EDISI JANUARI 2021
KAJIAN UTAMA
Clash of Civilizations
Clash of Ideas?
Clash of Civilizations: Titik Puncak Konflik Umat Manusia
WAWANCARA Perlukah milenial melek palestine? - Farah Qoonita
Salam Redaksi Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Majalah El-Nilein Edisi Januari 2021 SUPERVISOR Rizky Rinaldo DIREKTUR Yahya Ayyash PEMIMPIN REDAKSI Falah Aziz SEKRETARIS Nailul Muwafaqoh BENDAHARA Mala Himmah Ulya STAF REDAKSI Ismail Musyaffa Ilyas Jundullah Suprianto Lukman Al Khakim Kautsar Ahmad Djalaluddin Faradilla Awwaluna Musyaffa’ Zaid Abdul Aziz Amatullah Amalia NS Amanda Dheazeta Sugandi STAF MEDIA LAYOUTER Nashruddin Hasan Maryono DESIGNER Siti Wardiah Aprinanda Safirah Putri PODCASTER Hanif
Follow us Majalah El-Nilein
Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan hidayahNya, hingga kita masih diberikan nafas kehidupan untuk bisa senantiasa beribadah kepada-Nya. Salawat dan salam juga tidak lupa kita haturkan kepada junjungan nabi agung Muhammad SAW, sang suri tauladan yang dari akhlaknya memancarkan sinar kemuliaan, serta menjadi contoh dalam segala aspek kehidupannya bagi umat manusia sekalian. Beliaulah yang menyatukan umat yang tercerai berai, ke dalam saf Islam sebagai implementasi dari dien yang Rahmatan lil-alamin. Dalam kehidupan modern, betapa untuk mendapatkan sebuah kebenaran sangatlah sulit, karena harus melalui sebuah proses di mana akal menjadi satu-satunya alat untuk merasionalkannya. Jika sesuatu secara nalar tidak bisa diterima, maka sesuatu tersebut dianggap salah. Maka ciri dari modern adalah rasionalisasi. Sementara salah satu fenomena yang kita hadapi sekarang, muncul sebuah paham bernama Postmodern, di mana paham ini merupakan sebuah reaksi melawan modernisme, dan gerakan ini muncul sejak abad 19. Diantara ciri dan watak postmodern adalah desentralisasi, dekonstruksi, de-konsensus, dan anti militerisme. Dan muaranya nanti adalah pemikiran ataupun worldview. Sementara di era-era tersebut muncul sebuah tesis yang menggemparkan dunia dari Samuel Huntington, yang menyebutkan nantinya akan terjadi sebuah Clash of Civilization (benturan peradaban yang berbeda). Lalu, bagaimanakah kita memandang fenomena tersebut? Maka, pada kesempatan kali ini Majalah El-Nilein edisi ke-4 di awal tahun 2021 ini, kita akan mengupas sebuah tema berjudul “Clash of Civilizations, Clash of Ideas?�. Untuk mengetahui lebih dalam tentang tema kita kali ini, simak selengkapnya di Majalah El-Nilein edisi ke-4 ini. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita semua. Jangan lupa, saran dan kritik senantiasa kita nantikan demi perbaikan ke depannya. Terimakasih Selamat membaca. Salam literasi. Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
1
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
DAFTAR ISI KAJIAN UTAMA
MUSLIMAH
OPINI
3-10
11-13
15-20
RESENSI
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
SASTRA
21-22 23-24
3-10
WAWANCARA
31-36 Referensi gambar : Unsplash, Wallpaper Cave, Wikipedia, Freepik, Pixabay, Pixels, Pinterest, CNN Indonesia, BEM, its.ac.id, Famous, Ecofeminsm, Dokumentasi Pribadi
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
2 1
KAJIAN UTAMA
Clash of Civilizations: Titik Puncak Konflik Umat Manusia Oleh : Ismail Musyaffa
K
alimat Clash of Civilizations (benturan antar peradaban) kerap muncul di perdebatan dan perbincangan pembelajar dan penggiat politik internasional dunia sejak tahun 90-an. Adalah seorang Samuel Philips Huntington, seorang ahli politik Amerika Serikat yang pertama kali melontarkan teori ini di tesisnya pada tahun 1992, yang ia kembangkan pada 1993 menjadi artikel di Foreign Affairs dengan judul sama, dan kemudian ia tuangkan lagi di tahun 1996 menjadi buku The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order. Sebelumnya, mari kita amati kondisi dunia pada dekade tersebut, dengan memerhatikan lebih lanjut dinamika perpolitikan internasional yang mengantarkan dunia ke kondisinya pada saat itu.
3
Sejak menangnya Amerika Serikat dan sekutunya pada Perang Dunia II, secara praktis kubu Barat menjadi salah satu pemegang dominasi dunia. Pergerakan militer dan politik Partai Nazi yang semula hampir menguasai Eropa dan Asia dengan bantuan Jepang dan Italia -walau yang terakhir membelot- berhasil diredam dengan bantuan Pasukan Merah dari Uni Soviet yang berkulminasi dengan bunuh diri pemimpin Nazi, Adolf Hitler, di bunker pribadinya. Sejak saat itu, pihak-pihak yang kalah atau terdampak buruk oleh Perang Dunia II menyerahkan nasib kepada dominasi pemenang. Jerman misalnya, awalnya terpisah menjadi empat zona yang masing-masing dipegang oleh salah satu dari empat negara Sekutu kemudian menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur yang dipisahkan Tembok Berlin. Jepang merelakan wilayahnya menjadi jajahan Sekutu dan kemudian
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
menjadi basis militer Amerika Serikat di wilayah Pasifik. Pada titik ini, pemain besar dunia hanyalah Amerika Serikat dengan kubu Baratnya dan Uni Soviet. China saat itu masih menata urusan internal, setelah mengalami berbagai perubahan dari runtuhnya dinasti Qing dan transformasi menuju Republik Rakyat China. Begitupun dengan kubu Islam yang mengalami runtuhnya Kekhalifahan Utsmani. Corak motif konflik internasional yang dominan pada era pasca Perang Dunia II adalah perebutan kekuasaan politik, ekonomi, maupun ideologi politik antar negara atau antar kubu. Kubu Barat (Amerika Serikat dan Sekutu) dan Kubu Soviet adalah contohnya. Secara unik, konflik-konflik yang melibatkan kedua belah pihak tersebut dijuluki dengan Perang Dingin. Dinamakan demikian karena ‘perang’ yang terjadi bukanlah konfrontasi frontal berskala besar antara Barat dan Soviet, namun berwujud ikut campur dalam konflik-konflik regional (proxy war). Perang Dingin berisikan perebutan kekuasaan politik di wilayah-wilayah penting antara Barat dengan praktek ideologi dan ekonomi demokratis liberal dan Soviet dengan praktek komunisme. Dari sinilah kita mengenal istilah first world countries (Barat), second world countries (Timur/Komunis), dan third world countries (non-blok). Kondisi ini berlanjut hingga runtuhnya Uni Soviet yang mengakibatkan terpecahnya wilayah ke berbagai negara termasuk Rusia modern dan terjadinya resesi ekonomi Great Depression yang melanda kubu Barat, terutama di Amerika Serikat dan Jerman pada awal 90-an. Yaitu sesaat sebelum Samuel P. Huntington mengemukakan teori Clash of Civilization. Akhir dari Sejarah? Mengacu kepada runtuhnya Uni Soviet sebagai rival utama Barat, salah satu profesor politik, Francis Fukuyama, menganggap bahwa persebaran nilai-nilai dan gaya hidup yang dibawa Barat (liberal, demokrasi, kapitalisme, dan pasar bebas) akan diadopsi oleh seluruh negara dan bangsa di muka bumi yang kemudian menandai akhir sejarah. Akhir sejarah yang dimaksud ialah ketika seluruh manusia menganut paham ideologi politik, ekonomi, nilai serta norma, dan gaya hidup
yang sama; yaitu paham Barat. Hal ini menunjukkan bahwa umat manusia telah mencapai titik final evolusi dalam aspek sosio-kultural. Ini diutarakan oleh Fukuyama secara lengkap dalam bukunya The End of History and the Last Man pada tahun 1992. Memang terdengar utopis dalam perspektif tertentu tapi melihat kondisi global saat itu, pemikiran Fukuyama tidaklah mengherankan. Huntington –yang merupakan guru dari Fukuyama— merespon pendapat tersebut dengan konsep clash of civilization yang ia utarakan di artikel Foreign Press yang nantinya ia kembangkan menjadi The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order. Dalam argumennya, Huntington menggambarkan bahwa memang gaya hidup dan tren Barat banyak diikuti oleh masyarakat dunia, akan tetapi hanya sebatas itu. Bisa saja pemuda Muslim Arab mengenakan celana jeans, mendengarkan musik hip-hop atau pop Barat, mengonsumsi hamburger, CocaCola, atau Pepsi, namun tetap menyimpan ketidaksukaan terhadap Barat baik secara politik maupun ekonomi. Seorang punk di Jakarta bisa saja mengenakan atribut anarki namun langsung berada di garis depan protes saat Nabi Muhammad dihina. Dengan kata lain, hegemoni dan dominasi nilai-nilai Barat yang ada di kubu lain hanyalah diadopsi dan diterapkan dalam taraf tertentu, bisa di taraf gaya hidup, hiburan, konsep ekonomi, dan lain-lain. Tidak diterapkan secara menyeluruh, terlebih mengimani seratus persen nilai-nilai yang dibawa Barat. Dalam pandangan Huntington, nilai-nilai tersebut terhenti pengadopsiannya di tahap kultur dan agama/kepercayaan. Setelah selesai dengan konflik dingin berkepanjangan antara AS dan Soviet yang bermotifkan politik, ekonomi, dan persaingan ideologi, perbedaan yang paling mendasar antar penduduk dunia adalah perbedaan kepercayaan dan kultur, bukanlah hal-hal yang disebutkan di atas. Konsep kepercayaan dan kultur budaya adalah lebih primal dalam individu tiap manusia, menyambungkan dan mengelompokkan mereka dalam kesadaran yang lebih mendasar alihalih upaya mencari keuntungan ekonomi atau politik semata. Maka, bangsa dan negara-negara pun lebih condong untuk berkumpul satu sama lain yang memiliki kepercayaan,
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
4
asal-usul, bahasa, institusi, ataupun konsep hidup yang sama. Wajar, dengan bermulanya globalisasi pada dekade 90-an maka dunia seolah mengecil. Interaksi antar bangsa yang semula terjadi dalam kurun waktu lama dan hanya berada di tingkat bangsawan atau pedagang kini dapat dialami oleh seluruh individu di dunia yang mungkin tidak pernah menginjakkan kaki di luar desa atau kotanya. Dengan adanya kedamaian global yang relatif setelah runtuhnya Uni Soviet, hampir tidak ditemui penghalang untuk berinteraksi satu sama lain antar penjuru dunia mana pun. Secara otomatis, identitas kultur dan kepercayaan menjadi konsep yang
dipegang erat dan dibanggakan oleh individu penduduk dunia. Terlebih setelah kubu-kubu lain seperti China, Jepang, dan peradaban Islam menjadi penonton perebutan hegemoni saat Perang Dingin, kubu-kubu tersebut mengalami kebangkitan dan rekonsiliasi internal, siap untuk menggulingkan dominasi siapapun yang mendominasi dunia. China dan Jepang yang perlahan mulai menancapkan dominasinya di ranah global, begitupula dengan dunia Islam yang memunculkan banyak upaya membangkitkan kembali pengaruh mereka seperti Pan-Arabisme yang berevolusi menjadi Pan-Islamisme. Selain kubu Timur dan kubu Islam, muncul juga civilizations lain. Secara menyeluruh, Huntington mengkategorikan major civilizations atau peradaban besar sebagai berikut:
5
1. Barat yang beranggotakan Amerika Serikat, Kanada, Eropa Barat dan Timur (Uni-Eropa), Australia, Oseania, dan sebagian Filipina. Identifikasi kubu ini adalah peradaban Barat disertai dengan penganutan Kristen Protestan dan Katolik. Amerika Latin juga dapat dimasukkan dalam kategori ini. 2. Kristen Ortodoks yang beranggotakan Rusia dan beberapa negara bekas Soviet seperti bangsa Slavic dan Eropa Timur. 3. Timur yang di dalamnya bercampur paham Buddha, Hindu, serta diaspora China dan Jepang. 4. Islam yang beranggotakan negara-negara Timur Tengah, Afrika Utara, beberapa negara Balkan, serta negaranegara Melayu yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei. 5. Kubu Sub-Sahara Afrika yang beranggotakan negara-negara di selatan, timur, dan tengah Afrika. Tentunya mengecualikan negara-negara yang sudah menyatu dengan Islam seperti Sudan, Chad, Somalia, dan lainnya. Di luar itu, Huntington menyebut pula akan hadirnya entitas bangsa yang terbagi antar dua kubu seperti Sudan yang pada akhirnya diperjelas dengan memisahnya Sudan Selatan yang notabene mengusung identitas Afrika dengan Sudan yang lebih bercorak Islam/Arab. Perbedaan identitas kultur dan kepercayaan yang mendasar dan mengakar ini dianggap sebagai perbedaan yang sulit untuk diselesaikan. Dengan sifatnya yang amat primal, kemungkinan adanya kompromi jika terjadi konflik antar peradaban menjadi sangat minim. Begitupula dengan kemungkinan yang terjadi jika adanya benturan antar peradaban (clash of civilizations), amat mungkin berdampak ketidakstabilan tatanan internasional secara menyeluruh diakibatkan besarnya skala konflik dan pihak-pihak yang terlibat. Suka maupun tidak suka, di masa depan akan terjadi benturan antar peradaban. Clash of civilizations adalah keniscayaan interaksi manusia, dilihat dari tren konflik-konflik yang terjadi sepanjang masa hidup manusia di muka bumi. Konflik dan bentrokan antar manusia yang terjadi awalnya diiringi motif yang bermacam-macam. Motif ekonomi, ingin
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
Perbedaan identitas kultur dan kepercayaan yang mendasar dan mengakar ini dianggap sebagai perbedaan yang sulit untuk diselesaikan. Dengan sifatnya yang amat primal, kemungkinan adanya kompromi jika terjadi konflik antar peradaban menjadi sangat minim. Begitupula dengan kemungkinan yang terjadi jika adanya benturan antar peradaban (clash of civilizations), amat mungkin berdampak ketidakstabilan tatanan internasional secara menyeluruh diakibatkan besarnya skala konflik dan pihak-pihak yang terlibat.
menguasai harta dan kemakmuran atau mempertahankannya. Motif wilayah, ingin menguasai wilayah tertentu atau mempertahankannya. Motif politik yang ingin memastikan kekuasaan. Di dunia modern, ketika motif-motif tersebut dapat dijembatani dengan sarana diplomasi, dipermudah dengan globalisasi pertukaran informasi dan barang, maka tersisa satu motif yang paling mendasar, menyeluruh, dan tidak dapat dikompromikan yaitu hegemoni kultur budaya dan kepercayaan. Bisa dikatakan konflik yang berdasarkan kultur budaya dan kepercayaan ini adalah kulminasi dari perlombaan umat manusia antar mereka sendiri dalam menguasai dunia. Akan tetapi, seberapa cepat fase clash of civilizations ini akan datang? Telah seperempat abad berlalu sejak Samuel P. Huntington mengemukakan teori ini. Dinamika geopolitik internasional yang terjadi juga naik turun, kadang terfokus kepada konflik antar entitas peradaban seperti saat diserukannya Perang Salib oleh Presiden AS, Bush, setelah runtuhnya Menara Kembar WTC pada 11 September 2001, kadang pula terbagi fokusnya ke berbagai konflik regional –yang tetap memicu reaksi dari pihak-pihak
internasional—seperti invasi Semenanjung Crimea oleh Rusia dan pergolakan politik kawasan Timur Tengah yaitu Arab Spring yang gemanya tidak kunjung berhenti sampai sekarang. Jika melihat kondisi dunia sejak tahun 2010 hingga saat ini, kita bisa menyimpulkan bahwa masing-masing negeri dalam peradaban yang disebutkan Huntington tengah mengalami gejolak internal. Timur Tengah dengan Arab Spring yang hanya menghasilkan Tunisia sebagai satu-satunya negara yang selamat dalam suksesi demokratisnya, juga dengan normalisasi dengan Israel yang menimbulkan kontroversi dan penentangan. China yang mengalami banyak masalah di dalam negeri seperti kasus Uyghur dan demonstrasi berkepanjangan Hong Kong. Indonesia yang sempat diriuhkan oleh polarisasi politik yang mengerucut. Dunia Barat sendiri disibukkan oleh munculnya upaya perebutan kekuasaan oleh kalangan konservatif yang membawa nilai-nilai fasisme dan rasisme Eurosentris khas Neo Nazi, terutama di Amerika Serikat setelah kalahnya Donald Trump dari Partai Republikan oleh Joe Biden dari Partai Demokrat. Ditambah dengan pandemi global dan ancaman resesi, maka tidak salah jika dinyatakan bahwa tiap kubu saat ini mengalami perubahan internal dan berkonsentrasi pada masalah masing-masing. Bukan tidak mungkin nantinya akan ada perubahan identitas, asimilasi, ataupun perpecahan yang dialami tiap kubu. Dengan begini, clash of civilizations dan perubahan iklim geopolitik gagasan Huntington –walau sempat terbukti dengan adanya inisiasi perang melawan terorisme yang diprakarsai Amerika Serikat— belum dapat terwujud. Kalaupun terjadi, tidak akan menunjukkan dominasi satu kubu atas yang lain secara jelas dan permanen. Karena, bagaimanapun juga, kekuasaan itu dinamis, dipengaruhi berbagai faktor baik dalam maupun luar. Bukan tidak mungkin fenomena ini akan dapat diamati secara berulang dan terus menerus dengan hasil yang berbeda-beda di masa depan. Bukan tidak mungkin juga motif konflik manusia akan mengalami regresi, yaitu bermotifkan sederhana seperti awalnya; ekonomi, politik, dan wilayah. Wallahu a’lam.
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
6
KAJIAN UTAMA
Clash of Civilization, Clash of Ideas, Clash of Leadership Oleh : Nuim Hidayat, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Depok.
“...Kemudian akan muncul kembali masa kekhilafahan yang mengikuti manhaj kenabian.” Setelah itu beliau diam. [HR. Ahmad] “Barat dengan Islam tidak mungkin bersatu. Ibarat air dan minyak. Konfrontasi yang permanen,” kata Prof. Naquib Al-Attas. Kenapa demikian? Ya karena Barat adalah sumbernya Yahudi dan Kristen. Barat mementingkan materi dan jiwa. Mementingkan dunia daripada akhirat. Mementingkan yang nampak daripada yang tidak nampak. Karena mementingkan materi, maka imperialisme adalah sah bagi Barat. Lihatlah sejarah imperialisme mereka. Mulai dari menaklukan Spanyol hingga membantai ratusan ribu orang, mengebom N a g a s h a k i Hiroshima, m e n j a j a h IndonesiaMalaysia, menjajah T i m u r Te n g a h
7
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
(berdirinya negara Israel), menjajah IrakAfghanistan, dan lain-lain. Barat merasa dirinya superior, merasa dirinya tidak terkalahkan. Karena itu mereka selalu mencari musuh. Rusia, China, dan kini ‘Islam Radikal/Militan’ musuhnya. Barat takut kalau mereka tidak menguasai dunia lagi, karena itu mereka bentuk PBB setelah Perang Dunia II untuk mengatur dunia. Dengan meletakkan markas PBB di Washington, maka Amerika dapat sepenuhnya ‘mengontrol dunia’. Badanbadan PBB seperti WHO, UNICEF, dan lainlain adalah sebagai agen-agen ‘imperialisme.’ Lihatlah bagaimana PBB bermain ketika membentuk Israel, Mei 1948. Inggris dan Amerika sengaja menaruh (menyetujui) negara Israel diletakkan Timur Tengah. Mereka takut bila suatu ketika dunia Islam (Timteng) bersatu melawan mereka. Mereka ciptakan Perang Teluk I dan II untuk menguasai Irak, karena mulai membangkang pada Paman Sam dan mengancam Israel. Mereka hancurkan pemilu demokratis di Aljazair yang dimenangkan kelompok Islam, FIS. Mereka porakporandakan pemilu yang demokratis di Palestina, yang dimenangkan kelompok Islam, Hamas. Bagi Barat, tidak penting negara itu demokratis atau tidak. Yang penting negara itu bisa dikontrol atau tidak. Amerika tidak mempermasalahkan demokrasi di Arab Saudi. Karena negara itu sudah ‘sepenuhnya’ berada pada kontrol politik dan militer mereka. Amerika peduli dengan demokrasi di Indonesia, karena agen-agen mereka telah menjamur untuk menguasai Indonesia. Soeharto yang dulu ‘koncoan’ dengan Amerika –lewat CSIS- kemudian 1990-an berbelok berteman dengan kaum Muslimin, maka buru-buru dijatuhkan. Pertarungan Kepemimpinan Masalah yang sering dijadikan manusia berkelahi/berperang adalah masalah kepemimpinan. Dalam diri manusia, ada nafsu kuasa. Nafsu untuk mengontrol orang lain agar tunduk kepadanya.
Di zaman kuno, nafsu dalam mewujud dalam bentuk tuan dan budak. Di zaman modern nafsu itu mewujud dalam asisten. Demokrasi namanya. Demokrasi dapat dikontrol oleh kaum kapitalis (pemodal). Dan Barat telah menguasai perekonomian dunia, lewat perbankan, mata uang dan lain-lain. Lewat demokrasi, Barat meluncurkan nilai-nilainya (ideas). Nilai materialisme yang menghilangkan ajaran Islam (Islam). Pada Barat: zina, riba, bohong, minuman keras tidak haram. Pemimpin sebuah negara akan didukung, bila pemimpin itu tidak peduli pada agama (sekuler). Pemimpin yang mempunyai agenda Islamisasi (melawan Barat), akan dibunuh atau digagalkan jadi pemimpin. Kasus pembunuhan Ali Syariati, Ismail Raji Faruqi, Zia Ul Haq, dan lain-lain adalah contoh dari ‘pembunuhan politik’. Bagaimana Islam memandang masalah kepemimpin? Leiden is Lijden. Pemimpin itu menderita, kata Kasman Singodimedjo kepada gurunya, Haji Agus Salim. Dalam Islam, seorang pemimpin tidak boleh berleha-leha. Seorang pemimpin harus 24 jam memikirkan nasib rakyatnya. Seorang pemimpin tidak boleh ia dengan keluarganya (plus partainya) menumpuk kekayaan, sementara rakyatnya kelaparan. Dan inilah yang banyak terjadi di dunia ini: pemimpin dan ‘konco-konconya’ kaya raya, sementara rakyatnya berada dalam kondisi ‘supermiskin’. Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Azis adalah contoh terbaik dari model kepemimpinan dalam Islam. Mereka hidup sederhana, meski Baitul Mal (harta negara) kaya raya. Mereka selalu memperhatikan nasib rakyatnya 24 jam. Hingga terkenal perkataan Umar bin Khattab bahwa bila kambing terpeleset (jatuh dan mati), maka ia bertanggungjawab. Keduanya senantiasa memperingatkan kepada keluarganya agar tidak makan harta negara. Mereka ‘terinspirasi’ dari kepemimpinan Rasulullah saw. Dalam Islam, seorang pemimpin bukan seperti Firaun. Seorang pemimpin
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
8
harus ulama. Maknanya ia memahami nilainilai Islam untuk diterapkan dalam kehidupan masyarakat. “Yaitu apabila kami beri kedudukan di muka bumi, mereka menegakkan sholat, menegakkan zakat dan melaksanakan amar makruf nahi mungkar.” (QS Al-Hajj: 41) Pemimpin dalam Islam, pertamapertama mengajak rakyatnya agar taat beribadah kepada Allah. Bukan mengajak kepada kemusyrikan seperti banyak yang terjadi pada kepemimpinan di dunia ini. Kedua, pemimpinan mengajak rakyatnya agar mempunyai jiwa sosial. Sedang berbagi (harta) dengan yang lain. Tidak egois dengan mengatakan: ‘Ini hasil usahaku, kalau kamu seperti aku, usaha dong. Tidak ada yang gratis di dunia ini.’
Renungkanlah
nasihat
Rasulullah
saw: “Dengarkanlah, apakah kalian telah mendengar bahwa sepeninggalku akan ada para pemimpin? Siapa yang masuk mereka, lalu membenarkan kedustaan mereka dan menyokong kezaliman mereka, maka dia bukan golonganku, aku juga bukan golongannya. Dia juga tak akan menemuku di telaga.” [HR. Tirmidzi, Nasa’i, dan Hakim] Dari Abu Sa’id AlKhudri (diriwayatkan) ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Jihad yang paling utama adalah mengutarakan perkataan yang adil di depan penguasa atau pemimpin yang zalim.” [HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad]
Ketiga, pemimpin melaksanakan amar makruf nahi mungkar. Makruf artinya semua hal yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Mungkar maknanya semua hal yang dilarang Allah dan Rasul-Nya. Amar makruf nahi mungkar harus dimulai dari diri pemimpin itu dulu. Tidak boleh pemimpin munafik. Menyuruh orang lain melakukan amar makruf nahi mungkar, sedangkan ia selalu menjalankan kemungkaran.
Dari Abu Sa’id (diriwayatkan) ia berkata, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya,. Jika tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka ubahlah dengan hatinya. Dan yang demikian itu adalah selemahlemahnya iman.” [HR. An-Nasa’i, Muslim, Ibnu Majah, Tirmidzi, dan lain-lain]
Pemimpin dalam Islam, mengajak ke jalan Allah, menyembah Allah dengan sebenar-benarnya. Pemimpin model Firaun, mengajak untuk menyembah dirinya. AlQuran menuliskan kalimat menarik tentang ini: “Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah, dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang rabbani,
9
karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (Qs. Ali Imran: 79)
Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw. (diriwayatkan) beliau bersabda: “Ada tujuh golongan yang Allah melindungi mereka dalam lindungan-Nya, yaitu: imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah, seseorang yang senantiasa mengingat Allah saat sendiri hingga matanya berlinang, seseorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, seseorang yang diajak berkencan wanita yang bangsawan dan rupawan namun ia menjawab, ‘Saya
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
takut kepada Allah.’ serta seseorang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi, sehingga tangan kirinya tidak tahu-menahu terhadap amalan tangan kanannya.” [HR. Bukhari]
maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Qs. An-Nur: 55) Wallahu Aliimun Hakiim.
Walhasil, bagaimana kepemimpinan itu mewujud pada dunia? Islam adalah agama persatuan. Maka meski Barat mencoba memecah belah negeri-negeri Islam, mereka terus gagal. Lihatlah bagaimana kepedulian kaum Muslimin kepada saudaranya di Afghanistan, Palestina, Bosnia, Irak, dan lain-lain. Barat memang berhasil meruntuhkan kekhalifahan Islam yang terakhir, Turki Utsmani. Tapi Barat tidak akan berhasil meruntuhkan semangat ukhuwah Islamiyah yang ada pada diri kaum Muslimin di seluruh dunia. Di manapun kita berada, kita adalah makhluk Allah, dan makhluk selalu butuh AlKhalik untuk membimbing dan menunjukkan jalannya. Mewujudkan kepemimpinan di dunia Islam (Khilafah Islamiyah) bukan dengan senjata, bukan dengan materi, sebagaimana penglaman Barat dalam membentuk sebuah negara (contoh yang terbaik dalam hal ini adalah pendirian negara Israel). Mewujudkan khilafah adalah dengan pemikiran, dengan jihad ilmu. Karena Islam adalah ‘agama ilmu, bukan agama senjata/perang fisik’. Kita yakin dengan janji Allah SWT dalam Al-Quran: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orangorang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan agama yang diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benarbenar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan dengan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa (tetap) kafir sesudah (janji) itu,
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
10
MUSLIMAH
Ecofeminism, Solusi Bumi yang sakit? Oleh : Amatullah Amalia
“We often cause ourselves suffering by wanting only to live in a world of valley, a world without struggle and difficulty, a world that is flat, plain, consistent.“ - Bell Hooks
Bumi tengah merana, seluruh tubuhnya I bu dikoyak oleh anak-anaknya –manusia- yang begitu tega memperalatnya. Mengambil sebanyak yang meraka bisa namun abai akan tubuh yang harus dirawat agar tetap hidup, lupa bahwa mereka lahir dari rahim tak kasat mata yakni Ibu Bumi itu sendiri. Sang Ibu semakin diacuhkannya, ia dicampakkan begitu saja setelah kelenjar-kelenjar payudaranya tak lagi mengalirkan susu penghidupan. Kini anak-anak itu ingin membangun sesuatu dari jasad Ibu Bumi yang sudah sekarat; sebuah peradaban megah dengan bantuan teknologi canggih yang kepintarannya hampir-hampir melampaui miliknya. Apa yang harus kita lakukan untuk Ibu Bumi yang tengah sakit? Ternyata yang menyembuhkan Ibu Bumi adalah anak perempuannya. Pasalnya, anak laki-lakinya yang rasional adalah sebab semakin parahnya sakit sang Ibu. Anakanak perempuannya secara perlahan namun pasti ikut merasakan derita sang Ibu melalui kelaparan, kekeringan, kekurangan air bersih, penyakit-penyakit berbahaya, dan masih banyak lagi. Saat ini yang bumi butuhkan bukanlah rasioanalitas yang merusak, akan tetapi perempuan yang memiliki sifat peka akan apa yang tengah dihadapi bumi. Perempuan memiliki perasaan terhubung dengan ritme alam. Dan ketika melihat kerusakan pada alam mereka menyadari kuat-
11
nya hubungan antara represi patriarki terhadap perempuan dan dominasi manusia terhadap alam, sehingga mereka secara intuitif lebih memahami keterikatan manusia dan alam. Tertulis dalam buku Ecofeminism karya Vandana Shiva dan Maria Mies: “Kami memiliki pemahaman mendalam dan khusus tentang hal ini baik melalui sifat, maupun pengalaman kami sebagai manusia.” Dan solusi untuk kerusakan ekologi adalah ikatan khusus antara perempuan dan alam. Karena ikatan itu, perempuan bisa memberikan solusi terbaik untuk ibu sekaligus rekannya dalam hidup, yaitu Ibu Bumi. Setidaknya, hal-hal inilah yang menjadi gagasan utama teori sekaligus gerakan ekofeminisme. Di Amerika, Asia, dan Amerika Latin, Vandana Shiva dan para ekofeminis yang lain berpendapat bahwa perempuan adalah tukang kebun dan ahli holtikultura, dengan pengetahuan “luar biasa” tentang alam. Ketika maldevelopment –term dari kaum ekofeminis untuk menyebut kapitalisme internasional ekploitatif yang merajalela- yang maskulin hanya menghargai sumber daya
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
alam sebagai komoditas potensial pasar, perempuan memahami bahwa sumber daya ini harus dijaga dan dihormati untuk memastikan kesediaanya bagi generasi mendatang. Oleh karena itu, secara naluriah perempuan memberi prioritas untuk melindungi alam. Namun, apa kabar dengan wanita yang memiliki aspirasi modern, berpendidikan, berkehidupan profesional dan hidup dengan sejahtera? Menurut Janet Biehl, penulis Rethinking Ecofeminism Politics, kaum ekofeminis sepertinya lebih menyukai peran lama mereka dalam upaya menyembuhkan Bumi: bertelanjang kaki dan berkebun, Biehl melanjutkan bahwa, “Baru-baru ini di Amerika Serikat, romantisasi hubungan perempuan-alam membuat sebuah tren yang bisa disebut sebagai kemunduran. ‘Perempuan bersandar pada hubungan dan strategi jangka panjang yang memprioritaskan generasi masa depan,’ kata Shannon Hayes, penulis The Radical Homemaker. Inkarnasi dari ibu bumi mengantarkan perempuan dengan pendidikan tinggi dan karir profesional ke sebuah kehidupan yang “berbeda”. Memilih tinggal di rumah untuk membesarkan keluarganya, memberi makan makanan lezat bagi anak-anaknya dari hasil panen yang ia kembangkan di halaman belakang rumahnya. Dia merawat beragam jenis hubungan, menghargai kesederhanaan dan keaslian – sehingga pada saat bersamaan mengurangi jejak karbonnya. Bahkan jejak karbonnya sangat kecil dengan demikian dia mencapai pemenuhan pribadi dan kehidupan berarti, atau begitulah tampaknya.” Di rumah perempuan memiliki peran penting dalam hal urusan rumah tangga dan alam sekitarnya. Sedangkan dalam lingkup organisasi lingkungan yang bersifat nasional seringkali dipimpin dan didominasi oleh lakilaki. Kepemimpinan perempuan hanya eksis di lingkup lokal yang beranggotakan sesamanya.
Fakta bahwa ada perbedaan karakteristik, kepekaan, cara kerja, bahkan solusi antara laki-laki dan perempuan pada akhirnya bersifat regresif bagi kedua belah pihak. Ekofeminisme pun bersifat segresif. Jika memang laki-laki mendominasi, harusnya perempuan memperebutkannya bukan lantas menerima begitu saja, menjadi ibu rumah tangga yang baik. Jika perempuan bisa menghasilkan emisi karbon yang kecil, laki-laki berusaha mengurangi emisi karbonnya. Jika perempuan lebih berempati, maka laki-laki perlu melakukan hal yang sama. Jika tidak demikian maka laki-laki dan perempuan hanya akan terus berseberangan. Selain itu, ada hal lain yang perlu dikritisi. Bisakah kita menyembuhkan bumi? Bisakah kita mengembalikan bumi seperti dahulu kala, ketika segalanya terasa lebih baik? Pada kenyataannya tidak. Karena kita tengah berada pada masa transisi antara epos Holosen yang begitu stabil dan alam yang begitu murah hati memberikan apa yang kita butuhkan menuju epos Antroposen, masa dengan segala ketidakpastian. Sebuah keniscaayan bahwa yang disebut oleh para pegiat ekofeminisme sebagai Ibu Bumi adalah bumi pada masa Holosen. Karena di masa itu manusia mencapai apa yang dicapai saat ini atas kontribusi alam yang hidup bersamanya. Bumi memberikan segala yang ia miliki untuk anak-anaknya. Namun, kita sedang dalam masa transisi menuju Antroposen, saatnya mengucapkan selamat tinggal pada Holosen –yang begitu indah, karena kita tidak akan pernah kembali ke masa lalu. Seradikal apapun usaha kita untuk menyembuhkan bumi, kita tidak bisa kembali. Bumi akan terus berubah. Lalu secara otomatis, tujuan yang di gaungkan Françoise d’Euabonne untuk mencapai “planet bergender feminisme yang kembali hijau untuk semuanya –yang bisa di asumsikan sebagai tujuan dari kaum ekofeminisme- sudah dipastikan gugur. Ekofeminisme belum mampu menjadi solusi terbaik di tengah krisis di masa transisi
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
12
Ketergantungan manusia pada alam tidak pernah memandang gender. Saat ini kita tengah menghadapi perubahan radikal dalam masa transisi menuju Antroposen. Dan efek yang akan manusia rasakan pun akan bebas gender. Mereka yang mengalami ketidakadilan sosial rentan merasakan dampak terbesar degradasi lingkungan. Kita bisa mengenali fakta tersebut tanpa harus menghidupkan menuju antroposen yang tidak pernah bisa diduga. Meskipun perihal represi patriarki perempuan dan dominasi manusia terhadap alam masih relevan dibicarakan di epos Antroposen. Meski demikian, ekofeminisme belum bisa dijadikan jawaban atas masalah tersebut. Ekofeminisme masih bisa diterapkan namun tidak bisa dijadikan sarana atau tujuan universal untuk manusia –makhluk hidup lainnya- karena sudah tidak relevan lagi di epos Antroposen. Ketergantungan manusia pada alam tidak pernah memandang gender. Saat ini kita tengah menghadapi perubahan radikal dalam masa transisi menuju Antroposen. Dan efek yang akan manusia rasakan pun akan bebas gender. Mereka yang mengalami ketidakadilan sosial rentan merasakan dampak terbesar degradasi lingkungan. Kita bisa mengenali fakta tersebut tanpa harus menghidupkan kembali stereotip patriarkal tentang perempuan yang “dekat dengan alam”.
Betapa egoisnya kita jika terus meperdebatkan tentang siapa –gender yang manayang lebih berhak perihal “merawat bumi”. Bumi tidak akan “sembuh” atau menjadi lebih baik ketika kita membebankan kepada salah satu gender. Ini bukan lagi tentang gender atau manusia, namun lebih dari itu. Ini tentang alam apa yang tengah dihadapi oleh setiap entitas di bumi. Kita sebagai tamu sudah selayaknya menjaga apa yang kita kunjungi dan meninggalkannya dengan keadaan terbaik. Mengambil secukupnya dan berusaha sebaik mungkin untuk tidak meninggalkan “sampah”. Ada sebuah pertanggung jawaban kepada Sang Tuan Rumah atas apa yang kita perbuat di persinggahan. Walllahu a’lam bissowab
Hal yang tengah kita hadapi saat ini –epos Antroposen- adalah masalah semua makhluk hidup. Keadaan ini harusnya menyadarkan kita bahwa persoalan alam bukan hanya semata tentang manusia, namun ada hal yang lebih besar daripada itu.
13
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
14
OPINI
Inovasi Strategi Dakwah Pondok Pesantren di Era Society 5.0
Suprianto 15
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
eperti yang telah diketahui bahwa fungsi pondok pesantren meliputi fungsi dakwah, fungsi pemberdayaan, dan fungsi pendidikan. Sesuai tema dalam tulisan ini, kita akan mengupas terkait inovasi strategi dakwah pondok pesantren. Strategi yang harus dilakukan untuk dapat sampai pada visi besar dakwah pondok pesantren dalam membawa kebaikan kepada lebih banyak lagi hingga pada lapisan atau elemen terkecil di masyarakat. Harapannya bukan hanya tertitik beratkan pada sekelompok kecil, melainkan agar nantinya dapat menjadi ambasador dari Islam Indonesia kepada seluruh masyarakat dunia. Di dalam populisme agama ada dua hal yang menjadi penting.
S
1. Bagaimana dakwah di bidang ekonomi Kita ketahui para dai, para ulama, dan para kiai yang ada di pondok pesantren saat ini tidak bisa lagi seperti menara gading. Kita harus keluar bersama untuk menggerakkan masyarakat agar sama-sama menggerakkan roda perekonomian. Jika kita runut ke dalam sejarah bahwa ada tiga hal yang menjadi pilar utama perjuangan ulama kita, yaitu salah satunya nahdlatut tujjar, gerakan kebangkitan para pedagang. Kita melihat bahwa Indonesia sedang mengalami bonus demografi. Karakteristik dari perubahan demografi sosial yaitu demografi masyarakat Indonesia tidak bisa kita nafikan begitu saja. Jika kita berbicara bahwa dakwah adalah bagian dari marketing, maka strateginya harus tepat dengan pasar yang ingin dÄładikan target. Berhubung pasar hari ini adalah mayoritas generasi anak muda, kalangan milenial, generasi Z, tentunya ini menjadi tantangan bagaimana dakwah lebih inovatif dan sebagainya. Inovasi tidak boleh mencerabut pesantren dari akarnya, dapat dipastikan oleh pemerintah melalui undang-undang pesantren yang merekomnisi keberadaan pesantren. Undang-undang pesantren memastikan pesantren tidak kehilangan keasliannya dalam konteks apapun. Baik dalam konteks pengelolahan dan pimpinan seorang ulama yang lahir dari proses yang sangat panjang dan kemudian mendapatkan sebuah kepercayaan dari masyarakat sebagai simbolisasi baik secara agama maupun sosial.
Pada sisi lain, ketahanan ekonomi menjadi salah satu faktor tujuan kita beragama. Ini sangat penting karena dalam nalar santri dapat dikatakan sangat jarang terbesit pemikiran apakah boleh bercita-cita untuk menjadi saudagar atau entrepreneur. Dapat dipastikan porsinya akan sangat kecil dibanding santri yang bercita-cita menjadi ulama, kiai, ataupun pendakwah. Sementara itu, kita mempunyai tantangan untuk memperbesar lingkup atau jaringan dakwah tidak hanya pada satu bidang atau ruang tertentu. Pondok pesantren harus lebih mendorong santri-santrinya untuk lebih aktif berdakwah terutama di bidang ekonomi. Pondok pesantren sendiri dapat melakukan dakwah di berbagai bidang, baik di bidang ekonomi maupun sosial. Tidak hanya berdakwah dalam konotasi yang tradisional. Dengan begitu, sangat meyakinkan terhadap pengentasan kemiskinan, dan gap antara si kaya dan si miskin akan mudah teratasi dengan melibatkan pondok pesantren. 2. Bagaimana persepsi dakwah terhadap kerukunan dan toleransi Berkaitan dengan relasi antar agama, Nabi Muhammas SAW telah mengimplementasikan prinsip-prinsip persamaan dan penghormatan kepada manusia dan masyarakat madinah yang sangat heterogen sebagaimana tertuang dalam Piagam Madinah. Pada intinya, Piagam tersebut menggarisbawahi lima hal pokok sebagai dasar bagi kehidupan bermasyarakat dan beragama. Pertama, prinsip persaudaraan dalam Islam. Semua umat Islam dari berbagai latar belakang dan suku pada hakikatnya bersaudara. Kedua, prinsip saling tolong menolong dan melindungi penduduk Madinah yang terdiri dari beragam suku, agama dan bahasa harus saling membantu dalam menghadapi lawan. Ketiga, prinsip melindungi yang teraniaya. Keempat, prinsip saling kontrol. Kelima, prinsip kebebasan beragama. Salah satu dari lima poin penting tersebut menjelaskan prinsip keberagaman agama yang secara gamblang digambarkan dalam quran, seperti yang tertuang dalam Qs. Al-Baqarah: 256 (tidak ada paksaan dalam beragama); Al-kafirun: 1-6 (pengakuan terhadap pluralisme agama); Ali-Imran: 64 (himbauan kepada ahli kitab untuk mencari titik temu); Yunus: 99 (larangan
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
16
memaksa penganut agama lain memeluk islam); dan Al-Mumtahanah: 8-9 (anjuran berbuat baik dan berlaku adil kepada nonmuslim yang tidak memusuhi dan mengganggu). Nyatanya, di era society 5.0 ini keadaan dakwah begitu miris. Bagaimana tidak ajaran Islam yang mengedepankan nilai-nilai humanisme, pluralisme, dan inklusifisme, tidak begitu banyak disosiliasikan di masyarakat sehingga tidak heran jika wajah masyarakat Islam di berbagai wilayah tampak begitu menakutkan dan tidak bersahabat. Sangat jauh dari potret yang ditampilkan umat Islam generasi awal khususnya di masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin yang dikenal penuh toleransi dan bersahabat. Dakwah hendaknya dilakukan secara persuasif dan jauh dari sikap memaksa. Mengapa? Karena sikap yang demikian di samping kurang bijaksana, juga akan berakibat kurang baik secara individu maupun kelompok. Kemungkinan orang-orang akan enggan mengikuti seruan dan akan membuat misi suci dakwah menjadi gagal. “Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari tuhanmu. Maka, silahkan (secara sukarela) siapa yang hendak beriman, berimanlah. Dan siapa yang hendak ingkar, silahkan (Qs. Al-Kahfi [18]: 29). “Kita seharusnya tidak memaksakan interpretasi kita pada orang lain” –Gus DurIslam mengajarkan kepada manusia nilai-nilai normatif untuk menerapkan keadilan, kejujuran, persamaan, dan kebebasan yang kesemuanya itu dalam rangka mewujudkan suatu tata cara kehidupan masyarakat dan negara yang sebaik-baiknya untuk kemaslahatan hidup yang berkesinambungan, baik kehidupan individual maupun sosial. Pada dasarnya universalisme ajaran (agama) Islam telah memuat prinsip-prinsip dasar mengenai hubungan individu dan sosial yang kemudian pengejewantahan nilai-nilai kemanusiaan secara substansial direfleksikan ke dalam egalitarianisme dan kosmopolitanisme. Interpretasi semacam ini bisa melahirkan sikap-sikap beragama yang toleran dalam mewujudkan kerukunan antar agama dan perkembangan multikulturalisme.
17
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
18
OPINI
UPAYA MEMBENDUNG ARUS PEMIKIRAN MAINSTREM GLOBAL alam sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara, konflik dan ketidaksepahaman dalam berpendapat merupakan pandangan yang umum terjadi. Terkhusus dalam percaturan politik internasional. Perang opini hingga fisik sangat berpotensi terjadi ketika sekumpulan manusia yang memiliki kepentingan tertentu mencoba masuk dalam pergumulan kekuasaan. Hingga akhirnya yang menanglah yang berhak mengatur dan berkuasa. Sementara yang kalah harus tunduk dengan rentetan aturan yang telah dibuat.
D
Oleh : Falah Aziz, Mahasiswa S1 jurusan Sastra Arab di International University of Africa.
19
Di era sekarang kita melihat, konflik-konflik bertebaran di belahan dunia, bahkan bisa dengan mudah kita akses melalui jaringan internet ataupun media massa. Dengan muatan informasi yang dikemas dalam framing, secara tidak langsung akan mempengaruhi pemikiran masyarakat. Maka, sebenarnya ini
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
juga merupakan sebuah clash atau benturan antar peradaban. Menurut pandangan Samuel Huntington dalam bukunya yang berjudul (Clash of Civilization) yang kemudian dia mengkonsepsikannya dalam teori yang mengatakan bahwa identitas budaya dan agama seseorang akan menjadi sumber konflik utama di dunia pasca Perang Dingin. Dengan demikian poin sentral yang ingin ditekankan oleh Huntington adalah bahwa sumber konflik umat manusia saat ini bukan lagi ideologi, politik atau ekonomi, tapi kultural. Sebab semua orang kini cenderung mengindentifikasi diri dengan identitas kulturalnya. Kemudian jika dikerucutkan lebih dalam lagi, maka setiap kultural atau peradaban memilliki worldview, jadi Clash of Civilization berarti Clash of Worldview. Sementara kita melihat, dari masing-masing peradaban, seperti peradaban Barat dan Timur memiliki ciri yang sangat kontras. Misalnya, peradaban Barat yang akhir-akhir ini kita lihat lebih cenderung sekuler, dibanding peradaban Timur yang cenderung lebih religious. Maka, worldview atau cara pandang inilah yang saat ini sulit untuk disatukan. Dan akhirnya berimplilkasi pada benturan antar worldview. Benturan antar worldview sendiri tidak seganas dengan perang fisik yang terjadi seperti pada Perang Dunia II ataupun Perang Dingin yang meliputi implikasi-implikasi yang ditimbulkan darinya. Namun, akibat yang ditimbulkan dari benturan worldview inilah yang justru akan menjadi babak baru dalam penjajahan pemikiran. Banyak dari peradaban-peradaban yang sudah terbangun sekian lama, kini mulai kehilangan identitas (lost of identity) atau harus tunduk mengikuti peradaban yang lain. Jika kita melihat realitas yang terjadi sekarang, maka jangan heran ketika dalam skala lokal misalnya kita melihat banyak masyarakat yang justru lebih tertarik dengan budaya Barat ketimbang budaya sendiri. Ataupun dalam ranah agama islam, jika banyak ulama-ulama yang justru memuji habis Immanuel Kant, Karl Max, dan kawankawannya tanpa ada proses apropriasi ilmu
terlebih dahulu. Maka, inilah dampak yang secara kasat mata tidak nampak, tapi justru membekas dalam fikiran. Arus globalisasi sendiri menjadi kendaraan serta surga bagi para pemilik kepentingan untuk mempengaruhi mindset masyarakat global. Sehingga tujuan utama bisa tercapai. Dan inilah yang disebut dengan istilah penjajahan di era globalisasi. Sebenarnya tidak ada masalah untuk menyerap pemikiran dari peradaban lain sebagai bahan referensi dalam kemajuan suatu peradaban. Namun, tentunya melalui proses dan filterisasi yang mendalam untuk bisa diserap hingga kemudian dikembangkan. Dan, tentunya ada batasan-batasan yang harus diperhatikan dalam proses apropriasi tersebut, agar tidak sampai pada ranah vital sebagai jati diri (identity) untuk tetap terjaga dan tidak lenyap. Dalam Islam mengajarkan, bahwa cakupan dari worldview sendiri tidak hanya sebatas pada fungsi akal semata untuk berfikir. Melainkan dibarengi dengan wahyu yang menjadi pelita dalam menjalani proses berfikir hingga produk berfikir yang dihasilkan. Dari sinilah timbul sebuah keseimbangan antara paradigma dalam berfikir yang melihat bahwa segala hal yang terjadi di semesta ini hanya akan bermuara pada satu Dzat yang Maha Mengatur segalanya yaitu Allah SWT. Sementara Clash of Civilizations yang hingga hari ini terus berlangsung, dan agar tidak terlalu melebar di masyarakat luas, perlu sebuah upaya untuk membendungnya, dengan mempertebal pemahaman tentang hakikat dari keimanan atau keyakinan serta bahaya yang ditimbulkan arus pemikiran global masuk dalam sendi-sendi masyarkat. Wallahu a’lam bisshowab.
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
20
RESENSI BUKU
Ilusi Negara Islam; Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia organisasi keagamaan yang mempunyai cita-cita untuk mengawal Islam rahmatal lil ‘alamin selama semua pihak saling menghormati perbedaan pandangan. Tetapi bencana bisa terjadi bila pemeluk agama kehilangan nalar, kemudian menghakimi semua orang yang tidak sefaham dengan aliran mereka. Dalam sejarah pun, kelompok yang merasa paling shahih kebenarannya tidak sulit untuk dilacak. Jika sekedar merasa paling benar tanpa menghukumi pihak lain, barangkali tidak terlalu berbahaya. Bahaya akan muncul bilamana ada orang yang mengatas namakan Tuhan, lalu menghukum dan bahkan membinasakan keyakinan yang berbeda.
Judul Buku : Ilusi Negara Islam; Ekspansi Gerakan Islam Transnasinal di Indonesia Penulis
: Tim Lib For All Foundation
Halaman
: 322 Halaman
Penerbit Media
: PT. Desantara Utama
Editor
: Abdurrahman Wahid
Harga
: Rp119.000
ebenarnya dari segi jumlah tidak ada yang perlu dirisaukan dari masa depan Islam di Indonesia. Menurut global religius futures, 2019 mayoritas (lebih dari 85% )penduduk Indonesia adalah Muslim. sebuah presentase yang tinggi sekali. Begitupun banyaknya aliran, dan atau
S
21
Kepulauan Nusantara merupakan wilayah yang sangat kaya dengan warisan spiritual. Sebuah tradisi yang secara terbuka mengakui dan menerima perbedaan. Hal ini dilandasi kesadaran bahwa perbedaan yang ada hanyalah bersifat lahiriah dan semua bertemu dalam subtansial yang sama. Dalam suasana seperti inilah Islam dibawa oleh walisanga, tokoh-tokoh yang sangat mementingkan aspek substantif ajaran agama tanpa mengabaikan aspek-aspek lahiriah masuk ke Indonesia. Karena itu penduduk Indonesia menerima Islam layaknya menerima pesan-pesan luhur spiritual yang megakui eksistensi dan realitas tradisi keberagaman yang telah menjadi bagian integral kehidupan merekA. Betapa indahnya manakala umat Islam memandang kemajemukan sebagai sebuah sesutau yang positif. Maka pandangan itu akan memberikan kontribusi yang penting bagi terwujudnya kemajemukan yang membawa rahmat. Sebaliknya, apabila umat Islam memandang kemajemukan sebagai sesuatu yang negatif maka pandangan itu berpotensi menyulut api konflik. Dalam konteks ini amat penting bila cara pandang yang positif terhadap kemajemukan terus
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
digaungkan di kalangan umat Islam. Meskipun dengan catatan hal ini bukanlah hal yang mudah di tengah munculnya pertarungan ideologi beserta gerakan politik. Indikasi bahwa gerakan puritanisme radikal lengkap dengan agenda politiknya juga sedang mencoba mengarahkan bangsa Indonesia ke cara beragama yang monolitik.
asumsi belaka, namun juga menghadirkan data-data, fakta, dan bukti konkrit di hadirkan mengalir dengan pembahasanpembahasan yang begitu jelas mendalam dan konstruktif.
Padahal agama adalah jalan dan cara (syir’ah wa minhaj), dua prinsip yang terkandung di dalamnya adalah: ketulusan mengabdi kepada Allah SWT (ikhlash alibadah ila allah) dan berhias dengan akhlak mulia dan terpuji (al-tahalli bi makarim alakhlak). Meski tidak dirumuskan seara teoritis, keberagaman penduduk Indonesia sama dengan yang disebutkan di atas. Saling membantu dengan siapapun dilakukan dengan kesadaran menciptakan kerukunan. Dan dengan tepat Pancasila merefleksikan pesan-pesan luhur agama ; Hyang Mahesa, nilai-nilai kemanusiaan, perasaan sebagai satu kesatuan, musyawarah dalam kepemimpinan, dan keadilan.
Mala Himmah Ulya
Oleh :
Apakah anak-anak cucu kita kelak akan mewarisi Indonesia yang tetap santun, toleran, damai, beradab, dan spiritual? Kitalah yang menentukan pilihan. Buku ini sangat menarik karena merupakan sebuah penelitian yang berlagsung lebih dari dua tahun dan dilakukan oleh Lib For All Foundation yakni sebuah intuisi non-pemerintah yang memperjuangkan terwujudnya kedamaian, kebebasan dan toleransi di seluruh dunia yang di ilhami oleh warisan tradisi dan budaya bangsa Indonesia. Menariknya lagi buku ini merupakan sebuah karya ilmiyah yang menggunakan pendekatan spiritual untuk menumbuhkan kesadaran yang mampu mendorong transformasi individual maupun sosial. Hal ini didasari kenyataaan bahwa ketegangan batiniah antara roh dan hawa nafsu sangatlah berdampak pada aktifitas lahiriah. Bahkan dapat menimbulkan konfilk-konflik lahiriah baik secara personal ataupun sosial. Kekurangan buku ini adalah terletak di desain cover buku. Terkesan agak monoton dan kaku sekali untuk zaman yang semakin milenial seperti sekarang ini. Kelebihannya sudah sangat jelas. Buku ini bukan hanya www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
22
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
Sejarah Kesultanan Al-Funj ada tahun 1504 Masehi berdiri sebuah kesultanan Islam pertama di negeri Sudan. Kesultanan tersebut memiliki beberapa nama; Kesultanan Alfunj, Kesultanan Sennar, dan Kesultanan AzZarqo. Nama Al-Funj disandarkan kepada suku Alfunj yang menjadi pemimpin dari terbentuknya kesultanan ini, sedangkan Sennar adalah nama ibukotanya, dan AzZarqo yang bermakna biru adalah penyebutan terhadap orang-orang berkulit hitam.
S
Perjalanan berdirinya kesultanan ini dimulai oleh Amaro Dunqas dari suku Al-Funj bersama Abdallah Jamma’a dari suku Abdallabi yang berkoalisi menumbangkan kerajaan Kristen Alodia yang sedang berada di posisi terlemahnya. Kerajaan Alodia adalah salah satu dari tiga kerajaan Kristen Nubia bersama dengan Nabodia dan Makuria. Semakin luasnya penyebaran Islam dan bahasa Arab ditambah makin eratnya hubungan antara orang Arab dan Nubia di utara menyingkirkan dominasi Kristen di Sudan. Kesultanan Al-Funj memiliki luas kekuasaan yang mencapai tiga perempat wilayah Sudan, membentang ke arah barat dari Gezira Selatan hingga Kordofan dan ke arah selatan hingga ke daerah penghasil emas, Fazughli. Kesultanan ini mencapai masa keemasannya saat berada di bawah kepemimpinan Badi II Abu Duqn karena berhasil memperluas daerah kekuasan melintasi Nil Putih hingga Kordofan, mengurangi jumlah kepala suku sekaligus membawa budak. Alfunj Keturunan Bani Umayyah Menurut James Bruce dalam bukunya “Travels to Discover the Source of the Nile� ada 3 teori tentang asal-muasal Al-Funj. Yang pertama, teori yang mengatakan mereka berasal dari barat Afrika di daerah
23
bernama Barno, yang menguatkan teori bahwa Al-Funj berasal dari Habasyah. Teori kedua mengatakan bahwa mereka adalah keturunan Bani Umayyah yang berasal yang lolos dari pembantaian di dinasti Abbasiyyah yang kemudian melarikan diri ke Abbisiniyah, kemudian ke Nubia. Sejak suku Ja'alin mengklaim bahwa mereka keturunan dari Abbasiyah dan Abdallab dari Juhayna, Al-Funj mungkin telah mengklaim diri mereka keturunan Umayyah untuk mengekspresikan superioritas mereka kepada rakyatnya. Teori ketiga, mereka keturunan kerajaan Alodia Nubia, yang jauh ke selatan untuk
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
Sejak berdiri tahun 1504 di bawah pimpinan Amaroh Dunqas hingga runtuh di masa Badi VII banyak pencapain baik sekaligus sisi buruk dari kesultanan ini. Umat Islam yang awalnya hanya unggul dari segi jumlah makin menghidupkan ajaran agama hingga ke ranah persoalan negara. Membangun kekuatan militer yang tangguh, tata kelola negara yang rapi hingga meletakkan prinsip-prinsip politik yang baik. Sayangnya prestasi tersebut dinodai dengan catatan buruk. Salah satunya sumber terbesar pemasukan mereka yang berasal dari perdagangan budak. Budakbudak tersebut tidak hanya dijual tapi dimanfaatkan juga sebagai prajurit. Kebijakan ini kemudian menjadi bumerang bagi sultan yang menjalankan pemerintahan aristokrasi dengan munculnya perlawanan para budak melawan pihak kesultanan.
mengambil sumber daya dan kembali untuk membangun negara mereka. Namun banyak sumber mengatakan mereka orang Arab Nubia. Teori tentang adanya hubungan antara AlFunj dan Bani Umayyah diperkuat dengan pendapat Syaikh Al-Fahl bin Alfaqih Atthohir, yang menjelaskan bahwa dasar nasab rajaraja Sennar adalah al ‘amriyyin al ‘umawiyyin disandarkan kepada Sulaiman bin Amru bin Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan yang selamat dari Abbasiyah dan tinggal di Baron, perbatasan di barat Habasyah. Dan mayoritas arsip yang tersimpan di Al-Bayt AlMaliki Assinnari mengarah ke nama tersebut. Namun menurut McHugh dalam tulisannya "Historical Perspectives on the Domed Shrine in the Nilotic Sudan", Amaro Dungas yang awalnya seorang pagan atau Kristen, tercatat sebagai muslim sejak tahun 1523. Pendapat ini menguatkan teori ke tiga bahwa Al-Funj keturunan Alodia.
Di abad 18, Kesultanan Al-Funj mengalami goncangan yang besar. Dari lepasnya beberapa daerah kekuasaan seperti Tigray, Taka, dan Butana hingga perang saudara dan hanya mampu mempertahankan wilayah Gezira. Muhammad Adlan dingkat sebagai bupati wilayah tersebut pada tahun 1808 berhasil menstabilkan keadaan negara yang sedang kacau hingga 13 tahun. Turki Usmani mulai menaklukkan Sudan pada tahun 1820. Sayangnya, Muhammad Adlan justru terperangkap dan terbunuh oleh jebakan dari sebuah komplotan yang bernama Daf Allah setelah mempersiapkan prajurit dan rencana perlawanan di awal tahun 1821. Akhirnya, kesultanan ini resmi runtuh setelah Badi VII menyerahkan dirinya kepada pasukan Turki Usmani yang dikomandoi oleh Muhammad Ali Pasha. Oleh : Yahya Ayyash
Bertahan 3 Abad
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
24
Sastra CERMIN Oleh : Nashih Faruq Al Qudsi
ku menatap diriku sendiri di dalam cermin. Dia begitu lusuh, wajahnya kumal dibedaki polusi ibu kota. Rambutnya semrawut, kering tidak beraturan. Dari tatapan matanya, terlihat dia begitu lelah. Lelah dengan semuanya. Aku pun mulai membungkuk di depan meja cermin. Menangisi keadaan yang selalu tak adil, tak pernah berpihak sedikitpun. Entah mungkin karena aku yang begitu lelah, capek, dan sebagainya, aku merasa ada yang mengusap-usap kepalaku. Usapannya begitu lembut, sampai aku lupa dengan tangisku sendiri, kemudian terlelap di depan cermin.
A
Suara azan subuh mulai memasuki kamarku tanpa izin, entah dari mana datangnya, ia selalu begitu, masuk ke dalam tanpa mengetuk lalu membangunkanku. Sepertinya aku ketiduran di depan meja cerminku lagi. Aku bergegas ke kamar mandi mengambil wudhu lalu sembahyang. Aku sudah terbiasa sendiri, di rumah yang tidak terlalu besar ini aku sendiri. Orang tuaku, keduanya sudah tidak ada, adik dan kakak, aku juga tidak punya. Hari ini hari minggu, aku
25
libur tidak bekerja. Rasanya ingin bermalasmalasan saja seharian, tapi kenapa hari-hariku begitu-begitu saja. Waktu benar-benar berlalu terburu-buru, saat bermalas-malasanku sudah selesai. Aku yang seharian hanya scroll down laman media sosial mulai sadar, kalau sekarang sudah lewat isya! “Sial!” keluhku. “Besok sudah harus bergelut dengan rutinitas bodoh itu lagi! Sial! Sial!” Aku menatap cermin lagi. Wajahku tetap saja lusuh, seperti tak terawat. Padahal hari ini aku tidak ke mana-mana. Meski hari Minggu, aku tetap mandi seperti biasa, tapi tetap saja. Lalatlalat tetap betah beterbangan di sekitarku, memangnya aku bangkai? Aku masih hidup! “Lalat-lalat sialan! Kalian ga bayar sewa di sini, pergi kalian!”, hardik ku. Argh, aku kesal sekali. Kenapa aku menjadi sekesal ini? Aku lihat diriku di cermin, mengapa aku menitikkan air mata? Mengapa aku menangis? Aku kenapa? Aku pun membungkuk, menangis di depan cermin. Untuk kesekian kalinya, ada tangan yang mengusap ku. Lembut sekali, semakin lama tangan itu
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
mengusap, semakin jadi juga tangisanku. Lalu akupun terlelap lagi di depan cermin. *** Memang semua ini mulai berubah menjadi kacau sejak virus tolol itu menjangkiti bumi ini. Semuanya jadi serba susah. Padahal sebelum pandemi hidup sudah melarat, sekarang? Malah jadi sekarat. Untuk mereka yang sudah kaya dari jaman kakeknya mungkin tidak akan terlalu pusing, tapi bagi kami yang sejak lahir sudah susah, harus dengan serapah apa lagi yang kami sumpahi untuk hidup ini? Kantorku, mengabari akan adanya PHK massal dan pesangon yang kemungkinan akan dibayarkan agak terlambat. Ah! Kenapa hidupku semakin tidak masuk akal? Tuhan, sebenarnya Engkau itu ada atau tidak? Aku dapat informasi tersebut dari obrolan teman kantorku pagi tadi. Suasana kantor saat itu menjadi begitu gaduh. Ada yang tiba-tiba mengeluh pusing karena cicilan rumahnya belum selesai, cicilan motornya tinggal beberapa bulan tapi takut mandeg kalau-kalau dipecat, ada juga yang mengeluh nanti membeli susu anaknya pakai apa? Tapi, masih saja ada manusia tolol bin bodoh yang ga punya empati dan simpati, yang dengan entengnya berucap, “Kalian sih, ga nyiapin planning financial, untung aku sudah menyiapkan.” Semua orang pun langsung melototinya, tapi dia dengan wajah tanpa dosa berlalu saja, seperti tidak terjadi apa-apa. Aku yakin, yang diucapkan di setiap benak orang saat itu adalah, doa dan harapan bagi si tolol bin bodoh ini agar cuma dia saja yang dipecat. Tentu saja, aku mengamini yang seperti itu. Aku yang saat ini duduk di depan cermin merenungi kejadian hari ini. “Besok pengumuman PHK.” Kataku kepada bayangan di cermin. Kejadian ajaib apalagi yang bakal terjadi esok hari? Kepongahan mana lagi yang akan ditunjukkan oleh takdir kepada makhluk-makhluk lemah seperti aku ini? Atau sebenarnya takdir itu bisa disogok oleh orang-orang kaya, sehingga dia hanya berpihak kepada mereka-mereka yang beruang saja? “Nasib emang nasib, maaf-maaf saja kalau aku kerjanya cuma ngeluh dan menyalahkan keadaan.” Lanjutku kepada bayangan di cermin. Aku bergegas ke kasur, malam ini aku tidak mau tertidur di depan cermin itu lagi. Matahari yang membangunkanku pagi ini. Aneh, kenapa bukan azan subuh yang membangunkan ku? Mungkin marbot masjid lupa
jadwal solat? Atau memang telingaku yang tersumbat mimpi? Sudah pasti yang kedua. Hari ini adalah hari pengumuman PHK dari kantor. Aku berharap nama si idiot itulah yang satusatunya di-PHK. Sesampai di kantor, katanya surat pemutusan akan dikirimkan melalui email ke setiap orang, apakah orang itu akan dipecat, atau tetap lanjut bekerja di situ dengan beberapa catatan, katanya sih seperti itu. Sampai pukul 10 pagi, belum ada email yang masuk, “Elu udah dapet emailnya?” Tanya salah seorang temanku. “Belum.” Jawabku singkat. Sampai menjelang sore pun kami masi belum mendapat kepastian yang pasti. Semua orang sudah mulai resah, gelisah menunggu keputusannya masing-masing. Ada yang terbengong, ada yang menggaruk-garuk kepala, ada yang bermain solitaire. “Tring!” Suara handphone berdering. Kemudian sejenak suasana sekitar menjadi sangat senyap, disusul dering dari setiap handphone yang ada di ruangan ini. Semuanya saling memandang satu sama lain. Cemas, penuh harap, tapi sudah terlanjur putus asa. Terlihat ikhlas, tapi tetap berat menerima keadaan yang akan terjadi. “Argh!” Teriak seseorang, kemudian dia menangis tersungkur memukul-mukul bumi. “Anak-istriku bakal makan apa? Aku dipecat juga tak diberi pesangon. Aku sudah lama padahal kerja di sini.” Teriaknya sedih. Lalu setiap orang mulai memberanikan diri untuk melihat gawai mereka masing-masing. Si ibu yang kemarin mengeluhkan susu anaknya, aku lihat ia terjatuh lemas. Sendisendinya seperti dicopoti. Aku bisa menebak, pasti dia mendapat email yang tidak dia harapkan. Bapak yang kemarin mengeluhkan cicilan rumahnya pun ikut lesu terduduk di atas kursinya. Ia tertunduk memegang kepalanya, mengusapusap wajahnya, menarik nafas panjang, lalu menatap kosong. Ia bernasib sama dengan si ibu tadi. Aku pun membuka gawaiku sendiri. Yap, aku juga bernasib sama dengan orang-orang yang aku ceritakan sebelumnya. Aku putus kerja tanpa diberi pesangon. Aku pun bingung harus berekspresi seperti apa. “Asik! Aku masih bekerja di sini! Padahal kalau dipecat pun aku masi bisa bertahan empat bulan. Haha!” Teriak si idiot. Si idiot ini berhasil membuat seisi ruangan menjadi semakin emosional. “Anjing! Diam kau bangsat!”. Teriak seseorang. “Suruh siapa kerja ga rapih, ga
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
26
cekatan? Bos tahu kalo kerja gue bagus, makanya gue dipertahanin.” Balas si idiot, lalu dia pergi begitu saja. Semua orang di situ menenangkan superhero yang berteriak tadi. “Sabar Pak, sabar. Jangan emosi terlalu, dia memang orangnya seperti itu.” Tentu aku pun kesal, mengapa dia menjadi salah satu orang yang tidak dipecat? Aku menganga keheranan. Sorot mata setiap orang di kantor ini pun seakan bertanya, “Kenapa dia ga dipecat aja? Atau dipecat sekalian oleh Tuhan dari hidup ini?” Aku ga habis pikir, ternyata dunia memang segila ini. Aku pun bergegas pulang, sumpah serapah, caci makian, aku teriakkan keras-keras dalam hati selama perjalanan pulang. Sesampai di kamar aku membanting tubuhku ke atas kasur. Kemudian aku duduk merenung. Sebenarnya apa yang dunia mau dari keadaanku seperti ini? Aku mulai menangis. Tanpa sebab, karena aku tidak peduli kalaupun aku dipecat atau tidak. Aku sudah tidak ambil pusing lagi. Yang aku pusingkan kenapa kejadian buruk selalu saja menimpa aku. Apa mereka tidak lelah mendatangiku terus? Apa mereka tidak bosan menyapa ku setiap waktu? Belum lagi kalau ingat si idiot itu. Sepertinya roda kehidupan sudah berhenti, dunia sudah mulai pilih-pilih, atau dunia itu sebenernya buta? Aku sudah tidak mampu menahannya lagi, aku depresi. Aku menangis sesenggukan. Tersedak rasa pahit kehidupan. Dadaku sakit, nafasku sempit. Pikiranku berlari kemana-mana tak tahu arah. Aku tertelungkup di atas kasur menghadap cermin. Tuhan, jika Engkau memang ada, sudahi saja semua ini, atau sudahi saja hidupku. Tapi, jika Engkau hanya fiksi, lalu selama ini aku berharap kepada siapa? Lalu setelah ini aku berdoa kepada siapa? Lalu, tangan lembut itu hadir lagi mengusapusap kepalaku yang tertunduk. Aku penasaran, tangan siapakah itu? Apakah ini nyata atau hanya halusinasiku? Aku pun terkaget saat melihat wujud sebenarnya dari tangan tersebut. Wajah pemilik tangan tersebut tersenyum, itu aku! Tapi aku tetap bertanya, “Kamu siapa?” Dia tak menjawab dan hanya tersenyum. “Kamu siapa?” Aku ulang pertanyaanku lagi. “Aku akan menjawab pertanyaan lainnya, karena jawaban pertanyaan barusan sudah jelas aku adalah kamu.” “Sini!” Katanya sambil menunjukan ke pangkuannya. “Ayo, tidak usah malu-malu. Malam-malam sebelumnya pun sama seperti ini kan. Kau terlelap di pangkuanku.” Aku pun
27
keheranan, masih bingun antara nyata dan tidak. Lalu aku pun melihat ke cermin, dan bayangan ku tidak terpantul. Aku memandangnya, dan dia hanya tersenyum. Lalu kami saling diam, duduk berhadapan di atas kasur. Aku pun tertunduk lagi. Lalu, ia maju dan memeluk aku yang tertunduk ini. “Aku punya semua jawaban yang tanyakan.” Katanya tanpa aku bertanya.
kau
“Untuk saat ini, menangislah. Tidak apa-apa. Keluarkan semua emosimu. Luapkan yang ada di dalam. Menangis bukan berarti lemah. Kamu hebat, sudah bertahan sampai sejauh ini. Tapi, setelah selesai nanti, simpan baik-baik tangismu, ya? Karena masih ada momen-momen baik, momen-momen bahagia yang perlu tangismu.” Katanya sambil mengusap-usap kepalaku. “Dunia memang bodoh, dunia memang buta, dia selalu seenaknya menindas kita, lalu menertawakan kita. Tapi, dunia Tuhan ciptakan jauh dari kata asal. Setiap sudut ceritanya telah Tuhan tulis sedemikian sempurnanya. Nasib baik pasti akan datang, meski kita tidak tahu sampai kapan kita harus bersabar, aku percaya kamu bisa dan kuat mempercayainya.” Lanjutnya lagi. “Ingatlah, meski hidupmu begitu-begitu saja bahkan terpuruk, bukan berarti Tuhan sedang menganggur dan tidak bekerja. Percayalah, selama kamu percaya dan selalu mengimani-Nya, nasib baik pasti Tuhan kirimkan di waktu yang tepat.” Katanya yang akhirnya menenangkan ku dan membuatku terlelap. Aku pun tertidur. *** 6 bulan lamanya sudah berlalu sejak PHK massal dari kantorku. Aku bekerja di tempat baru yang lebih layak dan lingkungan ku pun tidak semembosankan sebelumnya. Aku belajar banyak hal setelah malam itu. Berat memang, manusia, selain harus belajar ikhlas, mereka juga harus belajar menerima ketidakpastian. Aku penasaran kabar sekarang tentang si ibu yang mengeluhkan susu anaknya, terakhir aku berkabar dengannya, katanya suaminya mendapatkan proyek yang cukup besar selama pandemi ini, dan dia tidak perlu bekerja lagi. Lalu kabar bapak yang pusing karena cicilan rumah, sekarang ia sedang merintis usaha dan bisa menutupi cicilan rumahnya. Aku senang, ternyata prasangka ku selama ini, kebingunganku sebelumnya adalah salah. Tuhan benar ada, dan selama ini aku berharap dan berdoa kepada tempat
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
yang tepat. Adapun kabar tentang si ‘orang sembrono’ yang waktu itu, aku tidak tahu, yang aku tahu, perusahaan tempat aku kerja sebelumnya, 5 bulan setelah PHK waktu itu tutup dan bangkrut tidak bisa membayar gaji pegawaipegawainya.
QUOTE
Mari kita bercermin lagi. Yah, dunia memang bodoh, ia memang buta, tapi benar, dia diciptakan jauh dari kata asalasalan, semuanya sudah tersusun rapih. Pasti tiba waktunya kita mendapat balasan apa yang kita perbuat, indah jika bersabar, musibah jika kau menjadi bar-bar. Sempurna.
Mari kita bercermin lagi,
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
28
SASTRA
Mahadewi 2 Kamu memiliki nadi yang mengalirkan warna dari setiap tangis, tawa, cerita warna yang tidak terbatas me-ji-ku-hi-bi-ni-u Memahat pelangi pada aku yang mulai membatu abu abu Kamu bernafas di setiap bait puisi Membentuk oksigen untuk paru-paruku yang sesak Detak jantung mu juga berdetak di sini Memompa kehidupan untuk aku yang sedang sekarat Kamu menjadi kaki, menggendong aku yang sedang patah arah Juga nenjadi tangan dari setiap terkabulnya doa-doa Bibir merah mu selalu menciumku, dengan semangat-semangat yang masuk melewati kedua telingaku Saat malam mulai menggelapkan dunia Kamu menjadi bulan, yang buaiannya mengandung kedamaian Memeluk mesra, menyejukan kalbu, melenyapkan sendu Kamu juga memiliki wangi seperti bayi, yang masih putih bersih tanpa noda, suci Kamu adalah wujud kecantikan sejati Penuh arti, duniawi sampai surgawi kamu lah, mahadewi Khartoum, 8 November 2020 Ditulis dalam perjalanan Khartoum-Omdurman. Seperti roda-roda angkutan kota, roda kehidupan pun akan terus berputar, di atas jalanannya, sampai semua setoran takdir terpenuhi. Di dalamnya ada aku yang selalu biru, Faruq Al Quds
29
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
30
Wawancara PERLUKAH MILENIAL MELEK PALESTINE?
31
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
Farah Qoonita www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
32
1. Salam, Teh Qoonit. Mungkin bisa
Palestina. Di tahun yang sama Alham-
perkenalan dulu sedikit, ya. Biar
dulillah juga dapat kesempatan hadir
kayak kata pepatah Tak Kenal Maka
di Konferensi Internasional Al-Aqsha
Tak Sayang. Sudah Kenalpun Biar
di Turki. Nah itu juga semakin nambah
Makin Sayang, hehe.
kesadaran
aku
untuk
merjuangin
teman-teman.
Palestina. Pokoknya aku bertekad
Perkenalkan namaku Farah Qoonita. Biasa
balik-balik ke Tanah Air harus bisa jadi
dipanggil Qoonit. Asalnya dari Jakarta dan
Qoonit yang berbeda, yang membawa
domisili di Jakarta juga. Lulusan jurnalistik
perubahan, yang mebuat orang bisa
Fakultas
simpati sama Palestina.
Assalamu’alaikum
Komuanikasi
Universitas
Padjajaran. Hari ini lagi sibuk jadi campaign
3. Menjadi
seorang
aktivis
yang
manager @smart_171, penulis dua buku
memberisikkan Palestina terutama
dengan judul Seni Tinggal di Bumi dan Nyala
dikalangan
Semesta, lagi ngedevelop sebuah web
mungkin mulus begitu saja. Apa
bernama Pals (Palestine Learning Source),
saja
sama
menjadi
lagi
nyiapin
kelas
@baikberisik
angkatan 2. Itu sih sedikit kesibukanku
suka-duka
tentu
Teteh
aktivis
tidak
selama yang
memberisikkan Palestina? Kalau sukanya banyak banget
sekarang, hehe. 2. Teh Qoonit ini influencer, masih
sih. Amazing lah! Bayangin aja jadi
muda, penulis, pegiat media, tapi
aktivis
juga seorang aktivis yang sangat
keberkahan gitu. Jadi aku ngerasanya
peduli akan isu-isu yang terjadi di
waktuku berkah banget, terus juga
Palestina. Bisa diceritakan nggak
bisa punya work life balance yang
sih, Teh, kapan pertama kali tertarik
dunia dan akhirat itu bisa jalan bareng,
mendalami
dan jadi aktivis Palestina itu kayak
isu-isu
seputar
Pertama kali tertarik sama isu kepalestinaan
yang
merjuangin
pusat
sering ngecharge iman gitu karena
kepalestinaan?
33
milenial
itu
di
tahun
2016.
yaa kita hidup dekat dengan kisahkisah hebat di siroh gitu.
Sebenarnya kalau tahu itu dari dulu ya,
Kalau dukanya haha kayak aktivis
dari aku kecil gitu, karena Ummi sama
pada umumnya kali, ya. Jadi sempet
Abiku sering ngomongin itu. Cuma
jadi korban cyber bullying gitu. Pernah
dulu itu masih nggak tahu kenapa sih
juga ngalamin dapat ribuan komentar
kok Palestina harus dibelain? Tapi ya
yang isinya hujatan atau mungkin
pas
skripsi,
dukanya yang lain itu sambutan
kebetulan ngangkat judulnya tentang
netizen yang rendah, kadang sempet
‘Pemberitaan Penjajahan Palestina di
ngerasa gitu udah capek-capek ngedit
Media Tempo’.
itulah,
eh .. yang ngelike cuman dikit. Tapi ya
karena nulis skripsi itu aku jadi baca-
kembali lagi kita berisikin Palestina
baca literatur kepalestinaan. Dari situ
bukan juga semata-mata karena biar
juga akhirnya banyak tahu tentang
dapet attention dari orang, ya. Terus
2016
itu
aku
Nah
nulis
sejak
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
terakhir ngerasa lelah, siapa sih
menceritakan tentang penjajahan
manusia yang nggak lelah.. Tapi gatau
yang ada di Palestina. Apa motivasi
ya lelah dalam merjuangin Palestina
Teh Qoonit untuk membuat karya
itu itu membahagiakan gitu.
tulis dengan tema ‘kepalestinaan’
4. Beberapa kali muncul di sebuah akun
komunitas
kepalestinaan
diantara banyak sekali penulis-
peduli
@smart_171
penulis di sekitar kita yang lebih
dan
tertarik
mengusung
tema
yang
juga kelas @baikberisik dengan
lainnya?
pendekatan yang begitu unik dan
Exactly, aku maju-mundur pas mau
kekinian. Dua akun ini rupanya juga
nulis novel itu. Karena kalau dilihat dari
menjadi deskripsi di bio instagram
kacamata bisnis ya, Nyala Semesta itu
Teh Qoonit. Sebenarnya apa sih
membawa isu Palestina di mana isu yang aku
hubungan
dengan
angkat itu bukan isu yang berpotensi diterima
Palestine
oleh banyak orang. Tapi ya kembali lagi tanya
boleh
ke hati: Sebenarnya buat apa sih Qoonit
tentang
nulis? Buat nyari duit apa buat ngasih
@smart_171 dan @baikberisik buat
pemahaman ke anak-anak muda? Dan novel
teman-teman
itu aku buat supaya orang bisa lebih
Teh
komunitas tersebut?
Qoonit
peduli Sebelumnya
dÄłelaskan
sedikit yang
belum
tahu,
hehe.
bersimpati pada Palestina dengan cara yang
Hubungannya sangat erat. Secara aku
menyenangkan dan membahagiakan, hehe.
seorang campaign manager di sebuah komunitas
kemanusiaan
6. Nah,
bernama
sebagai
penulis,
content
creator,
media,
aktivis,
pegiat
@smart_171 itu, dimana aku bergeraknya
sekaligus influencer yang masih
diranah funding dan edukasi. Jadi karena itu
muda.
sering juga kayak ngajak orang-orang buat
perlukah
galang dana untuk Palestina lewat konten.
milenial ini, melek pada apa yang
Angka 171 dari Smart_171 sendiri dibaca:
terjadi di Palestina?
satu tujuan juga maksudnya 17:1 (Al-Isra’
Wah jawabannya bakalan panjang.
Menurut
Teh
sebenarnya
Qoonit,
kita,
para
ayat 1) yang nyeritain tentang Masjid Al-
Intinya
Aqsha. Terus @baikberisik sendiri itu adalah
pembukaan UUD 1945 kan udah jelas bahwa
wadah buat para milenial yang berisi edukasi
kita bangsa yang menuntut kalau penjajahan
tentang kepalestinaan biar para milenial itu
di atas dunia harus dihapuskan. Dari itu saja
tahu apa aja sebenarnya yang terjadi di
kalau kita menilik sejarah bangsa, para
Palestina, juga ngechallenge mereka untuk
founding
bisa berani speak up tentang isu Palestina.
membuktikan pembelaan mereka kepada
Intinya memastikan kalau para milenial yang
Palestina. Ada hubungan erat di antara
berisik itu nggak sekedar berisik. Tapi
keduanya. Dan dalam konteks siroh kita tahu
berisiknya juga berisi.
bahwa banyak Nabi dan Rasul punya
5. Baru-baru ini baru saja merilis novel
Nyala
Semesta
yang
nggak
usah
fathers
jauh-jauh
bangsa
deh,
ini
di
sudah
hubungan erat dengan Tanah Palestina. Membelanya
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
juga
adalah
bagian
dari
34
implementasi aqidah yang kita miliki sebagai
9. Di tengah problematika yang sangat banyak yang sedang dihadapi oleh
seorang Muslim. 7. Banyak argumentasi yang tumbuh
Bangsa Indonesia. Memberisikkan
di kalangan milenial bahwa isu-isu
tentang Palestina sering dianggap
kepalestinaan adalah isu yang berat
‘menganak-tirikan’
dan kompleks yang seharusnya
Indonesia. Apakah memang benar
dibahas oleh para ahli saja dan tidak
bahwa pejuang-pejuang Palestina
dibahas
itu
oleh
seumuran
anak-anak
kita.
muda
Bagaimana
Teh
bangsa
mengesampingkan
masalah-
masalah di Indonesia, sebaliknya
Qoonit menanggapi hal tersebut?
hanya peduli pada ranah yang lebih
Lucu ya kalau ada anggapan begitu,
jauh yakni Palestina?
jadi ingat yang aku pikirikan dulu. Padahal
Tidak benar. Karena kita nggak bisa
ketika bahasannya Palestina pada hakikatnya
melihat orang hanya dari satu sisi saja. Bukan
siapapun kita disuruh berempati walaupun
berarti orang yang peduli sama Palestina
nggak menafikan kita juga punya masalah di
nggak peduli dengan kebaikan-kebaikan
dunia ini. Coba deh mulai mengubah hati kita
yang lainnya. Bahkan dari pengalamanku
dengan menyuburkan nilai-nilai ruhaninya.
bertemu dengan aktivis Palestina, mereka itu
Karena kepedulian pada Palestina itu bisa
nggak hanya sibuk ngurusin Palestina doang.
tumbuh dihati yang terbuka lebar untuk rasa
Ada kontribusi-kontribusi mereka di bidang
simpati gitu. Mulai dari mengubah diri kita
lainnya juga.
terlebih dahulu sebelum mengubah orang lain jadi
tahu
kenapa
kita
harus
membela
10. Bagaimana cara kita para milenial untuk
bisa
memberikan
sumbangsih berharga bagi sudara-
Palestina? 8. Banyak hal lain yang menjadi beban
saudara kita seiman yang ada di
tugas yang turut memberati pundak
Palestina sana?
para
ini.
Pray. Share. Donate. Itu tiga hal yang
Kenapa kita tetap perlu menaruh
sering banget aku share karena emang
cinta pada Palestine?
mudah banget diaplikasiin. Kayak pray nih,
Para founding fathers kita dulu nggak
kita bisa kan do’ain mereka kapan saja dan di
milenial
bangsa
saat
buat
mana saja. Share informasi tentang mereka
membela Palestina. Dulu 1930, 1938 kurang
kepada orang banyak. Dan yang terakhir
apa coba banyaknya masalah yang dihadapi
donate. Masa' nggak bisa sih walaupun
Indonesia? Tapi tetap bisa kok mereka
nyisihin seribu saja dari uang kita untuk
berjuang ngebela Palestina. Inget kisah so
mereka? Ya sebisanya mendonasikan sedikit
sweet tiga syuhada di Perang Yarmuk pas
dari rezeki kita untuk mereka.
menunggu
bebannya
hilang
dulu
mereka ngutamain temannya yang lain atas
11. Terakhir nih, Teh. Pesan Teteh untuk
dirinya sendiri. Lagian kalau nunggu nggak
kita para milenial supaya lebih peka
ada beban sampai kapan? Namanya hidup
terhadap
pasti selalu ada beban dan ujiannya kan?
Palestina ataupun negara-negara
apa
yang
terjadi
di
Muslim yang sedang dilanda konflik
35
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
lainnya. Terutama bagi kita, para
Jangan pernah puas hanya
mahasiswa Sudan, yang notabene sebagai
pelajar
yang
sedang
tahu soal Palestina hanya dari
mengenyam pendidikan di Timur
dengar ceramah dan kajian orang-
Tengah.
orang. Coba kaji dan analisis
Kalau untuk pelajar sih, ya caranya
sendiri dari berbagai sumber mulai
menurut aku belajar. Cari tahu tentang
dari Al-Qur’an, siroh, sampai fakta
Palestina dan sering-seringin baca buku.
kekejian Israel. Dan di tengah
Jangan pernah puas hanya tahu soal Palestina hanya dari dengar ceramah dan kajian orang-orang. Coba kaji dan analisis sendiri dari berbagai sumber mulai dari AlQur’an, siroh, sampai fakta kekejian Israel.
Sudan yang lagi seger-segernya habis normalisasi dengan Israel. Tugas kalian nih untuk mengedukasi sekitar mengapa
Dan di tengah Sudan yang lagi seger-
normalisasi itu adalah suatu
segernya habis normalisasi dengan Israel.
bentuk peghkhiatan nyata pada
Tugas kalian nih untuk mengedukasi sekitar
Palestina? Apakah salah sikap
mengapa normalisasi itu adalah suatu bentuk
negara-negara arab memutuskan
peghkhiatan nyata pada Palestina? Apakah
normalisasi dengan bangsa
salah sikap negara-negara arab memutuskan
penjajah? Banyakin baca!
normalisasi
dengan
bangsa
Banyakin baca! Banyakin cari tahu!
penjajah?
Wawancara oleh : Faradilla Awwaluna Musyaffa
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
36
37
www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
Terima kasih
PAK DIREKTUR NASHIH FARUQ AL QUDSI www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia
38
Kesempatan datang ketika adanya persiapan. Jika tak ada, maka hanya akan berbuah penyesalan. - Hanif www.majalahelnilein.com | Suara Mahasiswa Untuk Dunia