LAPORAN PENELITIAN MODEL PEMBERDAYAAN PELAKU EKONOMI KREATIF ( STUDI KASUS TENTANG USAHA ENCENG GONDOK DI KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG)
Disusun Sebagai Prasyaratan Untuk Menduduki Jabatan Fungsional Widyaiswara Utama pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Tengah
OLEH: Nama NIP Pangkat Jabatan
: Drs. PETRUS RESI. M.Si : 1955041419861 1 002 : Pembina Utama Muda/ IV c : Widyaiswara Madya
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SEMARANG 1 DESEMBER 2014 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu nafas Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dengan berbagai rangkai perubahannya menegaskan bahwa
pemerintah
berupaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dapat ditempuh diantaranya melalui peningkatan pelayanan publik, pemberdayaan kemandirian masyarakat dalam pembangunan. Diantara pemberdayaan kemandirian masyarakat yang menjadi kewenangan dan tanggungjawab pemerintah untuk dijalankan adalah pembangunan ekonomi dari tataran nasional sampai di daerah. Bagian integral dari pembangunan ekonomi yang menjadi wewenang dan tanggungjawab pemerintah adalah melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan atau istilah saat ini adalah ekonomi kreatif. Walau ekonomi kreatif seperti halnya usaha Enceng Gondok
di Kecamatan Banyubiru
adalah termasuk kategori ekonomi baru, maka pemerintah pusat sampai di daerah dituntut untuk meningkatkan kemampuannya dalam memberdayakan pelaku ekonomi kreatif, mampu membina, membentuk pelaku ekonomi kreatif yang mandiri untuk meningkatkan
kesejahteraannya.
Mutu
pemberdayaan
eknomi
kreatif
yang
dilaksanakan jajaran isntansi di bidang Koperasi dan UMKM, Perindustrian dan Perdagangan diharapkan agar usaha ekonomi kreatif yang dijalankan oleh pelaku dapat sukses demi kesejehteraannya. Konsep pemberdayaan masyarakat sudah lama dikenal sejak nenek moyang kita yaitu berupa gotong royong. Namun sejalan dengan perkembangan yang ada model pemberdayaan gotong royong juga dianggap masih relevan tetapi sudah banyak dilupakan oleh masyarakat Indonesia. Dalam menghadapi perkembangan eknomi kreatif sebagai eknomi arus baru dalam 2 atau 3 tahun terakhir 2
ini, maka perlu dibahas tentang kehadiran usaha kecil sebagai basis eknonomi kerakyatan/kreatif yang sudah dijalankan masyarakat akar rumput Indonesia. Dalam prespektif atau paradigma pembangunan ekonomi nasional, usaha kecil merupakan salah satu aspek pembangunan yang berbasis pada ekonomi kerakyatan atau ekonomi kreatif. Menurut M. Tohar ( 1999) usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteri kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagai diatur dalam Undang-Undang. Eksistensi dan keberadaan usaha kecil mendapat tempat yang cukup strategis dan potensial bagi pertumbuhan ekonomi nasional termasuk usaha eknomi kreatif Enceng Gondok di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Kontribusi Usaha Kecil untuk pertumbuhan ekonomi cukup memegang peranan penting. Justru dalam menghadapi krisis ekonomi tahun 1998 dan 2008 daya tahan usaha kecil sungguh luar biasa dan hanya sedikit yang mengalami kerugian atau tidak mampu menjalankan usahanya. Bahkan mampu bertahan ditengah krisis yang menerpa perekonomian Indonesia pada saat itu termasuk usaha eknonmi kreatif Enceng Gondok Banyubiru Kabupaten Semarang. Sementara itu dalam konteks pembangunnan ekonomi termasuk usaha kecil, Otonomi daerah yang dilaksanakan per 1 Januari 2001 telah memberi peran yang lebih besar kepada pemerintah dan para pelaku ekonomi daerah dalam mengelola pembangunan. Keberadaan dan kehadiran undang-undang otonomi daerah tersebut merupakan tuntutan untuk mengurangi kesenjangan pembangunan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, antara Daerah, meningkatkan kualitas pelayanan publik dan pemberdayaan masyarakat termasuk pemberdayaan bagi pelaku ekonomi lokal sebagai basis ekonomi kreatif.
3
Usaha Enceng Gondok di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang merupakan salah satu usaha kecil berbasis ekonomi kerakyatan dan ekonomi kreatif memiliki kekuatan yang potensial yang perlu ditumbuhkan iklim usahanya secara sehat
agar
mampu mengurangi kesenjangan tersebut serta diharapkan mampu
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sehingga penting untuk dilaksanakan dengan paradigma baru dengan model pemberdayaan secara tepat dan sistematis agar benar-benar bisa mampu menumbuh kembangkan pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja, kemandirian dan lain sebagainya. Kajian dan analisis terhadap pelaksanaan pembangunan masyarakat agar mampu menjawab berbagai permasalahan kebutuhan masyarakat, maka perspektif dan paradigma pembangunan tidak bersifat tunggal dan berlaku dominan pada eranya. Namun menurut Soetono (2013), pendekatan yang pembangunan dengan model pemberdayaan masyarakat adalah diturunkan dari perspektif people centered development sedang berada puncak dominasinya termasuk dalam pembangunan usaha kecil di negeri tercinta ini. Menurut Khun, perspektif pemberdayaan pembangunan yang sedang dominan dan menjadi arus utama, serta banyak digunakan sebagai rujukan kajian akademik dan rujuan perumusan kebijakan disebut sebagai normal science. Hal ini termasuk dalam menghadapi fenomena pemberdayaan pembangunan usaha kecil seperti Enceng Gondok. Namun tanpa mengabaikan kemajuan usaha kecil khususnya Enceng Gondok di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang
pasti
dihadapkan pula dengan permasalahan-permasalahan yang perlu di carikan solusi seperti proses dari hulu sampai hilir, proses produksi, permodalan, Sumber Daya Manusia, kemitraan, kreativitas dan inovasi (baru) yang dikembangkan, kemampuan manajemen usaha pelaku ekonomi kreatif dan lain sebagainya Hal ini menjadi penting 4
dan mendorong/memotivasi penulis untuk meneliti Usaha Kecil Enceng Gondok ini lebih mendalam sehingga bisa bermanfaat bagi kepentingan hidup dan kehidupan masyarakat pelaku usaha ekonomi kreatif di Kabupaten Semarang pada umumnya dan Kecamatan Banyubiru pada khususnya. Menurut Suryana (2013) ekonomi kreatif merupakan hasil evaluasi dan eknomi baru yang lahir pada awal abad ke 21. Secara esensial gelombang eknomi baru ini mengutamakan intelektual sebagai kekayaan yang dapat menciptakan uang, kesempatan kerja, pendapatan dan kesejahteraan. Bahkan ditegaskan lebih lanjut oleh Suryana (2013) bahwa kreativitas adalah berpikir sesuatu yang baru, sedangkan keinovasian adalah melakukan sesuatu yang baru. Sehingga hasilnya adalah dalam bentuk cara pemecahan masalah baru, metode baru, teknik baru, cara operasional baru, teknologi baru, model baru, desain baru, barang dan jasa baru, merek dagang baru, cara pemasaran baru, cara usaha baru, distribusi baru, strategi baru, pelayanan baru, komersialisasi baru, penampilan baru serta karakter baru. Dalam kaitan dengan usaha Enceng Gondok KUB Karya Muda, UB Renita dan UD Abi Citra Kusuma, kelompok Sekar Melati dan Arima Kecamatan Baru dipilih menjadi lokasi penelitian adalah disebabkan oleh karena potensi usaha Enceng Gondok ini dapat memberikan kontribusi bagi pertumbuhan eknomi di Kabupaten Semarang. Kontribusi itu dapat dilihat dari penyerapan tenaga kerja dari ketiga badan usaha serta 2 kelompok tersebut adalah KUB Karya Muda
20 orang,kapasitas
produksi 6.400, volume produksi Rp 255.750 000, investasi Rp 36.080.000, jenis produk adalah aneka kerajinan seperti (mobil-mobilan, lokomotif, kereta kencana, kapal finisi, sandal, fast bunga, kaca cermin, tempat pinsil, celengan, becak, tank, pot, tempat buah, tempat payung, tempat sampah, topi, rak, lampu hias besar, kapal, kursi, box, loundry) dengan pangsa pasar dalam negeri 100%. Sementara untuk UD Abi 5
Citra Kusuma memiliki 30 orang tenaga, kapasitas produksi 9750 pcs/tahun, volume produksi Rp. 169.500.000 pertahun, investasiRp 234. 346.000,
produk aneka
kerajinan (TAS), pangsa pasar 100% dalam Negeri dan untuk UD Renita 12 orang karyawan, kapasitas produksi 100 pasang sandal perminggu, miniatur 7 pcs permingga, volume produksi Rp 1.875.000/perminggu, investasi 6.767.500 dan pangsa pasar 100% dalam negeri. Dan untuk kelompok Sekar Melati memiliki 5 orang karyawan dengan kapasitas produksi maupun volume usaha yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Keberadaan usaha Enceng Gondok adalah ciri khas dari Kabupaten Semarang yang bahan bakunya cukup kompetitif dengan daerah lain (Yogya dan Pekalongan) sehingga secara ekonomis sangat potesial untuk mata pencarian penduduk sekitarnya. Dalam rangka meningkat kembangkan usaha pelaku, model pemberdayaan (rutinitas) yang dilakukan narasumber terhadap pelaku eknomi kreatif Enceng Gondok adalah dengan pembinaan di bidang permodalan/pendanaan, pendidikan dan pelatihan, akses pasar, bantuan perlatan/teknologi, pemberian fasilitas kemudahan akses perbankan, pembinaan produksi, perluasan penerapan SNI, penerapan standar produk industri manufaktur. Terlepas dari penerapan model pemberdayaan terhadap pelaku usaha ekonomi kreatif Enceng Gondok di Kacamatan Banyubiru telah dilakukan oleh narasumber, namun dalam kenyataannya para pelaku masih
dihadapkan
dengan
berbagai
permasalahan
seperti
masalah
pendanaan/permodalan, masalah informasi usaha, masalah kemitraan,
masalah
perizinan usaha, masalah kesempatan usaha, masalah promosi/pemasaran, masalah dukungan kelembagaan, masalah SDM, teknologi/saran dan prasarana, kurangnya pelatihan, sehingga perlu diteliti lebih jauh agar andil dan kontribusi usaha Enceng Gondok bagi pertumbuhan eknomi di Kabupaten Semarang pada umumnya dan di
6
Kecamatan Banyubiru pada khususnya. Sedangkan data potensi UMKM atau ekonomi kreatif yang dimiliki Kabupaten Semarang adalah
TABEL 1.1 DATA UMKM KABUPATEN SEMARANG 5 TAHUN TERAKHIR Jenis Usaha
Jumlah tahun 2009
Jumlah Tahun 2010
Jumlah Tahun 2011
Jumlah Tahun 2012
Jumlah Tahun 2013
No mor 1
Alas Kaki
19
19
19
19
19
PerabotRumah Tangga
18
20
20
20
22
79
82
82
82
82
2 3
Kerajinan
4
Furnutue dan Meubel
188
191
194
197
204
5
Bahan Bangunan
111
115
125
125
127
78
79
79
88
95
364
365
394
394
400
6
Bengkel dandan komponen Makanan
7 8
Bahan dan barang Kimia
24
24
24
9
Pakaian jadi dan konveksi
146
147
151
156
158
10
Minuman
46
46
49
49
53
11
Percetakan
40
40
40
42
46
12
Jamu
12
12
12
14
14
13
Rokok
31
31
31
3
3
14
Pupuk
11
11
12
14
15
15
Jasa
6
8
9
9
9
7
26
16
Tas dan dompet
4
4
65
5
5
17
Mainan anak
6
6
6
6
6
18
PengolahanHasil Pertanian/P5perke bunn
38
38
38
38
38
19
Plastik
9
9
10
11
20
Pengolah logam
5
5
5
12
13
21
Alat Perkakas
61
61
61
62
62
22
Madu
9
9
9
9
9
4
4
4
4
4
23
Makanan Ternak
10
24
Pengolahan Hasil Ternak
9
9
9
9
10
25
Pengolahan lainlain
23
25
50
50
50
1.341
1.360
1.434
1.443
1.481
Jum lah
umber : Dinas Koperasi dan UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang
Secara esensial berdasarkan data UMKM atau eknomi kreatif di Kabupaten Semarang tersebut di atas dan dengan mempertimbangkan usaha Enceng Gondok di Kecamatan Banyubiru yang sangat potensial, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebi jauh dan mendalam.Dari kondisi usaha Enceng Gondok di Kecamatan Banyubiru, maka judul yang diangkat memiliki kebaruan(inovasi) yang aktual untuk layak dikaji yaitu “ Model 8
Pemberdayaan Pelaku Eknomi Kreatif ( Studi tentang Usaha Enceng Gondok di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang) B. Fokus Penelitian Adapun fokus penelitian
dalam rangka orasi ilmiah ini adalah untuk menganalisis
model dan faktor pemberdayaan usaha bagi pelaku ekonomi kreatif dengan pembahasan yang lebih mendalam terhadap pemberdayaan pelaku usaha ekonomi kreatif dalam konteks pembangunan ekonomi kerakyatan yang meliputi : 1. Pendidikan dan Pelatihan bagi pelaku usaha Enceng Gondok Karya Muda, UD RENITA dan UD ABI Citra Kusumaserta kelompok Sekar Melati Kecamatan Banyubiru 2. Pendampingan dan monitoring 3. Entrepreneurship/Kewirausahaan 4. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Semarang 5. Pemberdayaan C. Rumusan Masalah/Pertanyaan Penelitian Agar penelitian dalam rangka penyusunan KTI ini terarah dan ada pembatasan sacara spesisik, maka dapat dirumuska masalah sebagai berikut : 1. Seberapa jauh potensi usaha Enceng Gondok Karya Muda, UD RENITA dan UD ABI CITRA serta kelompok Sekar Melati di Kecamatan Banyubiru ? 2. Seberapa jauh upaya dan apa model pemberdayaan pemerintah terhadap usaha Enceng Gondok di Kecamatan biru ? 3. Apa dukungan lingkungan terhadap upaya pemberdayaan usaha Enceng Gondok di Kecamatan Banyubiru ( RT, RW, Kepala Dusun dan Desa, ) ? 4. Bagaimana semangat atau jiwa wirausaha para pelaku usaha ekonomi kreatif Enceng Gondok di Kecamatan Banyubiru ? ( kreativitas, inovatif dan penggunaan teknologi untuk produksi produk EncengGondok )
9
5. Bagaimana usaha manajemen, karakteristik, pasar, keuangan SDM, Kelembagaan/ organisasi yang dijalankan oleh pelaku usaha ekonomi kreatif Enceng Gondok ? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsi potensi usaha Enceng Gondok Karya Muda, UD RENITA dan UD ABI CITRA serta Sekar Melati di Kecamatan Banyubiru 2. Untuk mengkaji upaya dan model pemberdayaan yang dilakukan pemerintah terhadap pelaku usaha Enceng Gondok di Kecamatan Banyubiru 3. Untuk mendeskripsikan
dukungan lingkungan terhadap upaya pemberdayaan
pelakuusaha ekonomi kreatif
bagi
Enceng Gondok di Kecamatan Banyubiru ( RT, RW,
Kelurahan, Desa, Kecamatan dan tokoh masyarakat) 4. Untuk mendiskripsikan jiwa wirausaha para pelaku usaha ekonomi kreatif Enceng Gondok di Kecamatan Banyubiru ( kreativitas, inovatif dan penggunaan teknologi untuk produksi produk EncengGondok ) 5. Untuk mendeskripsikan bagaimana usaha manajemen , karakteristik, pasar, keuangan SDM, Kelembagaan/ organisasi yang dijalankan oleh pelaku usaha ekonomi kreatif Enceng Gondok E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian akan dapat bermanfaat secara akademis dan praktis, yaitu : 1. Dari aspek akademis penelitian ini diharapkan untuk menambah pengetahuan, wawsan, dan khazanah ilmu pengetahuan tentang eknomi kreatif sebagai ekonomi arus baru 2. Bagi pelaku usaha Enceng Gondok dan pembina ekonomi kreatif Kabupaten Semarang untuk mengetahui seberapa jauh hasil pemberdayaan terhadap usaha Enceng Gondok yang dijalankan selama ini, untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi para pelaku usaha Enceng Gondok. Dalam tataran nasional hasil penelitian ini dapat dijadikan model
10
pemberdayaan yang tepat bagi pelaku usaha ekonomi kreatif untuk mendukung pertumbuhan ekomi nasional 3. Untuk memperkaya bahan pembelajaran mata diklat Otoonomi dan pembangunan derah serta memenuhi persyaratan Orasi Ilmiah dalam rangka kenaikan pangkat dan jabatan menjadi Widyaiswara Utama.
BAB II LANDASAN TEORI/STUDI KEPUSTAKAAN
Agar pemaknaan beberapa konsep terkait dengan judul penelitian ini tidak menjadi kabur, maka berikut diketengahkan beberapa konsep / pemaknaan menurut beberapa pakar. A. KONSEP PEMBERDAYAAN Dalam konteks pemangunan dan pengentasan kemiskinan, istilah pemberdayaan semakin populer. Konsep pemberdayaan senantiasa berkembang seiring dengan realitas individu dan masyarakat yang tidak berdaya atau pihak yang lemah (power less) ( Anwas, 2013). Dalam konteks itu , maka secara hakiki ketidakberdayaan individu dan masyarakat adalah berkaitan dengan aspek pengetahuan, pengalaman, sikap, keterampilan, modal usaha, networking, semangat, kerja keras, ketekunan sehingga
mengakibatkan ketegantungan,
ketidakberdayaan dan kemiskinan. Namun patut dipahami bahwa pemberdayaan ( enpowerment) adalah konsep yang berkaitan dengan kekuasaan( power). Pemberdayaan juga merupakan suatu proses untuk memberikan daya/kekuasaan ( power) kepada pihak yang lemah ( power less) dan menguarngi kekuasaan ( disempoered) kepada pihak ang teralu berkuasa (power full) sehingga terjadi keseimbangan ( Djohani, 2003). Demikian juga menurut Rappaport (1984), pemberdayaan adalah suatu cara dengn mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya. Jadi 11
beberapa pengertian ini menggambarkan bahwa pemberdayaan ( empowerment) menekankan pada aspek pendelegasian kekuasaan kepada individu atau masyarakat sehingga mampu mengatur diri dan lingkungannnya sesuai dengan keinginan, potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu pemberdayaa tidak hanya sekadar memberikan kewenangan atau kekuasaan kepada pihak yang lemah saja. Tetapi justru dalam pemberdayaa memiliki makna proses
pendidikan dalam meningkatkan kualitas individu, kelompok, atau masyarakat
sehingga mampuberdaya, memiliki kemampuan daya saing serta mampu gidup mandiri. Sementara menurut Parsons(1994) dalam Anwas, bahwa pemberdayaan menekankan orang memperolehketerampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. Bahkan menurut Ife (1995) dalam Anwas, bahwa pemberdayaan adalah menyiapkan kepada masyarakat berupa sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa depan mereka, serta berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri. Dalam konteks itu Slamet ( 2003) dalam Anwas bahwa hakikat pemberdayaan adalah bagaimana membuat masyarakat mampu membangun dirinya dan memperbaiki kehidupannya sendiri. Jadi makna mampu disini adalah berdaya, paham, termotivasi, memiliki kesempatan, melihat dan memanfaatkan peluang, berenergi,mampu bekerjasama, tahu sebagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani mengambil risiko, mampu mencari dan menangkap informasi serta mampu bertindak sesuai inisiatif. Sasaran yang ingin dicapai dengan konsepsi pemberdayaan ini adalah untuk melaksanakan kegiatan secara terencana dan kolektif, memperbaiki kehidupanmasyarakat, prioritas bagi kelompok lemah dan dilakukan melalui program peningkatan kapasitas. Dalam perpektif pelaksanaan pemberdayaan memiliki makna dorongan, motivasi, bimbingan atau pendampingan dalam meningkatkan kemampuan individu dan masyarakat untuk mampu mandiri sehingga sasaran pemberdayaan model ini akan mampu mengubah perilaku, 12
kebiasaan lama menuju perilaku baru yang lebih baik, dalam meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejehteraannya. Bahkan MenurutPranarka dan Mujiarto (1996) dalam Anwas , pemberdayaan adalah suatu upaya untuk membangun eksistensi pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, pemerintah, negara dan tata nilai dalam kerangka proses aktuaklisasi kemanusiaan yang adil dan beradab yang terwujud di berbagai kehidupan politik, hukum, pendidikan dan sebagainnya. Pemberdayaan juga memiliki makna menghidupkan kembali tatanan nilai, budaya , dan kearifan lokal dalam membangun jatindirinya sebagai individu dan masyarakat, misalnya menghidupkan kembali sifat gotongroyong dan tolong menlong dalam masyarakat Indonesia. Dengan demikian pemberdayaan merupakan proses meningkatkan kemampuan individu atau masyarakat untuk berdaya yang dilakukan secara demokratis agar mampu membangun diri dan lingkungannya dalam meningkatkan kualitas kehidupannya sehingga mampu hidup mandiri dan sejehtera. Dalam konteks ini
pemberdayaan bersifat
individu( mengatur dirinya) dan komunitas (kemandirian kelompok). Dalam pemberdayaan yang ditekankan adalah prosesnya dan bukan semata-mata pada hasil( out put), sehingga ukuran keberhasilan pemberdayaan adalah seberapa besar partisipasi atau keberdayaan yang dilakukan oleh individu dan masyarakat. Bahkan menurut Haryono Suyono bahwa pemberdayaan bukan membentuk supermen, etapi dalam pemberdayaan perlu membentuk super tim. Dan untuk untuk ukuran keberhasilan pemberdayaan adalah jika semakin banyak masyarakat yang terlibat. Untuk itu pemberdayaan tidak boleh dilakukan secara parsial tetapi perlu dilakukan secara berkesinambungan melalui tahapan-tahapan yang sistematis dalam mengubah perilaku dan kebiasaan masyrakat kearah yang lebih baik. B. KONSEP EKONOMI KREATIF Secara etimologi, katakreativitas dalam bahasa Inggris “ creativity�asal mulanya diambil dari bahasa latin, yaitu creo yang artinya menciptakan atau membuat( Suryana2013). Ini berarti kreativita erat hubungan dengan inteligensi, mental, tipe dan kemampuan personal, kesehatan 13
mdntal, pendidikan dan pelatihan, teknologi, proses pembelajaran dan mengajar. Sementara itu menurut Departemen Perdagangan RI (2008), klasifikasi Industri kreatif adalah : 1. Periklanan 2. Arsitektur 3. Pasar barang Seni 4. Kerajinan 5 Desain 6. Pakaian 7. Video, film dan fotografi 8. Permainan interaktif 9. Musik 10. Seni pertunjukan 11. Penerbitan dan percetakan 12. Layanan komputer dan perangkat lunak 13. Televisi dan radio 14. Riset dan pengembangan Dalam konteks pembangunan ekonomi, kreativitas lebih menunjukkan pada suatu tindakan kreasi manusia sehinga kreativitas menunjukkan suatu fenomena dimana seorang menciptakan sesuatu yang baru, baik dalam bentuk produk barang dan jasa, pekerjaan seniman, jenaka mapun dalam bentuk pemecahan masalah suatu persoalan atausuatu kebarua(inovasi) barang dan jasa yang memiliki nilai ekonomi. Namun menurut Suryana bahwa apabila hanya ide-ide, gagasan-gagasan, imajinasi dan mimpi-mimpi, hal tersebut baru disebut sebagai proses berpikir kreatif dan belum menjadi produk ekonomi kreatif. Wujud berupa kata-kata dan tindakan dan membuatan sesuatu ang baru berdasarkan ide-ide dan gagasan dapat menjadi produk ekonomi kreatif. Dalam kaitan itu Suryana(2013) juga mengemukakan beberapa konsep yang dijumpai dalam eknomi kreatif adalah konsep kreativitas ( creativity), produk kreatif( creatier product), indutri budaya ( culture 14
industries), kelas kreatif ( creative class), kota kreatif( creative cities), kelompok kreatif ( creative cluster) dan darerah kreatif ( creative districts). Ditegaskan pula bahwa kreatif apabila
penemuannya itu mengandung pembaharuan,
berdasarkan pada imajinasi, gagasan, kecerdikan dan penemuan-penemuan.Dalam konteks kreativitas ini mengandung 5 unsur penting yaitu sebagai berikut : 1. Orisisinalitas 2. Berimanjinasi 3. Inspirasi 4. Kecerdikan 5. Penemuan Kreativitas ekonomi merupakan suatu proses dinamis yang memegang peranan penting kearah inovasi teknologi, praktik bisnis, pemasaran dan lain sebagainya untuk meraik keunggulan bersaing dalam ekonomi. Oleh karena itu menurut Suryana(2013) kreativitas ekonomi merupakan usaha unruk menemukan dan menerapkan cara-cara baru atau teknik baru seperti menciptakan karakter baru, eknik produksi teknik pemasaran baru, strategi bisnis baru dan cara membangun relasi baru. Bahkan kreativitas eknomi dapat dilakukan dengan cara menciptakan dan mengubah karakter produk proses untuk menciptakan nilai tambah baru. Sehingga banyak cara untuk melakukan perubahan karakter suatu produk atau prosea, misalnya dengan mengubah, mengombinasikan, mengambangkan dan mentrasnformasikannseperti input, proses, teknik, metode, penyajian, pelayanan, pe,masaran dan seterusnya bahkan hingga barang dan jasa tersebut sampai pada konsumen. Menurut Howkins dalam Suryana(2013) bahwa hasil dari kreativitas adalah produk kreatif (creative product) yang dimaknai sebagai barang-barang dan jasa-jasa yang memiliki nilai ekonomi yang dihasilkan dari kreativitas. Hasil dari kreativitas dapat diamati dari segi produk, proses, strategi, metode, usaha, model dan desai baru yang dihasilkan. Agar kreativitas dapat menghasilkan sesuatu ( produk kreatif ) ang baru dan bernilai ekonomis, maka tidak ckup hanya berpikir dan berkata, tetapi haris berbuat aqtau melakukan sesuatu sehingga menghasikan sesuatu 15
baru dan berbeda. Bahkan pelakuk usaha ekonomi kreatif ang memikiki semangat wirausaha, banyak melakukan usaya komparasi dalam menggunakan produk sejenis sehingga dapat mengispirasi untuk menjadi lebih kreatif dan selanjutanya siklus kreativitas dimulai lagi, dimana dengan melihat produk baru seharusnya menimbulkan kreativitas berpikir, berimajinasi, mengkhayal dan menggagas untuk menciptakan produk baru yang berkarakter, bukan hanya mengkonsumsinya secara instan. Untuk mencobaberpikir kreatif dalam melakukan aktivitas ekonomi kreatif ekonomi kreatif, setiap yang miliki pelaku usaha kecil dan setia yang pelaku makan, pelaku usaha kecil harus berpikir, merenungkan,berimajinasi, mengkhayal dan menggagas hal tersebut. Pelaku usaha kecil juga dituntut untuk berpikir kritis kreasi sehingga ketika melihat sesuatu yang ada disekitarnya atau lingkungannya seperti pohon, bunga dan binatang bisa berpikir kreatif agar benda-benda tersebut menghasilkan nilai ekonomi dan komersial . Berpikir kreatif dalam kerangka pembangunan ekonomi kreati yang menghasilkan ide-ide, khayalan-khayalan, inspirasi-isnpirasi dangagasan merupakan titik awal pemberangkatan ( point of departure) menuju titik kedatang ( point of arival), yaitu nilai tambah. Untuk sampai pada terciptanya nilai tambah perlu diimplementasikan dalam bentuk inovasi atau transformasi, seperti pemilihan, adaptasi perubahan, pengembangan dan difusi untuk menciptakan nilai tambah dalam bentuk kebaruan ( novelty), kegunaan usefful dan kemudahan. Nilai tambah inilah yang disebut sebagai titik kedatangan (point of arrival). Perlu diingat bahwa nilai tambah selalu ditandai dengan kebaruan.Kebaruan selalu muncul bila kreativitas dan keinovasian. Dalam tataran nasional sejak peluncuran studi pemetaan kontribusi ekonomi industri kreatif oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia ( 2007), yang dilanjutkan dengan peluncuran Cetak biru Pengembangan Ekonomi Kreatif dan industri kreatuif dalam pembangunan nasional semakin disadari oleh berbagai pihak betapa pentingnya pengembangan ekonomi kretaif. Sehingga berbagai aktivitas kreatif digulirkan diberbagai tempat, baik pemerintah, dunia usaha/bisnis maupun kaum intelektual. Publikasi di media massa dan didunia maya semakin intensif. Komunitas-komunitas semakin tumbuh dan mulai saling berhubung.Kota-kota dan daerah-daerah semakin antusias untuk menjadi 16
kota/kabupaten kreatif. Prestasi-prestasi prestisius terus diraih oleh para pelaku-pelaku kreatif. Kondisi-kondisi di atas merupakan sebagian dari indikasi-indikasi perkembangan ekonomi kreatif Indonesia. C. KONSEP KEINOVASIAN Secara etimologi, kata inovasi yang dalam bahasanInggris dieja dengan innovation, asal mulanya diamnil dari bahasa latin, yaitu innovatus, yang dalam bentuk kata bendanya dieja dengan innovare, untuk menyatakan pembaruan atau perubahan ( to renew or change, dari akar kata, kedalam suatu kata baru( Saryana,2013). Menurut Peter F. Druckerf, 1991) dalam Suryana inovasi adalah alat spesifik wirausahawan, yaitu suatu alat untuk memanfaatkan perubahan sebagai peluang bagi bisnis yangberbeda. Dengan demikian inovasi adalah pengenalan cara-cara baru dan kombinasi baru dari cara-cara lama dalam menntransformasikan input menjadi output sehingga menghasilkan perubahan besar dan perbandingan antara nlai guna dan harga yang ditawarkan kepada konsumen dan pengguna. Dalam konteks itu pula inovasi adalah keunggulan. Sehingga dengan inovasi berarti kita menciptakan keunggulan-keunggulan dalam bentuk baru. Keinovasian pada dasar lebih menekankan pada kemampuan untuk menerapkan hasil pemikiran, dimana jikamemiliki kedua-duanya, yaitu kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan bertindak inovatif, maka orang tersebut entrepreneur. Inovasi dalam berbagai aktivitas ekonomi termasuk ekonomi kreatif adalah dalam bentuk gagasan untuk melakukan reorganisasi, memperbaiki komunikasi, merakit produk, mengurangi biaya, menggunakan sistem anggaran baru. Bahkan inovasi juga berhubungan denga berbagai seperti produk barang dan jasa baru, peralatan, tata letak, organisasi perusahaan baru, pabrik baru dan fungsi-fungsi lain dalam berbagai aspek kehidupan manusia sebagai pelaku usaha eknomi kreatif. Ada emapt langkah dalam proses inovasi yaitu konsespsiagasan, pengkajian gagasan, pengumuman dan pemahaman gagasan dan pengambilan keputusan dan penerapan gagasan. Berkaitan dengan itu menurut Avanti Fontana dalam Suryana (2013), ada 3 jenis inovasi yang dapat menjadi acuan bagi pelaku usaha aala ininasi produk, inovasi proses dan inovasi distribusi. 17
D. HAKIKAT DAN PERAN EKONOMI KREATIF Bahwa
ekonomi
kreatif
pada
hakikatnya
adalah
kegiatan
ekonomi
yang
mengutamakanpada kreativitas berpikir untuk menciptakan sesuayang baru dan berbeda yang memiliki nilai dan bersifat komersial( Suryana, 2013) Dalam konteks ekonomi, kreativitas menunjukkan suatu formulasi ide-ide bau dan meerapkan ide-ide untuk menghasilkan pekerjaanpekerjaan yang berasal dari produk-produk seni dan budaya, kreasi-kreasi yang berfungsi, penemuan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi. Adapun aspek yang dapat diamati dari kreativitas ekonomi adalah kontribusi terhadap kewirausahaan, pendodorng inovasi, peningkatan produk dan pendorong pertumbuhan dan penerapan teknologi. Bahkan menurut kelompok kerja desain power Kementerian Perdagangan bahwa ekonomi kreatif merupakan era ekonomi baru yang mengutamakan informasi dan kreativitas dengan mengandalnak ide dan pengetahuan( stock of knowleodge)
dari sumber daya manusia sebagai faktor ptoduksi utama dalam kegiatan
ekonomi.Dalam perspektif yang lebih luas, ekonomi kreatif merupakan suatu konsep yang menyeluruh atau holistik yang berkenaan dengan interaksi yang kompleks antara budaya, ekonomi dan teknoogi dalam menghadapi dunia global, yang didominasi oleh simbol-simbol, teks inspirasi dan imajinasi( UNCTAD dan UNDP, 2008 dalam Suryana.Jadi inti atau jantungnya ekonomi kreatif adalah industri kreatif. Dan inti utama ekonomi kreatif adalah industri kreatif yan melakukan proses penciptaan melalui penelitian dan pengembangan. ekonomi kreatif sehingga kekuatan industri kreatif adalah terletak pada risat dan pengembangan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa baru yang bersifat komersial. Ekonomi kreatif pada dasarnya berperan dalam menghasilkan pendapatan( income generation), menciptakan lapangan kerja( job creation), meningkat penerimaan hasil ekspor( export earning), meningkatkan teknologi( technology development), menambah kekayaan intelektual( intelectual property dan peran sosial lainn pemmemanfaatkan bahan baku lokal.baruan serta ya( Suryana, 2013).Dengan demikian ekonomi kreatif dapat menciptakan kesejahteraan karena dapat menciptakan kesempatan kerja/menguragi
18
pengangguran,meningkatkan
pendapatan,menciptakan
pemerataan,
mengurangi
kemiskinan,
mengrangi kesenjangan dan mendorong E. PERAN DAN FUNGSI USAHA KECIL Sejalan dengan pran pemerintahdalam pelaksanaan pembangunan ekonomi terutama terhadap UMKM sesuai dengan semangat UU Nomor 20 Tahun 2008, maka peranan usaha kecil sangat besar dalam kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia, sehingga menuurut M. Tohar, Peran dan Fungsi Usaha Kecil meliputi : 1. Penyediaan Barang Jualan a. Pencatatan secara terus menerus b. Pencatatan secara periodik 2. Mendeteksi barang jualan Yang dilengkapi dengan buku administrasi pembelian dan penjaualan 3. Laporan mutasi barang jualan 4. Penyerapan tenaga kerja : a. Hubungan tenaga kerja dengan penduduk b. Usaha memperluas penerapan tenaga kerja dengan pengembangan industri dan berbagai proyek seperti jalan, saluran air, bendungan dan jembatan 5. Pemerataan pendapatan 6. Nilai tambah bagi produk daerahPeningkatan taraf hidup baik internal maupun eksternal Terlepas dari peran dan fungsi, UMKM atau usaha kecil khususnya memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu : 1. Kelebihan Usaha kecil a. Mampu bertahan dan mengantisipasi kelesuan perekonomian yang diakibatkan inflasi maupun berbagai faktor penyebab lainnya. Tanpa subsidi maupun proteksi, UMKM mampu menambah nilai devisa negara khususnya industri kecil di sektor informal dan mampu berperan sebagai penyangga dalam perekonomian masyarakat kecil/lapis bawah 19
b. pemilk merangkap manajer c. Tidak memiliki manajer yang handal d. Sebagian besar membuat lapangan pekerjaan baru, inovasi, sumber daya baru serta barang dan jasa-jasa baru e. Resiko usaha menjadi beban pemilik f. Pertumbuhannya lambat dan tidak teratur g. Fleksibel terhadap ventuk fluktuasi jangka pendek h. Bebas menentukan harga produksi i. Pajak relatif ringan j. Komunikasi dengan pihak luar bersifat pribadi k. Mudah dalam proses pendiriannya l. Mudah dibubarkan setiap saat m. Pemiliki mengelola secara mandiri dan bebas waktu n. Pemilik meneriman seluruh laba o. Umumnya mampu untuk survive p. Cocok untuk mengelola produk q. Memberi peluang dan kemudahan dalam peraturan dan kebijakan pemerintah r. Diversifikasi usaha terbuka s. Relatif tidak membutuhkan investasi yang besar, tenaga kerja tidak berpendidikan tinggi t. Mempunyai ketergantungan secara moral dan semangat usaha dengan pengusaha kecil lainnya Sementara itu Kelemahan Pengelolaan Usaha Kecil atau UMKM adalah : a. Terlalu banyak biaya ang dikeluarkan b. Pembagian kerja tidak proposional c. Tidak mengetahui secara tepat berapa kebutuhan modal kerja d. Persediaan banrang terlalu banyak 20
e. Sering terjadi mist manajemen dan ketidak pedulian pengelolaan terhadap prinsip-prinsip manajerial f. Sumber modal terbatas g. Perencanaan dan program pengendalian sering tidak ada h. Risiko dan utang-utang kepada pihak ke tiga ditanggung oleh kekayaan pribadi pemilik i. Sering kekuarang informasi bisnis, hanya mengacu pada intuisi dan ambisi pengelola serta lemah dalam promosi j. Tidak pernah melakukan studi kelayakan, penelitian pasar dan analisis perputaran uang tunai F. KEWIRAUSAHAAN
Wirausaha terdiri dari tiga kata yaitu wira, swa dan sta, masing-masing berarti wira adalah manusia unggul, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, berani, pahlawan/pendekar kemajuan dan memiliki keagungan watak ; swa artinya sendiri dan sta artinya beridiri. Sehingga wiraswasta berarti keberanian, keutamaanm serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalaha hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri.(Buchori Alma,2007). Dan oleh M. Tohar, Kewirausahaan adalah sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif berusaha meningkatkan hasil karyanya dalam arti meningkatkan penghasilan (M. Tohar, 1999). Bahkan dengan ketrampilan dan strateginya, seorang wirausaha mampu menciptakan suatu
peluang,
mengantisipasinya
serta
mengupayakan
kesuksesan
bagi
diri,
perusahaannya, maupun orang lain. Sehingga seorang wirausah harus memiliki kepribadian, motivasi dan fasilitas dan pertumbuhan. Seorang pelaku usaha termasuk pelaku ekonomi kreatif Enceng Gondok diharapkan memiliki kepribadian kewirausahaan tersebut sehingga meraih kesuksesan dalam menjalankan usaha kecil tersebut. Peran dan dorongan pemerintah untuk menumbuhkan minat berwirausaha bagi pelaku usaha 21
sepertinya Enceng Gondok menjadi penting dan strartegis. Karena dengan demikian pengelolaan usaha kecil akan lebih berhasil jika ditunjang oleh wirausahwan yang dapat membuka lapangan kerja karena kemampuan pemerintah yang sangat terbatas. Dengan demikian wirausawan merupakan potensi pembangunan khususnya usaha kecil, baik daam jumlah maupun dalam mutu wirausawan itu sendiri. Namun dari sejumlah pelaku usaha atau wirausahawan di negeri ini masih jauh dari memadai karena masih 0,18 % dari jumlah penduduk Indonesia sehingga ini menjadi persoalan tersendiri bagi pemerintah untuk lebih meningkatkan upaya dalam mendorong dan mencipkan serta memotivasi masyarakat Indonesia untuk mengembang profesi di bidang dunia usaha termasuk usaha kecil agar mampu menambah daya tampung tenaga kerja dan mengurangi pengangguran serta memperluas usaha pembangunan ekonomi untuk pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarkat. Dalam kaitan dengan itu pemerintah perlu menumbuhkembangkan minat berwirausaha untuk semakin banyak membuka lapangan kerja karena kemampuan pemerintah sangat terbatas. Dimana pemerintah tidak akan mampu menggarap semua aspek pembangunan karena sengat banyak membutuhkan anggaran beanja, perwsonalia dan pengawasan. Apalagi wirausaha merupakan potensi pembangunan baik dalam jumlah maupun dalam mutu wirausahawan itu sendiri. Bahkan kenyataan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah wirausahawan masih sangat sedikit dan mutunyapun belum bisa dikatakan hebat sehingga persoalan pembangunan wairausahaan di Indonesia masih merupakan persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan. Menurut Anwas( 2013), manfaat wirausaha angat banyak yaitu : 1. Menambahdaya tampung tenaga kerja sehingga adapat mengurangi pengangguran 2. Sebagai generator pembangunan lingkungan, bidang poduksi, distribusi, pemeliharaan lingkungan, kesejahteraan dan sebagainya 22
3. Menjadi contoh bagi anggotamasyarakat lain, sebagai pribadi unggul yang patut dicontoh, diteladani, karena seorang wieausaha itu adalah orang teruji, jujur, berani hidup tidak merugikan orang laoin 4. Selalu menghormati hukum dan peraturan yang berlaku, berusaha selalu menjaga dan membanun lingkungan 5. Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial sesuai dengan kemampuannya 6. Berusaha mendidik karyawannya menjadi orang mandiri, disiplin, jujur, tekun dalam menghadapi pekerjaan 7. Memberi contoh bagaimana kita harus bekerja keras, tetapi tidak melupakan perintah-perintah agama 8. Hidup secara efeisen, tidak berfoya-foya dan tidak boros. 9. Memelihara keserasian lingkungan baik dalam pergaulan maupun komunikasi G. KEBJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG
Menurut Suwitri (2008), Kebijakan merupakan kata yang sudah populer dan dikenal oleh masyarakat. Kebijakan mempunyai konotasi yang berbeda dengan keijaksanaan. Kebijaksanaan berasal dari kata wisdom yang pelaksanaannya yang membutuhkan pertimbangan-pertimbangan lebih jauh. Kebijakan adalah berasal dari istilah policy yang pelaksanaannya mencakup peraturan-peraturan di dalamnya dan sangat berkaitan dengan proses politik ( Islamy, 2004. Kedekatan kebijakan dengan peraturan membuat kata kebijakan dekat dengan hukum. Hukum berlaku pada sebuah negara atau hukum positif yang harus disusun sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan. 23
Hukum adalah alat atau sarana untuk mengatur dan menjaga ketertiban guna mencapai suatu masyrakat yang berkeadilan dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial yang berupa peraturan-peraturan yang bersifat memaksa dan memberikan sanksi bagi pelanggarnya, baik itu untuk mengatur masarakat maupun aparat pemerintah sebagai penguasa( Bakri, 2004, dalam Suwitri, 2008). Dalam hal pembangunan eknomi yang berbasiskan pemberdayaan khususnya ekonomi kreatif seperti halnya Enceng Gondok di Kabupaten Semarang termasuk Kecamatan Banyu biru, kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah Kabupaten Semarang sudah cukup banyak untuk lebih meningkatkan pemberdayaan eknonmi kreatif tersebut. Sebab sebagai basis pembangunan ekonomi, usaha ekonomi kreatif Enceng Gondok di Kabupaten Semarang sangat potensial untuk ditingkatkembangan lewat kebijakan pemberdayaan yang lebih sistematis dan terarah sehingga kontribusi dan sumbangsi untuk kemajuan ekonomi di Kabupaten Semarang semakin nyata. Adapun diantara dasar kebijakan tertulis berupa atauran tertulis yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Semarang dalam rangka pemberdayaan usaha ekonomi kreatif adalah : 1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,dan Menengah 2. Peaturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2013 tentang Pelaksanaan UU Nomor 20 Tahun2008 tantng UMKM 3. Peraturan Presiden Nomor 98 tahun 2014 tentangPerizinan UKMK 4. Peraturan Deeerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan UMKM
24
5. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 7 tahun 2014 tenang Pemberdayaan UMKM Sebagaimana diutarakan di depan bahwa peran dann fungsi pemerintah dalam pembangunan ekonomi terutama ekonomi kreatif sangat strategis dan menentukan terutama dalam memotivasi dan mendorong serta pembinaan dan pengembangan usaha kecil ke arah yang lebih maju dan sukses demi kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks itu pula perlu ada kebijakan pemerintah untuk menumbuhkembangkan usaha kecil ekonomi kreatif. Berbagai kebijakan pemerintah tentang usaha kecil diatas termasuk Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro dan, kecil, dan Menengah adalah dalam kerangka menumbuhkembangan demokrasi ekonomi UMKM berbasis ekonomi kreatif sehingga perlu diberdayakan sebagai bagian integral ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, peran dan potensi strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang, berkembang dan berkeadilan ( UU Nomor 20 tahun 2008). Bahkan dalam konteks pemberdayaan ekonomi lokal berbasis UMKM atau ekonomi kreatif berbagai kebijakan di atas memotivasi pemberdayaan terhadappelaku eknomi kreatif yang diselenggarakan
secara
menyeluruh,
optimal,
berkesinambungan
melalui
pengembangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan pegembangan usaha seluas-luasnya sehingga mampu meningkatkan kedudukan, peran dan potensi UMKM dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan. Khusus pasal 7 undang-undang tersebut ditegaskan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menumbuhkan iklim Usaha dengan menetapkan peraturan perundanga-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek : 25
1. Pendaanaan 2. Sarana dan prasarana 3. Informasi usaha 4. Kemitraan 5. Perizinan Usaha 6. Kesempatan berusaha 7. Promosi dagang 8. Dukungan Kelembagaan Dalam rangka sinergi usaha para pelaku usaha kecil ekonomi kreatif, kebijakan dan semangat undang-undang ini juga mendorong adanya koordinasi dan pengendalian pemberdayaan UMKM dengan penyusunan dan pengintegrasian kebijakan program, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi serta pengendalian umum terhadap pelaksanaan pemberdayaan UMKM, termasuk penyelenggaraan kemitraan usaha dan pembiayaan.
BAB III PROSEDUR PENELITIAN Supaya penelitian ini dapat memperoleh dampak yang positif dan mencapai tujuan, maka perlu dikemukakan prosedur penelitian sebagai acaun analisis hasil penelitian adalah : A . Alasan menggunakan metode kualitatif.
26
Jenis penelitian yang digunakan dalam rangka penelitian orasi ilmiah ini adalah metode penelitian kualitatif . Menurut Strausss dan Corbin (1997) dalam Dr. Basrowi, M.Pd dan Dr. Suwandi, M.Si, menegaskan bahwa mengapa melakukan penelitiankualitatif ? Minimal ada dua alasan mendasar menurutnya adalah, pertama, karena sifat masalah itu sendiri yang mengharuskan menggunakan penelitian kualitatif, Misalnya penelitian yang bertujuan untuk menemukan sifat atau pengalaman seseorang dengan suatu fenomena sepertigejala kesakitan, konversi agama, atau gejala ketagihan, kedua, karena penelitian dilakukan bertujuan untuk memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadang kala merupakan sesuatu yang sulit untuk diketahui ataudipahami. Oleh karena itu penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dariperspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang kenataan-kenyataan ( Hadjar, 1996 dalam Dr. Basrowi, M.Pd dan Dr. Suwandi, M. Si. B. Tempat Penelitian Adapun yang menjad lokus atau tempat penelitian dalam rangka orasi ilmiah ini adalah Usaha Enceng Gondok KUB Karya Muda berada di dusun Kebun Dowo Kecamatan Banyubiru, UD RENITA berada di Dusun Demakan Kecamatan Banyubiru dan UB, ABI Citra Kusuma berada di Krajan I Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang C. Sumber data Penelitian Adapun sumber data yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah berasal dari berbagai dokumen,berupa
pedoman wawancara untuk didalami oleh informan kunci baik
aparatur pemerintah dari Dinas Koperasi dan UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semrang maupun dengan pelaku ekonomi Kreatif di 3 tempat usaha Enceng Gondok di Kecamatan Banyubiru, dan penyebaran kuisioner untuk dijawab informan. D. Instrumen Peneltian 27
E. Teknik Pengumpulan Data Agar data yang dikumpulkan dalam penelitian ini valid dan akurat yang tidak diragukan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Studi Kepustakaan, yaitu upaya untuk mendapatkan data teoretik dan pengalaman empirik terhadap kepustakaan melalui bku-buku ilmiah sebagai landasan teori dalam penelitian 2. Studi Dokumentasi, adalah cara mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat data IKM. UMKM, dan Enceng Gondok yang berada di instansi terkait 3. Wawancara menurut Lincon dan Guba (1985 dalam Dr. Basrowi M.Pd dan Dr. Suwandi, M.Si, adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu. Artinya wawancara adalah dilakukan dengan informan utama untuk mendapatkan data secara lisan csecara valid dan akurat 4. Observasi/pengamatan, adalah pengamatan dan pencermatan serta pencatatan secara sistematis terhada data-data atau gejala-gejala yang diteliti dalam konteks lingkungan usaha dan sosial para pelaku usaha ekonomi kreatif F. Teknik Analisis Data Miles dan Huberman (1992), menegaskan bahwa analisis data kualitatif menggunakan tiga kegiatan yang bersamaan yaitu : 1. Reduksi Data, merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstraksian dan pentransfornmasi
data-data
kasar dari
lapangan. Fungsinya
untuk menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi sehingga intepretasi bisa ditarik. Sehingga dalam proses reduksi, peneliti benar-benarmencari data yang sungguh-sungguh valid. Bila peneliti menyangsikan kebenaran data yang diperoleh akan dicek ulang dengan informan lain yang dirasa lebih mengetahui.
28
2.Penyajian Data, sebagai sekumpulan informasi tersusun yangmemberi kemungkinan untukk menarik keseimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data sdalam bentuk teks naratif sehingga memudahkab membaca dan menarik kesimpulan 3. Menarik kesimpulan atau verifikasi Menarik kesimpulan adalah merupakan suatu kegiatan konfigurasi yang utuh danverifikasi untuk diuji kebenarannya dan keseuaiannya sehingga validitasnya terjamin
G. Rencana Pengujian Keabsahan Data Data yang telah dikumpulkan seringkali tidak mampu merepresentasikan realitas yang ada di lapangan. Oleh karena itu, dalam hal-hal tertentu diperlukan pengujian validitas data (keabsahan data) agar mendapatkan data yang autentik. Namun sebaliknya, apabila data – data yang dikumpulkan tersebut telah dianggap cukup/memadai maka pengujian keabsahan tersebut (kembali ke lapangan) tidak perlu dilakukan. Dasar pengujian keabsahan data adalah metode dengan cara kmnbinasi, waktu hari ini dan besok dan sumber data yang valid atau dapat dipercaya.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum
29
Secara geografis usaha dan bahan baku Enceng Gondok berada di Kecamatan Banyubiru dan Kecamatan Tuntang tepatnya dengan luas kurang lebih 60 ha. Dari luas lahan tersebut adalah sekitar 25 ha menjadi lahan usaha bagi pelaku ekonomi kreatif enceng gondok dari 3 Desa di Kecamatan Banyubiru yaitu Desa Banyubiru dengan jumlah penduduk menurut pendidikan dan mata pencaharian adalah : Tabel 4.1 JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN DESA BANYUBIRU Nomor Jenis Pendidikan Laki-laki Perempuan 1. Tidak sekolah 551 570 2. TK/Play Group 496 540 3 Belum Tamat SD 535 604 4 Tidak Tamat SD 415 495 5 Tamat SD 509 545 6 Tamat SLTP 520 430 7 Tamat SLTA 473 391 8 Tamat 371 388 Akademi/Diploma 9 Sarjana keatas 357 330 4227 4426 Sumber : Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru
Tabel 4.2
No 1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
JUMLAH PENDUDUK MENURUT MATA PENCAHARIAN DESA BANYUBIRU Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan PNS 46 14 TNI 22 Polri 23 3 Pegawai Swasta 166 51 Pensiunan 148 116 Pengusaha 22 Buruh Bangunan 42 Buruh Industri 92 194 Buruh Tani 36 11 Petani 56 Peternak 5 Nelayan 15 10 Lain-lain 66 30
Jumlah 739 Sumber : Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru
399
Tabel 4.3 JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN DESA KEBUNDOWO Nomor Jenis Pendidikan Laki-laki Perempuan 1. Tidak sekolah 588 490 2. TK/Play Group 3 Belum Tamat SD 81 78 4 Tidak Tamat SD 5 Tamat SD 1007 1232 6 Tamat SLTP 638 548 7 Tamat SLTA 1171 896 8 Diploma 3 5 9 Akademi d3 42 91 10 Strata 1 98 137 11 Strata 2 4 1 4227 4426 Sumber : Desa Kebundowo Kecamatan Banyubiru
Tabel 4.4
No 1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
JUMLAH PENDUDUK MENURUT MATA PENCAHARIAN DESA KEBUNDOWO Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Belum bekerja 506 425 Mengurus rumah tangga 536 Pelajar Mahasiswa 505 411 Pensiunan 56 46 PensiunanPNS 75 61 TNI 349 3 POLRI 35 Perdagangan 5 35 Petani/pekebun 132 94 Nelayan/perikanan 21 Karyawan swasta 798 623 Karyawan bumn 2 4 Karyawan bumd 1 Karyawan honorer 1 1 Buruh harian lepas 521 467 Buruh tani/perkebunan 3 4 Guru 6 38 Bidan 7 31
19 20 21 22 23 24
Perawat 1 Sopir 2 Pedagang 4 Perangkat desa 2 Wiraswasta 607 Lain-lain 1 Jumlah 3632 Sumber : DesaKebundowo Kecamatan Banyubiru
12 2 7 2 701 1 3478
Tabel 4.5 JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN DESA TEGARON Nomor Jenis Pendidikan Laki-laki Perempuan 1. Tidak/belum 230 217 sekolah 2. TK/Play Group 3 Belum/tidak Tamat 43 37 SD 4 Tamat SD 661 673 SEDERAJAT 5 SLTP sederajat 221 215 6 Tamat SLTA 178 113 7 D1/D2 1 1 8 Tamat D3 2 5 9 Strata 1 15 8 10 Strata 2 2 1 1.353 1.279 Sumber : Desa Tegaron Kecamatan Banyubiru Tabel 4.6 JUMLAH PENDUDUK MENURUT MATA PENCAHARIAN DESA TEGARON No Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan 1. Tidak/belum bekerja 375 299 2 Mengurus rumah tangga 347 269 3 Pelajar Mahasiswa 181 159 4 Pensiunan 11 4 5 PensiunanPNS 11 7 6 TNI 3 7 POLRI 8 Perdagangan 5 17 9 Petani/pekebun 327 335 10 Nelayan/perikanan 4 -11 Karyawan swasta 211 178 12 Buruh harian Lepas 37 22 Jumlah 1.512 1.290 Sumber : Desa Tegaron Kecamatan Banyubiru 32
Bagi Desa Kebundowo dan Tegaron serta Desa Banyubiru,
Rawapening
merupakan lahan yang sangat potensial bagi bahan baku Enceng Gondok untuk pelaku usaha setempat. Masing-masing tiga desa ini memiliki pelaksana usaha enceng gondok mulai dari yang berperan sebagai petani/nelayan, pengepul dan 1 kelompok pelaku/pengrajin enceng gondok yang terdiri beberapa puluh anggota. Dalam menjalankan usahanya masing-masing berupaya menjalankan usahannya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan komitmen dan
norma yang telah disepakati dari
masing-masing kelompok tersebut serta berusaha mendayagunakan potensi yang ada sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat setempat. Secara kelembagaan eksistensi 4 usaha ekonomi kreatif Enceng Gondok tersebut di atas ternyata ada 3 Badan Usaha yang telah memiliki perizinan dan 1 usaha enceng gondok yang belum memiliki perizinan. Keempat usaha tersebut juga belum memiliki SNI dan ISO, dan hanya satu yaitu UD RENITA yang telah memiliki hak paten, tetapi semuanya telah mempunyai
kapasitas produksi, pangsa pasar
produk 100 % dalam negeri, juga dihadapkan dengan hambatan atau keterbatasan seperti : a. KUB Karya Muda perizinan berupa TDI ( Tanda Daftar Industri), kapasitas produksi 6.400/pcs/tahun, volume produksi Rp. 255.750, investasi Rp. 36.080.000, pangsa pasar dalam negeri 100 %, hambatan dan keterbatasa SDM dan kurang pelatihan serta keterbatasan peralatan/teknologi. b. UD RENITA perizinan berupa TDI( TandaDaftar Industri),kapasitas produksi Sandal 100 pasang perminggu, miniatur 7 pcs per minggu, volume produksi Rp. 1. 875.00 perminggu dan investasi Rp. 6.676.500, pangsa pasar dalam negeri 100% hambatan dan keterbatasan SDM, pelatihan dan peralatan/teknologi. c. UB ABI Citra Kusuma perizinan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda daftar Perusahaan (TDP),Tanda Daftar Industri (TDI), kapasitas produksi 9750 pcs 33
pertahun, Volume produksi Rp. 169.500.000 pertahun, investasi Rp. 234.346.000, pangsa pasa 100% dalam negeri, keterbatansan SDM dan peralatan. Kelompok Sekar Melati kapasitas produksi dan volume usaha terus meningkat dari tahun ketahun dengan pangsa pasar 100 % dalam negeri, keterbatasan SDM, keterbatasan pendampingan dan monitoring dari nara sumber. 2. Gambaran
nara sumber, informan/pelaku usaha/ partisipan,
ppengepul, pekerja
bahan setengah jadi Secara umum gambaran tentang nara sumber, informan/pelaku ( yang kreatif dan kurang kreatif) dan partisipan yang terlibat aktif dalam pemberdayaan usaha ekonomi kreatif Enceng Gondok khususnya di Kecamatan Banyubiru adalah : a. Nara Sumber ( Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, Perdagangan Kabupaten Semarang ) adalah 3 orang dengan profesi sebagai pejabat pembina yaitu Kepala Bidang Koperasi dan UMKM, Kepala Bidang Perindustrian dan Kepala Bidang Perdagangan yang cukup mumpuni di bidang tugasnya b. Partisipan ( RT, RW, Kepala Dusun, Lurah atau Kepala Desa ) dengan profesi sebagai pendamping pembina adalah sebanyak 1 Ketua RT dan 1 Ketua RW di Desa Banyubiru ( UD RENITA), 1 Ketua RT dan Kepala Dusun ( perangkat Desa) dan 1 orang kepala urusan pembangunan di Desa Kebundowo ( UB Karya Muda), 1 orang ketua RT dan istri serta 1 orang Ketua RW, 1 orang pelaku usaha dan seorang suami di Desa Tegaron ( UB ABI CITRA KUSUMA) serta 1 orang kepala urusan pembangunan serta 1 orang ketua RT dan 1 orang Kepala Dusun Desa Tegaron ( Sekar Melati). c. .Informan adalah pelaku/ ketua kelompok Enceng Gondok khususnya di Kecamatan Banyubiru terutama yang menjadi sasaran penelitian ini adalah KUB Karya Muda, UD Renita dan UD ABI Citra Kusuma kelompok Sekar Melati sebanyak 4 orang. Ada 3 yang kreatif dan 1 orang yang kurang kreatif. 34
3.Tingkat Pendidikan petani, pengepul, karyawan/pekerja bahan setengah jadi dan pelaku usaha Eknomi kreatif Enceng Gondok UB Kaya Muda, UD RENITA dan UD ABI CITRA KUSUMA serta Sekar Melati. Salah satu parameter kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) petani, pengepul, pegawai/pekerja bahan setengah jadi dan pelaku usaha kecil atau ekonomi kreatif Enceng Gondok
adalah tingkat pendidikan formal
dan pelatihan yang pernah
diikutinya. Sebab ketersediaan SDM termasuk SDM Usaha Enceng Gondok Kecamatan Banyubiru dari segi kualitas tanpa disertai oleh mutu yang diandalkan (kualitas) hanyalah akan menjadi beban usaha ekonomi kreatif Enceng Gondok itu sendiri . Ditinjau dari sisi kompetensi sebagai pelaku usaha ekonomi kreatif yang cukup potensial di Kecamatan Banyubiru, tingkat pendidikan pelaku usaha dan karyawan sebagaimana tergambar pada tabel berikut ini Tabel 4.7 TINGKAT PENDIDIKAN, PETANI/PENGEPUL, KARYAWAN DAN PELAKU USAHA DI UB KARYA MUDA No. Profesi Jumlah Kualifikasi Pendidikan 1. Petani/melayan Kurang Lebih Rata-rata berpendidikan Orang 75 SD 2. Pengepul 5 orang Rata-rata berpendidikan SD dan SMP 3. Karyawan/pekerja 12 orang Berpendidikan rata-rata bahan setengah SMP dan SLTA jadi 4. Pelaku 1 orang Rata-rata berpendidikan Usaha/pengrajin SMP dan SLTA Sumber : Pelaku Usaha Enceng Gondok UB Karya Muda Tabel 4.8 TINGKAT PENDIDIKAN, PETANI/PENGEPUL, KARYAWAN DAN PELAKU USAHA DI UB RENITA No. Profesi Jumlah Kualifikasi Pendidikan 1. Petani/melayan 75 orang Rata-rata berpendidikan SD 2. Pengepul 5 orang Rata-rata berpendidikan SD dan SMP 3. Karyawan/pekerja 12 orang Berpendidikan rata-rata bahan setengah SMP dan SLTA 35
jadi Pelaku 1 orang Rata-rata berpendidikan Ussaha/pengrajin SMP dan SLTA Sumber : Palku Usaha Enceng GondokUB RENITA 4.
Tabel 4.9 TINGKAT PENDIDIKAN, PETANI/PENGEPUL, KARYAWAN DAN PELAKU USAHA DI UD ABI CITRA KUSUMA No. Profesi Jumlah Kualifikasi Pendidikan 1. Petani/melayan Kurang lebih Rata-rata berpendidikan 100 orang SD 2. Pengepul 5 orang Rata-rata berpendidikan SD dan SMP 3. Karyawan/pekerja 12 orang Berpendidikan rata-rata bahan setengah SMP dan SLTA jadi 4. Pelaku 1 orang Rata-rata berpendidikan Usaha/pengrajin SLTP dan SLTA Sumber : Pelaku Usaha Enceng Gondok UB ABI CITRA KUSUMA Tabel 4.10 TINGKAT PENDIDIKAN, PETANI/PENGEPUL, KARYAWAN DAN PELAKU USAHA DI KELOMPOK SEKAR MELATI No. Profesi Jumlah Kualifikasi Pendidikan 1. Petani/melayan Kurang lebih Rata-rata berpendidikan 150 orang SD 2. Pengepul 5 orang Rata-rata berpendidikan SD dan SLTP 3. Karyawan/pekerja 25 ORANG Berpendidikan rata-rata bahan setengah SlLP dan SLTA jadi 4. 1 orang Rata-rata berpendidikan Pelaku/pengrajin SMP dan SLTA Sumber : Pelaku Uasaha Enceng Gondok Kelompok Sekar Malati Sedangkan pelatihan keterampilan yang pernah diikuti oleh pelaku-pelaku usaha eknomi kreatif enceng gondok selama ini adalah Tabel 4.11 JENIS PELATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI OLEH PELAKU-PELAKU USAHA Nomor Pelatihan keterampilan Keterangan yang pernah diikuti pelaku usaha enceng Gondok 1. Kemasan 2. Manajemen Pemasaran 36
3. 4.
Desain Kewirausahaan bagi pemuda 5. Motivasi (AMT) 6. Manajemen Produksi 7. Temu Karya 8. Pelatihan Koperasi dari Balatkop Semarang 9 Pelatihan Ekspor import Magang Studi banding 10 Manajemen 11. Hak paten 12 Produksi 13. Desain produk dan kemasan 14. Lokakarya Sumber : Diolah Penulis dari hasil wawancara dengan pelaku usaha Dari data tentang tingkat pendidikan formal yang dimiliki yang diakui dan pelatihan yang pernah diikuti tersebut di atas nampak jelas bahwa kualitas SDM pelaku, karyawan/pekerja bahan setengah, pengepul dan petani memang belum memadai. Jumlah dan kualitas pelatihan keterampilan yang diterima oleh pelaku usaha Enceng Gondok juga belum memadai. Selain pelatihan keterampilan yang belum memadai maka yang sangat dituntut dan dibutuhkan oleh pelaku usaha adalah perlu adanya
tindaklanjut dari hasil pelatihan keterampilan tersebut.
Pengalaman kongkret
selama ini menunjukkan bahwa seusai pelatihan atau
sosialisasi yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Semarang tidak ada yang ditindaklanjuti sehingga terkesan pelatihan keterampilan yang diadakan hanya sebagai sesuatu kegiatan formalitas dan menjadi proyek rutinitas belaka.
4. Pendampingan dan monitoring Pendampingan dan monitoring dari pihak yang berwenang terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pelaku usaha ekonomi kreatif enceng gondok di Kecamatan Banyubiru
pada hakikatnya adalah penting dan strategis sebagai 37
wahana evaluasi. Namun data tertulis tentang seberapa banyak dan jauh pendampingan dan monitoring yang dilakukan oleh pihak yang berwenang terhadap usaha enceng gondok dari hilir sampai hulu kurang
tersedia secara
sistematis. Bahkan diakui bahwa pendampingan dan monitoring yang dilakukan oleh pihak yang berwenang di Kabupaten Semarang terhadap aktivitas pelaku usaha enceng gondok di Kecamatan Banyubiru memang pernah ada tetapi hanya terjadi pada awal pembukaan usaha baru enceng gondok tersebut, sedangkan untuk selanjutnya tidak pernah ada pendampingan dan monitoring yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang di Kabupaten Semarang. Dari data yang tersedia diperoleh gambaran bahwa selama ini perhatian dan atensi pemerintah pusat, pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan terutama Pemerintah Kabupaten Semarang agak kurang terutama
pendampingan dan
monitoring terhadap aktivitas usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha eknomi kreatif enceng gondok di Kecamatan Banyubiru Dimana dari pengakuan pelaku mereka sering mendapat pendampingan dan monitoring setahun minmal 3 kali baik dari Pemerintah Provinsi maupun dari Pemerintah Kabupaten Semarang. 5. Entrepreneurship/Kewirausahaan Diakui oleh pelaku usaha Enceng Gondok bahwa dengan keterbatasan SDM serta rendahnya minat penduduk untuk berwiraswasta, maka jiwa wirausahawan dikalangan penduduk sangat kurang. Mereka yang sudah terlibat dalam kegiatan usaha Enceng Gondok pun kebanyak tidakmemiliki jiwa wirausaha, terlebih kurang mempunyai kreativitas dan inovasi serta spirit dan daya juang dalam menjalankan usaha Enceng Gondok. Dari pengakuan pelaku usaha enceng gondok yang ada bahwa untuk di Badan Usaha UD Karya Muda hanya sekitar 7 orang dari 12 orang pekerja bahan setengah jadi yang memiliki kreativitas dan inovasi tetapi hanya sebatas pada pekerjaan bahan setengah jadi. Untuk Di UB RENITA dari 12 38
orang pekerja bahan setengah jadi
hanya sekitar 3 orang
yang memiliki
kreativitas. Dan untuk di Badan Hukum UB ABI CITRA KUSUMA dari 12 orang pekerja bahan setengah jadi hanya sekitar 3 orang yang memiliki kreativitas dan invasi. Sedangkan untu Kelompok Sekar Melati dari 25 orang pekerja bahan setengah jadi hanya 5 orang yang memiliki kreativitas dan inovasi dalam bekerja. 6. Kebijakan Pemerintah Daerah Kebijaksan tertulis
Pemerintah terutama Pemerintah Kabupaten
Semarang untuk melakukan Pemberdayaan terhadap usaha Eknomi Kreatif Enceng Gondok memiliki peran strategis. Dimana dengan kebijakan trtulis maka pemberdayaan UMKM atau ekonomi kreatif seperti haalnya Usaha Enceng Gondok akan terpacu untuk lebih berhasil dan dapat menunjang pertumbuhan eknomi daerah. 7. Pemberdayaan Secara kelembagaan Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan telah Pemberdayaan terhadap pelaku UMKM atau eknomi kreatif yang dilaksanakan secara rutin oleh 3 Bidang di Dinas tersebut di atas adalah sebagai berikut : 1. Bidang Koperasi dan UMKM : a. Pengembangan sarana pemasaran produk UMKM b. Fasilitasi kemitraan usaha bagi UMKM c.Sosialisasi HAKI kepada UMKM d. Penyelenggaraan Promosi Produk UMKM e. Pengembangan Klaster Bisnis f. Penyusunan Kebijakan UKMK g. Perencanaan, koordinasi dann pengembangan UMKM h. Sosialisasi Dukungan informasi penyediaan permodalan UMKM 39
i. Penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan 2. Bidang Perindustrian : a. Pembinaannketerkaitan produksi Industri Hulu dan hilir b. Pemberian fasilitas kemudahan akses perbankan c. Penyediaan saran informasi yang dapat diakses masyarakat d. Pembinaan kemampuan teknologi e. Pengembangan dan pelayanan Teknolgi IndustriPerluasan penerapan SNI untuk mendorong daya saing Industri manufaktur f. Penerapan standar produk industri manufaktur g. Peningkatan kapasitas IPTEK h. Pengauatan kemampuan industri berbasis teknologi i. Program pengembangan Industri Kecio Menengah j. Prmbinaan Industri kecil dan mmenengah k. Fasilitasi bagi IKM terhadap peningkatan Sumber Daya l. Pembinaan Insttri Kecil dan ennegah dalam memperkuat jaringan klaster industri m. Program peningkatan kemampuan teknologi industri n. Program penataan struktur industri o. Pengembangan sentra-sentra industri potensial p. Penyediaan informasi yangdapat diakses masyarakat q. Fasilitasi akses pemasaran dan promosi produk Enceng Gondok baik dalam negeri maupu luar negari r. Bantuan peralatan teknologi produksi 3. Bidang Perdagangan :
40
a. Pengembangan data base informasi potensi unggulan b.Fasilitasi kemudahan perizinan pengembangan usahaSosialisasi peningkatan penggunaan produk dalam negeri 7. Dukungan lingkungan sosial Sebagai lembaga sosial kemasyarakatan, maka keberadaan ketua RT dan ketua
RW terlebih Pemerintah Desa sangat strategis untuk
memotivasi, menumbukkembangkan aktivitas masyarakat atau warganya untuk bisa menjadi wirausahawan guna memajukan ekonomi lokal di level RT, RW dan Desa. Namun terlepas dari peran dan kedudukan RT, RW dan Desa cukup strategis, diakui oleh 1 orang ketua RT dan kepala Dusun di Desa Kebundowo bahwa peran mereka sangat membantu untuk mendorong dan memajukan apa yang dilakukan oleh pelaku usaha enceng gondok. Sedangkan 2 orang ketua RT dan1 orang ketua RW dan 1 orang kepala Dusun di Desa Tegaron dan Desa Banyubiru mengatakan mereka kurang berperan dalam uasaha yang itekuni oleh pelaku enceng gondok setempat karena kurang ada komunikasi. Walau pun demikian mereka tetap mendukung atas kemajuan usaha dan ativitas yang dilakukan oleh pelaku-pelaku Enceng Gondok tersebut, sebab bagaimanapun pelaku usaha enceng gondok adalah warga RT, RW dan Desa setempat
Sejalan dengan dengan kondisi alam Rawapening sebagai hasil cipta Tuhan yang sangat potensial dan kaya akan sumber alam terutama enceng gondok yang tumbuh secara alamiah adalah menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat disekitar Rawapening. Oleh Pemerintah Kabupaten Semarang keberadaan UMKMatau eknomi 41
kreatif yang berbasis bahan baku enceng gondok ditetapkan sebagai produk unggulan. Namun terlepas dari sebagai produk unggulan Kabupaten Semarang yang potensial, maka bahan baku enceng gondok ternyata memiliki kelemahan yaitu cepat rusak karena jamur B. Pembahasan 1. Potensi Usaha Enceng Gondok Dengan luas lebih kurang 60.000 Ha, maka diakui oleh oleh seluruh pelaku usaha terutama 4 orang sebagai ketua kelompok pelaku usaha enceng gondok di Kecamatan Banyubiru bahwa ditinjau dari ketersediaan bahan baku, enceng gondok yang berasal dari Rawapening sangat potensial dan spesial untuk menjadi sumber penghidupan masyarakat di sekitar Rawapening sepanjang mampu diolah secara baik mulai dari hilir sampai hulu. Bahan bakunya berupa Hendy
craft, bahan yang
dihasilkan bernuansa suvenir wisata, cukup menjanjikan. Keberadaan bahan baku enceng gondok yang menjadi daya saing dengan yang berada di Rawapening adalah bahan baku dari Kabupaten Demak,
Kota Pekalongan dan Yogyakarta. Namun
dalihat dari sisi pengolahan bahan baku enceng gondok dan setengah jadi sangat baik adalah di Yogyakarta karena memiliki pantai yang strategis dan representatif dan juga karena Yogyakarta adalah daerah wisata yang banyak dikunjungi waisata dari dalam negeri maupun macan negara. Namun karena
bahan baku Enceng Gondok dari
Kecamatan Banubiru bagus dan karena tempat jemurnya kurang strategis maka walaupun sangat potensial tetapi pelaku usaha Enceng Gondok Kecamatan Banyubiru cenderung untuk menjual bahan baku maupun bahan baku setengah jadi ke pelaku usaha enceng gondok di Yogyakarta. Dan seusai dilakukan penjemuran bahan baku maupun bahan setengah jadi oleh pelaku usaha di Yogyakarta, dapat saja langsung dibuatkan kerajinan sesuai keinginan dan karakteristik Yogyakarta sebagai Kota seni.Dapat juga bahan yang sudah dijemur secara baik di Yogyakarta itu dibeli 42
kembali oleh pelaku usaha enceng gondok dari Kecamatan Banyubiru tetapi biasanya harganya sudah tinggi sehingga keuntungan yang diperoleh setelah dibuat menjadi produk dibeli kembali oleh
pelaku usaha enceng gondok kurang banyak
keuntungannya. Potensi lain dari usaha ekonomi kreatif enceng gondok di Kecamatan Banyubirun cukup baik kalau dilihat dari ketersediaan tenaga kerja walaupun ada kerterbatasan SDM terutama keterampilan. Hal ini terkait dengan jumlah penduduk menurut pendidikan dan mata pencaharian di 3 Desa yang belum memadai Untuk di Desa Banyubiru yaitu tidak sekolah 1. 123 jiwa, belum tamat SD 1.075 dan tidak tamat SD 910 jiwa. Ini menggambarkan kualitas SDM masyarakat belum sebagaimana diharapkan. Sedangkan berdasarkan mata pencaharian ( pengusaha, buruh bangunan, buruh tani, petani dan peternak dan lain-lain berjumlah 242 ) penduduk Desa Banyubiru juga
masih kurang bekerja disektor jasa perdagangan
sebagai wiraswasta untuk menciptakan lapangan kerja baru demi
kemajuan
perekonomian desa setempat. Untuk desa Kebundowo secara potensial jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan juga masih sangat banyak penduduk yang tidak sekolah adalah 1078 jiwa, belum tamat SD sebanyakn 159 jiwa. Ini menunjukkann bahwa tingkat kualitas SDM masyarakat di di Desa Kebundowo juga belum begitu memadai sehingga berpengaruh terhadap mata pencaharian penduduk. Sedangkan jumlah penduduk Desa Kebundowo menurut mata pencaharian juga cukup memprihatinkan karena yang belum bekerja sebanyak 931 jiwa, di bidang perdagangan hanya 40 jiwa, petani/pekebun 226 jiwa, buruh tani ada 7 jiwa dan buruh harian lepas sebanyak 988 jiwa. Hal ini juga menunjukkan bahwa kurangnya minat masyarakat dalam membuka usaha/lapangan kerja
baru sebagai pelaku wirausahawan terutama untuk
wirausahawan muda.
43
Sedangkan untuk Desa Tegaron secarapotensial jumlah pendudukan menurut tingkat pendidikan, data menunjukkan yang tidak sekolah adalah 447 jiwa dan tidak tamat SD sebanyak 80
jiwa. Dan untuk jumlah penduduk berdasarkan mata
pencaharian data memperlihatkan tidak bekerja 674 jiwa, perdagangan hanya 22 jiwa, petani/pekebun 682 jiwa, nelayan 4 jiwa dan buruh harian lepas 59 jiwa. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa minat penduduk dengan latar belakang pendidikan yang masih terbatas tersebut juga kurang ingin menekunani pekerjaan di bidang jasa terutama sebagai wirauwashawan. Sedangkan untuk produk yang dihasilkan oleh 4 pelaku usaha enceng gondok cukup variatif walau dari segi daya saing masih kalah dibandingkan dengan produk enceng gondok di Yogyakarta. 2. Model Pemberdayaan Makna pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Semarang secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap UMKM atau ekonomi kreatif enceng gondok di Kecamatan Banyubiru sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Mencermati data yang ada pada hasil penelitian di atas diperoleh gambaran bahwa secara konseptual aparat Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan telah berupaya secara optimal setiap tahun untuk melaksanakan pemberdayaan terhadap UMKM atau ekonomi kreatif berupa pembinaan, fasilitasi pendanaan/modal, pendampingan, bantuan peralatan, pelatihan, bantuan modal dan lain-lain. Dimana Bidang Koperasi memiliki sekitar 9 model pemberdayaan berupa kegiatan, Bidang Perindustrian memiliki 20 model pemberdayaan dalam bentuk kegiatan dan bidang Perdagangan memiliki 2 model pemberdayaan berupa kegiatan program proyek. Model pemberdayaan dengan program proyek atau kegiatan yang dikembangkan ini adalah masih mengacu pada pedoman dan nomenklatur yang dikeluarkan pemerintah. Secara yuridis formal hal ini 44
tetap benar tetapi secara aplikatif perlu
diikuti dengan pemikiran, ide dan gagasan
pengembangan yang konseptual (kreativitas dan inovasi) dari aparat birokrasi agar pemberdayaan terhadap potensi ekonomi kreatif
Enceng Gondok di Kecamatan
Banyubiru ke depan benar-benar berhasil menjadi andalan pereknomian daerah. Prinsip dan tujuan pemberdayaan terhadap UMKM atau ekonomi kreatif termasuk terhadap usaha Enceng Gondok di Kecamatan Banyubiru dari dinas tersebut secara ideal
adalah
untuk menumbuh kemandirian, kebersamaan dan kewirausahaan
UMKM atau ekonomi kreatif Enceng Gondok untuk berkarya dengan prakarsa sendiri, pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi kepada pasar sesuai dengan kompetensi ekonomi kreatif termasuk usaha
Enceng Gondok di
Kecamatan Banyubiru. Model pemberdayaan terhadap ekonomi kreatif usaha Enceng Gondok yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Semarang nampaknya belum memperlihatkan model yang sinergis dan komprehensif untuk meningkatkan peran dan kemandirian UKMK atau usaha Enceng Gondok di Banyubiru. Adapun model pemberdayaan terhadap UMKM atau eknomi kreatif termasuk usaha Enceng Gondok masih bersifat rutinitas dan lebih berorientasi pada program proyek atau kegiatan ini perlu diperbaharui dengan sebuah studi dan penjaringan aspirasi masyarakat yang akurat
agar perencanaan pemberdayaan UMKM atau
ekonomi kreatif usaha enceng gondok benar-benar matang dan sesuai dengan harapan serta kebutuhan masyarakat. Model pemberdayaan yang berbasis program proyek teradap UMKM atau Ekonomi Kreatif Enceng Gondok memang masih relevan tetapi sudah kurang aspiratif sesuai tuntutan era globalisasi dan kemajuan masyarakat saat ini. Pengembangan model pemberdayaan terhadap UMKM atau ekonomi kreatif Enceng Gondok sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Semarang menuntut adanya kreativitas dan inovasi dari aparat birokrasi agar potensi usaha kecil daerah dapat mendukung pertumbuhan kemajuan ekonomi 45
daerah.
Perencanaan
pemberdayaan terhadap UMKM atau ekonomi kreatif usaha Enceng Gondok selain dilakukan secara sinergis dengan berbagai instansi terkait secara terkoordinasi juga harus bersifat konseptual dan
komprehensif yang dapat menumbuhkembangkan,
mendorong, mememotivasi dan membangkitkan kesadaran potensi yang dimiliki para pelaku usaha eknomi kreatif usaha enceng gondok dalam menjalankan usahannya. Secara ideal model pemberdayaan UMKM atau ekonomi kreatif usaha enceng gondok adalah dibangun dengan mempertimbangkan masukan (in put), proses, dan keluaran (out put) feed back dan sasaran. Dimana model pemberdayaan berbasiskan masukan, proses dan keluaran
yang seharusnya dilaksanakan oleh Kabupaten
Semarang secara berkesinambungan dan konseptual adalah :
Gambar 4.1 Model Pemberdayaan terhadap Pelaku UMKM atau Ekonomi Kreatif OUTPUT :
PROSES :
Input :
1. Kelembaga
1. Pembinaan
an yang kuat
2. Fasilitasi
2. Jiwa Wirausaha
1.Petani /nelayan 2.Pengepul
3.Bimbingan
3.Pekerja bahan setengah jadi
3. Makin kreatif dan inovasi
4. Sosialisasi 5.Diklat
4. Pelaku usaha
6 Permodalan
5. Kelompok Pelaku Usaha
7. Manajemen 8. Dinas terkait
4. Produk berkualitas 5. Pangsa pasar
4.Kelompok
Feed 4. Pelakuusaha/pengraj in
4. Produksi & keuntunganm meningkat
Daya saing
back
6. Daya saing
46
Produk maskkin
Sasaran : Pelaku usaha /Wirausa hawan yang mandiri dan tangguh
Pemberdayaan UMKM atau ekonomi kreatif enceng gondok selain dengan model tersebut di atas, maka perlu diawali dengan langkah konseptual berupa pelaksanaan survey atau penelitian, studi kelayakan yang mendalam dan sinergis dengan instansi terkait terhadap berbagai potensi sumber daya Enceng Gondok di masyarakat setempat. Dengan model pemberdayaan seperti ini diharapkan aparat birokrasi dapat
mengembangkan sumber daya manusia, membangun budaya
wirausahawan, menumbuhkan motivasi dan kreativitas para pelaku usaha ekonomi kreatif atau usaha enceng gondok khususnya di Kecamatan Banyubiru menjadi mandiri dan tangguh. Basis dan kekuatan minat dan tekad pelaku usaha ekonomi kreatif khususnya Enceng Gondok di Kecamatan Banyubiru harus mampu didayagunakan dengan optimal oleh Pemerintah Kabupaten Semarang agar bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Dari 3 orang pelaku utama/pengrajin dan puluhan anggota atau pekerja bahan setengah jadi ekonomi kreatif enceng gondok di 3 Desa pada Kecamatan Banyubiru adalah potensi SDM yang sangat besar dan menjanjikan untuk dikelola secara profesional oleh Pemerintah Kabupaten Semarang. Operasionalisasi model pemberdayaan UMKM atau ekonomi kreatif akan berhasil membuahkan hasil sebagaimana model tersebut di atas membutuhkan keterlibatan secara sinergi berbagai elemen seperti pemerintah, dunia usaha, masyarakat setempat (RT, RW, Desa/Kelurahan dan Kecamatan ). Dengan semakin kokohnya dan konsisten penerapan model pemberdayaan terhadap ekonomi kreatf pada usaha enceng gondok diharapkan akan memperkuat kelembagaan terutama kelompok pelaku usaha dalam menggerakan kelompok untuk menjadi kegiatan yang guyub dan solid serta memajukan ekonomi anggota sebagai salah satu bentuk kearifan lokal. Dengan pemberdayaan yang sinergis dan total terhadap ekonomi kreatif khususnya enceng gondok diharapkan semakin berkuarangnya jumlah penduduk miskin serta terbukanya lapangan dan kesempatan kerja bagi pendduduk 47
setempat. Sebab secara hakiki alam Rawa pening sungguh merupakan sebuah kekayaan alam ciptaan Tuhan alam semesta yang sangat potensial bagi umatnya sepanjang umatnya menyadari dan mau berusaha dan bekerja untuk kemakmuran hidupnya. Dalam
konteks
peningkat
produksi
pemberdayaan terhadap ekonomi kreatif
enceng
gondok,
pelaksanaan
tersebut harus benar-benar secara
komprehensif mulai dari hilir sampai hulu agar mekanisme dan tata kelola produksi menjadi utuh serta membuahkan produk yang berkualitas sehingga memiliki pangsa pasar dan daya saing yang kompetitif dengan produk yang sejenis dari daerah lain. Adapun produk enceng gondok yang diproduksi oleh 4 pelaku usaha ekonomi kreatif Enceng Gondok yang cukup potensial dan berkualitas sebagai hasil dari pemberdayaan dari Pemerintah Kabupaten Semarang adalah : a. KUB Karya Muda dengan jumlah karyawan/pekerja bahan setengah jadi sekitar 12 orang dan kurang lebih 22 jenis produk Enceng Gondok kreativitas dan inovasi yaitu : 1) Mobil-mobilan 2) Lokomotif 3) Kereta kencana 4) Kapal 5) Sandal 6) Fast Bunga 7) Kaca Cermin 8) Tempat Pnisil 9) Celengan 10) Becak 11) Tank 48
sebagai hasil dari
12) Pot 13) Tempat Buah 14) Tempat Payung 15) Tempat Sampah 16) Topi 17) Rak 18) Lampu Hias besar 19) Kapal 20) Kursi 21) Box 22) Loundry
49
Gambar 4.2 Foto Produk KUB Karya Muda
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
b. UD RENITA dengan jumlah karyawan/pekerja bahan setengah jadi 12, yang tetap 4 orang dan yang tidak tetap 8 orang orang dengan 19 jenis produk hasil kreativitas dan inovasi dari usaha tersebut adalah yaitu : 1) Sandal 2) Sepatu 3) TAS 4) Tempat Tissue 5)Fast Bunga 6) Miniatur ( Kereta, Harly, Kapal dan lain-lain) 7) Tempat Bunga 8)Tempat Lukisan 9) Kaca Cermin 10) Dompet 11) Tempat Sampah 12) Tempat Buah 13) Tempat Pakaian Kotor 14) Figura 15) Kursi 16) Tempat Pensil 17) Topi 18) Pot Bunga 19) Sampul buku, note book c. UD ABI CITRA KUSUMA dengan jumlah karyawan/pekerja bahan setengah jadi 30 orang dengan jenis produk hasil kreativitas dan inovasi ada 4 yaitu : 1) Sandal 2) Tas 79
3) Tempat Tisue 4) Box
Gambar 4.3 UD ABI CITRA KUSUMA
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
d. Kelompok Sekar Melati yang belum mempunyai Badan Hukum dengan produk yang dihasilkan adalah : 1) Tempat samph 2) Fast Bunga 3) Tempat Parsel 4) Box pakaian kotor 5) Karpet 3. Dukungan Lingkungan Sosial terutama RT, Rw dan Desa Sebagai lembaga sosial kemasyarakatan, keberadaan ketua RT dan ketua RW termasuk perangkat
Pemerintah Desa setempat sangat strategis untuk memotivasi,
menumbukkembangkan aktivitas masyarakat atau warganya agar
bisa menjadi
wirausahawan guna memajukan ekonomi lokal di level RT, RW dan Desa. Namun terlepas dari peran dan kedudukan RT, RW dan Desa cukup strategis ini, diakui oleh 1 orang ketua RT dan kepala Dusun di Desa Kebundowo bahwa peran mereka sangat membantu untuk mendorong dan memajukan apa yang dilakukan oleh pelaku usaha enceng gondok. Sedangkan 2 orang ketua RT dan1 orang ketua RW dan 1 orang kepala Dusun di Desa Tegaron dan Desa Banyubiru mengatakan mereka kurang berperan dalam usaha yang ditekuni oleh pelaku ekonomi kreatif enceng gondok setempat karena kurang ada komunikasi dan pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah yang lebih tinggi tidak pernah melibatkan RT RW secara langsung kecuali untuk Desa. Walau pun demikian mereka tetap mendukung atas kemajuan usaha dan ativitas yang dilakukan oleh pelaku-pelaku Enceng Gondok tersebut, sebab bagaimanapun pelaku usaha enceng gondok adalah warga RT, RW dan Desa setempat. RT, RW dan Desa melalui pejabat yang mengurusi pembangunan dan kemasyarakatan mendambakan adanya pedoman teknis dari Pemerintah Kabupaten Semarang agar mereka diberi sedikit kewenangan 91
untuk ikut melaksanakan pemberdayaan terhadap pelaku usaha Enceng Gondok UMKM terutama yang menjadi warganya agar bisa mengembangan relasi dan interaksi sosial yang intens. Atau setidak-tidaknya ketua RT,dan RW mengharapkan mereka perlu dilibatkan pada saat ada kegiatan pemberdayaan terhadap pelaku usaha enceng gondok yang menjadi warganya yang paling dekat. Ketua RT, RW merasa karena selama ini mereka tidak pernah dilibatkan baik oleh pemerintah yang lebih tinggi maupun permohonan dari pelaku usaha endceng gondok sehingga mereka kurang mengetahui apa saja bentuk pemberdayaan yang diberikan kepada pelaku usaha yang menjadi warganya baik berupa pendanaan, pelatihan, bantuan peralatan seperti mesin jahit, mesin prose maupun kompresor dan lain-lain. 4. Jiwa Wirausahawan Sejalan dengan sistem pendidikan yang dirancang dan dinilai
kurang
memenuhi tuntutan kualitas untuk menjalani usaha bisnis atau bekerja guna menghidupi keluarga, nampak hanya ada sekitar
20 orang dari 64 pelaku usaha dan
karyawan/pekerja bahan setengah jadi, terutama 3 orang pelaku enceng gondok di Kecamatan Banyubiru yang memiliki jiwa wirausahawan yang mumpuni ditinjau dari aspek ciri dan watak seperti percaya diri ( teguh, tidak tergantung, kepribadian yang mantap dan optimis), berorientasi tugas dan hasil ( berorientasi hasil laba, memiliki tekad dan motivasi, bekerja keras, enerjik, penuh inisiatif) , pengambilan resiko ( mampu mengambil resiko, suka pada tantangan), kepemimpinan ( dapat bergaul dengan orang lain, menangapi saran dan kritik),
keorisinilan( inovatif, kreatif, fleksibel, banyak
belajar dari orang lain) dan dan beroriantasi ke masa depan ( pandangan jauh ke depan). Sedangkan yang sisanya tidak memiliki ciri dan watak sebagai seorang usahawan Kreativitas dan inovasi para pelaku usaha apapun klasifikasinya untuk bisa menjadi orang sukses dalam menjalankan usaha bisnis serta kehidupan sangat ditentukan oleh sistem pendidikan yang didesain oleh suatu bangsa secara berkualitas 92
sehingga dapat melahirkan warga bangsa yang berkualitas jenius kreatif dan potensi kreativitas yang tidak terbatas untuk kesuksesan kehidupan. Merujuk pada tradisi dan kebiasaan masyarakat yang ada di Kabupaten Semarang khususnya di Kecamatan Banyubiru yang masih bernuasa perdesaan nampak jelas bahwa dari kurang lebih 4 orang pelaku usaha Enceng Gondok yang tergabung dan menjalankan usahanya dalam 4 kelompok tersebut, hanya kurang lebih 3 orang ketua kelompok orang yang memiliki kemampuan kreativitas dan inovasi terutama ketua kelompok dalam 3 usaha enceng gondok yaitu UD Karya Muda, UB ABI CITRA KUSUMA dan UB RENITA, 1 ketua kelompok kurang memiliki kreativitas dan inovasi dan ada 21 orang karyawan/pekerja bahan setengah jadi memiliki kreativitas dalam membuat bahan stengah jadi yang tidak menghasilkan produk sebagaimana 4 orang pelaku tersebut. Sedangkan sisanya diakui agak kurang kreatif yang ditandai dengan kurang berkembangnya usaha enceng gondok khususnya bahan setengah jadi yang dijalankan oleh mereka. Dan untuk 3 orang ketua kelompok yang lebih menonjol dalam kreativitas dan inovasi ini memang patut di teladani karena mampu melahirkan gagasan, pemikiran dan ide-ide dan menciptakan produk yang bervariasi sebagai sebuah inovasi untuk kemasan baru, motif baru bagi produk yang diproduksi sehingga dapat disesuaikan dengan tuntuan konsumen yang terus berubah. Seperti Jepang yang selalu meniru produk negara barat kemudian dilakukan perubahan bentuk dan motif sehingga produk yang dihasilkan pelaku usaha enceng gondok juga melalui proses peniruan sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas, murah, dan diminati oleh konsumen di pasar. 5. Usaha Manajemen, karakteristik, pemasaran, keuangan, SDM dan Kelembagaan a. Usaha manajemen Pada hakikatnya usaha manajemen yang dilakukan oleh para pelaku usaha enceng gondok adalah masih sederhana dan belum menganut prinsip-prinsip manajemen bisnis secara profesional. Manajemen perkantoran masih jauh dari 93
harapan karena keterbatasan sarana pasarana,dimana dari 4 kelompok pelaku usaha enceng gondok baru 1 kelompok yang memiliki shorum yaitu UD Karya Muda. Satu shorum yang dimiliki UD Karya Muda pun hanya berfungsi sebagai tempat produk dan tidak ada aktivitas manajemen perkantor sebagai penunjang. Pada hal ukuran maju mundurnya suatu usaha seperti halnya ekonomi kreatif enceng gondok dapat diukur dari catatan tentang aktivitas dan dan bukti administrasi perkantor sebagai parameter manajemen perkantor secara umum.
b. Karakteristik Sejalan dengan dengan kondisi alam Rawapening sebagai hasil cipta Tuhan yang sangat potensial dan kaya akan sumber alam terutama enceng gondok yang tumbuh secara alamiah adalah menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat disekitar Rawapening. Oleh Pemerintah Kabupaten Semarang keberadaan UMKMatau eknomi kreatif yang berbasis bahan baku enceng gondok ditetapkan sebagai produk unggulan karena sangat potensial dan spesial, walau memiliki kelemahan yaitu lembab karena jemurnya kurang kering pada tempat jemur yang kurang strategis c. Pemasaran Pelaku usaha mengakui bahwa pemasaran adalah jantungnya usaha enceng gondok. pemasaran peroduk enceng gondok 100% semuanya dalam negeri dan belum ada yang eksport karena strategi pemasaran belum dibangun dengan baik. Pemasaran produk yang dilakukan oleh pelaku usaha masih bersifat sporadis dan belum sistematis dan terencana karena masih mengandalkan kemampuan kuangan sendiri dari para pelaku untuk mengikuti pameran di berbagai daerah, regional maupun nasional. Fasilitasi pemasaran oleh Pemerintah Kabupaten memang sudah ada tetapi belum seagaimana
94
diharapkan, maka pengembangan pasar bagi encengg produk enceng gondok sangat didambakan oleh pelaku usaha.
d. Keuangan Secara finansial keuntungan yang diperoleh pelaku dari usaha ekonomi kreatif enceng gondok di Kecamatan Banyubiru belum sebagaimana diharapkan.Walau demikian secara ekonomis pola hidup pelaku usaha sudah mengalami peningkatan yang dapat diukur dengan bisa naik haji, membangun/merehab rumah, bisa membangun berkeluarga, membeli kendaraan sepeda motor, membiayai pendidikan anak-anak, serta untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan lain-lain. Dengan keterbatasan pengetahuan, kualitas danketerampilan
SDM ang ada serta kurang
memiliki sarana prasarana karena laba dan keuntungan dari usaha enceng gondok belum sebagaimana diharapkan, maka manajemen keuangan yang dikerjakan oleh pelaku usaha enceng juga masih sangat sederhana dan belum menganut prinsipprinsip manajemen bisnis secara profesional. Sistem pembukuan keuangan, penentuan rugi laba masih sangat sederhana bahkan boleh dikatakan masih belum membedakan anatar manajemen usaha dengan manajemen rumah tangga. Hal ini dapat terjadi karena sudah ada
peningkatan sedikit baik volume produksi dan
investasi. Dengan penghasilan yang meningkat maka para pelaku usaha ekonomi kreatif enceng gondok juga bisa hidup lebih layak dengan membangun rumah tangga, membangun/merehab, naik haji, membiayai pendidikan anak-anak rumah. Namun terlepas dari peningkatan penghasilan tersebut, ternyata administrasi keuangan yang dikerjakan oleh pelaku usaha enceng gondok masih sangat sederhana dan belum mampu menerapkan sistem pembukuan modern atau akutansi yang standart dengan mendasar pada cashflow.Esensi pelatihan untuk pembukuan dan administrasi keuangan bagi pelaku usaha enceng gondok menjadi penting karena dengan demikian 95
mereka akan mampu memisahkan manajemen keuangan Rumah tangga dengan manajemen keuangan usaha atau bisnis agar perkembangan keuangan perusahaan dapat terukur dengan baik e. Sumber Daya Manusia ( SDM) Sebagaimana diketengahkan di atas dapat ditegaskan bahwa dari segi kuantitas maupun kulaitas SDM yang menjalankan usaha ekonomi kreatif enceng gondok rata antara SD, SLTP dan sebagian kecil SLTA. Diakui bahwa dengan kondisi SDM terutama petani, pengepul dan pekerja bahan setengah jadi yang demikian maka upaya dalam menjalankan usaha dan aktivitas enceng gondok
dirasakan kurang
opyimal. Pengaruh tradisi SDM masyarakat terutama petani dan pengepul yang mencari bahan baku enceng gondok pada pagi hari dan dijual pada sore hari kepada pengepul dan pengrajin merupakan gambaran kualitas SDM masyarakat yang terbatas dan lebih berorientasi waktu jangka pendek/sesaat dan mengabaikan kebutuhan bisnis waktu jangka panjang untuk masa depan. f. Kelembagaan Secara kelembagaan ada 4 kelompok pelaku usaha ekonomi kreatif enceng gondok di Kecamatan Banyubiru. Dari segi kompetensi ada 3 ketua kelompok ini yang mumpuni dan memiliki kreativitas dan inovasi sehingga produk enceng gondok yang dihasilkan masih mampu eksis untuk dipasarkan. Ada struktur organisasi Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Ketua-Ketua Seksi. Mekanisme kerja, koordinasi internal, pembagian tugas antara elemen/sesksi-seksi dalam
organisasi serta
pelaksanaan forum-forum koordinasi dapat berjalan dengan baik, walaupu koordinasi eksternal lintas kelompok tidak pernah dilakukan. Secara internal peran kelompok pelaku usaha enceng gondok di Kecamatan Banyubiru cukup baik untuk memecahkan masalah yang dihadapi anggota terutama dalam proses produksi, pemasaran, pengolahan dan lain-lain.
Dalam rangka sinergi usaha para anggota pelaku usaha 96
ekonomi kreatif enceng gondok bisa optimal, maka pembentukan kelompok menjadi motivasi dasar bagi pelaku usaha. Dengan adanya kelompok pelaku usaha diharapkan akan mampu memecahkan masalah secara terkoodrinasi. Dengan pembagian tugas, mekanisme kerja, rapat-rapat koordinasi internal diharapkan setiap anggota mampu melaksanakan seluruh tugas-tugas. Ada forum rapat rutin tiap bulan dan forum-forum rapat-rapat lainnya untuk pemecahan masalah yang dihadapi anggota. Pengambilan keputusan secara musyawarah mufakat
97
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan analisis tersebut di atas, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan adalah sebagai berikut : A. Simpulan 1. Ketersediaan bahan baku, enceng gondok yang berasal dari Rawapening sangat potensial dan spesial untuk menjadi sumber
penghidupan masyarakat di sekitar
Rawapening. 2. Model pemberdayaan dengan program proyek atau kegiatan yang dikembangkan ini adalah masih mengacu pada pedoman dan nomenklatur yang dikeluarkan pemerintah. Secara yuridis formal hal ini tetap benar tetapi secara aplikatif perlu diikuti dengan pemikiran, ide dan gagasan pengembangan yang konseptual (kreativitas
dan inovasi) dari
potensi ekonomi kreatif
aparat birokrasi agar pemberdayaan terhadap
Enceng Gondok di Kecamatan Banyubiru ke depan
benar-benar berhasil menjadi andalan pereknomian daerah. 3. Seluruh
ketua RT, RW, Kepala Dusun maupun perangkat Desa lain sangat
mendukung terhadap kegiatan pemberdayaan ekonomi kreatif enceng gondok di kecamatan banyubiru bagi pelaku ekonomi kreatif Enceng Gondok, walau selama ini masih kurang dilibatkan 4. Pelaku usaha dan karyawan/pekerja bahan setengah jadi, terutama 3 orang pelaku enceng gondok di Kecamatan Banyubiru cukup memiliki jiwa wirausahawan yang mumpuni ditinjau dari aspek ciri dan watak seperti percaya diri ( teguh, tidak tergantung, kepribadian yang mantap dan optimis), berorientasi tugas dan hasil ( berorientasi hasil laba, memiliki tekad dan motivasi, bekerja keras, enerjik, penuh inisiatif) , pengambilan resiko ( mampu mengambil resiko, suka pada tantangan), kepemimpinan ( dapat bergaul dengan orang lain, menangapi saran dan kritik), 98
keorisinilan( inovatif, kreatif, fleksibel, banyak belajar dari orang lain)
dan
beroriantasi ke masa depan ( pandangan jauh ke depan. 5. Usaha manajemen masih sederhana, karakteritik potensial dan kaya akan sumber alam, pemasaran 100% dalam negeri di hotel-hotel dan tempat pariwisat dan pameran-pameran, keuangan dilakukan masih sederhana,
SDM
terbatas dan
masih kurang terampil dan kelembagaan sudah bekerja cukup untuk membiayai hidup sehari-hari B. Rekomendasi 1. Pemerintah Kabupaten Semarang perlu mengembangkan model pemberdayaan bagi pelaku usaha encnggondok Kecamatan Banyubiru
yang bersifat sinergi dan
komprehensi( in put, proses, out put, feed back dan sasaran ang ingin dicapai serta penyerapan aspirasi masyarakat yang akurat 2.
Perlu meningkatkan berbagai jenis pelatihan keterampilan bagi pelaku usaha enceng gondok serta diiukti dengan tindak lanjutnya.
3. Pemerintah perlu meningkatkan kembangkan akses pasar bagi produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha enceng gondok Kecamatan Banyubiru misalnya denganmewajibkan semua warga Kabupaten Semarang untuk menggunakan produk enceng gondok
99
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchori, 2007, Kewirausahaan, Penerbit Alfabeta Bandung, Anwas, 2012, Pemberdayaan Masyarakat di era Global, Penerbit Rineka Cipta Badrudin, Rudy, 2012, Ekonomika Otonomi Daerah, UPP, STIM YKPN, Yogyakata Basrowi dan Suwandi,2008, Memahami Penelitian Kualitatif, Penerbit Rineka Cipta Bratakusumah, Supriady Deddy, 2002, Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian & Perdagangan KabupatenSemarang, 2014, Profil Produk UMKM Kementerian Koperasi dan UKM, 2010, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaaha Mikro, Kecil dan Menengah, Penerbit CV. Duta Nusindo Kuncoro,Mudrajad, 1997, Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan Kebijakan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta Riduwan, 2009, Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian , Penerbit Alfabeta Bandung --------------2002, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Penerbit Alfabeta Bandung Soetomo, 2013, Pemberdayaan Masyarakat, Penerbit Pustaka Pelajar Suryana,2013, Ekonomi Kreatif, Ekonomi Baru Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang, Penerbit Salemba empat, Jakarta Tambunan, TH Tulus, 2009, Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia,Jakarta 100
Tohar, M, 1999, Membuka Usaha Kecil, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
LAMPIRANLAMPIRAN : LAMPIRAN 1 : INSTRUMEN PENELITIAN ( HUMAN INSTRUMEN) SEBAGAI PEDOMAN WAWANCARA 1. Faktor Eksternal : a. Apa saja masalah yang dihadapi oleh : Nara sumber, pelaku usaha EncengGondok dan Partisipan dalam upaya pemberdayaan terhadap pelaku usaha Enceng Gondok di Kecamatan Banyubiru ? b. Bagaimana potensi dan prospek bahan baku Enceng Gondok di Kecamatan Banyubiru ? c. Bagaimana dukungan empowerment/pemmberdayaan terhadap berbagai usaha ekonomi kreatif Enceng Gondok di Kecamatan Banyu Baiu ? d. Bagaimana dukungan lingkungan seperti Ketua RT, ketua RW, Lurah, Camat dan tokoh masyarakat, nara sumber dari Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan terhadap pengembangan dan pemberdayaan usaha ekonomi kreatif Enceng Gongok di Kecamatan Banyubiru ? e. Bagaimana pengaruh tradisi para pelaku usaha ekonomi kreatif dalam menjalankan bisnis usaha Enceng Gondok ? f. Apa saja model atau bentuk pemberdayaan yang dilaksanakan untuk pelaku usaha dan nara sumber dalam upaya menjalankan usaha ekonomi kreatif Enceng Gondok ? 2. Internal 101
a.Bagaimana kewirausahaan ang dijalankan oleh pelaku usaha ekonomi kreatif Enceng Gondok ? b. Bagaimana semangat ataujiwa
kewirausahaan dari pelaku ekonomi kreatif
seperti
kreativitas, inovatif dan penggunaan teknologi dalam menjalankan usaha ekonomi kreatif Enceng Gondok ? c. Bagaimana tata kelola manajemen usaha yang dilakukan oleh pelaku ekonomi kreatif dalam menunjang kelancaran usaha bisnis Enceng Gondok ? 3. Usaha : a. Apa kekhusuan atau karakteristik Usaha ekonomi kreatif Enceng Gondok dibandingkan dengan usaha lain atau sejenisnya ? b. Apa dan bagaimana akses pasar produk-produk eknomi kreatif Enceng Gondok selama 5 tahun terakhir ? kemana saja sasaran pasar dan promosi produk-produk tersebut ? c. Bagaimana kondisi keuangan dan pendapatan para pelaku usaha ekonomi kreatif Enceng Gondok ? d. Bagaimana dengan kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM ) para pelaku usaha ekonomi kreatif Enceng Gondok seperti pengetahuan, keterampilan sikap dan perilaku/mentalitas ? e. Bagaimana kondisi kelembagaan dan mekanisme kerja para pelaku menjalankan usaha ekonomi kreatif Enceng Gondok ? LAMPIRAN 2 : HASIL WAWANCARA
Wawancara 1 Nama
: Winarno S.H
Pendidikan Terakhir : Sarjana Pekerjaan Alamat No. Telpon
: PNS : Jl. Najula 3 no.8 Perumnas Mapagan : 0818450627
102
1. Apa saja masalah yang di hadapi dalam pemberdayaan pelaku usaha eceng gondok khusus nya di kecamatan Banyubiru? Adalah Kurangnya SDM trampil di setra eceng gondok, keterbatasan pengetahuan tentang desain, Mental dan Jiwa Wirausaha yang belum begitu tertanam 2. Bagaimana poteni dan prospek bahan baku enceng gondok di kecamatan Banyubiru? Tidak ada kendala dalam bahan baku eceng gondok. 3. Bagaimana dukungan pemerintah terhadap ekonomi kreatif di kecamaan Banyubiru? Sudah berusaha meningkatkan industri kerajinan eceng gondok mulai dari peningkatan kualitas SDM melalui (pelatihan, magang, study banding, dukungan sarana dan prasarana produksi, fasilitasi permodalan, pembentukan cluster eceng gondok, penyediaan sarana promosi) 4. Bagaimana dukungan dari Ketua RT, RW, Lurah, Camat, Tokoh Masyarakat terhadap pengembangan usaha ekonomi kreatif eceng gondok? Respon dan partisipasi masyarakat secara umum, lembaga pemerintahan sangat positif. 5. Bagaimana pengaruh tradisi para pelaku ekonomi kreatif dalam menjalankan bisnis eceng gondok? Sebagian msih terpengaruh kultur dan budaya (masyarakat terbiasa mencari ikan kemudian di jual untuk kebutuhan makan) 6. Bagaimana kewirausahaan dijalankan oleh pelaku usaha ekonomi kreatif eceng gondok? Dari sekian ratus pengrajin yang tergabung dalam cluster ada beberap unit-unit ketua kelompok, ketua kelompok sebagai leader yang harus mempunyai jiwa kewirausahaan. 7. Dari sekian ketua kelompok usaha eceng gondok berapa yang mempunyai jiwa kewirausahaan? Kurang lebih 11 orang ( Ketua Kelompok) 8. Bagaimana semangat atau jiwa wirausaha pelaku usaha ekonomi eceng gondok(kreatifitas, inofasi, penggunaan teknologi)? Terbukti dengan berjalannya waktu sudah banyak inofasi yang muncul, pengembangan desain, menggunakan alat-alat yang sudah di berikan kepada mereka dalam bentuk peralatan teknologi tepat guna. 9. Dari sekian pelaku usaha ada yang kreatif dan ada yang tidak kreatif, yang kreatif berapa yang tidak kreatif berapa? Kategori A ada 3 orang kreatif, kategori B 1 orang kurang kreatif 10. Bagaimana tata kelola manajemen usaha yang dilakukan pekalu ekonomi kreatif dalam menunjang kelancaran bisnis eceng gondok? Belum ada yang menerapkan manajemen perusahaan, mengelola manajemen secara individu. 11.Apa karakteristik usaha ekonomi kreatif eceng gondol di Banyubiru di banding sejenisnya? Bahannya lebih spesifik, bahan baku nya berpa handy craft dengan cara yng spesifik, desain yang di hasilakan bernuansa suvenir obyek wisata kabupaten Semarang. 103
12. Apa dan bagaimana akses pasar produk ekonomi kreatif eceng gondok selama 5 tahun terakhir? Akses pasar setiap kelompok punya sekmen tersendiri baik secara lokal, regional, nasional. Sri Wahyuni sudah melakukan eksport ke negara Arab dan Abudabi. 13.Bagaimana keadaan ekonomi para pelaku usaha ekonomi kreatif eceng gondok? Tidak tahu secara persis tetapi dari laporan bahwa produksi mereka ada peningkatan taraf kehidupan. 14. Bagaimana dengan kualitas SDM para pelaku ekonomi kreatif ,seperti pengetahuan keterampilan sikap dan perilaku? Secara mental sudah bagus,sudah sering difasilitasi ikut pelatihan,temu usaha secara lokal maupun regional dan nasional. 15. Bagaimana kondisi kelembagaan dan mekanisme pelaku usaha dalam menjalankan usaha ekonomi kreatif enceng gondog? Untuk kelembagaan ada 1 klaster dan 11 kelompok,mekanisme kerja masing� kelompok memiliki beban kerja yang dibagikan kepada anggotanya yang hasilnya nanti dipasarkan oleh kelompok. kemudian anggota klaster tergabung dalam klaster UMKM kab.Semarang.pertanggungjawabannya masing� kelompok ada mekanisme sendiri kemudian diklaster jg ada forum yang mengatur mekanisme itu.ada pertemuan setiap bulan untuk evaluasi atau pertanggungjawaban. 16. Seberapa jauh keterlibtan pak Winarno dalam pemberdayaan pelaku usaha ekonomi kreatif dikecaatan banyubiru khususnya di 3 lokasi? Sebagai kepala bidang perindustrian saya sangat terlibat disitu.dari awal mereka belum bisa menberdayaakan enceng gondog difasilitasi dengan pelatihan.
Wawancara 2 Nama
: Imum
Pendidikan Terakhir : S2 Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Jl. Kutilang 7 susukan Ungaran
No. Telpon
: 081327762126
1. Apa saja masalah yang di hadapi dalam upaya pemberdayaan palaku usaha eceng gondok di kecamatan Banyubiru? SDM, permodalan dari pelaku usaha, pemasaran. 2. Sebagai kabid perdagangan, bagaiman anda melihat potensi dan prospek bahan baku eceng gondok di kec. Banyubiru? Kalau menjanjikan tidak tetapi cukup, banyak kelemahan, bahan eceng gondok yang di buat kerajinan bila kena air mudah berjamur, mudah kotor,. 104
3. Bagaimana dukungan pemberdayaan terhadap berbagai usaha ekonomi kreatif eceng gondok? Kalau sesuai tugas pokok fungsi, memasarkan melalui pameran-pameran sebagai media promosi. 4.Bagaimana menurut anda, memperhatikan sana?(RT,RW,Lurah,Camat). Sangat kurang andil.
kondisi
lingkungan
di
5. Bagaimana pengaruh tradisi terhadap pelaku usaha ekonomi eceng gondok? Dari segi mentalitas antusias, kalau tidak ada permintaan tidak berjalan. 6. Apa saja model/bentuk pemberdayaan yang di lakukan pelaku usaha dan pemerintah? Promosi dan Pemasaran 7. Bagaimana jiwa kewirausaan mereka? Bagus, sistem manajemen usahanya bagus, 8. Bagaimana semangat mereka? Kreativitasnya bagus, pengerjaan manual, inovasi lumayan. 9. Bagaimana tata kelola manajemen usaha pelaku ekonomi? Masih manual 10. Bagaimana kondisi keuangan mereka? Standart, tidak signifikan 11. Kualitas SDM? Cukup baik, keterampilan kreatif 12. Kondisi Kelembagaan?? Bagus 13. Bagaimana mentalitas mereka? Belum modern, usaha tradisional. 14. Andil dan peran anda dalam pemasaran? Sangat besar andilnya
Wawancara 3 Nama
: Miftahul Bariro
Pendidikan Terakhir : Sarjana Pekerjaan
: PNS
Alamat
:Ampel
No. Telpon
:
1. Apa saja Peraturan Daerah UU, PP yang menjadi acuan pemberdayaan UMKM di Dinas Koperasi , UMKM, Perindustrian dan Perdagangan ? Antara lain UU no.20 th 2008 tentang UMKM, PP no.17 Th 2013 tentang pelaksanaan UU tersebut, Perpres No. 98 Th 2014 tentang perizinan untuk UMKM., Perda Kab. Semarang No. 7 Th 2014 tentang
105
Pemberdayaan UMKM, Perda Prov.Jateng UMKM
No. 13 Th 2013 tentang Pemberdayaan
2.Masalah yang di hadapi? Pengeringan kurang bagus, SDM, tingkat nilai jual, waktu, daya saing terbatas. 3.Permodalan bagaimana? Bantuan peralatan sudah banyak, tidak mampu pasar,
memenuhi
4.Pengaruh tradisi? Mainset masih tradisional, 5. Model dan bentuk pemberdayaan? Pembinaan, pelatihan, magang, bantuan peralatan 6. Peralatan membantu atau tidak? Dikhususkan kepada kelompok yang berjalan. 7. Jiwa kewirausahaan ? Kurang, karena produksi saat ada pesanan.. Inovasi belum muncul. Kurang kreatif. 8. Kondisi keuangan pelaku usaha? Ada yang meningkat, ada yang biasa saja. SDmM yang berkualitas masih sedikit. 9. Bentuk kewirausaahan pelaku ekonomi?? Tergabung dalam kelompok-kelompok 10. Berapa jauh keterlibatan anda? Sesuai dengan pokok Dinas Perdagangan.
Wawancara 4 Nama
: Sri Wahyuni
Pendidikan Terakhir : SMEA Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: RT 1 Desa Tegaron
No. Telpon
:
1. Luas Rawa pening? Kurang lebih 60. 000 Hektar 2. Mata pencaharian Desa Narasumber? Petani, Pedagang, Buruh pabrik, Nelayan eceng gondok 3. Pendidikan ketua kelompok? SD, SMP 4. Ada berapa karyawan ibu? 30 lebih tergantung pesanan 106
5. Jenis pelatihan yang pernah diikuti? Pelatihan manajemen, produksi, eksport import, hak paten, pemasaran,dll 6. Kerjasama dengan pihak mana saja? Pertamina, Lewat dinas lalu berlanjut. 7. Kreatifitas dan jiwa wirausaha SDM itu khususnya apa? Kemauan, sikap, keinginan untuk maju, tidak telaten. 8. Apa saja kebijakan pemerintah tentang pemberdayaan eceng gondok? Tidak tahu 9. Yang menjadi hambatan? Pemasaran 10. Bagaimana manajemennya? Manajemen sederhana, supaya tidak rumit. 11. Apakah ada standartnya? Tidak mau, karena ini produk umum. 12. Peralatan yang di terima dari dinas? Mesin jahit,mesin press dan kompresor 13. Ada berapa RT? 5 RT 14. Jumlah penduduk? 130 KK 15. Potensi dan prospek eceng gondok? Tidak akan mati 16. Pengaruh tradisi? Umum : panen lalu di jual, Pengrajin : Membeli dari pengepul. 17. Bagaimana keadaan pasar untuk eceng godok? Kurang berkembang karena kurang promosi. 18. Jumlah petati selain pelaku usaha?kurang lebih 100
Wawancara 5 Nama
: Slamet Renita
Pendidikan Terakhir : SMP Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Dusun Demakan Banyubiru
No. Telpon
:-
1. Rata-rata tingkat pendidikan pelaku usaha? SMP 2. Jenis pelatihan dari dinas? Manajemen pasar, desain produk, kemasan. 3. Jumlah pelaku usaha di tempat anda? 12 (3 tetap yang lain tidak) 107
4. Kemitraan dengan pihak swasta dan perbankan? Belum pernah 5. Jiwa wirausaha bagaimana menurut anda? Kebanyakan menjual bahan mentah ke pengepul 6. Masalah yang di hadapi? SDM, pasar yang berkelanjutan, modal 7. Kreativitas dan inovasi? Saya, yang menciptakan produk-produk terbaru untuk anggota yang lain. 8. Sosialisasi perda maupun peraturan lainnya ?Belum pernah 9. Proses produksi dari hulu sampai hilir? Permaianan harga bahan baku oleh tengkulak, mengolah dari bahan mentah, proses penjemuran-pengeringan-pemutihan-di anyam.Setelah di anyam lalu di bentuk. 10. Barang yang di hasilkan? Sandal, tempat tisu, tempat sampah, vas bunga, miniatur kereta, lukisan, bingkai cermin. 11. Apa setiap tahun model dan bentuk berubah? Sebulan sekali ganti model. 12. Volume produksi, nilai investasi, pasar produk? Sedikit meningkat, peralatan, lokal menuju keluar provinsi 13. Hambatan dalam proses produksi? Musim 14. Apakah sudah menggunakan manajemen modern?Sederahana tetapi menuju ke manajemen yang bagus 15.Tingkat pendidikan karyawan anda?SMP 16. Tingkat keuangan? Meningkat 17. Apakah sudah ada ISO/SNI? Hanya hak paten 18. Bantuan dari Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan? Mesin jahit, mesin pres, untuk cetakan sepatu dan sandal,. 19. Sejak kapan usaha ini? Tahun 1999 20. Motivasi? Potensi eceng gondok. 21. Daya tarik usaha ini? Karena tuntutan dan kebutuhan. 22. Siapa yang punya gagasan mendirikan usaha ini? Balitban Bapeda, cluster, kelompok 23. Kenapa di bentuk kelompok? Karena jika ada order tidak kesusahan 24. Peran kelompok untuk kemajuan? Ketua harus kreatif, mencari model yang laku di pasar. 108
25. Adakah struktur organisasi kelompok?? Ketua, sekretaris, bendara, 4 seksi 26. Mekanisme berorganisasi? Sesuai dengan tugasnya, pertemuan sebulan 2 kali. 27. Kerjasama kelompok dan anggota kelompok? Sangat bagus sekali 18. Dukungan? Dinas 60%, RT RW belum 29. Pengaruh tradisi? Masih terpengaruh, mau jadi nya saja. 30. Apa saja model pemberdayaan ? Pelatihan, pendanaan, jembatan ke BUMN 31. Semangat jiwa wirausaha? Kurangnya sosialisasi, 31. Manajemennya bagaimana?Campur 32. Karakteristik usaha ini? Produk unggulan 33. Kelemahan eceng gondok? Jamur karena lembab. 34. Berapa kali pelatihan dari dinas? Banyak sekali Wawancara 6 Nama
: Komzah
Pendidikan Terakhir : Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: RT 1 Desa Tegaron
No. Telpon
:-
1. Luas lahan enceng gondog rawa pening? Kurang lebih 60.0 00hektar 2.Mata pencaharian sekitar narasumber? Pencari enceng dan nelayan 150-200KK 3. Tingkat pendidikan kelompok? Mayoritas SMP 4. Ada berap kelompok disini? Ada 2 kelompok, 1 kelompok 25 5. Jenis pelatihan yg pernah diterima? Balatkop SMG,disperindag Kabupaten. 6. Jumlah ketua kelompok? Ada 2 orang 7. Kemitraan dengan pihak swasta / perbankan? Belum ada 8. Bagaimana banyak pengusaha dengan jiwa wirausaha yang kuat? Sekitar 13 org
109
9.Masalah yg dihadapi? Kesulitan dalam pengeringan bahan baku saat musim hujan,kesulitan pembagian waktu dengan masa panen tani,pendanaan terbatas,pelatihan kurang,pemasaran kurang. 10. Pernahkah ada sosialisasi Perda Perpu dan PP? Belum pernah ada 11. Jelaskan proses produksi dari hulu sampe hilir? Ambil enceng gondog oleh petani,dijemur disawah oleh petani,layak jual ke pengepul,penganyam menjadi bahan baku setengah jadi,diambil pengepul lagi,dibeli grosir ke konsumen. Bisa dijadikan pola atau cetakan,bikin anyaman dasar lalu digabungkan jadi produk dan finishing. 12. Apa saja jenis produk yang dihasilkan dari enceng gondok yang dimiliki ibu? Tempat sampah,karpet,vas bunga,tempat parcel,box pakaian. 13. Apakah setiap tahun modelnya berganti? Desainnya berubah tapi untuk motifnya belum 14. Bagaimana volume produksi dan investasi & pasar lokal? Sedikit meningkat dan untuk sementara lokal,volume produksi meningkat sewaktu waktu sesuai kebutuhan,investasi tetap 15. Apa masalah dan hambatan yang dihadapi ? SDM masih kurang pengalaman,motif masih kurang,kurang kerjasama ,pendampingan kurang maksimal dan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan,showroom belum ada. 16. Bagaimana perencanaan produk dan produksi serta manajemen pemasaran? Punya perencanaan,kurangnya manajemen tapi ada pembukuan sendiri sendiri 17. Sejak kapan ibu menjalankan usaha ini? Tahun 2011 18. Bagaimana tingkat keuangan pelaku usaha? Sementara keuangan meningkat tapi belum ada investasi yang menonjol 19. Apakah sudah ada SNI dan ISO? Belum 20. Apa saja peralatan dan teknologi yang diterima dari Kabupaten SMG?Ada mesin pres,kompresor 21. Apa alasan ibu menekuni usaha ini? Untuk bahan baku mudah,ada pengalaman usaha. 22. Mengapa harus membentuk kelompok usaha enceng gondog? Karena dari dulu sudah ada kelompok,untuk maju bersama 23. Bentuk pemberdayaan dari desa dan disperindagkop? Pelatihan sekali dari dinas 24. Apa bentuk pendampingan dan monitoring? Pelatihan 2x dan studi banding 1x dari dinas 110
Wawancara 7 Nama
: Slamet Triamanto
Pendidikan Terakhir : SLTA Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat No. Telpon
: :-
1. Luas rowo pening ada berapa kira�? Sekitar 6000hektar 2. Apa pekerjaan disekitar rumah bapak? Petani, buruh,dll 3. Tingkat pendidikan anggota kelompok rata rata apa? 30% SLTA 50% SMP 20&SD 4.Jenis pelatihan yang pernah diikuti dari mana saja? Dispora kewirausahaan pemuda,koperasi dan UMKM,temu karya 5. Dari 12 orang,berapa yang kreatif? Sekitar 7 6. Bagaimana pendanaan atau modal dengan pihak swasta? Masih terjalin dengan perbankan Mandiri,BRI.serta sampoerna agro. 7. Bagaimana jiwa wirausaha dari seluruh pelaku usaha disini? Sekitar 7 org jiwa usahanya baik dan kuat sejak 2006 8. Apa masalah yang dihadapi? SDM terbatas,pengembangan pangsa pasar 9. Apakah pernah disosialisasikan tentang perda dll? Tidak ada sosialisasi secara khusus 10. Gambarkan proses pengolahan bahan baku dari hulu sampe hilir? Ambil bahan dari Rawapening,dijemur manual matahari,masuk pengolahan lalu masuk pasar 11. Apakah setiap tahun ada perubahana model? Setiap bulan ada perubahan model dan desain 12. Bagaimana volume produksi,nilai investasi dan pasar produk? Sangat bagus sekali dengan nilai pasar 111
13. Apakah pelaku usaha sudah mnerapkan manajemen modern? Secara tidak langsung dari awal sudah melaksankan manajemen itu 14. Struktur kelompok? Ketua, sekertaris,bendahara,seksi bahan baku,seksi desain 15. Mekanisme kerja dalam kelompok? Sesuai dengan tugas dan pokok� bahasan masing� seksi 16. Bagaimana tingkat keuangan pelaku usaha enceng gondog? Dilihat dari peningkatan kehidupan sehari hari,meningkat 17. Bpakah ada bantuan peralaatan dari dinas? Kompresor,mesin pres 18. Peran ketua RT maupun Rw pemberdayaannya
tentang
pemberdayaan usaha ini? Sangat gencar
19. Apa saja bentuk pemberdayaan yang diterima? Pelatihan dan alat 20. Pendampingan atau monitoring secara langsung dari dinas ada atau tidak? Ada tapi tidak maksimal 21. Apa motivasi menekuni usaha ini? Ingin sekali menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain 22. Koordinasi dan kerjasamanya bagaimana? Baik serta ada rapat tiap bulan
Wawancara 7 : Nama
: Didik Kiswantoro
Pekerjaan
: Pegawai Desa Banyubiru
Pendidikan
: SLTA
Jabatan
: Kepala Urusan Pembangunan
Seberapa jauh keterlibatan perangkat Desa khususnya Kepala Urusan Pembangunan dalam pemberdayaan terhadap pelaku usaha ekonomi kreatif Enceng Gondok ? Selama ini pemberdayaan dari Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan, tidak pernah melibat kami, sehingga kami tidak tahun tentang pendidikan dan elatihan, kebijakan pemerintah tentang pemberdayaan UMKM, kewirausahaan dan lain-lain
Wawancara 8. Nama
: Retno Sunarsih 112
Pekerjaan
: Pegawai Desa Kebondowo
Pendidikan
: S1
Jabatan
: Kau Pembangunan
Apakah perangkat Desa pernah dilibtkan dalam pemberdayaan terhadap elaku usaha Enceng Gondo di Desa ini ? ya dilibatkan terutama dalam hal sosialisasi. Tetapi lebih jauh biar ditanyakan kepada Bapak Sukamto Kepala Dusun Desa Kebondowo
Wawancara 9 : Nama
: Sukamto
Pekerjaan
: Perangkat Desa Bkebun Dowo
Pendidikan
: SLTP
Jabatan
: Kadus
1. Berapa jumlah penati encenggondok disini ? kuranglebih 70 orang. 2. Berapa jumlah pengepul enceng gondok disini ? ada 3 orang 3. Berapa pelaku usaha enceng gondok maupun pekerja bahan etengah jadi ? ada 13 ermasuk ketua kelompok 4. Apakah bapak pernah tahun tentang jenis pelatihan bagi pelaku usaha ? kurang tehaun persis tetapi sering kali pelaku usaha enceng gondok disini mengikuti pendidikan dan pelatihan seperti cara membuat produk, membikin pola dan sebagainya 5. Tingkat pendidik pelaku usaha dan pekerjaan bahan setengah jadi ? Rata sebagian besar SD dan SMP dan 30 % SLTA 6. Bagaimana jiwa wirausaha mereka ? ya, cukup kreatif 7. Bagaimana dengan keterampilan SDM ? cukup terampil tapi tingkat pendidikan kurang memadai 8. Pernahkah menerima sosialisasi kebijakan pemerintah ? Belum pernah
Wawancara 10 : Nama Pekerjaan
: Suparlan : Perangkat Desa Tegaron 113
Pendidikan
: SLTA
1. Berapa jumlah petani, pengepul, pelaku usaha dan pekerja bahan setengah jadi ? Lebih tepat bar ditanyakan kepada ketua kelompoknya 2. Bagaimana prosesd produksi enceng gondok dari hulu sampai hilir ? secara garis besar adalah diambil petani dijual kepada pengepuln.Pengepul menjemur jadi kering atau dikirim ke Yogyakarta untuk dijual dan dijemur oleh pelaku usaha disan. Dianyam oleh pekerja bahan setengah jadi dann bisa akan dijual kembali ke pengepul 3. Pernah atau tidak sosialisasi kebijakan pemrintah yang terkait dengan UU, PP, Perda ? Belum pernah ada 4. Apa saja bentuk pemberdayaan dari pemerintah tingkat atas yang Saudara ketahui ? Bantuan peralatan, pembinaan, keikutserta dalam pameran daerah, regional dan nasional
Wawancara 11 Nama
: Muh Rofii
Pekerjaan
: Tani
Pendidikan
: SD
Umur
: 63 tahun
Jabatan Ketua RT 1 1. Seberapa jauh keterlibatan ketua RT dalam pemberdayaan terhadap pelaku usaha Enceng Gondok di RT ini ? Kami tidak pernah dilibatkan sama sekali 2. Apakah Bapak mendukung dengan usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha enceng gondok sebagai warga Bapak ? Kami sangat menduku dalam rangka peningkatan ekonomi keluarga
Wawancara 13. Nama
: Kholil Kapsani
Pekerjaan
: Guru SD
Usia
: 55 tahun
Jabatan
: Ketua RW
114
1. Apakah Bapak pernah dilibatkan dalam pemberdayaan terhada pelaku usaha enceng gondok yang ada di RW Bapak ? Kami sama sekali tidak pernah dilibatkan dan tdak pernah ada pemberitahuan tentang adanya pemberdayaan dari pemerintah tingkat atas terhada pelaku usaha enceng gondok di RW ini 2. Pernah apa tidak pelaku usaha enceng gondok ditempat Bapak ini membangun komunikasi denganBapak ? Tidak pernah 3. Apakah Bapak setuju dengan pelaku usaha enceng gondok yang juga sebagai warga bapak? Ya saya sangat setuju agar dapat membuka kesempatan kerja bagi wagra lain maupun anggota keluarganya
Wawancara 14 Nama
: Salamun Hadi
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan
: SD
Usia
: 54 tahun
1. Seberapa jauh keterlibatan Bapak jika ada pemberdayaan dari pemerintah yang lebih tinggi terhadap pelaku usaha enceng gondok di RT Bapak ? Saya sama sekali tidak tahu 2. Apakah Bapak sangat mendukung keberadaan dari pelaku usaha enceng gondok yang jga sebagai warga Bapak ? ya, sangat mendukung demi peningkatan hidup
Wawancara 15 Nama
: Bambang Prayitno
Pekerjaan
: Perangkat Desa Tegaron
Jabatan
: Kepala Dusun Desa Tegaron
1. Apakah perangkat Desa Tegaron selalu dilibatkan dalam pemberadayaan terhadap pelaku usaha enceng gondok ? Ya ada yang dilibatkan dan ada juga yang tidak dilibatkan 2. Apakah Bapak sangat mendukung terhadap pelaku usaha enceng gondok di Desa ini ? ya sangat mendukung agar hidup lebih layak
115
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PETRUS RESI, lahir di Ende-Flores-NTT, 14 April 1955 anak ke sebelas dari dari pasangan Bapak Yoseph Rinda dan Ibu Maria Bari. Menyelesaikan pendidikan SD Katolik bersubsidi di Worombera 1970, SMP Katolik bersubsidi Ndao Ende, 1973, SMA Syuradikara Ende-Flores, 1976, Fakultas Ketata Negaraan dan Ketataniagaan Universitas Brawijaya Malang 1980, Fakultas Ilmu Administrasi(FIA) Universitas Brawijaya Malang, 1983. Menikah dengan JuniSupriyanti Theresia dari Semarang dikaruniai 2 orang putra : Viktorinus Singga Resi dan Vinsensius Rinda Resi. Meniti karier di Kotamadya Dati II Salatiga 1986-1993 pada Bagian Hukum dan Ortala, Bagian Penyusunan Program 2001-2003, pada Kantor Informasi dan Komunikasi 2003-2008, pada Dinas Koperasi dan UKM, pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM 2009-2010, dan Staf Ahli Walikota bidang Hukum dan Pemerintahan2010-2011. Bergabunga dengan Badan Diklat sebagai Widyaiswara Madya pada bulan Mei 2011 dengan pangkat IV/b Pembina Utama Muda. Mengajar di Diklatpim IV, III, II danteknis lainnya.
116
Diklat struktural dan fungsional yang pernah diikuti adalah Sepala 1994, SPAMA, 1997, Diklatpim II 2004, TOT Umum
.
117
118
119