Majalah El-Nilein Edisi Oktober 2022

Page 1

el-nilein

di sudan masih Worth it

OPINI SUDAN MASIH TERLALU ASIK UNTUK DITINGGALI WAWANCARA NARASUMBER DR. CHOIRUR ROZIQIN MANAPSIR, M.A. KAJIAN UTAMA MASIH WORTH IT KAH KULIAH DI SUDAN? EDISI OKTOBER 2022 kuliah
gak sih?

SALAM REDAKSI

Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh

Segala puji dan syukur selalu tercurahkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang mengajarkan manusia ilmu dan memerintahkan untuk membaca. Sholawat dan salam selalu terhaturkan kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam selaku nabi penutup yang menyampaikan risalah kepada seluruh umat manusia. Semoga kita ter masuk ummatnya yang mendapatkan syafaat-nya di hari akhir kelak.

Majalah El-Nilein kembali hadir dihadapan pembaca sekalian dengan pembahasan yang menarik untuk disimak oleh seluruh kalangan,khususnya para calon mahasiswa yang memiliki keinginan untuk melanjutkan studi di negara Sudan. Sudan dengan se gala dinamika kehidupannya yang tentu akan berpengarauh pada proses menuntut ilmu,melalui terbitnya majalah edisi kali ini,diharapkan dapat menjadi acuan jika para calon mahasiswa Indonesia berkeinginan berangkat ke Sudan.

Melalui bermacam riset dari pengalaman setiap penulis, edisi kali ini tentu akan me nimbulkan pro dan kontra terkait apakah Sudan masih layak dijadikan tempat tujuan menuntut ilmu. Mengangkat judul “Sudan, masih worth it gak sih?” diharapkan mam pu memberikan pandangan yang dapat mencerahkan sahabat-sahabat sekalian dalam menilai Sudan dari berbagai aspek. Selamat menikmati.

KRU LEMBAGA EL-NILEIN 2022-2023

Direktur: Zaid Abdul Aziz

Sekretaris: Kuni Abida Kamila

Bendahara: Muhammad Nur Wahid, Atik Fitriyati

Pimpinan Redaksi: Muhammad Hasan Albanna

Staf Redaksi:

Nailul Rohmatul Muwafaqoh, Muna Syahidah, Raja Juliansyah Zainun Bethan, Muhammad Rayyan Hidayat, Aribah Alfawwaroh, Nova Rosawanda, Muhammad Najmuddin, Abdul Aziz, Saifurrahman, Loby Pangestu. Staf Media

Designer: Tengku Rahmad, Khilda Nadhrotul Wujuh, Wahdatul Hijjati

Layouter: Muhammad Hanif Mu’afa, Rosyida Noor Alfaeni

Podcaster: Daniel Zia Ulhaq, Muhammad Al-Hafiz, Kurnia Nur Khodijah, Urfa Salsabilatul Jannah

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 2022 1
DAFTAR ISI 01 Kajian Utama I Masih Worth It Kah Kuliah di Sudan 01 Muslimah Corner Mutiara Hitam Penghuni Surga 01 Opini I Sudan Masih Terlalu Asik Untuk Ditinggali 01 Sastra You’ll Never Walk Alone 01 Kesudanan Mengapa Mahasiswa Indonesia di Sudan Semakin Merasa Kurang Uang Jajannya? 01 Kajian Utama II Sudan, Pesona dan Derita 01 Sejarah Kebudayaan Islam Peran Bangsa Arab di Negara Indonesia 01 Opini II Hidden Gem di Afrika 01 Wawancara Narasumber: Dr. Choirul Roziqin Manapsir, MA 01 Resensi Film “Al-Sit” Sumber gambar: Rahmatullah Hidayat, Muhammad Saefurrohman, Herol Zenzya, Dini Inayanti, Un splash (Abdul Aziz Mohamed), Pixabay Majalah El-Nilein Edisi Oktober 2022 MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 20222
KAJIAN UTAMA MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 2022 3

WORTH IT KAH KULIAH DI SUDAN?

Membandingkan Sudan

Mei 2018. Saya menonton kanal youtube sambil gigit kua ci di atap rumah. Paul Kagame muncul di layar memberi anggukan selamat siang kepada khalayak. Presiden ke banggaan rakyat Rwanda tersebut duduk di kursi ruang konferensi IUA . Tanpa banyak cingcong, kecuali membet ulkan letak kacamata, ia menjawab pertanyaan dari para hadirin di ruang sidang. Panjang dan berliku-liku jawaban Presiden Kagame sehingga kurang mampu saya cerna di kepala. Konon begitulah katanya seorang diplomat.

Alhasil saya tidak juga dapat pencerahan ingin kuliah dimana setelah ini. Dilema antara Maroko atau Sudan. Setelah berhari-hari menggali insight dan perbandingan dua negara tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk naik kembali ke atap rumah dan memungut suara le wat voting instastory di instagram dengan opsi Sudan vs Maroko. 54% Sudan 46% Maroko. Kemenangan yang ti dak diharapkan. Warganet memang senang sekali asal pencet.

Sudan sendiri tidak pernah terlintas dalam benak saya sebelumnya. Sedangkan Maroko sudah lama. Namun, se dikit pesimis melihat angka penerimaan beasiswa Maroko yang minim. Cerita bagaimana awalnya tiba-tiba saya ke pikiran mendaftar kuliah di Sudan. Alasannya pun cukup random. Pertama, karena menonton video bocah Sudan bicara bahasa Indonesia fasih dengan tentara Indobat saat sedang dalam misi perdamaian di Darfur. Kedua, setelah khatam membaca novel Minaret si Leila Aboulela, tentang Najwa seorang wanita muda Muslim—yang dulu memiliki hak istimewa dan sekuler di tanah kelahirannya Sudan dan hidup miskin di London. Jika disandingkan dengan negara Arab lain dari banyak hal. Sudan memang akan selalu menang saat beradu na

MASIH
Oleh: Muhammad Saifurrohman Mahasiswa International University of Africa, Khartoum
MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 20224

sib. Akan berbeda kasus dalam uji standar layak hidup. Mengutip dari Business In sider, faktor penentu standar hidup suatu negara selain besarnya nilai jual produk domestik adalah seperti kebutuhan dasar hidup (kesehatan, sanitasi, dan rumah), peningkatan taraf hidup (edukasi, dan te knologi), hingga kebebasan (kebebasan berbicara, dan saling toleransi).

Sebagai sampel, saya akan klasifikasikan beberapa negara yang menjadi destina si studi di Timur Tengah untuk menjadi tolak ukur perbandingan. Saudi Arabia, Maroko, Jordan, Tunisia, Iran bisa dikat egorikan sebagai negara paket gold. Me sir, Sudan, Yaman, Libia kita kategorikan sebagai negara paket platinum. Sebagai disclaimer, ini hanya sebatas pengelom pokan, yang mana label platinum sendiri adalah sebuah satir.

Negara-negara gold bisa dikatakan ung gul jauh dalam segi kebutuhan dasar hid up, termasuk dalamnya pemberdayaan pendidikan formal. Birokrasi yang rapih, fasilitas yang memadai, asrama universi tas layak huni, dan berbagai suka senang minim duka di sana. Tidak ada ceritanya mahasiswa Saudi akan mengantri dari pagi sampai besoknya lagi untuk mengu rus visa izin tinggal karena regulasi yang bertele-tele. Atau merasakan hidup tanpa listrik berhari-hari seperti kawan-kawan di Sudan dan Yaman. Cerita-cerita tidak masuk akal semacam ini benar adanya terjadi di negara-negara platinum.

Jika kita jadikan negara kita Indonesia tolak ukur untuk masalah ini. Kita sadari bahwa negara-negara label platinum tadi tak lebih maju dibanding dengan nega ra kita. Bahkan terlontar sebuah lelucon bahwa Sudan adalah cerminan Indonesia tahun 90-an. Bukan tanpa alasan meng ingat fakta demikian adanya. Terkhusus dalam bidang pendidikan formalnya yang jauh dari standar internasional, meski nama salah satu kampusnya berlabel in ternasional.

Worth it Kah Kuliah di Sudan?

Efek domino dari keriwuhan politik in ternal Sudan yang berawal pada 2019 makin merambat ke segala aspek. Mu lai dari ketidakstabilan ekonomi, naikn ya harga kebutuhan pokok yang berlipat ganda serta tingginya tingkat inflasi yang mencapai angka 363%. Menilik ke be lakang saat segalanya serba murah bah kan gratis. Masih adanya pembebasan biaya pendidikan dan izin tinggal bagi mahasiswa asing. Pergi kesana kemari dengan muwasholat cukup dengan 2

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 2022 5

juneh . Tidak ada istilah denda senilai 80 dolar saat gagal dalam satu mata pelaja ran kuliah (meskipun ini ada baiknya).

Dahulu satu lembar uang 100 dolar dira sa masih sangat cukup bahkan berlebih untuk hidup satu bulan. Sekarang, untuk makan saja kita harus merogoh kocek rata-rata lima puluh ribu perhari, karena ayam kecap Pakumis pun terdampak in flasi. Artinya 1 juta setengah dalam seb ulan, itu hanya untuk makan. Belum lagi sewa rumah, biaya izin tinggal, isi bensin bagi yang berkendaraan, uang tilang jika lagi sial. Semua carut marut kehidupan serba uang ini toh untuk apa? Perkuliah an yang juga tidak jelas?

Sebab daripada itu semua, berlaku pula konsep sederhana ‘turunnya ekonomi meningkatlah kriminalitas’. Pada tahun 2020 Persatuan Pelajar Indonesia di Su dan (PPI Sudan) melakukan pendataan kasus kriminalitas pada mahasiswa In donesia, tercatat rata-rata terjadi 4-5 ka sus pencurian ataupun perampokan tiap bulannya. Penyebarannya pun merata, tidak hanya bagi mahasiswa yang tinggal di luar asrama sebagai korban. Maha siswa yang tinggal di asrama dalam pen gawasan kampus dan seharusnya relatif aman juga beberapa kali menjadi korban tindak kriminal.

Hal ini penting untuk saya katakan agar mereka yang berniat kuat untuk be lajar disini benar-benar memantapkan hati, dan tidak mudah terombang-amb ing. Sebelum sampai di sini, ada banyak hal yang harus kita tanyakan pada diri sendiri. Apa yang ingin saya cari di sini? Untuk apa saya ke sini? Serta sederet pertanyaan lain yang sekiranya bisa me

mantapkan hati. Karena jika dipikir secara logika, tidak ada orang yang sembrono tetap berangkat ke Sudan setelah men dengar hal-hal negatif - primitif yang saya sebutkan di atas. Pengecualian bagi orang yang sudah paham akan tujuannya atau mantap hatinya (baca: kuat mental).

Dalam satu-dua tahun ke belakang saja, sudah puluhan lebih mahasiswa yang ang kat bendera putih dan pulang ke tanah air sebelum masa kuliahnya usai, alias tidak sampai lulus. Alasan mereka bermacam, ada sebab finansial, perkuliahan yang ti dak jelas, atau karena dirinya tidak lulus ujian semester dan harus menebus den da per-mata kuliah. Bahkan ada yang baru menginjakkan kaki di Sudan Sabtu sore, malam Jumatnya sudah angkat tangan pamit pulang.

Jika diringkas ada dua hal yang membuat seorang mahasiswa mampu bertahan kuli ah di Sudan. Pertama, orang yang sejak awal sudah tahu arah tujuannya sehingga tidak peduli terhadap gejolak apapun dari dalam maupun luar. Jenis orang seperti ini kuat untuk menyiksa dirinya sendiri den gan makan satu kali sehari dengan alasan hemat pangkal bisa beli kuota. Atau bah kan ada orang yang bisa hidup di asrama tanpa kuota, makan dengan lauk kacang kuah kuning, pergi kesana kemari dengan berjalan kaki tidak peduli sejauh apapun. Kedua, orang yang abu-abu dengan arah tujuannya mau kemana, membiarkan se galanya let it flow. Mengalir seperti air. Kuliah ya kuliah, kajian ya kajian, main ya main, ada demo ya sudah biarkan saja. Kena begal ya sudah pasrah saja, naman ya juga hidup. Diminta memimpin organi sasi meskipun sanggup tidak sanggup ya sudah jalani saja. Jenis orang seperti ini

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 20226

“Apa yang ingin saya cari di sini? Untuk apa saya ke sini?”

meskipun sering menyiakan waktu di Su dan tapi mampu bertahan dan yang pent ing lulus bawa gelar.

Sekarang, tidak adil rasanya jika yang disebutkan sedari tadi hanya bagian bu ruknya. Karena pada hakikatnya sekacau apapun Sudan ia masih menyimpan ban yak mutiara hikmah di dalamnya. Sangat susah ditemukan di tempat lain dan itu sebanding dengan perjuangan selama disini. Sudan dengan linkungan Islam dan normanya yang masih terjaga. Sudan dengan para ulamanya yang begitu ikh las. Mengajar dengan tulus berbagai fann ilmu seperti nahwu, sharf, fikih, akidah, mawaris, hadis, tafsir, dan banyak ilmu lainnya dalam halaqah. Sudan dengan

masa kuliah yang relatif lebih singkat dar ipada beberapa negara lain. Baik strata satu maupun pascasarjana. Sudan den gan segala hiruk pikuk warna organisasin ya, mulai dari PPI, organisasi kedaerahan, perwakilan ormas Indonesia seperti NU dan Muhammadiyah, dan banyak organ isasi lainnya yang bisa dijadikan sebagai wadah untuk berkembang.

Lebih daripada semua itu, satu hal yang paling mahal dan harganya tak sebanding dengan segala jerih payah selama di Su dan ialah hidup dan pendewasaan. Dewa sa dikala diri sendiri mampu memilih ingin hidup seperti apa dan menghargai pilihan orang lain yang memilih hidup seperti apa. Ada yang memilih untuk fokus kuli

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 2022 7

ah dan kajian, hendaknya ia menghargai orang yang memilih fokus kuliah dan ber bisnis, atau yang kuliah dan berorganisa si. Vice versa, begitupula sebaliknya. Ada juga yang tidak fokus terhadap apapun, nolep .

Semua manusia punya pilihan, dan yang berhak menentukan worth it atau tidak nya kuliah di Sudan ya diri kita sendiri. Sedangkan urusan di luar kehendak kita seperti kriminalitas, inflasi perekonomi an, dan masalah perkuliahan. Kita pas rahkan saja semua dengan yang maha segalanya. Semoga Sudan kembali pulih sedia kala. Akhir tulisan, izinkan saya menutup den

gan sebuah kutipan.

“Ada yang kuliahnya hanya di rumah, bermodal internet, dosennya papan ke tik, laboratoriumnya adalah kehidupan. Kampusnya Google University. Ia tetap bertahan dan bisa sukses di dunia ini.”

Ada yang kuliahnya di Sudan, bermodal nawaitu, dosennya muzakiroh kertas, laboratoriumnya adalah ijroat .Kampusn ya halaqah dan talaqqi. Ia tetap bertahan dan bisa sukses dunia akhirat.

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 20228
MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 2022 9

SUDAN, PESONA DAN DERITA

Oleh: Muhammad Hasan Albanna Mahasiswa University Of The Holy Quran, Madani

Semenjak runtuhnya rezim Omar Al-Bashir pada 2019 silam, Negara Sudan semakin diterpa banyak problematika yang me mengaruhi banyak sektor kehidupan mas yarakat Sudan. Mulai dari tidak stabilnya pemerintahan, permasalahan ekonomi yang semakin mengarah kepada inflasi ditambah angka kriminalitas yang makin hari makin meningkat. Pemerintahan tran sisi yang dibentuk pasca turunnya Bashir nyatanya belum bisa memberikan per baikan signifikan dalam menanggulangi permasalahan Sudan. Bahkan, Perdana Menteri Abdalla Hamdouk dicopot dari

Kajian Utama II MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 202210

kekuasaannya. Pemerintah transisi yang dikepalai militer benar-benar harus mem berikan stimulus demi kebaikan Negara Sudan.

Mungkin Sudan hari ini bukanlah Sudan 10 tahun yang lalu. Dimana harga-harga bahan pokok stabil dan cenderung mu rah. Menurut beberapa mahasiswa In donesia yang sudah menjejakkan kaki di Sudan sebelum revolusi 2019, har ga-harga bahan pokok sangat murah jika dibandingkan sekarang. Sebagai contoh, pada tahun 2017, tarif transportasi sep erti bus (muwasholat) tidak mencapai 1 pon. Sementara sekarang ketika kita menyodorkan 100 pon, kondektur bus akan berkata “La! Jib miatain” ya. Tarif bus sekarang adalah 200 pon. Singkat nya, dahulu mahasiswa Indonesia bisa hidup berkecukupan hanya dengan uang saku bulanan sebesar 50 dolar Amerika. Namun sekarang, 100 dolar pun sudah terasa sangat mahal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut data Trading Economics, tingkat inflasi Su dan mencapai angka 148.90. Bahkan menurut data CNBC Indonesia, Sudan berada diurutan kedua dengan angka in flasi tertinggi.

Jika melihat dari sisi kestabilan kea manan, Sudan mengalami fase dimana kriminalitas sering terjadi,t erutama di ibu kota negara, Khartoum. Tahun lalu, media kenamaan Timur Tengah merilis sebuah data tentang negara-negara arab yang memiliki tingkat keamanan rendah. Secara mengejutkan Negara Sudan ma suk dalam data tersebut. Tentu ini men jadi perhatian serius bagi warga asing

yang menetap di Sudan.

Meningkatnya angka kriminalitas ten tu bukan tanpa sebab. Setelah krisis ekonomi yang dialami Sudan beberapa tahun terakhir, terutama setelah revolusi 2019, meningkat pula angka kemiskinan dan ketimpangan sosial. Hal ini lah yang menjadi salah satu faktor meningkatn ya kriminalitas di Sudan. Mahasiswa In donesia di Sudan tentu tidak asing lagi dengan istilah Haromi. Haromi adalah se butan bagi perampok atau pencuri yang setiap hari selalu mengintai keamanan masyarakat Sudan, termasuk maha siswa Indonesia. Mereka yang menjadi korban daripada Haromi tidak mengenal laki-laki atau perempuan, warga Sudan atau warga asing, tua atau muda. Semua kalangan memiliki keresahan terhadap ulah haromi yang sewaktu-waktu dapat mengancam nyawa korban.

Beberapa penjabaran diawal memang sengaja penulis tuturkan dalam pemba hasan terkait masih worth it kah Sudan se bagai destinasi menuntut ilmu terutama bagi calon Mahasiswa yang ingin melan jutkan studi di negara Sudan. Karena dis amping pembahasan terkait pemerintah Sudan yang tak kunjung memberikan perbaikan dalam masalah ekonomi dan keamanan, kampus-kampus di Sudan juga terkena dampak dari permasalahan negara. Sebagai contoh, dalam mengu rus administrasi kuliah, memperpanjang visa dan pembayaran uang masuk se mester (tasjil) yang tiba-tiba naik. Meski pun, fenomena naik harga ini tidak terja di diderita semua mahasiswa Indonesia. Para mahasiswa yang mendapatkan bea

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 2022 11

siswa penuh dari kampus mungkin tidak akan terlalu terdampak permasalahan ini. Namun, banyak juga mahasiswa yang tidak mendapatkan beasiswa penuh dari pihak kampus. Parahnya, Mahasiswa asing yang berkuliah dikampus negeri mendapatkan perlakuan berbeda daripa da mahasiswa Sudan terkait besarnya bi aya kuliah. Mengenai biaya hidup rata-ra ta mahasiswa Indonesia di Sudan, yakni 100 dolar perbulan, ini saja sudah san gat pas-pasan (terhitung membayar sewa kos, keperluan sehari-hari dan lain lain).

Mungkin, apa yang menjadi pembahasan diawal merupakan gambaran terkait situ asi dan kondisi negara Sudan dari sisi negatif dan lebih cenderung memberikan kerugian bagi mahasiswa asing, teruta ma mahasiswa asal Indonesia. Namun, jika ingin ditelisik melalui sisi lain, semis al perihal bagaimana masyarakat Sudan yang memiliki cara hebat dalam meng hadapi krisis, kesulitan dan meroketnya

harga pangan, setidaknya kita masih bisa mengambil sisi positif dari Negara Sudan saat ini. Masyarakat Sudan yang memiliki sifat ramah terhadap warga asing, teru tama masyarakat yang bertempat tinggal diluar ibu kota, mereka memiliki attitude yang sangat baik jika bertemu dengan warga asing, khususnya Indonesia. Sep erti pengalaman penulis sendiri yang saat ini tinggal dikota Madani. Penulis mendapatkan banyak sekali perlakuan baik dari masyarakat setempat seperti di undang menghadiri pernikahan sekaligus menikmati hidangan khas Sudan. (bagi mahasiswa rantau, ini merupakan harta karun berharga). Ada lagi cerita menarik terkait ramahnya orang Sudan yakni ke tika salah seorang teman berkunjung ke Madani, ketika teman saya ini sedang me naiki reksyah (transportasi Sudan yang mirip bajaj) lalu ia lupa meninggalkan jam tangannya di dalam reksyah, sementara sopir reksyah sudah berlalu jauh, si sopir reksyah secara mengejutkan kembali ke

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 202212

teman saya dan mengembalikan jam tan gan tersebut.

Dari sisi keramah tamahan masyarakat Sudan, mereka juga tak segan menya pa dan memberikan salam kepada ma hasiswa Indonesia. Sebut saja penjaga baqolah (warung), ibu-ibu penjual kopi dipinggir jalan dan warga biasa yang di jumpai, entah kita yang mengawali mem berikan sapa dan salam, atau mereka yang meberikan salam dengan senyu mannya terlebih dahulu. Perilaku seperti ini tentu menjadi hal yang dapat member ikan sedikit kebahagiaan dan kesenan gan ditengah kondisi negara yang sedang diambang krisis.

Melihat dari sisi lingkungan keilmuan, terutama dalam pembelajaran agama islam, sebenarnya Sudan juga masih memiliki kualitas yang terus dijaga hingga hari ini. Bisa dilihat dengan menjamurn ya khalwah (perkumpulan-perkumpulan penghafal Al-Qur’an) yang tersebar dise tiap penjuru negeri. Majelis-majelis ilmu juga masih bertahan di negara ini. Mulai dari masyayikh asli Sudan hingga para masyayikh dari negeri lain yang masih menyempatkan waktu untuk memberi kan ilmunya. Salah satu keunikan Sudan yang dapat diambil manfaatnya oleh ma hasiswa asing, terutama Indonesia ada lah banyak masyayikh yang dalam men yampaikan ilmunya dalam suatu majelis masih menggunakan bahasa arab fusha (orisinil) dimana ini sangat mempermu dah para thullab memahami ilmu yang disampaikan dengan baik.

Maka, dengan banyak pertimbangan dan penjabaran dari berbagai aspek terkait

Sudan, apakah negara ini masih worth it dijadikan destinasi dalam memilih neg ara untuk melanjutkan studi, bisa dinilai dan direnungkan dengan cermat. Disisi lain Sudan semakin menuju kepada krisis yang tak terhindarkan yang menyebabkan anjloknya harga pangan dan keamanan yang tidak lagi stabil. Namun disisi lain, sebenarnya Sudan juga masih menyimpan banyak sekali mutiara yang dapat diman faatkan, terutama bagi para penuntut ilmu agama islam.

Sebagai penutup, penulis tidak ingin ter lalu mencegah pembaca yang ingin mela buhkan hatinya untuk berangkat ke Sudan dalam melanjutkan studi, tulisan diawal tak lebih adalah sebagai bahan informa si untuk disampaikan supaya pembaca dapat lebih bijak lagi jika ingin melanjut kan studi ke Sudan. Toh, juga meskipun Sudan sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, masih bisa kita dapati ban yak hal positif yang dapat kita raih.

Dengan pertimbangkan yang penulis su dah suguhkan beserta plus-minus negara Sudan sebagai bahan acuan bagi pemb aca, terutama bagi yang sedang bimbang mengenai negara mana kiranya yang co cok dijadikan labuhan dalam menuntut ilmu. Semoga tulisan ini cukup memban tu. Pertanyaan mengenai masih worth it kah Sudan? Pembaca sendiri yang lebih berhak menilai dan berpendapat soal ini.

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 2022 13

SUDAN MASIH TERLALU ASIK UNTUK DITINGGALI

Setiap perkembangan zaman, peranan ilmu pengetahuan menjadi salah satu peran penting dalam tatanan kehidupan. Peranan ilmu ini juga harus didampingi dengan akal manusia serta agama. Tan pa adanya ilmu, mungkin zaman tak akan berkembang seperti sekarang. Dan tanpa didasari oleh agama, ilmu tak akan ber nilai. Untuk itulah manusia sejak zaman dahulu rela melakukan perjalanan jauh untuk menempuh perjalanan ilmu.

Dalam kehidupan bermasyarakat kedudu kan orang yang berilmu sangat disegani oleh kalangan manapun, bahkan Allah

Opini I MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 202214

sendiri pun mengangkat derajat orang yang berilmu. Seperti yang Allah firmank an dalam Surat Al-Mujadalah ayat 11 yang artinya:

“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu penge tahuan beberapa derajat”

Ilmu juga menjadi pembeda antara ma nusia dan makhluk-makhluk ciptaan Al lah yang lain. Atas dasar ilmulah Allah membebani manusia untuk menjadi khal ifah di bumi. Sudah sepatutnya bagi kita

untuk terus-menerus mencari ilmu, baik ilmu agama atau ilmu umum.

Jadi, tidak heran ketika banyak manusia yang berlomba-lomba dalam mendala mi suatu ilmu. Merantau sejauh-jauhnya layaknya pepatah “Carilah Ilmu sampai di Negeri Cina”. Sejauh mana kamu pergi se jauh itu kamu mendapatkan pengalaman serta ilmu. Dimana kamu berpijak disitu lah ilmu kamu dapatkan. Semakin kamu sering menjelajahi kawasan ilmu semakin jauh kamu melangkah. Semakin tunduk pula hati kamu.

Sudan merupakan negara yang terletak di Afrika Utara. Yang berbatasan dengan Mesir, Eriteria, Etiopia, Sudan Selatan, Republika Afrika Tengah, Chad, dan Libya. Ia merupakan negara terbesar ketiga di Benua Afrika setelah Aljazair dan Repub lika Demokratik Kongo. Serta negara ter besar keenam belas di dunia. Rata-rata suhu di Sudan berkisar dari 18o C- 41oC dan jarang dibawah 14°C atau diatas 44°C. Berdasarkan kisaran suhu inilah tak heran jika Sudan dijuluki dengan Neg eri Dua Matahari.

Kendati demikian, di balik suhu fantastis dan segenap letak geografisanya, Sudan menjadi salah satu negara pilihan untuk mencari ilmu, khusunya ilmu agama. Tak hanya itu, letak geografis yang berbeda dengan negara kebanyakan membuat Su dan menjadi tempat yang mampu mene mpa ilmu kehidupan manusia bagi yang menetap di sana.

Islam dan Sudan adalah satu kesatuan yang sudah melekat dari lama. Perkem bangan Islam sendiri terbukti dengan

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 2022 15

adanya kerajaan besar Islam yang hampir menguasai seluruh wilayah Sudan. Nama kerajaan itu adalah Kerajaan Funj. Dalam ranah khazanah keislaman, perkemban gan Islam di Sudan menarik perhatian para ulama dari Mesir, Afrika Utara, serta Arab sehingga menjadikan Islam tumbuh subur di sana dan menjadi negara yang mayoritas memeluk islam.

Islam yang masih melekat dengan pen duduk sudan serta bahasa arab yang ma sih mendekati fushah ini menjadi sebab para tholibul ilmi berbondong-bondong datang untuk memborong ilmu yang ada di Sudan. Ditambah berbagai macam tarekat yang ada memberikan ketertari kan tersendiri bagi penuntut ilmu untuk belajar di sana.

Hal ini sejalan dengan data yang tercatat pada tahun 2019 bahwa mahasiswa yang berada di Sudan sekitar 1.150 orang. Data ini menjadi salah satu bukti jika Su dan menjadi salah satu negara yang dituju oleh mahasiwa Indonesia untuk menem puh pendidikan di sana. Namun, dengan munculnya wabah covid 19 mengakibat kan penurunan jumlah mahasiswa baru yang datang ke Sudan.

Pada tahun 2020, menurut pengamatan penulis, kedatangan mahasiswa baru menurun drastis bahkan bisa di bilang hampir tidak ada. Ketiadaan ini di se babkan oleh beberapa faktor utama yaitu wabah covid, ditambah faktor lnflasi, dan konflik politik. Tahun 2021 mahasiswa baru mulai berdatangan kembali, namun tak sebanyak pada tahun 2019. Hal ini terjadi karena beasiswa yang diberikan oleh beberapa kampus tak lagi sama sep erti tahun-tahun sebelumnya yang men

gakibatkan beberapa calon mahasiswa mengundurkan diri.

Walaupun Sudan memiliki konflik dan in flasi yang tinggi serta beberapa masalah yang lain, bukan berarti Sudan menjadi negara yang udah gak asik lagi untuk dit inggali. Sudan masih bisa memberikan keunikan dan keasikannya sendiri dalam menahan orang untuk tetap menetap.

Dibalik permasalah-permasalahan yang ada, membuat beberapa majelis dan be berapa organisasi berinisiatif untuk mem berikan wadah keilmuan untuk akhwat. Hal ini dibuktikan dengan munculnya be berapa majelis-majelis ilmu khusus akh wat yang memberikan dampak positif bagi mahasiswi untuk tidak lagi bingung dalam mencari majelis ilmu yang aman. Mulai dari ilmu lughoh, tahfidz serta ilmu syari ah sudah sangat mudah dicari. Pembela jaran yang langsung kepada masyaikhnya sangat menguntung untuk bertanya ser ta berdiskusi untuk mendalami ilmu yang diinginkan.

Selain halaqoh-halaqoh keilmuan, sistem perkuliahan yang masih menekan soal kehadiran di kelas membuat mahasiswa atau mahasiswi untuk lebih aktif hadir di jam pelajaran kuliah. Pengadaan skrip

“Yang paling khas dari Sudan adalah banyaknya halaqoh-halaqoh ilmu diberbagai tempat.”

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 202216

si pun sangat menguntungkan dalam meningkatkan kemampuan menulis ba hasa arab. Penulisan skripsi yang tetap dibimbing oleh dosen mengurangi kesala han dalam kaidah penulisan. Tersedianya asrama pun membantu dalam meningg katkan kempampuan berkomunikasi den gan bahasa arab. Asrama yang mengatur setiap kamar yang terdiri dari mahasiswa dari berbagai negara memaksa untuk berbicara menggunakan bahasa arab.

Kemampuan berbicara dalam bahasa arab bisa diaplikasikan juga dengan pen duduk sekitar. Penduduk lokal yang masih faham dan menggunakan bahasa arab fushah menjadi pembeda antara Sudan dan negara timur tengah lainnya. Tidak hanya pengajar saja yang menggunakan bahasa fushah, supir bajaj dan pedagang kaki limapun bisa memahaminya.

Dari beberapa hal yang penulis sebut kan bisa dijadikan alasan tentang beta pa asiknya Sudan. Belum lagi soal keder mawaanan dan kesederhanaan yang dijunjung tinggi. Serta keunikan lainnya yang bisa dilihat bila membuka kacamata inflasi dan konflik politik. Karena Sudan masih seasik itu untuk di tinggali. Satu lagi, bukan soal dimana kamu belajar tapi soal bagaimana kamu memberikan manfaat bagi tempat itu. Bukan tempatn ya yang salah tapi kesungguhan kita da lam belajar.

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 2022 17
HIDDEN GEM DI AFRIKA Opini II MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 202218

Setiap manusia berhak untuk berkem bang dan mendapat ilmu, kita ketahui juga bahwa pemuda adalah garda terde pan dalam membangun bangsa, pastinya harus memiliki pengetahuan serta pen galaman, maka di sanalah fungsi belajar sampai dengan perguruan tinggi, disamp ing banyak orang yang lebih mementing kan dirinya sendiri, dengan mereka yang terdidik, mereka akan sadar pentingnya melanjutkan perjuangan bangsa bagi orang banyak dalam membangun bang sa.

Melanjutkan pendidikan di negara Su dan bagaikan menemukan mutiara yang tersembunyi, bagaikan menemukan oase di tengah gurun Sahara. Orisinalitas kual itas tinggi, tidak keruh dengan budaya asing yang merusak, sangat cocok un tuk lingkungan belajar, fokus tidak tersi bukkan hal diluar belajar. meskipun dari

sana kita ketahui juga bahwa berarti di Sudan peradaban tidak terlalu maju atau semegah dan seindah negara lain yang juga menjadi destinasi belajar.

Dari rubrik sebelumnya kita cukup men getahui tentang negara Sudan yang ter letak di bagian utara Benua Afrika, nega ra padang pasir yang dinobatkan menjadi negara terluas ke-16 dunia, negara ekso tis dengan kesederhanaan. Tapi apakah belajar di negeri tersebut seeksotis tem patnya? semua tetap bergantung dengan keinginan kalian apa yang mau diambil dan kita bisa membayangkan dengan plus minus negara tersebut hingga kita rasakan kita cocok dan sesuai dengan tabiat negara tersebut.

Penulis akan menampilkan beberapa kelebihan dan kekurangan negara Su dan yang akan kita sedikit kita banding kan dengan negara lain yang sama-sama menjadi rujukan untuk belajar agama yaitu Yaman dan Mesir.

A Inflasi, aib Sudan yang utama. Mantan negara muslim kaya yang kini miskin ini menduduki posisi kedua inflasi dunia, marvelous! Tidak berhenti disitu, domino setelah itu adalah IPM (Indeks Pemban gunan Manusia) yang rendah, kriminali tas meningkat, kurs anjlok dan seringnya terjadi demonstrasi yang juga berimbas ke harga makanan pokok, biaya angku tan umum, harga visa, biaya ijroat kam pus yang semakin naik, bahkan bagi se bagian mahasiwa mendapat beasiswa, hal ini tetap terasa karena kenaikan ter jadi di semua lini. Sangat menyiksa un tuk pendatang dan bahkan untuk warga lokal sendiri.

Oleh: Muhammad Nur Wahid Mahasiswa International University of Africa, Khartoum
MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 2022 19

Kenaikan angka inflasi memang terjadi dibanyak negara sejak wabah Covid-19 melanda, yang sangat menghantam kekua tan stabilitas perekonomian setiap negara di dunia. Tapi fakta dibalik itu orang Sudan sangat humble dan dermawan. Penduduk Sudan menganut pemahaman seorang sufi (tawadhu dan sangat tawakal) dan san gat suka berbagi, tahun lalu Penulis pernah tidak sengaja datang ke tempat thariqah sufi dan disembelihkan kambing untuk hi dangan kami yang berjumlah empat orang, menggambarkan betapa senangnya berba gi bahkan terhadap orang asing. Ekonomi Sudan dan watak warganya memang tidak

tentunya akan sangat terpukul jika uang kita atau barang aset kita diambil oleh mereka. kelemahan berlipat karena pen angan hukum Sudan yang sangat bobrok. Disaat Penulis menulis artikel ini sekitar pukul dua malam, tertangkap oleh warga yang sedang ronda dua maling yang se dang berkeliaran, mereka disiksa sampai subuh dan setelahnya dilepas lagi, mun gkin menurut pengamatan penulis war ga Sudan tidak percaya dengan hukum, hingga maling tertangkap disiksa dan dilepas kembali tidak diserahkan ke pi hak berwajib.

Hal ini memang umum terjadi di semua negara, di Mesir bahkan kadang juga ter jadi kekerasan seksual, tapi penanganan akan hal ini mereka bagus dari pihak ke polisian Mesir, dan kalau ingin lingkun gan aman dari kejadian seperti di atas, Yaman bisa jadi pilihan. menurut salah satu mahasiswa Yaman, dia belum per nah mendengar kabar tentang haromi karna sedikitnya kasus atau memang ti dak ada kasus yang terjadi.

dapat disandingkan, tapi setidaknya men jadi harapan lebih bagi yang ingin tinggal di Sudan untuk melajutkan pendidikan.

B. Lemah Keamanan, kriminalitas “Ha romi” (sebutan bagi maling dan begal di Sudan) sangat sering terjadi, hal ini yang cukup meresahkan masyarakat apalagi mereka tidak pandang bulu penduduk lo kal atau pendatang, semua dihajar. Mulai dari begal dengan senjata hingga maling masuk kedalam rumah untuk mengambil barang. Sebagai mahasiswa yang masih berpegangan dengan kiriman orang tua,

C Studi ilmu atau kajian, termasuk keunggulan belajar Sudan adalah ban yaknya masyayikh yang ahli dibidangn ya, memungkinkan kita untuk mengam bil ilmu secara bersanad (memiliki jalur keilmuan yang jelas) apalagi dipadu den gan sistem kampus yang tidak terlau membebani mahasiswa dengan tugas membuat kita luwes untuk mencari ilmu di luar kampus.

Dan kalau kita lihat dan bandingkan den gan dengan negara lain, setiap negara memiliki keistimewaan sendiri, Sudan dengan mazhab Malikinya dan termasuk tempat rekomendasi untuk belajar fikih

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 202220

Maliki dan Yaman dengan Syafi’inya, pusatnya daurah mutun dan ulama mazhab Syafi’i, Dan di Mesir cocok untuk belajar semua mazhab apalagi percetakan kitab disana sangat bagus dan tergolong murah.

D. Bi’ah, lingkungan di Sudan bisa dikatakan masih sangat terjaga karena belum ternodai dengan kebiasaan anak jaman sekarang yang menyimpang, meskipun Sudan tidak men jadi negara islam tapi background kuat negara Sudan yang menganut kuat sufi membuat sampai dengan sekarang lingkungan Sudan masih sangat bagus, tidak ada penyimpangan yang diumbar dijalan dan tempat umum, sama dengan negara Yaman yang masih sangat kuat kereligiusan masyarakatnya, sedikit berbeda dengan Mesir yang sudah menerima banyak turis luar (karena menjadi salah satu destinasi unik dunia) dan banyaknya warga asing tinggal di sana membuat banyak budaya tercampur di sana.

Dari poin-poin diatas diharapkan bisa menjadi pertimbangan bagi para calon penuntut ilmu yang akan memilih tempat tujuan belajarnya, Penulis hanya bisa menjabarkan se bagian sisi saja yang sering menjadi kebimbangan ketika akan berangkat ke Sudan, dan apakah Sudan worth it untuk tempat belajar semua kembali ke Pembaca.

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 2022 21

MUTIARA HITAM PENGHUNI SURGA

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 202222

Habsyah atau Abyssinia sebuah kerajaan di dataran benua Afrika. Sebuah negeri yang dituju para sahabat untuk mengh indari kemurkaan dan kebiadaban kafir Quraisy. Peristiwa ini tepatnya di Mak kah, bulan Rajab tahun ketujuh Sebelum Hijriah/615M . Ini adalah hijrah pertama kaum muslimin sebelum hijrah ke Madi nah.

Su’airah al-Asadiyyah adalah shahabiyah pada zaman Rasulullah Saw. berasal dari Habsyah atau dikenal sekarang ini den gan Etiopia. Seorang wanita berparas hi tam, yang beriman kepada Allah dan Ra sul-Nya dengan penuh ketulusan. Kisah perjalanan hidupnya tidak tertulis secara rinci dalam sejarah, hanya tercantum da lam sebuah hadis shahih.

Dikenal dengan Ummu Zufar merupa kan wanita yang mengidap penyakit ayan atau epilepsi. Berawal dari kegelisahan nya atas penyakit yang dideritanya, men gantarkannya menemui Rasulullah Saw. Ia malu, karena setiap kali penyakitnya kambuh pakaiannya tersibak menampa kkan auratnya. Ia berharap agar penya kitnya lekas sembuh dan dapat menjaga kesucian dirinya.

Kisah ini tertulis dalam kitab sahih bukhari dari Atha’ bin Abi Rabbah.

“Dari Atha, bin Abi Rabbah, ia berka ta: ‘Suatu ketika Ibnu Abbas berkata kepadaku: “Maukah aku tunjukkan ke padamu seorang wanita penghuni sur ga?” Tentu saja jawabku. Ibnu Abbas berkata: “Wanita hitam itulah orangn ya. Ia datang kepada Rasulullah dan berkata:“Sesungguhnya aku menderita penyakit ayan yang setiap kali kambuh pakaianku tersingkap dan auratku ter buka. Berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku.” Rasulullah bersabda: “Jika engkau mau bersabar dengan penyakit yang kau derita, maka surga akan engkau peroleh. Namun, jika en gkau memilih doa maka aku akan men doakan kesembuhanmu kepada Allah.” Wanita itu kemudian menjawab:” Aku akan memilih bersabar,” Kemudian dia berkata lagi, tetapi apabila kambuh pa kaianku selalu tersingk ap dan aurat ku terbuka, maka doakanlah agar pa kaianku tidak tersingkap dan auratku tidak terbuka.” Maka Rasulullah pun mendoakannnya. (HR. Bukhori/5652)

Hadis ini merupakan bukti betapa mulianya keteguhan iman yang dimiliki Su’airah Al-Asadiyyah. Dalam kondisi sakit yang dideritanya, ia malu dan ta kut kepada Allah jika auratnya terbuka. Ia memilih sabar daripada kesembu han penyakitnya karena ia yakin bah wa musibah yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang sabar akan berganjar surga.

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan diberi pa hala tanpa batas” (Q.S Az-Zum:10)

سابع... نبا يل لاق : لاق ,حابر يبأ نب ءاطع ينثدح هذه : لاق ,ىلب: تلق ؟ةنجلا لهأ نم ةأرما كيرأ لاأ : : تلاقف ملسو هيلغ الله ىلص يبنلا تتأ ,ءادوسلا ةأرملا تئش نا( : لاق ,يل الله عداف ,فشكتأ يناو ,عرصأ ينا )كيفاعي نأ الله توعد تئش ناو ,ةنجلا كلو تربص ينا : تلاقف اهل اعدف, فشكتأ لا نأ يل الله عداف ,فشكتأ
باسح ريغب مهرجأ نورباصلا ىفوي امنا
MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 2022 23

Terkandung hikmah yang agung dibalik musibah dan cobaan yang diberikan Al lah. Salah satunya membersihkan ham banya dari dosa, Dengan keyakinan itu lah Ummu Zufar lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Karena apa yang ada disisi Allah lebih baik dan kekal. Ummu Zufar adalah wanita yang telah ter didik dalam madrasah ifah dan kesucian. Menjaga hak Allah yang memerintahkan wanita untuk menjaga kehormatan dirin ya dengan menutup aurat. Sebagaimana firman Allah Swt:

berlalu lalang dengan santainya. Keluarn ya mereka merusak pandangan orangorang berakal.

Rasulullah Saw. bersabda tentang mere ka, yang artinya: “Seorang wanita itu seluruhnya aurat. Apabila ia keluar rumah, maka setan akan membuatnya nampak indah dihadapan orang-orang yang memandanginya”. (HR. Tizmidzi 1206)

“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya”. (Q.S An-Nur : 31)

Berpegang dengan hijab yang syar’i ada lah jalan satu-satunya untuk menuju kemuliaan dan kemenangan. Karena ia mahkota kehormatannya. Bisa diperhati kan, betapa banyaknya wanita telanjang

Ada nasihat yang kerap kita dengar: “Wanita adalah tiang negara. Apabila baik wanitanya, maka akan baik negara. Dan apabila rusak tiangnya, akan hancurlah negara.”

Demikianlah sekelumit kisah teladan Su’airah Al-asadiyyah, dengan rasa malu, kesabaran, dan ifahnya yang memilih akhirat dari pada dunia. Semoga Allah melindungi kita, dan menjadikan wani ta-wanita islam sebagai muslimah yang sholehah. Aamiin

نهبويج ىلع نهرمخب نبرضيلو
MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 202224

PERAN BANGSA ARAB

DI NEGARA INDONESIA

Oleh:

Muhammad
Rayyan Hidayat
Mahasiswa International University of
Africa,
Khartoum Sejarah
Kebudayaan Islam
MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 2022 25

Kata Arab (برعلا) menggambarkan perihal padang pasir (sahara), lafaz Arab ini ditu jukan kepada jazirah Arab. Sebagaimana suatu kaum yang menepati tanah terse but, dan mejadikan sebagai tanah air mereka.

Para sejarawan menggabarkan kaum–kaum Arab menjadi tiga bagian berdasar kan garis keturunan mereka:

Pertama adalah kaum Arab Ba’idah yaitu kaum Arab kuno yang sudah lama punah, seperti kaum Ad, Tsamud, Judais, Thasm, Imlaq (bangsa raksasa).

Kedua adalah kaum ‘Aribah yaitu kaum Arab yang berasal dari garis keturunan Yar’ub bin Yasjub bin Qahtan atau biasa disebut dengan kaum Al-Qahthaniy yang terletak di jazirah Arab Yaman.

Ketiga adalah kaum Musta’ribah yaitu kaum Arab yang berasal dari keurunan Nabi Ismail ‘Alaihisalam, atau dikenal den gan kaum Adnaniyah

Setelah Qahthan meninggal dunia, Yarab Al-Qahthaniy kemudian berkuasa yang kerajaannya berada di negara Yaman. Kemudian dia membagi dinastinya kepa da saudara-saudaranya, Hadramaut dan Amman yang sekarang menjadi nama kota yang sesuai dengan namanya. Se dangkan, Hijaz diberikan kepada Jurhum.

Di Hijaz kabilah Jurhum menetap bersa ma Hajar dan Ismail, di situlah pemba ruan dan pencampuran budaya itu terja di. Ismail ‘Alaihisalam tumbuh dewasa di tenggah suku Jurhum. Dan ketika Ismail ‘Alaihissalam tumbuh dewasa ia menikah

dengan putri pimpinan suku Jurhum, di karuniai dua belas anak, yang menjadi moyang bangsa Arab.

Apa tujuan bangsa Arab datang ke Indo nesia? Orang Arab masuk ke Indonesia dengan tujuan untuk berdagang. Namun, bukan hanya berdagang mereka menye barkan dakwah lewat jalur perdagangan. Misalnya dalam dagang adanya akad jual-beli.

Para Pedagang Muslim Arab, Persia, dan India sampai ke kepulauan Indonesia pada abad ke 7 M-16 M. Mereka mendi rikan masjid yang mana masyarakat In donesia masih beragama Hindu.

Para pedagang Arab dari Hadramaut ada lah orang pertama yang menyebarkan agama Islam di nusantara. Dalam waktu singkat orang Arab Hadramaut berubah menjadi dai menyebarkan agama Islam di negeri yang mereka singgahi, baik dengan dakwah dengan lisan maupun dakwah dengan perbuatan.

Bagaimana peran dan Kontribusi orang Arab di Indonesia?

Jasa ulama Arab sangat berperan pent ing dalam proses perkembangan Islam di nusantara, hal ini ditandai dengan tersebar majelis taklim yang diikuti oleh masyakat pribumi.

a. Keagamaan

Orang Arab di nusantara membangun madrasah dan pesantren untuk menim ba ilmu agama di tempat yang mereka singgahi.

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 202226

b. Bahasa

Salah satu kemudahan yang diperoleh masyarakat Indonesia saat mempela jari bahasa Arab banyak sekali yang di jadikan bahasa serapan contohnya kata musyawarah, khusus, nikmat, manfaat, dan masih banyak lagi. Namun yang membedakan adalah dalam segi pengu capan yang berbeda dengan orang Arab itu sendiri.

c. Politik

Peran bangsa Arab di nusantara bergerak dalam dunia politk dimulai didirikannya PPAI (Partai Persatuan Arab Indonesia) oleh Abdurrahman Baswedan pada ta hun 1934 di kota Semarang, untuk men dorong kesetiaan keturunan Arab terha dap bangsa Indonesia.

d. Sosial

Bangsa Arab datang ke nusantara mem perkenalkan Islam yang di mana agama Islam itu sendiri mengajarkan toleransi dan persamaan derajar di antara sesa ma manusia, lain halnya dengan agama lain seperti Hindu Jawa yang terdapat per bedaan kasta manusia. Maka dari Itu Is lam sangat mudah diterima dan tersebar di Indonesia dengan damai.

Bentuk sosialnya di antaranya adalah membangun masjid, rumah sakit, mem bentuk panitia palang merah bagi orangorang yang tertimpa bencana.

e. Pendidikan

Dalam suatu bangsa pendidikan adalah

kunci kesuksesan majunya bangsa itu sendiri. Pada penjajahan dahulu, may oritas penduduk Indonesia masih buta huruf, walaupun sekolah dasar didiri kan, namun hanya 8% anak-anak yang mendapatkan pendidikan. Karena dari kalangan Arab dan Muslim pribumi eng gan menyekolahkan anak–anak mereka di sekolah Belanda.

Hal itu disebabkan karena dalam seko lah tersebut tidak diajarkan norma keis laman, kemudian di situasi itulah tokoh–tokoh alim ulama berinisiatif mendirikan perguruan Islam.

Pertama adalah Jami’at Khair yang didi rikan secara diam-diam oleh Habib Abu Bakar bin Ali bin Abu Bakar bin Umar Shahab pada tahun 1901. Organisasi ini mendapat pengakuan secara hukum oleh pemerintahan Belanda pada 17 juli 1905. Kedua adalah Jam’iyah Al-Islah wa Al Irsyad Al- Arabiyah (Organisasi Arab un tuk Perbaikan dan Pembimbingan) yang dikenal dengan nama Al- Irsyad didirikan oleh syaikh Ahmad Surkati pada tahun 1913. Pendirian Lembaga ini baru diakui oleh pemerintah Belanda pada 11 Agus tus 1915.

Hadirnya ormas Islam di atas membukti kan bahwa bangsa Arab memiliki peran dan kontribusi penting dalam menyebar kan dakwah Islam di Indonesia.

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 2022 27

NEVER WALK ALONE

YOU’LL
Oleh:
Aribah Alfawwaroh Mahasiswi International University of Africa, Khartoum Sastra MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 202228

“Kamu kuliah di Sudan aja. Ajukan pro posal, nanti saya bantu.”

Sebenarnya, semuanya berawal dari mu lut Wakil Pengasuh Pondok. Niatnya ingin meminta surat rekomendasi untuk apply beasiswa ke Brunei, namun ditolak men tah-mentah oleh beliau. “Sudan lebih worth it untukmu” kata beliau. Jelas bat inku menolak. Gambaran Sudan negara yang gersang dan kesulitan ekonomi se makin membuatku tak ingin menginjak kan kaki di sana.

Awalnya, sebelum aku bersikeras ingin mencoba di Brunei, Ayah dan Ibu menga takan sudah mencarikanku kuliah di luar negeri sesuai impian mereka berbasis beasiswa full. Aku sudah terbiasa hidup dengan pilihan mereka dan mengangguk saja. Namun, ketika mengatakan Sudan adalah negaranya aku langsung menolak keras. Sudan tidak pernah masuk dida lam future list-ku. Ibu marah awalnya, ke napa menolak yang sudah jelas dan be lum tentu aku bisa mendapatkan kuliah di luar negeri dengan beasiswa di tempat yang aku inginkan. Aku menangis, mem bayangkan betapa sulitnya aku hidup di sana. Hingga akhirnya, Ayah mencoba menengahi dengan memberiku kesem patan untuk mencari beasiswa di tempat yang aku inginkan.

Salah satu syarat untuk kuliah di Brunei adalah surat rekomendasi dari sekolah. Disitulah awal mulanya. Tanpa aku beri tahu kepada beliau tentang pilihan orang tua yang menyuruhku di Sudan, beliau dengan tegas mengatakan Sudan. Ber bekal percaya kepada Mudir Pondok, orang tuaku sudah tidak bisa aku bantah.

“Kapan berangkat ke Sudan? Kenapa be lum berangkat? Udah berapa bulan ini? Katanya bulan Desember?”

Dan masih banyak lagi pertanyaan sep utar kapan berangkat. Sebenarnya, itu memang problem calon mahasiswa yang akan berkuliah di luar negeri. Apalagi, keberangkatanku selalu diundur akibat Covid-19 yang masih merajalela. Alhasil, aku dan calon mahasiswa lainnya gapy ear.

Kuliah di Sudan\tidak?

Aku pernah ingin berhenti. Melihat betapa banyaknya pengeluaran bahkan sebelum berangkat saja sudah mencapai puluhan juta. Apa yang membuatku selalu tidak tega mengatakan lelah?

“Ndak papa. Kita capeknya sekarang, In syaAllah hasilnya akan kita tuai nanti. Ibu sama Ayah bisa. Pasti bisa. Ndak usah dipikirkan uang.”

Sudah menunggu setahun, tidak berkuli ah di Indonesia karena bertekad kuliah di Sudan harus terwujudkan. Tiba-tiba pengumuman bahwa tahunku tidak bisa mendapatkan full beasiswa. Hanya seten gah. Yang berarti selebihnya akan orang tuaku tanggung. Aku benar-benar merasa putus asa. Memikirkan bagaimana kondi si keuangan kami nantinya? Aku anak pertama, mempunyai adik-adik yang su dah bersekolah.

“Bu, ndak papa aku kuliah di sini aja.”

“Ndak bisa. Udah setahun kamu nunggu. Apa kata orang nanti? Doakan aja rezeki kita, Ayah sama Ibu akan menabung nanti

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 2022 29

untuk SPP-mu.”

“Nggak papa nak. Kamu belajar sekarang niatkan untuk Allah selalu. Nggak ada yang namanya mundur mencari ilmu kare na ekonomi. Karena sejatinya, Allah selalu memberi jalan.”

Berbekal kata-kata itu, aku memantapkan niat. Menggumam bahwa prioritasku un tuk sukses nanti adalah membahagiakan orang tua. Aku selalu bangga mempunyai orang tua seperti mereka. Selalu keras terhadap pendidikan anak-anaknya, sela lu memberi petuah agar tidak salah lang kah, bahkan sejak kecil aku sudah didok trin untuk masuk Pesantren dan kuliah di luar negri. Ayah adalah role model-ku. Aku bercita-ci ta ingin pintar seperti Ayah. Bercita-cita ingin memiliki suami yang pintar seperti Ayah. Yang selalu menasihati anaknya dengan lembut, yang selalu menasihati anaknya untuk selalu kuat.

“Ayah dulu ingin sekali belajar di Gontor, ingin kuliah di luar negri. Tapi ndak papa, anak Ayah udah bisa memenuhi itu sekarang. Ayah bangga sekali, Nak. Doakan Ayah sama Ibu sampai umurnya, biar bisa lihat kamu dewasa nanti dan menikah. Kamu harus suk ses jadi Dosen, pulang nanti udah berbekal S3. Sekolahkan adik-adik dulu, bahagiakan orang tua, sukses, punya karir sendiri, baru menikah. Anak Ayah ndak boleh diremeh kan suaminya nanti.”

Siapa yang tidak terharu seorang Ayah mengatakan seperti itu kepada anaknya?

Sampai sekarang, sudah satu tahun. Biaya SPP, biaya izin tinggal, biaya daftar ulang, dibarengi biaya hidup kebutuhan sehari-hari. Sebenarnya, untuk ukuran gaji dari orang tuaku, itu berat. Karena dari gaji itu yang harus dihidupi bukan aku saja. Namun, kem bali lagi ingat kata-kata Ayah, bahwa sejatinya Allah selalu memberi jalan. Untuk mengatakan kuliah di Sudan worth it apa tidak dengan pengeluaran seperti itu

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 202230

sebenarnya tidak bisa kulandasi dengan keadaan negara dan pengetahuannya. Aku selalu berpikir, sebenarnya disetiap negara sama saja. Pengeluaran besar dengan pengetahuan yang sama saja.

Dan apa yang membuat berbeda?

Diri sendiri. Usaha diri sendiri dan kemau an diri sendiri adalah yang terpenting. Menunjukkan agar worth it apa tidaknya adalah tergantung diri sendiri. Yang rajin dibarengi niat yang lurus akan mendapa tkan hasil sesuai kemauannya dan bagi yang menetap disitu-situ saja akan mendapatkan hasil yang sama dengan di rinya dimasa lalu. Yang paling utama adalah niat untuk mengejar akhirat. Di Sudan ini, aku bela

jar bahwa duniawi tidak lebih penting dibanding akhirat. Tidak ada manusia yang ber lomba-lomba memiliki kehidupan mewah. Jarang sekali ditemukan. Memiliki kehidupan sederhana, tidak mengikuti gengsi, pakaian biasa tidak dipermasalahkan, seolah-olah menjadi kebiasaan tanpa barang-barang mahal.

Bersyukur. Itu adalah poin utama. Jika rasa syukur sudah ditanamkan, maka hidup di Sudan tak ada pahit-pahitnya. Dulu aku yang sangat merasa tidak mungkin untuk hidup di negara ini, sekarang merasa seolah-olah mau hidup dimana pun akan terasa sama. So, how about your story?

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 2022 31

WAWANCARA

Oleh: Atik Fitriyati

Mahasiswi International University of Africa, Khartoum

Narasumber: Dr. Choirur Roziqin Manapsir, M.A. Alumnus Program Doktor Hadis di Universitas Qur`an Wad Madani

Di tengah kondisi Sudan dengan inflasi tinggi, keamanan yang tidak stabil, dan gejolak politik, kali ini tim redaksi El-Nile in mengulik seputar fakta apakah kuliah di Sudan masih worth it untuk para ma hasiswa yang mengenyam pendidikan di sana? Akankah cukup di Sudan untuk kuli ah saja?

Sebagaimana kita ketahui bersama kondi si Sudan semakin hari semakin tidak baikbaik saja, mulai dari perekonomian yang tidak stabil maupun konflik negaranya. Tidak bisa dipungkiri semua ini menjadi salah satu faktor terbesar dalam menjala ni kehidupan perkuliahan saat ini. Dilansir dari databoks.com inflasi Sudan tercatat mencapai 192,2% yearoveryear(yoy) pada bulan Mei 2022, krisis ekonomi di tambah dengan gejolak politik di negara ini menja di biang kerok tingginya inflasi. Belum lagi dengan adanya demo dimana-mana yang terkadang menghambat jalannya stabil itas jadwal perkuliahan yang ada, sistem keamanan yang sangat minim pun tidak luput membuat tingkat kriminal di negeri ini sangat meningkat. Dari sini muncul se buah pertanyaan “Apakah kuliah di Sudan masih worthit?”

Alhamdulillah kali ini tim redaksi Ma jalah El-Nilein diberi kesempatan untuk menanyakan hal ini dengan salah satu lu lusan S3 di Sudan yang masih bertahan hingga saat sini. Ustaz Dr. Choirur Roziqin Manapsir, M.A. Beliau merupakan lulu san program Doktor Hadis di Universitas Qur’an Wad Madani. Yuk, simak bagaima na hasil wawancaranya.

Apa alasan yang membuat Antum memilih studi hingga S3 di Sudan?

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 202232

Untuk S1 karena beasiswa dan ingin be lajar hadis langsung dari ulama Arab, sedangkan S2 dan S3 karena biayanya sangat murah pada waktu itu, mata kuli ah yang sangat mudah, dan memang ada cita-cita untuk menyelesaikan studi hing ga S3.

Melihat tidak stabilnya kondisi di Sudan saat ini, bagaimana antum tetap bertahan di sini?

Pertama, pastinya dengan taufik yang diberikan oleh Allah Swt untuk terus me nimba ilmu syari’at di Sudan. Kedua, sabar dalam menuntut ilmu apala gi di Negeri Sudan yang serba tidak pasti. Bahkan satu hal yang tidak pasti di Sudan adalah kepastian itu sendiri. Ketiga, teman yang saling mendukung dan saling mengingatkan ketika kita lalai dari kajian dan kuliah maupun saling me negur ketika diantara kita ada yang ber buat maksiat.

Dan yang terakhir, untuk masalah ekonomi harus bisa hemat dan menab ung, jika kita tahu target mengaji di Sudan masih lama maka kita juga harus mem persiapkan ekonomi ke depan, apalagi di Sudan sering terjadi kenaikan harga yang sangat drastis contoh dalam pembayaran rusum maupun bahan pokok makanan, kalau tidak rajin hemat dan menabung pasti akan kewalahan.

Apakah perempuan sangat perlu berpendidikan tinggi? Jika iya, apakah kuliah di Sudan worth it khususnya untuk perempuan?

Iya sangat perlu, khususnya berpendi dikan tinggi dibidang ilmu agama dengan

menguasai segala ilmu syari’at islam. Misalnya, lulus S1 dengan selesai hafa lan Al-Qur’an, mutqin ilmu fiqh, ahli taf sir, jauh diperlukan bagi seorang wanita karena wanita yang akan mendidik kel uarganya ketika suaminya sibuk bekerja dan masyarakat juga butuh da’iyahuntuk mencerdaskan muslimah.

Menurut Ana jika hanya kuliah S1 mau pun S2 di Sudan tidak worth it khusunya untuk perempuan, karena adanya keter batasan masyayikh Sudan yang enggan mengajar perempuan sehingga mereka sulit mencari kajian di sini. Namun untuk S3 jika kuliah saja masih worthit menim bang biaya yang masih tergolong murah dan waktu yang sebentar.

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 2022 33

Apakah ada pengaruhnya kuliah di Sudan untuk membangun peradaban di In donesia?

Kalau hanya kuliah saja tidak, karena standar perkuliahan di Sudan masih leb ih rendah dari negara Mesir, Arab Saudi, dan lain sebagainya. Kalau ngajinya bisa jadi iya, karena kualitas kuliah dan men gaji ini berbeda, Ana pun tidak tahu mana ilmu perkuliahan yang terpakai namun Ana sangat ingat banyak ilmu kajian yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan biasanya orang pergi mengaji untuk mengangkat kebodohan diri tidak diab sen pun datang dengan suka rela karena orientasinya pahala, akhirat dan ridha Al lah Swt.

Apa kelebihan menjadi pelajar di Sudan? Dan apa yang menjadikan Pelajar Sudan berbeda dengan negara lain?

Keistimewaan belajar di sini ada pada amar ma’ruf nahi mungkar , saling me nasihati dalam kesabaran, saling men dukung untuk mengaji, sanggup hidup se derhana dan apa adanya serta minimnya interaksi antara laki-laki dan perempuan sehingga membuat mahasiswanya lebih fokus belajar dan mengaji.

Namun, seiring berjalannya waktu keis timewaan yang dimiliki mahasiswa Sudan semakin luntur, semakin banyak yang tinggal di rumah, semakin tidak sederha na, dan juga pergaulan lawan jenis yang semakin bebas. Mungkin karena kuran gnya kesadaran mengaji kepada masya yikh di Sudan, atau bermulazamah mau pun meneladani akhlak mereka.

Yang terakhir, apa pesan yang ingin Antum sampaikan kepada pembaca khu susnya yang sedang berjuang kuliah di Sudan?

Bagi yang sudah di Sudan, bersabarlah dan lanjutkan perjuangan. Jangan putus ditengah jalan. Dan jangan sampai meny iakan waktu sehingga tidak mengaji, kuli ah, maupun mengamalkan ilmu. Man faatkan momentum jauh dari masyarakat Indonesia untuk mengangkat kebodohan diri dan memperbaiki perbuatan. Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua.

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 202234
MENGAPA MAHASISWA INDONESIA DI SUDAN SEMAKIN MERASA KURANG UANG JAJANNYA? Oleh: Muhammad Najmuddin Mahasiswa International University of Africa, Khartoum Liputan Khusus MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 2022 35

Sudan adalah negara di Afrika yang ber batasan dengan Laut Merah, Mesir, Lib ya, dan Sudan Selatan. Seperti nega ra-negara Afrika lainnya, Sudan menjadi salah satu negara yang mengalami kri sis ekonomi dan babak-belur dihantam pandemi. Krisis ekonomi, inflasi, harga bahan kebutuhan pokok meroket, dan banyak hal yang membuat teman-teman Indonesia di Sudan meminta double uang kiriman dari keluarga di Indonesia.

Padahal, 3 tahun lalu (subjektif penulis yang merupakan mahasiswa keberang katan 2019), pengeluaran untuk hidup di Sudan tidaklah lebih mahal dari pada di Indonesia. Selain pandemi, apa saja faktor yang membuat Sudan menjadikan kita bak anak konglomerat dalam segi pengeluarannya?

1. Memang sudah lama krisis Jauh sebelum covid-19 meluluhlantak kan ekonomi Sudan, kurfa inflasi di neg eri ini memang cenderung mengarah ke sisi krisis. Seperti tulisan wartawan Afri ka, Zeinab Mohammed Salih, pada bu lan Desember 2018 lalu, $1 (Rp14.000) bernilai SDG76 di pasar gelap. Pada hal 6 bulan lalu bernilai tidak lebih dari SDG40. Sekarang? $1 (Rp15.000) ada lah SDG570. Sungguh sangat mempri hatinkan dan butuh perhatian.

2. Subsidi dipotong Karena krisis ekonomi Pemerintah Sudan berupaya untuk mencegah ambruknya ekonomi melalui langkah penghematan darurat dan de valuasi mata uang secara drastis. Sep erti pemotongan subsidi listrik, tepung terigu sebagai bahan utama pembuatan roti yang mana adalah makanan pokok

rakyat Sudan, dan pencabutan subsidi bahan bakar kendaraan.

Sebagai contoh, 3 tahun lalu Sudan ada lah negara yang harga bensinnya (SDG6 per liter) lebih murah dari pada harga air mineral (kurang lebih SDG8 per liter). Se karang? 1 liter bensin bernilai SDG768 atau sekitar Rp18.000. Belum lagi listrik tahun ini mengalami kenaikan 600% dari harga normal. Bensin, listrik, dan roti har ganya naik, otomatis hampir semua ba rang juga naik tak terkendali.

3. Adanya pasar gelap Jika kalian menilai mata uang di Sudan stabil karena melihat nilai mata uangn ya melalui Google Finance, maka kalian salah sumber. Karena ada pasar gelap yang sangat memengaruhi harga barang di pasaran. Ya, nilai mata uang Sudan terhadap dolar sering mengacu ke pas ar gelap, bukannya Bank Sentral. Pasar gelap sendiri merupakan tempat penu karan ilegal yang menjamur di Sudan.

Hal ini tentu sangat merugikan Sudan mengingat kurs di pasar gelap sangat tidak stabil dan cenderung merugikan nilai SDG (mata uang Sudan) karena ada mafia yang mengaturnya. Seperti contoh Februari tahun lalu ketika $1 se tara SDG55 di Bank resmi, di pasar gelap nilainya sekitar SDG200-300 per $1.

4 . Biaya paket internet dan sewa ru mah tak masuk akal Sebagai diaspora Indonesia di benua tetangga, Hunian, komunikasi, dan hibu ran menjadi hal yang tidak bisa dise pelekan, serta menjadi kebutuhan pokok kami para ajnabiy (bule) di Sudan yang

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 202236

tidak bisa ditinggalkan.

Teman-teman Indonesia menyisihkan budget untuk internet pada 2019 mun gkin hanya 30-60 ribuan rupiah per bu lannya. Sekarang meroket menjadi 200300 ribuan rupiah per bulan. Sementara untuk menyewa rumah, $100-200 kami dapat menempati hunian layak nan se derhana untuk 5-7 orang. Sekarang ru mah dengan spesifikasi bak hp Xiaomi (sederhana namun layak) disewakan di kisaran $300-400, harga yang cukup un tuk menyewa perumahan elit di kota Pati dan sekitarnya.

Itulah 3 faktor yang membuat ekonomi Sudan menjadi sangat krisis dan butuh perhatian dunia internasional. Tentu ma sih banyak faktor lain yang belum bisa

penulis jelaskan di sini. Semoga nega ra-negara yang sedang mengalami krisis, seperti Sudan dan negara lainnya, segera pulih dan negara kita Indonesia terjaga kestabilan ekonominya kini dan nanti.

FILM “AL-SIT”

RESENSI
Rilis: 19 NOV2020Nama film: “Al-Sit” Sutradara: Suzannah Mirghani Produser: Suzannah Mirghani & Eiman Mirghani Oleh: Zaid Abdul Aziz Mahasiswa International University of Africa, Khartoum MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 202238

Pemeran:

- Mihad Murtada sebagai Nafisa

- Rabeha Mohammed Mahmoud sebagai Al-Sit

- Mohammed Magdi Hassan sebagai Nadir

- Haram Basher sebagai Ibu Nafisa

- Alsir Majoub sebagai Bilal

- Murtada Eltayeb sebagai Pengemudi

- Talaat Farid sebagai Babiker

- Fatma Farid sebagai Faiza

- Intisar Osman sebagai Ibu Faiza - Abdalla Jacknoon sebagai Ayah Babiker

MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 2022 39

Film ini berlatarkan disebuah desa petani kapas di Sudan, Nafisa seorang anak yang berusia 15 tahun naksir dengan Babiker, akan tetapi orang tuanya telah mengatur per nikahannya dengan Nadir, seorang pengusaha muda Sudan yang tinggal di luar neg eri. Nenek Nafisa sendiri, Al-Sit memiliki rencana sendiri untuk Nafisa. Akankah Nafisa memilih jalan hidupnya sendiri?

Mirghani sendiri memenangkan penghargaan kompetisi Internasional dengan predikat sutradara terbaik pada Festival Wanita Internasional di Beirut, di Festival Film Interna sional Busan, film tersebut memenangkan Penghargaan Juri dalam Kompetisi Inter nasional. Mirghani juga memenangkan penghargaan keunggulan dalam Penghargaan Pembuatan Film Wanita di Festival Film Independen Eropa ECU dan dalam Pembuatan Film Wanita untuk Drama Pendek di Festival Film Independen Eropa. Film tersebut juga menerima Perhatian Khusus di Festival Film Arab Malmö. Di Festival Film Internasion al Zanzibar, film tersebut memenangkan Penghargaan Pendek/Animasi Terbaik dan Penghargaan Ketua ZIFF.

Film pendek ini juga meraih Penghargaan Canal+/Cine+, yang dipersembahkan oleh saluran Prancis Canal Plus Cinema dalam Festival Film Pendek Internasional Cler mont-Ferrand.

Al-Sit juga meraih predikat sebagai film pendek Arab dengan jumlah penghargaan tertinggi pada tahun 2021.

Festival film internasional Ismailia untuk film dokumenter dan film pendek mem berikan suara bulat untuk menganuger ahi film Al-Sit penghargaan film pendek Terbaik.

Al-Sit menjadi Penerima hibah produksi dari Doha Film Institute untuk sebuah film yang dibuat oleh perempuan untuk per empuan menyoroti hak-hak perempuan.

Suzannah Mirghaniw
MAJALAH EL-NILEIN EDISI OKTOBER 202240
“Selamat kepada pemilik akun @lutev_ sebagai pemenang El-Nilein minor edisi kedua”

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.