ANTOLOGI PUISI KEMANUSIAAN
U M A K DU A Y G N I H RO
budaya • sains • religi
Antologi Puisi Kemanusiaan
No. 1 September
2017
•1
2
•
No. 1 September
2017
Antologi Puisi Kemanusiaan
Pengantar Redaksi
D
i tubir September 2017 tragedi antikemanusiaan tergelar lagi di Myanmar. Warga Rohingya jadi korban tindak kekerasan yang tidak semestinya. Itu pelanggaran hak azazi kemanusiaan. Namun drama masih terus berlanjut walau mendapat tantangan dari berbagai suara dunia. Inilah wajah kemanusiaan kita yang masih terjelma di tengah perdaban yang sedemikian melaju. Sebagai tanda protes terhadap aksi antikemanusiaan itu, NEOKULTUR menghimpun beberapa puisi yang berserakan di dunia maya, face book, berdasar time posting, dalam suatu antologi yang kami beri judul Dukamu Rohingya. Betapapun tidak begitu berarti, tetapi inilah percik titik minimal yang bisa kami lakukan sebagai waraga literasi maya. Salam. ***
Antologi Puisi Kemanusiaan
No. 1 September
2017
•3
DAFTAR ISI | 05 | Sugiono MP | 06 | Eko Windarto | 07 | Ghouts Misra
Husain Toib Desi Oktoriana Jamal Rahman Iroth Bahtiar Baihaqi Y. S. Sunaryo Ifladi Marid Erbee Pramono Bani Hasyim Alpharexztha Roval Alanov Erry Amanda Agus Maulana Sunjaya Miftah H. Yusufpati Agung Pranoto Agus Dta
4
•
No. 1 September
2017
ROHINGYA
ROHINGYA, ROHINGYA
KORBAN SENAPAN NOBEL PERDAMAIAN KUDATULI
| | | | | | | |
08 10 11 12 13 14 15 16
| | | | | | | |
KEMANUSIAAN YANG HILANG
| | | | | |
17 18 19 20 21 22
| | | | | |
LADANG YANG HANGUS
TENTUKAN SEKARANG, NAK! UNTUK ROHINGYA SI ANAK HARAM
SISI GELAP DI ROHINGYA AKHIR SEBUAH MIMPI ROHINGYA
AROHINGYA MEMANGGIL SERIBU KEKUATAN UNTUK TANGISAN PANJANG RIBUAN JEJAK
ISAK ROHINGYA
AUNG SAN SUU KYI DUKA ROHINGYA ROHINGYA
Antologi Puisi Kemanusiaan
Ghouts Misra
ROHINGYA langit mendung taman rohingya terbakar disulut beda pakaian ketakutan kelaparan mencongkel badik keluar sarung nyawanyawa terpetik deru ambisi suara damai Islam dikira sebagai tirai tirani Firaun mengira Musa berambisi merebut tahta rumput kepala disirami air yang sama kini Rohingya menjadi taman terbakar hujan ‘kan datang memadamkan api ambisi kemarahan menyuburkan taman kembali, g G, Jkt, 020917
Antologi Puisi Kemanusiaan
No. 1 September
2017
•5
Sugiono MP
ROHINGYA, ROHINGYA [I] gugur daun robek patah ranting menangis nestapa bukan tersengat kering tersebab kampak paksa lalim penguasa bumi saksi peluk kami penggembur tanah peradaban semu kenistaan kemanusian yang terkoyak
[II] matahari menetes air mata di atas tanahtanah rohingya seratus tahun sudah gelimpang tubuh pekik menyekat memeluk bumi tanpa dosa bergelimang alam nyawa terhilang hati kita, kerontang pojok indonesia, 3 september 2017
6
•
No. 1 September
2017
Antologi Puisi Kemanusiaan
Eko Windarto
KORBAN SENAPAN NOBEL PERDAMAIAN KUDATULI Rohingya korban persekusi tanpa henti Aung San Suu Kyi penerima Nobel Perdamaian sepi Hari-hari dijadikan penutup besi Ribuan pengungsi tak aman lagi Demokrasi dan hak asasi jadi tuli Kebencian, amarah, penderitaan, kehancuran jadi santapan pagi Kursi jabatan dijadikan meja judi Hingga biskuit berenergi dihentikan distribusi Di masukan lemari sendiri di antara anak-anak kurang gizi Sampai aku benci dipukuli dan ditembaki di halaman sendiri Dari senapan Nobel Perdamaian kudatuli Sekarputih, 392017
Antologi Puisi Kemanusiaan
No. 1 September
2017
•7
Husain Toib
KEMANUSIAAN YANG HILANG Kabar suara dari semak belukar merangkak terbang beriring angin memecah tangis kepiluan Amuk angkara memporak porandakan kemanusiaan berbalut kekuasaan ditompang faham keagamaan bersembunyi di balik kepentingan menghalalkan pembantaian Di mana kemanusiaan Di mana belas kasihan Di mana kasih sayang Di mana nurani Di mana HAM Semua bisu seolah-olah tidak tahu Kabar suara dari semak belukar merangkak dari rumah-rumah terbakar musnah luluh lantak hilangkan kehidupan Penghuni berlarian menembus gelapnya malam menerabas hutan menyeberangi lautan tanpa tujuan kepastian
8
•
No. 1 September
2017
Antologi Puisi Kemanusiaan
Ratapan tangisan sesungukan jeritan minta ampunan tak dihiraukan Kumpulan anak-anak manusia di kamp-kamp pengungsian menunggu jatah giliran diperjual-belikan Ada ibu memangku anak umur lima bulan mati mengenaskan meratapi sebuah kekejaman Ada ibu lari tungang langgang ketakutan teriak histeris teringat suami dimutilasi Ada suami setengah gila terbayang istri diperkosa bergiliran setelah itu dibakar Ada bocah mengendong adiknya berlumuran darah kehilangan kedua orang tuanya Apakah itu arti nobel perdamaian yang kau perjuangkan? Itu kebiadaban yang sedang kau pertontonkan! Bontang 3 September2017 Hsn
Antologi Puisi Kemanusiaan
No. 1 September
2017
•9
Desi Oktoriana
TENTUKAN SEKARANG, NAK! Sejarah tempat ummat berkaca laiknya cermin yang selalu terbuka pikir dan jiwalah yang melihatnya seterang lentera kini Rohingya dulu Bosnia ketika kepala manusia dijadikan bola penuh darah dan disepak sekenanya pembantaian mendapat tempat manusia memenggal manusia tanpa khidmat darah tertumpah ruah menawarkan maklumat kami punya kuasa dan bermartabat Siapkan dari sekarang, Nak! esok lusa bisa saja giliran kita nyawamu kelak tak ubahnya alang-alang direnggut oleh tangan-tangan jalang Percayalah padaku, Nak! kita mendiami dunia sekilat saja jangan harap asal kenyang dan selamat namun sekelilingmu penuh hianat Tentukan dari kini, Nak! dimana kamu berpihak menjadi pembela yang hak atau hatimu diam tak tergerak kalau tidak! jadilah hewan ternak mereka memang tak punya otak ;lebih baik daripada para biksu botak yang hati dan jiwanya rusak! Bandung, 3 September 2017
10
•
No. 1 September
2017
Antologi Puisi Kemanusiaan
Jamal Rahman Iroth
UNTUK ROHINGYA syair apa dapat kutulis dengan hati gemetar untuk rohingya terbebas tragedi barbar keluar dari perangkap kebencian berkobar dari rakhine menyeberangi sungai naf di bawah langit remuk dan berdarah syair apa dapat kutulis dengan hati gemetar pada tangis rintih bayi-bayi na’as pada rasa takut kaum tertindas pada tubuh-tubuh ditumpas pada napas dirampas pada peradaban luka selamanya membekas syair apa dapat kutulis dengan hati gemetar sedang jiwa harus berdamai dengan pedih saat nurani menahan, jangan memaki bibir mesti tetap dikatup, tidak melaknati syair apa dapat kutulis dengan hati gemetar sungguh, estetika mana kulanggar jika kutuk meledak di ujung pena kertas-kertas terbakar lenyap seluruh catatan kelam agar kebengisan tak jadi kekal Jamal Rahman Iroth, 03 Sept 2017
Antologi Puisi Kemanusiaan
No. No.1 1September Setember
2017
• 11
Bahtiar Baihaqi
SI ANAK HARAM Baiklah jika tak ada yang mau mengakuimu sebagai anak kandung, mungkin lebih mudah kita tunjuk Dia sebagai biang keladi Bukankah selilit yang nancap di gigimu juga atas seizin-Nya Apatah lagi sebuah genosida biadab di Rohingnya “Tak ada agama yang melahirkan kekerasan,� katamu Mungkin mereka termasuk orang tua mandul hingga kerap dititipi anak asuh segala rupa dari ortu sejuta anak bernama manusia ihtiar Kita pun lupa bahwa HAM, kemanusiaan, dan kekerasan adalah saudara kandung Nyatanya mereka malah kerap bertengkar Si HAM pun jadi partisan, kemanusiaan jadi pilih-pilih nasionalisme, lekat pada muasal primordial Padahal konon HAM mestinya universal Kemanusiaan jadi nasionalisme sebagaimana Gandhi, my nationalism is humanity Kebaikan tak perlu dikaveling-kaveling Adapun kekerasan kita berangus saja Si anak haram itu hanya memerlukan tanggung jawab Bukan sekadar sinisme, serapah, dan intrik BB, 03.09.2017
12
•
No. 1 September
2017
Antologi Puisi Kemanusiaan
Y. S. Sunaryo
SISI GELAP DI ROHINGYA Mesin genosida membabi-buta di Rohingya Kebiadaban purba itu dipraktekkan secara terbuka Mana Perserikatan Bangsa-Bangsa Ke mana para sekutu adidaya Di mana negara-negara Asia Tenggara menyeka duka mereka? Semua seolah telah lama buta Padahal jutaan muslim Rohingya telah perlaya Seribu sembilan ratus sembilan puluh tinggal empat juta Dua ribu tujuh belas kurang dari sejuta setengah saja Genosida itu apa hanya soal latar beda agama? Adakah ini soal penduduk Rohingya bermukim di kawasan gas cadangan dunia? Gas telah mengalir bersama darah dan air mata Bara perang telah menyala di kawasan Asia Tenggara Ah ini cara-cara aneksasi dari teori lama Rembetannya mesti cepat diduga Agar, lagi-lagi, nyawa kaum beragama tak menjadi tumbal ajang adu kuasa Dari syahwat negara kaya yang tak lagi bercelana Bela Rohingya sekarang juga Waspada, ke mana muara aksi para pembela hak azasi manusia Bandung, 3 September 2017
Antologi Puisi Kemanusiaan
No. 1 September
2017
• 13
Ifladi Marid
AKHIR SEBUAH MIMPI Sungai-sungai di Rhakine itu telah mendekap dengan kehangatan yang di miliki seorang ibu. Untuk mengakhiri penderitaan yang tak mampu lagi di usung oleh anak-anak Rohingya..! Kepada langit kosong. Ibu-ibu yang melahirkannya menunggu hantaran terakhir. Untuk menyusui di cakrawala yang paling sepi. Tetes ASI tersisa yang belum sempat dirampas. Dari para lelaki menelantarkan Tuhannya. Yang bersikeras mencongkel mata hatinya dari kemarin. Anak-anak yang lahir dari rahim gelap. Berkelit dari kematian yang sering menjemputnya. Kini tlah tertidur dalam dekapan yang paling erat. Dari ibu yang tak pernah berhenti merentangkan hangat. Itulah pelukan penuh isyarat. Bagi anakanak yang merindukan lelap. Ketika jalan pulang kepangkuan di izinkan Tuhannya. Anak-anak Rohingya itu tlas pulas menemui dekapan ibu. Mengakakhiri mimpi buruk yang slalu mengejarnya. Curup. 04 Agustus 2017
14
•
No. 1 September
2017
Antologi Puisi Kemanusiaan
Erbee Pramono
ROHINGYA aku tak pernah kenal kalian baik pribadi maupun kumpulan aku tidak tahu apa apa tentang kalian kecuali dari berita berita yang bertebaran tetapi kita diikat satu rasa kemanusiaan maka rasaku terusik batinku bergejolak dan darahku mendidih menyaksikan penindasan dan pembantaian atas kalian Oooh, Rohingya.... kalian menjadi bukti, menjadi saksi, sekaligus menjadi kelinci bahwa buasnya binatang bukanlah apa apa dibandingkan bengisnya manusia Oooh Rohingya, kalian menjadi bukti bahwa sisi kemanusiaan dunia banyak yang terkunci
Antologi Puisi Kemanusiaan
mereka sibuk dengan perut sendiri mereka ribut dengan pikiran sendiri mereka hanyut dengan keriuhan sendiri bagaimana mungkin bisa perduli? Oooh Rohingya, karena kalian kami semakin tahu dengki telah mewabah di negri ini kemanusiaan adalah alat untuk transaksi dan empati maupun simpati hanya berakhir di kursi kursi sementara kalian menggelepar serupa ikan dilempar ke jalanan dan aku, duhai Rohingya, dan aku aku pun tak memiliki daya apalagi kuasa kecuali berteriak melalui sajak yang segera lenyap dibekap senyap tanpa jejak aihh... Jogja, 05092017
No. No.1 1September Setember
2017
• 15
Bani Hasyim Alpharexztha
ROHINGYA MEMANGGIL SERIBU KEKUATAN UNTUK TANGISAN PANJANG Luka menggigir mengurai nasib Bibir beku di Rohingya bercerita tentang takdir tentang perang tentang pertumpahan darah Rohingya yang meneteskan airmata Menulis dari luka sebagai tinta Pengganti dari ketiadaan cinta Rohingya memanggil segala kekuatan dalam kelam lukanya ia tak lagi menyeka airmata sebab airmata telah kering untuk seribu tangisan yang panjang Tak ada jedah pada Nafas Air mata telah tumpah dengan darah Indonesia, 5 September 2017
16
•
No. 1 September
2017
Antologi Puisi Kemanusiaan
Roval Alanov
LADANG YANG HANGUS Ada satu kematian atas nama egoisme Berwajah besi, bertangan api Wahai orang orang yang kelaparan darah Darah saudara sendiri Belum puaskah kalian memangsa sesama Ingat ingat kita ini juga akan mati Menemui sang pemilik diri Ah ladang itu Hangus sudah Dari rona rona kehidupan Mereka mati Mati karena ketidak berdayaan Tuhan Engkau segala yang Maha tahu
Dan kalian manusia berwajah besi Sadarlah Ini belum kiamat Bertobatlah Ingat itu Wahai kalian
Di sini daku meminta Damaikan mereka
Ini kita manusia Bukan binatang
Sedamai dulu Saat terlahir
Sadarlah Bertobatlah Madura, 060917
Antologi Puisi Kemanusiaan
No. No.1 1September Setember
2017
• 17
Erry Amanda
RIBUAN JEJAK ribuan jejak pejalan kaki lukisan bayang langit tanpa dupa ratus atau nyanyian gugur bunga impian kuburan dan ketakutan ketakutan adakah kematian nyanyian petaka di balik timbunan tanah ditikam masa sedang gerincing binggel di kaki adalah talu musikal jiwani taklah pernah usai Bandung 070917
18
•
No. 1 September
2017
Antologi Puisi Kemanusiaan
Agus Maulana Sunjaya
ISAK ROHINGYA Kutulis ‘Rohingya’ Darah mengalir Dari sela Aksara Kutulis ‘Rohingya’ Lalat merubung Pada anyir Maknanya Kubaca ‘Rohingya’ Berbunyi lara Kisah jiwa Ternista Kubaca ‘Rohingya’ Tanpa suara Hanya isak Nestapa Tangerang 06092017
Antologi Puisi Kemanusiaan
No. 1 September
2017
• 19
Miftah H. Yusufpati
AUNG SAN SUU KYI Kau mawar di pucuk meriam Kelembutanmu menggetarkan dunia Merah darahmu untuk kemanusian Kau adalah Srikandi rakyat Burma Simbol pejuang tak punya rasa gentar Itu dulu … Kini, Sejak singgasana pengendali ada di tanganmu Darah merahmu tlah membeku Letusan bedil menjadi irama kemanusiaanmu Rakhine membuka wajah aslimu Bagimu, Ronghiya adalah mainan baru Aung San Suu Kyi … Aung San Suu Kyi …Aung San Suu Kyi Dunia menyaksikan Myanmar berdarah Pasukan memuntahkan meriam dan senapan di tubuh legam Ronghiya, membakar rumah-rumah, kebun-kebun, ternak-ternak, dan semua .. Lalu aku dipaksa melihat mulut Presiden Htin Kyaw, bonekamu itu Oh, Tuhan … Dia bertaring berlumpur darah Dia mengais-ngais apa saja untuk menghapus jejak Ronghiya Aung San Suu Kyi … Aung San Suu Kyi …Aung San Suu Kyi Kau mencabik-cabik tubuh mungil bayi Ronghiya Padahal yang kau benci sesungguhnya keyakinan orang tua mereka Oh, Suu Kyi … Kan kucatat kau sebagai penerima Nobel pelaku genosida Jakarta, 6 September 2017
20
•
No. 1 September
2017
Antologi Puisi Kemanusiaan
Agung Pranoto
DUKA ROHINGYA duka rohingya menghentak membakar kedamaian rumput darah dunia merah membara rumput-rumput kini menganga kau toreh lagi luka kelam kau usik lagi azazi insani amis darah di pisau kami rindukan sayatan-sayatan kita sama-sama ciptaan tu(h)an kaukah batu yang tak perasaan haruskah kami melepas sunyi jihad hingga darah penghabisan? Surabaya, 07092017
Antologi Puisi Kemanusiaan
No. 1 September
2017
• 21
Agus Dta
ROHINGYA Jerit ratapmu Menggedor ditiap relung jiwa Yang masih bernama manusia Tapi dunia kelu bisu Begitupun aku Menyaksikan mu Menggelepar diarena bantai Tangan durjana Tuhan Anugrahi mereka surga (Sumber 08017)
22
•
No. 1 September
2017
Antologi Puisi Kemanusiaan
TIM KREATIF SUPLEMENT SEPERVISI Prof. Erry Amanda REDAKSI Sugiono MP Agung Pranoto RISET Sudjono AF Eki Thadan Desi Oktoriana DESAIN KREATIF Metaforma Creative Comm. SUMBER FOTO | kompas.com | detik.net.id | sindonews | bbci.co.uk | dw.com | bdnews24.com | | voanews.com | newsweek.com | atimes.com | ibtimes.co.uk | |transcend.org | dayatbojo.blogspot | pojoksatu.id | EMAIL neokultur2@gmail.com | 0813-8371-3210
Antologi Puisi Kemanusiaan
No. No.1 1September Setember
2017
• 23
budaya • sains • religi
24
•
No. 1 September
2017
Antologi Puisi Kemanusiaan