudara dari Arikan Time, Turki; Jam cincin Ringlock dengan model futuristik; Ollivier Savelli pendiri merek jam Ollivier SavĂŠo, dari Swiss dan dua desain jam tangan terbarunya


Apa yang menarik dari pameran tahun ini? Topik yang masih hangat diperbincangkan sejang ajang SIHH dan Baselworld tahun ini adalah lesunya industri jam tangan mewah, terutama jam tangan tradisional di tengah krisis ekonomi yang penuh tantangan. Namun hal itu tidak membuat denyut jantung industri pembuatan jam berhenti berdetak, bahkan pasar jam tangan di kawasan Asia dan Timur Tengah kini semakin semarak dan menjanjikan. Tahun ini, tren yang paling menyita perhatian para penggemar jam tangan di belahan Asia adalah demam ‘smartwatch’ alias jam tangan pintar yang kian populer, sementara jam tangan fashion pun memiliki potensi yang paling menjanjikan. Seperti diakui oleh Wakil Direktur Eksekutif HKTDC, Benjamin Chau, “Di tengah krisis ekonomi, permintaan untuk jam tangan mewah dan jam masih lemah. Kita bisa melihat bahwa industri ini bergeser dari merek-merek jam tangan mewah tradisional ke arah merek jam di pasar menengah, merek independen dan bahkan jam tangan pintar yang baru di pasar.” Hal ini membawa sisi positif, dengan semakin banyaknya produsen jam tangan tradisional yang mencari cara untuk mendapatkan keuntungan di sektor ini, Benjamin yakin bahwa akan lebih banyak varietas yang akan diperkenalkan ke pasar dan menawarkan lebih banyak pilihan kepada pembeli. Untuk memenuhi permintaan pasar, penyelenggara pameran tahun ini memperkenalkan zona baru, OEM Smart Watches Zone dimana para peserta pameran menampilkan ‘wearable tech’ (teknologi terbaru yang dapat dikenakan), selain Salon de TE tentunya, yang menampilkan berbagai merek jam tangan premium internasional dan desain kelas dunia dan terdiri dari lima zona tematik; World Brand Piazza, Renaissance Moment, Chic & Trendy, Craft Treasure and Wearable Tech. Dan demi memenuhi permintaan pelanggan Asia akan merek jam tangan Swiss berkualitas tinggi, Swiss Eminence kembali hadir tahun ini dan menampilkan enam merek jam tangan Swiss premium. Sementara Swiss Independent Watchmaking Pavilion (SIWP) juga membawa tujuh merek jam tangan independen dengan keahlian yang luar biasa, termasuk Ollivier Saveo, karya Ollivier Savelli. Secara total, Salon de TE berhasil merangkul hampir 40 merek jam tangan Swiss tahun ini. CGW Magazine 121


HALAMAN INI DARI KIRI ATAS SEARAH JARUM JAM CEO Bovet, Pascal Raffy; Chairman Federation of Hong Kong Watch Trade and Industries, Esther Wong; Peluncuran Cupid Memory Watch; Presentasi tentang jam tangan buatan Asia sebagai alternatif terhadap jam Swiss; Dari kiri, Jan Akbar dari HKTDC, Jhony Suryadi dan Salim Kartono dari PT. Catur Mitrajaya Lestari, Hendra Kesuma dari RADA Time, Tjhai Leonardi dan Dedy Hendro dari PT. Royal Pillar International; Dari kiri, HKTDC Manager Marketing Exhinition Department Annie Chang, HKTDC Director, Exhibitions Market Development, Johnny Wan dan Lulu F. Pasha

122 CGW Magazine

Yang menarik adalah dengan hadirnya para peserta pameran pembuat jam tangan yang berasal dari berbagai negara yang belum memiliki rekam jejak panjang di industri pembuatan jam tangan seperti halnya Swiss, Jepang atau Korea, namun memiliki karya-karya yang cukup mengagumkan, diantaranya adalah manufaktur dan merek jam tangan dari Turki, Taiwan, Monaco, bahkan Iran. Dan jika ada yang patut dicermati, dengan ketatnya persaingan di pasar jam saat ini yang dibarengi dengan krisis ekonomi yang cukup panjang, teknologi yang kian canggih membuka peluang yang semakin besar untuk para pengikut yang dengan mudahnya meniru desain hingga fitur jam tangan dari merek-merek terkenal. Secara teknis, terlihat kecenderungan sistematis dari para peserta pameran asal Cina dalam hal menguji batas-batas dalam desain jam tangan. Berbagai model jam tangan buatan Swiss yang sukses di pasar mereka teliti dari setiap sudut, dan fitur-fitur tertentu kemudian dijadikan panduan utama dalam mereproduksi model untuk pemakaian sehari-hari dengan kemiripan visual yang begitu jelas dan harga lebih rendah. Namun bagi mereka yang mengerti kualitas jam tangan tradisional mewah asal Swiss tentu tidak akan dengan mudah mempertaruhkan semua itu dan menjatuhkan pilihan pada arloji-arloji dengan kualitas biasa dan harga lebih terjangkau. Alih-alih mengganti jam tangan tradisional mewah Anda dengan mengikuti tren smartwatch yang lebih terlihat seperti gadget dibandingkan jam tangan, lebih bijak kiranya jika Anda menambah koleksi dengan satu atau dua buah jam tangan pintar itu yang bisa digunakan untuk mengukur denyut jantung dan tekanan darah, dan bukan untuk Anda simpan dan wariskan ke anak cucu.


OMEGA

TIME TO TRAVEL All About Luxury Travels Parties Around The Globe


Time Travel

EPICUREAN

ADVENTURE

Nikmati kuliner menggoda selera dan pengalaman terindah yang ditawarkan Alila Villas Uluwatu, Bali

124 CGW Magazine


Pemandangan lepas ke Samudera Hindia yang menakjubkan dari atas bukit, karena lokasi strategis Alila Villas Uluwatu yang berada di atas tebing

D

aya tarik apa saja yang membuat para wisatawan asing maupun lokal tergoda untuk berkunjung ke Pulau Dewata, selain untuk menikmati keindahan alam dan pantainya? Wisata kuliner adalah salah satunya. Dan tentu yang menjadi tujuan utama dari para penikmat kuliner yang berkunjung ke Bali adalah makanan khas Bali dan tradisional Indonesia. Jika Anda mencari tempat yang berkesan dan berkelas untuk menikmati santapan khas tersebut sembari menikmati indahnya pemandangan ke laut lepas, The Warung di Alila Villas Uluwatu adalah pilihan yang sempurna. Hadirnya restoran The Warung yang menawarkan pengalaman kuliner yang unik dan tak terlupakan bagi para pecinta kuliner tentu menambah keunggulan dari resor mewah yang terletak di atas tebing ini. Alila Villas Uluwatu sendiri telah mendapatkan pengakuan dunia dalam hal keindahan, fasilitas resor hingga layanan eksklusifnya, diantaranya penghargaan sebagai ‘The Greatest Hotels in Asia 2016’ dari Telegraph Travel UK, ‘The Best Swimming Pools In The World 2016’ dari Conde Nast Traveller UK, ‘Ultimate Honeymoon Destinations 2016’ dari Sheerluxe Singapore, dan ‘9 Best Pool Cabanas On The Planet’ dari Bravo TV – USA, 2016. Restoran dengan masakan Indonesia terbaik di wilayah Uluwatu, Bali ini secara konsisten menawarkan pengalaman menikmati hidangan otentik Bali dan Indonesia yang disajikan dengan presentasi yang unik dan detil. Misalnya penggunaan papan congklak dari kayu untuk menyajikan aneka macam pilihan sambal, sehingga tampilan sambal Matah pun terlihat semakin menggugah selera. Presentasi dan cara penyajian makanan CGW Magazine 125


126 CGW Magazine


Beragam menu kuliner nusantara disajikan, mulai dari daerah Padang, Jawa, Bali hingga Sulawesi ALILA VILLAS ULUWATU Jl. Belimbing Sari, Banjar Tambiyak Desa Pecatu, Bali Phone: +62 361 848 21 66 www.alilahotels.com/uluwatu

hanyalah awal dari pengalaman kuliner yang menjadi daya tarik The Warung, karena suasana sekitar pun menjadi unsur penting dalam pengalaman bersantap. Restoran ini menawarkan suasana bersantap yang eksklusif, dengan pemandangan lepas ke Samudera Hindia yang menakjubkan dari atas bukit, karena lokasi strategis Alila Villas Uluwatu yang berada di atas tebing. Hidangan yang disajikan sangat menggugah selera namun tidak menggunakan penyedap rasa, melainkan dibuat dengan menggunakan produk lokal yang masih segar dari kebun organik. Beragam menu kuliner nusantara disajikan, mulai dari daerah Padang, Jawa, Bali hingga Sulawesi, dan diantara menu yang menyajikan hidangan khas Bali, terdapat masakan Ayam Betutu yang khas, terbuat dari ayam yang diisi dengan bumbu dan daun singkong, dibungkus daun pisang dan dikukus selama tiga jam hingga

lembut; Ikan Bakar Jimbaran, Bebek Menyatnyat yang sangat khas Klungkung, hingga Sate Lilit Ikan yang sangat populer di Bali dan favorit bagi wisatawan mancanegara. Dari pulau jawa terdapat pilihan seperti Nasi liwet, hidangan nasi gurih dari Solo, yang dimasak dalam santan dan rempah-rempah, dan disajikan dengan kari ayam dan sambal Jawa; Laksa Jakarta, Krengseng Kambing, Ikan Tauco hingga Ayam Mangkunegaran. Jika Anda merencanakan liburan ke Bali, sempatkan mengunjungi The Warung dan manjakan selera Anda dengan kuliner Indonesia yang menggoda selera sembari menikmati hangatnya sinar mentari, semilir angin nan sejuk dan keindahan laut di siang hari, atau pengalaman bersantap malam yang romantis di bawah gemerlap bintang.

CGW Magazine 127


Time For Art

LOVE

Tribute

Persembahan cinta dari anak bangsa yang patut diberi apresiasi @Foto: Santhi Serad

S

emua berawal dari kekaguman dan cinta. Kekaguman seorang BJ. Habibie terhadap kejeniusan komponis dan pianis kenamaan asal Indonesia yang karya-karyanya sudah diakui dunia, Ananda Sukarlan, dan kekaguman sang pianis terhadap tokoh nasional itu, dan keduanya ternyata dipertemukan karena sama-sama penikmat musik klasik. Sudah ketiga kalinya Ananda mendapatkan kesempatan menggarap musik untuk Presiden ketiga Indonesia tersebut, dimana kali ini ia diminta menggubah pidato dan doa-doa BJ Habibie untuk almarhum istrinya, Hasri Ainun Besari, sebagai hadiah spesial tanda cinta abadinya terhadap almarhum istrinya, dan dalam rangka ulang tahun Habibie yang ke-80. Kolaborasi pertama mereka adalah saat Ananda diminta Habibie untuk membuat musik dengan tema cinta, yang kedua dikaitkan dengan teknologi sehingga ada permainan tempo yang ‘menggambarkan’ seolah mesin pesawat terbang akan take off, dan yang terbaru ini adalah gubahan lagu untuk seorang ibu. Ibu yang dimaksud ternyata bukan hanya Ainun, melainkan juga Ibu Pertiwi. “Saya menggubah pidato dan doa-doa Habibie ke dalam musik, baik tentang cintanya kepada Ibu Ainun maupun tentang visinya terhadap Tanah Air. Karya ini diberi judul ‘An Ode to the Nation’ untuk tenor solo, paduan suara anak-anak dan orkes kamar,” ungkapnya. Pagelaran karya megah yang diadakan di Goethe Haus (Pusat Kebudayaan Jerman) di Jakarta pada 12 Agustus lalu itu diambil dari doa dan pidato B.J. Habibie, dan berdasarkan dua tulisan Habibie, yaitu ‘Manunggal’ (doanya setelah wafatnya Ainun) dan ‘Padamu Ibu Pertiwi’. Konser monumen cinta ini merupakan kolaborasi dari Yayasan Habibie & Ainun pimpinan Ilham Habibie dan Ananda Sukarlan Center, dan menampilkan para pemusik muda hingga pemenang Ananda Sukarlan Award Piano Competition. Penyanyi tenor dipercayakan kepada pemenang Kompetisi Vokal Nasional ‘Tembang Puitik 128 CGW Magazine

B.J Habibie dan Ananda Sukarlan


Sang maestro bersiap sebelum konser

Ilham Habibie

Widhawan Pradhita, Gabriella Prisca Handoko dan Ayunia Indri Saputro

ringi Widhawan Pradhita

Unity Children Choir mengi

Saya menggubah pidato dan doa-doa Habibie ke dalam musik, baik tentang cintanya kepada Ibu Ainun maupun tentang visinya terhadap Tanah Air

Unity Children Choir pimpinan Ana nda Sukarlan menyerahkan buket bunga pada Ilha m Habibie

Ananda Sukarlan’, Widhawan Aryo Pradhita. Pemain piano keduanya adalah pemenang Ananda Sukarlan Award kategori Junior yang berasal dari Surabaya, yaitu Ayunia Indri Saputro (17) dan Gabriella Prisca Handoko (14 tahun). Unity Children Choir pimpinan Ananda Sukarlan turut memeriahkan konser malam itu. Acara puncak berupa penampilan Ananda dengan karyanya ‘An Ode to the Nation’ yang berdurasi 25 menit, yang menggunakan elemen dari musik daerah Riau (Soleram) dan teks dari Habibie sendiri, ‘Manunggal’ dan ‘Padamu Ibu Pertiwi’, hingga ‘Rapsodia Nusantara’ yang telah menjadi favorit sang mantan presiden dan sesuai dengan visinya untuk membawa seni dan budaya beridentitas Indonesia dalam segala ranah, termasuk musik klasik. Konser serupa ditampilkan oleh Ananda Sukarlan di ajang World Culture Forum (WCF) ke-2 tahun ini di Nusa Dua Bali pada tanggal 10-13 Oktober lalu. Terdapat 3 karya orkes Ananda Sukarlan yang ditampilkan di konser tersebut. Yang pertama adalah ‘Selamat Pagi, Indonesia’ berdasarkan puisi Sapardi Djoko Damono, sebuah duet untuk soprano, tenor dan orkes. Kemudian ‘Fantasy on Selendang Sutra’ yang merupakan karya untuk piano dan orkes berdurasi 7 menit yang megah, digubah dari lagu Ismail Marzuki dan telah sukses dipagelarkan oleh Nusantara Symphony Orchestra di acara 10 tahun Indonesia Opera Society (IOS) awal September lalu.

CGW Magazine

129


Time For Art

Pride of

Indonesia

Ulang tahun ke-10 Indonesia Opera Society dirayakan secara megah dengan dukungan 10 negara dan ratusan tamu undangan istimewa lainnya

N

“Kami ingin mempromosikan opera di Indonesia dengan mempromosikan interaksi antara seniman dan musisi lokal maupun luar negeri, sehingga terjadi pertukaran pengetahuan” ~ Erza S.T 130 CGW Magazine

uansa megah dengan sentuhan budaya Indonesia begitu terasa saat para tamu undangan VIP hingga Duta Besar negara-negara tetangga memasuki ruangan Segara Ballroom di hotel The Dharmawangsa Jakarta pada tanggal 7 September lalu. Malam itu menandai perayaan HUT ke-10 Indonesia Opera Society (IOS), satusatunya perkumpulan opera di Indonesia yang menyajikan musik klasik dan opera budaya Indonesia dan telah sukses memproduseri berbagai acara opera di Jakarta. Pendiri dan Produser Eksekutif IOS, Erza ST mengaku bangga atas pencapaian Opera yang didirikannya bersama Dr. Mari E. Mulyani dan Srisetiowati Seiful 10 tahun yang lalu itu, dan berujar, “Bahkan di kota-kota besar di mana masyarakat opera jauh lebih besar daripada di Indonesia, opera gala dengan makan malam dalam skala sebesar ini sangat jarang diproduksi karena tingkat kesulitan dalam organisasinya.” Ia melanjutkan, “Kami ingin mempromosikan opera di Indonesia dengan melakukan serangkaian acara dalam rangka untuk mempromosikan interaksi antara seniman dan musisi lokal maupun luar negeri, sehingga terjadi pertukaran pengetahuan, yang selalu menjadi tujuan utama kami.” Lebih dari 600 tamu undangan VIP dan para penikmat musik klasik dan opera yang hadir pada malam itu dihibur oleh Opera Gala yang spektakuler, yang menampilkan para penyanyi opera kelas dunia dari 10 negara termasuk dari Indonesia. Para artis ini adalah penyanyi Soprano Evelyn Merrelita (Indonesia), Gayane Vardanyan (Armenia), Anna Dinna Migallos (Filipina) dan Amelie Fleetwood (Swedia); Mezzosoprano Angelique Noldus (Belgia) dan Tamta Tarieli (Georgia); tenor Anando Mukerjee (India) dan Fransico Corujo (Spanyol); penyanyi bariton Massimo Di Stefano (Italia) dan Tim Kuypers (Belanda); dan penyanyi bass Harland Hutabarat (Indonesia). Mereka diiringi oleh Nusantara Symphony Orchestra dari Indonesia, dipimpin oleh Konduktor Hikotaro Yazaki dari Jepang, yang telah melakukan kolaborasi sebelumnya


Erza S.T. bersama Era Soekamto, Inti Subagio, Tience Sumartini dan Deborah Iskandar

Artis - artis opera: Tamta Tarieli (Georgia), Ananda Sukarlan, Massimo Di Stefano (Itali), Anna Migallos (Filipina), Tim Kuypers (Belanda), Francisco Corujo (Spanyol), Angelique Noldus (Belgia), Amelie Fleetwood (Swedia), Gayane Vardanyan (Armenia) dan Anando Mukherjee (India)

Penyanyi soprano Amelie Fleetwood

Prof. Subroto (duduk) bersama Ermanda Siregar, Ratih Subroto, Reza Yo, Miranda Goeltom dan Oloan Siahaan

Sang maestro, Ananda Sukarlan

r, h Harijadi, Jaroslav Gaisle Alexander Nayoan, Jacinto bersulang bersama Jana Gaisler dan Mien Un

dengan Nusantara Symphony Orchestra yang dididirikan oleh Miranda Goeltom, dan pianis dan komposer kenamaan yang telah mendapatkan pengakuan internasional yaitu Ananda Sukarlan. Seluruh artis ini mengenakan busana bermotif Batik khas Indonesia, dan Ananda Sukarlan khusus menciptakan piano concerto 7 menit yang bertajuk ‘Fantasia di Selendang Sutra’ yang Anando Mukherjee, Angelique diadaptasi dari lagu karya komposer Ismail Noldus, Evelyn Merrelita dan Massimo Di Stefano Marzuki. Ananda terinspirasi oleh tema lagu yang diciptakan tahun 1946 tersebut yang menceritakan kisah dimana seorang gadis memberikan selendang sutera kepada kekasihnya yang seorang prajurit sebelum berangkat berperang, “Dan pendiri IOS Erza ST jarang terlihat tanpa selendang atau syal, itu semua telah mengilhami saya!” Acara megah ini ditutup dengan jamuan makan malam yang juga spektakuler, dimana para tamu undangan dimanjakan dengan pilihan menu utama yang dipersiapkan oleh Chef Chef Gilles Marx dari Amuz untuk menu berbahan dasar daging, Chef Felix Budisetiawan of The Dharmawangsa Jakarta untuk menu ikan, dan Chef Petty Elliott untuk menu vegetarian.

Penyanyi tenor, Fransico Corujo dari Spanyol

Penyanyi bariton, Tim

Kuypers CGW Magazine

131


Glitz & Glam IWC Takes Flight Tak kurang dari 120 tamu VIP menghadiri acara cocktail malam eksklusif untuk menandai peluncuran resmi koleksi IWC Pilot terbaru di Indonesia, yang berlangsung di Burgundy Grand Hyatt Jakarta, pada 20 Juli lalu. Interior Burgudy berubah dengan desain yang terinspirasi vintage tahun 1930, membawa kembali ke zaman keemasan penerbangan, lengkap dengan elemen dekoratif vintage, seperti foto berbingkai dari pilot dan pesawat tua, dan koper-koper kuno. Managing Director IWC Asia Tenggara, Matthieu Dupont memperkenalkan kepada para tamu, serangkaian koleksi terbaru IWC termasuk diantaranya Big Pilot’s Watch (Ref. 5009) dan arloji Pilot’s Watch Automatic 36 (Ref. 3240) terbaru. Model lain yang dipajang termasuk edisi khusus, Big Pilot’s Watch Perpetual Calendar Edition “Antoine de Saint Exupéry” (Ref. 5038) dan Big Pilot’s Watch TOP GUN (Ref. 5020).

IWC SEA Managing Director, Matthieu Dupont

Shannon Hartono Marissa Nasution

Sonia Wibisono

Konferensi Pers Bulgari di ajang BaselWorld 2016 Clarissa Untung dan Yenny Dewi diapit para model

Anthony Filan

Samuel Wongso dan Abraham Srijaya diapit para model

Titi Kamal dan Christian Sugiono

Erza S.T dan Mien Uno

Ted Sulisto 132 CGW Magazine


Irwan Danny Mussry diapit Ruth Sahanaya dan Titi DJ

Catherine Ang, Caroline Scheufele dan Stephan Ritzmann

Timeless Luxury Pada tanggal 1 Juni lalu, Co–President & Direktur Artistik Chopard, Caroline Scheufele yang didampingi oleh President & CEO of Time International, Irwan D. Mussry sebagai peritel resmi Chopard di Indonesia meresmikan pembukaan butik Chopard pertama di Plaza Indonesia, Jakarta,seluas 82 meter persegi karya arsitek asal Prancis, Thierry Despont. Pengguntingan pita didampingi oleh Mia Egron, Director & CCO Plaza Indonesia dan Stephan Ritzmann, CEO Chopard Asia. Acara dilanjutkan dengan pesta pada tanggal 2 Juni di Residence OnFive, Grand Hyatt Hotel Jakarta yang dihadiri para tamu VIP dan dimeriahkan oleh penampilan TRUTH (Titi DJ dan Ruth Sahanaya) dan peragaan perhiasan mewah Chopard.

Ruhut Sitompul dan Irwan Danny

Mussry

Susan Bachtiar

Calista, Deborah Iskandar dan Wanda Ponika

Marissa Nasution

Michelle Sassoon, Caroline Scheufele dan Victor Sassoon

Christian Brey dan Caroline Scheufele

Mia Egron, Stephan Ritzmann dan Shannon Hartono CGW Magazine 133


Charriol’s Touch Pada tanggal 1 Juni lalu, brand jam tangan dan perhiasan mewah asal Swiss, Charriol memperkenalkan koleksi 2016-2017 terbarunya dari ajang Baselworld 2016 bagi para penggemar perhiasan dan jam tangan di Tanah Air. Acara yang berlangsung di Heritage Room, Hotel Indonesia Kempinski itu dipandu oleh Antoine Lecomte, Direktur PT Jamasia Infinite Luxury, distributor eksklusif Charriol di Indonesia, didampingi duta merek ini di Indonesia Rio Dewanto, dan dimeriahkan oleh fashion show koleksi Charriol terbaru oleh para model dan dipandu oleh duo MC, Maria dan Elizabeth Rahajeng. Diantara koleksi yang ditampilkan adalah jam tangan Forever yang terinspirasi dari desain koleksi perhiasan dengan nama sama, St-Tropez yang ikonik dan mewah, jam tangan Celtica, hingga perhiasan Celtic dengan sentuhan modern.

Rio Dewanto mengenakan arloji Celtica dan cincin

Forever

Para model mengenakan perhiasan dan jam tangan Charriol

Arloji Charriol Lady St. Tropez Glam Moon

Maria dan Elizabeth Rahajeng mengenakan kolek

si Charriol

Tiga pilihan arloji Charriol Forever

Antoine Lecomte, Sari Kusumaningrum, Lulu F. Pasha, Adeste Adipriyanti, Ursula Sitorus dan Rio Dewanto memamerkan arloji dan perhiasan Charriol 134 CGW Magazine

Model mengenakan arloji dan gelang Charriol


Timeless Elegance Pada tanggal 12 Mei lalu, CEO & CoFounder Hautlence yang karismatik, Sandro Reginelli khusus didatangkan dari Swiss ke Jakarta untuk memberikan update terbaru bagi para penggemar dan kolektor jam tangan mewah di Indonesia. Bertempat di Hautlounge, Hautlence Boutique Pacific Place Ground Floor 65A, Jakarta, Sandro menyampaikan presentasi mengenai berbagai keunggulan pada koleksi terbaru jam tangan Hautlence yang diluncurkan di ajang SIHH dan BaselWorld 2016, diantaranya Hautlence Vortex 02, Hautlence HL2 hingga Hautlence Invictus yang ikonik. Didampingi oleh CEO MELB Holding, Bertrand Meylan dan CEO PT. Eurobutik Bangun Indonesia, Kartika S. Winata yang merupakan peritel eksklusif merek ini di Indonesia, Sandro menunjukkan beberapa koleksi terbaru Hautlence di hadapan para tamu VIP dan awak media yang hadir.

Sandro Reginelli, CEO & CoFounder Hautlence

Fitri Utami Romi Winata dan Bertrand Meylan

Kartika S. Winata di depan Butik Hautlence

Arloji Hautlence Vortex Bronze

Arloji Hautlence Vortex 02 terbaru

Piri Winadi

CGW Magazine 135


Marco Groten, Mike Lewis dan Steve Jeisman Para model mengenakan perhiasan John Hardy

dan busana dari BIASA

A Feast For All Senses

Alila Villas Uluwatu Bali bermandikan cahaya mentari menjelang terbenam dan permata berkilauan yang dikenakan para model yang memeriahkan pesta pembukaan restoran The Warung pada tanggal 15 Juli lalu. Para tamu VIP malam itu dihibur dengan peragaan busana dari BIASA dan perhiasan perak dan permata dari John Hardy, yang keduanya sarat terinspirasi oleh budaya Indonesia. Sajian makanan tradisional Indonesia dan Bali yang menggoda selera hadir dalam presentasi yang mengagumkan dan unik, disajikan oleh para pelayan yang mengenakan pakaian semi tradisional Bali dan ditingkahi musik tradisional Bali, semakin menjadikan malam pembukaan The Warung sangat berkesan dan merupakan persembahan terindah bagi panca indra yang dihadirkan oleh Alila Villas Uluwatu.

dom Lulu, Risti Brophy dan Devina Hin

Chef Eling dari The Warung, Alila Uluwatu

DJ Halim Ardie

Fabiola Aisha, Ami Jeisman dan Indah Kalalo

Interior The Warung 136 CGW Magazine

Model mengenakan perhi asan John Hardy

Matilda mengenakan gaun Alizea dari Foulard Freedom Collection, BIASA

Seniman perhiasan John Hardy


Endless Beauty Bertempat di galeri perhiasan cantiknya di Pendhapa Pusthika, Jl. Tirtayasa 7 no.7 Kebayoran Baru, Jakarta pada 3 Mei lalu, desainer perhiasan ternama Indonesia, Reby Feby mengadakan acara yang sangat memanjakan kaum wanita, yang bertajuk ‘Beautifully Yours’. Ajang yang dihadiri para isteri Duta Besar dari negara-negara sahabat dan para publik figur ini menampilkan Beauty Session khusus yang dipandu oleh makeup artist ternama, Sugi dan dimeriahkan oleh peragaan perhiasan indah Reny Feby Jewelry yang anggun, mewah dan sarat dengan sentuhan budaya tradisional Indonesia. Turut hadir menyemarakkan sore itu adalah Farah Quinn yang terlihat anggun dalam balutan batik dan sentuhan perhiasan mewah rancangan Reny Feby.

Reny Feby

Madame Diana Lopato

Madame Noor Traavik

Farah Quinn

Lola Sakalova

Mirna Chamim

Sugi

Nida Nihayati

Eva Sitompul

Madame Iateme Mohammdi

CGW Magazine 137


We Shock Indonesia Peritel resmi merek jam tangan asal Jepang, Casio di Indonesia, PT. Gilang Agung Persada mengadakan peluncuran lini terbaru dari Casio G-Shock yang dikemas dalam sebuah pesta bertajuk ‘We Shock Indonesia’ yang berlangsung meriah di Empirica, SCBD, Jakarta pada tanggal 29 Agustus lalu. Acara dihadiri oleh VP Casio, Hiroshi Nakamura dan R&D Rep. Tatsuya Izaki, serta Sandiaga Uno yang ternyata adalah juga penggemar Casio G-Shock, dan dimeriahkan oleh para selebriti muda Indonesia, sosialita dan para penggemar jam tangan Casio G-Shock. Diantara koleksi terbaru yang ditampilkan adalah G-Shock MRG-G1000HT-1A Hammer Tone Edition yang eksklusif dan diproduksi sangat terbatas, memamerkan tekstur bezel unik yang menggunakan teknik Tsu-i-ki hasil tempaan pandai besi asal Jepang. Model lainnya termasuk Baby-G dan Edifice yang fashionable.

CEO PT. GAP, Ronny Bong

Mario Lawalata

Sandiaga Uno, Ronny Bong, Hiroshi Nakamura dan Tatsuya Izaki PT. VP CASIO, Hiroshi Nakamura berfoto bersama CEO GAP, Ronny Bong

Maruli Tampubolon

Harly Valentina dan kelompok musik RAN

Nadhira Suryadi dan model

Model mengenakan arloji Casio G-Shock A

G-Shock MRG-G1000HT-1 Hammer Tone Edition 138 CGW Magazine

Dea Ananda dan An

di Ariel Harsya


Kartika Winata dan Winson Winata

BRM Art Car dipamerkan bersama jam tangan BRM

V12-44-ART CAR

Pop Art Mania Pada tanggal 1 September lalu, PT. Eurobutik Bangun Indonesia selaku peritel resmi merek jam tangan mewah asal Prancis, Bernard Richard Manufacture (BRM) Chronographes berkolaborasi dengan agen pemegang merk mobil MINI di Indonesia, PT Maxindo International Nusantara Indah dan meluncurkan BRM Art Car di Pacific Place, sekaligus merilis jam tangan edisi terbatas, BRM V12-44-ART CAR yang hanya tersedia lima buah di Indonesia. Arloji ini akan diberikan khusus kepada para pembeli mobil MINI Countryman S edisi khusus yang didesain oleh BRM dengan sentuhan corak warna-warni pada bagian luar mobil. Motif warna-warni pada mobil maupun jam tangan edisi terbatas tersebut didesain khusus dan terinspirasi dari aliran pop art.

Mario Sabato

Salah satu model terbaru jam B.R.M

Benny Aroeman, Nyoman Tresna dan Ali

Setiawan

Piri Wirjadi, Putri Patricia dan Romy Winata

Ferdinand Putra dan Winson Winata

Rino dan Ferdinand Putra

CGW Magazine 139


Pioneering Spirit Merek produk mewah asal Swiss, Montblanc merayakan 110 tahun berdirinya dengan meluncurkan koleksi eksklusif dan legendaris, ‘Rouge et Noir’ dengan motif ular yang eksotis. Untuk pasar Indonesia, khusus diadakan acara peluncuran koleksi ini bersama dengan perayaan 10 tahun diluncurkannya koleksi 4810, bertempat di butik Montblanc, Plaza Senayan pada tanggal 15 Juni lalu. Selain konferensi pers dan wawancara eksklusif dengan Anouar Guerraoui (Montblanc SEA Managing Director), turut hadir sebagai pembicara adalah Andrew Senduk (Group CEO ORAMI). Selain koleksi eksklusif perayaan 110 tahun dalam edisi terbatas, Montblanc juga menampilkan berbagai lini terbaru dari produk jam tangan, perhiasan, aksesoris kulit dan tentu saja pena yang mewah.

Anouar Guerraoui dan Katharina Ueltschi

ard Suwanto dan Katharina Ueltschi Andrew Senduk, Anouar Guerraoui, Bern

Lawra Purnamasari Karin Lohardjo

Karin Lohardjo dan Katharina Ueltschi diapit team Montblanc Indonesia

140 CGW Magazine

Gerard Tan, Lulu dan Anouar Guerraoui


The King Is Back Legenda klub Manchester United, Eric Cantona yang dijuluki The King hadir di Jakarta pada tanggal 26 dan 27 September lalu, bukan sebagai mantan pesepak bola, namun sebagai Duta merek jam tangan mewah Hautlence. Didampingi oleh CEO dan Co-founder Hautlence Sandro Reginelli, Director PT. EBI Kartika S. Winata, dan CEO MELB Asia, Bertrand Meylan, sang legenda memperkenalkan pada para kolektor jam tangan mewah di Jakarta, mahakarya hasil kolaborasinya dengan Hautlence, yaitu jam tangan Concept d’Exception Vortex Primary. Pada acara pesta cocktail yang digelar di Ciputra Artpreneur Gallery Jakarta itu, Eric Cantona juga menyampaikan presentasi singkat tentang proses pembuatan jam tangan edisi terbatas yang sangat eksklusif itu, di hadapan para penggemar dan kolektor jam tangan mewah di Jakarta.

Ming dan Piri Sudjarwo

Sandro Reginelli, Eric Cantona dan Kartika Winata

Rianto Susanto dan Romy Winata Bertrand Meyland, Kartika Winata, Eric Cantona dan Sandro Regin

elli

Ferdinan Putra

Christabella

Victor Revino, Anwar, Lulu dan Pierre Rollet

Nadia Mulya

Nina Kaginda

Yulia S dan Hartanto Sutardja

Hendy Setiono

Syahrini

CGW Magazine 141


Ilham Habibie

Dedi Panigoro

Penyerahan bunga kepada Ilham Habibie sebagai penghargaan terhadap yayasan Habibie & Ainun

For Ainun With Love Pada tanggal 12 Agustus lalu, komponis dan pianis kenamaan Ananda Sukarlan sukses menyelenggarakan sebuah konser dan pagelaran perdana karya bertajuk ‘An Ode to The Nation’, yang berlangsung di Goethe Haus (Pusat Kebudayaan Jerman), Jakarta. Karya musik ini didasarkan pada doa dan pidato Presiden ketiga Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie, yang dikemas apik berkolaborasi dengan Yayasan Habibie & Ainun, dan menampilkan dua pemenang Ananda Sukarlan Award Piano Competition, penyanyi tenor Widhawan Aryo Pradhita dan paduan suara anak-anak Unity Children Choir, dan para pemusik seluruhnya mengenakan busana indah dari Alleira Batik. Turut hadir putera BJ Habibie, Ilham A. Habibie, pebisnis Dedi Panigoro dan para tamu undangan VIP lainnya. Sungguh sebuah persembahan anak bangsa yang patut diberi apresiasi.

Yohanna Yuni dan Ananda Sukarlan

Lilis Sulis

Chendra Panatan

Debra Yatim dan putrinya Zulaika turut hadir bersama kerabatnya

Karini Nugroho dan Santhi Serad

Baron Respati dan Olivia Pramaisella

Ananda menjadi konduktor dan pianis pada konser malam itu

142 CGW Magazine


Pengguntingan pita menandai pembukaan butik

Team SWATCH Group Indonesia, Andy Kalyman, Sukma Suliandy, Winny Windiarini, Maria Herijanti, Iwan Ng dan Steven Cheng

Omega di Plaza Indonesia

Star-Studded Party

Omega melalui peritel eksklusifnya Swatch Group Indonesia merayakan pembukaan kembali butik megahnya di Plaza Indonesia yang dikemas apik dalam sebuah pesta cocktail pada tanggal 21 September lalu. Acara dibuka dengan pengguntingan pita oleh VP Omega Indonesia, Novitasari Suharsono, Country Manager PT. Swatch Group Indonesia, William Yong, Presdir PT. Hourlogy Indah Perkasa yang mengoperasikan seluruh butik Omega di Indonesia, Renaldi Hutasoit, Director & COO PT Plaza Indonesia Realty, Mia Egron dan didampingi oleh Pevita Pearce dan Joe Taslim. Koleksi terbaru jam tangan Omega turut dihadirkan pada malam itu, termasuk Constellation yang mewah, Seamaster yang sporty hingga De Ville yang elegan dan beberapa koleksi Edisi Terbatas bagi para kolektor jam tangan mewah.

lim Mia Egron dan Soetikno Soedardjo Novitasari Suharsono dan Joe Tas

Asok Kumar, William Yong dan Yigit Saricinar Rinrin Marinka

Renaldi Hutasoit

Sari Nila

Regina Raquel

Moza Pramitha

Pevita Pearce dan Joe Taslim CGW Magazine 143


Rendhie Okjiasmoko, Irwan D. Mussry dan Santoso

It’s Time For Surabaya Pada 19 Agustus lalu, peritel jam tangan mewah di Indonesia, Time International merayakan pembukaan kembali butik The Time Place mereka di Tunjungan Plaza IV, Surabaya yang telah mengalami ekspansi besar dan memiliki desain interior yang modern. Berbagai merek jam tangan mewah dihadirkan di butik ini, dan kini terdapat ruang tambahan yang didedikasikan untuk merek-merek baru yang belum ditampilkan di butik tersebut, termasuk Jaeger-LeCoultre, Zenith, Frederique Constant dan Longines. Para tamu juga dapat menemukan berbagai koleksi terbaru dari Audemars Piguet, Baume & Mercier, Bell & Ross, Breitling, Cartier, Chopard, IWC, Panerai, Rolex, TAG Heuer dan Tudor. Hadir pada malam pembukaan tersebut, CEO dan Presdir Time International, Irwan Danny Mussry, yang menjamu para undangan VIP dan kolektor jam tangan mewah di Surabaya.

Irwan Mussry, Deborah Iskandar dan Senoadji S.

Suhargo

Natasha Oen, Foneke dan Margenie

William Yong dan Irwan Danny Mussry

Joelie Burhan 144 CGW Magazine

Doddy Haykel

Dian Apriliana Dewi dan Yulianasari Dewi

Sony Koo, Bunga, Michi, Geraldus Sugeng, Claudius Charles

Tyo J, Lisa Gunawan dan Ineke Widjaya


LAUNCHING SOON

For advertising & info, please contact : PT. Zamrud Khatulistiwa Media E-mail: info@zamrud-media.com / lulufuad@gmail.com


wv

News Around The Clock

Rebirth of the New Ballroom Pada 5 Agustus lalu, InterContinental Jakarta MidPlaza merayakan pembukaan kembali Grand Ballroom yang sangat megah, setelah selama 9 bulan mengalami proyek revitalisasi. Selesainya renovasi ini membuat tempat serbaguna yang luas ini dapat menerima hingga 1500 tamu untuk acara bisnis maupun beragam acara pesta pribadi, dengan segala fasilitas yang mumpuni dengan dekorasi elegan, dan didukung pula oleh konsep kuliner yang menarik. Hendrik Eising, General Manager InterContinental Jakarta MidPlaza mengaku, “Transformasi ini telah merevitalisasi Grand Ballroom kami dan memperluas daya tariknya di kalangan yang lebih luas. Kami berusaha memposisikan diri sebagai tempat terkemuka di jantung kota Jakarta untuk bisnis dan kegiatan-kegiatan sosial.� Grand Ballroom yang merupakan visi Design Studio SPIN ini juga didukung oleh tim penyelenggara yang profesional dan staf perjamuan yang selalu siap untuk melakukan yang terbaik demi kepuasan klien. www.jakarta.intercontinental.com

DARI ATAS, KI-KA: Chandelier megah di foyer menuju Grand Ballroom; Fasilitas mewah, layanan yang profesional dan konsep kuliner yang menarik; Dwi Sutarjantono, Director of Marketing Communications Prissilia Pangemanan, General Manager InterContinental Jakarta MidPlaza Hendrik Eising dan Lulu F. Pasha; Diantara tamu yang hadir, CEO Queen’s Tandoor, Girish Shamdasani dan ibunya, Mimi Hudoyo dan Lulu

146 CGW Magazine


wv

Midas Touch Bagi mereka yang gemar berinvestasi dengan logam mulia, kini terdapat alternatif produk emas dalam bentuk perhiasan yang sangat indah dan bermotif batik khas budaya Indonesia yang dapat dijadikan investasi maupun dikenakan sebagai perhiasan. PT. ANTAM (Persero) Tbk. Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian (UBPP) Logam Mulia, satu-satunya pabrik pengolahan dan pemurnian emas di Indonesia yang memiliki sertifikat London Bullion Market Association (LBMA), memperkenalkan pilihan baru bentuk berinvestasi yaitu dengan koleksi baru perhiasan emas dari label perhiasan LM Jewellery yang sangat indah, unik dan modern. Acara yang diadakan pada 26 September di Fairmont Hotel Jakarta itu dihadiri oleh Dody Martimbang, General Manager PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPP Logam Mulia dan team manajemen, serta dimeriahkan oleh jewellery show yang memamerkan keempat model perhiasan terbaru mereka, yaitu Adorare (menggunakan emas batangan motif Sido Mukti pada bezel), Magnus (motif Parang Barong), Nortia (motif Mega Mendung) dan Solidus (motif Kawung). www.antam.com

DARI ATAS, KI-KA: Para model bersama team manajemen PT. ANTAM (Persero) Tbk. Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian (UBPP) Logam Mulia; Model memeragakan perhiasan LM Jewellery; Peresmian peluncuran LM Jewellery; Ersa Mayori mengenakan liontin LM Jewellery; Empat model perhiasan terbaru yaitu Adorare, Magnus, Nortia dan Solidus; Lulu F. Pasha dan Ida Bayuni

CGW Magazine 147


News Around The Clock

Bring Out The Better You Pada 24 Agustus lalu, Himpunan Humas Hotel (H3) Jakarta mengadakan kegiatan workshop dan silaturahmi bersama media dan Jakarta Hotel Association di Millennium Hotel Sirih Jakarta. Acara dengan tema ‘Bring Out The Better You’ ini menampilkan Style Coaching dari desainer perhiasan Indonesia, Elizabeth Wahyu didampingi moderator Romy Herlambang. Ketua dari H3 Jakarta, Debby Setiawaty menjelaskan, “Melalui kegiatan #Presence, kami berharap praktisi HUMAS mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk kemajuan dunia profesionalisme mereka dan industri perhotelannya. Ide nama #PResence diambil dari beberapa hal yang mencerminkan karakteristik dasar yang esensial sebagai praktisi HUMAS, yaitu nilai Edukatif, Sinergis, Efisien, Normatif, Cermat dan Elegan.” Acara ditutup dengan silaturahmi bersama awak Media dan Eksekutif Komite dari Jakarta Hotel Association (JHA).

DARI ATAS: Para PR hotel Jakarta berfoto bersama para awak media; Romy Herlambang dan Debby Setiawaty menyerahkan plakat kepada Elizabeth Wahyu; Executive Committee JHA; Ari Ekaputri, Debby Setiawaty, Lulu F. Pasha dan Gina Desmeralda

Flavors Of Archipelago Demi menyambut hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-71, Marriott International menyelenggarakan untuk pertama kalinya, kolaborasi kuliner dari tujuh hotel Marriott di Indonesia dengan tajuk Indonesia Culinary Journey - Flavors of the Archipelago, mulai tanggal 15 Agustus hingga 6 September lalu di JW. Marriott Jakarta. Para koki berpengalaman dari JW Marriott Hotel Jakarta, The Mayflower, Jakarta - Marriott Executive Apartments, JW Marriott Hotel Medan, JW Marriott Hotel Surabaya, Courtyard by Marriott Bali, Seminyak, Courtyard by Marriott Bali, Nusa Dua, The Stones, Legian, Bali – A Marriott Autograph Collection Hotel berkolaborasi dan menyajikan 7 kuliner khusus untuk para tamu hotel. Ketujuh menu yang disajikan diantaranya adalah Spicy Gado-Gado Torti Roll, Rawon Iga dan Tahu Campur, Ikan Gerapu masak arsik khas Toba, hingga Gulai Daging Masak Tempoyak.

148 CGW Magazine

DARI KIRI: Director of Marketing Communications JW. Marriott Jakarta, T. Marlene Danusutedjo bersama desainer perhiasan Reny Feby dan tamu undangan lain; Tiga dari tujuh chef dengan kuliner andalan masing-masing; KI-KA: Ditri Abdulatief, Ivan Loviano, Lulu F. Pasha, Ananda Sukarlan, Astrid Amalia dan Burhanudin Abe


WATCHES Collector’s Guide®

INDONESIA

Edisi 06/2016

The digital edition of CGW INDONESIA MAGAZINE can be viewed and purchased through SCOOP, Scanie, Magzter, or Rockstand Digital from your PC, Mac, Tablet, iPad, iPhone or Android www.cgw-indonesia.com


BELMOND JIMBARAN PURI The supremely romantic Belmond Jimbaran Puri sits on one of Bali’s most beautiful beaches. Talcum-soft sands set the scene for a tropical retreat. As the sky turns crimson, birds sing overhead, and the scent of grilling fish entices you to dinner. Belmond Jimbaran Puri boasts a reputation as one of the most serene Bali hotels. Enjoy a massage by the sea, then let the calm, azure waters tempt you in. Stretch out in your garden and inhale the heady aroma of frangipani flowers. Be enchanted by this green oasis, where the sandy shore meets the shimmering ocean. Located on the quiet southern tip of the island, the resort is a convenient 10 minutes’ drive from Ngurah Rai International Airport.

Enjoy a massage by the sea, then let the calm, azure waters tempt you in.

For a truly indulgent stay in Bali, villas at Belmond Jimbaran Puri are an intimate haven. Step past manicured gardens and trickling lotus ponds to reach a hidden paradise. Cool marble floors and teak furnishings grace the spacious living area. A high-tech entertainment system blends subtly with traditional Balinese art. Recline on the oversized day-bed and look out onto the azure pool. Each bedroom enjoys exquisite en-suite facilities. Soak in the black-stone tub filled with fragrant salts. Refresh in the powerful indoor rainhead showers. With the amenities of the resort just a step away, they’re the perfect choice for a romantic honeymoon in Bali.

Belmond Jimbaran Puri Jl. Uluwatu, Yoga Perkanthi, Jimbaran, Kuta, Badung, Bali, 80361 Tel: (+62-361) 701605 Email: info.jpb@belmond.com www.belmond.com/jimbaran-puri-bali/luxury-resort


LIPUTAN EKSKLUSIF Hong Kong Watch & Clock Fair 2016 BRAND TALK Anouar Guerraoui Eric Cantona Maximilian Büsser Pierre Jacques

IN D

O NE

IN D O N ES

IA

Ult im ate

Edisi

Arn old

02/2

015

Che on g BR Jerom AN D TAL K e Lin de Lam be rt We rde lin PO INT Sch wa OF VIE W rze ne Rio Ha gg er rya nto

Gu ide

Yo ur

To

Ul ti

INDO

m

at e G ui

de

of Wa tch

To Th e

es

ld of Wat ch es

tch es of Wa

G u id

06 - 2016

at e Th e e To 026

442 418

ft e d

For

H e ig New

00

2442

-4188

C H O PA

RD

MB&F

M ig li a M il le Is A Child Who Survived h Adult A Creative ng W it c Ra ci Cl as si Of Th e Lu it Sp ir xu ry Of e Th e Ti m e Ca pt ur c k m a n W it h Lu ke h Ja 42 4180

A TBL M OithNHug

W h ts

NC

26

- 20 15

ch es

16 05 - 20

Wat ld of

2442

9 772

IDR 80,0

ISSN

9 7724

02

Wor ISSN

04 - 20 16

ti m r Ul

00 IDR 80,0-4188

IDR 80,000 ISSN 2442-4188

9 772442 418026

IDR

80,00

ISS

N 244

0

2-4188

9 772

442

BULGA

418

026

IN V IC

0 80,00188

RI

Ev an s

TUS,

M o rp

hos

L im

it e d

E d it

HAU

io n

2-4

N 244

ISS

03 15 - 20

2442

NESIA

LI PU TA N BA EK CO NN SE LW OR SK LU SI LD 20 F OI SS 15 Dr. Be EU R’ S CO RN rn MA ST ard Ch eo ER ng Ph ili ER S OF pp TI Ed ou e Ch ar ME ri ard Me yl ol PO IN an T OF Ka Sa m rt ik a VI EW ue l W A. Bu in at a di on o

Wor

e Wo rld To Th

Yo u

Cra IDR

N EK SKL C o ll e WaDutchbaesi LIPWaUTA c toCO r ’s & WotchndWeersek 2020USI15F NNO ISSG EUR u id’S CO 15 Dr. Be rna rd e ®RN ER

CG W

POINT OF VIEW Ananda Sukarlan Ilham Habibie Sandiaga Uno

Ed isINDONESIA i 04 /2 01 6

Th e Wo rld

SI A

ide ate Gu

O NE

Ult im

IN D

15

®

Yo ur

N

Your Ultimate Guide To The World of Watches

IN D O

E SI A

Yo ur

CG W

E d is

20 i 03/

SI A IN D O N E

/2 01 6

’s Gu id e

SI A

ES IA

Ed is i 05

WAT

r’

Edisi 06/2016

F LU SI EK SK 20 15 TA N ch LI PU ly Wat RN ER On S CO ng Th e EU R’ Ch eo LK OI SS ar d CO NN . Be rn AN D TANe ff Dr BR ri s Ch ia rd Pe rr EW en t VI Vi nc T OF rl an PO IN Su ka nt o da Su ta an s An ar le Ch

Co lle ct or

ES IA

ON CG W IND

ct o C o ll e

®

LUS IF N EK SK 16 LIP UTAWO RL D 20 al BA SEL ern ati on Int w 20 16 Ko ng Ho ng ell ery Sho TA LK Jew D BR AN ell i Re gin San dro Vo n Ka ne l W OF VIE PO INT Mik ola An an daHu tas oit Re na ldi CO RN ER SEU R’S on g CO NN OIS rna rd Che Dr. Be

CG W IND ON

’s Gu id

CGW INDONESIA

WATCHES WATCH S E H ESW WATC ATCH S ES CHE Co lle ct or

id e s Gu

Collector’s Guide ®

8026

41

by E

TLEN

ri c C

CE

a n to

na

9 77

Subscribe Now

and stand a chance to win a two-night accommodation at one of the exclusive Villas at Belmond Jimbaran Puri Bali, inclusive of breakfast for two! Pembayaran dapat dilakukan melalui transfer ke rekening kami di: PT. ZAMRUD KHATULISTIWA MEDIA BCA - KCU TCT (The City Tower) Jakarta Bank SWIFT Code: CENAIDJA A/C. 319-3074-894

Kirimkan formulir yang telah dilengkapi berikut bukti transfer melalui email: info@zamrud-media.com

1 Tahun (4 Edisi) IDR 320,000 2 Tahun (8 Edisi) IDR 640,000, disc. 25%: IDR 480,000 Nama/Name : Alamat/Address :

Kota/City:

Kode pos/Post Code :

Pekerjaan/Occupation: No. Telepon/Phone No.:

E-mail:

- Gratis ongkos kirim khusus pelanggan di Jabodetabek, luar Jabodetabek tambah ongkos kirim. - Kami akan mengirimkan majalah 1-2 minggu setelah menerima bukti transfer dan formulir berlangganan. - Pembayaran pelanggan tidak dapat dikembalikan. - Pemenang akan dihubungi melalui telefon / e-mail. - Syarat & Ketentuan berlaku.


Archives

Foto: Corum

TIME TO TELL

Petualangan dimulai saat RenĂŠ Bannwart bersama pamannya, Gaston Ries mendirikan merek sendiri dan menciptakan Corum pada tahun 1955 di La Chaux-de-Fonds, Swiss. Nama Corum diambil dari kata “kuorumâ€? yang berarti jumlah minimum orang yang hadir dan diperlukan untuk mengadakan diskusi dan membuat keputusan valid. Dan pada tahun 1957, mereka menciptakan model Golden Tube yang unik ini, sebuah arloji wanita dengan case jam berbentuk tabung emas dimana mesin jam ditempatkan di dalamnya. Case jam tangan yang berbentuk tabung ini dapat digeser di atas tali jam untuk mendapatkan posisi yang pas dan nyaman saat dikenakan di pergelangan tangan. www.corum.ch

152 CGW Magazine


S U R P R I S I N G LY D I F F E R E N T. . . A city steeped in ancient tr aditions and heir to the Matar am kingdom, offer ing access to the many cultur al and natur al wonder s of Centr al Java, from royal palaces and magniÞcent, myster ious temples to exquisite batik textiles. This landmar k luxur y hotel r ises above Solo’s main commercial avenue , setting new benchmar ks not only in ser vice and style but also offer ing the lar gest ballroom and events space in Centr al Java.

BOOK NOW

t +62 271 677 0888

e solo@alilahotels.com

alilahotels.com/solo



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.