Majalah El-Nilein Edisi Juni 2021 | "Agama, Masalah atau Solusi?"

Page 1

1

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


Lembaga El-Nilein 2021 - 2022 Direktur : Faradilla Awwaluna Musyaffa’ Sekretaris : Nailul Rohmatul Muwafaqoh Bendahara : Atik Fitriati Daniel Zia Ulhaq Pimpinan Redaksi : Toni Suhendra Staf Redaksi : Falah Aziz Amatullah Amalia Nur Santoso Amanda Dheazeta Sugandi Suprianto Zaid Abdul Aziz Lukman Al-Khakim Hasan Albanna Syuhada Abdi Rauuf Nur Wahid Kuni Abida Kamila April Setiawan Arya Kurniantoro Laili Maya Ramadani Staf Media Koordinator : Nashruddin Hasan Maryono Designer : Fauziyyah Yahdiyani Muhammad Saifurrohman Layouter : Nur Syafinatusyikah Podcaster Hadziq Mubarok Tengku Rahmad Kurnia Nur Khodijah Urfa Salsabilatul Jannah

Salam Redaksi Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh Segala puji hanya milik Allah Swt, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga kami bisa menerbitkan Majalah El-Nilein edisi perdana. Selawat dan salam tercurahkan kepada baginda yang mulia Nabi Muhammad saw, Sang Penyampai risalah kepada seluruh umat di setiap penjuru bumi. Sepanjang sejarah peradaban manusia dari awal hingga sekarang, cenderung menimbulkan permasalahan baru dalam kehidupan terlebih di era modernisasi sekarang. Tak bisa dipungkiri bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan terlepas dari problematika kehidupan, baik itu masalah internal seseorang maupun masalah sosial, apalagi kalau kita melihat kondisi dunia sekarang yang penuh dengan kekisruhan di semua bidang, baik itu dari segi ekonomi, sosial, budaya, bahkan politik. Sebagaimana pesatnya ilmu pengetahuan kontemporer berkembang, tentu akan menimbulkan problematika yang baru. Di era digital sekarang, cara pandang beragama ditafsirkan menurut kehendak masing-masing, yang kemudian menjadi salah satu penyebab munculnya berbagai pandangan yang mengatakan bahwa agama merupakan sumber dari berbagai masalah baru. Begitu dahsyatnya beragam cara pandang ini, menuntut kita untuk dapat memilah berdasarkan akal pikiran yang jernih dan argumentasi yang kuat, dengan demikian membuat diri ini jauh dari sikap fanatisme. Berpijak pada kesadaran tersebut dengan berbagai macam fenomena yang ada, tentu sangat menarik untuk kita bahas, maka Majalah El-Nilein edisi perdana ini akan mengulik judul “Agama: masalah atau solusi”. Dan kami ucapkan juga terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan bekerja keras demi terwujudnya Majalah ElNilein kali ini. Selamat membaca! Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam redaksi

2


KAJIAN UTAMA 1

04

KAJIAN UTAMA 2

14

KAJIAN UTAMA 3

23

OPINI 1

27

OPINI 2

35

PHOTOGRAPHY

39

BILINGUAL

42

LIPUTAN KHUSUS

47

KESUDANAN

51

MUSLIMAH

57

RESENSI BUKU

63

SKI

66

SASTRA

69

WAWANCARA

72

Agama dan Kerancuan Pola Pikir

Ritualistik Agama vs Moralitas

Indonesia dan Agama, Bagaimana Harmonisasinya?

Beragama Kok Banyak Masalah?

Agama Sumber Perpecahan?

Tema : Mati Lampu

Are You Ready 5G?

Tarik Ulur Jabatan, Transisi Sudan Diperpanjang

Labirin Kehancuran Sudan

Peran Muslimah Inspiratif Sudan

DAFTAR ISI

Bincang Akhlak

EDISI JUNI 2021 3

Serikat Islam, Solusi dalam Menyongsong Kedaulatan di Nusantara

Dalam Kamus Orang Miskin

Konsep Imperalisme dan Fanatisme dalam Stagnasi Islam

POJOK ALUMNI

78

Aku Sih Gak Munafik Ya

Sumber gambar : Pixabay, Pinterest, BBC, Audioboom, Re-imaginingresilience, Kumparan

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia



AGAMA DAN KERANCUAN POLA PIKIR Kajian Utama

5

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


A

Oleh : Suprianto

pa itu Agama? Beberapa orang akan mengungkap dengan jawaban yang beragam tergantung pengalaman dan pemahaman masing-masing. Sebagian mungkin saja menjawab secara hati-hati, bagaimanapun agama menyang-

"Jika

ditinjau dari berbagai perspektif semua agama mengajarkan kebaikan, tidak ada pencurian, perampokan, pemerkosaan, dan lain-lain. Jadi jika semua agama mengajarkan hal-hal yang baik, lalu kenapa harus mengikuti agama Islam?

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

kut sesuatu yang suci dan pengalaman batin manusia, belum lagi kalau dianggap memaknai dengan pengertian yang tidak umum. Memang tidaklah mudah merumuskan pengertian agama, usaha memaknai agama terdapat banyak ragam pengertian, seperti beragamnya jenis-jenis agama yang tumbuh di dunia. Kesulitan menyeragamkan pengertian agama ini juga terjadi di dunia akademis, terdapat ratusan definisi, namun untuk sampai pada pemahaman tentang apa itu agama bisa dilihat dalam 4 kelompok pendekatan: Pertama, pendekatan Antropologi yang melihat kebudayaan masyarakat tertentu, kelompok ini memandang aktivitas dan ekspresi keagamaan dipandang sebagai bentuk-bentuk dorongan psikokultural manusia. Kedua, pendekatan Psikologi mengenai kejiwaan manusia yang berusaha menutupi kelemahan pendekatan yang pertama. Dalam pendekatan ini agama dianggap bukan sekadar dorongan rasa takut dan rasa kagum, melainkan lebih dari itu. Agama menyangkut hubungan batin antara seorang individu dengan kekuatan di luar dirinya. Filosof dan Ahli Matematika dari Inggris menyebutkan bahwa agama adalah perasaan, tindakan, dan pengalaman manusia individual dalam kesendirian mereka sejauh hal itu membawanya ke dalam posisi yang behubungan dengan apapun yang dianggap sebagai pemegang kekuatan yang sangat besar melampaui kekuatan manusia. Ketiga, pendekatan Sosiologi yang mengkaji struktur, institusi, dan norma dalam sebuah masyarakat. Meman6


Agama adalah kebutuhan manusia. Dari agama, manusia memperoleh nilainilai yang ia butuhkan, agar ia mampu mencapai ketenangan hidup di dunia. Tanpa agama, manusia gundah-gulana. Lantas menikam dirinya sendiri dang masyarakat layaknya tubuh, organ satu dan organ lainnya terhubung dan membentuk satu sistem, jika yang satu tidak berfungsi bisa berakibat pada yang lain. Agama dipandang sebagai sebuah sistem yang terekspresikan dalam kehidupan kolektif masyarakat manusia. Keempat, pendekatan Fenomenologi yang berusaha menemukan intisari atau hakikat dari agama dan pengalaman keagamaan, mereka meli-

7

hat dari berbagai ekspresi pemikiran, tindakan, dan interaksi sosial. Keberagaman manusia memiliki nuansa batin yang lebih sekadar persoalan psikologi, sebuah perjumpaan dengan sesuatu yang melebihi dan mengatasi kefanaan dunia. Pengalaman seseorang, atau sekelompok orang bisa berbeda dengan lainnya, karena itu memahami agama dengan cara yang ber-

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


beda juga. Ada pula yang menyebutnya dengan pendekatan teologis.

Agama Mengajarkan Kebaikan Jika ditinjau dari berbagai perspektif semua agama mengajarkan kebaikan, tidak ada pencurian, perampokan, pemerkosaan, dan lain-lain. Jadi jika semua agama mengajarkan hal-hal yang baik, lalu kenapa harus mengikuti agama Islam? Dapat dipahami karena selain mengajarkan kebaikan, Islam juga merupakan agama yang menuntun seseorang bagaimana cara meraih keadaan yang baik serta menunjukkan cara untuk mencapai keadaan di mana seseorang tidak akan merusak. Sebagai bukti semua agama mengatakan bahwa melecehkan perempuan adalah hal yang salah, memperkosa perempuan adalah hal yang salah. Hindu menyebutnya, Yahudi menyebutnya, Kristen menyebutnya, dan Islam juga mengatakan hal yang sama. Jadi apa bedanya Islam dengan Agama lainnya? Bedanya adalah Islam tidak hanya mengajarkan bahwa sesuatu itu baik dan merupakan kebaikan, melainkan juga menunjukkan jalan untuk mencapai keadaan di mana orang-orang tidak akan melecehkan atau memperkosa perempuan. Islam menyebutkan suatu sistem hijab. Allah SWT dalam Al-Qur'an menyebutkan (aturan) hijab untuk laki-laki, lalu setelahnya (aturan) hijab untuk perempuan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surah An-Nur ayat 30 yang artinya: “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluanwww.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

nya; yang demikian itu, lebih suci bagi mereka. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” Kapan pun laki-laki melihat perempuan jika pikiran hal yang macam-macam muncul, maka turunkanlah pandangan. Suatu ketika seorang muslim melihat perempuan dalam waktu yang lama, lalu saudaranya berkata, "Apa yang kamu lakukan? Ini tidak dibenarkan dalam Islam (haram).” Kemudian dia menanggapi, "Nabi Muhammad bersabda, 'pandangan yang pertama dimaafkan, dan yang kedua Haram.' Dan saya belum menyelesaikan pandangan yang pertama saya." Ini bukan berarti diperbolehkan melihat perempuan selama 10 menit tanpa berkedip, dan kemudian berkata saya belum menyelesaikan pandangan pertama saya. Apa yang Nabi maksud yakni jika tidak sengaja melihat seorang perempuan, jangan lihat lagi untuk melihat kecantikannya. Setelah ayat yang menyebutkan tentang hijab bagi laki-laki, barulah disebutkan hijab untuk perempuan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surah An-Nur ayat 31 yang artinya: “Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasan (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, 8


atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudari perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung.” Dan Allah SWT berfirman dalam AlQur'an surah Al-Ahzab ayat 59 yang artinya: “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh. Yang demikian itu agar lebih mudah dikenali, sehingga mereka tidak diganggu (dilecehkan). Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” Al-Qur'an mengatakan ketika perempuan beriman keluar rumah, hendaklah mereka menutup auratnya dengan jilbab, sehingga mereka lebih dikenali dan mencegah mereka agar tidak diganggu (dilecehkan). Sebagai perandaian ada saudari kembar yang sangat cantik, yang satu memakai hijab dan satunya lagi tidak (membuka aurat), mereka berjalan di sebuah jalan yang terdapat banyak laki-laki nakal dan tidak paham agama, kira-kira perempuan mana yang akan digoda? Tanpa penjelasan panjang lebar, tentu dirasa sudah cukup menjelaskan. 9

Di sisi lain jika hal ini diselami lebih dalam, maka akan tampak jelas sebagai tamparan keras bagi kaum feminisme yang bertujuan untuk membangun kesetaraan gender di segala aspek. Melihat Islam memberikan kebebasan kepada perempuan, tentu dengan kebebasan yang bertanggung jawab sesuai kodratnya. Segala yang telah diatur dalam Islam akan berdampak baik bagi individu yang menjalankannya. Dengan sudah cukup memaparkan tentang agama dan bahwa agama itu mengajarkan kebaikan dan menjadikan manusia lebih baik, lalu mengapa masih banyak fenomena kekerasan sosial berbasis agama? Diketahui dengan beragama dapat menjadikan manusia mempunyai pegangan yang kokoh dan rel-rel yang telah ditentukan oleh kekuatan yang besar (Tuhan) dalam mengarungi kehidupan dan dalam agama pun pemeluknya tidak dilarang untuk menggunakan logikanya di suatu keadaan tertentu. Jika dibandingkan dengan pemahaman agnostik dan atheis, yang mana mereka tidak mempunyai pegangan dalam menentukan arah dan tujuan selain diri sendiri tanpa mempunyai parameter standar benar dan salah. Jika hanya melalui akal, maka sudah pasti akal itu lemah dan terbatas. Lalu mengapa tetap saja ada kaum agnostik? Lalu mengapa ada orang-orang yang memilih menjadi atheis saja?

Fenomena Kekerasan Sosial Berbasis Agama Kita tak perlu berharap bahwa dalam masyarakat yang sangat beragam,

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


terdiri dari individu dan kelompok yang berbeda-beda identitasnya, ketegangan atau konflik tak akan pernah terjadi. Akan tetapi selayaknya kita terus mengupayakan agar kekerasan tidak menjadi modus interaksi dalam merespon keragaman itu. Kasus lama terkait Ahmadiyah mencapai tingkat kekerasan baru dengan drastis, tiga orang Ahmadiyah terbunuh dengan mengenaskan di Cikeusik, dan minggu berikutnya beberapa fasilitas publik, termasuk gereja, menjadi sasaran amuk massa di Temanggung setelah pengadilan kasus penodaan selesai. Kekerasan lain dengan skala besar melibatkan pembakaran pesantren dan memaksa ratusan orang pengikut Syi’ah menjadi pengungsi selama sebulan, terjadi di Sampang, Madura. Pada sepanjang tahun 2011 SETARA Institute mencatat 244 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama atau berkeyakinan yang mengandung 299

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

bentuk tindakan, yang menyebar di 17 wilayah pemantauan dan wilayah lain di luar pemantauan. Jika kita mengamati secara mendalam terhadap akar permasalahan, maka akan ditemukan fakta bahwa kasuskasus yang dibungkus dalam bingkai agama bukan murni karena agama itu sendiri, melainkan dilatarbelakangi beberapa sebab, di antaranya; kepentingan individu, kelompok sosial, kelompok politik, ekonomi, hingga konflik antar individu yang memperjuangkan haknya dan mengikusertakan nama agama. Adapun jika konflik itu memang didasari atas nama agama, maka sudah tentu bukan karena agama mengajarkan untuk berperilaku menyimpang dan merugikan orang lain, melainkan berangkat dari ketidakpahaman dalam memahami esensi agamanya. Dalam kata lain beberapa hanya sekadar ikut-ikutan dan terprovokasi yang pada hakikatnya

10


Agnostisisme mereka tidak mengenal betul akar permasalahannya. Sisanya terjadi karena miskomunikasi yang terjadi di lingkungan sosial di tengah masyarakat yang beragam.

Resolusi Harmonisasi antar Umat Beragama Gus Dur pernah mengatakan bahwa konflik berlatar belakang apapun adalah sebuah upaya dalam mendewasakan manusia. Bahwasanya dengan konflik, maka manusia akan saling memahami persoalan lebih detail ke dalam suatu persoalan yang sesungguhnya, sehingga ketika konflik terlahir untuk berikutnya maka masyarakat akan lebih kritis dan tentu tidak mengedepankan emosional dalam menyelesaikannya. 11

Agnostik percaya bahwa keberadaan atau ketiadaan Tuhan tidak dapat diketahui dan dikenali. Definisi lain adalah bahwa “pemikiran manusia tidak dapat memberikan dasar rasional yang cukup untuk membenarkan keyakinan bahwa tuhan itu ada atau keyakinan bahwa tuhan itu tidak ada. Ahli Biologi Thomas Henry Huxley mengucapkan kata agnostik pada tahun 1869 dan berkata, “Ini berarti bahwa seseorang tidak boleh mengatakan bahwa dia tahu sesuatu atau percaya pada sesuatu dan tidak memiliki dasar ilmiah untuk mengklaim ingin tahu atau percaya.” Jelas-jelas ini sudah bertentangan dengan esensi dan eksistensi manusia itu sendiri yang mempunyai akal dan indra sebagai alternatif untuk mengetahui dan merasakan sesuatu. Seorang agnostik tidak dapat meneri-

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


ma doktrin agama, jadi pada akhirnya ia hanya akan kembali ke posisinya yang tidak beragama dan tidak mempunyai makna dalam hidup selain diri sendiri dan kesenangan yang tidak kekal.

Atheisme Atheisme merupakan konsep di mana manusia tidak percaya akan keberadaan atau adanya Tuhan. Di mana dalam kehidupan yang mereka jalani, Tuhan tidak dibutuhkan dalam aspek-aspek yang mereka lakukan. Mereka menjalani hidup tanpa berpangku tangan pada Tuhan, mereka hanya perlu berjuang atas dirinya sendiri. Seseorang yang meyakini bahwa Tuhan itu ada akan memulai atau mengawali segala aspek kehidupannya dengan Tuhan. Apapun yang mereka lakukan atas dasar dan keyakinan untuk mencapai tujuan berkesinambungan juga dengan apa yang Tuhan perintahkan. Berbeda dengan mereka yang menyangkal adanya Tuhan mereka akan tidak peduli dengan apa-apa yang seharusnya tidak diakukan. Mereka hanya hidup atas dasar kemauan dan seolah berada di atas kebebasan tanpa apapun yang menghalangi. “…Two hands working can do more than a thousand clasped in prayer…” Kalimat tersebut menegaskan bahwa mereka yang menyangkal adanya Tuhan mempunyai prinsip tersendiri dalam menjalani hidupnya. Dibandingkan berdoa dengan seribu tangan sekaligus tanpa adanya usaha itu adalah hal yang sia-sia. Mereka yang menyangkal adanwww.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

ya Tuhan lebih memilih menggunakan kedua tangannya untuk terus-menerus bekerja sehingga apa yang menjadikan tujuan hidup mereka dapat terpenuhi. Untuk mewujudkan segala pencapaian mereka, dibutuhkan usaha dan mereka menggunakan kedua tangan mereka untuk bekerja sehingga tidak ada waktu untuk memikirkan berserah diri dan memohon pada Tuhan. Secara tidak langsung mereka mengklaim bahwa umat beragama hanya banyak berdoa dan sedikit bekerja. Kalau mereka mau saja lebih melihat ke dalam umat beragama, terkhusus agama Islam yang mempunyai konsep “Ikhtiar” dan “Tawakal”, apalagi umat Islam yang bisa menjalankan keduanya dalam satu waktu. Misalnya saja seseorang yang bekerja “agen delivery” yang sambil berzikir di tiap putaran roda motor. Tentu itu akan bernilai pahala sekaligus cuan, bukan? Argumen yang paling sering kita dengar dari atheis, “Selama sesuatu tidak bisa dilihat atau dirasakan, maka hal itu tidak ada, dan kita perlu bukti yang nyata untuk bisa yakin dengan sesuatu.” Ini merupakan argumen klasik yang sangat gampang dipatahkan. Yaitu, jika demikian maka anda yang sedang membaca tulisan ini, tidak ada. Karena saya tidak mengetahui tulisan ini akan dibaca atau tidak, dan oleh siapa. Tidak dapat dilihat dan dirasakan. Ini merupakan salah satu di antara banyak kerancuan pemikiran orang atheis itu sendiri, yang dikenal rasional namun nyatanya seperti tidak rasional dalam cakupan yang dapat dibertanggungjawabkan. Ditinjau dari semua pembahasan berbuah kesimpulan bahwa semua 12


agama mengajarkan dan memberitakan kebaikan, namun, hanya agama tertentu yang dapat menuntun seseorang bagaimana cara meraih keadaan yang baik, serta menunjukkan cara untuk mencapai keadaan di mana seseorang tidak akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Agama mengajarkan manusia tentang keterbatasan dan ketidakterbatasan. Agama mengajarkan kebebasan itu bersyarat. Kebebasan mutlak adalah rimba raya. Agama mengajarkan agar manusia mengolah daya pikirnya, supaya dapat menelaah rasa (hati-spiritualitas). Fungsi akal-pikir sejatinya adalah menerjemahkan petunjuk-petunjuk yang diberikan Tuhan melalui hati dan indranya. Agama adalah kebutuhan manusia. Dari agama, manusia memperoleh nilai-nilai yang ia butuhkan, agar ia mampu mencapai ketenangan hidup di dunia. Tanpa agama, manusia gundah-gulana. Lantas menikam dirinya sendiri. Tidak heran beberapa hal yang rancu dalam pola pikir yang berasal dari manusia tentang keyakinan tanpa didasari tuntunan agama akan berbuah kehidupan tiada makna kecuali kesenangan yang semu. Berakhir pada pencarian tanpa arah dan tak bertepi. 13

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

14


“Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang religius. Sebanyak 74, 9% umat beragama Islamny a merasa saleh. Tapi bagaimana mungkin kuruptor justru nilep dana di pos-pos anggaran yang terkait langsung dengan akhirat? Atau calon kepala daerah yang jelas-jelas ditangkap KPK bisa dipilih, didominasi masyarakat yang terkenal agamis? Masyarakat religius kok angka korupsi masih tinggi.”

K

asus penangkapan seorang kepala daerah yang digelandang KPK karena tindak korupsi sudah biasa dialami. Data dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencatat sejak adanya pilkada langsung pada tahun 2005, sudah ada 300 kepala daerah di Indonesia yang menjadi tersangka kasus korupsi. Motif-motif korupsi yang selalu dianalisis oleh para ahli ini memunculkan satu kasus yang menarik. Kenapa ada kepala daerah yang digelandang KPK karena kasus korupsi, namun sebagian dananya digunakan dirinya untuk menyumbang rumah ibadah dan melakukan perjalanan religius? Kasus lain. Penangkapan Menteri Agama RI beberapa tahun silam yang dijebloskan di bui dengan dugaan kasus penyelewangan dana haji dan dana abadi umat yang 15

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


merugikan negara diangka 700 miliar rupiah, berseberangan dengan pengakuan masyarakat sekitar yang mengenal beliau sebagai sosok yang taat beragama, royal memberi bantuan, dan berperilaku baik pada sesama. Keanehan yang terjadi ini kerap mendapat pertanyaan. Kenapa masyarakat yang dikenal religius, memegang prinsip keagamaan, dan menjadi jemaah terbanyak ke tanah suci untuk umrah atau haji tetap tidak bisa menekan angka korupsi yang tinggi, justru menempati urutan 90 dari 175 negara responden yang terkait? Itu hanya pada perbandingan satu kasus untuk korupsi. Belum lagi kasus-kasus moral lain yang menimpa bangsa Indonesia akhir-akhir ini seperti, eksplorasi anak bawah umur, narkoba, kasus video asusila, pergaulan bebas, atau netizen yang kesopanannya menempati peringkat terbawah se-Asia Tenggara.

itu saleh, menciptakan kecenderungan penilaian agama pada aspek ritual individual semata. Yang miris dari fenomena ini adalah, sebagian dampak justru menjadikan orang antipati terhadap agama. Kenapa harus beragama lha wong yang rajin solat aja suka nyakitin orang?

Padahal agama sudah sepatutnya tak hanya dikaitkan dengan aspek ritual yang mengarah pada penilaian kesalehan personal. Sebaliknya ia harus menjadi tolak ukur penerapan nilai dan pemandu moral dalam kehidupan di ranah sosial. Persoalan-persoalan sosial yang kompleks terjadi di masyarakat menyebabkan pengamalan makna agama menjadi lebih rumit dan unik. Sebab jika diimplementasikan secara maksimal dengan porsi yang ideal maka agama mampu mengawasi moral masyarakat di dalamnya. Namun sebaliknya, jika masyarakat salah mengimplementasikanya, atau lebih parah hanya menjadikannya topeng untuk menarik perhatian, maka The fact that so many people who ia justru menjadi lahan subur bagi perpray the five times a day hurt other peo- tumbuhan konflik di tengah masyarakat. ple shows that being a religious person doesn’t make you a good person. Fenom- Hal inilah yang memicu psikolog ena bahwa manusia yang taat berag- Will Gervais melakukan penelitian apaama namun secara sikap justru memberi kah orang beragama lebih bermoral keburukan pada sekitar menyadarkan daripada yang tidak. Penelitian tersekita satu hal akan penilaian masyarakat but mendapat kesimpulan hasil bahwa yang salah memandang orang berag- orang yang beragama menilai dirinya ama. Persepsi yang menilai pemeluk ag- lebih mampu melakukan kebaikan-keama hanya dari ritualistik semata. Asal baikan walaupun secara realita yang terdia rajin salat, berpenampilan religius, jadi adalah kebalikannya. Kasus lain teratau gemar mengisi pengajian, dijadikan jadi dengan orang tidak beragama yang patokan nilai untuk berkata bahwa orang menurut studi laboratorium dan lapangan www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

16


lebih bermoral ketimbang orang yang beragama. Dalam peneleitian tersebut Will Gervais menarik kesimpulan bahwa beragama tidak menjadi penjamin bahwa manusia akan lebih bermoral karenanya. Lantas jika demikian. apakah benar bahwa agama tidak mampu menjadi obat bagi krisis moral yang terjadi di tengah masyarakat? Apakah peran agama hanya berhenti di penerapan ritual semata dalam kehidupan manusia? Atau apakah ritualistik dalam beragama harus dipisahkan dengan moralitas di tengah kehidupan kita? Jika berkaca dalam agama Islam konsep beragama tak cukup berhenti di ritual semata. Pengertian iman di dalamnya yang menuntut keyakinan dalam hati, perkataan dalam lisan, dan amalan yang terimplementasi dengan anggota badan menunjukkan agama ini tak hanya memberikan fokus pengarahan pada ibadah yang sifatnya ritualistik, 17

atau sebaliknya, perbaikan moral yang melupakan rambu-rambu ajaran syariat. Misal, kasus orang rajin salat yang nilep uang rakyat dan sebagian dananya dibuat pergi umroh sekeluarga. Atau kasus tidak mengapa perempuan tidak menutup aurat asal hati dan pergaulannya baik pada sesama. Konsep trilogi ajaran Islam yang mengaitkan antara Islam, Iman, dan Ihsan merupakan satu konsep yang harus dilaksanakan secara integral satu sama lainnya untuk mampu mewujudkan Islam sebagai worldview seseseorang. Konsep trilogi Islam yang diambil dari hadis Umar bin Khattab saat Malaikat Jibril menyamar jadi manusia untuk mengajarkan pada umat tentang pengertian ketiga hal tersebut menjadi konsep yang mampu menyeimbangkan antara ritualistik agama dan kebenaran perbuatan manusia di ranah masyarakat. Dalam Islam sendiri terdapat tiga tingkatan manusia dalam beribadah, da-

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


lam tingkatan pertama yang menjadikan seseorang beribadah dengan tingkatan Islam atau ritual semata, kedua ibadah dalam tingkatan Iman, dan yang ketiga adalah dalam tingkatan Ihsan. Dalam tingkatan Islam beribadah dengan pengamalan akan 5 rukun Islam menekankan pada aspek ubudiyah atau ritual. Pada tingkatan inilah kaum muslimin di seluruh dunia banyak menempatinya. Sayangnya pengaplikasian ritual ibadah dalam tingkatan Islam kebanyakan hanya dimaknai sebagai ritual untuk menggugurkan kewajiban dan kering dengan esensi dari keimanan. Jadi, jika ada pertanyaan mampir kenapa ada orang yang rajin salat tapi masih berbuat dosa? Tentunya perlu dipahami bahwa untuk menjadi muslim yang utuh, ritual bukan satu-satunya poin final yang ditempuh. Dalam tingkatan beribadah dengan Iman, pengamalan akan syari’at dilandasi dengan keyakinan. Cabang-cabang iman mengatur tentang pribadi manusia, hati, lidah, bahkan kehidupan sosial. Tak semua orang Islam itu beriman tapi pasti setiap mukmin itu seorang muslim. Hal ini sesuai dengan cerita orang Badui yang mengaku pada Rasul bahwa mereka telah beriman namun Allah menyanggah dan mengatakan bahwa mereka masih dalam derajat berislam. Dalam tingkatan ini, seorang muslim dituntut untuk menghayati dan merenungi semua amal ritualnya sehingga amal tersebut mampu memberi dampak positif pada kehidupan. Misal perintah salat, tanpa perenungan dan penghayatan akan esensi salat itu sendiri sebagaimana yang difirmankan Allah dalam QS. 29: 45, bahwa sepatutnya salat

mampu menjaga dari perbuatan keji dan mungkar, tentunya ibadah salat hanya sekedar ritual formalitas penggugur kewajiban. Selain itu, agama Islam menghubungkan antara iman dan perilaku sosial dibanyak dalil. Misal dari hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radiyallahu ‘Anhu tentang mencintai saudara sesama: “Tidaklah salah seorang di antara kalian beriman sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya.” atau dalam hadis lain tentang memuliakan tetangga Rasulullah juga mengaitkan iman dengan perilaku baik pada sesama, “ B a rangsiapa yang beriman k e pada Allah d a n h a r i akhir m a k a hendaknya ia memuliakan tetangga..” Dengan ini kriteria-kriteria manusia yang beriman tak hanya ditampakkan pada ritual

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

18


personal antara dia dan Pencipta saja. sebatas tingkat ritualistik semata namun Namun juga menyangkut hubungan an- telah berhasil mencapai pengaplikasian tara dirinya dan orang sekitar. dalam perbuatan moral di sekitar dan berperan dalam kemajuan intelektual Terakhir beribadah dalam tingka- karena ia telah memaksimalkan keislatan ihsan. Dalam tingkatan ini manusia mannya. merasa bahwa Allah melihat setiap gerak-gerik langkah dari perbuatannya, ia Hal inilah yang menjadikan generhidup di manapun seakan-akan Allah asi Rasulullah tidak hanya menjadi mamelihatnya, pun ia beribadah dalam nusia-manusia yang rajin salat, mengkekhusyukan dan kesadaran bahwa hafal quran, dan begitu mengagumkan Allah mengawasinya. Menurut Dr. dalam aspek ritual ibadahnya saja. NaHamid Fahmi Zarkasy, beribadah mun juga memiliki keluhuran moral di dalam tingkatan ihsan bisa men- tengah masyarakat. Atau kisah lain dari jadikan seorang muslim sosok Muhammad Al-Fatih yang mencari mengembalikan ke- imam salat untuk mengimami pasukannmajuan peradaban ya saat penaklukan Konstantinopel dan Islam di dunia diketahuilah bahwa di antara semuanya, jika ia mampu dia sendirilah yang tak pernah meningmencapain- galkan salat wajib, sunah, maupun tahaya melalui jud. Sosoknya merupakan bukti nyajalan in- ta bahwa ritualistik yang menakjubkan telektu- berlanjut pada kebijaksanaannya dalam al den- memimpin rakyat di bawahnya dan simg a n bol sosok dengan kesalehan yang mammen- pu mengubah dunia. g o lab- Mirisnya yang terjadi di tengah masyarakat kini adalah konsep ‘Trilogi Islam’ diterapkan secara parsial atau terpisah. Padahal untuk membentuk masyarakat religius yang bermoral baik butuh adanya penerapan seluruh konsep Trilogi ini secara integral dan tidak dipisahkan satu dan yang lainnya. Keorasikan timpangan penerapan Trilogi ini pada a n t a r a masyarakat bisa ditinjau dengan banyakislam-iman- nya fenomena yang terjadi soal korupilmu di ke- tor yang mengambil uang pada pos-pos hidupan. Se- yang berkenaan langsung dengan akhderhananya dalam irat, maraknya sandal hilang saat salat tingkatan ini, seseo- jumat, perampokan yang sering terjadi di rang berislam sudah tidak negeri mayoritas Islam, atau krisis mor19

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


al lain yang menimpa masyarakat yang notabene tingkat kereligiusannya tinggi di atas negara-negara lainnya. Kendati demikian, tetap bukan solusi yang tepat memislahkan antara ritualistik dalam agama dengan moralitas. Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin mengatur seluruh aspek kehidupan manusia yang tidak hanya berkaitan pada kesalehan personal namun juga kesalehan sosial. Adanya penerapan integral pada konsep ‘Trilogi Islam’ sembari mencari pengetahuan tentang esensi Islam yang tidak sebatas pada praktek ritual semata perlu untuk diupayakan dan diimplementasikan. Just shows that focusing on one aspect of worship and ignoring the rights of others doesn’t make you a religion person.

dia gunakan dana korupsinya untuk pergi haji dan bangun rumah ibadah dengan dalih, “Ya kan yang penting saya rajin salat, haji setiap tahun ke Makkah, bangun banyak rumah ibadah. Itu kan bisa jadi penggugur dosa, Bos. Nanti saya suci lagi, korupsi lagi, setelah korupsi duitnya buat kebaikan begitu, lho.” Nggak ada pemisahan ritual dengan moral di masyarakat, Bos! Joko sembung; Nggak nyambung!

Untuk itu sebagai muslim yang baik, adanya pengetahuan tentang Islam secara dalam perlu dilakukan. Jangan sampai sebagaimana yang terjadi sekarang, makna Islam sudah banyak didegradasi oleh kesalahfahaman masyarakat akibat pengaruh westernisasi yang menyebabkan orang Islam berasumsi bahwa Islam adalah sekadar agama yang mereka anut, tidak lebih, sebagaimana mereka memandang agama selain Islam. Atau hanya menganggap Islam sebagai ritual semata yang tidak mengatur unsur-unsur lain di dalam kehidupan. Padahal ia memiliki arti dan filosofi yang sangat dalam dan luas yang tidak mungkin terpisahkan antara ritualistik agama yang dipraktekkan penganutnya dan pengaplikasian moral yang baik di masyarakat.

Oleh : Faradilla Awwaluna Musyaffa International University of Africa

Dengan demikian diharapkan tidak ada lagi kasus orang korupsi, kemudian www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

20




Pics: blob:https://id.pinterest.com

#kajian utama

Indonesia dan Agama, Bagaimana Harmonisasinya? 23

Indonesia sebagai sebuah negara yang merdeka secara lahiriah sudah menapaki masa demi masa. Berbagai kejadian, sengketa, dan banyak hal lain telah membersamai romantika berbangsa dan bernegara. 17 Agustus 1945 sebagai titik awal perjalanan Indonesia, merupakan memori bersejarah yang tak akan dilupa masyarakat Indonesia bahkan dunia. Dalam kurun waktu 350 tahun, bangsa yang dahulunya dike-

nal sebagai ‘Nusantara’ ini berjuang melawan segala penindasan, penjajahan dan penghancuran jati diri. Ahmad Mansur Suryanegara, dalam bukunya berjudul Api Sejarah menuturkan bahwa kolonialisme yang dilakukan penjajah mengakibatkan masyarakat kita mengidap inveriority complex atau ketidakpercayaan diri. Penyakit ini tak selamanya menjangkit

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


psikis masyarakat pada waktu itu, karena setiap tokoh perjuangan selalu berupaya menumbuhkan semangat juang yang tinggi untuk melawan penindasan. Kembali ke tahun 1945, Sang Proklamator, Ir. Soekarno menjadi komando perlayaran negara ini menuju cita-cita yang diinginkan masyarakat. 10 dekade awal pemerintahan Indonesia tidaklah berjalan mulus. Banyak permasalahan internal pemerintahan yang datang silih berganti, perundingan demi perundingan pun diadakan demi mencapai kesepakatan yang lebih baik. Linggarjati menjadi negosiasi penuh intrik antara Indonesia dengan Belanda. Negosiasi tersebut diadakan pada tahun 1946 yang membuahkan Republik Indonesia Serikat (RIS). Adanya RIS menjadikan Indonesia sebagai negara federal. Tidak berhenti dalam satu perjanjian, Indonesia masih perlu mengadakan berbagai perundingan antara lain; Perjanjian Renville dan Perjanjian Roem-Royen. Hingga pada akhirnya bangsa ini mendeklarasikan sebuah tatanan kenegaraan baru yang kita kenal hingga saat ini dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dicetuskan oleh Mohammad Natsir. Seakan badai tak kunjung berlalu, pemerintahan Indonesia di bawah rezim Soekarno harus berselisih dengan lawan politiknya, salah satunya partai Masyumi. Gagasan Manipol-Usdek dan penyatuan ideologi politik Nasakom ala Soekarno yang mendapat pertentangan keras dari umat Islam Indonesia kala itu. Semakin lama, karena khawatir visi misi politiknya goyah, Soekarno menjebloskan lawan politiknya yang berbeda haluan, termasuk Mohammad Natsir dan tokoh Islam lainnya. Seperti yang diketahui, Natsir adalah

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

24


Pics: https://id.pinterest.com

kolega politik Soekarno dalam membangun pemerintahan Indonesia, meskipun pada akhirnya,puncak kekuasaan Soekarno menemui batasnya tepat pada 11 Maret 1966, yang mana Soekarno memberikan mandat kepresidenan kepada militer yang dipimpin oleh Letnan Jendral Soeharto. Peristiwa ini kita kenal dengan Super Semar (Surat Perintah Sebelas Maret).

Soeharto yang diharapkan mampu memberikan solusi atas demokrasi Indonesia, ternyata malah bertindak untuk melanggengkan kekuasaanya yang menyebabkan nasib umat Islam justru semakin tidak terjamin kebebasanya. Pada dasawarsa 1980-an umat Islam mendapat diskriminasi melalui peraturan tentang jilbab. Masih banyak lagi bentuk diskriminasi lain yang ditujukan kepada muslim Indonesia, tak hanya umat Islam, bahkan siapa pun yang tidak satu haluan dengan rezim kala itu akan dipenjarakan. Hakhak menyampaikan kritik juga dicederai sehingga menyebabkan catat demokrasi bagi bangsa Indonesia. 32 tahun kekuasaan Soeharto, menemui

25

Orde lama selesai dan dilanjutkan dengan Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto. Dekade awal pemerintahan Indonesia yang penuh drama politik internal seakan menemukan jalan baru dengan lahirnya Orde Baru. riwayat akhirnya pada 21 Mei 1998 yang menjadi awal reformasi bangsa Indonesia dengan harapan akan adanya perubahan secara konstitusional dan kebangsaan. Demonstrasi dalam rangka menuntut reformasi disuarakan oleh berbagai kalangan masyarakat, termasuk para mahasiswa muslim. Hari ini, pasca 20 tahun reformasi bergulir, masih terlalu banyak permasalahan yang perlu dihadapi oleh negara Indonesia. Bukan lagi permasalahan dalam internal pemerintahan seperti saat NKRI baru berdiri, atau saat Soeharto membungkam aspirasi rakyat. Kini di kalangan masyarakat pun kita dapati perpecahan karena persoaalan-persoalan yang

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


kompleks. Era reformasi justru merupakan babak baru Indonesia dalam menghadapi problematika sosial hingga agama. Mengutip yang disampaikan KH. Hasyim Muzadi (Alm), bahwasanya pasca reformasi, banyak gempuran berupa budaya dan ideologi baru yang masuk ke Indonesia. Dari barat, kita kedatangan liberalisme beserta cabang ide dan pemikirannya. Sedangkan dari timur sebut saja Arab, muncul banyak paham dan gerakan Islam yang lahir dan mulai menampakkan eksistensinya. Begitu pula dengan budaya asing yang secara masif menyerbu masyarakat Indonesia, mulai dari industri music, film, fashion hingga makanan. Fenomena yang perlu disorot adalah munculnya gerakan, ideologi dan paham yang menyebar luas di kalangan masyarakat. Polarisasi pun tak terelakan, masyarakat mulai berani bersuara atas paham yang mereka yakini benar. Tidak hanya bersuara, masyarakat Indonesia kini cenderung saling menyalahkan pihak yang bertentangan paham hingga mencaci maki. Isu agama menjadi perbincangan dan perdebatan yang sering memicu ketegangan antar kelompok. Apalagi jika menilik tahun 2017 silam, di mana DKI Jakarta akan mengadakan pilgub dengan Anies-Sandi dan Ahok-Djarot sebagai “peserta kompetisi”. Mulai terlihat di mana isu agama selalu diangkat untuk membela masing-masing pihak. Akibatnya umat muslim sendiri cenderung berpecah belah hanya karena perbedaan pilihan gubernur. Keadaan sosial semakin memanas ketika beberapa tahun berikutnya, tepatnya pada tahun politik yang lebih ganas yaitu 2019, masyarakat Indonesia terutama umat muslim diterpa dualism hingga menjadikan suasana politik sepanjang tahun itu menjadi keruh. Mulai saat itu, masyarakat seakan terbelah menjadi 2 kubu, karena kontestasi pemilu mengusung dua calon presiden. Isu agama kemwww.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

26


bali dijadikan alat bagi masing-masing kelompok untuk menyerang dan menjatuhkan pihak lain, sepertinya bukan dualisme lagi yang terjadi, melainkan polarisasi. Sebenarnya, kekeruhan dan keruwetan yang terjadi pada kondisi negara Indonesia ini lebih disebabkan oleh fenomena media sosial yang semakin hari memiliki dwi fungsi. Fungsi memberikan kebermanfaatan sebagai sarana informasi sekaligus sarana menebar kebencian dan permusuhan. Sehingga keributan yang berlangsung di media sosial tak jarang berimplikasi dalam kehidupan nyata, terutama dalam bersosial masyarakat. Dekadensi dan degradasi kualitas bersosial antar sesama masyarakat akhirnya muncul. Agama yang awalnya mampu menebar kebaikan dan petunjuk, hari ini malah digunakan sebagai senjata untuk saling menjatuhkan. Pun jika kembali pada kasus pilgub DKI Jakarta yang sempat memanas, sebelumnya sudah terjadi cekcok terlebih dahulu antara calon gubernur dengan kaum muslim. Sebagian kaum muslim waktu itu meluapkan amarah dan protes atas pernyataan Sang Calon Gubernur karena melontarkan kebencian dan pelecehan terhadap agama Islam dalam salah satu pidatonya di Kepulauan

Seribu. Lagi-lagi perkara agama menjadi pemicu permasalahan. Semenjak peristiwa itu hingga hari ini, isu agama selalu dihembuskan oleh banyak kalangan di Indonesia, terutama para politikus yang memiliki keinginan untuk mempertahankan eksistensinya. Isu agama terus menerus digoreng. Imbasnya adalah seperti yang dikatakan sebelumnya, ketegangan di antara masyarakat terus memuncak. Politikus yang memanfaatkan isu agama mungkin bisa duduk santai diatas sofa empuk mereka. Tetapi rakyat harus dibiarkan saling bermusuhan tanpa mendapat manfaat apapun. Permasalahan sosial yang terjadi hari ini tidak lagi hanya dalam ranah ketimpangan sosial dan ekonomi saja. Namun juga kerukunan rakyat yang semakin samar terlihat dikarenakan pemaknaan agama yang setengah-setengah ditambah dengan tidak dibarengi kebijaksanaan dalam menghadapi perbedaan faham. Kita hanya akan diliputi kebingungan demi kebingungan buntu. Seolah pertanyaan, “Lalu siapakah yang dapat menanggulangi krisis kepemahaman agama yang tidak kunjung selesai ini?” Berputar-putar di kepala. Apakah kiai, ustaz, seorang yang alim atau siapa yang dapt mengatasi hal ini? Apakah hanya dengan kembali pada Al-qur’an dan sunah saja sudah cukup untuk

Agama akan terus menjadi solusi atas segala permasalahan manusia, terutama bangsa Indonesia.

27

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


mengembalikan kewibawaan agama Islam sebagai solusi dan way of life bagi masyarakat muslim Indonesia? Jika pun iya, permasalahanya akan lebih rumit lagi karena Al-qur’an dan sunah pun ditafsirkan oleh banyak ulama dan umat islam Indonesia sekarang juga tengah memperdebatkan tentang hal ini. Seorang Budayawan, Emha Ainun Nadjib berpendapat demikian, “Permasalahan Indonesia sekarang ini dikarenakan oleh ketidakpahaman kita dalam memaknai sesuatu. Terutama dalam memaknai kata/istilah baru yang sebelumnya tak pernah kita kenal.” Istilah fundamentalisme, radikal, toleransi dan lain-lain contohnya. Berapa banyak masyarakat yang berkoar-koar akan istilah-istilah tersebut tanpa benar-benar mengetahui maksudnya. Istilah-istilah tersebut jugalah yang hari ini sering digunakan para politikus, entah oleh pejabat pemerintahan atau anggota dewan legislatif untuk memberantas kelompok yang tak sejalan dengan mereka.

terutama bangsa Indonesia. Apalagi Islam sebagai agama mayoritas seharusnya bisa menciptakan keteduhan dan kenyamanan dalam kehidupan bersosial masyarakat. Namun malah umat Islam yang jumlahnya banyak sedang terpecah belah dengan membenarkan kebenaran masing-masing kelompok. Jika semua memiliki pendapat mengenai kebenaran, lantas mana yang paling benar? Ibarat sebuah rumah, seharusnya kebenaran adalah urusan dapur yang tak perlu setiap waktu harus disuguhkan ke ruang tamu. Ruang tamu isinya adalah kebaikan. Jadi, cukuplah para tamu rumah tersebut dihidangkan kebaikan sebagai bagian dari ruang tamu. Sementara Indonesia hari ini terbalik. Urusan dapur terlalu sering dibawa ke ruang tamu. Semoga masyarakat muslim di Indonesia bisa segera keluar dari penjara permusuhan ini agar dapat menciptakan tatanan masyarakat bahkan negara yang lebih bijaksana dengan Islam sebagai alat untuk mewujudkan kebaikan di negeri pertiwi ini.

Agama akan terus menjadi solusi atas segala permasalahan manusia,

Oleh :

Hasan Albanna

International University of Africa

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

28


Beragama Kok Banyak Masalah? “Karena jahilnya (ketidaktahuan) umat dengan ilmu agama, masalah agama banyak tercipta, sehingga perlu adanya pemahaman umat yang menyeluruh tentang agama.” Di antara banyaknya fenomena pertikaian orang yang beragama di sekitar kita, apakah agama hanya menjadi alat serbaguna yang dijadikan alat politik, ketenaran, dan pelarian ketika melakukan kesalahan? Tak jarang ia pun dijadikan dalih untuk melakukan terorisme, “jihad” katanya, dengan embel-embel akan imbalan surga bahkan pengultusan “kami utusan Allah, mereka utusan setan”. Dalam kasus serupa juga ada fenomena seorang selebritas yang menggaungkan “baca, rekam, posting” yang mana isu poligami dipermainkannya olehnya. Ada juga fakta golongan kiri yang mengaku menggaungkan agama tetapi seperti membenci agama, sedikit-sedikit mereka mengecap kaum yang berseberangan dengan istilah radikal, kadal gurun, atau anti pancasilais. Kemudian dibalasnya oleh golongan kanan dengan istilah maksiat, kafir, bid’ah, atau penista agama. Dengan mudahnya pengelompokan kawan dan lawan ini dilancarkan, sehingga umat terasa dikotak-kotakkan, bahkan bisa dibilang terpecah belah.

29

Yah, seperti inilah Indonesia dengan segala kemajemukannya, “Ketuhanan Yang Maha Esa” begitu bunyi dari pancasila pertamanya. Masyarakatnya yang menjunjung tinggi agama berikut moralitasnya, dan apapun yang berbungkus agama pasti akan menarik perhatian mayoritas masyarakatnya, tentu hal ini amat menjadi nilai positif dan solusi bagi bangsa ini jika diberikan arahan dan pemahaman yang tepat. Kendati demikian, ia pun dapat menjadi masalah bagi bangsa itu tersendiri jika dijadikan dalih untuk keuntungan pribadi atau golongan tertentu.

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


Lantas, agama itu masalah atau solusi ya?

Agama bisa jadi keduanya, bisa jadi masalah, bisa juga jadi solusi.Tergantung untuk apa, dalam urusan apa, kata siapa, serta bagaimana agama itu ditempatkan, karena aspek agama amatlah luas. Dalam menerapkan suatu peristiwa saja tiap agama memiliki konsep, teori, teknis pelaksanaan hukum, dan berbagai pertimbangan menyesuaikan berbagai manuskrip dari kitab suci ataupun statement petinggi agama. Terlebih lagi kompleksnya, manuskrip dan ketentuan dari agama Islam yang memiliki 87,2% penganut dari total populasi penduduk Indonesia. Secara garis besar, segala hukum yang disyariatkan dalam Islam tidak lain hanyalah untuk menjaga maslahat umat manusia itu sendiri dan tentu menjadi solusi atas masalah dari berbagai aspek kehidupan. Sebagai contoh dalam aspek syariahnya saja, ada perkara yang biasa dikenal dengan maqashid syariah yang terklasifikasi menjadi lima perkara, yaitu; hifzhun nafs, diin, ‘aql, nasl, dan maal. Yang masing-masing berarti menjaga diri, agama, akal, keturunan, dan harta. Sebagai contoh; disyariatkannya makan dan minum untuk keberlangsungan hidup, ditetapkannya kisas untuk menjaga diri, diwajibkannya rukun Islam dan iman untuk keberlangsungan menetapkan jihad dan dakwah demi menjaga agama, diharamkannya meminum alkohol dan narkoba untuk menjaga sehatnya akal. Disyariatkannya menikah untuk keberlangsungan keturunan, serta ditetapkannya hukum bagi pezina untuk menjaga keturunan. Dihalalkannya berbagai jenis pekerjaan dan muamalat untuk mendapatkan pundi kehidupan serta diharamkannya mencuri untuk menjaga harta. Kendati demikian, mengapa masih banyak masalah yang hadir mengatasnamakan agama? Seperti kasus penggolongan agama yang kiri dan kanan, berbagai kasus korupsi yang di lakukan oleh muslim, serta berbagai ujaran kebencian yang sering dilontarkan satu kelompok agama kepada kelompok yang lain, mengapa sering sekali terjadi konflik? Berdasarkan studi dari berbagai kasus, diketahui agama Islam menjadi masalah bukan karena agama itu sendiri (li dzaatih), tetapi dikarenakan faktor eksternal dari Islam (li ghoorihi), yaitu masalah yang disebabkan oleh umatnya. Lihat Islamnya, bukan muslimnya atau saya muslim, Islam itu sempurna tapi saya tidak, kalau www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

30


saya salah, salahkan saya, bukan Islamnya! Karena jahilnya (ketidaktahuan) umat dengan ilmu agama, masalah agama banyak tercipta, sehingga perlu adanya pemahaman umat yang menyeluruh tentang agama. Terlebih lagi di media sosial yang dapat dengan mudahnya menyebarkan asal kata dan perilaku, siapa pun dapat berkata apa pun dalam persoalan agama, sehingga banyak memicu konflik dan masalah. Tambah lagi jika dia memiliki banyak pengikut. Amat disayangkan pengikutnya pun terkadang hanya ikut-ikutan saja, tak peduli betul atau salah, lalu berdalih,”Kata si A, boleh kok maksiat asal gak merugikan orang lain,” misalnya. Banyak ikut-ikutan bukanlah aib, akan benar jika diarahkan dengan tepat, namun rawan akan berbagai kesalahan jika salah dalam apa dan siapa yang ia ikuti, terlebih dalam masalah agama. Oleh karena itu, umat ini butuh role model yang mahir dalam ilmu Islam, yang kredibilitas keilmuannya terjamin dan teruji, yaitu para ulama. Jikalau ikut-ikutan kepada ulama yang mahir di bidang agama, mesti umat dapat dengan bijak menyikapi berbagai permasalahan agama yang ada, tidak mudah terprovokasi, dan cerdas dalam menyaring berbagai informasi yang masuk. Maka janganlah kita asal dalam mengikuti sosok yang dijadikan rujukan agama, jika tidak, bukannya menjadi sebuah solusi malah memperkeruh keadaan dan menimbulkan masalah. Dengan arahan para ulama dan kecerdasan kita dalam beragama, kita akan memandang dengan bijak mereka yang memperalat agama untuk mencari ketenaran atau kepentingan politik. Toh, mereka tidak berpikir panjang atas tindakan dan perkataan mereka, mengapa kita ambil pusing? Bahkan bisa saja itu diperuntukan hiburan semata. Pun ketika terjadi perbedaan masalah politik, tidak serta-merta berbeda pendapat, lalu satu jadi utusan Tuhan sedangkan yang lain utusan setan. Yang haram itu ketika mengambil pemimpin non muslim, loh ini kedua paslon sama-sama muslim. Tak perlu merendahkan orang lain untuk meninggi, kita mesti cerdas dalam bersikap.

Dengan arahan para ulama dan kebijakan kita dalam beragama, kita pasti menolak paham terorisme serta berbagai ujaran kebencian. Islam merupakan agama rahmatan lil’aalamiin, agama yang penuh rahmat dan cinta damai. Hati saudara sesama manusia saja amat dijaga oleh Islam, terlebih lagi darah dan nyawanya. Adanya kelompok kanan dan kiri pun suatu hal yang wajar,

31

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


perbedaan pendapat merupakan hal yang lumrah dalam beragama, selama perbedaan itu bukan dalam perkara muttafaq (yang disepakati umat), hendaknya kita saling memaklumi dan mengedepankan tali persaudaraan. Mengutip perkataan dari ‘Allaamah Sayyid Rasyid Ridha, beliau berkata “Nata’aawan fii maattafaqnaa wa ya’dzuru ba’dhunaa ba’dhan fii maakhtalafnaa fiih” yang berarti; “Kita saling bantu dalam hal yang kita sepakati, dan saling memaklumi hal yang kita berbeda di dalamnya”. Berdasarkan pemaparan di atas, tentu kita sebagai umat beragama harus cerdas dalam menyikapi berbagai macam problematika umat. Jangan sampai karena ketidaktahuan atau karena salahnya kita dalam memilih rujukan agama, menimbulkan gagal paham dan gagal amal dalam kehidupan bermasyarakat, terlebih lagi di era media sosial ini.

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

32


Selain itu, kita harus memahami bahwa dalam beragama hal-hal yang kita sepakati bersama amatlah lebih banyak daripada apa yang kita perdebatkan. Perbedaan dalam beragama itu hal yang wajar, tapi tentu perlu adanya penyikapan yang baik dalam menyikapi perbedaan tersebut. Daripada saling mencaci yang tidak berujung solusi, hendaknya kita saling berlapang dada dengan mendahulukan persaudaraan dan kerukunan umat. Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan agama bukan menjadi masalah bagi masyarakat, sebaliknya agama dapat menjadi rambu-rambu moral dan pedoman nilai kebaikan untuk mencetak generasi bangsa serta membangkitkan peradaban islam yang sudah lama tertidur.

Oleh :

Arya Kurniantoro

International University of Africa

33

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


AGAMA SUMBER PERPECAHAN?

OPINI

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

34


“ 35

Agama ini terlalu mengekang dan memberi dasar hitam putih, mana benar mana salah, kebenaran adalah milik pribadi selain ini adalah sesat salah.” Oleh : Muhammad Nur Wahid International University of Africa

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


S

egar teringat dalam ingatan, konflik antar agama di Poso tahun 1998 sampai 2001. Berawal dari bentorkan kecil antar kelompok pemuda kemudian berkembang menjadi kerusuhan bersenjata bernuansa agama (antara kristen dan Islam). Banyak kasus diskriminasi dengan melakukan kekerasan terhadap keyakinan lain dan memasang standar ganda terhadap umat agama lain dari zaman dahulu sampai sekarang. Sederet kasus perpecahan dengan isu agama yang menimbulkan pertikaian hingga perperangan bersenjata kerap terjadi, kejadian seperti ini bukanlah hal baru bagi kita yang merupakan negara multikultural yang seharusnya terbiasa dengan perbedaan dan kata toleransi. Kasus-kasus ini membuktikan bahwa agama mampu membuat suatu bentrok dan menjadi alat untuk mendapatkan kekuasaan dari konflik kecil sampai ke tingkat politik. Agama secara mendasar dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan. Dengan hadirnya agama diharapkan akan menekan perbuatan buruk manusia dan memberikan perubahan yang baik. Sejarah kehidupan manusia tidak pernah sunyi dari konflik, mulai dari konflik suku sampai agama, sebagai contoh konflik suku adalah apa yang terjadi di Darfur Sudan, perang suku bersenjata hingga mengakibatkan keadaan darurat di negara bagian. Contoh konflik agama adalah peperangan antara Kristen dan Islam yang dikenal dengan Perang www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

Salib yang merupakan perang terbesar dalam sejarah Islam dan Kristen, serta berlangsung kurang lebih 2 abad. Kesalahan besar menyalahkan agama dalam setiap masalah, yang pada nyatanya sangat jarang agama secara murni menyebabkan konflik, baik di Palestina, Uighur, Rohingnya atau banyak konflik di Timur Tengah lainnya, dimana kepentingan politik dan perseteruan dalam bidang sosial serta ekonomi yang dilakukan oleh antar pemeluk agama justru menjadi sebab konflik tersebut terjadi. Sering kali terjadi permusuhan antar individu bahkan kelompok, konflik antara yang hitam dan yang putih, dan saling mengklaim kebenaran, adalah sumber perpecahan yang sangat riskan. Tendensi umat beragama dalam menyebarkan pesan agama tanpa memperdulikan kebesaran agama lain, menimbulkan konflik baru dalam beragama, dan itulah penyebab dari sekian banyak kasus dikriminasi agama di seluruh dunia dari negeri maju, berkembang, dan terbelakang, yaitu saling klaim dalam kebenaran. Agama adalah institusi sosial yang memiliki fungsional tersendiri. Agama dalam kehidupan individu sebagai suatu sistem nilai yang membuat norma tertentu, melestarikan nilai sosial, bahkan bersifat revolusioner. Sosiolog seperti Robetson Smith dan Emile Durkheim memandang, kemunculan agama sejalan dengan perkembangan masyarakat, agama bagi mereka bukanlah persoalan individu tetapi merupakan gambaran kolektif dari masyarakat. 36


Masalah agama tidak akan dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama sendiri sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, yang dalam praktiknya fungsi agama di masyarakat adalah sebagai berikut; 1. Fungsi edukatif Agama secara hukum berfungsi menyuruh dan melarang, keduanya mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan hal baik. 2. Fungsi sosial kontrol Agama dapat berfungsi sebagai pengawas sosial secara individu maupun kelompok, karena agama secara instasi merupakan norma bagi pengikutnya dan juga secara dogmatis mempunyai sifat kritis yang bersifat profetik (wahyu dan kenabian). 3. Fungsi memupuk rasa solidaritas Secara psikologi, sesama penganut agama merasa memilki kesamaan dan kesatuan. Rasa kesatuan ini yang kemudian dapat membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan terkadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh. Keterkaitan yang sedemikian erat antara agama dan masyartakat ini berdampak pada pemanfaatan fungsi kolektif agama untuk menggerakan masyarakat demi perubahan sosial. Pembangunan masyarakat sebagai sebuah perubahan sosial yang direcanakan, banyak melibatkan unsur-unsur sosial termasuk pemeluk agama, baik secara objektif maupun subjektif.

37

Banyak penelitian dilakukan berkenaan dengan ajaran agama dalam memberikan dorongan kepada pemeluknya untuk turut berpartisipasi dalam suatu proses perubahan dan memberikan motivasi terhadap proses aktif dalam pembangunan masyarakat. Tokoh agama, pengikut dan penganut agama sering datang dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda, hal ini turut memengaruhi tindakan manusia dalam hidup bermasyarakat. Sebenarnya, egoisme manusia terhadap manusia lainlah yang menimbulkan permusuhan. Membesarkan hal kecil, seolah hal remeh itu adalah konflik besar. Memang setiap agama mengataka dialah yang paling benar, tapi dalam budaya kita adalah satu. Kita terhadap jemaah anggota lain mungkin berbeda keyakinan akan kebenaran, tetapi dalam berkehidupan kita adalah sama dan mendapat hak keadilan yang sama. Indonesia bukanlah negara berlandas agama, tetapi dasar negara menuliskan sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang sebelumnya berbunyi “kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”, mengakui akan perbedaan agama, mengakui akan adanya kemanfaatan agama dalam penyelarasan kehidupan, dan menciptakan kedamaian. Dibutuhkan kearifan dari semua pihak agar potensi yang ada dapat diredam, demi terciptanya lingkungan yang rukun, damai, dan bebas dari konflik agama yang berlarut-larut. Sebagaimana semboyan kita, “berbeda-beda tapi tetap satu juga”.

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia



39

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


@mr.am95_

Dulu ku berpikir, orang pintar hanya terlahir dari cahaya listrik yang terang, setelah ku mengkaji, ternyata mereka juga lahir dari setitik cahaya pelita malam. .

Bisa jadi mengeluh pada cahaya lampu yang padam, akan membuatmu terus merasa kalah akan impian yang sudah terbentang. .

Coba sejenak kita ulurkan pikiran salah yang terlanjur terikat pada benak, maka kita akan tersenyum lepas mensyukuri apa yang terjadi saat ini.

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

40


@santri_poenya “Sudanku dalam Kegelapan”⁣ ⁣ Filosofi dari foto diatas : ⁣ ⁣ 1. Suasana gelap dalam foto Menggambarkan kondisi terkini sudan yang sedang carut marut, MATI LAMPU adalah salah satu dampak dari situasi sudan saat ini. ⁣ ⁣ 2. Mata dan mulut yang ditutup ⁣ Menggambarkan pejabat-pejabat yang dibungkam dengan uang sehingga mereka buta akan kebenaran dan kondisi rakyatnya.⁣ ⁣ 3. Penutup mata dari karung gandum menggambarkan Krisis pangan yang semakin memburuk.⁣ ⁣ 4. Uang 500 sdg menggambarkan semakin melemahnya nilai tukar ponds sudan terhadap dollar amerika hingga hampir menyentuh angka 500 sdg persatu dollarnya. ⁣ ⁣ 5. Tiga lilin yang menyala menunjukkan suasana politik sudan yang sedang memanas selama 3 tahun terakhir.⁣ ⁣ 6. Tangan yang bertautan di bawah menunjukkan bahwa ⁣ Solusi dri semua masalah diatas adalah persatuan dari semua golongan untuk ikut andil dalam memecahkan berbagai persoalan yang ada.

@azki_chocs

[JANGAN SAMPAI MATI HATI] Fenomena terspektakuler di Sudan terutama ibu kotanya, Khartoum yang jika tak adanya sehari saja hati menjadi was was karena perpindahan jadwal. Apalagi kalau bukan “Mati Listrik” ‘Hey, hari ini jadwal kita malam kan? Yuk cas hp!’ Begitu kira kira ucapannya sambil mengingat jadwal harian. Cukup lampu yang mati, hati kita jangan. Tidak diisi dengan kalam-Nya, tidak diisi dengan ilmu-Nya. Cukup lampu yang mati, hati kita jangan. Tangan boleh mengipas keras, badan boleh gerah, hati boleh lelah, tapi jangan mengucapkan apa yang tidak disukai-Nya. Hati-hati dengan hati, harus dijaga jangan sampai mati.

41

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


ARE ARE YOU YOU READY READY

Pics: pixabay.com

#bilingual

5G?

5G Technology Overview

5

G (Fifth Generation) communication technology has now been widely discussed in the world. Expected to be a solution to existing internet network problems, 5G comes with various attractive offers that are very tempting for cyberspace explorers. Promising speeds of 10 to 100 times faster than 4G, internet users can download 33 high definition (HD) movies in just seconds. With a speed of 16 Gbps (Giga byte per second), which means that it only takes 1 second to make a 16 Gb data transaction, which is good news for movie hunters. 5G is a fifth-generation cellular technology designed to increase speed, reduce latency and increase the flexibility of wireless services. 5G networks will also simplify mobility, with seamless open roaming capabilities between cellular and Wi-Fi access. Mobile users can stay connected as they switch between outdoor wireless connections and indoor wireless networks without user intervenwww.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

tion, in other words users don’t need to re-authenticate. The development of 5G internet technology was affected by the heated trade dispute between the United States and China. The United States has included a Chinese mobile phone manufacturer, Huawei, on a black list of products that cannot get in the country. Whereas currently, Huawei is preparing and developing 5G network services in several countries including Indonesia. 5G is also the key to the digital world that will be useful for economic transformation, because of the speed of its network that 42


can be connected to devices such as telephones, cars, and household appliances, making it easier for economic or business actors in business growth. The Minister of Communication and Information, Rudiantara, said that the use of 5G is actually suitable for businesses or corporations, because the costs incurred are greater. With 5G network speeds that are 10 times faster than 4G networks, it has the potential to make internet users pay three times more expensive what they are now. 5G Network Vision, Functions and 43

Prerequisites for Users Until now, the vision of 5G technology has not yet been set by standards that apply in the world, even though telecommunication players in various parts of the world have been competing to find technology that can meet the minimum requirements where the technology can be called 5G technology. The 5G technology targets in general are (NTT Docomo, 2014): 1. High data rates (1-10 Gbps); 2. Has a latency of under 1 ms; 3. Cost & energy efficiency; 4. 1000x current capacity;

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


5. Wide coverage using heterogeneous networks; 6. Stable connectivity.   The functions of 5G technology are: 1. Significantly more data rates than 4G. 2. Have data transfer from one phone to another at the speed of one millisecond. 3. Can be connected to devices such as telephones, cars, and household appliances. Until now the key requirements of 5G technology have not been mutually www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

agreed upon, but from the development of technology and the vision of 5G it was found that globally this technology will be able to provide or support 1000 times the data capacity capability of LTE technology with a speed of 1 Gbps on the user side in very dense network conditions (super dense network). In the preliminary study of 5G Indonesia by Awangga Febian Surya Admaja, there were 103 prerequisites in 5G that had to be defined in several dimensions, where the user’s point of view, network and services were the main things (SK Telecom’s Network Technology R&D 44


ble/smart networks” provide S/W-based structures, able to analyze data in real time and provide “smart” or personalized services (C.-X. Wang et al., 2014). 4. Operational perspective; “Reliable and safe operation” with a security level of 99% and can auto configure/ self-healing if there is a system that has problems (Liotou et al., 2015). 5. Management perspective; “Energy and cost efficiency” which reaches 50 to 100x of LTE conditions and provides low-cost infrastructure (Checko et al., 2015). Indonesia’s Readiness to Welcome Super Network

Center, 2014). The following are indicators in 5G technology: 1. User perspective; “Very high speed and low latency” is seen from the user experience/quality of experience (QoE) (Liotou et al., 2015). 2. Performance perspective; “massive connectivity” that supports 4A connectivity – anytime, anywhere, anyone, anything. (Ericsson AB, 2015). One of the changes in infrastructure to get a minimum latency of 1ms can be achieved by interconnecting between operators on each BS (Warren & Dewar, 2014). 3. Architectural perspective; “Flexi45

Several countries such as the United States, Japan, South Korea, Britain, China, and Germany have implemented 5G network technology. Indonesia does not want to be left behind in technological progress, it’s now prepared preparations for the implementation of the entry of 5G. There is a reason why Indonesia also needs 5G, not only to complement the existing cellular network to make it faster in transmitting data, but also to have a big impact on society. The presence of the 5G network enables the optimization of Internet of Things (IoT) devices to make it easier for people to connect with each other with technology. On 27 May 2021, the 5G network began to be released with Telkomsel as the first cellular operator to provide this service for internet network users after receiving a Certificate of Operation Eligibility for 5G technology from the General Post and Telecommunications, Ministry of Communications and Information

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


Technology of the Republic of Indonesia on 21 May 2021, which signifies the official operation of the 5G network through the Telkomsel cellular operator. Being the first mobile operator partner, Vivo Indonesia’s smartphone brand welcomes the official presence of 5G networks in Indonesia. Denny Galant, Product and Marketing Strategy Director Vivo Indonesia stated, “It is an honor for Vivo Indonesia to be part of the current launch of 5G in Indonesia by Telkomsel. As one of the pioneers in 5G technology in the global technology industry, the availability of 5G networks in Indonesia is one of the most awaited digital transformations not only by consumers, but also for us as a provider of 5G devices.” Besides Vivo smartphone brand, the Huawei and Oppo brands also contributed to being the first brands in the 5G network-based smartphone provider. It is hoped that more smartphone brands will be able to access the 5G network to facilitate and improve the quality of internet users’ comfort in the future. Pros and Cons of 5G Technology Implementation

Aside from the speed and quality of services offered, it turns out that 5G technology is still inseparable from various pros and cons. There are several aspects that are still being debated if this technology is implemented in Indonesia. Here are some positive and negative impacts of implementing 5G technology if applied in Indonesia. The positive impacts of implementing 5G technology are; Better network speed, Connect multiple devices, and faster natural disaster detection. Meanwhile, the negative impacts of implementing 5G technology are; Legacy devices will not be compliant with 5G technology, there will be very high costs for infrastructure development to adapt to 5G technology, and security and privacy issues are likely to be rife. Regardless of the pros and cons of the presence of 5G technology, there is great hope that it can create a better human life in the future. The smarthome concept offered is hoped to be able to bring mankind into a wise user in utilizing the advanced technology that already exists.

Oleh :

Laili Maya Ramadani

International University of Africa

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

46


47

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


18 bulan lebih sejak pertama kali ditetapkan Perjanjian Konstitusi Khusus tentang pembentukan Dewan Legislatif (Parlemen) untuk mengelola masa transisi di Sudan, belum terlihat titik terangnya sampai saat ini, karena telah dilakukan serangkaian penundaan atas pembentukan Parlemen tersebut. Awalnya, tanggal akhir ditetapkannya pengumuman pembentukan Dewan Legislatif jatuh pada 28 Januari 2020. Otoritas Sudan, baru menetapkan pengumuman pembentukan Dewan Legislatif dilakukan pada tanggal 25 Februari 2020, pengumuman ini pun tidak diumumkan secara terbuka, tidak ada komentar atau alasan apapun tentang penundaan pembentukan Dewan Legislatif tersebut.

Penundaan ini menimbulkan banyak pertanyaan tentang penyebab terjadinya penundaan dibentuknya Dewan Legislatif tersebut. Ia sejatinya berperan penting atas pembuatan undang-undang yang akan mengatur negara selama periode mendatang, pemantauan kinerja dan akuntabilitas dewan. Sementara, Menteri menyetujui anggaran umum negara, dan meratifikasi perjanjian demi perjanjian. Otoritas transisi di Sudan dimulai pada Agustus 2019 yang berlangsung selama 53 hari, yang mana hal ini merupakan hasil dari protes populer masyarakat Sudan yang menggulingkan Presiden Omar al-Bashir pada April 2019. Kudeta ini menyebabkan pembubaran parlemen dan pemerintahan Presiden Omar al-Bashir, sebelum pemerintahan baru dibentuk yang dipimpin oleh Abdullah Hamdok.

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

48


Tarik Ulur Jabatan Keterlambatan pembentukan Dewan Legislatif membuat Dewan Kedaulatan dan Menteri secara bergantian mengadakan pertemuan bersama yang memungkinkan mereka untuk meloloskan undang-undang di tengah krisisnya para aktivis, partai, dan kekuatan politik untuk menunda pembentukan Dewan, di mana para pejabat dalam Dewan menanggapi bahwa alasannya adalah karena menunggu kesepakatan yang tertunda.

tan politik) yang selalu menjadi faktor penting dalam setiap deklarasi eksekutif atau legeslatif di Sudan.” Dia juga menambhakan, “Oleh karena itu, perlu untuk mempercepat pengumuman pembentukan Dewan Legeslatif.”

Berkenaan dengan itu, Pengamat Politik Faisal Saad, mengatakan bahwa keterlambatan pembentukan Dewan Legislatif dikarenakan alasan yang tidak diketahui, berarti merupakan keterlambatan dalam menyesuaikan struktur kekuasaan transisi. Dalam wawancaranya dengan Anadolu Agency, ia menjelaskan, “ini berarti menangguhkan pengesahan dua undang-undang yang terkait dengan transisi demokrasi, pemberantasan korupsi, konstitusi transisi dan keadilan transisi, meskipun ada beberapa undangan-undang yang terkait dengan komisi, akan tetapi sampai sekarang pun belum terealisasikan.” Faisal Saad menambahkan, “Otoritas transisi sedang menunggu perjanjian damai yang ditandatangani sehingga parlemen akan mencakup keragaman geopolitik terbesar. Setelah menandatangani perjanjian, saya tidak melihat adanya alasan untuk menunda pembentukan Dewan Legislatif, bahkan dalam keadaan tegang sekalipun (antara Dewan Kedaulatan dan kekua49

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


Prioritas Utama Revolusi Pengamat politik, Hatem Al-Yas berbeda pendapat dengan Faisal Saad, karena ia menganggap bahwa prioritas Otoritas Transisi tampaknya telah bergeser dari pentingnya revolusi dan kekuatan politik menjadi kekuatan marjinal belaka.

Menunggu Keputusan Menurut beberapa pengamat, penundaan itu karena keinginan para mitra otoritas transisi untuk menjalankan kekuasaan legislatif dan mengesahkan undang-undang dengan mudah tanpa kerumitan.

Hatem Al-Yas juga menambahkan, “Perjuangan atas Otoritas Eksekutif, proses pembentukan, dan konflik antara kekuatan politik, serta tuduhan mereka tentang kuota partisan satu sama lain telah menjadi lebih dari sekedar ketertarikan mereka pada isu yang diberitakan untuk Dewan Legislatif”. Ia melanjutkan, “Jelas tidak ada yang tertarik dengan keberadaan dan pentingnya Dewan Legislatif ini, karena telah diganti oleh Otoritas Transisi yang terdiri dari Dewan Kedaulatan dan Menteri, yang mana mereka berwenang untuk membuat undang-undang dan mengeluarkannya, juga semua itu merupakan masalah yang sangat berbahaya.”

Namun, yang lain percaya bahwa penundaan berulang tentang pengangkatan Dewan Legeslatif adalah karena menunggu pihak lain untuk proses perdamaian. Pandangan ini diadopsi oleh penganalisa politik dan jurnalis Amr Shaaban yang mengatakan, “Penundaan pengangkatan Dewan Legislatif oleh Otoritas Transisi dikarenakan mereka menunggu penandatanganan perjanjian damai dengan ‘Gerakan Pembebasan Sudan’ yang dipimpin oleh Abdel Wahed Mohamed Nour dan Pasukan Pemerintah Gerakan Rakyat yang dipimpin oleh Abdel Aziz Al-Hilu.” Dia menambahkan, “untuk hal ini sangat memungkinkan terjadinya 2 pihak yang tidak menandatangani perjanjian damai untuk mengalokasikan kursi mereka di parlemen pemerintahan kedepannya.”

“Kekuatan politik yang sama (berpartisipasi dalm kekuasaan) dengan komponen sipil dan militer mereka, menghindari ketergesaan dalam pembentukan Dewan Transisi, karena itu berarti menghidupkan kembali tantangan perlunya perwakilan komite untuk perlawanan di dalamnya,” ujar Hatem Al-Ayas menambahkan. Komite Perlawanan adalah Komite Lingkungan yang memimpin protes terhadap rezim Al-Bashir di lingkungan kota dan desa pada negara bagian, mereka juga memilik peran penting dalam gerakan penggulingan Al-Bashir. www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

Demikian adalah sedikit gambaran tentang alasan diperpanjangnya masa pemerintahan transisi di Sudan. Belum ada keputusan pasti sampai saat ini yang digamblangkan langsung oleh Dewan Transisi, dan belum ada kelanjutan pasti kapan diresmikannya pembentukan Dewan Legislatif. Maka daripada itu, kita selalu berdoa semoga negara Dua Nil ini dikembalikan ke masa kejayaannya dulu.

50


KESUDANAN

N

merdekaan Sudan yang tak muda lagi, timbul sebuah pertanyaan, apakah Sudan sudah benar-benar berkembang menjadi sebuah negara yang maju atau malah sebaliknya, Sudan terjebak dalam labirin masalah yang tak berkesudahan. Tolak ukur sebuah negara maju dan berkembang bisa diambil dari pendapatan perkapita, pertumbuhan penduduk, tingkat pendidikan dan buta huruf, kemajuan IT, dan usia harapan hidup.

egeri dua Nil atau yang lebih dikenal dengan Negara Sudan adalah sebuah negara yang terletak di Timur Laut Benua Afrika, negara ini bertetangga langsung dengan Mesir di Utara, Eriteria di Timur, Ethiopia di tenggara, Afrika Tengah dan Chad di Barat, Libya di Barat Laut, serta Sudan Selatan di bagian Selatan. Sudan merdeka pada tanggal 1 Januari 1956, artinya sudah enam puluh tahun lebih Sudan memproklamasikan Negara yang memiliki 25 negara basebagai sebuah negara independen gian ini nyatanya masih jauh dari kata yang pemerintahannya diatur oleh bangnegara berkembang apalagi sebagai sanya sendiri tanpa intervensi dari pihak negara yang maju, berbagai macam asing. problematika negara masih banyak sekali ditemukan, tentunya hal tersebut Berbicara tentang umur ke51

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


menjadi PR yang sangat berat bagi pemerintah Sudan untuk menyelesaikan problem-problem tersebut. Berikut beberapa contoh problematika atau masalah yang cukup urgen sehingga menjadi penghambat Sudan untuk bisa berkembang dan menjadi negara yang maju. Ekonomi yang Ambruk Sudan sedang dalam krisis ekonomi yang cukup parah, apalagi setelah kejadian kudeta yang dilaksanakan pada tanggal 11 April 2019 yang lalu. Mata uang negara Sudan atau pound melemah, inflasi besar-besaran terjadi bahkan hingga mencapai 304,3 persen pada Januari 2021. Hampir semua sektor pembayaran dilakukan dengan menggunakan dolar Amerika, mulai dari kegiatan mengimpor, pembayaran kuliah, visa, bahkan hingga transaksi jual-beli sehari-hari. Bayangkan saja jika separuh dari penduduk kota Khartoum yang berjumlah 639.598 orang membutuhkan 20 dolar Amerika di setiap harinya, artinya Sudan membutuhkan sekitar 319.799 dikali 20 dolar yaitu 6.395.980 dolar Amerika setiap harinya, itupun dihitung di luar dari kebutuhan dolar dalam kegiatan mengimpor. Parahnya jika stok dolar Amerika di negara tersebut kosong maka berlaku hukum ekonomi yang berbunyi, ‘jika peminat barang meningkat dan stok barang menipis maka harga akan naik’. Begitu juga dengan dolar Amerika, jika dolar Amerika di negara tersebut menipis maka dinaikkanlah harga tukar dolar Amerika atas pound Sudan agar orang-orang mau menukarwww.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

kan dolar Amerika yang mereka punya, dengan begitu nilai mata uang pound Sudan semakin melemah. Bahkan kenaikan harga bahan bakar di Sudan yang baru-baru ini terjadi sangatlah sulit untuk ditoleran, Sudan memiliki banyak sekali cadangan minyak bumi yang ditemukan. Menurut data tercatat pada tahun 2010 saja telah mencapai 98.000 barel perhari, artinya sangat pesat industri minyak di negara ini. Namun, lagi-lagi sangat disayangkan banyak pihak yang mengekspolitasi minyak bumi di Sudan secara ilegal. Maka dari itu cara agar ekonomi berkembang yaitu dengan cara menggunakan mata uang pound untuk transaksi sehari-hari, menggunakan barang dan produk dalam negeri, atau menekan angka impor agar ekonomi di negara tersebut berputar, dan jangan lupa mengawasi kegiatan perekonomian agar tidak terjadi kegitan ilegal yang merugikan negara.

52


Infastruktur dan Sarana Prasarana yang Buruk Bukan rahasia lagi, Sudan terkenal dengan infastruktur yang cukup buruk. Pembangun fasilitas umum tak lagi diperhatikan, apalagi dengan adanya pemadaman listrik rutin dan bergilir dilakukan. Padahal negara yang memiliki luas 728.200 mil2 ini banyak sekali meluluskan sarjana-sarjana teknik, bahkan fakultas teknik adalah salah satu jurusan paling banyak diminati oleh pelajar Sudan. Problematika pemadaman listrik rutin menjadi masalah yang serius, bukan tanpa sebab, 53

listrik dipadamkan selama 5 sampai 10 jam dalam setiap harinya. Berbagai macam isu tentang sebab dipadamkannya listrik terus mencuat, mulai dari pengakuan salah satu sopir Tirhal yang juga kebetulan sebagai seorang staf yang bekerja di kelistrikan Sudan, penulis mendapatkan berita darinya, dia mengatakan bahwa, hal tersebut terjadi karena Sudan tak banyak memiliki banyak uang untuk membeli batu bara sebagai bahan pembangkit listrik, seperti yang kita ketahui batu bara adalah bahan pembangkit listrik paling murah dan sering digunakan. Selain itu ada pendapat yang mengatakan pemadaman itu ter-

jadi karena kurangnya alat dan suku cadang yang memadai untuk membangkitkan energi listrik. Di umur Sudan yang tak muda lagi seharusnya ada tuntuan untuk bisa menangani masalah infastruktur dan fasililtas publik yang buruk. Kita bisa berkaca dengan Jepang, walaupun ditakdirkan hidup di tanah yang banyak ditemukan lempengan bumi sehingga memilki potensi gempa bumi yang besar, akan tetapi Jepang mengakali dengan membangun gedung-gedung yang anti gempa dan mengedukasi sejak dini pertolongan pertama dan cara men-

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


yikapi saat gempa dan tsunami datang. Sudan seharusnya bisa menangani pemadaman listrik tersebut, baik dengan cara menggunakan energi alternatif seperti pembangkit listrik tenaga matahari, tenaga angin, dan lainnya. Keamanan yang Tidak Stabil Sudah sebagai konsekuenis bahwa hidup di Sudan akan penuh dengan tindakan kriminalitas yang tak lagi bisa di tahan. Setiap keluar rumah penduduk Sudan selalu dipenuhi dengan rasa was-was, kekhawatiran akan keamanan, bahkan hingga ancaman kematian. Pihak berwenang seperti polisi dan tentara tak lagi bisa dipercaya, bagaimana tidak? Hukum tak lagi dianggap sebagai sesuatu yang sakral, ambil contoh saja ketika para polisi yang seharusnya bertugas sebagai pemeriksa keamanan dan perlengakapan berkendara motor tetapi menjadikannya sebagai ladang usaha, mereka memalak para pengendara motor bahkan dengan pengandara yang beratribut lengkap, mereka selalu mencari-cari kesalahan yang kadang tak lagi masuk akal. Selain itu, polisi kadang bersikap tak adil kepada para korban perampokan, contohnya banyak ditemukan kasus para perampok yang dibawa ke kantor polisi akan tetapi pelaku justru dibebaskan kembali, padahal pelapor telah membawa saksi dan bukti yang kuat. Alhasil banyak sekali perampok terus berkeliaran karena tak ada lagi hukum yang di takutkan.

Berbagai

aktifitas

demonstra-

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

si juga masih sering ditemui apalagi setelah kejadian kudeta dilakukan, sehingga mengakibatkan keamanan negara yang terganggu. Tak sedikit banyak pelaku demonstrasi yang hilang, bahkan warga yang tidak berpartisipasi pun ikut menjadi korban penangkapan. Fasilitas publik rusak karenanya, kelancaran perjalanan terganggu karena penutupan jalan, dan tindak kriminalitas meningkat karena banyak pelaku kejahatan memanfaatkan situasi tersebut. Keamanaan sebuah negara adalah perkara yang sangat vital, keselamatan hidup warga seharusnya menjadi prioritas utama, rasa aman akan kejahatan dan kriminalitas juga harus terus diupayakan. Namun lagi-lagi hal tersebut perlu adanya perhatian serius dari pemerintah Sudan. Sudan saat ini bak terjebak dalam labirin kehancuran, perlu adanya pemecahan solusi problematika tersebut secepatnya atau justru akan menjadi bom waktu kehancuran bagi negara Sudan. Beberapa contoh di atas menjadi bukti dan gambaran bagaimana Sudan masih jauh dikatakan sebagai negara berkembang atau negara maju, Sudan masih perlu banyak sekali perbaikan, tentunya ini menjadi PR yang sangat berat bagi pemerintah Sudan. Namun, kita tak sepenuhnya bisa menyalahkan dan berlepas tangan akan problematika tersebut kepada pemerintah Sudan. Kita juga harus berpartisipasi dalam langkah tersebut, karena mungkin pemerintah Sudan telah mengupayakan dalam penanganan problematika tersebut, akan tetapi kita 54


malah menjadi bagian dari problematika tersebut sehingga mengganggu upaya penanganan yang sedang dilakukan pemerintah Sudan.

kan solusi untuk kemaslahatan bersama. Jika kita tak bisa ikut andil untuk memecahkan solusi, maka setidaknya kita tidak menjadi virus atau problematika Sudan. Jangan lupa doakan negeri Sudan sudah menjadi bagian dari ini dalam doa kita semua, semoga Allah catatan takdir kita, sudah saatnya kita segera memberikan pertolongan kepada bersama-sama berbuat dan memecah- negeri ini. Amin.

Syuhada Abdi Ra’uuf International University of Africa

55

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


#muslimah

Peran Muslimah Inspiratif Sudan ternyata dibalik problematika Sudan, tidak menghalangi seorang muslimah untuk berkontribusi demi kemajuan negaranya. Fitrah sebagai seorang wanita tidak menghalangi mereka untuk mempertahankan hak negaranya.

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

56


Atik Fitriyati

Mahasiswa International University of Africa

khir-akhir ini Sudan sedang dihadapkan dengan berbagai masalah khususnya dalam hal pemerintahan dan perekonomian, tidak cukup dengan inflasi keuangan yang melunjak tinggi dan kondisi politik yang belum menemukan titik terangnya, ditambah lagi virus covid-19 yang menyebabkan kondisi Sudan kian memburuk. Salah satu akibatnya yaitu libur kuliah, demo di beberapa titik tertentu, pergiliran mati listrik yang dibarengi dengan cuaca terik, membuat sebagian besar mahasiswi mengeluh bahkan memutuskan untuk meninggalkan negeri tujuh matahari ini. Tidak cukup sampai di situ, krisis ekonomi menyebabkan tingkat kriminal di ibu kota semakin meningkat. Beberapa hari ini ulah Haromi sangat meresahkan seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) bahkan penduduk Sudan sendiri. Mereka menghadang target dan menodongkan pisau atau senjata tajam lainnya yang bertujuan mengancam keselamatan masyarakat dan mengambil paksa harta pemilik. Sempat terpikir, adakah figur muslimah yang mampu menginspirasi banyak orang di negeri ini? Berharap akan adanya sosok wanita yang pantas menjadi qudwah, penulis berusaha mengulas hal ini. Rupanya Sudan tidak hanya berkutik akan masalah demi masalah saja, tetapi Sudan jug memiliki beberapa tokoh berpengaruh khususnya untuk menjadi inspirasi para muslimah. Ada beberapa muslimah yang memberikan manfaat dan berkontribusi untuk negeri ini, muslimah inspiratif yang peduli terhadap generasi wanita selanjutnya yang bahkan telah diakui kearifannya oleh dunia. Berikut beberapa tokoh muslimah Sudan yang sangat berpengaruh perannya terhadap negeri ini;

57

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


Berikut beberapa tokoh muslimah Sudan yang sangat berpengaruh perannya terhadap negeri ini;

3.

1. 2.

1. Belqis Badri

M

eskipun usianya menyentuh enam puluh tahun, tetapi Belqis Badri masih bekerja di Universitas Al-Ahfad Putri Omdurman. Ia sering menghabiskan waktunya untuk mengajar mahasiswi di ruang kelas, ia juga aktif berdiskusi dengan beberapa profesor untuk membahas sejumlah masalah akademik. Belqis yang berasal dari keluarga Bedri, keluarga yang merupakan pelopor pendidikan wanita di Sudan, tetap setia pada janji yang ia buat untuk mendedikasikan hidupnya untuk mendidik dan mencerahkan www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

58


masa depan wanita di Sudan terlepas dari agama, ras atau wilayah mereka. Ia mulai mengajar sejak berusaha 16 tahun. Setelah lulus dari bangku kuliah di Universitas Khartoum pada 1971, ia terus mengajar dan menemui titik puncak dalam karirnya setelah bergabung dengan Universitas Ahfad pada tahun 1996. Ia mengatakan, “Ketika saya mengingat awal mula pendidikan wanita di Sudan dan kemajuan yang terjadi di bidang ini, saya merasa sangat bangga. Wanita duhulu tidak mudah untuk ke luar rumah, apalagi menduduki bangku perkuliahan. Sekarang, Universitas Ahfad saja telah meluluskan ribuan gadis terpelajar di berbagai disiplin ilmu dan di sebagian besar wilayah Sudan, terutama di beberapa daerah yang mengalami perang, konflik, dan kemiskinan.” Ia melanjutkan percakapannya sembari berkata dengan nada sedih, “Sayangnya, ada reaksi besar di bidang pendidikan anak perempuan, terutama pada Pendidikan anak sekolah. Ada sekitar dua juta anak perempuan putus sekolah di Darfur, Kordofan Selatan dan Utara, serta sebagian besar wilayah timur Sudan, alasan utamanya adalah peperangan, kemiskinan, penyebaran buta huruf, dan ketidaktahuan akan pentingnya pendidikan pada Sebagian masyarakat.” Tepat pada 15 November 2015, British Broadcasting Corporation (BBC) memilih Belqis Badri menjadi salah satu di antara 100 wanita paling menginspirasi di dunia sepanjang tahun 2015. Kisahnya dalam memperjuangkan Pendidikan pun ditampilkan di televisi, radio, dan 59

platform lainnya. Ia mengaku sangat senang, karena menurutnya hal ini dianggap sebagai penghormatan kepada wanita Sudan, sehingga banyak wanita Sudan yang layak mendapatkan kehidupan lebih baik daripada yang ia jalani sekarang. Juga, hal ini adalah langkah awal baginya untuk melanjutkan perjalanan panjang dalam mengadvokasi isu-isu seputar perempuan. Tidak seperti kebanyakan akademisi, Badri yang tidak puas akan mengajar, mengalihkan aktivitas dan pengalamannya ke bidang lain dalam pelayanan perempuan, seperti hak politik dan hukum, isu gender, memerangi kekerasan terhadap perempuan dan mutilasi alat kelamin perempuan. Dalam konteks ini, ia mendirikan program magister studi gender dan pembangunan di Universitas Al-Ahfad untuk wanita pada tahun 1997, kemudian prgram magister studi gender dan perdamaian pada tahun 2008, dan program PhD di bidang gender dan pembangunan sejak tahun 2002, serta ia mampu mengkualifikasikan lebih dari 120 lulusan program magister dan doktoral. Kegiatan akademiknya yang berkaitan dengan pendidikan perempuan tak terbatas di Sudan saja, tetapi merambah ke sejumlah negara Arab dan Afrika seperti Arab Saudi, Tunisia, Lebanon, dan Mesir. Setelah hampir setengah abad mengenyam pendidikan perempuan, Belqis mengatakan, “Tantangannya masih banyak dan perlu adanya upaya bersama, seperti terjad-

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


inya putus sekolah karena kurangnya kesadaran. Juga, pernikahan di bawah umur di beberapa negara.”

2. Dr. Ghada Kadouda

D

r. Ghada Kadouda membantu beberapa wanita di daerah terpencil di Sudan untuk menghasilkan listrik di beberapa desa miskin dengan menggunakan energi surya. Ia melatih mereka menjadi insinyur yang membantu komunitas lokal mereka. UNICEF menobatkannya sebagai salah satu inovator wanita melalui perannya yang berada dibalik peluncuran laboratorium inovasi pertama di Sudan, yang bertujuan memberi siswa ruang untuk bekerja sama dan memecahkan masalah. Dr. Ghada adalah pendiri Masyarakat Pengetahuan Sudan, yang mana Lembaga ini bertujuan memberikan kesempatan kepada para peneliti muda untuk berinteraksi secara bebas dan berkomunikasi dengan para sarjana baik dalam dan luar negeri. Dr. Ghada berkata, “Masa depan langsung perempuan, tergantung pada kemampuan kita menggunakan alat-alat untuk memajukan pilihan kita.”

3. Ahlam Khader

A

hlam Khader dikenal sebagai “Ibu dari semua martir Sudan”, dan banyak orang sebangsan-

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

ya menyebutnya sebagai “ikon revolusi”. Ahlam kehilangan putranya bernama Hazaa yang berusia 17 tahun dalam demonstrasi damai menentang situasi ekonomi yang mengerikan pada tahun 2013. Setelah itu, ia pun mendedikasikan hidupnya untuk menuntut keadilan bagi putranya, dan memperjuangkan hak-hak semua orang yang terbunuh atau “hilang” di Sudan. Sejak kematian putranya, Ahlam yang bekerja sebagai pengawas di taman kanak-kanak, telah berpartisipasi dalam seminar rahasia dan demonstrasi, dan mengatakan bahwa anaknya “dipukuli dengan keras” ketika pasukan keamanan menangkapnya dan rekan-rekannya. Dengan dimulainya gerakan Desember 2018 yang melawan pemerintahan Presiden terguling Omar Hassan AlBashir, Ahlam muncul di antara masyarakat dan mendapat kepercayaan dari banyak pemuda Sudan yang berkumpul saat itu. Ahlam berkata, “Kami akan memulihkan semua hak kami sebagai orang Sudan. Ini bukan mimpi jangka panjang. Dengan tekad kami, Sudan akan kembali ke negara kuat yang akan maju dan sukses, yang paling penting adalah kecintaan pemuda dan pemudi untuk negaranya.” Dari tiga tokoh di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ternyata dibalik problematika Sudan, tidak menghalangi seorang muslimah untuk berkontribusi demi kemajuan negaranya. Fitrah sebagai se60


orang wanita tidak menghalangi mereka untuk mempertahankan hak negaranya, sehingga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua khususnya mahasiswi yang berada di Sudan untuk survive dan tidak menyerah dalam menghadapi ujian yang ada. Melihat kondisi seperti ini tidaklah patut bagi kita untuk berhenti berjuang, dan putus asalah terhadap ketergantungan kita pada sulitnya kondisi atau pada manusia. Seperti dalam hadis Sa’ad bin Amaroh, Hadist Imam Thabrani yang disahkan oleh Syekh Albanni ra-

61

himahumullah yang berbunyi: “Ajmi’i -l- ya’s mimmaa fii aidi nas fainnahu huwa -l- ghina.” Artinya: Putus asalah dari apa yang dimiliki dan ada di tangan manusia, maka itu hakikat dari kekayaan. Kuncinya dari perjalanan hidup adalah ilmu, semakin ilmu kita tinggi maka kita tidak akan bergantung pada selain Allah. Perjuangan kita pun tidak tegantung pada keadaaan yang menghalangi kita. 1 Haromi ialah istilah bagi pelaku kejahatan seperti; perampok, pencuri atau sejenisnya. 2 Martir adalah orang yang rela menderita atau mati daripada menyerah karena mempertahankan agama atau kepercayaan.

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


Resensi Buku #Bincang Akhlak Judul Buku Penulis Penerbit Pemasaran Halaman ISBN Tahun Terbit

: #BincangAkhlak : Takdir Alisyahbana Ridwan (jek) : Mediakita : TransMedia : 233 : 978-979-794-595-4 : 2019

"Jangan tunggu kaya untuk bersedekah karena kamu miskinnya lama"

I

Itulah quotes yang dituliskan Takdir Alisyahbana Ridwan atau yang lebih akrab dikenal dengan nama Jek dalam bukunya yang berjudul Bincang Akhlak. Bincang Akhlak sendiri sempat menjadi ramai di Twitter, yang mana hal ini tidak lepas dari Jek sendiri sebagai seorang selebtwit dengan satu juta lebih followers. Akun (@jek___) sendiri sangat aktif di Twitter untuk sekedar bercanda atau menyapa para pembacanya. Bincang Akhlak menceritakan tentang kisah penulis itu sendiri yaitu Jek, sebagai anak ketiga dari seorang bapak yang sudah dianggap seperti ayah sendiri dan ibu yang suka berbohong ketika membangunkan anaknya sekolah, agar cepat bangun. Buku ini sendiri diilhami dari kisah hidup penulis

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

yang kurang lebih biasa-biasa saja, Jek juga mencantumkan nama asli, seperti Filayanti Saleh yang merupakan nama istrinya. ‘Aku langsung nyari kain, maksudnya mau ngelap apa gitu yang berdebu. Karena ngga dapet kain, jadinya ngambil kanebo di bawah jok motor. Mulai dari mimbar kusen, bedug, sampai keranda mayat, semua aku lap sampai kinclong. Ada bapak-bapak nyeletuk, “Beuh, sampai keranda ikutan dibersihin, ya,” katanya sambil ketawa kecil. “Iya, Pak. Kerandanya udah siap, nih, dipake istirahat. Kali aja Bapak capek mau rebahan dulu.” Si bapak diam aja, terus pergi. Kayanya mau pulang buat ngambil bantal dulu.’

Cerita yang lucu dan menggelitik yang 62


mengisi seluruh halaman dalam buku ini membuat pembaca terhibur. Buku ini bukan hanya menampilkan sisi-sisi lucu saja, Jek juga memasukan unsur-unsur pengetahuan agama seperti berbakti kepada kedua orang tua, salat tarawih sampai menjaga pandangan, akan tetapi tetap menggunakan narasi yang menggelitik. Buku yang ditulis 15 hari ini sudah dicetak 4 kali sejak 2019 sampai 2020, buku yang sempat menjadi best seller ini sangat diminati oleh kalangan anak milenial, di mana penulis dapat membungkus pengetahuan-pengetahuan agama dalam kehidupan sehari-hari ke sebuah komedi. Dalam buku ini juga ada beberapa kisah yang membuat kita tersentuh. Pertama, ketika Jek beberapa kali mencuri helm yang ada di parkiran mendadak kehilangan helmnya dan harus pulang menggunakan ember yang digunakannya sebagai helm di kepala, apesnya ia bertemu dengan polantas (polisi lalu lintas) yang kemudian menilangnya. Sejak saat itu, Jek pun mulai sadar akan perbuatannya yang sudah beberapa kali mencuri helm dan merasakan akibatnya.

dengan salah satu korban lalu lintas yang menghadapi sakratulmaut, ia mencoba untuk menalkinkan dua kalimat syahadat akan tetapi si korban tidak bisa dan akhirnya Jek mencoba menghubungi keluarga korban, ternyata korban kabur setelah mencuri perhiasan sang ibu. Jek mulai memberi tahukan keadaan korban yang sedang menghadapi sakaratul maut kepada keluarga, dan akhirnya sang ibu dapat meridai hal tersebut, lalu korban dapat meninggal dengan tenang. Mulai saat itu, Jek mulai sadar dan mencoba mengintropeksi dirinya untuk menjauhi segala per-

Kedua, ketika Jek berpapasan 63

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


buatan maksiat, melakukan salat taubat dan meminta doa dari kedua orang tuanya. Hal mengharukan selanjutnya adalah ketika ia bertemu kembali dengan pacarnya semasa SMA. Saat itu ia sedang membantu seorang nenek menyebrang jalan, tanpa disangka ternyata nenek tersebut adalah orang yang sering dibantu oleh pacarnya, dan akhirnya mereka pun bertemu lagi. Sungguh kejadian yang tidak direncanakan dan sangat mengharukan. Perlu diingat bahwa buku ini berisi kejadian nyata 100% dan sisanya fiksi 100%, serta dimohon untuk yang sudah

membaca agar mengambil sisi positif dari kejadian-kejadian di dalamnya, buang dan jangan meniru perbuatan yang dapat menimbulkan dosa serta dapat digiring ke kantor kepolisisan terdekat. Mungkin buku ini dapat menjadi penghilang bosan di masa karantina dan menyegarkan otak saat banyak masalah, juga dimaksudkan untuk membantu perekonomian penulis ada baiknya membeli buku ini di beberapa toko kelontong terdekat. Dimohon untuk tidak meminjam kepada kerabat maupun sanak family, terakhir buku ini adalah sebuah hiburan semata.

-Zaid Abdul Aziz

Mahasiswa International University of Africa

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

64


“Perjuangan ulama terus berlanjut, gerakan-gerakan Islam lainnya yang diperkasai oleh ulama terus bermunculan.”

serta misi kristenisasi. Para juga menjadikan nusantara sumber bahan mentah dan dengan kata lain penguasaan Nusantara.

“Perhatikanlah sejarahmu untuk hari esokmu” (QS. 59: 18)

Ingat! Penindasan yang ditujukan kepada umat Islam akan membangkitkan ulama dan santri untuk memberikan jawaban yang sesuai dengan zamannya. Era pra-kemerdekaan Indonesia (1900 - 1942 M) ulama hadir sebagai pembangkit gerakan kesadaran nasional Indonesia. Muncul berbagai Gerakan, mulai dari Jamiatul Khoir, Serikat Dagang Islam (SDI), Serikat Islam (SI), Perserikatan Muhammadiyah, Perserikatan Ulama, Persatuan Islam (Persis), Nahdlatul Ulama (NU), dan sebagainya.

Meminjam ungkapan dari Tokoh Nasional dan Ulama Negarawan, Mohammad Natsir (1908-1993), bahwa Indonesia merupakan warisan para ulama. Ada 73 kesultanan dan kerajaan Islam yang menjalankan syariat Islam di Nusantara. Kedatangan imperialisme Barat yang menindas pribumi, merampok kakayaan Indonesia, merusak ajaran Islam dengan paham-paham yang menyimpang, 65

penjajah sebagai industri, pasar di

Sejarah akan terus berulang, tetapi akankah kita menjadi pelaku sejarah,

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


atau hanya sekedar penikmat sejarah? Tentu hal terbaik adalah terlibat sebagai pelaku sejarah, menjadi bagian dari sejarah, maka dari itu penting sekali kita melihat bagaimana para pelaku sejarah yang sudah berjuang lebih dahulu untuk bangsa, negara, dan agama. Nusantara Indonesia dijadikan sebagai sumber bahan mentah dan industri bagi penjajah Barat merupakan tantangan bagi umat Islam, apalagi sistem kapitalis yang mereka pakai sangat melemahkan rakyat Indonesia. Menjawab tantangan tersebut, seorang haji dan juga pengusaha batik Haji Samanhudi (1868-1956 M) mendirikan Serikat Dagang Islam (SDI) pada 16 Oktober 1905 M di Surakarta. SDI sebagai suatu kebangkitan menanamkan kesadaran cinta tanah air, bangsa, dan agama dengan merebut kembali penguasaan pasar. Perkumpulan para pedagang muslim tersebut secara sembunyi-sembunyi menjalin kerja sama niaga dengan para pedagang Cina, niaga itu dikenal dengan Kong Sing. Segala bentuk kerjasama dan pembauran antara SDI dan pedagang Cina inilah yang sangat ditakutkan imperialis Belanda, apalagi Cina baru saja merdeka dan ditakutkan segera menular ke Nusantara. Berbagai upaya dilakukan penjajah belanda untuk memecah kerja sama kedua belah pihak tersebut, di antaranya menumbuhkan perpecahan, profokasi anti-Cina dengan merusak toko-toko milik pedagang Cina, terakhir tuduhan kepada SDI sebagai penyebab huru-hara anti-Cina. Semua upaya imperialis www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

tersebut bisa digagalkan, sebab kerjasama yang baik dari SDI dan pedagang Cina dari awal. SDI kemudian berubah menjadi Serikat Islam (SI) pada 1906, tentunya agar pergerakan lebih luas, tidak hanya penguasaan pasar saja. SI sebagai perkumpulan yang sadar akan pentingnya menguasai ekonomi dan politik dalam mencapai kedaulatan untuk melepaskan umat Islam dan bangsa Indonesia seluruhnya dari kemiskinan dan kebodohan, serta menegakkan keadilan. Pada 1912 M Serikat Islam dipimpin oleh Haji Oemar Said Tjokroaminoto (HOS Tjokroaminoto). Saat itu juga SI dengan pimpinan yang baru berhasil memiliki badan hukum yang sah, pergerakannya juga tidak sebatas di pulau Jawa saja, meluas ke penjuru Nusantara. SI pun semakin di hati rakyat, juga menjadi ancaman yang serius bagi penjajah Belanda dan kerajaan Protestan Belanda di Nusantara. HOS Tjokroaminoto melalui SI berjuang membangkitkan kesadaran umat Islam dengan mencontoh kepemimpinan Rasulullah SAW dengan Al-Qur’an dan sunah. Melalui paradigma (model pola) Lima-K, yakni: kemauan, kekuatan, kemenangan, kekuasaan, dan kemerdekaan. Kelima paradigma itu dituliskan dalam lambang SI. 66


Oemar Said Tjokroaminoto juga membantah kesalahan dalam memahami syariat Islam. “Seperti halnya sebagian ulama yang menyebarkan agama bahwa kekuasaan politik dan eknomi di dunia adalah untuk orang kafir. Umat Islam tempatnya adalah akhirat.” Kesalahan pemahaman beragama Islam tersebut menjadi perhatian Oemar Said Tjokroaminoto untuk menyadarkan agar mengerti bahwa umat Islam sengsara kehidupan beragamanya akibat penjajah menguasai pemerintahan. Umat Islam tertindas dan kehilangan kemerdekaannya dikarenakan tidak lagi memiliki kekuasaan politik dan ekonomi.

bagi para penjajah, juga menjadi masalah bagi manusia-manusia yang masih memiliki karakter sebagaimana para penjajah. Hal yang demikian tentu akan terus berulang, selalu ada perlawanan antara yang hak dan batil. Sudah sampai mana perjuangan kita untuk melepaskan umat Islam dan bangsa Indonesia seluruhnya dari kemiskinan dan kebodohan, serta menegakkan keadilan.

Setelah selesai Perang Dunia I (1914 – 1919 M), makin tampak penjajah belanda melawan pergerakan Serikat Islam. Belanda menyerang internal SI dengan memasukkan pemahaman-pemahaman yang berseberangan dengan syariat Islam, berupa paham komunisme, marxisme yang dibantu oleh seorang Belanda H.J.F.M Sneevliet. Lalu tipu daya muslihat mulai dilancarkan kerajaan Protestan dan penjajah Belanda, Oemar Said Tjokroaminoto dan rekan-rekannya mulai difitnah, hingga dijebloskan ke penjara. Perjuangan ulama terus berlanjut, gerakan-gerakan Islam lainnya yang diperkasai oleh ulama terus bermunculan. Perjuangan para ulama tersebut adalah solusi yang dihadirkan untuk menyongsong kemerdekaan, kemudian terus berlanjut dan bertahan sampai sekarang misalnya, Muhammadiyah, Persis, dan NU. Di sisi lain, tentu perjuangan April Setiawan para ulama dan santri menjadi masalah Mahasiswa KIIFAL, Sudan 67

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


68

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


A

nganku melebur di antara senja merah yang langit malam mulai telan

Masih kutemukan jejak emisi burung besi di antara cahaya kota yang perlahan digantikan oleh kerlip lampu jalanan Paru-paruku semakin sesak seakan ingin meledak sebab asap kendaraan pula karena kenyataan Menghabiskan hari di ruangan ber-ac berkutat dengan tugas yang berkejaran Berteman dengan tumpukan buku acuan Demi nama yang tercatat dalam baris wisudawan

Memiliki bingkai foto diri dengan toga kebanggan bersama ibu bapak yang sumringah berdampingan Tawaran magang di berbagai tempat menjanjikan Dengan posisi strategis yang tak bisa dijangkau oleh orang sembarangan Berbagi unggahan di media sosial penuh dengan senyuman Ah, indah sekali kehidupan Nyatanya, haram atasku melangkah menuju lobi perusahaan Terlalu dekil ini penampakan Eksistensiku pun bukan suatu hal yang orang harapkan Karena aku bukan anak menteri yang 69

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


M A L A D S U M A K G N A R O N I K S I M pergi dalam pengawalan Yang bisa sekolah hingga banyak tingkatan Yang kelulusannya dinantikan banyak orang Aku hanya orang miskin tanpa kelegaan Jangankan obrolan tentang pelesiran Yang ada malah pertanyaan besok apa aku bisa makan? Apakah ini hidup yang katanya penuh keadilan? Air mata menggenang lalu menetes perlahan Kusekanya sebelum keluh itu menyentuh jalanan Karena ku sadar dalam kamus orang miskin tak boleh ada tangisan Hanya ada apapun caranya dirimu harus bertahan

Teriakan melengking pedagang asongan mengembalikan kesadaran Terlambat, tubuhku melayang seakan menggapai awan Terasa sangat ringan dan tanpa beban, Tuhan, apakah ini saatnya aku kembali pulang? Karena aku mulai kelelahan

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

70


#wawancara

Konsep Imperalisme dan Fanatisme dalam Stagnasi Islam 71

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


Narasumber: : Syaifur Rahman, S.Pd Nama : Bangkalan, Jawa Timur Alamat Pendidikan : MTs. Nurul Cholil Bangkalan MA. Nurul Cholil Bangkalan S1 UIN Sunan Ampel Surabaya (Pendidikan Agama Islam) S2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Islamic Studies) Media Sosial : Syaifur Rahman (facebook) @lokajayapetapa (instagram)

pewarta: Nama : Lukmanberpena Mahasiswa: Odurman Islamic University

Q : Apakah saat ini Islam mengalami stagnasi? Iya benar, saat ini memang mengalami fase stagnasi atau kejumudan. Q : Kenapa hal ini bisa terjadi? Dan bagaimana prosesnya? Karena bangsa Islam selama ini hanya berkutat dalam dimensi interpretasi terhadap teks keagamaan yang di sana memiliki suatu background berbentuk suatu aliran yang kemudian timbul sikap fanatisme. Ketika kita membaca rentetan sejarah masa lalu, tepatnya zaman perang www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

Ali bin Abu Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan, di mana pada saat itu Amr bin Ash selaku gubernur ikut menjadi tangan kanannya Muawiyah. Dari sini terjadi suatu proses tahkim yang merambat pada proses perkembangan Islam pada saat ini. Kenapa demikian? Karena adanya fitnah siyasiyah atau konflik politik sejak saat itu yang terasa sangat dalam sekaligus meluas, yang ditandai dengan adanya banyak persoalan mengenai dimensi keagaaman, saling mengkafirkan dan berujung pada perang saudara, bahkan meluas hingga aspek geopolitik. Yang kita lihat bahwa siapa yang 72


kuat, cerdas, dan cerdik dia yang menduduki tahta. Fanatisme terus berkembang dan menjadi terkelompokkan seperti Syiah, Wahabi, Sunni, dan lain-lain. Bahkan fanatisme juga menjadi sebab adanya perang saudara di Yaman dan Libia. Ini bukti nyata, bahwa sebagian Islam memang tidak baik baik saja. Kemudian kita lihat stagnasi pada saat ini, mengacu pada penafsiran yang sifatnya cenderung meng-copy tulisan lama kepada tulisan baru (naskhu an-nash bi taghayyur an-nash), yang hanya dikemas dengan bahasa yang berbeda. Padahal teks agama yang begitu terbatas ini memiliki pemaknaan yang luas, sehingga sering kali dibatasi dalam dimensi yang berkutat pada akidah, fikih, tafsir, dan hadis saja. Islam sendiri sangat luas dan tidak hanya berkutat pada dimensi kajian inside saja, tetapi kajian ke luar juga. Entah itu ditinjau dari segi psikologi, feminis, antropologi, sosial budaya, politik, filosofi, atau teologis. Banyak sekali dimensi yang belum diambil oleh bangsa Islam, dan hanya berkutat pada dimensi teologis saja. Artinya saat ini Islam belum dikaji menggunakan sudut pandang dari luar Islam, tetapi masih menggunkan sudut pandang Islam itu sendiri. Sehingga inilah yang mengakibatkan stagnasi atau kejumudan yang implementasinya dari fanatisme. Lalu mengapa bangsa Arab yang lain seperti Qatar, Abu Dhabi, Emirate perkembangannya maju? Karena dimensinya bukan hanya ranah teologis saja, melainkan mereka sudah masuk ruang lingkup sosialis, terbukti dengan Abu Dhabi yang telah menyusun Fikih Maqashidi. Oleh sebab itu, kemajuan berpikir yang menggunukan bangunan tajdid atau pembaharuan dalam bacaan teks keagamaan tidak hanya dilihat dari sudut pandang Islam tetapi dari luar Islam juga, seperti masalah perceraian, hudud, dan pernikahan yang di mana semuanya ini adalah bagian 73


dari aspek sosial. Jika kita melihat fikih klasik itu hampir rata-rata hanya membicarakan halal dan haram saja, dan tidak berbicara dampak di masyarakat nanti seperti apa. Dampak sosial zaman dahulu den-

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

gan saat ini terkadang berbeda, sehingga memandang konsep turots secara terus-terusanan juga tidak dibenarkan. Namun, di sini juga tidak menutup rapat-rapat terhadap kasus yang ada dalam kitab turots sebagai langkah studi 74


komparatif. Q : Jika fanatisme adalah faktor terjadinya stagnasi Islam dari dalam, kemudian adakah faktor luar yang juga menyebabkan terjadinya stagnasi? Faktor luar yang memengaruhi stagnasi Islam selain fanatisme adalah rigidity (dogmatis dan kekacauan), serta adanya faktor fisik seperti, peperangan dan invasi berbagai wilayah sedangkan di dalam tubuh Islam sendiri masih minim cendekiawan muslim dalam bidang sains dan teknologi. Hal ini disebutkan dalam buku Muslim Civilization: The Causes of Decline and the Need for Reform, buku ini merupakan salah satu karya yang patut diperhitungkan karena merupakan buah karya monumental cendekiawan muslim Pakistan yaitu Muhammad Umar Chapra. Sebab lain yaitu politik imperalisme. Nalar politik ini adalah keinginan suatu bangsa untuk menguasai suatu wilayah 75

dengan memasukkan budaya dan ajaran-ajarannya ke dalam wilayah yang ingin dikuasai, yang mana sistem inilah yang dipakai oleh negara Jepang untuk menakhlukkan suatu wilayah. Pengaruh dari nalar politik ini adalah tetap adanya kecenderungan untuk ekspansi wilayah atas dasar syiar agama, yang mana hal ini memberikan pengaruh sampai sekarang, di mana faktor peperangan yang terjadi di Timur Tengah tidak lagi persoalan agama namun lebih kepada geopolitik. Artinya ingin menguasai wilayah yang dianggap strategis dalam mengembangkan sumber daya alam dan manusia dalam negaranya dan ingin diakui sebagai negara Super Power di mata dunia. Namun kendati demikian diakui atau tidak, perkembangan imperalisme ini sangat baik terutama bagi peradaban di benua Eropa. Contoh yang pernah diduduki Turki Usmani, dan perbatasan Eropa dan Maroko. Kita juga melihat

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


bahwasanya pada saat itu politik imperalisme ini ingin menguasai suatu daerah yang sebenarnya Islam sudah bergema di beberapa wilayah. Saat itu Islam ingin masyhur dan berkembang pesat hingga negara-negara di kawasan Eropa dan Afrika, namun itu bisa terjadi tidak hanya dengan pembebasan lahan dengan tangan kosong saja, tetapi juga dengan pertumbahan darah. Kebanyakan kita melihat bahwa itu nmerupakan suatu peperangan atas dasar agama, padahal aslinya bukan.

dan perluasan wilayah sehingga pendapatan negara akan dihabiskan untuk keperluan militer saja, seperti contohnya Sudan yang telah menghabiskan begitu banyak dana negara karena sering terjadi konflik. Akibatnya suntikan dana pemerintah untuk keperluan pendidikan dan sektor lain hanya beberapa persen saja.

Jadi, sebenarnya ekspansi wilayah ini tidak jauh berbeda dengan kolonialisme dalam sebutan orang Belanda, karena sama-sama merupakan konflik yang mengaibatkan pertumpahan darah, hanya saja Islam tidak mengajarkan untuk membunuh wanita dan anak-anak, keculi jika mereka mengangkat senjata.

Hal yang perlu kita tahu bersama adalah jangan sampai Islam yang sekarang masih menggunakan nalar pikiran fanatisme dan politik imperalisme. Karena nalar ini menginginkan kehebatan kekuasaan wilayahnya diakui, namun kita abai akan pentingnya melihat masa depan dari pada Islam itu sendiri, yaitu kemajuan yang bisa me-monitoring ulang seperti, media dan lain-lain. Jangan sampai kita kalah dengan orang barat yang sudah menguasai media berabad-abad lamanya.

Q : Mengapa nalar Imperalisme ini dapat menjadikan Islam mengalami stagnasi? Padahal dengan nalar ini, Islam akan lebih maju karena dapat memperluas kekuasaannya. Secara penyebaran memang benar tapi secara nalar akan terus mendoktrin umat yang saat ini semua negara telah berbentuk terpisah-pisah dan ekspansi wilayah sudah dihapus oleh PBB, namun geopolitik di Timur Tengah belum juga usai. Raja-raja atau penguasa di negara Islam seolah tak pernah puas dalam satu wilayah dan menginginkan agar diakui oleh dunia. Istilahnya Islam datang dengan perang. Nah jika ini terus terjadi, maka pemerintah hanya akan fokus pada keamanan www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

Q : Bagaimana kita sebagai generasi muda umat Islam mengatasi keadaan stagnasi tersebut?

Negara-negara Islam ini harus bangkit dengan meniadakan perang saudara sesama umat Islamnya. Hal itu bisa diperoleh dengan adanya, pertama, bangunan ukhwah islamiyyah. Dan yang kedua, dimensi teologis tetap dipertahankan namun tidaklah harus menjadi suatu perdebatan yang nantinya mengarah kepada luka lama. Banyak aspek yang perlu disoroti oleh pemerintah baik negara Islam maupun negara nasionalis dalam meningkatkan kualitas SDM dengan lebih memperhatikan aspek sosial, pendidikan, teknologi, sains, ekonomi, dan stabilitas politik di negaranya. 76



POJOK ALUMNI

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

78


AKU SIH GAK MUNAFIK YA “Gue gak munafik kok, gue juga sering males sholat.” “Aku sih ga munafik ya, liat duit nganggur segitu ya mending diambil aja.” 79

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia


Pernah nggak teman-teman mendengar kalimat semacam itu sebelumnya? Di percakapan mungkin? Di tongkrongan? Di chat? Atau misalnya berupa celetukan saja tanpa ada percakapan lebih lanjut? Ucapan-ucapan tadi kerap muncul di obrolan anak muda dengan berbagai konteks. Akan tetapi sudah tepatkah sebutan munafik dalam contoh tadi? Yuk kita bahas. Pertama, mari kita kaji apa yang dimaksud oleh munafik itu sendiri. Kata munafik dampaknya berat. Di KBBI, munafik berarti perilaku berpura-pura percaya dan setia, penuh tipu daya, serta menampakkan penampilan yang berkebalikan dengan maksud dan pikirannya. Penyematan dan penyebutan kata munafik secara langsung menggambarkan moralitas orang yang mendapat sebutan tersebut. Dengan sendirinya, orang-orang yang dianggap munafik cenderung dijauhi, dihindari, dan ditolak semampunya oleh masyarakat sekitar. Pemahaman akan kemunafikan ini begitu meluas dan dipahami oleh setiap individu masyarakat, bahkan antar kultur sekalipun. Kata hypocrisy di bahasa Inggris kurang lebih memiliki arti sama, sebagaimana dikutip dari Cambridge Dictionary: someone who says they have particular moral beliefs but behaves in way that shows these are not sincere. Saya rasa bila kita terjemahkan kata munafik ini kemudian kita bedah artinya secara bahasa dan istilah di kultur dan budaya yang berbeda, kita akan www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia

mendapatkan pemahaman yang lumayan identik, tidak jauh berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam Islam, kata munafik yang diambil dari nifaq berarti menyembunyikan kekufurannya dan menunjukkan diri seolah-olah pelakunya adalah seorang yang taat, setia, dan selalu mendukung ajaran Allah. Dampaknya, pelaku kemunafikan diancam oleh ancaman yang berat seperti yang difirmankan Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat An-Nisa ayat 145 bahwa orang munafik akan ditempatkan di neraka yang paling bawah dan tidak akan mendapatkan penolong. “Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (Q.S An-nisa : 145) Nah, maka dari itu wajar apabila kita selaku manusia amat anti dengan label munafik ini. Isi pikiran kita semua kurang lebih begini: amit-amit, jangan sampai ada sifat itu dalam diri ini. Lalu, bagaimana dengan contoh-contoh kalimat di awal tulisan tadi? Relevan nggak sih pernyataan semacam itu sih dengan fungsi asli kata munafik? Jika diperhatikan dan dirincikan, konteks yang kerap ada saat kalimat tidak munafik muncul ketika yang berbicara berusaha menjustifikasi kesalahan atau kelalaian yang ia perbuat di balik kata-kata “aku tidak munafik”. Gak munafik kok, masih jarang sholat. Gak munafik, masih suka minumal alkohol. Gak 80


munafik, masih suka pacaran. Gak munafik, masih doyan duit haram. Kesalahan dan kelalaian yang disengaja maupun tidak disengaja muncul beriringan setelah pengucapan aku tidak munafik. Dengan sendirinya, pola pikir yang penting gak munafik sering digunakan untuk menjustifikasi perbuatan diri sendiri dan juga perbuatan orang lain. Dipakai sebagai alasan semata. Pola pikir ini menempatkan konsep menghindari kemunafikan dalam posisi yang tidak sesuai, yaitu lebih baik seseorang mengakui dan mengumbar kemaksiatannya secara lantang agar tidak dianggap sebagai seorang munafik. Yang menjadi masalah adalah ketika kaidah ini dipakai terus menerus sebagai alasan berbuat kesalahan sepanjang hidup, berdalih bahwa ia tidaklah munafik tanpa malu atas perbuatannya. Lebih buruk lagi, kaidah asal gak munafik juga dipakai untuk membanggakan dirinya yang penuh kesalahan lalu asal memberi cap munafik kepada orang-orang yang berusaha memperbaiki diri namun masih sering terjatuh dalam maksiat. Kemunafikan memang menjijikkan akan tetapi mengumbar dosa dan maksiat dengan dalih tidak munafik juga tak pantas dilakukan. Ibnul Qayyim berkata tentang hal ini: “Apakah kamu mengira orang saleh itu tidak berdosa? Mereka berbuat dosa, tapi disembunyikan tidak dipertontonkan, mereka beristighfar dan tidak meneruskan, mereka mengakui kesalahan dan tidak mencari pembenaran, dan 81

mereka memperbaiki diri setelah tergelincir dalam kemaksiatan.” Adalah sesuatu yang wajar jika manusia sering jatuh dalam kemaksiatan. Sebagai tempatnya salah dan lupa, manusia juga memiliki hawa nafsu yang harus selalu dikontrol agar tidak melanggar perintah Yang Mahakuasa. Salah itu wajar, yang perlu diperhatikan dan diperbaiki adalah sikap kita ketika melakukannya. Apakah menyadarinya, malu terhadapnya, berusaha memperbaikinya ataukah mencari-cari alasan dan justifikasi atas salah yang dilakukan? Perbuatan menyembunyikan dosa dan maksiat yang disebutkan Ibnul Qayyim adalah tindakan orang-orang saleh yang berasal dari rasa malu dan kesadaran diri atas dosa. Adapun yang disembunyikan pelaku sifat munafik adalah keingkaran dan pembangkangan, hadir dari penolakan terhadap ajaran Allah subhanahu wa ta’ala. Tentu dua hal ini sangat berbeda bukan? Maka, mulai saat ini mari kita mulai berusaha menjauhi sifat munafik dan juga sifat bangga atas maksiat. Wallahu a’lam.

Ismail Musyafa Ahmad

International University of Africa

www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.