DAFTAR ISI
Daftar Isi
……................................................................
Pengantar Redaksi
i
……...............................................
ii
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi …… Penerapan Budaya Kerja Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi – Martuti
1
Kajian Tugas Pekerja Sosial Fungsional Dalam …… Memberikan Pendampingan Sosial Kepada Penerima Manfaat Di Lingkungan Dinas Sosial Prov. Jawa Tengah – Supriyanto
25
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 dan Otonomi Desa Peluang dan Tantangan – Joko Triwiyatno
……
49
Kajian Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan …… Widyaiswara dalam Mendukung Revolusi Mental Aparatur Sipil Negara – Yatno Isworo
69
……
93
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran …… IPA Dengan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Pada Siswa Kelas XII SPMA H. Moenadi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah – Widyastuti
114
Evaluasi Program Pelatihan – Wardi Astuti
i
PENGANTAR REDAKSI
Salam Inovasi, Tim Redaksi sangat bersyukur atas rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menghadirkan Jurnal Kediklatan Widya Praja untuk yang keenam kalinya. Jurnal Kediklatan ini dimaksudkan untuk memberikan media bagi para pihak terkait
kediklatan khususnya
Widyaiswara untuk menuangkan pemikiran kritis, inotivatif, terkait pengembangan kualitas aparatur sipil negara. Kami sangat berterima kasih kepada para penulis artikel kali ini baik yang berupa hasil penelitian maupun refleksi inovatif, karena hanya dengan dukungan artikel-artikel tersebut Jurnal Kediklatan Widya Praja dapat diterbitkan. Penerbitan jurnal ilmiah ini juga dimaksudkan untuk mendukung pengembangan profesi Widyaiswara melalui penulisan karya tulis ilmiah yang memang merupakan salah satu kewajiban bagi seorang Widyaiswara. Jurnal kediklatan Widya Praja kali ini hadir dengan artikel-artikel terkait budaya kerja, peran pekerja sosial, dan otonomi desa serta artikel lainnya. Semoga sajian kami yang keenam kali ini, meskipun masih perlu pengembangan, dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama pengelola diklat, penyelenggara diklat, widyaiswara, peserta dan alumni diklat.
Semarang, Desember2015
Redaksi
ii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN BUDAYA KERJA PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI Oleh: Martuti Abstrak Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penerapan budaya kerja melalui gugus kendali mutu, yaitu komitmen top manajemen, komunikasi, kerjasama tim, dan motivasi. Berdasarkan pada latar belakang penelitian tersebut dikembangkan suatu model teoritis terdiri dari 5 variabel dan 18 indikator dengan 4 hipotesis yang diuji.Penelitian dilakukan terhadap pegawai yang sudah menerapkan Gugus Kendali Mutu pada Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta yang berjumlah 91 orang.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara kepada responden dan teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan SPSS versi 14. Hasil penelitian menemukan adanya pengaruh positif faktor komitmen top manajemen, komunikasi, kerjasama tim, dan motivasi terhadap penerapan budaya kerja melalui gugus kendali mutu. Kata kunci: komitmen top manajemen, komunikasi, kerjasama tim, motivasi, penerapan budaya kerja PENDAHULUAN
menyebabkan organisasi berkem-
1. Latar Belakang
bang. Salah satu elemen kunci yang menentukan
Sumber daya manusia meru-
keberhasilan
suatu
organisasi adalah Budaya Kerja .
pakan unsur terpenting dalam semua Hal
Menurut Wirawan (2007) peran
senada dikemukakan oleh Ruhana
Budaya Kerja sangat penting dalam
(2009),
upaya mencapai tujuan organisasi.
organisasi
(Siagian,
bahwa
merupakan
unsur
2005).
kualitas
SDM
yang
sangat
Agar
budaya
organisasi
dapat
penting dalam organisasi, karena
berfungsi secara optimal dan benar –
sumber daya manusialah
benar
yang
kondusif,
organisasi
menciptakan berbagai inovasi dan
1
harus
maka
budaya
diciptakan,
dipertahankan, dan diperkuat, serta
Singapore, Malaysia, tak terkecuali
diperkenalkan
Indonesia.
kepada
pegawai
melalui proses sosialisasi agar nilai
Berbekal keberhasilan penerap-
– nilai pegawai dan nilai-nilai
an Manajemen Mutu Terpadu di
organisasi dapat sejalan.
beberapa negara tersebut, Menteri Pendayagunaan
Budaya kerja menjadi terkenal setelah Jepang mencapai kemajuan
tertarik
fantastik
Indonesia
dengan
menerapkan
Aparatur
untuk
Negara
menerapkan
dengan
di
menerbitkan
Manajemen Mutu Terpadu (Gugus
Permenpan No 04/ 1991 yaitu
Kendali Mutu).Sistem ini berakar
Pencanangan Program Budaya Kerja
dan bersumber dari budaya bangsa
di Instansi Pemerintah.
dengan
Meskipun Kementerian Penda-
teknik – teknik manajemen modern.
yagunaan Aparatur Negara sesuai
Mulai pertama kali pada tahun 1950
dengan
Jepang mengundang beberapa ahli
memperkenalkan
dari Amerika Serikat yaitu
Prof.
kerja yang dimuali sejak 1991
DR. Edward Deming dan Prof. DR.
dengan produknya Gugus Kendali
Juran (ahli mutu dan teknik – teknik
Mutu
mutu manajemen). Upaya kedua ahli
dengan Kep. Menpan No. 25/ 2002
tersebut
tentang
Jepang
dikombinasikan
diolah
sesuai
dengan
kewenangannya
(GKM)
konsep
yang
pedoman
telah budaya
dilanjutkan
pengembangan
budaya Jepang oleh Prof. DR. Kauro
budaya kerja aparatur negara disusul
Ishikawa.Hasil adaptasi dari budaya
dengan modul penerapan budaya
Jepang dan budaya Amerika itulah
kerja aparatur negara pada bulan
yang
September 2003 namun perkem-
dikenal
dengan
istilah
bangannya sampai saat ini masih
Manajemen Mutu Terpadu. Jepang
dalam
dalam tahap sosialisasi dan pelatihan
Manajemen
Mutu
fasilitator
Keberhasilan menerapkan
di
daerah
untuk
Terpadu ditiru dan dikembangkan
percontohan di birokrasi pemerintah
oleh beberapa negara lain seperti
sehingga manfaatnya belum bisa
Korea,
dirasakan. (BPKP,2013)
Taiwan,
Hongkong,
2
Permasalahan
umum
orientasinya
dalam
pelayanan
publik/
penerapan budaya kerja berkaitan
public service. Berbeda dengan di
erat dengan keengganan individu
organisasi swasta – BUMN yang
yang ada dalam organisasi untuk
orientasinya profit, maka budaya
mentransformasikan nilai – nilai
kerja akan lebih mudah diterapkan.
dasar
Kesulitan terbesar penerapan budaya
budaya
praktek
organisasi
sehari-hari.
dalam
kerja
Sehingga
di
organisasi
pemerintah
Manajemen Mutu Terpadu sulit
adalah merubah perilaku pegawai
diterapkan
di Indonesia bukan
negeri yang notabene sebagian besar
karena sistemnya yang sulit tetapi
dianggap pegawai yang malas, tidak
perlu transformasi nilai-nilai budaya
disiplin,
dan etos kerja
dibutuhkan, dan hanya loyal kepada
minta
atasan.
Proses dari nilai-nilai menjadi
Yang
dilayani,
menarik
merasa
dalam
budaya kerja dan muncul sebagai
penelitian ini hampir semua PNS
etos kerja akan bisa menjadi daya
yang menjadi responden penelitian
ungkit perubahan pola pikir bagi
menyatakan bahwa budaya kerja
setiap pagawai di unit kerjanya.
perlu
Oleh karena itu perumusan nilai-
pemerintah.
diterapkan
Dari
nilai organisasi akan efektif dengan
hasil
pada
kajian
instansi
yang
Sesuai
kontradiktif di atas, penelitian ini
dengan Per. Menpan No. 39/ 2012
mengikuti pandangan bahwa budaya
dinyatakan
no.
kerja sangat perlu diterapkan di
25/2004 dirasa tidak relefan karena
instansi pemerintah. Hal ini sesuai
pendekatannya top down.
dengan Grand Design Reformasi
pendekatan
bottom
Kep.
up.
Menpan
Hasil penelitian BPKP 2013
Birokrasi 2010-2025 dan Peraturan
mengemukakan budaya kerja perlu
Menteri Pendayagunaan Aparatur
diterapkan di organisasi pemerintah.
Negara Reformasi Birokrasi No. 20/
Beberapa pakar lain beranggapan
2010 tentang Road Map Reformasi
budaya kerja sulit diterapkan di
Birokrasi,
instansi
Indonesia diharapakan berada pada
pemerintah
karena
3
pada
tahun
2025
fase
Terwujudnya
Gugus Kendali Mutu di RSUD Dr.
Pemerintahan
Moewardi Surakarta.
Kelas Dunia. Ada delapan area perubahan dan salah satunya adalah merubah pola pikir (mindset) dan
2. Identifikasi Masalah a. Bagaimanakah
budaya kerja (culture set)
bungan
Untuk mempercepat keberhasil-
komitmen
an proses perubahan pola pikir dan
manajemen
budaya
budaya kerja.
kerja
aparatur
perlu
pengaruh hu-
pada
top
penerapan
diwujudkan penerapan budaya kerja
b. Bagaimanakah pengaruh hu-
secara nyata. Salah satu upaya yang
bungan komunikasi terhadap
dilaksanakan di Rumah Sakit Umum
penerapan budaya kerja.
Daerah Dr. Moewardi Surakarta
c. Bagaimanakah pengaruh hu-
adalah dengan penerapan Gugus
bungan kerjasama tim terhadap
Kendali Mutu.Walaupun penerapan
penerapan budaya kerja.
budaya kerja melalui Gugus Kendali
d. Bagaimanakah pengaruh moti-
Mutu belum menjangkau seluruh
vasi terhadap penerapan buda-
pegawai di RSUD Dr. Moewardi,
ya kerja
tetapi
jumlah
GKM
selalu
3. Tujuan Penelitian a. Mengetahui dan menganalisis
meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun.Pada tahun 2015 jumlah GKM
pengaruh
mencapai
manajemen terhadap penerap-
49
(empat
puluh
komitmen
top
an budaya kerja.
sembilan). Tetapi yang menjadi permasalahan dari 49 jumlah GKM
b. Mengetahui dan menganalisis
yang terbentuk , tidak ada satupun
pengaruh komunikasi terhadap
GKM KSM dan GKM Residen
penerapan budaya kerja. c. Mengetahui dan menganalisis
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti faktor faktor apa
pengaruh
sajakah
terhadap
yamg
mempengaruhi
kerja.
penerapan budaya kerja melalaui
4
kerja
sama
penerapan
tim
budaya
3) Bagi Badan Diklat Provinsi
d. Mengetahui dan menganalisis pengaruh
motivasi
Jawa Tengah, menjadi acuan
terhadap
dalam pelaksanakan diklat
penerapan budaya kerja
teknis budaya kerja
4. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis. 1) Menambah wawasan keilmuan
dibidang
LANDASAN TEORI
penerapan
1. Penerapan Budaya Kerja Secara sederhana budaya kerja
budaya kerja khususnya di RSUD.
Dr.
diartikan
Moewardi
sebagai
cara
pandang
seseorang dalam memberi makna
Surakarta. sumbangan
terhadap kerja. Dengan demikian
pemi-kiran bagi penerapan
budaya kerja diartikan sebagai sikap
budaya kerja tidak hanya di
dan perilaku kerja individu dan
rumah
2) Memberikan
saja
tetapi
kelompok yang didasari atas nilai-
menjadi
pedoman
bagi
nilai yang diyakini kebenarannya
SKPD
(Satuan
kerja
dan
Perangkat Daerah)
lainnya
sakit
di Provinsi Jawa Tengah.
telah
sifat
kebiasaan
dalam
tugas
pekerjaan
dan
(Triguno,
b. Manfaat Praktis.
menjadi
1996).
serta
melaksanakan sehari-hari
Budaya
1) Bagi Lembaga Administrasi
merupakan
Negara diharapkan mampu
organisasi,
memberikan
membangun sumber daya manusia,
pemikiran
sumbangan dalam
suatu
kerja
komitmen
dalam
upaya
proses kerja, dan hasil kerja yang
rangka
lebih baik.
penyusunan kurikulum diklat
Salah satu cara yang dilakukan
teknis budaya kerja.
dalam
2) Bagi Provinsi Jawa Tengah,
penerapan
budaya
kerja
untuk
adalah
membentuk
penerapan budaya kerja di
budaya
kerja
Satuan
Kelompok Budaya Kerja (KBK),
menjadi
referensi
Kerja
Perangkat
yang
organisasi disebut
atau sering disebut Gugus Kendali
Daerah
5
Mutu (Gering,2006). Agar tugas
tanggung
pokok dan fungsi
tetapi perlu
masing-masing
dasarnya
GKM
Karena
mutu,
pada
sangat
saja,
partisipasi total dari
Adapun sarana pengendalian
setiap seksi/ bidang/ dinas tersebut GKM.
pimpinan
seluruh anggota organisasi.
unit dapat tercapai, idealnya di
dibentuk
jawab
dengan
memutar
Siklus
Deming (PDCA/ Plan, Do, Check,
selaras
dengan ciri budaya kerja yang
Action)
melalui
partisipatif dan berorientasi pada
dikenal
dengan
proses.
(Tujuh Langkah dan Tujuh Alat).
Gugus
Kendali
dasarnya
Mutu
suatu
pengendalian
istilah
yang
TULTA
pada
pendekatan
mutu
tekhnik
2. Komitmen Top Managemen Pemimpin
melalui
tugasnya
adalah
penumbuhan partisipasi pegawai.
memberikan bimbingan dan arahan
Secara
diartikan
pada
pegawai
kerja.Komitmen disini bukan hanya
beranggotakan 3-10 orang dari suatu
setuju untuk menerapkan tetapi ada
unit
kesediaan
definitif
“sekelompok
kerja
kecil
yang
sama,
sukarela
untuk
pertemuan
secara
secara
penerapan
dan
budaya
kemauan
untuk
mempelajari konsep tujuh langkah
melakukan dan
dan tujuh langkah pengendalian
berkesinambungan untuk membahas
kualitas, serta menyediakan fasilitas
masalah
dengan
pendukung.Selain hal tersebut perlu
menggunakan alat kendali mutu agar
adanya keteladanan dari seorang
produktivitas meningkat,
pemimpin.
yang
berkala
terjadi
pelanggan/
masyarakat
dilayani
puas�.
sehingga
Kepemimpinan
yang
menghargai potensi kekuatan orang
(Modul
kerja
Pengendalian Mutu Terpadu,2006).
secara
gotong
royong
(collective) dan kekuatan ganda
Dari definisi tersebut di atas jelas bahwa
harus
yang
untuk meningkatkan
diperkirakan
akan
produktivitas, perlu dilakukan secara
menghasilkan kinerja yang lebih
berkelanjutan, dan bukan hanya
baik
6
daripada
sebelumnya.
Kreatifitas diusik,
mereka
tetapi
dengan
tidak
pesan
boleh
didorong
muncul
kepemimpinan
yang
yang
sering
disebut
komunikan, dan media. Komunikasi dikatakan efektif
kondusif.(Triguno, 1996).
apabila pesan yang dikirim oleh
3. Komunikasi
komunikan dapat diterima dengan baik, menyenangkan, aktual, nyata,
Dalam melaksanakan program budaya
kerja
komunikasi
ada tindakan. Selain itu penerima
ketrampilan
merupakan
pesan
faktor
mampu
menyampaikan
penting dalam upaya menciptakan
kembali pesan yang telah diterima
lingkungan
yang
dengan baik dan benar, artinya
Keberhasilan
komunikasi
kondusif.
terjadilah
bisa
komunikasi
dua
dilihat dari seberapa baik kualitas
(Triguno,1996).
interaksi
4. Kerjasama Kelompok
sehingga
antara
Kerjasama
komunikator dan komunikan sama-
arah
kelompok adalah
sama paham dan merasa nyaman
kemampuan bekerjasama mencapai
dalam berhubungan satu sama lain.
visi
bersama
(Andrew,2010).
Komunikasi dapat didefinisikan
Kerjasama tim merupakan bahan
sebagai upaya menyampaikan pesan,
bakar yang memungkinkan orang
pendapat,
bisa mencapai hasil yang luar biasa.
perasaan,
memberikan
berita
/
atau
Di
informasi
dalam
kerjasama
tim
kepada orang lain. Sering kali
individu-individu sanggup mencapai
komunikasi antara dua orang atau
prestasi
lebih tidak berjalan dengan baik
dipercaya.
karena mereka menggunakan satu
bergandengan
istilah sama tetapi mempunyai arti
ikatan jiwa saling mengembangkan
yang berbeda. Tiga unsur penting
imajinasi
komunikasi yang perlu diperhatikan
menyemangati, memotivasi, meng-
yaitu, pengirim pesan yang sering
gandakan usaha dan kemampuan
disebut
individu. (Kaswan ,2013).
komunikator,
penerima
7
luar Di
dan
biasa
dan
sulit
dalam
tim,
kita
tangan
menjalin
kreatifitas,
saling
ilmiah.
Ada sejumlah rahasia pada
Motivasi
merupakan
konsep kerjasama tim. Maknanya
dorongan untuk melakukan sesuatu
lebih dari sekedar kumpulan orang
(Lubis,
yang
untuk
membuat manusia semangat atau
menyelesaikan tugas. Kata kunci
tidak semangat dalam melakukan
terjadinya kerjasama tim adalah
sesuatu.Banyak
sinergi. Tanpa sinergi yang terjadi
membahas
dalam
motivasi.
bergabung
tim
bersama
mungkin
hanya
2009)
yang
para
antara
Motivasi sangat
kompromi,
mempu
ahli
yang
motif
dan
dipengaruhi
oleh sikap, perilaku, keinginan atau
Kata sinergi berasal dari bahasa artinya
tindakan tindakan sengaja lainnya.
gabungan tenaga dari dua individu
Tanpa motivasi orang cenderung
atau
tidak terdorong dan tidak tergerak
Yunani
Sinergio
gabungan
yang
kekuatan
yang
memungkinkan gabungan tenaga itu
untuk
melebihi
diinginkannya. Bila motivasi rendah,
jumlah
tenaga
yang
kerja
Sinergi adalah kekuatan kerja untuk
sesuatu
yang
orang cenderung kurang menyukai
dimiliki individu.
tim
meraih
menyatukan
keras,
kurang tekun dan
enggan memanfaatkan kemampuan
tenaga
kreatifnya
untuk
individu, dan menggandakan usaha
masalah.
Motivasi
individu agar prestasi menjadi lebih
ditentukan oleh motivatornya.
individu,
menutup
keterbatasan
Malayu
besar dan baik. Sinergi adalah cara
memecahkan pegawai
Hasibuan
(1996)
yang lebih baik daripada apa yang
menjelaskan bahwa motivator lebih
bisa dicapai sendiri-sendiri.
berkaitan
5. Motivasi
pengakuan, karakteristik pekerjaan,
dengan
prestasi,
Motivasi merupakan kata ajaib
tanggung jawab, dan kemajuan. Hal
sebab motivasi mengandung makna
ini berkaitan dengan usaha yang
tiada tapi ada. Walau motivasi tidak
kuat
kasat mata tetapi keberadaannya
sedangkan faktor hygiene berkaitan
diakui baik secara awam maupun
dengan ketidak puasan kerja yang
8
dan
prestasi
yang
baik,
berkaitan dengan konteks pekerjaan
pekerjaannya. dan mampu bekerja
dan lingkungan, misalnya: kebijakan
sesuai dengan keahliannya
dan
admonistrasi,
pengawasan
teknis, gaji, hubungan antar pribadi
HIPOTESIS PENELITIAN
dan
1. Kerangka Pemikiran Teoritis
kondisi
kerja.
Satisfier
(motivator), faktor faktor sebagai
Berdasarkan
hasil
penelitian
sumber kepuasan kerja yang terdiri
dari Brower (1995), Suranto AW.
dari: Kesempatan untuk berprestasi,
(2010),
West
(2002),
Widodo
pengakuan, pekerjaan itu sendiri,
(2013),
Hiras
Pasaribu
(2008),
tanggung jawab dan kesempatan
Bambang Purwanggono (2014), Arif
untuk maju.
Ariyanto (2015), Amalia NS (2010),
Douglas Mc Gregor dari Sloan
peneliti melanjutkan menganalisis
School of Management MIT pada
faktor-faktor
tahun 1960 telah menciptakan teori
kesuksesan penerapan budaya kerja.
motivasi yang dikenal dengan Teori
Penerapan
X dan Y. Pemimpin dengan Teori X
dimaksudkan pada penelitian ini
cenderung menyukai gaya Kepe-
adalah penerapan gugus kendali
mimpinan Otoriter
mutu. Adapun faktor-faktor yang
dan
pemim-
pin dengan Teori Y lebih menyukai
diduga
gaya
penerapan
Kepemimpin-an Demokratik.
Untuk
kriteria
memiliki
tipe
pegawai Teori
X
komitmen
yang
yang
memengaruhi
budaya
kerja
berpengaruh budaya
terhadap
kerja
top
yang
adalah
manajemen,
komunikasi, kerja sama tim, dan
adalah
pegawai dengan sifat tidak bekerja
motivasi.
tanpa perintah dan malas, pegawai
teoritis penelitian ini dijelaskan pada
yang memiliki tipe Teori Y akan
gambar berikut :
bekerja dengan sendirinya tanpa perintah
atau
pengawasan
dari
atasannya. Tipe Y ini adalah tipe pegawai yang tugas
dan
sudah menyadari tanggung
jawab
9
Kerangka
pemikiran
1) Menentukan 2. Hipotesis, sional
Definisi
Opera-
Variabel
dan
jelas
Pengaruh
Top
pelaksanaan budaya kerja.
Terhadap
Penerapan
Budaya
Komitmen
top
2) Memimpin
Kerja.
penerapan
manajemen
pada
merupakan kemauan pihak top
berkomitmen
Menurut
budaya Brower
melalui
proses
budaya
kerja
setiap
3) Mampu
terhadap
danan
kerja.
level sesuai
memberi
ketela-
dalam penerapan
budaya kerja.
(1995)
Kegagalan
komitmen top manajemen dapat dilakukan
semua
kewenangannya.
manajemen untuk mendukung
penerapan
memfasilitasi
yang dibutuhkan terhadap Komitmen
Manajemen
dan
dan
yang
menyediakan sumber daya
Indikator. a.
aturan
penerapan
budaya kerja sebagian besar
beberapa
disebabkan
cara:
komitmen
10
kurangnya dari
top
Berdasar penjelasan diatas,
manajemen (Brower, 1995), sehingga
hipotesis
diajukan dalam penelitian
organisasi
ini adalah:
nikasi,
H1:
Komitmen
manajemen
b.
semakin baik antar anggota
yang
top
berpengaruh
dalam
berkomu-
semakin
penerapan
budaya
Berdasarkan
hasil
sukses kerja. penelitian
positif terhadap penerapan
Arif Ariyanto (2015) diketahui
budaya kerja
komunikasi merupakan faktor
Pengaruh Komunikasi Ter-
penting
hadap
program pengembangan budaya
Penerapan
Budaya
dalam
implementasi
Kerja.
kerja di Sekretariat Daerah
Dalam melaksanakan program
Kabupaten Pati. Oleh karena itu
budaya
hipotesis yang diajukan dalam
kerja
komunikasi
merupakan faktor penting untuk
penelitian ini adalah:
menciptakan lingkungan yang
H2:
kondusif, agar nilai-nilai dapat
pengaruh
teraktualisasi dalam sikap dan
penerapan budaya kerja
perilaku
organisasi.
Berda-
c.
Komunikasi positif
berterhadap
Pengaruh Kerja Sama Tim
sarkan penelitian Suranto AW
Terhadap Penerapan Budaya
(2010)
Kerja.
indikator
yang
digunakan dalam keterampilan
Kerjasama
komunikasi adalah:
nilai-nilai sangat penting dalam
1) Pemahaman bersama.
penerapan budaya kerja. Kata
2) Ada unsur kesenangan antar
lain untuk kerja sama adalah
komunikator
dan
Penelitian manciptakan
suatu
partisipasi atau gotong royong.
komu-
nikan. 3) Mampu
merupakan
West
(2002)
indikator dari kerja sama tim
hu-
adalah:
bungan timbal balik.
1) Memiliki tanggung jawab
4) Ada tindakan nyata.
bersama.
11
1) Keberhasilan menyelesaikan
2) Saling berkontribusi. 3) Pengerahan
tugas.
kemampuan
2) Adanya
secara maksimal. Kerjasama
dan
recognition.
kelompok
diperlukan
dalam
3) Bekerja sesuai keahlian.
penerapan
budaya
kerja.
4) Kesempatan
Amelia
NS
mutlak
menyebutkan
mengembangkan diri.
(2012)
manfaat
Dari
dari
penjelasan
diatas,
satunya adalah meningkatkan
pengaruh terhadap penerapan
kerjasama
tim,
budaya
rumusan
hipotesis
sehingga
H3:
Kerja
motivasi
tersebut
penerapan budaya kerja salah
kerja.
minimnya
sama
mempunyai
Bambang
Purwanggono
dalam
penelitian ini adalah
d.
reward
akan
tim
(2014),
motivasi
berdampak
pegawai terhadap
berpengaruh positif terhadap
penerapan budaya kerja 5S di
penerapan budaya kerja
perusahaan. Hipotesis yang bisa
Pengaruh Motivasi Terhadap
dirumuskan dalam penelitian
Penerapan Budaya Kerja.
ini adalah:
Motivasi merupakan salah
H4: Motivasi berpengaruh
satu komponen penting dalam
positif terhadap penerapan
meraih
budaya kerja
keberhasilan
suatu
proses kerja, karena memuat unsur
pendorong
seseorang pekerjaan
untuk sendiri
berkelompok.
e.
bagi
Indikator
Variabel
Pene-
rapan Budaya Kerja. Penerapan
melakukan
budaya
kerja
melalui gugus kendali mutu
maupun
merupakan
Penelitian
salah
satu
indikator
keunggulan bersaing di era
motivasi agar program budaya
globalisasi seperti sekarang ini.
kerja
Dengan menerapkan seacara
Widodo
(2013)
berjalan
dengan
baik
konsisten
adalah:
12
akan
mampu
menghasilkan organisasi yang
populasi yang akan diteliti.
berintegritas sehingga mampu
Teknik
meningkatkan
dengan menggunakan metode
yang
produktivitas
pada
akhirnya
pengambilan
sampel
sampel acak (random), yaitu
akan
memuaskan pelanggan. Pene-
semua
litian Hiras Pasaribu (2008)
populasi dianggap mempunyai
indikator Penerapan
hak
Budaya
subyek
yang
di
sama
dalam
untuk
Kerja:
memperoleh kesempatan dipilih
1) Kepuasan pelanggan.
menjadi
2) Perbaikan berkelanjutan.
1998).
sampel
Populasi
3) Manajemen berdasar fakta.
(Arikunto,
yang
akan
diobservasi berpedoman pada
4) Pelibatan seluruh pegawai.
5-10 kali jumlah parameter PROSEDUR
yang digunakan. Jadi jumlah
PENELITIAN/
sampel adalah jumlah indikator
PENGKAJIAN. 1.
Populasi
Dan
dikali
Sampel
5
sampai
10.
Bila
terdapat 18 indikator, besarnya
Penelitian. merupakan
sampel adalah 90 sampai 180
jumlah keseluruhan dari unit
(Ferdinand, 2000). Oleh karena
analisis yang ciri-cirinya akan
itu jumlah sampel ditetapkan
diduga sebagai obyek penelitian
100 responden.
Populasi
(Indrianto, dimaksud
1999). dengan
Yang
2.
Instrumen Penelitian. Dengan
populasi
menggunakan
dalam penelitian ini adalah
angket yang digunakan untuk
seluruh pegawai di RSUD. Dr.
mendapatkan
Moewardi
responden
sudah
Surakarta
menerapkan
yang
data dalam
dari obyek
penelitian. Pertanyaan dalam
Gugus
angket dibuat
Kendali Mutu.
menggunakan
skala likert 1-4 dengan kriteria:
Sedangkan sampel adalah bagian yang dapat mewakili
13
Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Selanjutnya
2. Teknik Pengumpulan Data
daftar
Metode dilakukan dengan
pertanyaan secara garis besar
wawancara
yang akan diajukan kepada
metodepengumpulan data dengan
responden dapat dilihat pada
cara bertanya langsung (berko-
tabel dibawah ini:
munikasi
langsung)
dengan
responden
(Arianto
,1998).
yaitu
Pengumpulan
14
data
juga
dilakukan dengan meng-gunakan
(Sutrisno Hadi, 2000). Untuk
kuesioner
metode
menguji validitas diguna-kan
dengan
uji korelasi produk moment
yaitu
pengumpulan
data
memberikan atau menyerahkan
dengan
daftar
sebagai berikut:
per-tanyaan
kepada
a)
responden.
pengujian
Jika nilai r hitung > r tabel dan signifikansi <
3. Teknik Analisa Data Dalam
kriteria
0,05
menganalisis
maka
dapat
permasalahan yang dikemukakan
dikatakan
pada
indikator adalah valid.
penelitian
ini,
menggunakan
penulis b)
pendekatan
bahwa
Jika r hitung > r tabel dan
kuantitatif. Yaitu analisa yang
nilai signifikansi > 0,05
menggunakan
maka dikatakan indikator
metode
pembuktian statistik
dan
tidak valid.
menjawab
2) Uji Reliabilitas.
matematis dalam
persoalan
dan
membuktikan
hipotesa
Adalah
untuk
mengukur
yang
alat
untuk
suatu
kuesioner
merupakan
indikator
diajukan. Analisis data yang
yang
digunakan dalam penelitian ini
dari variabel atau konstruk
meliputi
suatu
pengujian
sebagai
kuesioner
reliable
berikut:
atau
dikatakan
handal
juka
seseorang terhadap pernya-
a. Uji Instrumen.
taan adalah konsisten atau
1) Uji Validitas. menun-
stabil dari waktu ke waktu
jukkan tingkat kemampuan
(Ghozali, 2006). SPSS versi
suatu
14
Uji
Validitas
instrumen
untuk
menyediakan
fasilitas
mengungkapkan sesuatu yang
untuk mengukur reliabilitas
menjadi
pokok
dengan uji statistik Conbrach
pengukuran yang dilakukan
alpha (a). Suatu konstruk atau
dengan instru-men tersebut
variabel
sasaran
15
dikatakan
reliabel
jika
memberikan
Conbrach
alpha
uji
nilai
>
Analisis
Penjelasan
Regresi
Linier
Untuk
Bertujuan untuk mengukur hubungan
antar
variabel
dependen
terhadap
variabel-
apakah
variabel
dependen,
dilakukan dari output SPSS Versi 14, adapun kriteria
Y = a + b 1 X 1 +b 2 X 2 + b 3 X 3 +b 4 X 4
yang digunakan adalah: â&#x2C6;&#x2019; Jika nilai t hitung > t
Dimana Variabel
Penerangan
tabel
maka
dapat
Budaya Kerja
disimpulkan
a = Konstanta
hipotesis
alternatif
diterima
dan hipotesis
b1 b 2 b 3 b 4 b 5 =
Koefisien
Regresi.
bahwa
nol ditolak akan ada
X 1 = Variabel Komitmen Top
pengaruh variabel terikat
Manajemen
dengan variabel bebas. â&#x2C6;&#x2019; Jika nilai t hitung < t
X 2 = Variabel Komunikasi
c.
dapat
memutuskan
variabel independent
=
teknik
pengukuran data:
â&#x20AC;&#x201C;
Berganda.
Y
parameter
individual dengan uji t.
0,060
(Nunnaly, 1960). b.
signifikasi
X 3 = Variabel Kerjasama Tim
tabel
X4 = Variabel Motivasi
disimpulkan
Uji Hipotesis.
hipotesa alternatif dapat
1) Uji
signifikansi
Secara
bahwa
ditolak dan tidak ada
Uji signifikasi parsial untuk
dapat
diterima, hipotesis nol
Parsial ( uji t ).
dilakukan
maka
pengaruh variabel terikat
menguji
pengaruh
variabel
independen
terhadap
terhadap variabel bebas. 2) Analisis
Koefisien
Determinasi (R).
variabel dependent secara
Koefisien
parsial. Untuk melakukan
determinasi
(R) mengukur seberapa jauh
16
d. Citra
model dalam menentukan
Prima
Tahun 2013.
variasi variabel dependen.
e. Sertifikasi Iso 22000:2005,
Koefisien determinasi (R) dinyatakan
Pelayanan
Tahun 2014.
dalam
prosentase, Nilai R berkisar
f. Akreditasi
antara 0 < R< 1
KARS
bulan
2012
November
2014.(Paripurna) g. Persiapan ANALISIS DATA DAN PEM-
Internasional (JCI-A) tahun
BAHASAN
2015.
1. Deskripsi Hasil Penelitian a.
h. Dll
Profil RSUD Dr. Moewardi
b.
Surakarta. Rumah Daerah
Sakit Dr.
No.132
Visi:
Moewardi
Surakarta
Rumah
a. Menyediakan kesehatan
milik Provinsi
sumber
daya
kecukupan
diraih
alat
serta
profesionalisme manajemen
antara laian penuh
pada
manusia, kecanggihan dan
rumah sakit lainnya. Banyak
a. Akreditasi
pelayanan
berbasis
keunggulan
Jawa Tengah diantara tujuh
sudah
Terkemuka
Misi:
750 ini merupakan salah satu
yang
Sakit
Berkelas Dunia.
yang
memiliki kapasitas tempt tidur
rumah sakit
Visi, Misi, Jargon, dan NilaiNilai Organisasi.
Umum
beralamat di Jalan Kol Soetarto
prestasi
Akreditasi
pelayanan.
Tahun
b. Menyediakan
2005, 2008, 2011.
wahana
pendidikan dan penelitian
b. Sertifikasi iso 90001:2000,
kesehatan
tahun 2007.
yang
unggul
berbasis pada perkembangan
c. Sertifikasi iso 90001:2008,
ilmu
tahun 2010.,2013
pengetahuan
dan
teknologi kesehatan yang
17
bersinergi
dengan
saat ini jumlahnya mencapai 49
mutu
pelayanan.
GKM Dari 49 GKM, 5 diantaranya
Motto/ Jargon.
adalah
Kami Senang Melayani Anda
GKM
dan Mudah.
2.
(care to you with quality for all/
membudayakan 6
rasa yaitu:
Peduli, Melayani,
Memiliki,
a.
Uji
Validitas
dan
Uji
1) Uji Validitas Hasil pengujian validitas,
Budaya kerja yang diterapkan
variabel
di Rumah Sakit Umum Daerah
Komitmen
Top
Manajemen (X1), variabel
ada
Komunikasi (X2). Variabel
beberapa hal, salah satunya
Kerjasama Tim (X3) dan
menerapkan
variabel
Gugus Kendali Mutu (GKM)
Motivasi
(X3)
memiliki nilai signifikansi
Gugus Kendali Mutu mulai
lebih
diperkenalkan di rumah sakit
tiga belas
PEMBA-
Reliabilitas
Penerapan budaya kerja.
Surakarta
DAN
HASAN
Ramah, Bersih, Antusias
ini pada tahun 1997,
belum
HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS
care 2 u with q 4 all) dengan
dengan
dilakukan
saat
anda
dengan kualitas terintegrasiâ&#x20AC;?
adalah
sampai
terbentuk
melayani
Dr.Moewardi
KSM,
penelitian
Nilai-Nilai Organisasi:
c.
Struktural,
sedangkan GKM Residen dan
dengan Cepat, Tepat, Nyaman,
â&#x20AC;&#x153;Bahagia
GKM
kecil
Dengan
setelah
dari
0,05.
demikian
dapat
disimpulkan
tahun kemudian
indikator
terbentuklah 20 GKM
variabel
Dalam perkembangannya dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan jumlah GKM , dan
pengukuran Komitmen
Top
Manajemen,
Komunikasi,
Kerjasama
Tim
Motivasi
18
bahwa
dan
tersebut adalah
juga
0,290 dan Motivasi sebesar
Penerapan Budaya Kerja (Y)
0,291. Semua koefisien regresi
memiliki nilai signifikansi
bertanda positif, artinya jika
lebih kecil dari 0,05
Komitmen Top Manajemen ,
Uji Reliabilitas.
Komunikasi, Kerjasama Tim,
Hasil pengujian reliabilitas
Motivasi ditingkatkan maka
pada
Penerapan Budaya Kerja juga
valid.
2)
Demikian
masing-masing
variabel
akan meningkat.
penelitian
menghasilkan
nilai
alpha
c.
conbrach yang lebih besar
1) Uji
Signifikansi
dari 0,6. Dengan demikian
Parsial (uji-t).
dapat disimpulkan bahwa
a) Pengujian
hasil
pengukuran
pada
pertama.
variabel
H1
penelitian
tersebut
Manajemen
pengukuran
Regresi
:
Komitmen
Top
berpengaruh
positif terhadap Penerapan
yang reliabel atau konsisten. Analisa
Secara
hipotesis
masing-masing
menghasilkan
b.
Uji Hipotesis.
Budaya Kerja. X1= 0,18 dengan nilai t
Linier
Berganda.
hitung sebesar 0,207 dan
Setelah data diolah dengan
signifikansi sebesar 0,836,
menggunakan aplikasi SPSS
(> 0,05),
versi
disimpulkan
14,
persamaan
maka regresi
diperoleh
maka dapat bahwa
Komitmen
sebagai
Top
Manajemen
berikut
berkorelasi
Y = 0,18X 1 + 0,239X 2 + 0,290X 3 +
positif
0,291X 4
mempunyai
pengaruh
Koefisien regresi Komitmen
signifikan
terhadap
Top Manajemen (X 1 ) sebesar
penerapan budaya kerja.
0,18, Komunikasi sebesar 0,
Hal ini terjadi karena yang
239, Kerjasama Tim sebesar
menjadi responden dalam
19
namun
tidak
penelitian ini tidak seluruh
maka dapat disimpulkan
pegawai di RSUD Dr.
bahwa
Moewardi
berkorelasi positif namun
melainkan
pagawai
yang
tidak mempunyai pengaruh
sudah
signifikan
menerapkan
terhadap
GKM.Berhubung
GKM
Penerapan Budaya Kerja.
sudah
sejak
Hal
diterapkan
ini
terjadi
tahun 1997 sehingga sudah
antar
responden
menjadi
diteliti
sudah
budaya
dan
tersistem.Sesuatu sudah
menjadi
hubungan
yang
baik,
budaya
karena yang terjalin
yang
demikian
sangat juga
adalah melakukan tanpa
dengan pengunjung. Salah
berpikir.
Apalagi
satu nilai yang dijadikan
peraturan, fasilitas, sarana
PIN adalah nilai Peduli
dan
(Care to You).
prasarana
tersedia,
b)
Komunikasi
sudah
sehingga
c)
bagi
Pengujian hipotesis ketiga.
responden komitmen top
H3:
manajemen
berpengaruh
berkorelasi
Kerjasama
secarapositif tetapi tidak
terhadap
berpengaruh
Budaya Kerja.
secara
Tim positif
Penerapan
signifikan.
X3 sebesar 0,90, dengan
Pengujian hipotesis kedua.
nilai t hitung sebesar 2,338
H2:
Komunikasi
dan signifikansi sebesar
positif
0,022.(<0,05) maka dapat
berpengaruh terhadap
disimpulkan
Penerapan
bahwa
Budaya Kerja.
Kerjasama Tim berkorelasi
X2 sebesar 0,239, dengan
positif
nuilai t hitung sebesar
terhadap
1,838
Budaya Kerja.
sebesar
dan
signifikansi
0,69.
(>0,05)
20
dan
signifikan Penerapan
sangat
penerapan
dalam
Kendali Mutu adalah
penerapan Gugus Kendali
motivasi. Perlu terus
Mutu. Tanpa Kerjasama
ditingkatkan
Tim GKM tidak akan bisa
pelatihan
diaplikasikan
dengan
bagi seluruh aparatur
baik..
Pelatihan
tentang
rumah sakit.
team
building
terus
Kerjasama
Tim
dibutuhkan
Gugus
motivasi
2) Koefisien Determinasi. Nilai Adjusted R
dilakukan, karena rohnya GKM ada di kerjasama.
Square pada penelitian ini
d)
sebesar 0,415 atau sebesar
Pengujian
hipotesis
41,5%.
keempat. H4:
diartikan
Motivasi
berpengaruh terhadap
bahwa
dapat variabel yaitu:
Komitmen Top Manajemen,
penerapan
sebesar
ini
independen
positif
Komunikasi, Kerjasam Tim,
budaya kerja. X4
Hal
Motivasi, dapat menjelaskan
0,291,
dengan nilai t hitung
variabel
3,284,
dan
(Penerapan Budaya Kerja)
sebesar
sebesar 41,5% sedangkan
maka
sisanya ( 100% - 41,5% =
disimpulkan
59,5% ) di jelaskan variabel
Motivasi
lain yang belum diteliti
signifikansi 0,01.(<0,05) dapat bahwa
dependen
dalam penelitian ini.
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
Penerapan
SIMPULAN DAN SARAN
Budaya Kerja.
1.Simpulan a.
Selain kerjasama
Secara
parsial
variabel
tim faktor yng sangat
yang berkorelasi positif
menentukan
dan berpengaruh secara
21
signifikan
a.
terhadap
Komitmen
Top
Penerapan Budaya Kerja
Manajemen dalam bentuk
melalui
Kendali
4
variabel
memahami,
Mutu
Gugus adalah
Kerjasama
Tim
M
untuk
variabel Komitmen Top
GKM
Manajemen
dan
terbentuk
Komunikasi
berkorelasi
positif
tetapi
b.
menyusun,
menggerakkan yang
Untuk
belum
meningkatkan
motivasi perlu Pelatihan
tidak
berpengaruh
(mengetahui,
dan menjamin) TULTA
dan
sedangkan
Motivasi
Achivement
secara
Motivation
Training (AMT)
signifikan . b.
Perlu
Komitmen
c.
Top
Hasil dari Risalah Gugus
Manajemen, Komunikasi,
Kendali
Mutu
agar
Kerjasama Tim, Motivasi,
ditindak lanjuti
dalam
mempunyai
rangka mewujudkan visi
korelasi
dan misi organisasi.
positif terhadap penerapan budaya
kerja,
d.
karena
Dalam merumuskan nilai
koefisien regresi semuanya
nilai
organisasi
perlu
bertanda positif
disesuaikan
Y = 0,18X 1 + 0,239X 2 +
Permenpan No. 39/ 2012
menurut
0,290X 3 + 0,291X 4
maksimal 5 nilai bukan 6
c.
Variabel independen dapat
nilai
menjelaskan
variabel
memiliki, ramah,bersi, dan
dependen sebesar 41,5%
antusias). Semakin sedikit
sehingga sisanya 59,5 %
nilai
akan
mudah
dijelaskan
terinternalisasi
sehingga
variabel
lain
(peduli,
melayani,
menjadi budaya
yang belum diteliti. Dalam e.
penelitian ini
Penelitian datang
2. Saran
22
yang
akan perlu
menambahkan maupun
University Press, Vol.2, p. 13-25. BPKP. 2013. Kajian Penerapan Budaya Kerja pada Bank BRI: Khazanah Memperkaya Pengembangan Budaya Kerja pada Birokrasi Publik. Jakarta: BPKP. Covey, Stephen R. 1997. Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Fandyaditya. 2014. Motivasi, Teori Motivasi, Perbedaan teori Motivasi Mc Gregor, Abraham Maslow, David Mc Cellend. Diunduh dari: https://fandyaditya63blog.w ordpress.com/2014/10/27/ko nflik-jenis-dan-sumberkonflik. Disitasi , 23 Agustus 2015 Ferdinand, Agusty. 2000. Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivariated dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Hasibuan, Malayu. 1996. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Kaswan. 2013. Leadership and Team Working. Bandung: Alfa Beta. Lubis, Hadi. 2009. Total Motivation. Yogyakarta: Pro-You.
variabel indikator
penelitian, karena 59,5% dijelaskan oleh variabel lain.
---------------------Daftar Pustaka Afdaluddin. 2006. Modul Pengendalian Mutu Terpadu. Jakarta: Direktorat Produktivitas. Amelia NS. 2010. Hubungan Motivasi Budaya Kerja dengan Kinerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Subang Prov Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan (online). Vol.5 No.I Arianto Arif. 2015. Faktor-faktor Yang Memengaruhi Implementasi Program Pengembangan Budaya Kerja di Sekretariat Daerah Kabupaten Pati. Reformasi. Volume 5. Arikunto, Suharsiwi. 1998. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Aw, Suranto. 2010. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta. Graha Ilmu. Brower. Michael J 1995. â&#x20AC;&#x153;Empowering Teams: what, why, and howâ&#x20AC;?, Empowering in Organizations, MCB
23
Nadkarni. 1976. Pengembangan Motivasi Pengusaha. Jakarta: Departemen Perindustrian. Nursadi, Harsanto. 2006. Modul Penerapan Budaya Kerja Aparatur Negara. Kemen Pan RI. Pasaribu, Hiras. 2008. Pengaruh Komitmen, Persepsi, dan Penerapan Pilar Dasar Total Quality Management terhadap Kinerja Manajerial pada BUMN Manufaktur di Indonesia. Yogyakarta: Jurnal UPN Veteran. Purwanggono, Bambang. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi Karyawan dalam Menerapkan Budaya Kerja 5S (Studi Kasus pada Karyawan PT. PLN. (Persero) P3JB APP Semarang. Jurnal Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus.
Ruhana, Ika. 2009. Pengembangan Kualitas SDM vs Daya Saing Global. Malang: Jurnal Jurusan Administrasi Bisnis UNIBRAW. Santosa, Singgih. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Proporsional. Jakarta: SPSS versi 14. Siagian, Sondag P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia . Yogyakarta: Bumi Aksara. Supriyadi, Gering. 2006. Budaya kerja Organisasi Pemerintah, Modul Diklat Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. Triguno. 1995. Budaya Kerja. Jakarta: Golden Terayon Press.
24
KAJIAN TUGAS PEKERJA SOSIAL FUNGSIONAL DALAM MEMBERIKAN PENDAMPINGAN SOSIAL KEPADA PENERIMA MANFAAT DI LINGKUNGAN DINAS SOSIAL PROV. JAWA TENGAH Oleh: Supriyanto Abstraksi Pembangunan sosial sebagai suatu proses perubahan sosial terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, dimana pembangunan dilakukan saling melengkapi proses pembangunan ekonomi. Pembangunan Sosial sebagai pendekatan pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara paripurna, yakni memenuhi kebutuhan manusia mulai dari kebutuhan fisik sampai sosial. Pekerja sosial adalah adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai tugas memberikan pendampingan sosial kepada para penerima program pelayanan kesejahteraan sosial. Fungsi pekerja sosial meliputi: a) Membantu orang untuk meningkatkan dan menggunakan secara lebih efektif kemampuan penerima manfaat untuk melaksanakan tugas kehidupannya. b) Memecahkan masalah penerima manfaat. c) Menciptakan jalur hubungan pendahuluan penerima manfaat dengan sistem untuk memperoleh sumber palayanan d) Mempermudah interaksi, merubah dan menciptakan hubungan baru antara penerima manfaat dengan sistem kemasyarakatan. Sedangkan peranan pekerja meliputi: a) Membantu memberikan pelayanan sosial, menghubungkan kepada sumber-sumber pelayanan sosial, memberikan dan menyebarluaskan informasi mengenai masalah dan pelayan sosial, membela memperjuangkan haknya memperoleh pelayanan atau menjadi penyambung lidah penerima manfaat. Kesuksesan pekerja sosial dalam melaksanakan pembimbingan sosial tergantung faktor instrinsik dan ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi: kompetensi personal, kompetensi sosial, kompetensi pelayanan dan kompetensi profesional. Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi: a) Komitmen pimpinan, b) Tersedianya sarana & prasarana, c) Pengembangan karier yang jelas. Pembinaan pekerja sosial guna meningkatkan kompetensi pekerja sosial kegiatannya meliputi antara lain: a) Pemberi pertolongan pemecahan masalah sosial (problem solver), b) Pemberdayaan dan agen perubahan sosial (Empower and Change Agent), dan c) AnalisisKebijakan Sosial (Social Policy Analyst). Kata kunci : Tugas, peran, fungsi dan kompetensi pekerja sosial
25
Berdasarkan I. PENDAHULUAN
no
A. Latar Belakang
Kesejahteraan Sosial mengamanatkan
Pancasila sebagai landasan Idiil Negara
Indonesia
pondasi
yang
mensejahterakan memberikan
untuk
Indonesia
untuk
rakyat
tahun
2009
tentang
menyelenggarakan
kesejahteraan sosial bagi rakyat
memberikan
kuat
11
Undang-Undang
yang
Pemerintah,
dengan
dilakukan Provinsi
Kabupaten/Kota
Keadilan Sosial bagi
terpadu
dan
dan terarah,
berkesinambungan
seluruh
Rakyat
Indonesia
Undang
Undang
Dasar
Negara
melalui kegiatan rehabilitasi sosial,
tahun
1945
sebagai
jaminan sosial, pemberdayaan sosial
guna
dan perlindungan sosial terhadap
kegiatan
penyandang masalah kesejahteraan
kesejahteraan bagi seluruh rakyat
sosial dikarenakan oleh: kemiskinan,
melalui pembangunan kesejahteraan
ketelantaran,
sosial.
pencilan, ketunaan, korban bencana
Indonesia landasan
Konstitusi
menyelenggarakan
dan
yang
oleh
proses
perubahan
keter-
dan korban tindak kekerasan.
Pembangunan sosial sebagai suatu
kecacatan,
Kesejahteraan
sosial
Sosial
terencana yang dirancang untuk
kondisi
meningkatkan
hidup
material, spiritual dan sosial warga
sosial
negara agar dapat hidup layak dan
masyarakat,
taraf pembangunan
terpenuhinya
adalah
kebutuhan
dilakukan untuk saling melengkapi
mampu
proses
ekonomi.
sehingga dapat melaksanakan fungsi
bertujuan
sosialnya.
pembangunan
Pembangunan
Sosial
mengembangkan
Sedangkan
diri,
pengertian
meningkatkan kualitas kehidupan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial
manusia secara paripurna, yakni
adalah upaya yang terarah, terpadu,
memenuhi kebutuhan manusia mulai
dan berkelanjutan yang dilakukan
dari kebutuhan fisik sampai sosial.
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan
26
sosial guna memenuhi kebutuhan
sosial adalah pegawai negeri sipil
dasar setiap warga negara, yang
yang diangkat oleh Gubernur Jawa
meliputi rehabilitasi sosial, jaminan
Tengah
sosial, pemberdayaan sosial, dan
memberikan pendampingan sosial
perlindungan sosial.
kepada
Data
Penyandang
yang
para penerima program
pelayanan
Masalah
mempunyai tugas
kesejahteraan
sosial.
Kesejahteraan Sosial (PMKS) di
Sedangkan fungsi pekerja sosial
Jawa Tengah dapat dilihat seperti
meliputi antara lain: a) Membantu
dalam tabel 1 dibawah ini.
orang
untuk
meningkatkan
dan
menggunakan secara lebih efektif kemampuan
Dalam menangani PMKS Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah
untuk
mempunyai pekerja sosial
kehidupan
yang
penerima
manfaat
melaksanakan
tugas
dan penerima
memecahkan
bekerja di UPT Balai Rehabilitasi
masalah
Sosial, Balai Pelayanan Sosial, Balai
Menciptakan
Persinggahan Sosial, Unit Resos dan
pendahuluan diantara orang dengan
Unit Yansos.
sistem untuk memperoleh sumber palayanan dan
Pejabat fungsional pekerja
27
jalur
manfaat
b)
hubungan
c) Mempermudah
interaksi, merubah dan menciptakan
melakukan
melakukan
hubungan baru antara orang dengan
strategi
atau
sistem kemasyarakatan.
perilaku
seseorang
teknis
memberikan
Pekerjaan sosial adalah profesi
berbagai mengubah
dan
nasehat
terakhir kepada
yang
penerima manfaat untuk memenuhi
tujuan utamanya adalah membantu
kebutuhan atau pemecahan masalah.
pertolongan
kemanusiaan
keberfungsian
sosial
Pekerja
individu,
sosial
mempunyai
keluarga dan masyarakat dalam
kedudukan yang sangat strategis
melaksanakan peran-peran sosialnya
untuk
(Suharto,2007).
masalah kesejahteraan sosial, oleh
menangani
penyandang
sebab itu selayaknya pemerintah
Peranan pekerja sosial sangat penanganan
memberikan perhatian yang besar
penyandang masalah kesejahteraan
terhadap figur jabatan fungsional
sosial
pekerja
strategis
dalam
antara lain: a) Membantu
memberikan kepada
pelayanan
penerima
sebagai
jabatan
terhormat dan jabatan unggulan.
sosial
manfaat,
sosial
Sehingga
b)
bangga
menyandang
Menghubungkan penerima manfaat
jabatan fungsional pekerja sosial dan
kepada sumber-sumber pelayanan
pada urutannya akan meningkatkan
sosial,
kinerja.
c)
Memberikan
dan
Sudah
saatnya
institusi
informasi
sosial membangun sumber daya
mengenai masalah dan pelayanan
manusia kesejahteraan sosial yang
sosial,
benar-benar menjadi figur dan sosok
menyebarluaskan
d)
Membela
penerima
pekerja sosial yang sejati.
manfaat memperjuangkan haknya
Kalau
memperoleh pelayanan atau menjadi penyambung manfaat
lidah
agar
memenuhi manfaat, mendatangi
lembaga
kebutuhan e)
respon penerima
Pekerja atau
pernghargaan
penerima
sosial
perlu
memberikan
yang
setinggi-
tingginya
kepada
tenaga
kesejahteraan
sosial
yang
menjadi
mau
pemerintah
fungsional pekerjaan sosial.
menjangkau
pelayanan, sebagai ahli yang dapat
28
pejabat
3.
Dengan demikian kedu-dukan
Mengetahui peran Dinas Sosial
pekerja sosial sangat penting dalam
Provinsi Jawa Tengah
dalam
penanganan PMKS, oleh sebab itu
membina pekerja sosial.
diperlukan pembinaan pekerja sosial yang instens untuk dapat mencetak
D. Manfaat Penelitian
pekerja sosial yang mempunyai kinerja
yang
tinggi
1. Penelitian
dalam
kebijakan dengan
B.
Pertanyaan Penelitian
1.
Bagaimana
gambaran
pekerja
sosial
tugas
peningkatan
kinerja
2. Penelitian ini dapat digunakan
dalam
pendampingan
dalam
mengembangkan
pendidikan
dan
pelatihan
pelayanan kesejahteraan sosial.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
kemampuan
E. Ruang Lingkup Penelitian
pekerja sosial? 3.
yang berhubungan
pekerja sosial.
sosial? 2.
diharapkan
berguna untuk mengembangkan
melaksanakan tugasnya.
memberikan
ini
Peran
Ruang lingkup penelitian ini
apakah
yang
perlu
meliputi gambaran tugas pekerja
dilakukan Dinas Sosial Provinsi
sosial memberikan pendampingan
Jawa Tengah dalam membina
sosial kepada penerima manfaat
pekerja sosial?
(klien),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kemampuan pekerja sosial
C. Tujuan Penelitian 1.
Mengetahui
gambaran
pekerja
sosial
memberikan
Provinsi
tugas
peran
Jawa
melakukan
dalam
Dinas
Sosial
Tengah
pembinaan
dalam terhadap
pekerja Sosial.
pendampingan
Topik penelitian ini sesuai
sosial 2.
dan
Mengetahui apa saja faktor-
tugas
faktor
Pelatihan Provinsi Jawa Tengah
yang
mempengaruhi
yang
tugas pekerja sosial.
29
Badan
Pendidikan
menyelenggarakan
dan
diklat
pelayanan kesejahteraan sosial dan
peranan
analisis
domain pembangunan kesejahteraan
kebijakan
pesertanya pekerja
sosial
pejabat sosial,
yang
sosial.
fungsional
calon
memiliki
atau
aparatur Provinsi, Kabupaten / Kota
memandang
yang
kesejahteraan
bertugas
di
bidang
penting
Sebagai
kemanusian
pejabat
fungsional pekerja sosial
paling
dalam
suatu
profesi
pekerjaan
sosial
paradigma
yang
bahwa sosial
usaha merupakan
institusi strategis bagi keberhasilan
kesejahteraan sosial.
pembangunan. Menurut Heru Sokoco (1997)
II. KAJIAN PUSTAKA
menjelaskan,
A. Pekerja Sosial
peranan
Pekerja sosial adalah bidang
tugas,
pekerja
fungsi
sosial
dan
sebagai
keahlian yang memiliki kewenangan
berikut : Tugas pekerja sosial adalah
untuk melaksanakan berbagai upaya
melaksanakan
guna
bangunan di bidang kesejahteraan
meningkatkan
kemampuan
sosial
fungsi sosialnya melalui interaksi,
perencanaan,
agar orang dapat menyesuaikan diri
pelaksanaan, pengendalian, evaluasi
dengan situasi kehidupannya secara
dan pelaporan pelayanan sosial.
Kekhasan
bentuk
pem-
orang dalam melaksanakan fungsi-
memuaskan.
dalam
program
kegiatan
pengorganisasian,
Fungsi pekerja sosial antara
pekerja dan
lain: membantu orang meningkatkan
keterampilan dalam memanipulasi
dan menggunakan kemampuannya
perilaku manusia sebagai makhluk
secara efektif untuk melaksanakan
sosial.
tugas-tugas
sosial
adalah
pemahaman
kehidupan
dan
memecahkan
masalah-masalah
sebagai sebuah bidang keahlian atau
sosial
mereka
profesi, yang
memiliki landasan
mengkaitkan orang dengan sistem-
keilmuan dan seni dalam praktik
sistem sumber; memberikan fasilitas
sehingga muncul definisi pekerja
interaksi
sosial sebagai profesi yang memiliki
sumber;
Pekerja
sosial
dipandang
30
yang
dengan
alami;
sistem-sistem
mempengaruhi kebijakan
sosial; memeratakan atau menya-
manusia. Tanggung jawab sosial
lurkan sumber-sumber material.
yang dimaksud disini adalah sesuatu
pekerja
yang lebih daripada cinta terhadap
sosial sebagai pemercepat perubahan
sesama manusia. Jika orang sekedar
(enabler),
memberikan
Sedangkan
peranan
perantara
(broker),
uang
pengemis
atau
makan
karena
belas
pendidik (educator), tenaga ahli
kepada
(expert), perencana sosial (social
kasihan, perbuatan ini timbul karena
planner), fasilitator (Facilitator).
cinta terhadap sesama manusia.
panduan
Rasa tanggung jawab sosial
pekerja sosial Departemen Sosial RI
akan menyebabkan manusia tergerak
(1998)
pejabat
untuk memberi pertolongan kepada
tugas
sesama manusia. Gerak demikian
Berdasarkan
Jenjang
fungsional
buku
jabatan
pekerja
sosial
dibagi menjadi 7 (tujuh) kriteria
dapat
antara lain: pekerja sosial pelaksana
pekerjaan-pekerjaan
pemula, pekerja sosial pelaksana,
dimana dilakukan oleh pekerja-
pekerja sosial pelaksana Lanjutan,
pekerja
sosial.
pekerja
adalah
merupakan
sosial penyelia,
pekerja
diaplikasikan
melalui
sosial
Pekerjaan
yang
sosial
serangkaian
sosial pertama, pekerja sosial muda,
aktivitas
profesional
dan pekerja sosial madya.
menolong individu, kelompok dan masyarakat
B.
dalam
untuk
meningkatkan
Pendampingan Sosial
atau memperbaiki kapasitas mereka
Manusia adalah makhuk sosial
agar
berfungsi
sosial
dan
saling butuh membutuhkan, maka
menciptakan kondisi-kondisi ma-
timbul pada manusia rasa tanggung
syarakat
jawab terhadap sesama manusia
mencapai tujuan tersebut. Lahirnya
yang biasa disebut tanggung jawab
pekerjaan sosial
ini
sosial. Terdorong oleh rasa tanggung
karena
masalah-masalah
jawab sosial inilah menyebabkan
sosial yang dihadapi. Suatu masalah
manusia bergerak untuk memberi
sosial adalah suatu persoalan atau
pertolongan
isu sekitar suatu perkembangan,
kepada
sesama
31
yang
adanya
kondusif
untuk
disebabkan
suatu kecenderungan, atau suatu
Maas
situasi
meliputi antara lain:
dalam
peristiwa-peristiwa
dalam
1. Prinsip
manusiawi yang berkaitan dengan
Suharto
Penerimaan
(2007)
(accep-
sesuatu atau beberapa kelompok.
tance)
Hal itu berhadapan dengan suatu
Prinsip penerimaan mengan-
kesatuan sosial yang dapat dikatakan
dung arti bahwa pekerja sosial
sangat meminta perhatian. Perhatian
harus merasakan, menyatakan,
demikian mengambil bentuk diskusi,
menerima
dan
dan kemungkinan juga penyelidikan,
hubungan
dengan
dan keputusan atau ketegasan.
manfaat sebagaimana adanya,
Mengatasi
mengadakan penerima
tidak mengharapkan penerima
masalah-masalah
sosial tidaklah mudah, diperlukan
manfaat
identifikasi,
serta
memikirkan seharusnya pene-
tindakan dalam mengatasi masalah-
rima manfaat bagaimana. Ini
masalah sosial yang ada. Salah satu
berarti bahwa pekerja sosial
cara untuk mengatasi masalah sosial
tidak mempersoalkan seberapa
adalah
jauh
perencanaan,
melalui
pemberdayaan
menjadi
apa
penerima
manfaat
masyarakat. Pemberdayaan masya-
menyimpang
rakat dapat didefinisikan sebagai
ataupun menerima
tindakan sosial dimana penduduk
manfaat
sebuah
komunitas
mengorgani-
contohnya : cacat netra, tidak
sasikan
diri
membuat
mempersoalkan seberapa jauh
dalam
perencanaan dan tindakan kolektif
penerima
untuk memecahkan masalah sosial
perbedaan
atau memenuhi kebutuhan sosial
sosial
sesuai
manfaat,
dengan
kemampuan
dan
dari
atau
kenyataan penerima
kondisi
cacat
manfaat
telah
persepsi
pekerja
dengan atau
penerima sangat
berbedanya nilai nilai yang
sumberdaya yang dimilikinya.
dianut pekerja sosial dengan
Adapun prinsip-prinsip dasar
penerima
Pekerjaan Sosial menurut Henry S
sosial
32
manfaat. harus
Pekerja menerima
penerima manfaat seperti apa
setiap penerima manfaat dan
adanya.
penggunaan prinsip dan metode yang berlainan dalam setiap
2. Prinsip Komunikasi (communication)
penerima
Supaya terjadi hubungan yang
penggunaan prinsip dan metode
baik
dalam
antara
dengan
pekerja
penerima
sosial
manfaat
setiap
bantuan
manfaat,
dan
pemberian
untuk
tujuan
prinsip komunikasi ini harus
mewujudkan penyesuaian yang
dijalankan agar permasalahan
lebih baik diantara penerima
yang dihadapi oleh penerima
manfaat
manfaat
ssosialnya.
dapat
terselesaikan
dengan
lingkungan
Individualisasi
Prinsip
berdasarkan atas hak manusia
komunikasi dalam bimbingan
untuk menjadi individu dan
sosial perseorangan mencakup
untuk diperlakukan tidak hanya
klasifikasi, dan jika diperlukan,
sebagai manusia secara umum,
klasifikasi ulang mmengenai
melainkan bagaimana manusia
kondisi-kondisi yang ada pada
dengan
dua orang yang terlibat dalam
masing masing.
dengan
baik.
4. Prinsip
hubungan penerima manfaat-
keunikan
pribadinya
Partisipasi
(parti-
caseworker secara profesional,
cipation)
dengan demontrasi dan dengan
Prinsip
pernyataan
case-
mengandung pengertian bahwa
peranan
penerima manfaat sendiri yang
caseworker menjadi jelas bagi
akan ditolong oleg caseworker
penerima manfaat.
dan harus berpartisipasi secara
worker
eksplisit,
menjadikan
aktif
3. Prinsip Individualisasi (indivi-
partisipasi
dalam
ini
usaha-usaha
dualitation)
pertolongan
Prinsip individualisasi adalah
kemampuan-kemampuan
pemahaman
penerima
terhadap
dan
kualitas
pengakuan
karena
manfaat
dapat dipergunakan.
keunikan
33
segala
haruslah
5. Prinsip
Kerahasiaan
nilai-nilai dan kebudayaan yang
(confi-
dominan dalam hidupnya.
dentiality) Jika
penerima
manfaat
diharapkan untuk berpartisipasi
C. Penerima Manfaat
secara penuh didalam uapaya
Penerima
pemecahan masalahnya untuk
kesejahteraan
menerima caseworker sebagai
penyandang masalah kesejahteraan
orang yang dapat dipercayai
sosial (PMKS) adalah seseorang,
dan
untuk
kelompok atau masyarakat yang
pert-
karena hambatan, kesulitan atau
berkopeten
berkomunikasi ahanan
dengan
sosial
peranan
yang
gangguan
mengenai
manfaat sosial
sehingga
melaksanakan
dikandungnya
dalam atau
tidak
fungsi
dapat
sosialnya,
membantu untuk mengindivi-
yang mengakibatkan tidak terpenuhi
dualisasikan
kebutuhan
situasi
yang
hidup,
baik
jasmani,
dihadapinya, maka apa yang
rohani maupun sosial dengan wajar.
dikatakan
Hambatan atau kesulitan tersebut
penerima
manfaat
kepada caseworker tidak pernah
dapat
dibicarakan diluar batas-batas
keterlantaran,
kecacatan,
hubungan
belakangan,
keterasinga,
profe-sional
yang
berupa
kemiskinan,
lingkungan
keterdan
ditujukan untuk mmembantu
perubahan
secara
penerima manfaat.
mendadak seperti bencana alam atau bencana sosial.
6. Kesadaran diri dari pekerja
Kementrian
sosial (work self awarness)
Sosial
Republik
juga
Indonesia menggolongkan PMKS
dengan peneria manfaat adalah
menjadi 22 jenis antara lain sebagai
juga seorang manusia biasa
berikut : Anak balita telantar, anak
yang
telantar, anak nakal, anak jalanan,
Pekerja
pribadi
sosial
sama
mempunyai yang
motivasi
wanita
kompleks,
rawan
sosial
ekonomi,
caseworker telah belajar dan
korban tindak kekerasan, lanjut usia
hidup dengan kenyakinan dan
telantar, penyandang cacat, tuna
34
susila, bekas
pengemis, warga
menekankan
gelandangan,
binaan
makna dari pada
generalisasi.
lembaga
Sedangkan menurut Creswell
kemasyarakatan, korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan
dalam
zat-zat adiktif (NAPZA, Keluarga
penelitian kualitatif berarti proses
fakir miskin, keluarga berumah tidak
eksplorasi dan memahami makna
layak huni, keluarga bermasalah
perilaku individu dan kelompok,
sosial psikologis, komunitas adat
menggambarkan masalah sosial atau
terpencil, korban bencana alam,
masalah kemanusiaan.
korban
bencana
sosial
Sugiyono
(2014)
bahwa
Alasan menggunakan pende-
atau
katan kualitatif, antara lain:
pengungsi, pekerja migran telantar,
1. Kelebihan dalam penyelidikan.
orang dengan HIV/AIDS (ODHA),
Dengan
dan keluarga rentan.
menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif III. METODOLOGI
antara peneliti dengan subjek
PENELITIAN
atau
A. Pendekatan Penelitian
memiliki kedekatan baik secara
Menurut
Sugiyono
fisik
(2014)
objek
yang
maupun
diteliti
emsosional.
bahwa metode penelitian kualitatif
Keterlibatan langsung peneliti
adalah
yang
dalam aktivitas subjek yang
filfasat
diteliti, maka peneliti dapat
enterpretif
yang
mengetahui secara mendalam
meneliti
pada
fenomena-fenomena
metode
berlandaskan postpositive digunakan
penelitian pada
/ untuk
peneliti
terjadi.
sebagai instrumen kunci, teknik
peneliti
pengumpulan data dilakukan secara
penelitian
trianggulasi
analisis
pengetahuan secara langsung
data bersifat induktif/kualitatif, dan
apa yang terjadi tentang situasi
hasil
yang diteliti.
kondisi
obyek alamiah,
(gabungan),
penelitian
kualitatif
lebih
Hal
ini
yang disebabkan
merupakan yang
kunci dapat
2. Kekayaan data yang diperoleh.
35
Dalam
situasi
segala
sesuatu
alami
Sumber data berasal dari data
berlangsung
primer dan sekunder, hal ini untuk
yang
dalam situasi penelitian yang
memperoleh
potensial. Lewat pengamatan
mengolahnya
langsung
kesimpulan, sumber data diperoleh
dapat
dilihat,
data
akurat
untuk
mengambil
didengar, dan dicermati, serta
antara
pengukuran yang kemungkinan
pejabat struktural di lingkungan
tidak
Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah,
terlewatkan.
Dalam
lain:
dan
wawancara
lingkungan yang dikenal oleh
pejabat
subjek,
akan
Resos , pejabat fungsional pekerja
bertingkah laku secara spontan
sosial, penerima manfaat dan studi
tidak
literatur.
maka
mereka
dibuat-buat
dengan
struktural
di
dengan
Balai/Unit
demikian data dapat diamati secara maksimal.
C. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan
B. Tempat
kegiatan yang paling penting dalam
dan Sumber Data
penelitian
Penelitian Penelitian
dilakukan
lokus antara lain: Provinsi
Jawa
pada
karena
tujuan
utamanya adalah mendapatkan data.
Dinas Sosial
Tengah
ini,
Pengumpulan
sebagai
data
menggunakan
setting alamiah (natural setting)
pembina pekerja sosial, Balai Anak
dilakukan
Jalanan Kartini Tawangmangu yang
gabungan/trianggulasi yang meliputi
membina
anak
Pelayanan
Sosial
secara
jalanan,
Balai
kegiatan:
Asuhan
Anak
wawancara/interview,
Sunu Ngesti Tomo Jepara yang
pengamatan/observasi,
angket/quesener, dan dokumentasi.
membina anak yatim piatu, Balai Rehabilitasi Sosial Anak Wira Adi Karya Ungaran yang membina anak
D. Teknik Analisis Data
remaja.
Analisis
Data
dalam
penelitian ini dilakukan pada saat
36
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara
peneliti
sudah
me-
lakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Apabila
jawaban
yang
diwawancarai
setelah
terasa
memuaskan
belum
peneliti
akan
dianalisis
reduksi
maka
mengambil
melanjutkan
dalam Sugiyono (2014)
bahwa
analisis
data
secara
sudah
jenuh.
pembuatan
abstraksi
dari
sekumpulan
data
yang
penelitian, kemudian mencari
terus
tema dan kode-kode
menerus sampai tuntas, sehingga datanya
dan
terkumpul sesuai dengan focus
kualitatif dilakukan secara interatif berlangsung
kesimpulan
Reduksi data adalah proses
Menurut Miles and Huberman
dan
data,
1. Reduksi data
data yang kredibel.
dalam
display
verifikasi.
pertanyaan lagi, sampai diperoleh
aktivitas
data,
Reduksi data dilakukan untuk
Aktivitas
memberikan gambaran yang
dalam analisis data meliputi data
tajam
reduction, data display, dan data conclusion drawing/verification. Dalam tahap analisis data,
tentang
pengumpulan
data,
serta
memudahkan
peneliti
untuk
mencarinya
dilakukan langkah-langkah, sebagai
hasil
sewaktu-waktu
dikumpulkan.
berikut:
2. Display Data Setelah dilakukan reduksi data, maka
untuk
gambaran
yang
memberikan menyeluruh
dilakukan display data, yaitu
37
penyajian data dalam bentuk
kepercayaan (credibility) dengan :
grafik. Dengan demikian dapat
Mengadakan
memudahkan
menerus terhadap interaksi yang
peneliti
dalam
pengamatan
dilakukan
membuat kesimpulan.
oleh
mengadakan
3. Pengambilan kesimpulan dan
terus
responden,
triangulasi,
yaitu
verifikasi.
memeriksa kebenaran data, yang
Sejak awal penelitian, peneliti
diperoleh
berusaha mencari makna dari
menggunakan
data
pengumpulan
yang
maksud
diperoleh.Untuk
tersebut
menggunakan tema, dan
pola,
peneliti
recorder,
model,
dengan
pihak
alat-alat data
tustel, teman
seperti
lain, dalam tape
mendiskusikan sejawat
dan
mengadakan member check, yaitu
hubungan, persamaan, sebagainya,
kepada
memeriksa
kemudian
kembali
data
atau
akhir
informasi yang diperoleh kepada
sebagai hasil temuan-temuan
responden dengan mengumpulkan
penelitian.
yang
sejumlah responden untuk meminta
diperoleh kurang representatif
keterangan atau pendapat tentang
untuk
data yang telah dikumpulkan.
diambil
kesimpulan
Jika
data
bahan
mengambil
kesimpulan,
maka
dengan
kekurangan
data
tersebut
IV. HASIL PENELITIAN
melakukan verifikasi dengan
A. Gambaran Lokus Penelitian Dinas Sosial Provinsi Jawa
mengadakan pengumpulan data baru,
sehingga
Tengah
kesimpulan
dibentuk
berdasarkan
dapat disempurnakan dan pada
Peraturan Daerah no 6 tahun 2008
gilirannya
tentang organisasi dan tata kerja
dapat
ditetapkan
Dinas Daerah Provinsi Jawa Tengah.
suatu generalisasi.
Dinas pokok
F. Pengujian Keabsahan Data Pengujian dilakukan
keabsahan
dengan
uji
sosial
mempunyai
melaksanakan
tugas urusan
data
pemerintahan daerah bidang sosial
derajat
berdasarkan asas otonomi daerah
38
dan
tugas
pembantuan.Visi
â&#x20AC;&#x153;Mewujudkan kemandirian kesejahteraan
sosial
PMKS
melalui
PSKS
yang
pemberdayaan
profesionalâ&#x20AC;? Misi: a) Meningkatkan
Dari hasil temuan dilapangan
kualitas, kuantitas dan jangkauan pelayanan
rehabilitasi
diperoleh
sosial
keluarga
dan
potensi
Meningkatkan dan
kualitas,
jangkauan
sedang
sosial
angka kredit.
kuantitas
Dalam melakukan pelayanan
pelaksanaan
sosial kepada panerima manfaat perbandingan
Mengembangkan dan memperkuat penyelenggaraan
penghentian
karena tidak mampu mengumpulkan
c)
perlindungan dan jaminan sosial; d)
sistem
menjalani
sementara dari jabatan fungsional
sumber
kesejahteraan sosial (PSKS);
pejabat
110 orang terdapat 68 orang yang
sosial (PMKS); b) Meningkatkan pemberdayaan
bahwa
fungsional pekerja sosial dari jumlah
penyandang masalah kesejahteraan
kualitas
data
pekerja
kesejah-
idealnya
antara
sosial dengan penerima
manfaat adalah 1:10 artinya 1 orang
teraan sosial; dan e) Meningkatkan
pekerja
kualitas dan kuantitas SDM
sosial
membimbing
penerima manfaat
10 orang, ini
sangat efektif karena rentang kendali B. Hasil Penelitian 1.
Gambaran
tugas
peksos tidak terlalu besar sehingga pekerja
dapat
sosial
mendalami
permasalahan
masing masing penerima manfaat
Berdasarkan tingkat, jenjang
sehingga akan dapat menyelesaikan
dan golongan jabatan fungsional
masalah tersebut dengan baik dan
pekerja sosial dapat dilihat dalam
secara personal pekerja sosial lebih
tabel dibawah ini:
intentif dalam melakukan treatment. akan tetapi dilapangan ditemukan perbandingan 1:40, bahkan dalam
39
kasus psikotropika perbandingannya
menarik, bersahaja dan percaya
mencapai 1:70, sungguh perban-
diri
dingan yang sangat besar hal ini
penerima manfaat. Kompetensi
karena terbatasnya jumlah pekerja
ini diperlukan ketika mela-
sosial
kukan
dan
semakin
berkurang
dalam
menghadapi
pendampingan
antara
jumlah
lain: 1) Melakukan pendekatan
semakin
awal yang merupakan tahap
bertambah seiring dengan semakin
persiapan dalam keseluruhan
komplek permasalahan sosial.
tahap pelayanan dan rehabilitasi
jumlahnya
sedangkan
penerima
manfaat
sosial penerima manfaat dalam
Tugas pekerja sosial dalam melakukan
lembaga
pelayanan,
2)
pendampingan
sosial
kepada penerima manfaat
yang
Melakukan sosialisasikegiatan
meliputi: membimbing, mengarah-
penyampaian informasi tentang
kan
program
dan
memberikan
mendampingi
dalam
pelayanan
pelayanan
rehabilitasi
kesejah-
dan
sosial
dalam
pelayanan
kepada
teraan sosial. Keberhasilan pekerja
lembaga
sosial dalam melaksanakan tugasnya
pihak-pihak yang terlibat agar
sangat
terdapat kesamaan persepsi dan
dipengaruhi
oleh
faktor-
tindakan dalam pelayanan dan
faktor instrinsik dan ekstrinsik.
rehabilitasi
Faktor instrinsik meliputi
sosial
kompetensi yang dimilikinya antara
manfaat,
lain:
identifikasi dan seleksi yaitu
kompetensi
Kompetensi Pelayanan profesional.
Personal,
3)
penerima
Sosial,
Kompetensi
proses
dan
kompetensi
menginventarisasi, memilih dan
Secara
lebih
menemu
Melakukan
menetapkan
rinci
manfaat.
kompetensi tersebut sebagai berikut:
calon 4)
penerima Melakukan
Personal
yaitu
penerimaan
pekerja
sosial
registrasi terhadap penerimaan
dalam mengolah diri sehingga
calon penerima manfaat dari
pekerja sosial berpenampilan
pihak keluarga, atau pihak-
a) Kompetensi kemampuan
40
dan
kenali,
mencatat
pihak
lain
kepada
menyiapkan : penerima manfaat
pihak
untuk kembali kepada keluarga
lembaga pelayanan. b) Kompetensi
sosial
dan lingkungannya, keluarga
yaitu
kemampuan melakukan ber-
dan
masyarakat
sosialisasi
menerima
untuk
kembali penerima
dengan
penerima
sehingga
mampu
manfaat
dengan
keadaan
pelayanan, menyalurkan pene-
penerima manfaat yang sedang
rima manfaat ke dunia usaha
mengalami
melalui kegiatan permagangan
manfaat beradaptasi
permasalahan
setelah
menerima
dan penempatan kerja.
sosial. Kompetensi ini harus dimiliki oleh pekerja sosial
c) Kompetensi Pelayanan yaitu
untuk melakukan pekerjaan-
kemampuan menguasai ilmu
pekerjaan
kesejahteraan
sosial
penggunaan
metode-metode
antara
Assesment
lain:
1)
yang dilakukan
melalui
oleh pekerja sosial merupakan
pendekatan yang tepat dalam
proses untuk menilai situasi dan
melakukan
kondisi,
sosial
kebutuhan
dan
pembimbingan
kepada
penerima
permasalahan penerima man-
manfaat. Kompetensi ini harus
faat, serta situasi dan kondisi
dimiliki oleh pekerja soaial
objektif
untuk
dari
lingkungan dijadikan
keluarga
sosialnya dasar
dan
menangani pekerjaan-
untuk
pekerjaan
antara
lain:
1)
dalam
Melakukan bimbingan sosial
penyusunan rencana pelayanan
proses
yang akan diberikan kepada
rehabilitasi
penerima
ditujukan
kepada
Melakukan intervensi merupa-
manfaat
agar
kan pelaksanaan pelayanan dan
mengembangkan relasi sosial
rehabilitasi sosial penerima. 3)
yang positif dan menjalankan
Melakukan resosialisasi yang
peranan
merupakan
lembaga pelayanan dan dalam
manfaat.
kegiatan
2)
untuk
41
pelayanan
dan
sosial
yang
sosialnya
penerima mampu
dalam
lingkungan sosial masyarakat.
dalam rangka mengembangkan
2) Melakukan bimbingan fisik
kreativitas untuk meningkatkan
dan kesehatan yaitu merupakan
motivasi dan percaya diri, agar
proses
yang
penerima
atau
menjalankan fungsi sosialnya
pelayanan
ditujukan
menjaga
manfaat
meningkatkan kondisi fisik dan
secara wajar.
kesehatan penerima
terminasi
manfaat
7)
dan
dapat
Melakukan rujukanyang
sehingga dapat melaksanakan
merupakan penetapan penghen-
peran sosialnya. 3) Melakukan
tian pelayanan dari lembaga
bimbingan psikososial adalah
pelayanan
merupakan
tahuan secara resmi kepada
upaya
yang
melalui
pemberi-
dilakukan untuk menciptakan
penerima
manfaat
situasi sosial psikologis seperti
keluarganya
dan
adanya perasaan rasa aman,
rujukan
nyaman, tentram dan damai. 4)
menghubungkan
Melakukan bimbingan mental-
manfaat dengan pelayanan lain.
spiritual
adalah
dan
melakukan
adalah
proses penerima
d) Kompetensi profesional yaitu
merupakan
upaya yang dilaksanakan untuk
kemampuan
memelihara dan meningkatkan
dalam
kondisi
kebijakan sosial dan.membuat
mental-spiritual
pekerja
membuat
sosial analisis
5)
alat peraga atau metode metode
Melakukan bimbingan keteram-
yang aplikatif dan menarik
pilan
tentang
penerima
manfaat.
adalah
merupakan
yang
dilaksanakan
kegiatan
ram
pengembangan kesejahteraan
sosial.
dalam rangka mengembangkan
Kompetensi
bakat,
potensi
diharuskan untuk dimiliki oleh
penerima manfaat di lernbaga
pekerja sosial dalam pekerjaan
pelayanan.
antara lain: 1) Perencanaan
minat
6)
dan
Melakukan
ini
prog
sangat
bimbingan rekreasi dan hiburan
yang dilakukan
yaitu upaya yang dilaksanakan
fungsional merupakan proses
42
oleh peksos
penelaahan rencana
dan
penyusunan
Dinas Sosial Provinsi Jawa
pelayanan
Tengah yang mempunyai peran
program
yang sesuai dengan kebutuhan
sebagai
dan
penerima
mempunyai pengaruh dan sangat
manfaat, 2) membuat analisis
berkepentingan terhadap keberadaan
kebijakan
pejabat
permasalahan
sosial
yang
pembina
pekerja
sosial
fungsional pekerja sosial.
merupakan kemampuan mana-
Program pembinaan pekerja sosial
jerial dan konseptual skill.
dengan
tujuan
meningkatkan
kompetensi pekerja sosial meliputi
Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi antara lain: 1) Komitmen
pengetahuan,
pimpinan lembaga yang mendukung
memiliki sikap yang lebih baik.
terhadap
kegiatan
Ruang
pelayanan
keterampilan
lingkup
dan
pembinaan
terhadap
pekerja sosial guna meningkatkan
penerima manfaat, sehingga pekerja
kompetensi pekerja sosial kegiatan-
sosial lebih leluasa dan bebas dalam
nya meliputi antara lain:
pendampingan
menjalankan
sosial
tugasnya.
a. Pemberi
2)
pertolongan
peme-
Tersedianya sarana dan prasarana
cahan masalah sosial (problem
pendukung guna terselenggaranya
solver) melalui:
kegiatan pelayanan pendampingan
1) Pertolongan antar personal
sosial, sehingga pekerja sosial lebih
2) Pelayanan provisi sosial
mudah
3) Penanganan
menjalankan
pendampingan
sosial
pelayanan
individu dan keluarga
kepada
penerima manfaat. 3) Program karier
4) Penanganan
jabatan fungsional yang jelas dan
pendekatan
terarah diri
sosial
Klien
5) Pengembangan
sehingga mampu memacu pekerja
kasus-kasus
dan
kompe-
tensi profesional
untuk
b. Pemberdayaan
mencapainya.
perubahan
dan
agen
sosial (Empower
and Change Agent) melalui:
2. Peran Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah
43
1) Pengembangan
(in
Sistem
house
training)
dan
Jaringan Pemberian Pela-
bekerjasama dengan pihak lain
yanan
antara lain : STKS Bandung,
2) Pengembangan program
Badan Diklat Provinsi Jawa
3) Pendidikan dan pelatihan
Tengah dan Kementrian Sosial
4) Pemeliharaan Organisasi
Republik Indonesia.
5) Pelayanan Perlindungan c. Analisis
Kebijakan
Sosial
V. PENUTUP A. Kesimpulan
(Social Policy Analyst) Adalah melakukan
penelitian
Pejabat
dan
fungsional
Pekerja
pengembangan kebijakan sosial
Sosial adalah Pegawai negeri sipil
dengan
yang diangkat menjadi pekerja sosial
tujuan:
kemampuan dan
Memiliki
berdasarkan
mengembangkan
menrepkan
Surat
Keputusan
Gubernur yang memiliki kompetensi
program-
program penelitian yang terkait
dalam pekerjaan sosial
dengan esensi kebutuhan sosial,
tempatkan di Dinas, Balai atau unit
memiliki kemampuan
sosial.
mela-
Perbandingan idealn dalam
kukan analisa Kebijakan Sosial dan
mampu
pengambil
memberikan pelayanan sosial kepa-
mempengaruhi
kebijakan
dan di
da penerima manfaat adalah 1:10
dalam
proses pengambilan keputusan,
artinya
memiliki kemampuan mengin-
membimbing penerima manfaat 10
formasikan berbagai masalah
orang, ini sangat efektif karena
sosial actual kepada publik dan
rentang kendali peksos tidak terlalu
menyampaikan
besar sehingga dapat mendalami
berbagai
orang pekerja
permasalahan
alternatif pemecahanya. Demikian
1
masing
sosial
masing
penerima manfaat sehingga akan
pembinaan
yang dilakukan oleh Dinas
dapat
Sosial Provinsi Jawa Tengah
tersebut dengan baik dan secara
yang dilakukan secara sendiri
personal pekerja sosial lebih intentif
44
menyelesaikan
masalah
d) kompetensi profesional. Sedang-
dalam melakukan treatment. Di lapangan pelayanan pela-
kan faktor ekstrinsik meliputi antara
yanan kesejahteraan sosial kepada
lain: a) Komitmen pimpinan lem-
penerima
perbandingan
baga yang mendukung terhadap
mencapai 1:40 , artinya 1 orang
kegiatan pelayanan pendampingan
pekerja sosial melakukan pendam-
sosial terhadap penerima manfaat,
pingan
sehingga pekerja sosial lebih leluasa
manfaat
sosial
manfaat
kepada
sebanyak
penerima 40
dan
orang,
bebas
dalam
menjalankan
bahkan dalam kasus psikotropika
tugasnya. b) Tersedianya sarana dan
perbandingannya
mencapai
1:70,
prasarana
1
orang pekerja
sosial
terselenggaranya kegiatan pelayanan
melakukan
pendampingan
sosial
pendampingan
artinya
pendukung
sosial kepada penerima manfaat
pekerja
sebanyak
menjalankan
70
orang,
sehingga
sosial
pejabat
sehingga
lebih
mudah
pelayanan
pendam-
kepada
penerima
sosial
manfaat. c) Program karier jabatan
Dalam melaksanakan pekerjaan
sosial
pingan
pelayanan tidak optimal.
sosial,
guna
fungsional yang jelas dan terarah
fungsional
pekerja sosial melakukan beberapa
sehingga
mampu
tahapan antara lain: a) Tahap pen-
pekerja sosial untuk mencapainya. Pembinaan
dekatan awal, b) Tahap Intervensi
memacu
terhadap
diri
pekerja
c) Tahap Resosialisasi dan d) Tahap
sosial guna meningkatkan kompe-
Terminasi Dan Rujukan.
tensi
Keberhasilan dalam
meliputi antara lain: Pemberi per-
pekerja sosial
melaksanakan
sangat
dipengaruhi
faktor
instrinsik
dan
tolongan pemecahan masalah sosial
tugasnya
oleh
pekerja sosial kegiatannya
(problem solver),
faktor-
dan
ekstrinsik.
agen
perubahan
Faktor instrinsik meliputi kompe-
(Empower
tensi yang dimilikinya antara lain: a)
AnalisisKebijakan
kompetensi Personal, b) kompetensi
Policy Analyst).
Sosial, c) kompetensi pelayanan dan
45
Pemberdayaan
and
sosial
Change
Agent),
Sosial
(Social
tugas pekerja sosial yang lebih
Pembinaan tersebut dilakukan melalui
bimtek,
diklat,
mendalam secara administrasi,
seminar
secara sendiri (in house training)
teknis,
dan bekerjasama dengan pihak lain
Pembinaan
terhadap
pejabat
antara lain : STKS Bandung, Badan
fungsional
pekerja
sosial
Diklat Provinsi Jawa Tengah dan
ditingkatkan baik kuantitas dan
Kementrian
kualitas, sehingga meningkat-
Sosial
Republik
dan
manajerial.
c)
kan kompetensi pekerja sosial
Indonesia.
yang pada gilirannya meningkatkan
B. Saran
pelayanan
kepada
Setelah melakukan kajian tugas
PMKS. d) Belum seriusnya
implementasi pejabat fungsional di
pemerintah Kabupaten/kota da-
lingkungan Dinas Sosial Provinsi
lam membina
Jawa Tengah kami menyarankan
atau aparatur yang menangani
sebagai berikut:
masalah PMKS; 2. Bagi
1. Dinas Sosial Provinsi Jawa
Badan
pekerja sosial
Diklat
Sosial
Tengah antara lain: a) Guna
Provinsi Jawa Tengah antara
meningkatkan jumlah pejabat
lain:
fungsional pekerja sosial, perlu
diklat fungsional dan teknis
adanya
Kesejahteraan
Surat
Keputusan
a)
Menambah
sosial
jumlah
meng-
Gubernur Jawa Tengah untuk
ingat,
mewajibkan bagi yang telah
permasalahan PMKS sehingga
mengikuti tugas belajar dalam
dituntut
Kesejahteraan Sosial segera di-
mempunyai kompetensi yang
lantik menjadi pejabat fung-
tinggi
sional pekerja sosial, mengingat
tugasnya;
perbandingan jumlah pejabat
jangan
fungsional
sosial
diselenggarakan oleh Kemen-
manfaat
trian Sosial Republik Indonesia
sangat besar. b) Perlunya kajian
sangat terbatas; d) Sehubungan
dengan
pekerja penerima
46
b) Semakin komplek
aparatur
dalam
yang
melaksanakan
c) Diklat penjen-
pekerja
sosial
yang
semakin berkurangnya aparatur
Fahrudin, Adi.2012.Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
yang berlatar belakang pendidikan
kesejahteraan
sosial,
maka perlu dilaksanakan diklat-
Departemen Sosial Republik Indonesia. 1998. Panduan Pekerja Sosial di Lingkungan Departemen Sosial Republik Indonesia
diklat dasar kesejahteraan sosial bagi aparatur kabupaten dan Kota, e) Melakukan kajian analisis
tentang
masalah
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung. Alfabeta;
kesejahteraan sosial 3. Bagi Pekerja Sosial diharapkan
Suharto. Edi.2005. Analisis Kebijakan Publik Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung. Alfabeta;
selalu meng up-grade pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan formal, diklatdiklat teknis dan belajar secara mandiri untuk menjadi pekerja
Suharto. Edi. 2007. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri. Bandung. Refika Aditama;
sosial yang profesional.
---------------
Sukoco, Dwi Heru.(1998). Profesi Pekerjaan Sosial dan Profesi Pertolongannya. Bandung: Koperasi Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.
DAFTAR PUSTAKA Balai
Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial.2002. Modul Pengantar Pekerjaan Sosial. Bandung;
Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta. Rineka Cipta;
47
Undang - Undang No. 6 Tahun 2014 dan Otonomi Desa Peluang dan Tantangan Oleh Joko Triwiyatno Widyaiswara Ahli Utama
Abstrak Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis implementasi UU No. 6 Tahun 2014 dan Otonomi Desa Peluang dan Tantangan. Berdasarkan pada latar belakang yang dimulai sejak tahun 1998 sampai tahun 2014, sejalan dengan terbitnya UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Berkaitan dengan Permasalahan fundamental di daerah pedesaan seperti belum siapnya kapasitas perangkat desa dalam manajemen dan tata kelola anggaran desa, berdampak pada munculnya rasa kekhawatiran bagi perangkat desa dalam melaksanakan pengelolaan anggaran yang sedemikian besar. Kesalahan pemahaman dan praktek kebijakan di era otonomi daerah menyebabkan desa banyak kehilangan sumber kakayaan hayati, kekayaan mineral, dan sumber penghidupan semakin minim. .Hasil penelitian menemukan adanya upaya sebagai pemecah permaslahan tersebut. Salah satu upaya tersebut yaitu dengan menerapkan prinsip akuntabilitas, dan transparansi masyarakat dalam setiap penyelenggaraan roda pemerintahan desa. Kata Kunci :Desa, Otonomi Daerah, dan Pemerintahan Desa. ditandai
Pendahuluan Menemukan bangunan
yang
dengan
munculnya
pem-
mangat desentralisasi dalam pola
memberdayakan
penyelenggaraan pemerintahan dae-
esensi
tidaklah mudah. Reformasi di segala
rah,
bidang yang dimulai sejak tahun
menjadi konsep operasionalnya.
1998
diikuti
perubahan
se-
dengan
termasuk
dengan
Otonomi
daerah
Perkembangan semangat desen-
berbagai
tralisasi
dalam tata
yang
ditandai
denga
terbitnya berbagai regulasi terkait
kelola pemerintahan. Hal tersebut
49
pemerintahan daerah seperti Undang
ceruk-ceruk yang tak lagi produktif.
-Undang No. 22 Tahun 1999 sampai
Pembabatan hutan pun masih terus
dengan Undang - Undang No. 32
berlangsung, hingga bumi nusantara
Tahun 2004 ternyata belum berhasil
kehilangan fungsi sebagai paru-paru
melahirkan
sekaligus
kesejahteraan
bagi
penyimpan
air
tanah.
lapisan masyarakat terbawah yang
Kesalahan pemahaman dan praktek
hidup di desa.
kebijakan di era otonomi daerah cenderung
menyebabkan desa banyak kehilang-
jamak menyediakan karpet merah
an sumber kakayaan hayati, keka-
bagi
untuk
yaan mineral, dan sumber penghi-
alam
dupan semakin minim. Otonomi
mengherankan
daerah juga terlalu fokus pada
Otonomi
daerah
kelompok
mengelola daerah.
usaha
sumber Tidaklah
daya
bahwa di era otonomi daerah lengket
membangun
dengan paradigma market driven
yang
development
pemerintah, sehingga desa hanya
dan
terpinggirkan. daerah
desa
masih
Mimpi
kaya
menyerahkan
kedaulatan
menjanjikan
perkotaan
revenue
bagi
diberi sisanya sisa (Sutoro, 2014).
menjadi
dengan
kawasan
Dalam kontek pemberdayaan,
cara
strategi
penge-
membangun
desa
yang
lolaan sumber daya alam kepada
menempatkan desa sebagai obyek
pasar
benar
bak sebuah serangan bertubi-tubi se-
melenakan banyak kepala daerah.
lama lebih dari empat puluh tahun
Alih - alih desa menjadi arena untuk
terakhir. Pada masa orde baru, jelas-
melakukan
pengerukan
jelas pemerintah ingin mengatur dan
kekayaan Negara. Di daerah yang
mengawasi desa untuk kepanjangan
kaya sumber daya mineral pun
kekuasaan. Undang - Undang No. 5
masih banyak desa yang miskin dan
Tahun 1979 sebagai senjata efektif
tertinggal.
untuk mematikan desa. Pada era
ternyata
benar
aksi
-
Wilayah yang kaya mineral dan
reformasi ternyata belum banyak
tambang dirambah sedemikian rupa,
berubah. Undang - Undang No. 22
hingga akhirnya hanya menyisakan
Tahun 1999 dan Undang - Undang
50
berupaya
atas kelahiran Undang - Undang
memberi ruang bagi desa, tetapi
Desa. Berbeda dengan beleid masa-
pada implementasinya justru terda-
masa sebelumnya, Undang - Undang
pat program pemberdayaan nasional
Desa yang diundangkan menjadi
yang
implementasi
Undang - Undang No. 6 Tahun
Undang-Undang tersebut untuk desa
2014, menegaskan komitmen politik
(Sutoro, 2014). Daerah pun masih
dan konstitusional bahwa negara
setengah hati memberikan hak - hak
melindungi
desa dan hanya menempatkan desa
desa agar menjadi kuat, maju,
sebagai
pembangunan.
mandiri, dan demokratis sehingga
Dengan dalih membantu masyarakat
dapat menciptakan landasan yang
miskin, baik pusat maupun daerah
kokoh dalam melaksanakan peme-
menerapkan program pemberdayaan
rintahan dan pembangunan menuju
dalam bentuk bantuan langsung
masyarakat yang adil, makmur, dan
masyarakat (BLM). Alih - alih
sejahtera.
No.
32
Tahun
2004
mematikan
sasaran
dan
memberdayakan
masyarakat menjadi mandiri dan
Bukan hanya para pejuang
sejahtera, yang didapatkan justru
yang berbicara tentang komitmen
ketergantungan yang semakin tinggi.
dan visi perubahan desa. Undang -
Setelah menempuh perjalanan
Undang No. 6 Tahun 2014 terbit
panjang selama tujuh tahun (2007-
pada saat yang tepat, pada tahun
2013), RUU Desa akhirnya disahkan
politik, yang penuh hingar bingar.
menjadi Undang - Undang Desa
Insentif politik mendorong para
pada
Dewan
politisi berjuang melahirkan Undang
Republik
-Undang Desa. Namun Undang -
Sidang
Perwakilan Indonesia,
Paripurna Rakyat
18
Desember
Undang
2013.
Desa
juga
berdampak
Mulai dari Presiden, Menteri Dalam
politik secara luas. Begitu banyak
Negeri beserta jajarannya, DPR,
partai politik maupun calon legislatif
DPD, para kepala desa dan perang-
yang tidak berjuang secara langsung,
kat desa, hingga para aktivis pejuang
hadir menjadi penumpang gratis
desa menyambut kemenangan besar
(free rider), mengklaim diri mereka
51
sebagai pejuang Undang - Undang
Otonomi
Desa. Mereka â&#x20AC;&#x153;menjualâ&#x20AC;? Undang-
dekatan sosilogis
sebuah
pen-
Dalam perspektif sosiologi,
Undang Desa â&#x20AC;&#x201C;yang menjanjikan dana besar kepada desaâ&#x20AC;&#x201C; untuk
terdapat
memobilisasi
tentang
dukungan
Desa,
massa
beberapa arti
argimentasi
penting
adanya
otonomi desa. Pertama, secara
(Sutoro, 2014). Meskipun tidak memperoleh
sosiologis,
jelas
bahwa
untuk
media coverage yang penuh hingar
menciptakan masyarakat adil dan
bingar, Undang - Undang Desa di-
makmur seperti yang diamanatkan
sambut
dalam
dengan
penuh
euforia
Pembukaan
Undang-
masyarakat desa. Terbitnya Undang
Undang
-Undang
2014
Indonesia harus memulai paradigma
membawa implikasi positif bagi
pembangunan dari bawah (Desa)
penguatan eksistensi desa. Namun
karena sebagian besar penduduk
demikian, selain penguatan peran
Indonesia beserta segala permasa-
dan fungsi desa, terbitnya Undang -
lahannya tinggal di Desa. Tetapi
Undang No. 6 Tahun 2014 yang
selama ini, pembangunan cende-
kemudian
dengan
rung berorientasi pada partum-
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun
buhan dan bias kota. Sumberdaya
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
ekonomi yang tumbuh di kawasan
Undang - Undang No. 6 Tahun 2014
Desa diambil oleh kekuatan yang
tentang Desa menimbulkan berbagai
lebih besar, sehingga Desa keha-
implikasi yang perlu untuk dicermati
bisan sumberdaya dan menimbul-
dengan lebih serius, terutama dalam
kan arus urbanisasi penduduk
kaitan dengan pelaksanaan otonomi
Desa ke kota. Kondisi ini yang
desa.
menciptakan ketidakadilan, ke-
No.
6
Tahun
ditindaklanjuti
Dasar
1945,
bangsa
miskinan maupun keterbelakangan senantiasa melekat pada Desa. Kedua, ide dan pengaturan otonomi
52
Desa
ke
depan
dimaksudkan untuk memperbaiki
hadapinya. Oleh karena diperlukan
kerusakan
sosial,
pembagian tugas dan kewenangan
dan
politik
secara rasional di negara dan
Desa. â&#x20AC;&#x153;Otonomi Desaâ&#x20AC;?
hendak
masyarakat agar dapat
budaya
-
kerusakan
ekonomi
masing â&#x20AC;&#x201C;
memulihkan basis penghidupan
masing bisa menjalankan fungsi-
masyarakat
Desa,
dan secara
nya. Prinsip dasar yang harus
hendak
memperkuat
dipegang erat dalam pembagian
Desa sebagai entitas masyarakat
tugas dan kewenangan tersebut
paguyuban yang kuat dan mandiri,
adalah Daerah dan Desa dapat
mengingat transformasi Desa
dibayangkan sebagai kompartemen
sosiologis
dari
patembayan menjadi paguyuban
-kompartemen
tidak
entitas negara.
berjalan
secara
alamiah
seiring dengan perubahan zaman, akibat
dari
interupsi
fleksibel
dalam
Berikutnya, ketiganya memiliki
Negara
misi
yang
sama
yaitu
(struktur kekuasaan yang lebih
mewujudkan kesejahteraan mas-
besar).
yarakat, bahkan yang lebih men-
Ketiga, pengaturan tentang
dasar
adalah
survival
ability
otonomi Desa dimaksudkan untuk
bangsa. Otonomi Desa adalah
merespon proses globalisasi, yang
instrument untuk menjalankan misi
ditandai oleh proses liberalisasi
tersebut.
(informasi,
tepat kalau dalam otonomi daerah
ekonomi,
teknologi,
Oleh karena itu, tidak
budaya, dan lain - lain) dan muncul-
atau
nya pemain - pemain ekonomi
bangunan
dalam skala global. Dampak globa-
ability bangsa. Hal tersebut dapat
lisasi dan ekploitasi oleh kapitalis
terjadi
global tidak mungkin dihadapi oleh
pengaturan yang
lokalitas, meskipun dengan otonomi
peran negara, daerah dan
yang memadai. Tantangan ini me-
Perlu diingat bahwa negara tidak-
merlukan institusi yang lebih kuat
lah
(dalam hal ini negara) untuk meng-
daerah
53
Desa
justru NKRI
apabila
sekedar atau
melemahkan atau
tidak
survival
terdapat
tepat antara
agregasi desa-desa
Desa.
daerahyang
otonom.(Hastu,2007). Spirit Desa
penyelenggaraan pemerintahan desa
bertenaga sosial, berdaulat secara
belaka.
ekonomi
Dengan demikian, maka per-
dan bermartabat secara budaya
luasan kewenangan desa merupakan
sebenarnya menjadi cita-cita dan
hal yang tidak dapat ditunda lagi.
fondasi lokal-bawah yang memper-
Dalam isu kedudukan dan kewe-
kuat
nangan Desa terdapat fakta empirik
politik, berdaya secara
negara-bangsa (SutoroEko,
2007; AMAN,2006).
yang menarik bahwa kedudukan dan kewenangan Desa dalam sejarah Desa sepanjang zaman (pra-
Perluasan Kewenangan Desa
kolonial, kolonial, pasca kemerde-
Di era orde baru, telah terjadi pengurangan
kewenangan
desa,
kaan, Orde Baru dan era
refor-
sehingga nampak bahwa adalah
masi)
sekedar kepanjangan tangan dari
ordinasi atau satelit dari struktur
pemerintah kabupaten dan kecamat-
supradesa yang lebih besar. Karya
an.
monumental
Seluruh
kewenangan
yang
ditempatkan
Denys
dalam
sub
Lombard
dimiliki desa tersebut merupakan
(1996)
sebagaian kecil dari kewenangan
gamblang
yang ditangani Pemerintah Kabu-
kerajaan konsentris di zaman pra-
paten. Dengan demikian telah terjadi
kolonial melakukan penundukkan
“penghilangan sebagian besar hak
dan penaklukan terhadap Desa-desa
masyarakat desa, tidak saja dari
di bumi Jawa, yang waktu itu masih
aspek politik, tetapi juga hukum,
disebut sima. Karya Frans Husken
ekonomi, dan bahkan sosial budaya.
(1998) memberikan kisah berke-
Penghilangan sebagian besar hak
lanjutan tentang kapitalisasi, eks-
tersebut dilakukan melalui peraturan
ploitasi dan diferensiasi social di
negara yang mempersempit “hak
Desa sejak masa kolonial. Karya
masyarakat
berbagai
Hans Antlov (1986), dengan tema
dimensi kehidupan menjadi “hanya”
“negara dalam Desa”, menggam-
persekutuan
barkan dengan jelas bagaimana
desa”
dari
administratif
atau
54
menggambarkan bagaimana
secara
kerajaan-
otoriarianisme
menggali potensi sumber-sumber
negara bekerja diaras lokal. Karya
keuangan Desa. Karena terbatas,
Yando Zakaria,Abih Tandeh (2000),
anggaran Desa tidak mampu me-
menunjukkan penghabisan dan
menuhi kebutuhan kesejahteraan
penindasan Negara terhadap mas-
perangkat Desa, pelayanan publik,
yarakat Desa di zaman Orde Baru.
pembangunan Desa apalagi kese-
Kewenangan Desa
jahteraan masyarakat Desa. Ang-
sentralisme
dan
meliputi
ke-
wenangan di bidang penyeleng-
garan Desa sangat tidak
garaan Pemerintahan Desa, pelaksa-
kupi untuk mendukung pelayanan
naan Pembangunan Desa, pem-
dasar seperti pendidikan, kesehat-
binaan kemasyarakatan Desa, dan
an dan perumahan. Dengan ka-
pemberdayaan masyarakat Desa ber-
limat lain ada kesenjangan fiskal
dasarkan prakarsa masyarakat, hak
antara keuangan pemerintah supra
asal usul, dan adat istiadat Desa.
Desa dengan pemerintah Desa. Kedua,
ada
mencu-
kesenjangan
Penguatan tata kelola anggaran
antara tanggung-jawab dan respon-
desa
sivitas dengan partisipasi masyaSelama ini keuangan Desa
ditopang
dengan
dua
rakat dalam anggaran Desa. Parti-
sumber
sipasi masyarakat dalam anggaran
utama, yakni pendapatan asli Desa
pembangunan Desa sangat besar,
(pungutan, hasil kekayaan Desa,
sementara tanggungjawab dan res-
gotong-royong dan swadaya mas-
ponsivitas sangat kecil. Sebagian
yarakat) serta bantuan dari peme-
besar
rintah. Namun, secara empirik, ada
Desa, terutama pembangunan fisik
beberapa masalah yang berkaitan
(infrastruktur),
dengan keuangan Desa. Pertama,
gotong-royong atau swadaya mas-
besaran anggaran Desa sangat ter-
yarakat. Sementara besaran dana
batas. PADes sangat minim, antara
dari pemerintah sangat kecil, yang
lain karena Desa tidak mempunyai
difungsikan sebagai stimulan untuk
kewenangan dan kapasitas untuk
mengerahkan
55
anggaran
pembangunan
ditopang
(mobilisasi)
oleh
dana
swadaya masyarakat. Padahal ke-
P2KP,
kuatan dana dari warga masyarakat
Perdesaan, PUAP, dan lain-lain.
sangat terbatas, mengingat sebagian
Proyek-proyek (yang silih berganti)
besar warga Desa mengalami kesu-
yang bersifat bagi-bagi uang selalu
litan untuk membiayai kebutuhan
menimbulkan masalah, sehingga
dasar (papan, sandang, pangan,
dana menjadi sia-sia. Selain itu,
pendidikan dan kesehatan) bagi
skema
keluarganya masing-masing.
mempunyai birokrasi dan meka-
kepada Desa
bantuan
Mandiri
proyek
selalu
yang lepas dari
konteks perencanaan local (Desa
kurang mendorong pemberdayaan. Lagi pula alokasi dana
PNPM
nisme tersendiri,
Ketiga, skema pemberian dana pemerintah
BLT
dan daerah) dan kebutuhan lokal. Pemerintah
yang
daerah
(ka-
sama-merata kepada seluruh Desa
bupaten/kota) juga mempunyai
hanya berfungsi sebagai stimulan,
anggaran (ABPD) yang disusun
yang tidak mencerminkan aspek
berdasarkan
keragaman (kondisi geografis dan
bawah (Desa). Baik APBN mau-
sosial ekonomi Desa) dan keadilan.
pun APBD umumnya kurang per-
Baik desa miskin maupun desa
hatian pada Desa. Sebesar 60% -
kaya akan memperoleh alokasi
70% anggaran negara dan daerah
yang sama. Saking lamanya (30
dikonsumsi untuk belanja aparatur
tahun) pengalaman bandes, skema
(belanja rutin). Sisanya, sebesar
seperti itu sudah mendarah daging
30% hingga 40% anggaran daerah
dalam paradigma dan kebijakan
digunakan untuk belanja publik
pemerintah atas Desa, yang justru
untuk masyarakat, yang komposisi
tidak mengangkat kesejahteraan
kasarnya sekitar 30% untuk biaya
dan kemandirian Desa. Selain
tidak langsung (administrasi)d an
Bandes yang sudah melegenda,
70% untuk belanja langsung ke
masih ada banyak skema bantuan
masyarakat. Dari 70% belanja lang-
proyek masuk Desa, mulai dari
sung untuk pembangunan terse-
IDT, P3DT, KUT, PDMDKE, PPK,
but, jika dihitung secara kasar,
56
perencanaan
dari
terdiri dari beberapa plafon: 20%
dalam penguatan tata kelola ang-
plafon politik (untuk DPRD dan
garan/ keuangan desa perlu dukung-
Kepala Daerah);70% untuk plafon
an kapasitas SDM yang memadai.
sektoral (pendidikan, kesehatan, ekonomi
rakyat,
industri
kecil,
Perencanaan Pembangunan Desa
prasarana daerah, dan seterusnya);
Masyarakat Desa di Indonesia
dan 10% untuk plafon spasial Desa
sudah lama akrab dengan peren-
melalui ADD.
canaan
Sedangkan
dari
atas
(top
down
mayoritas
planning) pada masa Orde Baru.
(70%) plafon sektoral digunakan
Meskipun sejak 1982 telah dikenal
untuk prasarana fisik, yang tidak
perencanaan dari bawah (bottom
berkaitan langsung dengan penang-
upplanning), mulai dari Musya-
gulangan kemiskinan. Dari kompo-
warah Pembangunan Desa (Mus-
sisi kasar APBD itu memper-
bangdes)
lihatkan bahwa keberpihakan pe-
tetapi keputusan tentang kebijakan
merintah terhadap spasial Desa
dan program pembangunan Desa
dan orang miskin di Desa sangat
tetap terpusat dan bersifat seragam
lemah.
keuangan
untuk seluruh wilayah. Perenca-
menjadi
sebuah
naan yang terpusat itu juga disertai
yang
menjadi
dengan berbagai proyek bantuan
Desa
Keterbatasan tersebut
masalah
serius,
hingga
Rakorbangnas,
perhatian yang seksama baik dari
pembangunan Desa,
kalangan pemerintah Desa, peme-
bersifat spasial (Bantuan Desa)
rintah pusat dan kabupaten mau-
maupun
pun kalangan â&#x20AC;&#x153;sektor
ketigaâ&#x20AC;?
departemen, kecuali Departemen
(akademisi dan NGOs) yang me-
Luar Negeri,mempunyai program-
naruh perhatian tentang Desa.
program bantuan pembangunan
Melalui Undang - Undang No. 6
Desa.
baik yang
yang sektoral.
Setiap
Tahun 2014 tentang Desa, pe-
Sudah banyak kritik dan bukti
nguatan tata kelola anggaran Desa
empirik yang memperlihatkan ke-
telah dijamin. Namun demikian
lemahan
57
perencanaan
terpusat
dan model bantuan itu. Kritik
kepastian
secara umum, mengatakan bahwa
perimbangan pusat - daerah.
Desa merupakan obyek pemba-
anggaran
Menurut
dari
dana
Undang - Undang
ngunan, sekaligus tempat mem-
No. 23 Tahun 2014 (pemerintahan
buang bantuan (sedekah). Pola
daerah) dan Undang - Undang No.
kebijakan yang sentralistik dan
25 Tahun 2004 (Sistem Perencana-
seragam ternyata cenderung tidak
an Pembangunan Nasional), pe-
sesuai dengan kebutuhan local dan
rencanaan
mematikan konteks sosial yang
ditempuh secara partisipatif dan
beragam. Konsep â&#x20AC;&#x153;bantuanâ&#x20AC;? ter-
berasal dari bawah (bottom up
nyata tidak memberdayakan, dan
planning), yaitu bermula dari aras
sebaliknya
menciptakan
Desa. Perencanaan pembangunan
kultur ketergantungan atau kultur
sekarang tampak lebih desentra-
meminta.
listik dan partisipatif, yang me-
malah
Pengalaman
masa
lalu
mungkinkan
itu
daerah
itu
pemerintah
harus
daerah
dimasa
menghasilkan perencanaan daerah
desentralisasi. Sejak delapan tahun
yang sesuai dengan konteks lokal
lalu (1999), desentralisasi telah
serta proses perencanaan daerah
melakukan devolusi perencanaan,
berlangsung secara partisipatif dan
yakni mengubah model perenca-
berangkat dari Desa.
mengalami
perubahan
naan terpusat menjadi perenca-
Terdapat sejumlah kelemahan
naan yang terdesentralisasi, atau
system dan metodologi perenca-
perencanaan
naan daerah, yang justru memper-
dengan
yang lebih dekat
masyarakat
lokal.
lemah kemandirian dan kapasitas
Pemerintah daerah mempunyai
Desa. Pertama, Undang - Undang
kewenangan penuh untuk mem-
No. 25 Tahun 2004 sama sekali
persiapkan perencanaan sendiri
tidak mengenal perencanaan Desa,
(selfplanning) yang sesuai dengan
atau tidak menempatkan Desa
konteks lokal, sekaligus memiliki
sebagai entitas yang terhormat dalam
58
sistem
perencanaan
pembangunan Nasional. Kedua,
kampung, sehingga setiap Musren-
secara metodologis perencanaan
bangdes hanya mampu mengusul-
daerah mengandung kesenjangan
kan perbaikan prasarana fisik di
antara
lingkungan
â&#x20AC;&#x153;hasil
sektoralâ&#x20AC;?
dengan
Masyarakat
â&#x20AC;&#x153;prosesspasialâ&#x20AC;?. Perencanaan dae-
Desa
rah sebenarnya menghasilkan Ren-
paikan usulan-usulan sektoral yang
cana Kerja Pemerintah Daerah
lebih luas. Kesenjangan dan ke-
(RKPD)
tidak mampuan masyarakat Desa
yang
bersifat
sektoral
tidak
mereka.
(pendidikan, kesehatan, prasarana
itu
daerah,
perikanan,
mempunyai kewenangan untuk
perkebunan, pariwisata, dan lain-
mengatur dan mengurus berbagai
lain), tetapi prosesnya menggu-
sector pembangunan (SutoroEko,
nakan pendekatan spasial, yaitu
2007).
melalui
pertanian,
Musrenbang Desa dan
terjadi
mungkin menyam-
karena
Desa
Ketiga, perencanaan
tidak
pem-
kecamatan. Apa risiko kesenjang-
bangunan ditingkat Desa belum
an ini? Dalam Musrenbang Desa,
partisipatif. Peran elite Desa yang
masyarakat Desa tidak
mem-
mengklaim mewakili aspirasi mas-
punyai kapasitas untuk menjang-
yarakat masih mendominasi keku-
kau isu-isu sektoral. Meskipun di
atan dalam menentukan kebijakan
wilayah Desa terdapat prasana-
pembangunan Desa. Sekarang isti-
pendidikan dan kesehatan, misal-
lah partisipasi stakeholders sebe-
nya, masyarakat Desa tetap tidak
narnya sudah populer diadopsi oleh
mempunyai kapasitas untuk men-
pemerintah sebagai sebuah pende-
jangkau prasarana itu. Prasarana
katan partisipatif dalam pemba-
publik itu tetap dalam jangkauan
ngunan. Di Desa, istilah itu juga
kewenangan Satuan Kerja Pe-
cukup akrab diungkapkan para elite
rangkat Daerah (SKPD). Sedangkan
Desa. Tetapi stakeholders yang terl-
kapasitas masyarakat Desahannya
ibat dalam perencanaan pemba-
menjangkau
masalah
prasarana
ngunan masih
fisik
berada
dilingkup
aktor
yang
59
berkutat
pemerintahan
Desa
pada dan
lembaga-lembaga formal di tingkat
partisipasi, kelompok - kelompok
Desa (lurah, BPD, PKK, LPMD,
marginal dan perempuan yang
RT, dan RW). Keterlibatan organi-
hidup di Desa pasti tidak terwakili
sasi - organisasi sektoral, organisasi
dalam perencanaan daerah. Selain
kemasyarakatan yang lain, dan ke-
itu perencanaan partisipatif yang
lompok perempuan masih sangat
bertingkat
terbatas.
tidak dihayati dan dilaksanakan
dari bawah memang
partisipasi
secara otentik dan bermakna atau
dan perencanaan di Musrenbang-
â&#x20AC;&#x153;murni dan konsekuenâ&#x20AC;?, melainkan
des
Keempat,
proses
distorsi
dari
hanya prosedur yang harus dilewati.
tambahan
dari
Sebagai prosedur formal, perenca-
pemerintah. Musrenbang regular
naan dari bawah sebenarnya hanya
sungguh melelahkan dan membo-
sebagai
sankan karena tidak ada kejelasan
menunjukkan
anggaran yang bakal diterima Desa.
bahwa perencanaan pembangun-
Sebaliknya Forum yang lain (RWT
an yang dilalui oleh pemerintah
BKM
tampak
kabupaten telah berangkat dari
lebih partisipatif dan bergairah
bawah (dari Desa) dan melibatkan
karena proyek ini mampu memas-
partisipasi masyarakat. Hal yang
tikan paguanggaran yang akan di-
terjadi sebenarnya adalah perenca-
peroleh oleh Desa.
naan yang tidak naik ke kabupa-
menghadapi
proyek-proyek
dan
sebagainya)
alat
justifikasi
untuk
kepada
publik
Kelima, proses perencanaan
ten, dan program-program kabu-
partisipatif dari bawah yang bekerja
paten yang turun ke Desa ternyata
dalam wilayah yang luas, kondisi
juga tidak mengalami pemerataan.
sosial yang segmented dan struk-
Banyak Desa yang kecewa karena
tur pemerintahan yang bertingkat-
setiap tahun membuat perenca-
tingkat, cenderung menimbulkan
naan tetapi ternyata programnya
jebakan proseduralisme dan kesu-
tidak turun.
litan representasi (BrianCooksey
Undang - Undang No. 6 Tahun
&IdrisKikula,2005). Dalam proses
2014 tentang Desa secara garis
60
besar memuat berbagai substansi
Selanjutnya pada Pasal 79
pokok yang menjamin kehiudpan
ayat (4) Undang-Undang No. 6
desa sebagais ebuah entitas yang
Tahun 2014 dinyatakan pula bahwa
harus dijamin hak-haknya secara
Peraturan Desa tentang Rencana
konstitusional. Salah satu substansi
Pembangunan
yang
Desa dan Rencana Kerja Pemerintah
menjadi
pembangunan
kekuaatan desa
Desa
adalah
Jangka
merupakan
Menengah
satu-satunya
penyusunan dokumen perencanaan
dokumen perencanaan di Desa dan
pembangunan desa.
merupakan
pedoman
dalam
Pasal 79 Undang-Undang No.
penyusunan Anggaran Pendapatan
6 Tahun 2014 menyatakan bahwa
dan Belanja Desa yang diatur dalam
Pemerintah
Peraturan Pemerintah.
Desa
Perancanaan
menyusun
Pembangunan
sesuai
dengan
sesuai
dengan
Desa
kewenangannya mengacu
Perencanaan
Menuju desa mandiri Desa
pada
yang
maju,
kuat,
mandiri, demokratis dan sejahtera
Pembangunan ditetapkan
merupakan imajinasi tentang desa
dalam Peraturan Desa. Perencanaan
baru yang ditegaskan oleh Undang-
Pembangunan Desa disusun secara
Undang
berjangka meliputi: (1) Rencana
perubahan desa yang berkelanjutan
Pembangunan
Menengah
di masa depan. Perubahan desa
Desa untuk jangka waktu 6 (enam)
memang tidak mudah, tetapi juga
tahun;
Rencana
tidak terlalu sulit.Kita bisa berguru
Pembangunan Tahunan Desa atau
dengan pengalaman lokal.Dari hari
yang
Kerja
ke hari selalu hadir desa inovatif,
Kabupaten/Kota
dan
disebut
yang
Jangka
(2)
Rencana
Desa,
sebagai
arah
Pemerintah
Desa,
merupakan
desa yang berubah, sesuai dengan
penjabaran
dari
Rencana
semangat Undang - Undang Desa.
Menengah
Perubahan desa itu terjadi karena
Pembangunan
Jangka
Desa untuk jangka waktu 1 (satu)
pembelajaran,
tahun.
maupun
61
pengorganisasian pendampingan.
Kapasitas
Pendampingan menjadi modalitas penting
bagi
teknokratis
mencakup
perubahan
pengembangan
desa.Undang-Undang No. 6 Tahun
pengetahuan
2014
terhadap para pelaku desa dalam hal
tentang
Desa
telah
dan
memberikan amanat pemberdayaan
pengelolaan
melalui pendampingan desa.
penganggaran,
keterampilan
perencanaan, keuangan,
administrasi, sistem informasi dan
Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi No.3 Tahun 2015
sebagainya.Pendidikan
menegaskan bahwa pendampingan
berorientasi pada penguatan active
desa
untuk
and critical citizen, yakni warga
melakukan tindakan pemberdayaan
yang aktif, kritis, peduli, berdaulat
masyarakat
dan bermartabat. Hal ini antara lain
adalah
kegiatan
melalui
asistensi,
politik
pengorganisasian, pengarahan dan
merupakan
kaderisasi
yang
fasilitasi desa. Sedangkan tujuan
melahirkan
kader-kader
lokal
pendampingan desa meliputi: (a)
militan
Meningkatkan kapasitas, efektivitas
pembangunan
desa
dan
dan akuntabilitas pemerintahan desa
demokratisasi.
Kaderisasi
tidak
dan
identik
pembangunan
Desa;
(b)
sebagai
dengan
penggerak
pendidikan
dan
Meningkatkan prakarsa, kesadaran
pelatihan, namun juga membuka
dan partisipasi masyarakat Desa
ruang-ruang
dalam pembangunan
mengakses pada forum musyawarah
partisipatif;
(c)
desa
yang
desa,
Meningkatkan
yang
publik
politik
membicarakan
dan
dan
sinergi program pembangunan Desa
memperjuangkan
kepentingan
antarsektor;
warga.Kepemimpinan
lokal
dan
(d)
yang
Mengoptimalkan aset lokal desa
berbasis masyarakat, demokratis dan
secara emansipatoris.
visioner bisa dilahirkan melalui
Pendampingan mencakup kapasitas
kaderisasi ini, sekaligus emansipasi
desa
para
pengembangan teknokratis
kader
berdesa.
dan
pendidikan politik.
62
dalam
kehidupan
dan
Pendampingan tidak boleh bersifat
apolitik,
tetapi
pengembangan
kapasitas,
tetapi juga mengisi â&#x20AC;&#x153;ruang-ruang
harus
berorientasi politik.Pendampingan
kosongâ&#x20AC;?
apolitik
bentuk
maupun horizontal.Mengisi ruang
pengembangan kapasitas teknokratis
kosong identik dengan membangun
dalam pembangunan desa, termasuk
â&#x20AC;&#x153;jembatan sosialâ&#x20AC;? (social bridging)
pembentukan
dan
hadir
dalam
keterampilan
berusaha,
tanpa
baik
jembatan
secara
politik
vertikal
(political
bridging).Pada ranah desa, ruang
menyentuh dan
kosong vertikal adalah kekosongan
dan
interaksi dinamis (disengagement)
warga.Kapasitas
antara warga, pemerintah desa dan
teknokratis sangat penting tetapi
lembaga-lembaga desa lainnya.Pada
tidak
memperkuat
ranah yang lebih lua, ruang kosong
desa.Karena itu pendampingan harus
vertikal adalah kekosongan interaksi
bersifat
dalam
antara desa dengan pemerintah supra
konteks ini bukan dalam pengertian
desa.Karena itu pendamping adalah
perebutan
aktor yang membangun jembatan
penguatan
tradisi
penguatan
kekuasaan,
kepentingan
cukup
berdesa
untuk
politik.
Politik
kekuasaan,
penguatan
hak
melainkan
pengetahuan
atau memfasilitasi engagement baik
dan
kesadaran akan hak, kepentingan
antara
dan
dan
lembaga desa maupun pemerintah
merupakan
desa, agar bangunan desa yang
kekuasaan
organisasi
mereka,
mereka
warga
dengan
lembaga-
kekuatan representasi politik untuk
kolektif,
berkontestasi mengakses arena dan
demokratis.Engagement antara desa
sumberdaya
Pendekatan
dengan
berorientasi
dibangun untuk memperkuat akses
politik ini akan memperkuat kuasa
desa ke atas, sekaligus memperkuat
rakyat sekaligus membuat sistem
kemandirian dan kedaulatan desa.
desa.
pendampingan
yang
inklusif
supradesa
Ruang
desa menjadi lebih demokratis.
kosong
dan
juga
perlu
horizontal
bukan
biasanya berbentuk densitas sosial
hanya memfasilitasi pembelajaran
yang terlalu jauh antara kelompok-
Para
pendamping
63
kelompok masyarakat yang terikat
kapasitas teknokratis, tetapi mereka
(social bonding) berdasarkan jalinan
bukan
parokhial
melakukan
(agama,
suku,
aktor
yang
tepat
untuk
kaderisasi.Dengan
dan
berpijak pada prinsip â&#x20AC;&#x153;negara yang
sebagainya).Ikatan sosial berbasis
padatâ&#x20AC;? (congested state), pemerintah
parokhial ini umumnya melemahkan
harus berjaringan dan bekerjasama
kohesivitas sosial (bermasyarakat),
dengan
mengurangi perhatian warga pada
masyarakat
isu-isu publik, dan melemahkan
dukungan perusahaan.NGOs lokal,
tradisi berdesa.Karena itu ruang
yang
kosong horizontal itu perlu dirajut
jaringan dengan NGOs nasional dan
oleh para pendamping agar tradisi
lembaga-lembaga
berdesa bisa tumbuh dan desa bisa
mempunyai tradisi yang kuatdalam
bertenaga secara sosial.
menerapkan
kekerabatan,
golongan
unsur-unsur sipil
organisasi
sertamelibatkan
mempunyai
tradisi
dan
internasional,
pendekatan
politik
dalam pendampingan.
Pendampingan desa secara fasilitatif dari luar tidak cukup
Pendampingan yang lebih
dilakukan oleh aparat negara,
kokoh dan berkelanjutan jika
tetapi
dilakukan
juga
perlu
melibatkan
dari
dalam
secara
unsur organisasi masyarakat sipil
emansipatif
oleh
aktor-aktor
(NGOs lokal dan lokal, perguruan
lokal.Pendampingan
secara
tinggi,
fasilitatif
untuk
lembaga-lembaga
dibutuhkan
maupun
katalisasi dan akselerasi. Namun
perusahaan.Pemerintah melakukan
proses ini harus berbatas, tidak
contracting out pada perusahaan
boleh
untuk mengelola fasilitator, atau
bertahun-tahun,
mengandalkan
menimbulkan ketergantungan yang
internasional)
aparat
birokrasi,
berlangsung
sebab
tidak
ini
metodologi
pendampingan, pendekatan fasilitatif
mereka
itu harus mampu menumbuhkan
pendampingan,
miskin dan
kader-kader
mungkin mampu mengembangkan
64
lokal
Selama
akan
merupakan cara yang keliru. Selama mereka
produktif.
berkelanjutan
yang
proses
piawai
tentang ihwal desa, dan mereka lah
Dengan kalimat lain, desa menjadi
yang
basis
akan
melanjutkan
bermsyarakat,
berpolitik,
pendampingan secara emansipatoris.
berpemerintahan, berdemokrasi dan
Mereka memiliki spirit voluntaris,
berpembangunan. Pola
tetapi sebagai bentuk apreseasi,
mengarah pada pembangunan yang
tidak ada salahnya kalau pemerintah
digerakkan oleh desa (village driven
desa mengalokasikan insentif untuk
development), yang bersifat kolektif,
para kader lokal itu.
inklusif, partisipatif, transparan dan
Pendampingan intervensi
secara
memperkuat
village
development desa
dan
sebagai
community
akuntabel.
melakukan utuh
ini akan
untuk Penutup
driven
mewujudkan
self
yang
Penguatan kewenangan dalam
governing
maju,
tata kelola anggaran Desa yang
kuat,
mandiri dan demokratis.Beragam
memadai
aktor
isu-isu
diapresiasi.Namun, hal ini dapat
pembangunan
pula menjadi persoalan baru.Namun
bukanlah segmentasi yang
demikian kekuasaan (kewenangan)
berdiri sendiri (cerai berai), tetapi
dan anggaran yang besar tanpa
semuanya terikat dan terkonsolidasi
adanya
dalam sistem desa.Sistem desa yang
disalah gunakan oleh pihak yang
dimaksud adalah kewenangan desa,
tidak bertanggungjawab.Oleh karena
tata
serta
itu, persoalannya kemudian adalah
perencanaan dan penganggaran desa
bagaimana mengelola kewenangan
yang
pada
dan anggaran yang besar tersebut
untuk
secara efektif dan efisien.Salah satu
warga.Baik
upaya yang dapat dilakukan adalah
desa
pemerintahan desa
serta dan
pemerintahan
semuanya
pembangunan kesejahteraan
desa,
mengarah desa
patut
pengawasan
kepentingan, tema pembangunan,
dengan
aset lokal, beragam aktor diarahkan
akuntabilitas,
dan diikat dalam sistem desa itu.
masyarakat
65
disyukuri
menerapkan dan dalam
dan
cenderung
prinsip transparansi setiap
penyelenggaraan roda pemerintahan
dan
(untuk
desa.
dipantau
menerima
umpan
atau
institusi dan proses checks and
tentu
balances
ketidakpastian
dalam penyelenggaraan
mengurangi
tingkat
dalam
proses
juga
pengambilan
keputusan
menyelenggarakan
implementasi
kebijakan
Akuntabilitas
berarti
dapat
balik dari masyarakat. Transparansi
Akuntabilitas menunjuk pada
pemerintahan.
kemudian)
dan Desa,
terhadap
termasuk alokasi anggaran Desa.
sumber daya atau kewenangan yang
Sebagai sebuah media akuntabilitas,
digunakan.Pemerintah Desa disebut
transparansi
akuntabel bila mengemban amanat,
mempersempit peluang korupsi di
mandat
kalangan
penghitungan
(account)
dan
kepercayaan
yang
dapat
pamong
membantu
Desa
terbukanya
segala
gampang, pemerintah Desa disebut
pengambilan
keputusan
akuntabel bila menjalankan tugas-
masyarakat
tugasnya
tidak
partisipasi masyarakat).
tidak
Berdasarkan
diberikan
melakukan
oleh
warga.Secara
dengan
baik,
penyimpangan,
luas
karena proses oleh
(penguatan
uraian
diatas,
berbuat korupsi, tidak menjual tanah
nampak bahwa dalam tata kelola
kas Desa untuk kepentingan pribadi,
pemerintahan
dan
dan
desa
terbitnya
seterusnya.Transparansi
pasca
pembangunan Undang-
(keterbukaan) dalam pengelolaan
Undang No. 6 tahun 2014 tentang
kebijakan, keuangan dan pelayanan
Desa dan Peraturan Pemerintah No.
publik.Transparansi
berarti
43 Tahun 2014 tentang Peraturan
terbukanya akses bagi semua pihak
Pelaksanaan Undang-Undang No. 6
yang berkepentingan terhadap setiap
Tahun 2014 tentang Desa terdapat
informasi
permasalahan
mengenai
kebijakan,
fundamental
yaitu
keuangan dan pelayanan.Artinya,
belum siapnya kapasitas perangkat
transparansi dibangun atas pijakan
desa dalam manajemen dan tata
kebebasan
yang
kelola anggaran desa. Kondisi ini
memadai disediakan untuk dipahami
berdampak pada munculnya rasa
arus
informasi
66
kekhawatiran bagi perangkat desa
berbagai
dalam melaksanakan pengelolaan
pembangunan perdesaan, terutama
anggaran yang sedemikian besar.
terkait dengan aspek keterpaduan
Sehubungan dengan hal tersebut
dalam perencanaan dan tata kelola
maka diperlukan upaya sinergis dari
anggaran Desa.
berbagai
stakehoder
melakukan
pendampingan
pemberdayaan
untuk
bagi
persoalan
dalam
--------------------
dan seluruh
perangkat desa dan masyarakat desa, serta
adanya
jaminan
kepastian
hukum semua pihak yang terlibat dalam
tata
kelola
Daftar Pustaka
anggaran
desasebagai salah satu cara untuk meminimalkan
Antlov, Hans.,Negara Dalam Desa, LAPPERA, Yogyakarta, 2003
terjadinya
penyalahgunaan dalam tata kelola
Eko., Sutoro., Regulasi Baru, Desa Baru, Ide, Misi, dan Semangat UU Desa, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Jakarta, 2015
anggaran Desa. Selain upaya sinergis dalam pendampingan dan pemberdayaan masyarakat dan perangkat desa, diperlukan
sebuah
desain
besar
dalam tata kelola anggaran desa, perencanaan serta
pembangunan
penguatan
kelembagaan
dan
Eko, Sutoro.,Desa Membangun Indonesia, Forum Pengembangan Pembaharuan Desa, Yogyakarta, 2014
desa,
kapasitas perangkat
desa.Adanya sebuah produk hukum
Eko, Sutoro. Arie Sujito dan Borni Kurniawan, Mutiara Perubahan:Inovasi dan Emansipasi Desa di Indonesia Timur, IRE dan ACCESS, Yogyakarta, 2013
yang komprehensif dalam menjamin pelaksanaan tata kelola anggaran Desa
sudah
selayaknya
untuk
dipertimbangkan. Hal tersebut akan dapat bermanfaat dalam pemecahan
67
Eko,
Sutoro. dan Borni Kurniawan, Institusi Lokal dalam Pembangunan Perdesaan, Bappenas, Jakarta, 2010
Zakaria, Yando.,Abih Tandeh, ELSAM, Jakarta, 2000 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
Kartodahikoesoemo, Soetardjo.,Desa, Djambatan, Jakarta, 1956 Mitchell, Bruce,â&#x20AC;&#x153;Sustainable Development at the Village Level in Bali,Indonesiaâ&#x20AC;?, Human Ecology, Vol. 22, No. 2., 1994 Ndraha, Taliziduhu,Dimensidimensi Pemerintahan Desa.,Bumi Aksara, Jakarta, 1991 Widjaja, HAW.,Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli Bulat Dan, Utuh, Rajawali Grafindo, Jakarta, 2003.
68
KAJIAN KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN WIDYAISWARADALAM MENDUKUNG REVOLUSI MENTAL APARATUR SIPIL NEGARA Oleh: Yatno Isworo Abstrak Revolusi Mental berarti warga Indonesia harus mengenal karakter orisinal bangsa.Indonesia, merupakan bangsa yang berkarakter santun, berbudi pekerti, ramah, dan bergotong royong.Karakter tersebut merupakan modal yang seharusnya dapat membuat rakyat sejahtera. Menurut Presiden Joko Widodo, 2015 "Tapi saya juga ndak tahu kenapa, sedikit demi sedikit (karakter) itu berubah dan kita ndak sadar. Yang lebih parah lagi ndak ada yang nge-rem. Yang seperti itulah yang merusak mental,â&#x20AC;? Perubahan karakter bangsa tersebut, merupakan akar dari munculnya korupsi, kolusi, nepotisme, etos kerja tidak baik, bobroknya birokrasi, hingga ketidaksiplinan.Kondisi itu dibiarkan selama bertahun-tahun dan pada akhirnya hadir di setiap sendi bangsa.Siapa yang harus bertanggung jawab mengembalikan karakter orisinil bangsa itu.Pasti harus dijawab tanggung jawab semua elemen bangsa Indonesia.Pemerintah sudah mencanangkan program revolusi mental dalam upaya mengenalkan ulang dan mengembalikan karakter orisinal bangsa.Widyaiswarasebagai salah satu elemen bangsa memiliki peran strategis untuk ikut berpartisipasi di dalamnya. Sesuai kedudukan dan tugas pokok fungsinya, widyaiswara adalah pejabat fungsional yang bertugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk melakukan kegiatan Dikjartih PNS, Evaluasi dan Pengembangan Diklat pada Lembaga Diklat Pemerintah. Apalagi pada tahun 2016 nanti sebagai tahun implementatif konsep revolusi mental digulirkan serentak oleh pemerintah. Lembaga Administrasi Negara juga sudah membuat perencanaan implementasi Kurikulim dan Diklat Revolusi Mental bagi paratur Sipil Negara, diawali dengan diskusi, penyusunan dan diseminasi kurikulum dan silabi, TOT Widyaiswara Substansi Revolusi Mental, serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan revolusi mental di tahun 2016. Sebuah tantangan bagi Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah guna pelaksanaan revolusi mental dalam lingkup kediklatan.Meskipun belum dirancang khusus dalam penyelenggaraan diklat revolusi mental, namun substansi dan ruh
69
revolusi mental sudah dan sedang dilaksankan dalam penyelenggaraan diklat Teknis, Fungsional dan Kepemimpinan, serta Diklat Prajabatan. Kiranya memungkinkan pula untuk menyelenggarakan TOT Revolusi Mental bagi para widyaiswara di awal tahun anggaran 2016 dan membuat konsep Diklat Revolusi Mental di anggaran perubahan APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016. Kata kunci: widyaiswara, revolusi mental, pembinaan, pengembangan, ASN Instansi
A. Latar Belakang Jabatan
Fungsional
Fungsional Widya-
iswara adalah jabatan yang mem-
Lembaga
punyai
yang
ruang
lingkup
tugas,
Pembina
Jabatan
Widyaiswara yaitu Administrasi
selanjutnya
Negara disingkat
tanggung jawab, wewenang, dan hak
LAN.Instansi Pembina sebagaimana
untuk
dimaksud
melakukan
kegiatan
dalam
Pasal
5
mendidik, mengajar, melatih PNS
mempunyaitugas melakukan pem-
yang selanjutnya
binaan Jabatan Fungsional Widya-
Dikjartih
PNS,
disingkat Evaluasi
Pengembangan Pelatihan singkat Diklat
iswara, antara lain:
dan
1. menyusun dan
Pendidikan dan
yang selanjutnya Diklat
etentuan
di-
ketentuan
pada. Lembaga
Pemerintah
terpilih
yang
pelaksanaan teknis
dan Jabatan
Fungsional Widyaiswara;
(Permenpan
2. menyusun dan menetapkan pe-
No.22 Tahun 2014). Widyaiswara
menetapkank-
adalah
diangkat
doman formasi Jabatan Fung-
PNS
sional Widyaiswara;
sebagai
3. menyusun dan
pejabat fungsional dengan tugas,
menetapkan
tanggung jawab, wewenang, dan hak
standar
untuk melakukan kegiatan Dikjartih
Fungsional Widyaiswara; 4. menyusun dan
PNS, Evaluasi dan Pengembangan Diklat
pada
Lembaga
kompetensi Jabatan
pedoman
Diklat
menetapkan
sertifikasi
Jabatan
Fungsional Widyaiswara;
Pemerintah.
70
5. menyusun
dan
kurikulum
14. melakukan
menetapkan
evaluasi
diklat fungsional
dan
dan
Jabatan Fungsional
Widyaiswara; dan
dan teknis Widyaiswara; 6. menyusun
pemantauan
15. memfasilitasi penyusunan dan
menetapkan
kurikulum diklat calon Widya
penetapan
iswara dan pedoman seleksi
Widyaiswara
calon Widyaiswara;
organisasi profesi Widyaiswara.
melaksanakan
seleksi calon Widyaiswara;
diklat
seleksi
pembinaan
calon
dan
teknis
pembinaan
bagi
diklat fungsional
Sedangkan
dan teknis
bidang
dalam
upaya
pengembangan widyaiswara, untuk
Widyaiswara; dan
meningkatkan
menetapkan
pedoman penulisan Karya Tulis
Widyaiswara
Ilmiah
jenjang
Ilmiah
bagi
profesionalisme yang akan
naik
jabatan, harus ditemouh
dengan mengikuti dan lulus Diklat
Widyaiswara;
Penjenjangan Widyaiswara dan uji
12. mensosialisasikan Jabatan Fungsional
di
pendayagunaan aparatur negara.
penyelenggaraan
Karya
kepada Menteri yang
bertanggungjawab
Widyaiswara;
11. menyusun
Jabatan Fungsional
dengan perkembangan pelaksanaan
9. menyelenggarakan diklat fung-
10. memfasilitasi
tugas pembinaan
Widyaiswara secara berkala sesuai
Widyaiswara;
sional
bersama-sama
menyampaikan hasil pelaksanaan
penyelenggaraan
dan
etik
Instansi pembina dalam rangka
7. menyelenggarakan diklat dan
8. memfasilitasi
kode
Widyaiswara
kompetensi sesuai dengan jenjang
beserta
yang akan didudukinya.
ketentuan pelaksanaanya; mengem-
Diklat Fungsional Penjenjangan
bangkan sistem informasi Ja-
Widya-iswara dan Uji kompetensi
batan Fungsional Widyaiswara;
sebagaimana dimaksud diatur lebih
13. membangun
dan
lanjut oleh Kepala LAN.
71
dikembangkan di era kepemimpinan
Seiring dengan perkembangan dan perubahan strategis pembinaan
Presiden Joko Widodo, yaitu:
SDM Aparatur Sipil Negara maka
1. Mengubah cara pandang pola
sudah sewajarnya diikuti dengan
pikir, sikap, perilaku, dan cara
perubahan regulasi dan kebijakan.
kerja
Undang-undang
kemajuan dan kemoderenan.
Kepegawaian
yang berorientasi pada
No.43 Tahun 1999 pun diganti
2. Membangkitkan kesadaran dan
dengan UU No.5 Tahun 2014
membangun sikap optimistikk
tentang Aparatur Sipil Negara. Suka
dalam
tidak suka mesti diikuti dengan
Indonesia sebagai negara dengan
perubahan regulasi di bawahnya.
kekuatan besar untuk berprestasi
Permenpan
2009
tinggi, produktif, dan berpotensi
Fungsional
menjadi bangsa maju dan modern
Widyaiswara pun diubah menjadi
dengan pondasi tiga pilar Tri
Permenpan
Sakti.
tentang
No.14 Jabatan
No.22
Tahun
Tahun
2014
iswara. pada
masa
depan
3. Mewujdukan Indonesia berdaulat
tentang Jabatan Fungsional Widya
Sampai
menatap
perubahan
secara politik,
ekonomi,
berkepribadian
kuat
dan
melalui
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional
pembentukan manusia Indonesia
Widyaiswara dan Angka Kreditnya
baru yang unggul. Adapun
dari Peraturan Kepala LAN No.3
ruh
dari
revolusi
Tahun 2010 ke Peraturan Kepala
mental di Indonesia mengadaptasi
LAN No.26 Tahun 2015 tentang
pendapatHannah Arendt (1965) dan
Pedoman Penilaian Angka Kredit
Peter L Berger (1986) bahwa konsep
Jabatan Fungsional Widyaiswara.
modern
tentang
revolusi
terkait
merupakan
dengan pengertian bahwa jalannyas
keniscayaan, hendaknya tidak lepas
ejarah seketika memulai hal baru.
dari konsep mewujudkan tujuan
Revolusi mengimplikasikan suatu
revolusi mental yang saat ini sedang
kisah baru, kisah yang tidak pernah
Perubahan
itu
diketahui
72
atau
diceritakan
sebelumnya.
Revolusi
menjadi
B. Isu-isu Strategis
jembatan yang mentransformasikan
dan
dunia lama jadi dunia baru. Revolusi
iswaraan
Pembinaan
PengembanganKewidya-
Kebijakan
sejati yang berdampak besar dalam
pembinaan
transformasi
kehidupan
harus
widyaiswara
mengandung
kebaruan
dalam
Peraturan Kepala LAN No. 26 Tahun
struktur mental dan keyakinan.
telah
2015
diatur
Tentang
dalam
Pedoman
Penilaian Angka Kredit Jabatan
Dengan kata lain, revolusi sejati meniscayakan perubahan mentalitas
Fungsional
Widyaiswara
sebagai
(pola piker dan sikap kejiwaan) yang
penjabaran
Peraturan
Bersama
lebih
Kepala LAN dan Kepala BKN No. 1
kondusif
bagi
perbaikan
dan No. 8 Tahun 2015 Tentang
kehidupan. Tulisan ini disajikan dengan
Ketentuan Pelaksaan Permenpan dan
membuat kajian studi literatur dan
RB No. 22 Tahun 2014 Permenpan
kondisi
dan RB No. 22 Tahun 2014 Tentang
riil
pembinaan
dan
pengembangan widyaiswara dengan
Jabatan
Fungsional
Widyaiswara
fokus masalah pada hal-hal berikut:
dan Angka Kreditnya.
1. Apa saja isu-isu strategis yang
Kebijakan pokok-pokok peru-
dihadapi dalam pembinaan dan
bahan Permenpan dan RBNo. 22
pengembangan widyaiswara me-
tahun 2014 perlu dipahami bersama:
nyambut penerapan UU ASN;
1. Tugas Pokok Jabatan Fungsional Widyaiswara
2. Apa sebenarnya landasan dasar
yaitu
melaksa-
konsep revolusi mental dalam
nakan Dikjartih PNS, Evaluasi
proses kediklatan;
dan Pengembangan Diklat pada Lembaga Diklat Pemerintah;
3. Bagaimana cara pengembangan
2. Rincian Kegiatan Lebih simpel
profesi widyaiswara dan peran instansi pembina dan lembaga
menjadi
diklat
sebelumnya 175 butir kegiatan;
dalam
mendukung
3. Angka
revolusi mental;
57
kredit
butir
kegiatan,
Pengembangan
Profesi (terkait Karya Tulis
73
Ilmiah) Persyaratan pemenuhan
b. Tidak berlaku paket (Bahan
angka kredit berdasar kenaikan
Ajar, Bahan Tayang, GBPP
per jenjang pangkat, sebelumnya
& SAP, bahan peraga); c. Mengakomodir
berdasar kenaikan per jenjang
Kegiatan
Widyaiswara dalam Dikjar
jabatan;
tih Diklatpim pola baru
4. Pembebasan Sementara karena tidak tercapai Angka Kredit
(coaching,
Sudah tidak ada lagi, diganti
pendampingan
dengan konsep â&#x20AC;&#x153;maintenanceâ&#x20AC;?
Proyek Perubahan) Sedangkan
yaitu pencapaian angka kredit tahunan sesuai
yang
teknis
masing-masing
Peraturan Kepala LAN No. 26
pendidikan
Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Penilaian
menjadi
Angka
Widyaiswara Berijazah paling
iswara adalah:
rendah Magister (S2);
1. Pengaturan
evaluasi
Kredit
tentang
Widya
evidence
atau bukti-bukti setiap butir
6. Kewenangan Tim Penilai Pusat Menilai
secara
Kebijakan pokok pokok pengaturan
jenjang jabatan Widyaiswara; 5. Syarat
penulisan
dicapai
harus
SKP
benchmarking,
kegiatan
kinerja
dalam
pengajuan
Widyaiswara (DUPAK) untuk
penilaian angka kredit yang
Widyaiswara
dilakukan oleh Widyaiswara
jenjang
yang
akan
Widyaiswara
ke
2. Mengakomodir kegiatan diklat
Ahli
e-learning
Utama;
3. Ketentuan
7. Penilaian Angka Kredit:
mengenai
Orasi
(tidak
Ilmiah bagi WI ahli utama (KTI
berdasarkan pada jenjang
harus sudah masuk dalam jurnal
diklat
nasional terakreditasi)
a. Bersifat
tunggal
yang di
ajarkan),
Widyaiswara
mempunyai
4. Widyaiswara
ahli
utama
peluang
kesempatan
pengangkatan
dari
jabatan
tinggi
tetap
dan
pimpinan
yang sama;
berkewajiban
74
melaksanakan
d. Login (username, password)
orasi ilmiah paling lambat satu tahun setelah SK pengangkatan
menggunakan
sebagai Widyaiswara ahli utama
NIWN Kebijakan
5. Artikel pada surat kabar dan
NIP
dan
Pengembangan
website masuk dalam kegiatan
Widyaiswara
sebagaimana diatur
penunjang
dalam Permenpan RB No. 22 Tahun kegiatan
2015, Pasal 31, menekankan bahwa
Widyaiswara untuk penilaian
widyaiswara yang akan naik jenjang
angka kredit adalah 1 tahun
jabatan harus mengikuti dan lulus
6. Batas
Kadaluarsa
7. Sistem
penilaian
absolut, yaitu
Diklat
bersifat
Penjejangan
dan
Uji
Kompetensi sesuai dengan jenjang
menilai kese-
suaian kegiatan yang diusulkan
yang
dengan
berlakuan persyaratan tersebut per 1
persyaratan
yang
Penetapan
didudukinya.
Daftar
Usulan
1 dan No. 10 Tahun 2010).Oleh
Angka
Kredit
karena itu lembaga Diklat/Instansi
Widyaiswara
secara
perlu
on
memperhatikan
linesudah dimulai tahun 2015 ini
pengalokasian
dengan ketentuan :
tersebut.
kebutuhan
anggaran
Pokok-pokok
a. Masih dalam proses uji coba
kegiatan
Peraturan
Bersama Kepala LAN dan Kepala
sistem; b. Tahap
Pem-
Januari 2014 (SKB LAN â&#x20AC;&#x201C; BKN No
ditentukan. 8. Pengusulan
akan
awal
BKN No. 1 dan No. 8 Tahun 2015
dilakukan
secara
DIGITALISASI
Pengaturan
DUPAK
(untuk
bukti2
Widyaiswara yang akan naik jenjang
dokumen
jabatan harus mengikuti dan lulus
Surat Tugas, SPMK, Ijazah
diklat penjenjangan Widyaiswara
disampaikan asli ) dimulai
dan uji kompetens sesuai dengan
Oktober 2015
jenjang
tertentu,
untuk
Diklat
jabatan
didudukinya.
c. Akses melalui siwi.lan.go.id
Penjenjangan
yang
(Sejak
akan
Peraturan
Bersama No. 1 dan No. 2 Tahun
75
2010, efektif per Januari 2014
Widyaiswara Nasional - NIWN
Pengaturan
(nomor
pengangkatan
Widya
induk
widyaiswara
iswara dari jalur Jabatan Pimpinan
nasional),
digitalisasi
Tinggi:
evaluasi
1. Diusulkan oleh Pejabat Pembina
periode ke 4 tahun 2015, dupak on
kinerja
dupak,
widyaiswara
line (uji coba sistem), pelayanan
Kepegawaian, 2. Lulus kompetensi
berbasis
3. Memenuhi formasi Widyaiswara
dukungan terhadap pengembangan
untuk Dikjartih Diklatpim Tk.
profesi widyaiswara, jurnal nasional
I/II,
terakreditasi dan forum pembinaan
Diklat
lainnya
Teknis
serta
Tertentu
Seiring dengan perkembangan lingkungan
4. Pengajuan pengangkatan bagi paling
informasi,
organisasi profesi.
memperkuat
Lembaga Diklatnya
JPT
teknologi
lambat
dewasa
9bulan
strategi
ini,
organisasi
tuntutan
terhadap
bersangkutan
sumberdaya manusia (SDM) yang
mencapai BUP Penilaian dan
berkualitas dan profesional menjadi
Penetapan Angka Kredit (SKP)
hal yang mutlak. SDM harus dapat
Widyaiswara yang tidak dapat
memilih bidang tugas sesuai dengan
mencapai target Aangka Kredit
kompetensi yang dimiliki.Banyak
yang ditetapkan dalam SKP
pilihan
sanksi
kompetensi
sebelum
yang
mengikuti
Peraturan
untuk
mengembangkan
demi
mewujudkan
Disiplin PNS sesuai PP 53
profesionalisme tersebut, yang ter-
Tahun 2010.
cermin
dengan
kembangnya
Pengembangan Program Ke-
semakin jumlah
berjabatan
widyaiswaraan pun sudah mulai
fungsional. Disinilah SDM dapat
dilakukan
sensus
menyalurkan
nasional,
pembangunan
widyaiswara
fungsional tersebut. Widyaiswara sebagai salah satu
website siwi.lan.go.id (user name password),
Nomor
dan
bakatnya dalam salah satu jabatan
infra
struktur (data base widyaiswara),
dan
kompetensi
jabatan fungsional memiliki peran/
Induk
76
Dalam kurun waktu dua tahun
fungsi dan tanggungjawab besar buruknya
terakhir, Widyaiswara dan jajaran
kualitas purnawidya diklat salah
komunitas di lingkungan Badan
satunya bergantung pada keberadaan
Diklat Provinsi Jawa Tengah sudah
dan peran Widyaiswara. Tuntutan
mengawali
kompetensi yang standar sangat
pengembangan kapasitasnya dalam
dibutuhkan bagi seorang Widya
berinovasi.
iswara, yang ditunjukkan dengan
kurikulum
kemampuan
pola baru dan diklat Prajabatan pola
dalam
lembaga.Baik
berinovasi
untuk
baru
pengembangan kapasitas diri. Dengan dikatakan
demikian bahwa
peningkatan
Tuntutan diklat
suka
diimbangi
dapat
perubahan
Kepemimpinan
tidak
suka
peningkatan
widyaiswara
Widyaiswara
dan
dan
mesti
kapasitas
penyelenggara
sebagai salah satu unsur/komponen
diklat untuk berinovasi. Kapasitas
tripatid
dimaksud
kediklatan
(peserta
widyaiswara
â&#x20AC;&#x201C;
menentukan
keberhasilan
â&#x20AC;&#x201C;
berupa
pengetahuan,
penyelenggara))
kompetensi
keterampilan
dan
sikap.
dan
kualitas proses belajar mengajar,
Kompetensi pengetahuan dan
tentunya tidak dapat diabaikan pula
keterampilan dalam hal ini berupa
aspek etika profesi yang menuntut
pengetahuan
nilai-nilai
moral
manajerial,
kepatutan
serta
cara
pandang
seorang
Widyaiswara
dalam
menyesuaikan perkembangan tekno-
dengan
logi informasi. Sedangkan kom-
pelaksanaan
atau
tugas
tatanan
dan
keterampilan
teknis
administratif
penyelenggaraan
profesional. Nilai-nilai moral yang
petensi
sikap
bersifat universal maupun lokal
dengan
harus mampu mendorong perilaku
kearifan
lokal,
seorang
Widyaiswara
menjaga
samaan
dan
martabat
profesi
sekaligus
seumur
jagung
pelaksanaannya
77
lebih
ditekankan
menjunjung
an.Mengingat
kehormatan dirinya.
pemerintahan
toleransi,
bersama keber-
kegotong-royongmasih
berjalan
maka
dalam
masih
perlu
pengembangan
Pemberlakuan Undang - Undang
secara sinergis bukan hanya di
No.5 Tahun 2015 Tentang Aparatur
lingkungan komunitas widyaiswara,
Sipil Negara (ASN) terkait hak
tetapi perlu disinergikan bersama
pengembangan kompetensi bagi tiap
dengan pejabat struktural dan semua
ASN,
karyawan
widyaiswara sangat tinggi.
peningkatan
dan
dan
karyawati Badan
Rakornas
dalamnya
pelaksanaan
Diklat
dan
kontribusi
Pemberlakuan UU ASN di
Diklat Provinsi JawaTengah. Terinspirasi
peran
menyebutkan
bahwa
diklat (pelatihan) sebagai salah satu
Aparatur
Jakarta, tanggal 29-30 Oktober
cara
2015
Disebutkan pula bahwa setiap ASN
di
Lembaga
Administrasi
pengembangan Kompetensi.
Negara Republik Indonesia (LAN-
memiliki
RI) Jakarta Pusat dengan tema
Pengembangan kompetensi sebesar
Dinamika Kebijakan Pembinaan
80 JP (setara 10 hari) per tahun.
Widyaiswaraoleh Kedeputian Diklat
Widyaiswara mempunyai peluang
Aparatur yang membahas3 (tiga) hal
besar dalam kegiatan pengembangan
pokok,
kompetensi ASN, tantangan bagi
yaitu:
Isu-isu
danKebijakan
Strategis
hak
Widyaiswara
Kewidya-iswaraan,
mendapatkan
untuk
terus
me-
Kebijakan Kewidya-iswaraan yang
ningkatan kapasitas, update info-
berlaku dan Pengembangan Program
rmasi mesti terus dikembangkan. Sebagai konsekuensinya maka
Kewidya-iswaraan maka kajian ini dibuat dalam rangka Pembinaan dan
Instansi/Lembaga
Pengembangan
menyediakan
Widyaiswara
di
bentuk
perlu kegiatan
pengembangan widyaiswara.
Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah
Penataan organisasi, sarana dan
Tahun 2016. Isu-isu
Diklat
strategis
kewidyaiswaraan
yang
prasarana pun tak luput dilakukan
terkait
dalam
mesti
upaya
pembinaan
dan
dihadapi terkait regulasi nasional
pengembangan widyaiswara yang
pengembangan kapasitas Aparatur
dikelola lebih profesional sudah
Sipil
mulai dilaksanakan di tahun 2015,
Negara
(ASN)
adalah
78
diantaranya
sensus
Penetapan Angka Kredit (DUPAK)
widyaiswara
widyaiswara baru-baru ini.
nasional dan pembuatan Nomor Induk
Widyaiswara
Secara regional isu-isu strategis
Nasional
terkait
(NIWN).
penyelenggaraan
diklat
yang
aparatur di Jawa Tengah juga dalam
terdaftar dan mempunyai NIWN (ke
proses konsolidasi, penataan dan
depan
upaya
Setiap
widyaiswara
sebagai
berbasis NIWN
basis
teknologi dapat
pelayanan
Provinsi
informasi).
diakses
solusinya. Jawa
Pemerintah
Tengah
sudah
menerbitkan Perda No 5 Tahun 2014
melalui
siwi.lan.go.id, tetapi instansi yang
tentang
belum mengirimkan data widya
Jangka Menengah Daerah Provinsi
iswara
mengakses
Jawa Tengah Tahun 2013 â&#x20AC;&#x201C; 2018
siwi.lan.go.id, dan NIWN (yang
dan Pergub Nomor 35 Tahun 2015
belum terdaftar agar segera diproses
tentang
pengiriman datanya).
Pengembangan
belum
dapat
PIC
(penanggung
jawab
Pembangunan
Sinergitas
Berbasis
Pengelola siwi.lan.go.id oleh masing-masing
Rencana
Pilar
Pegawai
Kompetensi
ASN dan
Berintegritas di Pemerintah Provinsi
Instansi
Jawa Tengah.
data
Arah kebijakan
widyaiswara). Pimpinan Lembaga
sinergitas pengembangan Pegawai
Diklat dan pengelola kepegawaian
ASN
dapat
siwi.lan.go.id
berintegritas di Pemerintah Provinsi
(diajukan untuk proses password
Jawa Tengah dilaksanakan melalui
dan
sinergitas
mengakses
user
name).Badan
Diklat
ikut
mendaftarkan
pembuatan
Induk (NIWN)
sejak
2015.Sebagai
uji
bulan coba
pengembangan
Dalam rangka penjaminan mutu
berpartisipasi
Widyaiswara
pilar
kompetensi dan
Pegawai ASN.
Provinsi Jawa Tengah pun tidak mau ketinggalan
berbasis
sudah dibangun Rintisan Sertifikasi
Nomor
Kompetensi
Nasional
dengan
membentuk
Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP),
Januari
didukung
sudah
Tengah
dilakukan pengusulan Daftar Usulan
79
oleh dengan
Gubernur
Jawa
mengeluarkan
Peraturan
Gubernur
Nomor
bangkan
18
sesuai
perkembangan
Tahun 2015 tentang Pembentukkan
teknologi informasi dan kebutuhan
Lembaga
pengembangan
Sertifikasi
Profesi
diklat
berbasis
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
kompetensi.Monitoring dan evaluasi
dan
diklat sudah mulai dirintis secara on
ditindaklanjuti
Keputusan
line.
Kepala Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah Nomor: 800/9844 tentang Pembentukkan Pelaksana Lembaga Sertifikasi
Profesi
C. Konsep
Pemerintah
diklat
Mental
Dalam Proses Kediklatan Revolusi mental adalah gerakan
Daerah Provinsi Jawa Tengah. Kepesertaan
Revolusi
nasional
sesuai
untuk
mengubah
cara
kebutuhan gap kompetensi yang
pandang, pola pikir, sikap-sikap,
perlu ditingkatkan sudah dan sedang
nilai-nilai,
diakomodasi melalui proses analisis
indonesia
kebutuhan diklat melalui Sistem
indonesia yang berdaulat, mandiri
Informasi
dan
Online
Analisis
dan
perilaku
untuk
bangsa
mewujudkan
berkepribadian.
Konsep
Kebutuhan Diklat yang disingkat
Revolusi Mental
adalah
sebuah
SIJARI ON AKD. Dari hasil analisis
paradigma
dalam
menye-
kebutuhan diklat sudah dan sedang
lesaikan
diawali
bangsa
silabi
penyusunan dan
kompetensi
kurikulum,
modul
berbasis
sesuai
amanat
berbagai (Joko
Revolusi
permasalahan
Widodo,
Mental
berarti
2014). warga
Indonesia harus mengenal karakter
Permendagri No. 2 Tahun 2013.
orisinal
Proses
pakan
penyelenggaraan
baru
dikjartih
bangsa.Indonesia, bangsa
yang
meru-
berkarakter
sudah dimulai penekanan proporsi
santun, berbudi pekerti, ramah, dan
pelaksanaan
dan
bergotong royong.Karakter tersebut
pelatihan klasikal 30 % dan praktek
merupakan modal yang seharusnya
70 %. Penataan sarana dan prasarana
dapat membuat rakyat sejahtera.
pendukung kelancaran diklat juga
Menurut Presiden Joko Widodo,
terus
dalam
pendidikan
ditingkatkan
dan
dikem-
80
kompas.com(2015)
"Tapi
saya juga ndak tahu kenapa, sedikit
kolektif bernegara dengan maksud
demi sedikit (karakter) itu berubah
memajukan
dan kita ndak sadar. Yang lebih
dan meningkatkan kualitas hidup
parah lagi ndak ada yang nge-rem.
manusia dan masyarakat Indonesia.
Yang seperti itulah yang merusak
Revolusi Mental diharapkan mampu
mental,â&#x20AC;? Perubahan karakter bangsa
membangkitkan kesadaran bahwa
tersebut,
bangsa Indonesia memiliki kekuatan
merupakan
munculnya
akar
korupsi,
dari
besar
kolusi,
untuk
kesejahteraan
berprestasi
umum
tinggi,
nepotisme, etos kerja tidak baik,
produktif dan berpotensi menjadi
bobroknya
hingga
bangsa maju dan modern. Dengan
itu
demikian Revolusi Mental akan
dibiarkan selama bertahun-tahun dan
mampu mengubah cara pandang,
pada akhirnya hadir di setiap sendi
pikiran,
bangsa.
berorientasi pada kemajuan dan
birokrasi,
ketidaksiplinan.
Kondisi
sikap,
kemodernan,
Selama 16 tahun reformasi
perilaku
sehingga
yang
Indonesia
birokrasi, hanya sebatas kemajuan
menjadi bangsa besar dan mampu
kelembagaan. Pembangunan belum
berkompetisi dengan bangsa-bangsa
menyentuh paradigma, mindset, atau
lain di dunia.
budaya politik dari manusia yang
Revolusi
Mental
sebagai
menjalankan sistem sehingga nation
gerakan kolektif akan melibatkan
building
mengantarkan
seluruh bangsa dengan memperkuat
Indonesia pada cita-citanya. Bangsa
peran semua institusi pemerintahan
Indonesia
dan pranata sosial-budaya yang ada
tidak
apabila
ingin
maju
ditentukan oleh mentalitas yang
di
tangguh, baik individual maupun
dilaksanakan melalui internalisasi
kolektif
nilai-nilai esensial pada individu,
dari
warga
negara
masyarakat.Revolusi
Indonesia. Konsep Revolusi Mental
keluarga,
bermula
yang
masyarakat sampai dengan lembaga-
menuntun bangsa dalam meraih cita-
lembaga negara. Nilai-nilai esensial
cita bersama dan mencapai tujuan
meliputi etos kemajuan, etika kerja,
di alam pikiran
81
insititusi
Mental
sosial,
motivasi berprestasi, disiplin, taat
dan
hukum dan aturan, berpandangan
menghormati.Manusia unggul juga
optimistis, produktif-inovatifadaptif,
harus memiliki kesadaran bahwa
kerja sama dan gotong royong, dan
sumber daya alam dan lingkungan
berorientasi pada kebajikan publik
hidup
dan kemaslahatan umum.
digunakan secara efisien dan tetap
Untuk
mencapai
saling
adalah
dijaga
Indonesia
menghargai
aset
yang
kualitasnya,
dan
harus
tanpa
yang maju, makmur dan sejahtera
mengurangi kesempatan generasi
serta mandiri diperlukan manusia-
mendatang
manusia unggul dengan pendidikan
eksplorasi kekayaan alam tersebut
yang baik, memiliki keahlian dan
bagi kesejahteraan mereka.
untuk
melakukan
Menurut Tommy Awuy (2015),
keterampilan, menguasai teknologi, etos
secara akademis pendekatan revolusi
kemajuan. Manusia unggul juga
mental diperlukan dengan beberapa
harus punya sikap optimistik dalam
pertimbangan
menatap masa depan dan memiliki
berikut:
nilai-nilai
1. Revolusi mental itu problem
pekerja
keras,
luhur
mempunyai
yaitu
gotong
kultural
royong, toleransi, solidaritas, rukun
82
penting
(kebudayaan)
sebagai
yang
untuk mengubahnya perlu waktu
Sedangkan dari sudut pandang
yang cukup lama. Persoalan
birokrasi pemerintahan maka revo-
mentalitas (feodal) tidak bisa
lusi mental adalah:
diubah dalam sekejap.
1. Amanat konstitusi;
2. Frasa
revolusi
dibutuhkan
mental
sekedar
itu
2. Setiap rakyat indonesia dapat
untuk
mengembangkan dirinya secara
mengingatkan bahwa perubahan
utuh
sebagai
perlu dilakukan.
bertmartabat.
manusia
yang
3. Sebagai sebuah wacana, proses
3. Penanaman nilai-nilainya akan
dari kesadaran masing-masing
dilakukan pada tahun kedua
warga
pemerintahan Jokowi-JK.
sendiri
yang
bisa
4. Ini bukan proyek, sekalipun
memproses revolusi mental itu
dalam
untuk kebaikan dirinya. 4. Jika
program
itu
impelementasinya
ada
anggaran yang menyertainya.
dijadikan
â&#x20AC;&#x153;proyekâ&#x20AC;? tidak ada bedanya
5. Ini gerakan sosial dan gerakan
dengan penataran p4 zaman
moral, gerakan nasional yang
orba.
mempunyai
impian
agar
manusia indonesia tidak kalah
5. Harus ada peristiwa yang kita alami dulu baru kita sadar kita
dengan
harus
lainnya (Korea-Jepang) untuk
berubah,
harus
ada
bangsa-bangsa
menumbuhkan
pemantik untuk berubah.
daya
maju
saing
bangsa indonesia.
6. Untuk urusan mentalitas anak
6. Gerakan
bangsa yang diperlukan adalah
hidup
baru
yang
pendekatan soft power, dimulai
bertumpu pada tiga nilai utama
dari
yaitu integritas, kerja keras dan
lingkup
keluarga,
terkecil lalu
dalam
gotong royong.
pergaulan
7. Tujuannya
keseharian, lingkungan sekolah
terjadi
perubahan
perilaku anak bangsa yang lebih
dan seterusnya.
baik. Terjadi pelayanan publik yang lebih baik.
83
pentingnya
juga dari daerah. Kesemua inisiatif
peran revolusi mental bagi Aparatur
tersebut harus berjalan sinergi satu
Sipil
sama lain.
Mengacu
Negara
betapa
diperlukan
harmonisasi
peraturan
adanya
maka
Sebagai
tindak
lanjutkonsep
perundangan untuk mendorong dan
revolusi mental yang harus dibangun
mengatur perilaku masyarakat dan
oleh widyaiswara sebagai Pekerjaan
penyelenggara
Dalam
bidang pendidikan dan pelatihan
pelaksanaan
bukan sekedar profesi untuk mencari
pembangunan lintas bidang Revolusi
nafkah. Lebih dari itu pengabdian
Mental, perlu ditelaah dan dikaji
kepada Tuhan melalui pencerdasan
lebih
peraturan
pencerahan dan mengajak manusia
perundangan yang terkait, agar tidak
pada kebaikan serta terhindar dari
bersifat
bagi
keburukan. Sejatinya adalah tugas
dan
profetik (kenabian) yang mulia,
negara.
rangka mendukung
lanjut
kontraproduktif
pencapaian strategi
semua
arah
kebijakan
pencapaian
yang
sehingga
sudah
identik
dengan
filosofi Sansekerta â&#x20AC;&#x153;vidia â&#x20AC;&#x201C; widyaâ&#x20AC;?
ditetapkan.
(Pengetahuan,
Disamping itu sangat diharapkan
sangat
terjadi
sinergitas
Ilmu,
Pandai)dan
â&#x20AC;&#x153;isywara - iswara (fatwa luhur, raja,
antar
kementerian/lembaga dan SKPD.
dewa, orang terhormat).
Pembangunan
diterjemahkan
lintas
bidang
secara
Apabila utuh
Revolusi Mental akan dilaksanakan
widyaiswara adalah orang yang
oleh masing-masing kementerian/
memiliki
lembaga terkait, dan satuan kerja
kompetensi tertentu dan mampu
Pemerintah Daerah Provinsi dan
menularkannya secara luhur bagi
Kabupaten / Kota. Saat ini telah
pencerahan
banyak
ide
memerlukan ilmu pengetahuan dan
pembangunan Revolusi Mental yang
kompetensi dimaksud secara arif
telah dilakukan oleh berbagai tokoh
dan bijaksana.
masyarakat dan masyarakat sipil,
ilmu pengetahuan dan kompetensi
tidak saja berasal dari pusat, tetapi
secara arif dan bijaksana tersebut
prakarsa
dan
84
ilmu
pengetahuandan
orang
lain
yang
Proses menularkan
yang
proyek perubahan (in class) dan
dinamakan pendidikan dan pelatihan
implementasinya (off class) yang
(diklat).
memerlukan
diwadahi
dalam
lembaga
bukti
pencapaian
harus
(evidence) diklat jangka pendek (2
dipahami bahwa diklat diharapkan
bulan untuk diklat kepemimpinan)
mampu mengubah potensi menjadi
maupun jangka menengah (1 tahun)
kompetensi
dan jangka panjang (lebih dari 1,5
Filosofi
utama
yang
yang
dibutuhkan, dan
tahun), serta rancangan aktualisasi
(dalam
(in class) sesuai tugas pokok dan
pikir).
fungsi pada peserta diklat prajabatan
Bagaimana dengan isu yang banyak
dan imlementasinya selama lebih
berkembang
menginspirasi memberikan proses
(mengilhami) pencerahan
perubahan
pola
ini
proses
kurang 15 hari (off class) maupun
diklat
sudah
tindak lanjut berupa inovasi-inovasi
kelihatan ada perubahan pola pikir
baru apa yang harus dimunculkan
sampai usai diklat, tetapi ketika
bagi pelayanan publik.
kembali ke instansi semula pola
yang harus difikirkan ke depan
pikir pun berubah kembali ke pola
adalah pada fase perubahan jangka
pikir sebelumnya. Kondisi ini sudah
menengah dan jangka panjang bagi
ditangkap
oleh
dan
alumni Diklat kepemimpinan dan
Lembaga
Administrasi
Negara
rencana tindak lanjut (rencana aksi)
sehingga
membuat
saat
penyelenggaraan
kurikulum mengutamakan
Kemenpan
70
bagi alumni prajabatan.
“revolusi
kediklatan” %
Tantangan
Apabila
dikaitkan dengan konsep revolusi
yang
mental
praktek
sebenarnya
realitas
ini
merupakan implementasi revolusi
(implementasi) dan 30 % klasikal. Sejak Tahun 2014 kurikulum
mental melalui proses kediklatan
Diklat Kepemimpinan dan Diklat
sebagaimana rancangan sinergitas
Prajabatan
dilakukan
lintas jalan dalam pengembangan
perubahan drastis tersebut, dimana
dan menggerakkan revolusi mental
ada diklat “in class” maupun “off
seperti bagan berikut.
sudah
class”, ada pembuatan rancangan
85
â&#x20AC;&#x153;Kita harus berubah. Untuk berubah kita fokus ke masa depan. Pemerintah perlu bekerja lintas sektoral agar mendapatkan hasil yang terbaik. Rakyat adalah subyek pembangunan, bukan obyek atau proyek â&#x20AC;Ś Percuma membangun fisik tanpa membangun pola pikir Dengan demikian dalam manajemen
masyarakat.â&#x20AC;?
kediklatan yang berbasis revolusi mental
mesti
dibuat
(Presiden Joko Widodo, 2015)
strategi
perubahan paradigma Aparatus Sipil
D. Pengembangan
Negara sebagai berikut : 1.
Peran Instansi Pembina dan
Paradigma
Bekerja
(Bukan
Berbisnis)
sehingga
berorientasi
job
Lembaga
harus
nafkah/bertahan hidup
Widyaiswara
harus
katkan dengan
sekaligus
karier,
terus
Vacation:
Bekerja
dirinya
perubahan
seiring
lingkungan
antara
lain
ke-
mampuan meningkatkan kegiatan karena
menyusun Karya Ilmiah sebagai salah satu kewajiban yang harus
geser dari ego ke kepentingan lain,
potensi
dikembangkan,
panggilan hati, orientasi ber-
orang
selalu
macam potensi diri yang dapat
menerus
menempa keahlian. 3.
untuk
strategis yang dihadapi. Berbagai
berorientasi pada pengembangan
menuntut
mengembangkan wawasan, mening-
dan ibadah; Profesional
Dalam
Profesionalisme
diubah menjadi aktualisasi diri
Secara
Diklat
Mendukung Revolusi Mental
discription,
motif bekerja mencari uang/
2.
Profesidan
dipenuhi
menghadirkan
dalam
pengembangan
profesi bagi Widyaiswara.
Tuhan di tempat kerja.
Sebagaimana Peraturan Menpan dan Reformasi Birokrasi No. 22
86
Jabatan
Ilmiah Nasional Terakreditasi (bagi
Fungsional Widyaiswara dan Angka
widyaiswara Utama sesuai Perkalan
Kreditnya
bahwa
No. 26 Tahun 2015). Karya Tulis
seorang Widyaiswara diwajibkan
Ilmiah berdasar Perkalan No 26
melakukan kegiatan pengembangan
Tahun 2015, BAB VI Ketentuan
profesi dalam rangka menunjang
Peralihan, disebutkan bahwa Orasi
tugas pokoknya dalam bentuk Karya
Ilmiah dengan KTI yang dimuat
Tulis/ Karya Ilmiah (KTI) yang
dalam
diharapkan
menghasilkan
terakreditasi
baru
dalam
pada bulan Oktober 2016. Pimpinan
rangka meningkatkan kualitas diklat
Instansi/Lembaga Diklat/Pengelola
secara
Kepegawaian
Tahun
2014
tentang
diamanatkan
dapat
pemikiran-pemikiran
keseluruhan.
Melalui
jurnal
Imiah
mulai
nasional
diberlakukan
perlu
mendorong
kegiatan pengembangan profesi ini
tersedianya forum pengembangan
pula diharapkan Widyaiswara dapat
profesi
meningkatkan
kemampuannya
terus didorong untuk meningkatkan
sesuai
spesialisasinya/
kapasitasnya
dengan
widyaiswara.Widyaiswara
dan
latihan
dalam
penyusunan KTI.
subtansi yang diampunya melalui dan
Perlu ditegaskan, bahwa Orasi
mampu menuangkan ke dalam poses
Ilmiah merupakan salah satu bentuk
pengembangan materi ajarnya.
pertanggungjawaban akademis dan
kegiatan-kegiatan
akademis
Pengembangan profesi lain
etis atas jabatan profesi Widya
bagi Widyaiswara adalah melak-
iswara yang didasarkan pada Karya
sanakan Orasi Ilmiah sesuai dengan
Tulis Ilmiah hasil penelitian dan
spesialisasi bidang kediklatan bagi
kajian.
Widyaiswara Utama golongan IV/d
kegiatan formalitas semata, tetapi
dan IV/e serta bagi Widyaiswara
mempunyai makna yang penting,
Madya golongan IV/c yang akan
karena merupakan bagian integral
naik jabatan ke Widyaiswara Utama
dari perjalanan karier Widyaiswara
golongan IV/d.KTI yang diper-
yang
syaratkan harus dimuat dalam Jurnal
membutuhkan
87
Orasi
dalam
Ilmiah
bukanlah
pengerjaannya kerja
keras,
kreativitas, wawasan yang luas serta
sehingga peningkatan budaya ilmiah
kedalaman
menjadi
pun
melalui
Meskipun beberapa tahun berselang
orasi ilmiah ini, merupakan forum
selalu difasilitasi penyelenggaraan
yang sangat bergengsi sebagai bukti
Karya Tulis Ilmiah Widyaiswara
kepiawaian seorang Widyaiswara
sebagai
menuju
mendukung bahan Orasi Ilmiah,
ilmu
spesialisasinya,
yang
sehingga
jenjang
Widyaiswara
akan
berjalan
proses
beriringan.
awal
untuk
sudah selayaknya budaya menyusun
Utama.
Karya
Dengan ditekankannya kewa-
Tulis
Ilmiah
harus
sekedar
untuk
jiban Orasi Ilmiah bagi Widyaiswara
dibangun
Utama dan yang akan menduduki
persiapan orasi ilmiah tetapi lebih
Widyaiswara
diarahkan
Utama,
diharapkan
bukan
itu
untuk
perbaikan
dan
akan terwujud suatu tradisi ilmiah
pengembangan mutu pendidikan dan
di kalangan Widyaiswara untuk
pelatihan
memiliki wawasan yang luas akan
semakin
ilmu yang diampunya dan dapat
kebutuhan gap kompetensi Aparatur
memperdalam spesialisasi ajarnya,
Sipil Negara.
serta
mampu
bangkan
dalam
semakin
lama
berkembang
sesuai
Peran Instansi / Lembaga
mengem-
inovasi-inovasi
yang
Diklat
dalam
dalam
pembinaan
dan
proses transfer knowledge ke peserta
pengembangan widyaiswara dalam
didiknya.
mendukung
revolusi
mental
diantaranya :
Sudah mulai menjadi budaya Ilmiah, bahwa di Badan Diklat
1. Memberi dukungan termasuk
Provinsi Jawa Tengah setiap tahun
pengalokasian anggara dalam
selalu
pengembangan
menyelenggarakan
memfasilitasi
KTI
dan
Widyaiswara
Widyaiswara
kompetensi (Diklat
Teknis/
walaupun hanya untuk beberapa
Fungsional/lainnya).
orang.
Ke depan kiranya kesem-
Administrasi Negara juga sudah
patan pengembangan profesi ini
membuat perencanaan imple-
perlu
mentasi Kurikulim dan Diklat
dilakukan
penambahan,
88
Lembaga
Revolusi Mental bagi paratur
Diklat Provinsi Jawa Tengah
Sipil Negara, diawali dengan
masih sebatas Temu Ilmiah
diskusi,
dan
Widyaiswara dan Orasi Ilmiah.
diseminasi kurikulum dan silabi,
Sebenarnya masih banyak forum
TOT
temu
penyusunan
Widyaiswara
Substansi
ilmiah
lainnya
yang
Revolusi Mental di akhit rahun
sebenarnya sudah dilaksanakan
2015 dan awal tahun 2016, serta
tetapi
penyelenggaraan pendidikan dan
dilembagakan.
pelatihan revolusi mental di
mulai
tahun 2016.
disiapkan ke depan melem-
Mengacu pada
penyelenggaraan Facilitator
Training
(TOF)
masih
difikirkan
forum
lokakarya,
Diklat
Kiranya sudah
untuk
bagakan
of
belum
dan
seminar,
disemniasi
dan
kegiatan sejenisnya.
Prajabatan pada bulan Januari dise-
3. Mendorong peningkatan kom-
Revolusi
petensi / kapasitas Widyaiswara
Mental Bagi Widyaiswara di
dalam kegiatan penyelenggaraan
Badan Diklat Provinsi Jawa
dan pengembangan diklat di
Tengah di awal tahun 2016.
Instansi. Menjawab tantangan
Sesuai ketentuan yang berlaku
tentang konsep pengembangan
minimal 2 % dari dana APBD
revolusi mental di Jawa Tengah,
untuk
bagi
sudah sepatutnya agar Badan
kompetensi
Diklat Provinsi Jawa Tengah
2015,
kiranya
lenggarakan
perlu
TOT
dialokasikan
pengembangan
ikut berpartisipasi aktif guna
Aparatur Sipil Negara.
pelaksanaan
2. Memfasilitasi kegiatan Widya
revolusi
iswara (menyediakan Forum/
dalam
Diskusi Ilmiah Widyaiswara,
Meskipun
Pengembangan Media Penulisan
khusus dalam penyelenggaraan
KTI spt Jurnal /Majalah Ilmiah).
diklat revolusi mental, namun
Forum
substansi
diskusi
ilmiah
yang
mental
sudah difasilitasi oleh Badan
89
lingkup
mental
kediklatan.
belum
dan sudah
dirancang
ruh
revolusi
dan
sedang
dilaksankan
dalam
penye-
Dewanoro “Ing Ngarsa Sung
lenggaraan
diklat
Teknis,
Tuladha – Ing Madya Mangun
Fungsional dan Kepemimpinan,
Karsa – Tut Wuri Handayani”.
serta Diklat Prajabatan. Kiranya
Pimpinan sudah pada tempatnya
memungkinkan
untuk
harus saling menyapa, menegur
menyelenggarakan TOT Revo-
dengan tutur kata yang halus,
lusi
mengarahkan,
pula
Mental
widyaiswara
di
bagi
para
awal
tahun
anak
buah
membimbing maupun
semua
anggaran 2016 dan membuat
komponen dan aparatur diklat,
konsep Diklat Revolusi Mental
demikian sebaliknya anak buah
di anggaran perubahan APBD
pun
Provinsi Jawa Tengah Tahun
dengan
2016.
akan membawa suasana damai.
harus
mengimbanginya
dengan kearifan lokal
yang
Suasana
damai
kondusif agar para pegawai bisa
teraman
yang
berkembang
membawa suasana kondusif dan
4. Memberikan
iklim
(learning
orga-
dan tercipta
akan
nization). Terjalinnya sinergitas
kekeluargaan,
penyelenggara
sudah
bangun rasa kegotongroyongan
seyogyanya mengikuti ketentuan
dalam mewujudkan visi misi
Pergub Nomor 35 Tahun 2015
organisasi.
tentang
diklat
Sinergitas
sehingga
keten-
ter-
Pilar
Pengembangan Pegawai ASN
E. Penutup
dan
Revolusi mental akan dapat
Pemerintah
terbangun diawali dari perubahan
Provinsi Jawa Tengah. Filosofi
karakter (kembali kepada karakter
Jawa yang sangat kaya akan
orisinal bangsa
kearifan lokal yaitu saling asah
santun, berbudi pekerti, ramah, dan
– asih – asuh tampaknya perlu
bergotong
terus digelorakan seiring dengan
pemimpin, pendidik (widyaiswara),
filosofipendidikan
pelaksana
Berbasis Berintegritas
Kompetensi di
Ki
Hajar
90
Indonesia yang
royong)
mulai
(penyelenggara)
dari
dan
masyarakat (peserta dan masyarakat
bagi paratur Sipil Negara, diawali
umum) secara bersama dan tidak
dengan diskusi, penyusunan dan
dapat dilakukan secara terpisah.
diseminasi kurikulum dan silabi,
Perubahan karakter bangsa tersebut
TOT
diharapkan dapat menghancurkan
Revolusi Mental di akhit rahun 2015
korupsi, kolusi, nepotisme, etos
dan
kerja
penyelenggaraan
tidak
baik,
bobroknya
Widyaiswara
awal
tahun
Substansi
2016,
pendidikan
serta dan
pelatihan revolusi mental di tahun
birokrasi, hingga ketidaksiplinan.
2016.
Widyaiswara memiliki peran strategis sebagai pejabat fungsional
Sebuah tantangan bagi Badan
yang bertugas, tanggung jawab,
Diklat Provinsi Jawa Tengah guna
wewenang,
untuk
pelaksanaan revolusi mental dalam
melakukan kegiatan Dikjartih PNS,
lingkup kediklatan. Meskipun belum
Evaluasi dan Pengembangan Diklat
dirancang
pada Lembaga Diklat Pemerintah.
penyelenggaraan
Baik buruknya kualitas purnawidya
mental, namun substansi dan ruh
diklat salah satunya bergantung pada
revolusi mental sudah dan sedang
keberadaan dan peran Widyaiswara.
dilaksankan dalam penyelenggaraan
Tuntutan kompetensi yang standar
diklat
sangat dibutuhkan bagi seorang
Kepemimpinan,
Widyaiswara,
dan
hak
khusus
Teknis,
dalam
diklat
revolusi
Fungsional serta
dan Diklat
yang
ditunjukkan
Prajabatan. Kiranya memungkinkan
dengan kemampuan
berinovasi
pula untuk menyelenggarakan TOT Revolusi
untuk pengembangan kapasitas diri.
Mental
bagi
para
Pada tahun 2016 nanti sebagai
widyaiswara di awal tahun anggaran
tahun implementatif konsep revolusi
2016 dan membuat konsep Diklat
mental digulirkan serentak oleh
Revolusi
pemerintah. Lembaga Administrasi
perubahan APBD Provinsi Jawa
Negara
Tengah Tahun 2016.
juga
perencanaan
sudah
membuat
implementasi
Mental
di
anggaran
--------------------------
Kuri-
kulum dan Diklat Revolusi Mental
91
Pembinaan WidyaiswaraRakornas Diklat Aparatur Jakarta, tanggal 29-30 Oktober 2015, Kedeputian Diklat AparaturLembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LANRI) Jakarta Pusat. Peter L Berger, 1986 dan Hannah Arendt (1965)The Capitalist Revolution, dikutip dari bahan paparan Revolusi Mental pada Sosialisasi dan Disemninasi Kurikulum dan Modul Diklat Revolusi Mental, Pusdiklat Teknis dan Fungsional Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LANRI) Jakarta Pusat. Tommy F Awuy, 2015. Pandangan Akademis Revolusi Mental.pengajar Filsafat di Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya UI, Koran SINDO, Selasa 20 Oktober 2015. Widadi, 2015.Pengembangan dan Pembinaan SDM Aparatur (Pendekatan Paradigmatis. FGD Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah, 3 Maret 2015.
DAFTAR PUSTAKA Andi Taufik, 2015. Pendidikan Dan Pelatihan Revolusi Mental Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN), Sosialisasi dan Disemninasi Kurikulum dan Modul Diklat Revolusi Mental, Pusdiklat Teknis dan Fungsional Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LANRI) Jakarta Pusat, 11 Desember 2015. Hadiat, 2015.Revolusi Mental Bagi Aparatur Sipil Negara,Bahan Paparan Direktur Agama, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga, Kementerian BAPPENASJakarta Pusat, 11 Desember 2015. Heru Setiadhie, 2015. Sinkronisasi Program Diklat Tahun 2016.Paparan Kepala Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah pada Tanggal 16 Desember 2015. Joko Widodo, 2014. Revolusi Mental, Kompas 10-52014 Joko Widodo, 2015. Revolusi Mental,Kompas.Com, 22 September 2015. Lembaga Administrasi Negara, 2015.Dinamika Kebijakan
92
EVALUASI PROGRAM PELATIHAN Oleh : Wardi Astuti Abstrak Evaluasi program pelatihan seharusnya tidak hanya dilaksanakan setelah kegiatan selesai, tetapi sebaiknya dilaksanakan di awal pelaksanaan, yaitu mulai dari rancangan program pelatihan, di tengah (pada saat pelaksanaan) dan setelah pelatihan selesai (hasil dari pelatihan). Penilaian hasil pelatihan tidak hanya pada hasil jangka pendek (output) tetapi dapat mengetahui hasil dalam jangka panjang (outcome dan impact program). Ada berbagai model evaluasi program pelatihan yang dapat dipilih, tergantung dari tujuan evaluasi dan kemampuan evaluator.Siapapun yang tugaskan menjadi evaluator, agar hasil evaluasi dapat maksimal maka kompetensi evaluator harus dipertimbangkan. Kompetensi evaluator meliputi; kompetensi teknis, kompetensi manajerial, kompetensi konseptual dan kompetensi bidang studi. Kata Kunci : model evaluasi, pelatihan, kompetensi digunakan untuk mengembangkan
A. Pendahuluan Manusia
merupakan
kemampuan tersebut adalah dengan
asset
program pendidikan dan pelatihan.
utama yang dimiliki oleh suatu
Ada
organisasi, yang dijadikan objek dan juga
subjek
dalam
banyak
definisi
dari
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat),
oraganisasi.
dan secara sederhana Diklat dapat
Manusia merupakan makhluk yang
didefinisikan sebagai upaya untuk
dapat berkembang sesuai dengan
meningkatkan Pengetahuan (know-
kapasitas yang dimilikinya. Kemam-
ledge), Ketrampilan (skills) dan
puan yang dimiliki oleh manusia
Sikap
haruslah senantiasa dikembangkan
(attitude)
atau
disingkat
dengan istilah PKS atau sering juga
karena jika tidak maka kemungkinan
disebut kompetensi. Dari definisi
akan terjadi kemunduran bahkan
tersebut
statis. Salah satu cara yang dapat
maka
tujuan
dari
diselenggarakannya program diklat
93
meningkatkan
apakah tujuan diklat telah tercapai
dari peserta
atau bagaimana pengaruh program
diklat, yang pada akhirnya dapat
pelatihan terhadap perubahan PKS
dipergunakan oleh peserta pelatihan
peserta diklat dikenal dengan istilah
tersebut
evaluasi diklat.
adalah
untuk
kompetensi (PKS)
dalam
pekerjaannya
pelaksanaan
sehari-hari,
harapan
pelaksanaan
instansi
tempat
diklat dapat dilakukan sejak awal
dengan
tugas
peserta
Proses evaluasi
dari
perencanaan program diklat, pada
diklat
saat pelaksanaan diklat berlangsung,
tersebut dapat lebih meningkat dan
setelah
optimal.
diklat, atau setelah jangka waktu
Ada pendapat lain yang
selesai
seluruh
mengatakan bahwa tujuan program
tertentu
diklat
ketempat tugas masing- masing.
untuk
meningkatkan
Proses
kompetensi, untuk mencapai tingkat kompetensi
tertentu
sejak
program
kembali
evaluasi
program
diklat tidak dapat berdiri sendiri
yang
dipersyaratkan, atau untuk menutup
sendiri,
kesenjangan
merupakan
(GAP)
peserta
kompetensi
proses
evaluasi
sebuah
diklat
proses
yang dari
antara yang dimiliki saat ini dengan
berkesinambungan
mulai
kompetensi yang dituntut untuk
perencanaan
(penyusunan
mampu
melaksanakan
kurikulum),
pekerjaan
secara
pemahaman
tugas
efektif.
terhadap
diklat
Persiapan
diklat
â&#x20AC;&#x201C;
menetapkan peserta, jadwal fasilitas,
Dari
widyaiswara
pendidikan
serta
alat
bantu
dan pelatihan serta tujuan dari
pembelajaran lainnya, pada saat
pendidikan dan pelatihan, maka
pelaksanaan dan penyelenggaraan
menjadi penting untuk mengetahui
diklat,
apakah tujuan program pelatihan
evaluasi diklat itu sendiri. Bahkan
telah tercapai?Bagaimana dampak
ada
atau pengaruh pelatihan terhadap
bahwa proses evaluasi diklat baru
peningkatan kompetensi pegawai
akan berhasil, jika proses diklat
setelah
program
secara keseluruhan berjalan dengan
diklat.Kegiatan untuk mengetahui
baik, mulai dari tahap awal sampai
mengikuti
94
sampai
pendapat
kepada
yang
kegiatan
mengatakan
dengan berakhirnya proses kegiatan
keseluruhan
belajar
terdahulu.
mengajar,
dan
terdapat
9
tahapan
Prinsip
dari
yang evaluasi
lingkungan yang kondusif untuk
diklat adalah melakukan evaluasi
mengimplementasikan hasil kegiat-
terhadap
an diklat dalam pekerjaan sehari-
kegiatan diklat dari awal sampai
hari Kirkpatrick mengatakan bahwa
pada akhirnya. Sebagai contoh pada
proses evaluasi diklat adalah satu
tahapan 1 menentukan kebutuhan.
kesatuan
Maka
proses
mulai
dari
keseluruhan
evaluasi
proses
diklat
untuk
pada
melakukan evaluasi tahapan pertama
pelaksanaan program diklat yang
ini adalah mengevaluasi kembali
terdiri dari 10 (sepuluh) tahapan
apakah
proses 1. Menentukan kebutuhan
pelatihan
2.Menetapkan tujuan 3.Menentukan
program pelatihan yang diberikan ?
isi
perencanaan
materi
pelatihan
sampai
kebutuhan sudah
dari
peserta
sesuai
dengan
4.Memilih
peserta
Apakah kebutuhan dari manager
5.Menentukan
jadwal
atau instansi yang mengirimkan
pelatihan 6.Memilih fasilitas/sarana
peserta
pelatihan
dipenuhi dalam program pelatihan
yang
paling
sesuai
pelatihan
7.Memilih pelatih yang paling sesuai
ini?Apakah
8. Memilih dan menyiapkan alat
diajarkan
bantu audio visual 9. Koordinasi
sesuai
dengan
program
petensi
yang
pelatihan
10.Evaluasi
sudah
kompetensi dalam pelatihan
dapat
yang telah
kebutuhan
kom-
dibutuhkan
dalam
pelaksanaan pekerjaan sehari-hari ?
program pelatihan.
Demikian juga pada tahapan kedua â&#x20AC;&#x201C;
Walaupun Kirkpatrick menempatkan evaluasi program diklat
menetapkan
pada bagian akhir dari 10 tahapan
evaluasi diklat termasuk evaluasi
proses diklat, evaluasi keberhasilan
purna diklat harus mampu untuk
program diklat dimulai dari tahapan
mengevaluasi
yang paling awal sekali. Bahkan
tujuan pelatihan telah sesuai ?
proses
Apakah
evaluasi
diklat
sangat
tujuan
apakah
tujuan
pelatihan,
penetapan
pelatihan
telah
memperhatikan kebutuhan pelatihan
ditentukan oleh keberhasilan dari
95
? Apakah tujuan pelatihan telah
pengambilan keputusan (decision
memperhatikan aspek kompetensi
making). Ketiga istilah ini berkaitan
yang
Apakah
erat dan merupakan suatu rangkaian
penetapan tujuan pelatiahn telah
aktivitas dalam evaluasi dalam dunia
memperhatikan komposisi dari PKS
kediklatan.
ingin
dicapai?
Pengukuran
?. Demikian seterusnya sampai pada tahapan
evaluasi
itu
sendiri.
prosedur
untuk
Misalnya
adalah
apakah
proses
informasi
atau
adalah
suatu
mendapatkan data
secara
evaluasi selama pelaksanaan diklat
kuantitatif, dengan pemberian angka
telah mengukur kompetensi yang
kepada suatu sifat atau karakteristik
hendak dicapai ? Apakah materi
tertentu
pelatihan telah dievaluasi secara
berdasarkan aturan tertentu. Hasil
memadai ? Bagaimana mengenai
pengukuran berupa data kuantitatif
evaluasi peserta pelatihan? Mulai
dalam bentuk angka- angka (skor).
dari penetapan peserta sampai pada
Oleh karena itu, dalam pengukuran
pencapaian pelaksanaan pelatihan?
dibutuhkan
kepada
seseorang
adanya
alat
ukur
(instrumen) yang digunakan untuk B.
Pengukuran, Penilaian dan
mengumpulkan
Pengambilan Keputusan
pengukuran
proses
sistematik
suatu
konteks
evaluasi
program. di
hasil
dapat
dipakai
Penilaian adalah kegiatan untuk
lingkungan
mengetahui apakah suatu program telah berhasil dan efisien. Penilaian
memiliki arti berbeda karena tingkat
bersifat kualitatif untuk menentukan
penggunaan yang berbeda, yaitu
apakah
istilah pengukuran (measurement), (evaluation)
pengukuran
untuk penilaian atau evaluasi.
Dalam
diklat, terdapat tiga istilah yang
penilaian
obyektif.
atau baik buruknya sesuatu, tetapi
untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi
adalah
dari
Pengukuran tidak membuahkan nilai
Secara umum evaluasi adalah suatu
data.Sifat
sesuatu
(seseorang)
tergolong kategori baik atau kurang,
dan
tepat atau tidak tepat, dan kualitas
96
lainnya.Penilaian adalah
pada
pemberian
memerlukan hasil penilaian yang
dasarnya
baik.
pertimbangan atau
Dalam perspektif critical event
angka-angka yang diperoleh melalui
models, evaluasi merupakan bagian
pengukuran.
demikian
yang tak terpisahkan dari seluruh
dalam pertimbangan memuat faktor-
tahapan siklus diklat. Pada konteks
faktor yang bersifat subyektif dalam
ini
kadar tertentu (relatif).
setiap tahapan mulai dari analisis
(judgement)
terhadap
skor
Dengan
evaluasi
dilakukan
terhadap
kebutuhan diklat, pelaksanaan diklat
Pengambilan keputusan (kebijakan) adalah tindakan yang diambil
sampai
oleh
pelaksanaan atau pasca diklat.
seseorang
atau
lembaga
dengan
setelah
selesai
berdasarkan data (informasi) yang telah diperoleh dengan memasukkan
C. Model-model Evaluasi
berbagai pertimbangan.
1.
Dari pengertian tersebut, jelas terlihat
adanya
berbeda.
tingkatan
Pengukuran
membuahkan buruknya
nilai
sesuatu,
Merupakan
yang
pelatihan
tidak
atau
baik
tetapi
hasil
penilaian.
memerlukan
data
empat
hasil
demikian,
(reactions),
(results).
menutup
level
pembelajaran
reaksi (lear-
Keempat
level
dapat
Tahap evaluasi pertama yang dilakukan segera setelah pelatihan
pengambilan yang
adalah
Level 1: Reactions
oleh pengkuran. Demikian pula
keputusan.Keputusan
membuat
dirinci sebagai berikut :
dilakukan meskipun tanpa didahului
dengan
dalam
ning), perilaku (behavior) dan hasil
kemungkinan bahwa penilaian tetap
halnya
oleh Donald L.
level
tersebut
baik
pengukuran.Namun tidak
dikembangkan
kategori hasil pelatihan. Empat level
mutunya dan salah satu sumbernya adalah
yang
evaluasi
Kirkpatrick dengan menggunakan
Penilaian yang
model
pertama kali
pengukuran dapat dipakai untuk membuat
Model Empat Level
selesaidiberikan
baik
97
Logistik
Umumnya ditujukan untuk
:
layak
konsumsi
yang
mengukur tingkat kepuasan peserta
akomodasi
terhadap
pelatihan.
diberikan serta fasilitas pelatihan
mudah
lainnya. Walaupun kelihatan sepele,
Paling
pelaksanaan sederhana
dilakukan check
dan
dengan
list.
akomodasi
menggunakan
Beberapa
hal
dan
seberapa
dan
konsumsi
dapat
mempengaruhi konsentrasi. Instruk-
yang
tur/fasilitator : seberapa trampil
penting untuk dievaluasi adalah:
mereka memberikan pelatihan. Hal
Isi pelatihan : seberapa jauh isi pelatihan sesuai dengan tujuan yang
ini
ditetapkan, baik dari segi keragaman
pemahamannya
maupun
yang
pelatihan, kemampuan melakukan
dibahas. Kualitas materi : seberapa
presentasi materi dan kemampuan
baik kualitas materi yang dibagikan,
mengelola situasi selama pelatihan.
presentasi audio dan visual yang
Level 2: Learning
kedalaman
topik
Kualitas
selama materi
kedalaman
terhadap
materi
mudah dilakukan, yang biasanya
pelatihan. yang
dari
Tahap evaluasi ini pun relatif
disajikan, dan peralatan lain yang digunakan
bergantung
pada
baik
jam
terakhir
pelatihan.
menimbulkan kesan bahwa peserta
Tujuannya
mengikuti pelatihan yang bergengsi
pemahaman
dan bukan pelatihan â&#x20AC;&#x153;asal-asalanâ&#x20AC;?
pelatihan.
saja.
pelatihan tidak dapat memahami materi
Metode pelatihan : seberapa
mengukur peserta Jika
tingkat
atas
seorang
pelatihan,
materi peserta
bagaimana
yang
mungkin ia dapat mengaplikasikan
yang
perubahan
dalam
kinerjanya?
dibahas. Contoh, Diklat TOEFL
Beberapa
metode
diantaranya
Preparation harusnya lebih banyak
memberikan tes tertulis atau studi
dilakukan dalam metode simulasi,
kasus
latihan praktek dengan komputer
Simulasi
dibanding ceramah saja.
misalnya dengan role play. Paling
sesuai
metode
digunakan
pelatihan
dengan
topik
pada pun
peserta
pelatihan.
dapat
dilakukan,
sederhana adalah meminta peserta
98
melakukan refleksi atau presentasi
Jika implementasi tidak sesuai
berupa rangkuman atas apa yang
dengan harapan, analisis lebih lanjut
telah dipelajarinya.
perlu dilakukan.Misalnya, adakah
Level 3: Behavior / Application
kesempatan
mengukur
peserta
pelatihan
apa
implementasi di
peserta
untuk
melakukan implementasi ? Faktor
Tahap evaluasi ini ditujukan untuk
bagi
saja
yang
mendukung
pekerjaan
implementasi terjadi? Lalu faktor
sehari-hari.
Informasi
yang
apa yang menghambat dan perlu
dibutuhkan
adalah: Tugas
yang
diatasi? Faktor yang mendukung di
dikerjakan : proyek atau kegiatan
antaranya adalah infrastruktur yang
rutin yang dilakukan sebagai bukti
memadai, atasan yang terbuka, tim
konkrit
kerja yang solid, dll. Sementara
dari
peningkatan setelah
implementasi peserta
faktor yang menghambat adalah
pelatihan.
waktu yang sempit, dana yang
kemampuan
mengikuti
terbatas,
resistensi
mengikuti pelatihan negosiasi dapat
perubahan,
dll.
menyebutkan proyek tender yang
ditemukan kemalasan peserta sendiri
berhasil dimenangkannya.
sebagai faktor penghambat.
Contohnya,
peserta
yang
telah
terhadap
Jangan
sampai
Level 4: Results / Impact
Tim yang terlibat : pihak-pihak
Tahap
yang mendukung kesuksesan dari
ini
ditujukan
tugas tersebut. Informasi ini perlu
mengukur
diketahui untuk menilai seberapa
terhadap
besar
organisasi secara keseluruhan.Data
peran
peserta
dalam
dampak
untuk
kelompok
pelatihan kerja
atau
historis (awal) harus tersedia untuk
kesuksesan tersebut.
melakukan
Waktu penerapan : kapan dan
evaluasi
tahap
ini.
berapa lama implementasi tersebut
Beberapa aspek yang diukur antara
dilakukan.
lain:
Jika
peserta
terlibat
-
dalam proyek, maka ada batasan waktu
tertentu.Berbeda
Tangible, mencakup: (1) hasil kerja,
dengan
seperti
frekuensi,
pengerjaan tugas rutin.
99
produktivitas,
kecepatan,
keun-
tungan, % penyelesaian, (2)
kondisi aktual, masalah-masalah dan
kualitas
deviasi,
peluang yang melayani pembuatan
kecelakaan, komplain, produk
keputusan berjalan, berupa diag-
gagal, (3) biaya, seperti biaya
nostik
operasional, pengeluaran men-
kesenjangan antara tujuan dengan
dadak,
dampak ingin dicapai.
seperti
(4)
waktu,
seperti
Intangible,
menemukan
Masukan (input) berfokus pada
efisiensi, lembur. -
yakni
mencakup:
(1)
kemampuan
sistem,
strategi
kebiasaan kerja, seperti absensi,
pencapaian
kelalaian, tepat waktu, (2) iklim
disain
kerja,
cangan yang melayani pembuatan
seperti
komitmen,
tujuan, implementasi
dan cost-benefit dari
pengunduran diri, kerja sama,
keputusan
(3)
tujuan-tujuan operasional.
keterampilan,
pengetahuan,
seperti
tentang
Proses
pemahaman,
perumusan
(process)
fokus
kepuasan
kepuasan
informasi untuk day-to-day decision
pelanggan, (5) inisiatif, seperti
making untuk melaksanakan prog-
saran,
ram, mambuat catatan atau â&#x20AC;&#x153;recordâ&#x20AC;?,
penetapan
tujuan,
dan
2. Model CIPP CIPP
menyediakan
atau merekam pelaksanaan program
rencana strategis.
Model
yaitu
memiliki
aplikasi, (4) kepuasan, seperti kerja,
lain,
ran-
dikembangkan
mendeteksi
atau
pun
meramalkan pelaksanaan program.
oleh Daniel Stufflebeamâ&#x20AC;&#x2122;s, meru-
Produk (product) berfokus pada
pakan model untuk menyediakan
mengukur pencapain tujuan selama
informasi bagi pembuat keputusan,
proses dan pada akhir program.
jadi tujuan evaluasi ini adalah untuk
3. Model
membuat
keputusan.
Komponen
process dan
Context (konteks) pendekatan
product.
berfokus
sistem
dan
(Return
On
Investment)
model evaluasi ini adalah context, input,
ROI
Model angkan
ROI oleh
yang Jack
dikembPhillips
pada
merupakan level evaluasi terakhir
tujuan,
untuk melihat cost-benefit setelah
100
pelatihan dilaksanakan. Kegunaan
waktu, biaya dan analisis data yang
model ini agar pihak manajemen
akurat untuk keberhasilan evaluasi
melihat pelatihan bukan sesuatu
ini.
yang mahal dan hanya merugikan
mengisolasi pengaruh pelatihan, ada
pihak
tiga strategi yang dengan mudah
keuangan,
akan
tetapi
Salah
satu
cara
adalah
pelatihan merupakan suatu investasi,
diperhitungkan yaitu :
sehingga
dengan
a. Perbandingan antara kelompok
menggunakan hitungan yang akurat
peserta dan kelompok bukan
keuntungan yang dapat diperoleh
peserta.
Kinerja
antara
setelah melaksanakan pelatihan. Hal
kelompok
peserta
pelatihan
ini
dapat diperbandingkan dengan
dapat
tentunya
gambaran
dilihat
dapat
lebih
memberikan apabila
kelompok lain yang setara dan
ternyata dari hasil yang diperoleh
belum mendapatkan pelatihan.
ditemukan bahwa pelatihan tersebut
Contohnya,
tidak memberikan keuntungan baik
telepon
bagi peserta maupun bagi lembaga.
kelompok resepsionis peserta
Model
pelatihan
evaluasi
tambahan
dari
luas,
ini model
merupakan evaluasi
cara
yang
Bertelepon
menjawab
masuk
Sopan
dari
Santun
dibandingkan
Kirkpatrick yaitu adanya level ROI
dengan kelompok yang belum
(level 5), pada level ini ingin melihat
mendapatkan pelatihan. Secara
keberhasilan dari suatu program
kualitatif, cara menjawab yang
pelatihan dengan melihat dari Costâ&#x20AC;&#x201C;
lebih baik dapat disimpulkan
Benefit-nya, sehingga memerlukan
disebabkan
data yang tidak sedikit dan harus
tersebut.
akurat untuk menunjang hasil dari
ROI
paling
pelatihan
b. Perbandingan antara sebelum dan
evaluasi pelatihan yang valid. Tahap
oleh
sesudah
pelatihan.
Kinerja
sulit
antara sebelum dan sesudah
dilakukan.Tujuannya adalah untuk
pelatihan dari kelompok yang
mengevaluasi nilai balik modal dari
sama diperbandingkan. Contoh-
pelaksanaan
nya, penjualan retail sebelum
pelatihan.Dibutuhkan
101
pelatihan
direct
selling
tersebut,
ahli
dibandingkan dengan penjualan
evaluasi atau evaluator mempunyai
setelah
konsep yang berbeda dalam halini.
pelatihan.Tentu
saja
Brinkerhoff Cs mengemukakan
analisis yang dilakukan juga perlu
memperhatikan
tren
tiga
golongan
evaluasi
yang
kenaikan atau penurunan tanpa
disusun berdasarkann penggabungan
adanya pelatihan.
elemen-elemen yang sama, seperti
c.
Estimasi
peserta
terhadap
evaluator -evaluator
yang
lain,
presentase pengaruh pela-tihan.
namun dalam komposisi dan versi
Inilah perhitungan yang paling
mereka sendiri sebagai berikut :
mudah
1. Fixed vs Emergent Evaluation
dilakukan.
Peserta
diminta
untuk
Design
mengungkapkan berapa per-
Desain
sentase
(fixed)
pelatihan
pengaruh
pelatihan
evaluasi
yang
tetap
ditentukan
dan
terhadap perbaikan kinerjanya.
direncanakan secara sistematik
Con-tohnya,
sebelum
peserta
an Interconnecting
4.
masing-masing
pelatihNetwork
jakan.
implementasi Desain
diker-
dikembang-
Device melaporkan bahwa 70%
kan berdasarkan tujuan program
keberhasilan mengerjakan pro-
disertai seperangkat pertanyaan
yek Wireless Connection diseb-
yang
abkan oleh aplikasi pelatihan.
informasi yang akan diperoleh
Sisanya,
dari
30% lainnya
oleh
akan
dijawab
sumber-sumber
dengan
tertentu.
faktor-faktor lain, seperti proses
Rencana
belajar sendiri, umpan balik
sebelumnya dimana si pemakai
atasan
akan menerima informasi seperti
Evaluasi model Brinkerhoff
yang telah ditentukan
Setiap desain evaluasi pada
tujuan.
umumnya
terdiri
dari
elemen-
analisis
Walaupun
dibuat
dalam desain
fixed ini lebih terstuktur daripada
elemen yang sama, banyak cara
desain emergent,
untuk
juga dapat disesuaikan dengan
menggabungkan
elemen
102
desain
fixed
mungkin
manfaat suatu program sehingga
berubah. Kebanyakan evaluasi
dari hasil evaluasi akan dapat
formal
ditentukan suatu program tertentu
kebutuhan
yang
yang
individu
dibuat
dibuat
desain
fixed,
secara
akan diteruskan atau dihentikan.
berdasarkan kaena
Pada evaluasi sumatif difokuskan
tujuan
progam telah ditentukan dengan
pada
jelas sebelumnya, dibiayai dan
dianggap penting bagi sponsor
melalui
program maupun pihak pembuat
usulan
atau
proposl
variable-variabel
yang
keputusan. Evaluator luar atau
evaluasi.
tim reviu sering dipakai karena
2. Formative vs Sumative Evaluation Evaluasi
formatif
digunakan
evaluator
internal
kepentingan yang
untuk
memperoleh
informasi
mempunyai
yang
dapat
membantu
berbeda.
memperbaiki
Waktu
dapat
pelaksanaan
evaluasi sumatif terletak pada
program. Evalusi
formatif dilaksanakan pada saat
akhir
implementasi program sedang
Strategi pengumpulan informasi
berjalan.Fokus evaluasi berkisar
akan memaksimalkan validitas
pada kebutuhan yang dirumuskan
eksternal
dan
oleh karyawan atau orang-orang
mungkin
dikumpulkan
program.
waktu yang cukup lama.
Evaluator
sering
implementasi
internal
dari pada
3. Experimental
program dan kerjasama dengan
experimental
orang-orang program. Strategi
Naural/Unotrusive
pengumpulan informasi mung-
Beberapa
kin
merupakan bagian
dalam
and
Quasi
Design
evaluasi
yang
vs
memakai
dipakai
tetapi
metodologi
pada
usaha
Dalam hal seperti ini subyek
yang
penelitian
diacak,
secepatnya bagi per-
diberikan
dan
juga
penekanan memberikan berguna
program.
informasi
penelitian
klasik.
perlakuan pengukuran
baikan program. Evaluasi sumatif
dampak dilakukan. Tujuan dari
dilaksanakan
penelitian
untuk
menilai
103
untuk
menilai
manfaat suatu
pelatihan,
program yang
kita
melakukan
dicobakan. Apabila siswa atau
perbandingan yang relatif antara
program dipilih secara acak,
program dengan program yang
maka generalisasi dibuat pada
lain
populasi yang agak lebih luas.
absolut yaitu membandingkan
Dalam beberapa hal intervensi
suatu program dengan standar
tidak mungkin dilakukan atau
tertentu. Penekanan yang umum
tidak
dikehendaki.
Apabila
atau hal yang penting dalam
proses
sudah
diperbaiki,
model ini adalah bahwa evaluator
melihat
yang membuat penilaian tentang
dokumen-dokumen, seperti mem-
program yang dievaluasi. Stake
pelajari
atau
mengatakan bahwa description di
yang
satu
evaluator
harus
nilai
menganalisis dilakukan Strategi
tes
penelitian dan
pihak
berbeda
yang
dengan
judgement di lain fihak. Dalam
sebagainya.
pengumpulan
atauperbandingan
model ini antecendent (masukan)
data
terutama menggunakan instru-
transsaction
(proses)
dan
ment formal seperti tes, survey,
outcomes
(hasil)
data
kuesioner serta memakai metode
dibandingkan tidak hanya untuk
penelitian yang terstandar.
menentukan
apakah
ada
perbedaan antara tujuan dengan
5. Evaluasi model Stake (Model Countenance)
keadaan yang sebenarnya, tetapi
Stake menekankan adanya dua
juga
dasar kegiatan dalam evaluasi,
standar
yaitu description dan judgement
menilai manfaat program.
dibandingkan yang
dengan
absolut
untuk
dan membedakan adanya tiga tahap dalam program pelatihan,
D. Langkah-langkah
Evaluasi
yaitu antecedent (context), tran-
Program Pelatihan
saction (process) dan outcomes.
Dalam mengadakan evaluasi
Stake mengatakan bahwa apabila
terhadap program pelatihan secara
kita menilai
sistematis
suatu
program
104
pada
umumnya
dilaksanakan
dengan4
langkah, yaitu : 1)
(empat)
penyusunan
desain evaluasi; 2) pengembangan
kesepakatan
dengan
pihak
penyandang dana (sponsor). 2. Pengembangan
Instrumen
instrumen pengumpulan data; 3)
Pengumpulan Data
pengumpulan data, menafsirkan dan
Setelah metode pengumpulan
membuat
data
judgement,
serta;
4)
ditetapkan,
langkah
penyusunan laporan hasil evaluasi.
selanjutnya adalah menentukan
1. Penyusunan Desain Evaluasi
bentuk instrument yang akan
Langkah evaluasi
dalam
digunakan serta kepada siapa
menyusun
instrumen tersebut ditujukan
yang
(responden). Kemudian selan-
pertama adalah
rencana
evaluasi
menghasilkan desain evaluasi.
jutnya
Pada
butir-butir
langkah ini
evaluator
perlu
dikembangkan
dalam
instrumen.
mempersiapkan segala sesuatu
Berbagai pertimbangan menge-
yang
dengan
nai berapa banyak informasi
mulai
yang akan dikumpulkan, instru-
berkaitan
pelaksanaan
evaluasi,
menentukan tujuan evaluasi,
men
model yang akan digunakan,
menghadapi
informasi yang akan dicari serta
gunakan instrumen baku dari
metode
instrumen
pengumpulan
dari
dikembangkan
sendiri,
ataupun
yang
meng-
sudah
ada
analisis data. Apabila langkah
sebelumnya.
pertama dapat menghasilkan
roleh data yang valid maka
desain evaluasi yang cukup
instrumen
komprehensif dan rinci, maka
harus memperhatikan masalah
sudah dapat dijadikan sebagai
validitas dan realibilitas. Selain
acuan kegiatan evaluasi yang
hal tersebut, masalah efisiensi
akan dilaksanakan. Rancangan
dan
atau desain evaluasi biasanya
diperhatikan. Jenis-jenis instru-
disusun oleh evaluator untuk
men
dijadikan bahan mengadakan
digunakan
105
Untuk mempe-
yang
efektivitas
yang
digunakan
harus
paling untuk
tetap
sering mengum-
pulkan data dalam evaluasi
ambilan
program diklat adalah dalam
yang benar. Berdasarkan data
bentuk tes, angket, kuesioner,
yang dikumpulkan kemudian
ceklist
wawan-
dianalisis dan dibuat judgement
sendiri
berdasarkan kriteria maupun
cara,
pengamatan, dan
evaluator
(sampling)
standar yang telah ditetapkan
sebagai instrumen (kualitatif). 3. Pengumpulan Data, Analisis
sebelumnya.
Dari
hasil
judgement kemudian disusun
dan Judgement Langkah
sampel
ketiga
merupakan
rekomendasi
kepada
tahapan pelaksanaan dari apa
lenggara
yang
maupun pihak-pihak lain yang
telah
dirancang
pada
kegiatan
penyepelatihan
langkah pertama dan kedua.
mempunyai
Pada
dengan kegiatan diklat.
langkah
ketiga
ini
kepentingan
evaluator turun langsung ke â&#x20AC;&#x153;
Langkah ketiga ini merupakan
lapanganâ&#x20AC;? untuk merealisasi-
proses penting / pokok dari
kan/aktualisasi
kegiatan
evaluasi
desain yang telah dibuat, mulai
diklat
dimana
dari
komunikasi
rancangan/
mengumpulkan
dan
antara
program terjadi evaluator
megin-
dengan obyek evaluasi. Hal
terpretasikan, dan menyajikan
yang harus diperhatikan oleh
dalam bentuk
mudah
evaluator pada tahap ini adalah
komunikatif.
masalah etika dan penguasaan
Pengumpulandata dapat dila-
â&#x20AC;&#x153;settingâ&#x20AC;? atau latar belakang
kukan pada seluruh populasi
dimana evaluasi dilaksanakan.
menganalisis
dipahami
dan
data,
yang
maupun dengan menggunakan
4. Penyusunan
sampel. Apabila menggunakan
Evaluasi
sampel
re-
Penyusunan laporan merupakan
presentatif atau dapat mewakili
langkah atau kegiatan terakhir
populasi, oleh karena itu harus
evaluasi
menggunakan
Laporan disusun sesuai dengan
maka
harus
teknik
peng-
106
Laporan
program
Hasil
diklat.
kesepakatan
kontrak
yang
kepada pemilik program.
ditandatangani. Misalnya dalam
yang
kontrak
alternatif evaluator, pertimbangan
disepakati
bahwa
harus
Hal-hal
laporan dibuat dua jenis laporan
penentuan,
dengan sasarat atau penerima
evaluator.
laporan yang berbeda. Dapat
diperhatikan
dan
adalah
kompetensi
1. Alternatif Penentuan Evaluator
disepakati
pula
bahwa
Penentuan tentang siapa yang
penyampaian
laporan
secara
akan berperan sebagai evaluator
tertulis dan ada kesempatan
sangat penting dan menentukan
untuk
dalam
pemaparan
presentasi.
atau
Langkah terakhir
kegiatan
Membuat
evaluasi.
keputusan
tentang
ini erat kaitannya dengan tujuan
siapa yang akan mengambil
diadakannya evaluasi.
bagian
Oleh
sebagai
evaluator
karena itu gaya dan format
terkadang menimbulkan pilihan
penyampaian
yang dilematis.
laporan
harus
Pertanyaan-
disesuaikan dengan penerima
pertanyaan yang muncul ketika
laporan (sasaran).
memikirkan siapa berperan adalah
E. Evaluator Program Diklat Keberhasilankegiatan evaluasi program
diklat
ditentukan
oleh
melaksanakan evaluator. yang
dan
berkepentingan untuk
sangat
Apakah
evaluator
berasal dari dalam atau dariluar organisasi ?. Apakah evaluator merupakan
sebuah
evaluasi
atau
atau tim?.
Apakah evaluator
oleh
pemilihan
dengan
sangat
individu
merupakan tenaga paruh waktu (part-time) atau bekerja penuh
yang
(full-time) ?. Apakah evaluator
program
merupakan tenaga amatir atau
evaluasi.
profesional ? Jawaban dari
orang-orang
melaksanakan
ini
evaluator
yang
Penentuan siapa yang akan menjadi evaluator
sebagai
siapa
Evaluator adalah orang
dipercaya
program
akan
:
yang akan
tergantung
107
setiap
pertanyaan
tersebut
mengarah
kepada
pemilihan
sudah mengetahui organisasi dengan
dan penentuan evaluator. 2. Pertimbangan dalam Penentuan
baik,
dapat
mengetahui reputasi, status
Evaluator
dan kredibilitas organisasi
Berikut ini berbagai pertim-
tempatnya
bekerja.
Ia
bangan yang dapat dijadikan
memiliki
hubungan
yang
pedoman sebelum menentukan
baik dengan staf, memahami
evaluator.
Pertim-bangan ini
saluran komunikasi dalam
berkaitan
dengan
organisasi.
masalah
kelebihan dan kekurangannya
Kelemahan orang dari dalam
atau
adalah
terjadinya
karena
benturan
keunt-ungan
dan
kerugiannya.
bias kepen-
antara
tingan, mungkin evaluator
evaluator orang dalam atau
tidak memiliki ketrampilan,
orang luar
atau pekerjaan evaluasi yang
Orang dalam adalah orang
dilaksanakannya terganggu
yang berasal dari bagian
oleh
atau institusi penyelengara
akibatnya
program
dapat
a. Pertimbangan
diklat,
dan
tugas
lain
dan
evaluator
tidak
menepati
waktu.
biasanya mereka telah ikut
Sebaliknya bila evaluator
dalam proses pengembangan
dipilih dari orang luar, maka
dan pelaksanaan program
kelebihannya mereka dapat
pelatihan. Sedangkan yang
bersikap
dimaksud orang luar adalah
bertindak sebagai pengamat
mereka
yang
independent, obyektif seba-
sebagai
evaluator
berperan yang
netral,
dapat
gai pengamat, dan lebih
berasal dari luar bagian atau
kompeten
institusi
evaluasi. Kekurangan eva-
penyelenggara
program diklat.
Kelebihan
orang dalam adalah mereka
108
luator
dari
dalam
luar
teknik
adalah
mereka kurang akrab dengan
budaya
organisasi,
tim
dan
mengenal tatacara yang ada
membutuhkan biaya yang
di organisasi yang dimasuki,
tidak sedikit.
dan
b.
pembentukan
tidak
tidak
menutup
c.
Pertimbangan
antara
kemungkinan pemilihannya
evaluator paruh waktu (part-
karena berdasarkan pesanan
time) dan evaluator penuh
dan rekomendasi.
waktu (full-time)
Pertimbangan antara eva-
Evaluator paruh waktu dan
luator individual dan tim
evaluator
Kedudukan evaluator indi-
masing-masing
vidual
atau
perorangan
kelebihan dan kelemahan.
adalah
adanya
kejelasan
Kelebihan apabila evaluator
tentang siapa yang harus
bekerja penuh waktu adalah
bertanggungjawab, sedang-
pekerjaan
kan kekurangannya adalah
dengan baik, ketepatan dan
keberhasilan atau kegagalan
arus
evaluasi
tergantung pada evaluator,
tergantung
pada
penuh
waktu memiliki
terorganisir
informasi
tidak
satu orang tanpa bantuan
sedangkan
orang
Apabila
adalah biaya relatif lebih
evaluator ditentukan oleh
mahal, mengurangi kesem-
tim
patan
lain.
kelemahannya
partisipasi
dalam
adalah adanya pembagian
kegiatan evaluasi.
Kele-
tugas dan tanggung jawab
bihan
evaluator
bekerja
yang jelas. Evaluator terdiri
paruh
waktu
dapat
dari beberapa orang atau
melibatkan berbagai keahli-
gabungan
dengan
an dalam waktu yang tidak
berbagai keahlian sehingga
terlalu lama dan dimung-
bisa
kinkan pengguna tenaga ahli
maka
kelebihannya
orang
saling
melengkapi.
Kelemahan evaluator
tim
adalah perlu waktu untuk
109
dari
luar,
sementara
kelemahannya adalah waktu
kerjanya
d.
singkat
tidak
tang
evaluasi
akibatnya
memungkinkan untuk mem-
dapat menurunkan obyek-
perlajari permasalahan se-
tivitas evaluasi, kemampuan
cara menyeluruh dan perlu
evaluasinya
biaya dan perhatian yang
mereka
memiliki
keter-
banyak untuk penjadwalan.
batasan
dalam
pilihan
Pertimbangan antara eva-
rancangan evaluasi.
luator amatir dan profesional
bihan evaluator profesional
Pengertian evaluator pro-
adalah
fesional
di
melaksanakan
evaluasinya
mereka
yang
berdasarkan
pengalaman
pekerjaan
sini
adalah
menjadikan
evaluasi
atau
terbatas
evaluator
dan
Kele-
dapat
dan pengetahuan evaluasi
penelitian sebagai pekerjaan
berdasarkan
pokok sehari-hari dan telah
dan pengetahuan teknis dan
menekuni
evaluator memiliki berbagai
pekerjaan
evaluasi dalam waktu yang
pilihan
lama.
berdasarkan
Evaluator di luar
model
kriteria tersebut dianggap
maupun
sebagai amatir.
Kelemahan
Kelebihan
pengalaman
evaluasi
pengetahuan pengalamannya. evaluator
evaluator amatir, terutama
profesional (biasanya orang
yang
lama
luar) tidak selamanya dapat
meskipun
diterima oleh orang dalam,
sudah
berpengalaman,
amatir evaluator biasanya
kecenderungan
dapat memahami isi dan
nakan model tertentu, dan
obyek evaluasi dengan baik
menghalangi
dan dapat memiliki berbagai
metode
ketrampilan evaluasi.
orang lain.
Kelemahan dari evaluator amatir
adalah
karena
kurangnya pengetahuan ten-
110
atau
menggu-
pemlihan rancangan
3. Kompetensi Evaluator Evaluator haruslah dipilih dari orang-orang
yang
memiliki
kompetensi
di
pilan interpersonal, ana-
bidangnya.
Ketidakbebasan dalam penen-
lisis
tuan evaluator harus dihindari,
perjanjian atau kontrak,
sebab hal itu akan berpengaruh
dan ketrampilan menera-
negatif terhadap hasil evaluasi.
pkan etika profesi.
Ketidakbebasan karena konflik
b.
system,
membuat
Kompetensi konseptual
kepentingan
lebih
besar
Merupakan
pengaruhnya
terhadap
hasil
tingkat tinggi yang ber-
ketidakmampuan
kaitan dengan kemampuan
ketimbang dalam
bidang
Kompetensi
evaluator
ketrampilan
teknis.
menganalisis dan peme-
dapat
cahan masalah. Ketram-
dikelompokkan menjadi empat
pilan
jenis,
harus dikuasai evaluator
yaitu
:
kompetensi
konseptual
yang
manajerial, kompetensi konsep-
diantaranya
adalah
tual,
mampuan
menentukan
kompetensi
bidang
ke-
studi,dan kompetensi teknis.
pilihan, menyusun rencana
a.
awal,
Kompetensi
manajerial
mengklasifikasikan
(managerial skill)
dan menganalisis masalah,
Merupakan
melihat dan menunjukkan
dalam
ketrampilam
mengelola
mengendalikan
berbagai antar variabel dan
dan
membuat kesimpulan.
seluruh
kegiatan evaluasi sehingga
c.
Kompetensi bidang studi
dapat berlangsung dengan
Merupakan
baik.
dibidang
Ketrampilan mana-
kemampuan disiplin
ilmu
:
yang terkait dengan ke-
mengor-
giatan evaluasi. Keahlian
ganisir, memimpin, meng-
ini meliputi : pengalaman
koordinir,
mengarahkan,
kerja di bidang evaluasi,
ketrampilan
pengetahuan tentang sum-
ketram-
ber literatur yang berkaitan
jerial
ini
meliputi
ketrampilan
mengawasi, berkomunikasi,
111
yang
program, tatapi sebaiknya dilakukan
dievaluasi, dan menguasai
sejak awal, yaitu dari penyusunan
konsep
rancangan
dengan
d.
obyek
maupun
model-
program
pelatihan,
model evaluasi.
pelaksanaan program pelatihan dan
Ketrampilan teknis
hasil pelatihan.
Ketrampilan
melakukan
pelatihan tidak cukup pada hasil
kegiatan evaluasi langkah
jangka pendek (output) tetapi dapat
demi
menjangkau hasil dalam jangka
langkah,
perincian buatan
dari
sampai laporan
pemsecara
panjang
Evaluasi hasil
(outcome
dan
impact
program). Ada beberapa macam
Termasuk
ke-
model evaluasi program yang dapat
teknis
ini
dipilih untuk mengevaluasi program
diantaranya adalah : ke-
pelatihan. Model mana yang akan
trampilan mengembangkan
digunakan tergantung pada tujuan
instrumen, melakukan tes
maupun kompetensi evaluator.
tuntas. trampilan
Evaluator
dan pengukuran, melak-
dalam
kegiatan
statistik,
evaluasi program pelatihan dapat
menguasai berbagai soft-
berasal dari dalam maupun dari luar
ware
bidang
organisasi, dapat bersifat individual
mene-
maupun tim, bisa dari tenaga paruh
ukan
statistik
analisis
dalam lainnya,
rapkan metodologi pene-
waktu
litian evaluasi, membuat
evaluator
interpretasi,
profesional. Siapapun yang ditunjuk
membuat
maupun
penuh
amatir
rekomendasi dan menulis
menjadi
evaluator,
laporan
evaluasi
dapat
serta
mempre-
kompetensinya
sentasikan laporan.
bangkan.
F. Penutup Kegiatan
penilaian
dalam
meliputi
waktu, maupun
agar
hasil
maksimal
maka
harus
dipertim-
Kompetensi evaluator kompetensi
manajerial,
evaluasi program diklat tidak hanya
kompetensi konseptual, kompetensi
dilaksanakan pada akhir kegiatan
bidang studi, dan kompetensi teknis.
112
--------------------
DAFTAR PUSTAKA
Buckley, Roger, Jim Caple., Theory and practice of training, 5th ed, Kogan Page, London, 2004. Farida Yusuf T., Evaluasi Program, Rineke Cipta, Jakarta, 2000 Kirkpatrick, Donald L., Evaluating Training Programs: The Four Levels, 2ed, Berret-Koehler Publisher, SanFrancisco, 1998
Moskowitz, Michael.,Practical Guide To Training and Development: Assess, Design, Deliver, and Evaluate, Pfeifer, San Francisco, 2008 Philips, Jack L., Ron D. Stone, Patricia Pulliam Philips, The Human Resources Scorecard: Measuring the Return On Investment, Butterworth-Heinemann, Burlington, 2001 Nana
Madamus, G.F. & Sriven, MS & Stuffbeam, D.L., Evaluation models viewpoints on educational and humus services evaluation, Kluwer Nijhoff Publising, Boston, 1993
113
Sudjana & Ibrahim., Penelitian dan penilaian pendidikan. Sinar Baru Algusindo, Bandung, 2000
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA PADA SISWA KELAS XIISPMA H. MOENADI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH. Oleh : Widyastuti
Abstrak Karya tulis ilmiah ini dilatarbelakangi oleh keluhan siswa saat mengikuti mata pelajaran IPA di kelas, kendala utama yang dirasakan adalah terlalu monotonnya pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu dalam penggunaan metode dan media serta evaluasi pembelajaran. Dimana menurut siswa metode yang dominan digunakan hanya ceramah ,tanya jawab, tanpa disertai gambar â&#x20AC;&#x201C; gambar sedangkan medianya hanya meliputi papan tulis dan spidol sebagai alat tulis. Sehingga siswa kurang termotivasi dan suasana kelas kurang menggairahkan serta tidak cukup efektif dalam memanfaatkan buku sumber yang ada.Sedangkan hasil belajar siswa merupakan tolok ukur keberhasilan proses belajar. Berdasarkan penilaian sebelumnya hasil belajar IPA kelas XII SPMA H. Moenadi masih rendah, yaitu rata-rata 5,93, sedangkan kriteria ketuntasan belajar minimum, yaitu 7,6. Rendahnya hasil belajar tersebut diduga karena aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran masih rendah akibat dominasi metode ceramah, sehingga dalam hal ini diperlukan metode yang lebih tepat. Dengan menggunakan pembelajaran berbasis Multimedia dapat meningkatkan hasil belajar siswa, semula siswa dalam pembelajaran konvensional rata â&#x20AC;&#x201C; rata mendapat hasil ulangan masih dibawah kriteria ketuntasan minimal yaitu 7,6. dan yang sudah tuntas belajar mencapai 40 %. Sedangkan setelah menggunakan pembelajaran berbasis Multimedia rata-rata hasil ulangan di atas kriteria ketuntasan minimal yaitu 7,6 dan siswa yang sudah tuntas belajar mencapai 78,38 % , atau ada peningkatan sebesar 38,38 %. Menggunakan pembelajaran berbasis Multimedia dapat meningkatkan keaktifan siswa, semula hanya 49,45 % siswa yang cukup berani/aktif, dalam menyampaikan pendapat maupun dalam berdiskusi kelompok pada siklus I. Sedangkan setelah menggunakan Multimedia ( Flash ) pada siklus II diperoleh 82,78 % siswa yang berani/aktif dalam menyampaikan pendapat maupun dalam berdiskusi, sehingga ada peningkatan sebesar 33,33 % siswa. Pembelajaran berbasis Multimedia dapat meningkatkan motivasi, serta siswa merasa senang dan tertarik. Pada siklus I hanya 51,61 % siswa yang tertarik pada pembelajaran dengan Multimedia ( Power point ), sedangkan pada siklus II, peneliti menggunakan
114
Multimedia ( Flash )diperoleh 83,86 % siswa yang tertarik, sehingga ada peningkatan 32,26 % siswa yang tertarik . Disarankan agar para guru atau pendidik dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa atau peserta didik dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi dan mencoba untuk mengembangkan penggunaan Multimedia ini untuk pengembangan pembelajaran. Kata kunci : Hasil Belajar, Media Pembelajaran, Multimedia
penerapan I.
pembelajaran
IPAi didalam maupun diluar kelas,
PENDAHULUAN
A. LATAR
metode
BELAKANG
oleh karena itu seorang guru perlu
MASALAH
menguasai
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
mengajar.
berbagai
kemampuan
mempelajari
Berdasarkan keluhan siswa saat
makhluk hidup dan segala seluk
mengikuti mata pelajaran IPA di
beluknya, selain itu juga berfungsi
kelas, kendala utama yang dirasakan
untuk meningkatkan pengetahuan,
adalah terlalu monotonnya pelak-
ketrampilan serta memahami alam
sanaan proses pembelajaran, yaitu
secara sistematis, sehingga IPA
dalam
bukan hanya untuk penguasaan ilmu
media serta evaluasi pembelajaran.
pengetahuan
yang berupa fakta â&#x20AC;&#x201C;
Dimana menurut siswa metode yang
fakta akan tetapi juga merupakan
dominan digunakan hanya ceramah
suatu proses penemuan, oleh karena
,tanya jawab, tanpa disertai gambar
itu
â&#x20AC;&#x201C;
adalah
ilmu
untuk
yang
mengantisipasi
agar
penggunaan
gambar
metode
sedangkan
dan
medianya
peserta didik tidak bosan dan jenuh
hanya meliputi papan tulis dan
dalam
spidol sebagai alat tulis. Sehingga
mempelajari
IPA,
maka
sesuai dengan perkembangan ilmu
siswa
dan tekhnologi yang bergerak cepat
suasana
dan komplek, dan sangatlah penting
gairahkan serta tidak cukup efektif
ditopang profesional dan kemam-
dalam memanfaatkan buku sumber
puan guru dalam pengelolaan dan
yang ada.
115
kurang kelas
termotivasi kurang
dan meng-
Sedangkan hasil belajar siswa merupakan tolok ukur keberhasilan proses
belajar.
B.
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan
Berdasarkan
uraian
latar
penilaian sebelumnya hasil belajar
belakang masalah di atas, maka
IPA kelas XIISPMA H. Moenadi
dapat
masih rendah, yaitu rata-rata 5,93,
sebagai berikut : Apakah dengan
sedangkan
menggunakan media pembelajaran
belajar
kriteria
minimum,
ketuntasan yaitu
7,6.
dirumuskan
berbasis
permasalahan
multimedia
dapat
Rendahnya hasil belajar tersebut
meningkatkan hasil belajar siswa
diduga karena aktivitas siswadalam
dalam pembelajaran IPA pada siswa
kegiatan pembelajaran masih rendah
kelas XII SPMA H. Moenadi Dinas
akibat
Pertanian Tanaman Pangan Dan
dominasi
metode
ceramah,sehingga dalam hal ini
Hortikultura Provinsi Jawa Tengah.
diperlukan metode yang lebih tepat. Untuk
itu
penulis
ingin
II. LANDASAN TEORI
meningkatkan aktivitas dan hasil
1. Pembahasan Tentang Media.
belajar IPA demi mendorong siswa
1.1. Pengertian Media :
yang
kurang
mengikuti Penulis
dalam
pembelajaran
IPA,
mengajar
kita
mengenal
sedikit
berbagai
media
pengajaran.
strategi
Media pengajaran merupakan
ingin
Perubahan
Dalam kegiatan belajar
termotivasi
membuat
mengenai
pembelajaran dan ingin melakukan
alat
kajian dengan judul â&#x20AC;?Peningkatan
belajar mengajar yang dapat
Hasil
mempermudah
Belajar
Siswa
Dalam
bantu
dalam
kegiatan
guru
dalam
Pembelajaran IPA Dengan Media
menyampaikan materi pelajaran
Pembelajaran Berbasis Multimedia
dan dapat mempermudah siswa
Pada Siswa Kelas XII SPMA H.
memahami materi pelajaran.
Moenadi Dinas Pertanian Tanaman
Istilah
Pangan Dan Hortikultura Provinsi
bahasa latin yang merupakan
Jawa Tengah.
bentuk jamak
116
media
berasal
dari
dari
kata
â&#x20AC;&#x153;
medium â&#x20AC;&#x153; yang secara harfiah
sesuatu
yang
mempunyai arti perantara atau
digunakan
untuk
pengantar. Sedangkan penger-
lurkan pesan yang dapat
tian media mempunyai arti
merangsang
yang luas.
perasaan,
Berikut
akan
e. Menurut
dari berbagai pendapat, antara
dan
siswa
untuk
Heinich,
1993
menyatakan bahwa media
lain : Menurut bahwa
Schram, media
1977,
merupakan
adalah
komunikasi.
dapat
untuk
saluran
pendapat-
pendapat tersebut diatas, dapat
dimanfaatkan
keperluan
alat
Berdasarkan
Tehnologi pembawa pesan yang
perhatian,
belajar.
sampaikan pengertian media
a.
menya-
pikiran,
kemauan
penulis
dapat
diambil
pembe-
kesimpulan
bahwa
media adalah alat yang dapat
lajaran. b. Menurut
Briggs,
digunakan
1970
untuk
menyam-
mengatakan bahwa media
paikan pesan dari pengirim ke
adalah
penerima
alat
memberikan
untuk
sehingga
merangsang pikiran, perasaan,
perangsang
bagi siswa supaya terjadi
perhatian
dan
proses belajar.
perhatian
siswa
c. Menurut
NEA,
minat
serta
sedemikian
rupa sehingga belajar.terjadi.
1969,
mengatakan bahwa media
dapat
1.2Pengertiaan Media Pembela-
adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun
jaran Sedangkan arti dari Media
termasuk
Pembelajaran adalah sesuatu
teknologi perangkat keras-
yang dapat digunakan untuk
nya.
menyalurkan isi pelajaran agar
audio
d. Menurut
visual,
Miarso,
1989
mengatakan bahwa segala
117
dapat
dilihat,
dibaca
didengar oleh siswa.
atau
Dalam hal ini menurut Gagne
dan
Briggs,1979
Media
pembelajaran
sangat
beraneka ragam sehingga dapat
menekankan pentingnya media
diklasifikasikan
pembelajaran sebagai alat untuk
ciri â&#x20AC;&#x201C; ciri tertentu, antara lain :
merangsang proses belajar.
a. Berdasarkan
Selain
itu,
kontribusi
indera,
berdasarkan
kemampuan
jenis
media
media pembelajaran menurut
pembelajaran terdiri dari :
Kemp and Dayton, 1985 ada 8
1) Media audio, yaitu media
antara lain :
pembelajaran yang me-
a. Penyampaian pesan pem-
nggunakan
belajaran
dapat
lebih
indera telinga atau pendengaran (audio). Jenis
terstandar b. Pembelajaran dapat
lebih
media pembelajaran ini menghasilkan pesan be-
menarik c. Pmbelajaran menjadi lebih interaktif
dengan
mene-
rupa bunyi atau suara. Contoh
:
radio,
tape
recorder, telepon.
rapkan teori belajar d. Waktu
kemampuan
pelaksanaan pem-
2) Media visual, yaitu jenis media pembelajaran yang
belajaran dapat diperpendek e. Kualitas pembelajaran dapat
menggunakan kemampuan indera mata
ditingkatkan f. Sikap positif siswa terhadap
atau penglihatan (visual).
materi pembelajaran serta
Jenis
proses pembelajaran dapat
jaran ini menghasilkan
ditingkatkan
pesan berupa bentuk atau
g. Peran guru berubah ke arah
â&#x20AC;&#x201C;
pembela-
rupa yang dapat dilihat, Contoh : gambar, poster,
yang positip 1.3. Jenis
media
jenis
Media
grafik. 3) Media audio visual, yaitu
pembelajaran
jenis media pembelajaran
118
yang menggunakan ke-
c. Berdasarkan kerumitan (ke-
mampuan indera telinga
komplekan) dan biayanya,
atau
pendengaran
dan
jenis media pembelajaran
mata
atau
terdiri dari :
indera
penglihatan visual).
â&#x20AC;&#x201C;
1) Big media, yaitu media
media
pembelajaran yang rumit
(audio
Jenis
pembelajaran ini meng-
(komplek)
dan
biaya
hasilkan pesan berupa
yang
suara dan bentuk atau
penggunaanya relatif su-
rupa. Contoh : televisi,
sah membutuhkan tenaga
film, video.
yang terlatih. Contoh :
mahal,
serta
film, video, komputer.
b. Berdasarkan pengguna atau meman-
2) Little media, yaitu media
faatkan media pembelajaran,
pembelajaran yang seder-
jenis media pembelajaran
hana atau tidak rumit dan
terdiri atas :
biayanya
pemakai
1)
yang
Media
relatif
pembelajaran
mahal
murah,
serta
yang digunakan untuk
penggunaannya
pembelajaran
secara
mudah tidak perlu tenaga
banyak
terlatih. Contoh : papan
massal
atau
melalui
televisi
atau
relatif
tulis, gambar.
orang. Contoh : belajar
Sedangkan menurut Rudi Brets media pembelajaran dikelompok-
radio. 2)
tidak
Media
pembelajaran
kan berdasarkan adanya tiga ciri,
yang digunakan untuk
yaitu
pembelajaran
(visual), dan gerak (motion).
individual
atau
secara per-
Atas
suara
dasar
(audio),
bentuk
tersebut
orangan. Contoh : be-
membuat
lajar
media pembelajaran, yaitu :
melalui
modul
atau buku.
119
delapan
Brets
kelompok
1.
Media pembelajaran audio –
(bergerak)
motion – visual, yaitu media
bersuara).
pembelajaran yang mem-
5. Media pembelajaran still – visual,
dan bentuk obyeknya dapat
tetapi tidak ada gerakan.
dilihat. Contoh : televisi,
Contoh : gambar, mocro-
video,
form, atau halaman cetak.
tape,
dan
film
yaitu
ada
obyek
6. Media pembelajaran semi –
2. Media pembelajaran audio –
motion (semi gerak), yaitu
still – visual, yaitu media
yang
pembelajaran yang mem-
dan tulisan. Contoh : tele –
punyai
autograf.
suara,
obyeknya
dapat dilihat, tetapi tidak ada gerakan.
Contoh
bersuara
atau
bergerak
menggunakan
garis
7. Media pembelajaran audio,
slide
hanya menggunakan suara.
rekaman
Contoh : radio, telepon,
:
televisi dengan gambar tidak
4.
(tidak
punyai suara, ada gerakan
bergerak.
3.
bisu
(television
still
audio tape. 8. Media pembelajaran cetak-
recording)
an,
Media pembelajaran audio –
simbol – simbol tertentu
semi motion, mempunyai
yaitu huruf ( simbol bunyi ).
suara dan gerakan, tetapi
Dari beberapa jenis media yang
tidak dapat
sering
menampilkan
hanya
menampilkan
digunakan
dalam
suatu gerakan secara utuh,
pengajaran adalah buku atau
Contoh : telewriting atau
bahan cetak, papan tulis, kaset
teleboard.
video dan video set, komputer
Media pembelajaran motion
dan LCD nya.
–
Tujuan lain penggunaan bahan
visual,
yaitu
media
pembelajaran yang mem-
pembelajaran
punyai
obyek
menarik perhatian siswa, me-
bergerak. Contoh : film
ningkatkan daya tarik pelajaran,
gambar
120
adalah
untuk
untuk
dinamis dan interaktif yang
mengerti hubungan antar topik,
mengkombinasikan teks, gra-
fakta dan obyek pelajaran.
fik,
dan
membantu
siswa
animasi,
audio
dan
gambar video . 2. Pembahasan Tentang Media
Beberapa
definisi
beberapa ahli:
Berbasis Multimedia.
a. Kombinasi dari komputer
1.1. Pengertian Multi media Multi media merupakan suatu
dan video (Rosch, 1996).
sistem penyampaian dengan
b. Kombinasi
menggunakan berbagai jenis
elemen:
bahan belajar yang mem-
dan
bentuk suatu unit atau paket.
1996).
Contohnya belajar
menurut
suatu
modul
yang terdiri dari
dari
suara,
teks
c. Kombinasi
tiga gambar,
(McComick,
dari
paling
sedikit dua media input
bahan cetak, bahan audio, dan
atau
bahan audiovisual.
inidapat
Menurut IBM, multi-media
(suara, musik), animasi,
adalah gabungan video, audio,
video,
grafik dan teks dalam suatu
dangambar (Turban dan
produksi bertingkat berbasis
kawan-kawan, 2002).
komputer yang dapat dialami
output.
Media
berupa
teks,
audio
grafik
d. Alat yang dapat mencip-
secara interaktif atau menurut
takan
McCormick multimedia se-
dinamis dan interaktifyang
cara
mengkombinasikan
umum
merupakan
presentasi
yang
teks,
kombinasi tiga elemen yaitu
grafik, animasi, audio dan
suara,
video (Robindan Linda,
gambar
sedangkan
dan
teks
menurut Robin
2001).
multimedia
e. Multimedia dalam konteks
merupakan alat yang dapat
komputer menurut Hofs-
menciptakan presentasi yang
tetter
dan
Linda
121
2001
adalah
pemanfaatan untuk
membuat
menggabungkan grafik,
f.
(komputerisasi),
komputer
untuk
dan
video,
menyampaikan
pesan
kepada publik.
teks,
audio,
digunakan
2.2. Manfaat Multi Media
dengan menggunakan tool
Secara umum manfaat yang
yang memungkinkan pe-
dapat diperoleh adalah proses
makai berinteraksi, ber-
pembelajaran lebih menarik,
kreasi,
lebih interaktif, kualitas belajar
dan
berko-
munikasi.
siswa dapat ditingkatkan dan
Multimedia sebagai per-
prisip belajar mengajar dapat
paduan antara teks, grafik,
dilakukan di mana dan kapan
sound, animasi, dan video
saja, serta sikap belajar siswa
untuk
dapat ditingkatkan.
menyampaikan
pesan
kepada
publik
mengingat terdapat keunggulan
(Wahono, 2007). g. Multimedia
Manfaat di atas akan diperoleh
merupakan
dari
sebuah
multimedia
kombinasi dari data text,
pembelajaran, yaitu:
audio, gambar, animasi,
a. Memperbesar benda yang
video,
dan
interaksi
sangat
kecil
dan
tidak
tampak oleh mata, seperti
(Zeembry, 2008). Berdasarkan pendapat-pendapat
kuman, bakteri, elektron dll.
tersebut maka dapat disim-
b. Memperkecil benda yang
pulkan
bahwa
multimedia
sangat
besar
yang tidak
merupakan perpaduan antara
mungkin
dihadirkan
berbagai media (format file)
sekolah,
seperti
yang
rumah, gunung, dll.
berupa
teks,
gambar
(vektor atau bitmap), grafik,
c. Menyajikan
benda
ke
gajah,
atau
video,
peristiwa yang kompleks,
telah
rumit dan berlangsung cepat
dikemas menjadi file digital
atau lambat, seperti sistem
sound,
animasi,
interaksi,
dll.
yang
122
tubuh manusia, bekerjanya
pembelajaran harus memper-
suatu
beredarnya
hatikan karakteristik komponen
planet Mars,berkembangnya
lain, seperti: tujuan, materi,
bunga dll.
strategi
mesin,
d. Menyajikan
benda
atau
peristiwa yang jauh, seperti
benda
Karakteristik
atau
seperti
misalnya
gunung
tarik
dan perhatian siswa. g. Menimbulkan gairah belajar, interaksi
lebih
yang
konvergen,
menggabungkan
unsur audio dan visual.
berapi, harimau, racun, dll. daya
multimedia
a. Memiliki lebih dari satu media
f. Meningkatkan
evaluasi
pembelajaran.
peristiwa yang berbahaya, letusan
juga
pembelajaran adalah:
bulan, bintang, salju, dll. e. Menyajikan
dan
langsung
antara murid dengan sumber
b. Bersifat
dalam
pengertian
memiliki
mampuan
untuk
meng-
akomodasi
respon
peng-
ke-
guna. c. Bersifat
belajar.
interaktif,
mandiri,
dalam
h. Memungkinkan anak belajar
pengertian memberi kemu-
mandiri sesuai dengan bakat
dahan dan kelengkapan isi
dan
sedemikian rupa sehingga
kemampuan
visual,
pengguna
auditori dan kinestetiknya. i. Memberi rangsangan yang sama, pengalaman
mempersamakan dan
menim-
2.3. Karakteristik Media dalam
orang lain. Selain
memenuhi
Sebagai salah satu komponen
berikut:
penggunaan
memenuhi
multimedia
123
ketiga multi-
media pembelajaran sebaiknya
Multimedia Pembelajaran
sistem pembelajaran, pemilihan
meng-
gunakan tanpa bimbingan
karakteristik tersebut,
bulkan persepsi yang sama.
dan
bisa
fungsi
sebagai
res-
Dengan memperhatikan ber-
pon pengguna secepatnya
bagai manfaat dan kelebihan
dan sesering mungkin.
dari multi media, maka multi
a. Mampu
memperkuat
b. Mampu
memberikan
sempatan
kepada
kesiswa
media dapat digunakan sebagai sarana
bantu
untuk
untuk mengontrol laju kece-
mewujudkan
patan belajarnya sendiri.
yang lebih efektif serta upaya
b. Memperhatikan bahwa siswa mengikuti suatu urutan yang
koheren
dan
meningkatkan
hasil
belajar
belajar
siswa. 3. Pengertian Belajar Belajar dapat diartikan sebagai
terkendalikan. c. Mampu
situasi
memberikan
ke-
proses
perubahan
perilaku,
sempatan adanya partisipasi
akibat interaksi individu dengan
dari pengguna dalam bentuk
lingkungan, maka perubahan
respon,
baik
perilaku adalah hasil belajar.
waban,
pemilihan,
berupa
ja-
kepu-
Artinya
seseorang dikatakan
tusan, percobaan dan lain-
telah
belajar,
jika
dapat
lain
melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya.
2.4 Kelebihan Multi Media
Menurut Kimble & Garmezy,
a. Siswa memiliki pengalaman yang beragam dari segala media.
belajar
relatif
permanen.
Dengan demikian hasil belajar
b. Dapat menghilangkan kebosanan siswa karena media yang
sifat perubahan perilaku dalam
digunakan
lebih
bervariasi.
dapt diidentifikasi dari adanya kemampuan melakukan sesuatu yang permanen, dapat di ulang â&#x20AC;&#x201C; ulang dengan hasil yang
c. Sangat baik untuk kegiatan belajar mandiri.
sama. Orang yang sacara kebetulan dapat melakukan sesuatu, tentu
124
tidak
dapat
melakukan
Crow & Crow dan (1958) :
c.
perbuatan dengan hasil yang
“belajar adalah diperolehnya
sama. Sedangkan orang yang
kebiasaan-kebiasaan, penge-
melakukan sesuatu karena hasil
tahuan dan sikap baru”.
belajar dapat melakukan secara
Hilgard (1962) : “belajar
d.
berulang – ulang dengan hasil
adalah proses dimana suatu
yang sama.
perilaku
Di bawah ini telah disampaikan
muncul atau berubah karena
tentang pengertian belajar dari
adanya
para ahli :
sesuatu situasi”
a.
Moh. Surya (1997) :”belajar dapat
diartikan
respons
terhadap
Di Vesta dan Thompson
e.
sebagai
(1970) : “ belajar adalah
suatu proses yang dilakukan
perubahan
oleh
relatif menetap sebagai hasil
individu
memperoleh perilaku
untuk perubahan
baru
secara
perilaku
yang
dari pengalaman”. Gage & Berliner : “belajar
f.
keseluruhan, sebagai hasil
adalah suatu proses peru-
dari pengalaman individu itu
bahan perilaku yang yang
sendiri dalam berinteraksi
muncul karena pengalaman”
dengan lingkungannya” b.
muncul perilaku
Dari beberapa pengertian belajar :
diatas, dapat disimpulkan bahwa
“belajar merupakan peru-
belajar adalah perubahan peri-
bahan dalam kepribadian
laku.
yang dimanifestasikan seba-
Menurut
Gagne
(Abin
gai pola-pola respons yang
Syamsuddin
Makmun,
2003),
baru
berbentuk
perubahan
perilaku
pilan,
sikap,
Witherington
pengetahuan
(1952)
keteramkebiasaan,
dan
keca-
merupakan hasil belajar dapat berbentuk : a. Informasi
kapan”.
yang
verbal;
yaitu
penguasaan informasi dalam
125
Menurut
bentuk verbal, baik secara
Benyamin
S.
Bloom (1963) dan Fred S.Kelleer
tertulis maupun tulisan. b. Kecakapan intelektual; yaitu
(1968).
Bloom
memandang
keterampilan individu dalam
mastery
(penguasaan
melakukan interaksi dengan
sebagai kemampuan siswa untuk
lingkungannya
dengan
menyerap inti pembelajaran yang
menggunakan
simbol-
telah diberikan kedalam suatu
penuh)
keseluruhan. Sedangkan Kelleer
simbol. c. Strategi kognitif; kecakapan
memandang
bahwa
mastery
individu untuk melakukan
merupakan performance (penam-
pengendalian
pilan) yang sempurna dalam
lolaan
dan
penge-
keseluruhan
akti-
sejumlah unit pelajaran tertentu. Seluruh
vitasnya.
siswa
dapat
hasil
mencapai taraf penguasaan penuh
pembelajaran yang berupa
pada pembelajaran dapat melalui
kecakapan individu untuk
secara
memilih macam tindakan
pembelajaran
yang akan dilakukan.
melalui
d. Sikap;
yaitu
sistematis.
Sistematis
dapat
strategi
tercemin
pembelajaran
e. Kecakapan motorik; ialah
yang ditempuh. Terutama dalam
hasil belajar yang berupa
penggunaan tes formatif, dan
kecakapan pergerakan yang
cara memberikan bantuan pada
dikontrol oleh otot dan fisik.
siswa yang gagal mencapai suatu tujuan. Dalam pembelajaran Bloom
4. Pengertian Belajar Tuntas Belajar diartikan
dapat
menggambarkan bahwa belajar
penguasaan
tuntas mempunyai ciri sebagai
tuntas
sebagai
(hasil belajar) siswa secara penuh
berikut :
terhadap seluruh materi pembe-
a.
Dalam optimal,
lajaran yang dipelajari.
siswa
126
kondisi
belajar
sebagian dapat
besar
menguasai
secara
tuntas
apa
akhir
yang
Tugas
h.
tingkatkan apabila diadakan
memungkinkan
siswa
kelompok kecil terdiri atas 2
menguasai
tuntas
â&#x20AC;&#x201C; 3 orang untuk bertemu
Dengan
secara
secara
diberikan
teratur
untuk
menelaah hasil tesnya, dan
waktu
belajar yang cukup, hampir
untuk
semua siswa dapat mencapai
membantu mengatasi kesu-
tingkat belajar tuntas.
litan
Setiap
siswa
dapat
belajar
saling
berdasarkan
hasil tes tersebut.
harus i.
Penilaian
akhir
terhadap
belajar
harus
dipelajari dan prosedur yang
hasil
diikuti dalam belajar.
didasarkan
Akan sangat bermanfaat jika
penguasaan yang dinyatakan
disediakan
dalam tujuan mata pelajaran
lajaran
beberapa
ke-
dan
kesempatan
Guru diakan
pada
tingkat
tertentu. Dari
beberapa
pengertian
belajar tuntas diatas, maka
belajar.
g.
di-
yang
mungkinan media pembe-
f.
siswa
sarana
memahami sifat tugas yang
e.
belajar
perlu
suatu mata pelajaran.
d.
Usaha
mengajar
mencari
c.
unit
tersebut.
diajarkan. b.
mempelajari
hendaknya dan
menye-
memberikan
dapat
disimpulkan
bahwa
belajar tuntas adalah siswa
umpan balik dan perbaikan
dapat
bagi
tuntas materi yang diberikan
kesalahan
atau
menguasai
kesulitan belajar siswa.
serta
Proses belajar lebih baik jika
tugas yang diberikan sehingga
materi pembelajaran dipecah
mendapatkan hasil akhir yang
menjadi unit â&#x20AC;&#x201C; unit kecil,
baik.
dan memberikan tes setiap
127
dapat
secara
menyelesaikan
5. Hasil Belajar
afektif,
dan
psikomotor.
5.1. Pengertian Hasil Belajar.
Sedangkan dari sisi guru,
Hasil belajar adalah kemam-
hasil belajar merupakan saat
puan
terselesikannya bahan pela-
yang
dimiliki
siswa
setelah ia menerima penga-
jaran.
laman belajar. Hasil belajar
b. Menurut
Oemar
Hamalik
digunakan oleh guru untuk
hasil belajar adalah bila
dijadikan ukuran atau kriteria
seseorang telah belajar akan
dalam mencapai suatu tujuan
terjadi perubahan tingkah
pendidikan.
dapat
laku pada orang tersebut,
tercapai apabila siswa sudah
misalnya dari tidak tahu
memahami
menjadi tahu, dan dari tidak
Hal
ini
belajar
dengan
diiringi oleh perubahan tingkah
mengerti menjadi mengerti. c. Berdasarkan teori Takso-
laku yang lebih baik lagi. Di bawah ini telah disampaikan
nomi Bloom hasil belajar
tentang pengertian hasil belajar
dalam rangka studi dicapai
dari para ahli :
melalui tiga kategori ranah
a. Menurut
Dimyati
Mudjiono,
hasil
dan belajar
antara lain kognitif, afektif, psikomotor.
Perinciannya
merupakan hal yang dapat
adalah sebagai berikut:
dipandang dari dua sisi yaitu
1. Ranah Kognitif
sisi siswa dan dari sisi guru.
Berkenaan dengan hasil
Dari sisi siswa, hasil belajar
belajar intelektual yang
merupakan tingkat perkem-
terdiri dari 6 aspek
bangan mental yang lebih
yaitu pengetahuan, pe-
baik bila dibandingkan pada
mahaman,
saat
analisis,
sebelum
belajar.
jenis-jenis ranah kognitif,
128
sintesis
penilaian.
Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada
penerapan,
2.
Ranah Afektif
dan
Berkenaan dengan si-
semua proses belajar.
kap dan nilai. Ranah
Hasil belajar ini akan
afektif meliputi lima
melekat terus pada diri
jenjang
siswa
kemampuan
karena
sudah
yaitu menerima, men-
menjadi bagian dalam
jawab
kehidupan
atau
reaksi,
siswa
menilai, organisasi dan
tersebut.
karakterisasi
dengan
Dari beberapa penger-
atau
tian di atas maka dapat
suatu
nilai
kompleks nilai.
disimpulkan bahwa ha-
3. Ranah Psikomotor
sil belajar adalah suatu penilaian
akhir
dari
Meliputi
keterampilan
motorik,
manipulasi
proses dan pengenalan
benda-benda, koord-na-
yang telah dilakukan
si
berulang-ulang.
neuromuscular
(menghubungkan,
me
akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
ngamati). Sedangkan
Serta
menurut
bahkan
tidak
akan
Howard Kingsley, hasil
hilang selama-lamanya
belajar dibagi menjad 3
karena
hasil
belajar
macam yaitu :
turut
serta
dalam
a. Keterampilan
dan
membentuk individu
kebiasaan b. Pengetahuan
dan
yang
pribadi selalu
ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi
pengertian c. Sikap dan cita-cita
sehingga akan merubah
Menurut
cara
Horward
berpikir
serta
Kingsley bahwa keti-
menghasilkan perilaku
ganya ini menunjukkan
kerja yang lebih baik.
hasil
perubahan
dari
129
5.2. Faktor
–
Faktor
sekolah,
yang
alat
pela-
mempengaruhi hasil belajar
jaran, waktu sekolah,
1) Menurut Slameto (2003:54-
standar pelajaran di
72),
yang
atas ukuran, keadaan
belajar
gedung, metode be-
faktor-faktor
mempengaruhi
lajar, tugas rumah).
adalah:
Masyarakat (kegiatan
a. Faktor-faktor Internal Jasmaniah (kesehatan,
siswa dalam masyarakat,
cacat tubuh) Psikologis
mass
teman bergaul, bentuk
(intelegensi,
perha-
kehidupan
tian,
bakat,
masyarakat).
minat,
motif,
media,
kematangan,
2) Menurut Caroll dalam R. Angkowo & A. Kosasih
kesiapan) Kelelahan
(2007:51),
bahwa
hasil
belajar siswa dipengaruhi
b. Faktor-faktor Eksternal Keluarga (cara orang
oleh lima faktor yaitu (1)
tua mendidik, relasi
bakat belajar, (2) waktu
antar
ke-
yang tersedia untuk belajar,
luarga, suasana ru-
(3) kemampuan individu, (4)
mah,
kualitas
anggota
keadaan eko-
nomi keluarga, pengertian orang tua, latar
pengajaran,
(5)
lingkungan. 3) Menurut Clark dalam Nana
belakang
Sudjana & Ahmad Rivai
kebudayaan).
(2001:39)
Sekolah
mengungkapkan
(metode
bahwa hasil belajar siswa di
mengajar, kurikulum,
sekolah 70% dipengaruhi
relasi
oleh kemampuan siswa dan
siswa,
guru relasi
dengan siswa
dengan siswa, disiplin
130
30%
dipengaruhi
lingkungan.
oleh
4) Menurut Sardiman (2007:
Dari beberapa pendapat para ahli
39-47), faktor-faktor yang
di atas, dapat disimpulkan bahwa
mempengaruhi belajar ada-
faktor-faktor
lah
pengaruhi hasil belajar siswa
faktor
intern
(dari
yang
dalam) diri siswa dan faktor
adalah
ekstern (dari luar) siswa.
antara lain kemampuan yang
Berkaitan dengan faktor dari
dimiliki siswa tentang materi
dalam diri siswa, selain
yang
faktor kemampuan, ada juga
sedangkan faktor eksternal antara
faktor lain yaitu motivasi,
lain strategi pembelajaran yang
minat,
digunakan guru di dalam proses
perhatian,
kebiasaan kunan,
belajar, kondisi
sikap,
Kehadiran
psikologis
dalam
internal
akan
belajar mengajar.
sosial
5.3. Hasil Belajar IPA
faktor belajar
siswa
disampaikan,
kete-
Hasil belajar IPA pada
ekonomi, kondisi fisik dan psikis.
faktor
mem-
siswa merupakan tolok ukur keberhasilan
proses
pem-
akan memberikan andil yang
belajaran. Berdasarkan peni-
cukup penting. Faktor-faktor
laian sebelumnya hasil belajar
psikologis akan senantiasa
IPA
memberikan landasan dan
Moenadi masih rendah, yaitu
kemudahan
upaya
rata-rata
belajar
kriteria
mencapai
dalam tujuan
kelas
SPMA H.
5,93
sedangkan
ketuntasan
minimum,
secara optimal.
XII
yaitu
belajar
7,6.
Ren-
5) Thomas F. Staton dalam
dahnya hasil belajar tersebut
Sardiman (2007:39) meng-
diduga karena aktivitas siswa
uraikan enam macam faktor
dalam kegiatan pembelajaran
psikologis
masih rendah akibat dominasi
yaitu
(1)
motivasi, (2) konsentrasi, (3)
metode
reaksi, (4) organisasi, (5)
dalam
pemahaman, (6) ulangan.
metode
131
ceramah, hal yang
ini
sehingga diperlukan
lebih
tepat.
Penilaian biologi
terhadap
pelajaran
untuk mengetahui keberhasilan
dilakukan
terhadap
bela-jar dalam memcapai tujuan
dan penilaian
yang diharapkan perlu diadakan
penilaian tes
6.
terhadap keaktifan siswa pada
kajian.
saat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran
belajar mengajar di kelas.
terhadap
Pelajaran IPA SPMA.
penilaian terhadap
Pelajaran
pada
materi
Kajian
Penilaian
terhadap
IPA dilakukan
penilaian
proses
tes
dan
proses. merupakan
ekosistem merupakan bagian
penilaian terhadap kegiatan dan
dari bahan kajian dari mata
kemajuan
pelajaran
berlangsungnya
Ilmu
Pengetahuan
siswa
pada
saat
kegiatan
Alam ( IPA ). Mata pelajaran
belajar mengajar di kelas.
IPA pada SPMA diberikan
Hasil penilaian yang diperoleh
alokasi
haruslah
diberi
tindakan
sebanyak 2 jam pelajaran per
kelanjutan
berupa
tindakan
minggu
perbaikan,
oleh
waktu
pembelajaran
dan
pelajaran
karena
itu
berlangsung selama 45 menit.
sebelumnya haruslah dilakukan
Mata pelajaran IPA berfungsi
tindakan
diagnosa
terhadap
untuk memberi pengetahuan
berbagai
kesulitan
belajar.
tentang
Untuk mendiagnosa kesulitan
makhluk
hidup,
mengembangkan ke-trampilan,
belajar
wawasan
dan
kesadaran
wawancara terhadap siswa.
teknologi
dalam
kaitannya
Jenis tes yang dapat diberikan
dengan
pemanfaatan
bagi
dapat
dilakukan
berupa tes formatif maupun tes
kehidupan sehari â&#x20AC;&#x201C; hari.
sumatif. Tes formatif diberikan
Dengan memperhatikan uraian
pada
di atas jelas bahwa pelajaran
setiap
akhir
pokok
bahasan
dan
biasa
disebut
IPA merupakan bagian yang
ulangan
harian
sangat penting untuk dipelajari.
dilakukan 3 sampai 5 kali
Seperti pelajaran yang lain
(sesuai pokok bahasan yang
132
dan
dapat
disampaikan) ,sedangkan tes
menghafal dan guru banyak
sumatif
menggunakan metode ceramah
selesai
diberikan
setelah
melakukan
sejumlah
2. Hasil belajar siswa harus dapat
progam yang lebih besar, dan
ditindaklanjuti
disebut ulangan umum dan
belajar siswa dapat dicapai
berlangsung
secara maksimal.
setiap
semester.
Penilaian
hasilnya
digunakan
menentukan
akhir
3. Hasil
sumatif
supaya
belajar
siswa
hasil
dalam
untuk
pembelajaran IPA khususnya
beri-
materi ekosistem pada kelas
peringkat
kutnya.
XII IPA
Tindakan pengayaan dipergu-
hasil belajar secara tuntas baik
nakan
secara
bagi
siswa
yang
dapat menunjukkan
individu
maupun
klasikal.
mengalami percepatan belajar diperuntukan
4. Berdasarkan karakteristik dan
bagi siswa yang mengalami
keunggulan dari multi media
kesulitan belajar.
diharapkan dapat ,menarik dan
dan
perbaikan
termotivasi meningkatkan
B. KERANGKA BERPIKIR Kerangka
pemikiran
sehingga
dapat
prestasi
hasil
belajar siswa.
meru-
pakan penalaran yang dijadikan titik pangkal
untuk
mengarah
pada
C. HIPOTESIS. Atas dasar uraian diatas, maka
pemberian jawaban sementara atas
penulis dalam
masalah yang dirumuskan. Berdasarkan uraian di atas,
pembelajaran IPA
pada materi ekosistem
maka sebagai kerangka pemikiran
menggunakan
disini adalah :
diduga dapat meningkatkan hasil
1. Kurangnya keberhasilan siswa dalam
memahami
pelajaran lebih
disebabkan
suka
belajar
multi
dengan
media
ini
belajar siswa.
materi siswa
III. HASIL
dengan
133
KAJIAN
PEMBAHASAN
DAN
A. DESKRIPSI
KONDISI
berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa yang kurang optimal,
AWAL Subyek kajian adalah kelas XII IPA SPMA H.
Moenadi
yang
maka disini penulis perlu merubah paradigma
pembelajaran
dengan
berjumlah siswa 33 siswa dengan
metode berbasis multimedia yaitu
perincian 17 siswa perempuan dan
dengan menggunakan power point
16 siswa laki- laki . Subyek kajian
dan flash.
yang
berjumlah
mempunyai
33
siswa
karakteristik
heterogen yaitu meliputi
ini yang
B. DESKRIPSI HASIL SETE-
tingkat
intelegensi yang rata â&#x20AC;&#x201C; rata rendah, rata â&#x20AC;&#x201C; rata motivasi belajar rendah
LAH
MENGGUNAKAN
MULTI MEDIA 1. Perencanaan Tindakan
serta tingkat ekonomi siswa rata â&#x20AC;&#x201C;
Dilihat dari data test awal ( pra
rata rendah.
siklus ) ada 20 siswa yang kajian,
masih belum mencapai kriteria
terlebih dahulu mengadakan tes
ketuntasan minimal ada 60 %,
awal
maka
Sebelum
pada
diadakan
siswa,
dengan
penulis
merencanakan
memperoleh hasil seperti dalam
tindakan untuk memperbaiki
tabel di bawah ini :
proses
pembelajaran
serta
meningkatkan hasil belajarnya. Adapun skenario pembelajaran yang
direncanakan
sebagai
berikut : 1. Guru menyiapkan silabus. Karena pembelajaran
dalam ini
proses
guru
masih
menggunakan metode pembelajaran
2. Guru menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran 3. Guru menyiapkan komputer
yang konvensional sehingga kurang
dan
menarik
belajaran
minat
pembelajaran.
siswa Hal
ini
dalam akan
134
LCD
untuk dengan
pemmeng-
gunakan power point dan
terhadap konsep biologi yang
flash.
telah diketahui dan dipahami. 4. Guru menyampaikan materi
4. Guru menyiapkan lembar
pembelajaran
pengamatan pada siswa.
5. Guru membagi tugas materi
pengamatan kinerja guru
tentang
6. Guru menyiapkan lembar
menyiapkan
6. Masing-masing
soal
ulangan
harian
yang
berbentuk
pilihan
ganda
ditugaskan sanakan
7. Setelah
berjumlah 40 soal. menyiapkan
hasil
tentang
itu siswa
disuruh
diskusi
dan
mem-
laporan diskusi tersebut.
dilak-
8. Guru memeriksa hasil laporan
sanakan adalah:
tersebut.
1. Guru menyiapkan komputer
9. Selama proses pembelajaran
dan LCD
berlangsung
2. Siswa dibagi ke dalam 8 kelompok
yang
beranggotakan
4
membuka
dilakukan
ob-
servasi oleh guru.
masing-
orang siswa 3. Guru
diskusi
melak-
presentasikan didepan kelas
2. Pelaksanaan Tindakan
masing
untuk
untuk membuat kesimpulan
rubrik
penilaian ulangan.
yang
kelompok
faktor biotik dan abiotik.
yang masing â&#x20AC;&#x201C; masing siklus
Langkah-langkah
mengidentifikasi
faktor biotik dan abiotik.
kuesioner pada siswa.
8. Guru
eko-
sistem.
5. Guru menyiapkan lembar
7. Guru
tentang
3. Hasil Pengamatan 3.1.1 Hasil Pengamatan Kegiatan
pelajaran,
Diskusi Siswa
guru memberikan apersepsi
Berdasarkan data yang diamati
dan
pada waktu siswa melakukan
motivasi
dengan
mengajukan pertanyaan untuk
diskusi,
hasil
mengetahui penguasaan siswa
tersebut dikelompokkan menjadi 3 komponen yaitu :
135
pengamatan
2. Siswa yang berani dalam
1. Kerja kelompok 2. Keaktifan
mengajukan
3. Keberanian
ada
7
pertanyaan
siswa
dengan
Penjelasan Katagori Nilai :
prosentase 22,58 %.
A = 5,0 – 5,9 Sangat Baik
3. Siswa yang cukup berani
B = 4,0 – 4,9 Baik
dalam mengajukan per-
C = 3,0 – 3,9 Cukup Baik
tanyaaan ada 15 siswa
D = 2,0 – 2,9 Kurang Baik
dengan prosentase 48,38
E = 1,0 – 1,9 Sangat Kurang
% 4. Siswa
Baik
yang
kurang
dalam
meng-
Hasil pengamatan pada saat
berani
siswa
diskusi
ajukan pertanyaan ada 1
mendapatkan hasil nilai, rata –
siswa dengan prosentase
rata siswa sebagai berikut :
3,22 %
melakukan
b. Nilai pengamatan pada
a. Pada komponen keberanian siswa
dalam
pertanyaan
komponen
mengajukan
kepada
keberanian
pada siklus I diperoleh
guru
3,70
mendapat nilai :
maka
apabila
8x5 + 7x4 + 15x3 + 1x2
dikuantitatifkan menjadi
31
katagori nilai C atau
Berdasarkan dapat
data
diketahui
Cukupbaik
diatas sebagai b.
berikut :
Sedangkan pada komponen keaktifan dalam menjawab
= 3,70
maupun
1. Siswa yang sangat berani dalam mengajukan pertanyaan
ada
8
siswa
dengan prosentase 25,80 %
136
bertanya
kepada
guru, siswa mendapat nilai rata – rata : 7 x 5 + 8 x 4 + 14x 3 + 2 x 2 31
Berdasarkan dapat
data
diketahui
c.
diatas
Sedangkan pada komponen aktif dalam kerja kelompok
sebagai
berikut :
maka siswa mendapat nilai
1. Siswa yang sangat aktif
rata- rata :
dalam mengajukan pertanyaan
ada
7
9x5 + 7x4 + 14x3 + 1x2
siswa
dengan prosentase 22,58 %
mengajukan ada
31 Berdasarkan data diatas dapat
2. Siswa yang aktif dalam
8
pertanyaan
siswa
dengan
prosentase 25,80 %.
= 3,74
diketahui
sebagai
berikut : 1. Siswa yang sangat aktif dalam kerja kelompok ada 9 siswa dengan prosentase
3. Siswa yang cukup aktif dalam mengajukan per-
29,03 % 2. Siswa yang aktif dalam
tanyaaan ada 14 siswa
kerja
dengan prosentase 45,16
siswa dengan prosentase
%
22,58 %.
kelompok
ada
7
4. Siswa yang kurang aktif
3. Siswa yang cukup aktif
dalam mengajukan per-
dalam kerja kelompok ada
tanyaan
14
ada
2
siswa
dengan prosentase 6,45 %
siswa
dengan
prosentase 45,16 % 4. Siswa yang kurang aktif
Nilai pengamatan pada
dalam kerja kelompok ada
komponen
1 siswa dengan prosentase
keaktifan
pada siklus I diperoleh
3,22 %
3,64
Nilai
maka
apabila
pengamatan
pada
dikuantitatifkan menjadi
komponen kerja kelompok
katagori nilai C atau
pada siklus I diperoleh
Cukupbaik.
3,74
maka
dikuantitatifkan
137
apabila menjadi
katagoriC
atau
Cukup
baik.
Berdasarkan dapat
data
diketahui
diatas sebagai
berikut :
1.1 Hasil Angket Berdasarkan angket yang
1. Siswa
yang
sangat
dalam
peng-
diisi para siswa, kebanyakan
senang
siswa merasa cukup tertarik,
gunaan multimedia
menyukai suasana kelas, dan
9
termotivasi
prosentase 29,03 %
sehingga
dapat
meningkatkan keaktifan serta dapat
meningkatkan prestasi
belajar
setelah
pembelajaran
guru
dalam
menggunakan
siswa
ada
dengan
2. Siswa yang senang dalam penggunaan multimedia ada
7
siswa
dengan
prosentase 22,58 %. 3. Siswa yang cukup senang
Multimedia ( Power Point ). Penjelasan Katagori Nilai :
dalam penggunaan mul-
A = 5,0 – 5,9 Sangat senang
timedia
B = 4,0 – 4,9 Senang
dengan prosentase 41,93
C = 3,0 – 3,9 Cukup Senang
%
D = 2,0 – 2,9 Kurang Senang
4. Siswa
ada 13 siswa
yang
kurang
E = 1,0 – 1,9 Sangat Kurang
senang
Senang
gunaan multimedia
Hasil angket yang diisi oleh
1 siswa dengan pros-
siswa memperoleh data sebagai
entase 3,22 % 5. Siswa
berikut : a. Dalam Multimedia
penggunaan rata
–
rata
kurang
9x5 + 7x4 + 13x3 + 1x2 + 1x1 = 3,70
pengada
yang
sangat
senang
dalam
penggunaan multimedia ada
mendapat nilai:
dalam
1
siswa
dengan
prosentase 3,22 %
31
Nilai
angket
pada
penggunaan multimedia ( power point ) pada siklus I
138
diperoleh 3,70 maka apabila menjadi
Nilai hasil angket dalam
katagori C atau Cukup
suasana kelas pada siklus I
senang
diperoleh
dikuantitatifkan
b. Dalam suasana kelas rata â&#x20AC;&#x201C;
apabila
3,64
maka
dikuantitatifkan
menjadi katagori C atau
rata mendapat nilai : 8 x 5 + 8 x 4 + 12 x 3 + 2 x 2 + 1x 1 = 3,64
Cukup menyenangkan.
31
1.2 Hasil Test Ulangan Harian
Berdasarkan data diatas dapat diketahui sebagai berikut :
Test dilakukan sebanyak 3 kali, dengan cara melihat hasil Pra
1. Siswa yang sangat senang dalam suasana kelas ada 8 siswa dengan prosentase 25,80 %
test dilakukan perbaikan. Dan hasil test ke I juga dilakukan perbaikan
sehingga
menghasilkan test ke II. Hasil
2. Siswa yang senang dalam suasana kelas ada 8 siswa dengan prosentase 25,80
test ulangan harian pada Pra test, test I, II dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
%. 3. Siswa yang cukup senang dalam suasana kelas ada 12
siswa
dengan
prosentase 38,70 % 4. Siswa yang kurang senang dalam suasana kelas ada 2 siswa dengan prosentase 6,45 %
diketahui sebagai berikut :
5. Siswa yang sangat kurang senang
Berdasarkan tabel diatas, dapat
dalam
suasana
kelas ada 1 siswa dengan prosentase 3,22 %
a. Dari hasil ulangan harian pra siklus didapat 18 siswa atau 60 % yang belum mencapai kriteria ketuntasan
139
minimal, sedangkan yang
yang melaksanakan dalam
sudah
diskusi adalah baik.
mencapai
kriteria
b. Rata
ketuntasan belajar ada 12
â&#x20AC;&#x201C;
rata
hasil
dari
siswa atau 40 %, dan ada 1
ulangan harian pada siklus II
siswa
sudah diatas rata â&#x20AC;&#x201C; rata yaitu
yang
tidak
ikut
7,13 dan siswa yang sudah
ulangan karena sakit. b. Dari hasil ulangan harian
tuntas ada 78,38 % maka
pada siklus I diperoleh ada
ada kenaikan dari siklus I
14 siswa atau 45,16 % yang
nilai siswa rata-rata 6,40 dan
belum
kriteria
siswa yang tuntas ada 54,84
minimal,
%, sehingga ada kenaikan
sudah
sebesar 23,54 %, sehingga
mencapai
ketuntasan sedangkan
yang
mencapai kriteria ketuntasan
pada
minimal ada 17 siswa atau
memenuhi kriteria ketunt-
54,84 %.
asan minimal yaitu 7,6
c. Sedangkan
hasil
siklus
II
sudah
c. Rata â&#x20AC;&#x201C; rata siswa dalam
ulangan
harian siklus II diperoleh
mengikuti
hasil ada 7 siswa atau 22,57
materi
% yang belum mencapai
menggunakan
kriteria ketuntasan minimal,
(Flash)
sedangkan 24 siswa atau
sehingga dapat termotivasi
78,38
dan
%
yang
sudah
pembelajaran
ekosistem
Multimedia
sangat
dapat
dengan
senang
meningkatkan
prestasi belajar.
mencapai kriteria ketuntasan minimal. IV.
1. Refleksi Dari hasil pengamatan dan hasil ulangan
dapat
disimpulkan
pengamatan
DAN
SARAN A. KESIMPULAN. 1. Dengan menggunakan pem-
sebagai berikut : a. Rata â&#x20AC;&#x201C; rata
KESIMPULAN
nilai hasil pada
siswa
140
belajaran
berbasis
Multi-
media dapat meningkatkan
hasil belajar siswa, semula
menyampaikan
pendapat
siswa dalam pembelajaran
maupun dalam berdiskusi,
konvensional rata â&#x20AC;&#x201C; rata
sehingga ada peningkatan
mendapat
sebesar 33,33 % siswa.
hasil
ulangan
dibawah
kriteria
3. Pembelajaran berbasis Mul-
yaitu
timedia dapat meningkatkan
7,6. dan yang sudah tuntas
motivasi, serta siswa merasa
belajar mencapai 40 %.
senang dan tertarik. Pada
Sedangkan setelah meng-
siklus I hanya 51,61 %
gunakan pembelajaran ber-
siswa yang tertarik pada
basis Multimedia rata-rata
pembelajaran dengan Multi-
hasil ulangan di atas kriteria
media
ketuntasan minimal
sedangkan pada siklus II,
masih
ketuntasan minimal
yaitu
(Power
point),
7,6 dan siswa yang sudah
peneliti
menggunakan
tuntas
Multimedia
(Flash)
belajar
mencapai
dipe-
78,38 %, atau ada pening-
roleh 83,86 % siswa yang
katan sebesar 38,38 %
tertarik, sehingga ada peningkatan 32,26 % siswa yang
2. Menggunakan pembelajaran
tertarik .
berbasis Multimedia dapat meningkatkan siswa, semu-
B. SARAN
la hanya 49,45 % siswa
Mengingat hasil kajian ini
yang cukup berani, aktif,
benar â&#x20AC;&#x201C; benar dapat menun-
dalam menyampaikan pen-
jukkan keberhasilan yang dapat
dapat
mendukung upaya â&#x20AC;&#x201C; upaya guru
maupun
dalam
berdiskusi kelompok pada
dalam
siklus I. Sedangkan setelah
belajar siswa, maka disarankan
menggunakan
sebagai berikut :
Multimedia
meningkatkan
hasil
II
1. Agar para guru, khususnya
diperoleh 82,78 % siswa
guru mata pelajaran biologi
yang
dalam upaya meningkatkan
(Flash)
pada
siklus
berani,aktif
dalam
141
prestasi belajar siswa dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi. 2. Agar guru mata pelajaran yang lain mencoba untuk mengembangkan
penggu-
naan Multimedia ini untuk pengembangan pembelajaran. 3. Pada Sekolah SMA, SMK diharapkan dapat menyediakan sarana yang berupa Multimedia.
Wiroatmojo Piran, Sasonohardjo, Media Pembelajaran, Lembaga Administrasi Negara,2002. Sasonohardjo, Yenny Jorry Salmon, Pengembangan Media Pembelajaran, Lembaga Administrasi Negara, 2005. Krisdasakti Sri Wahyu, Purwanti, Penulisan Karya Ilmiah, Lembaga Administrasi Negara 2005. Suprapti Wahyu, Sudariman, Ragam Metode Belajar, Lembaga Administrasi Negara, 2005. Entang, Titik Rostiah, Metode Pembelajaran, Lembaga Administrasi Negara, 2005. Tim
--------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA Amin
Moh, Biologi 2 Untuk Sekolah menengah Umum kelas 2, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1995.
Susilana Rudi, Riana Cepi, Media Pembelajaran, CV Wacana Prima Bandung, 2007. Sumiati, Astra, Metode Pembelajaran, CV Wacana Prima Bandung,2007. Sukidin,Basrowi, Suranto, Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Insan Cendekia, 2008.
Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Research ), Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1999.
Wijayanti, Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Media Peta Konsep Dengan Menggunakan Metode Pemberian Tugas Dalam Pembelajaran Biologi Pada Siswa Kelas IX A Semester Gasal SMP Negeri 2 Mungkid Magelang, 2008. http // ilmu computer.org / category / animasi – dan – multimedia. http // jatengklubguru.com http // cafestudio61.wordpress. com/ 2008/09/11/pengertian – belajar – dan – perubahan – perilaku – dalam – belajar/
142
Biodata Penulis Martuti, lahir di Klaten, 19 Maret 1956, menyelsaikan pendidikan dasar dan menengah di Klaten, mendapatkan gelar sarjana Ekonomi Studi Pembangunan dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, gelar Magister Manajemen dari Universitas Diponegoro Semarang.Saat ini sebagai Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah.Tempat tinggal di Jalan tlogosari Raya I/65c Semarang. Dapat dihubungi melalui :
martuti.bpptk@yahoo.com Supriyanto, Ir, Msi, lahir di Cilacap 17 Mei 1962, Sekarang sedang mengikuti program doktor di Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang program studi Manajemen Pendidikan, S2 Magister Administrasi dari Universitas Indonesia tahun 2001, S1 Sarjana Tenik Industri dari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta 1990, serta menyelesaikan pendidikan STM, SMP dan SD di Cilacap Jawa Tengah. Mengawali karier pegawai negeri sipil tahun 1991 di Balai Pengembangan Produktivitas Daerah Provinsi Kalimantan Selatan sebagai Instruktur Latihan Kerja Manajemen dan Produktivitas, Saat ini menjadi widyaiswara di Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Barat. Dapat dihubungi melalui :
supriyantodaswan@gmail.com Joko Triwiyatno, DRS. MSi. dilahirkan di Boyolali 2 Juli 1958. Mengawali pendidikan dasar di SDN 2 KEYONGAN KENYONGAN kemudian melanjutkan pendidikan di atasnya yaitu SLTP KARTOSURO SMA PANGUDI LUHUR SURAKARTA, sampai di tahun 1982 mendapatkan gelar sarjana jurusan Administrasi Negara di UNS. SURAKARTA dan pada tahun 2001 telah selesai pendidikan S 2 (magister) Studi Pembangunan di UKSW SALATIGA dan Kandidat Doktor Administrasi Publik UNTAG Surabaya. Karier pekerjaan di pemerintahan (sebagai Pegawai ASN) dimulai sejak tahun 1983 dengan berbagai jabatan antara lain Camat, Kepala Bagian, Ketua Bappeda di Pemkab Boyolali. Saat ini sebagai Widyaiswara Ahli Utama Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah, dan menjadi ketua kelompok Jabatan Fungsional Widyaiswara di Bandiklat Provinsi Jawa Tengah. Alamat tempat tinggal Jl. Cendana No: 4 Boyolali RT 01 RW 21 Winong Boyolali Jawa Tengah. Email yang dapat dihubungi : jokotriwi.boy.27@gmail.com Yatno Isworo. Lahir di Blitar 10 Oktober 1964. Pendidikan tinggi di Malang, kuliah S-1 pada Fakultas Pertanian Universitas Islam (UNISMA) Malang. Pada tahun 1995 menempuh S-2 Program Studi Ilmu Tanaman di Universitas Brawijaya (UNIBRAW) Malang. Pertama menjadi CPNS tahun 1999 pada Sub Bagian Program Sekretariat DIKLAT Propinsi Jawa Tengah.
143
Saat ini sebagai Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah sekaligus menjadi Sekretaris Kelompok Jabatan FUngional Widyaiswara. Dapat dihubungi melalui : yateno64@gmail.com Wardi Astuti, Ir. M.Pd. dilahirkan di Yogyakarta 18 Agustus 1966, menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Gunungkidul, Yogyakarta, mendapatkan gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor tahun 1988, Gelar Magister Pendidikan dari Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2004. Saat ini sebagai Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah yang ditugaskan di Balai Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDM Tan) Soropadan, Jawa Tengah. Saat ini tinggal di rumah : Paten, RT. 5 RW. 5, Tridadi, Sleman, Yogyakarta. Dapat dihubungi melalui : wardiastutik@gmail.com Widyastuti, lahir di Semarang, 5 Desember 1959, putri kesebelas dari sebelas saudara, putri dari Bapak M. Soetopo (alm) dan Ibu MA. Soedhiyarti. Menyelesaikan pendidikan SD. 1972,. SMP 1975, SMA 1979, S1 Fakultas MIPA Jurusan Biologi IKIP Negeri Semarang 1985, Menikah dengan Drs. H. Sigit Sumarhaen Yanto, SH, MM pada tahun 1982, dikaruniai tiga anak yaitu Marissa Widiyanti, ST, Adriyanto Nugroho, S.Kom dan Prasetya Yuda Manggala, SE. Meniti karier sebagai Guru SMA Negeri I Demak tahun 1989 – 1991, Guru SMA Dwija Praja 1992 – 2010, Guru SMK Negeri XI Semarang tahun 2010 – 2015, Guru SPMA H. Moenadi Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 sampai sekarang. Dapat dihubungi melalui :widya59.tuti@gmail.com
144
Biodata Penulis Martuti, lahir di Klaten, 19 Maret 1956, menyelsaikan pendidikan dasar dan menengah di Klaten, mendapatkan gelar sarjana Ekonomi Studi Pembangunan dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, gelar Magister Manajemen dari Universitas Diponegoro Semarang. Saat ini sebagai Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah. Tempat tinggal di Jalan tlogosari Raya I/65c Semarang. Supriyanto, Ir, Msi, lahir di Cilacap 17 Mei 1962, Sekarang sedang mengikuti program doktor di Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang program studi Manajemen Pendidikan, S2 Magister Administrasi dari Universitas Indonesia tahun 2001, S1 Sarjana Tenik Industri dari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta 1990, serta menyelesaikan pendidikan STM, SMP dan SD di Cilacap Jawa Tengah. Mengawali karier pegawai negeri sipil tahun 1991 di Balai Pengembangan Produktivitas Daerah Provinsi Kalimantan Selatan sebagai Instruktur Latihan Kerja Manajemen dan Produktivitas, tahun 2001 s.d 2005 menjadi Instruktur Latihan Kerja Manajemen Produktivitas di Balai Pengembangan Produktivitas Daerah Provinsi Jawa Barat, tahun 2006 s.d 2009 menjadi Widyaiswara di Dinas Sosial jawa Barat, tahun 2009 s.d 2012 menjadi widyaiswara di Badan Diklat, Arsip & Perpusda Kabupaten Cilacap, dan 2012 s.d sekarang menjadi widyaiswara di Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Barat. Joko Triwiyatno, Drs. M.Si, lahir di Boyolali 2 Juli 1958, menyelesaikan pendidikan SD, SMP dan SMA di Surakarta, Sarjana Ilmu Politik jurusan Administrasi Negara tahun 1982. Serta menyelesaikan pendidikan S2 Magister Studi Pembangunan UKSW Salatiga Tahun 2001, saat ini tengah menempuh Program Pasca Sarjana Doktor Ilmu Administrasi di UNTAG Surabaya. Mengawali karir Pegawai Negeri Sipil sebagai Kepala Kantor IKK tahun 2001, Kabag Keuangan Setda Kab. Boyolali tahun 2001, Kepala Kantor Arsipda Kab. Boyolali tahun 2005, Kabag Pemerintahan Setda Kab. Boyolali tahun 2006, Asisten Tata Praja Sekda Kab. Boyolali tahun 2008, Kepala BAPPEDA Kab. Boyolali tahun 2009, Staf Ahli Bupati Bidang Hukum dan Politik tahun 2010 dan sebagai Widyaiswara Badan Diklat Prov. Jateng sejak tahun 2011 sampai dengan sekarang. Yatno Isworo. Lahir di Blitar 10 Oktober 1964 sebagai anak bungsu dari 5 (lima) bersaudara dari ayah H. Kastamin (Alm) dan Ibu Hj. Soekilah. Masa kecil bermain-main dan sekolah di Blitar mulai SD Negeri Pokok II Garum-Blitar. SMP Negeri III Blitar dan SMA Negeri I Blitar. Pendidikan tinggi di Malang, kuliah S-1 pada Fakultas Pertanian Universitas Islam (UNISMA) Malang. Karier pendidik dirintis sejak kuliah semester V pada Fakultas Pertanian Universitas Islam (UNISMA) Malang sebagai asisten dosen luar biasa. Pada saat yang bersamaan juga mengikuti kuliah Program Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan UT-UPBJJ Malang. Setelah lulus S-1 diangkat sebagai Dosen Tetap Yayasan UNISMA Malang sampai jenjang Lektor Muda. Pada tahun 1995 mengikuti tuntutan profesi sebagai dosen mencoba menempuh S-2 Program Studi Ilmu Tanaman di Universitas Brawijaya (UNIBRAW) Malang. Pernah menjabat Kepala Bagian Administrasi Pendidikan dan Pengajaran serta Pembantu Dekan Bidang Akademis pada Fakultas Pertanian Universitas Islam (UNISMA) Malang. Pertama menjadi CPNS tahun 1999 pada Sub Bagian Program Sekretariat DIKLAT Propinsi Jawa Tengah. Selanjutnya pada Bidang Diklat Kepemimpinan bertugas sebagai pelaksana penyelenggaraan Diklat Prajabatan, Diklat Kepemimpinan (Diklatpim) Tk.IV, Diklatpim Tk.III dan Diklatpim Tk.II. Juga diperbantukan sebagai fasilitator materi Kepemimpinan Integratif di Alam Terbuka (Outbound) dan fasilitator Diklat Penyetaraan D-III Bagi Penyuluh Pertanian. Sejak tahun 2006 sampai saat ini sebagai Widyaiswara pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Tengah dengan jabatan awal Widyaiswara Muda (III/c) dan setiap 2 (dua) tahun sekali naik pangkat III/d, Widyaiswara Madya IV/a, IV/b. Disamping menduduki jabatan fungsional widyaiswara, pernah aktif sebagai Sekretaris Ikatan Widyaiswara (IWI) Daerah Jawa Tengah Periode 2007 â&#x20AC;&#x201C; 20010 dan 2010 â&#x20AC;&#x201C;
2013. Selain itu juga dipercaya menjadi sekretaris Kelompok Jabatan Fungsional Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2006 – 2008 dan Periode 2014 – 2016. Menikah dengan Siti Nur Ayuroh, A.Md. pada tanggal 11 November 2011 dan mendapat karunia anak sulung laki-laki Alfian Syahril Nur Isworo pada bulan November 2002. Sepuluh tahun berikutnya tepatnya bulan Oktober 2012 mendapatkan karunia anak ke dua perempuan Alisyia Maharani Nur Isworo, rumah di Griya Klipang Permai Blok N.8/10 RT.11 / RW.23 Kelurahan Sendang Mulyo Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Alhamdulillah..., yang penting hadapi semua yang ada di depan kita dengan khusuk, ikhlas, pasrah dan syukur. Sakmadya Nanging Kudu Sembada”. Wardi Astuti, Ir. M.Pd. dilahirkan di Yogyakarta 18 Agustus 1966, menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Gunungkidul, Yogyakarta, mendapatkan gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor tahun 1988, Gelar Magister Pendidikan dari Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2004. Saat ini sebagai Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah yang ditugaskan di Balai Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDM Tan) Soropadan, Jawa Tengah. Saat ini tinggal di rumah : Paten, RT. 5 RW. 5, Tridadi, Sleman, Yogyakarta. Widyastuti, lahir di Semarang, 5 Desember 1959, putri kesebelas dari sebelas saudara, putri dari Bapak M. Soetopo (alm) dan Ibu MA. Soedhiyarti. Menyelesaikan pendidikan SD. 1972,. SMP 1975, SMA 1979, S1 Fakultas MIPA Jurusan Biologi IKIP Negeri Semarang 1985, Menikah dengan Drs. H. Sigit Sumarhaen Yanto, SH, MM pada tahun 1982, dikaruniai tiga anak yaitu Marissa Widiyanti, ST, Adriyanto Nugroho, S.Kom dan Prasetya Yuda Manggala, SE. Meniti karier sebagai Guru SMA Negeri I Demak tahun 1989 – 1991, Guru SMA Dwija Praja 1992 – 2010, Guru SMK Negeri XI Semarang tahun 2010 – 2015, Guru SPMA H. Moenadi Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 sampai sekarang.