5 minute read
ManunggalingKawula Lenon
MANUNGGALING KAWULA LENNON
John Winston Lennon adalah seorang melankolis jenius. Pada 9 Oktober 1940 ia lahir di Liverpool, Inggris. Tepat ketika Perang Dunia II berkecamuk, dan Jerman mulai meng-invasi Inggris. Mungkin pengaruh masa ini juga yang menjadikannya sebagai musisi dan aktivis gaek dalam menentang perang dan menyerukan perdamaian dimuka bumi pada tahun-tahun mendatang.
Advertisement
Ia hidup dalam keluarga dan lingkungan yang tidak baik-baik saja. Lennon kecil hidup bersama bibinya, Mimi Smith (kakak tertua ibunya). Ia tidak tinggal dalam keluarga yang hangat bersama ayah dan ibu –yang setiap pagi menyediakan sarapan dan mengantarkannya ke sekolah. Ketika umur 6 tahun Lennon harus menerima pengalaman pahit, dimana ia dihadapkan pada dua pilihan besar, antara tinggal bersama sang ibu Julia Stanley atau sang ayah Alfred Lennon –karena mereka bercerai. Namun akhirnya ia memilih hidup bersama sang ibu yang bohemian dan jago main alat musik banjo.
Ketika Lennon berumur 17 tahun, ibunya meninggal dunia. Ia tertabrak mobil yang dikendarai oleh seorang polisi yang sedang mabuk. Disinilah
68
titik balik dimana Lennon membenci pemerintah dan polisi. Cukup ironis, dimana polisi yang menabrak ibunya itu terbebas dari jeratan hukum.
Dalam catatannya ia pernah menulis: “Adalah basis yang bagus ketika kau mulai membenci dan takut kepada polisi sebagai “musuh alamiah” dan menganggap tentara sebagai sesuatu yang membawa setiap orang pergi serta meninggalkan mereka dalam keadaan mati entah dimana”13
Setidaknya ia mengajari kita untuk membenci, dimana kebencian dijadikan titik bakar dalam melakukan perlawanan pada hal-hal yang tidak wajar terjadi, temasuk ketidakadilan. Seperti yang di lakukan Lennon, sebelum akhirnya ia tewas ditembak seorang fans gila bernama Mark Chapman pada 8 Desember 1980 –yang dengan santai membaca buku Catcher In The Rye karya J.D Salinger ketika ditangkap polisi usai menembak Lennon.
Musik, Neo-Marxis dan Perdamaian
Nama John Lennon tidak pernah lepas dari fab four legenda musik rock n’ roll dunia bernama The Beatles. Ia membentuk Beatles pada tahun 1958 bersama dengan Paul McCartney, George Harrison dan Ringo Starr, yang kemudian bubar di tahun 1970.
Kemunculan John Lennon dipanggung musik dan dunia aktivisme selalu menjadi menu utama dalam setiap perbincangan. Panggung musik menjadi medium yang paling tepat baginya untuk menyuarakan apapun yang dirasa perlu untuk banyak orang mengetahuinya. Lagu-lagu Lennon pasca The Beatles bubar syarat akan hal-hal politis. Ia memanfaatkan popularitasnya untuk menyerukan perdamaian ke setiap penjuru dunia dan mengutuk banyak hal yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan.
Akhir 1960-an hingga awal 1970-an John Lennon kian aktif mendukung gerakan politik progresif Kiri Baru atau biasa disebut Neo-Marxis. Bahkan dalam catatannya tak segan ia menyatakan “… aku menyebut diriku sebagai seorang Komunis-Kristen,”14 .
13 Hal. 5, Rebel Notes 14 Rebel Notes, hal. 9
69
Istilah kiri baru dimaksudkan untuk merevitalisasi konsep Marxisme dan sekaligus anti-tesis terhadap kiri lama (dalam hal ini sosialisme/komunisme)15. Salah satu ikon gerakan ini adalah Herbert Marcuse, seorang filsuf dan ilmuawan sosial dari Mazhab Frankfurt.
Secara teoritis dan praksis gerakan ini kian massif dan populer dikalangan anak muda generasi 1960-an. Gerakan ini pun merambah pada tema-tema kebubudayaan seperti the youth culture, counter culture ataupun counter institutions, yang kemudian melahirkan Generasi Bunga.
Pada tahun 1965, Lennon mengembalikan medali penghargaan MBE (Member of British Empire) yang pernah diberikan Ratu Elizabeth pada tanggal 26 Oktober 1965 di Istana Buckingham, London. Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes karena Inggris ikut serta mendukung penyerangan Amerika kepadaVietnam.
Hubungannya dengan Yoko Ono semakin mempertegas garis politik dan keberpihakan Lennon. Mereka kerap melibatkan diri turun ke jalan, melancarkan berbagai protes bersama para aktivis dan mahasiswa saat itu, khususnya di Amerika.
Lennon dan Yoko menikah secara diam-diam pada 20 Maret 1969 di Gibraltar –setelah bercerai dengan Chynthia Powell. Mereka berbulan madu di hotel Hilton Amsterdam sejak 25 hingga 31 Maret. Bulan madunya dijadikan sebagai gebrakan yang cukup gila dalam menyerukan perdamaian. Seluruh dunia diundang kedalam kamar tempat mereka tidur bersama. Para jurnalis berlalu lalang di hotel dan menyiarkan kabar tentang hari-hari intim Lennon dan Yoko. Bagi orang awam mungkin hal ini cukup rumit dan tidak masuk akal. Bahkan tidak sedikit yang mengejek dan mencemooh apa yang Lennon dan Yoko lakukan. Namun ada satu hal penting yang ingin mereka sampaikan, yaitu: Perdamaian.
15 Teori Sastra Abad Kedua Puluh, hal.146
70
Mereka mengatur ulang kamar tidur hotel sedemikian rupa, dengan sederet poster bertuliskan “Hair Peace”, “Bed Peace”, dll. Dalam waktu bersamaan tempat tidur mereka dijadikan sebagai panggung dan podium orasi.
Hal tersebut sebenarnya adalah salah satu pertunjukan seni yang digagas oleh Yoko Ono. Namun Lennon dengan selera Humornya menjadikan momen tersebut menjadi suatu hal yang dramatis dan serius.
“Yoko dan aku bersedia menjadi badut dunia, jika dengan melakukan itu akan memberikan manfaat baik”16 kata Lennon.
Kita bisa membayangkan, bagaimana akhirnya dunia bisa berdamai seperti sepasang suami istri yang baru saja kawin. Dimana cinta dan kasih mereka ditumpahkan dalam satu ruangan dan tempat bernama ranjang
Pada tahun 1971, Lennon mengirimkan surat pribadi kepada Ratu Elizabeth yang berisi tentang permohonannya membebaskan para tahanan politik17 . Surat tersebut berisi:
“Yang Mulia, Atas nama diri kami sendiri dan teman-teman kami,dengan rendah hati kami memita anda untuk menunjukan belas kasih kepada 37 tahanan poliitik dunia, terutama mahasiswa berusia 22 thn bernama Massoud Radjari,
Salam damai dan cinta John & Yoko Lennon Dapatkah anda melakukan sesuatu?”
Tidak cukup disitu, ketika Amerika Serikat menerapkan kebijakan perang Vietnam, Lennon memprotes keras. Bahkan di deportasi oleh pihak pemerintah yang jelas bersebrangan. FBI dan Presiden Richard Nixon pun
16 Surat-Surat John Lennon, Bagian Sembilan (Protes ditempat tidur demi perdamaian) 17 Surat-Surat John Lennon, hal. 201
71
konon turut ikut campur didalamnya. Ketika Lennon menentang perang Amerika, ia berucap “Jika ada satu orang yang bermimpi, maka tetaplah mimpi. Tapi jika ada dua orang memiliki mimpi yang sama, itulah realitas. Yaitu mimpi tentang: Love, Peace, No War,” kemudian ucapan ini dijadikan sebagai kampanye anti-perang yang dilakukan oleh para aktivis perdamaian sampai dengan sekarang.
Sebagai musisi dan seorang ayah, terlampau banyak keterlibatan Lennon dalam berbagai aksi sosial. Secara tidak langsung, Ia telah menjadi simbol musik dan aktivisme sekaligus ikon perdamaian dunia dan gerakan solidaritas universal antar manusia untuk menentang perang.
Membayangkan lagi “Imagine”
Ketika Prabowo dengan lantang dan percaya diri menyebutkan tahun 2030 Indonesia akan bubar, seketika saya teringat lagu ini. Mungkin prabowo pun sama, diam-diam mendalami teori Anarkisme dan Neo-Marxis juga mengidolakan John Lennon yang anti-tentara itu, seperti halnya para pemuda gondrong yang pernah ia gunduli dulu. Ah tidak mungkin!
Lagu “Imagine” dirilis tahun 1971. Selain sukses di pasar industri musik, lagu inipun sukses menggalang kesadaran banyak orang tentang betapa pentingnya perdamaian.
Lennon adalah manunggal disetiap aku, kalian dan mereka, yang selalu gelisah melihat kenyataan bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja, dimana perang bisa terjadi kapan pun atas nama apapun –termasuk Agama.
“Imagine” akhirnya menjadi sebuah hymne bersama untuk melawan peperangan dan kekerasan yang dilakukan oleh satu negara ataupun kelompok lain. Lagu ini adalah refleksi sekaligus deskripsi pendek tentang kehidupan John Lennon yang selalu mendambakan perdamaian dan kesetaraan mutlak antar umat manusia. Seperti yang telah ia katakan kepada majalah Rolling Stone “ hal itu bisa sepenuhnya terwujud ketika negara, (organisasi) agama dan kelas ekonomi dibubarkan”.
72
Sedikit catatan, Jika saja John Lennon sudah bersikap kekiri-kirian dari awal The Beatles muncul, mungkin saja Bung Karno bakal menimbang ulang kebijakannya membakar album-album The Beatles di tahun 1960-an silam. Walahuallam, toh keduanya sama punya istri orang Jepang dan menolak penindasan.
73