6 minute read

Johnny Ramone: Obituari Akar Berduri

JOHNNY RAMONE OBITUARI AKAR BERDURI

Mari kembali ke Amerika medio 75’s. Dengan pertanyaan sederhana, siapa yang berjasa menancapkan pasak teknik gitar dalam bermain musik punk rock?. Mungkin kalian akan berpendapat sama, dengan menyebut satu nama yang mudah diingat: Johnny Ramone!. Jawaban ini tentu masih bisa diperdebatkan.

Advertisement

Ketika menulis artikel ini, saya sedang membayangkan berada pada satu band bersama orang macam Johnny Iskandar Ramone. Dengan sikap tempramennya, yang sekecil apapun masalah bisa saja berujung pada perkelahian lalu kembali minum bir bersama setelahnya . Seperti yang dikatakan Danny Fields (manager pertama The Ramones): “Kamu bisa mendengar Johnny menjotos Dee Dee dan melemparkanya ke salah satu sisi ruangan cuma karena dia telat main gitar beberapa 1/64 detik saja”9.

Menjadi Muda dan Gusar di NYC

Pria dengan sifat yang meledak-ledak itu bernama asli Jhon William Cummings, lahir di Queens, New York, AS Pada 8 Oktober 1948. Tempramen-nya yang koleris agaknya di wariskan oleh sang ayah, dengan situasi lingkungan sosialnya yang keras juga. Sebelum malang melintang

9 www.vice.com / artcle / foto-foto langka dari tahun-tahun awal the Ramones

62

bersama Ramones, ia sempat menjadi tukang pipa bersama ayahnya dan pernah sekolah militer sebelum akhirnya berkuliah di Florida.

Johnny muda ahli membuat onar. Ketika di Tangerine Puppets (band masa SMAnya dulu), ia pernah berkelahi dengan vokalisnya sendiri ketika di atas panggung dan dilerai oleh anggota bandnya. Pernah memukul selangkangan siswa lain dengan neck gitar hanya karena ia membencinya. Atau berkelahi dengan Macklin (vokalis Sub Zero) karena persoalan wanita, Macklin menendang kepala Johnny yang berujung dengan luka ekstensif dan harus di operasi otak.

Johnny membuktikan bahwa setiap orang –muda ataupun dewasamemiliki naluri amarahnya yang murni dan itu bisa menular pada medium apa saja yang di sukai, termasuk dalam musik.

Coba dengarkan kembali album-album awal Ramones, era sebelum Phil Spector mengambil alih peran manager dan menodongkan pistol ke arah Johnny ketika sesi rekaman album End of the Century, hanya karena riff gitar belum sesuai dengan keinginan Phil.

Teknik gitar downstrokes dengan ritme yang cepat, suara bising gitar dan kering, minimalis -tanpa embel-embel solo gitar berkepanjangan- adalah ciri khas yang kuat dan alami dari seorang pemarah bernama Johnny Ramone. Pendengar tanpa harus membaca buku Commando10 pun mungkin sudah bisa menebak, sang gitaris adalah pria dengan emosi yang meledak-ledak.

Alih-alih menjadi seniman yang bohemian dan flamboyan, Johnny yang ahli bikin onar itu malah seperti penjahat yang baru keluar penjara. Ia pernah dilarang masuk ke sebuah klub malam bernama Max’s Kansas City, dan Johnny tidak pernah memaafkan hal itu. Sampai akhirnya menemukan tempat dimana ia dan Ramones menjadi besar dan diperhitungkan sampai dengan saat ini. Adalah CBGB -rumah ibadah bagi para pemuja cutting edge di Bowery, Manhattan, NYC-, sebuah bar kumuh milik Hilly Kristal.

10 Buku autobiografi Johnny Ramone

63

CBGB telah melahirkan banyak band kenamaan seperti Patty Smith Group, Talking Heads, Blondie, Television, dan tentu The Ramones.

Ketika muda, Johnny begitu menggandrungi band-band rock ‘n roll yang sudah mapan, macam The Beatles, The Doors, MC5 dan menggemari Led Zeppelin. Melihat permainan musik mereka, Johnny menolak tawaran Tommy yang selalu mendorongg Johnny untuk membuat sebuah band. Alasannya cukup singkat: Persoalan skill bermain gitar, kalaupun bermain musik pasti tidak akan sebagus mereka (band yang digemari). Disini kita bisa melihat sisi perfeksionis Johnny.

Barangkali The New York Dolls baginya adalah sekelompok juru selamat bertampang kemayu. Mereka membawa isyarat demokratis dalam bermusik, bahwa siapapun bisa membuat bunyi yang bermakna, sekalipun tanpa kemampuan yang mumpuni. Melihat kenyataan itu akhirnya Johnny memenuhi permintaan Tommy untuk membuat sebuah band bernama The Ramones di Forest Hills, Queens, NYC pada 1974. Konon nama itu diambil dari nama samaran Paul McCartney yang keluar masuk hotel dengan nama Paul Ramone agar tidak dikenali.

Terlepas dari kata “Punk” yang disimbolkan sebagai martil penghancur budaya arus utama dan perlawanan kaum remaja ambisius yang hendak meruntuhkan tirani ataupun monarki di Inggris. Pada wilayah musikalitas, Ramones telah memyumbang pengaruh yang cukup besar untuk kemajuan musik Punk Rock.

Majalah Rolling Stone menobatkan lagu “Blietzkrieg Bop” pada urutan 24 lagu paling berpengaruh di dunia, dengan alasan sederhana dan cukup menggelitik: “Musik Rock perlu dibuat aman bagi anak-anak yang hanya tahu bagaimana meghirup lem, menginjak fuzzbox dan menghitung sampai empat”11.

11 Rolling Stone Magazine, June 2007. “40 Songs That Changed the World”.

64

Tak surut disitu, pada edisi berbeda, majalah Rolling Stone kembali meletakan debut album The Ramones (1976) untuk duduk santai di urutan nomor wahid “The 40 Greatest Punk Albums of All The Time”12 . Di susul album perdana The Clash (1977) dan Never Mind the Bollocks, Here’s The Sex Pistols (1977).

Untuk sisi personal Johnny Ramone, Pada 2009 ia disertakan dalam daftar “10 Best Electric Guitarists of All Time” oleh majalah Time. Sedangkan majalah Rolling Stone mendaulat Johnny di urutan nomor 16 untuk “the Greatest Guitarist of All Time”.

Pada tahun 2002, Ramones masuk ke dalam Rock ‘n Roll Hall of Fame. Dengan dilantik oleh Eddie Veder (Pearl Jam) yang juga pengagum Ramones, akhirnya mereka resmi sejajar dengan Jimi Hendrix, Cream, The Velvet Underground, dll.

Oke, jangan terlalu berlarut -meminjam istilah Sex Pistols-. “Never Mind the Award, Here’s The Johnny Ramone!”

Johnny di Antara Para “Ramone”

Dibalik pencapaian-pencapaian diatas, tentu segala sesuatu tidak selalu berjalan dengan mudah. Dalam beberapa hal, adakalanya kita mengacungkan jari kepada Johnny.

Entah bagaimana, menariknya, semua anggota The Ramones dan para mantan personilnya menggunakan kata “Ramone” di akhir nama mereka. Joey Ramone, Johnny Ramone, Dee dee Ramone, Tommy Ramone, Marky Ramone, Richie Ramone, Elvis Ramone dan C.J. Ramone. Tentu itu semua bukan nama asli. Personal branding dan imej band agaknya menjadi perhatian serius (atau hanya becanda?) bagi Ramones yang bubar pada tahun 1996 itu.

Kisah hubungan emosional antar anggota Ramones begitu unik dan pahit jika dibayangkan. Johnny dikenal sebagai diktator di tubuh Ramones. Ia disegani dan ditakuti, bisa saja menampar atau memukul wajah Dee dee

12 Rolling Stone Magazine, June 2016. “40 Years Ramones”

65

hanya karena chord yang dimainkan salah. -cuplikan Ramones dalam film CBGB cukup menggambarkan bagaimana tempramennya Johnny.

Yang paling menarik dan tragis adalah kisah pertikaiannya dengan Joey. Selama 15 tahun mereka berdua tidak pernah bertegur sapa. (lagi-lagi saya membayangkan, bagaimana mungkin mereka menyembunyikan rahasia itu dengan rapi di atas panggung dan di depan media. Dan jika di dalam studio akan seperti apa situasinya?)

Dalam sebuah wawancara setelah kekasihnya dicuri oleh Johnny, Joey mengatakan “Johnny kelewatan. Ia menghancurkan dalam band sekaligus antara kami”. Titik persoalannya ada pada Linda Cumming, mantan kekasih Joey dan Istri dari Johnny. Joey seorang pendiam, pemalu dan pengidap OCD (Obsesive Compulsive Disorder). Baginya, mungkin Linda begitu berharga, namun Johnny yang mendominasi dan menakutkan itu secara diam-diam bermain api bersama Linda di belakang Joey. Sabar Joey hirupmah peurih.

Bahkan ketika Joey sedang sakaratul maut, Johnny enggan menjenguknya. Kepada Marky Ramone ia berkata “Biarlah, dia bukan teman saya” setelah diingatkan untuk menjenguk joey sebelum kesempatan itu hilang.

Hubungan Joey dan Johnny begitu penting namun keras. Tetapi akhirnya ia pun mengakui bahwa keberadaan Joey begitu penting baginya.

“saya pikir saya tak akan peduli dan ternyata saya peduli, jadi rasanya aneh. Tanpa disangka saya merindukannya”.

Akhirnya keberadaan Johnny Ramone lah yang menentukan sampai kapan Ramones mampu bertahan . Pada 6 Agustus 1996 mereka menggelar konser di Hollywood Palace. Konser itu sekaligus tanda berakhirnya perjalanan musik mereka yang awet rajet selama 22 tahun..

Beberapa tahun setelah kebubarannya, satu persatu anggota Ramones meninggal dunia. Termasuk Johnny Ramone a.k.a John William Cummings

66

yang mengidap penyakit kanker prostat. Ia meninggal pada 15 September 2004, di rumahnya di Los Angeles.

Jika “27 club” (musisi yang meninggal di umur 27 tahun) diidentikan dengan mitos menjual jiwa kepada iblis, lain hal dengan para personil Ramones dan orang-orang dibelakangnya, mereka satu persatu berkawan dan meninggal dengan kisah tidak lazim. Banyak tulisan yang bicara bahwa popularitas dan bubarnya The Ramones adalah sebuah kutukan. What the F*ck! Kutukan hanya untuk Malinkundang dan Johnny meninggal karena kanker bukan dari sumpah serapah seorang ibu.

The Ramones adalah bentuk paripurna dari sebuah personafikasi rock n’roll yang mendedah ketegangan dan ketidaksempurnaan. Sialnya, Johnny Ramone berada di posisi sentral atas kejadian itu. Dalam hal orisinalitas dan kejujuran berkarya dia patut dikagumi dan sunah jika diikuti. Ia seperti akar yang berduri. Jika dicabut, tunas dan batang pasti mati. Jika dibiarkan tentu akan mengerikan.

67

This article is from: