Jurnal 6 2015

Page 1



DAFTAR ISI

Daftar Isi

……................................................................

Pengantar Redaksi

i

……...............................................

ii

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi …… Penerapan Budaya Kerja Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi – Martuti

1

Kajian Tugas Pekerja Sosial Fungsional Dalam …… Memberikan Pendampingan Sosial Kepada Penerima Manfaat Di Lingkungan Dinas Sosial Prov. Jawa Tengah – Supriyanto

25

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 dan Otonomi Desa Peluang dan Tantangan – Joko Triwiyatno

……

49

Kajian Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan …… Widyaiswara dalam Mendukung Revolusi Mental Aparatur Sipil Negara – Yatno Isworo

69

……

93

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran …… IPA Dengan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Pada Siswa Kelas XII SPMA H. Moenadi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah – Widyastuti

114

Evaluasi Program Pelatihan – Wardi Astuti

i


PENGANTAR REDAKSI

Salam Inovasi, Tim Redaksi sangat bersyukur atas rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menghadirkan Jurnal Kediklatan Widya Praja untuk yang keenam kalinya. Jurnal Kediklatan ini dimaksudkan untuk memberikan media bagi para pihak terkait

kediklatan khususnya

Widyaiswara untuk menuangkan pemikiran kritis, inotivatif, terkait pengembangan kualitas aparatur sipil negara. Kami sangat berterima kasih kepada para penulis artikel kali ini baik yang berupa hasil penelitian maupun refleksi inovatif, karena hanya dengan dukungan artikel-artikel tersebut Jurnal Kediklatan Widya Praja dapat diterbitkan. Penerbitan jurnal ilmiah ini juga dimaksudkan untuk mendukung pengembangan profesi Widyaiswara melalui penulisan karya tulis ilmiah yang memang merupakan salah satu kewajiban bagi seorang Widyaiswara. Jurnal kediklatan Widya Praja kali ini hadir dengan artikel-artikel terkait budaya kerja, peran pekerja sosial, dan otonomi desa serta artikel lainnya. Semoga sajian kami yang keenam kali ini, meskipun masih perlu pengembangan, dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama pengelola diklat, penyelenggara diklat, widyaiswara, peserta dan alumni diklat.

Semarang, Desember2015

Redaksi

ii


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN BUDAYA KERJA PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI Oleh: Martuti Abstrak Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penerapan budaya kerja melalui gugus kendali mutu, yaitu komitmen top manajemen, komunikasi, kerjasama tim, dan motivasi. Berdasarkan pada latar belakang penelitian tersebut dikembangkan suatu model teoritis terdiri dari 5 variabel dan 18 indikator dengan 4 hipotesis yang diuji.Penelitian dilakukan terhadap pegawai yang sudah menerapkan Gugus Kendali Mutu pada Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta yang berjumlah 91 orang.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara kepada responden dan teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan SPSS versi 14. Hasil penelitian menemukan adanya pengaruh positif faktor komitmen top manajemen, komunikasi, kerjasama tim, dan motivasi terhadap penerapan budaya kerja melalui gugus kendali mutu. Kata kunci: komitmen top manajemen, komunikasi, kerjasama tim, motivasi, penerapan budaya kerja PENDAHULUAN

menyebabkan organisasi berkem-

1. Latar Belakang

bang. Salah satu elemen kunci yang menentukan

Sumber daya manusia meru-

keberhasilan

suatu

organisasi adalah Budaya Kerja .

pakan unsur terpenting dalam semua Hal

Menurut Wirawan (2007) peran

senada dikemukakan oleh Ruhana

Budaya Kerja sangat penting dalam

(2009),

upaya mencapai tujuan organisasi.

organisasi

(Siagian,

bahwa

merupakan

unsur

2005).

kualitas

SDM

yang

sangat

Agar

budaya

organisasi

dapat

penting dalam organisasi, karena

berfungsi secara optimal dan benar –

sumber daya manusialah

benar

yang

kondusif,

organisasi

menciptakan berbagai inovasi dan

1

harus

maka

budaya

diciptakan,


dipertahankan, dan diperkuat, serta

Singapore, Malaysia, tak terkecuali

diperkenalkan

Indonesia.

kepada

pegawai

melalui proses sosialisasi agar nilai

Berbekal keberhasilan penerap-

– nilai pegawai dan nilai-nilai

an Manajemen Mutu Terpadu di

organisasi dapat sejalan.

beberapa negara tersebut, Menteri Pendayagunaan

Budaya kerja menjadi terkenal setelah Jepang mencapai kemajuan

tertarik

fantastik

Indonesia

dengan

menerapkan

Aparatur

untuk

Negara

menerapkan

dengan

di

menerbitkan

Manajemen Mutu Terpadu (Gugus

Permenpan No 04/ 1991 yaitu

Kendali Mutu).Sistem ini berakar

Pencanangan Program Budaya Kerja

dan bersumber dari budaya bangsa

di Instansi Pemerintah.

dengan

Meskipun Kementerian Penda-

teknik – teknik manajemen modern.

yagunaan Aparatur Negara sesuai

Mulai pertama kali pada tahun 1950

dengan

Jepang mengundang beberapa ahli

memperkenalkan

dari Amerika Serikat yaitu

Prof.

kerja yang dimuali sejak 1991

DR. Edward Deming dan Prof. DR.

dengan produknya Gugus Kendali

Juran (ahli mutu dan teknik – teknik

Mutu

mutu manajemen). Upaya kedua ahli

dengan Kep. Menpan No. 25/ 2002

tersebut

tentang

Jepang

dikombinasikan

diolah

sesuai

dengan

kewenangannya

(GKM)

konsep

yang

pedoman

telah budaya

dilanjutkan

pengembangan

budaya Jepang oleh Prof. DR. Kauro

budaya kerja aparatur negara disusul

Ishikawa.Hasil adaptasi dari budaya

dengan modul penerapan budaya

Jepang dan budaya Amerika itulah

kerja aparatur negara pada bulan

yang

September 2003 namun perkem-

dikenal

dengan

istilah

bangannya sampai saat ini masih

Manajemen Mutu Terpadu. Jepang

dalam

dalam tahap sosialisasi dan pelatihan

Manajemen

Mutu

fasilitator

Keberhasilan menerapkan

di

daerah

untuk

Terpadu ditiru dan dikembangkan

percontohan di birokrasi pemerintah

oleh beberapa negara lain seperti

sehingga manfaatnya belum bisa

Korea,

dirasakan. (BPKP,2013)

Taiwan,

Hongkong,

2


Permasalahan

umum

orientasinya

dalam

pelayanan

publik/

penerapan budaya kerja berkaitan

public service. Berbeda dengan di

erat dengan keengganan individu

organisasi swasta – BUMN yang

yang ada dalam organisasi untuk

orientasinya profit, maka budaya

mentransformasikan nilai – nilai

kerja akan lebih mudah diterapkan.

dasar

Kesulitan terbesar penerapan budaya

budaya

praktek

organisasi

sehari-hari.

dalam

kerja

Sehingga

di

organisasi

pemerintah

Manajemen Mutu Terpadu sulit

adalah merubah perilaku pegawai

diterapkan

di Indonesia bukan

negeri yang notabene sebagian besar

karena sistemnya yang sulit tetapi

dianggap pegawai yang malas, tidak

perlu transformasi nilai-nilai budaya

disiplin,

dan etos kerja

dibutuhkan, dan hanya loyal kepada

minta

atasan.

Proses dari nilai-nilai menjadi

Yang

dilayani,

menarik

merasa

dalam

budaya kerja dan muncul sebagai

penelitian ini hampir semua PNS

etos kerja akan bisa menjadi daya

yang menjadi responden penelitian

ungkit perubahan pola pikir bagi

menyatakan bahwa budaya kerja

setiap pagawai di unit kerjanya.

perlu

Oleh karena itu perumusan nilai-

pemerintah.

diterapkan

Dari

nilai organisasi akan efektif dengan

hasil

pada

kajian

instansi

yang

Sesuai

kontradiktif di atas, penelitian ini

dengan Per. Menpan No. 39/ 2012

mengikuti pandangan bahwa budaya

dinyatakan

no.

kerja sangat perlu diterapkan di

25/2004 dirasa tidak relefan karena

instansi pemerintah. Hal ini sesuai

pendekatannya top down.

dengan Grand Design Reformasi

pendekatan

bottom

Kep.

up.

Menpan

Hasil penelitian BPKP 2013

Birokrasi 2010-2025 dan Peraturan

mengemukakan budaya kerja perlu

Menteri Pendayagunaan Aparatur

diterapkan di organisasi pemerintah.

Negara Reformasi Birokrasi No. 20/

Beberapa pakar lain beranggapan

2010 tentang Road Map Reformasi

budaya kerja sulit diterapkan di

Birokrasi,

instansi

Indonesia diharapakan berada pada

pemerintah

karena

3

pada

tahun

2025


fase

Terwujudnya

Gugus Kendali Mutu di RSUD Dr.

Pemerintahan

Moewardi Surakarta.

Kelas Dunia. Ada delapan area perubahan dan salah satunya adalah merubah pola pikir (mindset) dan

2. Identifikasi Masalah a. Bagaimanakah

budaya kerja (culture set)

bungan

Untuk mempercepat keberhasil-

komitmen

an proses perubahan pola pikir dan

manajemen

budaya

budaya kerja.

kerja

aparatur

perlu

pengaruh hu-

pada

top

penerapan

diwujudkan penerapan budaya kerja

b. Bagaimanakah pengaruh hu-

secara nyata. Salah satu upaya yang

bungan komunikasi terhadap

dilaksanakan di Rumah Sakit Umum

penerapan budaya kerja.

Daerah Dr. Moewardi Surakarta

c. Bagaimanakah pengaruh hu-

adalah dengan penerapan Gugus

bungan kerjasama tim terhadap

Kendali Mutu.Walaupun penerapan

penerapan budaya kerja.

budaya kerja melalui Gugus Kendali

d. Bagaimanakah pengaruh moti-

Mutu belum menjangkau seluruh

vasi terhadap penerapan buda-

pegawai di RSUD Dr. Moewardi,

ya kerja

tetapi

jumlah

GKM

selalu

3. Tujuan Penelitian a. Mengetahui dan menganalisis

meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun.Pada tahun 2015 jumlah GKM

pengaruh

mencapai

manajemen terhadap penerap-

49

(empat

puluh

komitmen

top

an budaya kerja.

sembilan). Tetapi yang menjadi permasalahan dari 49 jumlah GKM

b. Mengetahui dan menganalisis

yang terbentuk , tidak ada satupun

pengaruh komunikasi terhadap

GKM KSM dan GKM Residen

penerapan budaya kerja. c. Mengetahui dan menganalisis

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti faktor faktor apa

pengaruh

sajakah

terhadap

yamg

mempengaruhi

kerja.

penerapan budaya kerja melalaui

4

kerja

sama

penerapan

tim

budaya


3) Bagi Badan Diklat Provinsi

d. Mengetahui dan menganalisis pengaruh

motivasi

Jawa Tengah, menjadi acuan

terhadap

dalam pelaksanakan diklat

penerapan budaya kerja

teknis budaya kerja

4. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis. 1) Menambah wawasan keilmuan

dibidang

LANDASAN TEORI

penerapan

1. Penerapan Budaya Kerja Secara sederhana budaya kerja

budaya kerja khususnya di RSUD.

Dr.

diartikan

Moewardi

sebagai

cara

pandang

seseorang dalam memberi makna

Surakarta. sumbangan

terhadap kerja. Dengan demikian

pemi-kiran bagi penerapan

budaya kerja diartikan sebagai sikap

budaya kerja tidak hanya di

dan perilaku kerja individu dan

rumah

2) Memberikan

saja

tetapi

kelompok yang didasari atas nilai-

menjadi

pedoman

bagi

nilai yang diyakini kebenarannya

SKPD

(Satuan

kerja

dan

Perangkat Daerah)

lainnya

sakit

di Provinsi Jawa Tengah.

telah

sifat

kebiasaan

dalam

tugas

pekerjaan

dan

(Triguno,

b. Manfaat Praktis.

menjadi

1996).

serta

melaksanakan sehari-hari

Budaya

1) Bagi Lembaga Administrasi

merupakan

Negara diharapkan mampu

organisasi,

memberikan

membangun sumber daya manusia,

pemikiran

sumbangan dalam

suatu

kerja

komitmen

dalam

upaya

proses kerja, dan hasil kerja yang

rangka

lebih baik.

penyusunan kurikulum diklat

Salah satu cara yang dilakukan

teknis budaya kerja.

dalam

2) Bagi Provinsi Jawa Tengah,

penerapan

budaya

kerja

untuk

adalah

membentuk

penerapan budaya kerja di

budaya

kerja

Satuan

Kelompok Budaya Kerja (KBK),

menjadi

referensi

Kerja

Perangkat

yang

organisasi disebut

atau sering disebut Gugus Kendali

Daerah

5


Mutu (Gering,2006). Agar tugas

tanggung

pokok dan fungsi

tetapi perlu

masing-masing

dasarnya

GKM

Karena

mutu,

pada

sangat

saja,

partisipasi total dari

Adapun sarana pengendalian

setiap seksi/ bidang/ dinas tersebut GKM.

pimpinan

seluruh anggota organisasi.

unit dapat tercapai, idealnya di

dibentuk

jawab

dengan

memutar

Siklus

Deming (PDCA/ Plan, Do, Check,

selaras

dengan ciri budaya kerja yang

Action)

melalui

partisipatif dan berorientasi pada

dikenal

dengan

proses.

(Tujuh Langkah dan Tujuh Alat).

Gugus

Kendali

dasarnya

Mutu

suatu

pengendalian

istilah

yang

TULTA

pada

pendekatan

mutu

tekhnik

2. Komitmen Top Managemen Pemimpin

melalui

tugasnya

adalah

penumbuhan partisipasi pegawai.

memberikan bimbingan dan arahan

Secara

diartikan

pada

pegawai

kerja.Komitmen disini bukan hanya

beranggotakan 3-10 orang dari suatu

setuju untuk menerapkan tetapi ada

unit

kesediaan

definitif

“sekelompok

kerja

kecil

yang

sama,

sukarela

untuk

pertemuan

secara

secara

penerapan

dan

budaya

kemauan

untuk

mempelajari konsep tujuh langkah

melakukan dan

dan tujuh langkah pengendalian

berkesinambungan untuk membahas

kualitas, serta menyediakan fasilitas

masalah

dengan

pendukung.Selain hal tersebut perlu

menggunakan alat kendali mutu agar

adanya keteladanan dari seorang

produktivitas meningkat,

pemimpin.

yang

berkala

terjadi

pelanggan/

masyarakat

dilayani

puas�.

sehingga

Kepemimpinan

yang

menghargai potensi kekuatan orang

(Modul

kerja

Pengendalian Mutu Terpadu,2006).

secara

gotong

royong

(collective) dan kekuatan ganda

Dari definisi tersebut di atas jelas bahwa

harus

yang

untuk meningkatkan

diperkirakan

akan

produktivitas, perlu dilakukan secara

menghasilkan kinerja yang lebih

berkelanjutan, dan bukan hanya

baik

6

daripada

sebelumnya.


Kreatifitas diusik,

mereka

tetapi

dengan

tidak

pesan

boleh

didorong

muncul

kepemimpinan

yang

yang

sering

disebut

komunikan, dan media. Komunikasi dikatakan efektif

kondusif.(Triguno, 1996).

apabila pesan yang dikirim oleh

3. Komunikasi

komunikan dapat diterima dengan baik, menyenangkan, aktual, nyata,

Dalam melaksanakan program budaya

kerja

komunikasi

ada tindakan. Selain itu penerima

ketrampilan

merupakan

pesan

faktor

mampu

menyampaikan

penting dalam upaya menciptakan

kembali pesan yang telah diterima

lingkungan

yang

dengan baik dan benar, artinya

Keberhasilan

komunikasi

kondusif.

terjadilah

bisa

komunikasi

dua

dilihat dari seberapa baik kualitas

(Triguno,1996).

interaksi

4. Kerjasama Kelompok

sehingga

antara

Kerjasama

komunikator dan komunikan sama-

arah

kelompok adalah

sama paham dan merasa nyaman

kemampuan bekerjasama mencapai

dalam berhubungan satu sama lain.

visi

bersama

(Andrew,2010).

Komunikasi dapat didefinisikan

Kerjasama tim merupakan bahan

sebagai upaya menyampaikan pesan,

bakar yang memungkinkan orang

pendapat,

bisa mencapai hasil yang luar biasa.

perasaan,

memberikan

berita

/

atau

Di

informasi

dalam

kerjasama

tim

kepada orang lain. Sering kali

individu-individu sanggup mencapai

komunikasi antara dua orang atau

prestasi

lebih tidak berjalan dengan baik

dipercaya.

karena mereka menggunakan satu

bergandengan

istilah sama tetapi mempunyai arti

ikatan jiwa saling mengembangkan

yang berbeda. Tiga unsur penting

imajinasi

komunikasi yang perlu diperhatikan

menyemangati, memotivasi, meng-

yaitu, pengirim pesan yang sering

gandakan usaha dan kemampuan

disebut

individu. (Kaswan ,2013).

komunikator,

penerima

7

luar Di

dan

biasa

dan

sulit

dalam

tim,

kita

tangan

menjalin

kreatifitas,

saling


ilmiah.

Ada sejumlah rahasia pada

Motivasi

merupakan

konsep kerjasama tim. Maknanya

dorongan untuk melakukan sesuatu

lebih dari sekedar kumpulan orang

(Lubis,

yang

untuk

membuat manusia semangat atau

menyelesaikan tugas. Kata kunci

tidak semangat dalam melakukan

terjadinya kerjasama tim adalah

sesuatu.Banyak

sinergi. Tanpa sinergi yang terjadi

membahas

dalam

motivasi.

bergabung

tim

bersama

mungkin

hanya

2009)

yang

para

antara

Motivasi sangat

kompromi,

mempu

ahli

yang

motif

dan

dipengaruhi

oleh sikap, perilaku, keinginan atau

Kata sinergi berasal dari bahasa artinya

tindakan tindakan sengaja lainnya.

gabungan tenaga dari dua individu

Tanpa motivasi orang cenderung

atau

tidak terdorong dan tidak tergerak

Yunani

Sinergio

gabungan

yang

kekuatan

yang

memungkinkan gabungan tenaga itu

untuk

melebihi

diinginkannya. Bila motivasi rendah,

jumlah

tenaga

yang

kerja

Sinergi adalah kekuatan kerja untuk

sesuatu

yang

orang cenderung kurang menyukai

dimiliki individu.

tim

meraih

menyatukan

keras,

kurang tekun dan

enggan memanfaatkan kemampuan

tenaga

kreatifnya

untuk

individu, dan menggandakan usaha

masalah.

Motivasi

individu agar prestasi menjadi lebih

ditentukan oleh motivatornya.

individu,

menutup

keterbatasan

Malayu

besar dan baik. Sinergi adalah cara

memecahkan pegawai

Hasibuan

(1996)

yang lebih baik daripada apa yang

menjelaskan bahwa motivator lebih

bisa dicapai sendiri-sendiri.

berkaitan

5. Motivasi

pengakuan, karakteristik pekerjaan,

dengan

prestasi,

Motivasi merupakan kata ajaib

tanggung jawab, dan kemajuan. Hal

sebab motivasi mengandung makna

ini berkaitan dengan usaha yang

tiada tapi ada. Walau motivasi tidak

kuat

kasat mata tetapi keberadaannya

sedangkan faktor hygiene berkaitan

diakui baik secara awam maupun

dengan ketidak puasan kerja yang

8

dan

prestasi

yang

baik,


berkaitan dengan konteks pekerjaan

pekerjaannya. dan mampu bekerja

dan lingkungan, misalnya: kebijakan

sesuai dengan keahliannya

dan

admonistrasi,

pengawasan

teknis, gaji, hubungan antar pribadi

HIPOTESIS PENELITIAN

dan

1. Kerangka Pemikiran Teoritis

kondisi

kerja.

Satisfier

(motivator), faktor faktor sebagai

Berdasarkan

hasil

penelitian

sumber kepuasan kerja yang terdiri

dari Brower (1995), Suranto AW.

dari: Kesempatan untuk berprestasi,

(2010),

West

(2002),

Widodo

pengakuan, pekerjaan itu sendiri,

(2013),

Hiras

Pasaribu

(2008),

tanggung jawab dan kesempatan

Bambang Purwanggono (2014), Arif

untuk maju.

Ariyanto (2015), Amalia NS (2010),

Douglas Mc Gregor dari Sloan

peneliti melanjutkan menganalisis

School of Management MIT pada

faktor-faktor

tahun 1960 telah menciptakan teori

kesuksesan penerapan budaya kerja.

motivasi yang dikenal dengan Teori

Penerapan

X dan Y. Pemimpin dengan Teori X

dimaksudkan pada penelitian ini

cenderung menyukai gaya Kepe-

adalah penerapan gugus kendali

mimpinan Otoriter

mutu. Adapun faktor-faktor yang

dan

pemim-

pin dengan Teori Y lebih menyukai

diduga

gaya

penerapan

Kepemimpin-an Demokratik.

Untuk

kriteria

memiliki

tipe

pegawai Teori

X

komitmen

yang

yang

memengaruhi

budaya

kerja

berpengaruh budaya

terhadap

kerja

top

yang

adalah

manajemen,

komunikasi, kerja sama tim, dan

adalah

pegawai dengan sifat tidak bekerja

motivasi.

tanpa perintah dan malas, pegawai

teoritis penelitian ini dijelaskan pada

yang memiliki tipe Teori Y akan

gambar berikut :

bekerja dengan sendirinya tanpa perintah

atau

pengawasan

dari

atasannya. Tipe Y ini adalah tipe pegawai yang tugas

dan

sudah menyadari tanggung

jawab

9

Kerangka

pemikiran


1) Menentukan 2. Hipotesis, sional

Definisi

Opera-

Variabel

dan

jelas

Pengaruh

Top

pelaksanaan budaya kerja.

Terhadap

Penerapan

Budaya

Komitmen

top

2) Memimpin

Kerja.

penerapan

manajemen

pada

merupakan kemauan pihak top

berkomitmen

Menurut

budaya Brower

melalui

proses

budaya

kerja

setiap

3) Mampu

terhadap

danan

kerja.

level sesuai

memberi

ketela-

dalam penerapan

budaya kerja.

(1995)

Kegagalan

komitmen top manajemen dapat dilakukan

semua

kewenangannya.

manajemen untuk mendukung

penerapan

memfasilitasi

yang dibutuhkan terhadap Komitmen

Manajemen

dan

dan

yang

menyediakan sumber daya

Indikator. a.

aturan

penerapan

budaya kerja sebagian besar

beberapa

disebabkan

cara:

komitmen

10

kurangnya dari

top


Berdasar penjelasan diatas,

manajemen (Brower, 1995), sehingga

hipotesis

diajukan dalam penelitian

organisasi

ini adalah:

nikasi,

H1:

Komitmen

manajemen

b.

semakin baik antar anggota

yang

top

berpengaruh

dalam

berkomu-

semakin

penerapan

budaya

Berdasarkan

hasil

sukses kerja. penelitian

positif terhadap penerapan

Arif Ariyanto (2015) diketahui

budaya kerja

komunikasi merupakan faktor

Pengaruh Komunikasi Ter-

penting

hadap

program pengembangan budaya

Penerapan

Budaya

dalam

implementasi

Kerja.

kerja di Sekretariat Daerah

Dalam melaksanakan program

Kabupaten Pati. Oleh karena itu

budaya

hipotesis yang diajukan dalam

kerja

komunikasi

merupakan faktor penting untuk

penelitian ini adalah:

menciptakan lingkungan yang

H2:

kondusif, agar nilai-nilai dapat

pengaruh

teraktualisasi dalam sikap dan

penerapan budaya kerja

perilaku

organisasi.

Berda-

c.

Komunikasi positif

berterhadap

Pengaruh Kerja Sama Tim

sarkan penelitian Suranto AW

Terhadap Penerapan Budaya

(2010)

Kerja.

indikator

yang

digunakan dalam keterampilan

Kerjasama

komunikasi adalah:

nilai-nilai sangat penting dalam

1) Pemahaman bersama.

penerapan budaya kerja. Kata

2) Ada unsur kesenangan antar

lain untuk kerja sama adalah

komunikator

dan

Penelitian manciptakan

suatu

partisipasi atau gotong royong.

komu-

nikan. 3) Mampu

merupakan

West

(2002)

indikator dari kerja sama tim

hu-

adalah:

bungan timbal balik.

1) Memiliki tanggung jawab

4) Ada tindakan nyata.

bersama.

11


1) Keberhasilan menyelesaikan

2) Saling berkontribusi. 3) Pengerahan

tugas.

kemampuan

2) Adanya

secara maksimal. Kerjasama

dan

recognition.

kelompok

diperlukan

dalam

3) Bekerja sesuai keahlian.

penerapan

budaya

kerja.

4) Kesempatan

Amelia

NS

mutlak

menyebutkan

mengembangkan diri.

(2012)

manfaat

Dari

dari

penjelasan

diatas,

satunya adalah meningkatkan

pengaruh terhadap penerapan

kerjasama

tim,

budaya

rumusan

hipotesis

sehingga

H3:

Kerja

motivasi

tersebut

penerapan budaya kerja salah

kerja.

minimnya

sama

mempunyai

Bambang

Purwanggono

dalam

penelitian ini adalah

d.

reward

akan

tim

(2014),

motivasi

berdampak

pegawai terhadap

berpengaruh positif terhadap

penerapan budaya kerja 5S di

penerapan budaya kerja

perusahaan. Hipotesis yang bisa

Pengaruh Motivasi Terhadap

dirumuskan dalam penelitian

Penerapan Budaya Kerja.

ini adalah:

Motivasi merupakan salah

H4: Motivasi berpengaruh

satu komponen penting dalam

positif terhadap penerapan

meraih

budaya kerja

keberhasilan

suatu

proses kerja, karena memuat unsur

pendorong

seseorang pekerjaan

untuk sendiri

berkelompok.

e.

bagi

Indikator

Variabel

Pene-

rapan Budaya Kerja. Penerapan

melakukan

budaya

kerja

melalui gugus kendali mutu

maupun

merupakan

Penelitian

salah

satu

indikator

keunggulan bersaing di era

motivasi agar program budaya

globalisasi seperti sekarang ini.

kerja

Dengan menerapkan seacara

Widodo

(2013)

berjalan

dengan

baik

konsisten

adalah:

12

akan

mampu


menghasilkan organisasi yang

populasi yang akan diteliti.

berintegritas sehingga mampu

Teknik

meningkatkan

dengan menggunakan metode

yang

produktivitas

pada

akhirnya

pengambilan

sampel

sampel acak (random), yaitu

akan

memuaskan pelanggan. Pene-

semua

litian Hiras Pasaribu (2008)

populasi dianggap mempunyai

indikator Penerapan

hak

Budaya

subyek

yang

di

sama

dalam

untuk

Kerja:

memperoleh kesempatan dipilih

1) Kepuasan pelanggan.

menjadi

2) Perbaikan berkelanjutan.

1998).

sampel

Populasi

3) Manajemen berdasar fakta.

(Arikunto,

yang

akan

diobservasi berpedoman pada

4) Pelibatan seluruh pegawai.

5-10 kali jumlah parameter PROSEDUR

yang digunakan. Jadi jumlah

PENELITIAN/

sampel adalah jumlah indikator

PENGKAJIAN. 1.

Populasi

Dan

dikali

Sampel

5

sampai

10.

Bila

terdapat 18 indikator, besarnya

Penelitian. merupakan

sampel adalah 90 sampai 180

jumlah keseluruhan dari unit

(Ferdinand, 2000). Oleh karena

analisis yang ciri-cirinya akan

itu jumlah sampel ditetapkan

diduga sebagai obyek penelitian

100 responden.

Populasi

(Indrianto, dimaksud

1999). dengan

Yang

2.

Instrumen Penelitian. Dengan

populasi

menggunakan

dalam penelitian ini adalah

angket yang digunakan untuk

seluruh pegawai di RSUD. Dr.

mendapatkan

Moewardi

responden

sudah

Surakarta

menerapkan

yang

data dalam

dari obyek

penelitian. Pertanyaan dalam

Gugus

angket dibuat

Kendali Mutu.

menggunakan

skala likert 1-4 dengan kriteria:

Sedangkan sampel adalah bagian yang dapat mewakili

13


Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Selanjutnya

2. Teknik Pengumpulan Data

daftar

Metode dilakukan dengan

pertanyaan secara garis besar

wawancara

yang akan diajukan kepada

metodepengumpulan data dengan

responden dapat dilihat pada

cara bertanya langsung (berko-

tabel dibawah ini:

munikasi

langsung)

dengan

responden

(Arianto

,1998).

yaitu

Pengumpulan

14

data

juga


dilakukan dengan meng-gunakan

(Sutrisno Hadi, 2000). Untuk

kuesioner

metode

menguji validitas diguna-kan

dengan

uji korelasi produk moment

yaitu

pengumpulan

data

memberikan atau menyerahkan

dengan

daftar

sebagai berikut:

per-tanyaan

kepada

a)

responden.

pengujian

Jika nilai r hitung > r tabel dan signifikansi <

3. Teknik Analisa Data Dalam

kriteria

0,05

menganalisis

maka

dapat

permasalahan yang dikemukakan

dikatakan

pada

indikator adalah valid.

penelitian

ini,

menggunakan

penulis b)

pendekatan

bahwa

Jika r hitung > r tabel dan

kuantitatif. Yaitu analisa yang

nilai signifikansi > 0,05

menggunakan

maka dikatakan indikator

metode

pembuktian statistik

dan

tidak valid.

menjawab

2) Uji Reliabilitas.

matematis dalam

persoalan

dan

membuktikan

hipotesa

Adalah

untuk

mengukur

yang

alat

untuk

suatu

kuesioner

merupakan

indikator

diajukan. Analisis data yang

yang

digunakan dalam penelitian ini

dari variabel atau konstruk

meliputi

suatu

pengujian

sebagai

kuesioner

reliable

berikut:

atau

dikatakan

handal

juka

seseorang terhadap pernya-

a. Uji Instrumen.

taan adalah konsisten atau

1) Uji Validitas. menun-

stabil dari waktu ke waktu

jukkan tingkat kemampuan

(Ghozali, 2006). SPSS versi

suatu

14

Uji

Validitas

instrumen

untuk

menyediakan

fasilitas

mengungkapkan sesuatu yang

untuk mengukur reliabilitas

menjadi

pokok

dengan uji statistik Conbrach

pengukuran yang dilakukan

alpha (a). Suatu konstruk atau

dengan instru-men tersebut

variabel

sasaran

15

dikatakan

reliabel


jika

memberikan

Conbrach

alpha

uji

nilai

>

Analisis

Penjelasan

Regresi

Linier

Untuk

Bertujuan untuk mengukur hubungan

antar

variabel

dependen

terhadap

variabel-

apakah

variabel

dependen,

dilakukan dari output SPSS Versi 14, adapun kriteria

Y = a + b 1 X 1 +b 2 X 2 + b 3 X 3 +b 4 X 4

yang digunakan adalah: − Jika nilai t hitung > t

Dimana Variabel

Penerangan

tabel

maka

dapat

Budaya Kerja

disimpulkan

a = Konstanta

hipotesis

alternatif

diterima

dan hipotesis

b1 b 2 b 3 b 4 b 5 =

Koefisien

Regresi.

bahwa

nol ditolak akan ada

X 1 = Variabel Komitmen Top

pengaruh variabel terikat

Manajemen

dengan variabel bebas. − Jika nilai t hitung < t

X 2 = Variabel Komunikasi

c.

dapat

memutuskan

variabel independent

=

teknik

pengukuran data:

–

Berganda.

Y

parameter

individual dengan uji t.

0,060

(Nunnaly, 1960). b.

signifikasi

X 3 = Variabel Kerjasama Tim

tabel

X4 = Variabel Motivasi

disimpulkan

Uji Hipotesis.

hipotesa alternatif dapat

1) Uji

signifikansi

Secara

bahwa

ditolak dan tidak ada

Uji signifikasi parsial untuk

dapat

diterima, hipotesis nol

Parsial ( uji t ).

dilakukan

maka

pengaruh variabel terikat

menguji

pengaruh

variabel

independen

terhadap

terhadap variabel bebas. 2) Analisis

Koefisien

Determinasi (R).

variabel dependent secara

Koefisien

parsial. Untuk melakukan

determinasi

(R) mengukur seberapa jauh

16


d. Citra

model dalam menentukan

Prima

Tahun 2013.

variasi variabel dependen.

e. Sertifikasi Iso 22000:2005,

Koefisien determinasi (R) dinyatakan

Pelayanan

Tahun 2014.

dalam

prosentase, Nilai R berkisar

f. Akreditasi

antara 0 < R< 1

KARS

bulan

2012

November

2014.(Paripurna) g. Persiapan ANALISIS DATA DAN PEM-

Internasional (JCI-A) tahun

BAHASAN

2015.

1. Deskripsi Hasil Penelitian a.

h. Dll

Profil RSUD Dr. Moewardi

b.

Surakarta. Rumah Daerah

Sakit Dr.

No.132

Visi:

Moewardi

Surakarta

Rumah

a. Menyediakan kesehatan

milik Provinsi

sumber

daya

kecukupan

diraih

alat

serta

profesionalisme manajemen

antara laian penuh

pada

manusia, kecanggihan dan

rumah sakit lainnya. Banyak

a. Akreditasi

pelayanan

berbasis

keunggulan

Jawa Tengah diantara tujuh

sudah

Terkemuka

Misi:

750 ini merupakan salah satu

yang

Sakit

Berkelas Dunia.

yang

memiliki kapasitas tempt tidur

rumah sakit

Visi, Misi, Jargon, dan NilaiNilai Organisasi.

Umum

beralamat di Jalan Kol Soetarto

prestasi

Akreditasi

pelayanan.

Tahun

b. Menyediakan

2005, 2008, 2011.

wahana

pendidikan dan penelitian

b. Sertifikasi iso 90001:2000,

kesehatan

tahun 2007.

yang

unggul

berbasis pada perkembangan

c. Sertifikasi iso 90001:2008,

ilmu

tahun 2010.,2013

pengetahuan

dan

teknologi kesehatan yang

17


bersinergi

dengan

saat ini jumlahnya mencapai 49

mutu

pelayanan.

GKM Dari 49 GKM, 5 diantaranya

Motto/ Jargon.

adalah

Kami Senang Melayani Anda

GKM

dan Mudah.

2.

(care to you with quality for all/

membudayakan 6

rasa yaitu:

Peduli, Melayani,

Memiliki,

a.

Uji

Validitas

dan

Uji

1) Uji Validitas Hasil pengujian validitas,

Budaya kerja yang diterapkan

variabel

di Rumah Sakit Umum Daerah

Komitmen

Top

Manajemen (X1), variabel

ada

Komunikasi (X2). Variabel

beberapa hal, salah satunya

Kerjasama Tim (X3) dan

menerapkan

variabel

Gugus Kendali Mutu (GKM)

Motivasi

(X3)

memiliki nilai signifikansi

Gugus Kendali Mutu mulai

lebih

diperkenalkan di rumah sakit

tiga belas

PEMBA-

Reliabilitas

Penerapan budaya kerja.

Surakarta

DAN

HASAN

Ramah, Bersih, Antusias

ini pada tahun 1997,

belum

HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS

care 2 u with q 4 all) dengan

dengan

dilakukan

saat

anda

dengan kualitas terintegrasi�

adalah

sampai

terbentuk

melayani

Dr.Moewardi

KSM,

penelitian

Nilai-Nilai Organisasi:

c.

Struktural,

sedangkan GKM Residen dan

dengan Cepat, Tepat, Nyaman,

“Bahagia

GKM

kecil

Dengan

setelah

dari

0,05.

demikian

dapat

disimpulkan

tahun kemudian

indikator

terbentuklah 20 GKM

variabel

Dalam perkembangannya dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan jumlah GKM , dan

pengukuran Komitmen

Top

Manajemen,

Komunikasi,

Kerjasama

Tim

Motivasi

18

bahwa

dan

tersebut adalah


juga

0,290 dan Motivasi sebesar

Penerapan Budaya Kerja (Y)

0,291. Semua koefisien regresi

memiliki nilai signifikansi

bertanda positif, artinya jika

lebih kecil dari 0,05

Komitmen Top Manajemen ,

Uji Reliabilitas.

Komunikasi, Kerjasama Tim,

Hasil pengujian reliabilitas

Motivasi ditingkatkan maka

pada

Penerapan Budaya Kerja juga

valid.

2)

Demikian

masing-masing

variabel

akan meningkat.

penelitian

menghasilkan

nilai

alpha

c.

conbrach yang lebih besar

1) Uji

Signifikansi

dari 0,6. Dengan demikian

Parsial (uji-t).

dapat disimpulkan bahwa

a) Pengujian

hasil

pengukuran

pada

pertama.

variabel

H1

penelitian

tersebut

Manajemen

pengukuran

Regresi

:

Komitmen

Top

berpengaruh

positif terhadap Penerapan

yang reliabel atau konsisten. Analisa

Secara

hipotesis

masing-masing

menghasilkan

b.

Uji Hipotesis.

Budaya Kerja. X1= 0,18 dengan nilai t

Linier

Berganda.

hitung sebesar 0,207 dan

Setelah data diolah dengan

signifikansi sebesar 0,836,

menggunakan aplikasi SPSS

(> 0,05),

versi

disimpulkan

14,

persamaan

maka regresi

diperoleh

maka dapat bahwa

Komitmen

sebagai

Top

Manajemen

berikut

berkorelasi

Y = 0,18X 1 + 0,239X 2 + 0,290X 3 +

positif

0,291X 4

mempunyai

pengaruh

Koefisien regresi Komitmen

signifikan

terhadap

Top Manajemen (X 1 ) sebesar

penerapan budaya kerja.

0,18, Komunikasi sebesar 0,

Hal ini terjadi karena yang

239, Kerjasama Tim sebesar

menjadi responden dalam

19

namun

tidak


penelitian ini tidak seluruh

maka dapat disimpulkan

pegawai di RSUD Dr.

bahwa

Moewardi

berkorelasi positif namun

melainkan

pagawai

yang

tidak mempunyai pengaruh

sudah

signifikan

menerapkan

terhadap

GKM.Berhubung

GKM

Penerapan Budaya Kerja.

sudah

sejak

Hal

diterapkan

ini

terjadi

tahun 1997 sehingga sudah

antar

responden

menjadi

diteliti

sudah

budaya

dan

tersistem.Sesuatu sudah

menjadi

hubungan

yang

baik,

budaya

karena yang terjalin

yang

demikian

sangat juga

adalah melakukan tanpa

dengan pengunjung. Salah

berpikir.

Apalagi

satu nilai yang dijadikan

peraturan, fasilitas, sarana

PIN adalah nilai Peduli

dan

(Care to You).

prasarana

tersedia,

b)

Komunikasi

sudah

sehingga

c)

bagi

Pengujian hipotesis ketiga.

responden komitmen top

H3:

manajemen

berpengaruh

berkorelasi

Kerjasama

secarapositif tetapi tidak

terhadap

berpengaruh

Budaya Kerja.

secara

Tim positif

Penerapan

signifikan.

X3 sebesar 0,90, dengan

Pengujian hipotesis kedua.

nilai t hitung sebesar 2,338

H2:

Komunikasi

dan signifikansi sebesar

positif

0,022.(<0,05) maka dapat

berpengaruh terhadap

disimpulkan

Penerapan

bahwa

Budaya Kerja.

Kerjasama Tim berkorelasi

X2 sebesar 0,239, dengan

positif

nuilai t hitung sebesar

terhadap

1,838

Budaya Kerja.

sebesar

dan

signifikansi

0,69.

(>0,05)

20

dan

signifikan Penerapan


sangat

penerapan

dalam

Kendali Mutu adalah

penerapan Gugus Kendali

motivasi. Perlu terus

Mutu. Tanpa Kerjasama

ditingkatkan

Tim GKM tidak akan bisa

pelatihan

diaplikasikan

dengan

bagi seluruh aparatur

baik..

Pelatihan

tentang

rumah sakit.

team

building

terus

Kerjasama

Tim

dibutuhkan

Gugus

motivasi

2) Koefisien Determinasi. Nilai Adjusted R

dilakukan, karena rohnya GKM ada di kerjasama.

Square pada penelitian ini

d)

sebesar 0,415 atau sebesar

Pengujian

hipotesis

41,5%.

keempat. H4:

diartikan

Motivasi

berpengaruh terhadap

bahwa

dapat variabel yaitu:

Komitmen Top Manajemen,

penerapan

sebesar

ini

independen

positif

Komunikasi, Kerjasam Tim,

budaya kerja. X4

Hal

Motivasi, dapat menjelaskan

0,291,

dengan nilai t hitung

variabel

3,284,

dan

(Penerapan Budaya Kerja)

sebesar

sebesar 41,5% sedangkan

maka

sisanya ( 100% - 41,5% =

disimpulkan

59,5% ) di jelaskan variabel

Motivasi

lain yang belum diteliti

signifikansi 0,01.(<0,05) dapat bahwa

dependen

dalam penelitian ini.

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

Penerapan

SIMPULAN DAN SARAN

Budaya Kerja.

1.Simpulan a.

Selain kerjasama

Secara

parsial

variabel

tim faktor yng sangat

yang berkorelasi positif

menentukan

dan berpengaruh secara

21


signifikan

a.

terhadap

Komitmen

Top

Penerapan Budaya Kerja

Manajemen dalam bentuk

melalui

Kendali

4

variabel

memahami,

Mutu

Gugus adalah

Kerjasama

Tim

M

untuk

variabel Komitmen Top

GKM

Manajemen

dan

terbentuk

Komunikasi

berkorelasi

positif

tetapi

b.

menyusun,

menggerakkan yang

Untuk

belum

meningkatkan

motivasi perlu Pelatihan

tidak

berpengaruh

(mengetahui,

dan menjamin) TULTA

dan

sedangkan

Motivasi

Achivement

secara

Motivation

Training (AMT)

signifikan . b.

Perlu

Komitmen

c.

Top

Hasil dari Risalah Gugus

Manajemen, Komunikasi,

Kendali

Mutu

agar

Kerjasama Tim, Motivasi,

ditindak lanjuti

dalam

mempunyai

rangka mewujudkan visi

korelasi

dan misi organisasi.

positif terhadap penerapan budaya

kerja,

d.

karena

Dalam merumuskan nilai

koefisien regresi semuanya

nilai

organisasi

perlu

bertanda positif

disesuaikan

Y = 0,18X 1 + 0,239X 2 +

Permenpan No. 39/ 2012

menurut

0,290X 3 + 0,291X 4

maksimal 5 nilai bukan 6

c.

Variabel independen dapat

nilai

menjelaskan

variabel

memiliki, ramah,bersi, dan

dependen sebesar 41,5%

antusias). Semakin sedikit

sehingga sisanya 59,5 %

nilai

akan

mudah

dijelaskan

terinternalisasi

sehingga

variabel

lain

(peduli,

melayani,

menjadi budaya

yang belum diteliti. Dalam e.

penelitian ini

Penelitian datang

2. Saran

22

yang

akan perlu


menambahkan maupun

University Press, Vol.2, p. 13-25. BPKP. 2013. Kajian Penerapan Budaya Kerja pada Bank BRI: Khazanah Memperkaya Pengembangan Budaya Kerja pada Birokrasi Publik. Jakarta: BPKP. Covey, Stephen R. 1997. Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Fandyaditya. 2014. Motivasi, Teori Motivasi, Perbedaan teori Motivasi Mc Gregor, Abraham Maslow, David Mc Cellend. Diunduh dari: https://fandyaditya63blog.w ordpress.com/2014/10/27/ko nflik-jenis-dan-sumberkonflik. Disitasi , 23 Agustus 2015 Ferdinand, Agusty. 2000. Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivariated dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Hasibuan, Malayu. 1996. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Kaswan. 2013. Leadership and Team Working. Bandung: Alfa Beta. Lubis, Hadi. 2009. Total Motivation. Yogyakarta: Pro-You.

variabel indikator

penelitian, karena 59,5% dijelaskan oleh variabel lain.

---------------------Daftar Pustaka Afdaluddin. 2006. Modul Pengendalian Mutu Terpadu. Jakarta: Direktorat Produktivitas. Amelia NS. 2010. Hubungan Motivasi Budaya Kerja dengan Kinerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Subang Prov Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan (online). Vol.5 No.I Arianto Arif. 2015. Faktor-faktor Yang Memengaruhi Implementasi Program Pengembangan Budaya Kerja di Sekretariat Daerah Kabupaten Pati. Reformasi. Volume 5. Arikunto, Suharsiwi. 1998. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Aw, Suranto. 2010. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta. Graha Ilmu. Brower. Michael J 1995. “Empowering Teams: what, why, and how�, Empowering in Organizations, MCB

23


Nadkarni. 1976. Pengembangan Motivasi Pengusaha. Jakarta: Departemen Perindustrian. Nursadi, Harsanto. 2006. Modul Penerapan Budaya Kerja Aparatur Negara. Kemen Pan RI. Pasaribu, Hiras. 2008. Pengaruh Komitmen, Persepsi, dan Penerapan Pilar Dasar Total Quality Management terhadap Kinerja Manajerial pada BUMN Manufaktur di Indonesia. Yogyakarta: Jurnal UPN Veteran. Purwanggono, Bambang. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi Karyawan dalam Menerapkan Budaya Kerja 5S (Studi Kasus pada Karyawan PT. PLN. (Persero) P3JB APP Semarang. Jurnal Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus.

Ruhana, Ika. 2009. Pengembangan Kualitas SDM vs Daya Saing Global. Malang: Jurnal Jurusan Administrasi Bisnis UNIBRAW. Santosa, Singgih. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Proporsional. Jakarta: SPSS versi 14. Siagian, Sondag P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia . Yogyakarta: Bumi Aksara. Supriyadi, Gering. 2006. Budaya kerja Organisasi Pemerintah, Modul Diklat Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. Triguno. 1995. Budaya Kerja. Jakarta: Golden Terayon Press.

24


KAJIAN TUGAS PEKERJA SOSIAL FUNGSIONAL DALAM MEMBERIKAN PENDAMPINGAN SOSIAL KEPADA PENERIMA MANFAAT DI LINGKUNGAN DINAS SOSIAL PROV. JAWA TENGAH Oleh: Supriyanto Abstraksi Pembangunan sosial sebagai suatu proses perubahan sosial terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, dimana pembangunan dilakukan saling melengkapi proses pembangunan ekonomi. Pembangunan Sosial sebagai pendekatan pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara paripurna, yakni memenuhi kebutuhan manusia mulai dari kebutuhan fisik sampai sosial. Pekerja sosial adalah adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai tugas memberikan pendampingan sosial kepada para penerima program pelayanan kesejahteraan sosial. Fungsi pekerja sosial meliputi: a) Membantu orang untuk meningkatkan dan menggunakan secara lebih efektif kemampuan penerima manfaat untuk melaksanakan tugas kehidupannya. b) Memecahkan masalah penerima manfaat. c) Menciptakan jalur hubungan pendahuluan penerima manfaat dengan sistem untuk memperoleh sumber palayanan d) Mempermudah interaksi, merubah dan menciptakan hubungan baru antara penerima manfaat dengan sistem kemasyarakatan. Sedangkan peranan pekerja meliputi: a) Membantu memberikan pelayanan sosial, menghubungkan kepada sumber-sumber pelayanan sosial, memberikan dan menyebarluaskan informasi mengenai masalah dan pelayan sosial, membela memperjuangkan haknya memperoleh pelayanan atau menjadi penyambung lidah penerima manfaat. Kesuksesan pekerja sosial dalam melaksanakan pembimbingan sosial tergantung faktor instrinsik dan ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi: kompetensi personal, kompetensi sosial, kompetensi pelayanan dan kompetensi profesional. Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi: a) Komitmen pimpinan, b) Tersedianya sarana & prasarana, c) Pengembangan karier yang jelas. Pembinaan pekerja sosial guna meningkatkan kompetensi pekerja sosial kegiatannya meliputi antara lain: a) Pemberi pertolongan pemecahan masalah sosial (problem solver), b) Pemberdayaan dan agen perubahan sosial (Empower and Change Agent), dan c) AnalisisKebijakan Sosial (Social Policy Analyst). Kata kunci : Tugas, peran, fungsi dan kompetensi pekerja sosial

25


Berdasarkan I. PENDAHULUAN

no

A. Latar Belakang

Kesejahteraan Sosial mengamanatkan

Pancasila sebagai landasan Idiil Negara

Indonesia

pondasi

yang

mensejahterakan memberikan

untuk

Indonesia

untuk

rakyat

tahun

2009

tentang

menyelenggarakan

kesejahteraan sosial bagi rakyat

memberikan

kuat

11

Undang-Undang

yang

Pemerintah,

dengan

dilakukan Provinsi

Kabupaten/Kota

Keadilan Sosial bagi

terpadu

dan

dan terarah,

berkesinambungan

seluruh

Rakyat

Indonesia

Undang

Undang

Dasar

Negara

melalui kegiatan rehabilitasi sosial,

tahun

1945

sebagai

jaminan sosial, pemberdayaan sosial

guna

dan perlindungan sosial terhadap

kegiatan

penyandang masalah kesejahteraan

kesejahteraan bagi seluruh rakyat

sosial dikarenakan oleh: kemiskinan,

melalui pembangunan kesejahteraan

ketelantaran,

sosial.

pencilan, ketunaan, korban bencana

Indonesia landasan

Konstitusi

menyelenggarakan

dan

yang

oleh

proses

perubahan

keter-

dan korban tindak kekerasan.

Pembangunan sosial sebagai suatu

kecacatan,

Kesejahteraan

sosial

Sosial

terencana yang dirancang untuk

kondisi

meningkatkan

hidup

material, spiritual dan sosial warga

sosial

negara agar dapat hidup layak dan

masyarakat,

taraf pembangunan

terpenuhinya

adalah

kebutuhan

dilakukan untuk saling melengkapi

mampu

proses

ekonomi.

sehingga dapat melaksanakan fungsi

bertujuan

sosialnya.

pembangunan

Pembangunan

Sosial

mengembangkan

Sedangkan

diri,

pengertian

meningkatkan kualitas kehidupan

penyelenggaraan kesejahteraan sosial

manusia secara paripurna, yakni

adalah upaya yang terarah, terpadu,

memenuhi kebutuhan manusia mulai

dan berkelanjutan yang dilakukan

dari kebutuhan fisik sampai sosial.

Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan

26


sosial guna memenuhi kebutuhan

sosial adalah pegawai negeri sipil

dasar setiap warga negara, yang

yang diangkat oleh Gubernur Jawa

meliputi rehabilitasi sosial, jaminan

Tengah

sosial, pemberdayaan sosial, dan

memberikan pendampingan sosial

perlindungan sosial.

kepada

Data

Penyandang

yang

para penerima program

pelayanan

Masalah

mempunyai tugas

kesejahteraan

sosial.

Kesejahteraan Sosial (PMKS) di

Sedangkan fungsi pekerja sosial

Jawa Tengah dapat dilihat seperti

meliputi antara lain: a) Membantu

dalam tabel 1 dibawah ini.

orang

untuk

meningkatkan

dan

menggunakan secara lebih efektif kemampuan

Dalam menangani PMKS Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah

untuk

mempunyai pekerja sosial

kehidupan

yang

penerima

manfaat

melaksanakan

tugas

dan penerima

memecahkan

bekerja di UPT Balai Rehabilitasi

masalah

Sosial, Balai Pelayanan Sosial, Balai

Menciptakan

Persinggahan Sosial, Unit Resos dan

pendahuluan diantara orang dengan

Unit Yansos.

sistem untuk memperoleh sumber palayanan dan

Pejabat fungsional pekerja

27

jalur

manfaat

b)

hubungan

c) Mempermudah


interaksi, merubah dan menciptakan

melakukan

melakukan

hubungan baru antara orang dengan

strategi

atau

sistem kemasyarakatan.

perilaku

seseorang

teknis

memberikan

Pekerjaan sosial adalah profesi

berbagai mengubah

dan

nasehat

terakhir kepada

yang

penerima manfaat untuk memenuhi

tujuan utamanya adalah membantu

kebutuhan atau pemecahan masalah.

pertolongan

kemanusiaan

keberfungsian

sosial

Pekerja

individu,

sosial

mempunyai

keluarga dan masyarakat dalam

kedudukan yang sangat strategis

melaksanakan peran-peran sosialnya

untuk

(Suharto,2007).

masalah kesejahteraan sosial, oleh

menangani

penyandang

sebab itu selayaknya pemerintah

Peranan pekerja sosial sangat penanganan

memberikan perhatian yang besar

penyandang masalah kesejahteraan

terhadap figur jabatan fungsional

sosial

pekerja

strategis

dalam

antara lain: a) Membantu

memberikan kepada

pelayanan

penerima

sebagai

jabatan

terhormat dan jabatan unggulan.

sosial

manfaat,

sosial

Sehingga

b)

bangga

menyandang

Menghubungkan penerima manfaat

jabatan fungsional pekerja sosial dan

kepada sumber-sumber pelayanan

pada urutannya akan meningkatkan

sosial,

kinerja.

c)

Memberikan

dan

Sudah

saatnya

institusi

informasi

sosial membangun sumber daya

mengenai masalah dan pelayanan

manusia kesejahteraan sosial yang

sosial,

benar-benar menjadi figur dan sosok

menyebarluaskan

d)

Membela

penerima

pekerja sosial yang sejati.

manfaat memperjuangkan haknya

Kalau

memperoleh pelayanan atau menjadi penyambung manfaat

lidah

agar

memenuhi manfaat, mendatangi

lembaga

kebutuhan e)

respon penerima

Pekerja atau

pernghargaan

penerima

sosial

perlu

memberikan

yang

setinggi-

tingginya

kepada

tenaga

kesejahteraan

sosial

yang

menjadi

mau

pemerintah

fungsional pekerjaan sosial.

menjangkau

pelayanan, sebagai ahli yang dapat

28

pejabat


3.

Dengan demikian kedu-dukan

Mengetahui peran Dinas Sosial

pekerja sosial sangat penting dalam

Provinsi Jawa Tengah

dalam

penanganan PMKS, oleh sebab itu

membina pekerja sosial.

diperlukan pembinaan pekerja sosial yang instens untuk dapat mencetak

D. Manfaat Penelitian

pekerja sosial yang mempunyai kinerja

yang

tinggi

1. Penelitian

dalam

kebijakan dengan

B.

Pertanyaan Penelitian

1.

Bagaimana

gambaran

pekerja

sosial

tugas

peningkatan

kinerja

2. Penelitian ini dapat digunakan

dalam

pendampingan

dalam

mengembangkan

pendidikan

dan

pelatihan

pelayanan kesejahteraan sosial.

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

kemampuan

E. Ruang Lingkup Penelitian

pekerja sosial? 3.

yang berhubungan

pekerja sosial.

sosial? 2.

diharapkan

berguna untuk mengembangkan

melaksanakan tugasnya.

memberikan

ini

Peran

Ruang lingkup penelitian ini

apakah

yang

perlu

meliputi gambaran tugas pekerja

dilakukan Dinas Sosial Provinsi

sosial memberikan pendampingan

Jawa Tengah dalam membina

sosial kepada penerima manfaat

pekerja sosial?

(klien),

faktor-faktor

yang

mempengaruhi kemampuan pekerja sosial

C. Tujuan Penelitian 1.

Mengetahui

gambaran

pekerja

sosial

memberikan

Provinsi

tugas

peran

Jawa

melakukan

dalam

Dinas

Sosial

Tengah

pembinaan

dalam terhadap

pekerja Sosial.

pendampingan

Topik penelitian ini sesuai

sosial 2.

dan

Mengetahui apa saja faktor-

tugas

faktor

Pelatihan Provinsi Jawa Tengah

yang

mempengaruhi

yang

tugas pekerja sosial.

29

Badan

Pendidikan

menyelenggarakan

dan

diklat


pelayanan kesejahteraan sosial dan

peranan

analisis

domain pembangunan kesejahteraan

kebijakan

pesertanya pekerja

sosial

pejabat sosial,

yang

sosial.

fungsional

calon

memiliki

atau

aparatur Provinsi, Kabupaten / Kota

memandang

yang

kesejahteraan

bertugas

di

bidang

penting

Sebagai

kemanusian

pejabat

fungsional pekerja sosial

paling

dalam

suatu

profesi

pekerjaan

sosial

paradigma

yang

bahwa sosial

usaha merupakan

institusi strategis bagi keberhasilan

kesejahteraan sosial.

pembangunan. Menurut Heru Sokoco (1997)

II. KAJIAN PUSTAKA

menjelaskan,

A. Pekerja Sosial

peranan

Pekerja sosial adalah bidang

tugas,

pekerja

fungsi

sosial

dan

sebagai

keahlian yang memiliki kewenangan

berikut : Tugas pekerja sosial adalah

untuk melaksanakan berbagai upaya

melaksanakan

guna

bangunan di bidang kesejahteraan

meningkatkan

kemampuan

sosial

fungsi sosialnya melalui interaksi,

perencanaan,

agar orang dapat menyesuaikan diri

pelaksanaan, pengendalian, evaluasi

dengan situasi kehidupannya secara

dan pelaporan pelayanan sosial.

Kekhasan

bentuk

pem-

orang dalam melaksanakan fungsi-

memuaskan.

dalam

program

kegiatan

pengorganisasian,

Fungsi pekerja sosial antara

pekerja dan

lain: membantu orang meningkatkan

keterampilan dalam memanipulasi

dan menggunakan kemampuannya

perilaku manusia sebagai makhluk

secara efektif untuk melaksanakan

sosial.

tugas-tugas

sosial

adalah

pemahaman

kehidupan

dan

memecahkan

masalah-masalah

sebagai sebuah bidang keahlian atau

sosial

mereka

profesi, yang

memiliki landasan

mengkaitkan orang dengan sistem-

keilmuan dan seni dalam praktik

sistem sumber; memberikan fasilitas

sehingga muncul definisi pekerja

interaksi

sosial sebagai profesi yang memiliki

sumber;

Pekerja

sosial

dipandang

30

yang

dengan

alami;

sistem-sistem

mempengaruhi kebijakan


sosial; memeratakan atau menya-

manusia. Tanggung jawab sosial

lurkan sumber-sumber material.

yang dimaksud disini adalah sesuatu

pekerja

yang lebih daripada cinta terhadap

sosial sebagai pemercepat perubahan

sesama manusia. Jika orang sekedar

(enabler),

memberikan

Sedangkan

peranan

perantara

(broker),

uang

pengemis

atau

makan

karena

belas

pendidik (educator), tenaga ahli

kepada

(expert), perencana sosial (social

kasihan, perbuatan ini timbul karena

planner), fasilitator (Facilitator).

cinta terhadap sesama manusia.

panduan

Rasa tanggung jawab sosial

pekerja sosial Departemen Sosial RI

akan menyebabkan manusia tergerak

(1998)

pejabat

untuk memberi pertolongan kepada

tugas

sesama manusia. Gerak demikian

Berdasarkan

Jenjang

fungsional

buku

jabatan

pekerja

sosial

dibagi menjadi 7 (tujuh) kriteria

dapat

antara lain: pekerja sosial pelaksana

pekerjaan-pekerjaan

pemula, pekerja sosial pelaksana,

dimana dilakukan oleh pekerja-

pekerja sosial pelaksana Lanjutan,

pekerja

sosial.

pekerja

adalah

merupakan

sosial penyelia,

pekerja

diaplikasikan

melalui

sosial

Pekerjaan

yang

sosial

serangkaian

sosial pertama, pekerja sosial muda,

aktivitas

profesional

dan pekerja sosial madya.

menolong individu, kelompok dan masyarakat

B.

dalam

untuk

meningkatkan

Pendampingan Sosial

atau memperbaiki kapasitas mereka

Manusia adalah makhuk sosial

agar

berfungsi

sosial

dan

saling butuh membutuhkan, maka

menciptakan kondisi-kondisi ma-

timbul pada manusia rasa tanggung

syarakat

jawab terhadap sesama manusia

mencapai tujuan tersebut. Lahirnya

yang biasa disebut tanggung jawab

pekerjaan sosial

ini

sosial. Terdorong oleh rasa tanggung

karena

masalah-masalah

jawab sosial inilah menyebabkan

sosial yang dihadapi. Suatu masalah

manusia bergerak untuk memberi

sosial adalah suatu persoalan atau

pertolongan

isu sekitar suatu perkembangan,

kepada

sesama

31

yang

adanya

kondusif

untuk

disebabkan


suatu kecenderungan, atau suatu

Maas

situasi

meliputi antara lain:

dalam

peristiwa-peristiwa

dalam

1. Prinsip

manusiawi yang berkaitan dengan

Suharto

Penerimaan

(2007)

(accep-

sesuatu atau beberapa kelompok.

tance)

Hal itu berhadapan dengan suatu

Prinsip penerimaan mengan-

kesatuan sosial yang dapat dikatakan

dung arti bahwa pekerja sosial

sangat meminta perhatian. Perhatian

harus merasakan, menyatakan,

demikian mengambil bentuk diskusi,

menerima

dan

dan kemungkinan juga penyelidikan,

hubungan

dengan

dan keputusan atau ketegasan.

manfaat sebagaimana adanya,

Mengatasi

mengadakan penerima

tidak mengharapkan penerima

masalah-masalah

sosial tidaklah mudah, diperlukan

manfaat

identifikasi,

serta

memikirkan seharusnya pene-

tindakan dalam mengatasi masalah-

rima manfaat bagaimana. Ini

masalah sosial yang ada. Salah satu

berarti bahwa pekerja sosial

cara untuk mengatasi masalah sosial

tidak mempersoalkan seberapa

adalah

jauh

perencanaan,

melalui

pemberdayaan

menjadi

apa

penerima

manfaat

masyarakat. Pemberdayaan masya-

menyimpang

rakat dapat didefinisikan sebagai

ataupun menerima

tindakan sosial dimana penduduk

manfaat

sebuah

komunitas

mengorgani-

contohnya : cacat netra, tidak

sasikan

diri

membuat

mempersoalkan seberapa jauh

dalam

perencanaan dan tindakan kolektif

penerima

untuk memecahkan masalah sosial

perbedaan

atau memenuhi kebutuhan sosial

sosial

sesuai

manfaat,

dengan

kemampuan

dan

dari

atau

kenyataan penerima

kondisi

cacat

manfaat

telah

persepsi

pekerja

dengan atau

penerima sangat

berbedanya nilai nilai yang

sumberdaya yang dimilikinya.

dianut pekerja sosial dengan

Adapun prinsip-prinsip dasar

penerima

Pekerjaan Sosial menurut Henry S

sosial

32

manfaat. harus

Pekerja menerima


penerima manfaat seperti apa

setiap penerima manfaat dan

adanya.

penggunaan prinsip dan metode yang berlainan dalam setiap

2. Prinsip Komunikasi (communication)

penerima

Supaya terjadi hubungan yang

penggunaan prinsip dan metode

baik

dalam

antara

dengan

pekerja

penerima

sosial

manfaat

setiap

bantuan

manfaat,

dan

pemberian

untuk

tujuan

prinsip komunikasi ini harus

mewujudkan penyesuaian yang

dijalankan agar permasalahan

lebih baik diantara penerima

yang dihadapi oleh penerima

manfaat

manfaat

ssosialnya.

dapat

terselesaikan

dengan

lingkungan

Individualisasi

Prinsip

berdasarkan atas hak manusia

komunikasi dalam bimbingan

untuk menjadi individu dan

sosial perseorangan mencakup

untuk diperlakukan tidak hanya

klasifikasi, dan jika diperlukan,

sebagai manusia secara umum,

klasifikasi ulang mmengenai

melainkan bagaimana manusia

kondisi-kondisi yang ada pada

dengan

dua orang yang terlibat dalam

masing masing.

dengan

baik.

4. Prinsip

hubungan penerima manfaat-

keunikan

pribadinya

Partisipasi

(parti-

caseworker secara profesional,

cipation)

dengan demontrasi dan dengan

Prinsip

pernyataan

case-

mengandung pengertian bahwa

peranan

penerima manfaat sendiri yang

caseworker menjadi jelas bagi

akan ditolong oleg caseworker

penerima manfaat.

dan harus berpartisipasi secara

worker

eksplisit,

menjadikan

aktif

3. Prinsip Individualisasi (indivi-

partisipasi

dalam

ini

usaha-usaha

dualitation)

pertolongan

Prinsip individualisasi adalah

kemampuan-kemampuan

pemahaman

penerima

terhadap

dan

kualitas

pengakuan

karena

manfaat

dapat dipergunakan.

keunikan

33

segala

haruslah


5. Prinsip

Kerahasiaan

nilai-nilai dan kebudayaan yang

(confi-

dominan dalam hidupnya.

dentiality) Jika

penerima

manfaat

diharapkan untuk berpartisipasi

C. Penerima Manfaat

secara penuh didalam uapaya

Penerima

pemecahan masalahnya untuk

kesejahteraan

menerima caseworker sebagai

penyandang masalah kesejahteraan

orang yang dapat dipercayai

sosial (PMKS) adalah seseorang,

dan

untuk

kelompok atau masyarakat yang

pert-

karena hambatan, kesulitan atau

berkopeten

berkomunikasi ahanan

dengan

sosial

peranan

yang

gangguan

mengenai

manfaat sosial

sehingga

melaksanakan

dikandungnya

dalam atau

tidak

fungsi

dapat

sosialnya,

membantu untuk mengindivi-

yang mengakibatkan tidak terpenuhi

dualisasikan

kebutuhan

situasi

yang

hidup,

baik

jasmani,

dihadapinya, maka apa yang

rohani maupun sosial dengan wajar.

dikatakan

Hambatan atau kesulitan tersebut

penerima

manfaat

kepada caseworker tidak pernah

dapat

dibicarakan diluar batas-batas

keterlantaran,

kecacatan,

hubungan

belakangan,

keterasinga,

profe-sional

yang

berupa

kemiskinan,

lingkungan

keterdan

ditujukan untuk mmembantu

perubahan

secara

penerima manfaat.

mendadak seperti bencana alam atau bencana sosial.

6. Kesadaran diri dari pekerja

Kementrian

sosial (work self awarness)

Sosial

Republik

juga

Indonesia menggolongkan PMKS

dengan peneria manfaat adalah

menjadi 22 jenis antara lain sebagai

juga seorang manusia biasa

berikut : Anak balita telantar, anak

yang

telantar, anak nakal, anak jalanan,

Pekerja

pribadi

sosial

sama

mempunyai yang

motivasi

wanita

kompleks,

rawan

sosial

ekonomi,

caseworker telah belajar dan

korban tindak kekerasan, lanjut usia

hidup dengan kenyakinan dan

telantar, penyandang cacat, tuna

34


susila, bekas

pengemis, warga

menekankan

gelandangan,

binaan

makna dari pada

generalisasi.

lembaga

Sedangkan menurut Creswell

kemasyarakatan, korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan

dalam

zat-zat adiktif (NAPZA, Keluarga

penelitian kualitatif berarti proses

fakir miskin, keluarga berumah tidak

eksplorasi dan memahami makna

layak huni, keluarga bermasalah

perilaku individu dan kelompok,

sosial psikologis, komunitas adat

menggambarkan masalah sosial atau

terpencil, korban bencana alam,

masalah kemanusiaan.

korban

bencana

sosial

Sugiyono

(2014)

bahwa

Alasan menggunakan pende-

atau

katan kualitatif, antara lain:

pengungsi, pekerja migran telantar,

1. Kelebihan dalam penyelidikan.

orang dengan HIV/AIDS (ODHA),

Dengan

dan keluarga rentan.

menggunakan

pendekatan penelitian kualitatif III. METODOLOGI

antara peneliti dengan subjek

PENELITIAN

atau

A. Pendekatan Penelitian

memiliki kedekatan baik secara

Menurut

Sugiyono

fisik

(2014)

objek

yang

maupun

diteliti

emsosional.

bahwa metode penelitian kualitatif

Keterlibatan langsung peneliti

adalah

yang

dalam aktivitas subjek yang

filfasat

diteliti, maka peneliti dapat

enterpretif

yang

mengetahui secara mendalam

meneliti

pada

fenomena-fenomena

metode

berlandaskan postpositive digunakan

penelitian pada

/ untuk

peneliti

terjadi.

sebagai instrumen kunci, teknik

peneliti

pengumpulan data dilakukan secara

penelitian

trianggulasi

analisis

pengetahuan secara langsung

data bersifat induktif/kualitatif, dan

apa yang terjadi tentang situasi

hasil

yang diteliti.

kondisi

obyek alamiah,

(gabungan),

penelitian

kualitatif

lebih

Hal

ini

yang disebabkan

merupakan yang

kunci dapat

2. Kekayaan data yang diperoleh.

35


Dalam

situasi

segala

sesuatu

alami

Sumber data berasal dari data

berlangsung

primer dan sekunder, hal ini untuk

yang

dalam situasi penelitian yang

memperoleh

potensial. Lewat pengamatan

mengolahnya

langsung

kesimpulan, sumber data diperoleh

dapat

dilihat,

data

akurat

untuk

mengambil

didengar, dan dicermati, serta

antara

pengukuran yang kemungkinan

pejabat struktural di lingkungan

tidak

Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah,

terlewatkan.

Dalam

lain:

dan

wawancara

lingkungan yang dikenal oleh

pejabat

subjek,

akan

Resos , pejabat fungsional pekerja

bertingkah laku secara spontan

sosial, penerima manfaat dan studi

tidak

literatur.

maka

mereka

dibuat-buat

dengan

struktural

di

dengan

Balai/Unit

demikian data dapat diamati secara maksimal.

C. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan

B. Tempat

kegiatan yang paling penting dalam

dan Sumber Data

penelitian

Penelitian Penelitian

dilakukan

lokus antara lain: Provinsi

Jawa

pada

karena

tujuan

utamanya adalah mendapatkan data.

Dinas Sosial

Tengah

ini,

Pengumpulan

sebagai

data

menggunakan

setting alamiah (natural setting)

pembina pekerja sosial, Balai Anak

dilakukan

Jalanan Kartini Tawangmangu yang

gabungan/trianggulasi yang meliputi

membina

anak

Pelayanan

Sosial

secara

jalanan,

Balai

kegiatan:

Asuhan

Anak

wawancara/interview,

Sunu Ngesti Tomo Jepara yang

pengamatan/observasi,

angket/quesener, dan dokumentasi.

membina anak yatim piatu, Balai Rehabilitasi Sosial Anak Wira Adi Karya Ungaran yang membina anak

D. Teknik Analisis Data

remaja.

Analisis

Data

dalam

penelitian ini dilakukan pada saat

36


pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara

peneliti

sudah

me-

lakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Apabila

jawaban

yang

diwawancarai

setelah

terasa

memuaskan

belum

peneliti

akan

dianalisis

reduksi

maka

mengambil

melanjutkan

dalam Sugiyono (2014)

bahwa

analisis

data

secara

sudah

jenuh.

pembuatan

abstraksi

dari

sekumpulan

data

yang

penelitian, kemudian mencari

terus

tema dan kode-kode

menerus sampai tuntas, sehingga datanya

dan

terkumpul sesuai dengan focus

kualitatif dilakukan secara interatif berlangsung

kesimpulan

Reduksi data adalah proses

Menurut Miles and Huberman

dan

data,

1. Reduksi data

data yang kredibel.

dalam

display

verifikasi.

pertanyaan lagi, sampai diperoleh

aktivitas

data,

Reduksi data dilakukan untuk

Aktivitas

memberikan gambaran yang

dalam analisis data meliputi data

tajam

reduction, data display, dan data conclusion drawing/verification. Dalam tahap analisis data,

tentang

pengumpulan

data,

serta

memudahkan

peneliti

untuk

mencarinya

dilakukan langkah-langkah, sebagai

hasil

sewaktu-waktu

dikumpulkan.

berikut:

2. Display Data Setelah dilakukan reduksi data, maka

untuk

gambaran

yang

memberikan menyeluruh

dilakukan display data, yaitu

37


penyajian data dalam bentuk

kepercayaan (credibility) dengan :

grafik. Dengan demikian dapat

Mengadakan

memudahkan

menerus terhadap interaksi yang

peneliti

dalam

pengamatan

dilakukan

membuat kesimpulan.

oleh

mengadakan

3. Pengambilan kesimpulan dan

terus

responden,

triangulasi,

yaitu

verifikasi.

memeriksa kebenaran data, yang

Sejak awal penelitian, peneliti

diperoleh

berusaha mencari makna dari

menggunakan

data

pengumpulan

yang

maksud

diperoleh.Untuk

tersebut

menggunakan tema, dan

pola,

peneliti

recorder,

model,

dengan

pihak

alat-alat data

tustel, teman

seperti

lain, dalam tape

mendiskusikan sejawat

dan

mengadakan member check, yaitu

hubungan, persamaan, sebagainya,

kepada

memeriksa

kemudian

kembali

data

atau

akhir

informasi yang diperoleh kepada

sebagai hasil temuan-temuan

responden dengan mengumpulkan

penelitian.

yang

sejumlah responden untuk meminta

diperoleh kurang representatif

keterangan atau pendapat tentang

untuk

data yang telah dikumpulkan.

diambil

kesimpulan

Jika

data

bahan

mengambil

kesimpulan,

maka

dengan

kekurangan

data

tersebut

IV. HASIL PENELITIAN

melakukan verifikasi dengan

A. Gambaran Lokus Penelitian Dinas Sosial Provinsi Jawa

mengadakan pengumpulan data baru,

sehingga

Tengah

kesimpulan

dibentuk

berdasarkan

dapat disempurnakan dan pada

Peraturan Daerah no 6 tahun 2008

gilirannya

tentang organisasi dan tata kerja

dapat

ditetapkan

Dinas Daerah Provinsi Jawa Tengah.

suatu generalisasi.

Dinas pokok

F. Pengujian Keabsahan Data Pengujian dilakukan

keabsahan

dengan

uji

sosial

mempunyai

melaksanakan

tugas urusan

data

pemerintahan daerah bidang sosial

derajat

berdasarkan asas otonomi daerah

38


dan

tugas

pembantuan.Visi

“Mewujudkan kemandirian kesejahteraan

sosial

PMKS

melalui

PSKS

yang

pemberdayaan

profesional� Misi: a) Meningkatkan

Dari hasil temuan dilapangan

kualitas, kuantitas dan jangkauan pelayanan

rehabilitasi

diperoleh

sosial

keluarga

dan

potensi

Meningkatkan dan

kualitas,

jangkauan

sedang

sosial

angka kredit.

kuantitas

Dalam melakukan pelayanan

pelaksanaan

sosial kepada panerima manfaat perbandingan

Mengembangkan dan memperkuat penyelenggaraan

penghentian

karena tidak mampu mengumpulkan

c)

perlindungan dan jaminan sosial; d)

sistem

menjalani

sementara dari jabatan fungsional

sumber

kesejahteraan sosial (PSKS);

pejabat

110 orang terdapat 68 orang yang

sosial (PMKS); b) Meningkatkan pemberdayaan

bahwa

fungsional pekerja sosial dari jumlah

penyandang masalah kesejahteraan

kualitas

data

pekerja

kesejah-

idealnya

antara

sosial dengan penerima

manfaat adalah 1:10 artinya 1 orang

teraan sosial; dan e) Meningkatkan

pekerja

kualitas dan kuantitas SDM

sosial

membimbing

penerima manfaat

10 orang, ini

sangat efektif karena rentang kendali B. Hasil Penelitian 1.

Gambaran

tugas

peksos tidak terlalu besar sehingga pekerja

dapat

sosial

mendalami

permasalahan

masing masing penerima manfaat

Berdasarkan tingkat, jenjang

sehingga akan dapat menyelesaikan

dan golongan jabatan fungsional

masalah tersebut dengan baik dan

pekerja sosial dapat dilihat dalam

secara personal pekerja sosial lebih

tabel dibawah ini:

intentif dalam melakukan treatment. akan tetapi dilapangan ditemukan perbandingan 1:40, bahkan dalam

39


kasus psikotropika perbandingannya

menarik, bersahaja dan percaya

mencapai 1:70, sungguh perban-

diri

dingan yang sangat besar hal ini

penerima manfaat. Kompetensi

karena terbatasnya jumlah pekerja

ini diperlukan ketika mela-

sosial

kukan

dan

semakin

berkurang

dalam

menghadapi

pendampingan

antara

jumlah

lain: 1) Melakukan pendekatan

semakin

awal yang merupakan tahap

bertambah seiring dengan semakin

persiapan dalam keseluruhan

komplek permasalahan sosial.

tahap pelayanan dan rehabilitasi

jumlahnya

sedangkan

penerima

manfaat

sosial penerima manfaat dalam

Tugas pekerja sosial dalam melakukan

lembaga

pelayanan,

2)

pendampingan

sosial

kepada penerima manfaat

yang

Melakukan sosialisasikegiatan

meliputi: membimbing, mengarah-

penyampaian informasi tentang

kan

program

dan

memberikan

mendampingi

dalam

pelayanan

pelayanan

rehabilitasi

kesejah-

dan

sosial

dalam

pelayanan

kepada

teraan sosial. Keberhasilan pekerja

lembaga

sosial dalam melaksanakan tugasnya

pihak-pihak yang terlibat agar

sangat

terdapat kesamaan persepsi dan

dipengaruhi

oleh

faktor-

tindakan dalam pelayanan dan

faktor instrinsik dan ekstrinsik.

rehabilitasi

Faktor instrinsik meliputi

sosial

kompetensi yang dimilikinya antara

manfaat,

lain:

identifikasi dan seleksi yaitu

kompetensi

Kompetensi Pelayanan profesional.

Personal,

3)

penerima

Sosial,

Kompetensi

proses

dan

kompetensi

menginventarisasi, memilih dan

Secara

lebih

menemu

Melakukan

menetapkan

rinci

manfaat.

kompetensi tersebut sebagai berikut:

calon 4)

penerima Melakukan

Personal

yaitu

penerimaan

pekerja

sosial

registrasi terhadap penerimaan

dalam mengolah diri sehingga

calon penerima manfaat dari

pekerja sosial berpenampilan

pihak keluarga, atau pihak-

a) Kompetensi kemampuan

40

dan

kenali,

mencatat


pihak

lain

kepada

menyiapkan : penerima manfaat

pihak

untuk kembali kepada keluarga

lembaga pelayanan. b) Kompetensi

sosial

dan lingkungannya, keluarga

yaitu

kemampuan melakukan ber-

dan

masyarakat

sosialisasi

menerima

untuk

kembali penerima

dengan

penerima

sehingga

mampu

manfaat

dengan

keadaan

pelayanan, menyalurkan pene-

penerima manfaat yang sedang

rima manfaat ke dunia usaha

mengalami

melalui kegiatan permagangan

manfaat beradaptasi

permasalahan

setelah

menerima

dan penempatan kerja.

sosial. Kompetensi ini harus dimiliki oleh pekerja sosial

c) Kompetensi Pelayanan yaitu

untuk melakukan pekerjaan-

kemampuan menguasai ilmu

pekerjaan

kesejahteraan

sosial

penggunaan

metode-metode

antara

Assesment

lain:

1)

yang dilakukan

melalui

oleh pekerja sosial merupakan

pendekatan yang tepat dalam

proses untuk menilai situasi dan

melakukan

kondisi,

sosial

kebutuhan

dan

pembimbingan

kepada

penerima

permasalahan penerima man-

manfaat. Kompetensi ini harus

faat, serta situasi dan kondisi

dimiliki oleh pekerja soaial

objektif

untuk

dari

lingkungan dijadikan

keluarga

sosialnya dasar

dan

menangani pekerjaan-

untuk

pekerjaan

antara

lain:

1)

dalam

Melakukan bimbingan sosial

penyusunan rencana pelayanan

proses

yang akan diberikan kepada

rehabilitasi

penerima

ditujukan

kepada

Melakukan intervensi merupa-

manfaat

agar

kan pelaksanaan pelayanan dan

mengembangkan relasi sosial

rehabilitasi sosial penerima. 3)

yang positif dan menjalankan

Melakukan resosialisasi yang

peranan

merupakan

lembaga pelayanan dan dalam

manfaat.

kegiatan

2)

untuk

41

pelayanan

dan

sosial

yang

sosialnya

penerima mampu

dalam


lingkungan sosial masyarakat.

dalam rangka mengembangkan

2) Melakukan bimbingan fisik

kreativitas untuk meningkatkan

dan kesehatan yaitu merupakan

motivasi dan percaya diri, agar

proses

yang

penerima

atau

menjalankan fungsi sosialnya

pelayanan

ditujukan

menjaga

manfaat

meningkatkan kondisi fisik dan

secara wajar.

kesehatan penerima

terminasi

manfaat

7)

dan

dapat

Melakukan rujukanyang

sehingga dapat melaksanakan

merupakan penetapan penghen-

peran sosialnya. 3) Melakukan

tian pelayanan dari lembaga

bimbingan psikososial adalah

pelayanan

merupakan

tahuan secara resmi kepada

upaya

yang

melalui

pemberi-

dilakukan untuk menciptakan

penerima

manfaat

situasi sosial psikologis seperti

keluarganya

dan

adanya perasaan rasa aman,

rujukan

nyaman, tentram dan damai. 4)

menghubungkan

Melakukan bimbingan mental-

manfaat dengan pelayanan lain.

spiritual

adalah

dan

melakukan

adalah

proses penerima

d) Kompetensi profesional yaitu

merupakan

upaya yang dilaksanakan untuk

kemampuan

memelihara dan meningkatkan

dalam

kondisi

kebijakan sosial dan.membuat

mental-spiritual

pekerja

membuat

sosial analisis

5)

alat peraga atau metode metode

Melakukan bimbingan keteram-

yang aplikatif dan menarik

pilan

tentang

penerima

manfaat.

adalah

merupakan

yang

dilaksanakan

kegiatan

ram

pengembangan kesejahteraan

sosial.

dalam rangka mengembangkan

Kompetensi

bakat,

potensi

diharuskan untuk dimiliki oleh

penerima manfaat di lernbaga

pekerja sosial dalam pekerjaan

pelayanan.

antara lain: 1) Perencanaan

minat

6)

dan

Melakukan

ini

prog

sangat

bimbingan rekreasi dan hiburan

yang dilakukan

yaitu upaya yang dilaksanakan

fungsional merupakan proses

42

oleh peksos


penelaahan rencana

dan

penyusunan

Dinas Sosial Provinsi Jawa

pelayanan

Tengah yang mempunyai peran

program

yang sesuai dengan kebutuhan

sebagai

dan

penerima

mempunyai pengaruh dan sangat

manfaat, 2) membuat analisis

berkepentingan terhadap keberadaan

kebijakan

pejabat

permasalahan

sosial

yang

pembina

pekerja

sosial

fungsional pekerja sosial.

merupakan kemampuan mana-

Program pembinaan pekerja sosial

jerial dan konseptual skill.

dengan

tujuan

meningkatkan

kompetensi pekerja sosial meliputi

Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi antara lain: 1) Komitmen

pengetahuan,

pimpinan lembaga yang mendukung

memiliki sikap yang lebih baik.

terhadap

kegiatan

Ruang

pelayanan

keterampilan

lingkup

dan

pembinaan

terhadap

pekerja sosial guna meningkatkan

penerima manfaat, sehingga pekerja

kompetensi pekerja sosial kegiatan-

sosial lebih leluasa dan bebas dalam

nya meliputi antara lain:

pendampingan

menjalankan

sosial

tugasnya.

a. Pemberi

2)

pertolongan

peme-

Tersedianya sarana dan prasarana

cahan masalah sosial (problem

pendukung guna terselenggaranya

solver) melalui:

kegiatan pelayanan pendampingan

1) Pertolongan antar personal

sosial, sehingga pekerja sosial lebih

2) Pelayanan provisi sosial

mudah

3) Penanganan

menjalankan

pendampingan

sosial

pelayanan

individu dan keluarga

kepada

penerima manfaat. 3) Program karier

4) Penanganan

jabatan fungsional yang jelas dan

pendekatan

terarah diri

sosial

Klien

5) Pengembangan

sehingga mampu memacu pekerja

kasus-kasus

dan

kompe-

tensi profesional

untuk

b. Pemberdayaan

mencapainya.

perubahan

dan

agen

sosial (Empower

and Change Agent) melalui:

2. Peran Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah

43


1) Pengembangan

(in

Sistem

house

training)

dan

Jaringan Pemberian Pela-

bekerjasama dengan pihak lain

yanan

antara lain : STKS Bandung,

2) Pengembangan program

Badan Diklat Provinsi Jawa

3) Pendidikan dan pelatihan

Tengah dan Kementrian Sosial

4) Pemeliharaan Organisasi

Republik Indonesia.

5) Pelayanan Perlindungan c. Analisis

Kebijakan

Sosial

V. PENUTUP A. Kesimpulan

(Social Policy Analyst) Adalah melakukan

penelitian

Pejabat

dan

fungsional

Pekerja

pengembangan kebijakan sosial

Sosial adalah Pegawai negeri sipil

dengan

yang diangkat menjadi pekerja sosial

tujuan:

kemampuan dan

Memiliki

berdasarkan

mengembangkan

menrepkan

Surat

Keputusan

Gubernur yang memiliki kompetensi

program-

program penelitian yang terkait

dalam pekerjaan sosial

dengan esensi kebutuhan sosial,

tempatkan di Dinas, Balai atau unit

memiliki kemampuan

sosial.

mela-

Perbandingan idealn dalam

kukan analisa Kebijakan Sosial dan

mampu

pengambil

memberikan pelayanan sosial kepa-

mempengaruhi

kebijakan

dan di

da penerima manfaat adalah 1:10

dalam

proses pengambilan keputusan,

artinya

memiliki kemampuan mengin-

membimbing penerima manfaat 10

formasikan berbagai masalah

orang, ini sangat efektif karena

sosial actual kepada publik dan

rentang kendali peksos tidak terlalu

menyampaikan

besar sehingga dapat mendalami

berbagai

orang pekerja

permasalahan

alternatif pemecahanya. Demikian

1

masing

sosial

masing

penerima manfaat sehingga akan

pembinaan

yang dilakukan oleh Dinas

dapat

Sosial Provinsi Jawa Tengah

tersebut dengan baik dan secara

yang dilakukan secara sendiri

personal pekerja sosial lebih intentif

44

menyelesaikan

masalah


d) kompetensi profesional. Sedang-

dalam melakukan treatment. Di lapangan pelayanan pela-

kan faktor ekstrinsik meliputi antara

yanan kesejahteraan sosial kepada

lain: a) Komitmen pimpinan lem-

penerima

perbandingan

baga yang mendukung terhadap

mencapai 1:40 , artinya 1 orang

kegiatan pelayanan pendampingan

pekerja sosial melakukan pendam-

sosial terhadap penerima manfaat,

pingan

sehingga pekerja sosial lebih leluasa

manfaat

sosial

manfaat

kepada

sebanyak

penerima 40

dan

orang,

bebas

dalam

menjalankan

bahkan dalam kasus psikotropika

tugasnya. b) Tersedianya sarana dan

perbandingannya

mencapai

1:70,

prasarana

1

orang pekerja

sosial

terselenggaranya kegiatan pelayanan

melakukan

pendampingan

sosial

pendampingan

artinya

pendukung

sosial kepada penerima manfaat

pekerja

sebanyak

menjalankan

70

orang,

sehingga

sosial

pejabat

sehingga

lebih

mudah

pelayanan

pendam-

kepada

penerima

sosial

manfaat. c) Program karier jabatan

Dalam melaksanakan pekerjaan

sosial

pingan

pelayanan tidak optimal.

sosial,

guna

fungsional yang jelas dan terarah

fungsional

pekerja sosial melakukan beberapa

sehingga

mampu

tahapan antara lain: a) Tahap pen-

pekerja sosial untuk mencapainya. Pembinaan

dekatan awal, b) Tahap Intervensi

memacu

terhadap

diri

pekerja

c) Tahap Resosialisasi dan d) Tahap

sosial guna meningkatkan kompe-

Terminasi Dan Rujukan.

tensi

Keberhasilan dalam

meliputi antara lain: Pemberi per-

pekerja sosial

melaksanakan

sangat

dipengaruhi

faktor

instrinsik

dan

tolongan pemecahan masalah sosial

tugasnya

oleh

pekerja sosial kegiatannya

(problem solver),

faktor-

dan

ekstrinsik.

agen

perubahan

Faktor instrinsik meliputi kompe-

(Empower

tensi yang dimilikinya antara lain: a)

AnalisisKebijakan

kompetensi Personal, b) kompetensi

Policy Analyst).

Sosial, c) kompetensi pelayanan dan

45

Pemberdayaan

and

sosial

Change

Agent),

Sosial

(Social


tugas pekerja sosial yang lebih

Pembinaan tersebut dilakukan melalui

bimtek,

diklat,

mendalam secara administrasi,

seminar

secara sendiri (in house training)

teknis,

dan bekerjasama dengan pihak lain

Pembinaan

terhadap

pejabat

antara lain : STKS Bandung, Badan

fungsional

pekerja

sosial

Diklat Provinsi Jawa Tengah dan

ditingkatkan baik kuantitas dan

Kementrian

kualitas, sehingga meningkat-

Sosial

Republik

dan

manajerial.

c)

kan kompetensi pekerja sosial

Indonesia.

yang pada gilirannya meningkatkan

B. Saran

pelayanan

kepada

Setelah melakukan kajian tugas

PMKS. d) Belum seriusnya

implementasi pejabat fungsional di

pemerintah Kabupaten/kota da-

lingkungan Dinas Sosial Provinsi

lam membina

Jawa Tengah kami menyarankan

atau aparatur yang menangani

sebagai berikut:

masalah PMKS; 2. Bagi

1. Dinas Sosial Provinsi Jawa

Badan

pekerja sosial

Diklat

Sosial

Tengah antara lain: a) Guna

Provinsi Jawa Tengah antara

meningkatkan jumlah pejabat

lain:

fungsional pekerja sosial, perlu

diklat fungsional dan teknis

adanya

Kesejahteraan

Surat

Keputusan

a)

Menambah

sosial

jumlah

meng-

Gubernur Jawa Tengah untuk

ingat,

mewajibkan bagi yang telah

permasalahan PMKS sehingga

mengikuti tugas belajar dalam

dituntut

Kesejahteraan Sosial segera di-

mempunyai kompetensi yang

lantik menjadi pejabat fung-

tinggi

sional pekerja sosial, mengingat

tugasnya;

perbandingan jumlah pejabat

jangan

fungsional

sosial

diselenggarakan oleh Kemen-

manfaat

trian Sosial Republik Indonesia

sangat besar. b) Perlunya kajian

sangat terbatas; d) Sehubungan

dengan

pekerja penerima

46

b) Semakin komplek

aparatur

dalam

yang

melaksanakan

c) Diklat penjen-

pekerja

sosial

yang


semakin berkurangnya aparatur

Fahrudin, Adi.2012.Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

yang berlatar belakang pendidikan

kesejahteraan

sosial,

maka perlu dilaksanakan diklat-

Departemen Sosial Republik Indonesia. 1998. Panduan Pekerja Sosial di Lingkungan Departemen Sosial Republik Indonesia

diklat dasar kesejahteraan sosial bagi aparatur kabupaten dan Kota, e) Melakukan kajian analisis

tentang

masalah

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung. Alfabeta;

kesejahteraan sosial 3. Bagi Pekerja Sosial diharapkan

Suharto. Edi.2005. Analisis Kebijakan Publik Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung. Alfabeta;

selalu meng up-grade pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan formal, diklatdiklat teknis dan belajar secara mandiri untuk menjadi pekerja

Suharto. Edi. 2007. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri. Bandung. Refika Aditama;

sosial yang profesional.

---------------

Sukoco, Dwi Heru.(1998). Profesi Pekerjaan Sosial dan Profesi Pertolongannya. Bandung: Koperasi Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.

DAFTAR PUSTAKA Balai

Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial.2002. Modul Pengantar Pekerjaan Sosial. Bandung;

Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta. Rineka Cipta;

47


Undang - Undang No. 6 Tahun 2014 dan Otonomi Desa Peluang dan Tantangan Oleh Joko Triwiyatno Widyaiswara Ahli Utama

Abstrak Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis implementasi UU No. 6 Tahun 2014 dan Otonomi Desa Peluang dan Tantangan. Berdasarkan pada latar belakang yang dimulai sejak tahun 1998 sampai tahun 2014, sejalan dengan terbitnya UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Berkaitan dengan Permasalahan fundamental di daerah pedesaan seperti belum siapnya kapasitas perangkat desa dalam manajemen dan tata kelola anggaran desa, berdampak pada munculnya rasa kekhawatiran bagi perangkat desa dalam melaksanakan pengelolaan anggaran yang sedemikian besar. Kesalahan pemahaman dan praktek kebijakan di era otonomi daerah menyebabkan desa banyak kehilangan sumber kakayaan hayati, kekayaan mineral, dan sumber penghidupan semakin minim. .Hasil penelitian menemukan adanya upaya sebagai pemecah permaslahan tersebut. Salah satu upaya tersebut yaitu dengan menerapkan prinsip akuntabilitas, dan transparansi masyarakat dalam setiap penyelenggaraan roda pemerintahan desa. Kata Kunci :Desa, Otonomi Daerah, dan Pemerintahan Desa. ditandai

Pendahuluan Menemukan bangunan

yang

dengan

munculnya

pem-

mangat desentralisasi dalam pola

memberdayakan

penyelenggaraan pemerintahan dae-

esensi

tidaklah mudah. Reformasi di segala

rah,

bidang yang dimulai sejak tahun

menjadi konsep operasionalnya.

1998

diikuti

perubahan

se-

dengan

termasuk

dengan

Otonomi

daerah

Perkembangan semangat desen-

berbagai

tralisasi

dalam tata

yang

ditandai

denga

terbitnya berbagai regulasi terkait

kelola pemerintahan. Hal tersebut

49


pemerintahan daerah seperti Undang

ceruk-ceruk yang tak lagi produktif.

-Undang No. 22 Tahun 1999 sampai

Pembabatan hutan pun masih terus

dengan Undang - Undang No. 32

berlangsung, hingga bumi nusantara

Tahun 2004 ternyata belum berhasil

kehilangan fungsi sebagai paru-paru

melahirkan

sekaligus

kesejahteraan

bagi

penyimpan

air

tanah.

lapisan masyarakat terbawah yang

Kesalahan pemahaman dan praktek

hidup di desa.

kebijakan di era otonomi daerah cenderung

menyebabkan desa banyak kehilang-

jamak menyediakan karpet merah

an sumber kakayaan hayati, keka-

bagi

untuk

yaan mineral, dan sumber penghi-

alam

dupan semakin minim. Otonomi

mengherankan

daerah juga terlalu fokus pada

Otonomi

daerah

kelompok

mengelola daerah.

usaha

sumber Tidaklah

daya

bahwa di era otonomi daerah lengket

membangun

dengan paradigma market driven

yang

development

pemerintah, sehingga desa hanya

dan

terpinggirkan. daerah

desa

masih

Mimpi

kaya

menyerahkan

kedaulatan

menjanjikan

perkotaan

revenue

bagi

diberi sisanya sisa (Sutoro, 2014).

menjadi

dengan

kawasan

Dalam kontek pemberdayaan,

cara

strategi

penge-

membangun

desa

yang

lolaan sumber daya alam kepada

menempatkan desa sebagai obyek

pasar

benar

bak sebuah serangan bertubi-tubi se-

melenakan banyak kepala daerah.

lama lebih dari empat puluh tahun

Alih - alih desa menjadi arena untuk

terakhir. Pada masa orde baru, jelas-

melakukan

pengerukan

jelas pemerintah ingin mengatur dan

kekayaan Negara. Di daerah yang

mengawasi desa untuk kepanjangan

kaya sumber daya mineral pun

kekuasaan. Undang - Undang No. 5

masih banyak desa yang miskin dan

Tahun 1979 sebagai senjata efektif

tertinggal.

untuk mematikan desa. Pada era

ternyata

benar

aksi

-

Wilayah yang kaya mineral dan

reformasi ternyata belum banyak

tambang dirambah sedemikian rupa,

berubah. Undang - Undang No. 22

hingga akhirnya hanya menyisakan

Tahun 1999 dan Undang - Undang

50


berupaya

atas kelahiran Undang - Undang

memberi ruang bagi desa, tetapi

Desa. Berbeda dengan beleid masa-

pada implementasinya justru terda-

masa sebelumnya, Undang - Undang

pat program pemberdayaan nasional

Desa yang diundangkan menjadi

yang

implementasi

Undang - Undang No. 6 Tahun

Undang-Undang tersebut untuk desa

2014, menegaskan komitmen politik

(Sutoro, 2014). Daerah pun masih

dan konstitusional bahwa negara

setengah hati memberikan hak - hak

melindungi

desa dan hanya menempatkan desa

desa agar menjadi kuat, maju,

sebagai

pembangunan.

mandiri, dan demokratis sehingga

Dengan dalih membantu masyarakat

dapat menciptakan landasan yang

miskin, baik pusat maupun daerah

kokoh dalam melaksanakan peme-

menerapkan program pemberdayaan

rintahan dan pembangunan menuju

dalam bentuk bantuan langsung

masyarakat yang adil, makmur, dan

masyarakat (BLM). Alih - alih

sejahtera.

No.

32

Tahun

2004

mematikan

sasaran

dan

memberdayakan

masyarakat menjadi mandiri dan

Bukan hanya para pejuang

sejahtera, yang didapatkan justru

yang berbicara tentang komitmen

ketergantungan yang semakin tinggi.

dan visi perubahan desa. Undang -

Setelah menempuh perjalanan

Undang No. 6 Tahun 2014 terbit

panjang selama tujuh tahun (2007-

pada saat yang tepat, pada tahun

2013), RUU Desa akhirnya disahkan

politik, yang penuh hingar bingar.

menjadi Undang - Undang Desa

Insentif politik mendorong para

pada

Dewan

politisi berjuang melahirkan Undang

Republik

-Undang Desa. Namun Undang -

Sidang

Perwakilan Indonesia,

Paripurna Rakyat

18

Desember

Undang

2013.

Desa

juga

berdampak

Mulai dari Presiden, Menteri Dalam

politik secara luas. Begitu banyak

Negeri beserta jajarannya, DPR,

partai politik maupun calon legislatif

DPD, para kepala desa dan perang-

yang tidak berjuang secara langsung,

kat desa, hingga para aktivis pejuang

hadir menjadi penumpang gratis

desa menyambut kemenangan besar

(free rider), mengklaim diri mereka

51


sebagai pejuang Undang - Undang

Otonomi

Desa. Mereka “menjual� Undang-

dekatan sosilogis

sebuah

pen-

Dalam perspektif sosiologi,

Undang Desa –yang menjanjikan dana besar kepada desa– untuk

terdapat

memobilisasi

tentang

dukungan

Desa,

massa

beberapa arti

argimentasi

penting

adanya

otonomi desa. Pertama, secara

(Sutoro, 2014). Meskipun tidak memperoleh

sosiologis,

jelas

bahwa

untuk

media coverage yang penuh hingar

menciptakan masyarakat adil dan

bingar, Undang - Undang Desa di-

makmur seperti yang diamanatkan

sambut

dalam

dengan

penuh

euforia

Pembukaan

Undang-

masyarakat desa. Terbitnya Undang

Undang

-Undang

2014

Indonesia harus memulai paradigma

membawa implikasi positif bagi

pembangunan dari bawah (Desa)

penguatan eksistensi desa. Namun

karena sebagian besar penduduk

demikian, selain penguatan peran

Indonesia beserta segala permasa-

dan fungsi desa, terbitnya Undang -

lahannya tinggal di Desa. Tetapi

Undang No. 6 Tahun 2014 yang

selama ini, pembangunan cende-

kemudian

dengan

rung berorientasi pada partum-

Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun

buhan dan bias kota. Sumberdaya

2014 tentang Peraturan Pelaksanaan

ekonomi yang tumbuh di kawasan

Undang - Undang No. 6 Tahun 2014

Desa diambil oleh kekuatan yang

tentang Desa menimbulkan berbagai

lebih besar, sehingga Desa keha-

implikasi yang perlu untuk dicermati

bisan sumberdaya dan menimbul-

dengan lebih serius, terutama dalam

kan arus urbanisasi penduduk

kaitan dengan pelaksanaan otonomi

Desa ke kota. Kondisi ini yang

desa.

menciptakan ketidakadilan, ke-

No.

6

Tahun

ditindaklanjuti

Dasar

1945,

bangsa

miskinan maupun keterbelakangan senantiasa melekat pada Desa. Kedua, ide dan pengaturan otonomi

52

Desa

ke

depan


dimaksudkan untuk memperbaiki

hadapinya. Oleh karena diperlukan

kerusakan

sosial,

pembagian tugas dan kewenangan

dan

politik

secara rasional di negara dan

Desa. “Otonomi Desa�

hendak

masyarakat agar dapat

budaya

-

kerusakan

ekonomi

masing –

memulihkan basis penghidupan

masing bisa menjalankan fungsi-

masyarakat

Desa,

dan secara

nya. Prinsip dasar yang harus

hendak

memperkuat

dipegang erat dalam pembagian

Desa sebagai entitas masyarakat

tugas dan kewenangan tersebut

paguyuban yang kuat dan mandiri,

adalah Daerah dan Desa dapat

mengingat transformasi Desa

dibayangkan sebagai kompartemen

sosiologis

dari

patembayan menjadi paguyuban

-kompartemen

tidak

entitas negara.

berjalan

secara

alamiah

seiring dengan perubahan zaman, akibat

dari

interupsi

fleksibel

dalam

Berikutnya, ketiganya memiliki

Negara

misi

yang

sama

yaitu

(struktur kekuasaan yang lebih

mewujudkan kesejahteraan mas-

besar).

yarakat, bahkan yang lebih men-

Ketiga, pengaturan tentang

dasar

adalah

survival

ability

otonomi Desa dimaksudkan untuk

bangsa. Otonomi Desa adalah

merespon proses globalisasi, yang

instrument untuk menjalankan misi

ditandai oleh proses liberalisasi

tersebut.

(informasi,

tepat kalau dalam otonomi daerah

ekonomi,

teknologi,

Oleh karena itu, tidak

budaya, dan lain - lain) dan muncul-

atau

nya pemain - pemain ekonomi

bangunan

dalam skala global. Dampak globa-

ability bangsa. Hal tersebut dapat

lisasi dan ekploitasi oleh kapitalis

terjadi

global tidak mungkin dihadapi oleh

pengaturan yang

lokalitas, meskipun dengan otonomi

peran negara, daerah dan

yang memadai. Tantangan ini me-

Perlu diingat bahwa negara tidak-

merlukan institusi yang lebih kuat

lah

(dalam hal ini negara) untuk meng-

daerah

53

Desa

justru NKRI

apabila

sekedar atau

melemahkan atau

tidak

survival

terdapat

tepat antara

agregasi desa-desa

Desa.

daerahyang


otonom.(Hastu,2007). Spirit Desa

penyelenggaraan pemerintahan desa

bertenaga sosial, berdaulat secara

belaka.

ekonomi

Dengan demikian, maka per-

dan bermartabat secara budaya

luasan kewenangan desa merupakan

sebenarnya menjadi cita-cita dan

hal yang tidak dapat ditunda lagi.

fondasi lokal-bawah yang memper-

Dalam isu kedudukan dan kewe-

kuat

nangan Desa terdapat fakta empirik

politik, berdaya secara

negara-bangsa (SutoroEko,

2007; AMAN,2006).

yang menarik bahwa kedudukan dan kewenangan Desa dalam sejarah Desa sepanjang zaman (pra-

Perluasan Kewenangan Desa

kolonial, kolonial, pasca kemerde-

Di era orde baru, telah terjadi pengurangan

kewenangan

desa,

kaan, Orde Baru dan era

refor-

sehingga nampak bahwa adalah

masi)

sekedar kepanjangan tangan dari

ordinasi atau satelit dari struktur

pemerintah kabupaten dan kecamat-

supradesa yang lebih besar. Karya

an.

monumental

Seluruh

kewenangan

yang

ditempatkan

Denys

dalam

sub

Lombard

dimiliki desa tersebut merupakan

(1996)

sebagaian kecil dari kewenangan

gamblang

yang ditangani Pemerintah Kabu-

kerajaan konsentris di zaman pra-

paten. Dengan demikian telah terjadi

kolonial melakukan penundukkan

“penghilangan sebagian besar hak

dan penaklukan terhadap Desa-desa

masyarakat desa, tidak saja dari

di bumi Jawa, yang waktu itu masih

aspek politik, tetapi juga hukum,

disebut sima. Karya Frans Husken

ekonomi, dan bahkan sosial budaya.

(1998) memberikan kisah berke-

Penghilangan sebagian besar hak

lanjutan tentang kapitalisasi, eks-

tersebut dilakukan melalui peraturan

ploitasi dan diferensiasi social di

negara yang mempersempit “hak

Desa sejak masa kolonial. Karya

masyarakat

berbagai

Hans Antlov (1986), dengan tema

dimensi kehidupan menjadi “hanya”

“negara dalam Desa”, menggam-

persekutuan

barkan dengan jelas bagaimana

desa”

dari

administratif

atau

54

menggambarkan bagaimana

secara

kerajaan-


otoriarianisme

menggali potensi sumber-sumber

negara bekerja diaras lokal. Karya

keuangan Desa. Karena terbatas,

Yando Zakaria,Abih Tandeh (2000),

anggaran Desa tidak mampu me-

menunjukkan penghabisan dan

menuhi kebutuhan kesejahteraan

penindasan Negara terhadap mas-

perangkat Desa, pelayanan publik,

yarakat Desa di zaman Orde Baru.

pembangunan Desa apalagi kese-

Kewenangan Desa

jahteraan masyarakat Desa. Ang-

sentralisme

dan

meliputi

ke-

wenangan di bidang penyeleng-

garan Desa sangat tidak

garaan Pemerintahan Desa, pelaksa-

kupi untuk mendukung pelayanan

naan Pembangunan Desa, pem-

dasar seperti pendidikan, kesehat-

binaan kemasyarakatan Desa, dan

an dan perumahan. Dengan ka-

pemberdayaan masyarakat Desa ber-

limat lain ada kesenjangan fiskal

dasarkan prakarsa masyarakat, hak

antara keuangan pemerintah supra

asal usul, dan adat istiadat Desa.

Desa dengan pemerintah Desa. Kedua,

ada

mencu-

kesenjangan

Penguatan tata kelola anggaran

antara tanggung-jawab dan respon-

desa

sivitas dengan partisipasi masyaSelama ini keuangan Desa

ditopang

dengan

dua

rakat dalam anggaran Desa. Parti-

sumber

sipasi masyarakat dalam anggaran

utama, yakni pendapatan asli Desa

pembangunan Desa sangat besar,

(pungutan, hasil kekayaan Desa,

sementara tanggungjawab dan res-

gotong-royong dan swadaya mas-

ponsivitas sangat kecil. Sebagian

yarakat) serta bantuan dari peme-

besar

rintah. Namun, secara empirik, ada

Desa, terutama pembangunan fisik

beberapa masalah yang berkaitan

(infrastruktur),

dengan keuangan Desa. Pertama,

gotong-royong atau swadaya mas-

besaran anggaran Desa sangat ter-

yarakat. Sementara besaran dana

batas. PADes sangat minim, antara

dari pemerintah sangat kecil, yang

lain karena Desa tidak mempunyai

difungsikan sebagai stimulan untuk

kewenangan dan kapasitas untuk

mengerahkan

55

anggaran

pembangunan

ditopang

(mobilisasi)

oleh

dana


swadaya masyarakat. Padahal ke-

P2KP,

kuatan dana dari warga masyarakat

Perdesaan, PUAP, dan lain-lain.

sangat terbatas, mengingat sebagian

Proyek-proyek (yang silih berganti)

besar warga Desa mengalami kesu-

yang bersifat bagi-bagi uang selalu

litan untuk membiayai kebutuhan

menimbulkan masalah, sehingga

dasar (papan, sandang, pangan,

dana menjadi sia-sia. Selain itu,

pendidikan dan kesehatan) bagi

skema

keluarganya masing-masing.

mempunyai birokrasi dan meka-

kepada Desa

bantuan

Mandiri

proyek

selalu

yang lepas dari

konteks perencanaan local (Desa

kurang mendorong pemberdayaan. Lagi pula alokasi dana

PNPM

nisme tersendiri,

Ketiga, skema pemberian dana pemerintah

BLT

dan daerah) dan kebutuhan lokal. Pemerintah

yang

daerah

(ka-

sama-merata kepada seluruh Desa

bupaten/kota) juga mempunyai

hanya berfungsi sebagai stimulan,

anggaran (ABPD) yang disusun

yang tidak mencerminkan aspek

berdasarkan

keragaman (kondisi geografis dan

bawah (Desa). Baik APBN mau-

sosial ekonomi Desa) dan keadilan.

pun APBD umumnya kurang per-

Baik desa miskin maupun desa

hatian pada Desa. Sebesar 60% -

kaya akan memperoleh alokasi

70% anggaran negara dan daerah

yang sama. Saking lamanya (30

dikonsumsi untuk belanja aparatur

tahun) pengalaman bandes, skema

(belanja rutin). Sisanya, sebesar

seperti itu sudah mendarah daging

30% hingga 40% anggaran daerah

dalam paradigma dan kebijakan

digunakan untuk belanja publik

pemerintah atas Desa, yang justru

untuk masyarakat, yang komposisi

tidak mengangkat kesejahteraan

kasarnya sekitar 30% untuk biaya

dan kemandirian Desa. Selain

tidak langsung (administrasi)d an

Bandes yang sudah melegenda,

70% untuk belanja langsung ke

masih ada banyak skema bantuan

masyarakat. Dari 70% belanja lang-

proyek masuk Desa, mulai dari

sung untuk pembangunan terse-

IDT, P3DT, KUT, PDMDKE, PPK,

but, jika dihitung secara kasar,

56

perencanaan

dari


terdiri dari beberapa plafon: 20%

dalam penguatan tata kelola ang-

plafon politik (untuk DPRD dan

garan/ keuangan desa perlu dukung-

Kepala Daerah);70% untuk plafon

an kapasitas SDM yang memadai.

sektoral (pendidikan, kesehatan, ekonomi

rakyat,

industri

kecil,

Perencanaan Pembangunan Desa

prasarana daerah, dan seterusnya);

Masyarakat Desa di Indonesia

dan 10% untuk plafon spasial Desa

sudah lama akrab dengan peren-

melalui ADD.

canaan

Sedangkan

dari

atas

(top

down

mayoritas

planning) pada masa Orde Baru.

(70%) plafon sektoral digunakan

Meskipun sejak 1982 telah dikenal

untuk prasarana fisik, yang tidak

perencanaan dari bawah (bottom

berkaitan langsung dengan penang-

upplanning), mulai dari Musya-

gulangan kemiskinan. Dari kompo-

warah Pembangunan Desa (Mus-

sisi kasar APBD itu memper-

bangdes)

lihatkan bahwa keberpihakan pe-

tetapi keputusan tentang kebijakan

merintah terhadap spasial Desa

dan program pembangunan Desa

dan orang miskin di Desa sangat

tetap terpusat dan bersifat seragam

lemah.

keuangan

untuk seluruh wilayah. Perenca-

menjadi

sebuah

naan yang terpusat itu juga disertai

yang

menjadi

dengan berbagai proyek bantuan

Desa

Keterbatasan tersebut

masalah

serius,

hingga

Rakorbangnas,

perhatian yang seksama baik dari

pembangunan Desa,

kalangan pemerintah Desa, peme-

bersifat spasial (Bantuan Desa)

rintah pusat dan kabupaten mau-

maupun

pun kalangan “sektor

ketiga�

departemen, kecuali Departemen

(akademisi dan NGOs) yang me-

Luar Negeri,mempunyai program-

naruh perhatian tentang Desa.

program bantuan pembangunan

Melalui Undang - Undang No. 6

Desa.

baik yang

yang sektoral.

Setiap

Tahun 2014 tentang Desa, pe-

Sudah banyak kritik dan bukti

nguatan tata kelola anggaran Desa

empirik yang memperlihatkan ke-

telah dijamin. Namun demikian

lemahan

57

perencanaan

terpusat


dan model bantuan itu. Kritik

kepastian

secara umum, mengatakan bahwa

perimbangan pusat - daerah.

Desa merupakan obyek pemba-

anggaran

Menurut

dari

dana

Undang - Undang

ngunan, sekaligus tempat mem-

No. 23 Tahun 2014 (pemerintahan

buang bantuan (sedekah). Pola

daerah) dan Undang - Undang No.

kebijakan yang sentralistik dan

25 Tahun 2004 (Sistem Perencana-

seragam ternyata cenderung tidak

an Pembangunan Nasional), pe-

sesuai dengan kebutuhan local dan

rencanaan

mematikan konteks sosial yang

ditempuh secara partisipatif dan

beragam. Konsep “bantuan� ter-

berasal dari bawah (bottom up

nyata tidak memberdayakan, dan

planning), yaitu bermula dari aras

sebaliknya

menciptakan

Desa. Perencanaan pembangunan

kultur ketergantungan atau kultur

sekarang tampak lebih desentra-

meminta.

listik dan partisipatif, yang me-

malah

Pengalaman

masa

lalu

mungkinkan

itu

daerah

itu

pemerintah

harus

daerah

dimasa

menghasilkan perencanaan daerah

desentralisasi. Sejak delapan tahun

yang sesuai dengan konteks lokal

lalu (1999), desentralisasi telah

serta proses perencanaan daerah

melakukan devolusi perencanaan,

berlangsung secara partisipatif dan

yakni mengubah model perenca-

berangkat dari Desa.

mengalami

perubahan

naan terpusat menjadi perenca-

Terdapat sejumlah kelemahan

naan yang terdesentralisasi, atau

system dan metodologi perenca-

perencanaan

naan daerah, yang justru memper-

dengan

yang lebih dekat

masyarakat

lokal.

lemah kemandirian dan kapasitas

Pemerintah daerah mempunyai

Desa. Pertama, Undang - Undang

kewenangan penuh untuk mem-

No. 25 Tahun 2004 sama sekali

persiapkan perencanaan sendiri

tidak mengenal perencanaan Desa,

(selfplanning) yang sesuai dengan

atau tidak menempatkan Desa

konteks lokal, sekaligus memiliki

sebagai entitas yang terhormat dalam

58

sistem

perencanaan


pembangunan Nasional. Kedua,

kampung, sehingga setiap Musren-

secara metodologis perencanaan

bangdes hanya mampu mengusul-

daerah mengandung kesenjangan

kan perbaikan prasarana fisik di

antara

lingkungan

“hasil

sektoral�

dengan

Masyarakat

“prosesspasial�. Perencanaan dae-

Desa

rah sebenarnya menghasilkan Ren-

paikan usulan-usulan sektoral yang

cana Kerja Pemerintah Daerah

lebih luas. Kesenjangan dan ke-

(RKPD)

tidak mampuan masyarakat Desa

yang

bersifat

sektoral

tidak

mereka.

(pendidikan, kesehatan, prasarana

itu

daerah,

perikanan,

mempunyai kewenangan untuk

perkebunan, pariwisata, dan lain-

mengatur dan mengurus berbagai

lain), tetapi prosesnya menggu-

sector pembangunan (SutoroEko,

nakan pendekatan spasial, yaitu

2007).

melalui

pertanian,

Musrenbang Desa dan

terjadi

mungkin menyam-

karena

Desa

Ketiga, perencanaan

tidak

pem-

kecamatan. Apa risiko kesenjang-

bangunan ditingkat Desa belum

an ini? Dalam Musrenbang Desa,

partisipatif. Peran elite Desa yang

masyarakat Desa tidak

mem-

mengklaim mewakili aspirasi mas-

punyai kapasitas untuk menjang-

yarakat masih mendominasi keku-

kau isu-isu sektoral. Meskipun di

atan dalam menentukan kebijakan

wilayah Desa terdapat prasana-

pembangunan Desa. Sekarang isti-

pendidikan dan kesehatan, misal-

lah partisipasi stakeholders sebe-

nya, masyarakat Desa tetap tidak

narnya sudah populer diadopsi oleh

mempunyai kapasitas untuk men-

pemerintah sebagai sebuah pende-

jangkau prasarana itu. Prasarana

katan partisipatif dalam pemba-

publik itu tetap dalam jangkauan

ngunan. Di Desa, istilah itu juga

kewenangan Satuan Kerja Pe-

cukup akrab diungkapkan para elite

rangkat Daerah (SKPD). Sedangkan

Desa. Tetapi stakeholders yang terl-

kapasitas masyarakat Desahannya

ibat dalam perencanaan pemba-

menjangkau

masalah

prasarana

ngunan masih

fisik

berada

dilingkup

aktor

yang

59

berkutat

pemerintahan

Desa

pada dan


lembaga-lembaga formal di tingkat

partisipasi, kelompok - kelompok

Desa (lurah, BPD, PKK, LPMD,

marginal dan perempuan yang

RT, dan RW). Keterlibatan organi-

hidup di Desa pasti tidak terwakili

sasi - organisasi sektoral, organisasi

dalam perencanaan daerah. Selain

kemasyarakatan yang lain, dan ke-

itu perencanaan partisipatif yang

lompok perempuan masih sangat

bertingkat

terbatas.

tidak dihayati dan dilaksanakan

dari bawah memang

partisipasi

secara otentik dan bermakna atau

dan perencanaan di Musrenbang-

“murni dan konsekuen�, melainkan

des

Keempat,

proses

distorsi

dari

hanya prosedur yang harus dilewati.

tambahan

dari

Sebagai prosedur formal, perenca-

pemerintah. Musrenbang regular

naan dari bawah sebenarnya hanya

sungguh melelahkan dan membo-

sebagai

sankan karena tidak ada kejelasan

menunjukkan

anggaran yang bakal diterima Desa.

bahwa perencanaan pembangun-

Sebaliknya Forum yang lain (RWT

an yang dilalui oleh pemerintah

BKM

tampak

kabupaten telah berangkat dari

lebih partisipatif dan bergairah

bawah (dari Desa) dan melibatkan

karena proyek ini mampu memas-

partisipasi masyarakat. Hal yang

tikan paguanggaran yang akan di-

terjadi sebenarnya adalah perenca-

peroleh oleh Desa.

naan yang tidak naik ke kabupa-

menghadapi

proyek-proyek

dan

sebagainya)

alat

justifikasi

untuk

kepada

publik

Kelima, proses perencanaan

ten, dan program-program kabu-

partisipatif dari bawah yang bekerja

paten yang turun ke Desa ternyata

dalam wilayah yang luas, kondisi

juga tidak mengalami pemerataan.

sosial yang segmented dan struk-

Banyak Desa yang kecewa karena

tur pemerintahan yang bertingkat-

setiap tahun membuat perenca-

tingkat, cenderung menimbulkan

naan tetapi ternyata programnya

jebakan proseduralisme dan kesu-

tidak turun.

litan representasi (BrianCooksey

Undang - Undang No. 6 Tahun

&IdrisKikula,2005). Dalam proses

2014 tentang Desa secara garis

60


besar memuat berbagai substansi

Selanjutnya pada Pasal 79

pokok yang menjamin kehiudpan

ayat (4) Undang-Undang No. 6

desa sebagais ebuah entitas yang

Tahun 2014 dinyatakan pula bahwa

harus dijamin hak-haknya secara

Peraturan Desa tentang Rencana

konstitusional. Salah satu substansi

Pembangunan

yang

Desa dan Rencana Kerja Pemerintah

menjadi

pembangunan

kekuaatan desa

Desa

adalah

Jangka

merupakan

Menengah

satu-satunya

penyusunan dokumen perencanaan

dokumen perencanaan di Desa dan

pembangunan desa.

merupakan

pedoman

dalam

Pasal 79 Undang-Undang No.

penyusunan Anggaran Pendapatan

6 Tahun 2014 menyatakan bahwa

dan Belanja Desa yang diatur dalam

Pemerintah

Peraturan Pemerintah.

Desa

Perancanaan

menyusun

Pembangunan

sesuai

dengan

sesuai

dengan

Desa

kewenangannya mengacu

Perencanaan

Menuju desa mandiri Desa

pada

yang

maju,

kuat,

mandiri, demokratis dan sejahtera

Pembangunan ditetapkan

merupakan imajinasi tentang desa

dalam Peraturan Desa. Perencanaan

baru yang ditegaskan oleh Undang-

Pembangunan Desa disusun secara

Undang

berjangka meliputi: (1) Rencana

perubahan desa yang berkelanjutan

Pembangunan

Menengah

di masa depan. Perubahan desa

Desa untuk jangka waktu 6 (enam)

memang tidak mudah, tetapi juga

tahun;

Rencana

tidak terlalu sulit.Kita bisa berguru

Pembangunan Tahunan Desa atau

dengan pengalaman lokal.Dari hari

yang

Kerja

ke hari selalu hadir desa inovatif,

Kabupaten/Kota

dan

disebut

yang

Jangka

(2)

Rencana

Desa,

sebagai

arah

Pemerintah

Desa,

merupakan

desa yang berubah, sesuai dengan

penjabaran

dari

Rencana

semangat Undang - Undang Desa.

Menengah

Perubahan desa itu terjadi karena

Pembangunan

Jangka

Desa untuk jangka waktu 1 (satu)

pembelajaran,

tahun.

maupun

61

pengorganisasian pendampingan.


Kapasitas

Pendampingan menjadi modalitas penting

bagi

teknokratis

mencakup

perubahan

pengembangan

desa.Undang-Undang No. 6 Tahun

pengetahuan

2014

terhadap para pelaku desa dalam hal

tentang

Desa

telah

dan

memberikan amanat pemberdayaan

pengelolaan

melalui pendampingan desa.

penganggaran,

keterampilan

perencanaan, keuangan,

administrasi, sistem informasi dan

Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi No.3 Tahun 2015

sebagainya.Pendidikan

menegaskan bahwa pendampingan

berorientasi pada penguatan active

desa

untuk

and critical citizen, yakni warga

melakukan tindakan pemberdayaan

yang aktif, kritis, peduli, berdaulat

masyarakat

dan bermartabat. Hal ini antara lain

adalah

kegiatan

melalui

asistensi,

politik

pengorganisasian, pengarahan dan

merupakan

kaderisasi

yang

fasilitasi desa. Sedangkan tujuan

melahirkan

kader-kader

lokal

pendampingan desa meliputi: (a)

militan

Meningkatkan kapasitas, efektivitas

pembangunan

desa

dan

dan akuntabilitas pemerintahan desa

demokratisasi.

Kaderisasi

tidak

dan

identik

pembangunan

Desa;

(b)

sebagai

dengan

penggerak

pendidikan

dan

Meningkatkan prakarsa, kesadaran

pelatihan, namun juga membuka

dan partisipasi masyarakat Desa

ruang-ruang

dalam pembangunan

mengakses pada forum musyawarah

partisipatif;

(c)

desa

yang

desa,

Meningkatkan

yang

publik

politik

membicarakan

dan

dan

sinergi program pembangunan Desa

memperjuangkan

kepentingan

antarsektor;

warga.Kepemimpinan

lokal

dan

(d)

yang

Mengoptimalkan aset lokal desa

berbasis masyarakat, demokratis dan

secara emansipatoris.

visioner bisa dilahirkan melalui

Pendampingan mencakup kapasitas

kaderisasi ini, sekaligus emansipasi

desa

para

pengembangan teknokratis

kader

berdesa.

dan

pendidikan politik.

62

dalam

kehidupan


dan

Pendampingan tidak boleh bersifat

apolitik,

tetapi

pengembangan

kapasitas,

tetapi juga mengisi “ruang-ruang

harus

berorientasi politik.Pendampingan

kosong�

apolitik

bentuk

maupun horizontal.Mengisi ruang

pengembangan kapasitas teknokratis

kosong identik dengan membangun

dalam pembangunan desa, termasuk

“jembatan sosial� (social bridging)

pembentukan

dan

hadir

dalam

keterampilan

berusaha,

tanpa

baik

jembatan

secara

politik

vertikal

(political

bridging).Pada ranah desa, ruang

menyentuh dan

kosong vertikal adalah kekosongan

dan

interaksi dinamis (disengagement)

warga.Kapasitas

antara warga, pemerintah desa dan

teknokratis sangat penting tetapi

lembaga-lembaga desa lainnya.Pada

tidak

memperkuat

ranah yang lebih lua, ruang kosong

desa.Karena itu pendampingan harus

vertikal adalah kekosongan interaksi

bersifat

dalam

antara desa dengan pemerintah supra

konteks ini bukan dalam pengertian

desa.Karena itu pendamping adalah

perebutan

aktor yang membangun jembatan

penguatan

tradisi

penguatan

kekuasaan,

kepentingan

cukup

berdesa

untuk

politik.

Politik

kekuasaan,

penguatan

hak

melainkan

pengetahuan

atau memfasilitasi engagement baik

dan

kesadaran akan hak, kepentingan

antara

dan

dan

lembaga desa maupun pemerintah

merupakan

desa, agar bangunan desa yang

kekuasaan

organisasi

mereka,

mereka

warga

dengan

lembaga-

kekuatan representasi politik untuk

kolektif,

berkontestasi mengakses arena dan

demokratis.Engagement antara desa

sumberdaya

Pendekatan

dengan

berorientasi

dibangun untuk memperkuat akses

politik ini akan memperkuat kuasa

desa ke atas, sekaligus memperkuat

rakyat sekaligus membuat sistem

kemandirian dan kedaulatan desa.

desa.

pendampingan

yang

inklusif

supradesa

Ruang

desa menjadi lebih demokratis.

kosong

dan

juga

perlu

horizontal

bukan

biasanya berbentuk densitas sosial

hanya memfasilitasi pembelajaran

yang terlalu jauh antara kelompok-

Para

pendamping

63


kelompok masyarakat yang terikat

kapasitas teknokratis, tetapi mereka

(social bonding) berdasarkan jalinan

bukan

parokhial

melakukan

(agama,

suku,

aktor

yang

tepat

untuk

kaderisasi.Dengan

dan

berpijak pada prinsip “negara yang

sebagainya).Ikatan sosial berbasis

padat� (congested state), pemerintah

parokhial ini umumnya melemahkan

harus berjaringan dan bekerjasama

kohesivitas sosial (bermasyarakat),

dengan

mengurangi perhatian warga pada

masyarakat

isu-isu publik, dan melemahkan

dukungan perusahaan.NGOs lokal,

tradisi berdesa.Karena itu ruang

yang

kosong horizontal itu perlu dirajut

jaringan dengan NGOs nasional dan

oleh para pendamping agar tradisi

lembaga-lembaga

berdesa bisa tumbuh dan desa bisa

mempunyai tradisi yang kuatdalam

bertenaga secara sosial.

menerapkan

kekerabatan,

golongan

unsur-unsur sipil

organisasi

sertamelibatkan

mempunyai

tradisi

dan

internasional,

pendekatan

politik

dalam pendampingan.

Pendampingan desa secara fasilitatif dari luar tidak cukup

Pendampingan yang lebih

dilakukan oleh aparat negara,

kokoh dan berkelanjutan jika

tetapi

dilakukan

juga

perlu

melibatkan

dari

dalam

secara

unsur organisasi masyarakat sipil

emansipatif

oleh

aktor-aktor

(NGOs lokal dan lokal, perguruan

lokal.Pendampingan

secara

tinggi,

fasilitatif

untuk

lembaga-lembaga

dibutuhkan

maupun

katalisasi dan akselerasi. Namun

perusahaan.Pemerintah melakukan

proses ini harus berbatas, tidak

contracting out pada perusahaan

boleh

untuk mengelola fasilitator, atau

bertahun-tahun,

mengandalkan

menimbulkan ketergantungan yang

internasional)

aparat

birokrasi,

berlangsung

sebab

tidak

ini

metodologi

pendampingan, pendekatan fasilitatif

mereka

itu harus mampu menumbuhkan

pendampingan,

miskin dan

kader-kader

mungkin mampu mengembangkan

64

lokal

Selama

akan

merupakan cara yang keliru. Selama mereka

produktif.

berkelanjutan

yang

proses

piawai


tentang ihwal desa, dan mereka lah

Dengan kalimat lain, desa menjadi

yang

basis

akan

melanjutkan

bermsyarakat,

berpolitik,

pendampingan secara emansipatoris.

berpemerintahan, berdemokrasi dan

Mereka memiliki spirit voluntaris,

berpembangunan. Pola

tetapi sebagai bentuk apreseasi,

mengarah pada pembangunan yang

tidak ada salahnya kalau pemerintah

digerakkan oleh desa (village driven

desa mengalokasikan insentif untuk

development), yang bersifat kolektif,

para kader lokal itu.

inklusif, partisipatif, transparan dan

Pendampingan intervensi

secara

memperkuat

village

development desa

dan

sebagai

community

akuntabel.

melakukan utuh

ini akan

untuk Penutup

driven

mewujudkan

self

yang

Penguatan kewenangan dalam

governing

maju,

tata kelola anggaran Desa yang

kuat,

mandiri dan demokratis.Beragam

memadai

aktor

isu-isu

diapresiasi.Namun, hal ini dapat

pembangunan

pula menjadi persoalan baru.Namun

bukanlah segmentasi yang

demikian kekuasaan (kewenangan)

berdiri sendiri (cerai berai), tetapi

dan anggaran yang besar tanpa

semuanya terikat dan terkonsolidasi

adanya

dalam sistem desa.Sistem desa yang

disalah gunakan oleh pihak yang

dimaksud adalah kewenangan desa,

tidak bertanggungjawab.Oleh karena

tata

serta

itu, persoalannya kemudian adalah

perencanaan dan penganggaran desa

bagaimana mengelola kewenangan

yang

pada

dan anggaran yang besar tersebut

untuk

secara efektif dan efisien.Salah satu

warga.Baik

upaya yang dapat dilakukan adalah

desa

pemerintahan desa

serta dan

pemerintahan

semuanya

pembangunan kesejahteraan

desa,

mengarah desa

patut

pengawasan

kepentingan, tema pembangunan,

dengan

aset lokal, beragam aktor diarahkan

akuntabilitas,

dan diikat dalam sistem desa itu.

masyarakat

65

disyukuri

menerapkan dan dalam

dan

cenderung

prinsip transparansi setiap


penyelenggaraan roda pemerintahan

dan

(untuk

desa.

dipantau

menerima

umpan

atau

institusi dan proses checks and

tentu

balances

ketidakpastian

dalam penyelenggaraan

mengurangi

tingkat

dalam

proses

juga

pengambilan

keputusan

menyelenggarakan

implementasi

kebijakan

Akuntabilitas

berarti

dapat

balik dari masyarakat. Transparansi

Akuntabilitas menunjuk pada

pemerintahan.

kemudian)

dan Desa,

terhadap

termasuk alokasi anggaran Desa.

sumber daya atau kewenangan yang

Sebagai sebuah media akuntabilitas,

digunakan.Pemerintah Desa disebut

transparansi

akuntabel bila mengemban amanat,

mempersempit peluang korupsi di

mandat

kalangan

penghitungan

(account)

dan

kepercayaan

yang

dapat

pamong

membantu

Desa

terbukanya

segala

gampang, pemerintah Desa disebut

pengambilan

keputusan

akuntabel bila menjalankan tugas-

masyarakat

tugasnya

tidak

partisipasi masyarakat).

tidak

Berdasarkan

diberikan

melakukan

oleh

warga.Secara

dengan

baik,

penyimpangan,

luas

karena proses oleh

(penguatan

uraian

diatas,

berbuat korupsi, tidak menjual tanah

nampak bahwa dalam tata kelola

kas Desa untuk kepentingan pribadi,

pemerintahan

dan

dan

desa

terbitnya

seterusnya.Transparansi

pasca

pembangunan Undang-

(keterbukaan) dalam pengelolaan

Undang No. 6 tahun 2014 tentang

kebijakan, keuangan dan pelayanan

Desa dan Peraturan Pemerintah No.

publik.Transparansi

berarti

43 Tahun 2014 tentang Peraturan

terbukanya akses bagi semua pihak

Pelaksanaan Undang-Undang No. 6

yang berkepentingan terhadap setiap

Tahun 2014 tentang Desa terdapat

informasi

permasalahan

mengenai

kebijakan,

fundamental

yaitu

keuangan dan pelayanan.Artinya,

belum siapnya kapasitas perangkat

transparansi dibangun atas pijakan

desa dalam manajemen dan tata

kebebasan

yang

kelola anggaran desa. Kondisi ini

memadai disediakan untuk dipahami

berdampak pada munculnya rasa

arus

informasi

66


kekhawatiran bagi perangkat desa

berbagai

dalam melaksanakan pengelolaan

pembangunan perdesaan, terutama

anggaran yang sedemikian besar.

terkait dengan aspek keterpaduan

Sehubungan dengan hal tersebut

dalam perencanaan dan tata kelola

maka diperlukan upaya sinergis dari

anggaran Desa.

berbagai

stakehoder

melakukan

pendampingan

pemberdayaan

untuk

bagi

persoalan

dalam

--------------------

dan seluruh

perangkat desa dan masyarakat desa, serta

adanya

jaminan

kepastian

hukum semua pihak yang terlibat dalam

tata

kelola

Daftar Pustaka

anggaran

desasebagai salah satu cara untuk meminimalkan

Antlov, Hans.,Negara Dalam Desa, LAPPERA, Yogyakarta, 2003

terjadinya

penyalahgunaan dalam tata kelola

Eko., Sutoro., Regulasi Baru, Desa Baru, Ide, Misi, dan Semangat UU Desa, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Jakarta, 2015

anggaran Desa. Selain upaya sinergis dalam pendampingan dan pemberdayaan masyarakat dan perangkat desa, diperlukan

sebuah

desain

besar

dalam tata kelola anggaran desa, perencanaan serta

pembangunan

penguatan

kelembagaan

dan

Eko, Sutoro.,Desa Membangun Indonesia, Forum Pengembangan Pembaharuan Desa, Yogyakarta, 2014

desa,

kapasitas perangkat

desa.Adanya sebuah produk hukum

Eko, Sutoro. Arie Sujito dan Borni Kurniawan, Mutiara Perubahan:Inovasi dan Emansipasi Desa di Indonesia Timur, IRE dan ACCESS, Yogyakarta, 2013

yang komprehensif dalam menjamin pelaksanaan tata kelola anggaran Desa

sudah

selayaknya

untuk

dipertimbangkan. Hal tersebut akan dapat bermanfaat dalam pemecahan

67


Eko,

Sutoro. dan Borni Kurniawan, Institusi Lokal dalam Pembangunan Perdesaan, Bappenas, Jakarta, 2010

Zakaria, Yando.,Abih Tandeh, ELSAM, Jakarta, 2000 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa

Kartodahikoesoemo, Soetardjo.,Desa, Djambatan, Jakarta, 1956 Mitchell, Bruce,“Sustainable Development at the Village Level in Bali,Indonesia�, Human Ecology, Vol. 22, No. 2., 1994 Ndraha, Taliziduhu,Dimensidimensi Pemerintahan Desa.,Bumi Aksara, Jakarta, 1991 Widjaja, HAW.,Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli Bulat Dan, Utuh, Rajawali Grafindo, Jakarta, 2003.

68


KAJIAN KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN WIDYAISWARADALAM MENDUKUNG REVOLUSI MENTAL APARATUR SIPIL NEGARA Oleh: Yatno Isworo Abstrak Revolusi Mental berarti warga Indonesia harus mengenal karakter orisinal bangsa.Indonesia, merupakan bangsa yang berkarakter santun, berbudi pekerti, ramah, dan bergotong royong.Karakter tersebut merupakan modal yang seharusnya dapat membuat rakyat sejahtera. Menurut Presiden Joko Widodo, 2015 "Tapi saya juga ndak tahu kenapa, sedikit demi sedikit (karakter) itu berubah dan kita ndak sadar. Yang lebih parah lagi ndak ada yang nge-rem. Yang seperti itulah yang merusak mental,� Perubahan karakter bangsa tersebut, merupakan akar dari munculnya korupsi, kolusi, nepotisme, etos kerja tidak baik, bobroknya birokrasi, hingga ketidaksiplinan.Kondisi itu dibiarkan selama bertahun-tahun dan pada akhirnya hadir di setiap sendi bangsa.Siapa yang harus bertanggung jawab mengembalikan karakter orisinil bangsa itu.Pasti harus dijawab tanggung jawab semua elemen bangsa Indonesia.Pemerintah sudah mencanangkan program revolusi mental dalam upaya mengenalkan ulang dan mengembalikan karakter orisinal bangsa.Widyaiswarasebagai salah satu elemen bangsa memiliki peran strategis untuk ikut berpartisipasi di dalamnya. Sesuai kedudukan dan tugas pokok fungsinya, widyaiswara adalah pejabat fungsional yang bertugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk melakukan kegiatan Dikjartih PNS, Evaluasi dan Pengembangan Diklat pada Lembaga Diklat Pemerintah. Apalagi pada tahun 2016 nanti sebagai tahun implementatif konsep revolusi mental digulirkan serentak oleh pemerintah. Lembaga Administrasi Negara juga sudah membuat perencanaan implementasi Kurikulim dan Diklat Revolusi Mental bagi paratur Sipil Negara, diawali dengan diskusi, penyusunan dan diseminasi kurikulum dan silabi, TOT Widyaiswara Substansi Revolusi Mental, serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan revolusi mental di tahun 2016. Sebuah tantangan bagi Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah guna pelaksanaan revolusi mental dalam lingkup kediklatan.Meskipun belum dirancang khusus dalam penyelenggaraan diklat revolusi mental, namun substansi dan ruh

69


revolusi mental sudah dan sedang dilaksankan dalam penyelenggaraan diklat Teknis, Fungsional dan Kepemimpinan, serta Diklat Prajabatan. Kiranya memungkinkan pula untuk menyelenggarakan TOT Revolusi Mental bagi para widyaiswara di awal tahun anggaran 2016 dan membuat konsep Diklat Revolusi Mental di anggaran perubahan APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016. Kata kunci: widyaiswara, revolusi mental, pembinaan, pengembangan, ASN Instansi

A. Latar Belakang Jabatan

Fungsional

Fungsional Widya-

iswara adalah jabatan yang mem-

Lembaga

punyai

yang

ruang

lingkup

tugas,

Pembina

Jabatan

Widyaiswara yaitu Administrasi

selanjutnya

Negara disingkat

tanggung jawab, wewenang, dan hak

LAN.Instansi Pembina sebagaimana

untuk

dimaksud

melakukan

kegiatan

dalam

Pasal

5

mendidik, mengajar, melatih PNS

mempunyaitugas melakukan pem-

yang selanjutnya

binaan Jabatan Fungsional Widya-

Dikjartih

PNS,

disingkat Evaluasi

Pengembangan Pelatihan singkat Diklat

iswara, antara lain:

dan

1. menyusun dan

Pendidikan dan

yang selanjutnya Diklat

etentuan

di-

ketentuan

pada. Lembaga

Pemerintah

terpilih

yang

pelaksanaan teknis

dan Jabatan

Fungsional Widyaiswara;

(Permenpan

2. menyusun dan menetapkan pe-

No.22 Tahun 2014). Widyaiswara

menetapkank-

adalah

diangkat

doman formasi Jabatan Fung-

PNS

sional Widyaiswara;

sebagai

3. menyusun dan

pejabat fungsional dengan tugas,

menetapkan

tanggung jawab, wewenang, dan hak

standar

untuk melakukan kegiatan Dikjartih

Fungsional Widyaiswara; 4. menyusun dan

PNS, Evaluasi dan Pengembangan Diklat

pada

Lembaga

kompetensi Jabatan

pedoman

Diklat

menetapkan

sertifikasi

Jabatan

Fungsional Widyaiswara;

Pemerintah.

70


5. menyusun

dan

kurikulum

14. melakukan

menetapkan

evaluasi

diklat fungsional

dan

dan

Jabatan Fungsional

Widyaiswara; dan

dan teknis Widyaiswara; 6. menyusun

pemantauan

15. memfasilitasi penyusunan dan

menetapkan

kurikulum diklat calon Widya

penetapan

iswara dan pedoman seleksi

Widyaiswara

calon Widyaiswara;

organisasi profesi Widyaiswara.

melaksanakan

seleksi calon Widyaiswara;

diklat

seleksi

pembinaan

calon

dan

teknis

pembinaan

bagi

diklat fungsional

Sedangkan

dan teknis

bidang

dalam

upaya

pengembangan widyaiswara, untuk

Widyaiswara; dan

meningkatkan

menetapkan

pedoman penulisan Karya Tulis

Widyaiswara

Ilmiah

jenjang

Ilmiah

bagi

profesionalisme yang akan

naik

jabatan, harus ditemouh

dengan mengikuti dan lulus Diklat

Widyaiswara;

Penjenjangan Widyaiswara dan uji

12. mensosialisasikan Jabatan Fungsional

di

pendayagunaan aparatur negara.

penyelenggaraan

Karya

kepada Menteri yang

bertanggungjawab

Widyaiswara;

11. menyusun

Jabatan Fungsional

dengan perkembangan pelaksanaan

9. menyelenggarakan diklat fung-

10. memfasilitasi

tugas pembinaan

Widyaiswara secara berkala sesuai

Widyaiswara;

sional

bersama-sama

menyampaikan hasil pelaksanaan

penyelenggaraan

dan

etik

Instansi pembina dalam rangka

7. menyelenggarakan diklat dan

8. memfasilitasi

kode

Widyaiswara

kompetensi sesuai dengan jenjang

beserta

yang akan didudukinya.

ketentuan pelaksanaanya; mengem-

Diklat Fungsional Penjenjangan

bangkan sistem informasi Ja-

Widya-iswara dan Uji kompetensi

batan Fungsional Widyaiswara;

sebagaimana dimaksud diatur lebih

13. membangun

dan

lanjut oleh Kepala LAN.

71


dikembangkan di era kepemimpinan

Seiring dengan perkembangan dan perubahan strategis pembinaan

Presiden Joko Widodo, yaitu:

SDM Aparatur Sipil Negara maka

1. Mengubah cara pandang pola

sudah sewajarnya diikuti dengan

pikir, sikap, perilaku, dan cara

perubahan regulasi dan kebijakan.

kerja

Undang-undang

kemajuan dan kemoderenan.

Kepegawaian

yang berorientasi pada

No.43 Tahun 1999 pun diganti

2. Membangkitkan kesadaran dan

dengan UU No.5 Tahun 2014

membangun sikap optimistikk

tentang Aparatur Sipil Negara. Suka

dalam

tidak suka mesti diikuti dengan

Indonesia sebagai negara dengan

perubahan regulasi di bawahnya.

kekuatan besar untuk berprestasi

Permenpan

2009

tinggi, produktif, dan berpotensi

Fungsional

menjadi bangsa maju dan modern

Widyaiswara pun diubah menjadi

dengan pondasi tiga pilar Tri

Permenpan

Sakti.

tentang

No.14 Jabatan

No.22

Tahun

Tahun

2014

iswara. pada

masa

depan

3. Mewujdukan Indonesia berdaulat

tentang Jabatan Fungsional Widya

Sampai

menatap

perubahan

secara politik,

ekonomi,

berkepribadian

kuat

dan

melalui

Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional

pembentukan manusia Indonesia

Widyaiswara dan Angka Kreditnya

baru yang unggul. Adapun

dari Peraturan Kepala LAN No.3

ruh

dari

revolusi

Tahun 2010 ke Peraturan Kepala

mental di Indonesia mengadaptasi

LAN No.26 Tahun 2015 tentang

pendapatHannah Arendt (1965) dan

Pedoman Penilaian Angka Kredit

Peter L Berger (1986) bahwa konsep

Jabatan Fungsional Widyaiswara.

modern

tentang

revolusi

terkait

merupakan

dengan pengertian bahwa jalannyas

keniscayaan, hendaknya tidak lepas

ejarah seketika memulai hal baru.

dari konsep mewujudkan tujuan

Revolusi mengimplikasikan suatu

revolusi mental yang saat ini sedang

kisah baru, kisah yang tidak pernah

Perubahan

itu

diketahui

72

atau

diceritakan


sebelumnya.

Revolusi

menjadi

B. Isu-isu Strategis

jembatan yang mentransformasikan

dan

dunia lama jadi dunia baru. Revolusi

iswaraan

Pembinaan

PengembanganKewidya-

Kebijakan

sejati yang berdampak besar dalam

pembinaan

transformasi

kehidupan

harus

widyaiswara

mengandung

kebaruan

dalam

Peraturan Kepala LAN No. 26 Tahun

struktur mental dan keyakinan.

telah

2015

diatur

Tentang

dalam

Pedoman

Penilaian Angka Kredit Jabatan

Dengan kata lain, revolusi sejati meniscayakan perubahan mentalitas

Fungsional

Widyaiswara

sebagai

(pola piker dan sikap kejiwaan) yang

penjabaran

Peraturan

Bersama

lebih

Kepala LAN dan Kepala BKN No. 1

kondusif

bagi

perbaikan

dan No. 8 Tahun 2015 Tentang

kehidupan. Tulisan ini disajikan dengan

Ketentuan Pelaksaan Permenpan dan

membuat kajian studi literatur dan

RB No. 22 Tahun 2014 Permenpan

kondisi

dan RB No. 22 Tahun 2014 Tentang

riil

pembinaan

dan

pengembangan widyaiswara dengan

Jabatan

Fungsional

Widyaiswara

fokus masalah pada hal-hal berikut:

dan Angka Kreditnya.

1. Apa saja isu-isu strategis yang

Kebijakan pokok-pokok peru-

dihadapi dalam pembinaan dan

bahan Permenpan dan RBNo. 22

pengembangan widyaiswara me-

tahun 2014 perlu dipahami bersama:

nyambut penerapan UU ASN;

1. Tugas Pokok Jabatan Fungsional Widyaiswara

2. Apa sebenarnya landasan dasar

yaitu

melaksa-

konsep revolusi mental dalam

nakan Dikjartih PNS, Evaluasi

proses kediklatan;

dan Pengembangan Diklat pada Lembaga Diklat Pemerintah;

3. Bagaimana cara pengembangan

2. Rincian Kegiatan Lebih simpel

profesi widyaiswara dan peran instansi pembina dan lembaga

menjadi

diklat

sebelumnya 175 butir kegiatan;

dalam

mendukung

3. Angka

revolusi mental;

57

kredit

butir

kegiatan,

Pengembangan

Profesi (terkait Karya Tulis

73


Ilmiah) Persyaratan pemenuhan

b. Tidak berlaku paket (Bahan

angka kredit berdasar kenaikan

Ajar, Bahan Tayang, GBPP

per jenjang pangkat, sebelumnya

& SAP, bahan peraga); c. Mengakomodir

berdasar kenaikan per jenjang

Kegiatan

Widyaiswara dalam Dikjar

jabatan;

tih Diklatpim pola baru

4. Pembebasan Sementara karena tidak tercapai Angka Kredit

(coaching,

Sudah tidak ada lagi, diganti

pendampingan

dengan konsep “maintenance�

Proyek Perubahan) Sedangkan

yaitu pencapaian angka kredit tahunan sesuai

yang

teknis

masing-masing

Peraturan Kepala LAN No. 26

pendidikan

Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Penilaian

menjadi

Angka

Widyaiswara Berijazah paling

iswara adalah:

rendah Magister (S2);

1. Pengaturan

evaluasi

Kredit

tentang

Widya

evidence

atau bukti-bukti setiap butir

6. Kewenangan Tim Penilai Pusat Menilai

secara

Kebijakan pokok pokok pengaturan

jenjang jabatan Widyaiswara; 5. Syarat

penulisan

dicapai

harus

SKP

benchmarking,

kegiatan

kinerja

dalam

pengajuan

Widyaiswara (DUPAK) untuk

penilaian angka kredit yang

Widyaiswara

dilakukan oleh Widyaiswara

jenjang

yang

akan

Widyaiswara

ke

2. Mengakomodir kegiatan diklat

Ahli

e-learning

Utama;

3. Ketentuan

7. Penilaian Angka Kredit:

mengenai

Orasi

(tidak

Ilmiah bagi WI ahli utama (KTI

berdasarkan pada jenjang

harus sudah masuk dalam jurnal

diklat

nasional terakreditasi)

a. Bersifat

tunggal

yang di

ajarkan),

Widyaiswara

mempunyai

4. Widyaiswara

ahli

utama

peluang

kesempatan

pengangkatan

dari

jabatan

tinggi

tetap

dan

pimpinan

yang sama;

berkewajiban

74

melaksanakan


d. Login (username, password)

orasi ilmiah paling lambat satu tahun setelah SK pengangkatan

menggunakan

sebagai Widyaiswara ahli utama

NIWN Kebijakan

5. Artikel pada surat kabar dan

NIP

dan

Pengembangan

website masuk dalam kegiatan

Widyaiswara

sebagaimana diatur

penunjang

dalam Permenpan RB No. 22 Tahun kegiatan

2015, Pasal 31, menekankan bahwa

Widyaiswara untuk penilaian

widyaiswara yang akan naik jenjang

angka kredit adalah 1 tahun

jabatan harus mengikuti dan lulus

6. Batas

Kadaluarsa

7. Sistem

penilaian

absolut, yaitu

Diklat

bersifat

Penjejangan

dan

Uji

Kompetensi sesuai dengan jenjang

menilai kese-

suaian kegiatan yang diusulkan

yang

dengan

berlakuan persyaratan tersebut per 1

persyaratan

yang

Penetapan

didudukinya.

Daftar

Usulan

1 dan No. 10 Tahun 2010).Oleh

Angka

Kredit

karena itu lembaga Diklat/Instansi

Widyaiswara

secara

perlu

on

memperhatikan

linesudah dimulai tahun 2015 ini

pengalokasian

dengan ketentuan :

tersebut.

kebutuhan

anggaran

Pokok-pokok

a. Masih dalam proses uji coba

kegiatan

Peraturan

Bersama Kepala LAN dan Kepala

sistem; b. Tahap

Pem-

Januari 2014 (SKB LAN – BKN No

ditentukan. 8. Pengusulan

akan

awal

BKN No. 1 dan No. 8 Tahun 2015

dilakukan

secara

DIGITALISASI

Pengaturan

DUPAK

(untuk

bukti2

Widyaiswara yang akan naik jenjang

dokumen

jabatan harus mengikuti dan lulus

Surat Tugas, SPMK, Ijazah

diklat penjenjangan Widyaiswara

disampaikan asli ) dimulai

dan uji kompetens sesuai dengan

Oktober 2015

jenjang

tertentu,

untuk

Diklat

jabatan

didudukinya.

c. Akses melalui siwi.lan.go.id

Penjenjangan

yang

(Sejak

akan

Peraturan

Bersama No. 1 dan No. 2 Tahun

75


2010, efektif per Januari 2014

Widyaiswara Nasional - NIWN

Pengaturan

(nomor

pengangkatan

Widya

induk

widyaiswara

iswara dari jalur Jabatan Pimpinan

nasional),

digitalisasi

Tinggi:

evaluasi

1. Diusulkan oleh Pejabat Pembina

periode ke 4 tahun 2015, dupak on

kinerja

dupak,

widyaiswara

line (uji coba sistem), pelayanan

Kepegawaian, 2. Lulus kompetensi

berbasis

3. Memenuhi formasi Widyaiswara

dukungan terhadap pengembangan

untuk Dikjartih Diklatpim Tk.

profesi widyaiswara, jurnal nasional

I/II,

terakreditasi dan forum pembinaan

Diklat

lainnya

Teknis

serta

Tertentu

Seiring dengan perkembangan lingkungan

4. Pengajuan pengangkatan bagi paling

informasi,

organisasi profesi.

memperkuat

Lembaga Diklatnya

JPT

teknologi

lambat

dewasa

9bulan

strategi

ini,

organisasi

tuntutan

terhadap

bersangkutan

sumberdaya manusia (SDM) yang

mencapai BUP Penilaian dan

berkualitas dan profesional menjadi

Penetapan Angka Kredit (SKP)

hal yang mutlak. SDM harus dapat

Widyaiswara yang tidak dapat

memilih bidang tugas sesuai dengan

mencapai target Aangka Kredit

kompetensi yang dimiliki.Banyak

yang ditetapkan dalam SKP

pilihan

sanksi

kompetensi

sebelum

yang

mengikuti

Peraturan

untuk

mengembangkan

demi

mewujudkan

Disiplin PNS sesuai PP 53

profesionalisme tersebut, yang ter-

Tahun 2010.

cermin

dengan

kembangnya

Pengembangan Program Ke-

semakin jumlah

berjabatan

widyaiswaraan pun sudah mulai

fungsional. Disinilah SDM dapat

dilakukan

sensus

menyalurkan

nasional,

pembangunan

widyaiswara

fungsional tersebut. Widyaiswara sebagai salah satu

website siwi.lan.go.id (user name password),

Nomor

dan

bakatnya dalam salah satu jabatan

infra

struktur (data base widyaiswara),

dan

kompetensi

jabatan fungsional memiliki peran/

Induk

76


Dalam kurun waktu dua tahun

fungsi dan tanggungjawab besar buruknya

terakhir, Widyaiswara dan jajaran

kualitas purnawidya diklat salah

komunitas di lingkungan Badan

satunya bergantung pada keberadaan

Diklat Provinsi Jawa Tengah sudah

dan peran Widyaiswara. Tuntutan

mengawali

kompetensi yang standar sangat

pengembangan kapasitasnya dalam

dibutuhkan bagi seorang Widya

berinovasi.

iswara, yang ditunjukkan dengan

kurikulum

kemampuan

pola baru dan diklat Prajabatan pola

dalam

lembaga.Baik

berinovasi

untuk

baru

pengembangan kapasitas diri. Dengan dikatakan

demikian bahwa

peningkatan

Tuntutan diklat

suka

diimbangi

dapat

perubahan

Kepemimpinan

tidak

suka

peningkatan

widyaiswara

Widyaiswara

dan

dan

mesti

kapasitas

penyelenggara

sebagai salah satu unsur/komponen

diklat untuk berinovasi. Kapasitas

tripatid

dimaksud

kediklatan

(peserta

widyaiswara

–

menentukan

keberhasilan

–

berupa

pengetahuan,

penyelenggara))

kompetensi

keterampilan

dan

sikap.

dan

kualitas proses belajar mengajar,

Kompetensi pengetahuan dan

tentunya tidak dapat diabaikan pula

keterampilan dalam hal ini berupa

aspek etika profesi yang menuntut

pengetahuan

nilai-nilai

moral

manajerial,

kepatutan

serta

cara

pandang

seorang

Widyaiswara

dalam

menyesuaikan perkembangan tekno-

dengan

logi informasi. Sedangkan kom-

pelaksanaan

atau

tugas

tatanan

dan

keterampilan

teknis

administratif

penyelenggaraan

profesional. Nilai-nilai moral yang

petensi

sikap

bersifat universal maupun lokal

dengan

harus mampu mendorong perilaku

kearifan

lokal,

seorang

Widyaiswara

menjaga

samaan

dan

martabat

profesi

sekaligus

seumur

jagung

pelaksanaannya

77

lebih

ditekankan

menjunjung

an.Mengingat

kehormatan dirinya.

pemerintahan

toleransi,

bersama keber-

kegotong-royongmasih

berjalan

maka

dalam

masih

perlu


pengembangan

Pemberlakuan Undang - Undang

secara sinergis bukan hanya di

No.5 Tahun 2015 Tentang Aparatur

lingkungan komunitas widyaiswara,

Sipil Negara (ASN) terkait hak

tetapi perlu disinergikan bersama

pengembangan kompetensi bagi tiap

dengan pejabat struktural dan semua

ASN,

karyawan

widyaiswara sangat tinggi.

peningkatan

dan

dan

karyawati Badan

Rakornas

dalamnya

pelaksanaan

Diklat

dan

kontribusi

Pemberlakuan UU ASN di

Diklat Provinsi JawaTengah. Terinspirasi

peran

menyebutkan

bahwa

diklat (pelatihan) sebagai salah satu

Aparatur

Jakarta, tanggal 29-30 Oktober

cara

2015

Disebutkan pula bahwa setiap ASN

di

Lembaga

Administrasi

pengembangan Kompetensi.

Negara Republik Indonesia (LAN-

memiliki

RI) Jakarta Pusat dengan tema

Pengembangan kompetensi sebesar

Dinamika Kebijakan Pembinaan

80 JP (setara 10 hari) per tahun.

Widyaiswaraoleh Kedeputian Diklat

Widyaiswara mempunyai peluang

Aparatur yang membahas3 (tiga) hal

besar dalam kegiatan pengembangan

pokok,

kompetensi ASN, tantangan bagi

yaitu:

Isu-isu

danKebijakan

Strategis

hak

Widyaiswara

Kewidya-iswaraan,

mendapatkan

untuk

terus

me-

Kebijakan Kewidya-iswaraan yang

ningkatan kapasitas, update info-

berlaku dan Pengembangan Program

rmasi mesti terus dikembangkan. Sebagai konsekuensinya maka

Kewidya-iswaraan maka kajian ini dibuat dalam rangka Pembinaan dan

Instansi/Lembaga

Pengembangan

menyediakan

Widyaiswara

di

bentuk

perlu kegiatan

pengembangan widyaiswara.

Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah

Penataan organisasi, sarana dan

Tahun 2016. Isu-isu

Diklat

strategis

kewidyaiswaraan

yang

prasarana pun tak luput dilakukan

terkait

dalam

mesti

upaya

pembinaan

dan

dihadapi terkait regulasi nasional

pengembangan widyaiswara yang

pengembangan kapasitas Aparatur

dikelola lebih profesional sudah

Sipil

mulai dilaksanakan di tahun 2015,

Negara

(ASN)

adalah

78


diantaranya

sensus

Penetapan Angka Kredit (DUPAK)

widyaiswara

widyaiswara baru-baru ini.

nasional dan pembuatan Nomor Induk

Widyaiswara

Secara regional isu-isu strategis

Nasional

terkait

(NIWN).

penyelenggaraan

diklat

yang

aparatur di Jawa Tengah juga dalam

terdaftar dan mempunyai NIWN (ke

proses konsolidasi, penataan dan

depan

upaya

Setiap

widyaiswara

sebagai

berbasis NIWN

basis

teknologi dapat

pelayanan

Provinsi

informasi).

diakses

solusinya. Jawa

Pemerintah

Tengah

sudah

menerbitkan Perda No 5 Tahun 2014

melalui

siwi.lan.go.id, tetapi instansi yang

tentang

belum mengirimkan data widya

Jangka Menengah Daerah Provinsi

iswara

mengakses

Jawa Tengah Tahun 2013 – 2018

siwi.lan.go.id, dan NIWN (yang

dan Pergub Nomor 35 Tahun 2015

belum terdaftar agar segera diproses

tentang

pengiriman datanya).

Pengembangan

belum

dapat

PIC

(penanggung

jawab

Pembangunan

Sinergitas

Berbasis

Pengelola siwi.lan.go.id oleh masing-masing

Rencana

Pilar

Pegawai

Kompetensi

ASN dan

Berintegritas di Pemerintah Provinsi

Instansi

Jawa Tengah.

data

Arah kebijakan

widyaiswara). Pimpinan Lembaga

sinergitas pengembangan Pegawai

Diklat dan pengelola kepegawaian

ASN

dapat

siwi.lan.go.id

berintegritas di Pemerintah Provinsi

(diajukan untuk proses password

Jawa Tengah dilaksanakan melalui

dan

sinergitas

mengakses

user

name).Badan

Diklat

ikut

mendaftarkan

pembuatan

Induk (NIWN)

sejak

2015.Sebagai

uji

bulan coba

pengembangan

Dalam rangka penjaminan mutu

berpartisipasi

Widyaiswara

pilar

kompetensi dan

Pegawai ASN.

Provinsi Jawa Tengah pun tidak mau ketinggalan

berbasis

sudah dibangun Rintisan Sertifikasi

Nomor

Kompetensi

Nasional

dengan

membentuk

Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP),

Januari

didukung

sudah

Tengah

dilakukan pengusulan Daftar Usulan

79

oleh dengan

Gubernur

Jawa

mengeluarkan


Peraturan

Gubernur

Nomor

bangkan

18

sesuai

perkembangan

Tahun 2015 tentang Pembentukkan

teknologi informasi dan kebutuhan

Lembaga

pengembangan

Sertifikasi

Profesi

diklat

berbasis

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

kompetensi.Monitoring dan evaluasi

dan

diklat sudah mulai dirintis secara on

ditindaklanjuti

Keputusan

line.

Kepala Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah Nomor: 800/9844 tentang Pembentukkan Pelaksana Lembaga Sertifikasi

Profesi

C. Konsep

Pemerintah

diklat

Mental

Dalam Proses Kediklatan Revolusi mental adalah gerakan

Daerah Provinsi Jawa Tengah. Kepesertaan

Revolusi

nasional

sesuai

untuk

mengubah

cara

kebutuhan gap kompetensi yang

pandang, pola pikir, sikap-sikap,

perlu ditingkatkan sudah dan sedang

nilai-nilai,

diakomodasi melalui proses analisis

indonesia

kebutuhan diklat melalui Sistem

indonesia yang berdaulat, mandiri

Informasi

dan

Online

Analisis

dan

perilaku

untuk

bangsa

mewujudkan

berkepribadian.

Konsep

Kebutuhan Diklat yang disingkat

Revolusi Mental

adalah

sebuah

SIJARI ON AKD. Dari hasil analisis

paradigma

dalam

menye-

kebutuhan diklat sudah dan sedang

lesaikan

diawali

bangsa

silabi

penyusunan dan

kompetensi

kurikulum,

modul

berbasis

sesuai

amanat

berbagai (Joko

Revolusi

permasalahan

Widodo,

Mental

berarti

2014). warga

Indonesia harus mengenal karakter

Permendagri No. 2 Tahun 2013.

orisinal

Proses

pakan

penyelenggaraan

baru

dikjartih

bangsa.Indonesia, bangsa

yang

meru-

berkarakter

sudah dimulai penekanan proporsi

santun, berbudi pekerti, ramah, dan

pelaksanaan

dan

bergotong royong.Karakter tersebut

pelatihan klasikal 30 % dan praktek

merupakan modal yang seharusnya

70 %. Penataan sarana dan prasarana

dapat membuat rakyat sejahtera.

pendukung kelancaran diklat juga

Menurut Presiden Joko Widodo,

terus

dalam

pendidikan

ditingkatkan

dan

dikem-

80

kompas.com(2015)

"Tapi


saya juga ndak tahu kenapa, sedikit

kolektif bernegara dengan maksud

demi sedikit (karakter) itu berubah

memajukan

dan kita ndak sadar. Yang lebih

dan meningkatkan kualitas hidup

parah lagi ndak ada yang nge-rem.

manusia dan masyarakat Indonesia.

Yang seperti itulah yang merusak

Revolusi Mental diharapkan mampu

mental,� Perubahan karakter bangsa

membangkitkan kesadaran bahwa

tersebut,

bangsa Indonesia memiliki kekuatan

merupakan

munculnya

akar

korupsi,

dari

besar

kolusi,

untuk

kesejahteraan

berprestasi

umum

tinggi,

nepotisme, etos kerja tidak baik,

produktif dan berpotensi menjadi

bobroknya

hingga

bangsa maju dan modern. Dengan

itu

demikian Revolusi Mental akan

dibiarkan selama bertahun-tahun dan

mampu mengubah cara pandang,

pada akhirnya hadir di setiap sendi

pikiran,

bangsa.

berorientasi pada kemajuan dan

birokrasi,

ketidaksiplinan.

Kondisi

sikap,

kemodernan,

Selama 16 tahun reformasi

perilaku

sehingga

yang

Indonesia

birokrasi, hanya sebatas kemajuan

menjadi bangsa besar dan mampu

kelembagaan. Pembangunan belum

berkompetisi dengan bangsa-bangsa

menyentuh paradigma, mindset, atau

lain di dunia.

budaya politik dari manusia yang

Revolusi

Mental

sebagai

menjalankan sistem sehingga nation

gerakan kolektif akan melibatkan

building

mengantarkan

seluruh bangsa dengan memperkuat

Indonesia pada cita-citanya. Bangsa

peran semua institusi pemerintahan

Indonesia

dan pranata sosial-budaya yang ada

tidak

apabila

ingin

maju

ditentukan oleh mentalitas yang

di

tangguh, baik individual maupun

dilaksanakan melalui internalisasi

kolektif

nilai-nilai esensial pada individu,

dari

warga

negara

masyarakat.Revolusi

Indonesia. Konsep Revolusi Mental

keluarga,

bermula

yang

masyarakat sampai dengan lembaga-

menuntun bangsa dalam meraih cita-

lembaga negara. Nilai-nilai esensial

cita bersama dan mencapai tujuan

meliputi etos kemajuan, etika kerja,

di alam pikiran

81

insititusi

Mental

sosial,


motivasi berprestasi, disiplin, taat

dan

hukum dan aturan, berpandangan

menghormati.Manusia unggul juga

optimistis, produktif-inovatifadaptif,

harus memiliki kesadaran bahwa

kerja sama dan gotong royong, dan

sumber daya alam dan lingkungan

berorientasi pada kebajikan publik

hidup

dan kemaslahatan umum.

digunakan secara efisien dan tetap

Untuk

mencapai

saling

adalah

dijaga

Indonesia

menghargai

aset

yang

kualitasnya,

dan

harus

tanpa

yang maju, makmur dan sejahtera

mengurangi kesempatan generasi

serta mandiri diperlukan manusia-

mendatang

manusia unggul dengan pendidikan

eksplorasi kekayaan alam tersebut

yang baik, memiliki keahlian dan

bagi kesejahteraan mereka.

untuk

melakukan

Menurut Tommy Awuy (2015),

keterampilan, menguasai teknologi, etos

secara akademis pendekatan revolusi

kemajuan. Manusia unggul juga

mental diperlukan dengan beberapa

harus punya sikap optimistik dalam

pertimbangan

menatap masa depan dan memiliki

berikut:

nilai-nilai

1. Revolusi mental itu problem

pekerja

keras,

luhur

mempunyai

yaitu

gotong

kultural

royong, toleransi, solidaritas, rukun

82

penting

(kebudayaan)

sebagai

yang


untuk mengubahnya perlu waktu

Sedangkan dari sudut pandang

yang cukup lama. Persoalan

birokrasi pemerintahan maka revo-

mentalitas (feodal) tidak bisa

lusi mental adalah:

diubah dalam sekejap.

1. Amanat konstitusi;

2. Frasa

revolusi

dibutuhkan

mental

sekedar

itu

2. Setiap rakyat indonesia dapat

untuk

mengembangkan dirinya secara

mengingatkan bahwa perubahan

utuh

sebagai

perlu dilakukan.

bertmartabat.

manusia

yang

3. Sebagai sebuah wacana, proses

3. Penanaman nilai-nilainya akan

dari kesadaran masing-masing

dilakukan pada tahun kedua

warga

pemerintahan Jokowi-JK.

sendiri

yang

bisa

4. Ini bukan proyek, sekalipun

memproses revolusi mental itu

dalam

untuk kebaikan dirinya. 4. Jika

program

itu

impelementasinya

ada

anggaran yang menyertainya.

dijadikan

“proyek� tidak ada bedanya

5. Ini gerakan sosial dan gerakan

dengan penataran p4 zaman

moral, gerakan nasional yang

orba.

mempunyai

impian

agar

manusia indonesia tidak kalah

5. Harus ada peristiwa yang kita alami dulu baru kita sadar kita

dengan

harus

lainnya (Korea-Jepang) untuk

berubah,

harus

ada

bangsa-bangsa

menumbuhkan

pemantik untuk berubah.

daya

maju

saing

bangsa indonesia.

6. Untuk urusan mentalitas anak

6. Gerakan

bangsa yang diperlukan adalah

hidup

baru

yang

pendekatan soft power, dimulai

bertumpu pada tiga nilai utama

dari

yaitu integritas, kerja keras dan

lingkup

keluarga,

terkecil lalu

dalam

gotong royong.

pergaulan

7. Tujuannya

keseharian, lingkungan sekolah

terjadi

perubahan

perilaku anak bangsa yang lebih

dan seterusnya.

baik. Terjadi pelayanan publik yang lebih baik.

83


pentingnya

juga dari daerah. Kesemua inisiatif

peran revolusi mental bagi Aparatur

tersebut harus berjalan sinergi satu

Sipil

sama lain.

Mengacu

Negara

betapa

diperlukan

harmonisasi

peraturan

adanya

maka

Sebagai

tindak

lanjutkonsep

perundangan untuk mendorong dan

revolusi mental yang harus dibangun

mengatur perilaku masyarakat dan

oleh widyaiswara sebagai Pekerjaan

penyelenggara

Dalam

bidang pendidikan dan pelatihan

pelaksanaan

bukan sekedar profesi untuk mencari

pembangunan lintas bidang Revolusi

nafkah. Lebih dari itu pengabdian

Mental, perlu ditelaah dan dikaji

kepada Tuhan melalui pencerdasan

lebih

peraturan

pencerahan dan mengajak manusia

perundangan yang terkait, agar tidak

pada kebaikan serta terhindar dari

bersifat

bagi

keburukan. Sejatinya adalah tugas

dan

profetik (kenabian) yang mulia,

negara.

rangka mendukung

lanjut

kontraproduktif

pencapaian strategi

semua

arah

kebijakan

pencapaian

yang

sehingga

sudah

identik

dengan

filosofi Sansekerta “vidia – widya�

ditetapkan.

(Pengetahuan,

Disamping itu sangat diharapkan

sangat

terjadi

sinergitas

Ilmu,

Pandai)dan

“isywara - iswara (fatwa luhur, raja,

antar

kementerian/lembaga dan SKPD.

dewa, orang terhormat).

Pembangunan

diterjemahkan

lintas

bidang

secara

Apabila utuh

Revolusi Mental akan dilaksanakan

widyaiswara adalah orang yang

oleh masing-masing kementerian/

memiliki

lembaga terkait, dan satuan kerja

kompetensi tertentu dan mampu

Pemerintah Daerah Provinsi dan

menularkannya secara luhur bagi

Kabupaten / Kota. Saat ini telah

pencerahan

banyak

ide

memerlukan ilmu pengetahuan dan

pembangunan Revolusi Mental yang

kompetensi dimaksud secara arif

telah dilakukan oleh berbagai tokoh

dan bijaksana.

masyarakat dan masyarakat sipil,

ilmu pengetahuan dan kompetensi

tidak saja berasal dari pusat, tetapi

secara arif dan bijaksana tersebut

prakarsa

dan

84

ilmu

pengetahuandan

orang

lain

yang

Proses menularkan


yang

proyek perubahan (in class) dan

dinamakan pendidikan dan pelatihan

implementasinya (off class) yang

(diklat).

memerlukan

diwadahi

dalam

lembaga

bukti

pencapaian

harus

(evidence) diklat jangka pendek (2

dipahami bahwa diklat diharapkan

bulan untuk diklat kepemimpinan)

mampu mengubah potensi menjadi

maupun jangka menengah (1 tahun)

kompetensi

dan jangka panjang (lebih dari 1,5

Filosofi

utama

yang

yang

dibutuhkan, dan

tahun), serta rancangan aktualisasi

(dalam

(in class) sesuai tugas pokok dan

pikir).

fungsi pada peserta diklat prajabatan

Bagaimana dengan isu yang banyak

dan imlementasinya selama lebih

berkembang

menginspirasi memberikan proses

(mengilhami) pencerahan

perubahan

pola

ini

proses

kurang 15 hari (off class) maupun

diklat

sudah

tindak lanjut berupa inovasi-inovasi

kelihatan ada perubahan pola pikir

baru apa yang harus dimunculkan

sampai usai diklat, tetapi ketika

bagi pelayanan publik.

kembali ke instansi semula pola

yang harus difikirkan ke depan

pikir pun berubah kembali ke pola

adalah pada fase perubahan jangka

pikir sebelumnya. Kondisi ini sudah

menengah dan jangka panjang bagi

ditangkap

oleh

dan

alumni Diklat kepemimpinan dan

Lembaga

Administrasi

Negara

rencana tindak lanjut (rencana aksi)

sehingga

membuat

saat

penyelenggaraan

kurikulum mengutamakan

Kemenpan

70

bagi alumni prajabatan.

“revolusi

kediklatan” %

Tantangan

Apabila

dikaitkan dengan konsep revolusi

yang

mental

praktek

sebenarnya

realitas

ini

merupakan implementasi revolusi

(implementasi) dan 30 % klasikal. Sejak Tahun 2014 kurikulum

mental melalui proses kediklatan

Diklat Kepemimpinan dan Diklat

sebagaimana rancangan sinergitas

Prajabatan

dilakukan

lintas jalan dalam pengembangan

perubahan drastis tersebut, dimana

dan menggerakkan revolusi mental

ada diklat “in class” maupun “off

seperti bagan berikut.

sudah

class”, ada pembuatan rancangan

85


“Kita harus berubah. Untuk berubah kita fokus ke masa depan. Pemerintah perlu bekerja lintas sektoral agar mendapatkan hasil yang terbaik. Rakyat adalah subyek pembangunan, bukan obyek atau proyek ‌ Percuma membangun fisik tanpa membangun pola pikir Dengan demikian dalam manajemen

masyarakat.�

kediklatan yang berbasis revolusi mental

mesti

dibuat

(Presiden Joko Widodo, 2015)

strategi

perubahan paradigma Aparatus Sipil

D. Pengembangan

Negara sebagai berikut : 1.

Peran Instansi Pembina dan

Paradigma

Bekerja

(Bukan

Berbisnis)

sehingga

berorientasi

job

Lembaga

harus

nafkah/bertahan hidup

Widyaiswara

harus

katkan dengan

sekaligus

karier,

terus

Vacation:

Bekerja

dirinya

perubahan

seiring

lingkungan

antara

lain

ke-

mampuan meningkatkan kegiatan karena

menyusun Karya Ilmiah sebagai salah satu kewajiban yang harus

geser dari ego ke kepentingan lain,

potensi

dikembangkan,

panggilan hati, orientasi ber-

orang

selalu

macam potensi diri yang dapat

menerus

menempa keahlian. 3.

untuk

strategis yang dihadapi. Berbagai

berorientasi pada pengembangan

menuntut

mengembangkan wawasan, mening-

dan ibadah; Profesional

Dalam

Profesionalisme

diubah menjadi aktualisasi diri

Secara

Diklat

Mendukung Revolusi Mental

discription,

motif bekerja mencari uang/

2.

Profesidan

dipenuhi

menghadirkan

dalam

pengembangan

profesi bagi Widyaiswara.

Tuhan di tempat kerja.

Sebagaimana Peraturan Menpan dan Reformasi Birokrasi No. 22

86


Jabatan

Ilmiah Nasional Terakreditasi (bagi

Fungsional Widyaiswara dan Angka

widyaiswara Utama sesuai Perkalan

Kreditnya

bahwa

No. 26 Tahun 2015). Karya Tulis

seorang Widyaiswara diwajibkan

Ilmiah berdasar Perkalan No 26

melakukan kegiatan pengembangan

Tahun 2015, BAB VI Ketentuan

profesi dalam rangka menunjang

Peralihan, disebutkan bahwa Orasi

tugas pokoknya dalam bentuk Karya

Ilmiah dengan KTI yang dimuat

Tulis/ Karya Ilmiah (KTI) yang

dalam

diharapkan

menghasilkan

terakreditasi

baru

dalam

pada bulan Oktober 2016. Pimpinan

rangka meningkatkan kualitas diklat

Instansi/Lembaga Diklat/Pengelola

secara

Kepegawaian

Tahun

2014

tentang

diamanatkan

dapat

pemikiran-pemikiran

keseluruhan.

Melalui

jurnal

Imiah

mulai

nasional

diberlakukan

perlu

mendorong

kegiatan pengembangan profesi ini

tersedianya forum pengembangan

pula diharapkan Widyaiswara dapat

profesi

meningkatkan

kemampuannya

terus didorong untuk meningkatkan

sesuai

spesialisasinya/

kapasitasnya

dengan

widyaiswara.Widyaiswara

dan

latihan

dalam

penyusunan KTI.

subtansi yang diampunya melalui dan

Perlu ditegaskan, bahwa Orasi

mampu menuangkan ke dalam poses

Ilmiah merupakan salah satu bentuk

pengembangan materi ajarnya.

pertanggungjawaban akademis dan

kegiatan-kegiatan

akademis

Pengembangan profesi lain

etis atas jabatan profesi Widya

bagi Widyaiswara adalah melak-

iswara yang didasarkan pada Karya

sanakan Orasi Ilmiah sesuai dengan

Tulis Ilmiah hasil penelitian dan

spesialisasi bidang kediklatan bagi

kajian.

Widyaiswara Utama golongan IV/d

kegiatan formalitas semata, tetapi

dan IV/e serta bagi Widyaiswara

mempunyai makna yang penting,

Madya golongan IV/c yang akan

karena merupakan bagian integral

naik jabatan ke Widyaiswara Utama

dari perjalanan karier Widyaiswara

golongan IV/d.KTI yang diper-

yang

syaratkan harus dimuat dalam Jurnal

membutuhkan

87

Orasi

dalam

Ilmiah

bukanlah

pengerjaannya kerja

keras,


kreativitas, wawasan yang luas serta

sehingga peningkatan budaya ilmiah

kedalaman

menjadi

pun

melalui

Meskipun beberapa tahun berselang

orasi ilmiah ini, merupakan forum

selalu difasilitasi penyelenggaraan

yang sangat bergengsi sebagai bukti

Karya Tulis Ilmiah Widyaiswara

kepiawaian seorang Widyaiswara

sebagai

menuju

mendukung bahan Orasi Ilmiah,

ilmu

spesialisasinya,

yang

sehingga

jenjang

Widyaiswara

akan

berjalan

proses

beriringan.

awal

untuk

sudah selayaknya budaya menyusun

Utama.

Karya

Dengan ditekankannya kewa-

Tulis

Ilmiah

harus

sekedar

untuk

jiban Orasi Ilmiah bagi Widyaiswara

dibangun

Utama dan yang akan menduduki

persiapan orasi ilmiah tetapi lebih

Widyaiswara

diarahkan

Utama,

diharapkan

bukan

itu

untuk

perbaikan

dan

akan terwujud suatu tradisi ilmiah

pengembangan mutu pendidikan dan

di kalangan Widyaiswara untuk

pelatihan

memiliki wawasan yang luas akan

semakin

ilmu yang diampunya dan dapat

kebutuhan gap kompetensi Aparatur

memperdalam spesialisasi ajarnya,

Sipil Negara.

serta

mampu

bangkan

dalam

semakin

lama

berkembang

sesuai

Peran Instansi / Lembaga

mengem-

inovasi-inovasi

yang

Diklat

dalam

dalam

pembinaan

dan

proses transfer knowledge ke peserta

pengembangan widyaiswara dalam

didiknya.

mendukung

revolusi

mental

diantaranya :

Sudah mulai menjadi budaya Ilmiah, bahwa di Badan Diklat

1. Memberi dukungan termasuk

Provinsi Jawa Tengah setiap tahun

pengalokasian anggara dalam

selalu

pengembangan

menyelenggarakan

memfasilitasi

KTI

dan

Widyaiswara

Widyaiswara

kompetensi (Diklat

Teknis/

walaupun hanya untuk beberapa

Fungsional/lainnya).

orang.

Ke depan kiranya kesem-

Administrasi Negara juga sudah

patan pengembangan profesi ini

membuat perencanaan imple-

perlu

mentasi Kurikulim dan Diklat

dilakukan

penambahan,

88

Lembaga


Revolusi Mental bagi paratur

Diklat Provinsi Jawa Tengah

Sipil Negara, diawali dengan

masih sebatas Temu Ilmiah

diskusi,

dan

Widyaiswara dan Orasi Ilmiah.

diseminasi kurikulum dan silabi,

Sebenarnya masih banyak forum

TOT

temu

penyusunan

Widyaiswara

Substansi

ilmiah

lainnya

yang

Revolusi Mental di akhit rahun

sebenarnya sudah dilaksanakan

2015 dan awal tahun 2016, serta

tetapi

penyelenggaraan pendidikan dan

dilembagakan.

pelatihan revolusi mental di

mulai

tahun 2016.

disiapkan ke depan melem-

Mengacu pada

penyelenggaraan Facilitator

Training

(TOF)

masih

difikirkan

forum

lokakarya,

Diklat

Kiranya sudah

untuk

bagakan

of

belum

dan

seminar,

disemniasi

dan

kegiatan sejenisnya.

Prajabatan pada bulan Januari dise-

3. Mendorong peningkatan kom-

Revolusi

petensi / kapasitas Widyaiswara

Mental Bagi Widyaiswara di

dalam kegiatan penyelenggaraan

Badan Diklat Provinsi Jawa

dan pengembangan diklat di

Tengah di awal tahun 2016.

Instansi. Menjawab tantangan

Sesuai ketentuan yang berlaku

tentang konsep pengembangan

minimal 2 % dari dana APBD

revolusi mental di Jawa Tengah,

untuk

bagi

sudah sepatutnya agar Badan

kompetensi

Diklat Provinsi Jawa Tengah

2015,

kiranya

lenggarakan

perlu

TOT

dialokasikan

pengembangan

ikut berpartisipasi aktif guna

Aparatur Sipil Negara.

pelaksanaan

2. Memfasilitasi kegiatan Widya

revolusi

iswara (menyediakan Forum/

dalam

Diskusi Ilmiah Widyaiswara,

Meskipun

Pengembangan Media Penulisan

khusus dalam penyelenggaraan

KTI spt Jurnal /Majalah Ilmiah).

diklat revolusi mental, namun

Forum

substansi

diskusi

ilmiah

yang

mental

sudah difasilitasi oleh Badan

89

lingkup

mental

kediklatan.

belum

dan sudah

dirancang

ruh

revolusi

dan

sedang


dilaksankan

dalam

penye-

Dewanoro “Ing Ngarsa Sung

lenggaraan

diklat

Teknis,

Tuladha – Ing Madya Mangun

Fungsional dan Kepemimpinan,

Karsa – Tut Wuri Handayani”.

serta Diklat Prajabatan. Kiranya

Pimpinan sudah pada tempatnya

memungkinkan

untuk

harus saling menyapa, menegur

menyelenggarakan TOT Revo-

dengan tutur kata yang halus,

lusi

mengarahkan,

pula

Mental

widyaiswara

di

bagi

para

awal

tahun

anak

buah

membimbing maupun

semua

anggaran 2016 dan membuat

komponen dan aparatur diklat,

konsep Diklat Revolusi Mental

demikian sebaliknya anak buah

di anggaran perubahan APBD

pun

Provinsi Jawa Tengah Tahun

dengan

2016.

akan membawa suasana damai.

harus

mengimbanginya

dengan kearifan lokal

yang

Suasana

damai

kondusif agar para pegawai bisa

teraman

yang

berkembang

membawa suasana kondusif dan

4. Memberikan

iklim

(learning

orga-

dan tercipta

akan

nization). Terjalinnya sinergitas

kekeluargaan,

penyelenggara

sudah

bangun rasa kegotongroyongan

seyogyanya mengikuti ketentuan

dalam mewujudkan visi misi

Pergub Nomor 35 Tahun 2015

organisasi.

tentang

diklat

Sinergitas

sehingga

keten-

ter-

Pilar

Pengembangan Pegawai ASN

E. Penutup

dan

Revolusi mental akan dapat

Pemerintah

terbangun diawali dari perubahan

Provinsi Jawa Tengah. Filosofi

karakter (kembali kepada karakter

Jawa yang sangat kaya akan

orisinal bangsa

kearifan lokal yaitu saling asah

santun, berbudi pekerti, ramah, dan

– asih – asuh tampaknya perlu

bergotong

terus digelorakan seiring dengan

pemimpin, pendidik (widyaiswara),

filosofipendidikan

pelaksana

Berbasis Berintegritas

Kompetensi di

Ki

Hajar

90

Indonesia yang

royong)

mulai

(penyelenggara)

dari

dan


masyarakat (peserta dan masyarakat

bagi paratur Sipil Negara, diawali

umum) secara bersama dan tidak

dengan diskusi, penyusunan dan

dapat dilakukan secara terpisah.

diseminasi kurikulum dan silabi,

Perubahan karakter bangsa tersebut

TOT

diharapkan dapat menghancurkan

Revolusi Mental di akhit rahun 2015

korupsi, kolusi, nepotisme, etos

dan

kerja

penyelenggaraan

tidak

baik,

bobroknya

Widyaiswara

awal

tahun

Substansi

2016,

pendidikan

serta dan

pelatihan revolusi mental di tahun

birokrasi, hingga ketidaksiplinan.

2016.

Widyaiswara memiliki peran strategis sebagai pejabat fungsional

Sebuah tantangan bagi Badan

yang bertugas, tanggung jawab,

Diklat Provinsi Jawa Tengah guna

wewenang,

untuk

pelaksanaan revolusi mental dalam

melakukan kegiatan Dikjartih PNS,

lingkup kediklatan. Meskipun belum

Evaluasi dan Pengembangan Diklat

dirancang

pada Lembaga Diklat Pemerintah.

penyelenggaraan

Baik buruknya kualitas purnawidya

mental, namun substansi dan ruh

diklat salah satunya bergantung pada

revolusi mental sudah dan sedang

keberadaan dan peran Widyaiswara.

dilaksankan dalam penyelenggaraan

Tuntutan kompetensi yang standar

diklat

sangat dibutuhkan bagi seorang

Kepemimpinan,

Widyaiswara,

dan

hak

khusus

Teknis,

dalam

diklat

revolusi

Fungsional serta

dan Diklat

yang

ditunjukkan

Prajabatan. Kiranya memungkinkan

dengan kemampuan

berinovasi

pula untuk menyelenggarakan TOT Revolusi

untuk pengembangan kapasitas diri.

Mental

bagi

para

Pada tahun 2016 nanti sebagai

widyaiswara di awal tahun anggaran

tahun implementatif konsep revolusi

2016 dan membuat konsep Diklat

mental digulirkan serentak oleh

Revolusi

pemerintah. Lembaga Administrasi

perubahan APBD Provinsi Jawa

Negara

Tengah Tahun 2016.

juga

perencanaan

sudah

membuat

implementasi

Mental

di

anggaran

--------------------------

Kuri-

kulum dan Diklat Revolusi Mental

91


Pembinaan WidyaiswaraRakornas Diklat Aparatur Jakarta, tanggal 29-30 Oktober 2015, Kedeputian Diklat AparaturLembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LANRI) Jakarta Pusat. Peter L Berger, 1986 dan Hannah Arendt (1965)The Capitalist Revolution, dikutip dari bahan paparan Revolusi Mental pada Sosialisasi dan Disemninasi Kurikulum dan Modul Diklat Revolusi Mental, Pusdiklat Teknis dan Fungsional Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LANRI) Jakarta Pusat. Tommy F Awuy, 2015. Pandangan Akademis Revolusi Mental.pengajar Filsafat di Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya UI, Koran SINDO, Selasa 20 Oktober 2015. Widadi, 2015.Pengembangan dan Pembinaan SDM Aparatur (Pendekatan Paradigmatis. FGD Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah, 3 Maret 2015.

DAFTAR PUSTAKA Andi Taufik, 2015. Pendidikan Dan Pelatihan Revolusi Mental Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN), Sosialisasi dan Disemninasi Kurikulum dan Modul Diklat Revolusi Mental, Pusdiklat Teknis dan Fungsional Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LANRI) Jakarta Pusat, 11 Desember 2015. Hadiat, 2015.Revolusi Mental Bagi Aparatur Sipil Negara,Bahan Paparan Direktur Agama, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga, Kementerian BAPPENASJakarta Pusat, 11 Desember 2015. Heru Setiadhie, 2015. Sinkronisasi Program Diklat Tahun 2016.Paparan Kepala Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah pada Tanggal 16 Desember 2015. Joko Widodo, 2014. Revolusi Mental, Kompas 10-52014 Joko Widodo, 2015. Revolusi Mental,Kompas.Com, 22 September 2015. Lembaga Administrasi Negara, 2015.Dinamika Kebijakan

92


EVALUASI PROGRAM PELATIHAN Oleh : Wardi Astuti Abstrak Evaluasi program pelatihan seharusnya tidak hanya dilaksanakan setelah kegiatan selesai, tetapi sebaiknya dilaksanakan di awal pelaksanaan, yaitu mulai dari rancangan program pelatihan, di tengah (pada saat pelaksanaan) dan setelah pelatihan selesai (hasil dari pelatihan). Penilaian hasil pelatihan tidak hanya pada hasil jangka pendek (output) tetapi dapat mengetahui hasil dalam jangka panjang (outcome dan impact program). Ada berbagai model evaluasi program pelatihan yang dapat dipilih, tergantung dari tujuan evaluasi dan kemampuan evaluator.Siapapun yang tugaskan menjadi evaluator, agar hasil evaluasi dapat maksimal maka kompetensi evaluator harus dipertimbangkan. Kompetensi evaluator meliputi; kompetensi teknis, kompetensi manajerial, kompetensi konseptual dan kompetensi bidang studi. Kata Kunci : model evaluasi, pelatihan, kompetensi digunakan untuk mengembangkan

A. Pendahuluan Manusia

merupakan

kemampuan tersebut adalah dengan

asset

program pendidikan dan pelatihan.

utama yang dimiliki oleh suatu

Ada

organisasi, yang dijadikan objek dan juga

subjek

dalam

banyak

definisi

dari

Pendidikan dan Pelatihan (Diklat),

oraganisasi.

dan secara sederhana Diklat dapat

Manusia merupakan makhluk yang

didefinisikan sebagai upaya untuk

dapat berkembang sesuai dengan

meningkatkan Pengetahuan (know-

kapasitas yang dimilikinya. Kemam-

ledge), Ketrampilan (skills) dan

puan yang dimiliki oleh manusia

Sikap

haruslah senantiasa dikembangkan

(attitude)

atau

disingkat

dengan istilah PKS atau sering juga

karena jika tidak maka kemungkinan

disebut kompetensi. Dari definisi

akan terjadi kemunduran bahkan

tersebut

statis. Salah satu cara yang dapat

maka

tujuan

dari

diselenggarakannya program diklat

93


meningkatkan

apakah tujuan diklat telah tercapai

dari peserta

atau bagaimana pengaruh program

diklat, yang pada akhirnya dapat

pelatihan terhadap perubahan PKS

dipergunakan oleh peserta pelatihan

peserta diklat dikenal dengan istilah

tersebut

evaluasi diklat.

adalah

untuk

kompetensi (PKS)

dalam

pekerjaannya

pelaksanaan

sehari-hari,

harapan

pelaksanaan

instansi

tempat

diklat dapat dilakukan sejak awal

dengan

tugas

peserta

Proses evaluasi

dari

perencanaan program diklat, pada

diklat

saat pelaksanaan diklat berlangsung,

tersebut dapat lebih meningkat dan

setelah

optimal.

diklat, atau setelah jangka waktu

Ada pendapat lain yang

selesai

seluruh

mengatakan bahwa tujuan program

tertentu

diklat

ketempat tugas masing- masing.

untuk

meningkatkan

Proses

kompetensi, untuk mencapai tingkat kompetensi

tertentu

sejak

program

kembali

evaluasi

program

diklat tidak dapat berdiri sendiri

yang

dipersyaratkan, atau untuk menutup

sendiri,

kesenjangan

merupakan

(GAP)

peserta

kompetensi

proses

evaluasi

sebuah

diklat

proses

yang dari

antara yang dimiliki saat ini dengan

berkesinambungan

mulai

kompetensi yang dituntut untuk

perencanaan

(penyusunan

mampu

melaksanakan

kurikulum),

pekerjaan

secara

pemahaman

tugas

efektif.

terhadap

diklat

Persiapan

diklat

–

menetapkan peserta, jadwal fasilitas,

Dari

widyaiswara

pendidikan

serta

alat

bantu

dan pelatihan serta tujuan dari

pembelajaran lainnya, pada saat

pendidikan dan pelatihan, maka

pelaksanaan dan penyelenggaraan

menjadi penting untuk mengetahui

diklat,

apakah tujuan program pelatihan

evaluasi diklat itu sendiri. Bahkan

telah tercapai?Bagaimana dampak

ada

atau pengaruh pelatihan terhadap

bahwa proses evaluasi diklat baru

peningkatan kompetensi pegawai

akan berhasil, jika proses diklat

setelah

program

secara keseluruhan berjalan dengan

diklat.Kegiatan untuk mengetahui

baik, mulai dari tahap awal sampai

mengikuti

94

sampai

pendapat

kepada

yang

kegiatan

mengatakan


dengan berakhirnya proses kegiatan

keseluruhan

belajar

terdahulu.

mengajar,

dan

terdapat

9

tahapan

Prinsip

dari

yang evaluasi

lingkungan yang kondusif untuk

diklat adalah melakukan evaluasi

mengimplementasikan hasil kegiat-

terhadap

an diklat dalam pekerjaan sehari-

kegiatan diklat dari awal sampai

hari Kirkpatrick mengatakan bahwa

pada akhirnya. Sebagai contoh pada

proses evaluasi diklat adalah satu

tahapan 1 menentukan kebutuhan.

kesatuan

Maka

proses

mulai

dari

keseluruhan

evaluasi

proses

diklat

untuk

pada

melakukan evaluasi tahapan pertama

pelaksanaan program diklat yang

ini adalah mengevaluasi kembali

terdiri dari 10 (sepuluh) tahapan

apakah

proses 1. Menentukan kebutuhan

pelatihan

2.Menetapkan tujuan 3.Menentukan

program pelatihan yang diberikan ?

isi

perencanaan

materi

pelatihan

sampai

kebutuhan sudah

dari

peserta

sesuai

dengan

4.Memilih

peserta

Apakah kebutuhan dari manager

5.Menentukan

jadwal

atau instansi yang mengirimkan

pelatihan 6.Memilih fasilitas/sarana

peserta

pelatihan

dipenuhi dalam program pelatihan

yang

paling

sesuai

pelatihan

7.Memilih pelatih yang paling sesuai

ini?Apakah

8. Memilih dan menyiapkan alat

diajarkan

bantu audio visual 9. Koordinasi

sesuai

dengan

program

petensi

yang

pelatihan

10.Evaluasi

sudah

kompetensi dalam pelatihan

dapat

yang telah

kebutuhan

kom-

dibutuhkan

dalam

pelaksanaan pekerjaan sehari-hari ?

program pelatihan.

Demikian juga pada tahapan kedua –

Walaupun Kirkpatrick menempatkan evaluasi program diklat

menetapkan

pada bagian akhir dari 10 tahapan

evaluasi diklat termasuk evaluasi

proses diklat, evaluasi keberhasilan

purna diklat harus mampu untuk

program diklat dimulai dari tahapan

mengevaluasi

yang paling awal sekali. Bahkan

tujuan pelatihan telah sesuai ?

proses

Apakah

evaluasi

diklat

sangat

tujuan

apakah

tujuan

pelatihan,

penetapan

pelatihan

telah

memperhatikan kebutuhan pelatihan

ditentukan oleh keberhasilan dari

95


? Apakah tujuan pelatihan telah

pengambilan keputusan (decision

memperhatikan aspek kompetensi

making). Ketiga istilah ini berkaitan

yang

Apakah

erat dan merupakan suatu rangkaian

penetapan tujuan pelatiahn telah

aktivitas dalam evaluasi dalam dunia

memperhatikan komposisi dari PKS

kediklatan.

ingin

dicapai?

Pengukuran

?. Demikian seterusnya sampai pada tahapan

evaluasi

itu

sendiri.

prosedur

untuk

Misalnya

adalah

apakah

proses

informasi

atau

adalah

suatu

mendapatkan data

secara

evaluasi selama pelaksanaan diklat

kuantitatif, dengan pemberian angka

telah mengukur kompetensi yang

kepada suatu sifat atau karakteristik

hendak dicapai ? Apakah materi

tertentu

pelatihan telah dievaluasi secara

berdasarkan aturan tertentu. Hasil

memadai ? Bagaimana mengenai

pengukuran berupa data kuantitatif

evaluasi peserta pelatihan? Mulai

dalam bentuk angka- angka (skor).

dari penetapan peserta sampai pada

Oleh karena itu, dalam pengukuran

pencapaian pelaksanaan pelatihan?

dibutuhkan

kepada

seseorang

adanya

alat

ukur

(instrumen) yang digunakan untuk B.

Pengukuran, Penilaian dan

mengumpulkan

Pengambilan Keputusan

pengukuran

proses

sistematik

suatu

konteks

evaluasi

program. di

hasil

dapat

dipakai

Penilaian adalah kegiatan untuk

lingkungan

mengetahui apakah suatu program telah berhasil dan efisien. Penilaian

memiliki arti berbeda karena tingkat

bersifat kualitatif untuk menentukan

penggunaan yang berbeda, yaitu

apakah

istilah pengukuran (measurement), (evaluation)

pengukuran

untuk penilaian atau evaluasi.

Dalam

diklat, terdapat tiga istilah yang

penilaian

obyektif.

atau baik buruknya sesuatu, tetapi

untuk

mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi

adalah

dari

Pengukuran tidak membuahkan nilai

Secara umum evaluasi adalah suatu

data.Sifat

sesuatu

(seseorang)

tergolong kategori baik atau kurang,

dan

tepat atau tidak tepat, dan kualitas

96


lainnya.Penilaian adalah

pada

pemberian

memerlukan hasil penilaian yang

dasarnya

baik.

pertimbangan atau

Dalam perspektif critical event

angka-angka yang diperoleh melalui

models, evaluasi merupakan bagian

pengukuran.

demikian

yang tak terpisahkan dari seluruh

dalam pertimbangan memuat faktor-

tahapan siklus diklat. Pada konteks

faktor yang bersifat subyektif dalam

ini

kadar tertentu (relatif).

setiap tahapan mulai dari analisis

(judgement)

terhadap

skor

Dengan

evaluasi

dilakukan

terhadap

kebutuhan diklat, pelaksanaan diklat

Pengambilan keputusan (kebijakan) adalah tindakan yang diambil

sampai

oleh

pelaksanaan atau pasca diklat.

seseorang

atau

lembaga

dengan

setelah

selesai

berdasarkan data (informasi) yang telah diperoleh dengan memasukkan

C. Model-model Evaluasi

berbagai pertimbangan.

1.

Dari pengertian tersebut, jelas terlihat

adanya

berbeda.

tingkatan

Pengukuran

membuahkan buruknya

nilai

sesuatu,

Merupakan

yang

pelatihan

tidak

atau

baik

tetapi

hasil

penilaian.

memerlukan

data

empat

hasil

demikian,

(reactions),

(results).

menutup

level

pembelajaran

reaksi (lear-

Keempat

level

dapat

Tahap evaluasi pertama yang dilakukan segera setelah pelatihan

pengambilan yang

adalah

Level 1: Reactions

oleh pengkuran. Demikian pula

keputusan.Keputusan

membuat

dirinci sebagai berikut :

dilakukan meskipun tanpa didahului

dengan

dalam

ning), perilaku (behavior) dan hasil

kemungkinan bahwa penilaian tetap

halnya

oleh Donald L.

level

tersebut

baik

pengukuran.Namun tidak

dikembangkan

kategori hasil pelatihan. Empat level

mutunya dan salah satu sumbernya adalah

yang

evaluasi

Kirkpatrick dengan menggunakan

Penilaian yang

model

pertama kali

pengukuran dapat dipakai untuk membuat

Model Empat Level

selesaidiberikan

baik

97


Logistik

Umumnya ditujukan untuk

:

layak

konsumsi

yang

mengukur tingkat kepuasan peserta

akomodasi

terhadap

pelatihan.

diberikan serta fasilitas pelatihan

mudah

lainnya. Walaupun kelihatan sepele,

Paling

pelaksanaan sederhana

dilakukan check

dan

dengan

list.

akomodasi

menggunakan

Beberapa

hal

dan

seberapa

dan

konsumsi

dapat

mempengaruhi konsentrasi. Instruk-

yang

tur/fasilitator : seberapa trampil

penting untuk dievaluasi adalah:

mereka memberikan pelatihan. Hal

Isi pelatihan : seberapa jauh isi pelatihan sesuai dengan tujuan yang

ini

ditetapkan, baik dari segi keragaman

pemahamannya

maupun

yang

pelatihan, kemampuan melakukan

dibahas. Kualitas materi : seberapa

presentasi materi dan kemampuan

baik kualitas materi yang dibagikan,

mengelola situasi selama pelatihan.

presentasi audio dan visual yang

Level 2: Learning

kedalaman

topik

Kualitas

selama materi

kedalaman

terhadap

materi

mudah dilakukan, yang biasanya

pelatihan. yang

dari

Tahap evaluasi ini pun relatif

disajikan, dan peralatan lain yang digunakan

bergantung

pada

baik

jam

terakhir

pelatihan.

menimbulkan kesan bahwa peserta

Tujuannya

mengikuti pelatihan yang bergengsi

pemahaman

dan bukan pelatihan “asal-asalan�

pelatihan.

saja.

pelatihan tidak dapat memahami materi

Metode pelatihan : seberapa

mengukur peserta Jika

tingkat

atas

seorang

pelatihan,

materi peserta

bagaimana

yang

mungkin ia dapat mengaplikasikan

yang

perubahan

dalam

kinerjanya?

dibahas. Contoh, Diklat TOEFL

Beberapa

metode

diantaranya

Preparation harusnya lebih banyak

memberikan tes tertulis atau studi

dilakukan dalam metode simulasi,

kasus

latihan praktek dengan komputer

Simulasi

dibanding ceramah saja.

misalnya dengan role play. Paling

sesuai

metode

digunakan

pelatihan

dengan

topik

pada pun

peserta

pelatihan.

dapat

dilakukan,

sederhana adalah meminta peserta

98


melakukan refleksi atau presentasi

Jika implementasi tidak sesuai

berupa rangkuman atas apa yang

dengan harapan, analisis lebih lanjut

telah dipelajarinya.

perlu dilakukan.Misalnya, adakah

Level 3: Behavior / Application

kesempatan

mengukur

peserta

pelatihan

apa

implementasi di

peserta

untuk

melakukan implementasi ? Faktor

Tahap evaluasi ini ditujukan untuk

bagi

saja

yang

mendukung

pekerjaan

implementasi terjadi? Lalu faktor

sehari-hari.

Informasi

yang

apa yang menghambat dan perlu

dibutuhkan

adalah: Tugas

yang

diatasi? Faktor yang mendukung di

dikerjakan : proyek atau kegiatan

antaranya adalah infrastruktur yang

rutin yang dilakukan sebagai bukti

memadai, atasan yang terbuka, tim

konkrit

kerja yang solid, dll. Sementara

dari

peningkatan setelah

implementasi peserta

faktor yang menghambat adalah

pelatihan.

waktu yang sempit, dana yang

kemampuan

mengikuti

terbatas,

resistensi

mengikuti pelatihan negosiasi dapat

perubahan,

dll.

menyebutkan proyek tender yang

ditemukan kemalasan peserta sendiri

berhasil dimenangkannya.

sebagai faktor penghambat.

Contohnya,

peserta

yang

telah

terhadap

Jangan

sampai

Level 4: Results / Impact

Tim yang terlibat : pihak-pihak

Tahap

yang mendukung kesuksesan dari

ini

ditujukan

tugas tersebut. Informasi ini perlu

mengukur

diketahui untuk menilai seberapa

terhadap

besar

organisasi secara keseluruhan.Data

peran

peserta

dalam

dampak

untuk

kelompok

pelatihan kerja

atau

historis (awal) harus tersedia untuk

kesuksesan tersebut.

melakukan

Waktu penerapan : kapan dan

evaluasi

tahap

ini.

berapa lama implementasi tersebut

Beberapa aspek yang diukur antara

dilakukan.

lain:

Jika

peserta

terlibat

-

dalam proyek, maka ada batasan waktu

tertentu.Berbeda

Tangible, mencakup: (1) hasil kerja,

dengan

seperti

frekuensi,

pengerjaan tugas rutin.

99

produktivitas,

kecepatan,

keun-


tungan, % penyelesaian, (2)

kondisi aktual, masalah-masalah dan

kualitas

deviasi,

peluang yang melayani pembuatan

kecelakaan, komplain, produk

keputusan berjalan, berupa diag-

gagal, (3) biaya, seperti biaya

nostik

operasional, pengeluaran men-

kesenjangan antara tujuan dengan

dadak,

dampak ingin dicapai.

seperti

(4)

waktu,

seperti

Intangible,

menemukan

Masukan (input) berfokus pada

efisiensi, lembur. -

yakni

mencakup:

(1)

kemampuan

sistem,

strategi

kebiasaan kerja, seperti absensi,

pencapaian

kelalaian, tepat waktu, (2) iklim

disain

kerja,

cangan yang melayani pembuatan

seperti

komitmen,

tujuan, implementasi

dan cost-benefit dari

pengunduran diri, kerja sama,

keputusan

(3)

tujuan-tujuan operasional.

keterampilan,

pengetahuan,

seperti

tentang

Proses

pemahaman,

perumusan

(process)

fokus

kepuasan

kepuasan

informasi untuk day-to-day decision

pelanggan, (5) inisiatif, seperti

making untuk melaksanakan prog-

saran,

ram, mambuat catatan atau “record�,

penetapan

tujuan,

dan

2. Model CIPP CIPP

menyediakan

atau merekam pelaksanaan program

rencana strategis.

Model

yaitu

memiliki

aplikasi, (4) kepuasan, seperti kerja,

lain,

ran-

dikembangkan

mendeteksi

atau

pun

meramalkan pelaksanaan program.

oleh Daniel Stufflebeam’s, meru-

Produk (product) berfokus pada

pakan model untuk menyediakan

mengukur pencapain tujuan selama

informasi bagi pembuat keputusan,

proses dan pada akhir program.

jadi tujuan evaluasi ini adalah untuk

3. Model

membuat

keputusan.

Komponen

process dan

Context (konteks) pendekatan

product.

berfokus

sistem

dan

(Return

On

Investment)

model evaluasi ini adalah context, input,

ROI

Model angkan

ROI oleh

yang Jack

dikembPhillips

pada

merupakan level evaluasi terakhir

tujuan,

untuk melihat cost-benefit setelah

100


pelatihan dilaksanakan. Kegunaan

waktu, biaya dan analisis data yang

model ini agar pihak manajemen

akurat untuk keberhasilan evaluasi

melihat pelatihan bukan sesuatu

ini.

yang mahal dan hanya merugikan

mengisolasi pengaruh pelatihan, ada

pihak

tiga strategi yang dengan mudah

keuangan,

akan

tetapi

Salah

satu

cara

adalah

pelatihan merupakan suatu investasi,

diperhitungkan yaitu :

sehingga

dengan

a. Perbandingan antara kelompok

menggunakan hitungan yang akurat

peserta dan kelompok bukan

keuntungan yang dapat diperoleh

peserta.

Kinerja

antara

setelah melaksanakan pelatihan. Hal

kelompok

peserta

pelatihan

ini

dapat diperbandingkan dengan

dapat

tentunya

gambaran

dilihat

dapat

lebih

memberikan apabila

kelompok lain yang setara dan

ternyata dari hasil yang diperoleh

belum mendapatkan pelatihan.

ditemukan bahwa pelatihan tersebut

Contohnya,

tidak memberikan keuntungan baik

telepon

bagi peserta maupun bagi lembaga.

kelompok resepsionis peserta

Model

pelatihan

evaluasi

tambahan

dari

luas,

ini model

merupakan evaluasi

cara

yang

Bertelepon

menjawab

masuk

Sopan

dari

Santun

dibandingkan

Kirkpatrick yaitu adanya level ROI

dengan kelompok yang belum

(level 5), pada level ini ingin melihat

mendapatkan pelatihan. Secara

keberhasilan dari suatu program

kualitatif, cara menjawab yang

pelatihan dengan melihat dari Cost–

lebih baik dapat disimpulkan

Benefit-nya, sehingga memerlukan

disebabkan

data yang tidak sedikit dan harus

tersebut.

akurat untuk menunjang hasil dari

ROI

paling

pelatihan

b. Perbandingan antara sebelum dan

evaluasi pelatihan yang valid. Tahap

oleh

sesudah

pelatihan.

Kinerja

sulit

antara sebelum dan sesudah

dilakukan.Tujuannya adalah untuk

pelatihan dari kelompok yang

mengevaluasi nilai balik modal dari

sama diperbandingkan. Contoh-

pelaksanaan

nya, penjualan retail sebelum

pelatihan.Dibutuhkan

101


pelatihan

direct

selling

tersebut,

ahli

dibandingkan dengan penjualan

evaluasi atau evaluator mempunyai

setelah

konsep yang berbeda dalam halini.

pelatihan.Tentu

saja

Brinkerhoff Cs mengemukakan

analisis yang dilakukan juga perlu

memperhatikan

tren

tiga

golongan

evaluasi

yang

kenaikan atau penurunan tanpa

disusun berdasarkann penggabungan

adanya pelatihan.

elemen-elemen yang sama, seperti

c.

Estimasi

peserta

terhadap

evaluator -evaluator

yang

lain,

presentase pengaruh pela-tihan.

namun dalam komposisi dan versi

Inilah perhitungan yang paling

mereka sendiri sebagai berikut :

mudah

1. Fixed vs Emergent Evaluation

dilakukan.

Peserta

diminta

untuk

Design

mengungkapkan berapa per-

Desain

sentase

(fixed)

pelatihan

pengaruh

pelatihan

evaluasi

yang

tetap

ditentukan

dan

terhadap perbaikan kinerjanya.

direncanakan secara sistematik

Con-tohnya,

sebelum

peserta

an Interconnecting

4.

masing-masing

pelatihNetwork

jakan.

implementasi Desain

diker-

dikembang-

Device melaporkan bahwa 70%

kan berdasarkan tujuan program

keberhasilan mengerjakan pro-

disertai seperangkat pertanyaan

yek Wireless Connection diseb-

yang

abkan oleh aplikasi pelatihan.

informasi yang akan diperoleh

Sisanya,

dari

30% lainnya

oleh

akan

dijawab

sumber-sumber

dengan

tertentu.

faktor-faktor lain, seperti proses

Rencana

belajar sendiri, umpan balik

sebelumnya dimana si pemakai

atasan

akan menerima informasi seperti

Evaluasi model Brinkerhoff

yang telah ditentukan

Setiap desain evaluasi pada

tujuan.

umumnya

terdiri

dari

elemen-

analisis

Walaupun

dibuat

dalam desain

fixed ini lebih terstuktur daripada

elemen yang sama, banyak cara

desain emergent,

untuk

juga dapat disesuaikan dengan

menggabungkan

elemen

102

desain

fixed


mungkin

manfaat suatu program sehingga

berubah. Kebanyakan evaluasi

dari hasil evaluasi akan dapat

formal

ditentukan suatu program tertentu

kebutuhan

yang

yang

individu

dibuat

dibuat

desain

fixed,

secara

akan diteruskan atau dihentikan.

berdasarkan kaena

Pada evaluasi sumatif difokuskan

tujuan

progam telah ditentukan dengan

pada

jelas sebelumnya, dibiayai dan

dianggap penting bagi sponsor

melalui

program maupun pihak pembuat

usulan

atau

proposl

variable-variabel

yang

keputusan. Evaluator luar atau

evaluasi.

tim reviu sering dipakai karena

2. Formative vs Sumative Evaluation Evaluasi

formatif

digunakan

evaluator

internal

kepentingan yang

untuk

memperoleh

informasi

mempunyai

yang

dapat

membantu

berbeda.

memperbaiki

Waktu

dapat

pelaksanaan

evaluasi sumatif terletak pada

program. Evalusi

formatif dilaksanakan pada saat

akhir

implementasi program sedang

Strategi pengumpulan informasi

berjalan.Fokus evaluasi berkisar

akan memaksimalkan validitas

pada kebutuhan yang dirumuskan

eksternal

dan

oleh karyawan atau orang-orang

mungkin

dikumpulkan

program.

waktu yang cukup lama.

Evaluator

sering

implementasi

internal

dari pada

3. Experimental

program dan kerjasama dengan

experimental

orang-orang program. Strategi

Naural/Unotrusive

pengumpulan informasi mung-

Beberapa

kin

merupakan bagian

dalam

and

Quasi

Design

evaluasi

yang

vs

memakai

dipakai

tetapi

metodologi

pada

usaha

Dalam hal seperti ini subyek

yang

penelitian

diacak,

secepatnya bagi per-

diberikan

dan

juga

penekanan memberikan berguna

program.

informasi

penelitian

klasik.

perlakuan pengukuran

baikan program. Evaluasi sumatif

dampak dilakukan. Tujuan dari

dilaksanakan

penelitian

untuk

menilai

103

untuk

menilai


manfaat suatu

pelatihan,

program yang

kita

melakukan

dicobakan. Apabila siswa atau

perbandingan yang relatif antara

program dipilih secara acak,

program dengan program yang

maka generalisasi dibuat pada

lain

populasi yang agak lebih luas.

absolut yaitu membandingkan

Dalam beberapa hal intervensi

suatu program dengan standar

tidak mungkin dilakukan atau

tertentu. Penekanan yang umum

tidak

dikehendaki.

Apabila

atau hal yang penting dalam

proses

sudah

diperbaiki,

model ini adalah bahwa evaluator

melihat

yang membuat penilaian tentang

dokumen-dokumen, seperti mem-

program yang dievaluasi. Stake

pelajari

atau

mengatakan bahwa description di

yang

satu

evaluator

harus

nilai

menganalisis dilakukan Strategi

tes

penelitian dan

pihak

berbeda

yang

dengan

judgement di lain fihak. Dalam

sebagainya.

pengumpulan

atauperbandingan

model ini antecendent (masukan)

data

terutama menggunakan instru-

transsaction

(proses)

dan

ment formal seperti tes, survey,

outcomes

(hasil)

data

kuesioner serta memakai metode

dibandingkan tidak hanya untuk

penelitian yang terstandar.

menentukan

apakah

ada

perbedaan antara tujuan dengan

5. Evaluasi model Stake (Model Countenance)

keadaan yang sebenarnya, tetapi

Stake menekankan adanya dua

juga

dasar kegiatan dalam evaluasi,

standar

yaitu description dan judgement

menilai manfaat program.

dibandingkan yang

dengan

absolut

untuk

dan membedakan adanya tiga tahap dalam program pelatihan,

D. Langkah-langkah

Evaluasi

yaitu antecedent (context), tran-

Program Pelatihan

saction (process) dan outcomes.

Dalam mengadakan evaluasi

Stake mengatakan bahwa apabila

terhadap program pelatihan secara

kita menilai

sistematis

suatu

program

104

pada

umumnya


dilaksanakan

dengan4

langkah, yaitu : 1)

(empat)

penyusunan

desain evaluasi; 2) pengembangan

kesepakatan

dengan

pihak

penyandang dana (sponsor). 2. Pengembangan

Instrumen

instrumen pengumpulan data; 3)

Pengumpulan Data

pengumpulan data, menafsirkan dan

Setelah metode pengumpulan

membuat

data

judgement,

serta;

4)

ditetapkan,

langkah

penyusunan laporan hasil evaluasi.

selanjutnya adalah menentukan

1. Penyusunan Desain Evaluasi

bentuk instrument yang akan

Langkah evaluasi

dalam

digunakan serta kepada siapa

menyusun

instrumen tersebut ditujukan

yang

(responden). Kemudian selan-

pertama adalah

rencana

evaluasi

menghasilkan desain evaluasi.

jutnya

Pada

butir-butir

langkah ini

evaluator

perlu

dikembangkan

dalam

instrumen.

mempersiapkan segala sesuatu

Berbagai pertimbangan menge-

yang

dengan

nai berapa banyak informasi

mulai

yang akan dikumpulkan, instru-

berkaitan

pelaksanaan

evaluasi,

menentukan tujuan evaluasi,

men

model yang akan digunakan,

menghadapi

informasi yang akan dicari serta

gunakan instrumen baku dari

metode

instrumen

pengumpulan

dari

dikembangkan

sendiri,

ataupun

yang

meng-

sudah

ada

analisis data. Apabila langkah

sebelumnya.

pertama dapat menghasilkan

roleh data yang valid maka

desain evaluasi yang cukup

instrumen

komprehensif dan rinci, maka

harus memperhatikan masalah

sudah dapat dijadikan sebagai

validitas dan realibilitas. Selain

acuan kegiatan evaluasi yang

hal tersebut, masalah efisiensi

akan dilaksanakan. Rancangan

dan

atau desain evaluasi biasanya

diperhatikan. Jenis-jenis instru-

disusun oleh evaluator untuk

men

dijadikan bahan mengadakan

digunakan

105

Untuk mempe-

yang

efektivitas

yang

digunakan

harus

paling untuk

tetap

sering mengum-


pulkan data dalam evaluasi

ambilan

program diklat adalah dalam

yang benar. Berdasarkan data

bentuk tes, angket, kuesioner,

yang dikumpulkan kemudian

ceklist

wawan-

dianalisis dan dibuat judgement

sendiri

berdasarkan kriteria maupun

cara,

pengamatan, dan

evaluator

(sampling)

standar yang telah ditetapkan

sebagai instrumen (kualitatif). 3. Pengumpulan Data, Analisis

sebelumnya.

Dari

hasil

judgement kemudian disusun

dan Judgement Langkah

sampel

ketiga

merupakan

rekomendasi

kepada

tahapan pelaksanaan dari apa

lenggara

yang

maupun pihak-pihak lain yang

telah

dirancang

pada

kegiatan

penyepelatihan

langkah pertama dan kedua.

mempunyai

Pada

dengan kegiatan diklat.

langkah

ketiga

ini

kepentingan

evaluator turun langsung ke “

Langkah ketiga ini merupakan

lapangan� untuk merealisasi-

proses penting / pokok dari

kan/aktualisasi

kegiatan

evaluasi

desain yang telah dibuat, mulai

diklat

dimana

dari

komunikasi

rancangan/

mengumpulkan

dan

antara

program terjadi evaluator

megin-

dengan obyek evaluasi. Hal

terpretasikan, dan menyajikan

yang harus diperhatikan oleh

dalam bentuk

mudah

evaluator pada tahap ini adalah

komunikatif.

masalah etika dan penguasaan

Pengumpulandata dapat dila-

“setting� atau latar belakang

kukan pada seluruh populasi

dimana evaluasi dilaksanakan.

menganalisis

dipahami

dan

data,

yang

maupun dengan menggunakan

4. Penyusunan

sampel. Apabila menggunakan

Evaluasi

sampel

re-

Penyusunan laporan merupakan

presentatif atau dapat mewakili

langkah atau kegiatan terakhir

populasi, oleh karena itu harus

evaluasi

menggunakan

Laporan disusun sesuai dengan

maka

harus

teknik

peng-

106

Laporan

program

Hasil

diklat.


kesepakatan

kontrak

yang

kepada pemilik program.

ditandatangani. Misalnya dalam

yang

kontrak

alternatif evaluator, pertimbangan

disepakati

bahwa

harus

Hal-hal

laporan dibuat dua jenis laporan

penentuan,

dengan sasarat atau penerima

evaluator.

laporan yang berbeda. Dapat

diperhatikan

dan

adalah

kompetensi

1. Alternatif Penentuan Evaluator

disepakati

pula

bahwa

Penentuan tentang siapa yang

penyampaian

laporan

secara

akan berperan sebagai evaluator

tertulis dan ada kesempatan

sangat penting dan menentukan

untuk

dalam

pemaparan

presentasi.

atau

Langkah terakhir

kegiatan

Membuat

evaluasi.

keputusan

tentang

ini erat kaitannya dengan tujuan

siapa yang akan mengambil

diadakannya evaluasi.

bagian

Oleh

sebagai

evaluator

karena itu gaya dan format

terkadang menimbulkan pilihan

penyampaian

yang dilematis.

laporan

harus

Pertanyaan-

disesuaikan dengan penerima

pertanyaan yang muncul ketika

laporan (sasaran).

memikirkan siapa berperan adalah

E. Evaluator Program Diklat Keberhasilankegiatan evaluasi program

diklat

ditentukan

oleh

melaksanakan evaluator. yang

dan

berkepentingan untuk

sangat

Apakah

evaluator

berasal dari dalam atau dariluar organisasi ?. Apakah evaluator merupakan

sebuah

evaluasi

atau

atau tim?.

Apakah evaluator

oleh

pemilihan

dengan

sangat

individu

merupakan tenaga paruh waktu (part-time) atau bekerja penuh

yang

(full-time) ?. Apakah evaluator

program

merupakan tenaga amatir atau

evaluasi.

profesional ? Jawaban dari

orang-orang

melaksanakan

ini

evaluator

yang

Penentuan siapa yang akan menjadi evaluator

sebagai

siapa

Evaluator adalah orang

dipercaya

program

akan

:

yang akan

tergantung

107

setiap

pertanyaan

tersebut


mengarah

kepada

pemilihan

sudah mengetahui organisasi dengan

dan penentuan evaluator. 2. Pertimbangan dalam Penentuan

baik,

dapat

mengetahui reputasi, status

Evaluator

dan kredibilitas organisasi

Berikut ini berbagai pertim-

tempatnya

bekerja.

Ia

bangan yang dapat dijadikan

memiliki

hubungan

yang

pedoman sebelum menentukan

baik dengan staf, memahami

evaluator.

Pertim-bangan ini

saluran komunikasi dalam

berkaitan

dengan

organisasi.

masalah

kelebihan dan kekurangannya

Kelemahan orang dari dalam

atau

adalah

terjadinya

karena

benturan

keunt-ungan

dan

kerugiannya.

bias kepen-

antara

tingan, mungkin evaluator

evaluator orang dalam atau

tidak memiliki ketrampilan,

orang luar

atau pekerjaan evaluasi yang

Orang dalam adalah orang

dilaksanakannya terganggu

yang berasal dari bagian

oleh

atau institusi penyelengara

akibatnya

program

dapat

a. Pertimbangan

diklat,

dan

tugas

lain

dan

evaluator

tidak

menepati

waktu.

biasanya mereka telah ikut

Sebaliknya bila evaluator

dalam proses pengembangan

dipilih dari orang luar, maka

dan pelaksanaan program

kelebihannya mereka dapat

pelatihan. Sedangkan yang

bersikap

dimaksud orang luar adalah

bertindak sebagai pengamat

mereka

yang

independent, obyektif seba-

sebagai

evaluator

berperan yang

netral,

dapat

gai pengamat, dan lebih

berasal dari luar bagian atau

kompeten

institusi

evaluasi. Kekurangan eva-

penyelenggara

program diklat.

Kelebihan

orang dalam adalah mereka

108

luator

dari

dalam

luar

teknik

adalah

mereka kurang akrab dengan


budaya

organisasi,

tim

dan

mengenal tatacara yang ada

membutuhkan biaya yang

di organisasi yang dimasuki,

tidak sedikit.

dan

b.

pembentukan

tidak

tidak

menutup

c.

Pertimbangan

antara

kemungkinan pemilihannya

evaluator paruh waktu (part-

karena berdasarkan pesanan

time) dan evaluator penuh

dan rekomendasi.

waktu (full-time)

Pertimbangan antara eva-

Evaluator paruh waktu dan

luator individual dan tim

evaluator

Kedudukan evaluator indi-

masing-masing

vidual

atau

perorangan

kelebihan dan kelemahan.

adalah

adanya

kejelasan

Kelebihan apabila evaluator

tentang siapa yang harus

bekerja penuh waktu adalah

bertanggungjawab, sedang-

pekerjaan

kan kekurangannya adalah

dengan baik, ketepatan dan

keberhasilan atau kegagalan

arus

evaluasi

tergantung pada evaluator,

tergantung

pada

penuh

waktu memiliki

terorganisir

informasi

tidak

satu orang tanpa bantuan

sedangkan

orang

Apabila

adalah biaya relatif lebih

evaluator ditentukan oleh

mahal, mengurangi kesem-

tim

patan

lain.

kelemahannya

partisipasi

dalam

adalah adanya pembagian

kegiatan evaluasi.

Kele-

tugas dan tanggung jawab

bihan

evaluator

bekerja

yang jelas. Evaluator terdiri

paruh

waktu

dapat

dari beberapa orang atau

melibatkan berbagai keahli-

gabungan

dengan

an dalam waktu yang tidak

berbagai keahlian sehingga

terlalu lama dan dimung-

bisa

kinkan pengguna tenaga ahli

maka

kelebihannya

orang

saling

melengkapi.

Kelemahan evaluator

tim

adalah perlu waktu untuk

109

dari

luar,

sementara

kelemahannya adalah waktu


kerjanya

d.

singkat

tidak

tang

evaluasi

akibatnya

memungkinkan untuk mem-

dapat menurunkan obyek-

perlajari permasalahan se-

tivitas evaluasi, kemampuan

cara menyeluruh dan perlu

evaluasinya

biaya dan perhatian yang

mereka

memiliki

keter-

banyak untuk penjadwalan.

batasan

dalam

pilihan

Pertimbangan antara eva-

rancangan evaluasi.

luator amatir dan profesional

bihan evaluator profesional

Pengertian evaluator pro-

adalah

fesional

di

melaksanakan

evaluasinya

mereka

yang

berdasarkan

pengalaman

pekerjaan

sini

adalah

menjadikan

evaluasi

atau

terbatas

evaluator

dan

Kele-

dapat

dan pengetahuan evaluasi

penelitian sebagai pekerjaan

berdasarkan

pokok sehari-hari dan telah

dan pengetahuan teknis dan

menekuni

evaluator memiliki berbagai

pekerjaan

evaluasi dalam waktu yang

pilihan

lama.

berdasarkan

Evaluator di luar

model

kriteria tersebut dianggap

maupun

sebagai amatir.

Kelemahan

Kelebihan

pengalaman

evaluasi

pengetahuan pengalamannya. evaluator

evaluator amatir, terutama

profesional (biasanya orang

yang

lama

luar) tidak selamanya dapat

meskipun

diterima oleh orang dalam,

sudah

berpengalaman,

amatir evaluator biasanya

kecenderungan

dapat memahami isi dan

nakan model tertentu, dan

obyek evaluasi dengan baik

menghalangi

dan dapat memiliki berbagai

metode

ketrampilan evaluasi.

orang lain.

Kelemahan dari evaluator amatir

adalah

karena

kurangnya pengetahuan ten-

110

atau

menggu-

pemlihan rancangan

3. Kompetensi Evaluator Evaluator haruslah dipilih dari orang-orang

yang

memiliki


kompetensi

di

pilan interpersonal, ana-

bidangnya.

Ketidakbebasan dalam penen-

lisis

tuan evaluator harus dihindari,

perjanjian atau kontrak,

sebab hal itu akan berpengaruh

dan ketrampilan menera-

negatif terhadap hasil evaluasi.

pkan etika profesi.

Ketidakbebasan karena konflik

b.

system,

membuat

Kompetensi konseptual

kepentingan

lebih

besar

Merupakan

pengaruhnya

terhadap

hasil

tingkat tinggi yang ber-

ketidakmampuan

kaitan dengan kemampuan

ketimbang dalam

bidang

Kompetensi

evaluator

ketrampilan

teknis.

menganalisis dan peme-

dapat

cahan masalah. Ketram-

dikelompokkan menjadi empat

pilan

jenis,

harus dikuasai evaluator

yaitu

:

kompetensi

konseptual

yang

manajerial, kompetensi konsep-

diantaranya

adalah

tual,

mampuan

menentukan

kompetensi

bidang

ke-

studi,dan kompetensi teknis.

pilihan, menyusun rencana

a.

awal,

Kompetensi

manajerial

mengklasifikasikan

(managerial skill)

dan menganalisis masalah,

Merupakan

melihat dan menunjukkan

dalam

ketrampilam

mengelola

mengendalikan

berbagai antar variabel dan

dan

membuat kesimpulan.

seluruh

kegiatan evaluasi sehingga

c.

Kompetensi bidang studi

dapat berlangsung dengan

Merupakan

baik.

dibidang

Ketrampilan mana-

kemampuan disiplin

ilmu

:

yang terkait dengan ke-

mengor-

giatan evaluasi. Keahlian

ganisir, memimpin, meng-

ini meliputi : pengalaman

koordinir,

mengarahkan,

kerja di bidang evaluasi,

ketrampilan

pengetahuan tentang sum-

ketram-

ber literatur yang berkaitan

jerial

ini

meliputi

ketrampilan

mengawasi, berkomunikasi,

111


yang

program, tatapi sebaiknya dilakukan

dievaluasi, dan menguasai

sejak awal, yaitu dari penyusunan

konsep

rancangan

dengan

d.

obyek

maupun

model-

program

pelatihan,

model evaluasi.

pelaksanaan program pelatihan dan

Ketrampilan teknis

hasil pelatihan.

Ketrampilan

melakukan

pelatihan tidak cukup pada hasil

kegiatan evaluasi langkah

jangka pendek (output) tetapi dapat

demi

menjangkau hasil dalam jangka

langkah,

perincian buatan

dari

sampai laporan

pemsecara

panjang

Evaluasi hasil

(outcome

dan

impact

program). Ada beberapa macam

Termasuk

ke-

model evaluasi program yang dapat

teknis

ini

dipilih untuk mengevaluasi program

diantaranya adalah : ke-

pelatihan. Model mana yang akan

trampilan mengembangkan

digunakan tergantung pada tujuan

instrumen, melakukan tes

maupun kompetensi evaluator.

tuntas. trampilan

Evaluator

dan pengukuran, melak-

dalam

kegiatan

statistik,

evaluasi program pelatihan dapat

menguasai berbagai soft-

berasal dari dalam maupun dari luar

ware

bidang

organisasi, dapat bersifat individual

mene-

maupun tim, bisa dari tenaga paruh

ukan

statistik

analisis

dalam lainnya,

rapkan metodologi pene-

waktu

litian evaluasi, membuat

evaluator

interpretasi,

profesional. Siapapun yang ditunjuk

membuat

maupun

penuh

amatir

rekomendasi dan menulis

menjadi

evaluator,

laporan

evaluasi

dapat

serta

mempre-

kompetensinya

sentasikan laporan.

bangkan.

F. Penutup Kegiatan

penilaian

dalam

meliputi

waktu, maupun

agar

hasil

maksimal

maka

harus

dipertim-

Kompetensi evaluator kompetensi

manajerial,

evaluasi program diklat tidak hanya

kompetensi konseptual, kompetensi

dilaksanakan pada akhir kegiatan

bidang studi, dan kompetensi teknis.

112


--------------------

DAFTAR PUSTAKA

Buckley, Roger, Jim Caple., Theory and practice of training, 5th ed, Kogan Page, London, 2004. Farida Yusuf T., Evaluasi Program, Rineke Cipta, Jakarta, 2000 Kirkpatrick, Donald L., Evaluating Training Programs: The Four Levels, 2ed, Berret-Koehler Publisher, SanFrancisco, 1998

Moskowitz, Michael.,Practical Guide To Training and Development: Assess, Design, Deliver, and Evaluate, Pfeifer, San Francisco, 2008 Philips, Jack L., Ron D. Stone, Patricia Pulliam Philips, The Human Resources Scorecard: Measuring the Return On Investment, Butterworth-Heinemann, Burlington, 2001 Nana

Madamus, G.F. & Sriven, MS & Stuffbeam, D.L., Evaluation models viewpoints on educational and humus services evaluation, Kluwer Nijhoff Publising, Boston, 1993

113

Sudjana & Ibrahim., Penelitian dan penilaian pendidikan. Sinar Baru Algusindo, Bandung, 2000


PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA PADA SISWA KELAS XIISPMA H. MOENADI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH. Oleh : Widyastuti

Abstrak Karya tulis ilmiah ini dilatarbelakangi oleh keluhan siswa saat mengikuti mata pelajaran IPA di kelas, kendala utama yang dirasakan adalah terlalu monotonnya pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu dalam penggunaan metode dan media serta evaluasi pembelajaran. Dimana menurut siswa metode yang dominan digunakan hanya ceramah ,tanya jawab, tanpa disertai gambar – gambar sedangkan medianya hanya meliputi papan tulis dan spidol sebagai alat tulis. Sehingga siswa kurang termotivasi dan suasana kelas kurang menggairahkan serta tidak cukup efektif dalam memanfaatkan buku sumber yang ada.Sedangkan hasil belajar siswa merupakan tolok ukur keberhasilan proses belajar. Berdasarkan penilaian sebelumnya hasil belajar IPA kelas XII SPMA H. Moenadi masih rendah, yaitu rata-rata 5,93, sedangkan kriteria ketuntasan belajar minimum, yaitu 7,6. Rendahnya hasil belajar tersebut diduga karena aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran masih rendah akibat dominasi metode ceramah, sehingga dalam hal ini diperlukan metode yang lebih tepat. Dengan menggunakan pembelajaran berbasis Multimedia dapat meningkatkan hasil belajar siswa, semula siswa dalam pembelajaran konvensional rata – rata mendapat hasil ulangan masih dibawah kriteria ketuntasan minimal yaitu 7,6. dan yang sudah tuntas belajar mencapai 40 %. Sedangkan setelah menggunakan pembelajaran berbasis Multimedia rata-rata hasil ulangan di atas kriteria ketuntasan minimal yaitu 7,6 dan siswa yang sudah tuntas belajar mencapai 78,38 % , atau ada peningkatan sebesar 38,38 %. Menggunakan pembelajaran berbasis Multimedia dapat meningkatkan keaktifan siswa, semula hanya 49,45 % siswa yang cukup berani/aktif, dalam menyampaikan pendapat maupun dalam berdiskusi kelompok pada siklus I. Sedangkan setelah menggunakan Multimedia ( Flash ) pada siklus II diperoleh 82,78 % siswa yang berani/aktif dalam menyampaikan pendapat maupun dalam berdiskusi, sehingga ada peningkatan sebesar 33,33 % siswa. Pembelajaran berbasis Multimedia dapat meningkatkan motivasi, serta siswa merasa senang dan tertarik. Pada siklus I hanya 51,61 % siswa yang tertarik pada pembelajaran dengan Multimedia ( Power point ), sedangkan pada siklus II, peneliti menggunakan

114


Multimedia ( Flash )diperoleh 83,86 % siswa yang tertarik, sehingga ada peningkatan 32,26 % siswa yang tertarik . Disarankan agar para guru atau pendidik dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa atau peserta didik dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi dan mencoba untuk mengembangkan penggunaan Multimedia ini untuk pengembangan pembelajaran. Kata kunci : Hasil Belajar, Media Pembelajaran, Multimedia

penerapan I.

pembelajaran

IPAi didalam maupun diluar kelas,

PENDAHULUAN

A. LATAR

metode

BELAKANG

oleh karena itu seorang guru perlu

MASALAH

menguasai

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

mengajar.

berbagai

kemampuan

mempelajari

Berdasarkan keluhan siswa saat

makhluk hidup dan segala seluk

mengikuti mata pelajaran IPA di

beluknya, selain itu juga berfungsi

kelas, kendala utama yang dirasakan

untuk meningkatkan pengetahuan,

adalah terlalu monotonnya pelak-

ketrampilan serta memahami alam

sanaan proses pembelajaran, yaitu

secara sistematis, sehingga IPA

dalam

bukan hanya untuk penguasaan ilmu

media serta evaluasi pembelajaran.

pengetahuan

yang berupa fakta –

Dimana menurut siswa metode yang

fakta akan tetapi juga merupakan

dominan digunakan hanya ceramah

suatu proses penemuan, oleh karena

,tanya jawab, tanpa disertai gambar

itu

–

adalah

ilmu

untuk

yang

mengantisipasi

agar

penggunaan

gambar

metode

sedangkan

dan

medianya

peserta didik tidak bosan dan jenuh

hanya meliputi papan tulis dan

dalam

spidol sebagai alat tulis. Sehingga

mempelajari

IPA,

maka

sesuai dengan perkembangan ilmu

siswa

dan tekhnologi yang bergerak cepat

suasana

dan komplek, dan sangatlah penting

gairahkan serta tidak cukup efektif

ditopang profesional dan kemam-

dalam memanfaatkan buku sumber

puan guru dalam pengelolaan dan

yang ada.

115

kurang kelas

termotivasi kurang

dan meng-


Sedangkan hasil belajar siswa merupakan tolok ukur keberhasilan proses

belajar.

B.

RUMUSAN MASALAH Berdasarkan

Berdasarkan

uraian

latar

penilaian sebelumnya hasil belajar

belakang masalah di atas, maka

IPA kelas XIISPMA H. Moenadi

dapat

masih rendah, yaitu rata-rata 5,93,

sebagai berikut : Apakah dengan

sedangkan

menggunakan media pembelajaran

belajar

kriteria

minimum,

ketuntasan yaitu

7,6.

dirumuskan

berbasis

permasalahan

multimedia

dapat

Rendahnya hasil belajar tersebut

meningkatkan hasil belajar siswa

diduga karena aktivitas siswadalam

dalam pembelajaran IPA pada siswa

kegiatan pembelajaran masih rendah

kelas XII SPMA H. Moenadi Dinas

akibat

Pertanian Tanaman Pangan Dan

dominasi

metode

ceramah,sehingga dalam hal ini

Hortikultura Provinsi Jawa Tengah.

diperlukan metode yang lebih tepat. Untuk

itu

penulis

ingin

II. LANDASAN TEORI

meningkatkan aktivitas dan hasil

1. Pembahasan Tentang Media.

belajar IPA demi mendorong siswa

1.1. Pengertian Media :

yang

kurang

mengikuti Penulis

dalam

pembelajaran

IPA,

mengajar

kita

mengenal

sedikit

berbagai

media

pengajaran.

strategi

Media pengajaran merupakan

ingin

Perubahan

Dalam kegiatan belajar

termotivasi

membuat

mengenai

pembelajaran dan ingin melakukan

alat

kajian dengan judul �Peningkatan

belajar mengajar yang dapat

Hasil

mempermudah

Belajar

Siswa

Dalam

bantu

dalam

kegiatan

guru

dalam

Pembelajaran IPA Dengan Media

menyampaikan materi pelajaran

Pembelajaran Berbasis Multimedia

dan dapat mempermudah siswa

Pada Siswa Kelas XII SPMA H.

memahami materi pelajaran.

Moenadi Dinas Pertanian Tanaman

Istilah

Pangan Dan Hortikultura Provinsi

bahasa latin yang merupakan

Jawa Tengah.

bentuk jamak

116

media

berasal

dari

dari

kata

“


medium “ yang secara harfiah

sesuatu

yang

mempunyai arti perantara atau

digunakan

untuk

pengantar. Sedangkan penger-

lurkan pesan yang dapat

tian media mempunyai arti

merangsang

yang luas.

perasaan,

Berikut

akan

e. Menurut

dari berbagai pendapat, antara

dan

siswa

untuk

Heinich,

1993

menyatakan bahwa media

lain : Menurut bahwa

Schram, media

1977,

merupakan

adalah

komunikasi.

dapat

untuk

saluran

pendapat-

pendapat tersebut diatas, dapat

dimanfaatkan

keperluan

alat

Berdasarkan

Tehnologi pembawa pesan yang

perhatian,

belajar.

sampaikan pengertian media

a.

menya-

pikiran,

kemauan

penulis

dapat

diambil

pembe-

kesimpulan

bahwa

media adalah alat yang dapat

lajaran. b. Menurut

Briggs,

digunakan

1970

untuk

menyam-

mengatakan bahwa media

paikan pesan dari pengirim ke

adalah

penerima

alat

memberikan

untuk

sehingga

merangsang pikiran, perasaan,

perangsang

bagi siswa supaya terjadi

perhatian

dan

proses belajar.

perhatian

siswa

c. Menurut

NEA,

minat

serta

sedemikian

rupa sehingga belajar.terjadi.

1969,

mengatakan bahwa media

dapat

1.2Pengertiaan Media Pembela-

adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun

jaran Sedangkan arti dari Media

termasuk

Pembelajaran adalah sesuatu

teknologi perangkat keras-

yang dapat digunakan untuk

nya.

menyalurkan isi pelajaran agar

audio

d. Menurut

visual,

Miarso,

1989

mengatakan bahwa segala

117

dapat

dilihat,

dibaca

didengar oleh siswa.

atau


Dalam hal ini menurut Gagne

dan

Briggs,1979

Media

pembelajaran

sangat

beraneka ragam sehingga dapat

menekankan pentingnya media

diklasifikasikan

pembelajaran sebagai alat untuk

ciri – ciri tertentu, antara lain :

merangsang proses belajar.

a. Berdasarkan

Selain

itu,

kontribusi

indera,

berdasarkan

kemampuan

jenis

media

media pembelajaran menurut

pembelajaran terdiri dari :

Kemp and Dayton, 1985 ada 8

1) Media audio, yaitu media

antara lain :

pembelajaran yang me-

a. Penyampaian pesan pem-

nggunakan

belajaran

dapat

lebih

indera telinga atau pendengaran (audio). Jenis

terstandar b. Pembelajaran dapat

lebih

media pembelajaran ini menghasilkan pesan be-

menarik c. Pmbelajaran menjadi lebih interaktif

dengan

mene-

rupa bunyi atau suara. Contoh

:

radio,

tape

recorder, telepon.

rapkan teori belajar d. Waktu

kemampuan

pelaksanaan pem-

2) Media visual, yaitu jenis media pembelajaran yang

belajaran dapat diperpendek e. Kualitas pembelajaran dapat

menggunakan kemampuan indera mata

ditingkatkan f. Sikap positif siswa terhadap

atau penglihatan (visual).

materi pembelajaran serta

Jenis

proses pembelajaran dapat

jaran ini menghasilkan

ditingkatkan

pesan berupa bentuk atau

g. Peran guru berubah ke arah

–

pembela-

rupa yang dapat dilihat, Contoh : gambar, poster,

yang positip 1.3. Jenis

media

jenis

Media

grafik. 3) Media audio visual, yaitu

pembelajaran

jenis media pembelajaran

118


yang menggunakan ke-

c. Berdasarkan kerumitan (ke-

mampuan indera telinga

komplekan) dan biayanya,

atau

pendengaran

dan

jenis media pembelajaran

mata

atau

terdiri dari :

indera

penglihatan visual).

–

1) Big media, yaitu media

media

pembelajaran yang rumit

(audio

Jenis

pembelajaran ini meng-

(komplek)

dan

biaya

hasilkan pesan berupa

yang

suara dan bentuk atau

penggunaanya relatif su-

rupa. Contoh : televisi,

sah membutuhkan tenaga

film, video.

yang terlatih. Contoh :

mahal,

serta

film, video, komputer.

b. Berdasarkan pengguna atau meman-

2) Little media, yaitu media

faatkan media pembelajaran,

pembelajaran yang seder-

jenis media pembelajaran

hana atau tidak rumit dan

terdiri atas :

biayanya

pemakai

1)

yang

Media

relatif

pembelajaran

mahal

murah,

serta

yang digunakan untuk

penggunaannya

pembelajaran

secara

mudah tidak perlu tenaga

banyak

terlatih. Contoh : papan

massal

atau

melalui

televisi

atau

relatif

tulis, gambar.

orang. Contoh : belajar

Sedangkan menurut Rudi Brets media pembelajaran dikelompok-

radio. 2)

tidak

Media

pembelajaran

kan berdasarkan adanya tiga ciri,

yang digunakan untuk

yaitu

pembelajaran

(visual), dan gerak (motion).

individual

atau

secara per-

Atas

suara

dasar

(audio),

bentuk

tersebut

orangan. Contoh : be-

membuat

lajar

media pembelajaran, yaitu :

melalui

modul

atau buku.

119

delapan

Brets

kelompok


1.

Media pembelajaran audio –

(bergerak)

motion – visual, yaitu media

bersuara).

pembelajaran yang mem-

5. Media pembelajaran still – visual,

dan bentuk obyeknya dapat

tetapi tidak ada gerakan.

dilihat. Contoh : televisi,

Contoh : gambar, mocro-

video,

form, atau halaman cetak.

tape,

dan

film

yaitu

ada

obyek

6. Media pembelajaran semi –

2. Media pembelajaran audio –

motion (semi gerak), yaitu

still – visual, yaitu media

yang

pembelajaran yang mem-

dan tulisan. Contoh : tele –

punyai

autograf.

suara,

obyeknya

dapat dilihat, tetapi tidak ada gerakan.

Contoh

bersuara

atau

bergerak

menggunakan

garis

7. Media pembelajaran audio,

slide

hanya menggunakan suara.

rekaman

Contoh : radio, telepon,

:

televisi dengan gambar tidak

4.

(tidak

punyai suara, ada gerakan

bergerak.

3.

bisu

(television

still

audio tape. 8. Media pembelajaran cetak-

recording)

an,

Media pembelajaran audio –

simbol – simbol tertentu

semi motion, mempunyai

yaitu huruf ( simbol bunyi ).

suara dan gerakan, tetapi

Dari beberapa jenis media yang

tidak dapat

sering

menampilkan

hanya

menampilkan

digunakan

dalam

suatu gerakan secara utuh,

pengajaran adalah buku atau

Contoh : telewriting atau

bahan cetak, papan tulis, kaset

teleboard.

video dan video set, komputer

Media pembelajaran motion

dan LCD nya.

Tujuan lain penggunaan bahan

visual,

yaitu

media

pembelajaran yang mem-

pembelajaran

punyai

obyek

menarik perhatian siswa, me-

bergerak. Contoh : film

ningkatkan daya tarik pelajaran,

gambar

120

adalah

untuk


untuk

dinamis dan interaktif yang

mengerti hubungan antar topik,

mengkombinasikan teks, gra-

fakta dan obyek pelajaran.

fik,

dan

membantu

siswa

animasi,

audio

dan

gambar video . 2. Pembahasan Tentang Media

Beberapa

definisi

beberapa ahli:

Berbasis Multimedia.

a. Kombinasi dari komputer

1.1. Pengertian Multi media Multi media merupakan suatu

dan video (Rosch, 1996).

sistem penyampaian dengan

b. Kombinasi

menggunakan berbagai jenis

elemen:

bahan belajar yang mem-

dan

bentuk suatu unit atau paket.

1996).

Contohnya belajar

menurut

suatu

modul

yang terdiri dari

dari

suara,

teks

c. Kombinasi

tiga gambar,

(McComick,

dari

paling

sedikit dua media input

bahan cetak, bahan audio, dan

atau

bahan audiovisual.

inidapat

Menurut IBM, multi-media

(suara, musik), animasi,

adalah gabungan video, audio,

video,

grafik dan teks dalam suatu

dangambar (Turban dan

produksi bertingkat berbasis

kawan-kawan, 2002).

komputer yang dapat dialami

output.

Media

berupa

teks,

audio

grafik

d. Alat yang dapat mencip-

secara interaktif atau menurut

takan

McCormick multimedia se-

dinamis dan interaktifyang

cara

mengkombinasikan

umum

merupakan

presentasi

yang

teks,

kombinasi tiga elemen yaitu

grafik, animasi, audio dan

suara,

video (Robindan Linda,

gambar

sedangkan

dan

teks

menurut Robin

2001).

multimedia

e. Multimedia dalam konteks

merupakan alat yang dapat

komputer menurut Hofs-

menciptakan presentasi yang

tetter

dan

Linda

121

2001

adalah


pemanfaatan untuk

membuat

menggabungkan grafik,

f.

(komputerisasi),

komputer

untuk

dan

video,

menyampaikan

pesan

kepada publik.

teks,

audio,

digunakan

2.2. Manfaat Multi Media

dengan menggunakan tool

Secara umum manfaat yang

yang memungkinkan pe-

dapat diperoleh adalah proses

makai berinteraksi, ber-

pembelajaran lebih menarik,

kreasi,

lebih interaktif, kualitas belajar

dan

berko-

munikasi.

siswa dapat ditingkatkan dan

Multimedia sebagai per-

prisip belajar mengajar dapat

paduan antara teks, grafik,

dilakukan di mana dan kapan

sound, animasi, dan video

saja, serta sikap belajar siswa

untuk

dapat ditingkatkan.

menyampaikan

pesan

kepada

publik

mengingat terdapat keunggulan

(Wahono, 2007). g. Multimedia

Manfaat di atas akan diperoleh

merupakan

dari

sebuah

multimedia

kombinasi dari data text,

pembelajaran, yaitu:

audio, gambar, animasi,

a. Memperbesar benda yang

video,

dan

interaksi

sangat

kecil

dan

tidak

tampak oleh mata, seperti

(Zeembry, 2008). Berdasarkan pendapat-pendapat

kuman, bakteri, elektron dll.

tersebut maka dapat disim-

b. Memperkecil benda yang

pulkan

bahwa

multimedia

sangat

besar

yang tidak

merupakan perpaduan antara

mungkin

dihadirkan

berbagai media (format file)

sekolah,

seperti

yang

rumah, gunung, dll.

berupa

teks,

gambar

(vektor atau bitmap), grafik,

c. Menyajikan

benda

ke

gajah,

atau

video,

peristiwa yang kompleks,

telah

rumit dan berlangsung cepat

dikemas menjadi file digital

atau lambat, seperti sistem

sound,

animasi,

interaksi,

dll.

yang

122


tubuh manusia, bekerjanya

pembelajaran harus memper-

suatu

beredarnya

hatikan karakteristik komponen

planet Mars,berkembangnya

lain, seperti: tujuan, materi,

bunga dll.

strategi

mesin,

d. Menyajikan

benda

atau

peristiwa yang jauh, seperti

benda

Karakteristik

atau

seperti

misalnya

gunung

tarik

dan perhatian siswa. g. Menimbulkan gairah belajar, interaksi

lebih

yang

konvergen,

menggabungkan

unsur audio dan visual.

berapi, harimau, racun, dll. daya

multimedia

a. Memiliki lebih dari satu media

f. Meningkatkan

evaluasi

pembelajaran.

peristiwa yang berbahaya, letusan

juga

pembelajaran adalah:

bulan, bintang, salju, dll. e. Menyajikan

dan

langsung

antara murid dengan sumber

b. Bersifat

dalam

pengertian

memiliki

mampuan

untuk

meng-

akomodasi

respon

peng-

ke-

guna. c. Bersifat

belajar.

interaktif,

mandiri,

dalam

h. Memungkinkan anak belajar

pengertian memberi kemu-

mandiri sesuai dengan bakat

dahan dan kelengkapan isi

dan

sedemikian rupa sehingga

kemampuan

visual,

pengguna

auditori dan kinestetiknya. i. Memberi rangsangan yang sama, pengalaman

mempersamakan dan

menim-

2.3. Karakteristik Media dalam

orang lain. Selain

memenuhi

Sebagai salah satu komponen

berikut:

penggunaan

memenuhi

multimedia

123

ketiga multi-

media pembelajaran sebaiknya

Multimedia Pembelajaran

sistem pembelajaran, pemilihan

meng-

gunakan tanpa bimbingan

karakteristik tersebut,

bulkan persepsi yang sama.

dan

bisa

fungsi

sebagai


res-

Dengan memperhatikan ber-

pon pengguna secepatnya

bagai manfaat dan kelebihan

dan sesering mungkin.

dari multi media, maka multi

a. Mampu

memperkuat

b. Mampu

memberikan

sempatan

kepada

kesiswa

media dapat digunakan sebagai sarana

bantu

untuk

untuk mengontrol laju kece-

mewujudkan

patan belajarnya sendiri.

yang lebih efektif serta upaya

b. Memperhatikan bahwa siswa mengikuti suatu urutan yang

koheren

dan

meningkatkan

hasil

belajar

belajar

siswa. 3. Pengertian Belajar Belajar dapat diartikan sebagai

terkendalikan. c. Mampu

situasi

memberikan

ke-

proses

perubahan

perilaku,

sempatan adanya partisipasi

akibat interaksi individu dengan

dari pengguna dalam bentuk

lingkungan, maka perubahan

respon,

baik

perilaku adalah hasil belajar.

waban,

pemilihan,

berupa

ja-

kepu-

Artinya

seseorang dikatakan

tusan, percobaan dan lain-

telah

belajar,

jika

dapat

lain

melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya.

2.4 Kelebihan Multi Media

Menurut Kimble & Garmezy,

a. Siswa memiliki pengalaman yang beragam dari segala media.

belajar

relatif

permanen.

Dengan demikian hasil belajar

b. Dapat menghilangkan kebosanan siswa karena media yang

sifat perubahan perilaku dalam

digunakan

lebih

bervariasi.

dapt diidentifikasi dari adanya kemampuan melakukan sesuatu yang permanen, dapat di ulang – ulang dengan hasil yang

c. Sangat baik untuk kegiatan belajar mandiri.

sama. Orang yang sacara kebetulan dapat melakukan sesuatu, tentu

124


tidak

dapat

melakukan

Crow & Crow dan (1958) :

c.

perbuatan dengan hasil yang

“belajar adalah diperolehnya

sama. Sedangkan orang yang

kebiasaan-kebiasaan, penge-

melakukan sesuatu karena hasil

tahuan dan sikap baru”.

belajar dapat melakukan secara

Hilgard (1962) : “belajar

d.

berulang – ulang dengan hasil

adalah proses dimana suatu

yang sama.

perilaku

Di bawah ini telah disampaikan

muncul atau berubah karena

tentang pengertian belajar dari

adanya

para ahli :

sesuatu situasi”

a.

Moh. Surya (1997) :”belajar dapat

diartikan

respons

terhadap

Di Vesta dan Thompson

e.

sebagai

(1970) : “ belajar adalah

suatu proses yang dilakukan

perubahan

oleh

relatif menetap sebagai hasil

individu

memperoleh perilaku

untuk perubahan

baru

secara

perilaku

yang

dari pengalaman”. Gage & Berliner : “belajar

f.

keseluruhan, sebagai hasil

adalah suatu proses peru-

dari pengalaman individu itu

bahan perilaku yang yang

sendiri dalam berinteraksi

muncul karena pengalaman”

dengan lingkungannya” b.

muncul perilaku

Dari beberapa pengertian belajar :

diatas, dapat disimpulkan bahwa

“belajar merupakan peru-

belajar adalah perubahan peri-

bahan dalam kepribadian

laku.

yang dimanifestasikan seba-

Menurut

Gagne

(Abin

gai pola-pola respons yang

Syamsuddin

Makmun,

2003),

baru

berbentuk

perubahan

perilaku

pilan,

sikap,

Witherington

pengetahuan

(1952)

keteramkebiasaan,

dan

keca-

merupakan hasil belajar dapat berbentuk : a. Informasi

kapan”.

yang

verbal;

yaitu

penguasaan informasi dalam

125


Menurut

bentuk verbal, baik secara

Benyamin

S.

Bloom (1963) dan Fred S.Kelleer

tertulis maupun tulisan. b. Kecakapan intelektual; yaitu

(1968).

Bloom

memandang

keterampilan individu dalam

mastery

(penguasaan

melakukan interaksi dengan

sebagai kemampuan siswa untuk

lingkungannya

dengan

menyerap inti pembelajaran yang

menggunakan

simbol-

telah diberikan kedalam suatu

penuh)

keseluruhan. Sedangkan Kelleer

simbol. c. Strategi kognitif; kecakapan

memandang

bahwa

mastery

individu untuk melakukan

merupakan performance (penam-

pengendalian

pilan) yang sempurna dalam

lolaan

dan

penge-

keseluruhan

akti-

sejumlah unit pelajaran tertentu. Seluruh

vitasnya.

siswa

dapat

hasil

mencapai taraf penguasaan penuh

pembelajaran yang berupa

pada pembelajaran dapat melalui

kecakapan individu untuk

secara

memilih macam tindakan

pembelajaran

yang akan dilakukan.

melalui

d. Sikap;

yaitu

sistematis.

Sistematis

dapat

strategi

tercemin

pembelajaran

e. Kecakapan motorik; ialah

yang ditempuh. Terutama dalam

hasil belajar yang berupa

penggunaan tes formatif, dan

kecakapan pergerakan yang

cara memberikan bantuan pada

dikontrol oleh otot dan fisik.

siswa yang gagal mencapai suatu tujuan. Dalam pembelajaran Bloom

4. Pengertian Belajar Tuntas Belajar diartikan

dapat

menggambarkan bahwa belajar

penguasaan

tuntas mempunyai ciri sebagai

tuntas

sebagai

(hasil belajar) siswa secara penuh

berikut :

terhadap seluruh materi pembe-

a.

Dalam optimal,

lajaran yang dipelajari.

siswa

126

kondisi

belajar

sebagian dapat

besar

menguasai


secara

tuntas

apa

akhir

yang

Tugas

h.

tingkatkan apabila diadakan

memungkinkan

siswa

kelompok kecil terdiri atas 2

menguasai

tuntas

– 3 orang untuk bertemu

Dengan

secara

secara

diberikan

teratur

untuk

menelaah hasil tesnya, dan

waktu

belajar yang cukup, hampir

untuk

semua siswa dapat mencapai

membantu mengatasi kesu-

tingkat belajar tuntas.

litan

Setiap

siswa

dapat

belajar

saling

berdasarkan

hasil tes tersebut.

harus i.

Penilaian

akhir

terhadap

belajar

harus

dipelajari dan prosedur yang

hasil

diikuti dalam belajar.

didasarkan

Akan sangat bermanfaat jika

penguasaan yang dinyatakan

disediakan

dalam tujuan mata pelajaran

lajaran

beberapa

ke-

dan

kesempatan

Guru diakan

pada

tingkat

tertentu. Dari

beberapa

pengertian

belajar tuntas diatas, maka

belajar.

g.

di-

yang

mungkinan media pembe-

f.

siswa

sarana

memahami sifat tugas yang

e.

belajar

perlu

suatu mata pelajaran.

d.

Usaha

mengajar

mencari

c.

unit

tersebut.

diajarkan. b.

mempelajari

hendaknya dan

menye-

memberikan

dapat

disimpulkan

bahwa

belajar tuntas adalah siswa

umpan balik dan perbaikan

dapat

bagi

tuntas materi yang diberikan

kesalahan

atau

menguasai

kesulitan belajar siswa.

serta

Proses belajar lebih baik jika

tugas yang diberikan sehingga

materi pembelajaran dipecah

mendapatkan hasil akhir yang

menjadi unit – unit kecil,

baik.

dan memberikan tes setiap

127

dapat

secara

menyelesaikan


5. Hasil Belajar

afektif,

dan

psikomotor.

5.1. Pengertian Hasil Belajar.

Sedangkan dari sisi guru,

Hasil belajar adalah kemam-

hasil belajar merupakan saat

puan

terselesikannya bahan pela-

yang

dimiliki

siswa

setelah ia menerima penga-

jaran.

laman belajar. Hasil belajar

b. Menurut

Oemar

Hamalik

digunakan oleh guru untuk

hasil belajar adalah bila

dijadikan ukuran atau kriteria

seseorang telah belajar akan

dalam mencapai suatu tujuan

terjadi perubahan tingkah

pendidikan.

dapat

laku pada orang tersebut,

tercapai apabila siswa sudah

misalnya dari tidak tahu

memahami

menjadi tahu, dan dari tidak

Hal

ini

belajar

dengan

diiringi oleh perubahan tingkah

mengerti menjadi mengerti. c. Berdasarkan teori Takso-

laku yang lebih baik lagi. Di bawah ini telah disampaikan

nomi Bloom hasil belajar

tentang pengertian hasil belajar

dalam rangka studi dicapai

dari para ahli :

melalui tiga kategori ranah

a. Menurut

Dimyati

Mudjiono,

hasil

dan belajar

antara lain kognitif, afektif, psikomotor.

Perinciannya

merupakan hal yang dapat

adalah sebagai berikut:

dipandang dari dua sisi yaitu

1. Ranah Kognitif

sisi siswa dan dari sisi guru.

Berkenaan dengan hasil

Dari sisi siswa, hasil belajar

belajar intelektual yang

merupakan tingkat perkem-

terdiri dari 6 aspek

bangan mental yang lebih

yaitu pengetahuan, pe-

baik bila dibandingkan pada

mahaman,

saat

analisis,

sebelum

belajar.

jenis-jenis ranah kognitif,

128

sintesis

penilaian.

Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada

penerapan,

2.

Ranah Afektif

dan


Berkenaan dengan si-

semua proses belajar.

kap dan nilai. Ranah

Hasil belajar ini akan

afektif meliputi lima

melekat terus pada diri

jenjang

siswa

kemampuan

karena

sudah

yaitu menerima, men-

menjadi bagian dalam

jawab

kehidupan

atau

reaksi,

siswa

menilai, organisasi dan

tersebut.

karakterisasi

dengan

Dari beberapa penger-

atau

tian di atas maka dapat

suatu

nilai

kompleks nilai.

disimpulkan bahwa ha-

3. Ranah Psikomotor

sil belajar adalah suatu penilaian

akhir

dari

Meliputi

keterampilan

motorik,

manipulasi

proses dan pengenalan

benda-benda, koord-na-

yang telah dilakukan

si

berulang-ulang.

neuromuscular

(menghubungkan,

me

akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau

ngamati). Sedangkan

Serta

menurut

bahkan

tidak

akan

Howard Kingsley, hasil

hilang selama-lamanya

belajar dibagi menjad 3

karena

hasil

belajar

macam yaitu :

turut

serta

dalam

a. Keterampilan

dan

membentuk individu

kebiasaan b. Pengetahuan

dan

yang

pribadi selalu

ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi

pengertian c. Sikap dan cita-cita

sehingga akan merubah

Menurut

cara

Horward

berpikir

serta

Kingsley bahwa keti-

menghasilkan perilaku

ganya ini menunjukkan

kerja yang lebih baik.

hasil

perubahan

dari

129


5.2. Faktor

Faktor

sekolah,

yang

alat

pela-

mempengaruhi hasil belajar

jaran, waktu sekolah,

1) Menurut Slameto (2003:54-

standar pelajaran di

72),

yang

atas ukuran, keadaan

belajar

gedung, metode be-

faktor-faktor

mempengaruhi

lajar, tugas rumah).

adalah:

 Masyarakat (kegiatan

a. Faktor-faktor Internal  Jasmaniah (kesehatan,

siswa dalam masyarakat,

cacat tubuh)  Psikologis

mass

teman bergaul, bentuk

(intelegensi,

perha-

kehidupan

tian,

bakat,

masyarakat).

minat,

motif,

media,

kematangan,

2) Menurut Caroll dalam R. Angkowo & A. Kosasih

kesiapan)  Kelelahan

(2007:51),

bahwa

hasil

belajar siswa dipengaruhi

b. Faktor-faktor Eksternal  Keluarga (cara orang

oleh lima faktor yaitu (1)

tua mendidik, relasi

bakat belajar, (2) waktu

antar

ke-

yang tersedia untuk belajar,

luarga, suasana ru-

(3) kemampuan individu, (4)

mah,

kualitas

anggota

keadaan eko-

nomi keluarga, pengertian orang tua, latar

pengajaran,

(5)

lingkungan. 3) Menurut Clark dalam Nana

belakang

Sudjana & Ahmad Rivai

kebudayaan).

(2001:39)

 Sekolah

mengungkapkan

(metode

bahwa hasil belajar siswa di

mengajar, kurikulum,

sekolah 70% dipengaruhi

relasi

oleh kemampuan siswa dan

siswa,

guru relasi

dengan siswa

dengan siswa, disiplin

130

30%

dipengaruhi

lingkungan.

oleh


4) Menurut Sardiman (2007:

Dari beberapa pendapat para ahli

39-47), faktor-faktor yang

di atas, dapat disimpulkan bahwa

mempengaruhi belajar ada-

faktor-faktor

lah

pengaruhi hasil belajar siswa

faktor

intern

(dari

yang

dalam) diri siswa dan faktor

adalah

ekstern (dari luar) siswa.

antara lain kemampuan yang

Berkaitan dengan faktor dari

dimiliki siswa tentang materi

dalam diri siswa, selain

yang

faktor kemampuan, ada juga

sedangkan faktor eksternal antara

faktor lain yaitu motivasi,

lain strategi pembelajaran yang

minat,

digunakan guru di dalam proses

perhatian,

kebiasaan kunan,

belajar, kondisi

sikap,

Kehadiran

psikologis

dalam

internal

akan

belajar mengajar.

sosial

5.3. Hasil Belajar IPA

faktor belajar

siswa

disampaikan,

kete-

Hasil belajar IPA pada

ekonomi, kondisi fisik dan psikis.

faktor

mem-

siswa merupakan tolok ukur keberhasilan

proses

pem-

akan memberikan andil yang

belajaran. Berdasarkan peni-

cukup penting. Faktor-faktor

laian sebelumnya hasil belajar

psikologis akan senantiasa

IPA

memberikan landasan dan

Moenadi masih rendah, yaitu

kemudahan

upaya

rata-rata

belajar

kriteria

mencapai

dalam tujuan

kelas

SPMA H.

5,93

sedangkan

ketuntasan

minimum,

secara optimal.

XII

yaitu

belajar

7,6.

Ren-

5) Thomas F. Staton dalam

dahnya hasil belajar tersebut

Sardiman (2007:39) meng-

diduga karena aktivitas siswa

uraikan enam macam faktor

dalam kegiatan pembelajaran

psikologis

masih rendah akibat dominasi

yaitu

(1)

motivasi, (2) konsentrasi, (3)

metode

reaksi, (4) organisasi, (5)

dalam

pemahaman, (6) ulangan.

metode

131

ceramah, hal yang

ini

sehingga diperlukan

lebih

tepat.


Penilaian biologi

terhadap

pelajaran

untuk mengetahui keberhasilan

dilakukan

terhadap

bela-jar dalam memcapai tujuan

dan penilaian

yang diharapkan perlu diadakan

penilaian tes

6.

terhadap keaktifan siswa pada

kajian.

saat berlangsungnya kegiatan

pembelajaran

belajar mengajar di kelas.

terhadap

Pelajaran IPA SPMA.

penilaian terhadap

Pelajaran

pada

materi

Kajian

Penilaian

terhadap

IPA dilakukan

penilaian

proses

tes

dan

proses. merupakan

ekosistem merupakan bagian

penilaian terhadap kegiatan dan

dari bahan kajian dari mata

kemajuan

pelajaran

berlangsungnya

Ilmu

Pengetahuan

siswa

pada

saat

kegiatan

Alam ( IPA ). Mata pelajaran

belajar mengajar di kelas.

IPA pada SPMA diberikan

Hasil penilaian yang diperoleh

alokasi

haruslah

diberi

tindakan

sebanyak 2 jam pelajaran per

kelanjutan

berupa

tindakan

minggu

perbaikan,

oleh

waktu

pembelajaran

dan

pelajaran

karena

itu

berlangsung selama 45 menit.

sebelumnya haruslah dilakukan

Mata pelajaran IPA berfungsi

tindakan

diagnosa

terhadap

untuk memberi pengetahuan

berbagai

kesulitan

belajar.

tentang

Untuk mendiagnosa kesulitan

makhluk

hidup,

mengembangkan ke-trampilan,

belajar

wawasan

dan

kesadaran

wawancara terhadap siswa.

teknologi

dalam

kaitannya

Jenis tes yang dapat diberikan

dengan

pemanfaatan

bagi

dapat

dilakukan

berupa tes formatif maupun tes

kehidupan sehari – hari.

sumatif. Tes formatif diberikan

Dengan memperhatikan uraian

pada

di atas jelas bahwa pelajaran

setiap

akhir

pokok

bahasan

dan

biasa

disebut

IPA merupakan bagian yang

ulangan

harian

sangat penting untuk dipelajari.

dilakukan 3 sampai 5 kali

Seperti pelajaran yang lain

(sesuai pokok bahasan yang

132

dan

dapat


disampaikan) ,sedangkan tes

menghafal dan guru banyak

sumatif

menggunakan metode ceramah

selesai

diberikan

setelah

melakukan

sejumlah

2. Hasil belajar siswa harus dapat

progam yang lebih besar, dan

ditindaklanjuti

disebut ulangan umum dan

belajar siswa dapat dicapai

berlangsung

secara maksimal.

setiap

semester.

Penilaian

hasilnya

digunakan

menentukan

akhir

3. Hasil

sumatif

supaya

belajar

siswa

hasil

dalam

untuk

pembelajaran IPA khususnya

beri-

materi ekosistem pada kelas

peringkat

kutnya.

XII IPA

Tindakan pengayaan dipergu-

hasil belajar secara tuntas baik

nakan

secara

bagi

siswa

yang

dapat menunjukkan

individu

maupun

klasikal.

mengalami percepatan belajar diperuntukan

4. Berdasarkan karakteristik dan

bagi siswa yang mengalami

keunggulan dari multi media

kesulitan belajar.

diharapkan dapat ,menarik dan

dan

perbaikan

termotivasi meningkatkan

B. KERANGKA BERPIKIR Kerangka

pemikiran

sehingga

dapat

prestasi

hasil

belajar siswa.

meru-

pakan penalaran yang dijadikan titik pangkal

untuk

mengarah

pada

C. HIPOTESIS. Atas dasar uraian diatas, maka

pemberian jawaban sementara atas

penulis dalam

masalah yang dirumuskan. Berdasarkan uraian di atas,

pembelajaran IPA

pada materi ekosistem

maka sebagai kerangka pemikiran

menggunakan

disini adalah :

diduga dapat meningkatkan hasil

1. Kurangnya keberhasilan siswa dalam

memahami

pelajaran lebih

disebabkan

suka

belajar

multi

dengan

media

ini

belajar siswa.

materi siswa

III. HASIL

dengan

133

KAJIAN

PEMBAHASAN

DAN


A. DESKRIPSI

KONDISI

berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa yang kurang optimal,

AWAL Subyek kajian adalah kelas XII IPA SPMA H.

Moenadi

yang

maka disini penulis perlu merubah paradigma

pembelajaran

dengan

berjumlah siswa 33 siswa dengan

metode berbasis multimedia yaitu

perincian 17 siswa perempuan dan

dengan menggunakan power point

16 siswa laki- laki . Subyek kajian

dan flash.

yang

berjumlah

mempunyai

33

siswa

karakteristik

heterogen yaitu meliputi

ini yang

B. DESKRIPSI HASIL SETE-

tingkat

intelegensi yang rata – rata rendah, rata – rata motivasi belajar rendah

LAH

MENGGUNAKAN

MULTI MEDIA 1. Perencanaan Tindakan

serta tingkat ekonomi siswa rata –

Dilihat dari data test awal ( pra

rata rendah.

siklus ) ada 20 siswa yang kajian,

masih belum mencapai kriteria

terlebih dahulu mengadakan tes

ketuntasan minimal ada 60 %,

awal

maka

Sebelum

pada

diadakan

siswa,

dengan

penulis

merencanakan

memperoleh hasil seperti dalam

tindakan untuk memperbaiki

tabel di bawah ini :

proses

pembelajaran

serta

meningkatkan hasil belajarnya. Adapun skenario pembelajaran yang

direncanakan

sebagai

berikut : 1. Guru menyiapkan silabus. Karena pembelajaran

dalam ini

proses

guru

masih

menggunakan metode pembelajaran

2. Guru menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran 3. Guru menyiapkan komputer

yang konvensional sehingga kurang

dan

menarik

belajaran

minat

pembelajaran.

siswa Hal

ini

dalam akan

134

LCD

untuk dengan

pemmeng-


gunakan power point dan

terhadap konsep biologi yang

flash.

telah diketahui dan dipahami. 4. Guru menyampaikan materi

4. Guru menyiapkan lembar

pembelajaran

pengamatan pada siswa.

5. Guru membagi tugas materi

pengamatan kinerja guru

tentang

6. Guru menyiapkan lembar

menyiapkan

6. Masing-masing

soal

ulangan

harian

yang

berbentuk

pilihan

ganda

ditugaskan sanakan

7. Setelah

berjumlah 40 soal. menyiapkan

hasil

tentang

itu siswa

disuruh

diskusi

dan

mem-

laporan diskusi tersebut.

dilak-

8. Guru memeriksa hasil laporan

sanakan adalah:

tersebut.

1. Guru menyiapkan komputer

9. Selama proses pembelajaran

dan LCD

berlangsung

2. Siswa dibagi ke dalam 8 kelompok

yang

beranggotakan

4

membuka

dilakukan

ob-

servasi oleh guru.

masing-

orang siswa 3. Guru

diskusi

melak-

presentasikan didepan kelas

2. Pelaksanaan Tindakan

masing

untuk

untuk membuat kesimpulan

rubrik

penilaian ulangan.

yang

kelompok

faktor biotik dan abiotik.

yang masing – masing siklus

Langkah-langkah

mengidentifikasi

faktor biotik dan abiotik.

kuesioner pada siswa.

8. Guru

eko-

sistem.

5. Guru menyiapkan lembar

7. Guru

tentang

3. Hasil Pengamatan 3.1.1 Hasil Pengamatan Kegiatan

pelajaran,

Diskusi Siswa

guru memberikan apersepsi

Berdasarkan data yang diamati

dan

pada waktu siswa melakukan

motivasi

dengan

mengajukan pertanyaan untuk

diskusi,

hasil

mengetahui penguasaan siswa

tersebut dikelompokkan menjadi 3 komponen yaitu :

135

pengamatan


2. Siswa yang berani dalam

1. Kerja kelompok 2. Keaktifan

mengajukan

3. Keberanian

ada

7

pertanyaan

siswa

dengan

Penjelasan Katagori Nilai :

prosentase 22,58 %.

A = 5,0 – 5,9 Sangat Baik

3. Siswa yang cukup berani

B = 4,0 – 4,9 Baik

dalam mengajukan per-

C = 3,0 – 3,9 Cukup Baik

tanyaaan ada 15 siswa

D = 2,0 – 2,9 Kurang Baik

dengan prosentase 48,38

E = 1,0 – 1,9 Sangat Kurang

% 4. Siswa

Baik

yang

kurang

dalam

meng-

Hasil pengamatan pada saat

berani

siswa

diskusi

ajukan pertanyaan ada 1

mendapatkan hasil nilai, rata –

siswa dengan prosentase

rata siswa sebagai berikut :

3,22 %

melakukan

b. Nilai pengamatan pada

a. Pada komponen keberanian siswa

dalam

pertanyaan

komponen

mengajukan

kepada

keberanian

pada siklus I diperoleh

guru

3,70

mendapat nilai :

maka

apabila

8x5 + 7x4 + 15x3 + 1x2

dikuantitatifkan menjadi

31

katagori nilai C atau

Berdasarkan dapat

data

diketahui

Cukupbaik

diatas sebagai b.

berikut :

Sedangkan pada komponen keaktifan dalam menjawab

= 3,70

maupun

1. Siswa yang sangat berani dalam mengajukan pertanyaan

ada

8

siswa

dengan prosentase 25,80 %

136

bertanya

kepada

guru, siswa mendapat nilai rata – rata : 7 x 5 + 8 x 4 + 14x 3 + 2 x 2 31


Berdasarkan dapat

data

diketahui

c.

diatas

Sedangkan pada komponen aktif dalam kerja kelompok

sebagai

berikut :

maka siswa mendapat nilai

1. Siswa yang sangat aktif

rata- rata :

dalam mengajukan pertanyaan

ada

7

9x5 + 7x4 + 14x3 + 1x2

siswa

dengan prosentase 22,58 %

mengajukan ada

31 Berdasarkan data diatas dapat

2. Siswa yang aktif dalam

8

pertanyaan

siswa

dengan

prosentase 25,80 %.

= 3,74

diketahui

sebagai

berikut : 1. Siswa yang sangat aktif dalam kerja kelompok ada 9 siswa dengan prosentase

3. Siswa yang cukup aktif dalam mengajukan per-

29,03 % 2. Siswa yang aktif dalam

tanyaaan ada 14 siswa

kerja

dengan prosentase 45,16

siswa dengan prosentase

%

22,58 %.

kelompok

ada

7

4. Siswa yang kurang aktif

3. Siswa yang cukup aktif

dalam mengajukan per-

dalam kerja kelompok ada

tanyaan

14

ada

2

siswa

dengan prosentase 6,45 %

siswa

dengan

prosentase 45,16 % 4. Siswa yang kurang aktif

Nilai pengamatan pada

dalam kerja kelompok ada

komponen

1 siswa dengan prosentase

keaktifan

pada siklus I diperoleh

3,22 %

3,64

Nilai

maka

apabila

pengamatan

pada

dikuantitatifkan menjadi

komponen kerja kelompok

katagori nilai C atau

pada siklus I diperoleh

Cukupbaik.

3,74

maka

dikuantitatifkan

137

apabila menjadi


katagoriC

atau

Cukup

baik.

Berdasarkan dapat

data

diketahui

diatas sebagai

berikut :

1.1 Hasil Angket Berdasarkan angket yang

1. Siswa

yang

sangat

dalam

peng-

diisi para siswa, kebanyakan

senang

siswa merasa cukup tertarik,

gunaan multimedia

menyukai suasana kelas, dan

9

termotivasi

prosentase 29,03 %

sehingga

dapat

meningkatkan keaktifan serta dapat

meningkatkan prestasi

belajar

setelah

pembelajaran

guru

dalam

menggunakan

siswa

ada

dengan

2. Siswa yang senang dalam penggunaan multimedia ada

7

siswa

dengan

prosentase 22,58 %. 3. Siswa yang cukup senang

Multimedia ( Power Point ). Penjelasan Katagori Nilai :

dalam penggunaan mul-

A = 5,0 – 5,9 Sangat senang

timedia

B = 4,0 – 4,9 Senang

dengan prosentase 41,93

C = 3,0 – 3,9 Cukup Senang

%

D = 2,0 – 2,9 Kurang Senang

4. Siswa

ada 13 siswa

yang

kurang

E = 1,0 – 1,9 Sangat Kurang

senang

Senang

gunaan multimedia

Hasil angket yang diisi oleh

1 siswa dengan pros-

siswa memperoleh data sebagai

entase 3,22 % 5. Siswa

berikut : a. Dalam Multimedia

penggunaan rata

rata

kurang

9x5 + 7x4 + 13x3 + 1x2 + 1x1 = 3,70

pengada

yang

sangat

senang

dalam

penggunaan multimedia ada

mendapat nilai:

dalam

1

siswa

dengan

prosentase 3,22 %

31

Nilai

angket

pada

penggunaan multimedia ( power point ) pada siklus I

138


diperoleh 3,70 maka apabila menjadi

Nilai hasil angket dalam

katagori C atau Cukup

suasana kelas pada siklus I

senang

diperoleh

dikuantitatifkan

b. Dalam suasana kelas rata –

apabila

3,64

maka

dikuantitatifkan

menjadi katagori C atau

rata mendapat nilai : 8 x 5 + 8 x 4 + 12 x 3 + 2 x 2 + 1x 1 = 3,64

Cukup menyenangkan.

31

1.2 Hasil Test Ulangan Harian

Berdasarkan data diatas dapat diketahui sebagai berikut :

Test dilakukan sebanyak 3 kali, dengan cara melihat hasil Pra

1. Siswa yang sangat senang dalam suasana kelas ada 8 siswa dengan prosentase 25,80 %

test dilakukan perbaikan. Dan hasil test ke I juga dilakukan perbaikan

sehingga

menghasilkan test ke II. Hasil

2. Siswa yang senang dalam suasana kelas ada 8 siswa dengan prosentase 25,80

test ulangan harian pada Pra test, test I, II dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

%. 3. Siswa yang cukup senang dalam suasana kelas ada 12

siswa

dengan

prosentase 38,70 % 4. Siswa yang kurang senang dalam suasana kelas ada 2 siswa dengan prosentase 6,45 %

diketahui sebagai berikut :

5. Siswa yang sangat kurang senang

Berdasarkan tabel diatas, dapat

dalam

suasana

kelas ada 1 siswa dengan prosentase 3,22 %

a. Dari hasil ulangan harian pra siklus didapat 18 siswa atau 60 % yang belum mencapai kriteria ketuntasan

139


minimal, sedangkan yang

yang melaksanakan dalam

sudah

diskusi adalah baik.

mencapai

kriteria

b. Rata

ketuntasan belajar ada 12

–

rata

hasil

dari

siswa atau 40 %, dan ada 1

ulangan harian pada siklus II

siswa

sudah diatas rata – rata yaitu

yang

tidak

ikut

7,13 dan siswa yang sudah

ulangan karena sakit. b. Dari hasil ulangan harian

tuntas ada 78,38 % maka

pada siklus I diperoleh ada

ada kenaikan dari siklus I

14 siswa atau 45,16 % yang

nilai siswa rata-rata 6,40 dan

belum

kriteria

siswa yang tuntas ada 54,84

minimal,

%, sehingga ada kenaikan

sudah

sebesar 23,54 %, sehingga

mencapai

ketuntasan sedangkan

yang

mencapai kriteria ketuntasan

pada

minimal ada 17 siswa atau

memenuhi kriteria ketunt-

54,84 %.

asan minimal yaitu 7,6

c. Sedangkan

hasil

siklus

II

sudah

c. Rata – rata siswa dalam

ulangan

harian siklus II diperoleh

mengikuti

hasil ada 7 siswa atau 22,57

materi

% yang belum mencapai

menggunakan

kriteria ketuntasan minimal,

(Flash)

sedangkan 24 siswa atau

sehingga dapat termotivasi

78,38

dan

%

yang

sudah

pembelajaran

ekosistem

Multimedia

sangat

dapat

dengan

senang

meningkatkan

prestasi belajar.

mencapai kriteria ketuntasan minimal. IV.

1. Refleksi Dari hasil pengamatan dan hasil ulangan

dapat

disimpulkan

pengamatan

DAN

SARAN A. KESIMPULAN. 1. Dengan menggunakan pem-

sebagai berikut : a. Rata – rata

KESIMPULAN

nilai hasil pada

siswa

140

belajaran

berbasis

Multi-

media dapat meningkatkan


hasil belajar siswa, semula

menyampaikan

pendapat

siswa dalam pembelajaran

maupun dalam berdiskusi,

konvensional rata – rata

sehingga ada peningkatan

mendapat

sebesar 33,33 % siswa.

hasil

ulangan

dibawah

kriteria

3. Pembelajaran berbasis Mul-

yaitu

timedia dapat meningkatkan

7,6. dan yang sudah tuntas

motivasi, serta siswa merasa

belajar mencapai 40 %.

senang dan tertarik. Pada

Sedangkan setelah meng-

siklus I hanya 51,61 %

gunakan pembelajaran ber-

siswa yang tertarik pada

basis Multimedia rata-rata

pembelajaran dengan Multi-

hasil ulangan di atas kriteria

media

ketuntasan minimal

sedangkan pada siklus II,

masih

ketuntasan minimal

yaitu

(Power

point),

7,6 dan siswa yang sudah

peneliti

menggunakan

tuntas

Multimedia

(Flash)

belajar

mencapai

dipe-

78,38 %, atau ada pening-

roleh 83,86 % siswa yang

katan sebesar 38,38 %

tertarik, sehingga ada peningkatan 32,26 % siswa yang

2. Menggunakan pembelajaran

tertarik .

berbasis Multimedia dapat meningkatkan siswa, semu-

B. SARAN

la hanya 49,45 % siswa

Mengingat hasil kajian ini

yang cukup berani, aktif,

benar – benar dapat menun-

dalam menyampaikan pen-

jukkan keberhasilan yang dapat

dapat

mendukung upaya – upaya guru

maupun

dalam

berdiskusi kelompok pada

dalam

siklus I. Sedangkan setelah

belajar siswa, maka disarankan

menggunakan

sebagai berikut :

Multimedia

meningkatkan

hasil

II

1. Agar para guru, khususnya

diperoleh 82,78 % siswa

guru mata pelajaran biologi

yang

dalam upaya meningkatkan

(Flash)

pada

siklus

berani,aktif

dalam

141


prestasi belajar siswa dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi. 2. Agar guru mata pelajaran yang lain mencoba untuk mengembangkan

penggu-

naan Multimedia ini untuk pengembangan pembelajaran. 3. Pada Sekolah SMA, SMK diharapkan dapat menyediakan sarana yang berupa Multimedia.

Wiroatmojo Piran, Sasonohardjo, Media Pembelajaran, Lembaga Administrasi Negara,2002. Sasonohardjo, Yenny Jorry Salmon, Pengembangan Media Pembelajaran, Lembaga Administrasi Negara, 2005. Krisdasakti Sri Wahyu, Purwanti, Penulisan Karya Ilmiah, Lembaga Administrasi Negara 2005. Suprapti Wahyu, Sudariman, Ragam Metode Belajar, Lembaga Administrasi Negara, 2005. Entang, Titik Rostiah, Metode Pembelajaran, Lembaga Administrasi Negara, 2005. Tim

--------------------------------------

DAFTAR PUSTAKA Amin

Moh, Biologi 2 Untuk Sekolah menengah Umum kelas 2, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1995.

Susilana Rudi, Riana Cepi, Media Pembelajaran, CV Wacana Prima Bandung, 2007. Sumiati, Astra, Metode Pembelajaran, CV Wacana Prima Bandung,2007. Sukidin,Basrowi, Suranto, Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Insan Cendekia, 2008.

Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Research ), Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1999.

Wijayanti, Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Media Peta Konsep Dengan Menggunakan Metode Pemberian Tugas Dalam Pembelajaran Biologi Pada Siswa Kelas IX A Semester Gasal SMP Negeri 2 Mungkid Magelang, 2008. http // ilmu computer.org / category / animasi – dan – multimedia. http // jatengklubguru.com http // cafestudio61.wordpress. com/ 2008/09/11/pengertian – belajar – dan – perubahan – perilaku – dalam – belajar/

142


Biodata Penulis Martuti, lahir di Klaten, 19 Maret 1956, menyelsaikan pendidikan dasar dan menengah di Klaten, mendapatkan gelar sarjana Ekonomi Studi Pembangunan dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, gelar Magister Manajemen dari Universitas Diponegoro Semarang.Saat ini sebagai Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah.Tempat tinggal di Jalan tlogosari Raya I/65c Semarang. Dapat dihubungi melalui :

martuti.bpptk@yahoo.com Supriyanto, Ir, Msi, lahir di Cilacap 17 Mei 1962, Sekarang sedang mengikuti program doktor di Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang program studi Manajemen Pendidikan, S2 Magister Administrasi dari Universitas Indonesia tahun 2001, S1 Sarjana Tenik Industri dari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta 1990, serta menyelesaikan pendidikan STM, SMP dan SD di Cilacap Jawa Tengah. Mengawali karier pegawai negeri sipil tahun 1991 di Balai Pengembangan Produktivitas Daerah Provinsi Kalimantan Selatan sebagai Instruktur Latihan Kerja Manajemen dan Produktivitas, Saat ini menjadi widyaiswara di Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Barat. Dapat dihubungi melalui :

supriyantodaswan@gmail.com Joko Triwiyatno, DRS. MSi. dilahirkan di Boyolali 2 Juli 1958. Mengawali pendidikan dasar di SDN 2 KEYONGAN KENYONGAN kemudian melanjutkan pendidikan di atasnya yaitu SLTP KARTOSURO SMA PANGUDI LUHUR SURAKARTA, sampai di tahun 1982 mendapatkan gelar sarjana jurusan Administrasi Negara di UNS. SURAKARTA dan pada tahun 2001 telah selesai pendidikan S 2 (magister) Studi Pembangunan di UKSW SALATIGA dan Kandidat Doktor Administrasi Publik UNTAG Surabaya. Karier pekerjaan di pemerintahan (sebagai Pegawai ASN) dimulai sejak tahun 1983 dengan berbagai jabatan antara lain Camat, Kepala Bagian, Ketua Bappeda di Pemkab Boyolali. Saat ini sebagai Widyaiswara Ahli Utama Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah, dan menjadi ketua kelompok Jabatan Fungsional Widyaiswara di Bandiklat Provinsi Jawa Tengah. Alamat tempat tinggal Jl. Cendana No: 4 Boyolali RT 01 RW 21 Winong Boyolali Jawa Tengah. Email yang dapat dihubungi : jokotriwi.boy.27@gmail.com Yatno Isworo. Lahir di Blitar 10 Oktober 1964. Pendidikan tinggi di Malang, kuliah S-1 pada Fakultas Pertanian Universitas Islam (UNISMA) Malang. Pada tahun 1995 menempuh S-2 Program Studi Ilmu Tanaman di Universitas Brawijaya (UNIBRAW) Malang. Pertama menjadi CPNS tahun 1999 pada Sub Bagian Program Sekretariat DIKLAT Propinsi Jawa Tengah.

143


Saat ini sebagai Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah sekaligus menjadi Sekretaris Kelompok Jabatan FUngional Widyaiswara. Dapat dihubungi melalui : yateno64@gmail.com Wardi Astuti, Ir. M.Pd. dilahirkan di Yogyakarta 18 Agustus 1966, menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Gunungkidul, Yogyakarta, mendapatkan gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor tahun 1988, Gelar Magister Pendidikan dari Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2004. Saat ini sebagai Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah yang ditugaskan di Balai Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDM Tan) Soropadan, Jawa Tengah. Saat ini tinggal di rumah : Paten, RT. 5 RW. 5, Tridadi, Sleman, Yogyakarta. Dapat dihubungi melalui : wardiastutik@gmail.com Widyastuti, lahir di Semarang, 5 Desember 1959, putri kesebelas dari sebelas saudara, putri dari Bapak M. Soetopo (alm) dan Ibu MA. Soedhiyarti. Menyelesaikan pendidikan SD. 1972,. SMP 1975, SMA 1979, S1 Fakultas MIPA Jurusan Biologi IKIP Negeri Semarang 1985, Menikah dengan Drs. H. Sigit Sumarhaen Yanto, SH, MM pada tahun 1982, dikaruniai tiga anak yaitu Marissa Widiyanti, ST, Adriyanto Nugroho, S.Kom dan Prasetya Yuda Manggala, SE. Meniti karier sebagai Guru SMA Negeri I Demak tahun 1989 – 1991, Guru SMA Dwija Praja 1992 – 2010, Guru SMK Negeri XI Semarang tahun 2010 – 2015, Guru SPMA H. Moenadi Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 sampai sekarang. Dapat dihubungi melalui :widya59.tuti@gmail.com

144


Biodata Penulis Martuti, lahir di Klaten, 19 Maret 1956, menyelsaikan pendidikan dasar dan menengah di Klaten, mendapatkan gelar sarjana Ekonomi Studi Pembangunan dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, gelar Magister Manajemen dari Universitas Diponegoro Semarang. Saat ini sebagai Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah. Tempat tinggal di Jalan tlogosari Raya I/65c Semarang. Supriyanto, Ir, Msi, lahir di Cilacap 17 Mei 1962, Sekarang sedang mengikuti program doktor di Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang program studi Manajemen Pendidikan, S2 Magister Administrasi dari Universitas Indonesia tahun 2001, S1 Sarjana Tenik Industri dari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta 1990, serta menyelesaikan pendidikan STM, SMP dan SD di Cilacap Jawa Tengah. Mengawali karier pegawai negeri sipil tahun 1991 di Balai Pengembangan Produktivitas Daerah Provinsi Kalimantan Selatan sebagai Instruktur Latihan Kerja Manajemen dan Produktivitas, tahun 2001 s.d 2005 menjadi Instruktur Latihan Kerja Manajemen Produktivitas di Balai Pengembangan Produktivitas Daerah Provinsi Jawa Barat, tahun 2006 s.d 2009 menjadi Widyaiswara di Dinas Sosial jawa Barat, tahun 2009 s.d 2012 menjadi widyaiswara di Badan Diklat, Arsip & Perpusda Kabupaten Cilacap, dan 2012 s.d sekarang menjadi widyaiswara di Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Barat. Joko Triwiyatno, Drs. M.Si, lahir di Boyolali 2 Juli 1958, menyelesaikan pendidikan SD, SMP dan SMA di Surakarta, Sarjana Ilmu Politik jurusan Administrasi Negara tahun 1982. Serta menyelesaikan pendidikan S2 Magister Studi Pembangunan UKSW Salatiga Tahun 2001, saat ini tengah menempuh Program Pasca Sarjana Doktor Ilmu Administrasi di UNTAG Surabaya. Mengawali karir Pegawai Negeri Sipil sebagai Kepala Kantor IKK tahun 2001, Kabag Keuangan Setda Kab. Boyolali tahun 2001, Kepala Kantor Arsipda Kab. Boyolali tahun 2005, Kabag Pemerintahan Setda Kab. Boyolali tahun 2006, Asisten Tata Praja Sekda Kab. Boyolali tahun 2008, Kepala BAPPEDA Kab. Boyolali tahun 2009, Staf Ahli Bupati Bidang Hukum dan Politik tahun 2010 dan sebagai Widyaiswara Badan Diklat Prov. Jateng sejak tahun 2011 sampai dengan sekarang. Yatno Isworo. Lahir di Blitar 10 Oktober 1964 sebagai anak bungsu dari 5 (lima) bersaudara dari ayah H. Kastamin (Alm) dan Ibu Hj. Soekilah. Masa kecil bermain-main dan sekolah di Blitar mulai SD Negeri Pokok II Garum-Blitar. SMP Negeri III Blitar dan SMA Negeri I Blitar. Pendidikan tinggi di Malang, kuliah S-1 pada Fakultas Pertanian Universitas Islam (UNISMA) Malang. Karier pendidik dirintis sejak kuliah semester V pada Fakultas Pertanian Universitas Islam (UNISMA) Malang sebagai asisten dosen luar biasa. Pada saat yang bersamaan juga mengikuti kuliah Program Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan UT-UPBJJ Malang. Setelah lulus S-1 diangkat sebagai Dosen Tetap Yayasan UNISMA Malang sampai jenjang Lektor Muda. Pada tahun 1995 mengikuti tuntutan profesi sebagai dosen mencoba menempuh S-2 Program Studi Ilmu Tanaman di Universitas Brawijaya (UNIBRAW) Malang. Pernah menjabat Kepala Bagian Administrasi Pendidikan dan Pengajaran serta Pembantu Dekan Bidang Akademis pada Fakultas Pertanian Universitas Islam (UNISMA) Malang. Pertama menjadi CPNS tahun 1999 pada Sub Bagian Program Sekretariat DIKLAT Propinsi Jawa Tengah. Selanjutnya pada Bidang Diklat Kepemimpinan bertugas sebagai pelaksana penyelenggaraan Diklat Prajabatan, Diklat Kepemimpinan (Diklatpim) Tk.IV, Diklatpim Tk.III dan Diklatpim Tk.II. Juga diperbantukan sebagai fasilitator materi Kepemimpinan Integratif di Alam Terbuka (Outbound) dan fasilitator Diklat Penyetaraan D-III Bagi Penyuluh Pertanian. Sejak tahun 2006 sampai saat ini sebagai Widyaiswara pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Tengah dengan jabatan awal Widyaiswara Muda (III/c) dan setiap 2 (dua) tahun sekali naik pangkat III/d, Widyaiswara Madya IV/a, IV/b. Disamping menduduki jabatan fungsional widyaiswara, pernah aktif sebagai Sekretaris Ikatan Widyaiswara (IWI) Daerah Jawa Tengah Periode 2007 – 20010 dan 2010 –


2013. Selain itu juga dipercaya menjadi sekretaris Kelompok Jabatan Fungsional Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2006 – 2008 dan Periode 2014 – 2016. Menikah dengan Siti Nur Ayuroh, A.Md. pada tanggal 11 November 2011 dan mendapat karunia anak sulung laki-laki Alfian Syahril Nur Isworo pada bulan November 2002. Sepuluh tahun berikutnya tepatnya bulan Oktober 2012 mendapatkan karunia anak ke dua perempuan Alisyia Maharani Nur Isworo, rumah di Griya Klipang Permai Blok N.8/10 RT.11 / RW.23 Kelurahan Sendang Mulyo Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Alhamdulillah..., yang penting hadapi semua yang ada di depan kita dengan khusuk, ikhlas, pasrah dan syukur. Sakmadya Nanging Kudu Sembada”. Wardi Astuti, Ir. M.Pd. dilahirkan di Yogyakarta 18 Agustus 1966, menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Gunungkidul, Yogyakarta, mendapatkan gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor tahun 1988, Gelar Magister Pendidikan dari Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2004. Saat ini sebagai Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah yang ditugaskan di Balai Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDM Tan) Soropadan, Jawa Tengah. Saat ini tinggal di rumah : Paten, RT. 5 RW. 5, Tridadi, Sleman, Yogyakarta. Widyastuti, lahir di Semarang, 5 Desember 1959, putri kesebelas dari sebelas saudara, putri dari Bapak M. Soetopo (alm) dan Ibu MA. Soedhiyarti. Menyelesaikan pendidikan SD. 1972,. SMP 1975, SMA 1979, S1 Fakultas MIPA Jurusan Biologi IKIP Negeri Semarang 1985, Menikah dengan Drs. H. Sigit Sumarhaen Yanto, SH, MM pada tahun 1982, dikaruniai tiga anak yaitu Marissa Widiyanti, ST, Adriyanto Nugroho, S.Kom dan Prasetya Yuda Manggala, SE. Meniti karier sebagai Guru SMA Negeri I Demak tahun 1989 – 1991, Guru SMA Dwija Praja 1992 – 2010, Guru SMK Negeri XI Semarang tahun 2010 – 2015, Guru SPMA H. Moenadi Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 sampai sekarang.




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.